modul dasar otomasi
Post on 19-Jun-2015
1.764 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MODUL
DASAR OTOMASI RANGKAIAN PNEUMATIK
1. Materi Pokok
Rangkaian pneumatik dasar otomasi.
2. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengkaji dasar-dasar teori untuk diterapkan untuk kepentingan
praktis.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja sistem
pembangkit tenaga pneumatik.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja komponen
aktuasi.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja katup-
katup, baik untuk keperluan signal maupun untuk control aktuasi.
5. Mahasiswa mampu mengkaji cara pembacaan dan identifikasi simbol pneumatik.
6. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian intuitif dan mengaplikasikan dalam
bentuk rangkaian otomasi.
7. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian cascade dan mengaplikasikan dalam
bentuk rangkaian otomasi.
8. Mahasiswa mampu merakit dan menganalisis rangkaian otomasi multi silinder.
1
3. Materi
Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara
kempa). Banyak industri yang menggunakan sistem pneumatik dalam proses produksi seperti
industri makanan, industri obat-obatan, industri pengepakan barang maupun industri yang
lain.
Penggunaan udara bertekanan sebenarnya masih dapat dikembangkan untuk berbagai
keperluan proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik yang selama ini
dilakukan oleh tenaga manusia, seperti menggeser, mendorong, mengangkat, menekan, dan
lain sebagainya. Gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga oleh komponen pneumatik,
seperti silinder pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik translasi, rotasi maupun
gabungan keduanya. Perpaduan dari gerakan mekanik oleh aktuator pneumatik dapat dipadu
menjadi gerakan mekanik untuk keperluan proses produksi yang terus menerus (continue),
dan flexibel. Pemilihan penggunaan udara bertekanan (pneumatik) sebagai sistem kontrol
dalam proses otomasinya, Penggunaan udara kempa dalam sistem pneumatik memiliki
beberapa keuntungan antara lain ketersediaan udara yang tak terbatas, mudah disalurkan,
fleksibilitas temperatur, udara dapat dibebani lebih dengan aman selain itu tidak mudah
terbakar dan tidak terjadi hubungan singkat (kotsleiting) atau meledak sehingga proteksi
terhadap kedua hal ini cukup mudah, udara yang ada di sekitar kita cenderung bersih tanpa
zat kimia yang berbahaya dengan jumlah kandungan pelumas yang dapat diminimalkan
sehingga sistem pneumatik aman digunakan untuk industri obat-obatan, makanan, dan
minuman maupun tekstil, pemindahan daya dan kecepatan sangat mudah diatur,udara dapat
disimpan melalui tabung yang diberi pengaman terhadap kelebihan tekanan udara selain itu
dapat dipasang pembatas tekanan atau pengaman sehingga sistem menjadi aman, udara
mudah dimanfaatkan baik secara langsung.
Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki beberapa kelemahan
antara lain memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Oleh karena itu sistem pneumatik
memerlukan instalasi peralatan yang relatif mahal, seperti kompressor, penyaring udara,
tabung pelumas, pengeering, regulator, dll. Mudah terjadi kebocoran, menimbulkan suara
bising, udara yang bertekanan mudah mengembun.
2
A. Klasifikasi Sistem Pneumatik
B. Komponen Kerja Aktuasi yang Digunakan dalam Praktik Dasar Otomasi
NO
NAMA
KOMPONEN GAMBAR SIMBOL FUNGSI
1. Kompresor
Compressed air supply
Sebagai pensupplay
aliran udara kedalam
rangkaian.
2. Konduktor
(penyaluran)
menyalurkan udara
kempa yang akan
membawa/mentransfe
r tenaga ke
aktuator.
3. Konektor menyambungkan atau
menjepit konduktor
(selang
atau pipa) agar
tersambung erat pada
bodi komponen
pneumatik.
3
4. 3/2 Way
Valve
Normally
Closed 3/n Way Valve
Sebagai penerus aliran
udara.
5. 5/2 Way
Valve
5/n Way Valve
Sebagai komponen
untuk memindah
saluran atau memindah
gerakan piston
(actuator)
6. Double acting
cylinder
Double acting cy linder
menghasilkan gerak
atau usaha yang
merupakan hasil akhir
atau output dari sistem
pneumatik.
7. Manometer
Manometer
Untuk membantu saat
memindahkan saluran
8. Valve AND
Two pressure valve
Untuk mengalirkan
udara secara
bersamaan dari kedua
sisinya
9. Valve OR
Shuttle valve
Untuk mengalirkan
udara dari satu sisi.
4
10. Valve counter
Pneumatic counter
Untuk menggerakkan
piston beberapa kali,
dapat juga dikatakan
sebagai penyederhana
rangkaian
Cara membaca simbol katup pneumatik
Simbol katup pneumatik
Keterangan :
NO : normally open
NC : Normally Closed
Katup 3/2 adalah katup yang membangkitkan sinyal dengan sifat bahwa sebuah sinyal
keluaran dapat dibangkitkan juga dapat dibatalkan/diputuskan. Katup 3/2 mempunyai 3
5
lubang dan 2 posisi. Ada 2 konstruksi sambungan keluaran : posisi normal tertutup (N/C)
artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran tidak ada aliran udara bertekanan yang
keluar serta posisi normal terbuka (N/O) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang
keluaran sudah ada aliran udara bertekanan yang keluar.
Katup 4/2 mempunyai 4 lubang dan 2 posisi kontak. Sebuah katup 4/2 dengan
kedudukan piringan adalah sama konstruksi dengan kombinasi gabungan dua katup 3/2 : satu
katup N/C dan satu katup N/O.
Katup 4/3 mempunyai 4 lubang dan 3 posisi kontak.
Katup 5/2 mempunyai 5 lubang dan 2 posisi kontak. Katup ini dipakai sebagai elemen
kontrol akhir untuk menggerakkan silinder.Sebagai elemen kontrol, katup ini memiliki
sebuah piston kontrol yang dengan gerakan horisontalnya menghubungkan atau memisahkan
saluran yang sesuai. Tenaga pengoperasiannya adalah kecil sebab tidak ada tekanan udara
atau tekanan pegas yang harus diatasi (prinsip dudukan bola atau dudukan piring).
Penomoran pada Lubang Katup
Tipe Kontrol Katup
6
Katup Kontrol Aliran/Tekanan/Arah
NO. SIMBOL NAMA
1. Katup penghambat dengan pembatas tetap.
2. Katup pengontrol arus searah dapat disetel.
3. Katup pembatas tekanan, dapat disetel
4. Katup AND
5. Katup OR
C. Sistem Penomoran Tiap Elemen/Grup Pada Rangkaian
0
1,2,3,dst
1.0,2.0,dst
.1
.01,.02,.03, dst
.2,.4,dst
.3,.5, dst
: Catu daya
: Nomor tiap grup atau mata rantai kontrol
: Elemen kerja (aktuator)
: Elemen kontrol
: Elemen yang dipasang antara elemen kontrol dan elemen kerja
: Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak keluar (maju)
: Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak masuk (mundur)
D. Kode Sambungan
Menurut ISO Menurut CETOP RP.68 Arti
A, B, C, D
P
R, S, T
L
Z, Y, X
2, 4, 6
1
3, 5, 7
9
12, 14, 16, 18
Saluran kerja
Suplai udara
Pembuangan/keluar
Saluran bocoran
Saluran kontrol
7
E. Rangkaian Pneumatik
Berdasarkan silinder yang digerakkan :
Rangkaian intuitif
Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri. Karena
menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus
ditempatkan pada saluran yang berbeda.
Contoh : A+ A-
Rangkaian intuitif
A
B
Saluran 1 Sal 2
Diagram alirnya adalah :
A+¿→A 1→B+¿→B
1→B
−¿→B0→ A
−¿→A0¿¿¿¿
SAL 1 SAL 2
8
Pasokan Energi
Elemen Masukan
Elemen Pemroses
Elemen Kontrol Akhir
Alat Aktuasi
1.0 2.0
1.01
1.02
2.01
2.02
1.1 2.1
2.2
2.11
1.10
1.31.6
1.8
2.9
2.3
1.2
1.4
2.7
2.5
0.2
0.1
B+B-
A0 A1 B0 B1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
A1
2
1 3
B1
2
1 3
B0
4 2
5
1
3
Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A. Silinder A bergerak maju bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju
silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah
saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak
mundur bertemu dengan B0. Keluaran B0 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A
bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
Rangkaian cascade
Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan silinder lain.
Contoh : A+B+A-B-
A
B
Diagram Alir :
A+¿→A 1→B+¿→B
1→A
−¿→A0→B
−¿→B0¿¿¿ ¿
9
4 2
5
1
3
2
1 3
B0
2
1 3
B1
A0 A1
4 2
5
1
3
2
1 3
A1
2
1 3
A0
B0 B1
Keluaran B0 menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju sehingga
bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju
sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 menggerakkan mundur silinder silinder A.Silinder
A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Keluaran A0 menggerakkan mundur
silinder B. Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
Berdasarkan pergerakan udara :
Rangkaian langsung
Bila katup sinyal/sensor ditekan secara manual, maka udara bertekanan dari
kompressor akan mengalir ke katup tekan 3/2 pembalik pegas (1.1) melalui saluran 1 ke
saluran 2. Udara bertekanan akan diteruskan ke silinder sederhana pembalik pegas (1.0),
sehingga bergerak ke kanan (ON). Bila katup 1.1 di lepas, maka. silinder 1.1 akan kembali
dengan sendirinya akibat adanya gaya pegas di dalamnya. Udara sisa yang ada di dalam
silinder 1.0 akan dikeluarkan melalui katup 1.1 melalui saluran 2 ke saluran 3 selanjutnya
dikembalikan ke udara luar (atmosfer). Rangkaian tersebut termasuk dalam kategori
pengendalian langsung, karena tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian ini hanya
dapat digunakan untuk menggeser/ mengangkat benda kerja paling sederhana.
Contohnya : A+A-
10
Diagram alirnya : A+¿→A 1→ A−¿→A0¿¿
2
1 3
2
1 3
A0 A1
Udara dari kapasitor masuk melalui A0 menggerakkan silinder keluar. Udara dari
kapasitor masuk melalui A1 menggerakkan silinder ke dalam
Rangkaian tidak langsung
Pengendalian tak langsung pada sistem pneumatik karena udara bertekanan tidak
langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator, melainkan disalurkan ke katup kendali
terlebih dahulu. Setelah katup bergeser, baru kemudian udara bertekanan akan mengalir
menggerakan aktuator.
Contoh : A+A-
A
Diagram alirnya : A+¿→A 1→ A−¿→A0¿¿
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
A1
A0 A1
Rizqiana Yogi CRangkaian Tak Langsung
11
Pada rangkaian tak langsung, udara disalurkan memalui katup kendali
terlebih dahulu sebelum mengalir ke akuator
Pada rangkaian langsung, udara langsung mengalir ke akuator
Keluaran A0 menggerakkan maju silinder A. A maju sehingga bertemu A1. Keluaran
A1 menggerakkan mundur silinder A.
Rangkaian menggunakan katup aliran OR
Output yang dihasilkan oleh katup sinyal akan diproses melalui katup pemroses
sinyal (prosesor). Sebagai pengolah input/masukan dari katup sinyal, maka hasil pengolahan
sinyal akan dikirim ke katup kendali yang akan diteruskan ke aktuator agar menghasilkan
gerakan yang sesuai dengan harapan. Katup pemroses sinyal terletak antara katup sinyal dan
katup pengendalian. Beberapa katup pemroses sinyal dapat pula dipasang sebelum aktuator,
namun terbatas pada katup pengatur aliran/cekik yang mengatur kecepatan torak, saat maju
atau mundur. Katup pemroses sinyal terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah katup satu
tekan (OR). Contohnya :
Keluaran A0 dan A1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR menggerak -
kan maju silinder A. Keluaran B0 dan B1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR
menggerakkan mundur silinder A.
Rangkaian menggunakan valve counter dan katup aluran AND
Pneumatic Counter atau dalam terjemahannya adalah penghitung Gerakan
Pneumatik adalah salah satu komponen yang ada di festo yang berfungsi untuk
menggerakkan piston beberapa kali. Dapat dikatakan bahwa komponen ini difungsikan
sebagai penyederhana rangkaian. Karena ketika suatu piston harus bergerak maju mundur
sebanyak 5 kali misalnya, tentu akan memakan banyak tempat untuk memasang 3/n Way
Valve otomatis apalagi kalau pistonnya kecil. Maka dari itulah, diperlukan Pneumatic
12
Counter. Dalam pneumatic Counter ini terdapat 4 lubang, masing-masing dengan Simbol (Z
atau 12), (2 atau A), (1 atau P),dan 10 (Y).
Katup dua tekan akan bekerja apabila mendapat tekanan dari dua sisi secara
bersama-sama. Apabila katup ini mendapat tekanan dari arah X (1,2) saja atau dari arah Y
(1,4) saja maka katup tidak akan bekerja (udara tidak dapat keluar ke A). Tetapi apabila
mendapat tekanan dari X (1,2) dan Y (1,4) secara bersama-sama maka katup ini akan dapat
bekerja sesuai fungsinya.
Contohnya :
Diagram Gambar :
A
B
Sal 1 Sal 2 Sal 3
Diagram Alir :
A+¿→A 1→ ¿¿ ¿
Sal 1 Sal 2 Sal 3
13
5X
A0 A1 B0 B1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
B1
2
1 3
B0
2
1 3
A1
512
10
2
1
1 1
2
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A. Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran
A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2. Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan
maju silinder B bertemu dengan B1. Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur
silinder B. Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan
silinder B maju. Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber
valve conter yaitu saluran 1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND
nomor 1. Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1. Keluaran valve conter
nomor 2 masuk ke valve pindah saluran. Silinder A pada saluran 3 bergerak mundur sehingga
bertemu dengan A0.
14
4. Rangkuman
Pneumatik mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mudah diperoleh, bersih dari
kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang
kecil, aman dari bahaya ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka
terhadap perubahan suhu dan sebagainya. Udara yang digunakan dalam pneumatik sangat
mudah didapat/diperoleh di sekitar kita. Udara dapat diperoleh dimana saja kita berada, serta
tersedia dalam jumlah banyak. Selain itu udara yang terdapat di sekitar kita cenderung bersih
dari kotoran dan zat kimia yang merugikan. Udara juga dapat dibebani lebih tanpa
menimbulkan bahaya yang fatal. Karena tahan terhadap perubahan suhu, maka penumatik
banyak digunakan pula pada industri pengolahan logam dan sejenisnya.
Sistem elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi berbeda.
Output biasanya berupa silinder, Pengendali Sinyal berupa Katup Pengendali Sinyal,
Pemroses Sinyal/Prossesor berupa Katup kontrol AND, OR, NOR, dll, Sinyal Input berupa
Katup Tekan, Tuas, Roll, Sensor, dll, Sumber Energi Udara bertekanan berupa Kompresor.
Komponen dalam rangkaian pneumatik memiliki fungsi yang berbeda – beda, seperti
kompresor sebagai pensupplay aliran udara kedalam rangkaian, konduktor (penyaluran)
untuk menyalurkan udara kempa yang akan membawa/mentransfer tenaga ke actuator,
konektor berfungsi menyambungkan atau menjepit konduktor (selang atau pipa) agar
tersambung erat pada bodi komponen pneumatik, 3/2 Way Valve Normally Closed sebagai
penerus aliran udara, 5/2 Way Valve sebagai komponen untuk memindah saluran atau
memindah gerakan piston (actuator), double acting cylinder menghasilkan gerak atau usaha
yang merupakan hasil akhir atau output dari sistem pneumatik, manometer untuk membantu
saat memindahkan saluran, Valve AND untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari
kedua sisinya, Valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi, valve counter untuk
menggerakkan piston beberapa kali, dapat juga dikatakan sebagai penyederhana rangkaian.
Rangkaian intuitif adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri.
Karena menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus ditempatkan
pada saluran yang berbeda. Rangkaian cascade adalah rangkaian yang silindernya
menggerakkan silinder lain. Rangkaian langsung adalah rangkaian yang udaranya langsung
masuk ke actuator tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian tidak langsung adalah
rangkaian yang uudara bertekanan tidak langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator,
melainkan disalurkan ke katup kendali terlebih dahulu. Rangkaian dengan valve counter
adalah rangkaian yang silindernya dapat bergerak berkali-kali sesuai dengan jumlah yang kita
inginkan tanpa harus menggunakan valve 3/2 yang terlalu banyak.
15
5. Tugas
1. Sebutkan perbedaan fungsi antara katup OR dengan katup AND!
2. Buat rangkaian dengan gerakan seperti pada diagram langkah berikut dilengkapi
dengan diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian!
A
B
C3. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder bergerak manual kerja
ganda dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi
pergerakan rangkaian! (B+B-A+A-C+C-)
4. Jelaskan langkah kerja rangkaian di bawah ini dilengkapi dengan diagram gambar,
diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian!
A0 A1 B0 B1 C0 C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
32
1 3
A0
2
1 3
C1
2
1 3
C0
2
1 3
B1
2
1 3
A1
2
1 3
B0
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
D0 D1
4 2
5
1
3
2
1 3
D1
2
1 3
D0
4 2
5
1
3
16
5. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder kerja ganda bergerak
otomatis dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi
pergerakan rangkaian! (A+(B+B-) 5X C+C-A-)
17
6. Kunci Jawaban
1. Valve AND berfungsi untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari kedua sisinya
sedangkan valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi.
2. Diagram Alir
B+¿→B1→B
−¿→B0→C ¿¿¿¿
Sal 1 Sal 2 Sal 3
Komponen
3 unit double acting cylinder
6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return
6 unit manometer
5 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve
4 unit kompresor
33 buah kabel/selang
Gambar Rangkaian
A0 A1 B0 B1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
32
1 3
A02
1 3
B0
2
1 3
A1
C0 C1
2
1 3
C0
2
1 3
C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
32
1 3
B1
18
Mekanisme Kerja
Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder B.
Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.
Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur
silinder B.
Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
Keluaran B0 menggerakkan maju silinder C.
Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 menggerakkan maju silinder A.
Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 berpindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur
silinder A.
Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu denga A0.
Keluaran A0 menggerakkan mundur silinder C.
Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.
3. Diagram Gambar
A
B
C
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
Diagram Alir
B+¿→B1→B¿ ¿¿
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
19
Komponen
3 unit double acting cylinder
6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return
1 unit 3/2 Wave Valve manual button spring return
8 unit manometer
6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve
4 unit kompresor
37 buah kabel/selang
Gambar Rangkaian
A0 A1 B0 B1 C0 C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
C0
2
1 3
C1
2
1 3
B0
2
1 3
B1
2
1 3
A1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
Mekanisme Kerja
Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder B.
Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.
Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur
silinder B.
Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
20
Keluaran B menggerakkan maju silinder A.
Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur
silinder A.
Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
Keluaran A0 menggerakkan maju silinder C.
Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur
silinder C.
Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0
4. Diagram gerakan
A
B
C
D
Tahapan Langkah
A+¿→A 1→ A−¿→A
0→B
+¿→B1→B
−¿→B0→C
+¿→C1→C
−¿→C0→D
+¿→D1→D
−¿→D0¿¿¿¿¿¿¿ ¿
Komponen yang diperlukan
Nama Komponen Jumlah
Double acting cylinder 4 unit
3/2 Wave Valve roller spring return 8 unit
Manometer 10 unit
5/2 wave valve pneumatically control valve 8 unit
Kabel/selang 50 buah
Kompresor 1 unit
21
Deskripsi pergerakan
Keluaran D0 pindah saluran dari saluran 5 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A.
Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur
silinder A.
Silinder A pada saluran 2 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
Keluaran A0 pada saluran 2 menggerakkan maju silinder B.
Silinder B pada saluran 2 bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.
Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur
silinder B.
Silinder B pada saluran 3 bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
Keluaran B0 pada saluran 3 menggerakkan maju silinder C.
Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur
silinder C.
Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.
Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan maju silinder D.
Silinder D pada saluran 4 bergerak maju sehingga bertemu dengan D1.
Keluaran D1 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 5 menggerakkan mundur
silinder D.
Silinder D pada saluran 5 bergerak mundur sehingga bertemu dengan D0
22
5. Diagram Gambar
A
B
C
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
Diagram Alir
A¿¿¿
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
Komponen
3 unit double acting cylinder
6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return
8 unit manometer
6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve
4 unit kompresor
1 unit valve counter 5 pulses
1 unit valve AND
40 buah kabel/selang
23
5X
Gambar Rangkaian
A0 A1 B0 B1 C0 C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
C0
2
1 3
B0
2
1 3
B1
2
1 3
A1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
512
10
2
1
1 12
2
1 3
A0
2
1 3
C1
Mekanisme Kerja
Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A.
Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2.
Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan maju silinder B bertemu dengan B1.
Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur silinder B.
Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan
silinder B maju.
Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber valve
conter yaitu saluran 1.
Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND nomor 1.
Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1.
Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke valve pindah saluran.
Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur
silinder C.
24
Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.
Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan mundur silinder A.
Silinder A pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
7. LEMBAR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM
Diagram gerakan
25
Tahapan Langkah
Rangkaian
Komponen yang diperlukan
Nama Komponen Jumlah
Deskripsi pergerakan
26
1. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
7. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
8. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
9. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
10. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
8. DAFTAR RUJUKAN
27
Assidqi, NR. 2012. Sistem Pneumatik. Gohits. (Online). (http://x-one-automationpneumatic.blogspot.com/2009/03/katup-kontrol-arah-kka.html). Diakses 17 Oktober 2013.
Dhimi. 2009. Metode Cascade (Pneumatik). Mechanical and Industrial Club. (Online). (http://hadimi.blogspot.com/2009/11/metode-cascade-pneumatik.html). Diakses 17 Oktober 2013.
Saruna, MI., dkk. 2013. Analisis Sistem Penggerak Pneumatik Alat Angkat Kendaraan Niaga Kapasitas 2 Ton. Universitas Sam Ratulangi. (Online).
Diakses 17 Oktober 2013.
Tim Dosen Pembina Matakuliah Dasar Otomasi. 2012. Laboratorium Otomasi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Wirawan, Pramono. 2012. Bahan Ajar Pneumatik-Hidrolik. Universitas Negeri Semarang. (Online). (http://www.unnes.ac.id). Diakses 16 Oktober 2013.
28
top related