koperasi berbasis modal sosial
Post on 30-Jul-2015
455 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DOSEN PEMBIMBING
Dr. SETIA P. LENGGONO
PENYUSUN
UMI LAILATUL MASFUFAH (13103009)
RUTH NOVIYANI SIMAMORA (13103007)
J A L A N T M P K A L I B A T A N O . 0 1 J A K A R T A S E L A T A N
2014
MODAL SOSIAL DALAM
PENGEMBANGAN KOPERASI Koperasi Berbasis Modal Sosial
KOPERASI LANJUTAN
DOSEN PEMBIMBING
Dr. SETIA P. LENGGONO
PENYUSUN
UMI LAILATUL MASFUFAH (13103009)
RUTH NOVIYANI SIMAMORA (13103007)
MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN KOPERASI
A. PENDAHULUAN
Koperasi Berbasis Modal Sosial
Sebuah studi yang dilakukan Lubis (1996), memperlihatkan bahwa
pendayagunaan modal sosial dalam menjalankan asosiasi-asosiasi sukarela
(voluntary association) merupakan fundamen utama bagi bertahannya asosiasi-
asosiasi tersebut dalam menopang kehidupan sosial sebuah komunitas dan juga
fungsional bagi kelestarian sistem pengelolaan sumberdaya alam yang mereka
tradisikan.
Amartya Sen (2001), bahkan menganggap kemampuan untuk menentukan
pilihan sendiri secara tepat adalah suatu kondisi yang harus ditumbuh-
kembangkan untuk mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelangan
yang menjerat masyarakat. Menurut Darmajanti (2002), modal sosial komunitas
dapat diandalkan sebagai kekuatan sosial dalam bentuk energi yang tersebar serta
tidak pernah habis, karena berbagai pendekatan menunjukkan bahwa
memobilisasi modal sosial komunitas lokal adalah cara efektif dalam penyelesaian
masalah kemiskinan di negara dunia ketiga.
B. PENGERTIAN MODAL SOSIAL
Istilah modal sosial pertama kali digunakan oleh Lyda Hudson
Hanifan pada tahun 1916, untuk menggambarkan „rural school community
centers‟. Selanjutnya konsep modal sosial atau social capital ini, mulai
diperkenalkan oleh sosiolog Perancis Piere Bourdiue pada awal tahun 1980-
an Bourdieu mengartikan modal sosial sebagai keseluruhan sumberdaya
baik yang aktual maupun materi dari orang lain sejauh ia dapat membina
hubungan secara kelembagaan dengan orang tersebut.
Coleman (1988), menganggap kelangsungan setiap transaksi sosial
ditentukan oleh adanya dan terjaganya trust atau kepercayaan dari pihak-
pihak yang terlibat transaksi sosial berupa pinjam-meminjam
(sumberdaya) hanya mungkin terjadi karena dimilikinya kepercayaan (trust)
yang melahirkan obligation atau kewajiban pada pihak peminjam dan
expectation atau harapan pada pihak yang meminjamkan.
Pengertian „sosial‟ dalam modal sosial mengisyaratkan bahwa
seseorang bisa mendapatkan manfaat dari anggota-anggota lainnya dalam
suatu kelompok sosial apabila antara satu dengan lainnya terjalin hubungan
baik (networks of social relations), sikap saling percaya (mutual trust) dan
adanya keinginan saling membalas kebaikan (reciprocity)
Berbeda dengan modal ekonomi yang kelihatan secara fisik dan dapat
dimiliki setiap orang sebagai individu tanpa kaitan dengan orang lain, modal
sosial bersifat abstrak yang muncul melalui jaringan hubungan interaksi dan
kerjasama dengan orang lain.
Studi Putnam (1993)
Sebuah studi perbandingan yang dilakukan mengenai proses
demokratisasi di Italia, menghubungkan konsep ini dengan tingkat partisipasi
anggota masyarakat dalam organisasi kemasyarakatan komunitas yang
anggotanya banyak terlibat aktif dalam jaringan hubungan sosial melalui
berbagai organisasi kemasyarakatan (high civic engagement) memiliki
peluang yang lebih besar untuk menjadi sejahtera dibandingkan komunitas
dengan keterlibatan yang rendah dari anggotanya dalam urusan-urusan sosial
(low civic engagement).
Modal sosial adalah “public good” bukan milik pribadi modal
sosial tidak pada individu tetapi pada kelompok komunitas, bahkan di tingkat
negara.
Komunitas berbeda dengan individu yang memiliki jumlah modal sosial
tertentu, komunitas mampu membangun modal sosial melalui pengembangan
hubungan aktif, partisipasi demokrasi dan penguatan kepemilikan dan
kepercayaan komunitas Jelasnya individu hanya memiliki modal manusia
bukan sosial, apabila individu tidak menjalin hubungan dengan individu lainnya
di dalam masyarakat hubungan sosial merupakan cerminan kerjasama dan
koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat
resiprokal.
Studi Fukuyama (1996)
Kemungkinan untuk mencapai kemakmuran, lebih besar pada masyarakat
yang rasa saling percaya sesama anggotanya lebih (high trust society)
dibandingkan dengan masyarakat yang rendah tingkat kepercayaannya (Fukuyama,
1996). Sikap saling percaya atau trust merupakan suatu harapan yang tumbuh
didalam masyarakat melalui adanya perilaku yang kooperatif, jujur, dan konsisten,
yang didasarkan pada norma-norma yang dimiliki bersama oleh seluruh warga
atau bagian suatu masyarakat.
Dalam konsepsi Fukuyama, keberlangsungan usaha pada dasarnya tidak
hanya ditentukan modal ekonomi (economic capital) seperti; uang, tanah, rumah,
teknologi/alat produksi dan seterusnya, yang besarnya akan berpengaruh pada
besaran/skala usaha tetapi juga terkait dengan modal sosial (social capital)
yakni ikatan-ikatan sosial yang didasarkan pada rasa saling percaya (trust).
Tindakan ekonomi aktor dan hubungan sosial yang dikembangkannya sangat
terkait dengan ekspektasi kolektivitasnya
C. Wujud Modal Sosial
Modal sosial diciptakan dan ditrasmisikan melalui mekanisme-mekanisme
budaya seperti; religi, tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang bersifat historis
Tingkat kepercayaan itu sendiri sangat tergantung pd sistem nilai-norma yg
berlaku dalam masyarakat.
Modal sosial inilah yang dalam masyarakat tertentu, seperti; Cina dan Jepang
menjadi faktor pendorong perkembangan/kemajuan bisnis. Fakta ini tentunya
menolak pandangan kaum modernis yang rasionalis bahwa hubungan-hubungan
personal akan menghambat perkembangan bisnis/ekonomi.
Budaya Bisnis China
Ikatan keluarga meluas melampaui iklan dan kemudian menjadi ikatan
lebih umum dan guanxi atau hubungan pribadi yang didasarkan pada identitas
bersama. Jaringan di jantung kehidupan bisnis orang Cina terdiri dari pertama,
hubungan keluarga yg hirarkis, baik berbentuk keluarga inti, maupun garis
keturunan ayah (patrilineal) yg melebar. Kedua adalah sistem hubungan
menyamping (lateral) dan timbal-balik yang dikenal dengan guanxi.
Hefner (1999), menyebut kapitalisme Cina sebagai kapitalisme Jaringan
bukan berpegang pada kontrak-kontrak hukum dan otoritas pengawasan dari
negara tetapi pada hubungan kepercayaan yang bersifat pribadi. Praktik bisnis
jaringan Cina perantauan memberi mereka sebuah bentuk “modal sosial”
bukan merupakan dasar bagi demokrasi seperti halnya modal sosial Putnam, tetapi
lebih merupakan sebuah bentuk modal sosial yang dapat memberikan dasar bagi
pembangunan ekonomi.
Perbandingannya adalah ikatan ke-Bugis-an passe’ atau ikatan Jepang
kankei, yang jauh lebih subjektif dan didasarkan pada perasan mendalam karena
kewajiban terlekat dalam hubungan patronase yg bersifat vertikal, sehingga
kurang memberikan kesempatan pada mereka yang memliki sumberdaya terbatas
untuk dapat melakukan mobilitas vertikal menyaingi posisi patron
D. Modal Sosial Bagi Pembangunan
Elinor Ostorm (1992), melalui pengalamannya yang sangat luas dalam
mengkaji proyek-proyek pembangunan didunia ketiga menyatakan bahwa modal
sosial merupakan prasyarat bagi keberhasilan suatu proyek pembangunan
keberadaan modal sosial terlihat dari kemampuan suatu komunitas merajut
institusi atau pranata (crafting institution) yg menjadi acuan tindak bagi mereka.
Bank Dunia menunjukkan pengakuan bahwa pranata-pranata sosial
tradisional yang pada paradigma pembangunan sebelumnya (modernisasi)
dianggap sebagai faktor pengahambat, sekarang justru dianggap sangat fungsional
dalam membantu tercapainya sasaran program & proyek yg dibiayai lembaga
keuangan tsb
Bank Dunia memberikan definisi modal sosial “the norms and social
relations embedded in the social structures of societies that enable people to
coordinate action to achieve desired goals” norma dan hubungan sosial yang
menyatu dalam struktur masyarakat dan membuat orang dapat bekerjasama
(connectedness) dalam bertindak untuk mencapai tujuan.
Kategori Komplementer Modal Sosial
Sumber: Uphoff (2000)
KATEGORI STRUKTURAL KOGNITIF
Sumber/
Manifestasi
Peran dan peraturan Jaringan dan
hubungan antar personal lainnya
Prosedur dan preseden
Norma-norma
Nilai-nilai
Sikap
Keyakinan
Domain Organisasi social Budaya sipil (civic
culture)
Faktor Dinamis Hubungan horizontal
Hubungan vertical
Kepercayaan (trust),
Solidaritas, kerjasama,
kesediaan membantu
(generosity)
Unsur-Unsur
Umum
Ekspektasi yang mengarah pada perilaku kooperatif dan
memberi manfaat untuk semua.
Alat Penilaian Modal Sosial atau Social Capital Assesment Tool (SCAT)
Tingkat mikro berupa konteks institusional dimana organisasi bergerak
terdapat organisasi horizontal & jaringan sosial yg dapat memberikan
kontribusi potensial pd pembangunan
Dalam tingkat mikro terdapat dua unsur kognitif dan struktural Unsur
kognitif modal sosial yang bersifat tidak kasat mata atau intangible terdiri
atas watak budaya seperti kepercayaan, solidaritas, resiprositas yang
dimiliki bersama oleh para anggota suatu komunitas, yang mana mereka
dapat bekerjasama untuk kebaikan bersama.
Sedangkan didalam modal sosial struktural terdapat komposisi dan praktek
kelembagaan tingkat lokal, baik formal maupun informal yang merupakan
wadah bagi pengembangan masyarakat modal sosial struktural
dibangun melalui berbagai organisasi dan jaringan horizontal yang
memiliki proses pengambilan keputusan secara kolektif dan transparan,
para pemimpin yang akuntabel serta tindakan-tindakan kolektif dan
tanggung-jawab.
Tingkat makro termasuk hubungan2 & struktur formal, seperti aturan
hukum, kerangka hukum, penguasa politik, tingkat desentralisasi & tingkat
partisipasi dalam proses penyusunan kebijakan
Komponen-Komponan Modal Sosial
Sumber: Bullen dan Onyx (2000)
Modal Sosial Penjelasan
Partisipasi dalam jaringan Tingkat kepadatan jaringan-jaringan hubungan
yang saling berkaitan antar individu dan
kelompok (group)
Hubungan timbal balik
(reciprocity)
Merupakan suatu kombinasi dari sifat untuk
mengutamakan orang lain (untuk jangka
pendek) dan kepentingan sendiri (dalam jangka
panjang)
Rasa percaya (trust) Suatu kerelaan untuk menerima segala resiko
(dalam konteks sosial) yang berdasarkan pada
keyakinan bahwa orang lain akan memberi
reaksi seperti yang diharapkan
Norma-norma sosial (social
norms)
Bentuk kontrol sosial informal, dimengerti
secara umum sebagai suatu formula untuk
menentukan pola-pola tingkah laku yang
diharapkan dalam konteks sosial tertentu
Kebersamaan (the
commons)
Berhubungan dengan pembentukan suatu
„lumbung‟ sumberdaya komunitas yang tidak
dimiliki seorang individu namun digunakan
bagi semua anggota komunitas
Proaktif Peran aktif dan kerelaan warga untuk mengabil
peran serta dalam komunitasnya
Tingkat Modal Sosial
Minimum Rendah Sedang Tinggi
Tidak
mementingkan
kesejahteraan
orang lain;
memaksimalkan
kepentingan
sendiri dengan
mengorbankan
kepentingan
orang lain
Hanya
mengutamakan
kesejahteraan
sendiri; kerjasama
terjadi sejauh bisa
menguntungkan
diri sendiri
Komitmen
terhadap upaya
bersama;
kerjasama terjadi
bila juga
memberi
keuntungan pada
orang lain
Komitmen
terhadap
kesejahteraan
orang lain;
kerjasama tidak
terbatas pada
kemanfaatan
sendiri, tetapi juga
kebaikan bersama
Nilai-nilai:
Hanya
menghargai
kebesaran diri
sendiri
Efisiensi
kerjasama
Efektifitas
kerjasama
Altruisme
dipandang sebagai
hal yang baik
Isu-isu pokok:
Selfisness:
Bagaimana sifat
seperti ini bisa
dicegah agar
tidak merusak
masyarakat
secara
keseluruhan
Biaya transaksi:
Bagaimana biaya
ini bisa dikurangi
untuk
meningkatkan
manfaat bersih
bagi masing-
masing orang
Tindakan
kolektif:
Bagaimana
kerjasama
(penghimpunan
sumberdaya) bisa
berhasil dan
berkelanjutan
Pengorbanan diri:
Sejauh mana hal-
hal seperti
patriotisme dan
pengorbanan demi
fanatisme agama
perlu dilakukan
Strategi:
Jalan sendiri
Kerjasama taktis Kerjasama
strategis
Bergabung atau
melarutkan
kepentingan
individu
Kepentingan
bersama:
Tidak jadi
pertimbangan
Instrumental Institusional Transendental
Pilihan:
Keluar bila tidak
puas
Bersuara, berusaha
untuk
memperbaiki
syarat pertukaran
Bersuara,
mencoba
memperbaiki
keseluruhan
produktifitas
Setia, menerima
apapun jika hal itu
baik untuk
kepentingan
bersama secara
keseluruhan
Konsekuensi Modal Sosial
Konsekuensi positif sumber pengawasan sosial, sumber dukungan bagi
keluarga & sumber manfaat ekonomi melalui jaringan sosial (Portes,
1998) ajaran puritanisme, yg memperlakukan orang dengan sopan dan
baik, bukan hanya pada saudara dan keluarga
Konsekuensi negatif pembatasan peluang bagi pihak lain (eksklusifitas),
pembatasan kebebasan individu, klaim berlebihan atas keanggotaan
kelompok dan menyamaratakan norma pada semua anggota (konformitas)
(Portes, 1998) kerekatan sosial internal, tetapi dengan mengorbankan
orang atau kelompok diluarnya, yang dilakukan dengan penuh kebencian
serta prasangka buruk, seperti pada kasus mafia, ku klux klan dan street
gangs
top related