kepastian hukum terhadap penanaman modal …
Post on 24-Nov-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEPASTIAN HUKUM TERHADAP
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) BIDANG INDUSTRI
DI KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Fatima Yasmien
11140480000054
P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R TA
1439 H /2018 M
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juli 2018
Fatima Yasmien
iv
ABSTRAK
Fatima Yasmien. NIM 11140480000054. KEPASTIAN HUKUM TERHADAP
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) BIDANG INDUSTRI DI
KOTA TANGERANG SELATAN. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi
Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1439 H / 2018 M. ix + 64 halaman + 2 halaman daftar pustaka.
Permasalahan utama didalam skripsi ini adalah mengenai tidak ada regulasi yang
mengatur terhadap Penanaman Dalam Negeri (PMDN) bidang industri di Kota
Tangerang Selatan. Studi ini menjelaskan apa dan bagaimana mengenai kepastian
hukum yang diberikan terhadap PMDN bidang industri di Kota Tangerang Selatan.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian normatif empiris. Penelitian yang dilakukan
selain melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku,
dan jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga
melakukan penelitian langsung kelapangan dengan cara observasi dan wawancara
kepada pihak yang berhubungan, yaitu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya kepastian hukum terhadap
PMDN bidang industri di Kota Tangerang Selatan. Namun walaupun tidak
dimasukan ke dalam penetapan bidang usaha di dalam regulasi penyelenggaran
penanaman modal di Kota Tangerang Selatan. Dinas Penanaman Modal Kota
Tangerang Selatan awalnya memasukan bidang industri di bidang perdagangan dan
bidang UMKM, namun ada beberapa penanam modal di bidang industri yang
keberatan dengan diberikannya kepastian hukum yang menurut mereka tidak sesuai
dengan bidang industri maka dari itu PMDN bidang industri membutuhkan kepastian
hukum.
v
Kata Kunci : Kepastian Hukum, Penanaman Modal, Penanaman Modal Dalam
Negeri, Industri
Pembimbing : Indra Rahmatullah, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : 1979-2017
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat
rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Kepastian Hukum Terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) Bidang Industri Di Kota Tangerang Selatan”. Sholawat serta salam penulis
panjatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’Alayhi wa Sallam, yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
arahan,dan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan
Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.
3. Terkhusus Indra Rahmatullah, SH.I., M.H., Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Kepala dan Staff Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti
mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.
5. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota
Tangerang Selatan yang telah memberikan informasi dan memberikan data
kepada penulis.
vii
6. Orang tua, untuk abi Muhamad Assegaf dan Mama Rodiah. Kedua kakak dan
adik, Kakak Nadia Amanda dan Adik Haykal Assegaf, Terima kasih telah
memberikan dukungan moral dan materil kepada penulis.
7. Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014, semoga semakin
sukses dan kompak.
8. Keluarga Murni dan Lawson, Terima kasih telah membuat hari-hari penulis di
kampus dari awal semester sampai akhir semester menjadi menyenangkan dan
mendapatkan pengalaman baru.
9. KKN Sempurna 90, Terima kasih telah menjadi teman satu bulan mengabdi.
Semoga semakin sukes dan kompak.
10. Business Law Community (BLC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Terima kasih
telah memberikan ilmu dan pengalaman yang luar biasa.
11. Mauly Nabilah, Luvi Ismayanti, Desy Nursyahira, Dan Rizky Putri, Terima kasih
atas menjadi teman perjalanan dari mengenah ke atas hingga akhir kuliah.
12. Yang terakhir kepada Rizki dan semua pihak yang terkait yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu. Tidak ada yang bisa penulis berikan untuk
membalas jasa-jasa kalian kecuali dengan ucapan doa dan terima kasih.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan
dan perbaikan. Namun, penulis tetap berharap agar karya ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini di masa mendatang. Sekian dan
Terima kasih.
Jakarta, 15 Juli 2018
Fatima Yasmien
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN ............................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... ii
LEMBAR PENYATAAN ............................................................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan
Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat penelitian ................................................................ 5
E. Metode Penelitian................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PENANAMAN MODAL . 11
A. Kerangka Konseptual ........................................................... 11
1. Penanaman Modal ......................................................... 11
a. Pengertian Penanaman Modal ................................ 11
b. Tujuan Penanaman Modal ..................................... 15
c. Hak dan Kewajiban Penanaman Modal ................. 17
d. Pengaturan dan penetapan bidang usaha penanaman
modal ...................................................................... 18
e. Fasilitas Penanaman Modal ................................... 20
f. Sumber Hukum Penanaman Modal ....................... 21
2. Jenis-Jenis Penanaman Modal ..................................... 23
a. Penanaman Modal Asing (PMA) .......................... 23
1) Pengertian Penanaman Modal Asing ................ 23
2) Tujuan Penanaman Modal Asing ...................... 25
v
3) Manfaat Penanaman Modal Asing .................... 25
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman
Modal Asing ...................................................... 26
b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .......... 27
1) Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri . 27
2) Tujuan Penanaman Modal Dalam Negeri ....... 29
3) Manfaat Penanaman Modal Dalam Negeri ..... 29
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman
Modal Dalam Negeri ...................................... 29
B. Kerangka Teoritis ................................................................. 30
C. Tinjauan (Review) Kajian Terhadulu ................................... 32
BAB III PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BIDANG
INDUSTRI DI KOTA TANGERANG SELATAN ................ 34
A. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan ......................... 34
B. Penanaman Modal di Kota Tangerang Selatan ................... 37
C. Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang
Selatan .................................................................................. 40
D. Kondisi Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di
Kota Tangerang Selatan ....................................................... 45
BAB IV ANALISIS KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL
DALAM NEGERI BIDANG INDUSTRI DI KOTA
TANGERANG SELATAN ....................................................... 49
A. Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota
Tangerang Selatan ................................................................ 49
B. Analisis Kepastian hukum terhadap penyelenggaran
Penanaman Modal di Kota Tangerang Selatan .................... 52
C. Faktor-Faktor yang mendukung Penanaman Modal Dalam
Negeri di Kota Tangerang Selatan ....................................... 58
BAB V PENUTUP .................................................................................. 62
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
B. Rekomendasi ........................................................................ 63
vi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Jumlah Perusahaan PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 ……………………………………………………………….41
Tabel 3.2 Data Jumlah Nilai Investasi PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 ……………………………………………………………….42
Tabel 3.3 Data Nilai Investasi dan Perusahaan PMDN di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011-2017 ………………………………………………………...43
Tabel 3.4 Data Bidang Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017 ………………………………………….49
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara berkembang maka dari itu untuk
membangun perekonomian diperlukan adanya modal atau investasi yang
besar.1 Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi (natural person) ataupun
badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan atau
mempertahankan nilai modalnya baik yang berbentuk uang tunai (cash
money), peralatan, aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian.2
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal, menyebutkan bahwa penanaman modal atau investasi adalah segala
bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri
ataupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Keberadaan Undang-Undang atau dasar hukum terhadap penanaman
modal diharapkan agar para investor, baik investor asing maupun investor
dalam negeri dapat menanamkan modalnya dengan mudah di Indonesia.
Didalam perkenomoian suatu negara pertumbuhan ekonomi dilihat tergantung
pada banyaknya para penanam modal pada negara tersebut. Karena semakin
banyak para penanam modal atau pengusaha pada suatu negara tersebut,
maka akan semakin kuat pertumbuhan perekonomian negara tersebut, apa
lagi jika kalau investasi tersebut berasal dari dalam negeri, maka dari itu
penanam modal dalam negeri harus di utamakan.
1Salim H S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Rajawali, Jakarta,2008)
h.16.
2Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Sinar
Grafika, Jakarta, 2009), h.1.
2
Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi didalam menggerakan
investasi di Indonesia, yaitu adalah kendala internal dan juga eksternal.
Kendala internal ini meliputi kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau
lokasi proyek yang sesuai, kesulitan mendapatkan bahan baku, kesulitan
dana, kesulitan pemasaran dan juga adanya sengketa atau perselisihan
diantara pemegang saham di perusahaan tertentu. Sedangkan kendala
eksternal terjadi karena meliputi faktor lingkungan bisnis yang tidak
mendukung serta kurang menariknya insentif yang diberikan pemerintah
kepada investor, tidak adanya kepastiaan hukum, ketidakamanan dan
instabilitas politik yang terjadi di Indonesia.
Adanya pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman
modal oleh Pemerintah, tentunya harapan dari pemerintah untuk
mengarahkan penanaman modal sesuai dengan rencana pembangunan
nasional maupun kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia.
Untuk itu penentuan bidang usaha bagi penanaman modal khususnya
penanaman modal dalam negeri sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan
dasar negara kita untuk mengundang penanaman modal khususnya
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).3
Perlu diketahui Penamanan Modal Dalam Negeri merupakan bukti
pemerintah kepada masyarakat baik merupakan yang nyata maupun tidak
nyata dari pemerintah kepada masyarakat melalui Penamanan Modal Dalam
Negeri di konstrusikan sebagai pemindahan Penamanan Modal Dalam Negeri
dari dalam negeri ke dalam negeri juga yang tujuannya ialah untuk
mendapatkan keuntungan bagi kemajuan terhadap negara juga. Unsur-unsur
Penamanan Modal Dalam Negeri yaitu dilakukan secara langsung, menurut
Undang-Undang dan turunannya dan juga digunakan untuk menjalankan
usaha di dalam negeri.
Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di tatar
Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah
3Aminuddin Hilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Prenada Media, Jakarta,
2004), h. 88.
3
barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten.
Kota Tangerang Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang di sebelah
utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di sebelah selatan, Kabupaten
Tangerang di sebelah barat, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah
timur. Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota
terbesar kedua di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar
kelima di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan
Depok. Wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Tangerang.4
Kota Tangerang Selatan menjadi salah satu tujuan pengembang
properti untuk berinvestasi, Wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel)
seakan terus menjadi magnet bagi para investor. Sebagai daerah pemekaran
baru sejak 2008 silam, nilai investasi di Kota Anggrek ini sudah mencapai Rp
29 triliun. Kota Tangsel menjadi wilayah terbesar penyumbang Master Plan
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI) khusus untuk wilayah
Banten.5 Diketahui, target MP3EI wilayah Banten sebesar Rp 40 triliun dan
dapat terealisasi Rp 29 triliun dan menjadikan Tangsel sebagai penyumbang
terbesar di provinsi Banten.6
Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengeluarkan
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Penanaman Modal di Kota Tangerang Selatan agar peraturan penanaman
modal di Kota Tangerang Selatan lebih baik dan jelas sumber hukumnya
mengenai pengaturan penanaman modal di Kota Tangerang Selatan.
Namun ada kendala dibalik Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal di Kota Tangerang
Selatan, yaitu tidak mengatur mengenai penanaman modal mengenai bidang
4https://id.wikipedia.org/wiki/Kota-Tangerang-Selatan, diakses pada 30 Oktober 2017
Pukul 23.27 BBWI.
5Katalog Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan Dalam
Angka 2017, Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017.
6https://tangseloke.com/2014/04/25/sektor-investasi-properti-di-tangsel-jadi-incaran-
pemodal diakses pada Sabtu 28 Oktober 2017 pukul 18.44 BBWI.
4
industri, industri didalam penanaman modal di Kota Tangerang Selatan
dimasukan ke dalam bidang perdagangan, hal ini tidak disambut oleh semua
bidang industri yang ingin menanamakan modal nya di Kota Tangerang
Selatan. Sumber dari kekhawatiran penanaman modal terletak pada
kurangnya kepastian hukum bagi penanam modal.
Kurangnya kepastian hukum yang diberikan bagi para investor dalam
negeri di bidang industri maka menimbulkan kekhawatiran untuk
menanamkan modal nya di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai kepastian hukum bagi Penanaman Modal Dalam Negeri
di Kota Tangerang Selatan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melalukan
penelitian dibidang industri yang hasilnya dituangkan didalam skripsi dengan
judul “Kepastian Hukum Terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) Bidang Industri di Kota Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang
Selatan.
b. Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di Kota
Tangerang Selatan.
c. Kepastian hukum yang diberikan terhadap Penanaman Modal Dalam
Negeri di Kota Tangerang Selatan.
d. Kepastian hukum yang diberikan terhadap Penanaman Modal Dalam
Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan.
e. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan Penanaman Modal Dalam
Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, pembatasan
masalah merupakan salah satu tahapan yang sangat menentukan walaupun
5
sifatnya masih tentatif.7 Pembahasan skripsi ini akan berpusat pada
bagaimana dari penjelasan Penanaman Modal, Pelaksanaan Penanaman
Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan, analisis kepastian
hukum terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di
Kota Tangerang Selatan, dan faktor-faktor apa saja yang mendukung
pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri dalam bidang industri di
Kota Tangerang Selatan.
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah utama adalah kepastian hukum terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) bidang industri di Kota
Tangerang Selatan, maka pertanyaan riset adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota
Tangerang Selatan?
b. Bagaimana kepastian hukum terhadap Penanaman Modal Dalam
Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan?
c. Faktor-Faktor yang mendukung pelaksanaan Penanaman Modal
Dalam Negeri dalam bidang industri di Kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan apa pokok permasalahan yang ada, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri di
Kota Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui kepastian hukum terhadap pelaku Penanaman
Modal Dalam Negeri dalam bidang industri di Kota Tangerang
Selatan.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung Pelaksanaan
Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di Kota Tangerang
Selatan.
7Ashshofa Burhan, Metode Penelitian Hukum, (Rineka Cipta, Jakarta, 2007) h. 23.
6
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka manfaat
penelitian dari penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
1) Melatih kemampuan untuk untuk melakukan penelitian secara
ilmiah dan merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut kedalam
bentuk tulisan.
2) Menerakan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan
menghubungkan dengan praktik di lapangan.
3) Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dibidang hukum
pada umumnya maupun dibidang hukum bisnis pada khususnya
yaitu dengan mempelajari litelatur yang ada dikombinikasikan
dengan perkembangan yang terjadi dilapangan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah
masukan bagi perkembangan hukum mengenai Penanaman Modal
Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan dan untuk mengetahui
kepastian hukum Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di
Kota Tangerang Selatan.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan yang bersifat normatif empiris yang artinya
adalah penelitian yang dilakukan selain melakukan pengkajian terhadap
peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library research)
yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian
langsung kelapangan dengan cara observasi dan wawancara kepada pihak
yang berhubungan, yaitu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan.
7
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, Yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
3. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder
terdiri dari:
a. Bahan hukum primer
Pada penulisan penulisan ini terdapat bahan hukum yang
bersifat autoritatif yang artinya memiliki otoritas yaitu bahan-bahan
hukum yang mengikat kepada masyarakat berupa bahan-bahan hukum
primer meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau
risalah dalam pembuatan perundang-undangan atau putusan-putusan
hukum.8
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang
memberikan kejelasan mengenai bahan hukum primer berupa buku-
buku, surat kabar, artikel, jurnal, serta majalah yang berkaitan dengan
penanaman modal.9
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan
hukum sekunder berupa kamus bahasa Indonesia, kamus ekonomi,
8Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum, (Kencana, Jakarta, 2010), h. 141
9Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum…, h. 141
8
ensiklopedia, biliografi, website resmi dalam internet dan juga
melakukan wawancara.10
4. Sumber Data
Dalam pengerjaan penulisan ini terdapat sumber data terdiri bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier
yang telah dapat didapatkan dari peraturan terkait, penelitian, observasi,
data dan juga wawancara.
5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengerjaan penulisan penulisan ini terdapat menggunakan 3
metode yaitu metode sumber pustaka, wawancara dan observasi. Sumber
pustaka menggunakan perundang-undangan, buku, dan juga jurnal.
Wawancara penulis mewawancarai pihak yang bersangkutan, yaitu
Badan Penanaman Modal dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan. Dan untuk
observasi penulis observasi ke kantor Badan Penanaman Modal dan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kota Tangerang Selatan.
6. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data
penelitian. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah Badan
Penanaman Modal dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan.11
7. Metode Analisis data
Karena pendekatan data utama penelitian ini adalah normatif, maka
akan dilakukan dengan analisis isi (content analisis). Teknik analisis ini
diawali dengan mengkompilasi berbagai dokumen termasuk perauturan
perundang-undangan ataupun referensi-referensi hukum. Kemudian hasil
10
Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum..., h.141
11Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta, 2013) h. 46.
9
riset tersebut, selanjutnya dikaji isi (content), baik terkait kata-katanya
(word), makna (meaning), simbol, ide, tema-tema, dan berbagai pesan
lainya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis
tersebut adalah pertama, semua bahan hukum yang diperoleh melalui
normatif disistematiskan dan klarifikasikan menurut masing-masing
objek bahasannya. Kedua, setelah di sistematiskan dan di klarifikasikan
kemudian di lakukan eksplikasi, yakni diuraikan dan dijelaskan sesuai
objek yang diteliti berdasarkan teori. Ketiga, bahan yang dilakukan
evaluasi dinilai dengan menggunakan ukuran ketentuan hukum yang
berlaku.
8. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis
dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya
ilmiah pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017”.
E. Sistematika Penulisan
Agar dapat memberikan penjelasan menyeluruh mengenai isi skripsi ini,
oleh karena itu dibuatlah sistematika penulisan skripsi yang terangkum
sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai Latar
Belakang Masalah, dilanjutkan dengan Identifikasi Masalah,
Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA TENTANG PENANAMAN MODAL,
Bab ini membahas mengenai pembahasan mengenai Kerangka
Konseptual yang terdiri dari pembahasan mengenai penananamn
modal, Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), Kerangka teoritis dan Tinjuan (Review)
Terdahulu.
10
BAB III: PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BIDANG
INDUSTRI DI KOTA TANGERANG SELATAN. Bab ini
membahas diantaranya yaitu mengenai mengenai gambarahn
Umum Kota Tangerang Selatan, Penanaman Modal Dalam
Negeri di Kota Tangerang Selatan, Penanaman Modal Dalam
Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan, Pelaksanaan
Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan,
dan Faktor-faktor apa saja dalam melaksanakan Penanaman
Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan.
BAB IV: ANALISIS KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL
DALAM NEGERI BIDANG INDUSTRI DI KOTA
TANGERANG SELATAN. Bab ini merupakan bab mengenai
tentang pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota
Tangerang Selatan, dan analisis mengenai kepastian hukum
yang diberikan dalam penyelenggaran penanaman modal di
Kota Tangerang Selatan.
BAB V: PENUTUP. Bab ini yang berisikan kesimpulan dan
rekomendasi. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan
skripsi ini, untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari
hasil penelitian, di samping itu penulis menengahkan beberapa
rekomendasi yang dianggap perlu.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA TENTANG PENANAMAN MODAL
A. Kerangka Konseptual
1. Penanaman Modal
a. Pengertian Penanaman Modal
Istilah penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik
dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-
undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam
dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan
dalam bahasa perundang-undangan. Investasi berasal dari kata invest yang
berarti menanam, menginvestasikan atau menanam uang.1 Istilah investasi
atau penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik dalam
kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan.
Istilah investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia usaha,
sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa
perundang-undangan. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama sehingga kadang- kadang digunakan
secara interchangeable.2
Istilah penanaman modal berasal dari bahasa latin, yaitu investire yang
artinya memakai, sedangkan dalam bahasa inggris disebut dengan
investment. Dalam definisi penanaman modal dikonstruksikan sebagai
sebuah kegiatan untuk penaikan sumber dana yang digunakan untuk
pembelian barang modal, dan barang modal itu akan dihasilkan produk
baru. Wikipedia Indonesia mengartikan investor atau penanam modal
1Andreas Halim, Kamus Lengkap 1 Milyar Inggris-Indonesia, (Surabaya, Sulita Jaya,2003),
h. 166.
2Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2006), h.1.
12
adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik
yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan
jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka
panjang. Terkadang istilah penanam modal ini juga digunakan untuk
menyebutkan seseorang yang melakukan pembelian properti, mata uang
asing, komoditi, derivatif, saham perusahaan, atau aset-aset lainnya dengan
suatu tujuan untuk memperoleh keuntungan dan bukan merupakan
profesinya serta hanya untuk jangka waktu tertentu.
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep teoritis
tentang penanaman modal. Fitzgeral mengartikan penanaman modal
adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber
(dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang,
dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang. Kamaruddin Ahmad mengartikan penanaman modal adalah
penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan
atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Penanaman modal
menurut Sunariyah adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian, dan produksi,
dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi
yang akan datang. Contohnya adalah membangun infrastruktur atau pabrik.
Menurut Ferdie Darmawan, penanaman modal merupakan salah satu
pilihan untuk mencapai kebebasan finansial dan tidak dibatasi oleh
kesibukan, waktu, maupun usia Losina Purnastuti menjelaskan penanaman
modal adalah merupakan komponen pengeluaran terbesar kedua setelah
konsumsi. Pembelanjaan investasi dipengaruhi oleh motif profit. Satjipto
Raharjo mendefinisikan penanaman modal merupakan penggunaan dana
13
atau modal untuk pembelian instrumen pasar modal, seperti saham,
obligasi, reksadana, instrumen pasar uang, properti, dan lain-lain.3
Berdasarkan Pasal 25 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
definisi penanaman modal ialah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penjelasan
pada pasal tersebut menekankan titik fokus pada kegiatannya, yakni
menanam modal. Kegiatan menanam modal dapat dilakukan baik oleh
pihak asing maupun pihak dalam negeri.4 Penanaman modal dapat berupa
orang-perseorangan ataupun berbentuk badan hukum yang berasal dari
dalam negeri, sedangkan pihak investor asing hanya dapat menanamkan
modalnya di Indonesia apabila berbentuk badan hukum saja. Arti dari
modal sendiri adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan
uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.5
Berdasarkan pengertian penanaman modal dan penanam modal
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal ialah apa yang
ditanam (asset) dalam kegiatan penanaman modal oleh pihak penanam
modal. Objek tersebut dapat berupa uang atau bentuk lain selain uang yang
memiliki nilai ekonomis. Jika yang ditanam tersebut tidak memiliki nilai
ekonomis maka ia tidak dapat dikategorikan sebagai modal atau aset di
Indonesia dan juga ada beberapa unsur-unsur terpenting dari kegiatan
penanaman modal, yaitu:6
1) Adanya motif untuk meningkatkan untuk mempertahankan modal.
3Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (PT Raja grafindo Perasada,
jakarta 2008), h. 9.
4Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia…, h. 31
5S.T Kansil dan Cristine, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Sinar
Grafika, Cetakan IV, Jakarta Mei 2008), h. 571
6Salim H S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia…, h. 16.
14
2) Bahwa modal tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat
mata dan dapat diraba, tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak
kasat mata dan tidak dapat diraba.
3) Investasi dibagi menjadi dua macam yaitu investasi asing dan investasi
domestik. Investasi asing yang bersumber dari pembiayaan luar negeri,
sedangkan investasi domestic adalah investasi yang bersumber dari
pembiayaan dalam negeri. Setiap usaha penanaman modal harus
diarahkan kepada kesejahteraan masyarakat. Artinya, dengan adanya
investasi yang ditanamkan para investor dapat meningkatkan kualitas
masyarakat Indonesia.
Melakukan kegiatan penanaman modal diperlukan suatu bentuk badan
usaha. Pilihan bentuk badan usaha akan mempengaruhi terhadap
pengembangan usaha, bentuk pertanggungjawaban, akses permodalan,
pembagian keuntungan, pembubaran perusahaan, dan lain-lain. Bentuk
perusahaan dalam penanaman modal dibedakan antara pemodal asing dan
pemodal dalam negeri. Ketentuan ini diatur pada Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi:
1) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan
usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah
negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Pengertian di atas mengandung makna bahwa penanaman dalam negeri
dalam melakukan investasi dapat membentuk badan hukum atau tidak
berbadan hukum. Bagi penanaman modal asing wajib berbadan hukum
yang berbentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia. Selain
itu, baik penanam modal dalam negeri maupun asing yang melakukan
15
penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dapat dilakukan
dengan mengambil bagian saham atau membeli saham.
Berdasarkan Pasal 25 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, perusahaan penanam modal yang akan
melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan,
kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Izin sebagaimana
disebutkan sebelumnya diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.
Pelayanan terpadu satu pintu ini bertujuan untuk membantu penanam
modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan
informasi mengenai penanaman modal.
b. Tujuan Penanaman Modal
Negara berkembang membutuhkan modal pembangunan nasional
melalui penanaman modal, sehingga kehadiran para investor tidak
mungkin dihindari. Permasalahannya kehadiran investor sangat
dipengaruhi kondisi internal negara, seperti stabilitas ekonomi, politik
negara, dan penegakan hukum. Untuk memenuhi harapan tersebut,
pemerintah dan masyarakat dituntut menciptakan iklim yang kondusif
untuk investasi bagi pertumbuhan perindustrian nasional Indonesia. Usaha-
usaha yang dilakukan pemerintah antara lain adalah dengan mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
kebijaksanaan pemerintah yang pada dasarnya tidak akan merugikan
kepentingan nasional dan kepentingan investor.
Adapun tujuan dari diselenggarakannya penanaman modal dijelaskan
dalam Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, yakni:
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
2) Menciptakan lapangan kerja.
3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
16
4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.
5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.
7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri.
8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan undang-undang penanaman modal dan demi
tercapainya tujuan penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia
kegiatan penanaman modal diklasifikasikan menjadi tiga bagian besar
berdasarkan bentuknya, yakni penanaman modal secara langsung,
portofolio investment, dan investasi tidak langsung. Berikut uraiannya:7
1) Direct Investment atau Penanaman Modal langsung Penanaman modal
memberi kewenangan kepada investor untuk secara langsung
mengontrol jalannya perusahaan dimana modalnya ditanam dan
langsung pula menanggung risiko atau untung rugi dari penanaman
modal itu.
2) Portofolio Investment Penanaman modal yang tidak memberi
kewenangan kepada pemilik modal untuk mengontrol jalannya
perusahaan tetapi yang bersangkutan secara langsung menanggung
risiko atau untung rugi dari penanaman modal itu. Portofolio Invesment
ini dilakukan dengan cara membeli saham suatu perusahaan kurang dari
50% sehingga yang bersangkutan tidak memegang suara mayoritas di
dalam RUPS. Misalnya dengan membeli saham di bursa saham suatu
perusahaan yang go public yang hanya menjual sahamnya kurang dari
25% sehingga pemilik perusahaan yang asli tetap memegang suara
mayoritas agar kendali perusahannya tidak pindah kepada pihak lain.
7Henry Faizal Noor, Investasi: Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonimi
Masyarakat, (Indeks, Jakarta, 2009) h. 11-12.
17
3) Indirect Investment atau Penanaman Modal Tidak Langsung Penanaman
modal yang dilakukan dengan pembelian kredit sehingga penanam
modal atau kreditur pada asasnya tidak mengontrol jalannya perusahaan
dan tidak pula menanggung risiko atas untung ruginya perusahaan.
Pihak kreditur sebagai investor hanya mengharapkan debitur
mengembalikan kredit pada waktunya beserta bunganya, kreditur tidak
mau tahu apakah kegiatan usaha jenis penanaman modal investasi milik
debitur memperoleh keuntungan atau tidak walaupun debitur
mengalami kerugian di dalam usahanya, kreditur tetap akan menagih
kredit yang telah diberikan beserta bunganya.
c. Hak dan kewajiban penanam modal
Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal telah ditentukan
dalam pasal 14, 15, dan 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 2007
tentang Penanaman Modal. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab itu
meliputi:
1) Setiap penanaman modal berhak mendapatkan:
a) Kepastian hak, hukum, dan perlindungan.
b) Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.
c) Hak pelayanan.
d) Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Setiap penanam modal berkewajiban:
a) Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
b) Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
c) Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi penanaman Modal.
d) Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal.
e) Mengetahui semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
d. Pengaturan dan penetapan bidang usaha penanaman modal
Pengaturan dan penetapan bidang usaha penanaman modal oleh
pemerintah pada dasarnya bertujuan untuk mengarahkan penanaman modal
khususnya penanaman modal asing kepada bidang-bidang usaha yang
memerlukan modal yang cukup besar, lokasi usaha, tingkat penguasaan
teknologi, keahlian maupun manajemen yang memadai, sehingga
diharapkan sesuai dengan rencana pembangunan nasional dan kebutuhan
perkembangan bangsa Indonesia.
Berdasarkan pengaturan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, pengaturan bidang usaha penanaman
modal dapat dibagi menjadi:
1) Bidang usaha yang terbuka
Pada dasarnya semua bidang usaha terbuka bagi swasta untuk
melakukan penanaman modal, bahkan kegiatan-kegiatan negara yang
bersangkutan dengan pembinaan bidang usaha swasta meliputi pula
bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah, terutama bidang-
bidang yang penguasaannya wajib dilaksanakan oleh pemerintah
berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945, kecuali dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan
berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Penanaman
Modal.
2) Bidang usaha yang tertutup
Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 merupakan pedoman
terbaru dalam menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman
modal, baik dari investasi asing maupun investasi dalam negeri. Daftar
Negatif Investasi tersebut antara lain:
a) Sektor kebudayaan dan pariwisata yang meliputi obyek ziarah,
peninggalan sejarah, museum pemerintah, dan monument.
b) Sektor kehutanan terkait pemanfaatan atau pengambilan koral.
19
c) Sektor kelautan dan perikanan terkait penangkapan spesies ikan jenis
tertentu.
d) Sektor komunikasi dan informatika terkait manajemen dan
penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi radio dan
orbit satelit Lembaga Penyiaran Publik radio dan televise.
e) Sektor perhubungan meliputi penyediaan dan penyelenggaraan
terminal darat, penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan
timbang, penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor dan
pengujian berkala kendaraan bermotor, telekomunikasi atau sarana
bantu navigasi pelayaran, Vessel Traffic Information System (VTIS),
dan pemanduan lalu lintas udara.
f) Sektor pertanian yang tertutup yakni budidaya ganja. Bidang usaha
yang tertutup tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non
komersial seperti penelitian dan pengembangan dengan persetujuan
sektor yang bertanggung jawab.
3) Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
Persyaratan yang dimaksud dalam hal ini didasarkan kepada
kepentingan nasional, yaitu meliputi perlindungan sumber daya alam,
perkembangan usaha makro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan
produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah.
e. Fasilitas Penanaman Modal
Untuk menarik minat penanam modal dalam menanamkan modalnya,
pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan. Penanam modal yang
ingin mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut harus memenuhi
setidaknya salah satu kriteria yang dijabarkan dalam Pasal 18 Ayat (3)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, yaitu:
1) Menyerap tenaga kerja.
20
2) Termasuk skala prioritas tinggi.
3) Termasuk pembangunan infrastruktur.
4) Melakukan alih teknologi.
5) Melakukan industri pionir.
6) Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu.
7) Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
8) Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi.
9) Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi.
10) Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan
yang diproduksi dalam negeri.
Selanjutnya penanam modal yang telah memenuhi salah satu kriteria
tersebut mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Ayat
(4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,
yaitu:
1) Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai
tingkat tertentu jumlah penanam modal yang dilakukan dalam waktu
tertentu.
2) Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri.
3) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan
persyaratan tertentu.
4) Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor
barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum diproduksi dalam negeri selama jangka waktu tertentu.
5) Penyusutan atau amortasi yang dipercepat.
21
6) Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa fasilitas
penanaman modal merupak kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah kepada penanam modal guna merangsang penanam modal
untuk berinvestasi di Indonesia. Penanam modal yang ingin mendapatkan
fasilitas tersebut harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang penanaman modal. Adapun
kemudahan yang diberikan pemerintah kepada penanam modal yang telah
memenuhi kriteria untuk mendapatkan fasilitas penanaman modal adalah
dengan pengurangan pajak penghasilan, pembebasan atau keringanan bea
masuk atas impor barang modal dan lainnya.
f. Sumber Hukum Penanaman Modal
Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formal. Sumber hukum
materiil ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum
materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya hubungan sosial, kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, tradisi
(pandangan keagamaan dan kesusilaan), hasil penelitian ilmiah,
perkembangan internasional, dan keadaan geografis. Sumber hukum
formal ini merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan
dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu
berlaku. Sumber hukum yang diakui umum sebagai hukum formal ialah
undang-undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.8
Sumber hukum mengenai penanaman modal adalah sebagai berikut:9
8Salim H S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia…, h. 16.
9Tunggal Iman syahputra. Peraturan Perundang-Undangan Penanaman Modal di Indonesia,
(CV Harvarindo Buku I, Jakarta,1997) h. 44.
22
1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan
dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing.
3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan
Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal.
5) Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara
Penanaman Modal.
6) Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan
Tertentu Bagi Penanaman Modal.
7) Keputusan Presiden Nomor 118 Tahun 2000 tentang Perubahan
Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan
Tertentu Bagi Penanaman Modal.
8) Keputusan Menteri Negara Investasi atau Kepala BKPM Nomor
38/SK/1999 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman
Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam
Negeri dan Penanaman Modal Asing.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan
Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
23
Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dinyatakan tidak berlaku
lagi dan telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal. Dengan demikian, bahwa yang menjadi
payung hukum dari penanaman modal di Indonesia saat ini adalah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.10
2. Jenis-Jenis Penanaman Modal
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal, Penanaman Modal di Indonesia dibagi menjadi 2 jenis yaitu
penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing
(PMA).
a. Penanaman Modal Asing (PMA)
1) Pengertian Penanaman Modal Asing
Istilah Penanaman Modal Asing merupakan terjemahan dari
bahasa inggris yaitu foreign investment. Pengertian Penanaman
Modal Asing ditemukan dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Sedangkan menurut
Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, Penanaman Modal Asing adalah hanya meliputi
modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan digunakan
untuk menjalankan usaha di Indonesia.
Penanaman modal asing adalah merupakan transfer modal baik
nyata maupun tidak nyata dari suatu negara ke negara lain,
10
Aminuddin Ilmar, Hukum Penananaman Modal di Indonesia, (Prenada Media, Jakarta,
2004), h. 6
24
tujuannnya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan
keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara
total maupun sebagian. Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui
Penanaman Modal Asing (PMA) dikontruksikan sebagai upaya
pemindahan modal dari satu negara ke negara lainnya yang tujuan
utamanya memperoleh keuntungan.11
Unsur-unsur Penanaman Modal Asing dalam definisi diatas dapat
meliputi:12
a) Dilakukan secara langsung, artinya investor secara langsung
menangggung semua resiko yang akan dialami dari penanaman
modal tersebut.
b) Menurut Undang-Undang, artinya bahwa modal asing yang di
investasikan di Indonesia oleh investor asing harus didasarkan
pada subtansi, prosedur, dan syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam peraaturan perundang-undangan yang berlaku dan
ditetapkan oleh pemerintahan Indonesia.
c) Digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, artinya
mdal yang ditanamkan oleh investor asing digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia harus berstatus sebagai
Badan Hukum.
2) Tujuan Penanaman Modal Asing
Adapun tujuan dari diselenggarakannya Penanaman Modal Asing
adalah sebagai berikut:13
a) Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara.
11
Hulaman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, (Ind-Hill Co, Jakarta, 2003.) h. 19.
12David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Kencana Premada
Media, Jakarta, 2013), h. 21
13Hulaman penjaitan dan Anner M Sianipar, Hukum Penanaman Modal asing, (CV Indhill
Co, jakarta, 2008), h. 47
25
b) Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang
rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain.
c) Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-
perusahaan lain.
d) Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara
sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur
yang lebih baik.
3) Manfaat Penanaman Modal Asing
Manfaat penanaman modal asing bagi negara sedang berkembang,
antara lain:14
a) Untuk menciptakan lapangan kerja.
b) Proses ahli teknologi dan keterampilan yang bermanfaat.
c) Sumber tabungan atau devisa.
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu Penanaman Modal Asing
adalah sebagai berikut:15
a) Produk domestik bruto (PDRB)
Peranan PDRB sangat penting, karena semakin meningkat
PDRB suatu negara maka pertumbuhan ekonomi suatu negara
akan meningkat, sehingga lapangan pekerjaan terbuka luas,
pendapatan masyarakat meningkat. Peningkatan pendapatan
akan menggeliatkan daya beli masyarakat, permintaan barang
dan jasa semakin meningkat, keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan akan meningkat sehingga investasi semakin banyak.
14
Erman Rajagukguk, Modul Hukum Investasi di Indonesia, (Universitas Indonesia, Jakarta
2005), h. 50
15Aminuddin Hilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia…, h. 88.
26
b) Tingkat Inflasi
Inflasi merupakan salah satu hal yang menjadi fokus bagi
pemerintah dalam menjaga kestabilan perekonomian, karena
gejolak yang ditimbulkan oleh inflasi berpengaruh pada semua
sektor perekonomian. Inflasi yang sangat berat akan
menyebabkan iklim investasi memburuk, karena dengan
tingginya inflasi pertumbuhan ekonomi akan melemah dan daya
saing menurun, hal ini dikarenakan pada saat inflasi tinggi biaya
produksi akan meningkat sebagai akibat dari kenaikan harga
pada barang.
c) Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan nilai yang digunakan untuk
mendapatkan mata uang asing sejumlah dengan mata uang
dalam negeri yang dimiliki. Nilai tukar terdiri dari dua jenis
yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar
nominal adalah nilai tukar dalam bentuk surat berharga,
sedangkan nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal dikalikan
dengan harga barang domestik dibagi dengan harga barang
asing. Peningkatan yang terjadi pada nilat tukar riil akan
menyebabkan harga barang dalam negri cenderung meningkat
dan harga barang luar negri menjadi murah, begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, jika kurs rendah maka masyarakat
akan cenderung membeli barang dalam negri dibanding luar
negri sehingga permintaan barang akan meningkat, dan ini
dapat mepengaruhi investor menanam modalnya.
d) Upah
Kenaikan upah akan menyebabkan biaya faktor produksi
akan meningkat, sehingga harga barang akan meningkat,
peningkatan ini berpengaruh pada kurangnya minat investor
27
karena daya beli pemerintah akan menurun dan keuntungan
yang diperoleh akan berkurang.
e) Pajak Tarif
pajak merupakan salah satu hal penting yang harus
diperhatikan untuk tetap menciptakan iklim investasi yang
kondusif karena tarif pajak yang besar akan memberatkan para
investor.
b. Penananaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
1) Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berasal dari
bahasa inggris, yaitu domestic investment. Penggunaan kekayaan
secara langsung adalah penggunaan modal yang digunakan secara
langsung oleh investor domestic untuk pengembangan usahanya,
sedangkan penggunaan secara tidak langsung merupakan
penggunaan modal yang digunakan tidak dilakukan secara langsung
untuk membangun usaha. Pelaksanaan penanaman modal itu
berdasarkan pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan
menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.16
Pihak yang dapat menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri
adalah menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal adalah:
a) Orang-Perorangan Warga Negara Indonesia.
b) Badan Usaha Indonesia.
16
Suparji, Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Universitas Alazhar Indonesia,
Jakarta, 2010) h. 15.
28
c) Badan Hukum Indonesia.
Pihak yang dapat mengajukan permohonan penanaman modal
baru dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
adalah:17
a) Perseroan Terbatas (PT).
b) Commanditaire Vennootschap (CV).
c) Firma (Fa).
d) Badan Usaha Koperasi.
e) BUMN.
f) BUMD.
g) Perorangan.
2) Tujuan Penanaman Modal Dalam Negeri
Adapun tujuan dari diselenggarakannya Penanaman Modal Dalam
Negeri adalah sebagai berikut:
a) Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang
rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain.
b) Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-
perusahaan lain.
c) Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi dari pada di dalam
negeri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur
yang lebih baik.
d) Untuk menarik arus modal yang signifikan ke dalam negeri.
3) Manfaat Penanaman Modal Dalam Negeri
Manfaat Penanaman Modal Dalam Negeri, adalah sebagai
berikut:18
17
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia…, h.129. 18
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Sinar Grafika,
Jakarta, 2009), h.33.
29
a) Mampu menghemat devisa.
b) Mengurangi ketergantungan terhadap produk asing.
c) Mendorong kemajuan industri dalam negeri melalui keterkaitan
ke depan dan keterkaitan ke belakang.
d) Memberikan kontribusi dalam upaya penyerapan tenaga kerja.
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam
Negeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu Penanaman Modal
Dalam negeri adalah sebagai berikut:19
a) Potensi dan karakteristik suatu daerah.
b) Budaya masyarakat.
c) Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional.
d) Peta politik daerah dan nasional.
e) Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan
lokal dan peraturan daerah yang menciptakan iklim yang
kondusif bagi dunia bisnis dan investasi.
B. Kerangka Teoritis
Kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum harus dijalankan
dengan cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intinya merupakan tujuan
utama dari hukum. Jika hukum tidak ada kepastian maka hukum akan kehilangan
jati diri serta maknanya. Jika hukum tidak memiliki jati diri maka hukum tidak
lagi digunakan sebagai pedoman perilaku setiap orang. Kepastian hukum
merupakan harapan bagi pencari keadilan terhdap tindakan sewenang-wenang
dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan
tugasnya sebagai penegak hukum didalam menjalankan tugasnya, maka dari itu
kepastian hukum sangat penting.
19
Aminuddin Hilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia…, h. 88
30
Dalam peneliatian ini menggunakan 3 (Tiga) Teori Kepastian Hukum. Teori
yang pertama yaitu menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.
Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen,
dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan.
Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman
bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan
dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat.
Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau
melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan
tersebut menimbulkan kepastian hukum.20
Yang kedua yaitu Menurut Gustav Radbruch (1878-1949), hukum harus
mengandung 3 (tiga) nilai identitas, yaitu sebagai berikut:21
1. Asas kepastian hukum (rechtmatigheid), Asas ini meninjau dari sudut
yuridis mengenai dari kepastian hukum.Kepastian hukum itu adalah
kepastian undang-undang atau peraturan, metode dan lain sebagainya harus
berdasarkan undang-undang atau peraturan. Di dalam kepastian hukum
terdapat hukum positif dan hukum tertulis oleh lembaga yang berwenang,
mempunyai sanksi yang tegas, sah dengan sendirinya ditandai dengan
diumumkan di Lembaga Negara.
2. Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini meninjau dari sudut filosofis,
dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan
pengadilan mengenai kepastian hukum. Keadilan menjadi landasan moral
hukum dan sekaligus tolok ukur sistem hukum positif dan tanpa keadilan,
sebuah aturan tidak pantas menjadi hukum.
20
Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum, (Kencana, Jakarta, 2010), h. 141
21Sidharta, Reformasi Peradilan dan Tanggung Jawab Negara, Bunga Rampai Komisi
Yudisial, Putusan Hakim: Antara Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan Komisi Yudisial
Republik Indonesia, (Jakarta, 2010), h. 3.
31
3. Asas Kemanfaatan Hukum (zwechmatigheid), Asas ini meninjau dari
manfaat hukum didalam kehidupan. Bekerjanya hukum di masyarakat efektif
atau tidak. Dalam nilai kemanfaatan, hukum berfungsi sebagai alat untuk
memotret fenomena masyarakat atau realitasosial. Dapat memberi manfaat
atau berdaya guna (utility) bagi masyarakat.
Disamping itu, menurut Erman Rajagukguk faktor utama bagi hukum untuk
dapat berperan dalam pembangunan ekonomi adalah hukum dapat
menciptakan:22
1. Stability.
2. Predictability.
3. Fairness.
Stability merupakan potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi
kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Predictability ialah fungsi hukum
untuk meramalkan akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil penting bagi
negara yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-
hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial dan tradisional. Fairness
merupakan keadilan atau kepastian.
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Dalam pembuatan proposal skripsi ini peneliti menjumpai berbagai
penelitian yang juga membahas di bidang penanaman modal yang terutama
menyangkut Penanaman Modal Dalam Negeri diantaranya sebagai berikut:
1. Nama : M Andi Firdaus,
Institusi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2014
Judul Skripsi : Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Pada
Bidang Usaha Perkebunan Di Indonesia.
22
Erman Rajagukguk, Erman Rajagukguk 70 Tahun: Hukum Ekonomi Indonesia (Kumpulan
Karangan), (Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2016)
32
Dalam skripsi ini membahas mengenai lebih dalam terhadap
penanaman modal dibidang perkebunan, seperti dari prosedur, dampak
hukum dan juga kasus. Judulnya lebih spesifik kepada bidang usaha
perkebunan dan penanaman modal, sedangkan perbedaan dengan penulisan
skripsi ini adalah lebih spesifik kepada kepastian hukum terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan
sedangkan di skripsi tersebut lebih ke penanaman modal di bidang usaha
perkebunan.
2. Nama : H. Salim HS., S.H., M.S
Tahun : 2010
Judul Buku : Hukum Divestasi di Indonesia.
Dalam buku ini membahas mengenai lebih mendalami mengenai
hukum tentang divestasi di Indonesia. Buku tersebut memiliki isi mengenai
istilah, pengertian, teori mengenai divestasi, kajian normatif terhadap
divestasi pemerintah, dll yang digunakan sebagai bahan untuk mengisi bab
dan sub bab yang ada pada skripsi ini. Perbedaan dengan penulisan skripsi
ini adalah lebih spesifik ke penamanan modal.
3. Nama : Ratna Juliawati
Tahun : 2013
Judul Jurnal : Hukum Divestasi di Indonesia Jurnal Pengaruh Realisasi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Realisasi
Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Kesempatan
Kerja Kabupaten atau Kota di Kalimantan.
Dalam jurnal ini membahas mengenai penanaman modal dalam negeri
dan juga penanaman modal asing diwilayah kabupaten atau kota di wilayah
Kalimantan. Pembahasan penanaman modal asing dan penanaman modal
dalam negeri, namun yang membedakan dengan penulisan skripsi ini adalah
bahwa penulis lebih menekankan kepastian hukum pada Penanaman Modal
Dalam Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan sedangkan di
33
jurnal ini lebih ke Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) di wilayah Kalimantan.
34
BAB III
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BIDANG INDUSTRI
DI KOTA TANGERANG SELATAN
A. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir
tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten. Pembentukan daerah
otonom baru tersebut dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Dari aspek geografis, Kota
Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik
koordinat 106°38’- 106°47’ Bujur Timur dan 06°13’30”- 06°22’30” Lintang
Selatan dengan luas sebesar 16.486 (enam belas ribu empat ratus delapan puluh
enam) hektar merupakan wilayah yang strategis karena berbatasan langsung
dengan Ibu Kota Republik Indonesia, DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat sebagai
salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Hal tersebut menjadi pemicu pesatnya
laju perubahan tata guna lahan Kota Tangerang Selatan yang juga dipengaruhi
oleh kegiatan yang dilakukan di wilayah ini mencakup aspek fisik, sosial ekonomi,
sosial budaya, dan lainnya.
Dengan luas wilayah ±147,19 km2 (14.719 ha) dan jumlah penduduk lebih
dari 1,3 juta orang tersebar di 7 kecamatan, pelaksanaan pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat di Tangerang Selatan dirasakan belum sepenuhnya
terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi yaitu antara lain dengan memperpendek
rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah Kota Tangerang
Selatan, sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kota ini terletak di bagian timur Propinsi
Banten yaitu pada titik koordinat 106˚14’-106˚22’ Bujur Timur dan 06˚39’30”-
35
06˚47’30” Lintang Selatan dan secara administratif terdiri dari 7 kecamatan dan 54
kelurahan, dengan luas wilayah 147,19 km2 atau 14.719 ha. Batas wilayah Kota
Tangerang Selatan pada sebelah Utara dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota
Tangerang sebelah Timur dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok sebelah
Selatan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok dan sebelah Barat dengan
Kabupaten Tangerang. Lintasan Kali Angke, Kali Pesanggrahan, dan Sungai
Cisadane juga merupakan batas wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan.
Kota ini berada di antara Provinsi DKI Jakarta dan Banten serta Jawa Barat
sehingga letak yang sangat strategis ini memungkinkan kota ini menjadi daerah
penyangga dan daerah penghubung yang akan mengalami kepesatan
perkembangan pembangunannya.1
Keterbatasan ruang di Ibukota Jakarta ini memunculkan wacana pembentukan
“Megapolitan Area” yang salah satu bagian wilayahnya adalah Kota Tangerang
Selatan di mana saat ini telah dicanangkan rencana pembangunan jaringan jalan tol
baru yang melintasi wilayah Kota Tangerang Selatan, yaitu Jalan Lingkar Luar
Jakarta atau JORR II (Cinere ke Serpong dan Serpong ke Tangerang), rencana
Jalan Tol JORR II ruas Serpong ke Lapangan terbang Internasional Soekarno
Hatta dan rencana Jalan Tol ruas Serpong ke Balaraja. Selain mempromosikan
sumber daya yang ada, pemerintah daerah harus mendukung terciptanya iklim
usaha yang kondusif dan mendukung investasi seperti adanya jaminan keamanan
dan kepastian hukum dalam berinvestasi di daerah. Peningkatan kapasitas
kelembagaan dilingkup pemerintah daerah harus dapat melakukan suatu terebosan
untuk perbaikan tata kelola pelayanan publik dan pengawasan yang baik, sehingga
hal tersebut dapat mempengaruhi investasi di daerah, termasuk di Tangerang
Selatan.2
1https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang_Selatan, di akses pada tanggal 5 mei 2018
pukul 19.20 WIB
2Dinas Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Tangerang Selatan, Visi dan Misi DPMPTS Kota Tangerang Selatan.
36
Pada interval 2010 – 2015, laju pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang
Selatan mencapai 3,59%, tertinggi terdapat di Kecamatan Serpong Utara (5,30%)
dan terendah di Kecamatan Ciputat Timur (2,51%). Tingginya laju pertumbuhan
penduduk ini diindikasikan bukan hanya didukung oleh tingkat kelahiran namun
juga oleh peningkatan jumlah pendatang warga di luar wilayah untuk bermukim di
Kota Tangerang Selatan. Komposisi penduduk saat ini didominasi kelompok umur
produktif (usia 15-64 tahun) berjumlah 1.072.001 jiwa atau 71,80 % dari
komposisi penduduk.
Semakin sejahtera suatu rumah tangga maka persentase pengeluaran makanan
akan lebih sedikit sehingga pemenuhan kebutuhan lebih banyak untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan, kesehatan, bahkan rekreasi. Berdasarkan data hasil Susenas
2015 Kota Tangerang Selatan terlihat bahwa proporsi rata-rata pengeluaran
perkapita penduduk Kota Tangerang Selatan untuk kelompok makanan mencapai
35,94 persen dari total pengeluaran. Sedangkan proporsi ratarata pengeluaran
untuk kelompok bukan makanan sekitar 64,06 persen. Ini menunjukkan bahwa
tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Tangerang Selatan pada umumnya telah
cukup baik.
Kondusifnya situasi perekonomian juga terjadi di Kota Tangerang Selatan.
Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan terus mengalami peningkatan
mencapai Rp 300 miliar lebih sejak berdiri pada tahun 2009. Pendapatan Asli
Daerah di tahun 2009 sebesar Rp 25,4 miliar. Pada tahun 2010 meningkat menjadi
Rp 110,4 miliar dan tahun 2011 meningkat lebih dari seratus persen menjadi Rp
307,2 miliar. Kemudian pada tahun 2012 ditargetkan meningkat menjadi Rp 365,9
miliar dan APBD Perubahan tahun 2012 menjadi Rp 1,985 triliun.
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan disebabkan karena
sistem pelayanan yang diterapkan terus diperbarui dan penambahan Sumber Daya
Manusia. Hampir seluruh sektor ekonomi pada PDRB Tangerang Selatan tumbuh
positif. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang Selatan
terus tumbuh dalam kurun enam tahun terakhir.
37
B. Penanaman Modal di Kota Tangerang Selatan
Penanaman Modal atau Investasi adalah segala bentuk kegiatan menanamkan
modal, baik oleh penanaman modal asing maupun dalam negeri, penanaman
modal dalam negeri adalah kegiatan menanamkan modal untuk melakukan usaha
di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri dengan landasan hukum Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.3 B
Berdasarkan Pasal 25 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
definisi penanaman modal ialah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penjelasan pada pasal tersebut
menekankan titik fokus pada kegiatannya, yakni menanam modal. Kegiatan
menanam modal dapat dilakukan baik oleh pihak asing maupun pihak dalam
negeri.
Berdasarkan peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Penanaman Modal, maka penanam modal dalam negeri terdiri dari perorangan
maupun badan usaha. Dalam skala usaha ekonomi kecil dan menengah atau
koperasi, kegiatan usaha yang dilakukan oleh para pengusaha kecil dan menengah
maupun koperasi adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
keuntungan dengan melakukan investasi.
Dalam mewujudkan peningkatan investasi daerah maka dari itu daerah harus
memiliki potensi yang dapat “dijual” kepada para investor. Pemerintah Kota
Tangerang Selatan harus bisa memastikan bahwa kawasan ini potensial bagi para
investor di tengah perlambatan ekonomi domestik dan global, selain itu tidak kalah
pentingnya efisiensi dalam hal pelayanan publik dan transparansi menjadi kunci
peningkatan investasi dengan kata lain fokus memberikan kemudahan pelayanan
3Henry Faizal Noor, Investasi: Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonimi
Masyarakat, (Indeks, Jakarta, 2009), h. 8.
38
investasi, pelatihan kewirausahaan bagi tenaga kerja, dan membangun
infrastruktur.
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) terdapat beberapa nilai investasi, pada tahun 2017 Jumlah investasi
sebanyak antara lain Penanaman Modal Asing, dan Penanaman Modal Dalam
Negeri. Hasil nilai investasi di Kota Tangerang Selatan melebihi target yang
ditetapkan yaitu. Dengan meningkatnya nilai investasi di Kota Tangerang Selatan
mengindikasikan bahwa Kota Tangerang Selatan masih menjadi daerah tujuan
calon investor untuk menanamkan modalnya baik Penanaman Modal Asing
Maupun Penanaman Modal Dalam Negeri.
Berinvestasi di kota Tangerang Selatan dengan didukung segala kemudahan
perizinan yang dalam pelakasanaannya dituntut cepat, mudah, murah, transparan,
pasti, dan terjangkau merupakan bagian dari sistem pelayanan yang dikehendaki
masyarakat dalam mengurus dokumen perizinan maupun non perizinan yang
mereka perlukan untuk keperluan bisnis atau keperluan lainnya. Merujuk
Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, disebutkan bahwa dalam rangka
mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memerpendek
proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah,
transparan, pasti, dan terjangkau maka perlu dilaksanakan suatu sistem pelayanan
yang disebut sistem pelayanan terpadu satu pintu, dan beberapa peraturan lain
yang mengatur dan menghendaki PTSP ini diterapkan diberbagai jenjang atau
level pemerintahan atau lembaga, maka Perintah Kota Tangerang Selatan melalui
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, disingkat DPMPTSP
secara teknis dan sistemik kembali meluncurkan produk Sistem Perizinan Online
(SIMPONIE) yang tujuannya adalah mempermudah masyarakat menjangkau dan
mengurus perizinan di Kota Tangerang Selatan.
Dasar atas pelaksanaan penyelengaraan perizanan tersebut mengacu pada
Keputusan Walikota Tangerang Selatan Nomor 313/Kep.180-Huk/2017 tentang
39
Pendelegasian Kewenangan Penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan Kepada
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dengan
sistem perizinan online dan pendelegasian kewenangan penyelenggaraan perizinan
dan nonperizinan ini masyarakat tidak perlu repot atau bolak balik ke Dinas teknis
(terkait) untuk melengkapi persyaratan perizinan yang dimohonkan.4 Untuk
melihat berhasil atau tidaknya kebijakan pemerintah Kota Tangerang Selatan di
bidang penanaman modal dapat dilihat dari data investasi. Sebagai berikut:
Tabel 3.1: Data Jumlah Perusahaan PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017.5
No Tahun PMA PMDN Jumlah
1 2011 143 15 158
2 2012 167 17 184
3 2013 171 12 183
4 2014 86 6199 6285
5 2015 103 1283 1386
6 2016 112 2256 2368
7 2017 186 1601 1787
Berdasarkan data Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) terdapat beberapa investor berskala nasional, pada tahun
2017 Jumlah perusahaan sebanyak 12.351 perusahaan antara lain: 968 perusahaan
PMA, dan 11.383 Perusahaan PMDN dimana mengalami kenaikan dari tahun
2011. Nilai investasi PMA pada tahun 2017 adalah Rp 3.998,111,200 dan nilai
investasi PMDN sebesar Rp. 429,932,881,790 juga mengalami kenaikan dari
4http://www.dpmptsp.tangerangselatankota.go.id
5Katalog Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan Dalam
Angka 2017, Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017
40
Tahun 2011 terutama PMA sebesar Rp. 1.233,000,918 dan nilai investasi PMDN
mengalami penurunan sebesar dari Rp. 69.786,900,120 dengan persentase
kenaikan PMA sebesar 50,2% dan penurunan PMDN sebesar 20,8%.
Tabel 3.2: Data Jumlah Nilai Investasi PMA dan PMDN di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017.6
No Tahun PMA PMDN Jumlah
1 2011 2.691,106,298 243.775,276,000 246.736,382,298
2 2012 2.934,539,498 340.687,976,000 343.622,515,498
3 2013 3.230,423,144 426.592,556,000 429.822,799,144
4 2014 2.990,000,000 487.163,100,500 490.153,100,500
5 2015 3.666,548,120 434.811,503,100 438.478,051,220
6 2016 3.701,332,228 497.213,660,120 500.914,992,348
7 2017 3.998,111,200 429.932,881,790 433.930,993,990
C. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota Tangerang Selatan
Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengeluarkan Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penanaman
Modal di Kota Tangerang Selatan agar peraturan penanaman modal di Kota
Tangerang Selatan lebih baik dan jelas sumber hukumnya mengenai pengaturan
penanaman modal di Kota Tangerang Selatan.7
Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan merupakan bukti
pemerintah Kota Tangerang Selatan kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan
baik merupakan yang nyata maupun tidak nyata dari pemerintah kepada
6Katalog Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan Dalam
Angka 2017, Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017 7Wawan, Wawancara Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Penanaman Modal
Kota Tangerang Selatan, pada hari selasa tanggal 11 April 2018.
41
masyarakat melalui Penamanan Modal Dalam Negeri di konstrusikan sebagai
pemindahan Penamanan Modal Dalam Negeri dari dalam negeri ke dalam negeri
juga yang tujuannya ialah untuk mendapatkan keuntungan bagi kemajuan terhadap
Kota Tangerang Selatan. Maka dari itu untuk mengetahui keberhasilan pemerintah
Kota Tangerang Selatan terhadap kinerja PMDN bisa dilihat dari jumlah
peningkatan atau penurunan terhadap nilai investasi dan perusahaan PMDN.
Tabel 3.3: Data Nilai Investasi dan Perusahaan PMDN di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011-2017.8
No Status Jumlah Keterangan
Perusahaan Nilai (Rp)
1 PMDN 11.383 2.856,943,625,600 Realisasi
a PMDN Usaha
Kecil Menengah
UKM
4.688
1.844.154,750,000
Realisasi
b PMDN Koperasi 3.652 635,129,239,476 Realisasi
c PMDN Badan
Usaha
3.043
1.059.492,462,769
Realiasi
Mengacu kepada tujuan pengembangan kebijakan Penamanan Modal Dalam
Negeri Kota Tangerang Selatan yaitu menumbuhkan perekonomian daerah yang
berdaya saing berbasis produk unggulan, maka perlu diidentifikasi sektor dan
subsektor lapangan usaha apa saja yang saat ini menjadi ekonomi basis dan non
basis, dan sektor dan subsektor lapangan usaha apa saja yang di masa mendatang
layak dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Terdapat dua faktor utama yang
8Data tahunan Dinas Penanaman Modal dan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017, Data diberikan dalam bentuk hard file oleh sekertariat Dinas
Penanaman Modal dan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan, tanggal 11 April
2018.
42
perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi potensi kegiatan ekonomi daerah.
Pertama, sektor ekonomi yang unggul atau mempunyai daya saing dalam beberapa
periode tahun terakhir dan kemungkinan prospek sektor ekonomi di masa
mendatang. Berdasarkan hasil analisis sektor ekonomi basis serta analisis pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kota Tangerang Selatan, rekomendasi
prioritas pengembangan investasi dan penanaman modal terhadap sektor-sektor
unggulan yang prima terdiri atas:9
1. Usaha Perdagangan.
2. Usaha Informasi dan Komunikasi.
3. Usaha Real Estate.
4. Usaha Industri.
5. Usaha Jasa Pendidikan.
Adapun sektor-sektor unggulan yang potensial dan prospektif untuk
dikembangkan terdiri atas:
1. Usaha Perdagangan.
2. Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
3. Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
4. Usaha Jasa Lainnya.
Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan merupakan bukti
pemerintah Kota Tangerang Selatan kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan
baik merupakan yang nyata maupun tidak nyata dari pemerintah kepada
masyarakat. Pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, tentunya harapan dari Pemerintah untuk
mengarahkan penanaman modal sesuai dengan rencana pembangunan nasional
maupun kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia. Untuk itu
penentuan bidang usaha bagi penanaman modal khususnya penanaman modal
dalam negeri sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan dasar negara kita untuk
9Data Investasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
2017, diberikan dalam bentuk hard copy oleh DPMPTSP, tanggal 11 April 2018.
43
mengundang penanaman modal khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri,
maka dari itu pengaturan dan penetapan pengembangan Penanaman Modal Dalam
Negeri di Kota Tangerang selatan ialah meliputi:10
1. Program Pengembangan Permukiman &Real Estate.
a. Pengembangan kawasan perumahan kepadatan tinggi & sedang.
b. Pengembangan & pembangunan hunian vertical.
c. Pengembangan pemukiman RS & RSS bagi warga MBR.
d. Pembangunan utilitas, prasarana dan sarana kawasan perumahan.
e. Pengembangan sarana pendidikan, olah raga, kesehatan dan rekreasi.
2. Program Pengembangan Sarana Transportasi.
a. Pengembangan sistem angkutan massal dalam kota.
b. Pengembangan jaringan kereta dalam kota.
c. Pembangunan stasiun kereta baru.
3. Program Peningkatan Pelayanan Jaringan Telekomunikasi.
a. Pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah.
b. Penataan dan pembangunan menara telekomunikasi.
c. Pengembangan Jaringan Serat Optik dan TV Kabel.
4. Penyediaan Air Minum (Pengembangan unit air baku dan produksi).
5. Pengolahan Air Limbah.
a. Pengembangan sistem air limbah domestik dengan sistem setempat &
terpusat.
b. Pengembangan pengolahan limbah industri dengan sistem setempat.
c. Pengembangan prasarana limbah industri sistem terpusat.
6. Pengelolaan Persampahan
a. Pengembangan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery) di TPS.
b. Pengelolaan sampah kerja sama Swasta dan daerah sekitar.
10
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang
Selatan, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2021, Tangerang Selatan, 2016.
44
7. Revitalisasi Sistem Drainase (Pengembangan fungsi situ, tandon air, kolam &
sumur resapan).
8. Penyediaan Sistem Jaringan Energi & Kelistrikan.
a. Pengadaan stasiun BBG.
b. Mengembangkan energi listrik alternatif.
9. Pengembangan Industri UMKM.
a. Penataan kawasan peruntukan industri UMKM.
b. Pengembangan dan penataan industri rumah tangga.
c. Pengelolaan & pengendalian perkembangan industri UMKM.
d. Pengembangan kegiatan industri kreatif.
10. Pariwisata.
a. Pengembangan rekreasi dan wisata alam.
b. Penataan & pengembangan wisata belanja.
c. Penataan pariwisata dan revitalisasi bangunan cagar budaya.
11. Kawasan Perdagangan & Jasa.
a. Pengembangan dan pembangunan (revitalisasi) pasar tradisional.
b. Pengembangan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, And
Event or Exhibition).
c. Pengembangan & penataan pusat perbelanjaan.
d. Pengembangan dan penataan toko modern.
e. Pengembangan kawasan perdagangan khusus.
f. Pengembangan kegiatan perdagangan & jasa dengan konsep superblok
atau mix-use.
12. Perparkiran.
a. Penyediaan parkir off street.
b. Pengembangan konsep park and ride.
13. Ruang Terbuka Hijau.
a. Pengembangan & penataan taman perumahan, kelurahan, dan kecamatan.
b. Pengembangan RTH jalur hijau.
45
c. Pengembangan RTH sebagai pusat wisata rekreasi & olah raga.
d. Pengembangan fasilitas umum & fasilitas sosial.
D. Kondisi Penanaman Modal Dalam Negeri di bidang Industri di Kota
Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan yang berada diantara wilayah industri seperti Kota
Tangerang dan juga Bogor menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi tujuan
para penanam modal dalam negeri bidang industri. Penanaman Modal Dalam
Negeri di bidang Industri di Kota Tangerang Selatan meliputi bidang usaha
industri seperti industri tekstil, makanan, alat industri atau bangunan dan baja.
Pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, tentunya harapan dari Pemerintah untuk
mengarahkan penanaman modal sesuai dengan rencana pembangunan nasional
maupun kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia khususnya Kota
Tangerang Selatan. Untuk itu penentuan bidang usaha bagi penanaman modal
khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri sangat wajar dan sesuai dengan
landasan dan dasar negara kita untuk mengundang penanaman modal khususnya
Penanaman Modal Dalam Negeri, maka dari itu pengaturan dan penetapan
pengembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang selatan ialah
meliputi:11
1. Program Pengembangan Permukiman &Real Estate.
2. Program Pengembangan Sarana Transportasi.
3. Program Peningkatan Pelayanan Jaringan Telekomunikasi.
4. Penyediaan Air Minum (Pengembangan unit air baku dan produksi).
5. Pengolahan Air Limbah.
6. Pengelolaan Persampahan.
11
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang
Selatan, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2021, Tangerang Selatan, 2016.
46
7. Revitalisasi Sistem Drainase (Pengembangan fungsi situ, tandon air, kolam &
sumur resapan).
8. Penyediaan Sistem Jaringan Energi & Kelistrikan.
9. Pengembangan Industri UMKM.
10. Pariwisata.
11. Kawasan Perdagangan & Jasa.
12. Perparkiran.
13. Ruang Terbuka Hijau.
Pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, yang harapan dari Pemerintah untuk
mengarahkan penanaman modal sesuai dengan rencana pembangunan nasional
maupun kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia khususnya Kota
Tangerang Selatan tidak menetapkan bidang industri.12
Kota Tangerang Selatan yang berada diantara wilayah industri seperti Kota
Tangerang dan juga Bogor menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi incaran
para penanam modal dalam negeri bidang industri. Penanaman Modal Dalam
Negeri di Kota Tangerang Selatan merupakan bukti pemerintah Kota Tangerang
Selatan kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan baik merupakan yang nyata
maupun tidak nyata dari pemerintah kepada masyarakat. Namun tidak ada
pengaturan dan penetapan mengenai bidang industri di PMDN Kota Tangerang
Selatan tidak mengurungkan niat para penanam modal untuk mencoba melakukan
penanaman modal di wilayah Kota Tangerang Selatan walaupun bidang industri
tidak di masukan ke Pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman
modal oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Kota Tangerang Selatan yang berada diantara wilayah industri seperti Kota
Tangerang dan juga Bogor menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi tujuan
para penanam modal dalam negeri bidang industri. Namun jika dilihat didalam
12
Wawan, Wawancara Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Penanaman Modal
Kota Tangerang Selatan, pada hari selasa tanggal 11 April 2018
47
peraturan tidak ada pengaturan dan penetapan mengenai bidang industri di PMDN
Kota Tangerang Selatan.
Tidak dimasukan bidang industri di penetapan bidang usaha Penanaman Modal
Dalam Negeri di Kota Tangerang tidak mengurungkan niat para penanam modal
untuk mencoba melakukan penanaman modal di wilayah Kota Tangerang Selatan
walaupun bidang industri tidak di masukan ke pengaturan dan penetapan bidang
usaha bagi penanaman modal oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang
memang walaupun tidak ada di dalam daftar boleh tetap melakukan penanaman
modal di wilayah Kota Tangerang Selatan oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan.
Bidang industri di Penanaman Modal dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan
termasuk yang banyak diminati oleh para penanam modal dalam negeri karena
menurut data banyak diminati oleh para penanam modal, di tahun 2017 saja
bidang industri memasuki urutan ke 4 bidang usaha Penanaman Modal dalam
Negeri di Kota Tangerang Selatan yang diminati oleh para penanam modal karena
banyak peminatnya, seperti berikut ini:
Tabel 3.4: Data Bidang Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017.13
No Bidang Usaha Jumlah Peminatan
1 Perdagangan 1.035
2 Informasi dan Komunikasi 235
3 Real Estate 60
4 Industri 21
5 Pendidikan 16
13
Data tahunan Dinas Penanaman Modal dan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017, Data diberikan dalam bentuk hard file oleh sekertariat Dinas
Penanaman Modal dan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan, tanggal 11 April
2018
48
Berdasarkan data tersebut bisa dilihat bahwa bidang perdagangan seperti
supermarket/minimarket atau mall yang makin banyak di Kota Tangerang Selatan
kemudian retailer dan grosir juga masih menjadi yang paling diminati oleh para
penanam modal, kemudian lanjut oleh informasi dan komunikasi seperti penjualan
barang elektronik, kemudian disusul oleh real estate yang merupakan sedang
berkembang di wilayah Kota Tangerang Selatan seperti perumahan estate
kemudian pembangunan apartement, hotel dan gedung-gedung. Kemudian bidang
industri, walaupun tidak diatur mengenai penetapan bidang usaha industri di Kota
Tangerang Selatan seperti industri tekstil, makanan, alat industri atau bangunan
dan baja. Namun ternyata banyak para penanam modal yang ingin melakukan
penanaman modal di wilayah Kota Tangerang Selatan. Yang terakhir ialah bidang
pendidikan juga sedang menjadikan wilayah Kota Tangerang Selatan saat ini
menjadi wilayah untuk dijadikan tempat pendidikan mulai dari TK sampai
Universitas dari tingkat nasional maupun internasional.
49
BAB IV
ANALISIS KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
BIDANG INDUSTRI DI KOTA TANGERANG SELATAN
A. Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanamkan modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
Penanaman Modal Dalam Negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.1
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Kota Tangerang Selatan merupakan
penanaman modal, dimana modal yang di investasikan berasal dari modal dalam
negeri dan pemilik modalnya berasal dari Warga Negara Indonesia atau
masyarakat Kota Tangerang Selatan.
Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan merupakan bukti
pemerintah Kota Tangerang Selatan kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan
baik merupakan yang nyata maupun tidak nyata dari pemerintah kepada
masyarakat melalui Penamanan Modal Dalam Negeri di konstrusikan sebagai
pemindahan Penamanan Modal Dalam Negeri dari dalam negeri ke dalam negeri
juga yang tujuannya ialah untuk mendapatkan keuntungan bagi kemajuan terhadap
Kota Tangerang Selatan.
Pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, tentunya harapan dari Pemerintah untuk
mengarahkan penanaman modal sesuai dengan rencana pembangunan nasional
maupun kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia khususnya Kota
Tangerang Selatan.
Untuk itu penentuan bidang usaha bagi penanaman modal khususnya
Penanaman Modal Dalam Negeri sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan
1Suparji, Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Universitas Alazhar Indonesia,
Jakarta, 2010) h. 15.
50
dasar negara kita untuk mengundang penanaman modal khususnya Penanaman
Modal Dalam Negeri, maka dari itu pengaturan dan penetapan pengembangan
Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang selatan ialah meliputi:2
1. Program Pengembangan Permukiman &Real Estate.
a. Pengembangan kawasan perumahan kepadatan tinggi & sedang.
b. Pengembangan & pembangunan hunian vertikal.
c. Pengembangan pemukiman RS & RSS bagi warga MBR.
d. Pembangunan utilitas, prasarana dan sarana kawasan perumahan.
e. Pengembangan sarana pendidikan, olah raga, kesehatan dan rekreasi.
2. Program Pengembangan Sarana Transportasi.
a. Pengembangan sistem angkutan massal dalam kota.
b. Pengembangan jaringan kereta dalam kota.
c. Pembangunan stasiun kereta baru.
3. Program Peningkatan Pelayanan Jaringan Telekomunikasi.
a. Pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah.
b. Penataan dan pembangunan menara telekomunikasi.
c. Pengembangan Jaringan Serat Optik dan TV Kabel.
4. Penyediaan Air Minum (Pengembangan unit air baku dan produksi).
5. Pengolahan Air Limbah.
a. Pengembangan sistem air limbah domestik dengan sistem setempat &
terpusat.
b. Pengembangan pengolahan limbah industri dengan sistem setempat.
c. Pengembangan prasarana limbah industri sistem terpusat.
6. Pengelolaan Persampahan.
a. Pengembangan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery) di TPS.
b. Pengelolaan sampah kerja sama Swasta dan daerah sekitar.
2Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang
Selatan, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2021, Tangerang Selatan, 2016.
51
7. Revitalisasi Sistem Drainase (Pengembangan fungsi situ, tandon air, kolam &
sumur resapan).
8. Penyediaan Sistem Jaringan Energi & Kelistrikan.
a. Pengadaan stasiun BBG.
b. Mengembangkan energi listrik alternatif.
9. Pengembangan industri UMKM.
a. Penataan kawasan peruntukan industri UMKM.
b. Pengembangan dan penataan industri rumah tangga.
c. Pengelolaan & pengendalian perkembangan industri UMKM.
d. Pengembangan kegiatan industri kreatif.
10. Pariwisata.
a. Pengembangan rekreasi dan wisata alam.
b. Penataan & pengembangan wisata belanja.
c. Penataan pariwisata dan revitalisasi bangunan cagar budaya.
11. Kawasan Perdagangan & Jasa.
a. Pengembangan dan pembangunan (revitalisasi) pasar tradisional.
b. Pengembangan kegiatan MICE (Meeting, Incentive,Convention, And
Event/Exhibition).
c. Pengembangan & penataan pusat perbelanjaan.
d. Pengembangan dan penataan toko modern.
e. Pengembangan kawasan perdagangan khusus.
f. Pengembangan kegiatan perdagangan & jasa dengan konsep superblok
atau mix-use.
12. Perparkiran.
a. Penyediaan parkir off street.
b. Pengembangan konsep park and ride.
13. Ruang Terbuka Hijau.
a. Pengembangan & penataan taman perumahan, kelurahan, dan kecamatan.
b. Pengembangan RTH jalur hijau.
52
c. Pengembangan RTH sebagai pusat wisata rekreasi & olah raga.
d. Pengembangan fasilitas umum & fasilitas sosial.
B. Analisis Kepastian hukum terhadap penyelenggaran Penanaman Modal
Bidang Industri di Kota Tangerang Selatan
Kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum harus dijalankan
dengan cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intinya merupakan tujuan utama
dari hukum. Jika hukum tidak ada kepastian maka hukum akan kehilangan jati diri
serta maknanya. Jika hukum tidak memiliki jati diri maka hukum tidak lagi
digunakan sebagai pedoman perilaku setiap orang. Kepastian hukum merupakan
harapan bagi pencari keadilan terhdap tindakan sewenang-wenang dari aparat
penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya
sebagai penegak hukum.
Alquran menyatakan bahwa kepastian hukum juga diatur dalam Islam, hal
tersebut bertujuan agar segala hajat hidup manusia dapat berjalan dengan
semestinya. Hal tersebut dijelaskan di dalam Q.S Al-Israa’(17): 15:
Artinya: “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri
dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya Dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami
mengutus seorang rasul”.
53
Dan juga ada aspek-aspek yang mendukung di dalam untuk memberikan
kepastian hukum, seperti berikut ini:
1. Aspek Regulasi
Kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum harus
dijalankan dengan cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intinya
merupakan tujuan utama dari hukum. Jika hukum tidak ada kepastian maka
hukum akan kehilangan jati diri serta maknanya. Jika hukum tidak memiliki
jati diri maka hukum tidak lagi digunakan sebagai pedoman perilaku setiap
orang. Kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap
tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu
arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum.
Teori yang pertama yaitu menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah
sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek
“seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang
apa yang harus dilakukan. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang
bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam
bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam
hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi
masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.
Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian
hukum.3
Yang kedua yaitu Menurut Gustav Radbruch (1878-1949), hukum harus
mengandung 3 (tiga) nilai identitas, yaitu sebagai berikut:4
a. Asas kepastian hukum (rechtmatigheid), Asas ini meninjau dari sudut
yuridis mengenai dari kepastian hukum. Kepastian hukum itu adalah
3Peter Mahmud Marzuki, Penulisan Hukum, (Kencana, Jakarta, 2010), h. 141
4Sidharta, Reformasi Peradilan dan Tanggung Jawab Negara, Bunga Rampai Komisi
Yudisial, Putusan Hakim: Antara Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan, Komisi Yudisial
Republik Indonesia, (Jakarta, 2010), h. 3.
54
kepastian undang-undang atau peraturan, segala macam cara, metode dan
lain sebagainya harus berdasarkan undang-undang atau peraturan.
b. Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini meninjau dari sudut
filosofis, dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di
depan pengadilan mengenai kepastian hukum. Keadilan menjadi landasan
moral hukum dan sekaligus tolok ukur sistem hukum positif dan tanpa
keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi hukum.
c. Asas Kemanfaatan Hukum (zwechmatigheid), Asas ini meninjau dari
manfaat hukum didalam kehidupan. Bekerjanya hukum di masyarakat
efektif atau tidak. Dalam nilai kemanfaatan,hukum berfungsi sebagai alat
untuk memotret fenomena masyarakat atau realitasosial. Dapat memberi
manfaat atau berdaya guna (utility) bagi masyarakat.
Kemudian teori yang terakhir yaitu Menurut Erman Rajagukguk Faktor
utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembangunan ekonomi adalah
hukum dapat menciptakan:5
a. Stability.
b. Predictability.
c. Fairness.
Dari teori menurut Erman Rajagukguk dapat dijelaskan bahwa Stability
merupakan potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi
kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Predictability ialah fungsi
hukum untuk meramalkan akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil
penting bagi negara yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali
memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial dan
tradisional. Fairness merupakan keadilan atau kepastian.
Maka dari itu kepastian hukum dibutuhkan untuk memberikan stability dan
dasar hukum bagi penegmbangan penanaman modal, khususnya
5Erman Rajagukguk, Erman Rajagukguk 70 Tahun: Hukum Ekonomi Indonesia (Kumpulan
Karangan), (Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2016)
55
pengembangan Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di Kota
Tangerang Selatan.
Dalam rangka meningkatkan penanaman modal guna mendukung
pelaksanaan penanaman modal, diperlukan suatu kondisi yang menjamin
kepastian hukum dan kemudahan pelayanan perizinan dan nonperizinan
kepada para penanam modal di Kota Tangerang Selatan, maka dari itu ialah
dimulai dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten atau Kota, Pemerintah Kota Tangerang Selatan
mempunyai kewenangan di bidang penanaman modal kemudian untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008
tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman
Modal di Daerah, diperlukan pedoman pemberian insentif dan kemudahan
penanaman modal kepada masyarakat atau penanam modal di wilayah Kota
Tangerang Selatan dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah maka
dari itu pemerintah kota Tangerang Selatan membuat Peraturan Daerah No 11
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal di Kota Tangerang
Selatan.
2. Aspek SDM
Dalam perkembangannya, Sumber Daya Manusia (SDM) di Kota
Tangerang Selatan di dalam bidang Penanaman Modal Dalam Negeri ialah
hingga tahun 2017 berjumlah lebih dari 50.000 orang (Jumlah bisa bertambah
ataupun berkurang) maka dari itu Kota Tangerang Selatan memiliki banyak
kelemahan yang menghambat pertumbuhan investasi dari aspek SDM. Di sisi
lain, peluang yang dihadapi saat ini sangat besar. Dengan demikian, arah
56
kebijakan yang harus ditempuh dalam rangka peningkatan investasi Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:6
a. Penguatan distinctive competence.
1) Pembenahan aparatur yang memiliki keahlian, sikap profesional
tinggi dan etos kerja yang baik.
2) Pemanfaatan sumber daya alam lokal yang tereksploitasi secara
optimal dan pemanfaatan keunikan karakteristik kewilayahan sebagai
modal dasar pembangunan.
b. Penguatan competitive advantage.
1) Memperbaiki sistem birokrasi melalui peningkatan tata kelola
pelayanan & administrasi yang efektif & efisien.
2) Meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan beserta
penunjangnya sehingga mampu meningkatkan daya saing dan kinerja
bisnis sektor unggulan dan sektor potensial yang dikembangkan.
3) Meningkatkan kesejahteraan warga melalui penyediaan berbagai
fasilitas pelayanan dasar perkotaan serta pengembangan kawasan
strategis yang mendukung penguatan perekonomian local.
4) Pemberian kemudahan bagi prosedur pelayanan penanaman modal
serta pemberian insentif yang mampu menstimulus pencapaian target
distribusi investasi daerah dengan tetap mengacu pada kemampuan
belanja fiskal daerah.
5) Menciptakan lingkungan kota yang aman, kondusif, berbudaya serta
selaras dengan pelestarian nilai-nilai kearifan lokal dan pelestarian
alam.
Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan membuka
lebar untuk para pihak yang dapat mengajukan permohonan penanaman
6Wawan, Wawancara Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Penanaman Modal
Kota Tangerang Selatan, pada hari selasa tanggal 11 April 2018
57
modal baru dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota
Tangerang Selatan untuk meningkatkan investasi di Kota Tangerang Selatan,
dan pihak yang dapat mengajukan adalah sebagai berikut:7
a. Perseroan Terbatas (PT).
b. Commanditaire Vennootschap (CV).
c. Firma (Fa).
d. Badan Usaha Koperasi.
e. BUMN.
f. BUMD.
g. Perorangan.
3. Aspek Infrastruktur
Pertumbuhan investasi selalu dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu
daerah. Infrastruktur merupakan aspek penunjang didalam kegiatan
penanaman modal, maka dari itu dengan pelayanan yang diberikan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota
Tangerang Selatan yang memberikan pelayanan dengan baik dan juga fasilitas
yang semakin memudahkan masyarakat untuk melakukan penanaman modal.
Kemudian, yaitu dengan memperbaiki infrastruktur di Kota Tangerang
Selatan seperti jalanan dan fasilitas yang menunjang bagi para investor untuk
menjadikan Kota Tangerang Selatan sebagai tujuan mereka untuk melakukan
investasi.
Kota Tangerang Selatan yang berada diantara wilayah industri seperti Kota
Tangerang dan juga Bogor menjadikan Kota Tangerang Selatan menjadi salah satu
tujuan para penanam modal dalam negeri bidang industri. Namun jika dilihat
didalam peraturan tidak ada pengaturan dan penetapan mengenai bidang industri di
PMDN Kota Tangerang Selatan padahal jumlah peminat para penanam modal
bidang industri yang menginginkan melakukan penanaman modal cukup banyak.
7Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta, Rajawali Pers, 2008),
h.129.
58
Namun walaupun tidak di masuk ke dalam penetapan bidang usaha Penanaman
Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang tidak mengurungkan niat para penanam
modal untuk mencoba melakukan penanaman modal di wilayah Kota Tangerang
Selatan walaupun bidang industri tidak di masukan ke Pengaturan dan penetapan
bidang usaha bagi penanaman modal oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan
yang memang walaupun tidak ada di dalam daftar boleh tetap melakukan
penanaman modal di wilayah Kota Tangerang Selatan oleh Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan.
Bidang usaha yang masuk ke dalam penetapan bidang usaha Penanaman Modal
Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan mempunyai landasan hukum dan juga
kepastian hukum didalam melakukan penanaman modal yaitu di dalam Peraturan
Daerah Kota Tangerang Selatan No 11 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaran
Penanaman Modal di Kota Tangerang Selatan.
Namun walaupun tidak dimasukan ke dalam penetapan bidang usaha di dalam
Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan No 11 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaran Penanaman Modal di Kota Tangerang Selatan Dinas Penanaman
Modal Kota Tangerang Selatan awalnya memasukan bidang industri di bidang
perdagangan dan bidang UMKM, namun ada beberapa penanam modal di bidang
industri yang keberatan dengan diberikannya kepastian hukum yang menurut
mereka tidak sesuai dengan bidang industri.8
C. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan Penanaman Modal Dalam
Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan
Dalam rangka mengakselerasi perekonomian Kota Tangerang Selatan terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri Bidang Industri Di Kota Tangerang Selatan.
Selain melihat pada kekuatan yang ada, harus mengetahui juga mengenai faktor-
faktor yang mendukung pelaksanaanya karena dapat mengetahui celah atau
8Wawan, Wawancara Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Penanaman Modal
Kota Tangerang Selatan, pada hari selasa tanggal 11 April 2018
59
peluang yang ada sehingga mampu membuat perencanaan strategi yang inovatif
dan dapat bersaing dengan daerah lain, cepat dan pasti serta menarik banyak minat
para penanam modal dalam negeri di Kota Tangerang Selatan bidang industri yang
ingin menanamkan modalnya di Kota Tangerang Selatan. Adapun faktor-faktor
yang mendukung pelaksanaanya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:9
1. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang sangat strategis yang
mendukung kepada peningkatan perekonomian bidang industri sehingga dapat
mempercepat pembangunan di daerah ini secara signifikan.
2. Tersedianya kepastian hukum dari Pemerintah Pusat dan Kota Tangerang
Selatan yang memberikan kewenangan kepada bidang industri untuk
mengembangkan akses Penanaman Modal Dalam Negeri.
3. Tersedianya anggaran yang memadai dari sumber-sumber pendapatan yang
sah yaitu APBN, APBD Provinsi Banten, dan APBD Pemerintah Kota
Tangerang Selatan
4. Tersedianya jaringan infrastruktur sehingga masih memungkinkan untuk lebih
dikembangkan guna meningkatkan gairah usaha para Penanaman Modal
Dalam Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan.
5. Banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan masyarakat sehingga dapat
menjadikan modal untuk menarik minat para penanam modal bidang industri
yang ingin menanamkan modal nya di Kota Tangerang Selatan.
6. Bergulirnya era pasar bebas yang telah direncanakan oleh Pemerintah Pusat
sehingga memberikan ruang yang lebih luas bagi pengembangan Penanaman
Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan.
7. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat
membuka peluang bagi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Tangerang Selatan untuk lebih mengakselerasi, berinovasi dan
mengembangkan pelayanan perijinan terpadu agar lebih efisien dan efektif
9Wawan, Wawancara Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Penanaman Modal
Kota Tangerang Selatan, pada hari selasa tanggal 11 April 2018
60
bagi masyarakat dalam mengurus perijinandengan lebih mudah dan lebih
cepat.
Faktor pendukung lainnya, penerapan kebijakan perizinan satu pintu serta
pelayanan online yang diberikan Dinas Penanaman Modal Perijinan Terpadu satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan, memberikan banyak kemudahan bagi
penanam modal. Kehadiran aplikasi online memudahkan proses perizinan.
Layanan yang telah dikembangkan sejak tahun 2017 ini, awalnya terdiri dari 20
kategori. Saat ini, jumlahnya telah ditingkatkan menjadi 123 kategori
perizinan online. Dan kini selain online ternyata Dinas Penanaman Modal
Perijinan Terpadu satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan juga
memberikan perizinian melalui whatsapp yang semakin mudah dijangkau.
Dinas Penanaman Modal Perijinan Terpadu satu Pintu (DPMPTSP) Kota
Tangerang Selatan juga memberikan layanan akhir pekan dan pengiriman
dokumen melalui kerja sama dengan kantor pos, serta mengoptimalkan pelayanan
perizinan keliling yang melayani masyarakat di 7 Kecamatan. Kemudahan dalam
berinvestasi memberikan dampak perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat
Kota Tangerang. Tercatat, dalam empat tahun terakhir serapan tenaga kerja di kota
ini semakin meningkat. Selain kemudahan pelayanan, Pemkot Tangerang Selatan
terus berupaya meningkatkan faktor pendukung, diantaranya berupa ketersediaan
sarana infrastruktur dan aksesibilitas. Dikarenakan Kota Tangerang Selatan yang
memiliki lokasi strategis, turut didukung sarana infrastruktur yang memadai.
Sehingga, operasional dan aksesibilitas arus investasi dapat berjalan dengan
lancar.10
Dengan demikian, konsep dasar pengembangan penanaman modal tentu
diarahkan pada peningkatan produktivitas secara cepat. Untuk mencapai itu,
diperlukan dukungan iklim penanaman modal yang kondusif, antara lain adalah:
1. Asanya kepastian, kestabilan, dan keamanan.
10
Sabur, Wawancara Bagian Sekertariat Dinas Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan, pada hari selasa tanggal 11 April 2018
61
2. Stabilitas makro ekonomi (inflasi, suku bunga dan kurs, sistem moneter dan
fiskal yang sustainable).
3. Reformasi birokasi, perpajakan, kebijakan, aturan.
4. Penyediaan infrastruktur yang cukup (listrik, air, pelabuhan, jalan dan
sebagainya).
5. Tenaga kerja yang mengacu pada produktivitasnya.
6. SDM, pendidikan, disiplin, motivasi.
7. Setiap daerah harus fokus pada sektor industri unggulan.
8. Menjalin kerjasama sinergis antar daerah.
Kegiatan pengembangan penanaman modal, sangat terkait dengan pencapain
tujuan pembangunan ekonomi suatu daerah tersebut. Konsepsi pembangunan
ekonomi daerah, menurut Lincoln Arsyad memiliki tujuan:
1. Menciptakan lapangan kerja.
2. Mencapai stabilitas ekonomi daerah.
3. Mengembangkan basis ekonimi yang beragam.
Lapangan kerja diperlukan agar penduduk mempunyai penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Agar lapangan kerja dapat tercipta
diperlukan persyaratan antara lain tersedianya lahan, modal, prasarana. Stabilitas
ekonomi daerah perlu mencakup inflasi yang rendah, adanya peraturan usaha yang
konsisten, dan tidak adanya gangguan keamanan.11
11
Ahmad Ma’ruf, Strategi Pengembangan Investasi di Daerah: Pemberian Insentif ataukah
Kemudahan, (FE Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jurnal Ekonimi dan Studi Pembangunan,
Volume 13 April 2012) h. 44.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian penelitian yang telah dipaparkan penulis dapat
memberikan kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang Selatan merupakan
bukti pemerintah Kota Tangerang Selatan kepada masyarakat Kota
Tangerang Selatan baik merupakan yang nyata maupun tidak nyata dari
pemerintah kepada masyarakat melalui Penamanan Modal Dalam Negeri
di konstrusikan sebagai pemindahan Penamanan Modal Dalam Negeri dari
dalam negeri ke dalam negeri juga yang tujuannya ialah untuk
mendapatkan keuntungan bagi kemajuan terhadap Kota Tangerang
Selatan. Maka dari itu untuk mengetahui keberhasilan pemerintah Kota
Tangerang Selatan terhadap kinerja PMDN bisa dilihat dari jumlah
peningkatan atau penurunan terhadap nilai investasi dan perusahaan
PMDN.
2. Walaupun tidak dimasukan ke dalam penetapan bidang usaha Penanaman
Modal Dalam Negeri di Kota Tangerang tidak mengurungkan niat para
penanam modal untuk mencoba melakukan penanaman modal di wilayah
Kota Tangerang Selatan walaupun bidang industri tidak di masukan ke
Pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang memang walaupun tidak ada di
dalam daftar boleh tetap melakukan penanaman modal di wilayah Kota
Tangerang Selatan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Tangerang Selatan. Namun walaupun tidak dimasukan ke
dalam penetapan bidang usaha, Dinas Penanaman Modal Kota Tangerang
Selatan memasukan bidang industri di bidang perdagangan dan bidang
UMKM, namun ada beberapa penanam modal di bidang industri yang
keberatan dengan diberikannya kepastian hukum yang menurut mereka
tidak sesuai dengan bidang industri.
63
3. Adapun faktor-faktor yang mendukung pelaksanaanya dapat
diidentifikasikan sebagai berikut, yaitu: (1) Letak geografis Kota
Tangerang Selatan yang sangat strategis yang mendukung kepada
peningkatan perekonomian bidang industri, (2) Tersedianya kepastian
hukum dari Pemerintah Pusat dan Kota Tangerang Selatan yang
memberikan kewenangan kepada bidang industri untuk mengembangkan
akses Penanaman Modal Dalam Negeri., (3) Tersedianya anggaran yang
memadai dari sumber-sumber pendapatan yang sah yaitu APBN, APBD
Provinsi Banten, dan APBD Pemerintah Kota Tangerang Selatan, (4)
Tersedianya jaringan infrastruktur, (5) Banyaknya lahan yang belum
dimanfaatkan masyarakat sehingga dapat menjadikan modal untuk
menarik minat para penanam modal, (6) Bergulirnya era pasar bebas yang
telah direncanakan oleh Pemerintah Pusat sehingga memberikan ruang
yang lebih luas bagi pengembangan Penanaman Modal, (7) Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat membuka
peluang penerapan kebijakan perizinan satu pintu serta
pelayanan online yang diberikan Dinas Penanaman Modal Perijinan
Terpadu satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan, memberikan
banyak kemudahan bagi penanam modal.
B. Rekomendasi
Kepastian hukum dibutuhkan untuk memberikan stabilitasdan dasar
hukum bagi pengembangan penanaman modal, khususnya pengembangan
Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri di Kota Tangerang Selatan.
Maka dari itu peneliti memberikan saran terhadap Dinas Penanaman Modal
Kota Tangerang Selatan, sebagai berikut:
1. Memberikan regulasi Penanaman Modal Dalam Negeri bidang industri
agar memberikan kepastian hukum bagi bidang usaha yang tidak masuk di
peraturan perundang-undangan tentang penyelanggaraan penanaman
modal di Kota Tangerang Selatan.
64
2. Melihat potensi investasi di Kota Tangerang Selatan apa saja, dan lihat
sudah ada kepastian hukum apa belum jika belum agar memberikan
kepastian hukum kepada investasi tersebut.
64
Daftar Pustaka
Kitab Suci:
Q.S Al-Israa’ (17): 15.
Bahan Buku:
Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta, 2013)
Burhan, Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, ( Rineka Cipta, Jakarta , 2007)
Halim, Andreas, Kamus Lengkap 1 Milyar Inggris-Indonesia, (Sulita Jaya,
Surabaya, 2003)
Hilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Prenada Media,
Jakarta, 2004)
H.S, Salimdan Budi Sutrisno, HukumInvestasi Di Indonesia, (Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008)
Kansil, S T danCristine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia, (Sinar Grafika, Cetakan IV, Jakarta Mei 2008)
Kairupan, David, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Kencana
Premada Media, Jakarta, 2013)
Marzuki, Peter Mahmud, Penulisan Hukum, (Kencana, Jakarta, 2010)
Noor, Henry Faizal, Investasi: Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonimi Masyarakat, (Indeks, Jakarta, 2009)
Panjaitan, Hulaman dan Anner M Sianipar, Hukum Penanaman Modal asing, (CV
Indhill Co, jakarta, 2008)
Rajagukguk, Erman, Erman Rajagukguk 70 Tahun: Hukum Ekonomi Indonesia
(Kumpulan Karangan), (Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok,
2016)
Rajagukguk, Erman, Modul Hukum Investasi di Indonesia, (Universitas Indonesia,
jakarta 2005)
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Editor Awaludin Marwan, (PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2012)
Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Sinar
Grafika, Jakarta, 2009)
Suparji, Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Universitas Alazhar
Indonesia, Jakarta, 2010).
65
Supanca, Ida Bagus Rahmadi, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi
Langsung di Indonesia, (Bogor,Ghalia Indonesia, 2006)
Soekanto, Soerdjono dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan
di dalam Penelitian Hukum, (Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia,
Jakarta), 1979
Syahputra, Tunggal Iman. Peraturan Perundang-Undangan Penanaman Modal di
Indonesia, (CV Harvarindo Buku I, Jakarta,1997)
Bahan Jurnal:
Data tahunan Dinas Penanaman Modal dan Pusat Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Data Investasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) 2017
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota
Tangerang Selatan, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang Selatan
tahun 2016 – 2021, Tangerang Selatan, 2016.
Ma’ruf, Ahmad, Strategi Pengembangan Investasi di Daerah: Pemberian Insentif
ataukah Kemudahan, (FE Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jurnal
Ekonimi dan Studi Pembangunan, Volume 13 April 2012) h. 44.
Katalog Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan
Dalam Angka 2017, Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017
Reza Lainatul Rizky, Grisvia Agustin, Imam Mukhlis, “Jurnal Pengaruh
Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Belanja
Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia”, JESP, Vol.
8, ( Maret, 2016)
Sidharta, Reformasi Peradilan dan Tanggung Jawab Negara, Bunga Rampai
Komisi Yudisial, Putusan Hakim: Antara Keadilan, Kepastian Hukum, dan
Kemanfaatan, Komisi Yudisial Republik Indonesia, (Jakarta, 2010)
Try Sandys Saldy,” e-Jurnal Perspektif Ekonomi dan Pembangunan Daerah”, FE
Universitas Jambi, Vol.6, (November, 2016)
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penanaman
Modal di Kota Tangerang Selatan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
66
Internet atau Website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang_Selatan
https://tangseloke.com/2014/04/25/sektor-investasi-properti-di-tangsel-jadi-
incaran-pemodal
http://www.dpmptsp.tangerangselatankota.go.id
top related