laporan dpt penyakit
Post on 16-Feb-2015
149 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di indonesia terdapat berbagai macam tanaman. Suatu tanaman identik
dengan penyakit. Meskipun sebagian ada tanaman yang tidak terkena penyakit
namun suatu tanaman selalu berhubungan dengan penyakit begitu pula
sebaliknya.
Secara sederhana penyakit adalah suatu masalah yang kerap kali ditemui
oleh seorang petani. Penyakit menimbulkan kerugian bagi tanaman inang,
petani, maupun lingkungannya. Penyakit dapat disebabkan oleh berbagai
macam jenis, misalnya bakteri, jamur, dan lain sebagainya.
Di dalam mempelajari penyakit dikenal dengan adanya konsep segiiitiga
penyakit. Di dalam segitiga penyakit dijelaskan bahwa ketiga faktor tersebut
yaitu tanaman inang, patogen, dan lingkungannya saling berpengaruh. Jadi
jika salah satu dari ketiga faktor tersebut mendukung munculnya suatu
penyakit, maka disitu akan terjadi peledakan penyakit, namun jika tidak salah
satu dari ketiga faktor tersebut menekan terjadinya penyakit maka penyakit
tidak akan muncul.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengetahui tentang penyakit.
2. Untuk mengetahui tipe gelaja penyakit.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT
Penyakit adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan
tumbuhan, misalnya terjadi disintegrasi jaringan, gangguan pada
pertumbuhan, gangguan reproduksi, kekurangan air, merana dan gangguan
respirasi.(Triharso, 1995)
Penyakit adalah ketidak mampuan tumbuhan yang diusahakan (tanaman)
untuk memberikan hasil yang cukup kualitas maupun kuantitasnya. (Triharso,
1995)
A disease is an abnormal condition affecting the body of an organism. It is
often construed to be a medical condition associated with specific symptoms
and signs. (Anonymous a, 2011)
2.2 KARAKTERISTIK PATOGEN
A. JAMUR
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel
banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara
makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu
sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter,
contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa
adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom,
mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali
yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur
yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria
yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria
dapat menembus jaringan substrat.
2. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan.
Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari
lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen
maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh
dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat
parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
3. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi
adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur
memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila
mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur
melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium
mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua
individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah
plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami
(peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-
masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion.
Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam
waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel
melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan
meiosis.
(Anonymousb, 2011)
B. BAKTERI
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-
tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula
yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan
prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik
(mikroskopis). (Anonymousc, 2011)
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahkluk
hidup lain yaitu:
1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah
atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya
mengandung peptidoglikan
(Anonymousc, 2011)
C. VIRUS
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan
karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus
mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk
memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang
menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan
untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel). (Anonymous d,2011)
D. NEMATODA
Nematoda merupakan cacing bulat yang tidak bersegmen,
kebanyakan darinya memiliki siklus hidup yang bebas (Tony dan Shears,
1997). Nematoda, berasal dari kata nema = benang dan oidos = bentuk.
Besar dan panjang Nematoda beragam, ada yang panjangnya beberapa
millimeter dan ada pula yang panjangnya melebihi 1 meter. Ciri-ciri
umum dari kelas ini adalah mempunyai saluran pencernaan dan rongga
badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut
pseudosel atau pseudoseloma. Dan potongan melintangnya berbentuk
bulat dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis
(lapisan sel yang ada dibawahnya) (Anonimuse, 2011). Radiopoetro (1991)
menambahkan bahwa karakteristik Nematoda adalah tubuh simetri
bilateral, tidak memiliki anggota gerak (extermitas), dan pada umumnya
bersifat gonochoristis . Secara keseluruhan Nematoda bersifat parasit, baik
pada hewan, manusia maupun tumbuhan. Hewan-hewan hospes Nematoda
biasanya berasal dari filum Annelida, Arthropoda, Mollusca dan subfilum
Vertebrata, yang hidup di dalam usus, darah dan organ-organ tubuh
lainnya (Radiopoetro, 1991). Nematoda memiliki banyak spesies, diantara
nya adalah cacing tambang, yang hidup di daerah pertambangan. Selain
itu, cacing ini juga banyak menginfeksi orang-orang disekitar perkebunan
yang belum memiliki sanitasi yang memadai ,Makimian (1996)
menambahkan, bahwa sanitasi pembuangan tinja merupakan usaha
pencegahan yang utama . Jenis cacing tambang cukup banyak, tapi tidak
semua jenis cacing tambang yang menyerang manusia. Brotowidjoyo
(1987) mengungkapkan, cacing tambang pada manusia terdiri dari banyak
jenis yaitu Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Ancylostoma
braziliensis, dan Ancylostoma caninus. Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale hanya terdapat pada manusia, Ancylostoma
braziliensis jarang terdapat pada manusia dan Ancylostoma caninus
terdapat pada manusia, akan tetapi pada stadium larva dan tidak pernah
sampai dewasa. Pada pembahasan kali ini akan dibahas te ntang
perkembangan Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Sejarah
kedua cacing ini sangatlah berbeda, sehingga banyak orang mengenal A.
duodenale sebagai cacing tambang dunia lama dan N. americanus cacing
tambang dunia baru. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit nekatoriasis
dan ankilostomiasis , yang membuat penderita mengalami anemia berat ,
keletihan, menurunnya berat badan, rentan pada infeksi. dan diare
berdarah (Yuwono, dkk. 1988). Gandahusada, dkk (1999) menambahkan,
bahwa kedua jenis tersebut merupakan parasit yang menginfeksi manusia,
yang tergolong ke dalam Nematoda usus dan penularannya dilakukan
melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) .
2.3 TIPE GEJALA DAN PENYAKIT
1. Gejala Hiperplasia
Ialah pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau pembesaran sel-sel
tumbuhan, dinamakan hipertropi. Hipertropi menunjukkan pertumbuhan
yang luar biasa dari suatu organ atau bagian, dan ukuran, seperti keriting
(curl), kudis (scab), kutil (wart) intumesensi, tumefaksi, fasikulasi dan
proliforasi. (Sastrahidayat, 2010)
2. Gejala Hipoplasia
Ialah pertummbuhan regresif dengan kekurangan sel-sel. Kerdil
(dwarfing), ialah suatu gejala hipoplasia. Dalam hal ini tanaman tidak
dapat mencapai ukuran yang normal. (Sastrahidayat, 2010)
3. Perubahan Warna
Gejala ini sangat luas sesuai dengan jenis jaringan yang sakit. Contohnya
daun menguning (yellowing), bercak kuning (yellow spot), merah dan
merah keungu-unguan, jaringan yang berwarna coklat, daun keperak-
perakan (silvery shine), bercak air (water spot), bercak seperti berlemak
(fatty spot). (Sastrahidayat, 2010)
4. Kekeringan atau Layu
Ciri penyakit layu ialah gugurnya daun-daun, yang diikuti keringnya
batang dan tunas. Kadang-kadang akar yang berpenyakit akan tidak
berfungsi lagi, dan ini semua mungkin juga dapat disebabkan oleh jamur,
nematoda, bermacam-macam larva coleoptera dan rayap (isoptera).
(Sastrahidayat, 2010)
5. Nekrose
Matinya jaringan disebabkan penyebab yang lain dari penyebab yang
normal, dinamakan nekrose. Bercak nekrose pertama-tama berwarna
kuning, kemudian berwarna coklat atau hitam (antracnose). Pada daun,
bercaknekrose dapat disebabkan oleh jamur, virus, bakteri, penyakit
defisiensi atau oleh serangga. (Sastrahidayat, 2010)
6. Tumbuhnya Jamur pada Permukaan dan dalam Jaringan Tumbuhan
Jamur dapat merupakan penyebab sekunder. Suatu jamur dapat tampak
pada bagian luar tumbuhan inang, dan membentuk gundukkan spora. Jika
jamur menetap di dalam tanah, misalnya busuk basah pada apel, satu-
satunya jalan untuk menentukkan bahwa pada tumbuhan tersebut terdapat
jamur, ialah dengan membuat biakan. (Sastrahidayat, 2010)
2.4 FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT
A. BIOTIK
Faktor-faktor biotik penyebab penyakit, yaitu:
a) Jamur
b) Bakteri
c) Virus
d) Nematoda (dimasukkan bidang fitipatologi karena gejala yang
ditimbulkannya)
e) Tanaman tingkat tinggi
f) Mycoplasma, Rickettsia, lain-lain agensia
(Sastrahidayat, 2010)
B. ABIOTIK
Faktor-faktor abiotik penyebab penyakit, yaitu:
a) Defisiensi unsur hara
b) Keracunan mineral
c) Kelembaban, suhu, sinar yang tidak sesuai
d) Kekurangan oksigen
e) Polusi (misal uap asal belerang)
f) Reaksi tanah (pH)
(Sastrahidayat, 2010)
2.5 KONSEP SEGITIGA PENYAKIT
Komponen
Untuk timbulnya suatu penyakit paling sedikit diperlukan tiga faktor yang
mendukung, yaitu tanaman inang atau host, penyebab penyakit atau pathogen dan
faktor lingkungan.
A. Tanaman Inang
Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung
dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat
pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan
ketahanan inang.
B. Patogen
Yang dimaksud pathogen adalah organism hidup yang mayoritas bersifat
mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau
tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus,
nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia.
C. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya
suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan,
intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan
tanah, kandungan bahan organic, angin, api, pencemaran air. Faktor
lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi kehidupan jenis
pathogen tertentu.
(Anonymousf,2011)
BAB III
METODOLOGI
3.1 ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Plastik
Untuk menaruh penyakit.
B. BAHAN
1. Penyakit:
a. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
b. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
c. Busuk basah pada wortel (Erwinia carotovora)
d. Busuk pada daun kubis (Xanthomonas campestris)
e. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
f. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
g. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
h. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
i. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
j. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
3.2 ALUR KERJA
A. PENGAMATAN JAMUR
B. PENGAMATAN BAKTERI
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
A. NAMA PENYAKIT
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
3. Busuk basah pada kubis (Erwinia carotovora)
4. Busuk pada daun wortel (Xanthomonas campestris)
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
B. KLASIFIKASI PENYAKIT
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
Kerajaan : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Ustomycetes
Ordo : Ustilaginales
Famili : Ustilaginaceae
Genus : Ustilago
Spesies : Ustilago maydis
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Glomerellales
Famili : Glomerellaceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : C. coccodes
3. Busuk basah pada kubis (Erwinia carotovora)
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Spesies : Erwinia carotovora
4. Busuk pada daun wortel (Xanthomonas campestris)
Kerajaan : Animalia
Filum : Prokaryota
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Tylenchida
Famili : Heteroderidae
Genus : Meladogyne
Spesies : Meloidogyne sp
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
Kerajaan : Fungi
Filum : Basicliomycota
Kelas : Pucci
Ordo : Pucciniales
Famili : Pucciaceae
Genus : Puccinia
Spesies : Puccinia sorghi
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
Kerajaan : Fungi
Filum :
Kelas : Hypomycetes
Ordo :
Famili :
Genus : Pyricularia
Spesies : Pyricularia oryzae
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Beta Proteobacteria
Ordo : Burkholderiales
Famili : Ralstoniaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Phytophtora infestans
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
Kerajaan : Virus
Filum : Virus RNA
Kelas : Virus RNA
Ordo : Bromoviridas
Famili : Bromoviridae
Genus : Cucumovirus
Spesies : Cucumber mozaik virus
C. TIPE GEJALA PENYAKIT
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
3. Busuk basah pada wortel (Erwinia carotovora)
4. Busuk pada daun kubis (Xanthomonas campestris)
Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat
menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala
penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Gejala layu
(kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka, Gejala
hawar dan Gejala daun kuning pucat
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
D. PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
3. Busuk basah pada wortel (Erwinia carotovora)
4. Busuk pada daun kubis (Xanthomonas campestris)
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
E. TANAMAN INANG
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
3. Busuk basah pada wortel (Erwinia carotovora)
4. Busuk pada daun kubis (Xanthomonas campestris)
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
F. CIRI-CIRI PENYAKIT
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
3. Busuk basah pada wortel (Erwinia carotovora)
4. Busuk pada daun kubis (Xanthomonas campestris)
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
G. GAMBAR
1. Busuk hitam pada tongkol jagung (Ustilago maydis)
2. Busuk pada buah apel (Gleosporium frugtigenum)
3. Busuk basah pada wortel (Erwinia carotovora)
4. Busuk pada daun kubis (Xanthomonas campestris)
5. Puru akar pada tomat (Meloidogyne sp.)
6. Karat pada daun jagung (Puccinia sorghi)
7. Baercak coklat pada daun padi (Pyricularia oryzae)
8. Layu fusarium daun tomat (Fusarium oxysporum)
9. Hawar daun kentang (Phytophtora infestans)
10. Virus mozaik pada daun cabai (Cucumber mozaik virus)
4.2 KAJIAN DARI JURNAL MENGENAI SALAH SATU PENYAKIT
TANAMAN
Di lahan pasang surut ditemukan beberapa jenis hama potensial pada
tanaman sayuran seperti hama perusak daun (ulat grayak, ulat jengkal, ulat
pengorok daun serata hama perusak buah yaitu lalat buah). Menurut Thamrin
et.al (2002), melaporkan bahwa ditemukan beberapa jenis hama sayuran
seperti pada tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera litura), ulat plutela
(Plutela xylostella), penggerek pucuk (Crocidolomia binotlid) pada tanaman
timun adalah kutu daun (Aphid gossypii), lalat buah (Dacus cucurbitae), ulat
buah (Diaphania indica). Pada tanaman paria adalah kutu daun (Aphid sp.),
tungau (Trips sp.), lalat buah (Dacus sp), kumbang daun (Aulocophora
similes), ulat grayak (Spodoptera sp), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites)
dan lalat buah (Dacus sp). Tingkat kerusakan dari hama utama tersebut cukup
bervariasi antara 10- 25%. Pada MH. 2002/2003 telah terjadi ledakan hama
(Diaphania indica), pada tanaman paria ulat pemakan daging buah dilahan
rawa pasang surut dengan tingkat kerusakan dapat mencapai 80-100%.
Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah
penggunaan pestisida. Akan tetapi apabila penggunaan bahan insektisida
tersebut kurang bijaksana akan menimbulkan dampak negatif bagi flora
maupun fauna serta lingkungan, dan disamping itu pula bahan kimia atau
pestisida tersebut harganya cukup mahal. Untuk menunjang konsep PHT
tersebut dalam rangka pengurangan penggunaan bahan insektisida perlu dicari
alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain
penggunaan bahan bioaktif (insektisida nabati, attraktan, repelen), musuh
alami (parasitoid dan predator serta patogen), serta penggunaan perangkap
berperekat. Penelian ini bertujuan untuk menginformasikan komponen
pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan.
Selain itu juga jika untuk menanggulagi hama menggunakan insektisida
sintetik, frekuensi dan dosisnya sangat tinggi. Hal seperti ini harus dihindari
atau setidaknya dikurangi dosis dan frekuensi penggunaannya. Salah satu cara
mengurangi dosis dan frekuensi penggunaannya adalah mengkombinasikan
insektisida sintetik dengan cara pengendalian lain terutama yang ramah
lingkungan seperti melepaskan semut rangrang dan lalat tachinid, penggunaan
methyl eugenol sebagai attraktan, pembungkusan buah, pengasapan dengan
bahan tumbuhan, dan penggunaan insektisida nabati. Cara-cara pengendalian
yang demikian ternyata dapat mengurangi tingkat kerusakan 10-15%.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyakit adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan
tumbuhan,serta ketidak mampuan tumbuhan yang diusahakan (tanaman)
untuk memberikan hasil yang cukup kualitas maupun kuantitasnya
2. Tipe gejala dan penyakit yaitu: Gejala Hiperplasia, Gejala Hipoplasia,
Perubahan Warna, Kekeringan atau Layu, Nekrose, dan Tumbuhnya
Jamur pada Permukaan dan dalam Jaringan Tumbuhan.
3. Faktor penyebab penyakit ada dua, yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.
Faktor biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematoda (dimasukkan bidang
fitipatologi karena gejala yang ditimbulkannya), tanaman tingkat tinggi,
Mycoplasma, Rickettsia, lain-lain agensia. Sedangkan faktor abiotik
meliputi defisiensi unsur hara, keracunan mineral, kelembaban, suhu, sinar
yang tidak sesuai, kekurangan oksigen, polusi (misal uap asal belerang),
reaksi tanah (pH).
5.2 SARAN
Perlu dilakukan pembagian kelompok sehingga praktikan mendapatkan
bagian yang merata untuk pengamatan spesimen. Sehingga mahasiswa
bisa paham betul dalam praktikum. Karena biasanya sebagian mahasiswa
ada yang melakukan pengamatan ada yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
top related