naskah publikasi hubungan keluarga sakinah...
Post on 03-Feb-2018
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KELUARGA SAKINAH DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA
Oleh :
Fitria Rahmawati
Irwan Nuryana Kurniawan
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KELUARGA SAKINAH DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
( Irwan Nuryana Kurniawan S. Psi, M.Psi)
HUBUNGAN KELUARGA SAKINAH DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA
Fitria Rahmawati
Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional remaja. Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Temanggung sebanyak 111 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Keluarga Sakinah yang dibuat oleh peneliti dengan mengadopsi dari peneliti sebelumnya yang mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Shihab (2007) dan Skala Kecerdasan Emosional Remaja dengan mengacu pada aspek-aspek baru yang dikemukakan oleh Goleman (2004). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dan analisis regresi ganda dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 11,5 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional remaja. Hasil analisis data diperoleh ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional pada remaja. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata kunci : Keluarga Sakinah, Kecerdasan Emosional Remaja.
PENGANTAR
Masa remaja merupakan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan
emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis
yang bervariasi (Hall, 1983). Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun)
terdapat beberapa fase (Monks, 1985), diantaranya yaitu fase remaja awal (usia 12
tahun sampai dengan 15 tahun) yang merupakan fase yang sangat singkat dan
terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya.
Hurlock (1994) menyatakan ada empat macam perubahan yang umumnya dialami
oleh remaja, yaitu a) meningginya emosi, b) terjadinya perubahan tubuh, minat, sikap
dan peran remaja, c) terjadinya perubahan nilai-nilai yang dianut oleh remaja
tersebut, dan d) adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Masa remaja
merupakan masa transisi dari anak ke dewasa sehingga seringkali remaja mengalami
kebingungan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Mappiare (1982)
mengemukakan bahwa kesempurnaan kontrol emosi pada umumnya dicapai oleh
remaja pada tahapan akhir remaja awal. Akan tetapi dalam kenyataannya banyaknya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa remaja, sehingga mereka tidak
dapat mengontrol emosinya dan yang terjadi adalah merosotnya kecerdasan emosi
atau yang disebut dengan “buta emosi”. Menurut Goleman (1995), kerugian terbesar
yang dapat diderita oleh anak karena rendahnya kecerdasan emosional, yaitu: a)
terjerumusnya anak dalam serangan depresi, b) gangguan makan, c) kehamilan yang
tak diinginkan, d) agresivitas, dan kejahatan dengan kekerasan.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa (Goleman, 1997). Menurut Shapiro
(1998) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kecerdasan emosional yang tinggi
akan membantu seseorang 20 tahun yang akan datang ketika seseorang sudah
memasuki dunia kerja dan keluarga. Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah
ketrampilan yang membantu seseorang untuk menyelaraskan diri yang diwujudkan
dalam upaya-upaya untuk mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi
yang tepat, di samping upaya-upaya untuk mengelola emosi agar lebih terkendali
untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar
manusia. Penelitian Yayasan Sejiwa bekerja sama dengan Universitas Indonesia
2008, menemukan bahwa telah terjadi kekerasan sebesar 67,9 persen di tingkat
sekolah menengah (SMU) dan 66,1 persen di tingkat sekolah lanjutan pertama
(SMP). Sementara kekerasan yang dilakukan oleh sesama siswa tercatat sebesar 41,2
persen untuk tingkat SMP dan 43,7 persen untuk tingkat SMA dengan kategori
tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati
kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul). Untuk remaja
SMP biasanya permasalahan yang dihadapi adalah kekerasan antar teman dengan
melibatkan segerombolan remaja lain yang menjadi faktor pendukung dan pelindung.
Tindakan kekerasan ini biasanya berawal dari perasaan tersinggung yang
mengakibatkan kemarahan, hal ini dipicu oleh sesuatu yang sifatnya sangat sederhana
antara lain berebut angkot, mengolok-olok antar teman, membela teman yang disakiti
ataupun hanya masalah lawan jenis. Tingginya tingkat kekerasan pada remaja
menimbulkan pemikiran bahwa mereka kurang memiliki kemampuan dalam
mengenali dan memahami serta mengelola emosi dalam porsi yang tepat, sehingga
tidak terkendalinya emosi menyebabkan hubungan dengan orang lain menjadi tidak
baik dan kurang mampu menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan
orang lain. Kurang mampunya remaja dalam mengelola emosi tersebut merupakan
bagian dari rendahnya kecerdasan emosi remaja saat ini.
Menurut Goleman (Gottman dan John DeClaire, 1997) anak-anak yang memiliki
kecerdasan emosional, yaitu anak-anak yang telah terlatih dan memiliki lebih banyak
kemampuan dalam bidang emosi mereka sendiri. Kecerdasan emosional biasanya
terkait dengan kemampuan dalam menggunakan aspek pikiran dan emosi untuk
memecahkan berbagai masalah kehidupan. Apabila dilihat dari bentuk emosi remaja
dan fenomena kekerasan di atas, penyimpangan emosi yang terjadi pada remaja tidak
terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga,
sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat
berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif.
Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah dan di rumah tidak memadai untuk
memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan
energinya ke arah yang tidak positif.
Hooven dan Gottman (Goleman, 1995) mengungkapkan bahwa pasangan yang
secara emosional lebih terampil dalam pernikahannya juga merupakan pasangan yang
paling berhasil membantu anak-anaknya menghadapi perubahan emosi. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang adalah orangtua
(Kagan dalam Shapiro, 1998). Goleman (1995), mengatakan dimana orangtua yang
cerdas emosinya merupakan keuntungan yang besar bagi seorang anak. Di samping
itu penerimaan kesalahan yang dilakukan anggota keluarga akan membuat anak lebih
pintar dalam menghadapi emosinya. Ciri-ciri tersebut di atas memiliki kesamaan
dasar dengan keluarga sakinah. Penerimaan diri setiap anggota keluarga merupakan
bentuk dari keterikatan dalam pembentukan keluarga sakinah. Keluarga sakinah
adalah sebuah rumah tangga yang menyerupai bangunan kokoh, yang terciptanya
ketenangan dan ketentraman setelah terjadinya gejolak dalam keluarga, apapun
bentuk gejolak tersebut. Untuk membangun keluarga yang sakinah Allah SAW
menganugrahi suami-istri potensi mawaddah dan rahmah. Firman Allah :
“Diantara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan-Nya) adalah bahwa Dia yang
menciptakan untuk kamu (hai manusia) dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan
agar kamu merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantara kamu (potensi)
mawaddah dan rahmat” (QS.ar-rum(30):21)
Tentram yang dimaksud adalah sakinah yang menjadikan manusia mampu
melanjutkan generasi dan membangun dunia ini. Manusia menyadari bahwa
hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya mendapatkan
kekuatan dan membuatnya lebih mampu menghadapi tantangan. Karena alasan inilah
maka manusia kawin, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. Tetapi
manusia berpasangan bukan hanya didorong oleh desakan naluri seksual, tetapi lebih
daripada kebutuhan jiwa untuk meraih ketenangan. Ketenangan serupa juga
dibutuhkan oleh anak-anak bukan saja saat mereka berada ditengah keluarga, tetapi
sepanjang masa (Shihab, 2007). Mawaddah dan rahmah yang berkembang dalam
kehidupan keluarga akan sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan remaja
dalam kehidupan selanjutnya. Perpaduan kasih ayah sepanjang galah dan kasih ibu
sepanjang masa akan membuahkan sosok remaja yang berkembang sehat lahir dan
batin serta bahagia dan sejahtera (Basri, 2004). Basri (2004) menambahkan,
hubungan orangtua yang efektif kemesraan dan tanggung jawab yang didasari oleh
mawaddah dan rahmah (kasih dan sayang) yang tulus, menyebabkan anak-anaknya
akan mampu mengembangkan aspek-aspek kegiatan manusia, baik yang bersifat
individual, sosial maupun kegiatan keagamaan.
Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi,
dalam lingkungan yang akrab anak belajar bagaimana merasakan perasaannya sendiri
dan bagaimana orang lain menanggapi perasaannya. Pembelajaran emosi bukan
hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua secara langsung
kepada anak-anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan
sewaktu menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang biasa muncul antara
suami dan istri. Ada orang tua yang berbakat sebagai guru emosi yang sangat baik,
ada juga yang tidak. Goleman (1995) mengatakan cara-cara yang digunakan pasangan
suami istri untuk menangani perasaan-perasaan diantara mereka memberikan
pelajaran yang ampuh kepada anak-anak mereka. Orang tua yang terampil secara
emosional dapat sangat membantu anak dengan memberi dasar ketrampilan
emosional seperti; bagaimana mengenali, mengelola dan memanfaatkan perasaan-
perasaan, berempati, dan menangani perasaan-perasaan yang muncul dalam
hubungan-hubungan mereka.
Pembentukan emosional seorang anak dapat dimulai dari orangtua dengan
menanamkan nilai-nilai dalam keluarga seperti sopan santun dalam keluarga, saling
pengertian antara anggota keluarga, kasih sayang dalam keluarga, dan unsur-unsur
kebaikan lainnya yang membuat keluarga bisa saling memberi dan menerima
kebaikan dan kekurangan masing-masing anggota keluarga. Sehingga dapat
terciptanya ketentraman dan ketenangan (sakinah) dalam berumah tangga. Anak
merupakan aset keluarga dan juga merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi
dan komunikasi dengan orang lain. Hanya dalam berkomunikasi dan relasi dengan
orang lainlah, maka anak akan bisa berkembang menuju pada kedewasaan (Kartono,
1990). Untuk mengembangkan potensi anak menuju kedewasaan dan menghasilkan
individu yang diharapkan, diperlukan suatu perjuangan yang sangat berat, terlebih
bagi orangtua maupun lingkungannya untuk mendidik dan mengarahkan. Anak
sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan orang lain,
diantaranya adalah guru, pendidik, orangtua, pengasuh, anggota keluarga, kawan
sebaya, kelompoknya dan lain-lain (Hurlock, 1992).
Orang tua merupakan kunci utama sebagai pelatih atau guru untuk
mengembangkan kecerdasan emosional pada remaja. Maka hendaknya keluarga
dibangun atas dasar cinta yang sesungguhnya, dimana dapat menunjukkan sifat sabar
dan lapang dada dalam menerima kesusahan dan kesenangan, siap menderita, setia
atau percaya dengan pasangan, pemaaaf, toleransi terhadap kekurangan pasangan,
mengetahui kelebihan dan kekurangan pasangan, saling menghargai, berprasangka
baik terhadap pasangan, bersedia mengalah atau berkorban, bermusyawarah,
menepati janji, dan jujur terhadap pasangan (Shihab, 2007). Tim University of
Washington (Goleman, 1995) menemukan bahwa orang tua yang tidak terampil
menangani perasaannya dibandingkan dengan orang tua yang terampil secara
emosional akan memiliki anak-anak yang pergaulannya lebih baik, dan
memperlihatkan banyak kasih sayang, serta lebih sedikit bentrok dengan orangtuanya.
Selain itu anak ini juga lebih pintar menangani emosinya, lebih efektif menenangkan
diri saat marah dan tidak sering marah.
Beberapa penelitian telah menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional anak. Goleman (1997), mengatakan apabila seseorang pandai
menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati,
orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman
mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Menurut
Gunarsa (1989) keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk
pertama kalinya, dan untuk seterusnya anak banyak belajar didalam kehidupan
keluarga. Karena itu peranan orangtua dianggap paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangaan moral seorang anak. Anak mampu merasakan kehangatan keluarga
yang penuh kasih sayang dan penerimaan dalam keluarga dengan potensi mawaddah
dan rahmah akan menimbulkan emosi yang positif dalam diri anak sehingga
kecerdasan emosional anak akan lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya keluarga sakinah dalam
membentuk kecerdasan emosional pada diri remaja, maka peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai hubungan keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional remaja.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja awal (usia 12 – 15 tahun) sekolah
menengah pertama yang masih tinggal dengan orang tua, yaitu SMPN 2
Temanggung. Pengambilan ini berdasarkan (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12
- 15 tahun) yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah
tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam bentuk
angket dengan metode skala yaitu menggunakan skala-skala psikologis yang dapat
mengungkapkan atribut psikologis yang menjadi variabel dalam penelitian ini.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup yaitu subjek diminta
memilih satu dari beberapa pilihan jawaban yang telah ada. Skala disini terdiri dari
skala kecerdasan emosional dan keluarga sakinah.
1. Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
skala yang dibuat berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional yaitu: kesadaran
diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan pengelolaan relasi.
Secara keseluruhan jumlah item dalam skala ini adalah 40 item. Masing-
masing aspek terdiri dari 10 item. Pilihan jawaban yang digunakan terdiri dari empat
(4) alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Tabel 1 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional Remaja Sebelum Uji Coba
Aspek Favorable Unfavorable
Jumlah
Kesadaran Diri 1,5,9,17,21,25,29,33,37 13 10 Pengelolaan Diri 2,10,14,18,22,30,34,38 6,26 10 Kesadaran Sosial 3,7,11,19,23,27,31,35 15,39 10 Pengelolaan Relasi 4,8,12,16,20,24,28,32,36,40 10
Jumlah 35 5 40
Skala penelitian ini memiliki rentang nilai antara 1-4. Item favorable SS = 4,
S = 3, TS = 2, STS = 1, dan item unfavorable adalah sebaliknya, yaitu SS = 1, S = 2,
TS = 3, STS = 4.
2. Skala Keluarga Sakinah
Skala ini berisi tentang keluarga sakinah yang dimana dalam item-itemnya
mengandung aspek-aspek keluarga sakinah. Aspek-aspek yang ada yaitu: mawaddah
dan rahmah.
Secara keseluruhan jumlah item dalam skala ini adalah 36 item. Masing-
masing aspek terdiri dari 18 item favorable. Pilihan jawaban yang digunakan terdiri
dari empat (4) alternatif jawaban yaitu: Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), tidak sesuai
(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 2 Blue Print Skala Keluarga Sakinah Sebelum Uji Coba
No Aspek Favorable Jumlah 1 Mawaddah 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,25,27,29,31,33,35 18 2 Rahmah 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22,24,26,28,30,32,34,36 18
Jumlah 36 36
Setiap item dalam skala keluarga sakinah merupakan pernyataan favorable, jadi
penyekoran jawaban selalu mendapat skor 4, sering mendapat skor 3, jarang
mendapat skor 2, dan tidak pernah mendapat skor 1.
C. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah
data yang diperoleh memenuhi syarat penggunaan analisis korelasi dan untuk dapat
menarik kesimpulan yang tidak menyimpang. Adapun uji asumsi yang dilakukan
meliputi dua hal yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah distribusi sebaran variabel
bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan memakai rumus Kolmogorof-Smirnov dengan
menggunakan fasilitas komputer SPSS for Windows 11.5.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor
variabel keluraga sakinah dan variable kecerdasan emosional pada remaja merupakan
garis yang lurus atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program
SPSS for Windows 11.5 dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear.
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah korelasi product
moment dari Pearson dan analisis regresi ganda
a) Analisis korelasi product moment dari Pearson dengan rumus:
? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?2222 ????
?????
??
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
xyr = Koefisien korelasi antara keluarga sakinah dengan kecerdasan
emosional
? XY = Total skor antara keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional
? X = Total skor variabel keluarga sakinah
? Y = Total skor variabel kecerdasan emosional
N = Jumlah subyek
b. Menentukan Koefisien Korelasi Ganda dan Uji Signifikan
Koefisien korelasi antara variabel 1? dan 2? dengan Y dapat ditentukan
dengan rumus (Sudjana : 383-385) :
122
1222
12
2121
12 rrrrrr
R yyyy
y ???
?
Keterangan :
1yr : Koefisien korelasi 1? dengan Y
2yr : Koefisien korelasi 2? dengan Y
12r : Koefisien korelasi 1? dengan 2?
1? : Mawaddah
2? : Rahmah
Y : Kecerdasan Emosional
Setelah diperoleh koefisien korelasi ganda, kemudian dilakukan uji signifikansi
R dengan uji F.
Harga F dikonsultasikan dengan harga F tabel pada taraf signifikan ? dengan
dk pembilang =k dan dk penyebut = (n – k – 1 ). Apabila , tabhit FF ? maka harga R
signifikan yang artinya ada korelasi yang signifikan antara 1? dan 2? dengan Y.
Semua perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for Windows 11.5.
HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan
1. Orientasi Kancah
Responden penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah
siswa – siswi SMP Negeri 2 Temanggung yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman
No. 21 Kelurahan Jampiroso Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung. SMP
Negeri 2 Temanggung ini dipimpin oleh Bapak Indrotomo, S.Pd. sebagai kepala
sekolah. Adapun visi sekolah adalah ”Membentuk Insan Cendikia yang Kompetitif
dan Mampu Berkolaboratif Secara Global”. Untuk mencapai visi tersebut, sekolah
menetapkan misi sekolah, yaitu: (1) memberikan pendidikan dan kesempatan siswa
agar dapat mengembangkan potensi akademik, sosio-emosional dan physical
potential sesuai sifat unik anak, (2) memberikan kesempatan dan memperhatikan
kebutuhan siswa agar mampu mengembangkan kepercayaan diri, kedisiplinan,
kemandirian, menghormati orang lain dan mampu hidup serta bekerja sama dengan
orang lain dan mampu hidup serta bekerja dengan orang lain, sehingga menjadi warga
negara yang produktif dan tanggung jawab, (3) memberikan kepada siswa berbagai
skill, kreatif, tantangan, fleksibilitas, pengembangan diri dan memberikan dorongan
agar siswa menjadi seorang ’’life, leaner’’, (4) menyelenggarakan pendidikan dalam
lingkungan yang aman, sportif / caring, bersih, sehat dan teratur
Kegiatan sekolah setiap hari Senin sampai Kamis berlangsung mulai pukul
07.00 WIB dan berakhir pukul 13.00 WIB tetapi bagi kelas tiga para siswa wajib
mengikuti kegiatan les yang berlangsung sampai pukul 16.00 WIB, sedangkan hari
Jum’at sampai pukul 11.00 WIB dan hari Sabtu sampai pukul 10.30 WIB dan
dilanjutkan dengan kegiatan kebersihan kelas. Kegiatan ekstrakurikuler diadakan
setiap sore harinya mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.30 WIB. Prestasi yang
diraih SMP Negeri 2 Temanggung sangat banyak, baik dalam prestasi akademik
maupun non akademik. Di samping itu SMP Negeri 2 Temanggung memiliki sistem
pendidikan bertaraf internasional yang baru saja dirilis tahun 2007. Sistem pengajaran
yang terapkan adalah keaktifan belajar terpusat pada siswa-siswi. Dimana pada setiap
pelajaran siswa dilatih untuk ikut aktif dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Siswa SMP Negeri 2 Temanggung memiliki kecerdasan emosional. Hal ini
terlihat dari kemampuan siswa mengelola diri sendiri saat berada di sekolah dan
berinteraksi dengan teman lawan jenis serta mampu memberikan motivasi terhadap
dirinya dan orang lain terutama dalam hal tugas dan pelajaran. Di samping itu siswa
mampu membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Namun demikian, masih
terdapat juga siswa yang belum memiliki kecerdasan emosional. Hal ini terlihat dari
siswa yang masih belum dapat mengenali segala bentuk emosi yang ada dalam
dirinya dan belum dapat mengendalikan dorongan hati.
Jumlah guru SMP Negeri 2 Temanggung sebanyak 34 orang dan jumlah
karyawan sebanyak 12 orang. Jumlah seluruh siswa kelas VII, kelas VIII dan kelas IX
SMP Negeri 2 Temanggung sebanyak 580 orang yang masing –masing kelas terdiri
dari 5 kelas paralel. Berikut ini adalah jumlah siswa SMP Negeri 2 Temanggung.
Tabel 3 Jumlah Siswa SMP Negeri 2 Temanggung
No Kelas Jumlah 1. VIIA 24 2. VIIB 40 3. VIIC 40 4. VIID 40 5. VIIE 40 6. VIIIA 40 7. VIIIB 40 8. VIIIC 40 9. VIIID 39
10. VIIIE 40 11. IX A 39 12. IX B 40 13. IX C 39 14. IX D 39 15. IX E 40
Jumlah 580
2. Persiapan
a. Persiapan administrasi
Penelitian ini untuk pengurusan surat izin penelitian dilakukan pada instansi
atau lembaga terkait. Surat permohonan izin penelitian untuk melakukan Try out dan
penelitian dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya yang
ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Temanggung tanggal 1 April 2008
dengan nomor surat 264/Dek/70/Akd/IV/2008. Setelah penelitian selesai dilakukan,
kepala sekolah SMP Negeri 2 Temanggung mengeluarkan surat keterangan bahwa
peneliti telah melakukan pengambilan data di sekolah tersebut, dengan nomor surat
143/423/2008.
b. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan membuat alat ukur penelitian. Alat
ukur penelitian yang digunakan adalah Skala Keluarga Sakinah yang disusun
berdasarkan aspek-aspek Mawaddah dan Rahmah yang dirumuskan oleh Shihab
(2007), dan Kecerdasan Emosional pada remaja awal yang disusun berdasarkan
aspek-aspek kecerdasan emosional yang telah berevolusi dan diperbaiki oleh
Goleman (2004). Uji coba alat ukur (try out) dilakukan di SMP Negeri 2
Temanggung. Pelaksanaan try out berlangsung pada tanggal 4 April 2008. Subjek
yang terlibat dalam uji coba adalah siswa kelas VII dan VIII. Jumlah subjek dalam
uji coba sebanyak 95 orang. Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas alat
ukur:
1) Validitas
Validitas yang digunakan pada penelitian ini lebih menekankan pada validitas
isi (content validity) yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana item dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Untuk melakukan seleksi
aitem dilakukan pengukuran koefisien korelasi item-total (rix). Aitem dalam tes jika
kualitasnya tidak baik harus disingkirkan. Perhitungan skor item dengan skor total
menggunakan teknik perhitungan korelasi product moment dari Pearson.
a) Validitas Skala Kecerdasan Emosional
Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total. Setelah
dilakukan dua kali seleksi item terdapat 15 aitem gugur dari 40 aitem yaitu nomor
1,2,5,6,7,9,11,13,15,21,29,31,33,36, dan 39. Aitem yang valid sebanyak 25 dan
mempunyai koefisien validitas antara 0,3148 – 0,5280. Koefisien reliabilitas angket
kecerdasan emosional adalah sebesar 0,8568. Sebaran nomor item valid dan gugur
angket kecerdasan emosional dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Distribusi Butir Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba Nomor Aitem
Aspek Favorable Unfavorable
Jumlah item valid
Kesadaran Diri (1),(5),(9),17,(21),25,(29),(33),37 (13) 3 Pengelolaan Diri (2),10,14,18,22,30,34,38 (6),26 8 Kesadaran Sosial 3,(7),(11),19,23,27,(31),35 (15),(39) 5 Pengelolaan Relasi 4,8,12,16,20,24,28,32,(36),40 9
Jumlah aitem valid 24 1 25 Catatan :
- angka yang berada di dalam tanda (....) adalah nomor butir yang gugur setelah uji coba
b) Validitas Skala Keluarga Sakinah
Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total. Setelah
dilakukan seleksi item tidak terdapat aitem yang gugur sehingga aitem yang valid
sebanyak 36, dan mempunyai koefisien validitas antara 0,3255 – 0,7030. Koefisien
reliabilitas angket keluarga sakinah adalah sebesar 0,9354. Berikut ini adalah blue
print skala Keluarga Sakinah, dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Distribusi Butir Skala Keluarga Sakinah Setelah Uji Coba No Aspek Favorable Jumlah
1 Mawaddah 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,25,27,29,31,33,35 18 2 Rahmah 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22,24,26,28,30,32,34,36 18
Jumlah 36 36
2. Reliabilitas
Reliablitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,
keterandalan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang
terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dapat di
percaya (Azwar, 1997).
Koefisien reliabilitas berkisar 0.0 sampai 1.0 akan tetapi seperti pada validitas,
koefisien sebesar 0.0 dan 1.0 tidak pernah dijumpai (Azwar, 1997). Uji reliabilitas
yang dilakukan pada skala keluarga sakinah dan kecerdasan emosional pada remaja
dengan menggunakan SPSS for Window versi 11.5 menghasilkan koefisien reliabilitas
skala keluarga sakinah sebesar 0,9354 dan koefisien reliabilitas skala kecerdasan
emosional pada remaja sebesar 0,8568 sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa kedua skala tersebut cukup handal untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Temanggung. Subjek merupakan
siswa kelas VII dan VIII sebanyak 111 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 24
April 2008. Skala langsung diisi ditempat yang kemudian diambil setelah subjek
mengisi dengan lengkap, sehingga dari 111 skala yang dibagikan semua terkumpul
kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
C. Analisis Hasil dan Hasil Penelitian
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh data
diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas.
Uji normalitas dan uji linieritas ini adalah sebagai prasyarat analisis sebelum
melakukan analisis korelasi. Semua uji prasyarat dilakukan dengan maksud agar
kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari kebenaran. Semua uji asumsi dalam
penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 11.5 for windows.
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa – siswi SMP Negeri 2 Temanggung yang
berjumlah 111 orang dengan perincian siswa dari kelas VII C sebanyak 36 orang,
siswa kelas VIII B sebanyak 35 orang, siswa kelas VIII C sebanyak 40 orang. Berikut
ini adalah identitas sampel penelitian:
Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah % 1. Laki – laki 48 43,2 % 2. Perempuan 63 56,8 %
Jumlah 111 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui subjek penelitian berdasarkan jenis
kelamin, yaitu 48 (43,2%) subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki dan 63 (56,8%)
subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian, subjek penelitian
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan subjek penelitian yang
berjenis kelamin laki-laki.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar memberikan
manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul
diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 7 Deskripsi Data Subjek Penelitian Variabel Min Maks Mean SD
Kecerdasan Emosional 57 99 77,51 8,54
Keluarga Sakinah 99 144 123,59 13,19
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean kecerdasan emosional
pada remaja adalah 77,51 dengan standar deviasi (SD) = 8,54. Sedangkan mean aspek
keluarga sakinah adalah 123,59 dengan standar deviasi (SD) = 13,19.
Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala kecerdasan emosional pada
remaja menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala:
Tabel 8 Kriteria Kategori Skala Kategori Nilai Sangat Tinggi X > ( µ + 1.8 s )
Tinggi ( µ + 0.6 s ) < X < ( µ + 1.8 s ) Sedang ( µ - 0.6 s ) < X < ( µ + 0.6 s ) Rendah ( µ - 1.8 s ) < X < ( µ - 0.6 s )
Sangat Rendah X < ( µ - 1.8 s )
Tabel 9 Kategori Kecerdasan Emosional Pada Remaja
Nilai Jumlah Kategori N %
Sangat Tinggi X > 92,882 3 2,7% Tinggi 82,634 < X = 92,882 30 27,1% Sedang 72,386 < X = 82,634 44 39,6% Rendah 62,138 = X = 72,386 31 27,9%
Sangat Rendah X < 62,138 3 2,7% Jumlah 111 100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi kecerdasan emosional pada remaja untuk
kategori sangat tinggi sebanyak 3 subjek (2,7%), kategori tinggi 30 orang (27,1%),
kategori sedang 44 orang (39,6%), kategori rendah 31 orang (27,9%) dan kategori
sangat rendah 3 orang (2,7%). Berdasarkan tabel di atas, identitas diri siswa SMP
Negeri 2 Temanggung berada dalam kategori sedang. Sedangkan kategorisasi
keluarga sakinah disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 10 Kategori Keluarga Sakinah
Nilai Jumlah Kategori N %
Sangat Tinggi X > 147,332 0 0,0% Tinggi 131,504 < X = 147,332 37 33,3% Sedang 115,676 < X = 131,504 40 36,0% Rendah 99,848 = X = 115,676 33 29,7%
Sangat Rendah X < 99,848 1 1,0% Jumlah 111 100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi keluarga sakinah untuk kategori sangat
tinggi sebanyak 0 subjek (0,0%), kategori tinggi 37 orang (33,3%), kategori sedang
40 orang (36,0%), kategori rendah 33 orang (29,7%) dan kategori sangat rendah 1
(1,0%). Berdasarkan tabel di atas, kategori keluarga sakinah siswa SMP Negeri 2
Temanggung berada dalam kategori sedang.
3. Hasil Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap
data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebagai
prasyarat uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi sebaran
jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis. Distribusi sebaran yang normal
menyatakan bahwa subjek penelitian dapat mewakili populasi yang ada, sebaliknya
apabila sebaran tidak normal maka dapat disimpulkan bahwa subjek tidak
representatif sehingga tidak dapat mewakili populasi. Uji normalitas sebaran pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis One Sample Kolmogorov Smirnov Test,
yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan dan frekuensi amatan,
apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi amatan dengan taraf
signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan tidak normal, sebaliknya
apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan normal. Hasil yang diperoleh
nilai K-S Z untuk variabel keluarga sakinah sebesar 0,925 dengan p> 0,05 sedangkan
nilai pada variabel kecerdasan emosional diperoleh nilai K-S Z sebesar 0,697 dengan
p> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data variabel keluarga sakinah dan
kecerdasan emosional mempunyai distribusi normal, sehingga subjek dalam
penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel
dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau tidak.
Berikut ini adalah hasil uji linieritas.
Tabel 11 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas
Uji Linieritas Linearity P
Kecerdasan emosional dengan keluarga sakinah 113,668 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai linearity antara variabel
kecerdasan emosional dengan keluarga sakinah sebesar = 113,668 dengan p=0,000.
Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), menunjukkan bahwa
hubungan kedua variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear,
sehingga asumsi linieritas terpenuhi.
4. Hasil Uji Hipotesis
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
yaitu analisis korelasi product moment dari Pearson dan analisis regresi ganda.
Teknik analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
mawaddah dan rahmah secara bersama-sama dengan kecerdasan emosional.
a. Hasil analisis data dari Pearson diperoleh Rxy = 0,686 dengan taraf signifikansi
p= 0,000 (p < 0,01), berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
keluarga sakinah dengan kecerdasan emosional pada remaja.
b. Hasil analisis regresi ganda dengan menggunakan bantuan program SPSS for
windows versi 11.5 :
Tabel 12
Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Ganda
Koefisien Regresi
B R R2 F Sig
Constant
Mawaddah
Rahmah
21,994
0,291
0,890
0,678 0,460 92,715 0,000
Berdasarkan analisis ini sebagaimana yang terangkum dalam tabel di atas,
diperoleh harga koefisien harga R= 0,678. Harga tersebut menunjukkan bahwa
korelasi atau pengaruh antara mawaddah dan rahmah secara bersama-sama positif.
Berdasarkan output sebagaimana yang terangkum dalam tabel di atas nampak
bahwa nilai Fhitung sebesar 92,715 sedangkan probabilitasnya 0,000 jauh lebih kecil
dari 0,05, maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi kecerdasan
emosional. Hal ini berarti bahwa mawaddah dan rahmah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kecerdasan emosional .
Di samping itu diperoleh R2 atau koefisien determinasi sebesar 0,460. Ini
berarti bahwa sebesar 46 % kecerdasan emosional dipengaruhi oleh mawaddah dan
rahmah, sedangkan sisanya sebesar 54 % dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lain
yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
D. Pembahasan
Pada akhirnya penelitian ini mengungkapkan bahwa keluarga sakinah
mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan dengan kecerdasan emosional
pada remaja. Ini artinya, semakin tinggi orangtua dapat menciptakan keluarga yang
sakinah dengan pengikat mawaddah dan rahmah maka semakin tinggi terbentuknya
emosi yang seimbang dalam diri anak yang dimana anak mampu menempatkan
emosinya secara tepat, dan sebaliknya semakin rendah orangtua dapat menciptakan
keluarga yang sakinah maka semakin rendah pula emosi yang terbentuk dalam diri
anak untuk mampu menempatkan emosinya secara tepat.
Menurut Kartono (Ellisabet, 2002) bahwa remaja yang dibesarkan dalam
lingkungan sosial yang tidak baik (disharmonis) maka resiko untuk mengalami
gangguan kepribadian menjadi kepribadian anti sosial dan perilaku menyimpang
lebih besar jika dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang
sehat (harmonis). Kepribadian anti sosial dan perilaku menyimpang ini sangat terkait
dengan kecerdasan emosional, dalam pengenalan terhadap emosi, pengelolaan atau
pengendalian emosi yang buruk.
Hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa kecerdasan emosional siswa
SMP Negeri 2 Temanggung berada dalam kategori sedang. Demikian pula
pembentukan keluarga sakinah siswa SMP Negeri 2 Temanggung berada dalam
kategori sedang. Hubungan orangtua yang efektif kemesraan dan tanggung jawab
yang didasari oleh mawaddah dan rahmah (kasih dan sayang) yang tulus,
menyebabkan anak-anaknya akan mampu mengembangkan aspek-aspek kegiatan
manusia, baik yang bersifat individual, sosial maupun kegiatan keagamaan. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang efektif antara orangtua dan anak, yang
dibangun atas dasar mawaddah dan rahmah akan menghasilkan anak (remaja) yang
dapat bertanggung jawab terhadap perbuatannya, mampu mengelola emosi diri, dan
mampu membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa kecerdasan emosional pada remaja akan dengan mudah
terbentuk bilamana keluarga dibangun atas dasar mawaddah dan rahmah yang
merupakan pondasi keluarga sakinah.
Pada skala kecerdasan emosional dapat terlihat tingginya nilai aspek
pengelolaan relasi seperti mengembangkan kemampuan orang lain dengan membantu
meningkatkan prestasi teman, memiliki pengaruh yang besar dalam pertemanan
dengan menanamkan kepercayaan, pengelolaan konflik dengan bermusyawarah,
kepemimpinan yang mengispirasi seperti memberikan ide-ide dalam diskusi dan
penyelesaian masalah yang diterima anggota kelompok lainnya, serta mampu bekerja
sama dengan lawan jenis, hal ini dapat terwujud karena di dalam keluarga anak
(remaja) mampu merasakan adanya potensi mawaddah dalam keluarga kecilnya. Di
samping itu dapat dilihat juga tingginya aspek pengelolaan diri seperti rasa optimis
yang tinggi dalam hidup dengan tidak putus asa saat menghadapi kegagalan, selalu
yakin setiap masalah ada jalan keluarnya, mampu memperbaiki kesalahan diri,
mampu menyesuaikan diri berteman dengan siapa saja meskipun status sosial
ekonomi berbeda. Kemudian tingginya rasa empati pada remaja yaitu ikut merasa iba
saat melihat pengemis dijalan raya, hal ini di dorong dengan kesadaran organisasional
yang dimiliki anak dengan membantu orang lain dan didukung tingginya potensi
rahmah dalam keluarga sakinah. Seluruh kompetensi yang dimiliki anak dalam
kecerdasan emosional merupakan hasil dari sumbangan efektif keluarga sakinah
dengan di dasari aspek mawaddah dan rahmah. Pada aspek rahmah dapat dilihat
tingginya rasa saling menghormati dan menyayangi sesama anggota keluarga dan
saling menasehati demi kebaikan anggota keluarga. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa dalam keluarga sakinah yang menjunjung rasa kasih sayang (mawaddah dan
rahmah) dalam keluarga akan menimbulkan emosi yang positif dalam diri anak.
Pada penelitian ini menyatakan pembentukan keluarga sakinah dalam
keluarga mempengaruhi kecerdasan emosional, hal tersebut mendukung pernyataan
Lindgreh (Kartono, 1985) yang dimana dalam perkembangannya anak yang
diperlakukan dengan kasih sayang oleh orangtua dan mencintai orangtuanya, akan
menghasilkan suatu hubungan yang penuh kasih sayang didalam lingkungannya,
yang dapat membentuk hubungan baik dengan orang lain.
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam
mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan
sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Remaja yang
memiliki keluarga yang hangat (penuh cinta) akan dapat melewati masa-masa sulit
dengan relatif mudah. Sebaliknya mereka yang tidak merasakan kehangatan cinta
dalam keluarga, akan memasuki kehidupan yang sulit, ketika mereka masih belum
sepenuhnya mengerti kehidupan.
Dorothy Law mengemukakan jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia
belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan (Rahmat, 1992). Betapa
besar peran cinta dan kasih sayang orangtua pada kehidupan anak. Nabi Muhammad
dalam kaitannya dengan ini mengemukakan: “Man La Yarham La Yurham”, siapa
yang tak menyayangi ia tak akan disayangi. Jika orangtua gagal mengungkapkan
kasih sayang pada anaknya anakpun tidak akan mampu mencintai orangtua, dalam
pergaulan merekapun tak akan mampu mencintai atau menyayangi orang lain. Hal ini
terbukti dengan tingginya aspek rahmah pada variabel keluarga sakinah dan tingginya
pengelolaan relasi dan kesadaran sosial pada variabel kecerdasan emosional.
Keteladanan orangtua, keteladanan keluarga akan memberikan arahan yang
membekas pada diri pribadi anak. Bagaimana orangtua bertutur sapa dengan anggota
keluarga yang lain, bagaimana hidup yang santun, bagaimana orangtua
memanfaatkan waktu, bagaimana orangtua berpegang teguh pada prinsip-prinsip
agama merupakan pedoman hidup yang tidak dapat terucapkan namun nyata dalam
kehidupan sehari-hari anak. Ini merupakan pelajaran hidup yang sangat dominan
dalam kehidupan anak. Tanpa keteladanan yang baik dari orangtua, pendidikan
terhadap anak tidak akan berhasil dan nasehat-nasehat tidak akan membekas.
Orangtua tidak dapat mengharapkan anak-anaknya berbuat keutamaan, kemuliaan,
dan akhlak yang terpuji kalau orangtua juga tidak berbuat demikian.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keluarga yang tentram, harmonis,
bahagia dan sejahtera (sakinah) akan dapat lebih mudah mendorong terbentuknya
kecerdasan emosional pada remaja, sebaliknya keluarga yang tidak tentram,
harmonis, bahagia dan sejahtera (sakinah) akan menghambat terbentuknya
kecerdasan emosional pada remaja.
Apabila lebih diperhatikan dari hasil penelitian ini, didapat sumbangan efektif
variabel keluarga sakinah terhadap kecerdasan emosional remaja sebesar 47,1 %
kecerdasan emosional remaja dipengaruhi oleh keluarga sakinah dengan aspek
mawaddah dan rahmah, sehingga masih ada sisa sumbangan sebesar 52,9 % yang
berasal dari faktor lain, misalnya faktor bawaan dan lingkungan (Shaphiro, 1999)
Penelitian ini masih memiliki kelemahan yaitu teknik pengambilan sampel.
Melalui teknik cluster incidental sampling ini sangat mempengaruhi hasil penelitian
karena, subjek penelitian tidak seperti yang diharapkan yaitu siswa kelas 1, 2, dan 3
tetapi subyek yang diperoleh hanya siswa kelas 1 dan 2 saja. Siswa kelas 1 dan 2
pada umumnya belum bisa mengerti keadaan dirinya dan masih mempunyai sifat
takut dan malu untuk mengekspresikan diri terhadap lingkungan sehingga kurang
sesuai dengan karakteristik populasi dalam penelitian ini. Kelemahan lain dalam
penelitian ini adalah peneliti tidak mengadakan kroscek jawaban siswa dengan
orangtua sebagai orang yang berperan dalam pembentukan kecerdasan emosional
remaja, sehingga analisis keluarga sakinah yang digunakan dalam penelitian ini hanya
mengacu pada sudut pandang siswa (anak).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil
adalah ada hubungan positif yang signifikan antara keluarga sakinah dengan
kecerdasan emosional pada remaja, yang berarti semakin tinggi terbentuknya
keluarga sakinah dalam keluarga maka semakin tinggi pula kecerdasan emosional
pada remaja. Kategori skor keluarga sakinah berada dalam kategori sedang, begitu
pula kategori skor kecerdasan emosional pada remaja juga berada dalam kategori
sedang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:
1. Bagi subjek penelitian
Remaja diharapkan agar lebih mampu mempertahankan frekuensi interaksi
dengan orangtua yang sudah terjalin, dan disarankan untuk lebih meningkatkan
hubungan yang erat bukan hanya secara fisik, namun juga secara psikis agar mampu
mewujudkan jalinan yanbg erat dalam keluarga. Di samping itu juga disarankan
kepada orangtua untuk lebih menerapkan sistem keterbukaan, kepercayaan dan
meningkatkan kasih sayang dalam keluarga sehingga bisa terciptanya keluarga yang
sakinah karena dengan terbentuknya keluarga sakinah dapat membantu remaja dalam
menempatkan emosinya secara tepat dan seimbang
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama,
disarankan untuk lebih teliti terhadap karakteristik populasi dan sampel yang akan
diambil, sehingga hasil penelitian benar-benar mengukur hal yang akan diukur, dan
hendaknya mempertimbangkan variabel-variabel yang mungkin lebih berpengaruh
antara hubungan orangtua-anak seperti variabel keberbaktian anak terhadap orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1986. Reliabilitas dan Validitas; Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberti
Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badudu, J. S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan Basri, H. 2004. Keluarga Sakinah; Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Chaplin, C. P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajagrafindo Pustaka Ellisabet. 2002. Kecerdasan Emosional Remaja ditinjau dari Relasi Orangtua-Anak.
Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi UKS
Gazali, Syukri. 1984. Keluarga Sakinah; Ditinjau dari Aspek Iman dan Ibadah. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Biro Penerangan dan Motivasi
Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Goleman, D. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta :
Gramedika Pustaka Utama Goleman, D., Richard, B., Annie McKee. 2004. Primal Leadership; Kepemimpinan
Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta : Gramedika Pustaka Utama Gottman, J., & De Claire, J. 1997. Kiat-kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional (T. Hermaya, pengalih bhs.). Jakarta: Gramedia Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. 1990. Psikologi Remaja. Jakarta: PT: BPK
Gunung Mulia Hadi, S., 2000. Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta Hurlock, E. B. 1993. Perkembangan Anak: Jilid II. Jakarta: Erlangga
Kartono, K. 1990. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju Kathleen, L. H. 1999. Komunikasi Keluarga; Kunci Kebahagiaan Anda. Bandung :
Indonesia Publishing House Kedaulatan Rakyat. 2008. Melindungi Anak dari Kekerasan. http://www.kr.co.id Luskin, F. 2004. Kiat Menjadi Remaja Sukses. Yogyakarta : Saujana Majalah Sadar. 2007. Keluarga Harmonis Cegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Badan
Narkotika Nasional RI Mahfuzh, M. Jamaluddin. 2007. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Media BilHikmah. 2007. Apa dan Bagaimana Keluarga Sakinah
http://mediabilhikmah.multiply.com/journal Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar Mu’tadin, Zainun. 2002. Mengenal Kecerdasan Emosional
http://www.e-psikologi.com/remaja/250402.htm
Ma’ruf, Farid. 2007. Keluarga Sakinah http://www.baitijannati.wordpress.com/2007/03/10/keluargasakinah
Sarwono, S.W. 1999. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Shapiro, L. E. 1999. Mengajarkan Emosional Intelligence pada Anak. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama Sokah, U. A. 1995. Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta : Indra Buana Shihab, M. Quraish. 2007. Pengantin Al- Qur’an; Kalung Permata Buat Anak-
anakku. Jakarta : Lentera Hati Thalib, Muhammad. 2007. Manajemen Keluarga Sakinah. Yogyakarta : Pro-U
Media
top related