laporan kunjungan kerja komisi i dpr ri ke korea selatan, 26-30
Post on 19-Dec-2016
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR-RI
SEOUL, BUSAN REPUBLIK KOREA SELATAN 26 DESEMBER - 30 DESEMBER 2011
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAJANUARI 2012
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Seoul dan Busan, Korea Selatan dilaksanakan atas dasar Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Nomor : PW.02/10491/DPR RI/XII/2011, dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama bilateral antara kedua negara, dan kerjasama di bidang industri pertahanan serta mengadakan Rapat Kerja dengan Duta Besar RI di Ankara dalam rangka melakukan pengawasan sejauhmana pelaksanaan tugas Duta Besar dan Perwakilan RI untuk Korea Selatan di Seoul dalam mendukung program-program Pemerintah dengan Pemerintah Korea Selatan juga melakukan pelayanan untuk perlindungan WNI di Korea Selatan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan kunjungan adalah :
1. Melaksanakan fungsi pengawasan DPR RI terhadap pelaksanaan kebijakan Pemerintah dan APBN, termasuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan tugas Duta Besar dan Perwakilan Tetap RI dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan program Pemerintah. Dalam hal ini, melaksanakan amanah konstitusi yang berlaku, Komisi I DPR RI berupaya untuk melaksanakan usaha mencari, menemukan, menggali dan mendapatkan informasi akurat yang berkaitan dengan tugas fungsi serta perannya berhubungan dengan pelaksanaan tugas pokok yang dilakukan di luar negeri oleh para Mitra serta partner Pemerintah dalam melaksanakan tugas hubungan Luar Negeri dengan negara tetangga, berikut kegiatan mitra yang memiliki kapasitas untuk melakukan kegiatan pengadaan Alutsista bagi kepentingan TNI sebagai Rencana Strategis (Renstra) yang direncanakan.
2. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka pihak Komisi I DPR RI berupaya untuk mengetahui sampai sejauh mana implementasi pelaksanaan kerjasama tersebut dapat terlaksana, apakah telah memperhitungkan faktor tehnis, administrasi, taktis, anggaran dan politik serta kemampuan imbangan daya tempur relatif dengan negara tetangga di sekitar kawasan, sehubungan dengan hal tersebut maka pihak DPR RI melalui Komisi I membuat jadwal sedemikian rupa, agar apa yang dicanangkan oleh Pemerintah bersama Parlemen/DPR RI telah dapat dilaksanakan dan mencapai target yang telah ditentukan atau belum.
2
3. Di bidang pertahanan, Komisi I DPR RI tengah berupaya untuk mendukung sekaligus mendorong realisasi visi pembangunan kekuatan pertahanan nasional yang didukung oleh profesionalisme prajurit TNI, modernisasi Alutsista, serta kemandirian Alutsista melalui pemanfaatan dan pemberdayaan industri strategis nasional untuk pertahanan. Kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke Korea Selatan adalah untuk menciptakan diversifikasi kerjasama militer RI dengan negara-negara mitra, sekaligus untuk melihat dan memperoleh gambaran dari dekat tentang bagaimana pemanfaatan dan pemberdayaan industri-industri strategis untuk pertahanan dapat dilaksanakan di negara-negara tersebut, untuk menjadi masukan bagi industri strategis/pertahanan nasional, serta mendorong kerja sama antara industri strategis/pertahanan nasional.
C. SUSUNAN DELEGASI
Adapun susunan Delegasi Komisi I DPR RI ke Korea Selatan terlampir.
(lampiran 1)
3
BAB IIPELAKSANAAN KUNJUNGAN
A. GAMBARAN UMUM.
Negara Republik Korea Selatan pernah dijajah oleh Jepang selama ± 35
tahun sebelum Negara tersebut bertekuk lutut / menyerah pada sekutu dan
Negara Korea Selatan ini mendapAthan kemerdekaannya pada tanggal 15
Agustus 1945, melalui perjuangan panjang yang sangat melelahkan di era
penjajahan oleh Jepang dan penderitaan sebagai akibat terjadinya perang Korea
pada tahun 1950 sampai dengan 1953, namun dengan semangat pantang
menyerah dengan bantuan Negara-negara sekutu, maka Negara ini mampu
bangkit dari puing-puing kehancurannya dengan cepat dan pesat, hal ini ditandai
dengan munculnya Korea Selatan kini sebagai salah satu kekuatan ekonomi
Dunia disertai kemajuan industrinya yang ditopang oleh keunggulan high
technologi yang menunjang, sehingga mampu membangkitkan keampuhan
industri pertahanannya dan patut diperhitungkan oleh dunia. Negara ini terletak
dibelahan Asia Timur dan berbatasan dengan negara Korea Utara maupun
dengan negara Jepang dan dampak dari letak kondisi geografis, mengakibAthan
negara ini memiliki 4 musim/iklim disertai pembagian wilayah menjadi 9(sembilan)
propinsi dengan jumlah penduduknya secara umum sebanyak 48,58 juta jiwa.
Hubungan Bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan mulai dijalani sejak
tahun 1966, dalam perjalanannya dari era ke era hubungan kedua negara ini
semakin intim dan mesra, hal ini ditandai dengan adanya sepuluh negara tujuan
ekspor Korea Selatan dari berbagai komoditi dan Indonesia merupakan negara ke
7 yang menjadi incarannya dan Korea Selatan memposisikan Indonesia sangat
strategis serta istimewa, karena Indonesia merupakan negara besar selain
dipandang mempunyai peranan penting dikawasan Asia Tenggara (ASEAN) juga
dikarenakan Indonesia memiliki SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah serta
sumber tenaga kerja yang relatif murah dan ketiga keunggulan yang dimiliki
Indonesia ini diharapkan mampu membantu meningkatkan status dan peran
politiknya didunia / masyarakat International. Demikian pula dengan kebijakan
politik luar negeri NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang bersifat
bebas aktif menjadikan salah satu pertimbangan Korsel untuk menjalani
hubungan yang saling menguntungkan bagi ke 2 (dua) negara kini dan dimasa
4
yang akan datang, terlebih kantor KBRI di Seoul saat ini telah memiliki prototype
yang ideal dan ini sebagai salah satu pertanda bahwa, Korsel welcome dengan
Indonesia dan pada kegiatannya secara kasab mata serta faktual, pihak Korsel
dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) telah melakukan hubungan
kerjasama bilateral pertahanan, hal ini ditandai dengan beberapa bentuk
kerjasama yang telah dilakukan oleh kedua negara tersebut, antara lain :
Melakukan pengiriman perwira siswa TNI untuk ikut serta dalam pendidikan
tingkat Sesko Angkatan dan Lemhanas serta untuk mengikuti latihan
pengoperasian peralatan Militer, Alutsista dan pelatihan dibidang kesehatan
militer berikut pelatihan olah raga militer/BDM (Bela Diri Militer) dengan tongkat
sebagai perumpamaan senjata laras panjang saat melakukan perkelahian
Sangkur ”YUKENDO”.
Terlebih saat kini dalam rangka melaksanakan pemenuhan kebutuhan Renstra
TNI 2010-2014, maka komisi I/DPR-RI memandang perlu untuk pengadaan
Alutsista dapatnya melakukan kunjungan kerja ke Negara tersebut, sesuai dengan
amanah konstitusi untuk melaksanakan tiga peranannya, agar rencana
pemantauan pengadaan yang akan dilakukan telah sesuai dengan pengajuan
dalam satuan tiga yang telah disepakati tepat waktu, tepat sasaran, tepat mutu,
tepat jumlah, tepat anggaran dan memiliki daya saing yang tinggi, sehingga
memiliki daya penggetar yang handal agar kedaulatan Negara terjaga dan
Amanah Rakyat tidak dicederai proses ini, demikian juga terhadap manfaat yang
dapat diperoleh oleh BUMNIP kita, oleh sebab itulah maka perwakilan negara RI
di Korsel turut serta bertanggung jawab dalam perjalanannya.
A. RUANG LINGKUP & TATA URUT
Laporan ini dibuat berdasarkan aturan yang berlaku dengan susunan serta tata
urut, sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Pelaksanaan Kunjungan :
a) Pertemuan dengan Duta Besar RI beserta staff di wisma KBRI.
b) Pertemuan dengan pihak DSME (Daewo-Ship Bulding & Marine
Engineering).
c) Pertemuan dengan pihak KAI (Korean Aerospace Industrieas)
5
d) Pertemuan dengan pihak HANWHA GROUP (Hyundhai Weapon
Production Korea)
4. Saran dan Kesimpulan.
B. PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR, WISMA KBRI
Penjelasan KBRI Seoul selaku wakil pemerintah NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) di Korea Selatan yang diawaki oleh 74 personil baik
Diplomat Home staf dan Lokal staf melalui pendekatan Politik Bebas Aktif
berupaya secara optimal untuk menindak lanjuti berbagai kebijakan Pemerintah
pusat yang berkaitan dengan aspek “Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya
serta Pertahanan” dan untuk mencapai program yang direncanakan tersebut
agar dapat berhasil guna secara optimal, maka dengan seluruh kekuatan serta
slogorde yang dimiliki KBRI berupaya melakukan berbagai manuver maupun
akselerasi diberbagai bidang tersebut melalui usaha serta kegiatan yang
terencana, terarah, teratur, berkesinambungan sesuai dengan skala prioritras,
agar langkah tindakan yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi
hubungan kedua Negara baik kini maupun dimasa mendatang, hal ini ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Kunjungan timbal balik masing-masing Kepala Negara baik Republik
Indonesia ke Republik Korea Selatan maupun sebaliknya sejak tahun 1981
hingga tahun 2011 yang baru lalu tetap berkesinambungan hingga kini.
b. Kunjungan masing-masing Pejabat Kementrian Pertahanan hingga masing-
masing Kepala staf angkatan secara timbal balik, dalam rangka MOU kerja
sama dibidang pendidikan dan pelatihan semakin meningkat.
c. Melakukan kegiatan seminar dan rapat koordinasi secara timbal balik
berkaitan dengan masalah kemajuan pendidikan dan pelatihan logistik.
d. Melakukan pembelian alat utama system kesenjataan untuk matra-matra
dalam jajaran TNI semakin meningkat, demikian pihak Korsel terhadap
produksi BUMNIP Indonesia (pesawat patroli maritim).
6
e. Memberikan peluang dan kesempatan kepada BUMNIP Indonesia untuk
menyerap teknologi Industri Pertahanan yang sedang dikembangkan oleh
pihak Republik Korea Selatan.
Namun dari beberapa hal yang disampaikan sebagai suatu kemajuan dari
kegiatan misi Diplomasi yang dilakukan oleh pihak KBRI, pada kenyataannya masih
ada beberapa hal yang dirasakan masih perlu untuk mendapAthan perhatian, antara
lain sebagai berikut :
a. Pembinaan terhadap jumlah WNI/TKI/Mahasiswa, pelajar serta tenaga
professional yang berdomisili di Korsel yang tersebar 9 Propinsi dengan
jumlah 31.554 orang masih sulit dilaksanakan secara optimal.
b. Pengiriman TKI ke Korsel yang dilaksanakan oleh KemNakertrans dibawah
supervisi BNP2TKI dengan pelaksana operasional PJTKI dan agen, kurang
memperhatikan masalah administrasi berkait dengan visa, data administrasi
palsu, tingkat stakes serta ketrampilan yang berkait dengan pemahaman
kultur budaya local setempat dan hal ini membuat kegiatan KBRI bertambah
padat.
c. Dana rutin Atase Teknis yang diharapkan melalui satu pintu KBRI belum
dapat terlaksanan, hal ini menyulitkan pengawasan.
d. Pengadaan Alutsista tanpa melalui mekanisme keterwakilan KBRI yang ada
secara benar, Athan hanya bertanggung jawab kepada Kemhan dan TNI
tanpa memberikan informasi kepada Duta Besar berkuasa penuh di Negara
yang diwakili.
e. Jumlah kendaraan operasional untuk mendukung kegiatan rutin (protokoler
dan resmi) sejumlah 7 buah kurang memadai, olehnya 5 kendaraan yang
telah dimodel X kan segera diadakan penggantian.
C. PENJELASAN PIMPINAN DSME, DAEWO DAN PENINJAUAN (BUSAN)
Dalam pertemuan ini, Delegasi Komisi I DPR RI diterima oleh Mr. Namsang
Tae Selaku Pimpinan, beliau memberikan informasi dan penjelasan mengenai
sejarah singkat hingga kemampuan yang dimiliki oleh Daewoo Heavy Industries
sebagai berikut :
7
1. Sejarah Singkat.a. Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co., Ltd. (DSME), didirikan pada
tahun 1978 di OKPO Bay, pulau Geoje terletak di Ujung Tenggara
Semenanjung Korea dan mampu membangun berbagai jenis kapal, antara
lain: “Kapal Selam, Kapal Perusak, Kapal Pengangkut, Kapal Fregat” dan
sebagainya”
b. Perusahaan ini dalam berkarya mempekerjakan sekitar 1500 tenaga ahli
dengan pengalaman produktif dan lebih 10.000 pekerja trampil lainnya.
c. DSME terakhir sebagai perusahaan independen dan berkarya pada sektor
kelautan Korea.
d. DSME mulai tahun 1989 telah memulai pembangunan kapal selam &
memiliki kemampuan untuk melakukan perbaikan.
e. DSME mampu membangun kapal perang jenis kapal perusak yang
dilengkapi dengan fasilitas operasi helikopter berikut senjata peluru kendali
jenis permukaan kepermukaan serta dari permukaan ke udara.
f. Selama 14 tahun belakang ini DSME telah mampu membangun 9 buah kapal
selam dengan spesifikasi mampu berlayar selama 2 bulan, memiliki
kecepatan 22 knot (40 Km/jam) dan dilengkapi dengan sonar canggih –
torpedo & sistem tempur yang canggih dan mampu terhindar dari deteksi
kapal selam lawan/musuh.
g. Pada tahun 2005 DSME telah mampu memenangkan tender/pesanan dari
Angkatan Laut Republik Indonesia.
h. Pada tahun 2009 DSME telah melakukan perbaikan terhadap kapal selam
KRI Nanggala dengan nomor lambung 402 dan telah pula memberikan
pelatihan kepada awak kapal serta memberikan peluang kepada PT. Pal
untuk melakukan TOT, sehingga akhir Januari kapal tersebut melaut kembali
ke Indonesia.
i. DSME telah mendapAthan kepercayaan untuk memenuhi pesanan
pengadaan 3 kapal selam jenis yang sama dengan Kasel 402 dan pada
2015, diantaranya satu buah akan masuk dalam jajaran kekuatan TNI AL.
2. Penjelasan yang disampaikan oleh pimpinan DSME dalam peninjauan lapangan terhadap OVH Kasel Nanggala 402 yang telah melaksanakan
8
perbaikan 97% siap dan didapat keterangan dari DanSatgas serta Kapten Kasel dan pihak Daewoo, hal-hal sebagai berikut :a. Saat tiba Kesel Nanggala 402 digalangan kapal ini dalam kondisi rusak
berat, terutama plat deck serta sewaco.
b. Dengan pendekatan yang baik akhirnya perbaikan dari 2 komponen yang
dibatasi sebelumnya dapat melebar, sehingga kondisinya lebih baik saat kita
mendapatkannya dari negara aslinya, “Jerman/1978”.
c. Pihak Daewoo memberikan atensi yang tinggi dalam rangka TOT kepada
BUMNIP kita (PT. Pal)
d. Pihak Daewoo memberikan pelatihan terhadap awak Kasel 402 ini dengan
profesional dan transfer pengetahuan telah mampu diserap oleh ABK
dengan baik.
Namun dari penjelasan yang disampaikan berikut klaim perusahaan Daewoo
yang menyatakan, bahwa Daewoo merupakan perusahaan independen yang
berkarya di sektor kelautan lebih khusus “pengadaan Kasel” nomor satu, tentunya
hal ini perlu untuk diklarifikasikan kepada KBRI kita bersama Dubes sebagai wakil
Pemerintah Republik Indonesia di Korsel, apakah stigma ini benar dan akurat.
D. Penjelasan Pimpinan KAI (Korean Aerespee Industries & tindak lanjut penanganan lapangan/Busan)
Penjelasan yang disampaikan oleh GM Senior Marketing Enes Park saat
menerima kehadiran anggota Komisi I DPR RI, sebagai berikut :
1. Sejarah singkata. KAI pada tahun 1999 merupakan gabungan konsolidasi perusahaan,
Daewoo-Samsung & Hyundai” dengan produksi jenis pesawat “Fix Wing &
Rotary Wing”
b. Fasilitas yang dimiliki selain perkantoran juga memiliki areal pabrik serta
ruang upgrade & modifikasi.
c. Produksi yang dihasilkan oleh KAI selain pesawat komersial juga pesawat
untuk kepentingan militer (helikopter & pesawat tempur) & khusus untuk
jenis helikopter adalah KUH/Korean Utility Helikopter, helikopter yang
diproduksi ini diawaki oleh 2 (dua) pilot, 16 penumpang & mirip jenis MI 17
milik TNI-AU.
9
d. Pengembangan produksi pesawat tempur T-50 membuat Korsel menjadi
negara ke-12 yang mampu memproduksi sebuah pesawat jet tempur
secara utuh dan saat ini sedang memasarkan jenis T-50 ini untuk pasar
internasional.
e. Saat ini KAI sedang membuat Variant T-50 Golden Eagle yang merupakan
pesawat serang ringan yang memiliki keampuhan dengan persenjataan
jenis kanon 20mm yang terpasang tepat di belakang kokpit, rudal udara ke
udara AIM-9/side winder yang dapat terpasang diujung masing-masing
sayap dan rudal lain yang terpasang dicantelan bawah sayap serta
senjata udara ke darat yakni peluncur roket LAU-3/LAU-68 dan
sebagainya.
f. KAI telah melakukan kerja sama dengan pihak Indonesia untuk
pembangunan dan pengadaan pesawat tempur “Indonesia Golden Eagle
Pesawat T-50”, ini dilaksanakan dalam upaya untuk meningkAthan
kemampuan industri pertahanan Indonesia, hal ini ditandai dengan
pengiriman tim gabungan ke Korsel yang terdiri dari personil TNI AU, ITB,
Kemhan, PT. DI untuk bergabung dalam rangka memulai tahap awal kerja
sama pembangunan ini dan ini merupakan cikal bakal pembangunan KFX
50 yang akan datang.
2. Peninjauan Lapangan di Pabrik Produksi hingga di Show Room.a. Areal pabrik produksi dan perakitan dilayani oleh tenaga profesional serta
mesin elektrik yang sangat canggih, pelataran pabrik sangat bersih dan
tertata rapih, proses pembuatan dan perakitan bergulir sesuai dengan
system ban berjalan dan tidak dilakukan secara paralel/simultan.
b. Pesawat T.50 yang telah siap rakit ditempAthan pada shelter khusus yang
disiapkan, hal ini untuk mencegah kerusakan akibat cuaca dan sekaligus
merupakan langkah tindakan yang dilakukan sebagai tindak pengamanan
terhadap material yang siap operasional.
Dari rangkaian peninjauan yang dilakukan oleh rombongan terhadap obyek
yang ditentukan tersebut, pihak manajemen menyatakan bahwa untuk produksi
Helikopter jenis Puma/Super Puma, Indonesia memiliki keunggulan yang lebih
baik dari produk Korea Selatan.
10
E. Pertemuan dengan Pihak Hanwha Corporation Trade / SeoulPenjelasan dari pihak Hanwha yang disampaikan oleh Presiden perusahaan,
Park Yao Hong (bukan dari pihak Hyundai) kepada rombongan Komisi I/DPR-RI
adalah sebagai berikut :
1. Hanwha Coorporation merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang
manufacturing & industri “defence & aero space dan sebagainya.
2. Perusahaan ini membuat dan memproduksi Weapon Production Korea dan
siap membantu membangun industri pertahanan Indonesia dan tidak
berkeberatan untuk memberi garansi untuk industri Indonesia.
3. Hanwha Coorporation dalam menjalankan roda perusahaan dan industrinya
bermodalkan murni milik swasta, namun dalam membangun industri
pertahanannya tetap difasilitasi oleh pihak Kemhan mereka (Korea Selatan).
4. Hasil industri pertahanan yang dihasilkan oleh Hanwha, antara lain
meriam/Howitzer/105 MM, mortar, arteleri, naval & air craft, namun pihak
Hanwha belum memiliki pengalaman untuk membuat Kapal Selam & tidak
menjamin kualitas dari jenis tersebut dan tidak ada pesanan dari Indonesia.
5. Hanwha sangat senang dapat membantu terbangunnya industri pertahanan
Indonesia, namun dengan syarat dapat membantu pengadaan imbal beli
dengan SDA jenis batubara di Borneo.
6. Hanwha dalam perjalannya telah membantu TNI untuk Renstra 2010-2014
melakukan pemilihan Mer 105 MM KH 178 buatan Korea ini untuk 3 Yon
Satuan Armed, saat ini dari 54 pucuk yang dipesan telah tiba 36 pucuk &
pada awal tahun ini 18 pucuk berikutnya akan tiba di Indonesia, ini
menandakan bahwa Hanwha memiliki andil dalam memperkuat Alutsista TNI.
Dari hal yang dikomunikasikan jauh sebelumnya, bahwa pihak Komisi I /DPR
RI melalui Athan KBRI Seoul ingin menghadirkan pihak Hyundai yang memiliki
kapasitas nomor wahid di Korea Selatan dalam pembangunan jenis Kapal Selam,
namun telah terjadi miskomunikasi, sehingga pihak Komisi I tidak dapat berinteraksi
dengan pihak Hyundai dan perusahaan ini minta untuk di reschedule ulang bagi
Komisi I, karena dalam rangka pengadaan 3 Kapal Selam jenis serupa dengan
Kasel 402/Nanggala yang diperoleh Daewoo & Hyundai tidak dilibatkan dalam
pelaksanaan tender ini.
11
BAB IIISARAN DAN KESIMPULAN
A. UMUMBerangkat dari fakta serta temuan yang diperoleh oleh Tim Komisi I DPRI
RI secara langsung saat berinteraksi dengan obyek di lapangan dari berbagai
pihak yang dikunjungi tersebut, baik KBRI Seoul hingga industri
pertahanan/BUMNIP milik Korea Selatan tersebut, dipandang perlu oleh Komisi
I/DPR-RI untuk menyampaikan hal yang dilihat, hal yang diketahui, mekanisme
hubungan kerja pusat hingga perwakilan negara di luar negeri, baik prosedur,
keharusan serta kewajiban sesuai norma para atase teknis berikut atase
pertahanan dalam melakukan tugas, fungsi serta perannya dalam rangka
mendukung capaian program kerja negara sesuai rencana strategis yang telah
disepakati untuk dilaksanakan dan dari pantauan langsung tersebut ada temuan
mendasar yang harus ditindak lanjuti sebagai upaya perbaikan kinerja dari
instrumen yang mengawaki tersebut kedepan.
B. BAGI KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA1. Dapatnya UU RI No. 37/1999, tanggal 14 September 1999, tentang hubungan
luar negeri yang menyatakan bahwa : “Agar tercapai penyelenggaraan tata
kerja yang harmonis dan terpadu, sebagai suatu kebiasaan untuk mencapai
sesuatu secara optimal, koordinasi antar instansi pemerintah dan antar unit
yang ada harus ditegakkan, dilaksanakan serta diberdayakan”.
2. Kemlu RI harus memberikan pedoman kepada para Dubes untuk
mempedomani, Keppres RI No. 108 Tahun 2003, tentang Organisasi
Perwakilan RI di Luar Negeri, Bab I Keterangan Umum Pasal 1 ad. 7 &
menginformasikan hal ini kepada para atase teknis serta atase pertahanan
serta seluruh staf, bahwa “Dubes adalah wakil pemerintah dan wakil pribadi
Presiden di 1 (satu) negara” dan wajib menerima informasi baik diminta/tidak
diminta oleh seluruh staf yang ada dibawah komandonya dan perlu dibuatkan
Protap.
12
C. BAGI KEMENTERIAN PERTAHANAN & MABES TNI1. Memberikan informasi kepada jajaran atase pertahanan, atase militer yang
bertugas di luar negeri, bahwa Komisi I DPR RI merupakan mitra kerja dari
Kemhan/TNI dan wajib yang bersangkutan untuk menginformasikan akan
tugas, fungsi serta perannya serta batas kemampuan yang dimilikinya kepada
pihak DPR RI.
2. Menginformasikan kepada jajarannya di luar negeri untuk memahami UU RI
No. 37/Tahun 1999 serta makna Keppres RI No. 108/2003.
3. Menginformasikan secara garis besar kepada jajaran Kementerian Luar
Negeri hingga KBRI terkait secara terbatas, tentang kebijakan KemHan dan
TNI dalam upaya pengembangan industri pertahanan serta pembelian
Alutsista di negara tertentu.
4. Dalam pengadaan serta pembelian Alutsista di negara tertentu, sebaiknya
pihak Kemlu cq. Dubes terkait perlu dimintai pertimbangan saran
pendapatnya didampingi Athan tersebut.
D. KEPADA BUMNIP NEGARA SAHABAT1. Sebaiknya pertimbangan teknis, taktis, adiministrasi serta politik, harus di
utarakan sebagai konsekuensi logis yang akan dihadapi Indonesia dan perlu
mendapatkan ketegasan dari mereka sebagai pembuat.
2. Peluang bagi industri pertahanan Indonesia untuk pelatihan terkait dengan
TOT harus menjadi satu kesatuan MOU tersebut, berikut kemudahan lainnya
yang dapat diberikan kepada Tim Teknis Indonesia dimaksud selama berada
di negara produsen.
E. KEPADA KEMENTERIAN TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA1. KemLu agar mendesak kepada Kementerian terkait melalu Menteri
Koordinator yang membidangi masalah TKI/WNI di luar negeri, dapatnya
BNP2TKI/PJTKI maupun agen untuk memperhatikan hal mendasar mengenai
ketrampilan, visa, kesehatan, manipulasi data paspor dan sebagainya yang
memberatkan KBRI di luar negeri.
2. Mendesak Kemlu agar pemerintah menjatuhkan sanksi hukum kepada pihak
yang mengabaikan norma dasar dimaksud.
13
3. Komisi I agar mendesak pihak Kemlu untuk duduk bersama
Kementrian/Lembaga terkait melalui “MenkoPolHukam” untuk memecahkan
persoalan ini.
F. KESIMPULANKomisi I/DPR-RI dalam melaksanakan 3 (tiga) fungsinya terhadap mitra kerja
baik pihak Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Pertahanan Mabes TNI
dengan jajarannya sepanjang tahun 2011-2012 di seluruh wilayah tanah air berikut
perwakilan luar negeri dalam upaya melakukan kegiatan kerjasama
pendidikan/latihan/seminar maupun pengadaan dan pembelian alat utama system
kesenjataan dari negara tetangga lainnya, maka dalam program 2010-2011 Komisi I
DPRI-RI melaksanakan kunjungan kerja ke Negara Republik Korea Selatan dalam
upaya untuk mengetahui proses perbaikan Kapal Selam 402 buatan Jerman 1978 di
Daewoo, Busan berikut rencana pembelian 3 Kasel dengan type yang sama, serta
peninjauan ke KAI dalam rangka TNI melakukan kerjasama pengadaan pesawat
udara T.50 pengganti OV.10 Bronco yang lalu, Super Tucano dan penjelasan
Hanwha terhadap pembelian dan pengadaan TNI AD akan Mer.105 Mm sejumlah 54
pucuk yang diduga proses tersebut lepas dari mekanisme serta prosedur dan
komitmen yang telah disepakati dengan pihak Komisi I DPR RI, olehnya kunjungan
kerja ini memberikan manfaat adanya temuan-temuan yang diperoleh untuk
selanjutnya akan dijadikan sebagai masukan dan evaluasi bagi Kementerian terkait
serta pihak pemerintah, agar kedepan mekanisme yang telah dibangun tidak
dilanggar dan negara selamat dari pemborosan yang tidak tepat karena
pertimbangan pengambilan keputusan yang sesaat sifatnya tidak komprehensif dan
integratistik, kondisi ini bila dibiarkan akan merugikan negara dan bangsa Indonesia
yang sama-sama kita cintai ini.
G. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja ke Republik Korea Selatan ini disampaikan
dan semoga temuan, masukan serta informasi yang diperoleh dapat dijadikan
sebagai pegangan bagi Komisi I DPR RI dan sebagai pintu masuk pendalaman
kepada mitra kerja terkait ketika rapat kerja dilaksanakan dengan pihak pemerintah,
14
guna mendapat informasi yang jelas sehingga di dapat satu komitmen guna
memperbaiki kinerja kedepan dalam upaya “penghematan, transformasi HT yang
tepat, hasil guna yang optimal dan daya getar yang tinggi serta prosedur kerja yang
tertata, terpadu dalam satu kesatuan yang benar”.
Jakarta, Januari 2012
Ketua Delegasi Sekretaris Delegasi
(Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si) (H. Tri Tamtomo, SH) A-73 A-322
15
Lampiran 1DAFTAR DELEGASI KOMISI I DPR RI
DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA KE SEOUL, BUSAN, KOREA SELATAN 26-30 DESEMBER 2011
1. Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si F-PKS Ketua Delegasi
2. H. Tri Tamtomo, SH F- PDI Perjuangan Sekretaris Delegasi
3. Drs. H. Guntur Sasono, M.Si F- Demokrat Anggota Delegasi
4. Max Sopacua, SE, M.Si F- Golkar Anggota Delegasi
5. Drs. H.A. Muchamad Ruslan F- Golkar Anggota Delegasi
6. Helmy Fauzy F- PDI Perjuangan Anggota Delegasi
7. Luthfi Hasan Ishaaq, MA F- PKS Anggota Delegasi
8. M. Syahfan Badri Sampurno, M.Si F- PKS Anggota Delegasi
9. Ir. H. Teguh Juwarno, M.Si F- PAN Anggota Delegasi
10.Jaka Adiwiguna, S.Sos, M.AP Set. Komisi I Sekretariat Del.
11.Sugeng Riyadi Set. Komisi I Sekretariat Del.
16
top related