makalah hasil penelitian
Post on 27-Dec-2015
97 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH HASIL PENELITIAN
NASKAH-NASKAH TAUHID DI INDONESIA BAGIAN BARAT(SUMATERA BARAT)
Oleh: Syarif
A. Pendahuluan
Naskah (manuskrip) merupakan kekayaan peninggalan tertulis
yang memuat berbagai informasi mengenai kehidupan masyarakat
masa silam, naskah juga memberikan gambaran mengenai kehidupan
intelektual dan spiritual mereka. Menurut Baried, naskah adalah hasil
tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan
perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.1
Naskah-naskah kuno yang menjadi salah satu sumber yang dapat memberikan
informasi kepada kita tentang perkembangan teknologi, dan sejarah masa lalu itu sejauh
ini masih "terbengkalai" keberadaannya. Hanya segelintir orang saja yang memberikan
perhatian khususnya para filolog dan pustakawan. Padahal pada setiap naskah
terkandung makna dan dimensi yang sangat luas karena merupakan produk dari sebuah
tradisi panjang yang melibatkan berbagai sikap budaya masyarakat dalam periode
tertentu.
Sampai saat ini penelitian naskah di Indonesia lebih mementingkan telaah teks,
Persoalan yang berkaitan dengan pengkoleksian dan pemeliharaan naskah diabaikan.
Padahal, menurut Robson sumber naskah hanya dapat diacu apabila sumber itu telah
dilestarikan. Dengan kata lain penelitian tentang naskah-naskah baru dapat dilakukan
apabila kondisi naskah baik fisik maupun tulisan tidak mengalami kerusakan. Naskah-
naskah yang masih tersebar di kalangan masyarakat perlu diselamatkan dengan cara
mengumpulkannya pada suatu tempat atau lembaga resmi negara. Bagaimanapun juga
naskah-naskah kuno merupakan kekayaan budaya bangsa yang sangat penting artinya
bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, serta kebudayaan
sehingga perlu dilestarikan untuk pemupukan jati diri bangsa.
1 Siti Baroroh Baried, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas, Seksi Filologi, Fakultas sastra, Universitas Gadjah Mada, 1994), 54.
1
Oleh karena itu, pengumpulan dan pengoleksian naskah-naskah yang masih
tersebar di Indonesia bagian Barat khususnya Sumatera Barat sebagaimana yang
dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta selanjutnya di baca Balai
Litbang Agama Jakarta sangat tepat. Pengkatalogisasian menunjukkan bahwa Balai
Litbang Agama Jakarta, khususnya pada bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan telah
menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mengumpulkan (dalam bentuk digital) dan
merawat benda-benda yang bernilai budaya untuk selanjutnya menyajikan dan
mempublikasikan koleksi itu kepada khalayak ramai dalam bentuk penerbitan
(katalogus). Selain itu, naskah-naskah tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pembuktian sejarah dan budaya serta sebagai media edukatif kultural.
Atas dasar pemikiran di atas, penelitian ini menjadikan koleksi dan konservasi
naskah-naskah di Sumatera Barat yang terkenal dengan etnis Minangkabau sebagai
topik kajiannya. Di daerah Minangkabau ini, banyak tersimpan naskah-naskah kuno
baik yang berasal dari Sumatera Barat mau pun daerah lainnya. Setidaknya ada sekitar
50 naskah khusus Tauhid yang telah di inventarisai yang berhasil di data dari berbagai
daerah di Sumatera Barat.
Untuk itu ada 2 (dua) persoalan yang dapat dijadikan sebagai pokok kajian
yakni: pertama Bagaimana kondisi fisik naskah-naskah Tauhid yang ada di Sumatera
Barat ? Kedua, bagaimana deskripsi dari naskah-naskah Tauhid tersebut ? Selain itu
untuk mengantar pada pokok persoalan penelitian ini juga akan memberikan gambaran
sekilas tentang keberadaan naskah di Sumatera Barat.
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan terutama untuk
memberikan informasi tentang keberadaan naskah-naskah kuno yang ada di Sumatera
Barat agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana mendeskripsikan naskah-naskah Tauhid
baik itu sampul/cover ukuran naskah, ukuran teks cap air, penulis/pengarang dan
sebagainya.
Pada mulanya dalam penelitian ini, peneliti juga akan melakukan penelitian
kodikologi untuk melihat segala segi material naskah seperti hal-hal yang menyangkut
huruf, alas atau bahan yang digunakan. ilmuniasi, ilustrasi, penyalinan, penyalin, tempat
2
penyimpanan, dan sebagainya. Penelitian kodikologi yang dilakukan penulis juga
banyak memberikan gambaran tentang keberadaan naskah baik fisik maupun isinya.
B. HASIL TEMUAN LAPANGAN
a. Tempat penyimpanan naskah-naskah Tauhid
Jika dibaca beberapa laporan penelitian para filolog2 tentang dunia pernaskahan
di Sumatra Barat (Minangkabau), maka kita agak dibuat tercenang. Ternyata, dalam
kebudayaan yang sangat kental diwarnai tradisi lisan, banyak ditemukan peninggalan
tertulis berupa naskah. Pada saat ini, naskah-naskah tersebut ada yang dikoleksi di
lembaga formal,3 juga banyak naskah –dan sebagian besar—ditemukan dan disimpan di
surau-surau yang tersebar di Sumatra Barat serta tidak sedikit juga berada di tangan
perseorangan. Di samping itu, ada juga naskah-naskah yang dikoleksi di rumah gadang-
rumah gadang bekas kerajaan-kerajaan Minangkabau.
Dari tempat-tempat terdapatnya naskah-naskah itu, surau merupakan tempat
terdapatnya naskah Melayu-Minangkabau yang penting untuk dijelaskan. Di surau-
surau-lah ratusan naskah dapat ditemukan. Surau merupakan skriptorium Minangkabau
yang mempunyai peran penting dalam memproduksi naskah-naskah Melayu-
Minangkabau. Dari surau juga dapat dilacak sejarah intelektual keislaman lokal
Minangkabau.
2 Para filolog yang banyak meneliti naskah-naskah Melayu-Minangkabau seperti Oman Fathurahman yang meneliti naskah-naskah tarekat Syattariyah di Minangkabau untuk disertasinya yang berjudul “Tarekat Syattariyah di Dunia Melayu-Indonesia: Kajian atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-Naskah di Sumatera Barat” (Depok : Pascasarjana UI, 2003); Tim Peneliti dari Kelompok Kajian Puitika, Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang, yang diketuai oleh M.Yusuf, yang telah berhasil menyusun Katalogus Manuskrip dan Skriptorium Minangkabau (Tokyo : The 21th Century Centre of Excellence Programme, “The Centre for Documentation & Area Transcultural Studies” Tokyo University of Foreign Studies, 2006) yang didanai oleh The Centre for Documentation & Area-Transcultural Studies (C-DATS), Tokyo University of Foreign Studies, Jepang; Pramono dalam beberapa penelitian naskah-naskah tarekat yang ada di surau-surau di Padang dan Padang Pariaman; Zuriati yang banyak meneliti naskah-naskah undang-undang Minangkabau; dan Yusri Akhimuddin yang telah melakukan pemetaan 50-an naskah-naskah di Padang Pariaman.
3 Beberapa tempat (lembaga) formal di Sumatera Barat yang memiliki koleksi naskah seperti di Museum Adityawarman Padang, Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang, miniatur Rumah Gadang di Kebun Binatang Bukittinggi, Kantor Arsip Kota Padang, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional Padang, Badan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dan Perpustakaan Fakultas Sastra, Unversitas Andalas Padang.
3
Surau merupakan lembaga pribumi yang telah menjadi pusat pengajaran Islam
yang menonjol. Surau juga merupakan titik tolak Islamisasi di Minangkabau. Sebagai
pusat tarekat, surau juga menjadi benteng pertahanan Minangkabau terhadap
berkembangnya dominasi kekuatan Belanda (Azra, 2003:34). Selain itu, sebagai pusat
tarekat, surau juga menjadi tempat untuk konsentrasi gerakan bagi masing-masing
golongan yang sedang berpolemik tentang paham keislaman yang terjadi di
Minangkabau pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
Dalam fungsinya yang terakhir di atas, pada waktu itu surau menjadi institusi
penting dalam proses transmisi berbagai pengetahuan Islam. Di surau itulah para ulama
dari masing-masing kubu membangun jaringan guru-murid sehingga tercipta saling-
silang hubungan keilmuan yang sangat kompleks. Seiring dengan persebaran paham
keagamaan Islam di surau-surau tersebut, tradisi penulisan dan penyalinan naskah pun
tumbuh dengan subur. Para syaikh, ulama, buya, dan ungku4 yang mengajar di suatu
surau, menyalin dan menulis naskah.
Naskah-naskah yang disalin dan ditulis tersebut dimaksudkan untuk
menyebarkan pengajian dan mendebat ataupun mengkritik pendapat orang lain atau
golongan yang berbeda paham keislamannya, serta untuk mengkritik keadaan sosial.
Hal ini memberikan gambaran bahwa surau bukan sekedar tempat belajar membaca
Alquran atau belajar adab, melainkan surau juga merupakan tempat yang digunakan
sebagai pusat kecendekiaan, center for excelent (Suryadi, 2000; lihat juga Azra, 2003
dan Pramono, 2005).
b. Jumlah naskah Tauhid yang ditemukan
Naskah Tauhid yang ditemukan di wilayah Sumatera Barat berjumlah 50 (lima
puluh) naskah yang tersebar di beberapa kabupaten antara lain: Kab. Padang Pariaman
berjumlah 10 (sepuluh) naskah, Kab. Pasaman Barat berjumlah 12 (dua belas) naskah,
4 Buya merupakan sebutan bagi seseorang yang menguasai ilmu agama dalam jamaah tarekat Syattariyah di Sumatera Barat. Pengetahuan agama seorang ungku tidak hanya dalam satu bidang ilmu saja, tetapi hampir menguasai seluruh cabang ilmu agama seperti, ilmu kitab, tasawuf, sejarah, fiqih, tafsir dan sebagainya. Seorang ungku mempunyai surau tersendiri untuk mengajarkan ilmunya dan memberikan “ijazah” kepada murid-murid yang dianggap telah lulus dan telah memahami pelajaran yang diberikannya.
4
Kab. Agam terdapat 5 (lima) naskah, Kab. Pasaman Timur terdapat 4 (empat) naskah,
Kab. Batu Sangkar ada 5 (lima) naskah, Kab. Solok Selatan terdapat 5 (lima) naskah,
Kab. Payakumbuh berjumlah 5 (lima) naskah, Kab. Limapuluh Kota terdapat 1 (satu)
naskah, dan terakhir Kota Padang terdapat 2 (dua) naskah. Jadi jumlah naskah Tauhid di
Sumatera Barat berjumlah 52 (lima puluh dua) akan tetapi ada 1 naskah yang terdapat 2
teks tauhid jadi hanya terhitung 50 (lima puluh) naskah yang kami temukan.
c. Deskripsi naskah-naskah Tauhid
[Naskah Tauhid]
Th.01/11/SBT/BLAJ/2013 Arab-melayu Prosa 181 hlm
Kertas Eropa 23 x 34 cm - 17 baris/hlm
PenulisanInformasi tentang judul teks, penulis, penyalin, tempat
penulisan hingga tahun penulisan naskah tidak ditemukan di dalam teks. Naskah ini koleksi Surau Bintuangan Tinggi Kabupaten Padang Pariaman. Sementara arsip naskah dalam bentuk digital disimpan oleh Taufiq Hidayat aktifis dan penggiat kajian naskah kuno IAIN Imam Bonjol Padang.
Gambaran IsiIsi naskah membicarakan tentang tauhid. Pembicaraannya
dimulai dengan hakikat pujian kepada Allah, hakikat perbuatan Tuhan
5
dan perbuatan manusia, pembagian hukum akal, sifat yang wajib bagi Allah, hakikat sifat berdiri-Nya Tuhan dengan diri-Nya, sifat salabi dan ijabi Tuhan, hakikat kalamullah, dalil-dalil naqli dan aqli tentang sifat-sifat Tuhan dan seterusnya.
Kutipan awal: wa man q±la bi anna af’±la al-’ib±di kullih± bi taqd³rill±hi wa qudratihi wa ir±datihi wa laysa lahum f³h± ikhtiy±run wa l± kasabun fahuwa jabariyyun mubtadi’un «±llun li annahu abṫ�ala al-syar±’i’ wa al-rusul wa al-kutub wa al-wa¥yi.
Kutipan akhir: membawa jalan yang zikir dan jalan muraqabah dan jalan tawajjuh dan jalan musy±hadah supaya jadi baligh pada mencari segala wali Allah itu adapun isyarat zikir bahwa disebut dengan lidah.
Keterangan Kondisi naskah secara umum masih utuh dan cukup baik dan
dalam keadaan masih utuh. Terdapat beberapa bagian halaman naskah yang teksnya agak kabur dan beberapa halaman depan dan belakang diduga hilang karena sudah terlepas sebelum dijilid. Beberapa bagian dalam naskah juga ditemukan kertasnya sudah bolong dan rapuh karena dimakan rayap dan juga dimakan usia. Namun demikian, tulisannya secara umum masih jelas terbaca. Teks ditulis dengan tinta hitam dan memiliki rubrikasi pada beberapa bagian halaman. Jilidannya masih bagus dan utuh dan naskah disampul dengan kulit berwarna coklat.
Naskah Tauhid
Th.07/03/SM/BLAJ/2013 Melayu-Arab Prosa 225 hlm
6
Kertas Eropa 20x32 cm - 9 baris/hlm
PenulisanInformasi tentang penulis naskah, tahun penulisan hingga
tempat penulisan tidak diketahui di dalam teks. Naskah ini koleksi Surau Matur terletak di kabupaten Agam. Sementara arsip naskah dalam bentuk digital disimpan oleh Pramono aktifis dan penggiat kajian naskah kuno Universitas Andalas Padang.
Gambaran IsiIsi naskah tentang tauhid, pembicaraannya meliputi rukun iman
meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan qadhar. Teks juga membahas tentang syarat-syarat iman, yang membinasakan atau merusak iman serta syahadat dan segala hal yang terakit dengannya, dan bagian terakhir tentang sifat dua puluh.
Kutipan awal: bermula yang jadi rasul tiga ratus orang tiga belas orang dan yang keturun kitab dalapan orang dan yaitu Adam, Syis, Idris, Ibrahim, Musa, Isa, Daud, dan Muhammad.
Kutipan akhir: maka sifat yang dua puluh terhimpun kepada sifat yang tujuh maka sifat yang tujuh terhimpun pada sifat yaitu hayat, ilmu, kudrat, iradat, maka sifat yang empat itu terhimpun kepada hayat.
Keterangan Kondisi naskah secara umum masih utuh dan cukup baik,
walaupun pada beberapa halaman awal dan akhir sudah hilang dan juga terdapat kerusakan karena telah dimakan usia. Bagian dalam teks sebagian juga sudah mulai agak kabur, karena tintanya sudah mulai melebar. Namun, tulisannya secara umum masih jelas terbaca kecuali memang teks yang sebagiannya sudah hilang. Teks ditulis dengan tinta hitam dan memiliki rubrikasi pada beberapa bagian halaman. Jilidannya masih bagus dan utuh. Naskah tidak lagi memiliki sampul.
[Naskah Aqidah]
Th.14/10/SS/BLAJ/2013 Arab-Melayu Prosa 24 hlm
Kertas Lokal 14x 21 cm - 14 baris/hlm
7
Pengarang
Datuk Mali Puti Alam
Penulisan
Tidak ditemukan dalam teks judul naskah secara jelas. Sementara informasi tentang tahun dan tempat penulisan naskah tidak ditemukan di dalam teks. Naskah ini terdapat di Surau Suluk yang beralamat di Nagari Katinggian Harau Payakumbuh. Sementara arsip naskah dalam bentuk digital disimpan oleh Pramono aktifis dan penggiat kajian naskah kuno Universitas Andalas Padang.
Gambaran IsiIsi naskah tentang tauhid, terutama tentang sifat dua puluh.
Pembahasannya dimulai dengan menguraikan tentang syahadat dan pembagiannya, sifat-sifat Allah, pembagian sifat yang dua puluh, rukun agama, akidah iman kepada Allah, akidah iman kepada malaikat, akidah iman kepada kitab-kitab Allah, akidah iman kepada rasul-rasul Allah, aqidah iman kepada hari akhirat, akidah iman kepada qadha dan qadar. Pada bagian akhir teks dituliskan tentang do’a-do’a dalam bentuk nazam.
Kutipan awal: bismill±hirrahm±nirrah³m, bermula syahadat itu dibagi dua macam, mano nan dua, pertama syahadat tauhid nan kedua syahadat rasul, ba’a nan syahadat tauhid tahu di tauhid nan empat, ma nyo nan ampat, partamo tauhid zat, dan kaduo tauhid sifat, nan katigo tauhid fi’il, dan kaampat tauhid nama.
Kutipan akhir: ±m³n, ±m³n y± rabb al-‘±lam³n, ±m³n, ±m³n y± muj³b al-s±’il³n, wa ¡allall±hu ‘al± sayyidin± Mu¥ammadin wa ‘al± ±lihi wa ¡a¥bihi ajma’³n wal¥amdulill±hi rabb al-‘±lam³n.
Keterangan Kondisi naskah secara umum masih utuh dan cukup baik. Jilidan
masih rapi dan belum ada teks yang hilang. Tulisannya secara umum masih jelas terbaca sekalipun agak sulit karena hurufnya yang kecil. Teks ditulis dengan tinta hitam dengan dibingkai garis hitam di pinggir teks. Jilidannya masih bagus dan utuh. Naskah memiliki sampul kulit berwarna biru.
[Naskah Tauhid]
Th.15/1/MM/BLAJ/2013 Arab-Melayu Prosa 64 hlm
Kertas Lokal 21x16 cm - 15 baris/hlm
8
Pengarang
Khalifah Syaikh Ya’qûb (w. 1985)
Penulisan
Tidak terdapat judul naskah karena memang tidak terdapat kolofonnya. Informasi penulis ditemukan pada cover. Naskah ini berasal dan ditulis di Madrasah Mujâhadah Taram Batu Bajarang, nagari Pauh Duo, Solok Selatan sebuah surau tarekat Naqsyabandiyah di Solok Selatan.
Gambaran IsiNaskah ini membicarakan tentang hakikat ilmu, tafakkur,
penciptaan alam semesta, rukun Islam, syarat Islam, hal-hal yang membinasakan Islam, rukun syahadat, syarat syahadat, hal-hal yang membatalkan syahadat, syarat membaca syahadat, faedah syahadat, hikmah huruf syahadat, rukun sembahyang, syarat sembahyang, hakikat sembahyang, tiang sembahyang, hakikat yang dipersembahyangkan, rukun kita menyembah, isi sembahan, Yang disembah, sembahyang itu berzahir dan berbatin, batin sembahyang, rupa batin sembahyang, bermula sembahyang hakikat, rukun iman, syarat iman, nur iman, kesempurnaan iman dan sifat dua puluh dengan rinciaannya.
Kutipan Awal: Bismillāhirra¥mānirraḥîm, berkato Nabi ¡allallāhu ’alaihi wa sallam, man ’arafa nafsahu fa qad ’arafa rabbahu, barangsiapa mengenal akan dirinya sanggup mengenal akan Tuhannya.
Kutipan Akhir: ketiga ‘Ālim artinya Yang Mengetahui Allah ta’ala, keempat Hayyun artinya Yang Hidup Allah ta’āla, kelima Wahdaniyah artinya Esa Allah ta’alā.
Keterangan Kondisi naskah secara umum masih baik, walaupun pada
beberapa bagian ditemukan sebagian berlobang sehingga tulisannya hilang. Jilidannya masih bagus dan utuh. Sampul cover berwarna coklat dengan kertas karton dan disampul kulit pada bagian luar.
Kitab Sifat Dua Puluh
Th.27/11/SJK/BLAJ/2013 Arab – Melayu Prosa 35 hlm
Kertas Eropa 15,2 x 20,5 cm - 30 baris/hlm
Pengarang
Muhammad Ridhwan Dt. Tanbijo
9
Gambaran Isi
Sebagaimana judul, naskah ini berisi tentang uraian lengkap mengenai ilmu tauhid dengan penekanan kepada sifat-sifat yang wajib bagi Allah. Pada awal pembahasan ditegaskan bahwa belajar ilmu tauhid serta memahaminya merupakan kewajiban syara’ atas tiap-tiap muslim yang mukallaf. Setelah itu, sebagai landasan pengetahuan tauhid, pengarang mendasari pembaca dengan menyebutkan hukum-hukum yang berhubungan dengan syara’, akal dan adat. Dengan mengetahui 3 jenis hukum serta klasifikasi masing-masing, seorang muslim akan menemui kemapanan dalam prinsip-prinsip akidah yang dianutnya.
Setelah itu pengarang mulai masuk kepada inti pembahasan yaitu menjelaskan sifat-sifat yang wajib bagi Allah, sebagaimana lebih populer dengan sebutan sifat dua puluh. Pemaparan dari pengarang disertai dengan raqam (skema) pemabagian sifat dua puluh, sehingga lebih memudahkan pembaca. Koleksi Surau Jembatan Kuniang, Sungai Pagu.
Kutipan awal : Bismillāh al-Ra¥mān al-Ra¥³m. Al-¥amdulill±h alladzi khalaqa al-khalaqa alladzi dalla ‘ala wujudihi wa wahdaniyyatihi dzatan wa ¡ifatan wa af’alan. Sebermula puji-pujian bagi Allah Tuhan yang menjadikan akan makhluk yang menunjukkan atas adanya dan esanya pada zat dan sifat dan perbuatan. Wa yajibu ‘alā kulli mukallafin syar’an an yu’rifa fi haqqi maulana Jalla wa ‘Azza wa ma istahala wa ma yajuzu. Dan wajib atas tiap-tiap mukallaf yakni yang baligh berakal bahwa mengenal ia pada haq Tuhan kita Jalla wa ‘Azza dan barang yang mustahil dan barang yang harus...
Kutipan akhir : (teks tidak selesai dikerjakan penulis)
Keterangan
Naskah dalam kondisi yang baik, kendati pada beberapa bagian teks terdapat bekas lembab sehingga tulisannya mengembang, namun hal itu tidak sampai mengganggu pembahasan. Tulisan yang digunakan tergolong naskhi yang cukup rapi dan dapat dibaca dengan jelas. Jenis tinta ialah biru, tanpa rubrikasi.
Kitab Penjelasan kalimah Lá Il± ha Illá All±h
Th.30/14/SMT/BLAJ/2013 Arab – Melayu Prosa 25 hlm
Kertas Eropa 12,5 x 7,3 cm 10,2 x 6,2 17 baris/hlm
Pengarang[Syekh Nuruddin al-Khalidi Naqsyabandi Rao]
Gambaran Isi
10
Meskipun pada mukaddimah naskah ini disebutkan berisi tentang kaifiyyat zikir Lá Il± ha illá Allāh, namun secara umum naskah ini membahas tentang makna dari kalimat tauhid Lá Il± ha illá Allāh. Pada bagian akhir, sebelum kolofon, pengarang menekankan pentingnya memahami kalimat tauhid ini, dengan menyatakan: “Tiada sah Islam seseorang dan tiada diterima oleh Allah Ta’ala akan iman seseorang melainkan dengan kalimat Lá Il± ha illá Allāh dan Mu¥ammad al-Ra¡ulull±h.
Kutipan awal : Bismillāh al-Ra¥m±n al-Ra¥³m. Al-¥amdulill±hi Rabbil ‘±lamin, wa ¡allall±hu ‘alā sayyidina Mu¥ammadin wa ‘alā alihi wa ¡ahbihi ajma’in wa ba’dahu. Adapun kemudian daripada itu maka inilah suatu risalah pada menyatakan kaifiyyat zikir Lá Il± ha illá Allāh dan menyatakan maknanya dan kaifiyyatnya, tertentu nafi dan isbatnya...
Kutipan akhir : Muharrar fi al-£amaniyyah syahr Jumadil al-Ula yaumal Isnain fi sanah ghasyiyyah bil hijriyyah man lahu afdhal al-shalat wa al-azkiyyah.
Keterangan
Fisik naskah dalam kondisi baik, meski beberapa tepi naskah dimakan rayap, namun tidak sampai mengganggu teks. Naskah ditulis dengan khat yang tergolong riq’ah yang cukup rapi. Warna tinta yaitu hitam tanpa rubrikasi. Koleksi Surau Mudiak Tampang, Rao.
Risalat Lubuak Ipuah
Th.31/15/SMT/BLAJ/2013 Arab – Melayu Prosa 64 hlm
Kertas lokal 16 x 21 cm 12,5 x 17,4 cm 13 baris/hlm
Pengarang/ penyalin:Syekh Abdurrahman Lubuak Ipuah.
Gambaran IsiSecara umum naskah ini merupakan catatan berbagai disiplin keilmuan yang
terpisah-pisah. Teks awal mengenai tata cara beribadah, yang terdiri dari lafaz niat bersuci hingga shalat. Teks kedua ialah mengenai ilmu tauhid yang berkisar tentang sifat dua puluh.
Teks sifat dua puluh dalam naskah ini disajikan dengan cukup menarik, karena dihubungkan dengan konsep tasawuf. Pembahasan Tasawuf yang disebutkan berkaitan dengan konsep Nur Muhammad, kemudian hubungan sifat Dua Puluh, terutama sifat Maknawiyyah terhadap tubuh manusia. Pada awal risalah ini terdapat sebuah ilustrasi yang disebut ‘terompah Nabi Muhammad’, yang berbentuk segi tiga dengan tulisan ayat-ayat, diantaranya bertuliskan khatamun Nubuwwah. Menurut penjelasannya pencantuman khatamun Nubuwwah ini mempunyai faedah yang besar.
Kutipan awal : (terdiri dari lafaz-lafaz niat bersuci). Kutipan akhir : (terdiri dari ta’bir gempa).
Keterangan11
Naskah dalam kondisi baik. Teks menggunkan tinta berwarna biru dengan rubrikasi. Teks ditulis dengan khat naskhi yang cukup rapi, sehingga dapat dibaca dengan baik. Menurut keterangan Abdur Rasyid Tuanku Kali, naskah ini merupakan hasil permusyawaratan antara alim ulama dengan pemangku adat di Lubuak Ipuah. Koleksi Surau Buya Mansuruddin Tuanku Bagindo Lubuak Ipuah.
D. PENUTUPa. Kesimpulan
Dalam upaya melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya berbentuk
manuskrip (naskah) keagamaan kepada masyarakat Sumatera Barat, Balai Litbang
Agama Jakarta khusus bidang Lektwur dan Khazanah Keagamaan telah melakukan
langkah-langkah yang sangat berarti yakni mengumpulkan atau mengkoleksi puluhan
naskah-naskah kuno. Khusus pada tahun 2013 ini naskah bidang Tauhid berhasil
diinventarisir tidak hanya yang berasal dari Padang tetapi juga dari daerah Sumatera
Barat lainnya.
Pengkoleksian (dalam bentuk digital) ini tidak hanya sekedar menjalankan tugas
dan fungsinya dalam melestarikan dan memanfaatkan warisan budaya nasional untuk
kepentingan bangsa dan negara, tetapi juga menunjukkan bahwa lembaga ini telah
berperan aktif dalam mengembangkan ilmu Filologi. Hal terakhir yang diungkapkan ini
didasarkan banyaknya tema-tema yang terkandung dalam naskah-naskah yang didapat
di Sumatera Barat.
Akan tetapi sangat disayangkan kurangnya perhatian terhadap keselamatan
naskah-naskah tersebut (Tauhid) yang berjumlah 50 (lima puluh) naskah. Lebih dari
separuh benda-benda cagar budaya itu mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi selain
oleh faktor alam atau lingkungan juga dimungkinkan oleh ketiadaan tenaga yang
mengerti tentang perawatan naskah. Sebagian masyarakat Sumatera Barat belum pernah
ada yang diberi pelatihan atau didikan khusus mengenai perawatan naskah. Akibatnya
perawatan naskah masih memakai cara-cara tradisional.
Naskah tauhid yang di dapat di Sumatera Barat kebanyakan berasal dari surau-
surau yang berada dibeberapa kabupaten. Seperti: Kab. Padang Pariaman, Pasaman
Barat, Agam, Pasaman Timur, Batu Sangkar, Solok Selatan, Payakumbuh, Lima puluh
kota, dan Padang.
12
b. Saran-Saran/Rekomendasi
Sebagai kata akhir dari laporan penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan
beberapa saran/rekomendasi :
Penelitian ini merupakan penelitian awal (data base) sehingga masih banyak sisi
yang belum terungkap, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan agar dapat
memberikan gambaran mengenai keberadaan naskah-naskah pada masyarakat di
Sumatera Barat secara lebih komprehensif. Sehingga dapat dimunculkan solusi-solusi
cerdas untuk mengatasi segala persoalan yang menyangkut kondisi naskah-naskah
tersebut terutama sekali unluk mengatasi kerusakan pada naskah-naskah tersebut.
Perlu diberikan pendidikan atau pelatihan khusus mengenai konservasi naskah
pada sebahagian masyarakat Sumatera Barat. Dan sudah saatnya pemerintah terkait ikut
andil dalam penyelamatan dan perawatan naskah-naskah klasik keagamaan yang masih
banyak tersebar di daerah Sumatera Barat.
Pemerintah terkait perlu melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada anggota
masyarakat yang memiliki naskah-naskah kuno tentang arti penting menjaga
keselamatan benda purbakala itu dengan tujuan agar masyarakat tersebut mau
mewakafkan naskah-naskah miliknya kepada Museum atau lembaga resmi lainnya yang
dipandang mampu. Hal ini juga untuk memberantas praktek terselubung jual beli benda-
benda purbakala.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, dkk., Siti Baroroh. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi Universitas Gadjah Mada, 1994.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1993.
Chambert-Loir, Henri dan Oman Fathurahman, Khazanah Naskah; Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: École française d’Extrême-Orient dan Yayasan Obor Indonesia, 1999.
13
Djamaris, Edward. Metide Penelitian Filologi. Jakarta: CV. Manasco, 2002.
Fathurahman, Oman. Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee, Aceh Besar. Jakarta: Komunitas Bambu, TUFS, Manassa, PPIM, PKPM, Dayah Tanoh Abee, 2010.
Glasse, Cyril., terj. Ghufron A. Mas’adi. Ensiklopedi Islam (Ringkas). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Haryani, Miche. Kritik dan Edisi Teks Naskah Surambi Alam Sungai Pagu, Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang, 2008.
Mulyadi, Sri Wulan Rujiati. Kodikologi Melayu di Indonesia, lembar sastra edisi khusus no. 24. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994.
Nasaruddin, Filologi dan Manuskrip; Menelusuri Jejak Warisan Islam Nusantara. Surabaya: LP2FA Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008.
Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Grimukti, 1998.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Tjandrasasmita, Uka. Kajian Naskah-Naskah Klasik dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006.
Pudjiastuti, Titik. Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia, 2006.
14
top related