karakteristik telur burung maleo …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/l1a112095_sitedi_skripsi.pdf ·...
Post on 17-Jul-2018
249 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK TELUR BURUNG MALEO (Macrocephalonmaleo SAL. MULLER 1846) DI KECAMATAN MALIGANO
KABUPATEN MUNA
SKRIPSI
Oleh :
TAUFIKNIM. L1A112095
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI2016
KARAKTERISTIK TELUR BURUNG MALEO (MacrocephalonmaleoSAL. MULLER 1846) DI KECAMATAN MALIGANO
KABUPATEN MUNA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Peternakanuntuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Jurusan Peternakan
Oleh :
TAUFIKNIM. L1A112095
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI2016
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU
DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA
BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU
v
RIWAYAT HIDUP
Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky, mahasiswa
Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.
Penulis lahir di Kendari Pada Tanggal 07 September
1992. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
suami istri, bapak Ir. Djamaluddin Baso dan ibu
Rossmini Loliwu. Menyelesaikan pendidikan SDN 8
Mandonga Kendari pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari
pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan SMAS Kartika Wirabuana
Kendari pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas
Halu Oleo Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan tahun 2012 sampai
sekarang dan menerima beasiswa PPA sejak semester 4 sampai semester 7. Penulis
juga pernah dapat juara III lomba teater antar Fakultas Universitas Halu Oleo.
Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan yaitu pada saat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMP dan SMA yaitu kegiatan Latihan Gabungan
(LATGAB) dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR), banyak sekali
pengalaman yang sangat indah di kegiatan tersebut, memiliki teman dari sekolah
lain, makan bersama, dll. Tidak hanya itu pengalaman masuk diperguruan tinggi
Universitas Halu Oleo, tidaklah begitu mudah mempunyai banyak rintangan dan
halangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran, tetapi saya tetap melewatinya
dengan nyaman dan bantuan teman juga hingga saya bertahan sampai disini.
v
RIWAYAT HIDUP
Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky, mahasiswa
Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.
Penulis lahir di Kendari Pada Tanggal 07 September
1992. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
suami istri, bapak Ir. Djamaluddin Baso dan ibu
Rossmini Loliwu. Menyelesaikan pendidikan SDN 8
Mandonga Kendari pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari
pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan SMAS Kartika Wirabuana
Kendari pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas
Halu Oleo Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan tahun 2012 sampai
sekarang dan menerima beasiswa PPA sejak semester 4 sampai semester 7. Penulis
juga pernah dapat juara III lomba teater antar Fakultas Universitas Halu Oleo.
Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan yaitu pada saat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMP dan SMA yaitu kegiatan Latihan Gabungan
(LATGAB) dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR), banyak sekali
pengalaman yang sangat indah di kegiatan tersebut, memiliki teman dari sekolah
lain, makan bersama, dll. Tidak hanya itu pengalaman masuk diperguruan tinggi
Universitas Halu Oleo, tidaklah begitu mudah mempunyai banyak rintangan dan
halangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran, tetapi saya tetap melewatinya
dengan nyaman dan bantuan teman juga hingga saya bertahan sampai disini.
v
RIWAYAT HIDUP
Nama Taufik biasa dipanggil Vhiky, mahasiswa
Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.
Penulis lahir di Kendari Pada Tanggal 07 September
1992. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
suami istri, bapak Ir. Djamaluddin Baso dan ibu
Rossmini Loliwu. Menyelesaikan pendidikan SDN 8
Mandonga Kendari pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan ke SMPS Kartika Wirabuana Kendari
pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan SMAS Kartika Wirabuana
Kendari pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan ke perguruan tinggi di Universitas
Halu Oleo Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan tahun 2012 sampai
sekarang dan menerima beasiswa PPA sejak semester 4 sampai semester 7. Penulis
juga pernah dapat juara III lomba teater antar Fakultas Universitas Halu Oleo.
Banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan yaitu pada saat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pada saat SMP dan SMA yaitu kegiatan Latihan Gabungan
(LATGAB) dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR), banyak sekali
pengalaman yang sangat indah di kegiatan tersebut, memiliki teman dari sekolah
lain, makan bersama, dll. Tidak hanya itu pengalaman masuk diperguruan tinggi
Universitas Halu Oleo, tidaklah begitu mudah mempunyai banyak rintangan dan
halangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran, tetapi saya tetap melewatinya
dengan nyaman dan bantuan teman juga hingga saya bertahan sampai disini.
vi
ABSTRACT
Taufik (L1A112095) The Characteristics of Maleo Eggs (Macrocephalon maleo Sal.Muller 1846) in Maligano Sub-district of Muna Regency (guided by La Ode Nafiu asFirst Supervisor and Achmad Selamet Aku as Second Supervisor).
Maleo bird (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) is an endemic birdwhich can only be found on Sulawesi Island. This bird can be found in the mountainforests and coastal forests of Southeast Sulawesi. The study aims to determine eggcharacteristics consist of egg weight, texture, shell color, index, shell thickness, andHaugh unit (HU) of Maleo in Maligano Sub-district of Muna Regency. This studywas conducted in Maligano Sub-district of Muna Regency and Poultry Cages Unit ofAnimal Husbandry Faculty, University of Halu Oleo Kendari in February to April2016. The study used direct observation methods supported by secondary datacollection through literature studies and interviews with relevant parties. The resultsshowed that maleo’s eggs average weight were 208.39 gram with average index was60.08 %. Shell thickness average on blunt, middle, and sharp were 0.36 ± 0.08 mm;0.41 ± 0.05 mm; 0.37 ± 0.02 mm respectively. Maleo’s eggs texture was soft withbrown egg shell color, whereas HU average was 74.7 ± 4.69.
Key words: Maleo Bird, Egg characteristic, Egg index.
vii
ABSTRAK
Taufik (L1A112095) Karakteristik Telur Burung Maleo (Macrocephalon maleoSal.Muller 1846) di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna (Dibimbing oleh La OdeNafiu sebagai Pembimbing I dan Achmad Selamet Aku sebagai Pembimbing II).
Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) merupakan burungendemik yang hanya bisa dijumpai di Kepulauan Sulawesi. Burung ini bisaditemukan di hutan pegunungan dan hutan pantai, di Sulawesi Tenggara. Penelitianbertujuan untuk mengetahui bobot telur, tekstur telur, warna kerabang telur, indekstelur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU) burung maleo di KecamatanMaligano Kabupaten Muna. Penelitian di laksanakan di KecamatanMaliganoKabupaten Muna dan Kandang Unit Unggas Fakultas PeternakanUniversitas Halu Oleo Kendari pada bulan Februari sampai April 2016.Penelitianmenggunakan metode observasi langsung yang didukung denganpengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik telur yaitu: bahwarata-rata bobot telur burung maleo yaitu 208,39gram. Rata-rata indeks telur burungmaleo yaitu 60,08%. Rata-rata tebal kerabang telur burung maleo yang tumpul,tengah dan tajam yaitu 0,36±0,08 mm; 0,41±0,05 mm; 0,37±0,02 mm. Warnakerabang telur burung maleo adalah coklat. Tekstur telur burung maleo diperolehtekstur telur yang halus, sedangkan rata-rata nilai HU adalah 74,7±4,69.
Kata kunci: Burung maleo, Karakteristik telur, Indeks telur.
viii
KATA PENGANTAR
حمنا لر حیم الر ا بسم
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT.atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ” Karakteristik Telur Burung Maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller
1846) di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Halu Oleo, Kendari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapakDr. Ir. La Ode Nafiu, M,Si.
selaku pembimbing I dan bapak Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. selaku
pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, petunjuk
dan arahan yang sangat berarti sejak persiapan penulisan hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta, dan kasih sayang
penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Ir. Djamaluddin Baso dan Ibunda
tercinta Rossmini Loliwu. atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, kesabaran, doa,
dan pengorbanan yang tidak dapat penulis balas sampai kapan pun dan dengan
apapun.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu Oleo,
Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. selaku Dekan Fakultas Peternakan, Bapak
La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc. selaku KetuaJurusan Fakultas Peternakan yang
telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu
Oleo.
ix
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si., Bapak Syam Rahadi, S.Pt., M.P., dan
Bapak Hairil Adzulyatno Hadini, S.Pt., M.Sc selaku dosen penguji atas
kesediaannya menguji, memberikan saran, dan koreksinya kepada penulis.
3. Bapak Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik,
yang telah memberikan pengarahan dan motivasi.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat
bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf Fakultas Peternakan yang telah
membantu dalam kelancaran proses administrasi.
5. Saudara-saudaraku Zulkifli, Trisno Ilham, paman, tante, nenek dan keponakan,
atas segala cinta, kasih sayang, dukungan, doa dan bantuannya baik moril maupun
finansial serta kesabarannya menghadapi penulis.
6. Sahabat-sahabatku: La Ode Gatra, La Atri, S.Pt., Melly Pratiwi S.Pt., Ficca Shella
Ananda, Hikmawati S.Pt., Sri Novianti S.Pt., Wahyuni Syuhada, S.Pt., Sitti
Isyqzamiyah Assambo S.Pt., Rachmita Dewi S.Pt., Indra Muhamad, Awang
Rosyadi,Kabul Budiansyah, Muanmar Bakal, Yundy Putra M, Reski Putra, Iqbal
Jalil Hafid, Bayu Maharullah serta teman-teman angkatan 2012, Vidya Batara
S.Pt., Salmiyati Wanci S.Pt., Yuliana, Wa Nurnia S.Pt., Darmin, Darsin, Asis
Surajat, Muh. Asis, Sumran, Ajeng, Linda, Nuraenih S.Pt., Febi Febria Ningsih
S.Pt., Reza, Muhammad Andhi S.Pt., Hendra Sudarno, Riska, Icha, Ros, Serli,
Rida, Harniati, Minayanti, Jumi, Ana,Zainuddin, S.Pt., Surya, Fardi, Ilul, Muji,
Idi, Sufar, Dimas, Danang, Nafar, Nela, Eni, Ikbal, Harpan, Adista, dan teman-
teman yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, atas semua
canda, tawa, suka, duka, dukungan, dan perhatiannya. Semoga keakraban kita
tetap terjaga.
7. Teman-teman PKL di P.T Karya Anugerah Rumpin Desa Cibodas Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor: Universitas Padjajaran Bandung (Adnan, Yerry, Deva,
Ida, Nadzira, Rena), Universitas Hasanuddin Makassar (Mislah, Putra, Fahri),
Universitas Islam Negeri Jakarta (Isman dan Fauzi), serta Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto (Bayu, Bustomy, Reina, Ruri, Fundi, Dinar, Mar’a, Nuril,
x
Panji, Eva, Ridla, Nurul, Ninda) atas kerja samadan kebersamaan singkat yang
tidak akan terlupakan. Semogakita tetap terjaga.
8. Teman-teman KKN Tematik 2015 Desa Tambosupa: La Ode Gatra Pradana,
Sufardiman, Dimas Octavyan, Sutrianto, Ld. Mahafardi, Melly Pratiwi S.Pt.,
Ficca Shella Ananda, Hikmawati S.Pt., Riska Marsandi, Devi Chairina S.Ik., atas
kerja sama, canda, tawa, suka, duka, dan kebersamaan singkat yang tidak akan
terlupakan. Semoga keakraban kita tetap terjaga.
9. Pak Desa Tambosupa Bapak Ismail, S.Hi,. dan Ibu Risnawati yang begitu baik
dan perhatian kepada kami peserta KKN di Desa Tambosupa. Terima kasih,
semoga Allah SWT. membalas dengan pahala yang berlipat ganda.
10. Senior-seniorku:Fitri, S.Pt., Novi, S.Pt., Iva Armila, S.Pt., Astrid, S.Pt., Mugni
Noor, S.Pt., Rispan Dahlan, S.Pt., Juita, S.Pt., Siti Maulidiyah, S.Pt., Anita
Mustika Ibrahim, S.Pt., Lija Numria Nullah, S.Pt., Wiwin Malvina, S.Pt., Andi
Alif Abdussalam, S.Pt., Elvanuddin, S.Pt., M.Pt., Reza Harjanto, S.Pt., Hidra,
S.Pt., Wiwik Rahayu, S.Pt., Dizka Bintayani, S.Pt., Edris, S.Pt., Adi Saputro
S.Pt., Eki Suarlan, Gerson Tikara, S.Pt., Muhammad Jandi Lapedu, S.Pt., Rahma
Ratu Pujian, Elen Rosalia Joka, S.Pt., Danian Apri, S.Pt., Desna Sari Putri, S.Pt.,
Herisyahrizal, Heriksan, S.Pt., Handi, S.Pt., Nur Halim, S.Pt., serta seluruh senior
yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
11. Junior-juniorku angkatan 2013 (Amin, Nofal, Akram, Ade, Boys, Neli, Febri,
Ita),2014 (Dian, Indra, dan Nurul) dan 015 terima kasih atas kerjasama selama ini,
terus semangat menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan.
12. Teman-teman dari Youngsters Radio Kendari (Inho Renggaala, Iqbal Jalil Hafid,
Gradiyanto Tamburaka, Wa Ode Emildayanti, La Ode Fidayan, Firdha
Nirmalasari, Debora Grace, Ilham, Dilla, Lulu, Nindy, Ryan) dan Radio Suara
Kendari (Immanuel Reynaldo Tauran, Wa Ode Rossmanti, Kak Dhea, Yhani, Kak
Ono, Shapy, Adi, Kak Aby, Kak Ari, Nila, Xiaoling)
13. Teman-teman alumni SDN 8 Mandonga 2004, alumni SMPS Kartika Kendari
2007, alumni SMAS Kartika Kendari 2010.
xi
14. Semua pihak yang terlibat dalam bentuk apapun yang tidak dapat ditulis satu
persatu, dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT.
memberi balasan yang sesuai.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait
dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Kendari, Juni 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL ...................................................................................... iPERNYATAAN.............................................................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iiiHALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ....................................... ivRIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vABSTRACT .................................................................................................... viABSTRAK ...................................................................................................... viiKATA PENGANTAR ................................................................................... viiiDAFTAR ISI .................................................................................................. xiiDAFTAR TABEL .......................................................................................... xivDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvDATAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Deskripsi Teori ..................................................................................... 4
1. Burung Maleo (Macrocephalon maleo) .......................................... 42. Bobot Telur...................................................................................... 63. Tekstur Telur ................................................................................... 84. Warna Telur..................................................................................... 95. Indeks Telur..................................................................................... 106. Kerabang Telur ................................................................................ 127. Haugh Unit (HU)............................................................................. 12
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 13C. Kerangka Pikir...................................................................................... 15
xiii
III. MATERI DAN METODE PENELITIANA. WaktudanLokasi Penelitian ................................................................. 16B. Materi Penelitian .................................................................................. 16C. Prosedur Penelitian............................................................................... 16D. Variabel Penelitian ............................................................................... 18
1. Bobot Telur...................................................................................... 182. Indeks Telur..................................................................................... 183. Tekstur Telur ................................................................................... 184. Warna Kerabang Telur .................................................................... 195. Tebal Kerabang Telur...................................................................... 196. Haugh Unit(HU).............................................................................. 20
E. Analisis Data ........................................................................................ 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Spesifikasi Lokasi ................................................................................ 21B. Karakteristik Telur Burung Maleo ....................................................... 22
1. Bobot Telur...................................................................................... 232. Indeks Telur..................................................................................... 253. Tebal Kerabang Telur...................................................................... 264. Haugh Unit (HU)............................................................................. 275. Warna Kerabang Telur .................................................................... 286. Tekstur Telur ................................................................................... 28
V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................................... 30B. Saran..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Rataan karakteristik telur yang terdiri dari beberapa komponenyaitu bobot telur, tekstur telur, warna kerabang telur, dan indekstelur, tebal kerabang dan Haugh Unit (HU)........................................ 22
2. Penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan dalammesin penetasan .................................................................................. 24
3. Karaketristik Kualitatif yang meliputi warna kerabang telur dantekstur telur.......................................................................................... 27
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) .............................. 42. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 153. Timbangan Analitik ........................................................................................ 184. Mikrometer ...................................................................................................... 195. Mengukur bobot telur...................................................................................... 246. Mengukur Tebal Kerabang Telur.................................................................... 26
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
7. Hasil penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan dalammesin tetas....................................................................................................... 37
8. Hasil perhitungan haugh Unit (HU)................................................................ 389. Hasil bobot telur, panjang telur, lebar telur dan indeks telur burung maleo... 39
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Burung maleo (Macrocephalon maleo) merupakan burung endemik yang
banyak dijumpai di Kepulauan Sulawesi.Burung ini bisa ditemukan di hutan
pegunungan dan hutan pantai, di Sulawesi Tenggara.Sepintas penampilan burung ini
biasa saja, selain jambul di kepalanya, burung ini mirip dengan ayam.Dari
penampilannya, sulit dibedakan antara burung jantan dan betina. Daya tarik burung
maleo justru pada telurnya, yang ukurannya lima kali lebih besar dari telur ayam.
Inilah yang menyebabkan telur burung maleo banyak diburu orang, sehingga
kelestariannya terancam.
Penyebab utama terancamnya kelestarian burung maleo tidak hanya
disebabkan telurnya diambil oleh manusia, tetapi juga gangguan dari predator
alaminya, yakni biawak dan tikus hutan.Selain itu, pembukaan lahan hutan untuk
perkebunan, dan kebakaran hutan juga menjadi penyebab rusaknya habitat asli
burung maleo.
Populasi dan penyebaran burung maleosampai saat ini diketahui biasa hidup
di pulau Sulawesi.Burung Maleo banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Utara (Santoso, 1990).Pada tahun 1978 populasi maleo diperkirakan 5.000-
10.000 ekor, namun angka ini didasarkan pada produksi telur tahunan yaitu 30 butir
per burung (MacKinnon, 1978).Produktivitas sekarang diperkirakan 8-12 butir telur
per burung (Dekker, 1990b).Sebagai perbandingan pada tahun 1947, (Gunawan,
2
2000) mencatat perolehan telur burung maleo sebanyak 9.705 butir di Cagar Alam
Panua, Sulawesi Utara dengan jumlah terbanyak diperoleh pada bulan April yakni
1.596 butir dan paling sedikit pada bulan Juli yakni 82 butir.
Telur burung maleo memang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi
dibandingkan telur ayam, karena ukurannya yang lebih besar.Harganya di pasar gelap
bisa mencapai 50 ribu rupiah per butir.Burung Maleo sebenarnya dapat bertelur dua
kali dalam sebulan dan setiap bertelur, hanya satu telur yang dihasilkan.Sang induk
meletakkan telurnya di dalam lubang yang berpasir, yang dekat dengan sumber air
panas.Oleh karena itu, habitat asli burung ini berada di sekitar sumber air panas, yang
tanahnya berpasir.
Survei pendahuluan diperoleh informasi tentang banyaknya telur maleo
diperjual belikan di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.Sementara diketahui
bahwa telur merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak unggas dan burung yang
berguna untuk meneruskan kehidupan/perkembangbiakan. Telur merupakan mata
rantai yang esensial dalam siklus reproduksi kehidupan hewan.Oleh karena
pentingnya peranan telur, maka perlu untuk mempelajari karakteristik telur, meliputi
kualitas telur yang terdiri dari beberapa komponen yaitu bobot telur, tekstur telur,
warna kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU)
sebagai memperkaya informasi tentang karakteristik burung maleo di Sulawesi
Tenggara. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu adanya penelitian tentang
karakteristik telur burung maleo di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana karateristik telur burung maleo berdasarkan bobot
telur, tekstur telur, warna kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan
Haugh Unit (HU) burung maleo di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot telur, tekstur telur, warna
kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU) burung
maleodi Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mempertegas
karakteristik telur burung maleo berdasarkan bobot telur, tekstur telur, warna
kerabang telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh Unit (HU) burung
maleodi Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Burung Maleo (Macrocephalon maleo SAL. MULLER 1846 )
Jones etal. (1995) menyatakan bahwa maleo adalah hewan yang berjalan
seperti ayam, lebih banyak di darat (tidak terbang seperti kebanyakan burung lain),
bila sedang terbang gerakan sayapnya keras. Hal ini disebabkan bobot tubuhnya yang
cukup besar dibandingkan dengan lebar sayap, sehingga untuk mencapai jarak relatif
pendek harus hinggap dulu pada cabang-cabang pohon yang satu ke cabang pohon
lainnya.
Gambar 1.Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal.Muller 1846) (foto survey awal).
Burung maleo termasuk spesies burrow nester, yaitu burung pembuat lubang
atau liang. Besarnya hampir sama dengan ayam betina piaraan, berbobot 1,6 kg,
dengan panjang sayap jantan 292 mm dan betina 302 mm (PPA, 1994) Anak maleo
yang baru menetas mempunyai berat 109-169 gram (Argelo, 1991). Dinyatakan juga
umur burung maleo bisa mencapai 25-30 tahun dan mencapai usia dewasa
5
produktivitas setelah 4 tahun. Menurut Dekker (1990b) pada penangkaran, maleo
dapat mencapai umur 20 tahun lebih.
Warna burung maleo dewasa, baik jantan maupun betina umumnya sama,
yaitu mengkilap di bagian sayap dan ekor. Pada bagian dada berwarna kuning
bercampur putih, bila dilihat dari dekat dada betina berwarna sawo matang.Pada
bagian kepalanya terdapat benjolan besar menyerupai helm (mahkota) berwarna
kelabu kehitam-hitaman.Mahkota pada jantan lebih besar dibandingkan dengan
mahkota betina.Kaki burung maleo besar dan kuat yang dapat dipergunakan untuk
menggali lubangpasir untuk keperluan bertelur.Panjang kaki burung maleo ± 25 cm,
jari-jari cakar sekitar 5–8 cm panjangnya (Addin, 1991).
Sarang burung maleo berada di dalam hutan terbuka dataran rendah yang
dekat atau dikelilingi dengan sungai.Burung maleo bertelur di areal yang tidak
bervegetasi dan letakknya lebih tinggi dari sungai.Struktur tanah datar yang terdiri
dari pasir, debu dan liat yang terus-menerus mendapatkan penyinaran matahari
(Nurhalim, 2013).
Faktor kunci bagi Maleo senkawor dalam memilih lokasi bertelur adalah: (1)
sumber panas, (2) aksesibilitas, (3) keamanan dari gangguan, dan (4) musim(untuk
lokasi bersumber panas matahari). Dalam menentukan sarang untukmeletakkan telur,
Maleo senkawor cenderung lebih menyukai tempat dengankondisi: (1) aman dari
gangguan manusia, (2) efektivitas sumber panas, (3)kelembaban tanah, (4) pengaruh
iklim mikro di atas permukaan tanah (terutamahujan), dan (4) keamanan dari predator
(Gunawan, 2000).
6
Burung maleo (Macrocephalon maleo, Sal. Muller 1846) oleh Grzimek
(1972) diklasifikasikan ke dalam: Klas Aves, Sub Klas Neonirthes, Ordo Galliformes,
Sub Ordo Galli, Famili Megapodidae, Sub Famili Crocoide, Genus Macrocephalon,
spesies Macrocephalon maleo Sal Muller 1846. Menurut Jones et., al. (1995), PPA
(1994) dan Hoyo et., al. (1994), burung maleo dikenal dengan nama daerah
senkawor, sengkawur, songkel, maleosan (Minahasa), saungke (Bintauna), tuanggoi
(Bolaang Mongondow), tuangoho (Bolaang Itang), bagoho (Suwawa), mumungo,
panua (Gorontalo), molo (Sulawesi Tenggara). Jenis ini dikenal pula dengan nama
asing megapode maleo (Perancis), hammerhuhn (Jerman), talegalo maleo (Spanyol),
maleo fowl, gray’s brush turkey (Inggris).
2. Bobot Telur
Telur untuk semua jenis burung memiliki warna, bentuk, ukuran dan ciri khas
tersendiri, telur maleo mempunyai bobot antara 190-280 gram, panjang 92,1-112,6
mm dan lebar 56,6-57,6 mm. Telur maleo mempunyai kuning yang lebih banyak
yaitu berkisar antara 60-64% dan albumen 35-39% dari kandungan telur seluruhnya
(Dekker, 1990b)
Kuning telur yang besar merupakan persediaan makanan cukup banyak bagi
anak burung, karena sejak menetas anak burung tersebut harus sepenuhnya mandiri
(Kinnaird, 1997).
Kuning telur merupakan bagian terpenting pada telur, karena kuning telur
mengandung zat bergizi tinggi untuk menunjang kehidupan embrio.Bentuk kuning
7
telur hampir bulat, terletak ditengah-tengah dan berwarna jingga atau kuning.Pigmen
pemberi warna kuning terdiri dari kriptoxantin, xantofil, karoten dan lutein. Kuning
telur terbungkus oleh selaput tipis, kuat dan elastis yaitu “membran vitelin” dengan
ketebalan sekitar 24 mikron, terbuat dari protein musin dan keratin. Di samping itu,
kuning telur tersusun dari lapisan-lapisan putih dan kuning, biasanya berjumlah 6
lapisan berselang-seling dengan lapisan kuning yang lebih lebar (Nugraha, 2012).
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase kerabang telur juga
mempengaruhi bobot telur, persentase kerabang telur sekitar 10%-12% dari bobot
telur.Ketebalan kerabang telur ayam merupakan hasil dari metabolisme kalsium
melalui pakan ayam. Bobot telur juga dipengaruhi oleh genetik, umur induk dan feed
intake serta nutrien pakan. Semakin bertambahnya umur induk tingkat menjelang
puncak produksi, maka bobot telur akan semakin meningkat.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi bobot telur ayam adalah umur
ayam, suhu lingungan, strain atau breed, umur ayam, kandungan nutrisi dalam
ransum, bobot tubuh ayam dan waktu telur dihasilkan (Sodak, 2011). Ditambahkan
oleh Nort dan Bell (1984) bahwa faktor yang mempengaruhi bobot telur antara lain
genetik dan umur ayam, pakan, penyakit, suhu lingkungan, musim dan sistem
pengelolaan ayam. Menurut Haryono (2000) bahwa telur ayam kampung memiliki
kisaran bobot antara 35-45 gram.
Bobot telur tidak terlepas dari pengaruh bobot kuning telur.Persentase kuning
telur sekitar 30-32% dari bobot telur.Bobot kuning telur dipengaruhi oleh
perkembangan ovarium.Ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur,
8
apabila pembentukan kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil
(Tugiyanti, 2012). Penyerapan nutrisi yang kurang optimal pada usus juga akan
berpengaruh terhadap pembentukan ovarium sehingga kualitas bobot telur kurang
optimal.
3. Tekstur Telur
Kerabang telur memiliki sifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat pada
bagian luar dari lapisan membran kulit luar (Winarno dan Koswara, 2002). Awal
pembentukan kerabang dimulai dari terbentuknya membran dalam dan luar kerabang
yang diikuti dengan penyusunan lapisan mamiler yang terikat dengan membran
kerabang bagian dalam dan tersusun dari cone dasar dan membran cone, selanjutnya
penyusunan membran palisadik yang mengandung kapur berupa kalsium karbonat
yang berikatan dengan bahan organik. Bagian terakhir dari pembentukan kerabang
dalam uterus adalah peletakan lapisan kutikula pada permukaan kerabang sekitar 1,5
jam sebelum peneluran (Suprijatna et al.,2008).
Kerabang telur yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga
mempercepat turunnya kualitas telur yang terjadi akibat penguapan (Haryono, 2000).
4. Warna Telur
Telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna
putih (Hadiwiyoto, 1993). Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya
9
masing-masing. Warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen yang
dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada warna
(Suprijatna et al., 2008).
(Suprapti, 2006) menyatakan bahwa banyak jenis telur unggas yang dapat kita
jumpai di sekitar kita. Namun secara umum, ada 5 macam telur unggas yang paling
sering dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu telur ayam kampung, ayam ras,
itik/bebek, entok, dan puyuh. Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau
putih kecoklatan, dengan berat berkisar antara 25-35 g/butir.Telur ayam negeri/ras,
umumnya berwarna coklat pastel hingga coklat merah, dengan berat berkisar antara
50-70 g/butir.Telur itik/bebek, umumnya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar
antara 70-80 g/butir. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar
antara 70-80 g/butir.Telur puyuh, umumnya berwarna putih bertotol-totol coklat
kehitaman, dengan berat 10 g/butir.
Telur itik merupakan hasil pertama yang diperoleh dari ternak itik selain
dagingnya. Telur itik berukuran hampir sama dengan ukuran telur ayam dan
kandungan gizi nya pun hampir sama. Akan tetapi, telur itik kulitnya berwarna biru,
biru muda serta biru tua. Telur itik biasanya berukuran besar, warna kulitnya hijau
kebiruan. Kandungan gizi pada telur itik hampir sama dengan kandungan gizi telur
ayam, akan tetapi pada telur itik mudah sekali menyerap air dan kotoran (Rasyaf,
1994).
10
Warna telur burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih dan
kekuning-kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru.Pigmen dari kulit
telur puyuh berasal dari oopophyrin dan billiverdin (Nugroho, 1990).
Telur maleo berwarna putih berbintik-bintik kemerah-merahan (Widyastuti,
1993). Dalam keadaan segar telur maleo berwarna merah jambu dan lama kelamaan
berubah menjadi kecoklat-coklatan. Warna telur dalam taksonomi bukan hal yang
penting, tetapi warna ini menunjukkan hubungan dengan tipe pemilihan tempat
bersarang.
5. Indeks Telur
Menurut Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-
79%.Sementara itu menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah
70%-74%.Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index"
(SI) antara 72-76 (Haryono, 2000).Nutrisi yang terserap oleh tubuh ayam yang
digunakan sebagai sumber energi untuk pemenuhan hidup pokok sehingga energi
yang digunakan untuk organ reproduksi dan produksi belum optimal.Bentuk telur
yang tidak proporsional berupa bentuk telur yang tidak bulat, terdapat bentuk cetak
tubuh pada telur (body-check) dan tidak seimbang perbandingan panjang dan
lebarnya.Hal ini disebabkan oleh daya kerja alat reproduksi ayam. Penurunan
kemampuan daya cerna pakan, ketersediaan Ca dan mineral lainnya pada tubuh ayam,
dan kemampuan alat reproduksi yang terjadi akan berpengaruh terhadap kualitas telur
yang dihasilkan (Sodak, 2011).
11
Pengaruh perubahan suhu dan kelembapan lingkungan yang secara mendadak
secara langsung dapat menyebabkan stress pada ayam. Ketika ayam mengalami
stress, produksi hormon FSH akan terganggu yang diduga berdampak negatif pada
kerabang telur yang dihasilkan. Hormon FSH mempengaruhi sekresi steroid yaitu
estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh sel theca dan sel granulosa, yang
penting untuk pembentukan kuning telur, albumin dan cangkang telur. Stress juga
dapat mengakibatkan turunnya nafsu makan ayam, sehingga asupan nutrien bagi
ayam menjadi rendah. Kekurangan nutrien seperti Ca dan P dapat menimbulkan
terjadinya bentuk kerabang telur yang tidak proporsional (Hafez, 2000).
Bobot tubuh ayam juga mempengaruhi bentuk telur, bobot tubuh ayam yang
semakin besar memungkinkan ukuran isthmus semakin besar dan lebar, sehingga
bentuk telur yang dihasilkan akan cenderung bulat. Bentuk telur yang semakin bulat
tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi (Sodak, 2011).
Ditambahkan oleh (Piliang, 1992) apabila diameter isthmus lebar maka bentuk
telur yang dihasilkan cenderung bulat, apabila diameter isthmus sempit maka bentuk
telur yang dihasilkan cenderung lonjong.Pada penelitian (Tanari et al., 2008) rata-rata
indeks telur maleo yaitu 59,01%.
12
6. Kerabang Telur
Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur dari
penurunan kualitas baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan fisik,
maupun penguapan. Salah satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur adalah
umur burung maleo, semakin meningkat umur burung maleo kualitas kerabang
semakin menurun, kerabang telur semakin tipis,warna kerabang semakin memudar,
dan berat telur semakin besar (Yuwanta, 2010b).
Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia.Pada
ayam, sel telur tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran
kerabang, kerabang dan kutikula. Kerabang pada telur terbuat dari bahan CaCO 3
atau kalsit (Suprijatna et al., 2008).
Komponen penyusun telur adalah cangkang (kulit telur), membran putih telur,
membran kuning telur dan kuning telur.Warna telur dipengaruhi oleh zat warna yang
dikumpulkan dalam kerabang pada saat penbentukan di dalam uterus (Syarief dan
Irawati, 1990).
7. Haugh Unit (HU)
Haughunit (HU) yaitu satuan nilai dari putih telur yang dikemukakan oleh
Haugh pada tahun 1939 dengan menghitung secara logaritma terhadap tinggi
albumen kental dan kemudian ditransformaskan ke dalam nilai koreksi dari fungsi
berat telur (Yuwanta, 2004).
13
Haugh Unit (HU) digunakan untuk menentukan kualitas telur yang
menyatakan hubungan antara berat telur dengan tinggi albumen (Card and Nieshein,
1975).
Menurut (Yuwanta, 2004) Biasanya nilai HU bervariasi antara 20-110 dan
telur yang baik antara 50-100.Nilai HU ini kemudian digunakan sebagai indikator
terhadap kualitas isi telur dan diklasifikasikan ke dalam empat kelas sebagai berikut.
Kelas AA A B CHU U > 79 79 > U > 55 55 > U > 31 U < 31
B. Penelitian Terdahulu
Tanari et al. (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa ukuran telur
burung maleo di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dengan rata-rata bobot telur
adalah 208,80±12,30 gram dengan indeks telur 59,01±2,91. Penelitian tersebut tidak
jauh berbeda dengan penelitian saya di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna
dengan rata-rata 208,39±14,39 gram dengan indeks telur 60,08±3,17.
Saerang et al. (2010) melaporkan dalam penelitiannya bahwa rata-rata bobot
telur yang ada di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yaitu 223,70 gram dengan
indeks telur 56,41. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian saya di Kecamatan
Maligano Kabupaten Muna dengan rata-rata 208,39±14,39 gram dengan indeks telur
60,08±3,17.
Nurhalim (2013) dalam penelitiannya melaporkan bahwa bobot telur burung
maleo di Blok Hutan Pampaea Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dengan rata-
14
rata bobot telur adalah 252,6 gram. Bobot telur yang terdapat di Blok Hutan Pampaea
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai lebih besar dari telur yang ada di
Kecamatan Maligano Kabupaten Muna dengan rata-rata 208,39±14,39 gram.
Widyastuti (1993) melaporkan bahwa telur maleo berwarna putih berbintik-
bintik kemerah-merahan. Dalam keadaan segar telur maleo berwarna merah jambu
dan lama kelamaan berubah menjadi kecoklat-coklatan. Warna tersebut tidak jauh
berbeda dengan warna telur di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.Warna telur
dalam taksonomi bukan hal yang penting, tetapi warna ini menunjukkan hubungan
dengan tipe pemilihan tempat bersarang.
15
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
\
Gambar 2.Kerangka pikir penelitian.
Burung Maleo
Telur Burung Maleo
Analisis Data
Bobot Telur TebalKerabang
Telur
WarnaTelur
Tekstur TelurIndeks Telur Haugh Unit(HU)
Karakteristik Telur Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) diKecamatan Maligano Kabupaten Muna
16
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016
bertempat di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna dan Kandang Unit Unggas
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.
B. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Telur Burung Maleo
Telur burung maleo yang diukur dan diamati dalam penelitian ini berjumlah 33
butir.Telur tersebut diperoleh dari Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
2. Mesin Penetasan
Mesin penetasan dalam penelitian ini digunakan sebagai tempat untuk mengukur
penyusutan bobot telur selama 2-4 minggu.
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah alat tulis menulis, jangka sorong, timbangan
analitik, micrometer, mistar dan kamera.
C. Prosedur Penelitian
1. Studi Pustaka
17
Penelitian diawali dengan melakukan studi pustaka yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan informasi mengenai burung maleo, karakteristik telur dan
keadaan umum lokasi penelitian di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna.
2. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan untuk mengetahui kondisi areal penelitian dan mengetahui
karakteristik telur burung maleo. Penelitian menggunakan metode observasi langsung
yang didukung dengan pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait
3. Pengumpulan Data
Data diperoleh berdasarkan pengukuran/penimbangan dan pengamatan dari
telur burung maleo.Data yang dikumpulkan yaitu bobot telur (g), indeks telur, tebal
kerabang telur, tekstur telur, warna kerabang telur dan Haugh unit (HU).Data
pengukuran bobot telur, indeks telur, tekstur telur dan warna kerabang telur berasal
dari 33 butir telur burung maleo, untuk penimbangan telur yang disimpan dalam
mesin penetasan menggunakan 8 butir telur, dan untuk pengukuran tebal kerabang
telur dan perhitungan Haugh Unit (HU) dilakukan dengan memecahkan sebanyak 3
butir telur.
4. Data Pendukung
Data pendukung juga diperoleh baik dari buku, jurnal, hasil penelitian,
informasi di taman nasional serta data yang diperoleh di internet tentang karakteristik
telur burung maleo, dan keadaan umum lokasi penelitiandiKecamatan Maligano yang
18
bertujuan untuk memperlancar kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dan
sebagai pembanding
D. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bobot telur
Bobot telur (g) merupakan rata-rata hasil penimbangan telur dengan
menggunakan timbangan analitik.Alat untuk mengukur bobot telur disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Timbangan Analitik
2. Indeks telur
Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar telur dan panjang telur
dikalikan 100%, panjang telur (cm) dan lebar telur (cm) masing-masing diperoleh
dengan mengukur sumbu memanjang dan melintang telur dengan menggunakan
jangka sorong (kaliper).
3. Tekstur telur
19
Tekstur telur diperoleh dengan cara mengamati bentuk morfologi kerabang
telur, cukup diraba atau dirasakan dengan tangan.
4. Warna kerabang telur
Warna kerabang telur diproleh dengan cara melihat dan mangamati warna
pada kerabang.
5. Tebal kerabang telur
Tebal kerabang (mm) diukur dengan menggunakan mikrometer masing-
masing pada bagian ujung tumpul, ujung tajam dan tengah telur.Alat untuk mengukur
tebal kerabang telur disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4.Mikrometer
20
6. Haugh Unit (HU)
Nilai Haugh Unit (HU) merupakan hubungan antara berat telur dengan tinggi
albumen kental, diperoleh melalui persamaan berdasarkan Romanoff and Romanoff,
(1963):
Haugh Unit = 100 log (H + 7,57 – 1,7 W0,7 )
Keterangan : H = Tinggi Albumen (mm)
W = Bobot telur (g)
E. Analisis Data
Penelitian Karakteristik telur meliputi tekstur dan warna kerabang telur
dihitung nilai persentasenya (%) dan data serta informasi yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Spesifikasi Lokasi
Secara Astronomis, Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang
terletak di bagian Tenggara pulau Sulawesi. Secara geografis, Muna terletak dibagian
selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4º15’ sampai
5o15’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur 122º30’ sampai 123º15’
Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten Muna sebelah Utara berbatasan dengan
Selat Spelman, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton Tengah, sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Muna Barat. Luas daratan Kabupaten Muna setelah mekar dengan
Kabupaten Muna Barat, memiliki luas wilayah daratan ± 2.057,69 km2atau ± 205.769
Ha.(BPS, 2015).
Secara astronomis, Kecamatan Maligano terletak di bagian Utara pulau Buton.
Secara geografis, Kecamatan Maligano terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa,
memanjang dari Utara ke Selatan di antara 5.00osampai 6.25oLintang Selatan dan
membentang dari Barat ke Timur diantara 123.34osampai 124.64oBujur Timur. Batas
wilayah bagian Utara Kecamatan Maligano berbatasan dengan Kabupaten Buton
Utara, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, bagian Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Batukara, dan bagian Barat berbatasan dengan Selat
Buton.Kecamatan Maligano pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata
22
antara 25o-27oC.Luas daratan Kecamatan Maligano yaitu sekitar 98.09 km2(BPS,
2015).
Secara umum total penggunaan tanah di Kecamatan Maligano terdiri dari 8
jenis penggunaan yaitu, tanah pekarangan atau bangunan dan halaman sekitarnya,
tegal atau kebun, tambak atau kolam, tanah sementara tidak diusahakan, perkebunan
dan lain-lain, hutan negara dan lahan lainnya. Rincian penggunaan tanah tersebut
yang terluas adalah hutan negara 10.967ha (69,58%), yang sementara tidak
diusahakan seluas 853 ha (5,4%), tanah perkebunan seluas 1.907 ha (12,1 %). Tanah
tegal atau kebun seluas 858 ha (5,4 %), tanah pekarangan seluas 247 ha (1,6%), lahan
lainnya seluas 552 ha (3,5 %). Tanaman kayu-kayuan seluas 337 ha (2,1%) dan
tambak atau kolam seluas 20 ha (0,1%) (Hermansyah, 2011).
B. Karakteristik Telur Burung Maleo
Berdasarkan hasil penelitian tentang Karakteristik telur yang terdiri dari
beberapa komponen yaitu bobot telur, indeks telur, tebal kerabang telur, dan Haugh
Unit (HU) telur dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Rataan Karakteristik Telur yang terdiri dari beberapa komponen yaitu bobottelur, indeks telur, tebal kerabang dan Haugh Unit (HU).Komponen N Rata-rata ± Sd Maksimum Minimum
Bobot Telur (g) 33 208,39 ± 14,39 236 180Indeks Telur (%) 33 60,08 ± 3,17 65,56 50,50Tebal kerabang tumpul (mm) 3 0,36 ± 0,08 0,45 0,29Tebal kerabang tajam (mm) 3 0,37 ± 0,02 0,38 0,35Tebal kerabang tengah (mm) 3 0,41 ± 0,05 0,47 0,38Haugh Unit 3 74.77 ± 4.69 79.24 69.88Keterangan : N = Jumlah sampel ; Sd = Standar Deviasi
23
1. Bobot Telur
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot telur burung maleo
yaitu 208,39gram. Hasil tersebut sesuai dengan Dekker (1990b) yang melaporkan
bahwa bobot telur maleo berkisar antara 190-280 gram.Berbeda dengan telur ayam
kampung dengan berat berkisar antara 25-35 gram.Telur ayam ras dengan berat
berkisar antara 50–70 gram.Telur itik/bebek dengan berat berkisar antara 70–80
gram.Telur entok dengan berat berkisar antara 70-80 gram.Telur puyuh dengan berat
10 gram (Suprapti, 2006).
Bobot telur maleo dapat dipengaruhi oleh bobot kuning telur dan putih telur
yaitu berkisar antara 60-64% dan 35-39% dari kandungan telur seluruhnya, oleh
karena itu ukuran telur pada burung maleo sangat beragam. Selain kandungan kuning
telur dan putih telur faktor lain yang mempengaruhi bobot telur yaitu kerabang telur,
genetik, umur induk dan feed intake serta nutrien pakan. Bell dan Weaver (2002)
menyatakan bahwa persentase kerabang telur sekitar 10-12% dari bobot telur.Bobot
kuning telur dipengaruhi oleh perkembangan ovarium.Sementara itu Tugiyanti (2012)
mengemukakan bahwa ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur,
apabila pembentukan kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil.
Penyerapan nutrisi yang kurang optimal pada usus juga akan berpengaruh terhadap
pembentukan ovarium sehingga kualitas bobot telur kurang optimal. Cara mengukur
bobot telur disajikan pada Gambar 5.
24
Gambar 5. Mengukur Bobot Telur.
Sementara itu bobot telur dalam waktu penyimpanan 2-4 minggu
mempengaruhi penyusutan telur burung maleo.Penyusutan adalah hasil pengurangan
bobot awal oleh bobot akhir setelah telur mengalami penyimpanan. Penyusutan bobot
telur dapat terjadi akibat temperatur dan usia embrio melalui proses penguapan
air.Penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan disajikan pada Tabel
2.
Tabel 2.Penyusutan telur burung maleo selama waktu penyimpanan dalam mesinpenetasan.
NoBobotAwal
(gram)
Penyusutan
2 Minggu Susut % 4 Minggu Susut %
1 220 220 0 0 216 4 1.822 205 204 1 0.49 195 10 4.883 196 192 4 2.04 178 18 9.184 205 203 2 0.98 193 12 5.855 199 194 5 2.51 177 22 11.066 202 199 3 1.49 184 18 8.917 229 223 6 2.62 202 27 11.798 191 189 2 1.05 174 17 8.90
Rata-rata 205.88 203.00 2.88 1.40 189.88 16.00 7.80
25
Berdasarkan Tabel 2 diatas pada penyimpanan minggu kedua berkisar antara
0-2,62% dengan rata-rata penyusutan 1,40%, pada penyimpanan minggu keempat
berkisar antara 1,82-11,79% dengan rata-rata penyusutan 7,80%. Faktor yang
mempengaruhi penyusutan adalahterjadi penguapan yang tinggi.Davis dkk. (1988)
menunjukkan bahwa kehilangan air selama dalam mesin tetas disebabkan gerakan
peningkatan ion Ca+ dan Na+ dari cairan allantoic disebabkan oleh transfer aktif
dalam membran chorioallantoic (CAM) dan menyarankan bahwa sistem
osmoregulatory embrio merespon dengan meningkatkan kehilangan air selama dalam
mesin tetas.
2. Indeks Telur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata indeks telur burung maleo yaitu
60,08%. Hasil tersebut sesuai dengan Tanari et al., (2008) yang melaporkan bahwa
rata-rata indeks telur maleo yaitu 59,01%. Tingginya Indeks telur disebabkan oleh
bentuk telur yang semakin bulat (Sodak, 2011).Bentuk telur yang berbeda-beda
disebabkan oleh diameter isthmus.Diameter isthmus yang lebar menghasilkan bentuk
telur yang cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit maka bentuk telur
yang dihasilkan cenderung lonjong (Piliang, 1992).
Bentuk telur burung maleo di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna
tergolong asimetris. Secara umum telur memiliki dua bentuk yaitu bentuk simetris
(lebar oval hampir bulat, panjang oval ellips, normal oval) dan asimetris (normal
26
oval, panjang oval, lebar oval) (Mardiastuti, 1991). Bentuk telur pada unggas yaitu
oval, elliptical, biconial, conial, dan spherical (Yuwanta, 2004).
3. Tebal Kerabang Telur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tebal kerabang telur burung
maleo yang tumpul, tengah dan tajam yaitu 0,36±0,08 mm;0,41±0,05 mm; 0,37±0,02
mm.Tebal telur burung maleo dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu yang
mempengaruhi adalah umur burung maleo, semakin meningkat umur burung maleo
kualitas kerabang semakin menurun, kerabang telur semakin tipis, warna kerabang
semakin memudar, dan berat telur semakin besar (Yuwanta, 2010).Cara mengukur
tebal kerabang telur disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Mengukur Tebal Kerabang Telur.
27
Faktor lain yang mempengaruhi tebal kerabang telur adalah kalsium atau
vitamin D. Kerabang telur yang baik tersusun atas kalsium. Pada proses bertelur,
ternak unggas membutuhkan kalsium (Ca) 20 kali lebih banyak dari kebutuhan
normal. Jika kesediaan Ca di dalam tubuh ternak kurang, maka pembentukan
kerabang telur dapat terganggu (Wibawan, 2012).
4. Haugh Unit (HU)
Berdasarkan hasil penelitian tentang Haugh Unit (HU) telur burung maleo
seperti tercantum pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata HU telur burung maleo
adalah 74,77±4.69 dengan kisaran nilai minimum 79,24 dan maksimum 69,88.
Melihat nilai HU dari telur burung maleo dapat diklasifikasikan menjadi telur grade
AA, A, B dan C. Sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), besarnya HU dalam
klasifikasi kualitas telur yaitu grade AA dengan nilai HU lebih dari 79; grade A
dengan nilai HU diantara 55 sampai 79; grade B dengan nilai HU antara 31 sampai
55; dan grade C kurang dari 31.
Sementara itu, untuk hasil karaketristik kualitatif yang meliputi warna
kerabang telur dan tekstur telur disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.Karaketristik Kualitatif yang meliputi warna kerabang telur dan tekstur telur.Komponen N Karakteristik Kualitatif
Warna Kerabang Telur 33 CoklatTekstur Telur 33 HalusKeterangan : N = Jumlah sampel
28
5. Warna Kerabang Telur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata warna kerabang telur burung
maleo adalah coklat.Berbeda dengan warna telur ayam kampung yang warnanya
putih atau putih kecoklatan.Telur ayam ras yang berwarna coklat pastel hingga coklat
merah.Telur itik/bebek berwarna biru hijau.Telur entok berwarna putih.Telur puyuh
berwarna putih bertotol-totol coklat kehitaman, yang telah dilaporkan oleh Suprapti
(2006).Warna tersebut menunjukkan bahwa warna kerabang pada berbagai jenis
unggas berbeda-beda.
Warna coklat pada kerabang telur burung maleo sejatinya dipengaruhi oleh
faktor genetic yaitu adanya zat warnaphorpyrin sebagai pembawa warna coklat atau
pigmen empedu yang tersimpan dalam hemoglobin yang disebut cyanin yang
disekresi oleh empedu sebagai pembawa warna biru atau hijau (Welty, 1979).
Kondisi lingkungan dan penyakit juga dapat mempengaruhi optimal atau tidaknya
pewarnaan kulit telur.Salah satu faktor yang berperan penting adalah kandungan
kalsium. Kandungan kalsium pada ternak harus sesuai sehingga pada proses bertelur
burung maleo tidak kekurangan kalsium. Jika kalsium rendah maka sekresi phorpyrin
pada saat proses pewarnaan kerabang telur akan berkurang akibatnya warna kulit
kerabang telur akan lebih putih.
6. Tekstur Telur
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tekstur telur burung maleo diperoleh
tekstur telur halus, hasil ini sesuai dengan pendapat Nafiu et al. (2010) bahwa salah
29
satu ciri telur yang baik adalah mempunyai tekstur kerabang halus, kerabang telur
rata, tidak bernoda/berbintil-bintil dan tidak berpinggang. Sedangkan menurut Jacob
et al.(2009) bahwa Pada kerabang telur tidak ada bagian yang kasar yaitu kerabang
yang termasuk normal, sehingga tidak berpengaruh pada bentuk, tekstur dan kekuatan
dari kerabang. Secara eksterior telur burung maleo cukup berkualitas, karena tekstur
yang halus berkaitan dengan kebersihan telur itu sendiri.Hal ini sesuai pendapat
Sudaryati (1996) bahwa kualitas eksterior telur meliputi bentuk, bobot dan kebersihan
kerabang telur.
30
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa rata-rata bobot telur burung
maleo yaitu 208,39±14,39 gram. Rata-rata indeks telur burung maleo yaitu 60,08%.
Rata-rata tebal kerabang telur burung maleo yang tumpul, tengah dan tajam
0,36±0,08 mm;0,41±0,05 mm; 0,37±0,02 mm. Warna kerabang telur burung maleo
adalah coklat. Tekstur telur burung maleo diperoleh tekstur telur yang halus,
sedangkan rata-rata nilai HU adalah74,77±4,69.
B. Saran
Perlu adanya penelitian yang serupa dengan tempat yang berbeda agar dapat
dijadikan sebagai referensi dan memperkaya informasi tentang Karakteristik Telur
Burung Maleo.
31
DAFTAR PUSTAKA
Addin, A., 1991. Karakteristik Mikro Habitat Tempat Bertelur Burung Maleo(Macrocephalon maleo SAL. Muller 1846) Pada Habitat Alami DalamUpaya Penangkaran Di Suaka Margasatwa Buton Utara Sulawesi Tenggara,Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Argeloo, M., 1991.The Maleo Conservation Project.Preliminary Report.Unpublished.
Bell, D. & Weaver., 2002.Commercial Chicken Meat and Egg.Kluwer AcademicPublishers, United States of America.
(BPS) Badan Pusat Statistik, 2015. Kabupaten Muna dalam Angka. Badan PusatStatistik, Sulawesi tenggara.
(BPS) Badan Pusat Statistik, 2015. Kecamatan Maligano dalam Angka. Badan PusatStatistik, Sulawesi tenggara
Chan, H. dan M. Zamrowi, 1993.Pemeliharaan dan Cara Pembibitan AyamPetelur.Penerbit Andes Utama. Jakarta.
Davis, T. A., S. Shen, and P. A. Ackerman., 1988.Embryonic Osmoregulation:Consequences of High and Low Water Loss During Incubation of TheChicken Egg. Journal of Experimental Zoology 245:144–156.
Dekker, R.W.R.J., 1990a. Conservation and Biology of Megapodes (Megapodidae,Galliformes, Aves). Universiteit van Amsterdam. Institut voor TaxonomischeZoologie.
Dekker, R.W.R.J., 1990b. The Distribution and Status of Nesting Ground of theMaleo(Macrocephalon maleo) in Sulawesi, Indonesia.Institut ofTaxonomicZoologi, Zoologicsh Museum.University of Amsterdam.TheNetherland.
Hoyo, D, JA Elliott and J. Sargatal, 1994.Handbook of the Birds of the WorldVolume2.New World Vultures to Guineafowl.Bird Life International andLynxEdition. Barcelona.
Gunawan, H., 2000. Startegi Burung Maleo (Macrochephalon maleo Sal Muller1846) Dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi. Tesis.ProgramPascasarjana Institut Pertanian Bogor.
32
Hadiwiyoto, S., 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur. Liberty,Yogyakarta.
Hafez, E. S. E., 2000. Reproduction in Farm Animals.7 th Ed. Lea & Febiger.Philadelphia, 385-398.
Haryono, 2000.Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi AyamRas.Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2000.
Hermansyah, L.O., 2011. Kajian Potensi Kawasan Hutan Suaka Margasatwa ButonUtara dan Keterkaitannya Dengan Masyarakat.Universitas Indonesia.Tesis.Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan.Program Pascasarjana .Jakarta.
Jacob, J.P., R.D. Miles, dan F.B. Mather., 2009. Egg Quality.Institute of FoodandAgricultural Sciences.University of Florida, Gainesville.
Jones, DN., RWRJ,Dekker., and CS. Roselaar., 1995. Bird Families of the World:TheMegapodes. Oxford University Press. Oxford.
Kinnaird, M.F., 1997. Sulawesi Utara : Sebuah Panduan Sejarah Alam. YayasanPengembangan Wallacea. GEF-Biodiversity Collections Project. SULUT
MacKinnon, J., 1978. Sulawesi Megapodes.World Pheasant Association Journal.
Mardiastuti, A., 1991. Differences in size among waterbirds eggs in Pulau Rambut:SomePreliminary Observation. Media Konservasi, 3(2): 66-67.
Nafiu, L.O., Rusdin, M. dan Aku, A.S., 2010.Produksi dan karakteristik telur ayam tolakipada pemeliharaan intensif. Staf Pengajar Fakultas Peternakan UniversitasHaluoleo, Kendari.
Nasution, Saddat dan Adrizal., 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein-EnergiRansum Yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam Buras.Jurnal.FakultasPeternakan. Universitas Andalas. Padang.
Nort, M. O. and D. D. Bell., 1990. Commercial Chicken Production Manual.The 4thEd. Avi Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.
Nugraha, A., 2012., Pengolahan Telur. (Online)http://ajiboger.blogspot.com/2012/.Di akses pada hari Selasa tanggal 5 April2016.
33
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun., 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset,Semarang.
Nurhalim., 2013. Karakteristik Habitat dan Tingkah LakuBertelur Burung Maleo(Macrcephalon maleo Sal Muller 1846) di Blok Hutan Pampea TamanNasinal Rawa Aopa Watumohai, Skripsi, Jurusan Peternakan, FakultasPeternakan, Universitas Halu Oleo.Kendari.
Piliang, W.G., 1992. Manajemen Berternak Unggas. Departemen Pendidikan danKebudayaan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[PPA] Perlindungan dan Pelestarian Alam, 1994. Burung: Mengenal lebih dekatsatwayang dilindungi. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Rasyaf, M., 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff., 1963.The Avian Egg.2nd ed. Jhon Wiley andSons. Inc., New York.
Saerang, JLP., Manalu, W., soesanto IRH., dan Mardiastuti A., 2010. Physical andChemical Characteristics of Maleo Egg in Bogani Nani WartabonePark.Animal Production 12 (1):34-38
Santoso, N., 1990. Dampak Kegiatan Pemetaan Geologi dan PenelitianSeismikPantul terhadap Anoa (Bubalus spp.) dan Maleo (Macrocephalonmaleo)di Suaka Margasatwa Pulau Buton Utara, Sulawesi Tenggara.FakultasPasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sodak, F.J., 2011. Karakteristik Fisik Dan Kimia Telur Ayam Arab Pada DuaPeternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Departemen IlmuProduksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas Peternakan. Institut PertanianBogor.
Sudaryati, T., 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprapti, M.L., 2006. Pengawetan Telur .Kanisius.Yogyakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana., 2008. Ilmu Dasar TernakUnggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syarief, R dan Irawati., 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian.PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta.
34
Tanari M, Rusiyantono Y, Hafsah., 2008. Teknologi Penetasan Telur Burung Maleo(Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) Sebagai Upaya Konservasi.Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah
Tugiyanti, E dan N. Iriyanti., 2012. Kualitas Eksternal Ayam Petelur Yang MendapatRansum Dengan Penambahan Tepung Ikan Fermentasi Menggunakan IsolateProduser Antihistamin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 1 No 2.
Welty, J. C., 1979.The Lie of Birds Second Edition. Sauders College Publishing,Philadephia.
Wibawan, I. W. T., 2012.Mengatasi Kerabang Telur Tipis.(Online).(http://peternakan.umm.ac.id/id.umm-news-2888-mengtasi-kerabang-telur-tipis.html. Di akses pada hari Selasa tanggal 5 April 2016).
Widyastuti, Y.E., 1993. Flora-Fauna.Maskot Nasional dan Propinsi. PenebarSwadaya. Jakarta
Winarno, F.G. dan S. Koswara., 2002.Telur : Komposisi, Penanganan danPengoahannya, M-Brio Press, Bogor.
Yuwanta, T., 2004a. Dasar Ternak Unggas. Gadjah Mada University.Yogyakarta.
Yuwanta, T., 2010b.Telur dan Kualitas Telur.Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.
36
Lampiran 1.Mengukur bobot telur Lampiran 2.Mengukur panjang telur
Lampiran 3.Mengukur lebar telur
38
Lampiran1. Hasil Penyusutan Telur Burung Maleo selama waktu penyimpanan.
NoBobot Awal
(gram)Penyusutan
2 Minggu Susut % 4 Minggu Susut %1 220 220 0 0 216 4 1.822 205 204 1 0.49 195 10 4.883 196 192 4 2.04 178 18 9.184 205 203 2 0.98 193 12 5.855 199 194 5 2.51 177 22 11.066 202 199 3 1.49 184 18 8.917 229 223 6 2.62 202 27 11.798 191 189 2 1.05 174 17 8.90
39
Lampiran 2. Hasil perhitungan Haugh Unit (HU) Telur.
HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 . W0,7)
= 100 log (70 + 7, 57 – 1,7 . 2000,7)
= 100 log (75,57 – 69,37)
= 100 log (6,20)
= 79,24
HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 . W0,7)
= 100 log (65+ 7, 57 – 1,7 . 1900,7)
= 100 log (72,57 – 66,92)
= 100 log (5,65)
= 75,20
HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 . W0,7)
= 100 log (62 + 7, 57 – 1,7 . 1800,7)
= 100 log (69,57 – 64,44)
= 100 log (5,13)
= 69,88
40
Lampiran 3. Hasil bobot telur, panjang telur, lebar telur dan indeks telur burungmaleo.
Nomor Telur Bobot Telur Panjang Telur Lebar Telur Indeks Telur1 220 9.5 6 63.162 205 9.5 5.8 61.053 196 9.6 5.6 58.334 213 9.5 5.8 61.055 205 10 5.8 586 199 9.5 5.7 607 202 9.3 5.9 63.448 229 9.8 6 61.229 191 9 5.9 65.56
10 224 10 6 6011 236 10 6.1 6112 229 10.2 6 58.8213 200 10.1 5.7 56.4414 212 10 5.8 5815 211 9.8 5.8 59.1816 225 9.5 6.2 65.2617 223 10.1 5.9 58.4218 205 10 5.8 5819 215 9.5 6 63.1620 211 9.6 5.9 61.4621 204 9.3 5.9 63.4422 200 9.5 5.9 62.1123 180 9.8 5.5 56.1224 190 9.4 5.8 61.725 200 9.5 5.8 61.0526 194 9.2 5.9 64.1327 199 10.1 5.1 50.5028 217 10.3 5.9 57.2829 221 9.5 6.1 64.2130 193 9.8 5.7 58.1631 180 9.6 5.5 57.2932 224 10.3 6 58.2533 224 10.4 5.9 56.73
Rata-rata 208.39 9.73 5.84 60.08Sd 14.39 0.35 0.21 3.17
Ket :Sd = Standar deviasi;
top related