lakip tahun 2017 - bpsplpadang.kkp.go.idbpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/files/lakip 2017.pdf ·...
Post on 03-Mar-2019
249 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAKIP TAHUN 2017
BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR
DAN LAUT (BPSPL) PADANG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir da n Laut (BPSPL) m erupakan unit kerja pelaksana
teknis dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Rua ng Laut (Ditjen PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penyusunan La poran ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang harus dilakukan oleh BPSPL Padang seba gai unit kerja pemerintah, dengan tujuan untuk mengambarkan capaian
kegia tan BPSPL Pa dang pa da periode satu tahun anggaran dan da lam rangka mewujudkan Good Government oleh seluruh instansi pemerintah khususnya lingkup KKP dalam mencapai target sasaran
kinerja yang telah ditetapkan.
Da ri hasil penyusunan laporan ini diharapkan da pat menjadi bahan informasi da n masukan
terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan ta hun selanjutnya serta menjadi bahan
pertimba ngan dalam menyusun kebijakan terkait tugas dan fungsi BPSPL Padang.
Pa d ang, Janua ri 2018
Kep ala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pad ang
Muhammad Yusuf, S.Hut, MSi
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1
PEN DAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
2. TUJUAN........................................................................................................................... 1
PERENCANA AN DAN PERJANJIAN KINERJA.................................................................................... 3
Rencana Strategis 2015-2019 ............................................................................................... 3
Maksud dan Tujuan ............................................................................................................. 3
Wilayah Kerja ...................................................................................................................... 4
Kab upa ten/ Kota di wilayah kerja BPSPL Pa da ngKeanekaragaman Hayati La ut Yang Dil indungi, Dilestarikan Dan/Atau Dimanfaatkan ( 2362.013 ).................................................................. 4
Visi dan Misi BPSPL Padang .................................................................................................. 7
Sasaran Strategis ................................................................................................................. 7
INDIKATOR KINERJA UTAMA ...................................................................................................... 10
KINERJA ................................................................................................................................... 16
Pencapaian Kinerja BPSPL Padang ...................................................................................... 16
1 Jumlah Kawasan Konservasi Perairan Yang Meningkat Kua litas Pengelolaan Efektifnya ( 2 Kawasan) .......................................................................................................................... 16
2 Jumlah Keanekaragaman Hayati Laut Yang Dilindungi, Dilestarikan Dan/At au Dimanfaatkan
( 1 Jenis ) Daerah Perlindungan Laut Teripan g di Desa Tapian Nauli Kabupaten Tapa nuli Ten gah 18
3 Jumlah Provins i Yang Terfasil itasi Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi Untuk Ditetap Melalui Peraturan Perundangan (1 Dokumen Disahkan)....................................................... 47
Pen anda Tan ganan Mou pengesahan Ranperda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil di DPRD Provinsi Sumatera Barat antara legislatif da n eksekutif ................................... 50
4 Indeks Efektifitas Kebijakan Pemerintah....................................................................... 63
5 Indeks kompetensi dan integritas BPSPL PADANG......................................................... 64
6 Persentase Unit Kerja BPSPL PADANG Yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan
Yang Terstanda r................................................................................................................. 67
7 Nilai AKIP BPSPL PADANG ........................................................................................... 68
8 Nilai Maturitas SPIP BPSPL Padang .............................................................................. 69
9 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik Lingkup BPSPL PAD ANG.............................................. 70
DAFTAR ISI
10 Nilai Kinerja Anggaran BPSPL Padang ....................................................................... 71
11 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSP L PADANG (%) ............................... 24
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI ........................................................................................ 26
Permasalahan ................................................................................................................... 26
Rekomendasi .................................................................................................................... 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................................. 27
PENDAHULUAN
Halaman 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
La poran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balai P engelolaan Sumberdaya Pesisir dan La ut Padang ta hun 2017 ada lah merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban sua tu ins tansi dalam ben tuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang berisikan pencapaian dari pelaksanaan tugas dan fungsinya selama kurun waktu Tahun 201 7, sesuai dengan amanat yang tertuang dalam inst ruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam LAKIP ini berisikan indikator kinerja utama Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir da n La ut Pa da ng yang disinkronisasikan dengan Rencana Strategis 2015-2019. Maka tugas- tugas yang
menjadi kewenangan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir da n La ut Pa dang berpedoman pa da sasaran strategis di turunkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) s ebagai ta rget yang akan di capa i. Adapun
output dan outcom e kinerja Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan La ut Pa dang da pat dipengaruhi oleh sumber daya manusia, sa rana,prasarana serta anggaran yang tersedia da lam menyelesaikan tugas-tugas yang menja di kewenangan Balai Pengelolaan Sumb erdaya Pesisir dan La u t Pada ng. Da lam
mel aksanakan tugas dan wewenangnya Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang secara propos ional dan profesional tetap berupa ya mencapai bobot yan g ba ik denga n menguta makan
transparansi dan keterbukaan dari setiap kegiatan dan melaporkan serta mempertanggung jawabkan kinerja Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir da n La ut P adang dalam bentuk La poran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2017 berdasarkan kepada indicator kerja utama (IKU) yang
disusun da ri ha sil pencapaian kinerja selama kurun waktu dari bulan Juli sampai bulan September 2017 serta perbandingan dengan tahun 2016 dalam rangka pengelolaan sumberdaya pesisir, laut da n pulau-pulau kecil yang terintegrasi serta berkelanjutan
2. TUJUAN
Pen yusunan Laporan Akunta bilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) bertujuan sebagai menifestasi da ri evaluasi semua rangkaian yang telah dilakukan selama 1 (satu) tahun anggaran. Kesemuanya harus terangkum da lam L aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), selain seba gai bahan pija kan da lam menyusun langkah-langkah pa da ta hun berikutnya. Selain itu lapo ran ta hunan yang disusun secara hirarki merupakan bahan untuk menyusun berbagai kebijakan sehingga dapat ditarik satu langka h yang lebih tepa t ses ua i dengan kebutuhan. Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk
PENDAHULUAN
Halaman 2
menggamba rkan ca paian k inerja Bala i Pengeloaan Sumberdaya Pesisir da n Laut Padang satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran serta menjelaskan keberhasilan
da n kegagalan tingkat kinerja yang dica pa inya. Un dang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen yelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, pasal 3 dinyatakan bahwa
asas-asa umum penyelenggaraan Negara meliputi asas kepastian hukum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, a sas profes ionalita s dan asas akuntabilitas. Sedangkan untuk menciptakan good govermence diperlukan pri nsip-prinsip pa rtisipasi, penegakkan hukum, transparansi, kesetaraan, daya ta nggap,wawasan kedepan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan efektifitas, serta profesionalisme. Kemudian prinsip akuntabilitas ditegaskan lagi dalam visi, misi dan program membangun Indonesia yang
ama n, adil da n sejahtera melalui program meningkatan p engawasan unt uk menjamin akuntabilitas, transparansi dan perbaikan kinerja aparatur Negara/pemerintah. Penyusunan La poran Akuntabilitas Kinerja Balai Pengeloaan Sumberdaya Pesisir da n Laut Pa dang merupa kan kegia tan rut in yang di la ksanakan tiap t ahun, disusun dengan mengacu pada Surat Menteri Pendayaguna Aparatur Negara
Nomor : 8/3302/M.PAN/12/2008 tertanggal 10 Desember 2008 tentang Penyampaian Laporan Akunta bilitas Kinerja tahun 2010 da n Dokumen Penetapan Kinerj a tahun 2011 serta Diktum Ketiga Inst ruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 5 ta hun 2004 tentang Penyusunan Dokumen Penetapan Kinerja mul ai dari Pengadilan Tingkat Pertama keatas secara berjenjang dengan berdasarkan Indikator Kinerja Utama masing-masing.
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Ha laman 3
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Da lam Rangka mendukung dan melaksanakan pengelolaan Wilayah Pesisir da n Pulau-Pulau Kecil, maka perlu dirancang Rencana strategis yang merupakan rencana-rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam
ja ngka waktu 5 (lim a) tahun. Hal ini berdasarkan P P No.40 Tahun 2006 Tentang Tat a Cara P enyusunan Ren cana Pembangunan Nasional yang menegaskan ba hwa Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan
Ran cangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok da n fungsinya dengan berpedoman kepada Rancangan Awal RPJMN dan meneta pkan Renstra-KL se telah disesuaikan dengan RPJMN agar tercapa i sasaran pembangunan KKP. Renstra mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, progr am da n kegiatan
yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.
Ren stra merupakan alat penyelarasan visi da n misi dengan potensi, peluang dan kendala yang dihadapi
da lam upa ya penin gkatan akuntabilitas kinerja. Renstra adalah dasar pe nyusunan perencanaan pembangunan supaya memberikan nuansa membangun pada semua unsur kekuatan dan faktor kunci
keberhasilan dengan strategi yang tepat d alam mencapai tujuan dan sasaran pemba ngunan Perikanan da n Kelautan serta pelayanan kepada masyarakat.
Maksud dan Tujuan
Maksud da ri penyusunan Rencana Strategis BPSPL Pa dang 2015 – 2019 adalah sebagai upaya meletakkan landasan kinerja BPSPL Pa dang untuk masa tugas 2015 – 2019. Tujua n dari p enyusunan Ren stra BPSPL
Pa d ang 2015 – 2019 ada lah menja barkan tugas pokok da n fungsi BPSPL ke dalam program- program ta huna n 2015 – 2019 yang terintegrasi dengan Rencana Strategis KP3K 2015 – 2019 sesuai prioritas yang diteta pkan oleh Ditjen KP3K dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Ha laman 4
Wilayah Kerja
Kabupaten/ Kota di wilayah kerja BPSPL PadangKeanekaragaman Hayati Laut Yang Dilindungi, Dilestarikan Dan/Atau Dimanfaatkan
( 2362.013 )
No Provinsi Kabupaten/Kota Pesisir
1 Provinsi Aceh
Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Aceh Barat Daya
Kabupaten Aceh Besar
Kabupaten Aceh Jaya Kabupaten Aceh Selatan
Kabupaten Aceh Singkil
Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Bireuen Kabupaten Nagan Raya
Kabupaten Pidie Kabupaten Pidie Jaya Kabupaten Simeuleu
Kota Aceh
Kota Lhokseumawe Kota Sabang Kota Langsa
Diha rapkan dari penyusuna n Renstra BPSPL Padang 2015 – 2019 ini dapat mengoptimalkan peran BPSPL da lam pembangunan daerah jangka pendek dan menenga h, khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sesuai tugas pokok dan fungsinya, denga n tepat sasaran da n anggaran yang efisien. Sumatera
merupaka n salah satu pulau besar dengan luas 443.065,8 km2, terdiri atas 9 provinsi dan 7 diantaranya ada lah wilayah kerja BPSPL Padang. Ketujuh provinsi tersebut memiliki wilayah pesisir d an kaya akan pulau-pulau kecil. Potensi perikanannya menjanjikan, terlebih lagi berbatasan dengan samudera hindia da n negara tetangga yang terkadang bersengketa akan pulau-pulau kecil terluarnya. Wilayah kerja BPSPL Pa d ang meliputi tujuh Provinsi se-Sumatera, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan. Total mencakup 58 Kabupaten/Kota Pesisir yang tersebar di tujuh Provinsi se-Sumatera.
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Ha laman 5
No Provinsi Kabupaten/Kota Pesisir
2 Provinsi Sumatera Utara
Kota Medan Kota
Sibolga
Kota Gunungsitoli Kabupaten Asahan Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Langkat
Kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Nias
Kabupaten Nias Barat Kabupaten Nias Utara
Kabupaten Nias Selatan
Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Tapanuli Selatan
Kabupaten Tapanuli Tengah
3 Provinsi Sumatera
Barat
Kota Dumai Kabupaten Bengkalis Kabupaten Indragiri Hilir Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Rokan Hilir
Kabupaten Siak
Kabupaten Meranti
4 Provinsi Kepulauan Riau
Kota Tanjung Pinang
Kota Batam Kabupaten Bintan Kabupaten Tanjung Balai Karimun
Kabupaten Lingga
Kabupaten Natuna Kabupaten Anambas
5 Provinsi Sumatera Barat
Kota Padang Kabupaten Padang Pariaman
Kota Pariaman Kabupaten Pasaman Barat
Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai Kabupaten Agam
6 Provinsi Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat
7 Provinsi Sumatera Selata n
Kabupaten Banyuasin Kabupaten Ogan Komering Ilir
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Halama n 6
Wilayah kerja BPSPL Padang
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Ha laman 7
Visi dan Misi BPSPL Padang
Fungsi pembangunan kelautan da n perikanan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang
di la ksanakan oleh Kementerian Kelautan da n Perikanan, dia rahkan untuk mengoptimalkan s egenap potens i yang ada. Sehubungan dengan untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional tersebut
ma ka Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau- Pulau Keci l (KP3K) menuangkan visi misi Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam vis i misi Direktorat Jenderal KP3K. Kemudian BPSPL Padang diba wah Dirjen KP3K menyusun pula visi misi yang sinergis untuk mewujudkan Pembangunan Kelautan da n Perikanan. Berikut visi misi da n tujuan dari BPSPL Padang tahun 2015-2019:
Visi
Sumberda ya laut, pesisir da n pulau-pulau kecil tertata, ama n, bers ih, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan
Misi
Mewujudka n Pengelolaan Sumberdaya Kelautan yang Terintegrasi da n Berkelanjutan
Tuj uan
1. Terkelolanya jenis biota perairan ya ng terancam punah, langka, endemik dan dilindungi;
2. Wilayah yang memiliki perencanaan pengelolaan laut, pesisir, dan pulau-pulau keci l;
3. Meningkatnya ni lai guna pulau-pulau kecil;
4. Meningkatnya pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan BPSPL Padang.
Sasaran Strategis
1. Terkelolanya jenis biota perairan ya ng terancam punah, langka, endemik dan dilindungi
a. Jenis Ikan terancam punah , langka , endemik yang diidentifikasi, dipeta kan, di lindungi,
di le starikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan
b. Beo perasionalnya layanan perkantoran untuk satker CITES
c. Terbentuk dan beroperasinya gugus tugas pa da ma sing-masing satker
2. Wilayah yang memiliki perencanaan pengelolaan laut, pesisir, dan pulau-pulau keci l
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Ha laman 8
a. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah Kab/Kota yang memiliki Rencana
Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Keci l
b. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah nasional, lintas wilayah Kab/Kota
yang memil iki Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
c. Jumlah lokasi laut, pesisir da n pulau-pulau kecil yang memiliki rencana Zonasi Rinci Ka wasan
d. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah nasional, lintas wilayah Kab/Kota
yang memil iki Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang diinisiasi legalitasnya
e. Jumlah pen gambil kebijakan di wilayah pesisir da lam ha l teknis mengenai penataan ruang
wilayah pesisir, laut , dan pulau-pulau kecil secara akuntabel dan i ntegratif
3. Meningkatnya ni lai guna pulau-pulau kecil
a. Pen yusunan identifikasi pulau-pulau kecil dan pulau-pulau kecl terluar
b. Pen yusunan dan perencanaan pengembangan pulau-pulau kecil untuk minawisata
c. Tersedianya data sarana prasarana dasar d i pulau-pulau kecil
4. Meningkatnya pelayanan teknis da n administrasi kepada semua unsur di lingkungan BPSPL Padang
Persentase perencanaan, kerjasama program anggaran secara terintegrasi, a kuntabel da n tepat
waktu berdasarkan da ta yang terkini da n akurat di lingkungan ditjen KP3K.
BPSPL Padang seba gai Unit Pe laksana Teknis (UPT) Ditjen PRL memiliki sasaran kinerja yang mendukung kinerja Ditjen PRL. Oleh karena itu Sasaran Strategis BPSPL Padang di kelompokan berdasarkan tujuan da n ta rgetnya yang di bagi berdasarkan beberapa kategori yaitu:
Stakeholder Perspektive
• Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
Costumer Perspektive
• Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, da n berkelanjutan
Internal Process Perspektive
• Tersedianya kebijakan pembanguna n KP yang efektif
• Terselenggaranya ta ta kelola pemanfaatan SDKP yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan
• Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional da n partisipatif
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Ha laman 9
Learning And Growth Perspektive
• Terwujudnya aparatur sipi l negara BPSPL Padang yang kompeten, profesional dan berintegritas
• Tersedianya manajemen pengetahuan BPSPL Padang yang handal dan mudah diakses
• Terwujudnya birokrasi BPSPL Padang yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima
• Terkelolanya anggaran pembangunan BPSPL Padang secara efisien dan ekuntabel
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Halaman 10
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Mel alui visi dan misinya, te lah tergambar bahwa
UPT BPSPL Pa da ng memiliki kegiata n yang mendukung kegiatan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir da n Pulau- Pulau Kecil. landasan utama
pelaksanaan kegia ta n BPSPL Pa dang yaitu Sumberda ya laut, pesisir da n pulau-pulau kecil
tert ata, aman, bersih, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan pemba ngunan kelautan dan perikananan untuk dapat menunjang.
Upa ya mendukung visi, misi, dan grand strategy KKP da n Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Keci l, program BPSPL Pada ng meguraikan pen jabaran vis i misi BPSPL Padang tertuang dalam kegia tan da n indikator kinerja utama yang direncanakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahu n Anggaran 2017 Tahun anggaran 2017, Direktorat Jendera l Pengelolaan Rua ng laut, Kementerian Kelautan da n Perikanan memiliki program Pengelolaan Ruang Laut. Berdasarkan pada Renca na Kerja da n Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAKL), Program tersebut memiliki 13 indikator kinerja utama (IKU) program,
yait u Nilai Tu kar Petambak Garam; Jumlah kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang menin gkat efektifitas pengelolaannya
(kawasan); Jumlah luas kawasan konservasi (jt Ha); Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi
da n di lestarikan; Jumlah kawasan pesisir rusak yang puli h kembali; Jumlah pulau - pulau keci l yang ma ndiri; Jumlah produksi garam; P ersentase Kua litas Ga ram KP1 terhada p tota l keseluruhan; Jumlah ja sa kelautan yang dikelola untuk pengembangan ekonomi; Jumlah lokasi kawasan laut dan
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Halaman 11
wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan; Jumlah ma syarakat adat, tradisional dan loka l di PPK yang direvitalisasi;
Jumlah kawasan wisata ba hari yang dikembangkan; Dukungan ad ministrasi Penyelenggaraan Lingkup Direktorat Jenderal PRL. Indikator Kinerja Utama ( IKU) Program tersebut didistribusikan ke Direktorat
da n UPT Lin gkup Ditjen PRL dalam bentuk pelaksanaan kegiatan disertai denga n indikator kinerja kegia tan.
BPSPL Pada ng, pada tahun anggaran 2017 memiliki 4 kegiatan besar dengan beberapa output kegiatan yang harus dica pa i, yaitu kegiata n perlindunga n dan pema nfaatan kawasan konservasi dan keanekaragaman h ayati laut; kegia tan pemberdayaan pesisir da n pulau – pulau keci l; kegiatan
perencanaan ruang laut; dan kegiatan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya lingkup ditjen PRL. Output ters ebut memiliki indikator kinerja kegiatan yang tertuang da lam dokumen RKAKL (Rencana Kerja
da n Anggaran Kementerian/Lembaga) BPSPL Padang. Ber ikut ada lah Indikator ki nerja kegiatan (IKK) BPSPL Padang :
1. Jumlah Kawasan Konservasi Perairan yang meningka t kualitas lin gkungannya melalui upaya
pengelolaan efektif
2. Jumlah Keanekaragaman Hayati Laut yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan
3. Jumlah kawasan pesisir yang direstorasi (kawasan)
4. Jumlah Provinsi yang memiliki rencana zonasi ditetapkan melalui peraturan perundangan
5. Nilai Kinerja anggaran lingkup Ditjen PRL
6. Jumlah unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
7. Indeks kompetensi dan integritas
8. Persentase layanan administrasi keua ngan, pengelolaan BMN,Layanan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
9. Persentase pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai Ditjen Pengelolaan Ruang Laut
10.
11. Nilai SAKIP Ditjen Pengelolaan Ruang La ut
Ura ian Sasaran strategis dan indicator kinerja BPSPL Padang ditunjukkan pa da tabel di bawah ini:
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, da n berk elanjutan
1 Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas pengelolaan efektifnya (kawasan)
2
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Halaman 12
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
2 Terselenggaranya pengendalian dan
pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif
2 Jumlah keanekaragaman hayat i laut yan g dilindungi, diles tarikan dan/atau dimanfaatkan (jenis)
1
3 Terselenggaranya tata kelola pem anfaatan SDKP yang berdaya saing dan
berk eadilan
3 Jumlah Provinsi yang terfasilitas i penyusunan dokumen rencana zonasi untuk ditetap melalui peraturan perundangan
1
4 Tersedianya kebijakan pem bangunan KP yang
efek tif
4 Indeks efektifitas kebijakan pemerintah 7,7
5 Terwujudnya aparatur sipil
negara BPSPL Padang yang kom peten, profesional dan
berintegritas
5 Indeks kompetensi dan integritas BPSPL Padang 79
6 Tersedianya manajemen pengetahuan BPSPL Padang yang handal dan mudah
diakses
6 Persentase unit kerja BPSPL Padang yang men erapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
65
7 Terwujudnya birokrasi
BPSPL Padang yang efektif, efisien dan berorientas i
pada layanan prima
7 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPSPL Padang A
(86)
8 Nilai AKIP BPSPL Padang A
(85)
9 Nilai Maturitas SPIP BPSPL Padang 2
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Halaman 13
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
10 Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup BPSPL
Padang 1
8 Terkelolanya anggaran pem bangunan BPSPL Padang secara efisien dan
akuntabel
11 Nilai kinerja anggaran BPSPL Padang (%) 85
12 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSP L
Padang (%) 100
Penetapan Kinerja
Kinerja ada lah ha sil da ri pelaksanaan tugas da n fungsi organisasi selama periode tertentu.
Pengelolaan Kinerja adalah rangkaian kegiatan pemanfaatan sumber da ya untuk meningkatkan kinerja da lam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Pa da tingkatan Kementerian, tujuan
organisasi diterjemahan dalam visi dan misi yang tertuang dalam Renstra. Berdasarkan Indikator Kinerja yang ada, maka dis usun da n ditetapkan indikator kinerja, yang dituangkan dalam Lemabar Penetapan Kinerja yang ditandangani oleh Kepala Balai Pengelolanan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang
den gan Direktur Jenderal Pengelolaan Rua ng Laut (PRL)
Balance Score Card (BSC)
Balance Score Card (BSC) adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Dr.
Rob ert Kaplan (Harva rd Business School) a nd David Norton, merupa kan alat untuk menterjemahkan strategi menja di pr ogram kerja, mengintegrasikan semua strategi dalam suatu o rganisasi/instansi,
menentukan indikator sukses organisasi d alam managemen kerja, mengkomunikasikan strategi kepada seluruh karya wan, da n mengendalikan pelaksanaan strategi ins ta nsi terka it. Balanced Scorecard membantu instansi untuk menghadapi dua masalah funda mental:
mengukur performa instansi secara efektif da n mengimplementasikan strategi dengan sukses.
Manfaat yang dapa t diberikan setelah pembuatan Kinerja berbasis BSC ini khusu s ny di BPSPL Padang antara lain:
Strategi organisasi dapat diterjemahkan kedalam rencana operasional dengan baik (put strategi into
action) di semua tingkat jabatan di dalam organisasi
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Halaman 14
Manajemen kinerja organisasi akan selaras dengan strategi organisasi (s trategy and per formance
ma nagement alignment) di semua tingkat jabatan di BPSPL Padang
Akuntabilitas yang terjaga, karena je las siapa yang mengerjakan apa, ser ta apa indikator
keberhasilannya di semua tingkat jabatan.
Di dala m pelaksanaannya Indikator kinerja berbasis BSC ini memaksa instansi untuk berfikir integrative (berbagai perspektif), sistematik (Hubungan sebab akibat) dan Terukur (tida k menerawang), selain itu
juga met ode ini mudah dipahami, bisa dikembangkan, dan bisa digabungkan dengan k inerja atasan.
Sistem BSC memba gi organ isasi di Kementerian da lam 6 (enam) level berdasarkan tingkatan secara struktur organisasi, na mun penetapan level ini tidak berdasarkan tingkatan eselonisasi. Pembagian level tersebut dijelaskan pada Tabel berikut:
LEVEL ORGANISASI
RUANG LINGKUP PUSAT
Level 1 Menteri Kelautan dan Perikanan
Level 2 Seluruh Jab atan Pimpinan Tinggi Madya yang berada di ba wah dan bertanggun g jawab kepada level 1
Level 3 Seluruh Jab atan Pimpinan Tinggi Pratama lingkup pusat da n Kepala UPT yang berada di ba wah dan bertanggung ja wab kepada level 2
Level 4 Seluruh Jab atan Ad ministrator lingkup pusat dan seluruh ja batan lingkup
UPT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada level 3
Level 5 Seluruh Jab atan Pengawas lingkup pusat dan seluruh ja batan lingkup UPT yang berada di ba wah dan bertanggung ja wab kepada level 4
Level 6 (Individu) Peja bat Fungsional da n Pelaksana
Untuk BPSPL Pada n g, Pengecekan hubungan seba b akiba t di lakukan untuk mema stikan bahwa pen capaian sasaran strategis pada satu perspektif mendukung pencapaian sasaran strategis pada level diata snya. Pengecekan dilakukan dengan cara memba ca dari ba wah ke atas, yakni perspektif learn and
growth harus menjawab "apa yang harus dimiliki BPSPL Pa dang", perspektif internal process harus menjawab "apa yang harus di lakukan BPSPL Padang", perspektif customer harus bisa menjawab "apa
yg a kan diha silkan BPSPL Padang untuk masyarakat kelautan da n perikanan", da n perspektif stakeholders ha rus menjawab "apa yang diharapkan kementrian dengan adanya BPSPL Padang".
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Halama n 15
KINERJA
Ha laman 16
KINERJA
PENCAPAIAN KINERJA BPSPL PADANG
Pen capaian Kinerja BPSPL Padang dapat di lihat pada uraian di bawah ini:
1 Jumlah Kawasan Konservasi Perairan Yang Meningkat Kualitas
Pengelolaan Efektifnya ( 2 Kawasan)
Ka wasan Konservas i yang menja di ta rget pengelolaan BPSPL Padang pada tahun anggaran 2017 ini ada lah 2 kawasan yaitu:
Peneta pan Level Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Bintan Peneta pan Level Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam Kegia tan tersebut diatas tidak dapat di laksanakan di seb akan ba nyak faktor internal da n eksternal den gan pembahasan sebagai berikut.
1.1 Analisa Kegagalan Pelaksanaan Kegiatan Kawasan Konservasi Yang Tidak Dapat di Tingkatkan Kualitas Pengelolaan Efektifitasnya yang terdiri dari 2 kawasan d BPSPL Padang
Pa d a periode 2017 BPSPL Padang memperoleh anggaran yang berasal dari dana hiba h luar negeri (HLN)
sebesar Rp 3,055,600,000 ( tiga milyar lima puluh lima juta enam ratus ribu rupiah) dan pinjaman luar negeri (PLN) senilai Rp 15,296,984,000 (lima belas milyar dua ratus sembilan puluh enam sembilan ratus delapa n puluh empat ribu rupiah, total anggaran HLN dan PLN BPSPL Padang apabila di gabung sebesar Rp 18,352,584,000 (delapan belas milyar tiga ratus lima puluh dua juta lima ratus delapan puluh empat ribu rupiah) atau 74.37 % (tujuh puluh empat kom a tiga puluh tujuh persen) dari total pa gu anggaran
BPSPL Pada ng senilai 24,674,454,000 (dua puluh empat milyar enam rat us tujuh puluh empat juta empat ratus lima puluh empat ribu rupiah) untuk peningkatan kua litas pengelolaan efektifitasnya yang
terdiri dari 2 kawasan Kabupaten Bintan dan Kota Bata m hanya terserap sebesar Rp 515,000,000 (lima ratus lima belas juta rupiah) yang merupakan tungakan belanja modal pengadaan tahun 2016 atau sebesar 3% (tiga persen) da ri tota l pagu anggaran hal ini disebabkan oleh adanya kebijaks anaan dari
KINERJA
Ha laman 17
Kementerian Kelautan da n Perikana n untuk penghentian penggunaan da na pinjaman da n hibah berdasarkan Surat Menter i Kelautan dan Perikanan Nomor B.141/MEN-KP/III/2017 tanggal 13 Maret
201 7 perihal Pelaksanaan Project COREMAP-CTI dan CCDP IFAD dan Surat Direktur Pengelo laan Ruang La ut Nomor 347/DJ PRL/IV/2017 ta nggal 20 April 2017 tentang kegiatan COREMAP-CTI Project di
hen tikan (Surat Terlampir) Dan selanjutnya untuk pelaksanaan kegiatan konservasi dan pemberdayaaan ma syarakat pesisir Kementerian K elautan dan Perikanan telah melakukan perhitungan da lam pembiayaan pelaksanaan program dapat dilakuka n dengan rupiah murni atau APBN. Akan tetapi pen ghentian tersebut tidak menghilangkan ni lai anggaran tersebut pa da DIPA BPSPL Pada ng sehingga pa d a periode Tahun Anggaran 2017 serapan anggaran BPSPL padang secara keseluruhan ha nya 24,92%
ca pa ian kinerja pa da kegiatan yang mengguna kan dana hiba h dan pinjaman tersebut tida k tercapai. Ada pun kegagalan tersebut te lah di prediksi dalam Manajemen Resiko (MR) laporan Sistem Akutansi Kinerja Instasi Pemerintah BPSPL Padang periode semester 1 2017. Hal ini bersamaan dengan perubahan kewenangan pada wilayah la ut pemerintah daerah kabupaten/kota yang beralih kepada Pemerintah
Da erah Provinsi sesuai dengan Unda ng-Undang te ntang Pemerintah Daerah nomor 23 Tahun 2014. Sehingga lingkup koordinasi kegiatan Ka wasan Ko nservasi Yang Tidak Da pa t di Tingkatkan Kualitas Pen gelolaan Efektifitasnya memerlukan persiapan lebih lanjut sa mbil menunggu serah terima pen gelolaan kawasan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Provinsi. BPSPL Padang sebagai Inst ansi Vertikal dar i kementerian Kelautan da n Perikanan berkewajiban melakuka n fasi litasi
pen dampingan sekaligus monitoring terkait serah terima tersebut. Khusus untuk kawasan Bintan dan Bata m banyak sekali irisan pengelolaan antara stake holder pemangku kepentingan contoh pada wilayah Bata m terdapat 2 kewenangan yaitu Otorita Batam da n Pemerintah Da erah Kota Batam, adanya Kawasan
Pelabuhan dan Pulau terluar sebagai Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), terdapat juga tumpang tindih peraturan, terkait Tata Ruang Darat dan Penataan Ruang La ut pada kawasan Pelabuhan. Dengan
Kompleksitas permasalahan tersebut memerlukan peren canaan ma tang da n komperehensif terkait kegia tan Kawasan Konservasi Yang Dapat di Tingkatkan Kua litas Pengelolaan Efektifitasnya. Selanjutnya
Kementerian Kelautan juga mempunyai komitmen untuk moratorium me ngguna kan dana Hibah dan Pinj aman Luar Negeri sampai batas waktu yang tidak di tentukan sambil menunggu ha sil evaluasi capaian kegia tan dari seluruh kegiatan yang berasal dari dana pinjaman.
KINERJA
Ha laman 18
2 Jumlah Keanekaragaman Hayati Laut Yang Dilindungi, Dilestarikan
Dan/Atau Dimanfaatkan ( 1 Jenis ) Daerah Perlindungan Laut Teripang di Desa Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah
Pa d a periode tahun Anggaran 2017 ini dari 20 jeni s target jenis yang telah di teta pkan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai indikator kerja utama BPSPL Pad ang hanya s atu jenis yaitu Teripang. BPSPL Pada ng telah menca pai target tersebut dengan di tetapa n Peraturan desa tentang Daerah
Perlindungan Laut (DPL) Teripa ng di Tapian Nauli Ka bupaten Tapanuli Tengah dengan Peraturan Desa Nomor 21 Tahun 201 7 tentang Da erah Perlindungan Laut (DPL) Teripa ng di Wilayah Desa Tapian Nauli diteta pkan di Tapian Nauli pa da tanggal 4 Desember 2017. Berikut laporan capaian kegiatan Jumlah Kea nekaragaman Hayati Laut Yang Di lindungi, Dilestarikan Dan/At au Dimanfaatkan ( 1 Jenis ) Daerah Perlindungan Laut Teripang di Desa Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah
Rencana Daerah Pe rlindungan Laut (DPL) Teripang Desa Tapian Nauli Teripang Kabupaten Tapanuli Tengah
KINERJA
Ha laman 19
2.1 Anilisis Keberhasilan Kegiatan Jumlah Keanekaragaman Hayati Laut Yang Dilindungi, Dilestarikan Dan/Atau Dimanfaatkan ( 1 Jenis ) Daerah Perlindungan Laut Teripang di Desa Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah
2.1.1 Latar Belakang Kegiatan
Teripa ng merupakan anggot a dari timun laut (sea cucumbers), kelompok hewan (Holothuroidea) yang berbentuk seperti timun dan hidup di laut. Menurut Setyastuti Purwati (2015), di Indonesia terdapat 350 jeni s timun laut, dan 54 jenis diantaranya adalah kelompok teripang yang diperd agangkan. Teripang da p at ditemukan di berba gai pera iran yan g tersebar di wi layah Indonesia, salah satunya di kawasan
pera iran laut Desa Tapian Nauli I, Ka bupaten Tapan uli Tengah, Provinsi Sumatera. Beberapa spesies diantaranya mempunyai ni lai ekonomi yang tinggi terutama untuk pasar ekspor, seperti Holothuria sca bra atau mempunyai nama lokal Teripang Pasir atau dikenal Teripang Bakau dan dikenal dengan nama
swallow oleh masyarakat lokal Tapa nuli Tengah. Pe rdagangan internasional teripang mempunyai nilai pen ting sebagai sumber pendapatan sebagian masyarakat pesisir, khususnya nelayan di Indonesia, pada
sisi lainnya tingginya permintaan t eripang juga be rdampak pada peningka tan upaya penangkapan teripa ng, sehingga upaya b udidaya teripang
sangat penting untuk dikembangkan agar pop ulasi di ala m tidak menurun dan tetap lest ari da n nelayan dapat meningkatkan
pen dapatannya.
Teripa ng di kawasan Pera iran Ka bupaten
Tapa nuli Tengah, yakni Teluk Tapian Nauli I sudah mulai dikemba ngkan dengan pembesaran bibit yang diambil da ri alam da n dibesarkan di t amba k da n dipercaya dita mbak tersebut, teripang juga
berkemba ng biak secara alami. Na mun, alangkah ba iknya jika teripang di P erairan Teluk Tapian Nauli ti da k hanya dibesarkan den gan mengandalkan bibit teripang dari
alam namun dapat dibudidayakan sendiri sehingga teripang di alam tetap lestari dan potens i ekspor teripang. Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana budida ya teripang di Desa Tapian Nauli I, inisiasi Daerah Perlindungan Teripang merupakan salah satu solusi untuk menghindarkan
KINERJA
Ha laman 20
kepunahan teripang. Sebelum inisiasi DPL, dilaksanakan survey sosial ekonomi Desa Tapian Nauli I dan survey potens i teripang di Muara Godang yang merupakan calon DPL Teripa ng Des a Tapian Nauli I.
Survey sosial ekonomi masyarakat Desa Tapian Nauli I dibu tuhkan sebagai data dasar {ba se-line data) da n langkah awal dala m merancang dan melaksanakan kegiatan inisiasi DPL, yang diharapkan d apat
berguna untuk mengeta hui kondisi eksisting sos ial ekonomi ma syarakat sebagai modal da sar pen gelolaan DPL na ntinya. Adapun survey potens i teripa ng bertujuan untuk men getahui potensi teripa ng saat ini di kawasan perairan Muara Godang, Desa Tapian Nauli I.
2.1.2 Tujuan Kegiatan
Tujua n dilaksanakannya kegiatan Inisiasi Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripang di Kabupaten Tapanuli Tengah ada lah sebagai berikut :
Tersedianya data kepadatan teripang dan p erkiraan populasi Memberikan gambaran umum potret sosial ekonomi Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli,
Ka bupaten Tapa nuli Tengah.
Tersedianya Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang d iperuntukkan bagi perlindungan habitat penting (nursery area, feeding area) teripang
Tersedianya regulasi da n Berita Acara kesepakatan bersama antar stakeholder dan nelayan setempat da lam pengaturan pemanfaatan teripang pada lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripa ng.
2.1.3 Output
Outout da ri kegiatan Inisiasi Da erah Perlindungan Laut (DPL) Teripang adalah :
a) Tersedianya DPL Teripang
b) Peraturan Desa terkait DPL Teripang
c) Jumlah populasi teripang di alam meningkat.
2.1.4 Outcome
Outcome yang diha rapkan dengan pelaksanaan kegiatan ini adalah teripang dapa t terlindungi dan terlestarikan serta dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan roda perekonomian di Kab Tapanuli Tengah
seca ra berkelanjutan.
KINERJA
Halama n 21
2.1.5 Kondisi Geografis
Gambar 1. Peta Kecamatan Tapian Nauli.
Keca matan Tapian Nauili merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya perairan, memiliki potensi
terumbu ka rang, lamun da ng ma ngrove. Namun meskipun didominasi olehdaerah pesisir, cuaca di Keca matan tidak terlalu pa nas karena dikelilingi perbukitan. Ka bupaten Tapanuli Tengah berada di
kawasan ba rat Pulau Sumatera yang terletak anta ra 010 33’ Lint ang Uta ra dan 990 45’ Bujur Timur.
KINERJA
Ha laman 22
Keca matan Tapian Nauli terletak di 0-800 meter di atas permukaan air laut, dengan luas wilayah 83,01 km2. Adapun batas wilayah, di seb elah uta ra berbatasan dengan Kecamatan Kol ang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Si bolga, sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sitahuis. Berikut Peta administratif Kecamatan Tapian Nauli. Kecamatan
Tapian Nauli terleta k di 0-800 meter di atas permukaan air laut, de ngan luas wilayah 83,01 km2. Keca matan ini terdiri dari 9 Desa/ Kelurahan. Berikut Luas Kecamatan Tapian Nauli menutut Desa Tahun 201 6.
Tabel 1. Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Tapian Nauli
NO. DESA/KELURAHAN LUAS (KM2) RASIO TERHADAP TOTAL LUAS KECAMATAN (%)
1. Tapian Nauli I 1,94 2,34
2. Mel a Dolok 1,36 1,64
3. Aloban Bair 3,12 3,76
4. Tapian Nauli III 11,26 13,56
5. Tapian Nauli II 46,92 56,52
6. Tapian Nauli IV 11,72 14,12
7. Mel a I 2,39 2,88
8. Mel a II 2,30 2,77
9. Bair 2,00 2,41
Total 83,01 100
Keca matan Tapian Nauli berbatasan dengan laut, s ehingga nelayan menjadi salah satu mata pencaharian utama . Seca ra tofografis, wilayah da ratan teridi da ri wilayah perbukitan da n daratan, dima na lahan
KINERJA
Ha laman 23
perbukita n dipergunakan ma syarakat untuk berkebun dan berladang. Letak yang berbatasan dengan laut memperngaruhi iklim dan musim di Kabupaten Tapanuli Tengah. Keadaan topografi wilayah Kecamatan
Tapian Nauli terdiri da ri pantai, emplassement, lahan perta nian, p erikanan, perkebunan / hutan / semak beluka r dengan kondisi kesuburan ketandusan yang berbeda-beda.
2.1.6 Potensi Sumberdaya Alam laut di Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah
Potens i sumber daya laut di Kecamatan Tapian Nauli cukup besar, diantaranya adalah kawasan t erumbu karang, kawasan laut dalam, kawasan pantai, dan kawasan bakau. Dari berbagai kawasan dihasilkan jenis ikan yang menjadi sumber konsumsi masyarakat ma upun didistribusikan ke berbagai wilayah lain. Jenis
ikan yang terdapat di kabupaten tersebut antara lain Kue, Kerapu, Kakap, Baronang, Kima, Lola, Teripang, Hiu, Sidat, Napoleon, Ikan Pari, Penyu, Dugong, Bambu laut, Karang hias dan lain sebagainya. Selain itu, di sa lah satu desa terdapat pulau yang dapat dijadikan potensi wisata. Pulau tersebut memiliki air terjun
yang airnya langsung jatuh ke laut, air terjun tersebut bernama air terjun Murs ala, yang diambil namanya da ri Pulau Mursala. Selain itu terdapat pulau yang menawan dengan hamparan pasir putih, yakni Pulau
Putri. Meng ingat besarnya potensi sumberdaya laut di Ka bupaten Tapanuli tengah, berdasarkan SK Bup ati No. 1421/DKP/Th 2007 Perai ran Kecamatan Tapian Nauli sudah ditetapkan sebagai Kawasan
Kon servasi Laut Da erah (KKLD). Dida lam KKLD terdapat Da erah Perlindungan laut, zona I nti, Zona Perikanan Berkelanjutan, Zona Wisata, Zona Budidaya dan Zona Penyangga. Berikut Peta Perlindungan La ut Pulau Mursala dan Desa Sitardas dan Sija go-jago dapat diamati pada gambar 2 dan 3.
Dokumentasi Pengambilan Foto Teripang di Wilayah DPL Teripang Di Desa Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah
KINERJA
Halama n 24
Gambar 2. Peta Daerah Pe rlindungan Laut Pulau Mursala
KINERJA
Halama n 25
Gambar 3. Peta Daerah Perlindungan Laut Sitardas dan Sijago-jago
KINERJA
Halaman 26
2.1.7 Metodologi
1) Lokasi dan Waktu Survey
Rencana pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripang terletak di Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaen Tapanuli Tenga h. Adapun bebe rapa tahap dal am kegi atan ini
ada lah sebagai berikut :
Tabel 2. Taha pan Kegiatan Inisiasi DPL Teripang
NO. KEGIATAN Selasa Selasa Rabu Kamis Kamis
22/8/17 26/9/17 27/9/17 28/9/17 23/11/17
1 Orientasi Survey Lapangan Calon DPL di Muaro Gadang, Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapanuli
2
Tim Survey Laut : Melakukan Survey Potensi Teripang dan Bathimetri di calon DPL
Tim Sosek : Survey Sosek di Desa Tapian Nauli I
3
Tim Survey Laut : Melakukan Survey Potensi Teripang dan Bathimetri di calon DPL
Tim Sosek : Survey Sosek di Desa Tapian
Nauli I
4 Mus yawarah dan Kesepakatan Inisiasi DPL Teripang
5 Pemasangan tanda batas dan papan
himbauan DPL Teripang
Orientasi lapangan dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2017dengan tujuan mengetahui lokasi calon
DPL Teripang, kemudian dilanjutkan survey potensi teripang dan sosial ekonomi pada tanggal 26 – 28 September 2017. Kesepakatan dilakukan pada tanggal 28 September 2017 di Balai Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli dan pemasangan tanda batas serta papan himbauan DPL Teripang
dila ksanakan pada tanggal 23 November 2017.
KINERJA
Halaman 27
2.1.8 Tim Penyusun
Tabel 3. Tim Penyusun Dokumen Perencanaan
NO. NAMA UNIT ORGANISASI JABATAN
1. Muhammad Yusuf, S.Hut. M.Si BPSPL Padang Penanggung Jawab
2. Suwardi, ST. M.Si BPSPL Padang Ketua
3. Lovedrian Ariston,S.I.K BPSPL Padang Anggota Tim Survay laut
4. Hendrisman S.ST BPSPL Padang Anggota Tim Survay laut
5. Dina Arya Purnama,S.Si BPSPL Padang Tim Sosek
6. Wily Filkosima, S.Si BPSPL Padang Pemetaaan
7. Monica Br. Pinem,S.Pi BPSPL Padang Tim Sosek
2.1.9 Metodologi Kajian
1) Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan bertujuan untuk mengetahui lokasi dan penggunaan metode dalam survey potensi.
Tahapan ini sebagai tahapan awal untuk memastikan bahwa lokasi tersebut memang menjadi habitat teripang. Dilakukan pencatatan vegetasi dan substrat pada lokasi tersebut.
2) Survei Sosial Ekonomi
Survei sosial ekonomi dilaksanakan di Desa Tapian Nauli I dan DKP Kabupaten Tapanuli Te ngah. Lokasi
ini dipilih dari perti mbangan dan masukan dari DKP Kabupaten Tapanuli Tengah dan informasi dari masyarakat, dimana mayoritas penduduk yang be rdampak pada calon kawasan DPL Teripang berasal
dari Desa tsb.
Ada pun dat a yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh
dari Instasi-instansi terkait dan study literatur, berupa dokumen-dokumen yang relevan sebagai pendukung data primer. Sedangkan data primer berupa data kualitatif dengan melaksanakan wawancara mendalam dengan informan yang ditentukan secara purposive, dianggap memahami dan
KINERJA
Halaman 28
mengetahui kondis i sos ial ekonomi masyarakat terkait pemanfaatan teripang di Teluk Tapian Nauli. Selain itu data kualitatif diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus dengan stakeholder terkait,
dengan tujuan diketahuinya isu permasalahan dan keterlibatan masyarakat.
3) Survei Potensi
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati teripang dan potensinya dilakukan dengan metode transect (Transect Method). Metode transek adalah metode kuant itatif untuk mengetahui jumlah
spesies atau jumlah individu dalam satuan luas. Dari hasil transek dapat dihitung kepadatan teripang dan selanjutnya dapat digunakan untuk menduga besarnya potensi dan menganalisa keanekaragaman hayati yang ada disuatu perairan.
Tahapan metode transek adalah sebagai berikut :
a. Menentukan stasiun pengamatan. Sebelum menentukan stasiun pengamatan dilakukan terlebih
dahulu wawancara dengan pengumpul dan nelayan teripang setempat yang akan dijadikan sebagai ca lon DPL.
b. Menent ukan Teknik pelaksanaan. Luas transek yang digunakan pada kegiatan ini adalah 5x5 m. Jarak antar plot sejauh 5 - 10 m. Minimal terdapat 3 plot dalam satu transek. Didalam plot
berukuran 5x5 m di letakkan plot untuk potensi anakan seluas 1 x 1 m. Plot indukan dan anakan dibuat menggunakan tali yang disetiap sudutnya dipasang pancang agar mempermudah penancapan di bawah air. Penentuan titik awal dilakukan ketika teripang ditemukan pertama
kalinya pada saat petugas berjalan ke arah laut. Titik awal yang telah ditentukan selanjutnya diberi tanda dan pada titi k awal inilah ditentukan plot untuk pertama kalinya. Dari titik awal transek
diproyeksikan ke titik transek kedua dengan bantuan kom pas agar tegak lurus terhadap garis pantai secara umum.
Gambar metode transek
KINERJA
Halaman 29
Gambar 5. Kode Pencatatan
Petugas di titik awal yang memegang ujung tali transek dan kompas memberikan aba-aba akan kea rah yang be nar kepada petugas kedua yang memegang ujung tali transek lainnya. Penghitungan
dan pengamatan teripang di dalam setiap plot dilaksanakan oleh seluruh petugas transek. Pengamat harus mencatat lokasi, nomor garis transek, waktu, jenis substrat dan panjang teripang.
Kod e pencatatan ditulis dengan menggunakan kertas neotop dengan format sebagai berikut
c. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Pancang kayu
Tali t ambang
Meteran
Alat tulis
Roll meter
Kamera bawah air
Perahu
Ember
Serokan
Lembar data (data sheet)
Kertas anti air (waterproff water)
KINERJA
Halaman 30
d. Ana lisa Data
Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas. Kepadatan masing-masing jenis teripang yang ada
di setiap stasiun penelitian dihitung menggunakan rumus:
X = ∑Xi / n …………………………………………. (1)
Keterangan :
X = rata-rata jumlah biota per satuan luas
∑Xi = jumlah biota dalam satuan contoh ke-i
N = jumlah luasan satuan ke-i
3.3. 4. Survei Bathimetri
Pengumpulan data bathimetri dimaksudkan sebagai data dasar dalam menganalisis kedalaman perairan laut. Untu k mendapatkan informasi bathimetri digunakan metode pemeruman, dengan menggunakan tali yang diberi ukuran kedalaman. Pengukuran kedalaman muka air laut dilakukan dari
atas perahu motor dengan kondis i stabil. Koordinat titik-t itik pengukuran didapat dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Gamb ar 6 memberikan ilustrasi mengenai aktivitas
pengumpulan data.
4) Metode pengumpulan data bathimetry
Ana lis is data bathimetri dilakukan terhadap titik-titik kedalaman yang te lah diukur di lapangan. Titik- titik yang memiliki informasi kedalaman dan koordinat tersebut kemudian diinte rpolasi dengan
metode Inverse Distance Weighted (IDW). Interpolasi dapat dilakukan dengan bantuan software GIS sehingga menghasilkan garis kontur kedalaman untuk wilayah perairan yang disurvey. Garis kontur
kedalaman menunjukkan lokasi-lokasi yang memiliki nilai kedalaman yang sama (isobath).
5) Musyawarah dan Kesepakatan DPL
Musyawarah dan kesepatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripang di Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli, dihadiri oleh perwakilan dari stakeholder terkait, sebagai berikut:
KINERJA
Halaman 31
Tabel 4. Peserta Inisiasi DPL Teripang
NO. INSTA NSI JUM LAH
1 Dina s Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara 1 Orang
2 Dina s Kelautan dan Perikanan Kab. Tapanuli Tengah 1 Orang
3 Dan Lanal Sibolga 1 Orang
4 Kantor Camat 1 Orang
5 Kantor Camat Tamat Nauli 4 Orang
6 Kamtibmas 1 Orang
7 Kora mil 05/06 3 Orang
8 Kepala Desa Tapian Nauli I 1 Orang
9 Ketua BPBD 1 Orang
10 Ketua LPM 1 Orang
11 Pokwasmas 1 Orang
12 Pokdakan 3 Orang
13 Ketua Nelayan 1 Orang
13 Nela yan 30 Orang
Jumlah 50 Orang
6) Pemasangan Papan Himbauan dan Tanda masuk DPL
Pemasangan tanda batas dan papan himbauan dilakukan sebagai bahan sosialisasi dan tanda masuk Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripang di Kualo Gadang, Tapian Nauli.
KINERJA
Halaman 32
2.1.10 HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dilakukan pada tiga titik lokasi pengamatan (Gambar 9).
Gambar 9. Peta lokasi orientasi lapangan calon DPL
Orientasi dilakukan di tiga titik lokasi. Subtrat dasar habitat teripang merupakan pasir berlumpur.
Orientasi dilakukan pada saat surut pada kedalaman 2 meter. Ketiga lokasi titik pengamatan orientasi hanya ditemukan satu spesies yaitu Holothuroidea scabra dan tidak d itemukan jenis lainnya. Ditemukan teripang dengan ukuran berbeda yaitu juvenile dan dewasa yang dapat diindikasikan
dae rah tersebut merupakan habitat dan tempat berkembang biak teripang pas ir. Lokasi calon DPL teripang juga dikelilingi oleh mangrove dari genus Rhizopora yang cukup rapat.
KINERJA
Halaman 33
Gambar 10. Teripang juvenil dan dewasa di lokasi Calon DPL Vegetasi Mangrove Rhizopora dilokasi calon DPL
KINERJA
Halaman 34
2) Survey Potensi Teripang
Stasiun Pengamatan
Terdapat lima titik lokasi pengamatan di wilayah calon Daerah Perlindungan Laut Teripang (Gambar 12)
Gambar 12. Peta stasiun Pengamatan Teripang
Titik ini ditentukan berdasarkan kearifan lokal karena lokasi ini menjadi spot penangkapan teripang di muaro gadang oleh nelayan desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli. Berikut merupakan posisi
geografis lokasi pengamatan teripang disajikan di Tabel 5.
KINERJA
Halaman 35
Tabe l 5. Lokasi geografis titik pengamatan teripang
Lokasi Lintang
Bujur
Stasiun 1 98° 40' 48.565" E 1° 46' 38.964" N
Stasiun 2 98° 40' 59.606" E 1° 46' 33.535" N
Stasiun 3 98° 40' 45.493" E 1° 46' 17.632" N
Stasiun 4 98° 40' 43.194" E 1° 46' 22.189" N
Stasiun 5 98° 40' 49.790" E 1° 46' 11.481" N
3) Survei Bathimetri dan Potensi Teripang
Menurut survey bathimetri , lokasi calon DPL memiliki kedalaman minimal 0.5 – 6 meter. Survei bathimetri dilakukan dengan menggunakan roll meter yang diberikan pemberat dan mencatat lokasi
titik geografisnya menggunakan GPS.
Gambar 13. Pengukuran bathimetri pada perairan
KINERJA
Halaman 36
Peta Batimetri digambarkan dalam bentuk garis kontur batimetri dengan dengan kelas kedalaman 0.5 ; 1 ; 1.5 ; 2 ; 2.5 ; 3 ; 3.5 ; 4 ; 4.5 ; 5; 5.5 ; 6 meter. Penyajian peta bathimetri dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Peta bathimetri DPL Teripang
KINERJA
Ha laman 38
Berdasarkan peta diatas ma ka da pa t diketa hui penampang melintang di masing-masing stasiun pen gamatan. Pada stasiun 1 memiliki kedalaman yang relative dangkal. Perairan pa da stasiun 1 memiliki
keda laman berkisar antara 0.5 – 1.5 meter. Jika dil iha t pa da penampang melintang dist asiun 1 dapat diketa hui ba hwa in dividu teripang ditemukan pertama kali pada ja rak 10 meter da ri ujung terluar
ma ngrove sebanyak 6 individu dan terbanyak ditemukan pada plot 7 yaitu ditengah perairan sebanyak 7 indi vidu.
Gambar 15. Penampang melintang stasiun 1
Gambar 17. Penampang melintang stasiun 2
KINERJA
Halama n 39
Gambar 16. Peta Lokasi stasiun 1
KINERJA
Halama n 40
Gambar 18. Lokasi Pengamatan stasiun 2
KINERJA
Ha laman 41
Pera iran di stasiun 2 memiliki nilai kedalaman yang relative tinggi dibandingkan dengan stasiun 1. Pada sta siun 2 memiliki kedalaman berkisar antara 0.5 –2.5 meter. Pada stasiun 2 teripa ng hanya pada dua
plot ditemukan yaitu pada plot 1 da n 2 ma sing-ma sing seba nyak 1 individu. Teripa ng dper ta ma kali ditemukan pada jarak 20 meter dari ujung terluar mangrove.
Pa d a stasiun 3 memiliki ni l ai keda laman b erkisar anta ra 0.5 –2.5 meter. Panja ng transek. Yang dibentangkan antar ujung ma ngrove terluar satu dengan l ainnya a dalah 145 met er. Pada stasiun 3
terdapat tiga belas plot da n teripang pertama kali ditemukan pada jarak 12 meter dari ujung mangrove terlua r. Jumlah teripang terbanyak ditemukan pada plot 3 dan dan 4 yaitu masing-masing sebanyak 7 indi vidu.
Gambar 19. Penampang melintang stasiun 3
KINERJA
Halama n 42
Gambar 20. Lokasi Pengamatan stasiun 3
KINERJA
Ha laman 43
Pa d a stasiun 4 memiliki ni l ai keda laman b erkisar antara 0.5 –3.5 meter. Pa nja ng transek yang dibentangkan adalah 160 meter. Pa da sta siun 4 terdapat s ebelas plot dan teripa ng pertama kali
ditemukan pada jarak 45 meter dari ujung mangrove terluar. Jumlah teripang terbanyak ditemukan pada plot 1 yaitu sebanyak 9 individu. Pada stasiun ini ditemukan dua j enis teripang yaitu teripang pasir
(Holothuria scabra) da n teripa ng cicak.
Gambar 21. Penampang melintang stasiun 4
KINERJA
Halama n 44
Gambar 22. Lokasi Pengamatan stasiun 4
KINERJA
Ha laman 1
KINERJA
Halama n 45
Gambar 24. Peta lokasi pengamatan stasiun 5
KINERJA
Ha laman 23
Gambar 23. Penampang melintang stasiun 5
Sta siun 5 memiliki nilai kedalaman yang rela tive lebih besar dibandingkan sta siun lainnya yaitu berkisar antara 0.5 –4.5 meter. Pada stasiun 5 terdapat empat plot. Pa da stasiun 5 tidak ditemukan
teripang pada pinggir pantai dan teripang pertama kali ditemukan pada jarak 140 meter dari ujung ma ngrove terluar. Hal ini mungkin dikarenakan pemanfaatan teripang yang cukup tinggi oleh nelayan setempat sehingga teripa ng sulit ditemukan pada keda laman rendah. Jumlah teripang terbanyak ditemukan pada plot 4 yaitu seba nyak 7 individu.
4) Kepadatan Teripang
Jenis teripang yang ditemukan pa da lokasi ini ada lah teripang pa sir (Holothuria scabra) da n teripang
cica k. Nilai kepadatan dan rata-rata ukuran panja ng teripang yang ditemukan di masing-masing lokasi pen gamatan stasiun dapat diamati di tabel 6.
Tabel 6. Kepa datan dan panjang rata-rata teripang
Stasiun Transek Plot Jumlah Individu Kepadatan (Ind/m2) Panjang Rata-rata (cm)
1 1 1 6
0.22 15.71
2 5
3 6
4 7
5 4
KINERJA
Ha laman 24
Stasiun Transek Plot Jumlah Individu Kepadatan (Ind/m2) Panjang Rata-rata (cm)
6 3
7 3
2 1 1 1
0.01 6 4.5
2 1
3 0
4 0
5 0
3 1 1 6 0.13 8 10.24
2 2
3 7
4 7
5 2
6 3
7 2
8 2
9 1
10 3
11 3
12 3
13 4
4 1 1 9 0.14 9.09
2 8
3 4
4 3
5 4
6 0
KINERJA
Ha laman 25
Stasiun Transek Plot Jumlah Individu Kepadatan (Ind/m2) Panjang Rata-rata (cm)
7 1
8 7
9 3
10 4
11 3
5 1 1 4 0.21 8
2 6
3 4
4 7
Pa d a s etiap stas iun terdapat satu trans ek dan memiliki jumlah plot yang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan plot pertama pa da transek di letakkan pada saat per tama kali teripang ditemukan.
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa nilai kepadatan teripang di ma sing-masing stasiun
pen gamatan memiliki nilai yang berbeda. Nilai kepadatan tertinggi ditemukan di stasiun 1 da n 5 yaitu
seba nyak 0.22 dan 0.21 ind/m². Nilai kepadatan teripang terendah terletak pada stasiun 2 yaitu sebesar
0.016 ind/m². Teripa ng yang ditemu kan di stasiun 5 merupakan spesies ya ng terbanyak diba ndingkan
sta siun lain yaitu sebanyak dua spesies teripang pa sir (Holothuria scabra) da n teripang cicak (Gambar
25).
KINERJA
Ha laman 26
Gambar 25. Teripang pasir dan teripang cicak yang ditemukan di stasiun 5
Seca ra keseluruhan nila i rata-rata panjang teripa ng yang ditemukan memiliki panjang rata -rata 11.49±4.56 cm. Ukuran teripang yang ditemukan di sta siun 2 relatif lebih kecil
diba ndingkan yang ditemukan di stasiun lain nya. Ha l ini mungkin dikarenaka n lokasi keda laman yang cu kup rendah sehingga memungkinka n ma syarakat untuk lebih muda h mengambil dan mema nfaatkan
induka n ter ipang yang besar di alam dan langsung dijual ke pengumpul. Terbukti
den gan ditemukannya nelayan yang masuk ke loka si calon DPL (Gambar 26).
Gambar 26. Nelayan teripang di lokasi DPL
KINERJA
Ha laman 27
5) Survey Sosial Ekonomi
A. Aspek Sosial Budaya
Kependudukan dan Kesejahteraan
Berdas arkan data BPS 2017, Desa Tapian Nauli I merupaka n desa yang terpadat di urutan pertama da ri 9 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Tapian Nauli, yakni 4792 orang per km2, dengan luas wilayah 1,94 km2. Ada pun menurut jenis kelamin, Desa Tapian Nauli I terdiri dari 2446 laki-laki dan
2326 perempuan. Untuk matapencaharian, Desa Tapian Nauli I me miliki jenis matapencaharian yang bervariasi. Sektor perikanan, ba ik tangkap maupun budidaya merupakan sektor yang paling banyak digeluti masyarakat sebagai pekerjaan uta ma. Namun, nelayan lebih banyak menggeluti perikanan ta ngkap dari pada perikanan budidaya. Selain itu juga terdapat sektor industri berupa pa brik, yakni PLTU da n PKS di Seki ta r Teluk Tapian Nauli, yang juga banyak meyerap lapangan kerja, begitu pula sektor perdagangan dan akomodasi dalam skala relatif kecil.
B. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi
Sarana Transportasi
Transportasi untuk mengakses wilayah Desa Tapian Nauli I dapat m elalui da rat, dimana jarak ibu kota kecamatan ke Kantor Kepala Desa sejauh 4 Km. Kondisi jalan, sekitar 15 % dalam kondisi rusak parah, da n da lam kondisi ba ik hanya 33 %. Da lam kehidupan seh ari-hari ma syarakat sebagian besar
bergantung pa da transportasi pribadi. Transportas i darat yang digunakan masyarakat adalah angkot da n bentor. Sedangkan untuk ja lur laut, masyarakat lokal menggunakan perahu dengan bantuan dua mesin tempel. Masyarakat menyebut perahu tersebut kapal dolphin.
Sarana Perikanan
Sektor perikana n merupakan sektor andalan masyarakat pesisir Desa Tapian Nauli I karena
tersedianya potensi sumberdaya la ut yang dapat dimanfaatkan sebagai matapencaharian. Ada pun
sarana-sarana yang telah yang menunjang kegiatan sektor perikanan seperti bantuan keramba untuk
budidaya teripang, kapal besar untuk menangkap ikan ke daerah laut yang lebih dalam, dan dermaga
sebagai penunjang kegiatan nelayan mencari ikan. Adapun alat tangkap yang digunakan untuk
menangka p ikan adalah jaring insang, bubu, pancing, dan juga masih ada yang menggunakan pukat,
KINERJA
Ha laman 28
sedangka n untu mena ngkap teripang, nelayan hanya penggunaka n kacama t pelindung saat
menyelam.
Sarana Ekonomi
Sarana ekonomi di setiap keca matan di Desa Tapian Nauli I banyak memiliki persamaan, yakni sarana terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ,berupa warung yang menjual sembako. Selain itu juga terdapat banyak warung nasi.
Sarana Pendidikan
Berdas arkan data BPS 2017, jumlah SD baik sekolah negeri maupun swasta berjumlah 2 sekolah, ma sing-ma sing 1 dengan jumlah siswa 587 orang da n 42 guru. Untuk SMP, Desa Tapian Nauli I terdiri da ri 2 SMP, ma sing-ma sing satu untuk negri dan swasta, dengan jumlah siswa 628 orang dan jumlah guru 46 orang. Sedangkan SMA, belum tersedia di desa ini.
Sarana Kesehatan
Rumah sakit, puskesmas dan puskesmas pembantu tidak ada di Desa Tapian Nauli I. Hanya terdapat
polindes sebanyak 3, posyandu sebanyak 6 dan BKIM seba nyak 1. Tida k ada dokter dan dukun bayi yang melayani kesehatan di desa ini, namun ada 4 bida n desa yang bis a dimanfaatkan masyrakat desa.
C. Kelembagaan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Kelemba gaan ma syarakat Desa Tapian Nauli I ma sih sangat sederhana dan belum dikelola secara profesional, seperti ba nk dan koperasi. Pada ma syarakat pesisir umumnya berkembang serikat tolong menolong dan arisan ibu-ibu. Aktivita s yang rutin mereka laksanakan adal ah mengaji
bersama , yang bia sa di laksanakan seminggu sekali atau berdasarkan kesepakatan bersama. Lewat arisan ini, manfaat yang lain yang dirasakan masyarakat adalah silaturahmi yang semakin erat antar
warga. Namun berda sarkan informasi informan, bapa k-bapak nelayan tidak ikut serta dalam pertemua n arisan ataupun serikat tolong menolong. Selain itu, di Desa Tapian Nauli sudah dibentuk Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) yang anggotanya terdiri da ri pa ra nelayan dan para pelaku usaha perikanan yang difasilitas i oleh COREMAP. Lewat pokwasmas ini diharapkan informasi-informasi dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya laut dapa t d isampaikan kepa da pemerintah, seperti kasus illegal fishing, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl da n pengunaan bom da n si anida. Namun sangat d isa yangkan POKWASMAS tidak berfungsi
KINERJA
Ha laman 29
sebagaimana mestinya karena kurangnya sarana dan prasarana seperti kapal pengawasan dan biaya operasional pengawasan disebabkan terhentinya bantua n dana dari COREMAP.
D. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Konflik horizonta l di kawasan perairan Kabupaten Tapanul i Tengah di kawasan tangkapan kerap kali terjadi. Penyebab konflik ini hampir sama di hampir semua keca matan pesisir la innya, yaitu ada beberapa nelayan yang menggunakan pukat harimau, bom, air mas (sejenis zat kimia), da n sianida untuk menangkap dan mengambil ikan. Selain itu, ada nya kawasan industri seperti PLTU dan PKS da hulu juga turut memicu konflik akibat eksternalitas negatif berupa pencemaran yang ditimbulkan.
Selain itu kegia ta n pembangunan j ala n juga menimbulkan konflik kepemilikan lahan karena ma syarakat dengan terpaksa ha rus menjual lahannya untuk dijadikan jal an. Pengguna an alat penangkapan ikan Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia te lah dilarang berdasarkan Pe raturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia N0.71/Permen KP/2016 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan
Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets). Namun, di perairan Teluk Tapian Nauli masih banyak nelayan yang menggunakan pukat pantai (Seine nets). Berikut gambar pukat yang banyak digunakan
nelayan di Perairan Teluk Tapian Nauli.
Gambar 27. Pukat yang banyak digunakan oleh nelayan Tapian Nauli
Mes kipun banyak nelayan yang menggunakan puka t pantai, namun berdasarkan informasi da ri nelayan da n Bapak Kepala Desa, tidak pernah terjadi konflik alat tangkap di kawasan Perairan Teluk Tapian Nauli.
KINERJA
Ha laman 30
Seja uh ini, nelayan yang berbeda alat ta ngkapnya dapat bersama-sama mengelola pema nfaatan sumberda ya alam. Akan tetapi masih ada nelayan nakal yang mencoba mencuri teripang ataupun ikan di
ta mbak. Penyelesaian konflik di Desa Tapian Nauli I dapat dis elesaikan dengan pendekatan musyawarah da n kekeluargaan. Mes kipun informan mengatakan tidak ada konflik kepentingan dalam ha l pengunaan
alat ta ngkap antar nelayan yang m enggunakan pukat da n nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisiona l di Perairan Teluk Tapian Nauli, t entunya perlu d ilakukan kajian lebih mendalam terkait konflik kepentingan penggunaan alat tangkap, karena alat tangkap pukat pa ntai (Seine Nets) sudah dilarang pen ggunaannya di wilayah Perairan Republik Indoneisia, berdasarkan Permen Kelautan dan Perikanan No. 71 Tahun 2016.
6) Aspek Ekonomi
A. Sumber Penghidupan Masyarakat
Hampir 90 persen jumlah penduduk di Desa Tapian Nauli bermata pencaharian seba gai nelayan.
Armada yang mereka gunakan untuk meangkap ikan, berdasarkan da ta BPS ta hun 2016, adalah perahu ta npa motor (549 buah), perahu motor tempel (57 buah) da n kapa l motor (102 buah). Adapun sumberdaya alam yang dapat mer eka manfaatkan da ri Teluk Tapia n Nauli , adalah Ikan
Baronang, Ikan Kakap, Ikan Kerapu, Ika n Aso-aso, Ikan Kembung, Te ripang, Ikan Kue, Kuda Laut, dan kayu da ri hutan ma ngrove. Seda ngkan untuk alat t angkap dan sarana yan g digunakan cukup
bervariasi, ya kni pukat, ja ring insang, ba gan, keramba ja ring apung, da n untuk teripang nelayan cukup menggunakan kacamata saat menyelam mencari teripang.
Nilai Penting Sumberdaya Perika nan dan Kelautan di Teluk Tapian Nauli
Potens i sumber daya laut di Desa Tapian Nauli I cukup besar, diantaranya adalah kawasan terumbu
karang, kawasan pantai, dan kawasan ba kau. Da ri berbagai kawasan dihasilkan jenis ikan yang menja di sumber konsumsi masyarakat ma upun di distribusikan ke berbagai wilayah lain. Jenis ikan yang terdapat di kabupaten tersebut antara lain Kue, Kerapu, Kakap, Baronang, Kima, Teripang, Kuda
La ut, Hiu, Ikan Julung-julung dsb.
Potensi Pariwisata
Desa Tapian Nauli I memiliki potensi pariwisata yang cukup baik. Air Teluk Tapian Nauli yang tenang da n bukit-bukit yang berbaris menjadi daya ta rik wisata. Namun hingga saat ini b elum ada ma syarakat yang mengembangkan potensi tersebut
KINERJA
Ha laman 31
Dukungan dan Komitmen dari masyarakat dan/atau pemangku kepentingan sekitar
Calon Kawasan DPL Teripang
Dukungan dan komitmen dari ma syarakat Desa Tap ian Nau li I diperoleh da ri ha sil musyawarah
singkat di tangkahan (tempat perkumpulan nelayan) pa da hari Ra bu ta nggal 27 September 2017. Musyawarah pa da sore hari itu dihadiri oleh kepala desa Tapian Nauli I, Se kretaris Desa, Ketua
Pokma swas, seluruh nelayan desa Tapian Nauli I, ketua da n anggota pengurus kel ompok budidaya teripang Pokdakan Nusantara. Pertemuan ini dilakukan untuk menjelaskan kepada seluruh nelayan rencana kegiatan penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang direncanakan di Mua ra Godang/
Kuala Gada ng seba gai ca lon lokas i. Da lam musyawarah ini tim survey BP SPL Pa d ang juga menje laskan secara ringkas potensi sumberdaya teripang di sekitar ca lon lokasi penetapan DPL. Musyawarah diadakan untuk menjelaskan arah kegiatan DPL yang ditujukan untuk kelestarian teripang demi kese jahteraan nelayan. Seluruh nelayan bersama aparat pemerintahan d esa menyetujui da n mendukung ditetapkannya calon lokasi sebagai DPL. Persetujuan lokasi DPL, bentuk pengelolaan dan pengawasan DPL termasuk diantaranya masa pa nen dan akses nelayan ke lokasi DPL akan diatur dalam Peraturan Desa yang disusun oleh aparat desa bersama warga Tap ian Nauli I. Terdapat beberapa alternative 1,2, 3, dan 4 yang di usulkan oleh Pokdakan Nusantara yaitu seperti gamba r dibawah ini :
Gambar 28. Peta alternative DPL Teripang
KINERJA
Ha laman 32
Beberapa alternatif calon lokasi di sosialisasikan kepada masyarakat yang terdiri dari ke pala desa, nelayan, ketua da n anggota kelompok Pokdaka n Nusantara (Kelompok Budidaya Teripa ng), dan
Ketua Nelayan yang memiliki kepentingan di sekitar Teluk Tapian Nauli I. Sebagian besar n elayan yang mendukung ada nya DPL, berpendapat dengan adanya DPL Teripan g, mereka berharap populasi
teripang di Muara Godang/Kuala Gadang dapa t meningkat dan dapat meningkatkan penghasilan mereka dan meningkatkan kesejahteraan nelayan. DPL yang mereka harapkan dan mereka dukung dibatasi oleh waktu, dima na mereka tidak setuju untuk pemba ta san permanen, dan ada ukuran teripang yang boleh/tidak boleh mereka manfaatkan ketika waktu pelarangan dihentikan. Adapun menurut sebagian nelayan, mereka setuju untuk menutup da n melarang pengambilan teripang di
ca lon kawasan DPL selama satu tahun dan tida k d ilarang mengambil teripang di Bulan Desember karena berdasarkan pengalaman mereka di Bulan Desember, jumlah ta ngkapan teripang cukup signifika n meningkat. Mereka bisa mendapatkan 50-60 ek or teripang sehari, sedangkan di bulan-bulan yang lain jumlah tangkapan teripang relatif fluktuatif, bahka n sehari hanya bisa mendapatkan
2 ekor teripang. Namun, teripang memang bisa didapatkan sepanjang tahun. Namun ada juga yang berpenda pat waktu beba s mena gkap teripang dilaksanakan di Bulan Ramadha n, karena di Bulan tersebut banyak pengeluaran, sehingga hasil pa nen teripang dapat meringankan beban pengeluaran yang meningkat. Kemudian mereka berharap tida k adanya larangan untuk mena ngkap ikan dan mengambil kayu di sekitar hutan dan tidak adanya larangan akses melewati DPL Teripang. Nelayan-
nelayan yang tidak setuju adanya DPL teripang di Muara Godang, berasumsi dengan adanya kawasan DPL, berpotensi menimpulkan konflik kepentingan ataupun memicu konflik horizontal antar nelayan yang sama -sama memanfaatan sumber daya alam di kawasan DPL Teripang Mua ra Godan g/ Kuala
Gadang. Hal ini terkait pengawasan yang diharapkan memberdayakan semua nelayan ataupun orang yang berkepentingan di Muara Gadong/Kuala Gadang. Mereka tidak bisa menjamin ada nelayan
yang sepenuhnya menaati kesepakatan yang akan ditetapkan da n bisa s aja mencuri teripang di ma lam ha ri. Selain itu, jika tidak ada bantuan operasional dari pemerintah, dalam hal pengawasan
tidak akan ada nelayan rela memberikan waktu dan tenaga, sementara penghasilan nelayan masih rendah, da n lebih ba ik bagi mereka menca ri rezeki da ri pa da melakukan pengawasan secara sukarela. Sebagian nelayan juga meyakini, dengan adanya DPL Teripang, akses me reka dibatasi
karena menurut mereka DPL itu identik de ngan pembatasan akses secara permanen, sehingga memperkecil area untuk menca ri sumber penghidupa n. Setelah dilakukan sos ialisasi lebih lanjut sebagia n besar nelayan setempat menyetujui a lternatif 3 dija dikan sebagai DPL Teripang. Hal-hal terkait lainnya akan dibahas dan d isepakati pa da pertemuan keesokan h arinya pada Musyawarah Kesepakatan DPL Teripang di Balai Desa Tapian Nauli I.
KINERJA
Ha laman 33
7) Musyawarah dan Kesepakatan
A. Pembukaan
Kegiata n dibuka oleh Ibu Darmiani yang mewakili Kepala DKP Kabupaten Tapanuli Tengah dan Bapak
John Saragih da ri DKP Provinsi SUMUT mewakili Kadis DKP Provinsi SUMUT, serta Kepala BPSPL Pa dang, Bapak M. Yusuf. Ada pun stakeholder yang h adir pada musyawarah ini adalah Pemerintah
Propinsi Sumatera Uta ra, Pemerintah Ka bupaten Tapanuli Tengah, Pemerintah De sa Tapi an Nauli I, da n Perwakilan Kelompok Nelayan Teripang dari Desa Tapi an Naul i I, Aparat Keamanan . Bapak John Saragih menyampaikan saat ini sedang di susun unit pelaksana teknis pengawasan di Ka bupaten
Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga. Tanpa adanya ke sepa katan antar nelayan, tidak akan m ungkin ada ba ntuan yang diserahkan kepada ma syarakat. Selain itu bantua n juga akan diberikan melalui
kelompok nelayan. Saat ini ba ntuan dapa t diterima dari b erbagai sumber, tida k hanya dari APBN. DPL ini diharapkan untuk kesejahteraan bersama antar nelayan. Kemudian dilanjutkan dari Danlanal diwakili oleh Bapa k Tri Wahyu. Fungsi Danlanal adalah pen gawasan dan monitoring. Diharapkan ma syarakat yang ada ma u bersinergi da lam menjaga perairan Teluk Tapian Nauli.
B. Pemaparan Hasil inisiasi DPL
Pema paran disampaikan oleh Kepala BPSPL Padang.
Pen jelasan arti penting konservasi, pengelolaan konservasi, regulasi konservas i teripang
Isu da n permasalahan teripang da n tanta ngan konservasi sebagai upaya perlindungan dari kepunahan
Solus i Permasalahan
Has il Survey potens i teripang di kawasan perairan ca lon DPL, dimana ditemukan kepadatan teripa ng yang tinggi
Ditemukan 2 jenis teripang, yakni Teripang Pasir dan Teripang Cicak, didominansi oleh teripang pa sir, Panjang rata-rata teripang yang ditemukan berukuran 10.74 cm
Manfaat DPL Teripang Bagaimana tindak lanjut tergantung kesepakatan masyarakat desa
KINERJA
Ha laman 34
C. Rumusan Kesepakatan
Berikut hasil kesepakatan musyrawarah inisiasi DPL teripang Desa Tapian Nauli I,
1. Menyetujui Bersama Daerah Perlindungan (DPL) Teripang s eluas ± 94.86 Ha di wilayah Kualo Gada ng, guna Wilayah Pelestarian da n Pengembangan serta Perlindungan Teripang desa Tapian Nauli I, Keca matan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Menyetujui da n mematuhi tanda batas Daerah Perlindungan Teripang yang telah ditetapkan dan disepa kati bersama.
3. Semua nelayan menyepakati untuk menjaga ekos istem di da lam da n disekita r Daerah Perlindungan Teripang yang telah disepakati bersama.
4. Menyepakati bahwa di Daerah Perlindungan Teripa ng tidak boleh ditangkap pada bulan larangan
(Januari- November) dan ha nya boleh dipa nen satu kali da lam setahun yaitu pa da bulan Des ember.
5. Menyepakati bahw a berat teripa ng yang d ipanen pada saat bulan yang diperbolehkan (Desember) adalah seberat 5 sampai 7 ons dengan total panen maksimal seberat 100 Kg hidup.
6. Menyepakati bahwa apabila menangkap teripang di da erah perlindungan teripang pada bulan
larangan diatas yang telah disepakati akan dikenakan sanksi mengembalikan 3 (tiga) kali lipat da ri hasil teripang yang ditangkap dalam kondisi hidup ke lokasi Daerah Pelindungan Teripang tersebut.
7. Menaati kesepakatan yang telah d ibentuk pa da hari Kamis tanggal Dua Puluh De lapan bulan Agustus ta hun Dua Ribu Tujuh Belas bertempat di Balai Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah.
8. Berikut Peta Daerah Perlindungan Laut Teripang De sa Tapi an Naul i I, Kecamatan Tapian Nauli, Ka b upaten Tapanuli Tengah.
KINERJA
Ha laman 35
Gambar 29. Peta Daerah Perlindungan Teripang di Kualo Gadang, Tapian Nauli
Musyawarah ditutup dengan penandatanganan kesepa katan oleh Ketua POKMAS Desa Tapian Nauli I (Mafrul Ht Galaung), Ketua Nelayan Desa Tapian Nauli I (Muhamma d Dha rma Tanjung), Dinas Kelautan dan Perikana n Kab. Tapanuli Tengah, Kepala BPSP L Padang (Muhammad Yusuf, S.Hut. M. Si),
Dinas Kelautan da n Perikanan Propinsi Sumut (John Saragih), Kepala Desa Tapian Nauli I (Erwin Sibagariang), Danlanal Tapanuli Tengah dan Polsek Kabupaten Tapanuli Tengah.
D. Pemasangan Tanda Batas dan Papan Himbauan DPL Teripang
Berdas arkan Berita Acara Desa Tapian Nauli I No. 001/12.01.07.2002/BA/TN.1/IX/2017 tanggal 28 September tentang persetujuan lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripang di Desa Tapian Nauli
I, Kecama tan Tapian Nauli, BPSPL Padang melakukan pemasangan papan himbauan informasi DPL Teripang di Kua lo Gada ng. Berikut desain pa pan him bauan informasi yang di pasang di Kualo Gadang.
KINERJA
Ha laman 36
Gambar 29. De sain Papan Himbauan DPL Teripang
Pa pan himbauan DPL ini di pa sang sebanyak 2 bua h pada koordinat 1°46’17.9” LU dan 98°40’52.5” BT (pa pa n1) 1°46’06.5” LU dan 98°40’41.2” BT (pa pan 2). Papan informasi ini tidak dapat dipasang pa da saat akan masuk DPL dikarenakan lokasi pa da pintu masuk DPL memiliki mangrove dengan kerapa tan yang tinggi. Pemasangan papan infromasi ini disetujui melalui Berita Acara Persetujuan
lokas i yang dita ndatangani oleh Di nas Perikanan Kabupaten Tapa nuli Tengah, Kep ala Des a Tapian Nauli I, Ketua Nelayan, dan Ketua Pokdakan Nusantara. Selain itu juga mendapat persetujuan dari
Dinas Keluatan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara No.523.4/1715/XI/2017 tentang dukungan pemasangan papan informasi teripang. Berikut merupakan lokasi pemasangan papan informasi DPL Teripang di Kualo Gadang, Tapian Nauli.
KINERJA
Ha laman 37
Gambar 30. Peta lokasi pemasangan papan informasi DPL Teripang
Selain itu juga dilakukan pemasangan buoy yang diikat ke pemberat beton sebanyak lima buah. Buoy ini digunakan sebagai penanda masuknya Daerah Perlindungan La ut (DPL) Teripan g. Berikut
dokumentasi penurunan buoy di batas masuk DPL Teripang. Pa p an infor masi da n buoy batas penanda masuknya DPL Teripang, diharapkan sebagai media sosialisasi dan himbauan agar DPL
teripang di Kualo Gadang, Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli , Kabupaten Tapanuli Tengah dija ga kelestariannya sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama di dalam berita acara.
KINERJA
Ha laman 38
2.1.11 INISIASI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) TERIPANG, DESA TAPIAN NAULI
KABUPATEN TAPANULI TENGAH.
1) Waktu dan Tempat
Kegia tan Inisiasi Da erah Perlindungan Laut (DPL) Teripang, Tapian Nauli I d ilaksanakan di Balai Desa Tapian Nauli I, Keca matan Tapian Nauli, Ka bupaten Tapa nu li Tenga h pa da hari Kamis, ta nggal 28
September 2017.
2) Peserta
Inisiasi Daerah Perlindungan Laut Teripang di Kecamatan Tapian Nauli, dih adiri ol eh perwakilan dari sta keholder terkait, sebagai berikut:
No. Inst ansi Jumlah
1 DKP Provins i Sumatera Utara 1 Orang
2 DKP Kab Tapanuli Tengah 1 Orang
3 Da n Lana l Sibolga 1 Orang
4 Ka n tor Camat 1 Orang
5 Ka n tor Camat Tamat Nauli 4 Orang
6 Ka mtibmas 1 Orang
7 Koramil 05/06 3 Orang
8 Kep ala Desa Tapian Nauli I 1 Orang
9 Ketua BPBD 1 Orang
KINERJA
Ha laman 39
No. Inst ansi Jumlah
10 Ketua LPM 1 Orang
11 Pokwasma s 1 Orang
12 Pokdaka n 3 Orang
13 Ketua Nelayan 1 Orang
13 Nelayan 30 Orang
Jumlah 50 Orang
3) Hasil Inisiasi
Pembukaan
Kegiatan dibuka oleh Ibu Darmiani yang mewakili Kepala DKP Kabupaten Tapanuli Tengah dan Bapak John Saragih dari DKP Provinsi SUMUT mewakili Kadis DKP Provinsi SUMUT, serta Kepala BPSPL
Pa d ang, Bapak M. Yusuf. Adapun stakeholder yang hadir pada musyawarah ini adalah Pemerintah Propinsi Sumatera Uta ra, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, Pemerintah De sa Tapi an Nauli I, da n Perwakilan Kelompok Nelayan Teripang dari Desa Tapian Naul i I, Aparat Keamanan . Bapak John Saragih menyampaikan saat ini sedang di susun unit pelaksana teknis pengawasan di Ka bupaten Tapanuli Tengah dan Kota Si bolga. Tanpa adanya ke sepakatan antar nelayan, tidak akan m ungkin ada ba n tua n yang diserahkan kepada masyarakat. Selain itu bantua n juga akan diberikan melalui kelompok nelayan. Saat ini bantuan dapat diterima dari berbagai sumber, tidak hanya dari APBN. DPL ini diharapkan untuk kesejahteraan bersama antar nelayan. Kemudian di lanjutkan da ri Danlanal diwakili ole h Bapa k Tri Wa hyu. Fungsi Danlana l adalah pengawasan dan monitori ng. Diharapkan
ma syarakat yang ada mau bersinergi da lam menjaga perairan Teluk Tapian Nauli.
KINERJA
Ha laman 40
Pemaparan Hasil inisiasi DPL (Pemaparan disampaikan oleh K epala BPSPL Padang)
1. Pen jelasan arti penting konservasi, pengelolaan konservasi, regulasi konservas i teripang 2. Isu da n permasalahan teripang da n tanta ngan konservasi sebagai upaya perlindungan dari
kepunahan
3. Solus i Permasalahan 4. Has il Survey potens i teripang di kawasan perairan ca lon DPL, dimana ditemukan kepadatan
teripa ng yang tinggi 5. Ditemukan 2 jenis teripang, yakni Teripang Pasir dan Teripang Cicak, didominansi oleh teripang
pa sir, Panjang rata-rata teripang yang ditemukan berukuran 10.74 cm 6. Manfaat DPL Teripang 7. Bagaimana tindak lanjut tergantung kesepakatan masyarakat desa
Diskusi dan tanggapan dari peserta
NO. NAMA PERTANYAAN TANGGAPAN
1. Has ian
Tanjung
Disamping calon DPL ada kebun
kelapa sawit, ada kemungkinan
pen cemaran. Bagaimana
den gan situasi tersebut?
Mengapa desa teta ngga tidak
diundang ?
John Saragih
Saat ini belum ada pengaruh
pen cemaran. Akan ada ma sukan
terkait pembua ngan limbah ke PKS
setempat.
Kita mulai dulu da ri desa yang
ma yorita s nelayannya ma nangkap
ikan/teripang di Muara Godang.
Berkaita n d engan bantuan tidak
lagi ada bantuan perorangan,
KINERJA
Ha laman 41
NO. NAMA PERTANYAAN TANGGAPAN
Apa kah bantuan bisa
perseorangan?
semua ba ntuan diberikan ke
kelompok
M. Yusuf
Yang terpenting saat ini adalah
kesepakatan dari semua nelayan
terkait keberadaan DPL. Jika ada
ditemuka n pestisida di kawasan
DPL , PKS da pat dituntut. Di sekitar
DPL , berda sarkan RT/RW,
pen galokasian rua ng
diperuntukkan untuk hutan
produksi, hutan konversi.
Da lam seha ri ada sekitar 10 orang
memasuki kawasan ca lon DPL.
Perlu di identifikasi nelayan yang
beraktifitas di sekitar DPL, dan
disusun kesepa katan yang
dikoordinir oleh Kepa la Desa.
Identifikasi nelayan-nelayan yang
terdampak seca ra sosial maupun
KINERJA
Ha laman 42
NO. NAMA PERTANYAAN TANGGAPAN
ekonomi menja di tanggung jawab
Kep ala Desa Tapian Nauli I.
2. Cama t
Tapian
Nauli
Mohon ketegasan terka it b antuan
apa kah perorangan atau kelompok
Tidak ada nelayan yang melaut ke
da e rah DPL. Di sini ala t ta ngkap
tradisiona l yang digunakan
perorangan dan bukan kelompok
M. Yusuf
Ban tuan ha nya diberikan kepada
kelompok yang sudah memiliki
ba d an hukum. Diha rapkan
kelompok aktif da n bukan dadakan
keti ka ba ntuan ingin diberikan.
3. Siagian
(Nelayan
DPL )
Akan lebih ba ik jika seluruh alat
ta ngkap di larang di da erah DPL,
sehingga te ripang dapat berkembang
biak dengan ba ik
Kep ala Desa
Semua nelayan har us saling
menjaga di kawasan DPL. Saat ini
Tapian Nauli I ha rus berbangga
karena saat ini di Pantai Barat,
belum ada kawasan DPL
4. Yasri
Pasaribu
Semua nelayan penyelam, hampir
seti ap ha ri masuk dan setuju semua
alat tangkap di larang
John Saragih
Semua kesepakatan da ri semua
nelayan, jika disetujui pelarangan
semua alat ta ngka p, hendaknya
KINERJA
Ha laman 43
NO. NAMA PERTANYAAN TANGGAPAN
disepakati sanksi ji ka ada yang
mel arang
5. Cama t
Tapian
Nauli
Apa peran angkata n laut di kawasan
DPL , ba gaimana de ngan desa
teta ngga, seba iknya dilakukan
sos ialisasi agar DPL ini dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Suwardi
Apa rat penegak hukum sudah pasti
mendukung ma syarakat desa.
Sehingga kesepa katan antar
nelayan sangat dibutuhkan
6. Ketua
LPM
Apa kah ha nya kelompok Pak Adek
saja yang terl iba t atau ini semua
untuk nelayan. Semua nelayan belum
mendapa tkan kartu nelayan. Semua
mengambang, tidak ada kesepakatan.
Dikhawatirkan akan menimbulkan
kecemburuan sosial
Suwardi
Perlu pendataan nelayan
yang berdampa k secara
langsung
Skema pem anfaatan
apa kah mau dipanen
seta hun sekali
Siapa yang mengawasi
Apa sanks i kesepakatan
Apa kah ada pembatasan
ukuran
KINERJA
Ha laman 44
NO. NAMA PERTANYAAN TANGGAPAN
Sarana ada yang
diperluka n untuk
mengawasi
7. Ade k Mohon ja ngan salah saham, DPL ini
bukan untuk kelompok Pokdakan
na mun untuk s emu a nelayan Tapian
Nauli I. Dihara pkan nantinya muncul
beb erapa titik untuk pembudidaya
da n bibitnya diambil dari DPL. Dengan
ada nya DPL, tida k ha nya teripang
yang berkemba ng, namun ikan juga
da p at berkembang biak di kawasan
DPL tersebut. Tentuya hal ini menjadi
ni la i ta mbah untuk ekonomi.
Suwardi
Menyusun kesepakatan
antar nelayan adalah tugas
utama Kepala Desa
Pen gawas ha rus da ri
kelompok nelayan atau
konservasi
4) Rumusan Kesepakatan
1. Berikut ha sil kesepakatan musyrawarah inisiasi DPL teripang Desa Tapian Nauli I,
2. Menyetujui Bersama Daerah Perlindungan (DPL) Teripang s eluas ± 94.86 Ha di wilayah Kualo Gada ng, guna Wilayah Pelestarian da n Pengembangan serta Perlindungan Teripang desa Tapian
Nauli I, Keca matan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah. 3. Menyetujui da n mematuhi tanda batas Daerah Perlindungan Teripang yang telah ditetapkan dan
disepa kati bersama.
4. Semua nelayan menyepakati untuk menjaga ekos istem di da lam dan disekita r Daerah Perlindungan Teripang yang telah disepakati bersama.
5. Menyepakati bahwa di Daerah Perlindungan Teripa ng tidak boleh ditangkap pada bulan larangan (Januari- November) dan ha nya boleh dipa nen satu kali da lam setahun yaitu pa da bulan Des ember.
KINERJA
Ha laman 45
6. Menyepakati bahw a berat teripa ng yang d ipanen pada saat bulan yang diperbolehkan (Desember) adalah seberat 5 sampai 7 ons dengan total panen maksimal seberat 100 Kg hidup.
7. Menyepakati bahwa apabila menangkap teripang di da erah perlindungan teripang pada bulan larangan diatas yang telah disepakati akan dikenakan sanksi mengembalikan 3 (tiga) kali lipat
da ri hasil teripang yang ditangkap dalam kondisi hidup ke lokasi Daerah Pelindungan Teripang tersebut.
8. Menaati kesepakatan yang telah d ibentuk pa da hari Kamis tanggal Dua Puluh De lapan bulan Agustus ta hun Dua Ribu Tujuh Belas bertempat di Balai Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah.
9. Berikut Peta Daerah Perlindungan Laut Teripang De sa Tapi an Naul i I, Kecamatan Tapian Nauli, Ka b upaten Tapanuli Tengah.
5) Penutup Rapat Inisiasi DPL Teripang
Musyawarah ditutup dengan penandatanganan kesepa katan oleh Ketua POKMAS Desa Tapian Nauli
I (Mafrul Ht Galaung), Ketua Nelayan Desa Tapian Nauli I (Muhamma d Dha rma Tanjung), Dinas Kelautan dan Perikana n Kab. Tapanuli Tengah, Kepala BPSP L Padang (Muhammad Yusuf, S.Hut. M. Si),
Dinas Kelautan da n Perikanan Propinsi Sumut (John Saragih), Kepala Desa Tapian Nauli I (Erwin Sibagariang), Danlanal Tapanuli Tengah dan Polsek Kabupaten Tapa nuli Tengah.
2.1.12 KESIMPULAN DAN SARAN KEGIATAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT TERIPANG DESA
TAPIAN NAU LI
1) Kesimpulan
a. Kegia tan Inisiasi Daerah Perlindungan Laut (Dpl) Teripang, Tapian Nauli I ini dila kukan dalam
rangka perlindungan jenis teripang di Kabupaten Tapa nuli Tengah, tepatnya di Teluk Tapia n Nauli, Muara Goda ng/Kuala Goda ng, agar terhindar kepunahannya dan ha bita tnya dapa t terjaga
seca ra b. Semua sta keholder yang terka it menyetujui akan ada nya DPL Teripang, selua s ± 94.86 Ha di
wilayah Kualo Gada ng/Muara Godang, guna Wilayah Pelestarian da n Pengemba ngan serta Perlindungan Teripang desa Tapian Nauli I, Keca matan Tapian Nauli, Ka bupaten Ta panuli Tengah., yang disepa kati aturan pengelolaannya da lam Berita Aca ra No. 001 /12.01.07.2002/BA/TN.1/IX/2017.
c. Berita Aca ra Persetujuan DPL Teripang di Kua lo Gadang, Tapian Nauli I diti ndak lan juti melalui Peraturan Desa Tapian Nauli I Nomor 21 Tahun 2017 tenta ng Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripa ng dal am Wilayah Desa Tapian Nauli I pa da tanggal 4 Desember 2017. Pemerintah Desa
Tapian Nauli I juga membentuk Badan Pengelola Kawasan Pelestarian Laut Daerah Perlindungan La ut (DPL) Teripang Kualo Gada ng melalui Surat Keputusan Desa Ta pian Na uli I Nomor
KINERJA
Ha laman 46
22/12.01.07/2002/SK/XII/2017. Peraturan Desa Tapian Nauli I dan Badan Pengelola DPL Teripang terlampir pada lampiran.
2) Saran
a. Pemerintah Desa Tapian Nauli I harus menginventarisir nelayan-nelayan yang terkena dampak kesepa katan DPL teripang di Kuala Gadang/Muara Godang
b. Pokwa smas dan kelompok nelayan harus l ebih aktif dalam upa ya perlindungan Jenis Ikan Teripa ng
c. Perlu dila kukan sosialisasi yang berkelanjutan terkait ha sil kesepakatan DPL Teripang ba ik kepada
nelayan Desa Tapian Nauli I , maupun desa-desa tetangga, agar Teripang di kawasan DPL dapat berkemba ng biak da n kedepannya da pat memberikan manfaat guna kesejahteraan nelayan Desa Tapian Nauli I pada khususnya.
Peta Daerah Perlindungan Laut (DPL) Teripang
KINERJA
Ha laman 47
3 Jumlah Provinsi Yang Terfasilitasi Penyusunan Dokumen Rencana
Zonasi Untuk Ditetap Melalui Peraturan Perundangan (1 Dokumen Disahkan)
3.1. Analisis Jumlah Provinsi Yang Terfasilitasi Penyus unan Dokumen Rencana Zonasi Untuk Di Tetap Melalui Peraturan Perundangan (1 Dokumen Terfasilitasi
Pen gelolaan Wilayah Pesisir da n P ulau-Pu lau Keci l ada lah sua tu pengordinasian perencanaan, pema nfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat da n laut, serta antara ilmu pen getahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Perencanaan adalah bagian
awal dari upaya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil tersebut. Sesuai mandate UU No. 27 Tahun 2007 Jo UU. No. 1 tentang pengelolaan wilayah pesisir da n p ulau – pulau kecil, maka d aerah diwa jibkan untuk menyusun da n mem-perda-kan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
(RZWP3K) sebagai bagian dari ins trument pengelolaan sumberdaya WP3K s ecara berkelanjutan. Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pasal
16 ayat 1 menyebutkan ba hwa pemanfaatan ruang dari sebagian perairan pesisir dan pulau-pulau kecil seca ra menetap wajib memiliki izin lokasi. Se lanjutnya pada pasal 17 menje laskan bahwa Izin lokasi
seba gaimana dimaksud diberikan berdasarkan Rencana Zona si Wilayah Pesisir da n Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) yang te lah ditetapkan. Adanya Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) Sektor Kelautan antara Komisi Pemberantasan Korups i (KPK) bersama dengan 20 Kementerian dan 7
lem baga serta dengan 34 Gubernur di Indonesia, maka ak selerasi penyusunan RZWP3K menjadi salah satu prioritas yang mendesak untuk segera diselesaikan. Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) Sektor Kelautan tersebut menjadi komitmen bersama karena disadari banyak hal yang perlu dibenahi dari sector kelautan berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh KPK, meliputi :
Penataan ruang laut yang belum lengkap dan masih bersifat parsial
Penataan Perizinan kelautan dan Perikanan Sistem da ta da n informasi terka it wilayah laut, pe ngguna an rua ng laut, da n pema nfaatan
sumberdaya yang ada didalamnya, belum lengkap dan tidak terintegrasi
Tidak terkendalinya pencemaran dan kerusakan d i laut
Kegia tan Perencanaan Rua ng Laut di Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BP SPL) Padang di la ksankan untuk menca pai output berupa Jumlah Provinsi yang memiliki rencana Zonasi ditetapkan
KINERJA
Ha laman 48
Mel alui Peraturan Perundang – Undangan sebanyak 1 Dokumen dengan menggunakan APBN bersumber da n a dari Rupiah Murni.
Seja k berdirinya BPSPL Pa dang, tahun 2008, Salah satu tupoksi yang dijalankan adalah mengakselerasi pen yusuna n Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Keci l di Ka bupaten/Kota di 7 propinsi
wilayah ker ja BPSPL Padang. Namun seirin g denga n dina mika kebijakan p engelolaan WP3K, maka pen gelolaan ruang laut berpindah kewenangannya ke Provinsi hingga 12 mil. Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014 tenta ng Pemeri ntahan Daerah pasal 14 menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehuta nan, kelautan, serta
ene rgi da n sumber daya min eral dibagi antara
Pemerintah Pusat da n Daerah Provinsi. Se lain itu da lam La mpiran Y menyebutkan ba h wa pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar
min yak da n gas bumi serta pen erbitan izin dan pema nfaatan rua ng laut di ba wah 12 mil di lua r minyak da n gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Da erah Provinsi. Hal ini berimplikasi pada kewajiban Pemerintah Daerah Provinsi
menetapkan Peraturan Daerah Ren cana Zonasi Wilayah Pesisir da n Pulau-Pulau Keci l (RZWP-
3-K) . Tahun Anggaran 2017, BPSPL Padang tetap melakukan
pen dampingan penyusunan RZWP3K Provinsi di Wilayah kerja BPSPL Padang, meliputi pendampingan tena ga teknis penyusuna n RZWP3K, pendampingan sosialisasi terkait peraturan perundangan yang
menjadi da sar taha pa n pelaksanaan peny usuna n RZWP3K, pendampingan penguatan m ateri dan substa nsi p enyusunan RZWP3K, dukungan penyediaan data/informasi/dokumen dan hasil ka jian yang di la kukan BPSPL Padang serta pendampingan terkait lainnya yang diperlukan. Penda mpingan dilakukan
di 7 Provins i Wilayah Kerja BPSPL Pa dang, meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Uta ra, Suma tera Barat, Kep ulauan Riau, Riau, Jambi da n Suma tera Selatan.
Perkembangan Penyusunan RZWP3K di 7 Provinsi Wilayah Kerja BPSPL
Padang
KINERJA
Ha laman 49
Ada 3 Pintu yang ha rus dim asuki oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun RZWP3K, yaitu Pintu 1 pembahasan di KKP; Pintu 2 pembahasan hingga Pleno di DPRD dan Pintu 3 adalah Evaluasi Ranperda di Kemendagri. Untuk Pintu 1 maka mekanismenya mengikuti tahapan yang ditentukan oleh Permen KP
No. 23/ ta hun 2016, seperti pa da diagram alir berikut ini
KINERJA
Ha laman 50
Tahapan penyusunan RZWP3K Provinsi di Lingkup KKP
Penanda Tanganan Mou pengesahan Ranperda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil di DPRD Provinsi Sumatera Barat antara legislatif dan ekse kutif
BPSPL Pada ng Pada periode tahun Anggaran 2017 ini te lah mencapai ta rget dalam memfasilitasi 1
Provinsi untuk penyusuna n dokumen Renc ana Zonasi WP3K untuk ditetap melalui peraturan perundangan yaitu Provinsi Sumatera Barat. Dalam pendampingan legislasi penyusunan Raperda Zonasi WP3K dengan hasil tercapainya kesepakatan antara DPRD da n Pr ovinsi Sumatera Barat pa da Rapat Pa ripurna DPRD yang diada kan pa da ta nggal 29 Desember 2017. Hasil Rapat yaitu tercapainya Persetujuan DPRD Sumatera Barat dengan pemerintah Provinsi terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi WP3K 2017 – 2037 untuk ditetapkan menjadi Peraturan Da erah. Pada saat itu juga di bua t MOU antara legislative da n eksekutif Provinsi Sumatera Barat terkait pengesahan Ranperda RZWP3K menjadi Perda. Se lanjutnya Rancangan Peraturan Daerah RZWP3K Provins i Sumatera barat tersebut pada bulan Januari Tahun 2018 akan di bawa ke K ementerian Dalam Negeri untuk di daftarkan
da n di beri Nomor sesuai prosedur penyusuna n Peraturan Daerah agar dapat di undangkan dan berlaku.
KINERJA
Ha laman 51
Berikut ana lisis kegiatan Pendampingan Rencana Zonasi WP3K Provinsi Suma tera Barat
3.1.1 Pendampingan Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2017
Provinsi Sumatera Barat memiliki 7 Kabupaten/Kota yang berada di Wilayah Pesisir, dimana 7 lokasi
tersebut sudah memiliki dokumen RZWP3K Kab/kota yang sudah difasilitasi penyusunannya oleh BPSPL Pa d ang sejak tahun 2010. Proses penyusunan RZWP3K Provinsi Sumba r sudah dimulai sejak tahun 2016
den gan diteta pkannya Tim Pokja oleh Gubernur Sumatera Barat melalui surat keputusan gubernur
No.481-341/2016 Tanggal 28 Maret 2016. Untuk penyempu rnaan produk RZWP3K, maka pada tahun 201 7 dibentuk tim dengan melibatkan berbagai instansi yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dina s Kelautan da n Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Tahun 2016, pendampingan penyusunan RZWP3K suda h mencapai pa da ta hap penyusunan Dokumen Anta ra, beserta album peta tematik dan
peta alokasi ruang. BPSPL member i dukungan akselerasi dengan memberikan bantuan teknis (tenaga pen golah da ta SIG) dan ba ntuan dukungan substansi melalui rapat/diskusi dan pemahaman terkait RZWP3K. Berikut adalah pertemuan yang dilakukan pada ta hun 2017 dalam rangka memberi dukungan percepatan penyusunan RZWP3K, yaitu ;
Timeline Pe laksanaan Pendampingan RZWP3K Sumatera Barat
KINERJA
Ha laman 52
3.1.2 Pendampingan Penyusunan Rencana Zonasi Sesuai Tahapan Berdasarkan Perm en KP
No.23 Tahun 2016
Terka it dengan ta ha pan berdasarkan Permen KP 23 ta hun 2017, ma ka berikut adalah bentuk
pen dampingan terhadap provinsi Sumatera Barat
1) Konsultasi Teknis Dokumen Antara dan Ranperda
Konsulta si Teknis Dokumen Antara, merupakan kon sutasi terkait substansi da ri re ncana alokasi ruang RZWP3K Provins i Sumatera Barat dan Ranperda RZWP3K. Kegiatan dilaksanakan selama 4 Hari, dari
ta nggal 11 – 14 April 2017 yang berlangsung di Jakarta.
Adapun kegiatan tersebut meliputi ;
Review Dokumen Antara, Album Peta Tema tik, Peta Alokas i Rua ng RZWP3K serta Ranperda RZWP3K.
Review dila kukan o leh tim dari Direktorat Perencanaan Rua ng Laut untuk melakukan pen gecekan terha dap bahan/materi yang akan dipaparkan pada konsultasi teknis. Review juga di la kukan terhadap point – point perbaikan yang sudah di lakukan oleh Pokja Provinsi Sumatera Barat serta kesesuaian produk dengan pedoman umum penyusunan RZWP3K. Hasil Review
dituangkan dalam Berita Acara dan dijadikan sebagai salah satu dasar perbaikan. Ada pun Berita Acara terse btu meliputi : perbaikan terhadap kontur bath ymetri, perba ikan terhadap peta substrat da sar pera iran, kelimpahan ikan, mangrove dan pemanfaatan eksisting WP3K. Di
samping itu juga di lakuka n perbaikan da n sinkronisasi antara Ranperda dengan Dokumen RZWP3K/Peta .
Kon sultasi Teknis
Kon sultasi teknis dilaksanakan di Ruang Cakalang GMB III, Jakarta pada ta nggal 12 April 2017 yang dihadi ri oleh Kementerian/Lembaga, meliputi Bada n Informasi Geospa sial (BIG),
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, Ditjen Bangda Kementerian Dalam Negeri, Pushidrosal TNI AL, Kementrian Koordinator Maritim dan Direktorat Jenderal di Lingkungan Kementerian Kelautan da n Perikanan. Beberapa diskusi yang berkembang pada saat
konsultasi teknis dokumen antara dan ranperda adalah sebagai berikut :
- PP. 46/2016 KLHS Pasal 3, KLHS wajib dilaksanakan untuk penyusunan RZ, lebih ba ik KLHS
nya berbarengan. Ka jian yang dilip uti men cakup kajian pengaruh, alternatif dan
KINERJA
Ha laman 53
rekomendasi. Bila ada usaha yang melampui daya dukung yang ada, misalnya penetapan ma ngrove yang belum ditetapkan sebagai kawasan lindung.
- Pen yusunan RZWP3K menggunakan Peta L aut Dishidros. Sumatera Barat : terdapat daerah ranjau di depan teluk bayur.
- Pen gelolaan PPKT, dapat berkoordinasi dengan pemerintah pusat, sesuai Kepres 6/2017 tentang 111 pulau keci l ter luar, dimana nantinya pemerintah pusa t akan melakukan pen gelolaan di wilayah tersebut, s ehingga pengelolaannya tidak tumpang tindih dengan da e rah.
- Batas Kewenangan Laut Provinsi, Perhitungannya sudah menggunakan UU 23/2014 tentang
pemerintah da erah yang sudah diukur hingga 12 mil laut. Dan dapat dikoordinasikan Pusat Pemeta an Batas Wilayah – Badan Informasi Geospasial
- Fungsi RZWP3K adalah instrumen perijinan di laut saja, tidak sampai ke daratan Pulau. Pulau yang Kurang 100 m2 dan oleh didanai oleh PMA ma ka ijinya perlu meminta rekomendasi dari
menteri. Dalam rapat terpadu, BPN menolak jika landasan perijinannya dilakukan oleh KKP, sehingga instrumen perijinan di pesisir dan pulau – pulau kecil dihi langkan.
- UU.23 ta hun 2014, Mangrove termasuk kewenangan Propins i kecuali di Kawasan Hutan Lindung yang masuk ke dalam kewenangan KLHK
- PPK T kepres 6/2017, di KKP sedang ada pensertifikatan PPKT yang tidak berpenduduk untuk
disertifikat kepemilikan negara. Pulau yang akan disertifikatkan tersebut merupakan pulau yang tida k optima l pemanfaatannya
- Sistema tika Ranperda disesuaikan dengan Permen KP 23/2016 dan Peremndagri 47/2012
tentang pedoman penyusunan Perda - Terdapat beberapa areal pertambangan di Sumatera Barat, meliputi di Selat Mentawai,
Perairan di sekitar Kab. Agam, dan beberapa spot lainnya dimana statusnya bervariasi ada yang masih tahap eksplorasi ataupun sudah eksploitasi.
Perbaikan Berdasarkan ha sil Konsultasi Teknis
Perbaikan substansi baik P eta da n Ranperda dikerjakan p ada saat itu jug a dan di lanjutkan
beb erapa h ari ke depan. Berbaikan dila kukan berdasarkan hasil r eview o leh tim Direktorat Perencanaan Ruang La ut, dan Hasil dari Konsultasi Teknis. Hasil perbaikan disampaikan ke Dit. Perencanaan Ruang Laut da n dirumuskan tindak lanjut akselerasi ke depannya
KINERJA
Halama n 54
.
Pelaksanaan Konsultasi Teknis Dokumen Antara
2) Konsultasi Publik Dokumen Antara
Dokumen antara dan Peta Alokasi Ruang yang sudah direview dan diperbaiki berdasarkan Konsultasi Teknis, maka dilakukan konsultasi publik II. Konsultasi Publik II tersebut dilaksanakan di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat pada hari Rabu, tanggal 3 Mei 2017. Acara dihadiri
oleh Organi sasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupa ten/Kota, OPD tinkat Provinsi, LSM, Akademisi dan Inst ansi vertikal pemerintah yang ada di wilayah Sumatera Barat.
Beberapa hal yang disampaikan dalam Konsultasi Publik II adalah sebagai Berikut :
Ada bebera pa penghilangan lokasi di dalam KKPD yang sebelumnya dituliskan da lam ranperda, seperti loka si wis ata olah raga ba wah air, wisata bawah laut, dll. Hal ini dikarenakan bahwa pema nfaatan ruang laut di KKPD akan diat ur lebih rinci pa da Peraturan G ubernur atau menyesuaikan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Beb erapa u sulan da ri FGD sebelumnya tentang memasukkan berbagai infrastruktur seperti dermaga, jeti, ma sjid terapung dan infrastruktur lainnya tidak dituliskan dalam Ranperda. Meski
KINERJA
Ha laman 55
demikian, ke depa nnya pembangunan infrastruktur tersebut tetap dapat di laksanakan selama sesua i dengan alokas i yang ditetapkan.
Alur la ut dihi langkan karena berda sarkan hasil konsultasi teknis di pusat bahwa penggambaran alur pa da alokasi ruang RZWP3K ha nya boleh di lakukan jika alur tersebut sudah ditetapkan den gan peraturan perundang – und angan yang berlaku
Alokasi ruang RZWP3K Provinsi Sumatera Barat meliputi Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Kon servasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, da n Alur Masuk/Keluar Pe labuhan, dengan pen jabaran sub-zona seperti pada peta terlampir dan matrik zona
Ranperda terdiri dari 18 Bab, yaitu
Bab 1 : Ketentuan Umum
Bab 2 : Asas, Fungsi dan Kedudukan
Bab 3 : Bata s Wilayah, Ruang Lingkup da n Jangka Waktu
Bab 4 : Tujuan, Kebijakan d an Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Bab 5 : Rencana Alokasi Ruang WP3K
Bab 6 : Pema nfaatan Rua ng WP3K
Bab 7 : Da erah Rawan Bencana
Bab 8 : Indikasi Program
Bab 9 : Pengawasan dan Pengendalian
Bab 10 : Ha k, Kewa jiban dan Peran Serta Masyarakat
Bab 11 : Pemberdayaan Masyarakat
Bab 12 : Penyelesaian Sengketa
Bab 13 : Gu gatan Perwakilan
Bab 14 : Sanks i Administratif
Bab 15 : Penyidikan
Bab 16 : Ketentuan Pidana
Bab 17 : Ketentuan Peralihan
Bab 18 : Ketentuan Penutup
KINERJA
Ha laman 56
Konsulta si Publik juga menampung informasi/saran/usulan dari stakeholder. Beberapa point diskusi yang berkemba ng adalah sebagai berikut :
Lokasi ranjau dan Pembua ngan Amunisi di wilayah perairan Sumatera Barat]
Kon disi Faktua l di l apangan bahwa Pemerintah Daerah Kab/Kota tida k mau memberikan ijin terhadap pemanfaatan di Pulau karena dianggap sudah diambil oleh Provinsi, se mentara RZWP3K ternyata hanya mengatur perairannya saja. Hal ini juga sangat membingungkan dengan
judul perda sendiri yaitu Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir da n Pulau – Pulau Keci l namun tida k mengatur Pulau Kecil nya.
Ijin Lingkungan yang dikeluarkan oleh dinas lingkungan hidup meliputi daerah sempadan pantai, kawasan pantai berhutan bakau, suaka ma rgasatwa, cagar alam laut, taman nasional laut, dan ta ma n bawah laut. Jadi setiap orang yang melakukan pemanfaatan di kawasan tersebut sebenarnya wajib memiliki ijin lingkungan
Teknis ijin lokasi dan pengelolaan
DLK R Teluk ba yur da pat ditambahkan Muaro, karena luas DLKR/DLKP Teluk Bayur h ingga ke Pe labuhan Muaro
Sta tus KEK Selat Katurai yang diusulkan agar diakomodir dalam RZWP3K
Ada zona yang tumpa ng tindih di dalam Kawasan Konservasi TWP Selat Bunga Laut, yaitu antara Zona Pulau Kecil Terluar (Pulau Niau) denga n Zona Perikanan Berkelanjutan.
Mangrove di mentawai cukup lebat dan bagus , dis isi lain bahwa pelabuhan merupakan saran pen ting di kepulauan mentawai ka rena karakteristiknya yang kepulauan da n belum banyak transportasi darat.
Untuk mangrove alangkah baiknya dikonsultasikan ke Jakarta dan KLHK terkait stausnya
Pema nfaatan pulau kecil di dalam KKPD, Ren cana di Pantai Tiram akan dibangun dermaga sebagai entry point menuju KKP TWP Pulau
Pieh.
KINERJA
Halama n 57
Pelaksanaan Kegiatan Konsultasi Publik I RZWP3K Sumbar dan Asistensi di BPSPL Padang
3) Tanggapan/Saran terhadap Kementerian/Lembaga Terkait
Penyelenggaraan acara ini dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan dan sa ran terhadap alokasi ruang dan dokumen RZWP3K yang sudah dis usun oleh Pemerintah Daerah. Tanggapan/Saran dari Kementerian/Lembaga dilaksanakan di GMB III, Jakarta pada tanggal 18 Mei 2017, dihadiri oleh Asisten Deputi Bidang Hukum, HAM, dan Aparatur Negara , Deputi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Sekretaris Kabinet; Direktorat Tata Ruang Perta nahan Kementerian Ne gara Bappenas; Direktur Pengolahan dan Informasi Konservasi Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Direktur Wi layah Pertahanan, Ditjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan; Direktur
Kepelabuhanan Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan; Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina Pembangunan Da erah Kementerian Da lam Negeri; Kepala Divisi Perizinan dan Pertanahan PT. PLN; Direktur Kelautan da n Perikanan Kementerian
KINERJA
Ha laman 58
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; Bada n Informa si Geospasial; Direktorat Jenderal di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; serta instansi terkait lainnya.
Beberapa tanggapan dan saran yang dis ampaikan menjadi baha n masukan perbaikan da n disusun untuk kemudian menjadi bukti telah direview oleh Kementerian/Lembaga terkait. Berikut adalah
beberapa tanggapan dan saran yang disampaikan ;
Memperhatikan ma syarakat/nelayan trad isional agar tida k termarginalkan, da pa t dengan mena mba hkan bata s/delinasi gari s imaginer sejauh 2 mil pada peta alok asi ruang untuk
kepentingan nelayan tradisional
Indi kasi program agar dapat dilakukan kajian/survey pemetaan alur migrasi biota dil indungi Untuk daerah ranjau (di Bintangor) tidak ma suk KSN sesuai PP 68/2014, maka bisa dimasukkan
pa d a kawasan pema nfaatan umum pa da zona pema nfaatan lainnya, dikash keterangan perlu dist erilisasikan atau bis a diusulkan oleh daerah, ta pi ditandai (kotak) perlu disterilkan;
Subzona WKOPP pada zona pelabuhan aga r disesuiakan lokasinya dengan Kepmen KP No. 45 ta hun 2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;
Pa d a peraturan pema nfaatan rua ng zona perikanan tangkap dan Ka wasan Konservasi agar dita mbahkan pada kegiatan yang t idak boleh di lakukan : pena ngkapan biota yang yang di lindungi
Perlunya penyesuaian nomenklatur, pewarnaan dan layout dengan pedoman teknis Pelunya digambarkan kawasan hutan dan hutan di wilayah P3K, kelihatan mana yang memiliki
kewenangan Sinkronisasi renca na pengembangan dan pemba n gunan infrastruktur energy oleh PLN di
Ka wasan Sumatera Barat, seperti PLTU, PLTA, Geotermal dan sejenisnya
Pen gemba ngan pelabuhan RIPN baru berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. Kp 432 201 7, ada 31 pelabuhan. eksisting 13 rencana 18, agar diberikan ruang untuk pembangunan
Perbaikan substansi Ranperda RZWP3K Provinsi Sumatera Barat
Ada nya perbedaan KKPD Agam dengan data yang ada di Direktorat Konse rvasi dan Kea nekaragaman Hayati Laut – KKP
Ren cana pengembangan perikanan budidaya laut di offshore
KINERJA
Ha laman 59
3.1.3 Pendampingan Koordinasi / Fasil itasi Pertemuan
Merupakan penda mpingan yang bersifat koordinatif, pertemuan atau penyediaan data ataupun fasilitasi pen yediaan tenaga pengolah data. Berikut adalah kegiatan yang sudah dilakukan di Sumatera Barat :
1) Harmonisasi Batas Wilayah dengan Provinsi Tetangga
Harmonisasi ba ta s wilayah dengan Provinsi Teta nga dilakukan pad a ta nggal 3 Mei 2017, y ang difasil itasi oleh Dit. Perencanaan Rua ng Laut, BPSPL Pa da ng da n Pemerintah Daerah Pro vinsi Bengkulu dan Sumatera Barat. Pembahasan di laksanakan di Aula Dinas Kelautan da n Perikanan Prov. Sumbar dimana hasilnya ditua ngkan da lam Berita Acara. Adapun beberapa ha rmonisasi yang di lakuka n adalah sebgai berikut :
Garis pantai, Batas Adminsitrasi dan Batas Wilayah Tata Kelola Laut di wilayah perbatasan antara Provinsi Suma tera Barat dengan Provinsi Suma tera Utara dan Bengkulu , sudah menggunakan
referensi yang sama yaitu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BIG Alokasi Ruang RZWP3K yang bersebelahan dengan provinsi tetangga diupayakan agar selaras dan
tida k bertentangan
2) Diskusi Terbatas Ranperda RZWP3K Sumatera Barat dengan Penggiat Lingkungan di
Sumatera Barat
Diinisiai oleh Yayasan Citra Mandiri Mentawai, BPSPL Padang berdiskudi sangat konstruktif dengan rekan-rekan penggiat lingkungan Sumatera Barat yang tergabung da lam Koalisi untuk Keadilan Pesisir da n Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat. Diksusi dilaksanakan di 7 Agustus 2017
Beberapa hal yang ma sih multi tafsir, da lam diskusi ini mendapatkan pemahaman /pencerahan bersama , dan pa da akhirnya semu a sepakat untuk menga wal Ranperda ini agar semangat penyusunannya dapat tercapai. Seba gaimana disampaikan BPSPL Pa dang, ba hwa semangat penyusunan Raperda RZWP3K Sumbar adalah perlindungan kea nekaragaman hayati laut dan akses ma syarakat lokal, tradisional da n adat dalam pema nfaatan sumber daya laut. Itu juga yang diamini oleh Koalisi ba hwa pemanfaatan sumber daya laut ha rus sebesar-besarnya untuk kema kmuran
rakyat
Dua ha l yang menjadi catatan penting adalah:
Pema nfaatan pulau-pulau kecil.
KINERJA
Ha laman 60
Harus jelas diatur dalam Perda, dimana sesuai UU 1/2014 Pasal 23, bahwa pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pera iran disekitarnya diprioritaskan untuk kepentingan: a. kons ervasi; b. pendidikan dan
pelatihan; c. penelitian da n pengembangan; d. budi daya laut; e. pariwisata; f. usa ha perikanan dan kelautan serta industry perikanan seca ra lestari; g. pertanian org anik; h. peternakan; da n/atau i.
pertaha nan da n keamanan negara. Hal ini perlu dinyatakan secara eksplisit dalam Perda, agar tidak ada lagi untuk kegiatan ekstraktif (misal tambang, hutan produksi, atau perkebunan monokultur), terutama ini dinyatakan untuk da pat melindungi pulau kecil di Mentawai (Siberut, Sipora, Pagai Utara, Pa gai Selatan) da ri kegia tan ekstraktif tersebut. Dapa t dije lasakan lebih lanjut un tuk pengaturan detil/rinci alokasi ruang darat pulau kecil sudah diatur dalam peraturan yang sudah ada
(RTRW/RDTR Pulau), namun untuk arahan pola ruang /arahan pemanfaatan pulau keci l hendaknya da pat tetap mengacu pada UU 1/2014 untuk memastikan/ mengunci pemanfaatan pulau-pulau kecil di Sumba r agar tetap terjaga karena keterbatasan da ya dukungnya. Sehingga diharapkan Perda RZWP3K Sumbar ini na ntinya da pat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pemanfaatan pulau
kecil yang disinyalir menyalahi/tidak sesuai peruntukannya, ataupun da lam rangka evaluasi Perda RTRW/RDTR khusus di pulau kecil.
Hak atau akses secara khusus kepada masyarakat hukum adat.
Ha l ini juga terka it kekhawatiran adanya pengkaplingan ruang laut oleh korporosi dan meminggirkan akses masyarakat l okal/tradisional/adat. Oleh karena itu hak/akses ma syarakat lokal/tradisional/adat ha rus ma suk da lam Perda, dikarenakan secara turun temurun ma syarakat
pesis ir dan pulau kecil tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya laut, sehingga sudah semestinya memperoleh prioritas da lam pemanfatan rua ng laut tersebut. Dapa t di jelaskan ba hwa s esuai
pengaturan zona dalam RZWP3K justru untuk mengatur pemanfaatan sehingga dapat meminimalisir konflik. Serta semangat nya adalah perlindungan Keha ti Laut dan akses ma syarakat lokal/tradisional/adat. Sebagaimana diatur pada Pasal 20, 21 dan 22 UU 1/2014, jelas ada prioritas
da n keperpiha kan kepa da ma syarakat loka l/tradisional/adat dalam hal memperoleh ijin (lokasi/pemngelolaan), bahkan tidak perlu ada ijin bagi masyarakat hukum adat, dengan berbagai
ketentua n tentunya. Lebih lanjut dalam pengaturan zona ruang laut 0-2 mil juga diprioritaskan untuk ma syarakat loka l/tradisional/Adat. Seba gaima na dija min da lam Permen 23/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan WP3K, pada Pasal 18 (5), Aloka si ruang dalam Pemanfaatan Umum untuk wilayah perairan laut sampai dengan 2 (dua) mil laut diutamakan untuk Kawasan Konservasi, ruang penghidupan da n akses kepada nelayan kecil, nelayan tradisional, pembudidaya ikan ke cil, dan petamba k garam keci l, wisata bahari berkelanjutan, dan infrastruktur pu blik. Terkait ha l tersebut, Koalisi sepakat akan mengumpulkan data yang cukup guna mendorong 2 ha l ini dapat ma suk dalam pemba ha san selanjutnya di DPRD Sumba r, termasuk juga b eberapa ha l yang ma sih pa tut untuk didiskus ikan/diperbaiki/dicermati bersama, misalnya landasan filosofis, historis, keterpaduan/keselerasan pema nfaatan pera iran dengan da ratan diatasnya (RZWP3K-RTRW),
KINERJA
Ha laman 61
definis i-definisi yang belum lengka p sehingga membingun gkan, ju ga salah satu pa sal yang bertenta ngan terkait kegiatan berizin di kawasan konservasi (kapal ikan diatas 10GT), dll
Pelaksanaan Kegiatan Distkusi Terbatas terkait RZWP3K Sumatera Barat
3) Permohonan Penyampaian Perkembangan Provinsi Wilayah Kerja BPSPL Padang
Dilaksanakan pa da bulan April 2017 melal ui Email da n Korespondensi ke DKP Provins i Aceh, Sumatera Uta ra , Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Ria u dan Jambi. dan Memberikan informasi terkait permen KP.23/2016 tetang perencanaan pe ngelolaan wilayah pesisir da n pulau – pulau keci l. Proses penyusunan RZWP3K diharapkan menyesuaikan dengan peraturan menteri tersebut serta Menginformasikan terka it data WP3K yang ada di BPSPL Padang untuk dapat
dimanfaatkan dalam penyusuna n RZWP3K
4) FGD Penyusunan KLHS RZWP3K Provinsi Sumatera Barat
Pertemua n dilaksanakan di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Pukul 09.00 – 14.00 pa da tanggal 27 April 2017 yang dihadiri oleh OPD Provinsi Sumatera Barat, OPD Kab/Kota
lingkup Sumatera Barat dan Insta nsi vertikal yang ada di Suma tera Barat yang terka it dengan pengelolaan WP3K. FGD dilakukan untuk menjaring isue p erma salahan di WP3K. Sebelumnya di lakuka n pemaparan materi tentang KLHS oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat dan juga Tentang RZWP3K Provinsi Sumatera Barat oleh DKP Provinsi. Isue dan permasalahan di Wilayah Pesis ir da n Pulau – Pulau Keci l yang di i dentifikas i, kemudian akan diolah lebih lanjut oleh tim
penyusun KLHS. Beberapa hasil penjaringan issue dikatetorikan ke dalam symptom sebagai berikut : issue pemanfaatan kawasan pesisir; pengelolaan sampa h; Degradasi Ka wasan Pesisir da n La ut;
Pa rtis ipasi Masyarakat; Konflik social; dan penurunan kualitas perairan.
KINERJA
Ha laman 62
5) Asistensi Konsultasi Publik Dokumen Antara
Asistensi dilakukan di BPSPL Padang, pada 2 Mei 2017 antara tim penyusun RZWP3K, DKP Provinsi Sumatera Barat, BPSPL Padang dan Ditjen Perencanaan Ruang La ut. Asistensi dilakukan di BPSPL Pa dang, meliputi review pers iapan ba han yang akan dikonsultasi publican. Review meliputi
kelengkapan peta, bahan paparan dan substansi materi. Da lam pertemuan tersebut membahas dan menelaah rencana alokasi ruang yang sudah disusun dan teknis pelaksanaan konsultasi publik, serta
kenda la penyusunan RZWP3K yang diha dapi. Kepala BPSP L Pa dang, Muhammad Yusuf, S.Hut, M.Si mengusulkan bahwa untuk pena rikan 12 mil laut KSNT Pulau kecil terluar diambil dari garis pangkal
yang menghubungkan titik dasar pulau terluar bukan dari garis pa ntai pulau
6) Rapat Pembahasan Penyusunan Dokumen dan Perbaikan Peta
Pelaksanaan kegiatan berlangsung da ri Bulan Februari – Des ember 2017 yang dilaksanakan di Univers itas Bung Hatta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat dan BPSPL Padang.
Output da ri kegiatan ini adalah Peta dan Dokumen serta Ranperda berdasarkan hasil perbaikan. Rapat Pembahasan dilakukan bersama dengan tenaga Ahli dari Universitas Andalas dan Universitas Bung Hatta BPSPL P adang membantu melalui tena ga teknis peme taan/GIS dan di tetapkan
berdas arkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat Nomor 15/SK-DKP.3/II/2017 tanggal 16 Januari 2017.
7) Pendampingan Pembahasan/Pertemuan di DPRD
Dokumen Rencana Zonasi WP3K Provins i Suma tera Barat yang sudah direview dan
dikonsultasipublik-an da n diperbaiki berdasarkan masukan da n saran da ri kementerian/lembaga, ma ka ta ha p selanjutnya adalah pembahasan di DPRD untuk dibaha s dan ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah. Berikut ada lah beberapa kegiatan di DPRD da l am rangka akselerasi penetapan peraturan Daerah tentan RZWP3K :
Pen yampaian Nota Penje lasan Gubernur Sumbar Tentang Ranperda RZWP3K Sumba r 2017-203 7, yang berlangsung di Ruang Paripurna DPRD Sumbar, pada tanggal 13 Juli 2017
Pa n dangan DPRD atas Nota Penjelasan Gubernur Sumbar Tentang Ranperda RZWP3K Sumbar 201 7-2037, berlangsung di ruang Paripurna DPRD Sumbar, tanggal 17 Juli 2 017
Rap at Pembahasan tingkat Panmus DPRD Sumbar, 24 Juli 2017
Kon sultasi Teknis DP RD Sumbar ke Mendagri dan KKP, 25-26 Juli 2017 Rap at dengar Pendapat (Hearing) DPRD dan OPD d alam Rangka pembahasan Ranperda RZWP3K
Prov.Sumatera Barat
Studi Banding di Provinsi Sulawesi Utara dan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, berlangsung pada 19 – 24 Oktober 2017
KINERJA
Ha laman 63
Rap at dengar Pendapat (Hearing) DPRD da n Insta nsi Vertikal di Sum atera Barat da lam Rangka pembahasan Ranperda RZWP3K Prov.Sumatera Barat. Berlangsung di ruan g siding paripurna DPRD Provins i Sumatera Barat, Tanggal 31 Oktober 2017
Seminar RZWP3K provinsi Sumatera Barat, di Ruang Sida ng Paripurna DPRD Provinsi, pada ta nggal 13 Novemb er 2017. Semina r ini diha diri ol eh OPD tingkat Ka bupaten/Kota, Provinsi, Inst ansi pemerintah pusat yang ada di Sumatera Barat, LSM, Akademisi serta ha dir sebagai
na rasumber dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kelautan da n Perikanan. Pada kesempatan kali ini juga di lakuka n uji Kl inis oleh kementerian da lam negeri. Uji klinis ini di la kukan terhadap kepatuta n penyusunan RZWP3K terhadap ta hapan – ta ha pa n yang ditentukan yang dis ertai dengan bukti pelaksanaan di setiap tahapannya meliputi berita acara, peta /shp, dokumentasi dan data dukung terkait lainnya
Rap at Fina lisasi Pembahasan bersama tim pembahas ranperda RZWP3K di Komisi II DPRD. pada ta nggal 13 Desember 2017
Rap at Paripurna Pengambilan Keputusan terhadap Ranperda RZWP3K Provinsi Sumatera Barat, yang berlangsung d i ruang sidang utama DPRD Pro vinsi Suma tera Barat ta nggal 29 Desember
201 7. Setelah melalui pembahasan dan belum adanya kesepahaman antar anggota DPRD, maka diputuskan bahwa rapat paripurna pengambilan keputusan terhadap ranperda RZWP3K Provinsi
Sumatera Barat ditunda sampa i periode Januari 2018.
4 Indeks Efektifitas Kebijakan Pemerintah
5.1 Definisi 1 Indeks Efektifitas Kebijakan Pemerintah
• Efektivita s adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai ha sil atau akibat da ri implementasi suatu kebija kan publik berdasarkan indikator-indikator yang diteta pkan da lam dokumen kebija kan tersebut.
• Efektivita s kebija kan pemerintah ada lah keputusan yang diambil oleh Ditjen PRL melalui penerbitkan Peraturan Dirjeni da n/atau Keputusan Dirjen da pa t di laksanakan dan ma mpu menyelesaikan ma salah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut.
• Indeks efektivitas kebija kan pemerintah adalah suatu ukuran untuk meni lai sejauh mana kebija kan yang diterbitkan oleh Ditjen PRL da pat diterima oleh stakeholders pesisir dan pulau-pulau kecil, serta mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut.
KINERJA
Ha laman 64
5.2 Teknik Menghitung
Mel akukan survey melalui prosedur sebagai berikut: (a) konsistensi nilai ja waban responden; (b) pemberian skor ni lai skala (methods of summated ratings); (c) standarisasi skor ni lai skala; (d)
pen eta pan angka indeks, dengan besaran angka indeks bergerak dari ‘0’ sampai dengan ‘1’; da n (e) ana lisis dan interpretasi nilai indeks.
5.3 Implementasi Kebijakan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Di BPSPL Padang
1. SOP 20-Rekomendasi Hiu dan Sirip Hiu Utuh
2. SOP 21-Rekomendasi Produk Olahan Hiu dan Pari 3. SOP 22-Tata Cara Pengambilan Sample DNA
4. SOP 23-Tata Cara Pemeriksaan dan Identifikasi Hiu yang Tidak Dilindungi 5. SOP 24-Pemberian Rekomendasi atas Da sar Hasil Uji DNA 6. SOP 25-Pemberian Surat Rekomendasi Pari, Insang Pari dan Kulit Pari
7. Kepdirjen PRL No 43 ta hun 2017 te ntang Sta nda r Pe layanan Bida ng Konservasi (Perijinan Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Rekomendasi Peredaran Hiu/Pari)
8. Perdirjen PRL No. 5 ta hun 2016 tenta ng Pedoman Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Ditjen Pengelolaan Ruang La ut.
Pa d a periode tahun anggaran 2017 BPSPL Padang mengadopsi nilai Implementasi Kebijakan Direktorat Pen gelolaan Ruang La ut denga n analisis penghitungan sebagai berikut:
???????????????
5 Indeks kompetensi dan integritas BPSPL PADANG
6.1 Defenisi
Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sesua i de ngan ke mampu an dan pen getahuan. Integritas adalah kecendrungan untuk sikap yang patuh pada aturan dan norma. Indeks kompetens i dan integritas dimaksud terdiri dari kompetensi hasil asesmen, keha diran p egawai, ca pa ian kinerja (SKP), LHKASN/LHKPN, terhadap pejabat yang telah dilakukan assessment.
KINERJA
Ha laman 65
6.2 Teknik Menghitung
1. Merupa kan agregasi dari variabel di ba wahnya: 2. Dengan membandingkan kompetensi hasil rekomendasi penilaian kompetensi/assessment dari
assessor denga n jen is sta nda r kompetensi yang dipersyaratkan se suai Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN-SJ/2014. 3. Persentase ca paian output pegawai pada SKP.
4. Persentase tingkat kehadiran pegawai.
5. LHKASN/LHKPN.
6.3 Analisis Indeks Kompetensi dan Integritas BPSPL Padang Dengan Target capaian 79 %
6.3.1. Hasil Perbandingan Penilaian Assesment Dengan Standar Yang Dipersyaratkatan Sesuai Dengan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN-SJ/2014:
Nilai Assement seluruh PNS BPSPL Padang
6.3.2. Persentase capaian output pegawai pada SKP
Ada bebera pa aspek kelemahan da lam penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instans i Pemerintah (SAKIP)
di Kementerian Kelautan d an Perikanan (KKP) antara lain belum adanya indikator kinerja individu yang mengacu pada indikator kinerja utama (IKU) unit kerja organisasi, pengukuran kinerja individu belum
dila ksanakan dan dikemba ngkan menggunakan te knologi informasi. Ha l t ersebut yang m endasari perlunya KKP memperbaiki kelemahan dengan diawali melalui Sasaran K erja Pegawai (SKP) sesuai format Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Namun karena belum bisa menja n gkarkan antara indikator kinerja individu dengan indikator kinerja pada unit kerja organisasi, maka SKP yang dibuat dipa duka n dengan indikator kinerja pada dokumen Bal anced Score Card (BSC) dengan mekanisme ca scading d ari level 0 (Men teri Kelautan da n Perikanan) sa mpai level indi vidu (PNS lingkup KKP) yang kemudian dikenal dengan nama SKP++ (diba ca : SKP plus plus). Seiring perjalanan waktu, ma ka untuk mempermuda h penilaian dengan menggunakan teknologi informasi ma ka dibuatlah Sistem Penilaian Kinerja Individu atau disingkat SIPKINDU. SIPKINDU merupakan aplikasi
berbasis website (online) yang dapa t diakses melalui internet, yang disusun oleh Inspektorat Jenderal da n Biro Perencanaan sebagai inis iator awal da n dikembangkan oleh Bada n Penelitian dan Pen gemba ngan Kelautan d an Perikanan. Data pada aplikasi ini ju ga telah disinkronkan dengan Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) milik Biro Kepegawaian untuk mengatasi kekurangan data dukung kepegawaian dan unit kerja yang akan digunakan da lam form SKP. Ada beberapa modifikasi
KINERJA
Ha laman 66
da lam SKP yang dituangkan dalam SIPKINDU, salah satunya penilaian secara periodik (triwulanan) untuk mempermuda h pema ntauan dan antisipasi terhadap kinerja individu dan pencapa iannya terhadap
kinerja organisasi sebagai langkah awal perbaikan sebelum ta hun anggaran berakhir. Sejak disos ialisasikan oleh Menteri Kelautan da n Perikanan di ha dapan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reform asi Birokrasi beberapa waktu lalu sebagai salah satu syarat penilaian SAKIP KKP, SIPKINDU terus menga lami beberapa perubahan sesuai kebutuhan terkini. Meskipun pelaksanaan SKP efektif akan berlaku per 1 Januari 2014, kita semua tentu berha rap SIPKINDU menjadi langkah awal kita bersama dalam memperbaiki kinerja KKP untuk memperoleh predikat sebagai Kementerian/ Lembaga yang akuntabel, berkinerja ba ik, memiliki sistem manajemen kinerja yang andal dalam prosesnya menuju
Reformasi Birokrasi. Berikut uraian capaian SKP Pegawai BPSPL Padang pada periode 2017:
Super Admin untuk masuk da lam apikasi SKP BPSPL Padang
6.3.3. Persentase tingkat kehadiran pegawai
Persentase tingkat kehadiran pegawai BPSPL Padang dapat di lihat pada sistem absensi online
Super Admin Absen si BPSPL Padang
Cap aia n Persentase Pelaporan LHKASN dan LHKPN Pegawai BPSPL Padang
Tabel Analisis Perhitungan:
NO VARIABALE INDIKATOR SUMBER
DATA %
INDEKS KOMPETENSI
DAN
INTEGRITAS
1 X
Hasil Perbandingan Pen ilaian Assesment den gan KEPMEN 3A/ KEPMEN-SJ/2014
Nilai Asesment
2 Y Persentase Capaian Output Pegawai Pada SKP
Apli kasi SKP
KINERJA
Ha laman 67
3 W Persentase Tingkat
Keh adiran Pegawai
Apli kasi
Absensi
4 Z Laporan LHKASN & LHKPN Kep egawain
A+B+C+D:4:100X100= ………..% Indeks kompetensi da n integritas BPSPL PADANG
6 Persentase Unit Kerja BPSPL PADANG Yang Menerapkan Sistem
Manajemen Pengetahuan Yang Terstandar
6.1 Definisi
Sistem mana jemen pengetahuan ada lah s uatu rangka ian yang mema nfaatkan teknologi informasi yang digunakan ole h insta nsi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari. Salah satu poin penting dalam penilaian ma najemen pengetahuan adalah pimpinan eselon I dan II memberikan apresiasi/penghargaan kepada individu/unit kerja d i ba wahnya melalui aplikasi Sistem
info rmasi Manajemen Pengeta huan bersta ndar (https://kinerjakkp.bitrix24.com) atas ca pa ian/prestasi da lam mendukung kinerja KKP/Unit kerja eselon I/Unit kerja eselon II.
6.2 Teknik Menghitung
Unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan dibandingkan dengan total unit kerja BPSPL PADANG. Da lam penghitungan realisasi indikator kinerja ini , BPSPL PADANG melakukan koordinasi dengan Sesditjen PRL khususnya Bag Perencanaan. Pada umumnya, indikator ini dihitung untuk satu tahun penuh (sifatnya ta hunan).
KINERJA
Ha laman 68
7 Nilai AKIP BPSPL PADANG
7.1 Definisi
Akunta bilias kinerja yaitu perwujuda n kewajiban suatu in stansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah di ama na tkan pa ra pemangku kepentingan d ala m ra ngka mencapai misi organisasi secara terukur
den gan sa saran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
7.2 Teknik Menghitung
Ada paun te knik menghitung indikator kinerja nilai AKIP Ditjen PRL sebagai berikut:
1. Pemberian penilaian atas AKIP Ditjen PRL dilaksanakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reform asi Birokrasi un tuk level kementerian da n Inspektorat Jenderal Kementerian
Kelautan dan Perikanan untuk level eselon I dengan indikator-indikator sebagai berikut:
Perencanaan Kinerja dengan bobot 30%;
Pen gukuran Kinerja dengan bobot 25%;
Pe laporan Kinerja dengan bobot 15%;
Evalua si kinerja dengan bobot 10%;
Pen capaian Kinerja dengan bobot 20%.
2. Masing-ma sing indikator tersebut memiliki sub indikator.
3. Hasil penilaian atas AKI P KKP tahun N didapatkan pada akhir tahun.
KINERJA
Ha laman 69
8 Nilai Maturitas SPIP BPSPL Padang
8.1 Definisi
Maturitas (maturity) berarti dikemba ngkan penuh atau optimal (Cooke-Davis, 2005). Andersen and Jessen (2003) menyatakan bahwa konsep maturitas pa da organisasi bertujuan mengarahkan organisasi dalam kondisi yang optimal untuk mencapai tujuannya.
Tingkat ma turitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Pen ilaian tingkat maturitas SPIP
8.2 Teknik Penilaian
Taha pa n penilaian:
Pen ilaian pendahuluan
Survey pers epsi dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh BPKP
Pen gujian Bukti
TINGKAT MATURITAS INTERVAL SKOR
0 Belum Ada Kurang dari 1,0 (0 < skor <1,0)
1 Rintisan 1,0 s/d kurang dari 2,0 (1,0 ≤ skor < 2,0)
2 Berkembang 2,0 s/d kurang dari 3,0 (2,0 ≤ skor < 3,0)
3 Terdefinisi 3,0 s/d kurang dari 4,0 (3,0 ≤ skor < 4,0)
4 Terkelola Dan Terukur 4,0 s/d kurang dari 4,5 (4,0 ≤ skor < 4,5)
5 Optimum Antara 4,5 s/d 5,0 (4,5 ≤ skor ≤ 5)
KINERJA
Ha laman 70
Kue sioner lanjutan, wawancara, analisis dokumen, dan observasi yang dilakukan oleh tim assesor dari BPK P
Perhitungan dengan merata-rata Nilai Maturitas SPIP seluruh Eselon I yang di sampling oleh BPKP:
Keterangan:
MSPIP : Nilai Maturitas SPIP KKP
NK1-x : Nilai Maturitas Unit Kerja Eselon I yang di sampling BPKP
n : Jumlah Unit Kerja Eselon I yang di sampling
9 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik Lingkup BPSPL PADANG
9.1 Defenisi Inovasi Pelayanan Publik Lingkup BPSPL Padang
Berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor 19 Tahun 2016 tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan
Pub lik Tahun 2017 di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, dan BUMD :
Inovasi Pe layanan Publik adalah terobosan jenis pelayanan publik baik yang merupakan gagasan/ide
kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung ma upun tidak lan gsung. Denga n kata lain, inovasi pelayanan publik sendiri tidak mengharus kan sua tu penemuan ba ru, melainkan pula mencakup satu pendekatan baru bersifat kontekstual baik berupa inovasi pelayanan publik hasil dari perluasan maupun peningkatan kualitas pa d a inovasi pelayanan publik yang ada.
4 Kategori Pelayanan Inovasi Pelayanan Publik:
(1) Ta ta kelola pemerintahan;
(2) Penggun aan teknologi informasi da n komunikasi da lam penyelenggaraan pelayanan publik ;
(3) Perbaikan kesejahteraan sosial da lam penyelesaian masalah-masalah sosial;
(4) Pe layanan langsung kepada masyarakat
Kriteria Inovasi Pe layanan Publik
(1) Memper kenalkan pendekatan baru;
KINERJA
Ha laman 71
(2) Produktif;
(3) Berdampa k;
(4) Berkelanjutan
Inovasi Pe layanan Publik BPSPL Pa dang pa da periode 2017 ini adalah menyampaikan Video Ka mpanye
Sos ialisasi Perlindungan Penyu di Ka pal Ka pa l Penyebrangan Mentawai, Ka pal Penyebrangan Pulau Jemur.
9.2 Teknik Menghitung
Dihitung dari jumlah proposal Inovasi Publik yang disampaikan Itjen/Setjen ke Kemenpan RB melalui
http://sinovik.menpan.go.id
9.3 Analisis Pengunaan Video Kampanye Sosialisasi Perlindungan Penyu Di Kapal Penyebrangan Mentawai dan Pulau Jemur.
1) Latar Belakang
Athma n dan Monro e (2001) menya takan bahwa, p rogram Pendidikan Lingkungan dengan pengunaan
video efektif relevan dengan misi lemba ga atau or ganisasi, dengan tujuan pendidikan terhadap pen onton, dan untuk apilkasi di kehidupan sehari-ha ri penonton. Agen atau misi organisasi dan prioritas
lingkungan memberikan arahan untuk pengembangan program di Pendidikan Lingkungan, membimbing pen gemba ngan tujuan dan objek dan pilihan mereka audiens target. Di sisi lain, Pendidikan Lingkungan
bukanlah penyajian inform asi teta pi membantu penonton terhada p pele starian lingkungan, yang memiliki sikap da n komponen perilaku selain kom ponen pengeta hua n. Tujuan dari Pendidikan Lingkungan adalah untuk menanamkan penonton pada pengetahuan lingkungan, sikap positif terhadap
lingkungan, pengembangan kompetensi dalam tindakan dan upaya perlindungan oleh masyarakat atau aud ience.
Selain itu, Pendidikan Lingkungan j uga tentang mengalami, berba gi, kreativitas , kesenangan dan sens itivitas. Kegiatan pendidikan lingkungan bisa mengena i menginformasikan penduduk, kegiatan
pen emuan seperti kunjungan dipandu, game, dan tamasya. Hal ini juga dapat terdiri dari partisipasi aktif da ri masyarakat seperti lokakarya, relawan, kunjungan, bermain peran, kunjungan lapangan atau hari libu r (Wagn er et al. , 2011). Dengan demikian, Pendidikan Lingkungan mengarah ke peningkatan
KINERJA
Ha laman 72
kesada ran sosial dan kepekaan, produksi pengetahuan yang diperlukan untuk perlindungan lingkungan, da n penyelidikan ke dalam metode yang diperlukan untuk mengatasi masalah lingkungan (Dresner dan
Blawner, 2006). Di Beberapa negara pentingnya Pendidikan Lingkungan disorot dalam Kebijakan Nasional tentang Lingkungan, dan salah satu bida ng uta ma perlindungan jenis yan g merupakan kegiatan
perlindungan dan pelestarian terhadap keanekaragaman ha yati laut yang di lindungi da n terancam punah oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan khusus di wilayah kerja BPSPL Pada ng. Kegiatan ini meliputi pembinaan/ sosialisasi, penanganan/ respon cepa t keja dian di WP3K, pi lot project peng elolaan keanekaragaman hayati laut prioritas, monitoring dan pendataan.
2) Tujuan
Kelompok s asaran sos ialisasi adalah dari semua lapisan masyarakat seperti satuan kerja pemerintah da e rah, sektor swa sta, lembaga pendidikan da n o rganisasi non-p emerintah (LSM) seca ra aktif
mempromos ikan Pendidikan Pelestarian Lingkungan khususnya perlindungan jenis penyu di kedua arena formal dan non-formal.
3) Output
Output da ri kegiatan Video Kampanye Sosialisasi Perlindungan Penyu di Ka pal Ka pal Penyebrangan Menta wai, dan Kapal Penyebrangan Pulau Jemur adalah :
a. Dukungan masyarakat terhadap perlindungan penyu setelah menonton video Video Ka mpanye Sos ial isasi Perlindungan Penyu di Kapal Kapal Penyebrangan Mentawai, dan Ka p al Penyebrangan Pulau Jemur;
b. Menurunnya Konsumsi penyu dan telur penyu di masyarakat setelah menonton Video Ka mpanye Sos ial isasi Perlindungan Penyu di Kapal Kapal Penyebrangan Mentawai, dan Ka p al Penyebrangan Pulau Jemur;
c. Jumlah populasi penyu di ala m meningkat setelah adannya sosialisasi Video Kampanye Sosialisasi Perlindungan Penyu di Kapal Kapal Penyebrangan Mentawai, dan Ka pal Penyebrangan Pulau Jemur .
4) Outcome
Outcome yang diha rapkan dengan pelaksanaan pemutaran Video Kampa nye Sos ialisasi Perlindungan Pen yu di Ka pal Kapal Penyebrangan Menta wai, da n Ka pal Penyebrangan Pulau Jemur ini adalah penyu da p at terlindungi d an terlestarikan serta dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan roda perekonomian di Kabupa ten Kepulauan Mentawai dan Rokan Hilir secara berkelanjutan.
KINERJA
Ha laman 73
5) Metodologi
Pen elitian ini menerapkan metode kualitatif kelompok fokus untuk mengumpulkan data dari responden. 100 responden terdiri penonton dipil ih secara acak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pemutaran Video durasi ???? menit judul video lingkungan dalam penelitian ini adalah “?????????”, yang diproduksi
oleh ????? Producti ons.
Seti ap masalah dibahas da lam hal faktor-faktor yang men yebabkan ma salah dan cara-ca ra untuk mengatasinya. Isi, fakta, foto, tema warna, desain dan tata letak mirip (verbatim) sepert i da lam video untuk mema stikan konsistensi da n meminimalkan segala kemungkinan da ta error untuk semua hal
tersebut yang berti ndak sebagai variable. Angka teori yan g mendukung penelitian ini adalah Albert Ban dura Sos ial Kognitif Teor i, yang m enunjukkan ba hwa perilaku ma nusia merupakan hasil interaksi antara tiga komponen, ya itu faktor pribadi, perilaku dan lingkungan (Bandura 1986). Menurut Teori
Kognitif Sos ial , menonton orang lain melakukan perilaku mempengaruhi persepsi pengamat kemampuan mereka sendiri untuk melakukan p erilaku, da n ini mempe ngaruhi hasil yang diha rapkan (Compeau
199 5). Teori ini berpendapat bahwa perilaku diatur melalui proses kogniti f, menunjukkan bahwa pikiran ada lah kekuatan aktif yang memba ngun realitas seseorang, selektif mengkodekan informasi, melakukan
perilaku, dan memaksakan struktur pada tindakan sendiri. Teori ini juga menekankan bahwa penguatan mempengaruhi proses kognitif yang mengarah ke belajar (Jones1989).
6) HASIL
Has il ini didasarkan pada lima pertanyaan utama yang diminta untuk responden. Pertanyaan adalah: (1)
persepsi umum terhadap video perlindungan ; (2) perseps i terhadap konten video perlindungan; (3) persepsi terhadap desain da n ta ta letak v ideo ; (4) efektivitas vid eo dalam menciptakan kesadaran perlindungan; dan (5) saran tentang menggunakan video sebagai alat pembelajaran.
7) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Video Kampanye Sosialisasi Perlindungan Penyu Kapal
Penyebrangan Pulau Jemur
Pen yu merupa kan salah sa tu reptil purba yang keberadaannya masih dapat ditemukan hingga saat ini.
Da ri 7 jenis yang ada, di Indonesia dapat ijumpai 6 spesies antara lain Penyu belimbing (Dermochelys cori acea), Penyu Hija u (Chelonia mydas), Penyu tempayan (Caretta caretta), Penyu pip ih (Natator depressa), Penyu a bu-abu (Lepidochelys ol ivacea) dan Penyu sisik (Eret mochelys imbricata). Keenam
jeni s penyu tersebut tersebar dari ujung pa nta i aceh hingga di pesis ir pa pua tergantung dengan karakteristik pa ntai da n perairannya. Pulau Jemur merupakan salah satu pulau terdepan NKRI yang sudah
diteta pkan berdas arkan Kepres nomor 6 ta hun 20 17 yang mana s emenjak dahulu terkenal dengan potens i peneluran Penyu Hijaunya. Pulau yang tidak berpenghuni ini kerapkali dijadikan sebagai tempat kapa l nelayan bersandar sejenak ketika hendak kembali sehabis melaut. Tingginya potensi da n posisi
KINERJA
Ha laman 74
keberadaan Pulau Jemur sebagai pa tok batas NKRI membuat di sana ditempatkan Pos jaga Angk atan Laut da n Distrik Navigasi yang bertugas untuk p engamanan dan penunjuk arah ba gi nelayan yang melaut di
sekita rannya. Pula u Jemur secara administratif berada di gugusan Kepulauan Aruah, Kecamatan Pasir Lima ukapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Selain dari potensi penyu dan p erikanan tangkapnya,
Pulau Jemur juga memiliki pesona pariwisata dengan gugusan bukit menantang matahari terbenam dan ha mparan batuan karang yang tajam memecah gelombang, sehingga menarik mi nat wisatawan. Kurun waktu 2009an, Provinsi Riau pernah dihebohkan dengan salah satu iklan pariwisata Malaysia yang mencatut n ama Pulau Jemor sebagai salah satu icon pa riwisatanya, yang dikemudian ha ri setelah diklarifikasi ternyata merupa kan p ulau yang berbeda dengan Pulau Jemu r (di lafa lkan dengan 'U',
berbeda de ngan ma laysia menggunakan 'O' pada Pulau Je mor). Berda sarkan ha l demikia n, maka pemerintah Kabupaten Rokan Hilir melalui dina s pariwisatanya mulai mengga lakkan kunjungan wisata wan ke Pulau Jemur, bahkan melalui Badan Usaha Milik Dae rahnya,, mereka menyewa sebuah kapa l yang na nti digunakan sebagai penyeberangan reguler menuju dan da ri Pulau Jemur. Di awal
pen goperasiannya, kunjungan dan animo masyarakat ke Pulau Jemur sangatlah tinggi terlihat dari jadwal kapa l beroperasi hingga 2 kali sem inggu. Namun tingginya mina t pariwisata tersebut tidak diiringi den gan upaya edukasi terhadap keberlangsungan satwa da n ekos istemnya. Perlu diketahui bahwa semenjak lama di Rokan Hilir sudah terjadi pemanfaatan perdagangan telur penyu secara ilegal, namun den gan ruti nnya ku njungan wisatawan ke Pulau Jemur membuat pengelola memandang telur penyu
tersebut sebagai sa lah satu as pek penari mina t w isatawan dan pundi-pundi uang dengan menjadikan te lur penyu di Pulau Jemur sebagai oleh-olehnya hal ini lah yang menyeba bkan Vi deo Ka mpanye Sos ialisasi Perlindungan Penyu di Kapal Penyebrangan Pulau Jemur Di laksanakan di Kapal Penyeberangan
KM. Mutiara , Kantor POS AL Pulau Jemur, da n Pantai Penetasan Alami Penyu Pulau Jemur.
KINERJA
Halama n 75
KINERJA
Ha laman 76
Selain itu, kebanyakan ma syarakat ba hkan aparatur pemerintah sendiri tida k mengetahui mengenai perlindungan penyu sehingga acapkali dijumpai penyu hidup dijadikan sebagai pa meran da lam ajang-
aja ng berskala na sional da n internasional. Berlatar belakang hal tersebut, maka BPSPL Pa dang pada ta nggal 19-20 Juli 2 017 melaksanakan kegia tan audiensi dengan Bupati da n unsur muspida untuk
mengeduka si mengenai pe rlindungan penyu sehingga ke depannya tidak lagi dijumpai penangkapan pen yu untu kepentingan pa meran. Selain itu, BPSPL Padang juga melaksanakan pemutaran video dan ta yangan edukasi berkaitan dengan konservasi pada kapal reguler penyeberangan menuju Pulau Jemur den gan ha rapan ba hwa wisatawan mengetahui mengenai perlindungan penyu dan pelarangan pema nfaatan penyu. Selain itu agar tida k l agi menjadikan te lur penyu sebagai oleh-oleh ketika
berkunjung ke Pulau Jemur.
KINERJA
Ha laman 77
8) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Video Kampanye Sosialisasi Perlindungan Penyu Di Kapal Penyebrangan Mentawai Fast
La ta r bela kang pemutaran video Ka mpanye Sosialisasi Perlindungan Penyu di Menta wai Fast adalah seba gai berikut:
1. Tanggal 19 Oktober 2005, di Desa Matobe Kec. Sikakap keracunan 46 org dan 4 org meninggal 2. Tanggal 11 Juni 2006, di Dusun Sibudakoinan Saibi Samukop Kec. siberut Te ngah keracunan sebanyak
115 org dia ntaranya 13 org meninggal dan 20 org mendpt perawatan Intensif. 3. Tanggal 9 Ma ret 2009, 3 orang meninggal dunia dan 1 org dirawat i ntensif.
4. Tahun 2010, 3 kali keja dian yakni Tanggal 9 Maret 2010 di Dusun Parak Batu Desa Sinaka, 111 org mengalami keracunan dan 3 org meninggal dunia, Tanggal 30 Maret 2010, dimana 80 org keracunan da n 1 org meninggal dan di Bulasat 20 org keracunan dan tidak ada yg meninggal.
5. Tanggal 3 oktober 20 12 di Bulasat, sebanyak 85 org mengalami keracunan dan 3 org meninggal.
6. Tanggal 23 Maret 2013 di Bosua sebanyak 148 org menga lami keracunan dan 3 org meninggal 7. Tingginya intensitas pemanfaatan telur penyu untuk di konsumsi oleh masyarakat berdasarkan data
kelompok penggiat konservasi di wilayah kerja BPSPL Padang
KINERJA
Ha laman 78
Video Kampanye Sos ialisasi Perlindungan Penyu di Ka pal Ka pal Penyebrangan Mentawai da n Kapal Pen yebranga n Pulau Jemur.
10 Nilai Kinerja Anggaran BPSPL Padang
Pa d a Periode Januari Sampai Desember 2017 Capaian Serapan Anggaran BPSPL Padang sebesar 24,92 %
den gan rincian tabel di bawah ini
10.1 Definisi Kinerja Anggaran BPSPL Padang
10.2 Cara Menghitung Nilai Kinerja Anggaran
10.3 LAPORAN PAGU DAN REALISASI BELANJA PERIODE: JANUARI s/d DESEMBER 2017
KINERJA
Halama n 23
KINERJA
Ha laman 23
La poran Kinerja BPSPL Padang berdasarkan angga ran periode Januari sampai dengan Desember 2017 da p at di lihat pada tabel di ba wah ini :
Kode E
S1-Program/Kegiatan/Output
Finansial Output Fisik
DIPA Realisa
si
% RKAK
L
%
Penyelesaia
n
Volume
0320709 DITJEN KELAUTAN, PESISIR DA N PULAU-PULAU KE CIL (KP3K)
Program Pengelolaan Sumber Daya
Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
24,674,454,000
6,150,036,728 24.92
24.92
2362 Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan dan Jenis
19,512,939,000
1,152,020,633 5.90
23620
11
Kawasan konservasi yang ditata
menuju pengelolaan efektif
13,452,584,00
0
0 0.00 2 0 kawasan
23620
13
Kea nekaragaman Hayati Laut
yang di lindungi, dilestarikan dan/atau
dima nfaatkan
6,060,355,000 1,152,020,633 19.0
1
1 19.01 jenis
2365 Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
500,000,000 485,708,059 97.1
4
23650
11
Kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil yang direstorasi
500,000,000 485,708,059 97.1
4
3 97.14 Kawasan
2366 Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
100,000,000 98,356,414 98.36
23660
12
Provinsi yang memiliki rencana
zonasi ditetapkan melalui pe raturan
perundangan
100,000,000 98,356,414 98.3
6
1 98.36 Dokume
n
2367 Peningkatan Dukungan Manajemen
dan Pe laksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen Kp3K
4,561,515,000 4,413,951,622 96.7
7
23679
50
Layanan Dukungan Mana jemen
Eselon I
780,000,000 768,537,318 98.5
3
12 98.53 Layanan
2367994
Layanan Perkantoran 3,781,515,000 3,645,414,304 96.40
12 96.40 Bulan
Grand Total 24,674,454,00
0
6,150,036,728 24.9
2
KINERJA
Ha laman 24
11 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSPL PADANG (%)
11.1 Defnisi
Terselengaranya La poran Keua ngan yang Relevan, dapat dipahami, dapat diperbandingkan dan tepat waktu ses uai dengan ketentuan yang berlaku (PP No. 71 Tahun 2012)
11.2 Teknik Menghitung
Prosentase penyelesaian Laporan Keuangan yang telah di kerjakan oleh masing-masing satker penerima anggaran da ri Ditjen PRL.
11.3 Analisis Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSPL PADANG (%)
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI
Ha laman 26
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI
PERMASALAHAN
1. Pa da Tahun Anggaran 2017 ma sih terdapat anggaran da ri da na Pinjaman da n Hibah Luar Negeri ma sih melekat pada DIPA BPSPL Padang yang menyebabkan ca paian persentase kinerja a nggaran BPSPL Padang sampai periode Triwulan III ini masih 24,92%
2. Terkait kegiatan Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan sub kegiatan Kawasan pesisir da n pulau-pulau kecil yang direstorasi Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis mata anggaran kerja 526 belum selesai di susun oleh Eselon I sampai berakhir tahun anggaran.
REKOMENDASI
1. Anggaran dari dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri pada DIPA BPSPL direvisi di hilangkan dari DIPA
sehingga capaian serapan BPSPL Padang tidak terdapat ketimpangan dengan target kinerja yang
sudah di tetapkan.
2. Kegiata n APBN_P tidak membentuk kegia tan ba ru tetapi mendukung kegiatan yang sudah ada
dengan ta mba han capaian output sehingga tidak lagi menunggu petunjuk pelaksanaan yang masih
disusun oleh unit Eselon I.
3. APBN-P pa da akhir ta hun anggran yang membentu k kegiat an baru ha rus di barengi dengan
persiapan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis oleh unit Es elon I untuk me nghindari
penyimpangan dan resiko pelaksanaan kegiatan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESIS IR DAN LAUT (BPSPL) PADANG
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Terwujudny a pengelolaan SDKP yang partis ipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan
1 Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas pengelolaan efektifnya (kawasan)
2
2 Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif
2 Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan (jenis)
1
3 Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang berdaya saing da n berk eadilan
3 Jumlah Provinsi yang terfasilitasi penyusunan dokumen rencana zonasi untuk ditetap melalui peraturan perundangan
1
4 Tersedianya kebijakan
pem bangunan KP yang
efek tif
4 Indeks efektifitas kebijakan pemerintah 7,7
5 Terwujudnya aparatur sipil negara BPSPL Padang yang kompeten, profesional dan
berintegritas
5 Indeks kompetensi dan integritas BPSPL Padang 79
6 Tersedianya manajemen pengetahuan BPSPL Padang yang handal dan
mudah diakses
6 Persentase unit kerja BPSPL Padang yang men erapkan sistem manajemen pengetahuan yang
terstandar
65
7 Terwujudnya birokrasi BPSPL Padang yang efektif,
7 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPSPL Padang A
(86)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 28
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
efisien dan berorienta s i
pada layanan prima 8 Nilai AKIP BPSPL Padang A
(85)
9 Nilai Maturitas SPIP BPSPL Padang 2
10 Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup BPSPL
Padang 1
8 Terkelolanya anggaran
pem bangunan BPSPL Padang secara efisien dan
akuntabel
11 Nilai kinerja anggaran BPSPL Padang (%) 85
12 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSPL
Padang (%) 100
Program : Pengelolaan Ruang Laut
Jumlah Anggaran Tahun 2017 : Rp. 23.404.299.000,-
No Kegiatan Anggaran (Rp.)
1. Perlindungan dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayat i Laut
19.059.984.000
2. Perencanaan Ruang Laut 100.000.000
3. Dukungan Manajemen dan P elaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
4.244.315.000
Pihak Kedua
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Jakarta, Maret 2017
Piha k Pertama
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halama n 29
Brahmantya Satyamurti Poerwadi
Kep ala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan La ut Padang
Muhammad Yusuf
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halama n 30
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESIS IR DAN LAUT (BPSPL) PADANG
Da lam rangka mewujudkan ma najemen pemerintahan yang efektif, transp aran, akuntabel
da n berorientasi pada has il, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Yusuf
Jabatan : Kep ala UPT BPSPL Padang
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama : Brahmantya Satyam urti Poerwadi
Jabatan : Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target k inerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian
ini , da lam rangka mencapai ta rget kinerja jangka menengah seperti yang te lah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan. Keberhasilan da n kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi
ta nggung jawab kami.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NOMOR 16 JAKARTA 10110 KOTAK POS 4130 JKP 10041
TELEPON (021) 3513300 (LACAK) EXT. 6201 FAKSIMILE (021) 3520357 LAMAN www.kkp.go.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halama n 31
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap
ca paian kinerja da ri perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian
pengha rgaan dan sanksi.
Piha k Kedua
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Brahmantya Satyamurti Poerwadi
Jakarta, Maret 2017
Pihak Pertama
Kep ala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir da n La ut Pa dang
Muhammad Yusuf
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 32
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 34
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 35
PENGENDALIAN KAPASITAS SDM PENGELOLA KEUANGAN
1. Satuan Kerja : Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut ( BPSPL ) Padang 2. Unit Eselon I : Ditjen Pengelolaan Ruang Laut 3. Tahun Anggaran : 2017
NO URAIAN KPA PPK 1*)
PEJABAT
PENGUJI/PENANDATANGAN SPM*)
BENDAHARA
PENGELUARAN
BENDAH
ARA
PENERIMAAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nama
Lengkap
Muhammad Yusuf, S.Hut,
M.Si
Muhammad Yusuf, S.Hut,
M.Si
Afdal Kamil, S. Sos Anaa Sintha Azizah,SE
2 Nomor dan Tanggal SK
No.
KEP.176/MEN/
KU.611/ 2016 Tanggal 22
Desember 2016
No.
KEP.176/MEN/K
U.611/ 2016 Tanggal 22
Desember 2016
No.
KEP.176/MEN/KU.611/
2016 Tanggal 22 Desember 2016
No.
KEP.176/MEN/KU.6
11/ 2016 Tanggal 22 Desember 2016
3 Nomor HP 08119604000 08119604000 085376485653 085740480900
4 Email Myusufyz68@g
mail.com
Myusufyz68@g
mail.com
aka.tanjung013@gmail.
com
Anaa.azizah@yahoo
.co.id
5 Pendidikan
Terakhir
S2 S2 S1 S1
6 Sertifikasi:
a.
Pengadaan
Barang/Jasa
V V V -
b. Bendahara
c. Standar Akuntansi
Pemerint
ah
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 38
NO URAIAN KPA PPK 1*)
PEJABAT
PENGUJI/PENANDATA
NGAN SPM*)
BENDAHARA
PENGELUARAN
BENDAHARA
PENERIM
AAN
e. Lainnya
(sebutkan)
7
Usulan/Rencana
Pengemban
gan SDM **)
PEN GENDALIAN PENYUSUNAN ANGGARAN
1. Satuan Kerja : Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang 2. Unit Eselon I : Ditjen Pengelolaan Ruang Laut 3. Tahun Anggaran : 2017
NO
NAMA
PROGRAM/KEGIATAN/
OUPUT/KOMPONEN
KESESUAIAN
DENGAN
HASIL PENGENDALIAN OLEH
PENGUSUL BAG. KEUANGAN
SATKER
BAG.
KEUANGAN
UNIT ESELON I
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
Perlindungan dan
Pemanfaatan Kawasan
Konservasi dan
a . BAGAN
AKUN
STANDAR
√
√
√
b. STANDAR
BIAYA
MASUKAN
√
√
√
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 39
NO NAMA
PROGRAM/KEGIATAN/
OUPUT/KOMPONEN
KESESUAIAN DENGAN
HASIL PENGENDALIAN OLEH
PENGUSUL BAG. KEUANGAN
SATKER
BAG. KEUANGAN
UNIT ESELON I
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
Keaneka Ragaman H√ayati Laut
c. STANDAR BIAYA
LAINNYA **
√
√
√
2
Perencanaan ruang
laut
a . BAGAN AKUN
STANDAR
√
√
√
b. STANDAR BIAYA
MASUKAN
√
√
√
c. STANDAR BIAYA
LAINNYA **
√
√
√
3
Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas
teknis lainnya Ditjen PRL
BAGAN AKUN
STANDAR √
√
√
STANDAR BIAYA MASUKAN √
√
√
STANDAR BIAYA LAINNYA ** √
√
√
Keterangan: Pelaporan untuk eselon I merupakan rekapitulasi dari laporan tiap unit kerja.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 40
*) Kolom (2): Untuk es elon I diisi Program, eselon II serta Satker Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan diisi Kegiatan, ese lon III diisi Output, eselon IV diisi Komponen.
**) Standar biaya lainnya yang disahkan oleh Kementerian Keuanga n di luar standar biaya masukan.
PENGENDALIAN PENGADAAN BARANG/JASA
1. Satuan Kerja : Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut ( BPSPL ) Padang 2. Unit Eselon I : Ditjen Pengelolaan Ruang Laut 3. Tahun Anggaran : 2017
A. Rekapitulasi
Pelaksanaan Kegiatan
Target 100%
B01 B02 B03 B04 B05 B06 B07 B08 B09 B10 B11 B12
Proses Pengadaan
Tanda Tangan
Kontrak
Pelaksanaan
PHO /Serah
Terima
Keterangan: Merupakan inform asi perke mbangan pelaksanaan pengadaan secara keseluruhan
B. Pelaksanaan Per Paket
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 41
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
A. Organisasi
1. Tujuan organisasi belum ditetapkan secara spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan ada batas waktu
Tujuan organisasi sudah ditetapkan secara spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan ada ba tas waktu,
hal ini dengan adanya
renstra, Renja, PK, LKj
2. Pegawai tidak mengetahui dan memahami tujuan orga nisasi
Pegawai sudah menge tahui dan memahami tujuan orga nisasi,
hal ini dengan membuat uraian tugas dll
3. Satuan kerja belum sepenuhnya memilik i Standar Operasional Prosedur (SOP) yang formal untuk keseluruhan prosedur dan keseluruhan kegiatan
Satuan kerja sudah sepenuhnya memiliki SOP yang formal tetapi belum seluruh prosedur/kegiatan
Data dukung : SOP
4. SOP yang ada tidak be rjalan secara optimal atau tidak ditaati
SOP yang ada belum berjalan secara optimal atau belum ditaati karena tidak sesuai dengan norma
waktu yang telah ditetapkan
Data dukung : SOP
5. SOP ada tetapi belum berbasis risiko SOP sudah berbasis risiko, deng an adanya penetapan norma wak tu
Data dukung : SOP
6. Ada pemisahan tugas dan fungsi tetapi tidak berja lan seca ra optimal atau terjadi tumpang tindih
Ada pemisahan tugas dan fungsi tetapi tidak berjalan secara optimal atau terjadi tumpang tindih
Data Dukung : uraian tugas kepala satker s.d. uraian tugas staff
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 42
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
B. Perencanaan
1. Perencanaan/penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) belum melibatkan pihak yang berkompeten (aspek tekn is pekerjaan/kinerja dan aspek keua ngan)
Perencanaan/penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) sudah melibatkan pihak yang berk ompeten (aspek teknis pek erjaan/k inerja dan aspek keuangan)
Data dukung: CHR Itjen
2. Perencanaan barang/aset melebihi dari kebutuhan yang seharusnya dan belum didasark an pada asas kebutuhan
Perencanaan barang/aset sesuai dari kebutuhan yang seharusnya dan sudah didasarkan pada asas kebutuhan
Data dukung : RAB, TOR, RKBMN
3. Perencanaan barang/aset belum mempertimbangkan
risiko pada tahap pemanfaatan
Perencanaan barang/aset sudah
mempertimbangkan risiko pada tahap pem anfaatan tetapi belum optimal
Data dukung : Manajemen Resiko
4. Perencanaan belum mempertimbangkan kapasitas satuan kerja (kuantitas dan kompetens i SDM)
Perencanaan sudah mempertimbangkan kapasitas satuan kerja (kuantitas dan kompetensi SDM)
Data dukung : TOR, RAB
5. Perencanaan belum mempertimbangkan risiko dan belum
men etapkan rencana pengendalian dalam pencapaian tujuan kebijakan dan a ktivitas/kegiatan untuk kegiatan yang seharusnya memerlukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko
Perencanaan belum mempertimbangkan risiko
dan belum menetapka n rencana pengendalian dalam pencapaian tujuan kebija kan dan aktivitas/kegiatan untuk kegiatan yang seharusnya memerlukan pengendalian dengan pendekatan manajemen risiko
Data dukung : Manajemen resiko
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 43
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
6. Kura ngnya keterpaduan, konsistensi, dan sinkronisasi anta ra perencanaan kinerja dan anggaran
keterpaduan, konsistensi, dan s inkronisa si antara perencanaan kinerja dan anggaran
data dukung : TOR, RAB, rencana kerja tahunan, rkak l
7. Terdapat usulan kegiata n yang sama dengan tugas dan fung si instans i lain, dan/atau tumpang tindih dengan tugas dan fungsi instansi lain
Tidak/masih terdapat usulan ke giatan yang sama dengan tugas dan fungsi instansi lain, dan/atau tumpang tindih dengan tugas dan fungsi instansi lain
Data dukung : CHR Rkakl Itjen
8. Terdapat kesalahan dalam perlakuan dan pengakuan keuangan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Terdapat kesalahan dalam perlakuan dan pengakuan keuangan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Contoh : Kesa lahan pencatatan akun
persediaan/pemeliharaan, tidak sesuai S BM
Data dukung : CHR LK, CHR Rkakl, SBM
C. Pelaksanaan Anggaran
1. Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak
lengkap/tidak valid/tidak sesua i ketentuan)
Pertanggungjawaban sudah akuntabel (bukti tidak
lengkap/tidak valid/tidak sesua i ketentuan)
Data dukung : LPJ Bendahara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 44
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
2. Pekerjaan dilaksanaka n mendahului kontrak atau penetapan anggaran
Pekerjaan dilaksanaka n sesuai kontrak a tau penetapan anggaran
Data dukung : dokumen kontrak, RUP (rencana umum pengadaan)
3. Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tida k menimbulkan kerugian negara)
Proses pengadaan barang/jasa sudah sesuai ketentuan (tidak menimbulkan kerugian negara)
Data dukung : e-katalog, LHA Itjen, LHA BPK
4. Pem ecahan k ontrak untuk menghindari pelelangan Pem ecahan kontrak untuk menghindari
pelelangan
data dukung : dokume n lelang
5. Pelaksanaan lelang secara proforma Pelaksanaan lelang tidak dilakukan secara proforma
Data dukung : dokumen lelang
6. Penyetoran penerimaan negara /daerah atau kas di bendaharawan ke Kas negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan
Penyetoran penerimaan negara /daerah atau kas di bendaharawan ke Kas negara/daerah tidak melebihi batas waktu yang
ditentukan
Data dukung : Nota Pembayaran, SSBP
7. Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaa n melebihi batas waktu yang ditentukan
Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan tidak melebihi batas waktu yang ditentukan
Data dukung : SPM, SP2D, UP/TUP
8. Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran
belum/tidak disetor ke kas negara/daerah
Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun
anggaran sudah disetor ke kas negara/daerah
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 45
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
Data dukung : SSPB
9. Kepemilikan aset tidak /belum didukung bukti yang sah Kepemilikan aset sudah didukung bukti y ang sah
Data dukung : SK pena nggungjawab BMN,
sertifikat, PSP,
10. Pengalihan/revisi anggaran tida k sesuai ketentuan Pengalihan/revisi anggaran sudah sesuai ketentuan
Data dukung : CHR revisi rkak l
11. Kesalahan pembebanan anggaran dan pelampauan terhadap pagu anggaran
Tidak terdapat esalahan pembebanan anggaran dan pelampauan terha dap pagu anggara n
Data dukung : Laporan Realisasi Anggara n
12. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Pelaksanaan belanja sesuai mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Data dukung : LHP itjen, LHP BPK, SK penetapan pejabat pengelola anggaran, Berita acara Stock opname, calk di LK,
13. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran
Sudah ada pe misahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran
Data dukung : SK penetapan pejabat pengelola
anggaran
14. Pelaksanaan pemisahan tugas dan fungs i pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran tidak/kurang memadai
Pelaksanaan pemisahan tugas dan fungs i pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran sudah memadai
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 46
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
Data dukung: SK penetapan pejabat pengelola anggaran
15. Penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak s esuai peruntukan
Penggunaan anggaran sudah tepat sasaran/sudah sesuai peruntukan
Data dukung : LHA Itjen dan LHA BPK
D. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
1. Penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke kas negara
Penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan sudah ditetapkan dipungut/diterima / disetor ke kas negara
Data dukung : SSBP, berita acara pem eriksaan/penerimaan hasil pekerjaan, LHA itjen, LHA BPK
2. Penggunaan langsung terhadap penerimaan negara Penggunaan langsung terhadap penerimaan negara
Data dukung : laporan simponi dan laporan
penggunaan dana PNBP
3. Penerimaan negara diterima atau digunakan oleh instans i yang tidak berhak
Tidak ada
4. Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari
ketentuan
Data dukung : LHA itjen, LHA BPK
5 Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan, serta penggunaan Penerimaan negara tidak sesuai ketentuan
Mekanisme pemungutan, peny etoran, dan pelaporan, se rta penggunaanPenerimaan negara sesuai ketentuan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 47
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
Data dukung : LHA itjen, LHA BPK
E. Akuntansi dan Pelaporan
1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat Pencatatan dapat dilakukan ata u tidak akurat
Data dukung : BAR internal dan eksternal, CHR LK Itjen
2 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan Proses penyusunan laporan sudah sesuai ketentuan
Data dukung : LK sesuai PMK 177 tahun 2015
3 Entitas terlambat menyampaikan laporan Entitas terlambat menyampaikan laporan
Data dukung : BAR e-Rekon
4 Pelaporan tidak/belum mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku
Pelaporan sudah mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku
Data dukung : LK sesuai PMK 177 tahun 2015, CHR LK
5 Pelaporan belum didukung SDM yang memadai Pelaporan sudah diduk ung SDM yang memadai
Data dukung : SK SAI
6 Perhitungan penyusutan tidak sesuai ketentuan Perhitungan penyusutan sudah sesuai ke tentuan
Data dukung : Aplikasi simak BMN
7 Pengelolaan BMN termasuk persediaan belum dilakukan seca ra mema dai
Pengelolaan BMN termasuk persediaan sudah dilakukan sec ara mem adai
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 48
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
Data dukung : laporan barang persediaan di aplikasi perse diaan
F. Kerugian Negara
1 Belanja atau pengadaan barang /jasa fiktif Tidak ada belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif
Data dukung : LHP
2 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan
Rekanan pengadaan barang/jasa tidak men yelesaikan pekerjaan
Data dukung : LHA & LHP Itjen BPK
3 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
Data dukung : LHA & LHP Itjen BPK
4 Kelebihan pembayaran selain kekuranga n volume pekerjaan dan/atau barang
Kelebihan pembayaran selain kekuranga n volume pekerjaan dan/atau barang
Data dukung : LHA & LHP Itjen BPK
5 Pem ahalan harga (Mark up) Pem ahalan harga (Mark up)
Data dukung : LHA & LHP Itjen BPK
6 Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi
7 Pem bayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/atau melebihi standar yang ditetapkan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 49
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
8 Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak
9 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
10 Penjualan/pertukaran/penghapusan aset negara tidak sesuai ketentuan dan merugikan Nega ra
11 Penyetoran penerimaan negara dengan bukti fiktif
12 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan barang/jasa tetapi pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya
13 Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan bara ng hasil pengadaan yang telah rusak selama masa pem eliharaan
14 Aset dikuasai pihak lain
15 Pem belian aset yang berstatus sengketa
16 Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk men yerahkan aset kepada Negara
17 Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran untuk pekerjaan yang belum selesai
G. Kepegawaian
1 Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam kerja Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam
kerja
Data dukung : data presensi/hasil finger print
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 50
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
2 Dala m menjalankan tugas dan fungsi, terdapat pegawai yang tidak sesuai dengan kompetensinya
Dala m menjalankan tugas dan fungsi, terdapat pegawai yang sesuai dengan kompetens inya
Data dukung : SKP
3 Instansi belum mempunyai rencana pengembangan pegawai
Instansi sudah mempunyai rencana pengembangan pegawai
Data dukung : usulan pengembangan SD M di Bag.
kepeg
4 Terdapat pegawai yang tidak memenuhi k ewajiban dan
melanggar larangan te tapi belum dijatuhi hukuma n disiplin
Terdapat pegawai yang tidak memenuhi k ewajiban
dan melanggar larangan tetapi belum dijatuhi hukuman disiplin
Data dukung : laporan/validasi absensi, SP ringan/sedang/berat
5 Terdapat pegawai yang belum menjalankan tugas dan fung sinya
Terdapat pegawai yang menjalankan tuga s dan fung sinya
Data dukung : SKP
H. Kinerja
1 Terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan tugas dan fung si instans i
Terdapat kegia tan yang sesuai dengan tugas dan fung si instans i
Data dukung : renstra, LKJ
2 Terdapat kegiatan belum dilaksanakan dan melewati batas
waktu yang telah ditetapkan
Terdapat kegiatan belum dilaksanakan dan
melewati batas waktu yang telah ditetap kan
Data dukung : ROK, laporan form DA, sip monev, edalwas
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman 51
No Kelompok/Uraian Risiko Komentar/Ca tatan
3 Terdapat kegiatan sudah dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan jadwal tahapan yang telah ditetapkan
Terdapat kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal tahapan yang telah ditetapkan
Data dukung : ROK, laporan form DA, sip monev, edalwas
4 Terdapat kegia tan yang tidak dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan
Terdapat kegia tan yang tidak dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan
Data dukung : LKJ, ROK, laporan form DA , sip monev, edalwas
5 Terdapat kegiatan, dalam pelaks anaannya menyimpang sehingga kemungkinan mengakibatkan tujuan tidak dapat dicapai
Terdapat kegia tan, dalam pelaksanaannya men yimpang sehingga kemung kinan men gakibatkan tujuan tidak dapat dicapai
Data dukung : LKJ
top related