laporan praktek bengkel kerja batu
Post on 31-Dec-2015
126 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teknik pekerjaan pasangan dan adukan yang selama ini dilakukan pada umumnya
terbukti kurang menguntungkan,hal ini disebabkan antara lain :
Produktivitas hasil kerja yang rendah.
Mutu hasil pekerjaan yang kurang baik.
Pekerja menjadi mudah lelah.
Banyak bahan terbuang.
Biaya persatuan luas hasil pekerjaan yang relative lebih mahal dari semestinya.
Tidak mendorong usaha peningkatan mutu bata / batu cetak.
Keuntungan memakai cara yang diperbaiki, antara lain:
Biaya dapat ditekan kurang lebih 10%.
Peningkatan produksi kontruksi pasangan bata dalam waktu yang sama.
Terbuka kesempatan peningkatan hasil tukang tembok dan pembantu tukang tembok.
Produktivitas kerja meningkat hampir 2-3 kali lipat.
Peningkatan mutu hasil pasangan.
Semen sebagai bahan pengikat dalam pembuatan adukan dan beton secara
Langsung dapat mempengaruhi nilai teknis dan ekonomi dari bangunan sehubungan dengan
kualitas, harga dan promosi campuran yang digunakan.
Pada pekerjaan pasangan bata dan plesteran dinding,jenis-jenis semen yang
digunakan harus mempunyai karakteristik tentukan dan memenuhi spesifikasi sesuai dengan
fungsinya antara lain mudah dikerjakan, panas hidrasi rendah dan tidak terjadi retak.Fungsi
1 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
adukan dalam pasangan bata antara lain sebagai pengikat antara bata yang satu dengan yang
lain, disamping dapat menghilangkan deviasi dari permukaan batanya untuk menyalurkan
beban.sedangkan fungsi adukan dalam plesteran untuk meratakan permukaan dinding dan
melindungi dari pengaruh cuaca.
Adapun beberapa hal yang umumnya terjadi pada hasil pekerjaan pasangan bata
dan plesteran dinding disebabkan kurang memahami teori mencampur adukan dan rencana
kerja, antara lain:
Pemasangan bata miring.
Banyak adukan tersisa pada waktu selesai kerja.
Terjadi retak-retak pada plesteran.
Menyadari hal tersebut di atas, maka untuk mendapatkan pasangan bata dan
plesteran dinding yang baik perlu didukung oleh peralatan, teknik pemasangan, penyesuaian
kecepatan pengisapan air permukaan dari bata dan pemeliharaan pasangan bata.Oleh karena
itu teknik pemasangan bata ( masonry ) yang benar perlu dipahami oleh pelaksana ( tukang )
maupun pengawas untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pekerjaan.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang dipakai dalam kerja
batu.
Mengetahui sebera jauh kemampuan mahasiswa dalam praktek kerja lapangan.
Dapat mengetahui cara-cara kerja batu sesuai dengan ketentuan dan dapat
meningkatkan mutu bangunan.
Peningkatan produktivitas kerja.
2 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
1.3 MANFAAT
Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari adanya praktek kerja batu antara lain
dapat mengetahui cara-cara pemasangan yang benar serta dapat mempoergunakan alat
–alat kerja batu sesuai dengan fungsinya.
Mengetahui cara penyimpanan bahan bangunan yang benar sehingga terhindar dari
kerusakan.
Peningkatan produktivitas kontruksi bata.
Mengetahui komposisi campuran spesi
3 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
BAB II
DASAR TEORI
1.1 PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )
Perangkat keselamatan kerja personal merupakan standar yang harus dipenuhi oleh
semua pekerja di proyek kontruksi bangunan, hal ini merupakan bagian dari langkah
prncegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan pengadaannya menjadi tanggung jawab
bersama antara pekerja , perusahaan, dan pemerintah .
1. HELM
Fungsinya untuk menjaga bagian kepala dari kemungkinan kejatuhan benda dari
atas.
2. SEPATU PENGAMAN
Fungsinya untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda dan kemungkunan
menginjak benda tajam misalnya paku, besu tulangan.
3. KACAMATA
Fungsinya untuk melindungi mata dari percikan terutama dalam pekerjaan gerinda,
memotong keramik, membongkar beton, plesteran.
4. MASKER
Fungsinya melindungi pernafasan dari debu dalam pekerjaan membuat
Adukan, menyaring pasir, membersihkan tempat kerja dan lain – lain.
4 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
5. KAOS TANGAN
Fungsinya untuk melindungi tangan dari benda tajam, keras, dan panas dipakai
pada pekerjaan penulangan, mengangkat dan lain – lain.
Oleh karena itu jika kita sudah terjun dalam suatu proyek jangan lupa menggunakan
perangkat keselamatan kerja yang disediakan di tempat proyek kita.
2.2 PASANGAN DINDING
1. Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus.
2. Bagian ujung pasangan harus berbentuk gerigi.
3. Batu bata harus dalam keadaan lembab/ basah pada saat dipasang.
4. Tebal spesi kurang lebih 1 cm.
5. Bagian bata yang menumpang tidak boleh kurang dari ¼ panjang bata.
6. Kelebihan adukan yang menempel pada dinding pasangan harus segera dibersihkan
sebelum mengeras.
7. Siar vertical tidak boleh segaris.
2.3 PASANGAN PLESTERAN
1. Lurus/ rata dengan toleransi maksimum 2,0 mm.
2. Dapat menyerap air.
3. Bersih, bebas dari debu dan organic serta gumpalan adukan yang
Melekat tidak sempurna.
4. Lajur kepala untuk plesteran dibuat denan jarak 1 m dan maksimum 1,5 m.
5. Khusus untuk permukaan dinding yang licin:
Diberi anyaman kawat atau di kasarkan dengan pahat.
5 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
Diberi lapisan kemprot dan dibasahi selama 24 jam.
Diberi bahan pelekat/ pengikat sesuai yang berlaku.
2.4 PASANGAN KERAMIK
1. Ukur as ruangan yang akan dipasang keramik, pertimbangkan apakah as pada
tengah keramik atau pada natnya.
2. Pasang benang arah memanjang dan arah melebar, dan pastikan pertemuan
harus benar – benar siku.
3. Pemasangannya dimulai dari tepi untuk membuat pedoman agar bias simetri. 4.
Setelah membuat sebuah persilangan, barulah memasang dari sisi yang
dikerjakan mudah.
6. Upayakan apabila merencanakan pemasangan agar potongan pada tepi
Lebih besar dari ½ keramik sehingga terkesan rapi.
2.5 WAKTU EFEKTIF ADUKAN
Adukan harus segera diplester sebelum mencapai waktu paling lama 2,5 jam sejak
mulai dicampur dan harus dilakukan pengadukan ulang selama masa pelaksanaan untuk
menjaga homogenitas dan kemudahan pengerjaannya.
2.6 TENGGAN WAKTU ANTAR LAPISAN
Tenggang waktu antar lapisan harus diberikan sampai lapisan terdahulu cukup keras
dan stabil, terutama untuk lapisan badan(lapisan kedua) sebelum diberi lapisan akhir (acian)
sudah tidak terjadi penyusutan dan retak – retak lebih lanjut. Untuk hal itu diberi tenggang
waktu 7 hari.
6 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
2.7 PEMELIHARAAN
Selama masa pelksanaan, dinding harus dijaga dari pengaruh sinar matahari langsung dan
dijaga agar kondisi lembab terutama pada lapisan akhir selama minimal 3x24 jam.
7 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
BAB III
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
1.2 PENGENALAN ALAT
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
Penggunaan alat sesuai fungsinya.
Penyimpanan peralatan harus dalam keadaan bersih.
Peminjaman alat harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
Macam – macam peralatan :
1. Sendok spesi
Alat ini terbuat dari plat baja tipis dengan tangkai dari kayu.
Daun sendok berbentuk segitiga, dengan sisi sama panjang dengan ukuran bata merah.
Kegunaanya untuk memasang batu alam/ bata merah/ batako serta pekerjaan plesteran dan
pemasangan keramik.
2. Roskam
Alat ini terbuat dari kayu, baja, PVC dan plastik. Demikian juga dengan modelnya ada
yang lancip, persegi panjang ada pula yang bergerigi. Gunanya untuk mertakan plesteran
dinding dengan jalan mengosok – gosokan pada permukaan plesteran.
3.Jointer
Alat ini terbuat dari besi yang dibengkokkan dan diberi tngkai kayu.Gunanya untuk
membersuhkan siar pada pasangan bata.
8 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
4. Skrap besi
Alat ini terbuat dari plat baja tipis yan berbentuk persegi panjang dan salah satu
sisinya dibut bergerigi. Gunanya untuk melengketkan spesi pada permukaan plesteran
sewaktu pemasangan ubin dinding ( porselen ).
5. Kayu pelurus/ jidar
Alat ini terbuat dari kayu kering dengan ukuran tebal 1,5 cm x lebar 8 cm dengan
panjang 1,5 m sampai 2,5 m, ada juga yang terbuat dari aluminium tentunya lebih rata
dibandingkan kayu. Kegunaannya untuk meratakan plesteran.
6. Meteran
Terbuat dari plat baja tipis sekali dan digulung dalam suatu kotak pelindung. Ada juga
yang terbuat dari kayu yang biasanya disebut meteran lipat, meteran ini lebih teliti karena
ujungnya tak bergerak. Gunanya untuk mengukur pekerjaan untuk tebal, lebar, panjang dan
tinggi.
7. Waterpass
Alat ini terbuat dari alumunium dan di lengkapi dengan tabung gelas yang berisi
cairan ether yang ada gelembung udara di dalamnya. Gunanya untuk mengontrol kedataran di
tandai dengan gelembung udara yang ada di dalamnya berada pas di tengah – tengah .
8. Siku – siku besi
Alat ini terbuat dari plat baja atau besi dengan sudut siku 90˚ dilengkapi
dengan garis – garis dalam ukuran cm. Gunanya untuk mengukur kesikuan pertemuan dinding
dalam pemasangan bata.
9 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
9. Linie bobbyn
Alat ini ada yang terbuat dari kayu, ada juga dari plat baja tipis berbentuk
Segitiga yang dihubungkan dengan benang. Gunanya untuk sebagai garis penunjuk
pemasangan batu bataagar posisi bata satu dengan yang lain lurus, Caranya dengan
mengaitkan segitiganya pada salah stu ujung bata dengan ujung bata yang lain.
10. Unting- unting/ lot
Alat ini tebuat dari besi atau dari kuningan , dengan berat 100 gr sampai 500 gr.
Gunanya untuk mengontrol ketegakkan, seperti mengontrol ketegakkan bekisting kolom,
kusen, pasangan bata dan sebagainya.
11. Kotak spesi
Terbuat dari plat besi dengan bentuk trapesium dan pada sisinya diberi tangkai
agar mudah mengangkatnya sewaktu dipindahkan. Gunanya untuk meletakkan spesi yang
telah diaduk.
12. Ember
Terbuat dari plat baja tipis dengan bentuk piramik terpancung, dan diberi
Tangkai untuk pegangan. Gunanya untuk mengambil air, menakari pasir atau membawa
adukan spesi dan sebagainya.
13. Cangkul
Terbuat dari plat besi yang berbentuk segi empat dan diberi tangkai kayu.
Gunanya untuk mengaduk mortar, menggali tanah, dan sebagainya.
10 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
14. Sekop
Terbuat dari plat baja yang diberi tangkai kayu dan matanya sedikit
Lengkung agar enak dalam mengangkat pasir atau bahan lainnya. Gunanya untuk mengaduk
mortar, menggali tanah, dan sebagainya.
15. Tongkat ukur
Terbuat dari kayu berbentuk empat persegi panjang yang menpunyai sisi
yang lurus dan datar, Gunanya untuk menentukan penetuan panjang pasangan dan sebagai
pembantu waterpass dalam melevel pasangan.
16. Wol float
Terbuat dari kayu atau plt besi yang permukaanya dilapisi dengan kain
semacam wol. Gunanya untuk menghaluskan permukaan plesteran sewaktu finishing.
17. Ayakan pasir
Terbuat dari kawat mesh yang diberi kerangka kayu dan berbentuk empat
persegi panjang. Gunanya untuk menyaring pasir, semen, kapur dan sebagainya.
18. Tingle
Alat ini terbuat dari palat baja yang salah satu sisinya bergerigi. Gunanya
untuk mencegah lenturan benang sewaktu pemasangan.
19. Sikat kawat
Terbuat dari kawat baja yang tertanam dalam tangkai kayu dengan tiga jalur.
gunanya untuk membersihkan permukaan psangan sebelum diplester.
11 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
20. Pensil
Bentuk pensil tukng batu sama dengan pensil tukang kayu, bulat agak pipih
( elips ) sehingga stabil dal penggunaanya.
21. Palu pemotong bata
Terbuat dari baja dengan tangkai dari kayu.Mata palu bagian depan dibuat
tajam, dan bagian belakangnya dibuat empat persegi dengan permukaan datar berfungsi
sebagai palu dapat juga sebagai memukul paku.
1.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Batu bata
Ciri – ciri batu bata yang baik :
Pembakarannya matang dan menggunakan kayu bukan sekam
Warnanya merah dan ukurannya tepat (27x13x6 atau 23x13x15)
Apabila jari diketukan pada permukaan bata akan terdengar suara lenting.
Bentuk batanya harus rata atau tidak melengkung.
2. Pasir
Syarat – syarat pasir yang baik:
Bersih.
Keras.
Warnanya hitam.
Butiran pasirnya max 5 mm.
Kadungan Lumpur/ tanah liat max 5%.
12 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
Ambil beberapa contoh pasir lalu dipanaskan apabila mengeluarkan bau
Menyengat bearti mengandung bahan organic, maka pasir tidak baik.
3. Semen
Bahan dasarnya:
Batu kapur .
Tanah liat .
Pasir besi.
Gysum.
Fungsi semen adalah sebagai bahan pengikat, serta membuat adukan campuran. Semen yang
baik tidak menggumpal/ membatu/ mengeras, dan kering serta kantong sak semen tidak rusak,
butirannya masih halus dan sesuai standar kehalusan.Dalam penggunaan semensebaiknya
waktu penyimpanan semen harus diberi alas dan diberi jarak dengan dinding ± 30 cm agar
terhindar dari hawa lembab.
Untuk mengetahui mutu semen dimana semen tersebut sudah lama disimpan dengan cara
membuat lempengan kue, adukan semen, setelah lemprngan kue jadi didiamkan selama 24
jam kemudian direbus selama 3 jam bila lempengan kue tersebut tidak retak maka semen
masih baik dan bisa digunakan.
Sifat – sifat semen:
Mudah mengeras bila kena udara lembab atau air.
Mudah dikerjakan ( Work ability )
Kuat.
Cara memeriksa mutu semen:
Periksa kantong semen apakah masih utuh dan baik kemasannya.
Periksa isinya, butiran semenya masih halus atau sudah menggumpal.
Bila semen telah berumur 3 bulan, mutunya harus diperiksa dengan menggukan
13 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
lempengan kue.
4. Kapur
Hasil produksi kapur:
Kapur pemutih
Berbentuk bubur kapur, dengan penggunaan untuk pemutih dinding, tembok.
Kapur hidrolis
Berbentuk tepung halus, penggunaan untuk bahan bangunan seperti campuran
spesi atau luluh untuk pekerjaan pasangan.
Fungsi kapur:
Mempermudah sifat pengerjaan.
Penyusutan terjadi lebih lambat.
Menghemat pemakaian semen.
Spesi tidak mudah kering.
Dapat mengikat jika bercampur dengan semen.
Agar kapur tetap mempunyai daya ikat, maka kapur harus disimpan dalam ruangan
tertutup untuk mencegah terserapnya air oleh kapur. Untuk itu penyimpanan kapur hendaknya
lebih tinggi dari permukaan air. Kapur yang sudah lama kena air tidak bisa dipakai lagi karena
daya hisapnya sudah habis.
5. Air
Fungsi air untuk menghomogenkan bahan guna untuk pembuatan mortar.
Air yang dipaki harus bersih, tidak mengandung minyak, tidak berbau, dan tidak
berwarna.Ainya harus dari air sungai atau sumur, tidak bole memakai air yang mengandung
minyak atau air laut karena tidak bisa dipakai untuk menganduk mortar,
Karena mengurangi kekuatan ikatan bata.
14 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
BAB IV
APLIKASI PASANGAN BATU BATA
4.1 PERALATAN DAN BAHAN
Bak pengaduk.
Cangkul.
Ember.
Skop.
Ayakan pasir.
Pasir.
Semen.
Kapur.
Air.
4.2 LANGKAH KERJA :
Cara pembuatan adukan :
Perbandingan campuran semen dan kapur dengan pasir.
Aduk hingga merata.
Beri air secukupnya tidak encer dan tidak terlalu kental.
Aduk hingga homogen.
Mengaduk Mortar
Persiapkan alat – alat yang diperlukan untuk mengaduk mortar.
15 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
Ambil pasir yang sudah diayak kira – kira 10 ember, masukkan dalam bak
Pengaduk.
Ambil 4 ember kapur yang telah diayak, kemudian campur dengan pasir dan
aduklah hingga merata. Kemudian campuran itu dibuat satu tumpukkan dan
ditengahnya dibuat seperti kawah lalu masukkan air secukupnya ke dalam
kawah tersebut lalu kita aduk dengan cangkul hingga campuran kapur, semen,
pasir benar – benar homogen.
Mengatur Penempatan Bahan dan Alat
1. Pertama – tama kita harus menentukan dimana pasangan dinding bata itu akan
didirikan, kita garis tempat itu dengan ukuran tepat, sesuai dengan gambar
kerja.
2. Bawa semua peralatan serta bahan yang siap akan dipakai untuk bekerja dan
tempatkan sedemikian rupa dengan pertimbangan sewaktu bekerja kita
menjangkau terlalu jauh dan juga ruang gerak kita tidak terhalang.
3. Tempatkan bak spesi kira – kira 70 cm dari bidang pekerjaan dan susun bata
disampingnya secukupnya.
4. Waterpass, tonngkat ukur di tempatkan di atas kotak spesi, untuk sendok spesi
ditaruh disamping kanan dan kiri bak spesi.
5. Peralatan tajam letakkan jauh dari bidang kerja.
6. Sebelum pemasangan bata dilakukan. Semua bata harus direndam telebih
dahulu 2 – 8 menit agar pasangan bata tidak terlalu cepat menghisap air adukan.
16 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
4.3 PASANGAN BATA
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
Setiap lapis bata harus dicek kedataran dan kelurusannya.
Siar tegak dan siar datar harus sama tebal ( ± 1-1,5 cm ) dan padat.
Teknik perletakan bata dan mortar harus betul.
Setiap pengambilan mortar harus pas untuk satu bata.
Penakaran untuk menurunkan bata harus diperkirakan dan jangan dipukul/ di
ketok.
Posisi berdiri sewaktu bekerja harus benar dengan kotak spesi berada disebelah
kanan dan lokasi pasangan disebelah kiri.
Penempatan peralatan harus terkontrol.
LANGKAH KERJA
1. Tentukan pada lokasi pekerjaan penempatan dari pasangan yang akan dibangun
Dengan tongkat ukur sesuai gambar kerja dan tandai posisi setiap bata menurut
Panjang rata – rata dari bata ditambah 1 siar ( 1,2 cm ).
2. Ambil satu sendok spesi dan satu bata, pasang melintang dengan jarak 15
Sampa 20 cm dari salah satu ujung pasangan yang sudah ditandai sebelumnya
Dan datarkan dengan waterpass kearah panjang dan lebarnya.
3. Pada ujung yang satunya lagi kita pasang bata yang lain dengan cara yang sama
Dan jangan ditekan dahulu, kemudian ambil gaugerod letakkan diatas
Permukaan kedua bata yang melintang tadi dengan posisi berdiri arah melebar
Atau yang dikenal pasangan rollac.
4. Ambil waterpass dan letakkan diatas gaugerod dengan posisi berdiri arah
17 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
Melebar, kemudian lihat gelenbung nivo pada waterpass, apabila posisi
Gelembung berada belum ditengah berarti kedua bata tersebut suda belum datar
Untuk mendapatkannya kita harus menaikkan dan menurunkan bata yang
Yang kedua tadi.
5. Setelah kedua bata itu datar ambil line bobbln dan kaitkan ke ujung masing –
Masing bata tersebut jangan sampai renggang.
6. Pada waktu kita memulai memasang kita berdiri diantara lokasi pekerjaan dan
Kotak spesi dengan posisi pekerjaan disebelah kiri dan kotak spesi disebelah
Kanan .
7. Pemasangan kita mulai dengan cara tangan kiri mengambil bata dan tangan
Kanan mengambil adukan.
8. Letakkan adukan tadi pada dasar salah satu ujung dengan posisi sendok miring
Kearah kita dan untuk melepaskan sendok dari adukan, kita tarik kebelakang
Sambil mengangkat keatas.
9. Kemudian letakkan bata diatas spesi tadi dengan salah satu sisi memanjang
Sejajar benang dan untuk menyamakan kedataran batu dengan bata kita tekan
Ke bawah sambil menggesek kemuka dan kebelakang.
10. Pemasangan bata berikutnya, pengambilan dan perletakkan spesi sama dengan
Cara pemasangan pertama dan perletakkan bata harus dalam posisi miring
Kebelakang, dibenamkan kedalam spesi kira – kira 1 cm dan didorong Kebelakang.
11. Pertemuan bata pertama dengan bata kedua harus dibatasi oleh spesi yang
Terdorong tadi ± 1 cm.
12. Ujung bata yang sebelah muka kita tekan ke bawah sambil menggerak –
Gerakan kearah muka belakang, sehingga sama datar dan sejajar dengan
18 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
Benang.
13. Untuk pemasangan bata berikutnya, caranya sama seperti pemasangan ke dua
Tadi dan sampai penuh 1 baris.
LAPISAN KEDUA
1. Siar tegak dari pasangan bata lapisan kedua harus tepat berada pada pertengahan bata
yang
dibawahnya, maka pemasangan bata pertama pada lapisan kedua ini dimulai dengan
bata setengah..
2. Bata setengah ini dibuat dengan jalan memotong bata yang utuh menjadi 2
bagian yang sama besar dengan palu pemotong.
3. Ambil sebuah bata dan tandai pertengahannya dengan pensil.
4. Untuk pemasangan bata lapisan kedua dimulai dengan bata setengah yang
dipasang pada salah satu ujung pasangan.
5. Selanjutnya ukur kedatarannya permukaan bata tersebut dan ukur tegak lurusan sisi
ujung
pasangan dan begitu juga bidang sisi depan dari bata tersebut dengan
DASAR PENGUKURAN LAPISAN BATA
1. Pada ujung satu lagi kita pasang bata setengah dengan letakkan bata tersebut
tanpa ditekan. Ambil tongkat ukur letakkan diatas permukaan kedua bata tadi
lalu ditimbang dengan meletakkan waterpass diatas tongkat tersebut. Lihat
gelembung nivo pada waterpass tersebut, jika berada di tengah – tengah berarti
kedatarannya sudah pas.
2. Kemudian kita pasang line bobblyn pada pada ujung kedua bata tersebut untuk
19 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
pedoman pemasangan bata diantara kedua bata itu. Teknik pemasngan sama
dengan lapisan I.
3. Untuk pemasngan lapisan ketiga kita mulai dengan meletakkan bata utuh pada
kedua ujung pasangan cara perletakkan dan penimbangan sama dengan lapisan
ke II.
4. Lapisan ke IV sama dengan lapisan ke II.
5. Begitu juga untuk lapisan selanjutnya silih berganti.Panggil instruktur untuk
Memeriksa pekerjaan kita dan dengarkan saran – saran yang diberikan.
4.4 MEMPLESTER DINDING
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Adukan mortar harus benar – benar homogen.
2. Untuk lapisan plesteran harus encer.
3. Lapisan I tebalnya ± 5 mm dan lapisan kedua tebalnya 1 cm.
4. Plesteran harus rata dan tegak lurus.
5. Pelontaran mortar harus dengan cara tertentu.
Langkah – langkah plesteran :
1. Basahi dulu pasangan bata dengan air secukupnya.
2. Lalu lakukan pengemprotan hingga merata.
3. Setelah dikemprot buatlah jalur – jalur kepala sesuaikan ketinggiannya dengan
ketebalan plesteran yang akan dibuat.
3. Lalu ratakan dengan mrnggunakan jidar agar seluruh plesteran lurus dan rapi.
20 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
4.5 PEMASANGAN TEGEL KERAMIK PADA LANTAI
1. Periksa lokasi dimana ubin akan kita pasang, kalau dasar pemasangan kita
bergelombang . Maka perlu kita urug dengan selapis pasir kemudian diratakan
dan dipadatkan.
2. Tentukan pedoman ketinggian lantai yang akan kita buat dengan meletakkan
ubin pertama tepat dibawah daun pintu dengan jarak 3 mm dari bawah daun
pintu itu, dan jaraknya 20,5 cm dari dinding disampingnya.
4. Kemudian pasang satu buah ubin lagi di sudut yang sejajar dengan letak ubin
pertama, jaraknya harus sama denga ubin yang pertama tadi tehadap dinding
sampingnya, dan ubin yang kedua itu dipasang sedikit lebih tinggi dari ubin
pertama kira – kira 3 mm, guna untk mempermudah mengeringkan lantai kalau
ada air yang tertumpah di atasnya.
5. Gantungkan line bobbyn pada kedua ubin itu, lalu kita pasang ubin sepenuh
jalur ubin pertama dengan ubin kedua itu, apabila pada pemasangan ubin
kedua tidak tepat maka kepala ubin kedua kita bongkar dan pasang kembali.
5. Pasang ubin yang ketiga siku terhadap jalur pertama dan kedua dengan
menggunakan plat siku dan begitu juga ubin yang keempat.
6. Pasang line bobbyn dan lakukan pemasangan ubin sepanjang jalur ubin kedua
dan ketiga, kalau ubin yang ketiga tidak tepat maka ubin yang ketiga kita
bongkar dahulu lalu dilanjutkan pemasangan.
7. Pemasangan ubin hendaklah dimulai sepanjang jalur ubin pertama dan kedua
dengan memenuhkan jalur ubin kedua dan ketiga dan pemasangannya mundur
kearah pintu sehingga ubin yang sudah terpasang tidak terinjak lagi.
21 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
8. Untuk pemasangan yang membutuhkan ubin potongan maka satu persatu kita
ukur panjangnya menurut kebutuhan, baru kita lakuakan pemotongan.
4.6 PEMASANGAN TEGEL KERMIK PADA DINDING
1. Ambil ketegakkan lurusan dinding dengan waterpass pada tiap – tiap sudut
tembok.
2. Tarik benang yang tegak lurus sisi bawah ke sisi atas dan dari sisi kiri ke sisi
Kanan yang siku satu sama lainnya.
3. Ambil spesi atau mortar dengan sekrup spesi kemudian tempelkan pada
permukaan dinding dengan menarik dari bawah ke atas dengan ketebalan
5 – 6 mm.
4. Ambil ubin tempelkan pada spesi tadi yang mana dua buah sisinya sejajar
benang dan serata benang.
Ambil dua paku atau lidi tancapkan pada pinggir sisi sebelah atas ubin pertama.
Ambil sebuah ubin lagi dan tempelkan di atas ubin pertama tadi yang mana
siarnya dibatasi oleh dua paku atau lidi tadi.
Ambil mortar dengan sekrup spesi kemudian tempelkan pada permukaan
dinding sebelah atas dari ubin yang telah dipasang tadi.
8. Lakukan sampai selesai,caranya sama seperti yang di jelaskan tadi.
22 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
BAB V
KESIMPULAN
Beberapa hal yang perlu di perhatikan :
Tempat pengadukkan.
Adukan baru jangan tercampur adukan lama atau bahan – bahan sisa yang sudah
tidak aktif.
Gunakan takaran untuk mendapatkan campuran yang homogen.
Air yang digunakan harus bersih.
Adukan jangan terlalu encer atau terlalu kental.
Perlu pengamanan bahan, yaitu
a. Menyimpan pasir jangan ditempat becek atau bercampur dengan kotoran.
b. Penyimpanan semen tidak boleh melebihi 2 bulan dan harus disimpan
c. Penyimpanan kapur harus disimpan pada tempat yang tinggi.
d. Bata/ batako tidak langsung diletakkan di tanah.
Setelah penambahan air pada adukan harus segera dihabiskan jangan melebihi
2,5 jam dan harus dilakukan pengadukkan ulang selama masa pelaksanaan
untuk menjaga homogenitas.
Bak tempat adukan sebaiknya ditutup plastik untuk menjaga penguapan air.
Pemasangan spesi yang baik adalah 10 mm.
Untuk menghilagkan debu pada bata dan mengatur peresapan ir adukan, bata
direndam dalam air sampai gelembung udaranya hilang.
Bata yang sudah dipasang tidak boleh diketuk – ketuk lagi.
23 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
BAB V
PENUTUP
Dengan demikian,diharapkan minat pada praktek Batu dapat meningkat,serta untuk
mempermudah pada saat memberikan pelajaran dan evaluasi setelah berakhirnya praktek
Batu.
Sehingga dengan di susunya laporan ini diharapkan dapat memberikan pengertian dan
penjelasan kepada para mahasiswa secara garis besar tentang praktek batu serta cara evaluasi
akhir praktek dengan baik. Karena praktek kerja batu ini erat kaitannya dengan dunia
konstruksi, dengan demikian mahasiswa diharapkan mengerti dan jelas tentang apa yang
dinamakan praktek kerja batu itu.
24 | L a p o r a n P r e k t e k B a t u
top related