pemaknaan penggemar reggae terhadap fashion …repository.fisip-untirta.ac.id/1265/1/skripsi...
Post on 31-Jul-2019
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMAKNAAN PENGGEMAR REGGAE
TERHADAP FASHION REGGAE
(Studi pada penggemar reggae di Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Novitasari
NIM. 083133
KONSENTRASI ILMU HUMAS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TRITAYASA
SERANG-BANTEN
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Novitasari
NIM : 083133
Judul Skripsi : Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap Fashion Reggae
(Studi pada penggemar reggae di Tangerang)
Serang, Juli 2012
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Pembimbing 1, Pembimbing II
Muhammad. Jaiz, S.Sos, M.pd Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si
NIP. 19710629200312001 NIP. 197107182005011001
Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA
Dr. Agus Sjafari,. M.Si
NIP. 197108242005011002
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawahini :
Nama : Novitasari
NIM : 6662083133
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1989
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemaknaan Penggemar Reggae
terhadap Fashion Reggae di Tangerang adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh
sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka
gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Juli 2012
Novitasari
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TRITAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Novitasari
NIM : 6662083133
Judul Skripsi : PEMAKNAAN PENGGEMAR REGGAE TERHADAP
FASHION
REGGAE di TANGERANG
Telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skpris di Serang, 08 Agustus 2012
dan telah dinyatakan LULUS.
Serang, 09Agustus 2012
Ketua Penguji :
Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si ( )
NIP.197502022002121002
Anggota :
Mia Dwianna, S.Sos., M.Ikom ( )
NIP. 197104222006042001
Anggota :
Teguh Iman Prasetya, S.E., M.Si ( )
NIP. 197107182005011001
Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA Ketua Program Studi
Dr. Agus Sjafari, M.Si Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si
NIP.197108242005011002 NIP.197708112005012003
Everything is possible, just believe and make it happen
and always believe in you, my Lord Allah SWT.
-V-
Skripsi ini kupersembahkan :
Salam Sudiana, Bapak terhebat
ABSTRAK
Novitasari. NIM. 083133. Skripsi. Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap
Fashion Reggae (Studi Pada Penggemar Reggae di Tangerang). Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. 2012
Fashion reggae adalah salah satu komunikasi penggemar reggae selain musik
untuk menginformasikan atau menyampaikan pesan dan menjadi bahasa tersendiri
diantara sesama penggemar reggae maupu masyarakat luas. Namun tidak semua
memandang fashion reggae sebagai bahasa namun lebih kepada gaya sehingga
terjadilah perbedaan pemahaman.Untuk itulah peneliti tertarik meneliti mengenai
pemahaman penggemar reggae terhadap fashion reggae. Penelitan ini berupaya
untuk mengambarkan pemaknaan penggemar reggae mengenai fashion reggae.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme Simbolik. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pemaknaan setiap penggemar reggae berbeda. Tidak semua
memandang dan memaknai fashion reggae penting digunakan dan ada di dalam
reggae, namun mereka menyadari bahwa fashion reggae selain sebagai penunjang
penampilan, penutup tubuh, pelindung tubuh, tetapi juga sebagai media ekspresi,
bentuk komunikasi dimana mereka menyampaikan informasi, memberi identitas
bahwa mereka adalah penggemar reggae, serta menampilkan budaya-budaya yang
ada di dalamnya. Saran yang dapat peneliti berikan adalah agar penggemar reggae
lebih kooperatif dan lebih mensosialisasikan fashion reggae kepada masyarakat
karena minimnya pengetahuan masyarakat luar mengenai reggae yang hanya
akan melihat dari kulit luar dan pandangan mereka saja.
Kata kunci : Makna, Fashion , Fashion Reggae, Reggae
i
ABSTRACT
Novitasari. NIM. 083133. Thesis. The Meaning of fashion reggae from reggae
fans. Sosial science and science policies faculty, study program communication
science. Univesity of Sultan Ageng Tirtayasa. 2012
Fashion reggae is one of communication whom reggae fans do like a music to
inform or to communicate the message and be special language between reggae
fans or society. However, not all of reggae fans look the fashion reggae as a
language but they just a style so there was a difference of comprehension. That’s
why the researcher interested do research about comprehension of reggae fans
against fashion reggae. This research seeks to portray an comprehension of
reggae fans against fashion reggae. The research method that used is qualitative
descriptive. Technique analysis uses interview in dept, and documentation. This
research uses the theory of symbolic interactionism. The result of research is any
fans of reggae have a different comprehension about fashion reggae. Reggae fans
appreciate that the fashion reggae not only as a supporting appearance, body
coverings, body armor, but also as a medium of expression, a form of
communication in which they giving information, giving the identity if they are
reggae fans, and showcase the cultures that exist within it. Suggestion that can
researcher give are reggae fans more cooperative and more socialize about
fashion reggae to society because they have lack of knowledge about fashion
reggae so they will see just from the out skin and their outlook.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas kehendak, rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap Fashion
Reggae”. Skripsi ini diajukan untuk menempuh ujian Sarjana Strata-1 (S1) pada
Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik di Universitas Sultan Ageng Tritayasa Serang-Banten.
Penulis menyadari seutuhnya bahwa dalam penyusunan skrpsi ini masih
banyak kekurangan baik dari segi pengumpulan data, tata cara penyusunan,
pembahasan serta dalam penyampaian mengingat terbatasnya pengetahuan,
pengalaman serta kemampuan peneliti. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membantu.
Pada kesempatan ini peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, memberikan dorongan, dan bimbingan sampai
skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu peneliti ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak. Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa
2. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komuikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa
3. Bapak. Muhammad Jaiz, S.Sos, M.pd, selaku dosen pembimbing I, terima
kasih atas waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
iii
4. Bapak. Teguh Iman Prasetya,SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II,
terima kasih atas waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Mia Dwianna, S.Sos, M.si selaku dosen pembimbing akademik
6. Seluruh dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa
7. Nara Sumber, Aradhea, Peter, Benny, Utha, Rizal dan Brekele.
8. Papsky tercinta Drs. Salam Sudiana dan Mamah Yenih Haryenih serta
kedua kakak, Hardi dan Resti.
9. Arif Erlangga, terima kasih untuk pengetahuannya yang tidak terduga dan
membuka wawasan, masukan, komentar, kritik dan dukungannya
10. Sahabat-sahabat terbaik Raudhatul ‗irra‘ Aliyah, Shytia ‗Ochien‘
Permatasari, Nisa Sabrina Amalia, Familia Damawati,
11. Karlinda. Anggara Yonardi, Rezza, Eko, Imam,
12. Bang Elias Mardongan, terima kasih atas masukan, ‗hidayah‘ dan
dukungannya,
13. Keluarga besar ― Wereng Community‖.
14. Teh Mulia, Borin, Teh Amanda, Bang Yulian,Zelda
15. Nurul Pri SAN sahabat seperjuangan dalam mengerjakan skrpsi, terima
kasih untuk semuanya.
16. Teman seperjuangan dari semester awal Doni Agi Kuswandi, Dian,
Capcus, Anshari, Pendi, Reja, Renny ‗mamih‘, Tika, Kiki, Aziz, Hariet,
Ria, Tiara, Rini,
iv
17. Teman-teman Ilmu Komunikasi khususnya NR angkatan 2008 yang
banyak membantu dan mendukung penulis.
Akhir kata peneliti berharap semoga skrpsi ini dapat bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Terima kasih
Serang, Juli 2012
Penulis
Novitasari
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAS ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 8
1.3 Identifikasi Masalah .............................................................. 9
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 9
1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................. 9
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori ....................................................................... 11
2.1.1 Komunikasi ................................................................... 11
2.1.2 Komunikasi Antarbudaya ............................................ 15
2.1.3 Pemaknaan .................................................................... 20
2.1.4 Penggemar ..................................................................... 21
2.1.5 Reggae .......................................................................... 23
2.1.6 Fashion .......................................................................... 31
2.1.6.1 Fashion Sebagai Komunikasi........................ 33
2.1.7 Fashion Reggae ........................................................... 35
2.1.8 Teori Interaksionisme Simbolik ............................... 42
2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .................................................................. 51
3.2 Instrumen Penelitian ............................................................. 53
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................... 53
3.3 Informan . .............................................................................. 55
3.4 Analisi Data ............................................................................ 57
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian . ........................................... 58
vii
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Informan ..................................................... 60
4.1.1 Informan Kunci ....................................................... 60
4.1.2 Informan Pendukung .............................................. 64
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 65
4.2.1 Penggemar reggae Memaknai Pentingnya
Fashion Reggae ....................................................... 65
4.2.2 Pemahaman Penggemar Reggae terhadap
Fashion Reggae ...................................................... 69
4.3 Pembahasan .......................................................................... 76
4.3.1 Penggemar Reggae Memaknai
Pentingnya Fashion Reggae ................................... 78
4.3.2 Pemahaman Penggemar Reggae
terhadap Fashion Reggae ....................................... 81
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 94
5.2 Saran ..................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Informan …………………………………………… 57
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian …………………………………………. 59
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 3 Jadwal Bimbingan
Lampiran 4 Riwayat Hidup
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman dahulu, kehidupan manusia tidak lepas dari
komunikasi. Komunikasi adalah tentang mengirim pesan1. Tujuan atau inti
dari komunikasi adalah penyampaian pesan, informasi, atau ide oleh
seseorang baik dengan komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal
kepada orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang
membutuhkan bantuan orang lain tidak dapat tidak melakukan komunikasi.
Komunikasi dilakukan untuk berinteraksi atau bertukar informasi dengan
sesama.
Dalam berinteraksi, seseorang tidak lupa memperhatikan penampilan
luar yang ditampilkan oleh seseorang. Fashion dan pakaian merupakan salah
satu yang dipilih oleh seseorang untuk dalam memperlihatkan penampilan
luarnya. Seseorang akan berusaha tampil menarik agar enak dilihat karena
penampilan merupakan hal pertama yang dilihat oleh seseorang dalam
berinteraksi. Dengan melihat penampilan luar, seseorang dapat menilai
seperti apa orang tersebut, karena penampilan seseorang dapat
mencerminkan bagaimana karakteristik seseorang, dimulai dari bagaimana
1 Deddy Mulyana, Jalaluddin, Rakhmat, 2006. Komunikasi AntarBudaya, PT.Remaja Rosdakarya;Bandung
hal 12
2
cara dia berpakaian, bagaimana cara dia memilih pakaian agar enak dilihat
dan nyaman ditubuh.
Pengertian fashion secara garis besar bukan hanya berkaitan dengan
pakaian, tetapi berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat menghias tubuh
seperti aksesoris dan perhiasan2. Saat ini peran fashion sangatlah penting,
karena selain dapat mengikuti tren yang sedang berkembang, fashion juga
dapat membantu seseorang berpenampilan baik dan memberi kesan positif
dihadapan orang lain. Selain itu fashion juga dapat dijadikan sebagai media
atau alat komunikasi untuk menggambarkan kepribadian dan identitas
seseorang baik dari ideologi, status sosial ataupun gender.
Namun jarang yang melihat fashion dan pakaian sebagai salah satu
komunikasi nonverbal. Seseorang hanya berfikir bahwa fashion yang
dikenakan hanya sebagai penutup dan pelindung dari hujan, panas ataupun
dingin. Fashion digunakan hanya sebagai penampilan luar yang dilihai dari
bagus tidaknya pakaian tersebut, merek apa pakaian tersebut, fashion apa
yang sedang in atau tren, mahal atau tidak harganya, bagus tidak jika ia
menggunakannya.
Begitupun mereka yang melihat akan berpendapat mengenai fashion
dari bagus tidaknya, mahal tidaknya, merek apa, bagaimana jika dia yang
menggunakan pakaian tersebut. Tanpa melihat kenapa seseorang
menggunakan pakaian tersebut, pesan atau makna apa mereka menggunakan
2 Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi, PT. Jalansutra; Jogjakarta
3
fashion tersebut. Padahal fashion bukan hanya sebagai pelindung tubuh atau
pemanis tubuh tetapi juga sebagai identitas diri, budaya, bahkan ideologi
seseorang.
Malcom Barnard menjelaskan fashion atau pakaian pada tataran
dasarnya adalah berfungsi sebagai penutup, perlindungan, kesopanan dan
daya tarik namun tidak menutup kemungkinan peran fashion adalah untuk
media ekpresikan diri, media mendefinisikan peran dan status sosial, simbol
politis, media rekreasional, sebagai identitas diri baik individual maupun
kelompok3.
Desmond Morris menambahkan, pakaian juga menampilkan
pajangan budaya (cultural display) karena ia mengkomunikasikan afiliasi
budaya4.
Dari fungsi itu sendiri, bahwa lebih dalam fashion memperlihatkan
siapa diri kita, budaya apa kita, status kelas, gender, dan lain halnya.
Dengan fashion yang dikenakan, seseorang sedang berkomunikasi.
Seseorang sedang menyampaikan/membawa pesan, gaya hidup bahkan
ideologi suatu individu maupun komunitas tertentu yang menjadi suatu
bagian dari kehidupan tertentu.
Komunitas reggae dengan fashion reggae yang terkenal dengan baju,
topi dan aksesoris lainnya berkombinasi warna merah-kuning-hijau, rambut
3 Ibid hal vii
4 Ibid hal viii
4
gimbal, dan ganjanya ingin menampilkan fashion dari reggae. Hanya
dengan melihat seseorang mengenakan pakaian atau baju atau aksesori
lainnya dengan warna merah-kuning hijau, atau melihat seseorang dengan
rambut gimbal atau melihat seseorang menghisap mariyuana, maka kita
dapat mengasumsikan orang tersebut sebagai anak reggae atau penggemar
reggae. Kita juga mengidentitaskan keberadaan komunitas reggae dengan
fashion reggaenya tersebut bahkan memandang fashion reggae merupakan
bagian bahkan kewajiban yang harus diperkenalkan bersamaan dengan
reggae itu sendiri.
Reggae itu sendiri adalah aliran musik yang popular di Jamaika.
Pada tahun 1968 di Kingston, ska dan rock steady mengalah kepada sebuah
sound yang cukup luwes dan tangguh untuk mengikutsertakan ritme yang
cepat maupun lambat. Gaya baru ini dinamakan reggae, karena nuansanya
yang kasar, dan kualitasnya yang mengangkat dan menghipnotis tampak
sangat pas untuk bercerita dan pengamatan sosial.5
Salah satu legend dari musik reggae adalah Robert Nesta Marley
atau lebih dikenal dengan Bob Marley, salah satu orang asal Jamaika yang
menjadikan reggae mendunia seperti sekarang ini6. Melalui musik reggae,
Bob Marley menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan. Musik itu
memberinya visi dan ambisi baru yaitu membuat musik yang memuaskan
dan mewakili tanah kelahirannya (Jamaika) bahkan dunia yang lebih luas.
5 Mikal Gilmore, 2005. Rolling Stones. Jakarta : JHP Media, hal 26
6 Ibid
5
Lagu-lagunya mengandung kenangan, bahwa Bob Marley pernah hidup
bersama orang-orang sengsara, telah melihat para penindas, dan mereka
yang ditindas, bahkan pernah ditembaki7.
Reggae memang tidak hanya Bob Marley, tapi juga ada Peter Tosh,
Black Uhuru, Jimmy Cliff, dan sebagainya. Tapi kemampuan Marley untuk
mengambarkan semua kenangan hidupnya secara nyata dan otentik
membuat karya musiknya tetap abadi dan berbeda dengan musik lain yang
kita kenal8.
Selain musik reggae, Bob Marley terkenal dengan rambut gimbal,
warna merah-kuning-hijau, serta ganja. Hal tersebut dapat kita lihat dari
video-video yang ada di you tobe, foto-foto yang ada di internet atau
majalah.
Banyak yang menganggap bahwa Bob Marley adalah seorang
‗Tuhan‘ reggae dan mengadopsi dari apa yang dikenakan dan dilakukan
oleh Bob Marley sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap reggae dan Bob
Marley.
Kecintaan seorang penggemar terhadap tokoh yang dianutnya dapat
membuatnya mengikuti apa yang dilakukan dan dikenakan oleh tokoh
tersebut. Jenson mengatakan mengenai budaya penggemar bahwa pengemar
adalah apa yang ‗orang lain‘ lakukan, ‗kita‘ selalu mengejar kepentingan-
7 Id, at 22
8 Id at 22
6
kepentingan, memamerkan selera dan preferensi.9. Maka tidak heran jika
banyak orang yang menggenakan fashion yang digunakan pula oleh Bob
Marley dalam berbagai acara musik ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
Hanya masalahnya, fashion reggae tidak serta merta diterima oleh
masyarakat sebagai bagian yang menarik atau bagus atau mencerminkan
dari musik reggae sendiri. Masyarakat memandang aneh, norak,
kampungan, menakutkan. Masyarakat tidak melihat hal tersebut sebagai
salah satu bentuk kecintaan penggemar reggae terhadap musik reggae,
sebagai salah satu media berekspresi penggemar reggae namun melihatnya
sebagai sesuatu hal yang negatif. Terlebih citra seorang ‗pemakai‘ melekat
dengan penggemar reggae.
Keberadaan para penggemar musik reggae pun sering dikucilkan
atau dipandang sebelah mata oleh masyarakat bahkan dianggap meresahkan
karena reggae diidentikan sebagai pemakai mariyuana atau ganja. Citra
seorang ‗pemakai‘ melekat dengan penggemar reggae padahal tidak sedikit
dari penggemar musik reggae yang tidak mengikuti dan meyakini bahwa
fashion reggae merupakan bagian dari reggae.
Menurut Toni Q dalam wawancara bersama Carolin T dengan
indoreggae.com, ia mengatakan ―Pencinta musik reggae tidak harus gimbal,
9 John Storey, 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode; Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop,
Jogjakarta : Jalansutra, hal 159
7
sebenarnya juga kembali pada filosofi itu sendiri bagaimana pendengar dan
perilaku dalam menyikapi lirik atau musik reggae itu seperti apa‖10.
Fenomena fashion reggae ini sampai ke Indonesia. Banyak
penggemar reggae di Indonesia mengikuti fashion reggae. Fashion reggae
digunakan sebagai identitas diri atau kelompok dan sarana komunikasi oleh
mereka penggemar reggae. Tidak hanya itu, fashion ini juga meresapi nilai-
nilai, pesan atau makna yang dibawa oleh Bob Marley terutama dan musisi-
musisi reggae lainnya.
Tentunya terkadang bentuk ekspresi dari musisi atau penggemar
reggae itu hanya dilihat sebagai ajang gaya-gayaan. Tidak sedikit dari
mereka yang hanya mengikuti sesuai yang sudah ada tanpa mengerti atau
melihat lebih dalam mengenai fashion reggae. Dan memandang fashion
reggae sebagai gayanya anak reggae tapi tidak melihat kemungkinan bahwa
ada yang bukan dari penggemar reggae ikut menggunakan fashion reggae
serta adanya pemaknaan lain yang ingin dibangun oleh fashion reggae selain
dari identitas penggemar reggae itu sendiri.
Keberadaan media massa dan perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi memungkinkan terjadinya pertukaran-pertukaran informasi
dengan sangat cepat sehingga informasi yang di dapat belum tentu akurat
dan dapat dipercaya. Penggemar reggae pun biasa mendapat informasi
hanya melalui artikel-artikel di internet, televisi, majalah, kaset atau cd, atau
10
http://www.indoreggae.com/wwc_tonyq.html tanggal 7 juli 2012 pukul 12:41
8
dari teman sesama penggemar reggae. Berbekal informasi yang mereka
dapat tersebut yang akan mereka yakini kebenarannya. Maka terjadinya
perbedaan dalam pemaknaan akan berbeda pula dalam memahami dan
memaknai serta memandang tentang fashion reggae tersebut.
Adanya perbedaan serta hambatan yang terjadi dalam menerima atau
mengetahui informasi atau pesan mengenai reggae dan fashion reggae,
memungkinkan dapat menyebabkan adanya perbedaan dalam memandang
atau melihat fashion reggae yang dikenakan oleh penggemar reggae. Serta
perbedaan dalam pemahaman, atau pemaknaan mengenai fashion reggae itu
sendiri baik masyarakat luas maupun di dalam komunitas reggae, yaitu
sesama penggemar reggae. Untuk itu penulis tertarik meneliti mengenai
Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap Fashion Reggae (Studi pada
Penggemar Reggae di Tangerang)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah ―Bagaimana
pemaknaan penggemar reggae terhadap fashion reggae.‖
9
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti dapat mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggemar reggae memaknai fashion reggae
2. Makna apa yang ingin di bangun oleh penggemar reggae melalui
fashion reggae.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas,
maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mendeskripsikan pemaknaan penggemar reggae terhadap
fashion reggae.
2. Untuk mendeskrpsikan makna yang ada pada fashion reggae.
I.5 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai masukan bagi
pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi
antarbudaya. Melalui penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi penelitian sejenis
10
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,
menambah wawasan dan pengetahuan serta pandangan baru mengenai
fashion reggae kepada penggemar musik reggae dan masyarakat luas.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu istilah paling popular dalam
kehidupan manusia. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Dalam setiap
aktivitasnya, manusia melakukan komunikasi. Jika manusia normal
merupakan makhluk sosial yang selalu membangun interaksi antas sesama
maka komunikasi adalah sarana utamanya.
Menurut Onong Uchjana Effendy, istilah komunikasi berasal dari
perkataan latin “communication” yang berarti ―pemberitahuan‖ atau
―pertukaran pikiran‖. Istilah tersebut bersumber pada kata ―communis‖ yang
berarti ―sama‖ yang dimaksud sama disini adalah ―sama makna‖ 11. Dengan
demikian komunikasi merujuk pada kesamaan makna antara pengirim dan
penerima pesan. Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, kata tersebut
didefinisikan beragam, dimana masing-masing memiliki penekanan arti,
cakupan, dan konteks yang berbeda. Lanjut lagi Onong menjelaskan
komunikasi dapat diartikan dengan proses penyampaian ―pesan / pikiran /
11
Onong Uchjana, 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, hal.9
11
12
ide / gagasan‖, ―alat untuk mecapai tujuan tertentu‖, ―mendiskusikan
makna‖12.
Definisi dari Bernald Berelson dan Gary A. Stainer, yang dikutip
oleh Dedy Mulyana, komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-
kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi
itulah yang biasa disebut komunikasi.13
Laswell menjelaskan komunikasi tergambarkan dengan menjawab
pertanyaan : Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?14. Berdasarkan cara pandang ini, dapat diuraikan lima unsur
komunikasi, yaitu :
a. Sumber (source) atau sering disebut komunikator, pengirim,
penyandi.
b. Pesan (message), apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima (verbal/non verbal)
c. Saluran atau media, alat yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima
d. Penerima (receiver), sering juga disebut komunikan, orang yang
menerima pesan dari sumber/komunikator.
12
Ibid hal 9 13
Dedy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,hal 62 14
Onong Uchjana, Op.Cit.10
13
e. Efek, apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut.
Sehingga dari uraian diatas komunikasi dapat disimpulkan sebagai
suatu proses penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada
komunikan melalui media yang berakibat menimbulkan efek tertentu.
Sifat komunikasi itu sendiri ada dua macam yaitu komunikasi verbal
dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi kata-kata atau tulisan,
sedangkan komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata15. Komunikasi nonverbal
diantaranya mencakup bahasa tubuh, sentuhan, menggunakan gerak isyarat,
ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Pada dasarnya proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Proses komunikasi dibedakan menjadi dua tahap yakni :
a. Proses komunikasi primer merupakan proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam komunikasi adalah bahasa, kial
(gesture) isyarat, gambar, warna, dan lainnya seccara langsung
15
Deddy Mulyana, Op.Cit
14
mampu ―menerjemahkan‖ pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan.16
b. Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lainnya dengan menggunakan
alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Media kedua itu seperti surat, telepon,
teleteks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, media
online/internet.17
Sehingga dapat disimpulkan komunikasi dilakukan tidak hanya
dengan kata-kata atau tulisan yang jelas namun seseorang dapat juga
dikatakan sedang berkomunikasi melalui gerak tubuh,mimik muka, bahkan
pakaian.
Komunikasi dapat dibagi secara umum menjadi lima konteks atau
tingkatan sebagai berikut :
1. Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi
dalam diri seseorang, yang menjadi pusat perhatian adalah
bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami
seseorang melalui sistem saraf dan indera.
2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan yang
bersifat pribadi baik yang secara langsung maupun (tanpa
16
Onong Sudjana, Op.Cit hal.11 17
Ibid, at 17
15
medium) maupun tidak langsung (dengan medium) seperti
percakapan tatap muka atau melalui telepon
3. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasan pada interaksi
diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil,
komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi.
4. Komunikasi organisasi menunjukkan pada pola dan bentuk
komunikasi yang terjadi dalam konteks jaringan organisasi.
5. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang
ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang besar.18
2.1.2 Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antarbudaya atau disebut juga intercultural
communication adalah salah satu bidang komunikasi. Budaya erat kaitannya
dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai
dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.
Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,
tindakan-tindakan social, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan
teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Seperti orang yang
berbicara bahasa sunda, memakan ular, menghindari minuman keras yang
terbuat dari angggur, memandikan keris, menguburkan orang-orang yang
mati, berbicara melalui telepon, atau meluncurkan roket ke bulan, ini semua
18
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur, hal 13
16
karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya dibesarkan dalam
suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut.
Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak,
bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi merupakan respon-respon
terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.19
Subbudaya atau subkultur adalah suatu komunitas rasial, etnik,
regional, ekonomi atau sosial yang memperlihatkan pola perilaku yang
membedakan subkultur-subkultur lainnya dalam suatu budaya atau
masyarakat yang melingkupinya20. Di Amerika Serikat, subkultur-subkultur
ini misalnya adalah golongan imigran asal timur, kelompok yahudi, kaum
miskin perkotaan, para penganut Hindu dan kelompok Mafia.
Menurut Alo Liliweri, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang
kebudayaan.21
Sejatinya komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah
angggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota budaya
lainnya. Dalam komunikasi antarbudaya, terjadi pertukaran pesan verbal
(kata-kata) dan pesan nonverbal (ekspresi wajah,isyarat tangan, pakaian,
19
Deddy Mulyana, Jalaludding Rakhmat,2006. Komunikasi Antarbudaya. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya, 20
Ibid, hal 19 21
Nina Yuliana, 2009. Modul Komunikasi AntarBudaya. FISIP Untirta, hal 7
17
jarak fisik, nada suara, dan perilaku-perilaku lain yang sering tidak
disadari).22
Seperti kita lihat bahwa budaya mempengaruhi orang
berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan
perilaku komunikasi dan makna yang dimiliki setiap orang. Sehingga
menyebabkan perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang
berbeda budaya akan berbeda pula dan dapat menimbulkan kesulitan.
Namun kita dapat mengurangi atau hampir menghilangkan kesulitan tersebut
melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya.
a. Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas
air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor
hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below
waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap
seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau
diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi
(perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis
(business philosophy), aturan (rules), jaringan (networks), nilai (values),
dan grup cabang (subcultures group).
22
Deddy Mulyana, Jalaludding Rakhmat, Op.Cit hal 12
18
Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar
budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi
semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini
banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah23
1. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu,
lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik. Hambatan ini
disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau
kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
2. Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga
perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang
lainnya. Seperti contoh : kata ―jangan‖ dalam bahasa Indonesia
artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut
suatu jenis makanan berupa sup.
3. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk
mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang
berbeda-beda. Contohnya perbedaan pendapat antara orang tua dan
anak.
23
Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12) dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-
budaya-definisi-dan.html (02/04/2012 pukul 15:22)
19
4. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari
pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima
pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut
sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi
hambatan komunikasi.
5. Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu
tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu
mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam
melihat sesuatu.
6. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar.
Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi
yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan
(sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang
berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
penerima pesan. Contohnya adalah ketika dokter berbicara dengan
menggunakan istilah kedokteran seperti gastritis kepada pasiennya.
Pasien tersebut belum tentu mengetahui maksud kata itu adalah
penyakit magh.
20
8. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak
berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi.
Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan
(receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi.
Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat
komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak
maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima
pesan.
9. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah
menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua)
kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan
pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
2.1.3 Pemaknaan
Pemaknaan adalah proses dengan mana orang mengorganisasi
dunia dalam perbedaan yang signifikan. Proses ini dijalankan melalui
konstruksi kode-kode (dan tanda dalam kode) sosial, budaya, dan sejarah
yang spesifik. Tidak ada makna tunggal bagi sejumlah teks media, teks
adalah intertekstual dan polisemik.
21
Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.
Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran
dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang
dimiliki. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. 24
Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni
pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension).
Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha
untuk memahami makna dalam komunikasi
2.1.4 Penggemar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengemar adalah orang
yg menggemari (kesenian, permainan, dsb), contohnya penggemar sepak
bola.25 . Menurut wikipedia, penggemar adalah seseorang dengan
keinginan dan semangat untuk sesuatu, seperti sebuah band, tim olahraga
atau penghibur. Mereka mungkin menunjukkan antusias mereka dengan
menjadi anggota sebuah klub penggemar, mereka antusias dengan menjadi
anggota sebuah klub penggemar, menulis surat penggemar, atau dengan
mempromosikan obyek / idola mereka. Beberapa fans bahkan mengambil
atau terobsesi meniru idola mereka dan percata bahwa mereka adalah
karakter dari idola mereka.
24
www.wikipedia.com 25
http://www.artikata.com/arti-364094-penggemar.html
22
Menurut Jenson, penggemar adalah apa yang ‗orang lain‘ lakukan,
‗kita‘ selalu mengejar kepentingan-kepentingan, memamerkan selera, dan
preferensi. lebih lanjut apa yang ‗mereka‘ lakukan itu menyimpang, dan
karenanya berbahaya, sementara apa yang ‗kita‘ lakukan itu normal dan
karenanya aman.26
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa penggemar reggae adalah
orang yang menggemari musik reggae. Memiliki kegilaan terhadap musik
reggae dan bahkan menirukan apa yang idola mereka lakukan dan hal yang
dilakukan belum tentu menurut orang di luar dari penggemar reggae sesuatu
yang lazim atau biasa saja.
2.1.5 Reggae
Adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika
pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap digunakan secara luas untuk
menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya
merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska
dan rocksteady.27
Musik reggae merupakan kombinasi dari iringan tradisional Afrika,
Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Pada awalnya lahir dari
jalanan Getho (perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika.
Kata ―reggae‖ diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata
26
John Storey, 2008. Cultural studies dan kajian budaya pop. Yogyakarta ; Jalansutra, hal 159 27
http://id.wikipedia.org/wiki/Reggae tanggal 23 April 2012 pukul 13:41
23
―ragged‖ (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari
dengan iringan musik ska atau reggae)28.
Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik,
banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih
lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter
vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang
dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari.
Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian
pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan
permasalahan sosial politik humanistik dan universal.
Berbicara mengenai reggae, maka kita akan berbicara pula mengenai
Jamaika, Rasta dan Bob Marley. Baik Jamaika, Rastafaria, dan Bob Marley
adalah yang terkenal dan menjadi bagian dari sejarah perjalanan reggae itu
sendiri.
a. Jamaika, Bob Marley dan Rastafari
Jamaika ditemukan Columbus pada abad ke-15. Sebuah pulau
yang dihuni oleh suku Indian Arawak29. Nama Jamaika sendiri berasal
dari kosa kata Arawak ―xaymaca‖ yang berarti ―pulau hutan dan air‖.
Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku
Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit
28
http://www.indoreggae.com/artikel4.html tanggal 22 Maret 2012 pukul 23.15pm 29
http://www.indoreggae.com/artikel4.html (tanggal 22/03/2012 pukul 01.34am)
24
hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut dipekerjakan pada
industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Sejarah kelam
penindasan antar manusia pun dimulai dan berlangsung hingga lebih
dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan dihapus,
yang diikuti pula dengan melesunya perdagangan gula dunia.30
Musik yang popular di Jamaika, dari calypso sampai mento
selalu bertindak sebagai cara untuk menyebarkan kisah perilaku
amoral para tetangga atau kebohongan para penguasa.31
Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho
(perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah
yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi reggae
awal dan lirik-lirik lagu reggae sarat dengan muatan ajaran rastafari
yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup
bohemian.
Bob Marley adalah salah satu orang yang menjadikan reggae
mendunia seperti sekarang ini. Lahir di Nine Miles, sebuah desa kecil
di Jamaika dengan nama Robert Nesta Marley atau lebih dikenal
dengan Bob Marley pada awal tahun 1946, saat Perang Dunia II
hampir berakhir.32
30
Ibid 31
Mikail Gilmore, Op.Cit hal 24 32
Ibid hal 22
25
Marley menyambut kehadiran reggae. Musik itu memberinya
visi dan ambisi baru yaitu membuat musik yang memuaskan dan
mewakili tanah kelahirannya (Jamaika) bahkan dunia yang lebih luas33.
Di Jamaika, sebuah aliran bernama Ras Tafaria muncul akibat
kepercayaan bahwa Selassie adalah utusan Tuhan, kembalinya Jenovah
ke muka bumi dan sebuah tanda harapan bagi diaspora kulit hitam
dunia yang telah lama menderita pada tahun 193034.
Rasta, atau Gerakan Rastafari, adalah sebuah gerakan agama
baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai
Raja diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah
(nama Rastafari untuk Allah, yang merupakan bentuk singkat dari
Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi
Raja James), dan bagian dari Tritunggal Kudus.35
Pergerakan Rastafari itu bukanlah sebuah organisasi agama
tetapi lebih tepatnya sebuah pergerakan grass-roots/akar-rumput yang
berawal di Jamaika. Rastafari adalah pencerahan sebuah identitas
kaum kulit hitam yang telah lama ditindas oleh rasisme, kolonialisme
& perbudakan.
33
id at 26 34
Mikail Gilmore, Op.Cit hal 25 35
http://www.indoreggae.com/artikel18.html tanggal 22/03/2012 pukul 02.34am)
26
Rastafari adalah revolusi dalam diri dimana dari sekian lama
sebuah bangsa dipaksa & dicuci otak untuk memandang dunia dengan
mata Eropa/kulit putih (Euro-sentris). Maka timbulnya rasa Afro-
sentrisme, sebuah bibit & fondasi dalam pergerakan Rastafari yang
mengajarkan untuk melihat, berkerja & bernafas dengan jati diri
bangsa yang sejati & sebenarnya tanpa harus menjadi bangsa yang
lain.36
Haile Selassie, kaisar Ethiopia adalah nama utusan Tuhan itu,
yang menjadi bagian dari sejarah rumit dalam kehidupan Marley dan
Jamaika. Pentingnya makna Selassie bagi rakyat Jamaika berawal dari
kehidupan seorang pria lainnya, Marcus Garvey, seorang aktivis di
awal abad ke-20 yang mendorong kaum kulit hitam untuk melirik
tradisi Afrika, menciptakan takdirnya sendiri.37
Nama Rastafari berasal dari Ras Tafari, nama Haile Selassie I
sebelum ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika
di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal tahun
1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab,
aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang
penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey, yang
36
Ras Muhammad.tumbl 37
Mikal Gilmore,Op.Cit hal 25
27
visi politik dan budayanya ikut menolong menciptakan suatu
pandangan dunia yang baru.38
Rastafarianisme berkembang sebagai kepercayaan Judeo-
Christian mistik dengan visi Afrika khususnya Ethiopia, sebagai Zion
sejati. Kaum Rastafaria tak pernah memiliki doktrin sejati, selain
seperangkat cerita rakyat dan pandangan hidup. Salah satu
kepercayaan mereka bahwa mariyuana yang disebut ganja oleh para
Rasta adalah tanaman suci yang membuat mereka pemakainya
memahami dirinya dengan lebih dalam. Yang lebih penting lagi, para
Rasta mendapat visi kiamat. Mereka menganggap masyarakat Barat
sebagai kerajaan Babylon modern, korup, dan pembunuh dan berdiri
atas penderitaan kaum dunia yang tertindas. Dengan demikian, para
Rasta merasa bahwa Babylon harus tumbang walau mereka sendiri
tidak akan bangkit menumbangkannya, kekerasan merupakan hak
Tuhan.
Menurut satu legenda, para rasta tidak memotong rambut
sampai Babylon tumbang. Mereka menumbuhkannya sampai panjang
dan tampak menyeramkan dan menamakannya dreadlock. Para rasta
hidup sebagai kaum cinta damai yang tidak akan bekerja dalam sistem
perekonomian Babylon dan tidak akan memilih politikusnya.
38
http://www.indoreggae.com/artikel18.html (tanggal 22/03/2012 pukul 03.00)
28
Hidup dekat dengan alam dan menjadi bagian dari alam
dianggap sebagai sifat Afrika. Pendekatan Afrika terhadap "hidup
dekat alam" ini terlihat dalam rambut gimbal, ganja (marijuana),
makanan ital, dan dalam segala aspek kehidupan Rasta.
Rastafari menganjurkan pengikutnya untuk menjauhi
materialisme dan hidup alami. Mereka juga di larang memotong
bagian tubuhnya maka dari itu rambut mereka di biarkan menggimbal,
dan memakan daging. Asap mariyuana juga di anjurkan di pakai untuk
meditasi para rastafari. Sebagian identitas, biasanya pengikut Rastafari
menggunakan warna identitas yaitu warna merah, emas, dan hijau, dari
warna bendera Ethiopia. Warna-warna ini adalah lambang gerakan
Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasta terhadap Haile Selassie, Ethiopia,
dan Afrika dan bukan kepada negara modern manapun di mana mereka
kebetulan tinggal. Warna-warna ini seringkali terlihat dalam pakaian
dan hiasan-hiasan lainnya.
Setiap warna dalam bendera Rastafari Movement ini memiliki
makna masing-masing. Merah melambangkan darah sebagai simbol
dari banyaknya kematian yang sudah terjadi di Ethiopia, serta Afrika,
hijau melambangkan tetumbuhan Afrika, tanah Afrika yang entah
hilang ke mana warna hijaunya, sementara kuning yang sebenarnya
warna emas melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang
ditawarkan Afrika yang sudah tidak mereka miliki lagi. Sebaliknya,
29
sejumlah pakar Ethiopia menyatakan bahwa warna-warna ini berasal
dari pepatah lama yang mengatakan bahwa sabuk Perawan Maria
adalah pelangi, dan bahwa warna merah, emas, dan hijau
melambangkan semuanya ini39.
Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan
dengan kunjungan HIM Haile Selassie I (raja Ethiopia) ke Jamaika
untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob
menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The
Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua
personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai
ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap
Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan
inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya40. Bob Marley
menyebarkan pengaruh Rastafari ke seluruh dunia41. Ia tidak hanya
menganut Rastafarianisme, tapi juga menjadi suri teladannya.
Menurut Mikal Gilmore, Marley adalah sosok yang mampu
menembus waktu, membawa misi yang tak pernah dijalankan oleh
siapapun sebelumnya dalam dunia musik popular42. Ia mampu
mempopulerkan reggae, sebuah musik yang pernah terdengar aneh dan
39
http://www.indoreggae.com/artikel18.html tanggal 22/03/2012 pukul 03. 14 am 40
http://www.indoreggae.com/artikel16.html tanggal 22/03/2012 pukul 03. 14 am 41
http://www.indoreggae.com/artikel18.html tanggal 22/03/2012 pukul 03. 14 am 42
Mikail Gilmore, Op cit hal 22
30
asing bagi banyak telinga dan menyampaikan kebenaran seputar Tanah
Airnya yang bermasalah yaitu Jamaika.
Marley tidak bernyanyi tentang bagaimana mudahnya
menciptakan perdamaian di dunia melainkan tentang bagaimana
gampangnya menciptakan neraka di dunia. Lagu-lagunya tidak hanya
mengumbar teori, atau sekedar pengundang simpati. Lagu-lagunya
mengandung kenangan, bahwa Bob Marley pernah hidup bersama
orang-orang sengsara, telah melihat para penindas, dan mereka yang
ditindas, bahkan pernah ditembaki. Kemampuannya untuk
mengambarkan semua ini secara nyata dan otentik membuat karya
musiknya tetap abadi dan berbeda dengan musik lain yang kita kenal43.
Ia wafat pada 11 Mei 1981 di Miami
Dengan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
keidentikan musik reggae dengan Jamaika, Rasta serta Bob Marley
menjadi ciri khas sendiri dan menjadi bagian dari sejarah reggae itu
sendiri. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang
juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis
mengakibatkan aliran musik satu ini menjadi barang konsumsi publik
dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau dreadlock serta lirik-lirik ‗rasta‘
dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dengan kata lain,
dreadlock dan ajaran rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya
pop, seiring berkembangnya musik reggae sebagai sebuah musik pop.
43
Mikail Gilmore, Op. Cit hal 22
31
2.1.6 Fashion
Fashion, busana merupakan suatu sistem penanda dari perubahan
budaya dan menurut suatu kelompok atau adat tertentu, bisa juga sebagai
strata pembagian kelas, status, pekerjaan dan kebutuhan untuk
menyeragamkan suatu pakaian yang sedang In, gaya hidup dan merek.
Mengacu pada Oxford English Dictionary (OED), menurut Malcom
Barnald ―Etimologi fashion terkait dengan bahasa latin, Factio, yang
artinya membuat atau melakukan‖44, facere yang artinya membuat atau
melakukan. Karena itu, arti asli fashion mengacu pada kegiatan; fashion
merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang
memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang. 45
Polhemus dan Procter menunjukan bahwa ―dalam masyarakat
kontemporer barat, istilah fashion kerap di gunakan sebagai sinonim dari
istilah dandanan, gaya dan busana‖46. Dan dapat kita simpulkan dari
pengertian di atas mengenai fashion arti sebenarnya maupun sinonim yang
biasa di artikan dari fashion itu sendiri berhubungan erat. Pakaian atau
dandanan atau gaya yang menjadi sinonim dari fashion itu sendiri adalah
sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau perkelompok demi
menunjukkan eksistensi dan identitas diri.
44
Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi,Jalansutra,Jogjakarta, hal 11 45
ibid 11 46
id, at 13
32
Fashion itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang artinya cara,
kebiasaan, atau mode. Secara garis besar fashion meliputi cara berpakaian,
atribut yang melekat di badan atau aksesoris yang di gunakan, dandanan,
penampilan seseorang yang tentunya menunjukan informasi yang ingin
disampaikan oleh pemakainnya47.
Fashion merupakan salah satu media komunikasi non verbal karena
di dalamnya terdapat praktik-praktik penandaan. Fungsi fashion, pakaian,
dandanan, busana dan gaya, bukan hanya sebagai perlindungan dan untuk
memenuhi kebutuhan kesopanan. Tetapi, sebagai media ekspresikan diri,
media mendefinisikan peran dan status sosial, simbol politis, dan sebagai
media rekreasional”. Fashion juga dapat menjadi identitas penggunanya48.
Menurut Thomas Carlyle,‖pakaian adalah perlambang jiwa‖. Masih
menurutnya: ―pakaian tak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah
kehidupan dan budaya manusia‖49.
Fashion adalah sebuah fenomena komunikatif dan kultural yang
digunakan oleh suatu kelompok untuk mengkonstrusikan dan
mengkomunikasikan identitasnya, karena fashion mempunyai cara
nonverbal untuk memproduksi serta mempertukarkan makna dan nilai-nilai.
Fashion sebagai aspek komunikatif tidak hanya sebagai sebuah karya seni
47 http://evalicious-faz.blogspot.com/2010/11/fashion-sebagai-media-komunikasi.html tanggal 23 April
2012 pukul 13.45
48 http://www.indonesiaculture.net/2010/01/i-fashion/ 22/03/2012 .2:04am
49 Ibid
33
akan tetapi fashion juga dipergunakan sebagai simbol dan cerminan budaya
yang dibawa.
Studi tentang fashion adalah bukan hanya tentang pakaian, tapi juga
peran dan makna pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, fashion
bisa di metaforakan sebagai kulit sosial dan budaya kita50. Yang
didalamnya membawa pesan dan gaya hidup suatu komunitas tertentu yang
adalah suatu bagian dari kehidupan sosial. Di samping itu fashion juga
mengekspresikan suatu identitas tertentu. Pakaian adalah salah satu dari
seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang
dengannya seseorang menempatkan diri mereka terpisah dari orang lain,
yang selanjutnya berkembang menjadi identitas suatu kelompok tertentu.
2.1.6.1 Fashion Sebagai Komunikasi
Berikut adalah beberapa definisi yang menyatakan bahwa
fashion sebagai komunikasi :
Mazhab proses
a. Fashion atau pakaian menjadi medium atau saluran yang
dipergunakan seseorang untuk ―menyatakan‖ sesuatu pada
orang lain dengan maksud mendorong terjadi perubahan pada
orang lain tersebut51.
50
Malcom Barnald, Op.Cit hal ix 51
Nina Yuliana, 2009. Modul Komunikasi AntarBudaya, FISIP Untirta, Serang,
34
b. Seseorang mengirim pesan tentang dirinya sendiri melalui
fashion dan pakaian yang dipakainya52.
c. Pakaian dipilih sesuai dengan apa yang akan dilakukan hari itu,
bagaimana suasana hatinya, siapakah yang akan ditemuinnya,
dsb.53
Model kedua disebut model ―semiotika‖ atau ―stukturalis atau
dikenal juga Mazhab semiotika. Seperti yang dinyatakan oleh Fiske,
semiotika merumuskan interaksi sosial sebagai tindakan yang
mendasari individu sebagai anggota dari masyarakat atau budaya
tertentu.54
Dengan begitu, Komunikasi membuat individu menjadi anggota
suatu komunitas, komunikasi sebagai ―interaksi social melalui pesan‖
membuat individu menjadi anggota suatu kelompok.55. Bukannya
anggota suatu kelompok yang berkomunikasi dengan anggota
kelompok lain, seperti dalam model pertama (mazhab proses),
melainkan lebih dipandang sebagai komunikasi diantara individu-
individulah yang ―pertama-tama‖ membuatnya menjadi anggota suatu
kelompok budaya.
Douglas menunjukkan dalam The World of Goods,
52
ibid 53
ibid 54
Malcom Barnald, Op Cit 43 55
ibid
35
―Manusia membutuhkan barang-barang untuk berkomunikasi
dengan manusia lain dan untuk memahami apa yang terjadi di
sekelilingnya. Memang ini dua kebutuhan, namun sebenarnya
tunggal, yakni untuk berkomunikasi hanya bisa dibentuk
dalam system makna yang terstruktur‖.56
Dia menyatakan, pertama, bahwa fashion dan pakaian bisa saja
dipergunakan untuk memahami dunia serta benda-benda dan manusia
yang ada di dalamnya, sehingga fashion dan pakaian merupakan
fenomena komunikatif. Kedua, dia menytakan bahwa system makna
yang terstruktur, yakni suatu buadaya, memungkinkan individu untuk
mengonstruksi suatu identitas melalui sarana komunikasi.57
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fashion
merupakan wadah atau media yang digunakan untuk berkomunikasi.
Fashion juga merupakan salah satu cara komunikasi nonverbal
dengan penampilan yang menjadi simbol atau tanda yang akhirnya
menjadi identitas dan memiliki makna. Tidak hanya itu, fashion pun
menampilkan peran sebagai afiliasi budaya kita.
2.1.7 Fashion Reggae
Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai fashion dan sejarah
reggae itu sendiri, maka dapat di tarik kesimpulan, bahwa studi tentang
fashion adalah bukan hanya tentang pakaian, tapi juga peran dan makna
pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, fashion bisa di
56
id, at 44 57
Id, at 44
36
metaforakan sebagai kulit sosial dan budaya yang didalamnya membawa
pesan dan gaya hidup suatu komunitas tertentu yang menjadi suatu bagian
dari kehidupan sosial58
.
Di samping itu fashion juga mengekspresikan suatu identitas tertentu
dan pakaian merupakan salah satu dari seluruh rentang penandaan yang
paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya seseorang menempatkan
diri mereka terpisah dari orang lain, yang selanjutnya berkembang menjadi
identitas suatu kelompok tertentu59
.
Fashion juga merupakan media atau salah satu cara komunikasi non
verbal dengan penampilan yang menjadi simbol atau tanda yang akhirnya
menjadi identitas dan memiliki makna60
.
Melihat dari sejarah reggae dan perkembangan musik reggae itu
sendiri, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang menjadi fashion dari
reggae itu sendiri diantaranya rambut gimbal, baju dengan warna merah-
kuning-hijau, ganja dan lain halnya. Hal ini dikarenakan keidentikan rambut
gimbal, atribut atau pakaian dengan warna merah-kuning-hijau seperti
pakaian,topi, serta ganja yang tak lepas dari kehidupan komunitas reggae.
Berikut penjelasan mengenai fashion reggae beserta arti atau
pemahamannya.
58
Ibid 59
Ibid 60
Ibid
37
a. Rambut gimbal atau Dreadlocks
Di dalam fenomena reggae itu sendiri rambut gimbal menjadi
pusat perhatian selain Bob Maley dan Jamaika tentunya. Rambut
gimbal atau lazim disebut ―dreadlocks” selalu diidentikkan dengan
musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para
pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks)
itu. Padahal Rambut gimbal adalah spiritualist dari semua kepercayaan
dengan latar belakangnya memasukan kedalam jalur ajarannya dengan
tidak memperdulikan penampilan fisik dari individu penganut
kepercayaan tersebut. Para pendatang terkadang tidak menyisir dan
memotong rambutnya atau bahkan sebaliknya dengan menutup
rambutnya. Disinilah bagaimana dreadlocks lahir61.
Jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri
sejarah panjang. Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun
2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir‘aun dari masa Mesir Kuno,
digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa
dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu
banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal
dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini
masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai
ungkapan spiritualitas tradisional.
61
http://www.indoreggae.com/artikel15.html tanggal 22/03/2012 .3:04am
38
Lalu ketika dunia masuk ke dalam era industri, dreadlocks sudah
dapat dilihat dimana-mana selain India. Pada abad ke 20, pergerakan
sosial-agama bermulai di Harlem New York oleh Marcus Garvey,
menemukan antusiasisme dreadlocks diantara populasi masyarakat
negro di Jamaica. Group ini mengambil pengaruh dari 3 sumber utama,
yaitu: Perjanjian Lama dan Baru dari Alkitab, Budaya Suku Afrika dan
Budaya Hindu yang dapat menembus serangan budaya di Hindia barat.
Pengikut dreadlocks menyebut diri mereka ―Dreads‖,
menandakan mereka mempunyai dread, takut dan respek kepada
Tuhan. Dengan referensi yang berasal dari agama Hindu dan Kristen.
Rambut ―dread‖ yang tumbuh matted locks (kusut dan terbentuk knot)
kemudian oleh masyarakat dunia disebut ―Dreadlocks‖ – model
rambut para dread.
Perkembangan selanjutnya, di awal 1900-an, para dread lebih
fokus kepada Kaisar Ethiopia Ras Tafari, Haile Selassie dan melalui
dialah muncul penganut rastafari, ―Rastafarians‖. Dreadlocks diambil
alih oleh penganut rastafari sebagai tambahan terhadap fungsi asli
agama dan arti pentingnya spiritual sebagai simbol potensi sosial yang
baik. Saat ini dreadlocks merupakan hal yang sungguh-sungguh
spiritual, natural dan supernatural power dan sebagai pernyataan anti
kekerasan, keselarasan, kebersamaan dan dapat saling bersosialisasi
serta solidaritas antar sesama tanpa menekan minoritas. Bob Marley
sendiri pun adalah penganut Rastafarian.
39
b. Kombinasi Merah, Kuning dan Hijau di Setiap Atribut Reggae
Selain rambut gimbal, ada juga dari cara berpakaian mereka atau
atribut lainnya seperti topi, syal, sendal yang menggunakan kombinasi
3 warna, yaitu hijau-kuning-merah.
Merah-kuning-hijau merupakan warna bendera negara Ethiopia.
Warna-warna ini melambangkan gerakan Rastafara, dan kesetiaan
kaumnya terhadap negaranya sendiri atau sebagai ungkapan rasa
nasionalisme tinggi terhadap negaranya62.
Warna Merah melambangkan darah para martir, kuning/emas
melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang ditawarkan Afrika,
sementara hijau melambangkan tetumbuhan Afrika.
Menurut sejumlah pakar Ethiopia menyatakan, warna merah,
kuning/emas, dan hijau ini berasal dari pepatah lama yang mengatakan
bahwa sabuk Perawan Maria adalah pelangi. Dan warna merah, emas
dan hijau melambangkan semua ini.
c. Ganja
Identik penghisap atau pengguna ganja melekat pula kepada
penggemar atau pecinta musik reggae. Bahkan di setiap atribut atau
fashion reggae yang ada lambang ganja selalu hadir menghiasi. Ganja
sendiri menjadi stereotype sendiri terhadap penggemar musik reggae.
Penggunaan ganja oleh para musisi Reggae banyak diikuti oleh para
62
http://www.indoreggae.com/artikel18.html 22/03/2012 .3:04am
40
pendengar dari musik ini, karena efek yang ditimbulkan oleh ganja
memang sangat cocok dengan irama musik Reggae.
Bahkan tidak sedikit yang berasumsi bahwa penggunaan
cannabis atau ganja merupakan salah satu ritual yang wajib dilakukan
oleh para Rastafarian sebagai meditasi pendekatan kepada Tuhan
mereka yaitu JAH. Mereka menyebut ganja sebagai souljah atau daun
yang diberkati Tuhan/JAH.
Selain menjadi simbol reggae, ganja menjadi simbol budaya
hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya
dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu
ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan
terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap
negara berkembang.
Melihat dari penjelasan di atas bahwa Fashion tidak hanya sebatas
sebagai pelindung dan gaya-gayaan dari seseorang, namun fashion dapat
mengkomunikasikan dan menyampaikan pesan secara tidak langsung. Lebih
dalam lagi, dengan fashion pun kita dapat melihat budaya yang dianut
seseorang.
Dengan apa yang dikenakan seseorang lewat fashion tersebut sama
saja seseorang sedang menyampaikan maksud atau pesannya baik disadari
maupun tidak. Hubungan komunikasi dan fashion sangat erat, lewat fashion
baik pakaian maupun atribut, seseorang berkomuikasi dengan orang lainnya,
41
menyampaikan pesan lewat media yang berbeda tidak dengan kata-kata,
yang biasa di sebut dengan komunikasi nonverbal.
Dengan fashion, seseorang dapat menjaga penampilan luarnya untuk
tetap berpenampilan menarik, trend serta menampilkan kesan positf. Selain
itu fashion dapat pula menginformasikan, menyampaikan pesan, mengajak,
mempengaruhi bahkan menciptakan kebersamaan. Termasuk dengan yang
dilakukan oleh para pecinta musik reggae. Mereka mencoba berkomunikasi
dengan orang lain selain dengan lagu dan musik yang ditawarkan yaitu
musik reggae, namun sebagai penunjang mereka juga menggunakan atribut-
atribut atau fashion reggae yang tidak terbatas yang pada akhirnya akan
memperlihatkan dan mencirikan mereka sebagai penggemar reggae. Selain
itu, dengan fashion seseorang dapat menilai budaya apa yang dianut, serta
mengklasifikasikan seseorang.
Sehingga dapat disimpulkan fashion reggae lahir dari musisi atau
penyanyi yang membawa musik reggae itu sendiri yang diikuti dan diminati
oleh masing-masing penggemar musik reggae baik di dunia maupun di
Indonesia sendiri. Dari sejarah asal usul reggae dapat mengungkapkan
kehadiran fashion reggae yang dibawa oleh musisi-musisi reggae terutama
di sini adalah Bob Marley. Dan kecenderungan tersebut yang diikuti oleh
penggemarnya. Meskipun terdapat perubahan karena adanya penyesuaian
terhadap kultur di Negara atau daerah masing-masing namun kekhasan dari
fashion reggae yang di bawa Bob Marley tetap ada.
42
2.1.8 Teori Interaksionisme Simbolik
Menurut teoritis Interaksi simbolik, kehidupan pada dasarnya adalah
interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik
pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan
apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan
juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap
prilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.63
Teori Interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam
perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya ilmu komunikasi. Herbert
Blumer dan George Herbert Mead adalah yang pertama-tama
mendefinisikan teori symbolic interactionism. Blumer mengutarakan
tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang
pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought)64. Premis
ini nantinya mengantarkan kepada konsep ‗diri‘ seseorang dan
sosialisasinya kepada ‗komunitas‘ yang lebih besar, masyarakat.
Blumer menjelaskan dalam premis pertamanya, bahwa human act
toward people or things on the basis of the meanings they assign to those
people or things. Maksudnya manusia bertindak terhadap sesuatu yang
berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
63
Mulyana, 2004, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal 71 64
Pawito,Phd, 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKS Yogyakarta
43
Sebagai contoh, dalam film Kabayan, tokoh Kabayan sebenarnya
akan memiliki makna yang berbeda-beda berpulang kepada siapa atau
bagaimana memandang tokoh tersebut. Ketika Kabayan pergi ke kota
besar, maka masyarakat kota besar tersebut mungkin akan memaknai
Kabayan sebagai orang kampung, yang kesannya adalah norak,
kampungan. Nah, interaksi antara orang kota dengan Kabayan dilandasi
pikiran seperti ini. Padahal jika di desa tempat dia tinggal, masyakarat di
sana memperlakukan Kabayan dengan cara yang berbeda, dengan
perlakuan lebih yang ramah. Interaksi ini dilandasi pemikiran bahwa
Kabayan bukanlah sosok orang kampung yang norak.
Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social
interaction that people have with each other. Makna itu diperoleh dari
hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain Pemaknaan muncul
dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan
muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna
tidak bisa muncul ‗dari sananya‘. Makna berasal dari hasil proses negosiasi
melalui penggunaan bahasa (language)—dalam perspektif interaksionisme
simbolik.
Sedangkan premis ketiga Blumer, adalah an individual’s
interpretation of symbols is modified by his or her own thought process,
maksudnya interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir
44
sebagai perbincangan dengan diri sendiri65. Makna-makna tersebut
disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.
Teori Interaksionisme Simbolik memandang bahwa makna-makna
(meaning) dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-
kelompok sosial. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan, dan
mengubah aneka konvensi seperti peran, norma, aturan, dan makna-makna
yang ada dalam suatu kelompok sosial. Konvensi-konvensi yang ada pada
gilirannya mendefinisikan realitas kebudayaan dari masyarakat itu sendiri.
Barbara ballis Lal mengidentifikasikan cara pandang interaksionisme
simbolik sebagai berikut66 :
a. Orang mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan
pemahaman subjektif tentang situasi yang dihadapi
b. Kehidupan social lebih merupakan proses-proses interaksi
daripada struktur-struktur yang karenanya senantiasa berubah.
c. Orang memahami pengalamannya melalui makna-makna yang ia
ketahui dari kelompok-kelompok primer (primer groups), dan
bahasa merupakan suatu hal yang esensial dalam kehidupan
social
d. Dunia ini terbangun atas objek-objek social yang disebut dengan
sebutan tertentu dan menentukan makna-makna
65
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003 (dalam http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teori-interaksionisme-simbolik/ 15/03/2012 02:00 am) 66
Pawito,Phd, Op Cit hl.67
45
e. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran-penafsiran
dimana objek-objek yang relevan serta tindakan-tindakan tertentu
diperhatikan
f. Kesadaran tentang diri sendiri seseorang (one’s self) merupakan
suatu objek signifikan dan seperti objek social lainnya, ia
didefinisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan di atas, dapat
dikatakan berupaya membahas totalitas berprilaku manusia dari sudut
pandang sosio-psikologis. Artinya perilaku manusia dipahami melalui
proses interaksi yang terjadi.struktur sosial dan perilaku manusia dipahami
melalui proses interaksi sosial. Dari perspektif ini, komunikasi
didefinisikan sebagai symbolic behavior which result in various degree of
shared meanings and value between partisipans (perilaku simbolik yang
menghasilkan saling berbagi makna dan nilai-nilai di antaranya partisipan
dalam tingkat beragam)67
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan hal ini sama dengan para
penggemar musik reggae. Para pecinta musik reggae pun dengan fashion
yang mereka gunakan sebenarnya mereka sedang berkomunikasi dengan
khalayak yang melihat terutama dengan komunitasnya sesama pecinta
musik reagge.
Mereka menampilkan sesuatu yang menjadi filosofi mereka lewat
pakaian dan atribut-atribunya seperti rambut gimbal, memakai baju warna
67
faules dan Alexander, 1978:5 dalam Pawito,Phd, Penelitian Komunikasi Kualitatif,PT.LKS Aksara Jogjakarta,hl
68
46
dengan kombinasi merah-kuning-hijau, dan lain sebagainya meskipun pada
akhirnya mereka menyesuaikan atau terjadi perubahan-perubahan
mengikuti perkembangan zaman serta kultur yang ada di Negara atau
daerah masing-masing. Pemahaman dan pemaknaan dari para penggemar
atau pecinta musik reggae terhadap fashion reggae di dapat pula melalui
interaksi-interaksi yang terjadi baik sesama maupun perkelompok /
komunitas itu sendiri.
Tentunya tidak semua yang melihat akan mengetahui maksud dan
pesan yang mereka ingin sampaikan. Sehingga banyak pula yang menyukai
tanpa tahu makna. Para pecinta reggae pun menjadi sebuah komunitas
reggae yang dimana terdapat satu kesamaan yaitu menyukai musik reggae.
Dari kesukaan inilah membentuk interaksi yang akan membawa kepada
penyamaan persepsi simbol atau pesan yang terdapat di dalam reggae.
Dengan kata lain, terjadinya perbedaan pendapat atau persepsi
mengenai ―pesan‖ dalam fashion reagge yang kebanyakan ditampilkan oleh
pecinta musik reagge dapat dimengerti oleh sebagian orang dan dapat pula
tidak dimengerti, ada yang menyukainya dan ada yang tidak menyukainya
adalah sesuatu hal yang wajar.
Hal ini bisa di lihat dari penjelasan diatas mengenai teori
Interaksionalisme Simbolik yang memandang makna-makna (meaning)
dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-kelompok
sosial. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan, dan mengubah aneka
konvensi seperti peran, norma, aturan, dan makna-makna yang ada dalam
47
suatu kelompok sosial. Konvensi-konvensi yang ada pada gilirannya
mendefinisikan realitas kebudayaan dari masyarakat itu sendiri. Barbara
Ballis Lal memandang diantaranya orang memahami pengalamannya
melalui makna-makna yang ia ketahui dari kelompok-kelompok primer
(primer groups), dan bahasa merupakan suatu hal yang esensial dalam
kehidupan sosial68
Dan Blumer sendiri mengatakan pada premis pertama, bahwa human
act toward people or things on the basis of the meanings they assign to
those people or things. Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap
terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan
yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut69.
2.2 Kerangka Pemikiran
Fashion merupakan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh orang baik
secara langsung dan tidak langsung untuk menyampaikan pesan, memberi
informasi, menghibur, mengajak ,mempengaruhi, dan bahkan menciptakan
kebersamaan.
Fashion merupakan cerminan diri seseorang atau budaya yang dianut,
bagimana seseorang menilai diri dan orang lain. Fashion disukai semua orang
terutama para remaja yang beranjak dewasa. Tidak ketinggalan para mahasiswa
atau mahasiswi yang mengekspresikan diri dengan mengikuti gaya yang sedang in
68
Pawito,Phd, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT.LKS Aksara Jogjakarta, 69
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003
48
atau yang sudah ada. Salah satunya adalah gaya berpakaian atau dandanan anak
reggae.
Reggae adalah jenis musik yang pertama kali muncul di Jamaika pada
akhir tahun 1960. jenis kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan
Blues serta folk yang merupakan lagu rakyat Jamaika, merupakan jenis musik
yang menarik untuk dinikmati. Tidak hanya musiknya yang dapat dinikmati dan
menjadi trend, tetapi gaya berpakaian dan dandanan memjadi gaya hidup yang
kemudian dikuti oleh sebagian orang yang menyukainya.
Gaya berpakaian atau dandanan anak reggae menjadi sesuatu yang unik
mengingat apa yang di kenakan oleh anak reggae berbeda dari gaya kebanyakan
orang. Seperti anak reggae yang identik dengan rambut gimbal atau pakaian
gombrong dengan warna yang myentrik seperti merah, kuning, hijau.
Apa yang dikenakan oleh anak reggae dapat dikatakan sebagai ungkapan
atau simbol. Dalam komunikasi, pakaian yang dikenakan seseorang dapat
mencerminkan indentitas diri, bagaimana seseorang mengungkapkan diri kepada
orang lain bahkan dunia, tanpa harus menggungkapkannya dengan kata-kata.
Douglas, (1979) mengatakan bahwa: Fashion dan pakaian bisa saja
dipergunakan untuk memahami dunia serta benda-benda dan manusia yang ada
didalamnya, sehingga fashion dan pakaian merupakan fenomena komunikatif70.
70
Nina Yuliani, 2009. Modul Komunikasi Antar Budaya, FISIP Untirta, hal 56
49
Serta merujuk dari teori fashion system dari Roland Barthes, fashion
adalah sebuah tanda (sign). Dimana cara berpakaian tidak dilihat sebagai untuk
menutup aurat tubuh dengan pakaian guna menghindari udara dingin atau terik
matahari. Cara berpakaian kita adalah tanda untuk menunjukkan diri kita, nilai
budaya apa yang kita anut. Maka cara berpakaian tidak lagi dipandang sebagai
sesuatu yang netral dan sesuatu yang lumrah.71
Namun pemahaman-pemahaman seseorang mengenai fashion reggae
berbeda-beda. Teori Interaksionisme Simbolik memandang bahwa makna-makna
(meaning) dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-
kelompok sosial. Karena itu pemahaman akan pesan atau makna yang di bangun
yang mencirikan mereka sebagai anak reggae pun berbeda.
71
Roland Barthes,1990. The Fashion System, CA : University of California Press
50
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Fashion merupakan komunikasi nonverbal
Fashion reggae
Teori Interaksionisme Simbolik
Pemahaman anggota komunitas reggae terhadap fashion
reggae
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana
peneliti berusaha menggambarkan secara detail mengenai segala data dan
informasi yang diperoleh sehubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana pemaknaan pengemar reggae
Tangerang terhadap fashion reggae.
Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian
yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalna perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah72.
Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan hasil data yang dikumpulkan
bukanlah data yang dapat diuji dengan statistik73. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif (descriptive research) yaitu jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang diteliti.74. Tipe deskriptif bertujuan melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara
faktual dan cermat.
72
Lexy,J. Moleong, 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung PT.Remaja Rosdakarya, 73
Rachmat Kriyantono,2007. Teknik Praktis RIset Komunikasi, Kencana, Jakarta, hal 51 74
Ronny Kountur,2007. Metode penelitian, Jakarta penerbit PPM, hal 105
51
52
Sedangkan pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
karena pendekatan kualitatif membahas secara mendalam untuk lebih mengetahui
fenomena-fenomena tentang aspek kejiwaan, perilaku, sikap tanggapan, opini,
perasaan, keinginan, dan kemauan seseorang atau kelompok.75
Penelitian kualitatif dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah76.
Bodgan dan Taylor menjelaskan bahwa :
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini mengarah pada keadaan dan
individu secara holistic (utuh). Jadi pokok kajiannya, baik sebuah
organisasi atau individu, tidak akan diredusi (disederhanakan kepada
variable yang telah ditata atau sebuah hipotesis yang telah direncanakan
sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari sesuatu yang
utuh77.
75
ibid 76
Ibid 77
Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.Hal 6
53
Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik dari
individu, situasi atau kelompok tertentu. Sesuai dengan sifarnya yang deskriptif,
maka data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka78.
Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengambarkan pemaknaan
anggota penggemar reggae terhadap fashion reggae.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang menempatkan
ilmu komunikasi sebagai analis sistematis terhadap socially meaningful action
atau pengamatan langsung secara ―alamiah‖.79
3.2 Instrumen Penelitian
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif tentu memerlukan adanya data-data, yakni
sebagai bahan yang dikaji. Untuk memperoleh data, diperlukan teknik
pengumpulan data yang relevan. Pada dasarnya penelitian ini dalam
memperoleh datanya harus disesuaikan dengan permasalahan dan situasi serta
kondisi sosial yang ada. Sehingga data yang dapat diperoleh akan dapat
dipertanggung jawabkan kevalidatasannya.
Dalam kaitan dengan hal ini, Nasution berpendapat bahwa :
―hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna
interaksi antar manusia, membaca gerak muka menyelami
perasaan, dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan
78
ibid 79
ibid
54
responden. Walaupun digunakan alat rekam dan kamera peneliti
tetap memang peran utama sebagai alat penelitian‖80
Dari pernyataan diatas, peneliti sendiri yang bertindak sebagai alat
penelitian utama, yang bertindak dilapangan dalam pelaksanaan penelitian.
Sebagaimana yang dikemukakan Moleong bahwa ―bagi peneliti kualitatif,
manusia adalah instrumen utama, karena ia menjadi segala dari keseluruhan
penelitian‖ ia sekaligus menjadi perencana, pengumpul data, analisis, penafsir,
dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitian
Berdasarkan sifat penelitian yang dipakai, maka teknik pengumpulan
data yang diperlukan adalah wawancara dan dokumentasi.
1. Wawancara Mendalam / In depth Interview
Wawancara merupakan percakapan antara periset dengan sesorang
yang berharap mendapatkan informasi dan informan sebagai seorang
yang diasumsikan mempunyai infromasi penting tentang suatu objek.81
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam
(depth interview) yaitu, suatu cara dimana peneliti mengumpulkan
informasi atau data dengan cara langsung bertatap muka dengan
informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.82
Wawancara mendalam adalah suatu teknik (metode pen) dalam
penelitian kualitatif ,dimana seseorang responden atau kelompok
80
Rosady Ruslan, 2006, Metode Penelitian :Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT.Raja Frafindo Persada.hal 60 81
Berger. 2000. Media and Communication Research Methods. London : Sage Publications. P.111 82
Rachmat Kriyantono. 2006. Teknik Praktis : Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. p.100-101
55
responden mengomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk
didiskusikan secara bebas83. Dengan wawancara mendalam kepada
informan, peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari
responden mengambil keputusan seperti itu.84 Wawancara tidak
dilakukan secara tertutup, kaku dan formal melainkan dilaksanakan
secara luwes, terbuka, akrab dan penuh kekeluargaan. Agar wawancara
ini mengarah pada permasalahan, maka dipersiapkan daftar wawancara
atau interview guide yang disusun dengan sifat terbuka, dan berstruktur.
Karena pertanyaan akan berkembang sesuai dengan keadaan di
lapangan.
Wawancara berstruktur digunakan untuk menjaring data yang
berupa reagge itu sendiri. Wawancara terbuka dilakukan untuk
mengumpulkan data yang berupa pemahaman anggota komunitas reggae
terhadap fashion reggae.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi-
dokumentasi yang digunakan dalam penelitian yang mampu berkaitan
dengan penelitian, seperti foto-foto, transkrip wawancara, bahan-bahan
atau teori-teori yang diperlukan dari buku dan lain-lain.
Hal ini dilakukan sebagai dasar pemikirian penulis dalam
menganalisis suatu masalah atau merupakan data yang diperoleh dari
83
Elvinaro, 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation.Bandung.PT.Remaja Rosdakaya. Hal.61 84
Ibid hal.61
56
pihak lain yang secara tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek
penelitiannya.
3.3 Informan
Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal adanya istilah populasi dalam
metode penelitiannya. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden tetapi sebagai narasumber, partisipan, atau informan.
Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang
yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Sanafiah Faisal menyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau informan
sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mereka yang memahami atau menguasai sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga
dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
―kemasannya‖ sendiri.
57
5. Mereka yang mulanya tergolong ―cukup asing‖ dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber85
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling.
Purposive Sampling yaitu memilih orang-orang tertentu yang dianggap mewakili
statistik86. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-
kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset87.
Rujukan objek penelitian ini diambil dari hasil observasi yang dilakukan
terhadap penggemar reggae yang ada di Tangerang. Objek penelitian ini sangat
berguna sehingga deskriptif mengenai pemaknaan penggemar reggae akan
fashion reggae pun dapat diketahui. Dengan cara menggambarkan bagaimana
seorang penggemar reggae memahamai pemaknaan mengenai fashion reggae.
Tabel 3.1
INFORMAN
No Nama Informan Deskripsi Informan
1 Aradhea 18 tahun menggemari musik reggae, saat ini
bergabung dalam grup musik reggae the Afternoon
day, domisili di Tangerang
2 Peter 10 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di
Tangerang
3 Utha 10 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di
Tangerang
4 Benny 7 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di
85
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif KUalitatif dan RAD , bandung hal.215 86
Jalaluddin Rakhmat, hal 81 87
Rachmat Kriyantoro. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana, hlm.156
58
Tangerang
5 Rizal 3 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di
Tangerang
6 Brekele 7 tahun menggemari musik reggae dan berdomisili di
Cilegon
3.4 Analisis Data
Bogdan dalam Sugiyono menjelaskan bahwa analisis data proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,
dokumentasi, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.88
Dalam penelitian ini, proses analisis data dimulai dari menelaah data-data
yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi. Analisis data
dilakukan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Dikarenakan
penelitian ini bersifat deskriptif maka peneliti akan menjabarkan hasil dalam
bentuk kata-kata bukan dan gambaran bukan dengan angka-angka.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi atau tempat dilakukannya penelitian ini yaitu di wilayah
Tangerang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli
2012 dengan perincian sebagai berikut :
88
Sugiono, Op.Cit,lt hal.224
59
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
No Nama Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
1 Proses bimbingan
revisi dan Acc Bab
I
2 Proses bimbingan
revisi dan Acc Bab
II
3 Proses bimbingan
revisi dan Acc Bab
III
4 Sidang Outline
5 Riset lapangan
6 Proses bimbingan
revisi dan Acc Bab
VI dan V
7 Penyerahan
Laporan Akhir
60
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang
permasalahan yang telah dirumuskan pada bab 1, yaitu mendeskripsikan
pemahaman penggemar reggae di Tangerang terhadap fashion reggae. Dimana
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif dengan
metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan dokumentasi.
Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data-data berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku
yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik
(utuh). Pada penelitian kualitatif, peneliti dituntut dapat menggali data
berdasarkan apa yang diucapkan,dirasakan,dan dilakukan oleh sumber data. Pada
penelitian kualitatif bukan sebagaimana seharusnya apa yang dipikirkan oleh
peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang
dialami, dirasakan dan dipikirkan oleh sumber data.
Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif maka peneliti
harus memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang diperoleh oleh
peneliti melalui wawancara mendalam yang dilakukan dengan para informan.
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam dengan
informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung di lapangan
yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini sendiri terfokus pada anggota
60
61
komunitas reggae atau penggemar musik reggae, yang dikaitkan kepada beberapa
unsur atau identifikasi masalah. Agar penelitian ini lebih objektif, dan akurat,
peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan wawancara
mendalam dengan informan untuk melihat langsung bagaimana pemahaman
penggemar reggae di Tangerang terhadap fashion reggae. Selain itu, peneliti
melakukan wawancara dengan penggemar reggae di luar Tangerang guna
memperoleh data pendukung mengenai fashion reggae.
Agar pembahasan lebis sistematis dan terarah maka peneliti membagi ke
dalam 3 pembahasan, yaitu :
1. Deskripsi Data Informan
2. Deskripsi Hasil Penelitian
3. Pembahasan
4.1 Deskripsi Data Informan
4.1.1 Informan Kunci
1. Aradhea
Aradhea atau biasa dipanggil Bentot atau Dea berusia 25 tahun. Dea
berdomisili di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Dea adalah seorang
mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Jakarta dan
tergabung dalam sebuah organisasi pecinta alam di kampusnya.
62
Dea sangat menyukai musik reggae. Ia sudah mengenal musik reggae
sejak ia masih berada di bangku TK. Dea sering mendengar musik reggae
melalui radio yang memutar lagu tersebut. Saat itu ia mendengarkan musik
reggae yang dimainkan oleh Bob Marley dan menjadi inspirasinya hingga
saat ini.
Orang tua Dea sangat membebaskan kegiatan yang dilakukannya
asalkan itu berdampak positif. Saat ini, ia bergabung dengan sekelompok
musik reggae yaitu day afternoon bersama teman-teman kampusnya. Ia
memainkan Djembe atau alat musik yang di tepuk (jembe juga dieja,
jembe, jenbe, djimbe, jimbe, atau dyinbe adalah tali-tuned kulit yang
tertutup drum yang dimainkan dengan tangan kosong89).
Sudah kurang lebih 18 tahun ia menyukai musik reggae. Menurutnya
musik reggae adalah panggilan jiwa. Musik perjuangan dan sangat cocok
dengan kondisi Indonesia dimana yang seperti Jamaika waktu Bob Marley
menggemakan reggae. Reggae adalah musik yang membawa kedamaian,
musik yang bisa dijadikan terapi karena menimbulkan efek ketenangan
dan kenyaman baginya.
2. Peter Bima
Peter Bima atau biasa dipanggil Peter atau Lay adalah seorang Head
Store Trainee di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Peter berusia 24
89
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas tanggal 22 Juni 2012 pukul 14.00
63
tahun. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang tinggal di
Perumahan Bonang, Tangerang.
Peter menyukai musik reggae sejak duduk di bangku SMA. Bermula
dari mendengarkan musik tersebut di handphone milik temannya lalu
melihat pensi yang saat itu menampilkan musik reggae membuatnya jatuh
cinta pada musik itu hingga saat ini. Kurang lebih sudah 7 tahun ia
menggemari musik tersebut.
Peter mengatakan bahwa ―musik reggae adalah musik unik yang
berasal dari budak Afrika khususnya Jamaika‖90. Keunikannya bisa dirasa
dengan adanya aksen pada ritem lalu ketukan pada drum yang menurutnya
beda dengan musik lainnya. Masih menurutnya musik reggae itu simple
tapi asik.
3 Septian Dwi
Septian Dwi biasa dipanggil Utha adalah anak pertama dari dua
bersaudara yang berdomisili di Tangerang. Utha berusia 24 tahun. Ia
bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.
Utha menyukai musik reggae sejak duduk di bangku SMA. Saat itu,
Musik tersebut sedang booming dikalangan siswa SMA. Dan begitu
mendengar musik-musik reggae terutama yang dinyanyikan oleh Bob
Marley membuatnya terinspirasi akan musik tersebut. bersama Peter,
90
Wawancara 28 April 2012
64
teman sepermainannya sejak SMA, mereka mulai mencari tahu mengenai
reggae dan belajar musik tersebut.
Menurutnya musik reggae adalah musiknya Bob Marley, musik
kedamaian, karena dengan mendengarkan musik reggae, ia merasa tenang.
Tidak hanya itu, lirik-lirik musik reggae milik Bob Marley sarat dengan
kedamaian. Dulu ia pernah membuat band bersama Peter, namun hanya
bertahan sampai mereka lulus SMA.
4. Benny
Benny adalah seorang penjaga toko di toko milik keluarganya di
daerah Tangerang. Orang memanggilnya dengan nama Om Ben. Benny
berusia 30 tahun dan berasal dari Solo. Namun ia sudah lama berdomisili
tinggal di Kota Tangerang.
Benny menyukai musik reggae sejak ia duduk di bangku kuliah dulu di
Solo. Sekitar 10 tahun yang lalu, namun karena masalah financial
keluarga, ia berhenti kuliah dan memutuskan tinggal bersama kakaknya di
Tangerang. Semangatnya akan musik reggae pun tidak pernah surut. Ia
masih suka menonton pertunjukan musik reggae.
Menurutnya musik reggae adalah musik santai, yang enak dan
membuat kita relaks ketika mendengarkannya. Lelaki berkepala plontos
asal Solo ini menganggap Bob Marley adalah sosok yang luar biasa yang
dapat menduniakan musik reggae.
65
5 Rizal
Rizal lahir pada 1 Juli 1992 di Tangerang. Ahmad Rizal atau biasa di
panggil Rizal adalah putra kedua dari dua bersaudara. Ia merupakan
keponakan dari Benny dan berdomisili di Tangerang. Rizal tercatat
sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
Rizal berusia 20 tahun. Ia menyukai musik reggae sejak kelas 2
SMA. Kurang lebih sudah sekitar 3 tahun ia menggemari musik reggae. Ia
pernah menjadi bassis pengganti di salah satu band reggae milik temannya
saat ia masih duduk di SMA. Meskipun saat ini ia tidak mempunyai band
reggae, namun ia masih sangat menyukai musik reggae karena irama
lagunya yang santai, dapat membuatnya merasa damai.
Menurutnya musik reggae adalah alat penyatu umat, karena reggae
dapat menerima dan dinikmati semua golongan. Semua orang dapat
menikmati musik reggae secara bebas dan musik reggae di sukai oleh
semua golongan.
4.1.2 Informan Tambahan
1. Brekele
Brekele adalah nama dimana saat ini orang memanggilnya. Ia tidak
ingin memberitahu nama aslinya dan lebih suka orang memanggilnya
dengan nama Brekele. Brekele berusia 29 tahun. Ia Lahir di Bandung.
Namun telah lama meninggalkan Bandung dan hidup merantau. Ia pernah
66
tinggal di Jakarta, di daerah Bulungan. Dia merupakan salah satu anggota
dari KPJ yaitu Komunitas Pengamen Jalanan yang berpusat di Bulungan
.Tiga tahun terakhir ini ia memilih menetap di Cilegon. Meskipun menetap
di Cilegon namun ia sering berpindah tempat.
Brekele menyukai musik reggae sejak 7 tahun yang lalu. Ia dengan
penampilan rambut gimbalnya ini menjadikan musik reggae sebagai mata
pencahariannya. Kini ia bergabung dengan grup musik tiga warna (simbol
dari merah-kuning-hijau) di Cilegon.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Data deskriptif penelitian adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan 6 orang sebagai informan kunci yang terdiri dari 5 orang penggemar
reggae Tangerang, dan 1 orang penggemar reggae di luar Tangerang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau infroman, maka
peneliti dapat menganalis tentang Pemahaman Penggemar Reggae di Tangerang
terhadap Fashion Reggae.
4.2.1 Penggemar reggae Memaknai Pentingnya Fashion Reggae
Sebagai seorang penggemar musik reggae tentu keberadaan fashion
reggae dianggap hal biasa dan lumrah saja. Meskipun fashion dari reggae
terlihat berbeda dengan warna merah-kuning-hijau, lambang ganja, lambang
Bob Marley atau rambut gimbal namun banyaknya orang yang menggunakan
membuat hal tersebut menjadi biasa tentunya tidak semua menganggap biasa
67
dan menimbulkan persepsi atau pandangan yang berbeda bahkan di dalam
komunitas reggae itu sendiri.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan dari informan
penelitian yang pertama yaitu Aradhea mengenai pertanyaan ―Bagaimana
pendapat anda mengenai fashion reggae?‖ Ia mengatakan :
―menurut saya fashion reggae itu cuman persepsi yang dibuat oleh
anak-anak reggae lainnya karena melihat idola-idola mereka, yah
bisa dibilang meniru para idola mereka jadi kita menyatakan bahwa
pakaian merah-kuning-hijau, rambut gimbal dan ganja adalah
fashionnya,stylenya anak reggae dan itu merupakan efek dari
melihat tanpa meneelaah lebih dalam‖91.
Lebih lanjut dikatakan oleh informan bernama Peter mengemukakan
pendapatnya bahwa ―fashion reggae adalah fashionnya anak reggae. Dimana
itu sebagai identitas dari anak reggae. Pemisah dan pembeda dari anak
lainnya. Sama halnya seperti anak harajuku yang mempunyai gaya atau
stylenya sendiri, reggae pun begitu‖92
Kemudian hal berbeda diungkapkan oleh Utha mengenai pertanyaan
yang peneliti berikan yaitu :‖ fashion reggae itu gayanya anak reggae yang
membuat mereka berbeda dengan komunitas lainnya‖.93 Lalu kemudian
informan bernama Benny mengatakan ―fashion reggae itu yang biasa dipake
sama anak-anak reggae kayak baju,pakaian,atribut mereka biasanya dengan
91
Wawancara informan Aradhea pada tanggal 27 April 2012 92
Wawancara informan Peter pada tanggal 18 Juni 2012 93
Wawancara informan Utha pada 27 Mei 2012
68
warna merah-kuning-hijau, lalu anak reggae terkenal dengan rambut
gimbalnya‖ 94
Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa
seluruh informan memiliki pendapat yang sama, bahwa fashion reggae itu
adalah fashion yang biasa dipakai oleh anak reggae seperti baju merah-
kuning-hijau serta atribut lainnya dengan tri warna tersebut, lalu rambut
gimbal dan ganja yang menjadi style-nya anak reggae.
Peneliti melanjutkan pertanyaan lainnya pada informan penelitian ―
―apakah menurut anda fashion reggae itu penting untuk penggemar reggae?‖
informan yang pertama yaitu Aradhea, memberikan keterangan sebagai
berikut :
―fashion reggae itu gak penting buat komunitas reggae atau
penggemar reggae karena reggae itu adalah musik. Dan untuk
menjadi seorang reggaeman atau reggaewomen kita gak harus pake
baju atau aksesoris yang berwarna merah-kuning-hijau, berambut
gimbal atau bahkan ngeganja cumin untuk memainkan atau
menikmati musik reggae. fashion reggae itu kan cuman sesuatu
yang biasa dikenakan oleh musisi-musisi reggae terdahulu seperti
Bob Marley yang diikuti oleh banyak orang tanpa menelaah. Itu lah
yang saya maksud dari efek melihat tanpa menelaah terlebih
dahulu‖95
Hal serupa diungkapkan oleh informan bernama Benny, ia mengatakan
― fashion reggae tidak penting untuk penggemar reggae karena itu
cuman tambahan yang ada karena dampak musik itu yang besar.
94
Wawancara informan Benny pada 9 Juni 2012 95
Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012
69
Reggae itu adalah musik dan yang penting bagaimana kita
menikmati musik jadi tidak perlu dengan fashion reggae itu‖96.
Begitu pula dengan informan lainnya. Mereka setuju bahwa fashion
reggae tidak penting dalam bermusik reggae tapi itu kepada pelengkap
sebagai identitas bahwa mereka adalah anak reggae. Namum lain hal dengan
infroman bernama Rizal, ia mengatakan bahwa :
―fashion reggae sangat penting untuk anggota komunitas reggae.
Karena selain kita mendengarkan musik, kita juga harus melebur
dengan reggae itu sendiri melalui fashion reggae. Dengan fashion
reggae bukan hanya pembeda tapi kita akan lebih dekat,lebih
menjiwai dan lebih merasakan bagian dari reggae. Bahkan kita bisa
ikut merasakan keberadaan dari Bob Marley.97
Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan ―makna apa yang ingin di
bangun oleh komunitas reggae melalui fashion reggae?‖. Informan pertama
bernama Aradhea, ia mengatakan bahwa :
―saya sendiri sih kurang tau makna apa yang ingin dibangun oleh
komunitas reggae yang ada di Indonesia karena saya melihat
bahwa Bob Marley dan musisi Jamaika lainnya menggunakan
tersebut sebagai bentuk kecintaan dan bentuk dari apa yang mereka
yakini. Bob Marley menggunakan tersebut sebagai bentuk
perjuangan dia terhadap Negara yang diyakininya. Sebagai bentuk
perjuangan dia, hal itu jelas juga ada dalam lagu-lagunya mengenai
rastafari, mengenai rambut gimbalnya sebagai anti kemapanan dan
anti Babylon dia,sebagai bentuk kecintaan dy terhadap raja
hailasaile sang Rasta, lalu kepada Negara Ethiopia, ada dalam lirik
lagunya yang menyatakan hayoo kita pulang ke Negara tanah
kelahiran kita yaitu Ethiopia, tanah perjanjian, karena orang-orang
Jamaika adalah orang-prang dari Afrika jadi kalau kita mau juga
sebagai bentuk perjuangan harusnya kita pake fashion khas
Indonesia tapi tetep lewat reggae. dn juga reggae itu musik. gak
96
Wawancara informan Benny pada 9 Juni 2012 97
Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012
70
mesti bermusik harus dengan fashionnya reggae dengan fashion
reggae atau yang lainnya.98
Selanjutnya informan bernama Peter mengatakan :
― fashion reggae itu kayak bagian dari reggae, dia menjadi
pelengkap, pembeda,identitas. dan sebenernya kan kalau kita tau
makna atau filosofi dari fashion reggae itu mengambarkan negara
ethiopia, kepercayaan, banyak unsue budaya dan juga
sejarah,simbol-simbol dari sana dan juga kalo pas ketemu di event
malah bisa kenalan krn sama-sama merasa satu saudara. pengakrab
lah fashion reggae.99
4.2.2 Pemaknaan Penggemar Reggae terhadap Fashion Reggae
Pemaknaan setiap penggemar reggae terhadap fashion reggae tentu
berbeda-beda. Hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti
perbedaan latar belakang pendidikan, perbedaan umur, perbedaan lamanya
mendalami tentang reggae ataupun perbedaan dari sumber pengetahuan
tersebut. berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa
informan dapat disimpulkan bahwa fashion reggae lebih kepada busana atau
pakaian dan atribut pelengkap seperti topi, gelang dan lainnya yang
menggunakan warna merah-kuning-hijau, rambut gimbal serta mariyuana
yang menjadi tren atau fashionnya dari anak reggae. Namun tentunya setiap
orang yang menggunakan fashion tersebut mempunyai pemahaman atau
pemaknaan berbeda.
98
Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012 99
Wawancara informan Peter 27 Mei 2012
71
1. Pemaknaan fashion reggae dari segi busana warna merah-kuning-
hijau
Warna merah-kuning-hijau menjadi warna reggae. Di setiap
pakaian, aksesori atau bendera, warna merah-kuning-hijau seolah
menjadi hipnotis tersendiri. Dimana musik reggae berada maka akan ada
pula warna merah-kuning-hijau.
Peneliti mengajukan pertanyaan ―apakah arti/makna tiga warna
reggae merah-kuning-hijau yang ada di fashion reggae tersebut?,
informan pertama bernama Aradhea menjawab :
―ketiga warna tersebut biasa dibilang sebagai benderanya Jamaika,
padahal bendera Jamaika itu warnanya hijau,kuning,hijau yang
berwarna merah-kuning-hijau justru Negara dari Afrika, yaitu
Ethiopia. Di reggae sendiri warna merah-kuning-hijau memiliki
arti. Merah berarti warna darah, yang berarti di saat kita berdarah
warna darah kita sama warna merah jadi kita serumpun satu
kesatuan yang intinya persahabatan, persaudaraan, persamaan.
Hijau berarti kemakmuran, keagungan,kesejahteraan. Warna
kuning itu sebenarnya warna emas yang artinya kejayaan atau
kekayaan. Tiga warna tersebut adalah warna movement atau
bendera dari Rastafaria‖100
Lebih lanjut informan bernama Peter, ia mengatakan :
―Warna merah-kuning-hijau sendiri mempunyai makna. Di internet
pun di jelaskan bahwa warna merah itu warna darahnya rakyat
kulit hitam, lalu kuning atau yang dibilang juga emas
melambangkan kekayaan dan hijau melambangkan kemakmuran
100
Wawancara informan Aradhea pada 27 April 2012
72
namun warna tersebut bukan warna bendera Jamaika, tapi lebih ke
bendera Rastafari‖101
Tidak berbeda dengan dua informan lainnya, Benny dan Utha
mengatakan bahwa warna merah memiliki arti darah, kuning memiliki
arti kekayaan serta hijau memiliki arti kemakmuran. Namun berbeda
dengan informan bernama Rizal, meski dalam mengartikan tiap warna
tidak berbeda dengan lainnya namun ia mengatakan bahwa : ―warna-
warna tersebut adalah bendera Jamaika dimana Bob Marley lahir karena
Reggae adalah musiknya Jamaika‖.102
2. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi rambut gimbal.
Pada tataran kedua ini, peneliti memasukan rambut gimbal sebagai
bagian dari fashion anak reggae. Selain Bob Marley memang mengimbal
rambutnya, keberadaan rambut gimbal selalu dikaitkan dengan reggae.
rambut gimbal disebut juga sebagai rambutnya anak reggae. Hanya
dengan melihat seseorang menggimbal rambutnya maka kita dapat
mengasumsikan bahwa dia adalah anak reggae. Maka dari itu, peneliti
menanyakan kepada informan, ―apa arti yang ada di balik rambut gimbal
tersebut?‖ Informan pertama Aradhea mengatakan bahwa :
―Rambut gimbal atau dreadlock mempunyai arti, dread itu artinya
dosa, kesengsaraan, lock itu kunci, mengunci. Jadi intinya
dreadlock itu mengunci dosa, mengunci kesengsaraannya, mungkin
sama seperti orang sufi yang sudah tidak berpaham duniawi lagi
tapi lebih bagaimana hubungan mereka ke Tuhan. Jadi berpaham
101
Wawancara informan Peter pada 27 Mei 2012 102
Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012
73
tentang Tuhan, Mereka mempercayai segala dosa yang di tanggung
selama hidup sampai mati akan ditahan dengan rambut gimbalnya
kalau tidak dipotong. Dan rambut gimbal itu bukan punya anak
reggae tapi punya kepercayaan-kepercayaan yang menganut seperti
itu kayak rastafari. Jadi gimbal bukan reggae tapi karena Bob
Marley menggimbal rambutnya maka kebanyakan
mengidentikannya sebagai bagian dari reggae.Dan Bob Marley itu
menggimbal rambutnya sebagai anti kemapanan, anti terhadap
kaum Babylon karena tidak mungkin orang-orang penguasa itu
menggimbal rambutnya.103
Lalu kemudian informan bernama Peter mengatakan bahwa :
―Rambut gimbal atau dreadlock itu digunakan oleh kaum rastafari,
kepercayaan yang ada di Jamaika sebagai sesuatu yang spiritual‖.104. Hal
senada diutarakan oleh informan bernama Utha mengatakan bahwa ―
rambut gimbal atau dreadlock itu digaungkan oleh Bob Marley sebagai
bentuk pemberontakannya terhadap kaum Babylon (penindas)‖105. Lalu
Informan bernama Benny mengatakan ―
―Rambut gimbal itu bagian dari spiritual, dan budaya bukan hanya
milik dari anak reggae tapi banyak kepercayaan. Di Jamaika
terkenal dengan kepercayaan rastafari, di situ ada kepercayaan
yang mana mereka menggimbal rambutnya dan dilarang memotong
rambutnya tersebut dan sekarang terkenal sebagai simbol anti
kepada orang-orang kaum penindas. Di Dieng, Indonesia juga ada
kepercayaan seperti itu kalau anak yang mempunyai rambut gimbal
itu sebagai anak dan hampir kepercayaan lainnya juga ada yang
mempercayai mengenai gimbal,tapi booming karena reggae yah
karena Bob Marley sendiri gimbal. Dia itu menggimbal atas bentuk
anti terhadap kaum Babylon‖106
Hal berbeda dituturkan oleh Rizal, ia mengatakan bahwa :
103
Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012 104
Wawancara informan Peter pada 2 Juni 2012 105
Wawancara informan Utha pada 2 Juni 2012 106
Wawancara Benny pada 9 Juni 2012
74
―saya kurang jelas dengan arti dari rambut gimbal tersebut tapi
saya melihat bahwa rambut gimbal itu sebagai anti kemapanan
yang dipopulerkan oleh Bob Marley. Dia yang memperkenalkan
rambut gimbal itu makanya reggae itu pasti gimbal‖107
3. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi ganja
Selanjutnya peneliti menanyakan mengenai ganja. Ganja atau
mariyuana selalu diidentikan dengan reggae. Ganja atau penghisapan
mariyuana itu lebih masuk kepada gaya hidup atau life style, namun
karena di setiap baju atau apa pun ada lambang ganjanya maka peneliti
mengategorikan ganja ikut masuk ke dalam fashionnya reggae. Malcom
Barnald menjelaskan bahwa fashion bisa di metaforakan sebagai kulit
sosial dan budaya kita yang didalamnya membawa pesan dan gaya hidup
suatu komunitas tertentu yang adalah suatu bagian dari kehidupan
sosial108.
Oleh sebab itu fashion reggae memperlihatkan pula gaya hidup
seseorang, dan ganja selalu diidentikan sebagai bagian dari reggae. Atas
dasar ini pula serta peneliti melihat ganja mempunyai daya pikat yang
besar terhadap reggae. Keterkaitan ganja terhadap anak reggae itu
membawa persepsi orang menjadi sebelah mata, atau menstigmakan
bahwa anak reggae pasti ngeganja. Maka dari itu peneliti pun
menanyakan ―apa hubungannya ganja dengan reggae? kenapa ganja
selalu diidentikan dengan reggae?‖ informan pertama bernama Aradhea,
ia mengatakan :
107
Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012 108
Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta : Jalansutra, hal ix
75
―mariyuana atau ganja tidak ada hubungannya dengan reggae, tapi
lebih ke kepercayaan yang ada di sana, yaitu rastafari ganja itu
dilakukan untuk meditasi, biar lebih khusyuk, sebagai bentuk
penyucian diri,sama kayak orang islam yang berwudhu dulu
sebelum sholat. Di sini kebanyakan orang-orang yang ngaku suka
reggae selalu salah mengartikan, balik lagi mereka hanya melihat
tapi tanpa menelaah. mereka cuman liat kalo Bob Marley atau
musisi lainnya yang kayak gitu,padahal itu gak kayak
gitu.penggunaan ganja mah balik lagi kemasing-masing. Gak
semua anak reggae kayak gitu, buktinya Kaka Slank bukan anak
reggae tapi ngeganja‖109
Lalu informan bernama Peter mengatakan :
―reggae tidak ada hubungannya sama ganja. Ganja dipakai buat hal
internal kepada Tuhan sama Bob Marley,sebagai penenang,
meditasi dan relaksasi sebelum menghadap Tuhan. Jadi gak ada
hubungannya. yang make ganja tapi bawa-bawa rgggae mah cuman
alibi, orang ngeganja itu atas dasar diri sendiri bukan karen
reggae.Saya sendiri dulu pernah ngeganja bukan karena reggae tapi
karena diri sendiri ingin tau‖110
Hal senada diutarakan oleh informan bernama Utha, ia mengatakan
:
―Sebenanrya sih kalau mau ngeganja yah ngeganja aja,gak ada
hubungannya dengan yg lain apalagi reggae. Karena ganja itu
punya efek relaksasi jadi orang sebagaian mikir kalo lagi dengerin
ganja enak ni sambil ngegele. padahal mah masing-masng. Di
Indonesia aja ganja itu kan dipakai buat bumbu penyedap masakan
jadi gak ada hubungannya111
Hal serupa diutarakan oleh informan bernama Benny, ia
mengatakan :
―Di sini emang banyak yang salah kaprah. Ganja selalu diidentikan
sama reggae, padahal ganja itu gak ada hubungannya. Orang-orang
cuman ngeliat dari musisi yang ngeganja kayak Bob Marley. Bob
109
Wawancara informan Aradhea 18 Mei 2012 110
Wawancara informan Peter 2 Juni 2012 111
Wawancara informan Utha pada 2 Juni 2012
76
Marley sendiri memang seorang rastafari, dan penghisap ganja dan
itu memang menjadi seperti kepercayaan yang ada di dalam
rastafari dan memang mayoritas penganut paham tersebut
bergimbal dan menghisap ganja. Buat kaum rastafari, ganja
digunakan untuk memperoleh kebijaksanaan dan menjadi bagian
dari ritual keagamaan untuk mendekatkan diri mereka pada ―Jah‖
(Tuhan). Jadi dengan kata lain mereka sembahyang dengan ganja
biar lebih khusuk gitu. Tapi gak cuma reggae saja, di India pun itu
dilakukan untuk ritual, di Indonesia juga untuk penyedap rasa‖112
Lain hal dengan informan bernama Rizal yang mengatakan :
―Ganja itu digunakan untuk penenang,untuk kita lebih menikmati
dan untuk kita bermeditasi dengan musik reggae. Kita lebih
menikmati dan merasakan soul reggae kalau sambil ngeganja.
Sugest itu yang sampe sekarang saya pegang. Ganja itu bagian dri
reggae. Bob Marley aja ngeganja pas main music, jadi yah itu
bagian dari reggae,biar pas dengerin atau main music lebih relaks
dan dapet feelnya tapi untuk menggunakannya atau tidak
tergantung masing-masing aja‖113
Lalu peneliti menanyakan hal yang sama kepada informan
pendukung bernama Brekele, informan ini berasal dari luar komunitas
reggae yang ada di Tangerang, ia mengatakan ―ganja itu tidak ada
hubunganya dengan reggae. Semua orang bisa ngegele, gak mesti anak
reggae. Itu balik lagi masing-masing pribadi‖114
Masih terkait dengan pemahaman mereka terhadap fashion reggae,
peneliti mengajukan pertanyaan, ―apakah penggemar musik reggae harus
menggunakan fashion reggae?‖. Informan pertama bernama Aradhea
mengatakan bahwa :
112
Wawancara informan Benny pada 9 Juni 2012 113
Wawancara Rizal pada 10 Juni 2012 114
Wawancara informan Brekele pada 16 Mei 2012
77
―untuk menjadi seorang reggaeman atau reggaewomen gak mesti
pake pakaian merah-kuning-hijau,ngegimbal atau ngeganja, cukup
dengan menikmatin atau memainkan musik reggae itu sendiri
karena reggae itu musik bukan tentang fashion. Banyak ko musisi
yang suka sama reggae bahkan fanatik tapi tidak menggimbal atau
pake baju dan lain-lainnya‖115.
Tidak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh Peter,ia mengatakan:
―fashion reggae bukan keharusan karena reggae itu lagu, musik
dimana Bob Marley sendiri mempunyai pesan dari lagu tersebut
bukan tentang fashionnya. Fashion reggae cuman sebagai pelengkap
yang boleh dipakai dan boleh tidak diikuti‖116.
Hal senada di utarakan oleh Informan lainnya namun berbeda dengan
informan bernama Rizal, ia mengatakan
―fashion reggae itu harus menggunakan fashion reggae,karena itu
identitas kita sebagai fans musik reggae,meski gak setiap saat
menggunakan fashion reggae, minimal pas ada konser musik reggae
lah‖.117
4.3 Pembahasan
Telah dibahas pada bab metode penelitian, bahwa penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan judul penelitian Pemaknaan
Penggemar Reggae terhadap Fashion Reggae (Penggemar Reggae di Tangerang).
Pemahaman penggemar reggae terhadap fashion reggae, membawa kita
kepada teori interaksionisme simbolik, dimana setiap orang mempunyai
pemaknaan/pemahaman tersendiri terhadap suatu hal yang nantinya
dilanggengkan pada interaksi sosial.
115
Wawancara informan Aradhea pada18 Mei 2012 116
Wawancara informan Peter pada 16 Juni 2012 117
Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012
78
Menurut Dedy Mulyana, komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan,
emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-
kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah
yang biasa disebut komunikasi.118
Fashion merupakan salah satu komunikasi nonverbal. Hal ini dijelaskan
oleh Malcom Barnald bahwa busana, pakaian, kostum dan dandanan adalah
bentuk komunikasi artifaktual. Dalam buku-buku pengantar komunikasi,
komunikasi artifaktual biasanya didefinisikan sebagai komunikasi yang
berlangsung melalui pakaian dan penataan pelbagai artefak, misalnya pakaian,
dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furniture di rumah dan
penataannya, ataupun dekorasi ruang anda.119
Secara garis besar fashion meliputi cara berpakaian, atribut yang melekat
di badan atau aksesoris yang di gunakan, dandanan, penampilan seseorang yang
tentunya menunjukan informasi yang ingin disampaikan oleh pemakainnya120.
Malcom Barnard juga menjelaskan fashion atau pakaian pada tataran
dasarnya adalah berfungsi sebagai penutup, perlindungan, kesopanan dan daya
tarik namun tidak menutup kemungkinan peran fashion adalah untuk media
118
Dedy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung hal 62 119
Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. PT.Jalansutra, Jogjakarta.hal vii 120 http://evalicious-faz.blogspot.com/2010/11/fashion-sebagai-media-komunikasi.html tanggal 23 April
2012 pukul 13.45
79
ekpresikan diri, media mendefinisikan peran dan status sosial, simbol politis,
media rekresional, sebagai identitas diri baik individual maupun kelompok121.
Desmond Morris menambahkan, pakaian juga menampilkan pajangan
budaya (cultural display) karena ia mengkomunikasikan afiliasi budaya122. Yang
berarti bahwa fashion dapat mengkomunikasikan suatu budaya tertentu.
4.3.1 Penggemar Reggae Memaknai Pentingnya Fashion Reggae
Dari hasil penelitian yang telah peneliti temukan di lapangan, fashion
reggae adalah pakaian, aksesoris lainnya dengan warna merah-kuning-hijau,
rambut gimbal bahkan mariyuana yang dikenakan dan telah menjadi bagian
dari reggae itu. Terlihat dari pertunjukan musik yang menggelar musik
reggae, kita akan melihat kelompok-kelompok kecil dengan menggunakan
fashion dari reggae, meskipun tidak semua tubuh mereka kenakan dengan
atribut reggae tapi paling tidak satu atribut akan melekat dalam diri mereka.
Akan tetapi peneliti juga melihat bahwa tidak semua pemusik reggae, atau
penggemar reggae itu menggunakan fashion reggae.
Orang yang melihat di luar dari mereka yang mengemari musik reggae
atau yang tidak tergabung dengan komunitas reggae atau masyarakat pada
umumnya, memandang hal tersebut menjadi sesuatu yang aneh, norak,
mengerikan, meresahkan hingga mereka dapat dengan sendirinya
menggolongkan kelompok-kelompok kecil tersebut sebagai komunitas
121
Ibid, hal vii 122
Ibid hal viii
80
reggae atau penggemar reggae. Meskipun dipandang negatif atau aneh oleh
masyarakat kebanyakan, namun keberadaan penggemar musik reggae
dengan fashion reggaenya tetap tumbuh subur. Mereka tidak memperdulikan
pandangan orang lain seperti yang diungkapkan oleh informan bernama
Rizal :―fashion reggae itu bagian dari reggae. Kalau cinta sama reggae harus
juga pakai fashion reggae. Itu salah satu bentuk kecintaan kita sama musik
reggae terserah orang mau bilang apa‖.123
Lain halnya dengan mereka yang menggemari musik reggae atau yang
masuk ke dalam kelompok tersebut merasa apa yang mereka lakukan
sebagai hal biasa saja bahkan menjadi suatu kebanggan tersendiri. Semua itu
tergantung dari siapa dan bagaimana memandang fashion reggae tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temukan dalam wawancara
dengan informan, setiap informan yang bahkan dalam satu kepentingan yaitu
sama-sama berada dalam satu komunitas atau sama-sama penggemar musik
reggae memiliki pemaknaannya sendiri mengenai fashion reggae. Tidak
semua dari penggemar musik reggae memandang fashion reggae menjadi
hal penting atau kewajiban yang harus dikenakan sebagai penggemar reggae,
hal tersebut dipertegas oleh wawancara dengan informan bernama Aradhea,
ia mengatakan :
―fashion reggae itu gak penting buat komunitas reggae atau pecinta
reggae karena reggae itu adalah musik. Dan untuk menjadi seorang
reggaeman atau reggaewomen kita gak harus pake baju atau aksesoris
yang berwarna merah-kuning-hijau, berambut gimbal atau bahkan
123
Wawancara informan bernama Rizal pada 10 Juni 2012
81
ngeganja cumin untuk memainkan atau menikmati musik reggae.
fashion reggae itu kan cuman sesuatu yang biasa dikenakan oleh
musisi-musisi reggae terdahulu seperti Bob Marley yang diikuti oleh
banyak orang tanpa menelaah. Itu lah yang saya maksud dari efek
melihat tanpa menelaah terlebih dahulu‖124
Namun ada juga yang memandang fashion reggae sebagai hal yang
penting seperti informan yang bernama Rizal, ia mengatakan : ―
―fashion reggae sangat penting untuk anggota komunitas reggae.
Karena selain kita mendengarkan musik, kita juga harus melebur
dengan reggae itu sendiri melalui fashion reggae. Dengan fashion
reggae bukan hanya pembeda tapi kita akan lebih dekat,lebih
menjiwai dan lebih merasakan bagian dari reggae. Bahkan kita bisa
ikut merasakan keberadaan dari Bob Marley.125
Dan ada juga yang merasa fashion reggae tidak penting dalam reggae
tetapi menganggap fashion reggae sebagai pelengkap dan bagian dari reggae
seperti, informan bernama Peter, ia mengatakan ―fasion reggae itu memang
gak penting sama musik reggae tapi fashion regae sudah menjadi bagian dari
reggae. Sebagai identitas, sebagai pembeda kita. Dia melekat sama kayak
Bob Marley yang jadi ikon reggae‖126
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi penggemar reggae pada
umumnya menggunakan fashion reggae sebagai baju kebangsaan mereka.
peneliti melihat dari segi musisi-musisi terutama Bob Marley yang
menggunakan fashion reggae dan diikuti oleh penggemarnya hingga saat ini.
124
Wawancara informan bernama Aradhea pada 18 Mei 2012 125
Wawancara infroman bernama Rizal pada 10 Juni 2012 126
Wawancara informan bernama Peter pada 2 Juni 2012
82
Banyak yang menganggap fashion reggae itu hanya digunakan oleh
penggemar musik reggae, dan fans musik reggae harus menggunakan
fashion reggae paling tidak saat sedang berkumpul sesame penggemar
reggae atau bisa dikatakan juga sebagai komunitas reggae atau saat melihat
acara pertunjukan musik reggae.
Melalui hasil penelitian di lapangan, peneliti melihat bahwa tidak semua
penggemar reggae mengikuti atau menggunakan fashion reggae sebagai baju
kebangsaan mereka, peneliti juga melihat bahwa yang menggunakan fashion
reggae tidak hanya dari kalangan penggemar reggae, bahkan ada pula yang
mengimbal rambutnya meski ia musisi musik reggae tapi menggimbal bukan
karena reggae tapi karena keinginannya mengimbal seperti informan
pendukung bernama Brekele katakan ―saya menggimbal rambut saya jauh
sebelum saya masuk atau kenal sama musik reggae‖127
Hal tersebut dipertegas oleh informan bernama Aradhea, ia mengatakan
― saya menggimbal rambut saya dulu, bukan karena saya anak reggae tapi
lebih karena saya memahami filosofi dari rasta yang menggimbal
rambutnya‖128
4.3.2 Pemahaman Penggemar Reggae terhadap Fashion Reggae
Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang
dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
127
Wawancara informan Brekele pada 16 mei 2012 128
Wawancara informan Aradhea pada 18 mei 2012
83
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya129. Hal ini berkaitan dengan tiga premis Interaksionisme
simbolik Blumer yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terdiri dari
pemaknaan (meaning), bahasa (language) dan pikiran (thought).
Menurut Blumer, manusia bertindak terhadap sesuatu yang
berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka
(meaning). Blumer menjelaskan makna itu diperoleh dari hasil interaksi
sosial yang dilakukan dengan orang lain. Pemaknaan muncul dari interaksi
sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau
melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa
muncul ‗dari sananya‘. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui
penggunaan bahasa (language). Dan interaksionisme simbolik
menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri
sendiri130. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi
sosial sedang berlangsung.
Pemahaman anggota komunitas reggae adalah penilaian, atau
pandangan dalam pikiran mereka mengenai fashion reggae. Mereka
bertindak atas dasar apa yang mereka pahami atau maknai dan pemaknaan
yang mereka kenakan kepada pihak lain. Setiap orang mempunyai
129
Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I; Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1946) h.109 130
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003 (dalam http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teori-interaksionisme-simbolik/ 15/03/2012 02:00 am)
84
pemaknaan dan pandangan sesuai dengan pemaknaan yang mereka amini
atau yakini.
1. Pemahaman fashion reggae dari segi busana warna merah-kuning-
hijau
Pakaian atau atribut dari fashion reggae akan menjadi biasa saja
ketika warna merah-kuning-hijau tidak melekat menjadi ciri dari
fashion regge. Peneliti melihat kontribusi yang cukup besar terhadap
ketiga warna ini.
Dari hasil penelitian lapangan, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa memang benar banyak penggemar reggae yang
menggunakan pakaian atau atribut dengan kombinasi tersebut.
Pandangan dan pemaknaan seseorang terhadap pakaian tiga warna ini
tentunya berbeda-beda. Masyarakat di luar dari komunitas mungkin
akan berpandangan bahwa pakaian tersebut aneh, norak karena warna
yang mencolok / ngejreng. Dan bahkan dengan sendirinya mereka
mengkotak-kotakan bahwa orang yang menggunakan pakaian tersebut
sebagai penggemar reggae meskipun tidak luput juga orang yang tidak
masuk dalam komunitas reggae menggunakan pakaian tersebut. karena
memang sudah banyak modifikasi yang membuat pakaian dengan tiga
warna tersebut menjadi indah dan anggun.
Tidak hanya di luar komunitas reggae, di dalam komunitas
reggae pun terjadi perbedaan dalam pemahaman dan pemaknaan
85
terhadap fashion reggae. Peneliti melihat dari hasil wawancara
terhadap informan yang bernama Aradhea, ia mengatakan :
―fashion reggae itu norak cuman ikut-ikutan dari Bob
Marley, untuk menjadi seorang reggaeman atau
reggaewomen tidak harus memakai pakaian atau aksesoris
berwarna bendera reggae karena reggae itu sendiri adalah
musik.‖131
Peneliti juga melihat bahwa banyak yang berpendapat dan
berpandangan serta memahami bahwa tiga warna ini adalah bendera
dari Jamaika. Hal ini tentunya didasarkan atas keberadaan reggae yang
berasal dari Jamaika dan Bob Marley sebagai tokoh yang paling
mempopulerkan reggae berasal dari Jamaika. Namun tidak sedikit yang
mengatakan bahwa tri warna reggae tersebut adalah bendera Ethiopia.
Seperti yang dikatakan oleh Aradhea, Benny dan Peter sebagai
informan dan dokumen yang peneliti lihat. Kita dapat melihat bahwa
warna bendera Jamaika adalah terdiri dari lintas kuning yang
memisahkan dua hijau dan dua segitiga hitam. bukan merah-kuning-
hijau. Sedangkan bendera Ethiopia adalah merah-kuning-hijau.
*bendera Jamaika *Bendera Ethiopia
131
Wawancara Informan Aradhea pada 18 Mei 2012
86
2. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi rambut gimbal
Dreadlock atau rambut gimbal selalu diidentikan dengan reggae.
Rambut gimbal terlihat menjadi sangat ‗beda‘ karena tidak lazim
seperti rambut orang kebanyakan. Peneliti melihat rambut gimbal
menjadi trend yang unik sekaligus aneh. Melihat dari hasil wawancara,
peneliti melihat bahwa mereka sama-sama memahami bahwa rambut
gimbal sebagai sesuatu yang sakral, spiritual dan anti penindasan.
Mereka sama mengartikan dreadlock sebagai rambut gimbal dan dread
yang berarti rambut dan lock yang berarti kunci.
Informan bernama Aradhea, ia mengatakan
―dreadlock sebagai penghapus atau pengunci dosa. Dreadlock
termasuk dalam ajaran rasta yang di ajarkan. Seperti ajaran
sufi, yang berpaham ke Tuhan,begitupun dengan rambut
gimbal dinyatakan sebagai penghapus atau pengunci dosa-
dosanya, namun sebagian beranggapan bahwa rambut gimbal
itu adalah simbol anti-ketidakadilan, anti babylonia, hal itu
pun di ungkapkan oleh Bob marley dalam lagunya natty-
babylon. Tapi sih dreadlock bukan Cuma punya anak
reggae,banyak yang menganggap itu bagian dari spiritual
lainnya seperti di India,di Dieang. Saya sendiri menggimbal
bukan karena reggae, dan mengikuti fashion reggae,karena
saat itu saya menganut paham rastafari‖132
Peneliti melihat kehampirsamaan dalam pemahaman ini
merupakan suatu hal yang wajar dimana mereka sama-sama
penggemar reggae dan mendapat sumber info yang kemungkinan
sama. Namun pada nyatanya meskipun mereka sama-sama meyakini
132
Wawancara informan Aradhea pada 18 mei 2012
87
gimbal yang mereka ketahui adalah gimbalnya anak reggae, dan
kesamaan dalam mengartikan dreadlock sebagai rambut gimbal,
namun kepemilikan dan pemaknaan rambut gimbal berbeda dengan
khalayak luar yang juga mengamati.
Terlepas klaim dari rambut gimbal adalah bagian atau milik dari
penggemar reggae, peneliti melihat dari hasil lapangan dan sumber lain
dan juga dijelaskan sebelumnya pada bab 2, peneliti menemukan
bahwa rambut gimbal bukan hanya dimiliki oleh penggemar reggae
atau klaim reggae namun beberapa kepercayaan pun ada yang
menggunakan rambut gimbal sebagai spiritual, namun di lihat dari
keadaan sekarang gimbal tidak hanya sebagai spiritual atau sesuatu
yang sakral atau milik kaum reggae, tapi lebih menjadi fashion dari
semua orang. Seperti Ipank, dengan genre musik rock and roll, dia
tampil dengan rambut gimbal.
3. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi ganja
Mariyuana atau yang juga dikenal ganja, tidak luput dari reggae itu
sendiri. Mariyuana selalu di identikan dengan reggae dan menjadi trend
tersendiri bahkan dalam pakaian sering menggunakan simbol daung\
ganja.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, mariyuana atau ganja
dekat dengan reggae. Di setiap acara musik reggae, baik musisi ataupun
pendengar yang menonton konser tersebut akan menghisap ganja
88
terlebih dahulukan. Dengan dalil bagian dari reggae, agar lebih
menikmati permainan musik atau mendengarkan musik, agar lebih relaks
dan lebih percaya diri. Maka banyak anggapan bahwa reggae harus
ngeganja. Namun hal itu dibantah oleh beberapa informan yang peneliti
wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang bernama
Aradhea, ia mengatakan ―ganja bukan bagian dari reggae. orang yang
menghisap ganja bukan karena reggae melainkan kemauan dan
keinginan diri sendiri, tidak berdasarkan ia penggemar reggae atau
tidak‖133. Pernyataan Aradhea, diamini oleh Benny, Brekele, dan Peter,
mereka pun mengatakan hal yang serupa bahwa reggae tidak harus
ngeganja, bahwa orang menghisap ganja bukan karena reggae melainkan
keinginan diri sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa
identiknya reggae dengan ganja dikarenakan bahwa Bob Marley
menghisap ganja dan seorang rastaman. Aredhea mengatakan :
―Bob marley menghisap ganja karena itu bagian dari kepercayaan
yang ia anut sebagai seorang rastafari, yang dengan menghisap
ganja itu merupakan bentuk penyucian diri sebelum bertemu
dengan Tuhan mereka yaitu Jah, sama seperti orang islam yang
berwudhu dulu sebelum sholat‖.134
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan
bahwa mereka memaknai fashion reggae sebagai apa yang menjadi ciri dari
133
Wawancara Informan Aradhea pada18 Mei 2012 134
Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012
89
penggemar reggae sebagai sesuatu yang menjadi identitas atau pengenal
mereka, sebagai media berekspresi mereka terhadap kecintaan mereka
terhadap reggae. Mereka memaknai fashion reggae sebagai sesuatu yang
dibawa oleh musisi reggae yang berasal dari Jamaika yaitu Bob Marley
yang memiliki arti lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan saat acara
Radioshow di stasiun Tvone 18 Juni 2012, grup band musik reggae pasukan
lima jari tidak menggunakan fashion reggae yang menjadi ciri dari reggae.
Padahal fashion reggae harusnya menjadi pendamping dari musik reggae.
Tapi menurut informan bernama Aradhea, ia mengatakan ―anak reggae
tidak harus menggunakan fashion reggae. Reggae adalah musik, dan untuk
menikmati musik tersebut kita tidak perlu mengikuti fashion reggae‖135. Hal
senada dituturkan oleh Utha.
Melalui hasil wawancara, menyebutkan bahwa penggemar reggae
berkecenderungan menjadikan fashion reggae tersebut sebagai media
komunikasi mereka. fashion reggae tidak hanya digunakan sebagai
pengenal atau identitas sebagai penggemar reggae terhadap masyarakat
namun ada budaya rastafari yang melekat pada musik reggae yang
diungkapkan, diperlihatkan, diperkenalkan melalui fashion reggae oleh
penggemar reggae atau musisi reggae baik secara sadar maupun tidak oleh
pengguna fashion reggae tersebut.
135
Wawancara Informan Aradhea pada 18 Mei 2012
90
Hasil interpretasi data dari dokumentasi foto, bahwa memang di setiap
acara musik reggae, selalu ada penonton acara tersebut menggunakan
fashion reggae baik pakaian, gelang, topi bahkan djimbe, alat musik reggae
dengan warna bendera reggae merah-kuning-hijau, serta rambut gimbal.
Namun berdasarkan data dokumentasi dan wawancara pula, tidak
semua penggemar reggae menggunakan fashion reggae, ada penggemar
reggae yang tidak menggunakan fashion reggae juga
Senada dengan Teori Interaksionisme dari Blumer dengan tiga
premisnya yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan
pikiran (thought)136, dimana setiap orang memiliki makna-makna yang
berbeda. Di sini,setiap penggemar reggae memiliki pemaknaan yang
berbeda mengenai fashion reggae, baik warna, gimbal dan ganja sesuai
dengan apa yang mereka ketahui dan mereka yakini. Fashion reggae
menjadi media komunikasi yang mereka gunakan untuk menerjemahkan
atau memberitahu mengenai reggae. Namun setiap penggemar reggae
memiliki pemaknaan sendiri mengenai fashion reggae sesuai dengan apa
yang dipikirkan. Tidak semua dari penggemar reggae mempunyai
kesamaan dalam memaknai fashion reggae yang menjadi bagian dari
reggae serta menjadi media komunikasi mereka. Pemaknaan terjadi sesuai
dengan apa yang mereka pikirkan dan pahami dalam pemahamannya
136
Pawito,Phd, 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif,LKS Yogyakarta
91
Baik itu masyarakat luas, akan memberi pemaknaan dan meyakini
bahwa orang-orang yang menggunakan pakaian merah-kuning-
hijau,berambut gimbal atau menghisap ganja masuk ke dalam kategori
penggemar reggae, anak reggae atau komunitas reggae. sedangkan dalam
individu dari penggemar reggae, akan memiliki pemaknaan tersendiri
mengenai merah-kuning-hijau, rambut gimbal serta ganja, sesuai dengan
apa yang mereka dapatkan dan yakini atau pahami. Dan dari apa yang
mereka yakini akan mereka transformasikan ke dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti mereka meyakini bahwa fashion reggae sebagai bagian reggae,
sebagai bentuk kecintaanya, ia pun akan menggunakan fashion reggae
tersebut.
Setiap penggemar reggae masing-masing memiliki pemaknaannya /
pemahamannya sendiri mengenai fashion reggae. Mereka akan bertindak
sesuai dengan apa yang mereka yakini yang nantinya akan dipertukarkan
saat berinteraksi sosial. Fashion reggae sendiri menjadi bahasa mereka saat
mereka sedang berada dalam interaksi sosial atau masyarakat umum
maupun sesama penggemar reggae. Ketika kita melihat seseorang
menggunakan fashion reggae, maka kita akan melabelkan mereka sebagai
penggemar reggae. Ketika kita melihat sebagai sesama pengguna fashion
reggae, maka itu akan menjadi pengenal bahwa mereka satu tujuan, satu
arah yaitu reggae. Ketika kita melihat aneh kepada penggemar reggae,
selain kita melabelkan maka kita akan menjadi sinis kepada mereka. Sikap
dari kita kepada penggemar reggae, adalah pemaknaan kita dari fashion
92
reggae yang menjadi bahasa mereka menginformasikan keberadaan yang
kita yakini sebagai sesuatu yang benar.
Begitupun dengan penggemar reggae. Masing-masing dari mereka atau
perindividual memiliki pemaknaan dan pemahaman berbeda dari fashion
reggae baik itu warna merah-kuning-hijau, gimbal, atau ganja. Meskipun
berbeda dalam memaknai namun secara tidak langsung warna merah-
kuning-hijau, gimbal atau ganja menjadi bagian dari reggae. Sehingga
meskipun keberadaan fashion reggae dalam reggae itu sendiri tidak penting
atau juga bukan milik reggae saja , namun secara tidak langsung warna
merah-kuning-hijau,rambut gimbal dan ganja menjadi ciri dan hak milik
dari reggae.
Blumer menjelaskan dalam premis keduanya bahwa makna itu
diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain.
Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara
alamiah. Makna tidak bisa muncul ‗dari sananya‘. Makna berasal dari hasil
proses negosiasi melalui penggunaan bahasa. Keberadaan warna merah-
kuning-hijau, rambut gimbal, atau ganja menjadi bagian dari fashion reggae
pun di dapat dari proses interaksi. Dimana makna itu dibuat oleh mereka
yang melihat dan menggunakan yang berasal dari proses interaksi sosial
mereka. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di
antara mereka. Maka akan muncul pula pemaknaan bahwa fashion reggae
merupakan budaya atau filosofi yang dipamerkan oleh kaum atau kelompok
rastafari saat sedang bermusik reggae, maka fashion reggae menjadi dekat
93
dengan rastafari bukan reggae. Fashion reggae menjadi simbol, identitasi,
ideologi dari kelompok rastafari.
Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal
dari apa yang kita yakini sebagai kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin
bahwa hal tersebut nyata, maka kita mempercayainya sebagai kenyataan.
Sama dengan penggemar reggae yang sebagaian mempercayai bahwa
fashion reggae adalah kepunyaan reggae, sebagaian penggemar reggae
merasa fashion reggae itu tidak penting dan bukan bagian dari reggae.
Pemaknaan muncul dari hasil interaksi sosial yang saling dipertukarkan
setiap orang. Sehingga perbedaan pemahaman mengenai fashion reggae
dirasa wajar.
Namun terlepas dari perbedaan yang dimiliki oleh setiap penggemar
reggae, peneliti melihat bahwa ada ideologi, budaya, seni, media
berekspresi penggemar reggae selain dari fashion reggae. Peneliti melihat
bahwa keberadaan kelompok rastafari mendominasi dalam reggae dan
fashion reggae. peneliti melihat adanya kesmaan bahwa fashion reggae
merupakan budaya dari kepercayaan Rastafari yang dibawa oleh musisi
reggae pada saat pertunjukan yang akhirnya diikuti oleh penggemarnya dan
tetap hidup menjadi bagian dari reggae hingga saat ini.
Tentunya tidak semua penggemar yang mengetahui maksud dan pesan
yang mereka ingin sampaikan sehingga banyak pula yang menyukai tanpa
mengetahui makna dari fashion reggae itu yaitu warna merah-kuning-hijau,
94
rambut gimbal atau ganja. Para penggemar reggae pun menjadi sebuah
komunitas reggae yang dimana terdapat satu kesamaan yaitu menyukai
musik reggae. Dari kesukaan inilah membentuk interaksi yang akan
membawa kepada penyamaan persepsi simbol atau pesan yang terdapat di
dalam fashion reggae.
Peneliti melihat pemaknaan mengenai fashion reggae di dapat dari
teman sesama komunitas reggae, internet atau media lainnya yang mereka
artikan sebagai arti sebenarnya. Peneliti melihat tidak ada pemberian secara
khusus oleh musisi-musisi reggae seperti Bob Marley mengenai apa yang
dikenakan atau yang sekarang menjadi terkenal dengan nama fashion
reggae. Namun karena orang melihat pakaian dan atribut yang menjadi ciri
tersendiri tersebut bergabung sebagai pengemar reggae, sehingga orang
menyebutnya pun sebagai fashion reggae. Maka pemaknaan mengenai
fashion reggae pun berasal dari proses penggunaan bahasa yaitu bahasa
simbol. Peneliti melihat bahwa selain dengan musik, penggemar reggae
menggunakan fashion reggae sebagai ‗bahasa‘ mereka yang mereka
pergunakan kepada sesama maupun kepada masyarakat luar sebagai
identitas mereka.
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dari bab sebelumnya, maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggemar reggae memaknai fashion reggae tidak penting untuk
dipakai / tidak wajib, namun fashion reggae memang menjadi identitas
diri dan pembeda dari orang lain yang menjadikan mereka sebagai
penggemar reggae.
2. Penggemar reggae menyadari bahwa fashion reggae selain sebagai
penunjang penampilan, penutup tubuh, pelindung tubuh, tetapi juga
sebagai bentuk komunikasi dimana mereka menyampaikan informasi
secara nonverbal dengan fashion yang mereka pakai.
3. Ada budaya-budaya yang dibawa dalam fashion reggae itu sendiri
terkait dengan kepercayaan yang ada di Jamaika yaitu Rastafari.
4. Setiap penggemar reggae memiliki pemaknaan dan pemahamannya
sendiri yang berbeda mengenai fashion reggae meskipun mereka
berada dalam satu naungan sebagai penggemar reggae. Tidak semua
memandang dan meyakini bahwa fashion reggae penting dan harus ada
dalam reggae namun ada unsur-unsur budaya yang mereka tampilkan.
Maka tidak heran kita melihat perbedaan pemahaman dari setiap
penggemar reggae meskipun ada pula persamaannya namun mereka
95
96
memaknainya dari proses dan pandangan masing-masing individual
yang mereka dapatkan.
5.2 Saran
1. Agar penggemar reggae lebih kooperatif dan lebih mensosialisasikan
fashion reggae kepada masyarakat karena minimnya pengetahuan
masyarakat luar menggenai reggae yang hanya akan melihat dari kulit
luar dan pandangan mereka saja.
2. Diharapkan peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya,
disarankan untuk mencari dan membaca referensi lain lebih banyak
lagi sehingga hasil penelitian selanjutnya akan semakin baik serta
memperoleh ilmu pengetahuan yang baru.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
peneliti selanjutnya yakni program studi ilmu komunikasi
97
DAFTAR PUSTAKA
Barnard, Malcom. 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta ; Jalansutra.
Berger. 2000. Media and Communication Research Methods. London : Sage
Publications.
Chaniago, Amran YS. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cet V. Bandung :
Pustaka Setia.
Elvinaro, 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation. Bandung : PT.Remaja
Rosdakaya.
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New
York: McGraw-Hill, 2003
Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : PPM
Kriyantoro, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi AntarBUdaya.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
98
Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur. Pawito.2008. Penelitian
Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKS.
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian :Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: PT.Raja Frafindo Persada.
Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar.
Cet.I; Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif KUalitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Storey, John. 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode; Cultural Studies
dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta : Jalansutra.
Uchjana, Onong. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya
Yuliana, Nina. 2009. Modul Komunikasi AntarBudaya. FISIP Untirta
99
Sumber Lain :
Majalah Rolling Stones
www.wiwkipedia.com
http://rasmuhamad.tumblr.com/
www.indoreggae.com
http://www.indonesiaculture.net/
http://yearrypanji.wordpress.com/
http://www.artikata.com/arti-364094-penggemar.html
101
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Novitasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1989
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jalan Danau Kelapa Dua VIII No.25 Tangerang –
Banten
E-Mail : viiethabellamysudiana@gmail.com
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Salam Sudiana
Nama Ibu : Yenih Haryenih
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 - 2002 : SDN Kelapa Dua Tangerang
2002 - 2005 : SMP N 9 Tangerang
2005 - 2008 : SMA YUPPENTEK 1 Tangerang
2008 - - : Universitas Sultan Ageng Tritayasa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu
Komunikasi
top related