konsep altruisme dalam perspektif ajaran agaaaa islam …

Post on 01-Nov-2021

21 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

59Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

Tetapi, dari sumber teks agama Islam dan perjalananRasulullah dapat ditemukan adanya imperatif yangditafsirkan ke arah moral altruism. Terminologyqurban, ihsan, infaq dan shadaqah merupakanrincian bentuk-bentul indicator yang dapat ditarikpada altruism (Abubakar & Bamualim, 2006).

Jika dilacak sumber tekstualnya, moral altruismmemiliki sandaran kuat dari doktrin semua agamayang memberikan porsi besar dalam pelayanansocial (Sachdev, 2006). Dalam ajaran Islam kisahNabi banyak menceritakan mengenai perjuangan-Nya untuk membela Ummat manusia sampai diakhirhayat. Prinsip yang demikian juga Nampak digenerasi awal Islam yang oleh Al-Qur'an digambarkanmereka mengalahkan kepentingan pribadi merekameskipun mereka sendiri dalam keadaan bersusahpayah. Sikap yang demikian disebut dengan itsar'ala al-nafs mengabaikan kepentingan pribadi,

dan memperjuangkan kesejahteraan orang lain (AlUsmaini, 2002). Dalam Islam juga mengenai istilahal-itsar (at-tafdhil) suatu konsep perilaku sosial yangmemberikan perlakuan kepada orang lain seperti

PENDAHULUANPermasalahan moral yang tumbuh dalam pribadi

manusia adanya tarikan permanen antara upayapemenuhan kepentingan diri pribadi (egoistic) dengantuntutan untuk kesediaan dirinya memerhatikankepentingan orang lain (altruistic). Setiap individucenderung mendahulukan kepentingan dirinyasendiri sebelum mengurus kebutuhan orang lain,namun tuntutan batiniahnya juga ada doronganuntuk membantu kesulitan orang lain. Dalamkajian filsafat moral muncul perbedaan pandanganmengenai bawaan watak primordial manusia: antaraegois versus altruis (Soroglou, 2013).

Kata "egois, egoistic dan egoisme" seringmuncul dalam perbincangan ilmiah dan pergaulan.Sebaliknya "altruis, altruistic, altruisme" masihjarang dikaji. Sepanjang penelaahan penulis, istilahtersebut belum banyak dibahas secara spesiflk dalamliterature Islam di Indonesia sebagaimana modelpengembangan teoritik di Barat (Effendi, 1995).Lingkup pembahasan akhlak oleh etikawan Muslimbelum merambah pada keluasan tema altuistik.

Fina Hidayati, MA.f.guidance@yahoo.com

Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim malang

Abstrak - Permasalahan moral yang tumbuh dalam pribadi manusia adanya tarikan permanenantara upaya pemenuhan kepentingan diri pribadi (egoistic) dengan tuntutan untuk kesediaandirinya memerhatikan kepentingan orang lain (altruistic). Moral altruism memiliki sandarankuat dari doktrin semua agama, terutama agama Islam. Dalam Islam juga mengenal istilah al-itsar (at-tafdhil) suatu konsep perilaku sosial yang memberikan perlakuan kepada orang lainseperti perlakuan kepada dirinya sendiri. Banyaknya kajian Islam yang menjelaskan tentangpemikiran khoirunnas anfauhum linnas, maka penulis tertarik dengan penelitian yang berjudultentang konsep altruisme dalam perspektif ajaran agama Islam yang biasa disebut denganitsar. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan Pendekatan grounded theory.Hasil penelitian menunjukkan bahwa itsar adalah sikap dan tingkah laku utama yang mampudilakukan oleh manusia yang telah mampu dan tidak hanya bersimpati dan berempati terhadaporang lain, tetapi mampu juga berkorban dan memberikan sesuatu yang bernilai bagi oranglain meskipun dirinya juga sedang memerlukan semata-mata hanya karena Allah SWT.

Kata Kunci: Altruisme dan Itsar

KONSEP ALTRUISME DALAM PERSPEKTIFAJARAN AGAAAA ISLAM (ITSAR)

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201660

kehidupan harapan orang lain berharga untukdiri sendiri.

c. Self-sacrifice for the benefit of others,pengorbanan diri untuk kebaikan orang lain

(Sachdev, 2006)

ItsarItsar adalah mendahulukan orang lain dari pada

dirinya sendiri (al Usaimin, 2002). Seseorang disebuttelah berpribadi itsar dalam kehidupan sehari-hariapabila telah mampu memandang kebutuhan dankepentingan orang lain lebih penting dari padakepentingan pribadinya sendiri (Al Usaimin, 2002).Al-itsar juga bisa diartikan sebagai suatu konsepperilaku sosial yang memberikan perlakuan kepadaorang lain seperti perlakuan kepada dirinya sendiri(kamus al-Munawwir, 1997). Secara garis besar,pengertian itsar menurut ketiga ulama tersebutadalah "tindakan mendahulukan orang lain atasdirinya sendiri dalam hal keduniaan dengan sukarelakarena semata mengharapkan akhirat" (Sholeh,2011).

Al jurjani (dalam Sholeh, 2011) menambahkankata kunci sekaligus memberi konteks yang jelasterhadap itsar yaitu, itsarsebagai 'puncak ukhuwah'.Berdasarkan kata kunci ini maka dapat dipahamibahwa tindakan itsar tidak muncul secara tiba- tiba. Itsar tumbuh seiring tumbuhnya rasapersaudaraan, ukhuwwah, melalui pendidikan,latihan dan pembiasaan seiring pertumbuhan usiaseseorang. Maka dapat dikatakan bahwa pribadimu'tsir, yang memiliki itsar, dapat tumbuh denganbaik jika dilandasi tumbuhnya kondisi mental yangsehat, empatik, mampu dan percaya kepada diri danorang lain. Dengan landasan ini seseorang mampumenjalin hubungan yang tulus, dan berkomunikasidengan jujur, serta membangun persaudaraan yangdekat dengan orang lain. Sebab hanya dengankondisi psikologis dan tingkat pemahaman tersebutseseorang mampu mencapai puncak persaudaraanyaitu itsar, yang ditandai dengan kerelaan bekerjasama, menolong dan berkorban untuk orang laindengan tulus tanpa mengharapkan imbalan darisesama, tetapi meniatkan dengan ikhlas hanyauntuk Allah SWT.

METODEPendekatan penelitian menggunakan grounded

theory. Pendekatan ini bisa dilakukan denganberpijak pada pendekatan prosedur sistematisyang memanfaatkan kausalitas, konsekuensi, codingselektif, dan sebagainya dari fenomena yang diteliti

perlakuan kepada dirinya sendiri (Munawwir, 1997).Perilaku itsar oleh at Jurjani, diposisikan sebagaipuncakdari perilaku prososial (ukhuwah), mengingatbahwa tindakan lahiriyah itsar memiliki dimensibathiniyah yang sangat komplek (As Syamali, 2007,Maktabah Syamilah). Kepribadian itsar memilikiakar dan landasan yang kuat dalam Islam, itsarselain mengandung keutamaan secara psikologis,dan social, juga memiliki keutamaan spiritual. Itsarmenjadi salah satu indikasi kesempurnaan imandana mal (kewajiban) bagi seorang muslim.

Seperti yang dikemukakan oleh Sachdev (2006;Moroney, 2014) yang menyatakan Jika dilacak sumbertekstualnya, moral altruism memiliki sandarankuat dari doktrin semua agama yang memberikanporsi besar dalam pelayanan social, dan banyaknyakajian Islam yang menjelaskan tentang pemikirankhoirunnas anfauhum lianas, maka penulis tertarikdengan penelitian yang berjudul tentang konsepaltruisme dalam perspektif ajaran agama Islamyang biasa disebut dengan itsar.

KERANGKA KERJATEORITIK

AltruismeAltruism adalah tindakan suka rela yang dilkukan

oleh seseorang ataupun kelompok orang untukmenolong orang lain tanpa mengharapkan imbalanapapun, kecuali mungkin perasaan telah melakukanperbuatan baik (Sears dkk, 1994). Menurut Myers,altruistic didefinisikan sebagai hasrat untuk menolongorang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri(Sarwono, 1999). Menurut Keer dkk. (2004) altruisticmerupakan suatu sifat suka mempertahankan jugamengutamakan kepentingan orang lain, cinta kasihyang tidak terbatas pada sesama manusia, jugamerupakan sifat manusia yang berupa doronganuntuk berbuat jasa dan kebaikan terhadap oranglain. Untuk mengukur seseorang tersebut dikatakanbersikap altruistic (Durkheim, 1997), digunakanindikator sebagai berikut: menolong sesama tanpapamrih, tidak egois, bersedia berkorban, pekadan siap bertindak demi membantu sesama yangkesusahan, mempunyai rasa belas kasihan, murahhati, tidak tegaan, penuh kasih sayang, dan empati.Terdapat tiga makna yang dapat mewakili dari kataaltruisme, yaitu:o. Lovin^ other as oneself, mencintai orang lain

seperti diri sendirib. Behavior that promotes the survival chances

of other at a cost to ones own, tingkahlaku itu mempromosikan mempertahankan

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

motivasi dan dorongan personal yang sangat kuatdengan jelas mempunyai konsistensi dalam moralitas

personal. Dengan kata lain pada pribadi yang matangagamanya terdapat keseimbangan antara dimensivertical dan dimensi horizontal dalam kehidupankeagamaannya. Terkait dengan hal ini hadis Nabimenyampaikan bahwa yang paling sempurna imandiantara orang-orang mukmin adalah mereka yangpaling baik budi pekertinya. Tentu saja budi pekertidalam arti dan cakupan yang sangat luas. SementaraAl-Qur'an menjelaskan kepribadian seorang muslim

yang paling tinggi (muttaqin) ditandai paling tidaktiga hal, yaitu al birru fil aqidah, al birru fit amal,

al birru fil khuluq (Q.SAl Baqarah: 17).

Sumber tumbuhnya itsar dalam DinManusia

Dapat dipahami bahwa seseorang baru akanmampu mengutamakan orang lain jika dia telah

mampu mengenali dan jujur terhadap dirinya, mampumengelola kehendak dan motif - motif pribadinya,serta mampu menekan, dan menomorduakan dirinyasendiri. Proses ini, secara psikologis bukanlah suatuproses dan "tahap perjalanan" yang mudah. Olehkarena itu, wajar jika itsar diposisikan sebagai puncakukhuwah mengingat tindakan mengutamakan oranglain tidak ada landasannya kecuali diawali tumbuhnyaperasaan persaudaraan, rasa sepenanggungan danmemerlukan pula landasan empati yang kuat.

Sumber itsar berasal dari dua factor, yaituinternal dan eksternal. Factor internal antaralain; kondisi mental yang sehat dan kematanganberagama yang baik. Karena dari kedua hal tersebut,maka manusia dapat memiliki empati yang baik,percaya diri, bersikap jujur dan menolong oranglain semata-mata karena Allah SWT. Sedangkanfactor eksternal adalah lingkungan keluarga danpendidikan. Hal tersebut akan membuat seseorangmemiliki pola perilaku yang terbentuk dari kebiasaanyang budayakan oleh norma keluarga yang sukamenolong orang lain. Sikap dermawan juga munculdari hasil belajar dari lingkungan dan menjadi

kebiasaan yang dilakukan.

1. Konsep dan Komponen itsar

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa subyekpenelitian menyatakan bahwa konsep itsar terdiridari 3 hal, yaitu: a. Lebih mengutamakan manusia

daripada diri sendiri, dalam perkara yang tidakbersifat tidak mengganggu agama, menghalangiibadah dan tidak merugikan waktu; b. Mengutamakanridho Allah SWT, walaupun dalam keadaan yang

atau prosedur konstruktivis yang memanfaatkanpengumpulan data dengan cara memoing terhadappandangan, keyakinan, nilai, atau ideology dari

para partisipan (Nasution, 2007).Penggalian data primer berupa teks-teks

karya tulis yang berkaitan dengan Altruisme danitsar. Sedangkan data sekunder berasal dari hasilwawancara dengan subyek penelitian yang diambildari tehnik purposive sampling. Hal ini dikarenakansubyek penelitian harus memiliki karakteristikyang sesuai dengan keahlian dibidangnya. Subyekyang dipilih ada 5, terdiri dari tokoh agama, tokohmasyarakat dan akademisi. Tehnik pengumpulandata yang digunakan adalah observasi, interviewdan dokumentasi, yang nantinya hasil pengumpulandata tersebut akan dikumpulkan, kemudianmengorganisasikan yang dilanjutkan pengelompokanberdasarkan kategori, tema dan pola jawabansehingga nantinya dapat dianalisis serta dapat

diperoleh hasil penelitian ini.Adapun keabsahan dan keajegan penelitian ini

yaitu dengan menggunakan triangulasi data, yaitupeneliti mencari alternative lain untuk mencarisumber data, baik itu dengan pengamatan (observasi)secara langsung maupun membandingkan denganapa yang pernah dikatakan oleh subyek penelitianmaupun dokumen-dokumen yang memiliki korelasi

dengan informasi tersebut.

HASIL PENELITIAN

Konsep Dasar Ajaran Agama Islam yangBerkaitan dengan itsar

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa itsarmemiliki indikasi perilaku antara lain mengutamakan,mendahulukan atau menghormati orang lain.Seseorang disebut telah berpribadi itsar dalamkehidupan sehari-hari apabila telah mampumemandang kebutuhan dan kepentingan orang lainlebih penting dari pada kepentingan pribadinyasendiri. Jika orang yang lebih mementingkan dirinyasendiri disebut "egois", maka itsar adalah orangyang lebih dulu mementingkan orang lain (dalamurusan muamatah). Itsar mendorong seseorangmenjadi pribadi yang mu'tsir, dermawan. Sedangkanegoism diekspresikan melalui perilaku kikir ataubakhil dalam aspek materiil, dan moril. Termasukdidalamnya adalah kesediaan berkorban waktu,

tenaga dan psikis.Seperti yang dikemukakan oleh Islamiyah

(2006) bahwa keberagamaan dalam bentuknya yangmatang mencakup paling tidak adanya unsur sumber

Jurnal Psikoislamika ! Volume 13 Nomor 1 Tahun 201662

KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan,

baik berupa data wawancara dan pembahasan,maka dapat disimpulkan bahwa konsep altruismedan itsar memiliki perbedaan. Meskipun banyakpenelitian yang menggunakan konsep itsar danaltruisme dengan istilah yang sama, namun hasilpenelitian ini menyatakan hal yang berbeda. Altruismeadalah Altruism adalah tindakan suka rela yangdilkukan oleh seseorang ataupun kelompok oranguntuk menolong orang lain tanpa mengharapkanimbalan apapun, kecuali mungkin perasaan telahmelakukan perbuatan baik. Sedangkan itsar adalahsikap dan tingkah laku utama yang mampu dilakukanoleh manusia yang telah mampu dan tidak hanyabersimpati dan berempati terhadap orang lain,tetapi mampu juga berkorban dan memberikansesuatu yang bernilai bagi orang lain meskipundirinya juga sedang memerlukan semata-mata hanyakarena Allah SWT. Sumber munculnya sikap itsardapat disimpulkan bahwa berasal dari dua factor,yaitu internal dan eksternal. Factor internal antaralain; kondisi mental yang sehat dan kematanganberagama yang baik. Karena dari kedua hal itu,maka manusia dapat memiliki empati yang baik,percaya diri, bersikap jujur dan menolong oranglain semata-mata karena Allah SWT. Sedangkanfactor eksternal adalah lingkungan keluarga danpendidikan. Hal tersebut akan membuat seseorangmemiliki pola perilaku yang terbentuk dari kebiasaanyang budayakan oleh norma keluarga yang sukamenolong orang lain.

Sikap dermawan juga muncul dari hasilbelajar dari lingkungan dan menjadi kebiasaanyang dilakukan. Dua factor diatas sangat berkaitansatu dengan yang lainnya, dan tidak mungkin bisaterpisahkan sebagai dasar seseorang memilikiitsar. Adapun aspek-aspek dan indikator itsarsebagai acuan dalam penelitian ini selengkapnyaadalah sebagai berikut: earring (peduli hak dankesejahteraan orang lain), sharing (kesediaanberbagi), cooperative (kesediaan bekerja sama)helping (kesediaan menolong), perilaku dermawan(donating 6 generosity), kejujuran dalam tingkah lakudan ucapan (honesty), kesederhanaan (parsimony),dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.

sulit; c. Ikhlas, karena Allah bukan dari sendiriatupun orang lain.

Menurut Qoyyim (dalam Sholeh, 2011),menempatkan kedermawanan dan itsar ibaratdua sisi kepingan logam, keduanya tidak dapatdipisahkan. Komponen itsar atau dermawan ada 10jenis, yaitu: a. Kedermawanan dengan pengorbananjiwa; b. Kedermawanan dengan kekuasaan; c.Kedermawanan dengan kesenangan, ketenangandan istirahatnya; d. Kedermawanan dengan llmu; e.Kedermawanan dengan memanfaatkan kedudukan;f. Kedermawanan dengan Tenaga; g. Kedermawanandengan kehormatan; h. Kedermawanan dengankesaaran dan menahan diri; i. Kedermawanan denganakhlak; dan j. Kedermawanan dengan kepasrahanpada Allah SWT.

2. Perbedaan Konsep itsar dan Altruisme

Meskipun secara Bahasa, definisi itsar hampersama dengan altruis tetapi ada beberapa perbedaansecara konseptual. Menurut Einsberg dan Musenbagaimana dikutip Pujiyanti (2009) hal-hal yangtermasuk dalam aspek dari perilaku altruis adalahkepedulian (caring) terhadap sesama, kesediaanberbagi (sharring), kemauan untuk bekerja sama(cooperative), mudah membantu (helping), sudiberderma, bersedekah (donating), satu kata dengantindakan (honesty) dan kedermawanan, serta memberitanpa menunggu diminta (generosity). Akan tetapi,dalam penelitian ini, itsar memiliki aspek yanglebih lengkap dengan tidak meninggalkan aspekdiatas. Namun konsep yang belum disentuh dalamaltruisme adalah jenis kedermawanan, kejujuran,ikhlas dan kesederhanaan (parsimony).

Sikap itsar itu terbagi menjadi 3 jenis: yaitupertama, jenis terlarang (haram); kedua, dibenci(makruh); dan ketiga adalah diperbolehkan ataudianjurkan (sunnah). Keterangan adalah sebagaiberikut, pertama yaitu mendahulukan orang lainpada perkara yang hukumnya wajib bagi manusiauntuk menjalankannya secara syariat; Kedua yaitumendahulukan orang lain pada hal yang dianjurkanoleh agama; Ketiga yaitu mengutamakan orang lainyang berkaitan dengan bukan ibadah, melainkankegiatan social.

63Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

(Dedi SR dan Fauzy FB., penterjemah). Jakarta:Pustaka Islam Klasik.

Al Usaimin, Muhammad bin Shalih. (2002). SyarahRiyadhus Shalihin. Kairo:

Darulhaisaini.

Al Syerbini, A.L. (2003). Mu'jam Mushothokhataat ThibAn Nafs. Kairo-Mesir:

Pusat Arabisasi llmu Pengetahuan.

As Syamali, A. H. (2007). As Sabaqah al Islamiyah(ringkasan kuliah Aidh Al Qarni). MaktabahSyamilah.

Crawford, M.A.A. (2010). The altruistic accountant.CPA Practice Management Forum. Nov.2010.Diunduh Dari Proquest LLM.

Kurzman, C. 2001. Wacana Islam Liberal PemikiranIslam Kontemporer Tentang Isu-lsu Global.Jakarta: Paramadina Kerja sama yayasanAdikarya IKAPI dan The Ford Foundation

Madjid, N. 1995. Kontekstualisasi Doktrin Islamdalam sejarah. Jakarta: Paramadina

Mubarak, A. (2000). Jiwa dalam Al Qpran, Solusikrisis keruhanian manusia modern. Jakarta:Penerbit Paramadina.

Mujib, A. (2006). Kepribadian dalam psikologiIslam. Jakarta: PT. Raja-Grafindo

Persada.

Nasution, S. (2007). Metode Research (Penelitianllmiah), cetakan ke-9. Jakarta:

Bumi Aksara

Shadily, H. 1991. Ensiklopedi Indonesia. Jilid 5.Jakarta: PT Ichtiar Baru-van Hoove

Sholeh, Muhammad. 2011. Hubungan Aspek-Aspek Kecerdasan Emosiaonal, itsar danspiritualitas dengan kepuasan kerja guru.Tesis. Ul Jakarta

Sutomo, Imam. 2008. Altruisme dalam kehidupanmasyarakat plural (study pemikiran moralNurcholis Madjid). Disertasi. Ull Yogyakarta

Tebba, S. 2004. Orientasi Sufistik Cak Nun KomitmenMoral Seorang Guru bangsa. Jakarta: KhazanahPopuler Paramadina

DAFTAR PUSTAKAGilbert, P., & Anne, M. C. (2007). Spirituality,

values and mental health, jewels for thejourney. London and Philadelphia: JessicaKingsley Publishers

Greenbalt, Igor. (2007). A good Samaritan indeed?The quest for-non beneficial altruism in thematerial worl. Research Seminar. The OpenUniversity Of Israel Faculty Of Sosial Sciences.BA Psychology Program, 2007-12-24.

Diunduh Dari Proquest LLM. 26 Januari 2011.

Jaffe, K. (2003). Altruism, altruistic punishmentand sosial investment. Ada BiotheoriticaVol.52: P.155-172, 20O4.Caracas-Venezuela:Universidad Simon Bolivar, Diunduh dariProquest LLM.

Kerr, B., Smith, P. G., Feldman, M. W. 2004. What

is altruism? Trends in ecology and evolution.

Vol. 19(3). (135-140)Moroney, M. H. 2014. The Empirical Ties Between

Religious Motivation and altruism in FosterParents: Implications for Faith-Based Initiativesin Foster Care and Adoption. Religions. Vol(5. 720-737)

Piliavin, J. A., Charng, H. W. 1990. Altruism: a

review of recent theory and research. Annu.

Rev. Social. Vol (16). 27-65

Soroglou, V. 2013. Religion, spirituality and altruism.APA handbook of psychology, religion, andspirituality. Vol(1). 1-19

Thomas, G. (2008). Facilitate first thyself: Theperson-centered dimension of facilitatoreducation. Journal of Experiential Education.2008, Volume 31, No. 2. pp. 168-188.

Abubakar, I & Bamualim, S, S. 2006. FilontropiIslam 7 Keadilan social: studi tentangpotensi, tradisi, dan pemanfaatan FilantropiIslam di Indonesia. Jakarta: CSRC UIN SyarifHidayatullah.

Al-Ghazali. (2001). Bahagia senantiasa: Kimia ruhaniuntuk kebahagiaan abadi,

top related