lembar persetujuan gambaran perilaku...
Post on 12-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LEMBAR PERSETUJUAN
GAMBARAN PERILAKU PENGENDARA DALAM MEMAKAIKAN
HELM PADA PENUMPANG ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN 03
CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.K.M)
Rizqi Suryaramadhanty
1113101000041
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
GAMBARAN PERILAKU PENGENDARA DALAM MEMAKAIKAN
HELM PADA PENUMPANG ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN
CIPINANG MELAYU 03 JAKARTA TIMUR TAHUN 2017
Telah disetujui, diperiksa, dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tangerang Selatan, 4 Januari 2018
Oleh :
Rizqi Suryaramadhanty
1113101000041
Mengetahui,
Pembimbing Skripsi
Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.KM, M.KKK
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RIZQI SURYARAMADHANTY
NIM : 1113101000041
Tangerang Selatan, 4 Januari 2018
Penguji I,
Dewi Utami Iriani, M. Kes, Ph.D
NIP. 19750316 200710 2 001
Penguji II,
Dr. M. Farid Hamzens, M.Si
NIP. 19630621 199403 1 001
Penguji III,
Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan
Helm pada Penumpang Anak Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03
Jakarta Timur Tahun 2017” ini merupakan hasil karya saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1)
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 4 Januari 2018
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Januari 2018
Rizqi Suryaramadhanty, NIM : 1113101000041
Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur
Tahun 2017
(xix + 159 halaman, 3 tabel, 7 gambar, 3 bagan, 13 lampiran)
ABSTRAK
Pemakaian helm pada penumpang anak merupakan suatu kewajiban
mengacu pada UU No. 22 tahun 2009. Selain itu terdapat tiga faktor utama
penumpang anak dipakaikan helm : kefatalan, belum dapat mengambil keputusan
sendiri, dan usia yang tepat diajarkan dasar-dasar keselamatan berlalu linats.
Berdasarkan studi pendahuluan di SDN Cipinang Melayu 03, sepuluh dari sebelas
pengendara (90,9%) tidak memakaikan helm pada penumpang anak namun
memiliki pandangan bahwa helm penting untuk menjaga keselamatan anak ketika
akan melintasi jalan raya atau jarak tempuh yang dilalui jauh.
Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak ditinjau
menggunakan theory of planned behavior. Penelitian ini dilakukan sejak April
hingga Desember 2017. Metode pengambilan informan yang digunakan adalah
accidental sampling dengan total informan dua belas informan (4 pengendara, 4
siswa, 1 satpam, 2 petugas kepolisian, 1 kepala sekolah). Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Analisis yang dilakukan
adalah analisis Miles dan Huberman.
Hasil penelitian pada aspek sikap menunjukkan pengendara memiliki
pandangan bahwa pemakaian helm pada penumpang anak penting ketika melintasi
jalan raya atau berjarak tempuh jauh. Pada aspek norma subyektif pengendara
hanya menganggap memiliki pengaruh dari adanya pihak kepolisian. Pada aspek
persepsi kontrol perilaku, pengendara menganggap hal yang memudahkan
mereka untuk berperilaku adalah apabila memiliki informasi adanya pihak
kepolisian yang berjaga. Pengendara hanya memiliki niat untuk memakaikan helm
pada penumpang anak jika akan melintasi jalan raya atau mendapatkan informasi
adanya kepolisian yang berjaga di daerah tertentu. Pengendara memiliki
kecenderungan perilaku untuk tidak memakaikan helm pada penumpang anak jika
hanya melintasi jalan pintas/jarak tempuhnya dekat.
Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan pengetatan penerapan
peraturan hukum bagi pengendara yang tidak memakaikan helm untuk
penumpang anak sehingga diharapkan kecenderungan perilaku pengendara
menjadi lebih baik dan tidak tergantung dengan keberadaan polisi dan persepsi
risiko kecelakaan yang lebih rendah di nonjalan raya.
Daftar bacaan : 47 (1972 - 2017)
Kata kunci : Perilaku pengendara, helm anak, penumpang anak, SDN
Cipinang Melayu 03
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduate thesis, January 2018
Rizqi Suryaramadhanty, NIM : 1113101000041
Description of Motorcycle Rider’s Behavior on The Use of Children Helmet
to Their Children Pillion Passengers in SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta
Timur 2017
(xix + 159 pages, 3 tabel, 7 pictures, 3 schematics, 13 attachments)
ABSTRACT
The use of children’s helmet for children pillion passengers is an
obligation refers to Law regulation of Indonesia No. 22 2009. Based on
preliminary study, it is known that ten form eleven riders (90,9%) did not gave
helmet for their children pillion passengers but believe that the use of helmet is
important to ensure their safety in a main street.
This was a qualitative descriptive research which had an objective to
describe how motorcycle rider’s behavior in the term of the use of children’s
helmet to their children pillion passengers in SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta
Timur 2017 using a concept form theory of planned behavior. This research was
started from April and ended on December 2017. Accidental sampling was used
as the method of informan sampling and the total of informan were 12 informans
(4 riders, 4 children, 1 security, 2 police officer, 1 headmaster). Primary data were
collected by indepth interview and observation process. Analysis method that
used in this research was Miles and Huberman analysis.
The results for the attitude of the riders showed that they thought that the
use of children’s pillion passengers was important only when they were cross the
main street. For the subjective norm the results showed that the only motivation to
behave nicely was the presence of police officer on the street they would passed.
For perceived behavioral control the results showed that the most facilitate factor
to the riders was the information about the presence of the police officer. The
rider’s intention to give helmet to their pillion passengers only existed when they
were passed the main street and had an information about the presence of police
officer. Based on this results, it can be said that riders had a tendency to give
helmet to their pillion passengers if they were just passed through main street or
for the long trip.
The suggestion that can be given from the researcher is with more
cooperation and also the improvement of the implementation of the regulation
about using helmet for pillion riders, it is expected to improve riders behavior in
the future and not depend on the existence of the police officer or their
perceptions of distance (short distance does not mean saver from risk).
Reference : 47 (1972 - 2017)
Key words : Rider’s behavior, children pillion passengers, children’s helmet,
SDN Cipinang Melayu 03
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama : Rizqi Suryaramadhanty
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Padjajaran VII Blok L no. 8,
Pondok Jatimurni, RT 05 RW 07,
Pondok Gede, Bekasi 17431
Nomor HP : +62 858-8359-7218
Email : ramadhanty23@gmail.com
Pendidikan Formal
2001 – 2006 : SDN Jatimurni 3 Bekasi
2006 – 2007 : SDN Setu 03 Petang
2007 – 2010 : SMPN 81 Jakarta
2010 – 2013 : SMAN 48 Jakarta
2013 – sekarang : Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK), Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran
Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak
Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur Tahun 2017”.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang atas
izin Allah SWT menyebarkan kebaikan dan mengajarkan umatnya untuk terus
menggali ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi sesama umat manusia.
Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi Strata I Kesehatan
Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Keluarga penulis, yaitu orang tua dan kakak tercinta karena atas doa dan
dukungan yang diberikan penulis dapat memperoleh pendidikan yang tinggi
hingga jenjang universitas dan selalu merasa mampu menjalani setiap proses
penyelesaian skripsi demi mendapatkan gelar untuk mendapatkan masa depan
yang lebih baik.
2. Dr. H. Arif Sumantri S.K.M, M. Kes. selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ix
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing
akademik yang selalu memberikan arahan dan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Ibu Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.K.M, M.KKK selaku dosen
pembimbing yang selalu sabar membimbing penulis dengan segala arahan
dan ilmunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu dr. Iting Shofwati S.T, M.KKK selaku dosen penanggung jawab
peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan sebagai dosen penguji
II pada saat seminar proposal dan seminar hasil.
6. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si, ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D,
dan bapak Rulyenzi Rasyid, M.KKK selaku para penguji sidang skripsi yang
telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh informan dalam penelitian ini yaitu orang tua, siswa, dan satpam
sekolah SDN Cipinang Melayu 03.
8. Bapak H. Memen, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Cipinang Melayu 03
yang telah membantu penulis dalam hal pemberian izin tempat penelitian.
9. DIKYASA POLDA Metro Jaya dan DIKYASA Satlantas Jakarta Timur yang
telah dengan terbuka membantu penulis dalam hal pengumpulan data dengan
proses wawancara.
10. Keluarga tante penulis tersayang, keluarga Ibu Wita Suryakanti dan Ika
Suryaningrum yang telah mendukung penulis baik dalam bentuk dukungan
moral maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
11. Seluruh teman dekat penulis, Mayang Pramudita Yusuf, Hilmi Abdul Aziz,
Rhedylla Dwi Poetra atas kekonyolannya yang menghibur penulis selama
penyelesaian skripsi ini dan dukungannya untuk selalu semangat dan bisa
mendapatkan gelar seperti yang sudah mereka dapatkan ; beberapa anggota
Katigabelas yang walaupun sudah tahu baik dan buruknya penulis tetap
dengan senang hati terus memberikan semangat dan bantuan untuk penulis ;
selalu berlima-nya penulis, Ana Muslima, Wihdaturrahmah, Avita Falahdina,
dan Dinda Apriliani yang selalu mewarnai hari-hari penulis dan saling
mendukung dari semester awal perkuliahan hingga semester akhir titik darah
penghabisan ; dan kakak kelas yang tidak dapat penulis sebutkan namanya,
terima kasih atas segala dukungan, perhatian, dan kesediaannya
mendengarkan segala keluh kesah penulis selama ini. Terima kasih.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan segala doa dan harapan
semoga semua kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat sehingga dapat mengembangkan ilmu Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembaca. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tangerang Selatan, Januari 2018
Rizqi Suryaramadhanty
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
1.5.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor ........................................................... 7
1.5.2 Bagi SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur ..................................... 7
xii
1.5.3 Bagi Kepolisian RI .............................................................................. 7
1.5.4 Bagi Peneliti ........................................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup ........................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1 Perilaku ...................................................................................................... 9
2.1.1 Theory of Reasoned Action ............................................................. 9
2.1.2 Theory of Planned Behavior .............................................................. 11
2.1.4 Perbandingan Teori Perilaku .............................................................. 14
2.1.5 Perilaku Aman Berkendara ............................................................... 15
2.2 Helm Sebagai Pelindung Kepala Pengendara dan Penumpang Saat
Berkendara ..................................................................................................... 24
2.2.1 Definisi Helm .................................................................................... 24
2.2.2 Jenis-Jenis Helm ................................................................................ 24
2.2.3 Bagian-Bagian Helm ......................................................................... 25
2.2.4 Cara Kerja Helm ................................................................................ 26
2.2.5 Kriteria Memilih Helm yang Baik dan Benar ..................................... 28
2.2.6 Regulasi Penggunaan Helm ............................................................... 28
2.3 Aman Berkendara Bagi Penumpang Anak ................................................ 30
2.3.1 Definisi Penumpang dan Anak........................................................... 30
2.3.2 Pentingnya Keselamatan Anak Sebagai Penumpang .......................... 30
2.3.3 Helm Sebagai Alat Pelindung Diri Bagi Penumpang Anak ................ 32
2.4 Definisi Jalan Raya................................................................................... 34
2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 35
2.5 Kerangka Teori ........................................................................................ 40
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ..................... 42
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................................... 42
xiii
3. 2 Definisi Istilah ......................................................................................... 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 46
4.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 46
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 46
4.3 Populasi dan Informan Penelitian ............................................................. 46
4.3.1 Populasi ............................................................................................. 46
4.3.2 Informan ............................................................................................ 47
4.4 Sumber Data ............................................................................................ 49
4.5 Metode Pengumpulan Data....................................................................... 49
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................................. 51
4.7 Analisis Data ............................................................................................ 52
4.8 Keabsahan Data........................................................................................ 53
4.9 Penyajian Data ......................................................................................... 56
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 57
5.1 Profil Sekolah Dasar Negeri Cipinang Melayu 03..................................... 57
5.2 Gambaran Sikap Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang
Anak .............................................................................................................. 58
5.3 Gambaran Norma Subyektif Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak ........................................................................................... 61
5.4 Gambaran Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm
pada Penumpang Anak ................................................................................... 65
5.5 Gambaran Niat Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang
Anak .............................................................................................................. 68
5.6 Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang
Anak .............................................................................................................. 69
5.7 Keterkaitan Antardomain dengan Perilaku Pengendara dalam Memakaikan
Helm pada Penumpang Anak ......................................................................... 72
xiv
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN ........................................................ 74
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 74
6.2 Pembahasan Penelitian .............................................................................. 75
6.2.1 Sikap Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak..... 75
6.2.2 Norma Subyektif Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang
Anak .............................................................................................................. 78
6.2.3 Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak ........................................................................................... 82
6.2.4 Niat Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ....... 88
6.2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak 91
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 94
7.1 Simpulan ............................................................................................. 94
7.2 Saran ........................................................................................................ 95
7.2.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor .................................................... 95
7.2.2 Bagi SDN Cipinang Melayu 03 ......................................................... 95
7.2.3 Bagi Kepolisian RI ....................................................................... 95
7.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya .......................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 97
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action……………………………………………………. 11
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior……………………………………………………. 14
Gambar 2.3 Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Tertutup SNI 1811-2007... 26
Gambar 2.4 Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Terbuka SNI 1811-2007... 26
Gambar 2.5 Komponen Dasar Helm Sebagai Pelindung Kepala ………........................ 27
Gambar 2.6 Helm Khusus Penumpang Anak di Vietnam dan Thailand ……………… 33
Gambar 5.1 Hasil Observasi Helm Khusus Penumpang Anak…………........................ 70
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori Berdasarkan Theory of Planned Behavior (Ajzen,
1985)……………………………………………………………………………
41
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan Theory of Planned Behavior
(Ajzen, 1985)………………………………………………………………….
42
Bagan 5.1 Kontribusi Sikap, Norma Subyektif, Persepsi Kontrol Perilaku, dan
Niat Terhadap Perilaku Pemakaian Helm pada Penumpang Anak…………..
73
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Teori Perilaku…….…………………………… 15
Tabel 4.1 Karakteristik Informan dalam Penelitian Perilaku Pengendara di
SDN Cipinang Melayu 03 Tahun 2017………………………………………..
47
Tabel 4.2 Triangulasi Metode dan Triangulasi Sumber Penelitian…………… 54
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Informed Consent…………………………………………………… 101
Lampiran II Pedoman Wawancara Informan Utama……………………………. 102
Lampiran III Pedoman Wawancara Informan Pendukung……………………… 103
Lampiran IV Pedoman Wawancara Informan Kunci…………………………… 104
Lampiran V Hasil Observasi Pemakaian Helm pada Penumpang Anak……. 105
Lampiran VI Hasil Observasi Sikap Pengendara………………….…….…… 106
Lampiran VII Hasil Observasi Lingkungan Teman Sebaya Pengendara………. 108
Lampiran VIII Hasil Observasi Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara………. 109
Lampiran IX Matriks Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama………….. 111
Lampiran X Matriks Hasil Wawancara Mendalam Informan Pendukung ……... 117
Lampiran XI Matriks Hasil Wawancara Mendalam Informan Kunci………….. 118
Lampiran XII Matriks Hasil Penelitian…………………………………………. 121
Lampiran XIII Transkrip Wawancara Mendalam……………………………….. 127
xix
DAFTAR ISTILAH
BSN Badan Standardisasi Nasional
Ditlantas Polda Metro Jaya Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metropolitan
Jakarta Raya
PBC Perceived behavioral control
POLRI Kepolisian Republik Indonesia
PP Peraturan pemerintah
SDN Sekolah Dasar Negeri
SNI Standard Nasional Indonesia
TPB Theory of planned behavior
TRA Theory reasoned action
UU Undang-undang
WHO World Health Organization
1
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan berkendara menjadi suatu hal yang penting mengingat
sistem transportasi di dunia berkembang semakin pesat termasuk
perkembangan sepeda motor dari segi kuantitas. Kecelakaan lalu lintas dan
kematian di jalan raya menjadi hal yang serius dan darurat untuk diperhatikan
di hampir pada seluruh bagian di wilayah Asia Tenggara (Mohan, 2010).
Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling populer pada
mayoritas negara Asia dan negara berkembang (Zamani-Alavijeh dkk., 2011).
Enam puluh persen dari kematian di jalan di Malaysia merupakan pengguna
kendaraan bermotor roda dua dan sebesar 70 – 90% di Thailand (WHO,
2014).
Berdasarkan data WHO (2014), Indonesia merupakan negara kelima
dengan jumlah kematian akibat kecelakaan terbanyak di dunia. Di Indonesia,
kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit
jantung dan tuberkulosis. Jumlah korban jiwa yang disebabkan karena
kecelakaan masih sangat tinggi (Priliawito & Budiawati, 2014 dalam
Cahyawan dkk. 2014). Dalam data Ditjen Perhubungan Darat disebutkan
bahwa kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih meningkat dari tahun
ketahun. Pada 2009 jumlah kecelakaan mencapai 62.960 kasus, menjadi
109.319 kasus pada 2010, dan naik menjadi 109.776 pada 2011. Total korban
kecelakaan pada 2011 mencapai 176.763 orang, dengan rincian 31.185
2
meninggal dunia, 36.767 luka berat dan 108.811 menderita luka ringan
(Ditjen Hubdat, 2008-2012 dalam Asdar dkk.2013).
Proporsi kematian pengemudi sepeda motor adalah yang terbesar di
Indonesia, yaitu 36% dibandingkan dengan seluruh korban tewas akibat
kecelakaan lalu lintas berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia
(2015). Kontribusi sepeda motor dalam kecelakaan di Jakarta adalah sebesar
59,2% (POLRI, 2015). Menurut penelitian Kashani dkk. (2014) sepeda motor
adalah penyebab kecelakaan terfatal yang menyebabkan kematian.
Berkaitan dengan data kecelakaan sepeda motor di atas, dapat
dikatakan bahwa selain pengendara penumpang juga harus diperhatikan
keselamatannya. Sebagaimana pengendara, penumpang sepeda motor juga
diwajibkan untuk dilindungi keselamatannya dengan menggunakan helm
sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 22 tahun 2009 dan PP No. 80
tahun 2012. Salah satu penumpang sepeda motor yang penting diperhatikan
adalah penumpang anak. Penumpang anak belum dapat mengambil keputusan
secara mandiri terkait keselamatannya dalam berlalu lintas sehingga peran
pengendara sangat dibutuhkan untuk menjamin keselamatan anak dengan
cara pemakaian helm. Pentingnya penggunaan helm pada penumpang anak
didasari pula oleh rentannya anak dalam mengalami cedera kepala
dibandingkan dengan orang dewasa yang morfologi dan kekuatan tempurung
kepalanya lebih kuat. Selain itu, kefatalan kecelakaan pada bagian kepada
anak akan lebih sulit disembuhkan dan dapat berefek pada gangguan kognitif
yang permanen (Robertson dkk., 2014). Di Vietnam, persentase penggunaan
helm pada anak sebagai penumpang masih terbilang kecil. Di kota Hanoi,
3
anak berusia kurang dari tujuh tahun menggunakan helm sebesar 34,3% dan
untuk yang berusia 8 – 14 tahun menggunakan helm sebesar 23,3% (Pervin
dkk., 2009). Di Indonesia, pada tahun 2004, kecelakaan lalu lintas dengan
korban penumpang anak terdapat 955 kasus kematian (Mohan, 2010).
Sedangkan kecelakaan lalu lintas dengan korban anak pada tahun 2013
mencapai 25.553 kasus kecelakaan (POLRI, 2013). Jumlah kecelakaan dan
kematian tersebut dapat disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh
pengendara baik terhadap dirinya maupun penumpang. Sebagaimana yang
tercantum dalam data Laporan Pelanggaran Lalu Lintas Ditlantas Polda Metro
Jaya tahun 2016, terdapat 3.692 kasus pelanggaran terkait helm pada
sepanjang tahun 2016.
Penggunaan helm menjadi suatu hal yang penting karena dengan
menggunakan helm, kefatalan akibat suatu kecelakaan saat berkendara dapat
diminimalkan. Sebagaimana fungsi helm yaitu sebagai pelindung kepala,
helm terbukti dapat menyelamatkan jiwa penggunanya. Menurut NHTSA
(2007) helm menyelamatkan jiwa 1.784 pengendara motor pada tahun 2007
di China. Selanjutnya, berdasarkan penelitian Xuequn dkk. (2011) helm dapat
mengurangi cedera kepala akibat kecelakaan sebesar 70% dan mengurangi
risiko kematian hingga 40%.
Berdasarkan data dari Kepala Bagian Pembinaan dan Operasional
Ditlantas Polda Metro Jaya, wilayah Jakarta Timur merupakan daerah dengan
titik rawan kecelakaan terbanyak kedua, yaitu sebanyak empat belas titik.
Pada tahun 2012 terdapat 4.094 kasus kecelakaan di Jakarta Timur. Jalan
Raya Kalimalang merupakan satu diantara titik lokasi kecelakaan tersebut
4
(Asril, 2012). Di wilayah tersebut terdapat satu sekolah dasar yang letaknya
terdekat dengan lokasi rawan kecelakaan, yaitu SDN Cipinang Melayu 03.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan sepuluh dari sebelas pengendara
(90,9%) tidak membawa helm untuk penumpang anak namun seluruh
pengendara memiliki anggapan bahwa helm untuk penumpang anak adalah
suatu hal yang penting ketika berkendara. Berdasarkan ketidaksesuaian
tersebut serta mempertimbangkan adanya unsur kewajiban bagi pihak
pengendara untuk turut serta mempertanggungjawabkan keselamatan
penumpang dengan memakaikan helm dan efek yang dapat terjadi apabila
penumpang anak tidak diberikan helm saat berkendara maka peneliti merasa
perlu mengkaji lebih dalam dengan melakukan penelitian mengenai perilaku
pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang
Melayu 03 Jakarta Timur yang ditinjau berdasarkan aspek sikap, norma
subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat pengendara.
1.2 Rumusan Masalah
Terdapat landasan hukum mengenai keselamatan berkendara yang
berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 106 ayat 8 berbunyi “Setiap orang yang
mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib
mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia”. Selain itu,
pada Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 2012 mengenai tata cara
pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan penindakan pelanggaran lalu
lintas dan angkutan jalan pasal 6 ayat 2C juga menjelaskan hal serupa dimana
penumpang sepeda motor juga wajib mengenakan helm. Namun berdasarkan
5
hasil studi pendahuluan, terdapat kesenjangan antara penerapan peraturan
tersebut dengan keadaan aktual di lapangan, bahwa sepuluh dari sebelas
pengendara tidak memakaikan helm pada penumpang anaknya. Hal tersebut
menjadi penting untuk ditindaklanjuti karena anak menjadi golongan umur
yang penting diperhatikan keselamatannya. Selain sebagai penerus keturunan,
usia anak juga merupakan usia mendasar untuk diajarkan peduli terhadap
keselamatan diri sendiri. Keselamatan penumpang anak menjadi hal yang
serius mengingat penumpang anak belum dapat menjaga keselamatannya
sendiri sehingga pengendara lah yang seharusnya menjamin keselamatannya
termasuk pemakaian helm saat berlalu lintas menggunakan sepeda motor.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan juga didapatkan informasi bahwa
seluruh pengendara mengatakan bahwa helm penting untuk menjaga
keselamatan penumpang anak. Namun hal tersebut tidak mereka terapkan
dalam berkendara dengan penumpang anak dari dan menuju sekolah,
sehingga penelitian ini ingin menggali sikap, norma subyektif, persepsi
kontrol perilaku, dan niat terhadap perilaku pengendara dalam memakaikan
helm pada penumpang anak.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran sikap pengendara terhadap perilaku dalam
memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03
Jakarta Timur tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran norma subyektif pengendara terhadap perilaku
dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu
03 Jakarta Timur tahun 2017?
6
3. Bagaimana gambaran persepsi kontrol perilaku pengendara terhadap
perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang
Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017?
4. Bagaimana gambaran niat pengendara terhadap perilaku dalam
memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03
Jakarta Timur tahun 2017?
5. Bagaimana gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada
penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan
helm pada penumpang anak berdasarkan komponen sikap, norma
subyektif, persepsi kontrol perilaku, da niat pengendara di SDN Cipinang
Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran sikap pengendara terhadap perilaku dalam
memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu
03 Jakarta Timur tahun 2017.
2. Diketahuinya gambaran norma subyektif pengendara terhadap
perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN
Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.
3. Diketahuinya gambaran persepsi kontrol perilaku pengendara
terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di
SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.
7
4. Diketahuinya gambaran niat pengendara terhadap perilaku dalam
memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu
03 Jakarta Timur tahun 2017.
5. Diketahuinya gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan
helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta
Timur tahun 2017.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi menjadi empat bagian yaitu manfaat
penelitian bagi pengendara sepeda motor, bagi SDN Cipinang Melayu 03,
bagi kepolisian RI, dan bagi peneliti.
1.5.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kewaspadaan dan
kepatuhan bagi pengendara sepeda motor supaya lebih memperhatikan
aspek keselamatan berkendara khususnya penggunaan helm pada
penumpang anak.
1.5.2 Bagi SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pihak
sekolah untuk turut serta dengan pihak kepolisian bersama-sama dapat
meningkatkan aspek keselamatan bagi anak sekolah dasar terutama dalam
hal penggunaan helm bagi penumpang anak.
1.5.3 Bagi Kepolisian RI
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi jajaran
kepolisian, khususnya dalam aspek keselamatan berkendara dalam
penggunaan helm pada penumpang anak. Diharapkan agar kepolisian dapat
8
terus meningkatkan upaya-upaya keselamatan, khususnya penggunaan helm
pada penumpang anak.
1.5.4 Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat menambah pengalaman peneliti dalam
melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu K3 yang telah
dipelajari dalam masa perkuliahan khususnya mengenai keselamatan
berkendara.
1.6 Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pengendara dalam
memakaikan helm pada penumpang anak sekolah dasar di SDN Cipinang
Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017. Penelitian ini dilakukan pada bulan
April - Desember 2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Informan penelitian adalah pengendara motor, penumpang anak, penjaga
sekolah setempat, kepala sekolah, dan pihak kepolisian. Metode pemilihan
informan adalah dengan menggunakan accidental sampling. Dalam penelitian
ini dilakukan pengambilan data primer melalui wawancara mendalam
menggunakan pedoman wawancara mendalam dan observasi menggunakan
lembar observasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data Miles
dan Huberman.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
Perilaku merupakan suatu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari
dalam diri manusia. Manusia berperilaku untuk menjalankan kegiatannya
sehari-hari dan untuk berinteraksi satu sama lain. Perilaku dapat menjadi suatu
hal yang abstrak (tidak terlihat) dan dapat pula menjadi suatu tindakan yang
terlihat dan dapat diamati.
Perilaku yang dibahas dalam penelitian ini adalah perilaku pengendara
sepeda motor dalam pemakaian helm pada penumpang anak yang bersifat
kualitatif. Diantara teori-teori perilaku yang lain, terdapat dua teori yang
dianggap paling cocok dengan penelitian ini, yaitu theory reasoned action
(TRA) dan theory of planned behavior (TPB). Theory reasoned action
merupakan dasar pembentukan teori perilaku terencana (TPB) dimana terdapat
domain niat yang menjadi hal yang berbeda untuk diteliti dibandingkan
dengan teori lainnya.
2.1.1 Theory of Reasoned Action
Theory of reasoned action (TRA) adalah teori yang dikemukakan
oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. Pada teori tersebut dijelaskan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh beberapa aspek internal dan eksternal
dalam diri manusia, yaitu sikap terhadap perilaku dan norma subyektif
yang dapat membentuk niat yang kemudian niat tersebut akan terwujud
dalam suatu bentuk perilaku.
10
Tujuan utama dibuatnya TRA adalah untuk menjelaskan perilaku
yang terbentuk akibat adanya kehendak dari seseorang (volitional
behaviors). Dalam TRA prediktor utama pembentuk perilaku adalah niat.
Niat tersebut adalah hasil dari interaksi antara faktor dalam diri seseorang
dan pengaruh norma subyektif dari lingkungan sekitar seseorang.
Berdasarkan gambar 2.1 sikap terbentuk dari kekuatan keyakinan
dan evaluasi terhadap keyakinan tersebut. Yang dimaksud dengan
kekuatan keyakinan (belief strenght) adalah seberapa besar seseorang
memiliki keyakinan positif atau negatif terhadap suatu hal. Sedangkan
evaluasi terhadap keyakinan (belief evaluation) adalah seberapa besar
seseorang merasa akan melakukan suatu hal dilihat dari outcome yang
akan ditimbulkannya, apakah outcome positif atau negatif.
Sedangkan norma subyektif terbentuk oleh normative belief dan
motivasi untuk memenuhi normative belief tersebut (motivation to
comply). Normative believe merupakah persepsi seseorang dalam
menanggapi pengaruh orang lain yang dianggap penting bagi dirinya
dalam melakukan suatu perilaku. Sedangkan motivation to comply adalah
tekanan yang dirasakan oleh seseorang mengenai apakah tindakan atau
perilaku yang seharusnya dilakukan akibat pengaruh dari orang yang
dianggap penting tersebut penting untuk diwujudkan, apakah diperlukan
untuk memenuhi ekspektasi orang lain terhadap perilaku yang akan
dimunculkan.
11
Sumber : Ajzen, Icek (1975) dalam Hale, Jerold L. dkk, (2014)
Gambar 2.1
Theory of Reasoned Action
2.1.2 Theory of Planned Behavior
Theory of planned behavior (TPB) atau dapat disebut juga dengan
teori perilaku terencana merupakan hasil pengembangan dan
penyempurnaan dari theory reasoned action (TRA). Sama halnya dengan
theory of reasoned action, teori perilaku terencana menjelaskan aspek
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku. Satu hal yang membedakan TPB dengan TRA adalah di
dalam TPB terdapat faktor kontrol perilaku (perceived of behavioral
control) yang dapat mempengaruhi niat dan perilaku seseorang (Ajzen,
1985). Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.
Menurut Fishben dan Ajzen (1975), sama seperti ada theory
reasoned action, terdapat faktor sikap dan norma subyektif terhadap niat
yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Sebagai
tambahan, terdapat faktor perceived behavioral control yang kemudian
disebut sebagai PBC. Perceived behavioral control atau disebut dengan
12
kontrol perilaku adalah persepsi seseorang terhadap kontrol yang
dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu apakah seseorang merasa
mudah atau sulit untuk melakukan tingkah laku tertentu. Ajzen (2005)
menyatakan perceived behavioral control menjalankan fungsi control
beliefs mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendorong atau
menghambat individu untuk melakukan sebuah perilaku. Kepercayaan
dalam kontrol ini didasarkan pada pengalaman terdahulu individu tentang
suatu perilaku, informasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku
yang diperoleh dengan melakukan observasi pada pengetahuan yang
dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal individu, dan juga oleh
berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan
perasaan individu mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan suatu
perilaku.
Faktor kontrol perilaku merupakan suatu keadaan dimana
seseorang bisa mengatur kemampuan/ketidakmampuannya dalam
melakukan suatu perilaku (dipengaruhi oleh faktor eksternal) sehingga
akhirnya dia memutuskan untuk berperilaku atau tidak, yang kemudian
disebut juga dengan nonvolitional behaviors (perilaku diluar kehendak).
Faktor nonvolitional behaviors ini pula yang membedakan TPB dengan
TRA, dimana dalam TRA hanya dibahas mengenai volitional behaviors.
Ajzen (1985) dan Ajzen (2005) menjelaskan bahwa dalam di
dalam kontrol perilaku terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi, yaitu dijelaskan sebagai berikut.
a. Faktor Internal
13
Terdapat beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi
kontrol perilaku yang kemudian mempengaruhi niat untuk
berperilaku, diantaranya :
1. Informasi, keahlian, dan kemampuan dan kemauan.
2. Keadaan emosi dan paksaan (emotions and compulsions).
Faktor internal memiliki peranan untuk membentuk persepsi
kontrol perilaku dan keberhasilan timbulnya niat terhadap perilaku.
Faktor internal ini merupakan kumpulan dari fungsi kognitif seseorang
dan segala sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang tersebut
termasuk keadaan mental.
b. Faktor Eksternal
Sama halnya dengan faktor internal, faktor eksternal juga
memiliki peranan untuk mempengaruhi kontrol perilaku yang
kemudian mempengaruhi niat terhadap perilaku seseorang, yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Ketersediaan Waktu.
Kurangnya waktu dapat mempengaruhi seseorang untuk
dapat mengontrol perilakunya sesuai yang diharapkan. Umumnya,
kejadian seperti ini adalah faktor yang tidak terduga. Perilaku yang
sudah direncanakan sebelumnya dapat menjadi tidak terlaksana
akibat satu dan lain hal yang berhubungan dengan waktu.
Waktu dapat mengubah niat seseorang. Seseorang yang
semakin lama semakin memperoleh banyak informasi cenderung
dapat mengubah niatnya untuk melakukan sesuatu. Misalnya,
14
seseorang yang awalnya patuh untuk memakaikan helm pada
penumpang anak dikarenakan terdapat informasi razia kepolisian
menjadi tidak patuh ketika mendapat informasi bahwa razia
kepolisian sudah tidak dilakukan lagi.
2. Ketergantungan terhadap Orang Lain.
Menurut Ajzen (1985), suatu niat terhadap perilaku tidak
dapat terwujud jika orang lain yang berhubungan dengan perilaku
tersebut tidak memberikan dukungan ke arah yang sama. Sehingga
dapat dikatakan bahwa keinginan seseorang untuk mewujudkan
niat terhadap perilaku dipengaruhi oleh peran dari orang lain.
Sebagai contoh, perilaku orang tua saat memakaikan helm pada
penumpang anak tidak akan terwujud jika anak tersebut menolak
untuk memakai helm karena satu dan lain alasan.
Gambar 2.2
Theory of Planned Behavior
2.1.4 Perbandingan Teori Perilaku
Berdasarkan kedua teori perilaku yang telah dijelaskan, berikut ini
adalah tabel hasil perbandingan kedua teori perilaku tersebut.
15
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Teori Perilaku
Theory of Reasoned Action Theory of Planned Behavior
Perilaku dapat terbentuk dari
prediktor utama berupa niat
(volitional behavior)
Terdapat faktor nonvolitional
behavior sehingga aktualisasi
perilaku tidak hanya dilihat
berdasarkan niat tetapi juga dilihat
dari aspek persepsi kontrol perilaku.
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dalam TRA, niat
merupakan prediktor utama dalam membentuk perilaku karena niat
merupakan volitional behavior (perilaku terbentuk sesuai dengan
kehendak). Sedangkan dalam TPB, terdapat nonvolitional behavior yaitu
adanya persepsi kontrol perilaku, dimana memungkinkan perilaku yang
terealisasi tidak sesuai dengan kehendak (niat). Karena persepsi kontrol
perilaku dapat langsung mempengaruhi perilaku. Sehingga memungkinkan
situasi dimana niat yang tinggi tidak sejalan dengan perilaku yang terjadi
akibat adanya nonvolitional behavior. Keberhasilan perilaku dalam TPB
tergantung dari bagaimana seseorang menanggapi persepsi kontrol
perilaku mereka, apakah dianggap menjadi suatu penghalang atau
pendorong untuk berperilaku.
2.1.5 Perilaku Aman Berkendara
2.1.5.1 Definisi
Safety riding menjadi suatu hal yang penting mengingat pengguna
jalan raya tidak hanya sebatas pada pengguna kendaraan bermotor
melainkan juga menyangkut pengguna jalan lain seperti pesepeda dan
16
pejalan kaki. Safety riding atau perilaku aman berkendara memiliki
definisi yang beragam. Menurut Utari (2009), safety riding merupakan
suatu upaya yang dilakukan pengendara untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya celaka dan memperbesar tingkat keamanan dalam berkendara.
Tidak hanya itu, safety riding juga meliputi kesadaran pengendara
terhadap bahaya di sekitarnya. Sedangkan menurut Kusmagi (2010) safety
riding adalah bagaimana pengendara sepeda motor dapat berkendara
dengan aman, mengikuti aturan dan regulasi yang berlaku dengan tujuan
terjaminnya keselamatan pengendara maupun pengguna jalan lain.
Selanjutnya menurut Sumiyanto dkk. (2014) safety riding adalah suatu
bentuk perilaku pengendara yang memperhatikan aspek keselamatan
dengan tujuan tidak celaka dalam berlalu lintas. Selain itu, safety riding
juga digunakan sebagai pengingat pengendara untuk selalu mengantisipasi
segala hal yang dapat terjadi saat berlalu lintas, baik hal negatif maupun
hal positif.
2.1.5.2 Perilaku Aman Sebelum Berkendara
Perilaku aman sebelum berkendara penting untuk diperhatikan oleh
pengendara karena dengan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
mengemudikan kendaraan, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terhindar.
Berdasarkan peraturam pada Motorcycle Safety Foundation, terdapat
empat langkah sebagai persiapan berkendara yaitu memastikan ukuran
tubuh sesuai dengan ukuran sepeda motor, memeriksa kelengkapan sepeda
motor, menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, dan pengendara
memiliki kesehatan mental yang baik sehingga keselamatannya dapat
17
terjaga (Motorcycle Safety Foundation, 2014). Sedangkan menurut
Kusmagi (2010) perilaku yang aman sebelum berkendara adalah sebagai
berikut.
a. Memeriksa kelengkapan memastikan semua peralatan di sepeda motor
berfungsi dengan baik, seperti lampu depan, lampu belakang, lampu
sein, dan juga rem.
b. Membawa SIM dan STNK sebagai identitas diri dan sebagai penunjuk
bahwa pengendara adalah orang yang berhak membawa kendaraan
serta mencegah tuduhan membawa kendaraan secara tidak sah.
c. Memakai alat-alat pelindung keselamatan diri, seperti jaket, helm,
sarung tangan, dan sepatu yang bisa melindungi jika terjadi
kecelakaan.
d. Memeriksa kondisi ban dari kondisi yang dapat menyebabkan celaka
seperti pecah ban karena tekanan terlalu tinggi atau kehabisan angin.
e. Mengatur posisi spion baik kiri dan kanan supaya dapat mengamati
kondisi lalu lintas di belakang dengan baik (jika terdapat penumpang
jangan sampai terhalang).
f. Memperhatikan batas maksimum kemampuan motor untuk
menampung beban barang bawaan.
g. Memperhatikan kondisi fisik sebelum mengemudikan kendaraan. Jika
diperlukan, rencanakan kapan harus berhenti dan beristirahat.
h. Jika berkendara dengan anak, sebaiknya tidak ditempatkan di bangku
depan karena membahayakan proses mengontrol laju motor.
18
i. Anak sebagai penumpang sebaiknya diberikan helm dan peralatan
kelengkapan berkendara yang sesuai dengan ukurannya. Pemakaian
helm yang tidak sesuai dengan ukuran kepala anak tidak dianjurkan
karena tidak dapat melindungi secara maksimal.
j. Memberitahukan segala sesuatu yang mungkin terjadi di jalan kepada
penumpang yang jarang atau tidak pernah naik motor sebelumnya
sehingga penumpang dapat mempersiapkan diri dan tidak
menimbulkan celaka.
Selain itu, berdasarkan Buku Petunjuk Tata Cara Bersepeda
Motor di Indonesia, terdapat dua hal utama yang harus dipersiapkan
sebelum berkendara yaitu keselamatan pengendara dan persiapan
kendaraan yang akan digunakan (Dirjen Perhubungan Darat, 2008) yaitu
sebagai berikut.
1) Keselamatan Pengendara
a. Helm
1. Menggunakan helm yang berada dalam kondisi baik, jangan
membeli helm bekas.
2. Memeriksa helm secara berkala. Masa pakai helm dapat
berkurang setiap kali dipakai. Periksa apakah terdapat retak,
periksa kondisi lapisan dalam helm, periksa apakah ada bahan
material yang terlepas.
3. Mengikat helm dengan benar karena helm yang longgar sama
bahayanya dengan tidak memakainya sama sekali.
19
4. Menggunakan helm yang mudah terlihat seperti warna putih,
merah, kuning atau jingga.
5. Membersihkan helm dengan air dan sabun yang lembut supaya
terhindar dari kerusakan. Tidak dianjurkan menggunakan
bensin dan bahan kimia sebagai pembersih helm, serta tidak
mengecat atau memasang stiker pada helm.
b. Pelindung Mata dan Wajah
1. Memenuhi persyaratan standar yang berlaku.
2. Memeriksa kelayakan pelindung mata dan wajah seperti tidak
ada goresan, tidak membatasi pandangan dari berbagai arah,
dan dapat diikat erat sehingga tidak mudah bergeser.
3. Pengendara berkacamata harus memastikan kacamata yang
digunakan sosok untuk berkendara, jangan menggunakan
kacamata dengan daya redam silau pada malam hari karena
menghalau masuknya cahaya dan dapat membahayakan
pengendara dan pengguna jalan lain.
c. Pakaian Pelindung
1. Jaket dan celana harus menutup seluruh lengan dan kaki
bahkan pada cuaca panas, melekat erat pada leher, pergelangan
tangan, pinggang saat anda berkendara, membuat tubuh hangat
dan tetap kering, dan gunakanlah pakaian berwarna cerah.
2. Sarung tangan harus didesain untuk berkendara sepeda motor,
melindungi tangan dan memakaikan kemampuan
menggenggam setir motor dengan baik dan tetap mampu
20
mengendalikan sepeda motor, pas melekat pada tangan dengan
baik dan terdapat lubang sirkulasi, memiliki ruang yang cukup
untuk jari anda agar anda mudah menekuk tangan saat
mengoperasikan sepeda motor, dan melindungi tangan dari
angin dan hujan.
3. Sepatu harus didesain untuk berkendara sepeda motor dan
terbuat dari kulit atau bahan sintetis kuat lainnya, melindungi
pergelangan kaki, memiliki alas sepatu yang mampu menapak
dengan baik dan memiliki bagian yang diperkuat sebagai
perlindungan tambahan, tidak memiliki tali-tali atau sisi yang
elastis karena dapat menimbulkan kecelakaan jika tersangkut
pada rantai motor.
d. Menggunakan Sepeda motor yang Tepat Sesuai Tujuannya
1. Sepeda Motor Harian
Sepeda motor ini didesain untuk berjalan di jalan raya. Bannya
dibuat agar mampu menapak dengan baik di jalan raya.
2. Sepeda Motor Trail
Sepeda motor ini biasanya digunakan untuk berkendara di
jalan aspal dan nonaspal. Sepeda motor ini dilengkapi dengan
lampu sehingga dapat digunakan di jalan raya.
3. Sepeda Motor Off-road
Sepeda motor ini didesain untuk kegiatan rekreasi seperti
motokros dan bertualang. Jenis ini tidak dapat digunakan di
21
jalan raya. Jenis ini juga biasanya tidak dilengkapi dengan
surat dan lampu serta indikator.
4. Sepeda Motor Roda Tiga
Jenis ini lebih kepada sepeda motor dengan tiga roda, tetapi
bukan sepeda motor dengan tambahan kereta tempel di bagian
sisinya.
2) Persiapan Kendaraan
Selain mempersiapkan diri demi aspek keselamatan, persiapan
kendaraan juga menjadi hal yang penting yang perlu diperhatikan
berkaitan pula dengan aspek keselamatan di jalan raya. Keselamatan
pengendara tidak hanya ditinjau dari aspek manusianya tetapi juga
aspek kendaraan sebagai tools dalam berkendara. Adapun yang harus
dipersiapkan adalah sebagai berikut.
a. Memeriksa Alat Kendali
1. Rem depan dan belakang pada saat bersamaan harus dapat
berfungsi.
2. Kopling dan gas keduanya harus dapat berfungsi dengan
halus dan gas harus segera berbalik ketika dilepas.
3. Memastikan semua kabel dan tali dalam kondisi baik,
berfungsi secara halus dan dan tidak terdapat kabel yang
kusut dan dalam keadaan terurai.
b. Memeriksa Ban
1. Memeriksa tekanan ban (khususnya saat ketika kondisi ban
masih dingin) karena berpengaruh pada pengendalian motor.
22
2. Memeriksa tapak ban karena ban dengan permukaan yang
tidak rata merupakan hal yang dapat membahayakan saat
berkendara, khususnya pada saat melintas di jalan yang licin.
3. Memeriksa apakah terdapat kerusakan seperti terdapat
pecahan pada tapak ban, paku, ataupun potongan benda tajam
lainnya.
c. Memeriksa Lampu dan Sein
1. Memastikan bahwa semua lampu utama dan sein dapat
bekerja dengan baik.
2. Memastikan lampu indikator bekerja dengan baik seperti
berkedip dan menyala terang.
3. Memeriksa lampu utama dengan menaruh tangan di depan
lampu utama saat lampu dalam keadaan menyala untuk
memastikan bahwa lampu bekerja dengan baik.
4. Memeriksa lampu dim untuk memastikan bahwa lampu jauh
dan dekat dapat bekerja dengan baik pula.
5. Memastikan lampu rem bekerja dengan baik dengan cara
mencoba semua tuas rem dan melihat nyala lampunya pada
dinding atau dengan menggunakan tangan.
6. Memeriksa klakson dapat berbunyi dengan baik dan
terdengar.
d. Memeriksa Spion
Membersihkan dan menyetel posisi spion sebelum mulai
berkendara.
23
e. Memeriksa Pengoprasian Teknis Bahan Bakar dan Oli
Mengecek oli dan bahan bakar sebelum mulai berkendara.
f. Memeriksa Rantai
Memastikan apakah rantai sepeda motor telah dilumasi dan
setelannya telah tepat dan memastikan terdapat pelindung rantai
pada motor.
2.1.5.3 Perilaku Aman Saat Berkendara
Selain tahap persiapan sebelum berkendara, perilaku aman saat
berkendara juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan karena
celaka atau tidak celakanya pengendara juga besar dipengaruhi pada
tahap saat berkendara di jalan raya. Menurut Kusmagi (2010), perilaku
aman saat berkendara meliputi :
a. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan yang ada.
b. Menghormati pengguna jalan lain dan berkendara dengan tertib
karena jalan raya adalah fasilitas umum yang dipakai oleh semua
masyarakat.
c. Memiliki pandangan ke depan dan ke belakang dengan jelas dan
menghindari titik buta dimana pengendara tidak dapat melihat
dengan jelas seperti menyalip kendaraan dari sebelah kiri sehingga
tidak dapat melihat penyeberang jalan atau kendaraan lain dari arah
sebelah kanan.
d. Memastikan lampu sepeda motor menyala dengan baik pada malam
hari.
e. Selalu menggunakan lajur sebelah kiri.
24
f. Mengurangi kecepatan saat sedang hujan atau jalanan licin.
g. Memastikan dapat terlihat oleh pengguna jalan lainnya terlebih jika
cuaca sedang hujan sebaiknya menepi.
h. Melindungi penglihatan dengan menggunakan helm full face atau
pelindung mata lainnya, sehingga konsentrasi tidak terganggu akibat
masuknya benda-benda asing ke dalam mata.
2.2 Helm Sebagai Pelindung Kepala Pengendara dan Penumpang Saat
Berkendara
2.2.1 Definisi Helm
Helm merupakan salah satu alat pelindung diri dalam keselamatan
berlalu lintas. Helm menjadi alat pelindung diri utama yang sangat penting
untuk digunakan mengingat fungsi helm adalah melindungi organ yang vital
yaitu kepala yang apabila menjadi organ target kecelakaan dampak yang
ditimbulkan dapat berkembang menjadi dampak yang serius bahkan dapat
menyebabkan kematian. Ditinjau dari segi bahasa, helm berasal dari bahasa
Belanda yang artinya adalah alat pelindung tubuh yang dikenakan di kepala
(Kusmagi, 2010). Berdasarkan BSN (2007) definisi helm adalah bagian dari
perlengkapan kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung kepala yang
berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi benturan.
2.2.2 Jenis-Jenis Helm
Berdasarkan regulasi yang berlaku di Indonesia yaitu SNI 1811-
2007 (BSN, 2007), terdapat dua jenis helm yang umum digunakan saat
berkendara di jalan raya yaitu helm standar terbuka (open face) dan helm
standar tertutup (full face). Helm standar terbuka adalah jenis helm yang
25
menutupi kepala, leher dan bagian telinga. Sedangkan helm standar
tertutup adalah helm yang menutup kepala, leher hingga bagian mulut.
2.2.3 Bagian-Bagian Helm
Menurut Kusmagi (2010) helm terdiri dari empat bagian utama,
yaitu lapisan luar yang keras, lapisan tebal bagian dalam, lapisan lunak
bagian dalam, dan tali pengikat. Sedangkan berdasarkan SNI 1811-2007
(BSN, 2007), bagian-bagian helm adalah sebagai berikut.
a. Tempurung sebagai bagian terluar dari helm.
b. Lapisan pelindung sebagai penyerap energi saat terjadi benturan.
c. Pelindung muka sebagai pelindung bagian muka baik sebagian ataupun
keseluruhan terbuat dari lapisan bening yang tembus pandang.
d. Bantalan kenyamanan sebagai pemberi rasa nyaman saat dipakai.
e. Lapisan pengaman sebagai pelindung kepala yang terletak di bagian
paling dalam dari helm.
f. Alat penahan sebagai penahan posisi helm saat digunakan.
g. Tali pemegang sebagai pengikat helm yang berupa tali dengan kunci
pengikat.
h. Tutup dagu sebagai bagian dari tali pemegang yang menutupi rahang
bawah saat tali pemegang dalam keadaan terkunci.
i. Lubang ventilasi sebagai jalur pertukaran udara di dalam helm.
j. Lubang pendengaran sebagai jalur masuknya suara sehingga pengguna
tetap dapat mendengar walaupun menggunakan helm.
k. Jaring helm yang bersentuhan langsung dengan kepala saat digunakan.
26
Gambar 2.3
Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Tertutup SNI 1811-2007
Gambar 2.4
Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Terbuka SNI 1811-2007
2.2.4 Cara Kerja Helm
Berdasarkan Motorcycle Safety Foundation, terdapat empat cara
kerja dasar helm untuk melindungi kepala. Cara kerja tersebut adalah
sebagai berikut (Motorcycle Safety Foundation, 2014).
a. Tempurung terluar helm (an outer shell)
27
Tempurung helm terbuat dari bahan yang kuat dan keras yang disebut
dengan polikarbonat. Komponen ini didesain untuk menahan benturan dari
benda apapun yang keras. Tempurung helm meredam kekuatan benturan
hingga sampai ke dalam kepala.
b. Penyerap benturan (impact-absorbing liner)
Di dalam tempurung terdapat penyerap benturan yang umumnya
terbuat dari polistirene atau dikenal dengan sebuat sterofoam. Lapisan ini
menjadi bantalan dan penyerap terhadap guncangan atau benturan.
c. Lapisan dalam yang nyaman (comfort padding)
Lapisan ini terbuat dari busa yang lembut yang membuat nyaman saat
digunakan dan sesuai dengan ukuran kepala ketika digunakan. Pada beberapa
helm, padding dapat dikeluarkan untuk tujuan dibersihkan dengan mudah.
d. Sistem retensi yang baik
Pengunci di bagian dagu pada helm (chin strap) merupakan
komponen yang penting untuk memastikan helm akan tetap terpakai di kepala
dalam keadaan apapun. Strap ini langsung terhubung dengan tempurung.
Gambar 2.5
Komponen Dasar Helm Sebagai Pelindung Kepala
28
2.2.5 Kriteria Memilih Helm yang Baik dan Benar
Adapun kriteria pemilihan helm yang baik dan benar adalah
sebagai berikut (Kusmagi, 2010).
a) Menggunakan helm terstandardisasi berlogo SNI.
b) Memilih helm sesuai ukuran kepala dan memperhatikan aspek
kenyamanan. Ciri bahwa helm yang dipilih telah sesuai dengan ukuran
kepala adalah tidak mudah dilepas, sedikit menekan pada bagian pipi
dan rahang serta bagian atas kepala.
c) Menggunakan helm yang melindungi seluruh bagian kepala.
d) Menggunakan helm dengan fasilitas double visor lebih baik karena
memiliki dua kaca, kaca bening digunakan saat malam hari dan kaca
gelap saat terik siang hari.
e) Memilih helm dengan keadaan ventilasi yang baik supaya tidak
berembun saat dingin dan tidak meninggalkan bakteri akibat keringat
yang menguap di siang hari.
f) Memilih helm berwarna cerah demi aspek keamanan, terlihat oleh
pengendara lain saat berlalu lintas.
2.2.6 Regulasi Penggunaan Helm
Penggunaan helm saat berkendara merupakan suatu hal yang telah
diatur dalam regulasi Republik Indonesia yaitu dalam pasal 57 UU No 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) ayat 1 “setiap
kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan
perlengkapan kendaraan bermotor” dan ayat 2 “perlengkapan sebagaimana
29
dimaksud pada ayat (1) bagi sepeda motor berupa helm standar nasional
Indonesia”.
Selain pengendara motor, penumpang sepeda motor pun juga
diwajibkan untuk menggunakan helm. Sebagaimana yang tercantum dalam
undang-undang yang sama, UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 106
ayat 8 “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang
sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional
Indonesia.” Selain itu, pada PP No. 80 tahun 2012 juga dikatakan bahwa
penumpang juga diwajibkan memakai helm, tidak hanya terbatas pada
pengendara (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012).
Setiap peraturan yang berhubungan dengan keselamatan berkendara
dibuat untuk dipatuhi demi ketertiban dan keselamatan saat berlalu lintas di
jalan raya. Terdapat sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar peraturan
tersebut. Sebagai mana pada pasal 291 UU No. 22 tahun 2009 tentang LLAJ
ayat 1 “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tidak mengenakan
helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”
dan ayat 2 “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor yang
membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah).”
30
2.3 Aman Berkendara Bagi Penumpang Anak
2.3.1 Definisi Penumpang dan Anak
Menurut Government of Western Australia Department of
Transport. (2016) penumpang didefinisikan sebagai orang yang
menumpang di bangku sepeda motor yang terletak di belakang pengendara.
Sedangkan definisi penumpang berdasarkan UULLAJ adalah orang yang
berada di kendaraan selain pengendara. Berdasarkan beberapa regulasi di
berbagai negara, salah satunya di Australia Barat, penumpang sepeda motor
paling tidak berusia delapan tahun dan mampu menginjakkan kakinya pada
pijakan motor demi alasan keselamatan.
Mengacu pada standar WHO, definisi anak adalah seseorang yang
berusia dibawah lima belas tahun. Anak-anak menjadi kelompok umur yang
penting untuk diperhatikan keselamatannya sebagai penumpang sepeda
motor mengingat pada usia tersebut, anak belum dapat mempertimbangkan
aspek keselamatan dirinya sehingga peran orang dewasa dan lingkungan
sosialnya sangat penting untuk menjaga keselamatan anak sebagai
penumpang saat berkendara (WHO, 2015).
2.3.2 Pentingnya Keselamatan Anak Sebagai Penumpang
Kondisi fisik dan psikis anak usia sekolah yaitu antara usia 6 hingga
15 tahun (anak – remaja) berada pada tahap berkembang yang cukup pesat.
Pada usia ini, mereka memiliki pengembangan keterampilan yang beragam
dan cepat mempelajari sesuatu yang baru, seperti mengendarai sepeda
bahkan mengendarai sepeda motor atau sekadar menjadi penumpang. Pada
31
usia ini pula mereka belum bisa membedakan mana hal yang positif dan
mana hal negatif yang dapat mendatangkan bahaya (WHO, 2015).
Pada usia sekolah, anak mengalami perubahan kognitif sehingga
mereka memahami kondisi “jika dan kapan” mereka dapat melakukan
sesuatu. Pada usia ini, anak juga sudah dapat diajarkan mengenai hak dan
kewajiban yang harus mereka lakukan. Kedisiplinan sebaiknya mulai
dibangun untuk membentuk karakter yang memahami bahwa segala sesuatu
memiliki konsekuensi jika dilakukan. Peran orang tua, teman, dan
lingkungan sekitarnya sangat mempengaruhi kepatuhan anak terhadap suatu
aturan, termasuk aturan dalam berkendara walaupun hanya sebagai
penumpang. Anak akan patuh pada suatu hal berdasarkan hasil observasi
yang mereka lakukan pada kehidupan sehari-hari (WHO, 2015).
Menurut Santrock (2008), anak usia sekolah menengah hingga akhir
(6 – 12 tahun), mengalami perubahan pada otak. Volume total pada otak
stabil pada usia sekitar 12 tahun namun mengalami perubahan yang
signifikan pada beberapa struktur dan bagian yang terus berkembang.
Bagian tersebut adalah prefortal cortex, yang mempengaruhi anak menjadi
lebih berkembang dalam hal memperhatikan suatu hal, dapat membuat
alasan, dan lebih mengontrol fungsi kognisinya.
Menurut Weiner dan Elkind (1972), proses pembelajaran terhadap
aturan pada anak usia sekolah (6 – 12 tahun) adalah yang dominan untuk
diajarkan pada usia tersebut. Proses pembelajaran terhadap aturan baru
membutuhkan waktu yang cukup lama mengingat anak seringkali lupa
untuk menerapkannya atau tidak sempurna dalam penerapannya, namun
32
pada usia tersebut adalah usia paling tepat untuk diajarkan menaati suatu
peraturan baru karena pada usia tersebut secara kognitif anak dinilai sudah
mampu untuk belajar memahami dan menaati peraturan. Weiner dan Elkind
(1972) juga menambahkan bahwa anak usia sekolah (6 – 12 tahun) telah
memiliki kemampuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan lebih
baik sehingga dalam konteks penelitian yang dilakukan, anak telah dapat
memahami konsekuensi yang dapat terjadi jika tidak menggunakan helm
saat berada di sepeda motor.
Anak merupakan aset orang tua dan keluarga yang paling berharga
mengingat peran mereka sangat penting sebagai penerus keluarga dan
negara di masa yang akan datang. Kecelakaan yang terjadi pada anak
sebagai penumpang sejatinya dapat dicegah jika pihak-pihak primer yang
terdekat dengan anak mengupayakan usaha keselamatan yang seharusnya
dilakukan. Ketika usaha keselamatan yang dilakukan telah maksimal, angka
kematian, kecacatan, maupun kesakitan pada anak sebagai penumpang
seharusnya bisa menurun.
Hal yang membahayakan ketika terjadi kecelakaan pada anak
sebagai penumpang adalah bahwa organ tubuh pada anak belum terbentuk
sesempurna yang dimiliki orang dewasa sehingga peluang mereka untuk
bertahan hidup menjadi lebih kecil dan sangat rentan untuk mengalami
masalah kesehatan yang serius (WHO, 2015).
2.3.3 Helm Sebagai Alat Pelindung Diri Bagi Penumpang Anak
Alat pelindung diri saat berkendara tidak hanya diperuntukkan bagi
pengendara kendaraan tetapi juga diwajibkan bagi penumpang termasuk
33
penumpang anak. Dengan digunakannya alat pelindung diri saat berkendara
kemungkinan terjadinya luka maupun kecacatan akibat kecelakaan dapat
direduksi. Adapun alat pelindung diri yang utama bagi penumpang anak
adalah helm, pakaian, dan alas kaki.
Helm merupakan alat pelindung diri utama yang dianjurkan bagi
penumpang anak (Haworth dkk., 1994). Helm tersebut adalah helm yang
sesuai dengan ukuran kepalanya, tidak terlalu besar maupun terlalu kecil
sehingga tidak dibenarkan jika anak diberikan helm berukuran untuk orang
dewasa. Di Indonesia, tidak terdapat peraturan khusus mengenai jenis helm
yang diwajibkan untuk penumpang anak tetapi hanya dianjurkan untuk
mengenakan helm sesuai ukuran kepalanya agar memakaikan proteksi yang
maksimal (WHO, 2015). Lain halnya dengan Thailand dan Vietnam yang
sudah memiliki standar helm untuk anak usia lima tahun kebawah seperti
pada gambar 2.5.
Gambar 2.6
Helm Khusus Penumpang Anak di Vietnam dan Thailand
34
2.4 Definisi Jalan Raya
Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2004 dan PP No.34 tahun
2006, diketahui bahwa jalan dapat dikelompokkan berdasarkan status dan
fungsinya. Berdasarkan status, jalan dikelompokkan menjadi jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Sedangkan jalan
berdasarkan fungsinya dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Yang dimaksud dengan jalan nasional adalah terdiri dari jalan arteri
primer, jalan kolektor primer yang menggabungkan antarprovinsi, jalan tol,
dan jalan strategis nasional. Yang dimaksud dengan jalan provinsi adalah
terdiri dari jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota, jalan strategis provinsi,
dan jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan nasional. Yang
dimaksud dengan jalan kabupaten adalah terdiri dari jalan kolektor primer
yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antardesa, jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi
dan jalan sekunder dalam kota, dan jalan strategis kabupaten. Yang dimaksud
jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.
Dan yang dimaksud jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal
primer yang tidak termasukjalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan
35
merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa.
Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan jalan raya adalah
Jalan Raya Kalimalang yaitu berstatus jalan kabupaten yang memiliki fungsi
jalan kolektor primer, yaitu jalan umum yang melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dan juga memiliki fungsi
menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak
Perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang telah
dikemukakan pada poin 2.1 mengenai teori perilaku. Secara umum terdapat
dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Berdasarkan hasil analisis, teori yang akan diterapkan dalam
penelitian ini adalah teori perilaku terencana (TPB). Pemilihan TPB sebagai
dasar teori penelitian adalah dengan penggunaan TPB dapat diketahui faktor
niat sebagai prediktor utama pembentuk perilaku dimana tidak terdapat dalam
teori lainnya. Selain itu dalam TPB telah dimasukkan aspek kontrol perilaku
yang tidak terdapat pada TRA.
1. Perilaku
Ajzen (1985) menyatakan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas
yang dapat diprediksi dari niat, dimana niat itu sendiri dibentuk dari tiga
komponen utama yaitu sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku.
36
Oleh karena itu, untuk mengetahui gambaran perilaku dalam konteks
penelitian, peneliti harus dapat menggali informasi tentang bagaimana
sikap seseorang yang bisa ditinjau dari tingkatannya, bagaimana norma
subyektif dapat mempengaruhi dirinya, dan bagaimana seseorang
mengontrol perilakunya sehingga dapat terbentuk perilaku yang
diinginkan. Kemudian setelah ketiga komponen tersebut terbentuk, niat
seseorang dapat tergambarkan, yaitu mengenai bagaimana sebenarnya
seseorang ingin berperilaku walaupun niat tersebut tidak selalu berakhir
pada realisasi yang sesuai. Dalam konteks penelitian ini, perilaku yang
diharapkan (pemakaian helm pada penumpang anak) dapat diprediksi
melalui besaran niat. Semakin positifnya komponen sikap, norma
subyektif, dan kontrol perilaku maka akan semakin positif pula niat
yang terbentuk sehingga perilaku yang positif pun dapat ditimbulkan.
2. Sikap
Sikap merupakan merupakan hasil evaluasi positif atau negatif
seseorang terhadap outcome yang mungkin ditimbulkan (Ajzen, 1985).
Sikap dapat digambarkan melalui tingkatan-tingkatan sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010).
a. Menerima, yaitu responden mampu menerima rangsangan dari luar
yang dapat mempengaruhi perilakunya, seperti contohnya seorang
pengendara mau memakaikan helm untuk penumpang anak.
b. Menanggapi, yaitu responden dapat menanggapi pertanyaan seputar
perilaku yang dilakukannya, seperti menanggapi ketika ditanyakan
pendapatnya mengenai pentingnya helm untuk penumpang anak.
37
c. Menghargai, yaitu responden dapat memakaikan suatu makna
positif dari perilaku yang dilakukannya, misalnya dengan mengajak
orang lain untuk memakaikan helm pada penumpang anak.
d. Bertanggung jawab, yaitu merupakan tingkatan tertinggi dari sikap.
Responden akan merasa tetap akan bersikap sesuai yang dianutnya
walaupun orang lain meresponnya dengan negatif, misal seorang
pengendara tetap memakaikan helm pada penumpang anak
walaupun jaraknya dekat dan dicemooh orang lain.
Dalam konteks penelitian ini, sikap yang positif dapat diartikan
sebagai pandangan penggunaan helm sebagai sesuatu yang bermanfaat
dan dapat mengurangi dampak akibat suatu kecelakaan, sedangkan
sikap negative adalah sebaliknya. Seperti dalam penelitian Yogatama
(2013), sikap dapat dilihat dari bagaimana pegendara meyakini dan
menilai secara baik bahwa helm dapat menjadi penyelamat dan
menghindari cedera parah di bagian kepala. Selain itu, penelitian Trinh
dan Le (2016), sikap dapat dibentuk dan dilihat melalui kebiasaan,
misalnya dengan orang tua menggunakan helm, akan membentuk
perilaku anak juga untuk menggunakan helm. Selain kebiasaan, sikap
juga dapat dibentuk melalui media-media tertentu. Penelitian Trinh
tersebut juga menunjukkan bahwa orang tua dengan paparan media
tertentu mengenai penggunaan helm akan menghasilkan perilaku
penggunaan helm untuk anak yang lebih baik untuk waktu yang akan
datang.
3. Norma Subyektif
38
Norma subyektif dapat membentuk niat dan mempengaruhi
perilaku. Norma subyektif merupakan seberapa besar dorongan dari
orang-orang yang dianggap berpengaruh bagi dirinya (dorongan yang
bersifat subyektif) menekan seseorang untuk melakukan sesuatu (Ajzen,
1985). Robertson dkk. (2014) menyatakan bahwa norma subyektif
dapat mempengaruhi pengendara memakaikan helm pada anak.
Dukungan maupun dorongan tersebut yang ada di sekitar orang tua
sebagai pengendara akan meningkatkan perilaku orang tua untuk
memakaikan helm kepada anaknya sebagai penumpang. Zamani-
Alavijeh dkk. (2011) menambahkan bahwa dorongan dari keluarga
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perilaku penggunaan helm.
Norma subyektif juga dapat berkaitan dengan orang-orang yang
disegani seperti penegak hukum seperti pada penelitian (Zamani-
Alavijeh dkk. (2011)) menyatakan bahwa pada orang dewasa sebagai
pengendara pun sukarela untuk memakai helm jika ada petugas lalu
lintas yaitu hanya dua dari total 29 informan yang diteliti.
Dalam konteks penelitian ini, norma subyektif dapat digali dengan
mengetahui informasi mengenai siapa saja dalam lingkup sosial yang
mempengaruhi seseorang, seperti teman sebaya, keluarga, maupun
orang lain yang disegani. Hal tersebut perlu dipastikan pada saat
penelitian mengingat variasi usia pengendara yang cukup beragam
sehingga norma subyektif yang mempengaruhi juga dapat beragam.
Selain mengetahui siapa saja orang-orang yang berpengaruh, perlu
diketahui pula mengenai seberapa besar dorongan dari tiap-tiap orang
39
yang berpengaruh tersebut terhadap perilaku yang akan ditimbulkan.
Seperti misalnya, seorang pengendara berusia 18 tahun ternyata lebih
dipengaruhi oleh teman sebayanya dalam hal memakaikan helm pada
penumpang anak (misal, adiknya) dibandingkan pengaruh oleh orang
tuanya.
4. Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control)
Kontrol perilaku menurut Ajzen (1985) adalah bagaimana persepsi
seseorang terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan
perilaku tertentu apakah seseorang merasa mudah atau sulit untuk
melakukan tingkah laku tertentu. Kontrol perilaku tersebut dipengaruhi
oleh faktor internal (Informasi, keahlian, dan kemampuan ; keinginan
(power of will) ; dan keadaan emosi serta paksaan (emotions and
compulsions)) dan faktor eksternal (waktu dan ketergantungan terhadap
orang lain). Sehingga untuk menggali informasi mengenai kontrol
perilaku faktor internal dan eksternal tersebut perlu diketahui.
Seperti pada penelitian Robertson dkk. (2014), pemakaian helm
pada penumpang anak dipengaruhi oleh persepsi pengendara terhadap
kondisi bahaya dan juga lokasi saat berkendara. Kondisi berbahaya
yang dimaksud adalah apabila berkendara dengan kecepatan tertentu,
dampak apa yang mungkin akan timbul, dan lain sebagainya.
Sedangkan lokasi saat berkendara berkaitan dengan kondisi berbahaya
yang mungkin akan ditimbulkan juga, misalnya lokasi dengan lalu
lintas yang ramai. Hal tersebut berkaitan dengan keahlian dan
40
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam upaya mengontrol bahaya
yang diprediksi (faktor internal).
5. Niat
Niat menurut Ajzen (1985) adalah hasil interaksi dari ketiga
komponen pembentuknya yaitu sikap, norma subyektif, dan juga
kontrol perilaku. Pada penelitian Gravetter & Wallnau (2004) dalam
Robertson dkk. (2014) menujukkan bahwa variabel sikap, norma
subyektif, serta kontrol perilaku memiliki hubungan yang signifikan
intensi. Nilai pengaruh tersebut tergolong efek yang besar. Selain itu,
dalam penelitian Trinh dan Le (2016) niat orang tua sebagai pengendara
dapat mempengaruhi perilakunya dalam berkendara termasuk dalam
memakaikan helm kepada anak sebagai penumpang dan dapat
dikatakan terdapat korelasi yang kuat antara niat dengan perilaku (Trinh
dan Le, 2016).
Seperti yang telah dijelaskan, niat dalam TPB adalah prediktor
utama dalam menentukan perilaku. Semakin positif sifat tiap
pembentuknya (sikap tertinggi tingkatannya, pengaruh norma subyektif
yang baik dan juga besarnya pengaruh tersebut, dan kontrol perilaku
yang baik) maka intensi akan semakin positif pula sehingga perilaku
dapat terlihat sesuai dengan intensi yang ada.
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengendara dalam
memakaikan helm pada penumpang anak dengan mengacu pada theory of
41
planned behavior oleh Ajzen (1985). Adapun kerangka teori penelitian
dapat dilihat pada bagan 2.1.
Bagan 2.1 Kerangka Teori Berdasarkan Theory of Planned Behavior
(Ajzen, 1985)
42
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Berpikir
Penelitian ini akan melihat gambaran perilaku pengendara dalam
memakaikan helm pada penumpang anak. Kerangka berpikir dalam penelitian
ini didasarkan pada theory of planned behavior oleh Ajzen (1985). Dalam
theory of planned behaviour, perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat,
dimana niat ini dilatarbelakangi oleh sikap individu, norma subjektif, dan
perceived of behavioural control yang dapat dilihat pada bagan 3.1.
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan Theory of Planned Behavior
(Ajzen, 1985)
43
3. 2 Definisi Istilah
No Domain Definisi Istilah Metode Instrumen Triangulasi Hasil Pengambilan Data
1 Perilaku
pengendara
dalam
memakaikan
helm pada
penumpang
anak
Suatu bentuk kecenderungan
pengendara dalam bertindak yang
dapat diamati selama wawancara dan
observasi berlangsung yaitu berupa
perilaku memakaikan helm pada
penumpang anak.
Wawancara
mendalam
dan observasi
Pedoman
wawancara
mendalam
dan
pedoman
observasi
Triangulasi
sumber dan
triangulasi
metode
- gambaran pemakaian helm pada
penumpang anak
- gambaran jenis helm yang
dipakai penumpang anak
- gambaran alasan
memakaikan/tidak memakaikan
helm pada penumpang anak
2 Niat
pengendara
Intensi awal pengendara motor untuk
memakaikan helm pada penumpang
anak tanpa dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi apapun.
Wawancara
mendalam
dan observasi
Pedoman
wawancara
mendalam
dan lembar
observasi
Triangulasi
metode
- gambaran niat pengendara dalam
memakaikan helm pada
penumpang anak yang ditinjau
berdasarkan sikap, norma
subyektif, dan persepsi kontrol
perilakunya
44
No Domain Definisi Istilah Metode Instrumen Triangulasi Hasil Pengambilan Data
3 Sikap
pengendara
Tanggapan pengendara mengenai
pemakaian helm pada penumpang
anak yang dapat dilihat melalui
tingkatan sikap (menerima,
menanggapi, menghargai,
bertanggung jawab)
Wawancara
mendalam
dan observasi
Pedoman
wawancara
mendalam
Triangulasi
metode
- gambaran sikap pengendara
mengenai pemakaian helm pada
penumpang anak berdasarkan
tingkatan sikap.
4 Norma
Subyektif
pengendara
Keyakinan pengendara tentang orang
atau pihak lain yang dianggap
penting dalam membentuk
perilakunya untuk memakaikan helm
pada penumpang anak.
Wawancara
mendalam
dan observasi
Pedoman
wawancara
mendalam
Triangulasi
sumber dan
triangulasi
metode
- gambaran orang-orang yang
berpengaruh secara subyektif bagi
pengendara sehingga pengendara
memakaikan helm pada
penumpang anak
5 Persepsi
Kontrol
perilaku
pengendara
Keyakinan pengendara tentang
kemudahan atau kesulitan
pengendara dalam memakaikan helm
pada penumpang anak yang dapat
dinilai melalui komponen internalnya
(informasi, keahlian, dan
Wawancara
mendalam
dan observasi
Pedoman
wawancara
mendalam
Triangulasi
metode
- gambaran persepsi pengendara
terkait faktor-faktor yang
mendorong pengendara untuk
berperilaku memakaikan helm
pada penumpang anak
-gambaran persepsi pengendara
45
No Domain Definisi Istilah Metode Instrumen Triangulasi Hasil Pengambilan Data
kemampuan ; keinginan (power of
will) ; dan keadaan emosi serta
paksaan (emotions and
compulsions)) dan juga komponen
eksternalnya (waktu dan
ketergantungan terhadap orang lain).
terkait faktor-faktor yang
menghambat pengendara untuk
berperilaku memakaikan helm
pada penumpang anak
46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa teks, naratif, kata-kata baik secara
tertulis maupun lisan dari informan serta perilaku yang diamati (Sugiyono,
2009). Tujuan penggunaan pendekatan kualitatif adalah untuk memahami
fenomena yag dialami oleh informan penelitian secara menyeluruh dan
mendalam. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara
mendalam dan observasi. Melalui jenis penelitian kualitatif diharapkan dapat
menggali dan mendapatkan informasi secara mendalam tentang hal-hal yang
berkaitan dengan gambaran faktor determinan perilaku pengendara dalam
memakaikan helm pada penumpang anak sekolah dasar di SDN Cipinang
Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April – Desember 2017 di
SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur 2017.
4.3 Populasi dan Informan Penelitian
4.3.1 Populasi
Dalam penelitian kualitatif istilah yang digunakan bukanlah populasi
melainkan situasi sosial. Di dalam situasi sosial tersebut terdapat komponen
yang akan diketahui melalui penelitian seperti tempat, pelaku, dan juga
aktivitas di dalamnya. Dalam penelitian kualitatif hasil penelitian tidak
dapat digeneralisasi ke dalam suatu populasi tetapi dapat menggambarkan
47
kondisi untuk tempat-tempat dengan kondisi situasi sosial yang serupa.
Sehingga situasi sosial dalam penelitian ini adalah situasi sosial dalam
lingkungan sekolah dasar khususnya di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta
Timur (Sugiyono, 2009).
4.3.2 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah ditentukan dengan
menggunakan metode accidental sampling. Metode ini merupakan teknik
pengambilan sampel sumber data dengan prinsip “ketidaksengajaan” yang
dapat menjadi prinsip kemudahan pada kondisi yang terjadi pada saat
pengambilan data dengan mempertimbangkan kemauan dan kebersediaan
informan (Herdiansyah, 2015).
Informan yang menjadi narasumber pengumpulan data primer pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Informan dalam Penelitian Perilaku
Pengendara di SDN Cipinang Melayu 03 Tahun 2017
No Nama Usia Kategori
Informan
Hubungan
dengan
Penumpang
Anak
Pengambilan Data
1 Ibu
DAH
45 Informan
utama
Orang tua anak Wawancara mendalam
dan observasi
2 Bapak
HR
45 Informan
utama
Orang tua anak Wawancara mendalam
dan observasi
3 Ibu
WW
35 Informan
utama
Orang tua anak Wawancara mendalam
dan observasi
4 Ibu
ODP
42 Informan
utama
Pengantar dan
penjemput (ojek)
Wawancara mendalam
dan observasi
5 Siswa
FT
12 Informan
pendukung
Kelas 6, anak ibu
DAH
Wawancara mendalam
dan observasi
6 Siswa
RK
7 Informan
pendukung
Kelas 2, anak ibu
WW
Wawancara mendalam
dan observasi
7 Siswa
DR
6 Informan
pendukung
Kelas 1, anak
bapak HR
Wawancara mendalam
dan observasi
48
No Nama Usia Kategori
Informan
Hubungan
dengan
Penumpang
Anak
Pengambilan Data
8 Siswa
FZA
12 Informan
pendukung
Kelas 6, yang
diantar-jemput ibu
ODP
Wawancara mendalam
dan observasi
9 Bapak
ST
53 Informan
pendukung
Satpam SDN
Cipinang Melayu
03
Wawancara mendalam
10 Bapak
HM
50 Informan
kunci
Kepala Seksi
Pendidikan
Masyarakat
(KASIDIKMAS)
unit DIKYASA
(pendidikan dan
rekayasa) POLDA
Metro Jaya
Wawancara mendalam
11 Bapak
MM
53 Informan
kunci
Kepala Sekolah
SDN Cipinang
Melayu 03
Wawancara mendalam
12 Bapak
WD
56 Informan
kunci
Staff bagian
DIKYASA
Satlantas Jakarta
Timur
Wawancara mendalam
Sumber : data primer terolah.
Informan dipilih berdasarkan tiga jenis, yaitu informan utama, informan
key person, dan informan yang mendukung validasi sumber data. Informan
utama adalah informan yang menjadi sumber data primer utama dalam
penelitian ini, yang ingin digali secara mendalam, yaitu pengendara motor
dengan penumpang anak. Informan key person adalah informan yang
dianggap mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya perilaku pengendara di
tempat penelitian, bagaimana koordinasi sekolah dengan kepolisian, dan
bagaimana seharusnya perilaku pengendara terhadap penumpang anak dalam
hal keselamatannya berlalu lintas khususnya tentang penggunaan helm pada
penumpang sehingga informan kunci dalam penelitian ini yaitu kepala
49
sekolah dan pihak kepolisian. Sedangkan informan pendukung adalah
penumpang anak dan satpam sekolah dasar di SDN Cipinang Melayu 03
Jakarta Timur.
Berdasarkan tabel 4.1 wawancara mendalam dan observasi yang
dilakukan kepada informan utama dilakukan di SDN Cipinang Melayu 03
dengan rentang waktu mulai dari 8 Juni 2017 – 20 Juli 2017. Sedangkan
wawancara mendalam dengan informan kunci dilakukan di POLDA Metro
Jaya unit DIKYASA, Tebet, pada 8 Agustus 2017, di unit DIKYASA
Satlantas Jakarta Timur pada 29 November 2017, dan kepada kepala seklah
SDN Cipinang Melayu 03 pada 29 November 2017.
4.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap
seluruh informan dan melalui observasi yang dilakukan terhadap pengendara
sepeda motor terkait perilaku memakaikan helm pada penumpang anak.
4.5 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara Mendalam
Wawacara mendalam dilakukan kepada seluruh informan
penelitian. Wawancara mendalam khususnya dilakukan terhadap
pengendara sepeda motor dan penumpang anak dengan aspek pertanyaan
berupa pertanyaan yang menggali alasan yang menggambarkan
pengendara motor dalam berperilaku, bagaimana gambaran niat
pengendara motor dalam berperilaku, gambaran sikap berdasarkan
tingkatannya, gambaran norma subyektif yang berpengaruh terhadap
50
perilaku pengendara, serta gambaran persepsi kontrol perilaku pengendara
motor terhadap perilaku memakaikan helm pada penumpang anak.
Selanjutnya, wawancara mendalam terhadap pihak kepolisian adalah untuk
melengkapi data terkait perilaku sebenarnya pengendara motor di jalan
saat berlalu lintas, mengenai kebiasaannya dan kepatuhannya serta
landasan hukum yang berlaku. Wawancara mendalam dengan kepala
sekolah dilakukan dengan alasan untuk mengetahui apakah ada program
kepolisian yang sudah terlaksana mengenai pentingnya penggunaan helm
bagi penumpang anak di SDN Cipinang Melayu. Sedangkan wawancara
mendalam terhadap satpam dan penumpang anak adalah wawancara yang
dilakukan untuk memastikan apakah informasi yang didapatkan dari
informan utama dan informan kunci (pengendara sepeda motor) adalah
valid dan sebagai pemberi informasi pendukung, seperti meggali informasi
apakah penumpang anak benar-benar menggunakan helm yang diberikan
oleh pengendara dan menggali informasi alasan mengapa penumpang anak
meggunakan atau tidak menggunakan helm yang diberikan oleh
pengendara sepeda motor.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat perilaku pengendara motor
mengenai pemakaian helm pada penumpang anak. Observasi yang
dilakukan adalah dengan :
a) melihat apakah pengendara memakaikan helm untuk penumpang
anak.
51
b) melihat jenis helm yang dibawa untuk penumpang anak, apakah sesuai
dengan ukuran kepala anak dan berstandard SNI.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman wawancara mendalam
Berisikan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan.
Pedoman wawancara mendalam dibuat berdasarkan teori yang dijadikan
acuan dalam penelitian dan dengan berdasarkan tujuan penelitian yang
ingin diketahui. Pedoman wawancara mendalam digunakan untuk
menggali informasi secara mendalam untuk mendapatkan bagaimana
gambaran perilaku, niat, sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku
pada informan utama dan informan pendukung
2. Lembar observasi
Pedoman observasi digunakan untuk memastikan validitas perilaku yang
dilakukan oleh informan utama yang berupa kumpulan pernyataan yang
menggambarkan perilaku pengendara sepeda motor dalam memakaikan
helm pada penumpang anak. Lembar observasi berisikan poin-poin
tertentu mengenai helm khusus penumpang anak.
3. Buku catatan dan alat tulis
Digunakan untuk mencatat poin-poin penting selama kegiatan
wawancara mendalam dan observasi berlangsung.
4. Kamera
Digunakan untuk mendokumentasikan gambar yang berhubungan dengan
penelitian.
52
5. Alat perekam
Digunakan untuk mendokumentasikan percakapan selama kegiatan
wawancara mendalam berlangsung.
4.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Model Miles dan Huberman. Analisis model ini dilakukan secara terus
menerus sampai data menjadi jenuh, tidak ada variasi lagi. Tahapan dalam
analisis model Miles dan Huberman yaitu (Sugiyono, 2009) :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Tahap reduksi merupakan tahap perangkuman data-data yang telah
diperoleh di lapangan dengan mencari fokus pokok dari data tersebut
sehingga lebih jelas dipahami dan pengumpulan data selanjutnya menjadi
lebih mudah.
Pada saat penelitian, reduksi data dilakukan setelah pengambilan
data. Data dirangkum sehingga dapat ditemukan inti dari data tersebut.
Kemudian dapat diketahui data apa yang masih harus dikumpulkan
dikemudian harinya jika dirasa kurang lengkap untuk melengkapi
kekurangan tersebut. Selain itu, data yang direduksi tidak terbatas pada
satu sumber data saja melainkan dari semua sumber dan semua teknik
pengumpulan data.
2. Data Display (Penyajian Data)
Tahap penyajian data merupakan tahap menyajikan data dalam
bentuk-bentuk yang dipahami sehingga maksud dari suatu data dapat
tersampaikan. Pada proses analisis penelitian, setelah direduksi data
53
disajikan dalam bentuk narasi atau pun bentuk lain disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian.
3. Conclution Drawing / Verification (Penarikan Kesimpulan)
Kesimpulan dapat ditetapkan apabila penyajian data didukung
dengan data-data lainnya sehingga menjadi kredibel. Kesimpulan dapat
menjawab masalah penelitian dan merupakan hasil temuan yang baru yang
belum pernah ada. Temuan tersebut dapat dijadikan kesimpulan ketika
setelah diteliti gambaran suatu objek menjadi lebih jelas yang dapat berupa
hubungan sebab akibat.
Pada proses analisis penelitian, penarikan kesimpulan awal ini
dibentuk berdasarkan pola jawaban informan yang sama. Pola yang sama
tersebut kemudian dijadikan kesimpulan awal dan dapat dijadikan
kesimpulan akhir bila pola tersebut tidak berubah, ada data tambahan
sebagai penguat, dan tidak ada data lain yang bersifat antagonis dengan
data yang sudah dikumpulkan.
4.8 Keabsahan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, maka dilakukan pengecekan
keabsahan data (Herdiansyah, 2015), yaitu dilakukan dengan :
1. Triangulasi sumber, yaitu triangulasi yang dilakukan dengan cara cross
check data dengan informasi dan fakta dari informan lainnya yang
terkait dengan penelitian untuk menggali topik yang sama. Triangulasi
sumber dilakukan terhadap pihak kepolisian setempat, pengendara
motor, penumpang anak, kepala sekolah, dan juga satpam sekolah di
SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur.
54
2. Triangulasi metode, yaitu triangulasi ini dilakukan dengan
menggunakan metode pengumpulan data berbeda-beda untuk
mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam dan observasi.
Tabel 4.2 Triangulasi Metode dan Triangulasi Sumber dalam
Penelitian Perilaku Pengendara di SDN Cipinang Melayu 03
Tahun 2017
No Informasi
Teknik Pengumpulan Data
Informan Wawancara
Mendalam Observasi
Komponen Perilaku
1 Memakaikan helm
pada penumpang anak ✓ ✓ - pengendara
- penumpang
anak
- satpam
- kepolisian
- kepala
sekolah
Komponen Niat
2 Niat yang diamati
berdasarkan sikap,
norma subyektif, dan
persepsi kontrol
perilaku pengendara
✓ ✓
pengendara
Komponen Sikap
6 Menerima (memiliki
kemauan untuk
menerima informasi
dari pihak luar terkait
penggunaan helm pada
penumpang anak)
✓
Observasi
dilakukan
untuk melihat
kebiasaan dan
pandangan
pengendara
dalam
memakaikan
helm untuk
penumpang
anak
pengendara
7 Menanggapi (dapat
menjelaskan
pentingnya helm untuk
penumpang anak)
✓
8 Menghargai (dapat
mengajak orang lain
untuk turut serta
menjaga keselamatan
anak dengan
memakaikan helm
pada penumpang anak)
✓
9 Bertanggung jawab ✓
55
No Informasi
Teknik Pengumpulan Data
Informan Wawancara
Mendalam Observasi
(merasa memiliki andil
penuh dalam
keselamatan
penumpang anak dan
selalu merasa wajib
memakaikan helm
dalam keadaan
apapun)
Komponen Norma Subyektif
10 Keyakinan pengendara
mengenai siapa saja
pihak-pihak yang
memiliki dorongan
terhadap timbulnya
perilaku memakaikan
helm pada penumpang
anak
✓
Observasi
dilakukan
dengan melihat
adanya
pengaruh dari
lingkungan
sebaya
pengendara
- pengendara
- penumpang
anak
- kepolisian 11 Seberasa besar
dorongan dari orang-
orang tersebut
mempengaruhi
pengendara dalam
memakaikan helm
pada penumpang anak
(penilaian subyektif)
✓
Komponen Kontrol Perilaku
12 Bagaimana tanggapan
pengendara dalam hal
memakaikan helm
pada penumpang anak
jika mengetahui suatu
informasi tertentu
✓ Observasi
lingkungan
yang dilalui
pengendara
pengendara
13 Bagaimana tanggapan
pengendara mengenai
keahlian yang mereka
miliki selama
berkendara memiliki
terhadap timbulnya
perilaku untuk
memakaikan helm
pada penumpang anak
✓ Observasi
keahlian
pengendara
dalam
mengendarai
sepeda motor
14 Bagaimana tanggapan
pengendara dalam hal
kemampuan untuk
memiliki helm untuk
✓ Observasi
kemampuan
menyediakan
helm
56
No Informasi
Teknik Pengumpulan Data
Informan Wawancara
Mendalam Observasi
penumpang anak
15 Bagaimana tanggapan
pengendara mengenai
faktor emosi dan
keterpaksaan memiliki
pengaruh untuk
memakaikan helm
pada penumpang anak
✓ -
16 Bagaimana tanggapan
pengendara terkait
kondisi waktu
terhadap timbulnya
perilaku untuk
memakaikan helm
pada penumpang anak
✓ Observasi pada
saat pagi hari
17 Bagaimana tanggapan
pengendara mengenai
siapa saja pihak-pihak
yang berperan dalam
keberhasilan
pemakaian helm pada
penumpang anak
✓ -
4.9 Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan
dilengkapi dengan tabel hasil wawancara mendalam yang dapat menjelaskan
gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang
anak. Penyajian data juga akan didukung dengan hasil observasi lapangan.
57
BAB V HASIL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
5.1 Profil Sekolah Dasar Negeri Cipinang Melayu 03
SDN Cipinang Melayu 03 Pagi terletak di jalan Kartika Eka Paksi,
Komplek Kodam Jatiwaringin RT. 10 RW. 06, Kelurahan Cipinang Melayu,
Kecamatan Makasar Kota Administrasi Jakarta Timur. SDN Cipinang
Melayu 03 Pagi telah dibangun sejak 1980. Terletak dekat dengan jalan
utama Kalimalang, berdekatan dengan SMP 109 Jakarta dan SMA 81 Jakarta.
SDN Cipinang Melayu 03 Pagi memiliki visi “terwujudnya lulusan
siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pintar,
benar, tegar, dalam menjalankan tugas sehari-hari”. Sedangkan misinya
adalah :
1. Menanamkan dasar-dasar agama.
2. Menumbuhkan dasar-dasar membaca, menulis, dan berhitung.
3. Mengembangkan kemampuan intelektual, memecahkan masalah
yang dihadapi.
4. Menanamkan dasar-dasar keterampilan kegiatan kepramukaan.
5. Menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air
Indonesia.
Sampai dengan tahun ajaran 2014/2015 jumlah siswa SDN Cipinang
Melayu 03 berjumlah 603 siswa. Jumlah tersebut bervariatif setiap tahunnya
dikarenakan adanya peningkatan kualitas dan jumlah rasio kelas yang mulai
dibatasi yaitu berjumlah 32 siswa per kelas.
58
Keadaan sosial ekonomi dan pendidikan orag tua murid sangat
bervariasi dan mayoritas tempat tinggal siswa-siswi adalah berdomisili di
sekitar lingkungan sekolah yaitu di Komplek Kodam Jatiwaringin dan
wilayah perbatasan DKI Jakarta dan Jawa Barat seperti daerah Pondok Gede.
Transportasi yang digunakan siswa-siswi pun beragam mulai dari jemputan
sekolah, ojek, atau diantar orang tua mengggunakan kendaraan pribadi
(mayoritas).
5.2 Gambaran Sikap Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak
Dalam aspek sikap, hal-hal yang ditanyakan pada saat wawancara
meliputi empat tingkatan sikap pengendara dalam hal memakaikan helm pada
penumpang anak, yaitu menerima (mau dan mampu menerima masukan atau
informasi dari pihak luar terkait pemakaian helm untuk penumpang anak),
menanggapi (dapat memberikan respon mengenai pentingnya helm khusus
anak), menghargai (dapat mengajak pihak lain untuk melakukan hal positif,
dalam konteks penelitian ini adalah mengajak orang lain untuk memakaikan
helm untuk penumpang anak), dan bertanggung jawab (mau dan mampu
mempertahankan hal yang diyakini benar dan mengubah atau
memperbaikinya di masa mendatang). Sedangkan observasi dilakukan untuk
melihat keseharian pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang
anak kemudian ditanyakan kembali mengenai pandangan sesungguhnya yang
berkaitan dengan helm anak.
Untuk tingkatan sikap menerima, sosialisasi dari pihak kepolisian di
sekolah dianggap lebih penting untuk anak dibandingkan untuk pengendara
59
sebagai orang tua maupun ojek karena menurut pengendara sosialisasi yang
dilakukan di sekolah jika sasarannya untuk orang tua atau ojek pengantar atau
penjemput dirasa kurang efektif, lebih efektif ketika sosialisasi diadakan dari
rumah ke rumah atau per daerah yang memang dikhususkan untuk orang tua
atau pengendara motor yang lebih tua (bukan usia anak). Pengendara
menambahkan bahwa sosialisasi penggunaan helm di sekolah lebih tepat guna
jika ditujukan ke anak langsung karena dianggap dapat menanamkan rasa
kepedulian atas keselamatannya sejak dini. Adapun kutipan wawancara dapat
dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DA-W2.6 ; INU-HR-W2.8 ; INU-
WW-W2.10 ; INU-ODP-W2.8.
Untuk tingkatan sikap menanggapi, pengendara beranggapan bahwa
pemakaian helm pada penumpang anak tidaklah penting jika tidak melintasi
jalan raya maupun jika jarak tempuhnya dekat walaupun pengendara
memahami pentingnya helm untuk menjaga keselamatan penumpang anak.
Hal tersebut terjadi karena pengendara beranggapan bahwa dengan tidak
melintasi jalan raya, tidak ada polisi yang bertugas dan kemungkinan tertilang
lebih kecil (jika penumpang tidak menggunakan helm, surat-surat kurang
lengkap, dan sebagainya) dan jika jarak tempuhnya dekat pengendara
beranggapan bahwa risiko kecelakaan yang dialami lebih kecil dibandingkan
dengan ketika jarak tempuhnya jauh. Adapun kutipan wawancara dapat
dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DAH –W1.8 ; INU-HR-W1.48 ;
INU-WW-W1.14 ; INU-ODP-W1.28.
Untuk tingkatan sikap menghargai, pengendara memiliki sikap kurang
peduli dengan keselamatan orang lain yang terbukti dengan tidak adanya rasa
60
ingin mengingatkan pengendara lain untuk memakaikan helm pada
penumpang anaknya. Informan merasa tidak perlu turut serta menjamin
keselamatan orang lain. Informan merasa lebih perlu untuk mengingatkan
orang lain untuk memakaikan helm pada penumpang anak hanya jika
penumpang anak yang dibawa adalah anaknya sendiri dan hal tersebut pun
berlaku hanya jika akan melintasi jalan raya. Adapun kutipan wawancara
dapat dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DAH-W1.24,26 ; INU-HR-
W1.60 ; INU-WW-W1.28 ; INU-ODP-W1.30.
Untuk tingkatan sikap bertanggung jawab, informan sebagai
pengendara memiliki rasa tanggung jawab yang tergantung keadaan dan
terbatas. Rasa tanggung jawab informan sebagai pengendara ketika sehari-
hari dari dan menuju sekolah hanya bermodalkan keahlian yang dimilikinya
(menjamin keselamatan penumpang anak dengan keahlian berkendara yang
telah dimiliki selama ini) serta fasilitas yang dimiliki juga (helm khusus
anak), dengan mempertimbangkan jenis jalan dan jarak tempuh yang akan
dilalui (hanya memberikan helm ketika melalui jalan raya atau jarak
tempuhnya jauh). Adapun kutipan wawancara dapat dilihat di lampiran XIII
dengan kode INU-DAH-W1.70 ; INU-HR-W1.104 ; INU-WW-W1.32,50 ;
INU-ODP-W1.32,44.
Berdasarkan hasil observasi pada lampiran VI, diketahui bahwa
selama observasi dilakukan, informan sebagai pengendara memiliki rutinitas
yang sama dalam hal memakaikan helm untuk penumpang anak. Ibu DAH
lebih memilih untuk mengendarai mobil jika anak memiliki jadwal les
daripada membawanya dengan menggunakan motor karena alasan di jalan
61
raya lebih aman jika menggunakan mobil (aman dari tilang polisi maupun
risiko kecelakaan) sedangkan informan lainnya memiliki pola yang sama
setiap harinya saat observasi, yaitu ibu WW dan bapak HR selalu tidak
memakaikan helm, dan ibu ODP selalu memakaikan helm pada penumpang
anaknya. Setelah ditanyakan lebih lanjut, ternyata informan sebagai
pengendara memiliki anggapan yang sama yaitu memakaikan helm pada
penumpang anak menjadi penting hanya jika akan melintasi jalan raya atau
jarak tempuh yang akan dilalui jauh.
5.3 Gambaran Norma Subyektif Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak
Dalam aspek norma subyektif, hal-hal yang ditanyakan pada saat
wawancara meliputi keyakinan pengendara mengenai siapa saja orang yang
memiliki pengaruh terhadap pengendara dalam memakaikan helm pada
penumpang anak dan bagaimana orang-orang tersebut dapat mempengaruhi
pengendara. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa norma subyektif
yang berkaitan dengan pengendara dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
dorongan dari keluarga, dorongan dari teman sebaya, dan dorongan dari pihak-
pihak yang disegani, dalam hal penelitian ini adalah kepolisian.
Informan sebagai pengendara menyatakan bahwa keluarga memberikan
dorongan pada pengendara ketika membawa penumpang anak yang hanya
terbatas pada kondisi jalan yang akan dilalui pula sehingga dinilai kurang
efektif dalam memberikan dorongan pengendara untuk berperilaku baik, yaitu
memakaikan helm pada penumpang anak. Adapun kutipan wawancara dapat
62
dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DAH-W1.36,W.2.8 ; INU-HR-
W1.72, W2.10 ; INU-WW-W1.36,W2.12 ; INU-ODP-W1.36, W2.12.
Selanjutnya informan sebagai pengendara menyatakan bahwa teman
sebaya tidaklah membawa suatu dorongan yang penting bagi pengendara untuk
kemudian memakaikan helm pada penumpang anak. Menurut pengendara,
urusan keselamatan menjadi tanggung jawab masing-masing pengendara
sehingga apabila ada lingkungan teman sebaya di sekolah misalnya orang tua
murid lain yang tidak memakaikan helm untuk penumpang anaknya, tidak serta
merta membuat informan akan bertindak sama. Perilaku yang dimunculkan
oleh pengendara tergantung dengan kebutuhan pengendara tanpa terpengaruh
oleh lingkungan teman sebayanya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang
telah dilakukan (lampiran VII), bahwa pengendara tidak terpengaruh dengan
lingkungan teman sebayanya dalam konteks penelitian ini adalah orang tua
murid lainnya, karena tetap tidak akan memakaikan helm pada penumpang
anak jika tidak melintasi jalan raya atau jarak yang dilalui dekat. Adapun
kutipan wawancara dapat dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DAH-
W2.10 ; INU-HR-W2.12 ; INU-WW-W2.14 ; INU-ODP-W2.14.
Keberadaan polisi menjadi pendorong utama untuk memakaikan helm
pada penumpang anak yang dilakukan oleh informan sebagai pengendara.
Polisi merupakan pihak yang disegani dan ditakuti dalam hal adanya operasi
kelengkapan berkendara di jalan raya khususnya pemakaian helm pada
penumpang anak. Dengan adanya polisi di suatu daerah yang akan dilalui
pengendara maka pengendara akan merasa wajib untuk memakaikan helm pada
penumpang anak karena alasan takut ditilang. Adapun kutipan wawancara
63
dapat dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DAH-W1.42 ; INU-HR-
W1.86 ; INU-WW-W1.40 ; INU-ODP-W1.34.
Hal-hal tersebut di atas yaitu wawancara pada pengendara sebagai
informan utama mengenai aspek norma subyektif yang dimiliki pengendara
sesuai dengan hasil wawancara terhadap penumpang anak, yaitu FT
menyatakan hanya ibunya yang menghimbau dirinya untuk memakai helm. DR
menyatakan bapaknya yang lebih sering mengingatkan untuk memakai helm
(ibunya terkadang), terutama di jalan raya karena adanya polisi. Begitu juga
dengan RK yang lebih sering diingatkan ibunya untuk memakai helm, terutama
di jalan raya karena adanya polisi. Sedangkan FZA mengaku dorongan terbesar
adalah dari ibunya yang selalu mengingatkan dan sudah membiasakan sejak
kecil sehingga ada atau tidak adanya polisi, selama melewati jalan raya, dirinya
sudah terbiasa memakai helm, kecuali hanya melintasi jalan pintas (bukan jalan
raya).
Selanjutnya KASIDIKMAS unit DIKYASA Polda Metro Jaya juga
menambahkan bahwa pemakaian helm pada penumpang anak yang dilakukan
oleh pengendara adalah suatu bentuk peran orang tua untuk membiasakan
dirinya dan anaknya untuk memakai helm. Tidak ditilang bukan berarti
dibenarkan, sehingga pola pikir yang demikian harus diubah dan jangan hanya
terbatas pada adanya polisi yang bertugas. Anggota unit DIKYASA Satlantas
Jakarta Timur juga menyampaikan hal serupa, bahwa sebaiknya orang tua
paham pentingnya helm bagi penumpang anak dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, anak-anak perlu dibiasakan baik untuk jarak dekat atau
tidak lewat jalan raya sekalipun. Selain itu, kebiasaan tidak ditilang yang dapat
64
membentuk sikap pengendara menjadi tidak perlu memakaikan helm pada anak
juga harus diubah karena lambat laun penerapan sanksi tilang untuk semua
jenis pelanggaran lalu lintas jika diulangi terus akan dilakukan tindak lanjut di
kemudian hari sehingga diharapkan pola pikir pengendara dapat diubah, bahwa
pemakaian helm untuk penumpang tidak hanya karena takut ditilang tetapi
untuk menjaga keselamatan penumpang anak.
Berdasarkan hasil wawancara pula, pihak kepolisian memiliki tanggung
jawab terkait pemakaian helm pada penumpang anak. Hal tersebut tertuang
dalam poin-poin kecil di program polisi sahabat anak dan juga penyuluhan ke
masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh anggota unit DIKYASA
Satlantas Jakarta Timur, bahwa terdapat dua jenis sosialisasi tentang safety
riding yaitu dengan sasaran anak-anak di sekolah dan sasaran masyarakat
umum termasuk orang dewasa di rumah-rumah atau wilayah tertentu namun
pelaksanaannya belum maksimal, termasuk SDN Cipinang Melayu 03 yang
belum terjamah sosialisasi tersebut dan baru sedikit wilayah yang terjamah
karena ada kendala koordinasi dengan bimbingan masyarakat setempat.
Mengubah perilaku pengendara menjadi taat seluruh peraturan lalu lintas
adalah suatu hal yang sangat sulit jika tidak diiringi dengan kesadaran dan
kemauan pengendara itu sendiri sehingga diharapkan kedepannya masyarakat
dapat lebih menerima dan dapat berkoordinasi untuk mengikuti sosialisasi yang
berkaitan dengan penggunaan helm baik untuk pengendara dan penumpang.
65
5.4 Gambaran Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara dalam Memakaikan
Helm pada Penumpang Anak
Dalam aspek persepsi kontrol perilaku, hal-hal yang ditanyakan pada
saat wawancara meliputi bagaimana kemudahan atau kesulitan pengendara
dalam memakaikan helm pada penumpang anak yang dapat dinilai melalui
komponen internalnya (informasi, keahlian, dan kemampuan ; keinginan
(power of will) ; dan keadaan emosi serta paksaan (emotions and compulsions))
dan juga komponen eksternalnya (waktu dan ketergantungan terhadap orang
lain). Sedangkan observasi dilakukan pada seluruh poin kecuali, keadaan emosi
dan ketergantungan terhadap orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa ketersediaan informasi
mengenai adanya petugas kepolisian yang berjaga di tempat yang akan dilalui
mempengaruhi ibu DAH dan Ibu WW dalam hal memakaikan helm (karena
jarak dekat kadang tidak pakai helm), sedangkan untuk bapak HR dan ibu ODP
mengaku tidak terpengaruh karena selalu memakaikan helm pada penumpang
anaknya (saat melewati jalan raya), namun akan terpengaruh juga untuk
memakaikan helm pada penumpang anak bila mendapat info penjagaan dari
kepolisian terdapat di jalan pintas yang biasa mereka lewati. Berdasarkan hasil
observasi (lampiran VIII) , ketiga informan sebagai pengendara tidak melintasi
jalan raya kecuali Ibu ODP sehingga dalam hal penerapan pemakaian helm
pada penumpang anak hanya dilakukan oleh Ibu ODP. Sehingga dapat
dikatakan bahwa ketersediaan informasi mengenai petugas kepolisian yang
berjaga hanya mempengaruhi pengendara ketika mereka akan melintasi jalan
raya sedangkan ketika informasi yang didapatkan adalah polisi berjaga di
66
daerah-daerah yang tidak lazim (jalan kecil atau jalan pintas) mereka meyakini
bahwa hal tersebut tidaklah mungkin sehingga tetap tidak akan memakaikan
helm pada penumpang anak. Adapun kutipan wawancara dapat dilihat di
lampiran XIII dengan kode INU-DAH-W1.54 ; INU-HR-W1.96 ; INU-WW-
W1.40 ; INU-ODP-W1.40.
Berdasarkan hasil wawancara, informan sebagai pengendara memiliki
keahlian yang cukup baik dalam hal keyakinan untuk dapat menjaga
keselamatan penumpang anak karena pengalaman mengendarai motor yang
dimiliki seluruh informan sudah cukup lama dan akan selalu berhati-hati
dengan kondisi jalan dan lingkungan tertentu yang dilewati. Berdasarkan hasil
observasi (lampiran VIII), pengendara telah memiliki kemampuan standard
untuk mengendarai motor yaitu memiliki keseimbangan yang baik dan paham
menggunakan fitur-fitur sepeda motor seperti lampu sein. Adapun kutipan
wawancara dapat dilihat di lampiran XIII dengan kode INU-DAH-W1.58,62 ;
INU-HR-W1.100,102 ; INU-WW-W1.44,46,48 ; INU-ODP-W1.40,42,44,46.
Pada komponen keahlian dalam aspek persepsi kontrol perilaku
diketahui bahwa keahlian pengendara, dalam keadaan normal, dapat secara
langsung membentuk perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada
penumpang anak, namun menjadi tidak dapat langsung membentuk perilaku
ketika dihadapkan dengan kondisi tertentu yaitu kondisi jalan dan jarak tempuh
yang dilalui karena dapat menimbulkan persepsi risiko keselamatan yang
mungkin terjadi di jalan yang akhirnya mempengaruhi apakah risiko tersebut
merupakan dorongan atau hambatan bagi pengendara untuk memakaikan helm
pada penumpang anak. Pengendara mengatakan bahwa melintasi jalan pintas
67
(non jalan raya) memiliki risiko keselamatan yang lebih kecil ditambah lagi
dengan keahlian dan pengalaman berkendara yang dimiliki pengendara,
mereka merasa lebih bisa menjamin keselamatan penumpang anak walaupun
tidak memakai helm. Namun keyakinan terhadap keahlian pengendara dapat
berubah tergantung dari jenis jalan yang akan dilalui. Pengendara menjadi
sangat yakin untuk dapat menjaga keselamatan anak jika tidak melewati jalan
raya sedangkan menjadi kurang yakin ketika melintasi jalan raya, hal tersebut
berkaitan dengan risiko keselamatan yang mungkin terjadi lebih besar dan
adanya petugas kepolisian yang berjaga di jalan raya.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai aspek ketersediaan fasilitas,
keadaan emosi dan paksaan, serta ketersediaan waktu, informan sebagai
pengendara menyatakan bahwa hal-hal tersebut tidak mempengaruhi informan
untuk memakaikan helm pada penumpang anak. Walaupun informan sebagai
pengendara memiliki helm khusus anak, walaupun dalam keadaan emosi
sekalipun, dan walaupun dalam keadaan terdesak (terlambat datang ke
sekolah), informan menyatakan tetap akan berperilaku sebagai mana bisanya
(memakaikan atau tidak memakaikan) tergantung pada jenis jalan dan jarak
yang akan dilalui. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi (lampiran VIII)
bahwa ketika pengendara memiliki helm khusus anak, mereka tetap tidak
memakaikan helm pada penumpang anak (ibu WW dan ibu DAH) setiap
harinya dan ketika datang agak terlambat mereka tetap tidak memakaikan helm
pada penumpang anaknya (ibu DAH, ibu WW, dan Bapak HR). Begitu pula
dengan ibu ODP walaupun dalam keadaan agak terlambat tetap memakaikan
helm pada penumpang anak.
68
Berdasarkan hasil wawancara mengenai aspek ketergantungan terhadap
orang lain, diketahui bahwa ibu DAH dan ibu WW menyatakan anaknya lah
yang paling menentukan helm akhirnya dipakai atau tidak, namun jika di jalan
raya mereka dapat mengatasi penolakan dari penumpang anak tersebut.
Sedangkan bapak HR dan ibu ODP menyatakan tidak ada ketergantungan
terhadap orang lain karena penumpang anak yang sudah dibiasakan untuk
memakai helm tanpa memerlukan usaha yang lebih (tidak perlu diingatkan atau
dibujuk).
Ada kalanya penumpang anak menolak untuk dipakaikan helm,
terlebih lagi jika jalan yang dilalui bukan jalan raya. Alasan penumpang anak
menolak adalah alasan ketidaknyamanan (RK dan FT) dan pengaruh teman
(FT). Sedangkan siswa DR menyatakan dirinya memang selalu disediakan
helm oleh ayahnya, tidak pernah menolak, namun memang ayahnya sendiri
yang tidak memakaikan helm jika jarak yang ditempuh dekat dan di dalam
komplek. Siswa FZA mengaku juga selalu disediakan helm oleh pengendara
dan selama menjadi penumpang anak FZA mengaku tidak pernah menolak
untuk memakai helm bila melintasi jalan raya, sedangkan untuk jalan pintas
atau komplek FZA memang tidak menggunakan helm karena merasa lebih
aman.
5.5 Gambaran Niat Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang
Anak
Untuk mendapatkan hasil penelitian mengenai aspek niat adalah
berdasarkan penyimpulan wawancara mendalam pada aspek sikap, norma
subyektif, dan persepsi kontrol perilaku. Mengacu pada hasil wawancara
69
untuk aspek sikap, diketahui bahwa informan sebagai pengendara
menganggap pemakaian helm pada anak menjadi penting hanya ketika akan
melintasi jalan raya atau jarak tempuh yang jauh (subyektif). Berdasarkan
hasil wawancara aspek norma subyektif, informan hanya menganggap
penting dorongan norma subyektif dari pihak kepolisian yang berjaga di
daerah yang akan dilewatinya. Dan berdasarkan hasil wawancara aspek
persepsi kontrol perilaku, diketahui bahwa satu-satunya faktor pendorong
pengendara untuk memakaikan helm pada penumpang anak adalah adanya
informasi mengenai polisi yang berjaga pada daerah tertentu yang akan
dilewati oleh pengendara. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa niat pengendara hanya terbentuk ketika pengendara akan melintasi
jalan raya dan memiliki informasi adanya polisi yang berjaga di daerah yang
akan dilewatinya.
5.6 Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak
Dalam aspek perilaku, hal-hal yang ditanyakan pada saat wawancara
meliputi kepemilikan helm khusus anak dan alasan mengapa memakaikan
atau tidak memakaikan helm khusus anak. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa ibu DAH, bapak HR, dan ibu WW tidak memakaikan helm
pada penumpang anak. Adapun alasan pengendara tidak memakaikan helm
pada penumpang anak adalah karena saat mengendarai motor tidak melintasi
jalan raya sedangkan ketika melalui jalan raya ketiga pengendara tersebut
menyatakan selalu memakaikan helm pada penumpang anak. Selain itu ibu
DAH dan ibu WW mengemukakan alasan lainnya yaitu dikarenakan
70
penumpang anak menolak untuk memakai helm. Selanjutnya ibu ODP
memakaikan helm pada penumpang anak dengan alasan karena pengendara
merasa harus lebih bertanggung jawab untuk berhati-hati karena penumpang
anak bukanlah anaknya sendiri.
Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi (lampiran V), ibu DAH,
bapak HR, dan ibu WW tidak memakaikan helm pada penumpang anak.
Namun ibu DAH, ibu WW, dan ibu ODP memiliki helm khusus anak sesuai
dengan ukuran kepalanya, berstandard SNI, dan masih layak pakai sedangkan
bapak HR hanya memakaikan helm standard SNI ukuran dewasa kepada
anaknya.
Helm anak siswa RK
Helm dewasa siswa DR
Helm anak siswa FT
Helm anak siswa FZA
Gambar 5.1
Hasil Observasi Helm Khusus Penumpang Anak
71
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan keempat siswa
sekolah dasar sebagai penumpang anak, siswa FT, DR, dan RK mengaku
tidak menggunakan helm saat menjadi penumpang dalam perjalanan ke
sekolah. Alasan mereka adalah karena tidak melintasi jalan raya. Siswa FT
mengemukakan alasan lain tidak mau menggunakan helm adalah karena
faktor ketidaknyamanan saat menggunakan helm dan pengaruh teman sebaya
lain yang tidak menggunakan helm saat naik motor. Siswa RK juga memiliki
alasan lain yaitu perihal tidak adanya polisi di jalan yang selalu ia lintasi
ketika menuju ke sekolah dan alasan ketidaknyamanan. Sedangkan siswa
FZA mengaku selalu menggunakan helm saat menjadi penumpang anak
karena selalu dibiasakan oleh orang tuanya.
Selain melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap
pengendara dan penumpang anak, dilakukan juga wawancara mendalam
terhadap satpam SDN Cipinang Melayu 03 sebagai orang yang paling sering
melihat pengendara setiap harinya. Beliau mengemukakan mayoritas
pengendara di lingkungan sekolah tersebut tidak memakaikan helm pada
penumpang anaknya. Berikut adalah kutipan wawancaranya :
“kebanyakan enggak, soalnya pada lewat jalan dalem, kalo ada yang
pake biasanya yg lewat jalan raya, itu juga dikit banget dan jarang, kadang-
kadang aja”. (IPN – T – W.2)
Selain satpam, terdapat informasi tambahan mengenai perilaku
pengendara oleh KASIDIKMAS unit DIKYASA Polda Metro Jaya dan
DIKYASA Satlantas Jakarta Timur, yaitu bahwa program sosialisasi
penggunaan helm untuk anak belum dilakukan di SDN Cipinang Melayu 03
dan bahwa perilaku pengendara dalam memakaikan helm untuk penumpang
72
anak masih kurang baik, tidak hanya wilayah Jakarta Timur saja. Berikut
adalah kutipan wawancaranya :
“Belum ya kalau tidak salah…belum ada, karena kan memang ada
alur kerja samanya dulu, kesana itu belum, untuk Polsana belum terlalu
banyak juga” (IKU – WD –W.10)
“Selama saya bertugas memang mayoritas dimana-mana jarang
sekali yang memakaikan helm pada anaknya, alasannya paling sering adalah
jarak yang memang dekat, pengendaranya juga sering kali tidak memakai,
harus lebih digencarkan lagi memang.”(IKU – HM – W.8)
Kepala sekolah SDN Cipinang Melayu 03 juga mengonfirmasi bahwa
program sosialisasi dari kepolisian terkait penggunaan helm untuk anak
belum dilakukan di SDN Cipinang Melayu 03, berikut kutipan
wawancaranya:
“Selama saya disini sih belum ada ya, saya disini baru dua setengah
tahun. Kalau dulu di sekolah sd sebelum ini pernah, di 09” (IKU – MM –
W.10)
“Isinya tentang pemberitahuan bahaya narkoba, dasar-dasar lalu
lintas, nah di dalemnya ada dibahas sedikit tentang helm tapi gak khusus”
(IKU – MM – W.12)
5.7 Keterkaitan Antardomain dengan Perilaku Pengendara dalam
Memakaikan Helm pada Penumpang Anak
Berdasarkan uraian pada sub-bab hasil penelitian, maka kontribusi sikap,
norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat terhadap perilaku dapat
dilihat pada bagan 5.1.
73
Bagan 5.1 Kontribusi Sikap, Norma Subyektif, Persepsi Kontrol Perilaku, dan Niat Terhadap Perilaku Memakaikan Helm
pada Penumpang Anak di SDN Cipinang Melayu 03 Tahun 2017
SIKAP
Pengendara memiliki pandangan bahwa pemakaian
helm pada penumpang anak adalah penting ketika
akan melintasi jalan raya atau ketika jarak
tempuhnya jauh.
NORMA SUBYEKTIF
Pihak yang paling berpengaruh terhadap perilaku
memakaikan helm pada penumpang anak adalah
adanya pihak kepolisian yang berjaga di daerah
yang akan dilalui pengendara.
PERSEPSI KONTROL PERILAKU
Informasi keberadaan polisi menjadi faktor
pendorong bagi pengendara dalam hal memakaikan
helm pada penumpang anak.
PERILAKU
Pengendara cenderung akan
memakaikan helm pada
penumpang anak hanya jika
akan melintasi jalan raya
karena adanya polisi yang
bertugas dan takut terkena
sanksi tilang.
NIAT
Pengendara memiliki niat untuk
memakaikan helm pada
penumpang anak hanya ketika
akan melintasi jalan raya, jarak
tempuh yang jauh, dan memiliki
informasi adanya polisi yang
berjaga di daerah tertentu
74
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN
PEMBAHASAN PENELITIAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :
1. Tidak dapat melakukan observasi secara langsung dalam hal jenis helm
untuk anak dan apakah berstandard SNI serta cara pemakaiannya (bagi
informan yang tidak memakaikan helm pada penumpang anak), sehingga
observasi hanya dapat dilakukan melalui foto helm khusus anak yang
dikirimkan oleh informan utama (pengendara) yang memungkinkan
terjadinya bias informasi.
2. Situasi dan kondisi saat berlangsungnya wawancara mendalam kurang
kondusif (sedikit bising dan panas) yang memungkinkan mempengaruhi
jawaban informan sehingga pada saat wawancara dilakukan peneliti harus
mengarahkan informan ke tempat yang lebih kondusif.
3. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga tidak mengukur seberapa besar
kekuatan masing-masing variabel (sikap, norma subyektif, persepsi
kontrol perilaku, dan niat) yang dapat menentukan perilaku aktual
pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak secara
objektif.
4. Domain niat dan sub-domain keadaan emosi tidak dapat dilakukan
triangulasi metode maupun triangulasi sumber dikarenakan niat dan
keadaan emosi seseorang merupakan suatu hal yang bersifat kognitif dari
pengendara dan hanya pengendara yang dapat mengetahui secara pasti
bagaimana niat dan keadaan emosi mereka ketika akan berkendara dengan
75
penumpang anak yang berkaitan dengan penggunaan helm anak sehingga
peneliti hanya dapat menjelaskan domain niat pengendara berdasarkan
hasil wawancara mendalam.
6.2 Pembahasan Penelitian
6.2.1 Sikap Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak
Berdasarkan hasil penelitian pada sub-bab 5.2, diketahui bahwa
sikap pengendara dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu menerima,
menganggapi, menghargai, dan bertanggung jawab.
Dalam tingkatan menerima memiliki makna bahwa sebenarnya
penyuluhan atau sosialisasi dari pihak kepolisian tentang pemakaian helm
pada penumpang anak tidaklah begitu penting jika dilakukan di sekolah,
lebih cocok ditujukan untuk penumpang anak. Sedangkan penyuluhan atau
sosialisasi untuk orang dewasa sebagai pengendara lebih cocok dilakukan di
suatu daerah terpusat, misal di kelurahan atau di suatu acara tertentu.
Dalam tingkatan menanggapi pengendara beranggapan bahwa helm
penting hanya sebatas penilaian normatif karena pada kenyataannya
berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan. Pemakaian helm pada
penumpang anak menjadi hal yang penting hanya ketika akan melintasi
jalan raya atau jaraknya jauh. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
O’Callaghan (2006) bahwa pengendara motor meyakini bahwa mereka akan
lebih aman saat berkendara jika menggunakan helm terutama jika terjadi
kecelakaan.
Selanjutnya untuk tingkatan menghargai, pengendara
mengungkapkan bahwa mereka tidak begitu perduli dengan keselamatan
76
orang lain terutama terkait pemakaian helm pada penumpang anak. Hal
tersebut dinilai informan merupakan kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing pengendara sehingga informan merasa tidak perlu
mengingatkan.
Sedangkan untuk tingkatan tanggung jawab, informan sebagai
pengendara menyatakan bahwa mereka merasa dapat lebih menjamin untuk
menjaga keselamatan penumpang anak ketika tidak melintasi jalan raya dan
lebih khawatir ketika melintasi jalan raya sehingga akan lebih bertanggung
jawab memakaikan helm pada penumpang anak hanya jika akan melintasi
jalan raya.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa evaluasi
pengendara mengenai pentingnya penggunaan helm untuk penumpang anak
bersifat kurang baik. Sebagaimana dalam theory of planned behavior, sikap
merupakan hasil evaluasi positif atau negatif seseorang terhadap outcome
yang mungkin ditimbulkan. Dalam konteks penelitian ini, pengendara
memahami bahwa pemakaian helm dapat mereduksi akibat kecelakaan pada
penumpang anak (behavioral belief positif) namun tidak menganggap itu
sebagai suatu hal yang penting ketika berkendara di nonjalan raya
(evaluation outcome negatif) (Yogatama, 2013).
Informan akan memiliki evaluasi yang bersikap positif jika mereka
melintasi jalan raya sehingga menganggap penggunaan helm pada
penumpang anak adalah suatu hal yang penting, untuk menghindari risiko
kecelakaan yang lebih besar dan untuk mencegah penilangan dari pihak
kepolisian. Akan tetapi, evaluasi akan menjadi negatif ketika mereka tidak
77
melewati jalan raya karena menganggap pemakaian helm pada penumpang
anak ketika tidak melewati jalan raya adalah suatu hal yang tidak penting,
informan tidak merasa memiliki ancaman yang berarti sehingga sikap akhir
yang dimunculkan pun negatif. Sehingga sebagaimana yang diketahui dalam
teori perilaku terencana, sikap bukanlah satu-satunya komponen pembentuk
niat terhadap perilaku melainkan ada pengaruh norma subyektif dan juga
kontrol perilaku di dalamnya.
Pada penelitian Hung (2008), diketahui bahwa terdapat faktor
penghambat pemakaian helm saat berkendara motor. Sikap yang negatif
dapat menjadi faktor penghambat tersebut, seperti 72% responden meyakini
bahwa helm seharusnya tidak diwajibkan di semua area jalan (hanya jalan
raya saja) dan 92,5% responden meyakini bahwa penggunaan helm tidak
diperlukan jika jarak tempuhnya pendek. Penelitian tersebut sesuai dengan
hasil penelitian ini, walaupun informan menyadari bahwa helm itu penting,
baik untuk pengendara dan penumpang, namun seluruh informan memiliki
pandangan pengecualian dalam hal pemakaian helm bagi penumpang anak
jika tidak melintasi jalan raya sehingga tidak memakaikan helm pada
penumpang anak ketika tidak melintasi jalan raya atau jika jaraknya dekat.
Komponen sikap dalam teori perilaku terencana tidak dapat menjadi
faktor penentu niat terhadap perilaku seseorang jika berdiri sendiri. Selain
diperlukan sikap yang positif, keberadaan norma subyektif yang positif dan
persepsi kontrol perilaku yang baik juga dibutuhkan sehingga dapat
membentuk niat terhadap perilaku yang positif. Namun, sikap yang positif
tetap perlu dibangun untuk membentuk suatu hal yang bersifat kebiasaan
78
sehingga pada akhirnya tidak ada pengecualian dalam hal apapun termasuk
dalam hal penggunaan helm pada penumpang anak karena telah menjadi
suatu hal yang menjadi kebiasaan pengendara.
6.2.2 Norma Subyektif Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak
Berdasarkan hasil penelitian pada sub-bab 5.3 diketahui bahwa
norma subyektif yang diterima pengendara dibedakan menjadi tiga, yaitu
pihak keluarga, lingkungan teman sebaya (orang tua lain di area sekolah),
dan pihak yang disegani yaitu pihak kepolisian. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa pengendara tidak menganggap dorongan dari
pihak keluarga yaitu berupa peringatan untuk memakaikan helm pada
penumpang anak adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan. Selain itu
lingkungan teman sebaya juga dianggap oleh pengendara sebagai suatu hal
yang tidak penting karena tidak mempengaruhi dirinya sehingga menjadi
memakaikan helm pada penumpang anak. Sedangkan pihak yang disegani
dalam hal ini adalah pihak kepolisian, menjadi satu-satunya aspek yang
dapat mendorong pengendara untuk memakaikan helm pada penumpang
anak ketika berkendara.
Dorongan pihak kepolisian untuk pengendara tersebut sesuai dengan
pandangan Geller (2000) bahwa pada dasarnya manusia memiliki
penghalang untuk berperilaku selamat (human barriers to safety).
Penghalang tersebut antara lain adalah pengaruh faktor-faktor interpersonal
dan kekuatan dari orang-orang yang memiliki otoritas. Kekuatan dorongan
dari sisi interpersonal pengendara dianggap tidak penting dalam hal
79
pemakaian helm untuk penumpang anak bagi pengendara. Sedangkan orang
yang memiliki otoritas, orang yang disegani, yaitu kepolisian dianggap
perannya sangat penting sehingga motivation to comply dari pengendara
tersebut menjadi sangat tinggi. Adapun alasan pemenuhan perilaku
pemakaian helm ditinjau melalui norma subyektif ini adalah karena
khawatir akan tertilang jika tidak berperilaku sebagaimana seharusnya.
Dalam membentuk perilaku seseorang, diperlukan hal yang
mendorong untuk mencetuskan perilaku tersebut agar menjadi suatu hal
yang bersifat kebiasaan. Dalam aspek norma subyektif, pada dasarnya
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan cenderung lebih sulit untuk diubah.
Norma subyektif hanya sebagai faktor pendorong supaya perilaku dapat
terwujud. Menanamkan kebiasaan berperilaku memakaikan helm pada
penumpang anak bagi pengendara adalah suatu hal yang cukup sulit karena
sudah menjadi kebiasaan mereka untuk tidak memakaikan helm pada
penumpang anak. Salah satu cara untuk mendorong timbulnya perubahan
perilaku adalah dengan melakukan sosialisasi. Sebagaimana menurut Trinh
(2016) bahwa dengan menerima sosialisasi tertentu, pengendara sebagai
orang tuacenderung mengubah perilakunya jika terpapar informasi secara
kontinyu dan mereka memastikan dapat mengubah perilaku anak di masa
depan jika sosialisasi itu diterapkan dengan baik sehingga menjadi sebuah
kebiasaan. Selain sosialisasi, aturan hukum yang berlaku juga menjadi
acuan untuk mengubah perilaku seseorang. Sebagaimana menurut Hothem,
dkk (2016) bahwa dengan ketatnya penerapan hukum di wilayah tertentu
akan meningkatkan pengendara untuk selalu menggunakan helm ketika
80
berkendara. Hal tersebut karena adanya sanksi yang berlaku sehingga
diharapkan pengendara memiliki kebiasaan yang baik ketika berkendara.
Ditinjau dari aspek penumpang yaitu anak, mereka memiliki alasan
tersendiri hingga pada akhirnya terkadang tidak mau dipakaikan helm saat
berkendara. Alasan tersebut antara lain adanya pengaruh dari teman
sebayanya yang juga tidak menggunakan helm. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Geller (2000) di atas, bahwa terdapat pengaruh dari faktor
interpersonal teman sebaya dalam hal pelaksanaan perilaku selamat, dalam
penelitian ini yaitu pemakaian helm bagi penumpang anak. Selain itu,
Coppens, dkk (1995) juga mengemukakan bahwa pada usia anak (terutama
pada usia kelas 6) pengaruh teman sebaya adalah yang terbesar dalam hal
perilaku penggunaan helm. Anak yang mendapat cemoohan dari teman
sebayanya akan cenderung tidak memakai helm lagi di kemudian hari.
Selain adanya pengaruh teman sebaya terhadap pemakaian helm bagi
penumpang anak, terdapat fakta menarik dari hasil wawancara mendalam
terhadap penumpang anak (DR dan FZA) yang mengaku telah terbiasa
menggunakan helm. Namun, terdapat perbedaan spesifik berkaitan dengan
kesadaran masing-masing penumpang yang dapat disebabkan karena
perbedaan umur. Siswa FZA berusia 12 tahun (kelas 6 SD) dan siswa DR
berusia 6 tahun (kelas 1 SD) memiliki perbedaan perilaku dalam hal
tanggung jawab kesadaran menggunakan helm. Siswa FZA mengaku selalu
siap sedia meminta helm kepada orang tuanya dan kadang menyiapkannya
sendiri pula ketika hendak menjadi penumpang sepeda motor khususnya
saat melintasi jalan raya. Sedangkan siswa DR lebih mengarah pada
81
perilaku yang hanya sekadar “menerima” saat diberikan helm oleh orang
tuanya, tidak seperti kedua penumpang lainnya yang sering menolak
dikarenakan alasan pengaruh teman maupun kondisi ketidaknyamanan saat
menggunakan helm. Perbedaan perilaku dalam kesadaran memakai helm
pada anak tersebut dapat dijelaskan melalui pendapat Santrock (2008)
dimana anak usia 12 tahun memiliki kemampuan otak yang sudah lebih
matang perkembangannya dibandingkan dengan yang berusia lebih muda
sehingga telah dapat menyadari untuk memakai helm secara mandiri,
ditambah lagi sudah terbentuk kebiasaannya sejak kecil.
Terbiasanya kedua siswa tersebut dalam hal menggunakan helm
disebabkan oleh sudah dibiasakan oleh orang tuanya sejak kecil. Siswa FZA
dibiasakan memakai helm sejak kelas 2 SD sedangkan siswa DR dibiasakan
sejak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Hal tersebut sejalan dengan
teori Geller (2000) dan Jewett (2012) di atas, bahwa pengaruh interpersonal
dalam hal ini adalah orang tua memiliki peranan untuk menjamin perilaku
selamat pada anaknya saat menjadi penumpang. Selain itu, menurut
Puspitasari, dkk (2013) keluarga memiliki peranan yang besar dan utama
dalam membentuk kepribadian anak. Pribadi yang baik dapat terbentuk
tergantung seberapa besar kemampuan suatu keluarga untuk
membentuknya, termasuk di dalamnya bagaimana keluarga dapat
membentuk pribadi anak untuk peduli terhadap keselamatannya saat
menjadi penumpang sepeda motor.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terdapat suatu fenomena dalam
memakaikan helm pada penumpang anak, bahwa selain dari faktor norma
82
subyektif pengendara terdapat faktor norma subyektif dari sisi penumpang
anak yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pemakaian helm pada
penumpang anak. Pada initinya, dorongan terbesar norma subyektif
pengendara dan penumpang anak sehingga penumpang anak memakai helm
adalah adanya dorongan dari pihak kepolisian yang bertugas dan tidak
memperdulikan dorongan-dorongan dari pihak lain (keluarga dan teman
sebaya). Dibutuhkan kesadaran dan dukungan dari pihak orang tua sejak
dini untuk memupuk kebiasaan penggunaan helm bagi anak. Namun
diperlukan juga kesadaran bagi pihak pengendara dalam hal membiasakan
untuk memakaikan helm pada penumpang anak terlepas dari ada atau tidak
adanya polisi sebagai faktor yang menentukan pemakaian helm tersebut.
6.2.3 Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada
Penumpang Anak
Persepsi kontrol perilaku merupakan suatu keadaan dimana perilaku
seseorang ditentukan dari bagaimana seseorang memandang besarnya
kontrol terhadap perilaku yang dimilikinya (akan mewujudkan atau tidak
mewujudkan perilaku tertentu) dan juga seberapa yakin seseorang terhadap
kemampuan mewujudkan suatu perilaku tersebut yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal (informasi yang didapatkan, keahlian, kemampuan
menyediakan helm, keadaan emosi) dan eksternal (ketersediaan waktu dan
ketergantungan dengan orang lain) (Francis, dkk., 2004).
Berdasarkan hasil penelitian pada sub-bab 5.4, diketahui bahwa
informasi adanya pihak kepolisian yang berjaga menjadi faktor paling
mendorong (memudahkan) terbentuknya niat terhadap perilaku yang akan
83
muncul dalam memakaikan helm pada penumpang anak. Dengan adanya
polisi, maka perilaku pemakaian helm pada penumpang anak menjadi lebih
mudah untuk diwujudkan. Pengendara mengganggap bahwa pemakaian
helm untuk penumpang anak adalah suatu hal yang wajib bila melintasi
jalan raya dan sebaliknya ketika tidak melintasi jalan raya. Hal tersebut
dikarenakan di jalan raya lebih sering terdapat polisi yang berjaga. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa adanya informasi yang diterima
pengendara mengenai polisi yang berjaga di daerah tertentu menjadi faktor
yang memudahkan pengendara untuk memakaikan helm pada penumpang
anak. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Xuequn, dkk. (2011) bahwa
pemakaian helm baik bagi pengendara dan penumpang lebih rendah
persentasenya ketika tidak melalui jalanan kota (jalan utama). Pengendara
dan penumpang cenderung lebih melanggar untuk tidak memakai helm
ketika melalui jalanan nonkota (jalan desa) atau jalan pintas di tepi kota
(peripheral city area). Tingkat keketatan pelaksanaan peraturan lalu lintas
dinilai lebih ketat di area perkotaan dibandingkan pinggiran kota menjadi
alasan utama pengendara dan penumpang menjadi lebih taat aturan ketika
berkendara di area perkotaan. Berdasarkan hasil observasi mengenai aspek
informasi keberadaan polisi yang diterima pengendara, diketahui bahwa
pengendara yang tidak melintasi jalan raya selalu tidak memakaikan helm
pada penumpang anak (ibu DAH, bapak HR, dan ibu WW) dan tetap tidak
akan memakaikan helm pada penumpang anak jika mengetahui ada polisi di
jalan-jalan pintas atau nonjalan raya. Hal tersebut terjadi karena pengendara
meyakini bahwa operasi lalu lintas selalu dilakukan di jalan-jalan raya atau
84
utama dan ketika polisi berada di jalan pintas hanya sebatas pengawasan
sehingga penindakan pelanggaran lalu lintas berupa tilang sangat kecil
dilakukan di nonjalan raya.
Faktor lainnya yang dapat membentuk persepsi kontrol perilaku
pengendara adalah keahlian pengendara yang berkaitan dengan persepsi
pengendara terhadap risiko keselamatan yang lebih tinggi jika melintasi
jalan raya. Walaupun pengendara sudah merasa ahli karena telah
mengendarai sepeda motor dalam waktu yang cukup lama, namun seluruh
pengendara menyadari bahwa risiko keselamatan di jalan raya lebih besar
dibandingkan dengan jalan pintas. Pengendara merasa lebih bisa menjaga
keselamatan penumpang anak ketika melintasi jalan pintas tanpa perlu
dipakaikan helm berdasarkan keahlian yang mereka miliki. Berdasarkan
hasil observasi, pengendara memiliki kemampuan yang baik saat bersepeda
motor dilihat dari keseimbangan dan penggunaan fitur-fitur sepeda motor
seperti lampu sein. Seseorang dapat berperilaku tidak aman dalam hal ini
adalah tidak memakaikan helm pada penumpang anak karena mereka
meyakini bahwa selama ini mereka cukup ahli dan dapat menjaga
keselamatan penumpang anak karena belum pernah celaka ketika
berkendara dengan penumpang anak, terutama saat melintasi jalanan non
jalan raya (Cooper, 2001). Dengan kata lain, keahlian yang dimiliki
pengendara yang berkaitan dengan persepsi risikonya menjadi faktor yang
dapat menghambat munculnya perilaku pemberian helm pada penumpang
anak.
85
Ditinjau dari aspek kemampuan dalam menyediakan fasilitas,
pengendara merasa mampu untuk menyediakan fasilitas berupa helm khusus
penumpang anak. Walaupun terdapat satu pengendara yang pada
kenyataannya tidak memiliki helm khusus anak, pengendara mengatakan
jika memang suatu saat dibutuhkan akan segera membeli helm khusus anak
atau paling tidak meminjam dari orang lain. Kemampuan pengendara untuk
menyediakan helm khusus anak seharusnya menjadi faktor pendorong untuk
berperilaku baik yaitu memakaikan helm pada penumpang anak. Namun
kenyataannya berdasarkan hasil observasi hanya satu pengendara yang mau
dan mampu benar-benar merealisasikan pemakaian helm pada penumpang
anak. Hal tersebut terjadi karena pandangan pengendara mengenai tidak
adanya polisi yang bertugas selain di jalan raya dan dianggap lebih aman
dari risiko kecelakaan jika hanya melintasi jalan pintas. Sehingga
kemampuan pengendara dalam menyediakan helm tidak memiliki pengaruh
apapun terhadap pemakaian helm pada penumpang anak.
Pengendara mengatakan tidak ada pengaruh dari keadaan emosi dan
paksaan terhadap pemakaian helm pada penumpang anak. Faktor yang
menentukan apakah helm untuk anak akan diberikan atau tidak sepenuhnya
ditentukan oleh diri pengendara sendiri, terlepas dari adanya dukungan dari
orang lain. Seluruh pengendara juga mengatakan bahwa tidak ada pengaruh
dari keadaan emosional dalam hal pemakaian helm pada penumpang anak
karena merasa bisa mengendalikan keadaan tersebut. Keadaan emosional
dan keterpaksaan pada dasarnya dapat menjadi faktor pendorong ataupun
penghambat dalam perilaku pengendara dalam pemakaian helm pada
86
penumpang anak. Dapat menjadi faktor pendorong ketika seseorang tidak
dapat mengatasi rasa keterpaksaannya dari pihak luar untuk memakaikan
helm pada penumpang anak, misalnya dorongan yang kuat dari keluarga.
Sedangkan menjadi faktor penghambat ketika pengendara sedang merasa
marah atau keadaan apapun yang membuat mental pengendara tidak stabil
sehingga cenderung berperilaku tidak baik yaitu tidak memberikan helm
pada penumpang anak. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bogdan, dkk. (2016) bahwa terdapat korelasi positif antara kondisi
emosional terganggu (marah) dengan perilaku agresif saat mengemudi.
Sebagaimana hasil wawancara pada aspek persepsi kontrol perilaku,
diketahui bahwa keadaan waktu yang dimiliki pengendara tidak
mempengaruhi pengendara untuk memakaikan helm pada penumpang anak.
Berdasarkan hasil observasi, pada pagi hari dimana beberapa hari
pengendara sempat agak terlambat ketika mengantar anak, mereka tetap
berperilaku sebagaimana biasanya (ibu DAH, bapak HR, ibu WW tetap
tidak memakaikan helm dan ibu ODP selalu memakaikan helm). Dengan
kata lain, walaupun waktu yang dimiliki sedikit atau dalam keadaan
terdesak sekalipun pengendara tetap akan memakaikan helm untuk
penumpang anak, ketika jarak tempuhnya jauh atau ketika melintasi jalan
raya. Sebaliknya, pengendara tetap tidak akan memakaikan helm pada
penumpang anak walaupun dalam keadaan terdesak jika jika melintasi jalan
raya.
Berdasarkan hasil wawancara, dua pengendara menyatakan bahwa
terkadang keberhasilan pemakaian helm tergantung pula dari penumpang
87
anak. Tak jarang penumpang anak menolak karena alasan ketidaknyamanan.
Siswa FT dan RK mengaku terkadang merasa tidak nyaman memakai helm
terutama jika cuaca sedang panas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Ledesma, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi persepsi
ketidaknyamanan seseorang maka niat terhadap perilaku yang ditimbulkan
menjadi semakin negatif. Namun semua pengendara mengatakan hal
tersebut tidak masalah ketika tidak melewati jalan raya sedangkan menjadi
suatu kewajiban jika melintasi jalan raya dan penumpang anak tidak
menolak, sudah paham pentingnya pemakaian helm di jalan raya.
Ketergantungan terhadap anak dapat menjadi faktor penghambat
terealisasinya perilaku pengendara dalam pemakaian helm penumpang anak
namun pada kenyataannya ketika melintasi jalan raya hal tersebut bukanlah
suatu hambatan lagi karena anak telah paham pentingnya pemakaian helm di
jalan raya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, diketahui bahwa informasi
adanya polisi yang berjaga di daerah tertentu menjadi faktor yang paling
menentukan atau paling mendorong/memudahkan pengendara untuk
mewujudkan niat terhadap perilaku memakaikan helm pada penumpang
anak. Sehingga hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah bagaimana
upaya yang harus dilakukan, baik dari sisi pengendara maupun sisi
kepolisian, untuk dapat mengubah persepsi pengendara bahwa risiko
kecelakaan dapat terjadi di mana saja, tidak tergantung jenis jalan yang
dilalui. Risiko kecelakaan mungkin lebih tinggi di jalan raya namun bukan
berarti di jalan pintas atau jalan nonkota tidak dapat terjadi kecelakaan.
88
Sehingga apabila persepsi mengenai risiko kecelakaan ini telah berubah,
diharapkan pemakaian helm bagi penumpang anak dapat terwujud
dimanapun terlepas dari segi jalanan mana yang anak dilewati.
6.2.4 Niat Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak
Berdasarkan hasil penelitian pada 5.5 diketahui bahwa informan
hanya memiliki niat untuk memakaikan helm pada penumpang anak ketika
akan melintasi jalan raya dan memiliki informasi adanya petugas kepolisian
yang berjaga pada daerah tertentu. Berdasarkan teori perilaku terencana
(theory of planned behavior), niat dapat terbentuk dari adanya tiga
komponen utama yaitu sikap, norma subyektif, dan persepsi atas kontrol
perilaku seseorang (Ajzen, 2005). Pengendara memiliki belief positif
mengenai konsekuensi jika penumpang anak diberikan helm. Namun
berdasarkan hasil penelitian, pada kenyataannya tingkatan sikap menjadi
tidak berlaku bagi informan sebagai pengendara motor ketika mereka
memiliki pemikiran “pemakaian helm bagi penumpang anak tidak
diperlukan jika tidak melintasi jalan raya atau ketika jaraknya dekat”
setinggi apapun tingakatan sikap yang mereka miliki.
Norma subyektif juga memiliki perannya dalam membentuk suatu
niat yang kemudian terealisasikan dalam bentuk perilaku. Berdasarkan teori,
pengendara dengan dorongan norma subyektif yang kurang baik cenderung
tidak memakaikan helm pada penumpang anak dan sebaliknya pengendara
dengan dorongan norma subyektif yang baik cenderung memakaikan helm
pada penumpang anak. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang dengan
dorongan norma subyektif yang baik mendapatkan lebih banyak motivasi
89
untuk berperilaku baik. Namun berdasarkan hasil penelitian, pada
kenyataannya pengendara yang memiliki dorongan dari pihak keluarga tetap
tidak memakaikan helm pada penumpang anak jika tidak melintasi jalan
raya sehingga norma subyektif yang paling berpengaruh adalah keberadaan
polisi yang bertugas di daerah yang akan mereka lintasi. Sehingga dapat
dikatakan dorongan norma subyektif dari pihak keluarga kurang dapat
membentuk niat terhadap perilaku untuk memakaikan helm pada penumpag
anak tetapi norma subyektif dari adanya kepolisian lah yang dapat
membentuk niat terhadap perilaku tersebut.
Selain kedua komponen di atas, persepsi atas kontrol perilaku juga
mendorong seseorang untuk berperilaku. Berdasarkan hasil wawancara,
diketahui bahwa adanya informasi polisi yang berjaga adalah hal yang
paling dapat mengubah niat terhadap perilaku seseorang, sedangkan aspek
keahlian dapat langsung menghambat timbulnya perilaku tertentu. Hal
tersebut dikarenakan pengendara memiliki persepsi bahwa keahlian yang
dimilikinya dapat menjadi modal untuk pengendara dalam menjaga
keselamatan penumpang anak sehingga dapat meminimalkan risiko
terjadinya kecelakaan terutama di jalan pintas sehingga bukanlah suatu
masalah ketika pengendara tersebut tidak memakaikan helm pada
penumpang anak. Sehingga keahlian berkendara dapat dikatakan menjadi
faktor penghambat timbulnya perilaku memakaikan helm pada penumpang
anak.
Berdasarkan ketiga aspek pembentuk niat tersebut, diketahui bahwa
pengendara hanya memiliki niat untuk memakaikan helm pada penumpang
90
anak ketika akan melintasi jalan raya, jarak tempuh yang jauh, dan memiliki
informasi adanya kepolisian yang berjaga. Walaupun informan mengatakan
bahwa alasan memakaikan helm pada penumpang anak di jalan raya adalah
karena faktor risiko keselamatan di jalan raya yang lebih besar, pada
kenyataannya informan tidak begitu memperdulikan risiko keselamatan
tersebut ketika tidak ada polisi yang berjaga di daerah tersebut. Sehingga
dapat dikatakan bahwa informan sebagai pengendara memakaikan helm
untuk penumpang anak adalah karena takut dengan sanksi penilangan dan
bukan karena faktor keselamatan. Hal tersebut terbukti berdasarkan hasil
wawancara yang menyatakan bahwa informan tetap tidak memakaikan helm
pada penumpang anak ketika melewati jalan raya ketika mendapatkan
informasi bahwa di jalan raya tersebut tidak terdapat polisi yang berjaga.
Sehingga masalah dalam aspek niat dalam memakaikan helm pada
penumpang anak yang harus diperbaiki adalah dengan mencoba mengubah
pandangan pengendara mengenai sikap yang dimilikinya bahwa pemakaian
helm ada suatu hal yang wajib tanpa ada pengecualian. Selain itu diperlukan
dorongan dari pihak keluarga yang lebih besar lagi agar pemakaian helm
pada penumpang anak menjadi suatu hal yang bersifat kebiasaan di
kemudian hari, dan berusaha pula untuk mengubah cara berpikir pengendara
bahwa kecelakaan bisa terjadi dimana saja tanpa memandang jarak yang
dekat, jenis jalan yang dilewati, atau adanya polisi atau tidak. Salah satu
upaya yang bisa dilakukan adalah dengan terus melakukan sosialisasi dan
pengetatan penerapan tertib berkendara termasuk penggunaan helm bagi
91
penumpang anak sehingga apabila diajarkan sejak dini akan menjadi suatu
kebiasaan yang baik di masa yang akan datang.
6.2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak
Berdasarkan hasil penelitian aspek perilaku pada sub-bab 5.6,
pengendara cenderung tidak memakaikan helm pada penumpang anak
ketika menuju dan pulang dari sekolah. Namun melalui wawancara
diketahui bahwa pengendara memiliki helm untuk penumpang anak tersebut
(ibu DAH, ibu WW, ibu ODP). Alasan utama tidak memakaikan helm untuk
penumpang anak adalah jarak yang dekat dan melalui jalan pintas. Hal
tersebut bertentangan dengan yang tertera pada UU no 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 106 ayat 8 bahwa setiap orang
yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib
mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia.
Menurut Ghasemzadeh, dkk. (2017) norma subyektif dan persepsi
kontrol perilaku adalah komponen dalam teori perilaku terencana yang
paling menentukan niat terhadap perilaku. Sedangkan komponen sikap
adalah yang terlemah korelasinya dengan niat terhadap perilaku, tergantung
pada situasi aktifitas yang dilakukan. Untuk suatu aktifitas yang bersifat
kebiasaan sikap yang muncul menjadi negatif (tidak sebagaimana
seharusnya) sedangkan untuk hal-hal yang bersifat temporer atau dilakukan
sewaktu-waktu sikap yang muncul adalah sikap positif. Sebagaimana
penelitian ini, berkendara motor dengan penumpang anak dengan tidak
melewati jalan raya adalah hal yang biasa dilakukan oleh pengendara motor
oleh karena itu pengendara cenderung berani untuk tidak memakaikan helm
92
pada penumpang anak dikarenakan kebiasaannya selama ini tidak
membuahkan hasil yang tidak diinginkan (tidak pernah tertilang, tidak
pernah kecelakaan). Lain halnya dengan saat pengendara melintasi jalan
raya dengan membawa penumpang anak, seluruh pengendara mengatakan
selalu memakaikan helm pada penumpang anak, namun tidak setiap hari
mereka melewati jalan raya (bukan suatu kebiasaan).
Perilaku memakaikan helm pada penumpang anak terbukti sesuai
dengan teori perilaku terencana, dimana niat memang menjadi prediktor
utama untuk berperilaku. Pengendara yang akan melintasi jalan raya,
melintasi jalan yang jarak tempuhnya jauh, dan memiliki informasi adanya
keberadaan polisi, akan memiliki niat untuk memakaikan helm pada
penumpang anak. Sehingga dapat dikatakan kecenderungan perilaku
pengendara dalam memakaikan helm untuk penumpang anak di masa
mendatang masih tetap bergantung pada jenis jalan dan jarak tempuh yang
akan dilalui jika persepsi pengendara tidak diubah.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku
pengendara dalam pemakaian helm bagi penumpang anak ditinjau
menggunakan teori perilaku terencana, tidak dapat hanya ditentukan dari
masing-masing domain, tetapi memerlukan kombinasi dari ketiganya untuk
membentuk kecenderungan perilaku. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat yang baik
tidak dapat memunculkan perilaku yang baik pula jika suatu perilaku
tersebut adalah suatu hal yang merupakan kebiasaan seseorang. Mengantar
penumpang anak menggunakan sepeda motor tanpa memakaikan helm pada
93
mereka adalah suatu hal yang biasa atau sehari-hari dilakukan oleh seluruh
informan. Mereka melakukan hal tersebut karena beberapa faktor yang
mencetus untuk berbuat demikian, antara lain tidak melintasi jalan raya
dianggap aman karena tidak ada polisi dan selama ini belum pernah celaka
jika tidak melintasi jalan raya, dan adanya faktor penolakan dari penumpang
anak yang juga seringkali “di-iya-kan” oleh pengendara motor. Pencetus-
pencetus tersebut lah yang perlu diperbaiki. Walaupun tidak memakaikan
helm pada penumpang anak ketika tidak melintasi jalan raya adalah suatu
hal yang menjadi kebiasaan, dengan harapan dengan diatasinya faktor-faktor
pencetus perilaku tersebut maka kedepannya kebiasaan seseorang dapat
diubah secara perlahan.
94
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, diketahui bahwa :
a. Dalam aspek sikap, pengendara menganggap bahwa pemakaian helm bagi
penumpang anak SDN Cipinang Melayu 03 penting hanya ketika akan
melintasi jalan raya atau ketika jarak tempuhnya dekat.
b. Dorongan norma subyektif dalam memakaikan helm pada penumpang
anak di SDN Cipinang Melayu 03 yang paling mempengaruhi pengendara
adalah dorongan dari ada/tidaknya pihak kepolisian yang berjaga.
c. Komponen adanya informasi mengenai polisi yang berjaga yang dimiliki
pengendara menjadi hal yang paling memudahkan/mendorong pengendara
untuk mewujudkan niat terhadap perilaku memakaikan helm pada
penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03.
d. Informan memiliki niat untuk memakaikan helm pada penumpang anak
hanya ketika akan melintasi jalan raya atau jarak tempuh yang jauh dan
jika memiliki informasi adanya polisi yang bertugas di daerah tertentu.
e. Pengendara memiliki kecenderungan untuk tidak memakaikan helm pada
penumpang anak ketika tidak melintasi jalan raya atau jarak dekat.
Pemakaian helm khusus anak dilakukan bukan karena faktor keselamatan
melainkan faktor takut ditilang polisi jika melintasi jalan raya dan tidak
memakai helm.
95
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor
1. Untuk dapat lebih meningkatkan tanggung jawabnya sebagai
pengendara dalam hal pemakaian helm pada penumpang anak, dengan
atau tanpa adanya pengawasan dari pihak kepolisian.
2. Untuk dapat menerima informasi yang disampaikan oleh pihak
kepolisian yang bertugas baik itu di sekolah maupun penyuluhan di
masyarakat sehingga di kemudian hari cara pikir pengendara dapat
berubah, bahwa kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
7.2.2 Bagi SDN Cipinang Melayu 03
Pihak sekolah dapat turut bekerja sama dengan pihak kepolisian
melalui pemasangan poster atau plang yang bertuliskan area wajib
menggunakan helm bagi penumpang anak.
7.2.3 Bagi Kepolisian RI
1. Untuk dapat membuat media promosi keselamatan khususnya
pentingnya helm khusus anak misalnya melalui media visual berupa
iklan layanan masyarakat dengan kemasan yang dibuat terkesan
menakutkan bagi pengendara, misalnya dengan menampilkan
banyaknya kasus penumpang anak yang meninggal akibat kecelakaan
lalu lintas.
2. Untuk dapat menyelenggarakan sosialisasi pemakaian helm khusus
anak dalam bentuk acara yang menarik, misalnya bekerja sama
dengan kelurahan dan lembaga kesehatan setempat membuat acara
pemeriksaan kesehatan gratis ataupun acara lainnya.
96
3. Untuk dapat mengarahkan bimbingan masyarakat setempat daerah
sekolah melakukan pengawasan dan pelaporan adanya tindak
pelanggaran dan memberlakukan sanksi tegas bagi orang tua sebagai
pengendara yang melanggar.
7.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Diharapkan dapat meneliti seberapa besar kekuatan masing-masing
variabel/domain yang dapat berhubungan dengan kekuatan niat dan
aktualisasinya terhadap perilaku.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 1985. “From intentions to action: a theory of planned behavior”. In J.
Huhl, & J. Beckman (Eds.), Will; performance; control (psychology);
motivation (psychology)
Ajzen, I. 2005. “Attitudes, Personality, and Behavior”. New York : Open
University Press
Asdar, Muhammad. Rismayanti. Sidik, Dian. 2013. “Perilaku Safety Riding pada
Siswa SMA di Kabupaten Pangkep”. Makassar : Universitas Hasanuddin
Asril, Sabrina.2012. “Ini Lokasi Rawan Kecelakaan di Jakarta dan Sekitarnya”.
Jakarta : Kompas
Bogdan, Smaranda Raluca. Mairean, Cornelia. Havarneanu, Corneliu-Eugen.
2016. “A meta-analysis of the association between anger and aggressive
driving”. Romania : Elsevier, Journal of Tansportation Research Part F :
Traffic Psychology and Behavior
BSN. 2007. “Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua”
Cahyawan, William. Sarlita, Manuella. Pernama, Kanti. dkk. 2014. “Peran Media
Dalam Menumbuhkan Intensi Remaja Pengendara Motor Untuk
Menggunakan Helm”. Jakarta : Universitas Atma Jaya
Cooper, Dominic. 2001. Improving Safety Culture : A Practical Guide. London :
John Wiley & Sons Ltd
Coppens, Nina M. McCabe, Beth Mandeville. dkk. 1995. “Original Article
Promoting Children’s Use of Bicycle Helmtes”. Journal of Pediatriac Health
Care
Ditlantas Polda Metro Jaya. 2016. Laporan Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau
dari Jenis Pelanggarannya
Dirjen Perhubungan Darat. 2008. “Buku Petunjuk Tata Cara Bersepeda Motor di
Indonesia”.
Geller, E. Scott. 2000. The Psychology of Safety Handbook. Washington : Lewis
Publisher
Ghasemzadeh, Sadegh. Babazadeh, Towid. Allahverdipour, Hamid. Dkk. 2017.
“Cognitive-behavioral determinants of using helmet by motorcyclists in a
rural community”. Iran : Elsevier Journal of Transport & Health
98
Government of Western Australia Department of Transport. 2016. “Ride Safe
Handbook for Westerns Australian Road Users”. Australia : Road Safety
Council
Hale, Jerold L. Householder, Brian J. Greene, Kathryn L. 2014. “The Theory of
Reasoned Action”. Diakses dari http://eclipse.rutgers.edu/wp-
content/uploads/sites/51/2014/pdf/TRAbkch-02.pdf pada 14 Mei 2017
Haworth, Narelle. Smith, Joan Ozanne. Fox, Barbara. dkk. 1994. “Motorcycle
Related injuries To Children and Adolescents”. Australia : Australian road
Research Board
Herdiansyah, Haris. 2015. Metodologi Penelitian kualitatif untuk Ilmu Psikologi.
Jakarta : Salemba Humanika
Hothem, Zachary. Simon, Robert. Dkk. 2016. “Effects of repealing the motorcycle
helmet law in Michigan”. United States : Elsevier The American Journal of
Surgery
Hung, Dang Viet. Stevenson, Mark R. Ivers, Rebecca Q. 2008. “Barriers to, and
factors associated, with observed motorcycle helmet use in Vietnam”.
Australia : Elsevier Accident Analysisi Prevention
Jewett, Amy. Beck, Laurie F. Taylor, Christopher. 2012. “Bicycle helmet use
among persons 5 years and older in the United States, 2012”. United States
: Elsevier Journal of Safety Research
Kashani, Ali Tavakoli. Rabieyan, Rahim. Besharati, Mohammad Mehdi. 2014. “A
data mining approach to investigate the factors influencing the crash
severity of motorcycle pillion passengers”. Iran : Journal of Safety Research
Kusmagi, Marye Agung. 2010. Selamat Berkendara di Jalan Raya. Depok : Raih
Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup)
Ledesma, Ruben D. Tosi, Jeremias. Poo, Fernando M. dkk. 2015. “Implicit
attitudes and road safety behaviors. The helmet-use case”. Argentina :
Elsevier
Mohan, Dinesh. 2010. “Safety of Children as Motorcycle Passenger”. India :
Indian Institute of Technology Delhi, WHO Collaborating Centre
Motorcycle Safety Foundation. 2014. “The Motorcycle Safety Foundation Basic
Riderscourse rider Handbook”
99
NHTSA. 2007. “Traffic Safety Facts Overview”. Washington DC : National
Center for Statistics and Analysis
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta
O’Callaghan, Frances O. Nausbaum, Sarah. 2006. “Predicting Bicycle Helmet
Wearing Intentions and Behavior among Adolescents”. Australia :
Pergamon Journal of Safety Research
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. “ Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan”.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan
Pervin, Aaron. Passmore, Jonathon. Sidik, Mirjam. 2009. “Viet Nam’s mandatory
motorcycle helmet law and its impact on children”. Vietnam : Childhood
Injuries and Violence Journal
POLRI. 2013. “Polantas dalam Angka 2013”. Jakarta : Markas Besar Kepolisian
Negara Republik Indonesia KORPS Lalu Lintas
POLRI. 2015. “Keselamatan Berlalu Lintas. Disampaikan pada Seminar Profesi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan tema “Peduli Keselamatan
Berkendara: Aku dan Ojek Online Tertib Berlalu Lintas” Ciputat 16
November 2015”. Tangerang Selatan : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Puspitasari, Ayu Dwi. Hendrati, Lucia Yovita. 2013. Hubungan antara Faktor
Pengemudi dan Faktor Lingkungan dengan Kepatuhan Mengendarai Sepeda
Motor. Surabaya : Jurnal Berkala Epidemiologi
Robertson, Daniel W. Lang, Brittany D. Schaefer, Joelle M. dkk. 2014. “Parental
attitudes and behaviours concerning helmet use in childhood activities:
Rural focus group interviews”. Canada: Accident Analysis & Prevention
Journal
Santrock, John W. 2008. Children. New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta
Sumiyanto, Andi. Mahawati, Eni. Hartini, Eko. 2014. “Pengaruh Sikap Individu
dan Perilaku Teman Sebaya terhadap Praktik Safety Riding pada Remaja”.
100
Semarang : Jurnal Visikes
Trinh, Tu Anh. Le, Phuong Linh. 2016. “Motorcycle Helmet Usage among
Children Passengers: Role of Parents as Promoter”. Vietnam : Procedia
Engineering
Utari, Gineung Cynthia. 2009. “Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi, dan
Keterampilan Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan
Berkendara (Safety Riding) di Universitas Gunadarma Bekasi”. Tangerang
Selatan : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UULLAJ. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan
Weiner, Irving B. Elkind, David. 1972. Child Development : A Core Approach.
Canada : John Wiley & Sons, Inc.
WHO. 2014. “Helm : Manual keselamatan jalan untuk pengambil keputusan dan
praktisi“. Jakarta : Global Road Safety Partnership – Indonesia
WHO. 2015. “Children Development and Motorcycle Safety”. India : WHO
Xuequn, Yu. Ke, Liang. Ivers, Rebecca. 2011. “Prevalence rates of helmet use
among motorcycle riders in a developed region in China”. Australia :
Accident Analysis & Prevention Journal
Yogatama, Leo Agung Manggala. 2013. “Analisis Pengaruh Attitude, Subjective
Norm, Perceived Behavior Control Terhadap Intensi Penggunaan Helm Saat
Mengendarai Motor Pada Remaja dan Dewasa Muda di Jakarta Selatan”.
Jakarta: Universitas Atma Jaya
Zamani-Alavijeh, F. Bazargan, M. Shafiei, A. dkk. 2011. “The frequency and
predictors of helmet use among Iranian motorcyclists: A quantitative and
qualitative study”. USA : Accident Analysis & Prevention Journal
101
LAMPIRAN I
INFORMED CONSENT
Assalamu’alaikum wr.wb.
Saya Rizqi
Suryaramadhanty, mahasiswa
semester VIII Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sedang
melakukan penelitian dalam rangka
menyelesaikan skripsi dengan judul
“Gambaran Perilaku Pengendara
dalam Memakaikan Helm Pada
Penumpang Anak Sekolah Dasar
di SDN Cipinang Melayu 03
Jakarta Timur Tahun 2017”.
Sehubungan dengan hal ini, saya
memohon kesediaan Anda untuk
menjawab pertanyaan selama
wawancara berlangsung dengan
sebenar-benarnya tanpa pengaruh
dari pihak manapun. Semua jawaban
akan saya jaga kerahasiaannya dan
tidak memakaikan dampak negatif
bagi Anda. Atas kesediaan Anda
meluangkan waktu untuk menjadi
responden, saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Kesediaan Menjadi Informan
Penelitian
Dengan ini,
Nama :
Nomor Telepon :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk
menjadi informan/narasumber
penelitian dengan judul “Gambaran
Perilaku Pengendara dalam
Memakaikan Helm Pada
Penumpang Anak Sekolah Dasar
di SDN Cipinang Melayu 03
Jakarta Timur Tahun 2017” dan
bersedia memakaikan jawaban
dengan sebenar-benarnya tanpa
pengaruh dari pihak manapun.
Jakarta,_______________ 2017
Informan,
102
LAMPIRAN II
PEDOMAN WAWANCARA
INFORMAN UTAMA
PENGENDARA
Berikut ini adalah poin-poin inti pertanyaan kepada pengendara sebagai
informan utama.
1. Kepemilikan helm khusus anak.
2. Lokasi tempat tinggal dan jalan yang dilalui.
3. Hubungan dengan penumpang anak
4. Bagaimana tanggapan pengendara mengenai pemakaian helm pada anak.
5. Siapa saja dan bagaimana pengaruh orang-orang tertentu dalam
memakaikan helm pada penumpang anak?
6. Apa saja faktor yang mendukung dan yang menghambat diri pengendara
dalam memakaikan helm pada penumpang anak.
7. Bagaimana niat pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang
anak.
103
LAMPIRAN III
PEDOMAN WAWANCARA
INFORMAN PENDUKUNG
ANAK
Berikut ini adalah poin-poin inti pertanyaan kepada penumpang anak
sebagai informan pendukung.
1. Bagaimana selama ini menjadi penumpang sepeda motor dalam hal
pemakaian helm.
2. Siapa dan bagaimana pengaruh orang-orang tertentu dalam pemakaian
helm tersebut.
PEDOMAN WAWANCARA
INFORMAN PENDUKUNG
SATPAM
Berikut ini adalah poin-poin inti pertanyaan kepada satpam sekolah sebagai
informan pendukung.
1. Pernahkah ada kegiatan sosialisasi dari kepolisian ke SDN 03 Cipinang
Melayu.
2. Bagaimana selama ini pengendara memakaikan helm pada penumpang
anak.
104
LAMPIRAN IV
PEDOMAN WAWANCARA
INFORMAN KUNCI
KEPOLISIAN
Berikut ini adalah poin-poin inti pertanyaan kepada unit DIKYASA POLDA
Metro Jaya sebagai informan kunci.
a) Gambaran kasus kecelakaan sepeda motor khususnya pada penumpang
anak di Jakarta Timur.
b) Standar helm untuk penumpang anak.
c) Sosialisasi terkait pemakaian helm pada penumpang anak.
d) Realita di lapangan mengenai pemakaian helm pada penumpang anak.
e) Upaya yang dilakukan pihak kepolisian selain sosialisasi.
PEDOMAN WAWANCARA
INFORMAN KUNCI
KEPALA SEKOLAH
Berikut ini adalah poin-poin inti pertanyaan kepada Kepala Sekolah SDN
Cipinang Melayu 03 sebagai informan kunci.
a) Demografi keluarga siswa-siswi SDN Cipinang Melayu 03
b) Perilaku pengendara dalam memakaikan helm sehari-hari
c) Bentuk kerja sama kepolisian dan sekolah
d) Tanggapan kepala sekolah tentang program sosialisasi helm anak
105
LAMPIRAN V
Hasil Observasi Pemakaian Helm pada Penumpang Anak
8 Juni – 20 Juli 2017
1. Ibu DAH
No Aspek yang Dilihat Ceklis Keterangan
1 Penumpang anak menggunakan
helm
X Tidak memberikan
namun memiliki helm
khusus anak
2 Helm yang diberikan sesuai
ukuran kepala anak
V
Sesuai, berdasarkan
observasi melalui foto 3 Helm berstandar SNI V
4 Helm masih layak pakai V
2. Bapak HR
No Aspek yang Dilihat Ceklis Keterangan
1 Penumpang anak menggunakan
helm
X Tidak memberikan dan
tidak memiliki helm
khusus anak
2 Helm yang diberikan sesuai
ukuran kepala anak
X Hanya memiliki helm
khusus orang dewasa
berstandard SNI dan
masih layak pakai
(observasi melalui foto)
3 Helm berstandar SNI V
4 Helm masih layak pakai V
3. Ibu WW
No Aspek yang Dilihat Ceklis Keterangan
1 Penumpang anak menggunakan
helm
X Tidak memberikan
namun memiliki helm
khusus anak
2 Helm yang diberikan sesuai
ukuran kepala anak
V
Sesuai, berdasarkan
observasi melalui foto 3 Helm berstandar SNI V
4 Helm masih layak pakai V
4. Ibu ODP
No Aspek yang Dilihat Ceklis Keterangan
1 Penumpang anak menggunakan
helm
V
Sesuai dengan ukuran
kepala, berstandard SNI,
dan masih layak pakai
(observasi langsung)
2 Helm yang diberikan sesuai
ukuran kepala anak
V
3 Helm berstandar SNI V
4 Helm masih layak pakai V
106
LAMPIRAN VI
Hasil Observasi Sikap Pengendara
8 Juni – 20 Juli 2017 & 19 – 20 Desember 2017
Tanggal Hasil Observasi
Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
8 Juni
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
12 Juni
Tidak naik
motor, mau les
diantar naik
mobil
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
16 Juni
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
11 Juli
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
13 Juli
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
18 Juli
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
20 Juli
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
107
Tanggal Hasil Observasi
Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
helm
19
Desember
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
20
Desember
Tidak
memakaikan
helm, tidak ke
jalan raya
Tidak memakaikan
helm, pulangnya ke
komplek KODAM,
dari KODAM
kerumah baru pakai
helm
Tidak memakaikan
helm, tidak ke jalan
raya
Memakaikan
helm, lewat
perempatan
Galaxy, harus
pakai helm
108
LAMPIRAN VII
Hasil Observasi Lingkungan Teman Sebaya Pengendara
8 Juni – 20 Juli 2017 & 19 – 20 Desember 2017
Tanggal Hasil Observasi
Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
8 Juni Selama proses
observasi
berlangsung, ibu
DAH adalah yang
paling sering
bersosialisasi dengan
pengendara lainnya
(orang tua murid
lain). Di lingkungan
tersebut ada yang
memakaikan helm
untuk anaknya ada
juga yang tidak.
Namun hal tersebut
tidak mempengaruhi
ibu DAH untuk
berubah menjadi
memakaikan helm
untuk anak, karena
disesuaikan lagi
dengan kebutuhan
(jenis jalan yang
dilalui dan jarak
tempuhnya)
Selama proses
observasi
berlangsung,
bapak HR lebih
sering
menyendiri
dibandingkan
berkumpul
dengan orang
tua murid
lainnya,
mengobrol juga
seperlunya saja
sehingga tidak
terpengaruh
dengan
lingkungan
teman
sebayanya
tersebut yang
memakaikan
helm pada
penumpang
anaknya.
Selama proses
observasi
berlangsung,
ibu WW lebih
sering
menyendiri
dibandingkan
berkumpul
dengan orang
tua murid
lainnya,
mengobrol
juga
seperlunya saja
sehingga tidak
terpengaruh
dengan
lingkungan
teman
sebayanya
tersebut yang
memakaikan
helm pada
penumpang
anaknya.
Selama proses
observasi
berlangsung,
ibu ODP lebih
sering
menyendiri
dibandingkan
berkumpul
dengan orang
tua murid
lainnya,
mengobrol
juga
seperlunya saja
sehingga tidak
terpengaruh
dengan
lingkungan
teman
sebayanya
tersebut yang
tidak
memakaikan
helm pada
penumpang
anaknya
12 Juni
16 Juni
11 Juli
13 Juli
18 Juli
20 Juli
19
Desember
20
Desember
109
LAMPIRAN VIII
Hasil Observasi Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara
8 Juni – 20 Juli 2017 & 19 – 20 Desember 2017
Tanggal Hasil Observasi
Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
8 Juni
Tidak melintasi jalan raya, cara mengendarai motor cukup
stabil dan menggunakan lampu sein sebagaimana mestinya,
tidak menyediakan helm namun memiliki helm khusus
anak, tidak terpengaruh ada keterpaksaan dan emosi yang
mengganggu kecuali akan melintasi jalan raya (terpaksa
membawa helm), di pagi hari tidak terpengaruh untuk
memakaikan helm (jika tidak lewat jalan raya),
ketergantungan terhadap anak jika tidak melintasi jalan
raya (penolakan dari anak)
Tidak melintasi jalan
raya, cara
mengendarai motor
cukup stabil dan
menggunakan lampu
sein sebagaimana
mestinya, tidak
menyediakan helm
dan tidak memiliki
helm khusus anak,
tidak terpengaruh ada
keterpaksaan dan
emosi yang
mengganggu kecuali
akan melintasi jalan
Tidak melintasi
jalan raya, cara
mengendarai motor
cukup stabil dan
menggunakan
lampu sein
sebagaimana
mestinya, tidak
menyediakan helm
namun memiliki
helm khusus anak,
tidak terpengaruh
ada keterpaksaan
dan emosi yang
mengganggu
Melintasi jalan raya,
cara mengendarai
motor cukup stabil
dan menggunakan
lampu sein
sebagaimana
mestinya, tidak
menyediakan helm
karena penumpang
membawa helm
sendiri, tidak
terpengaruh ada
keterpaksaan dan
emosi yang
mengganggu kecuali
12 Juni
Tidak melintasi jalan raya, mengendarai mobil karena anak
akan les, tidak menyediakan helm karena naik mobil, tidak
terpengaruh ada keterpaksaan dan emosi yang
mengganggu,, di pagi hari tidak terpengaruh untuk
memakaikan helm karena naik mobil, tidak ketergantungan
terhadap anak karena naik mobil.
110
Tanggal Hasil Observasi
Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
16 Juni
Tidak melintasi jalan raya, cara mengendarai motor cukup
stabil dan menggunakan lampu sein sebagaimana mestinya,
tidak menyediakan helm namun memiliki helm khusus
anak, tidak terpengaruh ada keterpaksaan dan emosi yang
mengganggu kecuali akan melintasi jalan raya (terpaksa
membawa helm), di pagi hari tidak terpengaruh untuk
memakaikan helm (jika tidak lewat jalan raya),
ketergantungan terhadap anak jika tidak melintasi jalan
raya (penolakan dari anak)
raya (terpaksa
membawa helm), di
pagi hari tidak
terpengaruh untuk
memakaikan helm
(jika tidak lewat jalan
raya), tidak ada
ketergantungan
terhadap anak dalam
kondisi apapun.
kecuali akan
melintasi jalan raya
(terpaksa
membawa helm),
di pagi hari tidak
terpengaruh untuk
memakaikan helm
(jika tidak lewat
jalan raya),
ketergantungan
terhadap anak jika
tidak melintasi
jalan raya
(penolakan dari
anak)
akan melintasi jalan
raya (terpaksa
membawa helm), di
pagi hari tidak
terpengaruh untuk
memakaikan helm
(jika tidak lewat
jalan raya), tidak
ketergantungan
terhadap anak karena
anak sudah paham
pentingnya memakai
helm.
Tidak melintasi jalan raya, mengendarai mobil karena anak
akan les, tidak menyediakan helm karena naik mobil, tidak
terpengaruh ada keterpaksaan dan emosi yang
mengganggu,, di pagi hari tidak terpengaruh untuk
memakaikan helm karena naik mobil, tidak ketergantungan
terhadap anak karena naik mobil.
11 Juli Tidak melintasi jalan raya, cara mengendarai motor cukup
stabil dan menggunakan lampu sein sebagaimana mestinya,
tidak menyediakan helm namun memiliki helm khusus
anak, tidak terpengaruh ada keterpaksaan dan emosi yang
mengganggu kecuali akan melintasi jalan raya (terpaksa
membawa helm), di pagi hari tidak terpengaruh untuk
memakaikan helm (jika tidak lewat jalan raya),
ketergantungan terhadap anak jika tidak melintasi jalan
raya (penolakan dari anak)
13 Juli
18 Juli
20 Juli
19
Desemb
er
20
Desemb
er
111
LAMPIRAN IX
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN UTAMA
No Aspek Jawaban
Kesimpulan Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
1 Kecenderungan Perilaku Pengendara
a. punya helm khusus
untuk anak? Dibawa?
Punya, tidak bawa Punya, tidak bawa Punya, tidak
bawa
Punya, bawa Pengendara memiliki
kecenderungan untuk
memakaikan helm pada
penumpang anak hanya jika
akan melintasi jalan raya atau
perjalanan yang cukup jauh.
b. alasan tidak bawa
atau bawa helm
khusus anak?
Dulu sering,
sekarang tidak
karena tidak lewat
jalan raya dan
anaknya menolak
(faktor cuaca dan
pengaruh teman)
Jarak dekat dan
sudah tidak lewat
jalan raya
Tidak lewat
jalan raya
Selalu
dibawakan oleh
orang tua anak
dan memang
lewat jalan raya
2 Niat Pengendara
Analisis niat didapatkan melalui hasil analisi sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku
pengendara
Pengendara memiliki niat
untuk memakaikan helm pada
penumpang anak hanya
ketika akan melintasi jalan
raya, jarak tempuh yang jauh,
dan memiliki informasi
adanya pihak kepolisian yang
berjaga.
3 Sikap Pengendara
a. menerima
(bagaimana tanggapan
Mau
mendengarkan
Mau
mendengarkan
Tidak mau
mendengarkan,
Mau
mendengarkan
Pengendara beranggapan
bahwa helm tidak penting
112
No Aspek Jawaban
Kesimpulan Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
ketika ada pihak
kepolisian ada
penyuluhan tentang
safety riding)
adanya sosialisasi
tersebut jika
dilakukan diluar
sekolah
walaupun terburu-
buru (sebentar)
tapi kalau di
sekolah rasanya
kurang pas untuk
orang dewasa
lebih memilih
jalan saja
menjalani
urusannya.
adanya
sosialisasi
tersebut,
introspeksi diri
terkait safety
riding namun
lebih tepat jika
dilakukan diluar
sekolah
(sasarannya
masyarakat
umum)
jika tidak melintasi jalan raya
atau jika jaraknya dekat dan
memiliki anggapan bahwa
sosialisasi dari polisi ke
sekolah tidaklah terlalu
penting untuk dirinya, lebih
mengarah ke anak sekolah
saja. Sehingga memakaikan
helm pada penumpang anak
hanyalah suatu hal yang
bersifat normatif.
b. menanggapi
(bagaimana tanggapan
pengendara tentang
pentingnya helm
untuk penumpang
anak)
Helm itu penting,
untuk
mengantisipasi
dampak
kecelakaan
Helm itu penting
untuk
keselamatan jika
terjadi kecelakaan
Helm penting
untuk
keselamatan
Helm penting
untuk
melindungi
kepala anak
c. menghargai
(bagaimana tanggapan
pengendara mengenai
apakah mereka
menyebarkan
informasi atau
mengingatkan orang
lain untuk
Tidak
mengingatkan
orang lain atau
orang terdekat
untuk
memakaikan helm
pada penumpang
anaknya kecuali
Tidak
mengingatkan
orang lain kecuali
lewat jalan raya
Tidak
mengingatkan
karena jaraknya
dekat dan lewat
jalan pintas
sehingga lebih
aman
Tidak
mengingatkan
orang lain kalau
lewat jalan
pintas dan
karena selalu
saya yang siap
sedia
113
No Aspek Jawaban
Kesimpulan Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
memakaikan helm
pada penumpang
anak)
jaraknya jauh menyediakan
helm
d. bertanggung jawab
(upaya apa yang
dilakukan pengendara
untuk menjamin
keselamatan
penumpang anak
kedepannya)
Lebih memilih
untuk tidak
berkendara
menggunakan
motor dengan
anak jika tidak
ada helm untuk
anak
Lebih memilih
untuk tidak
mengajak anak
naik motor jika
tidak ada helm
khusus untuk
anak, jika
terdesak akan
pinjam dulu.
Kedepannya
akan
mengusahakan
jika tidak punya,
paling tidak
minjam ke orang
lain
Selalu
menyediakan
helm, jika
sedang tidak
punya,
mengusahakan
untuk pinjam
4 Norma Subyektif Pengendara
a. siapa saja yang
berpengaruh?
Orang terdekat
tidak ada yang
mempengaaruhi,
lebih kepada
pengaruh
kepolisian
Ada istri yang
mengingatkan.
Selain istri paling
besar dorongan
pihak kepolisian
Suami
mengingatkan
kadang-kadang,
tapi lebih sering
kesadaran
sendiri
Suami
mengingatkan,
sering
Adanya dorongan dari pihak
keluarga maupun orang tua
lain dalam hal memakaikan
helm untuk anak tidak
diperdulikan oleh pengendara
dan dianggap kurang penting,
karena hanya bergantung dari
dorongan adanya pihak
kepolisian yang berjaga di
daerah tertentu yang akan
dilewati.
b. adakah pengaruh
dari orang tua
lainnya?
Tidak
terpengaruh, tetap
tidak memberikan
helm (jika tidak
lewat jalan raya)
bagaimanapun
keadaan orang
Tidak
terpengaruh, tetap
tidak memberikan
helm saat
jaraknya dekat
Kadang
terpengaruh, tapi
lebih
terpengaruh
dengan kondisi
jalan yang akan
dilalui
Tidak
terpengaruh,
tetap
memberikan
selama melewati
jalan raya
114
No Aspek Jawaban
Kesimpulan Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
lain
c. seberapa besar
pengaruh pihak
tersebut?
Paling besar
pengaruh polisi,
lebih memilih
naik mobil untuk
daerah-daerah
rawan polisi
Faktor paling
besar
memakaikan helm
untuk anak adalah
adanya polisi,
takut tertilang
Pakai helm
untuk anak
karena faktor
polisi
Pakai helm
karena takut
tertilang polisi
walaupun
jaraknya dekat,
kalau lewat jalan
raya tetap pakai
helm untuk anak
5 Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara
a. ketersediaan
informasi adanya
polisi
Mempengaruhi
pemakaian helm,
kalau tahu ada
polisi lebih
memilih naik
mobil
Tidak
terpengaruh,
karena selalu
pakai helm saat
lewat jalan raya
Mempengaruhi
pemakaian
helm, kalau tahu
ada polisi akan
memakaikan
helm pada anak
Tidak
terpengaruh
karena selalu
pakai helm
(selama
melintasi jalan
raya)
Faktor pendorong terbesar
yang dirasakan pengendara
terkait pemakaian helm untuk
penumpang anaknya adalah
ketersediaan informasi
adanya pihak kepolisian yang
berjaga di daerah tertentu.
Sedangkan faktor lainnya
dianggap tidak menjadi
pendorong karena tergantung
dengan jenis jalan dan jarak
tempuh yang akan dilalui.
b. keahlian berkendara Sudah 13 tahun
mengendarai
motor, yakin anak
aman karena tidak
lewat jalan raya,
yang penting
berhati-hati selalu
Sudah sejak SMA
bisa mengendarai
motor, yakin anak
akan aman karena
di jalan raya
memakai helm
dan walaupun
tidak pakai helm
di nonjalan raya
Sudah 9 tahun
bisa
mengendarai
motor, yakin
anak aman,
karena merasa
sudah cukup
pengalaman
membawa
Sudah 15 tahun
bisa
mengendarai
motor, merasa
anak aman
karena selalu
pakai helm di
jalan raya,
karena sudah
115
No Aspek Jawaban
Kesimpulan Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
risikonya lebih
kecil, yang
penting berhati-
hati dan lengkap
surat-surat
penting
motor, sudah
berhati-hati, dan
tidak lewat jalan
raya
memastikan
kondisi motor
baik, dan merasa
yakin dengan
diri sendiri
c. kemampuan
menyediakan fasilitas
Kalau tidak punya
helm khusus anak
lebih memilih
naik mobil
Kalau tidak punya
helm untuk anak,
akan pinjam
orang lain ketika
terdesak
Kalau tidak
punya helm
untuk anak,
akan pinjam
orang lain ketika
terdesak
Kalau tidak
punya helm
untuk anak,
akan pinjam
orang lain ketika
terdesak
d. keadaan emosi serta
paksaan dari pihak
luar
Tidak dipengaruhi
emosi atau
terpaksa oleh hal
apapun
Tidak dipengaruhi
emosi atau
paksaan dari hal
apapun
Tidak
dipengaruhi
emosi atau
paksaan dari hal
apapun
Tidak
dipengaruhi
emosi atau
paksaan dari hal
apapun
e. ketersediaan waktu Tidak terpengaruh
waktu (telat atau
tidak, tidak
mempengaruhi
pemakaian helm
pada anak)
Tidak terpengaruh
waktu (telat atau
tidak, tidak
mempengaruhi
pemakaian helm
pada anak)
Ada pengaruh
tapi kecil, tapi
tergantung juga
dengan jarak
yang akan
ditempuh (telat
tapi jauh dan
lewat jalan raya
tetap pakai
Tidak
terpengaruh
waktu (telat atau
tidak, tidak
mempengaruhi
pemakaian helm
pada anak)
116
No Aspek Jawaban
Kesimpulan Ibu DAH Bapak HR Ibu WW Ibu ODP
helm)
f. ketergantungan
terhadap orang lain
Tergantung anak
kadang merasa
tidak nyaman dan
ingin ikut
temannya yang
tidak pakai helm
juga (ketika lewat
jalan raya anak
bisa dibujuk
untuk pakai helm)
Tidak ada
ketergantungan
pihak manapun
Tergantung anak
kadang merasa
tidak nyaman
(anak bisa
dibujuk untuk
pakai helm
ketika lewat
jalan raya)
Tidak
tergantung
anaknya, karena
anak yang
diantar sudah
sadar
pentingnya
pemakaian
helm, sudah
dibiasakan sejak
kecil.
117
LAMPIRAN X
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (PENUMPANG ANAK)
No Aspek Pertanyaan Jawaban
Kesimpulan FT DR RK FZA
1 Perilaku Pengendara
1. apakah kamu selalu
diberikan helm saat
naik motor?
Alasannya?
Tidak selalu,
karena lewat jalan
pintas
Kalau lewat jalan
raya selalu, kalau
di komplek tidak
Kalau lewat
jalan raya selalu,
kalau lewat jalan
pintas tidak
Selalu, sudah
dibiasakan
orang tua,
rumah jauh,
lewat jalan raya
Pengendara cenderung tidak
memakaikan helm pada
penumpang anak ketika tidak
melewati jalan raya walaupun
memiliki helm khusus anak.
2. helm seperti apa
yang biasanya kamu
pakai?
Helm khusus
kepala anak
Helm apa saja Helm khusus
kepala anak
Helm khusus
kepala anak
2 Norma Subyektif Pengendara
siapa yang paling
bawel mengingatkan
pengendara dan kamu
untuk selalu pakai
helm?
Tidak ada orang
lain, hanya mama.
Lebih sering takut
polisi
Ibu suka ingetin
bapak kalo jalan
jauh saja dan
lewat jalan raya.
Bapak selalu
ingetin untuk
pakai helm, tapi
karena takut sama
polisi juga
Bapak kadang
ingetin mama
tapi kadang-
kadang. Mama
paling bawel.
Sama takut
polisi juga
Mama yang
paling sering
ingetin, dulu,
tapi sekarang
tanpa diingatkan
sudah kesadaran
sendiri
Pihak keluarga dianggap
tidak terlalu penting perannya
bagi pengendara dalam
mewujudkan perilaku
pemakaian helm pada
penumpang anak.
118
LAMPIRAN XI
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI
No Aspek Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan Kepala Sekolah DIKYASA POLDA
METRO JAYA
DIKYASA
SATLANTAS Jakarta
Timur
1 Perilaku Pengendara
Gambaran perilaku
pengendara tentang
pemakaian helm pada
penumpang anak di
sekolah dan di daerah
Jakarta Timur
Karea mayoritas
domisili siswa tidak
terlalu jauh, yang
jauh lewat jalan raya
tidak sampai 50%
jadi lebih banyak
yang tidak pakai
helm untuk
penumpang anak,
karena jarak tempuh
yang dekat dan tidak
lewat jalan raya
Pemakaian helm bagi
penumpang anak adalah
sebuah hal yang sulit
untuk dilakukan
pengendara motor,
jangankan untuk
penumpang, untuk
dirinya sendiri sebagai
pengendara saja masih
banyak yang sering kali
tidak menggunakan
helm.
Memang masih banyak
yang belum memakaikan
helm pada penumpang
anak dari atau menuju
sekolah karena alasan
jarak dekat, tidak lewat
jalan raya, tidak ada
polisi, dan sebagainya.
Mayoritas pengendara dengan
penumpang anak di SDN
Cipinang Melayu tidak
memakaikan helm pada
penumpang anak karena
tempat tinggal yang lokasinya
dekat dengan sekolah dan
jarang melintasi jalan raya.
Belum ada kegiatan
sosialisasi keselamatan
berkendara di SDN Cipinang
Melayu 03. Sasaran pihak
kepolisian ada dua, yaitu
penyuluhan keselamatan
berkendara sejak dini dan
penyuluhan di masyarakat
tentang keselamatan
berkendara termasuk
penggunaan helm pada
penumpang anak supaya lebih
Bentuk kerja sama
antara sekolah dengan
kepolisian
Belum ada
sosialisasi dari
kepolisian, biasanya
kerja sama dengan
dinas pendidikan
dulu, baru turun ke
sekolah-sekolah
Belum dilaksanakan di
SDN Cipinang Melayu
03
Belum dilaksanakan di
SDN Cipinang Melayu
03 namun sudah
dilaksanakan di beberapa
daerah di Jakarta Timur
seperti Ceger, Bambu
Apus, dan Gempol.
Selain itu ada juga
119
No Aspek Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan Kepala Sekolah DIKYASA POLDA
METRO JAYA
DIKYASA
SATLANTAS Jakarta
Timur
sosialisasi aman
berkendara ini ke TOGA
TOMAS di kelurahan
tertentu, by request dari
DIKYASA ke
Bimmassetempat, lalu
diaturkan jadwal.
tepat guna, namun diperlukan
kerjasama lintas sektor
dengan bimmas setempat
yang masih sulit
koordinasinya.
2 Norma Subyektif Pengendara
Peraturan yang
berlaku mengenai
pemakaian helm anak
- Diatur, tetap ada sanksi,
sesuai UU No.22 tahun
2009, standar SNI sama
dengan dewasa hanya
beda di ukuran helm,
namun dilapangan
sudah terlalu banyak
untuk diberikan tilang,
terlalu banyak yang
melanggar sehingga
yang dibutuhkan
masyarakat bukan
penilangan melainkan
pendidikan dan
sosialisasi.
Tetap harus pakai helm
khusus anak, ada
peraturannya. Tidak
ditegur bukan berarti
sudah benar, tapi
penindakan tidak hanya
sebatas tilang, peneguran
sudah termasuk juga,
semakin sering dilanggar
lama-lama akan ditilang.
Selain itu kondisi pagi
hari macet,
dikhawatirkan
menambah keparahan
kemacetan. Dibutuhkan
upaya pendidikan dan
Cara berpikir pengendara
perlu diubah sehingga
memakai helm pada
penumpang anak tidak hanya
di jalan raya atau saat ada
polisi yang bertugas saja.
Selain itu peran keluarga
sangat penting untuk
membentuk sikap anak sejak
dini tentang keselamatan
berkendara.
120
No Aspek Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan Kepala Sekolah DIKYASA POLDA
METRO JAYA
DIKYASA
SATLANTAS Jakarta
Timur
sosialisasi, bukan hanya
sekadar penilangan yang
terus menerus diulangi
oleh pengendara.
Peran keluarga dan
masyarakat.
- Cara berpikir
pengendara harus
diubah, kecelakaan bisa
terjadi di mana saja,
kembali lagi ke orang
tua untuk selalu sadar
keselamatan anaknya.
Jika dibiasakan sejak
kecil maka di waktu
dewasa pasti sudah taat
aturan.
Cara berpikir pengendara
harus diubah, caranya
lewat sosialisasi dan
penyuluhan. Selain orang
tuanya yang diedukasi,
anaknya juga harus
diedukasi, oleh karena itu
penyuluhan safety riding
sudah ada dari TK. Di
jenjang TK dan SD
fokusnya memang ke
pemakaian helm, taat
rambu lalu lintas, mau
pakai helm, karena belum
dapat mengendarai
sepeda motor, supaya
anak-anak ini mampu
menegur orang tuanya
jika salah dan tidak taat
aturan
121
LAMPIRAN XII
MATRIKS HASIL PENELITIAN
No Aspek
Wawancara
Observasi Kesimpulan Informan Utama
Pengendara
Informan
Pendukung
Penumpang
Anak
Informan
Pendukung
Satpam
Informan Kunci
1 Perilaku
Pengendara
Pengendara memiliki
kecenderungan untuk
memakaikan helm pada
penumpang anak hanya
jika akan melintasi
jalan raya atau
perjalanan yang cukup
jauh.
Pengendara
cenderung
tidak
memakaikan
helm pada
penumpang
anak ketika
tidak
melewati
jalan raya
walaupun
memiliki
helm khusus
anak.
Berdasarkan
pengalaman
menjaga
sekolah
sejak tahun
2001,
sedikit
sekali
pengendara
yang
membawak
an helm
untuk
penumpang
anak.
Mayoritas
tidak
membawak
an helm
untuk
Pengendara
dengan
penumpang anak
di SDN Cipinang
Melayu tidak
memakaikan helm
pada penumpang
anak karena
tempat tinggal
yang lokasinya
dekat dengan
sekolah dan
jarang melintasi
jalan raya. Belum
ada kegiatan
sosialisasi
keselamatan
berkendara di
SDN Cipinang
Melayu 03.
Pengendara tidak
memakaikan helm
pada penumpang
anak jika tidak
melintasi jalan raya
walaupun memiliki
helm khusus anak.
Pengendara cenderung
tidak memakaikan helm
pada penumpang anak
ketikatidak melintasi jalan
raya (rumah dekat, lewat
jalan pintas) walaupun
memiliki helm khusus
penumpang anak.
122
No Aspek
Wawancara
Observasi Kesimpulan Informan Utama
Pengendara
Informan
Pendukung
Penumpang
Anak
Informan
Pendukung
Satpam
Informan Kunci
penumpang
anak.
Sasaran pihak
kepolisian ada
dua, yaitu
penyuluhan
keselamatan
berkendara sejak
dini dan
penyuluhan di
masyarakat
tentang
keselamatan
berkendara
termasuk
penggunaan helm
pada penumpang
anak supaya lebih
tepat guna, namun
diperlukan
kerjasama lintas
sektor dengan
bimmas setempat
yang masih sulit
koordinasinya.
123
No Aspek
Wawancara
Observasi Kesimpulan Informan Utama
Pengendara
Informan
Pendukung
Penumpang
Anak
Informan
Pendukung
Satpam
Informan Kunci
2 Niat
Pengendara
Pengendara memiliki
niat untuk memakaikan
helm pada penumpang
anak hanya ketika akan
melintasi jalan raya,
jarak tempuh yang jauh,
dan memiliki informasi
adanya pihak kepolisian
yang berjaga.
-
- - - Pengendara memiliki niat
untuk memakaikan helm
pada penumpang anak
hanya ketika akan
melintasi jalan raya, jarak
tempuh yang jauh, dan
memiliki informasi adanya
pihak kepolisian yang
berjaga.
3
Sikap
Pengendara
Pengendara
beranggapan bahwa
helm tidak penting jika
tidak melintasi jalan
raya atau jika jaraknya
dekat dan memiliki
anggapan bahwa
sosialisasi dari polisi ke
sekolah tidaklah terlalu
penting untuk dirinya,
lebih mengarah ke anak
sekolah saja. Sehingga
memakaikan helm pada
penumpang anak
- - - Walaupun
memiliki
pandangan bahwa
helm itu penting,
pada realisasinya
pengendara tetap
tidak memakaikan
helm pada
penumpang anak
karena dianggap
tidak penting ketika
hanya melintasi
jalan pintas/jarak
dekat.
Pengendara memandang
pentingnya helm hanya
sebatas ketika akan
melintasi jalan raya atau
jarak tempuhnya jauh.
124
No Aspek
Wawancara
Observasi Kesimpulan Informan Utama
Pengendara
Informan
Pendukung
Penumpang
Anak
Informan
Pendukung
Satpam
Informan Kunci
hanyalah suatu hal yang
bersifat normatif.
4 Norma
Subyektif
Pengendara
Adanya dorongan dari
pihak keluarga maupun
orang tua lain dalam hal
memakaikan helm
untuk anak tidak
diperdulikan oleh
pengendara dan
dianggap kurang
penting, karena hanya
bergantung dari
dorongan adanya pihak
kepolisian yang berjaga
di daerah tertentu yang
akan dilewati.
Pihak
keluarga
dianggap
tidak terlalu
penting
perannya
bagi
pengendara
dalam
mewujudkan
perilaku
pemakaian
helm pada
penumpang
anak.
- Cara berpikir
pengendara perlu
diubah sehingga
memakai helm
pada penumpang
anak tidak hanya
di jalan raya atau
saat ada polisi
yang bertugas
saja. Selain itu
peran keluarga
sangat penting
untuk membentuk
sikap anak sejak
dini tentang
keselamatan
berkendara.
adanya lingkungan
teman sebaya tidak
mempengaruhi
pengendara untuk
mengubah
perilakunya
(dianggap tidak
penting)
Motivasi terbesar untuk
berperilaku memakaikan
helm pada penumpang
anak adalah dorongan
subyektif dari pihak
kepolisian sedangkan
dorongan dari keluarga
dan lingkungan teman
sebaya dianggap tidak
penting.
5 Persepsi
Kontrol
Perilaku
Pengendara
Faktor pendorong
terbesar yang dirasakan
pengendara terkait
pemakaian helm untuk
- - - Pengendara
melewati rute yang
sama setiap hari
(DAH, WW, HR
Informasi adanya pihak
kepolisian yang berjaga
menjadi faktor paling
menentukan niat dan
125
No Aspek
Wawancara
Observasi Kesimpulan Informan Utama
Pengendara
Informan
Pendukung
Penumpang
Anak
Informan
Pendukung
Satpam
Informan Kunci
penumpang anaknya
adalah ketersediaan
informasi adanya pihak
kepolisian yang berjaga
di daerah tertentu.
Sedangkan faktor
lainnya dianggap tidak
menjadi pendorong
karena tergantung
dengan jenis jalan dan
jarak tempuh yang akan
dilalui.
tidak lewat jalan
raya, ODP lewat
jalan raya)
sehingga walaupun
menerima
informasi ada razia
ketika di jalan
pintas yang biasa,
mereka tetap tidak
memakaikan helm
pada penumpang
anak (meyakini di
jalan pintas tidak
ada razia).
Pengendara
memiliki
keseimbangan dan
penggunaan fitur-
fitur sepeda motor
dengan baik.
Memiliki helm
khusus anak namun
tetap tidak
perilaku yang akan muncul
dalam memakaikan helm
pada penumpang anak.
Dengan adanya polisi,
maka perilaku
memakaikan helm pada
penumpang anak menjadi
lebih mudah untuk
diwujudkan. Komponen-
komponen lain di dalam
aspek persepsi kontrol
perilaku tergantung
dengan jenis dan kondisi
jalan yang dilalui.
126
No Aspek
Wawancara
Observasi Kesimpulan Informan Utama
Pengendara
Informan
Pendukung
Penumpang
Anak
Informan
Pendukung
Satpam
Informan Kunci
memakaikan helm
tersebut jika tidak
melintasi jalan
raya. Di pagi hari
walaupun agak
terlambat tetap
berperilaku seperti
biasa.
127
Lampiran XIII
TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM
Keterangan :
P = peneliti
N = narasumber
INU = informan utama
IPN = informan pendukung
IKU = informan kunci
INFORMAN UTAMA
1. INU – DA ( Ibu Dwi Ayu)
Tanggal : 8 Juni 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Wawancara I (W1)
1 P : Eee.. jadi dimulai dari ini tante, eee..sebenernya tante, tante sekarang
bawa helm gak buat anaknya?
2 N : Nggak.. aku gak bawa
3 P : Nggak, gak bawa?
4 N : Gak bawa
5 P : Tapi, sebenernya seberapa sering sih tante eee, ngebawain helm
khususnya kalo ke sekolah?
6 N : Sebenernya dari awal, dari TK, SD kelas 1, kelas 2, itu selalu pakai
helm, pake masker, karena ingin safety ya, sayanya juga pake, tapi
lama-lama kayaknya tuh anak-anak gak betah aja, karena mungkin
jarak gak terlalu jauh, trus dia tidak lewat jalan raya kan, tapi kalau
lewat jalan raya tuh saya suka wajibin pake helm, soalnya lewat jalur
besar tuh yang jalan raya. Tapi kalo kayak gini kan lewat komplek ke
komplek ya, jadi gak..dia juga ngeliat temen kalo anak saya modelnya
gitu, walaupun kalo saya kan membiasakan tertib, kalo pake pake nak,
bunda selalu bawain tapi memang anaknya gakmau, karena perkara
mungkin dia ngeliat temen, “itu dia gak pake, kenapa aku pake?” udah
gitu mungkin gak nyaman gerah ya, kalo pake helm kan suka gerah,
jaraknya juga gak jauh, jadi ya mulai dari situ lah anak mulai gak pake,
masker aja dia sekarang gak mau pake, “masker lah nak,”, kan polusi
saya kan mikirnya kesitu, kalau saya selalu harus bunda harus pake ,
“bunda bawain, kamu pake” , “nggak ah gabisa napas” lah apalah
alesannya gitu anak-anak gitu. Helm aja udah gak mau, masker tambah
gakmau lagi. Sedih bunda dek sebenernya, saya sampe kesitu, karena
ini udara kamu liatnya keliatan gak ada apa-apa, tapi udara kotor loh
nak, polusi, liat jumlah mobil, apalagi kalo udah lewat tol kan,
jembatan tol itukan, mobil tuh jumlahnya berapa ratus, di langit, asep-
asep tuh keluar dari situ, itu ya emang anaknya yang gakmau, jadi ya
lama-lama saya gak bawa, cuman kadang saya suka wajib bawa, kalo
gak cuma pake masker kacamata, karena ya kesekolah aja kan deket
ini, kecuali ada niat mau ke jalan raya.
128
7 P : Kalo misalnya yang ke jalan raya gitu, anaknya gak protes tante?
dipakein helm dia..
8 N : Harus pake, kalo saya. Penting ya helm sebenernya. Karena kan jalan
umum, bisa ada polisi dan lain-lain kan, paling nggak takutnya sama
polisi ya, hehehe, pikiran saya kan cari aman, misalnya sejelek-
jeleknya ada jatuh atau apa, kepala kan gak kebentur kan gitu, saya kan
berpikirnya kesitu Cuma kan anaknya itu suka susah dibilangin, kalo
sekolah gini jadi gakmau pake. Karena lewat jalan dalem kan ya,
jadinya lebih aman gitu gak banyak kendaraan lain dan risiko.
9 P : Hemmm, emang akses untuk kesininya gak lewat jalan raya ya?
10 N : Nggaak, tidak lewat jalan raya, kecuali kalo memang harus les, lewat
jalan raya, saya bawa mbak, Cuma memang kadang anaknya gakmau
pake, gitu. apalagi kalo ada temennya lagi nebeng, sebenernya saya
berpikir, ini risiko buat saya, saya bawa anak dua gak pake helm, gitu
kaan, mau gak mau saya paksa pakai helm, kalo ada apa-apa risiko
soalnya
11 P : Tapi tante selama ini, selama….apa namanya, bawa anak naik motor,
pernah ini nggak..kasarnya ketilang lah sama polisi?
12 N : Nggak, karena memang saya gak pernah keluar
13 P : Kalo misalnya di jalan raya pun, misalnya ada polisi, selalu dipakein
helm, gak pernah ada kejadian di stop sama polisi?
14 N : Nggak sih mbak. sebenernya kan saya gak punya SIM C, jadi kalo saya
keluyuran kemana-mana saya pake mobil, jadi memang motor
istilahnya untuk akses tidak diluar, di jalan raya, kecuali langsung les,
lewat jalan Jatiwaringin tuuuh..kan itu jalan besar harus pake helm, ya
cuman anaknya gakmau harus dipaksa, kalau saya wajib udah.
15 P : Tapi tante tau gak, sebenernya kepolisian itu punya program semacem
penyuluhan gitu untuk keselamatan berkendara, tante pernah denger
atau pernah dapet nggak?
16 N : Pernah denger dari adik saya, karena dia orang motor,
17 P : Maksudnya orang motor?
18 N : Klub gitu, klub tiger, apa tuh namanya…?
19 P : Perkumpulan..? komunitas..?
20 N : Iyaa, komunitas. jadi ada info dari situ, kadang-kadang acara polisi kan
mereka diundang tuh, ada komunitas motor, suka dapet helm, dia
pernah dapet trus mungkin gakmau dipake, jadi dikasih ke saya
21 P : Trus tante, kalo misalnya di jalan nih, atau dimana gitu, ketemu kayak
polisi lagi ngadain sosialisasi gitu, menurut tante, respon tante kayak
gimana? maksudnya, ya kalo misalnya lagi ada acara sosialisasi atau
penyuluhan dari pihak kepolisian di sekolah,
22 N : ya gapapa ya malah bagus ya, malah bagus, biar ngerti semua gitu,
kalo saya termasuk orang yang patuh, jadi dengerin aja kalo ada
sosialisasi seperti itu, biar patuh aturan lalu lintas lah ya. Tapi kalau
dipikir-pikir sosialisasi di sekolah lebih cocok untuk anak ya daripada
untuk orang tuanya, karena kan orang tua juga gak banyak, sering ada
kegiatan jadi dengerinnya gak fokus
23 P : Trus tante selama ini tante kalo anak emang tante sendiri yang anter
jemput, atau pernah ada misalnya ayahnya
129
24 N : Pernah sih ayahnya yang anter
25 P : Itu gimana? maksudnya tante tetep mewajibkan juga anaknya harus
pake helm atau tergantung jaraknya juga?
26 N : tapi kan anaknya tetap gakmau pake helm kalo deket, jadi ya gak
nyuruh-nyuruh lagi, kalo jauh wajib
27 P : Jadi kembali lagi ke anaknya ya tante?
28 N : Ho-oh..selain itu kan saya pikir, udah lah emang jalurnya juga jalur
yang gak jalur umum, gak terlalu rame, jadi ya, paling minimal jadi
topi, karena panas, gitu aja
29 P : Kalo misalnya temen tante nih ada mungkin yang bawa helm buat
anaknya, ada juga yang nggak, iya kan. kalo dari tante sendiri pernah
gak sih mencoba untuk ee..istilah kasarnya nyuruh lah, kok anaknya
gak dibawain, pakein dong, gitu, pernah gak tante kayak gitu?
30 N : Kebetulan, temen-temen memang jalurnya sama sih mbaak, jadi dia,
kecuali misalnya mungkin agak jauh, ohh..saya ada temen, tetangga
misalnya, ini dia mau pulang dari apa, komplek situ ya, dari situ dia
mau pulang ke arah, kranggan gitu, ada anaknya di depan, anak umur
tiga empat tahun, itu gak pake apa-apa, “nan, itu anak gak dikasi
masker, dikasi apa kek penutup,” maksud saya supaya anaknya aman
gitu, helm aja nggak, kalo saya anak saya dari kecil saya pakein ini
*menirukan cara memakaikan masker* diiket rapi, kalo ada lagi
dititipin ponakan juga saya pakein helm anaknya walaupun helmnya
gambar kartun juga hehehe, ada penutupnya masker pake, jaket selalu
pake, karena memang berisiko kita dijalan, kan melindungi diri juga ya
mbak
31 P : Trus tante berarti kalo misalnya dari tante pribadi, memang balik lagi
ke jarak ya tante, maksudnya jarak dan kondisi sekitar tempat tante
lewat gitu ya?
32 N : Iya…iyaa, kalo saya anggap masih aman kan speed nya kan gak
kenceng jadi yasudahlah, dulu saya biasakan pake helm, tapi lama-
lama gakmau, terasa panas, gerah, pake masker juga gakmau, “bunda
takut kamu sakit, rata-rata anak-anak sekarang sakit paru-paru,” saya
selalu alasannya gitu, yang ilmiah, biar ngerti, paling ntar dijalan
“debu, debu, debu, tutup idungnya” gitu paling saya, “liat tuh debu”
33 P : Tapi tante kalo misalnya selama ini, kan tadi tante bilang kan banyak
yang suka lewat jalan belakang-belakang sini kan, maksudnya kalo
emang lewat sana selalu aman ya tante? maksudnya gak pernah ada
kejadian atau berita apa gitu maksudnya?
34 N : Sebenernya ada..ini mama rati pernah ditabrak sama anak SMP yang
bawa motor, kena lah kakinya, bukan kecelakaan yang artinya dalam
kecepatan yang tinggi, karena memang jalannya jalan dalem sih ya,
gak kenceng-kenceng, kecerobohan anak orang aja
35 P : Trus tante kalo misalnya di rumah, atau temen, atau tetangga, apa
namanya, yang mempengaruhi tante sendiri untuk ngasih helm ke anak
ada gak, misalnya suami tante, atau emang dari tantenya sendiri?
36 N : Dari saya nya sendiri, suami saya malah gak mikir itu anaknya dikasih
apa gitu, alah udahlah deket gitu. “gak, kalo pergi jauh harus”.
misalnya dibawa main ke Jatiasih, dijalan ada angkot kan, pake jaket
130
kacamata, itu udah minimal. Orang tua lain juga gak ngaruh sih, balik
ke pribadi masing-masing aja
37 P : Tapi tante kalo selain dari diri tante sendiri gitu ada gak sih kayak
ngerasa “wah kayaknya saya perlu ngasih helm” tapi selain dari diri
tante sendiri gitu, karena keadaan kayak gimana gitu, apa sebates ada
polisi aja atau maksudnya, diluar selain diri tante ya, berarti kan tadi
maksudnya gak ada tuh suami ngingetin atau temen, berarti hanya
sebates dari..
38 N : Dari saya..
39 P : Berarti kalo misalnya ada atau nggaknya polisi ngaruh gak ke
pemikiran tante gitu, karena gak ada polisi jadi kayak gak usah
dipakein, atau karena ada polisi jadi dipakein karena takut ditilang
40 N : Kan memang, biasanya kan memang polisi adanya kan di jalur-jalur
lalu lintas ya, jadi saya berpikirnya karena memang tidak lewat jalur-
jalur seperti itu, saya anggap gak jadi masalah kalo gak pake, jadi anak
gakmau yaudah, pake yang minimal untuk melindungi dirinya sendiri,
dari polusi kan nutup idung, kalo kadang suka kelilipan ya pake lah
kacamata, itu aja, jaket, jaket tutup kepala supaya gak kepanasan, kalo
gerimis juga lumayan lah ya buat apatuh, he-eh, menghalangi air
41 P : Tapi kalo lewat jalan raya..
42 N : Harus pakee. biasanya saya bawain, karena saya berpikirnya itu
terutama, ya risiko ya, kalo ada apa-apa kan, misalnya jatuh,
kecelakaan, ya bayangan jelek aja kan kadang-kadang tu muncul,
disamping itu polisi juga kan, yang gapake helm udah pasti distop,
43 P : Ini juga tante, apa namanya, eeeh, kalo misalnya ada temen yang gak
bawa helm buat anaknya itu mempengaruhi tante gak sih kayak
misalnya “dia aja gak bawa” gitu “apa gak usah aja ya”, selain dari
karena jarak tadi ya tante
44 N : Misalnya di jalan umum gitu?
45 P : Iya
46 N : Oh iya saya komentar diri sendiri ya, artinya, karena saya gak kenal
jadi saya gak tegur gitu, paling biasanya dari dulu saya suka mikir gini,
kadang saya bawa mobil, saya liat orang naik motor bawa anak gak
dipakein jaket, gak dipakein helm, biasanya saya mikir “tu tega banget
orang tua anaknya gak dipakein pelindung” gitu loh buat anaknya
sendiri, kalo jatuh gimana. jadi ya ini sendiri sih ya, karena saya
gakenal sama orang itu, jadi kalo mau negur juga saya gak enak.
kecuali temen mungkin ya, kalo temen paling apa ya, “itu anak lu, kaga
dipakein helm” apa gimana lah gitu bahasa-bahasa kita sama temen
gitu lah ya, paling gitu
47 P : Iya tante, maksudku gini, misalnya eee, akses dari rumah ke sekolah
misalnya lewat jalan raya nih, ho-oh, nah trus temen-temen tante disini,
banyak yang gak bawain helm buat anaknya, padahal lewat jalan raya
juga, nah kira-kira dengan banyaknya temen-temen yang gak bawa
helm, sikap tante tuh gimana? maksudku tante terpengaruh gak sama
mereka? atau tetep bawain helm buat anak, gitu
48 N : Rasanya sih saya tetep ya, karena lewat jalur jalan raya gitu kan, kalo
saya tetep, mungkin kembali ke anaknya nih, anaknya terpengaruh gak
131
sama temennya, “itu dia gak pake, ngapain sih bun aku pake?” gitu,
jadinya kan saya dianggap anak terlalu ketakutan atau kenapa gitu,
nggak, yang melindungi diri kita kan ya diri kita sendiri, bukan orang
lain, kalo orang lain biarin aja terserah mereka, jadi saya mikirnya gitu,
kalo orang lain biarin aja gitu urusan mereka lah gitu, kalo ngomong ke
anak ya kayak gitu,
49 P : Iya tante, terus, hmm, oh iya tante, misalnya, misalnya nih, eeh, akan
diadakan razia, di sekitar, maksudnya di jalan-jalan kecil ternyata ada
operasi kecil dari kepolisian, trus tante dapet info itu misalnya dari
mulut ke mulut gitu nah kira-kira itu mempengaruhi tante gak jadi “ah
katanya ada razia tuh disitu”, kira-kira besokannya tante ngasih helm
gak ke anaknya?
50 N : Pasti ngasih kalo saya punya sim ya, tapi kalo saya ga punya sim kan
saya gaberani lewat situ, karena razianya sim
51 P : Kalo razianya bukan sim, kayak..
52 N : Ohhh pake, karena memang kan jalur-jalur resmi gitu kan, jalur lalu
lintas, tertib lalu lintas, itu pasti pake,
53 P : Razianya bukan SIM tante, dan di jalan kecil maksud aku
54 N : Oh, biasanya kan kalo polisi razia nya SIM dan surat-surat ya, kalo
memang ada razia seperti itu di jalan pintas, kan saya gapunya SIM ya,
mending saya naik mobil aja kalo udah tau ada razia begitu, daripada
sanksinya dobel kan, SIM gak ada, anak gak pake helm pula
55 P : Oh iya tante, sebelumnya udah berapa lama bisa bawa motor?
56 N : Saya bisa bawa motor dari kelas 6 SD
57 P : Oh, udah lama banget ya
58 N : Udah, tapi setelah itu puluhan tahun gak bawa motor, baru aktif bawa
motor itu setelah punya anak, terpaksa saya harus anter, anak saya
umurnya sudah 12, ya berarti sudah sekitar 13 tahun,
59 P : Kelas 6 ya tante?
60 N : He-eh kelas 6
61 P : Jadi kalo misalnya kutanya, sebenernya dari pribadi tante sendiri tante
merasa yakin gak sih kalo dijalan kayak, “anak gue pasti selamat nih
sama gue” kasarnya kayak gitu, maksudnya tante persentasenya kira-
kira seberapa besar keyakinannya dan gimana kalau terjadi sesuatu
sama anaknya yang tidak diinginkan?
62 N : Ya Insya Allah ya, namanya ibu kan, anak deket dia ya pasti rasanya
aman-aman aja, dulu malah saya bawa anak dua duanya saya bawa,
digendong, rapet lah gitu naik motor, kalo lewat jalan raya abangnya
harus pake, kalo lewat jatiwaringin, harus les gitu kan, saya harus
pakein helm, kalo jalan raya aja pokoknya, soalnya kan lebih berisiko
gitu, lebih banyak mobil, belum lagi yang ngebut-ngebut, kalau
komplek atau jalan dalem kan lebih aman, kendaraan dikit jalannya
pelan. Rasanya pasti menyesal dan akan berusaha memperbaiki
kedepannya, mudah-mudahan gak sampai terjadi ya, tapi selama ini
memang saya selalu mewajibkan untuk pakai helm ke jalan raya
63 P : Trus tante kalo misalnya kondisi jalannya disini misalnya jalannya
rusak, atau jalannya istilahnya yang membahayakan lah misalnya ada
132
jalan yang kayak, gimana ya, ya gitu, ada jalan yang rusak atau
tikungannya terlalu tajam, jadi kan kadang kalo mau belok juga
takutnya nabrak sama orang yang dari arah sana, dengan kondisi jalan
yang kayak gitu sebenernya mempengaruhi tante gak sih kayak takut
keselamatannya terganggu kah atau kayak gimana?
64 N : Pasti lah, kita harus hati-hati hati-hatinya ya mungkin dengan cara
speednya dikurangin, klakson misalnya gak keliatan ya ada tikungan,
ya pasti kita yang harus hati-hati, saya gitu, jadi pelan-pelan, kadang
kita udah hati-hati ada aja kan orang yang ceroboh, ya gitu aja sih,
pengaruh lah pastijaga speednya trus motor juga harus fit lah ya kalo
remnya bermasalah mendingan cepet-cepet beresin masalahnya kan
fatal banget
65 P : Trus tante, eeeh, apa namanya, yang biasa tante pakein helm buat anak
memang helm khusus untuk ukuran kepala dia kah atau yang penting
helm aja gitu?
66 N : Ada memang ukuran dia, untuk dia sendiri
67 P : Trus tante, kalo nih misalnya, tante mau lewat jalan raya, tapi kondisi
tante saat itu gak punya helm untuk anaknya,
68 N : Gak berani saya,
69 P : Oh berarti gak jalan?
70 N : Nggak jalan mendingan kalau gak helm untuk anak. Mending naik
mobil aja. Kalau gak punya helm tapi butuh untuk jalan, saya lebih
baik gak jalan naik motor, naik mobil aja, daripada risiko kan
71 P : Oh..
72 N : Hehehe. daripada nekat, saya gakmau risiko, itu temen saya ada begitu
berani, saya gak berani, berisiko, mendingan gak usah
73 P : Ada rasa terpaksa gak sih tan, kalo misalnya keadaan lagi emosi atau
gimana, tetep ngasih helm kah?
74 N : Selama lewat jalan raya, misalnya anter anak les, pasti saya kasih, gak
ada rasa terpaksa dalam keadaan apapun, emang dari saya sendiri,
karena udah tau peraturannya kan, kita udah tau peraturannya, tapi kalo
udah dilanggar kan sanksinya berat
75 P : Trus tante biasanya kalo misalnya lagi telat atau kayak gimana
nganterin anak sekolah itu ngaruh gak sih kayak eeh misalnya tadinya
mau makein helm nih buat anaknya, tapi karena udah terlambat jadi
karena cepet-cepet yaudah deh jadinya gak usah dipakein helm, itu
ngaruh gak tante?
76 N : Nggak sih, saya kudu wajib tetep, karena itu memang wajib ya, ya
pake, biar terlambat daripada gak selamat, hehehe, berisiko
77 P : Trus tante berarti istilahnya kalo keberhasilan tante ngasih helm ke
anak berarti yang paling ngaruh selain dari diri tante ya anaknya itu
sendiri ya tante?
78 N : Iya dong, anak sendiri yang paling menentukan, tapi tetep kalau
dijalan raya harus
79 P : Kalo dia gakmau, karena emang jaraknya deket ya, tante ngalah ya
jadinya
80 N : Iyaa, abis gimana,gakmau pake, nanti jadinya ngambek. Tapi kalau
lewat jalan raya dia ngerti saya paksa, jadi bisa diakali, kalau gak lewat
133
jalan raya baru saya biarkan
81 P : Tapi tante kalo misalnya sebenernya nih selain dari alasan karna deket,
sebenernya ada gak sih niat dari tante gitu, tapi sebenernya ada gak niat
pengen untuk selalu ngasih kemanapun walaupun itu deket ataupun
jauh gitu
82 N : Ya deketnya itu kan ada ini lah, ada..ada jarak ya dulu kan saya
membiasakan, rumah saya kan jaraknya…arah gamprit trus kesini tuh,
buat saya dulu lumayan ya, itu anak saya selalu saya pakein, dari awal
sekolah pokoknya, karena dulunya saya bawa mobil, baru-baru itu
pake motor jadi pengennya selalu safety, terpaksa saya harus bermotor
ria karena kondisi jalan kan macet, motor tuh lebih simpel, cepet, irit
waktu, eehh apa tadi?
83 P : Niat tante…
84 N : Oh iyaa ada niat mah, tapi karena sekarang-sekarang anaknya juga
gakmau, dan lebih aman lah ya jalan dalem, jadi jarang dipakein
85 P : Jadi tan, kalau ditanya seberapa besar persentasenya keberhasilan
merealisasikan niat seberapa besar?
86 N : 80% kayaknya ya, karena aku kalau lewat dalem gapernah kasih helm,
tapi kalo lewat jalan raya selalu pakein helm untuk anak saya.
134
2. INU – DA ( Ibu Dwi Ayu)
Tanggal : 19 Desember 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Wawancara II (W2)
1 P Tante maaf aku mau tanya-tanya lagi nih..
2 N Iya gak papa eeeh silahkan aja
3 P Waktu itu aku sempat nanya tante, tentang pentingya sosialisasi helm
anak di sekolah, menurut tante bagaimana? Penting nggak?
4 N Ehm, kalau sosialisasi di sekolah berarti sasarannya ke anak ya,
penting sih
5 P Kalau sosialisasinya sekalian untuk orang tuanya gimana menurut
tante?
6 N Wah, kalau menurut saya kurang efektif ya, lebih pas langsung ke
anaknya gitu, takutnya kalau buat orang dewasa malah nggak fokus,
mendingan di rumah-rumah atau di kelurahan gitu, sekalian sama adain
acara apa, menurutku lebih pas
7 P Oh iya tante mau nanya lagi, kalau misalnya diingetin sama suami, jadi
suka makein helm sama anaknya nggak?
8 N Jarang banget mbak, apalagi tau ke sekolah deket, malah sayanya yang
kadang malas pakeinnya walaupun diingetin, udah gitu juga anaknya
gamau kan kalo deket doang mah
9 P Kalo ibu-ibu lain tante, pernah ada yang negur gak untuk pakein helm
ke anak?
10 N Nggak sih ya, udah pada tau rumah saya gak begitu jauh, trus juga ya
terserah mereka sih mau komen apa yang penting aku bisa jagain anak
saya aja hahaha, ga ikut-ikutan ibu-ibu lain sih saya mah
11 P Sekian dulu tante yang aku tanyakan, nanti kalau ada perlu lagi aku
tanya-tanya lagi ya tante?
12 N Oh iyaa gapapa silahkan aja
135
3. INU – HR (Pak Heri)
Tanggal : Selasa 18 Juli 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Wawancara I (W1)
1 P : Sebelumnya bapak rumahnya di mana Pak?
2 N : Eee, di Kodam
3 P : Sehari-hari kalo nganter anak sekolah emang naik motor?
4 N : Iya
5 P : Selalu bapak yang anter atau gimana?
6 N : Saya sendiri
7 P : Oh selalu ya pak?
8 N : He-eh
9 P : Eee, anaknya selain yang kelas ini, ada lagi gak yang dianterin bapak
naik motor?
10 N : Eee, nggak ini aja masalahnya yang itu naik ojek dia
11 P : Oh, sendiri ya?
12 N : Iya sendiri
13 P : Oh iya, sebelumnya bapak kalo nganterin anak ke sekolah dipakein
helm gak pak anaknya?
14 N : Hmmm, pake
15 P : Pake?
16 N : Pake
17 P : Helmnya helm khusus ukurannya dia atau yang penting helm?
18 N : Khusus, ukuran dia
19 P : Kalo boleh tau sekarang bapak bawa nggak?
20 N : Gak dibawa..
21 P : Oh gak dibawa, tapi biasanya dipakein?
22 N : Pake, pakein
23 P : Mau itu ke sekolah atau ke jalan raya gitu pak?
24 N : Iya, pake
25 P : Hari ini kalo boleh tau kenapa pak gak dibawain?
26 N : Karena kan rumah saya di pondok kelapa nih, disini rumah mbah nya
27 P : Ohh yang di Kodam rumah mbahnya?
28 N : He-eh, jadi udah sampe situ dilepas semua helmnya
29 P : Oh dilepasnya di..
30 N : Iya di Kodam sinii
31 P : Oh dari Kodam kesininya gak pake helm?
32 N : Gak pake helm
33 P : Trus pak yang mau saya tanyain, yang bapak tau eeeh, yang bapak tau
tentang helm buat anak tuh apa aja sih pak? (misalnya mulai dari
manfaatnya apa, dan lain sebagainya yang bapak tau, helm seputar
anak tuh kayak gimana?) trus helmnya sesuai ukuran kepalanya atau
nggak pak?
34 N : Ya manfaatnya untuk keselamatan aja yakan..Cuma pake helm biasa
aja, gak punya helm khusus anak, yang penting ada helm, biar gak
ketilang
35 P : Trus menurut bapak helm untuk anak ada standarnya gak sih menurut
136
bapak yang kayak gimana gitu
36 N : Ya pokoknya si SNI aja
37 P : Oh gitu
38 N : Iiiyaa
39 P : Trus pak mau nanya lagi nih kalo misalnya nih dijalan, entah dijalan,
entah disini atau dimanapun, bapak ngeliat ada pihak kepolisian
misalnya lagi ngadain eee, kegiatan sosialisasi safety riding,
sebelumnya bapak tau kan ya safety riding itu apa?
40 N : He-eh, he-eh..
41 P : Bapak ada ini gak sih, kayak pengen tau gitu itu lagi ada sosialisasi apa
sih, misalnya gitu, ada keinginan gak dari bapak ya kayak misalnya
berenti atau nanya bentar sama orang, itu lagi ada apaan sih? atau
lewat aja apa gimana?
42 N : Saya kalo itu paling nanya bentar itu ada apaan..rame-rame gitu
43 P : Trus kalo udah tau lagi ngomongin safety riding bapak ngedengerin
apa lanjut aja?
44 N : Paling dengerin sebentar aja, kalo emang buru-buru kan lanjuuut, tapi
kalo lagi lowong saya dengerin
45 P : Eeeh, trus pak, nah kalo misalnya udah dapet info tentang safety riding
nya kedepannya kira-kira bapak gimana kalo udah tau info-info kayak
gitu? (maksudnya memperbaiki perilaku bapak kah atau tetep..)
46 N : Ya memperbaiki yakalo udah tau mah, manfaat dari safety riding itu
aja, kita iniin…lakukan
47 P : Trus pak menurut bapak, helm untuk anak tuh penting gak sih pak?
48 N : Ya penting, namanya kita pake motor penting, pake, terutama di jalan
raya ya, kalau jalan kecil mah gausah gapapa
49 P : Pentingnya untuk apa pak?
50 N : Ya buat keselametan intinya, salah satunya, ye kan?
51 P : Spesifik keselamatannya apa aja pak kira-kira?
52 N : Ya paling keselametan untuk masalah kecelakaan ya, kita kan aman ya
kalo itu kan, jadi gaterlalu parah kalo berbenturan kan, ada aman, ye
kan, ada pelindungnya ye kan kepala
53 P : Trus pak, eeeh, pernah gak sih yang anter anak bapak sekarang nih
bukan bapak? (maksudnya orang lain gitu, misalnya bapak lagi
gakbisa, apa selama ini selalu bapak yang anter?)
54 N : Selalu saya
55 P : Ohhh selalu bapak yang anter ya?
56 N : Iya iya…
57 P : Kalo misalnya, misalnya niiih, suatu hari bapak gak bisa nganterin, eeh
anak bapak, misalnya bapak minta tolong sama tetangga atau mungkin
ibunya, tantenya, atau siapapun bapak maintain tolong, kira-kira bapak
ini gak, eeeh, ngasihtau ke orang itu gak “anak saya jangan lupa
dipakein helm” gitu, apa terserah orangnya?
58 N : Ya namanya kalo kita kan, tetep disuruh pake helm, memang lewat
jalan rayaaa, ye kan
59 P : Kalo yang dari pondok kelapa itu ya pak? Kalau dari kodam gimana
pak?
60 N: Gausah gapapa itu mah, udah dalem komplek, lebih aman, deket juga
137
soalnya
61 P : Eeh, trus pak, nah ini pak, misalnya, amit-amitnya kalo misalnya lagi
sama bapak nih, tiba-tiba dijalan terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan, misalnya kecelakaan atau gimana, trus itu ada dampaknya
sama anak bapak, mau itu anak bapak pake helm atau gak pake helm,
nah tanggapan bapak tuh gimana? (apa bapak merasa bersalah banget
atau kayak gimana, bisa dijelasin gak pak?)
62 N: Ya gimana ya, masalahnya kita kan kalo kejadian kayak gitu kan
gimana juga kan, kit amah yakin aman dijalan, tapi kalo emang udah
takdir ya gimana, yang penting kita udah lengkap aja, pake helm
semua, iya..kalo itu mah tinggal kitanya sendiri kan, bawa motornya
gimana kan, iyaa..
63 P : Berarti bapak kalo misalnya ngasih helm ke anak bapak, rasa tanggung
jawab bapak itu sebesar apa sih? (maksudnya emang harus selalu wajib
ya pak kalo misalnya jalan tuh)
64 N: Iya wajib, masalahnya di jalan raya kan wajib, pake, takutnya entar
kenapa-napakan, biarpun kitanya udah hati-hati tapi kan ditabrak dari
belakang kan, naaah..iya, iyaa
65 P : Trus pak kalo misalnya kan tadi bapak bilang bapak selalu ya pak
ngasih helm ke anaknya, itu hal-hal apasih yang membuat bapak
merasa “helm tuh penting buat anak saya” gitu?
66 N: Ya penting untuk keselamatan aja udaaah, yak an juga namanya
kewajiban kan, pake motor harus pake helm,
67 P : Nah misalnya bapak dijalan ngeliat kecelakaan nih, bukan terhadap
bapak tapi sama orang lain yang mungkin melibatkan anak kecil, nah
tanggapan bapak itu gimana? (ngaruh ke tindakan bapak kedepannya
gak, “wah berarti saya harus lebih hati-hati”, atau seperti apa gitu)
68 N: Ya berarti kalo emang lagi kejadian kayak gitu harus lebih hati-hati aja
ye kan, namanya takut kejadian begitu kan, iyaaa, hati-hati aja
pokoknya intinyaa..
69 P : Kalo dari bapak sendiri, misalnya lingkungan keluarga bapak, emang
ada gak sih, yang mendukung bapak, kayak “jangan lupa ya anaknya
dipakein helm” gitu, ada gak omongan kayak gitu?
70 N: Ada sih, kalo misalnya saya gapake helm disuruh pake helm
71 P : Siapa tuh pak?
72 N: Istri sayaa
73 P : Selalu diingetin?
74 N: Iyyaa..
75 P : Trus pak, dari Kodam kesini kenapa gak pake helm anaknya?
76 N: Eh? udah deket, Cuma berapa ini doang, rumah, ye kan, apalagi di
komplek.
77 P : Bapak sendiri pake helm gak? yang dari kodam kesini?
78 N: Enggaaak..
79 P : Tapi kalo dari pondok kelapa?
80 N: Oh pakeeee
81 P : Dua-duanya pake?
82 N: Iya pakee
83 P : Itu seberapa besar dorongan istri bapak berarti seberapa besar tuh pak,
138
kalo misalkan mau jalan ngingetin pake helm seberapa besar?
84 N: Besar juga sih, namanya kita udah mau jalan kalo gak pake ya disuruh
pakee, biar kata helm udah dicantelin tetep disuruh pakee
85 P : Trus pak selain dari keluarga ada gak sih yang buat bapak merasa “oh
saya harus makein helm nih” karena misalnya dijalan takut ketilang
kah, atau gimana gitu, ada gak pak perasaan kayak gitu?
86 N: Ada sih, ya namanya orang gak pake helm pasti takut ketilang kan,
iyaa
87 P : Jadi dorongan dari pihak berwajib juga ada ya pak?
88 N: Iyaaa, namanya ke jalan raya kita sih selalu pake helm gak pernah
nggak
89 P : Sebelumnya bapak lengkap pak surat-surat semuanya, sim?
90 N: Lengkap..
91 P : Berarti aman ya pak dijalan
92 N: Iyaa, makanya tinggal make helm atau nggaknya aja dijalan ye kan..
93 P : Kemarin-kemarin kan saya juga udah nanya-nanya sama orang-orang
disini, banyak juga yang gak pakein helm buat anaknya walaupun
jaraknya agak jauh, nah itu mempengaruhi bapak ga sih kayak “oh dia
aja gak pake, “ (maksudnya bapak kebawa gak sih karena orang-orang
juga gak pake)
94 N: Oh, gak, saya mah enggak, gak kebawa, ya namanya jalan raya ya kan
wajib, dimana-mana udah polisi terus kan
95 P : Trus pak mau nanya lagi nih, kalo misalnya bapak yang dari pondok
kelapa ke kodam berarti kan lewat jalan raya besar kan ya pak,
misalnya bapak dapet info, ada razia misalnya, pada hari tertentu, itu
bikin bapak jadi lebih waspada gak sih? (“wah ada razia” gitu)
96 N: Nggak sih nggak, gak pengaruh, karena udah pake helm kan, lewat
jalan raya saya selalu pake helm, kalo razia kan biasanya di jalan besar
ya, jalan kecil mah gak ada, jadi gapapa gak pake helm juga, tapi kalo
ternyata ada ya pasti pake
97 P : Bapak sebelumnya, bawa motor udah berapa lama kalo saya boleh tau?
98 N: Udah lama banget..
99 P : Kira-kira dari bapak umur berapa?
100 N: SMA lah kira-kira
101 P : Kan bapak udah lama nih bisa bawa motor, kalo misalnya ada kondisi
jalan yang rusak, atau terlalu berbahaya misalnya tikungannya terlalu
tajam jadi gak keliatan motor dari arah berlawanan, bapak merasa
kesulitan nggak untuk mengatasi hal tersebut?
102 N: Nggak sih, udah biasa aja, palingan yang kesulitan itu yang belum
pernah kita lewatin kan, jadinya ati-ati, takutnya banyak lobang kan,
apalagi kalo malem, kalo belum pernah kita lewatin palingan pelan-
pelan
103 P : Tadi kan bapak bilang bapak punya helm ya untuk anaknya, nah kalau
misalnya keadaannya bapak gak punya helm untuk anaknya tapi
diperlukan untuk lewat jalan tertentu, kira-kira apa yang bapak lakuin,
beli helm kah, atau pinjam, atau bagaimana?
104 N: Ya paling kalo misalnya dirumah emang gak ada helm ya gak akan
pergi, gak akan ajak anak, kalo lupa bawa helm pasti beli atau paling
139
nggak pinjem tetangga kalo butuh banget
105 P : Bapak ngasih helm ke anak dipengaruhi sama orang tertentu gak?
(misalkan istri bapak, ada rasa terpaksa atau tidak)
106 N: Nggak sih, terpaksa mah enggak, kan wajib
107 P : Kalau pagi-pagi telat nganter anak sekolah, tetep dikasih helm?
108 N: Oh nggak sih, nggak nggak ngaruh, tetep pake helm, takut makin repot
nanti udah gak pake helm, terus ada polisi malah makin lama
109 P : Anak bapak kalau dipakein helm responnya gimana pak?
110 N: Enggak sih, dia tau, mau pergi lewat jalan raya, mau pake helm dia,
udah paham, takut ada polisi dia
111 P : Dibiasain pake helm dari umur berapa pak?
112 N: Tk kayaknya udah dibiasain, sebelum TK kan paling dibonceng
duduknya di tengah, kan ada istri
113 P : Dipengaruhi atau nggak sama orang lain, bapak selalu ada niatan untuk
ngasih helm untuk anak?
114 N: Iya, selalu, harus biar dibiasain tertib lalu lintas
115 P : Pernah gak sih pak, udah niat mau ngasih helm, trus akhirnya gak jadi
dikasihin?
116 N: Gak pernah sih, pasti pake helm, namanya tau mau jalannya kemana,
kalo cuman di komplek-komplek gini aja sih gausah pake helm, saya
juga gak pake
117 P : Kenapa pak emangnya kalau di komplek doang?
118 N: Ya kan deket, deket doang gitu, masa pake helm, ya gitu aja hahaha
119 P : Jadi pak seberapa sering niat bapak terealisasikan kira-kira? (dalam
pemberian helm)
120 N: Yaa, 90% sih selalu dikasih, kecuali di komplek pokoknya
140
4. INU – HR (Pak Heri)
Tanggal : 19 Desember 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Wawancara II (W2)
1 P Bapak, maaf nih saya ganggu lagi, masih ada yang harus saya tanyakan
pak
2 N Iya, gapapa, eeeeh, tanya aja
3 P Gini pak, waktu itu kan saya nanyanya bagaimana tanggapan bapak kalau
misalkan ada sosialisasi safety riding gitu kan ya pak?
4 N He-eh
5 P Nah, kalo misalkan sosialisasinya adanya di sekolahan buat anaknya
langsung menurut bapak gimana?
6 N Lah malah bagus ya, jadi tepat sasaran gitu, gak Cuma dari
pengendaranya aja
7 P Tapi pak kalau dibarengin sama sosialisasi buat orang tuanya juga gimana
menurut bapak?
8 N Ehhhm, menurut saya kurang ya, kurang efektif gitu, lagian kan gak
semua orang tua nungguin anaknya kayak saya, mendingan khusus aja
kalo buat orang dewasa mah, malah jadi gak fokus kalo di sekolah,
berisik, udah gitu pengen pergi takutnya kan
9 P Pak, waktu itu kan saya pernah nanya, kalo diingetin sama istri suruh
makein helm buat anak gimana pak?
10 N Yaa, kalo jauh saya pakein, kalo deket mah nggak, aman kan soalnya,
tergantung lewat jalan apanya soalnya
11 P Pernah gak sih pak terpengaruh sama orang lain yang makein anaknya
helm?
12 N Nggak sih ya, kalo say amah selagi deket saya insya Allah yakin aja bakal
aman, biarin aja orang lain mau pakein apa nggak, gak terlalu mentingin
13 P Sekian dulu pak yang saya tanyain, kalo mau nanya-nanya lagi apa boleh
pak nanti?
14 N Iya gapapa, tanya aja, ini juga saya mau pulang sih..
15 P Baik pak hati-hati dijalan..
141
5. INU – WW (Ibu Wiwin)
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 18 Juli 2017
Wawancara I (W1)
1 P : Sebelumnya mohon maaf ibu, hubungannya dengan anak (yang dijemput)
apa ya?
2 N : Saya ibunya
3 P : Kalau akses ke sekolah lewat mana bu biasanya?
4 N : Rumah saya di Kemang Raya, tapi akses ke sekolahnya lewat Kodam
5 P : Lewat jalan raya besar nggak bu?
6 N : Nggak..
7 P : Sekarang ibu gak bawa helm ya bu untuk anaknya?
8 N : Iya, gak bawa
9 P : Tapi punya helm khusus untuk anaknya gak bu?
10 N : Iya punya
11 P : Helmnya khusus untuk ukuran kepala anak atau yang biasa bu?
12 N : Iya, memang ukuran kepala dia, memang untuk dia, kalo di jalan raya dia
pake hehe
13 P : Oh jadi dipakainya kalau di jalan raya aja bu?
14 N : Iya..
15 P : Menurut ibu yang ibu ketahui seputar helm untuk anak apa aja bu?
16 N : Yaaa lebih ke karakter anak-anak ya..kartun ya, gitu..lucu-lucu ya hehe
17 P : Tapi kalo misalnya standar nya seperti apa ibu tau nggak?
18 N : Standarnya? Ehm, ya paling Cuma ini, yang ada kliknya sama kacanya
aja, bentuknya standar lah kayak dewasa
19 P : Misalnya kalau dijalan ketemu polisi atau pihak berwajib lagi adain
sosialisasi penyuluhan tentang safety riding, ibu ada keinginan gak untuk
dengerin atau berhenti sebentar?
20 N : Jalan aja, jujur ya, jalan aja saya mah hehe, Kalo polisi paling gak,
pikirannya dia lagi menghadang, gitu aja, hahaha, kalo aku memang gak
bermasalah ya jalan aja
21 P : Menurut ibu seberapa penting helm untuk anak?
22 N : Aku sih lebih ke keselamatan yah, kalo polisi sih aku pikir, anak-anak
masih kecil masa iya mau ditilang, jadi ya emang lebih ke keselamatan
aja
23 P : Kalau jenis jalan mempengaruhi ibu untuk ngasih helm ke anak? (karna
lewat jalan dalam jadi gak ngasih helm ke anaknya)
24 N : Kadang aku sih untuk pembiasaan aku maunya dia pake, tapi kadang
anaknya gakmau, katanya berat lah, gerah lah, jujurnya begitu
25 P : Ini selalu ibu yang anter anak sekolah atau pernah diantar orang lain?
26 N : Aku terus
27 P : Kalo misalnya suatu saat bukan ibu yang mengantar, misalnya ojek atau
tetangga, ada pesan gak untuk memakaikan helm untuk anak ibu?
28 N : Nggak, hehe nggak, soalnya deket dan lewat jalan dalem, aku pikir lebih
aman ya, kendaraan lebih sedikit
29 P : Misalnya nih bu, amit-amitnya, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dijalan, kejadian anak ibu lagi gak pakai helm, itu tanggapan ibu gimana?
142
30 N : Ya perasaannya bersalah, bersalah emang, karna harusnya pakai helm kan
31 P : Trus di masa yang akan datangnya gimana bu?
32 N : Lebih hati-hati, disuruh pake helm. Sebenernya aku, sendiri pribadi tuh
pembiasaan suka pakein helm, aku suruh-suruh pake helm terus, karena
debu juga kan dijalan, tapi ya anaknya gakmau, apa karena anak usia
segitu belum tau juga bahayanya ya..
33 P : Selain jarak ada hal lain gak yang pada akhirnya ibu gak ngasih helm ke
anak?
34 N : Alesan dia, kata dia gerah dan berat gitu
35 P : Dirumah ibu ada yang suka mengingatkan untuk ngasih helm ke anak?
Misalnya suami ibu atau orang tua ibu?
36 N : Nggak ada…memang dari saya sendiri aja, ada sih kadang suami, pakein
aja helm, debu, gitu
37 P : Dorongan dari suami pengaruhnya seberapa besar bu? (kadang-kadang
aja atau bagaimana?)
38 N : Tergantung keadaan ka, kita mau kemana, gitu…kalo yang deket udah
pasti nggak, tapi kalo jalan raya walaupun deket aku pakein, apalagi kalo
yang jauh ya pake, gitu doang sih paling
39 P : Kalo dijalan yang akan ibu laluin, ibu tau ada polisi disitu, ngaruh untuk
pemberian helm ke anak nggak? Trus kalau ada razia di jalan yang mau
ibu lewatin, di jalan pintas ini, ibu gimana?
40 N : Ngaruh, hehehe, jadi dikasihin karena ada rasa takut, hehehe, kalo ke
jalan raya aku wajibin banget, apalagi kalo ada razia, trus lebih takut
kecelakaan kalo di jalan raya serem-serem kendaraannya walaupun udah
tinggi jam terbang tapi tetep aja ada rasa takutya, kalo jalan kecil ada
razia, ya pakein sih pasti, takut ketilang kan
41 P : Ibu-ibu lain disini juga kan banyak yang gak ngasih helm untuk anaknya,
itu juga mempengaruhi ibu untuk gak ngasih helm ke anak nggak bu?
42 N : Ada, ada..dia aja nggak make, gapapa lah saya juga gausah
43 P : Ibu udah berapa lama bisa naik motor?
44 N : Kurang lebih 9 tahunan kalo gasalah
45 P : Saat dijalan, dengan pengalaman bawa motor yang udah cukup lama, ibu
merasa yakin gak kalau anak ibu akan selalu aman sama ibu?
46 N : Yakin, kalo aku karena jam terbangku ya, hehehehe, tapi kalo namanya
musibah kan gak tau ya
47 P : Kalau kondisi jalan misalnya berlubang atau jalan yang belum pernah ibu
lewatin sebelumnya, mempengaruhi ibu untuk lebih hati-hati dan ngasih
helm untuk anak gak bu?
48 N : Oh ada, ada, kita kalo lewat jalan tuh selalu kita tuh prinsipnya baca
jalan, kalo udah biasa kan kita tau dimana lobang, kayak gitu, kalo itu aku
selalu waspada sih
49 P : Kalo ibu lagi ada di kondisi gak punya helm untuk anak, tapi ibu butuh
karena misalnya mau lewat jalan raya, itu gimana bu?
50 N : Kalo darurat pinjem dulu baru beli, aku tetep mengusahakan terutama
untuk di jalan raya
51 P : Selama ngasih helm untuk anak ada paksaan dari pihak luar gak sih bu?
52 N : Oh, kemauan aku, gak ngaruh emosi atau paksaan, karena kita kan liat-
liat mau kemana gitu, kalo deket aku nggak, eh tergantung deketnya jalan
143
raya aku tetep kasih, kalo aku kan biasanya lewat jalan tikus ya makanya
nggak, kalo akunya sih selalu pake helm, walaupun jalan tikus juga, tapi
ya itu kalo anakku gakmau kalo lewat dalem-dalem gitu, nomer satu sih
kalo aku karena debunya
53 P : Kalau lagi terlambat pagi-pagi antar anak, mempengaruhi ibu jadinya gak
ngasih helm nggak?
54 N : Ngaruh sih, ada perasaan begitu, tapi tergantung kemananya tadi, kalo
kesini mah gapapa gak pake helm
55 P : Memangnya anak ibu sering menolak untuk pake helm?
56 N : Ya itu tadi tergantung jarak ya, kan deket mah gapapa gausah, kalo jauh
dia sendiri sadar pake, katanya ada polisi, dia tau tempat-tempat yang
mau kita laluin gitu
57 P : Seberapa sih niat atau keinginan ibu untuk ngasih helm ke anak?
58 N : Niat sih selalu ada ya, tapi ya anaknya itu, makanya aku pengen nih, coba
polisi itu apa istilahnya ada omongan ke anak-anak ayo dong pake helm
59 P : Kalau di persentasiin kira-kira berapa persen bu keberhasilan ngasih helm
ke anak?
60 N : Kira-kira Cuma 80% ya, karena itu anaknya gakmau gitu, jadi aku kalah
kan, usianya juga belum bisa dipaksa
144
6. INU – WW (Ibu Wiwin)
Tanggal : 19 Desember 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Wawancara II (W2)
1 P tante, maaf nih saya ganggu lagi gapapa? masih pengen tanya-tanya hehehe
2 N Iya boleh, gapapa sih , si Rizki keluarnya juga bentar lagi tapi
3 P Jadi gini tante,, waktu itu kan aku nanyanya bagaimana tanggapan tante
kalau misalkan ada sosialisasi safety riding gitu kan ya tan?
4 N Iya, trus kan aku jawab aku jalan aja ya? Hahahah iya aku mah jujur aja,
suka males dengerin, dan gak salah juga dong kalo aku jalan aja
5 P Hahahahah iya sih tan, hak tante memang, tapi kalo misalkan sosialisasinya
adanya di sekolahan buat anaknya langsung gimana tan?
6 N Oh, kalo langsung di sekolah buat anaknya gapapa, kadang aku geregetan
juga malah gimana caranya si rizki mau pake kalo gak dijalan raya, biar dia
tau gitu, ya bagus he-ehh
7 P Tapi kalau sosialisasinya dibarengin buat orang tuanya juga gimana menurut
tante?
8 N Duh, gimana ya, kalau aku pribadi jujur memang agak males, tapi kalau di
tempat begitu mungkin mau dengerin sebentar aja kali ya, kurang efektif
menurut aku, mendingan buat anaknya aja, kan berisik juga soalnya kan
9 P Yang efektif menurut tante gimana?
10 N Mungkin ya misalnya dibarengin sama acara apa gitu, yang ada hadiahnya,
dibuat menarik, hahaha pasti deh orang-orang mau dengerin, aku juga mau
hahahah
11 P Tante, kalo diingetin suaminya suruh pakein rizki helm gimana reaksinya?
12 N Ya kadang aku pakein, kalo jauh tapi wajib, kalo sekolah sih lebih sering
nggak, kan deket, jadi ya aku bilangnya “gak usah ya, kan deket…hehe”
13 P Hemmm, trust ante, kalo ada orang tua lain yang gapakein helm atau pakein
helm buat anaknya, suka jadi ikut-ikutan nggak?
14 N Ya, kadang ada sih…Cuma memang balik lagi ke jarak, kalau jauh aku tetep
pakein, walaupun orang tua lain gak makein, tergantung menurut aku aja
penting nggaknya berdasarkan kondisi
15 P Tante sekian dulu nih kayaknya, kalo aku nanti mau nanya lagi boleh?
16 N Iya, janjian ada dulu ya via whats app, insyaa Allah bisa
145
7. INU – ODP (Ibu Oktarina Dwi Putri)
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 20 Juli 2017
Wawancara I (W1)
1 P : Hubungannya dengan anak yang dijemput apa ya bu?
2 N : Aku temen mamanya
3 P : Akses kesekolah lewat mana bu kalau boleh tau?
4 N : Lewat dalem komplek
5 P : Yang dijemput emang rumahnya dimana bu?
6 N : Pondok Gede, Jati Kramat
7 P : Punya helm untuk anaknya gak bu? Dibawa?
8 N : Dibawain, itu yang warna abu-abu
9 P : Boleh saya liat?
10 N : Itu tuh yang warna abu-abu
11 P : Itu memang selalu dibawain setiap naik motor sama ibu apa gimana? Dia
yang bawa atau ibu yang bawa?
12 N : Dia yang dibawain sama orang tuanya.
13 P : Kalau anak yang ibu anter jemput ini gak bawa helm gimana?
14 N : Dibawain kali ya, hehe soalnya kan anak temenku sendiri, jadi lebih hati-
hati, tapi selama ini dia memang selalu bawa sendiri. Soalnya kalau anak
lain yang aku antar jemput aku bawain helm kalau mereka gak ada
15 P : Yang ibu tau seputar helm untuk anak apa aja bu?
16 N : Yang jelas helm itu harus pas untuk ukuran kepalanya, kadang-kadang buat
menarik anak supaya mau pake helm dibuat yang menarik warnanya,
nyaman.
17 P : Kalo misalnya dijalan lagi ada kepolisian bertugas, atau penyuluhan, atau
acara dari kepolisian yang menyebabkan keramaian dijalan, ibu suka
pengen tau nggak, nanya sama orang dan berhenti untuk tau itu lagi ada
apa? Atau jalan aja gitu?
18 N : Nggak sih ya, jalan aja..
19 P : Kalo misalnya dijalan sedang ada sosialisasi tentang safety riding atau hal
lainnya, ibu mau dengerin apa nggak?
20 N : Mau dong kalo itu
21 P : Trus kalo udah dengerin, gimana bu reaksinya?
22 N : Introspeksi, apa yang kurang, kalo saya belum jadi safety rider yaa berarti
harus diperbaiki
23 P : Menurut ibu sendiri helm untuk anak itu penting nggak sih?
24 N : Penting lah, kan kepalanya sama-sama empuknya heheheh, kecuali kepala
dia lebih keras gitu haha
25 P : Ini kan memang anaknya sendiri yang dibawakan helm oleh orang tuanya,
kalo misalnya dari ibu sendiri, misalnya nganter anak ibu sendiri gimana?
Dipakein helm juga atau gimana?
26 N : Pake dong, pake.
27 P : Seberapa sering ibu ngasih helm ke anak?
28 N : Setiap kali pergi ke jalan raya hahahaha, kalo di komplek aja nggak hehehe
29 P : Misalnya ibu nggak bisa nganter anak ke sekolah, trus minta tolong sama
orang lain, ada pesan nggak ke orang itu supaya dia makein helm untuk
146
anak itu?
30 N : Nggak, karena biasanya saya yang bawain, “pake helm ya, bawa helm gak?
Kalo nggak bawa sendiri”, gitu
31 P : Kalo dijalan misalnya amit-amit nya lagi sama ibu, anak yang dianter,
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misal kecelakaan, dan lagi gak pake
helm, tanggapan ibu ginana?
32 N : Eeeeh, yang pertama harus lebih hati-hati lagi, jangan sampai terjadi
kecelakaan gitu kan, eeeeh, kedepannya ya hati-hati lagi dan pake helm
juga
33 P : Selain karena jarak ada lagi nggak yang mempengaruhi ibu hingga
akhirnya gak ngasih helm ke anak?
34 N : Alasannya….belum pernah sih ya, intinya kalo lewat jalan raya meskipun
jaraknya Cuma kayak nyebrang doang, tetep dipakein helm gitu, karena
diperempatan galaxy (nama daerah) banyak polisi, jadi pake helm bukan
karna keselamatan, karena polisi hahahahha takut ditilang
35 P : Kalo dirumah selain ibu sendiri ada nggak yang ngingetin ibu untuk selalu
ngasih helm ke anak? Atau misalnya sekarang lagi anter anaknya temen,
ada yang ngingetin gak?
36 N : Dirumah saya sendiri? Ada lah, suami, terus anak saya sendiri juga “bawa
helm bun?
“, gitu, “pake helm kah bun?”, “iyadong pake”
37 P : Beberapa orang tua disini jarang banget bawain helm untuk anaknya, hal
itu mempengaruhi ibu gak, jadi ikutan gak ngasih helm ke anak?
38 N : Oh nggak lah, gak terpengaruh karena kan sendiri-sendiri ya, masuk surga
aja sendiri-sendiri hehehehe
39 P : Tadi ibu sempet menyinggung pake helm lebih karena takut sama polisi
kan ya, berarti kalo misalnya ibu dapat info kalo jalur yang mau ibu lewatin
ada polisinya, mempengaruhi ibu nggak untuk ngasih helm ke anak?
40 N : Nggak, jadi gini loh, kalo saya lebih kearah ada razia gak ada razia, ada
polisi gak ada polisi, kalo lewat nyeberang lampu merah sekalipun saya
suruh pake helm, gituuu, selain memang daripada ngapain juga sih gak
pake helm nyeberang lampu merah, ada polisi juga gitu loh, kan daripada
urusan mendingan yaudah lah pake helm aja, apa susahnya si gitu. Trus
juga selain karena polisi ya memang risiko di jalan raya lebih besar ya,
daripada penumpang saya kenapa-napa, mending pakai helm,
alhamdulillahnya selama ini gak kesulitan makein helm ke penumpang
saya, pada ngerti gitu, tapi kalo di jalan pintas saya bolehin gak pake helm,
mungkin dia gerah atau ga nyaman pake helmnya, trus lebih sedikit juga
risikonya di jalan dalem, tapi pas ke jalan raya saya paksa harus pake hehe
41 P : Ibu bisa bawa motor udah berapa lama?
42 N : Berapa lama ya? Baru sebentar, baru 15 tahun lah
43 P : Itu udah lama bu hehe kirain say amah baru berapa bulan gitu sebentarnya.
Melihat lamanya ibu bisa bawa motor, kan udah 15 tahunan udah lumayan
lama, kalo saya tanya seberapa yakin ibu untuk menjamin keselamatan
penumpang ibu, seberapa yakin bu?
44 N : Pertama kita harus yakin dulu sama motornya, bahwa motor kita layak
jalan gitu, jadi saya pasti gelisah kalo, jangankan kondisi mesin yang gak
fit, saya kalo ga ada spionnya aja atau ga ada sen nya pasti gelisah, jadi gak
147
tenang gitu, bingung sendiri, jadi ya pertama pastiin motornya layak jalan,
jadi kita bisa yakin sama diri kita. Kalo dipersentasekan gitu ya, 99% saya
yakin, 1% nya Allah yang punya, bisa juga berbalik kan? hehe
45 P : Nah tadi kan dari kondisi motornya bu, kalo dari kondisi jalannya sendiri
gimana bu?
46 N : Oh iya, saya tuh orang yang selalu seneng menghafal, jadi saya selalu
hafalin, disini ada lubang, disana ada gajlukan, jadi gak akan kejeblos gitu,
jadi kita udah siap-siap duluan, ngerem, jangan sampe ngeremnya dadakan,
kalo ngerem dadakan juga kalo jalannya bagus, kalo berpasir kan bisa
jatoh, nyerosot gitu
47 P : Kalo kondisinya ibu gak punya helm untuk anak, tapi merasa harus
memakaikan helm untuk anak karena hal-hal tertentu, apa yang akan ibu
lakuin?
48 N : Pinjem, hee-eh
49 P : Kedepannya kira-kira akan beli gak bu?
50 N : Kalo misalkan gakpunya? Beli sih
51 P : Kalo beli helm untuk anak gitu ada pertimbangan khusus gak sih bu?
52 N : Sebetulnya sih ada ya, karena sebetulnya helm itu ada standarnya, gak bisa
yang penting helm aja, salah satunya kan harus bisa mengantisipasi kalau
terjadi benturan, misalkan helm itu harus pas jadi kalo ada benturan dia gak
malah copot gitu kan, gitu, harusnya sih ada standarnya, Cuma ya itu
memang muahal
53 P : Tadi ibu bilang dalam hal ngasih helm memang dari diri ibu sendiri, pernah
ada paksaan dari pihak luar gak sih bu?
54 N : Gak ada sih, sadar diri aja saya mah
55 P : Misalnya pagi-pagi nganter anak ke sekolah, tapi terlambat, jadinya buru-
buru, mempengaruhi ibu akhirnya gak ngasih helm nggak?
56 N : Nggak lah, ga ada hubungannya, hahahaha, kalo udah telat tuh motornya
aja suruh keluarin sayap biar terbang hahaha
57 P : Keberhasilan dipakaikan helm tergantung sama apa aja sih bu selama ini
ibu bawa motor dengan penumpang anak?
58 N : Oh, iya iya, tergantung anaknya juga, terutama anak saya suka protes
alasannya kerudungnya berantakan, anak saya yang kedua alasannya
jambulnya berantakan, jadi dia gakmau, jadi biasanya dipegang dulu
helmnya, kalo udah sampe deket jalan raya baru deh terpaksa mereka pake
hahaha. Kalo gak dipake helmnya, saya berhenti, saya gak jalan lagi. Kalau
si ini yang saya anter jemput sih gapernah protes selalu pake memang karna
udah kebiasaan
59 P : Kalo ditanya tentang niat, seberapa besar sih niat ibu untuk selalu kasih
helm ke anak?
60 N : Niat banget sih
61 P : Kalo ditanya antara niat dan realisasinya seberapa besar bu?
62 N : Yaa, hampir sama ya, 98% lah, hampir selalu pake helm
63 P : Ada hal yang akhirnya membatalkan gajadi dipakaikan helm gak bu
anaknya?
64 N : Gak sih, gak ada, palingan kalau lewat jalan dalem pokoknya dan deket,
baru gak pake
148
8. INU – ODP (Ibu Oktarina Dwi Putri)
Tanggal : 19 Desember 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Wawancara II (W2)
1 P ibuuu, maaf ya aku gangguin mulu, mau aku tanya-tanyain lag boleh bu?
2 N Iyaa, santai aja, sini duduk dulu.
3 P Hehe iya bu, jadi gini waktu itu kan aku nanya gimana tanggapan ibu kalau
misalkan ada sosialisasi safety riding gitu kan ya bu?
4 N Iya, kan udah saya jawab yaa, penting
5 P Iya buu, yang mau aku tanyain itu, gimana kalo misalkan sosialisasinya
adanya di sekolahan buat anaknya langsung? Menurut ibu gimana?
6 N Hemmmm, penting juga kok, biar anaknya juga paham, pakai helm itu
penting, jadi lama-lama kebiasaan pakai sendiri tanpa harus diingetin dulu
sama pengendaranya…gitu kalau menurut saya yaa
7 P Tapi kalau sosialisasinya dibarengin buat orang tuanya juga gimana menurut
ibu?
8 N Saya sih mau dengerin kalo emang ditujukannya buat saya, tapi kalo di
sekolah rasanya kurang efektif gitu ya…berisik aja trus memang harusnya
difokuskan ke anak sekolahnya aja, untuk orang tuanya mah bisa di forum lain
yang memang khusus masyarakat
9 P Yang efektif menurut tante gimana?
10 N Mungkin ya misalnya dibarengin sama acara apa gitu, yang ada hadiahnya,
dibuat menarik, hahaha pasti deh orang-orang mau dengerin, aku juga mau
hahahah
11 P Ibu, kalo diingetin sama suaminya, jadi lebih sering ngasih helm gak ke anak?
12 N Kalo aku gak diingetin pun udah tau kewajibannya ya mbak, asal lewat jalan
raya pasti aku kasih, gaperlu diingetin, kalo lewat jalan dalem sih gapake, gak
diingetin juga soalnya kana man ya
13 P Trus bu, pernah gak ngerasa ikut-ikutan orang jadi gak makein helm buat
anaknya? Terutama orang tua murid lainnya sih
14 N Nggak sih ya mba, karna kan keselamatan anak yang aku angkut tergantung
sama aku dan helmnya, jadi kalau jauh udah pasti pake, bodo amat orang lain
mau makein atau nggak, urusannya mereka, kasarnya gitu, hehehe
15 P Bu, aku udahan dulu nih nanyanya, tapi nanti kalo ada yang kurang, aku
tanya-tanya lagi ya?
16 N Iya gapapa mbak, tapi hubungin aku dulu ya biar janjian gitu, soalnya kadang
kan gak selalu disekolah..
17 P Oke ibuu
149
INFORMAN PENDUKUNG
1. IPN – T (Pak Tikno)
Tanggal : 8 Juni 2017
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
1 P : Ini pak kemarin kan aku sempet nanya-nanya sama tante novi, sama tante dwi
ayu juga, kalo yang selama ini bapak liat, selama ini yang nganter jemput
kebanyakan ngasih helm gak sih pak buat anaknya?
2 N : Jarang sih, kebanyakan enggak, soalnya pada lewat jalan dalem, kalo ada yg
pake biasanya yg lewat jalan raya, itu juga dikit banget dan jarang, kadang-
kadang aja
3 P : Trus pak, disini jadi satpam udah berapa lama?
4 N : Dari Juni 2001
5 P : Udah lama ya pak berarti
6 N : Ya, 16 tahun berarti
7 P : Selama bapak disini pernah ini nggak, ada kepolisian, dating kesini, kayak
ngasih penyuluhan tentang keselamatan berkendara gitu pernah gak pak?
8 N : Belum, belum
9 P : Belum pernah ya? tapi kalo misalnya yang di jalan-jalan utama sana suka ada
razia gak sih pak?
10 N : Kalo dijalan sana sering ibu-ibu bilang ada razia, trus kapan aku masuk tipinya
nih?
11 P : Hahaha, nggak pak gak bakal masuk tipi, say amah dari mahasiswa
12 N : Trus apalagi?
13 P : Trus bapak sebagai satpam pernah gak negor, misalnya ada ibu-ibu gak
makein helm buat anaknya, “bu anaknya gak dihelm-in”
14 N : Nggak, nggak, susah kalo negor negor mah, biasa aja
15 P : Udah sih pak paling mau nanya itu doang, Cuma pengen tau aja kebiasaan
orang tua disini ternyata jarang ngasih helm sama anaknya ya pak
16 N : He-eh
17 P : Ya udah makasih ya pak yaa,
18 N : Karena lingkungannya deket sihh, gak jauh-jauh jadi gak pake helm
19 P : Kemarin juga ditanyain rata-rata kayak gitu
20 N : Nah iya
150
2. IPN – FT
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 18 Juli 2017
1 P : Selama ini kalo naik motor sama mama selalu dikasih helm nggak?
2 N : Dulu aku dikasih helm sering sama mama, tapikarena akunya gakmau jadi
jarang sekarang, wajib pake kalau jalan raya besar aku selalu dikasih dan
pake kan ada polisi
3 P : Kenapa?
4 N : Rambutnya gatell, ga ada alasan lain sih
5 P : Bener gak ada? Kata mama suka ikutan temen?
6 N : Iyasih kadang kalo ngeliat temen gapake pengen gak pake juga, lagian kan
deket
7 P : Kalo ke jalan raya pake helmnya gak?
8 N : Kalo kesekolah jarang dibawain, tapi kalo ke jalan raya pake
9 P : Kalo ke jalan raya kenapa pake?
10 N : Yaa..takut nabrak gitu, takut ada kecelakaan juga
11 P : Yang paling bawel ngingetin pake helm siapa?
12 N : Mama doang sih selain itu nggak ada
13 P : Kalo lagi dijalan trus gapake helm suka ada rasa takut gak?
14 N : Kadang ada kadang nggak. Adanya ya takut aja gitu kenapa-napa, suka takut
nabrak atau kenapa gitu, nggaknya ya gak ngerasa kenapa-napa aja, biasa
aja.
15 P : Ada rasa takut karna ada polisi nggak?
16 N : Nggak sih soalnya jarang diajak jauh-jauh sama mama , tapi kalo jalan raya
takut juga takut ketilang
151
3. IPN – DR
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 18 Juli 2017
1 P : Kamu kalo kalo dianterin sama bapak suka dipakein helm gak?
2 N : Iya, pake. Selalu dikasih, selalu dipake (kalau dari Pondok Kelapa ke Kodam,
dari Kodam ke sekolah tidak pakai helm)
3 P : Dari rumah kesini pake helm gak?
4 N : Pake
5 P : Kalo dari Kodam, rumah mbah kesini, pake helm gak?
6 N : Nggak
7 P : Kenapa gak pake?
8 N : Karena udah deket, lewat dalem jadinya aku gak pake, kalo jauh selalu pake,
kata bapak ada polisi,
9 P : Kamu kalo dipakein helm sama bapak protes gak?
10 N : Nggak, mau aja aku, trus aku sih soalnya disuruh sama bapak, aku nurut dari
TK
11 P : Yang suka nyuruh pake helm selain bapak ada gak?
12 N : Nggak, bapak aja yang sering mah, ibu juga kadang-kadang
13 P : Kenapa kamu mau pake helm?
14 N : Panas, aku pake helm biar gak panas, aku suka pake helm kalo naik motor
15 P : Suka takut karena ada polisi nggak?
16 N : Aku sih nggak takut, aku soalnya selalu nurut pake helm kalo dikasih aku
selalu pake, kalo nggak dikasih ya gapake
152
4. IPN - RK
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 18 Juli 2017
1 P : Kamu kalau naik motor selalu dikasih helm gak sama mama?
2 N : Iya, sering dikasih, akunya gakmau, karna kan deket gak ada polisi, aku takut
kalo ada polisi
3 P : Trus kamu pake gak?
4 N : Kalo deket gak pake, kalau jauh pake
5 P : Kenapa, kok gitu?
6 N : Kalo deket kan gak banyak polisi, kalo jauh ada polisi, aku takut dipenjara,
terus gerah berat
7 P : Hahaha, selain mama ada lagi gak yang ingetin pake helm?
8 N : Gak ada, mama aja
9 P : Kalo gapake helm emangnya gak takut kenapa-napa?
10 N : Nggak, aku takutnya sama polisi aja kalo jalannya jauh
153
5. IPN – FZA
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 20 Juli 2017
1 P : Kalo naik motor dianter gini, ke sekolah memang selalu pakai helm?
2 N : Selalu, disuruh soalnya sama mama, selalu dibawain helm sama, dibawain
helmnya sama tante
3 P : Gak pernah protes atau apa gitu?
4 N : Nggak sih, soalnya kan buat aman juga
5 P : Kamu mulai biasa pake helm sejak kapan?
6 N : Dari kelas 2 SD dibiasain sama mama
7 P : Helmnya pas dikepala kamu, atau kebesaran/kekecilan?
8 N : Pas pas aja sih,
9 P : Kliknya masih berfungsi gak?
10 N : Oh, iya masih masih
11 P : Kacanya ada nggak itu?
12 N : Kaca? Ada sebenernya Cuma terlalu kegedean (cembung) jadi gak dipasang,
dilepas
13 P : Pernah nolak gak kalo disuruh sama orang tua pake helm tapi kamu gakmau?
14 N : Gak pernah laah
15 P : Kalo ngeliat temen lain yang dibonceng naik motor tapi gapake helm kamu
terpengaruh gak, jadi gakmau juga atau gimana gitu?
16 N : Gak pernah lah, diemin aja, aku selalu pake, tetep pake, dan respon mereka
juga biasa aja, gak ada yang mempengaruhi atau gimana
17 P : Dirumah yang paling sering bawelin kamu pake helm siapa?
18 N : Udah gak ada yang bawel soalnya udah biasa make sendiri, hehe
19 P : Kalo telat ngaruh gak?
20 N : Tetep pake ajaa hehehehe
21 P : Ada hal apa gitu yang membuat kamu pake helm?
22 N : Dijalan takut kenapa-napa sih, kejadian apa, dan emang udah biasa aja
23 P : Ada polisi atau nggak pengaruh gak?
24 N : Nggak ngaruh ada polisi atau nggak, tetep pake helm
25 P : Kalau di dalam komplek atau jalan dalem tetep pake helm?
26 N : Aku selalu pake kalo ke jalan raya, walaupun deket, takut ada polisi
soalnya,tapi kalo di jalan dalem atau komplek aja sih nggak pake hehe
154
INFORMAN KUNCI
1. IKU – HM (Bapak Herman – Kasidikmas DIKYASA POLDA Metro
Jaya)
Tempat : POLDA Metro Jaya (Unit DIKYASA), Tebet
Tanggal : 8 Agustus 2017
1 P : Iya pak, jadi kedatangan saya kemari, mungkin sudah dijelaskan ya sedikit
sama pak Aris, untuk mengambil data, baik itu wawancara maupun dokumen,
yang berhubungan dengan safety riding, khususnya pemberian helm pada
penumpang anak, jadi yang saya tanyakan adalah pengendaranya mengenai
bagaimana perilaku mereka dalam memberikan helm pada penumpang anak
usia sekolah dasar.
2 N : Oh, iya baik-baik, kemarin sudah dijelaskan memang sedikit oleh dek Aris.
Saya suka sekali dengan temanya, sangat bagus, mengingat memang safety
riding adalah salah satu program andalan dari tim kepolisian kita di POLDA
Metro Jaya memang. Jadi apa saja yang ingin ditanyakan?
3 P : Iya pak, terkait data kecelakaan yang khususnya anak usia sekolah dasar
bagaimana ya pak?
4 N : Untuk segala macam data, baik laka lantas dari segi umur dan lain-lain bisa
disiapkan nanti oleh dek Aris, dan memang sedang gencar-gencarnya juga
kepolisian selalu menghimbau masyakarat tentang safety riding di seluruh
jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi
5 P : Sebenarnya untuk penumpang anak sendiri, ada kekhususan helm tidak pak?
Terkait standardnya?
6 N : Oh, untuk standar ada, yaitu standar SNI yang dipakai, jangan yang dimodif-
modif, kebanyakan sekarang motor juga sudah tidak standard, lampunya
diganti putih, spionnya, catnya tidak berstandard keselamatan, knalpotnya, dan
lain-lain sehingga ya membahayakan pengendara dan penumpangnya
7 P : Berdasarkan hasil wawancara di sd tempat saya penelitian, banyak orang tua
mengaku bahwa jarang diberhentikan oleh polisi ketika anaknya tidak pakai
helm, apa benar pak ada pengecualian?
8 N : Oh, tidak ada pengecualian, sebenarnya tetap harus ditilang sesuai dengan
undang-undangnya, dikenakan sanksi tilang juga, apalagi jika anaknya yang
mengendarai dan tidak pakai helm. Nah ini yang perlu diubah mind set anak
sejak dini, jangan sampai sudah SMP SMA moralnya tidak terbentuk, peran
orang tua dan keluarga sangat penting terkait safety riding ini termasuk
penggunaan helm, jangan sampai karena tidak ditilang dilanjutkan melanggar,
jangan sampai terbiasa karena dekat dan lain sebagainya, ini yang harus
diubah. Selama saya bertugas memang mayoritas dimana-mana jarang sekali
yang memberikan helm pada anaknya, alasannya paling sering adalah jarak
yang memang dekat, pengendaranya juga sering kali tidak memakai, harus
lebih digencarkan lagi memang.
9 P : Program nya apa saja pak memangnya?
10 N : Untuk program nanti kamu juga bisa minta tolong dek Aris untuk
dokumennya, tapi untuk program diantaranya ada polisi sahabat anak, cara
aman ke sekolah, patrol keamanan sekolah, dan police goes to campus untuk
yang perguruan tinggi. Di sekolah sd lebih sering mengenai cara aman
155
kesekolah kami dibantu oleh ibu polwan, dan untuk polisi sahabat anak lebih
kepada sosialisasi seperti cara menyeberang, lalu jika ada kejahatan harus
melapor kemana, atau ada kekerasan dan tindak kriminal, dan sebagainya
11 P : Jadi pak untuk safety ridingnya sendiri memang di dalamnya pemakaian helm
untuk penumpang anak ada di dalamnya?
12 N : Iya ada di dalamnya, intinya safety riding itu bagaimana pengendara memiliki
keterampilan dan memenuhi formalitas legalitas yang ada, seperti punya SIM,
kelengkapan surat, pakai helm standar, dan lain sebagainya serta cukup umur
juga, memang terkait penumpang diperlukan kesadaran dan tanggung jawab
lebih pada pengendara, sehingga pengendara pun harus memahami hal-hal
yang menyangkut keselamatan penumpangnya, salah satunya adalah
pemakaian helm tadi
13 P : Untuk mengetahui sekolah mana saja yang sudah dikunjungi kepolisian
bagaimana pak terkait program safety riding di sekolah?
14 N : Bisa dibantu dek Aris nanti ya. Oh iya kepolisian juga sedang merencanakan
penyuluhan ke masyarakat mengenai keamanan dan keselamatan juga, di
dalamnya juga ada terkait safety riding, yang dikhususkan untuk RT dan RW
sehingga diharapkan kewaspadaan dan kepatuhan masyarakat meningkat. Ada
lagi yang ditanyakan?
15 P : Sampai segini cukup dulu pak, paling nanti tinggal pendokumentasian
dokumennya saja, trimakasih banyak ya pa katas waktu dan informasinya,
mungkin nanti kalau ada yang kurang saya bisa hubungi bapak lagi kan?
16 N : Iya, boleh silahkan koordinasi saja dengan dek Aris, nanti kita janjian lagi
Terima kasih juga atas dukungan dan partisipasi adek, sudah mengambil tema
ini, semoga sukses, dan jadi masukan juga untuk pihak kepolisian.
156
2. IKU – MM (Bapak Memen, Kepala Sekolah SDN Cipinang Melayu 03)
Tempat : SDN Cipinang Melayu 03
Tanggal : 29 November 2017
1 P : Assalamu’alaikum pak, selamat pagi, sesuai dengan yang saya sampaikan di
chat,ada yang ingin saya tanyakan lagi apa bisa?
2 N : Iya, silahkan aja
3 P : Begini pak, intinya saya nanya ke bapak untuk memastikan apakah yang
selama ini saya tanyakan sama pengendara motor disini itu benar-benar sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Mengingat bapak kan kepala sekolah disini
mungkin sedikit banyak lebih tau kan ya pak, hehe
4 N : Oh, iya iya silahkan…
5 P : Pertama pak, untuk domisili siswa disini itu bagaimana ya pak? Apakah
terpusat di satu daerah atau bagaimana?
6 N : Untuk sekarang, mayoritas sudah dekat dengan area sekolah, tapi tiga tahun
lalu masih banyak juga yang jauh-jauh. Sekarang dekat karena ada sistem
zonasi (PPDB) sehingga bisa sekolah disini kalau kartu keluarganya memang
tercatat disini. Sekarang sistemnya jalur umum 35% diterima dari Jakarta
manapun, 5% dari luar Jakarta, dan 60% dari kelurahan cipinang melayu. Nah
yang 5% itu yang masih ada dari wilayah Bekasi dan sekitarnya yang agak
jauh..tapi mayoritas memang dekat
7 P : Oh begitu ya pak, untuk pekerjaan dan kendaraan antar jemput disini apa ya
pak?
8 N : Pekerjaan mayoritas wiraswasta, mayoritas kendaraan pribadi, motor, lebih
efisien karena macet ya, tapi yang pake mobil juga ada
9 P : Nah masuk ke topik inti yang mau saya tanyakan ya pak, selama ini di
cipinang melayu 03 pernah ada sosialisasi dari kepolisian tentang pemakaian
helm untuk anak gak pak?
10 N : Selama saya disini sih belum ada ya, saya disini baru dua setengah tahun.
Kalau dulu di sekolah sd sebelum ini pernah, di 09
11 P : Nah waktu itu isi sosialisasinya apa pak kalau boleh tau?
12 N : Isinya tentang pemberitahuan bahaya narkoba, dasar-dasar lalu lintas, nah di
dalemnya ada dibahas sedikit tentang helm tapi gak khusus
13 P : Menurut bapak sendiri sebenarnya pemakaian helm untuk anak penting gak
ya?
14 N : Ya penting, penting banget, Cuma ya itu ya kalau saya lihat karena mayoritas
deket rumahnya jadi pada gak pakein helm, kan takutnya sama polisi doang di
jalan raya, jadi lebih ke takut sama polisi, bukan keselamatan
15 P : Untuk tanggung jawab pihak sekolah sendiri sebenarnya ada gaksih pak SOP
nya yang mengatur kalau guru atau petugas di sekolah mengingatkan untuk
keselamatan siswanya termasuk masalah pakai helm ini?
16 N : Oh tidak ada, gak sampai sana, sudah bukan tanggung jawab kita karena kita
pikir itu sudah tanggung jawab orang tua masing-masing, sekolah hanya
mengawasi kegiatan belajar mengajar dan keamanan..
17 P : Oh gitu ya pak…terus pak kalau kedepannya misalnya mau ada polisi yang
sosialisasi disini bagaimana tanggapan bapak?
18 N : Oh ya tidak apa-apa, bersedia aja tapi paling memang kerja samanya sama
dinas pendidikan dulu, yang kedudukannya tertinggi, soalnya sekolah tidak
157
secara khusus ada program seperti itu..(kerja sama)
19 P: Baik pak, terima kasih atas waktu dan informasinya, nanti kalau ada yang
kurang saya boleh tanya-tanya lagi ya pak? Hehe
20 N : Oh iya baik, silahkan saja…
158
3. IKU – WD (Bapak Widodo, DIKYASA Satlantas Jakarta Timur)
Tempat : Satlantas Jakarta Timur unit DIKYASA
Tanggal : 29 November 2017
1 P : Selamat siang pak, ada yang ingin saya tanyakan mengenai pemakaian helm
pada penumpang anak pak, skripsi saya tentang perilaku pengendara terhadap
pemakaian helm pada penumpang anak di SDN Cipinang melayu 03
pak..maaf ya pak kalau diganggu waktunya
2 N : Oh iya iya baik, ya sudah mau tanya apa? Oh tidak apa-apa, tugas kami disini
adalah melayani masyarakat, jangankan mahasiswa, tukang pun kesini kami
layani kok
3 P : Hehe, iya pak hehe..langsung saja ya pak, waktu kemarin saya dapat kontak
bapak kesini dari abrigadir aris, berdasarkan hasil wawancara disana, ada
program yang berhubungan dengan pemakaian helm pada penumpang anak,
khususnya di sekolah dasar, kalau tidak salah namanya polsana ya pak…?
4 N : Oh iya benar, tapi sebenarnya kalau menyesuaikan dengan yang kamu
maksud, bentuk sosialisasi yang lebih tepat sasaran yang kami lakukan adalah
penyuluhan di masyarakat mengenai safety riding ini, jadi sasarannya
langsung kepada yang orang dewasa, karena kan anak SD belum paham betul
pentingnya helm, diajarkan bisa, memang di dalam polsana itu ada disinggung
tentang helm, tapi lebih ke bagaimana supaya anak tidak takut polisi dan
paham dasar-dasar lalu lintas..kepana diajarkan ke masyarakat umum,
diharapkan para orangtua anak-anak ini paham dulu betul pentingnya helm
sehingga apabila mereka sudah terbiasa maka perilaku anaknya dikemudian
hari juga akan menyesuaikan orang tuanya
5 P : Selama ini sudah terlaksana dimana saja pak untuk penyuluhan di masyarakat
ini?
6 N : Baru sedikit sih memang, eeeh, baru di Bambu Apus, Ceger, dan eeeehh
Gempol Jaya kalau gak salah
7 P : Bentuk sosialisasinya seperti apa pak?
8 N : Selama ini biasanya kami kerja sama dengan Bimmas setempat, kegiatan
sosialisasinya biasanya berbarengan dengan acara jumantik dengan sasaran
ibu-ibu PKK dan di kelurahan. Lalu juga ada penyuluhan ke ojek-ojek
pangkalan di kelurahan Cipinang Melayu.
9 P : Kalau untuk polsana di cipinang melayu 03 apa sudah pak?
10 N : Belum ya kalau tidak salah…belum ada, karena kan memang ada alur kerja
samanya dulu, kesana itu belum, untuk polsana belum terlalu banyak juga
11 P : Jadi sebenarnya untuk safety riding pemakaian helm ini dimulai dari tingkatan
sekolah mana pak?
12 N : Tetap dari TK sudah ada hingga ke SMA, Cuma untuk TK dan SD itu
fokusnya adalah pengenalan profesi kepolisian, menjelaskan kalau anak kecil
gak perlu takut polisi, bagaimana memahami rambu lalu lintas di jalan raya.
Sedangkan mulai dari SMP hingga SMA barulah masuk ke safety riding
intinya, tapi untuk helm ya sudah dari TK sih, diajarkan supaya tegur orang
tuanya kalau gak dikasihkan helm, bilang jangan jalan, contohnya begitu…
13 P : Berdasarkan hasil wawancara sama pengendara di SD cipinang melayu 03,
ada yang bilang kalau di daerah sana penilangan itu tidak ketat, lebih sering
dibiarkan kalau anaknya gak pake helm dan ada yang bilang kalau memang
159
ada pengecualian untuk anak sekolah sd, apa benar demikian pak?
14 N : Tetap ada sanksinya, yang dimaksud penumpang itu kan tidak ada batas
umurnya, seharusnya memang ditilang, tapi kan keadaan tidak selalu
memungkinkan, palagi pagi hari, macet, kalau banyak penilangan pasti akan
tambah macet. Jadi selama ini kami diam bukan berarti dibenarkan, tapi
diawasi dulu, ditegur, ada kok yang kami tegur, baru kemudian ditilang jika
berkelanjutan..
15 P : Selama ini bagaimana memang pak selama bapak mengawas di daerah Jakarta
timur ini khususya di cipinang melayu tentang helm penumpang anak?
16 N : Jangankan cipinang melayu, hampir di setiap daerah untuk pemakaian helm
ini agak sulit diperbaiki, mikirnya kan gak ada polisi, atau ya kayak tadi, “ah
gak ditilang ini, gausah pake aja” pikiran-pikiran begitu memang yang harus
diubah dari sekarang..
17 P : Untuk kerjasamanya dengan sekolah atau masyarakat seperti apa pak?
18 N : Seperti yang saya bilang tadi, dengan Bimmas setempat, jadi sistemnya itu
kami dari kepolisian yang request hari dan jam, bukan sekolah atau
masyarakatnya yang minta, nah disitu kesulitan menyocokkan jadwal
makanya realisasinya masih rendah, kami lebih banyak penyuluhan-
penyuluhan di tempat training dan sebagainya
19 P : Programnya tiap kapan pak?
20 N : Nah, yaitu tadi, tidak tetap, karena tergantung koordinasi dan tidak ada acuan
disekolah ini atau kelurahan ini berapa kali, tidak ada
21 P : Oh baik pak kalau begitu, sekian dulu, mungkin nanti kalau ada yang kurang
saya kesini lagi ya paak
22 N : Silahkan silahkan, kami disini terbuka lebar untuk melayani masyarakat..
top related