laporan penelitian stimulus universitas nasional
Post on 02-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN STIMULUS
UNIVERSITAS NASIONAL
“KERAGAMAN DAN POTENSI TANAMAN PEKARANGAN
PADA MASA PANDEMI COVID - 19 DI KAWASAN CILINTANG,
UJUNG KULON BANTEN “
Peneliti :
Dra. Dwi Andayaningsih, MM,MSi.
Dra. Endang Wahjuningsih, MSi
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
BANTUAN STIMULUS UNAS
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Keragaman dan Potensi Tanaman Pekarangan Pada Masa
Pandemi Covid-19 di Kawasan Cilintang Ujung Kulon
Banten.
Ketua Peneliti
a. Nama lengkap : Dra. Dwi Andayaningsih, M.M., M.Si.
b. NIDN : 0012025701
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Biologi
e. Nomor HP : 08129042038/08119842038
f. Alamat email : yupika21@yahoo.com
Anggota peneliti
g. Nama lengkap : Dra. Endang Wahjuningsih,MSi.
h. Perguruan Tinggi : Universitas Nasional
Lama penelitian keseluruhan : 6 bulan
Biaya yang diperlukan : Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah)
Mengetahui, Jakarta, 1 Maret 2021
Dekan Ketua Peneliti
Fakultas Biologi UNAS
Dr. Tatang Mitra Setia, MSi Dra. Dwi Andayaningsih, MM,MSi.
NID. 0326105801 NIP. 195702121993032001
Mengetahui
Wakil Rektor Bidang PPMK
Prof.Dr. Ernawati Sinaga, M.S.Apt.
NIP : 195507311981032001
ABSTRAK Kebutuhan hidup masyarakat semakin meningkat seiring berjalannya waktu, sedangkan luas
lahan untuk pertanian semakin sempit. Menyempitnya lahan pertanian dapat menimbulkan
potensi kerawanan pangan di masa mendatang. Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan
yakni memanfaatkan lahan pekarangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur
vegetasi dan peranan tanaman pekarangan di kawasan, Cilintang, Taman Nasional Ujung
Kulon. Pengambilan data menggunakan metode kuadrat pada bulan Agustus–September
2019. Berdasarkan hasil penelitian, komposisi jenis tanaman disusun oleh 63 jenis tanaman
dari 37 famili, terdiri dari 26 jenis pohon, 13 jenis perdu, 6 jenis semak, dan 18 jenis terna.
Indeks keanekaragaman jenis tergolong tinggi sebesar 3,37. Tanaman yang memiliki indeks
nilai penting tertinggi pada habitus pohon adalah melinjo (Gnetum gnemon) 8,2251%, habitus
perdu adalah kenikir (Cosmos caudatus) 12,4819%, habitus semak adalah nanas (Ananas
comosus) 6,8482%, dan habitus terna adalah kecombrang (Etlingera elatior) 15,1094%.
Indeks dominansi tertinggi tanaman pada habitus pohon adalah kelapa (Cocos nucifera)
0,0009, habitus perdu adalah kenikir (Cosmos caudatus) 0,0102, habitus semak adalah nanas
(Ananas comosus) 0,00149, dan habitus terna adalah kecombrang (Etlingera elatior)
0,011974. Indeks keseragaman jenis tergolong tinggi yakni 0,81031. Tanaman di lokasi
penelitian memiliki potensi sebagai pangan (36,6%), obat (27,6%), peneduh (13,0%), hias
(13,0%), bahan bangunan (6,5%), dan lain-lain (3,3%). Dari data tanaman yang diperoleh,
diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Desa Ujungjaya,
Cilintang, Taman Nasional Ujung Kulon.
i
ABSTRACT
The needs of the community have increased over time, while the area of land for
agriculture is getting narrower. Narrowing of agricultural land can lead to potential
food insecurity in the future. One of the preventive measures taken is to utilize yard
land. This study aims to determine the structure of vegetation and the role of garden
plants in the area, Cilintang, Ujung Kulon National Park. Data were collected using
the quadratic method in August-September 2019. Based on the results of the study,
the composition of plant species was composed of 63 types of plants from 37
families, consisting of 26 types of trees, 13 types of shrubs, 6 types of shrubs, and
18 types of herbs. The index of species diversity is high at 3.37. Plants that have the
highest index of important value on tree habitus are melinjo (Gnetum gnemon)
8.2251%, shrub habitus is kenikir (Cosmos caudatus) 12.4819%, shrub habitus is
pineapple (Ananas comosus) 6.8482%, and herbaceous habitus is kecombrang
(Etlingera elatior) 15.1094%. The highest plant dominance index in tree habitus is
coconut (Cocos nucifera) 0.0009, shrub habitus is kenikir (Cosmos caudatus)
0.0102, shrub habitus is pineapple (Ananas comosus) 0.00149, and herbitus is
kecombrang (Etlingera elatior) 0.011974. The species uniformity index is high,
namely 0.81031. Plants in the research location have the potential as food (36.6%),
medicine (27.6%), shade (13.0%), ornamental (13.0%), building materials (6.5%),
and others. -Other (3.3%). From the plant data obtained, it is hoped that it can help
meet the needs of the people of Cilintang, Ujung Kulon National Park.
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II METODE PENELITIAN .............................................................................. 5
A. Tempat dan waktu penelitian ................................................................ 5
B. Instrumen penelitian ............................................................................. 5
C. Cara kerja ............................................................................................ 5
D. Analisis data ........................................................................................ 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 9
A. Kondisi umum lokasi penelitian ........................................................... 9
B. Struktur dan komposisi tanaman pekarangan ........................................ 9
1. Komposisi jenis ........................................................................... 13
2. Keanekaragaman jenis (H’) ......................................................... 14
3. Indeks Nilai Penting (INP) .......................................................... 15
4. Indeks dominansi (D) .................................................................. 16
5. Indeks keseragaman (E) .............................................................. 19
C. Peranan jenis tanaman pekarangan ..................................................... 19
1. Tanaman pangan ......................................................................... 20
2. Tanaman obat .............................................................................. 21
3. Tanaman peneduh ....................................................................... 22
4. Tanaman hias .............................................................................. 23
5. Tanaman bahan bangunan ........................................................... 24
6. Peranan lain-lain ......................................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 27
A.Kesimpulan ............................................................................................. 27
B. Saran ..................................................................................................... 27
iii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 28
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 34
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Naskah
Tabel 1. Tanaman pekarangan yang ditemukan di lokasi penelitian ............................. 10
Lampiran
Tabel lampiran 1. Penghitungan Indeks Nilai Penting (INP), indeks keanekaragaman
(H’), indeks dominansi (D), dan indeks keseragaman (E)….. 35
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Naskah
Gambar 1. Peta lokasi penelitian ................................................................................ 5
Gambar 2. Petak contoh yang digunakan.................................................................... 6
Gambar 3. Tanaman kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) ...................... 13
Gambar 4. Indeks Nilai Penting (INP) tiap habitus ................................................... 15
Gambar 5. Indeks dominansi (D) tiap habitus........................................................... 17
Gambar 6. Jumlah jenis tanaman tiap kategori peranan ............................................ 19
6
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “
KERAGAMAN DAN POTENSI TANAMAN PEKARANGAN PADA MASA
PANDEMI COVID - 19 DI KAWASAN CILINTANG, UJUNG KULON BANTEN “
Laporan ini disusun dalam rangka menyelesaikan penelitian.. Pembuatan
laporan melibatkan berbagai pihak dalam memberikan masukan, bimbingan, dan
dukungan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S.Apt.Selaku Wakil Rektor dan PPMK Yng telah
memberi bantuan dana penelitian.
2. Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si. selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas Nasional
atas terselenggaranya kegiatan ini.
3. Dra. Endang Wahjuningsih, MSi selaku rekan dalam tim penelitian dan merangkap
Kepala Laboratorim Biologi UNAS yang telah memberi fasilitas dalam identifikasi
4. Taman Nasional Ujung Kulon yang telah menyediakan lokasi pengambilan data.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan serta
membantu para penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami berharap adanya saran yang membangun demi penyempurnaan laporan
penelitian . Kami berharap laporan ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat
bagi para pembaca.
Jakarta, Maret 2021
Tim Penulis
1
BAB I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati,
baik fauna maupun flora yang tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati
tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis dengan tingkat curah hujan
yang tinggi.
Keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia sangatlah tinggi, hal ini antara
Lain dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran flora dan fauna
tersebut. Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan,
iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan beriklim tropis
dengan tingkat keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi, hal ini menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan julukan negara megabiodiversitas
(Kusmana dan Hikmat, 2015). Banyaknya jumlah pulau yang dimiliki serta iklim
tropis yang cocok digunakan untuk bertani, menjadikan sebagian besar penduduk di
Indonesia menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian dan hutan (Zufahmi et al.,
2020). Keberhasilan bercocok tanam ini tak lepas dari jenis tanah sebagai salah satu
daya dukung lahan.
Tanah mampu menyediakan kebutuhan unsur hara bagi tanaman, namun tidak
semua jenis tanah cocok untuk pertumbuhan tanaman. Jenis tanah yang cocok
digunakan sebagai lahan pertanian berupa tanah aluvial, regosol, gleisol, kambisol,
grumusol, latosol, litosol (Hikmatullah, 2016). Keberagaman jenis tanah yang ada di
Indonesia mampu memberikan potensi untuk melakukan kegiatan bertani di berbagai
jenis lahan. Total luas lahan Indonesia yang berpotensi atau sesuai untuk pertanian
adalah 94,1 juta ha (Hidayat, 2009). Lahan pertanian di Indonesia dikelompokkan
menjadi lahan pekarangan, tegalan/ladang, sawah, perkebunan, lahan tanaman kayu-
kayuan, kolam/tambak, padang rumput, dan lahan yang sementara tidak diusahakan
(padang alang-alang dan semak belukar) (BPS, 2008).
Semakin pesatnya pembangunan dan meningkatnya jumlah penduduk,
menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan semakin meningkat, sedangkan luas
lahan untuk pertanian semakin sempit (Zufahmi et al., 2020). Ketersediaan lahan
merupakan salah satu unsur penting sebagai faktor produksi utama dalam
memproduksi pangan sehingga penyempitan lahan pertanian dapat menimbulkan
2
potensi kerawanan pangan di masa mendatang (Irawan dan Ariningsih, 2015). Salah
satu upaya mengantisipasi potensi kerawanan pangan dengan memaksimalkan
pemanfaatan pekarangan sebagai bentuk lahan pertanian (Ashari et al., 2012).
Pekarangan merupakan sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar
rumah tinggal dan jelas batas-batasnya. Karena letaknya di sekitar rumah, maka pekarangan
merupakan lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan
memanfaatkan waktu luang yang tersedia. Pekarangan juga merupakan suatu lanskap
dimana di dalamnya mencakup semua keanekaragaman hayati. Rumah yang baik sebaiknya
mempunyai pekarangan untuk membuat suasana menjadi lebih sejuk. Para ahli
menyatakan bahwa penanaman tumbuhan di pekarangan merupakan bentuk konservasi
tumbuhan secara ex-situ. Pekarangan merupakan salah satu sistem pemanfaatan lahan. Di
pekarangan masyarakat mendirikan bangunan (rumah) yang diperuntukkan bagi tempat
tinggal, sedangkan lahan di sekitarnya ditanami dengan tanaman sayuran, buah-buahan dan
tumbuhan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pekarangan rumah merupakan ekosistem yang merepresentasikan kepentingan dan
kearifan manusia dalam memanfaatkan lahan dan sumberdaya tanaman yang ada di
sekitarnya (Hakim, 2014). Pemanfaatan dan peranan pekarangan bervariasi pada tiap
daerahnya, tergantung pada tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan masyarakat
maupun faktor fisik dan ekologi setempat (Rahayu dan Prawiroatmodjo, 2005). Variasi
pemanfaatan pekarangan sebagai lahan bertanam menentukan keanekaragaman tanaman
yang membuat pekarangan berperan dalam konservasi sumber daya hayati ekosistem lokal
(Hakim, 2014).
Setiap rumah tangga diharapkan mampu memanfaatkan lahan pekarangan sebagai
sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas,
pemanfaatan, serta pendapatannya. Ini sangat strategis tidak hanya untuk mencukupi
kebutuhan pangan dan gizi keluarga, tetapi juga bisa meningkatkan pendapatan rumah
tangga, terlebih pada kondisi pandemi covid – 19 saat ini.
Di tengah pandemi Covid-19, pemenuhan pangan menjadi sangat krusial.
Ketersediaan pangan yang cukup mampu membuat manusia menjadi lebih sehat, sehingga
terhindar dari segala penyakit. Menjaga ketahanan pangan di saat pandemi covid-19
menjadi salah satu hal penting. Masa pandemi covid-19 memaksa setiap orang untuk
tinggal di rumah demi memutus mata rantai penyebaran virus covid-19. Salah satu makanan
yang bisa meningkatkan sistem imunitas adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.
3
Hal ini bisa didapatkan dengan mudah jika tersedia di pekarangan rumah.
Cilintang merupakan salah satu kawasan di Taman Nasional Ujung Kulon. Kawasan ini
dibatasi oleh pantai, kawasan cagar alam, ekoton dan perumahan penduduk. Sawah masih
cukup luas karena pekerjaan masyarakat Cilintang sebagian besar petani dan nelayan.
Masyarakat diharapkan dapat mengetahui kekayaan alam Indonesia yang diberikan oleh
Allah Subhana Wa Ta”alla kepada bangsa Indonesia. Dengan mengenal dan mengetahui
manfaat serta fungsi tumbuhan pekarangan ini diharapkan masyarakat akan memanfaatkan
bahan ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bahan obat pada saat diperlukan, dan untuk
kesejahteraan keluarganya.
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang
terletak di provinsi Banten (Soegianto, 1994). Kawasan ini merupakan hutan hujan tropis
dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa bagian barat (SIFATARU, 2019).
Keanekaragaman hayati di taman nasional ini termasuk tinggi dengan keberadaan flora dan
fauna serta plasma nutfah yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar (Nurmaulis dan Hermia,
2015). Kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1992 dengan luas
mencapai 120.551 ha (Maulana et al., 2004). Ekosistem pada area ini terdiri dari tiga tipe,
yaitu ekosistem perairan laut, pantai, dan daratan dengan adanya perbedaan karakteristik
(Sriyanto et al., 2003).
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang
terletak di provinsi Banten (Soegianto, 1994). Kawasan ini merupakan hutan hujan tropis
dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa bagian barat (SIFATARU, 2019).
Keanekaragaman hayati di taman nasional ini termasuk tinggi dengan keberadaan flora dan
fauna serta plasma nutfah yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar (Nurmaulis dan Hermia,
2015). Kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1992 dengan luas
mencapai 120.551 ha (Maulana et al., 2004). Ekosistem pada area ini terdiri dari tiga tipe,
yaitu ekosistem perairan laut, pantai, dan daratan dengan adanya perbedaan karakteristik
(Sriyanto et al., 2003).
Wilayah Taman Nasional Ujung Kulon secara administratif meliputi sebagian
wilayah Kecamatan Sumur, Kecamatan Cigeulis, Kecamatan Cimanggu, dan Kecamatan
Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Henda, 2017). Desa Ujungjaya
merupakan salah satu kawasan pemukiman di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon yang
berada di Kecamatan Sumur.
Penelitian dikawasan dengan keragaman dan potensi tanaman pekarangan di
kawasan Cilintang, Ujung Kulon, Banten belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu yang
4
menjadi latar belakang dilakukannya penelitian dengan judul “KERAGAMAN DAN
POTENSI TANAMAN PEKARANGAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI
KAWASAN CILINTANG, UJUNG KULON BANTEN “
5
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Pengambilan data dilakukan di lingkungan pekarangan masyarakat Desa
Ujungjaya, Cilintang, Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Penelitian ini
dilaksanakan pada masa pandemik 2020. Lokasi desa Cilintang seperti pada gambar
1.
Gambar 1 : Peta lokasi penelitian
B. Instrumen penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah alat tulis, meteran,
tali plastik dan pasak untuk membuat petak, jam sebagai petunjuk waktu, buku
identifikasi tumbuhan, dan Google Earth sebagai penunjuk lokasi.
C. Cara kerja
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuadrat dengan
menggunakan petak contoh persegi empat. Petak contoh seluas 10 × 10 m2 diletakkan
di satu transek secara selang-seling dengan jarak tiap petak 10 m hingga sejauh 250 m.
Penentuan awal peletakan petak contoh dilakukan secara acak. Dalam setiap petak
contoh dicatat semua jenis tumbuhan dan dihitung jumlah jenis, jumlah individu,
6
dan difoto untuk keperluan dokumentasi. Untuk sampel yang belum teridentifikasi
dibuat herbarium dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium Botani Universitas
Nasional, Bambu Kuning. Petak pengambilan sampel seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Petak pengambilan sampel
D. Analisis Data
1. Indeks keanekaragaman
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas.
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies tinggi, jika komunitas itu
disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan tiap spesies sama atau hampir sama.
Sebaliknya, jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies, dan hanya sedikit saja
yang dominan, maka keanekaragaman spesiesnya rendah. Indeks keanekaragaman
menggambarkan kekayaan dan kelimpahan taksa dalam komunitas, yang diperoleh
berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Suprapto, 2014) dengan persamaan:
H’ = - ∑ 𝒑𝒊 In pi atau H’ = - ∑ 𝑵𝒏𝒊. 𝑰𝒏
Keterangan:
H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Pi =Proporsi spesies ke-1 di dalam sampel total
Ni = Jumlah individu dari seluruh spesies
N = Jumlah total individu dari seluruh spesies.
7
Nilai H’ dapat dijadikan untuk menentukan tinggi rendahnya keanekaragaman (Tobing et
al. 2015),yakni :
Nilai H ≤ 1,5 : keanekaragaman rendah.
Nilai H > 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang.
Nilai H > 3,5 : keanekaragaman tinggi.
2. Indeks Nilai Penting
Indeks nilai penting (INP) merupakan penjumlahan dari nilai kerapatan
relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR) dari suatu jenis
tumbuhan paku yang dihitung menggunakan formulasi sebagai berikut
(Soerianegara dan Indrawan 1988):
Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100%
Frekuensi seluruh jenis
Dominansi relatif (DR) = Dominasi suatu jenis x 100%
Dominasi seluruh jenis
8
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi umum lokasi penelitian
Wilayah Taman Nasional Ujung Kulon secara administratif meliputi
sebagian wilayah Kecamatan Sumur, Kecamatan Cigeulis, Kecamatan Cimanggu,
dan Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Henda, 2017).
Menurut SIFATARU (2019) kabupaten Pandeglang memiliki curah hujan antara
2.000–4.000 mm/tahun dengan tekanan udara rata-rata 757,56 mmHg. Taman
Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan hutan hujan tropis dataran rendah yang
memiliki tiga tipe ekosistem, yaitu ekosistem perairan laut, pantai, dan daratan
(Sriyanto et al., 2003; WWF, 2010). Kawasan Cilintang masuk ke dalam zona rimba
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terdiri dari daratan dan perairan
(Rahmawati et al., 2017).
Salah satu pemukiman di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon berada di Desa
Ujungjaya, Kecamatan Sumur. Desa ini terdiri dari 5 kampung, yaitu Cikawung
Sabrang, Legon Pakis, Cikawung Girang, Sempur, dan Taman Jaya Girang (Ilmi et
al., 2017). Desa Ujungjaya merupakan desa terluas di Kecamatan Sumur dengan luas
wilayah 8,44 km2 (BPS Kabupaten Pandeglang, 2020). Berdasarkan letak
geografisnya, Desa Ujungjaya berada di sekitar kawasan pantai di ketinggian 0–500
m di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 22–32 °C (BPS Kabupaten
Pandeglang, 2020; SIFATARU, 2019).
Jumlah penduduk Desa Ujungjaya pada tahun 2019 adalah 4.068 jiwa dengan mata
pencarian penduduk mayoritas di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan (BPS
Kabupaten Pandeglang, 2020). Desa Ujungjaya memiliki objek pertanian berupa padi dan
jagung yang diolah secara lokal oleh masyarakat (Nurjannah, 2017).
B. Komposisi jenis
Komposisi jenis merupakan sa;ah satu variable yang dapat digunakan untuk
mengetahui proses suksesi yang sedang berlangsung pada suatu komunitas yang telah
terganggu. Sehingga jika komposisinya sudah mendekati kondisi awal dapat dikatakan
bahwa komunitas tersebut telah mendekati pulih
Hasil yang diperoleh, komposisi jenis tanaman penyusun pekarangan Desa Cilintang
Ujungjaya sebanyak 63 jenis dari 37 suku. Suku yang mendominasi adalah
Solanaceae dan Zingiberaceae yang masing-masing terdiri dari 5 jenis tanaman.
9
Jenis tanaman paling banyak ditemukan adalah kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
R.M.Sm.) sebanyak 130 individu, gambar 3.
Gambar 3. Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.)
Habitus tanaman yang ditemukan dibagi menjadi pohon, perdu, semak, dan terna.
Beberapa jenis tanaman berhabitus pohon yaitu kedondong (Spondias dulcis G.Forst.),
kelapa (Cocos nucifera L.), dan kopi (Coffea sp.). Contoh tanaman berhabitus semak
adalah leunca (Solanum nigrum L.) dan terung (Solanum melongena L.). Pohon dan
semak merupakan golongan tumbuhan berkayu. Tumbuhan berkayu adalah tumbuhan
perenial yang memiliki vaskuler berupa jaringan pengangkut floem dan xilem yang
dapat tumbuh menjadi struktur kayu melalui pertumbuhan sekunder (Sucipto, 2009).
Tumbuhan berkayu dapat dibedakan menjadi 3, yaitu pohon yang tumbuh tinggi
mencapai 7 m, semak yang tumbuh tinggi kurang dari 7 m, dan liana yang tumbuh
memanjat menggunakan sulur, duri, akar udara, dan lainnya (Yuniati et al., 2020).
Pada lokasi penelitian terdapat beberapa jenis tanaman semusim, diantaranya
tebu (Saccharum officinarum L.). serai (Cymbopogon citratus Stapf), dan talas
(Colocasia esculenta (L.) Schott). Tumbuhan semusim merupakan tanaman yang hasil
pertumbuhannya dapat dipanen dalam satu kali musim tanam dan sering ditanam
menggunakan sistem tumpangsari (Warman dan Kritiana, 2018). Tumbuhan semusim
merupakan tanaman yang berkecambah, tumbuh, berbunga, menghasilkan biji, dan
mati dalam setahun atau kurang dari setahun (Syafrezani, 2009). Tumbuhan semusim
merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh pada daerah pekarangan untuk daerah
tropis.
10
C. Keanekaragaman jenis (H’)
Hasil analisis data menunjukkan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’)
sebesar 3.37. Hal ini menunjukkan nilai keanekaragaman jenis tanaman di lokasi
penelitian tergolong tinggi atau melimpah yaiu lebih dari 3 (Fachrul MF. 2007).
Keanekaragaman yang tinggi menggambarkan ekosistem yang seimbang, di mana
komponen ekosistem tersedia dan berfungsi sesuai dengan karakteristik
lingkungannya (Rahim dan Baderan, 2019). Tingginya indeks keanekaragaman
diakibatkan tidak adanya tumbuhan yang mendominasi, sehingga keanekaragaman
jenis berbanding lurus dengan nilai indeks dominansi (Mukarlina et al., 2016.).
Keanekaragaman jenis menunjukkan adanya kompleksitas pada suatu komunitas
(Soegianto, 1994). Selain itu semakin luas daerah dari suatu pekarangan maka
semakin tinggi tingkat keanekaragaman (Susanto et al., 2015).
Keanekaragaman merupakan variasi biodiversitas meliputi perbedaan pada
tumbuhan dan ekosistem sekitar (Ridwan M. 2012). Semakin banyaknya variasi jenis
tumbuhan pada ekosistem mengindikasikan semakin tingginya tingkat
keanekaragaman jenis tumbuhan. Keanekaragaman pekarangan merupakan bagian
dari pelestarian lingkungan hidup yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari (Feriatin. 2017). Namun, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan
keanekaragaman berupa kebutuhan sosial budaya, pendidikan dan ekologi di sekitar
tempat penelitian (Zufahmi et al., 2020). Letak pekarangan yang dekat dengan
pemilik rumah dapat juga memengaruhi luas dan minat dalam proses penanaman
sehingga dapat menimbulkan kenaekaragaman yang tinggi (Nurwati et al., 2015).
Berdasarkan hasil identifikasi, tanaman di pekarangan Desa Ujungjaya dapat
dimanfaatkan sebagai pangan, obat, hias, peneduh, bahan bangunan, dan lain-lain
D. Indeks Nilai Penting (INP)
Berdasarkan gambar 4, tanaman yang memiliki indeks nilai penting tertinggi pada
habitus pohon adalah melinjo (Gnetum gnemon L.) sebesar 8,2251% dan indeks nilai
penting terendah habitus pohon terdapat pada 9 jenis tanaman yakni belimbing buah
(Averrhoa carambola L.), cermai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels), durian (Durio
zibethinus Murr.), kamboja (Plumeria rubra L.), kedondong (Spondias dulcis G.Forst.),
lengkeng (Dimocarpus longan Lour.), manggis (Garcinia mangostana L.), matoa
11
(Pometia pinnata Forst.), dan nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dengan nilai
0,6794%.
pohon perdu semak terna
Tipe habitus
Gambar 4. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks nilai penting tertinggi pada habitus perdu adalah kenikir (Cosmos caudatus
Kunth) 12,4819% dan indeks nilai penting terendah pada habitus perdu adalah ketepeng
(Senna alata (L.) Roxb.) dan tanaman yodium (Jatropha multifida L.) 12,4819%. Indeks nilai
penting tertinggi pada habitus semak adalah nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) 6,8482% dan
indeks nilai penting terendah pada habitus semak adalah porang (Amorphophallus muelleri
Blume) dan terung (Solanum melongena L.) 0,6794%.
Indeks nilai penting tertinggi pada habitus terna adalah kecombrang (Etlingera elatior
(Jack) R.M.Sm.) 15,1094% dan indeks nilai penting terendah habitus terna adalah buah naga
(Hylocereus sp.) 0,6794%. Berdasarkan dari keseluruhan habitus dan jenis yang ditemukan
pada lokasi penelitian, tanaman yang memiliki indeks nilai penting tertinggi terdapat pada
habitus terna yakni kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) dengan indeks nilai
penting 15,1094%.
Tinggi rendahnya INP jenis tanaman menunjukkan bahwa tanaman tersebut memiliki
peranan dan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Indeks nilai penting tertinggi pada
kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) yaitu 15,1094. Hal tersebut diduga karena
kecombrang memiliki potensi di bidang pangan dan obat sehingga menjadi daya tarik untuk
ditanam. Kecombrang merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan hampir seluruh
12
bagiannya (Windiyartono et al., 2016). Bunga merupakan bagian paling umum yang
digunakan dan bagian batang kecombrang digunakan sebagai penambah cita rasa alami untuk
makanan (Wongso, 2016).
Tanaman dengan Indeks nilai penting terendah rata-rata pada habitus pohon, hal
tersebut diduga karena pohon membutuhkan lahan pekarangan yang luas untuk
pertumbuhannya, sehingga jumlah pohon yang ditemukan pada lokasi penelitian lebih sedikit
dibanding habitus perdu, semak, dan terna. Selain itu, pohon membutuhkan waktu yang lama
untuk dimanfaatkan hasil dari pertumbuhannya. Diameter yang besar dan tajuk yang rimbun
menjadikan pohon di pekarangan luar sebagian besar berfungsi sebagai peneduh (Marina,
2018).
E. Indeks dominansi (D)
Pada gambar 5 dapat dilihat Nilai indeks dominansi tertinggi tanaman dengan
habitus pohon terdapat pada jenis kelapa (Cocos nucifera L.) sebanyak 37 individu
dan indeks dominansi sebesar 0,000970. Indeks dominansi terendah habitus pohon
terdapat pada 9 jenis tanaman, yakni belimbing buah (Averrhoa carambola L.),
cermai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels), durian (Durio zibethinus Murr.), kamboja
(Plumeria rubra L.), kedondong (Spondias dulcis G.Forst.), lengkeng (Dimocarpus
longan Lour.), manggis (Garcinia mangostana L.), matoa (Pometia pinnata Forst.),
dan nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dengan indeks dominansi 0,000001
dan masing-masing ditemukan 1 individu di lokasi penelitian.
Tanaman kelapa mendominasi lokasi penelitian sebab kelapa merupakan
tanaman yang tumbuh dan berkembang di daerah pesisir pantai. Pohon kelapa
tumbuh baik di daerah yang berada pada ketinggian hingga 300 m dari permukaan
laut dengan curah hujan antara 1270–2550 mm/tahun, sehingga pohon ini banyak
ditemukan di daerah pantai (Sastrapraja et al., 1980 dalam Koestoro, 2013).
Menurut Mahfudz (2012), kelapa (Cocos nucifera L.) dapat berkembang pada
daerah berpasir kasar dan berpasir halus. Namun, karena daya adaptasi kelapa yang
besar, tanaman ini masih dapat tumbuh pada tanah-tanah yang bertekstur berat
selama tidak mengalami keadaan anaerobik atau kekeringan dalam waktu yang lama
(Mardiatmoko dan Ariyanti, 2011).
13
pohon perdu semak terna
Habitus
Gambar 5. Indeks Dominasi tiap habitus.
Pada habitus perdu indeks dominansi tertinggi pada tanaman kenikir (Cosmos
caudatus Kunth) dengan indeks dominansi sebesar 0,01020304 dan ditemukan
sebanyak 120 individu. Indeks dominansi terendah pada habitus perdu adalah ketepeng
(Senna alata (L.) Roxb.) dan tanaman yodium (Jatropha multifida L.) dengan indeks
dominansi sebesar 0,00000071. Tanaman kenikir mendominasi pada habitus perdu
diduga karena dapat dimanfaatkan sebagai pangan dan obat. Selain itu, tanaman
kenikir banyak ditemukan di area pertanian atau di sekitar halaman rumah karena
kenikir dapat digunakan sebagai hiasan karena warna bunga yang menarik, dan juga
sebagai tanaman pagar atau pembatas (Qomariyah, 2017).
Pada habitus semak, indeks dominansi tertinggi pada nanas (Ananas comosus
(L.) Merr.) 0,00149928 sebanyak 46 individu serta indeks dominansi terendah pada
porang (Amorphophallus muelleri Blume) dan terung (Solanum melongena L.)
0,00000071 sebanyak 1 individu tiap jenisnya. Tanaman nanas mendominasi habitus
semak diduga karena nanas dapat dimanfaatkan bagian buahnya. Nanas merupakan
tanaman tahunan yang dapat tumbuh di daerah kering dengan curah hujan 500-2000
mm/tahun sebab struktur dan bentuk daunnya dapat menampung dan menyalurkan
14
embun serta air hujan ke pangkal daun (Wati, 2019). Tanaman nanas dalam
pertumbuhannya tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi dan dapat
diusakan di lahan marjinal, selain itu perkembangbiakan nanas sangat mudah yakni
secara vegetatif maupun generatif (Wulandari, 2008).
Pada habitus terna indeks dominansi tertinggi pada tanaman kecombrang
(Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) dengan indeks dominansi sebesar 0,01197440
sebanyak 130 individu dan indeks dominansi terendah pada tanaman buah naga
(Hylocereus sp.) dengan indeks dominansi sebesar 0,00000071 sebanyak 1 individu.
Tanaman kecombrang mendominasi pada habitus terna sebab tidak membutuhkan
lahan yang luas untuk pertumbuhannya. Semakin tinggi dan besar ukuran suatu
tanaman maka kebutuhan akan unsur hara, kerapatan dan luas tanah untuk
pertumbuhan juga akan semakin tinggi. Tanaman kecombrang memiliki peranan
sebagai pangan dan obat. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah bunga, buah, biji,
batang dan daun (Perdana, 2016 dalam Turnip, 2019). Pemanfaatan kecombrang yang
efektif dapat menambah pendapatan maupun nilai guna dari tanaman tersebut,
disamping fungsinya sebagai pengoptimalan penggunaan lahan (Turnip, 2019).
Berdasarkan tabel lampiran 1, dari keseluruhan jenis tanaman pada lokasi
penelitian diperoleh nilai dominansi sebesar 0,05 yang tergolong rendah (D < 0,50).
Hal ini berarti tanaman pekarangan yang terdapat dalam lokasi penelitian tidak
dikuasai oleh satu jenis. Dominansi jenis merupakan nilai yang menunjukkan
penguasaan suatu jenis terhadap komunitas (Irwanto, 2006). Apabila suatu daerah
hanya didominasi oleh jenis- jenis tertentu, maka daerah tersebut memiliki
keanekaragaman jenis yang rendah (Mukarlina, et al., 2014). Pekarangan merupakan
lahan buatan yang tumbuhan didalamnya cenderung sengaja ditanam sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pemilik lahan. Tumbuhan yang ditanam umumnya bervariasi
antara jenis dan pemanfaatannya, sebagian besar di dominasi oleh tumbuhan terna.
Tumbuhan terna dipilih karena memiliki banyak manfaat sebagai obat, pangan, hiasan,
dan pembungkus makanan. Tumbuhan terna mempunyai akar dan batang di dalam
tanah yang tetap hidup di musim kering dan akar akan menumbuhkan tajuk barunya
dipermukaan pada musim hujan (Soemarwoto et al., 1992).
15
F. Indeks keseragaman (E)
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada habitus terna, semak, perdu dan
pohon, indeks keseragaman jenis (E) di lokasi penelitian tergolong tinggi yakni E >
0,81031. Berdasarkan Maguran (1988) besaran E < 0,3 menunjukkan keseragaman
jenis rendah, 0,3 < E < 0,6 menunjukkan tingkat keseragaman jenis tergolong sedang,
dan E > 0,6 menunjukkan tingkat keseragaman jenis tergolong tinggi. Hal tersebut
dikarenakan kelompok tanaman memberikan manfaat bagi masyarakat relatif sama.
Besarnya keanekaragaman jenis tanaman dapat memengaruhi nilai keseragaman jenis-
jenis tanaman tersebut, semakin besar keanekaragaman jenis tanaman maka akan
semakin besar pula keseragaman dari jenis tanaman tersebut (Brower et al., 1990).
Keseragaman merupakan indikator adanya gejala dominansi pada setiap jenis serta
menggambarkan keseimbangan antara satu komunitas dengan komunitas lainnya
(Nahlunnisa et al., 2016).
G. Peranan jenis tanaman pekarangan
Pangan Obat Peneduh Tnma Hias Bangunan Lani-lain
Gambar 6. Jumlah jenis tanaman tiap kategori peranan
Berdasarkan hasil studi literatur mengenai peranan jenis tanaman bagi
masyarakat, didapatkan 5 kategori bentuk peranan. Kategori yang dimaksud yaitu
tanaman pangan, hias, obat, peneduh, dan sebagai bahan bangunan. Perananan jenis
tertentu yang tidak termasuk ke dalam 5 kategori tersebut kemudian dikategorikan
16
sebagai peranan lain-lain. Berdasarkan gambar 5, urutan ketegori peranan dari jumlah
terbanyak secara urut adalah tanaman pangan (36,6%), obat (27,6%), peneduh
(13,0%), hias (13,0%), bahan bangunan (6,5%), dan lain-lain (3,3%).
1. Tanaman pangan
Ditinjau dari jumlah jenis pada tiap kategori, kategori tanaman pangan
memiliki jumlah jenis tertinggi dibandingkan kategori lainnya sebanyak 46 jenis.
Hal yang sama juga ditemui pada studi inventarisasi tanaman pekarangan yang telah
dilakukan di masyarakat Tanjungan, Kabupaten Tanggamus, Lampung (Wakhidah
dan Silalahi, 2020) dan studi etnobotani yang telah dilakukan di berbagai masyarakat
Indonesia (Hidayat et al., 2012; Wartika et al., 2013). Banyaknya jenis tanaman
pangan dapat mengindikasikan tingginya intensitas pemanfaatan tanaman pangan di
masyarakat pada lokasi penelitian. Intensitas pemanfaatan buah, sayur, dan jenis
bahan pangan lainnya mendorong masyarakat untuk menanam jenis-jenis tersebut di
sekitar rumah, dimana lokasinya secara mudah dapat dijangkau (Hakim, 2014).
Kategori pangan mencakup di dalamnya tanaman buah, sayur, umbi-umbian,
dan bumbu dapur. Pada jenis tanaman penghasil buah seperti jambu biji (Psidium
guajava L.), pisang (Musa paradisiaca L.), dan nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)
bagian buah dapat dikonsumsi secara langsung tanpa perlu diolah. Pada jenis kopi
(Coffea sp.) dan cokelat (Theobroma cacao L.), biji pada bagian buah umumnya
diolah menjadi produk pangan lain agar bisa bernilai ekonomi, misalnya menjadi
minuman kopi dan kudapan cokelat (Hakim, 2014).
Pada tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.), bagian daun dapat digunakan
sebagai sayur dan bagian buah dapat menjadi bahan pelengkap sayur ataupun diolah
menjadi emping (Hakim, 2014). Selain melinjo, bagian daun pada kenikir (Cosmos
caudatus Kunth) dan kelor (Moringa oleifera Lam.) serta bagian bunga pada
kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) dapat dikonsumsi sebagai sayur
hingga lalap (Silalahi, 2016; Wakhidah dan Silalahi, 2020). Pada jenis tanaman
singkong (Manihot esculenta Crantz), talas (Colocasia esculenta (L.) Schott), dan
porang (Amorphophallus muelleri Blume), bagian umbi mengandung sumber
karbohidrat yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pangan pokok alternatif
17
(Hakim, 2014). Jenis tanaman pangan lain yang ditemukan pada lokasi penelitian
adalah cabai besar (Capsicum annum L.), serai (Cymbopogon citratus Stapf), dan
berbagai jenis tanaman rimpang seperti kunyit (Curcuma longa L.) yang dapat
digunakan sebagai bumbu dapur (Hakim, 2014; Karina, 2014).
2. Tanaman obat
Tanaman yang berperan sebagai tanaman obat di pekarangan lokasi
penelitian berada pada posisi kedua berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan, yaitu
sebanyak 34 jenis. Jenis yang digolongkan ke dalam tanaman obat merupakan jenis-
jenis yang biasa digunakan masyarakat sebagai obat tradisional dan diketahui
mengandung senyawa metabolit sekunder (Hakim, 2014). Jenis tanaman obat yang
ditemukan paling banyak berasal dari famili Zingiberaceae dengan 5 jenis tanaman,
yaitu jahe (Zingiber officinale Roscoe), kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
R.M.Sm.), kencur (Kaempferia galanga L.), kunyit (Curcuma longa L.), dan
lengkuas (Alpinia galanga Willd.).
Banyak dari jenis-jenis tanaman obat yang tercatat tidak secara eksklusif
berperan sebagai tanaman obat, seperti jambu air (Syzygium aqueum Alston). Tidak
hanya sebagai tanaman penghasil buah, tanaman jambu air dapat digunakan
sebagai obat tradisional. Hampir di semua bagian tubuhnya, tanaman jambu air
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dan fenol yang
memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang,antialergi, dan
berperan dalam pencegahan kanker (Neldawati et al., 2013; Anggrawati dan
Ramadhania, 2016).
3. Tanaman peneduh
Tanaman peneduh pada lokasi penelitian terdapat 16 jenis yang semuanya
berhabitus pohon. Tidak ada satu jenis di antara tanaman peneduh yang ditemukan
memiliki fungsi eksklusif sebagai tanaman peneduh. Salah satu jenis tanaman
peneduh adalah matoa (Pometia pinnata Forst.) yang sekaligus berperan sebagai
tanaman pangan, bahan bangunan (Lestari et al., 2017), dan obat (Gunawan, 2019).
Kategori peneduh merupakan kategori pohon yang memiliki ciri morfologi tajuk
18
mirip payung maupun tajuk berbentuk gunung dengan dasar berupa lingkaran yang
relatif luas (Ariyanto et al., 2016). Bentuk tajuk yang demikian dapat mengurangi
intensitas paparan cahaya matahari sehingga daerah di bawah tajuk menjadi lebih
teduh.
4. Tanaman hias
Data tanaman pekarangan pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 16 jenis tanaman yang berperan sebagai hiasan. Fungsi tanaman hias
dimaksudkan untuk memberi keindahan dan daya tarik atau bisa dinikmati secara
visual (Widyastuti, 2018) serta dapat memberikan dukungan terhadap kestabilan
kesehatan psikis (Hidayat et al., 2008). Tanaman ini biasanya dicirikan dengan
adanya bunga, daun, batang, atau gabungan darinya yang memberikan kesan indah
(Hakim, 2014).
Jenis tanaman hias yang ditemukan pada lokasi penelitian diantaranya adalah
bunga pagoda (Clerodendrum paniculatum L.), soka (Ixora paludosa Kurz),
kamboja (Plumeria rubra L.), dan bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.) yang
memiliki daya tarik pada bagian bunga. Tanaman adam hawa (Tradescantia
spathacea Sw.) memiliki bagian menarik pada daun yang berwarna hjau dengan
permukaan bawah berwarna biru keunguan atau biru tua agak kecokelatan (Hayah,
2016). Jenis tanaman hias lain adalah lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain).
Selain memiliki keunikan pada morfologinya, lidah mertua juga memiliki
kemampuan memproduksi pregnane glycoside sebagai bahan aktif untuk mereduksi
polutan yang diserapnya menjadi asam organik, gula, dan senyawa amino
(Widyastuti, 2018). Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk
menanam lidah mertua di pekarangan maupun di dalam rumah.
5. Tanaman bahan bangunan
Jenis tanaman yang berperan sebagai bahan bangunan pada lokasi penelitian
sebanyak 8 jenis. Semua jenis tersebut merupakan golongan pohon yang memiliki
batang berkayu. Jenis pohon pada lokasi penelitian yang dapat digunakan sebagai
bahan bangunan adalah kedondong (Spondias dulcis G.Forst.), petai (Parkia
19
speciosa Hassk.), manggis (Garcinia mangostana L.), kelapa (Cocos nucifera L.),
durian (Durio zibethinus Murr.), nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.), lengkeng
(Dimocarpus longan Lour.), dan matoa (Pometia pinnata Forst.).
6. Peranan lain-lain
Selain kelima kategori peranan di atas, terdapat pula beberapa jenis tanaman
yang memiliki peranan lain. Kacapiring (Gardenia jasminoides Ellis) yang
berhabitus perdu sering kali ditanam sebagai pagar hidup. Pagar yang dibentuk dari
barisan beberapa individu tanaman tersebut berfungsi untuk membatasi halaman dan
atau kepemilikan lahan (Hakim, 2014). Selain itu, terdapat beberapa jenis tanaman
yang bagian daunnya dapat digunakan sebagai pembungkus makanan, yaitu pisang
(Musa paradisiaca L.), jambu air (Syzygium aqueum Alston), dan kelapa (Cocos
nucifera L.).
20
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Komposisi jenis tanaman penyusun pekarangan desa Cilintang, Ujungjaya
sebanyak 63 jenis dari 37 suku.
2. Indeks keanekaragaman jenis (H’) pekarangan tergolong tinggi sebesar 3,37.
3. Indeks nilai penting tertinggi di antara seluruh jenis adalah kecombrang
(Etlingera elatior) sebesar 15,1094%.
4. Indeks dominansi tertinggi di antara seluruh jenis adalah kecombrang
(Etlingera elatior) sebesar 0,01197440.
5. Indeks keseragaman jenis tergolong tinggi sebesar 0,81031.
6. Tanaman di lokasi penelitian memiliki peran sebagai tanaman pangan (36,6%), obat
(27,6%), peneduh (13,0%), hias (13,0%), bahan bangunan (6,5%), dan lain-lain
(3,3%).
B. Saran
Perlu dilakukan penyuluhan dan pendampingan untuk penataan pekarangan,
sosialisasi tentang inovasi pertanian di lahan pekarangan untuk fungsi ekonomi,
sosial, dan ekologi dalam pengembangan lanskap produktif.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anggrawati PS dan Ramadhania ZM. 2016. Review Artikel: Kandungan Senyawa
Kimia dan Bioaktivitas dari Jambu Air (Syzigium aqueum Burn. f. Alston).
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 2 hal. 331-344.
Arifin HS, Nakagoshi N. 2011. Landscape Ecology and Urban Biodiversity in
Tropical Indonesian Cities. Landscape Ecol Eng (2011) 7:33–43.
Ariyanto J, Probosari RM, Nurmiyati. 2016. Identifikasi Jenis dan Manfaat Pohon di
Wilayah Kampus Utama Universias Sebelas Maret. Proceeding Biology Education
Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 711-716.
Ashari, Saptana, Purwantini TB. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan
Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro
Ekonomi, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 – 30.
Astiti NPA, Kawuri R, Ginantra IK. 2008. Jenis, Status dan Pemanfaatan Tumbuhan
Jenis Pohon di Desa Adat Baturning, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung,
Bali. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 168-175.
BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pandeglang. 2020. Kecamatan Sumur dalam
Angka 2020. Pandeglang: BPS Kabupaten Pandeglang.
Cahyono E. 2016. Eklusi Atas Nama Konservasi (Studi Kasus Masyarakat Sekitar /
Dalam Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Banten).Jurnal Sosiologi Reflektif.
Vol : 8 (1). Hal: 210-245.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Feriatin. 2017. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya untuk
Mendukung Ketahanan Pangan Kecamatan Wakorumba Selatan. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2017 Vol. 22(2): 99-107.
Gunawan et al. 2019. 100 Spesies Pohon Nusantara: Target Konservasi Ex Situ Taman
Keanekaragaman Hayati. Bogor: IPB Press.
Hakim L. 2014. Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah: Ketahanan
Pangan, Kesehatan dan Agrowisata. Malang: Penerbit Selaras.
Hayah N. 2016. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Spermatophyta pada Tempat Penjualan
Tanaman Hias di Kota Banda Aceh sebagai Referensi Mata Kuliah Botani
Tumbuhan Tinggi. Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
22
Henda T. 2017. Ujung Kulon, Taman Nasional dengan Keanekaragaman Geologi.
biroisd.bantenprov.go.id
Hidayat A, Walujo EB, Wardhana W. 2012. Etnobotani Pekarangan Masyarakat Melayu
di Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. Prosiding Seminar Nasional Prodi
Biologi F. MIPA UNHI.
Hidayat A. 2009. Sumberdaya Lahan Indonesia : Potensi, Permasalahan, dan Strategi
Pemanfaatan. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 3 No. 2 Hal. 107-117
Hidayat S, Wahyuni S, Andalusia S. 2013. Seri Tumbuhan Obat Berpotensi Hias.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Hikmatullah. 2016. penyusunan informasi geospasial sumberdaya lahsn mendukung
pengembangan kawasan pertanian. http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/ind/
index.php/riset/riset-2016. Diakses pada 12 Oktober 2020
Ilmi et al. 2017. Jamur Mikroskopis Tanah dan Udara Berdasarkan Potensinya di
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Prosiding Seminar Hasil Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Biologi Universitas Nasional, Rabu, 12 Juli 2017.
Irawan B dan Ariningsih E. 2015. Dinamika Kebijakan dan Ketersediaan Lahan
Pertanian. Jakarta: Indonesian Agency for Agricultural Research and Development
(IAARD)
Irwan SNR, Rogomulyo R, Trisnowati S. 2018. Pemanfaatan Pekarangan Melalui
Pengembangan Lanskap Produktif di Desa Mangunan, Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2018 Vol. 23 (2):
Karina S. 2014. Jenis Tumbuhan Berguna pada Pekarangan asyarakat Percampuran di
Kelurahan Layanan Indah Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah. Biocelebes,
Desember 2014, hlm. 01-12.
Kawijayan MPA. 2004. Kontribusi Pekarangan terhadap Kesediaan Pangan & Gizi
Masyarakat Desa Pala Pulau Kecamatan Putusibau. Skripsi. Pontianak: Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura.
Koestoro LP. 2013. Kelapa Dalam Catatan Arkeologi Dan Historis : Upaya
Pengembangan Kebijakan Tanaman Serba Guna. Jurnal Balai Arkeologi Medan
Vol. 16 (2) : 217-233
Kusmana C dan Hikmat A. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia. Fakultas
23
Kehutanan Institut Pertanian Bogor : Bogor. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Vol. 5, No.2, Hal.187-198.
Lestari et al. 2017. Koleksi Tumbuhan Buah Kebun Raya Katingan. Jakarta: LIPI Press.
Litbang Pertanian Kementerian Pertanian. 2019. Tanaman Obat Warisan Tradisi
Nusantara untuk Kesejahteraan Rakyat. Bogor: Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat.
Magurran AE. 1988. Ecological diversity and its measurement. Princeton University
Press, New Jersey.
Mahfudz FD. 2012. Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi Hutan Pantai Indonesia. Manado
: Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Mardiatmoko G dan Ariyanti M. 2011. Produksi Tanaman Kelapa (Cocos
nuciferaL.).Ambon : Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Maulana HL et al. 2004, Menjelajah Situs Alam Warisan Dunia Taman Nasional Ujung
Kulon, Balai Taman Nasional Ujung Kulon
Mueller-Dombois, D dan H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology.
John Wiley and Sons. New York.
Munawaroh et al. 2017. Kolekasi Kebun Raya Liwa, Lampung: Tumbuhan Berpotensi
sebagai Tanaman Hias. Jakarta: LIPI Press
.
Nahlunnisa H, Zuhud EAM, Santosa Y. 2016. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Di
Areal Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Riau.
Media konservasi Vol. 21 No. 1 Hal. 91-98.
Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan
Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. PILLAR OF
PHYSICS, Vol. 2. Oktober 2013, 76-83.
Nurjannah et al. 2017. Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Desa Ujung Jaya,
Taman Nasional, Ujung Kulon, Banten. Prosiding Seminar Hasil Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) Fakultas Biologi Universitas Nasional, Rabu, 12 Juli 2017.
Nurwati N. Lidar S. Mufti. 2015. Model Pemberdayaan Pekarangan Di Kecamatan
Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Jurnal Agribisnis. Vol: 17 (1): 1-10
Odum, E.P. (1971) Fundamentals of Ecology. Third Edition, W.B. Saunders Co.,
Philadelphia.
24
Plantamor. Belinjo (Gnetum gnemon). http://plantamor.com/species/info/gnetum/
gnemon. Diakses pada 18 Oktober 2020.
Purwaningsih, Atikah TD. 2018. Diversitas Floristik dan Struktur Vegetasi di Gunung
Payung Taman Nasional Ujung Kulon. Berita Biologi. Jurnal Ilmu Hayati.
DOI:10.14203/beritabiologi.v17i3.3434
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI. Koleksi Tanaman Obat Kebun Raya
Bogor.http://krbogor.lipi.go.id/id/Koleksi-Tanaman-Obat-Kebun-Raya- Bogor.html.
Diakses pada 6 Oktober 2020.
Qomariyah L. 2017. Efek Tanaman Kenikir (Cosmos sulphureus) Sebagai Refugia
Terhadap Keanekaragaman Serangga Aerial Di Sawah Padi Organik Desa
Sumberngepoh Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Skripsi. Malang :
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Rahayu M dan Prawiroatmojo S. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan
Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawonii – Sulawesi Tenggara. Jurnal
Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT. Vol 6 (2): 360-364.
Rahim S dan Baderan DWK. 2019. Komposisi Jenis, Struktur Komunitas, dan Mangrove
Asosiasi Langge Kabupaten Gorontalo Utara-Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmu
Lingkungan. Vol: 17 (1). Hal: 181-188.
Rahmawati et al. 2017. Pola Distribusi dan Populasi Burung Suku Bucerotidae serta
Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Cilintang, Taman Nasional Ujung
Kulon, Banten. Prosiding Seminar Hasil Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas
Biologi Universitas Nasional, Rabu, 12 Juli 2017.
Ridwan M. 2012. Tingkat Keanekaragaman Hayati dan Pemanfaatannya di Desa
Lampeapi Pulau Wawomi Sulawesi Tenggara. Teknologi Lingkungan P3TLBPT.
Vol 6 (2): 362-364
Sari et al. 2020. Tradisi Masyarakat dalam Penanaman dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Lekata di Pekarangan. Journal Kefarmasian Indonesia. Vol 5 (2)
Secretariat, G.B.I.F., 2016. Global Biodiversity Information Facility. GBIF.
Silalahi M. 2016. Etlingera elatior (Jack) R, M, Smith: Manfaat dan Aktivitas Biologi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogtakarta.
Silalahi M. 2016. Keanekaragaman dan Distribusi Tumbuhan Bermanfaat di Pekarangan
Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Cawang Jakarta Timur. Jurnal
Biologi. Vol: 20 (20): 75-82.
25
Silalahi M. 2018. Keanekaragaman Tumbuhan dan Pemanfaatannya untuk Prasarana
Pembelajaran di Sekolah PSKD 1 Jakarta sebagai Salah Satu Usaha Konservasi.
Jurnal EduMatSains, 3 (1) Juli 2018, 1-20.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Jakarta : Penerbit Usaha Nasional. Majalah Ilmiah Globë. Vol:17 ( 2). Hal:
135-144.
Sriyanto AD. et al. 2003. Buku Panduan 41 Taman Nasional di Indonesia. Departemen
Kehutanan Republik Indonesia, UNESCO dan CIFOR.
Sucipto T. 2009. Struktur, Anatomi dan Identifikasi Jenis Kayu. Karya Tulis.
Departemen Kehutanan. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Sudomo A dan Hani A. 2014. Produktivitas Talas (Colocasia esculenta L. Schott) di
Bawah Tiga Jenis Tegakan Dengan Sistem Agroforestri Di Lahan Hutan
Rakyat. Balai
Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 8, No. 2
Suprapto et al. 2016. Koleksi Kebun Raya Pucak Tumbuhan Bernilai Ekonomi.
Jakarta: LIPI Press.
Supriatna E. 2019. Manfaat Bunga Kacapiring (Gardenia augusta). Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya-LIPI. krbogor.lipi.go.id
Susanto A, Mullawati ES, Purnomo D. 2015. Kajian Ekologi, Kenekaragaman Jenis
dan Potensi Pohon di Pekarangan (Studi Kasus di Desa Kebak, Jumantono,
Karanganyar). Caraka Tani. Journl of Sustainable Agriculture. Vol: 30 (1). Hal
33-40.
Syafrezani dan Sampaguita. 2009. Manfaat Tumbuhan Bunga Penghias Pekarangan.
hal.12. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 978-979-027-105-1.
Turnip H. 2019. Kajian Manfaat Tanaman Agroforestri Kecombrang (Etlingera
elatior) Sebagai Obat Dan Pangan Oleh Masyarakat Di Kecamatan Kabanjahe,
Kabupaten Karo. Skripsi. Sumatera Utara : Fakultas Kehutanan Universitas
Sumatera Utara.
Wakhidah AZ dan Silalahi M. 2020. Inventarisasi Tanaman Pekarangan dan
Pemanfaatannya sebagai Bahan Pangan oleh Masyaakat Tanjungan, di
26
LAMPIRAN
27
LAMPIRAN GAMBAR
Lampiran Gambar 1. Kelapa (Cocos nucifera)
Lampiran Gambar 2. Lengkuas (Alpinia galanga Willd.).
28
Lampiran Gambar 3. Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
Lampiran Gambar 4. Kunyit (Curcuma longa L.)
Lampiran Gambar 5. Matoa (Pometia pinnata Forst)
29
Lampiran Gambar 6. Combrang (Etlingera elatior (Jack)
Lampiran Gambar 7. Melinjo (Gnetum gnemon)
30
Lampiran Tabel 1. Penghitungan Indeks Nilai Penting (INP), indeks keanekaragaman (H’), indeks
dominansi (D), dan indeks keseragaman (E)
Jenis N KM KR (%) FM FR (%) INP (%) pi lnpi pilnpi D
Adam hawa 35 0.026923 2.946128 0.076923 0.60241 3.548538 0.029461 -3.52468 -0.10384 0.000868
Alpukat 2 0.001538 0.16835 0.153846 1.204819 1.373169 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Belimbing 1
0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Belimbing wuluh
4 0.003077 0.3367 0.230769 1.807229 2.143929 0.003367 -5.69373 -0.01917 1.13E-05
Buah naga 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Bunga pagoda 2 0.001538 0.16835 0.076923 0.60241 0.77076 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Bunga pukul 4 3 0.002308 0.252525 0.076923 0.60241 0.854935 0.002525 -5.98141 -0.0151 6.38E-06
Cabai besar 16 0.012308 1.346801 0.153846 1.204819 2.551621 0.013468 -4.30744 -0.05801 0.000181
Cabai rawit 27 0.020769 2.272727 0.230769 1.807229 4.079956 0.022727 -3.78419 -0.086 0.000517
Cermai 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Ciplukan 7 0.005385 0.589226 0.153846 1.204819 1.794045 0.005892 -5.13412 -0.03025 3.47E-05
Cocor bebek 7 0.005385 0.589226 0.076923 0.60241 1.191635 0.005892 -5.13412 -0.03025 3.47E-05
Coklat 2 0.001538 0.16835 0.076923 0.60241 0.77076 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Duku 2 0.001538 0.16835 0.153846 1.204819 1.373169 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Durian 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Gardenia 23 0.017692 1.936027 0.230769 1.807229 3.743256 0.01936 -3.94453 -0.07637 0.000375
Jahe 88 0.067692 7.407407 0.384615 3.012048 10.41946 0.074074 -2.60269 -0.19279 0.005487
Jambu air 4 0.003077 0.3367 0.230769 1.807229 2.143929 0.003367 -5.69373 -0.01917 1.13E-05
Jambu biji 34 0.026154 2.861953 0.692308 5.421687 8.28364 0.02862 -3.55367 -0.1017 0.000819
Jeruk nipis 10 0.007692 0.841751 0.307692 2.409639 3.251389 0.008418 -4.77744 -0.04021 7.09E-05
Kamboja 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Kecombrang 130 0.1 10.94276 0.538462 4.216867 15.15963 0.109428 -2.21249 -0.24211 0.011974
Kedondong 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Keladi 37 0.028462 3.114478 0.153846 1.204819 4.319297 0.031145 -3.46911 -0.10804 0.00097
Kelapa 37 0.028462 3.114478 0.615385 4.819277 7.933755 0.031145 -3.46911 -0.10804 0.00097
Kelor 10 0.007692 0.841751 0.153846 1.204819 2.04657 0.008418 -4.77744 -0.04021 7.09E-05
Kencur 40 0.030769 3.367003 0.076923 0.60241 3.969413 0.03367 -3.39115 -0.11418 0.001134
Kenikir 120 0.092308 10.10101 0.307692 2.409639 12.51065 0.10101 -2.29253 -0.23157 0.010203
Ketepeng 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Kopi 4 0.003077 0.3367 0.076923 0.60241 0.93911 0.003367 -5.69373 -0.01917 1.13E-05
Kunyit 92 0.070769 7.744108 0.307692 2.409639 10.15375 0.077441 -2.55824 -0.19811 0.005997
Lengkeng 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Lengkuas 25 0.019231 2.104377 0.230769 1.807229 3.911606 0.021044 -3.86115 -0.08125 0.000443
Leunca 6 0.004615 0.505051 0.153846 1.204819 1.70987 0.005051 -5.28827 -0.02671 2.55E-05
Lidah mertua 14 0.010769 1.178451 0.153846 1.204819 2.38327 0.011785 -4.44097 -0.05233 0.000139
Mahkota dewa 18 0.013846 1.515152 0.153846 1.204819 2.719971 0.015152 -4.18965 -0.06348 0.00023
31
Mangga 12 0.009231 1.010101 0.538462 4.216867 5.226968 0.010101 -4.59512 -0.04642 0.000102
Manggis 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Mangkokan 51 0.039231 4.292929 0.230769 1.807229 6.100158 0.042929 -3.1482 -0.13515 0.001843
Matoa 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Melinjo 27 0.020769 2.272727 0.769231 6.024096 8.296824 0.022727 -3.78419 -0.086 0.000517
Mengkudu 2 0.001538 0.16835 0.076923 0.60241 0.77076 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Nanas 46 0.035385 3.872054 0.384615 3.012048 6.884102 0.038721 -3.25139 -0.1259 0.001499
Nangka 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Pacar air 19 0.014615 1.599327 0.153846 1.204819 2.804146 0.015993 -4.13559 -0.06614 0.000256
Pepaya 7 0.005385 0.589226 0.076923 0.60241 1.191635 0.005892 -5.13412 -0.03025 3.47E-05
Petai 3 0.002308 0.252525 0.230769 1.807229 2.059754 0.002525 -5.98141 -0.0151 6.38E-06
Petai cina / lamtoro
2 0.001538 0.16835 0.076923 0.60241 0.77076 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Pisang 66 0.050769 5.555556 0.615385 4.819277 10.37483 0.055556 -2.89037 -0.16058 0.003086
Porang 1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Rambutan 16 0.012308 1.346801 0.692308 5.421687 6.768488 0.013468 -4.30744 -0.05801 0.000181
Salak 8 0.006154 0.673401 0.076923 0.60241 1.27581 0.006734 -5.00058 -0.03367 4.53E-05
Sereh 7 0.005385 0.589226 0.076923 0.60241 1.191635 0.005892 -5.13412 -0.03025 3.47E-05
Singkong 40 0.030769 3.367003 0.307692 2.409639 5.776642 0.03367 -3.39115 -0.11418 0.001134
Sirsak 12 0.009231 1.010101 0.538462 4.216867 5.226968 0.010101 -4.59512 -0.04642 0.000102
Soka 2 0.001538 0.16835 0.076923 0.60241 0.77076 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Srikaya 2 0.001538 0.16835 0.076923 0.60241 0.77076 0.001684 -6.38688 -0.01075 2.83E-06
Tales 5 0.003846 0.420875 0.076923 0.60241 1.023285 0.004209 -5.47059 -0.02302 1.77E-05
Tanaman yodium
1 0.000769 0.084175 0.076923 0.60241 0.686585 0.000842 -7.08003 -0.00596 7.09E-07
Tapak dara 5 0.003846 0.420875 0.076923 0.60241 1.023285 0.004209 -5.47059 -0.02302 1.77E-05
Tebu 33 0.025385 2.777778 0.230769 1.807229 4.585007 0.027778 -3.58352 -0.09954 0.000772
Terung 6 0.004615 0.505051 0.076923 0.60241 1.10746 0.005051 -5.28827 -0.02671 2.55E-05
Urang-aring 5 0.003846 0.420875 0.076923 0.60241 1.023285 0.004209 -5.47059 -0.02302 1.77E-05
jumlah 1188 0.913846 100 12.76923 100 200 1 -323.543 -3.36499 0.050307
H' = 3.37
D = 0.05
E = 0.81031
top related