komite audit
Post on 28-Dec-2015
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Timbulnya konsep komite audit merupakan suatu fenomena untuk meningkatkan
efektifitas sistem pengendalian (control system) perusahaan pada level corporate governance.
Komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya di hampir semua perusahaan di negara
maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada. Seiring dengan berjalannya waktu,
banyak harapan yang dilimpahkan pada komite tersebut, terutama perannya untuk melindungi
hak-hak para pemegang saham.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite
Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan
dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.
Sedangkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002,
pengertian Komite Audit tidak diterangkan secara gamblang, tetapi pada intinya menyatakan
bahwa Komte Audit adalah suatu badan yang berada dibawah Komisaris yang sekurang-
kurangnya minimal satu orang anggota Komisaris, dan dua orang ahli yang bukan merupakan
pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya
maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris atau Dewan
Pengawas. Hal tersebut senada dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003
yang menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris
dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.
Dalam surat edaran BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000 dan
Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No.Kep 315/BEJ/06/2000 menyatakan
bahwa perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta harusan membentuk komite
audit. Untuk ketentuan jumlah anggota komite audit bagi emiten Bursa Efek Jakarta diatur
dalam surat edaran BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 dan keputusan direksi Bursa Efek
Jakarta (BEJ) Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 menyebutkan bahwa keanggotaan komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan
komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan
anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya satu
diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan.
Anggota komite audit perlu mempunyai suatu pedoman tentang tanggung jawab dan
wewenang dalam melaksanakan tugasnya dalam bentuk Audit Committee Charter. Audit
Committee Charter merupakan suatu dokumen yang mengatur tentang tugas, tanggung jawab
dan wewenang serta struktur Komite Audit yang dituangkan secara tertulis dan disahkan oleh
Dewan Komisaris dan akan merupakan suatu dokumen (Charter) yang menjamin terciptanya
dengan baik kondisi pengawasan sutu perusahaan, disamping perlu adanya suatu perhatian
dari pimpinan perusahaan akan pentingnya sebuah pengawasan.
Adapun tugas utama komite audit adalah meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan, yang bisa dicapai dengan mengawasi proses penyusunan laporan keuangan yang
meliputi sistem pengendalian intern maupun penerapan SAK yang benar dan mengawasi
proses pemeriksaan internal dan eksternal. Jadi dengan kata lain, keberadaan komite audit
diharapkan bisa mengurangi ketidaktepatan pengukuran akuntansi yang disengaja maupun
tidak sengaja, mengurangi ketidakcukupan disclosure yang disengaja maupun tidak
disengaja, dan mengurangi kecenderungan kesalahan yang dilakukan manajemen dan praktik
yang melawan hukum. Komite audit dipandang sebagai mekanisme monitoring yang
diharapkan mengurangi informasi asimetri antara manajemen, dewan komisaris dan
pemegang saham.
Berkaitan dengan peran komite audit dalam internal kontrol perusahaan, Internal
kontrol menurut definisi COSO merupakan serangkaian tindakan, kebijakan, metode dan
prosedur sebagai sutu proses yang melibatkan orang dalam melaksanakan keseluruhan
operasi organisasi. Internal control ada dalam proses manajemen, baik perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personel
lainnya untuk mencapai tujuan operasi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
secara efisien dan efektif, penyajian dan pengungkapan pelaporan keuangan yang dapat
dipercaya, dan mendorong kepatuhan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Dalam memenuhi tanggung jawabnya, manajemen harus mengidentifikasi dan mengevaluasi
resiko yang dihadapi perusahaan untuk memperoleh perhatian dewan komisaris dalam
mendesaian,melaksanakan,dan memantau sistem agar dapat diimplementasikan sesuai
kebijakan dewan komisaris.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Dan Peran Komite Audit
Belajar dari krisis lalu yang muncul karena disebabkan oleh gelombang skandal
korporasi, pengadopsian prinsip-prinsip GCG sekaligus penerapannya di suatu negara
menjadi sesuatu yang penting dan mendesak. Salah satu unsur kelembagaan dalam
konsep GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level
penerapannya adalah Komite Audit. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme
checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan
yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Urgensi keberadaan komite audit ada pula kaitannya dengan belum optimalnya
peran pengawasan yang diemban dewan komisaris di banyak perusahaan di negara-
negara korban krisis yang lalu. Indonesia khususnya semakin diperparah dengan adanya
karakteristik umum yang melekat pada entitas bisnis kita berupa pemusatan kontrol atau
pengendalian kepemilikan perusahaan di tangan pihak tertentu atau segelintir pihak saja.
Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan
Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut
terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan
kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Laporan keuangan
merupakan produk dari manajemen yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor.
Dalam pola hubungan tersebut, dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai
jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal auditor. Tugas komite audit
juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap resiko yang dihadapi perusahaan, dan
juga ketaatan terhadap peraturan.
Dari gambaran sederhana mengenai tugas dan fungsi dari lembaga tersebut,
sudah barang tentu, keberadaan komite audit menjadi sangat penting sebagai salah satu
perangkat utama dalam penerapan good corporate governance. Keberadaannya
dipertegas dengan keputusan Bapepam yang dituangkan dalam SE BAPEPAM no. 03
tahun 2000 mengenai pembentukan komite audit dan juga Kep. Direksi BEJ No. 339
tahun 2001 mengenai peraturan pencatatan efek di Bursa yang mencakup komisaris
Independen, komite audit, sekretaris perusahaan; keterbukaan; dan standar laporan
keuangan per sektor.
Namun demikian, figur anggota komite audit yang mampu menjalankan tugas
kesehariannya tentulah bukan figur yang mudah ditemukan. Perlu kriteria khusus bagi
seseorang yang akan menjabat sebagai ketua maupun anggota komite audit, mengingat
utgas dan tanggung jawabnya yang sangat strategis. Hal ini dipertegas dengan
dikeluarkannya keputusan Ketua BAPEPAM No.: Kep-29/PM/2004 pada tanggal
24 September 2004.
B. Organisasi Komite Audit di Indonesia
The Indonesian Institute of Audit Committee (Ikatan Komite Audit Indonesia)
atau yang lebih dikenal secara singkat dengan nama IKAI, dibentuk pada tanggal 20
April 2004 di Jakarta. IKAI sebagai organisasi komite audit di Indonesia memiliki tujuan
yang tertuang dalam misi IKAI yaitu Mewadahi anggota komite audit di Indonesia
melalui penciptaan standar dan sertifikasi anggota, penyelenggaraan pelatihan-pelatihan
pengembangan keahlian profesional, pemberian informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, penyelenggaraan riset-riset terkini yang relevan dengan pengembangan
dan implementasi good corporate governance. Disamping itu IKAI diharapkan dapat
menjadi mitra bagi pihak otoritas di bidang good corporate governance dan organisasi
profesi lainnya yang relevan.
Pembentukan organisasi komite audit di Indonesia bermula dari forum-forum
diskusi dan Forum Komite Audit dari The Indonesian Society of Independent
Commissioners (ISICOM). Forum-forum ini secara konsisten banyak membahas masalah
seputar Good Corporate Governance (GCG) dan juga peranan dari para Komisaris dan
Komite Audit dalam membantu perusahaan agar mampu beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip GCG, lahirlah suatu keinginan agar pemikiran-pemikiran yang telah
dihasilkan dalam forum tersebut, tidak hanya berkisar pada tataran konsep atau
pemikiran saja, tetapi juga mampu ditularkan dan direalisasikan.
Keinginan yang begitu besar mendorong ISICOM dengan juga beberapa praktisi
komite audit yang memiliki concern yang tinggi terhadap pola pengembangan komite
audit agar komite audit selalu updated, well informed, dan efektif dalam menjalankan
tugasnya sepakat untuk membentuk The Indonesian Institute of Audit Committee.
Komite Audit memiliki peran penting sebagai salah satu organ perusahaan yang
mutlak harus ada dalam penerapan good corporate governance. Ikatan Komite Audit
Indonesia didirikan dengan tujuan untuk memayungi serta melakukan pendidikan dan
pengakuan terhadap kualifikasi anggota komite audit dalam rangka mempercepat
transformasi perusahaan menuju good corporate governance.
Dengan melalui beberapa kali pertemuan antara ISICOM dengan beberapa
praktisi komite audit yang bertujuan untuk membahas lebih dalam mengenai
pembentukan The Indonesian Institute of Audit Committee, maka disepakati segera
mendeklarasikan organisasi ini dengan visi menjadi organisasi yang mampu mendorong
diterapkannya good corporate governance di Indonesia melalui penyediaan anggota
komite audit yang independen, profesional, kompeten dan berintegritas serta
memberikan nilai tambah bagi entitas pengguna dan stakeholders lainnya.
IKAI dicetuskan oleh 9 orang anggota pendiri, yaitu Soedarjono (Komisaris
Utama PT. Danareksa (Persero)), Irwan Sofjan (Ketua Komite Audit PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk)., Subarto Zaini (Ketua Komite Audit PT. BAT Indonesia Tbk.),
M. Tjoek Soeroso (Ketua Komite Audit PT. Jasa Raharja), Tjuk Kasturi Sukiadi (Ketua
Komite Audit PT. Semen Gresik Tbk.), Kanaka Puradiredja (Anggota Komite Audit PT.
Astra International Tbk.dan PT. Bank Niaga Tbk.), dan Indra Safitri (Anggota Komite
Audit PT. Inco Tbk.).
Pada tanggal 31 Juli 2004 di Jakarta, Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI)
berhasil menyelenggarakan Rapat Umum Anggota yang Pertama, dengan beberapa
keputusan yang telah disepakati oleh Anggota, diantaranya adalah:
- Terpilihnya Anggota Dewan Kehormatan dan Anggota Dewan Pengurus periode
2004-2007
- Disahkannya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan beberapa
perbaikan
- Disetujuinya Program Kerja Ikatan Komite Audit Indonesia periode 2004-2007
C. Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit
Komite Audit mempunyai wewenang untuk menjalankan tugas-tugasnya seperti
yang diutarakan oleh Barol (2004) yang dikutip oleh Siswanto Sutojo dan E. John
Aldridge (2005, 237), yaitu:
“Mengaudit kegiatan manajemen perusahaan dan auditor (intern dan ekstern). Mereka yang berwenang meminta informasi tambahan dan memperoleh penjelasan dari manajemen dan karyawan yang bersangkutan.
Komite Audit juga mengevaluasi seberapa jauh peraturan telah mematuhi standar akunting dan prinsip akuntansi yang diterima.”
Menurut Hasnati (2003) yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana
(2006, 149), komite audit memiliki wewenang, yaitu:
1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;
2. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;
3. Mencari Informasi yang relevan dari setiap karyawan;
4. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila
dipandang perlu.
Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu
Dewan Komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas
rekomendasi kepada Dewan Komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah
memperoleh hak kuasa eksplisit dari Dewan Komisaris misalnya mengevaluasi dan
menentukan komposisi auditor eksternal dan memimpin satu investigasi khusus. Selain
itu Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan bahwa Komite
Audit memiliki wewenang mengakses secara penuh, bebas dan tak terbatas terhadap
catatan, karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan dalam rangka tugasnya serta
berwenang untuk bekerjasama dengan auditor internal.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dan YPPMI
Institute, yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006, 148) Komite
Audit pada umumnya mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang, yaitu:
1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)
Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan,
hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah
dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan
pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Komite Audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya
hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, dalam
membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite Audit bertugas:
a. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan
Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan
pelaporan yang tidak memenuhi standar.
b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen
perusahaan serta pelaksanaannya.
c. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala,
proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada
pemegang saham.
d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas.
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan Pengawas sepanjang
masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komite Audit bertugas untuk
memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas Dewan Komisaris.
D. Standar Profesi dan Standar Etika Bagi Anggota Komite Audit
Berdasarkan situs resmi komite audit (www.komiteaudit.org) standar profesi
dan standar etika bagi anggota komite audit belum memiliki bentuk baku karena IKAI
masih dalam tahap mengembangkan sebuah standar yang dapat memayungi profesi
komite audit di Indonesia. Standar profesi tidak hanya berkaitan dengan kriteria mutu
kinerja tindakan dari anggota komite audit (kualitas profesional anggota komite audit),
tetapi juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan tugasnya
sebagai anggota komite audit. Standar profesi bagi anggota komite audit yang akan
dikembangkan oleh IKAI mencakup standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan
standar pelaporannya.
Standar etika bagi anggota komite audit dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai anggota komite audit yang
bekerja di perusahaan publik, perusahaan milik negara, ataupun bagi entitas lainnya.
Standar etika bagi anggota komite audit IKAI akan dikembangkan menjadi tiga bagian,
yaitu prinsip etika, aturan etika, dan intreprestasi aturan etika.
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan fungsi anggota komite audit. Prinsip etika disahkan oleh Rapat Umum
Anggota dan berlaku bagi seluruh anggota. Sedangkan aturan dan interprestasi etika
dikeluarkan dan disahkan oleh Dewan Pengurus setelah memperhatikan tanggapan dari
anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Dalam pelaksanaannya fokus pertama akan lebih diarahkan pada knowledge
sharing yang dilakukan melalui forum-forum diskusi. Hasil knowledge sharing nanti
dituangkan dalam bentuk standar profesi dan etika. Dalam waktu dekat ini IKAI akan
memfokuskan pada standar audit committee charter dan standar laporan komite audit
dalam laporan tahunan, mengingat dalam prakteknya untuk kedua hal tersebut belum
ada standarnya.
E. Hubungan Komite Audit Dengan Auditor dan Manajemen
Komite Audit membantu Dewan Komisaris menjalankan tugas pengawasan
diantaranya dengan mengkaji hal-hal sebagai berikut:
1. Laporan keuangan Perseroan dan informasi keuangan lainnya;
2. Kepatuhan Perseroan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku;
3. Efektivitas dari aktivitas pengendalian internal; dan
4. Kemampuan Perseroan dalam mengelola risiko dan menangani keluhan pelanggan;
Komite Audit juga memantau kinerja Perseroan secara keseluruhan. Komite
Audit secara berkala melaporkan hasil kajiannya kepada Dewan Komisaris. Tugas
khusus yang dilakukan secara berkala mencakup:
1. Mengkaji kinerja auditor eksternal, menilai independensi dan obyektivitas serta
kecukupan pemeriksaan eksternal;
2. Mengkaji aktivitas manajemen risiko Perseroan;
3. Mengkaji sistem pengendalian internal yang kritis;
4. Mengkaji area yang memiliki risiko tinggi terhadap penyalahgunaan wewenang atau
kecurangan;
5. Menilai area yang mempunyai potensi peningkatan efisiensi biaya dan/atau
profitabilitas;
6. Menilai aspek-aspek operasional, keuangan dan teknologi informasi dalam aspek
bisnis;
7. Mengkaji kepatuhan Perseroan terhadap peraturan pasar modal dan peraturan lainnya;
8. Menguji keputusan dan implementasi hasil rapat Direksi.
Untuk melaksanakan tugasnya, Komite Audit memiliki akses penuh ke semua
laporan keuangan, temuan auditor internal, dan risalah rapat Direksi. Selain itu jika
diperlukan, Komite Audit dapat melakukan rapat intensif dengan manajemen, auditor
internal dan eksternal
F. Kualitas Kerja Komite Audit
Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Dipimpin
oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang
beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite
Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam
pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman
memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.
Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor
eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat
perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur
melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan
keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit
sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen
perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki
latar belakang akuntansi dan keuangan.
Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang
dikutip Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge (2005, 132) mengharuskan bahwa:
“Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.”
Menurut Hiro Tugiman (1999, 11) mengatakan bahwa:
“Anggota Komite Audit adalah profesional yang bukan pegawai perusahaan, satu diantaranya dipersyaratkan mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang akuntansi dan auditing anggota lainnya dapat berlatar belakang pendidikan dan pengalaman dalam bidang hukum atau yang berkaitan dengan operasional atau kultur organisasi.”
Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagai berikut:
1. Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan dan pengalaman
dengan latar belakang usaha yang luas.
2. Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan profesional.
3. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik
mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta risiko dan kontrol.
4. Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang baik tentang
analisa dan penyusunan laporan keuangan.
5. Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil
berkomunikasi dengan baik.
Selain hal tersebut, menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
Kep-41/PM/2003 menambahkan bahwa anggota Komite Audit tidak merangkap jabatan
yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Keberadaan Komite Audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya Komite Audit
yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi Good Corporate
Governance.
b. Perkembangan Komite Audit di Indonesia sangat lamban apabila dibandingkan
dengan di beberapa negara lain, seperti di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada. Hal
ini karena ketentuan (regulasi) yang mengatur tentang Komite Audit oleh Bapepam,
BEI dan Kantor Menteri BUMN relatif masih baru.
c. Keberadaan Komite Audit di Perbankan, BUMN maupun Perusahaan Publik, pada
saat ini belum efektif seperti yang diharapkan berbagai pihak.
B. Saran
a. Agar Pemerintah termasuk Kementerian BUMN dan Menteri Keuangan
menganjurkan pada BUMN tertentu untuk membentuk komite audit sebagai
implementasi Good Corporate Governance.
b. Agar BAPEPAM, BEI mengharuskan Perusahaan Publik untuk membentuk Komite
Audit serta melakukan monitoring secara periodik untuk mencegah adanya komite
audit hanya sekedar memenuhi tuntutan regulator.
c. Agar keberadaan Komite Audit di Perusahaan Publik, Perbankan maupun BUMN
dapat berjalan secara efektif, hendaknya anggota Komite Audit dipilih orang yang
independen yang berasal dari luar perusahaan sehingga tidak ada conflict of interest
dengan perusahaan. Selain itu hendaknya aspek kapabilitas serta integritas menjadi
acuan utama dalam memilih anggota Komite Audit.
DAFTAR PUSTAKA
http://firmsstat.blogspot.com/2009/05/komite-audit.html
http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/1064-perankomiteauditdalammenunjanginternalkontrolperusahaan
http://www.komiteaudit.org
Lestariningsih. 2008. Peranan penerapan good corporate governance dalam Pengembangan perusahaan publik. Jurnal. Spirit Publik Volume 4, Nomor 2
______” Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-315/BEJ/062000”
______” Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002”
______” Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003”
______” Surat Edaran BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000”
______” Peraturan Nomor: IX.I.V Keputusan Ketua Bapepam dan LK”
top related