bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...
Post on 15-Feb-2018
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 IPA
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait
dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses
pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk
membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai
banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran
yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi
perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan
negara-negara maju. Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah
terbukti dengana danya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan
tetapi diIndonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn IPA di
Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan
bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata plajaran IPA tidak begitu diminati dan
kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA.
Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan
sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik,masalah yang dihadapi
oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa
dan komunikasi antara siswa dan guru. Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan
IPA di SD diperlukan pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam
pendidikan IPA. Masalah ini juga yang mendasari adanya kurikulum yang di sempurnakan (KYD)
yang saat ini sedang dikembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP. Dalam makalah ini
penulis akan menyajikan tentang pengertian pendidikan IPA danperkembangannya
sehingga menyebabkan adanya perubahan kurikulum yang disempurnakan. Diharapkan
6
setelah adanya penyempurnaan kurikulum makapendidikan IPA dapat diajarkan sesuai
dengan konsepnya serta dapat dikembangkadala dunia tekologi. Pendidikan IPA terpadu
yang diterapkan di SD dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu
berpikir logis, kreatif dan kritis dalam menanggapi isu teknologi di masyarakat..
Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait dengan ilmu
pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan
IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan dan
IPA itu sendiri.
1. Pengertian Pendidikan Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses
sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti
pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta sebagai makhluk
Tuhan”.Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu usaha
yangdilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia
baiksecara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan”.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu
proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk
pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan
cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa
pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola pikir saja, namun juga
untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi pendidikan
menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat seseorang
tersebut menjadi lebih baik.
2. Pengertian IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut
Suyoso(1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif
dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Menurut Abdullah
(1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya
kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Dari pendapat di atas
7
maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan
manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa
metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum
sehingga akan terus di sempurna akan. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi
yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk
hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan
sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika
IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA
mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya.
Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada
pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam. Dari uraian di atas
mengenai pengertian pendidikan dan IPA, maka pendidikan IPA merupakan
penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk
pembelajaran di SD. Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha
untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA,
memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA
berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.Pendidikan IPA menurut Sumaji
(1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan sosial yang merupakan disiplin ilmu
bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang
bersifat produktif”. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
IPA merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-
gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk
kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan
dapat dikembangkan di masyarakat. Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang
memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SD memiliki kepribadian yang
baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang
ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori
akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan
kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu
tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama
8
digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru.
Hanya sajateori tersebut bukan untuk dihafal namun di terapkan sebagai tujuan
proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini
belum dapat menerapkannya. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan
IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan
dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada
namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk
itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari
tujuan pendidikan.
2.1.2 Media Pembelajaran
Jenis Media yang di manfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam,mulai
dari Media yang sederhana sampai pada Media yang cukup rumit dan canggih. Untuk
mempermudah mempelajari jenis media, karakter, dan kemampuanya, dilakukan
pengklasifikasian atau penggologan.
Salah satu klasifikas yang dapat menjadi acuan dalam pemampaatan Media adalah
klasifikasi yang di kemukakan oleh edgar dale yang di kenal dengan krucut pengalaman
(cone experience). Kerucut pengalaman dale mengklasifikasikan media berdasarkan
pengalaman belajar yang akan di peroleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar
langsung, penglaman belajar yang dapat di capai melalui gambar, dan pengalaman
belajar yang bersifat abstak.
Klasifikasi media berdasarkan bentuk fisik.
A. Media yang tidak diperoyeksikan
Media ini sering disebut sebagai media pameran atau displayed media. Jenis media
yang tergolong media yang tidak diperoyeksikan, yaitu
1. Realia
Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media
realia tidak harus selalu dihadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan
sebagai suatu kegiatan observasi pada lingkungannya.
Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagai mana adanya,
tidak ada pengubahan, kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan hidup aslinya.
9
Ciri media realia adalah benda asli yang masih ada dalam keadaan utuh, dapat
dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali
sebagaimana wujud aslinya. Selain dalam bentuk aslinya, penggunakan realia dapat
dimodifikasi. Menurut Heinich, modifikasi penggunaan media realia dalam proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga cara, sebagai berikut:
a. Cutaways/potongan
b. Specimen/contohExhibit/pameran
2. Model
Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang cukup
efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Walaupun tidak
semua benda nyata dapat digunakan sebagai media realia karena keterbatasan
penyediaannya, misalnya karena ukuran ataupun biayanya. Alternatip pemanfaatan
media yang menyerupai relia adalah model.
Menurut Brown, model didefinisikan sebagi benda nyata yang dimodifikasikan,
Heinich menyebutkan hal yang senada, yaitu gambaran yang berbentuk tiga dimensi
dari sebuah benda nyata. Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran
dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan realia, seperti harga yang tinggi
atau benda yang sulit digunakan sebagai realia.
Model dapat berukuran lebih besar, lebih kecil,atau berukuran sama persis dengan
benda aslinya, serta dapat menampilkanwujud yang lengkap dan rinci dari benda
aslinya, atau dapat ditampilkan dalam wujud disederhanakan untuk mempermudah
proses kegiatan pembelajaran. Sebagai salah satu media yang dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan belajar mrngajar , model memilki keunggulan yang tentunya sangat
membantu proses tersebut, walaupun terdapat pula kterbatasan tentunya.
3. Bahan grafis
Media grafis yang juga digolongkan sebagai media visual nonproyeksi, mudah
digunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relatif murah.
Umumnya media yang termasuk dalam golongan ini hanya membutuhkan biaya
yang relatif rendah atau bahkan tidak membutuhkan biaya sama sekali. Menurut
Brown, ada lima jenis media grafis yang memiliki keunggulan yang cukup tinggi
10
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu graft, chart, diagram, kartu, poster, peta, dan
globe.
Sementara menurut Heinich, menyebutkan beberapa jenis media grafis antara lain :
gambar diam, sketsa, diagram, chart, grafik, poster, dan kartun. Sebagian dari media
grafis ini memerlukan kecermatan dan perhatian yang husus, karena visualisasi dari
sebagian media grafis bersifat simbolis tidak menampilkan gambaran yang utuh.
Masing-masing jenis media garfis memiliki keunikan, keunggulan, dan keterbatasan
tersendiri yang tentunya menarik untuk dibahas satu persatu, mulai dari gambar
diam, sketsa,diagram,grafik,chart, dan poster.
a. Gambar diam
Dari semua media grafis gambar yang merupakan jenis yang paling banyak
digunakan, mudah dikenali, dan mudah dimengerti secara langsung tanpa
memerlukan interpretasi.
b. Sketsa
Sketsa itu merupakan gambar yang tidak lengkap dan sederhana, atau dapat
dikatakan sebagai gambar kasar yang hanya menampilkan bagian-bagian pokok
atau utama dan mengabaikan bagian-bagian yang bersifat detail. Sketsa ini biasanya
digunakan apabila gambar yang lengkap dari objek yang ditampilkan tidak tersedia,
atau memang bertujuan hanya ingin menampilkan bagian-bagian pokok dari suatu
objek.
c. Grafik
Grafik didefinisikan sebagai bahan-bahan nonfotografis dengan format dua dimensi
yang didesain husus untuk mengkomunikasikan pesan dan informasi tertentu.
Umumnya data yang berbentuk data biasa ataupun tabel dapat disusun dalam
bentuk grafik. Penampilan data dalam bentuk grafik umumnya akan menjadi lebih
mudah difahami dan lebih menarik. Penggunan grafik dalam kegiatan pembelajaran
memilki berbagai pilihan dan pariasi. Setidaknya grafik dapat ditampilkan dalam
empat jenis, yaitu: batang, gambar, lingkungan, dan garis.
d. Chart
Chart atau bagan adalah salah satu jenis dari media grafis yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau materi yang cukup sulit jika disampaikan secara lisan
11
atupun tulisan. Chat atau bagan mampu memvisualisasikan sebuah hubungan yang
bersifat abstrak, seperti kronologis suatu kejadian atau struktur organisasi. Dengan
kemampuan tersebut, chart merupakan cara untuk memvisualisasikan informasi atau
materi yang rumit dengan cara yang sederhana dan singkat.
4. Papan display
Berbagai media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, poster,chart, realia, atau
lainnya yang akan digunakan dalam proses pembelajaran kadang kala
membutuhkan tempat untuk men-display atau memanjang. Banyak pilihan yang
dapat digunakan untuk men-display atau memanjang media yang tidak diproyeksi,
yaitu papan tulis atau blackboards, whiteboard,copyboard, dan buletin boards.
Keempat jenis media display ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
B. Media yang diperoyeksikan
Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan antara lain, overhead
transparanci (OHT), slide, filmstrips, dan opaque. Media tersebut diproyeksikan
kelayar dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan proyektor (overhead
projector, slide projector, dan opaque projector). Namun, dengan perkembangan
teknologi telah memungkinkan komputer dan vidio dapat diproyeksikan dengan
menggunakan peralatan khusus , yaitu, LCD.
2.1.3 Media Realia
Benda nyata (real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya,
karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang
dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang
berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan
yang berarti. Sebagai obyek nyata, realia merupakan alat bantu yang bisa memberikan
pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, realia banyak digunakan
dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Realia
mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan
secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual.
12
Media Realia yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan
dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang,
insektarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya. Media pembelajaran sederhana
termasuk jenis media realia.
2.1.4 Metode Eksperimen
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Menurut Yatim Riyanto (1996:28-
40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam
melakukan kontrol terhadap kondisi.
Metode Eksperimen (Strategi Belajar Mengajar)
Metode eksperimen adalah penyajian pembelajaran dengan memperagakan kepada
siswa agar kemampuan belajar IPA tentang sifat gaya meningkat.
1. Kelebihan motode eksperimen
a. Siswa dapat memahami sesuai obyek sebenarnya.
b. Siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu .
c. Siswa dibiarkan untuk berkerja secara sistematif.
d. Siswa dapat mengamati sesuwatu sesuai proses.
e. Siswa dapat mengetahui lingunngan struktural .
f. Siswa dapat membandingan antara beberapa obyek.
2 Kelemahan metode eksperimen
a. Dapat menimbulkan berfikir konkrik saja .
b. Kelebian siswa efektifitas ekseperimen kurang berhasi.l
c. Tergantung pada alat bantu.
d. Banyak siswa yang kurang berani.
Setelah memahami dan memperlajari tentang kelebihan dan
kekurangan dari metode ekseperimen diatas, maka sebagai peneliti memilih
dan menerapkan metode ini sebagai altenatif untuk memecahkan kesulitan
13
belajar siswa kelas IV SDN Wonokerso 02 untuk meningkatkan
kemampuan belajar siswa terhadap materi konsep sifat gaya.
3 Alasan yang mendasari dalam menerima pelajaran tentang gaya pada
penerapan metode eksperimen:
a. Kemampuan siswa dalam menerima pelajaran dari guru tidak sama.
Dengan metode ekseperimen siswa akan selalu ingat terhadap meteri
yang dipelajari.
Misal: guru memberikan contoh membuat bola dari pelstisin, pertama
pelsitisin berbentuk kotak kemudian ditekan-tekan dan dibuat lingkaran
akan menjadi bola.
b. Materi akan mudah dipelajari atau dipahami langsung oleh siswa
apabila siswa mulihat langsung dalam pembelajaran. Misal : anak diberi
plastisin satu persatu,anak disuruh meniru yang diperagakan guru.
c. Siswa yang kreatif akan dapat mengembangkan materi pembelajaran
dengan tingkat perkembangan jiwanya.
Dengan digunakan metode eksperimen ini, peneliti berharap agar siswa
menguasai materi sifat gaya dengan sempurna
4 Langkah-langkah penerapan metode eksperimen pada pelajaran IPA tentang
sifat gaya.
a. Guru menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan eksperimen
dengan menyediakan alat-alat eksperimen.
b. Guru menjelaskan dan mengeksperimenkan suatu prosedur atau proses.
Diusahakan seluruh siswa dapat mengamati ekssperimen dengan baik
dan dilanjutkan tanya jawab.
c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan
sendiri .
d. Siswa membuat kesimpulan hasil eksperimen.
5 Kemampuan belajar IPA tentang sifat gaya
Kemampuan belajar menurut arti bahasa adalah kecakapan seseorang
untuk meneningkatan pengetahuan dan kertampilan dalam belajar. Belajar
14
adalah suwaktu proses psikologi yaitu perubahan tangkah laku siswa baik
berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap.
Proses belajar yang terjadi pada diri siswa selain dipengaruhi oleh faktor
internal yang bersangkutan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor
eksternal lainnya.
Peaget berpendapat bahwa belajar sifatnya individual artinya proses
belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Perkembangan
individu tersebut dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan
intelektual usia yang bersangkutan (Pengantar Pendidikan).
Menurut Rogers “belajar haruslah memiliki makna bagi siswa,
pengorganisasian bahan dan ide baru harus ada dalam rangka memberi
makna kepada siswa, dilain pihak belajar yang optimal akan terjadi mana kala
siswa berpartisipasi penuh serta memiliki tanggung jawab dalam belajar”.
Mengacu pendapat dari para ahli diatas berarti dikatakan bahwa belajar
prinsipnya adalah merupakan proses perubahan tingkah laku pada siswa
karena latihan dan pengalaman. Belajar ilmu pengetahuan alam pada
prinsipnya bukan menghafal kata-kata bermakna tapi belajar dengan
melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata untuk menemukan konsep pada
siswa tentang belajar konkret.
6 Peningkatan belajar terhadap materi pembelajaran sifat gaya.
Peningkatan belajar siswa terhadap pembelajaran IPA harus guru lakukan
bersama siswa semaksimal mungkin. Hal ini juga harus diperhatikan beberapa
faktor, sesuai dengan pendapat Winata Putra (1998 : 28-213). Untuk
meningkatkan penguasaan belajar siswa terhadap materi yang diajarkan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar.
Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah :
a. Motivasi.
b. Perhatian.
c. Aktivitas.
d. Umpan balik.
e. Perbedaan individu.
15
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar tersebut peneliti berusaha
membangkitkan motivasi dan perhatian siswa sehingga tercipta aktifitas positif
dengan memperhatikan perbedaan antara siswa yang satu dengan yang
lainnya.
2.1.5 Pengertian Belajar
Sebelum mengkaji tentang hasil belajar perlu dipahami tentang pengertian belajar
itu sendiri sehingga pemahaman tentang hasil belajar menjadi lebih utuh dengan
menggunakan berbagai sajian (representasi) tentang suatu konsep IPA, anak-anak akan
dapat memahami secara penuh konsep tersebut jika dibandingkan dengan hanya
menggunakan satu sajian saja.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah
kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar , kesemuanya termasuk
dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.(Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 10-11).
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (Arief S. Sadiman, 2006: 2). Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan
unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah
unsur jasmaniah (Oemar Hamalik, 2004: 30).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek
afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
16
2.1.6 Hasil Belajar
Sedangkan hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan
pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa
setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran (Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz, 2006: 27).
Menurut Nana Sudjana (1999: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut
Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz (2006: 27) hasil belajar merupakan perubahan perilaku
baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang
dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Gagne mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni (a) verbal information,
(b) intelektual skill, (c) cognitive strategy, (d) attitude dan (e) motor skill. Sementara itu
Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai
digolongkan atau dibedakan menjadi tiga bidang, yakni (a) bidang kognitif, (b) bidang
afektif dan (c) bidang psikomotor (Nana Sudjana, 2002: 45-46).
Menurut Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 1999: 22-31) klasifikasi Hasil
belajar dibagi menjadi 3 ranah yaitu :
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah ini yakni, gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keterampilan kompleks,
gerakan ekspresif dan interpretatif.
2.1.7 Hakekat Belajar
Kemampuan belajar menurut arti bahasa adalah kecakapan seseorang untuk
meneningkatan pengetahuan dan kertampilan dalam belajar. Belajar adalah suwaktu
17
proses psikologi yaitu perubahan tangkah laku siswa baik berupa pengetahuan,
keterampilan ataupun sikap.
Proses belajar yang terjadi pada diri siswa selain dipengaruhi oleh faktor internal
yang bersangkutan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor eksternal
lainnya.
Peaget berpendapat bahwa belajar sifatnya individual artinya proses belajar
merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Perkembangan individu tersebut
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan intelektual usia yang
bersangkutan (Pengantar Pendidikan).
Menurut Rogers “belajar haruslah memiliki makna bagi siswa, pengorganisasian
bahan dan ide baru harus ada dalam rangka memberi makna kepada siswa, dilain
pihak belajar yang optimal akan terjadi mana kala siswa berpartisipasi penuh serta
memiliki tanggung jawab dalam belajar”.
Mengacu pendapat dari para ahli diatas berarti dikatakan bahwa belajar prinsipnya
adalah merupakan proses perubahan tingkah laku pada siswa karena latihan dan
pengalaman. Belajar ilmu pengetahuan alam pada prinsipnya bukan menghafal kata-
kata bermakna tapi belajar dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata untuk
menemukan konsep pada siswa tentang belajar konkret.
2.1.8 Pengertian Pembelajaran
Knirk & Gustafson (2005) menjelaskan bahwa Pembelajaran merupakan setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
Dimyati & Mudjiono (2005) menjabarkan bahwa Pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran menurut Surya, (2004) Pembelajaran merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
18
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Gagne dan Briggs ( 1979:3 ) mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi
dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Dari beberapa Pengertian Pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan
mengenai Pembelajaran, bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar
2.1.7 Metode pembelajaran
(Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa Metode pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R
David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
19
diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya
Gambar 2.3 Fungsi media dalam proses pembelajaran
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
faktor dari dalam diri siswa itu (internal) dan yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan (eksternal). Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis (Sudjana, 2002:
39-40).
2.3. Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
melalui proses belajar IPA yang menunjukkan kecakapan siswa dalam menguasai
materi pelajaran meliputi penanaman konsep, pemahaman konsep, dan keterampilan
berhitung.
Hasil belajar yang dimaksudkan peneliti adalah nilai yang diperoleh oleh siswa
pada mata pelajaran IPA dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru
kelas setelah melaksanakan tugas atau tes yang diberikan dalam proses penelitian ini.
Hasil belajar tersebut diantaranya adalah tes berhitung soal, aktivitas pembelajaran
siswa yang meliputi keaktifan, semangat, dan keberanian dalam mengajukan
METODE
Guru Siswa Media PESAN
20
pertanyaan dalam pembelajaran metode eksperimen dengan memanfaatkan alat
peraga tentang sifat gaya.
2.4. Kerangka berfikir
Pada hakikatya proses pembelajaran adalah suatu proses komunikasi.
Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan
melalui kegiatan penyampaian dan tuka menukar pesan atau informasi oleh setiap guru
dan siswa. D a l a m h a l i n i , i n f o r m a s i t e r s e b u t b e r u p a
p e n g e t a h u a n , k e a h l i a n , s k i l l , i d e , d a n pengalaman belajar.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Wonokerso 02 Kecamatan
Limpung Kabupaten Batang. Komunikasi yang dibangun guru dalam pr oses
pembelajaran tidak berjalan efektif, karena ketiadaan media yang digunakan
untuk melakukan tukar menukar pengetahuan kepada siswa. metode pembelajaran
yang hanya bertumpu kepada aktivitas mengajar guru menyebabkan siswa menjadi
kurang aktif, dan kurang memiliki pengetahuan konsep yang luas terhadap materi
pelajaran. Dalam keadaan seperti ini, maka guru harus melakukan upaya
atau tindakan-tindakan nyata untuk merubahnya. Tindakan tersebut dapat
berupa penggunaan media pembelajaran yang tepat sesua idengan materi pokok
pelajaran terutama pada mata pelajaran IPA, khususnya pokok bahasan
materi gaya, yaitu dengan menggunakan media relia. Media Realia yaitu semua media
nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah
diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insektarium, herbarium, air, sawah dan
sebagainya. Media pembelajaran sederhana termasuk jenis media realia. Maka
berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas IV SDN Wonokerso 02 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang,
sebagaimana telah dikemukakan pada latar belakang tulisan ini, maka
tidak salah kiranya bahwa untuk mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa diperlukan
tindakan pembelajaran dengan menghadirkan media realia di kelas.
Dengan menggunakan Media realia, pelaksanaan pembelajaran IPA lebih
ditekankan pada proses, sehingga siswa mampu memahami materi pelajaran
secara luas dan komprehensif terutama tentang materi gaya . Dengan
21
menggunakan media realia interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa
dapat berjalan efektif karena tercipta komunikasi dua arah, yaitu komunikasi guru dengan
siswa. Dan komunikasi siswa dengan siswa yaitu terbentuknya interaksi belajar untuk
saling memberikan pengertian dan pemahaman di antara para siswa. Untuk
mempermudah dan mempersingkat hal yang menjadi kerangka pemikiran.
Untuk melaksanakan tindakan pembelajaran IPA dengan menggunakan media Realia.
,
2.5. Hipotesa tindakan
Atas dasar kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas maka peneliti mengajukan hipotesa
tindakan sebagai berikut, pemanfaatan media realia dengan penerapan metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa kelas IV SDN
Wonokerso 02 semester 2 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang
top related