organisasi papua merdeka tahun 1960-1969 skripsi · organisasi papua merdeka bagi masyarakat di...
Post on 14-Mar-2019
304 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ORGANISASI PAPUA MERDEKA
TAHUN 1960-1969
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sejarah
Disusun Oleh:
Yuling Malo
NIM: 094314006
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak diambil dari karya orang lain, kecuali disebut dalam kutipan, catatan
kaki dan daftar puistaka.
Yogyakarta, 9 Januari 2017
Penulis
Yuling Malo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Motto
Jalan Cepat Atau Lambat Tujuannya Sama
Besar omongan akan menjatuhkan kita sendiri cepat atau lambat orang lain akan
membuktikan apakah benar kita sebesar yang diucapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Halaman Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta
Penulis
Yuling malo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul organisasi papua merdeka Tahun 1960-1969 Skripsi ini
mengambil tema seputar gerakan Organisasi Papua Merdeka pada masa penjajahan
kolonial Belanda sampai dengan era awal Kemerdekaan Indonesia. Tujuan dari skripsi ini
adalah untuk mengetahui latar belakang dari berdirinya Organisasi Papua Merdeka,
dinamika perkembangan Organisasi Papua Merdeka tahun 1960-1969, dan pengaruh dari
Organisasi Papua Merdeka bagi masyarakat di Papua dan pemerintah Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan kajian pustaka. Oleh karena itu data-data dalam
penelitian ini harus di gali melalui literatur dan arsip-arsip yang tersimpan di berbagai
Perpustakaan. Adapun Perpustakaan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada,
serta Perpustakaan Daerah Manokwari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Organisasi Papua Merdeka ternyata tidak
lepas dari respon atas kepemimpinan Indonesia yang pada masa itu berada di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno. Pada perkembangannya, Organisasi Papua Merdeka
juga tidak dapat berkembang secara efektif menjadi kelompok penekan pemerintah
karena pemerintah Indonesia pada masa itu juga memberikan perlawanan secara kuat.
Melalui penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa berdirinya Organisasi
Papua Merdeka (OPM) ternyata tidak lepas dari pengaruh kolonialisme Belanda, dimana
sebelumnya terdapat beberapa negara lainnya yang berhasil menguasasi wilayah ini,
diantaranya Jepang, Jerman dan Inggris. Dalam perkembangannya, kedekatan Belanda
dengan Australia yang berhasil membangun kerjasama pada beberapa bidang kemudian
menjadi cikap-bakal berdirinya OPM.
Kata kunci : Papua, Pemerintah Indonesia, OPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The title of this thesis is Organisasi Papua Merdeka (OPM) in 1960-1969. This
thesis took the theme about OPM’s movement during the Dutch colonialization until the
beginning of Indonesian independence. The aim of this thesis was to understand the
background of OPM establishmenr, the development dynamics of OPM in 1960-1969,
and the influence of OPM toward the people in Papua and Indonesian goverment.
This research was done through a library reearch. Therefore, the data in this
research should be dug through literary works and archives which were stored in some
libraries. The libraries which were used by the writer such as Universitas Sanata
Dharma’s library, Universitas Gajah Mada central library, and Manokwari’s library.
The result of this research showed that OPM actually was a form of respond toward
Indonesian govermental which was led by Soekarno. In its development, OPM was not
effectively developed to be the goverment’s opposition because the Indonesian
goverment at that time had a strong defense.
Through this research, it could be concluded that the establishment of OPM was
influenced by the Dutch colonialism, in which there were some countries that had
concquered this region first such as, Japan, Germany, and England. In its development,
the close relation between Dutch and Australia succeeded in establishing the cooperation
in some fields which later became the cause of OPM establishment.
Keywords: Papua, Indonesian goverment, OPM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kepada Allah Bapa di Surga atas berkat dan penyertaannya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam proses penulisannya, berbagai suka dan
duka telah saya alami. Namun kehadiran sosok keluarga, pembimbing, dan sahabat dalam
proses penulisan skripsi ini sungguh membantu dan meringankan beban itu.
Semangat saya dalam menulis skripsi suatu ketika pernah pudar. Namun inspirasi
dan dorongan dari orang-orang di sekeliling saya membuat saya kembali bersemangat
untuk menyelesaikan Skripsi ini. Oleh sebab itu saya ingin menucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah Bapa di Surga dan Putra-Nya yang tunggal, Yesus Kristus.
2. Orang Tua dan semua Saudara di Pegunungan Bintang, Papua.
3. Bapak Hb. Hery Santosa, M.Hum atas bimbingannya selama menyusun skripsi
dan Dr.Lucia Juningsih, M. Hum. Beserta semua dosen di jurusan Ilmu Sejarah
Fakutas Sastra univertitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis.
4. Segenap dosen dan staf Program Studi Sejarah, Universitas Sanata Dharma.
Teman-teman Program Studi Sejarah Sanata Dharma angkatan 2009 ; Deaz, Belo, Maksi,
Yunda, Yulia, Adul.
1. Anak nongkrong Sejarah ; Britto ganteng, Riko, Deslin, Fauzan, Juan, Deslin,
Yasmine, Ndoi, Noven, Wowok, Luis, Agung, Jeray, Penyik, Adit, Lud, Erik,
Marni, Desi, Mbak Dyah.
2. Seluruh Pengurus serta anggota KOMAPO Yogyakarta.
Yogyakarta,
Penulis
Yuling Malo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL………...………………………………..........…….................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...…...........…………… …….............ii
PENGESAHAN...…………………….........................................................................III
HALAMAN MOTTO……………..………..………………....……...........................IV
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…..………….............................V
ABSTRAK…………………………..........………………..........................................VI
ABSTRACT……………………………………………............................................VII
KATAPENGANTAR………………………………………....................................VIII
DAFTAR ISI……………………………………………………................................IX
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah……………………………………..3
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………3
D. Tujuan Penelitian………………………………………………………….4
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………...4
F. Tinjauan Pustaka………………………………………………………….5
G. Landasan Teori…………………………………………………………….9
1. Teori Konflik………………………………………………………….9
2. Ideologi………………………………………………………………10
3. Pergerakan……………………………………………………………12
4. Stabilitas……………………………………………………………...14
H. Metodologi Penelitian……………………………………………………17
I. Sistematika Penulisan……………………………………………………20
BAB II SEJARAH KOLONIALISASI BELANDA DI PAPUA DAN
LATAR BELAKANG BERDIRINYA OPM (ORGANISASI PAPUA
MERDEKA)………………………………………………………………….…22
A. Sejarah Pemerintahan Belanda Di Irian Jaya ……………………………22
B. Aspek-Aspek Internasional yang Menumbuhkan
Benih Separatisme………………………………………………………..34
C. Terbentuknya Organisasi Papua Merdeka (OPM)……………………….36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB III PERKEMBANGAN DAN PERJUANGAN ORGANISASI PAPUA
MERDEKA (OPM), SERTA PANDANGAN INDONESIA TERHADAP
ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM)………………………………….41
A. Perkembangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sejak
Runtuhnya Rezim Orde Lama……………………………………………41
B. Sepak Terjang OPM (Organisasi Papua Merdeka)………………………44
C. Perjuangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Ditinjau Dari
Kepentingan Papua………………………………………………………49
D. Perjuangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Ditinjau
Dari Kepentingan Indonesia……………………………………………..52
BAB IV ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM), MASYARAKAT
PAPUA DAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI)…………………………………………………………………………...59
A. Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Papua Dalam Bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia……………………………………59
B. Dampak Organisasi Papua Merdeka (OPM) Terhadap Masyarakat
dan Pemerintah Indonesia………………………………………………..61
1. Dampak Bagi Masyarakat Papua……………………………………...62
2. Dampak Bagi Pemerintah Indonesia…………………………………..66
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..71
A. Kesimpulan………………………………………………………………71
B. Saran……………………………………………………………………..74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dinamika sosial, politik dan keamanan di Indonesia ternyata tidak bisa
dilepaskan dari konflik. Konflik ini terjadi akibat kesenjangan antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya, adanya rasa ketidakadilan dari daerah terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah pusat hingga gesekan sosial pada kelompok akar
rumput (grass root). Sejak awal kemerdekaan, organisasi-organisasi yang
mengganggu stabilitas Indonesia sebagai Negara berdaulat banyak bermunculan.
Sebut saja GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Aceh, DI TII di Makassar,
FRETILIN di Timor Timur, dan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua.
Pergolakan tersebut tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang (NKRI) saja,
mengingat pembentukan NKRI pun didasari dengan upaya perlawanan dari
berbagai daerah dan suku bangsa terhadap Belanda. Oleh karena itu dualitas sudut
pandang harus benar-benar ditegakkan, yaitu perlawanan terhadap Belanda atas
nama nasionalisme di satu sisi, dan perlawanan atas nama daerah dan suku bangsa
di sisi lain; sehingga sejarah dapat ditulis secara objektif.
Papua, dalam konteks ini adalah Papua Barat atau Irian Jaya, merupakan
salah satu wilayah yang mengalami pergolakan yang hingga dewasa ini masih
belum dapat diselesaikan. OPM (1964), jelas dikenal oleh rakyat Indonesia (non-
Papua) sebagai bentuk pemberontakan. Perlawanan dimulai dari penyerangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Batalyon 751 Brawijaya di Manokwari, yang menewaskan 3 prajurit TNI.1
Pandangan negatif dari masyarakat umum terhadap OPM, memunculkan asumsi
bahwa terdapat intervensi dari pemerintahan Soekarno hingga Soeharto yang
terkesan menempatkan OPM pada isu-isu “miring” terkait dengan kemunculannya
di media massa nasional, dan masih dipertahankan sampai era demokrasi sekarang
ini.
Jika ditinjau ke belakang, sejak proklamasi Indonesia (1945), sebetulnya
Pemerintah Belanda telah memisahkan daerah Papua dari Hindia untuk
menyiapkan Papua beserta rakyatnya membentuk pemerintahan sendiri dan lepas
dari Pemerintahan Belanda. Untuk membantu usaha tersebut PBB membentuk
UNTEA (United Nation Temporary Administration) yang memikul tanggung
jawab pemerintahan/administratif selama masa transisi. Sampai pada 1 Desember
1961, Pemerintah Belanda menunjuk masyarakat lokal terpilih Papua; 50% dari
New Guinea Raad (legislatif) untuk mengibarkan bendera Bintang Kejora
bersebelahan dengan bendera Belanda, serta lagu kebangsaan Papua pun
diperkenalkan –Proklamasi Papua di Victoria.2 (lihat lampiran 1)
Berseberangan dengan itu, Indonesia mengadakan Perjanjian New York3
(1962) dengan tidak melibatkan masyarakat Papua seorang pun, dan dengan serta
merta mengakuisisi Papua dari Belanda ke Indonesia. Tahun 1964 kaum terpelajar
1 Syamsul Hadi, 2007. Disintegrasi Pasca Ordebaru; Negara, Konflik Lokal dan
Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor. hlm. 99.
2 Yulia Sugandi, 2008. Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan Mengenai
Papua. Makalah. Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung. hlm 4.
3 Socratez Sofyan Yoman, Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan
Sejarah Kekerasan, hal. 113.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Papua mengusahakan ke PBB agar melakukan free choice, bahwa Papua harus
bebas dari Belanda dan Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, OPM berkembang
menjadi sebuah organisasi separatis yang lebih teratur. Tata organisasi mulai
dirapikan, memiliki kepengurusan inti, logistik, panglima perang, komandan
sektor militer I-V dan sebagainya.4
Kondisi tersebut jelas merugikan dan mengancam kedaulatan NKRI
sehingga komando-komando militer selalu digalakkan di seluruh distrik yang ada
di Papua. Secara resmi, Komando Pasukan Khusus (Kopasus) memang dihadirkan
untuk mengawasi, memantau dan menekan gerakan OPM yang desas-desusnya
kembali berkembang sejak 1960-an.
Dari deskripsi singkat di atas, maka urgensitas dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan secara periodik, terkait perjalanan dan perjuangan OPM dari
1960 sampai dengan 1969.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Penulisan ini mengidentifikasi permasalahan pada perkembangan OPM
yang ditinjau dari sudut pandang kedua pihak, yaitu; Indonesia sebagai negara dan
Papua sebagai bagian dari Negara Indonesia, kronologis sesuai dengan periode
1960-1969 hingga berbagai dampak yang ditimbulkan. Berangkat dari identifikasi
tersebut, kemudian permasalahan akan dibatasi pada sekumpulan fakta mengenai
hubungan OPM dan pemerintah Indonesia sesuai dengan periode yang telah
ditentukan, yaitu pada tahun 1960-1969.
4 Syamsul Hadi, op, cit. hlm 102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Organisasi Papua Merdeka ?
2. Bagaimana dinamika gerak OPM pada tahun 1960 sampai dengan
tahun 1969 ?
3. Bagaimana pengaruh OPM terhadap masyarakat Papua dan
pemerintah Indonesia ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan dinamika Organisasi Papua Merdeka dari tahun 1960 sampai
dengan tahun 1969 yang meliputi latar belakang pendirian OPM, dinamika gerak
hingga dampak yang ditimbulkan.
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana umumnya studi ilmiah, maka penelitian ini juga membawa
manfaat. Adapun manfaat yang penulis maksud mencakup manfaat praktis dan
teoritis. Manfaat praktis adalah manfaat yang langsung dapat diaplikasikan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
penelitian ini dilakukan, sedangkan manfaat teoritis acuannya lebih pada
sumbangsih penulis terhadap ilmu pengetahuan.5
1. Manfaat Teoretis
Melalui penulisan ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan
dan pengetahuan dalam bidang ilmu sejarah, khususnya mengenai sejarah
Organisasi Papua Merdeka.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kalangan Akademik
Untuk memberikan masukan, bahan referensi dan bacaan
kepada mahasiswa (khususnya Ilmu Sejarah) terkait penulisan sejarah
OPM dari berbagai sudut pandang baik dari pihak pemerintah
Indonesia ataupun dari pihak OPM.
b. Bagi Kalangan Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang
OPM, terkait sejarah kemunculannya, ideologi yang diusung,
pengorbanan, dan perjuangannya.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah penelusuran pustaka atau penelitian terdahulu
yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Tujuannya adalah untuk
memperluas referensi dan membuktikan bahwa penelitian ini memiliki nilai-nilai
5 Gulo, W, 2002, Metodologi Penelitian, Jakarta : Gramedia Widyasarana
Indonesia, hlm.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
„kebaruan‟ karena berfokus pada periode tahun 1960-1969, dimana periode ini
belum pernah diambil sebelumnya oleh civitas akademika program studi sejarah
pada Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta sehingga bukan merupakan plagiasi
dari penelitian atau karya orang lain. Berikut ini beberapa penelitian yang pernah
mengkaji Organisasi Papua Merdeka.
Ngatiyem6 dalam skripsinya mengemukakan bahwa stabilitas politik di
Indonesia dengan objek kajiannya adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) 1964
sampai dengan 1998. Hasil penelitian Ngatiyem adalah deskripsi historis tentang:
latar belakang kemunculan OPM adalah pengaruh Pemerintah Belanda pada masa
Residen J. P Eechoud yang ditandai dengan lahirnya kaum elit Papua terdidik
yang bersikap Pro-Papua. Belanda menjanjikan kemerdekaan Papua sekitar tahun
1970, tetapi terhalang perjanjian New York (15 Agustus 1962) sehingga Papua
Barat jatuh ke tangan Indonesia.
Dalam penelitian Ngatiyem dapat diketahui bahwa perjuangan Organisasi
Papua Merdeka adalah usaha untuk menuntut kesetaraan, kemerdekaan, hak asasi
manusia, dan tentu saja keadilan. Perlawanan dilakukan dengan menyerang pos-
pos TNI, pengibaran bendera Bintang Kejora, dan penculikan dan Proklamasi
Papua Barat di Victoria. Organisasi Papua Merdeka terus mencari dukungan
massa, dukungan sesama bangsa dan dukungan internasional. Menanggapi hal
tersebut, Indonesia terus menurunkan TNI untuk melakukan operasi keamanan di
6 Lihat: Judul skripsi, Ngatiyem. 2007. Organisasi Papua Merdeka 1964-1998.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Papua Barat. Demikianlah, Indonesia lebih memilih melakukan pendekatan
Militer ketimbang diplomasi, sehingga pergolakan terus berkecamuk.
Dalam penelitian Ngatiyem juga ditegaskan bahwa konflik Papua terjadi
akibat kesenjangan dan ketidakadilan antara pusat dan daerah. Ini kemudian
menimbulkan pergolakan yang sulit untuk diselesaikan. Dengan demikian
perspektif (sudut pandang) penelitian Ngatiyem adalah dari masyarakat dan
entitas sosial-politik di Papua.
Kemudian tulisan berkaitan dengan konflik Papua dan OPM dikemukakan
oleh Djopari7 dalam thesisnya yang mengkaji pemberontakan OPM dari tahun
1964 sampai dengan 1984 melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan data-
data dari koran, buku, jurnal, dan media lainnya. Pengkajiannya fokus pada
masalah integrasi politik dan imbasnya terhadap pembangunan. Pemberontakan
OPM dimulai tahun 1965 yang dipimpin Permenas Ferry Awom. Pemberontakan
terus berlangsung secara sporadis sehingga menghambat pembangunan fisik
maupun non-fisik. Dalam konteks ini OPM dipandang sebagai tantangan besar
dalam penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen.(Lihat Lampiran 2)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa OPM lahir di wilayah Papua dari
dua Fraksi Utama pimpinan Terianus Arongger, SE (1964) dan Aser Demotekay
(1963). Kegiatan OPM terbagi menjadi kegiatan politik dan militer. Kegiatan
politik bertujuan untuk menggalang dukungan ke luar negeri, dan kegiatan militer
dilakukan di Irian Jaya. Aksi penggalangan dukungan ke Luar negeri tidak
7 Lihat : Tesis, Johannes Rodolf Gerzon Djopari, 2000, Organisasi Papua
Merdeka 1964-1998, Jakarta, Universitas Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
berlangsung mulus karena pro-kontra internal, yakni ada yang orientasi Barat dan
orientasi neo-Marxis/Sosialis. Inilah yang menyebabkan OPM lemah sehingga
mudah dipatahkan TNI.
Kemudian penelitian selanjutnya dikemukakan oleh Sugandi8 dalam
kajiannya tentang konflik dan rekomendasi kebijakan mengenai Papua, berusaha
menunjukkan peran dari setiap para pelaku perubahan sosial di Papua termasuk di
antaranya masyarakat akar rumput, organisasi masyarakat madani, pemerintah
lokal, perempuan, militer dan pemerintah pusat, serta keterlibatan organisasi-
organisasi internasional dengan strategi-strategi intervensi mereka.
Keluhan-keluhan di Papua mulai ditanggapi sejak lahirnya otsus (otonomi
khusus). Dukungan lebih jauh untuk menciptakan konteks positif dalam mencapai
keadilan pemerataan keadilan harus terus dilakukan, yakni perlindungan terhadap
pendudukasli Papua sampai pada tingkat Desa. Strategi intervensi harus
memastikan kesinambungan akibat dari program dan menyentuh kelompok
rentan. Dalam hal ini sudah banyak organisasi internasional yang mendukung
pelaksanaan otsus di Papua. Menurut Sugandi, kerumitan masalah di Papua,
termasuk penyimpangan-penyimpangan tidak dapat dilepaskan dari kerangka
nasional, yakni hubungannya dengan pemerintah Pusat. Kemudian kelemahan-
kelemahan di tingkal lokal termasuk kurangnya sistem penyaluran professional
dalam pemerataan kesejahteraan, tingkat keamanan manusia dari kelompok rentan
di daerah-daerah terpencil juga dipengaruhi oleh konstelasi perdamaian yang
8 Jurnal, Sugandi, Yulia. 2008. Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan
Mengenai Papua. Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung (FES).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ditandai dengan kurangnya modal sosial antara negara dengan aparat
keamanannya dan rakyatnya. Oleh karena itu resolusi konflik sebetulnya berada di
tangan kedua belah pihak, antara Jakarta dan Papua sebagai pelaku utama dalam
mencapai perdamaian.
Berdasarkan tiga penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa upaya
penulisan sejarah OPM dari awal kemunculannya sampai dengan 1969 belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini memiliki nilai-nilai kebaruan.
Adapun berbagai penelitian yang akan uraikan di sini, sangat menunjang
penelitian ini, baik dari segi konten sejarah, metodologi, maupun secara teoritis.
Kemudian perbedaan ketiga tesis di atas dengan penelitian ini adalah fokus dari
rezim, dimana penulis memfokuskan penelitian pada periode 1960-1969,
khususnya pada akhir era kepemimpinan Presiden Soekarno.
G. Landasan Teori
1. Teori Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.9
Menurut Taquiri dalam bukunya The Conflict of Paradoks konflik
merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. Sedangkan
menurut Gibson dalam bukunya The Capitalizing of Conflicy : Stratgis and
Pratice, menyatakan bahwa hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.10
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung
pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
9 Budi Khelik Herprasetyo, 2014, Kala Tak Mampu Lagi Berkata, Blitar : Adora
Media, hal.9.
10 Afzalur Rahim, 2010, Managing Conflict in Organization, London :
Transaction Publication, hal.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
merasa terhibur. Kemudian penyebab konflik lainnya adalah perbedaan latar
belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Berdasar pada teori konflik di atas maka dapat difahami bahwa munculnya
OPM merupakan pangkal dari kegagalan entitas pro-kemerdekaan Papua dengan
pemerintah Indonesia. Jika dikaitkan dengan proposisi dikemukakan oleh Taquiri
dan Gibson maka konflik OPM terjadi akibat pertentangan kedua belah dan belum
dapat tercapai kesepakatan yang bersifat win-win solutions, serta kegagalan dalam
membangun kerjasama dan akomodasi pada bidang sosial, ekonomi ataupun
politik.
2. Ideologi
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘idea’ dan
‘logia.’ Idea dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada dalam pikiran sebagai hasil
perumusan suatu pemikiran atau rencana. Kemudian kata logia mengandung
makna „ilmu pengetahuan atau teori‟ yang berasal dari kata logis atau logos.
Istilah ideologi pertama kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-
1836), ketika Revolusi Prancis, untuk mendefinisikan sains tentang ide. Dengan
demikian, ideologi adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang
terumuskan dalam pikiran.11
Berdasarkan pandangan tersebut, maka yang
dimaksud dengan ideologi dalam konteks penelitian ini adalah paham, pemikiran,
11 Suardi. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta:
Deepublish Publisher. hlm 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang melandasi suatu oraganisasi untuk memiliki kesadaran yang orientis
terhadap suatu kesepakatan bersama yang akan dikejar atau diperjuangkan.
Menurut Soerjanto Poespowardojo dalam Nuswantoro12
, ada 6 fungsi
ideologi, yaitu sebagai berikut:
a. Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian
dalam alam sekitarnya.
b. Prientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati
serta mempolakan tingkah laku sesuai orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.
Melalui paparan konsep ideologi di atas maka dapat difahami bahwa jika
dikaitkan dengan bentuk dan operasional dari OPM maka ideologi menjadi bagian
penting bagi organisasi tersebut. Ideologi bagi OPM merupakan pemersatu
12 Nuswantoro, 2001. Daniel Bell: Matinya Ideologi. Magelang: Indonesiatera.
hlm 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tindakan dan tujuan. Selain itu, ideologi merupakan bagian dari cita-cita dan
tujuan akhir bagi OPM, yaitu kemerdekaan.
Kemudian jika dikaitkan dengan proposisi yang dikemukakan oleh
Soerjanto Poespowardojo dalam Nuswantoro maka faktor ideologi menjadi
penting bagi OPM yaitu berkaitan dengan norma sebagai pedoman bagi para
anggota dan elit OPM dalam bertindak, beroperasi dan berjuang. Selain itu,
melalui konsep ideologi dapat difahami bahwa nantinya OPM dapat menemukan
identitasnya sebagai organisasi perjuangan/pergerakan kemerdekaan bangsa
Papua. Selain itu, ideologi dapat menjadi semangat bagi OPM untuk
memperjuangkan cita-citanya sebagai bangsa/wilayah yang merdeka/otonom.
3. Pergerakan
Pergerakan adalah kebangkitan (untuk perjuangan atau perbaikan). Secara
istilah, pergerakan adalah suatu perjuangan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang untuk memperbaiki kondisi atau keadaan.13
Berdasarkan
pengertian tersebut, maka kelompok yang mengadakan pergerakan mengetahui
betul kondisi yang dialami tidak sesuai dengan yang seharusnya sehingga harus
diperbaiki, yakni melalui pergerakan. Semakin banyak orang yang merasa tidak
kondusif dengan keadaannya, maka akan semakin besar pergerakan yang akan
dilakukan.
13WJS Poerwadarminta. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. hlm. 605.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Di Indonesia, istilah pergerakan (movement/beweging) telah digunakan
sejak berdirinya organisasi Budi Utomo (1908), dan secara aksionis pada 1928
diutarakan sebagai suatu aksi terbuka yang di dalamnya memaknai suatu
semangat perjuangan, yang mewakili suatu ideologi berkebangsaan, perasaan
senasib, dan seperjuangan.14
Indikator pergerakan nasional adalah kemunculan
organisasi-organisasi yang menyatakan diri atau mengusung ideologi
„nasionalisme.‟ Dalam konteks ini, istilah nasionalisme mengacu pada perjuangan
untuk lepas dari penjajahan.15
Berdasarkan pemahaman di atas, maka istilah pergerakan di Indonesia
tidak dapat lepas dengan ideologi berkebangsaan dan kemunculan organisasi yang
menyuarakan ideologi selama kurun 1928 sampai dengan 1945, bahkan pada
masa-masa gejolak pemberontakan (1960-an). Dengan demikian, pergerakan
sangat erat hubungannya dengan perubahan sebagai hasil dari pergerakan.
Melalui paparan teori pergerakan di atas maka dapat difahami bahwa
pergerakan merupakan aktifitas dari organisasi yang memiliki persamaan
kepentingan dan ideologi. Pergerakan merupakan tindakan nyata yang dijalankan
oleh individu atau seseorang untuk mencapai kehidupan atau kondisi yang lebih
baik. Jika dikaitkan dengan dinamika gerak OPM maka konspe pergerakan
menjadi sebuah kerangka kerja dan operasionalisasi dari OPM untuk dapat
memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi masa depan Papua.
14 Soehartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
hlm. 5.
15 Aminuddin, 1967. Pengantar Studi Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta:
Pembimbing Masa. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Konsep pergerakan menjadi penting dalam mengakomodasi perjuangan
OPM karena ini tidak semata-mata berkaitan dengan kondisi kekinian (current
condition), namun juga berkaitan dengan dinamika sejarah pada masa lalu, ketika
wilayah Papua masih berada di bawah kekuasaan kolonialis Belanda. Ketika
kolonialis Belanda berakhir di Papua ternyata entitas-entitas sosial-politik di
Papua tidak sepenuhnya dapat menerima hegemoni pemerintahan Indonesia.
Sebagian diantaranya memilih untuk berjuang melalui pergerakan-pergerakan
yang terangkum dalam OPM untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua.
4. Stabilitas
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa stabilitas adalah
”menciptakan suatu kestabilan nasional yang dinamis, bukanlah sematamata tugas
pemerintah dan aparatnya, melainkan tugas segenap anggota masyarakat”.16
Stabilitas merupakan ”kemantapan, kestabilan, keamanan politik dan ekonomi
perlu bagi terlaksananya rencana pembangunan dalam suatu negara”. Stabilitas
adalah suatu kondisi dari sebuah sistem yang komponennya cenderung tetap di
dalam, atau kembali pada suatu hubungan yang sudah mantap. Stabilitas sama
dengan tiadanya perubahan yang mendasar atau kacau didalan suatu sistem
politik, atau perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah disepakati atau
ditentukan. Sebuah negara muda yang masyarakatnya bangsanya bersifat
pluralistis dapat bergerak maju, apabila ada tiga faktor penentu, yaitu adanya
16 W. J. S. Poerwadarminto, 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta :
Balai Pustaka, hlm. 1144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kepemimpinan nasional yang efektif, adanya angkatan bersenjata yang utuh
dengan loyalitas yang tinggi, serta adanya partai politik yang berpengaruh
dominan.17
Negara yang sedang membangun seperti negara kita memerlukan stabilitas
yang memadai atau stabilitas yang berkelanjutan dan semakin dinamis untuk
mendukung setiap proses penyejahteraan bangsa. Ciri-ciri negara yang sedang
membangun senantiasa memerlukan unsur penopang yang berupa kondisi
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis yang dapat menjadi wadah dan
memadai bagi setiap momentum kemajuan.18
Stabilitas nasional harus selalu dipandang dalam hubungan timbal balik
dengan pembangunan nasional. Stabilitas demi pembangunan yakni demi
perubahan, pembangunan untuk mencapai keadaan yang lebih tentram. Stabilitas
dalam bidang politik ditentukan dalam rangka memantapkan stabilitas yang
dinamis serta pelaksanaan mekanisme demokrasi pancasila, perlu makin
memantapkan kehidupan konstitusional, demokrasi dan tegaknya hukum.
Demikian pula perlu dimantapkan pelaksanaan mekanisme kepemimpinan
nasional serta dimantapkan berfungsinya dan saling berhubungan antara
Lembaga-lembaga Tinggi Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (A
Heuken SJ, 1991: 20-21). Stabilitas politik dalam negeri sangat tergantung pada
derajat partisipasi politik dan pelembagaan politik dan lembaga tersebut adalah
17 Jack C. Plano and Roy Olton dalam Wawan Djuanda (ed), 1989, Kamus
Hubungan Internasional, Bandung : Putra A. Bardin, hal.249.
18 Saafroedin Bahar, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
hlm. 64-65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
legislatif, aksekutif, yudikatif sebagai tempat dalam mengkoordinir berbagai
kepentingan masyarakat pada suatu negara. Secara teoritis, stabilitas politik
banyak ditentukan oleh tiga variabel yang berkaitan satu sama lain, yakni:
perkembangan ekonomi yang memadai, perkembangan pelembagaan baik struktur
maupun struktur politik dan partisipasi politik.19
Stabilitas politik yang sedang berkembang sangat tergantung atas
kekokohan partai politik yang dimiliki. Negara yang sedang berkembang
mencapai derajat stabilitas politik yang tinggi paling tidak memikiki satu partai
politik yang berwibawa (Samuel P. Huntington, 1983:630). Stabilitas tidak dapat
disangsikan, bahwa stabilitas politik akan sangat tergantung pada jenis dan
intensitas tantangan yang dihadapinya. Pembangunan semata-mata hanya
merupakan proses ekonomi dan tertib sosial belaka. Sandaran politis daripada
pandangan sperti ini biasanya berpusat pada konsep stabilitas politik yang
didasarkan pada kemampuan melaksakan perubahan dalam tertib sosial yang
pasti.20
Stabilitas menjadi penting bagi kelangsungan sebuah negara. Jika
dikaitkan dengan stabilitas keamanan secara nasional maka keberadaan OPM
telah menyebabkan dampak serius benturan kepentingan antara Indonesia dan
OPM. Ini tidak semata-mata menjadi obyek reepresifisme dan kebijakan-
19 May Rudy, 2002, Organisasi dan Administrasi Internasional, Jakarta : Refika
Adhitama, hal. 120.
20 Samuel P. Huntington, 1983, Democracy Third Waves, New York : Palgraff
Publishing, hal.630
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kebijakan yang cenderung kaku, namun juga bentrokan bersenjata yang
menyebabkan jatuhnya korban jiwa di kedua pihak.
H. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian historis. Menurut Gottshalk21
penelitian ini
merupakan suatu kajian yang tujuannya untuk mengumpulkan, menguji dan
menganalisis data yang diperoleh dari masa lampau kemudian melakukan
rekonstruksi berdasarkan data yang diperoleh sehingga menghasilkan
historiografi. Sjamsudin22
menyatakan bahwa metode penelitian sejarah adalah
seperangkat aturan atau prinsip yang menyimpulkan sumber-sumber sejarah
secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesa dan hasil-hasil
yang dicapai dalam bentuk tulisan. Sedangkan Nawawi memandang bahwa
penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data
masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau
suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu, selanjutnya kerapkali juga
hasilnya dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi masa depan.23
21 Gottshalk.1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press. hal. 32
22 Syamsuddin, Helius.1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik. hal. 3.
23 Nawawi. H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.
hal79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, maka penelitian ini
menerapkan metode historis, atau berjenis penelitian historiografi. Oleh karena itu
data yang digunakan adalah data yang telah tersedia (telah ada) yng berupa
peristiwa di masa lalu yang terekan di berbagai media, dan tentu saja berpengaruh
secara simultan dengan masa sekarang, dan masa depan.
Penelitian ini dilakukan dengan kajian pustaka. Oleh karena itu data-data
dalam penelitian ini harus digali melalui literatur dan arsip-arsip yang tersimpan
di berbagai Perpustakaan. Adapun Perpustakaan yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Perpustakaan Pusat
Universitas Gadjah Mada, serta Perpustakaan Daerah Manokwari
Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini direncanakan selama
empat bulan, dari Maret sampai dengan November 2016. Sumber data dalam
penelitian ini adalah literatur, buku, catatan-catatan, arsip, pemberitaan media
massa, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, data digali dengan studi pustaka,
yakni dengan mengumpulkan berbagai sumber data sejarah menyangkut
Organisasi Papua Merdeka. Penggalian data tersebut dilakukan dengan
penyimakan dan pencatatan kronologis periodesasi mulai dari kemunculan OPM
sampai dengan sekarang.
Adapun pengkajian dalam tulisan ini menggunakan metode penulisan
sejarah, yakni dengan lebih mengutamakan periodesasi waktu dalam
mendeskripsikan perjuangan, perjalanan, dan perkembangan OPM. Setelah data
berhasil dikumpulkan dalam periodesasi waktu yang berkesinambungan, maka
akan dilakukan analisis. Analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
analisis historis, yang mengutamakan ketajaman interpretasi terhadap fakta.
tekniknya adalah dengan melakukan kritik intern, kritik ekstern, dan interpretasi
fakta setelah data-data yang memiliki keterkaitan dengan tema yang sedang
dibahas diperoleh dengan sebelumnya melalui kodifikasi.24
Analisis data
dilakukan dengan mengidentifikasi gaya, tata bahasa, ide yang digunakan penulis,
pendidikan penulis, situasi saat penulisan, dan tujuan penulis dalam
mendeskripsikan peristiwa yang berhubungan dengan OPM dari tahun 1960
sampai dengan 1969.
Adapun langkah-langkah yang akan diterapkan dalam melaksanakan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Heuristik adalah pencarian sumber tertulis, baik berupa buku, majalah,
Koran, makalah, jurnal, dan lain sebagainya. Pencarian dilakukan di berbagai
perpustakaan yang telah disebutkan dalam Tempat Penelitian.
2. Kritik Sumber
Kritik merupakan kegiatan yang mencakup menyeleksi, meneliti,
mengidentifikasi, menilai, dan membandingkan sumber data.
3. Interpretasi
24 Gottscalk. 1986. Mengerti Sejarah (Terjemahan Nugroho Notosusanto).
Jakarta: Universitas Indonesia Press. hlm. 42.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Interpretasi atau penafsiran dalam konteks ini disebut penafsiran sejarah,
yakni dengan menarik generalisasi dari terminologi.25
Dalam penelitian ini
interpretasi dimaksudkan untuk menghubungkan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain demi mencapai objektifitas sejarah.
4. Historiografi
Historiografi adalah proses penulisan sejarah dalam rangka menyampaikan
fakta-fakta sejarah. Adapun fakta-fakta yang telah dikritisasi, diinterpretasi,
selanjutnya dideskripsikan dalam penulisan sejarah yang berjudul Sejarah
Organisasi Papua Merdeka tahun 1960-1969.
I. Sistematika Penulisan
Penelitian ini direncakanan terdiri dari lima bab. Pada bab I dijelaskan
latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, sampai dengan metode penelitian dan sistematika
penulisan, pada bab II menjelaskan Latar Belakang Berdirinya OPM, pada bab ini
dideskripsikan mengenai hal-hal yang memicu lahirnya OPM, proses
pembentukannya, sampai dengan terbentuknya OPM, kemudian bab III
menjelaskan Dinamika OPM (1961 -1969). Pada bab ini dideskripsikan dua
kepentingan yang bertolak belakang antara OPM dan NKRI. Pendeskripsian tetap
bersifat objektif, yakni berdasarkan fakta atau berbagai sumber baik Lokal Papua,
sumber Internasional, dan Sumber Nasional Indonesia, kemudian pada bab IV
25 Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. hlm
43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menejelaskan dampak OPM bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia serta
perkembangan OPM sejak runtuhnya rezim Orde Lama kemudian pada bab V
merupakan kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB II
SEJARAH KOLONIALISASI BELANDA DI PAPUA DAN
LATAR BELAKANG BERDIRINYA OPM
(ORGANISASI PAPUA MERDEKA)
A. Sejarah Pemerintahan Belanda Di Irian Jaya
Sejarah kolonisasi di Irian Jaya berawal pasca kedatangan bangsa Eropa,
yaitu pada tahun 1660, sebuah perjanjian disepakati antara Tidore dan Ternate di
bawah pengawasan Pemerintah Hindia Timur Belanda yang menyatakan bahwa
semua wilayah Papua berada di wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore. Perjanjian
ini menunjukkan bahwa pada awalnya Pemerintah Belanda sebenarnya mengakui
Papua sebagai bagian dari penduduk di kepulauan Nusantara.1
Sebelum Perang Dunia II, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan
Papua dan para penduduknya di bawah Provinsi Maluku dengan Ambon sebagai
ibukota pemerintahan. Menyatunya Papua dengan wilayah lain di Nusantara
dipertegas dengan peta Pemerintah Belanda tahun 1931 yang menunjukkan bahwa
wilayah kolonial Belanda membentang dari Sumatera di sebelah barat sampai
Papua di sebelah Timur. Papua juga tidak pernah disebutkan terpisah dari Hindia
Belanda. Fakta ini menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah, Papua merupakan
1 John Dademo Waiko, 2007, Short History of Papua Guinea, New York :
Oxford Universiry Press, hal.31-32.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bagian dari bangsa-bangsa di kepulauan Nusantara yang akhirnya membentuk
Negara Indonesia.2
Sejarah Irian Jaya tidak bisa dilepaskan dari masa lalu Indonesia. Papua
adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan
bagian dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa
hutan belantara. Papua merupakan pulau terbesar ke-dua di dunia setelah
Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia,
yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta
Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari
wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu
bekas koloni Inggris. Populasi penduduk diantara kedua negara sebetulnya
memiliki kekerabatan etnis, namun kemudian dipisahkan oleh sebuah garis
perbatasan.
Sejak abad ke-18, pulau Pasifik Selatan Irian Jaya telah menjadi korban
ambisi penjajahan dan pernah dikuasai oleh Inggris, Jerman, Belanda dan
Jepang.Separuh bagian Barat Papua tetap berada di bawah pemerintahan Belanda,
bahkan setelah kawasan lain Hindia Belanda berada di dalam kedaulatan Republik
Indonesia setelah kemerdekan tahun 1945. Baru pada tahun 1950-an, pemerintah
Belanda mulai melepaskan kekuasaan atas bagian akhir dari bekas kerajaannya di
Asia Pasifik.
Orang-orang Belanda menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat Irian Jaya
melalui proses dekolonisasi menuju kemerdekaan3. Menurut Syamsudin,
4 setelah
2 Ibid, hlm.37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda mempersiapkan
untuk mempertahankan kepentingan dan kontrolnya atas Irian Barat. Ada tiga
kepentingan Belanda di Irian Barat antara lain:
1. Menjadikan Irian Barat sebagai pusat penampungan atau “Tropical
Holland” untuk keturunan Eurasia yang tidak dapat kembali ke Holland.
2. Menjadikan Irian Barat sebagai tempat penampungan para wiraswastawan
Belanda yang meninggalkan Indonesia.
3. Menjadikan Irian Barat sebagai basis untuk kemungkinan intervensi
militer Indonesia, apabila republik yang baru berdiri tersebut runtuh.
Upaya Belanda untuk mencegah jatuhnya Irian Jaya kepada Indonesia
diwarnai pula keinginan untuk memberikan hak untuk berpemerintahan sendiri
kepada Irian Jaya dalam tahun 1950-an. Oleh sebab itu Belanda merencanakan
untuk memberikan status pemerintahan sendiri kepada Irian Jaya
selambatlambatnya tahun 1970-an, dan status pemerintahan itu pun tergantung
pada proses kemajuan pemerintahan di Irian Jaya5.
Sejarah cikal-bakalnya masuknya Irian Barat ke Indonesia merupakan
jalan panjang dan rumit. Indonesia bukan saja menggunakan cara-cara diplomasi
untuk mendapatkan Irian Barat, tetapi juga menggunakan cara-cara militer. Pada
3 Irfan Abubakar, Chaider S. Bamualim. 2005. Transisi Politik dan Konflik
Kekerasan: Meretas Jalan Perdamaian di Indonesia, Timor-Timur, Filipina dan Papua
New Guinea. Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah hal. 118
4Syamsudin Haris. 1999. Indonesia di Ambang Perpecahan. Jakarta: Erlangga
hal. 98
5Nazaridin Syamsudin. 1989. Integrasi politik di Indonesia. Jakrta: PT. Gramedia
hal. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
fase pembebasan ini, yaitu tahun 1949-1963, sudah muncul benih-benih
separatisme di Irian Jaya.Benih-benih separatisme ini dipupuk dan dikembangkan
oleh pemerintah kolonial Belanda sejak awal tahun 1950-an. Belanda saat itu
bukan saja mempercepat pembangunan ekonomi dan administrasi di Irian Jaya,
tetapi juga melakukan pembangunan politik.6
Menurut Syamsudin Haris,7 untuk mempercepat pembangunan ekonomi
dan pendidikan di Irian Barat, subsidi Belanda untuk Irian Barat meningkat dari
US$ 4,3 juta pada tahun 1950 menjadi hampir US$ 28 juta pada tahun 1962.
Belanda membangun sekolah administrasi di Abepura, dan memperbolehkan
berdirinya partai politik sebagai bagian dari pembangunan politik di Irian Barat.
Sejak awal tahun 1950 Belanda memfokuskan diri pada pembangunan politik di
Irian Barat sebagai upaya untuk mencegah Indonesia mendapatkan dukungan dari
luar negeri atas persoalan Irian Barat, yaitu dengan cara meningkatkan persepsi
bahwa wilayah Irian Barat dapat merdeka sendiri.
Sejak awal tahun 1960 hingga akhir tahun 1961 terdapat berbagai tahapan
penting tentang status Irian Jaya, masing-masing yaitu :8
a. Pada tanggal 3-9 Maret 1960. Konferensi Belanda – Australia
dilaksanakan di Hollandia (sekarang Jayapura) yang membahas tentang
masa depan Papua, termasuk perencanaan Belanda dalam membangun
6Saafroedin Bahar. 1996. Integrasi Nasional. Jakarta: Ghalia Indonesia hal. 220
7Samsyudin. 1995. Pergokan di Perbatasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama hal. 182-183
8 Diana Glazebrook, 2008, Permisive Resident : West Papuan Refugee Living in
West Papua, Melbourne : ANU Publishing, hlm.21-24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sisten parwakilan parlementer, serta penggunaan mata uang Belanda di
wilayah Papua.
b. Pada Agustus 1960. Hubungan diplomatik dengan Belanda dihentikan
sepihak oleh Indonesia. Pada bulan itu mulai terbentuk partai-partai
politik di New Guinea Barat, seperti Parna (Partai Nasional) dan Partai
PVP (Partai Rakyat Dekmokratik) yang pro-Belanda dibentuk.
c. Pada Januari 1961. John F. Kennedy menjadi Presiden Amerika Serikat.
Kennedy mengumumkan kepada rakyat Amereka bahwa ia akan
menghentikan bantuan dan intervensi Soviet di Indonesia.
d. Pada Februari 1961. Pemilu dilaksanakan di New Guinea Barat untuk
memilih 16 anggota Dewan New Guinea Barat. Belanda memilih 12
orang untuk mewakili daerah-daerah yang dinilai belum siap
melaksanakan Pemilu secara benar. Di dalam Pemilu itu, orang-orang asli
New Guinea merebut 22 dari 28 kursi.
e. Pada 5 April 1961. Dewan New Guinea diresmikan.
f. Pada September 1961. Sejumlah infiltrator Indonesia ditangkap oleh
tentara Belanda dan orang-orang Papua.
g. Pada 26-27 September 1961. Menteri Luar Negeri Belanda Luns
mengajukan usulan ke Majelis Umum PBB tentang masa depan New
Guinea Barat. Rencana Luns itu berisi diakhirinya kedaulatan Belanda
dan pembentukan pemerintahan PBB di New Guinea Barat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengawasi dan melaksanakaan suatu plebisit untuk menentukan status
akhir wilayah ini.
h. Pada 24 November 1961. Majelis Umum PBB mendukung proposal
`kompromi’ tentang New Guinea Barat yang mengakui hak-hak orang-
orang asli Papua untuk menentukan nasib sendiri (self-determination), dan
menyerukan agar Belanda – Indonesia melakukan perundingan langsung
atas masalah tersebut. Walaupun didukung dengan pilihan 53 menyetujui
dan 41 tidak menyetujui, tetapi hasil pemungutan suara itu tidak mencapai
angka 2/3 mayoritas agar dapat diterima dan disahkan oleh Majelis
Umum. Resolusi lain yang disponsori Indonesia, yang tidak
mencantumkan perihal penentuan nasib sendiri, menerima 41 suara
menyetujui dan 40 suara tidak menyetujui. Sesudah ini, Belanda
mengumumkan bahwa Rencana Luns tidak akan diusulkan kembali dalam
persidangan Majelis Umum PBB yang berikut.
i. Pada 1 Desember 1961. Sesudah dilakukan pemungutan suara oleh
Dewan New Guinea, wilayah ini dinamakan Papua Barat dan memiliki
lagu kebangsaan dan bendera yang dikibarkan bersebelahan dengan
bendera triwarna Belanda. Selain itu, Dewan New Guinea merespon
pemungutan suara yang dilakukan di Majelis Umum PBB beberapa waktu
sebelumnya dengan menghasilkan sejumlah resolusi berturut-turut yang
mendukung Rencana Luns dan mendesak seluruh bangsa di dunia untuk
menghargai hak orang Papua untuk menentukan nasib sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
j. Pada 19 Desember 1961. Sukarno mengumumkan TRIKORA, singkatan
dari Tri Komando Rakyat, dan memerintahkan dilakukannya mobilisasi
umum untuk menghancurkan negara Papua yang disponsori pendiriannya
oleh Belanda; untuk mengibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat; dan
untuk bersiap melaksanakan perang merebut Irian Barat.
Beberapa partai politik pada saat itu ada yang pro-Indonesia dan sebagian
lainnya pro-Belanda.Di antara gerakan politik pro-Indonesia adalah gerakan
pemuda Iryan (bukan Irian) yang dianggap disusupi oleh pemimpin nasional
Indonesia di Irian Barat, maka dilarang oleh Belanda pada tahun 1961.Pada bulan
Januari Belanda menyetujui berdirinya delapan partai politik di Irian Barat. Partai
politik itu antara lain
1. Partai Demokrasi Rakyat, ketua: Arnold Runtubuy; sekretaris: Mozes
Rumainum; bendahara: Petrus Moabuay. Partai ini didirikan pada tahun
1957 dan mempunyai tujuan untuk bersatu dengan Papua Niugini dalam
Federasi Melanesia.
2. Partai Nasional, ketua: Herman Wajoi; wakil ketua: Amos Indey;
sekretaris: S. Martin Bela dan Frits M. Kirihio. Partai ini mempunyai
tujuan untuk mempersiapkan orang-orang papua menuju penentuan nasib
sendiri dibawah pengawasan dan petunjuk Belanda.
3. Partai New Guinea Bersatu, ketua: Ludwijk Mandatjan; wakil ketua: H.
F.W. Gosewisch. Partai ini mempunyai tujuan untuk mencapai
kemerdekaan politik sebelum tahun 1975 dalam kaitannya dengan
Belanda, Antilles dan Suriname.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Partai Serikat Pemuda Papua, ketua: Johan Wamaer, anggota terbatas pada
orang-orang Papua dan partai ini mempunyai tujuan untuk mencapai
kemerdekaan dibawah pengawasan PBB.
5. Partai Persatuan Orang New Guinea, ketua: Johan Ariks. Partai ini
mempunyai tujuan untuk merdeka tanpa target tanggal dan anggotanya
terbatas pada orang-orang Papua.
6. Partai Kekuatan Menuju Persatuan atau Kena U Embay, ketua: Ezau Itaar;
wakil ketua: Anas Kereuta; bendahara: Willem Ossoway. Partai ini
mempunyai tujuan menuju kemerdekaan sesudah itu bekerja dalam kaitan
dengan Belanda
7. Partai Rakyat, ketua: Husain Warwey; wakil ketua: Luis Rumaropen;
sekretaris: M. Ongge, dan Z. Abaa.
8. Persatuan Kristen-Islam Raja Ampat, ketua: Muhammed Nur Majalibit;
sekretaris: J. Rajar; penasehat pertama: Abdullah Arfan. Partai ini bekerja
sama dengan Belanda untuk mencapai kemakmuran di New Guinea
Belanda, dan bersandar pada hasil-hasil daerah.
Puncak tuntutan rakyat Papua Barat terjadi sekitar tahun 1960-an. Pada
saat itu banyak tuntutan yang datang kepada pemerintah Belanda sebagai pihak
yang memegang kendali administratif dan politik di Papua Barat, agar Papua
Barat diberi kemerdekaan sebagai negara yang berdaulat.Upaya Belanda terhadap
tuntutan itu adalah Belanda mulai memperkenalkan suatu bentuk demokrasi yang
datang dari atas ke bawah. Bentuk demokrasi itu adalah Belanda membentuk
sebuah badan yang merupakan perwujudan dari demokrasi di wilayah Papua Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang diberi nama Nieuw Guinea Raad atau Dewan Nieuw Guinea. Perencanaan
berdirinya organisasi ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1946 dengan jumlah
21 orang, tetapi tidak bisa terealisir karena kondisi masyarakat Papua yang tidak
memungkinkan untuk diselenggarakan pemilihan umum. Pada bulan Februari
1961 Belanda melangsungkan pemilihan umum baik pemilihan langsung maupun
tidak langsung untuk membentuk sebuah parlemen Nieuw Guinea Raad atau
Dewan Nieuw Guinea. Menurut Van Der Veur, sekitar 54.000 orang Papua
berpartisipasi dalam pemilihan umum dan ketika Dewan Nieuw Guinea
diresmikan pada tanggal 5 April 1961, orang-orang Papua menduduki 22 kursi
dari 28 kursi yang tersedia.9
Dominasi masyarakat Papua terhadap saluran-saluran politik pada masa itu
tertampung dalam Dewan Nieuw Guinea merupakan badan dengan fungsi-fungsi
legislatif yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran “nasional” Irian dengan
memperkenalkan proses demokrasi. Belanda mendirikan Dewan Nieuw Guinea
dengan harapan dapat menjauhkan perhatian orang-orang Irian terhadap Indonesia
dan sebaliknya mendekatkan orang Irian kepada Papua dan New Guinea yang
pada waktu itu masih dikuasai oleh Australia. Secara garis besar Nieuw Guinea
Raad memiliki kekuasaan legislatif bersama dengan pemerintah dan
melaksanakan beberapa pengawasan terhadap anggaran belanja.10
9Samsyudin. 1995. Pergokan di Perbatasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama hal. 184
10Ibid., hal. 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dalam memperkuat perjuangan dalam bidang politik, elemen masyarakat
Papua juga menjalankan konsolidasi fisik, dimana pada tahun 1960 telah dibentuk
sebuah batalyon sukarelawan Papua (Papua Vrijwillegers Korps) dan
berkedudukan di Arfai-Manokwari. Maka setelah pembentukan Nieuw Guinea
Raad, pada awal tahun 1962 dilanjutkan dengan pembentukan dewan daerah
(streekraad). Menurut Nazarudin Syamsudin11
, upaya Belanda dalam rangka
penanaman rasa anti-Indonesia di kalangan masyarakat Irian, yaitu Belanda
menempuh tiga cara yaitu:
1. Mengalihkan orientasi dari Indonesia pada wilayah Pasifik, meskipun
sebelumnya Belanda telah ikut memperkuat orientasi Irian kepada
Nusantara ini.
2. Berusaha mendekatkan Irian kepada Papua dan Nugini yang dikuasai
Australia dengan harapan dapat menggabungkan semuanya dalam suatu
negara.
3. Merencanakan suatu negara Papua
Dewan Nieuw Guinea yang didirikan oleh Belanda sebagai upaya untuk
mendirikan negara boneka Papua, dapat dianggap sebagai “boom waktu” yang
sengaja ditinggalkan oleh pemerintah Belanda di Irian Barat. Beberapa tokoh Irian
11Nazarudin Syamsudin. 1989. Integrasi politik di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia hal. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang pro-Belanda pada saat itu antara lain: Nicolaas Jouwe, P. Torey, Marcus
Kaisiepo, Nicolaas Tangahma, dan Elieser Jan Bonay12
.
Di samping itu Belanda juga mendirikan lembaga baru untuk
mempersiapkan orang-orang Irian menghadapi “kemerdekaan”.Selain itu Belanda
juga memberikan pendidikan untuk para calon Pamong Praja, Belanda mendirikan
polisi Papua dan Batalyon Papua.13
Pada tanggal 19 Oktober 1961 Belanda membentuk Komite Nasional yang
beranggotakan 21 orang. Komite Nasional ini bertugas untuk merencanakan
pembentukan sebuah negara Papua yang merdeka, yang dilengkapi 70 putra Papua
Barat yang berpendidikan dan berhasil melahirkan manifesto yang isinya:
menentukan nama negara: Papua Barat; menentukan lagu kebangsaan: Hai
Tanahku Papua; menentukan bendera: Bintang Kejora; menentukan lambang
negara: Burung Mambruk, dengan semboyan One People One Soul dan
menentukan bendera Bintang Kejora akan dikibarkan pada tanggal 1
November1961.
Rencana pengibaran bendera Bintang Kejora pada tanggal 1 November
1961 tidak terlaksana karena belum mendapat persetujuan dari pemerintah
Belanda.Selanjutnya pada tanggal 1 Desember 1961 bendera Bintang Kejora
dikibarkan di Holladia dan lagu Hai Tanahku Papua dinyanyikan bersamaan
dengan lagu Wilhelmus. Kegiatan pengibaran dan menyanyikan lagu
12Saafroedin Bahar. 1996. Integrasi Nasional. Jakarta: Ghalia Indonesia hal. 220
13Nazarudin Syamsudin. op,cit. hal. 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kemerdekaan Papua Barat dilakukan terus menerus selama satu minggu sampai
dengan dimulainya pemerintahan United Nations Temporary Execitive
Asosiations (UNTEA) pada tanggal 1 Oktober 1962.14
Upaya Belanda untuk menanamkan perasaan anti-Indonesia di kalangan
masyarakat Irian mulai menunjukkan hasilnya, yaitu menjelang akhir kekuasaan
Belanda.Pada tanggal 1 Desember 1962 terjadi demonstrasi anti-Indonesia
dibeberapa tempat. Para demonstran membawa bendera Papua Merdeka dan
menyebarkan pamflet-pamflet. Sebelum demonstrasi terjadi, dibeberapa tempat
telah berlangsung rapat-rapat pendahuluan yang dikoordinasi oleh anggota Dewan
Nieuw Guinea.15
Berdasar pada paparan di atas maka dapat dipahami bahwa pasca
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 ternyata persoalan tentang status Papua
belum dapat terselesaikan secara mendasar. Banyak pihak Papua menganggap
kehadiran Indonesia akan mengganggu masa depan Papua. Kemudian di pihak
Belanda juga dengan sengaja berupaya menjadikan Papua sebagai wilayah
otonom yang diharapkan dapat merdeka, termasuk dengan mengajak Australia
untuk mewujudkan hal ini.
Kemudian Belanda juga dengan sengaja berupaya menerapkan
platform/landasan agar pengaruhnya di Papua akan terus ada. Hal ini penting
karena Papua dipandang memilik sumber daya alam yang sangat besar dan belum
14Yakobus F Dumupa. 2006. Berburu Keadilan di Papua. Yogyakarta: Pilar
Media hal. 31
15Nazarudin Syamsudin. Op.cit., hal. 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dapat terkelola secara maksimal. Inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi
Belanda untuk terus mengontrol Papua.
Melalui uraian di atas maka dapat dipahami bahwa antropologis
masyarakat Papua ternyata banyak dipengaruhi kebudayaan Austronesia yang
kemudian membedakannya dengan kehidupan sosial di beberapa wilayah
Indonesia lainnya pada umumnya, seperti halnya Sulawesi, Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Kemudian pendudukan Belanda di wilayah Papua
memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Papua, khususnya pada
kelas menengah (middle class) pada masa itu untuk berupaya memperjuangkan
berbagai kepentingan daerahnya.
B. Aspek-Aspek Internasional yang Menumbuhkan Benih Separatisme
Pada masa pergolakan politik, contohnya dari pengaruh internasional
adalah adanya upaya Belanda untuk bekerjasama dengan Australia dibidang
administrasi perbatasan, khususnya masalah karantina, kesehatan, kerjasama
tehnik, dan juga pertukaran informasi mengenai perbatasan. Namun perjanjian itu
dibuat pada bulan November 1957 itu tidak membahas masalah politik, karena
Australia sebagai penguasa kolonial di PNG (saat itu bernama The Territory of
Papua and New Guinea) takut akan adanya ketegangan dengan Indonesia apabila
Indonesia berhasil mendapatkan Irian Barat. Alasan Australia adalah menjaga
keamanan regional dengan Belanda dari pada dengan Indonesia, karena Australia
takut bahwa Indonesia juga akan mengklaim PNG dan akan menyebarkan
komunisme. Namun perubahan kebijakan Amerika Serikat dalam masalah Irian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Barat dari “Netralis Pasif” ke “Mediasi Aktif” telah mengubah sikap Australia
untuk mendukung Indonesia dalam klaim Irian Barat. Akhirnya Australia juga
menghentikan kerjasama dengan Belanda pada tahun 1961.
Melemahnya dukungan dari sekutu-sekutu Barat telah menyebabkan
Menteri Luar Negeri Belanda, Dr. Joseph Luns mengajukan “Luns Plans” kepada
Majelis Umum PBB. Luns mengusulkan supaya sebuah organisasi atau badan
internasional yang bernaung dibawah PBB, untuk mengambil alih kekuasaan atas
Irian Barat dengan maksud untuk mempersiapkan rakyat Irian Barat untuk
mengadakan penentuan nasib sendiri secepatnya dibawah kondisi yang stabil.
Usulan Luns telah meningkatkan atau membangkitkan aktifitas para tokoh Irian
yang pro-Belanda termasuk: Nicolaas Jouwe, P. Torey, Marcus Kaisiepo,
Nicolaas Tanggahma, dan Elieser Jan Bonay melakukan konsolidasi dan juga
telah mempersiapkan “kemerdekaan Papua Barat”16
. Cita-cita menjadi bangsa
(nations state) yang merdeka dan berdaulat penuh itulah yang dihadang oleh
perjanjian New York (15 Januari 1962) yang berlangsung tanpa melibatkan tokoh-
tokoh masyarakat dan intelektual Papua. Padahal perjanjian itu menyangkut nasib
dan masa depan bangsa Papua, bukan nasib Indonesia atau Belanda.
Kepergian Belanda dari Irian Jaya pada akhir bulan Desember 1962 yang
diikuti pula beberapa tokoh yang anti-Indonesia termasuk di dalam kelompok ini
adalah mantan anggota Dewan Nieuw Guinea, seperti Marcus Kaisiepo, Nicolaas
Jouwe, Herman Wamsiwor, dan juga Ben Tanggahma, Dick Sarwon, Jufuwai.
Setibanya tokoh anti-Indonesia itu di negeri Belanda, mulailah terdengar adanya
16Saafroedin Bahar. Op.,cit., hal. 220-221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
gerakan yang bernama Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bertujuan untuk
memisahkan Irian Jaya dari Indonesia. Dengan pengalaman politik yang diajarkan
oleh pemerintah Belanda telah membangkitkan para elit Irian Jaya didikan
Belanda untuk mendirikan Organisasi Papua Merdeka. Tujuan daripada
mendirikan Organisasi Papua Merdeka adalah untuk membentuk suatu negara
Papua yang merdeka lepas dari Indonesia maupun Belanda.
Berkembangnya benis separatisme di Papua tidak lepas karena pengaruh
dari lingkungan regional dan internasional, khususnya Belanda dan Australia. Jika
dikaitkan dengan proposisi organisasi maka berkembangnya separatisme Papua
berkaitan dengan faktor wawasan, serta kekuatan untuk dapat menyemangati dan
mendorong masyarakat Papua pada masa itu, dimana pihak Belanda saat ini
sedang berkonfrontasi dengan pihak Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden
Soekarno.
C. Terbentuknya Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) dikendalikan oleh warganegara
Belanda. Warganegara Belanda tersebut menamakan diri sebagai Organisasi
Papua Merdeka (OPM) yang mengandalkan diri untuk membebaskan tanah
Papua dan juga menonjolkan diri sebagai tokoh pejuang Papua Merdeka yang
meminta dan menerima kewarganegaraan Belanda. Sekurang-kurangnya ada 6
tokoh pimpinan OPM sebagai warganegara Belanda. Tokoh tersebut adalah: J.E.
Papare bertempat tinggal di Apedoorn, Herman Wasiwor bertempat tinggal di Den
Haag, Bernadus Tangahma bertempat tinggal di Den Haag, F. Malaiholo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bertempat tinggal di Hoogeveen, W.J. Aringaneng bertempat tinggal di
Hoogeveen, dan O.A. Dakilwadjir bertempat tinggal di Hoogeveen 17
.
Organisasi Papua Merdeka lahir dan tumbuh di Irian Jaya yang pada
awalnya terdiri dari dua faksi. Faksi itu adalah:
1. Organisasi atau faksi yang didirikan oleh Aser Demotekay pada tahun
1963 di Jayapura dan bergerak di bawah tanah. Faksi ini menempuh jalan
kooperasi dengan pemerintah Indonesia, serta mengaitkan perjuangannya
dengan gerakan yang bercirikan spiritual yaitu campuran antar agama adat
atau gerakan dan agama Kristen. Perjuangan Aser Demotekay untuk
mencapai kemerdekaan Papua Barat atau Irian Jaya dengan bekerjasama
dengan pemerintah Indonesia, dan meminta pemerintah Indonesia untuk
menyerahkan kemerdekaan kepada Irian Jaya sesuai dengan janji Al Kitab,
janji leluhur dan janji tanah ini bahwa bangsa terakhir yang terbentuk dan
menuju akhir zaman adalah Papua Barat. Secara organisasi, kegiatan
Organisasi Papua Merdeka pimpinan Aser Demotekay merupakan
kegiatan pemujaan versi baru dan sangat tergantung pada Aser Demotekay
karena ia merupakan tokoh pembtnuk faksi perjuangan pertama yang
berupaya melawan pemerintah Indonesia tanpa melalui kekerasan dan
upaya ini banyak meraih simpati dari kalangan masyarakat Papua, serta
berbagai masyarakat di wilayah Indonesia Timur.
17“OPM Ternyata di Kendalikan Oleh Warga Negara Belanda”. 1969. April.
Suara Merdeka. Hal.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Organisasi atau faksi yang didirikan oleh Terianus Aronggear (SE) di
Manokwari pada tahun 1964. Keberadaan Aronggear memiliki peranan
penting bagi perkembangan OPM karena merupakan faksi kedua yang
ternyata memiliki beberapa perbedaan dengan Aser Demotekay karena ia
lebih menekankan perjuangan bersenjata, dibandingkan pembentukan
opini dan pendekatan-pendekatan diplomatis. Organisasi ini pada awalnya
bergerak di bawah tanah untuk menyusun kekuatan melawan pemerintah
Indonesia baik secara politik maupun secara fisik bersenjata. Kegiatan ini
diberi nama “Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Negara Papua
Merdeka”, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Organisasi Papua
Merdeka18
. Menurut Tuhana Taufik A Organisasi atau faksi yang dipimpin
oleh Terianus Aronggear mempunyai susunan kepengurusan sebagai
berikut: Ketua Umum : Terianus Aronggear (SE) Ketua I : Melkianus
Horota Ketua II : Kaleb Taran Ketua III : Melkianus Watofa
Sekretaris : Hendrik Joku Bendahara : Korinus Krey Penghubung :
A.G. Samadudo Wakil Penghubung : M. Jenu Logistik : Go Siem San
(Nyong Putih) Panglima Perang : Permanes ferry Awom Wakil Panglima
I : Julianus Wanma Wakil Panglima II : Gerodus Wompere Komandan
Sektor Militer I : J. Arumisore Komandan Sektor Militer II : Simson
Wanma Komandan Sektor Militer III : A. Wabdaron Komandan Sektor
Militer IV : G. Boseren Kepala Polisi : J. Rumbobiar Terianus
18JRG.Djopari. 1993. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia hal. 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Aronggear selain sebagai ketua umum organisasi, juga menyusun suatu
dokumen perjuangan yang akan diselundupkan ke badan PBB di New
York untuk menanyakan tentang status Irian Jaya dan meminta peninjauan
Persetujuan New York 15 Agustus 1962. Persetujuan itu dinilai tidak adil,
sebab tidak melibatkan wakil bangsa Papua dalam perundingan sebagai
pihak yang dipersengketakan. Dokumen itu berisi suatu rancangan tentang
kemerdekaan negara Papua Barat dengan susunan kabinet sebagai berikut:
Presiden : Markus Kaisiepo Wakil Presiden : Nicolaas Jouwe Menteri
Luar Negeri : Terianus Aronggear (SE) Menteri Perdagangan :
Herman Womsiwor Menteri Perekonomian : Kaleb Taran Menteri
Kehutanan : Melkianus Horota Menteri Pendidikan : Melkianus Watofa
Panglima Perang : Permanes Ferry Awom Namun sebelum dokumen itu
diserahkan oleh Terianus Aronnggear (SE) kepada Hendrik Joku di
Jayapura, untuk selanjutnya diselundupkan ke luar negeri melalui
perbatasan Papua New Guinea, Terianus Aronggear (SE) ditangkap oleh
pihak keamanan di Biak pada tanggal 12 Mei 1965 19
.
Pada tanggal 9 September 1968, telah diselenggarakan rapat gelap yang
mengahasilkan propaganda untuk mengembalikan rasa benci rakyat Irian Jaya
terhadap pemerintah (RI) pusat, dan berusaha mendirikan apa yang disebut
“Negara Papua Merdeka”. Rapat itu juga dihadiri oleh kurang lebih 19 orang,
19 Ibid, hal 103-104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang terdiri dari oknum-oknum yang berasal dari Irian Jaya, serta beberapa orang
lainnya merupakan antek-antek orde lama.20
Nama Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah nama yang diberikan oleh
pemerintah Republik Indonesia kepada setiap organisasi atau faksi, baik di Irian
Jaya maupun di luar negeri yang dipimpin oleh putra-putra pro-Papua Barat
dengan tujuan untuk memisahkan atau memerdekakan Irian Jaya (Papua Barat)
lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama Organisasi Papua Merdeka
semakin populer yaitu pada saat meletusnya pemberontakan senjata di Manokwari
yang dipimpin oleh Permanes Ferry Awom pada tahun 1963 di Manokwari, serta
pemberontakan atau aksi militer sporadis lainnya diberbagai wilayah Irian Jaya.21
Organisasi Papua Merdeka lahir dari faksi perjuangan yang ada dan
dibentuk di Irian Jaya atau Papua Barat. Faksi-faksi itulah yang mengirim berita
atau informasi kepada pemimpin Papua yang memilih tinggal di Belanda, supaya
bersama-sama berjuang untuk kemerdekaan Papua Barat. Maka setelah mendapat
informasi tentang perjuangan di Irian Jaya, Nicolaas Jouwe dan Marcus Kaisiepo
mulai menyusun rencana perjuangan baik politik maupun militer untuk
mendukung aktifitas perjuangan kemerdekaan di Irian Jaya yang dilakukan
Organisasi Papua Merdeka untuk menggunakan nama Organisasi Papua Merdeka
(OPM) sebagai suatu nama kesatuan dalam perjuangan bangsa Papua Barat.22
20 “Memahami OPM”, Kompas, 30 September 1967
21 Tuhana Taufik A. 2001. Mengapa Papua Bergolak. Yogyakarta: Gama Global
Media hal. 120
22JRG.Djopari, op. cit.,hal. 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Secara organisasional pembentukan OPM adalah merupakan bagian dari
konsensus bersama dari beberapa elemen Papua. Kelompok/entitas ini berupaya
mencapai kepentingannya yaitu meraih kemerdekaan dari pihak Indonesia.
Kemudian secara ideologis OPM dilatarbelakangi oleh kesadaran dan kemudian
membentuk nasionalisme Bangsa Papua sebagai tujuan sekaligus menentukan
kegiatan yang nantinya akan dicapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PERKEMBANGAN DAN PERJUANGAN ORGANISASI PAPUA
MERDEKA (OPM), SERTA PANDANGAN INDONESIA
TERHADAP ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM)
A. Perkembangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sejak Runtuhnya
Rezim Orde Lama
Perkembangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) ternyata tidak lepas
dari respon atas kepemimpinan Indonesia yang pada masa itu berada di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno. Sistem kebijakan yang berorientasi pada
leadership atau yang juga dikenal dengan demokrasi terpimpin. Secara etimologi
orde lama adalah sebutan bagi periode pemerintahan di bawah kepemimpinan
Presiden Soekarno yang berlangsung pada tahun 1945 sampai tahun 1968. Pada
periode ini, Presiden Soekarno berlaku sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan. Pada masa orde lama, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami
beberapa peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan
presidensial, parlementer, demokrasi liberal, dan sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin. Berikut penjelasan sistem pemerintahan masa Soekarno.1
Perkembangan OPM berawal ketika organisasi ini merasa bahwa mereka
tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia yang lain maupun
negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun
1 Muridan Satrio Widjojo, 2009, Papua Road Map : Negotiating The Past,
Improving and Present, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal.22.
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak
Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas
jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap
sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.2
Pada masa orde lama, perkembangan OPM ternyata menunjukkan
dinamika yang menarik. Pada periode 1960-1969 ternyata jumlah anggota OPM
memiliki perkembangan yang relatif pesat yang dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Tahun 1960-1969
No. Periode Perkiraaan Jumlah Personel
Organisasi Papua Merdeka
(OPM)
1.
2.
3.
4.
5.
1960-1961
1962-1963
1964-1965
1966-1967
1968-1969
2.880
2.840
2.980
2.800
2.820
Sumber : Diolah dari Bilver Singh, 2011, Papua Geo-Politics and the Quest for
Nationhood, London and New Burnswick, : Transaction Publishing.
Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa pada era orde lama jumlah
personel OPM diperkirakan mengalami peningkatan. Meskipun jika dilihat dari
jumlah personel ini sangat jauh tidak sebanding dengan kekuatan angkatan
2 Bilver Singh, 2011, Papua Geo-Politics and the Quest for Nationhood, London and
New Burnswick, : Transaction Publishing, hal.138.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
bersenjata Indonesia, baik ditinjau dari sumber daya manusia ataupun kekuatan
persenjuataan, namun topografi wilayah yang luas dan di dominasi oleh hutan
tropis menyababkan sulitnya penanganan pemberontakan OPM.
Pada masa kepemimpinan Soekarno, OPM juga tidak dapat berkembang
secara efektif menjadi kelompok penekan pemerintah karena pemerintah
Indonesia pada masa itu juga memberikan perlawanan secara kuat. Beberapa
diantaranya diwujudkan melalui beberapa tindakan militer diantaranya :3
a. Pengiriman pasukan militer Indonesia untuk melawan milisi sporadis
OPM dan tentara pro-Belanda pada tanggal 15 Agustus 1962.
b. Pengeboman udara menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara di
wilayah yang diperkirakan menjadi basis OPM, yaitu Pegunbungan Arfak
yang juga merupakan titik tertinggi di wilayah Papua Barat pada tahun
1966 hingga 1967.
c. Pengeboman udara menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara di
wilayah yang diperkirakan menjadi basis OPM, yaitu Pegunungan
Ayamaru dan Teminabuan pada bulan Januari hingga Maret 1967.
d. Penerapan Operasi Tumpas pada tahun 1967 yang dijalankan oleh pasukan
gaubungan TNI Angkatan Darat di tiga wilayah di Papua, masing-masing
Ayamaru, Teminabuan dan Inuyatan.
3 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
e. Pengeboman udara menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara di
wilayah yang diperkirakan menjadi basis OPM, yaitu wilayah sekitar
Danau Wissei (Daerah Paniai dan Erotali) pada bulan April 1969
B. Sepak Terjang OPM (Organisasi Papua Merdeka)
Sepak terjang OPM sejak tahun 1960 hingga 1965 ternyata telah
mengalami berbagai perkembangan yang dinamis. Sebelumnya organisasi ini
cenderung mengedepankan upaya diplomatis/politis melalui kesempatan yang
pada masa itu memang banyak dipengaruhi oleh hegemoni internasional,
diantaranya dari Belanda, Australia, Papua New Guinea hingga Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Dalam perkembangannya organisasi ini tidak hanya menjalankan
operasionalnya melalui jalur politis, namun juga melalui gerakan bersenjata.
Sepak terjang OPM memiliki arti penting, baik bagi rakyat Papua ataupun
bagi pemerintah Indonesia. Keberadaan OPM memiliki peranan penting dalam
perjuangan kemerdekaan Papua. Organisasi ini kemudian dipandang secara serius
oleh pemerintah Indonesia baik pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dan
Soeharto karena berhasil memperoleh dukungan dari tiga organisasi dan negara,
yaitu Vanuatu pada tahun 1965, Libya tahun 1969 dan Gerakan Aceh Merdeka
tahun 1966.4
4 KM. Da silva and Ronald James May, 1991, Internationalization of Ethnic
Conflict, Michigan : Pinter Publishing, hlm.172.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Sejak didirikan pada tahun 1965, OPM konsisten dalam tujuannya untuk
membantu mengambil alih pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua
dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri
dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi
ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan
pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan
sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika
Serikat.Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih
kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan
terhadap negara.Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik,
mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai
bagian dari konflik Papua.5
Pada dasarnya perjuangan OPM untuk mewujudkan kemerdekaan Papua
Barat diwujudkan melalui tiga hal, yaitu :6
a. Melakukan pemberontakan atau perlawanan kepada pemerintah Indonesia
diantaranya pemberontakan fisik yaitu dengan melakukan penyerangan
terhadap pasukan TNI yang menjaga pos keamanan di Irian Jaya yang
menimbulkan korban jiwa dari TNI. Sedangkan pemberontakan non-fisik
yaitu melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora, penculikan kepada
5 David Bourchier, 2003,Indonesian Politic and Society, London and New York :
Routledge Curson, hlm.261.
6 Bert Chapman, 2009, Military Doctrine and Reference Book, Denver and
California : ABC Clio, hlm.92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
masyarakat dan elit sipil yang dipandang cenderung pro-Indonesia dan
proklamasi pemerintahan Papua Barat di Viktoria
b. Mencari dukungan kepada rakyat Irian Jaya. Organisasi Papua Merdeka
dalam mencari dukungan rakyat Irian Jaya yaitu dengan cara
mempengaruhi rakyat yang tinggal dipedalaman, karena mudah
diprovokasi dengan alasan persamaan nasib hingga rayuan masa depan
sosial-ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat Papua, khususnya yang
tinggal di wilayah pedalaman.
c. Mencari dukungan kepada dunia internasional, yaitu negara-negara yang
serumpun, Negara Eropa Barat, dan negara Afrika. Upaya ini menjadi
penting ketika isu mengenai kemerdekaan Papua pada masa itu menjadi
sorotan dunia internasional dan ini sekaligus menjadi kesempatan penting
bagi perjuangan Papua untuk dapat memperoleh legitimasi atau pengakuan
dari dunia internasional.
Sejarah perjuangan OPM juga diwujudkan dengan area pembagian
tanggung jawab yang dikenal dengan wilayah adat Papua yang terbagi atas tujuh
wilayah dari wilayah Mamta hingga Me-Pago. Gambaran tentang hal ini lihat peta
1. sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Peta 1. Pembagian Wilayah Adat Papua
Sumber : George Junus Aditjondro, 2000, Cahaya Bintang Kejora : Papua Barat Dalam
Kajian Sejarah, Budaya, Ekonomi dan Hak Asasi Manusia, Jakarta : ELSAM, hal.49.
Sepak terjang OPM menjadi semakin penting karena selain melalui jalur
persuasive dengan mempengaruhi masyarakat di Papua, organisasi ini juga
memiliki struktur militer untuk berjuang yang terbentuk secara rapi dan sistematis.
Organisasi militer OPM didirikan dengan dengan tujuan untuk bergelirya di
seluruh daerah kepala burung (Vogel Kop) pulau Papua dengan dibentuknya tujuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Batalyon Kasuari dan dibantu oleh beberapa Komandan Peleton. Berikut adalah
ketuju komandan Batalyon Kasuari tersebut, yaitu antara lain :7
1. Batalyon Kasuari I dipimpin oleh Ex. PVK Sergean Permenas Ferry
Awom, beliau merangkap sebagai Panglima Umum. Dengan daerah
Operasi yaitu Manokwari Kota dan Menyambow.
2. Marthinus Jimmy Wambrau (Komandan Batalyon Kasuari II) dengan
daerah Operasi yaitu Pesisir Pantai Utara (Saukorem, Arfu, Numbrani,
Sidei, dan Nuni).
3. Marthen Rumbiak (Komandan Batalyon Kasuari III) dengan daerah
Gerilya yaitu Manokwari Timur (Ransiki, Windesi, Oransbari, dan
Wasior).
4. Ex. Komandan Polisi Papua, Yohanes. C. Jambuani (John Caprini
Jambuni) sebagai Komandan Batalyon Kasuari IV. Dengan daerah gerilya
yaitu Warsnembri, Kebar, Saukorem dan Manokwari Kota).
5. Silas wompere (Ex. Sergean PVK) sebagai Komandan Batalyon Kasuari
V, dengan daerah gerilya di A3 (Ayamaru, Aifat dan Aitinyo). Namun
dalam gerilya beliau dibunuh di Ayamaru oleh komandan Peleton (anak
buahnya) yaitu Martinus Prawar.
6. Ex. Polisi Papua, Fred Ajoi (Komandan Batalyon Kasuari VI) dengan
daerah Operasi yaitu Kebar, Merdei, Menyambow, dan Manokwari).
7 Gatra, 2005, OPM Batalyon Kasuari, Jakarta : Era Media Informasi, hal.12-15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
7. Ex. Angkatan Laut Papua, Daniel Wanma sebagai Komandan Batalyon
Kasuari VII. Dengan daera Gerilya yaitu Sausapor, Saukorem,
Teminabuan, dan Sorong Kota).
Dengan demikian sepak terjang OPM jika dikaitkan dengan pendekatan
pergerakan maka ini merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi atau keadaan.
Ketika pemerintah Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Soekarno
dipandang memperlakukan secara tidak adil, serta diterapkannya kebijakan-
kebijakan secara impresif maka OPM akan memberikan perlawanan. Isu sepak
terjang akan terus mengusung nasionalisme bangsa Papua untuk dapat meraih
kemerdekaan dan kehidupan yang lebih baik jika dibandingkan harus bergabung
dengan pihak Indonesia pada era orde lama.
C. Perjuangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Ditinjau Dari
Kepentingan Papua
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan
bagian Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan
wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara
Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut
yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain.8
Kesenjangan sosial yang sangat begitu tajam antara warga pendatang dan
warga asli serta eksploitasi alam bumi Papua yang membabi buta semakin
menambah deretan alasan pembenaran gerakan separatis ini. Pemerintah pusat
mesti serius mengatasi ini, bukan hanya dengan upaya pendekatan militer, akan
lebih baik bila dikedepankan upaya diplomatis dan pendekatan perhatian
kesejahteraan para warga asili Papua yang masih banyak yang belum tersentuh
dari hiruk pikuknya pembangunan.9
Kepentingan OPM terhadap kemerdekaan Papua juga berkaitan dengan
inisiatif Belanda dalam membentuk Papua sebagai wilayah yang otonom. Pasca
kemerdekaan Indonesia Belanda bersama dengan aktor internasional, diantaranya
PBB dan Australia berupaya mendukung pembangunan dan pembentukan saluran
politik. Inilah yang kemudian dipandang oleh OPM sebagai
momentum.kesempatan yang sesuai untuk memperjuangkan aspirasi Papua.
Bagi OPM kemerdekaan Papua merupakan sebuah cita-cita yang ideal
karena perbedaan sosial dan politik, serta ekonomi dengan wilayah-wilayah
Indoinesia pada masa itu yang memang memiliki kesenjangan yang tajam.
Nantinya setelah kemerdekaan tercapai, maka Papua akan memilik struktur
8 Esther Heidburchel, 2007, The West Papua Conflict : Actors and Issue, New
York, Johannes Harman, hlm.36.
9 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pemerintah yang otonom untuk dapat memperjuangkan kehidupan yang lebih
baik.
Kepentingan selanjutnya yang mendasari perjuangan OPM adalah
berkaitan dengan kekecewaan rakyat Irian Jaya kepada Pemerintah Indonesia
yaitu pemerintah Indonesia mempunyai kepentingan atas Irian Jaya/Papua Barat
dan tidak ingin melepaskan Irian Jaya kepada pihak lain (Belanda) maupun
kepada rakyat Papua Barat sebagai negara yang merdeka. Indonesia mengambil
tanah Papua Barat bukan karena alasan kemanusiaan terhadap bangsa Papua yang
terjajah oleh Belanda, tetapi karena alasan ekonomi. Untuk menentukan status
Papua Barat setelah perjanjian New York, yaitu merdeka atau berintegrasi dengan
Indonesia, maka Indonesia melaksanakan PEPERA pada tahun 1969.
Dalam perjanjian New York telah terjadi kesepakatan untuk menentukan
status Papua yaitu dengan sistem one man on vote (satu orang satu suara). Namun
oleh pemerintah Indonesia diganti dengan sistem musyawarah (perwakilan).
Indonesia membentuk Dewan Musyawarah Pepera (DMP) berjumlah 1025 orang
yang ditentukan oleh pemerintah Indonesia bukan pilihan rakyat Papua. Dan
untuk memenangkan pelaksanaan PEPERA, pemerintah Indonesia melakukan
intimidasi, teror, ancaman atas rakyat dan para pejuang Papua yang tidak mau
memilih bergabung dengan Indonesia. Sejak 19 November 1969 Papua menjadi
wilayah/berintegrasi dengan NKRI. Setelah berintegrasi dengan Indonesia terjadi
dominasi politik oleh etnis non-Irian baik di pusat maupun di Pemda Irian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dengan berputarnya waktu, di Irian Jaya muncul aspirasi rakyat Irian Jaya untuk
merdeka lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.10
Berdasarkan pada Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yaitu rakyat Irian
Barat bergabung dengan NKRI, ternyata menimbulkan pro dan kontra diantara
rakyat Irian Barat ini sendiri. Alasan rakyat yang kontra dengan Pepera adalah
persetujuan politik antara Belanda dengan Indonesia yang melahirkan perjanjian
New York 1962 itu tidak melibatkan bangsa Papua (wakilnya) sebagai bangsa dan
tanah air yang dipersengketakan. Nama Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah
nama yang diberikan oleh pemerintah Republi Indonesia kepada setiap organisasi
atau faksi baik di Irian Jaya maupun di luar negeri yang dipimpin oleh putra-putra
Irian Jaya yang pro Papua Barat dengan tujuan untuk memisahkan atau
memerdekakan Irian Jaya (Papua Barat lepas dari NKRI). Sedangkan alasan OPM
melakukan pemberontakan di Irian Jaya adalah adanya ketidak puasan terhadap
keadaan , kekecewaan dan telah tumbuh suatu kesadaran nasionalisme Papua
Barat.
Perjuangan OPM dilihat dari kepentingan Papua jika dikaitkan dengan
pendekatan ideologi maka ini merupakan wujud untuk mengaktualisasi identitas
Papua. Secara antropologis, masyarakat, struktur sosial, adat budaya Papua
memang memiliki banyaj perbedaan dengan wilayah lainnya di Indonesia,
diantaranya struktur sosial dan demografi, kondisi ekonomi hingga politik. Untuk
itu, perbedaan ini menjadi bagian dari kekuatan untuk menyemangati dan
10 Frid Bernanrd Ramandey, 2007, Irian Barat, Irian Jaya Sampai Papua,
Jayapura : Aji Papua, hlm.9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mendorong masyarakat Papua untuk memperjuangkan kepentingannya dan OPM
menjadi motor penggerak dari pergerakan ini.
D. Perjuangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Ditinjau Dari
Kepentingan Indonesia
Pemerintah dalam suatu negara harus memiliki kewibawaan (authority)
yang tertinggi (supreme) dan tak terbatas (unlimited). Kedaulatan ke dalam,yaitu
pemerintah memiliki wewenang tertinggi dalam mengatur dan menjalankan
organisasi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kedaulatan ke luar, dimana pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan tidak
tunduk kepada kekuasaan lain, selain ketentuan ketentuan yang telah ditetapkan.
Demikian juga halnya dengan negara lain, harus pula menghormati kekuasaan
negara yang bersangkutan dengan tidak mencampuri urusan dalam negerinya.11
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Indonesia
mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua.
Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah
satu provinsi Kerajaan Belanda, sama dengan daerah-daerah lainnya. Sikap tegas
tersebut semakin kuat setelah perjuangan diplomasi mengalami kegagalan.
Perjuangan bnagsa indonesia untuk mengembalikan irian barat kini beralih dari
diplomasi kek kontropersi. Tindaka kontropersi polotik ekonomi yang di
lancarkan indonesia ternyata belum berhasil. Oleh karena itu, Indonesia mulai
11 Nyoman Dekker, 1989, Sejarah Revolusi Nasional, Jakarta : Balai Pustaka,
hlm.87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mempersiapkan penyelesaian irian barat dengan kekuatan militer. Untuk
kepentingan ini pemerintah indonesia awalnya berencana membeli senjata dari
Amerika Serikat, tetapi gagal.pembelian senjata kemudian di alihkan ke negara-
negara Blok Komunis terutama Uni Soviet.
Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tiga
Komando Rakyat atau Trikora yang isinya meliputi tiga hal masing-masing adalah
:12
a. Gagalkan pembentukan negara boneka Negara Papua buatan Belanda
kolonial.
b. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia.
c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan Kemerdekaan dan
kesatuan tanah Air dan Bangsa.
Dengan di cetuskanya,trikora tersebut maka konfrontasi antara belanda
dan indonesia pun di mulai. Sebagai reaksi terhadap Trikora pada tanggal 2
januari 1962 presiden/panglima Tertinggi ABRI/panglima Besar Komando
Tertinggi pembebasaan irian barat mengeluarkan Keputusan No. 1 tahun 1962
tentang pembentukan Komando Mandala Pembebasaan irian barat. Komando
mandala di bentuk pada tanggal 2 januari 1962. Tugas komando Mandala adalah
sebagai berikut:13
12 Mauli Saelan, 2008, Dari Revokusi 45 Sampe Kudeta 66, Jakarta : Tranmedia,
hal.61.
13 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1. Merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operas-operasi
militer dengan tujuan mengembalikan wilayah provinsi Irian Barat ke
dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia.
2. Mengembangkan situasi militer di wilayah provinsi Irian Barat.
Berdasarkan perspektif pemerintah Indonesia munculnya perjuangan
(pemberontakan) OPM pada awal dekade 1960-an ternyata disebabkan oleh lima
aspek. Menurut Kementerian Pertahanan Republik Indonesia kelima aspek ini
adalah sebagai berikut :14
1. Aspek Politik Pada masa pemerintahan Belanda, pemerintah Belanda
menjanjikan kepada rakyat Papua untuk mendirikan suatu negara (boneka)
Papua yang terlepas dari negara Republik Indonesia. Beberapa pemimpin
putra daerah yang pro-Belanda mengharapkan akan mendapatkan
kedudukan yang baik dalam negara Papua tersebut. Janji pemerintah
Belanda itu tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya harus diserahkan kepada
Indonesia melalui perjanjian New York 1962. Walaupun dalam perjanjian
itu terdapat pasal tentang hak untuk menentukan nasib sendiri, namun
pelaksanaannya diserahkan kepada Indoenesia dan disaksikan oleh pejabat
PBB. Apalagi pada tahun 1965 menyatakan keluar dari PBB, sehingga
dukungan dari PBB tidak dapat diharapkan lagi.
2. Aspek Ekonomis Pada tahun 1964, serta tahun-tahun 1965 dan 1966,
keadaan ekonomi di Indonesia pada umumnya sangat buruk, dan
14 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
memberikan pengaruh yang sangat terasa di Irian Jaya. Penyaluran barang-
barang kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan sering
terlambat ditambah pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia
di Irian Jaya yang memborong barang-barang yang ada di toko dan
mengirimnya ke luar Irian Jaya untuk memperkaya diri masing-masing.
Akibatnya Irian Jaya mengalami kekurangan pangan dan sandang. Kondisi
yang demikian ini tidak pernah dialami oleh rakyat Irian Jaya pada masa
penjajahan pemerintah Belanda.
3. Aspek Psikologis Rakyat Irian Jaya pada umumnya berpendidikan kurang
atau rendah diwilayah pesisir pantai dan di wilayah pedalaman
berpendidikan lebih baik, sehingga mereka kurang berpikir secara kritis.
Hal ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi. Mereka lebih banyak
dipengaruhi emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat dalam
menghadapi suatu permasalahan. Bila suatu janji itu tidak ditepati maka
sikap mereka akan berubah sama sekali. Misalnya sebagai bukti dalam hal
ini adalah Mayor Tituler Lodwijk Mandatjan yang menyingkir 2 (dua) kali
ke pedalaman Manokwari tetapi kembali lagi dan mengaku taat kepada
pemerintah Indonesia.
4. Aspek Sosial Pada masa Belanda para pejabat pemerintah lokal di Irian
Jaya pada umumnya diangkat dari kalangan kepala suku (dibanding
dengan di Jawa dimana Belanda mengangkat pegawai dari golongan
Priyayi). Kalau mereka itu memberontak maka mereka akan mendapat
dukungan dan pengaruh dari sukunya serta dalam suasana yang genting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pada kepala suku itu harus berada ditengah-tengah sukunya itu. Misalnya,
Lodwijk Mandatjan.
5. Aspek Ideologis Di kalangan rakyat Irian Jaya hidup suatu kepercayaan
tentang seorang pemimpin besar sebagai Ratu Adil yang mampu
membawa masyarakatnya kepada kehidupan yang lebih baik atau makmur.
Gerakan ini di Biak disebut gerakan Koreri (Heilstaat) atau Manseren
Manggundi. Kepercayaan ini yang memberikan motivasi bagi
pemberontakan yang dipimpin oleh M. Awom di Biak, dimana M. Awom
dianggap sebagai pimpinan besar agama.
Ketidakpuasan terhadap keadaan ekonomi yang buruk pada awal integrasi
dan terutama pada tahun-tahun 1964, 1965 dan 1966 dan juga terhadap sikap
aparat pemerintah dan Keamanan yang tidak terpuji. Juga tidak puas terhadap
sikap memandang rendah atau sikap menghina orang Irian yang sering sengaja
ataupun tidak sengaja menggeneralisir keadaan suatu suku dengan suku-suku
lainnya di Indonesia.
Perjuangan OPM di mata pihak Indonesia dianggap bertentangan dengan
kebijakan pemerintah pusat yang tidak menyediakan ruang gerak bagi para
pendukung separatism. Di sisi lain, pemerintah Indonesia pada era kepemimpinan
Soekarno ternyata belum sepenuhnya dapat mengakomodasi kepentingan
masyarakat dan pembangunan di Papua. Meskipun demikian pemerintah
Indonesia akan terus mengupayakan hal tersebut setelah persoalan-persoalan di
tingkat pusat terselesaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Ketika perjuangan OPM terus dijalankan, meskipun mengalami pasang
surut, pemerintah Indonsia terus mengantisipasi persoalan ini melalui pendekatan
politik dan militer. Bagaimanapun juga wilayah Papua merupakan bagian penting
bagi NKRI, jika Papua berhasil melepaskan diri maka wilayah-wilayah lain di
Indonesia dikhawarirkan akan menjalankan tinf\dakan yang sama.
Indonesia pada saat itu tengah mengalami masa sulitnya ekonomi.
Dampak ekonomi juga merembet ke Irian Barat. Dampak pertama adalah
kesulitan untuk membangun Irian Barat, yaitu kebutuhan pokok penduduk pada
saat itu sulit didapat di pasar, kalaupun ada harganya sangat tinggi. Kesulitan yang
kedua adalah banyaknya migrasi penduduk dari Indonesia bagian Barat dan
Indonesia bagian Timur ke Irian Barat. Khususnya dari Sulawesi Selatan dan
Tenggara untuk mengadu nasib di wilayah Irian Barat. Hal ini sangat
mengecewakan penduduk asli yang bukan saja tidak menikmati pembangunan,
tetapi juga terpental dari posisi sebagai pedagang di pasar Irian Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
ORGANISASI PAPUA MERDEKA (OPM), MASYARAKAT PAPUA DAN
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
A. Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Papua Dalam Bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Perkembangan OPM pada periode 1960 hingga 1969 tidak dapat
berkembang secara efektif juga diakibatkan oleh kebijakan militer sektoral.
Beberapa diantaranya adalah pengiriman satu batalion Resimen Para Komando
Angkatan Darat Indonesia diterbangkan ke Biak dari Jakarta untuk menghadapi
pemberontakan di Papua pada tanggal 12 Agustus 1965. Selain itu, pemerintah
Soekarno jugamengirimkan pasukan tempur Indonesia asal Sulawesi Selatan
dikirim ke Irian Barat sebagai respon terhadap terus berlangsungnya
pemberontakan bersenjata Papua pada pertengahan Juni 1968 dan puncaknya
adalah ditunjuknya Brigadir Jenderal Sarwo Edhie Wibowo diangkat sebagai
panglima militer untuk Irian Barat. Menurutnya, sekitar 6.000 pasukan
ditempatkan di Irian Barat untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan
pada 29 Juni 1968.1
Kemudian untuk menekan OPM sehingga tidak dapat berkembang sebagai
gerakan separatis, pemerintah orde lama juga merevitalisasi Komando Daerah
Militer (KODAM) Trikora. Selain untuk menangani separatisme, satuan teritoriat
1 “Papua Chronology : 1945-2003”, dalam
http://papuaweb.org/chrono/files/c1960-69.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2016.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
TNI angkatan Darat ini juga dimaksudkan untuk mendukung legitimasi Indonesia
atas status Papua. Kebijakan ini berawal dari pengembangan Teritorium VII (TT-
VII) dilikuidasi, wilayahnya dibagi menjadi empat Komando Daerah Militer,
diantaranya Komando Daerah Militer Maluku Irian Barat atau disingkat (KDM-
MIB) menggantikan resimen Infanteri-25 (RI-25). Perjuangan pengembalian Irian
Barat semakin menggelora setelah Presiden RI mengumandangkan Tiga Komando
Rakyat yang disingkat Trikora di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1961
yang mendapat respond dan didukung dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk
rakyat Irian Barat. Untuk mewujudkan Komando Presiden RI, pada bulan
Februari 1962 dibentuklah Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dengan
Panglima Mayjen TNI Soeharto. Rencana Operasi Pembebasan Irian Barat
disusun, satuan-satuan APRI dan sukarelawan digelar, sementara diplomasi
berjalan terus.
Pada tanggal 8 Agustus 1962, Panglima Angkatan Darat membentuk Kodam
XVII Irian barat dengan Surat Keputusan Pangad Nomor : KPTS 1052/ 8/1962
dengan nama lengkapnya Komando Daerah Militer Irian Barat. Selanjutnya
tanggal 15 agustus 1962 berlangsung perundingan secara bilateral pemerintah
Republik Indonesia dengan Belanda di New york yang menghasilkan
penandatanganan Persetujuan Indonesi – Nederland mengenai :
1. Gencatan senjata dilakukan di Irian Barat.
2. Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia melalui
PBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Sebagai tindak lanjut persetujuan New York tersebut, maka PBB
membentuk pemerintahan transisi di Irian Barat, yaitu UNTEA (United Nation
Temporary Executive Authority). Untuk menyiapkan pengalihan tanggung jawab
keamanan dari UNTEA, Pemerintahan Republik Indonesia membentuk satuan
tugas yang disebut Kontingen Indonesia Irian Barat (KOTINDO) yang secara
taktis dibawah UNTEA yang kemudian menjadi inti Kodam XVII/Irian Barat.
Pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada Pemerintah
Republik Indonesia, dan selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1963 Kodam XVII/Irian
barat dirubah menjadi Kodam XVII/Cenderawasih, Yang segera melaksanakan
fungsinya baik sebagai kekuatan pertahanan keamanan maupun sebagai kekuatan
Sosial Masyarakat. Untuk menghadapi pembangunan nasional yang pesat, dan
kemungkinan adanya ancaman, maka pemerintah Republik Indonesia memandang
perlu mengadakan reorganisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
B. Dampak Organisasi Papua Merdeka (OPM) Terhadap Masyarakat dan
Pemerintah Indonesia
Dampak keberadaam OPM bagi Indonesia, khususnya pemerintah dan
masyarakat ternyata sangat serius. Bagi masyarakat Papua, munculnya OPM akan
menimbulkan dilematisme karena fasilitas dan peran serta pemerintah Papua pada
periode 1960-1969 yang belum memadai akan menyulitkan pelayanan dan
perlindungan masyarakat. Kemudian bagi pemerintah, keberadaan OPM pada
periode 1960-1969 menyebabkan konfrontasi Indonesia dengan negara-negara
Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
1. Dampak Bagi Masyarakat Papua
Pada periode 1960-1969, Papua masih termasuk wilayah yang terbelakang
dibandingkan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Pada periode Sembilan tahun
tersebut, Papua juga memiliki jumlah penduduk yang sangat kecil dibandingkan
dengan wilayah Papua yang sangat luas. Gambaran jumlah penduduk Papua pada
masa ini dapat dilihat pada tabel 3. sebagai berikut :
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penduduk PapuaTahun 1960-1969
No. Periode Perkiraaan Jumlah Penduduk
(Ribu Orang)
1.
2.
3.
4.
5.
1960-1961
1962-1963
1964-1965
1966-1967
1968-1969
620.400
621.000
621.500
623.000
623.100
Sumber : Diolah dari Bilver Singh, 2011, Papua Geo-Politics and the Quest for Nationhood,
London and New Burnswick, : Transaction Publishing.
Dari jumlah tersebut, masyarakat Papua berupaya untuk menunjukkan
kiprahnya terkait dengan isu kemerdekaan Papua sehingga dapat tercapai status
Papua yang lebih jelas dan hal ini kemudian terwujud dalam Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera). Referendum dan melakukan yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian New York; Pasal 17 yang sebagian mengatakan:
"Indonesia akan mengundang Sekretaris Jenderal untuk menunjuk
seorang Wakil yang" .. "akan melaksanakan tanggung jawab Sekretaris-
Jenderal untuk memberikan saran, membantu, dan berpartisipasi dalam
pengaturan yang menjadi tanggung jawab dari Indonesia untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pelaksanaan pemilihan bebas. Sekretaris Jenderal akan, pada waktu yang
tepat, menunjuk PBB Perwakilan sehingga dia dan stafnya mungkin
menganggap tugas mereka dalam satu tahun wilayah sebelum penentuan-
diri. ".. "Perwakilan PBB dan stafnya akan memiliki kebebasan yang sama
gerakan seperti yang disediakan bagi personel dimaksud dalam Pasal
XVI". Perjanjian ini berlanjut dengan Pasal 18.”2
Berdasar pada pasal XVIII Indonesia akan membuat pengaturan, dengan
bantuan dan partisipasi PBB Perwakilan dan stafnya, untuk memberikan orang-
orang di wilayah, kesempatan untuk melaksanakan kebebasan memilih.
Pengaturan demikian akan mencakup:3
a. Konsultasi (musyawarah) dengan dewan perwakilan mengenai prosedur
dan metode yang harus diikuti untuk memastikan secara bebas menyatakan
kehendak penduduk.
b. Penentuan tanggal yang sebenarnya dari pelaksanaan pilihan bebas dalam
jangka waktu yang ditetapkan oleh Persetujuan ini.
c. Formulasi pertanyaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penduduk
untuk memutuskan (a) apakah mereka ingin tetap dengan Indonesia, atau
(b) apakah mereka ingin memutuskan hubungan dengan Indonesia.
d. Kelayakan dari seluruh orang dewasa, pria dan wanita, bukan warga asing
untuk berpartisipasi dalam tindakan penentuan nasib sendiri akan
dilaksanakan sesuai dengan praktik internasional, yang bertempat tinggal
pada saat penandatanganan Persetujuan ini, termasuk mereka warga yang
2 “The New York agreement”, dalam
https://www.freewestpapua.org/documents/the-new-york-agreement/, diakses pada
tanggal 28 Oktober 2016. 3 Ibid,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
berangkat setelah 1945 dan yang kembali ke wilayah itu untuk
melanjutkan tinggal setelah berakhirnya pemerintahan Belanda.
Selanjutnya pada tahun 1969 segera diselenggarakan “act of choice” atau
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tahap pertama dimulai tanggal 24 Maret 1969 berupa konsultasi dengan
dewan-dewan kabupaten di Jayapura dan mengenai tata cara
penyelenggaraan Pepera.
b. Tahap kedua segera dilaksanakan pemilihan anggota Dewan Musyawarah
Pepera yang berakhir pada bulan Juni 1969. Dalam tahapan ini berhasil
dipilih 1.026 anggota dari delapan kabupaten yang terdiri dari 983 pria dan
43 wanita.
c. Tahap ketiga adalah Pepera itu sendiri dilakukan di tiap-tiap kabupaten,
dimulai tanggal 14 Juli 1969 di Merauke dan berakhir pada tanggal 4
Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera dalam setiap tahapan disaksikan oleh utusan
Sekretaris Jenderal PBB duta besar Ortis Sanz, sedangkan sidang-sidang Dewan
Musyawarah Pepera dihadiri oleh para duta besar asing di Jakarta, antara lain duta
besar Belanda dan Australia. Rakyat Papua pada masa itu sadar bahwa mereka
adalah bagian dari bangsa Indonesia, mereka tidak mau dipisahkan dengan
saudara-saudaranya, sehingga Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat
memutuskan bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Hasil Pepera dibawa ke New York oleh duta besar Ortis Sanz
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke-24 pada bulan 19 November 1969
yang akhirnya sidang tersebut menerima hasil-hasil Pepera sesuai dengan jiwa dan
Persetujuan New York.4
Pada 19 November 1969. Majelis Umum PBB melakukan pemungutan
suara dengan dasar bahwa masyarakat Papua harus dapat hidup dengan layak dan
sejahtera secara sosial politik tentang apakah wilayah ini nantinya manjadi milik
Indonesia (NKRI) atau protektorat Belanda, sebagaimana negara Antiles ataupun
Suriname. Sebelum pemungutan ini dijalankan terlebih dulu delegasi PBB
mengirimkan stafnya untuk melihat secara langsung tentang kondisi Papua. Dari
hasil pemungutan suara tersebut menunjukkan hasil bahwa 58 setuju, 31 tidak
setuju, dan 24 abstain, menolak usulan Dahomey untuk menghentikan
pembahasan agar dapat dilakukan konsultasi yang lebih jauh tentang pelaksanaan
Tindakan Pemilihan Bebas (Pepera) tersebut. 5
Majelis Umum kemudian melakukan pemungutan suara kembali dengan
hasil 60 setuju, 15 menolak dan 39 abstain untuk menolak usulan perubahan
terhadap resolusi yang diusulkan oleh Ghana yang meminta agar dilakukan
tindakan pemilihan bebas lebih lanjut di Irian Barat pada akhir tahun 1975.
Akhirnya, Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara dengan hasil 84
4 Sri Nurani Kartikasari, 2012, Ekologi Papua, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
danConcervation International Indonesia, hal.645. 5 Esther Heidebouchel, The West Papua Conflict of Indonesia : Actors, Issue and
Approach, Wattenberg, : Johannes Hermann, hal.47.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
setuju, tidak ada yang tidak setuju, dan 30 abstain untuk menyetujui resolusi
(tanpa perubahan) tentang Tindakan Pemilihan Bebas di Irian Barat.6
Hasil dari Pepera yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap
merupakan bagian dari Republik Indonesia. Hasil Pepera ini membuka jalan bagi
persahabatan RI-Belanda. Lebih-lebih setelah tahun 1965, hubungan RI-Belanda
sangat akrab dan banyak sekali bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik
melalui
IGGI (Inter Governmental Group for Indonesia) atau di luarnya.Akhirnya Sidang
Umum PBB tanggal 19 November 1969 menyetujui hasil- hasil. Pepera tersebut
sehingga Irian Barat tetap merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia.
Melalui Pepera, dampak OPM pada periode 1960-1969 bagi masyarakat
ternyata dapat memberikan harapan baru karena mayoritas masyarakat Papua
menginginkan wilayahnya tetap masuk dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selain itu, melalui Pepera, OPM hanya sebagian kecil entitas dalam
sosial-politik Papua yang dapat terus diwaspadai oleh masyarakat.
2. Dampak Bagi Pemerintah Indonesia
Bagi pemerintah Indonesia, keberadaan OPM ternyata sangat menganggu
posisi Indonesia dalam dinamika politik internasional. Hal ini disebabkan masalah
atau isu kemerdekaan Papua berhasil membentuk keterkaitan dengan dengan isu
internasional, melibatkan Australia, Belanda, termasuk PBB.
6 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dalam rangka mengukuhkan status Papua sebagai bagian dri kedaulatan
Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963. UNTEA berakhir; Indonesia menguasai
penuh New Guinea Barat; Elizier Bonay menjadi Gubernur Irian Barat. Kemudian
pada 2 Mei 1963. Presiden Sukarno untuk pertama kali mengunjungi Kotabaru,
dan menamainya Sukarnapura. Presiden tiba dengan menggunakan kapal perusak
“Irian” yang adalah hadiah dari Uni Soviet yang mendukung pembebasan rakyat
Irian dari Belanda; DPRD dibentuk yang terdiri dari 42 orang, 33 orang di
antaranya adalah orang-orang Papua.7
Pada tanggal 4 Mei 1963. Presiden Sukarno melantik Eliezer Bonay
sebagai Gubernur. Tidak berapa lama kemudian, Sukarno melarang semua partai
politik Papua dan semua kegiatan politik yang tidak resmi. Kemudian 14 Mei
1963. Wakil Sekretaris Jenderal PBB Narasimhan menyurati pemerintah
Indonesia untuk menyampaikan maksud Sekretaris Jenderal mengirim sejumlah
`ahli‟ ke Irian Barat sebagaimana yang diatur dalam pasal XVI Persetujuan New
York. Dalam prakteknya tidak ada ahli yang dikirim sama sekali. Selanjutnya
pada 21 Mei 1963. Komunikasi rahasia Australia melaporkan bahwa Belanda dan
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Narasimhan telah menyetujui bahwa pelaksanaan
tindakan penentuan nasib sendiri di Papua tidak perlu menggunakan cara
pemilihan langsung atas dasar masalah-masalah yang terkait dengan penduduk
7 Swasono dan Herman Hidayat, Jejak Kebangsaan : Kaum Nasionalis di
Manukwari dan Bovendigoel, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal.13-14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Papua. Menurut mereka, semacam badan `perwakilan‟ dapat mengambil
keputusan atas nama rakyat.8
Pada tanggal Mei 1964., Wakil Sekretaris Jenderal PBB Rolz-Bennett tiba
di Jakarta untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Sukarno. Secara
pribadi ia mengulang kembali pandangan Narasimhan bahwa pelaksanaan
tindakan penentuan nasib sendiri tidak perlu dilakukan dengan cara pemilihan
umum langsung oleh penduduk Irian Barat. Ia kemudian melakukan perjalanan
singkat ke Irian Barat dengan mengunjungi Biak, Sukarnapura (Jayapura), dan
Manokwari.
Pada bulan Agustus 1964. Sesudah menunggu setahun, dua orang pejabat
Kedutaan Besar Amerika Serikat diberikan izin resmi untuk melakukan kunjungan
10 hari ke Irian Barat. Kemudian pada 20 November 1964. Franz Kaisiepo
menjadi Gubernur baru Papua, menggantikan Bonay. Ini menunjukkan bahwa
OPM dan isu kemerdekaan Papua berhasil berkembang sebagai isu internasional
yang akan menyeret kepemimpinan Indonesia pada masa tersebut untuk secara
pro-aktif berjuang dalam menentukan identitas Papua.
Pada tahun 1965 hingga 1969, pemerintah Indonesia masih berapa secara
kuat menangani persoalan Papua yang telah menjadi isu internasional. Beberapa
dampak yang ditimbulkan terkait dengan pemberontakan OPM, diantaranya :9
8 Ibid.
9 RB. Cribb and Audrey Cahin, 2004, Historical Dictionary of Indonesia,
Toronto and Oxford : The Scarecrow Press, hal.219.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
a. 7 Januari 1965. Indonesia keluar dari PBB sebagai protes atas dipilihnya
Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Ini adalah
bagian dari kampanye „Konfrontasi‟ yang dilancarkan oleh Sukarno
terhadap Inggris dan Malaysia.
b. 30 September 1966. Dalam kunjungannya di PBB, New York, untuk
mempersiapkan kembalinya Indonesia menjadi anggota organisasi dunia
itu, Menteri Luar Negeri Malik mengumumkan bahwa Jakarta akan
mengizinkan pelaksanaan tindakan penentuan nasib sendiri.
c. April 1967. Direktur Jenderal untuk Irian Barat Kolonel Marwoto
menuduh Australia memberikan perlindungan kepada orang-orang Papua
anti Indonesia di New Guinea Australia, yaitu kelompok subversif yang
menamakan diri Gerakan Papua Merdeka. Lebih dari 350 orang
pengungsi Irian Barat tiba di Weam.
d. 18 Desember 1968. Majelis Umum PBB menyetujui resolusi tentang New
Guinea Australia, dan menyerukan agar Australia segera menetapkan
tanggal yang lebih awal bagi pelaksanaan hak penentuan nasib nasib
sendiri dan kemerdekaan sesuai dengan kehendak bebas rakyat New
Guinea Australia. Majelis juga menyerukan Australia untuk melaksanakan
Pemilu yang bebas di bawah pengawasan PBB atas dasar prinsip-prinsip
universal untuk pemindahan kekuasaan ke wakil-wakil rakyat teritorial
Papua New Guinea.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
e. 22 Maret – 11 April 1969. Delapan dewan daerah bertemu untuk
membahas usulan pemerintah Indonesia tentang pelaksanaan penentuan
nasib sendiri. Laporan-laporan Indonesia dan PBB mengemukakan bahwa
seluruh dewan itu menerima proposal pemerintah, bahkan menekankan
bahwa tindakan penentuan nasib sendiri tidak perlu dilakukan.
Sebaliknya, wartawan Inggris Garth Alexander mengklaim bahwa dalam
pertemuan itu ia menyaksikan di Merauke hampir semua anggota meminta
digunakan metoda yang lebih demokratis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui uraian pembahaan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa berdirinya Organisasi Papua Merdeka (OPM) ternyata tidak
lepas dari pengaruh kolonialisme Belanda, dimana sebelumnya terdapat beberapa
negara lainnya yang berhasil menguasasi wilayah ini, diantaranya Jepang, Jerman
dan Inggris. Dalam perkembangannya, kedekatan Belanda dengan Australia yang
berhasil membangun kerjasama pada beberapa bidang kemudian menjadi cikap-
bakal berdirinya OPM.
Keberadaan OPM yang semula hanya terdiri dari dua faksi , yaitu atau
faksi yang didirikan oleh Aser Demotekay pada tahun 1963 di Jayapura, serta
Organisasi atau faksi yang didirikan oleh Terianus Aronggear (SE) di Manokwari
pada tahun 1964 berhasil menjadi backbone dalam melalkukan perjuangan
melawan pemerintah Indonesia.
Dinamika OPM di Papua semakin menjadi penting ketika organisasi ini
berhasil memperoleh dukungan dari luar negeri, diantaranya dari Vanuatu dan
Libya. Selain itu, OPM juga berhasil memperoleh dukungan dari organisasi
oponen di Indonesia, yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Operasional OPM
terbagi menjadi tiga yaitu gerakan perlawanan terhadap militer, mencari dukungan
internasional, serta mencari dukungan dari masyarakat wilayah Papua.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Bagi pemerintah Indonesia, OPM dipandang sebagai organisasi separatis
yang harus ditangani secara serius. Ini disebabkan terdapat perbedaan persepsi
antara pihak kolonialis Belanda dan pemerintah Indonesia pasca proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, dimana pihak Belanda menganggap wilayah
Papua merupakan area yang terpisah dari kedaulatan Indonesia pada masa itu.
Itulah sebabnya, pemerintah Indonesia pada masa kepemimpinan Presiden
Soekarno menerapkan beberapa kebijakan militer, diantaranya Trikora pada tahun
1961 hingga operasi Mandala pada tahun 1962.
Perkembangan OPM sejak runtuhnya Orde Lama ternyata bersifat
fluktuatif. Secara kesempatan (momentum) ataupun sumber daya yang ada di
OPM ternyata sulit untuk berkembang karena pemerintah Indonesia sangat
membatasi ruang gerak organisasi ini, melalui kebijakan militer ataupun politik.
Kemudian dampak OPM bagi masyarakat Papua adalah munculnya ketakutan
karena tidak jarang tindakan represif tidak hanya dilancarkan kepada aparat
keamanan, namun juga masyarakat, khususnya pendatang hingga para pekerja di
perusahaan multinasional yang telah ada sejak tahun 1967.
B. Saran
Melalui penelitian ini penulis memberikan beberapa saran bagi penelitian
selanjutnya dan bagi para pemangku kepentingan bahwa :
a. Bagi para pemengku kepentingan konflik di Papua dengan OPM sebagai
organisasi separatism tidak hanya berkaitan dengan faktor sejarah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dipengaruhi oleh kolonialisme asing, namun juga akibat kesenjuangan
ekonomi antara wilayah di Indonesia. Untuk itu, perlu program
pemerataan dan partisipasi politik untuk dapat mewakili kepentingan
Papua dengan lebih luas.
b. Bagi penelitian selanjutnya perlu untuk diteliti lebih lanjut sejauh mana
konstelasi politik internasional dapat mempengaruhi eksistensi dari OPM.
Hal ini disebabkan karena sejak berdirinya organisasi ini tidak lepas dari
dukungan negara-negara lain, diantaranya Libya dan Vanuatu sehingga
nantinya dapat ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan di
Indonesia melalui kebijakan atau diplomasi luar negeri bahwa Papua
menang menjadi bagian yang sah dari Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku :
Aminuddin, 1967. Pengantar Studi Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta:
Pembimbing Masa.
Bourchier, David, 2003,Indonesian Politic and Society, London and New York :
Routledge Curson.
Chapman, Bert, 2009, Military Doctrine and Reference Book, Denver and
California : ABC Clio.
Cribb, RB. and Audrey Cahin, 2004, Historical Dictionary of Indonesia, Toronto
and Oxford : The Scarecrow Press.
Dumupa. Yakobus F 2006. Berburu Keadilan di Papua. Yogyakarta: Pilar Media.
George Junus Aditjondro, 2000, Cahaya Bintang Kejora : Papua Barat Dalam
Kajian Sejarah, Budaya, Ekonomi dan Hak Asasi Manusia, Jakarta :
ELSAM.
Esther Heidburchel, 2007, The West Papua Conflict : Actors and Issue, New
York, Johannes Harman.
Frid Bernanrd Ramandey, 2007, Irian Barat, Irian Jaya Sampai Papua, Jayapura
: Aji Papua.
Hadi, Syamsul, 2007. Disintegrasi Pasca Ordebaru; Negara, Konflik Lokal dan
Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor.
Herprasetyo, Budi Khelik, 2014, Kala Tak Mampu Lagi Berkata, Blitar : Adora
Media.
Heidebouchel, Esther, The West Papua Conflict of Indonesia : Actors, Issue and
Approach, Wattenberg, : Johannes Hermann.
Irfan Abubakar, Chaider S. Bamualim. 2005. Transisi Politik dan Konflik
Kekerasan: Meretas Jalan Perdamaian di Indonesia, Timor-Timur,
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Filipina dan Papua New Guinea. Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya
(PBB) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
JRG.Djopari. 1993. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Gatra, 2005, OPM Batalyon Kasuari, Jakarta : Era Media Informasi.
Glazebrook, Diana, 2008, Permisive Resident : West Papuan Refugee Living in
West Papua, Melbourne : ANU Publishing
Gottscalk. 1986. Mengerti Sejarah (Terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Gottshalk.1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Gulo, W, 2002, Metodologi Penelitian, Jakarta : Gramedia Widyasarana
Indonesia.
Kartikasari, Sri Nurani, 2012, Ekologi Papua, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
danConcervation International Indonesia.
Nuswantoro, 2001. Daniel Bell: Matinya Ideologi. Magelang: Indonesiatera.
Plano, Jack C. and Roy Olton dalam Wawan Djuanda (ed), 1989, Kamus
Hubungan Internasional, Bandung : Putra A. Bardin.
Poerwadarminta. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahim, Afzalur, 2010, Managing Conflict in Organization, London : Transaction
Publication.
Syamsuddin, Helius.1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
Nawawi. H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.
Syamsudin Haris. 1999. Indonesia di Ambang Perpecahan. Jakarta: Erlangga.
Saafroedin Bahar. 1996. Integrasi Nasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Samsudin. 1995. Pergokan di Perbatasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Soehartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suardi. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta: Deepublish
Publisher.
Sugandi, Yulia 2008. Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan Mengenai
Papua. Makalah. Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung.
Saafroedin Bahar, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
May Rudy, 2002, Organisasi dan Administrasi Internasional, Jakarta : Refika
Adhitama.
Samuel P. Huntington, 1983, Democracy Third Waves, New York : Palgraff
Publishing.
Samsudin. 1995. Pergokan di Perbatasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Saafroedin Bahar. 1996. Integrasi Nasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
JRG.Djopari. 1993. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tuhana Taufik A. 2001. Mengapa Papua Bergolak. Yogyakarta: Gama Global
Media.
Muridan Satrio Widjojo, 2009, Papua Road Map : Negotiating The Past,
Improving and Present, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Singh, Bilver, 2011, Papua Geo-Politics and the Quest for Nationhood, London
and New Burnswick, : Transaction Publishing.
Singh, Bilver. 2011, Papua Geo-Politics and the Quest for Nationhood, London
and New Burnswick, : Transaction Publishing.
Silva KM. Da and Ronald James May, 1991, Internationalization of Ethnic
Conflict, Michigan : Pinter Publishing.
Nyoman Dekker, 1989, Sejarah Revolusi Nasional, Jakarta : Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Mauli Saelan, 2008, Dari Revokusi 45 Sampe Kudeta 66, Jakarta : Tranmedia.
Swasono dan Herman Hidayat, Jejak Kebangsaan : Kaum Nasionalis di
Manukwari dan Bovendigoel, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Yoman, Socratez Sofyan, Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan
Sejarah Kekerasan.
Waiko, John Dademo, 2007, Short History of Papua Guinea, New York : Oxford
Universiry Press.
W. J. S. Poerwadarminto, 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka.
2. Skripsi :
Judul skripsi, Ngatiyem. 2007. Organisasi Papua Merdeka 1964-1998. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Tesis, Johannes Rodolf Gerzon Djopari, 2000, Organisasi Papua Merdeka 1964-
1998, Jakarta, Universitas Indonesia,
3. Surat Kabar :
“OPM Ternyata di Kendalikan Oleh Warga Negara Belanda”. 1969. April. Suara
Merdeka. Hal.1
4. Internet :
“Papua Chronology : 1945-2003”, dalam http://papuaweb.org/chrono/files/c1960-
69.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2016.
“The New York agreement”, dalam
https://www.freewestpapua.org/documents/the-new-york-agreement/,diakses pada
tanggal 28 Oktober 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.
LOGO UNTEA1
1 Sumber : “UNTEA”, dalam http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/unsfmandate.html,
diakses pada tanggal 2 JAnuari 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.
Foto Permenas Ferry Awom2
2 Sumber : “OPM History”, dalam http://akrockefeller.com/region/pacific/west-papua/opm-history-
free-papua-organization/, diakses [ada tanggal 3 Januari 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related