konsep pendidikan keluarga dalam al-qur’an surat at...
Post on 21-Feb-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM
AL-QUR’AN SURAT AT-TAGHABUN AYAT 14-16
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
ERIKA WIJAYANTI ARIFAH
NIM 11114305
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
iii
HALAMAN JUDUL
iv
v
vi
vii
MOTTO
الهالا اللهواف ف ا ()ا "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya "
~Allah tak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan setiap hamba-Nya
karena Allah mengetahui mana yang terbaik~
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, H. Umayah dan Hj. Nanik Widaryati yang
senantiasa memberikan dukungan dan tak pernah berhenti memberikan do‟a,
nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat untuk penulis.
2. Kakakku tercinta M. Femi Zaenal Yusuf, M. Johan Zaenal Mustakim, dan
kakak iparku Lilik Setyo Ambarwati, Karilia Ristyowati yang selalu
berpartisipasi menemani, memberikan dukungan, support, dan do‟anya
untukku.
3. Keponakanku pertama yang tersayang dek Shakila Alya Ailani Yusuf dan
Keponakanku yang kedua yang InsyaAllah akan lahir dibulan Oktober Tahun
2018 ini sekaligus sebagai kado terindah bagi penulis dipenghujung Tahun
2018 ini.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang pemilik dan
pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan
Keluarga dalam Al-Qur’an Kajian Surat At-Taghabun Ayat 14-16”. Shalawat serta
salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw,
sebagai suri tayladan untuk panutan kita semua sehingga kita dapat mencapai
kebahagiaan ketentraman dunia dan akhirat.
Ucapan terima kasih penulis kepada pihak yang telah termotivasi,
membimbing serta memberikan masukan atau kritikan demi terwujudnya skripsi
ini. maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
selaku dosen pembimbing akademik.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi,
terimakasih atas bimbingan, arahan dan motivasi yang telah diberikan
selama ini.
5. Al-Mukarom Romo K.H Muhammad Abdul Chakim S.Ag dan Ibu
Nyai Hj. Sri Wahyuni Lestari selaku pengasuh Pondok Pesantren
Sunan Plumbon Krajan Tembarak Temanggung
6. Al-Mukarom K.H Zoemri RWS (Alm) dan Ibu Nyai Hj. Latifah
Zoemri selaku pengasuh PPTI Al- Falah Salatiga
7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Umayah dan Ibu Hj. Nanik
Widaryati yang telah mencurahkan pengorbanan dan kasih sayangnya,
x
serta tiada hentinya menyertakan doa dalam setiap sujudnya bagi
penulis
8. Bapak M. Abdul Rozak dan Ibu Siti Utami yang telah memberikan
Nasihat, arahan, motivasi dan do‟a yang tulus bagi penulis.
9. Kakak-kakakku, M. Femi Zaenal Yusuf, M. Johan Zaenal. M, juga
kakak iparku Lilik Setyo Ambarwati dan Kariliya Ristyowati yang
senantiasa memberikan nasihat dan perhatian dan kasih sayang dan
pelajaran hidup yang berharga bagi penulis.
10. Keluarga besarku yang ikut andil sebagai semangat penuilis untuk
prnyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku se-pergerakan, Ulfah Mahmudah, Lailatul
Maghfiroh, Rohmatul Ummah, Fina Indaturrohmah, Hanifatul
Masruroh, Fatikatul Malikah dan Nabila Azka yang telah menemani
berproses di PMII Kota Salatiga tercinta samapai saat ini, yang semoga
selalu istiqomah dalam pergerakannya.
12. Seluruh keluarga besar PPTI Al-Falah Salatiga, teman-teman angkatan
2014, teman-teman kamar B 6 (Aini, rodzia, rulli, isti, eva, malika,
ummah, nia, liana, aping, luluk, nurul, nikmah, miladil, herli, mpit,
uswatun, tyas, ella) yang sama-sama sedang berjuang untuk
memindahkan tali toga dari kiri ke kanan untuk lanjut meniti ke masa
depan yang bermanfaat.
13. Teman-teman seperjuangan PAI, PPL, dan KKN angkatan 2014.
xi
14. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi yang
sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan
yang tentu saja jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga, 15 September 2018
Penulis
Erika Wijayanti Arifah
11114305
xii
ABSTRAK
Arifah, Erika Wijayanti. 2018. Konsep Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat At-Taghabun Ayat 14-16. Skripsi. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh M.Si.
Kata Kunci: Konsep Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an
Penelitian ini tentang pendidikan keluaga dalam Al-Qur’an Surat At-Taghabun Ayat 14-16 bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berasaskan ajaran atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah swt, cinta dan kasih kepada kedua orang tua serta sesamanya, memberi kemaslahatan bagi diri dan bagi masyarakat pada umumnya. Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah menjadi 2 bagian: bagaiamana konsep pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun Ayat 14-16, bagaimana implementasi Surat At-Taghabun ayat 14-16 dalam kehidupan sehari-hari
Dalam Penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa kitab, catatan, transkip, buku, jurnal dan sebagainya. Sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua kelompok, yang pertama adalah sumber data primer yang berasal dari Al-Qur’an beserta tafsirnya dan hadits. Dan yang kedua adalah sumber sekunder yang berasal dari data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian, serta buku-buku lain yang relevansinya berkaitan dengan pembahasan. Untuk menganalisis data dari pengumpulan data yang telah dilakukan, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis) untuk mendeskripsikan isi.
Kajian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan keluarga dalam surat At-Taghabun Ayat 14-16 yaitu meliputi: Ada tiga Konsep Nilai pendidikan keluarga yaitu(1)Nilai Pendidikan Akidah, membimbing keluarga dengan mendidik dalam segi keimanan yang mencakup rukun iman, maka dibutuhkan cara untuk membimbing keluarga, dengan harapan anak dan keluarga tidak menjadi fitnah dunia dan akhirat. (2) Nilai Pendidikan Ibadah, yaitu menanamkan prinsip-prinsip keimanan, menanamkan ketakwaan kepada Allah swt dalam hati mereka agar mereka tumbuh besar dalam keadaan lurus dan jauh dari kemaksiatan dan kerusakan (3)Nilai Pendidikan Akhlak, yaitu seorang kepala rumah tangga berkewajiban membentuk akhlakul karimah dalam suatu keluarga, mendidik dengan cinta kasih tanpa harus dengan kekerasan. Implementasi surat At-Taghabun ayat 14-16 dalam kehidupan sehari-hari menjelaskan bahwa dalam mendidik keluarga dengan cinta dan kasih, luruskan jika berbuat salah jangan, dan bersifat tegas dalam mendidiknya, dan menanamkan ketakwaan kepada Allah swt dalam hati anggota keluarganya agar anak tumbuh besar dalam keadaan lurus dan jauh dari kemaksiatan dan kerusakan dan menginfakkan sebagian hartanya sesuai kemampuannya.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
ABSTRAK .............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Metode Penelitian.................................................................................... 8
F. Kajian Pustaka ....................................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan............................................................................ 11
BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT
A. Surat At-Taghabun Ayat 14-16 ............................................................. 14
B. Isi Kandungan Q.S At-Taghabun Ayat 14-16 ....................................... 15
C. Kompilasi Ayat Al-Qur‟an ................................................................... 16
D. Kompilasi Hadits ................................................................................... 18
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul ...................................................................................... 24
B. Asbabun Nuzul Surat At-Taghabun ...................................................... 25
C. Munasabah ............................................................................................ 28
BAB IV PEMBAHASAN
A. Surat At-Taghabun Ayat 14-16 menurut Para Mufassir ....................... 35
xiv
B. Konsep Pendidikan Keluarga Q.S At-Taghabun Ayat 14-16 ............... 47
C. Implementasi Pendidikan Keluarga Q.S At-Taghabun Ayat 14-16 ...... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 65
B. Saran ...................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang berasaskan ajaran
atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk
pribadi-pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah swt, cinta dan
kasih kepada kedua orang tua serta sesamanya, memberi kemaslahatan
bagi diri dan bagi masyarakat pada umumnya (Musthofa, 2007: 10)
Keluarga (kawula keluarga) adalah suatu kesatuan sosial
terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi,
berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya.
Sedangkan inti dari keluarga itu adalah ayah, ibu, dan anak (Wahyu,
1986: 37)
Dalam perspektif Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah,
ahl, dan nasab. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (blood
ties) yaitu anak, cucu, melalui perkawinan (suami, istri) persusuan dan
permedekaan. Dalam Al-Qur‟an kata “Ahl” ditujukan pada keluarga
dalam arti kumpulan laki-laki dan perempuan yang diikat oleh tali
perkawinan dan didalamnya terdapat orang-orang yang menjadi
tanggungannya, seperti anak dan istri (Yasin,2008: 205)
2
Islam adalah agama yang telah mengatur pola kehidupan
keluarga Muslim. Bagaimana mengatur keluarga dalam melaksanakan
kewajibannya dan bagaimana mengatur rumah tangga dengan baik.
Rumah Muslim bagaikan sosok pionir dari sebuah masyarakat umat
Islam. Yaitu adanya ikatan yang kuat di antara masing-masing
penghuni rumah tersebut. Dan yang bisa membantu sang ayah dalam
mendirikan kerajaan kecil yang Islami terutama dalam pendidikan
anak-anak mereka adalah hadirnya seorang istri yang saleh. Seorang
istri yang diharapkan menjadi seorang pendidik yang baik dan juga
memahami kewajibannya selaku ibu rumah tangga dalam rumah.
Maka apabila anak telah terdidik oleh orangtuanya dengan baik,
niscaya akan lahir pula seorang pemimpin umat yang baik dan kuat di
tengah masyarakat yang Islami pula (Hafizh, 1988: 41)
Oleh karena itu, kedua orang tua adalah sumber pendidikan
pertama dan utama bagi anak- anak. Keduanya harus benar-benar
mendidik anak-anak mereka dengan kebaikan sehingga dapat menjaga
mereka dari kesia-siaan dan kebinasaan (Al-Faqi, 2002:27-28).
Penjelasan tersebut sesuai dengan firman Allah swt dalam Surat At-
Tahrim ayat 6
ا ما رلاقودى اللنه ساللج رةاعيف أىي ما اللهذناآمنولاقولاأف اأف
نا فؤمر ونام ا ف صوناللهوام اأمرىما ةاغلظاشدلدالاف ا()ملئ
3
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
menduharkai Allah terhadap sesuatu yang diperintahkan-Nya kepada
mereka, dan selalu mengerjakan sesuatu yang diperintahkan-Nya”(at-
Tahrim:6)
Dalam suatu riwayat dinyatakan oleh Rasulullah, akan ada
suatu zaman yang menimpa ummatku, yaitu kehancuran seorang suami
di tangan istri dan anak-anaknya yang dihimpit kemelaratan, kemudian
mendorong suami melakukan perbuatan buruk yang dapat merusak
dirinya. Keadaan tersebut terjadi sebab utamanya adalah istri, anak dan
anggota keluarga tersebut tidak memiliki pendidikan. Maka di dalam
berbagai ayat Al-Qur‟an lainnya, Allah memerintahkan agar suami
sebagai kepala keluarga memberikan pendidikan kepada anggota
keluarganya itu (Nata, 2009: 201)
Makna Pendidikan keluarga sekarang memang telah
mengalami perubahan. Berbagai perubahan yang terjadi diperngaruhi
oleh perkembangan zaman. Pendidikan keluarga akan membutuhkan
penyesuaian terhadap berkembangnya zaman. Pendidikan keluarga
akan membutuhkan penyesuaian terhadap berkembangnya zaman yang
semakin maju. Walaupun terjadi pergeseran dalam pendidikan
keluarga, yang lebih penting adalah mempertahankan pendidikan
keluarga agar tidak menghilangkan maknanya secara keseluruhan.
4
Pendidikan keluarga itu dimulai dari istri dan suami, mereka mesti
saling menghormati dan melaksanakan kewajiban mereka masing-masing.
Selain itu, mereka juga dituntut agar selalu berbenah diri untuk menjadi
insan yang shaleh dan bertakwa kepada Allah. Kondisi ini merupakan
tonggak utama dalam pendidikan keluarga. Kebiasaan orangtua dalam
keharmonisan dan ketaatan kepada kepada Allah dapat mempengaruhi
anak-anak sebagai peserta didik dalam keluarga tersebut (Yusuf, 2013:
152)
Untuk itu Pendidikan keluarga mengarahkan agar menuntut
ilmu yang benar karena ilmu-ilmu yang benar membawa anak, istri
dan keluarganya ke arah amal saleh. Bilamana disertai dengan iman
yang benar, sebagai dasar bagi pendidikan dalam keluarga akan timbul
generasi-generasi yang mempunyai dasar iman kebajikan, amal saleh
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki anak. Pendidikan
keluarga yang berasaskan keagamaan tersebut akan mempunyai esensi
kemajuan dan tidak akan ketinggalan zaman (Mansur, 2007: 318-320).
Dalam penelitian ini penulis menganalisis Surat At-Taghabun
Ayat 14-16, dalam surat ini yaitu Surat Al-Taghabun Ayat 14-16
sangat memotivasi, bagaimana mendidik dan membekali anak, istri
dan keluarganya menjadi pribadi yang baik, sebagaimana diabadikan
dalam al-Qur‟an supaya tidak menjadi orang yang rugi. Nasehat ini
merupakan pelajaran sangat berharga bagi semua keluarga dalam
5
mendidik keluarganya sesuai dengan nilai pendidikan Islam sesuai
dalam Al-Qur‟an.
Salah satu nasehat yang difirmankan Allah swt kepada orang-
orang yang beriman tentang bagaimana mendidik dan membimbing
keluarganya menurut pandangan Islam. Disebutkan dalam ayat Al-
Qur‟an Surat At-Taghabun ayat 14-16
ولا اتف ن ا ىم اف حذر م ال ل اعد لدكم أ ا م اأزلج امن انه اآمنول اللهذن اأف
ل ر تفغ ا ارحيماافإنهااتصحول ور اغ اللهوا) للهو نة افتف لدكم أ ا م اأمولل انه )
اعا اأجر ا)عنده اخيفرلاظيم قول أ ا ول أطي ا السول تم تط ال ام اللهو (ف تفهقول
حونا) لئكاىماللم وافأ ف ا مامناوقاشحه (ألف
Artinya:
14. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-
istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan
kamu santuni serta mengampuni(mereka), maka sungguh, Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan(bagimu) dan
sisi Allah pahala yang besar
16. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu.
Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, maka itulah orang-
orang yang beruntung.
6
Maksud ayat di atas yaitu Allah memperingatkan kepada orang-orang
yang beriman untuk memenuhi tanggung jawab dan hak-hak dalam
mendidik istri dan anak-anaknya dan semua anggota
keluarganya,mendidik mereka dengan lemah lembut tanpa harus adanya
kekerasan. Memaafkan dan mengampuni mereka apabila mereka
melakukan kesalahan. Dan ajak anggota keluarga baik istri dan anak-anak
untuk selalu bertakwa kepada Allah swt dan menginfakkan sebagian harta
sesuai kemampuannya agar terhindar dari kekikiran dan termasuk menjadi
orang-orang yang beruntung
Nasehat pokok yang disampaikan sesungguhnya merupakan hal
yang harus diberikan kepada seluruh umat manusia. Yakni, dimulai
dari bagaimana seseorang mendesain diri dengan keimanan kokoh,
menghormati dan menghargai kedua orang tua, beramal shalih untuk
investasi akhirat, menaburkan kebaikan di dunia, berusaha mencegah
maraknya kemaksiatan dan kemungkaran, sampai mengingatkan
karunia Allah yang begitu banyak dicurahkan kepada umat manusia.
Semua itu dalam upaya menjadikan manusia baik dan bermanfaat bagi
manusia lainnya (Noor, 2015: 177-181).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis
tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengkaji lebih lanjut tentang
tafsir “KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM AL-
QUR’AN SURAT AT-TAGHABUN AYAT 14-16”
B. Rumusan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka
selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan
dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain:
1. Bagaimana konsep pendidikan keluarga dalam Surat At-Taghabun
Ayat 14-16?
2. Bagaimana implementasi Surat At-Taghabun Ayat 14-16 dalam
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan keluarga dalam Surat At-
Taghabun Ayat 14-16
2. Untuk mengetahui implementasi Surat At-Taghabun Ayat 14-16
dalam kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangsih pemikiran ilmu pada umumnya dan
pendidikan keluarga pada khususnya dalam kajian Surat At-
Taghabun Ayat 14-16.
b. Memberikan kontribusi positif bagi masyarakat umumnya kepada
penulis khususnya untuk mengetahui dan mendalami serta
8
mengamalkan pendidikan keluraga menurut Islam yang terkandung
dalam Al-Qur‟an Surat At-Taghabun Ayat 14-16.
2. Manfaat Praktis
Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan
berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai berikut:
a. Penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi orang tua maupun
keluarga dalam mensosialisasikan pendidikan keluarga dalam
mendidik anak istri dan keluarganya sesuai dengan aturan ajaran
Islam.
b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya bagi keluarga
agar dapat mengaplikasikan pendidikan keluarga sebagai bekal
meniti kehidupan sehari-hari masa depannya.
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk
sampai pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ysmg digunakan oleh peneliti tergolong penelitian
pustaka (library reseach), penelitian tersebut mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan objek penelitian, dengan mengumpulkan
data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder,
dicari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel,
jurnal). (Kuswaya,2009:11).
9
2. Sumber data
a. Sumber data primer
Karena sifat dari penelitian literer, Maka Sumber datanya yang
berkaitan dengan penelitian yaitu Al-Qur‟an Surat At-Taghabun
Ayat 14-16 beserta tafsirnya baik berupa hadits-hadits maupun
penjelasan dan tafsir para ulama‟ diantaranya adalah Tafsir al-
Misbah karya Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab karya
Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad
Nasib Ar-Rifa‟i, Tafsir karya Departemen Agama RI, Tafsir Nurul
Qur‟an karya Ayatullah Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir
Muyassar karya „Aidh Al-Qarni, Tafsir Tanwirul Muqobas dari
Tafsir Ibnu Abbas .
b. Sumber data sekunder
Sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data
primer. Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku
pendidikan keluarga (orang tua terhadap anak), internet,jurnal dan
informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode dokumentasi. Yang dimaksud dengan
metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, dan sebagainya.
4. Metode analisis data
10
Untuk menganalisis data dari pengumpulan data yang telah
dilakukan, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis).
Metode ini digunakan penulis untuk mendeskripsikan isi atau
kandungan yang ada dalam Surat At-Taghabun Ayat 14-16.
11
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah suatu istilah untuk mengkaji bahan atau
literature kepustakaan (literature review). Bentuk kegiatan ini
memaparkan dan mendeskripsikan pengetahuan, argumen, dalil,
konsep, atau ketentuan-ketentuan yang pernah diungkapkan dan
diketemukan oleh peneliti sebelumnya yang terkait dengan objek
masalah yang hendak dibahas. Adapun karya-karya yang mendukung
dan dijadikan kajian pustaka sebagai berikut:
1. Penelitian yang ditulis oleh Novi Dian Amalia dengan judul skripsi
“Pendidikan Keluarga Dalam Ayat Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 17”.
Menyimpulkan bahwa pendidikan keluarga berdasarkan QS. Luqman
ayat 17 apabila anak sudah mencapai derajat takwa, apabila telah
melaksanakan shalat, melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, dan sabar.
2. Penelitian yang ditulis oleh skripsi M Faishal Hadi dengan judul
skripsi “Pendidikan Keluarga Dalam Al-Qur‟an Surat At-Tahrim Ayat
6 Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab dan Relevansinya
dengan Tujuan Pendidikan Islam”. Menyimpulkan bahwa pendidikan
keluarga berdasarkan Q.S. At-Tahrim ayat 6 adalah menyangkut
mengenai pemeliharaan keluarga dari api neraka. Pendidikan tersebut
tidak hanya berkisar pada pendidikan umumnya, namun pendidikan
yang harus ada dalam sebuah keluarga yakni adanya pemahaman
tentang hak dan kewajiban suami, pemahaman tentang hak dan
kewajiban istri, serta hak dan kewajiban anak terhadap orang tua.
12
Pemahaman mengenai hal tersebut adalah pendidikan yang dimaksud
oleh ayat tersebut dalam hal menjaga keluarga dari api neraka.
3. Penelitian yang ditulis oleh Durrotun Nasihah dengan judul skripsi
“Makna Pendidikan Keluarga Dalam Al-Qur‟an Surat Al-Saffat Ayat
100-102”. Menyimpulkan bahwa pendidikan keluarga merupakan
pendidikan pertama dan utama yang diperoleh anak melalui orang
tuanya. Orang tua sebagai figur bagi anak diharapkan mampu
menduduki posisi sebagai pendidik. Perilaku orang tua yang
ditampilkan keluarga ditiru anak, karena anak memiliki kemampuan
meniru yang baik.
Dari beberapa penelitian di atas, ada beberapa perbedaan dengan
penelitian ini yaitu berbeda pembahasannya dan kajian surat ayatnya,
adapun persamaannya adalah sama-sama meneliti tafsir Ayat Al-
Qur‟an.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yaitu gambaran singkat tentang substansi
pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang
lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis
membagi dalam lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan skripsi.
13
Bab II Munasabah Ayat Al-Qur‟an dan Hadits. Pada bab ini
menjelaskan tentang Ayat Al-Qur‟an dan Hadits yang sejenis
pembahasannya dengan Pendidikan Keluarga dalam Surat At-Taghobun
Ayat 14-16.
Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah. Pada bab ini dijabarkan
tentang Asbabun Nuzul (sejarah turunnya ayat-ayat suci Al-Qur‟an),
Asbabun Nuzul Q.S At-Taghabun Ayat 14-16, dan munasabah
(keterkaitan dan keterpaduan hubungan ayat-ayat, dan surah dalam Al-
Qur‟an).
Bab IV Pembahasan. Pada bab ini memaparkan tentang tafsir Al-
Qur‟an Surat At-Taghabun Ayat 14-16. Pada bab ini akan dibahas tentang
tafsir Surat At-Taghabun Ayat 14-16 secara umum, tafsir al-Qur‟an surat
At-Taghabun dalam ringkasan Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Lubab karya Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Ibnu
Katsir karya Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Tafsir karya Departemen
Agama RI, Tafsir Nurul Qur‟an karya Ayatullah Allamah Kamal Faqih
Imani, Tafsir Muyassar karya „Aidh Al-Qarni, Konsep Pendidikan
Keluarga dalam Surat At-Taghabun Ayat 14-16, dan Implementasi
Pendidikan Keluarga Surat At-Taghabun Ayat 14-16 dalam kehidupan
sehari-hari.
14
Bab V Penutup, Simpulan dan saran. Bab penutup yang memuat
kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat
penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.
15
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT
Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan
kompilasi ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini yang
didalamnya terdapat ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits yang hampir
sama (sejenis) isi pembahasannya dengan Al-Qur‟an Surat At-
Taghabun Ayat 14-16.
Sebelum menyajikan ayat-ayat Al Qur‟an dan Hadits yang
sejenis. Adapun penulis akan menuliskan redaksi ayat Surat At-
Taghabun ayat 14-16 dan penjelasannya secara singkat terlebih dahulu,
sebagaimana disajikan dalam teks berikut:
A. Surat At-Taghabun Ayat 14-16
لدا أ ما اللهذناآمنولانهامناأزلج ولا اأف ناتف ىما ماف حذر لال كماعد
ورارحيم) لافإنهاللهواغ ر تفغ لدكمافتفنةاللهواتصحولا أ ما اأمولل (انه
أطيعندهاأجراعظيما) تمالسولا تط قولاخيفرلا(اف تفهقولاللهوام ال أ ولا
حونا) لئكاىماللم وافأ ف ا مامناوقاشحه (ألف Artinya :
14. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-
istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan
dan kamu santuni serta mengampuni(mereka), maka sungguh,
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
16
15. Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah
cobaan(bagimu) dan sisi Allah pahala yang besar.
16. Artinya: Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan infakkanlah
harta yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya
dari kekikiran, maka itulah orang-orang yang beruntung.
B. Isi kandungan Q.S At-Taghabun Ayat 14-16
Isi kandungan dari Al-Qur‟an Surat At-Taghabun Ayat 14-16 tersebut
secara ringkas yaitu, Allah memperingatkan dan memperintahkan
kepada orang-orang yang beriman untuk memberikan pendidikan
kepada anggota keluarganya tersebut serta memenuhi tanggung jawab
dan hak-hak dalam mendidik istri dan anak-anaknya dan semua
anggota keluarganya karena dari sebagian anak-anak dan istrinya ada
yang menjadi musuا yang bisa jadi akan menjerumuskanmu, sehingga
kamu merasa kesal kepada mereka/ dan igin menghukumnya. Akan
tetapi kita jangan berbuat kasar tetapi sebaiknya seseorang itu harus
bersikap dengan cara memaafkan dan mengampuni istri dan anak
adalah lebih baik daripada menindas dan memarahi mereka jika
berbuat salah.
Untuk itu dengan membimbing dan mendidik mereka, serta
mengingatkan mereka supaya tidak melakukan sesuatu yang tidak
sepatutnya. Jangan sampai belas kasihan menjadi suatu penghalang
dalam menjalankan agama Allah. Karena Allah sendiri Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Harta benda dan anak merupakan
17
cobaan bahkan jadi bencana kalau kita mencintainya secara berlebihan.
Mencintai Allah lebih dari yang lain adalah suatu keharusan karena
akan mendatangkan pahala yang besar dan kita wajib bertakwa kepada
Allah secara maksimal, mendengar dan taat kepada-Nya, serta
membelanjakan harta dijalan-Nya dan mengajak mereka untuk selalu
bertakwa kepada Allah swt dan menginfakkan sebagian harta sesuai
kemampuannya.
C. Kompilasi Ayat Al-Qur’an dengan Surat At-Taghobun Ayat 14-16
1. Surat Al-Munafiqun Ayat 9-10
لا لدكماعناذكراللهوامناف مالاأ ماأمولل اللهذناآمنولالاتف اأف
ن) ر لئكاىمالل قولامنام ارزقفن كمامناقفبلاأناأتاذلكافأ أ (ا
الوا أكنامناأحدكماللموتاففيفقولاربف قا لاأخهرتنالاأجلاقربافأصهده
(للصه لني) Artinya:
9.Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang
siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
10. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan
kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara
kamu, lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya engkau
berkenan menunda (kematian) ku sedikit lagi, maka akudapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.
Pada ayat ini Allah mengingatkan orang-orang beriman agar
kesibukan mengurus harta dan memperhatikan urusan anak tidak
18
menghalangi ibadah kepada Allah. Wahai orang-orang yang beriman
dimanapun berada! Janganlah harta bendamu yang kamu cari dan
anak-anakmu yang kamu sayangi, melalaikan kamu dari mengingat
Allah, yakni shalat lima waktu dan aturan-aturan Allah tentang
bekerja, bermasyarakat, dan bernegara. Dan barang siapa berbuat
demikian, melalaikan ibadah dan aturan Allah, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi, karena kebutuhan ruhaninya tidak terpenuhi
dan hidupnya tidak seimbang (Lajnah Pentashihan Mushaf, 2016: 793)
Allah mengingatkan bahwa kesibukan mengurus harta benda
dan memperhatikan persoalan anak-anak jangan membuat manusia
lalai dari kewajibannya kepada Allah atau bahkan tidak
menunaikannya. Hendaknya perhatian mereka terhadap dunia dan
akhirat seimbang (Departemen Agama RI, 2009:149)
Allah swt juga mengingatkan agar orang-orang mukmin
membelanjakan sebagian rezeki yang telah dikaruniakan kepadanya,
sebagai tanda syukur atas nikmat-Nya. Hal itu bisa berupa menyantuni
anak-anak yatim, orang-orang fakir miskin, dan sebagainya. Hal ini
merupakan bekal untuk akhirat untuk dihari kemudian. Janganlah
kekayaan itu hanya ditumpuk untuk diwarisi oleh para ahli waris yang
belum tentu akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya serta
mendatangkan kegembiraan, atau untuk disia-siakan yang akan
mengakibatkan kekecewaan. Membelanjakan harta benda untuk
kemanfaatan dunia dan akhirat, janganlah ditunda-tunda sampai datang
19
sakaratul maut. Dan jangan berandai-andai kalau umurnya bisa
diperpanjang atau kematiannya masih bisa ditunda. Ia harus
membelanjakan harta bendanya kepada yang di ridhai Allah, dan
beramal baik sehingga ia dapat digolongkan bersama orang-orang yang
shaleh sebelum ajal tiba, karena apabila ajal telah sampai pada
batasnya, tak dapat lagi diubah, dimajukan, atau ditangguhkan
(Departemen Agama RI, 2009:151)
D. Kompilasi Hadits dengan Surat At-Taghabun Ayat 14-16
a. Surat At-Taghabun Ayat 14 :
ولا ناتف ىما ماف حذر لال لدكماعد أ ما اللهذناآمنولانهامناأزلج اأف
ورارحيم) لافإنهاللهواغ ر تفغ (تصحولا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara
istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka......”(At-Taghabun Ayat 14)
Bahwa dari istri dan anak-anaknya itu terkadang menjadi musuh
bagimu (kepala rumah tangga). Maka diperintahkan oleh Allah swt
untuk bersikap waspada terhadap mereka.
Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan
dari Imam Tabarani dari Abi Malik Al-Asy‟ari :
20
نالعدىعدا ليسا ل لناقفتفكادختالجلنهةا كاللهذايالناقفتفتواك انالكاففوزل
مام اجاراللهذاياخا لكالدكاعدا ال تاالكا مناصبكاثهالعدياعد للهذيام
نا كاييف
“Bukanlah musuhmu itu orang yang apabila engkau bunuh dia, berarti
kamu menjadi menang, dan kalau kamu mati terbunuh maka kamu
akan masuk surga, tetapi musuhmu itu terkadang adalah anak yang
lahir dari tulang rusukmu sendiri. Kemudian musuhmu yang paling
berat lagi ialah harta benda yang kamu miliki”(Natsir, 1993:74)
Karena sikap anak dan istrinya seperti itu, sehingga seorang ayah
merasa kecewa kepada keluarganya tersebut. Sehingga terbesit dalam
dirinya untuk berbuat kasar dan ingin menghukumnya. Akan tetapi hal
itu dilarang oleh Allah swt. Allah saja Maha Pengasih dan Maha
Mengampuni.
Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah saw Dalam Kitab Muhtarul
Hadis (197) yang berbunyi:
ما ولالهللاصىالهللاعيوا امةا تافوماللقي مااماظااظالماف نهالللظالالتهقاا:ق لارلهامم(ا )ر
“jauhilah berbuat aniaya, maka sesungguhnya aniaya itu akan
menjadi kegelapan dihari kiamat” H.R Muslim
21
Karena sifat kedhaliman akan menyebabkan suatu kegelapan di hari
Kiamat. Maka orang yang telah beriman kepada Allah, harus pandai
menjaga imannya dalam menghadapi keluarganya
Maka dari itu Allah memperintahkan untuk memaafkan dan berbesar
hati. Serta mengampuni atas kesalahan yang mereka lakukan, itu
sesuai dengan Firman Allah swt dalam Surat At-Taghabun ayat 14
yang berbunyi:
ورارحيم) لافإنهاللهواغ ر تفغ تصحولا ولا ناتف )
Artinya: “maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika
kamu memaafkan dan kamu santuni serta mengampuni(mereka), maka
sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” ) At-Taghabun
Ayat 14).
Walaupun demikian, sebagai seorang yang beriman juga harus
berhati-hati dan waspada terhadap kekayaan dan keluarganya. Karena
semua itu merupakan suatu ujian dari Allah swt. Sehingga tatkala bisa
mendidik dan mengarahkan dan membimbing anggota keluarganya
kejalan yang diridhai Allah swt, maka disitulah terdapat suatu sumber
pahala yang besar. Namun untuk menggapai semua itu harus melalui
proses berhijrah dari perbuatan yang bathil (salah) menuju ke
perbuatan yang hak (benar) serta memperjuangkannya sesuai dengan
apa yang telah diperintahkan Allah swt yang telah diridhai Allah swt
Sesuai Firman Allah swt:
22
تما) تط (ف تفهقولاللهوام ال
Artinya:“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesaanggupanmu........”(At-Taghabun Ayat 16)
Taatlah kepada Allah dengan semampu kalian juga harus tunduk yang
diperintahkan Allah swt serta mengikuti perintah Allah dan utusan-
Nya itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw dalam Kitab Muhtarul
Hadis (197):
مابأا الذلاأمرت ماعنوااتماطاتامرفأتفولامنوام ل يت لهاجاف ام اف تنبفوها)ر
رة(اا للبح رياعناليباىرApabila saya perintahkan kamu dengan sesuatu maka
laksanakanlah dengan maksimal dan apa yang saya larang
melakukannya, maka jauhilah ia. H.R, Imam Muslim
Namun orang yang beriman juga mempunyai tanggung jawab
sebagai kepala rumah tangga yaitu mempunyai kewajiban untuk
memberi nafkah terhadap keluarganya itu sesuai dengan perintah Allah
yang terkandung dalam Surat At-Taghabun Ayat 16.
Berikut Firman Allah :
حون) لئكاىماللم وافأ ف ا مامناوقاشحه قولاخيفرلاألف (أ
23
Artinya:”Dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang
siapa dijaga dirinya dari kekikiran, maka itulah orang-orang yang
beruntung”.
Maksudnya, berinfaklah kamu sekalian dengan baik bagi dirimu
dan keluargamu dan barang siapa dipelihara dari kekikiran darinya,
maka sungguh mereka adalah orang-orang yang beruntung.
Penjelasan ayat tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah saw
sebagai berikut:
ولادامءىمالتهقال ماعىالناص ماح ه لشحهالىكامناك اناقفبف للشحهاف
لهامم( م)ر تحوالم رم ل Rasulullah Saw bersabda: “jauhilah berbuat aniaya, maka
sesungguhnya aniaya itu akan menjadi kegelapan dihari kiamat,. Dan
jauhilah sifat kikir maka sesungguhnya kikir itu telah merusak orang-
orang yang ada sebelum kamu. Dan akan menjadikan mereka atas
pertumpahan darah. Dan menghalalkan sesuatu yang di haramkan
mereka. H.R Muslim “(Muhtarul Hadis, 197)
Dapat disimpulkan, dari kompilasi Al-Qur‟an dan Hadits yang
telah dijelaskan tersebut, adapun kesamaannya adalah dari ayat Al-
Qur‟an dan Hadits tersebut adalah, Allah swt telah memperingatkan
kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa berhat-hati kepada
anak-anak dan istrinya, karena sebagian di anatara keluargamu
sekalian ada yang menjadi musuh / fitnah (cobaan) bagi diri kamu
24
sekalian. Jangan sampai anak dan istrimu menjadikan kamu termasuk
kedalam kategori orang- orang yang rugi. Untuk itu bimbinglah
keluargamu yaitu anak dan istrimu, untuk selalu Iman kepada Allah
dengan menanamkan rasa Takwa kepada Allah swt, yaitu menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. yaitu dengan
menjalankan Sholat dan infak sesuai kemampuannya. Agar senantiasa
dijauhi dari sifat kekikiran dan dijauhkan dari kebinasaan yang sia-sia,
dan termasuk golongan orang –orang yang beruntung.
25
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul
Kata menurut bahasa berasal dari dua suku kata زلاسباب الن
yaitu اسباب dan ب اسبا . الن زل jamak dari kata سبة berasal dari akar kata
yang berarti sebab-sebab (Yunus, 2010:161). Kata سبيبات -ةبيس-سبة
نزوال – لينز - نزل berasal dari kata النزل yang berarti turun dari pada
(Yunus, 2010:448). Sedangkan menurut pendapat (Budiharjo,
2012:21) Kata asbab al-nuzul berasal dari dua kata yaitu asbab dan al-
nuzul, asbab yang berasal dari bentuk jamak sabab yang berarti sebab.
Sedang kata al-nuzul adalah masdar dari kata nazala yang berarti
menurunkan sesuatu kejadian sesuatu.
Al-Qur‟an diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw
secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur‟an
diturunkan untuk memperbaiki akidah, akhlak, ibadah dan pergaulan
manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Sebab turunnya ayat
atau asbabun nuzul yang dimaksudkan disini yaitu sebab-sebab yang
secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu (Syadali
dan Rofi‟i, 1997).
Menurut Departemen Agama RI (2009:228) menjelaskan bahwa
Al-Qur‟an ada pula yang turun tanpa sebab, dan ada pula ayat-ayat yang
26
diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau
persoalan yang perlu dijawab. Peristiwa atau persoalan yang melatar
belakangi turun ayat itu disebut asbabun nuzul.
Selaras dengan pernyataan diatas, Efendi dan Fathurrahman
(2014:77) menyatakan bahwa Al-Qur‟an turun dalam dua kategori,
kategori pertama yaitu, Al- Qur‟an tanpa sebab (ibtida‟i) yaitu ayat Al-
Qur‟an yang turun atas dasar kehendak Allah semata, kategori kedua,
ayat al-Qur‟an turun karena sebab, iniah yang populer disebut Asbabun
Nuzul.
Banyak juga ayat Al-Qur‟an yang diturunkan oleh Allah tanpa
adanya asbabun nuzul ayat. Namun pada ada kesempatan ini penulis
ingin melampirkan asbabun nuzul mengenai Surat At-Taghabun ayat
14-16. Berdasarkan Al-Qur‟an, buku dan internet maupun sumber
informasi lainnya, tentang asbabun nuzul surat At-Taghabun ayat 14-
16 tersebut.
B. Asbabun Nuzul Surat At-Taghabun Ayat 14-16
1. Asbabun Nuzul Surat At-Taghabun Ayat 14
ماا اللهذناآمنولانهامناأزلج نا اأف ىما ماف حذر لال لدكماعد أ
ورارحيم) لافإنهاللهواغ ر تفغ تصحولا ولا (تف Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di
antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu
memaafkan dan kamu santuni serta mengampuni(mereka), maka
27
sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surat At-
Taghabun ayat 14)
Dalam Kitab Tanwirul Muqobas Tafsir Ibnu Abbas (277)
diterangkan, adapun sebab turunnya Surat At-Taghabun Ayat 14-16
adalah telah diceritakan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Hakim dan
keduanya telah menshahihkannya, yang telah diceritakan dari Imam
Ibnu Abbas dia telah berkata bahwa Surat At-Taghabun Ayat 14-16 ini
turun berkaitan dengan adanya suatu kaum ahli Mekkah yang baru
masuk Islam. Yang istri dan anaknya telah menghalang-halangi
mereka pergi berhijrah ke Madinah. Maka pada waktu mereka datang
kepada Rasulullah saw telah melihat manusia bersungguh-sungguh
belajar ilmu agama, maka dia merasa kecewa, sehingga ia ingin
menghukum istri dan anaknya yang menjadi penghalang untuk
berhijrah.
Kemudian diceritakan dari sahabat Ibnu Jarir bin „Atho‟ bin
Yasar dia berkata: “Surat At-Taghabun itu semua diturunkan di
Mekkah kecuali ayat-ayat tersebut (Ayat 14-18). Surat At-Taghabun
Ayat 14-16 ini diturunkan sebab adanya sahabat „Auf bin Malik
Asy‟ajai yang telah memiliki keluarga dan anak, tatkala beliau ingin
berperang mereka menangis atas kepergian akan perginya sahabat „Auf
bin Malik dan keluarganya melarangnya untuk pergi. Maka sahabat
„Auf bin Malik merasa kasihan dan tidak jadi berangkat perang.
Kemudian setelah pada akhirnya mereka berhijrah, mereka
menemukan rekan-rekan mereka yang telah terlebih dahulu berhijrah,
28
telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang Islam. Ketika itu
mereka menyesal dan bermaksud menjatuhi hukuman terhadap istri
dan anak-anak mereka yang menjadi penyebab ketertinggalan itu.
2. Asbabun Nuzul Surat At-Taghabun Ayat 16
ل تما تط مامناوقاف تفهقولاللهوام ال قولاخيفرلاألف أ ولا أطي سولا
حونا لئكاىماللم وافأ ()شحهاف
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu
dan dengarlah serta taatlah dan infakkanlah harta yang baik untuk
dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, maka itulah
orang-orang yang beruntung “(Surat At-Taghabun Ayat 16).
Sebelum turun Surat At-Taghabun Ayat 16 ini, telah turun
Surat Ali Imron Ayat 102 yang menjelaskan, dalam ayat tersebut
memberi semangat pada suatu kaum untuk beramal dan menjalankan
ibadah terutama sholat, sehingga bengkak tumitnya dan sampai
melecet keningnya.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat
“ittaqullaha haqqa tuqatih”. Kaum Muslimin melakukan berbagai amal
sehingga bengkak-bengkak kaki dan luka-luka dahi mereka (Shaleh
dkk, 1990:530)
Berikut Firman Allah swt, Surat Ali Imran Ayat 102 yang
berbunyi:
اتفق اتيو) (لتفهقوالهللاحقه
29
Artinya: “.........Bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya
Takwa”(Q.S Ali Imran Ayat 105)
Maka Allah swt menurunkan surat At-Taghabun Ayat 16 tersebut
untuk meringankan beban atas orang muslim tersebut, berinfak, dan
taatlah kepada Allah swt sesuai semampu kalian, untuk mencegah dari
sebuah kekikiran darinya, maka orang tersebut termasuk golongan
orang yang beruntung.
C. Munasabah
Secara etimologi, munasabah berasal dari akar kata bahasa arab
yang artinya sesuatu berkaitan dengan sesuatu yang lain. Kata al-nasab
dapat juga diartikan dengan muqarabah (saling berdekatan).
Kedekatan dan kemiripan dapat terjadi pada dua hal atau lebih, terjadi
pada seluruh unsur atau terjadi pada sebagiannya saja. Munasabah juga
dinamai rabitun, karena dapat menghubungkan antara dua hal,
misalnya hubungan lafazh „am dan khas, sebab dan akibat, maupun
hubungan lainnya (Daming Muh, 2012: 19)
Menurut (Budiharjo, 2012: 39) dalam bukunya kata munasabah
merupakan bentuk tsulasi mujarat nasaba yang berarti hubungan sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Kata nasab juga dapat berarti keturunan, sebab
keturunan itu adalah adanya hubungan antara orang tua dengan anak-
anaknya.
Dengan demikian munasabah menurut istilah adalah adanya
kecocokan, kepantasan antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat,
30
atau munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu
dalam al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang
menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budiharjo,
2012: 38)
Munasabah menurut istilah adalah adanya kecocokan, kepantasan
antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat, atau munasabah adalah
kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Qur‟an baik pada
surat naupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan antara uraian yang
satu dengan yang lainnya (Budiharjo, 2012: 39).
Menurut sifatnya, munasabah adalah perkara yang rasional.
Sesuatu yang mirip dengan yang lain. Dari sini muncullah istilah
munasabah atau kesejajaran, sifat yang mirip itu dapat diindikasikan
adanya kedekatan, perkembangan dan hukum yang sama (Daming Muh,
2012: 19)
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa munasabah merupakan hubungan atau kemiripan antara ayat
dengan ayat yang lainnya dan surat satu dengan surat yang lainnya yang
dapat diterima dengan rasio.
Munasabah yang akan dijelaskan penulis disini adalah
munasabah ayat yaitu hubungan antara surat Al-Taghabun ayat 14-16
dengan ayat yang lain yang saling berkaitan, serta munasabah surat
yaitu hubungan antara surat At-Taghabun dengan surat sebelumnya
31
Q.S (Al-Munafiqun) dan hubungan surat at-Taghabun dengan surat
sesudahnya Q.S (At-Thalaq)
1. Munasabah ayat
Tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an mempunyai keterkaitan
khusus dengan ayat sebelumnya maupun sesudahnya. Jadi, munasabah
ayat yang akan dijelaskan penulis disini adalah munasabah ayat
sebelum dan sesudahnya dari surat At-Taghabun Ayat 14-16:
a. Munasabah Surat At-Taghobun Ayat 12 antara Surat At-
Taghobun Ayat 13
Pada ayat-ayat yang lalu, yaitu surat At-Taghabun Ayat 12,
diterangkan dalam ayat ini Allah memerintahkan agar manusia taat
kepada-Nya dan Rasul-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya dan juga Allah menjelaskan
bahwa Allah Tuhan yang maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia.
Dalam surat At-Taghabun Ayat 13 menjelaskan hendaknya kita
semua mengesakan-Nya, berbakti kepada-Nya dengan ikhlas, dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
b. Munasabah Surat At-Taghobun Ayat 17 antara Surat At-
Taghobun Ayat 18
Pada Ayat 17 Allah menerangkan bahwa orang yang
meminjamkan kepada-Nya dengan pinjaman yang baik sewaktu di
dunia yakni membelanjakan harta bendanya dijalan yang diridai-
Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan ikhlas dan hati yang
32
lega, akan dilipatkan gandakan pahalanya. Dan dalam Ayat 18
Allah mendorong manusia untuk berinfak, karena segala perbuatan
pasti terlihat oleh Allah dan dibalas dengan berlipat ganda.
2. Munasabah Surah
a) Munasabah Surat At-Taghabun dengan Surah Sebelumnya
(Surat Al-Munafiqun)
Surat at-Taghabun terdiri dari 18 ayat, termasuk kelompok surah
madaniyah. At-Taghabun, sebagaimana ungkapan pada ayat ke-9
surat ini, berarti hari pengungkapan kesalahan, yaitu hari kiamat,
pada hari ini semua amal perbuatan manusia akan diungkap agar
manusia dapat mempertanggung jawabkan semua perbuatan
mereka selama di dunia. (Lajnah pentashihan litbang, 2016:795)
Surat Al-Munafiqun terdiri dari 11 ayat, termasuk dalam kelompok
surah Madaniyah, diturunkan sesudah Surah al-Hajj. Surah ini
dinamai Al-Munafiqun yang artinya orang-orang munafiq, karena
surah ini mengungkapkan sifat-sifat orang munafik. Keterangan
tentang orang-orang munafik dan sifat mereka yang buruk, di
antaranya ialah pendusta, suka bersumpah palsu, sombong, kikir
dan tidak menepati janji. Peringatan kepada orang-orang mukmin
agar harta benda dan anak-anaknya tidak melalaikan mereka dan
mengingat Allah dan anjuran agar menafkahkan sebagian dari
rezeki yang diperoleh (Depag, 2009:139)
33
Adapun keterkaitan Surat At-Taghabun dengan Surat Al-
Munafiqun menurut Departemen Agama RI (2009:153)
1. Surah al-Munafiqun menerangkan sifat orang munafik dan
Surah At-Taghabun menerangkan orang kafir
2. Dalam surat Al-Munafiqun, Allah menjelaskan keadaan para
munafik dan menghadapkan firman-Nya kepada para mukmin.
Adapun dalam surat At-Taghabun Allah membagi manusia
dalam dua golongan, mukmin dan kafir.
3. Dalam surat Al-Munafiqun, Allah mencegah kita terlalu
menyibukkan diri dengan masalah anak, sehingga lupa kepada
Allah. Sedangkan dalam surat ini Allah menerangkan bahwa
anak dan harta adalah fitnah (batu ujian)
4. Dalam surat yang telah lalu, Allah menggerakkan (memotivasi)
kita untuk menginfakkan harta dijalan Allah. Dalam surat at-
Taghabun hal itu diulangi lagi (Ash-Shiddieqy,2000: 4239)
b) Munasabah surat At-Taghabun dengan Surat Setelahnya
(Surat At-Thalaq)
Surat at-Taghabun terdiri dari 18 ayat, termasuk kelompok
surah madaniyah. At-Taghabun, sebagaimana ungkapan pada ayat
ke-9 surat ini, berarti hari pengungkapan kesalahan, yaitu hari
kiamat, pada hari ini semua amal perbuatan manusia akan
diungkap agar manusia dapat mempertanggung jawabkan semua
34
perbuatan mereka selama di dunia. (Lajnah pentashihan litbang,
2016:795)
Surah At-Talaq terdiri dari 12 ayat, termasuk kelompok
surah madaniyah. Dinamakan At-Talaq yang berarti talak atau
cerai, karena kebanyakan ayat-ayat di dalam surah ini
membicarakan masalah talak dan yang berhubungan dengan
masalah ini.
Adapun keterkaitan Surat At-Taghabun dengan Surat At-
Thalaq menurut Departemen Agama RI (2009:174)
1) Dalam Surat At-Taghabun, Allah menjelaskan bahwa diantara
anak-anak dan isteri kita ada yang menjadi musuh, menjadi
perintang bagi kita mencari keridhaan Allah, sedangkan dalam
surat ini (At-Thalaq) Allah menjelaskan mengenai Talak, idah,
dan kewajiban masing-masing suami dan istri dalam masa-
masa talak dan idah. Hal itu bertujuan agar tidak ada pihak
yang dirugikan dan keadilan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
2) Dalam Surat At-Taghabun dijelaskan bahwasanya orang-orang
mukmin senantiasa untuk bertakwa kepada Allah swt. Didalam
ayat ini (At-Thalaq) Allah juga memerintahkan kepada orang-
orang mukmin agar bertakwa kepada Allah yang telah
mengutus seorang Rasul yang memberikan petunjuk kepada
mereka.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Surat At-Taghabun Ayat 14-16 menurut Para Mufassir
1. Surat At-Taghabun Ayat 14
ا ناتف ىما ماف حذر لال لدكماعد أ ما اللهذناآمنولانهامناأزلج ولا اأف
ورارحيم) لافإنهاللهواغ ر تفغ (اتصحولا Artinya:
14. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-
istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan
dan kamu santuni serta mengampuni (mereka), maka sungguh,
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
a. Mufrodat
Musuh atau cobaan : ما لل عد
Fitnah :نةا فتف
Berhati-hatilah : ىما ف حذر
Maafkan dan menyantuni (tidak memarahi) : تصحول ولا ناتف
Dan kamu mengampuni :راا تفغ
Maha pengampun : ورا غ
36
Maha penyayang : اارحيمااا
b. Tafsir Surat At-Taghabun Ayat 14 menurut para Mufassir
1) Tafsir Ibnu Katsir
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Surat At-Taghabun ayat 14
menjelaskan bahwa Allah swt memberikan ihwal istri dan
anak bahwa di antara mereka itu ada yang menyebabkannya
lalai dari berbuat amal saleh. Hal ini seperti firman-Nya, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah melalaikan kamu harta
dan anak-anakmu dari mengingat Allah. Dan, orang yang
melakukan hal itu maka mereka itulah orang-orang yang
merugi.” Itulah sebabnya di sini Allah Ta‟ala berfirman,
“Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka,” yaitu dalam
memelihara agamamu. Dikatakan oleh Mujahid,
“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu,” yaitu seorang laki-laki dapat
menyeret kepada pemutusan tali kekeluargaan atau kepada
keduharkaan kepada Tuhannya. Dan laki-laki tidak mampu
berbuat apa-apa karena hatinya dikuasai rasa cinta kepada
seseorang selain menuruti semua yang di inginkannya.
Sehingga para suami merasa kecewa karena menuruti anak
isterinya, dan bermaksud menghukum menghukum isteri dan
anak mereka, Maka Allah menerangkan, jika kamu
37
memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuninya maka
sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang “
2) Tafsir Departemen Agama RI
Dalam Tafsir Departemen RI, tafsir surat At-Taghabun
Ayat 14 tersebut menerangkan bahwa Allah swt menjelaskan
bahwa ada di antara istri-istri dan anak-anak yang menjadi
musuh bagi suami dan orang tuanya yang mencegah mereka
berbuat baik dan mendekatkan diri kepada Allah swt,
menghalangi mereka beramal saleh yang berguna bagi akhirat
mereka. Bahkan adakalanya menjerumuskan mereka kepada
perbuatan maksiat, perbuatan haram yang dilarang oleh agama.
Oleh karena itu, ia harus berhati-hati, dan sabar menghadapi
anak istrinya. Mereka perlu dibimbing, tidak perlu ditekan,
sebaiknya dimaafkan dan tidak dimarahi, tetapi diampuni.
Allah sendiri pun Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.
3) Tafsir Al-Misbah
Shihab menafsirkan surat At-Taghabun ayat 14 yaitu dalam
tafsir Al-Misbah bahwa istri dan anak-anakmu memberikan
kecintaan yang luar biasa dan walau mereka menampakkan
kecintaan yang luar biasa dan juga sebagian dari anak-anak
kamu, kendati mereka menunjukkan kasih sayang dan
kebutuhan kepada kamu secara berlebihan sehingga istri dan
anak-anakmu dapat memalingkan kamu dari tuntutan agama
38
atau menuntut sesuatu yang berada diluar kemampuan kamu
sehingga akhirnya kamu melakukan pelanggaran, maka
berhati-hatilah terhadap mereka jangan sampai mereka
menjerumuskan kamu dalam bencana, dan jika kamu
memaafkan kesalahan mereka yang dapat ditoleransi dan
berpaling tidak mengecam atau marah atas kesalahan mereka
serta mengampuni kesalahan mereka dengan tidak
menyampaikan kepada pihak lain, maka Allah akan menutupi
juga aib dan kesalahan kamu karena sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
4) Tafsir Muyassar
Dalam ayat 14 ini menerangkan, sebagian di antara para
istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian.
Mereka membuat kalian sibuk dari menjalankan ketaatan pada
Allah. Ada kalanya mereka itu justru menjerumuskan kalian
untuk melakukan hal-hal yang haram dan menghalangi kalian
dari melaksanakan kewajiban-kewajiban, maka berhati-hatilah
terhadap mereka dan dahulukan kehendak Allah daripada
kehendak mereka. Jika memaafkan kejelekan-kejelekan
mereka, menghindari mereka, menutupi aib mereka, dan tidak
membongkarnya maka Allah akan membalas kalian dengan
kebaikan serupa, dia akan mengampuni dosa-dosa kalian,
39
menutupi aib-aib kalian, menghapus kesalahan-kesalahan
kalian, dan meluruskan penyimpangan-penyimpangan kalian.
5) Tafsir Nurul Qur’an
Dalam Tafsir Nurul Qur‟an karya Ayatullah Allamah Faqih
Imani menafsirkan Ayat 14 karena cinta berlebihan terhadap
harta benda dan keluarga merupakan salah satu penghalang
dalam menempuh jalan kebenaran, apabila kamu bermaksud
untuk melaksanakan ketentuan Allah, seperti berhijrah dijalan
Allah, mereka memintamu untuk tidak taat kepada Allah swt
dan Rasul-Nya saw, sehingga menghalangimu dari
memperoleh nikmat yang demikian besar. Adakalanya, mereka
berharap supaya kamu mati agar mereka memiliki dan
menguasai harta bendamu. Tak perlu disebutkan bahwa tidak
semua istri dan anak bersikap seperti itu, karena ada kata min
(dari) yang menunjukkan makna sebagian saja. Intinya adalah
sebagian dari mereka bersikap seperti itu dan kaum mukmin
seharusnya waspada terhadap mereka.
Namun, patut mendapatkan perhatian bahwa perlawanan
adakalanya disamarkan sebagai bentuk cinta dan niat baik.
Tetapi permusuhan dan niat buruk yang terletak di balik cinta
seperti itu bisa juga bertujuan untuk mendapatkan keuntungan-
keuntungan pribadi. Hal yang paling penting adalah bahwa
manusia adakalanya bingung menghadapi dilema ketika berada
40
di antara satu jalan menuju kepada Allah swt dan jalan lain
menuju keluarganya. Kaum mukmin seharusnya tidak perlu
ragu karena rida Allah mendahului segala sesuatu serta
keselamatan di dunia ini dan akhirat terletak pada rida-Nya.
Karena anggota keluarga mungkin menggunakan alasan
tersebut sebagai dalih untuk melakukan kekerasan, pembalasan,
tindakan berlebihan, maka ayat ini selanjutnya menyatakan
bahwa jika kamu memaafkan dan mengampuni kesalahan-
kesalahan mereka, Allah swt akan mengampuni kesalahan-
kesalahan mereka, Allah swt akan mengampunimu, karena Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2. Surat At-Taghabun Ayat 15
للهواعندهاأجراعظيما) لدكمافتفنةا أ ما اأمولل (نه
Artinya:
15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah
cobaan(bagimu) dan sisi Allah pahala yang besar
a. Mufrodat
Harta-hartamu : ماالالاوامالا
Anak-anak kalian : ماكااادالاالا
Fitnah : ةاناتفافاااا
Pahala : راجاا
41
b. Tafsir Surat At-Taghabun Ayat 15 menurut para Mufassir
1) Tafsir Ibnu Katsir
Ayat 15 penjelasannya adalah harta dan anak merupakan
cobaan. Dan disisi Allahlah pahala yang besar. Maksudnya,
harta dan anak merupakan cobaan dan ujian, agar dia dapat
mengetahui orang yang menaati-Nya dan orang yang
menduharkai-Nya.
2) Tafsir Departemen Agama RI
Tafsir surat At-Taghabun ayat 15, Allah menerangkan
bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan. Jika tidak
berhati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang,
karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya,
berani berbuat yang bukan-bukan dan melanggar ketentuan
agama. Dalam ayat ini, harta didahulukan dari anak karena
ujian dan bencana harta itu lebih besar. Kalau manusia dapat
menahan diri, tidak akan berlebihan cintanya kepada harta dan
anaknya, jika cintanya kepada Allah lebih besar daripada
cintanya kepada yang lain, maka ia akan mendapat pahala yang
besar dan berlipat ganda.
3) Tafsir Al-Misbah
Dalam Ayat 15 surat At-Taghabun, tidak lagi menyebut
pasangan sebagai ujian, tetapi menyebut harta dan anak-anak.
Ini agaknya karena ayat di atas mencukupkan penyebutan salah
42
satu dari yang telah disebut pada ayat yang lalu untuk mewakili
yang lain. Di sini, anak yang terpilih untuk mewakili pasangan
karena ujian melalui anak-anak lebih besar daripada ujian
melalui pasangan karena anak lebih berani menuntut dan lebih
kuat merayu daripada pasangan. Demikian pendapat Ibn
„Asyur.
Bisa juga dikatakan bahwa ujian melalui anak lebih besar
daripada ujian melalui pasangan. Bukankah ada yang bersedia
mengorbankan pasangannya demi anaknya? Al-Biqa‟i
berpendapat bahwa pasangan tidak disebut karena sebagian
mereka dapat merupakan pendorong untuk melakukan amal-
amal yang bermanfaat diakhirat nanti.
4) Tafsir Muyassar
Dalam ayat 14 ini menerangkan, sebagian di antara para
istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian.
Merek membuat kalian sibuk dari menjalankan ketaatan pada
Allah. Ada kalanya mereka itu justru menjerumuskan kalian
untuk melakukan hal-hal yang haram dan menghalangi kalian
dari melaksanakan kewajiban-kewajiban, maka berhati-hatilah
terhadap mereka dan dahulukan kehendak Allah daripada
kehendak mereka. Jika memaafkan kejelekan-kejelekan
mereka, menghindari mereka, menutupi aib mereka, dan tidak
membongkarnya maka Allah akan membalas kalian dengan
43
kebaikan serupa, dia akan mengampuni dosa-dosa kalian,
menutupi aib-aib kalian, menghapus kesalahan-kesalahan
kalian, dan meluruskan penyimpangan-penyimpangan kalian.
5) Tafsir Nurul Qur’an
Dalam Tafsir ayat 15 menjelaskan bahwa sebagian istri dan
anak bisa menjadi musuh, tapi semuanya itu berfungsi sebagai
sarana cobaan. Demikianlah, sebelum cinta terhadap harta
benda dan anak-anak, yang harus didahulukan adalah
menunaikan kewajiban agung Ilahi, yang dijamin Allah swt
dengan pahala yang besar. Ayat ini menjelaskan bahwa harta
dan benda dan anak-anak berfungsi sebagai sarana cobaan bagi
kaum mukmin dan jika mereka menanggung cobaan tersebut,
mereka akan diberikan pahala yang besar dari Allah swt.
3. Surat At-Taghabun Ayat 16
اللهوا اشحهام ف تفهقول اوق امن م األف اخيفرل قول أ ا ول أطي ا السول تم تط ل
حونا) لئكاىماللم وافأ (ف
Artinya:
14. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu.
Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, maka itulah orang-
orang yang beruntung.
44
a. Mufrodat
Kesanggupan : ماتااطاتاالا Dan dengarlah : لاواالساا Dan taatlah : لاعاياطالاا
Dan infakkanlah : ااواقااالاا
Dipelihara : اقاوافا
Kekikiran : حهاشا Orang- orang yang beruntung : نااواحااامالالا a. Tafsir Q.S At-Taghabun Ayat 16 menurut Para Mufassir
1) Tafsir Ibnu Katsir
Dalam ayat 16 menjelaskan, supaya bertakwa kamu
sekalian kepada Allah menurut kesanggupanmu yaitu sesuai
dengan kemampuan dan potensi kamu. Maka bertakwalah
kamu menurut kesanggupanmu, menghapus ayat yang terdapat
dalam surah Ali Imran “ Hai orang-orang beriman, bertakwalah
kepada Allah dengan sebenar-benarnya bertakwa dan janganlah
kamu mati melainkan dalam keadaan Islam, dan dengar serta
taatlah kamu sebagai orang-orang yang tunduk apa yang telah
diperintahkan kepada kamu oleh Allah dan Rasul-Nya.
Janganlah kamu terlambat dalam melaksanakan apa yang
diperintahkan kepadamu dan janganlah pula melakukan sesuatu
yang dilarang. (Ar-Rifa‟i, 2000:725-726)
45
2) Tafsir Departemen Agama RI
Surat At- Taghabun ayat 16 ini menerangkan, Allah
memerintahkan agar manusia yang mempunyai harta, anak dan
istri bertakwa kepada-Nya sekuat tenaga dan kemampuannya,
Allah memerintahkan orang-orang beriman agar mendengar
dan patuh kepada perintah Allah dan rasul-Nya. Tidak
terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya, sehingga melanggar
apa yang dilarang agama. Harta benda akan dibelanjakan untuk
meringankan penderitaan fakir miskin, menolong orang yang
memerlukan pertolongan, dan untuk membantu berbagai
kegiatan yang berguna bagi umat dan agama, yang membawa
kebahagiaan dunia akhirat. Yang demikian itu lebih baik dari
pada memanjakan anak. Orang yang menjauhi kebakhilan dan
ketamakan pada harta adalah orang beruntung, ia akan
mencapai keinginannya di dunia dan akhirat, serta disenangi
oleh teman-temannya. Diakhirat nanti ia sangat bahagia karena
dekat dengan Tuhan-Nya, disenangi diridhai, dan dimasukkan
ke dalam surga (Departemen Agama, 2009:170-172)
3) Tafsir Al-Misbah
Dan dalam Ayat 16 menjelaskan, setelah ayat yang lalu
menjelaskan kedudukan anak dan pasangan serta
memerintahkan berinfak, dalam ayat 16 ini menyatakan, jika
kamu telah mengetahui penjelasan-penjelasan tersebut, maka
46
bertakwalah kepada Allah menyangkut segala sesuatu
khususnya menyangkut anak-anak, pasangan, harta benda, serta
laksanakan perintah-Nya sekuat semampu kamu dan jauhi
larangan-Nya. Perintah itu kemudian dipertegas dengan
menyatakan dengarlah tuntunan-Nya yang disampaikan Rasul-
Nya, serta tatlah melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya dan nafkahkanlah harta yang baik untuk dirimu,
karena yang dipelihara dari kekikiran hatinya berupa
keserakahan benda maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
4) Tafsir Muyassar
Dan dalam tafsir ayat 16 ini menjelaskan, berusahalah
menjalankan ketaatan semampu kalian, dengarkanlah wahyu
dengan hati yang penuh penerimaan, taatilah Allah dan Rasul-
Nya dengan mengerjakan semua yang diperintahkan dan
meninggalkan semua yang dilarang. Dan sedehkahkanlah
sebagian rejeki yang telah diberikan Allah kepada kalian
dengan ikhlas karena-Nya. Barang siapa selamat dari sifat kikir
dan gemar bersedekah maka dia berhak memperoleh balasan
karunia dari Allah, dia akan beruntung memperoleh segala apa
yang dia minta dan dia inginkan.
47
5) Tafsir Nurul Qur’an
Dalam tafsir ayat 16 ini menyebutkan bahwa kaum mukmin
seharusnya menahan diri dari melakukan dosa-dosa. Kemudian
ayat tersebut selanjutnya menyatakan bahwa kaum mukmin
seharusnya mendengarkan perintah-perintah Allah swt sebagai
pendahuluan untuk taat kepada-Nya. Penekanan khusus
diberikan pada memberikan infak dijalan Allah sebagai salah
satu cobaan Tuhan yang sangat dengan menyebutkan bahwa
hal-hal demikian itu semuanya untuk kebaikan mereka. Namun
demikian, kata tersebut meliputi jangkauan makna yang luas.
Ungkapan empati menjelaskan bahwa orang-orang yang
menyelamatkan diri mereka dari keserakahan dan kekikiran
akan terselamatkan.
B. Konsep Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat At-Taghabun
Ayat 14-16
Berkaitan dengan pendapat para Mufassir dalam menafsirkan Al-
Qur‟an Surat At-Taghabun Ayat 14-16, maka penulis menganalisis
Konsep Pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur‟an Surat At-Taghabun
Ayat 14-16 tersebut
Untuk mendidik membimbing anak yang shaleh dan shalehah serta
mempunyai kepribadian yang baik, yakni anak yang menjalin hubungan
baik dengan Allah dan sesama makhluk lainnya, maka pokok-pokok yang
harus diberikan tiada lain adalah Nilai-Nilai Pendidikan agama Islam itu
48
sendiri. Pendidikan agama Islam itu tercover dalam agama Islam itu
sendiri. Adapun konsepnya adalah sebagai berikut:
1. Konsep Pendidikan Akhlak
ماف حا لال لدكماعد أ ما اللهذناآمنولانهامناأزلج ولا اأف ناتف ىما ذر
ورارحيم) لافإنهاللهواغ ر تفغ (تصحولا
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-
istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan
dan kamu santuni serta mengampuni(mereka), maka sungguh,
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Dalam bahasa Indonesia Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq,
bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis berarti
budi pekerti, perangai, sikap, perilaku, tingkah laku atau tabi‟at.
Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan
perbuatan (perilaku, tingkah laku).
Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perilaku atau
budi pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta alam semesta) dan
makhluk (yang diciptakan). Karena dalam garis besarnya ajaran akhlak
berkenaan dengan sikap dan perbuatan manusia terhadap (a) Khalik,
yakni Tuhan Maha pencipta, dan (b)Terhadap sesama makhluk (segala
yang diciptakan oleg khalik itu. Sikap terhadap sesama makhluk dapat
dibagi dua yaitu (1) Akhlak terhadap sesama manusia yakni diri
sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat dan (2) Akhlak terhadap
49
makhluk yang bukan manusia yang ada disekitar lingkungan hidup kita
((Daud Ali, 2008: 346-347)
2. Konsep Pendidikan Akidah
تم) تط (ف تفهقولاللهوام ال
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu........”(Surat At-Taghabun Ayat 16) Ayat tersebut menjelaskan mengenai mendidik keluaga dengan
pendidikan akidah sesuai dengan surat At-Taghabun Ayat 16, dalam
ayat ini menjelaskan bagaimana suatu keluarga tersebut dianjurkan
mendidik keluarganya dengan menanamkan pendidikan Akidah.
Kata „Aqidah jamaknya „aqaid yang berarti ikatan atau simpulan
yang kokoh, sedangkan menurut istilah „Aqidah bermakna
kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang.
Jadi „aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang, „aqidah
merupakan perbuatan hati, kepercayaan hati serta pembesaran terhadap
sesuatu. Keyakinan kepada Tuhan merupakan ikatan yang kokoh yang
tidak boleh dibuka atau dilepaskan begitu saja, karena bahayanya amat
besar bagi kehidupan manusia. Ikatan yang kokoh itu yakni mengikat
pikirannya, hatinya, tingkah lakunya kepada Allah dengan
melaksanakan semua perintah-Nya, dan meninggalkan semua
larangan-Nya. Orang yang tidak memiliki ikatan yang kokoh dengan
50
Tuhan, menyebabkan ia dengan mudah tergoda pada ikatan-ikatan lain
yang membahayakan dirinya (Hasballah, 2015: )
Ruang lingkup kajian akidah berkaitan erat dengan rukun iman.
Rukun iman perlu dipahami dengan benar. Adapun rukun iman yang
populer ada enam, yaitu :
1. Iman kepada Allah,
2. Iman kepada malaikat,
3. Iman kepada kitab Allah,
4. Iman kepada Rasul Allah,
5. Iman kepada hari akhir dan
6. Iman kepada qodho‟ dan qodar.
Rukun iman ini tersimpul kokoh dalam hati bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian dengan Allah Ta‟ala sebagai rukun pertama
(Makbuloh, 2003:85)
Akidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku setiap
muslim bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A‟la
Al Maududi menyebutkan pengaruh akidah Tauhid adalah sebagai
berikut:
a. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik
b. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam mengahadapi
setiap persoalan dan situasi
c. Menciptakan sikap hidup damai dan rida
51
d. Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan
perintah Ilahi (Luthfiah & Mujahidin, 2011:18)
Untuk itu penanaman Akidah dalam suatu keluarga sangatlah penting,
dalam hal ini sesuai dengan perintah Allah swt dalam surat At-Taghabun
ayat 16 yang telah dijelaskan diatas.
Adapun Fungsi dan Peranan Akidah adalah sebagai berikut:
1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki
manusia sejak lahir
Manusia sejak lahir telah memiliki keberagaman (fitrah) sehingga
sepanjang hidupnya manusia membutuhkan agama dalam rangak
mencari keyakinan Tuhan. Akidah Islam berperan memenuhi
kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun dan mengarahkan
manusia kepada keyakinan yang benar tentang Tuhan, tidak menduga-
menduga atau mengira-ngira, melainkan menunjukkan Tuhan yang
sebenarnya
2. .Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
Agama sebagai kebutuhan fitrah manusia akan senantiasa
menuntut dan mendorongnya untuk terus mencarinya. Akidah
memberikan jawaban yang pasti sehingga rohaniahnya dapat
terpenuhi sehingga ia memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa
yang diperlukannya.
52
3. Memberikan pedoman hidup yang pasti
Keyakinan terhadap Tuhan yang diberikan akidah Islam
memberikan arahan dan pedoman yang pasti, sebab akidah
menunjukkan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya. Akidah
memberikan pengetahuan dari mana manusia datang, untuk apa hidup
dan kemana manusia akan pergi sehingga kehidupan manusia akan
lebih jelas dan lebih bermkana (Luthfiah&Mujahidin, 2011: 17-18)
3. Konsep Pendidikan Ibadah
لئكاىما وافأ مامناوقاشحهاف قولاخيفرلاألف أ ولا أطي لسولا
حونا) (للم
“......Dengarlah serta taatlah dan infakkanlah harta yang baik untuk
dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, maka
itulah orang-orang yang beruntung” (Surat At-Taghabun Ayat 16)
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara‟ (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi mempunyai makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah, ibadah adalah taat kepada Allah dengan
melaksabakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah
adalah merendahkan diri kepada Allah swt. Jadi ibadah merupakan
hasil dari akidah yang kokoh. Akidah tersebut menciptakan kegiatan
atau amal yang dinamakan ibadah. Sebagaimana yang kita ketahui,
53
jika manusia memiliki dua tugas didalam perjalanan penghambaan,
yakni ibadah dan memimpin.
Hamba yang beriman harus menyuruh keluarga dan juga anak-anaknya
serta orang-orang yang berada dibawah kekuasaannya, untuk selalu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Diharuskan
pula bagi dirinya membimbing dan mendidik mereka, serta
mengingatkan mereka supaya tidak melakukan sesuatu yang tidak
sepatutnya. Jangan sampai belas kasihan menjadi satu penghalang
dalam menjalankan agama Allah (Riyadhus Shalihin, 2000:809)
B. Implementasi Al-Qur’an Surat At-Taghabun Ayat 14-16 dalam
kehidupan sehari-hari
1. Nilai Pendidikan Akhlak
Anak merupakan hiasan dunia. Setiap manusia menyukai anak.
Karena hal ini, merupakan fithrah asli manusia. Keberadaan anak
merupakan hal yang sangat dinanti-nanti kehadirannya oleh orang tua.
Maka dari itu Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl ayat
72 yang berbunyi:
ابننيا م اأزلج امن م ال ل اج اأزلج م اأف امن م ال ل اج للهو
ن) ر مةاللهواىما بن مامناللطهيفب تاأفب لب طلافؤمنونا رزق دةا (ح
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan
54
cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?" Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan
cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?"(An-Nahl Ayat 72)
Anak merupakan suatu kebanggaan hidup sekaligus sebagai
amanah. Amanah berarti adalah segala hak yang dipertanggung
jawabkan atau dipertaruhkan kepada seseorang baik hak-hak itu
kepunyaan Allah atau hamba. baik berupa pekerjaan, perkataan,
kepercayaan hati atau barang-barang. Maka anak yang merupakan
amanah berarti pada suatu saat nanti orang tua akan dimintai
pertanggungan jawab dihadapan Allah.
Sesuai dengan hadits Rasulullah riwayat bukhari muslim
اواتاياعارااناعاالاوائفاامااواىااالعاارااما ما لافااواتاياعارااناعاالاوائفاامااماااكااعالاراامااكا
)خب اريامم(واتاياعارااناعاالاوائفاامااواىاااوااىاالافااعارلاالاواجاللرهاا
“Tiap-tiap kamu adalah penggembala (pemimpin) dan kamu akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”)Kitab
Muhtarul hadits, 196)
55
Maka dari itu seorang kepala rumah tangga berkewajiban mendidik
dan membimbing keluarganya sesuai sikap (Akhlak) yang telah
disebutkan dalam surat At-At-Taghabun Ayat 14
وا ناتف ل ر تفغ تصحولا ورارحيم)افإنهاالا (للهواغ
“Dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta
mengampuni(mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”(Surat At-Taghabun Ayat 14)
Adapun sikap yang bisa diterapkan dalam mendidik keluarganya adalah
sebagai berikut:
a. Mendidik keluarga dengan Cinta dan Kasih
Tidak diragukan bahwa pendidikan dengan kelembutan,
keramahan dan kasih sayang adalah salah satu metode terpenting
dalam pendidikan, dan Nabi Muhammad saw menerapkan semua itu
seperti diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Hendaknya ayah
bersikap bijaksana dalam mendidik anak dan istrinya, dan lembut
terhadap mereka, tidak boleh bersikap keras dan kasar. Rasulullah saw
adalah orang yang paling penyayang dan paling mulia, beliau bisa
mencium Hasan dan Husain, dan beliau begitu mencintai dan
mengasihi kaum muslimin. Maka menjadi kewajiban ayah untuk
bersikap lembut kepada anak-anak dan istrinya. Hendaknya ayah
memperlakukan mereka dengan baik. Tidak bersikap keras dan tidak
56
pula bersikap lembek sehingga anak-anak dan istrinya tidak lancang
dan mengurangi wibawanya. Akan tetapi sebaik-baik perkara adalah
pertengahannya (Al-Qahthani, 2016: 85)
Dalam bentuk kesenangan yang berlebihan, keberadaan anak dapat
membuat berlebihan dalam mencintai anaknya, sehingga ia lupa diri
dan melalaikan cinta dan kewajibannya kepada Allah swt. Sikap
berlebihan ini dapat membuat sesorang lebih mengutamakan anak-
anaknya daripada menaati Allah dan Rasul-Nya. Sehinga bisa
menjadikan mereka menjerumuskan ke dalam perbuatan dosa. Inilah
yang dicela oleh ayat Al-Qur‟an dia atas (Zarman, 2017:90)
b. Luruskanlah jika berbuat salah
Orang tua yang baik tidak menjadikan kekeliruan yang dilakukan
anak sebagai sumber kemarahannya. Sebab, wajar bila anak yang
belum baligh dan mukalaf belum mampu secara sempurna memahami
sesuatu yang dilakukannya. Karena itu, kehadiran orang tua adalah
untuk membimbing mereka dan meluruskan segala pemahaman keliru
yang muncul dari mereka. Orang tua tidak seharusnya semata-mata
berfungsi laksana hakim yang mengetuk palu dan menjatuhkan vonis
hukuman terhadap kesalahan dan kekeliuran yang dilakukan anak
(Ahmad, 2015:195)
Ketika meluruskan kekeliruan anak, yang dilakukan oleh
Rasulullah saw adalah memberikan contoh pelaksanaan yang benar
57
dan menunjukkan cara yang harusnya dilakukan berdasarkan pada
tuntunan syariat Islam. Beliau meluruskan kekeliruan seseorang
dengan mencabut akar kekeliruan itu sehingga ia benar-benar bisa
lepas dari kekeliruan tersebut.
c. Bersikap Tegas
Terapkan aturan yang sudah disepakati di lingkungan keluarga
secara konsisten. Tegur bila berbuat salah apabila menyalahi aturan.
Tetapi yang perlu di ingat, teguran itu tidak keterlaluan, apalagi
menyimpang dari ketentuan yang sudah disepakati. Selain itu,
bersikaplah adil terhadap semua anggota keluarga, agar salah satu dari
mereka tidak merasa mendapat perlakuan yang diskriminatif.
Disinilah, ketegasan orang tua dalam menyikapi setiap permasalahan
yang terjadi dalam rumah tangga. Ketika membuat peraturan di dalam
keluarga, pastikan aturannya cukup jelas dan fleksibel, serta disepakati
oleh semua anggota keluarga. Jika ada salah satu anggota keluarga
yang tidak sepakat, pastikan tidak bertengkar di depan anak. Jika ada
konsekuensi, maka beritahukan dan sepakati sejak awal. (Ahmad,
2015:197-198)
2. Nilai Pendidikan Akidah
Pendidikan akidah merujuk pada Surat At-Taghabun ayat 16.
Akidah merupakan bentuk suatu ketaatan yang ketaatan itu sendiri
bersumber dari keimanan. Maka dari itu seorang Muslim dapat
58
dikatakan Muttaqin apabila bentuk amaliyah lahir maupun batin itu
sesuai dengan syariat Allah yang telah diyakini.
Maka seorang kepala rumah tangga harus membimbing keluarga
dengan mendidik dalam segi keimanan yang mencakup rukun Iman.
Maka dibutuhkan cara untuk membimbing keluarga, dengan harapan
anak dan keluarga tidak akan menjadi fitnah dunia dan akhirat.
Sebagaimana juga difirmankan oleh Allah swt dalam Surat At-
Taghabun Ayat 15 dan Surat Al-Anfal ayat 28:
للهواعندهاأجراعظيما) لدكمافتفنةا أ ما اأمولل (نه
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan(bagimu)
dan sisi Allah pahala yang besar”)At-taghabun Ayat 15)
لدكمافتفا أ ما اأمولل (نةاأنهاللهواعندهاأجراعظيم)لعمولاأنه
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang
besar” (Al-Anfal Ayat 28)
Itulah sebabnya Allah memperingatkan orang-orang yang beriman,
agar tidak terpedaya dengan anak dan harta bendanya. Maka perlu
dibutuhkan
a. Pendidikan anak dalam segi keimanan
b. Pendidikan ibadah yang merupakan implementasi dari iman
59
c. Pendidikan Akhlak atau budi pekerti yang merupakan buah dari Iman
dan Peribadatan.
Maka dari itu untuk mencapai keluarga sakinah mawadah warohmah
dibutuhkan cara-cara sebagai berikut:
1) Mendidik anak dengan diperkenalkan sifat-sifat Allah, sifat-sifat
Rasul dan Malaikat serta Kitab-Kitab Allah dan juga adanya hari
kiamat beserta qadha‟ dan qodar.
2) Mendidik anak dengan mengenalkan lingkungan setempat, bahkan
alam semesta sebagai perwujudan adanya Allah dzat yang maha
pencipta
3. Nilai Pendidikan Ibadah
1) Menanamkan Ketakwaan Terhadap Keluarga
Kata “Takwa” bermakna pencegahan sesuatu dari sesuatu yang
lain melalui perantara sesuatu lainnya, dan antara dua hal itu
(sebab dan akibat) terdapat perlindungan. Dalam arti, hendaklah
setiap hamba melindungi diri sendiri, anak, istri dan semua anggota
keluarganya dengan sesuatu yang di takutinya. Dengan demikian,
maksud ketakwaan hamba kepada Rabbnya (Allah) adalah usaha
membangun benteng perlindungan antara dia dan kemarahan,
kemurkaan, serta siksa-Nya. Benteng tersebut berupa ketaatan dan
peghindaran diri dari berbuat kemaksiatan. Karena itu, takwa
bermakna ketakutan dan kewaspadaan yang terus menerus serta
upaya menjauhkan dri dari berbagai rintangan diperjalanan, yaitu
60
jalan kehidupan yang sering kali dipenuhi duri-duri tajam. Takwa
juga bermakna menjaga diri dari sesuatu yang tidak bermanfaat
dan membahayakan diri, termasuk mengabaikan harapan semu dan
angan-angan kosong yang tak dapat mengabulkan do‟a (Riyadhus
Shalihin,
Al-Qur‟an amat menekankan pentingnya mendidik
keluarganya tentang prinsip-prinsip keimanan, menanamkan
ketakwaan kepada Allah swt dalam hati mereka agar mereka
tumbuh besar dalam keadaan lurus dan jauh dari kemaksiatan dan
kerusakan
Manusia yang Takwa merupakan tujuan umum pendidikan
sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al-Hujurat ayat 13
ماعنداللهواأتفق كمانهاللهواعيماخبري) (نهاأكرم
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(Q.S
Al-Hujurat ayat 13)
Untuk mencapai ketakwaan dalam kehidupan keluarga dibutuhkan
1. Pelatihan ibadah kepada Anak yang mencakup sendi-sendi
rukun Islam
61
2. Mendidik syarat-syarat untuk mencapai peribadatan yang
sempurna
3. Mendidik keikhlasan dan keridhaan untuk mencapai buah dari
peribadatan.
Karena ibadah yang tanpa disertai keikhlasan hati dan keridhaan
kepada perintah Allah swt, maka tidak akan menghasilkan suatu sikap
akhlakul karimah. Itu sesuai dengan perintah Allah dalam Surat Al-
Bayyinah Ayat 5 sebagai berikut:
لالها فؤتولام اأمر ءاقيمولاللصهلةا ناحنف صنيالواللدف لاللهوا بد اليف
(للزهك ةاذلكادناللقيفمة)
Artinya:“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus” (Surat Al-Bayyinah Ayat 5)
Sudah barang tentu, orang tua yang bertakwa akan mendidik anak-
anaknya untuk bertakwa kepada Allah swt. Suasana keluarga yang
bertakwa akan berpengaruh dalam menyiapakan pribadi sang anak.
Proses pendidikan yang diliputi unsur ketakwaan akan menghasilkan
anak yang bertakwa pula. Kondisi rumah tangga yang tenang, damai,
dan dipenuhi suasana untuk mengingat Allah swt. Akan mendukung
62
anak menjadi tenang. Pada gilirannya, akan terbentuk pribadi anak
yang percaya diri dan tenang. Dengan demikian, suasana rumah
tangga semacam ini akan melahirkan sikap dan kepribadian anak yang
stabil dan khusyuk (Ahmad, 2015:208)
2) Menginfakkan Harta
Dalam bersedekah, seyogyanya seorang hamba
menyedekahkan harta yang paling dicintainya dan dari yang halal,
terkhusus harta yang didapatkan dari hasil jerih payah sendiri.
Sungguh, Allah swt itu baik dan menyukai yang baik-baik. Bahkan
Diapun akan menerima sesuatu kecuali yang baik. Siapa saja yang
telah mampu berbuat demikian, berarti dia telah terlepas dari sifat
kikir atau bakhil. Allah pasti memberi ganti yang lebih baik dari
segala apa yang orang itu infakkan, serta Diapun akan menambah
karunia-Nya, sesungguhnya, Allah menpunyai karunia yang agung
(Riyadhus Shalihin, 2016:804).
Sesuai dengan Firman Allah dalam surat At-Taghabun Ayat 16
مامناوقا قولاخيفرلاألف أ ولا أطي تمالسولا تط ف تفهقولاللهوام ال
حونا) لئكاىماللم وافأ (شحهاف
Artinya:“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan infakkanlah
harta yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya
63
dari kekikiran, maka itulah orang-orang yang beruntung”(At-
Taghabun Ayat 16)
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk
menginfakkan harta benda orang yang beriman yang lebih baik
untuk dirinya. Hal tersebut merupakan suatu bentuk ketaatan
terhadap perintah Allah untuk mencapai ketakwaan. Sehingga tidak
akan menjadi orang yang merugi atau dikatakan termasuk menjadi
orang yang beruntung. Itu sesuai dengan Firman Allah dalam surat
Al-Munafiqun Ayat 9, yang berbunyi:
اللهذناآمنولالا لاذلكا اأف لدكماعناذكراللهوامناف مالاأ ماأمولل اتف
ن) ر لئكاىمالل (فأ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta
bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi"(Al-Munafiqun Ayat 9)
Dalam Surat Al-Munafiqun Ayat 9 tersebut, Allah swt juga
mengingatkan agar orang-orang mukmin membelanjakan sebagian
rezeki yang telah dikaruniakan kepadanya, sebagai tanda syukur
atas nikmat-Nya. Hal itu bisa berupa menyantuni anak-anak yatim,
orang-orang fakir miskin, dan sebagainya. Hal ini merupakan bekal
untuk akhirat untuk dihari kemudian. Janganlah kekayaan itu
64
hanya ditumpuk untuk diwarisi oleh para ahli waris yang belum
tentu akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya serta
mendatangkan kegembiraan, atau untuk disia-siakan yang akan
mengakibatkan kekecewaan. Membelanjakan harta benda untuk
kemanfaatan dunia dan akhirat, janganlah ditunda-tunda sampai
datang sakaratul maut. Dan jangan berandai-andai kalau umurnya
bisa diperpanjang atau kematiannya masih bisa ditunda. Ia harus
membelanjakan harta bendanya kepada yang di ridhai Allah, dan
beramal baik sehingga ia dapat digolongkan bersama orang-orang
yang shaleh sebelum ajal tiba, karena apabila ajal telah sampai
pada batasnya, tak dapat lagi diubah, dimajukan, atau
ditangguhkan (Departemen Agama RI, 2009:151)
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kajian yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam surat At-Taghabun Ayat 14-16 terdapat Tiga pengertian konsep
pendidikan yang harus diterapkan yaitu:
a. Nilai Pendidikan Akidah yang berarti Aqidah bermakna
kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa
seseorang. Jadi „aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang,
„aqidah merupakan perbuatan hati, kepercayaan hati serta
pembesaran terhadap sesuatu yang diyakini.
b. Nilai Pendidikan Ibadah, ibadah adalah taat kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah
adalah merendahkan diri kepada Allah swt. Jadi ibadah merupakan
hasil dari akidah yang kokoh. Akidah tersebut menciptakan
kegiatan atau amal yang dinamakan ibadah.
c. Nilai Pendidikan Akhlak, Perkataan itu mempunyai hubungan
dengan sikap, perilaku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik
(pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan).
66
2. Implementasi Surat At-Taghabun Ayat 14-16 dalam Pendidikan
Keluarga
a. Pendidikan Akidah
Dalam membimbing keluarga dengan mendidik dalam segi
keimanan yang mencakup rukun Iman. Maka dibutuhkan cara
untuk membimbing keluarga, dengan menanamkan akidah yang
benar sesuai syariat Islam, dengan harapan anak dan keluarga
tidak akan menjadi fitnah dunia dan akhirat bagi keluarganya.
b. Pendidikan Ibadah
Proses pendidikan yang diliputi unsur ketakwaan akan
menghasilkan anak yang bertakwa pula. Kondisi rumah tangga
yang tenang, damai, dan dipenuhi suasana untuk mengingat Allah
swt. Akan mendukung anak menjadi tenang. Pada gilirannya, akan
terbentuk pribadi anak yang percaya diri dan tenang. Dengan
demikian, suasana rumah tangga semacam ini akan melahirkan
sikap dan kepribadian anak yang stabil dan khusyuk
c. Pendidikan Akhlak
Dalam mendidik anak dan keluarganya, maka sikap
seseorang kepala rumah tangga terhadap keluarganya ketika
berbuat salah, hendaknya bersikap mengasihi mereka tanpa
memberi kekerasan. kehadiran orang tua adalah untuk
membimbing keluarganya dan meluruskan segala pemahaman
keliru yang muncul dari keluarganya.
67
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, penulis akan menyampaikan saran
sebagai berikut:
1. Dalam mendidik keluarga, seharusnya sebagai orang tua harus
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik, membina,
mengarahkan semua anggota keluarganya sesuai dengan fitrah yang
telah diberikan Allah kepadanya. Tanggung jawab ini harus diemban
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan dari pendidikan
yaitu membentuk Insan Kamil yang senantiasa bertakwa kepada Allah
swt.
2. Pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan keluarga dalam Surat At-
Taghabun Ayat 14-16 dalam mendidik keluarganya sesuai tuntunan
Al-Qur‟an. Karena pendidikan pertama terdapat dalam keluarga, dan
inti dari pendidikan keluarga adalah pendidikan agama.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ibnu. Tanwirul Muqobas dari Tafsir Ibnu Abbas. Indonesia :Darul
Ihya‟ Al-Qutub Al-„Arobiyah.
Ahid, Nur.2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif islam Cet.1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad, Habibu. Ukasyah. Didiklah Anakmu ala Rasulullah. Yogyakarta:
Saufa
Al-Albani, Nashirudin.M..2006. Shahih Sunan At-
Tirmidzy.Jakarta:Pustaka Azzam
Al-Hasyimi, Ahmad sayid. Muhtarul Hadis An-Nawawi. Mudil Madaris
Fawaidil Awal
Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali
Pers
Al-Qahthani, Ali Sa‟id. 2016. Tarbiyatul Aulad: Strategi Mendidik Anak
Menurut Petunjuk Al-Qur‟an dan Sunnah. Solo: Pustaka Zam-Zam
Ar-Rifa‟i, Muhammad Nasib. 2000. Kemudahan dari Allah: Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani
Budiharjo, 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Yogyakarta:Lokus
Daming.K.Muhammad. 2012. Keagungan Al-Qur‟an Analisis Munasabah
Cet I. Yogyakarta:Pustaka Al-Zikra
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur‟an dan Tafsirnya (edisi yang
disempurnakan) Jilid X. Jakarta: Al-Qur‟an Departemen Agama RI
69
Efendi, Nur.Muhammad.Fathurrahman.2014.Studi Al-Qur‟an memahami
wahyu Allah secara lebih integral dan komprehensif. Yogyakarta:
Teras
Faqi, Al- As‟ad Karim. 2005. Nashaaih Lil Aabaa Qabla „Uquuq Al-
Abnaa‟ (Agar Anak Tidak Durhaka). Jakarta:Gema Insani
Gojali, Nanang. 2013. Tafsir dan Hadits Tentang pendidikan. Bandung:Cv
Pustaka Setia
Imani, Allamah Kamal Faqih.2013.Tafsir Nurul Qur‟an: Sebuah Tafsir
Sederhana Menuju Cahaya Al-Qur‟an. Jakarta: Nur Al-Huda
Luthfiah, Zeni. Mujahidin, Farhan. 2011. Pendidikan Agama Islam:
Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam. Surakarta: Yuma
Pustaka
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam Cet I.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Munawir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan
Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta
Nata, Abuddin. 2009. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-
Tarbawiy). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rasyid, Ainur.2017. Hadits-Hadits Tarbawi (praktik pendidikan sesuai
hadits Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: Diva Press
Salim, Syaikh. 2000. Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhish Salihin:Syarah
Riyadhus Shalihin Jilid 1.Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi‟i
Shaleh, dkk. 1990. Asbabun Nuzul.: Latar Belakang Hisoris Turunnya
Ayat-Ayat Al-Qur‟an. Bandung: CV. Diponegoro
70
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati
Syadali dan Rofi‟i, Ahmad. 1997. Ulumul Qur‟an 1 untuk Fakultas
Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung: CV Pustaka Setia
Yusuf, M. Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi (Pesan-Pesan Al-Qur‟an tentang
Pendidikan. Jakarta: Amzah
Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud
Yunus Wa Dzuriyah
Zarman, Wendi. 2017. Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Mudah
& Efektif. Jakarta : PT Kawan Pustaka
71
72
73
74
75
76
77
78
top related