laporan kinerja 2015 - kemlu.go.id setjen 2015.pdf · evaluasi sistem pengendalian internal oleh...
Post on 08-Mar-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA
2015
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Kata Pengantar
Sebagai bahan pertanggungjawaban kinerja dan anggaran yang
telah dilaksanakan selama satu tahun, sebagaimana diamanatkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, telah
disusun Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Luar
Negeri Tahun 2015.
Penyusunan laporan kinerja ini merupakan bagian dari implementasi transparansi
dan akuntabilitas kinerja dalam kerangka good governance di lingkungan sekretariat
jenderal Kementerian Luar negeri.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri Tahun 2015 disusun
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Laporan
Kinerja ini menggambarkan sejumlah capaian kinerja berdasarkan target kinerja
yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2015.
Kami berharap melalui pelaporan kinerja, dapat terlihat sasaran yang telah tercapai maupun yang belum dapat diraih, sehingga Laporan Kinerja ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dan solusi yang dapat diimplementasikan. Oleh karena itu, dengan tersusunnya Laporan Kinerja ini, Sekretariat Jenderal diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya di masa mendatang.
Jakarta, Februari 2016
Y. Kristiarto S. Legowo
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Tahun 2015 adalah tahun pertama implementasi Rencana Strategis (renstra) jangka
menengah Sekretariat Jenderal 2015–2019. Pada tahap awal pelaksanaan renstra ini,
Sekretariat Jenderal (Setjen) melakukan beberapa perubahan termasuk perubahan
Indikator Kinerja Utama (IKU) dari periode sebelumnya, yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No IKU Tahun 2014 No IKU Tahun 2015
1 Nilai Kemajuan Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri
1 Indeks Kepuasan Pegawai
2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri
2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri
3 Opini BPK 3 Opini BPK
4 Persentase pegawai yang ditempatkan sesuai dengan kompetensi
4 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
5 Persentase kelancaran ketersediaan infrastruktur jaringan teknologi dan komunikasi di Kementerian Luar Negeri
5 Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri
6 Persentase pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
IKU yang dipilih pada Tahun 2015 merupakan IKU yang berorientasi pada hasil
(outcome), bukan merupakan IKU yang hanya berorientasi pada kegiatan atau proses.
Dengan IKU baru pada Tahun 2015 tersebut, pencapaian kinerja Setjen menjadi lebih
menantang, namun tetap realistis. Dari hasil pengukuran, monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara berkala, selama tahun 2015, Setjen berhasil meraih pencapaian kinerja
sebagai berikut:
SASARAN NO INDIKATOR KINERJA
UTAMA TARGET
2015 REALISASI
2015 CAPAIAN
2015
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
1 Indeks Kepuasan Pegawai 55% 45% 81,45%
2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
B (70)
BB (72,22)
103,17%
3 Opini BPK WTP WTP
120%
(konversi)
4 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
50% 5,56%
11,11%
5 Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri
55% 9,30%
16,91%
Capaian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2015 66,53%
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Capaian signifikan dari Sekretaris Jenderal pada tahun 2015 datang dari capaian kinerja
indikator kinerja utama yang kedua dan ketiga yaitu capaian Indikator Nilai Hasil
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dari Kementerian PAN-RB
dan Opini BPK atas audit Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun 2014.
Pada Tahun 2015 Kemenlu mendapatkan nilai “BB” dengan nilai 72,22 atas Laporan
Kinerja Kemenlu Tahun 2014. Nilai ini menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun lalu yang hanya mendapat Nilai Evaluasi AKIP 62,27. Selain itu,
pada tahun 2015, Kemenlu mendapat Opini “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)” dari
BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun 2014.
Raihan capaian yang rendah pada IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan” dikarenakan Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015 melakukan
restrukturisasi organisasi untuk mencapai visi misi dan sasaran strategis sesuai Renstra
Kemlu 2015–2019. Restrukturisasi ini pada prosesnya akan memunculkan jabatan-
jabatan baru secara nomenklatur maupun substansif yang mensyaratkan penyusunan
pembaharuan peta dan analisa jabatan. Oleh karena itu penyempurnaan model dan
standar kompetensi jabatan serta pelaksanaan asesmen tidak dapat dilaksanakan pada
tahun 2015 dan baru dapat dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2016 setelah
struktur baru disahkan.
Selain itu, pencapaian kinerja “Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan
komunikasi Kementerian Luar Negeri” tidak dapat mencapai target karena jumlah
anggaran untuk pelaksanaan Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri Tahun 2011-2015 tahap kedua (tahun 2015) hanya tersedia
sebesar 50%. Di samping itu, belum adanya kebijakan tata kelola teknologi informasi
dan komunikasi Kementerian Luar Negeri menyebabkan prioritas pelaksanaan tahapan
penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi terganggu oleh adanya
permintaan layanan infrastruktur dan aplikasi yang tidak tercantum dalam dokumen
Rencana Induk Strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang harus didahulukan
penyelesaiannya.
Sementara itu, dari sisi Anggaran, pada tahun 2015 Sekretaris Jenderal mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp 695.812.657.000,00. Anggaran tersebut mengalami revisi beberapa
kali. Sehingga pada akhirnya anggaran tersebut menjadi sebesar Rp
654.200.169.000,00. Total realisasi anggaran Sekretariat Jenderal sebesar Rp
593.520.354.661,00 dengan rata-rata realisasi persentase untuk total anggaran adalah
sebesar 90,72% pada tahun 2015. Realisasi tersebut sedikit lebih rendah jika
dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2014 yaitu 91,43%. Hal tersebut
dikarenakan pada TA 2015, sebagian anggaran belanja non-operasional Setjen
dianggarkan dari PNBP, demikian juga dengan anggaran belanja modal, sehingga
realisasi anggarannya diwajibkan memenuhi terlebih dahulu target penerimaannya,
yang kemudian pencairannya diperlukan proses yang cukup panjang dan memerlukan
waktu.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
I.1 LATAR BELAKANG
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah disusun berdasar amanat Peraturan
Pemerintah nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah; Peraturan Presiden nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah; dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi nomor 53 Tahun 2015 tentang Petunjuk Perjanjian Kinerja,
PeLaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja wajib disusun dan disampaikan untuk melaporkan kinerja sebagaimana
tercermin dalam Rencana Strategis (Renstra) dan dokumen Perjanjian Kinerja (PK).
Sekretariat Jenderal terus berupaya untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja
dari Kementerian Luar Negeri, termasuk dalam proses penyempurnaan dokumen Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeritah (SAKIP) dari Kementerian Luar Negeri. Dalam
rangka peningkatan akuntabilitas, Sekretariat Jenderal terus berupaya untuk
mengimplementasikan sistem AKIP dengan baik mulai dari perencanaan, pelaporan
serta evaluasi yang berorientasi pada hasil/manfaat bagi negara sesuai dengan bidang
tugas Kementerian Luar Negeri. Hal ini dapat terlihat pada pengelolaan keuangan
maupun kinerja Kementerian Luar Negeri yang dijalankan melalui pemantauan dan
evaluasi sistem pengendalian internal oleh Sekretariat Jenderal melalui kegiatan
Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan secara rutin setiap triwulan.
Sebagai bagian dari Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Jenderal memiliki
tugas dan fungsi dalam memfasilitasi dan mendukung pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pimpinan Kementerian Luar Negeri. Dalam pelaksanaan tugas tersebut,
Sekretariat Jenderal berupaya untuk mewujudkan sistem manajemen kinerja yang
bertumpu pada perencanaan, pengukuran kinerja, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi internal sesuai dengan SAKIP dalam rangka mewujudkan institusi yang
profesional, bersih dan berwibawa serta menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Bab I Pendahuluan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
I.2 TUGAS DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 07 Tahun 2011 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, tugas dan fungsi Sekretariat
Jenderal adalah:
1. Tugas:
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
2. Fungsi:
Dalam melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. Koordinasi kegiatan Kementerian Luar Negeri;
b. Koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Luar Negeri;
c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan
dokumentasi Kementerian Luar negeri;
d. Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama, dan
hubungan masyarakat;
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan;
f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan Negara; dan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
I.3 STRUKTUR ORGANISASI Secara umum, gambaran mengenai struktur organisasi Sekretariat Jenderal di tingkat Eselon II sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri
Nomor 07 Tahun 2011 dapat digambarkan sebagai berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
I.4 ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Sekretariat Jenderal memiliki tugas utama dalam melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
Kementerian Luar Negeri. Melalui perencanaan organisasi, sumber daya manusia,
dukungan anggaran, sarana dan prasarana, administrasi serta dukungan teknis lainnya,
Sekretariat Jenderal turut andil dan memliki tanggung jawab dalam mendukung
keberhasilan diplomasi total bagi pencapaian kepentingan nasional sesuai visi dan misi
Kementerian Luar Negeri.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita pencapaian kelola pemerintahan yang baik
(good governance) dan mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Jenderal terus berupaya memantapkan
koordinasi kegiatan serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pengelolaan
administrasi umum.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
A. RENCANA STRATEGIS
Bab II Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2015
Program : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Luar Negeri
Total Anggaran
Pusat : Rp 695.812.657.000,-
Perwakilan : Rp 4.478.216.952.000,-
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI
SASARAN PROGRAM No INDIKATOR SASARAN TARGET Meningkatnya
Dukungan Manajemen dan
Teknis Pelaksanaan Diplomasi Indonesia
1 Indeks Kepuasan Pegawai 55% 2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri
B (70)
3 Opini BPK WTP 4 Persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan 50%
5 Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri
55%
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri memiliki sasaran Meningkatnya
Dukungan Manajemen dan Teknis Pelaksanaan Diplomasi Indonesia dengan
capaian sebesar 66,53% pada tahun 2015. Capaian untuk sasaran pertama Sekretariat
Jenderal turun dari tahun sebelumnya, di mana capaian tahun 2014 sebesar 89,43%.
Sasaran strategis Setjen Kemenlu diukur dengan beberapa IKU yang baru dimana IKU
baru yang disusun lebih berorientasi kepada hasil (outcome) dan tidak pada kegiatan.
IKU tersebut dilengkapi dengan manual IKU yang mencakup juga definisi beserta
formulasi perhitungan, sehingga perhitungan capaian lebih terukur.
Walaupun capaian terlihat lebih kecil dari yang sebelumnya, tetapi capaian
tersebut sesuai dengan formulasi perhitungan dalam manual IKU. Seperti misalnya
untuk capaian IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan diukur dengan standar kompetensi jabatan” sehingga IKU ini berorientasi pada
outcome tidak lagi hanya mengukur kegiatan. Selain itu misalnya IKU “Persentase
penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri”
merupakan pengukuran capaian rencana strategis jangka panjang yang diukur melalui
perhitungan sistem informasi dan infrastruktur teknologi informasi yang diselesaikan.
Kedua IKU tersebut merupakan IKU Setjen yang baru sehingga tidak dapat
dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.
B. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015
Sekretariat Jenderal memiliki sasaran strategis yaitu “Meningkatnya dukungan
manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia”. Pengukuran pencapaian dua
sasaran tersebut dicapai dengan meggunakan 5 (lima) Indikator Kinerja Utama. Sesuai
dengan Manual IKU yang telah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal, maka Indikator Kinerja
Utama Sekretariat Jenderal adalah sebagai berikut:
SASARAN ESELON I
IKU ESELON I
TARGET INFORMASI KINERJA REALISASI CAPAIAN
(%) DATA
DUKUNG
Meningkatnya dukungan
manajemen dan teknis
pelaksanaan diplomasi Indonesia
IKU 1 Indeks
Kepuasan Pegawai
55% Hasil Survey Kepuasan Pegawai
2,24 dari
skala 5 45% 81,45%
Hasil Survey Kepuasan Pegawai
IKU 2 Nilai Hasil Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
B (70)
Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
BB (72,22)
103,17% 103,17%
Laporan Hasil
Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Kementerian Luar Negeri
Kemenlu dari
KemenPAN dan RB
IKU 3 Opini BPK
WTP Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenlu Tahun 2013
WTP (100%)
100% 120% Laporan
Hasil Audit BPK
IKU 4 Persentase
pejabat yang telah
memenuhi standar
kompetensi jabatan
50%
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu yang telah memenuhi kompetensi jabatan
4
5,56% 11,11% Database
Kepegawaian Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu
72
IKU 5 Persentase penerapan cetak biru teknologi
informasi dan komunikasi
Kementerian Luar Negeri
55%
Sistem Informasi yang diselesaikan
1
9,30% 16,91% Laporan dari
Pusat Komunikasi
Sistem Informasi sesuai Cetak Biru TIK
25
Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Diselesaikan
3
Infrastruktur Teknologi Informasi sesuai Cetak Biru TIK
18
Capaian Kinerja Setjen Tahun 2015 66,53%
C. Analisis Pencapaian Sasaran Tahun 2015
Secara keseluruhan capaian sasaran Sekretariat Jenderal pada tahun 2015 untuk sasaran
pertama yakni “Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi
Indonesia” adalah sebesar 66,53 %. Capaian ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya.
Untuk tahun 2014 sasaran pertama mencapai sebesar 89,43%, tahun 2013 94,56%, tahun
2012 sebesar 91,36% dan tahun 2011 sebesar 84,66%. Sejalan dengan Manual IKU Setjen
Kemenlu yang telah ditetapkan, maka pengukuran IKU telah lebih berorientasi kinerja dan
bukan kepada kegiatan. Perhitungan capaian sasaran telah bororientasi kepada hasil dan
sesuai dengan kriteria IKU yakni SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevan, Time
Bound). Grafik perbandingan capaian kinerja Sekretariat Jenderal dari tahun 2011 hingga
2015 bisa terlihat seperti dalam gambar di bawah ini:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Penjelasan:
Indeks Kepuasan Pegawai dilakukan melalui survei yang ditujukan untuk
mengetahui dan menganalisis tingkat kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri
terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri yang meliputi 6 (enam)
aspek yaitu: (i) kelembagaan; (ii) kepegawaian/sumber daya manusia; (iii) imbalan;
(iv) sarana dan prasarana; (v) pengendalian dan pengawasan; serta (vi) mekanisme
dan tata kerja. Ukuran tingkat kepuasan skala Likert (skala terendah 1 yaitu tidak
puas dan skala tertinggi 5 yaitu sangat puas)
Aspek pengukuran Laporan Kinerja oleh KemenPAN dan RB menggunakan 5 komponen
penilaian yakni Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi
Kinerja, serta Capaian Kinerja. Pada tahun 2015 Kementerian Luar Negeri mendapatkan
penilaian untuk LAPORAN KINERJA tahun 2014 dengan poin 72,22 yaitu “BB”
Trend Capaian Sasaran Strategis
84,66%91,36% 94,56% 89,40%
66,53%85,87%
75,78% 74,49%
91,72%
0%0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Sasaran I Sasaran II
Sasaran I 84,66% 91,36% 94,56% 89,40% 66,53%
Sasaran II 85,87% 75,78% 91,72% 74,49% 0,00%
2011 2012 2013 2014 2015
Capaian sasaran Sekretariat Jenderal diukur dengan 5 Indikator Kinerja Utama (IKU).
Pengukuran terhadap masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut:
.Indeks Kepuasan Pegawai. Pengukuran untuk IKU tersebut menggunakan pengukuran dari
1. Indeks Kepuasan Pegawai. Pengukuran untuk IKU tersebut menggunakan pengukuran
dari Hasil Survei Kepuasan Pegawai yang dilakukan oleh Biro Perencanaan &
Organisasi (Kelompok Kerja Reformasi Birokrasi).
2. Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN
dan RB. Pengukuran untuk IKU tersebut menggunakan pengukuran dari Laporan Hasil
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Pengukuran untuk IKU ini menggunakan parameter dari Laporan Hasil Audit
BPK. Untuk tahun 2015 Kementerian Luar Negeri mendapatkan Opini Wajar
tanpa Pengecualian (WTP)
Jumlah pejabat (Eselon I & II) di lingkungan Kemenlu yang telah memenuhi kompetensi jabatan x 100 %
Jumlah pejabat (Eselon I & II) di lingkungan Kemenlu
Penjelasan:
Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPR)
adalah informasi tentang realisasi penerapan strategi teknologi informasi dan
komunikasi di Kementerian Luar Negeri.
Keterangan:
- % PPR = Persentase Penerapan Cetak Biru TIK
- X1 = sistem informasi yang diselesaikan
- X2 = sistem informasi sesuai cetak biru TIK
- Y1 = Infrastruktur teknologi informasi yang diselesaikan
- Y2 = Infrastruktur teknologi informasi sesuai cetak biru TIK
3. Opini BPK
4. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan. Pengukuran
untuk IKU tersebut adalah sebagai berikut:
5. Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian
Luar Negeri. Pengukuran terhadap IKU tersebut menggunakan rumusan sebagai
berikut:
Secara keseluruhan perhitungan untuk capaian sasaran Sekretariat Jenderal “Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Teknis Pelaksanaan Diplomasi Indonesia” pada tahun 2015 diperlihatkan pada tabel di bawah ini:
No Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian
1 Indeks Kepuasan Pegawai 55% 45% 81,45%
2 Nilai Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
B (70)
B (72,22)
103,17%
3 Opini BPK WTP WTP 120%
(konversi)
4 Persentase pejabat yang ditempatkan sesuai dengan kompetensinya
50% 5,56% 11,11%
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
5
Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri
55% 9,30% 16,91%
Capaian Sasaran I 66,53%
C.1. Analisis IKU 1
IKU 1 “Indeks Kepuasan Pegawai”
Target 55% Capaian 81,45%
Realisasi 45%
Survei tingkat kepuasan pegawai dilakukan oleh Sekretariat Jenderal c.q. Biro
Perencanaan dan Organisasi pada tanggal 27 Maret s.d 6 April 2015. Survei tersebut diikuti
oleh 822 responden pegawai Kemenlu yang berada di Pusat dan Perwakilan RI atau
merepresentasikan 23% dari total pegawai Kemenlu.
Jumlah total pegawai Kemenlu saat ini sesuai catatan dari
Biro Kepegawaian adalah 3587 orang.
Survei ditujukan untuk mengetahui dan
menganalisis tingkat kepuasan pegawai Kementerian
Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian
Luar Negeri yang meliputi 6 (enam) aspek yaitu: (i) kelembagaan; (ii) kepegawaian/sumber
daya manusia; (iii) imbalan; (iv) sarana dan prasarana; (v) pengendalian dan pengawasan;
serta (vi) mekanisme dan tata kerja.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan oleh tim bekerja sama dengan
pihak konsultan dengan menggunakan ukuran tingkat kepuasan skala Likert (skala terendah
1 yaitu tidak puas dan skala tertinggi 5 yaitu sangat puas), angka kumulatif tingkat kepuasan
pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri
adalah 2,24 atau kurang puas.
Rincian tingkat kepuasan pegawai per aspek kapasitas organisasi adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat kepuasan terhadap aspek kelembagaan adalah 2,13 (kurang puas);
b. Tingkat kepuasan terhadap aspek kepegawaian/sumber daya manusia adalah 2,13
(kurang puas);
c. Tingkat kepuasan pegawai terhadap aspek imbalan adalah 1,95 (tidak puas);
d. Tingkat kepuasan terhadap aspek penyediaan sarana dan prasarana adalah 2,73 (kurang
puas);
e. Tingkat kepuasan terhadap aspek pengendalian dan pengawasan adalah 2,26 (kurang
puas); dan
f. Tingkat kepuasan terhadap aspek mekanisme dan tata kerja adalah 2,45 (kurang puas)
Jika dikonversi ke dalam persentase maka realisasi tingkat kepuasan pegawai
Kemenlu yang tercermin dari hasil survei tersebut adalah sebesar 44,8% (2,24 dari skala 5).
Realisasi sampai Triwulan III: 44,8%. Target tahunan: 55%. Capaian kinerja 81,45% (44,8%
dibagi dengan 55%).
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Tingkat kepuasan pegawai yang didapat dari hasil survei tersebut tidak mencapai
target 55% seperti yang telah direncanakan pada renaksi dan PK Setjen 2015. Realisasinya
hanya 44,8% atau capaiannya berarti 81,45% dari target.
Rendahnya tingkat kepuasan pegawai tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Isu
dominan yang menjadi perhatian responden untuk dibenahi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menilik tingkat kepuasan aspek kelembagaan dan kepegawaian/sumber daya manusia
yang memiliki skor yang sama (2,13), menunjukkan bahwa kedua aspek ini saling
berkaitan dan dalam pembenahannya tidak dapat dilakukan secara terpisah. Concern
utama yang menjadi perhatian responden terhadap kedua aspek tersebut juga sama
yaitu masalah pembenahan pola karir BPKRT, Pejabat Komunikasi dan Jabatan
Fungsional Diplomat;
b. Imbalan merupakan satu-satunya aspek kapasitas organisasi yang memperoleh skor
tingkat kepuasan di bawah 2 yaitu 1,95 atau tidak puas. Rasa ketidakpuasan responden
terhadap aspek imbalan berkaitan erat dengan tunjangan kinerja yang diterima.
Sebagian besar responden berpandangan bahwa penentuan kelas jabatan seharusnya
didasarkan secara obyektif pada beban kerja, jenis dan tingkat kesulitan pekerjaan yang
mereka lakukan sehingga tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan yang
semestinya diterima.
c. Salah satu aspek kapasitas organisasi adalah sarana dan prasarana, yang menjadi
sorotan utama adalah masalah perbaikan dan kebersihan kantin;
d. Pada aspek pengendalian dan pengawasan, tingkat kepuasan terendah pegawai adalah
mengenai masalah sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) di Kemenlu dimana
mayoritas pegawai menyatakan tidak puas (1,91). Sebagian besar responden
menyatakan agar penerapan SPIP dapat disosialisasikan secara lebih intensif karena
belum banyak diketahui dan dipahami oleh pegawai;
e. Menyangkut aspek mekanisme dan tata kerja, tingkat kepuasan terendah pegawai
adalah terhadap peraturan di Kemenlu yang mengatur mengenai penataan tatalaksana
dan Standard Operating Procedures (SOP) (2,16). Hal ini dapat dipahami karena
Kementerian Luar Negeri belum memiliki pedoman business process dan SOP sebagai
panduan dalam penyusunan business process dan SOP di setiap unit kerja/satuan kerja.
Tingkat kepuasan pegawai terhadap aspek imbalan adalah sebesar 1,95 (tidak puas).
Aspek ini merupakan yang menyumbang tingkat kepuasan yang paling rendah. Masalah
utama yang disampaikan responden dari aspek imbalan ini adalah perlunya perbaikan kelas
jabatan sehingga tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan kinerja dan beban kerja
yang bersangkutan. Sebagian besar responden berpandangan bahwa penentuan kelas
jabatan seharusnya didasarkan secara obyektif pada beban kerja, jenis dan tingkat kesulitan
pekerjaan yang mereka lakukan sehingga tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan
yang semestinya diterima.
Selain itu, meskipun berada dalam skala “kurang puas”, namun dari 6 (enam) variabel
kapasitas organisasi yang diajukan kepada responden, aspek sarana dan prasarana
merupakan variabel yang menunjukkan tingkat kepuasan tertinggi dari pegawai yaitu 2,73.
Masalah sarana dan prasarana yang menjadi perhatian utama responden untuk dibenahi
adalah:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
a. perbaikan dan kebersihan kantin;
b. kebersihan, perbaikan, dan kelengkapan sarana di toilet; dan pest control secara berkala
c. penambahan dan peremajaan armada bus jemputan;
d. penambahan ruang rapat, perlunya penamaan gedung, dan penyediaan ruang tamu yang
memadai.
Berpijak dari hasil survei tersebut, direkomendasikan beberapa hal yang menjadi perhatian
responden yang kiranya dapat dipertimbangkan untuk tindak lanjutnya oleh unit/satuan
kerja terkait, yaitu:
a. Penyelesaian pembentukan jabatan fungsional bagi BPKRT dan Petugas Komunikasi;
serta Revisi terhadap Peraturan Menteri PANRB Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional
Diplomat dan Angka Kreditnya;
b. Peninjauan terhadap evaluasi jabatan (peta jabatan dan kelas jabatan) Kemenlu;
c. Perbaikan kantin;
d. Sosialisasi tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) secara lebih intensif;
e. Penyusunan penataan tatalaksana (business process) dan pedoman penyusunan
Standard Operating Procedure (SOP) Kemenlu.
Langkah percepatan dan proyeksi ke depan:
a. Penyediaan alat pengukur kepuasaan elektronik di loket-loket pelayanan Biro
Kepegawaian, seperti Unit Layanan Terpadu dan Poliklinik agar dapat mengukur
kepuasaan pegawai secara real time.
b. Pembuatan SOP untuk seluruh jenis pelayanan Sekretariat Jenderal c.q Biro
Kepegawaian yang harus dipaparkan kepada seluruh pegawai Kemenlu.
IKU “Indeks Kepuasan Pegawai” ini merupakan IKU yang baru digunakan dan diukur pada
Tahun 2015, sehingga pencapaian IKU ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun-
tahun sebelumnya.
INDIKATOR KINERJA UTAMA 2011 2012 2013 2014 2015
Indeks Kepuasan Pegawai N/A N/A N/A N/A 81,45%
C.2. Analisis IKU 2
IKU 2 “ Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kierja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN
dan RB”
Target B (70) Capaian 100%
Realisasi B (72,22)
Setelah kurang lebih 5 tahun berada pada predikat Cukup Baik atau “CC”, nilai
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Luar Negeri meningkat
dengan raihan predikat “B” (Baik) dengan nilai 65,27 pada
tahun 2014, kemudian, nilai AKIP Kemenlu naik menjadi “BB”
dengan nilai 72,22 pada tahun 2015. Dengan predikat
tersebut, Kementerian Luar Negeri menyejajarkan diri dengan
sejumlah K/L lain yang terlebih dulu mencapai predikat
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
tersebut. Pada tanggal 15 Desember 2015, di Istana Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri
telah menerima penghargaan dari Wakil Presiden RI atas hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) Tahun 2015. Kemenlu berhasil meraih prestasi AKIP dengan
predikat “BB” (poin 72,22), atau meningkat dari predikat “B” (poin 65,27) pada tahun
sebelumnya.
Penghargaan tersebut diberikan sebagai penilaian atas implementasi dan
pengembangan akuntabilitas kinerja seluruh K/L dalam rangka mendorong terwujudnya
pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Prestasi tersebut
dicapai atas upaya bersama oleh seluruh Satker di lingkungan Kementerian Luar Negeri yang
terus melakukan langkah progresif dan kongkrit menggerakkan dan mendorong seluruh
komponen di lingkungan Kementerian Luar Negeri untuk menjalankan rencana aksi
perbaikan akuntabilitas kinerja.
Prestasi “BB” dengan range nilai >70-80 dengan arti “Sangat Baik”, menandakan
bahwa Kemenlu telah akuntabel, berkinerja baik, dan memiliki sistem manajemen kinerja
yang andal. Komponen yang menjadi penilaian diantaranya meliputi Perencanaan Kinerja,
Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal, dan Capaian Kinerja.
GRAFIK PRESTASI AKIP KEMENTERIAN LUAR NEGERI 2009-2015
Pada penilaian evaluasi AKIP Kemenlu Tahun 2015, berdasarkan Surat Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
B/3931/M.PANRB/12/2015 tanggal 11 Desember tentang Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah didapat rincian komponen penilaian sebagai berikut:
Komponen Yang Dinilai
2014 2015
Bobot Nilai Bobot Nilai
a. Perencanaan Kinerja 35 22,76 30 23,42
b. Pengukuran Kinerja 20 12,05 25 17,09
c. Pelaporan Kinerja 15 10,08 15 10,11
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
PRESTASI 52,58 57,27 59,84 59,95 62,93 65,27 72,22
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ren
tan
g N
ilai
AK
IP
PRESTASI HASIL AKIP KEMLU
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT
B
PREDIKAT BB
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
d. Evaluasi Internal 10 6,09 10 6,88
e. Capaian Kinerja 20 14,29 20 14,72
Nilai Hasil Evaluasi 100 65,27 100 72,22
Tingkat Akuntabilitas Kinerja B BB
a. Kemenlu telah menindaklanjuti sebagian besar rekomendasi yang disampaikan
Kementerian PAN dan RB pada tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari semakin baiknya
kualitas Rencana Strategis (Renstra) Kemenlu Tahun 2015-2019. Hal-hal yang ingin
diwujudkan Kemenlu selama periode 2015-2019 telah secara baik dituangkan dalam
Renstra dalam bentuk tujuan dan sasaran yang telah berorientasi hasil (result oriented);
b. Kondisi yang ingin diwujudkan oleh Kemenlu selama lima tahun mendatang maupun
setiap tahunnya telah diterjemahkan dan diturunkan (cascade-down) kepada unit-unit
organisasinya serta dituangkan di dalam Renstra Unit Kerja. Dengan adanya Renstra unit
kerja, maka diharapkan pembangunan result-oriented government dapat dirasakan
bahkan sampai unit terkecil dalam Kemenlu;
c. Perjanjian Kinerja (PK) dilakukan tidak hanya oleh Menteri dan Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya, tetapi juga dilakukan oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat
Administrator, dan sebagian Pejabat Pengawas. Dengan ditetapkannya PK sampai
dengan pejabat pengawas, maka diharapkan mekanisme penetapan kinerja pada tingkat
individu di lingkungan Kemenlu akan menjadi lebih mudah dan tepat;
d. Kemenlu juga telah menyusun rencana aksi atas pencapaian perjanjian kinerja.
Meskipun secara kualitas belum sepenuhnya memadai, namun rencana aksi yang telah
disusun dapat memudahkan pimpinan untuk melakukan pemantauan dan pengendalian
capaian kinerja pada tahun berjalan;
e. Kemenlu telah menetapkan ukuran keberhasilan atas hal-hal yang harus diwujudkan
pada lima tahun mendatang dan setiap tahunnya. Kualitas ukuran tersebut juga telah
memenuhi kriteria ukuran kinerja yang baik dan dapat menggambarkan kondisi yang
ingin diwujudkan;
f. Ukuran keberhasilan yang ditetapkan juga telah dimanfaatkan pada berbagai dokumen
perencanaan dan penganggaran, baik pada tingkat instansional maupun unit organisasi;
g. Kendala yang ditemukan adalah mekanisme pengumpulan data kinerja masih dilakukan
secara manual dan belum berbasis teknologi informasi sehingga cukup menyulitkan
para penanggung jawab program untuk memastikan keandalan data kinerja yang
dilaporkan. Ketiadaan sistem informasi pemantauan kinerja ini juga menyulitkan
pemantauan dan pengendalian kinerja;
h. Meskipun terkendala dengan keandalan data kinerja, namun kualitas pelaporan kinerja
Kemenlu semakin membaik dengan semakin mendalam. Hal ini terlihat dari kualitas
analisis atas capaian kinerja yang diperjanjikan serta analisis efisiensi penggunaan
anggaran;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
i. Evaluasi atas pelaksanaan program yang dilakukan oleh setiap penanggungjawab
program maupun kegiatan belum memberikan hasil yang optimal. Masih dijumpai
ketidakselarasan antara kegiatan, hasil program serta peran yang diemban oleh setiap
unit organisasi;
j. Pada tingkatan Perwakilan RI, tujuan, sasaran, dan ukuran keberhasilan yang ditetapkan
secara seragam pada seluruh Perwakilan RI membuat isu kewilayahan yang seharusnya
unik dan berbeda-beda pada setiap Negara tidak dimunculkan.
Berdasarkan uraian di atas, Kementerian PAN dan RB merekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Memerintahkan Biro Perencanaan dan Organisasi untuk menjabarkan lebih lanjut
sasaran strategis dan indikator kinerja pada Rencana Strategis hingga tingkatan
indikator kinerja level individu sesuai dengan tugas, fungsi dan peran yang diharapkan;
b. Membangun aplikasi pemantauan kinerja sehingga akan memudahkan mekanisme
pemantauan kinerja dan mekanisme pengumpulan data kinerja. KemenPAN RB juga
menyarankan untuk menyempurnakan aplikasi tersebut melalui pengintegrasian
dengan aplikasi keuangan sehingga informasi keuangan dan kinerja dapat digambarkan
secara lebih komprehensif;
c. Menyederhanakan rumusan program dan kegiatan agar lebih result oriented;
d. Lebih mendorong dan memperkuat penerapan budaya kinerja di lingkungan Kemenlu
melalui pemanfaatan berbagai dokumen yang telah disusun, seperti penilaian kinerja
secara periodik, mekanisme reward and punishment kinerja, dan sebagainya;
e. Mendorong peningkatan kualitas kinerja Perwakilan RI dengan menetapkan kinerja atas
isu-isu kewilayahan yang diperlukan.
Berdasarkan rekomendasi KemenPAN dan RB tersebut, pada tahun 2016 Kemenlu melalui
Sekretariat Jenderal akan melakukan langkah strategis untuk menjaga dan meningkatkan
prestasi akuntabilitas kinerja, sebagai berikut:
a. Penuangan indikator kinerja utama yang tersaji dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
sebagai bentuk penjabaran lebih lanjut sasaran strategis dan indikator kinerja dari level
di atasnya sesuai tugas, fungsi dan peran pegawai masing-masing. Selain itu, Kemenlu
harus melakukan penerapan reward and punishment atas kinerja individu di lingkungan
Kemenlu.
b. Penerapan sistem manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard sampai dengan level
individu pegawai Kemenlu, sebagaimana best practices Kementerian Keuangan, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) yang telah berhasil meraih Predikat “A” atas AKIP.
c. Melakukan pengembangan sistem manajemen kinerja sebagai alat pengawalan terhadap
Perjanjian Kinerja (PK) Menteri Luar Negeri sampai dengan tingkat individu melalui
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
sistem aplikasi e-performance Kemenlu. Sistem aplikasi e-performance merupakan
sistem terintegrasi antara informasi kinerja dengan informasi keuangan.
d. Peningkatan keterlibatan Menteri Luar Negeri, Pimpinan masing-masing Unit Organisasi
Eselon I dan Eselon II dalam melakukan monitoring dan evaluasi atas PK, yang dilakukan
per triwulanan.
e. Melakukan capacity building dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja dengan
melakukan diseminasi, sharing of knowledge, sertifikasi ataupun pelatihan-pelatihan
menunjang, yang diselenggarakan dari mulai tingkat Menteri, Eselon I, Eselon II, serta
bagi pegawai yang memiliki fungsi dalam mengelola kinerja dan APIP.
f. Melakukan penelaahan serta evaluasi atas program dan kegiatan Kemenlu dengan
berkoordinasi dengan Bappenas, Kementerian Keuangan, dan KemenPAN RB.
g. Melakukan penyempurnaan pada tolak ukur kinerja Perwakilan RI serta perbaikan
signifikan pada SAKIP Perwakilan RI.
C.3. Analisis IKU 3
IKU 3 “ Opini BPK”
Target WTP Capaian 100% (dikonversi menjadi 120%)
Realisasi WTP
Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri tahun 2015 telah mendapat opini
“Wajar Tanpa Pengecualian” (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sejalan dengan
peningkatan capaian opini dari tahun ke tahun di mana atas Laporan Keuangan tahun 2009
Kementerian Luar Negeri mendapatkan opini “Tidak
Menyatakan Pendapat” (disclaimer), kemudian atas Laporan
Keuangan tahun 2010 mendapatkan opini “Wajar Dengan
Pengecualian” (WDP), serta pada tahun 2011 opini BPK atas
Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri adalah “Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dengan paragraf penjelas” dan di
tahun 2014 tercapai opini BPK atas Laporan Keuangan
Kementerian Luar Negeri tahun 2013 adalah WTP.
Pada tanggal 1 Juni 2015, telah diserahkan Opini BPK atas Laporan Keuangan
Kementerian Luar Negeri Tahun Anggaran 2014 (LK Kemenlu TA 2014) dari Anggota I
BPK, Bapak Agung Firman Sampurna kepada Menteri Luar Negeri, Ibu Retno L.P. Marsudi.
Adapun capaian opini BPK untuk Kemenlu adalah opini terbaik yaitu Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Penghargaan ini merupakan usaha keras semua pihak di lingkungan
Satuan Kerja Kementerian Luar Negeri baik di Pusat maupun di Perwakilan RI.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Capaian untuk IKU Opini BPK ini selama 5 tahun (2010 – 2015) dapat dibandingkan
sebagai berikut:
Indikator Kinerja
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Opini BPK
(untuk LK Tahun
sebelumnya)
TMP (Tidak
Menyatakan Pendapat)/ Disclaimer
WDP (Wajar Dengan
Pengecualian)
WTP-DPP (Wajar Tanpa Pengecualian
- Dengan Paragraf
Penjelasan)
WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian)
WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian)
WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian)
Dalam upaya untuk mempertahankan capaian kinerja terbaik Kemenlu terkait Opini
BPK, sebagai suatu syarat mutlak bagi K/L dalam mewujudkan pengelolaan keuangan yang
transparan dan akuntabel, maka sampai triwulan II tahun 2015 Sekretariat Jenderal telah
melaksanakan berbagai upaya strategis, diantaranya:
1. Peningkatan Kualitas SDM Kemenlu, terutama para Pengelola Keuangan (Bendaharawan
dan Penata Kerumahtanggan) baik di Satker Pusat maupun Satker Perwakilan RI, dalam
bentuk Sosialisasi dan Pelatihan, sebagai berikut:
a. Bimbingan Teknis Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Basis Akrual bagi Tim
Penyusun LK Biro Keuangan, tanggal 7 Januari 2015 di Pusdiklat Kemenlu;
b. Sosialisasi SAP Basis Akrual bagi Satker Pusat, pada tanggal 16 Januari 2015 di Ruang
Nusantara Kemenlu.
c. Sosialisasi SAP Basis Akrual bagi Satker Perwakilan RI melalui Video Conference, pada
tanggal 27 Januari 2015 di Ruang Nusantara Kemenlu.
2. Penyusunan dan peningkatan kualitas pelaporan Keuangan Kemenlu yang telah
disesuaikan dengan SAP Basis Akrual, yaitu:
a. Pembahasan jurnal transaksi akrual di Lingkungan Kementerian Luar Negeri, pada
tanggal 28 – 31 Mei 2015 di Pusdiklat, Kemenlu.
b. Penyusunan jurnal manual transaksi akrual Satker Perwakilan RI di luar negeri, pada
tanggal Minggu ke 4 Juni 2015 di Biro Keuangan, Kemenlu.
3. Pelaksanaan koordinasi dan kompilasi data-data keuangan dari Satker Pusat dan Satker
Perwakilan RI, guna mendapatkan data LK yang akurat dan akuntabel, yakni:
a. Rekonsiliasi data internal Biro Keuangan, tanggal 7 - 10 Januari 2015 di Pusdiklat
Kemenlu;
b. Rekonsiliasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dan Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) bagi Satker
Pusat, pada tanggal 16 – 21 Januari 2015 di Ruang Nusantara Kemenlu.
c. Rekonsiliasi SAKPA dan SIMAK BMN Satker Perwakilan RI melalui Video Conference,
pada tanggal 27 Januari – 3 Februari 2015 di Ruang Nusantara Kemenlu.
d. Pelaksanaan monitoring Tindak Lanjut BPK untuk Semester I di tahun 2015 telah
dilaksanakan Sekretariat Jenderal, Satker-Satker Pusat dengan Tim Monitoring BPK
bersama pendampingan dari Inspektorat Jenderal. Pada Minggu ke IV Juni – Minggu
ke II Juli 2015 di Ruang Rapat Itjen Kemenlu.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Dalam mencapai Opini BPK WTP atas laporan keuangan Kemenlu tahun 2014 tentunya tidak terlepas dari kendala-kendala, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Adanya urgensi untuk secara progresif meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM
Pengelola Keuangan Kemenlu, terutama terkait dengan diberlakukannya SAP Basis Akrual, yang menuntut pemahaman dan akurasi data-data keuangan yang tinggi. Keberadaan pengelolaan keuangan (Bendahara dan Penata Kerumahtangaan/BPKRT) yang terbatas, terutama di Satker Perwakilan yang hanya memiliki 1 (satu) BPKRT, akan cukup mempersulit pelaksanaan SAP Basis Akrual ke depannya. Perubahan SAP yang cukup dalam waktu singkat menyebabkan pemahaman para pengelola keuangan di satker-satker masih sangat terbatas.
2. Panduan umum dan panduan teknis dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selaku Pembina para pengelola keuangan negara belum seluruhnya tersusun, sehingga masih banyak proses pencatatan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan yang belum akurat.
3. Perubahan SAP juga berdampak langsung kepada perubahan infrastruktur teknologi
informasi (TI) yang digunakan sehingga membutuhkan penyesuaian, pelatihan dan pemahaman yang relatif banyak bagi setiap K/L, termasuk Kemenlu.
4. Adanya urgensi pemahaman yang sama antara K/L dan BPK sebagai Auditee dan Auditor
terhadap pelaksakaan SAP Basis Akrual di setiap tahapan pengeloaan keuangan negara
Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Kemkeu c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah melakukan piloting project penyusunan LK Kemenlu TA 2014 dan TA 2015 untuk mengidentifikasi dan merekomendasikan berbagai perbaikan yang diperlukan guna pengembangan aplikasi SAP Basis Akrual, yaitu Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA). Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal serta Inspektorat Jenderal dan BPK telah memiliki forum reguler guna memonitoring berbagai tindak lanjut yang diperlukan dalam penyelesaian berbagai temuan BPK di tahun anggaran sebelumnya.
Proyeksi ke depan/hal-hal yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Opini BPK tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian, yaitu:
1. Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal akan segera melaksanakan pelatihan dan bimbingan
teknis yang diperlukan guna mempercepat peningkatan kualitas pemahaman para pengelola keuangan di satker-satker atas SAP Basis Akrual.
2. Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Kemkeu c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
akan segera menyusun panduan teknis terkait di tingkat kementerian yang diperlukan guna memperbaiki proses pencatatan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan di satker-satker yang sesuai dengan SAP Basis Akrual.
3. Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal akan melakukan rekonsiliasi
dan monitoring internal Kemenlu, guna memastikan dan menindaklanjuti berbagai temuan BPK yang ada.
4. Kemenlu akan segera menyesuaikan, mengembangkan dan mengoptimalkan
pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) yang diperlukan guna pelaksanaan SAP Basis Akrual, baik aplikasi internal (SIMKEU, E-Data LK dan aplikasi Puskom lain) maupun eksternal (SILABI, SAS, SAIBA, OM SPAN dan aplikasi Kemkeu lain)
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
C.4. Analisis IKU 4
Selama tahun 2015, realisasi “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan” sebesar 5,56% dari target 50% sebagaimana tabel berikut:
IKU 4 “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan”
Target 50% Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu yang telah
memenuhi kompetensi jabatan
4
Realisasi 5,56% Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu 72
Capaian 11,11%
Pada tahun 2015, terdapat 3 jabatan Eselon I dan 4 jabatan Eselon II Kementerian
Luar Negeri yang tidak terisi. Terhadap 7 jabatan kosong tersebut, Kemenlu melakukan
Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Madya untuk 4 jabatan tersebut dari 7
yang tersedia, 3 lainnya akan dilaksanakan tahun 2016. Proses seleksi tersebut telah
dilakukan dengan menggunakan penilaian kompetensi manajerial, teknis dan sosio kultural
sesuai dengan Standar Kompetensi yang dibutuhkan pada jabatan tersebut.
Empat jabatan yang telah diisi dengan Seleksi Terbuka tersebut diantaranya adalah:
1) Inspektur Jenderal;
2) Staf Ahli Menteri bidang Sosial Budaya;
3) Sekretaris BPPK; dan
4) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan” ini merupakan
IKU yang baru digunakan dan diukur pada Tahun 2015, sehingga pencapaian IKU ini tidak
dapat dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.
INDIKATOR KINERJA UTAMA 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan N/A N/A N/A N/A 11,11%
Jumlah Pejabat yang telah dinilai dan sesuai dengan Standar Kompetensi
dibandingkan dengan jumlah jabatan yang tersedia (Eselon I maupun Eselon II) pada Tahun
2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No Unit
Jumlah Pejabat telah dinilai dan sesuai Standar
Kompetensi
Jumlah Jabatan Yang Tersedia (Eselon I dan
Eselon II)
1 STAF AHLI MENTERI LUAR NEGERI 1 5
2 SEKRETARIAT JENDERAL 1 12
3 DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA 0 7
4 DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA 0 7
5 DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA ASEAN 0 6
6 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL 0 7
7 DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK 0 6
8 DIREKTORAT JENDERAL HUKUM DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL 0 5
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
9 DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL DAN KONSULER 0 6
10 INSPEKTORAT JENDERAL 1 6
11 BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN 1 5
JUMLAH 4 72
Dalam pencapaian IKU-1 SS-3.1.1.1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
diantaranya seperti:
1. Penyempurnaan model kompetensi dan standar kompetensi jabatan pada setiap jenjang
jabatan di Kementerian Luar Negeri tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2015
mengingat kendala teknis lelang jasa konsultan.
2. Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015 melakukan restrukturisasi organisasi untuk
mencapai visi misi dan sasaran strategis sesuai Renstra Kemlu 2015 – 2019.
Restrukturisasi ini pada prosesnya akan memunculkan jabatan-jabatan baru secara
nomenklatur maupun substansif yang mensyaratkan penyusunan pembaharuan peta
dan analisa jabatan. Oleh karena itu penyempurnaan model dan standar kompetensi
jabatan serta pelaksanaan asesmen baru dapat dilaksanakan secara bertahap mulai
tahun 2016 setelah struktur baru disahkan.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah
melakukan beberapa langkah solutif dan proyeksi ke depan sebagai berikut:
1. Penyegeraan penyusunan model dan standar kompetensi jabatan di Kementerian Luar
Negeri pada triwulan pertama tahun 2016.
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2016 melalui Seleksi Terbuka dengan menggunakan asesmen kompetensi
manajerial, teknis dan sosio kultural untuk menghasilkan pejabat-pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan. Jumlah jabatan yang akan diisi pada tahun 2016
berjumlah 30% dari keseluruhan jumlah jabatan pimpinan tinggi.
3. Pelaksanaan asesmen kompetensi pada pejabat Kementerian Luar Negeri secara
bertahap.
4. Dengan disempurnakannya peta jabatan dan standar kompetensi jabatan maka proses
pengangkatan, mutasi dan promosi pegawai dapat dilaksanakan dengan perencanaan
yang matang, yang pada gilirannya akan menjadikan pencapaian kinerja organisasi lebih
optimal.
C.5. Analisis IKU 5
IKU 5 “Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian
Luar Negeri”
Target 55% Laporan dari Pusat Komunikasi 9,30%
Realisasi 9,30%
Capaian 16,91%
Cetak biru TIK Kementerian Luar Negeri adalah dokumen perencanaan yang berisi
identifikasi sistem dan teknologi informasi yang menyediakan kerangka kerja pengembangan
sistem dimaksud secara efisien untuk mendukung dan meningkatkan strategi organisasi.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPR) adalah
informasi tentang realisasi penerapan strategi teknologi informasi dan komunikasi di
Kementerian Luar Negeri. Formulasi yang dipergunakan untuk mengukur capaian Indikator
Kinerja Utama ini adalah sebagai berikut:
Elemen yang terlibat dalam perhitungan adalah:
1) Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi ( ) dalam bentuk
persentase.
2) Sistem Informasi.
a) Sistem Informasi Yang Diselesaikan ( ).
b) Sistem Informasi Sesuai Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi ( ).
3) Infrastruktur Teknologi Informasi.
a) Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Diselesaikan ( ).
b) Infrastruktur Teknologi Informasi sesuai Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi ( ).
Tujuan dipergunakannya Indikator Kinerja Utama ini adalah untuk mendorong realisasi
penerapan strategi teknologi informasi dan komunikasi di Kementerian Luar Negeri.
Pencapaian Indikator Kinerja Utama Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi
dan Komunikasi pada tahun 2015 adalah sebesar 9,30% dari target 55% (persentase
realisasi 16.9 %), sebagaimana tabel berikut:
SASARAN
ANTARA
INDIKATOR
KINERJA UTAMA TARGET INFORMASI KINERJA JUMLAH
REALISA
SI DATA DUKUNG
Teknologi
Informasi
Yang
Terintegrasi
Persentase
Penerapan
Cetak Biru
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
55%
Sistem Informasi
Yang Diselesaikan 1
9,30%
Laporan
Pembangunan
Sistem Informasi
Sistem Informasi
Sesuai RISTIK 25 RISTIK Kemenlu
Infrastruktur
Teknologi Informasi
Yang Diselesaikan
3
Laporan
Pengembangan
Infrastruktur TI
Infrastruktur TI
Sesuai RISTIK 18 RISTIK Kemenlu
Capaian IKU: 16.9 %
Upaya peningkatan kapasitas teknologi baik secara infrastruktur, jaringan, dan
aplikasi sesuai panduan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar
Negeri Tahun 2011-2015 agar dapat memberikan layanan yang optimal kepada pengguna
dilakukan oleh Pusat Komunikasi dengan melaksanakan tiga kegiatan, yaitu:
a. Penguatan Infrastruktur dan Keamanan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri.
b. Pengadaan Perangkat Dalam Rangka Peningkatan Pengamanan Data dan Informasi.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
c. Peningkatan Sarana Pendukung Operasional Keamanan Sistem Informasi.
Capaian kinerja ketiga kegiatan di atas secara terinci adalah tersedianya infrastruktur
sistem komunikasi terpadu, layanan private cloud termasuk perangkat pengamanan data dan
informasinya, perangkat pengacak sinyal, perangkat sistem komunikasi informasi ekstranet,
Fortigate 100D dan Fortimail 3000D, AP FSCA, Webinspect, dan ARC-Sight, serta Metasploit.
Kendala yang dihadapi dalam upaya penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi adalah:
a. Karena ketersediaan anggaran, Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi Kementerian Luar Negeri Tahun 2011-2015 baru dapat dieksekusi pada
tahun 2014, sehingga pada saat masa berlaku dokumen tersebut habis, baru dapat
diterapkan dua dari lima tahapan yang telah ditentukan.
b. Belum adanya kebijakan tata kelola teknologi informasi dan komunikasi Kementerian
Luar Negeri menyebabkan prioritas pelaksanaan tahapan penerapan Cetak Biru
Teknologi Informasi dan Komunikasi terganggu oleh adanya permintaan layanan
infrastruktur dan aplikasi yang tidak tercantum dalam dokumen Rencana Induk
Strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang harus didahulukan penyelesaiannya
karena arahan pimpinan.
c. Sumber daya manusia yang menangani penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi belum seluruhnya mendapat pelatihan dan sertifikasi.
d. Kode sumber yang dibangun sebelumnya oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh satker
pengguna/pemesan aplikasi tidak dibuat di atas platform yang standar digunakan di
Kementerian Luar Negeri.
e. Jumlah anggaran untuk pelaksanaan tahap kedua (tahun 2015) hanya tersedia sebesar
50%.
Langkah perbaikan dalam rangka percepatan pencapaian target kinerja, Pusat Komunikasi
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyelaraskan permintaan satker pengguna terhadap layanan infrastruktur dan aplikasi
baru dengan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
Tahun 2011-2015.
b. Melakukan prioritasi kegiatan dan optimalisasi anggaran untuk melaksanakan
penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi.
c. Pemutakhiran peta kebutuhan sistem informasi dan infrastruktur teknologi informasi
yang dibutuhkan oleh Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.
d. Melakukan penyusunan draft Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri Tahun 2016-2020.
Dalam upaya meningkatkan capaian Indikator Kinerja Utama Persentase Penerapan Cetak
Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi di masa depan, kegiatan tahun mendatang akan
diproyeksikan pada:
a. Pengesahan draft Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar
Negeri Tahun 2016-2020 dalam bentuk Keputusan Menteri Luar Negeri.
b. Peningkatan kualitas pengembang sistem informasi untuk lebih mengefektifkan proses
pengembangan aplikasi.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
c. Peningkatan koordinasi dengan satker pengguna sehingga kegiatan pengembangan TIK
dapat berjalan sesuai dengan target yang ditentukan dalam Cetak Biru Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
Perbandingan persentase capaian realisasi Indikator Kinerja Utama Persentase Penerapan
Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurun waktu 2011-2015 adalah
sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA UTAMA 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi
dan Komunikasi N/A N/A N/A N/A 16,9%
Indikator Kinerja Utama Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi baru digunakan pada tahun 2015 sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan
capaian tahun sebelumnya.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
D. Realisasi Anggaran Tahun 2015
No Unit Kerja Pagu Setelah Revisi Realisasi %
1 BAM 22.437.596.000 22.109.180.596 98,54%
2 BAKP 19.734.070.000 17.769.712.533 90,05%
3 Biro Kepegawaian 222.942.692.000 195.558.026.114 87,72%
4 Biro Keuangan 137.218.480.000 118.610.266.235 86,44%
5 BPO 17.744.822.000 16.405.659.382 92,45%
6 Biro Perlengkapan 81.135.359.000 76.048.506.437 93,73%
7 Pusdiklat 55.279.800.000 52.332.148.979 94,67%
8 Puskom 97.707.350.000 94.686.854.385 96,91%
JUMLAH 654.200.169.000 593.520.354.661 90,72%
Pada tahun 2015 Sekretariat Jenderal mendapatkan anggaran DIPA sebesar Rp
695.812.657.000,00. Anggaran tersebut mengalami revisi beberapa kali. Sehingga pada
akhirnya anggaran tersebut menjadi sebesar Rp 654.200.169.000,00. Total realisasi anggaran
Sekretariat Jenderal sebesar Rp 593.520.354.661,00 dengan rata-rata realisasi persentase
untuk total anggaran adalah sebesar 90,72% pada tahun 2015. Realisasi tersebut sedikit
lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2014 yaitu 91,43%. Hal
tersebut dikarenakan pada TA 2015, sebagian anggaran belanja non-operasional Setjen
dianggarkan dari PNBP, demikian juga dengan anggaran belanja modal, sehingga realisasi
anggarannya diwajibkan memenuhi terlebih dahulu target penerimaannya, yang kemudian
pencairannya diperlukan proses yang cukup panjang dan memerlukan waktu. Sementara itu
realisasi untuk tahun 2013 sebesar 89,47%, tahun 2012 sebesar 84,13 % dan tahun 2011
sebesar 71,75%.
Capaian tersebut dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
84,13%
89,47%91,43% 90,72%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
Rata-Rata Capaian Total Anggaran
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
Selama tahun 2015 Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri menjalankan
program “Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Luar Negeri”, yang kemudian dijabarkan menjadi 8 (delapan) Kegiatan setingkat Eselon II
dan 1 (satu) Kegiatan Perwakilan dan program “Dukungan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kementerian Luar Negeri” yang dijabarkan dalam 1 (satu) Kegiatan setingkat Eselon II dan
1 (satu) Kegiatan Perwakilan. Dalam upayanya mencapai sasaran kinerja, masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan.
Salah satu kekurangan dalam mencapai sasaran strategis Sekretariat Jenderal
adalah pada IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan”
dan “Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian
Luar Negeri”. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Sekretariat Jenderal demi pencapaian
sasaran kinerja, terutama dalam upaya meningkatkan nilai hasil evaluasi AKIP dan Opini
BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri. Namun terdapat beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja Setjen
secara keseluruhan, yaitu perlunya diakukan upaya-upaya seperti:
1. Penerapan sistem manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard sampai dengan
level individu pegawai Kemenlu, sebagaimana best practices Kementerian Keuangan,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah berhasil meraih Predikat “A” atas AKIP; Dalam
kaitan tersebut diperlukan penerapan penetapan kinerja individu yang terkait dengan
kinerja organisasi dan memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu level di
atasnya, sehingga hasil penilaian kinerja individu nantinya dapat dijadikan dasar
untuk pengembangan karir individu dan pemberian tunjangan kinerja;
2. Melakukan capacity building dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja
dengan melakukan diseminasi, sharing of knowledge, sertifikasi ataupun pelatihan-
pelatihan menunjang, yang diselenggarakan dari mulai tingkat Menteri, Eselon I,
Eselon II, serta bagi pegawai yang memiliki fungsi dalam mengelola kinerja dan APIP;
3. Membangun aplikasi pemantauan kinerja sehingga akan memudahkan mekanisme
pemantauan kinerja dan mekanisme pengumpulan data kinerja. KemenPAN RB juga
menyarankan untuk menyempurnakan aplikasi tersebut melalui pengintegrasian
dengan aplikasi keuangan sehingga informasi keuangan dan kinerja dapat
digambarkan secara lebih komprehensif;
4. Penyegeraan penyusunan dan penyempurnaan model dan standar kompetensi
jabatan di Kementerian Luar Negeri pada triwulan pertama tahun 2016. Dengan
disempurnakannya peta jabatan dan standar kompetensi jabatan maka proses
pengangkatan, mutasi dan promosi pegawai dapat dilaksanakan dengan perencanaan
yang matang, yang pada gilirannya akan menjadikan pencapaian kinerja organisasi
lebih optimal;
Bab IV Penutup
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
5. Revisi terhadap Peraturan Menteri PANRB Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional
Diplomat dan Angka Kreditnya; Peninjauan terhadap evaluasi jabatan (peta jabatan
dan kelas jabatan) Kemenlu; serta Penyelesaian pembentukan jabatan fungsional bagi
BPKRT dan Petugas Komunikasi;
6. Peningkatan kualitas pengembang sistem informasi untuk lebih mengefektifkan
proses pengembangan aplikasi; serta Peningkatan koordinasi dengan satker
pengguna sehingga kegiatan pengembangan TIK dapat berjalan sesuai dengan target
yang ditentukan dalam Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi;
7. Pengesahan draft Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar
Negeri Tahun 2016-2020 dalam bentuk Keputusan Menteri Luar Negeri;
8. Adanya urgensi untuk secara progresif meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM
Pengelola Keuangan Kemenlu, terutama terkait dengan diberlakukannya SAP Basis
Akrual, yang menuntut pemahaman dan akurasi data-data keuangan yang tinggi.
Keberadaan pengelolaan keuangan (Bendahara dan Penata Kerumahtangaan/BPKRT)
yang terbatas, terutama di Satker Perwakilan yang hanya memiliki 1 (satu) BPKRT,
akan cukup mempersulit pelaksanaan SAP Basis Akrual ke depannya. Perubahan SAP
yang cukup dalam waktu singkat menyebabkan pemahaman para pengelola keuangan
di satker-satker masih sangat terbatas.
9. Selain itu, upaya yang perlu dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri dalam
perbaikan nilai AKIP sebagai berikut:
a. Pembentukan fungsi Strategic Management Office (SMO) atau Pusat Manajemen
Strategis di Kementerian Luar Negeri sebagai pengelola kinerja untuk lingkup
Kementerian Luar Negeri. Salah satu tugas fungsi SMO adalah memformulasi,
mengawal, mengevaluasi dan mengelola sistem pelaporan strategi;
b. Menunjuk manajer kinerja (level Eselon III) pada masing-masing Unit Eselon I
yang ditetapkan oleh Menteri, fungsi tersebut diletakkan dalam uraian jabatan
tertentu baik pada jabatan yang sudah ada atau jabatan baru yang khusus
dibentuk untuk mengelola kinerja;
c. Monitoring dan evaluasi atas Perjanjian Kinerja (PK) secara berjenjang dan
periodik secara bulanan atau triwulanan. Monitoring triwulanan capaian kinerja
atas PK level kementerian dipimpin oleh Menteri; monitoring
bulanan/triwulanan capaian kinerja level unit Eselon I dipimpin oleh pimpinan
Unit Eselon I; monitoring bulanan/triwulanan capaian kinerja level unit Eselon II
dipimpin oleh pimpinan Unit Eselon II; monitoring bulanan capaian kinerja level
unit Eselon III dipimpin oleh pimpinan Unit Eselon III;
d. Capacity Building, sertifikasi dan pengembangan kompetensi pengelola kinerja.
Capacity building khusunya juga diperuntukan bagi para manajer kinerja
organisasi (level Eselon III), sub manajer kinerja organisasi (level Eselon III) dan
mitra manajer kinerja (level Eselon IV) organisasi masing-masing dari Unit
Satker Eselon I;
e. Menjadikan sistem pengelolaan kinerja sebagai salah satu mata diklat diseluruh
jenjang jabatan serta pengayaan beasiswa gelar dan non gelar untuk manajemen
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
strategis, manajemen perubahan, manajemen resiko, perencanaan, training of
trainers, coaching and counseling serta beasiswa terkait pengelolaan kinerja dan
pengelolaan SDM;
f. Pemberlakuan penilaian perilaku 360 derajat sebagai bagian dari mekanisme
penilaian kinerja pegawai yang akan menjadi dasar pembangunan e-performance;
g. Mengkaitkan pengelolaan kinerja dengan manajemen SDM dan tunjangan kinerja
serta membangun dashboard peta strategi organisasi dan e-performance atau
sistem manajemen kinerja yang terintegrasi antara Kementerian Luar Negeri
pusat dan Perwakilan RI;
h. Sinkronisasi pemahaman Balanced Scorecard bagi seluruh pegawai Kementerian
Luar Negeri, sekaligus sosialisasi Keputusan Menteri Luar Negeri terkait sistem
manajemen kinerja Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI, sosialisasi
dashboard peta strategi, dan e-performance;
i. Implementasi sistem manajemen kinerja dan penerapan teknologi informasi
manajemen kinerja pada Perwakilan RI. Horizontal alignment dan vertical
alignment kinerja Kementerian Luar Negeri untuk Perwakilan RI.
Demikian, dengan tersusunnya Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian
Luar Negeri tahun 2015, diharapkan pencapaian kinerja dan pelaporan kinerja Sekretariat
Jenderal Kementerian Luar Negeri pada tahun 2016 dapat lebih baik.
A. Kendala Utama
Dalam penyusunan Laporan Kinerja tahun 2015 ini, sistematika penyusunannnya
telah sesuai dengan kaidah yang ditetapkan dan relatif cukup baik. Namun demikian,
masih terdapat kekurangan-kekurangan yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaan
kegiatan yang mempengaruhi tingkat capaian sasaran, yakni:
1. Belum terbangunnya sistem manajemen kinerja di Kementerian Luar Negeri yang
sangat berdampak luas bagi pengelolaan kinerja di Kementerian Luar Negeri. Hal ini
sangat berkaitan dengan pencapaian nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kementerian Luar Negeri dari KemenPAN dan RB;
2. Mekanisme pengumpulan data kinerja masih dilakukan secara manual dan belum
berbasis teknologi informasi sehingga cukup menyulitkan para penanggung jawab
program untuk memastikan keandalan data kinerja yang dilaporkan. Ketiadaan
sistem informasi pemantauan kinerja ini juga menyulitkan pemantauan dan
pengendalian kinerja;
3. Perubahan SAP yang cukup banyak dalam waktu singkat menyebabkan pemahaman
para pengelola keuangan di satker-satker masih sangat terbatas. Selain itu, panduan
umum dan panduan teknis dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selaku Pembina
para pengelola keuangan negara belum seluruhnya tersusun, sehingga masih banyak
proses pencatatan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan yang belum akurat;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
4. Restrukturisasi organisasi Kementerian Luar Negeri 2015–2019 pada tahun 2015
pada prosesnya akan memunculkan jabatan-jabatan baru secara nomenklatur
maupun substansif yang mensyaratkan penyusunan pembaharuan peta dan analisa
jabatan. Oleh karena itu penyempurnaan model dan standar kompetensi jabatan
serta pelaksanaan asesmen tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2015 dan baru dapat
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2016 setelah struktur baru disahkan.
Selain itu juga, penyempurnaan model kompetensi dan standar kompetensi jabatan
pada setiap jenjang jabatan di Kementerian Luar Negeri tidak dapat dilaksanakan
pada tahun 2015 mengingat kendala teknis lelang jasa konsultan;
5. Belum adanya kebijakan tata kelola teknologi informasi dan komunikasi Kementerian
Luar Negeri menyebabkan prioritas pelaksanaan tahapan penerapan Cetak Biru
Teknologi Informasi dan Komunikasi terganggu oleh adanya permintaan layanan
infrastruktur dan aplikasi yang tidak tercantum dalam dokumen Rencana Induk
Strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang harus didahulukan
penyelesaiannya;
B. Pemecahan Masalah
Setelah diadakan evaluasi kinerja secara komprehensif dan disesuaikan dengan
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal tahun 2015-2019 dan dengan melihat pada
Kendala Utama yang dihadapi, maka upaya-upaya yang dilakukan untuk memperoleh hasil
pengukuran kinerja tahun 2015 yang lebih akurat adalah:
1. Kemenlu melalui Sekretariat Jenderal telah menindaklanjuti sebagian besar
rekomendasi yang disampaikan Kementerian PAN dan RB pada tahun sebelumnya.
Hal ini terlihat dari semakin baiknya kualitas Rencana Strategis (Renstra) Kemenlu
Tahun 2015-2019. Hal-hal yang ingin diwujudkan Kemenlu selama periode 2015-
2019 telah secara baik dituangkan dalam Renstra dalam bentuk tujuan dan sasaran
yang telah berorientasi hasil (result oriented);
2. Kondisi yang ingin diwujudkan oleh Kemenlu selama lima tahun mendatang maupun
setiap tahunnya telah diterjemahkan dan diturunkan (cascade-down) kepada unit-
unit organisasinya serta dituangkan di dalam Renstra Unit Kerja. Dengan adanya
Renstra unit kerja, maka diharapkan pembangunan result-oriented government dapat
dirasakan bahkan sampai unit terkecil dalam Kemenlu;
3. Perjanjian Kinerja (PK) dilakukan tidak hanya oleh Menteri dan Pejabat Pimpinan
Tinggi Madya, tetapi juga dilakukan oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat
Administrator, dan sebagian Pejabat Pengawas. Dengan ditetapkannya PK sampai
dengan pejabat pengawas, maka diharapkan mekanisme penetapan kinerja pada
tingkat individu di lingkungan Kemenlu akan menjadi lebih mudah dan tepat;
4. Kemenlu melalui Sekretariat Jenderal telah menyusun rencana aksi atas pencapaian
perjanjian kinerja. Meskipun secara kualitas belum sepenuhnya memadai, namun
rencana aksi yang telah disusun dapat memudahkan pimpinan untuk melakukan
pemantauan dan pengendalian capaian kinerja pada tahun berjalan;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2015
5. Pembahasan jurnal transaksi akrual di Lingkungan Kementerian Luar Negeri dan
Satker Perwakilan RI di luar negeri.
6. Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Kemkeu c.q. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan akan segera menyusun panduan teknis terkait di tingkat
kementerian yang diperlukan guna memperbaiki proses pencatatan, pelaksanaan dan
pelaporan keuangan di satker-satker yang sesuai dengan SAP Basis Akrual, dan juga
Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal akan melakukan
rekonsiliasi dan monitoring internal Kemenlu, guna memastikan dan menindaklanjuti
berbagai temuan BPK yang ada;
7. Pelaksanaan asesmen kompetensi pada pejabat Kementerian Luar Negeri secara
bertahap.
8. Melakukan prioritasi kegiatan dan optimalisasi anggaran untuk melaksanakan
penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi; Menyelaraskan
permintaan satker pengguna terhadap layanan infrastruktur dan aplikasi baru
dengan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
Tahun 2011-2015; serta pemutakhiran peta kebutuhan sistem informasi dan
infrastruktur teknologi informasi yang dibutuhkan oleh Kementerian Luar Negeri dan
Perwakilan RI.
top related