kata pengantar -...
Post on 17-Jul-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir
dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan.
Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan,
ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi
nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong
berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada
pembangunan di kawasan Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Agustus 2018 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2018, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan
Agustus 2018. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi
meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat
umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan
kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua
pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PARMIN, S.Si, MM
NIP. 19640218 199102 1 001
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : Parmin, S.Si, MM
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom
Editor : Hana Solihah, S.Si
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E
Aprilia Susilowati, S.Tr
Tim Analisis dan Prakiraan : Nizam Mawardi, S.Tr
Pande Made Rony Kurniawan, SST
Debora Truly Marpaung, SST
Ibnu Susilo, S.Tr
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, SP
Adelina M Situmorang, SE
Desain : M. Taufik, S.SI
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : stamet.hangnadim@bmkg.go.id
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM JULI 2018 ................................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA AGUSTUS 2018 ................................................................................................... 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT AGUSTUS 2018.................................................................................... 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
AGUSTUS 2018 ................................................................................................................................................ 19
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim,
maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juli 2018 adalah sebagai berikut :
a. Kejadian hujan di Pulau Batam cukup bervariasi yaitu berada pada kondisi bawah normal,
normal maupun di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin didominasi
dari arah Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 8,3 km/jam.
b. Pada bulan Juli nilai IOD, SOI, dan ENSO di wilayah Indonesia berada pada kondisi netral
sehingga kurang cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan
curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli. Perambatan MJO dengan sifat lemah
pada awal hingga pertengahan bulan Juli turut memberikan pengaruh dengan berkurangnya
curah hujan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Kepulauan Riau. Namun perambatan
MJO dengan sifat kuat pada akhir bulan Juli dan suhu muka laut yang hangat cukup
memberikan pengaruh dalam petumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan di
wilayah Kepulauan Riau.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Agustus 2018 hingga Juli
2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus
1998 s.d Juli 2018. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan
dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95367 dan RMSE (error) 8.1372 yang
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2018 pada dasarian I, II dan III diprakirakan berada
pada kisaran normalnya. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Agustus
2018 hingga Juli 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim
periode Agustus 1998 s.d Juli 2018. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan
normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9225 dan RMSE (error) 8.6262
yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2018 pada dasarian I, II dan III diprakirakan
berada pada kisaran normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 2
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Juli
1901 s/d 31 Juli 1930, 1 Juli 1931 s/d 31 Juli 1960, 1 Juli 1961 s/d 31 Juli 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIM JULI 2018
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi
meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal
sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup
dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan
siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan
tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah
dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern
Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya
dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (April-Juli) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 3
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JULI 2018
1. Monsun
Pada bulan Juli, matahari telah berada pada titik paling utara bumi yaitu 23.5°LU atau biasa
disebut ‘summer soltice’ kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh
kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka
laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara
rendah. Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi tempat pengumpulan massa udara yang cukup
mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Juli 2018
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Juli 2018
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Juli 2018 berkisar
antara 27.00 - 30.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.50 - +0.50C (Gambar.2). Di wilayah Kepulauan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 4
Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50 - +0.50C yang menunjukkan suhu muka laut
masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu
muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses
pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Juli 2018
Pada bulan Juli 2018, tekanan udara di BBU secara umum lebih rendah dari pada BBS dan
sekitar equator karena matahari berada di sekitar wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa udara
bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga
membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang
dapat menghasilkan hujan.
Berdasarkan hasil analisis (Gambar. 4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan Juli
umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang di dominasi dari arah Tenggara
dengan kecepatan rata-rata 5 hingga 15 knot (Gambar. 5).
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Juli 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 5
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Juli 2018
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan Juli
2018, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.40 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern
Oscillation Index) selama bulan Juli sebesar +1.6. Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya
pengaruh terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia
khususnya Indonesia bagian timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 6
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Juli 2018
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-
awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut.
Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan Juli 2018, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah
utara Pulau Papua yaitu berkisar antara 180 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau
secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 200 -
240 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada
bulan Juli 2018 tidak cukup banyak.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 7
b. Fase MJO
MJO selama bulan Juli 2018 berada pada fase 3 sampai 6 dengan sifat yang lemah pada
perambatannya dan kuat pada pertengahan hingga akhir bulan Juli. Wilayah Indonesia berada pada
fase 3 sampai 5. Pada gambar 9 terlihat bahwa pada awal bulan Juli wilayah Indonesia terlewati oleh
perambatan MJO. Secara teori, kondisi MJO ini memberikan pengaruh pada penambahan maupun
pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk juga untuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Juli 2018 nilai IOD berada
pada kondisi negatif yang bernilai -0.35. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Juli 2018
secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 8
Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan
dan sifat hujan bulan Juli 2018 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 9
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JULI 2018
a. Hujan
Hujan bulan Juli 2018 Barelang bersifat Normal (N) dengan curah hujan selama satu bulan
berkisar 48,2 mm – 273,2 mm atau antara 19 % - 108 %. Curah hujan terendah terjadi di
Sengkuang dan tertinggi di Mukakuning. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juli 2018 terdapat 13
hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 51,8 mm
atau berkisar 20% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I
terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 32,6 mm, dasarian II terdapat 4 hari hujan dengan
jumlah curah hujan 12,4 mm dan dasarian III terjadi 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan 6,8
mm. Curah hujan tertinggi 15,0 mm terjadi pada tanggal 2 Juli 2018.
Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan Juli 2018 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 10
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,6°C - 29,3 °C. Suhu udara terendah dalam
bulan Juli 2018 adalah 22,5 °C terjadi pada tanggal 9 Juli 2018 pagi hari dan suhu udara tertinggi
33,2°C terjadi pada tanggal 28 Juli 2018 siang hari.
Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Juli 2018 di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 76 % - 91 %. Kelembaban udara
terendah mutlak 56% terjadi pada tanggal 28 Juli 2018 siang hari, sedangkan kelembaban udara
tertinggi 99% terjadi pada tanggal 4 Juli 2018 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada
bulan Juli 2018 lebih kering dibandingkan bulan Juni 2018.
Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Juli 2018 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Juli 2018 angin permukaan secara umum didominasi dari arah
Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 8,3 km/jam, arah dan kecepatan maksimum dari
Tenggara dengan kecepatan 29,6 km/jam terjadi pada tanggal 6 Juli 2018.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TEM
PER
ATU
R (
°C)
TANGGAL
T-MAKSIMUM
T-RATA-RATA
T-MINIMUM
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
RH
(%
)
TANGGAL
RH-MAKSIMUM
RH-RATA-RATA
RH-MINIMUM
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 11
PRAKIRAAN CUACA AGUSTUS 2018
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Agustus, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi
Utara) paling ujung dan kembali menuju equator dan BBS (Bumi Bagian Selatan) dengan pergerakan
semu sejauh kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS
(http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada bulan Agustus 2017 diprakirakan masih akan banyak berada di wilayah Bumi Bagian Utara
(BBU) dan equator.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Agustus 2018 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Agustus 2018
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 14. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Agustus 2018
Pola angin rata-rata bulan Agustus secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan
(BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) serta serta
konvergensi di sekitar bagian ekuator. Berdasarkan gambar 15, terdapat daerah belokan angin
(shearline) serta pertemuan massa udara (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang
menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung dalam
proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 15. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Agustus 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, NOAA (National Oceanic and
Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) dan
BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan
Agustus 2018 dalam kondisi Normal. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak cukup memberi
pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 16. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir Juli 2018 menunjukkan berada pada kondisi normal dengan nilai
SOI sebesar +1.6, sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 17. Grafik SOI Bulan Juli 2015 s.d. Awal Agustus 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 13
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Agustus 2018 dengan sifat lemah dan
berada pada fase 6 hingga 7 sehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia (Gambar 18). Nilai anomali OLR bernilai positif berada di wilayah Indonesia, khususnya
bagian barat wilayah Indonesia (Gambar 19) pada awal dan pertengahan bulan Agustus. Hal
tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut pada awal dan pertengahan
bulan Juli tidak banyak, untuk wilayah Kepulauan Riau nilai anomali OLR berkisar antara -5 hingga
10 sehingga tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau diprediksi juga tidak cukup banyak.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 18. Grafik Fase MJO pada Bulan Juli 2018 dan prakiraan Bulan Agustus 2018
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 19. Anomali OLR sampai dengan 31 Juli 2018 dan prakiraan 15 hari kedepan
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,
khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BMKG dan BoM (gambar
20) bulan Agustus 2018 DMI akan berada pada kondisi normal, sedangkan NASA memprediksi
Agustus 2018 DMI bernilai positif, sehingga secara umum tidak mempengaruhi penambahan jumlah
curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 14
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 20. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Juli di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun (1993-
2017) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjadi tiga
bagian di Pulau Batam selama Bulan Agustus. Batam bagian Timur sekitar 200 – 300 mm,
sedangkan Batam bagian Tengah sekitar 200 – 250 mm dan Batam bagian Barat dan Selatan
jumlahnya sekitar 150 – 200 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan Agustus 2018 akan sama dengan bulan Juli 2018, sehingga peluang curah hujannya cenderung
sama bila dibandingkan dengan bulan Juli 2018.
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS 2018
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Agustus 2018 hingga Juli 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian
Hang Nadim periode Juli 1998 s.d Agustus 2018.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9225 dan RMSE (error) 8.6262. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2018 diprakirakan:
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA 22.4 27.1 33.5
KELEMBAPAN UDARA 45% 84% 100%
ANGIN 7 Km/jam 11 Km/jam 55 Km/jam
HARI HUJAN 10 18* 26
*11 hari disertai petir
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 15
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II
dan III berada pada kisaran atas normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Agustus 2018 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2018
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Agustus 2018 di Barelang
dapat diprakirakan sebagai berikut:
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Agustus 2018
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang dan Galang
Bawah Normal -
Gambar. 21 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan Agustus 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) AGUSTUS 2018
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam
namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman
bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya
gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai
berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras
air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut
dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai
rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) /
Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena
pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan
seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam
buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6
(enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI AGUSTUS 2018
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0605 1815 2138 0914
2 0605 1815 2221 0958
3 0605 1815 2306 1043
4 0605 1815 2353 1130
5 0605 1814 0 1219
6 0605 1814 0044 1312
7 0605 1814 0138 1408
8 0604 1814 0236 1508
9 0604 1814 0337 1610
10 0604 1814 0440 1713
11 0604 1813 0542 1814
12 0604 1813 0642 1912
13 0604 1813 0739 2006
14 0604 1813 0833 2058
15 0604 1813 0924 2148
16 0603 1812 1014 2235
17 0603 1812 1102 2323
18 0603 1812 1150 0
19 0603 1812 1238 0010
20 0603 1811 1325 0058
21 0602 1811 1414 0145
22 0602 1811 1502 0234
23 0602 1811 1550 0322
24 0602 1810 1638 0410
25 0601 1810 1724 0457
26 0601 1810 1809 0543
27 0601 1809 1853 0628
28 0601 1809 1937 0713
29 0600 1809 2020 0757
30 0600 1808 2105 0842
31 0600 1808 2151 0928
2. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0604 1813 2136 0913
2 0603 1813 2220 0957
3 0603 1813 2305 1041
4 0603 1813 2352 1128
5 0603 1813 0 1217
6 0603 1812 0042 1310
7 0603 1812 0136 1406
8 0603 1812 0234 1506
9 0603 1812 0335 1608
10 0603 1812 0438 1711
11 0603 1812 0541 1812
12 0603 1811 0641 1910
13 0602 1811 0738 2005
14 0602 1811 0832 2056
15 0602 1811 0923 2146
16 0602 1811 1012 2234
17 0602 1810 1100 2321
18 0602 1810 1148 0
19 0601 1810 1236 0009
20 0601 1810 1323 0056
21 0601 1809 1412 0144
22 0601 1809 1500 0232
23 0600 1809 1548 0321
24 0600 1808 1636 0409
25 0600 1808 1722 0456
26 0600 1808 1807 0542
27 0559 1808 1851 0627
28 0559 1807 1935 0711
29 0559 1807 2019 0755
30 0559 1807 2103 0840
31 0558 1806 2149 0926
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 20
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0544 1801 2121 0855
2 0544 1801 2203 0940
3 0544 1801 2247 1026
4 0544 1801 2334 1114
5 0544 1801 0 1204
6 0544 1801 0023 1257
7 0544 1800 0116 1354
8 0544 1800 0214 1454
9 0544 1800 0315 1557
10 0544 1800 0418 1659
11 0544 1759 0521 1759
12 0544 1759 0622 1856
13 0544 1759 0720 1950
14 0544 1759 0814 2041
15 0544 1758 0907 2129
16 0544 1758 0957 2216
17 0543 1758 1046 2303
18 0543 1757 1135 2349
19 0543 1757 1223 0
20 0543 1757 1312 0036
21 0543 1756 1400 0123
22 0543 1756 1449 0212
23 0543 1756 1537 0300
24 0542 1755 1624 0348
25 0542 1755 1709 0436
26 0542 1755 1754 0523
27 0542 1754 1837 0609
28 0542 1754 1920 0654
29 0542 1753 2003 0739
30 0541 1753 2046 0825
31 0541 1753 2131 0911
4. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0608 1818 2141 0917
2 0608 1818 2224 1001
3 0608 1818 2309 1046
4 0608 1817 2356 1133
5 0608 1817 0 1222
6 0608 1817 0047 1314
7 0608 1817 0141 1411
8 0607 1817 0239 1511
9 0607 1817 0340 1613
10 0607 1817 0443 1716
11 0607 1816 0545 1817
12 0607 1816 0645 1915
13 0607 1816 0742 2009
14 0607 1816 0836 2101
15 0607 1816 0927 2151
16 0606 1815 1017 2239
17 0606 1815 1105 2326
18 0606 1815 1153 0
19 0606 1815 1240 0013
20 0606 1814 1328 0101
21 0605 1814 1417 0149
22 0605 1814 1505 0237
23 0605 1813 1553 0325
24 0605 1813 1640 0413
25 0604 1813 1727 0500
26 0604 1813 1812 0546
27 0604 1812 1856 0632
28 0604 1812 1940 0716
29 0603 1812 2023 0800
30 0603 1811 2108 0845
31 0603 1811 2154 0931
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 21
5. STASIUN METEOROLOGI DABO
SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0604 1812 2136 0913
2 0604 1812 2219 0956
3 0604 1812 2305 1041
4 0604 1812 2352 1127
5 0604 1812 0 1216
6 0604 1812 0042 1309
7 0604 1812 0137 1405
8 0603 1811 0235 1505
9 0603 1811 0336 1607
10 0603 1811 0439 1710
11 0603 1811 0541 1811
12 0603 1811 0641 1909
13 0603 1811 0738 2004
14 0603 1810 0832 2056
15 0602 1810 0922 2146
16 0602 1810 1012 2234
17 0602 1810 1100 2322
18 0602 1810 1147 0
19 0602 1809 1235 0009
20 0601 1809 1323 0057
21 0601 1809 1411 0145
22 0601 1809 1459 0233
23 0601 1808 1547 0321
24 0600 1808 1635 0409
25 0600 1808 1721 0456
26 0600 1807 1806 0542
27 0600 1807 1851 0627
28 0559 1807 1934 0711
29 0559 1806 2018 0755
30 0559 1806 2103 0840
31 0559 1806 2149 0925
6. STASIUN METEOROLOGI
TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0554 1809 2129 0905
2 0554 1809 2212 0949
3 0554 1809 2257 1035
4 0554 1809 2343 1122
5 0554 1808 0 1212
6 0554 1808 0033 1305
7 0554 1808 0126 1402
8 0554 1808 0224 1502
9 0553 1808 0325 1605
10 0553 1807 0428 1707
11 0553 1807 0530 1807
12 0553 1807 0631 1905
13 0553 1807 0729 1959
14 0553 1807 0824 2050
15 0553 1806 0916 2138
16 0553 1806 1006 2226
17 0553 1806 1055 2312
18 0553 1805 1143 2359
19 0552 1805 1231 0
20 0552 1805 1320 0046
21 0552 1804 1408 0133
22 0552 1804 1457 0222
23 0552 1804 1545 0310
24 0552 1803 1632 0358
25 0551 1803 1717 0446
26 0551 1803 1802 0532
27 0551 1802 1845 0618
28 0551 1802 1928 0703
29 0551 1802 2011 0748
30 0550 1801 2055 0833
31 0550 1801 2141 0920
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.056] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir
dan angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara
umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Julian
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang
menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang
menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian
menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan
dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di
Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun
Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan
Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca
top related