makalah hasil penelitian · web viewpenyajian gambar yang menarik dan bergerak menjadi daya tarik...
Post on 06-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM
SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI IPA SMA N 1 INDRALAYA
Skripsi Oleh
BUDI MARYANTO
Nomor Induk Mahasiswa : 06053132010
Program Studi pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM
SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI IPA SMA N 1 INDRALAYA
Skripsi Oleh
BUDI MARYANTO
Nomor Induk Mahasiswa : 06053132010
Program Studi pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Riyanto, S.Pd., M.Si. Meilinda, S.Pd., M.Pd.
NIP. 197007251999031002 NIP. 197905182005012003
Disahkan
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. Hartono
NIP
2
Telah diujikan dan lulus pada :
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji :
1. Ketua : ............................. ________________
2. Sekretaris : ............................. ________________
3. Anggota : ............................ ________________
4. Anggota : ............................ ________________
5. Anggota : ............................ ________________
Indralaya, ...... 2011
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi,
Drs. Kodri Madang, M. Si.
NIP :
3
Segala puji bagi Alloh SWT, atas semua limpahan Karunia dan Rahmat-Nya. Saya persembahkan karyaku ini kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya dan selalu mendo’akan yang terbaik untukku.
Saudara-saudaraku tersayang : mas Eko, mas Nur, yuk Rus, dan Ragil yang selalu mendukung, membantuku, dan mendo’akan untuk keberhasilanku.
Teman-teman dan adik-adik seperjuanganku yang selalu bersama dalam suka maupun duka.
Almamaterku.
Moto
Janganlah anda menuntut ilmu karena riya’ dan jangan pula anda meninggalkannya karena malu.Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam di atas batu yang hitam dimalam yang amat kelam, dia wujud tapi sukar dilihat.Bagian terbaik dari hidup kita adalah perbuatan-perbuatan baik dan kasih kita yang tidak diketahui orang lain.
4
UCAPAN TRIMA KASIH
Alkhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Alloh SWT atas
limpahan karunia dan nikmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
(S1) pada Program Studi Pendidikan Biologu, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapah Dr. Riyanto, S.Pd., M.Si. dan ibu Meilinda, S.Pd., M.Pd. yang telah
bersedia meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan selama
penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan FKIP, Bapak Drs. Tatang
Suhery, M.A., Ph. D, Ketua Jurusan Pendidikian MIPA Bapak Dr. Hartono............,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Bapak Drs. Kodri Madang, M.Si., Kepala
SMA N 1 Indralaya Bapak Rusman Hifni, S.Pd. serta ibu Lasmawati, S.Pd. yang telah
memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Adeng Slamet,
M.Si. dan Ibu Dra. Siti Huzaifah, M.Pd. sebagai pembimbing akademik, dosen-dosen
yang ada di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsri atas bimbingan, pendidikan
dan pengajarannya kepada penulis, serta seluruh staf Tata Usaha di Jurusan
Pendidikan MIPA yang telah banyak memberikan kemudahan dalam penyelesaian
skripsi ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tuaku, saudara kandungku, teman-temanku (............................) dan seluruh anak Bio’05,
adik-adik Bio’06-10, Siswa SMA N 1 Indralaya serta teman seperjuanganku
(...............................) terimakasih atas kebersamaannya baik suka maupun duka.
Akhir kata penulis mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam
skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
5
Indralaya, Juli 2011
Penulis,
.............
6
DAFTAR ISI
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : .................................................................................................................. .
Tabel 2 : .................................................................................................................. .
Tabel 3 : .................................................................................................................. .
Tabel 4 : .................................................................................................................. .
Tabel 5 : .................................................................................................................. .
Tabel 6 : .................................................................................................................. .
Tabel 7 : .................................................................................................................. .
Tabel 8 : .................................................................................................................. .
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : .................................................................................................................. .
Gambar 2 : .................................................................................................................. .
Gambar 3 : .................................................................................................................. .
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM
SIRKULASI PADA SISWA KELAS XI IPA SMA N 1 INDRALAYA
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Indralaya pada bulan Nopember-Desember 2010. Pengambilan data dilakukan di SMA N 1 Indralaya dengan satu kelas eksperimen dan satu kelas pembanding. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata pretest dan posttes kelas eksperimen adalah 37,54 dan 83,83 dan kelas pembanding 34,85 dan 72,42 serta peningkatan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 46,29 dan kelas pembanding 37,57. Dari hasil uji normalitas Gain dadapat tingkat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi (0,74) dibandingkan kelas pembanding (0,58). Tingkat signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar kelompok penelitian adalah 0,005, ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar.
Kata Kunci : Media animasi, penguasaan konsep.
Skripsi Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNSRI
Tahun 2011
Nama : Budi Maryanto
NIM : 06053132010
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Riyanto, S.Pd., M.Si.
2. Meilinda, S. Pd., M. Pd
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi modern tentang komputer merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pada bidang pendidikan, pemerintah
dan masyarakat umum telah memberikan perhatian yang mendalam tentang kemajuan
teknologi modern ini. Teknologi dapat membantu mencapai sasaran dan tujuan pendidikan
sehingga proses belajar mengajar akan lebih berkesan dan bermakna (Asra, 2009). Teknologi
informasi turut berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan
teknologi informasi meliputi perkembangan infrastruktur teknologi informasi, seperti
hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi
(Laudon, 2006 dalam Noviari, 2009).
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi
audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena
kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan
teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan komputer merupakan salah satu bagian dari teknologi informasi
yang saat ini digunakan oleh para praktisi pendidikian dalam upaya menyajikan materi
pelajaran. Komputer sebagai penyedia informasi dirasakan perlu untuk digunakan karena
dapat menyajikan informasi dengan baik (Sihombing, 2010). Media pembelajaran
memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi
belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan
belajar berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui
media (Asra, 2009)
Media pengajaran yang sedang berkembang untuk saat ini yaitu multimedia.
Penggunaan multimedia merupakan kombinasi dari grafik, teks, suara, video, dan animasi.
Objek yang tidak dapat dilihat langsung, dapat digantikan dengan penggunaan multimedia
yang berupa penayangan teks, grafik, suara, video, dan animasi. Multimedia mengandung
unsur komputer. Multimedia memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu
1
sumber belajar seperti guru, tetapi memberikan kesempatan kepada subjek untuk
mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena
informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata
(Saguni, 2006). Media pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar
ke arah yang lebih konkret. Multimedia sebagai gabungan berbagai jenis media mampu
menciptakan suasana belajar yang begitu menarik dan menyenangkan sehingga akan
memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi dalam diri seswa. Multimedia memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar tidak hanya dari guru, tetapi memberikan kesempatan
siswa untuk mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah
satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti gambar dan kata-kata
(Puspita, 2008).
Media animasi yang merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa
sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup serta
menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran Biologi
sangat mendukung proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses
biologi yang kompleks dapat dengan mudah dijelaskan kepada siswa, seperti proses
fotosintesis, respirasi aerob, dan berbagai proses dalam sistem organ manusia. Pada proses
belajar mengajar, siswa sering dihadapkan pada materi yang abstrak dan diluar pengalaman
sehari-hari sehingga matri pelajaran sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Keistimewaan
yang dimiliki oleh animasi intinya untuk memvisualisasikan konsep abstrak yang sulit
dipraktekkan dikelas (Sihombing, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Radita (2010) didapatkan bahwa perencanaan
penggunaan media pembelajaran dalam silabus dan RPP belum sesuai dengan realisasinya.
Media pembelajaran yang sering digunakan terdiri dari 2-3 jenis media antara lain media
visual yaitu charta, media benda yaitu model, dan media cetak yaitu LKS. Hanya beberapa
guru yang mencantumkan penggunaan media komputer dalam RPP dan silabus. Kendala
dalam merealisasikan penggunaan media komputer adalah kurangnya kreativitas guru. Padahal
menurut penelitian O’Day (2006) menunjukkan penggunaan media animasi dalam
pembelajaran biologi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
1
SMA Negeri 1 Indralaya adalah salah satu SMA yang terdapat di Ogan Ilir. SMA ini
memiliki ruang multimedia yang didalamnya terdapat komputer dan LCD yang bisa
menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, ruang multimedia ini
hanya digunakan oleh guru mata pelajaran komputer, sedangkan guru mata pelajaran lain
jarang sekali menggunakan ruang multimedia ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan media animasi dalam pembelajaran biologi di kelas XI SMA Negeri I Indralaya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian
”Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas
XI IPA SMA Negeri I Indralaya”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh media animasi
terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan animasi dengan menggunakan software Microsoft Power Point pada proses penyampaian pembelajaran terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada siswa
kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada siswa
kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.
1.5. Manfaat Penelitian
1
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pengaruh media
animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri I
Indralaya. Bagi guru, dapat memberikan masukan cara atau metode yang cocok dalam
menyajikan materi agar mampu merangsang siswa untuk belajar. Serta dapat mengetahui
sukses tidaknya penerapan pengajaran dengan menggunakan multimedia khususnya animasi
terhadap penguasaan konsep siswa dalam mempelajari biologi. Bagi sekolah, agar lebih
memperhatikan pengadaan media pendidikan bagi menunjang lancarnya pelaksanaan proses
belajar mengajar.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Media Pengajaran
2.1.1. Pengertian Media Pengajaran
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium atau
medius yang secara harfiahnya berarti tengah, perantara atau pengantar. Media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Gerlach, media apabila
dipahami secara garis besar adalah, manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Menurut
AECT (Association of Education & Communication Technology) memberi batasan tentang
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi (Arsyad, 2003).
Media pengajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan
oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim,
1994). Dapat pula diartikan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau
wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Gagne dalam Sardiman (2002) menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar, sementara Brigss berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Hamidjojo dalam Arsyad
(2003) menyatakan bahwa media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan sampai kepada
penerima yang dituju.
Media pendidikan oleh Arsyad (2003) dapat diartikan sebagai berikut: a). Media
pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware yaitu sebagai
suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. b). Media
pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai sofware (perangkat lunak)
yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
1
2.1.2. Jenis dan Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Bahri (1995), media tidak hanya terdiri dari dua jenis. Klasifikasi dari
macam-macam media pengajaran bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dari bahannya dan
dari caranya. 1). Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi: a). Media auditif atau Audio,
adalah media yang mengandalkan suara saja. Contohnya radio. b). Media Visual, adalah media
yang mengandalkan indra penglihatan. Contohnya film bisu, gambar, lukisan, simbol dan
slide. c). Media Audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis ini mempunyai kemampuan yang lebih baik dari dua sebelumnya. 2). Dilihat dari daya
liputnya, media terbagi menjadi: a). Media dengan daya liput luas dan serentak, penggunaan
media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang
banyak dalam waktu yang sama seperti radio dan televisi serta internet. b). Media dengan daya
liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, media ini dalam penggunaannya membutuhkan
ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides, film rangkai, yang harus
menggunakan tempat tertutup dan gelap. 3). Dilihat dari bahan pembuatannya, media terbagi
kedalam: a). Media Sederhana, adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya
murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya mudah. b). Media Kompleks, adalah
media dengan bahan dan alat pembuatan yang sulit diperoleh dan harganya mahal.
Penggunaan jenis ini memerlukan keterampilan memadai.
Sudjana dalam Bahri,(1995) merumuskan fungsi media pengajaran dalam pendidikan
menjadi 6 kategori, yaitu: a). Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi
belajar mengajar yang efektif. b). Penggunaan media pengajaran adalah bagian yang integral
dari totalitas mengajar. Jadi media merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan
guru. c). Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi
pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan media pengajaran harus
melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. d). Penggunaan media dalam pengajaran bukan
alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses proses mengajar supaya
lebih menarik perhatian siswa. e). Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan
1
untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa menangkap pengertian yang
diberikan guru. f). Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar.
Fungsi media menurut Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2003) yaitu sebagai berikut: 1).
Fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada
isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. 2). Fungsi Afektif, dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar
(membaca) teks bergambar. 3). Fungsi Kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4). Fungsi
Kompensatoris, terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks
untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
2.1.3. Animasi Komputer
Komputer menjadi suatu teknologi penting dalam masyarakat, karena banyak
digunakan dalam kegiatan bisnis, di sekolah dan di rumah. Banyak materi pelajaran yang
dapat disampaikan melalui komputer jika siswa memiliki kemampuan menggunakan
komputer. Materi tersebut terkait dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu harus dijadikan
ukuran dalam kurikulum di sekolah menengah. Pengajaran dasar-dasar pemprograman dan
pemecahan masalah dengan komputer adalah perluasan daripada computer literacy. Hal ini
berkenaan dengan pengajaran bahasa komputer dan melaksanakannya pada beberapa hal untuk
mata pelajaran (Hamalik, 2001). Menurut Hamalik (2001), komputer adalah suatu medium
interaktif. Siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi dalam bentuk mempengaruhi atau
mengubah urutan yang disajikan dalam program komputer sehingga dapat berfungsi sesuai
yang diinginkan. Komputer merupakan mesin yang dapat memecahkan berbagai masalah bagi
manusia dengan memberikan instruksi-instruksi kepada mesin itu. Dari definisi di atas maka
komputer baru dapat bekerja atau memberikan informasi setelah ada program.
1
Pada dasarnya bahasa yang dapat dimengerti oleh komputer adalah sinyal-sinyal
elektromagnetis yang mendasar pada konsep hidup dan mati. Bahasa komputer secara umum
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu bahasa mesin, bahasa rakitan dan bahasa tingkat
tinggi. Bahasa mesin adalah bahasa dasar dari komputer dan bersifat unik. Bahasa rakitan
bersifat neumonic yaitu berupa simbol-simbol dan kode-kode tetapi lebih tinggi dari bahasa
mesin yang banyak digunakan para pembuat bahasa komputer. Bahasa tingkat tinggi adalah
bahasa–bahasa yang digunakan oleh programer aplikasi yang mencoba memecahkan berbagai
masalah (Adjie, 2005).
2.1.4. Media Animasi dalam Biologi
Media pembelajaran animasi yang merupakan kumpulan gambar yang diolah
sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan audio sehingga
berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Media animasi pembelajaran ini
dapat dijadikan sebagai perangkat ajar yang siap kapan saja digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran Biologi sangat mendukung
proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses biologis yang
kompleks dapat dengan mudahnya dijelaskan kepada siswa, seperti proses fotosintesis,
respirasi aerob dan berbagai proses dalam sistem organ manusia. Pentingnya animasi sebagai
media pembelajaran adalah memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit atau
komplek serta sulit dijelaskan dengan hanya gambar atau kata-kata saja. Media animasi
pembelajaran dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata tidak dapat terlihat
oleh mata (India, 2010).
Media animasi yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi ternyata dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Marzuki (2009) menjelaskan
bahwa penggunaan animasi multimedia dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi pokok sistem peredaran
darah. Penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada siswa dengan penggunaan
animasi lebih tinggi dibanding tanpa menggunakan animasi multimedia. Puryaningsih (dalam
India, 2010) dalam hasil penelitiannya juga menunjukkan penggunaan media animasi yang
ditinjau dari motivasi berprestasi dan kemampuan awal dalam pembelajaran biologi umum
1
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media animasi lebih tinggi daripada siswa
yang dibelajarkan tanpa menggunakan media animasi. Penggunaan media animasi, prestasi
belajar mahasiswa lebih baik dari pada menggunakan modul. Penelitian membuktikan bahwa
ada interaksi antara motivasi dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar biologi umum
(India, 2010).
2.1.5. Nilai dan Manfaat Media Pengajaran
Sudjana dalam Bahri (1995) mengumukakan nilai-nilai praktis media pengajaran
adalah: a). Dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, b). Dapat memperbesar
minat dan perhatian siswa untuk belajar. c). Dapat meletakkan dasar untuk perkembangan
belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. d). Menumbuhkan pemikiran yang teratur
dan berkesinambungan. e). Membantu tumbuhnya pemikiran dan kemampuan berbahasa. f).
Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu
berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. g). Bahan pengajaran
lebih jelas dan dipahami maknanya oleh siswa, sehingga memungkinkan tujuan pengajaran
menjadi lebih baik. h). Metode mengajar akan lebih bervariasi. i). Siswa lebih banyak
melakukan aktivitas belajar seperti mendengarkan uraian guru, mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Menurut Sudjana dan Rivai (2009) ada beberapa manfaat media pengajaran dalam
proses belajar siswa yaitu: a.). Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar. b). Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran. c). Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga. d). Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan memerankan.
2
Menurut Seels & Richey dalam Arsyad (2003) berdasarkan perkembangan teknologi,
media pengajaran dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu: a). Media hasil teknologi
cetak seperti buku. b). Media teknologi audio-visual. Teknologi audio-visual adalah cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual misalnya VCD. c). Media hasil
teknologi yang berdasarkan computer. Teknologi berbasis komputer merupakan cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis
mikroprosesor. d). Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Teknologi hasil
gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan
pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer.
2.2. Hakikat Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi positif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif
konstan (Winkel, 1996). Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku pada diri orang itu yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar
dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, sumber belajar dan
fasilitas (proyektor overhead, radio, komputer, dan perpustakaan) (Arsyad, 2003).
2.3. Aktivitas Belajar
2
Mengajar adalah membimbing siswa melakukan kegiatan belajar. Aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sebab siswa sebagai subjek didik adalah
yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Jadi, aktivitas belajar
merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. Aktivitas perlu ada dalam
belajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada
belajar karena tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya
mengenai aktivitas fisik tetapi juga berkaitan dengan aktivitas mental siswa (Sardiman (2002).
Sardiman (2002) membagi belajar menjadi aktivitas fisik dan mental. Dalam aktivitas
fisik peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja. Ia
tidak hanya duduk, mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Dalam aktivitas mental daya jiwa
siswa bekerja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam pembelajaran. Pada kegiatan
pembelajaran kedua aktivitas harus berkaitan.
Menurut Usman (1995) aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa hal sebagai
berikut. a). Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen, dan demonstrasi. b). Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca
sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi. c). Aktivitas mendengarkan (listening activities)
seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah dan pengarahan. d). Aktivitas menulis
(writing activities) seperti mengarang, merangkum materi dan membuat makalah.
2.4. Penguasaan Konsep
Penguasaan adalah kemampuan yang mengharapkan pebelajar mampu menguasai arti
atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini pebelajar tidak hanya hafal
secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan
(Purwanto, 2006). Penguasaan merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan memahami
makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur penguasaan ini menyangkut kemampuan
menangkap makna suatu konsep, yang ditandai dengan kemampuan mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Untuk mencapai tujuan dalam
tingkatan penguasaan ini dituntut keaktifan belajar murid yang lebih banyak (Ibrahim, 2010).
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang
sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman dan dikenal
2
dengan concept formation. Orang dapat belajar konsep melalui benda-benda, gambar-gambar,
dan penjelasan verbal (Winkel, 1996). Siswa telah mengetahui suatu konsep apabila: a). Dapat
menyebutkan nama contoh-contoh konsep; b). Dapat menyebutkan ciri-ciri konsep tersebut;
c). Dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh maupun yang bukan contoh; d).
Mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut (Hamalik, 2004).
2.5. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah materi ajar untuk SMA kelss XI IPA yang tersusun dalam
standar kompetensi (SK) 3 yaitu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan
tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Sistem
sirkulasi masuk kedalam KD 3.2. yaitu, Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan
proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Sistem sirkulasi
memiliki beberapa materi pokok yaitu, struktur dan fungsi darah, struktur alat peredaran darah
dan proses peredaran darah manusia, kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah, dan
peredaran darah pada hewan. Materi-materi dalam sistem sirkulasi ini terdiri dari beberapa
sifat yaitu, faktual, konseptual, prinsipal, dan prosedural. Faktual yaitu segala hal yang
berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang,
nama tempat, nama orang, nama bagian komponen suatu benda, dan sebagainya. Konsep yaitu
segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai gasil pemikiran,
meliputi definisi, pengertian, ciri khas, hakikat, inti/isi, dan sebagainya. Prinsip yaitu beberapa
hal utama, pokok, dan memiliki posisi penting, meliputi detail, rumus, postulat, paradigma,
teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Prosedur
merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu sistem. Dalam
materi ini banyak konsep yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, peneliti mengambil materi
sistem sirkulasi untuk diajarkan dengan bantuan media animasi.
2.6. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak terdapat pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi
pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.
2
Ha : Terdapat pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada
siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Indralaya.
2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri 1 Indralaya pada bulan Nopember –
Desember 2010.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebasnya adalah media animasi, dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep.
3.3. Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. Variabel bebasnya adalah media. Media yang digunakan adalah animasi yang
merupakan suatu media pembelajaran yang menggunakan berbagai kombinasi antara teks,
grafik, gambar, dan suara yang memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa. Penguasaan konsep siswa dinilai
dalam bentuk skor atau angka yang dicapai siswa setelah diberikan tes pada konsep tertentu,
yang disusun untuk penelitian ini.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri I
Indralaya tahun ajaran 2010/2011.
3.4.2. Sampel Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dari kelas XI IPA SMA
Negeri I Indralaya tahun ajaran 2010/2011 yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu
2
kelas lagi sebagai kelas pembanding yang kemudian dilakukan rotasi pada pertemuan
selanjutnya.
3.5. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan
desain penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Desain penelitian kelas eksperimen dan kelas pembanding
KELOMPOK PRETEST VARIABEL
TERIKAT
POSTEST
Eksperimen Y1 X Y2
Pembanding Y1 - Y2
Keterangan:
Y1 : Tes awal atau pretest
X : Pemberian perlakuan
Y2 : Tes akhir atau posttest
3.6. Prosedur Kerja
3.6.1. Persiapan
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dan
pembanding
2. Menentukan kelas eksperimen dan kelas pembanding sebagai sampel penelitian.
3.6.2. Pelaksanaan
Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding
Kelas Eksperimen Kelas Pembanding
1. Pendahuluan (15 menit) 1. Pendahuluan (15 menit)
a. Guru memberikan tes awal (10 menit) a. Guru memberikan tes awal (10 menit)
b. Guru memerikan apersepsi (3 menit) b. Guru memberikan apersepsi (3 menit)
c. Guru menyampaikan indkator (2 menit) c. Guru Menyampaikan indikator (2 menit)
2
2. Kegiatan inti (60 menit) 2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Melaksanakan pembelajaran dengan
metode ceramah dan tanya jawab dengan
menggunakan alat bantu laptop dan LCD
yang menampilkan slide dan animasi (45
menit)
a. Melaksanakan pembelajaran dengan
metode ceramah dan tanya jawab dengan
menggunakan alat bantu laptop dan LCD
yang menampilkan slide dan gambar (45
menit)
b. Guru mereview sedikit materi yang telah
diajarkan (10 menit)
b. Guru mereview sedikit materi yang telah
diajarkan (10 menit)
c. Guru membimbing siswa membuat
kesimpulan (5 menit)
c. Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan (5 menit)
3. Penutup (15 menit) 3. Penutup (15 menit)
a. Memberikan tes akhir (10 menit) a. Memberikan tes akhir (10 menit)
b. Memberitahukan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya (5
menit).
b. Memberitahukan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya (5
menit).
3.6.3. Penyelesaian Penelitian
a. Melakukan analisis data dan pembahasan
b. Merumuskan kesimpulan dari hasil analisis
3.7. Teknik Pengumpulan Data
3.7.1. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu dan kelompok (Riduwan, 2003).
3.7.2. Kuesioner (Angket)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia
memberikan respon (responden) sesuai permintaan pengguna (Riduwan, 2003). Angket
digunakan pada penelitian ini untuk mengukur minat siswa terhadap animasi yang telah
2
disampaikan oleh peneliti. Validitas isi angket diuji dengan bertanya kepada ahli (dosen).
Pelaksanaan pengambilan data (pengisian angket) dilakukan setelah penggunaan media
pembelajaran. Skala pengukuruan angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.
Angket ini terdiri dari pertanyaan positif seperti terlihat pada Tabel 2:
Tabel 3. Skor pernyataan Tanggapan
Pernyataan SS S TS STS
Skor 4 3 2 1
(Sudjana, 1999)
3.8. Teknik Analisa Data
3.8.1. Analisa data tes
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal yang akan digunakan sebagai alat uji
dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan realibilitas
soal tersebut dengan menggunakan sofware AnatesV4.
3.8.1.1. Uji Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
(instrumen) dalam mengukur suatu data.
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan dengan sofware AnatesV4.
Keputusan uji:
3.8.1.2. Reliabilitas
Reliabelitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan alat pengukuran yang sama. Pengujian reliabelitas soal menggunakan sofware
AnatesV.
2
Sedangkan untuk membuktikan perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas
pembanding digunakan perhitungan statistik yaitu uji mann-whitney (mann-whitney test).
Untuk mengetahui, apakah hipotesis ditolak atau diterima, maka dilakukan uji hipotesis. Uji
hipotesis menggunakan uji mann-whitney. Sebelum dilakukan uji mann-whitney, terlebih
dahulu dilakukan uji narmalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk mengetahui apakah
data terdistribusi normal dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau
tidaknya kecenderungan sebaran data untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
1.8.1.3. Uji normalitas
Pada penelitian ini, uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan program pengolah
data SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui uji Normalitas one sample
Kolomogorof-Sminov (K-S). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai
probabilitas <0,05 maka dikatakan data tidak terdistribusi normal, sedangkan jika nila sig.
(signifikasi) >0,05 maka dikatakan data terdistribudi normal.
1.8.1.4. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga
generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. Pada penelitian ini, uji Homogenitas dilakukan
dengan menggunakan program pengolah data SPSS melalui uji Levene (Levene Test). Kriteria
pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05 maka data berasal
dari populasi-populasi yang variannya tidak sama, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau
nilai probabilitas >0,05 maka dikatakan data berasal dari populasi-populasi yang mempunya
varian yang sama.
1.8.1.5. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan program pengolah data SPSS melalui uji
mann-whitney (mann-whitney test). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi)
atau nilai probabilitas >0,05 maka berarti tidak ada pengaruh media animasi terhadap
2
penguasaan konsep biologi, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05
maka ada pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep biologi.
Kategorisasi terhadap nilai indeks gain yang diperoleh siswa dilakukan untuk
mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa yang telah dilakukan pembelajaran dengan
penghitungan sebagai berikut:
n
Tabel 4. Kategorisasi Indeks Gain
Nilai Indeks
Gain Kategori
> 0,7 Tinggi
0,3 – 0,7 Sedang
< 0,3 Rendah
1.8.2. Analisis Data Angket
Uji hasil angket dapat dianalisis dengan menggunakan skala likert yaitu menganalisis
jawaban pada angket yang telah diisi, menghitung skor jawaban, mencari letak dari jumlah
skor yang diperoleh dengan melihat pada rentang, kemudian menarik kesimpulan dengan
menjumlahkan persentase pada pernyataan.
1. Skor antara 0-50 berarti sangat tidak setuju
2. Skor antara 51-100 berarti tidak setuju
3. Skor antara 101-150 berarti setuju
4. Skor antara 151-200 berarti sangat setuju
Persentase dari skor yang diperoleh, dianalisis dengan rumus:
(Riduwan, 2003)
3
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penguasaan Konsep
Data tes adalah hasil analisa data pretest dan posttest pada KD 3.2 (Menjelaskan
keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang terjadi pada sistem
peredaran darah). Pada kelas eksperimen digunakan media animasi dan kelas pembanding
digunakan media gambar. Setelah didapat nilai pretest dan posttest dari kedua kelas penelitian
dapat dilakukan uji Normalitas Gain untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa
terhadap sistem sirkulasi. Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 1.
Tabel 5. Hasil analisis nilai rata-rata pretes dan posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding
No KelasRata-rata
GainPretest Posttest
1 Eksperimen 37,5387 83,8304 46,2917
2 Pembanding 34,8482 72,4182 37,5700
Diagram Hasil Analisis Data
37,5387
83,8304
46,2917
34,8482
72,4182
37,5700
0102030405060708090
Pretest Posttest Gain
Frek
uens
i
Kelas EksperimenKelas Pembanding
Gambar 1. Rata-rata nilai pretes, posttes, gain kelas eksperimen dan kelas pembanding
Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 1 dapat diketahui rata-rata hasil analisis data pretest
dan posttest kedua kelas penelitian. Nilai rata-rata pretest kedua kelas penelitian terdistribusi
normal dan homogen. Artinya, kemampuan awal dari kedua kelas adalah sama. Pada nilai
3
posttest terdapat perbedaan yang cukup besar yaitu pada kelas eksperimen lebih besar
dibanding kelas pembanding, yaitu 11,4122. Hal ini karena kelas eksperimen dikenai
perlakuan, yaitu penggunaan media animasi dalam poses pembelajarannya. Dari nilai pretest
dan posttest ini, maka akan dilanjutkan uji Normalitas Gain untuk melihat tingkat penguasaan
konsep siswa terhadap materi yang telah diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan
Gambar 2.
Tabel 6. Hasil analisis data dengan uji Normalitas Gain kelas eksperimen dan kelas
pembanding
No Kelas N Gain Kategori
1 Eksperimen 0,7411 Tinggi
2 Pembanding 0,5767 Sedang
Diagram Hasil Analisis Data
0,7411
0,5767
00,10,20,30,40,50,60,70,8
N Gain
Frek
uens
i
Kelas Eksperimen
Kelas Pembanding
Gambar 2. N Gain kelas eksperimen dan kelas pembanding
Setelah dilakukan uji Normalitas Gain, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen yang
dilakukan pembelajaran dengan media animasi, tingkat penguasaan konsep siswa >0,7, maka
penguasaan konsep siswa kelas eksperiman termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pada
kelas pembanding yang dilakukan pembelajaran dengan media gambar, tingkat penguasaan
konsep siswa berada pada rentang 0,3 – 0,7, maka penguasaan konsep siswa kelas pembanding
termasuk dalam kategori sedang. Bisa dikatakan bahwa penguasaan konsep siswa yang diajar
dengan menggunakan media animasi lebih tnggi dibanding penguasaan konsep siswa yang
3
diajar dengan media gambar. Setelah penghitungan rerata nilai posttest, maka rerata tersebut
diuji dengan menggunakan Mann-Whytney U test. Sebelum dilakukan uji Mann-Whytney U
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas
dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji Levene, didapatlah hasil pada
Tabel 7 dibawah ini:
Tabel 7. Hasil Analisa data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding
No
Kelas
Jumlah
Data (n)
Uji Normalitas Uji Homogenitas
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 Eksperimen 24 0,2715 0,19400,5680 0,2143
2 Pembanding 28 0,2370 0,2065
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai pretest dan posttest terdistribusi normal.
Ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi > α . Nilai signifikasi rata-rata pretest kelas eksperimen
dan kelas pembanding >0,05. Nilai signifikasi rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas
pembanding >0,05. Jadi, semua data terdistribusi normal dan bisa dilanjutkan dengan uji
homogenitas data. Setelah dilakukan uji homogenitas data terhadap dua kelompok penelitian,
nilai homogenitas rata-rata pretest adalah > 0,05 dan homogenitas rata-rata posttest adalah >
0,05. Dengan demikian nilai pretest dan posttest terdistribusi normal dan homogen sehingga
memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis.
Untuk melihat tingkat signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar kelompok
penelitian dilakukan Uji statistik non-parametrik dengan Mann-Whytney U. Setelah dilakukan
uji Mann-Whytney diperoleh signifikasi 0,005. Hasil uji Mann-Whytney ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat
meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan
media gambar.
Lebih unggulnya penguasaan konsep siswa kelompok eksperimen disebabkan karena
dalam proses pembelajaran menggunakan media animasi, proses-proses biologis yang
kompleks dapat dengan mudah dijelaskan pada siswa. Animasi memiliki kemampuan untuk
menyampaikan sesuatu yang rumit atau kompleks dan sulit dijelaskan dengan gambar atau
3
kata-kata saja. Media animasi dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata
tidak dapat dilihat oleh mata sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik
dan konkret.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sahin (2006), animasi memberikan kesempatan siswa
untuk mengamati dunia nyata dan berinteraksi dengannya, memberikan pengalaman, dan
membantu memecahkan masalah. Dengan animasi dapat meniru/replika opjek sebenarnya
sehingga siswa tidak hanya dimotivasi oleh animasi, tetapi belajar dengan berinteraksi dengan
raplika itu seolah siswa melihat opjek aslinya. Menurut Grabe dan Grabe (1996) dalam Sahin
(2006), dengan animasi akan lebih sederhana shingga memungkinkan pelajar fokus pada
informasi paenting dan membuat pelajar lebih mudah mengingatnya. Kennepohl (2001) dalam
Sahin (2006) mengatakan animasi dapat menjelaskan pada situasi laboratorium dan
menjadikan lebih unggul dalam waktu sehingga proporsi laboratorium dapat dikurangi, dan
eksperimen yang berbahaya dapat dilakukan dengan animasi sehingga akan lebih efektif.
McClean at all (2005) mengatakan bahwa dengan animasi dapat membantu
pemahaman konsep yang kompleks karena dapat membantu mengkonversi konsep yang
abstrak ke objek visual tertentu yang dapat dimanipulasi. Grafis adalah visualisai untuk
menambah informasi yang disajikan dalam teks sehingga menjadikan siswa fokus pada
pelajaran. Menurut O’Day (2006), animasi yang paling efektif adalah ketika animasi
dipadukan dengan suara (audio) dan diikuti oleh narasi secara serempak untuk membatu
proses pembalajaran. Animasi dan grafis dengan narasi lisan atau tulisan lebih efektif daripada
tanpa narasi. Animasi menyediakan cara urutan menyampaikan peristiwa biologi yang
komplek untuk lebih mudah dipahami. Hal yang membuat animasi lebih efektif adalah katika
animasi memiliki atribut-atribut pedagogis yang lengkap misalnya animasi yang bernarasi
lebih efektif dibanding animasi yang tidak bernarasi, animasi verbal lebih bermanfaat
dibanding animasi bernarasi visual, kata-kata dan gambar dikombinasikan.
Animasi merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kesan bahwa gambar-gambar yang ditampilkan bergerak. Animasi sesuai untuk
menciptakan realita dari sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh realita dalam citra visual.
Dengan karakteristik yang demikian, animasi dapat menjadi media pembelajaran yang baik
3
karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik sehingga lebih informatif, lebih jelas
menampilkan materi subjek sehingga siswa mampu membuat interpretasi yang benar.
Animasi tidak memerlukan pemakaian simbol tambahan (tanda panah, garis putus-putus, dan
lain-lain) seperti yang sering digunakan pada ilustrasi statis. Dengan demikian, siswa yang
belajar dengan memanfaatkan animasi tidak perlu melakukan proses dekoding untuk
menginterpretasikan simbol agar dapat memahami materi. Selain itu tampilan keduanya yang
memikat dapat menarik perhatian siswa karena pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu
yang dinamis daripada. Animasi dapat membantu sisa yang memiliki pengetahuan awal yang
rendah untuk memahami materi yang disampaikan. Animasi menyediakan sejumlah peranan
pengajaran yaitu menarik dan mengarahkan perhatian, menggambarkan domain pengetahuan
mengenai perpindahan, dan menjelaskan fenomena pengetahuan komplek (Puspita ,2008)
Menurut pendapat Soendari (2010), dengan menggunakan media animasi komputer, siswa terbantu dalam memahami materi. Penyajian gambar yang menarik dan bergerak menjadi daya tarik tersendiri bagi anak untuk memperhatikan materi yang disajikan dalam animasi tersebut. Fasilitas yang dihadirkan oleh tampilan gambar animasi menambah kesan pada anak sehingga dapat mendorong minat dan motivasi anak yang cenderung memiliki hambatan dalam memfokuskan perhatian untuk pembelajaran -pembelajaran yang bersifat akademis seperti halnya mata pelajaran sains. Ketertarikan anak terhadap gambar animasi didukung oleh tampilan fasilitas animasi tersebut diataranya warna yang menarik, pemilihan background, dan pemilihan karakter. Selain gambar yang menarik, animasi juga menampilkan penjabaran kata-kata sederhana untuk memahami gambar. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 3.
3
a b
c d
Gambar 3. a. Animasi komponen darah; b. gambar komponen darah; c. animasi kelainan/penyakit pada
sistem peredaran darah (sklerosis); d. gambar kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah (sklerosis).
3
Hal ini didukung oleh data hasil angket/kuisioner yang telah diberikan pada siswa
setelah proses pembelajaran dengan media animasi. Dari hasil angket dapat diketahui bahwa
57,69% siswa sangat berminat terhadap animasi yang telah diberikan, 42,31% menyatakan
berminat, 0% menyatakan kurang berminat, 0% menyatakan tidak berminat terhadap animasi
yang telah diberikan dalam proses pembelajaran. Dari data ini dapat dikatakan bahwa siswa
tertarik terhadap animasi yang telah diberikan saat proses pembelajaran. Dengan ketertarikan
ini, maka siswa akan termotivasi dan mudah menerima pelajaran yang diberikan serta
menguasai konsep-konsep materi yang telah diberikan.
Berikut adalah tabel ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas pembanding.
Tabel 8. Ketuntasan Belajar Siswa
No Variabel Kelas Eksperimen Kelas Pembanding
Pertemuan Pertemuan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kriteria Ketuntasan Minimal 65 65 65 65 65 65 65 65
2 Jumlah Siswa 28 24 28 28 24 28 24 28
3 Jumlah siswa tuntas belajar 26 20 26 28 19 18 13 24
4 % siswa tuntas belajar 92,8% 83,3% 92,8% 100% 79,2% 64,3% 54,2% 85,7%
5 Rata-rata % siswa tuntas
belajar 92,23% 70,85%
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi pada SMA N 1 Indralaya
kelas XI adalah 65. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata ketuntasan belajar siswa
setalah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen adalah 92,23 %, jauh lebih tinggi
dibanding dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa kelas pembanding yaitu 70,85 %. Hal ini
menunjukkan bahwa panggunaan media animasi dapat meningkatkan penguasaan konsep
siswa pada mata pelajaran biologi pokok bahasan sistem sirkulasi. Dengan menggunakan
media animasi, penguasaan konsep siswa menjadi lebih merata. Hal ini didukung oleh data
angket yang telah diberikan pada siswa setelah proses pembelajaran yang menunjukkan
bahwa siswa tertarik terhadap animasi yang telah diberikan. Sehingga penguasaan konsep
siswa tinggi dan persentase ketuntasan belajar siswa tinggi dan merata.
3
Penguasaan konsep siswa diukur dari tes evaluasi hasil belajar. Soal yang ada
dianalisis jenjang kognitifnya berdasarkan taksonomi Bloom revisi. Pembuatan soal tidak
lepas dari tingkat tujuan pembelajaran yang telah didesain sebelumnya. Setelah dilakukan uji
validitas soal, maka didapatkan formulasi perbandingan soal untuk setiap jenjang yaitu soal
yang menguji tingkat pengetahuan siswa 31,1% (C1), soal yang menguji tingkat pemahaman
siswa 37,8% (C2), soal yang menguji kemampuan dalam penerapan pengetahuan 6,7% (C3),
soal yang menguji tingkat kemapuan analisis siswa 15,6% (C4), soal yang menguji tingkat
kemapuan evaluasi siswa 4,4% (C5), soal yang menguji tingkat kemapuan sintesis siswa 4,4%
(C6). Analisis terhadap setiap indikator jenjang kognitif juga dilakukan untuk melihat sebaran
penguasaan konsep siswa pada setiap jenjang kemampuan berpikir. Informasi mengenai hal
tersebut disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata persentase Setiap Jenjang Kognitif Dapat Dijawab Oleh Siswa
NoJenjang
Koqnitif
Jumlah
Soal
Persentase Siswa Menjawab Benar
Eksperimen Pembanding
1 C1 14 84,56% 85,72%
2 C2 17 83,19% 63,94%
3 C3 3 87,70% 71,63%
4 C4 7 75,86% 55,73%
5 C5 2 91,65% 80,35%
6 C6 2 92,85% 62,50%
Pada Tabel 8 terlihat penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen unggul di semua
jenjang kognitif kecuali pada jenjang C1. Pada jenjang C1 kelas pembanding 1,16% lebih
unggul dibanding kelas eksperimen. Kealas eksperimen jenjang C2 19,25%, C3 16,07%, C4
20,13%, C5 11,3%, C6 30,35% lebih unggul dari kelas pembanding. Dari setiap jenjang
kognitif rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas pembanding. Ini menunjukkan
bahwa dengan menggunakan media animasi dalam proses pembelajaran, siswa akan mudah
menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi, sehingga soal dengan berbagai jenjang yang
diberikan bisa dijawab oleh sebagian besar siswa.
BAB V
3
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar siswa untuk mengukur penguasaan konsep
dengan menggunakan media animasi mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan data
gain sebesar 0,74 yang dikategorikan tinggi, dengan signifikasi perbedaan penguasaan konsep
antar kelompok penelitian adalah 0,005 yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem
sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian, hal yang disarankan oleh peneliti adalah agar sebelum
proses pembelajaran dilakukan, media yang akan digunakan diipersiapkan lebih dulu sehingga
waktu yang digunakan bisa maksimal. Dari hasil penelitin ini disarankan agar ada penelitian
berikutnya tentang media animasi pada materi yang lain.
4
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, S. 2005. Macromedia Flash Profesional 8. Lmpung: Dian Rakyat
Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asra, Darmawan, Reina. 2009. Komputer dan Media Pendidikan si sekolah Dasar. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Bahri, S, Zaid, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinika Cipta.
Danim, S. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Hamalik, O. 2001. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
................... 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, R, Syaodih, S, Nana. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
India, 2010. Penggunaan Animasi dalam Pelajaran Biologi.
http://biosman11.blogspot.com/2010/03/penggunaan-animasi-dalam-
pembelajaran.html. Diakses tanggal 23 Mei 2010.
McClean, P, Jhonson C, Rogers R, Daniels L, Reber J, Slator B M, Terpstra J, White A.
(2005). Molecular and Cellular Biology Animations: Development and Impact on
Student Learning. Departemat of Plant, Departeement of Biological Sciences, School
Education, Departemat of Statistics, Departemat of Computer Science: North Dakota
State University.
Noviari, N. 2009. Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi terhadap Perkrmbangan
Akuntansi. Skripsi. Bali. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
http://eujurnal.unud.ac.id/abstrak/naniek%20noviari(1).pdf. Diakses tanggal 30 Mei
2010.
O’Day, D H. 2006. Animated Cell Biology: A Quick and Easy Method for Making Effective,
High-Quality Teaching Animations. Department of Biology, University of Toronto at
Mississauga, Mississauga, Ontario, Canada L5L 1C6.
Purwanto, N. 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
4
Puspita, G. N. 2008. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembalajaran Biologi.
http://www.scribd.com/doc/35945204/Penggunaan-Multimedia-Interaktif-Reproduksi-Hewan-
untuk-Meningkatkan-Keterampilan-Generik-dan-Berpikir-Kritis-Siswa-SMP
Radita, A. 2010. Kajian Implementasi penggunaan Media Pembelajaran dalam Pembelajaran
Biologi di SMA Kelas XI di Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi. Indralaya: FKIP Universitas
Sriwijaya.
Riduwan. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Pemula. Jakarta: Alphabeta.
Saguni, F. 2006. Prinsip-prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan
Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. Palu: Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/01%20-%20Prinsip-Prinsip%20Kognitif%20Pembelajaran%20Multimedia=Peran%20Modality%20dan%20Contiguity%20Terhadap%20Peningkatan%20Hasil%20Belajar.pdf Diakses tanggal 26 April 2011.
Sahin, Sami (2006). Computer Simulation In Education: Implications for Distance Education. Gazi University: Turkey
Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.Soendari. 2010. Pengaruh Media Animasi Komputer terhadap Hasil Belajar
Sains Anak Tunagrahita Ringan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudjana, N. 1999. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N., Rivai, A. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta Grafindo.
Wiryokusumo, I. 2002. “Inovasi Pendidikan Sebagai Usaha Menciptakan Manusia Belajar”.
Makalah Seminar Pendidikan HMJ TEP Universitas Negeri Malang.
4
4
Daftar nilai tiap pertemuan
Angket
Silabus
Rpp
Soal
Kunci
Deskripsi data / perhitungan
Surat usul judul
Sk pembimbing
Surat izin diknas
Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolah
Surat keterangan bebas peminjaman alat
4
top related