makalah bahasa indonesia - wacana
Post on 29-Dec-2015
301 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
A. Latar Belakang
Dapat dipahami bahwa sebuah wacana melebihi sebuah kalimat.
Hal ini sesuai dengan pengertian bahasa secara sederhana, yakni “alat
komunikasi”. Sebagai alat komunikasi, bahasa tentunya tidak diucapkan
satu kalimat, tetapi penyampaian gagasan, pikiran, perasaan tersebut dapat
berupa kalimat berangkai. Selain itu, analisis terhadap wacana
dimaksudkan untuk menginterpretasi makna sebuah ujaran dengan
memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran.
Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografi. Konteks
linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang
mengikuti sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor
etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat
pemakai bahasa. Inilah yang dimaksudkan dengan wacana dari definisi di
atas.
B. Masalah dan Batasan Masalah
1.1. Masalah
Berdasarkan apa yang di uraikan pada latar belakang, ada
beberapa masalah yang timbul, terkait dengan pembahasan kami
mengenai “ Wacana “ yaitu:
a) Syarat apa sajakah yang diperlukan dalam pembentukan
wacana ?
b) Apa yang di maksud dengan wacana ?
c) Ada berapakah jenis wacana ?
1
1.2. Batasan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah yang timbul dalam makalah ini,
kami hanya membahas beberapa masalah yaitu:
a) Syarat apa sajakah yang diperlukan dalam pembentukan wacana ?
b) Apa yang di maksud dengan wacana ?
c) Ada berapakah jenis wacana ?
1.2 Tujuan
Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja syarat-syarat yang diperlukan
dalam pembentukan wacana.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang disebut dengan wacana.
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis wacana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Wacana
a. Alwi et.al.
Alwi et.al (2000:41) menyatakan wacana adalah rentetan kalimat
yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-
kalimat itu.
b. Aminuddin
Menurut Aminuddin sebagaimana dikutip oleh Sumarlan (2003:9-
10) wacana adalah keseluruhan unsur-unsur yang membangun perwujudan
paparan bahasa dalam peristiwa komunikasi.
c. Harimurti Kridalaksana
Kridalaksana (2001:231) mendefinisikan wacana adalah satuan
bahasa terlengkap, dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar.
d. Samsuri
Menurut Samsuri (1988:1) wacana adalah rekaman kebahasaan
yang utuh tentang peristiwa komunikasi.
e. Jusuf Syarif Badudu
Menurut JS Badudu sebagaimana dikutip oleh Eriyanto (2001:2)
wacana adalah :
3
a. Rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan propinsi
yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan,
sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-
kalimat itu.
b. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat
atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang
berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan atau tertulis.
f. Alex Sobur
Sobur (2001:11) menyatakan wacana adalah rangkaian ujar dan
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang
disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan yang koheren,
dibentuk oleh unsur segmental dan supersegmental.
g. Michael Stubbs
Stubbs (1993:4) menyatakan wacana dibentuk dari satuan bahasa
di atas kalimat atau klausa, baik lisan maupun tulis, dengan menggunakan
konteks sosial untuk sampai pada pemahaman makna wacana.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar bahasa tentang definisi
wacana sebagaimana telah diuraikan, dapat disimpulkan wacana adalah
satuan bahasa bahasa yang terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti
cerita pendek, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang berdasarkan
bentuknya (struktur lahirnya) bersifat kohesi (saling terkait), dan
berdasarkan maknanya (struktur batinnya) bersifat koheren (terpadu), yang
memiliki fungsi untuk mengungkapkan satu topik.
4
2. Persyaratan Wacana
Syarat terbentuknya wacana mencakup 3 hal, yaitu :
a. Topik
Topik merupakan persyaratan pertama. Topik adalah pokok
pembicaraan (dalam bentuk lisan) atau pokok karangan (dalam bentuk
tulisan).
b. Tuturan Pengungkap Topik
Persyaratan kedua adalah tuturan pengungkap topik beserta
jabaran-jabaran topik yang bersangkutan. Wujud kongkret tuturan itu
adalah kalimat, atau untaian kalimat yang membentuk teks.
c. Kohesi dan Koherensi
Kohesi merupakan hubungan formal (hubungan yang tampak pada
bentuk). Adapun penanda kohesi mencakup :
Referensi (hubungan antara referen dan lambang, bentuk bahasa,
yang dipakai untuk mewakilinya),
Elips (peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa),
Konjungsi (partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat
dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Preposisi seperti
di, dan dari; konjungsi seperti dan, dan atau),
Subsitusi (proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur
lain dalam satuan yang lebih besar untuk memproleh unsur-
unsur pembda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu),
Leksikal (berkaitan dengan kata, leksikon, dan leksem ; bukan
dengan gramatikal)
5
Adapun koherensi merupakan hubungan semantik antarkalimat
atau antarbagian wacana, yakni hubungan yang serasi antara proposisi satu
dan yang alain, atau antara makna satu dan makna yang lain.
3. Jenis-jenis Wacana
Adapun jenis-jenis wacana dapat diklasifiksikan berdasarkan :
a. Wacana berdasarkan bahasa yang digunakan
Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk
mengungkapkan wacana, wacana dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Wacana bahasa nasional (Indonesia) adalah wacana yang
diungkapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
sarananya.
2) Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa) adalah wacana
yang diungkapkan dengan menggunakan sarana bahasa Jawa.
3) Wacana bahasa Inggris adalah wacana yang diungkapkan
dengan menggunakan sarana bahasa Inggris.
4) Wacana bahasa lainnya, seperti Belanda, Jerman, Perancis, dan
Jepang.
b. Wacana berdasarkan media yang digunakan
Wacana menurut media yang digunakan sebagai sarana untuk
mengungkapkan wacana, wacana dapat dibesarkan menjadi :
1) Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa
tulis atau melalui media tulis.
2) Wacana lisan adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa
lisan atau media lisan.
Jenis wacana berdasarkan media jika dihubungkan dengan jenis
wacana berdasarkan bahasa yang digunakan, maka diperoleh jenis wacana
6
bahasa Indonesia tulis ragam baku (misalnya wacana surat menyurat
resmi), wacan bahasa Indonesia tulis ragam tak baku (misalnya surat-surat
pribadi), wacana bahasa Indonesia lisan ragam baku (seperti pidato
kenegaraan), dan wacana bahasa Indonesia lisan ragam tak baku (seperti
obrolan santai, wacana ketoprak humor).
c. Wacana berdasarkan sifat atau jenis pemakainya
Berdasarkan sifat atau jenis pemakainya, wacana dapat dibedakan
menjadi :
1) Wacana monolog (monologue discourse) adalah wacana yang
disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain
untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Wacana monolog
bersifat searah.
2) Wacana dialog (dialogue discourse) adalah percakapan yang
dilakukan oleh dua orang secara langsung. Wacana dialog
bersifat dua arah.
3) Wacana polilog adalah pembicaraan atau percakapan yang
melibatkan partisipan pembicaraan lebih dari dua orang
penutur.
d. Wacana berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam
bentuk prosa (dalam bahasa Jawa disebut gancaran).
2) Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk
puisi (dalam bahasa Jawa disebut geguritan).
3) Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam
bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis
maupun wacana tulisan.
e. Wacana berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya
7
Wacana berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya
diklasifikasikan menjadi :
1) Wacana Narasi
Narasi berasal dari kata bahasa Inggris narration yang berarti cerita
dan narrative (yang menceritakan). Wacana narasi yang disebut juga
sebagai wacana penceritaan atau wacana penuturan adalah wacana yang
menceritakan suatu hal atau kejadaian melalui penonjolan pelaku atau
tokoh.Untuk membuat atau menyusun wacana narasi harus selektif dalam
memilih peristiwa. Persitiwa yang dipilih yaitu peristiwa yang :
a) Dapat menggerakkan suatu tindakan
b) Dapat memberikan simpulan dari suatu tindakan
c) Dapat memberikan pandangan
d) Dapat membantu menciptakan efek yang dikehendaki,
misalnya efek humor, ironis atau ketegangan.
Mengenai fungsi yang terkandung dalam wacana narasi yaitu
amanat. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.Jenis
wacana narasi ada dua yaitu :
a) Narasi Ekspositoris , berisi fakta, misalnya biografi (riwayat
seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang
ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman.
b) Narasi Imajinatif , berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan
seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau
cerpen.
8
2) Wacana Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere yang
berarti menggambarkan atau memberikan sesuatu. Dari segi istilah
deskripsi adalah suatu bentuk wacana atau karangan yang melukiskan
sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat
mencitrai (melihat, mendengar, menciumn dan merasakan) apa yang
dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
Wacana deskripsi adalah wacana yang melukiskan suatu objek
secara mendetail dari berbagai segi, sehingga objek tersebut dapat dilihat,
didengar, ataupun dirasakan.Agar didalam menulis deskripsi menjadi
hidup, seorang penulis perlu memperhatikan langkah-langkah berikut ini:
a) Seorang penulis harus melatih diri mengamati sesuatu.
b) Agar deskripsi karangan menjadi hidup, penulis didalam menulis
deskripsi harus melukiskan bagian-bagian yang penting sedetail
mungkin.
Wacana deskripsi yang baik harus memenuhi tiga hal :
a) Kesungguhan berbahasa penulis yang memiliki kekayaan nuansa
dan bentuk.
b) Kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan penulis
mengenai sifat, isi, dan wujud objek yang dideskripsikan.
c) Kemampuan penulis memilih detail khusus yang dapat menunjang
ketepatan dan keterhidupan deskripsi.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam,
yaitu sebagai berikut:
o Deskripsi Imajinati atau Impresionis ialah deskripsi yang
menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
9
o Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan
objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
3) Wacana Eksposisi
Eksposisi berasal dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti
membuka atau memulai. Wacana atau karangan eksposisi disebut juga
wacana pembeberan. Wacana eksposisi adalah wacana yang menjelaskan
atau memaparkan suatu pokok permasalahan secara global. Wacana
eksposisi merupakan wacana yang bertujuan utam untuk membeitahu,
mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam wacana
eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama ialah informasi.
Sesuatu yang dikomunikasikan itu berupa :
a) Data faktual, yakni sesuatu yang benar-benar terjadi atau
bersifat historis seperti bagaimana cara kerja suatu mesin giling
padi, bagaimana suatu operasi diperkenalkan
b) Suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap
seperangkat fakta
c) Mungkin berupa fakta mengenai seseorang yang berpegang
teguh pada suatu pendirian yang khusus, asalkan tujuan
utamanya ialah memberikan informasi.
Ada tiga langkah yang dapat diterapkan dalam menyusun wacana
atau karangan berbentuk eksposisi, yakni :
a. Menentukan topik karangan
b. Menentukan tujuan penulisan
c. Merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap
dan tersusun baik.
10
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat
berpola penyajian berikut:
o Urutan topik yang ada, berkaitan dengan penyebutan bagian-
bagian suatu benda, hal atau peristiwa tanpa memproritaskan
bagian mana yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai
sama.
o Urutan klimaks dan antiklimaks, dimulai dari hal yang mudah
atau yang sederhana menuju ke hal yang makin penting atau
puncak peristiwa dan sebaliknya untuk anti-klimaks.
4) Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan
yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, dan bertujuan untuk
meyakinkan pembaca terhadap kebenaran ide atau gagasan. Tahapan
menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
a) menentukan tema atau topik permasalahan,
b) merumuskan tujuan penulisan,
c) mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung,
d) menyusun kerangka karangan, dan
e) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola :
a. Sebab akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab
berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
b. Akibat sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
c. Pola pemecahan masalah
11
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
5) Wacana Persuasi
Kata persuasi merupakan alihan bentuk kata persuasion dalam
bahasa Inggris. Bentuk kata persuasion diturunkan dari kata to persuade
yang berarti membujuk atau meyakinkan. Wacana persuasi adalah
wacana yang berisi rayuan, ajakan, himbauan, atau harapan. Wacana
persuasi bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan
sesuatu yang diinginkan. Wacana persuasi berorintasi pada waktu
sekarang dan yang akan datang. Wacana persuasi disebut juga sebagai
wacana hortatori.Pendekatan yang digunakan adalah emotif.
Untuk mengembangkan (penulisan) wacana persuasi agar efektif,
ada alat-alat persuasi yang bisa dimanfaatkan, yakni :
1) Bahasa ,sebagai alat komunikasi memiliki keluwesan dalam
menjalankan fungsinya.
2) Nada, ialah nada pembicaraan yang berkaitan dengan sikap
pengarang dalam menyampaikan gagasannya.
3) Detail ,dalam wacana persuasi merupakan uraian terhadap ide pokok
sampai kebagian yang sekecil-kecilnya.
Untuk menghasilkan detail yang baik perlu memperhatikan :
a) Penting tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman
pembaca
b) Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok
c) Macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide
pokok
d) Kapan setiap detail itu dihadirkan
12
e) Ada tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang
sebaiknya diangkat
f) Pengaturan (organisasi) ; Organisasi dalam wacana persuasi
berkaitan dengan masalah pengaturan detail dalam wacana atau
karangan.
g) Kewenangan (authority) ; Kewenangan dalam konteks wacana
persuasi merupakan “penerimaan dan kesadaran” pembaca terhadap
penulis atau pengarang. Seorang penulis diyakini oleh pembacanya
sebagai orang yang berwenang apabila dia :
h) Mempunyai dasar hukum menduduki jabatan-jabatan tertentu
i) Berkecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu
13
BAB III
KESIMPULAN
Wacana adalah satuan bahasa yang terdiri dari sebuah kalimat atau
beberapa kalimat yang menyatakan satu pesan atau satu amanat yang utuh.
Sebuah wacana sebagai satuan terbesar di dalam hirarki kebahasaan bisa berupa
satu kalimat. Akan tetapi, lazimnya terdiri dari sejumlah kalimat yang membentuk
suatu paragraf. Setiap paragraf dalam wacana memiliki sebuah pikiran pokok dan
sejumlah pikiran penjelas. Pikiran pokok tersebut direalisasikan dalam sebuah
kalimat utama yang selalu berwujud kalimat bebas. Sedangkan pikiran penjelas
direalisasikan dalam kalimat-kalimat penjelas yang wujudnya berupa kalimat
terikat. Di dalam wacana, kalimat tidak dapat berdiri sendiri karena satu dengan
yang lainnya saling berkaitan. Alwi, dkk. (1998:419) mengatakan bahwa wacana
adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan.
Wacana harus memiliki syarat yaitu topik ,kohesi dan koherensi serta
kelengkapan. Jenis wacana dibedakan menjadi narasi ,deskripsi ,
argumentasi ,ekposisis , dan persuasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Kanzunnudin, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Edisi
Revisi.Yayasan Adhigama.2013
http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Wacana
http://cenya95.wordpress.com/2008/10/18/arti-wacana
15
16
top related