lleus obstruksi
Post on 22-Dec-2015
261 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
STATUS PASIEN
ANAMNESIS
Identitas
Nama : tn . S
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status : Menikah
Alamat : cianjur
Agama : Islam
Tgl MRS : 28 september 2012
Keluhan Utama
Nyeri seluruh perut sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak 1 hari yang lalu
SMRS. Perut dirasakan sakit seperti diperas-peras setelah os makan sedikit, sakit dirasakan terus
menerus, pasien juga merasakan mual sampai muntah 3x dalam sehari, yang dimuntahkan adalah
makanan. Pusing dan lemas diakui pasien.
Os mengatakan awalnya + 3 hari yang lalu sebelumnya pasien mengeluh mencret 3x
dalam sehari, BAB yang keluar cair tanpa disertai lendir dan darah.
Setelah 3 hari di rumah sakit, os mengeluh belum BAB dan tidak bisa kentut, os merasa
perut sangat kembung dan terasa sesak, mual dan muntah dirasakan pasien
Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah mengalami nyeri perut seperti ini sebelumnya.
Riwayat sakit maag sejak 10 tahun lalu
Riwayat hipertensi sejak 3 bulan lalu ,150/90 mmhg
Riwayat stroke 3 bulan lalu
1
Riwayat DM disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Keluhan riwayat tekanan darah tinggi, DM, stroke disangkal dalam keluarga
Riwayat Pengobatan
Saat nyeri perut ini os datang ke bidan dan diberi obat sakit maag tetapi pasien semakin
muntah.
Dapat pengobatan dari IGD
Os sering mengkonsumsi obat maag seperti waisak bila sakit maag kambuh
Riwayat Kebiasaan
Os sering telat makan
Sering makan yang asin dan sering minum kopi
Os juga merokok
Riwayat alergi
Pasien alergi terhadap penisilin, sehingga badan menjadi gatal2 dan merah
Makanan disagkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Suhu : afebris
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup
Pernapasan : 20 x/menit
2
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Tidak ada deformitas, epistaksis (-/-), tetapi terpasang NGT
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
Thorax : normochest
Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar pada ICS VI dextra
Auskultasi : ronchi halus pada apex (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS V linea mid clavicula sinistra
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal dextra, Batas
janttung kiri relative di ICS V linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inpeksi: perut nampak Cembung, bekas luka (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) meningkat, metalic sound (+)
Palpasi : perut teraba distensi, nyeri tekan pada seluruh abdomen
Perkusi : hipertimpani
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
Bawah : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto BNO abdomen
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Laboratorium Darah Rutin (01 oktober 2012)
Parameter Nilai Nilai normal
GDP 114 mg% 70 – 110
WBC 13,4 mg% 10 – 50
RBC 5,03 mg% L : 0.5 - 1.1
HB 15,5 -
Ureum 45,7 mg% 10 – 50
Kreatinin 1,0 mg% 0,5 – 1
SGOT 21
SGPT 11
4
Abdomen:
• Tampak distensi kolon dan usus
halus
• Tampak airfluid level
• Tidak tampak adanya udara bebas
intra abdomen
• Kesan : ileus obstruktif total
ASSESMENT
Ileus Obstruktif total
Hipertensi grade 1
PENATALAKSANAAN
Resusitasi cairan : RL 20 tpm
Pemasangan NGT
Medikamentosa :
Cefotaxim iv 2x1
Ondancentron iv 3x1
Keterolax iv 3x1
Captopril 12,5 mg 3x1
Amlodipin oral 1x1
Konsul bedah untuk dilakukan laparotomi eksplorasi
5
TINJAUAN PUSTAKA
ILEUS OBSTRUKTIF
1. PENDAHULUAN
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi ini dapat akut atau kronik, parsial atau total.
Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya
lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi usus halus total merupakan
keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat.
Terdapat 2 jenis obstruksi, yaitu ileus paralitik (adinamik) dan ileus obstruktif (mekanik).
Pada ileus paralitik terjadi hambatan peristaltik usus karena toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Sedangkan pada ileus obstruktif terdapat
rintangan fisik yang menghalangi proses pengeluaran isi usus.
Pada orang dewasa, 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi
dimana saja, tetapi yang tersering adalah di kolon sigmoid. Penyebabnya dapat berupa proses
mekanik, inflamasi atau keganasan.
Diagnosis ileus obtruktif dapat dilakukan dengan cara menentukan sifat dan letak
sumbatan. Berdasarkan sifatnya, ileus obstruktif dibagi menjadi simple obstruction dan
strangulated obstruction. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi letak tinggi,
mulai gaster sampai ileum terminal dan letak rendah, mulai ileum terminal sampai anus.
Pembagian obstruksi berdasarkan letaknya dapat juga dibedakan menjadi obstruksi pada usus
halus, usus besar, duodenum dan “closed-loop obstruction”.
2. ETIOLOGI
Obstruksi usus dapat bersifat mekanis atau non mekanis. Penyebab obstruksi mekanis pada
lumen dibagi menjadi :
(1) lesi ekstrinsik pada usus, misalnya hernia interna dan eksterna,
6
(2) lesi instrinsik pada dinding usus, misalnya divertikulitis, karsinoma dan
(3) obstruksi lumen,misalnya batu empedu, intusepsi.
Ada banyak klasifikasi obstruksi usus, diantaranya berdasarkan letak, yaitu extralumen
(termasuk adhesi dan neoplasma), intraluminal (seperti gallstone ileus atau striktur) dan
intramural (Crohn’s disease). Berdasarkan mekanisme obstruksinya dibedakan menjadi mekanik
dan motilitas inadekuat. Penyebab obstruksi mekanik berhubungan dengan golongan usia yang
terserang dan tempat obstruksi. Sekitar 50 % dari semua obstruksi terjadi pada usia pertengahan
dan orang tua dan timbul akibat perlengketan yang terjadi karena operasi sebelumnya. Dapat
disebabkan oleh obstruksi lumen (mekonium, intusepsi, batu empedu impaksi oleh feses,
barium, cacing) dan lesi pada usus (berupa kelainan congenital, trauma, inflamasi, neoplasma,
volvulus). Sedangkan motilitas inadekuat dapat disebabkan oleh gangguan neuromuskuler
(megakolon, ileus paralitik, ileus spasme) dan oklusi vaskuler. Ileus paralitik disebabkan oleh
distensi abdomen, peritonitis, toxemia,gangguan elektrolit.
Meskipun demikian, secara klinis yang paling bermanfaat adalah mempertimbangkan
apakah mekanisme obstruksi melibatkan usus besar, duodenum atau usus besar. Hal ini karena
penyebab, gejala dan pengobatannya berbeda.
Obstruksi usus halus sering disebabkan oleh hernia inkarserata atau karena adhesi.
Penyebab lain obstruksi usus halus dapat karena tumor (primer atau metastase), obstruksi benda
asing, Meckel’s divertikulum atau Crohn’s disease, askariasis. Volvulus usus tengah jarang
terjadi. Intusepsi pada remaja dan dewasa sering disebabkan oleh tumor. Pada bayi sering
disebabkan oleh mekonium usus, atresia, volvulus dan intusepsi.
Obstruksi duodenum biasanya disebabkan oleh kanker, primer di duodenum atau caput
pancreas. Pada neonatus, obstruksi duodenum sering disebabkan oleh atresia, volvulus,
congenital esophageal web dan anular pancreas.
Obstruksi usus besar disebabkan oleh tumor, divertikulitis, volvulus dan impaksi feses.
Tumor meliputi kanker yang menghambat lumen dan jarang lesi jinak yang dapat menyebabkan
intusepsi. Obstruksi kanker paling sering terjadi pada splenik dan flexura sigmoid.
7
3. PATOFISIOLOGI
Pada prinsipnya, mekanisme obstruksi usus dengan suplai darah yang baik adalah
akumulasi cairan dan gas di atas titik obstruksi serta perubahan motilitas usus yang
menyebabkan gangguan sistemik. Keseimbangan cairan dalam usus tergantung dari absorpsi dan
sekresi. Akumulasi cairan terjadi oleh karena penurunan absorpsi dan/atau peningkatan sekresi.
Distensi usus disebabkan oleh kumpulan gas dan cairan proksimal terhadap dan di dalam
segmen usus yang tersumbat. Diantara 70-80% gas dalam usus terdiri atas udara yang tertelan.
Udara ini terutama terdiri dari nitrogen (70%) yang sulit diserap dari lumen usus sehingga
pengeluaran udara secara berkesinambungan melalui pengisapan lambung adalah cara yang
bermanfaat dalam pengobatan distensi usus. Kumpulan cairan proksimal terhadap mekanisme
obstruksi tidak hanya dihasilkan dari cairan yang diminum, air liur yang ditelan, getah lambung
serta sekresi empedu dan pankreas tetapi juga dari terganggunya transport normal natrium dan
air.
Selama 12 sampai 24 jam obstruksi pertama, terdapat penurunan aliran natrium yang
disertai dengan air, dari lumen usus ke dalam darah di bagian proksimal usus yang mengalami
distensi. Setelah 24 jam, terjadi perpindahan natrium dan air ke dalam lumen usus yang dapat
memperberat distensi dan cairan yang hilang. Tekanan intraluminal meningkat dari nilai
normalnya 2-4 cmH2O menjadi 8 cmH2O. Selama peristaltik, bila ada obstruksi sederhana atau
closed loop, tekanan intraluminal mencapai 30-60 cmH2O.
Obstruksi closed loop pada usus halus timbul bila lumen usus tersumbat pada dua tempat
yaitu pada pembuluh darah aferen dan eferen. Hal ini terjadi oleh mekanisme tunggal seperti
cincin hernia, yang secara bersamaan suplai darah sering terhambat. Meskipun aliran darah pada
usus besar tidak terganggu selama mekanisme obstruksi, namun distensi caecum terlihat karena
diameternya yang besar (hukum LaPlace) dan terganggunya alirannya darah intramural sangat
berbahaya karena dapat mengakibatkan gangrene dinding caecum, biasanya di anterior. Nekrosis
usus halus dapat terjadi melalui mekanisme yang sama bila distensi sangat mencolok. Bila terjadi
gangguan aliran darah, timbul invasi bakteri dan dapat berkembang menjadi peritonitis.
Pada penelitian disimpulkan bahwa peningkatan sekresi merupakan penyebab utama
kehilangan cairan tubuh dan distensi abdomen. Pelepasan prostaglandin sebagai respon
8
Obstruksi Usus
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen bagian proximal dari letak obstruksi
Distensi Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat
Kehilangan H2O dan Elektrolit
Volume ECF ↓Tekanan intralumen ↑
terjadinya distensi abdomen juga meningkatkan sekresi ke lumen. Cairan dan elektrolit yang
hilang dapat sangat ekstrim sehingga menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemi, insufisiensi
ginjal, syok dan kematian bila tidak dikoreksi.
9
Iskemia dinding usus
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
Pelepasan bakteri dan toksin dari usu yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik
Peritonitis septikemia
Syok Hipovolemik
4. GEJALA KLINIS
Obstruksi mekanis usus halus ditandai dengan nyeri abdomen bagian tengah seperti kram
yang bertambah berat sejalan dengan makin beratnya obstruksi. Nyeri bersifat hilang timbul.
Nyeri dapat berkurang sejalan dengan bertambahnya distensi, mungkin disebabkan oleh
gangguan motilitas pada usus yang membengkak. Bila terjadi strangulasi, biasanya nyeri lebih
terlokalisir dan mungkin menetap. Gejala muntah paling sering ditemukan ditemukan dan
timbulnya lebih awal pada obstruksi usus halus. Awalnya, muntahan mengandung empedu dan
mukus dan menetap bila obstruksi ususnya tinggi. Pada obstruksi usus letak rendah,
muntahannya menjadi fekulen, yaitu bewarna coklat jingga dan berbau busuk yang disebabkan
oleh pertumbuhan bakteri berlebih pada bagian proksimal tempat obstruksi. Obstipasi dan
kegagalan mengeluarkan gas sering ditemukan bila obstruksinya komplit, meskipun pada awal
terjadinya obstruksi beberapa feses dan gas dapat dikeluarkan spontan atau setelah pemberian
enema. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Darah dalam feses jarang ditemukan, tetapi
muncul pada kasus intusepsi.
Obstruksi mekanis pada usus besar menimbulkan nyeri yang bersifat kolik dalam kualitas
yang sama dengan obstruksi usu halus tetapi intensitasnya lebih rendah. Muntah muncul terakhir,
terutama bila katup ileosekal kompeten. Muntahan fekulen jarang terjadi. Riwayat perubahan
kebiasaan buang air besar dan darah dalam feses sering disebabkan oleh karsinoma dan
divertikulitis. Konstipasi menjadi progresif dan obstipasi dengan kegagalan mengeluarkan gas.
Gejala akut dapat berkembang dalam waktu satu minggu.
Pada ileus adinamik, tidak ada gejala kolik dan hanya rasa tidak enak yang disebabkan
distensi. Muntah dapat sering terjadi tapi jarang profus. Muntahan biasanya terdiri atas isi
lambung dan empedu serta hamper tidak pernah fekulen. Obstipasi komplit dapat atau tidak
ditemukan.
5. DIAGNOSIS KLINIS
Terdapat beberapa bentuk obstruksi usus. Mereka ditentukan dengan bagaimana usus
terobstruksi dan dimana letaknya. Pertama-tama, obstruksi dapat dibedakan menjadi simple atau
strangulasi.
10
(1) Simple obstruction disebabkan oleh hambatan mekanik tanpa adanya gangguan aliran
darah. Penyebabnya dapat berupa obstruksi oleh cacing Ascaris atau adesi. Simple
obstruction dapat berkurang secara spontan.3 Diagnosis simple obstruction berdasarkan 3
gejala (1) kram abdomen di sekitar umbilicus atau di epigastrium. Bila kram menjadi berat
dan menetap, mungkin telah terjadi strangulasi. (2) Muntah merupakan gejala yang pertama
timbul pada obstruksi usus halus. (3) Obstipasi terjadi pada obstruksi komplit, sedangkan
diare terdapat pada obstruksi parsial.
(2) Strangulation obstruction terjadi bila terdapat hambatan mekanik dan adanya gangguan
aliran darah. Penyebab tersering adalah hernia strangulasi dan volvulus. Dalam 6 jam
setelah gangguan aliran darah,usus menjadi dan gangrene dan bias perforasi. Bila perforasi
mencapai rongga peritoneum akan terjadi peritonitis dan bias syok septik.
Kemudian tentukan level dimana obstruksi terjadi :
Obstruksi di usus halus menimbulkan pengaruh yang berbeda tergantung level dimana
terjadinya. Pada obstruksi yang lebih tinggi, gejala awal berupa muntah dan dapat terjadi
gangguan keseimbangan elektrolit serta jarang terjadi distensi.
Obstruksi usus besar gejalanya muncul lebih lambat. Karena usus berdilatasi, maka terjadi
distensi abdomen. Pada mulanya hanya terjadi dilatasi kolon, tapi kemudian katup ileosekal
dapat menjadi inkompeten (pada 2/3 pasien) dan diikuti dilatasi bagian proksimal usus kecil.
Gejala dehidrasi jarang berat karena kolon masih dapat mengabsorbsi cairan.
Obstruksi Closed-loop dihasilnya oleh katup ileosekal. Terjadi obstruksi di dua tempat.
Dapat terjadi pada volvulus. Dilatasi dapat menghambat aliran darah dan menimbulkan gangrene
dan peritonitis.
Anamnesis
Riwayat nyeri
Pada obstruksi usus halus, terdapat nyeri periumbilikal dan kolik, menjadi spasme. Muntah
dapat berkurang secara bertahap. Kadang-kadang nyeri regular dan hilang dalam interval 2-5
menit. Jika peristaltik berhenti, maka kolik juga berhenti dan merupakan tanda buruk.
11
Pada obstruksi usus besar, nyeri timnul di bawah umbulikus dan menghilang dalam interval
6-10 menit. Bila tidak ada nyeri, namun terjadi “gurgling dan bloating” kemungkinan
merupakan gejala subakut usus besar atau distal usus halus.
Jika nyeri hebat dan terus-menerus diduga terjadi obstruksi strangulasi. Dan bila nyeri
disertai dengan demam, maka diduga terjadi sepsis abdomen.
Muntah
Pada obstruksi lebih tinggi, muntah lebih hebat dan sering. Setelah 3 hari obstruksi
komplit, muntah menjadi fekulen.
Konstipasi
Jika usus halus obstruksi, maka kolon dalam sehari atau 2 hari menjadi kosong. Tidak ada
flatus.
Pemeriksaan Fisik
Distensi dan hiperresonansi
Jika terjadi kolik dan muntah, mungkin terjadi obstruksi. Distensi bukan merupakan tanda
yang esensial. Tanda dini adalah daerah flank sedikit penuh atau peningkatan resonansi pada
perkusi. Perkusi menjadi timfani. Bila meragukan antara distensi atau asites, maka pada asites
akan terjadi dullness.
Bising Usus
Pada Auskultasi terdengar borborigmus nada tinggi bersamaan dengan nyeri kolik, tetapi
temuan ini sering tidak ada beberapa waktu pada obstruksi strangulasi.
Visible Peristaltik
Bila kulit tipis, maka akan terlihat gerakan peristaltik
12
Nyeri Tekan
Nyeri tekan dan kekakuan biasanya minimal dan terjadi pada obstruksi usus halus dan usus
besar nonstrangulasi.
Teraba Massa
Bila teraba massa pada anak-anak, kemungkinan merupakan askaris. Dan bila teraba
gumpalan pada right lower quadran, kemungkinan tuberculosis ileosekal. Harus pula
diperhatikan adanya pembesaran kelenjar limfe.
Rectal Toucher
Bila ditemukan darah segar dn mucus, kemungkinan strangulasi lebih tinggi atau
karsinoma usus besar atau intusepsi. Teraba massa keras feses, diduga konstipasi adalah
penyebabnya.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan peningkatan urea-nitrogen darah,
peningkatan kreatinin, hemokonsentrasi, hiponatremi, hipokalemi dan proteinuria.
Gangguan asaam-basa terjadi akibat hipovolemia. Asidosis metabolik paling sering akibat
dehidrasi, kelaparan, ketosis dan kehilangan basa. Alkalosis metabolik jarang terjadi dan
merupakan akibat kehilangan gastric juice oleh karena muntah. Asidosis respiratorik terjadi
karena distensi abdomen yang menyebabkan diafragma terangkat sehingga terjadi retensi CO2.
Leukositosis dengan sebagian shift to the left. Lekosit berjumlah 15.000 – 25.000/mm3
dengan predominan PMN dengan banyak sel imatur, mengindikasikan adanya strangulasi.
Bisa terdapat peningkatan serum amylase oleh karena terjadi regurgitasi dari pancreas ke
aliran darah karena back pressure dari duodenum.
Pemeriksaan X-Ray
Pada posisi terlentang dan akan didapatkan bahwa terjadi obstruksi, lokasi obstruksi,
derajat obstruksi dan kadang dapat menentukan penyebabnya. Harus diperhatikan bahwa tidak
13
diperbolehkan pemberian kontras. Gas pada peritoneum dapat terlihat di bawah diafragma. Bila
pada sekum tidak terlihat adanya bayangan udara maka obstruksi terjadi di usus halus.
Dapat pula terlihat ladderlike pada usus halus. Pada kolon yang distensi, gambarannya
seperti bingkai yang melingkupi rongga abdomen. Kolon dibedakan dari usus halus karena
adanya gambaran haustral yang tidak melingkari seluruh lumen kolon yang distensi.
Pada obstruksi strangulasi cairan peritoneum akan tampak sebagai celah yang melebar
diantara loop usus yang berdekatan serta berdilatasi. Hal ini dapat ditemukan pula pada obstruksi
simple. Menghilangnya gambaran mukosa serta adanya gas dalam usus dinding usus atau
cabang-cabang intrahepatik dari vena porta menunjukkan adanya strangulasi. Adanya air fluid
level di luar usus menunjukan adanya perforasi.
6. MANAJEMEN
Obstruksi parsial usus dapat diobati secara konservatif selama masih ada keluarnya feses
dan flatus. Pengobatan dengan menggunakan NGT menunjukan angka keberhasilan 90 %.
Operasi dibutuhkan bila obstruksi tetap ada dalam beberapa hari walaupun obstruksinya parsial.
Resusitasi cairan harus segera dimulai dengan cairan isotonic dan gangguan elektrolit harus
segera dikoreksi. Selain itu tanda vital dan penyakit sistemik lainnya harus dimonitor. Antibiotik
harus segera diberikan, terutama bila dicurigai adanya strangulasi.
14
HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi merupakan pengukuran tekanan darah di atas skala normal (120/80
mmHg). Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal, pre-
hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan
pada nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang
pemeriksaannya dilakukan pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.
2. KLASIFIKASI HIPERTENSI
3. GEJALA KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat
berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung.
15
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan
kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi
dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
4. PENGOBATAN HIPERTENSI
Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)} Merupakan
golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi
karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan
konsumsi potasium harus dilakukan.
Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan obat yang
dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui prose memperlambat kerja
jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme
(ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah
tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
memperlebar pembuluh darah.
16
5. PENCEGAHAN
Pencegahan Primer :
Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari
Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health
Advisory from the National High Blood Pressure Education Program Amerika
Serikat bahwa penurunan berat badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan
darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa
menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.
Kurangi konsumsi alcohol
Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak ikan
yang mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.
Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium
juga cukup membantu.
Pencegahan Skunder
Pola makanam yamg sehat
Mengurangi garam dan natrium di diet anda
Mengurangi Akohol Intake
BerhentiMerokok
Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, S.A. & Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC. 1995. Hal : 420-421.
2. Isselbacher J.Kurt. Obstruksi Usus Akut. Dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : EGC. 2008. Hal : 1607 – 1609.
3. Schwartz et al. Intestinal Obstruction in Principle of Surgery. Seventh Edition. McGraw
Hill. 2007. 1054 – 1060.
4. Sjamsuhidayat. R & Jong, Wim De. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektal. Dalam
Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2008. Hal : 841 – 854.
5. http://www.indiasurgeons.com/int_obs.htm .
6. http://www.fsm.ac/fj/psw/resources.htm
7. http://www.meb.uni-bonn.de/dtc/primsurg/docbook/html/x3559.html
8. Guideline Penanganan Hipertensi Berdasarkan JNC 7
18
top related