kontrasepsi dan aborsi
Post on 25-Dec-2015
27 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
KONTRASEPSI DAN ABORSI
NURSING ETHIC AND HEALTH LAW
Disusun Oleh :
Cheisya Tahitu 462011008
Heriyuandini 462011011
Hendrik Nikolas 462011012
Fransita M. A. F 462011032
Aprilia M. P 462011041
Algung Y. Laim 462011042
Plorensi Lende 462011045
Lita Maria L. 462011046
Olivia Salawaney 462011050
Greis Diana M. R. 462011053
Frian Apituley 462011064
Carolina A.T. 462011065
Yulianty K. D. B 462011068
Eunike A. N 462011071
Sifra I. Humble 462011077
Fanny Jeane T. 462011080
Genius Bulolo 462011092
Norberta M. H 462011093
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANASALATIGA
2014KONTRASEPSI
I. Pengertian
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah dilaksanakan sejak
tahun 1970 dengan tujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
(Prawirohardjo, 2002). Menurut WHO (World Healt Organitation) expert Commite
1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Oleh karena itu, dengan adanya
program KB maka berbagai cara kontrasepsi telah ditawarkan dalam pelayanan KB
di Indonesia.
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah” dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan
kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
II. Jenis-jenisnya Kontrasepsi dan Cara Kerjanya
a. Kontrasepsi Sederhana
1. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat
senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu
mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk
wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2. KB Alami
1
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada
3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
3. Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan
diafragma 4-8% kehamilan.
4. Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,
sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk
tablet vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup
efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan
diafragma.
b. Kontrasepsi Hormonal
1. Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang
berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau
hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB
menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung
telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil
dapat dikonsumsi saat menyusui.
2. Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3
bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan,
2
pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas
tulang.
3. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung
levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan
sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.
4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula
yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya,
meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai
ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi
mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang
melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
c. Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)
1. Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel
telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
2. Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama,
efektifitasnya 99%.
3
III. Tujuan
Adapun tujuan pemakaian alat kontrasepsi yaitu :
o Untuk menunda kehamilan
o Untuk menjarangkan kehamilan, bagian dari program Keluarga Berencana
o Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan
IV. Perlindungan hukum (terutama di indonesia)
Peraturan perundang-undangan tentang program Keluarga Berencana :o Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga
Pasal 1 ayat 8 : Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
Pasal 1 ayat 9 : Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan
suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan
mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan
obat kontrasepsi.
o Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
o Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan.
o Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional
V. Peran perawat (terkait prinsip etika dan moral)
Peran perawat dalam program Keluarga Berencana yang berkaitan dengan alat
kontrasepsi yaitu :
o Konselor
Dalam hal ini perawat harus dapat menjelaskan dan memiliki informasi
terbaru tentang metode kontrasepsi yang lebih akurat. Perawat dapat
memberikan penjelasan tentang macam – macam jenis kontrasepsi dan
4
kelebihan dari tiap kontrasepsi sehingga klien bisa mempertimbangkan
untuk menggunakan metode kontrasepsi yang diinginkan.
Fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan
yang akan menggunakan alat kontrasepsi.
o Edukator
Perawat berperan memberi edukasi tentang kontrasepsi dan pentingnya
kontrasepsi guna mencegah terjadinya kehamilan yang melebihi keinginan
dari klien. Penggunaan alat kontrasepsi juga menghindari terjadinya
penyakit kelamin seperti HIV/AIDS, misalnya penggunaan kondom.
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pendidikan tentang
teknik kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, cara penggunaan yang
tepat.
o Advokasi
Perawat memberikan informasi yang terbaru tentang penggunaan
kontrasepsi, keefektifan jenis-jenis kontrasepsi dan memberikan
pemahaman pentingnya program KB untuk mewujudkan keluarga yang
sejahtera. Selain itu, perawat melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
5
ABORSI
A. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) pengertian aborsi adalah
penghentian kehamilan sebelum janin berusia 20 minggu karena secara medis janin
tidak bisa bertahan di luar kandungan. Sebaliknya bila penghentian kehamilan
dilakukan saat janin sudah berusia berusia di atas 20 minggu maka hal tersebut
adalah infanticide atau pembunuhan janin. Aborsi adalah menggugurkan kandungan
atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Yang berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
B. Jenis-jenis
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi spontan/alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28
minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
3. Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan
atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah
yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian,
yakni Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation
Abortion). Yang dimaksud dengan aborsi spontan yakni aborsi yang tanpa
kesengajaan (keguguran).
A. Aborsi Spontan
Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap, yakni :
1. Abortus Iminen
6
Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “Threaten Abortion”, terancam
keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-
tanda yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.
2. Abortus Inklomplitus
Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar
akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Gejala yang terjadi
adalah keram pada rahim disertai perdarahan rahim dalam jumlah banyak,
terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar. Penanganan yang
dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan pengeluaran
seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim.
3. Abortus Klomplitus
Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah
lengkap, sudah seluruhnya keluar.
4. Abortus Insipien
Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya, tetapi belum
dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion yakni
buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda
dikeluarkan.
B. Aborsi Provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan,
yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan
apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi
kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat
dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni
Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan).
Kita hanya khusus melihat Abortus Provokatus Medialis yang terdiri dari :
7
1. Dilatasi dan kuretase (D&C)
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa
untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong
berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding
rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak
dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan
rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode
D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim
(seperti perdarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang
sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga
ke kandung kencing.
2. Sedot
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan
metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk
kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam
dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan.
Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari
(plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan
ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang
dihubungkan dengan alat penyedot ini.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu
dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat
mengakibatkan perdarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi
pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih
ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim.
Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-
aborsi.
3. Peracunan dengan garam
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat
kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi
janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml (kira-kira
8
secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi
garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan akan teracuni.
Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya,
setelah kira-kira satu jam, janin akan mati.
Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si
wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam
karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara
ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan. Suntikan larutan
garam ini juga memberikan efek samping pada wanita pemakainya yang
disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali
diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan perdarahan hebat dan efek
samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma,
atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistem
pembuluh darah.
Efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-
muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan
rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-
2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan
dinding rahim.
4. Histerektomi atau bedah sesar
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika
cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta
cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan
hidup. Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena
ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi
aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi
dengan cara ini.
5. Prostalglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh
tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini
9
ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan
janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk
hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih
dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam
keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan
secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari
ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim
karena dipaksa melahirkan, infeksi, perdarahan, gagal pernafasan, gagal
jantung, perobekan rahim.
4. Alasan
Terdapat beberapa alasan mengapa wanita melakukan aborsi, yaitu :
a) Kehamilan karena pemerkosaan
b) Mengetahui bahwa anak yang dikandung menderita cacat
c) Kesehatan tidak mengijinkan hamil
d) Tidak mengetahui perilaku seks yang dilakukan akan menyebabkan kehamilan
e) Kehamilan anak remaja
Jika di Amerika ada juga beberapa alasan mengapa wanita melakukan aborsi,
diantaranya adalah :
1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau
tanggung jawab lain (75%)
2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)
C. Resiko
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi
ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang
sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan
karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
10
1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of
Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2. Resiko Kesehatan Psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini
dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-
Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
11
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa
bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitu stres yang
disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).
D. Perlindungan Hukum
Abortus atas indikasi medis ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
Dalam pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 sebagai berikut :
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
a) berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b) oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d) pada sarana kesehatan tertentu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :
PASAL 299
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
12
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu
rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika
dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
PASAL 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
PASAL 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
PASAL 348
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
13
dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
PASAL 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
E. Peran Perawat (terkait nilai etik dan moral)
Beberapa peran perawat yang dapat dilakukan terkait dengan aborsi, yakni :
1. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan tentang abortus, tindakan yang diberikan, bahaya, dan resiko
abortus, sehingga klien dapat mengerti dan mengetahui dampak positif maupun
negatif dari abortus. Keterkaitannya dengan prinsip etika keperawatan adalah
otonomi, yakni menyampaikan kebenaran. Perawat harus menyampaikan
kebenaran tentang bahaya dan resiko abortus kepada klien dan juga kepada
teman sejawat yang akan membantu tindakan abortus.
2. Konselor
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan
terkait abortus dan juga membantu memberikan solusi pada klien agar tidak
melakukan tindakan aborsi.
3. Advokator
Menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan yang diberikan
kepada pasien, serta mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang akan
14
melakukan aborsi. Dikaitkan dengan etika keperawatan yaitu kerahasiaan
(confidentiality) merupakan informasi tentang klien aborsi, harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien ataupun ucapan yang pernah
dikatakan klien terkait tindakan melakukan aborsi. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan.
15
DAFTAR PUSTAKA
(http://boedie.student.esaunggul.ac.id/2012/11/11/nursing-advokasi/). Diakses pada
tanggal 10 Juni 2014.
Hidayat. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Soesilo, R. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bogor : Politeia
(http://www.bkkbn.go.id/ViewProfil.aspx?ProfilID=3 ) . Diakses pada tanggal 10 Juni
2014.
(http://www.aborsi.org/resiko.htm). Diakses pada tanggal 10 Juni 2014
16
top related