pedoman kerja dan standart pengawasan
Post on 02-Jan-2016
97 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SASARAN KERJA
Pol tebu 10,5
Mill extraction 92,5
BHR 82,5
Overall recovery 76,3
Pol ampas 2,5
Kadar air ampas 52
Pol blotong 2,5
Brix tetes 91,0
HK tetes 34,0
Kehilangan yang tidak diketahui 0,30
Total kehilangan 2,50
Kecepatan giling 5500
Nira mentah % tebu 95
Stop giling karena proses 0,5 %
STANDART PENGAWASAN DAN PEDOMAN OPERASI YANG PENTING :
CATATAN :
1. Standart pengawasan dan pedoman kerja akan disesuaikan dengan kondisi operasi, jumlah dan
kualitas nira mentah yang diterima, jumlah dan macam-macam bahan kimia, kapasitas kerja dan
disesuaikan pula dengan hasil analisa.
2. Untuk meningkatkan hasil kerja, untuk mendapatkan kualitas hasil yang tinggi dan untuk
menekan kehilangan gula dalam proses, saran-saran yang bermanfaat sangat kami hargai.
3. Petunjuk kerja untuk mengoperasikan alat (mesin) akan segera dibuat
KUALITAS TEBU
1. Tebu adalah bahan dasar pembuatan gula, karena itu harus dijaga dari kehilangan, bila perlu
hubungi petugas yang bersangkutan. Berat tebu dipakai sebagai dasar perhitungan efisiensi.
2. Dilarang memakan tebu, sanksi yang keras akan dikenakan kepada para pelanggar. Jika terjadi
pelanggaran hubungi segera petugas personel pabrik untuk mengambil tindakan.
3. Tebu yang diterima lebih awal harus digiling lebih dahulu. Harap selalu berhubungan dengan
bagian penerimaan tebu (cane reception).
4. Bila dijumpai kualitas tebu yang jelek, hubungi laboratorium untuk menganalisa. Bila hasil
kemurnian (purity) dari nira perahan pertamadan nira mentah rendah, hubungi laboratorium
untuk menambah frekuensi analisanya, sehingga segera dapat diambil langkah-langkah yang
diperlukan.
5. Loose cane dari trailler dibongkar dengan cakar (gantry) dari bundle cane dari truk terbongar
dengan penggaruk tebu (rake). Ini dimaksudkan untuk menghidari pembongkaran tebu diluar
tempat yang telah ditentukan, sehingga harus dorong dengan shovel dan untuk memperkecil
jam berhenti. Mendorong tebu dengan shovel harus dihindari, karena akan menyebabkan
kehilangan gula dan terikut masuknya kotoran kedalam proses. Beritahu Engineering Shift Chief
untuk memperhatikan keadaan tersebut.
6. Pengawasan kualitas tebu :
Pol % tebu, brix nira mentah > 10,5
Hasil kemurnian (purity) nira mentah > 17,0
pH nira mentah > 85,0
Trash (daun, tunas, dsb.) 5,2 – 5,5
Kesegaran dari saat pembakaran < 4 – 6 %
Sampai waktu giling < 48 jam bundle cane
< 36 jam loose cane
STASIUN GILINGAN
1. Alat pemisah pasir (Door Clone Desanding System) harus selalu dipergunakan untuk
menghindari kerusakan alat-alat proses, dengan memperkecil kemungkinan masuknya pasir dan
kotoran bersama nira mentah; sehingga kehilangan gula dalam blotong juga dapat ditekan. Bila
alat pemisah pasir tidak berfungsi, beritahukan Shift Chief Engineering untuk menggunakan
penangkap pasir (sand trap) yang harus selalu dibersihkan secara teratur.
2. Jumlah air imbibisi harus dicek dan dicatat, penggulaan air imbibisi yang tidak pada tempatnya
(tanpa pencatatan) harus dilaporkan pada Shift Chief Engineering dan segera dihentikan.
Sebagai dasar perhitungan
Tebu + air imbibisi = nira mentah + ampas
Pemakaian air imbibisi yang berlebihan akan berpengaruh dalam pekerjaan proses.
3. Angka-angka pengawasan gilingan untk mendapatkan pekerjaan proses yang baik.
Kadar air ampas 52 %
Pol ampas 2,5
Penutunan harga kemurnian dari NM ke NPP 1,5
Penurunan brix dari NPP ke NM 2,5
Kadar kotoran <0,65 %
4. Kebersihan dari rol gilingan akan sangat menolong menghindarkan kerusakan dan kehilangan
gula karena inversi, ingatkan Shift Chief Engineering untuk membersihkan gilingan dengan uap
(steam) paling tidak dua kali setiap shift, juga jangan lupa menggunakan bactericide.
Penggunaan tambahan bahan kimia ini akan membantu mengurangi terbentuknya gula reduksi
lanjut dapat membentuk zat warna dan mempertinggi kehilangan gula dalam tetes.
5. Pemisahan ampas halus (bagacillo) dan transportnya diawasi bersama Engineering Shift Chief.
6. Segera beritahu petugas gilingan / Shift Chief Engineering untuk mengirim semua nira, bila
gilingan berhenti lebih dari 30 menit. Terlambat lebih dari 1 jam proses Shift Chief berhak
memutuskan untuk menerima nira tersebut lewat timbangan (ditimbang) atau tidak.
7. Pemberitahuan kapan mulai giling dan nira dikirim untuk diproses oleh Engineering Division
kepada Proces dijadwalkan sebagai berikut :
Giling setelah :
- Maintenance stoppage 90 menit
- Stop giling 8 sampai 12 jam 45 menit
- Stop giling 2 sampai 4 jam 10 menit
- Stop giling kurang dari 2 jam … menit
Reduced steam harus disiapkan 2 jam sebelum mulai giling, setelah maintenance stoppage dan
stop giling lainnya kecuali jam berhenti yang bersifat darurat.
STASIUN PENERIMAAN
1. Perhatikan tabel terlampir di halaman …. Tentang “penggunaan bahan-bahan pembantu”
2. pH meter harus selalu dikalibrasi oleh seksi instrumen. Electrode dibersihkan (secara mekanis
maupun dengan alat ultrasonik) secara rutin, pH dicocokkan dengan pH meter laboratorium
paling tidak 3 – 4 kali setiap shift.
3. Acqualarm conductivity meter (alat pendeteksi gula) harus dikalibrasi setiap setengah bulan dan
diset untuk mendeteksi kandungan 10 ppm gula dalam air embun yang akan dikirim ke boiler.
Tes kandungan gula dilakukan secara rutin untuk air embun dari masing-masing badan pan
penguapan sehingga segera dapat diambil langkah untuk menekan kehilangan gula dalam air
embun.
4. Pembakar belerang dipergunakan sesuai dengan petunjuk operasi.
Belerang yang telah lebur, tidak boleh dipanaskan (diberi uap) lebih dari 4 jam bila pembakar
tersebut tidak dipergunakan.
Bila pembakar belerang tidak dipergunakan dalam waktu yang lama, belerang didalamnya harus
habis terbakar. Abunya dibersihkan sebagaimana biasa.
Langkah-langkah keamanan harus diperhatikan selama menjalankan pembakaran belerang.
Hindarkan belerang yang berceceran, jagalah kebersihan.
Batu gamping didalam pengering udara harus diganti paling tidak sehari sekali (shift pagi) agar
selalu diperoleh udara bakar yang kering.
Frekuensi pengantian didasarkan atas keadaan cuaca.
Jaga keselamatan dan kebersihan dalam lingkungan kerja.
5. Pemadaman yang sempurna dari batu gamping akan menghasilkan susu kapur yang baik. Air
embun dari uap nira atau air dengan dipakai untuk keperluan pemadaman tersebut.
Jumlah CaO yang ditambahkan dalam nira mentah ditentukan berdasarkan kualitas tebu atau
atas instruksi yang diberikan.
Kotoran/kerikil dibersihkan pada tiap shift.
Hindari kehilangan kapur dan jagalah kebersihan
6. Larutan phospat dibuat menurut kebutuhan
Bila menggunakan TSP endapannya harus dibuang pada waktu tertentu.
Perhatikan bahwa hanya larutan jernih yang dipakai/ditambahkan kedalam nira mentah
(sebelum penambahan kapur)
Lihat hal…… untuk penyiapan phospat
7. Dosis pemakaian flokulan adalah 2 – 4 ppm, disesuaikan dengan kondisi operasi den kecepatan
pengendapan nira tersulfitir.
Larutan tersedia 0,05%
Tes kecepatan pengendapan (settling rate) harus sering dilakukan dalam tiap shift atau lebih
dipersering bila dijumpai kesulitan pengendapan. Contoh diambil dari kran contoh prefloc
tower.
Contoh nira tersulfitir yang diambil setelah keluar dari prefloc tower harus dikumpulkan tiap 5
menit, dan paling tidak 6 – 8 buah contoh harus tersedia untuk pengamatan.
Pemakaian flokulan untuk nira kotor (mud) adalah 0,75 ppm, disesuaikan dengan keadaan nira
kotornya.
Perhatikan halaman…..
8. Larutan antiscalant dibuat untuk nira encer dan masing-masing badan pan penguapan dengan
dosis yang disesuaikan dengan macamnya.
1-12-ST 1-12-ST, Cairan
(Serbuk) cairan busperse 39
Ke
Nira encer masuk
V.C/badan I 4 7
Badan III 3 4
Badan IV 3 4
Buka halaman …….
9. Pada waktu stop giling yang lama atau maintenance stoppage nira mentah encer yang
tercampur air cucian gilingan dianalisa secara terpisah dan jumlahnya/beratnya harus dicatat.
10. Bila timbangan nira mentah rusak, peti ukur (volumetric tank) digunakan dengan pengawasan
yang seksama, usahakan agar timbangan dapat segera dipakai.
Hindari pemakaian peti ukuran kecuali karena hal tersebut diatas.
Untuk menghitung efisiensi proses dari pol balance berat nira mentah yang benar, adalah sangat
penting
Pengambilan contoh nira mentah yang betul dapat dilakukan bekerjasama dengan bagian
laboratorium.
11. Pada waktu mulai memasukkan pipa nira kedalam pemanas, buka dahulu katup buangan udara
sampai betul-betul bebas udara (terpancar nira)
12. Waktu tinggal (retention) nira mentah dan nira kental dalam peti sulfitasi diatur disesuaikan
dengan kecepatan giling.
13. Nira yang terikat uap dalam uap penguapan dan pan hampa harus selalu dianalisa dan dicatat.
Bila ada kejanggalan harap segera diambil tindakan
14. Hindarkan kehilangan nira baik karena luapan maupun kebocoran, catat bila terjadi hal tersebut.
Pompa bocor harus segera diperbaiki.
15. Semua katub buangan harus dalam keadaan tertutup, bila mungkin dikunci. Jangan sekali-kali
dibuka tanpa izin Shift Chief.
16. Bahan bahan kimia dan larutan yang telah siap harus cukup tersedia pada waktu pergantian
shift.
17. Tiap operator wajib menjaga kebersihan lingkungan kerjanya masing-masing. Terutama pada
waktu pergantian shift masing-masing stasiun harus dalam keadaan bersih.
18. Buku laporan harian (log book) harus dijaga kebersihannya. Isilah dengan lengkap sesuai dengan
kenyataan yang ada.
19. Pembuangan blotong harus diawasi dengan cermat. Jumlah blotong tertimbang harus dicatat.
20. Pan penguapan disiapkan 30 - 45 menit sebelum giling dimulai
21. Penambahan phospat dihentikan 2 – 2,5 sebelum stop giling yang direncanakan.
22. Sebelum stop giling untuk waktu yang lama, kedalam peti pengendapan (clarifier) yang berisi
nira ditambahkan bactericide 15 – 20 liter tiap 20 menit selama 2 jam
23. Untuk mencegah penurunan pH yang berakibat kerusakan gula karena inversi pada waktu stop
giling (lebih dari 24 jam) kedalam nira tersulfitir ditambahkan larutan soda abu sebanyak 50
sampai 100 kg/500 m3 nira. Penambahan ini harus seizin shift chief.
24. Tata cara pembersihan bidang pemanas.
a. Waktu yang diperlukan
- Setelah stop giling sampai likuidasi pan penguapan 22 – 26 jam
- Pencucian badan 2 -2,5 jam
- Pencucian badan 0,5 jam
- Memasak soda 4,5 – 5,5 jam
- Pembersihan kerak secara mekanis (sekrap) 12 – 14 jam
- Pembilasan, pemeriksaan dan penutupan 1,5 – 2 jam
b. Pembersihan secara khemis
Siapkan larutan dengan = 10 – 15 % soda api + 10 % soda abu + 3 % garam dapur dan 1,5 %
scalex.
Jumlah campuran ini harap disesuaikan denga banyaknya kerak, jarak waktu pembersihan
dan konsentrasi larutan yang telah digunakan terdahulu.
(5,0 – 7,5 ton + 0,75 ton + 0,255 ton + 0,5 – 0,75 ton)
Bila perlu dapat ditambahkan busperse 47 sebanyak 45 liter sebagai inhibitor.
Campuran diatas dibuat dalam tangki soda dan disitkulasikan dalam tiap badan pan
penguapan.
Jaga tinggi larutan soda tersebut kira-kira 20 – 25 % dari tinggi masing-masing badan.
Larutan yang telah terpakai disimpan kembali di tangki soda.
c. Tergantung dari tebalnya kerak, waktu dan efisiensi pembersihan
Pemasakah asam sulfamic dengan inhibitor asam (0,1% + 0,01% inhibitor) dapat digunakan.
Waktu pemasakan (acid-boiling) tidak boleh lebih dari 45 – 60 menit dan dengan temperatur
rendah.
25. Pembersihan bidang pemanas pada pemanas nira
Satu diantara 4 buah pemanas harus selalu dalam keadaan siap pakai, tiga buah lainnya harus
dibersihkan (disekrap) secara bergiliran agar diperoleh hasil yang bagus. Keluarkan sisa nira
dalam pemanas kedalam tangki penampung untuk diproses kembali. Setelah pembersihan
adanya atau tidaknya kebocoran pada kalandria, tutup-tutupnya maupun pada katub
pengeluaran/pemasukan. Setiap hari shift pertama wajib menukar pemakaian pemanas nira.
Penggantian ini dimaksudkan agar kerak yang terbentuk lebih mudah dibersihkan.
26. Angka Pengawasan
Nira mentah tertimbang
Brix 13 – 15
Hasi kemurnian (purity) 81 – 83
Dosis phospat 100 – 150 ppm
pH pengapuran awal 6,2 – 6,5
pH nira terkapur 9,0 – 9,5
pH nira tersulfitir 7,0 – 7,2
Suhu pemanasan I 65 – 70O C (uap nira badan II)
Suhu pemanasan nira tersulfitir 85 – 92O C (uap nira badan I)
Suhu pemanasan nira tersulfitir II 102 – 104O C (uap bekas)
Nira encer
pH 6,8 – 6,9
kekeruhan (turbidity) < 4 (dengan kopke)
kadar kapur 800 – 1000 ppm
Nira Seduhan (filtrate)
pH 7,0 – 7,2
Blotong
Pol < 2,5
Kadar air 65 – 70 %
Saringan hampa
Hampa rendah (pick up) 250 – 275 mmHg
Hampa tinggi (wash) 400 – 475 mmHg
Uap bekas
Suhu 125 – 135O C
Tekanan 0,7 – 0,9 Kg/cm2
Uap basah (red steam)
Suhu 160 – 165O C
Tekanan 3,5 – 4 Kg/cm2
Hampa pada bada ke IV
Tekanan 650 ± 10 mmHg
Entrainment (nira yang terikut nira)
Saringan hampa nol
Pan penguapan nol
Pan penguapan
Suhu penguap pendahuluan (VC) 105 – 110O CBadan I 105 – 110O CBadan II 95 – 100O CBadan III 80 – 85O CBadan IV 55 – 57O C
Permukaan nira
Penguap pendahuluan 35 – 40 %Badan I 35 – 40 %Badan II 30 – 35 %Badan III & IV 25 – 30 %
Air injeksi
Tekanan 1,2 – 1,4 Kg/cm2
Suhu 30 – 32 OC (masuk)38 – 40 OC (keluar)
pH 7,2 – 7,4
27. Untuk menjlankan JSP – Syrup Clarifier, lihat petunjuk pengoperasian (alat ini masih dalam
percobaan)
STASIUN MASAKAN
1. Pada keadaan yang normal diharapkan hasil kemurnian nira kental yang dikirim ke stasiun
masakan bekisar antara 80 – 83
Dipergunakan 3 tingkat sistem masakan
Masakan B dan C diputus dua kali, A diputar sekali ( sebagai gula produk). Kelebihan gula C2
dilebur dan dikirim ke peti sulfitasi nira kental.
2. Bibit untuk masakan C dibuat dengan memakai fondan
Fondan disiaapkan di laboratorium. 2 Kg gula murni (refine) dan 4 Kg isopropil alkohol dicampur
dalam suatu ballmill selama 4 – 6 jam, untuk mendapatkan fondan dengan ukuran kira-kira 20
mikron.
Kira-kira 50 cc fondan diperlukan untuk setiap 100 Hl bibit cukup untuk membuat 2- 3 kali
masakan C tergantung pada posisi stasiun masakan saat itu.
3. Pengencer dan pemanas strup (mollassess conditioner) A dan B harus selalu diamati kerjanya.
Perhatikan bahwa suhu seterup A dan B yang masuk ke pan bekisar 65 – 70O C
4. Shift pertama harus menyiapkan rencana masak (daily boiling chart) hari itu. Rencana masak
tersebut digambar di papan tulis yang tersedia dan shift berikutnya wajib mengikuti rencana
tersebut.
5. Uap nira (vapour) dapat dipakai untuk 3 – 4 pan.
Gunakanlah uap bekas (exhaust steam) secukupnya, perhatikan tekanan masing-masing.
6. Peti-peti penampung di stasiun masakan terutama peti nira kental dibersihkan secara bergiliran.
Air bilasannya diirim ke peti nira mentah untuk diproses kembali.
Juga air bilasan pan masakan pada waktu akan memasak air (water boiling) harus diproses
kembali, agar kehilangan gula lewat air dapat dihindari.
Saluran buangan langsung ke selokan harus dikunci, kunci tersebut disimpan oleh Shift Chief.
7. Bahan pemutih (Na hydrosulfit) dan visc aid digunakan seperlunya
8. Mutu dari bibit harus mendapat perhatian khusus.
Untuk memperoleh efisiensi pemutaran yang tinggi, ukuran kristal masakan harus sama/rata.
Sebelum masakan diturunkan ke palung pendingin harus diperiksakan kepada shift chief dahulu.
Hindari sirkulasi seterup, juga sedapat mungkin hindari penggunaan nira kental atau seterup
dengan kemurnian tinggi untuk membuat masakan dengan kemurnian rendah (short circuit).
9. Sehabis menurunkan masakan, saluran-saluran harus dibersihkan
Pipa potong (cut line) dibersihkan dengan uap setelah dipakai.
10. Tingakat masakan yang telah dibuat (3 tingkat masakan A,B,C) harus dilaksanakan dengan benar.
Bila mungkin jumlah bahan dalam tiap pan dicatat.
Ini perlu untuk mengawasi hasil kemurnian masakan yang dibuat.
Perubaha – perubahan hanya boleh dilakukan dengan seizin Division Head atau Sr. Shift Chief
bila Division Head berhalangan.
11. Pembersihan bidang pemanas
Pada umumnya kerak di pan masakan lebih sedikit dibandingkan dengan pan penguapan,
namun demikian karena pengaruh sulfitasi berganda maka pembentukan kerak tersebut tetap
ada.
Memasak air (water boiling) dalam pan masak dapat mengurangi pengerakan.
Selama maintenance stoppage, didihkan larutan asam (asam sulfamik 0,1 % dari inhibitor 0,01
%) untuk memperlunak kerak-kerak dalam pipa pemanas.
Untuk mendapatka hasil pembersihan yang maksimal digunakan sikat-sikat baja (pembersihan
secara mekanis)
12. Waktu masak
Masakan A 2,5 sampai 3,5 jam
Masakan B 4 sampai 6 jam
Masakan C 6 sampai 8 jam
3 sampai 4 jam (dengan sirkulator)
13. Ukuran kristal
Gula A 0,8 – 1,2 mmGula B 0,4 – 0,6 mmGula C 0,2 – 0,3 mm
14. Angka pengawasan
Nira kental tersulfitir brix 62 – 65
HK 81 – 83
pH 5,2 – 5,4
Masakan A brix 92 – 93
HK 85 – 87
Basakan B brix 93 – 95
HK 74 – 76
Masakan C brix 99 – 100
HK 59 – 61
Magma B (B seed) brix 88 – 90
HK 97 – 98
Magma C (C Seed) brix 88 – 90
HK 92 – 94
Bibit HK 71 – 73
Potongan HK 67 – 69
15. Bahan kimia yang ditambahkan dalam masakan seperti visc aid hanya diperlukan apabila hasil
kemurnian nira mentahdan nira kental sangat rendah, yang mengakibatkan masakan viscous
(berlendir)
Penambahan ini akan mengurangi viscositas sehingga sirkulasi masakan akan lebih baik.
Agar lebih mudah bercampur dengan masakan, visc aid harus diencerkan dahulu menjadi
larutan 10 %.
Pada waktu membuat bibit, gunakan 1 kg visc aid sebelum pembibitan dimulai (sebelum kristal
keluar).
Untuk masakan B dan C ditambahkan masing-masing 1 Kg tiap masakan. Setengah Kg pada
waktu penarikan bibit dan setengah Kg lagi pada waktu membesarkan kristal (kira-kira volume
36 – 40 m3)
STASIUN PUTARAN
Petunjuk pemakaian mesin BMA harus diikuti agar keselamatan kerja dalam menjalankan mesin-mesin
putaran (variant 1000 dan k 850 s) terjamin.
1. Mula-mula uap air, siklus waktu dsb diatur (diset). Perubahan – perubahan dapat dilakukan
berdasarkan keadaan masakan, perubahan ini harus sepengetahuan Shift Chief.
2. Masakan yang akan diputar harus diperiksa dahulu. Pemeriksaan dilakukan dengan mengunakan
sepotong kaca, perhatikan ukuran kristal, keratannya dan tindakan yang dapat dilakukan selama
pemutaran.
3. Untuk mengetahui adanya saringan yang sobek, seterup harus sering dilihat, apakah ada kristal
gula yang tercampur.
4. Mutu gula produk harus diperiksa, ketika mengirim gula ke silo (sugar bin)
5. Kecuali atas perintah yang berwenang, pendingin gula, saringan gula, konveyor dan silo gula
tidak boleh dibilas dengan air.
6. Bila mulai memutar masakan dari suatu palung pendingin, operasikanlah beberapa mesin batch
secara manual, sebelum semuanya diatur secara otomatis. Kontrol sekuen harus dipergunakan
agar tidak terjadi pengeluaran gula yang bersamaan waktunya dari masing-masing putaran
batch. Pengeluaran gula yang bersamaan waktunya akan menyebabkan beberapa alat
mengalami beban yang berlebihan (overload). Setiap shift harus memeriksa dan mencatat
keadaan sistem interlock, lampu indikator dan alarm. Bila tidak ada keberesan kerja dari satu
alat, harus segera diperbaiki. Perbaikan hanya boleh dilakukan oleh orang yang ditunjuk khusus
untuk menangani mesin tersebut.
7. Pemakaian mesin-mesin konti disesuaikan dengan beban dan kapasitasnya.
8. Selama stop giling untuk waktu yang agak lama, semua pembagi masakan (massecuite
distributor) harus dalam keadaan kosong dan dibersihkan dengan uap. Pipa-pipa seterup dan
magma dicuci dengan uap. Gula yang tercecer dikumpulkan untuk diproses kembali.
9. Untuk mengencerkan masakan C, encerkan teter dengan air hingga brix 60 – 65 (suhu 65 C).
teter yang digunakan adalah tetes yang belum tertimbang. Untuk mengurangi korosi pada pipa-
pipa pemanas palung pendingin, pada air yang digunakan ditambahkan caustic soda hingga pH
7,0 – 7,4. Pada keadaan normal, waktu pendinginan yang baik adalah 16 – 18 jam.
10. Tetes yang diperoleh sebelum dikirim ke peti penyimpanan tetes harus selalu ditimbang dan
dicatat. Bila alat penimbang tetes rusak maka jumlah masakan C yang diputar dan jumlah tetes
yang dikirim ke penyimpanan tetes (menurut perkiraan) harus dicatat.
11. Operator dilarang memasuki ruang kontrol (control panel room) untuk melakukan penyetelan /
perubahan pada panel control. Hanya petugas khusus yang diberi wewenang untuk itu.
12. Hindarkan kehilangan gula baik karena meluap atau karena kebocoran-kebocoran. Jagalah
kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja.
Angka pengawasan :
a. Seterup A brix 78 – 80
HK 69 - 71
b. Seterup B brix 78 – 80
HK 54 - 56
c. Klare B brix 68 – 70
Air cucian gula B1 = B wash HK 85 - 87
d. Klare C brix 68 – 70
HK 61 - 63
e. Tetes brix 91 – 93
HK 34 - 33
f. Gula B1 HK 94 – 95
Gula B2 HK 97 - 98
g. Magma C1 HK 84 – 85
Magma C2 HK 92 - 93
h. Gula produk pol > 99,7
K air 0,04
K abu 0,10
Warna < 300 Icumsa Unit
STASIUN PENGANTONGAN
1. Shift pertama dan kedua harus menyerahkan MRIS untuk mendapatkan karung gula plastik dan
benang jahit. Karung gula harus dihitung kembali pada saat penyerahan dari gudang gula.
Perhitungan gula berdasarkan pada perhitungan karung gula kosong dan tiap shift harus
mengadakan serah terima. Karung yang robek tidak dapat dikembalikan tanpa memo elektronic
counter dan karung kosong harus menunjukkan jumlah yang sama.
2. Pada permulaan dan akhir dari tiap shift, timbangan gula harus dicek ketepatannya. Untuk
menentukan berat tara, karung kosong ditimbang dahulu kemudian timbangan dimatikan
(dikunci). Pengecekan berat dicatat, pengecekan ulang akan dilakukan oleh Gudang Gula dan
akan segera diadakan koreksi atas kesalahan timbang.
3. Untuk mendapatkan hasil yang baik, menjahit harus dijalankan dalam kondisi yang baik pula.
4. Diwaktu-waktu tertentu, magnet pada bin harus dibersihkan. Untuk menyingkat waktu magnet
cadangan harus siap tersedia.
5. Gula adalah produk akhir. Gula-gula sapuan harus dilebur kembali.
6. Gula yang sudah ditimbang dan dikantongi, supaya dihitung dengan benar dengan alat
penghitung, tanda terima akan diperoleh dari gudang gula untuk penyerahan secara benar. Bila
ada perbedaan jumlah, shift itu harus menyelesaikannya.
7. Buku jaga, harus dijaga dengan teliti dan dengan kerapiannya.
8. Tidak diperkenankan orang lain masuk ke stasiun pengantongan dan tidak diperbolehkan
mengeluarkan gula tanpa izin dari Kepala Divisi (Bag), kecuali ke Laboratorium guna penelitian.
Untuk analisa diambil 500 gram dari tiap-tiap masakan.
PROCESS MAINTENANCE
1. Periksa baut-baut pondasi, penyangga alat-alat, penyetelan coupling & V Belt sebelum memulai
menjalankan peralatan
2. Gunakan tabel dan anjuran pelumasan agar bisa menggunakannya dengan tepat. Ikuti instruksi
lubrikasi pada saat pemakaiannya.
3. Bila ada ketidaknormalan bekerjanya peralatan, pertama-tama periksalah unit itu, untuk
menghindari kerusakan yang serius/parah. Jika ada keraguan/ketidak wajaran, mintalah
pendapat dari Process/Engineering Shift Chief.
4. Gunakan daftar spare parts, agar bisa mengontrol kebenarannya. Jaga catatan peralatan untuk
lubrikasi, penggantian spare parts agar pada saat tidak giling bisa mengambil langkah lebih jauh
untuk pemeliharaan secara preventif.
5. Interlock yang diperlukan harus diperiksa dan hindari muatan-muatan yang lebih.
6. Spare-spare dari unit itu harus digunakan sekali dalam satu shift, untuk meyakinkan bahwa unit
tersebut masih dalam keadaan baik.
7. Perhatian harus diberikan untuk pemeliharaan secara preventive, dan menjaga spare-spare
tersebut telah siap dari Workshop untuk menghindari keterburu-buruan.
8. Barang – barang yang habis sekali pakai dan alat-alat yang diperlukan harus disimpan dan dijaga
ditempat penyimpanan aat-alat.
9. Semua pekerjaan listrik/perbaikan – perbaikan harus dilakukan oleh bagian listrik maupun
instrument. Ikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh bagian Engineering untuk order-order
kerja listrik/instrument maupun Mechanical Workshop.
UMUM
1. Bilamana gilingan berhenti lebih dari 30 menit karena sesuatu yang mendadak atau karena
kerusakan, harus diberitahukan kepada Processing Manager, Sr. Shift Chief atau Staff yang
sedang jaga.
2. Penyetopan yang diberitahukan terlebih dahulu karena akan adanya perbaikan harus ada
konsultasi dari Shift Chief Engineering agar jumlah waktu berhenti bisa diperkecil.
3. Bila ada kerusakan yang serius pada peralatan/kecelakaan pada staff/staff contractor, segera
mengambil tindakan dan memberitahu kepada Processing Manager.
4. Kedisiplinan dan kebersihan harus mendapat perhatian khusus.
5. Perhatian agar diberikan kepada staff yang sedang belajar.
6. Dilarang keras merokok pada saat pengantongan, saat pemutaran.
7. Hindari mengembesnya uap-uap buangan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan
mengembalikan panas kondensate ke Boiler.
8. Alat penunjuk harus bekerja dengan baik.
9. Periksa dan amati kecepatan pengendapa dengan penggunaan bahan-bahan kimia yang berbeda
dan amati hasilnya setiap setengah bulan sekali.
10. Perhatian penuh harus dipusatkan untuk mengontrol standart, khususnya pH, temperatur,
retention time, purity control dll.
11. Jalankan unit-unit process dengan kapasitas maximum untuk mendapatkan produksi yang lebih
dengan mengurangi kehilangan-kehilangan yang bukan semestinya karena retention time yang
tinggi.
PRODUCTION DIVISION
STANDART PENGAWASAN
BAHAN KIMIA
1. Kapur
a. Kapur bakar
1) Kadar CaO 85 – 90 %
2) Kadar air 1 – 2 % (maks)
3) SiO2 1 % (maks)
4) Fe2O3 dan Al2O3 1 – 2 % (maks)
5) CaCO3 0,2 – 1 % (maks)
6) MgO 2 % (maks)
b. Kapur terpadamkan
1) Ca (OH)2 97 %
2) CaO 73.43 %
3) CaCO3 2 %
4) Total CaO 74 .57
5) Silikat 0,4 %
6) Fe2O3 0,08 %
7) Aluminat 0,17 %
8) Magnesium 0,22 %
9) Hilang dalam pembakaran 24 %
10) SO3 0,09 %
11) Kehalusan, 100 % tersaring lewat saringan steve 300 mesh.
2. Belerang
Kemurnian diatas 99 %
Bebas Arsen (As) < 1 ppm
Bebas selenium (Se) < 1 ppm
Bebas Tellurium (Te) < 1 ppm
3. Asam Phospat H3PO4 (food quality)
1) Kadar H3PO4 85 %
2) Kadar P2O5 60 %
3) Besi sebagai Fe 0,03 %
4) Timah hitam (Pb) 0,3 ppm
5) Arsen sebagai As2O3 0,2 ppm
6) Flouride 0,1 ppm
7) Warna bening air
4. Hydrosulfit
1) Kadar Na2S2O4 90 %
5. Bahan kimia khusus
Perhatikan keterangan yang diberikan oleh supplier.
top related