kursus pelatih resimen mahasiswa “ wira makara ” universitas indonesia

Post on 22-Feb-2016

94 Views

Category:

Documents

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

METODE PSYWAR & SHOCKTHERAPHY Dalam budaya komunikasi Menwa UI. Kursus Pelatih Resimen Mahasiswa “ Wira Makara ” Universitas Indonesia. Andry Virhansyah, S. Si. G’96 – G9604 GMC UI Layu Kasie II/Operasi. Tujuan Pengajaran Umum. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Kursus PelatihResimen Mahasiswa “Wira Makara”

Universitas Indonesia

Andry Virhansyah, S. Si.G’96 – G9604 GMC UILayu Kasie II/Operasi

METODE PSYWAR&

SHOCKTHERAPHYDalam budaya komunikasi

Menwa UI

Tujuan Pengajaran UmumPeserta mengerti tentang konsep dasar dari

kedua hal tersebut dan dapat menerapkannya dalam kaitannya sebagai

Pelatih di Resimen Mahasiswa Wira Makara Universitas Indonesia

Tujuan Pengajaran Khusus

“Knowwhen to use it

and know when to stop”

Prinsip Dasar

“Segala sesuatu berawal dari niat”

Nilai Dasar

KETULUSAN!!!

PSYWAR• Secara Terminologi berarti Perang

Psikologis/Perang Urat Syaraf/Perang Ideologi

• Adalah cara mengarahkan atau membentuk mindframe dari seseorang atau sekumpulan orang untuk mengikuti apa yang dikehendaki seseorang atau sekumpulan orang yang lain.

• Membenturkan ideologi/pemahaman seseorang/kelompok dengan ideologi/pemahaman yang kita miliki sehingga muncul pertentangan, di mana pada akhirnya mereka mau menerima ideologi kita dan melaksanakannya.

• Berlaku universal, artinya proses ini dilakukan oleh berbagai pihak dalam mempengaruhi pihak lain.

• Dalam dunia militer, dikenal dengan istilah “Indoktrinasi”, dalam dunia marketing dikenal dengan istilah “Branding”, dalam dunia sosial dikenal dengan istilah “Provokasi”, dalam dunia ke-humas-an dikenal dengan istilah “Propaganda”

Bentuk-bentuk Psywar• Audio, bentuknya hanya melalui suara, bisa

hanya dengan memperdengarkan suara secara terus menerus atau dengan perintah lisan yang diulang-ulang

• Visual, bentuknya bisa dengan tulisan, gambar, atau film singkat tanpa suara

• Audio Visual, bentuknya dengan suatu yang lebih lengkap dari kedua bentuk diatas, meliputi segala aspek panca indra. Contohnya dengan film lengkap dengan suara, atau role model

Testimony

“Dulu waktu saya menjadi Caang Menwa, sebulan sebelum pelaksanaan pembaretan,

suasana pembaretan sudah terasa saat saya memasuki Mako

Menwa UI.”

(8AV/Layu S-2)

Mengapa ?• Saat memasuki Mako, ada pamflet-pamflet di papan

pengumuman dan di beberapa tempat yang massage-nya mengingatkan seluruh anggota akan pelaksanaan Pembaretan.

• Sudah ada tulisan yang membatasi wilayah gerak peserta baret. Terjadi pemisahan yang jelas diruangan mana saja calon peserta Baret boleh beraktifitas

• Para senior yang mendadak ‘jaga jarak’ terhadap peserta baret.

• Intensitas Binjas/Latihan Fisik semakin tinggi

• Apel Pengecekan dilaksanakan seminggu 2 (dua) kali, meliputi kesiapan personil dan peralatan

• Danki baret yang semakin keras melatih peserta baret

• Kami dipaksa untuk menghafal semua lagu-lagu Mako, Danki selalu bilang “Ikut Baret tidak hafal lagu, mati kamu!”

• Semakin dekat waktu pelaksanaan pembaretan, suhu mako semakin tinggi. Semua senior di Mako semakin “galak” terhadap peserta baret. Tidak ada toleransi untuk setiap kesalahan.

ANEHNYA . . . . .

“KAMI TIDAK PERNAH BERFIKIR UNTUK

MUNDUR !!!”

Mengapa ?• Proses tadi berlaku sebagai sebuah

sistem. Tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja, tapi semua Senior/Satgas di Mako melakukan proses yang sama

• Ada nuansa ketulusan terasa justru saat “suhu mako makin memanas”.

Breakdown• Visual

1. Pamflet yang massage-nya mengarahkan mindframe seluruh sistem Mako untuk mempersiapkan fisik dan mental serta menjaga

kebersamaan menuju pelaksanaan pembaretan

2. Tulisan tentang area Peserta dan area Satgas massage-nya adalah membentuk iklim pendidikan dimana salah satu komponennya adalah Wibawa Satgas.

• AudioIntensitas suara tegas maupun bentuk-bentuk bentakan semakin sering terdengar. Ini justru berguna untuk mempersiapkan mental peserta menuju pembaretan

• Audio VisualSemakin tingginya intensitas Binjas dan Apel Pengecekan justru memperlihatkan “Role Model” kepada peserta bahwa persiapan memang dilakukan maksimal tidak hanya di tingkat peserta namun juga di tingkat Satgas. Disini justru terlihat “pengorbanan” yang dilakukan Danki dan Satgas mengawal kegiatan pembaretan. Disini justru nuansa ketulusan semakin terasa.

Hasilnya. . .Sosok Anggota Menwa UI

yang mampumeredam sisi negatif

dari seragam hijauyang dikenakannya. . .

Teori Mata PedangDisadari atau tidak, saat kita pakai seragam,ada beberapa fasilitas yang akan kita dapat.Justru ini dapat menimbulkan kesombongan atau sifat negatif dalam diri kita.

HATI – HATI ! ! !

Role Modelnya . . .Orang-orang yang saat ini ada

didepan,disamping,

ditengah-tengah, dan dibelakang

kalian. . .

Visual PsywarAda beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya

psywar dalam bentuk tulisan (visual) di Mako, meliputi: a. Semantik, yaitu efek yang ditimbulkan berdasarkan

penggunaan kata, gaya bahasa, tanda baca, atau bahkan gambar

b. Penempatan, yaitu efek yang ditimbulkan berdasarkan penempatan dalam kaitannya dengan tata ruang mako dan unsur yang beraktifitas di dalamnya

c. Timing, yaitu efek yang ditimbulkan berdasarkan dimensi waktu dimunculkannya

d. Aspek Legal, yaitu siapa atau unsur apa yang mengeluarkan.

Semantik

• Efek yang ditimbulkan berdasarkan penggunaan kata (gaya bahasa), tanda baca, atau bahkan gambar

• Perhatikan keempat pamflet dibawah ini dan bandingkan efeknya

TEGAKKAN PPM

TEGAKKAN PPM!

Pamflet 1:

Pamflet 2:

TEGAKKAN PPM!!!

TEGAKKAN PPM!!!Pamflet 3:

Pamflet 4:

• Secara semantik, penggunaan tanda baca maupun ikon/gambar memunculkan efek penekanan/pressure yang berbeda. Ini dimaksudkan bahwa pamflet tersebut berfungsi untuk mengingatkan tentang pentingnya aturan dimaksud ditegakkan atau dilaksanakan.

• Efek penekanan terbesar ada di pamflet nomor 4.

Pamflet 5:

Pamflet 6:

!

• Pada pamflet nomor 6, penggunaan tanda seru malah membuat makna dari pamflet ini menjadi rancu. Penggunaan kata “harap” bermakna “himbauan”, sementara penggunaan “tanda seru” (!) bermakna “perintah”.

• Berdasarkan EYD, kata keterangan “di” bila dirangkai dengan kata kerja, penulisannya harus disambung. Penulisan “di lepas” yang benar adalah “dilepas”

• Semantik yang benar terdapat pada pamflet nomor 5

Pamflet 7:

Pamflet 8:

?

• Kalimat pada pamflet nomor 7 tidak jelas apakah bermakna pertanyaan atau pernyataan. Bila melihat teknik penulisannya, ini termasuk pada gaya bahasa sarkastik, artinya bermaksud menegur secara halus untuk mengingatkan siapapun yang berada di ruangan atau di depan cermin itu tentang sistem nilai yang berlaku di mako, yaitu kerapihan dalam berpakaian.

• Pada kondisi ini seharusnya kalimat itu bernada pertanyaan, sehingga untuk menegaskan pesan yang disampaikan, seyogyanya kalimat itu ditutup dengan tanda tanya seperti yang terdapat pada pamflet nomor 8

Pamflet 9:

• Gaya bahasa militer adalah gaya bahasa yang singkat, jelas, padat. Penekanan pada penggunaan kata dan tanda baca serta ikon berguna untuk mempertegas isi dari pamflet, apakah bersifat perintah, nasihat, atau himbauan tanpa meninggalkan prinsip gaya bahasa tadi.

• Pada pamflet nomor 9, pesannya adalah keamanan dari kamar staff. Seharusnya ini yang ditekankan, tidak perlu menampilkan efek atau akibat yang dapat muncul apabila ini tidak dilakukan.

• “Kamar Staff harus selalu dikunci”, kalimat ini adalah pesan yang ingin disampaikan

• “Agar tidak terjadi kehilangan”, adalah efek yang dapat timbul dari tidak dijalankannya massage yang ada di kalimat pertama

• Kalimat kedua dapat digantikan dengan hanya menggunakan tanda seru (!) di akhir kalimat pertama. Contoh, “Kamar Staff harus selalu dikunci!”

Penempatan

• Efek yang ditimbulkan berdasarkan penempatan dalam kaitannya dengan tata ruang mako dan unsur yang beraktifitas di dalamnya

Denah Mako

Area Publik

Jenjang Hirarkhis Ruangan

Hirarki Paling Tinggi

Hirarki MediumHirarki Paling rendah

• Tingkatan penekanan pesan yang muncul pada pamflet di setiap ruangan dibedakan berdasarkan hirarki ruangan.

• Untuk tingkatan pressure tertinggi ada di ruang Caang sebagai elemen terendah di mako.

• Untuk area Medium dan Tinggi diberikan penekanan pesan dengan efek himbauan. Diusahakan bahasa komunikasi yang digunakan adalah bahasa dengan tingkatan positif. Hindari penggunaan kata dengan efek negatif, seperti “jangan, dilarang, dll.”

Dimensi Waktu• Efek yang ditimbulkan berdasarkan waktu

dimunculkannya. Harus diperhatikan masalah masa kadaluarsa dari pamflet, jangan sampai terjadi pamflet untuk sebuah kegiatan dipasang melebihi waktu pelaksanaan.

• Untuk pamflet yang pesannya berlaku selamanya, tidak perlu memunculkan tanggal atau tahun

Aspek Legal

• Siapa atau unsur apa yang mengeluarkan. Ini penting untuk menegaskan efek apa yang diharapkan muncul kepada siapapun yang membaca termasuk siapa yang bertanggung jawab atas isi dari pamflet tersebut.

Pamflet 5:

• Hindari penggunaan logo pada pamflet di lingkungan internal mako. Logo lebih berfungsi ketika digunakan dalam kaitan surat-menyurat.

• Hindari penggunaan waktu untuk pamflet yang masa berlakunya jangka panjang. Pada pamflet diatas, pesannya ditujukan untuk keperluan jangka panjang, jadi tidak perlu muncul tahun (ex. Kompi Markas 2010). Aspek waktu disini hanya membuat rancu apakah pesan ini dibuat tahun 2010, untuk berlaku pada tahun 2010, atau yang mengeluarkan adalah Kompi Markas Angkatan tahun 2010.

Audio Psywar

Sementara ini tidak ada bentuk audio/non verbal psywar dalam kehidupan mako.

Audio Visual Psywar

Bentuknya adalah kegiatan keseharian di mako yang merepresentasikan sistem nilai dan budaya yang berlaku di mako, seperti berpakaian rapih pada jam dinas, adanya petugas piket, prosesi penaikan dan penurunan bendera.

Jam Dinas• Jam dinas di Mako adalah dari jam 08.00 WIB

– 17.00 WIB. Pada jam ini diusahakan anggota berpakaian rapih terutama petugas piket, kecuali bila ada kegiatan lapangan seperti binjas.

• Petugas piket mengenakan atribut berdasarkan PUDD.

• Bentuk kegiatan ini merepresentasikan budaya organisasi Menwa UI

Piketer• Terdiri atas Piket Siang dan Malam. Piket siang terdiri

atas dua sesi, sesi pagi dan sore. Sesi pagi dari jam 08.00 – jam 13.00 WIB. Sesi siang dari jam 13.00 – jam 18.00 WIB. Piket malam dari jam 18.00 – 22.00 WIB.

• Piketer siang berpakaian bebas rapih, mengenakan name tag piket dan selendang piket, piketer malam mengenakan PDL lengkap, selendang piket, dan ban biket

• Piketer bertugas menerima tamu, mengontrol buku piket, mencatat kehadiran tamu/alumni, membuat berita acara kejadian luar biasa di lingkungan mako

Buku Piket

• Anggota dibiasakan mengisi buku piket setiap merapat dan akan meluncur dari Mako. Untuk alumni, kegiatan ini dilakukan oleh piketer

• Buku piket berfungsi untuk memantau keaktifan anggota, presensi alumni/tamu, selain itu juga berfungsi sebagai buku laporan berita acara kejadian luar biasa di sekitar mako.

PPM

• Proses pemberian penghormatan kepada anggota yang lain setiap merapat atau meluncur dari mako, atau bertemu dengan anggota lain selama di mako adalah salah satu budaya dasar yang merepresentasikan ikatan batin dan emosional di keluarga besar Menwa UI

Prosesi Penaikan dan Penurunan Bendera Merah Putih

• Kebiasaan penaikan dan penurunan bendera merah putih setiap jam 6 pagi dan sore hari merupakan aktifitas yang merepresentasikan kehidupan markas kepada masyarakat umum

SHOCKTHERAPHY• Secara Terminologi berarti Terapi Kejut

• Adalah metode yang sering dipergunakan dalam Metode Pendidikan Militer. Berguna untuk pembentukan suasana pendidikan, karakter, mental seseorang dalam Pendidikan Militer.

Tujuan Pengajaran Khusus

“Knowwhen to use it

and know when to stop”

Prinsip Dasar

“Segala sesuatu berawal dari niat”

Nilai Dasar

KETULUSAN!!!

Bentuk – Bentuk Shocktheraphy

• Suara Keras/Bentakan Individual• Komando Massal

• Intinya adalah menguras habis mental dan fisik mereka dengan tetap menanamkan nilai/value yang kita punya.

Transfer Nilai/Value

• Ketika seseorang menjadi seorang Calon Anggota Menwa, mereka akan memasuki dunia yang sedikit berbeda. Dunia mahasiswa yang sarat dengan perilaku ilmiah, dan dunia militer yang sarat dengan Doktrin.

• Dua dunia yang saling bertolak belakang muncul dalam sosok seorang Resimen Mahasiswa.

Strategic Model

MAHASISWA

Sarat Perilaku Ilmiah, meliputi Analisa,

Hipotesa, Percobaan,Kesimpulan

RESIMEN

Sarat Perilaku Hierarkhis Komando

RESIMEN MAHASISWA

Bagaimana menyatukannya ?

• Kuncinya ada di transfer Nilai/Value.

• Metodenya INDOKTRINASI

Permasalahannya . . .

• Transfer Nilai/Value merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan banyak hal. Moril, Materil, dan Infrastruktur adalah komponennya.

• Caang datang dari strata masyarakat yang berbeda. Terbentur dengan kebijakan perkuliahan yang semakin berat dan waktu perkuliahan yang semakin singkat

• Caang sendiri datang dengan motivasi yang berbeda-beda.

• Yang harus kita lakukan adalah bukan membiarkan mereka yang memberikan warna pada organisasi kita. Tapi kita yang harus mentransfer nilai/value yang kita punya ke mereka.

• Diksar adalah pintu gerbang pendidikan Menwa.

Tahapannya . . .

• Kuras habis idealisme yang mereka dengan cara menguras habis mental, emosi, memori, dan fisik mereka. Dengan cara ini, akan lebih mudah kita untuk memasukkan nilai/value yang kita punya.

Jenis Kegiatan di Menwa UI• Pendidikan, adalah kegiatan yang berfungsi

untuk melakukan proses pembentukan dan transfer nilai/value. Pada tahap ini mekanisme psywar dan shocktheraphy diberlakukan secara sistem secara maksimal. Berdasarkan SKB 3 Menteri 1994, kegiatan pendidikan di Resimen Mahasiswa meliputi Diksarmil, Suskalak, dan Suskapin. Di Menwa UI, tradisi pendidikan ada pada kegiatan Pradiksarmil, Diksarmil, Badge dan Baret

• Pelatihan/Kursus, adalah kegiatan yang bersifat penambahan atau penyegaran skill individu. Pada tahap ini tidak memerlukan mekanisme psywar dan shocktheraphy setingkat pendidikan. Contoh kegiatan ini adalah Suspelat, KDS, pelatihan menembak, kolone senjata, dll

• Pembinaan, adalah kegiatan yang mengarah kepada proses membentuk dan menjaga kebersamaan dan kekompakan.

• Pengabdian, adalah kegiatan yang berguna untuk menambah added value dari pendidikan di Menwa dan membentuk karakter spiritual anggota Menwa

• Kerja, adalah kegiatan yang berasal dari luar Mako dan menghasilkan uang.

Organisasi Kegiatan

• Sebagai sebuah organisasi, setiap kegiatan yang melibatkan anggota secara formal mutlak memerlukan satgas. Ini dimaksudkan agar jalannya kegiatan tidak keluar dari jalur yang sudah ditetapkan

Rencana Operasi

• Perbedaan mendasar antara kegiatan pendidikan dengan non pendidikan adalah adanya waktu untuk melakukan pressure yang dialokasikan dalam rencana operasi. Sekali lagi ini berlaku secara sistem

Pakem Dasar Renops Pendidikan

• Adanya Upacara Pembukaan dan Upacara Penutupan

• Adanya minggar/masa penyegaran, adalah tahapan dasar yang mengawali sebuah paket pendidikan. Berguna untuk me-reorientasi kesiapan mental peserta dalam menghadapi pendidikan.

• Adanya Jam Komandan, Jam Satgas, dan Jam Provoost. Berguna untuk memperlihatkan unsur-unsur penyelenggara pendidikan dan yang bertanggung jawab atas jalannya pendidikan

• Adanya Stelling, berguna untuk tetap menjaga awareness dari peserta terhadap suasana pendidikan

“Knowwhen to use it

and know when to stop”

Self Kontrol

• Jaga Niat Awal• Berusaha untuk Tulus• Kenali batas fisik dan emosi Caang.

Posisikan mereka saat kita menjadi Caang. Intinya adalah kenali batas kemampuan diri kita, dengan begitu kita akan bisa mengenali batas kemampuan Caang.

How ?• Lepaskan energi yang kita punya, dengan

tetap mengontrol emosi kita. Salurkan dalam bentuk bentakan, perintah-perintah, dengan tetap berpegang pada jalur komando. Setiap perintah harus dengan tujuan yang jelas, intinya adalah kebersamaan, respek, dan loyalitas

• KONTROLNYA ADALAH HATI NURANI ANDA ! ! !

• Tetap berpegang pada Rencana Operasi. Shocktheraphy hanya dapat anda lakukan pada saat-saat tertentu saja. Pada sesi Minggar, Penyambutan Kima, dan Stelling, keluarkan enerji anda dengan tetap kontrol emosi anda. Pada sesi lain, lakukan hanya saat dibutuhkan.

• Kenali batas kemampuan anda, jangan berikan beban melebihi batas yang anda kenali

• Jangan melangkahi batas wewenang anda. Tetap berpegang pada jalur komando.

• Bila anda merasa anda lepas kontrol, namun tidak ada kawan anda yang mengingatkan, segera mundur ! ! ! Serahkan pada yang lain.

“Knowwhen to use it

and know when to stop”

top related