makalah k3
Post on 10-Feb-2017
471 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja ialah upaya memberikan
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber
produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Bekerja dalam laboratorum klinik mempunyai resiko terkena bahan
kimia maupun bahan yang bersifat infeksius. Sehingga dapat beresiko
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Kecelakaan kerja adalah
kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat. Sehingga laboratorium harus merupakan
tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadap setiap kemungkinan terjadinya
kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium
yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan keracunan
seseorang dapat bekeraja dengan produktif dan efisien.
Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja memegang peranan
penting dalam pencegahan kecelakaan disamping dislipin setiap individu
terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja.
Salah satu macam laboratorium klinik yaitu laboratorium hematologi.
Laboratorium hematologi adalah laboratorium dimana pemeriksaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas
sel darah dan menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama
berperan pada proses pembekuan darah. Pemeriksaan pada sel darah
meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrosit rerata
(MCV values), jumlah leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan
hematologi meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil,
aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), daya tahan eritrosit
yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan fraksi
2
hemoglobin dalam eritrosit yang dikenal dengan analisa hemoglobin,
pemeriksaan sel lupus erithematosus (LE) dan penetapan golongan darah.
Selain itu, pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah
pemeriksaan morfologi sel darah yang dilengkapi dengan hitung jenis
leukosit.
Di laboratorium hematologi lebih banyak menangani sample yang
bersifat infeksius bila dibandingkan dengan laboratorium lainnya. Risiko
akan semakin tinggi apabila petugas selain mempunyai kebiasaan
menggunakan APD juga tidak mencuci tangan sesudah menangani sampel.
Hal ini terjadi di laboratorium hematologi karena berdasarkan hygiene
perorangan, 75% petugas di laboratorium ini juga berisiko terinfeksi
penyakit berbahaya.
UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang
kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai
penjabaran dari undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat
Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788
tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di
dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Prosedur kerja yang sistematis dalam pelaksanaan tugas di dalam
laboratorium, termasuk pengolahan spesimen merupakan faktor yang
terpenting dalam system manajemen laboratorium secara
menyeluruh. Untuk menjamin keselamatan dirinya, salah satu persyaratan
tersebut adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan,
jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri
terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas
sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan.
Angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
3
walaupun sudah tersedia. Seharusnya Penerapan budaya “aman dan sehat
dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor
Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Agar pembahasan sesuai dengan yang diinginkan penulis dapat tercapai
dengan tepat dan benar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut.
1. Apa saja APD di laboratorium hematologi?
2. Apa saja kecelakaan yang biasa terjadi di laboratorium hematologi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain.
1. Untuk mengetahui APD di laboratorium hematologi.
2. Untuk Mengkaji dan Memahami asal mula kecelakaan yang biasa terjadi di
laboratorium hematologi.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat dipetik dari pembahasan makalah ini, antara lain.
1. Mendapat wawasan baru tentang apa yang dimaksud dengan laboratorium
hematologi.
2. Menerapkan pentingnya pemakaian APD bagi pekerja di laboratorium
hematologi.
3. Para calon pekerja laboratorium nantinya bisa menerapkan pentingnya
mengetahui macam-macam kecelakaan di laboratorium sehingga dapat
mencegah hal itu terjadi kepada peserta didik/mahasiswa pada saat Kegiatan
Belajar Mengajar Berlangsung.
4. Memahami secara luas bahwa APD hanya alat, yang bebas pakai atau tidak,
akan tetapi APD merupakan alat pelindung diri agar kita terlindungi dari
berbagai risiko kecelakaan kerja.
5. Para generasi muda terutama petugas kesehatan dapat mengambil sikap
yang positif dalam setiap langkah kehidupan yang akan dijalani.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 APD
A. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang
digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari
kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan
sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan
harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari
yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi
pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan
bahaya akibat bahan kimia maupun bahan infeksius.
Dasar Hukum :
1. Undang-undang No.1 tahun 1970
a. Pasal 3 ayat (1) butir f : Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD.
b. Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban
dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara
cuma-cuma.
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi
tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat
kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan
memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
5
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan
tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat
pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan,
kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.
B. Jenis-jenis APD
a. Perlindungan Mata Dan Wajah
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus
dikenakan oleh pemakai dikala bekerja di laboratorium. Hal ini
dimaksud untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai
akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum
perlindungan mata terdiri dari Kacamata pelindung, Goggle,Pelindung
wajah, Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker
khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser).
b. Perlindungan Badan
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, merupakan suatu
perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki
laboratorium. Jas laboratorium dikenal oleh masyarakat pengguna bahan
kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Hal yang perlu
diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium yaitu kancing jas
laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan
ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya. Jas
laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan kimia
dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium
terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas
secepatnya. Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah
Apron dan Jumpsuits. Apron digunakan untuk memproteksi diri dari
cairan yang bersifat korosif dan mengiritasi, yang berbentuk seperti
celemek terbuat dari karet atau plastik. Untuk apron yang terbuat dari
plastik, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar
6
dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh elektrik
statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik
statis. Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini
direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi Bahan
dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi
perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia,
panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.
c. Perlindungan Tangan
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting
apabila terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan
menjadi solusi tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik
bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi
perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan
benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau
dingin. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan
frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani.
Jenis sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya,
terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk
temperatur tinggi. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan,
diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC
(Polivinil klorida).Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih
berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani.
APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai
jenispenggunaanya. Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan
penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan
kimia. Jenis-Jenis Safety Glove antara lain : Sarung Tangan Metak
Mesh, Sarung metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan
menjaga terpotong, Sarung tangan Kulit, Sarung tangan yang terbuat
dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar, Sarung
tangan Vinyl dan neoprene Melindungi tangan terhadap bahan kimia
beracun, Sarung tangan Padded Cloth Melindungi tangan dari ujung
yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi, Sarung tangan Heat
7
resistant Mencegah terkena panas dan api, Sarung tangan karet
Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakan
isolator (bukan penghantar listrik), Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk
sekali pakai, Sarung tangan lead lined Digunakan untuk melindungi
tangan dari sumber radiasi.
d. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh
manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara,
debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium
merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang
memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya
harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan
pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut
memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang
terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
C. Masalah Umum APD(Alat Pelindung Diri)
a. Tidak semua APD melalui pengujian labotoris sehingga tidak diketahui
derajat perlindungannya.
b. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat si pemakai sulit bekerja
c. APD dapat menciptakan bahaya baru
d. Perlindungan yang diberikan APD sulit untuk dimonitor
e. Kewajiban pemeliharaan APD dialihkan dari pihak manajemen ke pekerja
f. Efekctivitas APD sering tergantung “ GOOD FIT “ pada pekerja
g. Kepercayaan pada APD akan menghambat pengembangan kontrol
teknologi yang baru
8
D. Masalah Pemakaaian APD(Alat Pelindung Diri)
1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan:
Tidak sadar/tidak menerti
Panas
Sesak
Tidak enak dipakai
Tidak enak dipandang
Berat
Mengganggu pekerjaan
Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
Tidak ada sangsi
Atasan juga tidak memakai
2. Tidak disediakan oleh perusahaan
Ketidakmengertian
Pura-pura tidak mengerti
Alasan bahaya
Dianggap sia-sia
3. Pengadaan oleh perusahaan
Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
Asal beli (terutama memilih yang murah)
Beberapa Contoh Masalah APD antara lain :
a) Respirator
Penutup muka yang buruk
Sumbatan kerusakan/cacat pada filter
Pemeliharaan yang tidak baik
Tali pengikat longgar/lepas
Tidak nyaman
Psikologis dan kecemasan
Meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati
Menghirup kembali udara yang dihembuskan
9
Kesulitan komunikasi
b) Alat Pelindung Telinga
Resiko infeksi
Kesulitan komunikasi
Merasa terisolasi
Sakit kepala karena jepitan terlalu kuat
Tidak nyaman
Menguranggi kemampuan menduga jarak
Iritasi kulit
c) Sarung Tangan
Mungin dapat menangkap bahan kimia
Mengurangi kepekaan tangan dan jari
Kebocoran dari lubang yang tidak diketahui
Mungkin menyebabkan dermatitis (keringat yang berlebihan)
Bahan kimia tertentu
d) Alat Pelindung Mata
Dapat membatasi pandangan
Timbul kabut, noda dan goresan kecil
Tidak dapat melihat serusakan secara visual
Beberapa kaca mata pengaman memungkinkan benda masuk dari samping
E. Alat Pelindung Diri (APD) di Laboratorium Hematologi
Beberapa APD di Laboratorium Hematologi :
a. Sarung Tangan Lateks
Jangan menggunakan sarung tangan kain saja karena cairan dapat
merembes. Bila kan melakukan tindakan lainnya yang memerlukan
sarung tangan kerja, maka sebaiknya sarung tangan lateks dipakai
terlebih dahulu.
10
b. Kecamata pelindung
Berguna untuk melindungi mata dari percikan darah, maupun mencegah
cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan
pertolongan.
c. Baju pelindung
Penggunaannya kurang popular di Indonesia, gunanya adalah untuk
mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
d. Masker penolong
Sangat berguna untuk mencegah penularan penyakit melalui udara.
F. Alat-alat keselamatan yang harus ada di laboratorium hematologi
Alat-alat keselamatan yang harus ada di laboratorium hematologi
diantaranya adalah :
1. APD seperti jas lab, masker, handscoon.
2. APAR
3. Kotak P3K
4. Sarana cuci tangan
11
2.2 Macam-macam Kecelakaan yang Biasa Terjadi di Laboratorium
hematologi
A. Identifikasi Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Kesehatan dan Pencegahannya
a. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan
penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat.
Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas
laboratorium khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya
dilakukan tindakan pencegahan seperti pemakaian APD, apabila petugas
laboratorium tidak menggunakan alat pengaman, akan semakin besar
kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan berbahaya,
khususnya berbagai jenis virus (Depkes RI, 1996/97).
Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu:
1. Kecelakaan medis, jika yang menjdi korban adalah pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas
laboratorium itu sendiri.
b. Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
12
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Salah satu contoh kecelakaan yang sering terjadi dilaboratorium
hematologi adalah tertumpahnya sampel darah.
Penanganan:
1. Bersikap tenang, jangan panik.
2. Bersihkan area sekitar tumpahan dengan kapas desinfektan.
3. Bersihkan tumpahan mulai dari luar area sampai ketengah diamkan
selama 10 menit.
4. Tempatkan kapas dan sarung tangan bekas pakai kekantong
sampah biohazard.
5. Buang pakaian yang terkontaminasi pada tempatnya.
6. Cuci tangan dengan sabun desinfektan.
Beberapa contoh lain kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
1. Terpeleset,biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi
di laboratorium. Akibatnya :
Ringan: memar
Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip
Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
13
Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya.
Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama
bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibatnya: cedera pada punggung.
Pencegahannya :
Beban jangan terlalu berat
Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan
terhambat.
3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya.
Akibatnya :
Tertusuk jarum suntik
Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahannya :
Gunakan alat suntik sekali pakai
Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah
dipakai tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan
(sebaiknya gunakan destruction clip).
Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan
desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan
beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama
14
yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya :
Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan
sampai berat bahkan kematian.
Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api
Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
Sistem tanda kebakaran: a. Manual, yang memungkinkan seseorang
menyatakan tanda bahaya segera, b. Otomatis, yang menemukan
kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
Jalan untuk menyelamatkan diri
Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
Tempat peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar.
Pengelolaan limbah infeksius dengan benar. Menggunakan kabinet
keamanan biologis yang sesuai. Kebersihan diri dari petugas.
B. Fasilitas laboratorium
Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas laboratorium harus
memenuhi beberapa persyaratan berikut ini:
1. Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara
berjalan lancar.
2. Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang
berbahaya yang dipakai.
3. Harus menyediakan alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari
bahaya kebakaran.
4. Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan
larutan yang mudah terbakar, korosif dan melindungi tempat yang
aman dari bahaya kebakaran
15
5. Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan
terpisah sejauh mungkin.
6. Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi
sekecil mungkin risiko oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
7. Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
8. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat
pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
9. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi
tempat yang aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung
bendung talam.
C. Pedoman Umum (Good Laboratory Pratice)
1. Tidak boleh makan minum, merokok di lab
2. Dilarang memasukkan jari ke dalam mulut
3. Dilarang bekerja sendiri di lab
4. Semua bahan yang ada di lab harus dianggap infeksius atau toksis
5. Gunakan APD, gunakan lemari kabinet keamanan lab
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah
7. Dilarang membuang sampah infeksius disembarang tempat
8. Tidak dibenarkan memipet dengan mulut dan menghirup
9. Gunakan jarum semprit dengan hati-hati
BAB III
PENUTUP
16
3.1 Simpulan
Dengan diketahuinya Alat Pelindung Diri (APD) yang ada di
laboratorium klinik hematologi, dapat diambil kesimpulan bahwa APD
bukan sekedar sebuah alat yang hanya sekedar pelengkap saat bekerja di
laboratorium. Di sini APD dimaknai sebagai peralatan pelindung yang
digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi
lingkungan. Maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memproteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang sederhana
hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling
mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia
maupun bahan infeksius. Di samping itu alat-alat keselamatan yang harus
ada di laboratorium hematologi diantaranya adalah APD seperti jas lab,
masker, handscoon, APAR, Kotak P3K serta Sarana cuci tangan
merupakan upaya menjadikan laboratorium sebagai tempat yang aman bagi
pekerjanya, terhadap setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit
maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang bebas dari
rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan keracunan seseorang dapat bekerja
dengan produktif dan efisien. Tentunya Tanggung jawab moral dalam
keselamatan kerja memegang peranan penting dalam pencegahan
kecelakaan disamping dislipin setiap individu terhadap peraturan juga
memberikan andil besar dalam keselamatan kerja. Sehingga kita perlu tau
K3 yang ada di laboratorium dan senantiasa bekerja dengan rasa
tanggungjawab dan memanfaatkannya untuk memperkaya IPTEK dalam
diri pribadi guna mencapai cita-cita. Dalam pepatah jawa pinter nagging aja
keblinger, yaitu seseorang yang pintar harus menjaga, memanfaatkan, dan
menerapkan kebenaran ilmunya agar tidak terpengaruh oleh sisi negatif dari
kehidupan yang akan merusak jiwa.
3.2 Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan, adalah untuk memperkaya ilmu
kesehatan khususnya di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
17
laboratorium, yang berupa Alat Pelindung Diri dan identifikasi kecelakaan
kerja yang biasa terjadi di laboratorium ini dapat diajarkan melalui mata
kuliah K3. Tujuannya adalah siswa dapat menyadari dan bertanggungjawab
terhadap hasil pekerjaan di laboratorium, mendapat pengetahuan dan
memaknai bahwa K3 terdapat kandungan makna yang dalam apabila kita
mengkajinya. Di samping itu mahasiswa dapat mempelajari, memahami, dan
menerapkan fungsi APD dan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di
kehidupan sehari-hari.
BAB IV
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Alat Pelindung Diri. Online pada http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/alat pelindung-diri/
Anonim. PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI-EST-SOP-EHS.04-R.00. Online pada http://harapan-msystem.blogspot.com/2010/01/perlengkapan-perlindungan-diri-est-sop.html
Stephen K. Hall. Chemical Safety in the Laboratory. CRC Press, Inc., 1994.
Robert J. Alaimo. Handbook of Chemical Health and Safety. American Chemical Society, Oxford University Press. 2001.
Merck KGaA. Fundamentals of Laboratory Safety. Git feffag GmbH. 2001.
http://analismuslim.blogspot.com/2011/11/sumber-kecelakaan-kerja-di-
laboratorium.html (diakses 16 september 2014)
https://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/29/pemeriksaan-hematologi-di-
laboratorium/#more-84 (diakses 16 september 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Laboratorium_klinik (diakses tanggal 6 oktober 2014)
http://analissolo.blogspot.com/2013/01/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-
di.html (diakses tanggal 6 oktober)
http://ewyhimawary.blogspot.com/2011/04/apd-di-laboratorium.html (diakses
tanggal 6 oktober 2014)
LAMPIRAN FOTO
19
APD LABORATORIUM HEMATOLOGI
top related