pelestarian telajakan...cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang...
Post on 06-Jul-2020
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PELESTARIAN TELAJAKAN
UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN EKOLOGI
DAN MENJAGA LINGKUNGAN YANG SEHAT DI SEKITAR KOTA DENPASAR
Oleh :
SANG MADE SARWADANA
DAN KOMANG ARTHAWA LILA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
I. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Telajakan
Taman telajakan yang dibahas adalah taman telajakan yang terdapat pada sisi kiri kanan
jalan, karena mengingat dari beberapa jenis telajakan yaitu telajakan pura, telajakan merajan,
telajakan kantor, telajakan sekolah, telajakan jalan (media jalan) telajakan telabah (saluran air),
telajakan desa, telajakan subak, telajakan puri, dan sebagainya (Andy Pandy, 2009).
Telajakan adalah sepenggal atau sebagian jalan raya atau jalan kampung yang ada di depan atau
samping pekarangan rumah, termasuk jalannya sendiri, got beserta senderan dan lain-lainnya
(Kaler : 1982:16). Taman telajakan yang dibahas pada makalah ini adalah taman telajakan yang
terdapat pada sisi kiri kanan jalan, karena mengingat dari beberapa jenis telajakan yaitu telajakan
pura, telajakan merajan, telajakan kantor, telajakan sekolah, telajakan jalan (media jalan)
telajakan telabah (saluran air), telajakan desa, telajakan subak, telajakan puri, dan sebagainya.
Adapun konsepsi yang bisa diterapkan dalam penataan taman telajakan ini, tidak terlepas dari
konsepsi nilai-nilai budaya Bali.
Adapun konsepsi yang bisa diterapkan dalam penataan taman telajakan ini, tidak terlepas dari
konsepsi nilai-nilai budaya Bali yaitu :
1. Mendukung fungsi tempat taman telajakan itu berada.
2. Memanfaatkan unsur-unsur alam dalam perwujudannya.
3. Mengungkapkan keselarasan terhadap alam dan lingkungannya.
4. Didasarkan atas tata nilai utama, madya, nista.
5. Memiliki keselarasan terhadap status sosial dan kemampuan ekonomi penghuni.
Pentingnya penataan taman telajakan ini karena bertujuan mendukung fungsi jalan sebagai sarana
komunikasi, transportasi dan fungsi tempat terdapatnya telajakan itu. Disamping itu, penataan
taman telajakan yang disesuaikan dengan unsur perancangan juga dapat :
1. Memperlancar dan mengamankan arus sirkulasi
2. Menciptakan ketenangan, kenikmatan atau kenyamanan dan kesehatan penghuninya.
3. Meningkatkan keindahan lingkungan.
4. Menyediakan kebutuhan hidup.
5. Memperlebar jarak pandang, mengurangi kebisingan, polusi, mengurangi panas, menyegarkan
udara.
Adapun ukuran lebar dari telajakan ini, minimal selebar sangkar ayam ditambah satu
telapak kaki (+ 100 cm)dan maximal 1 depa agung atau asanan padi (+ 220 cm). Tanaman yang
dipakai bisa difungsikan untuk pelindung, penghias dan tanaman penutup seperti, kelapa, kenanga,
kamboja, kembang sepatu, cempaka, jempiring, kembang kuning, dan tanaman lainnya yang
berciri Bali. sedangkan tembok pagar diletakan diantara pekarangan dan telajakan, bentuknya
kepala, badan, kaki, terbuat dari bahan alam setempat seperti bata, batu kali dan padas. Dengan
tinggi sebatas mata manusia dengan prinsip dari luar tidak bisa melihat ke dalam dan sebaliknya
dengan tinggi minimal + 160 cm, memakai warna alami dan tidak kontras dengan lingkungan.
Sesuai dengan konsep tradisional Bali, yang berdasarkan kebenaran, disebabkan bahwa
manusia harus selaras dengan alam, terdapat lima unsur yang disebut “Panca Mahabhuta” yang
harus ada dalam taman yang berkonsep tradisional Bali yaitu :
1. Pertiwi (zat padat) Batu-batuan, tanaman atau benda padat lainnya.
2. Apah (zat cair) Kolam dengan air mancurnya.
3. Teja (sinar) Suasana yang ditimbulkan oleh permainan warna gelap, terang dan bayang-bayang.
4. Bayu (udara) Tiupan angin yang sepoi-sepoi basah dan kesejukan.
5. Akasa (Ether) Latar belakang angkasa luar dengan cakrawala sebagai batas pandangan.
Dengan melihat pada konsepsi yang berakar pada agama Hindu, maka karakter pertamanan
di Bali adalah sebagai berikut :
1. Pertamanan di Bali hendaknya dapat membahasakan Agama Hindu yang berisikan nilai
kebenaran Tuhan, sehingga hakekat alam dalam ciptaan tuhan akan dapat terpancar dalam satu
susunan Pertamanan.
2. Memberi inspirasi hakekat hidup dan kehidupan.
3. Penataan diatur dengan etika dan tata susila yang mempunyai karakter melindungi, mengayomi,
mendampingi manusia secara harmonis dalam kegairahan hidup.
4. Karakter taman yang dapat menyelaraskan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan alam dan hubungan dengan Tuhan.
1.2 Peranan telajakan
Dari pengertian telajakan kita menjadi mengetahui apa yang dimaksud sebagai
telajakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telajakan memliki peranan sangat
penting. Secara umum telajakan tersebut memberikan keindahan. Karena lahan di depan
rumah akan tampak hijau dengan di tumbuhi pepohonan ataupun perdu serta tanaman
bunga. Hal tersebut memberikan kesejukan mata yang memandang. Telajakan juga
sebagai symbol karakter pemilik rumah. Sebagai contoh, jika pemilik rumah seorang
pemalas ataupun selalu sibuk, dapat dilihat telajakan rumahnya akan tampak tidak
terurus, sedangkan pemilik rumah yang sadar terhadap pentingnya telajakan, maka
dapat dilihat penataan telajakan yang rapi sesuai ketentuan yang ada dalam aturan-
aturan membuat telajakan.
1.3 Masalah
Pengelolaan lanskap telajakan adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan,
pemeliharaan, pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta
lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Sebagai warisan budaya, taman
telajakan hakekatnya merupakan kearifan lokal yang mempunyai multi fungsi, baik untuk
memenuhi keperluan sehari-hari juga sebagai visual estetika maupun pelestarian lingkungan
(keragaman hayati,tata air, kualitas udara,kebisingan dan lain-lain ).
Dewasa ini pembangunan fisik di perkotaan yang diharapkan dapat mensejahterakan
kehidupan manusia, dalam perkembangannya telah menimbulkan permasalahan tersendiri akibat
perencanaan yang kurang memadai. Pertumbuhan penduduk serta pembangunan infrastruktur
untuk mendukung kegiatan ekonomi di perkotaan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan
seperti hilangnya ruang terbuka hijau telajakan, rusaknya fungsi resapan air, polusi air dan udara.
Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat
(lahir dan bathin). Namun fakta yang kita lihat sekarang ini memperlihatkan kondisi lingkungan
yang buruk berupa kerusakan hutan alam maupun hutan buatan termasuk rusaknya ekosistem di
perkotaan.
Perubahan taman telajakan menjadi tempat berusaha/kegiatan ekonomi, telah merubah
estetika dan kenyamanan lingkungan. Taman telajakan yang tadinya berperan sebagai barier
penyerap debu/polutan dan kebisingan kini sudah semakin berkurang. Keadaa ini sudah tentunya
akan ikut memberikan berkontribusi dalam mengurangi RTH untuk kawasan perkotaan yang ideal
sebesar 30%.
RTH telajakan sebagai barier/penyangga lingkungan hidup berperan penting sebagai
penyerap polutan. Tergantung dari jenis tanaman yang ditanam, maka masing-masing tanaman
mempunyai kemampuan yang berbeda terhadap kemampuan menyerap emisi CO2.
Berdasarkan hasil studi kemampuan menyerap emisi CO2 pada tanaman penghijauan Kasia emas,
Glodokan tiang, dan Kelapa di jalan Sudirman Denpasar ( Putri dkk, 2013), menunjukkan bahwa
massa karbondioksida dari karbohidrat yang terbentuk diperoleh 5,5 % pada Kasia emas, 6,75%
pada tanaman glodokan tiang dan 6,65 % pada tanaman kelapa. Perbedaan ini menurut Hans
(1910) sangat dipengaruhi proses distribusi hasil fotosintesis yang disebabkan oleh tebal tipisnya
suatu daun. Semakin tipis maka kandungan karbohidratnya semakin sedikit.
Dengan kemajuaan jaman, khususnya Bali sebagai daerah wisata banyak terjadi perubahan
termasuk perubahan alih fungsi lahan, karena tuntutan perkembangan ekonomi, sehingga di
daerah-daerah perkotaan dan daerah pariwisata banyak terjadi alih fungsi lahan telajakan ke fungsi
yang bersifat ekonomis. dengan perkembangan di bidang pariwisata di lain pihak banyaknya lahan
telajakan mengalami alih fungsi, sehingga mengurangi, bahkan menghilangkan sebagian telajakan
sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menunjang dan mendukung lingkungan yang sehat.
Keberadaan taman telajakan di kota Denpasar, dari tahun ke tahun semakin menipis dan berkurang
Berkurangnya ruas kawasan taman telajakan , menurut keterangan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Denpasr akbat tergerus alih fungsi.
Dari uraia tersebut diatas, maka dapat diangkat eberapa masalah, yatu :
1. Apakah peranan telajakan dapat mendukung dan menjaga lingkungan yang sehat ?
2. Taman apakah yang sesuai ditanam pada telajakan untuk menjaga lingkungan yang sehat?
3. Bagaimana solusi atau langkah yang diambil unttuk melestarikan telajakan ?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peranan telajakan dapat mendukung dan menjaga lingkungan yang sehat
2. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang dapat ditanam pada telajakan untuk menjaga
lingkungan yang sehat.
3. Solusi atau langkah yang diambil untuk melestarikan telajakan
II. METODE PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini di sekitar Kota Denpasar, pada tanggal 23 s.d 27 Juni 2016
2.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey ke lapangan dengan
pengambilan gambar langsung , studi literature dan ditunjng beberpa data sekunder dari beberapa sumber.
III. TELAJAKAN MENDUKUNG
KESEIMBANGAN EKOLOGI DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT
3.1 Telajakan menjaga Keseimbangan Ekologis
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan
annya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst
Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem
dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban,
cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Dari pemaparan di atas mengenai ekologi,
dapat kita cari hubungan antara telajakan dengan ekologi. Antara telajakan dengan ekologi,
memiliki hubungan yang sangat erat.
Telajakan berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan, ekologi juga merupakan
ilmu yang mempelajari lingkungan. Dengan adanya telajakan, lingkungan menjadi tertata,
sehingga seimbang. Lahan resapan air masih terjaga dengan adanya telajakan. Areal perumahan
tidak semua dibangun bangunan, sisa lahan di dapan perumahan dibentuk telajakan, bagian inilah
yang nantinya sebagai areal resapan air karena seperti kita ketahui bangunan-bangunan berbahan
beton mengakibatkan air sulit meresap ke tanah. Cadangan air tanah masih tersedia dengan
bantuan telajakan sebagai perserapan air menuju tanah pada musim hujan. Selain itu,
telajakan juga menghasilkan O2 dengan adanya tumbuh-tumbuhan yang ditanam pada
telajakan. Dengan demikian ketersediaan O2 di alam masih akan seimbang adanya.
Telajakan juga membuat keragaman biodiversitas terjaga. Karena secara tidak langsung
pemilik rumah pastinya menanam berbagai jenis pohon ataupun tanaman sesuai dengan
keperluan pada telajakan. Pohon-pohon juga memberikan sarana bagi burung-burung
untuk berpindah-pindah tempat, dari satu tempat ke tempat lain dalam proses imigrasi
(sebagai tempat singgah burung-burung kecil yang tidak dapat terbang lama). Dengan
demikian, telajakan juga berperan dalam menjaga keanekaragaman binatang, khususnya
burung.
3.2 Telajakan dengan Nilai Sosial Masyarakat
Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia tidak terlepas dari interaksi antara
manusia di dalam lingkungan sosial. Interaksi bertujuan untuk menunjang kehidupan
tiap individu karena antara manusia satu dengan manusia yang lain selalu memiliki
kekurangan. Kehidupan sosial manusia dapat kita lihat pada lingkungan masyarakat.
Jika telajakan kita kaitkan dengan nilai sosial yang ada dalam masyarakat, di sana dapat
kita lihat telajakan memberikan media kepada masyarakat sebagai media berinteraksi.
Seperti contoh krama banjar yang sedang melakukan pekerjaan bersih-bersih pada
kawasan telajakan depan rumah. Mereka secara tidak langsung akan menjadi membaur.
Para anggota krama banjar menjadi lebih mengenal satu sama lain karena mereka
menjadi dipertemukan dalam kegiatan ini. Kesibukan mereka yang mengakibatkan
jarang berkumpulnya anggota krama banjar menjadi terobati dengan adanya kegiatan
ini. Telajakan juga menjadi wadah pengetahuan bagi masyarakat. Mereka secara tidak
langsung dapat mengetahui jenis-jenis tanaman serta teknik-teknik berkebun karena
mereka terjun langsung merawat telajakan mereka masing-masing. Selain itu, telajakan
juga memberikan para anak-anak dalam pembelajaran di sekolah terutama dalam bidang
IPA. Mereka menjadi mengetahui secara langsung tanaman-tanaman beserta bentuknya
karena melihat langsung pada telajakan tempat mereka tinggal.
3.3 Telajakan dengan Nilai Ekonomi
Selain sosial masyarakat, telajakan juga berkaitan dengan nilai ekonomi. Nilai ekonomi
tersebut dapat kita lihat pada pemanfaatan hasil dari telajakan oleh manusia. Dengan
memanfaatkan hasil tumbuh-tumbuhan yang ada di telajakan, masyarakat menjadi dapat
memanfaatkan pangan lokal sehingga menjadi lebih berhemat dengan tidak lagi membeli. Sebagai
contoh dapat kita lihat masyarakat memanfaatkan ketela ungu yang ditanam pada telajakan
sebagai bahan makanan. Masyarakat tidak perlu lagi membeli di pasar karena sudah dapat
menghasilkan sendiri. Selain itu bahan sisa panen dari telajakan juga dapat di jual agar
memperoleh uang. Telajakan juga menunjang suatu daerah agar pariwisatanya meningkat. Dengan
tersusunnya telajakan dalam suatu wilayah desa, menjadikan desa tersebut menjadi tujuan wisata.
Karena seperti yang kita ketahui, para wisatawan datang ke Bali adalah untuk melihat budaya yang
ada di Bali. Dalam artian ini, telajakan merupakan salah satu budaya masyarakat Bali. Dengan
menjadinya tujuan wisata, pendapatan Desa akan meningkat. Dampaknya juga dapat dirasakan
oleh para masyarakat desa tersebut. Karena dengan pendapatan desa meningkat, otomatis
kesejahtraan masyarakat desa ikut terjaga dengan meningkatnya fasilitas desa.
3.4 Taman Telajakan sebagai Ruang Terbuka Hijau
Taman telajakan juga merupakan Ruang Terbuka Hijau. Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri no 1 Tahun 2007 pasal 6 mengenai Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan menyebutkan, yang termasuk kedalam ruang terbuka hijau antara lain:
a. Taman kota;
b. Taman wisata alam;
c. Taman rekreasi;
d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman;
e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
f. Taman hutan raya;
g. Hutan kota;
h. Hutan lindung;
i. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah;
j. Cagar alam;
k. Kebun raya;
l. Kebun binatang;
m. Pemakaman umum;
n. Lapangan olah raga;
o. Lapangan upacara;
p. Parkir terbuka;
q. Lahan pertanian perkotaan;
r. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;
t. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
u. Kawasan dan jalur hijau;
v. Calibri (Body) Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara;
w. dan Taman atap (roof garden)
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 --- Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) :
(1) RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, terdiri dari RTH publik dan RTH privat.
(2) Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari wilayah kota.
(3) Proporsi RTH publik pada wilayah kota palingsedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah
kota.
Mengingat Taman Telajakan juga merupakan RTH yang berfungsi pula menjaga
keseimbangan ekologi dan menjaga lingkungan yang seha, sangat perlu dilestarikan.
Contoh Keberhasilann Penataan RTH di Karangasem
Dikatakan, dari aspek budaya lokal (budaya Bali) terkait keberadaan Tata Ruang Terbuka
Hijau (RTH) terdapat konsep-konsep RTH yang salah satuya dikenal dengan istilah telajakan.
Telajakan secara pisik berupa RTH yang umumya berbentuk jalur memanjang di sepanjang jalan
lingkungan maupun jalan utama kawasan pemukiman. Dalam hal penyediaan lahannya, telajakan
merupakan bagian dari ruang private yang berdasarkan kesepakatan adat tidak tertulis (awig-awig).
Pada Kenyataannya masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat perkotaan di Bali khususnya,
lebih mengenal konsep telajakan dibandingkan dengan aturan pemanfaatan ruang terbuka hijau
formal yang ada, baik berupa perda maupun prduk rencana tata ruang.
Desa Adat Jasri sebagai salah satu Desa Adat yang ada di Kota Amlapura Kabupaten
Karangasem Bali sudah menuangkan telajakan sebagai kearifan lokal, masyarakat kedalam awig-
awig (peraturan) desa adat dan dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat, sehingga Desa Adat
Jasri sebagai inisiasi dari tersusunnya Perda 17 tahun 2006 tentang Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perktaan Amlapura khususnya dibidang penataan RTH Kota yang dalam proses
pembahasannya telah melibatkan berbagai stakeholder (pemerintah, swasta, LSM, tokoh
masyarakat dan desa adat, dan lain).
Telajakan sebagai kearifan lokal yang diatur didalam awig-awig desa adat yang mungkin
tidak terdapat ditempat lain dan memiliki sehingga diadopsi kedalam Perda Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kota Amlapura Nomor 17 tahun 2006 sebagai suatu inovasi dalam manajemen
perkotaan khususnya dalam mewujudkan RTH di Kota Amlapura. Sebagai upaya legalisasi secara
formal telajakan dalam penerapanya saat ini sudah dipayungi dalam bentuk Perda Nomor 17 tahun
2006 tentang rencana Detail Tata Ruang Kawasan perkotaan Amlapura dipersyaratkan Sempadan
Jalan pasal 27 dimana dalam pelaksanaannya secara tehnis diatur berdasarkan lebar daerah milik
jala ( Damija) ditambah dengan telajakan. Manfaat dari telajakan sebagai RTH Kota dan program
kegiatan dibidang lingkungan yang dilaksanakan di Kabupaten Karangasem adalah sebagai
jaminan terwujudnya keberlanjutan lingkungan hidup sesuai amanah UU 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang sehingga Kota Amlapura tetap eksis dan produktif didalam memberikan pelayanan
bagi masyarakat Kota Amlapura dan Karangasem pada umumnya.
Karangasem juga didukung oleh keberhasilan menjuarai lomba penghijauan dan konservasi
alam tahun 2008 dan menyabet juara nasional lomba yang sama untuk katagori kelompok tani
hutan oleh Kelompok Tani Kembang Lestari Dusun Tanah Ampo, Desa Jungutan, Kecamatan
Bebandem. Konsep kearifan lokal yang mendukung upaya pelestarian alam adalah adanya Hari
Tumpek Wariga/Tumpek Pengatag tiap 6 bulan sekali dalam wujud pemujaan kepada Tuhan,
dengan manifestasi sebagai dewa kesuburan alam yang telah memberikan kesejahteraan bagi
manusia. Kearifan lokal lainnya adalah tervisualisasikannya nilai religius Tri Hita Karana dalam
kelestarian hutan Desa Adat Tenganan Pageringsingan seluas 179 Ha, yang juga berhasil meraih
penghargaan Kalpataru tahun 1989, karena dilindungi awig-awig dan perlindungan terhadap hutan
yang dijaga oleh mitos Ular Ki Tundung.
Disamping prestasi itu, Karangasem juga ditunjang oleh keberhasilannya meraih tropy
Adipura sebanyak 9 kali bertutur-turut dengan puncaknya menyandang prestasi Kota Kecil
Terbersih se Indonesia 4 kali bertutur-turut. Masih dibidang lingkungan Karangasem juga meraih
penghargaan Adiwiyata untuk kebersihan dan kerindangan sekolah yang diraih oleh SD 7 Tianyar
Kubu dan SD 2 Selumbung Manggis. Bahkan untuk prestasi dibidang Wahana Tata Nugraha yang
melombakan ketertiban dan kenyamanan transportasi kota, Karangasem juga meraih prestasi
penghargaan tropy WTN sebanyak 10 kali.
RTH berfungsi menunjang kenyamanan, kesejahteraan dan peningkatan kualitas
lingkungan dan pelestarian alam, mendatangkan spirit kebanggaan terhadap satu kawasan. RTH
dalam bentuk bentangan lahan terbuka terdapat vegetasi hijau berkayu dan tahunan dengan
pepohonan sebagai tetumbuhan sebagai ciri utamanya. Selain bermanfaat ekologis, RTH juga
memberi manfaat arsitektur dan estetika seperti penegasan ruang, pemberi suasana dan karakter
terbangun, tapak dan lingkungan, peralihan skala, pengendalian view serta pengontrol silau yang
dapat memperbaiki iklim lokal pada kawasan tersebut. Fungsi RTH sebagai paru-paru kota
merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang, antara gas karbondioksida (CO2)
dan oksigen (O2), hasil fotosintesis khususnya pada dedaunan. Disamping sebagai fungsi estetetik
sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif yang diwujudkan dalam sistim koridor
hijau sebagai alat pengendali tata ruang dalam suatu sistim RTH sebagai fungsi sumber
penampungan air dan pengatur iklim tropis yang terik dan lembab.
IV. SOLUSI DAN SARAN
DALAM MELESTARIKAN TAMAN TELAJAKAN
4.1 Tanaman yang Disarankan untuk Taman Telajakan
Pada umunya tanaman yang digunakan pada taman telajakan, itu tergantung pada cselera
pemiliknya, tergantung pada fungsi dan tujuan tersebut ditanam. Tanaman yang dipakai bisa
difungsikan untuk pelindung, penghias dan tanaman penutup seperti, kelapa, kenanga, kamboja,
kembang sepatu, cempaka, jempiring, kembang kuning, dan tanaman lainnya yang berciri Bali.
Untuk taman telajakan yang berada dipinggir jalan yang berada di sebelah kiri dan kanan pintu
gerbang, memang per diperhatikan tanaman yang memiliki kemampuan cukup menyerap polutan.
RTH telajakan sebagai barier/penyangga lingkungan hidup berperan penting sebagai penyerap
polutan. Tergantung dari jenis tanaman yang ditanam, maka masing-masing tanaman mempunyai
kemampuan yang berbeda terhadap kemampuan menyerap emisi CO2.
Berdasarkan hasil studi kemampuan menyerap emisi CO2 pada tanaman penghijauan Kasia
emas, Glodokan tiang, dan Kelapa di jalan Sudirman Denpasar ( Putri dkk, 2013), menunjukkan
bahwa massa karbondioksida dari karbohidrat yang terbentuk diperoleh 5,5 % pada Kasia emas,
6,75% pada tanaman glodokan tiang dan 6,65 % pada tanaman kelapa. Perbedaan ini menurut
Hans (1910) sangat dipengaruhi proses distribusi hasil fotosintesis yang disebabkan oleh tebal
tipisnya suatu daun. Semakin tipis maka kandungan karbohidratnya semakin sedikit. Tanaman-
tanaman hias yang disebutkan tadi dapat dipertimbangkan untuk dipakai sebagaai tanaman pad
ataman telajakan.
4.2 Solusi atau Tindakan untuk Melestarikan Telajakan
Mengingat pentingnya peranan dan fungsi taman telajakan dalam kehidupan manusia
khususnya menjaga keseimbangan ekologi dan menjags lingkungan yang sehat, memang taman
telajakan sangat perlu untuk dijaga dan dlestarikan. Dari semua lapisan masyarakat diharapkan
kesadarannya untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya khususnya taman telajakan terutama
keterlibatan anak-anak muda (seka teruna teruni) sebagai generasi penerus. Dari pemerintah juga
ikut dalam pembuatan regulasi untuk melestarian taman telajakan seperti contoh pemerintah
Kabupaten Karangasem sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Selain itu yang terpenting
adalah kesadaran kita dan tindakan nyata dari kita masing-masing untuk mewujudkan lingkungan
yng bersih dan sehat, demi terwujudnya masyarakat Bali.
V. SIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Telajakan memliki peranan sangat penting . Secara umum telajakan tersebut
memberikan keindahan. Karena lahan di depan rumah akan tampak hijau dengan di
tumbuhi pepohonan ataupun perdu serta tanaman bunga. Hal tersebut memberikan
kesejukan mata yang memandang. Telajakan juga sebagai symbol karakter pemilik
rumah.
2. Berdasarkan kemampuan menyerap emisi CO2 pada tanaman penghijauan Kasia emas,
Glodokan tiang, dan Kelapa di jalan Sudirman Denpasar ( Putri dkk, 2013), menunjukkan
bahwa massa karbondioksida dari karbohidrat yang terbentuk diperoleh 5,5 % pada Kasia
emas, 6,75% pada tanaman glodokan tiang dan 6,65 % pada tanaman kelapa cocok ditanam
sebagai tanaman telajakan selain bernilai ekonomis.
3. Telajakan merupakan salah satu kearifan lokal di Bali yang berkaitan dengan nilai ekologi,
sosial masyarakat, maupun ekonomi. Semuanya berperan dalam menunjang kehidupan
manusia ke depan. Diharapkan agar kearifan lokal selalu dijaga agar generasi penerus dapat
mengetahuinya serta tidak punah seiring perkembangan teknologi. Diharapkan agar kearifan
lokal khusunya telajakan mampu dikembangkan sebagai media pelestarian lingkungan
kedepan dan menjaga lingkungan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Andy Pandy IPutu Gede , 2009. Tinjauan tentang Taman Telajakan
Kaler : 1982:16
Agustina Reza Putri Putri .2013 Study Tanaman Penghijauan Kasia Emas (Casia surattensis), Kelapa
(Cocos nucifera) Glodokan (Polytia longifola) sebagai penyerap Emisi Gas Karbondioksida di Jalan
PB Sudirman Denpasar.
Hans M R (2010). Analisis Klorofil dan Karbohidrat serta Kemampuan Menyerap Logam Timbal (Pb)
pada Beberapa Tanaman Penghias dan Peneduh Jalan . Skripsi , Program Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Udayana. Hal 12
top related