makalah secang 2
Post on 25-Oct-2015
468 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman semak yang
berkhasiat obat. Secang merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang
banyak digunakan oleh industri jamu. Secang atau tepatnya kayu secang atau
Caesalpinia sappan L. termasuk salah satu bahan rempah-rempah yang
banyak diperdagangkan. Kayu secang mempunyai berbagai macam khasiat
antara lain sebagai pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai
tinta. Karena kayu secang apabila direbus akan memberikan warna merah
gading muda. Selain khasiat tersebut di atas, kayu secang ternyata juga
berkhasiat untuk obat berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang
dapat diobati adalah diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor,
berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender
mata.
Budidaya tanaman secang belum dilakukan secara intensif baik oleh
masyarakat maupun oleh perkebunan, diduga karena penggunaannya masih
terbatas didalam negeri yaitu untuk kebutuhan beberapa pabrik jamu. Tetapi
mengingat manfaat tanaman secang sebagai tanaman obat berkhasiat, maka
perlu dilakukan upaya peningkatan pengadaan teknik budidaya agar
berkesinambungan penyediaan simplisia sumber bahan obat tersebut tidak
mengalami kepunahan.
Untuk menunjang kegiatan industri, suatu produksi harus dimulai dari
cara mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuantitas ataupun
kualitasnya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek
budidaya dan pascapanen yang tepat. Proses pembuatan simplisia di tingkat
petani masih dilakukan secara tradisional, dan kadang-kadang tidak
memenuhi cara-cara pengolahan yang baik dan benar, sehingga untuk
mendapatkan mutu yang baik agak sulit dicapai.
Pengembangan secang skala luas sampai saat ini perlu didukung
dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinambungan.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal diperlukan
bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil
dengan cara menerapkan budidaya yang tepat. Bila tanaman telah
dibudidayakan, dapat dipantau secara mudah keseragaman umur, masa
panen, dan varietas. Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya suatu
mutu simplisia adalah keaslian, kemurnian dan zat berkhasiat yang
dikandungnya. Usaha peningkatan mutu sebaiknya dilakukan sejak awal,
yaitu dari penentuan areal pertanaman yang cocok secara agronomis serta
menggunakan bibit unggul. Dengan budidaya diharapkan produktivitas dari
tanaman secang tinggi, sehingga pengambilan langsung dari alam berkurang,
dan kelangkaan dari spesies tanaman secang dapat dihindari.
B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah :
1. Bahan Tanam
2. Pembibitan
3. Pengolahan Tanah
4. Pemanenan
5. Pemeliharaan
6. Panen dan Pasca Panen
C. Tujuan
Paper ini disusun dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui Bahan Tanam
2. Mengetahui Pembibitan
3. Mengetahui Pengolahan tanah
4. Mengetahui Cara Penanaman
5. Mengetahui Pemeliharaan
6. Mengetahui proses panen dan pasca panen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Tanam
Menurut Tjitrosoepomo(2005),taksonomi tanaman secang
adalah
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledoneae
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L.
Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L) adalah pohon anggota
suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu)
dan kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah. Tumbuhan ini
berasal dari Asia Tenggara dan mudah ditemukan di Indonesia. Kulit kayunya
dimanfaatkan orang sebagai bahan pengobatan, pewarna, dan minuman
penyegar. Hingga abad ke-17 kulit kayunya menjadi bagian perdagangan
rempah-rempah dari Siam dan Nusantara ke berbagai tempat di dunia. Secang
dikenal dengan berbagai nama, seperti seupeueng (Aceh), sepang (Gayo),
sopang (Toba), lacang (Minangkabau), secang (Sunda), secang (Jawa),
secang (Madura), sepang (Sasak), supa (Bima), sepel (Timor), hape (Sawu),
hong (Alor), sepe (Roti), sema (Manado), dolo (Bare), sapang (Makasar),
sepang (Bugis), sepen (Halmahera selatan), savala (Halmahera Utara),
sungiang (Ternate), roro (Tidore), sappanwood (Inggris), dan suou (Jepang).
Kerabat dekatnya yang berasal dari Amerika Selatan kayu brazil atau brezel
(C. echinata), juga dimanfaatkan untuk hal yang sama.
Secang mempunyai tinggi pohon 5 sampai 10 m, mempunyai batang
dan cabang berduri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar.
Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna hijau kecoklatan. Daun
majemuk menyirip ganda, panjang 25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang
yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuknya lonjong,
pangkal rompang, ujung bulat, tepi rata dan hampir sejajar, panjang 10-25
mm, lebar 3-11 mm, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk berbentuk
malai, keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bentuk
tabung, warnanya kuning. Buahnya buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4
cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, bila masak warnanya hitam. Biji bulat
memanjang, panjang 15-18 mm, lebar 8-1 1 mm, tebal 5-7 mm, warnanya
kuning kecoklatan (Wijayakusuma, 1994).
Kayu Secang sejak lama tumbuh liar dan biasanya digunakan
masyarakat untuk tanaman pagar pembatas. Secang hidup di daerah
pegunungan berbatu yang tidak mempunyai hawa terlalu dingin dan tanaman
ini merupakan perdu yang umumnya tumbuh dan banyak dijumpai pada
dataran rendah hingga ketinggian 1700 m dpl. Di habitat alaminya, sebagian
besar pohon Kayu secang tumbuh pada tempat-tempat yang berbukit dengan
tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu, pada daerah dengan ketinggian tempat
rendah dan sedang. Di semenanjung Malaysia, pohon ini tumbuh dengan
sangat baik pada tepi-tepi sungai yang berpasir. Pohon ini tidak toleran pada
tanah-tanah yang terlalu basah. Pohon kayu secang tumbuh pada lokasi-lokasi
yang memiliki kisaran curah hujan tahunan 700-4300 mm, rata-rata suhu
udara tahunan adalah 24-27.5°C, dan dengan kisaran pH tanah adalah 5-7.5.
B. Pembibitan
Salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman obat adalah
penyiapan bibit. Bibit yang baik akan memberikan hasil yang baik pula selain
didukung oleh faktor lain. Mengenai pembibitan tanaman khasiat obat ada 2
yaitu secara vegetatif dan secara generatif. Pembibitan secara vegetatif ada
berbagai macam cara yaitu setek, tunas, okulasi maupun menyambung,
stolon, dan kultur jaringan. Sedangkan pembibitan secara generatif yaitu
dengan menggunakan biji. Pembibitan generatif biasanya untuk tanaman-
tanaman yang menghasilkan biji dan biji itu bisa dikecambahkan atau bisa
berkecambah dengan sendirinya. Namun tidak semua biji bisa digunakan
sebagai alat pembiakan generatif karena ada biji yang tidak berkecambah
walaupun dihadapkan pada kondisi yang mendukung perkecambahan benih.
Pada tanaman secang pembibitan dapat dilakukan secara vegetatif dengan
stek batang maupun cangkok dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
biji.
Jika dengan menggunakan biji untuk pembibitan hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Kemurnian benih, benih tidak tercampur dengan benih yang lain atau
benih spesies lain atau kultivar lain. Sehingga benih yang digunakan harus
satu spesies atau satu varietas.
2. Viabilitas, yaitu daya kecambah benih. Viabilitas benih harus tinggi jika
daya kecambah rendah maka akan rugi dalam mengecambahkan karena
sedikit yang berkecambah.
3. Vigor benih, yaitu kekuatan tumbuh bibit. Walaupun biji bisa
berkecambah tapi nanti keberlangsungan sampai bibit kadang tidak
normal. Sehingga dibutuhkan vigor yang tinggi agar pertumbuhan bibitnya
normal antara akar, batang, daun dan juga tunasnya. Diharapkan jika
ditanam akan seragam.
Tanaman obat memiliki keragaman jenis dan karakter yang berbeda-
beda, sehingga perlu dilakukan persiapan pembibitan, antara lain: Pemilihan
jenis tanaman , Penyesuaian jenis tanaman dan lahan, Persiapan lahan dan
media tanam. Pembibitan dilakukan dengan pembuatan bedengan yang
kemudian membuat sungkup untuk melindungi tanaman muda. Karena
tanaman muda atau bibit tunas-tunasnya tidg.ak tahan terhadap cahaya
matahari yang langsun Apabila pembibitan dari tempat persemaian sudah siap
untuk ditanam maka akan melakukan transplanting pada lahan. Langkah-
langkah dalam transplanting yaitu memilih bibit yang sehat kemudian
mencabut bibit dengan hati-hati supaya tidak ada yang rusak. Lalu
memasukkan bibit ke dalam lubang tanah dan memadatkan media ke dekat
pangkal batang. Dan menjaga kelembaban media agar tidak kekeringan.
Kayu secang dapat diperbanyak menggunakan biji. Perkecambahan
berlangsung dengan mudah, namun dapat ditingkatkan dengan membungkus
biji ke dalam kain katun dan mencelupkannya ke dalam air mendidih selama
5 detik. Dengan teknik tersebut, perkecambahan dapat tercapai hingga 90 %.
Biasanya tumbuhan ini ditanam di bawah naungan di sekitar tepi hutan.
C. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan salah satu aspek penting untuk budidaya
tanaman obat karena tanah adalah tempat tumbuh dan nutrisi tanaman.
Sehingga dengan pengolahan tanah yang baik akan menunjang pertumbuhan
dan produktivitas tanaman obat. Pada budidaya tanaman secang pengolahan
tanah dibagi menjadi 2 yaitu pengolahan tanah pada persemaian dan
pengolahan tanah pada lahan tanam.
Pengolahan tanah untuk persemaian benih tanaman secang yaitu
dengan membuat bedengan setinggi 15-30 cm. Luas bedengan disesuaikan
dengan jumlah bibit yang disemaikan. Kemudian dilakukan penggemburan
tanah dengan mencampur tanah, pupuk kandang dan pasir dengan ratio 2:1:1.
Pemberian pupuk kandang supaya tanah memberikan tambahan nutrisi,
sedangkan pasir untuk menambah porositas pada tanah itu apabila tanah itu
padat atau lengket. Jadi airnya bisa keluar dan oksigen masuk. Selain itu pada
bedengan diberi sungkup untuk melindungi tanaman muda. Karena tunas-
tunas tanaman muda tidak tahan terhadap sinar matahari yang langsung
Bedengan dibentuk dengan cara menimbun tanah atau meninggikan
permukaan tanah dari hasil galian parit sebagai batas bedengan. Bedengan
sebaiknya dibuat memanjang dengan arah timur - barat. Panjang dan lebar
bedengan dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jarak antar bedengan yang
merupakan saluran air juga dapat digunakan untuk berjalan pada saat
pemeliharaan. Saluran air berfungsi untuk menghindarkan tergenangnya air
pada saat musim hujan (Syukur dan Hernani, 2001)..
Pengolahan tanah untuk lahan tanaman secang yang habitus tanaman
tinggi atau pohon yaitu membuat lubang sesuai habitus tanaman. Sebagai
tanaman perdu, secang membutuhkan lubang tanam 30 x 30 x 30 cm.
Memisahkan tanah galian antara top soil 2/3 bagian dan sub soil 1/3 bagian.
Kemudian mencampur pupuk dasar yang berupa pupuk kandang secara
merata. Takaran pupuk kandang yang diberikan adalah 20ton/ha.
Membiarkan lubang tanam terbuka selama minimal seminggu agar terkena
udara luar, sinar matahari, dan hujan. Setelah itu mengembalikan tanah pada
lubang dengan catatan top soil dibagian bawah dan sub soil dibagian bawah.
Kemudian menanam bibit pada tubang tanam dan memadatkan media dekat
pangkal bibit.
Permasalahan dalam pengolahan tanah ini adalah jarak tanam yang
sesuai dengan tanaman secang. Landasan kerapatan tanam sebenarnya
merupakan fungsi lebar tajuk atau akar dengan tingkat kesuburan tanah di
suatu lokasi. Semakin lebar tajuk suatu pohon maka akan semakin lebar jarak
tanam yang harus disediakan demikian juga sebaliknya semakin sempit lebar
tajuk suatu pohon maka akan semakin sempit atau rapat pohon tersebut per
hektar. Dengan kata lain semakin rapat jarak tanamnya maka akan semakin
banyak jumlah individu pohon yang menempati ruangan satu hektar tersebut.
D. Penanaman
Bibit yang akan ditanam di areal budidaya tanaman obat adalah
bibit yang sudah diseleksi yaitu bibit yang sehat dan pertumbuhannya
baik. Bibit yang disemaikand engan menggunakan polibag dipindahkan ke
lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi polibeg, kemudian bibit
dimasukkan ke lubang tanam yang telah disiapkan. Harus diusahakan agar
media tanam yang melekat pada bibit tidak terpisah. Selanjutnya tanah
galian lubang tanam dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibit dapat
tumbuh dengan kokoh. Bibit yang baru ditanam disiram dengan air
secukupnya. Sebaiknya pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi
atau sore hari.
Penanaman secang tidak tergantung musim, meski demikian,
perawatan tanaman merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap petani,
terlebih bila usaha budidaya tersebut berorientasi pada hasil yang baik. faktor
penanaman lainnya yaitu jarak penanaman. Jarak tanam atau kerapatan pohon
per hektar merupakan jumlah pohon yang harus ada dalam satuan luas per
hektar. Untuk bibit yang akan tumbuh daun panjang dan lebar dan banyak
cabang maka jarak tanam yang lebar. Sedangkan Untuk bibit yang akan
tumbuh daun daun kecil maka jarak tanamnya sempit.
Penanaman benih ditanam dengan kedalaman sesuai dengan besarnya
benih. Misalnya jika benih diameternya 0,5 cm maka ditanam 0,5 cm
dibawah permukaan tanah. Namun tidak begitu selamanya karena
kelembaban media atau basah keringnya media juga menentukan teknik
penanaman. Misalnya pada musim penghujan jika benih ditanam terlalu
dalam maka biasanya akan banyak airnya bisa membusuk. Tetapi jika musim
kemarau ditanam terlalu dangkal biasanya benih itu akan kekeringan dan
tidak berkecambah. Jadi terlalu dalam tidak baik, dan terlalu dangkal juga
tidak baik mengingat kondisi kelembaban tanah saat itu. Selain itu
penanaman juga tergantung tekstur tanah ji ka tekstur padat ditanam lebih
dangkal jika gembur maka di tanam lebih dalam.
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman secang meliputi kegiatan pemupukan,
penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama dan
penyakit.
1. Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk
organik maupun anorganik. Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam
budidaya tanaman obat adalah pupuk organik, penggunaan pupuk
anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang
baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada
tanaman. Pupuk organik yang dapat digunakan adalah berbagai jenis
pupuk kandang dan kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik
yang digunakan harus benar-benar matang dan tidak mengandung
bahan pencemar. Pupuk organik dapat diberikan dengan cara
mencampurkannya pada lubang tanam pada saat penanaman atau
mencampurkannya pada tanah di antara barisan tanaman atau areal di
bawah tajuk tanaman.
2. Penyiraman
Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus
dilakukan dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu dijaga,
sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore
hari. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi
tergantung kondisi kelembaban tanah. Apabila tanaman obat
dibudidayakan pada lahan yang tidak terlalu luas, pekarangan rumah
atau di dalam pot maka penyiraman dapat menggunakan gembor. Tetapi
apabila tanaman obat dibudidayakan dalam skala luas sebaiknya
menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya. Sarana irigasi
dan sistem pengairan lain juga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan.
Selain pengairan, sistem pembuangan air yang berlebih juga harus
diperhatikan. Harus diusahakan agar lahan tidak tergenang. Beberapa
jenis tanaman obat sangat rentan terhadap penggenangan air.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kelembaban
tanah adalah dengan menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat
dimanfaatkan seperti mulsa jerami, mulsa plastik hitam perak dan
mulsa plastik hitam. Masing-masing jenis mulsa memiliki keunggulan
dan kelemahan, sebaiknya penggunaannya disesuaikan dengan jenis
tanaman obat yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan.
3. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk
menghindarkan kompetisi antara gulma dengan tanaman obat yang
dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air,
penerimaan cahaya matahari, dan gulma juga dapat menjadi tanaman
inang bagi hama yang dapat menyerang tanaman obat yang
dibudidayakan. Penurunan produksi akibat gulma cukup besar bisa
lebih dari 50%. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul,
arit atau koret, secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak tanam
dan penggunaan mulsa, secara kimia yaitu dengan penggunaan
herbisida. Pada budidaya tanaman obat hendaknya penggunaan herbisida
merupakan alternatif terakhir karena dikhawatirkan residu herbisida
terserap oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap senyawa- senyawa
berkhasiat obat yang terdapat pada tanaman (Suhardi,1986).
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalianm hama dan penyakit dapat dilakukan secara
mekanis, kultur teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah
dengan cara menangkap hama yang menyerang tanaman atau
membuang bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit.
Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan kelembaban
udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar matahari. Pengendalian
secara kimia dengan menggunakan insektisida dan fungsida. Sebaiknya
penggunaan insektisida dan fungisida pada budidaya tanaman obat
dihindari, dikhawatirkan residu bahan kimia tersebut dapat
mempengaruhi senyawa-senyawa berkhasiat obat pada tanaman.
Apabila dibutuhkan dapat digunakan insektisida dan fungisida nabati.
Beberapa fungisida dan bakterisida nabati: Limbah daun
tembakau sebanyak 200 g dihancurkan atau diiris menjadi serpihan kecil.
Serpihan limbah daun tembakau ini dibenamkan di darah perakaran .
Nikotin yang dikandung oleh limbah tembakau dapat diserap oleh
tanaman untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan jamur dan
bakteri (Novizan, 2002).
F. Panen
Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses
budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan
setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan
kuantitas hasil tanaman. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen
yang berbeda. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan
memiliki waktu panen yang berbeda meskipun jenis tanamannya sama.
Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang
berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan
batang. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa
metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda
tergantung jenis tanaman dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya.
Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun,
karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan
sappan masih relatif sedikit.
Pemanenan pada kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang
sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah pada awal musim
kemarau. Cara panen kulit batang, biasanya dengan membersihkan kulit
batang terlebih dahulu dari kotoran yang tidak diinginkan, baru dipanen.
G. Pasca Panen
Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-
bahan yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena
akan berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang
terkandung didalamnya. Dan dapat memberikan hasil dengan kualitas yang
optimal, mempunyai kadar zat berkhasiat yang tinggi, stabil, efisien dan
mempunyai penampilan fisik yang menarik. Secara umum, tahap pengolahan
meliputi sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi
kering, pengemasan dan penyimpanan. Cara pencucian dan pengeringan
harus dilakukan dengan baik dan teliti. Selain itu, proses pengolahan
sebaiknya dilakukan ditempat yang sedekat mungkin dengan lokasi
tanaman yang dipanen. Apabila terjadi penundaan dalam pencucian dan
pengeringan, hal ini dapat menimbulkan kelainan kualitas dari simplisia yang
dihasilkan. Untuk itu, dengan teknik pengolahan yang baik dan benar maka
akan dihasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi persyaratan
standar.
Gambar Diagram alir penanganan pascapanen tanaman dari kulit batang
Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi,
diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari prapanen, pada saat
panen dan pascapanen. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung
pada bahan yang akan diolah. Bahan baku tanaman obat sumbernya
sangat beragam antara lain yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah,
rimpang dan kulit kayu. Tanaman secang biasanya yang dijadikan bahan baku
obat yaitu kulit kayunya.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari makalah Agronomi Tanaman
Obat ini yaitu :
1. Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L) adalah pohon anggota suku
polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan
kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah.
2. Mengenai pembibitan tanaman khasiat obat ada 2 yaitu secara vegetatif
dan secara generatif. Kayu secang dapat diperbanyak menggunakan biji
dan stek batang.
3. Pemeliharaan tanaman secang meliputi kegiatan pemupukan,
penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama
dan penyakit.
4. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan
periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil
tanaman.
5. Secara umum, tahap penanganan pasca panen meliputi sortasi basah,
pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan
dan penyimpanan.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan terkait permasalahan yang dibahas
dalam makalah ini adalah :
1. Perlu adanya penyuluhan tentang cara budidaya jahe yang baik kepada
para petani.
2. Peningkatan budidaya untuk memenuhi permintaan bahan baku obat
herbal.
3. Perlu adanya peran pemerintah mewujudkan pertanian organik di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Novizan. 2002. Memuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suhardi. 1986. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm.
Syukur, C. dan Hernani. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.136 hlm
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 447 hlm.
Wijayakusuma, H. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Kartini. Jakarta. 122 hlm.
top related