pedoman implementasi kurikulum 2013
Post on 12-Jan-2016
107 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PEDOMAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DESEMBER 2012
1
BAGIAN KESATU
PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
I. PENDAHULUAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan, kompetensi lulusan pada satuan pendidikan, dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan sesuai Kurikulum Nasional (Kurnas) dengan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerah sesuai dengan Kurikulum Daerah
(Kurda).
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengacu pada kurikulum yang dikembangkan pada tingkat
2
nasional (Kurnas) dan daerah (Kurda). Pengembangan
kurikulum tersebut berdasarkan standar nasional pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar
nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Empat dari
kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses
(SP), dan Standar Penilaian (SPen) merupakan acuan utama
dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
(UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP
19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, serta Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor ... tahun 2013
mengamanatkan kurikulum jenjang pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan pendidikan berdasarkan
kurikulum yang dikembangkan pusat dan daerah dengan
mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan
yang disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemdikbud. Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus
mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam
UU 20/2003 dan PP 19/2005. Pengembangan Kurnas untuk
3
menjamin bahwa walaupun ada berbagai keragaman pada
tingkat satuan pendidikan, namun ada kesamaan dalam hal
perencanaan dasar dalam bentuk silabus serta kesamaan dalam
hal buku utama yang digunakan oleh siswa dan yang digunakan
guru. Pengembangan kurikulum oleh daerah (Kurda) untuk
menampung karakteristik utama daerah yang perlu dipelajari
peserta didik ke dalam kurikulum termasuk bahasa daerah.
Pedoman ini terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum
yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang
dapat diterapkan pada satuan pendidikan berdasarkan kurikulum
yang dikembangkan pusat (Kurnas) dan daerah (Kurda) dengan
mengacu pada SKL, SI, SP, dan SPen. Termasuk dalam
ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003,
ketentuan PP 19/2005. Kedua, model KTSP sebagai salah satu
contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada
SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum.
Panduan pengembangan kurikulum ini disusun antara lain agar
dapat memberi arah bagi satuan pendidikan untuk
mengembangkan KTSP berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan pusat dan daerah. Sebagai muaranya, panduan
pengembangan kurikulum ini diharapkan dapat membantu dan
memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar secara
4
optimal, sehingga mampu mencapai SKL pada satuan
pendidikan tertentu.
A. Landasan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38
ayat (1), (2).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),
(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5),
(6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1),
(2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),
(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),
(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1),
(2), (3); Pasal 20.
5
3. Kurikulum Nasional (Kurnas)
Adalah kurikulum yang dikembangkan pusat dan
berlaku secara nasional, yang di dalamnya memuat
Rasional, Struktur Kurikulum dan Beban Belajar,
Kerangka I mplementasi, Silabus, dan Buku Babon
untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan.
4. Kurikulum Daerah (Kurda)
Adalah kurikulum yang dikembangkan Daerah Tingkat
I dan daerah Tingkat II dan berlaku pada wilayah
tersebut. Kurda merupakan bagian dari KTSP.
B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan
bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada
tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
6
C. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
paling tidak terdiri dari Kurnas, Kurda, kalender pendidikan,
dan RPP.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau
beberapa materi pokok atau tema tertentu yang mencakup
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
pembelajaran detil pada suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
7
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi
dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan
berpedoman pada SKL, SI, SP, Spen, Kurnas, dan Kurda
serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh
BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
8
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran
berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kebutuhan nasional sesuai tujuan pendidikan,
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,
jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan
tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermaKurnasa dan tepat antar
substansi.
9
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang
secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta
didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
teknologi.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum memperhatikan
keseimbangan hard skills dan soft skills pada setiap
jenjang, dan memperhatikan kesinambungan hard skills
dan soft skills pada antar jenjang.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
10
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal, dan informal dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi
dan memberdayakan sejalan dengan Bhineka Tunggal
Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Kepentingan nasional diwujudkan
melalui Kurnas, sedangkan kepenringan daerah
diwujudkan melalui Kurda.
11
E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi
dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara
utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan
takwa serta akhlak mulia.
2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai generasi
yang hidup di masa depan tidak lagi menitikberatkan
pada penguasaan materi dan berpikir rutin, karena kedua
kemampuan itu telah dilakukan oleh komputer.
Kemampuan-kemampuan yang perlu dikuasai generasi
masa depan meliputi kemampuan berkomunikasi,
kreatif, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan
segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara
yang bertanggungjawab, toleran, hidup dalam
12
masyarakat yang mengglobal, serta memiliki minat luas
dalam kehidupan, kesiapan untuk bekerja, kecerdasan
sesuai dengan bakat/minatnya, dan rasa tanggungjawab
terhadap lingkungan. Kurikulum harus mampu
menjawab tantangan ini.
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk
meningkatkan martabat manusia secara holistik yang
memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan
potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik
peserta didik.
4. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing
daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
13
Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan
dengan kebutuhan pengembangan daerah.
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk
mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis
perlu memperhatikan keragaman dan mendorong
partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan
wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus
ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
6. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh
kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh
sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.
Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan
kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
14
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang
membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana
IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama
perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS
sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan
perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
8. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung
peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan
tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat
beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua
mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan
iman, taqwa dan akhlak mulia.
9. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika
15
dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antar
bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang
mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku
dan bangsa lain.
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan
wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi
landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena
itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya
wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional
untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah
NKRI.
11. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan
menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan
dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih
dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari
daerah dan bangsa lain.
16
12. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya
pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan
kesetaraan jender.
13. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,
misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
17
II. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Pendidikan dasar dan menengah, dengan mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
B. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Dokumen KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi:
1. Kurnas yang terdiri dari Rasional, Kerangka Dasar
Kurikulum, Struktur Kurikulum, Deskripsi
18
Matapelajaran, KI dan KD, dan Silabus untuk satuan
pendidikan terkait.
2. Kurda yang terdiri dari KD dan Silabus yang
dikembangkan oleh daerah yang bersangkutan, dengan
acuan KI yang dikembangkan pada Kurnas.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4. Kegiatan Kurikuler (intrakurikuler, kokurikuler,
ekstrakurikuler)
5. Kalender Pendidikan.
Struktur dan Muatan Kurnas meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan
beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan,
yang mengikat sejumlah KD yang memiliki karakteristik
tertentu pada aspek materi pelajaran.
1. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-
masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada
struktur Kurnas.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
19
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya menjadi bagian dari
matapelajaran senibudaya, prakarya, dan pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan, atau matapelajaran
pilihan pada jenjang pendidikan menengah. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh daerah, diwujudkan dalam
kurikulum daerah. Oleh karena itu, daerah harus
mengembangkan Kompetensi Dasar kurikulum daerah
yang distrukrisasi dalam KTSP.
3. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga kependidikan yang dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi,
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier
peserta didik. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler
20
dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan Pramuka
yang menjadi ekstrakulikuler wajib.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan
pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas, bimbingan karier, dan/atau
wirausaha.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus
menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan
kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta
didik.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4. Pengaturan Beban Belajar
a. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh
tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun
mandiri, SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori
standar.
21
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS)
dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori
mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS)
digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
kategori mandiri.
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada
sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera
dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi
waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat
pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun
ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan
jumlah beban belajar yang tetap.
c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem
paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%,
SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari
waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
22
bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan
praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap
muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara
dengan satu jam tatap muka.
e. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang
menggunakan sistem satuan kredit semester (sks)
mengikuti aturan sebagai berikut.
Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit
tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri
atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan
terstruktur dan 25 menit kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
23
5. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara
0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan
diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar
secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan
ideal.
6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun
ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-
masing direktorat teKurnasis terkait.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1),
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
24
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional.
7. Peminatan
Peminatan dilakukan pada kelas X SMA/SMK. Kriteria
peminatan diatur di dalam Kurnas dan lebih lanjut diatur
oleh direktorat teKurnasis terkait.
8. Pendidikan Karakter, Kecakapan Hidup,
Wirausaha, Anti Korupsi, dan Lingkungan
a. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi
pada kurikulum untuk SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/MAK yang dicerminkan oleh aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada SKL dan KI.
Yang dimaksud terintegrasi adalah bahwa
pendidikan karakter tidak diajarkan sebagai
matapelajaran terpisah, akan tetapi dilatihkan dan
diteladankan pada setiap matapelajaran.
25
b. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/MAK memasukkan pendidikan kecakapan
hidup, yang mencakup kecakapan pribadi,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan/atau
kecakapan vokasional serta menjadi merupakan
bagian integral dari pendidikan semua mata
pelajaran. Dengan demikian, akan terjadi
keseimbangan hard skills dan soft skills pada setiap
jenjang pendidikan.
c. Prinsup-prinsip dan implementasi jiwa wirausaha
merupakan bagian integral dari pendidikan semua
matapelajaran pada Kurikulum untuk SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/MAK.
d. Karakter jujur merupakan pondasi dari pendidikan
antikorupsi. Penanaman karakter jujur dilakukan
terintegrasi pada semua matapelajaran pada
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/MAK. Pengetahuan antikorupsi menjadi
muatan matapelajaran yang relevan pada jenjang
pendidikan menengah.
26
e. Kesadaran pentingnya menjaga lingkungan untuk
generasi mendatang ditanamkan secara terintegrasi
pada semua matapelajaran pada kurikulum untuk
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/
SMALB, SMK/MAK..
9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan
lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya
bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta
didik.
b. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan
dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan
lokal dan global.
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran
dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan
lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat
diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
27
formal lain dan/atau nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
C. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, dengan memperhatikan Kurnas dan Kurda.
28
III. PENGEMBANGAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
pembelajaran detil pada suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan peserta didik dalam upaya mencapai KD,
sesuai dengan standar proses pembelajaran. Setiap guru
dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP pada
matapelajaran yang diampunya, di bawah supervisi guru
senior yang ditunjuk, kepala sekolah, pengawas, atau dari
LPTK yang relevan. RPP disusun sebelum awal tahun
pelajaran, dan menjadi bagian KTSP.
B. Prinsip Pengembangan RPP
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam RPP harus benar, bersesuaian dengan silabus, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
29
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen RPP saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
KI, KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
Kegiatan pembelajaran konsisten dengan silabus dan
SP, kegiatan penilaian juga konsisten dengan silabus
dan Spen, sumber belajar konsisten dengan Buku
Babon.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
30
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen RPP dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan
masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen RPP mencakup pengembangan keseluruhan
ranah (kognitif, afektif, psikomotor).
D. Pengembang RPP
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau
beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG),
dan Dinas Pendidikan.
31
1. Disusun secara mandiri di bawah supervisi guru senior
dan/atau kepala sekolah, apabila guru yang
bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa,
kondisi sekolah dan lingkungannya, serta menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran yang baik sesuai SP dan
prinsip penilaian sesuai SPen.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum
dapat melaksanakan pengembangan RPP secara
mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan
untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk
mengembangkan RPP yang akan digunakan oleh
sekolah tersebut.
3. Untuk sekolah yang belum mampu mengembangkan
RPP secara mandiri, sebaiKurnasya bergabung dengan
sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk
bersama-sama mengembangkan RPP yang akan
digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup
MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi
penyusunan RPP dengan membentuk sebuah tim yang
terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya
masing-masing.
6. LPMP, P4TK, LPTK dapat berperan serta dengan
melatih dan/atau mendampingi guru menyusun RPP.
32
E. Langkah-langkah Pengembangan RPP
1. Mengkaji Silabus pada Kurnas
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap
silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap
kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan,
pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD
tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan siswa
secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar
proses. Kegiatan siswa ini merupakan rincian dari
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yaKurnasi:
mengamati (observing), menanya (questioning),
pelakukan percobaan (experimenting) atau pengamatan
lanjutan, mengolah (producting) atau menganalisis
(analizing) dan menyajikan. Kegiatan inilah yang harus
dirinci lebih lanjut di dalam RPP, termasuk mengkaji
KD untuk maksud:
1) menentukan urutan berdasarkan hierarki konsep
disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;
2). Menentukan keterkaitan (benang merah) antar
KD dalam mata pelajaran untuk keperluan
apersepsi;
33
b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang
menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
1) potensi peserta didik;
2) relevansi dengan karakteristik daerah,
3) tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4) kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) struktur keilmuan;
6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran;
7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan
8) alokasi waktu.
2. Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau
diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan
mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua
aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek
kemampuan). Akan tetapi, untuk keperluan kemudahan
dalam pembuatan alat penilaian, disarankan tujuan
mengandung 4 aspek: Audience (peserta didik), Behavior
34
(aspek kemampuan), Condition (dalam kondisi apa
kemampuan itu muncul/ditampilkan), dan Degree
(derajat pencapaian kemampuan yang diinginkan).
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan
bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional.
35
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan
manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik
dapat melakukan kegiatan seperti di silabus.
c. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan
diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan,
Inti, dan Penutup. Kegiatan ini dijabarkan lebih
lanjut menjadi rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi, yaKurnasi: mengamati (observing),
menanya (questioning), pelakukan percobaan
(experimenting) atau pengamatan lanjutan,
mengolah (producting) atau menganalisis
(analyzing) dan menyajikan. Untuk pembelajaran
yang bertujuan menguasai prosedur untuk
melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat
berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli,
peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan
pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan
lanjutan.
4. Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
36
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran siswa
didorong untuk menyajikan karya, maka portofolio
merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermaKurnasa dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu
berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoKurnasya.
37
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian
yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua
indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah
dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di
bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan
bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses
misalnya teKurnasik wawancara, maupun produk
berupa hasil melakukan observasi lapangan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi
38
waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan
dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi
tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang
berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber
belajar cetak utama adalah Buku Babon (Kurnas) dan
Buku Suplemen (Kurda). Oleh karena peserta didik
didorong untuk mencari informasi, maka internet juga
menjadi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan.
39
IV. PELAKSANAAN PENYUSUNAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
A. Analisis Konteks
1. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan
yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-
program.
2. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di
masyarakat dan lingkungan sekitar misalnya komite
sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi
profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya
alam dan sosial budaya.
3. Analisis keunggulan dan kebutuhan daerah, tercermin di
dalam Kurda.
4. Analisis kebutuhan nasional, tercermin di dalam
Kurnas.
40
B. Mekanisme Penyusunan
1. Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK
terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai
ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim
penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber,
serta pihak lain yang terkait. Koordinasi dan supervisi
dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP
dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI,
MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan
kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di
dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite
sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait.
Koordinasi dan supervisi dilakukan oleh Departemen
yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan
khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru,
konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap
41
anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan
komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang
terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2. Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat
berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya
sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah
yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum
tahun pelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar
meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan
revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian.
Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan
diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.
3. Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah
42
mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan
diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan
SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK
dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah
mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan
diketahui oleh departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB,
SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala
sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite
sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung
jawab di bidang pendidikan.
43
BAGIAN KEDUA
PEDOMAN PENGELOLAAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
I. PENDAHULUAN
Mengacu pada prioritas kebijakan pembangunan
pendidikan nasional yang dimuat baik dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014 maupun Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas) 2010-2014,
dan berbagai kajian lainnya, akhirnya bermuara pada
penataan ulang KTSP dalam bentuk Kurikulum 2013. Pada
Kurikulum 2013, kurikulum yang disusun oleh satuan
pendidikan mengadopsi kebutuhan nasional dan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) mengacu pada kurikulum yang dikembangkan pada
tingkat nasional, yakni Kurikulum Nasional (Kurnas) dan
Kurikulum Daerah (Kurda), yakni kurikulum yang
44
dikembangkan pada tingkat daerah. Pengembangan
kurikulum tersebut berdasarkan standar nasional
pendidikan dan pemanfaatan potensi daerah untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar
nasional pendidikan terdiri atas standar kompetensi lulusan,
standar isi, proses, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan. Empat dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses (SP), dan Standar
Penilaian (Spen) merupakan acuan utama dalam
mengembangkan kurikulum. Pengembangan, pelaksaanaan,
dan evaluasi KTSP yang mengacu Kurnas dan Kurda ini
memerlukan pengelolaan yang cermat.
Untuk melakukan pengelolaan KTSP, diperlukan pedoman
yang mendudukkan setiap lembaga atau unit sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing. Panduan pengelolaan
KTSP disusun antara lain agar dapat memberi arah bagi
tiap lembaga hingga satuan pendidikan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi KTSP
berdasarkan kurikulum yang dikembangkan pusat dan
daerah. Sebagai muaranya, pedoman pengelolaan KTSP
diharapkan dapat membantu dan memberikan kesempatan
45
peserta didik untuk belajar secara optimal, sehingga mampu
mencapai SKL pada satuan pendidikan tertentu.
A. Landasan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38
ayat (1), (2).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),
(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5),
(6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1),
(2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),
(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),
(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1),
(2), (3); Pasal 20.
46
3. Kurikulum Daerah (Kurda)
Adalah kurikulum yang dikembangkan Daerah Tingkat
I dan daerah Tingkat II dan berlaku pada wilayah
tersebut. Kurda merupakan bagian dari Kurikulum
2013. Kurda berupa mata pelajaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah daerah.
B. Tujuan Pedoman Pengelolaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
Tujuan Panduan pengelolaan KTSP ini untuk menjadi acuan
bagi lembaga pada jajaran kementerian pendidikan dan
kebudayaan hingga satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK
dalam pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum
yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan
yang bersangkutan.
C. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
47
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
paling tidak terdiri dari Kurnas, Kurda, Kegiatan Kurikuler,
Kalender Pendidikan, dan RPP.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau
beberapa materi pokok atau tema tertentu yang mencakup
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
pembelajaran detil pada suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
48
II. KERANGKA KERJA PENGELOLAAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
Secara makro pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi
Kurikulum 2013 (termasuk di dalamnya Kurnas dan Kurda)
melibatkan 3 entitas besar: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (pusat), Daerah Tingkat I dan II (daerah), serta
satuan pendidikan ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Kerja Pengelolaan Kurikulum 2013
49
Berdasarkan Gambar 1, Kemdikbud (pusat)
mengembangkan dan menetapkan SKL, SI, Kurnas yang
berisi Rasional, Kerangka Dasar Kurikulum, dan Silabus.
Untuk keperluan implementasi kurikulum, kemdikbud juga
mengembangkan Buku Babon dan Buku Petunjuk Guru.
Pemerintah Daerah menetapkan Kurda dalam bentuk
Silabus untuk KD yang ditetapkan daerah pada
matapelajaran Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani Olah
Raga dan Kesehatan, Prakarya, serta matapelajaran pilihan
untuk jenjang pendidikan menengah. Selain itu, pemerintah
daerah berkewajiban melaksanakan koordinasi dan
supervisi untuk pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Satuan
pendidikan menetapkan KTSP yang didalamnya paling
tidak mengandung Kurnas, Kurda, Kalender
Akademik/Pendidikan, Kegiatan Kurikuler, dan RPP.
Kerangka kerja tersebut perlu dijabarkan dalam rumusan
tugas fungsi pada setiap lembaga/unit kerja terkait.
50
II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PADA
PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN
Kerangka kerja pada Gambar 1 tersebut perlu dijabarkan
dalam rumusan Tugas dan Fungsi (Tusi) pada setiap
lembaga/unit kerja terkait, sebagai berikut:
A. Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan
dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan
yang bersangkutan berdasarkan pada :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan
Pasal 38;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 sampai dengan
Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27;
3. Peraturan Kepala Pemerintah Daerah tentang
Kurikulum Daerah.
B. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat
mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih
51
tinggi dari SI, SKL, dan Kurnas. Pengembangan dan
penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah memperhatikan pedoman penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah yang disusun Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Kemdikbud. Kurikulum satuan pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan
dasar dan menengah setelah memperhatikan
pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite
Madrasah.
C. Gubernur menetapkan Kurda dan Buku Suplemen, serta
menetapkan cara-cara koordinasi dan supervisi
pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi KTSP sesuai
dengan kondisi di provinsi masing-masing.
D. Bupati/walikota menetapkan Kurda dan Buku Suplemen
yang relevan dengan daerahnya dan menetapkan cara-
cara koordinasi dan supervisi pengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasi KTSP sesuai dengan kondisi
di kabupaten/kota masing-masing.
E. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan:
52
1. mengembangkan model-model kurikulum sebagai
masukan bagi BSNP;
2. mengembangkan dan mengujicobakan model-model
kurikulum inovatif;
3. mengembangkan dan mengujicobakan model
kurikulum untuk pendidikan layanan khusus;
4. bekerjasama dengan perguruan tinggi dan/atau
LPMP melakukan pendampingan satuan pendidikan
dasar dan menengah dalam pengembangan
kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah;
53
BAGIAN KETIGA
PEDOMAN PEMBELAJARAN PADA JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pembelajaran pada tingkat dasar dan menengah mengikuti
Standar Proses. Standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal
proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal,
baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem-
54
belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter-
laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Panduan pembelajaran dalam pendidikan dasar dan
menengah ini disusun antara lain agar dapat memberi arah
bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan KTSP
berdasarkan kurikulum yang dikembangkan pusat dan
daerah, khususnya dalam mengembangkan dan
melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Sebagai muaranya, panduan pembelajaran ini diharapkan
dapat membantu dan memberikan kesempatan peserta didik
untuk belajar secara optimal, sehingga mampu mencapai
SKL pada satuan pendidikan tertentu.
A. Landasan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38
ayat (1), (2).
55
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),
(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5),
(6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1),
(2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),
(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),
(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1),
(2), (3); Pasal 20.
3. Kurikulum Nasional (Kurnas)
Adalah kurikulum yang dikembangkan pusat dan
berlaku secara nasional, yang di dalamnya memuat
Rasional, Struktur Kurikulum dan Beban Belajar,
Kerangka Implementasi, Silabus, dan Buku Babon
untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan.
4. Kurikulum Daerah (Kurda)
Adalah kurikulum yang dikembangkan Daerah Tingkat
I dan daerah Tingkat II dan berlaku pada wilayah
tersebut.
56
B. Tujuan Panduan Pembelajaran
Tujuan Panduan Pembelajaran ini untuk menjadi acuan bagi
satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum, khususnya dalam menyusun RPP
dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.
C. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
paling tidak terdiri dari Kurnas, Kurda, kalender pendidikan,
dan RPP.
Standar Proses adalah standar nasional pendidikan tentang
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
57
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran pada satuan pendidikan
dasar dan menengah.
Standar Penilaian adalah standar nasional pendidikan
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut
penilaian hasil pembelajaran pada satuan pendidikan dasar
dan menengah.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau
beberapa materi pokok atau tema tertentu yang mencakup
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
pembelajaran detil pada suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mencakup kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, tujuan,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
58
II. PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH
A. Pandangan tentang Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk
watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan-
kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta
didik. Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong
pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap
individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan
mewujudkan masyarakat belajar. Kegiatan pembelajaran
mengembangkan kemampuan untuk mengetahui,
memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan,
dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1)
berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas
peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan
menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam.
59
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menerapkan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Dalam hal ini
kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan
meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,
kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan
kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama di dalam benaknya, dan merevisinya apabila aturan-
aturan itu tidak lagi sesuai. Pandangan dasar tentang
pembelajaran adalah bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta
didik harus didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan di
dalam benaknya. Agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong
untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, bersusah payah dengan ide-idenya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini,
dengan memberi kesempatan peserta didik untuk
60
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi peserta didik anak tangga yang membawa
peserta didik ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak
tangga tersebut. Bagi peserta didik, pembelajaran harus
bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
Di dalam pembelajaran, peserta didik membangun
pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan
yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari
sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan
di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari
yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia
yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan
akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual,
yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit,
dan operasional formal.
Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul
dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam
individu tersebut. Jadi, pembelajaran terjadi apabila peserta
61
didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuannya. Peran guru dalam pembelajaran
adalah memberikan tugas menantang berupa permasalahan
yang harus dipecahkan peserta didik. Pada saat tugas itu
diberikan, peserta didik belum menguasai cara
pemecahannya, namun dengan berdiskusi dengan temannya
dan bantuan guru, tugas tersebut dapat diselesaikan. Dengan
menyelesaikan tugas tersebut, kemampuan-kemampuan
dasar untuk menyelesaikan tugas itu akan dikuasai peserta
didik.
Guru menyediakan kesempatan peserta didik untuk
berdiskusi dan berbagai bentuk kerjasama lainnya untuk
menyelesaikan tugas itu. Selain itu, guru memberikan
sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap-
tahap awal pembelajaran. Selanjutnya peserta didik
mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera
setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan
guru tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain
yang memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri. Sekali
lagi, bantuan tersebut tidak bersifat “memberitahu secara
62
langsung” tetapi “mendorong peserta didik untuk mencari
tahu”.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk
belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan-
ketearmpilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Guru
mendorong peserta didik untuk mendapatkan pengalaman
dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka
menemukan konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran terjadi apabila
peserta didik terlibat secara aktif dalam menggunakan
proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman,
sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan
beberapa konsep atau prinsip tersebut. Proses-proses mental
itu misalnya: mengamati, menanya dan merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, serta menyajikan.
B. Langkah-langkah Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran menurut standar proses perlu
diwujudkan dalam perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran, dan penilaian. Untuk memberikan bantuan
kepada guru, prinsip-prinsip pembelajaran tersebut
63
dijabarkan dalam urutan pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari;
c. mengantarkan peserta didik kepada suatu
permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai;
d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan
penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan
atau tugas.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
64
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi-
tas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru mendorong peserta
didik untuk mencari informasi yang luas dan dalam
tentang masalah/tugas/topik yang akan
diselesaikan/dipelajari dengan menerapkan prinsip
alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber. Pencarian informasi ini terutama dilakukan
dengan mengamati (observing), menghubung-
hubungkan fenomena (associating), menanya atau
merumuskan masalah (questioning), dan melakukan
percobaan (experimenting) atau pengamatan
lanjutan.
Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai
prosedur untuk melakukan sesuatu, guru
65
memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh
guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya
guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan
balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya. Guru melibatkan peserta didik
secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Ruang pembelajaran tidak hanya kelas, namun
dalam kegiatan eksplorasi guru memfasilitasi
peserta didik melakukan ekplorasi pada tempat
yang sedapat mungkin relevan yang dieksplorasi,
misalnya di laboratorium, studio, atau lapangan.
Media dan sumber belajar lainnya digunakan guru
untuk memberi bantuan peserta didik melakukan
eksplorasi dalam bentuk mengamati (observing),
menghubung-hubungkan fenomena (associating),
menanya atau merumuskan masalah (questioning),
dan melakukan percobaan (experimenting) atau
pengamatan lanjutan.
66
Pada fase ekplorasi (dan juga elaborasi), guru
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif atau kolaboratif sehingga peserta didik
mampu bekerjasama untuk menyelesaikan suatu
tugas atau memecahkan masalah tanpa takut salah.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru memberikan
kesempatan peserta didik untuk melakukan analisis,
berpikir, dan menyimpulkan atau menyelesaikan
masalah. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
menelusuri informasi lanjutan yang berkenaan
dengan topik atau tugas, sekaligus membiasakan
peserta didik membaca dan menulis. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperluas
dan/atau memperdalam gagasan yang ditemukan
atau untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain.
Guru memfasilitasi peserta didik membuat laporan
eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tertulis, secara individual maupun kelompok.
67
Selanjutnya, guru memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
dalam bentuk presentasi lisan atau tertulis, pameran,
turnamen, festival, atau ragam penyajian lainnya
yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa per-
caya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan
umpan balik positif dan penguatan terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik. Guru memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
Pada kegiatan konfirmasi, guru berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku
dan benar. Walaupun demikian, jawaban tersebut
tetap memberikan ruang bagi peserta didik untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk
mencari tahu yang lebih dalam pada diri peserta
68
didik. Jika ada masalah yang belum terpecahkan
dengan tepat, guru membantu peserta didik
menyelesaikan masalah dengan tetap memberi
penguatan atas upaya pemecahan masalah yang
dilakukan peserta didik.
Guru memberi acuan agar peserta didik agar dapat
melakukan pengecekan hasil eksplorasi, memberi
informasi dan dorongan untuk bereksplorasi lebih
jauh, dan memberikan motivasi kepada peserta didik
yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan
peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian
dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
69
70
III. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu
berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum,
serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
71
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta
didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik
yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan
baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun
produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,
72
penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada
setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk
menyajikan karya, maka portofolio merupakan cara
penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
73
III. PENGEMBANGAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
pembelajaran detil pada suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan peserta didik dalam upaya mencapai KD,
sesuai dengan standar proses pembelajaran. Setiap guru
dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP pada
matapelajaran yang diampunya, di bawah supervisi guru
senior yang ditunjuk, kepala sekolah, pengawas, atau dari
LPTK yang relevan. RPP disusun sebelum awal tahun
pelajaran, dan menjadi bagian KTSP.
B. Prinsip Pengembangan RPP
RPP dikembangkan dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
74
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam RPP harus benar, bersesuaian dengan silabus, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen RPP saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
KI, KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
Kegiatan pembelajaran konsisten dengan silabus dan
SP, kegiatan penilaian juga konsisten dengan silabus
dan Spen, sumber belajar konsisten dengan Buku
Babon.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
75
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen RPP dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan
masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen RPP mencakup pengembangan keseluruhan
ranah (kognitif, afektif, psikomotor).
D. Komponen RPP
RPP disusun untuk setiap materi pokok atau tema yang
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih,
dengan mengacu kepada silabus. Materi pokok atau tema
tersebut mengikat KD-KD yang bersesuaian pada empat
dimensi KI. Guru dapat juga merancang penggalan RPP
untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah
sebagau berikut:
76
1. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,
kelas, semester, program/program keahlian, mata
pelajaran dan materi pokok atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik dalam materi pokok atau
tema tertentu. Secara umum untuk materi pokok atau
tema tertentu, RPP mengorganisasikan upaya
pencapaian KD-KD pada 4 dimensi kompetensi inti:
sikap kepada Tuhan YME, sikap kepada diri sendiri dan
lingkungan sekitar, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur.
4. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan tentang
hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik
sesuai dengan kompetensi dasar. Di dalam sebuah RPP,
77
tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau
diorganisasikan mengikuti penggalan-penggalan tertentu
(misalnya untuk setiap pertemuan). Tujuan mengacu
pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek:
Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek
kemampuan). Akan tetapi, untuk keperluan kemudahan
dalam pembuatan alat penilaian, disarankan tujuan
mengandung 4 aspek: Audience (peserta didik),
Behavior (aspek kemampuan), Condition (dalam kondisi
apa kemampuan itu muncul/ditampilkan), dan Degree
(derajat pencapaian kemampuan yang diinginkan).
5. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
Secara umum, materi ajar paling tidak mencakup materi
ajar pada Buku Babon. Materi ajar lain yang relevan
dapat dimasukkan sebagai materi ajar yang menunjang
pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
9) potensi peserta didik;
10) relevansi dengan karakteristik daerah,
11) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spritual peserta didik;
78
12) kebermanfaatan bagi peserta didik;
13) struktur keilmuan;
14) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran;
15) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan
16) alokasi waktu.
6. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan un-
tuk pencapaian KD dan beban belajar.
7. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan
metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan
kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada
setiap mata pelajaran. Pemilihan metode pembelajaran
juga seiring dengan langkah-langkah eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi dalam pembelajaran yang
mendorong siswa untuk mengamati, menanya atau
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
melakukan pengamatan lanjutan atau eksperimen,
79
menganalisis, menyimpulkan, dan menyajikan.
Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk
peserta didik kelas 1 sampai kelas 6 SD/MI.
8. Kegiatan pembelajaran
Pembelajaran diorganisasikan sesuai 3 kegiatan utama:
pendahuluan, inti, dan penutup seperti diuraikan dalam
langkah pembelajaran di atas.
9. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom-
petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
10. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada kegiatan
pembelajaran yang dirumuskan untuk mencapai KD.
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang
berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber
belajar cetak utama adalah Buku Babon (Kurnas) dan
Buku Suplemen (Kurda). Oleh karena peserta didik
didorong untuk mencari informasi, maka internet juga
menjadi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan.
80
BAGIAN KEEMPAT
PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM 2013
A. LATAR BELAKANG
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah
suatu kegiatan sistematis, terencana terdiri atas kegiatan
pengembangan ide kurikulum (curriculum idea), dokumen
kurikulum (curriculum construction), implementasi kurikulum
(curriculum implementation), dan evaluasi kurikulum
(curriculum evaluation). Keempat dimensi pengembangan
kurikulum ini saling terkait dan merupakan suatu kesatuan
keseluruhan proses pengembangan.
Sebagai bagian dari pengembangan kurikulum, evaluasi
kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan sejak awal
perngembangan ide kurikulum (deliberation process),
pengembangan dokumen, implementasi, dan sampai kepada
saat dimana hasil suatu kurikulum sudah memiliki dampak di
masyarakat. Evaluasi dalam proses pengembangan ide dan
dokumen kurikulum dilakukan untuk mendapatkan masukan
mengenai kesesuaian ide dan desain kurikulum untuk
mengembangkan kualitas yang dirumuskan dalam SKL.
81
Evaluasi terhadap implementasi dilakukan untuk memberikan
masukan terhadap proses pelaksanaan kurikulum agar sesuai
dengan apa yang telah dirancang dalam dokumen. Evaluasi
terhadap hasil memberikan keputusan mengenai dampak
kurikulum terhadap individu warganegara, masyarakat, dan
bangsa. Secara singkat, evaluasi kurikulum dilakukan untuk
menegakkan akuntabilitas kurikulum terhadap masyarakat dan
bangsa.
Evaluasi terhadap ide dan dokumen kurikulum dilakukan
terhadap upaya mencari informasi dan memberikan
pertimbangan berkenaan dengan keajegan ide kurikulum untuk
mengembangan kualitas yang diharapkan, dan keajegan desain
kurikulum dengan model dan prinsip pengembangan kurikulum.
Evaluasi terhadap ide kurikulum menentukan apakah filosofi,
teori, model yang akan dikembangkan telah mampu memenuhi
fungsi kurikulum dalam mempersiapkan generasi muda bangsa
bagi kehidupan warganegara sebagai seorang individu dan
bangsa di masa yang akan datang sebagaimana ditetapkan dalam
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Untuk Kurikulum 2013 evaluasi terhadap ide dilakukan dalam
suatu proses deliberasi dalam kelompok pengembang yang
terdiri atas tim inti, tim internal dan tim nara sumber secara
internal. Evaluasi internal tersebut dilaksanakan melalui diskusi
dimana pemikiran yang dikemukakan tim pengembang dikaji
82
oleh tim nara sumber, mendapat masukan dan kemudian
diformulasikan sebagai landasan filosofi, teoritik, model yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum. Filosofis yang
eklektik berakar dari pandangan filosofi esensialisme,
perenialisme, rekonstruksi sosial dan humanisme dinyatakan
sebagai landasan filosofi yang dapat mengembangkan
kurikulum. Dengan pandangan filosofis yang eklektik tersebut
kurikulum tetap berakar pada budaya bangsa, mewariskan
keunggulan bangsa untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan tuntutan kehidupan masa kini, berorientasi pada
kehidupan masa kini dan mampu mengembangkan karakter
warganegara dan bangsa untuk kehidupan masa depan di abad
ke 21 sebagaimana dirumuskan dalam SKL Pendidikan dan
Satuan Pendidikan.
Evaluasi terhadap model memperlihatkan bahwa model
kurikulum berbasis kompetensi sebagaimana yang ditetapkan
dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan
Nasional dan peraturan turunannya masih dapat digunakan tetapi
berbagai konsep terkait dengan istilah kompetensi, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar mengalami revisi. Desain
kurikulum mengalami perubahan dan perubahan tersebut
dianggap lebih memperkuat konsep kurikulum berbasis
kompetensi, dan memperkuat organisasi vertikal dan horizontal
kurikulum. keterkaitan konten kurikulum secara horizontal dan
83
vertikal dilakukan melalui kompetensi inti. Review dan revisi
terhadap KD yang menjadi konten/kompetensi kurikulum
dilakukan segera setelah KD selesai dikembangkan dan umpan
balik untuk revisi segera diberikan.
Evaluasi terhadap kesesuaian konten dengan tahap
perkembangan psikologi anak dilakukan oleh para akhli
psikologi anak dan psikologi pendidikan terutama untuk konten
kurikulum SD. Perumusan ulang dan penyederhanaan KD-SD
yang telah dikembangkan tim dilakukan untuk memberikan
kepastian mengenai kesuaian anatar materi kurikulum dengan
kemampuan kognitif, sosial, dan afektif peserta didik SD.
Di SMP dan SMA/SMK dimana peserta didik telah memasuki
tahap kemampuan berpikir formal maka evaluasi terhadap
konten kurikulum dilakukan oleh para akhli di bidang materi
pelajaran. Evaluasi menghasilkan berbagai penyesuaian KD
terhadap Kompetensi Inti dan keterkaitan antara satu KD dengan
KD lainnya. Hasil dari evaluasi ini memberikan keyakinan akan
organisasi horizontal dan tata urut (sequence) konten kurikulum.
Evaluasi terhadap kesinambungan konten antara satu kelas
(tahun) dengan kelas lainnya dilakukan secara terbuka. Hasil
evaluasi menjadi dasar untuk perubahan berberapa KD yang
dianggap terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan
kelas sebelumnya. Pelaksanaan evaluasi sangat intensif dan
84
dilakukan secara internal dalam pertemuan antar tim
pengembang (tim teknis, tim inti, dan tim pengarah).
Evaluasi keterkaitan antara KD SD dengan SMP dan KD SMP
dengan SMA dilakukan dengan menempatkan KD SD sebagai
dasar untuk mengembangkan KD SMP dan KD SMP sebagai
dasar untuk mengembangkan KD SMA. Evaluasi kesesuaian
dilakukan secara terbuka antara tim pengarah, tim inti dan tim
teknis pengembang kurikulum.
Evaluasi oleh tim eksternal dilakukan dengan mengundang para
pakar dari 12 perguruan tinggi yang memiliki Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Temuan dari tim
eksternal langsung dikomunikasikan kepada tim teknis
pengembang. Masukan dari tim eksternal merevisi berbagai KD
yang telah dirumuskan dan hasil rumusan tersebut dianggap
final.
Uji Publik adalah evaluasi eksternal dalam skala nasional dan
menyangkut berbagai komponen Kerangka Dasar Kurikulum
dan struktur kurikulum. Dilakukan di 5 kota ibukota propinsi
untuk tingkat nasional dan di 33 ibukota propinsi untuk tingkat
kabupaten dan kota memberikan berbagai masukan yang berarti
bagi pemantapan landasan filosofis, teoritis, dan prinsip yang
digunakan dalam mengembangkan kurikulum.
85
B. PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi kurikulum adalah serangkaian tindakan sistematis
dalam mengumpulkan informasi, pemberian pertimbangan dan
keputusan mengenai nilai (worth) dan arti (merit) suatu
kurikulum. Pertimbangan dan keputusan mengenai nilai
berkenaan dengan keajegan ide, desain, implementasi
kurikulum, dan hasil kurikulum. Pertimbangan dan keputusan
mengenai arti berkenaan dengan dampak kurikulum terhadap
masyarakat. Dampak dimaknai sebagai sesuatu yang positif.
C. FOKUS EVALUASI
Evaluasi Kurikulum berfokus pada empat dimensi kurikulum
yaitu ide, dokumen, implementasi dan hasil. Evaluasi terhadap
dua dimensi kurikulum yaitu terhadap ide dan desain telah
dilakukan selama proses pengembangan keduanya.
Fokus dari pedoman ini adalah pada implmentasi kurikulum.
Implementasi diartikan sebagai kegiatan merealisasikan ide dan
rancangan kurikulum dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Implementasi terdiri atas dua fase yaitu
implementasi awal (initial implementation stage) dan
implementasi penuh (fully implementation stage).
Atas dasar pengertian implementasi tersebut maka fokus dari
pedoman adalah evaluasi terhadap:
86
1. Pengadaan dokumen kurikulum dan distribusi ke
pengguna
2. Kegiatan persiapan lapangan untuk melaksanakan
kurikulum
3. Proses implementasi
4. Pelaksanaan implementasi kurikulum secara
menyeluruh
Fokus pada pengadaan dokumen kurikulum meliputi
ketersediaan dokumen untuk digunakan oleh sekolah dan guru
yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun
2013-2014, 2014-2015, dan 2015-2016. Evaluasi terhadap
ketersediaan diarahkan pada adanya dokumen kurikulum, buku
babon guru dan peserta didik, serta pedoman lain sebelum tahun
pendidikan baru dimulai.
Evaluasi terhadap persiapan lapangan berkenaan dengan
pelatihan para pengguna kurikulum terutama guru, kepala
sekolah dan pengawas. Evaluasi persiapan lapangan berkenaan
pula dengan kesiapan administrasi sekolah untuk melaksanakan
kurikulum.
Evaluasi terhadap proses implementasi ditujukan kepada
rancangan sekolah, RPP dan kegiatan pembelajaran yang terjadi
di satuan pendidikan (kelas, luar sekolah, dan masyarakat)
dalam mengimplementasikan ide dan dokumen kurikulum
87
sebagai expected curriculum menjadi RPP, taught curriculum
dan learned curriculum.
Evaluasi untuk fokus 1 sampai 3 bersifat formatif sedangkan
evaluasi untuk fokus 4 bersifat sumatif. Direncanakan pada
akhir tahun pembelajaran 2015-2016, pada waktu itu ditetapkan
apakah implementasi kurikulum secara keseluruhan sudah dapat
dilaksanakan pada tahun itu ataukah berbagai penyempurnaan
dalam implementasi masih diperlukan.
D. ASPEK EVALUASI IMPLEMENTASI
Aspek yang dievaluasi implementasi adalah:
1. Ketersediaan dokumen kurikulum dan buku babon
2. Pelaksanaan pelatihan pengguna kurikulum (guru, kepala
sekolah, dan pengawas)
3. Persiapan satuan pendidikan dalam administrasi,
fasilitas, dan manajemen
4. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan
pendidikan
Ketersediaan dokumen kurikulum dan buku babon adalah
adanya dokumen kurikulum untuk masing-masing guru dan
sekolah. Dokumen kurikulum untuk sekolah adalah dokumen
tentang Kurikulum (Buku III) dan Dokumen Kurikulum untuk
satuan pendidikan yang bersangkutan (III A untuk SD, III b
88
untuk SMP, III C untuk SMA, III D untuk SMK). Dokumen
kurikulum untuk guru adalah Kompetensi Inti, KD, dan silabus
kelas untuk guru kelas (SD); Kompetensi Inti, KD, dan silabus
mata pelajaran untuk guru SMP, SMA, SMK.
Pelaksanaan pelatihan pengguna kurikulum adalah jumlah uru
yang ditatar dibandingkan dengan jumlah guru yang mengajar
untuk kelas yng bersangkutan. Guru SD adalah guru kelas jadi
di bacht pertama pelatihan mencakup guru kelas I dan IV SD
sedangkan pada bach berikutnya guru kelas II dan V, kemudian
guru kelas VI. Guru agama, seni-budaya dan penjasorkes adalah
guru mata pelajaran dan oleh karenanya mereka sudah harus
terlatih pada bacth pertama. Untuk SMP dan SMA guru mata
pelajaran dan dengan demikian mereka yang mengajar di kelas
VII adalah juga mereka yang mengajar di kelas VIII dan IX.
Guru SMA dan SMK yang mengajar di kelas X mungkin juga
mereka yang mengajar di kelas XI dan XII sehingga batch untuk
mereka mungkin berbeda dari batch pelatihan untuk SD.
Selain jumlah, evaluasi terhadap pelatihan berkenaan dengan
ketersediaan bahan pelatihan, kualitas proses pelatihan,
perubahan mind-set, pengetahuan dan ketrampilan pelaksana
kurikulum.
Kesiapan satuan pendidikan dalam administrasi, fasilitas dan
manajemen terutama terkait dengan pengembangan KTSP
beserta komponen KTSP.
89
Pelaksanaan implementasi berkenaan dengan RPP yang
dikembangkan guru, penerapan proses pembelajaran
(mengamati, menanya, mengasosiasikan, menkomunikasikan),
penilaian hasil belajar , dan manajemen kelas.
E. JADWAL EVALUASI IMPLEMENTASI
KURIKULUM
Jadwal evaluasi kurikulum terhadap implementasi dirancang
sebagai berikut:
TAHUN
2013 2014 2015 2016
FORMATIF FORMATIF FORMATIF SUMATIF
- Februari 2013 sampai Juli 2013: berfokus pada
ketersediaan dokumen kurikulum, pelatihan guru
kelas I, IV, VII, X dan kepala sekolah dan pengawas
SD, SMP, SMA, SMK.
- Juli 2013 – Juni 2014: berfokus pada kegiatan
implementasi awal kelas I, IV, VII, dan X
- Juli 2013 – Juni 2014: berfokus pada ketersediaan
dokumen kurikulum dan pelatihan guru kelas II, V,
VI, VIII, IX, XI, dan XII
90
- Juni 2014 – 2015: berfokus pada implementasi tahun
II masih dalam fase awal implementasi
- Juni 2015 – 2016: berfokus pada implementasi tahun
III dan penentuan apakah implementasi penuh (fully
implementation stage) sudah dapat dimulai pada
tahun 2016-2017 dan seterusnya.
F. PELAKSANA EVALUASI IMPLEMENTASI
Evaluasi Implementasi dilaksanakan oleh satuan tugas yang
diangkat khusus untuk melaksanakan tugas tersebut terdiri atas
satuan tugas untuk:
- Evaluasi ketersediaan dokumen kurikulum dan buku
babon
- Evaluasi kesiapan satuan pendidikan dan
pelaksanaan pelatihan pengguna kurikulum (guru,
kepala sekolah, dan pengawas).
G. DESAIN DAN INSTRUMEN
Evaluasi untuk ketersediaan dokumen kurikulum dan buku
babon dilaksanakan dengan menggunakan daftar check yang
dikirim ke satuan pendidikan atau diadministrasikan melalui
kerjasama dengan dinas pendidikan kabupaten atau kecamatan.
Instrumen ini diadministrasikan keseluruh kelas dan satuan
pendidikan yang melaksanakan Kurikulum 2013.
91
Instrumen untuk kesiapan satuan pendidikan dalam administrasi
dan manajemen berupa kuesioner, oberveasi dan wawancara.
Diadminitrasikan ke seluruh kelas dan sekolah yang
melaksanakan Kurikulum 2013. Dilaksanakan dengan kerjasama
dinas pendidikan kabupaten atau kecamatan.
Desain evaluasi untuk implementasi adalah kombinasi antara
desain evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Desain
kuantitatif dirancang untuk evaluasi di seluruh kelas dan satuan
pendidikan yang melaksanakan Kurikulum 2013 sedangkan
desain kualitatif digunakan terhadap kelas atau satuan
pendidikan yang berdasarkan hasil evaluasi kuantitatif
menempati urutan atas, menengah, dan bawah. Desain kualitatif
ditujukan untuk mendapatkan pendalaman mengenai
keberhasilan, keterlaksanaan, dan kekurangmampuan kelas atau
satuan pendidikan mengimplementasikan kurikulum.
Dengan desain kombinasi kuantitatif dan kualitaif maka
digunakan instrumen untuk evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif.
Rincian desain dan instrumen dikembangkan oleh tim yang
ditunjuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
top related