kebijakan pengembangan - ekon
Post on 13-Nov-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja Tahun 2019
i
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat
menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2019. Laporan
Kinerja Tahun 2019 Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian merupakan bagian dari implementasi
SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) yang didalamnya berisi potret kinerja selama tahun 2019.
Keberhasilan program kebijakan bidang perekonomian, khususnya terkait
bidang koordinasi ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan peningkatan daya saing
KUKM memberikan kontribusi positif terhadap kinerja pemerintah. Implementasi peta
jalan e-commerce, kemitraan ekonomi umat, dan peta jalan vokasi menjadi kegiatan
prioritas Kedeputian IV dalam mendukung terwujudnya misi Kementerian, yaitu
pertumbuhan dan pemerataan. Selain itu, keberhasilan program juga didorong oleh
terlaksananya kegiatan koordinasi reguler terkait bidang pengembangan ekonomi
kreatif, kewirausahaan, pengembangan ekonomi kawasan, daya saing KUKM, dan
ketenagakerjaan.
Akhir kata, semoga laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan atas potret
kinerja, dan pendorong peningkatan kinerja organisasi. Kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Februari 2020
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM,
Rudy Salahuddin
Laporan Kinerja Tahun 2019
ii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
INFOGRAFIS 2019
CAPAIAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING UMKM TAHUN 2015-2019
Koordinasi Kebijakan & Regulasi
Terkait Vokasi : (i) Roadmap
Kebijakan Vokasi 2019-2025; (ii) PP
10/2018 Tentang BNSP; dan (iii) PP
45/2019 Super Tax Deduction & PMK
128/2019 mengenai Pemberian Tax
Incentive kegiatan vokasi dan (iv)
Draft Buku Putih Kebijakan TVET
Indonesia.
Kerjasama International : (i)
Kerjasama Kemenko Perekonomian
dan Ekonid Jerman Kurikulum Dual
System pada SMK 26 Jakarta; (ii)
Kerjasama Kemenko Perekonomian dan Ekonid Jerman Kurikulum Dual System pada
SMK 56 Jakarta; (iii) Kerjasama Kemenko Perekonomian, Kemenag dan Ekonid Jerman
pengembangan vokasi pada 2 Madrasah Aliyah Kejuruan dan 14 Madrasah Aliyah; dan
(iv) Kerjasama dengan GIZ dan K/L Terkait dalam program TVET System Reform.
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA
Sumber: BPS (diolah), 2020
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
VOKASI
61.41%
59.84%
60.90%
61.07%
58.00%
60.00%
62.00%
64.00%
2015 2016 2017 2018
Sumber: BPS (diolah), 2020
STATISTIK TINGKAT PENGANGGURAN
Kontribusi UMKM terhadap PDB
Laporan Kinerja Tahun 2019
iii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Program Kemitraan Ekonomi Umat yang terdiri dari pilar kewirausahaan, vokasi,
dan kemitraan usaha salah satu tujuannya mendukung upaya pengurangan
ketimpangan pendapatan masyarakat (rasio gini). Capaian implementasi program
ini selama periode 2017-2019 mencakup penerima manfaat di 110 lokasi
kabupaten/kota pada 30 provinsi yang melibatkan 27 pelaku usaha besar, 192
Pesantren, 107 SMK, 176 Koperasi/BUMDes, 202.362 pelaku UMKM, 1.209
kelompok tani, dan 5 Ormas.
PROGRAM KEMITRAAN EKONOMI UMAT MENDUKUNG PEMERATAAN EKONOMI
Laporan Kinerja Tahun 2019
iv
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
IKHTISAR CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019
❑ Peraturan Presiden No. 74/2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional berbasis Elektronik telah berakhir. Terdapat 8 pilar utama dan 64
keluaran dengan status 54 keluaran telah selesai dan 8 keluaran tidak
selesai.
❑ Tim Pelaksana telah melakukan evaluasi atas capaian final sekaligus
menyepakati urgensi keberlanjutan SPNBE dalam wujud penyusunan
strategi kebijakan ekonomi digital 2020-2024.
❑ Penetapan PP Nomor 80 tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PMSE) menjadi payung hukum E-Commerce di Indonesia.
❑ Penetapan PP Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik (PSTE)
❑ Mendorong penyelesaian penandatangan perjanjian ASEAN Agreement on
E-Commerce yang saat ini sedang dalam proses ratifikasi.
3 PROGRAM PRIORITAS 2019
PP.4.1 PENGEMBANGAN E-COMMERCE DAN EKONOMI DIGITAL
PP.4.2 KEMITRAAN EKONOMI UMAT
❑ Koordinasi dan fasilitasi kegiatan vokasi, pelatihan, dan kemitraan usaha yang
dilaksanakan dunia usaha dan kelompok masyarakat:
• Pelaksanaan kemitraan budidaya singkong kerjasama antara Mayora,
Koperasi Mitra Santri Nasional, Pesantren, dan Bank Sulselbar di
Jeneponto, panen pada Bulan September seluas + 170 Ha
• Pelatihan Santriprenenur dan Petani Muda berbasis integrated Farming (5
batch) kerjasama Medco Foundation dan IPB di Bogor (Januari, April,
Agustus 2019)
• Pelatihan Calon Mekanik dan Wirausaha Bengkel Sepeda Motor bagi
Ormas Islam oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra di Kabupaten Tangerang
(Februari 2019)
• Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Komunitas Pesantren oleh Sampoerna
Entrepreneurship Training Center di Pasuruan, Jawa Timur (Oktober 2019)
• Pilot pelatihan kewirausahaan digital terintegrasi bagi UMKM berbasis
komunitas ponpes, kerjasama Bukalapak, Kemenag, dan Kemenkop UKM
di PLUT Kab. Tasikmalaya (November 2019);
• Pelatihan “Gojek Wirausaha” bagi UMKM
• Launching pilot Tokopedia Center dan pembinaan UMKM di Kabupaten
Kuningan (Februari 2019), serta pengembangan Tokopedia Center dan
Mitra Digital Tokopedia di berbagai lokasi
• Pelatihan Santripreneur go-online kerjasama dengan Shopee di
Banyuwangi (Juli 2019)
Laporan Kinerja Tahun 2019
v
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
❑ Revitalisasi Kurikulum SMK Kerjasama Pemerintah Daerah :
• 9 Pemerintah Daerah dan 29 Industri terlibat dalam pelaksanaan Pilot
Project
• 20 Kurikulum telah disesuaikan dengan kebutuhan industri yang
melibatkan 843 Orang Siswa
• 244 Orang Guru mengikuti ToT peningkatan kapasitas, serta 57 Orang
Instruktur yang berasal dari industri maupun expert/ahli dilibatkan
memberikan ToT
❑ Revisi Roadmap Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2019-2025,
yang secara garis besar berfokus pada 3 poin yaitu, penyiapan tenaga kerja
untuk sektor tertentu, fokus masing-masing pendidikan dan pelatihan
vokasi, dan strategi pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
❑ Finalisasi Draft Buku Putih Kebijakan TVET Indonesia, Buku Putih ini akan
menjadi landasan Strategi TVET Nasional dan pendirian Komite Vokasi
Nasional.
❑ MoU kerjasama ToT guru produktif SMK Kopi PPN Tanjungsari dengan
KT&G Korea (sudah dilakukan ToT 1 kali yang melibatkan 10 guru
produktif).
❑ Terbitnya Super Tax Deduction (PP No 45 tahun 2019 dan PMK Nomor 128
/PMK.010/2019) merupakan insentif pajak untuk mendorong keterlibatan
industri dalam kegiatan vokasi.
pPP.4.3 PENGEMBANGAN VOKASI
❑ Rapat Eselon I K/L & Policy Paper “Kebijakan Program Kemitraan
Ekonomi Umat 2018-2019” yang merekomendasikan keberlanjutan Komite
Kemitraan Ekonomi Umat dengan perluasan stakeholders dan penerima
manfaat.
Laporan Kinerja Tahun 2019
vi
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
5 PROGRAM REGULER 2019
Sinergi K/L dalam Implementasi Rencana Induk Ekonomi Kreatif Nasional
a) Sosialisasi Perpres 142/2018 tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif
Nasional Tahun 2018-2025.
b) Fasilitasi Penyusunan Juknis Penyusunan Roadmap Ekonomi Kreatif Daerah
bekerjasama dengan Bekraf
Penguatan Industri Kreatif
a) Penetapan UU Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif pada tanggal 24
Oktober 2019, dengan salah satu pengaturannya adalah IP Financing.
b) Tindak lanjut pembahasan PP penetapan KEK Singhasari
Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Melalui Pendekatan Kemitraan
▪ Fasilitasi kerjasama antara PT Astra International Tbk dengan Kementerian Desa
PDTT dalam pengembangan wilayah perdesaan melalui kolaborasi dengan usaha
startup
▪ Fasilitasi kemitraan pengolahan Minyak Atsiri di Kendal dan Musi Rawas antara
masyarakat/BUMDES setempat dengan mitra swasta melibatkan Kementerian Desa
PDTT dan Kementerian Pertanian.
▪ Kerjasama dengan program Kampung Berseri Astra-Desa Sejahtera (KBADS) dengan
target 275 desa penerima program
Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif
▪ Rangkaian Rakor dan FGD dengan rekomendasi : (a) Perlu NSPK Pengembangan
Kota Kreatif yang disepakati oleh K/L, Pemda, dan stakeholder lain; (b) Perlu forum
kelembagaan dan dialog, berupa tim/komite lintas sektor
Pengembangan dan Hilirisasi IPTEK
▪ FGD Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan Produk Hasil R&D dari
Kawasan Sains dan Teknologi, Surabaya
• Sinergi program K/L untuk mendukung wirausaha Sektor Pariwisata di Mandalika
(NTB);
Kesepakatan finalisasi dukungan program K/L dengan Bupati Lombok Tengah.
• Evaluasi dan monitoring capaian pengembangan inkubator wirausaha tahun
2015 – 2018;
Pengumpulan data hasil capaian pengembangan inkubator wirausaha tahun 2015 –
2018 dari K/L terkait.
PR.4.1. Pengembangan Ekonomi Kreatif
PR.4.2.
Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
PR.4.3. Pengembangan Kewirausahaan
Laporan Kinerja Tahun 2019
vii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Evaluasi dan monitoring pelaksanaan program hasil Pilot Project Pengembangan
Kewirausahaan Sektor Pariwisata (Homestay dan Tourist Guide) di Humbang
Hasundutan, Sumatera Utara.
• Pengumpulan data capaian dukungan program K/L tahun 2018 - 2019 dan rencana
program tindak lanjut tahun 2020
Deregulasi dan Harmonisasi Kebijakan Bidang Koperasi
• Koordinasi pembahasan perubahan PermenKUKM 11/2018 tentang Perizinan USP
Koperasi dengan hasil: (i) perubahan persyaratan perizinan menjadi dokumen
elektronik, (ii) penghapusan kewajiban persyaratan persetujuan dari Pemda dalam
pembukaan kantor cabang dan kantor cabang pembantu.
• Koordinasi pembahasan perubahan Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang
Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain untuk memberi kesempatan kepada koperasi tenaga kerja sebagai badan hukum
yang memberikan jasa tenaga kerja/outsourcing kepada perusahaan lain.
• Koordinasi dengan K/L terkait dalam proses pengalihan kewenangan pengesahan
koperasi melalui Online Single Submission dari Kementerian KUKM kepada
Kementerian Hukum dan HAM.
Sinergi Program Pembinaan UMKM
• Koordinasi Sinergi Program Pembinaan UMKM pada Sentra IKM Rendang
Payakumbuh dalam rangka mendukung proses produksi sentra IKM Rendang
Payakumbuh.
• Koordinasi Sinergi Program Pembinaan UMKM melalui Business Development Service
(BDS).
• Koordinasi pengembangan Klaster UMKM Rumput Laut di Kabupaten Wakatobi
dengan K/L terkait.
• Penyusunan aturan turunan UU No. 18/2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia :
➢ Permenaker 10/2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Perusahaan
Penempatan
Pekerja Migran Indonesia
➢ Permenaker 9/2019 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia
• Informasi pasar kerja melalui Skill Monitoring System (35 jabatan Critical Ocupation
List) sudah disetujui dan akan segera dirilis.
• Implementasi Perpres No. 20/2018 tentang Penggunaan TKA sedang dalam proses
integrasi dengan OSS dan Kepmenaker 228/2019 tentang Jabatan Tertentu yang
dapat di Duduki oleh TKA telah diterbitkan.
• Implementasi PP No. 78/2015 tentang Pengupahan, seluruh aturan turunannya (6
Permenaker) sudah selesai dan diterbitkan. (UM masuk menjadi substansi dalam
Omnibus Law RUU Cipta Lapangan Kerja)
PR.4.4.
Peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM
PR.4.5. Ketenagakerjaan
Laporan Kinerja Tahun 2019
viii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING TAHUN 2019
FOTO TANGGAL KEGIATAN PENTING
19-20 Februari 2019 Workshop Kurikulum Vokasi
di Surabaya
14 Agustus 2019
Sosialisasi Peraturan
Presiden Nomor 142 Tahun
2018
21 Agustus 2019
Sharing Sesion “Dua Tahun
Pelaksanaan Peta Jalan e-
commerce”
20 Februari 2019
Penyaluran KUR, BUMN
Hadir Untuk Negeri,
Pemberdayaan Ekonomi
Santri, dan Tabligh Akbar
Kabupaten Pacitan
6 Mei 2019 Penandatanganan Chapeau
Paper
1 April 2019 Penandatangan MoU
Kemenko dan Kemenag
2 Mei 2019 Rapat Koordinasi Vokasi
29 Agustus 2019
Penandatanganan Komitmen
Kementerian/Lembaga pada
Program Pilot Project
Laporan Kinerja Tahun 2019
ix
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Pengembangan Wirausaha
Sektor Pariwisata di
Kawasan Sekitar KEK
Mandalika
di Lombok Tengah
14 November 2019
Penyusunan Komitmen
terkait Program Lanjutan
Pengembangan
Kewirausahaan
Sektor Pariwisata Tahun
2020 Humbang Hasundutan
24 Juni 2019
Rakor Sinergi Program
Pembinaan UMKM di Sentra
IKM Rendang Payakumbuh
24 September 2019
FGD Pengembangan Klaster
UMKM Rumput Laut
Kabupaten Wakatobi
INFOGRAFIS LAINNYA PROFIL
Tugas Fungsi
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri.
1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri;
2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri;
3. Poordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar internasional;
4. Pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar internasional;
5. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang peningkatan konektivitas nasional;
Laporan Kinerja Tahun 2019
x
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Tugas Fungsi
6. Pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan konektivitas nasional;
7. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan pasar tradisional;
8. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pelayanan terpadu satu pintu;
9. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang perniagaan dan industri;
10. dan Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.
VISI DAN MISI
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan
pembangunan di bidang ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi; kewirausahaan; koperasi dan UMKM; serta ketenagakerjaan yang efektif dan berkelanjutan”.
“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan
kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan Ketenagakerjaan”
MISI
VISI
Laporan Kinerja Tahun 2019
xi
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
NILAI-NILAI
" Pikir "
Profesional
Melaksanakan pekerjaan atas dasar pengetahuan dan keahlian khusus untuk
meningkatkan kinerja individu dan organisasi.
Integritas
Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan, dan ketentuan,
serta undang-undang yang berlaku melalui loyalitas profesi dalam memperjuangkan tujuan
organisasi.
Kerja Sama
Kemampuan menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama dengan menjadi bagian dari
suatu kelompok untuk menciptakan sinergi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Inovasi
Mencerminkan kemampuan dan kemauan untuk menciptakan gagasan baru dan
implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki proses dan hasil kerja di atas standar.
Responsibility/Tanggung Jawab
Menjalankan tugas dan kewajiban yang dibebankan secara sungguh-sungguh dan tuntas
serta memikul konsekuensi atas hasil yang telah disepakati.
Laporan Kinerja Tahun 2019
xii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
AKUNTABILITAS KEUANGAN
Laporan Kinerja Tahun 2019
xiii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
RINGKASAN
EKSEKUTIF
Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing KUKM mempunyai tugas
koordinasi dan sinkronisasi serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan K/L
yang terkait dengan isu di bidang
ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya
saing koperasi dan UKM. Tugas tersebut
meliputi, antara lain koordinasi dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
xiii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
sinkronisasi perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/ Lembaga yang terkait
isu di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing
koperasi dan usaha kecil dan
menengah; pengendalian pelaksanaan
kebijakan di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing
koperasi dan usaha kecil dan
menengah; koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan di bidang
penciptaan wirausaha baru berbasis
teknologi; Koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan di bidang
pengembangan ekonomi kreatif;
Koordinasi dan sinkronisasi
perumusan kebijakan di bidang
penciptaan tenaga kerja dengan
keahlian tertentu dan pemberdayaan
buruh; Pemantauan, analisis, evaluasi,
dan pelaporan di bidang ekonomi
kreatif, kewirausahaan dan daya saing
Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah; dan Pelaksanaan fungsi
lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
Tahun 2019 Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM memiliki program
utama yaitu Program Koordinasi
Kebijakan Bidang Perekonomian
dengan amanat sasaran program yaitu
: (1) Terwujudnya Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik, dan (2) Terwujudnya
Koordinasi, Sikronisasi Dan
Pengendalian Kebijakan Bidang
Perekonomian (terkait bidang ekonomi
kreatif, kewirausahaan, dan daya
saing Koperasi dan UKM).
Indikator Kinerja Utama (IKU)
terwujudnya Sasaran Program kerja
tersebut adalah: (1) Jumlah paket
rekomendasi kebijakan
pengembangan e-Commerce; dan (2)
Jumlah paket rekomendasi kebijakan
bidang koordinasi ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing
koperasi UKM.
Implementasi program
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
koordinasi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan yang terdiri dari enam
kegiatan, yaitu: Pengembangan
Ekonomi Kreatif, Pengembangan
Kewirausahaan, Peningkatan Daya
Saing Koperasi dan UKM,
Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Kawasan, dan Ketenagakerjaan, serta
Koordinasi Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Digital.
Laporan Kinerja Tahun 2019
xiv
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Analisis capaian kinerja 2019 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, menunjukan bahwa target dapat
direalisasikan dengan baik, sebagaimana tercermin dalam tabel Pengukuran Kinerja
di bawah ini:
PENGUKURAN KINERJA PROGRAM TAHUN 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2019
Realisasi 2019
Kinerja
Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah Paket Rekomendasi Implementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 paket Rekomendasi
1 paket Rekomendasi
100%
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
1 paket Rekomendasi
1 paket Rekomendasi
100%
Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Kebijakan Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 paket Rekomendasi
1 paket Rekomendasi
100%
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 paket Rekomendasi
1 paket Rekomendasi
100%
Tabel I.1 Pengukuran Kinerja Program Tahun 2019
Terdapat 3 kegiatan prioritas (1 prioritas nasional, 2 prioritas koordinasi reguler)
dalam mencapai sasaran strategis program, yaitu :
Laporan Kinerja Tahun 2019
xv
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Capaian kinerja Program Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKM pada tahun 2019 didukung oleh
output-output sebagai berikut:
i. Rekomendasi capaian 62 keluaran
yang terdapat dalam 7 Pilar Peta
Jalan e-commerce sebagai
implementasi Perpres Nomor 74
Tahun 2017 tentang Road Map e-
Commerce, ekosistem e-commerce
melalui koordinasi RPP
Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik, peningkatan ekspor
Indonesia melalui e-Commerce (5
produk dalam negeri), pengumpulan
data e-Commerce, dan kerjasama
internasional.
ii. Rekomendasi kebijakan bidang
koordinasi ekonomi kreatif, berupa
Perpres Rindekraf 2019-2025
(ekosistem pemberdayaan SDM
Kreatif dan usaha ekonomi kreatif,
penyusunan masukan RPJMN
2020-2024 dan visi Indonesia 2045,
penyusunan kebijakan dan peta
jalan pengembangan industri kreatif
unggulan dan prioritas)
iii. Rekomendasi Rancangan Undang-
Undang (RUU) Kewirausahaan
Nasional untuk mendorong lahirnya
wirausaha baru.
iv. Rekomendasi sinergi Peraturan
Perundang-Undangan bidang
Koperasi.
v. Rekomendasi Program Kemitraan
Ekonomi Umat.
vi. Rekomendasi perubahan kebijakan
di bidang ketenagakerjaan
(penyederhanaan perizinan
penggunaan Tenaga Kerja Asing
(TKA), implementasi Pelaksanaan
PP 78/2015 tentang Pengupahan,
RPP Perubahan atas PP Nomor 23
Tahun 2004 tentang BNSP).
vii. Rekomendasi pengembangan
pendidikan dan pelatihan vokasi.
Namun demikian walaupun capaian kinerja berhasil dengan baik, masih terdapat
beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019, antara
lain yaitu :
a) Indonesia belum memiliki kebijakan dan strategi nasional terkait pengembangan
ekonomi digital yang komprehensif dan terintegrasi;
b) Kurangnya Komitmen dari K/L terkait dalam mendukung dan melakukan
pembahasan Peraturan atau Program yang akan dibahas.
Laporan Kinerja Tahun 2019
c) Adanya perbedaan pemahaman dan kemampuan antar instansi Pemerintah,
sehingga diperlukan upaya untuk menyamakan persepsi dan merubah pola pikir
pengambil kebijakan.
d) Kurangnya sosialisasi dan promosi terkait program yang sudah direncanakan.
e) Perubahan peraturan oleh K/L terkait, mengenai program yang direncanakan.
Sumber daya atau kapasitas organisasi yang menjadi penggerak keberhasilan
program Deputi IV didukung dengan tata kelola organisasi yang baik. Unsur
sumberdaya yang dimiliki adalah: Profesionalitas SDM melalui peningkatan kapasitas
dan kedisiplinan dalam lingkup pembinaan Bagian SDM, Layanan Informasi yang
lancar dalam binaan Biro Perencanaan, Akuntabilitas dan Reformasi Birokrasi
secara terus-menerus dipantau oleh Inspektorat, dan ketersediaan anggaran.
Evaluasi Kinerja Anggaran menunjukan dari Pagu Anggaran sebesar Rp.
20.702.928.000,- mencapai realisasi sebesar Rp. 19.660.279.226,- atau terserap
sebesar 94.96% dengan SILPA Rp. 1.042.648.774,- atau terdapat efisiensi
anggaran sebesar 5.04%.
Laporan Kinerja Tahun 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
INFOGRAFIS
i
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF xiii
DAFTAR ISI xvii
DAFTAR TABEL xviii
DAFTAR GAMBAR xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 3
B. Organisasi dan fungsi 4
C. Kapasitas Organisasi 6
1. Sumber Daya Manusia 6
2. Dukungan Anggaran 7
D.
E.
Isu strategis
Sistematika Laporan
8
9
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Visi dan Misi 13
B. Rencana Strategis Tahun 2015-2019 13
C. Penetapan Kinerja Tahun 2019 15
D. Pengelolaan dan Pengukuran Kinerja 19
E. Pengukuran IKU Tahun 2019 18
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Program Prioritas dan Program Reguler Tahun 2019 25
B. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Tahun 2019 33
C.
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2019
SS1 dan IKU 1
SS 2 dan IKU 2
SS 3 dan IKU 3
SS 4 dan IKU 4
34
34
43
61
80
D. Kinerja Keuangan 98
E. Perbandingan Capaian Kinerja 100
F. Capaian Kinerja Keluaran 101
G. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya 103
H. Analisi Faktor Ketercapaian Kinerja 104
BAB IV CAPAIAN RENSTRA TAHUN 2015-2019 DAN ISU STRATEGIS TAHUN 2020-2024
A. Capaian Renstra Tahun 2015-2019 108
B. Dampak Kinerja Tahun 2015-2019 112
C. Isu strategis tahun 2020-2024 115
PENUTUP 128
A. Kesimpulan 129
B. Rencana Aksi Peningkatan Kinerja
130
Laporan Kinerja Tahun 2019
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 SDM Deputi IV 6 Tabel 1.2 Dukungan Anggaran Deputi IV 7 Tabel 2.1 Perbandingan Target Kinerja 14 Tabel 2.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Deputi IV 15 Tabel 2.3 Sasaran Deputi IV 2015-2019 15 Tabel 2.4 Rencana Deputi IV 17 Table 2.5 Indikator yang bersifat Maximize 21 Tabel 2.6 Metode Pengukuran IKU Tahun 2019 22 Tabel 3.1 Strategi dan Program Utama Pengembangan Ekonomi Digital 42 Tabel 3.2 Daftar Pilot Project Revitalisasi SMK dan BLK 45 Tabel 3.3 Daftar Peserta Bimbingan Teknis MAPK dan MAK 55 Tabel 3.4 Penetapan Forula Upah Minimum 80 Tabel 3.5 Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2019 98 Tabel 3.6 Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2017 - 2019 99 Tabel 3.7 Perbandingan Kinerja dalam perspektif Sasaran Hasil (outcome) 100 Tabel 3.8 Pencapaian Komponen 102 Tabel 3.9 Tingkat Efisiensi Anggaran Deputi IV 103 Tabel 4.1 Target Kinerja Renstra Tahun 2015-2019 109 Tabel 4.2 Persentase Pertumbuhan Kontribusi Koperasi dan UMKM dalam PDB 113
Nasional
Laporan Kinerja Tahun 2019
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Deputi IV 5 Gambar 1.2 Dukungan Anggaran Deputi IV 8 Gambar 3.1 Capaian Roadmap e-Commerce 36 Gambar 3.2 Kerjasama Internasional ACCEC 38 Gambar 3.3 Konsep Awal Framework Ekonomi Digital 40 Gambar 3.4 Timeline Pelaksanaan Pilot Project Revitalisasi SMK/BLK 46 Gambar 3.5 Timeline Workshop Penyusunan Kurikulum 47 Gambar 3.6 Timeline Pelaksanaan ToT Guru SMK Pilot Project 48 Gambar 3.7 Bagan Kerjasama Kemenko Perekonomian, Bappenas, dan Jerman 49 Gambar 3.8 Basis dan Pilar White Paper 52 Gambar 3.9 Kronologis Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden 53 Gambar 3.10 Grafik Tingkat Pengangguran 2015-2019 60 Gambar 3.11 Metodologi Penyusunan COL 76 Gambar 3.12 Perbandingan Realisasi Anggaran 100 Gambar 3.13 Pengembangan E-Commerce dan Ekonomi Digital 105
Laporan Kinerja Tahun 2019
1
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Laporan Kinerja Tahun 2019
2
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
BAB I BAB I
PENDAHULUAN Laporan Kinerja Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM Tahun
2019 merupakan bentuk pertanggung- jawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi terhadap
capaian kinerja yang telah dilaksanakan pada
tahun 2019.
Laporan Kinerja Tahun 2019
3
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
A. LATAR BELAKANG Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM, berkomitmen mendukung pencapaian
Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang
telah ditetapkan.
Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM,
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang ekonomi kreatif,
kewirausahaan dan daya saing
koperasi dan usaha kecil dan
menengah, (Permenko Nomor 5 Tahun
2015). Sejalan dengan ditetapkannya
paket-paket kebijakan di bidang
perekonomian, Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM, berkomitmen
mendukung pencapaian Sasaran
Strategis Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
tahun 2019.
Laporan Kinerja Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM Tahun 2019
merupakan sarana eksplorasi capaian
kinerja dari program dan kegiatan yang
telah dilaksanakan pada tahun 2019.
Keberhasilan pelaksanaan program
dan kegiatan tidak terlepas dari
dukungan dan kerjasama dari semua
pihak dalam melaksanakan kegiatan
sinkronisasi dan koordinasi, serta
pengendalian sebagai implementasi
dari tugas dan fungsi yang
dimandatkan kepada Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM atau disebut juga
Deputi IV.
Laporan Kinerja Tahun 2019
4
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
B. ORGANISASI & FUNGSI Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM dibantu oleh 5 (lima) orang asisten
deputi yaitu Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif; Asisten
Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan (PDSEK); Asisten
Deputi Pengembangan Kewirausahaan; Asisten Deputi Peningkatan
Daya Saing Koperasi dan UKM; dan Asisten Deputi Ketenagakerjaan.
TUGAS DAN FUNGSI
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang diamanatkan dalam Permenko
Nomor 5 Tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM mempunyai tugas :
1. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
2. Pengendalian pelaksana-an kebijakan Kementerian / Lembaga yang terkait isu di
bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : PER-
5/M.EKON/10/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, mengamantkan tugas Deputi IV adalah menyelenggarakan koordinasi
dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan, kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan usaha kecil dan
menengah.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Menengah menyelenggarakan
fungsi:
a. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait isu di bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian / Lembaga yang terkait isu di
bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
c. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan wirausaha
baru berbasis teknologi.
Laporan Kinerja Tahun 2019
5
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
d. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengembangan
ekonomi kreatif.
e. Koordinasi dan Sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penciptaan tenaga kerja
dengan keahlian tertentu dan pemberdayaan buruh.
f. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM, dibantu oleh :
1. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif
2. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
3. Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan
4. Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
5. Asisten Deputi Ketenagakerjaan
6. Kelompok Jabatan Fungsional
STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordiantor Bidang
Perekonomian, struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif dan
Daya Saing Koperasi dan UKM adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1: Struktur Organisasi Deputi IV
Laporan Kinerja Tahun 2019
6
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
C. KAPASITAS ORGANISASI Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan sumber daya
baik sumber daya manusia maupun anggaran.
SUMBER DAYA MANUSIA
Jumlah pegawai di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi, Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing KUKM tahun 2019 adalah 58 orang (1 eselon I, 3 eselon II, 13 eselon
III, 16 eselon IV, 23 pelaksana) dengan rincian per unit kerja terdapat pada tabel 2.1.
Tabel 1.1 : SDM Deputi IV
Unit Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Pelaksana
Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif - 3 6 9
Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
1 2 3 1
Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan - 2 2 3
Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dam UMKM
1 2 3 5
Asisten Deputi Ketenagakerjaan 1 2 2 5
Total 3 13 16 23
Laporan Kinerja Tahun 2019
7
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
DUKUNGAN ANGGARAN
Alokasi anggaran untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi IV yang
tertuang dalam dokumen perencanaan adalah, sebagai berikut :
Tabel 1.2: Dukungan Anggaran Deputi IV
Kegiatan Pagu 2019
Program Prioritas Program Reguler
Pengembangan Ekonomi Kreatif (Prioritas: Peta Jalan e-commerce)
8.777.928.000 1.800.000.000
Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan (Prioritas: Kemitraan Ekonomi Umat)
1.000.000.000 1.500.000.000
Pengembangan Kewirausahaan - 1.500.000.000
Peningkatan daya Saing KUMKM - 1.500.000.000
Ketenagakerjaan (Prioritas: Pengembangan Vokasi)
3.125.000.000 1.500.000.000
Jumlah 12.902.928.000 7.800.000.000
Total 20.702.928.000
Gambar 1.2: Dukungan Anggaran Deputi IV
Laporan Kinerja Tahun 2019
8
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
D. ISU STRATEGIS Aspek Strategis adalah peran penting Deputi IV dalam
mewujudkan program nasional khususnya program Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian. Isu Strategis, selain Isu koordinasi
regular, terdapat 3 isu strategis nasional di Tahun 2019 yaitu e-
commerce, vokasi, dan kemitraan ekonomi umat.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
memiliki peran strategis, yaitu koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan serta
pengendalian kebijakan terkait ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing KUKM.
Peran tersebut mendukung kinerja pembangunan nasional bidang ekonomi kreatif,
UMKM, Ekonomi Kawasan berbasis kreatifitas, inovasi, dan teknologi, dan tenaga kerja
sebagaimana yang telah tercantum dalam RPJMN 2015 – 2019. Selain itu, peran
strategis Deputi IV juga bagian dari mewujudkan misi kementerian, yaitu : misi
pertumbuhan, dan misi pemerataan.
Isu strategis yang dihadapi Tahun 2019 oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, antara lain:
ISU PRIORITAS NASIONAL
ISU KOORDINASI
Reguler
Koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian kebijakan:
• Pengembangan Ekonomi
Kreatif
• Peningkatan Daya Saing
Ekonomi Kawasan
• Pengembangan
Kewirausahaan
• Peningkatan Daya Saing
Koperasi dan UMKM
• Ketenagakerjaan
e-Commerce
Ekonomi Umat
Vokasi
Laporan Kinerja Tahun 2019
9
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
E. SISTEMATIKA LAPORAN Format laporan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM berpedoman pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi
Birokrasi RI Nomor 53 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas laporan kinerja.
Sistematika Pelaporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM Tahun 2019 terdiri atas empat bab:
1. BAB I Pendahuluan, yang menyajikan penjelasan umum kedudukan Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, identifikasi
aspek-aspek strategis dan isu strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM dan format sistematika laporan.
2. BAB II Perencanaan Kinerja, yang menguraikan tahapan secara ringkas
penentuan indikator-indikator yang tertuang dalam dokumen perencanaan dan
perjanjian kinerja terdiri dari: Rencana Strategis dan Perjanjian Kinerja.
3. BAB III Akuntabilitas Kinerja, yang terdiri dari capaian kinerja Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, analisis capain
kinerja, analisis capaian kinerja dari waktu ke waktu dan realisasi anggaran yang
digunakan untuk mencapai kinerja tersebut.
4. BAB IV Capaian RENSTRA Tahun 2015-2019 dan Isu Strategis Tahun 2020-
2024, yang berisikan capaian Renstra Tahun 2015-2019, dampak kinerja tahun
2015-2019, dan Isu Strategis Tahun 2020-2024.
5. BAB V Penutup, yang berisikan kesimpulan singkat dari laporan kinerja dan
rencana aksi peningkatan kinerja.
Laporan Kinerja Tahun 2019
iii
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Laporan Kinerja Tahun 2019
11
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
BAB II
PERENCANAAN
KINERJA Perencanaan kinerja merupakan
proses penyusunan rencana kinerja
sebagai penjabaran dari sasaran dan
program yang telah ditetapkan dalam
rencana strategis. yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah Didalam
rencana kinerja ditetapkan rencana
capaian kinerja tahunan untuk seluruh
indikator kinerja yang ada pada sasaran
strategis. Penyusunan rencana kinerja
dilakukan seiring dengan agenda
penyusunan dan kebijakan anggaran,
serta merupakan komitmen Deputi VI
untuk mencapainya dalam tahun 2019.
Laporan Kinerja Tahun 2019
12
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
VISI
MISI
A. Visi dan Misi Visi Dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
"Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian pembangunan ekonomi
yang efektif dan berkelanjutan”
Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini mendukung Visi
Presiden yakni “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Visi tersebut disusun berdasarkan kristalisasi dari pernyataan komponen organisasi
itu sendiri yang disepakati sebagai nilai-nilai dasar kepribadian organisasi yang
profesional, integritas, kerjasama, inovasi dan responsibility yang disingkat dengan
“PIKIR”. Keyakinan nilai-nilai dasar organisasi akan memberikan keyakinan kepada
pegawai bahwa keinginan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan dapat
diwujudkan. Visi Kementerian Koordinator Bidang Pereko-nomian tersebut
mempunyai makna tentang koordinasi dan sinkronisasi yaitu merupakan proses
mengupayakan terjadinya kesamaan persepsi, pemikiran dan tindakan dalam
mewujudkan pencapaian tujuan.
"Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan
sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan perekonomian”
Misi tersebut merupakan langkah peran fungsi Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dalam mengupayakan/memastikan Misi Presiden antara lain
“Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi, Maju dan Sejahtera
serta Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing”, yang pelaksanaannya diwujudkan
melalui kinerja lintas sektor di bidang ekonomi. Untuk meningkatkan kinerja lintas
sektor di bidang ekonomi dengan optimal tersebut dibutuhkan suatu usaha untuk
menyatukan tindakan kebulatan pemikiran, kesatuan tindakan, dan keselarasan dari
berbagai intansi terkait, agar pelaksanaan kinerja sektor dapat bersinergi dengan baik
dan terlaksana sesuai rencana. Sejalan dengan strategi dan aktivitas yang dilakukan
dalam upaya pencapaian rencana dimaksud, pengendalian pelaksanaan
kebijakan/program secara intensif diupayakan untuk mengatasi permasalahan yang
timbul dalam proses pencapaian kinerja dapat diantisipasi secara dini sehingga
progres kinerja dalam melaksanakan kebijakan/program di bidang ekonomi berjalan
dengan optimal.
Laporan Kinerja Tahun 2019
13
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
VISI
MISI
Visi Dan Misi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
Dan Daya Saing Kukm
Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM Tahun 2015-2019, merupakan cascade/turunan Rencana Srategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019, dengan uraian visi, misi, tujuan dan sasaran staregis sebagai berikut:
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan pembangunan di bidang ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi; kewirausahaan; koperasi dan UMKM; serta ketenagakerjaan yang efektif dan berkelanjutan”.
Visi ini menunjukkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM, dengan tugas koordinasi,
sinkronisasi dan pengendalian turut mewujudkan pembangunan melalui kebijakan
ekonomi kreatif; kawasan berbasis kreativitas, inovasi, dan teknologi; kewirausahaan;
koperasi dan UMKM; serta ketenagakerjaan yang efektif dan berkelanjutan, sehingga
menjadikan perekonomian nasional yang tangguh dalam menghadapi era globalisasi.
Adapun Misi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing UKM adalah:“
“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi
penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan Ketenagakerjaan”
Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan tantangan dan hambatan di
bidang ekonomi kreatif, kewirausahaan, ekonomi kawasan, KUKM, dan ketenagakerjaan
dalam kondisi era globalisasi yang semakin kompetitif, serta kebutuhan masyarakat akan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab.
B. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019
Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Koperasi dan
UMKM Tahun 2015-2019 merupakan perencanaan jangka menengah yang berisi gambaran
sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun (2015-2019) serta
strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran. Penyusunan Renstra Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM telah mengacu pada
Renstra Kemenko Perekonomian tahun 2015-2019. Pada Dokumen Rencana Strategis Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM Tahun 2015-2019
Laporan Kinerja Tahun 2019
14
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
terdapat empat Sasaran Strategis (SS) dan lima Indikator Kinerja Utama (IKU), dengan target-
target sampai dengan tahun 2019 diuraikan dalam tabel berikut.
TABEL 2. 1 PERBANDINGAN TARGET KINERJA NO SASARAN PROGRAM/
INDIKATOR KINERJA TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
SS1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan.
85
85
-
-
-
Indikator 2017-2019 1. Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/ paket
deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
-
-
90
90
100
2. % koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan yang diusulkan K/L mitra
- - 90 95 100
SS2 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan
85
85
-
-
-
Indikator 2017-2019 Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
-
-
90
90
100
SS3 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015
85
85
-*)
-*)
-*)
SS4 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator: Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN
85
85
-**)
-**)
-**)
*) SS3 pada periode 2017-2019 digabung ke dalam SS1 **) SS4 pada periode 2017-2019 digabung ke dalam SS2
Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi
dan UKM diukur dari pencapaian sasaran strategis atau outcome program yang ditunjukkan
dengan meningkatnya pengelolaaan progeam kerja sektor/lintas sektor di bidang ekonomi
kreatif, Kawasan Berbasis KIT, kewirausahaan, koperasi dan UKM, serta ketenagakerjaan
secara optimal. Meningkatnya pengelolaan program kerja tersebut merupakan indikasi dari
berfungsinya keluaran-keluaran (output) yang disampaikan unit masing-masing di lingkungan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
15
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
UKM. Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja hasil yang akan dicapai oleh Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM
selama periode 2015-2019 berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi.
C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2019
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM terintegrasi dengan apa yang telah tertuang
dalam dokumen perencanaan (RKAKL). Sasaran Program dan Indikator Kinerja pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Deputi IV
Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target 2019
Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 paket rekomendasi
Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
1 paket rekomendasi
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 paket rekomendasi
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 paket rekomendasi
Dengan membandingkan antara dokumen Renstra Tahun 2015-2019 dan dokumen penetapan
Kinerja Tahun 2019 pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing KUKM, diketahui bahwa terdapat penyesuaian penetapan sasaran strategis dan indikator
kinerja utama di tahun 2019, sebagaimana berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2019
16
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
TABEL 2. 3 Sasaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM 2015-2019
Renstra 2015-2019 Penetapan Kinerja Tahun 2019
Keterangan Sasaran Strategis IKU
Sasaran Strategis
IKU
Sasaran 1: Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan.
Sasaran 1: Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Berubah
Indikator 2017-2019 1. Persentase
rekomendasi/rancangan kebijakan/ paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
2. % koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan yang diusulkan K/L mitra
Berubah
Sasaran 2: Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan
Sasaran 2: Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Berubah
Indikator 2017-2019 Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
ditiadakan
Sasaran 3:
Terwujudnya koordinasi dan
Indikator Persentase perumusan rancangan peraturan
Sasaran 3 :
Terwujudnya Koordinasi dan
Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan
Berubah
Laporan Kinerja Tahun 2019
17
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015
kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015
Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Sasaran 4:
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator: Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN
Sasaran 4:
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Berubah
Perubahan dimaksud dilakukan seiring dengan dinamika organisasi dan perkembangan
kebutuhan atas penugasan-penugasan pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM. Sejumlah penugasan tambahan dilakukan
berdasarkan arahan/penugasan Presiden maupun Menko Perekonomian, diantaranya
berupa:
• Dukungan Teknis dan Manajemen untuk E-Commerce;
• Dukungan Teknis dan Manajemen untuk Vokasi;
Untuk mencapai kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing KUKM tahun 2019 tersebut, Sekretariat Kemenko Perekonomian melaksanakan
dua program yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya;
2. Program Koordinasi Kebijakan Perekonomian.
Untuk merealisasikan perjanjian kinerja tersebut, telah ditetapkan kegiatan-kegiatan dan
indikator sebagai ukuran keberhasilan, serta alokasi anggaran pada DIPA TA 2019, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKM Tahun Anggaran 2019
Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output
Prioritas (N/B/ KL)
Target/ Volume
2019
Alokasi 2019 (Juta)
Program Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM
5226 Koordinasi Kebijakan Bid. Pengembangan Ekraf Kreatif
1.800
Laporan Kinerja Tahun 2019
18
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output
Prioritas (N/B/ KL)
Target/ Volume
2019
Alokasi 2019 (Juta)
1. Tersusunnya Paket Rekomendasi Koordinasi & Sinkronisasi Kebijakan Pengemb. Ekraf
1. Jumlah paket rekomendasi/rancangan kebijakan/paket deregulasi di bidang ekonomi kreatif
KL 2 Paket Rekomen
dasi
1.257
2. Tersusunnya Paket Rekomendasi Pengedalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekraf
2. Jumlah paket rekomendasi hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif
KL 2 Paket Rekomen
dasi
243
3. Terselenggarannya Lay. Dukungan Admin. Keg. dan Tata Kelola pada Dep. Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM
3. Jumlah Laporan Dukungan Administrasi Kegiatan dan Tata Kelola pada Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
KL 2 Paket Rekomen
dasi
300
2491 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
8.778
1. Tersusunnya Paket Rekomendasi Kebijakan Pengembangan e-Commerce Nasional
1. Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Pengembangan e-Commerce Nasional
KL 1 Paket Rekomen
dasi
8.778
5228 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
1.500
1. Tersusunnya Paket Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
1. Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
KL 2 Paket rekomen
dasi
1.250
2. Tersusunnya Paket Rekomendasi Penge. pelaksanaan kebijakan pengembangan daya saing ekonomi kawasan
2. Jumlah paket Rekomendasi Pengendalian Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
KL 2 Paket rekomen
dasi
250
3. Tersusunnya Paket rekomendasi Kebijakan Kemitraan Umat
3. Jumlah paket rekomendasi kebijakan kemitraan ekonomi umat
KL 1 Paket rekomen
dasi
1.000
5227 Koordinasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan
1.500
1. Tersusunnya Paket Rekomendasi Koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan pengembangan kewirausahaan
1. Jumlah paket rekomendai koordinasi dan sinkronisasi kebijakan kemudahan wirausaha
2. Jumlah paket rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan percepatan penciptaan wirausaha baru
KL 1 Paket Rekomen
dasi
1 Paket Rekomen
dasi
1.300
02. Tersusunnya Paket Rekomendasi Pengendalian Kebijakan Pengemb. Wirausaha
3. Jumlah paket rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan
KL 1 Paket Rekomen
dasi
200
Laporan Kinerja Tahun 2019
19
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Kode Program/Kegiatan/ Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)/Output
Prioritas (N/B/ KL)
Target/ Volume
2019
Alokasi 2019 (Juta)
pengembangan kewirausahaan
2505 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya saing Koperasi dan UMKM
1.500
1. Tersusunnya paket rekomendasi hasil koordinasi kebijakan di bidang peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM
1. Jumlah paket rekomendasi hasil koordinasi kebijakan bidang peningkatan daya saing koperasi dan UMKM
KL 1 Paket Rekomen
dasi
1.167
2. Tersusunnya paket rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM
2. Jumlah paket rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing koperasi dan UMKM
KL 1 Paket Rekomen
dasi
333
5229 Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan
4.625
1. Tersusunnya paket rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
1. Jumlah paket rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
KL 2 Paket Rekomen
dasi
3.125
2. Tersusunnya paket rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ketenagakerjaan
2. Jumlah paket rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang ketenagakerjaan
KL 1 Paket Rekomen
dasi
1.050
3. Tersusunnya paket rekomendasi hasil pengendalian kebijakan di bid. ketenagakerjaan
3. Jumlah paket rekomendasi hasil pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang ketenagakerjaan
KL 1 Paket Rekomen
dasi
450
D. PENGELOLAAN DAN PENGUKURAN KINERJA D. 1. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing KUKM meliputi Penetapan Kinerja melalui penandatanganan dokumen
Perjanjian Kinerja, pengumpulan data kinerja, Pengukuran Data Kinerja, Pelaporan Kinerja,
serta Monitoring dan Evaluasi Kinerja secara periodik. Pelaksanaan pengumpulan data,
pelaporan, dan monitoring atas capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM dilakukan dalam Sistem Manajemen Kinerja secara
terintegrasi dan dapat diakses secara luas oleh publik melalui sistem aplikasi ekon-GO
(Evaluasi Kinerja Online-Gerai Otomatisasi), di laman situs http://kinerja.ekon.go.id.
Mekanisme pengelolaan kinerja diatur melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
20
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan
Peraturan Sekretaris Kementerian Koordinator Nomor 1 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Teknis Pengelolaan Kinerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
D.2 Pengukuran Kinerja Organisasi
Gambaran kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing KUKM Tahun 2019 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja sesuai dengan
Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019, yaitu dengan membandingkan antara realisasi
dengan target yang ditentukan di awal tahun.
Untuk mengukur tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM tahun 2019, dilakukan pengukuran terhadap
Capaian Kinerja Organisasi atau disebut Nilai Kinerja Organisasi (NKO). NKO adalah nilai
keseluruhan capaian sasaran unit yang bersangkutan dengan memperhitungkan seluruh
Indikator Kinerja Utama (IKU). NKO menunjukkan konsolidasi dari seluruh nilai sasaran
dari unit kerja. Status capaian NKO yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau,
ditentukan oleh besaran NKO tersebut. Status NKO ditentukan oleh nilai indeks sebagai
berikut:
Hijau Kuning Merah
NKO ≥ 100% 80% ≤ NKO < 100% NKO < 80%
Komponen Perhitungan NKO terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu:
i. Capaian IKU.
ii. Nilai Sasaran Strategis (NSS).
Proses penghitungan NKO dapat digambarkan dalam tahapan berikut ini:
Gambar 3.2
Proses Penghitungan NKO
1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Capaian IKU dihitung dengan membandingkan antara target dengan realisasi.
Adapun status Capaian IKU ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:
Hijau Kuning Merah
Indeks Capaian ≥ 100% 80% ≤ Indeks Capaian <
100% Indeks Capaian<
80%
Capaian IKU Nilai Sasaran
Strategis (NSS)
Nilai Kinerja
Organisasi (NKO)
Laporan Kinerja Tahun 2019
21
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Tabel 2.5 Indikator Kinerja yang bersifat Maximize
Berdasarkan target capaiannya, polarisasi IKU dibedakan menjadi 3, yaitu:
(1) Polarisasi Maximize
Pada polarisasi maximize kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang
lebih tinggi dari target. Contoh: Persentase Pertumbuhan Ekonomi
(2) Polarisasi Minimize
Pada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang
lebih kecil dari target. Contoh: Persentase Jumlah Temuan Pemeriksaan
(3) Polarisasi Stabilize
Pada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang
berada dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target atau Semakin
Stabil/sesuai dengan nilai target (tidak naik dan tidak turun) maka kinerja semakin
baik. Contoh: Persentase deviasi asumsi makro ekonomi.
Tahun 2019, dari 4 (Empat) Sasaran Program pada Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM, terdapat 4 (Empat) Indikator
Kinerja yang bersifat Maximize.
Sasaran Program/ Indikator Kinerja Utama Target 2019 Polarisasi A. Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 paket rekomendasi
Maximize
B. Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
1 paket rekomendasi
Maximize
C. Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 paket rekomendasi
Maximize
D. Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 paket rekomendasi
Maximize
Laporan Kinerja Tahun 2019
22
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
2. Nilai Sasaran Strategis (NSS)
NSS adalah nilai yang menunjukkan konsolidasi dari seluruh IKU di dalam satu
SS. Status capaian SS yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau ditentukan
oleh NSS. Status SS ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:
Hijau Kuning Merah
NSS ≥ 100% 80% ≤ NSS < 100% NSS < 80%
Penghitungan NSS Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
dan Daya Saing KUKM Tahun 2019 dilakukan atas dua sasaran sebagaimana
dilaporkan dalam tabel di atas, dengan besaran bobot yang sama pada setiap
sasaran.
E. PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2019 Pengukuran atas 4 (empat) Indikator Kinerja Utama dalam dokumen Perjanjian Kinerja
Tahun 2019, dilaksanakan dengan metodologi sebagai berikut:
Tabel 2. 6 Metode Pengukuran Indikator Kinerja Utama Tahun 2019
No. Indikator Kinerja Utama / Deskripsi IKU Target Satuan
1 Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 Paket
Rekomendasi
Deskripsi IKU: Paket Rekomendasi Kebijakan pengembangan e-Commerce adalah kumpulan rekomendasi hasil kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian implementasi Peraturam Presiden Nomor 74 Tahun 2017 guna mendukung capaian outcome terciptanya ekosistem perdagangan nasional berbasis elektronik, usaha pemula, pengembangan usaha, dan logistik yang terpadu/terintegrasi.
2 Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
1 Paket
Rekomendasi
Deskripsi IKU:
-
3 Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 Paket
Rekomendasi
Deskripsi IKU:
-
4 Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 Paket
Rekomendasi
Deskripsi IKU:
-
Laporan Kinerja Tahun 2019
23
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Laporan Kinerja Tahun 2019
24
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA TAHUN
2019
Pendekatan Analisis yang digunakan
dalam menilai keberhasilan capaian program,
dan kegiatan, serta hasil strategis adalah
seberapa besar capain-capaian tersebut dapat
diukur dan sesuai dengan perjanjian kinerja
yang telah ditetapkan.
Laporan Kinerja Tahun 2019
25
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
A. PROGRAM PRIORITAS DAN PROGRAM REGULER
TAHUN 2019
PP.4.1 PENGEMBANGAN E-COMMERCE DAN EKONOMI DIGITAL
Perpres No. 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik (SPNBE)
TUJUAN
Memberikan arah dan panduan strategis dalam percepatan pelaksanaan e-commerce
pada periode Tahun 2017-2019.
Terdapat 8 pilar utama dan 64 keluaran dengan status 54 keluaran telah selesai dan 8
keluaran tidak selesai.
Gambar 3.1: Capaian Roadmap e-Commerce
3 PROGRAM PRIORITAS 2019
▪ Dengan berakhirnya Perpres SPNBE per 31 Desember 2019 dan merujuk pada rancangan RPJMN 2020-2024, Tim Pelaksana telah melakukan evaluasi atas capaian final sekaligus menyepakati urgensi keberlanjutan SPNBE dalam wujud penyusunan strategi kebijakan ekonomi digital 2020-2024. ▪ Hasil rapat tim pelaksana tersebut telah dilaporkan kepada Bapak Menko selaku Ketua
Komite Pengarah (ND Tanggal 21 Januari 2020) dan direkomendasikan untuk disepakati lebih lanjut dalam forum rapat Komite Pengarah yang dipimpin oleh Bapak Menko
Koordinasi Kebijakan di Bidang E-Commerce
Penetapan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PMSE) Prinsip Pengaturan: Persamaan perlakuan, Perlindungan konsumen, dan Pengutamaan
pelaku usaha dan produk lokal
Penetapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik (PSTE)
Prinsip Pengaturan: Tata kelola data berdasarkan Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE), yaitu PSE Publik dan PSE Privat
Laporan Kinerja Tahun 2019
26
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Koordinasi Kebijakan E-commerce: di Tingkat Internasional
PP.4.2 KEMITRAAN EKONOMI UMAT
ASEAN COORDINATING COMMITTEE ON E-COMMERCE
❖ ASEAN AGREEMENT ON E-COMMERCE
Proses Ratifikasi: DPR Telah memutuskan ratifikasi ASEAN Agreement on E-Commerce melalui Undang-Undang
❖ DIGITAL INTEGRATION FRAMEWORK ACTION PLAN (DIFAP)
Urgensi:
Prinsip:
Mewujudkan integrasi ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara • Kerjasama Capacity building, Seamless trade, Pemberdayaan UMKM • Isu: data, arus informasi, logistik, keamanan siber, payment
Inisiatif untuk mendorong integrasi digital di ASEAN, terdiri dari 6 pilar integrasi.
JOINT STATEMENT INITIATIVES (JSI) ON E-COMMERCE DI WTO
• Diputuskan keikutsertaan Indonesia dalam pembahasan JSI on E-Commerce di WTO • Kementerian Luar Negeri (cq. Dit. Perdagangan, Komoditas, dan Kekayaan
Intelektual) menjadi focal point Indonesia dalam forum JSI on E-Commerce di WTO
Urgensi:
Prinsip:
Partisipasi Indonesia dalam penyusunan norm setting sektor e-commerce di level global • Posisi Indonesia selalu menjaga kesesuaian dengan kepentingan nasional
❖ KOORDINASI DOMESTIK
Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Komunitas Pesantren di SETC, Pasuruan, Jawa Timur yang diikuti 60 orang peserta calon wirausaha dari 4 pondok pesantren pada bulan Oktober 2019
Pelatihan dan pendampingan kegiatan Santripreneur dan Petani Muda berbasis Integrated Farming sebanyak 5 batch yang diikuti oleh 90 petani muda dan santri di Pondok Pesantren Pemberdayaan Umat Cibuntu, Bogor, kerja sama antara Medco Foundation dengan IPB pada bulan Januari, April, dan Agustus 2019
Pelatihan Calon Mekanik dan Wirausaha Bengkel Sepeda Motor dengan melibatkan 23 peserta dari 5 (lima) ormas Islam di Tangerang pada bulan Februari 2019
Pelaksanaan panen singkong pada lahan seluas ±170 Ha pada September 2019 di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, sebagai hasil dari kemitraan antara Mayora dengan Koperasi Mitra Santri Nasional (KMSN-MUI), Ponpes Al-Hikam, Ponpes Baitullah, dan Bank Sulselbar
Policy Paper “Kebijakan Program Kemitraan Ekonomi Umat 2018-2019: Capaian Implementasi Program/Kegiatan dan Evaluasi”
Launching fasilitas pengembangan usaha dan pasar UMKM berbasis digital “Tokopedia Center” di Kabupaten Kuningan, dengan melibatkan Pemda Kuningan dan 200 UMKM binaan pada bulan Februari 2019
• Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kewirausahaan Digital Terintegrasi/Santripreneur Go Online yang diikuti perwakilan 28 Pesantren dan 2 Ormas
• Kegiatan Pelatihan lifeskill yang diikuti perwakilan 45 pesantren
Laporan Kinerja Tahun 2019
27
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
PP.4.3 PENGEMBANGAN VOKASI
• Kegiatan Mitra Digital Tokopedia melibatkan 200.000 Pelaku UMKM • Santripreneur Go Online sebanyak 1 pesantren • Tokopedia Center di 37 titik lokasi
• Kegiatan Gojek Wirausaha melibatkan 2245 pelaku UMKM dan 1 ormas
Pelatihan “Santripreneur Go-online” Di Banyuwangi Bekerjasama Dengan Platform Digital Shopee Di Pondok Pesantren Nurul Quran Kabupaten Banyuwangi.
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Agama, dan Bukalapak tentang Program Peningkatan Kapasitas Kewirausahaan Digital bagi UMKM berbasis Komunitas Pesantren, serta implementasi pilot di PLUT KUMKM di Tasikmalaya.
Kebijakan Pengembangan Vokasi
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing SDM melalui Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, Kemenko Perekonomian hingga tahun 2019 telah :
Revitalisasi Kurikulum SMK Kerjasama Pemerintah Daerah
Output pelaksanaan Revitalisasi Kurikulum SMK antara lain:
244 Orang Guru mengikuti ToT peningkatan kapasitas mengajarkan materi hasil penyelarasan kurikulum
29 Industri terlibat dalam pelaksanaan Pilot Project
57 Orang Instruktur yang berasal dari industri maupun expert/ahli dilibatkan memberikan ToT
843 Orang Siswa terlibat dalam kelas pilot project yang dimulai tahun ajaran Juli 2019
20 Kurikulum telah disesuaikan dengan kebutuhan industri
9 Pemerintah Daerah terlibat dalam pelaksanaan Pilot Project
Telah direvisi Roadmap Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2019-2025, yang secara garis besar berfokus pada 3 poin yaitu, penyiapan tenaga kerja untuk sektor tertentu, fokus masing-masing pendidikan dan pelatihan vokasi, dan strategi pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi.
MoU kerjasama ToT guru produktif SMK Kopi PPN Tanjungsari dengan KT&G Korea (sudah dilakukan ToT 1 kali yang melibatkan 10 guru produktif)
Terbitnya Super Tax Deduction (PP No 45 tahun 2019 dan PMK Nomor 128 /PMK.010/2019) merupakan insentif pajak untuk mendorong keterlibatan industri dalam kegiatan vokasi.
Finalisasi Draft Buku Putih Kebijakan TVET Indonesia, Buku Putih ini akan menjadi landasan Strategi TVET Nasional dan pendirian Komite Vokasi Nasional.
Laporan Kinerja Tahun 2019
28
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
EKONOMI KREATIF
5 PROGRAM REGULER 2019
• Sinergi K/L dalam Implementasi Rencana Induk Pengembangan Ekonomi
Kreatif Nasional
Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018-2025 (Rindekraf) di Kota Yogyakarta, melibatkan K/L terkait, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas kreatif (Pentahelix),
Fasilitasi kegiatan penyusunan petunjuk teknis pedoman roadmap ekonomi kreatif daerah (leading Bekraf). Langka awal dilakukan di Yogyakarta sebagai target pilot project penyusunan roadmap ekonomi kreatif daerah.
• Penguatan Ekosistem Ekonomi Kreatif
Ditetapkan UU Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif pada
tanggal 24 Oktober 2019. Kemenko Perekonomian terlibat aktif dalam
penyusunan dan mendorong RUU Ekonomi Kreatif menjadi UU sejak
pembahasan internal Pemerintah sampai dengan pembahasan pada
Rapat Panitia Kerja dengan Komisi X DPR RI.
Salah satu prinsip pengaturan UU:
Kekayaan Intelektual: dalam upaya pengembangan industri/pelaku
ekonomi kreatif yang inovatif, mendorong prinsip IP Financing
sebagai salah satu alternatif agunan pembiayaan, menjadi
kebijakan nasional di sektor ekonomi kreatif melalui pengaturan
yang dimuat dalam UU 24 Tahun 2019.
Sebagai tindak lanjut PP penetapan KEK Singhasari, Kota Malang,
Kantor Kemenko Perekonomian menginisiasi rekomendasi untuk segera
dilakukan kerja sama antara pengelola KEK Singhasari dengan pihak
swasta dan akademisi dalam rangka mendorong penciptaan SDM
terampil dan memiliki kemampuan digital yang dihasilkan oleh KEK
Singhasari, sesuai dengan kebutuhan industri .
Laporan Kinerja Tahun 2019
29
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
PR.4.2 PENINGKATAN DAYA SAING KAWASAN
Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Berbasis Kemitraan 01
Fasilitasi kerjasama antara PT Astra International Tbk dengan Kementerian Desa PDTT dalam bentuk pitching program untuk pemetaan wilayah perdesaan yang sudah berkolaborasi dengan badan usaha startup, untuk di-scaling up usahanya melalui program CSR PT Astra International Tbk (melalui MoU antara Kementerian Desa PDTT dan PT Astra International Tbk)
Fasilitasi kegiatan kemitraan pengembangan pengolahan Minyak Atsiri di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, antara PT. Nares Essential Oil dengan masyarakat/BUMDES setempat dengan melibatkan Kementerian Desa PDTT dan Kementerian Pertanian.
Pengkoordinasian pelaksanaan Program CSR Kampung Berseri Astra-Desa Sejahtera (KBADS) dengan target 10 desa menjadi desa sejahtera dari 275 desa penerima program, melalui MoU antara Kemenko Perekonomian dengan PT. Astra International tentang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan Perdesaan dan Program Kemitraan Ekonomi Umat.
Pengembangan & Hilirisasi Pemanfaatan IPTEK 02
Focus Group Discussion (FGD) “Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan
Produk Hasil R&D dari Kawasan Sains dan Teknologi, Surabaya dengan beberapa hasil
rekomendasi :
1) Perlu ditetapkan satu STP yang ideal sebagai pilot implementasi pemanfaatan produk hasil R&D dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi kawasan.
2) Perlu didorong adanya proses matchmaking yang akan dilakukan dengan mensinergikan data hasil R&D potensial yang siap dikomersialisasikan dengan data potensi sumber daya maupun produk unggulan daerah.
Pengembangan Kota Kreatif 03
Rangkaian FGD dan Rapat Koordinasi, dengan beberapa hasil rekomendasi :
1) Perlu disusun kesepahaman dalam pengembangan dan pengelolaan kota kreatif,
termasuk NSPK yang disepakati oleh K/L, Pemda, dan stakeholder lain. NSPK
antara lain meliputi: (i) tahapan/proses, (ii) standar minimum, (iii) dukungan
kebijakan, (iv) insentif dan disinsentif.
2) Terbangunnya forum kelembagaan dan dialog, berupa tim/komite lintas sektor, yang
menjadi wadah untuk mengkonsolidasikan peran dan program terkait pembentukan
dan pengelolaan kota kreatif eksisting, termasuk pengembangan menuju jejaring
UNESCO Creative Cities Network/UCCN.
Laporan Kinerja Tahun 2019
30
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
01
02
03
PR.4.3 PENINGKATAN DAYA SAING KAWASAN
Sinergi Program K/L untuk Mendukung Wirausaha Sektor Pariwisata di Mandalika (NTB)
Dalam rangka mengurangi ketimpangan perekonomian di kawasan sekitar KEK Mandalika, telah disepakati beberapa dukungan program dari 15 Kementerian/Lembaga bersama dengan Bupati Lombok Tengah untuk mendorong peningkatan kualitas SDM dan Wirausaha berbasis potensi lokal Lombok.
Kementerian/Lembaga terkait:
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Evaluasi dan Monitoring Capaian Pengembangan Inkubator Wirausaha Tahun 2015 – 2018
Telah dilaksanakan evaluasi dan monitoring terhadap beberapa lembaga Inkubator Wirausaha, dengan hasil sebagai berikut:
Masih rendahnya jumlah dan kemampuan pengelolaan inkubator, khususnya bagi inkubator yang baru berdiri.
Proses pendampingan pada tenant terkendala dengan jauhnya lokasi inkubator serta sulitnya akses menuju lembaga inkubator.
Minimnya minat mahasiswa atau masyarakat umum khususnya di luar Pulau Jawa untuk berwirausaha dan dapat diinkubasi
143 Inkubator Wirausaha
108 Pengelola Inkubator
Kemenristek aktif memberikan program pendanaan
Rp.120 M anggaran pemerintah untuk pengembangan Inkubator Wirausaha
Dalam rangka menjalankan fungsi koordinasi pengembangan Inkubator Wirausaha (Perpres No 27 Tahun 2013), telah dilaksanakan monitoring capaian yang ditujukan kepada beberapa Kementerian/Lembaga terkait dan Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI). Hasil capaian:
Evaluasi dan Monitoring Pelaksanaan Program Hasil Pilot Project Pengembangan Kewirausahaan Sektor Pariwisata (Homestay dan Tour Guide) di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap 32 program yang dilaksanakan K/L, persentase capaian pelaksanaan program tersebut baru mencapai 81%. Kendala yang dihadapi rata-rata disebabkan oleh kendala anggaran dan belum tersedianya infrastruktur dasar untuk desa wisata.
Sebagai upaya tindak lanjut, disepakati untuk dilakukan sinergi program dukungan lanjutan berkoloborasi dengan K/L terkait lainnya. Sampai dengan akhir tahun 2019 telah terakomodir 19 program dari 10 K/L untuk dapat disepakati bersama melalui penandatangan komitmen.
Laporan Kinerja Tahun 2019
31
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
PR.4.4 BIDANG PENINGKATAN DAYA SAING KOPERASI DAN UMKM
• Sinergi Program Pembinaan UMKM
Bermaksud untuk mensinergikan program-program pembinaan UMKM yang tersebar di berbagai K/L. Tujuannya adalah agar program pembinaan tersinergi dalam suatu klaster dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan UMKM.
Capaian: Sentra IKM Rendang Payakumbuh: Telah terlaksana berbagai koordinasi seperti FGD, rakor dan monev. Mulai produksi pada bulan Juli 2019 dengan kapasitas 1 ton/hari dan Total Omzet Sentra IKM mencapai Rp 227,563,353/Hari, dengan tenaga kerja 279 orang. Pengembangan Klaster UMKM Rumput Laut: Telah terlaksana berbagai koordinasi seperti FGD, rakor dan monev. Sebagai Tinlak implementasi Perpres 33/2019. Telah dilaksanakan FGD sebagai titik awal sinergi program pembinaan K/L yang sudah mulai dijalankan pada akhir tahun 2019
Pengembangan UMKM Cibaduyut: Telah dilaksanakan FGD dengan berbagai pemangku kepentingan terkait yang membahas tentang kondisi sentra cibaduyut mencakup struktur kondisi alam (jalan, dll), sumber bahan baku, potensi pasar dan kemitraan, serta berbagai hal terkait guna memunculkan program-program pembinaan, fasilitasi maupun pelatihan yang tepat sasaran
• Koordinasi Pengalihan Kewenangan Pengesahan Koperasi melalui Online Single
Submission (OSS)
Bertujuan agar masa transisi pelaksanaan pengalihan kewenangan pengesahan koperasi dari Kementerian KUKM kepada Kementerian Hukum dan HAM dapat berjalan dengan baik sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tangal 21 Juni 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Capaian: ✓ KemenkumHAM telah menerbitkan PermenkumHAM Nomor 14 Tahun 2019 tanggal 21
Juni 2019 tentang pengesahan koperasi dan diundangkan tanggal 28 Juni 2019 yang mulai berlaku setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak diundangkan
✓ Cut off pengalihan kewenangan pengesahan koperasi telah dilaksanakan pada tanggal 28 September 2019
• Koordinasi Deregulasi Dan Harmonisasi Kebijakan Bidang Koperasi
Bertujuan untuk mengharmonisasi regulasi dan kebijakan bidang koperasi sehingga dapat meningkatkan peran koperasi dalam perekonomian Capaian: ✓ Koordinasi perubahan PermenKUKM 11/2018 tentang Perizinan USP Koperasi
diharmonisasikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dengan hasil: (i) perubahan persyaratan perizinan menjadi dokumen elektronik, (ii) penghapusan kewajiban persyaratan persetujuan dari Pemda dalam pembukaan kantor cabang dan kantor cabang pembantu
✓ Koordinasi perubahan Permenakertrans 19/2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain
Laporan Kinerja Tahun 2019
32
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
01
02
03
04
PR.4.5 BIDANG KOORDINASI KETENAGAKERJAAN
Kemenko Perekonomian bekerjasama dengan World Bank menyusun Informasi
Pasar Kerja yang disebut Skill Monitoring System, kegiatan ini telah menghasilkan 35
Critical Occupation List berdasarkan pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh
Perusahaan namun susah terisi.
Evaluasi Perpres No. 20/2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja untuk
mempercepat integrasi sistem TKA online Kemnaker dengan Keimigrasian dan
Pemda terkait.
Selain itu, juga telah diluncurkan Kepmenaker No 228 tahun 2019 tentang Jabatan
Tertentu yang dapat di Duduki oleh Tenaga Kerja Asing bertujuan untuk
merelaksasi tenaga kerja di Indonesia
Implementasi PP No. 78/2015 tentang Pengupahan
(Formula UM masuk menjadi substansi dalam Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja)
Penyusunan aturan turunan UU No. 18/2017 tentang Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia :
▪ Permenaker 10/2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Perusahaan
Penempatan Pekerja Migran Indonesia
▪ Permenaker 9/2019 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran
Indonesia
Laporan Kinerja Tahun 2019
33
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
B. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Tahun 2019 Penilaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
KUKM dilakukan dengan menghitung capaian atas Nilai Kinerja Organisasi (NKO) di tahun 2019.
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui perbandingan antara realisasi kinerja dengan
target yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Mekanisme penghitungan Nilai
Kinerja Organisasi (NKO) diatur di dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja di atas, diperoleh Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM untuk Tahun 2019
adalah sebesar 100%, dengan kategori “Memenuhi Ekspektasi”.
Tabel 3. 1 Nilai Kinerja Organsiasi (NKO) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, Dan Daya Saing KUKM Tahun 2019 Sasaran Program Indikator Kinerja Output Fisik %
Capaian IKU
% Capaian
NSS Target Realisasi
Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100% 100%
Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100% 100%
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100% 100%
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100% 100%
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Tahun 2019 100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
34
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
C. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2019
Sasaran Program 1 (SS-1) Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Dalam pencapaian sasaran strategis “Terimplementasinya Peta Jalan
Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik”, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, Dan Daya Saing KUKM Koordinator Bidang Perekonomian
mengindentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), sebagaimana dilaporkan dalam
tabel di bawah ini.
I
K
U
1
IKU1 : Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional Berbasis Elektronik
Pemanfaatan teknologi digital dalam kegiatan perekonomian sudah menjadi keniscayaan.
Kehadiran e-commerce, financial technology (fintech), dan on-demand services telah membuka
peluang usaha baru, memperluas pasar, dan mendorong inklusivitas. Melalui pendekatan
sharing economy, Gojek yang tidak memiliki armada kendaraan telah menjadi penyedia ride-
hailing terbesar di Indonesia. Kehadiran start-up telah mendisrupsi sebagian proses dan bahkan
keberlangsungan bisnis konvensional. Kondisi ini sangat dirasakan di sektor perdagangan.
No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisa
si
%
Kinerja
1 Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta
Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik ;
1 1 100%
Nilai Kinerja Sasaran Strategis 1 (NSS-1) 100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
35
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Tuntutan untuk segera menyesuaikan diri dan terus berinovasi semakin tinggi. Sebagai
respon terhadap pesatnya perkembangan e-commerce, pemerintah mengeluarkan Paket
Kebijakan Ekonomi XIV tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
(SPNBE) atau Road Map e-Commerce pada bulan November 2016. Peta Jalan tersebut
bertujuan untuk membangun pranata dan ekosistem perniagaan yang lebih efisien melalui tujuh
langkah, yaitu (i) mempermudah dan memperluas akses pendanaan; (ii) memberikan insentif
perpajakan; (iii) memberikan perlindungan konsumen; (iv) meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia; (v) meningkatkan sistem logistik nasional (SISLOGNAS); (vi) mempercepat
pembangunan infrastruktur komunikasi; dan (vii) meningkatkan keamanan siber. Sebagai tindak
lanjut Paket Kebijakan Ekonomi XIV, pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Presiden
(Perpres) No. 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik (Road Map e-Commerce) Tahun 2017-2019. Penyusunan Perpres sudah dimulai
sejak tahun 2015 dan diundangkan pada tanggal 3 Agustus 2017. Sebagaimana dijelaskan
dalam Perpres No. 74 Tahun 2017, Peta Jalan e-Commerce bertujuan untuk memberikan arah
dan panduan strategis dalam percepatan pelaksanaan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik (SPNBE) Tahun 2017-2019, serta berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah untuk
menetapkan kebijakan sektoral dan rencana tindak dalam rangka percepatan pelaksanaan
SPNBE. Peta Jalan berisi 62 rencana aksi yang dikelompokkan ke dalam delapan pilar, yaitu
tujuh pilar yang merupakan komponen ekosistem digital dan satu pilar manajemen pelaksana
yang mengorganisasikan pelaksanaan teknis Peta Jalan. Selama pelaksanaan peta jalan
periode 2017-2019 tidak hanya menghasilkan keluaran namun juga pembelajaran yang penting
untuk dipahami bersama terutama dalam mengembangkan ekonomi digital. Pembelajaran
dimaksud adalah sebagai berikut: (i) pola pikir, visi & peran pemerintah; (ii) evaluasi; (iii) data;
(iv) kolaborasi dengan pelaku usaha; (v) peran koordinator; (vi) regulasi yang agile; dan (vii)
sinkronisasi kebijakan & sinergi program.
Implementasi Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) pada periode Tahun 2017-2019 telah
memasuki periode akhir. Dengan adanya berbagai persoalan baru mengenai pengembangan e-
commerce hingga meluasnya isu ekonomi digital, Perpres No. 74 Tahun 2017 dirasa belum
memadai untuk menjadi grand design e-commerce karena hanya berisi rencana aksi dengan
jangka waktu penyelesaian yang pendek dan isu yang tidak update serta arah kebijakan yang
masih bersifat parsial dan beberapa regulasi dalam tahap peralihan. Selain itu, Indonesia belum
memiliki kebijakan dan strategi nasional terkait pengembangan ekonomi digital yang
komprehensif dan terintegrasi, sementara Indonesia dituntut untuk bergerak cepat termasuk
dalam membangun kerjasama dengan negara lain dalam membangun ekonomi digital di global.
Pentingnya perumusan Strategi Nasional Ekonomi Digital untuk dapat menjadi payung
kebijakan dan memberikan arah pengembangan ekonomi digital Indonesia ke depannya.
Tahapan penyusunan framework awal strategi ekonomi digital adalah :
1. Eksplorasi Konteks;
2. Identifikasi Stakeholders; dan
3. Audiensi Kementerian/Lembaga (K/L).
Laporan Kinerja Tahun 2019
36
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Dalam rangka perwujudan penyusunan strategi nasional ekonomi digital memiliki target
kinerja sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi, maka target capaian yang perlu dicapai
tersusunnya framework awal strategi ekonomi digital.
1. Penyelesaian Implementasi Perpres No. 74 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional Berbasis Eleketronik (SPNBE)
Implementasi Peraturan Presiden No 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) pada periode Tahun
2017-2019 telah memasuki periode akhir. Dalam Road Map e-Commerce tersebut
terdapat 8 pilar dengan 62 keluaran, sampai dengan berakhirnya masa Perpres, output
Road Map e-Commerce yang tercapai, yaitu: 54 output telah selesai dan 8 output tidak
selesai. Adapun output Road Map e-Commerce tersebut yang tidak terselesaikan tepat
waktu, di antaranya: (i) perpajakan; (ii) perlindungan konsumen; (iii) infrastruktur; (iv)
logistik; dan (v) keamanan siber. Penyelesaian capaian output dilakukan dengan cara
melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga (K/L) teknis terkait.
Laporan Kinerja Tahun 2019
37
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Gambar 3.1 Capaian Roadmap e-Commerce
Berkaitan dengan proses monitoring dan evaluasi implementasi Roadmap e-Commerce,
terdapat beberapa pembelajaran yaitu:
i. Leveling keluaran berbeda-beda, dimana output dari Perpres tidak seragam, beberapa
dari K/L mengeluarkan dalam bentuk regulasi namun ada pula yang berbentuk program
kerja dan bahkan buku panduan, diharapkan kedepan terjadi kesepahaman dan sinergi
antara output yang dikeluarkan oleh K/L terkait sehingga pengembangan ekonomi
digital lebih terukur;
ii. Pemahaman Kementerian/Lembaga yang tidak setara, definisi yang baru serta luasnya
ekonomi digital membuat K/L belum mempunyai keseragaman, hal ini berimplikasi
terhadap kebijakan dan pembagian tugas yang tidak terarah dengan jelas, proses
pengembangan menjadi terhambat karena ada beberapa K/L yang sudah sangat fasih
namun dilain sisi terdapat juga K/L yang belum mengerti mengenai isu tersebut;
iii. Tidak ada alat ukur dari keluaran Road Map E-Commerce, tidak adanya tolak ukur
yang standar membuat berbagai output tidak dapat terukur, sehingga output menjadi
hanya seperti to-do list tanpa memiliki strategi makro yang jelas;
iv. Isu yang meluas kearah ekonomi digital, hasil pembelajaran dari Kemenko
Perekonomian, menemukan bahwa saja pilar-pilar yang ada di Pepres SPNBE belum
memuat berbagai isu baru yang berkembang, seperti halnya: i) data; ii) teknologi
terbarukan (AI, IOT, Cloud Computing); iii) digitalisasi sektor primer; iv) dll.
Sebagai tindak lanjut, Tim Pelaksana telah melakukan Rapat Koordinasi Capaian
Dan Rencana Tindak Lanjut Perpres 74 Tahun 2017-2019 pada tanggal 16 Desember
2019. Hasil rapat tersebut menyimpulkan, bahwa diperlukan waktu tambahan untuk
penyelesaian capaian ouput Road Map e-Commerce tersebut sehingga dilakukan carry-
over output yang pada program selanjutnya dan juga urgensi dibentuknya framework
Strategi Nasional Ekonomi Digital.
Laporan Kinerja Tahun 2019
38
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
2. Koordinasi Kebijakan di Bidang E-Commerce
Dalam mendukung pengembangan e-commerce nasional diperlukan peraturan
tentang perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce). Sehingga dengan adanya
peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha dan
perlindungan bagi kepentingan konsumen. Dalam hal ini Kemenko Perekonomian telah
berperan aktif dalam mendorong penetapan peraturan-peraturan terkait, dengan
melakukan berbagai kegiatan dengan K/L terkait, mulai dari proses focus group
discussion, rapat koordinasi, hingga audiensi. Peraturan yang telah ditetapkan yaitu:
i. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PMSE) Peraturan Pemerintah (PP) No. 80 Tahun 2019 tentang
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) ditetapkan pada tanggal 20 November
2019 dan mulai berlaku pada tanggal 25 November 2019. PP PMSE diperlukan untuk
memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha dan perlindungan bagi kepentingan
konsumen. PP PMSE membagi pelaku usaha menjadi 2 (dua) bentuk yakni: Pelaku
Usaha Dalam Negeri dan Pelaku Usaha Luar Negeri yang masing-masing pelaku
usaha tersebut meliputi tiga jenis, yakni: (i) Pedagang (merchant); (ii) Penyelenggara
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dan (iii) Penyelenggara Sarana
Perantara (PSP). Focal Point dari PP ini adalah Kementerian Perdagangan.
ii. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik (PSTE)
Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik (PSTE) yang merupakan pengganti dari PP No. 82 Tahun 2012.
PP No. 71 Tahun 2019 mulai ditetapkan tanggal 4 Oktober 2019 dan mulai berlaku pada
tanggal 10 Oktober 2019. Salah satu tujuan penyusunan PP ini ialah untuk mendorong
pembentukan ekosistem ekonom digital yang kondsif. Perubahan mendasar PP PSTE
mengatur tentang tata kelola pusat data baik dari segi pengelolaan, pemrosesan, dan/atau
penyimpanan data yang dikategorikan dengan pendekatan lingkup publik atau privat.
Focal Point dari PP ini adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika.
3. Koordinasi Kebijakan E-Commerce di Tingkat Internasional
Gambar 3.2: Kerjasama Internasional ACCEC
Dalam upaya pengembangan e-commerce nasional Kemenko Perekonomian juga
turut serta aktif pada forum internasional. Hal ini juga diandasi oleh perkembangan dan
menguatnya isu e-commerce hingga ekonomi digital pada ranah internasional, berbagai
Perundingan
ASEAN
Agreement on E-
Commerce
Penandatanganan
ASEAN
Agreement on E-
Commerce
Penyampaian
Dokumen Pra-
ratifikasi dan
Pembahasan dengan
DPR
Proses Pra-
ratifikasi
Laporan Kinerja Tahun 2019
39
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
perjanjian telah memuat dokumen e-commerce tersendiri diluar dari perjanjian
perdagangan dan teknologi. Hasil dari beberapa perundingan internasional yang dilakukan
oleh Kemenko Perekonomian, terdapat isu yang selalu dibahas dan harus dijawab dalam
perundingan internasional selanjutnya, beberapa isu tersebut antara lain: i) cross border
data flow ii) location of computing facilities iii) import dutties . Dalam setap perundingannya
Kemenko Perekonomian selalu aktif dalam mengoordinasikan K/L dan otoritas terkait
seperti: Kemenlu, Kemndag, Kominfo, Kemenkeu, BSSN, BI, dll. Sampai saat ini Kemenko
Perekonomian terlibat dalam dua perundingan internasional, yaitu:
i. ASEAN COORDINATING COMMITTEE ON E-COMMERCE
Kemenko Perekonomian berperan sebagai
focal point. Pada forum tersebut dihasilkan
perjanjian kerja sama ASEAN mengenai e-
commerce (ASEAN Agreement on e-Commerce)
dengan urgensi mewujudkan integrasi ekonomi
digital di kawasan Asia Tenggara. Saat ini proses
perjanjian kerjasama tersebut sudah sampai tahap
pra-ratifikasi. Dokumen pra-ratifikasi ASEAN
Agreement on e-Commerce telah ditandatangani
oleh 10 (sepuluh) negara anggota ASEAN pada
tanggal 22 Januari 2019, Di Hanoi Vietnam.
Dokumen pra-ratifikasi ASEAN Agreement on e-Commerce tersebut telah disampaikan
Pemerintah Indonesia kepada DPR dan telah dilakukan pembahasan bersama pada
tanggal 18 November 2019. DPR telah memutuskan ASEAN Agreement on e-Commerce
untuk ditetapkan melalui Undang-Undang.
Isi perjanjian kerja sama ASEAN mengenai e-commerce
1. ASEAN Agreement on E-Commerce adalah implementasi dari Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) 2025 untuk meningkatkan kerjasama negara anggota di bidang e-commerce.
2. Perjanjian ini terdiri dari 19 artikel, dengan beberapa artikel terkait akses pasar, antara lain cross border transfer of information (art. 7.4), location of computing facilities (art. 7.6) dan electronic payment (art. 9). Ketentuan ini mewajibkan seluruh negara anggota ASEAN untuk tidak membatasi perpindahan data antar negara, tidak mensyaratkan lokalisasi computing facilities, dan mendorong sistem pembayaran elektronik yang aman, efisien, dan interoperable. Akan tetapi, terdapat beberapa pengecualian untuk tetap memberi ruang bagi kebijakan nasional masing-masing negara.
3. Isu customs duties yang mengatur pengenaan bea masuk untuk produk yang diperdagangkan melalui electronic transmission belum dimasukkan ke dalam Perjanjian ini karena negara anggota belum sepaham atas definisi electronic transmission dan mekanisme pemungutan bea masuknya. Negara anggota sepakat menjaga komitmen Moratorium WTO dan menyerahkan pembahasannya pada ASEAN Working Group on Customs.
Pada pertemuan ASEAN Coordinating Committee on E-Commerce (ACCEC) tanggal 6 November
2018, negara anggota yang menyatakan siap menandatangani Perjanjian adalah Indonesia, Kamboja,
Laporan Kinerja Tahun 2019
40
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Laos, Malaysia dan Singapura, namun delegasi yang sudah memiliki full power baru Indonesia,
Kamboja, dan Laos. Negara lainnya masih dalam tahap menyiapkan proses domestik.
ii. JOINT STATEMENT INITIATIVES (JSI) ON E-COMMERCE di WTO
Perundingan internasional juga telah masuk
sampai tahap plurilateral di WTO. Perundingan ini
telah diikuti oleh berbagai negara di dunia mulai dari
negara berkembang hingga negara maju sehingga
urgensi mengikuti perundingan ini, Indonesia dapat
berpartisipasi akrif dalam penyusunan norm setting
sektor e-commerce di level global. Sampai dengan
saat ini posisi Indonesia telah memutuskan untuk ikut
serta dalam pembahasan JSI on E-Commerce
dengan menetapkan Kementerian Luar Negeri sebagai focal point.
4. Penyusunan Framework Strategi Nasional Ekonomi Digital
a) Konsep awal framework ekonomi digital
Kerangka dalam strategi pengembangan ekonomi digital nasional disusun sejalan
dan sesuai dengan visi pemerintah dalam pembangunan jangka panjang nasional.
Pada dasarnya kerangka ini merupakan pengembangan dari hasil tindak lanjut dan
pembelajaran dari implementasi Roadmap E-Commerce, yang dibedakan menjadi
visi , target, strategi, program utama dan program dasar sebagai berikut:
Gambar 3.3 Konsep Awal Framework Ekonomi Digital
Laporan Kinerja Tahun 2019
41
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Dalam perumusan Framework Pengembangan Ekonomi Digital, hal yang paling penting
untuk menguraikan terlebih dahulu visi dari pengembangan ekonomi digital tersebut. Visi
pengembangan ekonomi digital Indonesia dalam hal ini ialah mewujudkan Indonesia yang
Maju, Adil dan Makmur dan yang mampu Menjadi Pusat Ekonomi Digital Asia, yang juga
sejalan dengan visi yang ada dalam RPJMN. Lebih jauh, beberapa Kementerian/Lembaga
pun tengah menyusun rencana strategis (Renstra) yang tidak lepas dari pemanfaatan
digital. Adapun, tujuan dari Renstra maupun inisiatif utama mereka tidak lepas dari upaya
mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi (lebih jauh, beberapa
Kementerian/Lembaga pun tengah menyusun rencana strategis (Renstra) yang tidak lepas
dari pemanfaatan digital. Tujuan dari Renstra maupun inisiatif utama mereka tidak lepas
dari upaya mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi digital di Asia. Berbagai inisiatif
yang disusun oleh Renstra dibentuk untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital yang
didorong oleh berbagai sektor (yang pada dasarnya bergantung kepada fokus sektor dari
masing-masing kementerian/lembaga tersebut).
Target Capaian dan Indikator Utama
Target yang hendak dicapai dari pengembangan ekonomi digital nasional dibedakan
menjadi tiga target capaian, yaitu:
1) Dalam hal infrastruktur digital, melalui peningkatan indeks infrastruktur digital, dengan
indikator berupa peningkatan aksesibilitas, jangkauan, keterbukaan, teknologi dan
keamanan infrastruktur digital;
2) Untuk pemanfaatan digital, melalui peningkatan manfaat digital, indikator berupa
peningkatan manfaat digital secara nasional, inklusi, inovasi, efisiensi sektoral, dan
terkontrolnya resiko yang muncul dari teknologi digital;
3) Dalam hal pengguna digital, melalui peningkatan pengguna digital, indikator berupa
peningkatan kapasitas konsumen, literasi digital dan keuangan, perlindungan digital
masyarakat pengguna, baik selaku pekerja, pelaku usaha maupun ASN.
Strategi Utama& Program Utama
Secara garis besar, strategi utama dalam kerangka Strategi Pengembangan Ekonomi
Digital Nasional disusun berdasarkan target capaian dan indikator utama yang kemudian
Eksplorasi Konteks
Framework Identifikasi Stakeholder
Audiensi K/L
Integrasi Strategi ke dalam RPJMN
Laporan Kinerja Tahun 2019
42
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
dapat mendorong tercapainya visi dari pengembangan ekonomi digital. Program utama
dibedakan berdasarkan strategi utama yang ingin dicapai sebagai indikator utama dalam
rangka mencapai target, yaitu:
STRATEGI UTAMA PROGRAM UTAMA Pengembangan infrastruktur digital
a. Pengembangan Infrastruktur Internet;
b. Pengembangan Infrastruktur Identitas Digital;
c. Pengembangan Infrastruktur Keuangan Digital; dan
d. Pengembangan Infrastruktur eLogistik.
Pengembangan transformasi digital
a. Penyiapan Kepemimpinan Transformasi;
b. Perluasan Inisiatif Transformasi;
c. Percepatan Proses Transformasi; dan
d. Pemantauan Dampak atau Pengelolaan Resiko dari Transformasi.
Peningkatan pengguna digital a. Peningkatan Kapasitas Konsumen;
b. Peningkatan Literasi Keuangan Digital;
c. Peningkatan Literasi Digital; dan
d. Peningkatan Perlindungan Digital
Tabel 3.1 Stategi dan Program Utama Pengembangan Ekonomi Digital Nasional
Strategi Dasar Penguatan Ekosistem Analog
Implementasi strategi utama guna memenuhi indikator utama dan mencapai target capaian
untuk strategi pengembangan ekonomi digital tersebut di atas tidak lepas dan harus didukung
dengan strategi dasar berupa penguatan ekosistem analog. Manfaat yang dihasilkan oleh
teknologi tidak lepas dari resiko yang timbul akibat teknologi. Yang dimaksud dengan
komplemen analog ini ialah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam memaksimalkan manfaat dari
teknologi, dan di saat yang sama, mengantisipasi resiko yang timbul dari teknologi.
Teknologi memang dapat mempercepat inklusivitas maupun meningkatkan produktivitas suatu
kegiatan usaha tetapi pemanfaatan teknologi yang ada tidak lepas dari keputusan maupun
penilaian dari manusia. Hal seperti itulah yang dimaksud dengan komplemen analog yang tidak
lepas dari pemanfaatan teknologi digital. Adapun, komplemen analog yang dimaksud,
mencakup:
1) Penguatan Regulator, Regulasi dan e-Government;
Regulasi tetap merupakan hal yang penting dalam menjamin keseimbangan antara inovasi yang
ada dan risiko yang timbul dari inovasi tersebut. Regulasi dibutuhkan untuk menciptakan
iklim kegiatan usaha yang mendukung, bahkan mendorong persaingan usaha yang sehat antar
pelaku usaha sehingga inovasi terus berjalan. Dalam rangka mencapai kondisi demikian,
dibutuhkan regulator yang paham dan mampu mengikuti dinamika industri maupun
perkembangan teknologi yang ada. Penguatan salah satu peran dari pemerintah selaku
regulator pun menjadi dibutuhkan. Lebih jauh lagi, pemerintah pun perlu terus meingkatkan
proses pelayanan dari lembaga pemerintahan kepada masyarakat sehingga e-Government juga
merupakan media yang dapat mengontrol dan memantau pelayanan yang dilakukan
pemerintah, termasuk bentuk pelayanan yang timbul dari regulasi yang berlaku.
2) Peningkatan Digital Human Capital; dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
43
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Peningkatan Digital Human Capital ini termasuk peningkatan edukasi dan literasi
konsumen, serta keterampilan dari tenaga kerja, wirausaha maupun aparatur sipil negara untuk
turut serta mengambil peran dalam pemanfaatan teknologi sebab pemanfaatan teknologi
tersebut tidak lepas dari keputusan dan penilaian manusia, sebagaimana yang telah
disampaikan sebelumnya. Inovasi pun berawal dari keputusan dan penilaian manusia
untuk membuat solusi atas suatu permasalahan.
3) Penguatan Institusi dan Kelembagaan.
Kelembagaan dan institusi yang akuntabel penting agar pemanfaatan teknologi digital
tersebut dapat menggapai oleh seluruh kalangan masyarakat, baik di kota maupun di
pedesaan, untuk diberdayagunakan agar masyarakat dapat turut serta mengambil potensi yang
ada.
Sasaran Program 2 (SS-2) Tersusunnya Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Dalam pencapaian sasaran strategis “Tersusunnya Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi
dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi”, Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Dan Daya Saing KUKM Koordinator
Bidang Perekonomian mengindentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU),
sebagaimana dilaporkan dalam tabel di bawah ini.
IKU 1 : Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi merupakan langkah strategis yang
dapat dilakukan Pemerintah dalam rangka peningkatan kapasitas SDM. Berdasarkan
Rapat Terbatas, arahan Presiden menyatakan bahwa pemerintah harus bisa menjadikan
260 juta penduduk Indonesia sebagai sebuah kekuatan besar untuk mendukung
akselerasi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan kemajuan bersama. Adapun Dua
kunci utama Pembangunan SDM yaitu: i) Perbaikan sistem pendidikan, utamanya
revitalisasi sistem pendidikan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan industri dan
perkembangan teknologi; dan ii) Peningkatan keterampilan para pekerja dan pencari kerja,
misalnya peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan program sertifikasi sudah
berjalan dengan baik.
No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisa
si
%
Kinerja
1 Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan
Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi ;
1 1 100%
Nilai Kinerja Sasaran Strategis 1 (NSS-1) 100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
44
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Berdasarkan hasil Ratas diatas, Kemenko Perekonomian menindaklanjuti dengan
merumuskan hal-hal yang dibutuhkan Indonesia ke depan terkait pembangunan SDM
seperti: i) Kebutuhan akan jumlah SDM yang ada; ii) Lokasi atau daerah yang
membutuhkan SDM; iii) Strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas SDM;
dan iv) K/L yang melaksanakan strategi pembanguan SDM tersebut.
Setelah Ratas tersebut, Kemenko Perekonomian diberikan tugas dalam menjalankan
kebijakan pengembangan vokasi di Indonesia. Adapun tugas Kemenko Perekeonomian
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kebijakan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi secara
Nasional
2. Mendorong keterlibatan industri
3. Mendorong pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi secara masif dan
scalable
4. Menyiapkan lembaga vokasi secara nasional yang didahului dengan membentuk
komite vokasi yang terdiri dari K/L terkait, dan KADIN
Berdasarkan tugas Kemenko Perekonomian diatas, Asisten Deputi Ketenagakerjaan
selaku unit kerja di Kemenko Perekonomian yang menjadi pelaksana kebijakan
pengembangan vokasi.
Pengukuran capaian IKU Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi pada Triwulan IV telah mencapai target
yang ditetapkan. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi hasil koordinasi, telah dihasilkan
dan ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga teknis, diantaranya berupa rekomendasi
kebijakan sebagai berikut:
1) Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi Dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan Dan Pelatihan Vokasi
A. Rekomendasi Kebijakan Pilot Project Revitalisasi Smk/Blk Kerjasama Dengan 9 Pemerintah Daerah;
Jumlah pengangguran di Indonesia saat ini mencapai angka 5,34% atau + 7 juta
jiwa. Ironisnya dari total jumlah pengangguran tersebut sebanyak 28% diantaranya
merupakan pengangguran yang berasal dari lulusan vokasi, dimana seharusnya mampu
langsung terserap dunia kerja. Kontribusi pengangguran lulusan vokasi (SMK) yang
cukup besar tersebut disebabkan masih adanya mismatch antara lulusan sekolah vokasi
dengan dunia industri sebesar 50% (BPS, 2018).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Bapak Presiden telah memberikan
arahan untuk segera meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.
Terakhir pada Ratas tanggal 21 November 2018, beliau memberikan arahan bahwa
terdapat dua kunci utama dalam membangun SDM, yaitu: (i) Perbaikan sistem
pendidikan, utamanya revitalisasi sistem pendidikan vokasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan industri dan perkembangan teknologi; dan (ii) Peningkatan keterampilan para
pekerja dan pencari kerja, misalnya peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan
program sertifikasi.
Menko Perekonomian diminta oleh Presiden untuk mengkoordinasikan kebijakan
pengembangan vokasi di Indonesia (Ratas, tanggal 7 Februari 2017). Sejalan dengan hal
tersebut, Kemenko Perekonomian telah menyusun Roadmap Kebijakan Pengembangan
Laporan Kinerja Tahun 2019
45
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Vokasi di Indonesia 2019-2025, yang dapat dijadikan pedoman bagi
Kementerian/Lembaga dan juga stakeholders terkait dalam mengembangkan pendidikan
dan pelatihan vokasi.
Beberapa upaya pengembangan vokasi telah dilakukan Kemenko Perekonomian,
diantaranya melalui pilot project revitalisasi SMK Kurikulum Kopi di SMK PPN Tanjung
Sari, Sumedang, yang merupakan SMK jurusan Kopi pertama di Indonesia dengan
program pembelajaran dari hulu ke hilir, dan selama masa pembelajaran 3 tahun siswa
akan mendapatkan ijazah dan 6 sertifikat kompetensi. Selanjutnya adalah pilot project
revitalisasi BLK Kulon Progo untuk penyiapan SDM New Yogyakarta International Airport
(NYIA), dimana BLK Kulon Progo merupakan BLK pertama yang menyelenggarakan
program pelatihan kebandarudaraan (ground handling). Ke depannya telah direncanakan
untuk pelatihan kebandarudaraan yang levelnya lebih tinggi.
Rakor menyepakati akan mendukung dan siap melaksanakan pilot project tersebut,
dan disepakati pula pilot project akan dikembangkan berdasarkan pada
keunggulan/potensi daerah dan sudah memiliki mitra industri. Selanjutnya telah
diselenggarakan pula Rakor Tingkat Eselon I pada tanggal 15 Januari 2019 guna
membahas persiapan pelasanaan pilot project.
Berdasarkan hasil rapat-rapat koordinasi tersebut, telah disepakati bahwa pilot
project revitalisasi SMK dan BLK akan dilaksanakan di 9 provinsi, mencakup 7 sektor yaitu
(i) agribisnis, (ii) pariwisata, (iii) manufaktur, (iv) pertambangan, (v) seni dan industri
kreatif, (vi) ekonomi digital, dan (vii) kemaritiman, dan diikuti oleh 20 SMK dan 1 BLK yang
terbagi kedalam 20 kompetensi yaitu:
No. Provinsi SMK/BLK Sektor Kompetensi
1 Sumatera Utara SMKN 1 Sidikalang Pariwisata Usaha Perjalanan
Wisata
2 Sumatera Utara SMKN 1 Kotanopan Agribisnis Kopi
3 Kepulauan Riau SMKN 1 Batam Manufaktur Elektronika Industri
4 Kepulauan Riau SMKN 5 Kota Batam Manufaktur Pengelasan Kapal
5 Kepulauan Riau SMKN 6 Kota Batam Manufaktur Pemesinan
6 Lampung BLK Daerah Agribisnis Kopi
7 Jawa Barat SMKN 13 Garut Agribisnis Teh
8 Jawa Barat SMKN 3 Tasikmalaya Seni dan
Industri Kreatif
Kriya Logam dan
Perhiasan
9 Jawa Tengah SMKN 2 Jepara Seni dan
Industri Keratif
Seni Ukir
10 Jawa Tengah SMKN 3 Magelang Pariwisata Fashion
11 Jawa Timur SMK Muhammadiyah
Gondang legi
Manufaktur Mekatronik
12 Jawa Timur SMKN 5 Bojonegoro Pertambangan Migas
13 Jawa Timur SMK NU Plus Sidoarjo Ekonomi
Digital
Animasi 3D
14 Jawa Timur SMKN 4 Malang Ekonomi
Digital
Grafika Digital
15 Jawa Timur SMKN 11 Malang Ekonomi
Digital
Cloud Computing
Laporan Kinerja Tahun 2019
46
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Tabel 3.2 Daftar Pilot Project Revitalisasi SMK dan BLK
Daftar SMK/BLK Pilot Project dengan 9 Pemerintah Daerah
Tahapan Memperbaiki Metode Pembelajaran & Penyelarasan Kurikulum sebagai proses
dari Pilot Project Revitalisasi SMK/BLK adalah sebagai berikut:
1) Merancang kurikulum bersama dengan industri
2) Mereview kurikulum baru yang sudah sesuai dengan kebutuhan industri
3) Melakukan Train of Trainers kepada guru-guru SMK terkait
4) Melakukan assessment peralatan & evaluation terhadap metode pembelajaran dan
hasil pengajaran
Gambar 3.4 Timeline Pelaksanaan Pilot Project Revitalisasi SMK/BLK dengan 9 Pemerintah
Daerah
Adapun sampai tahun 2019, program ini telah menyelesaikan beberapa tahapan
yaitu sebagai berikut:
1) Workshop Penyusunan Kurikulum dan me-review kurikulum baru agar sesuai dengan
kebutuhan industri
Workshop penyusunan kurikulum dilaksanakan dalam 5 batch, yang dimulai tanggal
19 Februari 2019 sampai dengan 23 April 2019. Dari hasil workshop dihasilkan kurikulum
(kompetensi inti & kompetensi dasar) yang sudah diselaraskan dengan kebutuhan industri.
Selanjutnya kurikulum hasil workshop dibahas kembali dalam FGD yang melibatkan
industri terkait untuk mendapatkan masukan penyempurnaan kurikulum. Hasil FGD
kemudian dilakukan finalisasi oleh tim Purkurbuk Kemendikbud.
Dari hasil workshop dan FGD, tim Puskurbuk Kemdikbud melakukan finalisasi
terhadap kurikulum pada 17 kompetensi pilot project dan 17 kurikulum tersebut sudah
dikirimkan ke Kemenko Perekonomian (14 Juli 2019).
16 Bali SMKN 1 Sukawati Seni dan
Industri Kreatif
Seni Lukis
17 Bali SMKN 3 Denpasar Pariwisata Perhotelan
18 Kalimantan Timur SMKN 4 Balikpapan Pariwisata Kuliner
19 Kalimantan Timur SMKN 2 Tanah Grogot Agribisnis Sawit
20 Sulawesi Selatan SMKN 1 Luwu Utara Agribisnis Kakao
21 Sulawesi Selatan SMKN 9 Makasar Kemaritiman Nautika
Laporan Kinerja Tahun 2019
47
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Gambar 3.5 Timeline Workshop Penyusunan Kurikulum
2) Train of Trainers kepada guru-guru produktif SMK Pilot Project
ToT bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bagi guru produktif dan guru
normatif/adaptif untuk mengajarkan materi atau kompetensi yang ditambahkan ke dalam
kurikulum hasil kesepakatan workshop. Pelaksanaan ToT dibagi menjadi 4 batch yang
dilaksanakan di masing-masing SMK atau mitra industri SMK.
Dalam pelaksanaan ToT guru, sebanyak 204 Orang Guru mengikuti ToT untuk
meningkatkan kapasitas guru mengajarkan materi hasil penyelarasan kurikulum,
ToT ini diikuti oleh guru produktif maupun guru adaptif dan normatif. Selain itu, 53 Orang
Instruktur dilibatkan untuk memberikan materi baik teori maupun praktek, instruktur
berasal dari industri mitra sekolah maupun expert/ahli serta Sebanyak 25 Industri terlibat
dalam pelaksanaan ToT guru produktif.
Laporan Kinerja Tahun 2019
48
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Gambar 3.6 Timeline Pelaksanaan ToT Guru SMK Pilot Project
3) Pembukaan Kelas Baru Pilot Project
Secara keseluruhan kelas baru pilot project dialokasi oleh sekolah rata-rata 1
sampai 2 kelas dengan masih mengikuti kompetensi yang telah ada (dengan perubahan
pada KI/KD) atau kompetensi baru yang belum ada sebelumnya di sekolah tersebut.
B. REKOMENDASI KEBIJAKAN TVET SYSTEM REFORM (TSR)
(i) Latar Belakang Program TVET System Reform
Pada April 2016, Presiden Joko Widodo dan Kaselir Angela Merkel, mendiskusikan
peluang kerjasama untuk mempererat hubungan antara Indonesia dan Jerman, kususnya
dibidang TVET. Kerjasama TVET ini berfokus pada membantu pemerintah Indonesia
dalam mengembangkan standar dan kualitas TVET sistem.
Menindaklanjuti pertemuan tersebut, pada tanggal 12 Mei 2017, telah
ditandatangani Joint Declaration of Intents (DoI) antara Pemerintah Jerman dan
Pemerintah Indonesia. Pada Juli 2017, DoI tersebut ditindaklanjuti dengan Government to
Government (G2G) Negotiation dan diperoleh kesepakatan bahwa Jerman mendukung
peningkatan kualitas TVET sistem di Indonesia.
Berdasarkan negosiasi Government to Government pada Juli 2017, sebagai tindak
lanjut DoI, disepakati pelaksanaan program TSR yang dilakukan oleh GIZ dan Kemenko
Perekonomian. Tujuan dari program TSR tersebut:
1. Meningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam TVET System,
2. Meningkatkan keterlibatan industri dalam TVET,
3. Upscaling model dan instrument TVET yang sudah berhasil guna meningkatkan link
and match antara supply dengan demand.
Laporan Kinerja Tahun 2019
49
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Gambar 3.7 Bagan Kerjasama Kemenko Perekonomian, Bappenas, dan Jerman
(ii) Progress Program TVET System Reform Tahun 2019
• Penandatangan Implemented Agreement (IA)
Berkenaan dengan implementasi TSR, program ini selama ini berjalan di bawah
perjanjian ISED (Kerjasama Teknis antara Bappenas dan pemerintah Jerman) yang telah
ditandatangi pada Mei 2019. Kerjasama teknis ini merupakan pedoman untuk semua kerja
sama antara Indonesia dan pemerintah Jerman. Setelah penandatangan kerjasama teknis
tersebut, Kemenko Perekonomian dan GIZ dapat menandatangani Implemented
Agreement sebagai pedoman atau dasar pelaksanaan program TSR. Resume
Implemented Agreement sebagai berikut:
➢ Tujuan dan Indikator Proyek: 3 lingkup TSR yaitu peningkatan koordinasi, keterlibatan
sektor swasta, dan peningkatan instrumen TVET.
➢ Kontribusi oleh Pemerintah Republik Federal Jerman melalui GIZ seperti (i) penyediaan
tenaga ahli, (ii) penyediaan bahan dan peralatan, (iii) pelatihan dasar
atau lanjutan, (iv) biaya operasi dan administrasi, dan (v) kontribusi lainnya.
➢ Kontribusi oleh Kemenko Perekonomian seperti (i) penyediaan tenaga ahli dan tenaga
pelengkap, (ii) dukungan administrasi, (iii) biaya berbagi untuk ahli pembayaran, (iii)
penyediaan lokasi, bangunan dan tempat kerja
➢ Ketentuan lain untuk Implementasi TSR dalam 3 tahun (2019-2022) seperti (i) evaluasi,
(ii) pembelajaran bersama dan mekanisme keberlanjutan, (iii) jangka waktu perjanjian,
(iv) penyesuaian perjanjian, (v) bentuk tertulis, perjanjian dengan organisasi pelaksana
individu, (vi) pengaturan pemerintah, (vii) mulai berlaku, Salinan
• Chapeau Paper
Pada rountable high level TVET ke-5 tanggal 24 mei 2018, disampaikan fakta bahwa
kebijakan dan roadmap disetiap kementerian dan lembaga berbeda-beda dan dibuat
secara parsial, sehingga perlu dilakukan harmonisasi dan sinkronisasi melalui penyusunan
Chapeau Paper. Adapun tujuan penyusunan Chapeau Paper antara lain sebagai berikut:
➢ Untuk mengharmonisasi seluruh rencana strategis, roadmap dan kebijakan lain terkait
TVET
Laporan Kinerja Tahun 2019
50
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
➢ Membuat seluruh K/L merasa memiliki roadmap pengembangan TVET didalam
cheapeau paper.
➢ Menjadi langkah awal dalam mengembangkan payung hukum pengembangan TVET
Nasional
Terdapat 11 kebijakan yang diharmonisasi dari 9 Kementerian/Lembaga yang ditelaah
dalam chapeau paper. Penyusunan telaah atas kebijakan tersebut dilaksanakan dengan
melaksanakan 4 meeting utama yaitu (i) Rapat Koordinasi TOR Chapeau Paper, (ii) Kick
Off Meeting Chapeau Paper; (iii) FGD Final Chapeu Paper;
dan (iv) Presentasi Akhir dan Penandatangan. Pada Mei 2019, proses penyusunan
Chapeau Paper telah selesai dan ditandatangani oleh Kemenko Perekonomian, Kemenko
PMK, Bappenas sebagai 3 (tiga) Kementerian yang berada pada level kebijakan strategis
dan berperan penting dalam penyusunan Chapeau Paper.
Adapun hasil akhir dari Chapeau Paper terdiri dari 5 bab yang terdiri dari:
(i) Introduction
Perlu adanya sinkronisasi kebijakan dan perencanaan vokasi tingkat nasional untuk
mengefektifkan vokasi sebagai motor akselarsi pertumbuhan ekonomi. Hal inilah
yang menjadi dasar penyusunan chapeu paper.
(ii) Issues Lingering the National TVET System
Sistem Vokasi yang dikelola banyak pihak; Sektor pendidikan formal merupakan sektor
lulusan paling banyak dimana kewenanganya dipegang oleh MOEC, Pemprov, dan
MORTHE.
Kualitas pendidikan vokasi menengah atas dan tinggi; yang disebabkan
minimnya perencanaan lulusan, kurangnya tenaga pengajar, minimnya peralatan, tidak
adanya sertifikasi dan minimnya pemagangan.
Kualitas BLK dan Lembaga Pendidikan Pelatihan vokasi lain; yang disebabkan karena
belum terakreditasi, peralatatan yang tidak memadai, pelatihan yang tidak
competency-based, belum adanya pengawasan kinerja BLK.
(iii) Analytical Review of Existing Sectoral TVET Policies and Plans
• Ruang lingkup dan fokus dari kebijakan dan Perencanaan
➢ Adanya perbedaan kebijakan dan perencanaan terkait sektor swasta
➢ Terdapat kebijakan yang tumpang tindih
➢ Lemahnya Koordinasi antar stakeholder
• Program, Prioritas, dan Implementasi Penganggaran
Banyak program dan prioritas yang dikerjakan oleh pemangku kepentingan,
namun tidak ada informasi seberapa besar anggaran yang diperlukan untuk
merealisasikan program tersebut, sehingga menyulitkan untuk meninjau seberapa
prioritas program tersebut dalam sistem TVET.
• Konsistensi Konseptual dan teknis
➢ Standar Kompetensi di BLK yang belum sesuai dengan kebutuhan industri
➢ Pengembangan Program dan Kurikulum SMK masih mengacu ke dua sistem
berbeda yaitu SKKNI dan Standar pendidikan nasional.
➢ Terkendalanya pengembangan Teaching factory
Laporan Kinerja Tahun 2019
51
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
➢ Teknis pelaksanaan Internship, Dual System, 3-2-1 System, dan 3-in1 yang
belum memiliki standar
• Perspektive “Demand Side”
Masih banyak kebijakan K/L yang belum membahas demand side perspective.
Pada umumnya kebijakan masih fokus pada supply side tanpa mengukur dan menilai
berapa lulusan vokasi yang akan dikembangkan dan dimplementasikan, serta
dihubungkan dengan demand side.
• Kerjasama dengan industri
Roadmap CMEA, MOEC, dan MORTHE sudah mengakomodasi untuk
mendorong kerjasama dengan industri. Hal ini dilakukan dalam rangka, penyediaan
sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, memperoleh akses
magang, dan memperoleh informasi pasar tenaga kerja yang baik.
(iv) Toward on Overarching National TVET Strategy
• Kesepakatan Bersama tentang Lingkup dan Pembagian Kerja;
Mengimplementasikan dan mendefinisikan ruang lingkup dan instrumen TVET
berdasarkan tupoksi masing-masing pemangku kepentingan.
• Lingkungan Peraturan Koherensi dan Sistem Pengawasan Terpadu; Reformasi
regulasi untuk menyinkronkan dan menyelaraskan sistem pengawasan mutlak
diperlukan dalam Pengembangan TVET.
• Instrumen Fiskal yang Efektif dan Mekanisme Pendanaan; Perlu dibuat mekanisme
pendanaan baru karena Keberhasilan implementasi Strategi TVET nasional tidak
dapat bergantung pada mekanisme pendanaan saat ini.
• Dukungan Berkelanjutan dari sektor swasta; Industri memiliki peran seperti
penyusunan kurikulum dan pemberian magang sehingga diperlukan dukungan
berkelanjutan mengingat perannya yang cukup besar.
• Mekanisme Efektif untuk Informasi Pasar Kerja; Informasi pasar kerja yang
terintegrasi sangatlah penting sebagai dasar pengembangan program dan
kompetensi yang diajarkan kepada siswa.
• Perluasan otonomi Pemda untuk pengelolaan TVET; Perlu penguatan SMK dan
BLK melalui perluasan otonomi daerah, baik dari segi tata kelola keuangan dan
pembukaan/ penutupan jurusan yang sesuai dengan potensi daerah.
• Peningkatan Koordinasi TVET; Perlu Rencana Strategis TVET Nasional yang dibuat
oleh Komite Vokasi yang mengintegrasikan keseluruhan kebijakan Vokasi yang
selama ini terpisah di K/L
(v) Recomendation
• Kesepakatan pembagian lingkup kerja di antara pemangku kepentingan; Dalam
kesepakatan bersama harus dijelaskan bagaimana setiap komponen sistem TVET
nasional bisa tepat sasaran, setelah itu stakeholder dapat dibagi sesuai Inpres
9/2016.
• Melakukan reformasi regulasi; Sebagian masalah berakar pada UU sektoral
sehingga solusi mendasar adalah merevisi peraturan tersebut.
• Menyusun instrumen fiskal dan mekanisme pendanaan; Mekanisme pendanaan
yang tepat untuk pengembangan TVET perlu disusun dengan baik. Langkah awal
adalah meninjau DAK dan eksplorasi skill development fund.
Laporan Kinerja Tahun 2019
52
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Menghubungkan industri dengan mendukung Skill Development; Menguatkan
peran sektor swasta dengan mewajibkan penyediaan akses pemaganan, disatu
sisi hal ini merupakan bentuk social responsbilty perusahaan.
• Sistem monitoring Informasi pasar tenaga kerja; Membuat system informasi yang
dinamis yang didalamnya berisi kebutuhan tenaga kerja, tipe, dan skill yang
dibutuhkan
• Memperkuat manajemen dan tata kelola TVET di tingkat provinsi dan lokal;
Pemerintah Daerah perlu memahami sistem TVET yang efektif dan hubungannya
dengan sector swasta dan perlu adanya perencanaan dan penganggaran dana
untuk TVET
• Memperluas Otonomi kepada penyedia TVET; Skema untuk memberikan otonomi
yang lebih bagi penyedia TVET harus segera disiapkan termasuk strategi,
implementasi, dan pengelolaan keuangannya
• Memberdayakan penyedia pelatihan keterampilan swasta; Perlu adanya perhatian
yang lebih untuk penyedia pelatihan keterampilan swasta serta kebijakan dan
program yang data meningkatkan kinerja penyedia pelatihan keterampilan swasta
• Mengembangkan sistem reformasi TVET nasional; Kemenkoperekonomian,
Bappenas, dan Kemenko-PMK bekerja sama untuk membentuk komite vokasi
nasional. Komite ini bertangggung jawab pengawasan serta perencanaan TVET
nasional
• White Paper
Setelah dokumen Chapeau Paper ditandatangani oleh beberapa kementerian,
tahapan selanjutnya adalah penyusunan White Paper yang akan menjadi langkah
selanjutnya untuk membuat National TVET Strategy yang disusun berdasarkan
basis serta 5 pilar. White Paper adalah kesepakatan tertulis dari seluruh stakeholder
TVET, sebagai dasar membuat payung hukum pelaksanaan rekomendasi yang
tercantum dalam chapeau paper. Regulasi tersebut dapat berupa Inpres ataupun
regulasi lain yang disepakati kemudian.
Gambar 3.8 Basis dan Pilar White Paper
Laporan Kinerja Tahun 2019
53
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Hingga tahun 2019, dokumen White Paper ini masih dalam tahap penyusunan dengan
mengadakan rapat koordinasi antar Kementerian/Lembaga dan rapat teknis dengan tim
kecil antara Kemenko Perekonomian, Kemenko PMK, dan Bappenas. Hingga akhir 2019,
proses penyusunan White Paper dalam tahap finalisasi draft dan diharapkan dapat segera
terselesaikan pada tahun 2020.
• Rancangan Peraturan Presiden Tentang Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Bersamaan dengan penyusunan White Paper, Kemenko Perekonomian bersama
Kemenko PMK, Bappenas dan K/L terkait juga menyusun Rancangan Peraturan Presiden
Tentang Pendidikan dan Pelatihan Vokasi. Perpres ini didasari atas arahan Rapat
Koordinasi Menteri pada 7 Oktober 2019 tentang Kebijakan Pengembangan Vokasi.
Dalam rapat koordinasi tersebut, diidentifikasi bahwa saat ini 3 layer lembaga pendidikan
dan pelatihan vokasi belum selaras sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan istilah vokasi dalam beberapa Undang-
Undang antara lain:
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa Pendidikan Vokasi ditujukan untuk Perguruan Tinggi (PT), Kejuruan
untuk sekolah menengah (SMK), dan Pendidkan non-formal untuk BLK dan lembaga
kursus.
• Selain Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, terdapat Undang-Undang lain yang juga
mengatur lembaga vokasi yaitu (i) UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, (ii) UU
No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dan (iii) UU No. 13 tentang Ketenagakerjaan
Gambar 3.9 Kronologis Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden
Tentang Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Adapun Perpres tersebut akan mengatur sistem pendidikan vokasi secara nasional,
kelembagaan vokasi di tingkat pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan pelatihan
vokasi. Selain itu, dalam Perpres tersebut akan diatur peran dunia usaha dan dunia
industri (DUDI) serta pendanaan pendidikan dan pelatihan vokasi.
Laporan Kinerja Tahun 2019
54
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Selanjutnya, untuk mewujudkan koordinasi antar pemangku kepentingan,
diperlukan sistem pengawasan terkoordinasi (single oversight system) di tingkat nasional
dan sub-nasional serta pengawasan terkoordinasi di tingkat nasional maka diperlukan
adanya sebuah lembaga koordinasi vokasi nasional. Lembaga ini juga nantinya akan
diatur dalam Perpres Vokasi. Berdasarakan hal tersebut, diharapkan dengan adanya
payung hukum vokasi berupa Peraturan Presiden, pelaksanaan kebijakan pengembangan
vokasi akan lebih terarah dan fokus.
Hingga akhir 2019, proses penyusunan draf Perpres Pendidikan dan Pelatihan
Vokasi masih dalam tahap rapat teknis di tim kecil serta rapat koordinasi. Diharapkan
Rancangan Perpres ini dapat segera diselesaikan dan ditetapkan pada tahun 2020 agar
kegiatan vokasi dapat segera dilakukan secara masif.
C. Rekomendasi Kebijakan Program Peningkatan Mutu Pendidikan Vokasi Di Madrasah Kerjasama Kemenko Perekonomian Dan Kementerian Agama
Pada Desember 2018, Dirjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama mengirimkan
surat ke Deputi IV Kemenko Perekonomian untuk meminta dukungan konsultasi dan
bantuan teknis terkait peningkatan mutu Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan Madrasah
Aliyah Plus Keterampilan (MAPK) melalui program TVET System Reform (TSR) yang
bekerjasama dengan GIZ.
Menindaklanjuti surat tersebut, Kemenko Perekonomian melalui Asdep
Ketenagakerjaan mengadakan beberapa kali rapat bersama GIZ dan Kemenag untuk
mendiskusikan bantuan teknis apa yang tepat dalam meningkatkan mutu MAK dan MAPK.
Dalam hal peningkatan mutu MAK dan MAPK, bantuan teknis yang dapat diberikan
yaitu berupa konsep sistem pembelajaran dengan mencontoh sistem pembelajaran yang
sudah diterapkan oleh SMK Saint Michael Surakarta. Adapun sistem pembelajaran
tersebut, antara lain (i) pengembangan Teaching Factory dengan Jobsheet (guideline
pelaksanaan praktikum) dan (ii) Block System (rotasi penggunaan sarana dan prasarana
praktik).
(i) Nota Kesepahaman (MoU) Antara Kemenko Perekonomian dan Kementerian
Agama
Selain konsep, akan memberikan pelatihan (ToT) kepada guru produktif MAKN
untuk memahami konsep tersebut dan pendampingan kepada guru selama pelatihan
berlangsung. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, telah disepakati bentuk kerjasama
yang akan dilakukan dituangkan ke dalam Nota Kesepahaman (MoU) antara Kemenko
Perekonomian dengan Kementerian Agama.
Adapun lingkup kerjasama yang tertuang dalam MoU yang dapat diberikan oleh
Kemenko Perekonomian kepada Kemenag melalui kerangka program TSR, yaitu:
• Dukungan konsultasi dalam penyusunan regulasi yang dibutuhkan dalam rangka
peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan vokasi di Madrasah Aliyah Kejuruan dan
Madrasah Aliyah Plus Keterampilan;
• Pelatihan dan pendampingan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan vokasi di
Madrasah Aliyah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Plus Keterampilan yang dijadikan
sebagai madrasah rujukan; dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
55
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Penguatan jaringan dengan Dunia Usaha/Dunia Industri dalam rangka peningkatan
dan penjaminan mutu pendidikan vokasi di madrasah
Berdasarkan lingkup dukungan tersebut, dilaksanakan dalam beberapa kegiatan:
• Memfasilitasi tenaga ahli pendampingan untuk pilot project di 2 Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK);
• Workshop Manajemen dan fasilitasi tenaga ahli ToT untuk guru dari 15 Madrasah
Aliyah Plus Kejuruan (MAPK) dan MAK;
• Technical assistance penyusunan acuan/ model pengembangan MAK dan MAPK;
• Membantu memfasilitasi kerjasama dengan dunia industri untuk 2 MAK dan 15 MAPK.
(ii) Pelaksanaan Bimbingan Teknis Kepada Guru dari MAPK dan MAK
Model pelatihan Bimtek yang akan diberikan kepada para pengajar Madrasah
Aliyah plus Keterampilan (MAPK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) berupa Teaching
Factory. Teaching factory adalah model pembelajaran untuk pembelajaran pada lembaga
pendidikan kejuruan yang menggunakan produk, baik barang maupun jasa, sebagai
media pembelajaran untuk mengantarkan kompetensi dan diselenggarakan melalui sinergi
sekolah/madrasah dengan industri.
Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan diterapkan berdasarkan
prosedur, standar dan urutan kerja sebagaimana dilaksanakan di industri dalam
menghasilkan suatu produk, sehingga tenaga pendidik dapat menguasai suatu
kompetensi. Materi pembelajaran (job sheet) akan disusun secara sistematik dengan
mengutamakan pencapaian tujuan pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan
(soft skill dan hard skill) sesuai dengan kebutuhan industri.
Dalam model pembelajaran Teaching Factory, peserta didik harus diberikan
pendampingan untuk dapat belajar dan bekerja secara mandiri dan berkelompokk untuk
menghasilkan produk berkualitas dalam jadwal belajar yang telah ditentukan (block
system) dengan menggunakan materi pembelajaran yang selaras dan diintegrasikan
dengan nilai-nilai industri.
Tabel 3.3 Daftar Peserta Bimbingan Teknis MAPK dan MAK
Laporan Kinerja Tahun 2019
56
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
(iii) Evaluasi implementasi pelaksanaan Pilot Project
Setelah dilakukan bimbingan teknis kepada guru, pelaksanaan pilot project sudah
dimulai saat tahun ajaran baru 2019/2020 di 18 MA Plus Keterampilan dan 2 MAK. Dalam
rangka monitoring terhadap pelaksanaan pilot project, Kementerian Agama berdasarkan
arahan dari Kemenko Perekonomian melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pilot
project yaitu implementasi teaching factory yang diajarkan pada bimbingan teknis serta
evaluasi terhadap jurusan serta kebutuhan peralatan yang dibutuhkan di MAPK dan MAK.
D. Rekomendasi Kebijakan Revitalisasi BLK Kulon Progo;
Sehubungan dengan adanya proyek pembangunan Bandara New Yogyakarta
International Airport (NYIA) yang terletak di kabupaten Kulon Progo yang merupakan
salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang saat ini didorong pembangunan dan
operasionalnya. Dalam perkembangannya, bandara NYIA ini diprediksi membutuhkan
±15.000 tenaga kerja pada tahap operasional. Oleh karena itu, diperlukan penyiapan
tenaga kerja terampil dan kompeten dalam mendukung operasional Bandara NYIA yang
ditargetkan beroperasi pada September 2019.
Berdasarkan hal tersebut, BLK Kulon Progo sebagai lembaga vokasi yang ada di
sekitar bandara NYIA, diharapkan mampu menjadi tempat pelatihan utama dalam
menciptakan tenaga kerja terampil dan kompeten. Penyiapan tenaga kerja terampil dan
kompeten dalam mendukung operasional Bandara NYIA dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan vokasi bidang kebandarudaraan maupun non kebandarudaraan. Guna
mendorong hal tersebut, revitalisasi BLK Kulon Progo dilakukan dengan mempersiapkan
sarana dan prasarana, kurikulum, dan tenaga pengajar yang fokus terhadap penyiapan
tenaga kerja terampil dalam mendukung operasional Bandara NYIA.
Adapun pelatihan yang diberikan dalam rangka penyiapan SDM Bandara NYIA antara
lain pelatihan kebandarudaraan (ground staff, ticketing, aviation security, dan lain-lain),
non-kebandarudaraan (bahasa, industri kreatif, marketing, dan lain-lain), serta pelatihan
regular (electrical engineering, tata boga, dan lain-lain).
Selain pelatihan, Revitalisasi BLK Kulon Progo juga dilakukan (i) Pelatihan Upgrading
Instruktur, (ii) program kurikulum (Adopsi kurikulum program pelatihan kebandarudaraan
dari Kementerian Perhubungan dan Review Program dan Standar Kompetensi), serta (iii)
Peningkatan Sarana Prasarana (Peningkatan/Renovasi Gedung dan Peningkatan Material
Teaching/ Peralatan Pelatihan).
Hingga Agustus 2019, BLK Kulon Progo telah melaksanakan pelatihan berbasis
kompetensi angkatan V dalam 13 paket dengan jumlah peserta 208 orang.
E. Rekomendasi Terkait Insentif Pajak Super Tax Deduction Untuk Kegiatan
Pendidikan Dan Pelatihan Vokasi
• Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan
Sebagai instrumen fiskal untuk mendorong investasi pada industri padat karya,
mendukung program penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja Indonesia,
mendorong keterlibatan dunia usaha dan dunia industri dalam penyiapan sumber daya
Laporan Kinerja Tahun 2019
57
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
manusia yang berkualitas, dan meningkatkan daya saing, serta mendorong peran dunia
usaha dan dunia industri dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan, maka
dinilai perlu untuk menetapkan aturan terkait insentif pajak untuk industri padat karya,
pendidikan dan pelatihan vokasi, serta penelitian dan pengembangan. Insentif fiscal
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah yang mengubah Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan
Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan
Adapun rincian pengurangan penghasilan bruto yang diatur dalam PP No. 45
Tahun 2019 antara lain:
a) Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan penanaman modal baru atau
perluasan usaha pada bidang usaha tertentu yang merupakan industri padat karya dan
tidak mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-Undang
Pajak Penghasilan diberikan fasilitas pajak penghasilan berupa pengurangan
penghasilan neto sebesar 60% (enam puluh persen) dari jumlah penanaman modal
berupa aktivas tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan usaha
utama, yang dibebankan dalam jangka waktu tertentu.
b) Wajib Pajak badan dalam negeri yang menyelenggarakan kegiatan praktik kerja,
pemagangan, dan latau pembelajaran dalam rangka pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia berbasis kompetensi tertentu dapat diberikan pengurangan
penghasilan bruto paling tinggi 200% (dua ratus persen) dari jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan praktik kerja, pemagangan, dan/ atau pembelajaran.
c) Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan tertentu di Indonesia, dapat diberikan pengurangan penghasilan bruto
paling tinggi 300% (tiga ratus persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
penelitian dan pengembangan tertentu di Indonesia yang dibebankan dalam jangka
waktu tertentu.
Selanjutnya, untuk pengaturan lebih lanjut terkait pengurangan penghasilan bruto
untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi diatur dalam PMK 128 Tahun 2019.
• PMK Nomor 128 Tahun 2019 Tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto
Atas Penyelenggaraan Kegiatan Praktik Kerja, Pemagangan, Dan/Atau Pembelajaran
Dalam Rangka Pembinaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis
Kompetensi Tertentu
Dalam rangka mendorong keterlibatan dunia usaha dan dunia industri (DUDI)
dalam penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas dan meningkatkan daya saing
sumber daya manusia. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perindustrian menyusun aturan
insentif pajak bagi DUDI yang terlibat dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan
vokasi.
Insentif pajak atau super tax deduction merupakan insentif bagi wajib pajak berupa
pengurangan penghasilan bruto sebesar maksimal 200% dari jumlah biaya yang
dikeluarkan dalam rangka kegiatan praktik kerja, pemagangan, dan/atau pembelajaran
dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi
tertentu.
Laporan Kinerja Tahun 2019
58
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Insentif pajak ini diberikan kepada dunia usaha dan dunia industri yang
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan vokasi pada kompetensi tertentu yang
diajarkan pada SMK, MAK, Politeknik, dan BLK. Kompetensi tertentu tersebut didasarkan
pada 6 sektor yaitu Manufaktur, Kesehatan, Agribisnis, Pariwisata dan Industri Kreatif,
Ekonomi Digital, dan Pekerja Migran.
2) Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Pengembangan Pendidikan
Dan Pelatihan Vokasi
A. Rekomendasi Evaluasi Pelaksanaan Pilot Project Kurikulum Kompetensi Kopi
Pada Smk Ppn Tanjungsari
Pada tahun 2018, Kemenko Perekonomian melalui Asdep Ketenagakerjaan telah
memulai pilot project SMK Kurikulum Kopi di SMK PPN Tanjungsari, Kabupaten
Sumedang Jawa Barat. Proses belajar sudah dimulai pada tahun akademik 2018/2019.
Pada awal tahun 2019 guna peningkatan kualitas program pilot project, maka telah
dilakukan rapat evaluasi untuk menghimpun saran dan masukan, serta memberikan solusi
apabila terdapat hambatan selama pelaksanaan pilot project.
Adapun beberapa poin yang dievaluasi adalah sebagai berikut:
• Proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar kelas X sudah dapat berjalan dengan baik, Klasik Beans
sebagai mitra sekolah menilai progres kemajuan guru-guru dalam mengajarkan
kompetensi pembibitan kopi sudah sangat maju.
• Penggantian lahan milik SMK
Fasilitas pembelajaran untuk tempat pemibitan sudah banyak mengalami kemajuan,
namun untuk penanaman sekolah terkendala karena belum mendapatkan penggantian
lahan yang terkena dampak pelebaran jalan dan pembangunan tol Cisumdawu. Lahan
tersebut sangat dibutuhkan segera untuk praktek siswa.
• Bantuan Peralatan
Permohonan bantuan peralatan yang pernah diajukan pihak sekolah ke Kemendikbud
melalui aplikasi TAKOLA SMK pada tahun 2018, belum terealisasi. Untuk itu, sekolah
meminta dukungan Kemenko Perekonomian agar usulan peralatan tersebut dapat
direalisasikan pada tahun 2019, untuk dipergunakan pada kelas X dan XI
• Kerjasama antara SMK dengan Mitra Industri
Terkait dengan bentuk kerjasama antara sekolah dan klasik beans, pihak industri pada
prinsipnya terbuka apabila kerjasama tersebut perlu dikongkritkan dalam bentuk MoU.
Bagi Klasik Beans, membantu SMK PPN Tanjungsari merupakan bagian dari
pengabdian dan sesuai cita-cita mereka agar Indonesia memiliki sekolah kopi. Klasik
Beans bahkan mempersilahkan sekolah untuk menggunakan fasilitas mereka untuk
pembelajaran pasca panen, sementara menunggu saran dan prasarana sekolah
terpenuhi
• Sertifikasi
Terkait pembentukan LSP-P1, pihak klasik beans mengusulkan LSP-P1 tersebut belum
diperlukan sekolah dalam waktu dekat ini, yang penting adalah sertifikasi siswa nanti
harus diakui oleh industri, untuk itu sebaiknya sertifikasi dikeluarkan oleh industri.
Sementara itu, terkait dengan sertifikasi sekolah juga menanyakan karena sertifikasi
tersebut memiliki masa berlaku hanya 3 tahun, sehingga apabila siswa mendapatkan
Laporan Kinerja Tahun 2019
59
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
sertifikat kompetensi pada semester pertama di kelas X, maka setelah lulus sertifikat
tersebut sudah akan habis masa berlakunya dan tidak dapat dipergunakan oleh siswa
• Workshop Penyusunan Kurikulum Kelas XI dan XII
Terkait pelaksanaan workshop penyusunan kurikulum kelas XI dan XII, seluruh pihak
siap untuk melaksanakan workshop tersebut. Sekolah sudah pernah diundang pusat
kurikulum dan perbukuan Kemendikbu untuk membahas kurikulum kopi hingga kelas
XII. Workshop nantinya tinggal membahas kurikulum dimaksud bersama industri dan
dilakukan penyesuaian sesuai standar dan kompetensi yang sudah ditetapkan.
Sebagai tindaklanjut rapat evaluasi tersebut, Kemenko Perekonomian telah
melakukan hal sebagai berikut:
• Meminta bantuan dukungan pihak Kementerian ATR/BPN dalam rangka penyelesaian
penggantian lahan SMK PPN Tanjungsari yang terkena dampak pembangunan jalan
tol
• Meminta bantuan dukungan pemenuhan sarana dan prasarana terkait pilot project
pada SMK PPN Tanjungsari kepada pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
• Meminta bantuan percepatan penyelesaian lahan milik SMK PPN Tanjungsari dan
dukungan pemenuhan sarana dan prasarana kepada pihak Gubernur Jawa Barat
• Sertifikasi kompetensi pada SMK tidak diberikan masa berlaku maksimal 3 tahun atau
dapat berlaku seumur hidup
B. Rekomendasi Kebijakan Perbaikan Dan Pembaharuan Buku Roadmap Kebijakan
Pengembangan Vokasi 2019-2025 Sebagai Buku Ii Dari Roadmap Kebijakan
Pengembangan Sdm Di Indonesia
Pada tahun 2017, Kemenko Perekonomian telah meluncurkan Buku Kebijakan
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2017-2025 sebagai pedoman bagi
Kementerian/Lembaga dan pihak terkait untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan
vokasi. Seiring perkembangannya, Bappenas bersama Kemenko Perekonomian
menyusun buku kebijakan pengembangan SDM secara nasional.
Oleh karena Kemenko Perekonomian telah menerbitkan Buku Kebijakan
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2017-2025 yang juga merupakan salah
satu dari pengembangan SDM khususnya SDM vokasi. Berdasarkan hal tersebut, sesuai
kesepakatan Rakor Menteri antara Menko Perekonomian dan Bappenas, Buku Kebijakan
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2017-2025 dibuat menjadi buku II dari
buku I yang akan dibuat oleh Bappenas dengan menjelaskan pengembangan SDM secara
besar.
Menindaklanjuti rakor tersebut, Kemenko Perekonomian melakukan revisi serta
updating terhadap Buku Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
2017-2025. Revisi dilakukan baik itu revisi minor (typo dan lain sebagainya) maupun
mayor (substansi dan data). Updating dilakukan dengan memperbaharui data-data yang
masih berdasarkan data tahun 2017 menjadi 2019.
Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2019 berupa jumlah peningkatan kesempatan kerja,
penurunan persentase pengangguran.
Laporan Kinerja Tahun 2019
60
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Hingga Agustus 2019, berdasarkan data Sakernas, jumlah angkatan kerja yang
bekerja pada Agustus 2018 adalah sebesar 124 juta orang, pada Agustus 2019, jumlah ini
meningkat menjadi 126,5 juta orang. Berdasarkan hal tersebut, jumlah peningkatan
kesempatan kerja pada Agustus 2019 adalah sebesar 2,51 juta orang.
Pada RPJMN 2015-2019, jumlah peningkatan kesempatan kerja ditetapkan
sebesar 10 juta orang selama 5 tahun. Dengan adanya penambahan peningkatan
kesempatan kerja pada tahun 2019 sebesar 2,51 juta orang, maka target RPJMN 2015-
2019 telah terpenuhi dengan total selama 5 tahun sebesar 11,89 juta orang.
Tabel Capaian RPJMN 2015-2019
Menciptakan Kesempatan Kerja: 10 juta selama 5 tahun
2015 2016 2017 2018 2019
0,19 juta 3,59 juta 2,61 juta 2,99 juta 2,51 juta
Penambahan kesempatan kerja juga dibarengi dengan adanya penurunan
persentase tingkat penganguran terbuka. Data Sakernas Agustus 2019 menunjukkan
bahwa tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,28% atau sebanyak 7 juta orang.
Berdasarkan data selama 5 tahun (2015-2019) tingkat pengangguran terbuka terus
mengalami penurunan dari 6,18% pada tahun 2015 menjadi 5,28% pada tahun 2019.
Gambar 3.10 Grafik Tingkat Pengangguran 2015-2019
Laporan Kinerja Tahun 2019
61
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Sasaran Program 3 (SS-3)
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Dalam pencapaian sasaran strategis “Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi
Kebijakan Perekonomian”, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan,
Dan Daya Saing KUKM Koordinator Bidang Perekonomian mengindentifikasikan 1 (satu)
Indikator Kinerja Utama (IKU), sebagaimana dilaporkan dalam tabel di bawah ini.
IKU 3 : Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UMKM memiliki tugas dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan isu di bidang pengembangan
ekonomi kreatif, isu di bidang peningkatan daya saing ekonomi kawasan, bidang
pengembangan kewirausahaan, bidang peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM,
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan K/L yang terkait dengan isu di bidang
ketenagakerjaan.
Kebijakan yang diperlukan dalam mengembangkan ekonomi kreatif merupakan
kebijakan lintas Kementerian/Lembaga (K/L) dan multi stakeholders yang memerlukan
pendekatan quadraplehelix (melibatkan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan
komunitas). Dalam upaya tersebut, Pemerintah telah menyusun kebijakan pengembangan
ekonomi kreatif nasional berupa Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif
(Rindekraf) 2018-2025 yang telah ditetapkan melalui Perpres No. 142 Tahun 2018.
Kebijakan peningkatan daya saing ekonomi kawasan yang akan didorong adalah
kemitraan antara usaha skala besar dengan Usaha Kecil dan Menengah dalam
pengelolaan potensi kawasan, mencakup kemitraan bisnis hulu-hilir serta kemitraan
dalam aspek peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia. Optimalisasi pelaksanaan
kebijakan kemitraan bisnis antara Usaha Skala Besar dengan UKM sangat diperlukan
untuk mengatasi rendahnya penciptaan nilai tambah dari potensi dan komoditas
ekonomi unggulan kawasan. Kemitraan bisnis yang berjalan dengan baik akan
mendatangkan manfaat bagi UKM untuk menstabilkan dan menambah penjualan,
kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi, bimbingan dan kemampuan teknis
produksi atau manajemen, serta perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang
No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisa
si
%
Kinerja
1 Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan
Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing
Koperasi dan UKM ;
1 1 100%
Nilai Kinerja Sasaran Strategis 1 (NSS-1) 100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
62
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
diperlukan. Sedangkan bagi usaha besar, kemitraan bisnis yang tepat dapat membawa
manfaat untuk memenuhi kekurangan kapasitas dan memperoleh sumber pasokan barang
dengan harga yang lebih murah daripada impor, untuk memproduksi produk industri
olahan. Selain itu, kemitraan antara Usaha Besar dengan Usaha Kecil dan Menengah
dalam aspek SDM sangat penting untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas
SDM tenaga kerja, ketidaksesuaian (mis-match) antara kebutuhan industri dengan
pasokan SDM, serta pengangguran.
Dalam hal pengembangan kewirausahaan, sektor pariwisata merupakan salah satu
sektor strategis yang dapat dikembangkan. Pengembangan tersebut dapat melalui konsep
pembangunan desa wisata dan pengembangan kawasan penyangga Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). Pengembangan pada sektor pariwisata tersebut sejalan dengan roadmap
kebijakan pengembangan vokasi 2017-2025 yang telah diluncurkan pada 21 Desember
2017, karena sektor pariwisata termasuk dalam 6 sektor prioritas.
Pelaksanaan koordinasi kebijakan bidang peningkatan daya saing Koperasi dan
UMKM melalui: penguatan kelembagaan dan penyelesaian permasalahan Koperasi,
pengembangan usaha Koperasi, peningkatan skala UMKM, dan pengembangan produk
UMKM, meliputi: peningkatan kualitas SDM, penguatan akses pembiayaan, dan perluasan
akses pasar.
Koordinasi Bidang Ketenagakerjaan atas dasar hukum Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2017
beserta aturan turunan dari Undang-Undang tersebut. Beberapa aturan terkait
ketenagakerjaan yang perlu dilakukan penyesuaian atau revisi mengingat saat ini sudah
memasuki era Industri 4.0 dan ekonomi digital. Selain beberapa aturan yang perlu direvisi,
juga masih terdapat beberapa aturan turunan dari UU No. 18 Tahun 2017 tentan PMI yang
belum selesai disusun. Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi intensif agar
mempercepat penyelesaian aturan turunan UU PMI.
Target Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UMKM terdapat 1 (satu) paket rekomendasi yang mempunyai 5 (lima)
rekomendasi kebijakan antara lain:
1. Rekomendasi Kooridinasi dan Sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi
kreatif
Pengukuran capaian IKU Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Kreatif telah mencapai target yang ditetapkan. Paket rekomendasi koordinasi
dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif, telah dihasilkan dan
ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga teknis, di antaranya berupa rekomendasi
kebijakan sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2019
63
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
❖ Rekomendasi pengembangan ekonomi kreatif melalui Rencana Induk Ekonomi
Kreatif
❖ Sosialisasi Perpres No.142 Tahun 2018 tentang Rindekraf 2018-2025
Sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong implementasi Peraturan
Presiden (Perpres) tentang Rindekraf oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Selain itu, tujuan dilaksanakan sosialisasi adalah untuk mengidentifikasi program dan
kegiatan K/L yang telah sejalan dengan Rinderaf tahap I dan mensinergikan strategi
dalam Rindekraf ke dalam dokumen perencanaan masing-masing K/L maupun
Pemerintah Daerah. Adapun hasil atas sosialisasi tersebut yaitu:
a. Perpres Rindekraf dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemda Provinsi, dan Pemda
Kabupaten Kota secara bersinergi.
b. Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengidentifikasi kebijakan masing-masing
berdasarkan Rindekraf yang sudah maupun belum dilaksanakan untuk melakukan
sinergi atas rencana dan strategi pelaksanaan kebijakan Rindekraf.
c. Sebagai tindak lanjut, perlunya secara bersama-sama memahami urgensi sinergi dan
kolaborasi antar Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah. apabila diperlukan,
kedepannya akan dibentuk forum lanjutan.
Diharapkan dengan terimplementasikannya Perpres Rindekraf, program dan kegiatan
pengembangan ekonomi kreatif, baik di pusat dan di daerah, dapat sinergi untuk
mencapai tujuan pengembangan ekonomi kreatif nasional, yaitu peningkatan kontribusi
ekonomi kreatif dalam PDB dan peningkatan jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif.
2. Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing
Ekonomi Kawasan;
❖ Rekomendasi Pengembangan Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Kawasan Berbasis Kemitraan.
Laporan Kinerja Tahun 2019
64
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Peningkatan daya saing ekonomi kawasan difokuskan kepada upaya
pengembangan potensi yang menjadi basis dan keunggulan wilayah serta diarahkan
untuk menghasilkan produk yang berdaya saing, yaitu produk yang berkualitas, kontinu,
dan bernilai tambah sesuai permintaan pasar sehingga dapat memenangkan loyalitas
konsumen, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan riil masyarakat setempat.
Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan inovasi (termasuk pemanfataan teknologi)
serta melalui kemitraan diantara seluruh stakeholder terkait dalam pengembangan potensi
unggulan wilayah. Pengembangan produk yang berdaya saing diharapkan dapat
menggerakan optimalisasi pemanfaatan seluruh sumber daya lokal (sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya) serta peningkatan kapasitas ekonomi
wilayah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Rekomendasi pengembangan kebijakan peningkatan daya saing ekonomi kawasan
berbasis kemitraan disusun berdasarkan hasil dari pelaksanaan sejumlah kegiatan FGD
dan Rapat Koordinasi, serta lesson learned dari piloting kegiatan kerjasama Kemenko
Perekonomian dengan stakeholder terkait, antara lain: (a) Rangkaian Rapat Koordinasi
dan diskusi tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan dan Pengembangan Produk
Unggulan Daerah dengan Kementerian Desa dan PDTT serta Kementerian Dalam Negeri;
(b) Rangkaian rapat koordinasi, diskusi, dan seminar
pengembangan Science and Techno Park dengan Kementerian RISTEKDIKTI dan
Asosiasi STP; (c) FGD Sinergi Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal berbasis
Komoditas Perkebunan dan Peternakan di Kabupaten Musi Rawas bersama Kementerian
Desa dan PDTT dan Kementerian Pertanian; (d) Kerjasama Kemenko Perekonomian
dengan PT. Astra International dan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa PDTT dalam pelaksanaan Kampung Berseri Astra, termasuk piloting
dan launching di Kabupaten Pulau Morotai dan Kabupaten Alor; dan (e) Fasilitasi
pelaksanaan pilot kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten
Kendal dengan Mitra Swasta (CV Nares Essential Oils) dalam pengembangan komoditas
minyak atsiri.
Adapun rekomendasi kebijakan yang diusulkan sebagai berikut:
(1) Penguatan kolaborasi dan kemitraan lintas stakeholder dalam pengembangan
potensi ekonomi kawasan perdesaan
• Diperlukan kebijakan Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PUD) yang
sebelumnya pernah diatur oleh Permendagri 9/2014. Perlu kebijakan umum yang
komprehensif dan dapat menjadi acuan bagi seluruh stakeholder terkait mengingat
saat ini masing-masing K/L memiliki model dan pendekatan berbeda yang
seharusnya dapat disinergikan. Kebijakan Pengembangan PUD juga perlu
memberikan penekanan pada upaya pemberdayaan usaha mikro di tiap daerah,
peningkatan kualitas SDM, kerjasama dengan pihak swasta, serta pengelolaan Hak
Kekayaan Intelektual produk unggulan daerah.
• Diperlukan penerapan model program CSR oleh mitra swasta secara komprehensif
agar dapat menghasilkan dampak peningkatan pendapatan masyarakat dan
penciptaan lapangan pekerjaan yang optimal dan berkelanjutan. Lesson learned
Laporan Kinerja Tahun 2019
65
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
kerjasama Kemenko Perekonomian dengan Program Kampung Berseri Astra
menuju Desa Sejahtera, program CSR dilaksanakan dalam program yang
komprehensif mencakup: (1) pelatihan dan pendampingan; (2) penguatan
kelembagaan; (3) bantuan prasarana; (4) fasilitasi modal dan pemasaran. Untuk itu
pelaksanaan kemitraan swasta dengan masyarakat perlu didukung oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah.
• Dalam pengembangan kawasan perdesaan, perancangan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP) oleh Pemerintah Daerah perlu diselaraskan dengan
dokumen perencanaan pengembangan kawasan terkait lainnya seperti Kawasan
Pertanian dan Kawasan Industri sehingga dalam implementasinya dapat saling
melengkapi. Selain itu diperlukan pelibatan peran swasta dan partisipasi
aset/modalitas dari masyarakat.
• Perlu mendorong kerjasama antar desa melalui penguatan kelembagaan
BUMDESMA (Bumdes Bersama). Peran BUMDESMA penting untuk mendorong
penciptaan nilai tambah potensi ekonomi kawasan perdesaan, sekaligus
memperkuat posisi tawar kawasan perdesaan agar dapat menjadi price maker dan
mencegah “kanibalisasi” antar desa.
• Diperlukan dukungan pemerintah daerah dalam upaya penguatan kelembagaan di
tingkat masyarakat (BUMDES/BUMDESMA/Koperasi), fasilitasi perizinan, serta
fasilitasi penyerapan hasil dan pendampingan oleh off taker.
• Upaya pendampingan dan pembinaan kelompok petani/produsen perlu diarahkan
agar mampu menghasilkan produk olahan/setengah jadi sesuai standar, sehingga
petani/produsen memperoleh pendapatan yang lebih tinggi secara berkelanjutan.
Peran mitra swasta seyogyanya tidak sebatas menyerap hasil produksi (off taker),
namun juga memberikan peningkatan kapasitas kepada masyarakat dan penerapan
teknologi tepat guna yang dapat dioperasikan pada tingkat kelompok masyarakat.
• Dalam aspek pembiayaan, diperlukan sinergitas berbagai sumber pembiayaan serta
mengurangi ketergantungan dari dana APBN/APBD yang cenderung terbatas,
antara lain melalui pemanfaatan Dana Desa, KUR, Fintech, PKBL BUMN, dan CSR.
(2) Penguatan hilirisasi komoditas unggulan wilayah melalui pemanfaatan hasil
penelitian dan pengembangan Science and Techno Park (STP).
• Peran STP di berbagai daerah sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan
daya saing ekonomi lokal, karena masih banyak produk unggulan lokal yang belum
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produknya. Dukungan
kebijakan yang diperlukan untuk memperkuat hilirisasi komoditas unggulan wilayah
melalui pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan STP antara lain:
• Kebijakan pemberian insentif bagi industri untuk menjadi anchor industry di dalam
STP. Bentuk insentif yang dapat diberikan adalah insentif perpajakan. Saat ini telah
diterbitkan PP 45/2019 sebagai dasar pemberian super deduction tax hingga 300%
kepada wajib pajak yang melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan tertentu di Indonesia, namun peraturan turunan (Peraturan Menteri
Keuangan) hingga saat ini masih dalam pembahasan;
Laporan Kinerja Tahun 2019
66
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Kebijakan penggunaan produk hasil penelitian dan pengembangan melalui
pengadaan barang dan jasa pemerintah sebelum produk tersebut
dikomersialisasikan. Berkaitan dengan hal ini, produk hasil penelitian dan
pengembangan tersebut harus sudah memenuhi standard industri dan memiliki
kualitas yang bersaing dengan produk-produk sejenis di pasar
• Kebijakan penerapan skema kerjasama antara STP dengan pemerintah daerah dan
lembaga pembiayaan perbankan untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi
lokal. Sebagai contoh adalah kerjasama yang dilakukan STP Sumbawa. Peran
Pemda adalah memberikan rekomendasi pembiayaan (kredit) pembelian mesin
pengolahan udang di lingkungan STP. Pembiayaan berasal dari PT. Bank
Pembangunan Daerah (BPD) NTB dan dijaminkan kreditnya oleh PT. Jamkrida NTB
Bersaing. Dalam hal ini, STP melakukan spin off dengan membentuk Badan Usaha
Milik Bersama (BUMB), yang selanjutnya juga digunakan untuk bermitra dengan
investor, baik melalui skema PMDN maupun PMA (Singapura). Sejak berdiri 2 tahun
lalu, saat ini rata-rata pendapatan badan usaha bersama tersebut telah mencapai
Rp 2 milyar/bulan.
• Dukungan Program K/L teknis terkait bantuan pengadaan mesin/peralatan untuk
produksi/pengolahan hasil R&D di STP. Berdasarkan best practice di Tiongkok,
dukungan ini diberikan tidak dalam bentuk pemberian mesin/peralatan, namun
subsidi sehingga harga mesin/peralatan lebih terjangkau dan meningkatkan jumlah
penerima manfaat program
• Dukungan Kemenko Perekonomian dalam pengembangan jejaring dan kerjasama
STP antara lain dalam hal sosialisasi kebijakan berkaitan dengan insentif kepada
pengelola STP maupun kepada calon investor/anchor industry di STP.
❖ Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif.
Pengembangan Kota Kreatif diarahkan sebagai sebuah alternatif untuk mendorong
akselerasi pengembangan potensi ekonomi yang ada melalui penguatan ekosistem
ekonomi kreatif, termasuk mendorong peningkatan kapasitas pelaku ekonomi kreatif,
peningkatan kolaborasi dan jejaring, serta penguatan manajemen pengelolaan kota.
Sejalan dengan hal ini UNESCO lembaga PBB telah mendorong pengembangan dan
aktivasi pengembangan kota kreatif sebagai sebuah visi dalam membangun kota yang
berkelanjutan melalui UNESCO Creative Cities Network (UCCN). Eksisting Indonesia telah
mendorong lebih dari 5 kota untuk menjadi anggota jejaring UCCN, namun demikian baru
2 (dua) kota di Indonesia yang berhasil bergabung dngan jejaring UCCN, yaitu Kota
Pekalongan pada tahun 2014 dalam kategori Craft and Folks Art, dan Kota Bandung tahun
2016 dalam kategori Design.
Rekomendasi pengembangan kebijakan pengembangan kota kreatif disusun
berdasarkan hasil kegiatan koordinasi dan pengendalian dari pelaksanaan sejumlah
kegiatan FGD dan rapat koordinasi, serta lesson learned dari piloting kegiatan kerjasama
Kemenko Perekonomian dengan stakeholder terkait, antara lain: Indonesia Creative Cities
Network (ICCN), Badan Ekonomi Kreatif, Kementeraian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Pariwisata, Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), dan
beberapa lembaga lainnya.
Laporan Kinerja Tahun 2019
67
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Adapun rekomendasi kebijakan yang diusulkan sebagai berikut:
1. Sinergi Lintas Sektor dalam Mendorong Pengembangan Kota Kreatif yang
Berkelanjutan Sebagai Implementasi Perpres No. 142/2018 tentang Rindekraf
Kemenko Perekonomian telah merumuskan beberapa rekomendasi kebijakan, antara
lain:
a. Perlu adanya sebuah rekomendasi standar, tahapan, indeks (NSPK) yang jelas
dan terukur sebagai acuan/basis model rantai bisnis pengembangan kota kreatif di
Indonesia
b. Semangat pengembangan kota kreatif harus terus terkawal, sehingga tidak
terbatas termaktub dalam Rancangan Teknokratik RPJMN, tetapi juga di dalam
Perpres RPJMN 2020 – 2024
c. Perlu dibangun adanya kesamaan pandangan antar pemangku kepentingan
tentang goals pengembangan kota kreatif
d. Diperlukan pembentukan komite/pokja sebagai wadah forum koordinasi lintas
sektor dan K/L
2. Kolaborasi dan Sinergi Pengembangan Kota Kreatif untuk Mendorong Akselerasi
Peningkatan Potensi Ekonomi Daerah bersama dengan Indonesia Creative Cities
Network (ICCN) dan Bekraf
Kolaborasi dan sinergi perlu dibangun melalui wadah forum koordinasi lintas sektor dan
K/L, serta pertemuan berkala untuk memetakan potensi dan kesiapan Indonesia dalam
membangun ekosistem kota kreatif, termasuk inventarisasi kesiapan Indonesia untuk
bergabung dengan UCCN (khususnya pada lokasi prioritas bersama). Perlu juga
diinisiasi adanya sebuah Indeks Kota Kreatif yang merupakan hasil elaborasi banyak
indikator kota kreatif, sehingga dapat menjadi sebuah standar proses/rantai bisnis
pengembangan kota kreatif. Standar tersebut juga diharapkan terintegrasi dengan
langkah dan upaya Pemerintah dalam mendorong promosi kota/kabupaten sebagai
calon anggota UNESCO Creative Cities Network (UCCN).
Beberapa hal yang didorong oleh Kemenko Perekonomian, antara lain:
a. Kesepahaman dan kesamaan pandangan terkait konsepsi dan implementasi
pengembangan Kota Kreatif di Indonesia
b. Konsep kelembagaan dan tata kelola pembangunan kota yang efektif
c. Kota Kreatif dijadikan sebagai template yang ideal bagi kota-kota kreatif yang ada
lainnya
d. Arah Pengembangan Kota Kreatif Indonesia melalui instrument pembangunan yang
efektif, salah satunya melalui dokumen perencanaan pembangunan nasional
(RPJMN), khususnya terkait prioritas pembangunan bidang perkotaan dan ekonomi
kreatif
e. Pengkajian aspek pembangunan Intellectual Property Right System (HAKI) atas
potensi produk unggulan yang menjadi ciri khas dari suatu Kota Kreatif (Geographical
Indicator).
f. Implementasi oleh seluruh stakeholders atas arah, kebijakan dan strategi mengenai
pengembangan Kota Kreatif sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden
Laporan Kinerja Tahun 2019
68
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Nomor 142 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif
Nasional
3. Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan
Kewirausahaan
Pengukuran capaian IKU Kemudahan Wirausaha Dan Percepatan Penciptaan
Wirausaha Baru pada Triwulan IV telah mencapai 100% capaian dari target yang
ditetapkan. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi kemudahan wirausaha dan
percepatan penciptaan wirausaha baru, telah menghasilkan capaian sebagai berikut:
I. Rekomendasi Pengembangan Kewirausahaan Sektor Pariwisata
Dalam rangka mencapai tujuan pemerataan ekonomi, maka disusunlah rencana
koordinasi dan sinkronisasi antar Kementerian/Lembaga yang memiliki program
pengembangan kewirausahaan di sektor pariwisata.
Permasalahan utama dalam pengembangan kewirausahaan pada sektor pariwisata
yaitu terletak pada infrastruktur dan tata kelola pendidikan dalam peningkatan kapasitas
SDM pariwisata. Keterbatasan jumlah lembaga pendidikan/pelatihan pariwisata dan
rendahnya kualifikasi SDM pariwisata menjadi faktor utama dalam pembenahan
pengembangan kewirausahaan.
Melihat kesuksesan dalam program pilot project pengembangan wirausaha sektor
pariwisata untuk homestay dan tour guide di Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah
di launching pada September 2018, menjadikan sebuah gambaran dalam pengembangan
wirausaha di sektor pariwisata untuk selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, disusun
Rekomendasi Pengembangan Kewirausahaan Sektor Pariwisata yang terdiri dari:
1. Komitmen Kementerian/Lembaga bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Tengah terkait dengan Pengembangan Kewirausahaan Sektor Pariwisata di
Kawasan Sekitar KEK Mandalika.
Program Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang disepakati, antara lain:
Kementerian/Lembaga Program
Kementerian Pariwisata ▪ Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan bagi Guru ▪ Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Goes To Campus ▪ Program Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antar Lembaga ▪ Gerakan Sadar Wisata ▪ Sosialisasi Sadar Wisata ▪ Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat ▪ Pembuatan Buku Story Telling ▪ Pelaksanaan Bimtek Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Wisata Sejarah dan
Warisan Budaya ▪ Bimtek Pembuatan Paket Wisata ▪ Penyusunan dan Pengadaan Buku Saku Pedoman Wisata Kuliner dan Belanja
Indonesia ▪ Pembangunan Homepod ▪ Bimtek Wisata Kuliner dan Belanja ▪ Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Daerah dan Mancanegara
Kementerian Koperasi dan UKM ▪ Workshop Pengelolaan Desa Wisata oleh Koperasi
▪ Bimtek Peningkatan Kapasitas Usaha KUKM/Sentra Usaha Mikro Industri
Laporan Kinerja Tahun 2019
69
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Kreatif ▪ Dalam Rangka Kemitraan ▪ Pelatihan bagi Pengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berbasis
Kompetensi ▪ Pelatihan Pemberdayaan Kewirausahaan bagi SDM KUMKM ▪ Pelatihan Vocational bagi Daerah Pasca Bencana Bidang Pengolahan
Makanan Berbahan Dasar Buah-Buahan ▪ Pelatihan Kewirausahaan di Daerah Pasca Bencana ▪ Pelatihan Kewirausahaan Daerah Pariwista bagi Wirausaha Pemula ▪ Pelatihan dan Uji Kompetensi SDM KUMKM melalui SKKNI Bidang
Pariwisata bagi Pengelola Homestay ▪ Pelatihan Vocational bagi SDM KUMKM ▪ Pelatihan dan Uji Kompetensi SDM KUMKM melalui SKKNI Bidang Pariwisata
bagi Pemandu Wisata sebesar
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
▪ Pembangunan Toilet Dan Kelengkapannya ▪ Pembangunan Penerangan Jalan Umum ▪ Pembangunan Gazebo Desa Wisata ▪ Pembangunan Homestay ▪ Pembangunan Jalan Lingkungan Wisata
Kementerian Pemuda dan Olahraga
▪ Program Penumbuhan Minat Kewirausahaan di Kalangan Pemuda ▪ Bantuan Akses Pembiayaan/ Modal Usaha bagi Wirausaha Pemuda
Kementerian Pertanian Pelatihan Pelaku Usaha Pertanian
Kementerian Perdagangan ▪ Pembangunan Pasar Agrobisnis ▪ Pembangunan Pasar Seni Lombok Tengah ▪ Pembangunan Pasar Tradisional Wisata ▪ Pelatihan Ekspor untuk Pengusaha/Calon Eksportir ▪ Bantuan Sarana Berjualan dan Penataan Pedagang Kakilima ▪ Pembangunan Pasar Paokmotong Raya (Tipe D) ▪ Pelatihan Pengelolaan Pasar Rakyat diberikan kepada Pengelola Pasar
Jelojok di Jakarta bersama dengan Pengelola pasar
Kementerian Komunikasi dan Informatika ▪ Pembuatan Website 10 Desa Wisata
▪ Pembuatan Foto dan Video Promosi Wisata ▪ Promosi Media Online ▪ Pelatihan Pengelola Website Desa Wisata ▪ Fasilitasi Klinik Pelatihan Pengelolaan Multimedia dan Internet Bagi pelaku
Usaha Wisata ▪ Workshop Start Up Aplikasi Bidang Wisata (10 Desa) Pengembangan
Infrastruktur ▪ Penyediaan Akses Internet
Badan Pengawas Obat dan Makanan • Intervensi Keamanan Pangan bagi UMKM
• Bimtek Pendamping Desa (Kader Keamanan Pangan) tgl 28 Juli 2019 di Mandalika
• Monev Desa pangan aman
• Advokasi dalam rangka desa pangan aman
Badan Ekonomi Kreatif Pelatihan promosi kerajinan lokal
Kementerian Kelautan dan Perikanan • Penataan Kawasan Budidaya Laut
• Peningkatan Budidaya Kolam, Restocking
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan • Bantuan Pengembangan Teaching Factory SMK
• Bantuan Pembinaan SMK Menjadi Sekolah Rujukan
• Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan SMK
Kementerian PUPR • Pembangunan Jaringan Irigasi Tambak di Kabupaten Lombok Tengah
• Pembangunan Sumur Air Tanah untuk Air Baku di Kabupaten Lombok Tengah
• Pembangunan Saluran Pengendali Banjir KEK Mandalika
• SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga
• Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga
Laporan Kinerja Tahun 2019
70
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Integrated Infrastructure Development for National Tourism Strategic Areas
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah • Peningkatan promosi produk unggulan
• Pengembangan mutu produk IKM
• Pembibitan dan pembinaan olahragawan berbakat
• Pengembangan SDM pariwisata bekerjasama dengan Lembaga lainnya
• Peningkatan pemanfaatn teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata
• Pengembangan jaringan kerja sama promosi
• Pelaksanaan promosi nusantara di dalam negeri dan luar negeri
• Pengembangan statistic pariwisata
• Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah sebesar
• Pelestarian kekayaan budaya daerah
• Penyelenggaraan event budaya daerah
• Peningkatan pembangunan saran dan prasarana pariwisata
• Pelatihan IKM berbasis agro
• Pelatihan IKM berbasis kerajinan
• Pengembangan produk IKM
• Peningkatan sarana produksi bagi IKM
• Pembinaan IKM dalam memperkuat klaster inustri
• Pengembangan pasar dan disribusi barang produk
• Peningkatan system dan jaringan informasi perdagangan
• Penataan pedagang kaki lima
• Pengembangan komoditi hortikultura
• Pendistribusian bibit ternak kepada masyarakat
• Peningkatan produksi, produktivitas tanaman perkebunan
• Pelatihan petani dan pelaku agrobisnis
• Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk penguatan keamanan desa
• Pelatihan pengolahan hasil dari perikanan
• Pengadaan peralatan pengolahan hasil dan perikanan
• Penyediaan perahu fibergass 9 meter dan alat tangkap
• Peningkatan kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan
• Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil produksi rumah tangga
• Penyediaan alat tangkap ramah lingkungan dan alat bantu penangkapan
• Pembinaan kelompok nelayan koperasi
• Pelatihan budidaya ikan
• Penebaran benih nila dan karper
• Sertifikasi pertukangan
• Pembangunan Bumi Perkemahan
2. Penyusunan Komitmen Kementerian/Lembaga bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan terkait dengan Program Lanjutan Pengembangan Kewirausahaan Sektor Pariwisata Tahun 2020.
Program Kementerian/Lembaga yang masih dalam proses untuk disepakati antara
lain:
Kementerian/Lembaga Program
Kementerian Pariwisata
• Sosialisasi Sadar Wisata di 7 (Tujuh) Kabupaten Toba (Materi umumnya tentang Narkoba / Mitigasi bencana);
• Peningkatan kapasitas Usaha Masyarakat di 7 (Tujuh) Kabupaten Toba (Materi tentang pengelolaan UMKM / Kuliner).
Kementerian Koperasi dan UKM
• Pelatihan Kewirausahaan Daerah Pariwisata bagi wirausaha pemula;
• Pelatihan dan Uji Kompetensi SDM KUMKM Melalui SKKNI Bidang Pariwisata bagi Pengelola Homestay;
• Peningkatan Kapasitas Usaha KUKM dalam Penguatan Daya Saing di Bidang Ecotourism;
Laporan Kinerja Tahun 2019
71
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Koperasi dan UMKM yang difasilitasi sertifikasi (halal, hak cipta, dll).
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
Pembangunan Village Business Park.
Kementerian Pemuda dan Olahraga
• Dukungan Fasilitasi bagi Wirausaha Muda Pemula pemuda;
• Penumbuhan minat kewirausahaan di kalangan pemuda.
Kementerian Pertanian
• Penyediaan Traktor Roda 2;
• Penyediaan Cultivator;
• Pengawalan Penyaluran Pupuk Bersubsidi (Verifikasi Validasi Rdkk).
Kementerian Ketenagakerjaan
• Tenaga Kerja Mandiri;
• Padat Karya Infrastruktur.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Perubahan peruntukan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) untuk rencana pembangunan taman bunga
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Intermediasi dengan pelaku startup di bidang pariwisata.
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Intervensi Keamanan Pangan bagi UMKM (BPOM di Medan)
Badan Ekonomi Kreatif • Racik Kopi Humbang Hasundutan sebesar;
• Oprek Fotografi.
II. Rekomendasi Kebijakan Yang Mendukung Entitas Wirausaha Sosial
Beberapa permasalahan umum terkait wirausaha sosial di Indonesia diantaranya: (1)
Belum adanya pengakuan/panduan/dukungan entitas wirausaha sosial dalam suatu
kebijakan/peraturan, (2) Kurangnya sinergi antar stakeholders walaupun jumlah wirausaha
sosial sudah mencapai ratusan ribu usaha, (3) Belum terbangunnya ekosistem
kewirausahaan sosial yang mapan, (4) Kurangnya dukungan akses pendanaan bagi
Pelaku Usaha Sosial, dan (5) Pendampingan dan pembinaan untuk Wirausaha Sosial
masih sangat kurang.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan perumusan kebijakan
terkait dengan wirausaha sosial. Perumusan kebijakan ini diharapkan dapat: (1)
mendorong perumusan kebijakan/peraturan spesifik yang mengatur tentang
pengakuan/panduan/dukungan entitas wirausaha sosial, (2) meningkatkan sinergi antar
stakeholders (Pemerintah, Dunia Usaha, Perbankan, Akademisi, Komunitas, dan Media),
(3) membangun ekosistem kewirausahaan sosial yang mapan secara berkelanjutan, (4)
meningkatkan dukungan akses pendanaan bagi Wirausaha Sosial, dan (5) meningkatkan
dukungan program/kegiatan pendampingan dan pembinaan bagi usaha sosial yang
pemula.
Telah dilaksanakan beberapa kegiatan bersama dengan para pihak terkait untuk
menyepakati point-point penting yang akan dimuat dalam kebijakan dukungan bagi
wirausaha sosial. Hal-hal yang telah menjadi kesepakatan, antara lain:
a. Definisi :
“Kewirausahaan Sosial merupakan badan usaha yang didirikan dan beroperasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan visi dan misi untuk
Laporan Kinerja Tahun 2019
72
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
menyelesaikan masalah sosial, budaya, ekonomi dan/atau lingkungan di Indonesia
sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan mereinvestasikan keuntungan
dan/atau memastikan aset badan usaha hanya digunakan untuk mendukung
pencapaian visi dan misi.”
b. Karakteristik:
1) Memiliki visi dan misi untuk menyelesaikan masalah dan mendorong perubahan
positif pada aspek sosial, budaya, ekonomi dan/atau lingkungan sesuai dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Mayoritas penerima manfaat dari
kegiatan Wirausaha Sosial berada di Indonesia.
2) Memastikan kepentingan masyarakat sesuai visi & misi dalam pengambilan
keputusan dapat terwakili.
3) Melibatkan partisipasi dan memberdayakan masyarakat sebagai bagian tidak
terpisahkan dari kegiatan usaha Wirausaha Sosial.
4) Menerapkan prinsip tata kelola usaha yang baik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku terkait pilihan badan usahanya.
c. Pengaturan Teknis:
1) Visi dan Misi serta pilihan model bisnis (aset lock/profit lock) dinyatakan secara
tegas dalam dokumen pendirian (Anggaran Dasar) badan usaha dan mendapatkan
persetujuan serta perubahannya dilaporkan pada Kementerian Hukum dan HAM
sesuai kewajiban yang berlaku.
2) Surat pernyataan pendiri terkait komitmen untuk menyelesaikan masalah dan
mendorong perubahan positif pada aspek sosial, budaya, ekonomi, dan/atau
lingkungan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang
dilampirkan dalam dokumen pendirian.
3) Pelaporan dampak sesuai visi dan misi secara tahunan yang dapat diakses publik.
4) Juklak dan Juknis terkait Pengaturan Teknis Wirausaha Sosial akan dibahas lebih
lanjut.
5) Dukungan Pemerintah dapat berupa: Pendampingan, Registrasi, Akses
Pendanaan, Riset dan Penelitian, Mekanisme Pengukuran Dampak, Tukar
Pengalaman dengan negara lain, insentif Pajak, dan Kemudahan Pengurusan
Legalitas dan Perizinan (Biaya dalam bentuk kuota subsidi pendanaan).
d. Altenatif Kebijakan yang akan diusulkan:
1) Sambil menunggu RUU Kewirausahaan Nasional disahkan, dapat diusulkan
membuat Perpres terkait Kewirausahaan Sosial. Hal ini dapat dilakukan karena
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan sebagai atribusi dari Pasal 4 Ayat 1
UUD 1945, sehingga penyusunan Perpres tersebut tidak perlu menunggu RUU
Kewirausahaan Nasional disahkan, atau
2) Mendorong penyusunan Surat Edaran Dirjen Administrasi Hukum Umum,
Kementerian Hukum dan HAM terkait registrasi wirausaha sosial. Hal ini lebih
Laporan Kinerja Tahun 2019
73
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
mudah dilakukan untuk mendukung pengakuan entitas wirausaha sosial, namun
proses ini tidak dapat mencakup pemberian dukungan Pemerintah lainnya, seperti
insentif perpajakan, pendampingan dan akses pendanaan.
4. Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing
Koperasi dan UMKM
Pengukuran capaian IKU rekomendasi hasil koordinasi kebijakan bidang
peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM sampai pada Triwulan IV telah mencapai
target yang ditetapkan. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi kebijakan Peningkatan
Daya Saing Koperasi dan UMKM, telah dihasilkan dan ditindaklanjuti oleh
Kementerian/Lembaga teknis, yaitu berupa rekomendasi percepatan izin prakarsa
RPerpres tentang Pemberdayaan Koperasi Perikanan dalam Penyelenggaraan
Pelelangan Ikan di TPI dan rekomendasi kebijakan Sinergi Program Pembinaan
UMKM.
I. Rekomendasi percepatan izin prakarsa RPerpres tentang Pemberdayaan
Koperasi Perikanan dalam Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di TPI.
Sejak tahun 2018 sampai tahun 2019, proses penyusunan RPerpres tentang
Pemberdayaan Koperasi Perikanan dalam Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di TPI yang
dinantikan oleh Gerakan Koperasi Perikanan masih terkendala karena belum keluarnya
Izin Prakarsa atas penyusunan RPerpres tersebut dari Bapak Presiden. Dokumen
rekomendasi percepatan izin prakarsa RPerpres tentang Pemberdayaan Koperasi
Perikanan dalam Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di TPI berisi poin:
1. Menteri Koperasi dan UKM dapat menyampaikan kembali permohonan izin prakarsa
Rancangan Peraturan Presiden dimaksud kepada Presiden Republik Indonesia
dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Sekretaris
Kabinet;
2. Kementerian Koperasi dan UKM selaku pemrakarsa Rancangan Peraturan Presiden
melakukan pembahasan penyusunan Rancangan Peraturan Presiden dimaksud
dengan Kementerian/Lembaga terkait;
3. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hanya dapat memberikan dukungan
dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Presiden dimaksud, sedangkan
dalam proses penyusunannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kementerian
Koperasi dan UKM selaku pemrakarsa.
II. Rekomendasi Sinergi Program Pembinaan UMKM
Program pembinaan UMKM dimiliki oleh 17 Kementerian/Lembaga. Permasalahan
program pembinaan UMKM diantaranya adalah belum ada sinergitas data dan informasi
antar K/L yang membina UMKM sehingga ada kecenderungan tumpang tindih program.
Sehingga perlu Sinergi Program Pembinaan UMKM antar Kementerian/Lembaga terkait
untuk efesiensi dan efektivitas program pembinaan. Berdasarkan hal tersebut, selama
2019, disusun rencana dan pelaksanaan pilot project koordinasi Sinergi Program
Pembinaan UMKM antar K/L dengan UMKM Sentra IKM Rendang Payakumbuh dan
Klaster UMKM Rumput Laut Kabupaten Wakatobi.
Laporan Kinerja Tahun 2019
74
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Rekomendasi Sinergi Program Pembinaan UMKM terdiri dari:
1. Komitmen Kementerian/Lembaga bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten
Payakumbuh terkait dengan Pengembangan UMKM di Sentra IKM Rendang
Payakumbuh. Program Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang disepakati,
antara lain:
a. Kementerian Perindustrian
− Bantuan percepatan proses sertifikasi HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Points)
− Bantuan proses penyaluran DAK (Dana Alokasi Khusus) guna mendukung
sarana dan prasarana. Namun karena Kabupaten Payakumbuh sudah
mendapatkan bantuan selama 3 tahun, maka harus ada laporan pendahuluan
− Pendampingan thermal processing untuk operator mesin boiler dan retort
b. Kementerian Koperasi dan UKM
− Sertifikasi HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) oleh KemenKUKM
− Pembinaan dan pendampingan melalui PLUT
c. Kementerian Keuangan
− Penyuluhan wajib pajak dan kemudahan dalam mendapatkan NPWP
d. Badan Pengawas Obat dan Makanan
− Dispensasi 50% biaya pengurusan izin edar MD (Makanan Dalam)
− Pembinaan Keamanan Pangan
e. Rumah Kreatif BUMN – PT Telkom dan BNI
− Pendampingan pengajuan kredit program
− Pembinaan melalui RKB daerah
f. Pemerintah Daerah Kabupaten Payakumbuh
− Percepatan operasionalisasi sentra
− Proses tender penadaan peralatan produksi
− Pendampingan pemasaran
− Pendampingan penyiapan dan pengajuan proposal permohonan bantuan kepada
stakeholder
− Disnakerperin Kota Payakumbuh bekerja sama merumuskan program jurusan
baru di bidang Kuliner Minang (Program D3) dengan Rektor Universitas Negeri
Padang (UNP) yang nantinya Sentra IKM Rendang Payakumbuh akan menjadi
objek pelaksanaan perkuliahan.
2. Komitmen Kementerian/Lembaga bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten
Wakatobi terkait dengan pengembangan Klaster UMKM Rumput Laut Kabupaten
Wakatobi. Program Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang disepakati,
antara lain:
a. Kementerian Koperasi dan UKM
− Bantuan percepatan pengesahan akta pendirian Koperasi Rumput Laut
− Pendampingan melalui PLUT meliputi produksi, pembiayaan, kelembangan dan
pemasaran
b. Kementerian Kelautan dan Perikanan
− Bantuan bibit kultur jaringan
Laporan Kinerja Tahun 2019
75
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
− Penyusunan komitmen pembinaan dan pelatihan selama 2020 dengan K/L
teknis terkait diantaranya: KKP, KemenKUKM, Kemenperin, Kemendag, dan
BPOM
c. Balai Taman Nasional Watobi, Kementerian LHK
− Fasilitasi kemudahan penggunaan lahan konservasi
d. Bappebti, Kementerian Perdagangan
− Dukungan percepatan pengoperasian resi gudang
e. Badan Pengawas Obat dan Makanan
− Pendampingan pengurusan PIRT
f. Bank Indonesia
− Bantuan pembangunan rumah industri
g. National Support for Local Investment Climates (NSLIC)
− Pembinaan produksi
− Kemitraan
− Bantuan teknis perbenihan baru
5. Rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ketenagakerjaan
Pengukuran capaian IKU Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi
Kebijakan di Bidang Ketenagakerjaan pada Triwulan IV telah mencapai target yang
ditetapkan. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi kebijakan Ketenagakerjaan, telah
dihasilkan dan ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga teknis, diantaranya berupa
rekomendasi kebijakan sebagai berikut:
a. Rekomendasi kebijakan terkait Skill Monitoring System (SMS);
(i) Critical Occupation List (COL)
Pada tahun 2018, Kemenko Perekonomian telah menentapkan Critical Occupation
List (COL) yang merupakan output dari Skill Monitoring System (SMS). Skill Monitoring
System (SMS) dibangun melalui pengumpulan dan pengolahan seluruh data/informasi dari
seluruh stakeholder menggunakan dua tahapan analisa yakni Top Down Analysis dan
Bottom Up Analysis, SMS digunakan sebagai dasar dalam pengambilan berbagai
kebijakan khususnya dibidang tenaga kerja.
Fungsi SMS antara lain membantu menyelaraskan kebijakan pengembangan
tenaga kerja dengan kebutuhan industri dan meningkatkan informasi pasar kerja untuk
pencari kerja yang kurang ter-update terkait peluang kerja. Adapun kegunaan SMS antara
lain:
• Bagi Pemerintah: akan mempermudah pengambilan kebijakan di bidang pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja yang bertujuan untuk mempercepat pemenuhan tenaga
kerja yang sesuai dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
• Bagi DUDI: akan mempercepat pemenuhan tenaga kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan, melalui informasi ketersediaan tenaga kerja dalam SMS.
• Bagi Tenaga Kerja: akan mempermudah dalam menentukan pendidikan dan pelatihan
yang tepat, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan DUDI.
Selain itu, cakupan SMS antara lain sebagai berikut:
• Pemantauan dari sisi demand, seperti skill, jabatan, dan perkembangan industri.
Laporan Kinerja Tahun 2019
76
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Pemantauan dari sisi supply, seperti skill apa yang sudah dimiliki oleh tenaga kerja
Indonesia dan skill apa yang masih dipelajari.
• Pemantauan dari sisi skill gap, seperti apakah jabatan dan kompetensi yang
dibutuhkan oleh industri sudah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh tenaga
kerja yang ada sekarang maupun di masa depan.
Output dari SMS adalah Critical Occupation List (COL) yang digunakan sebagai
dasar berbagai kebijakan strategis dibidang pendidikan dan ketenagakerjaan. Setelah
melalui proses analisa Top Down dan Bottom Up, diperoleh Final COL sebanyak 35 jenis
pekerjaan. 35 jenis pekerjaan tersebut dijabarkan rangkumannya dalam tabel yang berisi
(i) informasi mengenai kode KBJI, (ii) Job Title, (iii) serta penjelasan singkat terkait
kompetensi yang dibutuhkan untuk mengisi pekerjaan tersebut. Job title yang digunakan
dalam report akhir SMS ini, tidak berdasarkan nama baku dalam KBJI, tetapi merujuk
pada penamaan yang digunakan oleh DUDI.
Gambar 3.11 Metodologi Penyusunan COL
(ii) Tindaklanjut Perbaikan Critical Occupation List (COL)
Setelah pada tahun 2018 melakukan penelitian dan memperoleh 35 Critical
Occupation List (COL), Kemenko Perekonomian melakukan perbaikan COL dari segi data
dan juga memperdalam pembahasan agar lebih komprehensif supaya nantinya dapat
dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, Kemenko
Perekonomian bekerjasama dengan World Bank bersama melakukan revisi COL.
Adapun beberapa revisi yang dilakukan antara lain:
• Data Gaji:
World Bank telah menambahkan data rentang gaji berdasarkan Global Salary
Calculator - Global Research Institutes, yang dapat menggambarkan kondisi pasar
Laporan Kinerja Tahun 2019
77
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
kerja. World Bank juga menampilkan data gaji secara detail dari SAKERNAS, dengan
rincian (i) rentang gaji terendah sampai tertinggi, (ii) rentang gaji berdasarkan lamanya
pengalaman kerja dan (iii) rentang gaji berdasarkan tingkat pendidikan. Berdasarkan
tindak lanjut dari World Bank, perbaikan gaji dapat kita terima dan disajikan dalam
report COL.
• Tingkat Pendidikan dan Jurusan
Terdapat beberapa COL yang tingkat pendidikan dan jurusannya masih kontradiktif
antara statistik yang ditampilkan dengan penjelasan bottom-up.
World Bank mem-breakdown data SAKERNAS yang menampilkan persentase
education level yang memenuhi pekerjaan tersebut, seperti pada contoh COL no.12,
education level yang memenuhi terdiri atas DIV/S1 sebanyak 76%, DIII sebanyak 11%,
dan SMK sebanyak 7%.
• Kelengkapan Statistik dan Kontradiktif antar penjelasan
Terdapat kontradiktif antara data yang ditampilkan dengan penjelasan Bottom-Up
dan penjelasan lainnya dalam report COL.
World Bank telah memperbaiki report dengan mengubah strukturnya menjadi
beberapa bagian berdasarkan perspektif industri, pasar kerja, KBJI, dan SAKERNAS.
Perubahan struktur ini bertujuan untuk menghindari kontradiktif antar penjelasan dan
juga menampilkan statistik yang lebih detail di setiap bagian.
Berdasarkan hal tersebut, Perbaikan World Bank dapat kita terima berdasarkan
contoh COL no.12, statistik yang ditampilkan sudah lebih lengkap dibandingkan report
sebelumnya. Perbaikan ini juga tidak menimbulkan kontradiktif antar penjelasan
bagian.
b. Rekomendasi kebijakan terkait Kartu Pra-Kerja;
Dalam rangka perluasan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas, dan daya
saing bagi angkatan kerja, perlu diberikan pengembangan kompetensi kerja. Selain itu,
untuk pengembangan kompetensi angkatan kerja maka pemerintah melalui Kemenko
Perekonomian akan melaksanakan Program Kartu Prakerja.
Program Kartu Prakerja adalah program pengembangan kompetensi kerja yang
ditujukan untuk pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja,
dan/atau pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Program Kartu
Prakerja ini bertujuan mengembangkan kompetensi angkatan kerja dan meningkatkan
produktivitas dan daya saing angkatan kerja.
Hingga tahun 2019, progress penyusunan program Kartu Prakerja masih dalam
tahap pembahasan antar Kementerian/Lembaga. Adapun Pembahasan substansi dengan
membahas beberapa poin yaitu antara lain:
• Ketentuan Umum
• Tujuan dan Prinsip Pelaksanaan
• Penerima, Kriteria Penerima, dan Manfaat
• Jenis Pelatihan, Penyelenggaraan Pelatian, dan Kriteria Lembaga Pelatihan
• Kelembagaan yang meliputi Komite, Manajemen Pelaksana, Tim Pelaksana, dan
Sekretariat
Laporan Kinerja Tahun 2019
78
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Mekanisme Pendaftaran dan Penyaluran
• Pembiayaan dan Dukungan Pemerintah Daerah
Hingga akhir 2019, Rancangan Perpres sebagai dasar hukum dari program ini
sudah selesai dibahas dalam tim kecil serta sudah beberapa kali dirapatkan dalam rapat
eselon 1 dan rapat menteri. RPerpres tesebut direncanakan akan diresmikan pada awal
tahun 2020, kemudian pada awal tahun 2020 akan dilanjutkan pembahasan aturan
turunan dari Perpres tersebut, pembentukan kelembagaan, dan pembangunan sistem.
Program ini direncanakan akan diluncurkan pada Maret 2020.
c. Rekomendasi Penyusunan RPP Pelaksanaan Penemapatan Pekerja Migran
Indonesia Oleh Badan
Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia Oleh Badan merupakan salah
amanat dari Undang-Undang Pekerja Migran Indonesia. Selama tahun 2019, Kementerian
Ketenagakerjaan bersama dengan Asdep Ketenagakerjaan dan Kementerian/Lembaga
lainnya menyusun aturan tersebut.
Rancangan Peraturan Pemerintah ini mencakup pelaksanaan penempatan PMI
baik itu sebelum, sedang, maupun setelah bekerja. Adapun beberapa poin substansi yang
dibahas dalam beberapa rapat antara lain seperti proses kepulangan PMI, jaminan social
PMI, Penyelesaian permasalahan yang belum dapat diselesaikan selama bekerja di
negara tujuan penempatan dan PMI yang bersangkutan telah dipulangkan sampai ke
debarkasi Indonesia, tugas dan fungsi BP2MI dan Atase Ketenagakerjaan, Ketentuan
Peralihan dan lain-lain
Hingga akhir 2019, RPP tersebut masih belum ditetapkan dan masih dalam proses
harmonisasi dengan Kementeri Hukum dan HAM. Diharapkan RPP serta Perpres
BNP2TKI dapat segera diselesaikan pada tahun 2020.
d. Rekomendasi Program JobStart Kerjasama dengan ADB
Upaya dalam mengatasi pengangguran muda (usia 19-24 tahun), Kemenko
Perekonomian dan ADB, sejak tahun 2018, telah menyusun program Pilot Project yang
dinamai Jobstart. Perancangan program Jobstart ini mengambil best practice yang telah
diterapkan di beberapa negara seperti Filipina, Afrika Selatan, dan Mesir. Desain pogram
jobstart terdiri atas empat fokus, yaitu (i) peningkatan life skill, (ii) pemberian technical skill,
(iii) pemagangan di industri, dan (iv) Job Placement peserta pelatihan. Adapun target
sasaran program adalah (i) usia: 19-24 tahun, (ii) anak muda yang tidak sedang bekerja,
tidak sedang sekolah, dan tidak sedang mengikuti pelatihan, (iii) lulusan SMA/SMK, dan
(iv) tidak mempunyai pengelaman kerja atau kurang dari 1 tahun pengalaman kerja.
Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam
menyusun dan melaksanakan program pelatihan untuk Tenaga Kerja, terutama Tenaga
Kerja Muda.
Tahapan implementasi program JobStart yang telah dilaksanakan dan
direncanakan hingga tahun 2019 antara lain:
a) Penyusunan konsep dibuat sejak tahun 2018 dan telah selesai.
b) Scanning implementasi program telah dilakukan beberapa kali find fact ke beberapa
daerah dengan fokus:
Laporan Kinerja Tahun 2019
79
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Scanning Pilot daerah
➢ Daerah yang memiliki angka pengangguran yang tinggi;
➢ Memiliki mitra industri yang berpotensi untuk memberikan pelatihan bagi tenaga
kerja muda;
➢ Kondisi fasilitas pelatihan daerah dan keberpihakan Pemda terhadap pelatihan
(contoh: sistem informasi kerja, infrastruktur pelatihan, dll);
➢ Adanya komitmen dari pemda untuk mendukung program Jobstart;
• Perusahaan/Industri:
➢ Memiliki kapasitas untuk mengembangkan rencana pelatihan;
➢ Bersedia untuk memberikan fasilitas pelatihan teknis;
➢ Bersedia memberikan pelatihan magang dan uang saku untuk peserta magang
selama pelatihan;
➢ Bersedia menawarkan kesempatan bekerja pada lulusan pelatihan Jobstart yang
berkualitas;
c) Pelaksanaan Program dan Launching yang direncanakan pada Akhir 2019
Selanjutnya telah dilaksanakan Kick Off Meeting dan Roundtable Program
Jobstart yang telah diselenggarakan pada tanggal 22 Agustus 2019. Dalam rapat
tersebut disepakati pilot project JobStart akan dilaksanakan di Bandung Barat dan
Makassar, sebagai bentuk komitmen akan disusun MoU antara Kemenko
Perekonomian, Kemenaker, dan Pemerintah Daerah Bandung Barat dan Makassar.
Program ini juga mendapat dukungan dari program Haruka Edu dan akan
berkolaborasi bersama.
Dalam rangka pengembangan kapasitas staf yang akan terlibat dalam
implementasi pilot project program Jobstart, ADB melaksanakan kegiatan capacity
building ke negara Filipina pada pertengahan November 2019. Stakeholder yang akan
terlibat dalam kegiatan capacity building adalah Kemenko Perekonomian, Bappenas
Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Keuangan, Pemda (Disnaker), KADINDA,
APINDO dan BLK.
Hingga akhir tahun 2019, pilot project masih disusun bersama dengan ADB
terkait MoU antar stakeholder terkait. Diharapkan pada tahun 2020 akan segera
diselesaikan penyusunan MoU dan dapat segera dimulai
e. Rekomendasi Kebijakan Terkait Sistem Pemagangan Di Indonesia
Pemagangan sering kali disamaratakan padahal dari segi pelatihan yang diberikan
berbeda. ILO mengkategorikan pemagangan ke dalam jenis-jenis pembelajaran berbasis
kerja dimana ada 2 kategori pemagangan, sebagai berikut:
• Internship: program internship merupkaan jenis pemagangan yang tidak terstruktur
dimana dilakukan dalam jangka waktu pendek sekitar 3-6 bulan, hanya untuk
mendapatkan pengalaman kerja. Orang yang mengikuti internship bisanya
mendapatkan uang saku, namun tidak diberikan sertifikat, hanya recommendation
letter oleh perusahaan yang memberikan internship.
• Apprenticeship: jenis pemagangan ini dibagi ke dalam 2 bagian yaitu dual education
dan pemagangan berbasis industri. Kedua jenis ini diatur dalam Permenaker.
Laporan Kinerja Tahun 2019
80
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
i. Dual Education yaitu jenis pemagangan yang sering dilakukan oleh siswa SMK dan
Politeknik di Industri. Baik kurikulum ataupun modul disiapkan dan diberikan oleh
sekolah. Siswa magang akan diberikan sertifikat dan uji kompetensi setelah magang
selesai.
ii. Pemagangan berbasis industri yaitu jenis pemagangan yang diberikan oleh industri.
Biasanya beberapa perusahaan besar seperti Toyota memiliki learning center untuk
peserta magang sebelum dialihkan ke produksi. Sehingg peserta magang dapat
memahami teorinya terlebih dahulu sebelum melakukang praktek.
Selain itu, pelaksanaan pemagangan yang dilakukan oleh perusahaan sering tidak
optimal, dan juga dari sisi pekerja menilai bahwa pemagangan adalah salah satu upaya
kebijakan upah buruh murah. Berdasarkan hal tersebut, Kemenko Perekonomian
bekerjasama dengan GIZ dan ILO melaksanakan FGD Pemagangan yang betemakan
“Mewujudkan Pemagangan Berkualitas dengan Insentif Fiskal”
Berdasarkan pelaksanaan FGD trsebut diperoleh rekomendasi sebagai berikut:
• Peran Pemerintah: fokus pada kebijakan, bimbingan teknis untuk pembimbing,
ekaspansi SKKNI, subsidi sertifikasi, monitoring dan evaluasi.
• Penyempurnaan peraturan pemagangan tentang kejelasan hak dan kewajiban,
batasan usia, waktu belajar, besaran uang saku yang tidak perlu dikaitkan dengan
UMP
• Sosialisasi pemagangan terhadap masyarakat baik kaum muda maupun orangtua.
Perkuat dan perbaiki sistem Monitoring dan Evaluasi untuk program pemagangan
termasuk perangkat monev, siapa yang melakukan, dan sistem pelaporan untuk
memantau kekurangan-kekurangan pelaksanaan program pemagangan.
Sasaran Program 4 (SS-4) Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian
Dalam pencapaian sasaran strategis “Terwujudnya
Pengendalian Kebijakan Perekonomian”, Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Dan Daya Saing KUKM Koordinator Bidang
Perekonomian mengindentifikasikan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), sebagaimana
dilaporkan dalam tabel di bawah ini.
IKU 4 : Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian
Dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif, salah satu permasalahan utama
yaitu masih terbatasnya akses permodalan yang sesuai karakteristik usaha ekonomi
kreatif. Berdasarkan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif yang dilakukan Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik pada tahun 2017, sebesar
No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisa
si
%
Kinerja
1 Terwujudnya Pengendalian Kebijakan
Perekonomian ; 1 1 100%
Nilai Kinerja Sasaran Strategis 1 (NSS-1) 100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
81
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
92,37% pelaku ekonomi kreatif menggunakan modal sendiri, dan hanya 24,44% yang
memperoleh dana dari perbankan, dan 0,66 % dari perusahaan modal ventura. Data
tersebut menunjukkan bahwa skema pembiayaan yang ada saat ini belum sesuai dengan
model bisnis industri kreatif. Temuan lain dari survey tersebut menunjukkan bahwa pelaku
industri kreatif masih cenderung bersifat informal, dengan 96,61% usaha ekonomi kreatif
tidak berbadan usaha, dan kurang dari 1% yang berbentuk perseroan/PT. Selain itu,
hanya 3,86% usaha/perusahaan yang memiliki laporan keuangan. Hal ini menjadi kendala
utama bagi industri kreatif untuk mendapatkan akses pada layanan keuangan.
Kebijakan peningkatan daya saing ekonomi kawasan yang akan didorong adalah
kemitraan antara usaha skala besar dengan Usaha Kecil dan Menengah dalam
pengelolaan potensi kawasan, mencakup kemitraan bisnis hulu-hilir serta kemitraan
dalam aspek peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia. Optimalisasi pelaksanaan
kebijakan kemitraan bisnis antara Usaha Skala Besar dengan UKM sangat diperlukan
untuk mengatasi rendahnya penciptaan nilai tambah dari potensi dan komoditas ekonomi
unggulan kawasan. Pengembangan kota kreatif adalah satu program yang secara
internasional dikembangkan oleh UNESCO melalui UNESCO Creative Cities Network
(UCCN). Di tingkat Pemerintah, Konsep Kota Kreatif dikembangkan oleh Badan Ekonomi
Kreatif (BEKRAF) melalui Program Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia
(PM3KI). Di tingkat komunitas, konsep kota kreatif saat ini sedang dipromosikan dan
direplikasi di berbagai kabupaten/kota, oleh Indonesian Creative Cities Network (ICCN)
atau Jejaring Kabupaten Kota Kreatif se-Indonesia).
Pengembangan kewirausahaan ini juga tercakup dalam Roadmap Kebijakan
Pengembangan Vokasi 2017-2025 yang telah diluncurkan pada 21 Desember 2017. Salah
satu fokus sektor pengembangan kewirausahaan dan vokasi ini adalah sektor pariwisata
disamping 5 sektor prioritas lainnya. Peningkatan SDM pengelola pariwisata merupakan
suatu keharusan saat ini, melihat sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang
devisa terbesar.
Untuk setiap tahunnya dalam rangka menunjang pencapaian hal-hal tersebut
diatas, disusun rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya
saing koperasi dan UMKM. Dengan tersusunnya rekomendasi tersebut diatas, diharapkan
dapat terkendalinya pelaksanaan kebijakan penguatan kelembagaan dan pengembangan
usaha koperasi, peningkatan skala dan daya saing produk UMKM meliputi: terkendalinya
pelaksanaan kebijakan peningkatan kualitas SDM, kemudahan akses pembiayaan ke
lembaga keuangan, dan perluasan akses pasar sehingga akan menciptakan koperasi dan
UMKM yang berdaya saing tinggi dan juga membantu program penanggulanganan
kemiskinan.
Target Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UMKM terdapat 1 (satu) paket rekomendasi yang mempunyai 5 (lima)
rekomendasi kebijakan antara lain:
Capaian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UMKM antara lain:
I. Rekomendasi Pengedalian Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Laporan Kinerja Tahun 2019
82
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Pengukuran capaian IKU pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif
pada Triwulan III telah mencapai target yang ditetapkan, yaitu:
Pemantauan pelaksanaan kebijakan ekonomi kreatif
Monitoring dan Evaluasi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari.
KEK Singhasari dibentuk berdasarkan PP Nomor 68 Tahun 2019 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Singhasari. Konsep bisnis pengembangan berfokus pada pariwisata dan
ekonomi digital, yang meliputi contemporary heritage tourism, technopark, enlightment
park and wellness center, entertainment core, resort, villa, dan family leisure.
Implementasi teknologi digital di bidang
pariwisata, berupa (i) implementasi pada sistem,
yang meliputi strategi pemasaran media, sistem
manajemen area, sistem utilitas dalam
implementasi dan manajemen; (ii) atraksi yang
inovatif, yang meliputi virtual tourism, interactive
displays, dan multimedia entertainment; dan (iii)
hiburan digital dan kewirausahaan, yang meliputi
pusat jaringan digital untuk industri pariwisata
dan perhotelan, pusat inkubator bagi start-up,
perusahaan R&D berbasis teknologi.
Dalam rangka pengembangan ekosistem ekonomi digital di KEK Singhasari, Saat
ini sedang disiapkan rencana pengembangan Center of Excellence/Integrated Training
Center Bidang Teknologi Informasi bekerjasama dengan IBM dan Amazon Web Services
(AWS). Penguatan kerja sama industri di KEK Singhasari dengan SMK juga akan
dilakukan untuk kompetensi keahlian lain guna mendukung pengembangan ekonomi
digital yang merupakan salah satu bidang prioritas Pemerintah. Diharapkan dengan
terbangunnya kawasan tersebut, khususnya melalui Center of Excellence/Integrated
Training Center, dapat menghasilkan tenaga kerja terampil di sektor ekonomi kreatif, yang
merupakan tujuan pembangunan dari pengembangan ekonomi kreatif nasional.
II. Rekomendasi Pengedalian Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan;
Pada tahun 2019 ditargetkan dihasilkan 1 (satu) rekomendasi kebijakan peningkatan
daya saing ekonomi kawasan.
Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Daya Saing
Ekonomi Kawasan Berbasis Kemitraan;
Sebagai implementasi program pengembangan potensi ekonomi lokal di Kawasan
perdesaan melalui skema kemitraan berbasis
komoditas minyak atsiri, yang dilakukan
bersama perwakilan dari Direktorat Jenderal
Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa dan PDTT bersama mitra
usaha (Nares Essential Oil), pada Triwulan II
tahun 2019, telah dilaksanakan kegiatan
monitoring penjajakan budidaya minyak Atsiri
di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah bersama
Laporan Kinerja Tahun 2019
83
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Bupati Kendal, Kementerian Desa dan PT. Nares tanggal 12 Juni 2019. Tujuan dari
kegiatan ini adalah:
1. Mengetahui secara langsung proses bisnis usaha pengolahan minyak atsiri oleh
NARES Essential Oil
2. Memperoleh informasi yang komprehensif terkait isu-isu yang menjadi kendala dalam
pengembangan komoditas minyak atsiri
3. Mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah (Bupati Kendal) untuk
pengembangan potensi minyak atsiri
4. Sebagai bahan masukan untuk perumusan usulan skema kemitraan untuk
pengembangan komoditas minyak atsiri di Kawasan perdesaan lainnya, termasuk
upaya menginisiasi perumusan kebijakan untuk peningkatan daya saing ekonomi
Kawasan perdesaan melalui pengembangan komoditas minyak atsiri.
a. Pembahasan Terkait Tindak Lanjut Penyusunan Rekomendasi Kebijakan
Pemanfaatan Produk Hasil R&D dari Kawasan Sains dan Teknologi (KST) di
Science and Techno Park (STP)
- Berdasarkan lesson learned dari hasil pengembangan potensi tanaman pangan
dan peternakan di Kabupaten Musi Rawas yang didukung oleh keberadaan Agro
Techno Park melalui kerjasama dengan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan
Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-BATAN) sejak tahun 2015, telah diperoleh sejumlah
keberhasilan diantaranya produksi varietas unggul padi dan kedelai lokal,
peningkatan kapasitas petani dan peternak, serta tumbuhnya Pengusaha Pemula
Berbasis Teknologi (PPBT) berbasis produk pertanian dan peternakan. Telah
berkembang juga usaha pembiakan sapi sistem kelompok/komunal dan
terintegrasi dengan pertanian tanaman pangan melalui pemanfaatan limbah.
- Berdasarkan lesson learned dari hasil FGD Penyusunan Rekomendasi Kebijakan
Pemanfaatan Produk Hasil R&D dari Kawasan Sains dan Teknologi (KST) dan
Kunjungan Lapangan di Science Techno Park (STP) Institut Teknologi Sepuluh
Nopember di Surabaya, diperlukan adanya kolaborasi yang kuat untuk
pemanfaatan hasil Penelitian dan Pengembangan dari Kawasan Sains dan
Teknologi (KST) dalam rangka pengelolaan potensi dan produk unggulan wilayah
yang dapat berdampak pada peningkatan daya saing ekonomi kawasan. Kemenko
Perekonomian bersama K/L terkait perlu mendorong penguatan inovasi sektor hulu
yang dikelola 8 kawasan Sains dan Teknologi di perguruan tinggi. Selain itu, perlu
ditetapkan suatu KST yang ideal sebagai pilot implementasi pemanfaatan produk
hasil R&D dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi Kawasan. KST yang
akan dipilih diutamakan adalah KST Madya yang telah menjalin kerjasama dengan
industri/usaha besar, sebagai contoh adalah (1) Solo Techno Park yang telah
bekerjasama dengan PT. Garuda Indonesia, dan (2) Puslitkoka Jember yang telah
bekerjasama dengan PT. Nestle Indonesia.
Laporan Kinerja Tahun 2019
84
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Kota Kreatif. Pemantauan Kota Kreatif Bandung sebagai Amanat Perpres No. 142 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Telah dilaksanakan kegiatan Koordinasi dan Pemantauan Kota Kreatif Bandung di
Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung tanggal 15 November 2019.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong keberlanjutan dan akselerasi pengembangan
kota kreatif Indonesia sebagai amanat implementasi arah, kebijakan, dan strategi
pengembangan kota kreatif sebagaimana amanat Perpres No. 142 Tahun 2018
tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional, serta untuk
mendapatkan gambaran nilai strategis (strategic value) bergabung sebagai anggota
jejaring UNESCO Creative Cities Network (UCCN).
III. Rekomendasi Pengedalian Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan
Pengukuran capaian IKU Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan
Kewirausahaan sampai dengan Triwulan IV telah mencapai 100% dari target yang
ditetapkan. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi hasil pengendalian pelaksanaan
kebijakan pengembangan kewirausahaan, telah menghasilkan capaian sebagai berikut:
1. Rekomendasi Hasil Capaian Pengembangan Inkubator Wirausaha Tahun 2015 –
2018
Salah satu sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
Nasional tahun 2015-2019 adalah meningkatnya usaha baru yang ditargetkan
mencapai satu juta wirausaha baru dalam kurun waktu lima tahun (2015 s.d. 2019)
melalui program pemerintah pusat dan daerah. Sasaran lainnya dalam RPJMN 2015-
2019 adalah meningkatkan daya saing UKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh
menjadi usaha yang bersaing dan berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (naik
kelas) guna mendukung kemandirian perekonomian nasional.
Dalam rangka mencapai target tersebut, dibutuhkan peran Inkubator Wirausaha
sebagai lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta
inkubasi (Tenant). Pembentukan inkubator wirausaha bertujuan untuk menciptakan
dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing
tinggi serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik dalam
menggerakkan perekonomian dengan memanfaatkan ilmu penetahuan dan teknologi.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang
Pengembangan Inkubator Wirausaha, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
dalam rangka pengembangan inkubator wirausaha berfungsi sebagai koordinator
pelaksanaan pengembangan Inkubator Wirausaha di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, disusun Rekomendasi hasil capaian pengembangan
inkubator wirausaha yang terdiri dari :
a. Data capaian pengembangan inkubator wirausaha tahun 2015 – 2018
Data yang dikumpulkan dari 9 K/L dan AIBI untuk memberikan hasil capaian
perkembangan inkubator yang ada. Kementerian/Lembaga dan Asosiasi yang
menyampaikan data capaian pengembangan inkubator wirausaha antara lain:
➢ Kementerian PPN/Bappenas ➢ Kementerian Koperasi dan UKM
Laporan Kinerja Tahun 2019
85
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
➢ Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ➢ Kementerian Perindustrian ➢ Kementerian Tenaga Kerja ➢ Kementerian BUMN ➢ Kementerian Pertanian ➢ Badan Ekonomi Kreatif ➢ Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ➢ Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia
Data yang disampaikan mencakup :
1) Sasaran I : Pertumbuhan dan Pengembangan Inkubator Wirausaha
• Pada tahun 2018 jumlah inkubator wirausaha mencapai 143. Jumlah tersebut
meningkat sebanyak 91 inkubator dibanding tahun 2015, dengan pertumbuhan
tertinggi dicapai pada tahun 2017 yang meningkat sebanyak 78 inkubator
dibanding tahun sebelumnya;
• Dominasi sebaran inkubator wirausaha berada di wilayah Pulau Jawa;
• Inkubator wirausaha di Indonesia bergerak pada sektor agroteknologi, teknologi
dan informasi, agribisnis, industri digital dan telematika, makanan, kulit, karet,
plastik, dan produknya; bahan galian; hasil perkebunan; batik; tekstil; kerajinan
dan fashion; serta creativepreneur; dan
• Jumlah omzet UKM tenant meningkat dari Rp. 2 miliar pada tahun 2015 menjadi
Rp.3,5 miliar pada tahun 2018.
2) Sasaran II : Pengembangan Kapasitas Inkubator Wirausaha dan UKM Tenant
• Rata-rata jumlah pengelola inkubator mengalami peningkatan dari 59 orang pada
tahun 2015 menjadi 108 orang pada tahun 2018;
• Rata-rata tingkat pendidikan pengelola dan pendamping inkubator dari tahun
2015-2018 adalah S1;
• Kemenaker dan Kemenperin aktif memberikan pelatihan kepada mentor dan
tutor melalui program Bimbingan Pendamping Inkubasi Bisnis, Business
Matching, Manajemen Proyek, dan Manufaktur Perkayuan.
3) Sasaran III : Penyediaan Pendanaan Pengembangan Produk, Modal Awal
Usaha, dan Modal Pengembangan Usaha untuk UKM Tenant Inkubator
• Setiap tahunnya Kemenristekdikti aktif memberikan program lomba
kewirausahaan, yakni program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)
dengan besaran hadiah mencapai Rp.350-400 juta pada tahun 2018.
• Kemenperin juga mengadakan program lomba kewirausahaan setiap dua tahun
sekali melalui program Innovating Jogja dengan besaran hadiah Rp.20-35
juta/tenant.
• Sepanjang tahun 2015-2018, beberapa program penyediaan pendanaan untuk
modal pengembangan usaha UKM tenant yang dilaksanakan oleh K/L antara lain
Bimbingan Pendamping Inkubasi Bisnis Inwall dan Outwall Tahap
Pengembangan, PBBT Kemeristekdikti, TBIC Kemenristekdikti, DIPA
Kemenperin.
Laporan Kinerja Tahun 2019
86
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
4) Sasaran IV : Implementasi Program Nasional Pengembangan Inkubator
Wirausaha
• Jumlah alokasi dana untuk program pengembangan inkubator wirausaha
mengalami peningkatan dari Rp. 69,8 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp.120
miliar pada tahun 2018;
• Berdasarkan data tahun 2015-2018, rata-rata realisasi penyerapan anggaran per
tahunnya mencapai 93%;
• Tiga kementerian/lembaga yang setiap tahunnya mengalokasikan dana untuk
pengembangan inkubator adalah Kemenristekdikti, Kemenaker, dan BPPT. Dari
tiga kementerian tersebut, Kemenristekdikti pada tahun 2018 memberikan alokasi
dana paling besar dibanding K/L lainnya.
b. Monitoring dan Evaluasi Perkembangan Inkubator Wirausaha
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dalam rangka mendorong penguatan
inkubator wirausaha untuk mendukung Program Prioritas Penguatan Kewirausahaan
pada Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020.
Rekomendasi hasil capaian monitoring dan evaluasi Perkembangan Inkubator
Wirausaha adalah sebagai berikut :
➢ Sumber pendanaan inkubator masih sangat bergantung pada program Perusahaan
Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) oleh Kementerian Riset dan Teknologi sehingga
proses inkubasi tidak dapat berjalan secara maksimal;
➢ Seluruh inkubator menyelenggarakan seluruh proses bisnis inkubasi mulai dari
tahapan pra-inkubasi, inkubasi, dan pasca inkubasi. Namun, setiap inkubator
memiliki SOP yang berbeda khususnya pada kriteria pengelola inkubator dan
strategi/indikator kelulusan tenant;
➢ Seluruh inkubator wirausaha menyelenggarakan seluruh proses bisnis inkubasi
mulai dari tahapan pra-inkubasi, inkubasi, dan pasca inkubasi. Namun, setiap
inkubator memiliki SOP yang berbeda khususnya pada kriteria pendamping
inkubator serta strategi/indikator yang digunakan untuk menentukan kelulusan
tenant;
➢ Proses pendampingan pada tenant seringkali tekendala jauhnya lokasi serta sulitnya
akses menuju lembaga inkubator (Ikopin, Pelalawan);
➢ Masih rendahnya jumlah dan kemampuan pengelola inkubator, khususnya bagi
inkubator yang belum lama berdiri. Dari 20 jumlah pengelola inkubator, hanya 9
pengelola yang pernah mengikuti pelatihan pengelolaan inkubator (Pelalawan,
Maduratech, Ikopin). Selain itu, masih kurangnya jumlah pengelola yang fokus (full
time worker) pada inkubator wirausaha;
➢ Sumber pendanaan inkubator masih sangat bergantung pada program Perusahaan
Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) sehingga proses inkubasi tidak dapat berjalan
secara maksimal (Pontianak, Unhas);
➢ Kurangnya sinergi antara lembaga inkubator dan fakultas yang menyelenggarakan
proses inkubasi (Unhas).
Laporan Kinerja Tahun 2019
87
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
2. Rekomendasi Hasil Pelaksanaan Program Pilot Project Pengembangan Kewirausahaan Sektor Pariwisata (Homestay Dan Tour Guide) Di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dalam rangka melakukan evaluasi
terhadap komitmen pelaksanaan
program pilot project pengembangan
kewirausahaan sektor pariwisata
(homestay dan tourist guide) di
Kabupaten Humbang Hasundutan
yang telah dilaksanakan pada Tahun
2018.
Rekomendasi hasil capaian
monitoring dan evaluasi berupa laporan Kementerian/Lembaga dalam bentuk dua
kategori, yaitu laporan fisik dan non fisik.
IV. Rekomendasi Pengedalian Kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi Dan Umkm
Pengukuran capaian IKU rekomendasi hasil pengendalian pelaksanaan kebijakan
peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM pada Triwulan IV telah mencapai target
yang ditetapkan. Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi kebijakan Peningkatan Daya
Saing Koperasi dan UMKM, telah dihasilkan dan ditindaklanjuti oleh
Kementerian/Lembaga teknis yaitu berupa deregulasi dan harmonisasi kebijakan bidang
Koperasi antara lain:
a. Rekomendasi perubahan Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-
Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain
Dalam Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian memungkinkan
koperasi untuk masuk ke dalam usaha penyedia jasa pekerja (outsourcing) berkaitan
status badan hukum yang dimiliki dan lapangan usaha yang dimungkinkan. Namun
dalam Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain disebutkan bahwa
perusahaan penyedia jasa pekerja harus berkentuk badan hukum perseroan (PT).
Adapun rekomendasi perubahan Permenakertrans tersebut berisi:
• Perubahan ketentuan tentang perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang semula
berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) menjadi badan usaha yang
berbentuk badan hukum dan didirikan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan serta bergerak di bidang usaha penyediaan jasa. Sehingga koperasi
tenaga kerja dapat sebagai pemberi jasa tenaga kerja/outsourcing kepada
perusahaan lain. Perubahan tersebut tidak bertentangan dengan produk hukum
yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam UU Ketenagakerjaan pasal 65 dijelaskan bahwa penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Perusahaan lain tersebut harus
Laporan Kinerja Tahun 2019
88
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
berbentuk badan hukum. Dengan demikian koperasi termasuk memenuhi syarat
dalam pasal UU Ketenagakerjaan ini.
• Adapun dalam realisasi pemberian kesempatan kepada koperasi tenaga kerja
tersebut diperlukan pengawasan dan pembinaan oleh KemenKUKM agar tidak
terjadi permasalahan selama pelaksanaannya. Sementara pelaksanaan izin usaha
penyediaan jasa pekerja/buruh dilaksanakan oleh lembaga Online Single
Submission (OSS) untuk dan atas nama Menteri yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
b. Rekomendasi Proses pengalihan kewenangan Pengesahan, Perubahan
Anggaran Dasar, dan Pembubaran Koperasi dari KemenKUKM ke
KemenkumHAM.
Sehubungan dengan terbitnya PP No. 24/2018 tentang Pelayanan Perijinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik/Online Single Submission (OSS), maka
terdapat pengalihan kewenangan Pengesahan, Perubahan Anggaran Dasar, dan
Pembubaran Koperasi dari KemenKUKM ke Kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum yakni KemenkumHAM. Mengingat adanya
karakteristik khusus bidang perkoperasian yang berbeda dengan kriteria tupoksi
KemenkumHAM selama ini, maka dibutuhkan masa transisi agar proses pelayanan
koperasi pada KemenkumHAM dapat berjalan efektif. Pada awalnya masa transisi
proses wewenang berakhir selambat-lambatnya tanggal 1 Maret 2019, namun karena
Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) masih memerlukan beberapa
pengembangan, melalui PermenkumHAM No. 14 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan
Pengesahan Koperasi, cut off pengalihan kewenangan pengesahan badan hukum,
perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi dari Kementerian Koperasi dan
UKM kepada KemenkumHAM dijadwalkan ulang menjadi tanggal 28 September 2019.
Adapun rekomendasi proses pengalihan wewenang tersebut berisi:
1. Adanya inisiasi pengumuman bersama antar Sesmenko Perekonomian, Dirjen AHU
KemenkumHAM, Deputi Kelembagaan KemenKUKM, dan Deputi Bidang
Pelayanan Penanaman Modal BKPM dalam rangka memperpanjang masa transisi
proses pengalihan wewenang;
2. Dilakukan simulasi SABH pengesahan badan hukum, perubahan anggaran dasar,
dan pembubaran koperasi oleh KemenkumHAM;
3. Adanya integrasi SABH KemenkumHAM ke sistem OSS.
V. Rekomendasi Pengedalian Kebijakan Di Bidang Ketenagakerjaan
Pengukuran capaian IKU paket rekomendasi hasil pengendalian kebijakan di
bidang ketenagakerjaan pada Triwulan IV telah mencapai target yang ditetapkan.
Sebanyak 1 (satu) paket rekomendasi hasil pengendalian, telah dihasilkan dan
ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga teknis, diantaranya berupa rekomendasi
kebijakan sebagai berikut:
a. Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan terkait PP No. 78 Tahun
2015 tentang Pengupahan;
Adapun beberapa rekomendasi antara lain:
Review Penetapan Permenaker Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Upah Minimum
Laporan Kinerja Tahun 2019
89
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Adapun hasil review dari Permenaker Nomor 15 Tahun 2018 antara lain: i)
terdapat beberapa aturan baru yang sebelumnya tidak diatur dalam Permenaker
Nomor 7 Tahun 2013; dan ii) terdapat beberapa hal yang sebelumnya diatur dalam
Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2013 namun diatur ulang dengan mekanisme baru
dalam Permenaker Nomor 15 Tahun 2018. Penjelasan terkait 2 poin tersebut antara
lain sebagai berikut:
i) Beberapa aturan baru yang sebelumnya tidak diatur dalam Permenaker Nomor 7
Tahun 2013
• Penetapan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
❖ Kebutuhan Hidup Layak (KHL) masuk dalam formula penghitungan upah
minimum yaitu perkalian antara upah minimum tahun berjalan dan inflasi tahun
berjalan. KHL tersebut terdiri dari beberapa komponen dimana komponen
tersebut terdiri dari jenis kebutuhan hidup yang ditinjau dalam jangka waktu 5
tahun dan ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Pasal 4 dan 5)
❖ Komponen dan jenis kebutuhan hasil peninjauan menjadi dasar penetapan dan
penghitungan KHL hasil peninjauan. KHL hasil peninjauan merupakan dasar
penetapan upah minimum tahun pertama. Sementara, upah minimum tahun
kedua sampai kelima ditetapkan dengan formula penghitungan upah minimum
(Pasal 6 dan 7).
Tabel 3.4 Penetapan Formula Upah Minimum
Dalam Permenaker 15/2018, telah mengadopsi aturan dalam PP 78/2015 pasal 44
ayat (1) yaitu penetapan upah minimum menggunakan formula penghitungan upah
minimum yang terdiri dari upah minimum tahun berjalan, inflasi tahun berjalan, dan
pertumbuhan PDB tahun berjalan. Adapun formula penghitungan upah minimum
dijabarkan sebagai berikut (Pasal 3):
- UMn = Upah Minimum yang akan ditetapkan
- UMt = Upah Minimum tahun berjalan
- Inflasit =
Inflasi dihitung dari periode September tahun yang lalu sampai
periode September tahun berjalan (inflasi year on year)
- ∆ PDBt =
Pertumbuhan produk domestik bruto yang dihitung dari
pertumbuhan produk domestik bruto yang mencakup periode
kwartal III dan IV tahun sebelumnya dan periode kwartal I dan II
tahun berjalan (PDB harga konstan)
Laporan Kinerja Tahun 2019
90
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)}.
• Penetapan dan Pencabutan Sektor Unggulan
❖ Sektor unggulan ditetapkan oleh dewan pengupahan provinsi dan dewan
pengupahan kabupaten/kota dengan melakukan kajian terhadap beberapa
variable yaitu (Pasal 13 ayat 1 & 2, dan Pasal 15 ayat 1 & 2):
(i) Kategori usaha sesuai KBLI 5 (lima) digit;
(ii) Perusahaan dengan skala usaha besar (sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang UMKM)
(iii) Pertumbuhan nilai tambah; dan
(iv) Produktivitas tenaga kerja.
❖ Selain penetapan sektor unggulan, apabila terdapat indikasi sektor unggulan tidak
lagi unggul, dewan pengupahan provinsi dan dewan pengupahan kabupaten/kota
dapat mencabut suatu sektor unggulan menjadi tidak lagi unggul melalui kajian
terhadap variable seperti diatas. Apabila hasil kajian menunjukan sektor tersebut
tidak lagi unggul maka upah yang berlaku adalah UMP atau UMK (Pasal 22).
• Tata cara penetapan UMSP dan UMSK
❖ Gubernur tidak dapat menetapkan UMSP dan UMSK apabila tidak terdapat
sektor unggulan (Pasal 13 ayat 6 dan Pasal 15 ayat 6).
❖ Apabila sektor unggulan ditentukan, dewan pengupahan provinsi dan dewan
pengupahan kabupaten/kota melakukan perundingan dengan asosiasi
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh untuk membahas perusahaan
yang masuk dalam kategori sektor unggulan serta nominal UMSP dan UMSK
yang harus dibayarkan. (Pasal 13 ayat 5 dan Pasal 15 ayat 5)
❖ Apabila perundingan antara dewan pengupahan provinsi dan dewan
pengupahan kabupaten/kota dengan asosiasi pengusaha dan serikat
pekerja/serikat buruh tidak terjadi kesepakatan, maka gubernur tidak dapat
menetapkan UMSP dan UMSK. (Pasal 14 ayat 2 dan Pasal 16 ayat 2)
❖ Berdasarkan hal tersebut, upah minimum yang berlaku adalah: (Pasal 14 ayat 3
dan Pasal 16 ayat 3)
(i) UMP dan/atau UMK tahun berjalan (jika tahun sebelumnya belum ada
UMSP dan/atau UMSK);
(ii) UMP dan/atau UMK tahun berjalan (jika UMSP dan/atau UMSK tahun
sebelumnya < UMP dan/atau UMSK tahun berjalan; dan
(iii) UMSP dan UMSK tahun sebelumnya (jika UMSP tahun sebelumnya > UMP
tahun berjalan.
❖ UMSP dan/atau UMSK ini hanya berlaku bagi Perusahaan dengan skala usaha
besar sesuai peraturan perundang-undangan dibidang UMKM
ii) Beberapa hal yang sebelumnya diatur dalam Permenakertrans Nomor 7 Tahun
2013 namun diatur ulang dengan mekanisme baru dalam Permenaker Nomor 15
Tahun 2018
Laporan Kinerja Tahun 2019
91
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Kewajiban Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP)
Dalam Permenakertrans 7/2013, penetapan UMP bersifat tidak wajib
sedangkan dalam Permenaker 15/2018 penetapan UMP bersifat wajib dan
dilakukan oleh dewan pengupahan provinsi yang kemudian disampaikan
kepada gubernur.
• Penegasan Tugas Dewan Pengupahan dalam Penetapan UMP dan UMK
Dalam Permenaker 5/2018, ditegaskan bahwa dalam penetapan UMP dan
UMK, dewan pengupahan provinsi dan dewan pengupahan kabupaten/kota
bertugas melakukan penghitungan UMP dan UMK dengan menggunakan
formula penghitungan upah minimum sebelum menyampaikan kepada
gubernur. Sedangkan dalam Permenakertrans 7/2013 hanya menjelaskan
dalam penetapan UMP dan UMK, gubernur memperhatikan rekomendasi dari
dewan pengupahan provinsi dan dewan pengupahan kabupaten/kota.
• Variabel dan Data yang Digunakan dalam Penetapan Sektor Unggulan
Dalam menetapkan sektor unggulan, pada Permenakertrans 7/2013
menggunakan 9 jenis data sedangkan pada Permenaker 5/2018 menggunakan
4 variabel (jenis variabel dan data terlampir).
• Ketentuan UMSP dan UMSK Untuk Perusahaan dengan Cakupan Lebih
Dari Sektor
Apabila satu perusahaan yang usahanya mencangkup lebih dari satu sektor
dan salah satu sektor belum ada UMSP dan/atau UMSK, sektor yang belum
ada penetapan UMSP dan/atau UMSK dalam Permenakertrans 7/2013 berlaku
upah terendah di perusahaan pada sektor yang bersangkutan dan disepakati
secara bipartit, sedangkan dalam Permenaker 15/2018 berlaku UMP atau UMK
tahun berjalan.
Review Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 saat ini masih
banyak dikeluhkan oleh pengusaha dan pekerja/buruh. Dari sisi pengusaha, upah
buruh dinilai terlalu tinggi terutama dengan adanya formula baru untuk upah minimum
yang berdasarkan tingkat inflasi dan PDB sehingga menyebabkan upah minimum
selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sementara itu, dari sisi pekerja/buruh,
aturan dalam PP 78/2015 belum banyak mengakomodir kesempatan pekerja/buruh
dalam bernegosiasi pada proses penetapan upah.
Selain beberapa permasalahan diatas, dengan adanya perkembangan ekonomi
digital yang cepat serta revolusi industry 4.0 maka dinilai perlu untuk melakukan revisi
PP 78/2015. Perkembangan teknologi, dan berkembangnya ekonomi digital saat ini
juga menjadi tantangan dalam penetapan upah minimum. Dimana pekerjaan saat ini
banyak yang tidak berdasarkan kebijakan pekerjaan fomal umum, namun berkembang
menjadi pola kemitraan, seperti (driver transportasi online). Kondisi ini tentu menjadi
tantangan bagi Pemerintah untuk tetap bisa melindungi hak-hak pekerja terutama
terkait upah.
Setelah dilakukan review terhadap PP 78/2015, terdapat beberapa poin penting
antara lain sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2019
92
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Beberapa pasal dalam PP 78/2015 dinilai masih relevan dan tidak diperlukan
perbaikan/revisi
• Terdapat beberapa pasal yang perlu penegasan serta penjelasan lebih lengkap
• Perlu penyempurnaan beberapa pasal untuk memperluas ruang lingkup dari PP
78/2015 agar menjangkau sektor informal
• Beberapa pasal perlu dilakukan revisi untuk mengakomodir perkembangan
ekonomi digital dan revolusi industri.
Melaksanakan Pertemuan Konsultasi Pengupahan dengan Bapak Daniel Kostzer
(Ahli Pengupahan ILO Bangkok)
Pertemuan konsultansi pengupahan bertujuan untuk membicarakan
perkembangan terkini mengenai aturan pengupahan di Indonesia dan mendiskusikan
bantuan teknis yang dapat ditawarkan ILO untuk menciptakan sistem pengupahan
yang adil dan produktif di Indonesia.
Presiden Joko Widodo berencana akan merevisi Peraturan Pemerintah (PP)
nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan. Hal tersebut disampaikan saat bertemu
dengan buruh saat kampanye di Bandung (9 April 2019). Revisi nantinya akan
melibatkan Serikat Buruh agar lebih berimbang.
Terdapat 3 Tuntutan Pekerja untuk revisi PP 78/2015 yaitu antara lain:
▪ Mengembalikan hak tawar serikat pekerja dalam menaikkan upah minimum
▪ Mencabut formula untuk menaikkan upah minimum dengan menerapkan inflasi
dan pertumbuhan ekonomi dan harus diganti dengan survei pasar yang
dinegosiasikan dalam dewan upah
▪ Menerapkan upah minimum sektoral secara komprehensif.
Sesuai dengan arahan presiden tersebut, untuk melakukan revisi PP 78 tentang
pengupahan, maka ILO dapat membantu pemerintah Indonesia dalam hal:
▪ Melakukan kajian untuk melakukan kajian revisi PP 78 tahun 2015 tentang
pengupahan
▪ Rumusan revisi tersebut, sebaiknya dapat menjawab:
(i) Tantangan pengupahan dimasa depan, menghadapi revolusi industri 4.0,
perkembangan ekonomi digital dan berkembangnya model kerja baru
(system kemitraan dan freelance)
(ii) Sistem pengupahan yang dapat menjangkau keseluruhan tenaga kerja, baik
formal maupun informal
(iii) Pengupahan dapat dikaitkan dengan upaya peningkatan produktivitas
(iv) Aturan pengupahan yang baru, diharapkan juga dapat mendukung
peningkatan investasi dan industri di Indonesia
▪ Perlu juga dilakukan kajian benchmark system pengupahan di Negara maju dan
berkembang, agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Laporan Kinerja Tahun 2019
93
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Saran dan Masukan pada FGD KEIN terkait Mencari Format Sistem Pengupahan
dalam Revisi UU No. 13 Tahun 2003
Strategi Penyusunan Sistem Pengupahan Berkeadilan
(i) Penyesuaian Nilai Upah Terhadap Produktivitas
Komponen Upah Berdasarkan Produktivitas terdiri dari Fixed Component
(Imbalan Dasar) dan Variable Component. Adapun Fixed Component (Imbalan
Dasar) terdiri dari Upah Pokok (Living Cost dan Social Benefit) yang dibarengi
dengan Kenaikan Upah Tahunan yang dihitung berdasarkan Pengalaman,
Jabatan, Tanggung jawab, dan Kompetensi.
Selanjutnya terdapat Variable Component yang didasarkan pada dua aspek
yaitu: (i) upah berdasarkan produktivitas (Bonus berdasarkan pada performa
karyawan dan perusahaan), dan (ii) Upah berdasarkan Profitabilitas (Insentif upah
akan dibayarkan ketika net profit melebihi target).
Sistem Upah yang berkeadilan bukan hanya mampu menjamin
kesejahteraan pekerja, tetapi juga harus mampu untuk meningkatkan produktivitas.
Selain itu, Pemberian variable component juga dapat mendorong peningkatan
produktivitas dan kinerja pekerja.
(ii) Collective Bargaining
Penetapan upah harus didasarkan pada kesepakatan antara pekerja dengan
pengusaha. Oleh karena itu, perlu didorong suatu hubungan kerja positif yang
diwadahi dalam suatu perundingan bersama. Collective Bargaining di level
perusahaan dilakukan oleh Pekerja dengan Perusahaan, sementara di level
nasional dilakukan oleh Asosiasi pengusaha dengan serikat pekerja.
Adapun cakupan perundingan bersama antara lain: negosiasi, konsultasi,
dan pertukaran informasi antara pihak yang terlibat, perundingan bersama,
pencegahan dan penyelesaian sengketa. Namun sistem ini harus memiliki pasyarat
agar berjalan dengan baik. Prasyarat tersebut antara lain: (i) Organisasi pekerja
dan pengusaha yang kuat dan mandiri dengan kapasitas teknis dan akses ke
informasi yang relevan; (ii) Political will dan komitmen dari setiap pihak untuk turut
serta dalam perundingan; (iii) Menghormati hak-hak dasar kebebasan berserikat
dan perundingan bersama; dan (iv) Kelembagaan dan kerangka hukum yang
memungkinkan.
(iii) Optimalisasi Peran LPN dan Depenas
Saat ini, LPN dan Deppenas dinilai belum optimal dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Adapun masukan untuk optimalisasi peran LPN dan Deppenas
antara lain:
a. Peran Lembaga Produktivitas Nasional
LPN tidak hanya memberikan rekomendasi kebijakan untuk peningkatan
produktivitas tetapi juga:
▪ Menyusun standar dan pedoman Good Productivity Practices
▪ Melakukan strategic foresight dan menyusun langkah transformasi sesuai
hasil analisis
▪ Menyusun skema pelatihan dan Skill Development Fund
Laporan Kinerja Tahun 2019
94
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
▪ Secara aktif mendorong perusahaan untuk melakukan pelatihan kepada
karyawan secara periodik guna upskilling
b. Peran Dewan Pengupahan Nasional
Depenas tidak hanya memberikan saran dan pertimbangan terkait perumusan
kebijakan dan pengembangan sistem pengupahan nasional tetapi juga:
▪ Menetapkan upah minimum dan upah maksimum
▪ Menjadi lembaga pengawas penerapan sistem pengupahan di industri telah
sesuai dengan aturan
▪ Menjadi lembaga mediasi proses bargaining upah antara perusahaan dan
karyawan
▪ Melakukan pendampingan penyusunan struktur dan skala upah bagi
perusahaan jika dibutuhkan
• Rekomendasi Perbaikan Sistem Pengupahan
Permasalahan upah telah menjadi isu di hampir seluruh negara, termasuk
Indonesia. Beberapa rekomendasi/benchmark terkait upah minimum dari beberapa
negara dan pakar bisa menjadi bahan pertimbangan antara lain:
(i) Sektor Informal & Kompetensi
▪ Kedepan perlu diatur sistem pengupahan yang dapat menjangkau lingkup yang lebih
luas. Saat ini peraturan yang ada belum menjangkau sektor informal dimana 58.35%
(BPS, 2018) tenaga kerja bekerja di sektor tersebut.
▪ Dalam penentuan besaran upah juga harus menitikberatkan upah berdasarkan
kompetensi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keadilan bagi pekerja dan
mendorong peningkatan kompetensi SDM guna menghadapi tantangan industri 4.0.
(ii) Konsep Australia
Konsep upah minimum yang ada di Australia bisa dipertimbangkan dengan
memberlakukan 3 konsep sebagai berikut:
▪ Modern Award Minimum Wages: upah minimum yang diberikan untuk pekerja yang
berprestasi (ditentukan oleh industri);
▪ National Minimum Wage: ditentukan dengan menggunakan jarring pengaman
(safety net) yang dapat diaplikasikan ke semua industri dan okupasi.
▪ Special Minimum Wage: upah minimum yang ditetapkan untuk kategori tertentu
seperti pekerja yang terkena dampak otomatisasi, pekerja magang, pekerja yang
berkebutuhan khusus (disability), dan pekerja junior.
(iii) Riset ILO
Berdasarkan hasil riset ILO di beberapa negara, seperti Malaysia dan UK, upah
minimum ditetapkan berdasarkan 2 pertimbangan, yaitu:
▪ Berdasarkan Kriteria: Kebutuhan pekerja dan keluarganya, dan faktor ekonomi;
▪ Berdasarkan statistik utama: Biaya hidup, inflasi harga, produktivitas, rata-rata gaji,
dan tenaga kerja
(iv) Sistem Jepang
Di negara Jepang, sistem upah minimum ditentukan berdasarkan:
▪ Grade yang diukur dengan beban kerja yang dimiliki oleh buruh/pekerja; dan
▪ Berdasarkan spesifikasi sektornya seperti pabrik, teknik dan bukan jenis
pekerjaannya.
Laporan Kinerja Tahun 2019
95
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Perlu dicermati bahwa keterlibatan mitra sosial sangat penting agar dapat
mengetahui kepentingan dan prioritas mereka yang paling terkena dampak langsung oleh
kebijakan upah minimum untuk diperhitungkan lebih lanjut secara efektif. Hal ini pada
akhirnya bertujuan untuk mengamankan legitimasi yang lebih besar dan dukungan untuk
minimum upah yang akan ditetapkan, serta cenderung dapat memfasilitasi pelaksanaan
yang efektif.
Tinjauan Terhadap UU Ketenagakerjaan Vietnam dan UU Ketenagakerjaan
Malaysia
Untuk mendorong peningkatan investasi, maka perlu memperbaiki ekosistem
ketenagakerjaan di Indonesia, salah satunya terkait peraturan pengupahan yang saat
ini diatur dalam UU 13/2003 dan PP 78/2015. Aturan tersebut masih dinilai belum
bersahabat dengan investasi sehingga menyebabkan investasi dari luar sulit masuk
ke Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi kelemahan dari aturan tersebut, perlu
dikaji dan diperbandingkan UU ketenagakerjaan Indonesia dengan negara lain yang
memiliki eksosistem ketenagakerjaan yang ramah terhadap investasi, dalam hal ini
adalah Malaysia dan Vietnam dengan pertimbangan kedua negara tersebut masih
dalam satu regional (ASEAN) dan merupakan sama-sama negara berkembang.
Beberapa isu pokok terkait pengupahan yang diperbandingkan antara lain:
• Struktur dan Skala Upah
Dalam UU Ketenagakerjaan Vietnam penyusunan skala upah dibuat oleh
pengusaha berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan skala upah, tabel upah,
dan norma-norma kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pengusaha juga harus
berkonsultasi dengan serikat pekerja dan menginformasikan hasilnya kepada
publik sebelum diimplementasikan.
UU Ketenagakerjaan Malaysia tidak secara spesifik mengatur struktur dan skala
upah. Prinsip utamanya pengusaha wajib memberi upah dan semua
pembayaran lainnya dalam bentuk tunai kepada karyawan sesuai dengan
kontrak kerja yang disepakati termasuk kesepakatan upah.
• Upah Minimum
Dalam UU Ketenagakerjaan Vietnam, upah minimum ditentukan oleh pemerintah
atas rekomendasi Dewan Upah Nasional. Adapun jenis upah minimum terdiri dari
upah regional dan upah sectoral
Sementara itu, dalam UU Ketenagakerjaan Malaysia tidak mengatur terkait Upah
Minimum. Upah Minimum diputuskan oleh sebuah lembaga Tripartit yang dikenal
dengan Dewan Konsultasi Upah Nasional.
• Dewan Pengupahan
Dalam UU Ketenagakerjaan Vietnam, Dewan Upah Nasional adalah badan
penasihat untuk Pemerintah dan terdiri dari perwakilan dari Kementerian
Perburuhan, Penyandang Cacat dan Urusan Sosial, Konfederasi Jenderal
Perburuhan Vietnam, dan organisasi pengusaha di tingkat pusat.
Sementara itu, Dalam UU Ketenagakerjaan Malaysia tidak mengatur terkait
Dewan Pengupahan, tetapi Malaysia memiliki Lembaga Tripartit yaitu Dewan
Laporan Kinerja Tahun 2019
96
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Konsultasi Upah Nasional (National Wages Consultative Council Act 2011 (Act
732) yang memutuskan upah minimum.
Masukan perubahan UU Ketenagakerjaan Terkait Pengupahan
Kementerian Ketenagakerjaan saat ini sedang menyusun pokok-pokok perubahan dalam
revisi UU Ketenagakerjaan. Adapun beberapa poin penting pokok-pokok perubahan
terutama terkait pengupahan antara lain:
• Dalam konsep UU Ketenagakerjaan yang baru, dasar perhitungan upah minimum
mengacu pada: i) kebutuhan layak kerja yang merupakan kebutuhan dasar
seorang pekerja/buruh untuk layak bekerja; dan ii) kondisi ekonomi makro yaitu tingkat
inflasi, produktivitas makro tenaga kerja, tingkat kesempatan kerja dan median upah.
• Hanya akan ada satu upah minimum yang akan ditetapkan oleh Menteri
Ketenagakerjaan dengan mempertimbangkan tarif upah sesuai wilayah masing-
masing. Dengan demikian tidak ada lagi upah minimum sektoral.
• Struktur skala upah minimum juga dilakukan perombakan menjadi satuan terkecil
berupa jam atau juga upah minimum harian yang bertujuan untuk mengakomodasi
pekerja paruh waktu dan pekerja dengan waktu kerja fleksibel, namun terkait hal ini
masih akan dikaji lebih lanjut.
• Upah minimum kedepan kemungkinan akan lebih rendah, tetapi ini hanya berlaku bagi
tenaga kerja baru, sementara tenaga kerja yang sudah ada tetap dengan upah lama.
• Terkait kelembagaan, dalam konsep yang baru, Dewan Pengupahan dan Lembaga
Produktivitas Nasional direncanakan akan disatukan. Hal ini dikarenakan kedua
lembaga tersebut merupakan lembaga yang seharusnya tidak dipisahkan guna
menyeimbangkan antara upah pekerja dan produktivitas pekerja.
• Untuk mengakomodir perkembangan dunia kerja saat ini seperti digitalisasi dan
revolusi industri 4.0. Dalam konsep UU Ketenagakerjaan yang baru telah dijabarkan
melalui pemberian upah berdasarkan jam atau berdasarkan hari kerja. Dimana saat ini
banyak pekerja yang bekerja paruh waktu dan tidak terikat dengan jam kerja.
b. Rekomendasi Pengendalian Implementasi Perpres No. 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan TKA
Adapun beberapa Rekomendasi antara lain:
➢ Rapat Evaluasi TKA
Pada tanggal 14 Pebruari 2019 dilaksanakan Rapat Pembahasan TKA yang
dipimpin oleh Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi
dan UKM untuk membahas beberapa keluhan dari pelaku usaha terkait pelaksanaan
Perpres 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing dan pelaksanaan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, antara lain:
✓ web tka-online merupakan satu web online yang dibangun oleh Kementerian
Ketenagakerjaan sebagai jalur dalam jejaring (daring) bagi calon pengguna
Laporan Kinerja Tahun 2019
97
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
tenaga kerja asing untuk mengajukan proses perizinan penggunaan TKA, belum
berjalan dengan baik sehingga pelaku usaha mengalami keterlambatan dalam
pengurusan perizinan
✓ petugas yang ditempatkan di Mal Pelayanan Publik Batam tidak memberikan
pelayanan sesuai dengan yang diharapkan, hanya berupa layanan helpdesk
sehingga layanan perizinan TKA tertumpuk di pusat yang mengakibatkan
perizinan TKA lama keluar
✓ minimnya SDM pengelola aplikasi Skype yang bertugas memberikan layanan saat
wawanca pengurusan perizinan TKA disamping seringnya terjadi gangguan
jaringan sehingga memperlambat proses perizinan.
✓ Pada tahap notifikasi, sering mengalami keterlambangan karena sebelum
notifikasi dikeluarkan terhadap tahapan verifikasi pengajuan data TKA yang
memerlukan waktu yang cukup lama.
✓ kode billing sebagai satu syarat yang harus dimiliki oleh calon pengguna tka untuk
dapat membayar PNBP ke negara, lama keluar. Hal ini akan menghambat atau
mengganggu proses selanjutnya.
➢ Rapat Evaluasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) melalui
sistem Online Single Submission (OSS)
Pada Tanggal 16 April 2019 diadakan Rapat yang dipimpin oleh Staf Ahli Bidang
Hubungan Ekonomi dan Politik, Hukum dan Keamanan, serta dihadiri oleh: (i) Deputi
Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet; (ii) Dirjen Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Kemnaker; (iii) Staf Ahli Bidang
Pengembangan Daya Saing Nasional, Kemenko Perekonomian; (iv) perwakilan dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM); (v) perwakilan Ditjen Imigrasi,
Kemenkumham; (vi) perwakilan Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan; (vii)
Tim Teknis OSS.
➢ Rapat evaluasi Implementasi Pepres Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
Dalam rapat evaluasi Implementasi Pepres Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing ditemukan beberapa permasalahan, yaitu
permasalahan bidang pelayanan dan permasalahan terkait sistem.
Permasalahan Pelayanan antara lain:
o Saat ini di Indonesia hanya memiliki 5 TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) yang
diberikan kewenangan untuk memberikan ITAS (Izin Tinggal Terbatas) yaitu (i) TPI
Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta; (ii) TPI Bandara Ngurah Rai, Bali; (iii) TPI Bandara
Kuala Namu, Medan; (iv) TPI Batam Centre, Batam; dan (v) TPI Bandara Djuanda,
Surabaya.
o Jumlah ini dinilai sangat terbatas dan sering menyusahkan tenaga kerja. Misalnya
untuk tenaga kerja asing yang menggunakan direct flight masuk ke Indonesia melalui
bandara internasional di Kalimantan dan Sulawesi yang tidak memiliki TPI yang dapat
memberikan izin ITAS.
Laporan Kinerja Tahun 2019
98
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
o Oleh sebab itu, saat ini Dirjen Imigrasi akan mengusahakan untuk menambah jumlah
TPI terutama di daerah-daerah yang menjadi jalur masuk utama Tenaga Kerja Asing.
Permasalahan Sistem antara lain:
o Saat ini dalam sistem tidak dapat menunjukkan informasi bagi penjamin/pemberi kerja
status permohonan penggunaan TKA. Apabila terdapat status pending, pihak imigrasi
akan memberitahukan melalui email, hal ini menyebabkan proses kelengkapan
dokumen membutuhkan waktu yang lama.
o Belum banyak bandara yang memiliki smart card dan automatic gate, hal ini
merepotkan TKA yang memiliki mobilitas keluar-masuk Indonesia tinggi karena harus
mengantri di imigrasi untuk cap paspor, padahal dengan smart card data akan dapat
terekam secara otomatis sehingga paspor tidak akan cepat habis.
o Smart card yang diberlakukan di Batam juga saat ini sedang dihentikan karena
menunggu keputusan besaran PNBP dari Kementerian Keuangan.
D. KINERJA KEUANGAN
Perkembangan Pagu dan Realisasi Anggaran
Tahun 2019, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM, Koordinator Bidang Perekonomian mendapat Pagu
Anggaran sebesar Rp. 20.702.928.000,- mencapai realisasi sebesar Rp. 19.660.279.226,- atau terserap sebesar 94.96% dengan SILPA Rp. 1.042.648.774,- atau
terdapat efisiensi anggaran sebesar 5.04%.. Realisasi Anggaran Tahun 2019 per unit
Eselon II dalam lingkup Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UKM sebagai berikut:
Tabel 3.5 Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2019
No Unit Eselon II Pagu 2019 (ribu) Realisasi 2019
Program Prioritas
Program Reguler
Program Prioritas
Program Reguler
1 Pengembangan Ekonomi Kreatif (Prioritas: e-commerce dan ekonomi digital)
8.777.928 1.800.000 7.532.897 (85.82%)
1.716.144 (95.34%)
2 Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan (Prioritas: Kemitraan Ekonomi Umat)
1.000.000 1.500.000 989.310 (98.93%)*
1.491.191 (99.41%)
3 Pengembangan Kewirausahaan - 1.500.000 - 1.482.677 (98.85%)
4 Peningkatan daya Saing KUMKM - 1.500.000 - 1.499.577 (99.97%)
5 Ketenagakerjaan (Prioritas: Pengembangan Vokasi)
3.125.000 1.500.000 3.079.976 (98.56%)
1.356.394 (90.43)
Jumlah 12.902.928 7.800.000 11.602.183 (89.92%)
7.545.983 (96.74%)
Total 20.702.928 19.148.166
(92.49%)
Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian pada tahun 2019, mengalami penurunan dalam hal penyerapan anggaran
Laporan Kinerja Tahun 2019
99
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
dimana pada tahun 2017, penyerapan anggaran Deputi IV adalah sebesar 89.44%,
dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2019 sebesar 88.3%. Perbandingan lebih
rinci sebagai berikut:
Tabel 3.6 Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2017 s.d 2019
Program
Realisasi Anggaran
2019 2018 2017
Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM)
95.11 88.3% 89.44%
Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan
Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
- Tersusunnya Paket rekomendasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif
- Tersusunnya Paket rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif
- Terselenggaranya layanan dukungan administrasi kegiatan dan tata kelola pada deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan daya Saing Koperasi dan UKM
98.96% 97.46%
Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
- Tersusunnya Paket Rekomendasi Kebijakan di Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
- Tersusunnya Paket Rekomendasi Pengendalian Kebijakan di Bidang Peningkatan Daya Saing ekonomi Kawasan
99.17% 82.51% 98.19%
Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Kewirausahaan
- Tersusunnya Paket rekomendasi Kebijakan di bidang pengembangan wirausaha
- Tersusunnya paket rekomendasi pengendalian kebijakan di bidang pengembangan wirausaha
97.03% 99.79% 95.82%
Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
- Tersusunnya paket rekomendasi hasil koordinasi kebijakan di Bidang Peningkatan daya Saing Koperasi dan UMKM
- Tersusunnya paket rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan peningkatan daya saing koperasi dan UMKM
99.97% 98.76% 98.39%
Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
- Tersusunnya paket rekomendasi hasil koordinasi kebijakan pengembangan UKM Berbasis Teknologi
- Tersusunnya paket rekomendasi hasil pengendalian pelaksanaan kebijakan UKM berbasis Teknologi
- 99.53% 98.62%
Koordinasi Kebijakan Ketenagakerjaan
- Tersusunnya paket rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan
- Tersusunnya paket rekomendasi hasil pengendalian kebijakan di bidang ketenagakerjaan
- Tersusunnya draft peraturan peta jalan sistem pendidikan dan pelatihan vokasi
98.58% 98.39 98.73%
Sekretariat Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
- Tersusunnya paket kebjakan bidang pengembangan e-Commerce Nasional
83.3 % -
Laporan Kinerja Tahun 2019
100
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Pelaksanaan program dan kegiatan di Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM telah dilakukan secara efektif dan efisien,
meskipun dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Saat ini, beberapa jabatan
struktural yang masih belum terisi. Selain itu, staf pelaksana pun sangat terbatas, hanya
12 (dua belas) orang untuk membantu pelaksanaan seluruh kegiatan kedeputian. Akan
tetapi dengan segala keterbatasan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM telah mampu mencapai mencapai target kinerja
dengan realisasi anggaran sebesar 95.11%.
E. PERBANDINGAN CAPAIAN KINERJA Perbandingan Kinerja dalam perspektif Sasaran Hasil (outcome)/ Indikator Monitoring Utama :
Tabel 3.7 Perbandingan Kinerja dalam perspektif Sasaran Hasil (outcome)/ Indikator Monitoring Utama
NO Sasaran Program/Indikator Kinerja 2018
Sasaran Program/Indikator Kinerja 2019
Realisasi
2018 2019
SS1 Terwujudnya Sistem Perdagangan Nasional berbasis elektronik
Terimplemntasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
100 100
Jumlah paket rekomendasi kebijakan pengembangan e-commerce
Jumlah Paket rekomendasi implementasi peta jalan sistem perdagangan nasional berbasis Elektronik
1 2 3
TAHUN 2017 2018 2019
TOTAL ANGGARAN 23,362,040,000 25,895,364,000 20,702,928,000
TOTAL REALISASI 20,893,865,932 22,880,163,283 19,689,826,180
0
5000000000
10000000000
15000000000
20000000000
25000000000
30000000000
Tingkat Realisasi Anggaran 2017 - 2019
Gambar 3.11 Perbandingan Realisasi Anggaran
Laporan Kinerja Tahun 2019
101
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
NO Sasaran Program/Indikator Kinerja 2018
Sasaran Program/Indikator Kinerja 2019
Realisasi
2018 2019
SS2 Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi dan pengedalian kebijakan bidang perekonomian
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
100 100
Jumlah paket rekomendasi kebijakn bidang koordinasi ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan UKM
Jumlah paket rekomendasi hasil koordinasi hasil koordinasi dan sinkronisasi pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi
SS3 - Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perekonomian
100
Jumlah paket rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang koordinasi ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan UKM
SS4 - Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang perekonomian
100
Jumlah paket rekomendasi hasil pengendalian kebijakan bidang koordinasi ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing koperasi dan UKM
Dari hasil perbandingan sasaran program dan indikator kinerja yang telah disajikan
dalam tabel diatas dapat terlihat ada perbedaan anatar sasaran program dan indikator
kinerja pada tahun 2018 dan 2019. Pada tahun 2018 terdapat 2(dua) sasaran program
yang memilki realisasi kinerja sebesar 100%, sedangkan pada tahun 2019 dapat dilihat
bahwa ada penambahan dan perubahan sasaran program. Sasaran program 1 (satu) di
2019 merupakan perubahan dari sasaran program 2018 tentang SPNBE (Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik yang memiliki realisasi kinerja sebesar 100%
ditiap tahunnya. Untuk sasaran program 2 (dua) merupakan tambahan kegiatan yaitu
terkait pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi yang di tahun 2018 tidak muncul.
Pada tahun 2019, sasaran program tersebut mencapai target sebesar 100%. Sasaran
program 3 (tiga) & 4 (empat) merupakan pemisahan sasaran program 2 (dua) pada tahun
2019. Kedua sasaran ini juga mencapai target yaitu 100%.
F. CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT) Selain sumber daya anggaran, kapasitas organisasi sebagai penggerak keberhasilan
kinerja Deputi IV adalah profesionalitas pegawai yang selalu dipantau oleh Bagian SDM
melalui program pelatihan, laporan kinerja, kedisplinan, dan pengembangan karir. Sistem
informasi yang bertumpu pada kesiapan jaringan dan kecepatan internet, serta aplikasi
berbasis web selalu disediakan dan dipantau jikalau terdapat keluhan. Reformasi Birokrasi
yang merupakan program nasional tanpa henti, menjadi unsur penguat dan perekat
motivasi berkinerja agar terus menerus akuntabel dan transparan. Melalui survei internal
dan pleno PMPRB (Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi) menjadi ukuran
tata kelola yang baik pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing KUKM. Dari sisi ekternal organisasi, kolaborasi dengan para pemangku
kepentingan juga merupakan kunci keberhasilan tercapainya sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kinerja.
Laporan Kinerja Tahun 2019
102
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Tolak ukur keberhasilan capaian kinerja juga dapat dilihat melalui pengukuran capaian
keluaran (output), kegiatan, yang dilakukan dengan membandingkan Target Volume
Keluaran/Output (TVK) yang direncanakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL/DIPA), dibandingkan dengan Realisasi Volume Kegiatan
(RVK), serta membandingkan antara Target Indikator Keluaran Kegiatan (TIKK) dengan
Realisasi Indikator Keluaran Kegiatan (RIKK). Pengukuran Capaian Kinerja Keluaran
(Output) Kegiatan dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, sebagai berikut.
Keterangan:
CKK : Capaian Keluaran (Output) Kegiatan
RVK : Realisasi Volume Keluaran (Output) Kegiatan
TVK : Target Volume Keluaran (Output) Kegiatan
m : Jumlah Keluaran (Output) Kegiatan
n : Jumlah Indikator Keluaran (Output) Kegiatan.
Pada Tahun 2019, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UMKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah
menghasilkan 24 volume keluaran/output (RVK), dan 25 indikator kinerja kegiatan (RIKK),
melalui 6 Kegiatan. Pencapaian komponen tersebut berhasil mencapai 100% dari target
yang ditetapkan, sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.8 Pencapaian Komponen
No Kegiatan TVK RVK TIKK RIKK CKK
1 Koordinasi Kebijakan Pengembangan Ekonomi Digital
1 1 1 1 100%
2 Koordinasi Penataan Kelembagaan Pengembangan UKM Berbasis Teknologi
2 2 2 2 100%
3 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM
2 2 2 2 100%
4 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif
6 6 8 8 100%
5 Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Kewirausahaan
3 3 3 3 100%
6 Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan
5 5 5 5 100%
7 Koordinasi Kebijakan Bidang Ketenagakerjaan
5 5 4 4 100%
Total 24 24 25 25 100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
103
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
G. ANALISIS EFISIENSI PEMANFAATAN SUMBER DAYA Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya
Pelaksanaan analisis efisensi pemanfaatan sumber daya dihitung berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan penjumlahan dari selisih antara
perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran (CKK) dan realisasi anggaran
keluaran, dengan penjumlahan dari perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian
keluaran. Rumus untuk pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
Keterangan:
E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran i
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran i
CKi : Capaian Keluaran i
Berdasarkan hasil perhitungan pada Capaian Kinerja Keluaran (Output) Kegiatan pada bagian
sebelumnya, dapat dihitung tingkat efisiensi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UMKM dalam pencapaian kinerja di
tahun 2019, sebagai berikut.
Tabel 3.6. Tingkat Efisiensi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing Koperasi dan UMKM Dalam Pencapaian Kinerja
No. Output
Capaian Keluaran Kegiatan
(CKK)
Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
1 Paket Rekomendasi Kebijakan Pengembangan eCommerce Nasional (Paket Rekomendasi)
1
8,777,928,000 7,986,543,242 2 Rekomendasi Hasil Koordinasi Kebijakan
Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM (Paket Rekomendasi)
1
1,166,716,000 1,166,511,743 3 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM (Paket Rekomendasi)
1
333,284,000 333,065,000 4 Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif (Paket Rekomendasi)
1
1,256,600,000 1,184,343,824 5 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif (Paket Rekomendasi)
1
243,400,000 226,270,859 6 Layanan Dukungan Administrasi Kegiatan
dan Tata Kelola pada Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing UKM (Layanan)
1
300,000,000 299,172,242 7 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan
Kewirausahaan (Paket Rekomendasi) 1
1,300,000,000 1,270,826,896 8 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Pengembangan Bidang Kewirausahaan (Paket Rekomendasi)
1
200,000,000 184,650,000
Laporan Kinerja Tahun 2019
104
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
No. Output
Capaian Keluaran Kegiatan
(CKK)
Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
9 Rekomendasi Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi (Paket Rekomendasi)
1
1,250,000,000 1,241,987,119 10 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Pengembangan Daya Saing Ekonomi Kawasan (Paket Rekomendasi)
1
250,000,000 249,204,487 11 Rekomendasi Koordinasi Kemitraan
Ekonomi Umat (Paket Rekomendasi) 1
1,000,000,000 988,110,210 12 Rekomendasi Hasil Koordinasi dan
Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ketenagakerjaan (Paket Rekomendasi)
1
1,050,000,000 1,041,678,170 13 Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan
di Bidang Ketenagakerjaan (Paket Rekomendasi)
1
450,000,000 440,561,598 14 Rekomendasi Hasil Koordinasi dan
Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (Paket Rekomendasi)
1
3,125,000,000 3,076,900,790
Sumber: Tingkat Efisiensi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UMKM Dalam Pencapaian Kinerja 2019
Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung bahwa capaian efisiensi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UMKM Tahun
2019 adalah sebesar 4.89%. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2019, Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan
UMKM telah berhasil melaksanakan rencana kerja yang ditetapkan dalam dokumen
anggaran (DIPA), serta mencapai target atas setiap keluaran (output) yang diperjanjikan,
dengan mengoptimalisasi besaran pagu anggaran yang tersedia.
H. ANALISIS FAKTOR KETERCAPAIAN KINERJA Program Kebijakan Perekonomian pada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM memiliki 4 sasaran program (Sasaran Startegis)
yang masing-masing memiliki 1 ukuran atau Indikator Kinerja. Sasaran Program
Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik dan
Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
adalah kegiatan program prioritas. Di dalam Sasaran Program terwujudnya koordinasi,
sinkronisasi dan pengendalian kebijakan bidang perekonomian berisi kegiatan koordinasi
reguler.
Tabel 3.2 Capaian Kinerja Program Sasaran Program Indikator Kinerja Output Fisik Kinerja
Target Realisasi
Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100%
Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
105
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Vokasi
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100%
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
1 Paket rekomendasi
1 Paket rekomendasi
100%
Peraturan Peraturan Presiden nomor 74 tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik memberikan arah dan langkah-langkah
penyiapan, pelaksanaan, dan evaluasi perdagangan yang transaksinyaberbasis
serangkaian alat dan prosedur elektronik. Perpres ini mempunya sifat strategis bagi
pemerintah, karena ekonomi berbasis elektronik mempunyai potensi ekonomi yang tinggi
bagi Indonesia dan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Nasional.
Prinsip-prinsip implementasi peta jalan adalah: keterbukaan, kepastian dan perlindungan
hukum, pengutamaan dan perlindungan kepentingan UMKM, usaha pemula, dan
kepentingan nasional secara umum, serta peningkatan keahlian sumber daya manusia
pelaku e-commerce Indonesia.
Sasaran Program Pelaksanaan kebijakan pengembangan e-commerce pada tahun
2019 adalah percepatan implementasi Road Map e-Commerce, melalui: langkah-langkah
koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan untuk melaksanakan implementasi
pengembangan e-commerce nasional, serta memastikan keterlibatan aktif setiap K/L
terkait termasuk inventarisasi permasalahan dan solusi permasalahan, terutama pada
tujuh pilar pengembangan e-commerce melalui kegiatan pengendalian pelaksanaan
kebijakan. Fokus kebijakan pengembangan e-commerce tahun 2019, adalah :
Gambar 3.13 Pengembangan e-Commerce dan Ekonomi Digital
Laporan Kinerja Tahun 2019
106
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Laporan Kinerja Tahun 2019
107
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
BAB IV
CAPAIAN
RENSTRA
TAHUN 2015-
2019 DAN ISU
STRATEGIS
TAHUN 2020-
2024
Laporan Kinerja Tahun 2019
108
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
A.CAPAIAN RENSTRA TAHUN 2015-2019
Tahun 2019 merupakan tahun akhir dari periode lima tahun pelaksanaan Rencana Strategis
Tahun 2015-2019 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya
Saing KUKM. Berdasarkan hal tersebut, dalam Lakip Tahun 2019 ini menyajikan capaian
utama atas Renstra Tahun 2015-2019 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM. Penyajian data capaian kinerja dilakukan dengan
membandingkan capaian sasaran strategis Sekretariat pada tahun 2015-2019, berdasarkan
target yang dicantumkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Tahun 2015-2019
Target Kinerja Rencana Strategis Tahun 2015-2019
Pada dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya
Saing KUKM Tahun 2015-2019, terdapat dua Sasaran Strategis (SS) pada Sekretariat
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu:
- Sasaran Strategis 1 (SS-1):
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan
berbasis KIT, kewirausahaan, daya saing KUMKM, dan ketenagakerjaan
- Sasaran Strategis 2 (SS-2):
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT,
kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
- Sasaran Strategis 3 (SS-3):
Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional,
Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA
2015
- Sasaran Strategis 4(SS-4):
Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan
pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional dalam pelaksanaan MEA 2015
Laporan Kinerja Tahun 2019
109
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Masing-masing Sasaran Strategis (SS) diukur pencapaiannya melalui penetapan Indikator
Kinerja Utama (IKU) dan target tahunan untuk periode tahun 2015-2019, sebagaimana tersaji
dalam tabel berikut.
Tabel 4. 1 Target Kinerja Dalam Renstra Tahun 2015-2019
NO SASARAN PROGRAM/
INDIKATOR KINERJA
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
SS1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016
Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan.
85
85
-
-
-
Indikator 2017-2019 1. Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/ paket
deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
-
-
90
90
100
2. % koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan yang diusulkan K/L mitra
- - 90 95 100
SS2 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan
85
85
-
-
-
Indikator 2017-2019 Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
-
-
90
90
100
SS3 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015
85
85
-*)
-*)
-*)
SS4 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator: Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN
85
85
-**)
-**)
-**)
*) SS3 pada periode 2017-2019 digabung ke dalam SS1 **) SS4 pada periode 2017-2019 digabung ke dalam SS2
Laporan Kinerja Tahun 2019
110
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Perubahan Target Kinerja dan Metode Pengukuran Kinerja
Seiring dengan dinamika perkembangan organisasi, terhitung sejak tahun 2017, dilakukan
perubahan atas target kinerja dalam Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Tahun 2015-2019, sebagai berikut:
- IKU “Persentase perumusan rancangan peraturan di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan
Berbasis KIT, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan
ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan” ditiadakan.
- IKU “Persentase rekomendasi/rancangan kebijakan/ paket deregulasi di bidang Ekonomi
Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang
ditindaklanjuti” ditiadakan.
- IKU “Persentase koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan
yang diusulkan K/L mitra” ditiadakan
- IKU “Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan
dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang
terimplementasikan” ditiadakan
- IKU “Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang
Ekonomi Kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang
ditindaklanjuti” ditiadakan
- IKU “Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang
Ekonomi Kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang
ditindaklanjuti” ditiadakan
- IKU “Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang
mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung
pelaksanaan MEA 2015” ditiadakan
- IKU “Persentase kebijakan sertifikasi uji kompetensi nasional/internasional terhadap SDM,
ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk
mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN” ditiadakan
Laporan Kinerja Tahun 2019
111
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Capaian Rencana Strategis Tahun 2015-2019
Ringkasan capaian atas Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan
Daya Saing KUKM Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019, disajikan dalam tabel di bawah ini.
NO SASARAN PROGRAM/
INDIKATOR KINERJA
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
SS1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan ekonomi kreatif, kawasan berbasis KIT, kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016
Persentase perumusan rancangan
peraturan di bidang Ekonomi
Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, dan Daya Saing KUMKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang diselesaikan.
85
85
85
85
n.a
n.a
n.a
Indikator 2017-2019 1. Persentase
rekomendasi/rancangan kebijakan/ paket deregulasi di bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
-
-
90
n.a
90
n.a
100
n.a
2. % koordinasi dan sinkronisasi terhadap rancangan peraturan perundangan yang diusulkan K/L mitra
- - 90 n.a 95 n.a 100 n.a
SS2 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan, Daya Saing KUMKM, dan Ketenagakerjaan
Indikator 2015-2016 Persentase kebijakan bidang Ekonomi Kreatif, Kawasan Berbasis KIT, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM, serta SDM dan ketenagakerjaan ekonomi kreatif nasional yang terimplementasikan
85
85
85
85
-
-
-
Indikator 2017-2019 Persentase hasil pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif, kawasan berbasis KIT, Kewirausahaan, KUKM, dan ketenagakerjaan yang ditindaklanjuti.
-
-
90
-
90
-
100
-
SS3 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional, Kawasan Berbasis KIT, KUMKM, SDM, dan Ketenagakerjaan/buruh dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator Persentase perumusan rancangan peraturan kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional yang mendukung penerapan daya saing SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan KUKM mendukung pelaksanaan MEA 2015
85
85
85
85
-*)
n.a
-*)
n.a
-*)
n.a
SS4 Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan 8 MRA yang sesuai dengan pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (engineering services, architectural, accountancy services) dalam pelaksanaan MEA 2015
Indikator: Persentase kebijakan sertifikasi uji
kompetensi nasional/internasional terhadap SDM, ketenagakerjaan/buruh, dan pengusaha UMKM serta produk Ekonomi Kreatif Nasional, untuk mewujudkan daya saing dan market share di ASEAN
85
85
85
85
-**)
n.a
-**)
n.a
-**)
n.a
SS1 Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah paket rekomendasi Impementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a 100 100
SS2 Terwujudnya Koordinasi dan Sikronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Jumlah paket rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a 100 100
SS3 Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Laporan Kinerja Tahun 2019
112
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Jumlah Paket Rekomendasi hasil koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a 100 100
SS4 Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a 100 100
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Tahun 2015-2019 Tahun 2015-2019
85 85 85 85 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata nilai capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Tahun 2015-2019 adalah n.a Hal tersebut
menunjukkan bahwa target-target sebagaimana ditetapkan dalam Renstra Tahun 2015-2019, beserta
dinamika perubahannya, tidak bisa diukur karena sebagian besar Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Utama berubah secara total seiring dinamika.
B. Dampak Kinerja Tahun 2015-2019
Pencapaian dampak kinerja/outcome atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM Tahun 2015-2019 direpresentasikan dalam sejumlah
indikator, antara lain berupa koordinasi dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif
kewirausahaan dan Daya Saing KUKM dan pengendalian kebijakan ekonomi kreatif
kewirausahaan dan Daya Saing KUKM.
Laporan Kinerja Tahun 2019
113
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Gambar 4.1 Statistik Tingkat Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sejak tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019. Pada Agustus 2019, TPT turun menjadi 5,28 persen dibandingkan tahun
lalu yang sebesar 5,34 persen. Terdapat 5 orang penganggur dari 100 orang angkatan kerja
di Indonesia. Penurunan TPT ini terjadi karena jumlah angkatan kerja per Agustus 2019 naik
dari 131,01 juta orang menjadi 133,56 juta orang. Kenaikan itu sejalan dengan meningkatnya
jumlah orang yang bekerja dari 124,01 juta orang menjadi 126,51 juta orang.
Tabel 4.2 Persentase Pertumbuhan Kontribusi Koperasi dan UMKM dalam PDB Nasional
Indikator Kinerja: Persentase pertumbuhan kontribusi Koperasi dan UMKM dalam PDB Nasional (atas Dasar Harga Berlaku) (dalam persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Target Reali sasi
Target Reali sasi
Target Reali sasi
Target Reali sasi
Target Reali sasi
0,5-7,5 14,49 0,5-7,5 12,54 0,5-7,5 9,92 0,5-7,5 11,28 0,5-7,5 7,5**
Indikator Kinerja: Jumlah peningkatan Koperasi dan UMKM yang menerapkan standarisasi dan sertifikasi produk (dlm unit)
2015 2016 2017 2018 2019
Target Reali sasi
Target Reali sasi
Target Reali sasi
Target Reali sasi
Target Reali sasi
1.450 1.450 2.000 1.352 2.000 2.083 2.000 2.546 2.000 2.501 *Sumber Data: Kementerian Koperasi dan UMKM Tahun 2019 **angka sangat sementara
Sumber: BPS (diolah), 2020
Sumber: BPS (diolah), 2020
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA
STATISTIK TINGKAT PENGANGGURAN
Laporan Kinerja Tahun 2019
114
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Target pertumbuhan kontribusi UMKM dan Koperasi dalam Pembentukan PDB merupakan
target RPJMN secara nasional sehingga menjadi tanggung jawab kurang lebih 17 K/L yang
membina UMKM secara lintas sektor dan bidang. Namun belum ada sinergitas data dan
informasi antar K/L yang membina UMKM menyebabkan capaian target belum dapat dihitung
secara paralel.
URAIAN SASARAN 2015-2019 CAPAIAN 2015-2019
1 EKONOMI KREATIF
a. Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Meningkat dari 7,1%
(2014) menjadi 12% (2019)
2015 : 852T
2016 : 922.59T
2017 : 1.009T
2018 : 1.105T
2019 : 1.211*
* proyeksi PDB Ekraf
b. Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif (juta orang) Meningkat dari 12 juta
orang (2014) menjadi 13
juta orang (2019)
2015 : 16.06JT
2016 : 16.91 JT
2017 : 17.43 JT
2018 : -
2019 : -
c. Kontribusi /Devisa Bruto Meningkat dari 5,8%
(2014) menjadi 10% (2019)
2 KEWIRAUSAHAAN
Pertambahan jumlah wirausaha baru 1 juta unit (2019) 4.363.318 (Melebihi
target pada tahun 2019)
3 KOPERASI DAN UMKM
a. Rata-rata pertumbuhan nilai PDB UMKM dan
Koperasi
6.5-7.5% pertahun Rata-rata pertumbuhan
menurun sekitar 1-2%
pertahun
b. Rata-rata pertumbuhan produktivitas UMKM 5,0-7,0% per tahun 2015 : 7.72%
2016 : 2.98%
2017 : 3.62 %
2018 : 4.44%
2019 : 1.95%*
*data sementara
c. Peningkatan partisipasi anggota koperasi dalam
permodalan
55% (tahun 2019 2015 : 58.84%
2016 : 51.43%
2017 : 80.74 %
2018 : 53.08%
2019 : 46.63%*
*data sementara
d. Rata-rata pertumbuhan volume usaha koperasi 15.5-18% per tahun 2015 : 38.43%
2016 : -27.32%
2017 : -49.04 %
2018 : 49.53%
2019 : 80.94%*
*data sementara
4 KAWASAN BERBASIS KIT
Science and Techno Park Terbangunnya 100 techno
park di kabupaten/kota dan
science park di setiap
provinsi (2019)
22 STP di Indonesia,
pada tahun
5 KETENAGAKERJAAN
Laporan Kinerja Tahun 2019
115
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
a. Proporsi jumlah tenaga kerja berkeahlian tingi
bersertifikat
Meningkat dari 8.4%
(2014) menjadi 14% (2019)
b. Proporsi jumlah tenaga kerja berkeahlian
menengah bersertifikat
Meningkat dari 30% (2014)
menjadi 42%
(2019)
c. Peningkatan kinerja lembaga pelatihan milik
pemerintah menjadi lembaga pelatihan berbasis
kompetensi
Meningkat dari 5% (2014)
menjadi 25% (2019)
d. Meningkatnya jumlah pekerja formal di sektor
manufaktur
Meningkat dari 40.5%
(2014) menjadi 51% (2019
C. ISU STRATEGIS TAHUN 2020-2024 1) Program Pengembangan Ekonomi Digital
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
• Indonesia belum memiliki kebijakan dan strategi nasional terkait pengembangan
ekonomi digital yang komprehensif dan terintegrasi. Dengan berakhirnya Perpres
SPNBE per 31 Desember 2019 dan merujuk pada rancangan RPJMN 2020-2024,
Tim Pelaksana telah melakukan evaluasi atas capaian final sekaligus menyepakati
urgensi keberlanjutan SPNBE dalam wujud penyusunan strategi kebijakan ekonomi
digital 2020-2024.
• Hasil rapat tim pelaksana tersebut telah dilaporkan kepada Bapak Menko selaku
Ketua Komite Pengarah (ND Tanggal 21 Januari 2020) dan direkomendasikan untuk
disepakati lebih lanjut dalam forum rapat Komite Pengarah yang dipimpin oleh Bapak
Menko.
• Penetapan PP Nomor 80 tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
(PMSE) telah menjadi payung hukum e-commerce di Indonesia. Namun demikian,
PP PMSE belum dapat operational karena masih membutuhkan aturan pelaksanaan
yang dikeluarkan oleh Kemendag dan BPS, khususnya terkait: perizinan PMSE,
pengutamaan pelaku dan produk lokal, pengawasan dan perlindungan konsumen,
dan pengumpulan data.
• Di tingkat internasional, Sejak tahun 2017 telah dibentuk dan dilaksanakan 16 kali
pertemuan ASEAN Coordinating Committee on e-Commerce (ACCEC).
Uraian Program
• Koordinasi Kebijakan Ekonomi Digital terdiri dari penyusunan dan implementasi
Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital, penyusunan dan pengendalian
kebijakan/regulasi e-commerce, dan koordinasi kerjasama ASEAN terkait e-
Commerce.
a. Kegiatan diawali dengan penyusunan Framework dan outline awal Strategi
Nasional Pengembangan Ekonomi Digital. Pada tahun 2020, diharapkan Dokumen
Kebijakan/Regulasi Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital dapat
tersusun. Pada tahun 2021 hingga 2024 akan dilakukan implementasi dari strategi
tersebut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
116
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
b. Koordinasi penyusunan dan pengendalian kebijakan/regulasi ekonomi digital
meliputi penetapan dan pengendalian peraturan pelaksana PP Nomor 80 Tahun
2019 tentang PMSE (Permendag dan Perka BPS).
c. Koordinasi dengan K/L dan otoritas untuk menentukan posisi Indonesia dalam
merumuskan dan mengimplementasikan kesepakatan pada kerjasama e-
commerce di ASEAN.
Tujuan
• Memberikan arah dan panduan strategis dalam mengembangkan berbagai aspek
ekonomi digital.
• Memberikan kebijakan dan pengaturan pelaksanaan di bidang e-commerce.
• Mewujudkan komitmen dan memanfaatkan peluang kerja sama e-commerce di
regional ASEAN untuk perluasan akses pasar bagi industri dan UMKM dalam
negeri.
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
• RPJMN tahun 2020-2024
• Kelanjutan Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE)
2017-2019 (Perpres 74/2017 Pasal (4) Ayat (2) Butir (d)
• PP nomor 71 tahun 2019 tentang Penyelengaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
• PP nomor 80 tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
• UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
Sasaran Program 2020 2021 2022 2023 2024
Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan kebijakan kemudahan, perlindungan dan pemberdayaan UMKM
1 Paket
Kebijakan
1 Paket
Kebijakan
1 Paket
Kebijakan
1 Paket
Kebijakan
1 Paket
Kebijakan
Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan program-program pemberdayaan UMKM antar K/L dalam klaster
2 klaster 2
klaster 2 klaster
2 klaster
2 klaster
Analisis Kebijakan Pembinaan UMK Makers dan UMK Sellers Catatan: Belum tersedia anggaraan dan akan dibahas lebih lanjut
1 Paket Kajian
1 Paket Kajian
1 Paket Kajian
1 Paket Kajian
1 Paket Kajian
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM
▪ Outcome : Meningkatnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian
Laporan Kinerja Tahun 2019
117
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
2) Program Peningkatan Daya Saing Dan Pemberdayaan Koperasi
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Sebagian besar koperasi masih melaksanakan manajemen secara konvensional
sehingga generasi muda kurang berminat untuk berkoperasi dan menyebabkan
koperasi kurang berdaya saing dalam era revolusi industri 4.0
▪ Koperasi sebagai salah satu bentuk kelembagaan UMKM belum diberdayakan
secara maksimal
Uraian Program
▪ Koordinasi Rebranding koperasi melalui modernisasi koperasi
▪ Koordinasi pemberdayaan koperasi sektor riil sebagai agregator UMKM
Tujuan:
▪ Mengembangkan model-model bisnis baru koperasi yang inovatif
▪ Pemberdayaan koperasi sektor riil
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024
Bab 2 tentang Memperkuat Ketahanan Ekonomi Untuk Pertumbuhan Yang
Berkualitas.
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
Sasaran Program 2020 2021 2022 2023 2024
1. Pengembangan kemitraan produksi antara lembaga ekonomi/usaha perdesaan dengan sentra-sentra industri
Target 10.559 Desa Mandiri dan 30 sentra IKM baru
2. Pengembangan dan perluasan pasar produk unggulan perdesaan melalui lembaga agregator/konsolidator produk lokal (termasuk e-commerce)
3. Optimalisasi ekosistem pengembangan potensi ekonomi lokal sebagai basis transformasi ekonomi untuk mendukung pengelolaan Kawasan Prioritas Pemerintah
INDIKATOR KINERJA
Laporan Kinerja Tahun 2019
118
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
• Output : Rekomendasi kebijakan terkait penguatan ekosistem ekonomi lokal
yang mendukung pusat-pusat pertumbuhan wilayah
• Outcome : Terintegrasinya ekonomi lokal perdesaan dengan sentra industry
3) Pengembangan Kewirausahaan
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Fokus pemerintah mulai tahun 2020 adalah pembangunan SDM. Salah satu strategi
yang dapat ditempuh adalah melalui kebijakan pengembangan kewirausahaan yang
diarahkan kepada pengembangan dan penguatan ekosistem yang kondusif agar
jumlah dan kemampuan wirausaha yang berorientasi untuk tumbuh dapat meningkat.
▪ Potensi kewirausahaan yang besar dalam perekonomian harus diiringi dengan
kapasitas dan daya saing yang mumpuni untuk bersaing di era revolusi industri 4.0.
Uraian Program
Kebijakan ini diperkuat dengan strategi sebagai berikut:
▪ Penumbuhan wirausaha baru dari profesional (tenaga kerja) dan penerima manfaat
program kartu pra kerja;
▪ Pengembangan kemitraan usaha;
▪ Penguatan entitas wirausaha sosial;
▪ Pemeringkatan Inkubator Wirausaha; dan
▪ Pengembangan pola kemitraan usaha besar/industri dengan Inkubator Wirausaha.
Tujuan
▪ Memperkuat ekosistem usaha yang kondusif;
▪ Meningkatkan koordinasi kerja sama antar Kementerian/Lembaga, Akademisi,
Dunia Usaha, dan Komunitas; dan
▪ Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia terdidik dalam menggerakkan
perekonomian melalui pemanfaatan kreatifitas, inovasi dan teknologi.
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Perpres No. 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha;
▪ Narasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024
Bab 2 tentang Memperkuat Ketahanan Ekonomi Untuk Pertumbuhan Yang
Berkualitas
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
SASARAN PROGRAM SASARAN KINERJA*
2020 2021 2022 2023 2024
Penumbuhan wirausaha baru yang berdaya
saing tinggi melalui pemanfaatan kreatifitas,
inovasi dan teknologi
Pertumbuhan Wirausaha Baru pada
tahun 2024 adalah 4%
(Target RPJMN 2020 -2024)
Laporan Kinerja Tahun 2019
119
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Penguatan Inkubator Wirausaha
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan
▪ Outcome : Meningkatnya Kualitas SDM dan Penciptaan Lapangan Kerja
4) Kemitraan Ekonomi Umat*
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Pada tahun 2018 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengembangkan
Program Kemitraan Ekonomi Umat (PKEU) melalui penerbitan Kepmenko 272/2018
tentang Komite Kemitraan Ekonomi Umat.
▪ PKEU merupakan wujud implementasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE), serta
tindaklanjut arahan Presiden RI dalam Kongres Ekonomi Umat Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada 22-24 April 2017 yang mengamanatkan pelaksanaan
redistribusi aset, kemitraan dengan usaha besar, dan program vokasional dalam
pemberdayaan ekonomi umat.
▪ Usulan Program ini juga dalam rangka mendukung penguatan fungsi pesantren
dalam pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
Pesantren dan masyarakat, sebagaimana diamanatkan dalam UU Pesantren.
Uraian Program
▪ PKEU adalah upaya Pemerintah untuk mewujudkan KPE melalui peningkatan
keterampilan, kesempatan berwirausaha, dan kemitraan usaha antara umat
dengan kelompok usaha besar.
▪ PKEU mencakup 3 (tiga) pilar yaitu vokasi, kewirausahaan dan kemitraan usaha,
serta difokuskan pada 7 (tujuh) sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, dan industri rumahan.
Tujuan
Mendorong pemerataan ekonomi melalui peningkatan keterampilan, kewirausahaan,
dan kemitraan usaha antara umat dengan kelompok usaha besar.
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Undang-undang nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren pasal 45.
▪ Arahan Presiden RI pada Kongres Kemitraan Ekonomi Umat MUI tanggal 22-24
April 2017 “pelaksanaan redistribusi aset, kemitraan dengan usaha besar, dan
program vokasional dalam pemberdayaan ekonomi umat”.
▪ Terdapat 28.194 Ponpes di Indonesia dan 4,3 juta santri dengan potensi
keekonomian pada masing-masing Pondok Pesantren.
▪ Kesepakatan rapat Tingkat Eselon I tanggal pada tanggal 7 Agustus 2019 yang
mendorong dukungan kebijakan bagi pemberdayaan dan Kemitraan Ekonomi
Umat.
Laporan Kinerja Tahun 2019
120
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
Sasaran Program 2020 2021 2022 2023 2024
1. Penguatan kompetensi SDM ponpes
melalui penguatan keterkaitan BLK
komunitas dengan industri/usaha besar
sebagai model/piloting
15 model/piloting
2. Scaling-up program kewirausahaan melalui
pemberdayaan koperasi dan UMKM
berbasis komunitas Ponpes bekerjasama
dengan industri/usaha besar melalui
pendampingan/mentoring
350 titik lokasi
3. Akselerasi kemitraan produksi antara
lembaga ekonomi umat (koperasi dan
UMKM) dengan industri/usaha besar
termasuk pola kemitraan dengan
pemanfaatan lahan redistribusi asset atau
perhutanan sosial sebagai model/piloting
15 model/piloting
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi Kebijakan Implementasi dan Evaluasi Program Kemitraan
Ekonomi Umat
▪ Outcome : Meningkatnya keterampilan kerja dan jiwa kewirausahaan masyarakat,
dan kemitraan usaha antara kelompok usaha besar dengan masyarakat
5) Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Presiden RI dalam pelantikannya telah memberikan perintah untuk menyusun
Omnibuslaw, termasuk di bidang Perlindungan dan Kemudahan Bagi UMKM. Dalam
aktualisasinya Omnibuslaw tersebut harus di dukung oleh Peraturan Pemerintah
(PP) sebagai penjabaran dari substansi Omnibuslaw.
▪ Kemajuan industri yang berjalan di Indonesia tidak cukup hanya dengan
infrastruktur, namun harus didukung pembangunan SDM yang unggul melalui
peningkatan kualitas UMKM yang mampu menyerap dan menciptakan lapangan
pekerjaan. Peningkatan kelas UMKM akan mendukung pertumbuhan ekonomi
berdaya saing secara global, terlebih memasuki era industri 4.0.
▪ Untuk mendukung berbagai kebijakan dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil
(UMK) diperlukan suatu kajian mendasar dan mendalam sehingga kebijakan yang di
ambil pemerintah nantinya tetap berdasarkan pada data dan fakta yang ada dan
bukan pada kepentingan individu maupun golongan.
Laporan Kinerja Tahun 2019
121
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Uraian Program
▪ Ketiga program tersebut akan dilaksanakan secara paralel dalam tahun anggaran
berjalan. Kata kunci dari keberhasilannya adalah implementasi kegiatan yang
terukur dan tercapainya target yang telah di tetapkan.
Tujuan
▪ Mendorong peningkatan skala usaha UMKM dengan menyusun Omnibus Law
tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan UMKM, menciptakan
klaster produk UMKM baru yang beroperasi serta memiliki standardisasi mutu dan
sertifikasi produk, dan menyusun kajian strategis Penguatan Kebijakan Daya Saing
UMK.
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Pidato Presiden RI Pada Sidang Paripurna MPR RI Dalam Rangka Pelantikan
Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Periode 2019-2024
▪ Risalah RATAS UMKM tanggal 11 November 2019 dan 9 Desember 2019
▪ Arahan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
Sasaran Program 2020 2021 2022 2023 2024
Mengkoordinasikan dan
mensinkronisasikan kebijakan
kemudahan, perlindungan dan
pemberdayaan UMKM
1
Paket
Kebijakan
1
Paket
Kebijakan
1
Paket
Kebijakan
1
Paket
Kebijakan
1
Paket
Kebijakan
Mengkoordinasikan dan
mensinkronisasikan program-
program pemberdayaan
UMKM antar K/L dalam
klaster
2 klaster 2
klaster 2 klaster
2
klaster 2 klaster
Analisis Kebijakan Pembinaan
UMK Makers dan UMK Sellers
Catatan: Belum tersedia
anggaraan dan akan dibahas
lebih lanjut
1
Paket
Kajian
1
Paket
Kajian
1
Paket
Kajian
1
Paket
Kajian
1
Paket
Kajian
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM
▪ Outcome : Meningkatnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian
6) Program Peningkatan Daya Saing Dan Pemberdayaan Koperasi
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Sebagian besar koperasi masih melaksanakan manajemen secara konvensional
sehingga generasi muda kurang berminat untuk berkoperasi dan menyebabkan
koperasi kurang berdaya saing dalam era revolusi industri 4.0
Laporan Kinerja Tahun 2019
122
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
▪ Koperasi sebagai salah satu bentuk kelembagaan UMKM belum diberdayakan secara
maksimal
Uraian Program
▪ Koordinasi Rebranding koperasi melalui modernisasi koperasi
▪ Koordinasi pemberdayaan koperasi sektor riil sebagai agregator UMKM
Tujuan
▪ Mengembangkan model-model bisnis baru koperasi yang inovatif
▪ Pemberdayaan koperasi sektor riil
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024
Bab 2 tentang Memperkuat Ketahanan Ekonomi Untuk Pertumbuhan Yang
Berkualitas
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
Sasaran
Program
2020 2021 2022 2023 2024
Koordinasi
Rebranding
Koperasi
melalui
Modernisasi
Koperasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
Koordinasi
pemberdayaan
koperasi
sektor riil
sebagai
agregator
UMKM
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
1 paket
rekomendasi
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi
▪ Outcome : Meningkatnya peran koperasi dalam perekonomian nasional dan dapat
bersaing secara global
Laporan Kinerja Tahun 2019
123
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
7) Program Kerjasama Lembaga Vokasi Dengan Dunia Usaha Dalam
Peningkatan Kualitas SDM
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Kemenko Perekonomian telah meluncurkan Roadmap Kebijakan Pengembangan
Vokasi di Indonesia 2019-2025 yang bertujuan melakukan perbaikan bisnis proses
pendidikan dan pelatihan vokasi yang fokus pada 3 lembaga yaitu SMK, Politeknik
dan BLK, serta 6 sektor prioritas yaitu Agribisnis, Manufaktur, Kesehatan, Pariwisata,
Ekonomi Digital dan Pekerja Migran.
▪ Keterlibatan dunia usaha (industri) sangat penting dalam perbaikan vokasi,
Pemerintah memberikan insentif bagi dunia usaha (industri) yang terlibat dalam
mengembangkan vokasi
▪ Pemerintah telah menerbitkan aturan pemberian insentif bagi dunia usaha (industri)
yang terlibat dalam pengembangan vokasi berupa Super Deduction Tax Vokasi
hingga 200%.
Uraian Program
▪ Mendorong keterlibatan dunia usaha (industri) dalam perbaikan bisnis proses pada
SMK/Politeknik/BLK sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh daerah.
▪ Mendorong kerjasama dunia usaha (industri) dengan SMK/Politeknik/BLK
mengurangi missmacth antara supply dan demand tenaga kerja.
Tujuan
▪ Peningkatan peran dan keterlibatan dunia usaha (industri) dalam pengembangan
vokasi
▪ Mendorong peran aktif daerah dalam penyiapan SDM yang link and match dengan
kebutuhan industri di daerah
▪ Mengurangi missmacth antara supply dan demand tenaga kerja secara nasional.
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ PP 45/2019 tentang Perubahan Atas PP 94/2010 tentang Penghitungan Penghasilan
Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasiilan dalam Tahun Berjalan
▪ Implementasi dari Roadmap Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2019-
2025.
Laporan Kinerja Tahun 2019
124
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
URAIAN
PROGRAM/KEGIATAN
SASARAN KINERJA*
2020 2021 2022 2023 2024
Kompetensi yang
dikembangkan dan
diselaraskan sejalan dengan
kebutuhan dudi dan potensi
daerah (demand driven)
30
kompetensi
40
kompetensi
50
kompetensi
60
kompetensi
68
kompetensi
Lembaga vokasi yang
menjalankan kompetensi yang
sejalan dengan kebutuhan
dudi dan potensi daerah
34 lembaga 46
lembaga
58
lembaga
70
lembaga
80
lembaga
Dunia Usaha (industri) yang
terlibat pengembangan vokasi
sesuai kebutuhan dudi dan
potensi daerah
34 industri 46 industri 58 industri 70 industri 80 industri
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Jumlah lembaga vokasi dan industri yang terlibat dalam perbaikan
bisnis proses vokasi
▪ Outcome : Meningkatnya komppetensi tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha ( industri)
8) Program Kebijakan Penerapan Program Kartu Prakerja
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Program Kartu Prakerja adalah program pengembangan kompetensi kerja yang
ditujukan untuk pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan
kerja, dan/atau pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi
▪ Dalam implementasi program kartu prakerja dibentuk Komite Cipta Lapangan Kerja
yang dibantu oleh tim pelaksana guna menjalankan tugas pengendalian program
kartu prakerja.
▪ Rumah dari Program Quickwins 10 Penerapan Kartu Prakerja
Uraian Program:
▪ Program ini untuk memberikan dukungan teknis kepada Komite Cipta Lapangan
Kerja dalam menjalankanPengendalian Kebijakan Program Kartu PraKerja antara
lain: (1) Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja; (2)
Pengembangan kompetensi angkatan kerja dan (3) Peningkatan produktivitas dan
daya saing angkatan kerja.
Tujuan:
▪ Merumuskan dan menyusun kebijakan Program Kartu Prakerja
▪ Melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Program Kartu Prakerja
Laporan Kinerja Tahun 2019
125
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Perpres tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja
Menko Perekonomian selaku Ketua Komite
▪ Arahan Ratas Presiden tanggal 12 November 2019, Koordinasi Program Kartu
Prakerja di Kemenko Perekonomian
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
URAIAN PROGRAM/KEGIATAN SASARAN KINERJA*
2020 2021 2022 2023 2024
Pelaksanaan Pilot run, launching dan
nation wide program kartu prakerja 1
paket
Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan
Program Kartu Prakerja 1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
Pengendalian dan sinkronisasi kebijakan
Program Kartu Prakerja 1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi pengendalian kebijakan penerapan kartu prakerja
▪ Outcome : Terwujudnya peningkatan kompetensi angkatan kerja baik skilling,
reskilling dan upskilling
9) Program Pengembangan Ekosistem Ketenagakerjaan
LATAR BELAKANG, DESKRIPSI PROGRAM, DAN TUJUAN
Latar Belakang
▪ Ekosistem ketenagakerjaan perlu mengikuti perkembangan ketenagakerjaan saat ini
yang semakin kompetitif. Sistem ketenagakerjaan lebih fleksibel dan kondusif
terhadap iklim investasi dan iklim usaha, yang pada akhirnya adalah untuk
mendorong penciptaan lapangan kerja dan lebih adaptif dengan perkembangan
kedepan.
▪ Rumah dari Program Quickwins 11 Perbaikan Ekosistem Ketenagakerjaan
Uraian Program:
▪ Koordinasi penyusunan aturan pelaksanaan RUU Cipta Lapangan Kerja Klaster
Ketenagakerjaan
▪ Koordinasi substansi perbaikan dan penguatan pokok pokok terkait ketenagakerjaan,
antara lain : (i) Wajib Lapor Tenaga Kerja; (ii) Data demand ketenagakerjaan; (iii)
Hubungan industrial bentuk kemitraan; (iv) Pekerja migran Indonesia dan (v) Isu
Ketenagakerjaan lainnyakerja
Tujuan:
▪ Terwujudnya ekosistem ketenagakerjaan yang mendukung iklim investasi dan
penciptaan lapangan kerja serta lebih adaptif terhadap perkembangan kedepan
Laporan Kinerja Tahun 2019
126
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
DASAR HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM
▪ Pidato Presiden RI Pada Sidang Paripurna MPR RI Dalam Rangka Pelantikan
Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Periode 2019-2024
▪ Rancangan UU Cipta Lapangan Kerja
SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM:
URAIAN PROGRAM/KEGIATAN
SASARAN KINERJA*
2020 2021 2022 2023 2024
Koordinasi dan sinkronisasi penyusunan
aturan perudangan dan rekomendasi
terkait penguatan ekosistem
ketenagakerjaan
1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
Pengendalian dan sinkronisasi
pelaksanaan aturan perudangan dan
rekomendasi terkait penguatan ekosistem
ketenagakerjaan
1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
1
paket
INDIKATOR KINERJA
▪ Output : Rekomendasi penguatan ekosistem ketenagakerjaan
▪ Outcome : Terwujudnya ekosistem ketenagakerjaan yang mendorong investasi
dan penciptaan lapangan kerja
Laporan Kinerja Tahun 2019
127
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
Laporan Kinerja Tahun 2019
128
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
PENUTUP
Keberhasilan Kinerja Tahun 2019 Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi
dan UKM merupakan penjabaran atas
pelaksanan program dan kegiatan
sebagaimana yang tertuang dalam
dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2019.
Kinerja yang dicapai memberikan dampak
atau berkontribusi positif pada kinerja
pemerintah.
Laporan Kinerja Tahun 2019
129
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
A. KESIMPULAN
Laporan Kinerja Tahun 2019
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing KUKM Tahun 2019 merupakan
salah satu bentuk
pertangungjawaban dalam
pelaksanaan program dan kegiatan
yang telah dilaksanakan pada tahun
2019, yang disusun berdasarkan
Renstra Tahun 2015-2019 dengan
memperhatikan faktor-faktor internal
dan eksternal yang berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan
tugas pokok, fungsi, dan
kewenangan Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi danUKM.
Capaian Kinerja Tahun 2019
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya
Saing Koperasi dan UKM merupakan
penjabaran atas pelaksanan program
dan kegiatan sebagaimana yang
tertuang dalam dokumen Perjanjian
Kinerja Tahun 2019.
Analisis capaian kinerja Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM menunjukkan hasil
Kinerja yang Baik. Harapannya dapat
meningkat pada tahun-tahun
mendatang. Keberhasilan pelaksanaan
Program dan Kegiatan tersebut
merupakan komitmen dari pimpinan
dan seluruh staf serta stakeholders.
Oleh karena itu, diperlukan kerja keras
dan kerjasama untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan Program dan
Kegiatan pada tahun-tahun yang akan
datang.
Kinerja Tahun 2019 diharapkan
menjadi pedoman dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi pada setiap unit kerja
di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan
Daya Saing KUKM, sehingga dapat
meningkatkan peran Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM dalam upaya
koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian kebijakan di bidang
Ekonomi Kreatif, Ekonomi Kawasan,
Kewirausahaan, Daya Saing KUKM,
dan Ketenagakerjaan.
Laporan Kinerja Tahun 2019
167
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
B. RENCANA AKSI PENINGKATAN
KINERJA
Namun demikian walaupun capaian kinerja berhasil dengan baik, masih terdapat
beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019, antara lain
yaitu:
a) Indonesia belum memiliki kebijakan dan strategi nasional terkait pengembangan
ekonomi digital yang komprehensif dan terintegrasi;
b) Kurangnya Komitmen dari K/L terkait dalam mendukung dan melakukan
pembahasan Peraturan atau Program yang akan dibahas.
c) Adanya perbedaan pemahaman dan kemampuan antar instansi Pemerintah,
sehingga diperlukan upaya untuk menyamakan persepsi dan merubah pola pikir
pengambil kebijakan.
d) Kurangnya sosialisasi dan promosi terkait program yang sudah direncanakan.
e) Perubahan peraturan oleh K/L terkait, mengenai program yang direncanakan.
Rencana aksi tindak lanjut atas kendala-kendala tersebut antara lain:
a) Intensifikasi penyelesaian keluaran Peta Jalan e-Commerce, sehingga dapat
meningkat atau melanjutkan penyusunan strategi pengembangan ekonomi digital
nasional.
b) Meningkatkan frekuensi bertemu K/L dalam koridor koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian kebijakan bidang ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan daya saing
KUKM.
c) Bersama-sama dengan pemangku kepentingan dalam rangka mencapai level yang
sama dan pola pikir yang sejalan dalam merumuskan kebijakan.
Rencana aksi dan tindaklanjut atas hambatan-hambatan yang dihadapi pada
Tahun 2019, menjadi modal Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan Daya Saing KUKM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di tahun
2019.
Laporan Kinerja Tahun 2019
127
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KUKM
r
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN DAN
DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
NOMOR: PK- A)IV.M.EKON/2019
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada basil, kami yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Mohammad Rudy Salahuddin
Jabatan : Deputi Bidang Koordmasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan
Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
selanjutnya disebut Pihak Pertama
Nama : Darmin Nasution
Jabatan : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku atasan Pihak Pertama, selanjutnya disebut Pihak Kedua.
Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak Kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Jakarta, Januari 2019
Pihak Pertama,
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan DaWcj Saing Koperasi dan UKM
Pihak Kedua,
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
V 'jDarmin Nasution Mohammad Rudy Salahuddin
LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Jumlah Paket Rekomendasi Implementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 Paket Rekomendasi
1.
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
1 Paket Rekomendasi
2.
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
1 Paket Rekomendasi
3.
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
1 Paket Rekomendasi
4.
Program : Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian
Kegiatan
1. Koordinasi Kebijakan Pengembangan Ekonomi Digital2. Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif3. Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan4. Koordinasi Kebijakan Kemitraan Ekonomi Umat5. Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Kewirausahaan6. Koordinasi Kebijakan Bidang Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM7. Koordinasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi8. Koordinasi Kebijakan Bidang Ketenagakerjaan
Anggaran
Rp 12.000.000.0001.800.000.0001.500.000.0001.000.000.0001.500.000.0001.500.000.0002.000.000.0001.500.000.000
RpRpRpRpRpRpJin
22.800.000.000 Dua Puluh Dun Mihjar Delapan Ratus Juta Rupiah
RP
Jakarta, Januari 2019
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasiti Kreatif, Kewirausahaan dan ting Koperasi dan UKM
EkiD;
Darmin Nasution Mohammad Rudy Salahuddin
lw
7 1 tRINCIAN TARGET CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAHs
Target (Kumulatif)Sasaran Program /
Indikator Kinerja ProgramInisiatif Strategis **) (Penanggung Jaivab)
No. Key Monitoring Indicators*)Q1 Q2 Q3 Q4 (Y)
1 Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik - Pengembangan Frame work Ekonomi Digital ( Asdep Pengembangan Kewirausahaan)
Persentase kontribusi UMKM dalam PDBJttmlah Paket Rekoniendasi linplenientasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
1 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi Jumlah Peningkatan KUKM yang menerapkan
standarisasi mutu dan sertifikasi produk
2. Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi - Mendorong Keterlibatan Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Melalui Pilot Project Revitalisasi SMK (Asdep Ketengakerjaan)
Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam PDBIninlah Paket Rekoniendasi Hasil
Koordinasi dan Sinkronisasi Pengenibaiigaii Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
VokasiPersentase Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam PDB
Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian3. - Penyusunan Road Map Pengembangan Kemitraan Usaha Antara Pengusaha Besar dengan Kelompok Masyarakat Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kawasan)
Persentase Tenaga Kerja Ekonomi KreatifIninlah Paket Rekoniendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM. "
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi Persentase Kontribusi Ekonomi Kreatif dalam
PDB (Asdep
Persentase Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian4. - Mendorong Vokasi Antar K/L melalui
System (Asdep
Koordinasi
Ininlah Paket Rekoniendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
7 Paket Rekoniendasi
ProgramReform
TVET
Ketengakerjaan)
*) Key Monitoring Indicators adalah indikator-indikator teknis alas keberhasUan dalam setiap indikator kinerja scsimi dengan outcome yang ingin dicapai. *V Inisiatif strategis merupakan kegiatan-kegiatan iitamayang menjadi prioritas iintiik mencapai sasaran.
Do ti Bidang.Koordinasi n ni Kredflif, Kewirausahaan dan 5 ting Koperasi dan UKM
EkiDa
Mohammad Rudy Salahuddin S t
V
RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH
Target (Kumulatif) dan Waktu PelaksanaanIndikator Kinerja/ Rencana Aksi Tahun 2019
Anggaran/ Keluaran Aksi
No. Sasaran ProgramQi Q2 Q3 Q4 (Y)
Jwnltih Paket Rekomemiasi Implentasi Petn Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1. Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
1 Paket Rekomendasi
3 Paket Rekomendasi
1 Paket Rekomendasi
1 Paket Rekomendasi Rp 12.000.000.000
V < VRekomendasi Kebijakan Pengembangan e- Commerce Nasional \l 1 Laporan
liuiiltili Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pcndidikan dan Pelatihan Vokasi
2. Tenvujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
3 Paket Rekomendasi
3 Paket Rekomendasi
3 Paket Rekomendasi
3 Paket Rekomendasi Rp 2.000.000.000
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan VokasiV d 3 Laporand
3. Tenvujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Jnmlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saiug Koperasi dan UKM.
1 Paket Rekomendasi
1 Paket Rekomendasi
3 Paket Rekomemiasi
3 Paket Rekomendasi Rp 7.000.000.000 |
d dKoordinasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan L1MKM1 3 Laporanv
d d d d2 Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Eknomi Kreatif 3 Laporan
d d d3 Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Katvasan d 3 Laporan
d d d d4 Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ketenagakerjaan 3 Laporan
d d5 Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan d 3 Laporand
Jnmlah Paket Rekomemiasi Hasil Pengcndalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM.
Tenvujudnya Pengendalian Kebijakan Bidang Perekonomian
4. 3 Paket Rekomendasi
3 Paket Rekomemiasi
1 Paket Rekomemiasi
3 Paket Rekomendasi Rp 1.800.000.000
d d3 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM d 1 Laporanv
d d d2 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Kreatif d I Laporan
dd d3 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Peningkatan Daya Saing Ekonomi Kwasan 3 LaporanV
d d dd4 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ketenagakerjaan 3 Laporan
d d5 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Pengembangan Kewirausahaan dd 3 Laporan
*) Rencana Aksi berisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian indikator kinerja, termasuk berupa kegiatan yang termasuk ke dalam Inisiatif Strategis yang akan dilaksanakan pada tahun tersebut. “) Penulisan target dilakukan secara kumulatif per triwulan.
Deputi Bidang Koordinasi EkonortVj Kreatif, Kewirausahaan dan Daya siingj Koperjsi dan UKM
Mohammad Rudy Salahuddin
Manual Indikator Kinerja Tahun 2019 IKU-4. Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan Dan Daya Saing Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Sasaran : Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian
Indikator Kinerja : IKU-4. Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Target Tahunan : 1
Penjelasan : Deskripsi
-
Pengukuran
Perhitungan realisasi kinerja didasarkan pada perbandingan antara Realisasi Capaian Output Paket Rekomendasi dengan Target yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi 2019. Target output Paket Rekomendasi dinyatakan selesai, setelah disusun laporan rekomendasi yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Satuan Pengukuran : Paket Rekomendasi
Sifat Data IKU/ Polarisasi
: ( X ) Maximize ( ..... ) Minimize ( ..... ) Stabilize
Periode Data IKU : ( X ) Triwulan ( ..... ) Semester ( ..... ) Tahunan
Pagu Anggaran : Rp. 1.476.684.000
Target Kumulatif per Periode Pelaporan(Triwulan/Semesteran/Tahunan)
Tahun 2019
Target
Triwulan I 1
Triwulan II 1
Triwulan III 1
Triwulan IV 1
Copyright © 2019 Kinerja Ekon Go
Manual Indikator Kinerja Tahun 2019 IKU-3. Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi
Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan Dan Daya Saing Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Sasaran : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian
Indikator Kinerja : IKU-3. Jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Target Tahunan : 1
Penjelasan : Deskripsi
-
Pengukuran
Perhitungan realisasi kinerja didasarkan pada perbandingan antara Realisasi Capaian Output Paket Rekomendasi dengan Target yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi 2019. Target output Paket Rekomendasi dinyatakan selesai, setelah disusun laporan rekomendasi yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Satuan Pengukuran : Paket Rekomendasi
Sifat Data IKU/ Polarisasi
: ( X ) Maximize ( ..... ) Minimize ( ..... ) Stabilize
Periode Data IKU : ( X ) Triwulan ( ..... ) Semester ( ..... ) Tahunan
Pagu Anggaran : Rp. 7.323.316.000
Target Kumulatif per Periode Pelaporan(Triwulan/Semesteran/Tahunan)
Tahun 2019
Target
Triwulan I 1
Triwulan II 1
Triwulan III 1
Triwulan IV 1
Copyright © 2019 Kinerja Ekon Go
Manual Indikator Kinerja Tahun 2019 IKU-2. jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan Dan Daya Saing Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Sasaran : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Indikator Kinerja : IKU-2. jumlah Paket Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Target Tahunan : 1
Penjelasan : Deskripsi
-
Pengukuran
Perhitungan realisasi kinerja didasarkan pada perbandingan antara Realisasi Capaian Output Paket Rekomendasi dengan Target yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi 2019. Target output Paket Rekomendasi dinyatakan selesai, setelah disusun laporan rekomendasi yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Satuan Pengukuran : Paket Rekomendasi
Sifat Data IKU/ Polarisasi
: ( X ) Maximize ( ..... ) Minimize ( ..... ) Stabilize
Periode Data IKU : ( X ) Triwulan ( ..... ) Semester ( ..... ) Tahunan
Pagu Anggaran : Rp. 3.125.000.000
Target Kumulatif per Periode Pelaporan(Triwulan/Semesteran/Tahunan)
Tahun 2019
Target
Triwulan I 1
Triwulan II 1
Triwulan III 1
Triwulan IV 1
Copyright © 2019 Kinerja Ekon Go
Manual Indikator Kinerja Tahun 2019 IKU-1. Jumlah Paket Rekomendasi Implementasi Peta Jalan Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan Dan Daya Saing Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Sasaran : Terimplementasinya Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Indikator Kinerja : IKU-1. Jumlah Paket Rekomendasi Implementasi Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
Target Tahunan : 1
Penjelasan : Deskripsi
Paket Rekomendasi Kebijakan pengembangan e-Commerce adalah kumpulan rekomendasi hasil kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian implementasi Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 guna mendukung capain outcome terciptanya ekosistem perdagangan nasional berbasis elektronik, usaha pemula, pengembangan usaha, dan logistik yang terpadu/terintegrasi.
Pengukuran
Perhitungan realisasi kinerja didasarkan pada perbandingan antara Realisasi Capaian Output Paket Rekomendasi dengan Target yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi 2019. Target output Paket Rekomendasi dinyatakan selesai, setelah disusun laporan rekomendasi yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Satuan Pengukuran : Paket Rekomendasi
Sifat Data IKU/ Polarisasi
: ( X ) Maximize ( ..... ) Minimize ( ..... ) Stabilize
Periode Data IKU : ( X ) Triwulan ( ..... ) Semester ( ..... ) Tahunan
Pagu Anggaran : Rp. 8.777.928.000
Target Kumulatif per Periode Pelaporan(Triwulan/Semesteran/Tahunan)
Tahun 2019
Target
Triwulan I 1
Triwulan II 1
Triwulan III 1
Triwulan IV 1
Copyright © 2019 Kinerja Ekon GoCopyright © 2019 Kinerja Ekon Go
top related