pajak perspektif islam - gunadarmamuminatus_ff.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/78466/... ·...

Post on 20-Aug-2021

3 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

PAJAK PERSPEKTIF ISLAM MU’MINATUS FITRIATI

FIRDAUS. S.FIL.I,M.PHIL.

Manusia diciptakan Allah untuk hidup berdasarkan bangsadan suku untuk saling mengenal dan memahami individu lainagar kehidupannya dapat bermanfaat bagi sesama manusia.Hal tersebut sesuai firman Allah (Al-Hujuraat:13):

▪ Apabila individu dalam suatu negara atau asosiasi tidak dapatmengenal kebutuhan orang lain, maka akan tercipta manusiayang haus kekuasaan dan berorientasi pada materi saja.

▪ Menurut Thomas Hobbes, apabila manusia tidak bisadikendalikan akan berubah menjadi manusia menjadi serigalabagi sesamanya (homo homini lupus).

▪ Oleh sebab itu, pajak sebagai salah satu sarana untukmengendalikan nafsu manusia untuk menguasai danmengeksploitasi orang lain demi materi dan kekuasaan dalamsuatu negara.

▪ Pajak dapat mendekatkan individu dengan manusia lainnyadalam bentuk kewajiban berbagi karena konsep pajak padadasarnya adalah adanya kesediaan untuk berbagi dengansesama.

▪ Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam bersabda, bahwa“…….didalam harta terdapat hak-hak yang lain di samping zakat”. (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Fathimah binti Qais).

▪ Ibnu Taimiyah menyatakan: “zakat dan kewajiban lain selain zakat(pajak) disebabkan oleh alasan yang berbeda.

▪ Alasan ditetapkannya zakat adalah karena memiliki harta di atasbatas maksimum (nishab), sedangkan alasan ditetapkannya pajak(dharibah) bukan kerena memiliki kelebihan harta, tetapi karenamunculnya kebutuhan mendesak dalam masyarakat”.

▪ Dengan demikian maka keduanya, zakat dan pajak merupakansebuah kewajiban yang harus ditunaikan, walaupun esensi danentitas dari keduanya tidaklah serupa.

Pajak dibutuhkan untuk sarana redistribusi kekayaan dalamkehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Misalnya, pemerataankesejahteraan, pendidikan dan infrastruktur bagi masyarakat.

Kewajiban membayar pajak menghasilkan beragam opini positifmaupun negatif, namun dapat diselesaikan berdasarkan solusidibawah ini, diantaranya (Tim edukasi pajak,2017:30-31):

▪ Pertama, ketidaktahuan atas fungsi dan manfaat pajak bagikehidupan masyarakat sehingga solusi yang tepat melaluipenyuluhan tentang kesadaran masyarakat terhadap pentingnyamembayar pajak.

▪ Kedua, kecurigaan masyarakat karena ketidakjujuran danpenyelewengan hasil pajak oleh pegawai pajak yangdapat ditanggulangi dengan akuntabilitas sebagaibentuk pertanggung jawaban aparatur negara disertaisanksi tegas pada petugas pajak yang melakukan tindakpidana korupsi.

▪ Ketiga, asumsi masyarakat akan beratnya nilai pajakdiselesaikan dengan pengarahan dan sanksi bagimasyarakat yang tidak menunaikan pajak serta rewardbagi masyarakat yang sadar pajak.

▪ Keempat, asumsi pentingnya pajak untuk keberlangsungankehidupan masyarakat dan negara dikembangkandengan berbagai cara dan strategi yang tepat agarstabilitas hasil pajak dapat ditingkatkan sehinggakesejahteraan masyarakat tercipta lebih baik lagi.

▪ Selain berbuat kebaikan dan menghindari konflik, berbagimerupakan akhlak mulia. Suka berbagi, bekerjasama danbergotong royong sebagai sifat dasar manusia sebagaimakhluk sosial. Hidup berkelompok merupakan ciri khasmanusia sebagai makhluk sosial.

▪ Kewajiban membayar pajak sebagai bentuk amanatundang-undang dalam mendukung kehidupan sosial yangharmonis (Tim edukasi pajak,2017:35-36).

▪ Pajak juga menjadi alat penghubung antara rakyat denganpemimpin yang mewakili mereka. Negara, melalui pajakdipandang mampu mendistribusikan kesejahteraan ekonomisecara merata kepada seluruh warganya (Tim edukasipajak,2017:43).

Pajak juga berkaitan dengan segi ekonomi, karena setiap manusia yanghidup tidak terlepas dari aspek ekonomi untuk mencapai kesejahteraantanpa membuat suatu kerusakan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial.

Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamuberkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan (QS. Al-Baqarah: 60).

Islam mempunyai tiga tujuan ekonomi, yaitu (Munawwir, 1986: 93-94):

▪ Pertama, agar hubungan ekonomi manusia berdiri atas landasan gotongroyong, kejujuran dan keadilan.

▪ Kedua, menumbuhkan landasan tersebut untuk menyingkirkan sikapkapitalis dan eksploitasi terhadap orang lain termasuk kesenjangansosial.

▪ Ketiga, menutup konflik ekonomi yang menyebabkan memuainyakekayaan pada tangan beberapa individu saja sehingga usaha yangdiperbolehkan syari’at apabila memberikan keuntungan yang seimbangbagi ekonomi masyarakat.

▪ Dalam aspek ekonomi umat Islam dihadapkan kepada dua hal,yaitu kewajiban membayar zakat dan pajak. Zakat merupakansalah satu sumber pendapatan Negara pada awal masapemerintahan Islam.

▪ Namun, seiring dengan perkembangan sistem ketatanegaraanyang berlaku di dunia sekarang ini, maka zakat tidak lagi menjadikewajiban Negara, namun menjadi kewajiban individu Muslimkarena sistem pajak telah menggantikan zakat sebagai unsurutama pendapatan Negara (Ridwan, 2014).

▪ Mayoritas negara di dunia telah mengunakan pajak sebagaiinstrument utama dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga pajakmenjadi kewajiban yang harus dibayar oleh setiap masyarakatsebagai sumber utama pendapatan negara.

▪ Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah memerlukan danamelalui pajak yang diambil dari masyarakat sehingga pajakmenjadi salah satu kewajiban masyarakat (Ridwan, 2014).

✓ Dalam kehidupan bernegara, umat muslim tidakterlepas kewajiban membayar pajak.

✓ Karena pajak merupakan kewajiban umat muslimterhadap negara dalam meningkatkan perekonomiannegara.

✓ Pajak juga menjadi sarana utama untuk mengingatkanindividu untuk memanfaatkan hartanya pada sesuatuyang positif sesuai dengan tujuan pengenaan pajakpenjualan atas barang mewah, antara lain:

1. Pertama, mencegah gaya hidup yang menyebabkankesenjangan sosial;

2. Kedua, mengendalikan gaya hidup yang konsumtif,sehingga negara tidak terbebani untuk mengimporbarang mewah sehingga menyedot devisa negara;

3. Ketiga, beberapa barang mewah dapat menyebabkankerusakan lingkungan dan punahnya beberapa spesieshewan tertentu, seperti ular, buaya, panda dan harimau(Tim edukasi pajak, 2017:33-34).

PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK

▪ Zakat : Zakat merupakan salah satu kewajiban dalamIslam, bahkan zakat menjadi rukun Islam yang ketiga.

▪ Zakat adalah ibadah yang wajib dilakukan dari segimateri, secara etimologi makna zakat artinya suci,namaa maknanya tumbuh, thaharah maknanya suci,barakah bertambah kebaikan dikatakan demikiankarena harta yang dikeluarkan untuk zakat akanbertambah, berkembang dan suci.

▪ Makna terminologi zakat adalah kadar harta tertentuyang diambil dari harta seseorang kemudian diberikankepada orang yang kurang mampu.

▪ Pajak: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yangterutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifatmemaksa berdasarkan Undang Undang, denganmendapatkan imbalan secara tidak langsung dan digunakanuntuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuranrakyat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Bab I Pasal 1ayat 1.

▪ Hasil dari pembayaran pajak digunakan untuk membanguninfrastruktur, merawat serta menjaganya dan membantutercapainya kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

▪ Sehingga setiap rakyat Indonesia wajib membayar pajakuntuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK ▪ Zakat merupakan kewajiban umat

Islam berdasarkan syari'ah Islam.

▪ Jika tidak melaksakan zakathukumnya dosa bagi yang mampu.

▪ Zakat hanya diberikan kepada umatIslam yang tidak mampu sesuai suratat-taubah ayat 60.

▪ Zakat diberikan sesuai nisabnya.

▪ Zakat diberikan sesuai haul atauwaktunya.

▪ Zakat dibagi menjadi dua yaitu maaldan fitrah.

▪ Zakat hanya dibayar bagi yangmampu.

▪ Pajak merupakan kewajiban warganegara baik muslim maupun non muslimyang telah memenuhi syaratberdasarkan UU.

▪ Jika tidak membayar pajak akandikenakan sanksi sesuai aturanpemerintah.

▪ Pajak didistribusikan kepada seluruhwarga negara.

▪ Pajak diberikan sesuai aturan daripemerintah.

▪ Pajak dibayar berdasarkan waktuyang telah diatur oleh pemerintah.

▪ Pajak dalam pembagiannya diaturoleh pemerintah.

REFERENSI

Assalam H,Taha ‘Abdu.(2003). Falsafatul Akhlaq ‘Inda Ibni Maskawaih. Kairo: Jami’atu al-Azhaar.

Al-’Asqalani, Ibnu Hajar.(2004). Ibanatul Ahkaam Syuruhu Bulughul Maram Beirut: Darul Fikri.

Kaelan, M.S. (2012). Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Yogyakarta:

Paradigma.

Khan, Qamaruddin. (1971). Pemikiran Politik Ibnu Taymiyyah. Bandung: Pustaka.

Qardhāwī, Yusuf. (2003). Masyarakat Berbasis Syari’at Islam. Surakarta: Intermedia.

Qardhāwī, Yusuf. (1997). Fiqih Prioritas Urutan Amal Terpenting Dari Yang Terpenting. alih bahasa Moh.

Nurhakim. Jakarta: Gema Insani Press.

Qardhāwī, Yusuf. (1999). Al-Islamu Kama Nu’minu bihi Dhowabithu wa Malamihu. Mesir: Nahdhotu Misro.

Tim Edukasi Perpajakan. Materi Terbuka Kesadaran Pajak Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pajak Kementrian Keuangan Indonesia.

Tim Penyusun. (2016). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Noer, Deliar. (1984). Islam Pancasila dan Asas Tunggal. Jakarta: Paradigma Press.

Team Penulis.(2003). Pendidikan Agama Islam. Depok: Universitas Gunadarma.

Tim Penyusun. (2017). Panduan Pembelajaran Kesadaran Pajak Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan

Tinggi.

Solihah, C. (2017). Pembayaran Zakat dan Pajak di Negara Hukum Pancasila. Syiar Hukum, 15(1), 17-27.

Ridwan, M. (2016). Zakat Vs Pajak: Studi Perbandingan di Beberapa Negara Muslim. ZISWAF: Jurnal Zakatdan Wakaf, 1(1), 1-22.

Hidayatullah, K., & Zulaikha, S. (2017). Zakat vis to vis Pajak sebagai lembaga keuangan

publik. Adzkiya: Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, 5(2), 301-330.

top related