kritik terhadap pemiskinan koruptor sebagai … filekritik terhadap pemiskinan koruptor sebagai...
Post on 29-May-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KRITIK TERHADAP PEMISKINAN KORUPTOR SEBAGAI
SALAH SATU HUKUMAN ALTERNATIF DALAM
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI INDONESIA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Penegakan
Hukum Dalam Kejahatan Korupsi, Semester Ganjil, Tahun Akademik
2017/2018
Disusun oleh:
Muhammad Nur Jamaluddin
NPM. 1510000126
Kelas N
Dosen:
Murshal Senjaya, S.H.,M.H.
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Pemiskinan Koruptor Sebagai Salah Satu Hukum
Alternatif Dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia”. Sesuai dengan namanya,
sebuah makalah memang tidak dimaksudkan sebagai buku materi atau buku
panduan, melainkan didalamnya terdapat pembahasan dan rincian-rincian
mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis dapatkan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan,
baik dalam penyusunan, pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan
tetapi, berkat pertolonganNyalah akhirnya makalah ini dapat penulis selesaikan
sesuai yang diharapkan. Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan pada rincian-
rincian data yang telah penulis dapatkan dari berbagai sumber.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Murshal Senjaya, S.H.,M.H., sebagai dosen mata kuliah Penegakan Hukum
Dalam Kejahatan Korupsi yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan,
serta memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya makalah ini.
3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan
support semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis memahami dan menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Namun, penulis telah berusaha menyusun makalah dengan usaha terbaik yang
penulis miliki. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap yang
telah mendukung terselesaikannya makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Alamiin Ya Mujibas
Sailin.
Bandung, 26 November 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan .............................................................................................. 5
BAB II PEMEBAHSAN ...................................................................... 6
A. Penjelasan Mengenai Tindak Pidana Korupsi .................................. 6
B. Konsep Pemiskinan Koruptor .......................................................... 8
C. Implementasi Sanksi Pidana Pemiskinan Koruptor di Indonesia .... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... iii
A. Buku-buku ....................................................................................... iii
B. Peraturan Perudang-undangan ........................................................ iii
C. Sumber Lainnya ............................................................................... iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Korupsi
sudah berkembang di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini
jelas sangat merugikan perekonomian negara serta menghambat jalannya
pembangunan bagi negara Indonesia. Tindak pidana korupsi telah dianggap
sebagai “extraordinary crime” atau kejahatan luar biasa.1
Pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia telah diatur dalam
hukum positif yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Dalam undang-undang tersebut terdapat sanksi pidana yang
penerapannya dilakukan secara kumulatif.2
Korupsi di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dan sulit
untuk diberantas. Pada tahun 2012, Indonesia Corruption Watch (ICW)
menemukan 285 kasus korupsi yang merugikan negara hingga Rp 1,22 triliun.
ICW mencatat jumlah tersangka korupsi mencapai 597 orang.3 Dari hasil
1 Yopie Morya Immanuel Patiro, Diskresi Pejabat Publik dan Tindak Pidana Korupsi, CV
Keni Media, Bandung, 2012, hlm. 153. 2 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. 3 Indonesia Corruption Watch, Basa-basi Berantas Korupsi,
http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=13&artid=9426,
diakses pada Minggu, 26 November 2017 pukul 20.34 WIB.
2
temuan ICW tersebut, perkembangan meningkatnya kasus korupsi perlu
dilakukan upaya pencegahan dan mengurangi terjadinya kasus korupsi.
Salah satunya tidak terlepas dari sanksi hukum yang dijatuhkan bagi pelaku
korupsi atau yang biasa disebut koruptor. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31
Tahun 1991 tentang Pemberantasan Korupsi memuat berbagai macam
sanksi yang memungkinkan dijatuhkannya pidana seumur hidup bagi para
koruptor. Pada faktanya indeks korupsi di Indonesia tidak juga turun.
Sanksi dalam undang-undang terkait tindak pidana korupsi belum
mampu mengurangi tindak pidana korupsi. Sangat diperlukan terobosan baru
dan tindakan konkret untuk mengatasi korupsi. Belakangan ini, ada cara
alternatif yang diwacanakan oleh para pengamat hukum supaya aparat penegak
hukum menggunakan sanksi pemiskinan koruptor. Wacana pemiskinan
koruptor ini semakin meluas ketika Kamis, 1 Maret 2012 lalu hakim Pengadilan
Tipikor Jakarta menjatuhkan vonis enam tahun penjara bagi Gayus Tambunan,
denda Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan menyita harta Gayus,
termasuk rumah mewah terpidana di Kelapa Gading Jakarta Utara. Gayus
terbukti melakukan korupsi dan pencucian uang saat berstatus sebagai pegawai
pajak. Vonis tersebut adalah vonis keempat yang diterima Gayus. Sebelumnya,
Gayus juga divonis untuk tiga perkara lain, yakni pemalsuan paspor,
penggelapan pajak, dan penyuapan dengan total hukuman selama 22 tahun.
3
Kasus Gayus tersebut bisa dijadikan momentum awal untuk melakukan
pemiskinan koruptor.4
Kemudian Selasa, 8 Juli 2014 menurut Ranu, Djoko dieksekusi begitu
KPK menerima putusan majelis hakim Mahkamah Konstitusi pada Juni lalu.
Dalam amar putusannya, majelis hakim MA menguatkan putusan Pengadilan
Tinggi DKI Jakarta yang menghukum Djoko dengan pidana 18 tahun penjara
dan denda Rp 1 miliar serta hukuman pengganti Rp 32 miliar. Meskipun tidak
dengan suara bulat, MA tetap mencabut hak Djoko Susilo untuk memilih dan
dipilih dalam jabatan publik.5
Selanjutnya, 8 April 2015 Mantan Menpora Andi Mallarangeng resmi
menyandang status koruptor seiring permohonan kasasinya yang ditolak
Mahkamah Agung (MA). Ia terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan korupsi pada kasus Hambalang. Perkara ini baru saja diketok oleh
majelis hakim yang diketuai Zaharuddin Utama dengan anggota Krisna
Harahap dan Surachmin. Dengan putusan ini, Andi Mallarangeng tetap harus
menjalani hukuman selama 4 tahun penjara dan membayar denda Rp 200 juta.6
Setelah itu, 8 Juli 2015 majelis hakim berkeyakinan bahwa Anas telah
melakukan perbuatan sebagaimana diatur dan diancam secara pidana dalam
Pasal 12 huruf a Undang-Undang TPPU jo Pasal 64 KUHP, Pasal 3 Undang-
4 Dalam http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/178_MENGAPA-
SESEORANG-
KORUPSI.pdf diakses pada Minggu, 26 November 2017 pukul 20.47 WIB. 5 Putusan Berkekuatan Hukum Tetap,
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/08/19441561/Putusan.Berkekuatan.Hukum.Tetap.KPK.
Eksekusi.Djoko.Susilo, dikases pada Minggu, 26 November 2017 pukul 20.53 WIB. 6 Kasasi Ditolak, Andi Mallaranggeng Tetap DIhukum 4 Tahun,
https://news.detik.com/berita/d-2881640/kasasi-ditolak-andi-mallarangeng-tetap-dihukum-4-tahun,
diakses pada Minggu, 26 November 2017 pukul 20.51 WIB.
4
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, serta Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003.7
Kemudian, 17 Januari 2016 Mantan Menteri Agama, Suryadharma Ali
divonis enam tahun hukuman penjara dan denda Rp300 juta subsider selama
tiga bulan terkait kasus korupsi. Hakim juga memutuskan Suryadharma harus
membayar kerugian negara sebesar Rp1,8 miliar dengan pengganti pidana
penjara selama dua tahun.8
Pemiskinan koruptor memiliki potensi yang besar untuk memberantas
korupsi di Indonesia. Secara manusiawi tidak ada orang yang ingin miskin.
Tentu koruptor yang biasa hidup berkecukupan bahkan cenderung mewah
akan takut hidup miskin. Pemiskinan koruptor harus dikukuhkan dalam
sebuah aturan yang jelas agar tetap berada pada koridor asas-asas hukum
dan tidak mengarah pada pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia). Pada saat
koruptor dimiskinkan maka bukan hanya koruptur secara pribadi yang
merasakan efeknya, tetapi juga keluarganya ikut merasakan.9
7 Hukuman Anas Urbaningrum Menjadi 14 Tahun, Bayar 57 M dan Hak Dipilih Dicabut,
http://nasional.kompas.com/read/2015/06/08/20072581/Hukuman.Anas.Urbaningrum.Jadi.14.Tah
un.Bayar.Rp.57.M.dan.Hak.Dipilih.Dicabut, diakses pada Minggu, 26 November 2017 pukul 20.57
WIB. 8 Mantan Menteri Agama Syuryadharma Ali DIvonis 6 Tahun Penjara,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160111223215-12-103605/mantan-menteri-agama-
suryadharma-ali-divonis-6-tahun-penjara/, diakses pada Minggu, 26 November 2017 pukul 21.00
WIB. 9 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 73.
5
Kasus korupsi sudah menjadi masalah yang menghambat
pembangunan nasional. Korupsi juga dapat melemahkan sendi-sendi
kehidupan di dalam masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan pemaparan tersebut du atas, Penulis tertarik untuk
mengkajinya dalam bentuk Makalah dengan judul “Kritik Tehadap
Pemiskinan Koruptor Sebagai Salah Satu Hukum Alternatif Dalam
Pemberantasan Korupsi di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai tindak pidana korupsi?
2. Bagaimana konsep pemiskinan koruptor?
3. Bagaimana implementasi sansksi pidana pemiskinan koruptor di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengatahui penjelasan mengenai tindak pidana korupsi.
2. Untuk mengatahui konsep pemiskinan koruptor.
3. Untuk mengatahui implementasi sansksi pidana pemiskinan koruptor di
Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Mengenai Tindak Pidana Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” atau “coruptus” yang
berarti kerusakan atau kebobrokan. Arti secara harafiah korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan korupsi adalah perbuatan buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang dan sebagainya.1 Adapun arti dari korupsi
dapat berupa:
1. Perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya).
2. Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Jenis tindak pidana korupsi ada 7 (tujuh), yaitu2:
1. korupsi yang berkaitan dengan kerugian keuangan negara;
2. korupsi yang berkaitan dengan suap-menyuap;
3. korupsi yang berkaitan dengan penggelapan dalam jabatan;
4. korupsi yang berkaitan dengan perbuatan pemerasan;
5. korupsi yang berkaitan dengan perbuatan curang;
6. korupsi yang berkaitan dengan benturan kepentingan dalam pengadaan;
7. korupsi yang berkaitan dengan gratifikasi.
1 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 5. 2 Ibid, hlm. 6.
7
Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi adalah3:
1. Lemahnya pendidikan agama dan etika.
2. Tidak dapat membedakan milik pribadi dengan milik lembaga.
3. Kolonialisme.
4. Kurangnya pendidikan.
5. Kemiskinan.
6. Tidak adanya sanksi yang keras.
7. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku anti korupsi.
8. Struktur pemerintahan.
9. Perubahan radikal.
10. Keadaan masyarakat.
Akibat korupsi menimbulkan dampak negatif yang serius terkait
dengan permasalahan pembangunan nasional meliputi beberapa aspek, yaitu4:
1. kehidupan politik dan ekonomi nasional;
2. kebocoran anggaran pada organisasi atau administrasi pemerintahan;
3. terkoporasi pada kelemahan pengawasan pembangunan nasional.
3 Ibid, hlm. 7. 4 Ibid, hlm. 11.
8
B. Konsep Pemiskinan Koruptor
Dasar pemikiran munculnya wacana pemiskinan koruptor tidak lain
adalah pertama, karena para koruptor seperti tidak jera dan makin tahun
berjalan justru jumlah koruptor tampak tidak kunjung berkurang. Kedua, pidana
yang ada berupa penjara, denda, dan kewajiban membayar uang pengganti
dinilai kurang menjerakan. Ketiga, keunikan perilaku korupsi. Keempat,
wacana pemiskinan koruptor dipicu oleh banyaknya vonis hakim yang rendah
bagi koruptor.5
Pemikiran bahwa pemiskinan koruptor merupakan pelanggaran Hak
Asasi Manusia adalah sesuatu yang terlalu dibesar-besarkan. Pelanggaran
terhadap hak berbeda dengan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Ketika
orang berbicara hak, maka ada kewajiban. Koruptor punya hak, betul dan sudah
seharusnya Hak Asasi Manusianya dilindungi sebagai manusia, tetapi ketika
koruptor melakukan kejahatan maka dia sudah melanggar hak orang lain.
C. Implementasi Sanksi Pidana Pemiskinan Koruptor di Indonesia
Pemiskinan koruptor merupakan langkah dan terobosan baru dalam
memberantas korupsi. Banyak terdakwa kasus korupsi masih dapat menikmati
banyak fasilitas, meskipun telah berstatus sebagai narapidana. Ketika pidana
penjara sudah dirasakan tidak efektif dan tidak menjerakan koruptor, perlu
terobosan baru dan tindakan konkret. Sanksi pidana pemiskinan koruptor dirasa
5 Ibid, hlm. 27.
9
perlu diterapkan dalam beberapa kasus korupsi dengan harapan dapat
menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Pemiskinan koruptor di Indonesia dapat dilihat nyata dalam kasus
Angelina Sondakh. Angelina Sondakh didakwakan terkait kasus korupsi
penggiringan anggaran di Kemenpora dan Kemendiknas senilai 3 (tiga) miliar
rupiah. Dalam putusan pertama di Pengadilan Tipikor Jakarta, Angelina
Sondakh divonis dengan hukuman penjara 4 tahun 6 bulan. Vonis hakim ini
jauh lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntut
Angelina Sondakh dengan hukuman 12 (dua belas) tahun penjara. Angelina
Sondakh kemudian mengajukan kasasi yang ternyata hukumannya justru
diperberat dari 4 tahun 6 bulan menjadi 12 (dua belas) tahun penjara. Selain
itu juga dalam rangka pemiskinan koruptor, Angelina Sondakh didapuk
membayar uang pengganti sebesar Rp 12,58 miliar dan USD 2,35 juta. Walau
sebenarnya, putusan kasasi oleh Hakim Agung Artidjo merupakan tuntutan
Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang didakwakan kepada Angelina Sondakh
sebelumnya. Putusan Hakim Tipikor yang menghukumnya lebih rendah dari
tuntutan Jaksa dan putusan kasasi yang dipimpin oleh Hakim Agung Artidjo
mengukuhkan tuntutan JPU tersebut. Vonis hukuman pembayaran uang
pengganti sebesar Rp 12,58 miliar dan USD 2,35 juta dalam kasus Angelina
Sondakh ini tentu jauh dari angka besaran uang yang dikorupsi Angelina
Sondakh. Angelina Sondakh terbukti melakukan korupsi sebesar 3 (tiga) miliar
rupiah, namun hukuman pembayaran uang pengganti sangat jauh dari besaran
uang yang telah dikorupsi. Dari kasus Angelina Sondakh tersebut, sudah
10
menunjukkan iktikad dan juga tekad dari penegak hukum untuk memberantas
korupsi dengan menghukum koruptor seberat-beratnya dan juga pemiskinan
koruptor yang telah mengeruk uang rakyat dan menjarahnya. Pemiskinan
koruptor sangat jelas terlihat dalam kasus Angelina Sondakh tersebut.6
Sanksi pidana pemiskinan koruptor belum mendapatkan konsep yang
jelas dan mapan, bahkan belum ada persamaan persepsi diantara para pegiat
anti korupsi mengenai konsep pemiskinan ini. Banyak berbagai pihak yang
menyatakan setuju dengan adanya pemiskinan koruptor, namun disisi lain
juga terdapat berbagai pihak yang menyatakan tidak setuju dengan adanya
pemiskinan koruptor bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Pemiskinan koruptor yang selama ini dilakukan hanya dengan
perampasan aset hasil tindak pidana korupsi. Perampasan aset tersebut dengan
perampasan seluruh benda-benda yang merupakan hasil dari tindak pidana
korupsi dan/atau dengan pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai
dengan kerugian keuangan negara dari tindak pidana korupsi. Hal tersebut
tidak dapat dikatakan memiskinkan koruptor karena koruptor masih dapat
dengan bebas menggunakan aset yang dimilikinya yang tidak dirampas.
6 KPK Tempuh Upaya Banding Atas Kasus Anglina Sondakh,
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/01/11/kpk-tempuh-upaya-banding-atas-vonis-angelina-
sondakh, diakses pada Minggu, 26 November 2017 pukul 21.08 WIB.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan
memberikan dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari
tindak pidana korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan
baru dalam menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan
koruptor dapat dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak
pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor ini dinilai mampu
memberikan efek jera sekaligus sebagai bentuk mengurangi tindak pidana
korupsi.
2. Pemiskinan koruptor di Indonesia belum dilaksanakan secara tegas. Para
penegak hukum yang dalam penelitian ini yaitu jaksa dan hakim tidak
menjalankan sanksi pidana pemiskinan koruptor dalam memberantas tindak
pidana korupsi. Jaksa dalam menjatuhkan tuntutan pidana berpegang teguh
pada undang-undang begitu juga dengan hakim tipikor dalam menjatuhkan
vonis berpegang teguh pada undang-undang.
3. Pelaksanaan sanksi pidana pemiskinan koruptor hanya dengan perampasan
aset hasil tindak pidana korupsi yang besarnya disesuaikan dengan kerugian
keuangan negara. Hal tersebut tidak dapat dikatakan memiskinkan
koruptor karena hanya aset yang berasal dari tindak pidana korupsi saja
yang dirampas dan belum tentu si koruptor akan menjadi miskin.
12
Pemiskinan koruptor dilakukan dengan perampasan seluruh benda-benda
yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi dan/atau dengan
pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai dengan kerugian
keuangan negara yang diambil dan yang timbul dari tindak pidana korupsi.
Pemiskinan koruptor belum menjadi suatu terobosan hukum bagi penegak
hukum di Indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi.
B. Saran
1. Perlu adanya kerja sama baik di kalangan pemerintah, penegak hukum
maupun masyarakat dalam upaya perwujudan pemberantasan korupsi
supaya tujuan dalam pemberantasan korupsi dapat tercapai dengan baik.
2. Perlunya meningkatkan pemahaman konsep pemiskinan koruptor sebagai
alternative hukuman dalam pemberantasan korupsi sehinggan dapat
diimplementasikan secara optimal.
3. Perlu adanya ketegasan dalam pemberian sanksi terhadap koruptor salah
satunya pemiskinan koruptor dalam segala bidang aspek kehidupan guna
memberantas korupsi di Indonesia.
iii
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Patiro, Yopie Morya Immanuel. 2012. Diskresi Pejabat Publik dan Tindak
Pidana Korupsi, Bandung: CV Keni Media.
Hamzah, Andi. 2004. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana
Nasional dan Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
B. Peraturan Perunndang-undangan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
C. Sumber Lainnya
Indonesia Corruption Watch, Basa-basi Berantas Korupsi,
http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&ci
d=13&artid=9426.
Dalam
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/178_MENG
APA-SESEORANG-KORUPSI.
Putusan Berkekuatan Hukum Tetap,
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/08/19441561/Putusan.Berkeku
atan.Hukum.Tetap.KPK.Eksekusi.Djoko.Susilo.
iii
Kasasi Ditolak, Andi Mallaranggeng Tetap DIhukum 4 Tahun,
https://news.detik.com/berita/d-2881640/kasasi-ditolak-andi-
mallarangeng-tetap-dihukum-4-tahun.
Hukuman Anas Urbaningrum Menjadi 14 Tahun, Bayar 57 M dan Hak Dipilih
Dicabut,
http://nasional.kompas.com/read/2015/06/08/20072581/Hukuman.Anas.
Urbaningrum.Jadi.14.Tahun.Bayar.Rp.57.M.dan.Hak.Dipilih.Dicabut.
Mantan Menteri Agama Syuryadharma Ali DIvonis 6 Tahun Penjara,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160111223215-12-
103605/mantan-menteri-agama-suryadharma-ali-divonis-6-tahun-
penjara/.
KPK Tempuh Upaya Banding Atas Kasus Anglina Sondakh,
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/01/11/kpk-tempuh-upaya-
banding-atas-vonis-angelina-sondakh.
top related