manajemen program pelatihan menjahit pada masa …
Post on 04-Nov-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA
MASA PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN
KERJA DISNAKER KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
oleh
Citra Dwi Kristanti
1201416029
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Tidak ada manajemen waktu, bagaimanapun 1 hari adalah 24 jam. Yang
ada adalah manajemen diri.
PERSEMBAHAN :
Saya persembahkan karya tulis ini teruntuk :
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kemudahan, dan kekuatan
dalam menyelesaikan karya tulis ini.
2. Kedua orangtua saya Bapak Warsono dan Ibu Yayu Winasih yang selalu
memberi semangat dan kasih sayang.
3. Bapak Prof. Dr Tri Joko Raharjo, M.Pd selaku dosen pembimbing,
terimakasih atas bimbingan dan dukungan kepada saya dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
4. Kepada seluruh dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah
memberi ilmu sebagai bekal penyusunan karya tulis ini dan membantu
untuk berkonsultasi.
5. Teman-teman angkatan 2016 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
6. Segenap phiak yang sudah ikut serta membantu dalam menyelesaikan
penulisan karya tulis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
7. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang.
v
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi Covid-19
di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang” yang disusun sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Luar Sekolah di
Universitas Negeri Semarang tanpa halangan suatu apapun.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah
membantu. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Prof. Fathur Rokhman, M.Hum selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang
2. Dr. Edy Purwanto, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
3. Dr. Mintarsih Arbarini, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
di Universitas Negeri Semarang
4. Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd , dosen pembimbing yang telah
memberi arahan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi
5. Pak Hendro dari Disnaker Kota Semarang yang telah membantu dalam
perijinan penelitian.
6. Ibu Augus Tineke Ka BLK Kota Semarang, dan Ibu Dina Nurani Ka
Subbag TU yang sangat membantu dalam memperoleh informasi
penelitian.
vi
7. Staf UPTD BLK Kota Semarang, instruktur pelatihan, peserta
pelatihan pembuatan masker yang bersedia menjadi narasumber
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti, skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap semoga
dengan adanya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Semarang, 19 September 2020
vii
ABSTRAK
Kristanti, Citra Dwi. 2020. Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada Masa
Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing : Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd
Kata Kunci : Balai Latihan Kerja, Manajemen, Menjahit, Pelatihan
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang merupakan unit pelaksana teknis
dari Disnaker Kota Semarang yang melaksanakan pelatihan kerja. Pelatihan kerja
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan menciptakan tenaga kerja
yang kompeten dibidangnya melalui pelatihan berbasis kompetensi. Tahun 2020
ditengah pandemi Covid-19 UPTD BLK Disnaker Kota Semarang melaksanakan
program pelatihan tanggap Covid-19 salah satunya pelatihan menjahit yang
difokuskan pada pelatihan pembuatan masker. Penelitian ini bertujuan untuk
mendekripsikan manajemen program pelatihan menjahit meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pelatihan serta faktor
pendukung pelatihan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek
penelitian meliputi pengelola, staf, instruktur, dan peserta pelatihan yang
berkontribusi terhadap manajemen program pelatihan menjahit. Informan utama
dalam penelitian ini adalah pengelola dan staf, serta informan pendukung yaitu
peserta yang mengikuti pelatihan menjahit. Teknik keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber dan metode dengan teknik analisis data menggunakan
pengumpulan data, reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
manajemen program pelatihan menjahit di UPTD Disnaker Kota Semarang ada
lima tahapan yaitu perencanaan dengan identifikasi dan penyusunan jadwal
pelaksanaan melalui matrik pelatihan, pengorganisasian dengan mempersiapkan
pengelola dan fasilitas pelatihan, pelaksanaan rekrutmen melalui tes tertulis, dan
pembelajaran berpedoman pada buku informasi, monitoring dan evaluasi
dilaksanakan selama pelatihan dan setelah pelatihan selesai dengan pemantauan
secara online, evaluasi dilaksanakan oleh BLK dengan standar yang ditetapkan
oleh BBPLK Semarang berkaitan dengan materi, sarana prasarana dan instruktur.
Faktor pendukung ketercapaian tujuan pelatihan ini yaitu mampu memenuhi
target pelatihan pembuatan 2000 masker, dan beberapa peserta sudah menerima
pesanan masker meski mereka masih dalam tahap pelatihan, hal tersebut tentunya
didukung dengan manajemen pelatihan yang baik.
Simpulan dari penelitian ini yaitu tahapan manajemen program pelatihan
menjahit (pembuatan masker) dilaksanakan secara tatap muka dengan mematuhi
protokol kesehatan, dan secara online dalam tahap monev sebagai ajang sharing.
Berdasarkan hasil penelitian, saran dari peneliti yaitu mengenai penyebaran
informasi pelatihan lebih diperluas, penilaian peserta secara tertulis agar diperoleh
data kemajuan peserta, dan penyaluran kerja atau pembentukan kelompok usaha
oleh BLK untuk menyalurkan keterampilan peserta.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERNYATAAN ...................................................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PRAKATA .............................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 10
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 10
1.5 Penegasan Istilah .................................................................................... 10
1.5.1 Manajemen ...................................................................................... 10
1.5.2 Pelatihan .......................................................................................... 11
1.5.3 Menjahit .......................................................................................... 11
1.5.4 Pandemi Covid-19 ........................................................................... 12
1.5.5 Balai Latihan Kerja ......................................................................... 12
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 13
2.1 Pelatihan ................................................................................................. 13
2.3.1 Model Pelatihan .............................................................................. 14
2.3.2 Fungsi Pelatihan .............................................................................. 14
2.3.3 Tujuan Pelatihan.............................................................................. 14
2.2 Manajemen ............................................................................................. 13
2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia ....................................................... 17
2.4 Manajemen Pelatihan ............................................................................. 19
ix
2.5 Fungsi Manajemen ................................................................................. 20
2.5.1 Perencanaan..................................................................................... 21
2.5.1.1 Tahap Perencanaan ................................................................... 21
2.5.1.2 Tujuan Perencanaan .................................................................. 29
2.5.1.3 Manfaat Perencanaan ................................................................ 30
2.5.2 Pengorganisasian ............................................................................. 31
2.5.3 Pelaksanaan ..................................................................................... 32
2.5.3.1 Rekruitmen Peserta Pelatihan ................................................... 33
2.5.3.2 Pelaksanaan Pelatihan ............................................................... 33
2.5.3.3 Penilaian Peserta Pelatihan ....................................................... 35
2.5.4 Pengawasan ..................................................................................... 35
2.5.5 Evaluasi ........................................................................................... 36
2.6 Pelatihan Menjahit .................................................................................. 39
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 41
2.8 Kerangka Berpikir .................................................................................. 43
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 46
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 46
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 47
3.3 Fokus Penelitian ..................................................................................... 47
3.4 Sumber Data Penelitian .......................................................................... 48
3.4.1 Sumber Data Primer ........................................................................ 49
3.4.1.1 Subyek ...................................................................................... 49
3.4.1.2 Informan ................................................................................... 49
3.4.2 Sumber Data Sekunder .................................................................... 50
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 50
3.5.1 Wawancara ...................................................................................... 50
3.5.2 Observasi ......................................................................................... 51
3.5.3 Studi Dokumentasi .......................................................................... 51
3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................... 52
3.6.1 Triangulasi Sumber ......................................................................... 53
3.6.2 Triangulasi Metode ......................................................................... 53
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 54
3.7.1 Reduksi Data ................................................................................... 54
3.7.2 Model Data (Data Display) ............................................................. 55
x
3.7.3 Penarikan Kesimpulan .................................................................... 56
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 57
4.1 Gambaran Umum ................................................................................... 57
4.1.1 UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ............................................ 57
4.1.2 Struktur Organisasi ......................................................................... 59
4.1.3 Visi dan Misi ................................................................................... 60
4.1.4 Tugas dan Fungsi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ............... 61
4.1.5 Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker) ........................................ 61
4.1.6 Identitas Informan Dan Subyek Penelitian ..................................... 64
4.1.7 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................... 65
4.1.7.1 Manajemen Program PelatihanMenjahit .................................. 66
4.1.7.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit ..................................... 98
4.2 Hasil Pembahasan ................................................................................. 100
4.2.1 Manajemen Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker) ... 100
4.2.1.1 Perencanaan ............................................................................ 100
4.2.1.2 Pengorganisasian .................................................................... 108
4.2.1.3 Pelaksanaan .............................................................................. 14
4.2.1.4 Pengawasan .............................................................................. 14
4.2.1.5 Evaluasi .................................................................................... 14
4.2.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)........ 117
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 119
5.1 Simpulan ............................................................................................... 119
5.1 Saran ..................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 121
LAMPIRAN ........................................................................................................ 130
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ...................................................................... 53
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik/Metode .......................................................... 53
Gambar 3.3 Komponen Analisis Data .............................................................. 56
Gambar 4.1 Tempat Pelatihan .......................................................................... 71
Gambar 4.2 Daftar Bahan Pelatihan ................................................................. 73
Gambar 4.3 Media/Alat Bantu Pelatihan ......................................................... 75
Gambar 4.4 Matrik Kegiatan Pelatihan ............................................................ 77
Gambar 4.5 Buku Informasi ............................................................................. 86
Gambar 4.6 Formulir Evaluasi ......................................................................... 96
Gambar 4.7 Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) ........................... 96
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Model Rancangan Bangun Pelatihan .............................................. 20
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 45
Bagan 4.1 Struktur Organisasi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ............ 60
Bagan 4.2 Perencanaan Pelatihan Pembuatan Makser ...................................... 79
Bagan 4.3 Pengorganisasian Pelatihan Pembuatan Makser .............................. 83
Bagan 4.4 Proses Rekruitmen Peserta Pelatihan .............................................. 85
Bagan 4.5 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Makser ...................................... 91
Bagan 4.6 Pengawasan Pelatihan Pembuatan Makser ...................................... 94
Bagan 4.7 Evaluasi Pelatihan Pelatihan Pembuatan Makser ............................ 97
Bagan 4.8 Manajemen Pelatihan Pembuatan Makser ....................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Workshop Pelatihan ........................................................................... 59
Tabel 4.2 Daftar Peserta Pelatihan .................................................................... 63
Tabel 4.3 Subyek Penelitian .............................................................................. 64
Tabel 4.4 Informan Penelitian ........................................................................... 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SK Dosen Pembimbing ................................................................ 130
Lampiran 2 Surat Ijin Observasi ....................................................................... 131
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 133
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian ................................................................. 134
Lampiran 5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi ....................................................... 135
Lampiran 6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .................................................... 137
Lampiran 7 Pedoman Wawancara ................................................................... 141
Lampiran 8 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi ................................................. 159
Lampiran 9 Hasil Observasi ............................................................................. 160
Lampiran 10 Catatan Lapangan ........................................................................ 163
Lampiran 11 Hasil Wawancara ........................................................................ 172
Lampiran 12 Analisis Data ............................................................................... 234
Lampiran 13 Hasil Dokumentasi ..................................................................... 262
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menjadi aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena
pada hakekatnya manusia diciptakan dengan akal. Menurut Muhardi (2004:479)
Secara umum, pendidikan merupakan sebuah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan potensinya agar memiliki pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, kepribadian, pengendalian diri, dan juga keterampilan yang
dibutuhkan dalam masyarakat. Wisarja & Sudarsana (2017:290) menyatakan
bahwa ukuran suatu bangsa maju atau tidak yaitu dilihat dari kualitas pendidikan
bangsa itu sediri, kualitas pendidikan pada suatu bangsa dapat menentukan bangsa
itu akan maju atau tertinggal, yaitu dengan semakin majunya tingkat pendidikan
suatu bangsa maka secara tidak langsung bangsa tersebut juga akan maju melalui
usaha sadar yang dilakukan dalam mengembangkan pengetahuan masyarakat.
Pendidikan nonformal menurut Suprijanto (2007) merupakan pendidikan
diluar sistem persekolahan, biasanya tidak berjenjang, dan tidak ketat ketentuan-
ketentuannya. Sudarsana (2017:43) mengungkapkan bahwa pendidikan nonformal
merupakan investasi penting bagi anak, tugas lain dari pendidikan nonformal
yakni sebagai pendidikan tambahan untuk keterbatasan materi yang
disampaikan dalam pendidikan formal, seperti bimbel. Pendidikan nonformal
juga sebagai pengganti bagi mereka yang belum pernah merasakan bangku
sekolah atau yang belum menyelesaikan pendidikan formal. Pendidikan
nonformal menjadi pengganti yang dikenal dengan pendidikan kesetaraan seperti
2
kejar paket A, B, dan C. Sudarsana (2015:6) mengemukakan bahwa dengan
adanya pendidikan nonformal dapat lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia baik strata ekonomi sosial dan strata pendidikan.
Pendidikan nonformal merupakan sistem pendidikan diluar pendidikan formal
yang memiliki tugas sebagai pelengkap dan pengganti pendidikan formal.
Franita (2016:89) menyatakan bahwa Indonesia ini merupakan sebuah
negara yang memiliki sumber daya manusia yang banyak, namun sumber daya
manusia yang banyak tidak menjamin memiliki sumber daya manusia yang
kompeten. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2020 mengenai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2019 mencapai angka 71,92 dalam beberapa
dimensi salah satunya dalam dimensi pengetahuan yakni rata-rata lama sekolah
masyarakat usia 25 tahun keatas mencapai 8,34 tahun. Pertumbuhan yang positif
ini merupakan modal yang penting dalam pembangunan kualitas SDM di
Indonesia.
BPS menyatakan jumlah angkatan kerja pada Februari 2020 meningkat
sebanyak 137,19 juta orang dibandingkan dengan Februari 2019 yang naik 1,73
juta orang, hal ini berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran sebanyak
60 ribu orang dalam setahun terakhir. Mulyadi (2016:222) menyatakan bahwa
pengangguran berdampak pada berkurangnya pendapatan masyarakat. Sudarsana
(2017:28) menegaskan bahwa kemiskinan salah satunya disebabkan oleh
pengengguran dengan kurangnya lahan produktif sebagai sumber penghasilan
masyarakat tersebut. Sedikitnya angkatan kerja yang berkompeten menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan banyaknya pengangguran. Pandemi Covid-19
3
menyebabka angka pengangguran semakin meningkat dikarenakan banyaknya
korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari tempat kerjanya demi
meminimalisir penyebaran virus corona. Pengangguran menyebabkan kemiskinan
karena masyarakat tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pengangguran
juga disebabkan karena kurangnya kemampuan masyarakat dan minimnya lahan
sumber pernghasilan masyarakat, hal tersebut dapat mengurangi tingkat
kesejahteraan dan dapat menyebabkan meningkatnya peluang masyarakat dalam
kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.
Pendidikan nonformal digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu upaya
pengentasan kemiskinan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, 2006 Pasal 26 ayat 3 dan 4 :
“(3) Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik. (4) Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.”
Prahara (2017) menuliskan bahwa pemerintah tengah mengupayakan
berbagai hal dalam mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia salah satunya melalui pendidikan nonformal. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5 menyatakan bahwa salah satu
upaya pemerintah dalam menekan angka pengangguran dengan
menyelenggarakan program pelatihan untuk memfasilitasi masyarakat agar
memiliki keterampilan, pengetahuan, kecakapan hidup, sebagai bekal bagi
4
masyarakat untuk lebih mandiri dengan wirausaha, atau pun untuk melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi lagi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa BLK merupakan tempat penyelenggaraan pelatihan untuk
menguasai suatu jenis kompetensi kerja dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
BLK yang dinaungi Kemnaker merupakan sebuah upaya dalam
meningkatkan dan membangun sumberdaya manusia yang berkualitas. Mahdiyah,
menuliskan bahwa BLK hingga tahun 2019 ini berjumlah 303 unit yang tersebar
diseluruh Indonesia, yang terdiri dari BLK Unit Pelaksana Teknik Pusat (UPTP)
yang berjumlah 19 BLK dan BLK Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
sebanyak 284 BLK milik pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang
seluruhnya bisa menampung 275 ribu peserta. Tindage (2019:132) manyatakan
bahwa seperti tujuan yang telah dirumuskan, maka BLK diharapkan bisa
mendorong kesempatan kerja dan juga terciptanya peluang-peluang kerja. Arini &
Maesaroh (2019:187) bahwa BLK memiliki peran dalam mengembangkan
mutu, produktivitas dan kualitas angkatan kerja. Pemerintah melakukan upaya
melalui jalur pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah dalam
mengurangi pengangguran dan meningkatkan kompetensi masyarakat
terwujudkan melalui program-program penddikan masyarakat. Pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja menjadi upaya dalam mengurangi pengangguran
dan kemiskinan yang salah satunya melalui BLK.
5
Peningkatan kompetensi masyarakat melalui BLK dilaksanakan dalam
bentuk pelatihan. Pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan yang
didalamnya terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan
mempraktikkan bidang latih tertentu yang menyankut pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun
penguasaan suatu kompetensi (Sutarto, 2013). Elyadi & Wardoyo (2018:151)
menyatakan bahwasannya hasil dari sebuah pelatihan yang diberikan dapat
digunakan sebagai perbaikan jenjang karier pekerjaan maupun sarana untuk
pengembangan diri. Wardhani, Sumartono, & Makmur (2015:22) menuliskan
bahwa pelatihan merupakan salah satu cara dala memberikan dan meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan
berdasarkan pernyataan adalah suatu bentuk pendidikan dengan memberikan
sebuah keterampilan kepada peserta pelatihan sebagai bekal dalam melakukan
suatu pekerjaan maupun pengembangan diri.
Tujuan pelatihan dapat tercapai dengan baik dikarenakan adanya
pengelolaan yang tepat. Menurut Wulandari & Ilyas (2015:109) program jenis
apapun perlu adanya pengelolaan atau manajemen yang baik, begitu juga dengan
program pelatihan BLK. Sudjana (2000:17) menyatakan bahwa manajemen atau
pengelolaan adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan
kegiatan bersama dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Jannana & Suryono
(2017:92) juga menegaskan bahwa adanya manajemen kegiatan yang baik akan
menjadikan keberhasilan suatu program. Manajemen program yang baik ini
6
diperlukan dalam pencapaian tujuan program dan tentunya didukung oleh sumber
daya manusia yang mampu mengelola program itu dengan baik.
Mujiman (2006) menyatakan bahwa manajemen pelatihan merupakan
pengelolaan pelatihan yang didalamnya menyangkut aspek pengidentifikasian
kebutuhan suatu pelatihan, perencanaan desain pelatihan, penetapan metodologi
pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan,
dan penetapan tindak lanjut pelatihan. Aspek yang telah disebutkan merupakan
manajemen yang biasa dilaksanakan dalam sebuah pelatihan. Secara formal
manajemen memiliki arti sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan atau pengarahan, dan pengendalian dalam mencapai tujuan
organisasi (Aryanto, 2013:3). Manajemen dalam sebuah pelatihan digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan pelaihan dengan mendayagunakan SDM
(Sumber Daya Manusia) dalam organisasi itu sendiri.
Sari (2017:37) menuliskan pendapat Sutisna mengenai manajemen yang
merupakan proses pencapaian tujuan bersama dengan mengerjakan fungsi-fungsi
yang meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan, penyelenggaraan,
dan pelayanan. Menurut Ulfatin & Triwiyanto (2016) bahwa fungsi manajemen
secara manajerial adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Manajemen pelatihan secara umum meliputi beberapa tahapan, dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi
pelatihan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pelatihan.
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang adalah sebuah lembaga pelatihan
dibawah Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Semarang. Pemerintah Daerah Kota
7
Semarang berupaya meningkatkan kompetensi masyarakat Kota Semarang
dengan mendirikan BLK melalui Peraturan Walikota Semarang No 65 Tahun
2008. UPTD BLK mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional Disnaker dibidang pelatihan keterampilan kerja. Fungsi dari UPTD
BLK Disnaker Kota Semarang ini yaitu merumuskan kebijakan teknis dibidang
pelatihan ketrampilan kerja, menyusun rencana program dan rencana kerja
anggaran dibidang pelatihan ketrampilan kerja, mengkoordinasikan pelaksanaan
tugas dibidang pelatihan ketrampilan kerja.
Pelatihan menjahit merupakan program pelatihan yang dilaksanakan di
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dengan fokus pelatihan pembuatan masker.
Pelatihan ini dilaksanakan sebagai modal bekerja ataupun usaha ditengah pandemi
Covid-19. Ramadani & Novrita (2019:205) menyatakan bahwa mejahit
merupakan kegiatan menyambung kain, bulu ataupun bahan lain yang bisa
dilewati jarum dan benang. Menjahit masker berarti menyambung kain yang telah
dipotong sesuai pola agar menjadi masker utuh. Kalsum (2019:625) menuliskan
bahwa masker merupakan alat pelindung dari polusi udara dan menjaga
penggunanya dari masalah kesehatan. Lestari (2020:40) memaparkan bahwa
dalam kondisi pandemi Covid-19, pemakaian masker telah diwajibkan oleh
pemerintah untuk menekan penyebaran virus, tingginya kebutuha masker
menyebabkan kelangkaan dan kekurangan masker dipasaran. Masker merupakan
sebuah alat perlindungan pernafasan yang digunakan untuk melindungi
pemakainya dari menghirup zat-zat berbahaya maupun penyakit menular yang
ditularkan melalui udara (Wibowo, 2017:10). Pengembangan kualitas maupun
8
pendayagunaan sumber daya manusia diperlukan untuk memproduksi masker
dalam memenuhi kebutuhan masker bagi masyarakat, juga sebagai bekal
keterampilan untuk membuat sebuah usaha bagi peserta pelatihan.
Pandemi Covid-19 menyebabkan pelatihan di BLK yang telah
direncanakan pada awal tahun terpaksa dihentikan. Anggaran pelatihan yang telah
direncanakan juga dialihkan untuk membantu mengurangi dampak Covid-19.
Pemerintah berupaya tetap melaksanakan pelatihan meskipun ditengah pandemi
Covid-19 dengan refocusing anggaran pelatihan menjadi pelatihan tanggap Covid-
19. BLK juga merencanakan ulang untuk melaksanakan pelatihan alternatif yang
diupayakan oleh pemerintah. Pelatihan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
yang awalnya bersifat global kini dialihkan menjadi pelatihan alternatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan pelaksanaan pelatihan pembuatan
masker dan memasak. Pelatihan yang dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19
harus mematuhi protokol kesehatan untuk menekan penyebaran virus selama
pelatihan meliputi mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer,
pengecekan suhu tubuh, mengenakan masker, dan menerapkan physical
distancing. Pembatasan dalam penyelenggaraan pelatihan ini berpengaruh
terhadap proses manajemen pelatihan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
Manajemen pelatihan yang seharusnya dapat dilakukan secara leluasa kini harus
dilaksanakan dengan batasan-batasan dengan mematuhi protokol kesehatan.
Pelatihan pembuatan masker dilaksanakan dalam waktu yang lebih singkat
jika dibandingkan dengan pelatihan pada umumnya yang dilaksanakan di BLK
ini. Pelatihan pembuatan masker juga merupakan program yang pertama kali
9
dilaksanakan di BLK, selain itu dalam pelatihan ini tidak dilakukan uji
kompetensi seperti yang biasa dilakukan pada program pelatihan di BLK. Peserta
yang menguasai unit kompetensi pada buku informasi dianggap sudah lolos dan
layak mendapatkan sertifikat pelatihan. Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi manajemen program pelatihan
menjahit yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dimasa
pandemi Covid-19 yang berjudul “Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada
Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.2.1 Bagaimana Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi
Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang?
1.2.2 Apa Faktor Pendukung dalam Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada
Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota
Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.1.1 Untuk Mendeskripsikan Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada
Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota
Semarang
1.1.2 Untuk Mendeskripsikan Faktor Pendukung dari Manajemen Program
Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan
Kerja Disnaker Kota Semarang
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat, baik manfaat teoritis
maupun manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang Pendidikan Nonformal yang didalamnya memuat
tentang manajemen program pelatihan menjahit. Disamping itu, hasil penelitian
ini bagi penelitian selanjutnya bisa menjadi sebuah referensi yang terkait dengan
manajemen program pelatihan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi lembaga terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
upaya dalam meningkatkan pengetahuan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi sebuah pengalaman dalam melakukan
penelitian khususnya tentang proses Manajemen Program Pelatihan Menjahit pada
Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang.
1.5 Penegasan Istilah
1.5.1 Manajemen
Menurut Umam (2012) manajemen secara umum memiliki arti sebuah
kegiatan untuk mencapai tujuan maupun sasaran yang sudah ditentukan dengan
menggunakan SDM. Sudjana (2000) menyatakan bahwa manajemen atau
pengelolaan adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan
kegiatan bersama dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Manajemen yang
11
akan dibahas disini yaitu manajemen pelatihan meliputi beberapa tahapan, dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi
pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan.
1.5.2 Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan yang didalamnya
terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan mempraktikkan
bidang latih tertentu yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun penguasaan
suatu kompetensi (Sutarto, 2013). Penyelenggaraan kursus atau pelatihan
diharapkan agar warga masyarakat dapat mengembangkan dirinya untuk memiliki
keterampilan hidup.
1.5.3 Menjahit
Menjahit merupakan proses menyambung kain, bulu, kulit hewan, atau
bahan lain yang bisa dimasuki benang dan jarum. Menjahit dalam pelatihan ini
difokuskan ke pelatihan pembuatan masker, yaitu membuat masker dari
pembuatan pola, memotong,dan menyatukan dengan cara dijahit menggunakan
mesin jahit. Masker disini merupakan bagian dari alat pelindung diri yang
digunakan untuk melindungi dari polusi, debu, maupun partikel lain yang masuk
kedalam tubuh melalui mulut dan hidung (Dewi & Utami, 2020:34). Masker
sesuai dengan standar kesehatan dua lapis. Masker dibuat dengan bahan kain yang
dipotong dan dijahit sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
12
1.5.4 Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa penyebaran penyatik koronavirus
19 atau Covid-19. Penyakit ini disebabkan SARS-CoV-2. Virus diduga menyebar
antar manusia melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama
batuk. Selain itu, virus juga menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang
terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Pandemi ini telah
menyebabkan gangguan sosioekonomi global.
1.5.5 Balai Latihan Kerja
Balai Latihan Kerja (BLK) yang dinaungi Kementerian Ketenagakerjaan
merupakan sebuah upaya dalam meningkatkan dan membangun sumberdaya
manusia yang berkualitas. BLK merupakan tempat untuk melaksanakan program
pelatihan yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
13
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pelatihan
Menurut Sutarto (2013) pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan
yang didalamnya terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan
mempraktikkan bidang latih tertentu yang menyangkut pada aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun
penguasaan suatu kompetensi. Kamil (2010:3) menuliskan bahwa istilah pelatihan
merupakan terjemahan dari kata training atau train yang berarti (1) memberi
pelajaran dan praktik, (2) menjadikan berkembang ke arah yang dikehendaki, (3)
persiapan, (4) praktik. Disimpulkan bahwa pelatihan adalah kegiatan praktik
dengan pembelajaran yang dilakukan untuk berkembang sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan, dengan bertujuan agar warga masyarakat dapat
mengembangkan dirinya untuk memiliki keterampilan hidup. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat
5 yang menyebutkan :
“Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup,
dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi”.
Pelatihan secara umum dapat disimpulkan, yaitu merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang yang
dijadikan bekal untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Pelatihan lebih
ditekankan kepada penguasaan keterampilan oleh peserta untuk meningkatkan
14
kompetensi agar mampu bersaing didunia kerja maupun sebagai modal usaha
mandiri.
2.1.1 Model Pelatihan
Terdapat berbagai model pelatihan sebagai kegiatan pendidikan luar
sekolah. model-model itu terutama dilihat dari tujuan pelatihan yang kemudian
menentukan proses pelatihan. setiap model memiliki karakteristik tersendiri
serta keunggulan dan kelemahan masing-masing. pemilihan suatu model pelatihan
terutama didasarkan pada kebutuhan di satu pihak dan potensi atau peluang yang
dimiliki di pihak lain. model model pelatihan dalam pendidikan luar sekolah
diantaranya: model magang atau pemagangan, model internship, model pelatihan
kerja, model pelatihan kewirausahaan, model pelatihan keaksaraan, dan model
pelatihan manajemen peningkatan mutu, (Kamil, 2010:35-36).
2.1.2 Fungsi Pelatihan
Menurut Sutarto (2013:7-8) bagi organisasi sedikitnya terdapat 7 fungsi yaitu :
1. Peningkatan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga
organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.
2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dengan bawahan
3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat
4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan
komitmen organisasional yang lebih tinggi
5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial
yang partisipatif
15
6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif
7. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh
suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di kalangan para anggota
organisasi
2.1.3 Tujuan Pelatihan
Menurut Marzuki (1992:12) terdapat tiga tujuan pokok dari sebuah
pelatihan, yaitu : (1) memenuhi kebutuhan organisasi; (2) memperoleh pengertian
dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan
yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman; (3) dan
membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Kamil
(2010:10) menuliskan tujuan pelatihan menurut beberapa ahli, Moekijat (1981)
mengatakan bahwa tujuan umum dari sebuah peatihan adalah untuk
mengembangkan keahlian sehigga pekerjaan bisa diselesaikan dengan lebih
efektif dan lebih cepat, untuk mengembangkan pengetahuan agar pekerjaan yang
dilaksanakan dapat diselesaikan secara rasional, dan untuk mengembangkan sikap
agar menimbulkan kemauan untuk melakukan kerjasama. Menurut (Pribadi, 2014)
adanya program pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, juga
sikap positif peserta peltihan. Mayombe (2017:120) berpendapat “(non formal
education training) was trainee-centred and directly intended to solve a trainee’s
problem of unemployment”, bahwa dengan adanya pelatihan, dapat mengurangi
pengangguran. Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari
sebuah pelatihan adalah untuk memberikan pengetahuan keterampilan kepada
16
peserta pelatihan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan efisien dan dapat
memenuhi kebutuhan organisasi dalam melaksanakan tugasnya.
2.2 Manajemen
Menurut Hasibuan (2002), manajemen merupakan alat untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Manajemen adalah ilmu dan seni dalam mengatur proses
pemanfaatan sumber daya utuk mencapai tujuan tertentu. Priyono (2007:13)
menuliskan pengertian manajemen menurut Barnard (1886-1961) bahwa
manajemen memiliki fungsi-fungsi utama, yaitu perumusan tujuan dan pengadaan
sumberdaya yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan. Menurut Umam (2012)
manajemen secara umum memiliki arti sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan
maupun sasaran yang sudah ditentukan dengan menggunakan SDM. Berdasarkan
uraian diatas disimpulkan bahwa manajemen merupakan rangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan dengan melalui proses perumusan tujuan, pengorganisasian
sumberdaya yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan organisasi. Sarinah (2017:8-
9) menyebutkan bidang manajemen ada 4 macam :
(1) Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia ini merupakan kegiatan manajemen yang
didasarkan pada fungsinya dalam memperoleh sumber daya manusia yang terbaik
untuk bisnis yang akan dijalankan dan memelihara sumber daya manusia tersebut
dengan kualitas kerja yang konstan ataupun bertambah.
(2) Manajemen Operasional
Manajemen Operasional merupakan kegiatan manajemen yang didasarkan
pada fungsi untuk menghasilkan produk sesuai standar sesuai permintaan
17
konsumen. teknik yang digunakan hendaknya efisien mulai dari pemilihan lokasi
produksi hingga hasil produksinya.
(3) Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran didasarkan pada fungsi yang intinya berusaha
mengidentifikasi kebutuhan dari konsumen dan cara memenuhi kebutuhan
tersebut agar dapat terwujudkan.
(4) Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan ini berdasarkan fungsi untuk memastikan bahwa
tujuan bisnis yang telah ditetapkan bisa tercapai secara ekonomis yang diukur
berdasarkan profit. Manajemen ini dimulai dari merencanakan sumber
pembiayaan, cara yang digunakan untuk mengalokasikan dana secara tepat.
Sesuai dengan fungsinya, manajemen yang digunakan setiap organisasi
tentu berbeda. Berdasarkan sasaran penelitian mengenai pelaksanaan pelatihan di
BLK, manajemen yang digunakan dalam pelatihan adalah manajemen sumber
daya manusia, yaitu untuk mengatur sumber daya yang ada seperti staf, instruktur,
dan peserta pelatihan yang ada di BLK tersebut.
2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Samsuni (2017)
merupakan bagaimana cara mengatur secara maksimal hubungan dan peran
sumber daya dari setiap individu dalam organisasi guna mencapai sebuah tujuan
bersama. Ulfatin & Triwiyanto (2016) menyatakan bahwa manajemen sumber
daya manusia sebagai sebuah usaha agar SDM tersebut dapat secara maksimal
dalam bekerja utntuk mencapai tujuan. Senada dengan Farndale dkk, (2020) :
18
“The core content of HRM is generally well-understood and
includes what practices organisations adopt to regulate employees,
such as recruitment, selection, training, rewardand performance
management, either studied as individual practices or as bundles of
practices in HRM systems”,
Yakni dalam MSDM adanya proses mengatur karyawan, seperti rekruitmen,
seleksi, pelatihan, penghargaan dan manajemen kinerja yang dipelajari sebagai
praktik individu dan manajemennya. MSDM dilaksanakan dengan mengelola
unsur manusia dan potensi-potensi yang dimiliki untuk sehingga sumber daya
manusia tersebut dapat mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa MSDM merupakan manajemen dalam mengelola
sumber daya manusia seperti rekruitmen, pelatihan, dan sebagainya dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Husaini (2017) menyebutkan tujuan MSDM meliputi tujuan organisasional,
fungsional, sosial, dan personal. Serupa, menurut Sumual (2017:8) tujuan
MSDM meliputi tujuan kemasyarakatan, organisasional, fungsional, dan pribadi.
Menurut Uhbiyati (2015) “The stages of the HR development management are
planning and organizing, implementation, and monitoring”. Secara umum, tujuan
dari MSDM yakni untuk memastikan dengan kerja sama dan kontribusi aktif
manusia maka keberhasilan akan tercapai dengan efektif dan efisien. Proses
MSDM ini berkaitan dengan upaya perencanaan sumber daya manusia,
perekrutan anggota, kontrak kerja, penempatan, pembinaan dan pengembangan
tenaga kerja. Salah satu proses MSDM dalam sebuah organisasi, dilaksanakan
dalam sebuah pelatihan.
19
(1) Tujuan organisasional MSDM sebagai alat bantu organisasi untuk mencapai
tujuan, meningkatkan produktivitas perusahaan, dan mengkomunikasikan
kebijakan kepada anggota organisasi.
(2) Tujuan fungsional dalam hal ini yakni meningkatkan kualitas sumber daya
manusia agar memberi kontribusi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
(3) Tujuan sosial yaitu dengan merespon terhadap kebutuhan dan tantangan
masyarakat namun meminimalisir dampak negatif terhadap organisasi
(4) Tujuan personal membantu anggota dalam mencapai tujuan personal
mereka, dan mempertimbangkan tujuan pribadi anggota jika mereka harus
dipertahankan, dimotivasi, atau dipensiunkan.
2.4 Manajemen Pelatihan
Pelatihan berjalan dan tujuan bisa dicapai apabila ada manajemen yang
dilaksanakan didalamnya. Kamil (2012) menjelaskan bahwa dalam sebuah
pelatihan memang memerlukan pengorganisasian, maka dari itu dikenal dengan
adanya panitia atau organizer pelatihan dan secara manajerial fungsi organizer
pelatihan yaitu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan.
Manajemen penyelenggaraan pelatihan menurut Wulandari & Ilyas (2015)
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pelatihan. Bedasarkan pendapat tersebut, maka menurut penulis
manajemen merupakan serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan pelatihan
dengan menerapkan fungsi manajemen.
20
Manajemen pelatihan memiliki beberapa tahap yang digambarkan dalam
model rancang bangun pelatihan menurut Sudjana (2007:77)
Bagan 2.1 Model Rancangan Bangun Pelatihan
Sumber : Sudjana (2007:77)
2.5 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen menurut Umam (2012) secara garis besar meliputi
perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, bimbingan, motivasi, pengoordinasian,
pengawasan, reporting, staffing dan forecasting. Menurut Ulfatin & Triwiyanto
(2016) fungsi manajerial SDM meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan dalam manajemen pelatihan, fungsi
pelatihan menurut Kamil (2012) fungsi pengelolaan pelatihan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan. Berdasarkan beberapa
pengertian yang telah disebutkan, dapat dikombinasikan fungsi-fungsi manajemen
pelatihan dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi pelatihan sesuai dengan tugas UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
Tes Awal Pelaksanaan Tes Akhir Supervisi &
Evaluasi serta
Umpan Balik
Penyusunan Alat Tes Penyusunan Alat Tes
Pelatihan bagi Pelatih
Penyusunan Program dan
Identifikasi Kebutuhan, Sumber-
Perumusan Tujuan Pelatihan
21
2.5.1 Perencanaan
Perencanaan program sendiri merupakan bagian yang sangat penting dalam
manajemen pelatihan. Perencanaan atau yang bersal dari kata rencana yang
memiliki arti pengambilan sebuah keputusan mengenai apa saja yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Dikemukakan Mujiman (2006) dan ditegaskan
lagi oleh Sutarto (2013:31) bahwa perencanaan program pelatihan merupakan
suatu kegiatan untuk merencanakan suatu program pelatihan secara keseluruhan
sebelum dilaksanakannya suatu pelatihan. Saat kita akan merencanakan, tentu
pola pikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
efektif dan efisien, (Sanjaya 2008). Jadi, proses sebuah perencanaan haruslah
dimulai dengan penetapan tujuan yang akan dicapai, kemudian menetapkan
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan. Perencanaan
dalam sebuah program merupakan hal yang penting, karena dengan adanya
perencanaan tujuan dari program menjadi terarah. Perencanaan dalam organisasi
dapat mengantisipasi hambatan maupun peluang dalam pencapaian tujuan.
Perencanaan memberikan sebuah pandangan atau gambaran mengenai tindakan
apa saja yang akan dilakukan oleh organisasi sehingga menjadikan pelaksanaan
program lebih efektif dan efisien.
2.5.1.1 Tahapan Perencanaan
Sutarto (2013:31) menyatakan komponen dalam sebuah perencanaan
meliputi tujuan dari program, bahan belajar, metode yang digunakan dalam
pembelajara, sarana dan prasarana, suber belajar atau tutor, peserta didik, sistem
penilaian hasi belajar, waktu dan tempat kegiatan. Ditegaskan oleh Mujiman
22
(2006) namun terdapat beberapa tahapan yang tidak disebutkan diatas seperti
menetapkan pengelola dan pembantu program pelatihan dan menghitung anggaran
yang diperlukan. Jadi, langkah-langkah atau tahapan dalam sebuah perencanaan
program pelatihan atau kursus secara umum yaitu:
2.5.1.1.1 Menetapkan Pengelola dan Staf Pembantu Program
Kemnaker (2017) menegaskan bahwa tenaga pelatihan merupakan
seseorang yang memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab dan kompetensi
untuk menyelenggarakan, mengelola, dan mengembangkan pelatihan dilembaga
yang membidangi pelatihan kerja. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pengelola dalam
sebuah kursus dan pelatihan memiliki peran yang sangat penting dalam
memelihara keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang ada dalam lembaga
kursus dan pelatihan. Pengelola hendaknya memiliki kualifikasi dan kompetensi
sesuai standar pengelola kursus dan pelatihan.
Kualifikasi pengelola suatu program pelatihan dan kursus yaitu minimal
memiliki pendidikan tingkat SMA/MA/SMK sederajat, dan mempunyai
pengalaman bekerja sekurang-kurangnya tiga tahun dalam lembaga kursus dan
pelatihan. Mempunyai sertifikat pengelola kursus dan pelatihan yang diterbitkan
oleh lembaga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sirodjuddin & Suparman (2013)
menyatakan bahwa dalam menetapkan pengelola dan staf dalam sebuah pelatihan
didasarikan pada surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Tenaga
Kerja, dan pelaksana kegiatan program pelatihan yang di bantu oleh staf seksi
sebagai staf pembantu program pelatihan. Kesimpulannya yaitu bahwa pengelola
23
merupakan seseorang yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pelatihan.
2.5.1.1.2 Menetapkan tujuan
Komponen tujuan ini memiliki fungsi yang amat penting dalam suatu
program. Adanya tujuan, pasti ada sebuah langkah untuk mencapai tujuan tersebut
(Sanjaya, 2008:121). Anugerah (2015) menyebutkan tujuan pelatihan dalam tiga
domain, yaitu cognitive domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan
meningkatkan pengetahuan peserta; affective domain, adalah tujuan pelatihan
yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku; dan psychomotor domain yaitu
tujuan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta pelatihan.
Menurut Pribadi (2014) tujan dalam program pelatihan menggambarkan
kompetensi yang harus dicapai oleh peserta pelatihan. Perlu dirumuskannya suatu
tujuan karena dengan adanya rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Tujuan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelatihan
2.5.1.1.3 Menetapkan bahan ajar
Bahan ajar atau bahan pembelajaran dalam konteks pembelajaran
merupakan salah satu komponen penting yang harus ada, bahan ajar ini
merupakan komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari dan dijadikan bahan
materi yang akan dikuasai oleh peserta kursus dan dijadikan sebagai suatu
pedoman. Hamalik (2005:67) menuliskan pengertian bahan ajar, bahwa bahan ajar
adalah salah satu komponen yang penting dalam sistem pelatihan yakni sebagai
sebuah penunjang proses pembelajaran, dan dapat menjadi motivasi belajar
24
peserta pelatihan. Bahan ajar memuat materi pelatihan yang menurut Sudjana
(2007) yang merupakan sekumpulan keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai
tertentu untuk mencapai tujuan pelatihan. Pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan pedoman dalam pelatihan yang
didalamnya memuat materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujan pelatihan.
Bahan pembelajaran merupakan komponen isi pesan yang harus
disampaikan kepada siswa (Wahyuningsih & Sucipto, 2016:40). Bahan ajar dalam
suatu pelatihan merupakan sumber belajar bagi peserta didik berupa materi yang
disampaikan oleh instruktur. Bahan ajar ini disusun oleh instruktur dan mengacu
pada Standar Kurikulum Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. SKKNI dalam pelatihan berbasis
kompetensi diperlukan untuk memastikan kesesuaian kebutuhan ditempat kerja,
SKKNI juga sebagai acuan dalam menyusun program, kurikulum, hingga modul-
modul atau bahan ajar pelatihan dalam proses pelatihan, dan juga dalam LSP
(Lembaga Sertifikasi Profesi) digunakan sebagai acuan penyusunan materi uji
kompetensi.
2.5.1.1.4 Menetapkan metode-metode yang akan digunakan
Mujiman (2006) menyebutkan secara jelas metode-metode pembelajaran
dalam pelatihan diantaranya seperti ceramah, demonstrasi, diskusi panel, diskusi
kelompok, penugasan individu dan penugasan kelompok. Sutarto (2013:60) secara
garis besar membagi metode pembelajaran dalam sebuah pelatihan menjadi dua,
yaitu metode tatap muka dan metode non tatap muka. Metode tatap muka dapat
dilakukan saat sedang berada didalam kelas seperti pembelajaran pendahuluan
25
klasikal dan metode non tatap muka berupa penugasan kelompok maupun
individu. Metode yang digunakan dalam pelatihan dibuat lebih bebas agar peserta
dapat mengembangkan minat dan bakatnya dalam pelatihan. Metode yang
diterapkan untuk peserta perorangan teknik yang digunakan seperti tutorial,
bimbingan, magang, dan lain sebagainya. Pembelajaran kelompok dapat
menggunakan teknik ceramah, diskusi, curah pendapat, simulasi dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk pembelajaran komunitas teknik yang bisa
digunakan adalah demonstrasi, komunikasi sosial, kontak sosial, dan lain
sebagainya. Metode yang ditetapkan dalam sebuah pelatihan haruslah disesuaikan
dengan pelatihan yang akan dilaksanakan.
2.5.1.1.5 Menetapkan media atau alat bantu pelatihan
Media sebagai sumber belajar dapat berupa manusia, benda, peristiwa
yang memungkinkan peserta didik memperoleh bahan pembelajaran. Fungsi-
fungsi media pembelajaran yaitu untuk menyederhanakan bahan ajar yang tidak
mudah dipahami oleh peserta pelatihan seperti penggunaan grafik, gambar dan
lain-lain. Menurut Sutarto (2013) media dapat berupa manusia, benda ataupun
peristiwa sebagai sumber belajar. Media dapat memfokuskan pelatihan, peserta
pelatihan dapat fokus terhadap inti pokok bahasan. Media yang digunakan dapat
menjadikan materi lebih mudah diingat, dibandingkan dengan penyajian melalui
ceramah atau kata-kata, penggunaan slide, model, film, diagram, poster maupun
suara lebih mudah ditangkap oleh peserta pelatihan. Keberagaman penggunaan
media pembelajaran akan mengurangi kebosanan dan kurangnya konsentrasi pada
peserta pelatihan. Media sebagai alat bantu yang berfungsi membantu instruktur
26
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan dapat menunjang kebutuhan dalam
pelaksanaan pelatihan.
2.5.1.1.6 Menetapkan cara evaluasi
Penetapan cara evaluasi dilakukan dalam sebuah perencanaan. Penetapan
ini dilakukan dengan menentukan apa saja yang akan menjadi sasaran evaluasi
dan cara evaluasinya seperti apa. Evaluasi dalam sebuah pelatihan haruslah
dirancang terlebih dahulu bersama dengan perancangan pelatihan (Utomo &
Tehupeiory, 2014). Penetapan evaluasi disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
Evaluasi akhir ini dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas pelatihan, seperti
yang diungkapkan oleh Sutarto (2013:86) bahwa evaluasi akhir dilakukan untuk
mengukur hasil efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pelatihan. Menurut
Mujiman (2006) bahwa evaluasi merupakan bagian dari program pelatihan
sehingga evaluasi masuk dalam perencanaan program. Jadi untuk melaksanakan
evaluasi, kita harus merencanakan terlebih dahulu evaluasi yang akan digunakan
dalam pelatihan, aspek apa saja yang akan dievaluasi dalam penyelenggaraan
pelatihan.
2.5.1.1.7 Menetapkan tempat dan waktu pelatihan
Menetapkan kapan dan dimana program pelatihan tersebut akan
dilaksanakan. Tempat dan waktu pelaksanaan harus dirancang agar tidak terjadi
tumbukan waktu maupun tempat pelaksanaan pelatihan yang satu dengan
pelatihan yang lainnya. Santoso (2010:65) menjelaskan agar peserta pelatihan
dapat berinteraksi dengan leluasa maka dalam pemilihan tempat pelatihan
hendaknya didesain lebih dinamis dan menggunakan ruangan yang cukup luas.
27
Oktarina (2016) menegaskan bahwa waktu dan tempat pelatihan menentukan
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pendidikan dan latihan. Dengan ditetapkannya
tempat pelaksanaan pelatihan yang sesuai, maka akan mendukung pencapaian
pelaksanaan pelatihan yang tepat.
2.5.1.1.8 Menetapkan instruktur pelatihan
Pratama, Marjiono, & Indrianti, (2018:20) menuliskan bahwa dalam suatu
pelatihan, instruktur merupakan orang yang memiliki keterlibatan secara langsung
dan berinteraksi dengan peserta pelatihan, dalam pelatihan tersebut instruktur
hendaknya berusaha mengoptimalkan pengajaran yang diberikan kepada peserta
pelatihan. Pribadi (2014:128) menyebutkan karakter utama instruktur yang baik
meliputi : (1) Instruktur selalu siap dalam melakukan sebuah presentasi; (2)
Senang dalam menyajikan informasi; (3) bahan pelatihan yang digunakan
senantiasa yang terbaik; (4) materi atau isi pelatihan yang di sampaikan
hendaknya mampu menarik perhatian peserta pelatihan; (5) membantu peserta
pelatihan dalam menguasai kompetensi pelatihan; (6) selalu menutup sesi
pembelajaran dengan perasaan puas dalam hati peserta pelatihan. Instruktur selaku
pendidik profesional yang memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik
dalam sebuah kursus ataupun pelatihan dituntut untuk memiliki kompetensi dan
kualifikasi minimum yang menjadi syarat pendidik dalam sebuah pelatihan.
Adapun standar kualifikasi akademik instruktur diantaranya :
(1) Kualifikasi instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan
instruktur pada kursus dan pelatihan berbasis keilmuan harus memiliki
kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV)
28
yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi
keahlian dalam bidang yang relevan, dan sertifikat instruktur. Sertifikat
kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh perguruan tinggi
penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah. Sertifikat instruktur diperoleh setelah calon instruktur
mengikuti pelatihan dan lulus ujian kompetensi instruktur yang
diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.
(2) Kualifikasi instruktur pada kursus dan pelatihan bersifat teknis-praktis.
Instruktur pada kursus dan pelatihan bersifat teknis-praktis harus memiliki
kualifikasi akademik minimal lulusan SMA/SMK/MA/Paket C dengan
pengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai pendidik dalam bidangnya, dan
memiliki sertifikat instruktur. Sertifikat Instruktur diperoleh setelah calon
instruktur mengikuti pelatihan dan lulus ujian kompetensi instruktur yang
diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.
2.5.1.1.9 Menyusun rencana kegiatan dan jadwal
Santoso (2010:13) menyatakan dalam menentukan alokasi waktu harus
sesuai dengan kebutuhan dan didasarkan pada skala prioritas. Materi atau topik
yang menjadi prioritas akan mendapatkan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan topik atau materi yang lainnya. Menurut Sudjana (2007)
bahwa dalam menyusun jadwal pelatihan, didalamnya memuat hari pelaksanaan,
waktu yang digunakan, kegiatan yang dilakukan dan tempat pelaksanaan kegiatan.
Jadi jadwal pelatihan yaitu kegiatan untuk mendeskripsikan berbagai penjelasan
yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas atau disampaikan dalam
29
beberapa kali pertemuan, dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan. Waktu yang
digunakan pun hendaknya efektif selama pelatihan berlangsung agar pemaparan
dan pelatihan yang diberikan oleh instruktur dipahami secara maksimal oleh
peserta pelatihan.
2.5.1.1.10 Menghitung anggaran yang dibutuhkan
Anggaran sangat penting dalam sebuah pelatihan guna mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan dalam pelatihan tersebut. Anggaran sendiri
memiliki arti suatu rencana yang telah disusun secara sistematis dalam bentuk
angka yang meliputi kegiatan yang akan dilaksanakan. Abduh (2016:368)
menuliskan bahwa terdapat proses penentuan prioritas dan penilaian kebutuhan
dalam sebuah perencanaan anggaran. Menurut Almareza (2016) merencanakan
suatu anggaran merupakan hal yang penting dalam sebuah kegiatan pelaksanaan
program demi kelancaran pelaksanaan program. Perencanaan anggaran
diantaranya yaitu merumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, merancang program
dan kegiatan dan sumber pembiayaannya, mengalokasikan berbagai sumber daya
dalam program yang sudah disusun, dan membuat indikator hasil kerja dan
mengukur sejauh mana strategi organisasi tersebut tercapai. Dengan adanya
anggaran, maka akan menunjang keperluan selama pelaksanaan pelatihan dan
bisa berjalan sesuai perencanaan yang telah dibuat.
2.5.1.2 Tujuan Perencanaan
Aryanto (2013:27-29) menuliskan tujuan perencanana menurut Stephen
Robbins dan Mary Clouter, yaitu :
30
(1) Perencanaan ini memberi arahan dan petunjuk bagi pengelola dan anggota
organisasi tersebut. Pengelola dan anggota dapat mengetahun apa saja yang
harus mereka capai, bagaimana cara untuk mencapainya, langkah apa yang
harus dilakukan, apa saja peralatan yang dipakai, bekerjasama dengan siapa,
dan bagaimana cara mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
(2) Perencanaan dapat mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang.
Perencanaan harus dibuat dengan melihat jauh kedepan, memperkirakan
dampak dan perubahan agar meminimalisir ketidakpastian yang akan
terjadi.
(3) Meminimalisir pemborosan dalam segi waktu,biaya maupun energi
sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.
(4) Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam proses pengendalian
dan pengevaluasian dengan membandingkan rencana dengan pelaksanaan
dan hasil kerja yang ada.
2.5.1.3 Manfaat Perencanaan
Beberapa manfaat perencanaan menurut Hanafi (2008) adalah :
(1) Untuk memberi arah suatu kegiatan dalam organisasi yang meliputi
penggunaan sumber daya dan penggunaannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
(2) Untuk memantapkan konsistensi kegiatan para anggota organisasi agar
sesuai dengan tujuan organisasi.
(3) Memonitor kemajuan organisasi, apabila kegiatan tidak sesuai dengan
tujuan yang sudah ditetapkan, maka dapat dilakukan yang erat kaitannya
31
dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian memerlukan perencanaan dan
perencanaan bermanfaat bagi pengendalian.
2.5.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses kegiatan manajerial untuk membentuk
organisasi yang akan diberikan tugas sesuai dengan perencanaan untuk mencapai
tujuan organisasi (Sudjana, 2000). Menurut (Wulandari & Ilyas, 2015)
pengorganisasian dalam lembaga pelatihan merupakan pembagian tugas kepada
pengelola dan staf agar melaksanakan tugasnya masing-masing untuk mencapai
tujuan pelatihan. Ditegaskan oleh Sutarto (2013) bahwa dalam penyelenggaraan
pelatihan akan berjalan efektif dan efisien apabila anggota pengelola
melaksanakan tugas sesuai dengan job describsion. Pengorganisasian terdapat
proses pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pelatihan.
Sudjana (2000) menyebutkan tujuh ciri pengorganisasian, diantaranya :
(1) Pengorganisasian berkaitan dengan upaya pengelola. Pengelola
mengupayakan untuk memadukan sumber yang diperlukan, baik manusiawi
dan non-manusiawi.
(2) Sumber manusiawi merupakan orang-orang yang ditetapkan pengelola dan
memenuhi syarat untuk melaksanakan pelatihan,baik memenuhi syarat
dalah hal keahlian, maupun kondisi fisik sesuai dengan tuntutan organisasi.
(3) Sumber non-manusiawi yang meliputi fasilitas seperti gedung, dan sarana-
prasarana yang menunjang pelaksanaan pelatihan.
32
(4) Sumber tersebut diintegrasikan atau dipadukan dalam pelaksanaan pelatihan
dalam organisasi tersebut.
(5) Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pelatihan sesuai dengan perencanaan
(6) Rangkaian kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi
(7) Sumber manusiawi sebagai pemegang peran utama yang menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
2.5.3 Pelaksanaan
Astorini (2016) menyimpulkan bahwa pelaksanaan adalah keseluruhan
usaha, cara, teknik, metode dalam mendorong anggota organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Ditegaskan oleh Mujiman (2006:65) bahwa dalam
pelaksanaan program pelatian mengikuti rencana yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan sebuah program pelatihan yang disebutkan oleh Sudjana (2007:198)
ada beberapa langkah, diantaranya pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan
dan potensi peserta pelatihan, penetapan tes kontrak pembelajaran, tes awal
peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan tes akhir kepada peserta pelatihan.
Pelaksanaan program pelatihan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 dilaksanakan
setelah penyusunan perencanaan. Jamna (2020) menuliskan komponen dalam
sebuah pelaksanaan pelatihan menurut Sudjana meliputi media yang digunakan
dalam pelatihan, metode dalam pembelajaran pelatihan, serta evaluasi atau
penilaian pelatihan. Disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pelatihan meliputi
cara pencapaian tujuan pelatihan sesuai dengan yang telah direncanakan dengan
33
pelaksanaan pembelajaran atau pelatihan. Adapun tahap penyelenggaraan
pelatihan berbasis kompetensi diawali dengan melakukan rekruitmen peserta,
pelaksanaan pelatihan, dan penilaian peserta.
2.5.3.1 Rekruitmen Peserta Pelatihan
Akbar, Farid, & Ilyas, (2017) dalam sebuah BLK rekruitmen peserta
didik merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar untuk
menjadi peserta didik dalam pelatihan tersebut. Rekruitmen peserta pelatihan ini
dilakukan untuk menyeleksi calon peserta pelatihan yang memenuhi syarat.
Adapun proses untuk melakukan rekruitmen peserta pelatihan dengan
membuka pendaftaran, melakukan seleksi pada calon peserta pelatihan, dan
pengumuman hasil seleksi. Seleksi dapat dilaksanakan dengan tes wawancara,
tertulis, dan atau verifikasi dokumen.
2.5.3.2 Pelaksanaan Pelatihan
Sebelum melaksanakan pelatihan, persiapkan peserta agar merasa nyaman,
memahami tugas masing-masing dan dapat memahami materi yang akan di
sampaikan. Penyampaian materi oleh instruktur dalam proses pelaksanaan
pelatihan dilaksanakan sesuai dengan bahan ajar yang telah disiapkan dan
menggunakan media dan metode yang tepat. instruktur hendaknya memberi
variasi dalam proses pembelajaran agar peserta tidak merasa jenuh.
Jamna (2020) berpendapat bahwa penggunaan media, metode, dan
evaluasi dalam sebuah pelatihan dapat mewujudkan suasana pelatihan yang
menarik. Menurut Sudjana (2007:202) dalam proses pembelajaran pelatihan
mencakup pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran. Metode dalam
34
proses pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta pelatihan dalam
mencapai tujuan pelatihan. Metode tersebut diantaranya pembelajaran perorangan,
pembelajaran kelompok, dan pembelajaran komunitas.
(1) Ceramah.
Metode ceramah adalah metode yang paling tua, dan paling sering
digunakan. Caranya dengan menyampaikan bahan ajar didepan kelas. Keuntungan
dari metode ini adalah banyak bahan pelajaran atau materi yang bisa disampaikan
kepada banyak peserta pelatihan dalam waktu yang bersamaan sehingga waktu
yang diperlukan relatif pendek.
(2) Penugasan Individual.
Setelah bahan ajar disampaikan oleh instruktur, peserta pelatihan dapat
diberi tugas individual. Penugasan ini memiliki tujuan untuk mengkonfirmasikan
kebenaran, mengembangkan, atau mengaplikasikan konsep maupun pengetahuan
yang telah didapatkan.
(3) Penugasan Kelompok.
Penugasan kelompok ini pada dasarnya sama dengan penugasan individu,
hanya saja dalam pelaksanaannya dilakukan secara berkelompok. Penugasan
kelompok dimulai dengan diskusi kelompok kemudian menyamakan presepsi
tentang tugas yang harus dikerjakan dan output yang harus dicapai.
(4) Demonstrasi
Demonstrasi atau peragaan merupakan metode ceramah namun dilengkapi
dengan presentasi gambar, ataupun praktik dengan peralatan yang sesuai dengan
materi ceramah.
35
(5) Diskusi Kelas
Diskusi kelas bertujuan untuk pendalaman materi, pengembangan konsep
atau pengetahuan, sekaligus melatih keberanian mengungkapkan pendapat.
(6) Diskusi Panel
Diskusi panel dapat dilakkan dengan mengundang pakar-pakar sebagai
panelis atau memilih beberapa peserta untuk menjadi panelis.
2.5.3.3 Penilaian Peserta Pelatihan
Penilaian peserta ini dilakukan untuk mengetahui atau mengukur sejauh
mana kemampuan peserta pelatihan sesuai dengan standar yang di persyaratkan.
Penilaian dapat dilakukan dengan pendekatan penilaian sendiri, portofolio, atau
observasi langsung yang dilakukan secara formatif, sumatif, atau holistik.
Menurut Sudjana, (2007) bahwa tes akhir merupakan gabungan semua mata
latihan yang tercantum dalam kurikulum. Menurut Alfiati & Kisworo (2017)
penilaian atau evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat pencapaian dari peserta
didik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran maupun penyelenggara dari
pelatihan. Peserta dinyatakan lulus apabila memenuhi syarat capaian kompetensi
kerja, dan peserta diharuskan mengukuti pelatihan terhadap unjuk kerja bagi yang
dinyatakan belum lulus.
2.5.4 Pengawasan
Menurut Sudjana (2000) pengawasan merupakan sebuah upaya dalam
memantau pencapaian hasil pelatihan, selain itu pengawasan juga dapat digunakan
untuk melakukan identifikasi baru mengenai pelatihan yang sedang dilaksanakan
dan memberi masukan untuk perencanaan selanjutnya. Menurut Prihantanto
36
(2018) pengawasan yaitu upaya memantau kinerja pelaksana program dan
memperbaiki kegiatan pelatihan. Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan
bahwa pengawasan adalah upaya yang dilakukan untuk memantau berjalannya
suatu program, pencapaian hasil pelatihan, dan kinerja pengelola dalam
pelaksanaan pelatihan.
Sudjana (2000) menuliskan dua macam pengawasan menurut Siagian
sebagai berikut :
(1) Pengawasan administratif yaitu proses menilik, menjaga, dan memperbaiki
seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dari tingkat pusat
dampai daerah dengan tujuan semua perencanaan yang telah disusun
dijalankan sesuai dengan ketetapan kebijakan.
(2) Pengawasan manajerial merupakan kegiatan penilikan, pemeliharaan, dan
perbaikan terhadap unit, tahap, atau bagian dalam organisasi tersebut.
2.5.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Arikunto & Jabar (2010) yaitu suatu kegiatan untuk
mengumpulkan informasi mengenai bekerjanya suatu program sehingga
digunakan untuk menentukan alternatif dalam mengambil keputusan secara tepat.
Dunung R, dkk (2016) menyatakan bahwa evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui ketercapaian suatu program dan memberi rekomendasi untuk program
pelatihan selanjutnya. Evaluasi menurut Brandl, Alvarado, & Peltomaa (2019)
dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan dan
peningkatan pengelolaan dalam suatu program :
“Since the original purpose of the evaluation was formative, the
partners turned their focus to examining the existing data set to
37
determine if the objectives of increasing knowledge and increasing
stewardship attitudes were met”.
Adapun evaluasi untuk program pelatihan menurut Mujiman (2006) diantaranya:
(1) Pretes, evaluasi ini digunkan untuk mengukur pengetahuan peserta yang
dikaitkan dengan materi yang akan deiberikan dalam pelatihan.
(2) Evaluasi formatif, evaluasi ini dijalankan ditengah masa pelatihan dengan
menilai hasil belajar peserta saat pelatihan tersebut sedang berjalan.
(3) Evaluasi sumatif, evaluasi dilaksanakan di akhir pelatihan untuk mengukur
hasil belajar peserta.
(4) Evaluasi plan of action partisipan, untuk mengukur rencana penggunaan
hasil pelatihan oleh peserta pelatihan setelah selesai pelatihan.
(5) Evaluasi diri, evaluasi ini dilakukan oleh peserta untuk menilai diri sendiri
mengenai hasil pelatihan yang telah didapatkan, dan dapat dilaksanakan
setiap saat, atau bersamaan dengan evaluasi yang lain.
(6) Refleksi, yaitu dilakukan oleh peserta untuk menilai keberhasilan dan
kegagalannya dalam dalam melakukan proses pembelajaran
(7) Evaluasi terhadap instruktur, evaluasi dilakukan oleh partisipan dalam
mengukur performa instruktur.
(8) Evaluasi program pelatihan, yang dilakukan oleh peserta dalam mengukur
keberhasilan program pelatihan di aspek teknis dan substantif.
(9) Evaluasi pasca pelatihan, dilakukan setelah pelatihan untuk mengukur
keberjalanan plan of action dan produktivitas mantan partisipan, yang
dianggap sebagai akibat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang di peroleh dari pelatihan tersebut.
38
Evaluasi pelatihan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 meliputi :
(1) Evaluasi Materi
Berkaitan dengan sistematika, tingkat kualitas, kuantitas, dan juga tingkat
kesulitan materi. Rifa’i (2007:13-17) evaluasi ini menggunakan evaluasi formatif
untuk merevisisistem pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Untuk mengatasi
kelemahan sistem pembelajaran maka perlu dipertimbangkan apakah materi yang
digunakan sesuai atau kurang sesuai harus melakukan revisi materi pembelajaran
tersebut, atau bahkan mengganti bagian-bagian dari materi tersebut.
(2) Evaluasi Instruktur dan Tenaga Pelatihan
Berkaitan dengan kompetensi teknis dan metodologis insruktur, dan
pelayanan yang diberikan selama proses pelatihan.
(3) Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
Berkaitan dengan kualitas kuantitas dan spesifikasi dari sarana dan
prasarana dalam menunjang pelatihan
(4) Evaluasi Sistem dan Metode
Berkaitan dengan implementasi metode dan sistem apakah efektif atau
tidak, dari tahap rekruitmen hungga penilaian peserta pelatihan
(5) Evaluasi Keluaran Pelatihan
Berkaitan dengan kompetensi yang telah dicapai oleh peserta pelatihan
setelah mengikuti pelatihan, dan kesesuaian dengan kesempatan kerja.
39
2.6 Pelatihan Menjahit
Menjahit merupakan proses menyambung kain, bulu, kulit hewan, atau
bahan lain yang bisa dimasuki benang dan jarum. Pelatihan menjahit menurut
Nurpitriani (2017) merupakan bagian dari proses pendidikan yang dalam
pelaksanaannya ditekankan pada praktik dan lebih sedikit teori. Menurut Husein
& Sutarto (2017) pembelajaran kursus menjahit menekankan pada pengembangan
kemampuan warga belajar untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Coetzee, dkk (2019:2) “Their value depends on their ability to assist with
fulfilling specific practical training needs and with information to help group
members to acquire and maintain the skills needed for creating income-
generating”, yang artinya salam pelatihan menjahit keterampilan yang didapatkan
dapat digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pelatihan menjahit didasarkan
pada SKKNI no 305 tahun 2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri
Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi
Masal. Pelatihan menjahit dalam pelatihan ini difokuskan ke pelatihan pembuatan
masker, yaitu membuat masker dari pembuatan pola, memotong,dan menyatukan
dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) meminta penyelenggaraan pelatihan
pembuatan alat pencegah peyebaran Covid-19 yang dilaksanakan di BLK (Nadya,
2020). Alat pencegahan penyebarab virus ini berupa masker, hand sanitizer,
sabun, dan sebagainya. Masker merupakan sebuah alat perlindungan pernafasan
yang digunakan untuk melindungi pemakainya dari menghirup zat-zat berbahaya
maupun penyakit menular yang ditularkan melalui udara (Wibowo, 2017:10).
40
Dimasa pandemi Covid-19 ini, WHO menyatakan bahwa penggunaan masker
merupakan langkah pencegahan dalam membatasi penyebaran virus yang
menyebabkan penyakit yang tejadi di saluran perapasan tertentu. Armiani, dkk
(2020:24) menyebutkan bahwa anjuran pemerintah mengenai pemakaian masker
medis diperuntukkan kepada tenaga medis, sedangkan untuk masyarakat bisa
menggunakan masker kain. Wedhaswary (2020) menuliskan :
“Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19,
Prof Wiku Adisasmito mengatakan, Gugus Tugas meminta
masyarakat menggunakan masker kain 3 lapis saat berada di tempat
umum. Wiku menyebutkan, tiga lapisan dalam masker akan
meningkatkan efektivitas masker dalam menangkal virus”.
Milia (2020) menyebutkan terdapat 4 jenis masker yang dapat digunakan
untuk mencegah penularan Covid-19, diantaranya :
(1) Masker bedah atau masker medis. Masker ini merupakan maksker yang
paling umum dikenakan oleh kalangan medis dalam melindungi pengguna
terhadap percikan air dari saluran pernapasan.
(2) Masker N95 dan FFP1. Masker N95 lebih ketat jika dibandigkan dengan
masker bedah, sebab dapat menyaring dan menghentikan virus, polusi,
maupun bakteri masuk ke dalam tubuh melalui hidung maupun mulut.
Sedangkan masker FFP1 disebut lebih mampu menyaring partikel hingga
95% polusi, virus, maupun bakteri.
(3) Masker karbon. Masker ini dilengkapi dengan filter karbon yang mampu
menyaring udara yang dihirup sehingga polusi maupun virus dapat
tersaring. Namun masker ini hanya mampu menyaring 10 sampai 20 persen
virus.
41
(4) Masker kain. Langkanya masker medis karena kebutuhan yang semakin
meningkat menyebabkan masyarakat beralih ke masker kain yang dinilai
lebih ekonomis dan lenih mudah didapatkan. Meski tidak begitu efektif,
penggunaan masker kain dapat menjaga area hidung dan mulut agar tetap
bersih, juga menekan penyebaran kuman maupun penyakit lainnya.
Unit kompetensi dalam pelatihan menjahit dengan fokus pelatihan
pembuatan masker berdasarkan SKKNI no 305 tahun 2015 Tentang Penetapan
SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi
Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal diantaranya :
(1) Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3)
C.141110.044.02
(2) Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02
(3) Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02
(4) Pembuatan Masker
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian pernah dilakukan terkait manajemen program pelatihan
yang menjadi data acuan yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2018), Wahyuni (2018), dan Oktarina
(2016).
2.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2018) yang berjudul “Manajemen
Program Pelatihan Menjahit dalam Meningkatkan Life Skills di BLK
Anugrah Jaya Abadi Kecamatan Balaraja” dengan tujuan untuk
mengetahui manajemen program pelatihan menjahit berkaitan dengan
42
peningkatan life skill. Hasil penelitian menunjukan manajemen program
pelatihan pengelola melakukan tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Fadilah dengan
peneliti adalah pada program pelatihan yang diteliti. Program pelatihan
yang diteliti oleh Fadilah merupakan program pelatihan global yang telah
dilaksanakan BLK, sedangkan pada penelitian ini program pelatihan yang
diteliti merupakan pelatihan menjahit yang difokuskan pada pelatihan
pembuatan masker, dan kali pertama dilaksanakan di BLK ditengah
pandemi Covid-19.
2.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2018) yang berjudul
“Pembelajaran Kursus Menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan
Gassebo Kabupaten Kendal” bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis
pembelajaran kursus menjahit serta faktor pendorong dan penghambat
dalam pembelajaran kursus menjahit di LKP Gassebo Kendal. Penelitian
yang dilakukan Wahyuni difokuskan pada proses pembelajaran kursus
menjahit, dan brbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti yang lebih
berfokus pada manajemen program secara keseluruhan.
2.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2016) dengan judul “Pengelolaan
Lembaga Kursus Pelatihan Bordir di Kota Solok (Studi Kasus Pada
Lembaga Kursus Pelatihan Bordir Muslimah Group)” dengan hanya
berfokus pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan,
dan program pelatihan juga bersifat umum dan dilaksanakan uji
kompetensi, sedangkan pada penelitian ini fokus penelitian meliputi
43
tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi terhadap program pelatihan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan, belum ada penelitian
mengenai program pelatihan tanggap Covid-19 dalam program pelatihan menjahit
dengan fokus pelatihan pembuatan masker dengan fokus penelitian pada
manjemen program dengan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pelatihan.
2.8 Kerangka Berpikir
Pelatihan merupakan bagian dari sebuah pendidikan yang didalamnya
terdapat proses memahami, mendalami, menata ulang sikap, dan mempraktikkan
bidang latih tertentu yang menyankut pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan cara menekankan pada penambahan ataupun penguasaan
suatu kompetensi. Manajemen dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi
dengan beberapa fungsi yaitu dengan perencanaan yang matang,
pengorganisasian, pelaksanaan pelatihan yang efektif dan efisien, pengawasan
pelatihan, dan evaluasi program pelatihan. Perencanaan sebuah pelatihan ada
beberapa tahap, dari penetapan pengelola dan staf, penetapan tujuan pelatihan,
perencanaan pelaksanaan pelatihan dari mengidentifikasi kebutuhan pelatihan,
bahan ajar, metode, media, instruktur, waktu dan tempat pelaksanaan, jadwal
pelaksanaan, penetapan cara evaluasi, dan perumusan anggaran pelatihan.
Selanjutnya dalam pengorganisasian adanya proses pembagian tugas dan
wewenang masing-masing anggota dalam melaksanakan tugas dan
pengorganisasian suber non-manusia seperti fasilitas yang menunjang pelatihan.
44
Tahap pelaksanaan pelatihan diawali dengan proses seleksi peserta pelatihan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam perencanaan, kemudian
melaksanakan proses pembelajaran atau pelatihan menggunakan bahan ajar,
media, dan metode yang telah direncanakan serta penilaian peserta yang dilakukan
oleh instruktur untuk mengukur kemampuan peserta dalam menguasai kompetensi
yang diajarkan. Proses selanjutnya adalah pengawasan yaitu upaya yang
dilakukan untuk memantau berjalannya suatu program, pencapaian hasil
pelatihan, dan kinerja pengelola dalam pelaksanaan pelatihan.
Tahap akhir adalah evaluasi terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan, dan
evaluasi hasil akhir pelatihan, dalam pelatihan berbasis kompetensi biasanya aka
dilakukan uji kompetensi untuk mengukur ketercapaian unit kompetensi. Selain
itu peneliti juga ingin megetahui faktor pendukung dari manajemen pelatian
menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang yang dapat tetap
menyelenggarakan pelatihan meskipun ditengah pandemi Covid-19.
45
Berdasarkan pemikiran diatas dapat digambarkan dalam bentuk yang lebih
sederhana dengan bagan sebagai berikut:
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir
Pelatihan Menjahit
Manajemen Pelatihan
Rekruitmen peserta
Pelaksanaan
Penilaian peserta
Evaluasi pelaksanaan
Evaluasi hasil belajar
Faktor Pendukung
Evaluasi
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaaan
Pengawasan
Penetapan pengelola
Tujuan pelatihan
Perencanaan pelaksanaan
pelatihan
Penetapan cara evaluasi
Pengorganisasian
pengelola dan fasilitas
pelatihan
Pengawasan pelaksanaan
pelatihan
Pengawasan setelah
pelatihan
46
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Satori & Komariah (2011) menyatakan bahwa penelitian adalah kegiatan
ilmiah yang dianggap sangat penting dalam pemecahan suatu masalah dan bagi
pengembangan ilmu. Dengan adanya metode penelitian, diharapkan agar sasaran
dari hasil penelitian bisa untuk dipertanggung jawabkan. Menurut Moleong
(2007) penelitian kualitatif adalah penelitian dengan mendeskripsikan hasil
penelitian dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks dengan menggunakan
berbagai metode alamiah penelitian untuk memahami fenomena yang sedang
dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, tindakan, persepsi, motivasi, dll
secara holistic.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, penelitian
dilakukan dengan mendapatkan data dan informasi decara mendalam mengenai
manajemen pelatihan menjahit pada UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
melalui beberapa metode pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kisi-kisi dan pedoman baik wawancara, observasi, maupun
dukumentasi yang telah disusun. Kisi-kisi dan pedoman tersebut memuat fokus
dan sub-fokus yang diteliti yang telah terlampir. Sehingga terungkap gambaran
mengenai realita sosial, aktualisasi, maupun sasaran penelitian sehingga diperoleh
data yang benar-benar valid, penilaian validitas melalui pengecekan silang atas
sumber informasi/data yang diperoleh, yaitu Manajemen Pelatihan Menjahit di
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
47
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian ini dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang yang
beralamatkan di Jl. Slamet Riyadi No. 6A, Gayamsari sebagai kantor pusat, dan di
Jl RM. Hadi Soebono No.122 Mijen, Semarang sebagai tempat pelaksanaan
pelatihan pembuatan masker. Alasan memilih lembaga tersebut sebagai tempat
penelitian karena UPTD BLK Disnaker Kota Semarang memiliki peran strategis
dalam mengurangi angka pengangguran dengan adanya pelatihan kerja, dan
meningkatkan kompetensi masyarakat yang akan bersaing didunia kerja,
khususnya bagi masyarakat Kota Semarang.
3.3 Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2007:97-98) pada dasarnya, fokus merupakan masalah
pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti maupun pengetahuan yang telah
didapatkan dari kepustakaan ilmiah. Dengan adanya fokus dalam sebuah
penelitian, maka peneliti bisa tahu secara persis data yang perlu di kumpulkan dan
yang tidak perlu di kumpulkan agar tujuan penelitian tercapai, yaitu memecahkan
masalah yang sudah dirumuskan. Adapun tujuan dari penetapan fokus penelitian
ini yaitu untuk membatasi studi, yang berarti bahwa dengan adanya fokus yang
diteliti akan memunculkan suatu perubahan atau subjek penelitian menjadi lebih
terpusat dan terarah.
48
Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian meliputi manajemen
program pelatihan yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker kota semarang
untuk membatasi masalah supaya tidak melebar. Penelitian ini juga difokuskan
pada faktor pendukung berkaitan dengan keberhasilan program pelatihan. Lebih
jelasnya tahapan dalam manajemen pelatihan meliputi :
(1) Perencanaan program pelatihan Menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang
(2) Pengorganisasian program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker
Kota Semarang
(3) Pelaksanaan program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang
(4) Pengawasan program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang
(5) Evaluasi pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
(6) Faktor pendukung dari manajemen program pelatihan Menjahit di UPTD
BLK Disnaker Kota Semarang.
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data disini berasal dari sumber utama dalam penelitian kualitatif
yaitu kata-kata dan tindakan. Selain sumber utama, ada juga sumber data
tambahan diluar sumber data utama, seperti dokumentasi dan lain-lain. Menurut
Satori & Komariah (2011) sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
49
3.4.1 Sumber Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Data primer pada
penelitian ini yaitu meliputi subyek penelitian dan informan. Pada sumber data ini
dilakukan wawancara terhadap subyek penelitian dan informan penelitian.
3.4.1.1 Subyek Penelitian
Subyek merupakan individu yang diminta untuk menjawab pertanyaan
terstruktur maupun semi terstruktur dan dengan jawaban yang tepat sesuai dengan
pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan pedoman yang telah disusun oleh
peneliti dengan berpedoman pada fokus penelitian. Pada penelitian ini, subyek
adalah pengelola UPTD BLK Disnaker Kota Semarang, meliputi: Kepala UPTD
BLK Disnaker Kota Semarang, Kasubbag Tata Usaha, dan Staf BLK.
3.4.1.2 Informan
Informan atau narasumber penelitian merupakan individu yang memiliki
informasi mengenai objek yang diteliti. Dalam penelitian ini informan yang
memberikan informasi mengenai pelaksanaan program pelatihan yaitu instruktur
pelatihan dan peserta pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
Instruktur dan peserta pelatihan dipilih sebagai informan dalam penelitian ini
karena memiliki peran penting dalam pelaksanaan pelatihan menjahit namun tidak
terlibat langsung dalam proses manajemen program pelatihan secara keseluruhan,
namun terlibat dalam pelaksanaan dan evaluasi pelatihan.
50
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data penelitian yang melalui
perantara atau diperoleh secara tidak langsung. Biasanya data ini berupa bukti
catatan atau laporan historis yang sudah disusun dalam sebuah arsip baik yang di
publikasikan maupun yang tidak. Sumber data ini diperoleh dari arsip, dokumen
resmi, buku-buku, serta artikel-artikel yang berhubungan dengan manajemen
program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang. Berdasarkan
data tersebut diharapkan menambah wacana dan wawasan yang lebih luas bagi
peneliti sehingga hasil penelitian tersebut dapat tercapai.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara
Wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama dalam
penelitian kualitatif (Herdiansyah, 2010). Seperti yang dituliskan oleh Moleong
(2007) bahwa wawancara merupakan percakapan dengan adanya maksud tertentu
untuk mencari suatu informasi mengenai suatu hal. Percakapan ini dilakukan
antara dua pihak, yaitu pewawancara yang berperan untuk memberi pertanyaan,
dan terwawancara yang berperan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pewawancara.
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan
wawancara yang mendalam dengan responden meliputi Kepala UPTD BLK
Disnaker Kota Semarang, Kepala Subbag TU, Staf, Instruktur, dan peserta
pelatihan. Wawancara dilakukan secara langsung dengan subyek dan informan
penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan
51
selama pandemi Covid-19 sehingga harus mematuhi protokol kesehatan dengan
menjaga jarak dan mengguakan masker.
3.5.2 Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilaksanakan secara
sistematis yang dilakukan melalui sebuah pengamatan dan mencatat secara
langsung apa yang terjadi pada sumber yang diteliti. Menurut Narbuko &
Achmadi (2010) observasi atau pengamatan adalah proses pengumpulan data
dengan cara mengamati dan dicatat berdasarkan gejala yang sedang diselidiki.
Menurut Satori & Komariah (2011) observasi merupakan suatu pengamatan
terhadap objek yang di teliti baik secara langsung maupun secara tidak langsung
agar peneliti mendapatkan data yang diperlukan. Moleong (2007:174) bahwa
teknik pengamatan ini dilakukan untuk menambah keyakinan peneliti dengan
mendapatkan pengalaman secara langsung dilapangan.
Teknik observasi ini dilakukan secara langsung dengan meneliti dan
mengamati manajemen program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang. Observasi dilaksanakan sesuai dengan panduan yang telah dibuatg oleh
peneliti. Peneliti mengamati secara langsung berkaitan dengan gambaran umum,
dan manajemen program pelatihan menjahit yang kemudian hasil pengamatan ini
dibandingkan dengan hasil wawancara, apakah sesuai atau bertentangan.
3.5.3 Studi Dokumentasi
Moleong, (2007:217) menyebutkan bahwa dokumen sudah lama digunakan
sebagai sumber data dalam suatu penelitian karena sumber data ini digunkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Sugiyono (2015:82)
52
dokumen merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalau. Dokumen dapat
berbentuk tulisan, karya-karya atau monumental dari seseorang.
Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: data peserta didik,
data pendidik, foto kegiatan belajar mengajar, mencari data-data mengenai hal-hal
atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen maupun rekaman kegiatan.
Untuk memperoleh dokumen yang sesuai, telah disusun panduan dokumentasi
sehingga dokumen yang didapatkan sesuai dengan fokus penelitian. Metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang meliputi
manajemen program pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data suatu hasil penelitian memerlukan triangulasi
data untuk mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari suber yang sama dengan
beberapa teknik berbeda yang dilakukan.. Hadi (2016:75) menuliskan bahwa
dalam penelitian kualitatif dikenal empat jenis teknik triangulasi yaitu triangulasi
sumber (data triangulation), triangulasi peneliti (investigator triangulation),
triangulasi metodologis (methodological triangulation), dan triangulasi teoretis
(theoritical triangulation). Satori & Komariah (2011) menyebutkan teknik
pemeriksaan kebsahan data dengan triangulasi dibagi menjadi tiga, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian
pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini meliputi triangulasi sumber dan
triangulasi metode.
53
3.6.1 Triangulasi Sumber
Teknik ini dilakukan dalam penelitian kualitatif dengan membandingkan
dan mengecek kembali derajat kepercayaan dari informasi yang telah didapatkan.
Dengan triangulasi sumber, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data
dengan membandingkan hasil wawancara dari subyek penelitian yang kemudian
dilakukan pembandingan jawaban antar subyek penelitian.
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber
3.6.2 Triangulasi Metode
Strategi dalam triagulasi metode dapat dilakukan melalui pengecekan
derajat kepercayaan suatu data dengan beberapa teknik pengumpulan data,dan
juga dapat dilakukan dengan metode yang sama namun dengan beberapa sumber
data. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari proses pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, apakah data yang didapatkan
melalui proses wawancara sesuai dengan data tertulis dan keadaan dilapangan
atau bertentangan.
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik/Metode
54
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti yaitu dengan
teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pemeriksaan keabsahan data
dengan triangulasi sumber maka penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
data yang diperoleh dari hasil pengamatan mengenai manajemen program
pelatihan menjahit di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dengan metode
wawancara kepada beberapa narasumber, diantaranya : Kepala BLK, Staf TU,
Instruktur, dan peserta pelatihan. Sedangkan dengan triangulasi metode, peneliti
membandingkan data yang diperoleh dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi untuk mengecek kepastian dan kesesuaian data.
3.7 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015:89) dalam sebuah penelitian kualitatif analisis data
yang digunakan melalui proses mencari dan menyusunnya secara sistematis dari
data yang telah diperoleh baik melalui wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikannya sehingga mudah dipahami baik
oleh peneliti maupun orang lain. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan menggunakan model Miles dan Hurberman. Emzir (2010:129-
135 ) memaparkan analisis data kualitatif dengan model Miles dan Huberman
dengan tiga macam kegiatan, yakni dengan proses reduksi data, penyajian data,
dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan,
abstraksi, dan pentransformasian data yang belum diolah dalam catatan-catatan
55
yang sudah tertulis. Reduksi data merupakan bagian dari analisis data. Reduksi
data ini merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
memokuskan,membuang dan menyusun data dalam suatu cara dimana dapat
digambarkan kesimpulan akhir yang diperoleh dan diverifikasikan.
Data yang diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan data, kemudian
dilakukan pemilihan. Daya yang tidak sesuai dengan fokus penelitian dibuang
sehingga data yang diperoleh tetap fokus kepada proses manajemen pelatihan.
Setiap sub fokus penelitian dilakukan perbandingan dengan pengecekan
keabsahan data, dan diambil data yang paling kuat untuk ditarik sebuah
kesimpulan pada tiap sub fokus penelitian Proses reduksi disusun dalam tabel
reduksi yang dapat dilihat dalam lampiran 12 mengenai proses analisis data.
3.7.2 Model Data (Data Display)
Model data atau penyajian data merupakan penyajian sekumpulan informasi
yang sistematis dengan memberi kemungkinan penarikan sebuah kesimpulan dan
tindakan yang disajikan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, maupun bagan.
Informasi yang didapatkan dirancang agar dapat diakses secara langsung dalam
bentuk yang praktis dan dapat mengambil keputusan secara praktis.
Penyajian ini dilakukan dalam tabel reduksi kemudian berdasarkan
kesimpulan-kesimpulan tiap sub fokus, disusun bagan tiap fokus penelitian yang
pada penelitian ini terdapat bagan mengenai perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pelatihan. Setelah terbentuk bagan tiap
fokus tersebut, kemudian dirangkai dalam sebuah bagan secara keseluruhan
menjadi bagan proses manajemen program pelatihan menjahit.
56
3.7.3 Penarikan Kesimpulan
Selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi kesimpulan.
Berdasarkan proses reduksi diperoleh kesimpulan dari tiap sub fokus yang
didapatkan dari data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang saling
mendukung sehingga ditarik kesimpulan akhir dari fokus penelitiankesimpulan
yang telah diambil kemudian diverifikasi dengan melihat kembali catatan
lapangan agar pemahaman yang diperoleh lebih tepat.
Gambar 3.3 Komponen Analisis Data
57
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang merupakan unit pelaksana teknis dari
Disnaker Kota Semarang yang melaksanakan pelatihan kerja. Pelatihan kerja
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan menciptakan tenaga kerja
yang kompeten dibidangnya melalui pelatihan berbasis kompetensi. UPTD BLK
Disnaker Kota Semarang juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengasah keterampilan dalam upaya mengurangi pengangguran di Kota
Semarang.
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang berdiri sejak tahun 2010 dalam
rangka peningkatan kualitas pencari kerja di Kota Semarang agar mereka dapat
bersaing didunia kerja. Usulan ini juga ditindak lanjuti melalui Peraturan
Walikota Semarang No 65 Tahun 2008 bahwa berdasarkan pasal 85 Peraturan
Daerah Kota Semarang No 12 Tahun 2008 mengenai susunan organisasi dan tata
kerja Dinas Daerah Kota Semarang dan sebagai Pelaksana Peraturan Daerah yang
kemudian diperbarui melalui Peraturan Walikota No. 110 tahun 2016.
Balai Latihan Kerja merupakan UPTD atau Unit Pelaksana Teknis Daerah
yang memiliki tugas sebagai pelaksana kegitatan teknis operasional disnaker
dibidang pelatihan kerja berbasis kompetensi. UPTD BLK memiliki peran sebagai
pengembang mutu, kualitas dan produktivitas kerja di Kota Semarang. Bertempat
di Jl Slamet Riyadi No 6A Gayamsari Semarang yang memiliki 5 ruang kelas
58
terdiri dari ruang tata kecantikan, kelas jahit, komputer, kelas otomotif, dan kelas
boga. Pembangunan gedung baru UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dibuat di
Mijen, tepatnya di Jl RM. Hadi Soebono No.122 Mijen, Semarang. Kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan disana ditujukan kepada masyarakat daerah
Semarang Barat. Gedung ini memiliki 6 ruang, yaitu ruang tata kecantikan, boga,
dua ruang jahit, dan dua ruang komputer.
Pelatihan yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
merupakan pelatihan kerja. Pelatihan kerja ini mengharuskan peserta pelatihan
menguasai keterampilan agar dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang
kompetensinya. Adapun pelatihan yang dilaksanakan meliputi: operator garment,
tata busana, tata boga, pembuatan roti & kue, mekanik sepeda motor, pembatik
level 2, operator komputer, desainer grafis muda dan tata kecantikan kulit &
rambut.
Tahun anggaran 2020, UPTD BLK Disnaker Kota Semarang melaksanakan
pelatihan dari dana APBN sebanyak 18 paket program pelatihan, dan dari dana
APBD sebanyak 8 program pelatihan. Namun karena adanya pandemi covid-19,
BLK mendapat imbas pembatasan sosial atau social distancing. Program
pelatihan yang diselenggarakan harus dihentikan, dan baru melaksanakan total 7
paket pelatihan. Sisa paket pelatihan yang belum dilaksanakan kemudian
dialihkan, dari dana APBD digunakan untuk pembuatan APD atau baju hamzat
yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Pemerintah kemudian merencanakan pengalihan anggaran pelatihan yang
telah dihentikan menjadi pelatihan refocusing tanggap Covid-19. Adapun
59
refocusing dana APBN melalui BBPLK Semarang dalam mengurangi dampak
Covid-19 melalui pelatihan yang ditujukan kepada korban PKH maupun
pengangguran di Kota Semarang. Pelatihan refocusing yang dianggarkan oleh
BBPLK, dan kemudian dari BLK hanya mengajukan paket pelatihan sesuai
pilihan yang disediakan. UPTD BLK Disnaker Kota Semarang mengajukan paket
pelatihan pembuatan masker dan pelatihan memasak yang dilaksanakan di BLK
selama 10 hari.
Tabel 4.1 Workshop Pelatihan
NO BLK Mijen BLK Gayamsari
1. Tata Kecantikan Tata Kecantikan
2. Jahit 1 Jahit
3. Jahit 2 Komputer
4. Komputer (Desain Grafis) Tata Boga
5. Komputer (Praktik Komputer) Otomotif & Batik
6 Pembuatan Roti & Kue
4.1.2 Struktur Organisasi
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dipimpin oleh ketua BLK,
kemudian dibawahnya ada Ka Subbag TU, JFT (Jabatan Fungsional Teknis) yaitu
instruktur, dan JFU (Jabatan Fungsional Umum) yaitu staf bagian tata usaha.
Adapun struktur organisasi di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang sebagai
berikut :
60
Bagan 4.1 Struktur Organisasi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
4.1.3 Visi dan Misi
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang memiliki visi dan misi sebagai
berikut :
Visi : Menjadi pusat pelatihan kerja berbasis kompetensi, berdaya saing tinggi,
dan memenuhi kebutuhan pasar kerja
Misi :
(1) Menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi
(2) Mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi
(3) Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder
Pelayanan UPTD BLK Disnaker Kota Semarang ditujukan kepada
masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya dalam rangka meningkatkan
keterampilan dan memenuhi kebutuhan industri, maka dari itu tujuan berdirinya
BLK adalah :
61
(1) Menciptakan tenaga kerja yang terampil, siap kerja dan berdaya saing di
dunia kerja/industri.
(2) Menyiapkan program pelatihan berbasis kompetensi yang mampu memenuhi
kebutuhan industri.
4.1.4 Tugas dan Fungsi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang memiliki tugas dalam melaksanakan
pelatihan keterampilan kerja sebagai bagian dari kegiatan teknik operasional
Disnaker Kota Semarang. Adapun Fungsi UPTD BLK Disnaker Kota Semarang
yaitu :
(1) Perumusan kebijakan teknis dibidang pelatihan ketrampilan kerja,
(2) Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran di bidang pelatihan
tenaga kerja,
(3) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dibidang pelatihan ketrampilan kerja.
4.1.5 Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Pelatihan menjahit difokuskan kedalam pelatihan pembuatan masker yang
dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam meminimalisir dampak pandemi Covid-19 terhadap
masyarakat. Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan banyak pekerja yang
terpaksa dirumahkan oleh perusahaan. Kemnaker melalui UPTD BLK Disnaker
Kota Semarang melakukan Refocusing anggaran pelatihan untuk menyiapkan
program pelatihan yang dapat menciptakan peluang bagi pekerja yang dirumahkan
untuk bisa membuka usaha dari rumah, salah satunya membuat masker. Pelatihan
ini dilaksanakan selama 10 hari dengan fokus peserta pelatihan berasal dari
62
pekerja yang di PHK dan dirumahkan serta masyarakat yang terdampak Covid-19.
Harapannya setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta dapat membuka usaha
mandiri.
Pembuatan masker yang dilaksanakan di BLK yaitu pembuatan masker
kain (masker nonmedis) dari nol dimulai dari pemilihan bahan, sampai menjadi
masker yang layak pakai. Masker yang dibuat akan di donasi jadi model masker
yang dibuat adalah model unisex (headloop-earloop). Masker yang dibuat sesuai
standar kesehatan masker 2 lapis.
Tahapan dalam pelatihan pembuatan masker diawali dengan pengukuran,
pengukuran ini berguna untuk membuat pola. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengukur contoh masker yang sudah jadi. Langkah selanjutnya adalah pembuatan
pola, yaitu gambar dalam bentuk potongan kertas sebagai contoh membuat
masker. Tahapan selanjutnya adalah membuat rancangan bahan sesuai dengan
model masker yang diinginkan. Rancangan masker juga digunakan sebagai
penentu biaya yang harus dikeluarkan dalam membuat masker. Rancangan yang
telah dibuat diatas kain kemudian dipotong sesuai pola. Setelah melalui tahap
cutting, selanjutnya bagian-bagian masker dapat dibundling sesuai
pengelompokan pola dan jumlahnya. Bahan tersebut kemudian dijahit sesuai
model masker yang diinginkan, dan kemudian ditrimming yaitu dengan
membersihkan benang-benang yang melekat pada bagian masker. Proses akhir
adalah dengan ironing untuk meningkatkan kualitas jahitan supaya rapi, dan
packing atau pengemasan dengan dimasukkan kedalam plastik kemas.
63
Tabel 4.2 Daftar Peserta Pelatihan
No Nama TTL Alamat
1. Dimas Aji
Pangestu
Semarang,23-12-2000
Jl. Karang Jangkang RT
02/03 Kec. Semarang
Barat
2. Nurjihan Nadaa
Pratama
Semarang, 7-12-1998
Jl Bedagan Baru No.6
RT05/02 Kel Sekayu Kec
Semarang Tengah
3. Kemilasari
Semarang, 12-04-1972 Jl Kaligetas, RT 02/04 Kel
Purwosari, Kec Mijen
4. Noviani
Semarang, 24-11-1995
Jl Purwogondo III RT
04/05 Kel. Dadapsari Kec
Semarang Utara
5. Wargini
Kebumen, 18-04-1982
Jl Tlogo Jatibarang RT
04/03 Kec Mijen
6. Giyarti
Karanganyar, 18-11-
1979
Jl Roworejo RT 04/08 Kel
Wonolopo Kec Mijen
7. Rochati
Semarang, 24-06-1980
Jl Puri Bukit Ngaliyan RT
09/02 Kel Wates Kec
Ngaliyan
8. Lusi Afianti
Kebumen, 06-11-1998
Jl Sedayu Kenganga I RT
05/05 Kel Sambungharjo
Kec Genuk
9. Ani Latifah
Magelang, 03-04-1976
Jl Bringin Permai C 28 RT
01/15 Kel Bringin Kec
Ngaliyan
10. Agus Triana Nur
Semarang, 13-08-1961
Jl Udowo Barat 1 RT
04/09 Kec Bulu Lor Kec
Semarang Utara
11. Ahmad Jazuli
Semarang, 12-11-1968
Jl Udowo Barat 1 RT
04/09 Kec Bulu Lor Kec
Semarang Utara
12. Tunggul Waras
Santoso
Semarang, 27-03-1999 Jl. Karang Jangkang RT
02/03 Kec. Semarang
Barat
13. Suwarni
Sidoarjo 16-07-1982
Jl Sidorejo Tambangan
RT 01/03 Kel Tambangan
Kec Mijen
14. Supiyati
Jakarta 21-07-1964
Perum BSB Blok B4 RT
04/03 Kec Mijen
15. Sunipah
Cirebon, 02-02-1979
Jl Kehari RT 03/05 Kel
Wonolopo Kec Mijen
16. Handayani
Semarang, 23-03-1980
Jl Kandri Kec Gunungpati
64
4.1.6 Identitas Informan Dan Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini yaitu 1 (satu) kepala BLK, 1 (satu)
kepala Sub Bag TU, 1 (satu) Staf, dan 1 (satu) Instruktur pelatihan dan 3 (tiga)
peserta pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang.
Subyek penelitian dibagi menjadi dua yaitu informan utama dan informan
pendukung yang sangat penting dalam melakukan triangulasi data dengan subjek
penelitian agar diperoleh data yang valid.
Berikut identitas subyek penelitian sebagai informan utama di UPTD BLK
Disnaker Kota Semarang :
Tabel 4.3 Subyek Penelitian
No Nama Alamat Pendidikan
Terakhir
Jabatan
1 AT Jl. Lumbung Sari 06 No 10
Kalicari
S1 Ka. UPTD BLK
2 DN Bukit Wato-wato III B13
No.4 Permata Puri Ngaliyan
S1 Ka. Subbag TU
3 J Ngesrep Barat 03,
Banyumanik Semarang
S1 Staf
Berikut identitas subyek penelitian sebagai informan pendukung penelitian
di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang :
Tabel 4.4 Informan Penelitian
No Nama Alamat Pendidikan
Terakhir
Jabatan
1 SR Perum Sembung Harjo
Permai Blok C no 7, Genuk
D3 Instruktur
2 DA Jl.Karang Jangkal RT 02/04 SMK Peserta Pelatihan
Pembuatan Masker
3 TG Jl.Karang Jangkal RT 02/04 SMK Peserta Pelatihan
Pembuatan Masker
4 NJ Jl. Badagan Baru No.06 SMK Peserta Pelatihan
Pembuatan Masker
65
4.1.7 Deskripsi Hasil Penelitian
Tingginya angka pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
faktor penyebabnya yaitu rendahnya kemampuan yang dimiliki. Pelatihan yang
diselenggarakan di BLK merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi
masalah pengangguran. Melalui pelatihan kerja, masyarakat dapat memperoleh,
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensinya agar mampu bersaing dalam
dunia kerja. Tidak hanya itu, dengan keterampilan yang diperoleh masyarakat
dapat membuka usaha dan bahkan mampu membuka lapangan kerja bagi orang-
orang yang ada di sekitarnya.
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang juga menjadi salah satu pelaksana
pelatihan kerja yang ada di Jawa Tengah melalui pelatihan berbasis kompetensi.
Ditengah pandemi Covid-19 pelatihan kerja di BLK sempat dihentikan oleh
pemerintah. Pelaksanaan pelatihan di BLK juga tidak sesuai dengan yang
direncanakan. Namun karena meningkatnya angka pengangguran ditambah
dengan korban PHK, pemerintah melakukan refocusing anggaran pelatihan yang
tadinya dialokasikan ke pelatihan umum kini di alihkan ke pelatihan tanggap
Covid-19 untuk mengurangi dampak pandemi tersebut. UPTD BLK Disnaker
Kota Semarang harus mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini terutama
dalam pelaksanaan pelatihan yang harus diubah. BLK juga harus merancang
ulang perencanaan pelatihan dan penyelenggaraannya dengan tetap mematuhi
protokol kesehatan.
Manajemen program pelatihan menjahit (pembuatan masker) adalah proses
bagaimana program pelatihan tersebut diselenggarakan di UPTD BLK Disnaker
66
Kota Semarang dalam mencapai tujuan pelatihan mulai dari input, proses, dan
output. UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dalam menyelenggarakan pelatihan
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
pelatihan dalam mencapai tujuan dari program pelatihan.
Berikut merupakan laporan dari hasil penelitian yang berjudul " Manajemen
Program Pelatihan Menjahit pada Masa Pandemi Covid-19 di UPTD Balai
Latihan Kerja Disnaker Kota Semarang ". laporan ini disusun berdasarkan proses
pengumpulan data yang kemudian direduksi, hasil reduksi berupa penyajian data,
dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan.
4.1.7.1 Manajemen Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi input proses dan
output dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi dalam sebuah pelatihan sehingga pelatihan tersebut berjalan dengan
evektif dan efisien. Perlunya manajemen pelatihan dan prosesnya menurut
Wulandari & Ilyas (2015:109) sebagai :
“...perlu manajemen penyelenggaraan yang sistematis dan terencana.
Perlu adanya suatu perencanaan pelatihan yang matang, pelaksanaan
yang terorganisir serta dibutuhkan pula suatu evaluasi
penyelenggaraan yang baik dalam mempersiapkan warga belajar
memasuki dunia kerja”
Manajemen pelatihan yang sistematis diperlukan dalam sebuah pelatihan.
Perencanaan yang matang, pengorganisasian untuk mempersiapkan pelaksanaan
pelatihan, pelaksanaan pelatihan yang terorganisir, pengawasan, dan evaluasi yang
baik dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pelatihan.
67
4.1.7.1.1 Perencanaan Pelatihan Pembuatan Masker
Perencanaan dalam sebuah pelatihan adalah langkah yang paling awal
dalam pelaksanaan suatu pelatihan, dalam proses ini tujuan suatu program
ditetapkan, dari perencanaan kita akan tau langkah apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Jadi, proses sebuah perencanaan haruslah dimulai
dengan penetapan tujuan yang akan dicapai, kemudian menetapkan langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan. Saat kita akan
merencanakan, tentu pola pikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan tersebut
dapat tercapai secara efektif dan efisien (Sanjaya, 2008).
Proses perencanaan pelatihan pembuatan masker yang dilaksanakan di
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang oleh Ka Subbag TU, Staf, dan Ka BLK
sebagai penanggung jawab, dimulai dari penyusunan rencana pelatihan. Menurut
hasil wawancara dengan Bu DN mengenai gambaran umum perencanaan
pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :
“Untuk pelatihan pembuatan masker kan baru kemarin, karena ada
Covid, jadi kemarin kita melakukan identifikasi kira-kira pelatihan
apa yg cocok untuk dilaksanakan di BLK ini, biasanya kan dari sana
menawarkan, kita sesuaikan dengan workshop yang tersedia
kemudia kita mengajukan paket pelatihan ke pusat
(BBPLK), setelah dikirim kesana dari sana dibuatkan anggarannya.
Kemudian turun POK nya (dasar pelaksanaan), kemudian kita
membuat rencana pelatihan”. (P2:DN:W1:H1)
Jadi, perencanaan diawali dengan identifikasi untuk menentukan program
pelatihan yang akan dilaksanakan, dilanjutkan dengan pengajuan paket pelatihan
kepada BBPLK Semarang. Setelah disetujui kemudian UPTD BLK melakukan
proses perencanaan pelatihan, melaksanakan pelatihan, dan melakukan evaluasi
68
terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan, seperti yang disampaikan Bu AT
dalam wawancara sebagai berikut :
“Dalam pelatihan pembuatan masker tidak ada staf khusus pembantu
program, melalui SK pengelola pelatihan yang disahkan oleh
kepala UPTD BLK pegawai yang ditunjuk untuk mengikuti program
berkoordinasi dengan instruktur pelatihan. pengelola pelatihan
pembuatan masker melibatkan semua pegawai di UPTD BLK
meliputi Kepala Subbag TU sampai dengan staf dengan Kepala
UPTD BLK sebagai penanggung jawab” (P1:AT:W1:H4)
Senada dengan yang disampaikan oleh Ka Subbag TU Bu DN dalam
wawancara :
“Untuk staf kita menetapkan semua staf BLK terlibat, tidak ada staf
khusus tiap pelatihan sih. Semua staf , Ka Subbag TU dan Ka UPTD
BLK sebagai penanggung jawabnya”. (P2:DN:W1:H1)
Kemudian ditambahi oleh Pak J :
“untuk staf khusus si tidak ada, karena yang mengurus dari seluruh
staf BLK” (S1:J:W1:H2)
Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumentasi mengenai daftar
pengelola pelatihan di UPTD BLK Kota Semarang berupa struktur organisasi.
Disimpulkan tidak ada pengelola program khusus dalam pelatihan pembuatan
masker, pengelola adalah semua staf BLK dengan Ka BLK sebagai penanggung
jawab.
Setelah pengelola dan staf siap, kemudian UPTD BLK menetapkan tujuan
pelatihan pembuatan masker seperti yang disampaikan oleh Ibu AT selaku kepala
BLK dalam wawancara sebagai berikut :
“kalau secara umum tujuan diadakannya pelatihan pembuatan
masker karena kita kan sedang berada ditengah pandemi Covid-19,
sekarang masker menjadi hal yang wajib untuk dipakai, ketersediaan
yang terbatas. Disisi lain juga untuk mengurangi dampak pandemi
dalam hal pengangguran karena PHK, agar masyarakat bisa
69
memproduksi masker untuk wirausaha. Dari hasil pelatiah juga kita
donasikan masker tersebut. Kalau tujuan khusus dari program
pelatihan pembuatan masker untuk peserta pelatihan mampu
mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan,
menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan, membuat
masker sesuai standar kesehatan”. (P1:AT:W1:H4)
Adapun dalam perumusan tujuan pelatihan pembuatan masker ada beberapa
pedoman, diungkapkan oleh Ibu DN dalam wawancara :
“penentuan tujuan pelatihan kita selalu berpedoman pada abcd ,
audience, behaviour, condition, dan degree, serta memperhatikan
Taksonomi Bloom. Kalau tujuan pelatihan pembuatan masker dalam
domain kognitif kan menambah pengetahuan peserta pelatihan
mengenai cara pembuatan masker sesuai standar, kalau afektif tentu
dalam pelaksanaan pelatihan nanti peserta harus disiplin untuk
datang tepat waktu, kejar target, dan mematuhi protokol kesehatan.
Sedangkan dalam psikomotorik nantinya peserta diajarkan cara
menjahit masker dengan benar.” (P2:DN:W1:H1)
Yang kemudian ditambahi oleh Pak J :
“untuk mencapai tujuan tentunya materi, metode yang digunakan
harus linier”. (S1:J:W1:H2)
Pertanyaan tersebut didukung dengan adanya dokumentasi mengenai tujuan
pelatihan pembuatan masker. Tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan
masker untuk peserta pelatihan mampu :
mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan
menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan
membuat masker sesuai standar kesehatan
Jadi, tujuan pelatihan pembuatan masker yang dirumuskan di BLK ini
didasarkan pada Taksonomi Bloom, mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Tujuan secara umum yaitu sebagai bentuk pelatihan tanggap Covid-
19, dalam meminimalisir penyebaran virus dengan membuat masker sesuai
70
standar, membuka peluang usaha bagi peserta pelatihan untuk mengurangi
pengangguran karena korban PHK.
Selanjutnya pengelola menetapkan jadwal pelaksanaan pelatihan.
Penetapkan waktu dan tempat pelatihan pembuatan masker, menurut Bu AT
dalam wawancara :
“waktu dan tempat pelatihan ditentukan berdasarkan kebutuhan saat
pandemi Covid-19, kita mengacu pada matrik kegiatan disusun
sebagai acuan pelaksanaan” (P1:AT:W1:H4)
Berdasarkan hasil wawancara, beliau juga menyampaikan mengenai
pertimbangan dalam memilih tempat pelaksanaan pelatihan :
“pertimbangan dalam memilih tempat pelaksanaan pelatihan
berdasarkan kebutuhan pelatihan. Pelatihan pembuatan masker
dilaksanakan di UPTD BLK Mijen karena peralatan telah tersedia,
dan mengakomodir masyarakat diwilayah Semarang bagian Barat”.
(P1:AT:W1:H4)
Sedangkan untuk waktu pelaksanaan pelatihan seperti yang disampaikan
oleh Pak J dalam wawancara :
“untuk menetapkan waktu dan tempat pelatihan didasarkan pada
kebutuhan, dan dari pusat diberi batasan waktu 10 hari, kita hanya
menentukan tempat”. “di BLK Mijen, lantai 2 ruang jahit”.” dari
tanggal 15 juni s.d 26 Juni 2020” (S1:J:W1:H2)
Pernyataam tersebut didukung oleh hasil observasi mengenai tempat
pelaksanaan. Pertimbangan mengenai tempat pelaksanaan pelatihan sudah sesuai,
tempat yang digunakan sebagai tempat pelatihan memiliki fasilitas yang
menunjang kebutuhan pelatihan. Berikut dokumentasi foto mengenai tempat
pelaksanaan pelatihan pembuatan masker :
71
Gambar 4.1 Tempat Pelatihan
Disimpulkan bahwa penetapan waktu pelatihan dari BBPLK yaitu selama
10 hari yang didasarkan pada kondisi saat ini ditengah pandemi Covid-19. Tempat
pelatihan ditentukan berdasarkan ketersediaan workshop dan peralatan yang
lengkap, jadi pelatihan pembuatan masker dilaksanakan di BLK Mijen tanggal 15
Juni- 26 Juni 2020.
Persiapan program yang direncanakan selanjutnya meliputi persiapan bahan
ajar, bahan pelatihan, media, dan metode pelatihan. Menentukan bahan ajar
merupakan tahapan selanjutnya, ada beberapa pertimbangan seperti yang
disampaikan oleh Bu AT dalam wawancara berikut :
“bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker
berupa buku informasi, nanti didalamnya ada materi dan unit
kompetensi yang harus dikuasai sama peserta pelatihan. Bajar sangat
menunjang proses pembelajaran, kan sebagai pedoman biar peserta
mampu menguasai unit kompetensi. Untuk bikin bahan ajar biasanya
berpedoman pada kurikulum, nah nanti kurikulum dibuat silabus
yang dijabarkan ke materi pembelajaran, tapi tetep ada batasan
variabel yang nanti dipelajari oleh peserta pelatihan. Acuan dari
pelatihan pembuatan masker adalah skkni No. 305 tahun 2015
tentang penetapan skkni kategori industri pengolahan golongan
pokok industri pakaian jadi bidang produksi pakaian jadi masal.”
(P1:AT:W1:H4)
72
Sehubungan dengan bahan ajar yang berpedoman pada kurikulum, berikut
tambahan dari Bu DN :
“(bahan ajar) berupa buku informasi, didalamnya memuat materi dan
unit kompetensi yang harus peserta kuasai. Kalau bahan ajar sudah
disediakan dari kementrian, jadi kita tidak perlu membuat, dan sudah
sesuai dengan SKKNI bahan ajar sebagai pedoman dalam
pembelajaran sehingga sangat menunjang ya. bajar diambil dari
silabus dan silabus diambil dari kurikulum pelatihan. Namun kita
tidak membuat bahan ajar, karena bahan ajar sudah disediakan”.
(P2:DN:W1:H1)
Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumentasi mengenai dasar
penetapan bahan ajar yang berupa buku informasi yaitu SKKNI no 305 tahun
2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok
Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Untuk unit
kompetensinya ada 4, yaitu :
Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja
(K3) C.141110.044.02
Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02
Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02
Pembuatan Masker
Selain buku informasi, berdasarkan hasil dokumentasi, pengelola juga
menyiapkan bahan pelatihan yang digunakan untuk menunjang proses
pembelajaran. Bahan pelatihan yang disiapkan oleh pengelola berupa bahan
pembuatan masker.
73
Gambar 4.2 Daftar Bahan Pelatihan
Disimpulkan bahwa UPTD BLK Disnaker Kota Semarang tidak
menetapkan atau membuat bahan ajar, bahan ajar sudah disediakan dari
Kementerian berupa Buku Informasi. Buku informasi berisi materi yang harus
dikuasai oleh peserta pelatihan yang diambil dari SKKNI no 305 tahun 2015
tentang Penetapan SKKNI kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri
Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Selain buku informasi,
pengelola juga menyiapkan bahan pelatihan yang disesesuaikan dengan kebutuhan
pelatihan.
Selain bahan ajar, BLK juga menetapkan metode dan media pembelajaran
dalam pelatihan, disampaikan Bu AT dalam wawancara :
“untuk penetapan metode kita juga dari silabus, sama dengan bahan
ajar, silabus akan menjabarkan aspek apa yang harus tercapai dari
kognitif, afektif, atau psikomotoris. dari situ baru metode
pembelajaran kami tentukan. Metode yang digunakan itu ceramah
bergambar / kognitif, diskusi / afektif, dan demonstrasi dan praktik
/psikomotorik. Tapi kalau pelatihan biasanya lebih ke praktik kan ya
74
mba, beda kalau pendidikan disekolah yang fokus ke teori”.
(P1:AT:W1:H4)
Berikut hasil wawancara dengan instruktur pelatihan Bu SR mengenai
metode pelatihan :
“Kalau metode kita (instruktur) yang mengembangkan, disesuaikan
dengan keadaan kelas, karena pesertanya homogen, perbedaan
gender dan usia peserta. Teori 15% sisanya praktik, karena ditengah
praktik ada teori nanti disambung praktik sambil jalan. Sebenarnya
idealnya 40% teori, 60% praktik, namun karena teori dan praktik
berjalan bareng jadi ya seperti itu” (I:SR:W1:H2)
Disimpulkan bahwa dalam penetapan metode pelatihan disesuaikan dengan
materi yang akan disampaikan. Metode yang akan digunakan lebih ditekankan ke
praktik. Menentukan metode juga dengan mempertimbangkan waktu pelatihan
dan tujuan pelatihan agar bisa tercapai, salah satunya memenuhi target pembuatan
2000 masker dalam waktu 10 hari pelatihan.
Penetapan media pembelajaran disesuaikan dengan metode yang digunakan,
seperti yang disampaikan oleh Bu DN dalam wawancara :
“penetapan media pelatihan disesuaikan dengan materi dan
metodenya, kalau praktik kita menggunakan alat jahit, kalau
ceramah bisa sambil menggunakan whiteboard.”. (P2:DN:W1:H1)
Menurut wawancara dengan Bu AT mengenai dasar penetapan media
pembelajaran sebagai berikut :
“dasar penetapan media disesuaikan dengan metode yang digunakan
dalam pelatihan. berdasarkan kebutuhan pelatihannya juga mba.
Butuhnya apa nanti kita sediakan medianya.”. (P1:AT:W1:H4)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil observasi mengenai
media pelatihan yang tersedia ditempat pelatihan, berupa mesin jahit yang
digunakan peserta pelatihan, mesin obras, serta alat bantu jahit lainnya.
75
Gambar 4.3 Media / Alat Bantu Pelatihan
Disimpulkan bahwa dalam menentukan media yang akan digunakan sesuai
dengan pelatihan yang dilaksanakan, sesuai dengan kebutuhan pelatihan. BLK
menyediakan media sesuai dengan jumlah peserta pelatihan, jumlah mesin jahit
ada 16 yang digunakan dalam pelatihan ini, dan 1 mesin obras.
Pemanggilan instruktur dilaksanakan setelah perencanaan persiapan
program dilakukan. Penetapan instruktur juga tidak ada seleksi khusus, seperti
yang diungkapkan Bu SR dalam wawancara:
“Instruktur seperti saya kan sudah lama menjadi instruktur mengajar
di BLK, modelnya satu kelas ada instrukturnya diambil dari mana,
tapi kita sudah diseleksi dari awal. Diseleksi terlebih dahulu dari
yang awalnya baru menjadi asisten, sudah memiliki pengalaman.
Kalau sertifikat kita biasanya kalau dulu ada, Cuma biasanya itu dari
BNSP. Namun setelah menjasi instruktur jahit, dalam pelatihan
pembuatan masker ini tidak ada seleksi, saya langsung ditujuk
sebagai instruktur pelatihan. Pengalaman lebih diutamakan”.
(I:SR:W1:H2)
Ditambahkan juga oleh Pak J mengenai kualifikasi instruktur pelatihan di
BLK :
“yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, sudah berpengalaman
juga”.”yang menguasai materi, memguasai skill, dan bisa
berkomunikasi baik dengan peserta pelatihan ya”. (S1:J:W1:H2)
76
Berdasarkan pernyataan tersebut, BLK melakukan identifikasi kebutuhan
pelatihan, instruktur yang sesuai dengan bidang latih. Untuk pelatihan pembuatan
masker, instruktur harus menguasai materi pembuatan masker, instruktur sudah
berpengalaman dan memiliki sertifikat dari BNSP. Tidak ada proses seleksi lagi
untuk menentukan instruktur pelatihan ini.
Tahapan selanjutnya dalam proses perencanaan yaitu dengan penyusunan
matrik pelatihan dan jadwal pelatihan. Mengenai penyusunan jadwal pelatihan
disesuaikan dengan unit kompetensi, dan dilaksanakan dari yang paling dasar
sampai pembuatan masker secara utuh. Disampaikan oleh Bu AT dalam
wawancara berikut :
“untuk penyusunan jadwal kita menunggu pengesahan pelatihan,
setelah disahkan anggaran tanggap Covid-19, kita baru menyusun
jadwalnya”. “dasar penyusunan jadwal yaitu kondisi pandemi
Covid-19, dan kesiapan pelatihan”. (P1:AT:W1:H4)
Dalam penyusunan jadwal pelatihan, tidak ada pertimbangan mengenai
peserta pelatihan, seperti yang Bu AT sampaikan :
“jadwal dilaksanakan sesuai dengan kesiapan pelaksanaan yang
ditentukan oleh BLK, jika pesertanya dinyatakan lolos, ya mereka
harus mengikuti jadwal pelatihan yang sudah BLK susun. Jadi
peseta yang ngikut kita, bukan kita yang ngikut pesertanya”.
(P1:AT:W1:H4)
Ditambahkan lagi oleh Bu DN mengenai pertimbangan dalam membuat
jadwal pelatihan pembuatan masker :
“peserta yang menyesuaikan dengan jadwal yang ada di BLK, dan
pesertanya kan warga yang tidak bekerja, jadi menurut saya mereka
tidak memiliki kesibukan lain yang harus disesuaikan dengan jadwal
pelatihan kami”. (P2:DN:W1:H1)
77
Berdasarkan hasil dokumentasi, matrix pelatihan yang disusun oleh
pengelola meliputi jadwal rapat, rekruitmen/seleksi, pengumuman, pembukaan
pelatihan, pelaksanaan, jadwal monev, dan penutupan pelatihan.
Gambar 4.4 Matrik Kegiatan Pelatihan
Disimpulkan bahwa penetapan jadwal dibuat setelah pengajuan pelatihan
disahkan. Jadwal dilaksanakan sesuai dengan kesiapan pelaksanaan yang
ditentukan oleh BLK. UPTD BLK menyusun jadwal dari mulai seleksi,
pembukaan pelatihan, dan penutupan pelatihan yang tertulis dalam matrik
pelatihan. Dalam pembuatan jadwal pembelajaran pelatihan didasarkan pada
materi yang ada dibahan ajar, sesuai dengan unit kompetensi paling dasar.
Penyusunan jadwal ditentukan dari BLK, peserta pelatihan hanya mengikuti
jadwal yang telah dibuat.
78
Proses penetapan cara evaluasi dalam pelatihan pembuatan masker
disampaikan oleh Bu AT dalam Wawancara :
“cara evaluasi pelatihan ada dari pusat, dari BBPLK, jadi dari pusat
yang melakukan evaluasi, untuk evaluasi dari instruktur sendiri
seperti penilaian ada, nanti melalui ketercapaian tiap unit
kompetensinya mba”. “berdasarkan unit kompetensi, yang kemudian
membuat panduan penilaian, dan menyusun materi uji kompetensi,
namun untuk pelatihan pembuatan masker ini tidak melaksanakan
uji kompetensi. Nanti ada penilaian sendiri dari instruktur secara
langsung, kalau yang menguasai unit kompetensi nanti dijadikan
pembuat masker yang inti, karena kan kita juga kejar target
pembuatan 2000 masker”. (P1:AT:W1:H4)
Ditegaskan kembali oleh Bu DN dalam wawancara sebagai berikut :
“Untuk evaluasi pelatihan pembuatan masker ini dari pusat yang
melakukan. Untuk evaluasi peserta ada observasi dan praktik.
Monitoring dan evaluasi sudah ditetapkan selama 6 bulan sampai
dengan satu tahun kedepan”.
(P2:DN:W1:H1)
Disimpulkan bahwa pengelola hanya menetapkan waktu pelaksanaan
monitoring dan evaluasi. BLK hanya menerima formulir dam melakukan proses
evaluasi. Penetapan waktu monitoring dan evaluasi dilaksanakan 6 bulan sampai 1
tahun setelah pelatihan selesai.
Perencanaan anggaran pelatihan di BLK disampaikan oleh Bu AT sebagai
berikut :
“kita tidak merencanakan anggaran, BLK kan binaan dari BBPLK,
jadi dari sana yang menganggarkan, kita hanya mengusulkan
pelatihan dan menjalankan saja”. “sumber pendanaan dari APBN
(Anggaran Pendapatan Belanja Negara)”. (P1:AT:W1:H4)
Begitu juga yang disampaikan oleh Pak J dalam wawancara mengenai
anggaran pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :
79
“Kalo anggaran dari pusat, kita tidak merencanakan anggaran. Untuk
pelatihan pembuatan masker dam masak ini kan dari BBPLK, jadi
dananya dari APBN”. (S1:J:W1:H2)
Jadi, pengelola tidak membuat rancangan anggaran pelatihan pembuatan
masker, anggaran pelatihan sudah disediakan dari BBPLK, dan BLK hanya
menerima anggaran pelatihan sesuai rincian anggaran yang disusun oleh BBPLK.
Dana pelatihan berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, dapat digambarkan secara lebih
sederhana mengenai perencanaan program pelatihan menjahit sebagai berikut :
Bagan 4.2 Perencanaan Pelatihan Pembuatan Masker
80
Perencanaan pelatihan menjahit yang dilakukan di UPTD BLK Disnaker
Kota Semarang diawali dengan identifikasi program pelatihan melihat tren pasar,
masker saat ini menjadi sebuah kewajiban dan tersedianya workshop pelatihan.
Setelah menetapkan program pelatihan yang akan dilaksanakan, keudia BLK
mengajukan paket pelatihan tersebut ke BBPLK Semarang, dan ditindaklanjuti
dengan turunnya POK. Identifikasi kebutuhan pelatihan juga dilakukan dengan
penentuan persyaratan peserta, penentuan kebutuhan pelatihan durasi, dan
instruktur.
Tujuan pelatihan didasarkan pada taksonomi bloom dengan mengacu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan pelatihan dirumuskan secara umum
dan khusus. Disisi lain tujuan pelatihan pembuatan masker ini untuk membekali
masyarakat dengan skill agar bisa berwirausaha ditengah pandemi Covid-19.
Penetapan jadwal pelaksanaan pelatihan dan tempat pelaksanaan pelatihan
didasarkan pada identifikasi pelatihan, dan dilaksanakan selama 10 hari.
Tahapan selanjutnya adalah perencanaan persiapan program. Persiapan yang
direncanakan diantaranya bahan ajar yang digunakan telah disediakan oleh
Kemnaker, bahan pelatihan, media dalam penyampaian informasi disediakan
whiteboard, dan untuk praktik menggunakan mesin jahit, dsn metode yang
digunakan dengan cara ceramah untuk penyampaian materi dan dilanjutkan
dengan praktik. Penetapan instruktur didasarkan pada identifikasi pelatihan.
Instruktur yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
Penyusunan matrik pelatihan dilakukan setelah penetapan istruktur. Matrix
pelatihan berisi jadwal pelaksanaan seluruh pelatihan mulai dari jadwal rapat
81
bulanan, rekruitmen, pelaksanaan pelatihan, dan monev dalam pelatihan.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama pelatihan berlangsung dengan
standar yang ditetapkan oleh BBPLK Semarang, dan setelah pelatihan selesai
yaitu 6 bulan sampai 1 tahun kedepan secara online.
4.1.7.1.2 Pengorganisasian Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Setelah merencanakan pelatihan, tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan
sumber manusiawi dan non-manusiawi untuk melaksanakan pelatihan. sumber
manusiawi diantaranya pengelola pelatihan dan sumber non-manusiawi yaitu
fasilitas yang menunjang pelatihan. sumber-sumber tersebut harus dipersiapkan
agar pelatihan dapat berjalan dengan maksimal dan meminimalisir kendala.
Berikut hasil wawancara dengan Bu AT dalam wawancara :
“pengelola ditunjuk dengan mengukur kekuatan tim. Ka BLK
sebagai penanggung jawab. Sub bagian tata usaha melakukan
perencanaan pelatihan, mulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan,
penetapan tujuan, persiapan sarana prasarana dan sebagainya yang
berkaitan dengan perencanaan. Kami juga melaksanakan,
mengawasi, dan mengevaluasi pelatihan yang diselenggarakan.
Bagian bendahara mengurus keuangan, perhitungan, dan pelaporan
keuangan. Bagian pelaksana bertugas merencanakan pelatihan,
mempersiapkan pelaksanaan pelatihan, mengawasi dan
mengevaluasi pelatihan.” (P1:AT:W1:H4)
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Bu DN dalam wawancara
sebagai berikut :
“untuk pelatihan di BLK, Kepala jadi penanggung jawab, nanti
subbag TU merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan
mengevaluasi pelatihan.” (P2:DN:W1:H1)
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
pengelola dilakukan dengan pembagian tugas sesuai dengan jabatan pengelola. Ka
BLK sebagai penanggung jawab pelatihan menjahit (pembuatan masker),
82
merencanakan, memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan
mengevaluasi pelatihan menjahit. Sub Bagian Tata Usaha dibagi menjadi dua
jabatan yaitu bendahara dan pelaksana pelatihan bertugas merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi pelatihan.
Selain pengorganisasian pengelola, dilakukan juga pengorganisasian
terhadap fasilitas pelatihan untuk mempersiapkan proses seleksi dan pelaksanaan
pelatihan. Berikut hasil wawancara dengan pengelola BLK Bu AT :
“kita mempersiapkan ruang pelatihan, menata mesin jahit dan
mengecek kondisinya. Kita juga mempersiapkan ruang tes tertulis
untuk peserta pelatihan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
mempersiapkan fasilitas untuk dibagikan kepada peserta yang lolos
seleksi” (P1:AT:W1:H4)
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan staf TU Pak J
yang kemudian ditambahi oleh Bu DN selaku Ka Subbag TU sebagai berikut :
“Pengecekan ruang dan mesin, bahan dan alat juga dipersiapkan”
(S1:J:W1:H2)
“Mempersiapkan ruang dan persiapan seleksi pelatihan. Menyusun
persyaratan peserta pelatihan (dokumen yang harus dibawa).
Mempersiapkan fasilitas peserta. Mempersiapkan ruang pelatihan
dan media pelatihan” (P2:DN:W1:H1)
Disimpulkan bahwa sebelum pelaksanaan, pengelola juga harus
mengorganisasikan sumber non-manusiawi. Baik fasilitas yang menunjang
pelatihan mulai dari ruang seleksi, persyaratan peserta, fasilitas untuk peserta
(seragam, tas, atk, bahan ajar, bahan pelatihan) dan ruang pelatihan serta
pengecekan kondisi mesin yang akan digunakan untuk pelatihan.
83
Berdasarkan hasil deskripsi penelitian diatas, dapat digambarkan proses
pengorganisasian dalam bagan sebagai berikut :
Bagan 4.3 Pengorganisasian Pelatihan Pembuatan Masker
Pengorganisasian dalam pelatihan pembuatan masker dilakukan kepada
SDM yaitu dengan mengorganisasian pelaksana pelatihan, instruktur, dan peserta
pelatihan untuk mempersiapkan pelaksanaan pelatihan. Dilakukan pembagian
tugas dan wewenang kepada pengelola sesuai dengan jabatan yang telah
ditentukan. Pengorganisasian fasilitas dilakukan dengan mempersiapkan dan
mengecek kondisi sarana-prasarana yang akan digunakan dalam pelatihan,
mempersiapkan bahan ajar, bahan pelatihan, media, dan fasilitas yang diberikan
kepada peserta pelatihan.
4.1.7.1.3 Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Sebelum mulai keproses pembelajaran, yang paling awal dimulai dari proses
rekruitmen peseta pelatihan. Dalam melakukan rekruitmen peserta pelatihan ada
beberapa tahap yang harus dilalui peserta pelatihan, hal yang paling utama yaitu
menyebarkan informasi pendaftaran pelatihan seperti yang disampaikan Bu DN
dalam wawancara :
“sosialisasi lewat media sosial, dari alumni juga” (P2:DN:W1:H1)
Pengorganisasian Fasilitas
Pelatihan
PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian SDM
84
Bu AT menambahi mengenai proses seleksi pelatihan dan kriteria peserta
dalam pelatihan :
“dimulai dari pembukaan pendaftaran, kemudian melakukan
panggilan seleksi peserta, melakukan tes, dan yang lolos dapat
mengikuti pelatihan”. “kriteria peserta pelatihan pembuatan masker
tentunya harus sehat secara jasmani dan rohani, mempunyai
kemampuan dasar menjahit, warga Kota Semarang, dan mengisi
surat persyaratan kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama
mengikuti pelatihan”. (P1:AT:W1:H4)
Sejalan dengan DA selaku peserta pelatihan pembuatan masker mengenai
seleksi pelatihan yang ia jalani :
“melakukan pendaftaran, tes tertulis, nanti ada pengumuman dan
langsung pelatihan. Dilakukan di BLK Gayamsari”
(PP1:DA:W1:H3)
Ditambahi juga oleh TG yang juga merupakan peserta pelatihan pembuatan
masker :
“ya ada tes tertulis tadi, sama ngumpulin berkas-berkas gitu. Tidak
ada praktik, hanya tes tertulis saja”. “dokumennya ya fotokopi KTP,
KK, sama Ijazah terakhir”. (PP3:TG:W1:H3)
Namun ada juga peserta yang tidak mengikuti tes seleksi pelatihan karena
merupakan peserta pilihan dari BLK, berikut yang disampaikan NJ dalam
wawancara :
“saya tidak mengikuti seleksi karena pilihan, jadi langsung
diikutsertakan pelatihan gaada seleksi. Jadi 50% diambil dari
alumni, dan 50% dari masyarakat yang terkena PHK”
(PP2:NJ:W1:H3)
Berdasarkan hasil dokumentasi mengenai proses seleksi, diperoleh tahapan
seleksi peserta pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :
85
Bagan 4.4 Proses Rekruitmen Peserta Pelatihan
Adapun kriteria peserta pelatihan pembuatan masker sebagai berikut:
Sehat jasmani dan rohani
Memiliki kemampuan dasar menjahit
Warga kota semarang
Usia produktif
Mengisi surat kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama
mengikuti pelatihan.
Dapat disimpulkan bahwa penyebaran informasi pelatihan dilakukan
melalui sosial media dan link alumni. Sebagian peserta pelatihan adalah korban
PHK dan sebagian alumni yang pernah mengikuti pelatihan jahit di BLK. Proses
rekruitmen peserta pelatihan dimulai dari pendaftaran, pemanggilan seleksi, tes,
pengumuman, dan pelaksanaan pelatihan. Peserta yang diterima untuk mengikuti
pelatihan pembuatan masker adalah peserta yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan oleh BLK.
Setelah melalui proses rekruitmen, peserta memasuki proses pelaksanaan
pelatihan, menggunakan bahan ajar sebagai penunjang pelatihan, disampaikan
oleh Bu SR selaku instruktur pelatihan pembuatan masker dalam wawancara
sebagai berikut :
“bahan ajarnya berupa buku informasi atau modul”. “...dengan bahan
ajar bisa membantu peserta dalam menguasai unit kompetensi”.
“untuk materi pelatihan ya dapat membuat masker sesuai dengan
standar kesehatan, mulai dari memilih bahan, membuat pola,
Pendaftaran Pemanggilan
Seleksi Tes Pengumuman Pelatihan
86
memotong, dan menjahit rangkaian pola sampai menjadi masker
utuh”. (I:SR:W1:H2)
DA juga menambahkan mengenai bahan ajar yang digunakan dalam
pelatihan, dalam wawancara sebagai berikut :
“Bahan ajar ada seperti modul, sudah ada unit-unit kompetensinya,
ya cara membuat masker dari nol, mulai dari memilih bahan, sampai
membuat masker jadi”. (PP1:DA:W1:H3)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan adanya dokumentasi mengenai
buku informasi yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker. Buku
Informasi diberikan kepada peserta pelatihan sebagai pedoman pembelajaran.
Dalam buku informasi memuat 4 unit kompetensi, dan lebih ditekankan kepada
unit kompetensi pembuatan masker.
Gambar 4.5 Buku Informasi (Unit Kompetensi Pembuatan Masker)
87
Disimpulkan bahwa bahan ajar yang digunakan berupa buku informasi.
Penggunaan buku informasi dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Buku
informasi mudah dipahami, karena didalamnya memuat materi dan contoh gambar
masker. Buku informasi memuat 4 unit kompetensi, yaitu Mengikuti Prosedur
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3), Menjahit Proses
Sederhana, Menjahit Komponen Pakaian, dan Pembuatan Masker. Karena peserta
pelatihan sudah memiliki keterampilan dasar menjahit, pelatihan di fokuskan ke
proses pembuatan masker.
Untuk menyampaikan materi yang ada di bahan ajar, tentunya ada metode
yang digunakan oleh instruktur pelatihan, berikut hasil wawancara dari Bu SR :
“metode yang kita gunakan ceramah dan praktik, kebanyakan
praktik si mba, karna kita lebih menekankan kesitu. Teorinya hanya
15% saja sisanya yang 85% praktik, idealnya sih 40% 60% ya,
Cuma karna kita kejar target pembuatan 2000 masker, jadi kita
banyakin di praktik”. “...nanti untuk peserta yang kurang memahami
atau kesulitan juga bisa langsung ditanyakan kepada saya”.
(I:SR:W1:H2)
Berikut jawaban peserta pelatihan mengenai penggunaan metode dalam
pelatihan pembuatan masker menurut hasil wawancara dengan DA :
“ya kita dikasih tau dulu mau dibikin seperti apa maskernya, nanti
kalo udah langsung dipraktikkan”. “metodenya udah tepat sih, kita
juga udah punya keterampilan dasar menjahit, jadi bisa mengikuti”.
(PP1:DA:W1:H3)
NJ juga menambahi jawaban tersebut mengenai metode praktik yang
digunakan :
“dijelaskan langsung praktek, karena kita kan target 2000 masker
dalam waktu 2 minggu, jadi biar lebih efektif aja waktunya. Jadi
ngga sempet materi dulu ngga sempet”. “Cuma penjelasan di bagian
pola masih kurang si, tapi bisa minta arahan kalo masih bingung”.
(PP2:NJ:W1:H3)
88
Disimpulkan bahwa metode yang digunakan instruktur dalam
menyampaikan materi dengan cara ceramah, kemudian dilanjutkan dengan
praktik. Praktik diperbanyak untuk mempercepat proses pembuatan masker.
Peserta pelatihan tidak merasa kesulitan dengan metode tersebut karena memang
sudah mempunyai kemampuan dasar menjahit, jadi bisa mengikuti dengan
mudah.
Untuk melakukan praktik dalam pelatihan, tentunya membutuhkan media
atau alat bantu agar pelatihan bisa berjalan, adapun alat yang digunakan dalam
pelatihan pembuatan masker menurut penuturan Bu DN sebagai berikut :
“Media paling alat yang dipake ada mesin jahit sama obras.
Biasanya si Cuma ceramah, jadi ngga pake whiteboard atau
proyektor”. (P2:DN:W1:H1)
Sejalan dengan hasil wawancara dengan peserta pelatihan NJ sebagai
berikut :
“ada mesin pemotong, gunting, mesin jahit”. “sangat membantu ya,
(bahan ajar) karna itu kebuthan dari pelatihan, kan kita praktik
membuat masker, ya mesin jahit, mesin potong, dan gunting itu
sangat diperlukan”. (PP2:NJ:W1:H3)
Hambatan dalam penggunaan media sementara ini belum ada, seperti yang
disampaikan oleh Bu AT dalam wawancara :
“sejauh ini tidak ada hambatan, biasanya kalau ada hambatan, nanti
instruktur menyampaikan ke kami, apa saja yang masih kurang,
nanti kita sediakan”. (P1:AT:W1:H4)
Bu SR pelatihan pembuatan masker juga menambahkan pernyataan dari Ka
BLK tersebut :
89
“sejauh ini tidak ada (hambatan), karena semua berjalan dengan
baik”. “media menggunakan yang sudah disediakan oleh BLK, dan
apabila ditengah jalan ada kekurangan, maka kita konfirmasi ke
BLK dan segera diadakan. Yang kita butuhkan nanti langsung
disediakan. Biasanya by wa atau telfon langsung ke BLK”.
(I:SR:W1:H2)
Disimpulkan bahwa dalam pelatihan pembuatan masker tidak memakai alat
bantu dalam menyampaikan materi. Teori disampaikan secara lisan tanpa
menggunakan proyektor ataupun whiteboard. Alat bantu lainnya dalam pelatihan
digunakan mesin jahit yang dipegang perorang dan mesin obras.
Sarana dan prasarana juga menjai hal yang dibutuhkan dalam pelatihan,
adapun sarana dan prasarana dalam menunjang pelatihan pembuatan masker
diungkapkan oleh Bu AT :
“ruang pelatihan, mesin jahit, sarana prasarana, dan mushola”.
“mengenai keadaan sarana prasarana sangat cukup, dan mesin-mesin
dapat digunakan dengan baik”. (P1:AT:W1:H4)
Instruktur dan peserta pelatihan juga mendapatkan fasilitas dari BLK untuk
menunjang proses pelatihan. Disampaikan oleh Bu DN mengenai fasilitas yang
diberikan kepada peserta pelatihan dalam wawancara sebagai berikut :
“fasilitas yang diberikan ke peserta itu berupa bahan Pelatihan,
Makan siang, Seragam, ATK, Sertifikat, dan uang transport”.
(P2:DN:W1:H1)
Sejalan dengan hasil wawancara dengan Nur Jihan Nada Pratama mengenai
fasilitas yang didapatkan
“tas, lalu seragam, nanti dapet sertifikat juga, sama buku dan ATK,
Alat jahit juga seperti gunting, alat pendedel juga.transport juga”.
(PP2:NJ:W1:H3)
90
Disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan untuk pelatihan
pembuatan masker ada ruang pelatihan, yang bersisi 16 mesin jahit yang dipegang
tiap peserta pelatihan, dan satu mesin obras. Fasilitas yang diberikan kepada
peserta pelatihan yakni ATK, tas, seragam, bahan pelatihan, alat bantu jahit,
makan siang, dan sertifikat dari BLK.
Penilaian dalam pelatihan pembuatan masker menurut Bu SR disampaikan
dalam wawancara sebagai berikut :
“biasanya ada di akhir pelatihan saja, kalau ini ibarat masih
sekolah...” “Ada kuisioner dan sebagainya, evaluasi juga. Bentuk
penilaian biasanya dari BLK Gayamsari, tidak langsung dari BNSP”.
(I:SR:W1:H2)
Senada dengan yang disampaikan Instruktur, Nur Jihan Nada Pratama
sebagai peserta pelatihan juga menyampaikan mengenai penilaian pelatihan
sebagai berikut :
“ngga ada sih mba (penilaian pelatihan), hanya suruh tandatangan
kehadiran si, itu wajib. Setahu saya tidak ada penilaian, hanya
penutupan saja di akhir. yang penting kita sudah menguasai
ketrampilannya sih, karna tiap hari sudah langsung praktik”.
(PP2:NJ:W1:H3)
Ditegaskan kembali oleh Bu AT dan Bu DN mengenai penilaian peserta
pelatihan pembuatan masker dalam wawancara sebagai berikut :
“ada ke peserta yang seperti tadi itu, penilaian oleh instruktur
sendiri, tapi kalao uji kompetensi tidak ada. kalau peserta masih
didasarkan kepada panduan penilaian setiap unit kompetensi”.
(P1:AT:W1:H4)
“Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta
pelatihan evaluasi dari instruktur, mengenai penguasaan tiap unit
kompetensi, penilaian peserta dilakukan oleh instruktur secara
langsung, peserta akan dinyatakan kompeten jika dapat menguasai
tiap unit kompetensi”. (P2:DN:W1:H1)
91
Disimpulkan bahwa penilaian peserta oleh instruktur pelatihan tidak
dilaksanakan secara tertulis. Pihak BLK juga tidak mengadakan uji kompetensi
untuk pelatihan pembuatan masker karena memang tidak memugkinkan untuk
dilaksanakan, mempertimbangkan waktu pelatihan yang hanya 10 hari .
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut, dapat digambarkan dalam
sebuah bagan proses pelaksanaan pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :
Bagan 4.5 Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Masker
Pelaksanaan pelatihan pembuatan masker diawali dengan pelaksanaan
rekruitmen peserta pelatihan dengan adanya seleksi tertulis oleh peserta yang
dilaksanakan secara tatap muka di gedung UPTD BLK Gayamsari dengan
persyaratan peserta memiliki kemampuan dasar menjahit. Jumlah peserta
pelatihan sebanyak 16 orang. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan digedung
Kegiatan
Pembelajaran
PELAKSANAAN
Rekruitmen
Peserta
Materi
Pembelajaran
Metode
pembelajaran
Media, Sarana
dan Prasarana
Penilaian Peserta
92
UPTD BLK Mijen ruang jahit dari tanggal 15-26 Juni 2020 jam 08.00 sampai
13.00 WIB. Materi yang dipelajari oleh peserta bersumber dari buku informasi
yang mengacu pada SKKNI dengan empat unit kompetensi dan ditekankan pada
unit kompetensi pembuatan masker. Metode yang digunakan adalah ceramah dan
praktik, namun lebih ditekankan kepada praktik untuk mengejar target pembuatan
2000 masker. Penyampaian materi oleh instruktur tidak menggunakan alat bantu,
praktik pelatihan menggunakan mesin jahit dan mesin obras untuk membuat
masker. Penilaian peserta dilakukan secara langsung dengan cara praktik untuk
melihat ketercapaian unit kompetensi dantidak dilakukan secara tertulis.
4.1.7.1.4 Pengawasan Pelatihan
Dalam pelaksanaan pelatihan, pengawasan dilakukan oleh pengelola untuk
melihat keberlangsungan pelatihan, apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak,
dan jika ada kendala bisa segera ditindak lanjuti agar tujuan pelatihan dapat
tercapai. Pengawasan dapat dilakukan saat pelatihan dilaksanakan dan setelah
pelatihan selesai. Berikut hasil wawancara dengan Bu AT dalam wawancara :
“ada monitoring dari BBPLK Semarang, h-3 sebelum pelatihan
ditutup. Dari BLK juga mengawasi kegiatan pelatihan dengan
mengunjungi tempat pelatihan di Mijen untuk mengetahui
pelaksanaan pelatihan. Kita juga melaksanakan rapat bulanan setiap
awal bulan. Untuk pengawasan pelatihan pembuatan masker, selama
ini belum ada kendala jadi pelatihan berjalan lancar”.
(P1:AT:W1:H4)
Yang kemudian ditambahi oleh Pak J selaku pelaksana kegiatan dan
bertugas melaksanakan pengawasan pelatihan pembuatan masker sebagai berikut :
“pengawasan dilakukan 2 kali selama pelatihan.” (S1:J:W1:H2)
93
Dapat disimpulkan bahwa pengawasan dilakukan oleh pengelola pelatihan
dengan mengunjungi tempat pelatihan di UPTD BLK Mijen untuk mengawasi
proses pelatihan dan mengecek apakah ada kendala selama pelatihan, monitoring
oleh BBPLK Semarang dilakukan tiga hari sebelum pelatihan ditutup untuk
mengawasi pelaksanaan pelatihan, sekaligus mengevaluasi peltihan yang
dilaksanakan.
Tidak berhenti disitu, pengawasan tetap dilakukan meskipun pelatihan telah
selesai, hal ini disampaikan oleh Bu DN dalam wawancara :
“Monitoring akan dilakukan 6 bulan sampai satu tahun kedepan
untuk melihat hasil pelatihan terhadap peserta pelatihan. Tapi untuk
sekarang monev tersebut akan dilaksanakan melalui grup whatsapp
dengan ajang sharing ” (P2:DN:W1:H1)
Dipertegas dan diperjelas kembali oleh Bu AT dalam wawancara mengenai
pengawasan setelah pelatihan selesai sebagai berikut :
“Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun kedepan.
Setelah peserta lulus dari pelatihan pembuatan masker, kita tetap
memantau peserta, apakah pelatihan yang kita berikan dimanfaatkan
untuk berwirausaha atau tidak digunakan sama sekali, dari situ bisa
kita gunakan sebagai bahan evaluasi agar di pelatihan selanjutnya
bisa lebih tepat sasaran dan lebih bermanfaat bagi peserta pelatihan”
(P1:AT:W1:H4)
Disimpilkan bahwa setelah peserta lulus dan mendapat sertifikat, peserta
masih akah dipantau untuk mengetahui keberlanjutan dari pelatihan dalam
menerapkan hasil pelatihan pembuatan masker. Monitoring dilakukan 6 bulan
dampai dengan satu tahun setelah pelatihan.
Berdasarkan hasil deskripsi penelitian tersebut, dapat digambarkan dalam
sebuah bagan mengenai pengawasan pelatihan pembuatan masker sebagai berikut:
94
Bagan 4.6 Pengawasan Pelatihan Pembuatan Makser
Pengawasan yang dilaksanakan dalam pelatihan pembuatan masker
dilakukan selama pelatihan berlangsung dan setelah pelatihan selesai. Selama
pelatihan berlangsung dilakukan monitoring olek pelaksana pelatihan dengan
mengunjungi secara langsung kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di UPTD
BLK Mijen. Dilakukan juga monitoring dan evaluasi dari BBPLK Semarang yang
dilaksanakan tiga hari sebelum pelatihan selesai. Setelah pelatihan selesai dan
peserta dinyatakan lulus, pengawasan tetap dilakukan oleh pengelola untuk
mengetahui kelanjutan dari skill yang telah diberikan kepada peserta, apakah
dimanfaatkan untuk kehidupannya atau tidak dan dilakukan secara online.
4.1.7.1.5 Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Evaluasi pelatihan dilaksanakan dengan dua cara, yang pertama monitoring
evaluasi dari BBPLK Semarang yang melihat secara langsung proses pelaksanaan
pelatihan pembuatan masker tiga hari sebelum pelatihan selesai. Kedua evaluasi
yang dilakukan oleh UPTD BLK dengan menggunakan form yang disediakan
oleh BBPLK.
Evaluasi pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang pun dilakukan dengan bentuk kuisioner, meliputi evaluasi instruktur,
Pengawasan Setelah
Pelatihan
PENGAWASAN
Pengawasan Selama
Pelatihan
95
evaluasi materi, dan evaluasi sarana-prasarana. Bu AT menyampaikan dalam
wawancara :
“evaluasi materi, instruktur, dan sarpras pelatihan dilaksanakan
dengan pengisian kuisioner oleh peserta, dan dilaksanakan H-1
sebelum pelatihan berakhir.”. (P1:AT:W1:H4)
Evaluasi keluaran dari pelatihan pembuatan masker disampaikan oleh Bu
DN dalam wawancara :
“Ada proses monev langsung dari BBPLK datang ke BLK biasanya
2-3 hari sebelum pelatihan selesai. Dari Bu Uut dateng langsung
kesini. Tapi kalau dari kita biasanya H-1 sebelum pelatihan selesai.
Tapi formulir sudah dibuatkan dari sana, sudah ada standarnya.
untuk evaluasi pelatihan seperti uji kompetensi dalam pelatihan
pembuatan masker tidak dilaksanakan. Karena pelatihan ini lebih
fokus ke peluang usaha, jadi kami pertimbangkan uji
kompetensinya, kasihan juga pesertanya karna ini pelatihan hanya 10
hari.”. (P2:DN:W1:H1)
Sedangkan untuk evaluasi sistem dan metode masih akan dikaji kembali
kedepannya Belum direncanakan mengenai evaluasi sistem dan metode karena ini
merupakan pertama kali pelaksanaan pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK.
Seperti yang disampaikan oleh Bu DN dalam wawancara :
“pembelajaran akan dikaji setelah pelatihan selesai karena pelatihan
ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK ini. Untuk evaluasi
standar dari pusat hanya sarpras, evaluasi instruktur, dan evaluasi
materi pembelajaran”. (P2:DN:W1:H1)
Evaluasi keluaran dari pelatihan pembuatan masker disampaikan oleh Bu
AT dalam wawancara sebagai berikut :
“Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun kedepan.
Akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal monitoring evaluasi baik
melalui telepon, Whatsapp grup, maupun mendatangi langsung ke
BLK. Keluaran pelatihan adalah masyarakat yang dilatih mampu
membuat usaha mandiri pembuatan masker, namun lowongan
pekerjaan di bidang terkait dengan pelatihan pembuatan masker tetap
96
akan diinformasikan kepada alumni peserta pelatihan”.
(P1:AT:W1:H4)
Berdasarkan hasil dokumentasi, BBPLK Semarang menyediakan formulir
evaluasi untuk UPTD BLK. Formulir tersebut berisi kuisioner penilaian terhadap
kinerja instruktur, sarana-prasarana, dan materi pelatihan. Selain itu juga ada
formulir penilaian terhadap kinerja pelayanan UPTD BLK terhadap masyarakat
yang diisi oleh peserta pelatihan.
Gambar 4.6 Formulir Evaluasi
Gambar 4.7 Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
97
Disimpulkan bahwa evaluasi pelatihan dilakukan oleh BBPLK Semarang
dan UPTD BLK Disnaker Kota Semarang. Evaluasi dari BBPLK Semarang
berupa monitoring secara langsung yang dilakukan tanggal 24 Juni 2020. Evaluasi
yang dilakukan oleh UPTD BLK berupa evaluasi instruktur, sarana prasarana,
materi pembelajaran, serta survei kepuasan masyarakat terhada pelayanan UPTD
BLK. Evaluasi keluaran pelatihan berkaitan dengan kompetensi yang telah dicapai
atau Uji Kompetensi peserta pelatihan tidak dilaksanakan. Evaluasi keluaran
berkaitan dengan kesempatan kerja, belum ada penyaluran kerja. Peserta yang
telah selesai mengikuti pelatihan diharapkan bisa membuka usaha secara mandiri,
maupun membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Berdasarkan hasil deskripsi penelitian tersebut, dapat digambarkan dalam
sebuah bagan mengenai evaluasi pelatihan yang dilaksanakan di UPTD BLK
Disnaker Kota Semarang sebagi berikut :
Bagan 4.7 Evaluasi Pelatihan Pembuatan Masker
Evaluasi dalam pelatihan dilakukan oleh BBPLK Semarang dan oleh
UPTD BLK. Dari BBPLK Semarang melakukan evaluasi secara langsung dengan
mendatangi tempat pelaksanaan pelatihan. Evaluasi yang dilakukan oleh BLK
dengan pengisian formulir yang disediakan BBPLK Semarang oleh peserta
mengenai aspek materi, instruktur, dan sarpras serta pelayanan UPTD BLK dan
dilakukan tinfak lanjut apabila ada ketidak sesuaian baik materi, instruktur,
Evaluasi Keluaran
EVALUASI
PELATIHAN
Evaluasi Materi, Instruktur,
dan Sarpras
98
maupun sarpras untuk memperbaiki pelatihan selanjutnya. Evaluasi keluaran
pelatihan berkaitan dengan kesempatan kerja, belum ada penyaluran kerja, namun
keluaran pelatihan yang telah mendapatkan sertifikat diharapkan dapat membuka
usaha secara mandiri maupun membuka lapangan kerja bagi orang lain.
4.1.7.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Faktor pendukung dari pelatihan pembuatan masker ini juga disampaikan
oleh Bu DN dan Bu AT dalam wawancara :
“perencanaan bisa dilaksanakan dengan baik dan tepat. Walaupun
kita tidak merencanakan dari awal, tidak sesuai rencana pelatihan
tahun 2020 karena kendala Covid-19, namun perencanaan pelatihan
pembuatan masker sebagai pelatihan tanggap Covid-19 ini berjalan
dengan baik”. “pelaksanaan pelatihan lebih mudah dilaksanakan, dan
mampu mencapai target pembuatan masker dalam waktu 10 hari”.
“sarpras sudah maksimal sesuai dengan kebutuhan peserta
pelatihan”. (P2:DN:W1:H1)
“pelaksanaan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan
pelatihan”. “dengan adanya bahan ajar yang telah kami buat siswa
memiliki acuan untuk membuat masker sesuai dengan standar
kesehatan melalui buku informasi”. “dengan metode yang kita
gunakan pelaksanaan KBM lebih optimal dan tujuan pelatihan
tercapai”. “media yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam
menerima materi pembelajaran”. “sarana dan prasarana baik, mampu
menunjang pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai” (P1:AT:W1:H4)
Berdasarkan hasil dokumentasi, pegawai, peserta, dan instruktur pelatihan
mengikuti protokol kesehatan dan memakai masker selama pelatihan
dilaksanakan. Peserta mampu menyelesaikan target pembuatan 2000 masker
dalam waktu 10 hari pelatihan. Dengan waktu yang singkat, beberapa peserta
pelatihan sudah menggunakan kemampuan yang diperoleh dari pelatihan sebagai
bekal berwirausaha.
99
Bagan 4.8 Manajemen Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
PERENCANAAN PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN PENGAWASAN EVALUASI
Evaluasi
Materi,
Instruktur
dan
Sarpras
Evaluasi
Keluaran
Pengawasan
Selama
Pelatihan
Pengawasan
Setelah
Pelatihan
Pengorganisasian
Fasilitas
Pelatihan
Pengorganisasian
SDM
Rekruitmen
Kegiatan
Pembelajaran
Materi
Media, Sarpras
Penilaian
Peserta
Metode
Identifikasi
Penetapan
Tujuan
Jadwal
Pelaksanaan dan
tempat pelatihan
Persiapan
Program
Penetapan
Instruktur
Penyusunan
Matrik
Penetapan
Monev
OUTPUT
100
4.2 Hasil Pembahasan
4.2.1 Manajemen Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Sudjana (2000) menyatakan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah
suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan kegiatan bersama
dalam pencapaian tujuan suatu organisasi mencakup perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengendalian, dan mengembangkan dengan
segala upaya untuk mengatur sumberdaya manusia, sarana prasarana dalam
mecapai tujuan program secara efektif dan efisien. Manajemen penyelenggaraan
pelatihan menurut Wulandari & Ilyas (2015) meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Menurut Perwal No 65 Tahun 2008 bahwa tugas BLK yaitu
merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi pelatihan. Dapat
disimpulkan bahwa manajemen program pelatihan yaitu serangkaian kegiatan
yang meliputi input proses dan output dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam sebuah pelatihan
sehingga pelatihan tersebut berjalan dengan evektif dan efisien.
4.2.1.1 Perencanaan
Perencanaan program sendiri merupakan bagian yang sangat penting dalam
manajemen pelatihan. Sebagaimana yang dikemukakan Mujiman (2006) dan
ditegaskan lagi oleh Sutarto (2013:31) bahwa perencanaan program pelatihan
merupakan suatu kegiatan untuk merencanakan suatu program pelatihan secara
keseluruhan sebelum dilaksanakannya suatu pelatihan. Rahayu & Fakhruddin,
(2019:169) menyatakan bahwa maksud dari proses perencanaan yaitu untuk
mengatur sumber daya sehingga tujuan dapat dicapai sesuai dengan harapan.
101
Perencanaan program pelatihan pembuatan masker diawali dengan
penawaran paket pelatihan dari BBPLK, kemudian UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang melakukan identifikasi pelatihan dengan cara melakukan identifikasi
tren pasar, yakni mengidentifikasi pelatihan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
dikondisi saat ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (2007) bahwa salah
satu orientasi dalam pelatihan yaitu untuk memenuhi kebutuhan sasaran atau
masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat, dan kita harus
menelaah jenis program yang menjadi prioritas. Pandemi Covid-19 menjadi
pertimbangan dalam menentukan pelatihan yang akan dilaksanakan, dan pelatihan
pembuatan masker dirasa cocok untuk dilaksanakan saat ini mengingat masker
sekarang menjadi hal yang wajib. Setelah menentukan paket pelatihan yang akan
dilaksanakan, pengelola mengajukan paket pelatihan ke BBPLK Semarang dan
disahkan dengan turunnya POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) untuk
melaksanakan program pelatihan dan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran).
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pelatihan, diantaranya
kebutuhan instruktur, persyaratan peserta, kebutuhan materi, durasi pelatihan, dan
penyiapan program pelatihan.
Pengelola program pelatihan pembuatan masker adalah seluruh staf BLK
sebagai penyelenggara dan bendahara pembantu program, Ka Subbag TU sebagai
penyelenggara program, dan Ka BLK sebagai penanggung jawab. Penetapan
pengelola berdasaran SK Pengelola Pelatihan yang disahkan oleh Kepala UPTD
BLK. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sirodjuddin & Suparman (2013) yang
102
menyatakan bahwa dalam menetapkan pengelola dan staf dalam sebuah pelatihan
didasarikan pada surat keputusan.
Perencanaan pelatihan pembuatan masker dilanjutkan dengan penetapan
tujuan pelatihan. Tujuan yang dirumuskan meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus. Secara umum tujuan program pelatihan pembuatan masker di UPTD BLK
Diskaner Kota Semarang adalah sebagai bentuk pelatihan tanggap Covid-19
dengan membuat masker sesuai standar, membuka peluang usaha bagi peserta
pelatihan untuk mengurangi pengangguran karena korban PHK. Hasil masker dari
pelatihan juga didonasikan ke wilayah sekitar Kota Semarang. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sudjana (2007) bahwa tujuan umum mengandung keinginan
dan harapan. Harapannya dengan pelatihan pembuatan masker ini dapat
meminimalisir penyebaran Covid-19.
Tujuan program pelatihan pembuatan masker secara khusus diantaranya :
(1) mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan
(2) menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan
(3) membuat masker sesuai standar kesehatan
Menurut Mujiman (2006:70) tujuan khusus dari program pelatihan
merupakan rincian berupa kemampuan-kemampuan khusus yang bersifat teknis
dari tujuan umum pelatihan. Tujuan program pelatihan pembuatan masker
berpedoman pada Taksonomi Bloom yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sesuai dengan pendapat Sutarto (2013:30) bahwa penyusunan
tujuan program pelatihan diarahkan pada ranah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Dalam aspek kognitif pelatihan ini memberikan pengetahuan mengenai
103
desain masker yang sesuai dengan standar kesehatan, dalam aspek afektif
pelatihan mendisiplinkan peserta dengan mengikuti protokol kesehatan, hal ini
sesuai dengan pendapat Andriani & Ghati (2018:69) bahwa dalam aspek afektif
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yang mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pengelola mengenai tujuan pelatihan dalam aspek
psikomotorik pelatihan yakni memberikan keterampilan dalam membuat masker
sesuai standar kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahrul, Rini, &
Fatmariani (2019) dalam dunia pendidikan, aspek psikomotorik terdapat dalam
mata pelajaran praktik, yang artinya tujuan pelatihan pembuatan masker
ditekankan untuk mengembangkan keterampilan atau aspek psikomotorik.
Penetapan jadwal pelaksanaan pelatihan dan tempat pelaksanaan pelatihan
didasarkan pada identifikasi pelatihan. Identifikasi persyaratan peserta dilakukan
untuk menentukan durasi pelatihan. persyaratan tersebut salah satunya yaitu
peserta harus memiliki kemampuan dasar menjahit, sehingga durasi pelatihan
hanya dibuat 80 jam pelajaran, dalam waktu 10 hari. Sesuai identifikasi awal
mengenai ketersediaan workshop, tempat pelatihan menggunakan ruang jahit di
UPTD BLK Mijen. Pengelola menetapkan BLK Mijen sebagai tempat pelatihan
karena sudah tersedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelatihan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Oktarina (2016:9) bahwa tempat yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan dapat mendukung pencapaian tujuan pelaihan melalui
pelaksanaan pelatihan yang tepat, jadi menentukan waktu dan tempat pelatihan
dapat menentukan keberhasilan sebuah pelatihan.
104
Tahapan selanjutnya adalah perencanaan persiapan program. Persiapan yang
direncanakan diantaranya bahan ajar sesuai dengan program pelatihan yang akan
dilaksanakan. Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar cetak berupa buku
informasi. Sesuai dengan pendapat Sumini (2018:76) “Modul pelatihan
berorientasi pada pelatihan berbasis kompetensi yang diformulasikan menjadi tiga
buku yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian”. Didalam buku
informasi memuat unit-unit kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan. Unit
kompetensi yang ada dalam buku informasi didasarkan pada SKKNI no 305 tahun
2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok
Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Bahan ajar dibuat
oleh Kemnaker, jadi di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang hanya mencetak
bahan ajar yang telah ditetapkan.
Untuk unit kompetensi yang terdapat dalam buku informasi ada 4, yaitu :
(1) Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3)
C.141110.044.02
(2) Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02
(3) Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02
(4) Pembuatan Masker
Setelah menyiapkan bahan ajar, pengelola menetapkan metode dan media
pembelajaran. Penetapan didasarkan pada materi yang ada di buku informasi,
sesuai dengan pendapat Alfiati & Kisworo (2017:108) yaitu “Pemilihan metode
pembelajaran juga disesuaikan dengan materi dan kondisi pada kegiatan
pembelajaran”. Teori diberikan secara lisan dengan model ceramah dilanjutkan
105
dengan praktik agar mempercepat proses pembuatan masker. Tidak ada diskusi
kelas, penugasan kelompok, atau yang lainnya. Menentukan metode juga dengan
mempertimbangkan waktu pelatihan dan tujuan pelatihan agar bisa tercapai, salah
satunya memenuhi target pembuatan 2000 masker dalam waktu 10 hari pelatihan.
Dengan penggunaan metode ceramah dan praktik, diharapkan tujuan pelatihan
dapat tercapai dengan maksimal, hal ini sesuai dengan pendapat Astorini & Rifai
(2018:41) bahwa penggunaan kedua metode tersebut dapat mencapai tujuan
peltihan yang menekankan ke keterampilan peserta.
Media pembelajaran juga ditetapkan menyesuaikan dengan pelatihan yang
dilaksanakan dan kebutuhan pelatihan. Pengelola menyiapkan whiteboard untuk
proses penyampaian materi oleh instruktur, dan untuk praktik pengelola
menyiapkan alat jahit, mesin obras, dan mesin jahit sesuai jumlah peserta
pelatihan. Media yang disiapkan oleh pengelola diharapkan dapat mempermudah
peserta dalam proses penerimaan materi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sudjana (2007:162) fungsi dari media pembeajaran adalah menyederhanakan,
memfokuskan pelatihan, materi lebih mudah diingat, dan menghemat waktu.
Pengelola menetapkan instruktur pelatihan yang sesuai dengan bidang latih
berdasarkan identifikasi kebutuhan instruktur. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2013 yakni “...instruktur yang telah direkrut, maka harus ditempatkan sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki...”. Untuk pelatihan pembuatan masker,
instruktur harus menguasai materi pembuatan masker, instruktur sudah
berpengalaman dan memiliki sertifikat dari BNSP. Instruktur yang akan melatih
106
harus memahami etika profesi, bisa menyampaikan materi dengan baik,
komunikatif, jadi mempermudah pelatihan, dan bisa menjadi contoh yang baik
untuk peserta. Hal ini sesuai dengan Kurniastuti & Roesminingsih (2019) yang
menyatakan bahwa tugas instruktur tidak hanya menyampaikan materi, namun
juga menanamkan konsep yang sesuai dari materi pembelajaran, serta dalam
belajar peserta dapat terarah agar ilmu yang diperoleh peserta bisa bermanfaat di
kehidupan sekarang maupun masa mendatang. Pemilihan instruktur tidak
menggunakan seleksi, instruktur ditunjuk oleh BLK langsung dan jumlah
instruktur disesuaikan dengan pelatihan. Pelatihan pembuatan masker hanya
dilaksanakan 10 hari dan hanya satu paket pelatihan, jadi instruktur yang
dibutuhkan hanya satu orang saja.
Pembuatan jadwal mengajar didasarkan pada materi yang ada dibahan ajar,
sesuai dengan unit kompetensi paling dasar dan disesuaikan dengan materi mana
yang lebih di prioritaskan. Jadwal pembelajaran diprioritaskan ke unit kompetensi
pembuatan masker dengan alokasi waktu yang panjang, sedangkan unit
kompetensi lain mendapat alokasi waktu lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Santoso (2010:13) bahwa materi atau topik yang menjadi prioritas
akan mendapatkan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan topik
atau materi yang lainnya. Alokasi waktu pelatihan di unit kompetensi 1,2, dan 3
hanya sekilas, dan alokasi waktu pelatihan unit kompetensi ke 4 lebih banyak.
Waktu pelaksanaan seluruh kegiatan pelatihan disusun dalam matrik
pelatihan. Pengelola menetapkan waktu pelaksanaan mulai dari jadwal rapat
bulanan, jadwal rekruitmen, jadwal pelaksanaan pelatihan, dan jadwal monitoring
107
evaluasi. Rapat bulanan dilakukan oleh pengelola dan instruktur untuk
berkoordinasi mengenai pelaksanaan pelatihan.
Perencanaan dilakukan untuk menetapkan waktu pelaksanaan evaluasi.
evaluasi yang akan dilaksanakan sudah ditetapkan standarnya oleh BBPLK
Semarang. Evaluasi tersebut diantaranya evaluasi terhadap instruktur, sarana
prasarana dan materi pembelajaran dengan pengisian formulir yang dilakukan
oleh peserta pelatihan.. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (2006:141-
142) yang menyebutkan macam-maca evaluasi dalam pelatihan, bebrapa
diantaranya adalah evaluasi pretes, formatif, sumatif, evaluasi terhadap instruktur,
dan evaluasi program pelatihan. Pengelola menetapkan waktu pelaksanaan
evaluasi sehari sebelum pelatihan selesai. Bentuk evaluasi berupa kuisioner.
Evaluasi keluaran pelatihan juga akan dilaksanakan 6 bulan sampai 1 tahun
kedepan dengan cara online.
Anggaran pelatihan pembuatan masker ini berasal dari APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara). Perencanaan anggaran pelatihan tidak dilaksanakan
oleh UPTD BLK Disnaker Kota Semarang, perencanaan anggaran sepenuhnya
dilakukan oleh BBPLK Semarang. Dana pelatihan atau DIPA yang berasal dari
APBN diserahkan kepada BBPLK yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat. BBPLK bertanggung jawab penuh
terhadap anggaran yang akan digunakan dalam program pelatihan di BLK.
Namun BLK bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pelatihan yang
telah disahkan. Hal ini sesuai pernyataan Widyastuti (2012) bahwa BLK tidak
108
melakukan perencanaan anggaran, namun bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan program pelatihan.
4.2.1.2 Pengorganisasian
Sutarto (2013) bahwa dalam penyelenggaraan pelatihan akan berjalan
efektif dan efisien apabila anggota pengelola melaksanakan tugas sesuai dengan
job describsion. Sebelum melaksanakan pelatihan, UPTD BLK Kota Semarang
mempersiapkan sumber yang akan digunakan dalam pelatihan baik sumber
manusiawi dan non-manusiawi. Berdasarkan hasil wawancara, pembagian tugas
dan wewenang kepada pengelola disesuaikan dengan jabatan masing-maising.
Berdasarkan hasil wawancara, Ka BLK sebagai penanggung jawab pelatihan
menjahit (pembuatan masker), merencanakan, memimpin, mengkoordinasikan,
mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelatihan menjahit. Sub Bagian
Tata Usaha bertugas merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi
pelatihan. dalam sub bagian TU dibagi menjadi dua jabatan yaitu bendahara dan
pelaksana pelatihan. Bendahara bertugas mengurus bagian keuangan, terhitungan
kebutuhan pelatihan, dan pelaporan keuangan. Pelaksana bertugas merencanakan,
mempersiapkan pelatihan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi
pelatihan.
Selain menyiapkan SDM, pengelola juga mempersiapkan sumber non-
manusiawi seperti fasilitas untuk menunjang pelatihan. Sebelum pelaksanaan,
pengelola juga harus mengorganisasikan sumber non-manusiawi. Baik fasilitas
yang menunjang pelatihan mulai dari ruang seleksi, persyaratan peserta, fasilitas
untuk peserta, dan ruang pelatihan serta pengecekan kondisi mesin yang akan
109
digunakan untuk pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari & Ilyas,
(2015) bahwa dalam pengorganisasian pelatihan dilakukan dengan pembagian
tugas dan wewenang kepada anggota organisasi untuk melaksanakan tugasnya
dalam pelaksanaan pelatihan. Adapun fasilitas untuk peserta pelatihan : bahan
pelatihan; makan siang; seragam; ATK; sertifikat; transport di akhir pelatihan.
Kriteria Peserta Pelatihan:
(1) Sehat jasmani dan rohani
(2) Memiliki kemampuan dasar menjahit
(3) Warga Kota Semarang
(4) Usia produktif
(5) Mengisi surat pernyataan kesanggupan mengikuti protokolkesehatan
selama mengikuti pelatihan
4.2.1.3 Pelaksanaan
Menutur Sudjana dalam Astorini (2016:220) menyebutkan fungsi dari
pelaksanaan pelatihan “fungsi pelaksanaan adalah mewujudkan tingkat
penampilan dan partisipasi yang tinggi dari setiap pelaksanaan yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Pelaksanaan
adalah keseluruhan usaha, cara, teknik, metode dalam mendorong anggota
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disampaikan oleh Jamna
(2020) bahwa keberhasilan dari suatu pelatihan tidak hanya diukur dari
kelengkapan desain perencanaan saja, namun lebih dipengaruhi oleh pelaksanaan
pelatihan.
110
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan program pelatihan pembuatan
masker dimulai dari seleksi peserta pelatihan. Proses rekruitmen dilakukan dengan
beberapa tahap mulai dari pendaftaran, pemanggilan seleksi, tes, pengumuman,
dan setelah itu peserta bisa mengikuti pelatihan. Tujuan dari proses seleksi adalah
untuk mengetahui kompetensi awal calon peserta. Hal ini sesuai dengan Sudjana
(2007:201) yang menyatakan bahwa tes awal dilakukan untuk mengetahui
kompetensi awal peserta pelatihan mulai dari pengetahuan, sikap, dan nilai calon
peserta sebelum mengikuti pelatihan. Seleksi dilaksanakan secara langsung di
UPTD BLK Gayamsari dengan tes tertulis. Tidak ada tes wawancara ataupun
praktik untuk menghindari kontak fisik dan tetap menjaga jarak. Rekruitmen
dilaksanakan sesuai adwal yang telah ditetapkan, peserta yang mendapat
panggilan lolos seleksi mendapatkan fasilitas yang akan digunakan dalam
pelatihan.
Setelah melewati proses seleksi, tahap selanjutnya adalah proses
pembelajaran. Hidayatun dkk (2019) menyebtukan bahwa kualitas belajar peserta
didik yang baik dan berdaya saing dipengaruhi oleh manajemen pembelajaran
yang baik. Pelatihan dilaksanakan dengan alokasi 80 JP delaksanakan selama 10
hari dari tanggal 15 Juni sampai 26 Juni 2020, hari Senin sampai Jumat, dan
dimulai dari jam 08.00 sampai jam 13.00. Proses pembelajaran mencakup metode
dan media pelatihan. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi
pelatihan pembuatan masker dengan cara ceramah, kemudian dilanjutkan dengan
praktik. Praktik diperbanyak untuk mempercepat proses pembuatan masker dan
tujuan pembelajaran adalah memberi keterampilan kepada peserta pelatihan.
111
Menurut hasil wawancara, pembelajaran lebih di mengacu ke metode paktik,
presentasenya sebanyak 85% praktik dan 15% teori. Meski demikian, peserta
pelatihan pembuatan masker tidak merasa kesulitan dengan metode tersebut
karena memang sudah mempunyai kemampuan dasar menjahit, jadi bisa
mengikuti dengan baik. Berdasarkan pernyataan Mujiman (2006:82) penggunaan
metode ceramah dapat membuat peserta menjadi bosan, ini merupakan kelemahan
dari metode ceramah, dalam hal ini perlu adanya pengurangan kelemahan metode
ceramah. Sesuai dengan hasil wawancara, bahwa dalam pembelajaran pelatihan
pembuatan masker, ceramah dalam penyampaian materi hanya sekilas sebagai
pemberian dasar teori sehingga peserta tidak merasa lelah san bosan.
Pelatihan pembuatan masker tidak memakai alat bantu dalam
menyampaikan materi. Materi pembelajaran disampaikan secara lisan tanpa
menggunakan proyektor ataupun whiteboard meskipun sudah disediakan oleh
BLK. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi bahwa
praktik dalam pelatihan pembuatan masker menggunakan beberapa alat bantu
pembelajaran seperti alat bantu jahit (gunting, pendedel, pola), mesin jahit yang
dipegang tiap peserta pelatihan, dan mesin obras. Media praktik yang digunakan
sudah sesuai dengan kebutuhan pelatihan pembuatan masker, dengan
menggunakan alat jahit tersebut, dapat membantu peserta dalam mempraktikkan
pembuatan masker. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astorini (2016) bahwa
dalam menggunakan media pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan, situasi,
dan kondisi pembelajaran.
112
Berdasarkan hasil wawancara dengan instruktur, diperoleh informasi bahwa
materi yang disampaikan oleh instruktur dalam pelatihan pembuatan masker
sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam bahan ajar. Bahan ajar yang
berupa buku informasi ini sudah dilengkapi dengan gambar yang mempermudah
peserta dalam memahami materi. Fasilitas yang diberikan kepada peserta
pelatihan yakni ATK, tas, seragam, bahan pelatihan, alat bantu jahit, makan siang,
dan sertifikat dari BLK. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk pelatihan
pembuatan masker ada ruang pelatihan, yang bersisi 16 mesin jahit yang dipegang
tiap peserta pelatihan, dan satu mesin obras. Berdasarkan hasil wawancara dengan
instruktur pelatihan, sarana dan prasarana yang disediakan oleh BLK sudah sangat
maksimal, sesuai dengan kebutuhan pelatihan pembuatan masker
Setelah proses pembelajaran pelatihan dilaksanakan, yang biasa dilakukan
adalah penilaian peserta atau tes akhir peserta pelatihan. Seperti menurut Sudjana
(2007:206) bahwa tes akhir ini dilaksanakan dalam setiap materi pelatihan, dan
dalam gabungan seluruh materi pelatihan. Menurut Wahyuni & Sutarto (2018)
bahwa dalam penilaian hasil belajar aspek yang dinilai adalah pemahaman materi
dan praktik menjahit dan penilaian tersebut dilakukan oleh instruktur. Menurut
hasil wawancara dengan instruktur pelatihan, penilaian peserta tidak dilaksanakan
secara tertulis, penilaian dilakukan secara langsung oleh instruktur dengan melihat
hasil jahitan peserta apakah sudah sesuai dan tercapai unit kompetensinya. .
Apriani & Suminar (2015:4) penilaian yaitu perbandingan dan pengukuran hasil
pekerjaan dengan standar yang ditetapkan. Penilaian dalam bentuk praktik ini
dilakukan oleh instruktur terhadap peserta pelatihan dengan mengukur
113
kemampuan peserta pelatihan melalui praktik pembuatan masker, untuk
mengukur sejauh mana peserta sudah menguasai tiap unit kompetensi yang ada
dalam materi pembelajaran. penilaian ini dilaksanakan disaat pelaksanaan
pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Auliana (2010) bahwa penilaian
pelatihan dengan cara praktik dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta
saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan hasil
wawancara dengan instruktur, peserta pelatihan sudah mampu membuat masker
sesuai dengan standar kompetensi, walapun ada perbedaan kecepatan produksi
tiap peserta, karna kemampuan tiap peserta berbeda-beda. Namun target
pembuatan 2000 masker telah terpenuhi selama 10 hari pelatihan. Peserta yang
mampu membuat masker sesuai dengan standar dalam buku informasi, dianggap
sudah mencapai unit kompetensi dan layak mendapat sertifikat dari BLK.
Ada beberapa pertimbangan mengapa tidak dilaksanakan Uji Kompetensi,
dikarenakan pelatihan yang dilaksanakan adalah pelatihan pembuatan masker
dengan tujuan peserta mampu membuat masker sesuai standar kesehatan, dan
fokus agar peserta pelatihan mampu berwirausaha, jadi uji kompetensi dirasa
tidak terlalu diutamakan. Selain itu pelatihan merupakan pelatihan refocusing
sebagai bentuk kegiatan tanggap Covid-19 dan hanya dilaksanakan 10 hari saja,
tidak seperti pelatihan berbasis kompetensi lainnya yang dilaksanakan 20-30 hari,
jadi dengan waktu yang singkat, tidak memungkinkan melaksanakan uji
kompetensi. Untuk mengukur ketercapaian tiap unit kompetensi, penilaian
dilakukan dengan cara evaluasi praktik dan pemantauan saja.
114
4.2.1.4 Pengawasan
Saat pelaksanaan pelatihan, pengawasan diperlukan untuk memantau
proses pelatihan agar sesuai dengan tujuan awal pelatihan dan memastikan tidak
ada kendala, dan jika ada kendala maka akan langsung diperbaiki agar pelatihan
dapat berjalan dan tujuan pelatihan tercapai. Pengawasan menurut Sudjana (2000)
merupakan sebuah upaya dalam memantau pencapaian hasil pelatihan, selain itu
pengawasan juga dapat digunakan untuk melakukan identifikasi baru mengenai
pelatihan yang sedang dilaksanakan dan memberi masukan untuk perencanaan
selanjutnya.
Pengawasan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang dilakukan selama
pelatihan berlangsung dan setelah pelatihan selesai. Berdasarkan hasil wawancara
pengawasan dilakukan oleh pengelola pelatihan dengan mengunjungi tempat
pelatihan di UPTD BLK Mijen untuk mengawasi proses pelatihan dan mengecek
apakah ada kendala selama pelatihan. Monitoring juga dilakukan oleh BBPLK
Semarang, dilakukan tiga hari sebelum pelatihan ditutup untuk mengawasi
pelaksanaan pelatihan, sekaligus mengevaluasi pelatihan yang dilaksanakan.
Setelah pelatihan pengawasan tetap dilakukan yaitu setelah peserta lulus dan
mendapat sertifikat, peserta masih akah dipantau untuk mengetahui keberlanjutan
dari pelatihan dalam menerapkan hasil pelatihan pembuatan masker. Monitoring
dilakukan 6 bulan dampai dengan 1 tahun setelah pelatihan. Kondisi pandemi ini
mengharuskan monitoring dilaksanakan secara online. Pengelola membuat grup
whatsapp dengan instruktur dan peserta pelatihan sebagai ajang sharing bagi
115
peserta mengenai kesempatan kerja yang telah diperoleh maupun wirausaha yang
dilakukan peserta.
Selain pengawasan tersebut, pengelola juga mengadakan rapat bulanan
untuk memonitoring dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan disetiap
bulannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Astorini & Rifai (2018) bahwa
pengawasan dilakukan dengan melihat seberapa jauh perkembangan pelatihan,
baik dari segi instruktur maupun peserta pelatihan.
4.2.1.5 Evaluasi Pelatihan
Setelah perencanaan dan pelaksanaan pelatihan, tahap selanjutnya adalah
evaluasi terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan. Evaluasi akhir ini
dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas pelatihan, seperti yang diungkapkan
oleh Sutarto (2013:86) bahwa evaluasi akhir dilakukan untuk mengukur hasil
efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pelatihan.
Evaluasi pelatihan pembuatan masker diantaranya evaluasi terhadap
instruktur, evaluasi sarana prasarana, dan evaluasi materi pembelajaran.
Berdasarkan dokumentasi, peserta juga melakukan penilaian terhadap pelayanan
UPTD BLK terhadap maskarakat.
Adapun evaluasi yang dilakukan oleh pengelola kepada peserta pelatihan
dengan cara observasi atau pemantauan. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
memantau sejauh mana para lulusan memanfaatkan hasil pembelajaran dalam
pelatihan pembuatan masker dalam lingkungan kehidupannya. Dengan hasil
pemantauan, dapat dilakukan analisis kembali mengenai kebutuhan pelatihan.
Sesuai dengan pernyataan Sudjana (2007:211) bahwa dalam evaluasi dengan
116
tahap observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan perolehan
selama pembelajaran pada lingkungan kehidupan dan pekerjaannya. Pemantauan
peserta pelatihan dilakukan melaui grup whatsapp pengelola, instruktur, dan
peserta pelatihan.
Hasil wawancara dengan pengelola pelatihan memberikan informasi
mengenai evaluasi terhadap instruktur. Evaluasi ini dilakukan dalam bentuk
kuisioner yang diisi oleh peserta pelatihan mengenai penguasaan materi dan cara
instruktur menyampaikan materi pembelajaran. Tujuan dari evaluasi instruktur
adalah untuk mengetahui kekurangan instruktur dalam pembelajaran dan sebagai
perbaikan dipelatihan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujiman
(2006:146) bahwa evaluasi terhadap instruktur dilaksanakan untuk perbaikan
kualitas performa instruktur pelatihan dimasa selanjutnya.
Sama halnya dengan evaluasi instruktur, evaluasi terhadap sarana dan
prasarana, dan evaluasi materi juga dilakukan oleh peserta pelatihan untuk
mengetahui kualitas sarana prasarana dan materi pembelajaran yang telah
digunakan, apakah ada kekurangan yang bisa ditindak lanjuti oleh pengelola
dengan perbaikan di pelatihan selanjutnya. Evaluasi tersebut dilaksanakan sehari
sebelum pelatihan selesai, peserta pelatihan diminta mengisi kuisioner tanpa harus
mengisi nama mereka, sehingga mengurangi keengganan peserta pelatihan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Mujiman (2006:146) bahwa kendala terbesar dalam
evaluasi ini adalah kejujuran peserta dalam memberikan penilaian, peserta
enggan memberi jawaban yang sebenarnya dikarenakan peserta harus
mencantumkan nama mereka. Dengan demikian cara yang dilakukan dalam
117
evaluasi tersebut dapat memberi kenyamanan peserta dalam mengisi kuisioner
evaluasi dengan jujur.
Evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja, namun belum ada
penyaluran kerja. Peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan diharapkan bisa
membuka usaha secara mandiri, maupun membuka lapangan kerja bagi orang
lain. Evaluasi keluaran dilaksanakan setelah 6 bulan sampai satu tahun setelah
pelatihan. Hasil penilaian terhadap keluaran pelatihan digunakan sebagai
pertimbangan untuk pelatihan selanjutnya.
4.2.2 Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Penyelenggaraan suatu program pelatihan dapat berjalan dengan efektif
dan efisien didukung dengan perencanaan yang baik dan pelaksanaan pelatihan
yang sesuai dengan perencanaan tanpa adanya hambatan. Pelatihan pembuatan
masker yang dilaksanakan di UPTD BLK Disnaker Kota Semarang berjalan
sesuai dengan perencanaan meskipun pelatihan ini merupakan pelatihan
refocusing tanggap Covid-19 yang tidak direncanakan sama sekali diawal
perencanaan tahun anggaran 2020. Hal ini dapat terjadi dengan adanya beberapa
keunggulan manajemen pelatihan yang ada di UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang.
Perencanaan yang dibuat sudah semaksimal mungkin dengan
mempersiapkan segala kebutuhan pelatihan walaupun ditengah pandemi Covid-
19. Perencanaan dilaksanakan secara tatap muka dengan mematuhi protokol
kesehatan. Pelaksanaan pelatihan juga dilaksanakan secara tatap muka dengan
mematuhi protokol kesehatan. Sebelum memasuki gedung pelatihan, baik peserta,
118
instruktur, maupun pengelola harus mencuci tangan dengan sabun, cek suhu
tubuh, menggunakan hand sanitizer dan menggunakan masker. Dengan metode
yang digunakan pelaksanaan KBM lebih optimal dan tujuan pelatihan tercapai.
Target pembuatan 2000 masker terpenuhi dalam waktu pelatihan 10 hari. Dalam
waktu singkat, peserta pelatihan mampu membuat masker sesuai dengan standar
kesehatan. Beberapa peserta pelatihan sudah menggunakan kemampuan yang
diperoleh dari pelatihan sebagai bekal berwirausaha, yaitu peserta sudah mampu
membuka usaha dan menerima pesanan masker meski peserta masih dalam tahap
pelatihan. Hal tersebut tentu saja didukung dengan manajemen pelatihan yang
baik, dan identifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
BLK Kota Semarang juga melakukan kerja sama dengan Disnaker kota
semarang dalam penyaluran kerja, baik jobfair maupun pembukaan lowongan
kerja melalui website yang ada di Disnaker Kota Semarang yang bekerja sama
dengan perusahaan-perusahaan yang sedang mencari tenaga kerja. Selain itu
Disnaker juga membuka Jobcafe, peserta lulusan BLK dapat mendaftarkan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan telah memenuhi syarat
dari perusahaan. Salah satunya dalam bidang menjahit, BLK bekerja sama dengan
PT Global Kapital Investama dengan membuka lowongan kerja melalui website
Disnaker Kota Semarang. BLK juga bekerja sama dengan BBPLK Semarang
dengan melakukan Jobfair. Namun pada pelatihan pembuatan masker ini, belum
adanya penyaluran kerja, peserta dituntut untuk membuka peluang usaha secara
mandiri.
119
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan dalam manajemen program pelatihan menjahit di UPTD BLK
Disnaker Kota Semarang melalui beberapa tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pelatihan. Ditengah
pandemi Covid-19 manajemen pelatihan dilaksanakan secara tatap muka dengan
beberapa pembatasan dan ada juga yang dilaksanakan secara online. Pelatihan
hanya dilaksanakan selama 80JP dan berasal dari dana APBN. Seleksi yang
dilakukan hanya dengan tes tertulis tanpa wawancara maupun praktik seperti
biasanya, hal ini dilakukan untuk mengurangi interaksi dengan peserta pelatihan
dalam mematuhi protokol kesehatan. Pelaksanaan pelatihan mengacu pada buku
informasi yang ditetapkan oleh Kemnaker. Pengawasan setelah pelatihan
dilaksanakan secara online melalui whatsapp grup sebagai ajang sharing untuk
memantau peserta setelah mendapatkan bekal pelatihan. Evaluasi peserta
pelatihan tidak dilaksanakan dengan uji kompetensi, namun dilaksanakan secara
langsung oleh instruktur melalui praktik. Namun belum ada tindak lanjut
mengenai penyaluran kerja.
Faktor pendukung ketercapaian tujuan pelatihan dengan adanya identifikasi
yang sesuai kebutuhan masyarakat, instruktur yang sesuai, dan peserta yang
memiliki keterampilan dasar sehingga tercapai target pembuatan 2000 masker
dalam waktu 10 hari.
5.1 Saran
Setelah memperoleh simpulan dari hasil penelitian, maka penulis sampaikan
saran-saran kepada lembaga sebagai berikut :
5.1.1 Menginformasikan secara luas mengenai pelaksanaan pelatihan, dengan
penyebaran informasi kepada masyarakat baik melaui media sosial,
pamflet, ataupun sosialisasi sehingga semua masyarakat Kota Semarang
bisa mengetahui informasi pelatihan dan agar sasaran pelatihan sesuai.
5.1.2 Melakukan penilaian terhadap peserta pelatihan dengan cara tertulis oleh
instruktur agar instruktur memperoleh data tentang kemajuan peserta
pelatihan dan penilaian tersebut dapat digunakan untuk laporan hasil
belajar kepada pengelola pelatihan.
5.1.3 Mengadakan penyaluran kerja atau pembuatan kelompok usaha oleh BLK
sehingga keterampilan yang dimiliki peserta pelatihan dapat tersalurkan,
dan tujuan pelatihan dalam mengurangi angka pengangguran dapat
tercapai secara maksimal.
121
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M. H. (2016). Analisis Perencanaan Anggaran Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Pada Pemerintah Kabupaten Balang Provinsi Kalimantan
Selatan. Jurnal Ilmu Administrasi, 13(2), 367–388. Retrieved from
http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/92/pdf
Akbar, M., Farid, M., & Ilyas, M. (2017). Efektifitas Penyebaran Informasi
Rekrutmen Peserta Didik Pelatihan Berbasis Kompetensi Pada Balai
Latihan Kerja Kab. Majene. Jurnal Komunikasi Kareba, 6(1), 162–173.
Alfiati, D. A., & Kisworo, B. (2017). Manajemen Pelatihan Praseleksi Program
Pemagangan Ke Jepang Di Lembaga Pelatihan Kerja Jiritsu. Jurnal
Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat (JPPM), 4(2), 101–118.
Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/267824707.pdf
Almareza, S. (2016). Perencanaan Pelatihan Keterampilan Kecakapan Hidup di
Desa Vokasi Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
Andriani, M. W., & Ghati, E. W. (2018) Pelatihan Pengembangan Instrumen
Penilaian Afektif Sebagai Acuan Layanan Bimbingan Pribadi Siswa. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(2), 68–76. Retrieved from
http://194.59.165.171/index.php/JA/article/view/340
Anugerah, S. Y. (2015). Perumusan Tujuan dan Manfaat Pelatihan. Retrieved
from
https://www.academia.edu/34743805/perumusan_tujuan_dan_manfaat_pela
tihan
Apriani, F., & Suminar, T. (2015). Manajemen Penyelenggaraan Program Bina
Keluarga Remaja Melalui Kegiatan Keterampilan Merajut di RW 06
Kelurahan Bandarjo Ungaran Barat. Jurnal of Non Formal Education and
Comunity Empowerment, 4(1), 1–6
Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2010). Evaluasi Program Pendidikan (2nd ed.).
Jakarta: Bumi Aksara.
Arini, & Maesaroh. (2019). Analisis Kinerja UPTD BLK Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Semarang dalam Menjalankan Pelatihan Berbasis Kompetensi.
Journal of Public Policy and Management Review, 8(2), 184–205.
Armiani, S., Fajri, S. R., Sukri, A., & Pidiawati, B. Y. (2020). Pelatihan
Pembuatan Masker Sebagai Upaya Antisipasi Penyebaran Covid-19 di Desa
Anyar Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Hasil Pengabdian & Pengabdian
122
Kepada Masyarakat, 1(1), 22–27. Retrieved from
http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/jpu
Aryanto, V. D. W. (Ed.). (2013). Manajemen dalam Konteks Indonesia.
Yogyakarta: Kanisus.
Astorini, I. D. (2016). Penyelenggaraan Program kursus Musik (Studi Pada LKP
Lily’s Music School Semarang). Universitas Negeri Semarang. Retrieved
from file:///E:/skripsi/topik 2/referensi/skripsi/pelaksanaan/pelaksanaan
pelatihan baby sitter.pdf
Astorini, I. D., & Rifai, A. (2018). Penyelenggaraan Program Kursus Musik
(Studi Pada Lembaga Lily’s Music School Semarang). Jurnal Eksistensi
Pendidikan Luar Sekolah, 3(1), 35–45. Retrieved from
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/E-Plus/article/viewFile/3514/2606
Auliana, R. (2010). Pelatihan Pengolahan Bekatul Sebagai Makanan Fungsional
dalam Pembuatan Aneka Makanan di Kelurahan Wedomartani Kecamatan
Ngemplak Sleman Yogyakarta. Inotek, 14(1), 55–65. Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/inotek/article/view/2284
Brandl, R., Alvarado, A., & Peltomaa, A. (2019). Evaluating Efficacy of
Environmental Education Programming. School Science and Mathematics,
119(2), 83–93. https://doi.org/10.1111/ssm.12319
Badan Pusat Statistik. (2020). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2019
(pp. 1–8). pp. 1–8.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia
Februari 2020. Retrieved from
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1672/februari-2020--tingkat-
pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-4-99-persen.html
Coetzee, N., Staden, H. Van, & Oldewage, W. (2019). Reviewing sewing training
materials for participants of rural income generating projects. Journal of
Consumer Sciences, 4, 1–16.
Dewi, N. A. P., & Utami, S. (2020). Perancangan Masker Kain Sebagai Alat
Pelindung Diri dalam Sistem Sustainable Fashion. Jurnal Da Moda, 1(2),
32–41. Retrieved from https://jurnal.std-
bali.ac.id/index.php/damoda/article/view/81/59
Dunung R, A., Susilawati, & Zulfiati. (2016). Evaluasi Program Pelatihan
Berbasis Kompetensi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja
Karawang (Penerapan Model Evaluasi CIPPO). Jurnal Pendidikan Teknik
123
Dan Vokasional, 2(1), 38–45. Retrieved from file:///D:/10Downloads/8225-
Article Text-15823-1-10-20180802.pdf
Elyadi, P., & Wardoyo, P. (2018). Upaya Peningkatan Kompetensi : Dampak
Pelatihan Bersubsidi Serta Peran Instruktur. Jurnal Riset Ekonomi Dan
Bisnis, 11(2), 142–153. Retrieved from
http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article /view/1082/700 ISSN 1979-
4800 (cetak) 2580-8451 (online)
Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data (1st ed.). Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Farndale, E., McDonnell, A., Scholarios, D., & Wilkinson, A. (2020). Human
Resource Management Journal : A look to the past , present , and future of
the journal and HRM scholarship. Human Resource Management Journal,
30(1), 1–12. https://doi.org/10.1111/1748-8583.12275
Franita, R. (2016). Analisa pengangguran di indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial, 1, 88–93.
Hadi, S. (2016). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif pada Skripsi.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 22(1), 74–79. Retrieved from
file:///D:/10Downloads/8721-11553-1-PB.pdf
Hamalik, O. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafi, M. (n.d.). Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen. In
EKMA4116/MODUL 1 (pp. 1–66). Retrieved from
http://repository.ut.ac.id/4533/1/EKMA4116-M1.pdf
Hasibuan, M. S. P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayatun, A., Rifai, A., & Mulyono, E. S. (2019). Manajemen Pembelajaran
Program Kursus Bahasa Inggris di Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris
Build Better Communication Semarang. Jurnal Pendidikan Dan
Pemberdayaan Masyarakat (JPPM), 6(1), 31–44.
Husaini, A. (2017). Peran Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi.
Jurnal Warta, 51. Retrieved from file:///E:/skripsi/topik
2/referensi/jurnal/nasional akreditasi/manajemen SDM.pdf
124
Husein, A., & Sutarto, J. (2017). Pembelajaran Kursus Menjahit di Lembaga
Kursus dan Pelatihan (LKP) Nissan Fortuna Kabupaten Kudus. Jurnal
Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus), 2(1), 30–38
Jamna, J. (2020). Pelaksanaan pelatihan keterampilan Modern Dance di Blitz
Dance Studio Padang. Journal of Family, Adult, and Early Childhood
Education, 2(1), 115–121. Retrieved from
http://ejournal.aksararentakasiar.com/in dex.php/jface Penerbit
Jannana, N. S., & Suryono, Y. (2017). Manajemen Program Short Courses. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 5(1), 82–94. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc/article/view/8047/5527. p-
ISSN 2337-7895 e-ISSN 2461-0550
Kalsum, U., Afni, N., & Nor, A. R. A. C. (2019). Hubungan Penggunaan Masker
dan Masa Kerja dengan Fungsi Paru Polisi Lalu Lintas di Polres Palu.
Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1), 621–627. Retrieved from
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/jom/article/view/849
Kamil, M. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (1st ed.; Riduwan, Ed.).
Bandung.
Kemnaker. (2017). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2017.
Kurniastuti, L. R., & Roesminingsih, M. V. (2019). Peran Instruktur dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Pelatihan Tata Rias Pengantin di
Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Jombang. Jurnal Pendidikan Untuk
Semua, 8(1), 1–11. Retrieved from
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-
sekolah/article/view/28472/26051
Lestari, P. A., Hanindharputri, M. A., & Lestari, N. P. E. P. (2020). Gerakan
1.000 Masker untuk Pencegahan Virus Covid 19 di Pasar Yadnya Desa
Adat Kesiman Denpasar Timur. Jurnal Lentera Widya, 1(2), 39–44.
Retrieved from https://jurnal.std-bali.ac.id/index.php/lenterawidya
Mahdiyah, L. (2019). 303 Balai Latihan Kerja Tersebar di Seluruh Indonesia.
Marzuki, M. S. (2012). Pendidikan Nonformal (2nd ed.; G. Waseso, Ed.).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mayombe, C. (2017). Integrated non-formal education and training programs and
centre linkages for adult employment in South Africa. Australian Journal of
Adult Learning, 57(1), 105–125.
125
Milia, N. (2020). 4 Jenis Masker untuk Cegah Penularan Corona, Mana yang
Terbaik? Retrieved from tempo.co website:
https://cantik.tempo.co/read/1327285/4-jenis-masker-untuk-cegah-
penularan-corona-mana-yang-terbaik
Moleong, j lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhardi. (2004). Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa
Indonesia. Jurnal Sosial Dan Pembangunan, XX(4), 478–492. Retrieved
from https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/153
Mulyadi, M. (2016). Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran dan
Kemiskinan dalam Masyarakat. Journal of Educational Research and
Evaluation 21(3), 221–236. Retrieved from
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/view/11925/8006
Mujiman, H. (2006). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri (Kamdani,
Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nadya, I. R. (2020). Menaker Minta BLK Gelar Pelatihan dan Produksi Alat
Pencegahan Penyebaran Covid-19. Retrieved from Kompas.com website:
https://money.kompas.com/read/2020/03/24/195631326/menaker-minta-
blk-gelar-pelatihan-dan-produksi-alat-pencegahan-penyebaran
Narbuko, C., & Achmadi, A. (2010). Metodologi Penelitian (11th ed.). Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Nurpitriani, A. (2017). Pelaksanaan Pelatihan Menjahit Pakaian Dasar Berbasis
Kompetensi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
Oktarina, S. (2016). Pengelolaan Lembaga Kursus Pelatihan Bordir di Kota Solok
(Studi Kasus Pada Lembaga Kursus Pelatihan Bordir Muslimah Group). E-
Journal Home Economic and Tourism, 11(1), 1–16. Retrieved from
http://103.216.87.80/index.php/jhet/article/view/5821/4550
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2009. (2009).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2013. (2013). Retrieved from https://corphr.com/wp-
content/uploads/2016/04/Permenaker-RI-No.-11-Tahun-2013.pdf
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2012. (2012).
126
Peraturan Walikota Semarang No 65 Tahun 2008 (pp. 1–7). (2008). Semarang.
Prahara, H. (2017). Balai Latihan Kerja, Sarana Mencetak Tenaga Terampil
Berkualitas. Retrieved from Kompas.com website:
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/30/080200126/balai-latihan-
kerja-sarana-mencetak-tenaga-terampil-berkualitas-?page=all
Pratama, D. A., Marjiono, & Indrianti, D. T. (2018). Hubungan Antara
Kompetensi Profesional Instruktur Dengan Hasil Belajar Pada Peserta
Pelatihan di LKP El-Rahma Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah, 2(1), 20–22.
Pribadi, B. A. (2014). Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis
Kompetensi (2nd ed.). Jakarta: Prenada Media Group.
Prihantanto, A. (2018). Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan Teknik
Kendaraan Ringan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Kebumen.
Universitas Negeri Semarang.
Priyono. (2007). Pengantar Manajemen (T. Chandra, Ed.). Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/304748841_BUKU_PENGANTA
R_MANAJEMEN
Rahayu, S., & Fakhruddin. (2019). Manajemen Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) sebagai Upaya Meningkatkan Budaya Literasi. Jurnal Eksistensi
Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus), 4(2), 164–174.
Ramadani, P., & Novrita, S. Z. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan
Menjahit Rok Melalui Media Mock Up di Kelas Tata Busana Siswa SLB
Negeri 2 Padang. Gorgia Jurnal Seni Rupa, 08(1), 203–308.
Rifa’i, A. (2007). Evaluasi Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.
Samsuni. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jurnal Ilmiah Keislaman
Dan Kemasyarakatan, 17(31), 113–124. Retrieved from
http://ejurnal.staialfalahbjb.ac.id/index.php/alfalahjikk/article/view/19/88
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (1st ed.).
Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Santoso, B. (2010). Skema dan Mekanisme Pelatihan. Retrieved from
https://play.google.com/books/reader?id=bKdABAAAQBAJ&hl=id&pg=G
BS.PP1
127
Sari, A. Y. R. (2017). Penyelenggaraan Program Pelatihan Baby Sitter Balita di
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kasih Bintang Timur Kota Semarang
(Universitas Negeri Semarang). Retrieved from file:///E:/skripsi/topik
2/referensi/skripsi/pelaksanaan/pelaksanaan pelatihan baby sitter.pdf
Sarinah. (2017). Pengantar Manajemen. Retrieved from
https://www.academia.edu/34846657/Pengantar_Manajemen
Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Riduwan,
Ed.). Bandung: Alfabeta.
Sirodjuddin, K., & Suparman, L. (2013). Peran Dinas Tenaga Kerja Dalam
Meningkatkan Pendapatan Industri Kreatif Berbasis Pangan Lokal Melalui
Pelatihan Kewirausahaan Di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.
Jurnal Empowerment, 2(2252), 25–37. Retrieved from http://e-
journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment/article/view/595/410
Sudarsana, I. K. (2015). Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah dalam
Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu,
1(1), 1–14. Retrieved from
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/index/search/search
Sudarsana, I. K. (2017). Membentuk Karakter Anak Sebagai Generasi Penerus
Bangsa melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Agama Dan Budaya,
1(1), 41–48. Retrieved from file:///D:/10Downloads/8-15-1-SM.pdf
Sudjana, D. (2000). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah
Production.
Sudjana, D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (1st ed.). Bandung: Falah
Production.
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung.
Sumini. (2018). Pengembangan Modul Pelatihan Untuk Meningkatkan Kualitas
Hasil Pelatihan di Balai Latihan Kerja. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan, (April), 75–86. Retrieved from
http://www.jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/semnasmpd/article/view/3025/17
60
Sumual, T. E. M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia (Lia, Ed.). Retrieved
from https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/
Suprijanto. (2007). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sutarto, J. (2013). Manajemen Pelatihan (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.
128
Syahrul, Y., Rini, A., & Fatmariani. (2019). Pelatihan Pengenalan Tipografi
dalam Meningkatkan Psikomotorik Anak Bagi Siswa Siswi SD Negeri 17
Palembang. Seminar Nasional Pengabdian Pada Masyarakat 2019, 218–
225. Retrieved from
https://ejurnal.dipanegara.ac.id/index.php/snpmas/article/view/467/410
Tindage, J. (2019). Peranan BLK dalam Menciptakan Peluang Kerja Untuk
Menekan Angka Pengangguran Di Kota Sorong. Jurnal Ekonomi Peluang,
XIII(2), 130–135.
Uhbiyati, N. (2015). A competency-based model of the human resource
development management of ustadz at salaf boarding school. International
Journal of Educational Management, 29(5), 695–708.
https://doi.org/10.1108/IJEM-08-2014-0118
Ulfatin, N., & Triwiyanto, T. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang
Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Umam, K. (2012). Manajemen Organisasi (1st ed.). Bandung: Pustaka Setia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (2006).
Utomo, A. P., & Tehupeiory, K. P. (2014). Evaluasi Pelatihan dengan Metode
Kirkpatrick Analysis. Jurnal Telematika, 9(2), 37–41. Retrieved from
https://journal.ithb.ac.id/telematika/article/view/84/113
Wahyuni, S., & Sutarto, J. (2018). Pembelajaran Kursus Menjahit di Lembaga
Kursus dan Pelatihan Gassebo Kabupaten Kendal. Jurnal Pendidikan Dan
Pemberdayaan Masyarakat (JPPM), 5(2), 23–44.
Wahyuningsih, S., & Sucipto. (2016). Pendapat Peserta Pelatihan terhadap Bahan
Ajar. Jurnal Pendidikan Nonformal, 10(2), 36–46.
Wardhani, C. H., Sumartono, & Makmur, M. (2015). Manajemen
Penyelenggaraan Program Pelatihan Masyarakat ( Studi di Balai Besar
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri di Malang
). Jurnal Sosial Dan Humaniora, 18(1), 21–30. Retrieved from
http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article/view/1082/700 ISSN : 1411-
0199 E-ISSN : 2338-1884
Wedhaswary, I. D. (2020). Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Minta Masyarakat
Gunakan Masker Kain 3 Lapis. Retrieved from Kompas.com website:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/06/053200665/gugus-tugas-
129
penanganan-covid-19-minta-masyarakat-gunakan-masker-kain-
3?page=all.%0A
WHO. (2020). Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks Covid-19.
Retrieved from https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-
dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=8a209b04_2
Wibowo, M. A. (2017). Efektivitas Pemakaian Masker Terhadap Penurunan
Gejala Faringitis pada Pekerja Tambang yang Terpajan Gas Belerang di
Kawah Ijen Banyuwangi (Universitas Muhammadiyah Malang). Retrieved
from http://eprints.umm.ac.id/41776/
Widyastuti, D. K. (2012). Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan
Institusional di UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017). Refleksi Kritis Ideologi Pendidikan
Konservatisme Dan Libralisme Menuju Paradigma Baru Pendidikan.
Journal Of Education Research, 1(4), 283–291. Retrieved from
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/view/11925/8006
Wulandari, N. A. D., & Ilyas. (2015). Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan
Otomotif dalam Mempersiapkan Warga Belajar Memasuki Dunia Kerja di
BLKI Semarang. Jurnal of Nonformal Education and Community
Empowerment, 4(2), 107–114. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc/article/view/8047/5527
LAMPIRAN
130
Lampiran 1
SK Dosen Pembimbing
131
Lampiran 2
Surat Ijin Observasi
132
Surat Ijin Penelitian dari Disnaker
133
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian
134
Lampiran 4
Surat Selesai Penelitian
135
Lampiran 5
Kisi-Kisi Pedoman Observasi
KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
No Aspek yang di
Observasi
Ada Tidak Keterangan
A. Gambaran Umum UPTD BLK Kota Semarang
1. Latar Belakang
Berdirinya
2. Visi, Misi, dan Tujuan
3. Struktur Organisasi
B. Perencanaan Pelatihan
1. Identifikasi
Kebutuhan
2. Perumusan Tujuan
Pelatihan
3. Media Pembelajaran
Pelatihan
4. Penetapan Waktu dan
Tempat Pelatihan
5. Matriks Pelatihan
C. Pengorganisasian
1. Pembagian tugas
pengelola
2. Persiapan fasilitas
pelatihan
3. Persiapan rekrutmen
D. Pelaksanaan Pelatihan
1. Rekrutmen Peserta
Pelatihan
2. Tempat Pelatihan
3. Bahan Ajar
136
4. Bahan Pelatihan
5. Metode Pembelajaran
6. Fasilitas Pelatihan
untuk Peserta
7. Sarana Prasarana
8. Penilaian Peserta
E. Evaluasi Pelatihan
1. Uji Kompetensi
2. Form Evaluasi
3. Evaluasi Materi
4. Evaluasi Instruktur
5. Evaluasi Sarana dan
Prasarana
137
Lampiran 6
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
FOKUS SUBFOKUS INDIKATOR INFORMAN
Manajemen
Program
Pelatihan
Menjahit
(Pembuatan
Masker)
1. Gambaran umum
UPTD BLK Kota
Semarang
1.1. Latar Belakang Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 1.2. Visi Misi Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 1.3. Pelatihan
Menjahit
(Pembuatan
Masker)
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 2. Perencanaan
Program
2.1. Penetapan
Pengelola dan
Staf Pembantu
Program
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 2.2. Tujuan Pelatihan Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
2.3. Penetapan Bahan
Ajar
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 2.4. Penetapan
Metode Kepala BLK
Kepala TU
138
Pembelajaran Staf
Instruktur 2.5. Penetapan
Media/Alat Bantu Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 2.6. Penetapan Cara
Evaluasi Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 2.7. Penetapan
Tempat dan
Waktu Pelatihan
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 2.8. Penetapan
Instruktur Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 2.9. Penyusunan
Jadwal Pelatihan Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 2.10. Perencanaan
Anggaran
Pelatihan
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur 3. Pengorganisasian 3.1. Pembagian tugas
dan tanggung
jawab
Kepala BLK
Kepala TU
Staf 3.2 Persiapan
pengelola dan
fasilitas
Kepala BLK
Kepala TU
Staf 4. Pelaksanaan
Pelatihan Menjahit
(Pembuatan
Masker)
4.1. Rekrutmen
Peserta Pelatihan Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
4.2. Bahan Ajar Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
4.3. Metode Kepala BLK
139
Pembelajaran Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 4.4. Media
Pembelajaran Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 4.5. Sarana dan
Prasarana Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 5. Pengawasan 5.1. Pengawasan
pelaksanaan
pelatihan
Kepala BLK
Kepala TU
Staf 5.2. Pengawasan
setelah pelatihan Kepala BLK
Kepala TU
Staf 6. Evaluasi
Pelaksanaan
Pelatihan
Pembuatan
Masker
6.1. Penilaian Peserta Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 6.2. Evaluasi Materi Kepala BLK
Kepala TU
Staf TU
Instruktur
Peserta
Pelatihan 6.3. Evaluasi
Instruktur Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan 6.4. Evaluasi Fasilitas
dan Sarana
Prasarana
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
140
Pelatihan
6.5. Evaluasi Sistem
dan Metode Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
6.6. Evaluasi
Keluaran
Pelatihan
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
7. faktor
pendukung
Program Pelatihan
Pembuatan
Masker
7.1. faktor
pendukung
Perencanaan
Program
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
7.2. faktor
pendukung
Pelaksanaan
Pelatihan
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
7.3. faktor
pendukung
Evaluasi
Pelatihan
Kepala BLK
Kepala TU
Staf
Instruktur
Peserta
Pelatihan
141
Lampiran 7
Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal :
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Latar Belakang
1. Bagaimana latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang ?
2. Apa tujuan didirikannya BLK ?
3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?
4. Bagaimana struktur organisasi di UPTD BLK Kota Semarang ?
b. Visi Misi
5. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang
6. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang
c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
7. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?
8. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?
9. Sasaran pelatihan pembuatan masker?
KEPALA BLK
142
10. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan
masker?
B. Perencanaan Program Pelatihan
11. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?
12. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan ?
13. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan ?
a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program
14. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?
15. Kualifikasi seperti apa yang digunakan untuk menetapkan pengelola dan
staf pembantu program ?
16. Siapa pengelola dan staf pembantu dalam program pelatihan pembuatan
masker?
b. Tujuan Pelatihan
17. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker
18. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan
19. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,
Psychomotor Domain
20. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,
dan alat evaluasi ?
c. Penetapan Bahan Ajar
21. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker?
22. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses
pembelajaran ?
23. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?
24. Apa acuan dalam pembuatan bahan ajar pelatihan pembuatan masker?
25. Bagaimana proses penetapan kurikulum pelatihan ?
26. Apa dasar penetapan kurikulum ?
d. Penetapan Metode Pembelajaran
27. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
28. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
143
e. Penetapan Media/Alat Bantu
29. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?
30. Apa dasar penetapan media pelatihan ?
31. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan
pelatihan ?
32. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
f. Penetapan Cara Evaluasi
33. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?
34. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker ini ?
35. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?
36. Apa dasar penggunakan cara evaluasi tersebut ?
37. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan pembuatan masker?
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
38. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan pembuatan
masker?
39. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu
pelatihan ?
40. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
41. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
h. Penetapan Instruktur
42. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?
43. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?
44. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?
45. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
46. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?
47. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?
48. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta ?
49. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?
144
50. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker?
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
51. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan?
52. Bagaimana proses penentuan prioritas dalam pesencanaan anggaran
pelatihan ?
53. Darimana sumber pendanaan dalam pelatihan pembuatan masker ini ?
C. Pengorganisasian
54. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan ?
55. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?
D. Pelaksanaan Pelatihan
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
56. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan pembuatan masker?
57. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
58. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker yang dibutuhkan ?
59. Bagaimana hasil rekrutmen peserta pelatihan pembuatan masker?
b. Bahan Ajar
60. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?
61. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?
c. Metode Pembelajaran
62. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?
63. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?
d. Media Pembelajaran
64. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
65. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
66. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
e. Sarana dan Prasarana
67. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
68. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
69. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
145
f. Penilaian Peserta
70. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta
pelatihan ?
71. Bagaimanakah proses penilaian peserta?
72. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta
pelatihan ?
E. Pengawasan
73. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?
74. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?
F. Evaluasi Manajemen Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
75. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan pembuatan
masker ?
76. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?
a. Evaluasi Materi
77. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan ?
78. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
79. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?
80. Bagaimana hasil evaluasi materi pelatihan pembuatan masker?
b. Evaluasi Instruktur
81. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan masker?
82. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi instruktur ?
83. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur
pembuatan masker?
84. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam
proses pelatihan ?
85. Bagaimana hasil evaluasi instruktur pelatihan pembuatan masker?
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
86. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker?
87. Bagaimana proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?
146
88. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana
prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?
89. Bagaimana hasil evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker ?
d. Evaluasi Sistem dan Metode
90. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan
pembuatan masker?
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
91. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?
92. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?
93. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta
pelatihan?
G. Faktor pendukung Manajemen Pelatihan
94. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?
95. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
96. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
97. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?
98. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
99. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?
147
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal :
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Latar Belakang
1. Latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang
2. Tujuan didirikannya BLK
3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?
b. Visi Misi
4. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang
5. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang
c. Pelatihan Pembuatan Masker
6. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker ?
7. Dasar penyelenggaraan pelatihan ?
8. Sasaran pelatihan ?
9. Bagaimana Respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan ini ?
B. Perencanaan Program Pelatihan
10. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?
11. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan?
STAF
148
12. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan?
a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program
13. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?
b. Tujuan Pelatihan
14. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker ?
15. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan ?
16. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,
Psychomotor Domain?
17. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,
dan alat evaluasi ?
c. Penetapan Bahan Ajar
18. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan ?
19. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses
pembelajaran ?
20. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?
d. Penetapan Metode Pembelajaran
21. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
22. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan ?
23. Mengapa memilih metode tersebut dalam pelatihan ?
e. Penetapan Media/Alat Bantu
24. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?
25. Apa dasar penetapan media pelatihan ?
26. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan
pelatihan ?
27. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker ?
f. Penetapan Cara Evaluasi
28. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?
29. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan
30. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?
31. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan ?
149
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
32. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan ?
33. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu
pelatihan ?
34. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
35. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
h. Penetapan Instruktur
36. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?
37. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?
38. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?
39. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker ?
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
40. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?
41. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?
42. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta
43. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?
44. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
45. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan ?
46. Darimana sumber pendanaan pelatihan pembuatan masker ?
C. Pengorganisasian
47. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan ?
48. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?
D. Pelaksanaan Pelatihan
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
49. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan ?
50. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan
51. Bagaimana kriteria peserta pelatihan yang dibutuhkan ?
b. Bahan Ajar
52. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?
150
c. Metode Pembelajaran
53. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?
54. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?
d. Media Pembelajaran
55. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
56. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
57. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
e. Sarana dan Prasarana
58. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
59. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
60. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab :
f. Penilaian Peserta
61. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta
pelatihan ?
62. Bagaimanakah proses penilaian peserta?
63. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta
pelatihan ?
E. Pengawasan
64. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?
65. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?
F. Evaluasi Pelatihan
66. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan pembuatan
masker ?
67. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?
a. Evaluasi Materi
68. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuata
masker ?
69. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
70. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?
151
b. Evaluasi Instruktur
71. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan ?
72. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur ?
73. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam
proses pelatihan ?
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
74. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker ?
d. Evaluasi Sistem dan Metode
75. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan
pembuatan masker ?
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
76. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?
77. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?
78. Bagaimana standar kompetensi dari pelatihan pembuatan masker?
G. Faktor pendukung Manajemen Pelatihan
79. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?
80. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
81. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
82. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
83. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?
152
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal :
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Pelatihan Pembuatan Masker
1. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?
2. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?
3. Sasaran pelatihan pembuatan masker?
4. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan
pembuatan masker?
B. Perencanaan Program Pelatihan
5. Apakah instruktur terlibat dalam proses perencanaan pelatihan ?
6. Apakah instruktur terlibat dalam identifikasi kebutuhan ?
a. Penetapan Pengelola dan Staf pembantu program
7. Apakah instruktur terlibat dalam penetapan pengelola dan staf pembantu
program ?
b. Penetapan Tujuan
8. Apakah instruktur dilibatkan dalam penetapan tujuan pelatihan ?
INSTRUKTUR
153
c. Penetapan Bahan Ajar
9. Apakah instruktur terlibat dalam menetapkan bahan ajar pelatihan ?
d. Penetapan Metode Pembelajaran
10. Apakah instruktur menentukan metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran ?
11. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
12. Metode seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
e. Penetapan Media/Alat Bantu
13. Apakah instruktur menetapkan media yang akan digunakan dalam
pelatihan ?
14. Bagaimana cara menetapkan media yang akan digunakan ?
15. Apakah penetapan media didasarkan pada kebutuhan pelatihan ?
16. Media apa saja yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
f. Penetapan Cara Evaluasi
17. Apakah instruktur ikut serta dalam merancang evaluasi pelatihan ?
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
18. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan tempat dan waktu
pelatihan ?
19. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
20. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
h. Penetapan Instruktur
21. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan pembuatan masker?
22. Adakah proses seleksi dalam penetapan instruktur ?
23. Apa saja persyaratan untuk menjadi instruktur pelatihan pembuatan
masker?
24. Sejak kapan anda menjadi instruktur di BLK ini ?
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
25. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan jadwal pelatihan
pelatihan ?
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
26. Apakah instruktur ikut serta dalam perencanaan anggaran pelatihan ?
154
C. Pelaksanaan Pelatihan
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
27. Apakah instruktur ikut serta dalam merekrut peserta pelatihan ?
28. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker?
b. Bahan Ajar
29. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker?
30. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?
31. Apa saja materi yang harus dikuasai oleh peserta pelatihan ?
c. Metode Pembelajaran
32. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
pelatihan pembuatan masker?
33. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?
34. Mengapa menggunakan metode tersebut untuk menyampaikan materi
pelatihan ?
d. Media Pembelajaran
35. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran ?
36. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
37. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
e. Sarana dan Prasarana
38. Apa fasilitas yang diberikan?
39. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
40. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
f. Penilaian Peserta
41. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?
D. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan
a. Evaluasi Materi
42. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuatan
masker?
43. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
155
b. Evaluasi Instruktur
44. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan
masker?
45. Apa kompetensi teknis dan metodologis yang anda miliki ?
46. Apakah pelayanan yang anda berikan kepada peserta sudah sesuai
standar ?
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
47. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker oleh instruktur ?
48. Bagaimana prosedur evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?
49. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana
prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?
d. Evaluasi Sistem dan Metode
50. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran
pelatihan yang dilakukan oleh instruktur ?
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
51. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta
pelatihan?
E. faktor pendukung Pelatihan
52. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
53. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
54. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
55. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?
156
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal :
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
A. Gambaran umum Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?
2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?
B. Perencanaan Program Pelatihan
3. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta
pelatihan pembuatan masker?
C. Pelaksanaan Pelatihan
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
4. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
5. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan ini
?
6. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan pembuatan
masker?
PESERTA PELATIHAN
157
b. Bahan Ajar
7. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker
?
8. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?
9. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?
c. Metode Pembelajaran
10. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam pelatihan
pembuatan masker?
11. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?
d. Media Pembelajaran
12. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran ?
e. Sarana dan Prasarana
13. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
14. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
15. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
f. Penilaian Peserta
16. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?
17. Apa yang perlu dipersiapkan oleh peserta pelatihan dalam penilaian ?
D. Evaluasi Pelatihan
a. Evaluasi Materi
18. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker
oleh peserta pelatihan ?
b. Evaluasi Instruktur
19. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta pelatihan
?
20. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
21. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh
peserta pelatihan?
158
d. Evaluasi Sistem dan Metode
22. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
23. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?
24. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?
E. faktor pendukung Pelatihan
25. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
26. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
27. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada peserta
pelatihan ?
28. Apakah faktor pendukung pelatihan?
159
Lampiran 8
Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
FOKUS SUB FOKUS INDIKATOR DOKUMENTASI
ADA TIDAK
Manajemen
Program
Pelatihan
Menjahit
Pembuatan
Masker
1. Gambaran umum
UPTD BLK Kota
Semarang
1.1. Visi Misi
1.2. Struktur
Organisasi
2. Perencanaan
Pelatihan
2.1. Tujuan
Pelatihan
2.2. Dasar
Penetapan
Bahan Ajar
2.3. Daftar Alat dan
Bahan Pelatihan
2.4. Ruang
Pelatihan
/workshop dan
Media yang
Digunakan
2.5. Matriks
Kegiatan
Pelatihan
3. Pelaksanaan
Pelatihan
3.1. Alur Seleksi
dan Persyaratan
Peserta
3.2. Bahan Ajar
(Buku
Informasi)
3.3. Daftar Peserta
Pelatihan
4. Evaluasi
Pelatihan
4.1. Form Evaluasi
4.2. Kuisioner
Survei
Kepuasan
160
Masyarakat
(SKM)
Lampiran 9
Hasil Observasi
HASIL OBSERVASI
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
No Aspek yang di
Observasi
Ada Tidak Keterangan
A. Gambaran Umum UPTD BLK Kota Semarang
1. Latar Belakang
Berdirinya Didasarkan pada Peraturan
Walikota Semarang
2. Visi, Misi, dan Tujuan Tertulis jelas mengenai visi,
misi, tujuan dan fungsi UPTD
BLK di web resmi Disnaker
Kota Semarang
3. Struktur Organisasi Tersusun dengan rapi dan akan
diadakan revisi setiap ada
perubahan struktur organisasi.
B. Perencanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
1. Identifikasi
Kebutuhan Identifikasi disesuaikan dengan
kebutuhan pelatihan pembuatan
masker.
2. Perumusan Tujuan
Pelatihan Tujuan pelatihan tersusun
dengan jelas mengenai
kompetensi apa yang akan
peserta kuasai
3. Media Pembelajaran
Pelatihan Media yang disiapkan
disesuaikan dengan metode
pembelajaran.
4. Penetapan Waktu dan
Tempat Pelatihan Waktu pelatihan ditetapkan
selama 10 hari dan
menggunakan workshop jahit
yang sesuai dengan pelatihan
pembuatan masker
5. Matriks Pelatihan Matrik berisi jadwal pelaksanaan
pelatihan mulai dari pendaftaran,
seleksi, pemanggilan,
pelaksanaan pelatihan, dan
161
penutupan.
C. Pengorganisasian
1. Pembagian tugas
pengelola
Tugas disesuaikan dengan
jabatan pengelola dengan Ka
BLK sebagai penanggung jawab
2. Persiapan fasilitas
pelatihan
Ruangan dipersiapkan sebelum
pelaksanaan pelatihan,
3. Persiapan rekrutmen Fasilitas peserta (seragam, tas,
atk), ruang rekrutmen, dan
persyaratan peserta
D. Pelaksanaan Pelatihan
1. Rekrutmen Peserta
Pelatihan
Rekrutmen peserta dilakukan
dengan tes tertulis
2. Tempat Pelatihan Tempat pelatihan di BLK Mijen
dengan sarana prasarana sesuai
kebutuhan pelatihan
3. Bahan Ajar Bahan ajar berupa buku
informasi yang memuat 4 unit
kompetensi, namun lebih
ditekankan ke unit ke-4 yaitu
pembuatan masker
4. Bahan Pelatihan Bahan yang digunakan dalam
pelatihan
5. Metode Pembelajaran Instruktur menyampaikan materi
dengan cara ceramah dan praktik
6. Fasilitas Pelatihan
untuk Peserta
Fasilitas yang diberikan berupa
seragam, tas, atk, dan alat bantu
jahit yang digunakan peserta
7. Sarana Prasarana Ruangan dilengkapi dengan
kipas angin dan jendela untuk
sirkulasi udara, mesin untuk
menunjang pembuatan masker,
dan ruanga yang cukup luas
8. Penilaian Peserta Penilaian oleh instruktur
dilakukan secara langsung (tidak
tertulis)
E. Evaluasi Pelatihan Pembuatan Masker
1. Uji Kompetensi Tidak dilaksanakan uji
kompetensi
2. Form Evaluasi Form yang diberikan kepada
peserta berisi soal kuisioner
162
untuk menilai pelayanan UPTD
BLK
3. Evaluasi Materi Berisi kuisioner untuk menilai
materi pembelajaran yang
diberikan kepada peserta
4. Evaluasi Instruktur Berisi kuisioner untuk menilai
kinerja instruktur dalam
menyampaikan materi
pembelajaran
5. Evaluasi Sarana dan
Prasarana
Berisi kuisioner untuk menilai
sarana dan prasarana yang
disediakan oleh UPTD BLK
163
Lampiran 10
Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN 1
Pengamatan
Hari, Tanggal : Kamis 19 Desember 2019
Jam : 13.00-14.00 WIB
Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)
Kegiatan : Observasi 1
Deskripsi kegiatan :
Pukul 13.00 saya berangkat ke UPTD BLK Kota Semarang untuk
melakukan observasi mengenai pelatihan yang dilaksanakan disana. Disana saya
menemui satpam dan di antarkan untuk menemui bu Dina Nurani selaku staff TU
di UPTD BLK Kota Semarang. Saya menyampaikan surat ijin observasi kepada
beliau, dan dari BLK menghendaki untuk menyampaikan surat ke Disnaker
terlebih dahulu. Karna waktu sudah siang dan belum mencetak surat untuk
disampaikan ke Disnaker, saya putuskan untuk ke disnaker di hari berikutnya.
164
CATATAN LAPANGAN 2
Pengamatan
Hari, Tanggal : Jumat 20 Desember 2019
Jam : 08.00-09.00 WIB
Tempat : Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang
Kegiatan : Observasi 2
Deskripsi kegiatan :
Pukul 08.00 pagi saya berangkat dari kos bersama teman saya (fina)
berangkat menuju ke Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang (Disnaker) untuk
menyampaikan surat ijin observasi, setelah sampai di Disnaker, saya bertemu
dengan Bapak Hendro dan menyampaikan maksud kedatangan saya untuk
melakukan observasi penelitian skripsi di BLK Kota Semarang dan memberikan
surat ijin kepada beliau, kemudian beliau menerima surat ijin tersebut dan
menyampaikan pada saya untuk bisa langsung datang ke BLK, namun karna itu
hari jumat, Pak Hendro menyarankan untuk ke BLK di hari senin saja, dan jangan
terlalu pagi, karena setiap pagi, pegawai BLK melakukan apel di Disnaker. Saya
pun pulang dan memutuskan kembali ke BLK di hari senin.
165
CATATAN LAPANGAN 3
Pengamatan
Hari, Tanggal : Senin 23 Desember 2019
Jam : 09.00-10.30 WIB
Tempat UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)
Kegiatan : Observasi 3
Deskripsi kegiatan :
Pukul 09.00 pagi, saya bersama teman saya (indah) datang ke BLK dan
bertemu dengan Bu Dina Nurani, saya menyampaikan bahwa kemarin di hari
jumat sudah bertemu dengan Pak Hendro dan menyampaikan surat ke Disnaker,
dan disarankan untuk bisa langsung melakukan observasi ke BLK. Namun karena
tidak ada kepala BLK, Saya melakukan wawancara dengan Bu Dina mengenai
topik skripsi yang saya ajukan, beberapa pertanyaan dijawab, namun belum bisa
memastikan saya bisa melakukan penelitian disana atau tidak, menunggu
persetujuan dari pimpinan BLK. Namun saya diminta untuk membawa proposal
agar pihak BLK bisa mengetahui dan memahami topik penelitian yang akan saya
laksanakan.
166
CATATAN LAPANGAN 4
Pengamatan
Hari, Tanggal : Selasa 16 Juni 2020
Jam : 09.00-11.30 WIB
Tempat : Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang
UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)
Kegiatan : Observasi 4
Deskripsi kegiatan :
Pukul 09.00 bersama teman saya Ida berangkat dari kos ke dekanat FIP
untuk mencetak surat ijin penelitian. Pukul 10.00 saya datang ke Disaker untuk
mengajukan surat ijin penelitian. Disana saya bertemu dengan Pak Hendro, dan
memberikan surat tersebut. Beliau menerimanya dan menyarankan saya untuk
langsung ke BLK, nanti pak Hendro akan menghubungi pihak BLK agar saya bisa
melakukan penelitian disana. Lalu saya bergegas ke BLK di Gayamsari untuk
meminta ijin penelitian juga menyampaikan surat. Sesampainya di BLK saya
bertemu dengan Bu Endang. Namun, Bu Endang belum bisa menerima ijin
penelitian karena belum menerima surat disposisi dari Disnaker, namun beliau
menerima surat yang saya berikan. Beliau menyarankan saya untuk mengurus
surat disposisi terlebih dahulu di disnaker. Pukul 11.30 saya kembali ke disnaker
untuk bertemu dengan pak hendro lagi, dan menjelaskan bahwa pihak BLK
meminta surat disposisi. Akhirnya pak hendro membuat surat disposisi untuk
BLK hari itu juga agar saya bisa cepat turun ke lapangan untuk melakukan
penelitian. Setelah selesai, saya mengantar teman saya ke tempat penelitiannya
untuk melakukan ijin penelitian juga.
167
CATATAN LAPANGAN 5
Hari, Tanggal : Rabu, 17 Juni 2020
Jam : 07.30-10.00 WIB
Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)
Kegiatan : Penelitian
Deskripsi kegiatan :
Pukul 07.30 saya bersiap siap untuk pergi ke BLK di Gayamsari ditemani
Ida. Pukul 08.00 kami sampai di BLK dan seperti biasa, kami di cek suhu tubuh
sebelum memasuki kantor BLK oleh satpam yang ada disana. Satpam
mengntarkan kamu untuk masuk dan menyampaikan kepada staf yang ada disana
mengenai kedatangan saya. Saya duduk di ruang tamu dengan mematuhi protokol
kesehatan untuk menjaga jarak duduk kami. Kemudian Bu Endang datang untuk
menemui saya dan membahas mengenai wawancara yang akan saya lakukan.
Namun, beliau masih menunggu keputusan dari kepala BLK yang kebetulan
sedang sakit dan belum bisa ditemui. Namun saya diarahkan untuk bertemu
dengan kepala TU BLK, dan menunggu beliau selesai melakukan rapat. Pukul
09.30, Bu Dina selaku Ka TU menemui saya, dan menyampaikan kepada saya
bahwa belum bisa memastikan kapan bisa mulai melakukan wawancara, karena
masih harus dipertimbangkan.
Saya diberi kesempatan untuk mewawancarai Bu Dina, walaupun dengan
waktu yang dibatasi. Untuk wawancara dengan peserta, instruktur dan staf masih
belum bisa dan sesegera mungkin pihak BLK akan menghubungi saya, dan saya
diminta untuk menuliskan nomor telepon yang bida dihubungi. Setelah itu saya
pun pamit untuk segera pulang karena dari pihak BLK pun meminta untuk tidak
berlama-lama dalam bertatapmuka dalam rangka menjalankan anjuran
socialdistansing. 19 Juni 2020, saya ditelfon oleh pihak BLK dan memberi tahu
bahwa hari senin saya bisa memulai wawancara dengan peserta dan instruktur
pelatihan pembuatan masker di BLK mijen.
168
CATATAN LAPANGAN 6
Hari, Tanggal : Senin, 22 Juni 2020
Jam : 07.30-11.30 WIB
Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Mijen)
Kegiatan : Penelitian
Deskripsi kegiatan :
Pukul 07.30 saya berangkat dari kost bersama dengan Ida menuju toko kue
di daerah Pedurungan untuk membeli bingkisan yang akan diberikan kepada
peserta pelatihan. Kemudian pukul 08.00 saya berangkat ke BLK Mijen untuk
melakukan wawancara. Tetapi, sebelum melakukan wawancara saya harus
menunggu Bu Dina untuk diberikan arahan dalam melakukan wawancara. Pukul
09.30 Bu Dina tiba di BLK Mijen, selanjutnya saya diarahkan ke sebuah ruangan
untuk melakukan wawancara. Disana tempat duduk dibuat berjarak dan
wawancara tetap menggunakan masker. Hari itu saya melakukan wawancara
dengan instruktur pelatihan pembuatan masker Ibu Siti Rohmah, dan salah satu
staf Bapak Jumanto. Pukul 11.30 Bu Dina pamit untuk kembali ke BLK
Gayamsari, dan saya sudah selesai melakukan wawancara, sekaligus pamit untuk
pulang.
169
CATATAN LAPANGAN 7
Pengamatan
Hari, Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
Jam : 09.00-11.00 WIB
Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Mijen)
Kegiatan : Penelitian
Deskripsi kegiatan :
Pukul 09.00 saya bersama denganteman saya (ida) datang ke BLK Mijen
untuk melakukan wawancara dengan peserta pelatihan. Masih dilakukan di
ruangan yang sama, satu persatu peserta pelatihan memasuki ruangan dan saya
melakukan wawancara. Tiga peserta sudah di wawancara, namun dari Instruktur
membatasi karena mereka sedang kejar target pembuatan 2000 masker. Setelah
selesai wawancara, pukul 10.30 saya melihat proses pembelajaran yang dilakukan
di BLK Mijen tepatnya di ruang jahit lantai 2. Peserta pelatihan sedang membuat
masker dari nol hingga menjadi masker siap pakai, saya pun mengamati dan
sesekali bertanya mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.
170
CATATAN LAPANGAN 8
Pengamatan
Hari, Tanggal : Senin, 06 Juli 2020
Jam : 12.00-14.00 WIB
Tempat : UPTD BLK Disnaker Kota Semarang (Gayamsari)
Kegiatan : Penelitian
Deskripsi kegiatan :
Sebelumnya saya disarankan oleh Bu Dina mengenai data yang dirasa
belum cukup, bisa menghubungi ke BLK terlebih dahulu melalui telfon, untuk
mengurangi interaksi, jika bisa maka informasi yang kurang bisa disampaikan
lewat telfon saja. Pukul 09.00 WIB saya menelfon kantor BLK untuk meminta
data yang masih kurang, Bu Dina menanyakan data apa saja yang masih kurang,
dan memang cukup banyak, jadi Bu Dina menyarankan saya datang ke BLK
untuk mengambil data dan wawancara. Pukul 11.00 WIB, saya berangkat dari kos
menuju ke BLK ditemani oleh Ida. Perjalanan cukup macet, kami sampai di BLK
pukul 12.00 WIB dan seperti biasa sebelum masuk ke kantor BLK, kami cuci
tangan ditempat yang sudah disediakan, dan cek suhu. Lalu kami di persilahkan
masuk. Kami menunggu sekitar setengah jam sampai Bu Dina menemui kami,
dan bertanya mengenai data yang masih kurang. Saya pun menanyakan beberapa
hal yang saya rasa masih kurang jelas. Selain itu saya juga berkesempatan
bertemu dengan Ka BLK dan melakukan wawancara, dan menanyakan dokumen
yang saya butuhkan. Kemudian setelah selesai wawancara, saya melakukan
observasi untuk melihat ruang pelatihan yang ada di BLK Gayamsari, dan
mengambil gambar sebagai dokumentasi. Saya sekaligus menanyakan surat
selesai penelitian, namun dari pihak BLK mengarahkan kami untuk ke Disnaker,
karena urusan surat menyurat dari Disnaker, kami hanya menjalankan amanah,
begitu yang disampaikan beliau. Kami pun pamit pukul 14.00 WIB sekaligus
memberikan kenang-kenangan ke pihak BLK.
171
CATATAN LAPANGAN 9
Pengamatan
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Juli 2020
Jam : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Dinas Ketenaga Kerjaan Kota Semarang
Kegiatan : Mengurus surat selesai penelitian
Deskripsi kegiatan :
Sebelumnya tanggal 15 Juni saya datang ke Disnaker untuk mengurus
surat tersebut, namun saya belum bisa bertemu dengan Pak Hendro, Sekertaris
Disnaker karena beliau sedang sakit dan ijin tidak masuk kerja. Saya memutuskan
untuk menghubungi beliau seminggu kemudian melalui whatsapp, kemudia beliau
menjawab akan mencari drafnya terlebih dahulu dan akan mengabari saya kalau
surat sudah jadi. Kamis, 23 Juli 2020 Pak Hendro menghubungi saya, bahwa surat
sudah bisa diambil di Disnaker. Pukul 10.00 saya berangkat dari kos bersama
teman saya (Roy) untuk mengambil surat selesai penelitian tersebut. Setelah
sampai di Disnaker Kota Semarang, mengikuti protokol kesehatan, saya dicek
suhu badan dan menggunakan handsanitizer. Kemudian bertemu langsung dengan
Pak Hendro untuk mengambil surat selesai penelitian.
172
Lampiran 11
Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 06 Juli 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Augus Tineke, S.H.
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Kepala UPTD BLK Kota Semarang
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Jl. Lumbung Sari 06 No 10 Kalicari
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Latar Belakang
1. Bagaimana latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang ?
Jawab : UPTD BLK Kota Semarang berdiri sejak tahun 2010
dalam rangka meningkatkan yang kerja di Kota Semarang sehingga dapat
bersaing didunia kerja atau dunia industri kemudian usulan tersebut
ditindak lanjuti oleh Bapak Walikota Semarang melalui Perwal nomor 65
tahun 2008 serta di Perwal nomor 110 tahun 2016.
2. Apa tujuan didirikannya BLK ?
Jawab : Untuk tujuan berdirinya BLK yang pertama yaitu
menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing didunia kerja
atau industri yang kedua menyiapkan program pelatihan berbasis
kompetensi yang mampu memenuhi kebutuhan industri.
KEPALA BLK
173
3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?
Jawab : Program pelatihan yang dilaksanakan di BLK Kota
Semarang ada operator garmen, tata busana, tata boga, pembuatan roti dan
kue, mekanik sepeda motor, pembatik level 2, operator komputer, desainer
grafis muda, dan tata kecantikan kulit dan rambut. Tapi karna ada pandemi
jadi kita hanya mengadakan pelatihan refocusing, ada pelatihan pembuatan
masker dan pelatihan memasak. Itu pun ngga kayak biasanya, waktunya
dibatasi 10 hari.
4. Bagaimana struktur organisasi di UPTD BLK Kota Semarang ?
Jawab : Terlampir
b. Visi Misi
5. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang
Jawab : Visi dari UPTD BLK Kota Semarang adalah menjadi
pusat pelatihan kerja berbasis kompetensi berdaya saing tinggi dan
memenuhi kebutuhan pasar kerja.
6. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang
Jawab : Misi dari UPTD BLK kota Semarang yang pertama
menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi, yang
ke-2 mengembangkan berbasis kompetensi, yang ke-3 mengembangkan
kerjasama dengan stakeholder.
c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
7. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Gambaran umum mengenai pelatihan pembuatan masker
jadi pelatihan pembuatan masker ini adalah salah satu upaya pemerintah
dalam meminimalisir pandemi covid-19 terhadap masyarakat. Dengan
adanya pandemi covid-19 kan banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan
oleh perusahaan atau biasa kan kita sebutnya PHK. Kemudian kemnaker
melalui BLK Kota Semarang melakukan refocusing anggaran pelatihan
untuk menyiapkan program pelatihan yang dapat menciptakan peluang
bagi pekerja yang dirumahkan tersebut, untuk bisa membuka usaha dari
rumah, salah satunya itu masyarakat bisa produksi masker. Pelatihan ini
174
dilaksanakan selama 10 hari dengan fokus peserta pelatihan berasal dari
pekerja yang di PHK atau dirumahkan serta masyarakat yang terdampak
covid-19. Harapannya setelah selesai mengikuti pelatihan peserta itu dapat
membuka usaha mandiri.
8. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?
Jawab : Dasar penyelenggaraan pelatihan pembuatan masker ini
dari beberapa peraturan walikota ya, sama SK dari menteri yang
berhubungan dengan pelatihan tanggap Covid-19
Perwal nomor 110 tahun 2016 tentang pembentukan, kedudukan,
susunan organisasi, dan tata kerja pelaksana teknis dinas tenaga
kerja kota Semarang.
Surat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
no.SP.DIPA- 026. 13.2. 452609/ 2020 tentang surat pengesahan
daftar isian pelaksana kegiatan (DIPA) tahun 2020
SK Dirjen binalattas NO.2.187/LP.00.03/IV/2020 tentang program
pelatihan tanggap covid-19 di Balai Latihan Kerja dan Balai
Peningkatan Produktivitas tahun 2020
9. Sasaran pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Kita utamakan masyarakat yang terkena PHK, sama yang
menganggur juga
10. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Untuk respon masyarakat pada umumnya masyarakat itu
antusias dalam mengikuti pelatihan ini terutama bagi mereka yang
membuka usaha mandiri tapi belum memiliki skill atau belum memiliki
keterampilan
B. Perencanaan Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
11. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?
Jawab : Perencanaan yang dilakukan dalam latihan pembuatan
masker ini ada perencanaan keuangan, perencanaan mengenai waktu
175
pelaksanaan, perencanaan SOP, dan perencanaan kebutuhan materi,
kebutuhan instruktur, serta metode pembelajaran.
12. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan ?
Jawab : Perencanaan program pelatihan ini dilaksanakan ya agar
tujuan pelatihan bisa tercapai, kendala juga di minimalisir. Kalau ada
perencanaan kan kita juga tau arah untuk mencapai tujuan ya mba.
13. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan ?
Jawab : Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang pertama
kita melakukan tren pasar / market demand, kemudian kita menentukan
persyaratan peserta, setelah itu kita menentukan output dan outcome
pelatihan, laut kita menentukan kebutuhan materi pembelajaran,
kebutuhan durasi pelatihan , dan kebutuhan instruktur, yang terakhir kita
melakukan persiapan pelaksanaan program pelatihan.
a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program
14. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?
Jawab : Dalam pelatihan pembuatan masker ndak ada staf khusus
pembantu program, melalui SK pengelola pelatihan yang disahkan sama
saya, nanti pegawai yang ditunjuk untuk mengikuti program bisa
berkoordinasi dengan instruktur pelatihan.
15. Kualifikasi seperti apa yang digunakan untuk menetapkan pengelola dan
staf pembantu program ?
Jawab : Untuk pengelola pelatihan yang ditunjuk didasarkan
dengan mengukur kekuatan tim di UPTD BLK,
16. Siapa pengelola dan staf pembantu dalam program pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Pengelola pelatihan pembuatan masker melibatkan semua
pegawai di UPTD BLK meliputi Kepala Subbag TU sampai dengan staf
dengan Kepala UPTD BLK sebagai penanggung jawab.
b. Tujuan Pelatihan
17. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker
176
Jawab : Kalau secara umum tujuan diadakannya pelatihan
pembuatan masker karena kita kan sedang berada ditengah pandemi
Covid-19, sekarang masker menjadi hal yang wajib untuk dipakai,
ketersediaan yang terbatas. Disisi lain juga untuk mengurangi dampak
pandemi dalam hal pengangguran karena PHK, agar masyarakat bisa
memproduksi masker untuk wirausaha. Dari hasil pelatiah juga kita
donasikan masker tersebut.
Kalau tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan masker untuk
peserta pelatihan mampu :
mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan
menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan
membuat masker sesuai standar kesehatan
18. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan
Jawab : Penentuan tujuan pelatihan selalu berpedoman pada abcd
, audience, behaviour, condition, dan degree, serta memperhatikan
Taksonomi Bloom.
19. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,
Psychomotor Domain
Jawab : Tujuan pelatihan pembuatan masker di sini didasarkan
pada Taksonomi Bloom yang memenuhi domain kognitif afektif dan
psikomotorik.
20. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,
dan alat evaluasi ?
Jawab : Iya, tujuan pelatihan pembuatan masker digunakan untuk
menentukan materi pelatihan metode media serta alat evaluasi.
c. Penetapan Bahan Ajar
21. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Berupa buku informasi, nanti didalamnya ada materi dan
unit kompetensi yang harus dikuasai sama peserta pelatihan.
177
22. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses
pembelajaran ?
Jawab : Bahan ajar sangat menunjang proses pembelajaran, kan
sebagai pedoman biar peserta mampu menguasai unit kompetensi.
23. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?
Jawab : Untuk bikin bahan ajar kita berpedoman pada kurikulum,
nah nanti kurikulum dibuat silabus yang dijabarkan ke materi
pembelajaran, tapi tetep ada batasan variabel yang nanti dipelajari oleh
peserta pelatihan.
24. Apa acuan dalam pembuatan bahan ajar pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Acuan dari pelatihan pembuatan masker adalah skkni No.
305 tahun 2015 tentang penetapan skkni kategori industri pengolahan
golongan pokok industri pakaian jadi bidang produksi pakaian jadi masal
Untuk unit kompetensinya ada 4, yaitu :
Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat
kerja (K3) C.141110.044.02
Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02
Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02
Pembuatan Masker
25. Bagaimana proses penetapan kurikulum pelatihan ?
Jawab : Untuk menetapkan kurikulum yaitu dari TNA kemudian
menentukan tujuan pelatihan baru bisa menetapkan kurikulum.
26. Apa dasar penetapan kurikulum ?
Jawab : Dasar penetapan kurikulum adalah compotency gap yang
didapat dari TNA yang diterjemahkan menjadi tujuan pelatihan.
d. Penetapan Metode Pembelajaran
27. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
Jawab : Untuk penetapan metode kita juga dari silabus, sama
dengan bahan ajar, silabus akan menjabarkan aspek apa yang harus
178
tercapai dari kognitif , afektif , atau psikomotoris. dari situ baru metode
pembelajaran kami tentukan.
28. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Metode yang digunakan itu ceramah bergambar / kognitif,
diskusi/ afektif, dan demonstrasi dan praktik/ psikomotorik. Tapi kalau
pelatihan biasanya lebih ke praktik kan ya mba, beda kalau pendidikan di
sekolah yang fokus ke teori.
e. Penetapan Media/Alat Bantu
29. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?
Jawab : Untuk media kita sesuaikan dengan metode yang
digunakan, kalau praktik ya kita pakai alat jahit, alat potong. Tapi kalau
teori bisa pakai whiteboard atau dengan lisan langsung.
30. Apa dasar penetapan media pelatihan ?
Jawab : Dasar penetapan media disesuaikan dengan metode yang
digunakan dalam pelatihan.
31. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan
pelatihan ?
Jawab : Iya, media ini kan digunakan untuk membatu proses
pelatihan ya, ya itu berdasarkan kebutuhan pelatihannya juga mba.
Butuhnya apa nanti kita sediakan medianya.
32. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Media yang digunakan ya seperti buku informasi atau
modul, whiteboard, mockup masker.
f. Penetapan Cara Evaluasi
33. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?
Jawab : Cara evaluasi pelatihan ada dari pusat, dari BBPLK, jadi
dari pusat yang melakukan evaluasi, untuk evaluasi dari instruktur sendiri
seperti penilaian ada, nanti melalui ketercapaian tiap unit kompetensinya
mba.
34. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker ini ?
179
Jawab : Kalau dari instruktur cara melakukan evaluasi dengan
observasi dan praktek. Kalo evaluasi lain itu biasanya berupa kuisioner.
35. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?
Jawab : Ada ke peserta yang seperti tadi itu, penilaian oleh
instruktur sendiri, tapi kalao uji kompetensi tidak ada. Untuk instruktur,
ke metode, bahan ajar, nanti dibuat kuisioner buat menilai kinerjanya
seperti apa.
36. Apa dasar penggunakan cara evaluasi tersebut ?
Jawab : Kalau peserta masih didasarkan kepada panduan
penilaian setiap unit kompetensi.
37. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Berdasarkan unit kompetensi, yang kemudian membuat
panduan penilaian, dan menyusun materi uji kompetensi, namun untuk
pelatihan pembuatan masker ini tidak melaksanakan uji kompetensi. Nanti
ada penilaian sendiri dari instruktur secara langsung, kalau yang
menguasai unit kompetensi nanti dijadikan pembuat masker yang inti,
karena kan kita juga kejar target pembuatan 2000 masker. Untuk
kuisionernya kita disediakan dari BBPLK,
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
38. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Waktu dan tempat pelatihan ditentukan berdasarkan
kebutuhan saat pandemi Covid-19 , kita mengacu pada matrik kegiatan
disusun sebagai acuan pelaksanaan.
39. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu
pelatihan ?
Jawab : Pertimbangan dalam memilih tempat pelaksanaan
pelatihan berdasarkan kebutuhan pelatihan. Pelatihan pembuatan masker
dilaksanakan di UPTD BLK Mijen karena peralatan telah tersedia, dan
mengakomodir masyarakat di wilayah Semarang bagian Barat.
40. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
180
Jawab : Pelatihan pembuatan masker dilaksanakan di UPTD BLK
Mijen Jl. RM. Hadi Soebeno No. 122 Mijen Semarang, tepatnya di ruang
Jahit lantai 2.
41. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
Jawab : Pelatihan dilaksanakan dari tanggal 15 s.d 26 Juni 2020,
selama 80 jam pelajaran. Setiap hari senin-jumat jam 08.00 sampai jam
13.00
h. Penetapan Instruktur
42. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?
Jawab : Kita dalam menetapkan instruktur didasarkan pada proses
identifikasi kebutuhan pelatihan. Nanti, instruktur yang dipilih itu
instruktur yang memiliki keahlian di bidang yang terkait, kalau pelatihan
pembuatan masker ya berarti harus memiliki keahlian menjahit.
43. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?
Jawab : Yang paling penting memiliki keahlian dibidangnya ya
mba, terus didukung sama sertifikat yang dimiliki, biasanya dari BNSP.
Paling tidak se level dengan pelatihan yang akan dilatih.
44. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?
Jawab : instruktur yang akan melatih ya harus paham etika profesi,
bisa menyampaikan dengan baik, komunikatif, jadi mempermudah
pelatihan, sama bisa dibuat contoh, sebagai contoh untuk peserta
45. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker
Jawab : Instruktur pelatihan pembuatan masker cuma satu yaitu
ibu Siti Rochmah, sesuai kebutuhan pelatihan yang cuma 10 hari.
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
46. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?
Jawab : Untuk penyusunan jadwal kita menunggu
pengesahan pelatihan, setelah disahkan anggaran tanggap Covid-19, kita
baru menyusun jadwalnya.
47. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?
181
Jawab : Dasar penyusunan jadwal yaitu kondisi pandemi
Covid-19, dan kesiapan pelatihan
48. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta ?
Jawab : Jadwal dilaksanakan sesuai dengan kesiapan
pelaksanaan yang ditentukan oleh BLK, jika pesertanya dinyatakan lolos,
ya mereka harus mengikuti jadwal pelatihan yang sudah BLK susun. Jadi
peseta yang ngikut kita, bukan kita yang ngikut pesertanya.
49. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?
Jawab : Tidak ada prioritas karena pelatihan hanya tersisa
2 paket yaitu pembuatan masker dan pelatihan memasak, dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Untuk jadwal mengajar kita
tetapkan dari jam 8-13, untuk materi yang disampaikan disesuaikan
dengan urutan materi yang ada di bahan ajar.
50. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Baik
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
51. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan?
Jawab : Kita tidak merencanakan anggaran, BLK kan
binaan dari BBPLK, jadi dari sana yang menganggarkan, kita hanya
mengusulkan pelatihan dan menjalankan saja.
52. Bagaimana proses penentuan prioritas dalam pesencanaan anggaran
pelatihan ?
Jawab : Tidak ada proses penentuan prioritas dalam
penyusunan anggaran pelatihan pembuatan masker dari BLK.
53. Darimana sumber pendanaan dalam pelatihan pembuatan masker ini ?
Jawab : Sumber pendanaan dari APBN (Anggaran Pendapatan
Belanja Negara).
C. Pengorganisasian
54. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan
?
182
Jawab : pengelola ditunjuk dengan mengukur kekuatan tim. Ka
BLK sebagai penanggung jawab. Sub bagian tata usaha melakukan
perencanaan pelatihan, mulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan,
penetapan tujuan, persiapan sarana prasarana dan sebagainya yang
berkaitan dengan perencanaan. Kami juga melaksanakan, mengawasi,
dan mengevaluasi pelatihan yang diselenggarakan. Bagian bendahara
mengurus keuangan, perhitungan, dan pelaporan keuangan. Bagian
pelaksana bertugas merencanakan pelatihan, mempersiapkan pelaksanaan
pelatihan, mengawasi dan mengevaluasi pelatihan.
55. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?
Jawab : kita mempersiapkan ruang pelatihan, menata mesin jahit
dan mengecek kondisinya. Kita juga mempersiapkan ruang tes tertulis
untuk peserta pelatihan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
56. Bagaimana persiapan pelaksanaan pelatihan ?
Jawab : mempersiapkan fasilitas untuk dibagikan kepada peserta
yang lolos seleksi.
D. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
57. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Sosialisasi lewat media sosial, dan link alumni.
58. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Dimulai dari pembukaan pendaftaran, kemudian
melakukan panggilan seleksi peserta, melakukan tes, dan yang lolos
dapat mengikuti pelatihan.
59. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker yang dibutuhkan
Jawab : Kriteria peserta pelatihan pembuatan masker tentunya
harus sehat secara jasmani dan rohani, mempunyai kemampuan dasar
menjahit, usia produktif warga Kota Semarang, dan mengisi surat
persyaratan kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama
mengikuti pelatihan.
60. Bagaimana hasil rekrutmen peserta pelatihan pembuatan masker?
183
Jawab : Hasil rekrutmen adalah peserta dapat mengikuti proses
KBM dengan baik
b. Bahan Ajar
61. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?
Jawab : Iya, bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
peserta pelatihan, sesuai dengan tujuan pelatihan agar peserta bisa
membuat masker sesuai dengan standar kesehatan.
62. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?
Jawab : Iya
c. Metode Pembelajaran
63. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?
Jawab : Metode pembelajaran dengan cara caramah, diskusi,
demonstrasi dan praktik.
64. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?
Jawab : Sejauh ini tidak ada hambatan.
d. Media Pembelajaran
65. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Buku Informasi, White Board, Mockup Masker, mesin
jahit, mesin obras.
66. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
Jawab : Iya
67. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
Jawab : Sejauh ini tidak ada hambatan, biasanya kalau ada
hambatan, nanti instruktur menyampaikan ke kami, apa saja yang masih
kurang, nanti kita sediakan.
e. Sarana dan Prasarana
68. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
Jawab : Bahan Pelatihan, Makan siang, Seragam, ATK, Sertifikat,
dan uang transport.
69. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
184
Jawab : Ruang pelatihan, mesin jahit, sarana prasarana, dan
mushola.
70. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Mengenai keadaan sarana prasarana sangat cukup, dan
mesin-mesin dapat digunakan dengan baik.
f. Penilaian Peserta
71. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta
pelatihan ?
Jawab : Evaluasi dan observasi hasil akhir pelatihan
72. Bagaimanakah proses penilaian peserta?
Jawab : Penilaian peserta dilakukan oleh instruktur
73. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta
pelatihan ?
Jawab : Peserta akan dinyatakan kompeten jika dapat menguasai
tiap unit kompetensi, untuk uji kompetensi.
E. Pengawasan
74. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?
Jawab :ada monitoring dari BBPLK Semarang, h-3 sebelum
pelatihan ditutup. Dari BLK juga mengawasi kegiatan pelatihan dengan
mengunjungi tempat pelatihan di Mijen untuk mengetahui pelaksanaan
pelatihan. Kita juga melaksanakan rapat bulanan setiap awal bulan.
Untuk pengawasan pelatihan pembuatan masker, selama ini belum ada
kendala jadi pelatihan berjalan lancar.
75. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?
Jawab : Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun
kedepan. Setelah peserta lulus dari pelatihan pembuatan masker, kita
tetap memantau peserta, apakah pelatihan yang kita berikan
dimanfaatkan untuk berwirausaha atau tidak digunakan sama sekali, dari
situ bisa kita gunakan sebagai bahan evaluasi agar di pelatihan
selanjutnya bisa lebih tepat sasaran dan lebih bermanfaat bagi peserta
pelatihan.
185
F. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
76. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan
pembuatan masker ?
Jawab : Evaluasi dari instruktur baik teori maupun praktek.
77. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?
Jawab : Proses berjalan dengan lancar.
a. Evaluasi Materi
78. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan ?
Jawab : Ada
79. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
Jawab : Evaluasi materi pelatihan dilaksanakan dengan pengisian
kuisioner oleh peserta, dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatihan berakhir.
80. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?
Jawab : Sudah disediakan form khusus dari BBPLK.
81. Bagaimana hasil evaluasi materi pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Untuk evaluasi materi masih menunggu pelatihan selesai.
b. Evaluasi Instruktur
82. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ada
83. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi instruktur ?
Jawab : Penilaian instruktur melalui kuisioner yang diisi oleh
peserta pelatihan dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatiha berakhir.
84. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur
pembuatan masker?
Jawab : Instruktur telah berpengalaman dalambidangnya baik
teknis maupun metodologis, namun untuk hasil evaluasi masih menunggu
pelatihan selesai.
85. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam
proses pelatihan ?
186
Jawab : Hendaknya instruktur mampu menguasai materi pelatihan,
memiliki kemampuan verbal dan skill yang baik, dan mengajar sesuai
dengan kemampuan peserta.
86. Bagaimana hasil evaluasi instruktur pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Belum ada, masih menunggu.
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
87. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker?
Jawab : Ada.
88. Bagaimana proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?
Jawab : Ada pengisian kuisioner untuk peserta pelatihan tentang
sarana prasarana yang digunakan.
89. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana
prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Sesuai standar dan kebutuhsn pelatihan.
90. Bagaimana hasil evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker ?
Jawab : Belum dilaksanakan, masih menunggu sampai akhir
pelatihan.
d. Evaluasi Sistem dan Metode
91. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan
pembuatan masker?
Jawab : Pembelajaran akan dikaji setelah pelatihan selesai karena
pelatihan ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK ini.
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
92. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ada monitoring evaluasi 6 bulan sampai dengan 1 tahun
kedepan
93. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?
187
Jawab : Akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal monitoring
evaluasi baik melalui telepon, Whatsapp grup, maupun mendatangi
langsung ke BLK.
94. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta
pelatihan?
Jawab : Keluaran pelatihan adalah masyarakat yang dilatih mampu
membuat usaha mandiri pembuatan masker, namun lowongan pekerjaan
di bidang terkait dengan pelatihan pembuatan masker tetap akan
diinformasikan kepada alumni peserta pelatihan.
G. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
95. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?
Jawab : Pelaksanaan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan
pelatihan. masyarakat juga mudah mendapat informasi mengenai
pelatihan, sehingga BLK tidak mengalami kesulitan dalam mencari
peserta pelatihan.
96. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
Jawab : Dengan adanya bahan ajar yang telah disediakan siswa
memiliki acuan untuk membuat masker sesuai dengan standar kesehatan
melalui buku informasi.
97. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Dengan metode yang kita gunakan pelaksanaan KBM
lebih optimal dan tujuan pelatihan tercapai.
98. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?
Jawab : Media yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam
menerima materi pembelajaran.
99. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Sarana dan prasarana baik, mampu menunjang
pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
188
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juni 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Dina Nurani, S.Psi
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Kepala Sub Bag TU
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Bukit Wato-wato III B13 No.4 Permata Puri Ngaliyan
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Latar Belakang
1. Bagaimana Latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang ?
Jawab : BLK ini sudah berdiri sejak tahun 2010, sudah 10 tahun.
Usulan mengenai pendirian BLK ini ditindaklanjuti sama Walikota
Semarang. Kemudian tahun 2017 mendirikan gedung baru untuk pelatihan
didaerah Mijen. Jadi disini gedung pusatnya, di Mijen hanya tempat
pelatihan. Pelatihan dilaksanakan didua tempat. Kalo di Mijen itu di
prioritaskan untuk masyarakat Kota Semarang Barat. Berdirinya BLK ini
ya dalam rangka meningkatkan kualitas pencari kerja di Kota Semarang
sehingga dapat bersaing di dunia kerja atau dunia industri.
2. Apa Tujuan didirikannya BLK ?
Jawab : Didirikannya BLK sebagai tempat pelatihan kerja untuk
menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing di dunia kerja
atau industri yang kedua menyiapkan program pelatihan berbasis
kompetensi yang mampu memenuhi kebutuhan industri.
Ka Subbag TU
189
3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?
Jawab : Kemarin kita merencanakan 18 paket pelatihan, karena
ada covid, jadi ada pemangkasan anggaran. Kemarin itu yang sudah jalan
ada dari APBN nya 3, APBD nya 4. Itu sebelum Covid. Setelah itu mau ga
mau kita harus mengikuti peraturan pemerintah ya, kita juga liat kondisi
dengan kondisi kemarin kita mau mengadakan pelatihan kan juga kan ga
boleh karena acara kumpul-kumpul juga tidak boleh. Alhamdulillahnya
kemarin itu 7 kelasnya selesai mepet sekali sebelum Covid, jadi kemarin
luar biasa. Saya ingat itu tanggal 17 Maret itu saya masih ketemu dengan
siswa membuat video protokol kesehatan. Tapi kan waktu itu belum ada
himbauan memakai masker, baru ke penggunaan handsanitizer aja sama
cek suhu. Setelah itu kita sudah off, baru ada lagi ini pelatihan refocusing
yaitu pelatihan masak dan pelatihan pembuatan masker. Untuk jenis
pelatihan ada 9 program pelatihan yang dilaksanakan di BLK Kota
Semarang yaitu operator garmen, tata busana, tata boga, pembuatan roti
dan kue, mekanik sepeda motor, pembatik level 2, operator komputer,
desainer grafis muda, dan tata kecantikan kulit dan rambut. Masing-
masing ada yang mendapat dana APBN dan ada yang APBD.
b. Visi Misi
4. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang
Jawab : Visi dari UPTD BLK kota Semarang adalah menjadi pusat
pelatihan kerja berbasis kompetensi berdaya saing tinggi dan memenuhi
kebutuhan pasar kerja.
5. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang
Jawab : Misi dari UPTD BLK kota Semarang yang pertama
menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi, yang
ke-2 mengembangkan berbasis kompetensi, yang ke-3 mengembangkan
kerjasama dengan stakeholder.
c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
6. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?
190
Jawab : Pelatihan pembuatan masker ini berupa pelatihan untuk
membuat masker kain sesuai standar kesehatan, jadi pemerintah ingin
meminimalisir dampak Covid-19 dalam bidang kesehatan maupun sosial
ekonomi. Pelatihan ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK karena
adanya refocusing anggaran pelatihan dari pemerintah.
7. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?
Jawab : Didasarkan pada kondisi saat ini ya, untuk dasar
pelatihannya :
Perwal nomor 110 tahun 2016 tentang pembentukan, kedudukan,
susunan organisasi, dan tata kerja pelaksana teknis Dinas Tenaga Kerja
Kota Semarang.
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no.SP.DIPA-
026. 13.2. 452609/ 2020 tentang surat pengesahan daftar isian pelaksana
kegiatan (DIPA) tahun 2020
SK Dirjen binalattas NO.2.187/LP.00.03/IV/2020 tentang program
pelatihan tanggap covid-19 di Balai Latihan Kerja dan Balai Peningkatan
Produktivitas tahun 2020
8. Sasaran pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Walaupun menggunakan APBN, tapi sasaran pelatihan
difokuskan kepada masyarakat Kota Semarang saja, baik yang
menganggur maupun korban PHK.
9. Bagaimana Respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Sangat antusias ya, apalagi dikondisi seperti ini, pelatihan
ini menjadi kesempatan yang tidak ingin mereka sia-siakan, daripada tidak
ada pekerjaan dirumah.
B. Perencanaan Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
10. Perencanaan apa yang dilakukan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Dari merencanakan waktu pelaksanaan, kebutuhan materi,
metode pembelajarannya, serta cara evaluasi pelatihan. Biasanya, biasanya
ya dari awal, di akhir tahun sebelumnya kita itu kita susun semua program
191
dulu, yang bisa dilaksanakan disini. Untuk pelatihan pembuatan masker
kan baru kemarin, karena ada Covid, jadi kemarin kita melakukan
identifikasi kira-kira pelatihan apa yg cocok untuk dilaksanakan di BLK
ini, biasanya kan dari sana menawarkan, kita sesuaikan dengan workshop
yang tersedia kemudia kita mengajukan paket pelatihan ke pusat
(BBPLK), setelah dikirim kesana dari sana dibuatkan anggarannya.
Kemudian turun POK nya (dasar pelaksanaan), kemudian kita membuat
rencana pelatihan.
11. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan ?
Jawab : Agar pelatihan bisa berjalan, dan pelatihan juga terarah.
Bisa mencapai tujuan dari pelatihan juga. Ga mungkin kan tanpa
perencanaan kita tiba-tiba langsung melaksanakan pelatihan wkwk..
12. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan ?
Jawab : Kalau identifikasi kita melihat tren pasar, atau keadaan
saat ini untuk menentujan jenis pelatihan yang sesuai, sesuai dengan
workshop yang tersedia dan alat yang ada di BLK, kemudian kita
menentukan persyaratan peserta, setelah itu kita menentukan output dan
outcome pelatihan, laut kita menentukan kebutuhan materi pembelajaran,
kebutuhan durasi pelatihan , dan kebutuhan instruktur, yang terakhir kita
melakukan persiapan pelaksanaan program pelatihan.
a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program
13. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?
Jawab : Untuk staf kita menetapkan semua staf BLK terlibat,
tidak ada staf khusus tiap pelatihan sih .
14. Siapa pengelola dan staf pembantu dalam program pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Semua staf , Ka Subbag TU dan Ka UPTD BLK sebagai
penanggung jawabnya.
b. Tujuan Pelatihan
15. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker
192
Jawab : Kalau secara umum tujuan diadakannya pelatihan
pembuatan masker karena kita kan sedang berada ditengah pandemi
Covid-19, sekarang masker menjadi hal yang wajib untuk dipakai,
ketersediaan yang terbatas. Disisi lain juga untuk mengurangi dampak
pandemi dalam hal pengangguran karena PHK, agar masyarakat bisa
memproduksi masker untuk wirausaha. Dari hasil pelatiah juga kita
donasikan masker tersebut.
Kalau tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan masker untuk
peserta pelatihan mampu :
mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan
menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan
membuat masker sesuai standar kesehatan
16. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan
Jawab : Penentuan tujuan pelatihan selalu berpedoman pada abcd
, audience, behaviour, condition, dan degree, serta memperhatikan
Taksonomi Bloom.
17. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,
Psychomotor Domain
Jawab : Tujuan pelatihan pembuatan masker dalam domain
kognitif kan menambah pengetahuan peserta pelatihan mengenai cara
pembuatan masker sesuai standar, kalau afektif tentu dalam pelaksanaan
pelatihan nanti peserta harus disiplin untuk datang tepat waktu, kejar
target, dan mematuhi protokol kesehatan. Sedangkan dalam psikomotorik
nantinya peserta diajarkan cara menjahit masker dengan benar.
18. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode,
media, dan alat evaluasi ?
Jawab : Dalam pelaksanaan pelatihan kita menggunakan metode
dan media yang tepat agar tujuan tercapai.
c. Penetapan Bahan Ajar
19. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker?
193
Jawab : Berupa buku informasi, didalamnya memuat materi dan
unit kompetensi yang harus peserta kuasai. Kalau bahan ajar sudah
disediakan dari kementrian, jadi kita tidak perlu membuat, dan sudah
sesuai dengan SKKNI.
20. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses
pembelajaran ?
Jawab : Bahan ajar sebagai pedoman dalam pembelajaran
sehingga sangat menunjang ya.
21. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?
Jawab : Bahan ajar diambil dari silabus dan silabus diambil dari
kurikulum pelatihan. Namun kita tidak membuat bahan ajar, karena
bahan ajar sudah disediakan.
22. Apa acuan dalam pembuatan bahan ajar pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Acuan dari pelatihan pembuatan masker adalah skkni No.
305 tahun 2015 tentang penetapan skkni kategori industri pengolahan
golongan pokok industri pakaian jadi bidang produksi pakaian jadi masal.
Untuk unit kompetensinya ada 4, yaitu :
Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat
kerja (K3) C.141110.044.02
Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02
Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02
Pembuatan Masker
d. Penetapan Metode Pembelajaran
23. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
Jawab : Untuk menetapkan metode pembelajaran berdasarkan
kepada silabus yang telah dibuat. Didasarkan pada unit kompetensi yang
ada di bahan ajar, kita sesuaikan dengan kebutuhan.
24. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Metode yang digunakan itu ceramah, diskusi dan
demonstrasi, dan praktik.
194
e. Penetapan Media/Alat Bantu
25. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?
Jawab : Disesuaikan dengan materi dan metodenya, kalau praktik
kita menggunakan alat jahit, kalau ceramah bisa sambil menggunakan
whiteboard.
26. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan
pelatihan ?
Jawab : Iya.
27. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Modul, whiteboard, sama peralatan jahit juga.
f. Penetapan Cara Evaluasi
28. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi pelatihan ?
Jawab : Untuk evaluasi pelatihan pembuatan masker ini dari pusat
yang melakukan. Ada proses monev langsung dari BBPLK datang ke
BLK biasanya 2-3 hari sebelum pelatihan selesai. Dari Bu Uut dateng
langsung kesini. Tapi kalau dari kita biasanya H-1 sebelum pelatihan
selesai. Tapi formulir sudah dibuatkan dari sana, sudah ada standarnya.
29. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker ini ?
Jawab : Berupa kuisioner yang sudah disediakan dari pusat. Nah
dari situ kan biasanya ada masukan-masukan. Nanti kita tindak lanjuti di
pelatihan selanjutnya.
30. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?
Jawab : Sasaran dari evaluasi ini adalah peserta ada di sarpra,
instruktur, dan materi kalo ga salah.
31. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Untuk evaluasi pelatihan seperti uji kompetensi dalam
pelatihan pembuatan masker tidak dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi
sudah ditetapkan selama 6 bulan sampai dengan satu tahun kedepan
Karena pelatihan ini lebih fokus ke peluang usaha, jadi kami
195
pertimbangkan uji kompetensinya, kasihan juga pesertanya karnaini
pelatihan hanya 10 hari
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
32. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Waktu dan tempat pelatihan disesuaikan dengan
ketersediaan alat bantu pelatihan
33. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu
pelatihan ?
Jawab : Dalam memilih tempat pelaksanaan pelatihan kita
mempertimbangkan kebutuhan pelatihan.
34. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
Jawab : Pelatihan pembuatan masker dilaksanakan di
UPTD BLK Mijen Jl. RM. Hadi Soebeno No. 122 Mijen Semarang,
tepatnya di ruang Jahit lantai 2.
35. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
Jawab : Pelatihan dilaksanakan dari tanggal 15 s.d 26 Juni
2020
h. Penetapan Instruktur
36. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?
Jawab : Disesuaikan dengan pelatihan yang dilaksanakan,
instruktur yang dipilih harus menguasai materi yang akan disampaikan
kepada peserta pelatihan.
37. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?
Jawab : Memiliki kompetensi dalam bidang latih, dan memiliki
sertifikat pelatihan.
38. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?
Jawab : Bisa mengajar dengan baik, bisa mengarahkan peserta
agar tujuan pelatihan tercapai.
39. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker
196
Jawab : Siti Rochmah
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
40. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?
Jawab : Waktu pelatihan sudah ditetapkan dari pusat selama 10
hari, setelah pengusulan pelatihan disahkan , penyusunan jadwal
dilakukan.
41. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?
Jawab : Dasar penyusunan jadwal yaitu kondisi pndemi Covid-19.
42. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta ?
Jawab : Peserta yang menyesuaikan dengan jadwal yang ada di
BLK, dan pesertanya kan warga yang tidak bekerja, jadi menurut saya
mereka tidak memiliki kesibukan lain yang harus disesuaikan dengan
jadwal pelatihan kami.
43. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?
Jawab : Tidak ada, hanya disesuaikan dengan materi. Dari yang
paling dasar hingga keseluruhan pembuatan masker.
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
44. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan?
Jawab : Tidak ada perencanaan anggaran dari BLK,
45. Bagaimana proses penentuan prioritas dalam pesencanaan anggaran
pelatihan ?
Jawab : Tidak ada proses penentuan prioritas dalam penyusunan
anggaran pelatihan pembuatan masker dari BLK.
46. Darimana sumber pendanaan dalam pelatihan pembuatan masker ini ?
Jawab : Sumber pendanaan dari APBN (Anggaran Pendapatan
Belanja Negara).
C. Pengorganisasian Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
47. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan
?
197
Jawab : untuk pelatihan di BLK, Kepala jadi penanggung jawab,
nanti subbag TU merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan
mengevaluasi pelatihan.
48. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?
Jawab :
Mempersiapkan ruang dan persiapan seleksi pelatihan
Menyusun persyaratan peserta pelatihan (dokumen yang harus
dibawa)
Mempersiapkan fasilitas peserta
Mempersiapkan ruang pelatihan dan media pelatihan
D. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
49. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Sosialisasi lewat media sosial, dari alumni juga.
50. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Pendaftaran, panggilan seleksi peserta, tes, dan
pelaksanaan pelatihan.
51. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker yang dibutuhkan
?
Jawab : Mempunyai kemampuan dasar menjahit lebih diutamakan
karna pelatihan hanya 10 hari, warga Kota Semarang.
b. Bahan Ajar
52. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?
Jawab : Iya
53. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?
Jawab : Iya
c. Metode Pembelajaran
54. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?
Jawab : Caramah, diskusi, demonstrasi dan praktik
55. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?
Jawab : Tidak ada hambatan
198
d. Media Pembelajaran
56. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Buku Informasi, White Board, peralatan jahit
57. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
Jawab : Iya.
58. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
Jawab : Tidak ada hambatan.
e. Sarana dan Prasarana
59. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
Jawab : Fasilitas yang diberikan ke peserta itu berupa bahan
Pelatihan, Makan siang, Seragam, ATK, Sertifikat, dan uang transport.
60. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
Jawab : Ruang pelatihan, mushola, mesin jahit.
61. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Ruang pelatihan nyaman, mesin-mesin berfungsi dengan
baik.
f. Penilaian Peserta
62. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta
pelatihan ?
Jawab : Evaluasi dari instruktur, mengenai penguasaan tiap unit
kompetensi.
63. Bagaimanakah proses penilaian peserta?
Jawab : Penilaian peserta dilakukan oleh instruktur secara
langsung.
64. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta
pelatihan ?
Jawab : Peserta akan dinyatakan kompeten jika dapat menguasai
tiap unit kompetens.
E. Pengawasan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
65. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?
199
Jawab :Biasanya saya yang mengawasi pelatihan bersama pak
jumanto (Ka Subbag TU dan Penyelenggara) untuk memantau
pelaksanaan pelatihan di UPTD BLK Mijen. Ada monitoring dan
evaluasi dari Bu Uut BBPLK Semarang 3 hari sebelum pelatihan ditutup.
66. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?
Jawab : Monitoring akan dilakukan 6 bulan sampai satu tahun
kedepan untuk melihat hasil pelatihan terhadap peserta pelatihan. Tapi
untuk sekarang monev tersebut akan dilaksanakan melalui grup whatsapp
dengan ajang sharing
F. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
67. Evaluasi apa saja yang dilaksanakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ada evaluasi sarana dan prasarana, evaluasi materi, dan
evaluasi instruktur. Ada juga monev langsung dari BBPLK. H-3 atau 2
sebelum pelatihan selesai.
68. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?
Jawab : Selama pelaksanaan masih belum ada kendala.
a. Evaluasi Materi
69. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan ?
Jawab : Ada.
70. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
Jawab : Evaluasi materi pelatihan dilaksanakan dengan pengisian
kuisioner oleh peserta, dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatihan berakhir.
71. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?
Jawab : Sudah disediakan form khusus dari BBPLK.
72. Bagaimana hasil evaluasi materi pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Dari form yang kita bagikan ke peserta, nanti kami
evaluasi, misal ada materi yang tidak sesuai atau yang sulit dipahami,
nanti kita tindak lanjuti untuk perbaikan materi. Namun tidak ada
kesulitan materi yang dihadapi peserta berdasarkan hasil kuisioner.
b. Evaluasi Instruktur
73. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan masker?
200
Jawab : Ada.
74. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi instruktur ?
Jawab : Penilaian instruktur melalui kuisioner yang diisi oleh
peserta pelatihan dan dilaksanakan H-1 sebelum pelatiha berakhir.
75. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur
pembuatan masker?
Jawab : Instruktur telah berpengalaman dalam bidangnya baik
teknis maupun metodologis.
76. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam
proses pelatihan ?
Jawab : Instruktur mampu menyampaikan materi agar mudah
dipahami peserta pelatihan, dan mampu membantu kendala yang
dihadapi peserta pelatihan.
77. Bagaimana hasil evaluasi instruktur pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Berdasarkan pengisian kuisioner, mengenai pelayanan
instruktur sudah cukup baik, sehingga belum ada yang harus
ditindaklanjuti karna dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan peserta.
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
78. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker?
Jawab : Ada.
79. Bagaimana proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?
Jawab : Ada pengisian kuisioner untuk peserta pelatihan tentang
sarana prasarana yang digunakan.
80. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana
prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Sesuai standar dan kebutuhan pelatihan.
81. Bagaimana hasil evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker ?
Jawab : Peserta mengisi form mengenai sarana prasarana yang
digunakan, misal ada kesulitan penggunaan sarpras, seperti kemarin ada
201
kesulitan penggunaan mesin obras, nanti kita tindak lanjuti, kita perbaiki
agar pelatihan selanjutnya kendala yang dihadapi peserta tidak terulang
kembali.
d. Evaluasi Sistem dan Metode
82. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan
pembuatan masker?
Jawab : Pembelajaran akan dikaji setelah pelatihan selesai karena
pelatihan ini baru pertama kali dilaksanakan di BLK ini. Untuk evaluasi
standar dari pusat hanya sarpras, evaluasi instruktur, dan evaluasi materi
pembelajaran.
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
83. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Biasanya itu dilakukan monev 6 sampe 1 tahun kedepan.
84. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?
Jawab : Akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal monitoring
evaluasi baik melalui telepon, Whatsapp grup, maupun mendatangi
langsung ke BLK. Namun mengingat masa pandemi Covid-19
kemungkinan akan dilaksanakan secara daring.
85. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta
pelatihan?
Jawab : Untuk penyaluran kerja masih belum ada, keluaran
pelatihan yaitu peserta mampu menguasai unit kompetensi dan
menerapkan dalam kehidupannya baik untuk membuka usaha.
G. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
86. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?
Jawab : Perencanaan bisa dilaksanakan dengan baik dan tepat.
Walaupun kita tidak merencanakan dari awal, tidak sesuai rencana
pelatihan tahun 2020 karena kendala Covid-19, namun perencanaan
pelatihan pembuatan masker sebagai pelatihan tanggap Covid-19 ini
berjalan dengan baik.
87. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
202
Jawab : Bahan ajar menunjang pelaksanaan pelatihan pembuatan
masker.
88. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Pelaksanaan pelatihan lebih mudah dilaksanakan, dan
mampu mencapai target pembuatan masker dalam waktu 10 hari.
89. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?
Jawab : Media membantu proses pelatihan dalam mencapai tujuan.
90. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Sarpras sudah maksimal sesuai dengan kebutuhan peserta
pelatihan.
91. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?
Jawab : Untuk uji kompetensi tidak ada.
203
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 22 Juni 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Jumanto
Usia : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jabatan : Staf
Pendidikan Terakhir : S1 Hukum
Alamat : Ngresep Barat 03 Banyumanik, Semarang
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Latar Belakang
1. Latar belakang berdirinya UPTD BLK Kota Semarang
Jawab : Sejak tahun 2010, BLK ada dua tempat, di Gayamsari dan
di Mijen. Ya untuk meningkatkan kompetensi atau keterampilan
masyarakat. Agar mampu bersaing.
2. Tujuan didirikannya BLK
Jawab : Tujuan BLK itu untuk menciptakan tenaga kerja terampil,
siap kerja sama mempunyai daya saing. Dan menyiapkan program
pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan industri.
3. Apa saja program pelatihan yang diselenggarakan ?
Jawab : Pelatihan yang dilaksanakan saat ini ada pelatihan
memasak dan pembuatan masker.
b. Visi Misi
4. Visi dari UPTD BLK Kota Semarang
STAF
204
Jawab : Visi BLK Kota semarang itu “Menjadi pusat pelatihan
kerja berbasis kompetensi, berdaya saing tinggi dan memenuhi kebutuhan
pasar kerja”
5. Misi dari UPTD BLK Kota Semarang
Jawab : Untuk misinya
Menyiapkan angkatan kerja yang kompeten dan berdaya saing
tinggi
Mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi
Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder
c. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
6. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Melatih peserta untuk membuat masker kain katun yang
nonmedis ya, dua lapis, dan dibuat dengan cara dijahit. Dari mulai memilih
bahan, membuat pola, memotong , menjahit sampai menjadi masker utuh.
7. Dasar penyelenggaraan pelatihan ?
Jawab : Ada SK dari Dirjen Binalattas mengenai program
pelatihan tanggap Covid-19. Ini juga upaya pemerintah dalam
meminimalisir dampak pandemi terhadap masyarakat, apalagi yang kena
PHK.
8. Sasaran pelatihan ?
Jawab : Sasarannya untuk masyarakat sekitar kota semarang, yang
terdampak covid-19. Terutama yang kena PHK.
9. Bagaimana Respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan ini ?
Jawab : Sangat antusias, banyak yang mendaftar, namun julah
peserta pelatihan juga dibatasi jadi tidak bisa menerima semua pendafar.
B. Perencanaan Program Pelatihan Pembuatan Masker
Biasanya perencanaan dilakukan sudah dari jauh hari sebelum pelaksanaan
pelatihan, biasanya di akhir tahun, karena ini ada refocusing anggaran
pelatihan, jadi kita melakukan perencanaan ulang, kita identifikasi
pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan alat pelatihan,
dari BBPLK menawarkan beberapa paket pelatihan, kami mengambil
205
pelatihan pembuatan masker dan memasak, kemudian diajukan ke
BBPLK, setelah mendapat persetujuan, anggaran sudah turun, baru kita
membuat matrik pelaksanaan pelatihan.
10. Jenis perencanaan apa yang digunakan dalam pelatihan?
Jawab : Perencanaan untuk pelatihan pembuatan masker ya dari
waktu pelaksanaan, sama pemenuhan kebutuhan pelatihan, membuat
matrik yang didalamnya berisi kapan pelaksanaan pelatihan, kapan waktu
evaluasi.
11. Mengapa perlu melaksanakan perencanaan program pelatihan?
Jawab : Agar pelaksanaan berjalan lancar ya, meminimalisir
kendala yang akan dihadapi.
12. Bagaimana proses identifikasi kebutuhan pelatihan?
Jawab : Menentukan persyaratan peserta, menentukan kebutuhan
pelatihan.
a. Penetapan Pengelola dan Staf Pembantu Program
13. Bagaimana proses penetapan pengelola dan staf pembantu program ?
Jawab : Untuk staf khusus si tidak ada, karena yang mengurus dari
seluruh staf BLK.
b. Tujuan Pelatihan
14. Apa tujuan dari program pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Tujannya agar peserta pelatihan bisa membuat masker
sesuai standar, dan peserta itu bisa berwirausaha.
15. Bagaimana proses perumusan tujuan pelatihan ?
Jawab : Disesuaikan dengan keadaan sekarang, karena banyak
PHK ya, dan pelatihannya juga waktunya singkat, jadi pelatihan masker
ini lebih mudah dilaksanakan.
16. Apakah tujuan mencakup Cognitive Domain, Affective Domain,
Psychomotor Domain?
Jawab : Tentu, tujuan pelatihan tentunya juga untuk menambah
pengetahuan, sikap dan yang terpenting keterampilan membuat masker.
206
17. Apakah tujuan digunakan sebagai acuan penentuan materi, metode, media,
dan alat evaluasi ?
Jawab : Untuk mencapai tujuan tentunya materi, metode yang
digunakan harus linier.
c. Penetapan Bahan Ajar
18. Dalam bentuk apa bahan ajar yang digunakan dalam pelatihan ?
Jawab : Bahan ajar yang digunakan hanya buku informasi.
19. Apakah bahan ajar yang ditetapkan hendaknya menunjang proses
pembelajaran ?
Jawab : Iya bahan ajar menunjang, sebagai pedoman pelatihan
juga.
20. Bagaimana proses membuat bahan ajar ?
Jawab : Yang membuat bahan ajar dari instruktur.
d. Penetapan Metode Pembelajaran
21. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
Jawab : Kalau metode kami tidak menetapkan, biasanya dari
instruktur sendiri.
22. Apa metode yang biasa digunakan dalam pelatihan ?
Jawab : Ada ceramah, demonstrasi, sama praktik. Tapi lebih
ditekankan ke praktik ya kalo di pelatihan.
23. Mengapa memilih metode tersebut dalam pelatihan ?
Jawab : Pelatihan kan lebih ke skill, jadi praktik memang yang
paling utama yang harus di kuasai. Untuk teorinya bisa sambil jalan,
e. Penetapan Media/Alat Bantu
24. Bagaimana proses penetapan media pelatihan ?
Jawab : Disesuaikan dengan metode yang digunakan, disesuaikan
dengan pelatihannya juga.
25. Apa dasar penetapan media pelatihan ?
Jawab : Dari silabus,
26. Apakah penetapan media atau alat bantu didasarkan pada kebutuhan
pelatihan ?
207
Jawab : Iya.
27. Apa saja media yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Buku informasi.
f. Penetapan Cara Evaluasi
28. Bagaimana proses penetapan cara evaluasi ?
Jawab : Ada evaluasi sarana dan prasarana, evaluasi materi, sama
instruktur kalo ga salah. Itu form sudah di sediakan dari pusat, nanti kita
yang mengevaluasi hasil pengisian form nya.
29. Apa cara evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan
Jawab : Ada observasi, praktik.
30. Siapa sasaran evaluasi pelatihan ini ?
Jawab : Peserta, ada juga evaluasi instruktur.
31. Bagaimana rancangan evaluasi program pelatihan ?
Jawab : Untuk evaluasi berupa uji kompetensi sih tidak di
laksanakan.
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
32. Bagaimana proses penetapan waktu dan temapat pelatihan ?
Jawab : Untuk menetapkan waktu dan tempat pelatihan didasarkan
pada kebutuhan, dan dari pusat diberi batasan waktu 10 hari, kita hanya
menentukan tempat.
33. Apa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan tempat dan waktu
pelatihan ?
Jawab : Tempat yang digunakan karena sudah tersedia peralatan
yang lengkap.
34. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
Jawab : Di BLK Mijen, lantai 2 ruang jahit.
35. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
Jawab : Dari tanggal 15 juni s.d 26 Juni 2020.
h. Penetapan Instruktur
36. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan ?
208
Jawab : Biasanya ada seleksi, tapi ini kan instruturnya sudah dari
dulu mengajar di BLK, ya hanya di tunjuk saja. Karena instruktur juga
sudah menguasai skill menjahit.
37. Seperti apa standar kualifikasi instruktur pelatihan di BLK ini ?
Jawab : Yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, sudah
berpengalaman juga.
38. Bagaimana karakter instruktur dalam pelatihan ?
Jawab : Yang menguasai materi, memguasai skill, dan bisa
berkomunikasi baik dengan peserta pelatihan ya.
39. Daftar instruktur pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Untuk instruktur pembuatan masker hanya ada satu, Bu
Siti Rochmah.
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
40. Bagaimana proses menyusun jadwal pelatihan ?
Jawab : Jadi kita mendapat tugas untuk menjalankan pelatihan,
dan waktu pelaksanaan kita menyesuaikan dari sana.
41. Apa dasar yang digunakan dalam penyusunan jadwal pelatihan ?
Jawab : Disesuaikan dengan unit kompetensi.
42. Dalam menetapkan alokasi waktu, apakah sudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta
Jawab : Peserta yang mengikuti jadwal dari BLK.
43. Bagaimana penentuan skala prioritas dalam penyusuan jadwal pelatihan ?
Jawab : Kita menyesuaikan dengan unit kompetensi dari yang
paling dasar, dari mulai pemilihan bahan.
44. Bagaimana hasil penyusunan jadwal pelatihan pembuatan masker
Jawab : Untuk jadwal pelatihan selama 10 hari, dari jam 08.00
sampai jam 13.00.
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
45. Bagaimana prosedur perencanaan anggaran pelatihan ?
Jawab : Kalo anggaran dari pusat, kita tidak merencanakan
anggaran.
209
46. Darimana sumber pendanaan pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Untuk pelatihan pembuatan masker dam masak ini kan
dari BBPLK, jadi dananya dari APBN.
C. Pengorganisasian Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
47. Bagaimana pembagian tugas dan wewenang kepada pengelola pelatihan ?
Jawab : kalau saya (penyelenggara) merencanakan tempat, bahan
pelatihan, mengawasi juga pelaksanaan pelatihan di Mijen.
48. Bagaimana persiapan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ?
Jawab : pengecekan ruang dan mesin, bahan dan alat juga
dipersiapkan.
D. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
49. Bagaimana cara menyebarkan informasi pelatihan ?
Jawab : Lewai instagram, di web juga ada. Link alumni juga.
50. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan
Jawab : Tahap pendaftaran, tes, pengumuman.
51. Bagaimana kriteria peserta pelatihan yang dibutuhkan ?
Jawab : Yang pasti sehat, warga Kota Semarang, mempunyai
keterampilan dasar jahit.
b. Bahan Ajar
52. Bahan ajar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pelatihan ?
Jawab : Sesuai, sudah tertera setiap unit kompetensi yang harus
dikuasai.
c. Metode Pembelajaran
53. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran ?
Jawab : Praktik dan ceramah.
54. Adakah hambatan dalam penggunaan metode tersebut ?
Jawab : Tidak ada.
d. Media Pembelajaran
55. Media apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Buku informasi.
210
56. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
Jawab : Iya.
57. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
Jawab : Sejauh ini belum ada.
e. Sarana dan Prasarana
58. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
Jawab : Bahan pelatihan, makan siang, ATK, seragam, sertifikat,
sama uang transport.
59. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
Jawab : Ruang pelatihan, lengkap dengan mesin jahit.
60. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Sudah maksimal sesuai kebutuhan.
f. Penilaian Peserta
61. Penilaian apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi peserta
pelatihan ?
Jawab : Penilaian dilakukan instruktur.
62. Bagaimanakah proses penilaian peserta?
Jawab : Kalau pelatihan kan beda sama sekolah formal ya, jadi
penilaian juga hanya dari hasil mungkin kerapian jahitan dan sebagainya.
63. Bagaimana standar penilaian yang di persyaratkan kepada peserta
pelatihan ?
Jawab : Jika peseta mampu menguasai tiap unit kompetensi.
E. Pengawasan
64. Bagaimana proses pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan?
Jawab : pengawasan dilakukan 2 kali selama pelatihan.
65. Apakah ada proses pengawasan setelah pelatihan selesai ?
Jawab : ada monitoring kepada peserta setelah lolos, untuk
mengetahui kelanjutan dari pelatihan yang sudah diberikan.
F. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
66. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan
pembuatan masker ?
211
Jawab : Evaluasi instruktur, peserta, sarpras.
67. Bagaimana proses evaluasi terhadap peserta pelatihan?
Jawab : Lebih ke hasil pelatihan, apakah sudah menguasai unit-
unit kompetensi atau belum.
a. Evaluasi Materi
68. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuata
masker ?
Jawab : Ada, dengan pengisian kuisioner.
69. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
Jawab : Kuisioner diberikan kepada peserta H-1 penutupan.
70. Dasar apa yang digunakan dalam evaluasi materi ?
Jawab : Untuk evaluasi sudah ada formulir dari pusat, kita hanya
menerima kuisionernya dan diberikan ke peserta.
b. Evaluasi Instruktur
71. Adakah proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan ?
Jawab : Ada, sama dengan evaluasi materi.
72. Bagaimana standar kompetensi teknis dan metodologis instruktur ?
Jawab : Instruktur yang berpengalaman di bidangnya.
73. Bagaimana standar pelayanan yang harus diberikan instruktur dalam
proses pelatihan ?
Jawab : Mampu menyampaikan atau mentransfer ilmu secara
maksimal kepada peserta pelatihan.
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
74. Adakah proses evaluasi untuk fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker ?
Jawab : Dari pusat juga, dan berupa kuisioner.
d. Evaluasi Sistem dan Metode
75. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran
pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Ada, ini dari BLK yang akan mengkaji setelah pelatihan
selesai.
212
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
76. Adakah proses evaluasi untuk keluaran pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Akan ada monitoring evaluasi.
77. Bagaimana proses evaluasi keluaran tersebut ?
Jawab : Belum.
78. Bagaimana standar kompetensi dari pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Peserta mampu membuat usaha mandiri dalam membuat
masker.
G. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
79. Apa faktor pendukung dari proses perencanaan pelatihan ?
Jawab : Tujuan pelatihan dapat tercapai, tidak ada kendala dalam
pelaksanaan pelatihan.
80. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
Jawab : Bahan ajar yang digunakan mudah dipahami peserta
pelatihan.
81. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Pelatihan berjalan lancar dan bisa mengejar target
pembuatan 2000 masker.
82. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Sarana prasarana lengkap sehingga mempermudah peserta
peatihan.
83. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?
Jawab : Tidak adauji kompetensi karena ini pelatihan refocusing,
bukan seperti biasanya yang dilakukan selama 20 sampai 30 hari.
213
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 22 Juni 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Siti Rochmah
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Instruktur
Pendidikan Terakhir : D3 Bahasa
Alamat : Perum Sembungharjo Permai Blok C no 7 Genuk,
Semarang
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
1. Bagaimana gambaran umum pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Pembuatan masker yang dilaksanakan disini yaitu
pembuatan masker kain (masker nonmedis) dari nol dimulai dari
pemilihan bahan, pokoknya dari nol sampai jadi masker yang layak
pakai. Masker yang dibuat akan di donasi jadi model masker yang dibuat
adalah model unisex (headloop-earloop). Masker standar dua lapis dan
bisa dipakai cowo dan cewek.
2. Apa dasar penyelenggaraan pelatihan ?
Jawab : Pelatihan pembuatan masker kan didasarkan dengan
kebutuhan masyarakat saat ini di masa pandemi Covid-19.
3. asaran pelatihan pembuatan masker?
INSTRUKTUR
214
Jawab : Untuk masyarakat umum yang basicnya mereka mau
berwirausaha untuk memproduksi masker. Masyarakat sekotar kota
semarang, yang memiliki KTP Kota Semarang.
4. Bagaimana respon masyarakat dengan diadakannya pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Melihat dari siswanya, sangat antusias karena prodak
masker ini masih dibutuhkan.
B. Perencanaan Program Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
5. Apakah instruktur terlibat dalam proses perencanaan pelatihan ?
Jawab : Tidak, itu yang melakukan dari staf BLK
6. Apakah instruktur terlibat dalam identifikasi kebutuhan ?
Jawab : Tidak, saya hanya melakukan penyelenggaraan pelatihan
saja.
a. Penetapan Pengelola dan Staf pembantu program
7. Apakah instruktur terlibat dalam penetapan pengelola dan staf pembantu
program ?
Jawab : Tidak.
b. Penetapan Tujuan
8. Apakah instruktur dilibatkan dalam penetapan tujuan pelatihan ?
Jawab : Tidak.
c. Penetapan Bahan Ajar
9. Apakah instruktur terlibat dalam menetapkan bahan ajar pelatihan ?
Jawab : Untuk bahan ajar dari BLK. Kalau saya mengikuti.
Juklaknya dari BLK saya hanya melaksanakan.
d. Penetapan Metode Pembelajaran
10. Apakah instruktur menentukan metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran ?
Jawab : Kalau metode kita yang mengembangkan, disesuaikan
dengan keadaan kelas, karena pesertanya homogen, perbedaan gender
dan usia peserta, itu kita sesuaikan dengan kelas.
215
11. Bagaimana proses penetapan metode pembelajaran ?
Jawab : Talau teori paling hanya 15% sisanya praktik, karena
ditengah praktik ada teori nanti disambung praktik sambil jalan.
Sebenarnya idealnya 40% teori, 60% praktik, namun karena teori dan
praktik berjalan bareng jadi ya seperti itu.
12. Metode seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ya itu, ceramah, praktik dan demonstrasi.
e. Penetapan Media/Alat Bantu
13. Apakah instruktur menetapkan media yang akan digunakan dalam
pelatihan ?
Jawab : Media menggunakan yang sudah disediakan oleh BLK,
dan apabila ditengah jalan ada kekurangan, maka kita konfirmasi ke BLK
dan segera diadakan. Yang kita butuhkan nanti langsung disediakan.
Biasanya by wa atau telfon langsung ke BLK.
14. Bagaimana cara menetapkan media yang akan digunakan ?
Jawab : Dari BLK sudah menyiapkan.
15. Apakah penetapan media didasarkan pada kebutuhan pelatihan ?
Jawab : Iya, untuk medianya ya disesuaikan dengan kebutuhan
pelatihannya.
16. Media apa saja yang digunakan dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Biasanya si ada yang menggunakan proyektor atau
whiteboard ya, tapi untuk pembuatan masker ini hanya dari modul saja
langsung saya jelaskan ke peserta.
f. Penetapan Cara Evaluasi
17. Apakah instruktur ikut serta dalam merancang evaluasi pelatihan ?
Jawab : Tidak, itu dari staf BLK nya.
g. Penetapan Tempat dan Waktu Pelatihan
18. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan tempat dan waktu
pelatihan ?
Jawab : Tidak, instruktur tidak menentukan tempat pelatihan, itu
kewenangan dari BLK pusat.
216
19. Dimana tempat pelatihan pembuatan masker akan dilaksanakan ?
Jawab : Di UPTD BLK Mijen, di ruang jahit lantai 2.
20. Kapan pelatihan ini dilaksanakan ?
Jawab : Dari tanggal 15 sampai 26 Juni 2020
h. Penetapan Instruktur
21. Bagaimana proses penetapan instruktur pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Instruktur seperti saya kan sudah lama menjadi instruktur
mengajar di BLK, modelnya satu kelas ada instrukturnya diambil dari
mana, tapi kita sudah diseleksi dari awal. Diseleksi terlebih dahulu dari
yang awalnya baru menjadi asisten, sudah memiliki pengalaman. Kalau
sertifikat kita biasanya kalau dulu ada, cuma biasanya itu dari BNSP.
Namun setelah menjasi instruktur jahit, dalam pelatihan pembuatan
masker ini tidak ada seleksi, saya langsung ditujuk sebagai instruktur
pelatihan. Pengalaman lebih diutamakan.
22. Adakah proses seleksi dalam penetapan instruktur ?
Jawab : Tidak ada proses seleksi, karena saya sudah lama
mengajar di BLK, saya ditunjuk untuk menjadi instruktur pembuatan
masker ini.
23. Apa saja persyaratan untuk menjadi instruktur pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Kualifikasi instruktur tentunya menguasai materi,
menguasai skill. Karena yang kita salurkan, yang kita transfer adalah
skill.
24. Sejak kapan anda menjadi instruktur di BLK ini ?
Jawab : Saya dulu awal-awal menjadi instruktur tahun 2008,
namun pernah resign karena berkeluarga, dan setelah anak mulai besar,
saya mengajar di BLK lagi.
i. Penyusunan Jadwal Pelatihan
25. Apakah instruktur ikut serta dalam menetapkan jadwal pelatihan
pelatihan ?
Jawab : Tidak, ini yang menyusun juga dari BLK.
217
j. Perencanaan Anggaran Pelatihan
26. Apakah instruktur ikut serta dalam perencanaan anggaran pelatihan ?
Jawab : Tidak, saya juga tidak tahu mengenai perencanaan
anggaran.
C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
27. Apakah instruktur ikut serta dalam merekrut peserta pelatihan ?
Jawab : Instruktur tidak ikur serta dalam perekrutan.
28. Bagaimana kriteria peserta pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Peserta yang memiliki kemampuan dasar menjahit
diutamakan, karena pelatihan kan hanya dilaksanakan 10 hari.
b. Bahan Ajar
29. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Bahan ajarnya berupa buku informasi atau modul.
30. Apakah bahan ajar dapat menunjang pelaksanaan pelatihan ?
Jawab : Iya, dengan bahan ajar bisa membantu peserta dalam
menguasai unit kompetensi.
31. Apa saja materi yang harus dikuasai oleh peserta pelatihan ?
Jawab : Untuk materi pelatihan ya dapat membuat masker sesuai
dengan standar kesehatan, mulai dari memilih bahan, membuat pola,
memotong, dan menjahit rangkaian pola sampai menjadi masker utuh.
c. Metode Pembelajaran
32. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Metode yang kita gunakan ceramah dan praktik,
kebanyakan praktik si mba, karna kita lebih menekankan kesitu. Teorinya
hanya 15% saja sisanya yang 85% praktik, idealnya sih 40% 60% ya,
Cuma karna kita kejar target pembuatan 2000 masker, jadi kita banyakin
di praktik.
33. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?
218
Jawab : Berjalan dengan baik, nanti untuk peserta yang kurang
memahami atau kesulitan juga bisa langsung ditanyakan kepada saya.
34. Mengapa menggunakan metode tersebut untuk menyampaikan materi
pelatihan ?
Jawab : Karena target pembuatan 2000 masker ya, jadi kalau
langsung praktik kan lebih cepat daripada kita jelaskan teori terlalu
banyak.
d. Media Pembelajaran
35. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran ?
Jawab : Ada mesin jahit untuk menjahit maskernya. Mesin obras
juga, karena ada yang di obras maskernya.
36. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
Jawab : Tentu, karna mesin jahit kan pokok dalam pembuatan
masker.
37. Adakah hambatan dalam penggunaan media pembelajaran ?
Jawab : Sejauh ini tidak ada, karena semua berjalan dengan baik.
e. Sarana dan Prasarana
38. Apa fasilitas yang diberikan?
Jawab : Untuk instruktur tentunya ada gaji dan uang transport,
untuk peserta ada seragam, ATK, uang transport, tas, alat jahit.
39. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
Jawab : Ruang pelatihan jahit dengan dilengkapi mesin jahit yang
cukup untuk menujang pembelajaran.
40. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Baik.
f. Penilaian Peserta
41. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?
Jawab : Biasanya ada di akhir pelatihan saja, kalau ini ibarat
masih sekolah, jadi tidak ada penilaian tiap harinya, ujian biasanya di
219
final. Ada kuisioner dan sebagainya, evaluasi juga. Bentuk penilaian
biasanya dari BLK Gayamsari, tidak langsung dari BNSP.
D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Evaluasi Materi
42. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Ada, biasanya di akhir pelatihan. Dan yang membuat
adalah dari pusat.
43. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi materi ?
Jawab : Biasanya pengisian kuisioner oleh peserta pelatihan.
b. Evaluasi Instruktur
44. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan pembuatan
masker?
Jawab : Biasanya ada penilaian dari peserta juga.
45. Apa kompetensi teknis dan metodologis yang anda miliki ?
Jawab : Kalau kompetensi ya sudah menguasai skill dan teori yang
akan disampaikan kepada peserta pelatihan.
46. Apakah pelayanan yang anda berikan kepada peserta sudah sesuai
standar ?
Jawab : Saya sudah berusaha semaksimal mungkin.
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
47. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan
pembuatan masker oleh instruktur ?
Jawab : Itu tidak ada, biasanya malah peserta yang melakuka
evaluasi.
48. Bagaimana prosedur evaluasi fasilitas dan sarana prasarana tersebut ?
Jawab : Dengan kuisioner itu tadi.
49. Bagaimana kualitas, kuantitas, dan spesifiksi dari fasilitas dan sarana
prasarana dalam pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Baik, sudah sesuai denga kebutuhan pelatihan.
220
d. Evaluasi Sistem dan Metode
50. Adakah proses evaluasi untuk sistem dan metode pembelajaran pelatihan
yang dilakukan oleh instruktur ?
Jawab : Kalau itu biasanya saya dinilai oleh Kasudin (Kepala
Suku Dinas Pendidikan).
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
51. Bagaimana evaluasi keluaran berkaitan dengan kesempatan kerja peserta
pelatihan?
Jawab : Untuk keluaran pelatihan diharapkan ya peserta bisa
menerapkan dirumah, maupun untuk membuka usaha, dan terarah.
E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
52. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
Jawab : Bahan ajar yang digunakan mudah dipahami oleh peserta
pelatihan.
53. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Dengan metode ini, pembuatan masker menjadi lebih
cepat jika dibandingkan dengan ceramah yang terlalu banyak.
54. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Ruang pembelajaran yang nyaman.
55. Apakah faktor pendukung dari proses uji kompetensi yang dilakukan ?
Jawab : Kalau pelatihan pembuatan masker ini tidak ada uji
kompetensi sih.
221
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Dimas Aji Pangestu
Usia : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jabatan : Peserta Pelatihan Pembuatan Masker
Pendidikan Terakhir : SMK N 10 Semarang
Alamat : Jl Karang Jangkal RT 02/04
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Menurut pribadi ya, pelatihan pembuatan masker disini
yaitu masker kain yang bisa digunakan untuk yang berhijab maupun
yang tidak berhijab.
2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Untuk menambah wawasan mengenai pembuatan masker,
sebelumya sudah memiliki keterampilan menjahit karna pernah ikut
pelatihan garmen.
B. Perencanaan Program Pelatihan Pembuatan Masker
3. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta
pelatihan pembuatan masker?
PESERTA PELATIHAN
222
Jawab : Kemarin kan ada dari kartu prakerja, yang mengisi secara
online, kebetulan di telfon oleh pihak BLK, kemudian ditawari oleh BLK
untuk mengikuti pelatihan pembuatan masker.
C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
4. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Melakukan pendaftaran, tes tertulis, nanti ada
pengumuman dan langsung pelatihan. Dilakukan di BLK Gayamsari.
5. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan
ini ?
Jawab : Ijazah terakhir, KTP, KK, Foto.
6. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan
pembuatan masker?
Jawab : Memiliki skill menjahit dasar.
b. Bahan Ajar
7. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker ?
Jawab : Iya ada modul.
8. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?
Jawab : Iya, karena di modul sudah ada unit-unit kompetensinya.
9. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?
Jawab : Ya cara membuat masker dari nol, mulai dari memilih
bahan, sampai membuat masker jadi.
c. Metode Pembelajaran
10. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ya kita dikasih tau dulu mau dibikin seperti apa
maskernya, nanti kalo udah langsung di praktikkan.
11. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?
Jawab : Metodenya udah tepat sih, kita juga udah punya
keterampilan dasar menjahit, jadi bisa mengikuti.
223
d. Media Pembelajaran
12. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran ?
Jawab : Biasanya si Cuma ceramah, jadi ngga pake whiteboard
atau proyektor. Paling alat yang dipake ada mesin jahit sama obras.
e. Sarana dan Prasarana
13. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
Jawab : Ada uang transport, seragam, tas, ATK.
14. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
Jawab : Ya ruangan untuk pelatihan, sama alat jahit.
15. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Sudah cukup untuk proses pembelajaran, tidak ada yang
kurang.
f. Penilaian Peserta
16. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?
Jawab : Ini si belum ada, biasanya di akhir pelatihan.
17. Apa yang perlu dipersiapkan oleh peserta pelatihan dalam penilaian ?
Jawab : Ya menguasai unit kompetensi yang diajarkan oleh
instruktur.
D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Evaluasi Materi
18. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker
oleh peserta pelatihan ?
Jawab : Belum, biasanya mengisi kuisioner mengenai.
b. Evaluasi Instruktur
19. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta
pelatihan ?
Jawab : Belum ada.
20. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?
Jawab : Katanya si pakai kuisioner.
224
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
21. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh
peserta pelatihan?
Jawab : Belum.
d. Evaluasi Sistem dan Metode
22. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?
Jawab : Belum .
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
23. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?
Jawab : Untuk pelatihan pembuatan masker sih tidak ada uji
kompetensinya.
24. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?
Jawab : Mungkin nanti ada informaso mengenai penyalurannya,
tapi si ini lebih ke berwirausaha sendiri ya.
E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
25. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
Jawab : Mudah dipahami sih.
26. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Enak, dijelaskan dan langsung bisa praktik.
27. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Sarana prasarana sangat memadai dan sudah maksimal.
28. Apakah faktor pendukung pelatihan?
Jawab : Jadi pelatihan yang dilakukan juga bermanfaat karena
pembuatan masker ini akan didonasikan.
225
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Tunggul
Usia : 21
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Peserta Pelatihan Pembuatan Masker
Pendidikan Terakhir : SMK N 10 Semarang
Alamat : Jl. Karang Jangkal RT 02/04
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Pelatihan membuat masker nonmedis yang dari kain,
untuk umum gitu si, dengan cara dijahit.
2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ingin bisa membuat masker, agar kalo nanti dirumah bisa
buat sendiri.
B. Perencanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
3. Apakah anda mengetahui tujuan dari pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Tujuannya ya kalo nanti udah dari sini mungkin bisa bisa
kerja bantu atau mau buka udaha sendiri membuat masker.
4. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta
pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Informasinya dari temen yang ikut mendaftar disini. Jadi
daftarnya langsung dateng ke BLK Gayamsari.
PESERTA PELATIHAN
226
C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
5. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Ya ada tes tertulis tadi, sama ngumpulin berkas-berkas
gitu. Tidak ada praktik, hanya tes tertulis saja.
6. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan ?
Jawab : Dokumennya ya fotokopi KTP, KK, sama Ijazah terakhir.
7. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan
pembuatan masker?
Jawab : Sudah mempunyai basic menjahit dari pelatihan
sebelumnya, di BLKI pedurungan. Ikut pelatihan menjahit pakaian waita
dewasa.
b. Bahan Ajar
8. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker ?
Jawab : Modul saja.
9. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?
Jawab : Iya.
10. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?
Jawab : Memilih bahan untuk membuat masker, sama menjahit
maskernya sampe jadi.
c. Metode Pembelajaran
11. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Biasanya langsung praktik gitu, penjelasan langsung
praktik.
12. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?
Jawab : Ya praktik aja, diajarin sampai bisa. Kalo ada yang belum
paham bisa langsung minta diarahin.
13. Apakah metode yang digunakan sudah tepat dengan kebutuhan peserta
pelatihan ?
227
Jawab : Sudah kalo menurut saya, karena teorinya juga ngga
terlalu banyak kalo membuat masker. Kalau salah biasanya bisa
diperbaiki lagi.
d. Media Pembelajaran
14. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran ?
Jawab : Langsung lisan saja,
15. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
Jawab : Iya.
e. Sarana dan Prasarana
16. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
Jawab : Tas, modul, seragam, transportasi, sama ATK juga.
17. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
Jawab : Ruang jahit yang nyaman sih.
18. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Sudah sangat baik.
f. Penilaian Peserta
19. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?
Jawab : Kalo penilaian tiap hari si tidak ada, mungkin nanti di
akhir pelatihan.
D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Evaluasi Materi
20. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker
oleh peserta pelatihan ?
Jawab : Mungkin nanti diakhir pelatihan.
b. Evaluasi Instruktur
21. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta
pelatihan ?
Jawab : Tidak sih, mungkin belum ya.
22. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?
Jawab : Katanya si pakai kuisioner.
228
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
23. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh
peserta pelatihan?
Jawab : Belum.
d. Evaluasi Sistem dan Metode
24. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?
Jawab : Tidak ada.
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
25. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?
Jawab : Sepertinya tidak ada, saya belum diberi tau mengenai tes
atau uji kompetensi.
26. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?
Jawab : Belum tau, tapi ini kan tujuannya biar bisa berwirausaha
sendiri ya.
E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
27. Apa faktor pendukung dari bahan ajar yang digunakan ?
Jawab : Jelas dan mudah di mengerti.
28. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Lebih efektif karena langsung praktik, tidak terlalu banyak
teori.
29. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Ruangannya luas si, alat jahit juga berfungsi dengan baik.
30. Apakah faktor pendukung pelatihan?
Jawab : Pelatihannya diajarin membuat maskernya untuk jumlah
besar, jadi maskernya yang umum, trus yang sesuai sama standar
kesehtan juga.
229
HASIL WAWANCARA
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
JADWAL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Nur Jihan Nada Pratama
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Peserta Pelatihan Pembuatan Masker
Pendidikan Terakhir : SMK Cendekia Purwita
Alamat : Jl. Badagan Baru No.06
A. Gambaran umum UPTD BLK Kota Semarang
a. Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
1. Apa yang anda ketahui mengenai pelatihan pembuatan masker ?
Jawab : Pembuatan masker dengan cara dijahit, masker seperti
masker scuba gitu tapi ada karetnya, disa untuk dua fungsi yaitu bisa buat
yang berjilbab bisa yang Cuma buat telinga aja. Masker dari kain dan dua
lapis.
2. Mengapa anda tertarik mengikuti pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Karena suatu saat saya ingin produksi sendiri masker bisa
untuk dijual dan nantinya bisa untuk donasi.
B. Perencanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
3. Apakah anda mengetahui tujuan dari pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Agar membekali keterampilan membuat masker yang
sedang dibutuhkan saat ini ya, biar bisa wirausaha juga kalo udah punya
keterampilan.
PESERTA PELATIHAN
230
4. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai perekrutan peserta
pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Dipanggil oleh instruktur ya.
C. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Rekrutmen Peserta Pelatihan
5. Bagaimana proses perekrutan peserta pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Saya tidak mengikuti seleksi karena pilihan, jadi langsung
diikutsertakan pelatihan gaada seleksi. Jadi 50% diambil dari alumni, dan
50% dari masyarakat yang terkena PHK.
6. Apa saja dokumen yang harus dipersiapkan dalam rekrutmen pelatihan
ini ?
Jawab : Dokumen yang diserahkan fotokopi KTP, KK, sama
Ijazah sih.
7. Adakah pengalaman khusus yang anda miliki berkaitan dengan
pembuatan masker?
Jawab : Sebelumnya pernah ikut pelatihan ,ikut pelatihan tata
busana di BLK Mijen dan desainer busana di BBPLK. Pelatihannya kan
beda dengan pembuatan masker, jadi pengen bisa membuat masker juga.
b. Bahan Ajar
8. Bahan ajar seperti apa yang digunakan dalam pelatihan pembuatan
masker ?
Jawab : Kalo pembuatan masker ga pake modul, jadi langsung aja.
9. Dengan adanya bahan ajar, apakah anda merasa di permudah ?
Jawab : Iya
10. Apa saja materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan ?
Jawab : Ya cara memilih bahan buat maskernya, memotong,
sampe menjahit maskernya juga.
c. Metode Pembelajaran
11. Metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
pelatihan pembuatan masker?
Jawab : Langsung praktek aja si mba.
231
12. Bagaimana proses pembelajaran menggunakan metode tersebut ?
Jawab : Dijelaskan langsung praktek, karena kita kan target 2000
masker dalam waktu 2 minggu, jadi biar lebih efektif aja waktunya. Jadi
ngga sempet materi dulu ngga sempet.
13. Apakah metode yang digunakan sudah tepat dengan kebutuhan peserta
pelatihan ?
Jawab : Sudah tepat, Cuma penjelasan di bagian pola masih
kurang si, tapi bisa minta arahan kalo masih bingung.
d. Media Pembelajaran
14. Apa saja media yang digunakan dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran ?
Jawab : Ada mesin pemotong, gunting, mesin jahit.
15. Apakah penggunaan media dapat menunjang proses pembelajaran ?
Jawab : Sangat membantu ya, karna itu kebuthan dari pelatihan,
kan kita praktik membuat masker, ya mesin jahit, mesin potong, dan
gunting itu sangat diperlukan.
16. Adakah kesulitan dalam menggunakan media pembelajaran ?
Jawab : Terkadang ada kendala, tapi masih bisa diatasi oleh
instruktur.
e. Sarana dan Prasarana
17. Apa fasilitas yang diberikan kepada peserta pelatihan ?
Jawab : Tas, lalu seragam, nanti dapet sertifikat juga, sama buku
dan ATK, Alat jahit juga seperti gunting, alat pendedel juga.transport
juga.
18. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta pelatihan ?
Jawab : Ya mesin jahit, ruang pelatihan.
19. Bagaimana pandangan anda mengenai sarana dan prasarana yang ada ?
Jawab : Sangat baik.
f. Penilaian Peserta
20. Bagaimana bentuk penilaian yang dilakukan oleh instruktur ?
232
Jawab : Ngga ada sih mba, hanya suruh tandatangan kehadiran si,
itu wajib. Setahu saya tidak ada penilaian atau Uji Kompetensi, hanya
penutupan saja di akhir.
21. Apa yang perlu dipersiapkan oleh peserta pelatihan dalam penilaian ?
Jawab : Yang penting kita sudah menguasai ketrampilannya sih,
karna tiap hari sudah langsung praktik.
D. Evaluasi Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
a. Evaluasi Materi
22. Adakah proses evaluasi untuk materi pembelajaran pembuatan masker
oleh peserta pelatihan ?
Jawab : Belum ada.
b. Evaluasi Instruktur
23. Adakah evaluasi terhadap instruktur yang diberikan oleh peserta
pelatihan ?
Jawab : Belum ada.
24. Bagaimana proses evaluasi untuk Instruktur pelatihan?
Jawab : Mengisi kuisioner biasanya.
c. Evaluasi Fasilitas dan Sarana Prasarana
25. Adakah proses evaluasi fasilitas dan sarana prasarana pelatihan oleh
peserta pelatihan?
Jawab : Belum ada.
d. Evaluasi Sistem dan Metode
26. Apakah peseta melakukan evaluasi sistem dan metode pelatihan ?
Jawab : Tidak ada.
e. Evaluasi Keluaran Pelatihan
27. Bagaimana proses uji kompetensi yang dilakukan ?
Jawab : Tidak aja uji kompetensi.
28. Apakah ada penyaluran kerja setelah lulus dari pelatihan ?
Jawab : Mungkin diinformasikan kalo ada lowongan, tapi si kalo
pembuatan masker lebih ke berwirausaha ya.
233
E. Faktor Pendukung Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
29. Apa faktor pendukung penggunaan metode pelatihan ?
Jawab : Bisa membuat masker dengan cepat dan tepat sesuai
standar lah. Dan dengan berbagai cara.
30. Apa faktor pendukung dari media pembelajaran yang digunakan ?
Jawab : Alat bantunya sudah memadai, sesuai dengan kebutuhan.
31. Apa faktor pendukung dari sarana prasarana yang diberikan kepada
peserta pelatihan ?
Jawab : Sarana prasarana juga sesuai dengan kebutuhan.
32. Apakah faktor pendukung penyelenggaraan pelatihan lainnya ?
Jawab : Hanya itu si mba, udah bagus.
234
Lampiran 12
Analisis Data
REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL PENELITIAN
TRIANGULASI SUMBER
Keterangan
P : Pengelola AT : Augus Tineke H1 : Rabu, 17 Juni 2020. 07.30-10.00 WIB
S : Staf DN : Dina Nurani H2 : Senin, 22 Juni 2020. 07.30-11.30 WIB
I : Instruktur J : Jumanto H3 : Selasa, 23 Juni 2020. 09.00-11.00 WIB
PP : Peserta Pelatihan SR : Siti Rochmah H4 : Senin, 06 Juli 2020. 12.00-14.00 WIB
W : Wawancara DA : Dimas Aji Pangestu
H : Hari/Tanggal Wawancara TG : Tunggul
NJ : Nur Jihan Nada Pratama
Aspek yang
diteliti
Penyajian Data
Kesimpulan Informan 1 Informan 2 Informan 3
Perencanaan Pelatihan Mejahit (Pembuatan Masker)
235
Penetapan
Pengelola
dan Staf
Tidak dibentuk pengelola
khusus, pengelola pelatihan
melalui SK yang disahkan oleh
Kepala BLK menunjuk pegawai
untuk melaksanakan program
dan berkoordinasi dengan
instruktur.
Untuk pengelola pelatihan yang
ditunjuk didasarkan dengan
mengukur kekuatan tim di
UPTD BLK. Pengelola
pelatihan pembuatan masker
melibatkan semua pegawai di
UPTD BLK meliputi Kepala
Subbag TU sampai dengan staf
dengan Kepala UPTD BLK
sebagai penanggung jawab.
(P1:AT:W1:H4)
Pengelola pelatihan
pembuatan masker yaitu
semua staf BLK terlibat,
tidak ada staf khusus tiap
pelatihan sih. Semua staf ,
Ka Subbag TU dan Ka
UPTD BLK sebagai
penanggung jawabnya.
(P2:DN:W1:H1)
Staf khusus si tidak
ada, karena yang
mengurus dari
seluruh staf BLK
(S1:J:W1:H2)
Pengelola dan staf
pembantu program khusus
tidak ditetapkan, pengelola
adalah semua staf BLK, Ka
Subbag TU, dan Ka BLK
sebagai
penanggungjawabnya.
Dokumentasi : daftar pengelola dan staf UPTD BLK Kota Semarang (Lampiran 12 Struktur Organisasi)
Perumusan
Tujuan
Secara umum tujuan pelatihan
pembuatan masker yaitu
Tujuan diadakannya
pelatihan pembuatan
Tujannya agar
peserta pelatihan
Tujuan secara umum yaitu
sebagai bentuk pelatihan
236
Pelatihan
membuka peluang usaha bagi
masyarakat yang terkena PHK
ataupun yang menganggur
untuk memproduksi masker
yang saat ini menjadi hal yang
wajib ditengah pandemi Covid-
19. Dari hasil pelatiah juga kita
donasikan masker tersebut.
Kalau tujuan khusus dari
program pelatihan pembuatan
masker di sini memenuhi
domain kognitif afektif dan
psikomotorik
(P1:AT:W1:H4)
masker karena kita kan
sedang berada ditengah
pandemi Covid-19,
sekarang masker menjadi
hal yang wajib untuk
dipakai, ketersediaan yang
terbatas.
Disisi lain juga untuk
mengurangi dampak
pandemi dalam hal
pengangguran karena
PHK, agar masyarakat
bisa memproduksi masker
untuk wirausaha. Dari
hasil pelatiah juga kita
donasikan masker tersebut.
(P2:DN:W1:H1)
bisa membuat
masker sesuai
standar, dan peserta
itu bisa
berwirausaha.
Tujuan pelatihan
tentunya juga untuk
menambah
pengetahuan ,sikap
dan yang terpenting
keterampilan
membuat masker.
Untuk mencapai
tujuan tentunya
materi, metode
yang digunakan
harus linier
(S1:J:W1:H2)
tanggap Covid-19, dalam
meminimalisir penyebaran
virus dengan membuat
masker sesuai standar,
membuka peluang usaha
bagi peserta pelatihan untuk
mengurangi pengangguran
karena korban PHK. Hasil
masker dari pelatihan juga
didonasikan ke wilayah
sekitar Kota Semarang.
Tujuan khusus yang
mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Tujuan akan tercapai
melalui perencanaan yang
tepat dan pelaksanaan
pelatihan yang sesuai.
Dokumentasi
Tujuan khusus dari program pelatihan pembuatan masker untuk peserta pelatihan mampu :
mengidentifikasi bagian-bagian masker sesuai standar kesehatan
237
menunjukkan bagian masker sesuai standar kesehatan
membuat masker sesuai standar kesehatan
Penetapan
Bahan Ajar
Bahan ajar berupa buku
informasi yang memuat materi
dan unit kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta pelatihan.
Bahan ajar sangat menunjang
proses pembelajaran sebagai
pedoman agar peserta mampu
menguasai unit kompetensi.
Bahan Ajar disiapkan oleh
pusat (Kemnaker)
Acuan dari pelatihan
pembuatan masker adalah skkni
No. 305 tahun 2015 tentang
penetapan skkni kategori
industri pengolahan golongan
pokok industri pakaian jadi
bidang produksi pakaian jadi
masal.
Berupa buku informasi,
didalamnya memuat
materi dan unit
kompetensi yang harus
peserta kuasai.
Kalau bahan ajar sudah
disediakan dari
kementrian, sesuai dengan
SKKNI No. 305 tahun
2015
(P2:DN:W1:H1)
Bahan ajar yang
digunakan hanya
buku informasi
Iya bahan ajar
menunjang, sebagai
pedoman pelatihan
juga, bahan ajar
berdasarkan
SKKNI
(S1:J:W1:H2)
UPTD BLK Disnaker Kota
Semarang tidak menetapkan
atau membuat bahan ajar,
bahan ajar sudah disediakan
dari Kementerian
(Kemnaker) berupa Buku
Informasi.
Buku informasi berisi
materi yang harus dikuasai
oleh peserta pelatihan yang
diambil dari SKKNI no 305
tahun 2015 Tentang
Penetapan Skkni Kategori
Industri Pengolahan
Golongan Pokok Industri
Pakaian Jadi Bidang
Produksi Pakaian Jadi
Masal.
238
(P1:AT:W1:H4) Pegelola juga menyiapkan
alat dan bahan pelatihan
yang disesuaikan dengan
kebutuhan peatihan.
Dokumentasi
Dasar penetapan bahan ajar, SKKNI no 305 tahun 2015 Tentang Penetapan SKKNI Kategori Industri Pengolahan Golongan
Pokok Industri Pakaian Jadi Bidang Produksi Pakaian Jadi Masal. Untuk unit kompetensinya ada 4, yaitu :
Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja (K3) C.141110.044.02
Menjahit Proses Sederhana C.141110.026.02
Menjahit Komponen Pakaian C.141110.027.02
Pembuatan Masker
Daftar Alat dan Bahan Pelatihan (Lampiran 12 Daftar Bahan Pelatihan)
Penetapan
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan itu
ceramah bergambar/kognitif,
diskusi/afektif, dan
demonstrasi dan
praktik/psikomotorik. Tapi
kalau pelatihan biasanya lebih
ke praktik kan ya mba, beda
kalau pendidikan di sekolah
yang fokus ke teori.
Didasarkan pada unit
kompetensi yang ada di
bahan ajar, kita sesuaikan
dengan kebutuhan. metode
yang digunakan itu
ceramah, diskusi dan
demonstrasi, dan praktik.
(P2:DN:W1:H1)
kalau metode kita
(instruktur) yang
mengembangkan,
disesuaikan dengan
keadaan kelas,
karena pesertanya
homogen,
perbedaan gender
dan usia peserta.
Penetapan metode pelatihan
disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan.
Metode yang akan
digunakan lebih ditekankan
ke praktik, karena peserta
pelatihan sudah mempunyai
kemampuan dasar menjahit,
jadi mempermudah proses
239
(P1:AT:W1:H4) Teori 15% sisanya
praktik, karena
ditengah praktik
ada teori nanti
disambung praktik
sambil jalan.
Sebenarnya
idealnya 40% teori,
60% praktik,
namun karena teori
dan praktik
berjalan bareng jadi
ya seperti itu
(I:SR:W1:H2)
penyampaian teori secara
singkat, dan memperbanyak
praktik.
Teori diberikan sekaligus
praktik agar mempercepat
proses pembuatan masker.
Tidak ada diskusi kelas,
penugasan kelompok, atau
yang lainnya.
Penetapan
Media
Pembelajaran
Media disesuaikan dengan
metode yang digunakan, kalau
praktik ya kita pakai alat jahit,
alat potong. Tapi kalau teori
bisa pakai whiteboard atau
dengan lisan langsung.
Dasar penetapan media
Penetapan media pelatihan
dengan melakukan
identifikasi kebuthan yang
disesuaikan dengan materi
dan metodenya, kalau
praktik kita menggunakan
alat jahit, kalau ceramah
disesuaikan dengan
metode yang
digunakan,
disesuaikan dengan
pelatihannya juga
(S1:J:W1:H2)
Menentukan media yang
akan digunakan sesuai
dengan pelatihan yang
dilaksanakan, sesuai dengan
kebutuhan pelatihan. Dalam
pelatihan pembuatan
masker yang dibutuhkan
240
disesuaikan dengan metode
yang digunakan dalam
pelatihan. berdasarkan
kebutuhan pelatihannya juga
mba. Butuhnya apa nanti kita
sediakan medianya.
(P1:AT:W1:H4)
bisa sambil menggunakan
whiteboard
(P2:DN:W1:H1)
dalam membuat pola,
menggunakan pola dan
gunting, sedangkan dalam
menjahit berarti kita
menggunakan mesin jahit,
mesin obras.
Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, dalam ruang pelatihan, tidak ada whiteboard ataupun proyektor yang
digunakan, Media yang disiapkan disesuaikan dengan metode pembelajaran.
BLK menyediakan 16 alat jahit yang digunakan peserta pelatihan dalam proses pembelajaran, satu alat jahit untuk
instruktur, dan satu mesin obras.
Dokumentasi (Lampiran 12 Workshop Pelatihan)
Foto Ruang Pelatihan dan Media yang Digunakan
241
(ruang pelatihan jahit, BLK Mijen)
Penetapan
Cara
Evaluasi
Cara evaluasi pelatihan ada dari
pusat, dari BBPLK, jadi dari
pusat yang melakukan evaluasi
Evaluasi dari instruktur sendiri
seperti penilaian ada, nanti
melalui ketercapaian tiap unit
kompetensinya mba dengan
evaluasi observasi sama
praktik.
(P1:AT:W1:H4)
Untuk evaluasi pelatihan
pembuatan masker ini dari
pusat yang melakukan.
Untuk evaluasi peserta ada
observasi dan praktik.
(P2:DN:W1:H1)
Ada evaluasi
sarana dan
prasarana, evaluasi
materi, sama
instruktur kalo ga
salah. Itu form
sudah di sediakan
dari pusat, nanti
kita yang
mengevaluasi hasil
pengisian form nya.
Penentuan cara evaluasi
tidak dilaksanakan di
UPTD BLK, yang membuat
formulir evaluasi dari
BBPLK Semarang, sudah
ada standarnya. BLK hanya
menerima formulir dan
melakukan proses evaluasi.
Penilaian peserta dilakukan
oleh instruktur melalui
evaluasi praktik yang
242
(S1:J:W1:H2)
didasarkan pada
ketercapaian tiap unit
kompetensi, dan evaluasi
yang dilakukan oleh BLK
melalui observasi.
Penetapan
Tempat dan
Waktu
Pelatihan
Waktu dan tempat pelatihan
ditentukan berdasarkan
kebutuhan saat pandemi Covid-
19 , kita mengacu pada matrik
kegiatan disusun sebagai acuan
pelaksanaan.
Pertimbangan dalam memilih
tempat pelaksanaan pelatihan
berdasarkan kebutuhan
pelatihan. Pelatihan pembuatan
masker dilaksanakan di UPTD
BLK Mijen karena peralatan
telah tersedia, dan
mengakomodir masyarakat di
wilayah Semarang bagian
Barat. Pelatihan pembuatan
Waktu dan tempat
pelatihan disesuaikan
dengan ketersediaan alat
bantu pelatihan.
Pelatihan pembuatan
masker dilaksanakan di
UPTD BLK Mijen Jl. RM.
Hadi Soebeno No. 122
Mijen Semarang, tepatnya
di ruang Jahit lantai 2. dari
tanggal 15 s.d 26 Juni
2020.
(P2:DN:W1:H1)
Dari pusat diberi
batasan waktu 10
hari, kita hanya
menentukan
tempat, tempat
yang digunakan
karena sudah
tersedia peralatan
yang lengkap .
Tempatnya di BLK
Mijen, lantai 2
ruang jahit.
(S1:J:W1:H2)
Penetapan waktu pelatihan
dari BBPLK yaitu selama
10 hari yang didasarkan
pada kondisi saat ini di
pandemi Covid-19. Tempat
pelatihan ditentukan
berdasarkan ketersediaan
workshop, peralatan yang
lengkap, dan untuk
membatasi interaksi di
tempat pelatihan karena di
BLK Gayamsari
dilaksanakan pelatihan
memasak, jadi pelatihan
pembuatan masker
dilaksanakan di BLK
243
masker dilaksanakan di UPTD
BLK Mijen Jl. RM. Hadi
Soebeno No. 122 Mijen
Semarang, tepatnya di ruang
Jahit lantai 2. dari tanggal 15
s.d 26 Juni 2020
(P1:AT:W1:H4)
Gayamsari.
Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, pertimbangan mengenai tempat pelaksanaan pelatihan sudah sesuai,
tempat yang digunakan sebagai tempat pelatihan memiliki fasilitas yang menunjang kebutuhan pelatihan dan dalam mematuhi
protokol kesehatan untuk tetap menjaga jarak, maka pelatihan dibagi di dua tempat, yakni di BLK Gayamsari untuk
melaksanakan pelatihan memasak, dan di BLK Mijen melaksanakan pelatihan pembuatan masker.
Dokumentasi
Tempat pelatihan
244
Matrik Kegiatan Pelatihan (Lampiran 12)
Selain waktu pelaksanaan pelatihan, UPTD BLK juga menetapkan waktu seleksi, pembukaan pelatihan, dan penutupan
pelatihan yang tertulis dalam matrik kegiatan pelatihan sebagai berikut :
Seleksi/ Rekrutmen 8 Juni 2020
Pemanggilan Lolos Seleksi 10 Juni 2020
Pembukaan Pelatihan 15 Juni 2020
Pelaksanaan Pelatihan 15-26 Juni 2020
Pengisian Monev 25 Juni 2020
Penutupan Pelatihan 26 Juni 2020
Penetapan
Instruktur
Penetapan instruktur didasarkan
pada proses identifikasi
Disesuaikan dengan
pelatihan yang
Saya (Instruktur)
sudah diseleksi dari
BLK melakukan
identifikasi kebutuhan
245
kebutuhan pelatihan. Instruktur
yang dipilih itu instruktur yang
memiliki keahlian di bidang
yang terkait.
Instruktur pelatihan pembuatan
masker memiliki keahlian
menjahit, didukung dengan
sertifikat dari BNSP. Paling
tidak selevel dengan pelatihan
yang akan dilatih.
Instruktur yang akan melatih
harus paham etika profesi, bisa
menyampaikan dengan baik,
komunikatif, bisa menjadi
contoh untuk peserta.
(P1:AT:W1:H4)
dilaksanakan, instruktur
yang dipilih harus
menguasai materi yang
akan disampaikan kepada
peserta pelatihan.
Kualifikasi instruktur
pelatihan memiliki
kompetensi dalam bidang
latih, dan memiliki
sertifikat pelatihan. bisa
mengajar dengan baik,
bisa mengarahkan peserta
agar tujuan pelatihan
tercapai.
(P2:DN:W1:H1)
awal. Sertifikat dari
BNSP.
Untuk pelatihan ini
tidak ada seleksi,
saya langsung
ditujuk sebagai
instruktur
pelatihan.Pengalam
an lebih
diutamakan.
Kualifikasi
instruktur tentunya
menguasai materi,
menguasai skill.
Karena yang kita
salurkan, yang kita
transfer adalah
skill.
(I:SR:W1:H2)
pelatihan, instruktur yang
sesuai dengan bidang latih.
Untuk pelatihan pembuatan
masker, instruktur harus
menguasai materi
pembuatan masker,
instruktur sudah
berpengalaman dan
memiliki sertifikat dari
BNSP. Instruktur yang akan
melatih ya harus paham
etika profesi, bisa
menyampaikan dengan
baik, komunikatif, agar
mempermudah pelatihan,
dan sebagai contoh untuk
peserta.
Ibu Siti Rochmah ditunjuk
oleh BLK sebagai
instruktur pelatihan
pembuatan masker karena
246
memang sudah
berpengalaman dibidangnya
dan sudah mengajar di BLK
sejak lama. Jadi tidak ada
proses seleksi lagi untuk
menentukan instruktur
pelatihan ini. Instruktur
pelatihan pembuatan
masker cuma satu yaitu
karena disesuaikan
kebutuhan pelatihan yang
cuma 10 hari.
Penyusunan
Jadwal
Pelatihan
Jadwal dilaksanakan sesuai
dengan kesiapan pelaksanaan
yang ditentukan oleh BLK, jika
pesertanya dinyatakan lolos, ya
mereka harus mengikuti jadwal
pelatihan yang sudah BLK
susun. Untuk jadwal mengajar
kita tetapkan dari jam 8-13,
untuk materi yang disampaikan
Setelah pengusulan
pelatihan disahkan,
penyusunan jadwal
dilakukan. peserta yang
menyesuaikan dengan
jadwal yang ada di BLK,
dan pesertanya kan warga
yang tidak bekerja, jadi
menurut saya mereka tidak
jadi kita mendapat
tugas untuk
menjalankan
pelatihan, dan
waktu pelaksanaan
kita menyesuaikan
dari sana. Kita
menyesuaikan
dengan unit
Jadwal dibuat setelah
pengajuan pelatihan
disahkan. Jadwal
dilaksanakan sesuai dengan
kesiapan pelaksanaan yang
ditentukan oleh BLK.
Dalam pembuatan jadwal
mengajar didasarkan pada
materi yang ada di bahan
247
disesuaikan dengan urutan
materi yang ada di bahan ajar
(P1:AT:W1:H4)
memiliki kesibukan lain
yang harus disesuaikan
dengan jadwal pelatihan
kami. Prioritas disesuaikan
dengan materi. Dari yang
paling dasar hingga
keseluruhan pembuatan
masker.
(P2:DN:W1:H1)
kompetensi dari
yang paling dasar,
dari mulai
pemilihan bahan.
(S1:J:W1:H2)
ajar, sesuai dengan unit
kompetensi paling dasar.
Penyusunan jadwal
ditentukan dari BLK,
peserta pelatihan hanya
mengikuti jadwal yang
telah dibuat.
Pelatihan dilaksanakan dari
hari Senin-Jumat selama 2
minggu dari jam 08.00 sd
13.00
Perencanaan
Anggaran
Pelatihan
Kita tidak merencanakan
anggaran, BLK kan binaan dari
BBPLK, jadi dari sana yang
menganggarkan, kita hanya
mengusulkan pelatihan dan
menjalankan saja. Sumber
pendanaan dari APBN
(Anggaran Pendapatan Belanja
Negara).
(P1:AT:W1:H4)
Tidak ada perencanaan
anggaran dari BLK,
sumber pendanaan dari
APBN.
(P2:DN:W1:H1)
Kalo anggaran dari
pusat, kita tidak
merencanakan
anggaran. Untuk
pelatihan
pembuatan masker
dam masak ini kan
dari BBPLK, jadi
dananya dari
APBN.
Pengelola tidak membuat
rancangan anggaran
pelatihan pembuatan
masker, anggaran pelatihan
sudah disediakan dari
BBPLK, dan BLK hanya
menerima anggaran
pelatihan sesuai rincian
anggaran yang disusun oleh
BBPL dan berasal dari
248
(S1:J:W1:H2) APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja
Negara)
Pengorganisasian
Pembagian
tugas dan
tanggung
jawab
pengelola ditunjuk dengan
mengukur kekuatan tim. Ka
BLK sebagai penanggung
jawab. Sub bagian tata usaha
melakukan perencanaan
pelatihan, mulai dari
identifikasi kebutuhan
pelatihan, penetapan tujuan,
persiapan sarana prasarana dan
sebagainya yang berkaitan
dengan perencanaan. Kami juga
melaksanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi pelatihan yang
diselenggarakan. Bagian
bendahara mengurus keuangan,
perhitungan, dan pelaporan
untuk pelatihan di BLK,
Kepala jadi penanggung
jawab, nanti subbag TU
merencanakan,
melaksanakan, mengawasi
dan mengevaluasi
pelatihan.
(P2:DN:W1:H1)
kalau saya
(penyelenggara)
merencanakan
tempat, bahan
pelatihan,
mengawasi juga
pelaksanaan
pelatihan di Mijen.
(S1:J:W1:H2)
Ka BLK sebagai
penanggung jawab
pelatihan menjahit
(pembuatan masker),
merencanakan, memimpin,
mengkoordinasikan,
mengawasi, mengendalikan
dan mengevaluasi pelatihan
menjahit
Sub Bagian Tata Usaha
bertugas merencanakan,
melaksanakan, mengawasi,
dan mengevaluasi
pelatihan. dalam sub bagian
TU dibagi menjadi dua
jabatan yaitu bendahara dan
249
keuangan. Bagian pelaksana
bertugas merencanakan
pelatihan, mempersiapkan
pelaksanaan pelatihan,
mengawasi dan mengevaluasi
pelatihan.
(P1:AT:W1:H4)
pelaksana pelatihan.
Bendahara bertugas
mengurus bagian keuangan,
terhitungan kebutuhan
pelatihan, dan pelaporan
keuangan.
Pelaksana bertugas
merencanakan,
mempersiapkan pelatihan,
melaksanakan, mengawasi,
dan mengevaluasi pelatihan
250
Persiapan
pengelola
dan fasilitas
kita mempersiapkan ruang
pelatihan, menata mesin jahit
dan mengecek kondisinya. Kita
juga mempersiapkan ruang tes
tertulis untuk peserta pelatihan
dengan tetap mematuhi
protokol kesehatan.
mempersiapkan fasilitas untuk
dibagikan kepada peserta yang
lolos seleksi
(P1:AT:W1:H4)
Mempersiapkan ruang
dan persiapan seleksi
pelatihan
Menyusun persyaratan
peserta pelatihan
(dokumen yang harus
dibawa)
Mempersiapkan
fasilitas peserta
Mempersiapkan ruang
pelatihan dan media
pelatihan
(P2:DN:W1:H1)
Pengecekan ruang
dan mesin, bahan
dan alat juga
dipersiapkan.
(S1:J:W1:H2)
Sebelum pelaksanaan,
pengelola juga harus
mengorganisasikan sumber
non-manusiawi. Baik
fasilitas yang menunjang
pelatihan mulai dari ruang
seleksi, persyaratan peserta,
fasilitas untuk peserta
(seragam, tas, atk, bahan
ajar, bahan pelatihan) dan
ruang pelatihan serta
pengecekan kondisi mesin
yang akan digunakan untuk
pelatihan.
Pelaksanaan Pelatihan Menjahit (Pembuatan Masker)
Rekrutmen
Peserta
Pelatihan
Menyebarkan informasi
pelatihan pembuatan masker
dengan sosialisasi lewat media
sosial, dan link alumni. Peserta
yang mendaftar membawa
informasinya dari temen
yang ikut mendaftar disini.
Mendaftar langsung ke
BLK Gayamsari. Ada tes
tertulis tadi, sama
saya tidak
mengikuti seleksi
karena pilihan, jadi
langsung
diikutsertakan
Penyebaran informasi
pelatihan dilakukan melalui
sosial media dan link
alumni. Sebagian peserta
pelatihan adalah korban
251
berkas yang ditentukan dan
mengikuti seleksi pelatihan,
memenuhi syarat dan mengisi
surat persyaratan kesanggupan
mengikuti protokol kesehatan
selama mengikuti pelatihan.
(P1:AT:W1:H4)
ngumpulin dokumen
seperti fotokopi KTP, KK,
sama Ijazah terakhir. Saya
sudah mempunyai basic
menjahit dari pelatihan
sebelumnya, di BLKI
pedurungan. Ikut pelatihan
menjahit pakaian waita
dewasa.
(PP3:TG:W1:H3)
pelatihan Dokumen
yang diserahkan
fotokopi KTP, KK,
sama Ijazah sih.
sebelumnya pernah
ikut pelatihan ,ikut
pelatihan tata
busana di BLK
Mijen dan desainer
busana di BBPLK.
(PP2:NJ:W1:H3)
PHK dan sebagian alumni
yang pernah mengikuti
pelatihan jahit di BLK .
Dokumentasi
Proses rekrutmen peserta pelatihan sebagai berikut :
Adapun kriteria peserta pelatihan pembuatan masker sebagai berikut:
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Memiliki kemampuan dasar menjahit
3. Warga kota semarang
4. Usia produktif
5. Mengisi surat kesanggupan mengikuti protokol kesehatan selama mengikuti pelatihan.
Pendaftara
n
Pemanggilan
Seleksi Tes Pengumuman
Pelatiha
n
252
Pelaksanaan
pembelajaran
pelatihan
Bahan ajar yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan
peserta pelatihan dan tujuan
pelatihan agar peserta bisa
membuat masker sesuai dengan
standar kesehatan.
Metode pembelajaran dengan
cara caramah, diskusi,
demonstrasi dan praktik dan
sejauh ini tidak ada hambatan.
Alat bantu dalam pelatihan ada
Buku Informasi, White Board,
Mockup Masker, mesin jahit,
mesin obras, dan sejauh ini
tidak ada hambatan, biasanya
kalau ada hambatan, nanti
instruktur menyampaikan ke
kami, apa saja yang masih
kurang, nanti kita sediakan.
Fasilitas peserta pelatihan :
Bahan ajarnya berupa
buku informasi atau
modul, membantu peserta
dalam menguasai unit
kompetensi. Untuk materi
pelatihan ya dapat
membuat masker sesuai
dengan standar kesehatan,
mulai dari memilih bahan,
membuat pola, memotong,
dan menjahit rangkaian
pola sampai menjadi
masker utuh.
Metode ceramah dan
kebanyakan praktik dan
lebih menekankan kesitu.
Teorinya hanya 15% saja
sisanya yang 85% praktik,
Cuma karna kita kejar
target pembuatan 2000
Bahan ajar ada
seperti modul,
sudah ada unit-unit
kompetensinya, ya
cara membuat
masker dari nol,
mulai dari memilih
bahan, sampai
membuat masker
jadi.
Metode untuk
menyampaikan
materi dalam
pelatihan ya kita
dikasih tau dulu
mau dibikin seperti
apa maskernya,
nanti kalo udah
langsung di
praktikkan.
Bahan ajar yang digunakan
berupa buku informasi.
Penngunaan buku informasi
dapat menunjang
pelaksanaan pembelajaran.
Buku informasi mudah
dipahami, karena
didalamnya memuat materi
dan contoh gambar masker.
Bahan ajar memuat 4 unit
kompetensi, yaitu
Mengikuti Prosedur
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di tempat kerja (K3),
Menjahit Proses Sederhana,
Menjahit Komponen
Pakaian, dan Pembuatan
Masker. Karena peserta
pelatihan sudah memiliki
keterampilan dasar
253
bahan pelatihan, makan siang,
seragam, ATK, sertifikat, dan
uang transport.
Sarana dan prasarana berupa
ruang pelatihan, mesin jahit,
sarana prasarana, dan mushola.
Mengenai keadaan sarana
prasarana sangat cukup, dan
mesin-mesin dapat digunakan
dengan baik.
(P1:AT:W1:H4)
masker, jadi kita banyakin
di praktik, nanti untuk
peserta yang kurang
memahami atau kesulitan
juga bisa langsung
ditanyakan kepada saya.
Alat bantu : mesin jahit
mesin obras
Fasilitas peserta ada
seragam, ATK, uang
transport, tas, alat jahit.
Sarpras disediakan ruang
pelatihan jahit dengan
dilengkapi mesin jahit
yang cukup untuk
menujang pembelajaran
(I:SR:W1:H2)
Metodenya udah
tepat sih, kita juga
udah punya
keterampilan dasar
menjahit, jadi bisa
mengikuti.
Media paling alat
yang dipake ada
mesin jahit sama
obras. Biasanya si
Cuma ceramah,
jadi ngga pake
whiteboard atau
proyektor.
Fasilitas yang
dikasih ada uang
transport, seragam,
tas, ATK. Sarana
prasarananya ada
ruang jahit, sudah
cukup untuk proses
menjahit, pelatihan di
fokuskan ke proses
pembuatan masker.
Metode yang digunakan
instruktur dalam
menyampaikan materi
dengan cara ceramah,
kemudian dilanjutkan
dengan praktik. Praktik
diperbanyak untuk
mempercepat proses
pembuatan masker. Peserta
pelatihan tidak merasa
kesulitan dengan metode
tersebut karena memang
sudah mempunyai
kemampuan dasar menjahit,
jadi bisa mengikuti dengan
mudah.
Teori disampaikan secara
lisan tanpa menggunakan
254
pembelajaran, tidak
ada yang kurang
(PP1:DA:W1:H3)
proyektor ataupun
whiteboard meskipun sudah
disediakan oleh BLK.
Fasilitas yang diberikan
kepada peserta pelatihan
yakni ATK, tas, seragam,
bahan pelatihan, alat bantu
jahit, makan siang, dan
sertifikat dari BLK. Sarana
dan prasarana yang
disediakansesuai dengan
perencanaan yang dibuat.
Dokumentasi (Lampiran 12)
Buku Informasi
Daftar Peserta Pelatihan
Foto Kegiatan Pembelajaran
Observasi
Fasilitas Peserta Pelatihan : Bahan Pelatihan, Seragam, ATK, Sertifikat, Uang Transport
Berdasarkan pengamatan peneliti, metode yang digunakan dalam penyampaian materi dengan cara ceramah, yang dilanjutkan
dengan praktik.
Dalam mempelajari unit kompetensi, lebih ditekankan ke unit kompetensi pembuatan masker. Sedangkan yang lain
255
hanya sekilas. Tidak hanya membuat masker, peserta juga diajari mengenai rancangan dana pembuatan masker.
Fasilitas seperti ruang pelatihan sangat cukup dengan dilengkapi alat jahit untuk menunjang pembelajaran pelatihan.
Hanya satu ruangan yang digunakan untuk pelatihan pembuatan masker dilengkapi 16 mesin jahit yang digunakan
peserta, dan dengan kemampuan dasar peserta, instruktur cukup mudah dalam mengarahkan peserta pelatihan membuat
masker.
Penilaian
Peserta
Penilaian yang digunakan untuk
mengukur kompetensi peserta
pelatihan dengan evaluasi dan
observasi hasil akhir pelatihan,
penilaian peserta dilakukan oleh
instruktur dengan praktik secara
langsung, apakah peserta
mampu menguasai unit
kompetensi atau belum, jika
masih kesulitan maka peserta
diarahkan agar mampu
menguasai materi tersebut.
peserta akan dinyatakan
kompeten jika dapat menguasai
tiap unit kompetensi, untuk uji
kompetensi. Tidak ada
Penilaian apa yang
digunakan untuk
mengukur kompetensi
peserta pelatihan evaluasi
dari instruktur, mengenai
penguasaan tiap unit
kompetensi, penilaian
peserta dilakukan oleh
instruktur secara langsung,
peserta akan dinyatakan
kompeten jika dapat
menguasai tiap unit
kompetensi.
(P2:DN:W1:H1)
ngga ada sih mba,
hanya suruh
tandatangan
kehadiran si, itu
wajib. Setahu saya
tidak ada penilaian
atau Uji
Kompetensi, hanya
penutupan saja di
akhir
(PP2:NJ:W1:H3)
Penilaian peserta oleh
instruktur pelatihan tidak
dilaksanakan secara tertulis.
Pihak Penilaian oleh
instruktur dilakukan melaui
praktik langsung dan
menilai hasil praktik (Tidak
tertulis)
BLK juga tidak
mengadakan uji kompetensi
untuk pelatihan pembuatan
masker karena memang
tidak memugkinkan untuk
dilaksanakan,
mempertimbangkan waktu
pelatihan yang hanya 10
256
penilaian peserta dengan Uji
Kompetensi.
(P1:AT:W1:H4)
hari .
Pengawasan
Pengawasan
selama
pelatihan
ada monitoring dari BBPLK
Semarang, h-3 sebelum
pelatihan ditutup. Dari BLK
juga mengawasi kegiatan
pelatihan dengan mengunjungi
tempat pelatihan di Mijen untuk
mengetahui pelaksanaan
pelatihan. Kita juga
melaksanakan rapat bulanan
setiap awal bulan. Untuk
pengawasan pelatihan
pembuatan masker, selama ini
belum ada kendala jadi
pelatihan berjalan lancar.
(P1:AT:W1:H4)
biasanya saya yang
mengawasi pelatihan
bersama pak jumanto (Ka
Subbag TU dan
Penyelenggara) untuk
memantau pelaksanaan
pelatihan di UPTD BLK
Mijen. Ada monitoring
dan evaluasi dari Bu Uut
BBPLK Semarang 3 hari
sebelum pelatihan ditutup.
(P2:DN:W1:H1)
pengawasan
dilakukan 2 kali
selama pelatihan
(S1:J:W1:H2)
pengawasan dilakukan oleh
pengelola pelatihan dengan
mengunjungi tempat
pelatihan di UPTD BLK
Mijen untuk mengawasi
proses pelatihan dan
mengecek apakah ada
kendala selama pelatihan.
monitoring oleh BBPLK
Semarang dilakukan tiga
hari sebelum pelatihan
ditutup untuk mengawasi
pelaksanaan pelatihan,
sekaligus mengevaluasi
peltihan yang dilaksanakan.
Pengawasan
setelah
Ada monitoring evaluasi 6
bulan sampai dengan 1 tahun
monitoring akan dilakukan
6 bulan sampai satu tahun
ada monitoring
kepada peserta
Setelah peserta lulus dan
mendapat sertifikat, peserta
257
pelatihan kedepan. Setelah peserta lulus
dari pelatihan pembuatan
masker, kita tetap memantau
peserta, apakah pelatihan yang
kita berikan dimanfaatkan
untuk berwirausaha atau tidak
digunakan sama sekali, dari situ
bisa kita gunakan sebagai bahan
evaluasi agar di pelatihan
selanjutnya bisa lebih tepat
sasaran dan lebih bermanfaat
bagi peserta pelatihan.
(P1:AT:W1:H4)
kedepan untuk melihat
hasil pelatihan terhadap
peserta pelatihan.
(P2:DN:W1:H1)
setelah lolos, untuk
mengetahui
kelanjutan dari
pelatihan yang
sudah diberikan.
(S1:J:W1:H2)
masih akah dipantau untuk
mengetahui keberlanjutan
dari pelatihan dalam
menerapkan hasil pelatihan
pembuatan masker.
Monitoring dilakukan 6
bulan dampai dengan satu
tahun setelah pelatihan
Selain pengawasan tersebut,
pengelola juga mengadakan
rapat bulanan untuk
memonitoring dan
mengevaluasi
penyelenggaraan pelatihan
di setiap bulannya.
Evaluasi Pelatihan
Evaluasi
Pelatihan
Cara evaluasi pelatihan ada dari
pusat, dari BBPLK, jadi dari
pusat yang melakukan evaluasi,
untuk evaluasi dari instruktur
sendiri seperti penilaian ada,
Ada evaluasi sarana dan
prasarana, evaluasi materi,
dan evaluasi instruktur.
Ada juga monev langsung
dari BBPLK. H-3 atau 2
Ada, biasanya di
akhir pelatihan.
Dan yang membuat
adalah dari pusat.
(PP1:DA:W1:H3)
Evaluasi akhir pelatihan
dilaksanakan cara yang
pertama monitoring
evaluasi oleh Bu Uut dari
BBPLK yang melihat
258
nanti melalui ketercapaian tiap
unit kompetensinya mba.
Untuk evaluasi peserta
pelatihan kami melakukan
observasi terhadap lulusan
BLK, bagaimana kelanjutan
dari ilmu yang didapatkan,
untuk saat ini kami pantau
melalui grup WA
(P1:AT:W1:H4)
sebelum pelatihan selesai.
(P2:DN:W1:H1)
secara langsung proses
pelaksanaan pelatihan
pembuatan masker tiga hari
sebelum pelatihan selesai.
Kedua evaluasi yang
dilakukan oleh BLK dengan
menggunakan form yang
disediakan oleh BBPLK.
Dan evaluasi setelah
pelatihan, yaitu dengan cara
observasi terhadap peserta
pelatihan setelah keluar dari
pelatihan.
Dokumentasi (Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM))
Kuisioner ini disediakan dari BBPLK Semarang. Pertanyaan yang terdapat didalamnya memuat tentang kinerja pelayanan
UPTD BLK Kota Semarang terhadap masyarakat yang diisi oleh peserta pelatihan.
Evaluasi
Materi,
Instruktur,
dan Sarpras
Pelatihan
Evaluasi materi, instruktur, dan
sarpras pelatihan dilaksanakan
dengan pengisian kuisioner oleh
peserta, dan dilaksanakan H-1
sebelum pelatihan berakhir.
Ada proses monev
langsung dari BBPLK
datang ke BLK biasanya
2-3 hari sebelum pelatihan
selesai. Dari Bu Uut
Untuk evaluasi
sudah ada formulir
dari pusat, kita
hanya menerima
kuisionernya dan
Evaluasi yang dilakukan
oleh BLK menggunakan
form yang telah disediakan
dari pusat dibagikan kepada
peserta pelatihan sehari
259
(P1:AT:W1:H4) dateng langsung kesini.
Tapi kalau dari kita
biasanya H-1 sebelum
pelatihan selesai. Tapi
formulir sudah dibuatkan
dari sana, sudah ada
standarnya. untuk evaluasi
pelatihan seperti uji
kompetensi dalam
pelatihan pembuatan
masker tidak dilaksanakan.
Karena pelatihan ini lebih
fokus ke peluang usaha,
jadi kami pertimbangkan
uji kompetensinya,
kasihan juga pesertanya
karna ini pelatihan hanya
10 hari.
(P2:DN:W1:H1)
diberikan ke
peserta.
(S1:J:W1:H2)
sebelum pelatihan selesai.
Form berisi kuisioner
penilaian terhadap sarana
prasarana, materi, dan
instruktur pelatihan.
Ada juga evaluasi yang
dilakukan langsung oleh
BBPLK Semarang yang
dilaksanakan H-3 pelatihan
selesai.
Dokumentasi (Lampiran 12 Formulir Evaluasi)
Formulir Evaluasi disediakan oleh BBPLK Semarang untuk menilai kinerja instruktur, materi dan sarana prasarana yang
260
digunakan selama pelatihan.
Evaluasi
Keluaran
Keluaran pelatihan adalah
masyarakat yang dilatih mampu
membuat usaha mandiri
pembuatan masker, namun
lowongan pekerjaan di bidang
terkait dengan pelatihan
pembuatan masker tetap akan
diinformasikan kepada alumni
peserta pelatihan.
(P1:AT:W1:H4)
Untuk penyaluran kerja
masih belum ada, keluaran
pelatihan yaitu peserta
mampu menguasai unit
kompetensi dan
menerapkan dalam
kehidupannya baik untuk
membuka usaha.
(P2:DN:W1:H1)
Untuk keluaran
pelatihan
diharapkan ya
peserta bisa
menerapkan
dirumah, maupun
untuk membuka
usaha, dan terarah
(S1:J:W1:H2)
Evaluasi keluaran berkaitan
dengan kesempatan kerja,
belum ada penyaluran kerja.
Peserta yang telah selesai
mengikuti pelatihan
diharapkan bisa membuka
usaha secara mandiri,
maupun membuka lapangan
kerja bagi orang lain.
faktor
pendukung
Pelatihan
Pelaksanaan berjalan dengan
lancar sesuai dengan tujuan
pelatihan.
Dengan adanya bahan ajar yang
telah disediakan siswa memiliki
acuan untuk membuat masker
sesuai dengan standar kesehatan
melalui buku informasi
Sarana dan prasarana baik,
mampu menunjang
Perencanaan bisa
dilaksanakan dengan baik
dan tepat. Walaupun kita
tidak merencanakan dari
awal, tidak sesuai rencana
pelatihan tahun 2020
karena kendala Covid-19,
namun perencanaan
pelatihan pembuatan
masker sebagai pelatihan
Tujuan pelatihan
dapat tercapai,
tidak ada kendala
dalam pelaksanaan
pelatihan
Bahan ajar yang
digunakan mudah
dipahami peserta
pelatihan
Pelatihan berjalan
Pelatihan berjalan dengan
lancar dan tidak ada
kendala dan tujuan
pelatihan dapat tercapai
meskipun ditengah pandemi
Covid-19.
Bahan ajar yang digunakan
dalam pelatihan sudah
cukup jelas sehingga
mempermudah peserta
261
pelaksanaan pelatihan sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai
Masyarakat juga mudah
mendapat informasi mengenai
pelatihan, sehingga BLK tidak
mengalami kesulitan dalam
mencari peserta pelatihan.
(P1:AT:W1:H4)
tanggap Covid-19 ini
berjalan dengan baik.
Bahan ajar menunjang
pelaksanaan pelatihan
pembuatan masker.
Pelaksanaan pelatihan
lebih mudah dilaksanakan,
dan mampu mencapai
target pembuatan masker
dalam waktu 10 hari.
Media membantu proses
pelatihan dalam mencapai
tujuan.
Sarpras sudah maksimal
sesuai dengan kebutuhan
peserta pelatihan.
(P2:DN:W1:H1)
lancar dan bisa
mengejar target
pembuatan 2000
masker
Sarana prasarana
lengkap sehingga
mempermudah
peserta peatihan
(S1:J:W1:H2)
pelatihan dalam belajar dan
mencapai target pelatihan
(pembuatan 2000 masker)
Sarana dan prasarana sudah
sangat maksimal dan
lengkap sesuai kebutuhan
pelatihan, tidak ada kendala
dalam penggunaan sarpras
dan media pembelajaran.
262
Lampiran 13
Hasil Dokumentasi
HASIL DOKUMENTASI
MANAJEMEN PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KOTA
SEMARANG
FOKUS SUB FOKUS INDIKATOR DOKUMENTASI
ADA TIDAK
Manajemen
Program
Pelatihan
Menjahit
(Pembuatan
Masker)
1. Gambaran
umum UPTD
BLK Kota
Semarang
1.1 Visi Misi
1.2 Struktur
Organisasi
2. Perencanaan
Pelatihan
2.1 Tujuan
Pelatihan
2.2 Dasar
Penetapan
Bahan Ajar
2.3 Daftar Alat
dan Bahan
Pelatihan
2.4 Ruang
Pelatihan
/workshop
dan Media
yang
Digunakan
2.5 Matriks
Kegiatan
Pelatihan
3. Pengorganisasia
n
3.1 Persyaratan
peserta
4. Pelaksanaan
Pelatihan
4.1 Alur Seleksi
dan
Persyaratan
Peserta
4.2 Bahan Ajar
(Buku
Informasi)
263
4.3 Daftar Peserta
Pelatihan
5. Evaluasi
Pelatihan
5.1 Form
Evaluasi
5.2 Kuisioner
Survei
Kepuasan
Masyarakat
(SKM)
Struktur Organisasi
264
Matrik Kegiatan Pelatihan
265
Daftar Peserta Pelatihan
266
Buku Informasi
267
Daftar Bahan Pelatihan
Formulir Evaluasi
268
Kuisioner Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
269
Dokumentasi Foto UPTD BLK
UPTD BLK Cabang Mijen
Kantor Utama UPTD BLK Gayamsari
270
Pelaksanaan Pelatihan
271
Dokumentasi Wawancara
272
Workshop Pelatihan
top related