makalah umar bin khatab
Post on 31-Oct-2014
273 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak
dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan
beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya.
Orang itulah yang dinamakan “Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi
menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan
petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.
Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka
pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan
Islam sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa
tersebut. Dalam Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para
pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk
menentukan sebuah hukum baru, namun mereka termasuk pelaksana hukum.
Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan kilafah pada masa Umar bin
Khattab yang dimulai sejak pengangkatanya sampai kontribusi-kontribusi yang
telah diberikanya untuk islam dan masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Secara garis besar pembuatan makalah kami ini akan membahas tentang:
1. Mengurai/menguak kembali tentang sejarah peradaban pada masa Umar Bin
Khattab.
2. Proses-proses kebijakan pada kepemimpinan Umar bin Khattab.
3. Kontribusi-kontribusi Umar bin Khattab yang disumbangkan pada islam dan
masyarakat.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui sejarah tentang peradaban pada masa Umar Bin Khattab.
2. Mengetahui kebijakan- kebijakan pada kepemimpinan Umar bin Khattab.
3. Mengetahui kontribusi Umar bin Khattab yang disumbangkan pada islam
dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Masa Khalifah Umar bin Khattab (13 – 23 H = 634 – 644 M)
2.1.1 Masa Awal Pemerintahan Umar bin Khattab
Sebelum Khalifah Abu Bakar wafat, beliau telah menunjuk Umar sebagai
pengganti posisinya dengan meminta pendapat dari tokoh-tokoh terkemuka dari
kalangan sahabat seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman, dan Tolhah bin
Ubaidillah. Masa pemerintahan Umar bin Khatab berlangsung selama 10 tahun 6
bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun 23H/644M.
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab: الخطاب ابن adalah salah (عمر
seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-
644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan
sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin). Beliau dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya
bernama Khatmah.
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki
julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang
bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat. Beliau
ditikam ketika sedang melakukan shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama
Abu Lu’luah (al Fairus dari Persia), budak milik al Mughirah bin Syu’bah diduga
ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di
samping Rasulullah dan Abu Bakar, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
2.1.2. Ahlu Al Halli Wal ‘Aqdi
Secara etimologi, ahlul hall wal aqdi adalah lembaga penengah dan pemberi
fatwa. Sedangkan menurut terminologi, adalah wakil-wakil rakyat yang duduk
sebagai anggota majelis syura, yang terdiri dari alim ulama dan kaum cerdik
pandai (cendekiawan) yang menjadi pemimpin-pemimpin rakyat dan dipilih atas
mereka. Dinamakan ahlul hall wal aqdi untuk menekankan wewenang mereka
guna menghapuskan dan membatalkan. Penjelasan tentangnya merupakan
deskripsi umum saja, karena dalam pemerintahan Islam, badan ini belum dapat
dilaksanakan (Rahman, 1994 :194).
Anggota dewan ini terpilih karena dua hal yaitu: pertama, mereka yang telah
mengabdi dalam Dunia politik, militer, dan misi Islam, selama 8 sampai dengan
10 tahun. kedua, orang-orang yang terkemuka dalam hal keluasan wawasan dan
dalamnya pengetahuan tentang yurisprudensi dan Quran (Al Maududi, 1995:261).
Dalam masa pemerintahannya, Umar telah membentuk lembaga-lembaga yang
disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi, di antaranya adalah:
1. Majelis Syura (Dewan Penasihat), ada tiga bentuk :
Dewan Penasihat Tinggi, yang terdiri dari para pemuka sahabat yang
terkenal, antara lain Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin
Jabbal, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, Tolhah dan Zubair.
Dewan Penasihat Umum, terdiri dari banyak sahabat (Anshar dan
Muhajirin) dan pemuka berbagai suku, bertugas membahas masalah-
masalah yang menyangkut kepentingan umum.
Dewan antara Penasihat Tinggi dan Umum. Beranggotakan para sahabat
(Anshar dan Muhajirin) yang dipilih, hanya membahas masalah-masalah
khusus.
2. Al-Katib (Sekretaris Negara), di antaranya adalah Abdullah bin Arqam.
3. Nidzamul Maly (Departemen Keuangan) mengatur masalah keuangan dengan
pemasukan dari pajak bumi,ghanimah, jizyah, fai’ dan lain-lain.
4. Nidzamul Idary (Departemen Administrasi), bertujuan untuk memudahkan
pelayanan kepada masyarakat, di antaranya adalah diwanul jund yang bertugas
menggaji pasukan perang dan pegawai pemerintahan.
5. Departemen Kepolisian dan Penjaga yang bertugas memelihara keamanan
dalam negara.
6. Departemen Pendidikan dan lain-lain (Ali Khan, 1978:122-123). Pada masa
Umar, badan-badan tersebut belumlah terbentuk secara resmi, dalam arti
secara de jure belum terbentuk, tapi secara de facto telah dijalankan tugas-
tugas badan tersebut. Meskipun demikian, dalam menjalankan roda
pemerintahannya, Umar senantiasa mengajak musyawarah para sahabatnya
(Hasjmy , 1995:61-69).
2.1.3. Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik
Periode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan “abad emas”
Islam dalam segala zaman. Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-
langkah Rasulullah dengan segenap kemampuannya, terutama pengembangan
Islam. Ia bukan sekedar seorang pemimpin biasa, tetapi seorang pemimpin
pemerintahan yang professional. Ia adalah pendiri sesungguhnya dari sistem
politik Islam. Ia melaksanakan hukum-hukum Ilahiyah(syariat)
sebagai code (kitab undang-undang) suatu masyarakat Islam yang baru dibentuk.
Maka tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa beliaulah pendiri daulah
islamiyah (tanpa mengabaikan jasa-jasa Khalifah sebelumnya).
Banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan perluasan wilayah,
sehingga musuh mau menerima Islam karena perlakuan adil kaum Muslim. Di
situlah letak kekuatan politik terjadi. Dari usahanya, pasukan kaum Muslim
mendapatkan gaji dari hasil rampasan sesuai dengan hukum Islam. Untuk
mengurusi masalah ini, telah dibentuk Diwanul Jund (Majid, 1978:86).
Sedangkan untuk pegawai biasa, di samping menerima gaji tetap (rawatib), juga
menerima tunjangan (al-itha’). Khusus untuk Amr bin Ash, Umar menggajinya
sebesar 200 dinar mengingat jasanya yang besar dalam ekspansi. Dan untuk Imar
bin Yasar, diberi 60 dinar disamping tunjangan (al-jizyaat) karena hanya sebagai
kepala daerah (al-amil).
Dalam rangka desentralisasi kekuasaan, pemimpin pemerintahan pusat tetap
dipegang oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sedangkan di propinsi, ditunjuk
Gubernur (oramg Islam) sebagai pembantu Khalifah untuk menjalankan roda
pemerintahan. Di antaranya adalah :
1. Muawiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syiria, dengan ibukota Damaskus.
2. Nafi’ bin Abu Harits, Gubernur Hijaz, dengan ibu kota Mekkah.
3. Abu Musa Al Asy’ary, Gubernur Iran, dengan ibu kota Basrah.
4. Mughirah bin Su’bah, Gubernur Irak, dengan ibu kota Kufah.
5. Amr bin Ash, Gubernur Mesir, dengan ibu kota Fustat.
6. Alqamah bin Majaz, Gubernur Palestina, dengan ibu kotai Jerussalem.
7. Umair bin Said, Gubernur jazirah Mesopotamia, dengan ibu kota Hims.
8. Khalid bin Walid, Gubernur di Syiria Utara dan Asia Kecil.
9. Khalifah sebagai penguasa pusat di Madinah (Suaib, 1979:185)..
Tentang ghanimah, harta yang didapat dari hasil perang Islam setelah
mendapat keme-nangan, dibagi sesuai dengan syariat Islam yang berlaku. Setelah
dipisahkan dari assalb, ghanimah dimasukkan ke baitul maal. Bahkan ketika itu,
peran diwanul jund, sangat berarti dalam mengelola harta tersebut, tidak seperti
zaman Nabi yang membagi menurut ijtihad beliau.
Khalifah Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, beliau juga
memperbaiki dan mengadakan perbaikan terhadap peraturan-peraturan yang perlu
direvisi dan dirubah. Umpamanya aturan yang telah berjalan tentang sistem
pertanahan, bahwa kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu
yang didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu
harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini diadakan
pajak tanah (al-kharaj). Umar juga meninjau kembali bagian-bagian zakat yang
diperuntukkan kepada orang-orang yang dijinaki hatinya (al-muallafatu
qulubuhum).
Di samping itu, Umar juga mengadakan “Dinas Malam” yang nantinya
mengilhami dibentuknya as-syurthahpada masa kekhalifahan Ali. Disamping
itu Nidzamul Qadhi (departemen kehakiman) telah dibentuk, dengan hakim yang
sangat terkenal yaitu Ali bin Abu Thalib. Dalam masyarakat, yang sebelumnya
terdapat penggolongan masyarakat berdasarkan kasta, setelah Islam datang, tidak
ada lagi istilah kasta tersebut(thabaqatus sya’by). Kedudukan wanita sangat
diperhatikan dalam semua aspek kehidupan. Istana dan makanan Khalifah
dikelola sesederhana mungkin. Terhadap golongan minoritas (Yahudi- Nasrani),
diberikan kebebasan menjalankan perintah agamanya. Tidak ada perbedaan kaya-
miskin. Hal ini menunjukkan realisasi ajaran Islam telah nampak pada masa
Umar.
Mengenai ilmu keislaman pada saat itu berkembang dengan pesat. Para
ulama menyebarkan ke kota-kota yang berbeda, baik untuk mencari ilmu maupun
mengajarkannya kepada muslimin yang lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan
sebelum Islam datang, dimana penduduk Arab, terutama Badui, merupakan
masyarakat yang terbelakang dalam masalah ilmu pengetahuan. Buta huruf dan
buta ilmu adalah sebuah fenomena yang biasa.
Di samping ilmu pengetahuan, seni bangunan, baik itu bangunan
sipil (imarah madaniyah), bangunan agama(imarah diniyah), ataupun bangunan
militer (imarah harbiyah), mengalami kemajuan yang cukup pesat pula.
Kota-kota gudang ilmu, di antaranya adalah Basrah, Hijaz, Syam, dan Kuffah
seakan menjadi idola ulama dalam menggali keberagaman dan kedalaman ilmu
pengetahuan.
Ahli-ahli kebudayaan membagi ilmu Islam menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Al ulumul islamiyah atau al adabul islamiyah atau al ulumun naqliyah atau al
ulumus syariat yang meliputi ilmu-ilmu Quran, hadis,
kebahasaan (lughat), fikih, dan sejarah (tarikh).
2. Al adabul arabiyah atau al adabul jahiliyah yang meliputi syair
dan khitabah (retorika) yang sebelumnya memang telah ada, tapi mengalami
kemajuan pesat pada masa permulaan Islam.
3. Al ulumul aqliyah yang meliputi psikologi, kedokteran, tehnik, falak, dan
filsafat.
Pada saat itu, para ulama berlomba-lomba menyusun berbagai ilmu pengetahuan
karena:
Mereka mengalami kesulitan memahami Al Qur’an
Sering terjadi perkosaan terhadap hukum.
Dibutuhkan dalam istimbath (pengambilan) hukum.
Kesukaran dalam membaca Al Qur’an.
Oleh karena itulah, banyak orang yang berasumsi bahwa kebangkitan Arab
masa itu didorong oleh kebangkitan Islam dalam menyadari pentingnya ilmu
pengetahuan. Apabila ada orang menyebut, “ilmu pengetahuan Arab”, pada masa
permulaan Islam, berarti itu adalah “ilmu pengetahuan Islam”.
Dalam masaklah peradilan Umar bin Khattamb melimpahkan wewenang
kepada haikm daerah yang ditunjukan melalui, surat yang Beliau kirim kepada
Abu Musa Al-Asy’ari (hakim Kufah) yang isinya mengandung pokok-pokok atau
prinsip-prinsip berperkara di persidangan dalam lingkungan peradilan. Isi surat
tersebut adalah:
Memutuskan perkara di pengadilan adalah kewajiban yang harus dikokohkan
dan sunah yang harus diikuti.
Sebelum sebuah perkara diputuskan, ia harus dipahami terlebih dahulu agar
(hakim) dapat bertindak adil. Sesungguhnya berbicara keadilan tanpa
ditegakkan, tidaklah bermanfaat.
Pihak-pihak yang berperkara harus diperlakukan sama, baik dalam
persidangan maupun dalam menetapkan keputusan, sehingga pejabat tidak
mengharap menang (karena ketidak adilan peradilan) dan orang-orang lemah
tidak putus asa dalam memperjuangkan keadilan.
Alat bukti dibebankan kepada penggugat, sedangkan sumpah dibebankan
kepada pihak tergugat. Kelima, damai –sebagai jalan keluar dari
persengketaan- dibolehkan selama tidak menghalalkan yang haram atau
mengharamkan yang halal.
Berilah waktu kepada penggugat untuk mengumpulkan alat-alat bukti; dan
persengketaan diputuskan harus berdasarkan alat-alat bukti.
Hakim harus berani mengakui kesalahan apabila ternyata dalam keputusannya
terdapat kekeliruan (prinsip peninjauan kembali).
Kesaksian seorang muslim dapat diterima kecuali muslim yang pernah
memberikan kesaksian palsu, pernah dijatuhi hukuman had, atau yang asal-
usulnya diragukan. Kedelapan, seorang hakim dibenarkan melakukan analogi
(qiyas) dalam memutuskan perkara apabila perkara yang hendak diselesaikan
tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Dalam proses menyelesaikan dan memutuskan perkara, hakim tidak boleh
dalam keadaan marah, berpikiran kacau (goyah), jemu, bersikap keras, dan
hendaklah memutuskan perkara dilakukan dengan ikhlas hati dan berharap
pahala dari Allah SWT
Dalam masa kekhalifahannya pula, Umar bin Khatab telah membuat
masyarakat semakin makmur. Umar memperlihatkan kegeniusan dalam mengatur
administrasi sipil. Setiap negeri dibagi menjadi propinsi-propinsi, pendataan tanah
dan sensus diadakan, kantor-kantor didirikan,angkatan kepolisian disusun,
saluran-saluran digali, kas negara dimulai. Kalender Hijriyah yang sangat
membantu pencatatan sejarah juga mulai dikenalkan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu bakar, Umar
menjadi khalifah yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar. Periode kekhalifahan
Umar tidak diragukan lagi merupakan “Abad Emas” Islam dalam segala zaman.
Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-langkah Rasulullah dengan
segenap kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar
seorang pemimpin biasa, tetapi seorang pemimpin pemerintahan yang
professional.
Pada masa pemerintahan beliau, banyak wilayah-wilayah yang telah
ditaklukan Islam, misalnya dikawasan barat, Islam berhasil menaklukan
Damaskus, wilayah pantai Syam, Mesir, Libya. Sedangkan dikawasan sebelah
timur, Islam telah menaklukan Madain, Jalawla’, Nahawand dan ke berbagai
wilayah Persia. Selain itu juga beliau berhasil dalam hal pemerintahan negara,
ilmu keislaman, system pertahanan dan lain sebagainya.
Gagasan Umar mengenai prinsip peradilan dapat dijadikan dasar untuk
menjadikan Umar sebagai “Bapak Peradilan”. Khalifah Umar telah memerintah
selama 10 tahun lebih 6 bulan, dan hari kematiannya sangat tragis, Abu Lu’luah
secara tiba-tiba menyerangnya dengan tikaman pisau tajam ke arah Umar yang
sedang melaksanakan shalat subuh.
3.2. Saran
Perlu dipahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan
tantangan. Sebagai seorang Muslim hendaklah menghadapinya dengan tanpa
putus asa, penuh kesabaran, kebijakan dan ketentraman hati, juga memohon
kepada-Nya serta lebih mempererat ukhuwah Islamiyyah, agar tercipta suatu
tatanan masyarakat yang aman, damai, sentosa dan sejahtera dengan persatuan
dan kesatuan yang kokoh.
DAFTAR PUSTAKA
http://dedhymaesycoery.blogspot.com/2011/03/islam-pada-masa-abu-
bakar- ash-siddiq.html?zx=823f0bc892f5ba9d
http://gemene2010.wordpress.com/2011/06/07/propil-sdn-016-tampan/
http://www.masbied.com/2011/02/12/sejarah-khulafaur-rasyidin/#more-
7625
http://www.dadangsadkar.com/agama/65-khalifah-umar-bin-khatab.html
http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-
khattab.html
http://istanailmu.com/2011/03/26/kepemimpinan-khulafaurrasyidin-umar-
ibn-khattab/html
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia Nya, saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini memuat tentang masa kekhalifahan Umar bin Khatab, yang
bisa dipelajari isinya oleh para pembaca agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang peradaban Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab ini , yang kami
sajikan berdasarkan penulisan dari berbagai sumber.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan serta memberikan petunjuk dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin...
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1.Latar Belakang................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3.Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3
2.1.Masa Khalifah Umar bin Khattab (13 – 23 H = 634 – 644 M).......3
2.1.1.Masa Awal Pemerintahan Umar bin Khattab.......................3
2.1.2.Ahlu Al Halli Wal ‘Aqdi......................................................4
2.1.3.Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik..................5
BAB III PENUTUP ........................................................................................12
3.1.Kesimpulan.....................................................................................12
3.2.Saran...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................14
“ KHALIFAH UMAR BIN KHATAB “
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Pelajaran Tarikh
Dibuat oleh :
DADAN WILDANAHMAD NURZAMANAIP SAEFUL HUDA
EFENDYAGUNG SUPRIANTO
SAEFULLOHDENI KURNIA
DAMAS AGUS H.
KELAS X PEMASARAN
SMK MUHAMADIYAH I BANJARSARI
Jl. Pasar Baru No. 124 Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis
Jawa Barat
top related