metode moral reasoning dan mencatat pikiran mind mapping~1
Post on 31-Jul-2015
384 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar belajar adalah kegiatan guru murid untuk mencapai tujuan
tertentu. Di duga, makin jelas tujuan makin besar kemungkinan ditemukan model
pembelajaran dan metode penyampaian yang paling serasi. Namun tidak ada
pegangan yang pasti tentang cara mendapatkan model dan metode mengajar yang
paling tepat. Tepat tidaknya suatu model dan metode, baru terbukti dari hasil
belajar murid.
Mengajar pada umumnya usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi
atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara
murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang
disebut dengan proses belajar, sehingga tercapai tujuan yang telah ditentukan.
Demikian pula menggunakan suatu model dan metode mengajar untuk segala
tujuan belajar tidak akan efektif. Yang menimbulkan kesulitan ialah untuk
mengetahui yang manakah model dan metode yang paling serasi untuk mencapai
tujuan pelajaran tertentu.
Konsep guru tentang apakah mengajar itu sangat menentukan model dan
metode mengajar manakah yang akan diutamakan. Sebelum melakukan proses
pembelajaran, sebaiknya seorang pebelajar terlebih dahulu mencari model dan
metode mana yang tepat untuk digunakan yang disesuaikan dengan mata
pelajaran, jumlah siswa dan kondisi siswa itu sendiri. Untuk itu, akan lebih dikaji
jenis-jenis model dan metode pembelajaran serta karakteristik dari tiap-tiap model
dan metode tersebut dan kelebihan serta kekurangan dari tiap-tiap model dan
metode.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode Moral Reasoning ?
2. Apa yang dimaksud dengan metode mencatat peta pikiran ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. M etode Moral Reasoning
1. Pengertian
Secara sederhana reasoning bisa diartikan sebagai ‘mencari
pemecahan atas sebuah masalah dengan menggunakan logika sehat’.
Sehingga moral reasoning bisa diartikan sebagai upaya kita memecahkan
masalah moral dengan menggunakan logika sehat. Dalam berlogika secara
sehat seseorang harus mampu memahami dengan baik masalah yang sedang
dihadapinya sebelum memutuskan pemecahan masalah seperti apa yang akan
diambilnya. Setelah masalah teridentifikasi dengan jelas, orang tersebut harus
ber-reasoning:yaitu membuat pertimbangan-pertimbangan (pertimbangan
hukum, agama, dampak, lingkungan dll) dengan cermat. Secara teori, semakin
banyak pertimbangan, semakin baik keputusan yang diambil.
Dalam kajian tentang ilmu moral yang dilakukan selama beratus-ratus
tahun oleh filsuf dari Yunani hingga dunia Barat, moral reasoning merupakan
bagian penting yang harus dimiliki oleh manusia. Jika seseorang tidak bisa
ber-reasoning ketika menghadapi masalah moral, maka orang tersebut telah
terjangkit penyakit tumpul moral (Cohen, 2006).
Cohen menyatakan bahwa moral reasoning sangat penting untuk
menghindari penyakit tumpul moral (moral failures). Apa saja yang disebut
tumpul moral? Cohen membaginya menjadi 2, yakni:
a) Moral negligence: yaitu ketika orang tidak mempertimbangkan sesuatu
pun ketika berhadapan dengan sebuah masalah moral. Contoh kongkrit
adalah apa yang terjadi di Indonesia. Karena hanya mementingkan diri
sendiri, para koruptor dengan santainya mengambil uang yang bukan
haknya ke dalam kantongnya sendiri, tanpa ada sedikit pun pertimbangan
yang membebani pikirannya.
3
b) Moral recklessness: Yaitu ketika orang tahu bahwa apa yang
dilakukannya salah, ada pertimbangan, tetapi dia tidak perduli. Para
koruptor tentu saja tahu bahwa apa yang dilakukannya salah tetapi karena
nafsunya mereka tidak perduli dan tetap mengambil uang yang bukan
haknya.
Kesimpulannya, kita harus memiliki sebuah strategi agar tidak terjebak dalam
kedua penyakit tersebut. Moral reasoning adalah salah satu kuncinya. Untuk
bisa mempelajari apa dan bagaimanamoral reasoning, kita tidak perlu pergi ke
Yunani, karena ilmu moral sudah menjadi bahan kajian perguruan-perguruan
tinggi di dunia, bahkan di Indonesia.
2. Peran Guru Dalam Metode Moral Reasoning
Peran guru dalam metode moral reasoning sangat strategis terutama
dalam memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Peran guru
dalam fase diskusi dengan menggunakan metode moral reasoning adalah: 1)
memastikan anak didik memahami dillema yang disodorkan 2). Membantu
anak didik menghadapi komponen-komponen moral yang terdapat dalam
permasalahan 3). Mendorong dasar pemikiran anak didik bagi keputusan yang
akan diambil dan 4). Mendorong anak didik untuk saling berinteraksi. ( Hersh,
1982 ; Fraenkel, 1977; Nasution, 1989 ). Sedangkan, langkah-langkah diskusi
moral dalam penalaran moral menurut Fraenkel ( 1977) adalah sebagai
berikut:
a. Menunjukkan isu moral. Anak didik mengidentifikasi situasi dalam
dillema moral yang membutuhkan resolusi dengan pertanyaan :
“seharusnya, semestinya”, baik ceritera dillema moral yang diberikan oleh
guru, maupun bahan informasi yang digali sendiri oleh anak didik melalui
membaca di media massa untuk dibahas dan dilaporkan.
b. Mengajukan pertanyaan : “ mengapa” dan jawaban :” alasan moral saya “
c. Memperumit situasi, dengan menambah masalah untuk meningkatkan
kompleksitas konflik.
4
Dengan demikian, menurut peneliti hal yang harus dilakukan guru dalam
proses diskusi adalah meenyajikan cerita yang mengandung dilemma. Dalam
diskusi siswa didorong untuk menentukan posisi apa yang sepatutnya
dilakukan serta mengajukan alasan-alasannya. Kemudian meminta siswa
mendiskusikan tentang alasan-alasan itu dengan teman-temannya. Sedangkan,
yang harus dilakukan oleh siswa dalam model dilema moral adalah
memperhatikan atau mencermati cerita dilematis dari kejadian masyarakat
atau yang dibuat oleh guru, mengindentifasi permasalahan dalam dilema
moral, aktif dalam mendiskusikan cerita delimatis, mengambil
keputusan/sikap terhadap cerita delimatis, mengemukakan pendapat berkaitan
delima yang disertai alasan dengan pertimbangan moral, mendengar
tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang
baru dikemukakan, mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami
pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain, menghormati
pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
Aplikasi dalam pembelajaran , instrumen untuk menilai peningkatan dan
perkembangan moral Kohlberg terdiri atas situasi, di mana siswa diberi skor
menurut aspek mana yang dominan dalam tahapan perkembangan moral
ketika memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada pada setiap ceritera
dillema moral dengan menggunakan metode Global Scoring Method ( GSM )
yang bertumpu pada skor final untuk setiap ceritera dillema
3. Penerapan Moral Reasoning Dalam Pembelajaran
Pendekatan perkembangan kognitif (moral reasoning) mudah
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini
memberikan penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir. Oleh
karena, pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya kepada isu moral
dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai
tertentu dalam masyarakat, penggunaan pendekatan ini menjadi menarik.
Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas. Teori Kohlberg dinilai
5
paling konsisten dengan teori ilmiah, peka untuk membedakan kemampuan
dalam membuat pertimbangan moral, mendukung perkembangan moral, dan
melebihi berbagai teori lain yang berdasarkan kepada hasil penelitian empiris.
Proses pengajaran nilai menurut Metode moral reasoning didasarkan
pada delima moral, dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Diskusi
itu dilaksanakan dengan memberi perhatian kepada tiga kondisi penting.
Pertama, mendorong siswa menuju tingkat pertimbangan moral yang lebih
tinggi. Kedua, adanya dilemma, baik dilemma hipotetikal maupun dilemma
faktual berhubungan dengan nilai dalam kehidupan seharian. Ketiga, suasana
yang dapat mendukung bagi berlangsungnya diskusi dengan
Goleman (2003) menjelaskan bahwa moral reasoning lebih bersifat
Emosional inteligensi, sehingga emosional inteligensi mencerminkan
karakter. Dengan demikIan, menurut peneliti implementasi model moral
reasoning dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan mengelola emosi
yang akhirnya menjadi warga yang baik. Oleh karena itu, agar siswa dapat
mengemukakan pendapat dan dapat membuat keputusan dengan pertimbangan
moral yang lebih tinggi (intelektual emosional) guru ataupun siswa harus
kreatif dan enovatif untuk mencari atau membuat suatu masalah yang
dilematis yang di diskusikan di dalam kelas
B. Metode Mencatat Peta Pikiran (Mind Learning)
1. Pengetian
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind
mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-
an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas
dan pengembangan diri. Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind
mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang
akan “memetakan” pikiran. Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005:
6
175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode
mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
A mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other
items linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are
used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study,
organization, problem solving, decision making, and writing
(http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map). Mind map atau peta pikiran adalah
sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide
(pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak.
Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan
serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar,
berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam
menulis.
Sementara itu DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan
bahwa peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam
suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan
untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Sejalan
dengan hal tersebut, Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau peta
pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib. (Hernowo, dalam
http://www.mizan.com/index.php?fuseation=emagazine&id=37&fid=384).
Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien
untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak
(Edward, 2009: 64). Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind
mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak.
Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis
kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran
membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya.
Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam
7
peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing.
Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya (Buzan, 2008: 9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan
cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga
infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat lebih ditegaskan lagi
oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind Map is an outline in
which the major categories radiate from a central image and lesser categories
are portrayed as branches of larger branches (http://heldref-
publications.metapress.com/app/home/contribution.asp?
referrer=parent&backto=issue,3,8;journal,26,54;linkingpublicationresults,1:11
9930,1). Yang berarti bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan garis
besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai
cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar
informasi yang panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni,
sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja
alami otak dalam melakukan berbagai hal.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan
tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking.
Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10
ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat
asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu
informasi kepada informasi yang lain
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu
siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya,
8
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind
mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
2. Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat gambar keseluruhan
3. Cara Membuat Mind Mapping (Peta Pikiran)
Cara membuat mind mapping (peta pikiran) sangatlah mudah, karena bahan
bahan yang dibutuhkan sangatlah sedikit, yaitu:
a. kertas kosong tak bergaris;
b. pena dan pensil warna;
c. otak;
d. imajinasi.
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas
kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang
akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal.
Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang
dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan
verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi,
kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa
dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
9
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi
terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal
serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke
pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak
membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu
bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat
kepentingan dari masing-masing garis.
4. Pengaruh Metod Peta Pikiran (Mind Mapping)
Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide
yang sudah ada , sehingga mnimbulkan adanya tindakan spesifik yang
dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol –simbol yang
menari akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan
berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang
dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar
Siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-
point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode konvensional
siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya
menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan
kegiatan psikomotoriknya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Moral reasoning adalah salah satu kuncinya. Untuk bisa mempelajari apa dan
bagaimanamoral reasoning, kita tidak perlu pergi ke Yunani, karena ilmu moral
sudah menjadi bahan kajian perguruan-perguruan tinggi di dunia, bahkan di
Indonesia.
Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang
sudah ada , sehingga mnimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh
siswa. dengan penggunaan warna dan simbol –simbol yang menari akan
menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan
pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam
kegiatan belajar
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
11
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Metode Moral Reasoning
Dan Metode Mencatat Peta Pikiran (Mind Mapping)”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu
Penyusun
12i
MAKALAHMAKALAHMETODOLOGI PENDIDIKANMETODOLOGI PENDIDIKAN
Metode Moral Reasoning
Dan Metode Mencatat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Disusun Oleh :DEKI HARYANTO
ETI JUSMIRAMIZA DIANA
SULASTRI ANI
DOSENAL-FAUZAN AMIN.,M.Ag
JURUSAN TARBIYAHPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERISTAIN (BENGKULU)
2011
13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFATR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. M etode Moral Reasoning ............................................................ 3
B. Metode Mencatat Peta Pikiran (Mind Learning)........................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii
14
ii
DAFTAR PUSTAKA
Dr. dradjat, Zaskiah, dkk. 1994, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara.
Dr. Tafsir, Ahmad. 1945. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Prof. Dr, Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kala
Mulia
Prof. Dr. Hamalik Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
15
top related