laporan penelitian kerja sama keamanan maritim...
Post on 06-Feb-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PENELITIAN
KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA:
TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI
KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI
2016
2
RINGKASAN EKSEKUTIF
I. Pendahuluan
Posisi Indonesia yang secara geografis berada di persimpangan dua samudera
(Samudera Hindia dan Samudera Pasifik), ditambah dengan kedudukannya sebagai
negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas dan potensi yang dimilikinya,1
mengharuskan Indonesia memberikan perhatian serius terhadap persoalan keamanan
maritim, yaitu menjaga dan memelihara kondisi keamanan laut Indonesia tetap aman
dan terbebas dari kegiatan-kegiatan melawan hukum (ilegal). Jika memerhatikan
wilayah perairan Indonesia yang luas, maka potensi bagi terjadinya ancaman terhadap
keamanan maritim Indonesia sangat terbuka, terutama di daerah perbatasan yang jauh
dari pengawasan aparat keamanan. Oleh karena itu, selain terus berupaya memperkuat
kapasitas kekuatan pertahanan dan keamanannya, kerja sama dengan negara tetangga
menjadi pilihan kebijakan yang rasional dan strategis bagi Indonesia untuk
mengupayakan wilayah perairan perbatasan tetap aman dan tidak terganggu oleh
aktivitas ilegal lintas batas yang dapat mengancam keamanan maritim. Kerja sama
tersebut dilakukan antara lain dengan Australia, negara tetangga Indonesia di sisi
tenggara, yang sebagian wilayah perairannya berbatasan langsung dengan wilayah
perairan Indonesia.
Wilayah perairan Indonesia dan Australia di perbatasan yang begitu luas
menjadi tantangan bagi kedua negara untuk mengelolanya dari berbagai kemungkinan
ancaman keamanan maritim. Kerja sama keamanan maritim Indonesia-Australia harus
mampu menjawab tantangan keamanan maritim kedua negara di kawasan, khususnya
di perairan perbatasan. Atas dasar hal tersebut, maka permasalahan penelitian ini
adalah, bagaimana kerja sama keamanan maritim Indonesia-Australia dilaksanakan,
terutama dalam kerangka merespons ancaman kejahatan lintas negara di perairan
perbatasan? Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, diajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Masalah keamanan maritim (dalam bentuk kejahatan lintas negara) apa saja
yang dihadapi dan perlu dicermati oleh Indonesia dan Australia di perairan
perbatasan?
2. Apa yang harus dilakukan Indonesia dan Australia untuk memperkuat kerja
sama keamanan maritim?
1 Indonesia yang berdasarkan Konvensi Hukum Laut Perserikaan Bangsa-Bangsa (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) 1982 diakui sebagai Negara Kepulauan (Archipelagic State) adalah negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki laut seluas 5,8 juta kilometer persegi; terdiri atas Laut Teritorial (0,8 juta kilometer), Laut Nusantara (2,3 juta kilometer), dan Zona Ekonomi Ekslusif (2,7 kilometer).
3
Kerja sama keamanan maritim Indonesia-Australia sesungguhnya tidak terlepas
dari kerangka berpikir konstruktivisme, yang meyakini bahwa dunia sosial, termasuk
hubungan internasional merupakan hasil konstruksi manusia. Ini artinya, kerja sama
keamanan maritim Indonesia-Australia tidak muncul begitu saja, tetapi dibangun atas
dasar ide dari dan dikonstruksikan oleh Indonesia dan Australia untuk merespons
potensi ancaman keamanan maritim di kawasan. Indonesia dan Australia, sebagai dua
negara bertetangga di kawasan telah menjadikan masalah keamanan maritim sebagai
suatu hal yang perlu direspons melalui kerja sama.
II. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian diawali
dengan mengidentifikasi permasalahan dan pertanyaan penelitian yang digunakan oleh
peneliti untuk memandu kegiatan pengumpulan data dan penggalian informasi secara
mendalam terkait topik dan permasalahan penelitian. Pengumpulan data dilakukan
terutama melalui studi kepustakaan (yang diperoleh dari surat kabar, jurnal, buku, dan
dokumen tertulis lainnya serta media online), selain melalui wawancara secara
mendalam dengan narasumber atau informan terkait yang dapat memberikan informasi
seputar topik dan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data juga dilakukan
melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi terbatas dengan beberapa
narasumber terkait untuk melengkapi dan memperkuat data penelitian. Pengumpulan
data tersebut dilakukan di Jakarta dan juga daerah, yakni Surabaya (Jawa Timur) dan
Merauke (Papua). Di Surabaya terdapat Pangkalan Armada TNI AL Kawasan Timur yang
wilayah operasinya mencakup perairan perbatasan dengan Australia, dan di Merauke
terdapat wilayah perairan yang berbatasan dengan perairan Australia.
III. Hasil Penelitian
- Tantangan
Masalah keamanan maritim yang mengancam dan menjadi tantangan bagi
Indonesia dan Australia adalah berhubungan dengan aktivitas kejahatan lintas negara.
Kejahatan lintas negara dewasa ini telah menjadi salah satu ancaman serius terhadap
keamanan dan kemakmuran global. Karena letaknya yang strategis, Indonesia rentan
terhadap berbagai bentuk kejahatan lintas negara. Dalam konteks tersebut, terdapat
beberapa kejahatan lintas negara yang perlu mendapat perhatian, terutama dalam
kerangka menjaga keamanan maritim di perairan perbatasan Indonesia- Australia.
Meski isu penyelundupan manusia melalui perairan Indonesia ke Australia kini
tidak seramai dulu, atau bahkan dapat dicegah aktivitasnya, tetapi bukan berarti
aktivitas ilegal ini berhenti begitu saja. Laporan intelijen yang dikelola aparat
menunjukkan bahwa aktivitas penyelundupan manusia untuk sementara “berhenti”
sejenak, sambil menunggu situasi memungkinkan kembali. Karena dalam pandangan
pelaku yang terlibat dalam aktivitas ilegal ini, orang-orang yang berkeinginan masuk
atau bermigrasi ke Australia (baik secara legal maupun ilegal) jumlahnya cukup banyak
4
dan mereka bersedia menyediakan dana yang tidak sedikit untuk hal itu. Ini artinya,
potensi bagi terjadinya aktivitas penyelundupan manusia masih sangat terbuka, dan
menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi keamanan maritim di perairan perbatasan
Indonesia-Australia.
Temuan yang pernah dilaporkan Australia Border Force (ABF) menyebutkan
bahwa pelayaran sejumlah kapal menuju Australia pada beberapa tahun yang lalu di
antaranya pernah terdeteksi membawa narkoba. Kapal-kapal tersebut di antaranya
berlayar dari Indonesia. Perairan perbatasan Indonesia-Australia di sekitar Merauke
yang terbuka menjadi salah satu jalur potensial. Meski belakangan ini penyelundupan
narkoba melalui laut jarang dijumpai, tetapi potensi bagi terjadinya kembali
penyelundupan barang haram tersebut ke Australia masih sangat mungkin mengingat
perairan perbatasan kedua negara yang relatif terbuka dan tidak selalu dalam
penjagaan yang ketat, setidaknya dari sisi Indonesia yang masih terbatas kapasitasnya.
Terungkapnya penyelundupan sabu sebanyak 60 kg ke Adelaide, Australia, awal Januari
2016, menunjukkan adanya potensi itu.
Penangkapan ikan yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan asing yang
memasuki perairan Indonesia secara ilegal (illegal fishing), meski kini sudah mengalami
penurunan, tetap perlu menjadi perhatian Indonesia. Perhatian perlu diberikan pada
wilayah perairan yang memiliki potensi besar akan sumber daya perikanan, seperti
halnya di wilayah timur Indonesia, di antaranya Laut Arafura yang berbatasan dengan
perairan Australia di sisi selatan, sebagai salah satu golden fishing ground Indonesia.
Jika memerhatikan keterkaitan perairan kedua negara di perbatasan, bukan tidak
mungkin dampak dari illegal fishing di perairan Indonesia juga akan berdampak pada
perikanan di perairan Australia. Belum lagi, aktivitas illegal fishing yang melibatkan
kapal-kapal ikan asing itu disusupi oleh agenda lain yang bisa saja mengancam
keamanan kawasan.
Aktivitas ilegal yang mengarah pada tindakan-tindakan terorisme dan
perompakan sudah tentu juga perlu diantisipasi dalam kerja sama keamanan maritim
Indonesia-Australia. Setidaknya, jalur perairan yang menghubungkan dua negara ini
dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menjalankan misi mereka,
yang pada akhirya menimbulkan kekhawatiran akan rasa aman di kawasan itu. Diakui
bahwa saat ini hal tersebut tidak tampak pada situasi di perairan perbatasan Indonesia-
Australia, tetapi dengan semakin intensifnya hubungan antarmanusia ke depan,
termasuk dengan memanfaatkan jalur pelayaran yang ada, bahkan mungkin menyusup
pada aktivitas ilegal yang lain (penyelundupan manusia, barang, dan illegal fishing),
kemungkinan bagi terjadinya aksi terorisme dan perompakan tidak bisa diabaikan oleh
Indonesia dan Australia.
Tantangan lain yang juga perlu diperhatikan oleh Indonesia ke dalam adalah
memperkuat kekuatan maritim. Kekuatan maritim (maritime power) pada dasarnya
adalah kekuatan nasional dari suatu bangsa yang digunakan sebagai sarana untuk
menegakkan kedaulatan dan hukum di laut, dalam rangka menjamin dan melindungi
kepentingan nasional. Untuk melengkapi kekuatan maritim, maka kehadiran Badan
Keamanan Laut (Bakamla) RI sebagai salah satu komponen kekuatan maritim harus
5
diperkuat. Indonesia yang duapertiga wilayahnya merupakan lautan, sudah seharusnya
memiliki Bakamla yang andal dan mampu menjamin keamanan dan keselamatan di laut.
Apalagi posisi Indonesia yang sangat strategis, yaitu berada di antara dua samudera dan
dua benua. Kehadiran Bakamla, dengan kewenangan yang dimilikinya, diharapkan
dapat merespons secara efektif berbagai persoalan yang mengancam keamanan
maritim Indonesia, termasuk di perairan perbatasan melalui kerja sama dengan aparat
keamanan laut negara tetangga, di antaranya Australia.
- Upaya Penguatan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kerja sama tersebut, yaitu:
pertama, memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi kepentingan strategis kedua
negara; kedua, harus didasari atas semangat sebagai dua mitra yang saling sejajar; dan
ketiga, kedua negara harus selalu bersikap proaktif dan saling terbuka dalam kerja
sama. Selanjutnya, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam kerja sama
tersebut. Langkah pertama, adalah melaksanakan evaluasi terhadap program-program
kerja sama yang sudah berjalan selama ini; langkah kedua, melanjutkan program-
program kerja sama yang sudah berjalan dengan baik dan sudah menunjukkan hasil
yang positif bagi kedua negara, dan langkah ketiga, adalah merumuskan bentuk
program kerja sama yang masih belum maksimal dalam pelaksanaannya ataupun
belum pernah dilakukan.
Yang perlu diperhatikan juga dalam kerangka kerja sama yang lebih luas, dan
sebagai tindak lanjut dari pertemuan 2+2 Desember 2015, adalah kedua negara harus
memperkuat komitmen untuk bekerja sama, termasuk di bidang keamanan maritim,
bantuan kemanusiaan dan bencana, pegembangan kemampuan dan pengadaan. Untuk
kepentingan ini, kedua negara perlu memperbarui Pengaturan Kerja Sama Pertahanan
Bilateral. Hal penting lainnya yang juga perlu terus diupayakan adalah memastikan
keamanan maritim merupakan unsur penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas
serta peraturan hukum di kawasan. Kedua negara juga harus terus mempromosikan
tatanan internasional berbasis hukum, penghormatan terhadap hukum internasional,
jaminan kebebasan navigasi dan penerbangan, dan perdagangan sah tanpa hambatan
serta penyelesaian sengketa maritim dengan jalan damai, sesuai prinsip hukum
internasional yang diakui termasuk Konvensi PBB 1982 tentang Hukum Laut
(UNCLOS).
Kerja sama keamanan maritim Indonesia-Australia juga harus dilihat dalam
konteks Indo-Pasifik, dimana Indonesia dan Australia merupakan mitra strategis
dengan komitmen bersama terhadap wilayah Indo-Pasifik yang stabil dan makmur.
Dalam kaitan ini, kedua negara perlu menekankan pentingnya forum kawasan yang
mendukung dan membangun stabilitas kawasan serta membantu pertumbuhan
ekonomi. Keamanan maritim yang kondusif tidak akan terwujud ketika stabilitas
kawasan terganggu dan terancam oleh aktivitas ilegal lintas batas dan kondisi
perekonomian kawasan yang tidak mendukung. Dalam konteks Asia Tenggara,
Indonesia dan Australia harus memanfaatkan forum-forum dalam kerangka ASEAN
6
untuk juga membahas isu-isu keamanan maritim yang menjadi perhatian bersama.
Wilayah perairan Indonesia dan Australia yang bersinggungan di Samudera Hindia
memiliki pengaruh langsung pada perairan Asia Tenggara, dan oleh karena itu pula,
persoalan keamanan maritim yang terjadi di perairan perbatasan kedua negara juga
menjadi concern negara-negara Asia Tenggara.
Secara internal, bagi negara kepulauan seperti halnya Indonesia, keharusan
memiliki kekuatan laut yang kuat dan terkoordinasi dengan baik merupakan sebuah
kewajiban. Kekuatan laut sangat berperan penting dalam menjaga pulau-pulau terluar
yang rawan akan sengketa dan juga persoalan keamanan maritim di perairan
perbatasan. Sebagai instrumen keamanan maritim, TNI Angkatan Laut yang memiliki
tugas menjaga keselamatan bangsa, keutuhan wilayah, dan keamanan di laut dari
berbagai ancaman keamanan, perlu terus ditingkatkan kapasitas dan kompetensinya.
Begitu juga dengan Bakamla sebagai badan yang bertugas melakukan patroli keamanan
dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia.
IV. Penutup
- Kesimpulan
Kerja sama keamanan maritim Indonesia- Australia menjadi bagian penting dari
hubungan kedua negara, selain karena bertetangga juga terkait dengan kepentingan
strategis kedua negara di perairan kawasan, khususnya perairan perbatasan sebagai
salah satu jalur pelayaran internasional yang harus terjaga dan terpelihara
keamanannya terutama dari ancaman kejahatan lintas negara. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kejahatan lintas negara masih menjadi tantangan dan ancaman potensial di
perairan perbatasan Indonesia-Australia, dan oleh karena itu, kerja sama keamanan
maritim di antara kedua negara bertetangga ini menjadi keharusan. Kerja sama
keamanan maritim kedua negara juga harus dilihat dalam kerangka kepentingan
strategis yang lebih luas di kawasan di mana Indonesia dan Australia, baik secara
bilateral maupun multilateral melalui forum-forum regional, menjadi bagian dari upaya
untuk menjaga dan memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan.
- Rekomendasi
Penguatan kapasitas dan kompetensi para pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan tugas keamanan maritim, seperti Angkatan Laut dan Bakamla harus terus
dilakukan. Peremajaan, penambahan dan pengadaan alutsista serta perangkat
pendukung keamanan maritim untuk menunjang pelaksanaan tugas keamanan maritim
juga harus dilakukan, dan untuk itu, peningkatan anggaran bagi pemenuhan hal
tersebut harus menjadi perhatian pemerintah. Program latihan bersama Indonesia-
Australia, terutama di antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelaksanaan
tugas keamanan maritim perlu dilakukan secara berkala.
-----------
top related