pekerjaan gunung
Post on 08-Nov-2015
244 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
1
PERENCANAAN GEOMETRIK
PENINGKATAN JALAN GUNUNG MEDAN SITIUNG
KABUPATEN DHARMASRAYA
STA 0+000 2+000
JURNAL
Idris Sardi
Npm. 10.10.002.22201.175
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2014
-
2
ABSTRAK
Perencanaan Geometrik Peningkatan Jalan Gunung Medan Sitiung
Idris Sardi, Buyung Oktorizal, Surya Eka Priana
Guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan pembangunan dan ekonomi
maka pemerintah Dharmasraya melalui dinas Pekerjan Umum memprogramkan APBD
TA.2013 untuk kegiatan Peningkatan jalan ruas Gunung Medan-Sitiung. Dalam Tugas
Akhir ini penulis mengambil Tinjauan tentang Perencanaan geometrik Peningkatan Jalan Gunung Medan - Sitiung ( STA 0+000 - 2+000 ).yang berlokasi di kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya.
Sebagai acuan dalam perhitungan penulis menggunakan rumus standar geometrik jalan
Bina Marga.
Pada perencanaan geometrik jalan ini penulis merencanakan 5 alinyemen horizontal dan 2
alinyemen vertikal. Pada perhitungan alinyemen horizontal 1 (tikungan ke kiri), 2 (
tikungan kekanan), 4 ( tikungan kekanan ) dan 5 (tikungan kekiri ), keempat tikungan ini
mengunakan perhitungan Spiral-spiral dan alinyemen 3 (tikungan kekanan )
menggunakan perhitungan Full circle.dalam perhitungan alinyeman horizontal
menggunakan sistem metoda trial and error. Serta menghitung pelebaran perkerasan pada
tikungan.
Dan pada alinyemen vertikal 1 bertipe lengkung dan cembung pada alinyemen vertikal 2.
Kata kunci : Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Gunung Medan - Sitiung
ABSTRACT
Geometric Planning for Road Gunung Medan - Sitiung
Idris Sardi, Buyung Oktorizal, Surya Eka Priana
In order to meet the needs of the community in improving economic development and
government services The work Dharmasraya through programmed General Budgets
TA.2013 for Increased activity of Gunung Medan road segment Sitiung. In this final
project to take Overview of "Planning geometric Gunung Medan Road Improvement -
Sitiung (STA 0 + 000 - 2 + 000)." Is located in the district Sitiung Dharmasraya. As a
reference the author's calculations using the geometric standard formula Highways. In
this way the author geometric planning plan 5 horizontal alignment and vertical
alignment 2.
In the calculation of the horizontal alignment 1 (left turn), 2 (curve to the right), 4 (bends
to the right) and 5 (left corner), the four corners of this calculation using the Spiral-spiral
and alignment 3 (curve to the right) using the calculation Full circle.dalam horizontal
alinyeman calculations using the method of trial and error system.
And calculate the pavement widening at the bends. And the vertical alignment of type 1
curved and convex in vertical alignment 2.
-
3
Keywords: Geometric Planning Highway, Gunung Medan Sitiung
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tugas Akhir merupakan suatu bentuk
nyata dari keberhasilan seorang
mahasiswa dalam menuntut ilmu
pengetahuan pada perguruan tinggi,
serta merupakan kewajiban individu
bagi setiap mahasiswa yang ingin
menamatkan pendidikannya, dan harus
benar-benar dikuasai dengan
sepenuhnya bukan hanya dalam tulisan.
Dilatar belakangi hal tersebut, maka
setiap mahasiswa pada semester VIII
(Delapan) diwajibkan membuat karya
ilmiah berupa tugas akhir dengan
judul,PERENCANAAN GEOMETRIK PENINGKATAN
JALAN GUNUNG MEDAN SITIUNG .
1.2 Tujuan Penulisan
Karya yang dibuat oleh setiap
mahasiswa Program Strata I teknik sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat diharapkan disiplin ilmunya
berupa teori-teori yang telah dibuat dan
dikumpulkan dapat dipahami
pengaplikasian dari teori-teori tersebut
dan diterapkan di lapangan.
1.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data lapangan yang
dipelukan untuk mempermudah dan
memperlancar penulisan tugas akhir ini
maka penulis melakukan survey dan
penelitian-penelitian untuk lebih
mempermudah dan memperlancar
penulisan Tugas Akhir ini sehingga
berbentuk tulisan yang baik dan
lengkap, penulis berupaya
mengumpulkan data-data dari sumber-
sumber yang ada kaitannya dengan
penulisan tugas akhir ini.
1.4 Ruang Lingkup Penulisan
- Dasar teori tentang dasar-dasar teori dan rumus-rumus yang digunakan.
- Metodologi terhadap latar belakang, data-data proyek,urutanmetoda
pelaksanaan perencanaan geometrik
jalan, serta hasil dari perencanaan
geometrik dalam pelaksanaan proyek
peningkatan jalan Gunung Medan Sitiung ini..
- Tinjauan khusus terhadap perencanaan geometrik peningkatan jalan Gunung
Medan Sitiung serta metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan .
1.5 SistematikaPenulisan
Untuk mempermudah dan lebih
terarahnya penyusunan dan penulisan
serta pemahaman terhadap Tugas Akhir
(TA) ini, maka penulis menggunakan
sistematika penulisan yang diuraikan
dalam bentuk sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : DASAR TEORI
BAB III : METODOLOGI
BAB IV :PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Dasar teori pada tugas akhir yang akan
dibawakan ini akan menguraikan
seluruh aspek-aspek yang bersifat teknis
untuk merencanakan perencanaan
geometrik jalan.
2.2 Klasifikasi Jalan
a. Klasifikasi menurut fungsi jalan
1) Jalan Arteri :Jalan yang
melayani angkutan utama
dengan ciri-ciri perjalananjarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
-
4
dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien
2) Jalan Kolektor :Jalan yang
melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi,
3) Jalan Lokal :Jalan yang
melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
b.Klasifikasi menurut kelas jalan
1) Klasifikasi menurut kelas jalan
berkaitan dengan kemampuan
jalan untuk menerima beban lalu
lintas, dinyatakan dalam muatan
sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan
dan ketentuannya serta kaitannya
dengan kasifikasi menurut fungsi jalan
dapat dilihat dalam Tabel 2.1 (Pasal 11,
PP. a No.43/1993).
Tabel 2.1.
Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum dan
muatan sumbu terberat
Kelas
Jalan Fungsi
Jalan Dimensi Kendaraan Maksimum Muatan Sumbu
Terberat
(ton) Panjang (m) Lebar (m)
I Arteri 18 2,5 > 10
II 18 2,5 10
IIIA Kolektor 18 2,5 8
IIIB 12 2,5 8
IIIC Lokal 9 2,1 8 Sumber data: RSNI T 14 2004
d. Klasifikasi menurut wewenang
pembinaan jalan
Klasifikasi jalan menurut
wewenang pembinaannya sesuai
PP. No.26/1985 adalah jalan
Nasional, Jalan Propinsi, Jalan
Kabupaten/Kotamadya, Jalan
Desa, dan Jalan Khusus
2.3. Aspek Lalu Lintas
A. Nilai Konversi Kendaraan
Perhitungan lalu lintas diperlukan
untuk menentukan volume lalu
lintas harian rata-rata. Dalam
hubungannya dengan analisa
kapasitas jalan, besaran volume lalu
lintas dinyatakan dalam Satuan
Mobil Penumpang (SMP). Untuk
penentuan besarnya nilai EMP
setiap jenis kendaraan tergantung
pada fungsi tipe jalan, tipe
alinyemen dan arus lalu lintas.
Satuan Mobil Penumpang (smp).
Nilai emp untuk berbagai jenis
kendaraan dan kondisi medan dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2.
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk jalan perkotaan satu arah dan terbagi. Tipe Jalan Arus Lalu lintas per Emp Pegunungan
-
4
lajur(kend./jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/I) dan
empat lajur terbagi (4/2D)
0 s.d 1.050
> 1.050
1.3
1.2
0.4
0.25
Tiga lajur satu arah (3/I) dan
enam lajur terbagi (6/2D)
0 s.d 1.000
> 1.000
1.3
1.2
0.4
0.25
Sumber data: RSNI T 14 - 2004
Keterangan : HV = Kenderaaan berat;
kenderaan bermotor dengan jarak As
lebih dari 3.5 meter, biasanya beroda
lebih dari 4 (termasuk bus, truk 2 as,
truk 3 as dan truk kombinasi).
MC =Sepeda motor; kendaraan
bermotor beroda 2 atau 3.
B. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan
yang ditetapkan atau dipilih sebagai
dasar perencanaan geometrik jalan yang
memungkinkan kendaraan-kendaraan
bergerak dengan aman dan nyaman.
Batasan kecepatan bagi jalan-jalan
perkotaan haruslah sesuai dengan tipe
dan kelas jalan yang bersangkutan.
Sesuai dengan Tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Kecepatan rencana sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan
Fungsi Jalan Kecepatan Rencana Km / Jam
Arteri Primer 50 100
Kolektor Primer 40 80
Arteri Sekunder 50 - 80
Kolektor Sekunder 30 - 50
Lokal Sekunder 30 - 50 Sumber data: RSNI T - 2004
Tabel 2.4. Dimensi Kendaraan Bermotor untuk Perencanaan Geometrik Jalan
Radius putar
(cm)
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min Min
Mobil penumpang 130 210 580 90 150 730 440
Truk as tunggal 410 240 900 110 170 1.28 860
Bis gandengan 340 250 1800 250 290 1.21 650
Truk semi trailer kombinasi
sedang
410 240 1.39 90 80 1.22 590
Truk semi trailer kombinasi
besar
410 250 1.68 90 60 1.37 520
Convensional School Bus 320 240 1.06 80 370 1.19 730
City Transit Bus 320 250 1.2 20 230 1.28 750
TonjolanDimensi Kendaran (cm)Kategori Kendaraan Rencana
Radius
tonjolan
(cm)
Sumber data: RSNI T 2004
D. Kebutuhan Lajur
Lajur adalah sebagaian jalur lalu lintas
yang memanjang, dibatasi oleh marka,
-
5
memiliki lebar yang cukup untuk
dilewati suatu kendaraan bermotor
sesuai kendaraan rencana.
1. Lebar Lajur. Lebar lajur adalah bagian jalan yang
direncanakan khusus untuk lintasan satu
kendaraan. Lebar lajur lalu lintas sangat
mempengaruhi kecepatan arus bebas dan
kapasitas dari jalan.
2. Bahu jalan
Bahu jalan diperuntukkan sebagai
tempat pemberhentian darurat bagi
kendaraan yang mengalami gangguan.
Sehingga bahu jalan harus mempunyai
lebar yang cukup agar kendaraan yang
berhenti tidak mempengaruhi kendaraan
yang sedang melaju
3. Jumlah Lajur.
Kebutuhan lajur lalu lintas dapat
ditetapkan berdasarkan tipe jalan yang
akan dipilih, kemudian dihitung rasio
perbandingan antara arus lalu lintas jam
rencana dengan kapasitas tiap lajurnya
apakah sudah memenuhi syarat yang
ditetapkan didalam MKJI97 yaitu Degree of Saturation (DS) < 0,75.
4. Derajat Kejenuhan ( DS )
Rasio perbandingan antara arus lalu
lintas jam rencana dengan kapasitas tiap
lajurnya
DS = 0,75 C
Q
Dimana :
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
Bila derajat kejenuhan (DS) yang
didapat > 0,75 berarti lalu lintas jalan
sudah mulai jenuh (macet) karena
volume lalu lintas yang tinggi, oleh
sebab itu lebar manfaat jalan sudah
harus diperlebar.
2.4. Aspek Perencanaan Geometrik
Jalan
Perencanaan geometrik jalan merupakan
bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada perencanaan
bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan
pelayanan yang optimal pada arus lalu
lintas.
Geometrik jalan adalah bentuk dari
suatu ruas jalan secara lengkap, yang
meliputi beberapa elemen yang
disesuaikan dengan kelengkapan dan
data dasar yang ada atau tersedia dari
hasil survey lapangan.
Adapun tujuan dari perencanaan
geometrik jalan adalah :
Memberikan keamanan/ keselamatan dan kenyamanan seperti jarak
pandangan, ruang yang cukup untuk
bergerak (manouver) kendaraan.
Merancang suatu jalan yang ekonomis.
Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sesuai dengan jenis
medan (terrain).
1) Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal adalah suatu garis
proyeksi sumbu jalan pada peta.
Alinyemen horizontal harus
direncanakan sebaik-baiknya mengikuti
persyaratan-persyaratan yang telah
ditetapkan, termasuk dalam penyediaan
drainase yang baik serta pertimbangan
untuk memperkecil pekerjaan tanah.
2.4. Aspek Perencanaan Geometrik
Jalan
Perencanaan geometrik jalan merupakan
bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada perencanaan
bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan
pelayanan yang optimal pada arus lalu
lintas.
Geometrik jalan adalah bentuk dari
suatu ruas jalan secara lengkap, yang
meliputi beberapa elemen yang
disesuaikan dengan kelengkapan dan
data dasar yang ada atau tersedia dari
hasil survey lapangan.
Adapun tujuan dari perencanaan
geometrik jalan adalah :
Memberikan keamanan/ keselamatan dan kenyamanan seperti jarak
pandangan, ruang yang cukup untuk
bergerak (manouver) kendaraan.
Merancang suatu jalan yang ekonomis.
-
6
Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sesuai dengan jenis
medan (terrain).
Alinyemen horizontal atau sering
disebut trase jalan tersusun atas bagian
yang lurus (tangen) dan bagian
lengkung (circle). Tangen dibedakan
menurut angka arah (azimuth, dan antara
dua tangen yang berpotongan
dihubungkan oleh garis lengkung yang
berupa busur lingkaran yang berfungsi
sebagai busur peralihan antar azimut
yang satu dengan yang lain. Pada
alinyemen horizontal dapat ditunjukan
letak dari suatu titik atau bagian-bagian
yang penting dari jalan.
a. Panjang Tikungan Panjang tikungan (Lt) terdiri dari
panjang busur lingkaran (Lc) dan
panjang 2 lengkung spiral (Ls) yang
diukur sepanjang sumbu jalan. Utuk
menjamin kelancaran dan kemudahan
mengemudikan kendaraan pada saat
menikung pada jalan arteri perkotaan
maka panjang suatu tikungan
sebaiknya tidak kurang dari 6 detik
perjalanan. Panjang ini dapat dilihat
pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Panjang bagian tikungan minimum
VR (km/jam 100 90 80 70 60 50 40 30 Panjang tikungan (m) 170 155 135 120 105 85 70 55
Sumber data: RSNI T - 2004
b. Jari-Jari Lengkung Minimum Untuk setiap kecepatan rencana yang
ada dalam estndar perencanaan
geometrik, Jari jari lengkung
minimum ditentukan berdasarkan
kemiringan tikungan maksimum dan
koefisiensi gesekan melintang
maksimum, yang dapat dihitung
dengan persamaan:
)(127 maxmax
2
minfex
VR
Dimana:
Rmin = jari-jari minimum
(meter)
V = kecepatan rencana
(km/jam)
emax = kemiringan
tikungan maksimum
(%)
fmax = koefisien gesek
melintang
maksimum untuk
perkerasan aspal f
= 0.12 0.17
Tabel 2.7. Jari-jari minimum untuk setiap kecepatan rencana (emax = 6%)
VR (km/jam 100 90 80 70 60 50 40 30 F max 0.11 0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17 0.17 Rmin (meter) 435 335 250 195 135 90 55 30
Sumber data: RSNI T - 2004
Jari-jari minimum merupakan nilai kritis
untuk memberi kenyamanan mengemudi
dan keselamatan. Dalam perencanaan
diusahakan jari-jari yang diambil lebih
besar dari jari-jari minimum.
c. engkung Peralihan (Ls) Lengkung peralihan adalah lengkung
yang disisipkan diantara bagian yang
lurus dan bagian lengkung jalan berjari-
jari R, berfungsi untuk mengantisipasi
perubahan alinyemen jalan dari bentuk
lurus (R tak terhingga) sampai bagian
lengkung berjari-jari tetap R sehingga
gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat di tikungan berubah
secara berangsur-angsur, baik ketika
kendaraan mendekati tikungan maupun
meninggalkan tikungan.
xTV
Ls6.3
Dimana:
-
2
T = tempuh dilengkung peralihan,
ditetapkan 2 dt
VR = kecepatan rencana (km/jam)
Selain dengan rumus-rumus diatas
panjang lengkung peralihan dapat
dicari dengan menggunakan tabel
2.8.
Tabel 2.8. Panjang minimum lengkung peralihan
VR (km/jam 100 90 80 70 60 50 40 30 Lsmin (m) 56 50 44 39 33 28 22 17
Sumber data: RSNI T 2004
Macam-Macam Tikungan
1. Full Circle (lengkung Penuh)
Tikungan jenis ini digunakan jika
jari-jari
lengkung ini tidak menggunakan
lengkung spiral sebagai lengkung
peralihan. Untuk tikungan jari-jari yang
lebih kecil dari diatas, dapat digunakan
jenis tikungan Spiral Circle Spiral atau
Spiral-Spiral.
Gambar 2.3. Komponen Full Circle
(FC)
Rumus yang digunakan:
1. RLc 180
2. 2
tan
RTc
3. xREc )12
(sec
r)
Pada lengkung lingkaran penuh yang
tidak mempunyai lengkung peralihan,
untuk mengantisipai perubahan gaya
sentifugal secara mendadak digunakan
lengkung peralihan fiktif dalam
pengambaran diagram superelevasinya.
Superelevasi secara bertahap dari
kemiringan melintang normal pada
bagian jalan yang lurus sampai ke
kemiringan penuh (superelevasi) pada
bagian legkung.
Pada tikungan FC, pencapaian
superelevasi dilakukan secara linier,
diawali dari bagian lurus sepanjang 3/4
LS sampai dengan bagian lingkaran
penuh sepanjang 1/4 bagian panjang Ls
2. Spiral Circle Spiral (lengkungan
Spiral-lingkaran-Spiral)
Jenis tikungan ini dari arah tangent
kearah circle memiliki spiral yang
merupakan daerah yang transisi yang
berfungsi agar perubahan gaya
sentrifugal yang timbul pada saat
memasuki atau keluar dari tikungan
terjadi secara bertahap tidak mendadak.
Tikungan ini digunakan jika jari-jari
lengkung yang digunakan tidak
memenuhi atau kurang dari jari-jari
minimum yang diperkenankan untuk
jenis Full Circle.
Gambar 2.5
Komponen Spiral Circle Spiral (SCS)
-
8
Rumus yang digunakan:
s = 90
Ls
c = - 2s
Lc = R180
Yc = R
Ls
6
2
Xs = Ls 2
3
40R
Ls
k = Xc R sin s
p = Yc R(1- cos s)
Ts = (R+p) tan 2
+ k
Es = (R+p) sec 2
- R
L = Lc + 2Ls
1. Spiral-Spiral (lengkung spiral) Jenis ini digunakan sebagai alternatif
lain jika dalam perhitungan diperoleh
nilai Lc < Lc min. Selain dengan
menggunakan tipe spiral-spiral ini,
untuk mengantisipasi nilai Lc < Lc min
dapat dengan menggunakan cara
memperbesar jari-jari lengkungan
syarat landai relatif terpenuhi.
Persamaan landai relatif dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Spiral- Spiral (SS)
Ls
BxeeLr pn )(
Dimana:
Lr = landai relatif
Ls = Panjang lengkung peralihan
en = superelevasi normal
ep = superelevasi tikungan penuh
B =lebar perkerasan dari center line
Rumus yang digunakan:
s = 2
c = 0 Lc = 0
Yc = R
Ls
6
2
Xs = Ls 2
3
40R
Ls
k = Xc R sin s p = Yc R(1- cos s)
Ts = (R+p) tan 2
+ k
Es = (R+p) sec 2
- R
L = 2Ls
d. Perlebaran Perkerasan pada Tikungan Perlebaran perkerasan pada tikungan
dimaksudkan untuk mempertahankan
konsistensi geometrik jalan agar
kondisi operasional lalu lintas
ditikungan sama dengan dibagian
lurus.
ZTdncbnB )1()'(
22
" pRdRdb "' bbb
RdAPARdTd )2(2
Rd
VrxZ 105.0
dimana :
Vr= Kecepatan Rencana
Rd = Jari-jari Rencana
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah lajur Lintasan
b = Lebar lintasan kendaraan pada
tikungan
c = Kebebasan samping (0,8 m)
-
9
Td = Lebar melintang akibat tonjolan
depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan
dalam mengemudi
P = Jarak antara as roda depan dan
belakang kendaraan sedang
A = Tonjolan depan sampai bemper
kendaraan sedang
2) Alinyemen Vertikal Alinyemen vertikal adalah proyeksi
sumbu tegak yang mengikuti sumbu
jalan. Profil ini melukiskan tinggi
rendahnya jalan terhadap muka tanah
asli, sehingga memberikan gambaran
kendaraan dalam keadaan naik atau
bermuatan penuh dengan truk sebagai
kendaraan standar.
Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal direncanakan untuk
mengubah secara bertahap dari dua
macam kelandaian arah memanjang
jalan disetiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan:
1.Mengurangi goncangan akibat
peubahan kelandaian.
2. Menyedaikan jarak pandang henti.
Terdapat dua jenis lengkung vertikal,
yaitu lengkung vertikal cembung dan
lengkung vertical cekung.
21
1*
gg
gLx
)(2
*
21
1
gg
gLy
Dimana:
x = jarak dari titik P ke titik yang
ditinjau
y = Perbedaan elevasi antara titik P dan
titik yang ditinjau
L = Panjang lengkung vertikal parabola,
yang merupakan jarak proyeksi dari titik
P dan Q
g1 = kelandaian tangent dari titik P, (% )
g2 =kelandaian tangent dari titik Q, (% )
III
METODOLOGI
Perencanaan Geometrik Jalan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horisontal.
- lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.
- Lokasi dari bangunan pelengkap, jembatan, dsb.
Tahap tahap Perencanaan
1.Tahap Persiapan Survey
- Penyusunan metode pelaksanaan survey
- Studi literature dan penelaahan materi
- Persiapan teknis, berupa penyiapan teknis pelaksanaan kegiatan di
lapangan
- Tahap survey dan Penelitian
Tahap survey dan penelitian merupakan
tahapan yang sangat menentukan proses
pekerjaan selanjutnya, meliputi kegiatan
- Survey data, berupa pengumpulan data-data angka, peta, curah hujan.
- Survey lapangan, berupa peninjauan keadaan lapangan untuk mengetahui
keadaan wilayah dengan melakukan
identifikasi-identifikasi :
Identifikasi daerah yang rawan terhadap bahaya longsor
Identifikasi kondisi, jenis tanah Identifikasi bangunan yang ada
Survey data Existing Trase Jalan
yang akan direncanakan Meliputi :
P
V
I
P Q
x E
v
g
2
g
1
y
L
L Gambar : 2.10. Tipikal
lengkung vertikal bentuk
parabola
-
10
Pemasangan patok-patok STA,bisa dipasang dengan jarak 25 meter atau
disesuaikan dengan keadan lapangan
Pengukuran memanjang dan melintang jalanPengukuran
melintang jalan ( Cross Section)
2.Tahap Konsep Perencanaan Teknis
Pada tahap ini yang harus dilaksanakan
adalah membuat konsep perencanaan
teknis pelaksanaan dan kemudian
melaporkannya kepada Team Leader
untuk disetujui. Konsep Perencanaan
Teknis, memuat :
- Gambar situasi lokasi perencanaan - Gambar Potongan Memanjang - Gambar Potongan Melintang
Setelah konsep gambar situasi disetujui
oleh Team Leader, maka konsep
potongan melintang dapat segera dibuat
mencakup hal-hal sebagai berikut :
- Panjang dan lebar rencana pemasangan bangunan pengaman
yang direncanakan
- Detail potongan melintang - Gambar detail potongan melintang
dibuat berdasarkan pada gambar
potongan melintang
3. Penetapan Alinyemen
Penetapan Alinyemen Horisontal
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horisontal.
Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.
Lokasi dari bangunan pelengkap, jembatan, dsb.
Kriteria desain.
Pertimbangan ekonomi.
Penetapan Alinyemen Vertikal
Penetapan alinyemen vertikal
didasarkan pada :
Tinggi muka tanah asli.
Ketentuan kemiringan maksimum diagram super-elevasi.
Data lengkung vertikal.
Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, bangunan-bangunan
drainase, dan bangunan disekitar rencana jalan.
Elevasi jembatan.
Ketentuan panjang kritis landai maksimum.
Kriteria desain.
IV
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1.Perhitungan Alinyemen Horizontal
PerhitunganAzimuht
Azimuht 1-2 = X2 - X1
Y2 - Y1
Perencanaan Alinyemen Horizontal
dengan metoda Trial and Error Untuk pemilihan jenis tikungan yang
dipakai penulis mencoba dari FC ,SCS, SS dengan mempertimbangkankan sebagai
berikut
Jika P < 0.25 maka tikungan dipakai FC Jika Lc < 25 m maka tikungan tikungan
dipakai SS Jika kedua syarat diatas memenuhi baru
dipakai SCS Panjang bagian lurus antara 2 tikungan
searah minimal 20 m Panjang bagian lurus antara 2 tikungan
balik arah minimal 30 m Memperhatikan kondisi eksisting jalan
tersebut dengan mengusahakan jalan yang akan direncanakan tetap mengikuti
kondisi eksisting yang ada. Hasil Perhitungan Alinamen Horizontal
sesuai rumus pada dasar teori
1. Tikungan Spiral-Siral
-
11
Diketahui: R : 50.00 m
Vr : 40.00 km/jam
s : 31.5 Hasil perhitungan: Ls : 54.98 m
Yc : 10.07 m
Xc : 53.32 m
k : 27.19 m
p : 2.71 m
L Total : 109.9 m
Es : 11.82 m
Ts : 59.49 m
Tikungan Full Circle
Diketahui:
R : 250.00 m
Vr : 40.00 km/jam
: 14.12 Hasil perhitungan:
Tc : 30.96 m
Ec : 15.42 m
Lc : 61.64 m
2. Alinyemen Vertikal
Diketahui:
Vr ( km/jam ) : 40 km/jam
Jh minimal : 50m
A : 5.483( cekung )
Sta PPV 1 : 0+220
Sta Akhir : 0+350
d 1 : 220 m
d 2 : 130 m
Elevasi Sta awal : 97.568 m
Elevasi PPV : 93.399 m
Elevasi Sta Akhir : 98.063 m
g 1 : -1.895%
g 2 : 3.588%
Hasil Perhitungan Alinamen Vertikal
A : 5.483
Lv : 219.31 m
Ev : 1.50 m
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada perencanaan geometrik jalan ini penulis merencanakan 5 alinyemen
horizontal dan 2 alinyemen vertikal.
Pada perhitungan alinyemen horizontal
2 (tikungan ke kiri), 2 ( tikungan
kekanan), 4 ( tikungan kekanan ) dan 5
(tikungan kekiri ), keempat tikungan ini
mengunakan perhitungan Spiral-spiral
dan alinyemen 3 (tikungan kekanan )
menggunakan perhitungan Full
circle.dalam perhitungan alinyeman
horizontal menggunakan sistem metoda
trial and error.
3 Dan pada alinyemen vertikal 1 bertipe
lengkung dan cembung pada alinyemen
vertikal 2.
5.2 Saran
Dari hasil penulisan Tugas Akhir ini,
maka penulis ingin memberikan
masukan berupa saran-saran bagi para
pembaca nantinya yaitu:
1. Perlu adanya sosialisasi lebih awal sebelum dimulainya pekerjaan
-
12
perencanaan jalan, karna berhubungan
langsung dengan masalah pembebasan
tanah di kiri kanan jalan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Standardisasi Nasional, RSNI-14-2004, Standar Geometrik Jalan
Perkotaan, Ditjen Bina Teknik-Ditjen
2 .Budi Rahardjo, 2002, Panduan
Menulis dan Mempresentasikan Karya
Ilmiah: Thesis, Tugas Akhir, dan
Makalah, Penerbit ITB Bandung
3.Shirley L. Hendarsin, 2000,
Perencanaan Teknik Jalan Raya,
Penerbit Politeknik Negeri Bandung,
top related