laporan praktikum lapangan taksonomi hewan
Post on 19-Jan-2015
7.649 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian di
lapangan, bedanya dengan penelitian umumnya hanya pada permasalahan
yang diangkatnya. Pada penelitian permasalahan yang diangkat memang
permasalahan yang belum ditemukan jawabannya, sedangkan pada praktikum
lapangan mungkin permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukkan
teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh peserta didik tapi dapat
juga permasalahan yang diangkat belum ditemukan jawabannya sehingga
praktikum lapangan yang dilakukan akan menemukan temuan-temuan baru.
Pada praktikum lapangan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai
Sundak ini permasalan yang diangkat merupakan permasalahan yang sudah
ada jawabannya (hanya menunjukkan teori yang sudah dipelajari) maupun
untuk pengetahuan mengenai apa saja keanekaragaman hewan yang ada di
lokasi tersebut. Permasalahan-permasalahan ini nanti akan disampaikan
sebagai tugas-tugas praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa
sehingga mereka dapat menemukan jawabannya. Praktikum lapangan
keanekaragaman dan klasifikasi hewan di sawah Piyungan, pantai Baron dan
pantai Sundak yang sudah dilakukan terutama dilakukan dengan metode
observasi. Untuk dapat mendapatkan hasil observasi yang tepat dan berharga
tentunya harus dilakukan dengan cermat, teliti, tercatat, dan
terdokumentasikan. Sesuai dengan materi pada praktikum keanekaragaman
dan klasifikasi hewan, dari praktikum lapangan yang sudah dilakukan adalah
pengenalan keragaman hewan baik dari jenis, bentuk tubuhnya dan
klasifikasinya.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikun lapangan adalah
kesiapan peralatan dan komponen-komponen yang dibutuhkan saat praktikum
lapangan. Semua peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum
Elmisa subama
harus disiapkan sebelum kita berangkat ke lapangan. Agar hasil yang
didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Bagaimana keadaan keanekaragaman dan apa saja jenis hewan di sawah
Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak?
1.3. Tujuan
Tujun pada praktikum lapangan keanekaragaman dan klasifikasi hewan
ini adalah :
a. Untuk mengetahui jenis hewan yang ada di persawahan Piyungan,
pantai Baron dan pantai Sundak.
b. Dapat mengidentifikasi dan mengetahui nama spesies dari hewan
yang ditemukan.
c. Dapat membuat awetan dari hewan yang ditemukan untuk koleksi
referensi.
1.4. Deskripsi Lokasi
Lokasi pertama yaitu persawahan yang berada di desa Piyungan di
daerah Wonosari. Persawahan ini berada di areal pemukiman penduduk desa
Piyungan dan berada di pinggir jalan raya. Saat praktikum dilaksanakan,
kondisi persawahan penuh dengan tanaman padi berwarna hijau yang
membentang luas. Cuaca cukup panas saat melakukan pengamatan jenis
hewan yang berada di sawah ini karena pada saat melakukan pengamatan
sudah cukup siang. Hewan yang berada di lokasi ini diantaranya adalah :
Helmol, Mollusca, Reptil, Amphibia, Insekta dan Aves.
Elmisa subama
Lokasi kedua yaitu pantai Baron, tepatnya di TPI yang berada di pantai
tersebut. Pantai Baron adalah pantai tempat wisata yang tak pernah sepi dari
pengunjung. Pantai ini berada di pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya berada
di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Di pantai ini banyak terdapat
perahu nelayan yang berada di tepi pantai. Saat melakukan pengamatan di
TPI pantai Baron, hewan-hewan yang ada diantaranya yaitu : Mollusca,
Arthropoda dan Pisces.
Yang terakhir yaitu pantai Sundak. Pantai Sundak merupakan sebuah
objek wisata alam berupa Pantai yang berada di daerah Wonosari. Pantai ini
terletak sekitar 3 Km dari Pantai Kukup. Pantai Sundak tidak terlalu besar,
namun pantai ini menyajikan keindahan alam yang alami dan menyenangkan.
Pantai Sundak memiliki pasir putih dan batu karang berlumut yang indah. Di
pantai sundak, praktikan menemukan beberapa hewan laut, diantaranya
yaitu : Phylum Porifera dan Phylum Echinodermata.
Elmisa subama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam
golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun secara runtut sesuai
dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil
hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara
mengelompokkan makhluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau
sistematik (Sulistyorini, 2009).
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta
memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata
dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,
nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata
(Romimohtarto, 2007).
a) Filum Porifera
Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan
multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain
layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi. Porifera
sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang
terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar 10.000
spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile
(hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk,
ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang
ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang
memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein
yang disebut spongin (Campbell et al. 2005).
Elmisa subama
b) Filum Mollusca
Mollusca adalah hewan berbadan lunak (Latin molluscus, “lunak”) tetapi
sebagian besar terlindungi oleh suatu cangkang keras yang mengandung kalsium
karbonat. Slug, cumi-cumi dan gurita memiliki cangkang yang tereduksi, dimana
sebagian besar diantaranya adalah cangkang internal, atau mereka telah
kehilangan keseluruhan cangkang selama proses evolusinya. Tubuh mollusca
memiliki tiga bagian utama: kaki berotot, umumnya digunakan untuk pergerakan,
massa viseral yang mengandung sebagian besar organ-organ internal, dan mantel
yang merupakansuatu lipatan jaringan yang menutupi massa viseral dan
mensekresi cangkang (jika ada). Pada banyak mollusca, mantel meluas melebihi
massa viseral dan menghasilkan suatu ruang yang penuh air atau rongga mantel
(mantle cavity) yang menampung insang, anus dan pori ekskretoris. Banyak
mollusca yang mengambil makanan menggunakan organ kasar mirip tali karet
yang disebut radula. Sebagian mollusca memiliki organ jenis kelamin yang
terpisah, dengan gonad (ovarium dan testes) yang terletak di dalam massa viseral.
Namun demikian, banyak keong dan bekicot adalah hemafrodit (Campbell et al.
2005).
Kelas Gastropoda
Kelas filum Mollusca yang terbesar, Gastropoda, memiliki lebih dari
40.000 spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut,
tetapi banyak juga spesies air tawar. Bekicot dan slug telah beradaptasi
terhadap kehidupan di darat (Campbell et al. 2005).
Kelas Bivalvia
Mollusca dari Kelas Bivalvia meliputi banyak spesies remis, tiram,
kerang hijau, dan scallop. Bivalvia memiliki cangkang yang terbagi menjadi
dua paruhan. Kedua bagian cangkang itu bertaut pada garis pertengahan
dorsal, dan otot adduktor yang sangat kuat menarik kedua paruh cangkang
agar menutup untuk melindungi hewan berbadan lunak itu. Rongga mantel
hewan bivalvia memiliki insang yang digunakan untuk makan dan untuk
pertukaran gas. Sebagian bivalvia adalah pemakan suspensi. Bivalvia tidak
memiliki kepala yang jelas dan radula telah hilang (Campbell et al. 2005).
Elmisa subama
Kelas Cephalopoda
Cephalopoda (cephalopod artinya “kaki kepala”) adalah satu-satunya
mollusca dengan sistem sirkulasi tertutup. Kaki hewan cephalopoda telah
termodifikasi menjadi sifon berotot dan bagian-bagian tentakel dan kepala
dirancang untuk bergerak secara cepat, suatu adaptasi yang cocok dengan
cara makannya sebagai karnivora.tMereka juga memiliki suatu sistem syaraf
yang berkembang dengan baik dengan otak yang kompleks. Kemampuan
untuk belajar dan bertingkah laku dalam cara yang rumit keungkinan lebih
penting bagi pemangsa yang bergerak cepat dibandingkan dengan hewan
yang diam seperti remis. Cumi-cumi dan gutita memiliki organ indera yang
berkembang baik (Campbell et al. 2005).
c) Filum Arthropoda
Diperkirakan bahwa populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea,
laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies
arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga.
Keanekaragaman dan keberhasilan arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan
segmentasinya, eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi.
(Arthropoda berarti “kaki bersendi”). Kelompok segmen dan anggota badannya
telah terspesialisasi untuk berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan
secara beragam dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris,
kopulasi, dan untuk pertahanan. Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh
kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisan-
lapisan protein dan kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan
keras di atas beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi
lain, seperti persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan menyediakan
titik pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan. Eksoskeleton yang
kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner. Sebagai contoh,
untuk dapat tumbuh, arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan
eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar.
Proses ini disebut molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan
Elmisa subama
meninggalkan hewan tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya
untuk sementara waktu. Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungannya dengan adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang
meliputi mata, reseptor olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan
penciuman. Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory
system) dimana cairan yang disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung
melalui arteri pendek dan kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus
yang mengelilingi jaringan dan organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki
permukaan internal yang dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian
besar serangga memiliki sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke
arah bagian dalam dari pori-pori yang ada pada kutikula.
Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama yaitu:
Arachnida
Tubuh memiliki satu atau dua bagian utama, enam pasang angota badan
(chelicerae, pedipalpus, dan empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian besar
adalah hewan darat seperti laba-laba, kutu, dan tungau.
Diplopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang
bagian mulut yang mengunyah, badan bersegmen dengan dua pasang kaki
berjalan per segmen, teresterial, dan herbivora, seperti: kaki seribu.
Chilopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas yang memiliki antena besar dan tiga
pasang bagian mulut; anggota badan segmen tubuh pertama dimodifikasi
sebagai cakar beracun; segmen badan mengandung satu pasang kaki berjalan
setiap segmen; teresterial; karnivora. Contoh:lipan.
Crustacea
Tubuh dengan dua atau tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut
untuk mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, sebagian besar adalah
hewan laut seperti kepiting, udang galah, crayfish atau udang karang, dan
udang.
Elmisa subama
Insekta (serangga)
Tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena,
bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan,
umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian
besar adalah hewan teresterial.
Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya adalah:
a. Orthoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran (beberapa tahapan tidak
bersayap), mulut untuk mengunyah; sangat sosial; metamorfosis tak
sempurna. Contoh: rayap.
b. Mantodea
Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada
(thorax) dan perut (abdomen), antena berbentuk kawat, betina
biasanya memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan
yang jantan, metamorfosis tidak sempurna. Contoh: belalang sembah
(Erya, 2011).
c. Hymenoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala dapat bergerak,
bagian mulut untuk mengunyah atau penghisap, organ untuk
menyengat pada bagian posterior pada betina, metamorfosis
sempurna, banyak spesies bersifat sosial. Contoh: semut, lebah,
tawon.
d. Lepidoptera
Memiliki dua pasang sayap yang ditutupi dengan sisik kecil, lidah
panjang melilit untuk penghisap. metamorfosis sempurna. Contoh:
kupu-kupu, ngengat.
e. Odonata
Memiliki dua pasang sayap bermembran, bagian mulut untuk
menggigit, metamorfosis tak sempurna. Contoh: Damselfly, capung.
Elmisa subama
f. Hemiptera
Memiliki dua pasang sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit,
satu pasang bermembran), mulut untuk menusuk dan menyedot,
metamorfosis tak sempurna. Contoh: kutu busuk, assassin bug, bedbug,
chinch bug
g. Diptera
Memiliki satu pasang sayap dan halter (organ untuk keseimbangan),
mulut untuk penghisap, menusuk atau menelan, metamorfosis sempurna.
Contoh: lalat, nyamuk (Campbell et al. 2005).
d) Filum Echinodermata
Echinodermata ( dari bahasa Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”)
adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial
sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari
tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi
eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan
echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang
memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh
air (water vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang
menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam
lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Reproduksi anggota filum echinodermata
umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan
gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang
melalui metamorfosis dari larva bilateral. Di antara 7000 atau lebih anggota filum
echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas:
Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea ( bulu babi dan
sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut),
dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru
ini, hidup pada kayu yang terendam air laut dalam (Campbell et al. 2005).
Elmisa subama
e) Filum Annelida
Annelida berarti “cincin kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan
serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas filum Annelida. Terdapat
sekitar 15.000 spesies filum Annelida. Anggota filum Annelida hidup di laut,
sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab (Campbell et al. 2005).
Ciri – ciri Annelida :
a. Tubuh panjang bergelang – gelang ( matameri )
b. Hidup bebas
c. Hermafrodit, tidak dapat membuahi sendiri.
d. Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh
e. Alat pencernaan lengkap
f. Alat ekskresi tubuh disebut nefridia
g. Sistem saraf : gamglion, otak, ganglim ventral
h. Sistem peredaran darah tertutup
i. Memiliki rongga badan triploblastik selomata
Filum Annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu :
a. Polychaeta
Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut Þ (poly =
banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis
viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua
jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.
b. Oligochaeta
Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta =
rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan
Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum
yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin.
Elmisa subama
Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke
seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain : Moniligaster
houtenii (endemik di Sumatera).
c. Hirudinae
Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi
(anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin (Martomijoyo, 1990).
f) Filum Chordata
Berdasarkan kemiripan tertentu dalam perkembangan embrionik awal,
Chordata dikelompokkan sebagai deuterostomata bersama-sama dengan
Echinodermata. Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata.
Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu urochordata dan
cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah notokord; tali saraf
berlubang; celah faring; dan ekor pascaanus berotot.
Ciri spesifik dari subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan
kranium, yang membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi
(spesialisasi ujung anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi
dengan organ-organ indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otot-
otot tubuh menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005).
Beberapa kelompok vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces
(chondrichthyes, osteichthyes), kelas amphibia, reptilia, dan aves.
1) Super Kelas Pisces
Kelas condrichthyes (ikan bertulang rawan)
a. Kerangka dari tulang rawan
b. Celah insang berjumlah 5-7 pasang
c. Kulit tertutupi oleh dentikel
d. Fertilisasi internal, individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu
dan ikan pari.
Elmisa subama
Kelas osteichthyes (ikan bertulang sejati)
Kerangka dari tulang sejati
Celah insang tunggal disetiap sisi dengan tutup insang
Jari-jari lemah pada sirip bersegmen
Fertilisasi eksternal. Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila
2) Kelas Amphibia
Ciri-ciri amphibia sebagai berikut:
a. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab
b. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua
alam
c. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit.
Telur dan berudu katak hidup di air kemudian setelah dewasa hidup di
darat, berudu berbentuk seperti ikan yang bernafas dengan insang dan
kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh kehidupan dan
akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-angsur
menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi
dewasa.
d. Jantung beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik.
e. Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh
sperma terjadi di luar tubuhnya (fertilisasi eksternal).
Amphibi dapat dibagi menjadi beberapa ordo:Ordo Apoda (amphibia tidak
berkaki tetapi memiliki eko, contoh: ular); Ordo Anura (amphibia tidak
berekor tetapi memiliki kaki, contoh; katak dan kodok); dan Ordo wodela /
candata (amphibia yang berekor dan berkaki, contoh: salamander).
Elmisa subama
3) Kelas Reptilia
Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:
Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat keratin
Bernafas dengan paru-paru
Berdarah dingin (poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan
Umumnya bersifat ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar
beranak, contohnya ular.
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang
masih belum sempurna.
Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain: Ordo Crocodila
(contoh: buaya); Ordo Sphenedontia (contoh : Tuatara); Ordo Squamata
(contoh: kadal); dan Ordo Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labi-
labi) (Radiopetra, 1996).
4) Kelas Aves
Kelas aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan
memiliki bulu sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut
sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari
empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah
menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan
berkembang biak dengan bertelur (Mukayat, 1990).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu yang secara filogenetik berasal
dari epidermal tubuh yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis
bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi
Elmisa subama
epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk
filokokus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Jasin, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan
adalah botol jam 5 buah, pinset, alat tulis, kertas mika, ember dengan tutupnya,
jarum pentul, clip board, kamera digital, tabel pengamatan, amplop insecta,
Bahan yang digunakan yaitu khlorofom, kapas/tissue, eter dan formalin.
2.2. Cara Kerja
a. Sawah Piyungan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditangkap hewan yang ada
di sawah dengan menggunakan jaring, hewan yang telah ditangkap diphoto lalu
dimasukkan ke dalam tempat yang telah di sediakan. Dicatat hewan apa saja
yang didapatkan pada tabel pengamatan.
b. Pantai Baron
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Praktikan turun langsung ke
tempat pelelangan ikan yang ada di pantai baron. Diphoto apa saja pisces yang
ada di sana. Dicatat jumlah dan nama spesies pisces di tabel pengamatan.
c. Pantai Sundak
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diletakkan paralon dengan
ukuran 1x1 meter di tepi pantai yang ada spesies-spesiesnya. Diamati hewan apa
saja yang ada di dalam plot. Dicatat spesies-spesies yang ada di plot, di ambil
lalu diphoto. Kemudian digambar pengamatan per plot pada kertas sketsa
pengamatan yang ada.
Elmisa subama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Hasil yang didapat pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan
adalah:
a) Sawah Piyungan
Tabel 1. Pengamatan Insekta
No Nama Spesies Jumlah
1. Leptosia nina ++
2. Camponotus caryae ++
3. Valanga sp. +
4. Potamarcha congener ++
5. Hymenoptera +
Tabel 2. Pengamatan Mollusca, Aves, Reptil, Amphibia, Annelida
dan Arachnida
No Nama Spesies Jumlah
1. Pila sp. ++
2. Rana sp. +
3. Gonyosoma oxycephalum +
4. Meretrix sp. +
5. Bronchocela jubata +
6. Achatina fulica +
7. Lonchura sp. +
8. Kepiting +
9. Lumbricus rubellus +++
Elmisa subama
10. Laba-laba +
b) Pantai Baron
Tabel 3. Pengamatan Pantai Baron
No Nams Spesies Jumlah
1. Loligo pealii +++
2. Penaeus esculentus +++
3. Sphyrna sp. +
4. Euthynnus allecterates ++
5. Lutjanus argentimaculatus ++
6. Stromateus cinereus ++
7. Portunus pelagicus ++
8. Scomberomorus sp. +
9. Lates calcarifer ++
c) Pantai Sundak
Tabel 4. Pengamatan Pantai Sundak
No Phylum Nama Spesies
1. Porifera Favites sp.
2. Echinodermata Turbo sp.
Ophiolepsis superba
Diadema saxatile
Echinodescus sp.
Elmisa subama
3.2. Pembahasan
Menurut Sulistyorini (2009) klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan
atau tumbuhan kedalam golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini
disusun secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari
tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang
mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup kedalam
golongannya disebut taksonomi atau sistematik.
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta
memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata
dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,
nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata
(Romimohtarto, 2007).
Pada praktikum yang dilaksanakan di sawah Piyungan, ditemukan beberapa
spesies diantaranya yaitu Leptosia nina, Camponotus caryae, Valanga sp.,
Potamarcha congener dan Hymenoptera spesies-spesies tersebut adalah spesies
yang termasuk kelas insecta. Pendapat dari Erya (2011), mengatakan bahwa pada
serangga tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena,
bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan dan
umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian besar
adalah hewan teresterial. Spesies lain yang ditemukan di sawah Piyungan adalah
Pila sp., Rana sp., Gonyosoma oxycephalum, Meretrix sp., Bronchocela jubata,
Achatina fulica, Lonchura sp., Kepiting, Lumbricus rubellus dan laba-laba.
Sawah Piyungan ini merupakan sawah yang masih terawat dan masih subur, hal
Elmisa subama
ini dibuktikan dengan banyaknya spesies simbiosis mutualisme. Tanah di sawah
ini pun masih subur, karena masih terdapat Lumbricus rubellus yang merupakan
indikator dari tanah yang banyak mengandung hara.
Hasil praktikum yang didapat di Pantai Baron yaitu ditemukan beberapa
spesies yaitu Loligo pealii, Penaeus esculentus, Sphyrna sp., Euthynnus
allecterates, Lutjanus argentimaculatus, Stromateus cinereus, Portunus pelagicus,
Scomberomorus sp. dan Lates calcarifer. Spesies-spesies yang terdapat di Pantai
Baron ini cukup banyak, ini berarti pantai Baron masih menjadi salah satu pantai
untuk sumber kehidupan bagi para nelayan. Spesies-spesies yang terdapat tersebut
merupakan spesies yang termasuk dalam kelas pisces dan kelas crustacea.
Di lokasi yang terakhir yaitu di Pantai Sundak, terdapat beberapa spesies
yang ditemukan di sekitar plot dengan ukuran 1x1 meter. Spesies yang ditemukan
ini yaitu meliputi phylum Porifera dan Phylum echinodermata. Menurut Campbell
et al. (2005), Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan
hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota
badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi.
Porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran
yang terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar
10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan
sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal
bentuk, ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi
yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang
yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari
protein yang disebut spongin. Nama spesies dari phylum Porifera yang ditemukan
yaitu Favites sp..
Elmisa subama
Jenis phylum lain yang ditemukan di pantai Sundak ini yaitu dari Phylum
Echinodermata. Menurut Campbell et al. (2005), Echinodermata ( dari bahasa
Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”) adalah hewan sesil atau hewan yang
bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan
eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima
jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras.
Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan
kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata
adalah sistem pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran
hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet)
yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Spesies yang
ditemukan diantaranya yaitu : Turbo sp., Ophiolepsis superba, Diadema saxatile,
dan Echinodescus sp.. Dari hasil tersebut dapat di bandingkan bahwa di pantai
Sundak phylum Echinodermata lebih banyak daripada phylum Porifera.
Elmisa subama
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengamatan pada praktikum lapangan di sawah piyungan
Pantai Baron dan Pantai Sundak, didapatkan kesimpulan bahwa :
a. Jenis hewan yang terdapat di persawahan Piyungan, Pantai Baron dan
Pantai Sundak beragam, seperti Leptosia nina , Camponotus caryae ,
Potamarcha congener , Hymenoptera , Rana sp. , Valanga sp. , Turbo sp.
, Favites sp. , Ophiolepsis superba , Diadema saxatile , Sphyrna sp. dan
masih banya lagi.
b. Setelah melakukan pengamatan, praktikan dapat mengidentifikasi dan
mengetahui nama-nama spesies yang terdapat pada lokasi pengamatan.
c. Membuat awetan dari hewan yang ditemukan dilakukan dengan cara
memberi formalin pada hewan tersebut dan ditusuk bagian dadanya
untuk kemudian dimasukkan pada kotak insektarium.
Elmisa subama
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Deden.200.Biologi Kelompok Pertanian.Bandung:PT Grafindo
Media Pratama.
Campbell,N.A.,J.B.Reece, & L.G. Mitchell.2005.Biologi. Edisi ke-5. Terj.dari
Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Jakarta:Erlangga.
Erya.2011.”Makalah Entomologi (Ordo Mantodea) New” .http: //ml. scribd.com/
erya_mathias/d/91188357-Makalah-Entomologi - Ordo-Mantodea-New.
Diakses tanggal 18 Juni 2012.
Hademenos, George dan Gerge H. Friend.200.Biologi Edisi Kedua.Jakarta:
Erlangga.
Jasin, M.1992.Zoologi Vertebrata.Surabaya:Sinar Jaya.
Martomijoyo, Russamsi.dkk.1990. Biologi Smu. Bandung. Grafindo media
pratama.
Mukayat,D.1990.Zoologi Vertebrata.Jakarta:Erlangga.
Radiopoetra.1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta
Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan Anggota IKPI.
Sulistyorini, Ari.2009.Biologi.Jakarta:PT.Baalai Pustaka.
Elmisa subama
LAMPIRAN
Leptosia nina Camponotus caryae
Valanga sp.
Potamarcha congener Laba-laba
Elmisa subama
Pila sp. Rana sp.
Meretrix sp. Achatina fulica Kepiting
Penaeus esculentus Sphyrna sp. Loligo pealii
Euthynnus allecterates Lutjanus argentimaculatus Stromateus cinereus
Elmisa subama
Portunus pelagicus Scomberomorus sp.
Lumbricus rubellus Favites sp. Turbo sp.
Ophiolepsis superba Diadema saxatile Echinodescus sp.
Elmisa subama
top related