konsep pendidikan anak perspektif abdullah …digilib.uinsby.ac.id/24783/1/naili...
Post on 07-May-2019
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KONSEP PENDIDIKAN ANAK PERSPEKTIF ABDULLAH NASIKH
ULWAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP MORAL PESERTA DIDIK
SKRIPSI
Oleh:
NAILI MUFARROHAH
NIM. D01214018
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
ABSTRAK
Naili Mufarrohah(D01214018), 2018: Konsep Pendidikan Anak Perspektif
Abdullah Nasikh Ulwan dan Relevansinya Terhadap Moral Peserta Didik,
Skripsi, Program Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Pendidikan merupakan suatu proses dimana anak didik dipersiapkan untuk
menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang dan lebih
bertanggungjawab terhadap beban yang dipikulnya. Latar belakang dari penelitian ini
bahwa anak merupakan amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada pendidik
khususnya orang tua yang harus di didik menjadi manusia yang beriman dan
beribadah kepada-Nya. Dalam hal ini, peran pendidik didukung oleh metode
pendidikan dalam menanamkan pendidikan terhadap anak.
Skripsi ini merupakan hasil penelaahan terhadap pemikiran Abdullah Nasikh
Ulwan terhadap pendidikan anak yang dikaitkan dengan moral peserta didik saat ini.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yakni kajian literature
melalui riset kepustakaan dengan menggunkan data kualitatif yakni data informasi
yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa symbol atau bilangan. Pendekatan yang
dilakukan ialah pendekatan filosofis pedagogis, pendekatan yang merupakan suatu
analisis yang hati-hati mengenai penalaran suatu masalah dan penyusunan secara
sengaja serta sistemtis atas suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan.
Abdullah Nasikh Ulwan memfokuskan tujuan pendidikan tidak hanya
mementingkan aspek kecerdasan saja, tapi lebih pada dimensi kualitas manusia secara
utuh dengan pendekatan pada sisi keshalehan anak didik. Materi pendidikan anak
yang mendasar dan universal untuk diajarkan, antara lain: tanggungjawab pendidikan
keimanan, tanggungjawab pendidikan akhlak, tanggungjawab pendidikan fisik,
tanggungjawab pendidikan intelektual, tanggungjawab pendidikan psikis,
tanggungjawab pendidikan sosial dan tanggungjawab pendidikan seks. Lalu metode
yang bias diterapkan untuk peserta didik ialah : metode keteladanan, metode adat
kebiasaan, metode nasehat, metode pengawasan dan metodedengan hukuman.
Metode dan materi yang disampaikan oleh Abdullah Nasikh Ulwan dinilai sebagai
kosep pendidikan anak yang strategis dan mampu mengatasi problematika dalam
pendidikan anak di era saat ini.
Kata kunci : Konsep pendidikan anak, Pendidikan menurut Abdullah Nasikh
Ulwan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................. v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGATAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Penelitian Terdahulu .................................................................. 6
F. Metode Penelitian ...................................................................... 9
G. Sistematika Pembahasan............................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Secara Umum ......................................................... 13
1. Pengertian Pendidikan ......................................................... 13
2. Pengertian Pendidikan Islam ............................................... 14
3. Dasar Rumusan Pendidikan Islam ....................................... 22
4. Tujuan Pendidikan Islam ..................................................... 26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
B. Pendidikan Anak Menurut Islam ............................................... 28
1. Anak dalam pendidikan keluarga (Informal) ....................... 31
2. Anak dalam pendidikan persekolahan (Formal) .................. 34
3. Anak dalam pendidikan non Formal .................................... 39
BAB III PENDIDIKAN ANAK PERSPEKTIF ABDULLAH NASIKH
ULWAN
A. Biografi Abdullah Naikh Ulwan................................................ 43
1. Latar Belakang Kelurga ....................................................... .43
2. Latar Belakang Pendidikan .................................................. .44
3. Keadaan Sosial Politik ........................................................ .46
4. Corak Pemikiran Tentang Pendidikan ................................. .49
5. Karya-karya Tulisan ............................................................ .50
6. Wafatnya .............................................................................. .54
B. Metode Mendidik Akhlaq Anak ................................................ 55
a. Pendidikan dengan Keteladan ............................................. .56
b. Pendidikan dengan adat Kebiasaan ..................................... .59
c. Pendidikan dengan Nasehat ................................................. .61
d. Pendidikan dengan Perhatian/pengawasan .......................... .65
e. Pendidikan dengan hukuman ............................................... .67
BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN ANAK PERSPEKTIF
ABDULLAH NASIKH ULWAN DAN RELEVANSINYA
TERHADAP MORAL PESERTA DIDIK
A. Analisis Pendidikan Anak Perspektif Nasikh Ulwan. ............... 71
1. Tanggung jawab pendidikan keimanan .............................. .72
2. Tanggung jawab pendidikan moral ..................................... .74
3. Tanggung jawab pendidikan fisik ....................................... .78
4. Tanggung jawab pendidikan kognitif ................................. .89
5. Tanggung jawab pendidikan kejiwaan ............................... .94
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiii
6. Tanggung jawab pendidikan sosial ..................................... 105
7. Tanggung jawab pendidikan seksual .................................. 115
B. Analisis Pendidikan Anak di Masa Sekarang ............................ 116
C. Analisis Pendidikan Moral Perspektif Nasikh Ulwan .............. 124
1. Teori Moral .......................................................................... 124
2. Pendidikan Moral ................................................................ . 126
3. Metode Pendidikan Moral ................................................... ..127
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 129
B. Diskusi ......................................................................................... 130
C. Saran-saran ................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan,
karena pendidikan dapat menyongsong kehidupan yang cerah di masa depan,
baik bagi diri sendiri, sosial, lingkungan, agama, nusa, dan bangsa. Tanpa
adanya pendidikan, kualitas diri sendiri juga akan sangat rendah, nantinya
akan berpengaruh pada kualitas berbangsa dan bernegara.
Islam telah meletakkan sendi – sendi sosial,yakni anak sejak dini
harus dibiasakan menjalankan etika sosial secara umum, dibentuk atas dasar-
dasar pendidikan yang sebenarnya.Agar ketika sudah dewasa ia dapat bergaul
dengan sesamanya di tengah – tengah masyarakat dengan kebaikan yang
maksimal dan simpatik, dengan cinta yang utuh, dan dengan budi pekerti
yang luhur. Etika sosial yang akan diterapkan ialah tentang penanaman dasar
kejiwaan. Karena pergaulan sosial atau etika sosial secara umum pada saat
bertindak dengan landasan iman, takwa, dasar – dasar persaudaraan dan kasih
sayang serta perasaan luhur mementingkan orang lain dan perasaan sabar,
pendidikan anak di dalam bidang sosial akan mencapai derajat luhur dan
ideal. Bahkan dalam bertingkah laku, berkahlaq, dan bergaul dengan
masyarakat, anak akan tampak lebih baik,bersikap seperti orang dewasa,
bijaksana, cindekia, dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
mempunyai keseimbangan.1 Itulah yang dikehendaki Islam ketika
meletakkan sistem pendidikan untuk membentuk akhlak anak serta
mempersiapkan tingkah laku dan sosialnya.
Dalam membahas pendidikan sosial, Abdullah Nasih Ulwan
mengemukakakn beberapa pokok bahasan, yakni :
a. Etika makan dan minum
b. Etika mengucapkan salam
c. Etika meminta izin masuk rumah
d. Etika duduk dalam pertemuan
e. Etika berbicara
f. Etika bergurau
g. Etika menyampaikan ucapan selamat
h. Etika menjengukm orang sakit
i. Etika ta’ziyah
j. Etika bersin dan menguap
Beberapa hal diatas sudah mulai memudar dikalangan peserta
didik saat ini, dan tentunya orang tua merupakan faktor penentu utama
yang harus membiasakan etika yang baik di keluarga.Karena hubungan
orang tua atau sebuah pernikahan yang ideal punya relevansi yang kuat
dengan pendidikan anak. Abdullah Nasih Ulwan menyatakan bahwa
pernikahan dilihat dari 3 aspek yakni :Pernikahan sebagai fitrah manusia,
pernikahan sebagai suatu kemaslahatan social dan pernikahan yang
1Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Sosial Anak, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1990),
hal. 102
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
ditentukan berdasarkan pilihan. Ketiga tersebut begitu penting, sebab
mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan
permasalahan tanggungjawab, kelahiran anak, pengakuan tentang
keturunan anak, pemeliharaan keselamatan jasamani, pembinaan akhlaq,
penanaman kasih sayang orang tua kepada anak, sikap saling membantu
antara suami dan istri dalam mendidik anak, konseling yang berkaitan
dengan kenakalan anak – anak, dan persiapan – persiapan dini untuk
membentuk karakter anak – anak agar mereka menjadi orang – orang yang
berguna dalam kehidupannya.2
Selain itu, sentuhan kejiawaan terhadap anak tidak kalah
pentingnya.Maksudnya ialah mengaplikasikan rasa kasih sayang yang
diciptakan oleh Allah SWT di dalam hati kedua orang tua terhadap anak –
anaknya.hal ini mengandung hikmah dalam hal menghilangkan kebiasaan
– kebiasaan jahiliyah yang menjangkiti sebagian jiwa yang sakit, yaitu
pandangan negatif terhadap anak – anak perempuan.Dengan adanya
hikmah tersebut, dapat memperlihatkan keutamaan pahala bagi orang yang
sabar karena kehilangan anak, da tabah karena berpisah dengannya.
Selanjutnya, dapat diketahui pula apa yang harus dikerjakan oleh kedua
orangtua jika kepentingan Islam berlawanan dengan kepentingan anak.
Jadi, ada 2 persoalan inti yang melatarbelakangi penulis
mengambil judul ini, yakni :
2 Abdullah Nasikh Ulwan, Tarbiyatul Awlad Fil Islam, (Jakarta: Lentera Abadi : 2006), hal. 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
1. tentang makna pendidikan yang saat ini sudah mulai memudar,
terlebih jika di korelasikan dengan makna pendidikan yang
sesungguhnya.
2. Makna yang hakiki tentang pendidikan anak serta bagaimana
cara mendidik anak dengan tanpa membuat anak tersebut takut
dengan apa yang kita lakukan.
Selain itu jika berbicara mengenai pendidikan di Indonesia saat ini,
pasti tidak akan lepas dengan dari pemikiran tentang krisis pendidikan
yang disebabkan krisis ekonomi global yang terjadi. Biaya pendidikan
yang melambung tinggi membuat anak-anak yang keadaan
perekonomiannya kurang baik memiliki nasib yang kurang beruntung
dikarenakan mereka harus putus sekolah dan bekerja untuk membantu
pekerjaan orangtua. Hal ini merupakan masalah besar yang dihadapi oleh
Indonesia, karena dengan adanya krisis pendidikan yang semakin
merajalela ini akan membuat Indonesia semakin di remehkan oleh Negara
lain.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Hal ini dibuktikan anatara lain dengan data UNESCO tahun 2009 tentang
peringkat Indeks Pengembangan Manusia atau Human Development
Index, yakni komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan
dan penghasilan perkapita menunjukkan bahwa indeks pengembangan
manusia Indonesia maakin menurun. Namun yang difokuskan oleh penulis
disini ialah relevansi dari segi akhlaqnya.Jika anak-anak terdahulu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
terbilang patuh pada orangtua, ta‟dzim terhadap guru-gurunya, ketika
diperintah tak berani mengelak sedikitpun.Pada dasarnya pendidikan anak
ketika zaman dahulu masih terbilang normal dan baik.Namun bedanya
akhlaq dengan yang zaman sekarang ialah banyak sekali.Bahkan sejatinya
sekarang sudah sangat memprihantinkan.
Departemen Sosial RI bahwa perilaku anak sekarang yang di
presentasikan yakni mengonsumsi minuman keras (83,3%), begadang
malam (93,3%), berbohong (100%), hubungan seks diluar nikah (40%),
mencuri (46,7%) dan sejumlah data kerusakan akhlaq diberbagai sisi
kehidupannya. Dengan semua permasalahn yang terjadi diatas, maka
timbul pertanyaaan sebenarnya pola perhatian dan metode pembelajaran
seperti apa yang harusnya diterapkan pada anak, sehingga bisa menjadikan
anak-anak yang berakhlaq baik dan juga berkualitas dalam hal akademis.
A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep pendidikan anak menurut Abdullah Nasikh
Ulwan ?
2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan anak menurut
Abdullah Nasikh Ulwan terhadap pendidikan moral peserta
didik ?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut di atas, tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep pendiidkan anak perspektif Abdullah Nasikh
Ulwan
2. Merelevansikan konsep pendidikan amak perspektif Abdullah
Nasikh Ulwan dengan keadaan moral peserta didik.
C. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
konsep pendidikan anak menurut Abdullah Nasikh Ulwan.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan sebagai
dorongan untuk mengkaji kajian tersebut lebih lanjut.
2. Secara praktis
Diharapkan penelitian ini digunakan sebagai dasar
pengetahuan tentang cara mendidik anak dengan baik.
Dan bisa digunakan sebagai evaluasi dari moral peserta didik
yang ada saat ini jika direlevansikan dengan konsep pendidikan
anak perspektif Abdullah Nasikh Ulwan.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Konsep Pendidikan Anak Perspektif Abdullah
Nasikh Ulwan ini, sejauh pengamatan penulis, boleh dibilang masih
langka. Namun demikian, ada beberapa penelitian sebelumnya tentang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
konsep pendidikan anak yang masih relevan dengan penelitian ini dan
layak disebut di sini, yaitu:
1. Skripsi berjudul “Pendidikan Anak dalam Perspektif Abdullah
Nashih Ulwan (Telaah atas Kitab Tarbiyatul „I-Aulad Fil‟Islam)”.
Penelitian ini disusun oleh “Irpan Saefurrahman” pada tahun 2001
diajukan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Penelitian ini merupakan hasil penelaahan terhadap
pemikiran Abdullah Nashih Ulwan tentang pendidikan Islam
ditinjau dari perkembangan psikis anak. Tergolong penelitian
kepustakaan ( library Research) dengan metode dokumentasi
sebagai cara dalam pengumpulan datanya. Metode berpikir dengan
menggunakan metode deduktif dan induktif. Pendekatan yang
digunakan ialah pendekatan filosofis dan pendekatan psikologis.
Abdullah Nashih Ulwan memfokuskan tujuan pendidikan tidak
hanya mementingkan aspek kecerdasan saja, tetapi lebih pada
dimensi kualitas manusia secara utuh dengan pendekatan pada sisi
keshalehan anak didik. Materi pendidikan anak yang mendasar dan
universal untuk diajarkan anatara lain pendidikan moral,
pendidikan intelektual, pendidikan psikis, dan pendidikan sosial.
Metode pendidikan anak yang mampu dan efektif untuk diterapkan
dalam pendidikan anak diantaranya adalah metode keteladanan,
pendidikan dengan adat kebiasaan, pemberian nasehat, metode
perhatian (pengawasan), serta metode pemberian hukuman.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
2. Skripsi berjudul “Pendidikan Anak dalam Perspektif Abdullah
Nashih Ulwan (Telaah atas Kitab Tarbiyatul „I-Aulad Fil‟Islam)”.
Penelitian diatas disusun “Harpansyah” pada tahun 2017 diajukan
di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang,
berikut merupakan kesimpulan dari apa yang dibahas :
Penelitian ini merupakan penelitian (Library Research),
yaitu penelitian literatur melalui riset kepustakaan dengan
menggunakan data kualitatif, yaitu data informasi yang berbentuk
kalimat verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan. Hasil
penelitian ini menunjukkan :
a. Menurut penjabaran Abdullah Nashih Ulwan dapat
disimpulkan bahwa pendidikan Islam, antara lain : metode
pendidikan dengan keteladanan, metode pendidikan dengan
adat kebiasaan, metode pendidikan dengan nasehat, metode
pendidikan dengan perhatian (pengawasan), metode
pendidikan dengan hukuman.
b. Materi tentang pendidikan anak meliputi : tanggungjawab
pendidikan iman, tanggungjawab pendidikan akhlaq,
tanggungjawab fisik, tanggungjawab pendidikan
mental/psikis, tanggungjawab pendidikan intelektual,
tanggungjawab pendidikan sosial, dan tanggungjawab
pendidikan seks.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
c. Metode dan materoi yang di sampaikan oleh Abdullah
Nashih Ulwan dinilai konsep pendidikan anak yang
strategis dan ammpu mengatasi problematika anak era
modern ini.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari jenis penelitian kepustakaan
(library research). Penelitian kepustakaan adalah proses “menghimpun
data dari berbagai literature, baik di perpustakaan maupun di tempat-
tempat lain”. Lebih dari itu, yang dimaksud literatur bukan hanya
buku-buku yang relevan dengan topik penelitian, melainkan juga
berupa bahan-bahan dokumen tertulis lainnya, seperti majalah-
majalah, koran-koran dan lain-lain.
Penggunaan jenis penelitian kepustakaan didasarkan atas pertimbangan
bahwa, dokumen-dokumen yang berhasil digali dan dikumpulkan
dapat menjadi subjek yang mampu mendefinisikan dirinya sendiri,
lingkungan, dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat serta
tindakan-tindakan subjek itu sendiri. Dalam konteks yang lain,
dokumen-dokumen yang terpublikasikan dipahami dapat memberikan
gambaran tentang potret dan dinamika studi Islam yang selama ini
berkembang. Secara praksis, penelitian ini diarahkan untuk menggali
dokumen-dokumen atauteks-teks yang dipublikasikan secara luas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
berkenaan dengan Konsep Pendidikan Anak menurut Abdullah Nasikh
Ulwan.
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian disebut juga sebagai sumber yang tertulis atau
sumber di luar kata dan tindakan.Sumber utama penelitian ini digali
dari karya otoritatif yang ditulis oleh Abdullah Nasikh Ulwan yakni
kitab Tarbiyatul awlad fil Islam.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan merupakan proses pengadaan data penelitian atau
”prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan”. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumenter, yaitu pengumpulan data dari
dokumen-dokumen yang ada, dan pada tahap selanjutnya diakumulasi
dan dikompilasi dengan tujuan menyusun dokumen-dokumen secara
deskriptif-interprtatif.
4. Metode Analisa Data
Data yang berhasil dikumpulan dan telah diuji, kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif-interpretatif.Metode
analisa deskriptif dapat dinyatakan sebagai istilah umum yang
mencakup berbagai teknik deskriptif, yaitu penyelidikan yang
menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi data yang
diperoleh.Pelaksanaan metode-metode deskriptiftidak terbatas hanya
sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
analisa dan interpretasi tentang arti data tersebut. Dalam
pelaksanannya, penelitian ini menggunakan dua tahapan Pertama,
menemukan dan mengkoding data-data seadanya (fact finding) yang
mengemukakan hubungan satu dengan yang lain didalam aspek-aspek
yang diselidiki. Kedua, melakukan analisis dan interpretasi guna
memecahkan masalah dengan membandingkan persamaan dan
perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala,
menetapkan standar, menetapkan hubungan antara gelaja-gejala yang
ditemukan antara satu dengan yang lain.3
Secara praktis, teknik analisa data dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut: data-data yang diperoleh dikatagorisasi
melalui pencatatan data yang digunakan peneliti dalam upaya
mempermudah katagorisasi data berdasarkan pada fokus penelitian.
Setelah katagorisasi data dilakukan, teknik analisa dilanjutkan dengan
membuat narasi deskriptif dan interpretasi atas data.Pada tahapan ini,
analisa data menguraikan secara deskriptif-interpretatif tentang Konsep
Pendidikan Anak Perspektif Abdullah Nasikh Ulwan dan Relevansinya
dengan Moral Peserta Didik.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut ini :
3Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik
(Bandung: Transito, 1990), hal. 139
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul,
tujuan danmanfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua, akan di uraikan tentang pengertian pendidikan anak oleh
beberapa ahli.
Bab ketiga, akan di paparkan mengenai konsep pendidikan anak perspektif
Abdullah Nasikh Ulwan.
Bab keempat, akan di deskripsikan tentang konsep pendidikan anak
perspektif Abdullah Nasikh Ulwandan relevansinya terhadap moral
peserta didik.
Analisis Bab kelima, berisi penutup yang diharapkan kepada penyampaian
akhir dari data-data yang telah ditemukan pada bab-bab sebelumnya guna
menjawab fokus kajian yang telah ditentukan dalam penelitian skripsi ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Secara Umum
1. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “kan”, yang mengandung arti “perbuatan” (hal,
cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini berasal dari bahasa Yunani,
yakni “paedagogie”, yang berarti bimibingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti
pendidikan.1
Menurut Quraish Shihab, pendidikan pada hakikatnya mempunyai
jangkauan makna yang sangat luas, dan dalam rangka mencapai
kesempurnaanya memerlukan waktu dan tenaga yang tidak kecil. Dengan
kata lain, pendidikan tidak terbatas pada sistem ormalitas yang berjenjang.
Akan tetapi, pendidikan merupakan bagian dari kehidupan atau biasa
disebut dengan pendidikan seumur hidup tanpa mengenal waktu.2
1Ramayulis., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 1998), hal. 1
2Quraish Shihab., Lentera Al-Qur’an; Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2008), hal.
221
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang
setinggi-tingginya.3
Dengan begitu, pendidikan dapat dipahami bahwa suatu
tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditentukan, yakni mencapai kondisi yang
lebih baik bagi anak dalam hal kedewasaan dan kematangan dalam
rangka mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuan-ukuran Islam.4
Pendidikan Islam menurut para tokoh ialah sebagai berikut :
Muhammad Athiyah al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa
Pendidikan Islam mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya,
sempurna budi pekertinya (akhlaqnya), teratur pikirannya, halus
3 www.spengetahuan.com (diakses pada tanggal 04 desember 2017)
4 Cosma II C, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: UINSAPress, 2016) hal. 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik
dengan lisan atau tulisan. 5
Marimba juga memberikan pengertian bahwa Pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbetuknya kepribadian.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya
mengacu kepada term ta‟lim, ta‟dib dan tarbiyah. Ketiga istilah ini
sangat popular digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam hal tertentu,
ketiga hal tersebut memliki makna yang sama, namun secara esensial
setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun
kontekstual. Oleh karena itu, perlu di jelaskan uraian dan analisis
terhadap ketiga term pendidikan Islam dengan beberapa argumentasi
tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.6
a. Ta’lim
Istilah ta‟lim telah digunakan sejak periode awal
pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini
lebih bersifat universal dibanding dengan Tarbiyah maupun
Ta‟dib. Rasyid Ridha mengartikan Ta‟lim sebagai proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu
tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.7
5Ramayulis., Ilmu Pendidikan Islam, hal. 3
6 Cosma II C, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 4 7 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta:
CIPUTAT PERS, 2002), hal. 27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Jalal memberikan alasan bahwa proses ta‟lim lebih
umum dibandingkan dengan proses tarbiyah :8
Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur‟an
kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas
pada membuat mereka sekadar untuk membaca, melainkan
membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman,
penhgertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga
terjadi pembersihan diri (tazkiyah an-nufus) dari segala
kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima
hkimah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna
bagi dirinya.
Kedua, kata ta‟lim tidak berhenti hanya kepada
pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang
lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang
lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita
dusta.
Ketiga, kata ta‟lim mencakup aspek-aspek
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang
dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.
Dengan demikian kata ta‟lim menurut Jalal
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang
8 Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam),
(Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hal. 25-26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa
bayi dan kanak-kanak, tapi juga orang dewasa. Sementara
itu Abrasyi, menjelaskan kata ta‟lim merupakan bagian dari
tarbiyah karena hanya menyangkut domain kognitif. Al-
Attas menganggap kata ta‟lim lebih dekat kepada
pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada
pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak
memberikan porsi pengenaan secara mendasar.9 Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ta‟lim lebih cenderung pada proses
pengajarannya.
b. Ta’dib
Attas menawarkan satu istilah lain yang
menggambarkan pendidikan Islam, dalam keseluruhan
esensinya yang fundamental yakni kata ta‟dib. Istilah ini
mencakup istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan
(„ilm), pengajaran (ta‟lim), dan pengasuhan yang baik
(tarbiyah). Istilah ta‟dib dapat mencakup beberapa aspek
yang menjadi hakikat pendidikan yang saling terkait,
seperti „ilm (ilmu), „adl (keadilan), hikmah (kebajikan),
„aml (tindakan), haqq (kebenaran), natq (nalar), nafs (jiwa),
qalb (hati), „aql (akal), maratib dan derajat (tatanan
hirarkis), dan adb (adab). Dengan mengacu pada kata adb
9 Maragustam, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) , hal. 26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
dan kaitan-kaitannya seperti diatas, maka berikut arti
pendidikan menurut Attas :10
Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala seuatu di dalam
tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini
membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan tempat
Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keprinbadian.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa pengertian ta‟dib
secara istilah ialah pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan.11
c. Tarbiyah
Tarbiyah berasal dari kata rabb, pengertian dasarnya
menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara,
merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian dan
eksistensinya.12
10 Maragustam, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) hal. 27 11 Samsul Nizar, (Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002), hal. 30
12 Ibid, hlm. 25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Dari segi etimologis, tarbiyah berasal dari tiga kata
yakni, raba, rabiya, dan rabba. Kata tarbiya mecakup makna
yang sangat luas yakni sebagai berikut :
Al-nama yang berarti bertambah,
berkembang, dan tumbuh menjadi besar
sedikit demi sedikit
Aslahahu yang berarti memperbaiki
pembelajar jika proses perkembangan
menyimpang dari nilai-nilai Islam
Tawallu amrahu yang berarti mengurus
perkara pembelajaran, bertanggung jawab
atasnya dan melatihnya
Ra‟ahu yang berarti memelihara dan
memimpin sesuai dengan potensi yang
dimiliki dan tabiyatnya
Al-tansyi‟ah berarti mendidik, mengasuh,
dalam arti materi (fisiknya) dan immateri
(kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang
semuanya merupakan aktivitas pendidikan.13
Menurut syeikh Ali, kata rabba memiliki arti
banyak yakni merawat, mendidik, mendidik, memimpin,
mengumpulkan, menjaga, memperbaiki, mengembangkan, 13 Maragustam, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) hal. 22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
dan sebagainya. Dan ia menyimpulkan bahwa makna
tarbiyah ialah merawat dan memperhatikan pertumbuhan
anak, sehingga anak tersebut tubuh dengan sempurna
sebagaimana yang lainnya, yakni sebuah kesempurnaan
dalam setiap dimensi dirinya, badan (kinestetik), roh, akal,
kehendak, dan lain sebagainya.14
Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan
Islam yang dikandung dalam kata tarbiyah terdiri atas
empat unsur pendekatan yakni15
:
1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik
menjelang dewasa (baligh)
2) Mengembangkan seluruh potensi menuju
kesempurnaan
3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan
4) Melaksanakan pendidikan secazra bertahap.
Dari penjelasan diatas dapat diringkas bahwa dasar
pengertian tarbiyah dalam Islam ialah16
: Pertama, karena
Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan
paling tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya
14 Ibid, hal. 22 15 Samsul Nizar, (Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002), hal. 26 16 Maragustam, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) hal. 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia itu
sesuai dengan perintah Tuhan. Kedua, penumbuhan dan
pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia
baik materi, seperti fisiknya, maupun immateriseperti akal,
hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia
sebagai konsekuensi menjalankan fungsinya sebagai
Hamba Tuhan dan sebagai fungsi Khalifah. Ketiga, dalam
proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya
dari Al-Qur‟an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan
Sunnatullah yang di gariskan-Nya. Keempat, setiap
aktivitas tarbiyah mengarah pada hal penumbuhan,
perbaikan, kepemimpinan, tau penjagaan setiap dimensi
dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara
natural. Kelima, tarbiyah yang direkayasa mengharuskan
adanya rencana yang teratur , sistematis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang menjadi
subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah
mansuia. Ketujuh, bahwa kata tarbiyah tidak terbatas
pengertiannya sebagai sekadar transfer ilmu, budaay,
tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian
(transformatif) yang dilakukan secara bertahap. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tarbiyah lebih condong pada dunia
pendidikannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
3. Dasar Rumusan Pendidikan Islam
Dasar merupakan landasan berdirinya sesuatu. Fungsinya
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus
sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai
dasar pendidikannya sendiri. Misalnya dasar pendidikan di Malaysia
adalah diasaskan kepada prinsip-prinsip Rukun-negara, karena Rukun-
negara merupakan filsafat hidup manusia. Di Pakistan sesuai dengan
tujuan pembentukannya sebagai sebuah negara Islam, dasar
pendidikannya adalah Islam, sebagaimana diputuskan oleh konperensi
pendidikan yang diadakan oleh Menteri Pendidikan Pakistan pada
bulan Nopember 1947. Konperensi itu memutuskan beberapa prinsip
yang berhubungan dengan dasar pendidikan di negara Pakistan.
Adapun dasar-dasar pendidikan Islam ialah :
a) Al-Qur‟an
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik
pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah
menjadikan Al-Qur‟an sebagai dasar pendidikan
Islam di samping Sunnah beliau sendiri. Pada
hakikatnya Al-Qur‟an merupakan perbendaharaan
yang besar untuk kebudayaan manusia, terutamu di
bidang kerohanian. Pada umumnya merupakan kitab
pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan
spiritual (kerohanian).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan
bahwa pendidikan dan pengajaran umat Islam itu
haruslah bersumber kepada aqidah Islamiyah.
Sekiranya pendidikan umat Islam tidak didasarkan
kepada aqidah yang bersumber kepada Al-Qur‟an
dan Al-Hadits, maka pendidikan itu bukanlah
pendidikan Islam, tetapi merupakan pendidikan
asing.
Pendidikan masuk dalam usaha atau tindakan
untuk membentuk manusia, dan juga termasuk
ruang lingkup muamalah. Pendidikan sangat
penting, karena menentukan corak dan bentuk amal
serta kehidupan manusia, baik pribadi maupun
masyarakat.
b) Sunnah
Dasar yang kedua yakni Sunnah Rasulullah.
Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW
dalam proses perubahan sikap hidup sehari-hari
menjadi sumber utama pendidikan Islam karena
Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan
bagi umatnya.
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan
sikap dan amal baik kepada istri dan para
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan
pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan
mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan,
perbuatan dan ketetapan Nabi inilah yang
dinamakan Hadits atau Sunnah.
Oleh karena itu, sunnah merupakan landasan
kedua untuk membina pribadi muslim. Sunnah
selalu membuka kemungkinan penafsiran
berkembang. Dan hal tersebut menjadi salah satu
alasan mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam
memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan
dengan pendidikan.17
c) Ijtihad
Pada masa jatuhnya kekholifahan Ali bin
Abi Thalib sebagai khulafaur Rasyidin yang
kemudian digantikan oleh Bani Umayyah, Islam
telah meluas sampai ke Afrika Utara bahkan ke
Spanyol. Perluasan ini diikuti oleh ulama serta
pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-
pusat pendidikan yang tersebar di kota-kota besar,
misalnya Makkah dan Madinah (Hijaz).
17 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan slam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Dengan berdirinya pusat-pusat pendidikan
tersebut, maka telah terjadi perkembangan baru
dalam masalah pendidikan. Sebagai akibat interksi
nilai-nilai budaya daerah yang ditaklukkan dengan
nilai-nilai Islam. Hal ini menunjukkan perlunya
pemikiran yang mendalam tentang cara mengatasi
permasalahan yang timbul. Pemikiran yang seperti
ini dinamakan “Ijtihad”.
Karena Al-Qur‟an dan Haditsb banyak
mengandung arti umum, maka para ahli hukum
dalam Islam menggunakan “Ijtihad” untuk
menetapkan hukum tersebut. Majelis Muzakarah
Al-Azhar menetapkan bahwa ijtihad ialah jalan
yang dilalui dengan memberikan semua daya dan
kesungguhan yang diwujudkan oleh akal melalui
ijma‟, qiyas, istihsan dengan zhan (mendekati
kyakinan) untuk mengistinbatkan hukum daripada
dalil-dalil Al-Qur‟an dan Sunnah untuk menentukan
batas yang dikehendaki.18
Jadi yang dimaksud dengan ijtihad ialah
penggunaan akal fikiran oleh fuqaha‟-fuqaha‟ Islam
untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada
18
Ramayulis., Ilmu Pendidikan Islam, hal. 17-18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
ketetapannya dalam Al-Qur‟an dan Hadits dengan
syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat dilakukan
dengan ijma‟, qiyas, istihsan dan lain-lain.
4. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan sesuatu yang esensial bagi kehidupan
manusia. Dengan adanya tujuan, semua kativitas dan gerak manusia
menjadi lebih dinamis, terarah dan bermakna. Jika tidak ada tujuan,
maka semua aktivitas manusia akan kabur dan terombang-ambing.
Jadi, seluruh karya dan karsa manusia terutama dalam pandangan
Islam hendaknya memiliki orientasi tujuan tertentu.19
Tujuan umum pendidikan biasanya dikaitkan dengan
pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan
tersebut. Pandangan hidup ini berupa agama atau aliran filsafat
tertentu. Pandangan hidup merupakan dasar untuk merumuskan tujuan.
Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk
memlihara kelanjutan hidupnya (survival) baik sebagai individu
maupun masyarakat, oleh karena itu tujuan pendidikan harus
berpangkal kepada falsafah dan pandangan hidup yang berdasarkan
agama.20
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang
19
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Islam, hal. 116 20
Ramayulis., Ilmu Pendidikan Islam, hal. 24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
yang dilakukan melalui latihanjiwa, akal pikiran, diri manusia yang
rasional, perasaan dan indra, oleh karena itu pendidikan harusnya
mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individu maupun kolektif, dan mendoromg semua aspek berkembang
ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir dari pendidikan
Muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat
manusia.
Selain bertugas menginternalisasikan (menanamkan dalam
pribadi) nilai-nilai islami, pendidikan Islam juga berfungsi
mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan
nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini menjelaskan bahwa
pendidiakn Islam harus mampu mendidik anak didik agar memiliki
“kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan
mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi
pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap
perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, pendidikan Islam
harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
kehidupan dunia dan akhirat yang berkesinambungan secara interaktif
tanpa perbedaan anatar kedua belah pihak.21
Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam
dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya
pendidikan Islam telah memiliki visi dan misi yang ideal, yakni
“Rahmatan Lil „Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan
pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, walaupun
dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, dan keinginan-
keinginan lainnya.22
Pandangan Hamka mengenai tujuan pendidikan Islam ialah
mengenal dan mencari ridha Allah dalam membangun budi pekerti
untuk akhlaq mulia serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup
secara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya.
B. Pendidikan Anak Menurut Islam
Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku
manusia ke arah yang lebih baik dengan cara pengajaran,
pemberian arahan dan latihan. Di era saat ini, bnayak media
pendidikan yang memberikan wawasan pada manusia sebagai
informasi lalu menjadikan sebagai sebuah pembelajaran.
Salah satu tujuan pernikahan dalam Islam selain
membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah
21 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hal. 111 22 Cosma II C, hal. 9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
ialah mendapatkan keturuann yang baik. Anak merupakan
anugerah dari Allah SWT dan merupakan amanah yang diberikan
kepada orang tua. Setiap anak yang lahir ke dunia adalah dalam
keadaan suci dan bersih, sehingga orang tualah yang berkewajiban
memberi pendidikan dan memberikan karakter kepada sang anak.
Dalam Al-Qur‟an Surah Al-Hadid ayat 20 telah di jelaskan
bahwa :
Artinya : Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan
dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian
menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa Allah SWT
menerangkan mengenai perkembangan anak mulai dari usia dini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
sampai masa tuanya. Kata Laibun mengandung arti anak usia dini,
ketika masa ini seorang anak biasanya bangun tidur hanya bermain
dengan imajinasinya sendiri sampai tidur kembali. Kata Lahwun
berarti anak usia dasar, pada masa ini seorang naak sudah mulai
lebih aktif dibanding masa usia dini. Misalnya seorang anak sudah
bisa naik ke kursi sendiri. Selanjutnya kata Waziinatun artinya
ialah masa remaja, pada masa ini seorang anak membutuhkan
pengawasan yang lebih karena merupakan masa pubertas yang
berarti mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Jika tidak ada
pengawasan lebih, maka seorang anak bisa terjerumus pada hal-hal
negativ misalnya pergaulan bebas. Kata selanjutnya yakni
Watafaakhurun bainakum artinya ialah masa dewasa. Pada masa
dewasa ini orang tua juga ikut berperan meskipun tidak
mendominasi, karena masa dewasa ini seseorang sudah mulai
menemukan jati diri dan biasanya sudah mulai menikah. Kata yang
terakhir ialah Watakaatsurun fil amwaali wal awlaad masa ini
merupakan masa ketika seseorang sudah mulai sukses dan biasanya
yang dibicarakan ialah mengenai harta dan anak-anak. Masa ini
juga biasanya di sebut sebagai masa-masa tua.
Berdasarkan ayat dan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan
informal, formal dan non formal. Berikut penjelasan dari tiga jalur
tersebut :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
1. Anak dalam pendidikan keluarga (informal)
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, anak ialah cikal bakal
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan
Nasional. Anak merupakan aset bangsa, masa depan bangsa dan
negara di masa yang akan datang berada ditangan anak masa
sekarang.
Orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi orang
yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak
yang tumbuh sehat, kuat dan beriman. Dalam taraf yang sederhana,
orang tua tidak menginginkan anaknya lemah, sakit-sakitan,
pengangguran dan bodoh.
Untuk mencapai tujuan tersebut, orang tua yang berperan
sebagai pendidik utama dan pertama. Orang tua tidak dapat berbuat
lain, yakni harus berada dalam posisi tersebut karena mereka
ditakdirkan untuk mendapatkan tanggung jawab tersebut.
Tujuan pendidikan Islam dalam rumah tangga yakni agar
anak mampu berkembang secara maksimal. Meliputi seluruh aspek
perkembangan anak, yakni jasmani, akal dan rohani. Selain hal itu,
juga membantu anak sekolah atau lembaga kursus dalam
mengembangkan pribadi anak didiknya.23
23
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010) hal. 155
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Dalam pendidikan rumah tangga, yang bertindak sebagai
pendidikan ialah ayah dan ibu serta yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak tersebut yakni kakek, nenek, paman,
bibi, dan kakak.
Orang tua harus memperhatikan perkembangan jasmani
anaknya. Hal ini menyangkut kesehatan dan kekuatan serta
keterampilan. Jadi, yang bisa dilakukan orang tua ialah dengan
memberikan contoh hidup sehat: makanan bergizi dan berkalori,
keteraturan makan dan minum, dan arti istirahat bagi kesehatan.
Keteraturan jadwal tidur dan bangun harus ditegaskan dan
dibiasakan serta dicontohkan oleh orang tua. Hal ini sebaiknya
dilakukan sejak dini. Sedangkan keterampilan anak dapat diajarkan
melalui contoh. Misalnya mengerjakan keterampilan sejauh yang
dikuasi oleh orang tua. Dalam hal keterampilan ini, yang terpenting
ialah menanamkan sikap pada anak agar ia menghargai
keterampiln serta kegunaannya dalam kehidupan.
Pendidikan akal bertujuan agar kita memiliki akal yang
cerdas serta pandai. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua
agar tujuan tersebut tercapai. Misalnya dengan cara
menyekolahkan, karena sekolah merupakan hal yang penting dan
lembaga yang paling baik untuk mengembangakan akal. Namun,
bukan berarti jika dirumah orang tua bebas dari kewajiban
melaksanakan pendidikan akal. Yang terpenting dalam hal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
pendidikan akal ini ialah mendisiplinkan anak agar selalu
mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Orang tua harus
menanamkan pentingnya orang memmpunyai akal yang cerdas dan
pandai.
Pendidikan rohani merupakan kunci utama dalam
pendidikan rumah tangga. Karena pendidikan agamalah yang
berperan besar daam membentuk pandangan hidup seseorang.
Menurut Dr. Ahmad Tafsir, ada dua arah mengenai kegunaan
pendidikan agama dalam rumah tangga.24
Yakni :
Penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang
kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya
Penanaman sikap, yang kelak menjadi basis dalam
menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.
Pendidikan jasmani dan akal yang diberikan disekolah
mempunyai banyak teori. Namun, belum tentu semua teori tersebut
sesuai dengan agama. Jika seorang anak sudah mempunyai nilai
agama dari rumah, maka ia dapat memberikan nilai terhadap teori
yang diajarkan di sekolah. Karena nilai pendidikan agama dirumah
itu berfungsi menanamkan nilai pengetahuan pada anak, dengan
kata lain mempunyai filsafat pengetahuan sekalipun dalam batas
tertentu. Muslim telah meiliki nilai-nilai yang kuat yang Islami,
yang dididik dalam rumah tangga. Meskipun pendidikn yang
24 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, hal. 157
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
diberikan dirumah sangat sederhana, namun hal tersebut akan
berguna bagi anak untuk memberikan nilai pada teori-teori ilmu
pengetahuan yang akan diterimanya di sekolah. Hal ini merupakan
tujuan dan kegunaan pertama pendidikan agama dalam rumah
tangga.
Selain pendidikan jasmani dan akal, sikap menghargai guru
dan menghargai apa yang dididiknya juga merupakan salah satu
faktor berhasilnya pendidikan di sekolah. Untuk menanamkan hal
itu, pendidikan Islam merupakn kunci utamanya, karena
pendidikan agama Islam yang dilakukan dirumah merupakan
pendidikan yang pertama dan utama.
Jadi, apabila sikap menghormati guru dan menghargai
pengetahuan guru sudah ada pada anak, maka pendidikan
disekolah dapat dilakukan dengan baik. Dengan begitu, dapat
disimpulkan juga bahwa kunci semua pendidikan agama ialah
rumah tangga.
2. Anak dalam pendidikan Persekolahan (formal)
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang memiliki
jenjang pendidikan yang jelas dan diselenggarakan oleh
pemerintah dalam bentuk persekolahn dan perguruan tinggu
(kampus). Jenjang pendidikan yang wajib ditempuh ialah wajib
belajar 12 tahun hingga tamat SMA.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
Fungsi dari pendidikan formal ialah legalitas dari ilmu
pendidikan yang ditempuh selama menjalankan pendidikan
normal. Bukti yang akan dimiliki dari mejalankan pendidikan
formal ialah ijazah, raport dan nilai ujian.
Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8
menjelaskan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa jenjang
pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Berikut penjelasan tentang tiga jenjang pendidikan diatas :
a. Pendidikan Dasar
Setelah dicanangkan bahwa wajib belajar 6 tahun
pada tahun 1984, sekolah dasar menjadi lembaga
pendidikan yang berfungsi menananmkan kemampuan
dasar bagi warga negara Indonesia yang masih berada
dalam batas usia dasar. Pendidikan di sekolah dasar
merupakan pendidikan bagi anak yang berusia 7 sampai
13 tahun.25
25
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,( Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 53
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
Pendidikan sekolah dasar titik tekannya terpusat
pada siswa kelas dasar yakni antara kelas 1 sampai
kelas 6 yang ketentuan materi dan pokok pelajarannya
diatur sendiri dalam GBPP (Garis-garis Besar Proses
Pengajaran). Kemudian, sejalan dengan
dicanangkannya pendidikan dasar 9 tahun, maka SD
sebagai bagian dari pendidikan dasar yang mempunyai
tujuan untuk menuntaskan wajib belajar pada tingkat
Pendidikan Dasar 9 tahun dari SD 6 tahun dan SLTP 3
tahun.26
b. Pendidikan Menengah
Dalam pasal 18 UU sistem pendidikan nasional
sebgaimana yang dikutip oleh Ahmad Munib
dinyatakan bahwa sebagai berikut :
Pendidikan menengah merupakan
pendidikan lanjutan dari pendidikan
dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan
menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA),
26
Achmad Munib dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Semarang: UNNES PRESS, 2012), hal. 62
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah umum dilaksanakan
dengan adanya sekolah menengah atas atau SMA
(dibawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
dan madrasah Aliyah atau MA dibawah kementrian
Agama).
Sedangkan pendidikan kejuruan diadakn
dalam bentuk SMK (sekolah menengah kejuruan)
dan MAK (madrasah aliyah kejuruan). Pendidikan
kejuruan lebih menekankan fungsinya pada
persiapan untuk memasuki dunia kerja.
Jadi tujuan pendidikan menengah ialah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, aklahq,
kepribadian, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.27
c. Pendidika Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi ialah jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yakni SMA, MA,
27 Tilaar H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hal. 77
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
SMK dan MAK. Program yang ada di jenjang
pendidikan tinggi ini bukan hanya tingkatan (S-1)
melainkan diploma, pendidikan profesi, magister
(S-2) bahkan doktor (S-3). Satuan pendidikan yang
yang menyelenggarakan pendidikan tinggi ini
dikena dengan sebutan perguruan tinggi (PT), baik
itu perguruan tinggi negeri (PTN) maupun
perguruan tinggi swasta (PTS).
Dalam UU no. 12 tahun 2012 pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan tinggi ialah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program diploma, progam sarjana,
program magister, program doktor, program profesi,
serta program spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa
Indonesia.28
Fungsi dari pendididikan tinggi ini ialah
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, fungsi dari pendidikan tinggi ialah
28
http://www.pendidikanekonomi.com/2015/03/pengertian-fungsi-dan-tujuan-pendidikan.html (diakses pada tanggal 20 februari 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
mengembangkan sivitas akademika yang inovatif,
responsif, kreatif, terampil, berdaya saing dan
kooperatif.
Tujuan pendidikan tinggi ialah
berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten
dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
Pada dasarnya sekolah merupakan suatu lembaga yang
membantu tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat,
khususnya masyarakat Islam. Bagi umat Islam, lembaga yang
dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam. Artinya,
bukan sekedar lembaga yang di dalamnya diajarkan pelajaran
agama Islam, namun lembaga pendidikan yang secara
keseluruhannya bernapaskan Islam. Hal ini mungkin terwujud jika
terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan
keagamaan.29
3. Anak dalam pendidikan non formal
Pendidikan non formal merupkan pendidikan diluar
pendidikan formal yang juga memiliki jenjang. Hal ini digunakan
29 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan slam, hal. 74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
sebagai sarana pendidikan tambahan yang bermanfaat untuk
menambah pengetahuan dan skill yang dimiliki oleh seseorang.
Contoh dari pendidikan non formal ialah tempat kursus atau les
dan bimbingan belajar.
Philip H. Coombs menerangkan bahwa pendidikan non
formal yakni setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang
dilaksanakan diluar sistem formal, baik tersendiri maupun bagian
dari suat kegiatan yang luas, yang bertujuan untuk memberikan
sebuah pelayanan kepada sasaran didik tertentu agar tercapai
tujuannya.30
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi pendidikan non
formal ialah kegiatan belajar mengajar yang diadakan diluar
sekolah untu memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik
tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan
bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat
dan bangsa.
Ditinjau dari faktor tujuan pendidikan, pendidikan formal
bertangguang jawab memenuhi tujuan-tujuan yang sangat luas.
Dalam kapasitas inilah mucul pendidikan non formal yang bersifat
multi purpose. Selain itu ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan
non formal yang ditujuan untuk kepentingan pendidikan kelanjutan
30 Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan non formal, (Jakarta: Bumi Aksara. 1992) hal. 50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
setelah terpenuhinya pendidikan tingkat dasar, serta pendidikan
perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup.31
Adapun kriteria dari pendidikan non fomal ialah :
Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang bias segera
dipergunakan. Pendidikan non formal menekankan pada
belajar fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam
kehidupan peserta didik.
Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal
dan belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan
inisiatif dan mengkontrol kegiatan belajarnya.
Waktu penyelenggaraannya singkat.
Kurikulumnya bersifat fleksibel, dapat dimusyawarahkan
secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta didik.
Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah sasaran
pendidikan non formal yang di tinjau dari aspek pelayanan ,
yakni sebagai berikut :
Usia pra sekolah (0-6 tahun)
Fungsi dari lembag ini mempersiapkan anak-anak
menjelang pergi sekolah (Pendidikan Formal) sehingga
mereka terbiasa untuk hidup dalam situasi yang berbeda
dengan lingkungan keluarga.
31
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Pustaka. 2012), hal. 44
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Usia pendidikan dasar (7-12 tahun)
Dilaksanakan dengan program kerja paket A dan
kepramukaan yang diselenggarakan secara sesama dan
terpadu.
Usia pendidikan menengah (13-18 tahun)
Penyelenggaraan pendidikan non formal untuk usia
semacam ini diarahkan untuk pengganti pendidikan,
sebagai pelengkap dan penambah program pendidikan bagi
mereka.
Usia pendidikan tinggi (19-24 tahun)
Pendidikan non formal menyiapkan mereka untuk siap
bekerja melalui pemberian berbagai keterampilan sehingga
mereka menjadi tenaga produktif, siap kerja dan siap untuk
usaha mandiri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
BAB III
PENDIDIKAN ANAK PERSPEKTIF ABDULLAH NASIKH ULWAN
A. BIOGRAFI ABDULLAH NASIKH ULWAN
1. Latar Belakang Keluarga
Dr. Abdullah Nasikh Ulwan dilahirkan pada tahun 1928 di daerah
Qadhi Askar yang terletak di Bandar Halab (Aleppo), Damaskus, Syria.
Beliau mempunyai nama lengkap Al-Ustadz Syaikh Abdullah Nasikh Ulwan.
Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan
mementingkan akhlak Islam dalam pergaulan dan bersosialisasi dengan
masyarakat. 1
Abdullah Nasikh Ulwan merupakan putra Syeikh Said Ulwan, seorang
yang dikenal di kalangan masyarakat sebagai ulama dan tabib yang disegani.
Selain menyampaikan risalah dakwah Islam di seluruh pelosok kota Halab,
ayahnya juga menjadi tumpuan masyarakat dalam mengobati berbagai macam
penyakit dengan menggunakan ramuan akar kayu yang diracik sendiri. Ketika
merawat para pasien, bibirnya selalu bergerak-gerak membaca ayat-ayat Al-
Qur’an dan menyebut nama Allah SWT. Syeikh Said Ulwan senantiasa
berdoa agar anak-anaknya lahir sebagai ulama yang dapat membimbing dan
mendidik masyarakat. Allah memperkenankan doa beliau dengan lahirnya Dr.
1 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan Mendidik Anak
Menurut Islam, (Mesir: Darussalam,2006), hal. 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Abdullah Nasikh Ulwan sebagai ulama (murabbi), seorang pendidik
spiritual yang disegani di abad ini.2
2. Latar Belakang Pendidikan
Sebagai seorang pemerhati pendidikan, Abdullah Nasikh
Ulwan senantiasa menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh demi masa
depan generasi bangsa yang menjadi cita-citanya.3 Dr. Abdullah
Nasikh Ulwan mendapat pendidikan sekolah dasar (ibtidaiyyah) dan
Sekolah menengah. Kemudian melanjutkan pendidikan Atas Syariah di
Bandar Halab pada tahun 1949. Ketika berumur 15 tahun, Abdullah
Nasikh Ulwan sudah menghafal Al-Qur’an dan sudah bisa menguasai
ilmu bahasa Arab dengan baik. Abdullah Nasikh Ulwan menerima
asuhan dari guru-guru yang zuhud ketika di madrasah. Beliau dikenal
aktif dalam berorganisasi dengan menguasai keterampilan berpidato,
dan memimpin sebuah penerbitan yang bertanggungjawab
menerbitkan berita-berita ilmiah kepada masyarakat sekitarnya. Beliau
dikenal sebagai orang yang sangat berani pada kebenaran dan
mempunyai kelebihan dalam hal pergaulan dan dakwah. Sejak remaja,
beliau terkesan dengan tulisan karya ulama-ulama terkenal saat itu,
misalnya Dr. Syeikh Mustafa As-Siba’i.4
2 Ibid, hal. 2-3
3 Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, Cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),
hal. 203 4 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 4-5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Pada tahun berikutnya, Abdullah Nasikh Ulwan melanjutkan
studinya di Universitas Al-Azhar, dan mendapatkan ijazah pertama
pada fakultas Ushuluddin tahun 1952 yang diselesaikan dalam jangka
waktu 4 tahun dengan gelar sarjana. Selanjutnya beliau memperdalam
studinya (S-2) dalam bidang pendidikan (tarbiyyah) dan lulus pada
tahun 1954, lalu menerima ijazah spesialis bidang pendidikan yang
setara dengan gelar Master of Arts (MA).5 Saat berada di Mesir,
beliau banyak menghadiri pertemuan para ulama dan aktif dalam
gerakan Islam. Pada tahun yang sama (1954) ia belum sempat meraih
gelar doktor pada perguruan tinggi tersebut, sebab diusir dari Mesir
karena ia merupakan seorang aktivis dalam organisasi ikhwanul
muslimin yang dikenal ajarannya radikal.
Pada tahun 1979 Abdullah Nasikh Ulwan meninggalkan Syria
menuju ke Jordan, disana beliau tetap menjalankan dakwahnya dan
pada tahun 1980 beliau meninggalkan Jordan ke Jeddah Arab Saudi
setelah mendapatkan tawaran sebagai dosen di Fakultas Pengajaran
Islam di Universitas Abdul Aziz dan beliau menjadi dosen disana.
Syeikh Dr. Abdullah Nasikh Ulwan mendapatkan gelar ijazah
doktornya dari Uneversitas Al-Sand Pakistan pada tahun 1982, dengan
disertasi yang berjudul Fiqhu Ad-Da‟wah wa Ad-Dai‟yah.6
5 Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Saifullah Kamali dan Hery Noer Ali, Pedoman
Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: asy-syifa’, Jilid II, t.th) hal.54 6 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
3. Keadaan Sosial Politik
Dr. Abdullah Nasikh Ulwan mengisi aktivitas kesehariannya
sebagai juru dakwah setelah lulus dari Al-Azhar. Beliau dilantik
sebagai dosen pada sebuah universitas di Bandar Halab. Beliau ialah
orang pertama yang memeperkenalkan mata kuliah Tarbiyah
Islamiyah (Pendidikan Islam) sebagai mata kuliah utama dalam proses
pembelajaran di universitas tempatnya mengajar. Kemudian Tarbiyah
Islamiyah menjadi mata kuliah utama dan wajib diikuti oleh para
pelajar tingkat menengah di seluruh Syria. Beliau meletakkan pondasi
yang kuat di dalam perguruan sebagai bahan tarbiyyah (pendidikan)
yang sangat berkesan dalam mendidik generasi bangsa di masa
mendatang.7
Prinsip yang digunakan dalam Tarbiyah Islamiyah adalah guru
atau pendidik sebagai layaknya orangtua bagi para pelajar. Para guru
mendidik mereka seperti mendidik anak-anaknya sendiri. Beliau telah
meletakkan dasar-dasar edukasi yang sangat luhur dalam pendidikan,
yakni membimbing para pelajar untuk mencintai Islam dan beramal
dengannya, serta sanggup melakukan apa saja untuk kemuliaan dan
kejayaan Islam.
Ketika menjadi dosen di universitas, Abdullah Nasikh Ulwan
menerima banyak undangan untuk menyampaikan kuliah dan ceramah
7 Ibid, hal. 6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
dibeberapa tempat. Beliau tidak pernah mengenal lelah untuk
menyebarkan ilmu pengetahuan. Usianya benar-benar dilakukan untuk
menyebarkan ilmu pengetahun. Masjid-masjid di daerah Halab
(Aleppo) selalu dipenuhi massa yang datang untuk mendengar
ceramahnya. Dimanapun beliau pergi untuk menyampaikan ceramah
dan kuliah, pasti dibanjiri ribuan massa yang haus akan ilmu
pengetahuan dan Tarbiyah Islamiyah. Mereka menjadikan beliau
sebagai tempat rujukan dalam menyelesaikan sebuah prsoalan.8
Dr. Abdullah Nasikh Ulwan juga berjuang menghapus budaya
jahiliyah dalam pemikiran masyarakat dengan cahaya hidayah
Rabbani. Beliau menggunakan masjid Umar bin Abdul Aziz sebagai
pusat pendidikan generasi muda Syria. Materi yang disampaikan di
masjid tersebut ialah ilmu fikih, tafsir, dan sejarah. Di samaping itu,
beliau juga mendidik para pemuda dengan kemahiran berpidato, tulis
menulis, dan dasar-dasar berdakwah. Hasil positif dari tarbiyah
tersubut ialah lahirnya ratusan generasi muda yang berakhlak mulia
dan menjadi tonggak penggerak dakwah Islam di Syria. 9
Ketika di Syria, beliau telah menegur beberapa sistem yang
diberlakukan pemerintah yang berkuasa saat itu dan senantiasa
menyeru agar kembalikepada sistem Islam, karena Islam ialah
penyelamat kehidupan ummat. Keadilan Islam adalah rahmat bagi
8 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 7
9 Ibid, hal. 8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
manusia. Keluhuran akhlak dan budi pekerti yang dihasilkan dari
didikan Islam yang meresap dalam jiwa beliau telah menempatkan
beliau sebagai figur yang sangat dihormati oleh para ulama dan
masyarakat.
Meskipun Abdullah Nasikh Ulwan sibuk menyampaikan
risalah Islam diberbagai tempat, beliau juga sangat dikenal sebagai
orang yang sangat berbudi luhur dikalangan masyarakat. Beliau selalu
menjalin hubungan yang baik dengan anggota masyarakat, dan
melayani mereka jika sedang diperlukan. Selain itu, beliau juga
mempunyai hubungan yang erat dengan ulama-ulama Syria dan
menjadi anggota Majelis Ulama Syria. Beliau sangat dihormati
dikalangan mereka. 10
Beliau juga orang yang sangat benci kepada perpecahan dan
munculnya berbagai macam jamaah di dalam komunitas Islam. Beliau
selalu menyeru kepada persatuan dan kesatuan atas nama Islam untuk
memperkokoh kekuatan umat Islam yang semakin lemah. Beliau
berpendapat bahwa perpecahan internal umat Islam perlu dikoreksi dan
diubah oleh semua lapisan masyarakat Muslim. Ketika beliau
berbicara tentang persatuan dan kesatuan umat Islam, air matanya
selalu mengalir deras yang menandakan bahwa beliau orang yang
sangat cinta, merindukan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam.
10 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006), hal. 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
Siapapun yang sedang menelusuri jalan dakwah Islam akan
menerima ujian dari Allah SWT. Begitu juga Abdullah Nasikh Ulwan,
beliau mengalami ujian sehingga memaksa dirinya untuk
meninggalkan Syria pada tahun 1979 menuju ke Yordania. Disana
beliau menjalankan perannya sebagai pendakwah dan pendidik.
Kemudian beliau meninggalkan Yordania pada tahun 1980 setelah
mendapat tawaran sebagai dosen di Fakultas Studi Islam Universitas
Malik Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Beliau menjadi dosen tetap
disana sampai wafatnya.11
4. Corak Pemikiran Tentang Pendidikan
Pendidikan moral merupakan serangkaian prinsip dasar moral
dan keutamaan sikap serta watak yang harus dimiliki dan dijadikan
kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi mukallaf,
yakni siap untuk mengarungi lautan kehidupan.12
Menurutnya
pendidikan moral merupakan serangkaian sendi moral, keutamaan
sikap dan watak yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh
anak-anak. Untuk itu pendidikan moral menjadi benteng bagi anak dari
sifat jelek dan hina.
Pendidikan moral merupakan persoalan yang tidak diragukan
lagi bahwa moral, sikap serta tabiat merupakan salah satu buah iman
yang kuat dan pertumbuhan sikap keberagamaan seseorang yang
11 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006), hal. 12 12 Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), hal. 193
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
benar. Jika sejak masa anak-anak mereka tumbuh dan berkembang
dengan pijakan pada landasan Iman kepada Allah SWT maka mereka
akan memiliki kemampuan dan bekal pengetahuan dalam menerima
setiap keutamaan dan kemuliaan, serta terbiasa dengan akhlak yang
mulia.
Pendidikan iman merupakan faktor yang dapat meluruskan
tabiat yang menyimpang dan memperbaiki jiwa kemanusiaan. Tanpa
pendidikan iman, maka perbaikan, ketentraman, dan moral tidak akan
tercipta. Maka peran pendidik sangat penting, terutama orang tua
mempunyai tanggungjawab yang sangat besar dalam mendidik anak-
anak mereka dengan kebaikan dan dasar-dasar moral.
Dalam bidang moral, tanggungjawab mereka meliputi masalah
perbaikan jiwa, meluruskan penyimpangan mereka, mengangkat
mereka dari seluruh kehinaan dan menganjurkan pergaulan yang baik
dengan orang lain. Pendidikan moral diharapkan mampu untuk
menghindarkan anak dari fenomena-fenomena yang buruk, moral
terendah dan sifatnya yang hina. Fenomena-fenomena tersebut antara
lain suka berbohong, suka mencuri, suka mencela dan mencemooh
serta kenakalan dan penyimpangan.
5. Karya-Karya Tulisan
Dr. Abdullah Nasikh Ulwan sangat gemar menulis. Kertas dan
sellau beliau bawa kemanapun beliau pergi. Walaupun dalam keadaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
sibuk, beliau tetap menyisihkan waktunya secara khusus untuk
menulis. Beliau berhasil menulis kurang lebih lima puluh kitab yang
berisi tentang berbagai macam tema.
Berikut beberapa karangan beliau yang terkenal13
:
1. At-tafakul Ij-tima‟i fil Islam
2. Ta‟addut Az-Zaujat fil Islam
3. Shalahuddin Al-Ayyubi
4. Tarbiyatul Aulad fil Islam
5. Ila kulli Abi Ghayur Yu‟minu billah
6. Fadha‟ilush Shiyam wa Ahkamuhu
7. Hukmut Ta‟min fil Islam
8. Ahkamuz Zakat
9. Akhlaqiyyat Ad-Da‟iyyah
10. Tsaqafatud Da‟iyyah
11. Daurusy Syabab fi Hamli Risalatil Islam
12. Shifatud Dai‟iyyah An-Nafsiyyah
13. Adabul Khitbah waz Zifaf
14. Al-Islam Syariatuz Zaman wal Makan
15. Al-Islam wal Jins
16. Al-Islam wal Qadhiyyah Al-Falastiniyyah
17. Ila Warasatil Anbiyya` wad Da‟ah ilallah
13
Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
18. Bainal „Amal Fardhiyyi wal Jama‟i
19. Ta‟addud Az-Zaujat fil Islam
20. Hatta Ya‟lamasy Syabab
21. Hurriyatul I‟tiqad fi Syari‟atil Islamiyyah
22. Hukmul Islam fi Wasa‟ilil I‟lam
23. Nizhamur Raqq fil Islam
24. Hayna Yajidul Mu‟min Halawatul Iman
25. Syubhat wa Rudud Haular „Aqidatir Rabbaniyyah wa
Ushulul Insan
26. Qisshatul Hidayah
27. Al-Qowmiyyah fi Mizanil Islam
28. Mu‟allim Al-Hadharatil Islmaiyyah wa Atsaruha fi
Nahdhatil Awrabiyyah
29. Al-Islam wal Hubb
30. Af‟alul Insan bainal Jabar wal Ikhtiyar
Sepulang dari menghadiri pertemuan di Pakistan, Dr.
Abdullah Nasikh Ulwan mengeluh sakit di bagian dada. Beliau
menemui seorang dokter spesialis di Universitas Malik Abdul
Aziz. Kemudian dokter memeriksa beliau, lalu menemukan sumber
penyakitnya di bagian lever dan paru-paru. Akhirnya, Dr. Abdullah
Nasikh Ulwan dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan dan penyembuhan. Beliau dirawat dalam waktu yang
lama di rumah sakit tersebut. Walaupun dalam keadaan sakit, tugas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
dalam menyampaikan risalah Islam tetap dilaksanakan dengan
segenap kemampuan yang ada. Sakit paru-paru dan lever tidak
menghalangi dirinya untuk terus aktif mnyampaikan kuliah di
universitas, pertemuan ilmiah, seminar dan ceramah. Beliau
melupakan rasa sakit demi memperjuangkan risalah Islam yang
dicintainya.
Hingga akhirnya beliau harus dirawat untuk kedua kalinya
di rumah sakit yang sama setelah penyakit yang dialaminya
semakin kronis. Ketika dirumah sakit beliau banyak menulis
tentang materi ilmiah sebagai ganti untuk memberi matakuliah
kepada para mahasiswa selama beliau dirawat inap. Karena alasan
terhadap minat bacanya yang begitu kuat, sehingga ia tetap aktif
membaca dan menulis selama dirawat.
Para dokter, saudara serta kerabat sering menasihi Dr.
Abdullah Nasikh Ulwan agar berhenti membaca dan menulis,
karena hal itu akan memengaruhi kondisi ksehatannya selama
dirawat dirumah sakit. Namun Dr. Abdullah Nasikh Ulwan hanya
tersenyum dan berterima kasih atas atensi mereka terhadap dirinya
selama berada di rumah sakit. Beliau menyatakan bahwa selama
selagi tangan, mata dan nadinya masih bisa berdenyut, selama itu
pula sumbangsih kepada dakwah Islam wajib diteruskan. Selagi
tangannya mampu memegang pena, selama itu pula dirinya akan
menulis. Hingga ketika beliau tak mampu mengangkat tubuhnya,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
beliau meletakkan bantal di atas perutnya untuk menulis dan
membaca. Keadaaan seperti itu terus berlanjut dari hari ke hari,
hingga ajal menjemput dirinya.14
6. Wafatnya
Dr. Abdullah Nasikh Ulwan wafat pada tanggal 5
Muharram 1408 Hijriyyah pukul 09.30, bertepatan pada tanggal 29
agustus 1987 Masehi di rumah sakit Malik Abdul Aziz, Jeddah,
Arab Saudi dalam usia 59 tahun. Jenazahnya dibawa ke Masjidil
Haram untuk dishalatkan dan dikebumikan di Makkah. Shalat
jenazahnya dihadiri oleh ribuan ulama di seluruh penjuru dunia.
Kepergiannya diiringi oleh kesedihan dari kaum muslimin yang
merasa kehilanga salah satu ulamanya. Dunia kehilangan ulama
murabbiyang benar-benarikhlas dalam perjuangan menegakkan
Islam. Beliau telah menyerahkan jiwa raganya untuk Islam dengan
pengorbanan yang sangat besar.
Walau beliau telah pergi menemui Allah SWT, namun
gema dan dakwahnya tetap berkumandang melalui buku-buku
yang dihasilkannya. Semoga Allah membalas semua amal
ibadahnya yang begitu luhur bagi perjuangan Islam, khususnya
dalam bidang dakwah, pendidikan anak, dan generasi muda
Islam.15
14 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 13
15
Ibid, hal. 15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
B. METODE MENDIDIK AKHLAQ ANAK
Metode merupakan suatu proses atau cara sistimatis yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya
dalam urutan langkah-langkah yang tetap teratur. Kata metode (methode)
berasal dari bahasa Latin dan Yunani, methodus yang berasal dari kata
meta yang berarti sesudah atau diatas, dan kata hodos yang berarti suatu
jalan atau suatu cara.16
Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan metode Pendidikan Islam
sangat efektif dalam membina akhlak seorang anak didik, bahkan tidak
sekedar itu metode pendidikan Islam memberikan motivasi sehingga
memungkinkan umat Islam mampu meneriman petunjuk Allah. Dari
kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki metode tepat
utuk membentuk anak didik berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.17
Sebagai seorang pendidik yang bijaksana, pasti akan mencari
metode-metode alternatif yang lebih efektif dengan menerapkan dasar-
dasar pendidikan yang berpengaruh dalam mempersiapkan secara mental
dan moral, saintikal, spiritual dan etos sosial sehingga anak mencapai
kematangan yang sempurna, memiliki wawasan yang luas dan
berkepribadian yang integral.
16
https://www.kanalinfo.web.id/2017/11/pengertian-metode.html (diakses pada tanggal 24 Maret
2018) 17
Metode Mendidik Akhlak, http://www.yudiharis.com/Metode-Mendidik-Akhlak-Anak.com (diakses pada tanggal 25 Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Menurut Abdullah Nasikh Ulwan, ada beberapa metode yang bisa
dilakukan untuk mendidik akhlaq seorang anak18
:
a. Pendidikan dengan keteladan
Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti
sesuatu yang patut ditiru atau dicontoh.19
Sedangkan dalam
bahasa arab keteladan sama hanya dengan uswatun
hasanah. Jika dilihat dari kalimatnya uswatun hasanah
terdiri dari dua kata yakni uswatun dan hasanah.
Muhammad Yunus mengartikan uswatun hasanah sama
dengan qudwah yang berarti ikutan. Sedangkan hasanah
diartikan sebagai sesuatu yang baik.20
Keteladan dalam pendidikan merupakan metode yang
paling sukses untuk mempersiapkan akhlaq seorang anak,
dan membentuk jiwa serta rasa sosialnya. Karena seorang
pendidik merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak
dan akan menjadi panutan baginya. Seorang peserta didik
akan mengikuti tingkah laku pendidiknya. Bahkan akan
terpatri kata-kata, tindakan, rasa dan nilainya dalam jiwa
dan perasaannya, baik ia tahu maupun tidak tahu.21
18
Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 363 19 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) hal. 1160 20
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989) hal. 103 21
Ibid, hal. 364
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
Oleh karena itu, keteladan merupakan faktor yang
penting dalam menentukan baik buruknya seorang anak.
Jika pendidikan jujur, akhlak mulia, dapat dipercaya, berani
dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh agama, maka seorang peserta didik akan
tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlaq mulia,
berani dan menjauhkan diri dari berbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan agama. Begitu pula jika sebaliknya,
apabila seorang pendidik sering berbohong, berkhianat,
kikir, takut, dan hina maka secara otomatis kemungkinan
besar yang akan terjadi ialah peserta didik akan mengikuti
sifat dan sikap tersebut.
Seorang anak tidak akan mampu memenuhi pokok-
pokok utama pendidikan yang utama, selama ia tidak
melihat gurunya (pendidik) sebagai teladan dari moral-
moral yang tinggi. Mengajari anak dengan berbagai macam
pendidikan merupakan hal yang mudah, namun hal tersebut
akan sulit diterima oleh anak jika ia melihat orang yang
meberikan pengarahan (guru/pendidik) tidak
mengamalkannya.
Allah SWT telah mengajarkan bahwa Rasul merupakan
seseorang yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi
kepada umat manusia, beliau juga merupakan seorang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
pendidik yang bersifat luhur, baik spiritual, moral maupun
intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya,
memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya dalam
hal kemuliaan keutamaan dan akhlak yang terpuji.
Dengan demikian, perlu diketahui oleh orang tua
maupun pendidik bahwa pendidikan dengan memberikan
teladan yang baik merupakan penopang dalam upaya
meluruskan kenakalan seorang anak. Bahkan merupakan
dasar dalam meningkatkan keutamaan dan etika sosial yang
terpuji. Jika tidak memberikan teladan yang baik,
pendidikan anak-anak tidak akan berhasil dan tidak akan
memberikan pengaruh terhadap peserta didik, oleh karena
itu sebagai seorang pendidik hendaknya menanamkan
ketakwaan kepada Allah SWT karena mendidik merupakan
tanggung jawab yang dibebankan terhadap seorang
pendidik. Sehingga sebagai pendidik dapat menyaksikan
peserta didik sebagai matahari perbaikan, pertama petunjuk,
yang anggota masyarakat dapat menikmati sinarnya dan
bercermin kepada akhlaq mereka yang mulia.22
22 Abdullah Naikhl Ulwan, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015) hal. 383
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Sejak lahir manusia telah diciptakan dengan fitrah
tauhid yang murni, agama yang benar dan Iman kepada
Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT sebagai
berikut :
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-
Ruum : 30)23
Seorang anak dilahirkan dengan naluri tauhid dan
iman kepada Allah SWT. Dala hal ini tampak peranan
pembiasaan, pengajaran dan pendidikan bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid dan budi
23 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2014) hal. 78
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
pekerti yang mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang
lurus.
Anak akan tumbuh dengan Iman yang benar,
berhiaskan diri dengan etika Islam, bahkan sampai puncak
nilai-nilai spiritual yang tinggi, dan kepribadian yang
utama, jika ia hidup dengan dibekali dua faktor pendidikan
yakni pendidikan Islami yang utama dan lingkungan yang
baik.24
Pendidikan dengan metode pembiasaan dan
pengajaran merupakan prinsip utama dalam pendidikan dan
merupakan metode paling efektif dalam pembentukan
akidah dan penelusuran akhlak anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
mendidik anak sejak kecil merupakan upaya yang sangat
terjamin dan akan memperoleh hasil yang sempurna.
Sedangkan mendidik anak yang sudah dewasa, akan ada
kesulitan tersendiri bagi seorang pendidik untuk mencari
hasil yang sempurna.25
24 Abdullah Naikhl Ulwan, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015) hal. 383 25 Ibid, hal. 394
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
c. Pendidikan dengan nasehat
Kata nasehat berasal dari bahasa Arab “Nashaha”
yang berarti “khalasha” yang berarti murni serta bersih
dari segala kotoran.26
Pendidikan dengan nasehat termasuk
model pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan
anak, akidah, dan mempersiapkannya secara moral,
emosional maupun sosial. Karena nasehat mempunyai
pengaruh yang sangat besar untuk membuka mata
kesadaran anak-anak akan hakikat sesuatu, mendorong
meraka menuju harkat dan martabat yang luhur,
menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta
membekalinya dengan prinsip-prinsip yang Islam. Oleh
karena itu, tidak heran jika Al-Qur’an menggunakan
metode menyerukan kepada manusia untuk melakuakn
ajaran-ajaran Islam, dan mengulang-ulang dalam beberapa
ayat-Nya, dan dalam sejumlah tempat dimana Dia
memberikan arahan dan nasihat-Nya.
Bahasa Al-Qur’an dalam berdakwah kepada Allah
dan selalu mengingat-Nya serta dalam menyampaikan
petuah-Nya sungguh sanagt beragam. Semua telah
dicontohkan melalui ucapan para Nabi dan secara berulang-
26
http://nizarmauludin.blogspot.co.id/2015/12/makalah-tentang-metode-nasehat-dan.html (diakses
pada tanggal 27 Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
ulang dicontohkan oleh para da’i kepada jamaah dan
pengikut mereka.
Petuah yang tulus dan nasehat yang berpengaruh
jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka dan akal yang
jernih maka dengan sangat mudah akan mendapat respon
yang baik dan akan meninggalkan bekas yang sanagt
dalam. Al-Qur’an menegaskan pengertian ini dalam banyak
ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari
peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk
dan nasehat sebagaimana ayat berikut :
Artinya : Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya,
sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaaf: 37)
Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan
metode pemberian nasehat sebgai dakwah, sebagai jalan
menuju perbaikan individu dan pemberi petunjuk bagi
masyarakat. Dengan begitu pembaca akan mendapatkan
metode pengajaran dan nasehat yang sesuai dengan lafal
Al-Qur’an, termasuk pengertian-pengertiannya dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
berbagai struktur dan gaya bahasa. Hal ini menguatkan
pendirian bahwa metode nasehat dalam Al-Qur’an
mempunyai andil yang besar dalam upaya pendidikan jiwa
pada kebaikan, mengantarkan pada kebenaran dan
membimbing pada petunjuk.
Sebagaimana telah dijelaskan mengenai esensi Al-
Qur’an diatas, hal tersebut ditujukan untuk orang dewasa.
Lalu untuk anak-anak yang baru dilahirkan dengan keadaan
yang suci dan bersih sudah tentu akan lebih mudah
menerima nasehat dan penerimaannya tentang nasehat ini
akan lebih kuat. Oleh karena itu, sebaiknya seorang
pendidik benar-benar memahami akan hakikat ini, dan
menggunakan metode-metode Al-Qur’an dalam upaya
memberikan nasehat, peringatan dan bimbingannya untuk
mempersiapkan anak-anak didik yang masih muda dalam
hal akidah maupun moral.
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd mengatakan
bahwa cara menggunakan sindiran dalam nasehat yakni
sebagai berikut :
Sindiran dalam nasehat, seperti memuji kebaikan
murid, dengan tujuan agar siswa lebih
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan
mengabaikan membicarakan keburukannya.
Menyebutkan tokoh-tokoh agama Islam masa lalu,
sehingga membangkitkan semangat para peserta
didik untuk mengikuti jejak mereaka.
Membangkitkan semangat dan kehormatan anak
didik.
Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak
didik.
Menyampaikan nasehat secara tidak langsung atau
melalui sindiran.
Memuji dihadapan orang yang berbuat kesalahan,
orang yang melakukan sesuatu yang berbeda dengan
perbuatannya. Jika hal ini dilakukan maka akan
mendorong untuk berbuat kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
Dengan cara tersebut dapat memaksimalkan
dampak nasehat terhadap perubahan tingkah laku dan
akhlak anak, perubahan yang dimaksud ialah perubahan
yang tulus ikhlas tanpa ada kepura-puraan, kepura-
puraan akan muncul ketika nasehat tidak tepat waktu
dan tempatnya. Anak akan merasa tersinggung dan sakit
hati kalau hal ini sampai terjadi, maka nasehat tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
akan membawa dampak apapun, yang terjadi adalah
perlawanan terhadap nasehat yang diberikan.
d. Pendidikan dengan perhatian/pengawasan
Menurut mudrick pengawasan berarti proses dasar
yang secara esensial tetap diperlukan dalam suatu
organisasi.27
Pendidikan pengawasan merupakan
pendidikan yang senantiasa mencurahkan perhatian penuh
dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak,
mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial
selain selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani
dan kemampuan ilmiahnya.
Pendidikan pengawasan ini merupakan modal dasar
yang dianggap paling kokoh untuk pembentukan manusia
seutuhnya yang sempurna. Melalui pendidikan pengawasan
ini akan tercipta muslim yang hakiki, sebagai batu pertama
untuk membangun Islam yang kokoh. Islam dengan segala
keuniversalan prinsip dan peraturannya memerintah kepada
orang tua maupun pendidik untuk senantiasa mengawasi
anak-anaknya dalam setiap segi kehidupan dan pendidikan.
Sebagaiman yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut :
27
Nanag Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya,2011), hal. 101-
102.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. A-
Tahrim: 6)28
Ali r.a menafsirkan kata quu anfusakum dengan
“Didiklah dan ajarilah mereka”. Lalu Umar r.a menafsirkan
dengan “melarang mereka dari apa yang dilarang oleh
Allah, dan memerintahkan kepada mereka dari apa yang
diperintahkan oleh Allah. Dengan demikian tercipta
pemeliharaan meraka dari api neraka.29
Dapat disimpulkan bahwa metode Islam dengan
metode pendidikan pengawasan merupakan metode yang
lurus. Jika diterapkan maka seorang anak akn menjadi
28 Departemen Agama RI, (Bandung: Diponegoro, 2014) hal. 560 29 Abdullah Naikhl Ulwan, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015) hal. 421-422
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
penyejuk hati, dan menjadi anggota masyarakat yang
sholeh, tentunya bermanfaat bagi umat Islam. Oelh karena
itu hendaknya sebagai oranf tua atau seorang pendidik
hendaknya mengawasi anak-anak dengan sepenuh hati dan
penuh perhatian. Perhatian dari segi keimanan, rohani,
akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan dnegan orang lian,
sikap emosi dan segala sesuatunya. Dengan begitu akan
seorang anak akan menjadi mukmin yang bertakwa,
disegani, dan terpuji. 30
e. Pendidikan dengan hukuman
Hukum dalam bahasa arab disebut sebagai uqubah,
menurut bahasa berasal dari kata aqaba yang berarti
mengiringnya dan datang dibelakangnya. Dalam bahasa
Indonesia hukuman dapat diartika sebagai “siksa dan
sebagainya” atau “keputusan yang dijatuhkan oleh hakim”31
Syariat yang lurus dan adil serta prinsip-prinsip
yang universal, memiliki peran dalam melindungi
kebutuhan-kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan umat manusia. Dalam hal ini para imam
mujtahid dan ulama’ ushul fiqh mengelompokkan pada
lima perkara. Mereka menamakannya sebagai adh-
30 Abdullah Naikhl Ulwan, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015) hal. 343 31
Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia.(Jakarta-Bandung: PT Eresco,1981.
Cetakan III) hal. 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
dhoruriyah al-khams (lima keharusan) atau kulliyat al-
khams. Ke lima hal tersebut ialah menjaga agama, jiwa,
kehormatan, akal dan harta benda.
Untuk memelihara kelima masalah tersebut, syariat
telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah,
bahkan bagi setiap pelanggar dan perusak kehormatannya
akan merasakan kepedihan. Hukuman-hukuman ini dlaam
Islam dikenal dengan istilah hudud atau ta‟zir.
Berikut hukuman yang telah ditentukan oleh syariat
yang wajib dilaksanakan karena Allah SWT :
a) Hukuman bagi yang keluar dari Islam
(murtad) adalah dibunuh. Jika ia tetap
meninggalkan agama Islam atau
membangkang dan tidak menerima perintah
bertaubat. Jika sudah dibunuh, tidak
dimandikan, tidak dikafani, tidak dishalatkan
dan tidak dikubur di kuburan orang Islam.
b) Hukuman bagi pembunuh ialah dibunuh.
c) Hukuman bagi pencuri ialah dipotong
tangannya dari pergelangan tangannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
d) Hukuman menuduh orang lain berbuat zina
(qadzaf) ialah dicambuk sebanyak delapan
puluh kali dan tidak diterima persaksiannya.
e) Hukuman melakukan zina yakni dicambuk
sebanyak seratus kali jika yang bersangkutan
belum menikahn dan apabila tersangka
sudah menikah maka hukumannya ialah di
rajam sampai mati.
f) Hukuman membuat kerusakan di bumi ialah
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan
dan kakinya secara bersilang atau
diasingkan.
g) Hukuman meminum khamr yakni dicampuk
antara empat puluh kali atau delapan puluh
kali.32
Jika pendidik memperhatikan pendidikan anak dari
segi keimanannya, membentuknya dalam pengawasan
Allah dan takut kepada Allah, maka ancaman-ancaman Al-
Qur’an dan Sunnah yang suci akan memberikan bekas yang
besar dalam upaya memperbaiki anak dan mecegahnya dari
mendekati hal-hal yang diharamkan.
32 Abdullah Naikhl Ulwan, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015) hal. 434-436
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Islam mensyariatkan hukuman ini dan
menganjurkan kepada pendidik untuk melakukannya.
Pendidik harus menggunakan kecerdasan dan
kebijaksanaan dalam memilih dan memakai metode yang
paling sesuai, sehingga dapat merealisasikan kemaslaahtan
seorang anak.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai kedudukan
yang penting, pendidikan terlalu lunak akan membentuk
anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati.
Sanksi dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut,
dengan teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul
dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.
Kemudian untuk menerapkan sanksi fisik sebaiknya
dihindari jika keadaan tidak memungkinkan, hindari
memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan
mendidik, bukan balas dendam.
Oleh karena itu, jika seorang pendidik
menginginkan kebaikan pada diri anak, kebahagiaan bagi
masyarakat, ketentraman bagi negara, sebaiknya metode-
metode diatas tidak diabaikan dan tentunya tetap berlaku
bijaksana dalam bersikap.33
33 Ibid, hal. 446-448
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
BAB IV
ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN ANAK PERSPEKTIF ABDULAH
NASIKH ULWAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP MORAL PESERTA
DIDIK
A. Analisis Pendidikan Anak Perspektif Abdullah Nasikh Ulwan
Anak merupakan anugerah termahal dari Allah SWT.
Kehadirannya merupakan rahasia Sang Pencipta. Selain itu, anak
diberikan kepada orang tua sebagai amanah. Untuk dibina, dididik,
dan dirawat agar menjadi manusia yang berkualitas nantinya.
Anak juga bisa menjadi cobaan (fitnah) atau bahkan sebagai
musuh bagi orang tua jika anak tersebut berkembang tanpa pendidikan
yang baik dan benar. Jika para pendidik (guru) dan orang tua
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak dan persiapan
mereka dalam menghadapi kehidupan, maka mereka pasti akan
mengetahui dengan jelas tentang batas-bats tanggung jawab mereka,
tahapan-tahapannya yang sempurna, dan tenang berbagai hal yang
berkaitan dengannya. Dengan demikian mereka mampu mengerjakan
tanggung jawabnya dengan baik dan sempurna.
Dasar-dasar tanggung jawab terbesar bagi para pendidik ialah :
Tanggung jawab Pendidikan Keimanan, Tanggung jawab Pendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
Moral, Tanggung jawab pendidikan Fisik, Tanggung jawab
Pendidikan Akal, Tanggung jawab Pendidikan Kejiwaan, Tanggung
jawab Pendidikan Sosial, dan Tanggung jawab Pendidikan Seksual.1
Penjelasan mengenai tujuh tanggung jawab besar seorang
pendidik ialah sebagai berikut :
1. Tanggung Jawab Pendidikan Keimanan
Pendidikan keimanan ialah mengikat anak didik dengan dasar-
dasar keimanan sejak ia memiliki pemahaman, membiasakannya
dengan pengenalan rukun Islam, dan mengajarkan kepadanya dasar-
dasar syariat ketika ia dapat memebedakan hal yang baik dan yang
buruk.2
Sedangkan yang dimaksud dengan dasar-dasar keimanan ialah
segala sesuatu yang ditetapkan melalui pemberitahuan dengan cara
yang benar, berupa hakikat keimanan dan masalah ghaib. Sebagai
contoh ialah beriman kepada Allah SWT, beriman kepada para
malaikat, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada Rasul,
beriman bahwa manusia akan ditanya oleh dua malaikat di alam kubur,
1 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan Mendidik Anak
Menurut Islam jilid 2 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 34 2 Ibid, hal. 71
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
beriman kepada siksa kubur, hari kebangkitan, hisab, surga, neraka,
dan hal-hal yang bersifat ghaib lainnya.
Kewajiban pendidik ialah mengembangkan anak-anak didik
berdasarkan prinsip pemahaman di atas yang meupakan dasar-dasar
pendidikan keimanan dan ajaran Islam, sejak masa pertumbuhan anak-
anak. Sehingga anak-anak didik akan terikat dengan Islam, baik yang
berhubungan dengan hal ibadah ataupun akidah. Karena mereka akan
selalu berinteraksi dengan aplikasi metode dan peraturan pendidikan
tersebut. Stelah mendapatkan pengarahan dan pengajaran, mereka
akan mengenal Islam sebagai agamanya, Al-Qur‟an sebagai
petunjuknya dan Rasulullah SAW sebagai pemimpin dan teladan
umatnya.
Berikut beberapa bagian nasihat dan petunjuk dari Rasulullah
SAW yang berkaitan dengan pendidikan keimanan :
a. Mengawali kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaha
Illallah
b. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada
anak sejak usia dini
c. Memerintahkan anak untuk bribadah ketika telah
berusia tujuh tahun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
d. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya,
dan membaca kitab suci Al-Qur‟an3
Secara ringkas dapat dipahami bahwa pendidikan tentang
keimanan merupakan pendidikan paling penting untuk seorang
pendidik dan orang tua. Karena hal tersebut merupakan sumber dari
segala keutamaan dan kesempurnaan. Bahkan ia merupakan pangkal
dasar bagi anak-anak untuk memasuki gerbang Iman dan meniti
jembatan Islam. Tanpa pendidikan Iman, anak tidak akan memiliki
tanggung jawab, tidak dapat dipercaya, tidak mengenal tujuan, tidak
mengerti nilai-nilai kemanusiaan yang mulia dan tidak mampu
meneladani sesuatu yang paling luhur. Akibatnya ia hidup seperti
binatang, yang hanya mempunyai keinginan untuk menutupi rasa
laparnya, memuaskan tuntutan nalurinya, mengejar kesenangan
seluruh hawa nafsunya, dan bergaul bersama orang-orang jahat yang
berlumuran dosa. Dalam keadaan seperti ini, anak akan masuk ke
dalam kelompok kafir yang sesat dan akan menghalalkan segala cara.
2. Tanggung Jawab Pendidikan Moral
Maksud dari tanggung jawab pendidikan moral ialah
serangkaian prinsip dasar moral, sikap dan watak yang harus dimiliki
3 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, jilid 2, (Mesir: Darussalam,2006) hal. 71-72
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak usia dini hingga ia menjadi
orang dewasa yang siap menjalani kehidupan. 4
Moral, sikap dan watak merupakan bagian dari hasil keimanan
yang kuat. Hal itu juga merupakan bagian dari perkembangan yang
logis berkaitan dengan sikap keberagamaan seseorang. Jika seorang
anak sejak masa kecilnya dibesarkan dengan berpijak pada landasan
keimanan kepada Allah SWT, dan biasa dididik untuk selalu merasa
takut, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-
Nya, maka ia akan memiliki kemampuan dan bekal pengetahuan di
dalam menerima segala hal yang bersifat positif dan mulia. Ia akan
terbiasa dengan akhlaqul karimah. Karena, benteng pertahanan
keagamaan yang tertanam kuat di dalam dirinya telah menguasai
seluruh pikiran dan perasaannya. Benteng keimanan yang kuat itu
telah menjaga dirinya dari sifat-sifat buruk, kebiasaan penuh dosa, dan
tradisi jahiliyah yang rusak. Bahkan, setiap kebaikan akan diterimanya
menjadi salah satu kebiasaan yang menyenangkan jiwanya, hingga hal
itu akan menjadi akhlaq dan sifat paling utama baginya.
Realita tersebut telah dibuktikan dengan adanya fakta
keberhasilan yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua yang religius
4 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, jilid 2 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 95
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
terhadap anak-anaknya dan para pendidik terhadap para siswanya.
Eksperimentasi pendidikan paraktis ini, telah dikenal dalam perjalanan
kehidupan orang-orang salaf, seperti yang telah dicontohkan oleh
sikap Muhammad bin Siwar terhadap putra saudara perempuannya
(At-Tsauri), ketika ia mendidiknya dengan landasan keimanan,
perbaikan kepribdian, dan wataknya. Kita mengetahui bahwa Ats-
Tsauri menjadi baik karena pamannya telah mendidiknya agar ia selalu
ingat, takut, dan berlindung kepada Allah SWT yaitu dengan cara
memerintahkan dirinya untuk sealu mengulang kata-kata “Allah
Bersamaku, Allah Melihatku, Allah menyaksikan diriku”.
Jika seorang pendidik anak jauh dari aqidah Islam, lepas dari
ajaran religius, dan tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak
diragukan lagi bahwa anak akan tumbuh dewasa di atas dasar
kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran. Bahkan ia akan
mengikuti hawa nafsu dan bisikan setan sesuai dengan watak, sikap,
keinginan, dan tuntutannya yang rendah. Jika watak dan sikap anak itu
bersifat pasif dan pasrah maka ia akan hidup sebagai orang yang
bodoh. Hidupnya seperti mati, bahkan keadaannya seperti tidak
berarti.
Kesimpulannya ialah, pendidikan iman merupakan faktor yang
dapat meluruskan watak yang menyimpang dan memperbaiki akhlaq
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
manusia. Tanpa pendidikan iman, tidak akan tercipta suasana yang
penuh dengan perdamaian dan ketentraman dalam kehidupan manusia.
Para pakar pendidikan dan sosiologi dari Barat sangat
memerhatikan tentang korelasi yang sangat erat antara keimanan dan
moral. Begitu pula antara akidah dan perbuatan. Sehingga mereka
mengeluarkan beberapa petunjuk, pendapat, dan pandangan yang
menyatakan, bahwa ketentaraman, perdamaian dan moral tidak akan
tercipta tanpa adanya agama dan keimanan kepada Allah SWT.
Berikut beberapa pandangan dan pendapat yang berkaitan
dengan keimanan dan moral5 :
a. Pachtah, seorang ahli filsafat Jerman berkata bahwa
Moral tanpa agama akan sia-sia.
b. Ghandi, tokoh dari india menyatakan bahwa agama dan
moral yang luhur adalah satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Agama adalah ruh bagi moral, sedangakan
moral merupakan cahaya bagi ruh itu. Dengan kata lain,
agama memberikan nutrisi, menumbuhkan dan
membangkitkan moral seperti halnya air yang
memberikan nutrisi dan menumbuhkan tanaman.
5 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, jilid 2 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 98
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
c. Denank, seorang hakim dari Inggris pernah mengecam
seorang menteri Inggris yang telah b ertindak moral.
“Tanpa agama, tidak mungkin akan terbentuk undang-
undang. Agama ialah satu-satunya sumber yang
terpelihara dan membedakan moral yang baik dan
buruk. Agamalah yang yang mengikatkan manusia
untuk meneladani sesuatu yang paling luhur. Dan
agama yang membatasi egoisme seseorang, manahan
kesewenang-wenangan naluri, dan menanamkan
perasaan halus yang hidup dan menjadi dasar keluhuran
moral.
3. Tanggung Jawab Pendidikan Fisik
Tanggung jawab fisik merupakan tanggung jawab lain yang
diamanatkan Islam kepada orang tua dan pendidik (guru). Tujuannya
ialah agar anak-anak dapat melalui tahap perkembangan fisiknya
menuju usia dewasa dengan kondisi tubuh yang kuat, sehat dan
bersemangat.6
6 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan Mendidik Anak
Menurut Islam jilid 3 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
Berikut beberapa dasar ilmiah yang digariskan oleh Islam
dalam mendidik fisik anak-anak, agar para pendidik dapat memahami
betapa besarnya tanggung jawab yang di amanatkan oleh Allah SWT.7
a. Kewajiban memberi nafkah
فرق بةودي نارد ي نارأن فقتوفسبلاللوودي نارأن فقتوو قتبوعلىمسكي ىلكرأن فقتوعلىأدي ناتصد
علىأىلك)رواهمسلم(أعظمهاأجراالذىأن فقتو Rasulullah bersabda : “satu dinar yang kau
nafkahkan dijalan Allah, satu dinar yang kau nafkahkan
untuk memerdekakan hamba sahaya, satu dinar yang
kau sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar
yang kau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang
paling besar pahalanya ialah yang kau nafkahkan untuk
keluargamu”. (HR. Muslim)8
Ketika seorang suami mendapatkan pahala yang
sangat besar karena memberi nafkah kepada
keluarganya, maka sebaliknya ia akan menerima dosa
yang sangat besar jika tidak memberikan nafkah kepada
7 Ibid, hal. 1-10 8 https://almanhaj.or.id/2628-nafkah-untuk-sang-isteri.html (diakses pada tanggal 28 Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
anak-anak dan keluarganya saat ia mempunyai
kemampuan untuk memberi nafkah.
Diantar nafkah yang wajib diberikan oleh
seorang ayah kepada keluarganya ialah menyediakan
makanan (pangan), tempat tinggal (papan), dan pakaian
(sandang) yang baik, sehingga mereka dapat hidup
layak dan terhindar dari berbagai penyakit.
b. Mengikuti aturan yang sehat dalam hal makan, minum
dan tidur
Dalam hal makan, minum dan tidur sebaiknya
orang tua menanamkan kebiasaan yang baik untuk
anak-anaknya. Anjuran Rasulullah SAW dalam hal
makan dan minum yakni hendaknya menghindari
makanan yang mengandung racun. Selain itu, melarang
makan dan minum berlebihan melewati porsi
kebutuhan diluar kewajaran.
Imam Ahmad, Tirmidzi, dan imam-imam
lainnya meriwayatkan suatu hadits dari Rasulullah
SAW sebagaimana berikut :
بطن،بسبابنآدمأكلتمامألآدميوعاءشرامن
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
فانكانالمالة،ف ث لثلطعامو،وث لثي قمنصلبو،
اهأمحد،الرتمذى()رولشرابو،وث لثلن فسو
Artinya : “tidak ada suatu tempat yang lebih
buruk dari perut Anak Adam, selain perut yang terlalu
penuh (kekenyangan). Cukuplah bagi Anak Adam
beberapa suap saja (daalm perutnya), asal dapat
menegakkan tulang rusuknya. Namun jika ia terpaksa
melakukannya, maka hendaklah sepertiga (dari
perutnya itu) diisi dengan makanan, sepertiganya
dengan minuman, dan sepertiganya untuk
pernapasannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan imam
lainnya)9
Pernyataan Rasulullah SAW yang berkaitan
dengan minum ialah minum sebanyak dua tau tiga kali
teguk, tidak bernapas dalam bejana (gelas) dan tidak
minum sambil berdiri.
Sedangkan pernyataan Rasulullah SAW tentang
tidur yakni beliau menganjurkan agar posisi tubuh
9 https://islamqa.info/id/11153 (diakses pada tanggal 28 Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
ketika tidur hendaklah miring ke sebelah kanan. Karena
tidur dengan posisi tubuh yang miring ke sebelah kiri
akan membahyakan hati dan mengganggu pernapasan.
c. Membentengi diri dari penyakit menular
Kewajiban bagi para pendidik, terutama orang
tua ialah jika salah satu diantara anak-anaknya
terserang penyakit menular, scepat mungkin
menjauhkan anak-anak lainnya sehingga penyakit
tersebut tidak menular kepada mereka. Sebagaimana
Rasulullah bersabda :
جذومو
منامل فراركمناألسد)رواهفر البخارى(
Rasulullah bersabda : Larilah (menjauhlah) dari
orang yang berpenyakit kusta, sebagaimana engkau
menjauh dari singa. (HR. Bukhari)10
10 http://azka03.blogspot.co.id/2009/12/kusta-dalam-perspektif-islam.html (diakses pada tanggal 28
Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
d. Berobat dari bahaya penyakit
Pengobatan memiliki pengaruh signifikan dalam
menolak penyakit dan meraih kesembuhan. Karenanya
tidak heran jika Rasulullah SAW telah memerintahkan
dalam beberapa haditsnya tentang pengobatan.
Diantaranya yakni hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim, Ahmad dan apara ahli hadits lainnya.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, Musnad
Nasa‟i, dan kitab-kitab hadits lainnya telah
diriwayatkan suatu hadits sebagai berikut :
و عليو اللو صلى النب عند وجاكنت سلم،،ف قال:يارسولاللو،أن تداوى؟ف قالءةاألعراب
ليضع وجل عز اللو فأن تداووا، عباداللو، يا ن عم :ىو ما : قالوا واحد. داء ر غي شفاء لو إاالوضع داء
رم؟قال:ال Dari Usmanah bin Syarik, ia berkata “ketika aku
sedang bersama Nabi SAW, datanglah orang-orang
Arab Badui. Mereka berkata, „Wahai Rasulullah,
apakah kami diharuskan berobat ?‟ kemudian beliau
menjawab, „Ya, wahai hamba hamba Allah. Berobatlah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
kalian. Sesungguhnya Allah SWT belum pernah
menurunkan penyakit kecuali Dia telah menciptakan
obatnya pula, kecuali satu penyakit.‟ Lalu mereka
bertanya, „penyakit apa itu ?‟ Beliau bersabda,
“penyakit pikun‟.” (HR. Ahmad, Nasa‟i dan lainnya). 11
Oleh karena itu, seharusnya orang tua dan
pendidik hendaknya menerapkan petunjuk Nabi SAW
dalam hal mencegah dan mengobati anak-anak ketika
mereka terserang penyakit. Berikhtiar merupakan fitrah
manusia dan dianjurkan dalam ajaran Islam.
e. Mewujudkan prinsip “Tidak Meyakiti Diri Sendiri dan
Orang lain.”
Imam Malik, Ibnu Majah, dan Daruquthni telah
meriwayatkan suatu hadits dari Abu Sa‟id Al-
Khudri ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
11 https://ackogtg.wordpress.com/2010/06/16/dalil-dalil-tentang-berobat/ (diakses pada tanggal 30
Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
سعيدبنمالكبنسنانال رضيعنأب دريرسولاللوصلىاللوعنوأاللو عليووسلمن
ضرارقال:ال ضرروال
Dari Abu Sa‟id bin Malik bin Sinan al-
Khudri Radhiyallahu anhu, Rasulullah SAW
bersabda : “tidak boleh membahayakan diri
sendiri dan orang lain.”12
Para ahli fikih dan ahli ushul fikihberpendapat
bahwa hadits yang mulia tersebut sebagai salah satu
tuntunan terpenting yang ditetapkan dalam syariat
Islam. Berdasarkan salah satu tuntunan syariat Islam
yang terpenting itu, terbentuklah berbagai individu,
masyarakat dan pencegahnnya dari berbagai
marabahaya.
Jadi menurut kaidah Islam, para pendidik
khususnya orang tua wajib membimbing anak-anaknya,
agar mengetaui aturan kesehatan dan cara pencegahan
12 https://almanhaj.or.id/3447-tidak-boleh-membahayakan-orang-lain.html (diakses pada tanggal 30
Maret 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
penyakit demi terpeliharanya kesehatan anak-anak dan
pertumbuhan kesehatan fisiknya.
f. Membiasakan anak-anak untuk berolahraga dan
keterampilan fisik
Islam mengajarkan umatnya untuk mempelajari
dan mengaplikasikan aktivitas olahraga, renang,
memanah, dan menunggang kuda, seperti yang
disabdakan oleh Nabi SAW berikut ini :
لشيءليسمنذكراللوف هوسهوولوإالكوتأدبوف رسووت علمو الغرضي أرب عامشىالرجلب ي
باحةومالعبتوأىلو)رواه طربىن(الالس “Segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan
dzikir kepada Allah ialah senda gurau belaka, kecuali
empet hal : berjalannya seseorang dengan dua tujuan
(untuk memanah), latihan menunggang kuda, bermain
dengan keluarga, dan belajar berenang.” (HR.
Thabrani)
g. Membiasakan anak untuk bersikap zuhud dan tidak
terlena dalam kenikmatan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
Cukuplah Rasulullah SAW yang menjadi
tauladan utama bagi generasi Islam, baik dalam
kehidupan beliau yang sederhana, sikap zuhud beliau
dalam hal makan, pakaian maupun tempat tinggal, agar
generasi Islam selalu siap dalam menghadapi segala
hal.
h. Mendidik anak untuk bersikap tegas, menghindari
pengangguran, penyimpangan, dan kenakalan.
إنرسولاهللصلىاهللعليوقالأب وىري رةوسلمقالاليزينالزاينحييزينوىومؤمنوال
المرحييشرهباوىومؤمن)رواىالبخارييشرب مسلم(
Abu Huroiroh berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda : Orang mukmin yang berbuat zina, tidak bisa
dikatakan sebagai Mukmin ketika ia melakukan zina.
Seorang pencuri tidak bisa dikatakan seorang Mukmin
ketika ia sedang mencuri. Dan seseorang tidak bisa
dikatakan sebagai orang Mukmin, ketika ia sedang
meminum minuman keras.” (HR. Bukhari dan Muslim)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
Hal diatas merupakan sekilas petunjuk yang
diberikan oleh Rasulullah SAW kepada kita semua.
Tentunya harus dipahami bahwa hal itu merupakan
petunjuk yang paling berharga untuk memberi jalan
kepada kehidupan yang benar dan lurus. Hal ini juga
berguna untuk menjauhkan umat dari segala bentuk
penyimpangan dan kesia-siaan. Jika anak dibesarkan
dalam situasi yang penuh dengan penyimpangan,
bergelimang dalam dosa, kejahatan, dan tidak serius,
maka kepribadian dan kejiwaan mereka akan
mengalami degradasi. Sementara fisik mereka akan
mudah terjangkit penyakit yang berbahaya.
Oleh karena itu, orang tua dan pendidik wajib
mengasuh anak-anak mereka sejak usia dini. Mereka
hendaknya menanamkan sikap ksatria, berperilaku
zuhud dan berbudi pekerti yang mulia dalam jiwa anak-
anak.
Selain itu, orang tua dan para pendidik
hendaknya dapat menjauhkan mereka dari segala
sesuatu yang dapat menghancurkan jati diri dan
kepribadian mereka. Dan menjauhkan mereka dari
segala upaya yang dapat melenyapkan keluhuran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
akhlaq, melemahkan fisik dan akal pikiran. Karena
segala macam upaya tersebut akan memberikan
dampak positif bagi ketajaman pikiran, kekuatan fisik,
keluhuran akhlaq, kesucian ruh, dan keimanan yang
kuat untuk meraih cita-cita dan harapan mereka.
4. Tanggung Jawab Pendidikan Kognitif
Pendidikan kognitif ialah pendidikan rasio (akal). Pendidikan
ini bertujuan membentuk pola pikir anak dengan mengajarkan segala
sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, seperti ilmu-ilmu agama,
kebudayaan dan peradaban. Dengan begitu, pikiran anak akan menjadi
matang, bernuansa ilmu pengetahuan, kebudayaan dan sebagainya.13
Tanggung jawab terhadap empat tujuan pendidikan, yakni
pendidikan keimanan, moral, fisik dan akal saling berintegrasi dan
berkorelasi sangat erat dalam proses pembentukan kepribadian anak-
anak didik. Pendidikan kognitif merupakan bentuk penyadaran,
pengetahuan, dan pengajaran.
Tujuan akhirnya ialah agar anak-anak didik menjadi pribadi
istiqamah yang mampu melaksanakan segala tugas, kewajiban dan
tanggung jawabnya. Betapa indahnya jika keimanan itu jika diiringi
dengan pemikiran yang cerdas. Betapa mulianya jika akhlak anak-anak
13 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, jilid 3 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
diiringi dengan fisik yang sehat. Dan betapa membanggakannya jika
anak-anak didik mampu menghadapi problematika kehidupan, diiringi
dengan perhatian, pengarahan, dan bimbingan dari para guru dalam
berbagai bidang pendidikan.
Tahapan yang harus dilalui oleh para pendidik dalam kaitannya
dengan pendidikan kognitif terfokus dalam tiga aspek, yaitu 14
:
a. Kewajiban mengajar
b. Menumbuhkan kesadaran berpikir
c. Kejernihan berpikir
Berikut uraian dari tiga aspek diatas :
d. Kewajiban mengajar
Islam telah mengamanatkan kepada orang tua dan
pendidik dengan tanggung jawab yang besar dalam
mengajar anak-anak dan menumbuhkan kesadaran
untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Islam juga mengamanatkan kepada mereka untuk
memusatkan segenap pikiran dan kreativitas, sehingga
anak-anak dapat mencapai pemahaman secara
mendalam, meraih pengetahuan yang murni serta
memiliki pertimbangan yang matang dan benar.
14 Ibid, hal. 50-56
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
Sehingga wawasan berpikir mereka akan terbuka, dan
kecerdasan mereka menjadi nyata.
e. Menumbuhkan kesadaran berpikir dalam diri anak
Maksud dari upaya menumbuhkan kesadaran berpikir
ini ialah mengikat anak dengan :
1) Islam, sebagai doktrin agama maupun doktrin
kehidupan bernegara
2) Al-Qur‟an, sebagai sistem maupun undang-
undang
3) Sejarah Islam, sebagai kejayaan maupun
kemuliaan kaum Muslimin
4) Kebudayaan Islam secara umum, baik sebagai
spirit bagi jiwa maupun pikiran
5) dan Dakwah Islam sebagai motivasi bagi
pergerakan maupun perilaku anak.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran berpikir, dapat di tempuh
melalui proses berikut :
a) pengajaran yang dinamis, maksudnya ialah
hendaknya seorang anak diajari oleh kedua
orang tua dan pendidik tentang hakikat Islam,
ruang lingkupnya dan semua aspek hukumnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
Hendaknya dijelaskan bahwa Islam merupakan
satu-satunya agama yang memiliki nilai
keabadian, keuniversalan, dan kesempurnaan
hingga Allah SWT mewariskan bumi dan segala
isinya. Bagi pendidik, terutama orang tua
hendaknya memberikan pemahaman dengan
cara yang benar kepada anak, bahwa tidak ada
kejayaan selain dengan Islam. Tidak ada
kemenangan selain dengan ajaran-ajaran Al-
Qur‟an. Tidak ada kekuatan, peradaban, dan
kebangkitan, selain dengan syariat Islam yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW. Para
pendidik diharapkan untuk menumbuhkn
kewaspadaan terhadap rencana Zionisme,
Kolonialisme, Imperialisme, Komunisme dan
kekuatan lainnya yang bertujuan untuk
menghancukan Islam, mengotori hakikat dan
ajaran yanag masih bersih dan bersinar,
memadamkan semangat pembelaan dan jihad
yang ada di dalam dada kaum muslimin dan
mendidik generasi masa kini dengan kekufuran,
kesesatan dan penghalalan segala cara. Tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
diragukan lagi bahwa dengan cara pengajaran
yang dinamis, anak-anak akan terikat dengan
Islam, baik yang berkiatan dengan nilai-nilai
ritualitasnya, maupun perundang-undangannya.
b) Teladan yang dinamis, yakni anak hendaknya
merasa terikat untuk meneladani seorang
pembimbing yang ikhlas, mumpuni, sangat
memahami Islam, membela Islam, berjuang di
jalan Allah, menerapkan hukum-hukumNya dan
tidak menghiraukan celaan orang lain dalam
berjihad di jalan Allah. Namun sangat
disayangkan bahwa para pembimbing di zaman
sekarang ini, sering kali memberikan konsepsi
terbalik dan jauh menyimpang dari Islam
kepada muridnya kecuali para pembimbing
yang dirahmati oleh Allah SWT.
c) Penelaahan yang dinamis, ialah para pendidik
diharapkan menyediakan sebuah perpustakaan
meski kapasitasnya kecil, untuk anak-anak
ketika mereka memasuki usia sekolah. Dalam
perpustkaan tersebut hendaknya disediakan
buku-buku tentang kisah-kisah Islami yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
berkaitan dengan pelajaran, kisah para pahlawan
Islam, biografi orang-orang bijak dan lain-lain.
Jika para pendidik dapat mengarahkan anak-
anak didiknya untuk melakukan hal pistif
seperti diatas, maka mereka akan terdidik
dengan sempurna dan memiliki kepribadian
yang matang.
d) Pergaulan yang dinamis, ialah pendidik
hendaknya mengarahkan anak-anak didiknya
untuk bergaul dengan memilih teman-teman
yang shaleh, dapat dipercaya dan memiliki
pemahaman Islam yang sempurna.
5. Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan
Pendidikan kejiwaan bagi anak berorientasi untuk mendidik
anak sejak ia mulai mengerti perlunya bersikapa terbuka,mandiri, suka
menolong, mengendalikan kemarahan dan menyukai segala bentuk
keutamaan jiwa dan moral secara komprehensif.15
Tujuan uatama dari pendidikan kejiawaan ialah untuk
membentuk, membina, dan menyelaraskan kepribadian anak. Dengan
15
Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan Mendidik Anak
Menurut Islam jilid 4 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
demikian, ketika anak sudah dewasa, ia dapat melaksanakan
kewajiban yang dibebankan pada dirinya dengan baik dan sempurna.
Sejak anak dilahirkan, Islam telah memerintahkan para
pendidik untuk mengajarkan prinsip dasar kesehatan jiwa bagi anak,
sehingga ia diharapkan menjadi pribadi manusia yang berakal sehat,
berpikir cerdas, berbudi luhur, bertindak penuh pertimbangan dan
berkemauan tinggi.
Abdullah Nasikh ulwan menyatakan bahwa faktor terpenting
yang harus dihindarkan oleh para pendidik dari anak dan siswa ialah
sifat-sifat berikut16
:
a. Minder
b. Penakut
c. Kurang percaya diri (rendah diri)
d. Dengki
e. Pemarah
Berikut penjelasan dari kelima point diatas :
1) Minder
Persaan minder merupakan salah satu sifat buruk bagi
anak-anak. Gejala seperti ini biasanya dimulai pada usia empat
16
Ibid, hal. 1-10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
bulan. Setelah berusia satu tahun perasaan minder akan tampak
pada anak, yakni ketika ia memalingkan wajahnya, menutup
kedua mata atau wajahnya dengan kedua telapak tangan saat
bertemu dengan orang yang dianggap asing baginya.17
Pada usia 3 tahun, anak akan merasa minder saat pergi
ke sebuah rumah yang belum dikenalnya. Terkadang ia hanya
duduk dengan tenang di pangkuan ibu atau di sisinya untuk
beberapa saat lamanya, tanpa berbicara sepatah katapun.
Faktor genetika ikut berperan dalam menumbuhkan
perasaan minder pada diri seorang anak. Faktor lingkungan
juga berperan signifikan dalam memperbesar rasa minder
dalam diri seorang anak, atau bahkan menghilangkan perasaan
itu. Pada anak-anak yang sering bergaul dengan teman-teman,
perasaan minder dalam dirinya akan jeuh lebih kecil
dibandingkan anak-anak yang tidak pernah atau jarang bergaul
dengan teman-temannya.
Ciri-ciri anak yang merasa minder ialah18
:
a) Suka menyendiri
b) Telalu hati-hati ketika bertemu orang lain,
sehingga terlihat sangat kaku
17
Dr. Nabih Al-Ghibrah, Al-Musykilat As-Sulukiyah „inda Al-Athfal, hal. 153 18
Arianto Erwin, Buang-rasa-minder,( blogspot.com. 2008)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
c) Pergerakannya terbatas, seolah-olah menyadari
bahwa dirinya banyak kekurangan
d) Merasa curiga terhadap orang lain
e) Tidak percaya bahwa dirinya mempunyai
kelebihan
f) Sering menolak bila diajak ke tempat-tempat
yang ramai
g) Beranggapan bahwa orang lainlah yang harus
berubah
Adapun solusi untuk mengatasi hal ini ialah dengan
membiasakan anak-anak bergaul dengan teman-teman sebaya
mereka. Caranya ialah dengan mengundang teman-teman ke
rumah secara berkala, atau mengajak anak-anak berkunjung ke
rumah teman-teman dan kerabat. Bisa pula dengan cara
membujuk meraka untuk berbicara dengan orang lain, baik
dengan orang dewasa maupun anak kecil.
Dengan begitu, perasaan minder pun akan berkurang di
dalam jiwa anak. Mereka akan memiliki rasa percaya diri dan
akan selalu termotivasi untuk berbicara benar, tanpa rasa takut
dengan kecaman orang lain.
2) Penakut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
Sikap penakut merupakan kondisi psikologis yang bisa
terjadi dalam diri anak kecil dan orang dewasa, baik laki-laki
maupun perempuan. Sikap ini dalam kondisi tertentu terkadang
dianjurkan dalam diri anak, selama masih dalam batas
kewajaran. Sikap penakut merupakan salah satu cara untuk
menjaga anak-anak dan menjauhkan mereka dari beberapa
bahaya. Namu bila perasaan takut ini telah melebihi batas-batas
kewajaran, hingga menyebabkan kegelisahan dalam jiwa anak-
anak, maka perasaan takut itu harus segera ditanggulangi dan
dicarikan solusinya.
Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besarnya perasaan takut dalam diri anak-anak :
a) Kebiasaan ibu yang menakuti anaknya dengan
bayangan menakutkan dalam kegelapan atau
dengan makhluk ghaib yang menyeramkan.
b) Kebiasaan ibu yang sering memanjakan
anaknya dan mendikte anaknya dengan cara
yang berlebihan.
c) Mendidik anak dengan cara menyendiri dan
berlindung di balik dinding rumah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
d) Sering bercerita tentang kisah khayalan yang
berkaitan dengan jin dan setan.
Dalam upaya mengatasi perasaan takut di atas, terdapat
beberapa uapaya yang harus diperhatikan, yakni sebagai
berikut :
(1) Mendidik anak-anak sejak dini dengan
keimanan kepada Allah, beribadah kepada-Nya
setiap waktu. Tidak diragukan, jika anak sudah
terdidik dengan esensi keimanan dan terbiasa
melakukan aktivitas ibadah lahir dan batin,
maka ia tidak akan merasa takut jika mengalami
cobaan. Ia tidak akan merasa gelisah jika
ditimpa musibah. Berkaitan dengan hal ini, Al-
Qur‟an telah menjelaskan dalam QS. Al-
Ma‟arij: 19-23) :
Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, daan
apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.
(2) Memberikan kebebasan bertindak kepada anak,
memberikan kesadaran kepadanya untuk
memikul tanggung jawab dan melatih diri untuk
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
(3) Tidak menakuti anak dengan hewan buas,
hantu, setan, jin atau ifrit, terutama ketika anak
sedang menangis. Hal ini bertujuan agar anak
terbebas dari bayang bayang ketakutan,
sehingga akan tumbuh rasa keberanian dalam
diri anak dan ia termasuk pengertian umum dari
sikap positif.
(4) Ketika usia seorang anak telah mencapai taraf
kemampuan untuk berfikir, hendaknya ia diberi
kesempatan untuk bergaul, bertemu dan
berkenalan dengan anak-anak lain. Ini bertujuan
agara dalam hatinya tumbuh kesadaran, bahwa
dirinya merupakan tumpuan kasih sayang, cinta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
kasih dan memiliki kemuliaan bersama anak-
anak lain.
(5) Menuturkan kisah peperangan di masa
Rasulullah SAW, daya juang para mujahid di
masa lalu, serta mendidik anak-anak agar
memiliki karakter seperti para tokoh besar.
3) Kurang percaya diri (rendah diri)
Perasaan rendah diri adalah kondisi psikologis yang
menerpa sebagian anak akibat faktor-faktor bawaan sejak lahir,
tekanan mental dan kondisi ekonomi. Sikap rendah diri
termasuk kondisi psikologis yang sangat berbahaya, karena
dapat mengakibatkan seorang anak tergerus ke dalam
kehidupan yang hina, sengsara dan penuh dosa.
Oleh sebab itu, para orang tua dan pendidik hendaknya
menekankan perhatian untuk melakukan tindakan preventif. Ini
akan membebaskan anak-anak dari segala sikap kurang
percaya diri dan minder. Dengan demikian, anak-anak akan
merasa terproteksi dalam mendapatkan pendidikan psikologis
yang tepat sasaran, dan mendapatkan pencerahan dalam
pembentukan akhlak yang baik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
Berikut merupakan beberapa faktor timbulnya sikap
rendah diri dalam kehidupan seorang anak :
a) Adanya hinaan dan celaan
b) Terlalu dimanja
c) Adanya pilih kasih
d) Cacat fisik
e) Yatim
f) Miskin
4) Hasud (dengki)
Hasud ialah mengharapkan hilangnya kesenangan
orang lain. Hal ini merupakan salah satu realita sosial yang
sangat berbahaya. Jika pendidik tidak segera mengatasi gejala
ini dalam diri anak-anak didik, maka akan menimbulkan
dampak sangat buruk dan mengkhawatirkan.
Adapun faktor timbulnya sifat dengki ini ialah :
a) Adanya kekhawatiran akan hilangnya perhatian
dan kasih sayang di antara keluarga, terutama
ketika lahirnya seorang adik baru.
b) Adanya perbandingan negatif di antara anak-
anak, seperti menyebut salah seorang di antara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
mereka sebagai anak yang pandai, sedangkan
anak yang lainnya disebut sebagai anak yang
bodoh.
c) Adanya perbedaan perhatian (pilih kasih) di
antara anak-anak. Misalnya, orang tua mengajak
bermain dan memberi sesuatu kepada salah
seorang anak, sedangkan anak lainnya ditekan,
dibiarkan, dan tidak diberi apa-apa.
d) Senantiasa menolerir anak yang disayangi,
meski ia sering menyakiti dan berbuat buruk.
Sedanhkan anak lainnya dihukum, meski ia
hanya melakukan kesalahan kecil.
e) Keberadaan anak dilingkungan masyarakat yang
serba mewah, sedangkan ia berada dalam
kemiskinan dan kehidupan yang tidak layak.
5) Pemarah
Marah merupakan gejala kejiwaan yang menyebabkan
naiknya emosi seseorang pada hari-hari pertama kehidupannya,
dan akan terus berlangsung selama hidupnya hingga ia
meninggal dunia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
Jika sifat marah tersebut merupakan pembawaan kodrat
manusia sejak lahirnya, maka sangat keliru jika kita
menganggap marah sebagai gejala negatif dan kondisi
psikologis yang buruk. Sebab ketika manusia diciptakan, Allah
SWT telah menanamkan naluri kecenderungan dan perasaan
pada dirinya. Ini terjadi karena adanya hikmah dan kepedulian
sosial yang nyata.
Sebenarnya ada beberapa keuntungan dari sifat
pemarah, diantaranya menjadi perisai untuk menjaga diri,
membela agama, menjaga kehormatan, dan memeliahara
agama Islam dari tipu daya musuh dan persekongkolan para
penjajah.
Berikut beberapa cara paling baik untuk menanggulangi
sikap dan watak pemarah dalam diri anak dengan menerapkan
metode Rasulullah SAW. Beliau menhajarkan metode berikut :
a) Mengubah posisi tubuh
b) Berwudhu
c) Diam
d) Berlindung kepada Allah SWT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
Kesimpulannya, para orang tua dan pendidik perlu
meghindarkan faktor penyebab timbulnya kemarahan pada anak-anak,
lalu menerapkan metode yang telah diajarkan oleh Rasululllah SAW
seperti yang telah dijelaskan diatas.
Jika para pendidik mampu menghilangkan perasaan minder,
pengecut, rendah diri, hasud, dan pemarah dalam diri anak-anak,
berarti mereka telah menanamkan dasar-dasar psikologis yang mulia
di dalam jiwa anak-anak. Hingga akhirnya akan terwujud sikap berani,
saling menghargai, sanggup memikul tanggung jawab, mengutamakan
orang lain, saling mencintai, dan menyayangi dalam diri anak-anak.
Bahkan dlaam hal ini berarti para pendidik telah mempersiapkan anak-
anak untuk menjadi generasi harapan masa depan. Mereka akan
mengadapi kehidupan ini dengan optimisme, tekad yang kuat, dan
akhlak yang luhur.
6. Tanggung Jawab Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial menekankan upaya untuk mendidik anak
sejak kecil, agar ia terbiasa menjalankan perilaku sosial yang luhur
dan prinsip psikologis yang mulia. Semuanya bersumber dari
akidah Islamiyah yang kekal dan kesadaran keimanan yang
mendalam. Tujuannya, agar anak mampu bergaul di tengah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
masyarakat nanti dengan perilaku sosial yang baik, memiliki
keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
Menurut Abdullah Nasikh Ulwan, pendidikan sosial tidak
dapat dipisahkan dari hal berikut19
:
a. Penanaman kejiwaan sosial yang luhur
Islam telah mencanangkan dasar-dasar
pendidikan utama dalam jiwa anak-anak maupun orang
dewasa, baik laki-laki maupun perempuan berdasarkan
prinsip kejiwaan yang luhur, dinamis dan abadi.
Pembentukan kepribadian Muslim tidak akan terbentuk
tanpa adanya prinsip tersebut, dan tidak akan
sempurna tanpa adanya berbagai usaha untuk
mewujudkannya.
Berikut beberapa prinsip dasar kejiwaan
terpenting yang diperhatikan dalam Islam untuk
ditanamkan dalam diri seseorang dan komunitas sosial :
1) Takwa
19 Syeikh Abdullah Nasikh Ulwan, jilid 4 , (Mesir: Darussalam,2006) hal. 56-72
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
Yakni hasil final dari perasaan
mendalam yang berkaitan dengan
interaksi seorang hamba dengan Allah
SWT, takut pada murka dan siksa-Nya,
serta harapan akan mendapatkan
ampunan dan pahala-Nya.
2) Persaudaraan
Persaudaraan merupakan ikatan
kejiwaan yang mencerminkan perasaan
mendalam tentang kasih sayang,
kecintaan, dan penghormatan terhadap
setiap orang. Semua itu diikat oleh
akidah Islam, keimanan dan ketakwaan.
Ikatan persaudaraan yang positif tersebut
menumbuhkan perasaan mulia di dalam
jiwa setiap Muslim untuk membentuk
sikap yang baik, seperti tolong
menolong dan saling memberi maaf.
3) Kasih sayang
Kasih sayang merupakan kelembutan
dan perasaan halus di dalam hati
sanubari. Selain itu, merupakan suatu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
108
ketajaman perasaan yang mengarah pada
perlakuan yang penuh kelembutan
kepada orag lain.
4) Mengutamakan orang lain (Al-Itsar)
Al-Itsar merupakan perasaan di dalam
hati sanubari yang menyebabkan
seseorang lebih mengutamakan orang
lain atas dirinya dalam kebaikan dan
kemaslahatan yang sifatnya pribadi.
5) Memaafkan orang lain
Memberi maaf adalah bentuk kemuliaan
perasaan kejiwaan yang menumbuhkan
rasa toleransi dan tidak menuntut hak,
meski orang yang memusuhi itu adalah
orang yang dzalim.
6) Keberanian
Keberanian merupakan kekuatan jiwa
yang di serap oleh orang yang beriman
kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha
benar, kepercayaan terhadap keadilan,
kelapangan hati terhadap ketentuan
takdir Allah, penuh rasa tanggung jawab
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
109
dan pendidikan yang menumbuhkan
kesadaran individu.
b. Menjaga hak-hak orang lain
Penjagaan dan penghormatan terhadap hak-hak
masyarakat itu saling berkaitan erat dengan dasar-dasar
kejiwaan yang mulia. Maksudnya ialah dasar-dasar
kejiwaan merupakan makna, sedangkan penjagaan dan
penghormatan hak-hak masyarakat merupakan
manifestasinya. Dengan kata lain, bahwa yang pertama
adalah ruh, sedangkan yang kedua adalah
mementingkan yang pertama dan mengesampingkan
yang kedua. Sebab, jika ketimpangan itu terjadi, maka
akan muncul suatu bentuk kekacauan dan kegoncangan.
Hak-hak sosial yang paling krusial mencakup
hak kedua orang tua, hak sanak saudara, hak seorang
guru, hak teman, dan hak orang dewasa.
c. Menjaga etika sosial
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
110
Diantara prinsip pendidikan sosial yang
ditekankan oleh Islam di dalam mendidik anak-anak
yakni membiasakan mereka berperilaku sesuai etika
sosial yang islami. Selain itu, berupaya membentuk
kepribadian anak-anak sejak dini, sesuai dengan
koncep-konsep dasar pendidikan yang baik. Dengan
begitu, ketika anak-anak telah mencapai usia remaja,
dan secraa bertahap mulai memahami makna
kehidupan, maka sikap dan tingkah laku mereka dengan
orang lain di masyarakat akan tampak sangat baik.
Berikut beberapa etika penting yang harus di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar orang tua
atau pendidik mampu menanamkan terhadap peserta
didik sejak dini.
1) Etika makan dan minum
2) Etika mengucapkan salam
3) Etika memohon izin
4) Etika dalm majelis
5) Etika dalam berbicara
6) Etika bergurau
7) Etika memberikan ucapan selamat
8) Etika menjenguk orang sakit
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
111
9) Etika berta‟ziah
10) Etika bersin dan menguap
Inilah prinsip-prinsip dasar yang paling utama di
saat berkumpul dan bergaul denan orang lain. Etika
tersebut pernah terwujud di kehidupan kaum muslimin
pada beberapa abad silam, yakni ketika kaum Muslimin
memiliki suatu negara dan kekuasaan. Saat itu, masyarakat
Muslim senantiasa saling mendukung dalam hal pemberian
nasiaht di antara sesama mereka. Selain itu, juga senantiasa
melakukan kontrol sosial dan kontrol sosial, menjalankan
amar ma‟ruf nahi munkar. Tidak heran, bila saat itu
banyak kaum yang tertarik dengan akhlak dan erika Islam,
hingga mereka ramai-ramai masuk Islam dengan kesadaran
mereka sendiri tanpa suatu paksaan.
d. Pengawasan dan kritik sosial
Di antara prinsip sosial terpenting dalam
membentuk akhlak mulia dan kehidupan sosial anak
adalah membiasakan anak sejak usia dini untuk
melakukan pengawasan dan kontrol sosial yang daoat
membangun pergaulan dengan setiap individu. Juga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
memberi teladan yang baik dan nasihat kepada setiap
orang yang melakukan penyimpangan.
Dalam hal ini terdapat rangkaian dasar dan
tahapan untuk pembentukan karakter anak, agar ia
dapat melakukan kritik sosial di tengah masyarakat.
Berikut beberapa hal penting yang terkait dengan
masalah tersebut.
1) Menjaga aspirasi umat sebagai tugas sosial
Islam telah mewajibkan umatnya untuk
senantiasa menjaga aspirasi umat yang terwujud
dalam aktivitas amar ma‟ruf nahi munkar
kepada seluruh umat manusia dengan berbagai
bentuknya, tanpa membedakan status personal
di antara mereka. Tegasnya, aktivitas amar
ma‟ruf nahi munkar itu kewajiban setiap
individu, sesuai dengan kondisi, kesanggupan,
dan kualitas keimanan yang ada pada dirinya.
2) Prinsip-prinsip yang harus dijaga
Terdapat sejumlah prinsip dan syarat tertentu
dalam menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar.
Semua prinsip dan syarat itu sangat penting
untuk diterapkan dan diajarkan oleh para
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
113
pendidik kepada anak-anak didiknya, sehingga
mereka dapat memahami dengan sebaik-
baiknya. Para ulama‟ berpendapat bahwa
prinsip tersebut ialah :
a) Integrasi perbuatan dengan perkataan
b) Kemungkaran yang dicegah telah
disepakati oleh para ulama
c) Memberantas kemungkaran dilakukan
secara bertahap
d) Bersifat lembut dan berkhlak mulia
e) Bersabar dalam menghadapi segala
gangguan
Para pendidik mesti menerapkan prinsip-prinsip
dasar itu dan menanamkannya pada anak-anak
didik mereka. Sehingga ketika anak-anak telah
memasuki kehidupan dewasa dan telah
melaksanakan tanggungjawabnya, mereka bisa
menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
3) Senantiasa mengambil hikmah dari sikap para
Salaf
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
Diantara metode yang dapat menumbuhkan
sikap berani pada diri Muslim untuk
memperjuangkan aspirasi umat, yakni
menerapkan sifat berani dalam melaksanakan
amar ma‟ruf nahi munkar, sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh para Salaf dan nenek
moyang kita. Tidak diragukan bahwa sikap
mereka telah meninggalkan pengaruh cukup
besar dalam jiwa dan generasi muda dan tekad
mereka. Bahkan hal itu telah memotivasi untuk
bersikap berani dalam menghadapi kaum
perusak, yakni kaum yang tidak menegakkan
kehormatan kaum Muslimin, dan tidak
menjunjung tinggi nilia akhlaq mulia. Sungguh
tidak sedikit yang memiliki keberanian seperti
mereka.
Dapat disimpulkan bahwa anak tidak akan bisa
dididik untuk melaksanakan pengawasan dan kritik
sosial, jika kita tidak mampu menghapus sikap minder
dan penakutnya. Maka sebagai pendidik harus lebih
mengetahui dan mengerti tentang metode Islam di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
115
dalam mendidik anak untuk menjadi seorang
pemberani, hingga membebaskannya dari sikap minder,
penakut, dan tergantung kepada orang lian.
7. Tanggung Jawab Pendidikan Seksual
Yang dimaksud dengan pendidikan seks ialah mengajarkan dan
menerangkan kepada anak serta menyadarkannya mengenai berbagai
masalah yang berhubungan dengan seks, naluri terhadap lawan jenis
dan pernikahan. Hal ini dilakukan agar ketika anak sudah tumbuh
dewasa dan memahami masalah-masalah kehidupan, ia dapat
mengetahui apa yang halal dan apa yang haram, dan memiliki akhlak,
perilaku serta kebiasaan yang Islami. Ia tidak akan jatuh dan tidaka
kan mengikuti polah hidup bebas.20
Menurut Abdullah Nasikh Ulwan, pendidikan seksual yang
hendaknya mendapat oerhatian khusus dari seorang pendidik ialah
berdasarkan fase-fase berikut :
20
Abdullah Nasikh Ulwan, Tarbiyatul Aulad Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Khatulistiwa
Press, 2015) hal. 295
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
116
Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut sebagai masa tamyiz
(pra pubertas). Pada masa ini, seorang anak diajarkan tentang etika
meminta izin dan memandang sesuatu.
Fase kedua, usia 14-16 tahun, disebut sebagai masa baligh
(adolesen). Jika seorang anak sudah siap untuk menikah, pada masa ini
anak diberi pengetahuan tentang etika (adab) mengadakan hubungan
seksual.
Fase ketiga, setelah masa adolesen disebut sebagai masa
pemuda. Pada masa ini anak diberi pelajaran tentang cara melakukan
isti‟faf (menjaga diri dari perbuatan tercela) jika ia belum mampu
melangsungkan pernikahan.21
B. Analisis Pendidikan Anak di Masa Sekarang
Secara fungsional pendidikan ditujukan untuk menyiapkan manusia
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik secara individu
maupun kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun negara. Hal ini
berarti pendidikan nasional mempunyai tugas untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang baik dan dapat berguna dalam pembangunan dimasa depan.
Selain itu, pendidikan juga merupakan persoalan asasi bagi manusia. Manusia
sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi
21 Abdullah Naikhl Ulwan, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015) hal. 295
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
117
dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Semenjak kelahirannya,
manusia telah memiliki potensi dasar yang bersifat universal.22
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal
ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat indeks
pengembangan manusia, yakni komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan pengasilan per kepala yang menunjukkan bahwa
indeks pengembangan manusia semakin menurun.23
Memasuki abad ke 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.
Kehebohan tersebut bukan karena kehebatan mutu nasional, namun
disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di
Indonesia. Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan
kesadaran bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di
tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas
membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Pendidikan saat ini jika dibandingkan dengan pendidikan zaman
dahulu sangatlah berbeda, berikut beberapa perbedaan pendidikan zaman
dahulu dan pendidikan di era sekarang24
:
1. Cara belajar
22 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012) hal. 194 23 Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (Bandung: Prosfect, 2007) hal. 72 24
https://www.gulalives.co/perbedaan-pendidikan-dulu-dan-sekarang/ (diakses pada tanggal 01 April
2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
118
Dapat diketahui bahwa cara belajar anak sekarang dan dahulu
sangatlah berbeda. Dulu, seorang naak belajar di sekolah
diajarkan oleh guru dengan menggunakan papan tulis dan
kapur. Lalu murid dengan sigap mencatat pelajaran dengan
mengunakan pensil atau bolpoin. Berbeda dengan sekarang,
karena canggihnya teknologi maka guru menggunkan laptop
untuk menjelaskan materi di dalam kelas.
2. Sumber pengetahuan dan informasi
Zaman dahulu, informasi di salurkan dengan sangat lambat.
Orang-orang masih sangat sulit untuk mendapatkan informasi.
Biasanya seorang naka atau peserta didik hanya bisa mendapat
informasi dengan membaca buku dan bertanya pada guru.
Namun untuk saat ini informasi dapat dicari dengan mudah dan
cepat, karena sudah ada internet, radio, televisi serta surat
kabar. Dengan kecanggihan alat teknologi tersebut, membuat
kemudahan bagi para siswa untuk mendapatkan informasi.
Tetapi dengan kemajuna teknologi tersebut juga ada dampak
dari internet bagi seorang anak. Oleh karena itu, orang tua serta
pendidik sangat perperan penuh agar peserta didik tidak
menyalahgunakan kecanggihan teknologi saat ini.
3. Materi pendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
119
Materi pendidikan pada zaman dahulu lebih menekankan pada
pembentukan nurani seorang anak, penguatan karakter yang
dimilikinya untuk membuat mereka tau mana yang benar dan
man yang salah. Berbeda dengan materi zaman sekarang.
Kurikulum yang digunakan berbeda setiap sekolah. Bahkan
status sekolahpun menjadi beberapa bagian, seperti sekolah
nasional, nasional plus dan intersnasional.
4. Orientasi pendidikan
Pada zaman dahulu pendidikan di maksudkan untuk mendidik
manusia agar tumbuh mempunyai akhlak yang baik,
mengajarkan nilai kehidupan, mengajarkan budi pekerti, etika,
serta mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi. Setelah itu institusi dan tenaga pendidik akan
mengajarkan keterampilan yang membuat siswa mampu
menyokong hidupnya sendiri di masa depan.
Untuk saat ini, pendidikan lebih berorientasi kepada bagaimana
meningkatkan kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan
bagaiman menghadapi persaingan. Pendidikan saat ini
cenderung kehilanga misi utamanya yakni untuk investasi
karakter manusia. Pendidikan moral dan karakter bukan lagi
tujuan utama seorang anak dalam menjalani pendidikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
120
Mereka menganggap hal tersebut hanya tugas seorang tokoh
agama, tugas orang tua atau wali dirumah.
Itulah sedikit perbedaan yang ada pada dunia pendidikan
terdahulu dan saat ini. Perbedaan bukan suatu hal yang buruk, namun
alangkah baiknya jika tidak mengganti yang sudah lama tapi
memperbaiki jika ada yang kurang sesuai.
Menjadi orang tua merupakan tanggung jawab yang besar.
Sebagai orang tua harus mengajarkan serta mencontohkan hal-hal baik
kepada seorang anak. Sebagaimana penjelasan diatas, pendidikan saat
ini sanagtlah jauh berbeda dengan dahulu. Maka secara otomatis pola
asuh dan cara mendidik anak harus berubah. Sudah tidak reevan lagi
jika orang tua tetap menggunakan aturan zaman dahulu untuk
mendidik anak zaman sekarang.
Zaman dahulu seorang anak tidak di kenalkan dengan
handphone apalagi smartphone, tidak mengenal sosial media, dan
tidak mengenal internet. Untuk zaman sekarang, seorang anak
mengenal dunia yang sangat luas dan tentunya lebih kejam dengan
hadirnya internet dan alat-alat teknologi yang canggih lainnya. Bahkan
acara televisi yang mendidikpun semakin terkikis dengan acara televisi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
121
yang mengahsilkan profit tinggi tanpa memikirkan nilai pendidikan
dan moral didalamnya.
Berikut beberapa cara efektif untuk mendidik anak di zaman
modern25
:
a. Menjadi contoh yang baik
Ketika sudah memasuki fasenya, seorang anak akan memasuki
tahap peiru yang unggul. Anak akan meniru perilaku dan kata-
kata orang yang berada disekitarnya. Seorang anak dengan
cepat akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Oleh
karena itu, hendaknya sebagai orang tua bisa menjadi tauladan
yang baik dengan merubah segala kebiasaan buruk dan
mencontohkan yang baik kepada anak.
b. Memperkenalkan internet dengan bijak
Sebagai orang tua harus bijak dalam memprkenalkan internet
terhadap anak. Hendaknya orang tua mengajarkan internet
sesuai dengan umur seorang anak. Selain itu jangan lupa untuk
mengingatkan kepada anak bahwa bermain dengan internet ada
batasan dan aturannya. Jangan sampai orang tua
menenggelamkan seorang anak pada dunia maya dan tidak
25
https://www.fanind.com/cara-efektif-mendidik-anak-di-zaman-modern.html (diakses pada tanggal
01 April 2018)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
bermain dengan sekitar, karena hal ini dapat mengakibatkan
maslah kepribadian pada anak kelak.
c. Biarkan anak bereksplorasi
Seorang anak usia berapapun jika belum memasuki tahap
dewasa, mereka akan penuh dengan rasa penasaran. Dalam
menyikapi hal ini, hendaknya orang tua tidak menghalangi
maupun melarang namun mengarahkan. Karena larangan
hanya akan membuat seorang anak semakin penasaran dan
berakhir dengan diam-diam mengeksplorasi rasa pengawasan
mereka tanpa pengawasan orang tua. Oeh sebab itu, apapun
yang menarik perhatian seorang anak sebaiknya orang tua
mengarahkan dan mendampingi. Dengan begitu orang tua akan
tahu seberapa jauh sang anak berkembang dan mengetahui apa
yang harus diajarkan kepada anak selanjutnya.
d. Bersifat dan berfikiran terbuka
Bersifat dan berfikiran terbuka memnag penting untuk semua
orang, karena pada zaman modern ini semua orang menuntut
kebebasan untuk hidup dan berpendapat meskipun mereka
berbeda. Contohnya ialah kasus LGBT dan transgender yang
semakin menyeruak, hal ini merupakan bukti bahwa perbedaan
dan keterbukaan mulai disuarakan banyak pihak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
Mengajari anak untuk siap dan berani menghadapi perbedaan
dan keterbukaan merupakan hal yang penting. Terlebih jika
seorang anak sudah memasuki usia dewasa, sebaiknya orang
tua mengajari mereka untuk mengenal dan menghargai
perbedaan. Serta ajari mereka bagaimana cara menyikapi
perbedaan dan perubahan.
e. Mengajak anak berbicara dari hati ke hati
Mengajak seorang anak untuk berbicara dari hati ke hati erat
kaitannya dengan mengajak seorang anak untuk bersikap
terbuka. Orang tua bisa memulai kebiasaan ini sedini mungkin.
Mulailah dengan berbicara mengenai aktivitas bermain.
Ketika seorang anak sudah lancar berbicara dan dapat
menangkap ucapan orang tua dengan baik, maka ajaklah
berdiskusi tentang hal kecil misalnya tentang menu yang
dimakan hari itu. Seorang anak yang terbuka kepada orang tua
biasanya memiliki hubungan yang erat sehingga menimbulkan
rasa saling percaya. Hal inilah yang membuat seorang anak
menjadikan orang tua sebagai tempat pertama dan ternyaman
untuk berkeluh kesah.
f. Ajari anak tentang Agama
Seorang anak perlu mengetahui hal yang baik dan hal salah.
Agama merupakan sebuah “buku panduan” yang tepat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
Mengajarkan agama pada anak memang tidak mudah. Waktu
yang tepat untuk mengajarkan agama pada anak ialah setelaha
anak memasuki fase peniru, pada saat itu komunikasi dua arah
akan terjalin. Pada saat itu orang tua mulai bisa mengajarkan
Agama pada anak.
Catatan yang harus diingat oleh orang tua dalam mendidik
anak ialah bersabar dan gunakan hati. Karena seorang anak tidak suka
dikekang atau dipaksa. Maka dari itu menjalin kedekatan sebagai
“teman” dengan anak sanagt perlu agar jalan untuk mengajarkan dan
mendidik menjadi lebih mudah dan terbuka.
C. Analisis Pendidikan Moral Perspektif Abdullah Nasikh Ulwan
1. Teori Moral
Abdullah Nasikh Ulwan mendasarkan segala pemikiran moralnya
berdasarkan atas petunjuk al-Qur‟an dan al-Hadits serta perilaku tauladan
dari salafus shalihiin. Selanjutnya Abdullah Nasikh Ulwan mendasarkan
pendidikan moralnya pada iman kepada Allah SWT.26
Berdasarkan hal
tersebut, jika sejak masa kanak-kanak seorang anak tumbuh dan
berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah SWT dan
terdidik untuk selalu takut, ingat, pasrah, meminta petolongan dan
26
Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,
(Semarang: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 53-54
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki kemampuan dan bekal
pengetahuan di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan.
Ajaran moral menurut Abdullah Nasikh Ulwan juga bisa
menghindarkan seseorang dari kedangkalan iman, karena pendidikan
moral Nasikh Ulwan selalu berlandaskan iman, berusaha menjadi seorang
mukmin yang bertawakkal dan memohon pelindungan kepada Allah
SWT.
Pendidikan moral juga harus dicontohkan dengan kebiasaan
mengingat Allah SWT. Menurut Abdullah Nasikh Ulwan, benteng
pertahanan religius yang berakar pada hati sanubari, kebiasaan mengingat
Allah SWT yang telah dihayati dalam dirinya dan introspeksi diri yang
telah menguasai seluruh pikiran dan perasaan, telah memisahkan anak dari
sifat-sifat jelek, kebiasaan-kebiasaan dosa dan tradisi jahiliyah yang
rusak.27
Setiap kebaikan akan diterima menjadi slaah satu kebiasaan dan
kesenangan, dan kemuliaan akan menjadi akhlak sekaligus sifat yang
paling utama, jadi dasar dari pendidikan moral menurut Abdullah Nasikh
Ulwan ialah nilai-nilai iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan demikian ajaran moral Abdullah Nasikh Ulwan akan dapat
menghindarkan diri seseorang dari sikap frustasi serta akan menjauhkan
manusia dari pola hidup hedonistik dan materialistis.
27 Abdullah Nasikh Ulwan, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), hal. 193
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
Perbedaan antara akhlak, etika dan moral terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral
berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum di masyarakat, maka
pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk
berdasarkan al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karena itu etika dan moral akan
berjalan apabila tetap mengedepankan akhlak.
2. Pendidikan moral
Menurut Abdullah Nasikh Ulwan, pendidikan moral merupakan
serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak yang
harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula
hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan
kehidupan. Moral, sikap dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang
kuat dan pertumbuhan sikap keberagaman seseorang yang benar.28
Para ahli pendidikan dan Sosiologi Barat sangat menaruh perhatian
akan pertalian yang erat antara iman, moral dan akidah dengan perbuatan.
Mereka mengeluarkan beberapa petunjuk, pendapat dan pandnagan yang
menyatakan bahwa ketentraman, perbaikan dan moral tidak akan tercipta
tanpa adanya agama dan iman kepada Allah SWT.
28 Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 01 Nomor 01 Mei 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
Dengan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pedidikan harus
berpijak pada Al-Qur‟an dan Hadits, dengan berlandaskan hal tersebut
akan memperkuat keimana seseorang sehingga berimbas kepada perilaku
moral yang sesuai dengan norma-norma atau peraturan yang sesuai
dengan syariat Islam. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sosiologi Barat,
bahwa Barat juga mengakui adanya pertalian antara iman, moral dan
aqidah. Ketiga hal ini merupakan unsur yang saling berkaitan. Seseorang
yang moral atau perilakunya baik akan mempunyai iman dan aqidah yang
kuat, begitu pula sebaliknya seseorang dikatakan moralnya rusak karena ia
belum sepenuhnya atau belum memiliki keimanan dan aqidah yang sesuai
dengan Al-Qur‟an dan hadits, sehingga ketentraman, perbaiakn dan moral
tidak akan tercipta tanpa adanya agama dan keimana kepada Allah SWT.
3. Metode Pembentukan Moral
Dalam memandang metode, Abdullah Nasikh Ulwan
menetapkan metode keteladanan dan pembiasaan. Menurutnya metode
keteladan sebagai sarana yang berpengaruh untuk mempersiapkan
anak secara psikis dan sosial. Dalam hal ini pendidik dianggap sebagai
teladan yang utama.29
Dalam menetapkan metode ini, Abdullah Nasikh Ulwan
menekankan pada pentingnya mengenalkan keteladan dalam diri
29 Abdullah Nasikh Ulwan, (Jakarta: Pustaka Imani, 2007), hal. 181
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
128
Rasulullah SAW dan sahabat dalam berbagai aspek kehidupan,
misalnya aspek ibadah, budi pekerti, keberanian, kasih sayang dan
berjihad. Dari keteladan tersebut diharapkan dapat dijadikan cermina
dalam setiap kehidupan.
Abdullah Nasikh Ulwan memandang bahwa anak dibawah
umur biasanya mengikuti jejak kakaknya, serta dipandang meniru
dalam segala sesuatu dan mengikuti segala sifat moral dan adat
kebiasaan sosialnya. Oleh karena itu wajib bagi kedua orang tuanya
memusatkan perhatiannya kepada anak yang terbesar, kemuadian
anak-anak dibawah usianya, agar anak sulung menjadi teladan untuk
adik-adiknya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan anak menurut Abdullah Nasikh Ulwan ialah seorang
pendidik, baik guru, orang tua maupun tokoh masyarakat ketika
melaksanakan tanggungjawabnya secara sempurna, melaksanakan
kewajiban dengan rasa amanat, maka ia telah mengerahkan segala
usahanya untuk membentuk individu yang penuh dengan kepribadian
dan keistimewaan. Materi pendidikan anak menurut Abdullah Nasikh
Ulwan terdiri dari pendidikan keimanan, pendidikan moral,
pendidikan fisik, pendidikan kognitif, pendidikan kejiwaan,
pendidikan sosial dan pendidikan seksual. Lalu, metode pendidikan
anak menurut Abdullah Nasikh Ulwan ialah pendidikan keteladanan,
pendidikan dengan adat kebiasaan, pendidikan dengan nasehat,
pendidikan dengan perhatian/pengawasan dan pendidikan dengan
hukuman.
2. Abdullah nasikh ulwan sangat memperhatikan pendidikan anak-anak
dari aspek moral, dan mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga
dalam membentuk anak dan mengajarkan akhlak yang tinggi. Para
pendidik, terutama ayah dan ibu, mempunyai tanggungjawab yang
sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130
dasar moral. Oleh karena itu ajaran Abdullah Nasikh Ulwan akan
dapat menjawab problem kehilangan harga diri dan masa depan yang
akan dialami oleh manusia modern.
B. Diskusi
Teori yang disampaikan oleh Abdullah Nasikh Ulwan dalam
kitabnya“TarbiyatulAwladfil Islam” menegaskan bahwa ada satu cara yang
dapat digunakan agar anak bisa menjadi dambaan setiap orang tua, yakni
melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Islam telah
memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan
sejak masih dalam kandungan. Jika anak sejak dini telah mendapatkan
pendidikan Islam, maka kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi insan
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berbakti kepada orang tuanya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, materi yang disampaikan
oleh Abdullah Nasikh Ulwan terdiri dari pendidikan keimanan, pendidikan
moral, pendidikan fisik, pendidikan kognitif, pendidikan kejiwaan, pendidikan
sosial dan pendidikan seksual. Selain itu, metode yang disampaikan oleh
Abdullah Nasikh Ulwan dalam mendidik anak ialah pendidikan keteladanan,
pendidikan adat dengan kebiasaan, pendidikan dengan nasehat, pendidikan
dengan perhatian/ pengawasan dan pendidikan dengan hukuman.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131
Namun realita yang terjadi saat ini dapat diidentifikasi menjadi dua
masalah, yakni sebagai persoalan fisik dan psikis. Persoalan fisik mengarah
pada pengkondisian manusia sebagai objek dari segala produk iptek yang
dihasilkan di era modern. Sementara itu persoalan yang bersifat psikis
mengarah pada mendangkalan nilai moral dan kepercayaan. Perilaku suka
berbohong, suka mencuri dan kenakalan remaja termasuk akibat dari
persoalan yang bersifat psikis.Oleh karena itu, ajaran moral menurut Abdullah
Nasikh Ulwan sangat relevan jika diterapkan di negeriini demi menjawab
krisis moral dan kepercayaan yang masih marak terjadi.
C. Saran-saran
1. Pemikiran Abdullah Nasikh Ulwan mengenai pendidikan anak sangat
relevan dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki pendidikan
agama pada zaman sekarang, karena pemikiran Abdullah Nasikh Ulwan
bukan hanya memiliki nuansa dinamis namun juga fleksibel. Oleh karena
itu, doktrin tersebut dapat terus menerus berlaku sesuai dengan tantangan
zamannya tanpa menghilangkan nilai-nilai esensial dari pokok-pokok
keutamaan agama Islam.
2. Dalam proses belajar mengajar PAI, seorang pendidik perlu menerapkan
konsep pendidikan perspektif Abdullah Nasikh Ulwan karena konsep yang
ditawarkan masih sesuai dan relevan dengan keadaan yang modern ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132
3. Mengajak anak untuk terus menerus melakukan perbaikan, dan
memberikan rasa tanggung jawab terhadap Islam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Abdulhak Ishak. Suprayogi Ugi. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Forma.
Jakarta: PT RajaGrafindo Pustaka, 2012
Alwi Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Afifuddin. Sejarah Pendidikan. Bandung: Prosfect. 2007.
Al-Ghibrah Nabih. Al-Musykilat As-Sulukiyah ‘inda Al-Athfal.
Cosma II C. Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: UINSAPress, 2016.
Daradjat Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2014.
Fattah Nanag. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya,
2011
H.A.R Tilaar. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2012
Ihsan Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Joesoef Soelaman. Konsep Dasar Pendidikan non Formal. Jakarta: Bumi Aksara,
1998.
Kholiq Abdul. Dkk. Pendidikan Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer. Semarang: Pustaka Pelajar, 1999.
Maragustam. Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Falsafah
Pendidikan Islam). Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Muhammad Iqbal Abu. Pemikiran Pendidikan Islam, Cet 1. Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2005.
Munib Achmad dkk. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS, 2012.
Nizar Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis.
Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002
Projodikoro Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Jakarta-Bandung: PT .
Eresco,1981. Cetakan III
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset, 1998.
Shihab Quraish. Lentera Al-Qur’an; Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung:
Mizan, 2008.
Surakhmat Winarno. Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan
Teknik . Bandung: Transito, 1990.
Tafsir Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Ulwan Abdullah Nasih. Pendidikan Sosial Anak. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 1990.
Ulwan Abdullah Nasikh. Tarbiyatul Awlad Fil Islam. Jakarta: Lentera Abadi, 2006.
Ulwan Syeikh Abdullah Nasikh. Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan
Mendidik Anak Menurut Islam. Mesir: Darussalam, 2006.
Ulwan Nashih. Tarbiyatul Aulad fil Islam. terj. Saifullah Kamali dan Hery Noer Ali.
Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang: asy-syifa’, Jilid II, t.th 2001
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Ulwan Abdullah Nasikh. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Imani,
2007.
Ulwan Syeikh Abdullah Nasikh. Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan
Mendidik Anak Menurut Islam jilid 2. Mesir: Darussalam, 2006.
Ulwan Syeikh Abdullah Nasikh, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan
Mendidik Anak Menurut Islam jilid 3. Mesir: Darussalam, 2006
Ulwan Syeikh Abdullah Nasikh, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan
Mendidik Anak Menurut Islam jilid 4. Mesir: Darussalam, 2006
Ulwan Syeikh Abdullah Nasikh. jilid 4. Mesir: Darussalam, 2006
Ulwan Abdullah Nasikh. Jakarta: Khatulistiwa Press, 2015.
Yunus Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung, 1989
Arianto Erwin, Buang-rasa-minder,( blogspot.com. 2008)
Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 01 Nomor 01 Mei 2013
www.spengetahuan.com (diakses pada tanggal 04 desember 2017)
http://www.pendidikanekonomi.com/2015/03/pengertian-fungsi-dan-tujuan-
pendidikan.html (diakses pada tanggal 20 februari 2018)
https://www.kanalinfo.web.id/2017/11/pengertian-metode.html (diakses pada tanggal
24 Maret 2018)
Metode Mendidik Akhlak, http://www.yudiharis.com/Metode-Mendidik-Akhlak-
Anak.com (diakses pada tanggal 25Maret 2018)
http://nizarmauludin.blogspot.co.id/2015/12/makalah-tentang-metode-nasehat-
dan.html (diakses pada tanggal 27 Maret 2018)
https://almanhaj.or.id/2628-nafkah-untuk-sang-isteri.html (diakses pada tanggal 28
Maret 2018)
https://islamqa.info/id/11153(diakses pada tanggal 28 Maret 2018)
http://azka03.blogspot.co.id/2009/12/kusta-dalam-perspektif-islam.html (diakses
pada tanggal 28 Maret 2018)
https://ackogtg.wordpress.com/2010/06/16/dalil-dalil-tentang-berobat/ (diakses pada
tanggal 30 Maret 2018)
https://almanhaj.or.id/3447-tidak-boleh-membahayakan-orang-lain.html (diakses
pada tanggal 30 Maret 2018
https://www.gulalives.co/perbedaan-pendidikan-dulu-dan-sekarang/ (diakses pada
tanggal 01 April 2018)
https://www.fanind.com/cara-efektif-mendidik-anak-di-zaman-modern.html (diakses
pada tanggal 01 April 2018)
top related