kesehatan gigi anak tergantung terhadap orang tua
Post on 25-Jul-2015
280 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang memberikan
saya kemudahan dalam penyusunan karya ilmiah saya ini yang berjudul Kesehatan Gigi
Anak Tergantung Terhadap Kesadaran Orang Tua. Karya ilmiah ini saya susun secara
lugas dan aktual dengan menggunakan data yang terbaru. Data terbaru tersebut berasal dari
penelitan kecil saya di lingkungan sekolah dasar dan ditambah dengan beberapa jurnal
online.
Kesehatan merupakan suatu kondisi manusia yang secara fisik dan psikisnya dalam
keadaan prima. Namun, dalam hal ini saya membahas secara fisik. Dan saya
mengkerucutkan lagi tentang kesehatan gigi anak. Saya berharap para pembaca dapat
menjadikan referensi dalam menjalankan kehidupan sehari – hari.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah Negeri Inpres PAI 2
telah mengijinkan saya untuk mengambil data. Dan begitu pula orang tua saya yang
membantu secara materi maupun non materi. Serta, beberapa pihak yang tidak bisa saya
sebut namanya yang telah memberikan kritik, saran dan motivasi sehingga penulisan ini
dapat terselesaikan. Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai bahan revisi dari karya ilmiah ke depannya.
Makassar, 9 Maret 2011
Andi Rindi Antika Juniafri
Daftar Isi
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Maksud dan Tujuan 2
I.4 Metode Penulisan 2
I.5 Hipotesa 2
I.6 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1Penyakit Gigi Anak 4
II.2 Pengetahuan Orang Tua akan Kesehatan Gigi 6
BAB III METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian 8
III.2 Sumber Data 8
III.3 Teknik Pengumpulan Data 8
III.4 Teknik Analisa Data 9
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Pengetahuan Anak Tentang Kesehatan Gigi 10
IV.2 Peran Orang Tua terhadap Kesehatan Gigi Anak 10
IV.3 Masalah Kesehatan Gigi Anak 11
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan 12
Daftar Pustaka 13
Lampiran 14
1. Salinan Data Angket
2. Dokumentasi Angket
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kita sudah sering melihat salah satu iklan sebuah pasta gigi yang menyelenggarakan
sebuah acara yang bekerja sama dengan PDGI. Perusahaan tersebut menyampaikan sebuah
data tentang gigi berlubang dan karang gigi yang terjadi pada anak berumur di bawah 12
tahun atau lebih tepatnya anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ketika saya melihat iklan tersebut, terlintas dalam pikiran saya bahwa penyebabnya
adalah kesadaran orang tua. Anak yang berumuran bangku sekolah dasar masih ada
kecenderungan di bawah pengawasan orang tua. Dari sini kita dapat mengambil sebuah
pertanyaan apakah orang tua anak ini mengetahui tentang kesehatan gigi atau tidak? Atau
apakah orang tua anak ini tidak punya waktu untuk mengawasi kesehatan gigi anak?
Dari dua pertanyaan ini saya membuat karya ilmiah ini dan melakukan sebuah
angket kecil untuk menjawab dari pertanyaan tersebut.. Menurut saya, ini sangat penting
untuk dibahas. Karna, pada saat anak kita dapat menanamkan nilai – nilai betapa penting
kesehatan gigi. Penanaman nilai tersebut bisa membentuk sebuah kebiasaan yang bisa di
bawah sampai dewasa. Bahkan, anak tersebut dapat mewariskan kebiasaan ini ke anak dan
cucunya. Selain itu, kebiasaan ini bisa membentuk sebuah kebudayaaan positif.
Itulah alasan saya mengapa saya membuat karya ilmiah ini dengan judul Kesehatan
Gigi Anak Tergantung Terhadap Kesadaran Orang Tua. Menurut saya, ini sebuah
fenomena yang terjadi dalam masyarakat umum.
I.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini hanyan membahas kesehatan gigi anak. Kesehatan gigi anak
dikembangkan menjadi penyakit yang sering terjadi dalam anak. Penyakit gigi anak ini
hanya diambil tentang gigi berlubang dan karang gigi. Dalam pengembangan karya ilmiah
ini berdasarkan hasil penelitian orang lain dalam bentuk jurnal online dan hasil angket yang
saya buat.
I.3 Maksud & Tujuan
1. Mengetahui masalah kesehatan gigi anak yang berumur 12 tahun ke bawah.
2. Mengetahui peran orang tua terhadap kesehatan gigi anaknya.
3. Mengetahui pengetahuan anak yang berumur 12 tahun ke bawah sudah dapat
mengenal peralatan pembersihan gigi dan kesadarannya dalam
membersihkan giginya.
I.4 Metode Tulisan
Penulisan ini menggunakan metode angket dalam mengambil data. Angket ini
disebarkan ke sembilan siswa-siswi SD Negeri Inpres PAI 2 dibawah umur 12 tahun.
Pertanyaan di dalam angket meliputi pengetahuan siswa-siswi tentang membersihkan gigi,
pengetahuan orang tau tentang kesehatan gigi anaknya dan kesehatan gigi anak pada saat
itu.
I.5 Hipotesa
1. Anak berumur dibawah umur 12 tahun sudah mengenal cara membersihkan gigi
secara baik.
2. Anak berumur dibawah umur 12 tahun sudah mengenal peralatan pembersih
gigi.
3. Peran orang tua dalam mengajar dan mengawasi sangat berpengaruh terhadap
kesehatan gigi anak
4. Anak umur dibawah 12 tahun banyak mengalami masalah kesehatan gigi seperti
gigi berlubang dan karang gigi.
I.6 Manfaat
1. Dapat menjadi sebuah referensi dan pengetahuan tambahan
2. Dapat mengetahui akar masalah dari kesehatan gigi anak, terutama terjafi
pembentukan karang gigi dan terjadinya lubang gigi
3. Dapat Memberi informasi terbaru tentang kesehatan gigi anak dengan
berbagai sumber terpercaya
4. Dapat memberi sebuah solusi masalah kesehatan gigi anak yang terjadi di
masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penyakit Gigi Anak
Gigi merupakan bagian tubuh yang kecil yang terletak di rongga mulut. Akan tetapi,
kesehatan gigi ini terkadang dilupakan. Ketika kesehatan gigi ini terlupakan, muncul
sebuah penyakit sehingga aktifitas menjadi terjadi ganggu. Apalagi anak – anak yang
mengalami gangguan kesehatan gigi sikap menjadi lebih cenderung cepat marah. Karna,
rasa sakitnya yang dialami.
Penyakit gigi sering dialami oleh anak adalah gigi berlubang dan terdapat karang
gigi. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Drg. Tri Astuti, M.Kes menyatakan bahwa
90% anak – anak di bawah umur 12 tahun mengalami gigi berlubang.
Sebenarnya gigi berlubang itu diakibatkan oleh sebuah bakteri yang mengeluarkan
racun atau yang bahasa ilmiahnya mikroorganisme ini streptocarus mutan. Bakteri ini yang
mencerna sisa makanan yang ada di gigi yang tidak dibersihkan. Pada saat pencernaan
makanan ini, bakteri mengeluarkan sebuah asam (acid). Gabungan antara bakteri, acid,
sisa makanan dan air liur akan mengakibatkan plak. Plak ini akan menempel di gigi akan
mengeluarkan asam juga yang lama – kelamaan akan merusak email gigi. Sedangkan
bakteri akan mengubah plak ini menjadi karang gigi. Bila kondisi ini dibiarkan, maka
kerusakan ini kana menjalar ke bagian dentin dan pulpa. Kerusakan yang sudah sampai
pada bagian dentin dan pulpa bisa mengakibatkan syaraf gigi akan mati. Lambat laun gigi
akan menjadi keropos dan mati secara total dari fungsinya sebagai gigi.
Gigi berlubang dan karang gigi jangan diremehkan. Karna dari gigi berlubang bisa
menjadi pintu masuk bakteri atau virus ke dalam aliran darah. Seperti kita ketahui bahwa di
bawah gigi terdapat pembuluh darah. Jika gigi ini berlubang dan bakteri itu masuk ke
dalam pembuluh darah, maka bisa saja bakteri ini ke organ vital. Dan pada akhirnya
menyerang organ vital tersebut. Bakteri yang terdapat rongga mulut ini disebut bakteriemia.
Dari beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia
diamati pada 100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, pada
55% setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan 55%
setelah operasi amandel.
Penelitian melibatkan 735 anak-anak yang menjalani perawatan gigi busuk,
menemukan 9% anak-anak mengalami bakteriemia. Penelitian lain menunjukkan
penyebaran bakteri setelah perawatan akar gigi. Dan, kurang dari 1 menit setelah prosedur
rongga mulut, kuman dari gigi yang terinfeksi telah mencapai jantung, paru, dan sistem
kapiler darah tepi.
Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri fakultatif dan
tidak membahayakan masuk ke dalam aliran darah. Namun, pada kondisi kebersihan mulut
jelek, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat 2-10 kali lipat. Sehingga peluang
terjadinya bakteriemia juga lebih besar. Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi
imunologis yang dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa
problem gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius sampai berujung kematian.
Gigi dan gusi sebetulnya tidak melekat erat, melainkan ada celah sekitar 2 mm
disebut kantung gusi (sulcus gingiva). Daerah inilah yang paling rentan terjadi infeksi
bakteri dan peradangan, sehingga timbul penyakit periodontal. Tanda-tandanya: gusi
memerah, bengkak, mudah berdarah, mungkin disertai kegoyahan gigi. Grossi dan Genco
(1998) mengemukakan 17 macam penyakit sistemik yang berhubungan langsung dengan
penyakit periodontal, termasuk penyakit gula, jantung, kanker dan stroke. Beberapa
penelitian retrospektif membuktikan, pasien penyakit jantung, stroke, umumnya kebersihan
mulutnya lebih jelek dibanding pasien normal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa gigi dan mulut bisa menjadi pemicu dan memperparah berbagai penyakit sistemik.
II.2 Pengetahuan Orang Tua Terhadap Kesehatan Gigi
Bukan hanya seorang anak saja yang harus paham akan kesehatan giginya.
Tapi, orang tua juga harus turut peran dalam mengawasi kesehatan gigi. Menurut
peneletian semua anak sudah diajari dan diberi edukasi tentang pentingnya
kesehatan gigi. Namun, saya sangat menyayangkan masih belum pro aktif orang tua
dalam mengontrol kesehatan gigi anaknya untuk diperiksa ke dokter gigi setiap 6
bulan sekali secara rutin. Oleh karna itu, saya akan menjelaskan pengenalan
kesehatan gigi kepada anak.
Misalnya, sejak dari anak meninjak umur 2 tahun anak sudah dibiasakan
dengan membersihkan gigi. Dengan cara memperkenalkan alat untuk membersih
gigi sperti sikat gigi, pasta gigi, dan dental foss
Bahkan, sejak bayi sebenarnyaorang tua juga sudah bisa memulai menjaga
kesehatan rongga mulut. Merawat gigi bayi dapat dilakukan dengan cara membersihkan
giginya dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dibilas dengan air hangat,
kemudian digosokkan secara pelan-pelan pada gusi bayi. Apabila anak sudah beranjak
besar, orang tua harus mengajarinya tentang rutinitas menggosok gigi. Sebaiknya pola
makan si anak harus selalu diperhatikan, apakah makanan yang dikonsumsinya dapat
merusak gigi atau tidak. Jangan terlalu sering memberikan anak makanan yang manis dan
mudah melekat di gigi atau gusi seperti permen, coklat, dan biskuit. Makanan seperti itu
dapat bereaksi di mulut dan akhirnya membentuk asam yang dapat merusak gigi dan dapat
menimbulkan gigi berlubang, gigi tanggal sebelum waktunya, serta gangguan pada ukuran,
bentuk maupun jumlah gigi. Untuk mencegah hal itu, berikanlah si kecil makanan yang
berserat, seperti sayur dan buah yang bersifat self cleansing (membersihkan gigi) karena
membutuhkan proses pengunyahan secara berulang-ulang. Kalau memang ingin
memberikan makanan seperti coklat, permen, biskut dan makanan manis lainnya
hendaknya pada waktu yang tepat, misalnya setelah makan siang. Jika sudah selesai
mengonsumsi makanan tersebut, anak sebaiknya disuruh untuk menyikat giginya hingga
bersih.
Selain mengajarkan anak tentang peralatan sikat gigi dan menjaga makanan, orang
tua juga harus juga mengajak anak untuk memeriksa giginya ke dokter gigi secara berkala
dan rutin setiap 6 bulan sekali. Ini berfungsi untuk mengetahui kesehatan gigi anak secara
mendetail dengan menggunakan jasa pekerja profesional seperti dokter gigi. Kegunaan ini
dapat mendeteksi secara dini penyakit seperti gigi berlubang dan karang gigi agar tidak
semakin parah.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisa data. Penjelasannya sebagai berikut
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud
dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada.
Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara
yang satu dengan yang lain. Selain itu, kami juga menghubungkan data-data yang ada
dengan tinjauan pustaka yang kami gunakan sehingga diharapkan penelitian kami bisa
menjadi penelitian yang benar dan tepat.
III.2 Sumber Data
Sumber data kami adalah siswa-siswi SD Negeri Inpres PAI 2 berjumlah sembilan
orang dengan umur di bawah 12 tahun.
III.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
dengan angket. Angket kami dapat menyimpulkan melalui jumlah koresponden yang
menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab
dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap pertanyaan itu saling
berkaitan antara satu dan yang lainnya.
III.4 Teknik Analisa Data
Semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu
kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami mengklasifikasikan jawaban-jawaban
dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah
berikutnya, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan
landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membuktikan hipotesa awal dengan tinjauan pustaka dan hasil
penelitian yang saya lakukan. Pembuktian dari hipotesa awal ini, saya
mengekelompokannya menjadi tiga bagian. Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan dari
pembuktiannnya.
IV.1 Pengetahuan Anak Tentang Kesehatan Gigi
Pengetahuan anak ini, saya bagi menjadi dua hal, yaitu pengetahuan tentang
peralatan gigi tambahan seperti obat kumur dan kesadaran anak tentang kesehatan giginya.
Pengetahuan tentang peralatan gigi tambahan seperti obat kumur diwakili dengan
pertanyaan seperti “Apakah Anda menggunakan mouthwash/obat kumur gigi?”. Hasil
pertanyaan ini dari sembilan anak hanya satu yang menjawab ya. Hasil ini seperti dugaan
saya sebelumnya bawah pengetahuan anak tentang peralatan gigi anak. Walaupun anak
sudah menggunakan pasta gigi dan sikat gigi. Namun, seperti kita ketahui obat kumur gigi
dapat membantu lebih banyak mengurangi bakteri gigi dibandingkan hanya sikat gigi saja.
Selanjutnya, untuk kesadaran anak dengan kesehatan gigi diwakilikan pertanyaan seperti
Berapa Kali dalam sehari Anda menyikat gigi dan Pada saat menyikat gigi, apakah Anda
membersihkan lidah Anda juga. Hasilnya semua anak sudah paham dengan pentingnya
kesehatan gigi mereka.
IV.2 Peran Orang Tua dalam Kesehatan Gigi Anak
Untuk kali ini saya membagi dua bagian dalam peran orang tua dalam kesehatan
gigi anak, yaitu pengajaran orang tua kepada anak dan pengawasan orang tua terhadap
kesehatan gigi anak. Pengajaran orang tua kepada anak tentang kesehatan gigi diwakili
pertanyaan seperti “Apakah Anda pernah diajari cara menyikat gigi secara benar dengan
orang tua Anda?” dan “Apakah orang tua Anda selalu mengingatkan tentang pentingnya
menyikat gigi?”. Hasilnya semua siswa menjawab ya. Ini menandakan orang tua sudah
berperan aktif mengenai kesehatan gigi anaknya dalam bentuk pengajaran. Sedangkan
dalam bentuk pengawasan diwakili dengan pertanyaan seperti “Apakah orang tua Anda
mengganti sikat gigi Anda secara berkala?”, “ Apakah orang tua Anda membawa ke
dokter gigi hanya pada saat Anda mengalami gangguan kesehatan gigi(sakit gigi)?” dan
“Apakah orang tua Anda selalu membawa ke dokter untuk memeriksa kesehatan gigi Anda
secara berkala, misalnya dua kali dalam setahun?”. Hasil dari pengawasan tentang
peralatan gigi, dari sembilan siswa hanya tiga menjawab orang tuanya tidak mengganti
sikat gigi secara berkala. Ini menunjukan orang tua sudah berperan aktif dalam bentuk
pengawasan peralatan pembersih gigi anaknya. Dengan mengganti peralatan gigi secara
berkala kinerja membersihkan gigi dapat secara optimal dibersihkan. Sedangkan untuk
pengawasan dalam bentuk konsultasi terhadap ahlinya, yaitu dokter gigi, hanya dua siswa
menjawab orang tuanya membawanya ke dokter untuk memeriksa giginya. Dan Ada enam
siswa menjawab ya untuk mengenai orang tua membawa anaknya ke dokter gigi hanya
pada saat gigi anaknya bermasalah. Ini menunjukan pengawasan orang dalam bentuk
pencegahan sangat lemah.
IV.3 Masalah Kesehatan Gigi Anak
Dalam masalah kesehatan gigi anak, saya membatasinya hanya dua saja, yaitu
masalah gigi berlubang dan karang gigi. Masalah kesehatan gigi ini saya secara langsung
memeriksanya. Hasilnya adalah ada delapan siswa yang terdapat gigi berlubang dan karang
gigi. Ini seperti dugaan saya. Karna berdasarkan tinjauan pustaka yang dimana itu
berdasarkan penelitian juga hampir semua anak Indonesia mengalami seperti itu. Walaupun
penelitian saya ini hampir semua anak sudah tau tentang cara menjaga kesehatan gigi.
Namun, pengawasan orang tua dalam bentuk pencegahan masih kurang. Selain itu juga,
penyebabnya bisa terjadi faktor makanan.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Dari hasil penelitian saya lakukan. Kemudian saya menuangkan hasil penelitian
tersebut dalam makalah ini. Saya bisa menyimpulkan bahwa kesehatan gigi anak sangat
bergantung akan kesadaran orang tua. Ini dapat dilihat dari hasil angket yang sambil pada
tanggal 8 Maret 2012 yang lalu.
Kesadaran orang tua tersebut bisa memulai dari pengenalan peralatan gigi.
Kemudian orang tua memberi penjelasan akibat yang terjadi bila kesehatan gigi tidak dijaga
secara baik kepada anak dengan bahasa yang mudah mengerti. Dan terakhir mengajak anak
untuk memeriksa giginya ke dokter gigi secara berkala.
Namun, bukan masalah pengetahuan dan kesadaran orang tua tentang kesehatan gigi
anaknya. Akan tetapi, ada faktor lain yang buat kesehatan gigi anak di Indonesia jauh dari
harapan, yaitu faktor ekonomi. Seperti kita ketahui bahwa asuransi untuk rakyat
miskin(Jamkesmas) dan pegawai negeri sipil (ASKES) tidak melayanin pembersihan
karang gigi dan plak. Dan pada akhirnya masyarakat malas untuk mengontrol kesehatan
gigi anaknya. Walaupun informasi ini bukan hasil angket yang lalu. Tapi, informasi ini saya
dapatkan dari teman saya yang merupakan anak pegwai negeri sipil
Tambahan terakhir, bukan hanya kesadaran orang tua saja yang dapat menjaga
kesehatan gigi anaknya. Akan tetapi, pihak pemerintah juga yang harus ikut peran disini.
Agar kesehatan gigi anak Indonesia bisa lebih membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Merawat Gigi anak, www.pdgi-online.com
Artikel Kesehatan Gigi dan Gusi, Kenapa Begitu Penting?, www.pdgi-online.com
Artike Aduh, Gigi Anakku Rapuh!, www.pdgi-online.com
Artikel 89% Anak Derita Penyakit Gigi dan Mulut, www.pdgi-online.com
Artikel Mulailah Mencegah Kerusakan Gigi, www.pdgi-online.com
top related