laporan maes aspek tanah ade
Post on 29-Dec-2015
403 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS MANAJEMEN AGROEKOSISTEM
“KUALITAS DAN KESEHATAN TANAH PADA LAHAN TEGALAN”
Disusun Oleh :
Nama : Ade Hari Maskar
NIM : 125040201111067
Kelas : Q
Asisten : Ajeng Widakusuma D
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
A. DESKRIPSI LOKASI
Lahan tegalan yang diamati terletak komplek perumahan new villa Bukit
sengkaling (Oma Kampus). Lahan tersebut memiliki luas ± 2 ha dengan
kondisi lahan tertutup gulma dan ada beberapa pohon sengon yang sengaja
ditanam disana,selain itu ada beberapa areal lahan yang sisa yang ditanami
kacang tanah seluas ± 50m x 50 m, terdapat juga tanaman singkong dengan
areal yang lebih kecil ditepi-tepi lahan, sisanya hanya dipenuhi rumput-rumut
pakan ternak. Lahan tegalan tersebut Lahan tegalan tersebut memiliki kondisi
tanah yang cukup baik dari segi kegemburannya. Pada saat Pengamatan
diambil sampel seluas 20 m x 20 m dengan menggunakan tali rapiah, sampel
diambil diareal yang terdapat tanaman kacang tanah. diarea
B. METODE PELAKSANAAN
1. Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Agroekosistem dilaksanakan pada tanggal 5
Maret 2014 di lahan tegalan, Malang. Lokasi yang digunakan sebagai lahan
tegalan untuk pengamatan yaitu di daerah “Villa Bukit Sengkaling Oma
Kampus”. Lahan tegalan yang kami amati berada tepat di dalam lokasi villa
yang merupakan lahan tegalan.
2. Alat, Bahan, dan Fungsi
a. Aspek Tanah
Lapang
Alat:
- Frame : untuk batas pengambilan sampel.
- Ring silinder : untuk mengambil sampel tanah/BI
- Sekop : untuk mencungkil tanah/BI
- Pisau/gunting : untuk memotong vegetasi alami di bagian
dalam frame
- Plastik : untuk tempat sampel seresah, understory,
dan diversitas cacing.
- Penggaris : untuk mengukur tebal seresah.
- Kamera : untuk dokumentasi kegiatan
- Palu dan balok : untuk menekan ring silinder
- Meteran : untuk mengukur frame yang akan dibuat
- Tali rafia : untuk membuat frame.
- Timbangan analitik : untuk menimbang sampel
- Kantong plastik : untuk wadah sampel setelah pengamatan
Bahan:
- Tanah, cacing, seresah, understory dan vegetasi alami : objek
pengamatan
b. Laboratorium
Alat:
- Oven : untuk mengoven seresah, understory dan
sampel BI agar mengurangi kadar air
- Timbangan analitik : untuk menimbang sampel
- Amplop : untuk kantong saat sampel di oven
- Kamera : untuk dokumentasi kegiatan di
laboratorium
Bahan:
- Seresah, understory, cacing dan tanah : sebagai objek pengamatan
3. Cara Kerja Secara Umum di lapang
a. Pemasangan frame
pasang frame 20m x 20 m di tempat yang datar
bagi menjadi 4 bagian yang sama luasannya
dari masing-masing frame, buat frame seresah berukuran 50 cm x 50 cm
dokumentasi
b. Pengukuran ketebalan seresah
frame seresah
amati seresah yang ada di dalam seresah
ukur ketebalan seresah dengan penggaris
masukkan seresah ke dalam kantong plastik untuk diamati
dokumentasi
c. Pengamatan understory
Amati frame yang digunakan pada pengamatan seresah
jika ada, potong tanaman yang berada di dalam frame
masukkan potongan tanaman dan pisahkan antara batang dan daun
dokumentasi
d. Pengamatan diversitas cacing, kascing dan biomassa cacing
Setelah understory selesai diamati, bersihkan frame pengamatan
Cungkil tanah hingga kedalaman ± 10-15 cm untuk mencari cacing
maupun kascing
Amati cacing dan jenis cacing, lalu masukkan ke kantong plastik untuk
diamati
Jika terdapat kascing/biomassa cacing, masukkan ke kantong plastik
Dokumentasi
e. Pengamatan BI
Pembuatan frame yang berukuran 20 m x 20 m
Bagi menjadi 4 bagian yang sama besar
Ambil bagian di tengah-tengah frame sebagai tempat pengambilan BI
Tekan ring silinder ke dalam tanah dan tekan dengan menggunakan balok/palu
hingga kedalaman 10 cm
Cungkil ring silinder dengan cetok/sekop,ratakan permukaan ring dan
masukkan ke dalam kantong plastik
Dokumentasi
4. Cara Kerja Secara Umum di laboratorium
4.1 Biologi
a. Seresah
timbang berat basah seresah dan vegetasi alami
oven pada suhu 70-800 C selama 1 x 24 jam
timbang berat kering
catat hasil
b. Cascing
timbang berat kaleng
timbang berat basah cascing
timbang cascing + kaleng
oven pada suhu 105-1100 C selama 24 jam
timbang berat kering
catat hasil
c. understory
pisahkan antar batang dan daun dari understory
timbang berat basah daun dan batang dari masing-masing frame seresah
masukkan ke amplopdan oven selama 1 x 24 jam
keluarkan dari oven timbang berat kering understory batang dan daun
catat hasilnya dan dokumentasi
d. Cacing
timbang berat kaleng
timbang berat basah cacing
amati jenis cacing tersebut
catat hasil
4.2 Fisika
a. BI
timbang ring silinder beserta isinya
timbang kaleng
timbang sub sampel tanah + kaleng
oven pada suhu 105-1100 C selama 1 x 24 jam
timbang berat kering
catat hasil dan dokumentasi
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Manajemen pengolahan lahan yang diamati
Kondisi lahan tegalan yang ada dilahan milik CV. New Villa Bukit
Sengkaling yang menjadi areal pengamatan didapati bedengan-bedengan
sisa budidaya tanaman kacang, pepohonan sengon,dan beraneka ragam
gulma. Kondisi lahan disekelilingnya datar dan permukaan tanahnya
ditutupi rumput, dan beberapa pohon sengon, dari kondisi lahan yang ada
dipetak sampel yang diamati dapat diketahui jika sebelumnya telah terjadi
kegiatan budidaya kacang tanah dengan luasan areal ± 50 m x 50 m.
dipermukaan tanah terdapat bedengan-bedengan.
Menurut Ai Dariah, lahan dengan ciri-ciri di atas merupakan lahan yang
menggunakan Metode Vegetatif, dimana semua tindakan konservasi
menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang
menjalar, semak perdu atau pohon, maupun rumput-rumputan dan tumbuh-
tumbuhan lainnya, serta sisa-sisa tanaman yang ditujukan untuk
mengendalikan erosi dan aliran permukaan.
Bedengan-bedengan tersebut mengindikasikan jika pengolahan yang
dilakukan dilapangan penolahan tanah maksimum (diolah semuanya).
Bedengan yang ada dilahan sampel dapat berdampak negative untuk
ekosistem biologinya, karena ada beberapa organisme tanah tidak menyukai
banyak perubahan pada tanah yang mungkin disebabkan oleh pengolahan
lahan yang berlebihan, dari segi fisika tanah tidak akan terlalu terganggu
karena dilahan didapati kondisi tanah cukup gembur dan konsistensinya
juga baik.
Berubahnya kondisi tanah akibat dari aktivitas manusia dapat
menyebabkan orgnisme-organisme yang baik bagi tanah mati dan siklus
energy ditanah menjadi menjadi terhenti. Siklus energy yang tehenti akan
membuat tanah menjadi semakin rusak. Hal tersebut dapat diketahui jika
produktivitas dari tanaman terus menurun, jika diamati di laboratorium akan
diketahui tanah tersebut mengalami masalah apa, misalnya organisme tanah
yang tidak ada.
Selain itu dilahan didapati sisa tanaman kacang tanah bukti jika
sebelumnya ada proses budidaya didaerah tersebut, sehrusnya jika menanam
kacang tanah untuk kondisi lahan tersebut tidak perlu dibuat bedengan
karena tanahnya sudah mencukupi criteria syarat tumbuh kacang tanah.
Apalagi kacang tanah juga bisa mengikat dan memproses N bebas diudara
yangdapat membantu kesuburan tanah didaerah tersebut.
Cacing tanah merupakan hewan makroorganisme tanah yang penting.
Cacing tanah mempunyai peranan penting terhadap perbaikan sifat tanah
seperti menghancurkan bahan organik dan mencampuradukkannya dengan
tanah, sehingga terbentuk agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah
(Buck, Langmaack, dan Schrader, 1999 et;al Hendri dkk. 2013). Perubahan
lingkungan yang dapat mempengaruhi populasi cacing tanah antara lain
ketersediaan hara dalam tanah, kemasaman tanah (pH), kelembaban tanah,
dan suhu atau temperatur tanah (Makalew, 2001et : al Hendri dkk. 2013).
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tekanan ban traktor pada
berbagai dosis pupuk urea menyebabkan terjadinya pemadatan tanah yang
berlebihan yang diunjukkan oleh nilai berat volume tanah yang tinggi. Hal
ini diduga karena adanya gaya tekan ban traktor yang mempengaruhi
pemadatan tanah. Selain itu akibat pemadatan gaya tekan ban traktor, urea
yang diberikan tidak lagi efektif dalam tanah sehingga juga ikut berdampak
pada pemadatan tanah.(Akbar, Y.dkk 2012).
Berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan para surveyor tanah
dapat diketahui jika aktivitas manusia khususnya pengolahan tanah tanpa
memperhatikan akibatnya akan berdampak buruk terhadap kehidupan yang
ada didalam tanah dan serta kualitas tanah seperti tekstur dan struktur tanah.
2. Data hasil pengamatan (tabel)2.1 Tabel fisika/BI
Lahan D Tinggi berat totalKA sub
BI (g/cm3)C + BB
subC + BKO
subC
Agroforestri 11 cm 10 cm 77,58 g 54,88 40,78 g 9.50 g 0,23Hutan 11 cm 10 cm 1340,6 g 50 g 28,73 g 9.50 g 0,608 Sawah 11 cm 10 cm 1250,20 g 57,42 g 39,80 g 9.50 g 0,832
Tegalan 11 cm 10 cm 1601,38 g 49,61 g 38,21 g 9,50 g 1,68
Ket : C = berat cawan kosong BB = berat basah
BKO = berat kering oven
Perhitungan lahan tegalan
a. KA= Mair
Mpadatan =
(C+BBsub )−(C−BKOsub )(C+BKOsub )−C
= . . . gram
KA = 49,61−382149,61−9,50
= 11,4
40,11 = 0,28 gram
b. Vt = 14
πD2t=…cm3
Vt = 14
.3,14 . 112 .10=949,85 cm3
c. BI = MpVt
=
berat total1+KA
Vt=…
g
cm3
BI = 1601,381+0,28949,85
=1251,07949,85
=1,31g
cm3
2.2 Hasil pengamatan aspek Biologia. Lahan Tegalan
DATA sebelum dioven
Frame/pengamatan Indicator 1 2 3 4
Seresah Ketebalan seresah 1 cm 0,2 cm 0,3 cm 1,2 cm
Berat Seresah 9 g 3,7 g 6 g 35,2 g
UnderstoryBatang 26,1 g (B) 29,8 g(B) 90 g(B) 36,9 g(B)Daun 19,5 g (D) 75,5 g(D) 45 g(D) 9,7 g (D)
Diversitas cacing
Jumlah cacing 5 - - -Kascing - - - -
Biomassa cacing 0,1 g - - -Jenis cacing Anesik : 5
Ket : B = batang D = daun
Tabel biologi pada lahan tegalan setelah di oven
Frame/pengamatan Indicator 1 2 3 4
SeresahKetebalan seresah 1 cm 0,2 cm 0,3 cm 1,2 cm
Berat Seresah 6,1 g 2,7 g 4,2 g 22,8 g
UnderstoryBatang 5,1 g (B) 7,1 g (B) 17,6 g (B) 11,2 g (B)Daun 7,3 g (D) 25,7 g (D) 13,6 g(D) 4,1 g (D)
Diversitas cacing
Jumlah cacing 5 - - -Kascing - - - -
Biomassa cacing 0,1 g - - -Jenis cacing anesik - - -
Ket : B = batang D = daun
b. Data Lahan hutan
Frame/pengamatan Indicator Frame
1 2 3 4
Seresah
Ketebalan seresah 2 cm 3 cm 3,5 cm 2,5 cmBerat seresah
kering sub sampel20 g - 36,80 g -
Berat Seresah basah sub sampel
100 g 100 g 100 g 100 g
UnderstoryBerat basah 3,9 g 42,5 gr 11,4 gr 11,4 grBerat kering 0,52 g 3,86 g 0,88 g 0,99 g
Diversitas cacing
Berat cacing 1,4 g 0,9 g 0,15 g 2 gKascing 45,1 g 37,4 g 26 g 20,9 g
Jumlah total cacing 6 cacing 6 cacing 10 cacing 12 cacing
Jenis cacing
Epigeik : 4 c
Endogeik:2 c
Epigeik: 2 c
Endogeik: 4 c
Epigeik : 5 c
Endogeik : 3 c
Epigeik : 9 c
Endogen : 3 c
c. Lahan Agroforestri
Frame/pengamatan Indicator Frame
1 2 3 4
Seresah Ketebalan seresah 0,5 0,5 0,5 -
(cm)Berat seresah kering
sub sampel (g)1,5 4,4 2,5 -
Berat Seresah basah sub sampel (g)
5,1 8,6 5,3 -
UnderstoryBerat basah (g) 50 50 50 50Berat kering(g) 22,9 40,1 28,6 25,2
Diversitas cacing
Berat cacing(g) 1,1 0,5 0,2 0,2Kascing(g) - 4,7 0,8 14,6
Jumlah total cacing 3 1 4 2Jenis cacing Endogenik Endogenik Endogenik endogenik
d. Lahan Sawah
Frame/pengamatan Indicator Frame
1 2 3 4
Seresah
Ketebalan seresah (cm)
1 1,5 0,8 1
Berat seresah kering sub sampel (g)
0,5 0,3 0,9 0,11
Berat Seresah basah sub sampel (g)
3,9 2,7 7,4 2.1
UnderstoryDaun
Berat basah (g) 7,5 4,8 6,5 13,7Berat kering(g) 0,9 0,5 0,4 1,3
BatangBerat basah (g) 1,4 0,5 0,7 1,1Berat Kering (g) 0,2 0,1 0,11 0,2
Diversitas cacing
Berat cacing(g) 0,1Kascing(g) - - - -
Jumlah total cacing 1 - - -Jenis cacing Epigeik - - -
3. Pembahasan dibandingkan dengan literature
a. Aspek fisika
Hasil pengamatan laboratorium menunjukkan jika berat isi tanah yang
baik yaitu terdapat pada tanah agroforestri dengan berat isi tanah 0,23 g/cm3
selanjutnya yaitu tanah hutan 0,608 g/cm3, sawah 0,832 g/cm3, dan tegalan
1,68 g/cm3. Berat isi tanah salah satu aspek yang bisa diamati untuk
mengetahui kualitas tanah tersebut. Berat isi tanah menjadi indicator jika
tersebut sudah mengalami perubahan-perubahan yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor termasuk manusia, karena manusia menjadi salah satu yang
paling banyak berperan dalam perubahan tanah.
Berat isi tanah rendah dikarenakan jumlah bahan organic yang tinggi,
jumlah runag pori yang banyak. Berat isi tanah yang tinggi disebabkan oleh
gumpalan/agregat tanah yang besar-besar yang menyebabkan jumlah pori
rendah, bahan organic yang kurang, dan bahan mineralnya yang tinggi.
Dari berat isi tanah dapat diketahui apakah tanah tersebut baik atau tidak.
Seperti penyataan Grossman & Reinsch (2002) et ; al Kurnia, E dkk (2006)
tanah dengan ruang pori tinggi seperti tanah liat cenderung mempunyai
berat volume lebih rendah. Sebaliknya tanah dengan tekstur kasar, walaupun
ukuran porinya lebih besar, namun total ruang porinya lebih kecil,
mempunyai berat volume yang lebbih tinggi. Komposisi mineral tanah,
seperti dominannya mineral dengan berat jenis partikel tinggi didalam
tanah, menyebabkan berat volume tanah menjadi lebih tinggi pula.
b. Aspek Biologi
Dari data laboratorium menunjukan jika dihutan keragaman diversitas
cacing, bahan-bahan organicdan penutup tanahnya (understory) menjadi
yang paling tinggi dibanding lahan tegalan, sawah dan agroforestri. Hal
terebut memiliki kaitan dengan kualitas tanah. Jika seresah(bahan organic
disuatu tempat cukup tinggi dengan didukung tanaman penutup tanah
(understory) dan organisme pengurai yang masih aktif akan membuat
kualitas semakin baik. Organsme tanah menbutuhkan bahan organic sebagai
asupan nutrisi dan kotoran dari organisme tanah akan membuat tanah
menjadi lebih baik.
Penutup tanah berperan dalam menjaga kelembaban tanah dan
menjaga tanah dari erosi permukaan. Sedangkan bahan organic menjadi
makanan bagi organisme tanah. Terdapatnya perbedaan dimasing-masing
tempat seperti hutan, sawah, tegalan, dan agroforestri disebabkan karena
campur tangan manusia. Daerah hutan masih terjaga dengan baik
ekosistemnya, terbukti dari hasil seresah, understory dan diversitas cacing
yang masih tinggi. Selanjutnya daerah agroforestri, hutan modifikasi
manusia yaitu dengan mencampurkan kegiatan budidaya dengan kehutanan.
Pada lahan sawah kondisi lahannya sudah sangat berubah, dimana lahannya
dibuat sedemikian rupa sehingga terus tergenang,dan areal terbuka terus-
menerus. Pada lahan tegalan masih tinggi tanah penutup tanah, pohon tetap
ada tapi hanya beberapa.
Jadi, keragaman ekosistem berperan penting dalam kualitas tanah,
yang dapat terlihat dari seresah, understory, diversitas cacing, dan tumbuhan
yang ada didaerah tersebut. Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dalam
pernbentukan dan pemantapan agregat tanah. Vegetasinya berperan sebagai
pemantap agregat tanah karena akar akarnya dapat mengikat partikel-
partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk butir-butir air hujan
secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran tanah dapat
dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daunnya dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan
struktur tanah yang baik maupun peningkatan porositas yang
dapatmeningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi (rahmawati dkk,
2013).
Penyebab lainnya yaitu alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian
seperti sawah, dan tegalan. Hal tersebut menyebabkan kerusakan tanah dan
kerusakan ekosistem semakin cepat. Alih guna hutan menjadi lahan
pertanian telah menunjukkan dampak yang sangat besar terutama terhadap
kerusakan lingkungan, akan tetapi proses itu terus berlangsung dan telah
menunjukkan dampak-dampak negatif yang berlangsung dan tidak seorang
pun yang tahu sampai kapan proses itu dipastikan dapat dihentikan. Alih
guna lahan menyebabkan berkurangnya kerapatan tanaman dan keragaman
jenis tanaman (rahmawati dkk, 2013).
.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu dari perbandingan keempat jenis
ekosistem tersebut ialah ekosistem hutan lebih baik dibanding yang lainnya. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan perubahan ekosistem tersebut yaitu sebagai
berikut:
1) Aktivitas manusia : aktivitas manusia sangat mempengaruhi kerusakan
lingkungan (tanah, organisme, dan tumbuhan) yang ada
dikosistem tersebut.perubahan tersebut akibat dari alih
fungsi lahan (hutan-pertanian), pengelolaan tanah yang
berlebihan tanpa memperhatikan dampaknya, kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya keseimbangan ekosistem.
2) Alam itu sendiri : alam dapat menimbulkan beberapa masalah seperti erosi
letusan gunung dsb, yang dapa merubah
ekosistem,khususnya ditanah yang terdapat beberapa
organisme yang tidak suka dengan perubahan lingkungan
yang drastic
Kerusakan-kerusakan tersebut jika tidak ditanggulangi akan menyebabkan banyak
dampak yang tidak baik,khususnya diduni pertanian. Proses budidaya akan
terganggu dan menimbulkan kerugian financial yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Dariah,----. Konservasi Tanah Pada Lahan Tegalan .Balai Penelitian Tanah,
Bogor dan Anggota MKTI
Akbar Y, dkk. 2012. pemadatan tanah dan hasil kedelai (glycine max l merill)
akibat pemupukan urea dan tekanan ban traktor (Soil Compaction and
Soybean Yield Due to Urea and Tractor Tire Pressure Treatments).
Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala,. Darussalam Banda Aceh
Hendri.dkk. 2013. pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap
populasi dan biomassa cacing tanah pada pertanaman tebu (saccharum
officinarum l.) tahun ke 2. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Kurnia,U,dkk .2006.Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisinya. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pertanian.
Rahmawati, 2013, sifat fisik tanah pada hutan primer, agroforestri dan kebun
kakao di subdas wera saluopa desa leboni kecamatan pamona puselemba
kabupaten poso. Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
. Palu, Sulawesi Tengah.
DOKUMENTASI
Lahan
Kondisi lokasi lahan tegalan
Lahan tegalan dekar dengan perumahan warga
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tanah
Seresah dan sisa gulma Seresah pada frame
Cacing Tanah
Proses pengambilan BI dan Pengamatan
Menentukan daerah pengambilan sampel Menempatkan ring sampel
Menekan ring ke bawah Pengambilan ring sampel
Persiapan pengukuran lahan Pengamatan tanaman understory
top related