konsep & kaedah dasar fiqih muammalah maaliyah · hukum / perkara universal yang bisa memahami...
Post on 14-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Definisi Kaedah FiqihKaedah pondasi atau dasar
Hukum / perkara universal yang bisa memahami untuk memahami beberapa hukum dan masalah yang masuk dalam cakupan pembahasannya
Fiqih paham
Mengetahui hukum syar’i yang berhubungan dengan amal perbuatan hambanya
“Hukum atau pondasi yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk memahami permasalahan
fiqih yang tercakup dalam pembahasannya.”
Manfaat Kaedah
1. Mengetahui banyak permasalahan fiqih yang tercakup dalam pembahasannya
2. Membantu dalam memberikan hukum yang kontemporer dan belum pernah terjadi sebelumnya dengan mudah
Sumber Kaedah Fiqih
1• Terambil langsung dari Al Quran dan As Sunnah
• Ex: kaum muslimin tergantung pada syarat mereka
2
• Tidak terambil langsung dari nash, namun kandungannya berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah
• Ex: Sesuatu yang yakin tidak bisa dihilangkan dengan sebuah keragu-raguan
3• Berdasarkan ijtihad para ulama.
Mac
am K
aed
ahFi
qih
Sumber
Keluasan
Kaedah Besar
Tidak termasuk kaedah besar
Cabang dari Kaedah Besarex: “ kondisi darurat membolehkan
sesuatu yang terlarang”
Bukan cabang, namun mencakup banyak masalah fiqih
ex: “Sesuatu yang mengikuti maka hukumnya mengikuti” larangan menjual buah yang masih muda di
pohon, namun bila yang dibeli pohonnya, maka buath tersebut bagian dari pohon maka boleh
Sempit
Disepakati / Diperselisihkan Ulama
Disepakati ulama
Madzhab tertentu
KAEDAH BESAR
Amal Perbuatan Tergantung Niat
Sesuatu Yakin Tidak Bisa Hilang dengan Keraguan
Kesulitan Membawa
Kemudahan
Tidak Boleh Berbuat Sesuatu
yang Membahayakan
Adat Kebiasaan bisa Dijadikan
Sandaran Hukum
Memfungsikan ucapan lebih baik
daripada menghilangkannya
Contoh Penerapan:1. Menjual anggur dengan tujuan memasok perusahaan pembuat miras?
2. Seseorang yang dititipi barang, kemudian dipakai lalu disimpan dengan niat dipakai kembali dilain waktu, namun belum sempat dipakai lagi barang tersebut rusak, siapa yang bertanggung jawab terhadap kerusakan tersebut?
3. Orang punya hutang, namun ragu sudah melunasi atau belum, maka sikap yang diambil?
4. Merokok..?
5. Membangun jendela pada posisi yang sangat dibutuhkan, namun tepat menghadap ruang tempat berkumpulnya tetangga yang merupakan kos mahasiswi-mahasiswi cantik nan rupawan..?
Kaedah 5: Adat Kebiasaan bisa Dijadikan Sandaran Hukum
Syar
at U
rf Berlaku Umum(dipahami seluruh
masyarakat)
Tidak Bertentangan dengan Nash Syar’i
Bertentangan Totalex: dipajang waktu nikah, nabung dibank
riba
Benturan sebagianex: larangan jual beli barang yg belum
diketahui, namun adat jual beli pesanan boleh
Bertentangan dengan hukum ygdikatakan ulama mujtahid sebelumnya “hukum bisa berubah dengan perubahan
zaman dan waktu
Berlaku sejak Lama, dan bukan urf baru
KAEDAH YANG DIGUNAKAN DALAM BISNIS (MUAMMALAH MAALIYAH)
1. Hukum Asal dalam Bab Muamalah adalah Mubah2. Hukum asal segala sesuatu adalah bebas tanggungan3. Prinsip tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain4. Segala sesuatu yang mengantarkan pada keharaman, maka hukumnya
haram5. Beralasan untuk melaksanakan yang haram, tidak mengubah status
keharamannya.6. Niat baik tidak melegalkan diperbolehkannya melakukan yang haram.7. Hal-hal yang mendesak (dharurat) membolehkan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang haram 8. Segala bentuk pinjaman yang mengakibatkan keuntungan yang
disyaratkan, maka dianggap riba 9. Umat Islam tergantung pada syarat mereka10. Segala sesuatu yang diperbolehkan untuk menjualnya, maka boleh juga
untuk menyedekahkannya dan menggadaikannyaSumber: Majalah PENGUSAHA MUSLIM, Edisi 3 Volume 1 tanggal 15 Maret 2010
Hukum asal segala sesuatu adalah bebas tanggunganAsal status hukum kepemilikan seseorang adalah terbebas dari segala tuntutan. Tidak ada seorang pun yang dituntut oleh orang lain tentang sesuatu yang dimilikinya, kecuali jika ada bukti kuat yang menafikannya. Jika hanya sekadar pengakuan atau tuduhan, maka dianggap tanpa ada landasandan alasan yang kuat.
lahirlah prinsip lain yaitu
‘bukti diharuskan ada bagi pihak yang mendakwa (mengaku) dan sumpah itu
diambil dari orang yang mengingkarinya’.
Beralasan untuk melaksanakan yang haram, tidak mengubah status keharamannya.
Ibnul Qayyim berkata,
“Kerusakan yang sangat besar yang dikandung dalam riba, tidak cukup hanya dengan mengubah nama aslinya dari riba menjadi transaksi lainnya. Begitu juga tidak berarti hanya dengan mengubah bentuknya menjadi bentuk lainnya.”
Niat baik tidak melegalkan diperbolehkannya melakukan yang haram
“Barangsiapa yang mengumpulkan harta yang haram, kemudian dia menyedekahkannya, maka dia tidak akan mendapatkan pahala, dan dosanya akan dibebankan padanya.”
(HR. Ibnu Hibban no. 3216)
Hal-hal yang mendesak (dharurat) membolehkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang haram
Prinsip ‘kecuali dalam keadaan terpaksa’ ini diikat dengan suatu batasan ‘tidak boleh melampaui batas’ dalam menggunakan sesuatu yang haram, juga tidak keluar dari batasan darurat.
Dari prinsip ini, ulama fiqih mengambil sebuah kaidah lain yang berbunyi, “Apa yang diperbolehkan dalam kondisi darurat, diukur sesuai dengan ukurannya.”
Sesungguhnya darurat itu adalah suatukeadaan yang bisa memaksa seseorang pada
kehancuran.
top related