kajian kritik objektif pada novel keberangkatan karya nh dini
Post on 02-Jul-2015
7.837 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN KRITIK OBJEKTIF PADA NOVEL KEBERANGKATAN KARYA N.H. DINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah karya yang kreatif dan imajinatif, bukan semata-mata imitatif. Kreatif
dalam sastra berarti ciptaan, dari tidak ada menjadi ada. Kreatif dalam sastra juga berarti
pembaharuan. Jika kesustraan tidak mengandung isi, sering dianggap sebagai karya yang tidak
bernilai. Setiap unsur dalam karya sastra saling berkaitan dan mempunyai hubungan dengan
unsur lain. Sastra tidak sekadar bahasa yang dituliskan atau diucapkan, sastra tidak sekadar
bermain bahasa. Akan tetapi bahasa yang mengandung makna lebih, sastra mempunyai nilai
yang dapat memperkaya rohani dan mutu kehidupan. Meski keselarasan yang ada dalam karya
sastra tidak secara otomatis berhubungan dengan keselarasan yang ada dalam masyarakat tempat
sastra itu lahir.
Karya sastra pada hakekatnya merupakan sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang.
Karya sastra tidak hanya menampilkan keindahan seni saja, melainkan juga menampilkan pola
kehidupan manusia serta segala permasalahannya, sehingga wajar apabila dalam menampilkan
cerita-cerita tersebut pengarang juga diilhami dari lingkungan sekitarnya. Sastra juga
mengungkapkan fakta-fakta tentang kehidupan yang menyangkut sesuatu.
Sebagai karya seni, sastra harus diciptakan dengan suatu daya kreatifitas, kreatifitas disini
tidak hanya dituntut dalam upaya melahirkan pengalaman bathin dalam bentuk karya sastra,
pengarang harus kreatif dalam memilih unsur-unsur terbaik dari pengalaman
1
hidup manusia yang dihayati. Kreatifitas para sastrawan menemukan dan memilih
kemungkinan–kemungkinan terbaik sebagai bahan atau tema karyanya merupakan suatu
keharusan, tanpa kratifitas tidak akan mungkin suatu karya yang bermutu dapat di peroleh..
Karya sastra adalah karya otonom, yang terlepas dari aspek di luar karya itu. Dia mempunyai
rangka dan bentuk tersendiri, yang tersusun dengan baik dan saling berkaitan. Apabila salah satu
dihilangkan, maka karya tersebut akan kehilangan keutuhannya. Karya sastra juga ditentukan
oleh kepaduan antara bentuk dan isi. Karya sastra tersusun dari unsur yang saling jalin –
menjalin, terstruktur, sehingga tidak satupun yang tidak fungsional dalam keseluruhannya. Karya
sastra ditentukan oleh kekoheren tidaknya unsur – unsur karya tersebut.
Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, studi satra/ilmu sastra mencakup tiga bidang,
yakni teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Ketiga ilmu sastra tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Menghubungkan sastra sebagai objek yang diteliti dengan menggunakan teori
sastra dan pemahaman sebagai pelengkap melalui sejarah sastra, kritik sastra berperan sebagai
pengukur dan analisis sebuah karya satra. Sejauh mana isi, peran dan makna sebuah karya satra,
bernilai atau berkualitasnya sebuah karya satra diukur melalui sebuah analisis kritik satra.
Kritik sastra merupakan suatu jembatan penghubung antara karya sastra dengan masyarakat
penikmat sastra. Kritik sastra adalah kajian untuk menganalisis sebuah karya satra, secara umum
kritik sastra bertujuan untuk mengapresiasi sebuah karya sastra , dan sebagai salah satu upaya
untuk mengembangkan dan pembinaan terhadap karya satra.
2
Salah satu jenis kritik sastra menurut pendekatannya adalah Kritik satra objektif, dimana jenis
kritik ini memandang karya satra sebagai sesuatu yang berdiri bebas terlepas dari unsur
pengarang, pembaca dan dunia sekitarnya atau dianalisis dengan kriteria intrinsik dan unsur
pembentuknya yang lain.
Novel adalah salah satu jenis karya satra prosa yang memiliki jalinan cerita yang kompleks,
kekompleksan dalam novel sering ditunjukkan dengan adanya konflik yang tidak hanya sekali
muncul dalam novel. Kekompleksan tersebut juga sering ditunjukkan dengan adanya keterkaitan
struktur dalam novel itu sendiri.
Salah satu satrawan wanita yang berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia adalah N.H.
Dini.. Nama Nh. Dini merupakan singkatan dari Nurhayati Sri Hardini Siti Sukatin, N.H. Dini
lahir pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang, dia adalah anak kelima atau bungsu dari 4
bersaudara. Ayahnya bernama Salyowijoyo seorang pegawai perusahaan kereta api, dan Ibunya
bernama Kusaminah.
N.H Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen – cerpennya mulai dimuat
di majalah, selain menulis cerpen dia juga menulis sajak dan sandiwara radio serta novel. Nh.
Dini juga dikenal sebagai sastrawan wanita yang produktif, yang telah banyak menghasilkan
karya. Berbagai penghargaan telah banyak diraih oleh sastrawan wanita ini atas karya-karyanya.
Pada kesempatan ini peneliti akan mencoba menkaji kritik objektif pada novel keberankatan
karya .H. Dini. Kritik ini difokuskan pada unsur-unsur intrinsik novel tersebut yaitu tentang alur,
penokohan, latar atau setting, gaya bahasa, tema, dan amanat.
3
Alasan mengapa peneliti memilih novel keberangkatan karya N.H. Dini karena didalam
novel ini cerita yang disajikan pengarang dekat dengan kehidupan sehari-hari, mengenai cinta,
kesetiaan dan penghianatan, dan cara pengarang menyajikannya memiliki ciri khas tersendiri.
Novel ini juga disajikan secara sederhana, serta sarat dengan amanat yang tidak jauh dari
kehidupan sehari-hari kita. Cerita ini juga lebih menonjolkan jiwa nasionalisme seseorang,
persahabatan dan pencaharian jati diri.
Dalam novel ini kita dapat mengetahui bagaimana keadaan atau situasi masyarakat pada saat
itu, yang secara otomatis dapat menambah pengetahuan kita. Kita dapat mengetahui bagiamana
situasi bangsa Indonesia pada saat itu, dimana terjadi pemberontakan dan demonstrasi kebencian
yang ditunjukkan penduduk pribumi terhadap bangsa penjajah dan anak-anak peranakan yang
masih tinggal di Indonesia pada saat itu.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa penting untuk mengkaji tentang ’’Novel
Keberangkatan Karya N.H.Dini dengan Kritik objektif”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah novel keberangkatan karya N.H. Dini, dipandang dari kajian kritik objektif ?“.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan “ novel keberangkatan karya N.H.
Dini, dipandang dari kajian kritik objektif “.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna sebagai sumber informasi dalam rangka
memperluas khasanah keilmuan yang berhubungan dunia kesatraan.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara praktis di lapangan oleh berbagai
pihak, adapun kegunaan hasil penelitian ini, sebagai berikut:
a. Tambahan pengetahuan bagi penulis tentang bentuk kritik objektif novel
keberangkatan karya N.H. Dini.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas sebagai mahasiswa yang mengontrak mata kuliah
Kritik Sastra di STKIP YPM Bangko.
c. Untuk menambah literatur Perpustakaan STKIP YPM Bangko.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Karya Satra
Karya sastra adalah karya otonom, yang lebih kurang terlepas dari aspek di luar karya itu.
Dia mempunyai rangka dan bentuk tersendiri, yang tersusun dengan baik dan saling berkaitan.
Apabila salah satu dihilangkan, maka karya tersebut akan kehilangan keutuhannya. Karya sastra
juga ditentukan oleh kepaduan antara bentuk dan isi. Karya sastra tersusun dari unsur yang saling
jalin – menjalin, terstruktur, sehingga tidak satupun yang tidak fungsional dalam keseluruhannya.
Karya sastra ditentukan oleh kekoheren tidaknya unsur – unsur karya tersebut.
Sastra bukanlah suatu komunikasi yang praktis, yang isi dan maksudnya langsung terlihat,
tertangkap atau di pahami manakala membaca atau mendengar sebuah komunikasi seperti
membaca buku – buku lain. Dalam sastra, makna tersirat lebih dominant dari pada makna
tersurat. Efek pengasingan dalam karya sastra melibatkan pemahaman kita terhadap maknanya,
tapi justru di situ pula letak intensitas maknanya. Karya sastra memang mempunyai struktur yang
terdiri dari unsur – unsur yang membangunnya, akan tetapi unsur tersebut hanyalah unsur
artefak. Unsur tersebut akan tetap mati jika tidak dihidupkan oleh pembaca. Sebagaimana
pengarang, pembaca juga diikat dan dikontrol serta dipengaruhi oleh pandangan umum tentang
keindahan, system bahasa, konvensi sastra, dan oleh variasi bentuk karya sastra.
1. Fiksi
Kata fiksi berasal dari bahasa asing fiction , yang diturunkan dari bahasa latin fictio,
6
fictum yaitu membentuk, membuat, mengada--kan, menciptakan. Fiksi adalah karya sastra yang
bersifat realitas imajinatif yaitu berisi khayalan, yang kejadiannya tidak benar-benar terjadi.
sedangkan prosa non fiksi merupakan karya satra yang realitas objektif atau factual yaitu berupa
kejadian yang benar – benar terjadi yang berupa fakta. ´karena semua ini ada maka inilah yang
harus terjadi. Jenis – jenis fiksi, yaitu :
Berdasarkan bentuk, yaitu :
1) Prosa merupakan sebuah pemaparan yang didalamnya terdapat deretan peristiwa dalam
satu kesatuan ruang dan waktu. Serta deretan peristiwa disampaikan dalam rangkaian
kalimat yang membentuk wacana, tidak dalam bentuk bait dan baris. Klasifikasi prosa
yaitu novel / roman, novelette, cerpen (short story ).
2) Puisi merupakan keindahan suasana yang terdapat dala kata – katanya , adapun ciri –
cirinya adalah unsur formal sajak adalah yang disusun dalam bait dan baris, kata lebih
terikat pada sebuah baris, dan bahasa dalam puisi cenderung menggunakan bahasa
konotatif. Klasifikasinya adalah pantun, gurindam, puisi dan syair.
3) Drama merupakan deretan peristiwa yang membentuk plot terjadi akibat dialog – dialog
yang terjadi sekurang – kurangnya antara dua orang tokoh, sedangkan klasifikasi drama
yaitu drama naskah dan drama pentas.
2. Novel
Novel merupakan karya yang naratif dengan mengandalkan kekuatan imajinasi dalam
proses penciptaannya. Dalam novel terdapat alur atau plot, latar atau setting,
7
penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa. Dan novel yaitu karya fiksi, rekaan imajinatif
dengan pola struktur yang sama yang memuat beberapa permasalahan, adanya factor penyebab
dan akibatnya. Hakekat novel sampai saat ini masih sulit untuk dirumuskan, hal ini disebabkan
karena banyaknya persepsi yang disampaikan tentang pengertian novel. Pengertian Novel
menurut para ahli :
a. Menurut Drs. Jakob Sumardjo novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia.
Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya
komunitasnya yang luas pada masyarakat.
b. Menurut Dr. Nurhadi novel adalah bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat nilai – nilai
budaya sosial, moral dan pendidikan.
c. Menurut Drs. Rostamaji M.Pd dan Agus Priantoro, S.Pd novel adalah karya sastra yang
mempunyai dua unsure yaitu unsure intrinsic dan unsure ekstrinsik yang saling
berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
d. Menurut Paulus Tukan, S.Pd novel adalah karya sastra yang benbentuk prosa yang
mempunyai unsure-unsur intrinsic.
e. Menurut Tarigan ( 1984 ) dalam bukunya The American College Dictionary novel adalah
suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh,
gerak serta dengan adegan nyata representative dalam suatu alur / suatu keadaan yang
kacau / kusut.
f. Menurut H.B. Jassin novel adalah sebuah karangan prosa yang bersifat cerita yang
menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang – orang.
8
g. Menurut Sumardo dan Saimi novel sama dengan roman . novel berasal dari bahasa Italia dan
berkembang di Inggris dan Amerika Serikat . roman dan novel memiliki perbedaan yaitu
novel lebih pendek disbanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsure cerita hampir
sama.
h. Menurut Abrams novel adalah cerita yang pendek dalam bentuk prosa, dalam bahasa Jerman
novel berasal dari kata novella yang berarti sebuah barang baru.
Diatas adalah pengertian novel yang disampaikan oleh para ahli, menurut penulis sendiri
novel merupakan salah satu jenis karya satra prosa yang isinya memuat tentang suatu cerita yang
dilakoni oleh tokoh-tokoh, yang membentuk jalan cerita atau plot, dimana didalamnya terdapat
banyak permasalahn / konflik.
Novel terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik novel, yaitu;
1. Alur adalah peristiwa – peristiwa yang membentuk jalan cerita.
2. Penokohan adalah bagaimana cara pengarang memperkenalakan tokoh yang terdapat
dalam cerita. Dalam mengenalkan tokoh yang terdapat dalam cerita, pengarang biasanya
menggunakan cara analitik, dramatic atau campuran dari keduanya.
3. Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu, maupun keadaan yang
menyebabkan sebuah cerita terjadi. Latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi.
4. Gaya bahasa yaitu bagaimana cara pengarang menggunakan bahasa dalam
9
karangannya, dalam menggunakan bahasa pengarang mempunyai ciri khas tersendiri.
5. Sudut pandang atau pusat pengisahan dalam sebuah karya sastra adalah bagaimana posisi
pengarang atau bagaimana pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.
6. Tema dalam karya sastra diartikan sebagai pokok permasalahan, masalah utama atau inti
permasalahan yang akan dibicarakan dalam sebuah karya sastra. Tema merupakan
persoalan sentral atau sesuatu yang hendak disampaikan pengarang dalam tulisannya.
7. Amanat dalam karya sastra adalah pemecahan atau jalan keluar yang disarankan
pengarang terhadap masalah utama dalam cerita.
3. Sekilas Tentang Pengarang Novel Keberangkatan
Salah satu satrawan wanita yang berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia adalah N.H.
Dini.. Nama Nh. Dini merupakan singkatan dari Nurhayati Sri Hardini Siti Sukatin, N.H. Dini
lahir pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang, dia adalah anak kelima atau bungsu dari 4
bersaudara. Ayahnya bernama Salyowijoyo seorang pegawai perusahaan kereta api, dan Ibunya
bernama Kusaminah.
N.H Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen – cerpennya mulai dimuat
di majalah, selain menulis cerpen dia juga menulis sajak dan sandiwara radio serta novel. Nh.
Dini juga dikenal sebagai sastrawan wanita yang produktif, dan kreatif, banyak karya yang telah
ditulisnya, baik itu puisi, cerpen, maupun novel..Karya – karyanya antara lain :
10
1. Dua Dunia ( 1956 )
2. Hati Yang Damai ( 1961 )
3. Pada Sebuah Kapal ( 1973 )
4. La Barka ( 1975 )
5. Namaku Hiroko ( 1977 )
6. Keberangkatan ( 1977 )
7. Sebuah Lorong di Kotaku ( 1978 )
8. Sekayu ( 1981 )
9. Padang Ilalang di Belakang Rumah ( 1979 ),
10. Orang-Orang Trans ( 1984 ),
11. Dari Parangakik ke Kampuchea (2003 ),
Berbagai penghargaan telah banyak diraih oleh sastrawan wanita ini, penghargaan yang telah
diterimanya antara lain :
1. Pemenang lomba penulisan naskah scenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah
( 1955 )
2. Pemenang hadiah kedua untuk cerpen di pondok salju yang dimuat dalam majalah
Femina ( 1963).
3. Penghargaan sastra terbaik dari pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas)
4. SEA Writer Arward bidang sastra dari pemerintah Thailand.
11
5. Pemenang pertama lomba penulisan cerpen dalam bahasa Perancis se-Indonesia ( 1988 )
6. Mendapat hadiah seni dari kementerian P & K untuk bidang sastra ( 1989 )
7. Mendapat piagam penghargaan Upapradana dari Pemda TK 1 Jawa Tengah
( 1991 )
Selama lebih kurang 20 tahun Nh. Dini telah melanglang buana ke berbagai Negara,
mengikuti suaminya yang menjadi duta Negara. Setamat SMA pada bagian sastra (1956), Nh.
Dini mengikuti kursus Pramugari Darat GIA (Garuda Indonesia Airlines ), Jakarta ( 1956 ),
mengikuti kursus B - I jurusan sejarah ( 1957 ), terakhir bekerja di GIA Kemayoran, Jakarta
( 1957 – 1960 ).
Selain terus berkarya, Nh. Dini juga sibuk menerima undangan – undangan ceramah
mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, dia juga mengelola sebuah
taman bacaan untuk remaja dan anak - anak di pinggir kota Semarang, yang kegiatannya
mencakup latihan bahasa Indonesia dan diskusi.
B. Kritik Sastra
1. Pengertian Kritik Sastra
Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, studi satra / ilmu sastra mencakup tiga bidang,
yakni teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Ketiga ilmu sastra tersebut memiliki hubungan
yang erat dan saling terkait. Menurut William Henry Hudson kritik adalah penghakiman.
Sedangkan menurut I.A. Richard kritik adalah usaha untuk
12
membedakan pengalaman / jiwa dan memebri penilaian kepadanya. Dan menurut M.H Abrams
kritik adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan/pengkalsifikasian,
penguraian/analisis, dan penilaian/evaluasi. Kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek
studi satra / cabang ilmu satra yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks
satra.
2. Manfaat Kritik Sastra
Terdapat empat manfaat kritik sastra, yaitu :
1. Kritik sastra berguna bagi perkembangan sastra dalam mengkritik, kritikus akan menunjukkan
hal yang bernilai/ tidak bernilai dari suatu karya satra. Kritikus dapat menujukkan kebaruan-
kebaruan dalam karya sastra, hal-hal apa saja yang belum digarap oleh sastrawan, sastrawan
dapat belajar dengan kritik sastra untuk lebih meningkatkan kecakapannya dan memperluas
cakrawala kreativitas, corak dan mutu karya sastranya. Jika sastrawan-sastrawan dalam
negara tertentu menghasilkan karya-karya yang baru, kreatif, dan berbobot, maka
perkembangan sastra negara tersebut juga akan meningkat pesat, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dengan kata lain, kritik yang dilakukan kritikus akan meningkatkan kualitasdan
kreativitas sastrawab, dan pada gilirannya akan meningkatkan perkembangan satra itu
sendiri.
2. Kritik sastra berguna untuk penerangan bagi pembaca, dengan melakukan kritik, kritikus akan
memberikan ulasan, komentar, menafsirkan karya sastra yang dikritik.
13
dengan demikian pembaca awam, akan mudah memahami karya sastra yang dikritik oleh
kritikus.
3. Kritik sastra berguna bagi ilmu sastra itu sendiri. Analisis yang dilakukan kritikus dalam
mengkritik tentulah didasarkan pada refarensi-referensi, teori-teori yang akurat Kritikus
harus meramu teori-teori yang telah ada, sehingga dapat menghasilkan teori sastra yang baru,
yang akan membuat perkembangan terhadap ilmu sastra itu sendiri.
4. Kritik sastra dapat memberi sumbangan pendapat dalam menyusun sejarah sastra. Dalam
melakukan kritik, kritikus akan menunjukkan ciri-ciri karya sastra yang dikritik secara
struktural,. Tidak jarang pula kritikus mencoba mengelompokkan karya satra yang dikritik ke
dalam karya sastra yang berciri sama. Dari kenyataan inilah dapat disimpulkan bahwa kritik
sastra membantu penyusunan sajarah sastra.
3. Aktivitas Kritik Sastra
Aktivitas kritik sastra mencakup tiga hal, yaitu :
1. Analisis adalah menguraikan unsur-unsur yang membangun sastra dan menarik hubungan
antar unsur-unsur tersebut.
2. Menafsirkan / interpretasi dapat diartikan sebagai memperjelas maksud karya sastra dengan
cara: a) memusatkan interpretasi pada ambiguita, kiasan, atau kegelapan makna dalam karya
satra. b) Memperjelas makna karya satra dengan cara menjelaskan unsur-unsur dan jenis
karya sastra.
3. Penilaian ialah menunjukkan nilai-nilai karya sastra dengan bertitik tolakdari analisis dan
penafsiran yang telah dilakukan. Penilaian seorang kritikus sangat bergantung
14
pada aliran-aliran, jenis-jenis, dan dasar kritik sastra yang dipakai oleh seorang kritikus,
4. Aliran-Aliran Kritik Sastra
Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, ada tiga aliran mengenai kritik satra yaitu:.
1. Relativisme ialah aliran penilaian yang didasarkan pada tempat dan zaman terbitnya Paham ini
berkeyakinan bahwa nilai karya sastra melekat pada karya itu sendiri. Bila ada karya sastra
yang dianggap bernilai oleh masyarakat di suatu tempat dan periode tertentu, karya sastra
tersebut terus dianggap bernilai pada tempat dan zaman yang lain.
2. Absolutivisme ialah penilaian yang menilai karya satra berdasarkan pandangan yang sempit
seperti paham, aliran politik, dan bukan pada hakikat seni itu sendiri. Dengan kata lain,
paham ini menilai karya satra tidak didasarkan pada hakikat karya satra. Sastra yang baik
menurut aliran ini adalah karya sastra yang memiliki tendensi politis, memiliki nilai moral,
dan sebagainya.
3. Perpesktivisme ialah penilaian yang menilai karya satra dari berbagai sudut pandang yaitu
menunjukkan nilai karya satra pada waktu terbit dan nilainya pada masa-masa yang telah
dilaluinya. Aliran ini berpendapat bahwa karya sastra bersifat abadi dan historis. Abadi
karena karya sastra itu memelihara ciri-ciri tertentu, dan historis karena karya sastra itu
melewati suatu proses.
15
5. Jenis-Jenis Kritik Sastra
Kritik menurut pendekatannya, yaitu:
1. Kritik mimetik memandang karya satra sebagai tiruan dan pencerminan dunia dan kehidupan
manusia. Sehingga kriteia yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu
menggambarkan objek yang sebanarnya.
2. Kritik pragmatik memandang karya sastra menurut berhasil tidaknya mencapai tujuan berupa
efek yang ditimbulkan seperti efek kesenangan, efek pendidikan, dan efek-efek lainnya.
Kritik ini sifatnya lebih bergantung pada pembaca.
3. Kritik ekspresif memandang karya satra sebagai curahan perasaan dan produk imajinasi
penulis dengan persepsi, pikiran, dan perasaannya. Sastrawan karya sastra merupakan unsur
pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, dan perasaan yang
dikombinasikan dalam karya sastra. Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak
khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan, yang secara sadar atau tidak telah membuka
dirinya dalam karyanya.
4. Kritik objektif memandang karya satra sebagai sesuatu yang mandiri, bebas terhadap penyair,
pembaca dan dunia sekitarnya. Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi
dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berkaitan erat dan menghendaki
pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan
( kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antar unsur-
unsur pembentuknya. Jadi, unsur objektif tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, latar,
gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat saja, tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi,
kesinambungan, integritas.
16
Kritik Objektif
Aminuddin ( 1998:35) mengatakan bahwa kalau kita berbicara mengenai anatomi fiksi
berarti berbicara tentang struktur fiksi atau unsur-unsur yang membangun fiksi. Struktur fiksi
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macama unsur yang berada diluar suatu karya
sastra tersebut, misalnya faktor budaya, agama, sosial, falsafah, politik, dan tata nilai
yang dianut oleh masyarakat.
2. Struktur dalam (intrinsik) adalah unsur yang membentuk karya sastra, unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alur atau plot
Alur merupakan susunan dari gerak yang terdapat dalam suatu fiksi atau drama. Alur
adalah jalan cerita dalam suatu peristiwa berdasarkan susunannya. Seperti diungkapkan oleh
Hartono (dalam skripsi Yasti Elizar 2001:8) ” Alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca
mengenai deretan peristiwa yang secara logika dan kronologis, saling berkaitan yang
berakibatkan atau dialami oleh para pelaku ”.
Untuk menarik perhatian pembaca biasanya pengarang menggunakan teknik tertentu
yang dikenal dengan istilah ketegangan atau suspensi, dengan cara ini pengarang diharuskan
untuk tekun membaca cerita sehingga dia dapat menemukan jawaban atas perkataan dirinya.
Ketegangan akan lebih berfungsi apabila pembaca diliputi oleh rasa cemas, memikirkan
nasib para tokoh cerita yang bersangkutan. Disamping itu alur dibagi atas tiga, yaitu: alur
maju, alur mundur, alur maju mundur (alur campuran).
17
b. Penokohan
Penokohan adalah bagaimana cara pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh dan
bagaimana mengembangkan watak tokoh-tokoh tersebut dalam sebuah karya sastra. Ada dua
cara untuk mengetahui / memperkenalkan tokoh dalam karya sastra, yaitu:
1. Secara analitik yaitu pengarang langsung memperkenalkan watak atau karakter
tokoh, pengarang menyebutkan bahwa sang tokoh keras kepala, penyayang, dan
sebagainya.
2. Secara dramatik yaitu pengarang secara tidak langsung menceritakana watak atau
karakter tokohnya. cara dramatik dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
Melukiskan tempat atau lingkungan seorang tokoh misalnya menggambarkan
tentang keadaan rumah seseorang yang serba mewah, seperti rumahnya bagus
dan dihuni oleh keluarga yang bahagia.
Pilihan nama tokoh
Menceritakan percakapan atau dialog tokoh.
Menceritakan perbuatan, tingkah laku tokoh terhadap suatu kejadian.
Cara pelukisan watak tokoh sebagaimana di kemukakan diatas yaitu menggambarkan
bahwa melukiskan watak para tokoh cerita dapat dilukiskan dengan cara analitik dan
dramatik. Dalam hal ini tentu saja harus disesuaikan dengan karakter sang tokoh, baik tokoh
antagonis maupun tokoh protagonis.
Penokohan adalah cara pengaranag menampilkan perilaku dalam suatu rekaan. Ada yang
menduduki tokoh utama atau tokoh inti dan ada yang menduduki tokoh
18
pembantu yang pemunculannya hanya menghadapi, melayani, mendukung pelaku utama
( Aminuddin,1987:82).
Ada dua hal penting dalam penokohan , yang pertama berhubungan dengan tekhnik
penyampaian sedangkan yang kedua berhubungan dengan watak kepribadian tokoh-tokoh
yang ditampilkan.
Elemen-elemen yang terkandung dalam setiap karya sastra fiksi dasarnya memiliki
kesamaan dalam cara memaparkannya, meskipun unsur-unsur tertentu memiliki perbedaan.
Meskipun berbeda namun mengacu kepada satu tujuan yang mendukung suatu karya sastra.
Unsur dalam dan luar ini merupakan unsur yang secara fungsional berhubungan satu sama
lainnya.
c. Latar
Latar atau setting dalam sebuah karya sastra merupakan latar belakang fiksi, yaitu
menyangkut unsur tempat terjadinya suatu peristiwa atau cerita. Latar sangat erat kaitannya
dengan tokoh dan peristiwa. Dalam penyajian sebuah cerita pengarang harus memiliki apa-
apa yang bermanfaat dari cerita tersebut.
Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu, maupun keadaan yang
menyebabkan sebuah cerita terjadi. Latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi.
Dalam karya sastra unsure latar dikategorikan dalam 3 golongan yaitu ;
1. Latar tempat, yaitu tempat dimana peristiwa yang diceritakan terjadi, meliputi tempat
atau ruang yang dapat diamati.
19
2. Latar waktu, yaitu kapan peristiwa yang diceritakan terjadi dalam karya sastra tersebut.
3. Latar sosial, yaitu hal–hal yang berhubungan dengan perilaku, tata cara, keadaan atau
kebiasaan masyarakat ditempat peristiwa terjadi. Latar sosial juga merupakan suasana
yang terjadi ditempata atau daerah yang menjadi latar dalam sebuah karya sastra.
d. Gaya bahasa
Gaya bahasa dalam suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menggunakan
bahasa dalam karangannya. Gaya bahasa disebut juga dengan istilah stilistika, atau
penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra. Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni,
menggunakan bahasa sebagai media pemaparnya. Gaya bahasa dalam karya sastra memiliki
kekhasan tersendiri, karena tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan
ekspresi individual pengarangnya. Gaya bahasa disampaikan pengarang secara artistic, apa
yang disampaikan tidak akan tersampaikan apabila ia menggunakan bahasa sebagaimana
bahasa yang digunakan sehari – hari.
Gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek
dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan kalimat-kalimat
lain yang lebih umum, atau gaya bahasa. Cara mengungkapkan
20
pikiran melalui bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa atau kepribadian penulis atau
pemakai bahasa (tarigan,1990:5).
e. Tema
Tema adalah suatu persoalan sentral atau suatu yang hendak disampaikan dalam tulisan
atau karya fiksi. Jadi dengan demikian, tema adalah apa yang menjadi persoalan dalam karya
sastra sebagai sebuah tema merupakan suatu yang masih sangat sentral.
Menurut Sutoro ( dalam Yasti Elisdar,2001:7) mengatakan bahwa pokok pikiran yang
hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui jalinan cerita yang dibuatnya. Tema
suatu cerita hanya dapat diketahui stelah kita membaca cerita serta dianalisis.
f. Amanat
Amanat dalam sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan dan
manfaat yang kita peroleh dari pemecahan masalah. Karya sastra yang hampir selalu bersifat
rohaniah, dari kenyataan ini, dimana fungsi sebuah karya sastra biasanya lebih
menitikberatkan pada pemenuhan persoalan batin pembacxa. Amanat bagian dari tema,
didalam amanat terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang.
Amanat dapat diungkapkan secara tersirat, pengarang melalui ciptaannya sebagai karya
kreatif dan amanat juga dapat di ungkapkan secara terang-terangan biasanya
21
amanat sebuah cerita merupakan pandangan pengarang tentang bagaimana sikap kita dalam
menghadapi suatu permasalahan.
Amanat dalam sebuah karya sastra adalah pemecahan atau jalan keluar yang disarankan
oleh pengarang terhadap masalah utama dalam cerita. Amanat merupakan pemecahan
persoalan yang terkandung dalam tema, apabila tema telah ditentukan kita tinggal mencari
jalan keluar dari persoalan yang terkandung dalam tema tersebut.
C. Sinopsis Novel ‘’ Keberangkatan ‘’
Elisa Frissart,gadis keturunan indo yang sangat mencintai tanah air Indonesia ini yang bekerja
sebagai seorang pramugari di GIA. Elisa kini hidup seorang diri dikota Jakarta, ayah, ibu, dan
kedua adiknya telah berangkat menuju Belanda, Elisa tidak ikut karena dia lebih senang tinggal
dan hidup di Indonesia. Ketika masih tinggal bersama orang tuanya, Elisa sering mendapat
perlakuan kasar dari ibunya. Elisa masih memiliki seorang kakak perempuan di Jakarta yang
pergi meninggalkan rumah karena tidak tahan dengan perlakuan kasar ibunya dan sekarang tidak
tahu dia berada dimana. Elisa pun akhirnya juga mengikuti langkah kakak perempuannya pergi
meninngalkan rumah, belajar untuk hidup mandiri dan kini Elisa tinggal di perumahan Rajawali,
sebuah perumahan yang diperuntukkan khusus untuk karyawan GIA. Elisa tinggal bersama
Lansih, Wati, dan Anna, mereka berempat sudah seperti saudara.
Suatu petang setelah terbang dari Manila dibandara bagian pabean, Lansih memperkenalkan
Sukoharjito saudara sepupunya kepada Elisa. Sukoharjito bekerja pada
22
bagian protocol di istana presiden. Malam minggu ketika sedang bersiap – siap untuk pergi
dengan Sukoharjito ke Wisma Nusantara, Rudi teman masa kecil Elisa datang dan mengajak
Elisa untuk keluar makan dan nonton, maaf aku sudah ada janji malam ini kata Elisa kepada
Rudi. Mas Jito pun akhirnya datang, setelah memperkenalkannya dengan Rudi. Elisa dan
Sukoharjito berangkat menuju Wisma Nusantara meninggalkan Rudi. Sejak malam itu hubungan
Elisa dan Sukoharjito semakin dekat, cuti lebaran Sukoharjito dan Elisa pergi ke Jawa tengah
untuk menemui orang tua Sukoharjito, disana Elisa mendapat sambutan yang hangat oleh
keluarga Sukoharjito.
Sejak bertemu dengan pastur Rama Beick yang merupakan tetangga Elisa dirumah Surabaya
dulu, Elisa mulai menemukan titik terang tentang masa lalunya dulu. Elisa berhasil ketemu
dengan kakak perempuannya berkat bantuan Rudi, dari katerangan kakaknya Elisa akhirnya
mengetahui tentang kehidupan masa kecillnya dulu dan tentang kemungkinan besar bahwa Elisa
adalah anak Talib (pemuda jawa) seorang pelukis yang tinggal dirumah Surabaya dulu. Setelah
mengetahui tentang masa lalunya dari kakak perempuannya, Elisa berusaha untuk terus
menemukan titik terang tentang jati dirinya. Setelah bertemu dengan tuan Sayekti, Elisa
mengetahui bahwa kini Talib sedang sakit lumpuh dan tidak mau untuk dirawat dirumah sakit.
Saat mendapat kesempatan untuk terbang ke Kupang ( Nusa Tenggara ) dan bermalam di
Surabaya, Elisa pergi menemui Talib meskipun pada awalnya Talib bersikap begitu dingin pada
Elisa. Tapi akhirnya Talib bersedia untuk dirawat dirumah sakit, atas bantuan tuan Sayekti, Talib
dirawat dirumah sakit dan kini keadaannya mulai membaik.
23
Sukoharjito kini semakin menjauh dari Elisa, dia sudah begitu jarang datang berkunjung
kerumah Elisa. Elisa telah berharap bahwa suatu hari nanti dia akan menikah dengan
Sukoharjito, tetapi kenyataannya Sukoharjito malah meninggalkan Elisa dan menikah dengan
Keponakan ajudan presiden yang telah hamil duluan. Sementara itu keadaan semakin panas,
banyak terjadi pemberontakan– pemberontakan. Pelabuhan udara sibuk melayani
pemberangkatan keluarga–keluarga kulit putih. Rudi juga akan berangkat ke Belanda, sebelum
pergi dia berkunjung kerumah Elisa, dan saat itu rudi mengungkapkan isi hatinya kepada Elisa,
bahwa dia mencintai dan ingin menikah dengan Elisa.
Semenjak ditinggalkan Sukoharjto, Elisa menjadi orang yang lemah, dia tidak bersemangat
untuk menjalani hari – harinya lagi. Untunglah Elisa memiliki sahabat–sahabat yang baik, yang
selalu menghibur dan mendukung Elisa. Diam–diam Elisa mengurusi semua keperluan untuk
berangkat ke Belanda, kini berkat bantuan tuan Sayekti Talib telah sembuh dan kembali menjadi
seorang seniman. Elisa memberitahukan keinginannya untuk pergi ke Belanda kepada Lansih
dan Talib. Saat menunggu semua keperluan untuk pergi ke Belanda siap Elisa dekat dengan
seorang pria wartawan Amerika yang bernama Gail, Elisa merasa nyaman berada di samping
Gail dan kini dia telah bisa melupakan sakit hatinya sedikit demi sedikit terhadap Sukoharjito.
Ketika sedang menjalankan tugas terbang ke Palembang, pesawat yang ditumpangi Elisa
mengalami kecelakaan, tetapi untunglah Elisa selamat.
24
Akhirnya hari keberangkatan Elisa ke Belanda telah tiba, Elisa akan meninggalkan
pekerjaannya, sahabat–sahabatnya, Talib, Gail, dan tanah air Indonesia yang sangat dia cintai
untuk selama–lamanya. Ketika ingin naik kepesawat Elisa menerima surat dan bunga dari
seorang pramugari darat, sampai ditempat duduk, Elisa membuka dan membaca surat dari Gail
yang berisi ungakapan perasaan cintanya kepada Elisa.
25
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kritik Objektif pada Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
1. Analisis Alur Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
Alur sangat penting dalam karya sastra, disini dituntut bagaimana kemampuan pengarang
memberikan alur yang membuat pembaca larut dalam suasana cerita. Alur atau plot merupakan
jalan cerita atau rangkaian– ranglaian peristiwa yang membentuk jalan cerita. Alur yang
digunakan pengarang dalam novel “keberangkatan“ ini adalah alur campuran. Dimana dalam
novel tersebut terdapat alur maju yang peristiwanya berurutan, namun disamping itu juga
terdapat alur mundur yang menyorot balik peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau.
Dalam alur maju juga terdapat alur mundur yang pengarang menceritakan kehidupan tokohnya di
masa lampau. Dalam novel ini setiap alur maju, seringkali terdapat alur mundur. Disini
pengarang menuntut kejelian pembaca untuk meneliti dan menemukan hal tersebut.
Kutipan Alur Maju :
“Dalam pencaharian tentang asal – usulku yang sebenarnya, aku menemukan mata rantai yang
pertama. Aku bertemu dengan seorang pastur berkulit putih yang bernama Rama Beick. Dia
adalah salah satu tetanggaku sewaktu aku kecil, ketika masih tinggal di rumah kami di
Surabaya.“ ( halaman 81 – 84 )
“Sebulan kemudian, aku bertemu dengan kakak perempuanku yang juga kabur dari rumah
karena tidak tahan lagi dengan perlakuan ibuku yang terlalu arogan. Aku menemukan kakakku
berkat bantuan Rudi, teman kecilku.” ( halaman 86 – 89 )
26
“Aku bertemu lagi dengan mata rantai yang ketiga, dia bernama Tuan Sayekti. Dia adalah orang
yang merawat Talib selama di Jakarta. Talib adalah seorang seniman lukis yang tinggal
bersamaku di Surabaya dan yang mengasuhku sewaktu kecil. “ ( halaman 104 – 105 ).
“Aku pergi kesurabaya untuk menemui Talib, yang kata kakak perempuan ku kemungkinan
besar di adalah ayah kandungku. Aku bertemu Talib, meski awalnya reaksi dia terhadapku
terlalu dingin namun aku bahagia karena telah bertemu dengan mata rantai terakhir ku. Yang
akhirnya, aku akan menemukan siapa ayahku yang sebenarnya. Rasa penasaranku terhadap masa
laluku terjawab sudah, dan aku mengerti mengapa sikap ibu selama ini terhadapku tidak begitu
manis.“ (halaman 112–125)
Kutipan Alur Mundur :
“ Dari masa kecilku, aku selalu bersama pembantu. Dapat dikatakan pembantulah yang
membesarkan aku, waktu itu aku belum menyadari. Tetapi kata orang, semasa mudanya ibu
menjadi intaian banyak laki – laki. Dan Talib, sejak aku lahir hampir dialah yang menjadi
pengasuhku. Aku dibawa kemana–mana, aku selalu bersamanya. Bila malam – malam saat aku
sakit, bukan ibu yang menemaniki. Ibu entah dimana, tidur dikamar sendirian atau bersama
seorang laki–laki, atau bahkan berdansa di gedung pertemuan kota. Itulah gamabaran masa
kecilku yang suram, yang tak pernah merasakan perawatan dari ibu kandungku sendiri. “
( halaman 90 – 91 ).
27
Alur cerita novel keberangkatan ini terdiri dari lima tahapan, yaitu terdiri dari tahapan Eksposisi
atau perkenalan, tahap peristiwa mulai bergerak atau complication, tahap konflik atau puncak
cerita (klimaks), tahap penyelesaian konflik atau rolling action, dan tahap keputusan konflik atau
catastrophe. Rinciannya sebagai berikut
1. Tahap perkenalan ( Eksposisi ), Elisa Frissart, adalah gadis peranakan Indo yang bekerja
sebagai pramugari di GIA yang sangat mencintai tanah air Indonesia ini. Memiliki latar
belakang keluarga yang amburadul dan seorang ibu yang berpelakuan keras. Elisa
Frissart juga memiliki dua orang adik dan ayah yang terlalu pengecut dan selalu
mengalah dari isterinya. Elisa memiliki sahabat–sahabat yang begitu pengertian, juga
mempunyai tempat kerja yang begitu kondusif.
2. Tahap peristiwa mulai bergerak ( Compication ), Elisa meninggalkan rumah karena tidak
sanggup lagi menerima perlakuan ibunya yang sangat keterlaluan. Dia tinggal di
pondokan kemudian pindah ke asrama agar terbebas dari cengkeraman ibunya. Elisa
mengawali kemandirian dengan pindah lagi ke perumahan Rajawali yang merupakan
sebuah perumahan yang diperuntukkan khusus untuk karyawan GIA bersama keempat
teman serumahnya, Elisa berkenalan dengan Sukuharjito yang merupakan saudara
sepupunya Lansih dan berhubungan dekat dengan sukoharjito, hingga jatuh cinta.
3. Tahap puncak konfliks ( Klimaks ), Elisa mengetahui bahwa ayah yang selama ini
dikenalnya ternyata bukan ayah kandungnya. Elisa kecewa terhadap ibunya yang
28
semasa muda selalu mempermainkan dan mengkhianati laki – laki dan selalu berpindah
dari pelukan satu lelaki ke lelaki lainnya. Hati Elisa semakin galau tatkala mengetahui
bahwa orang yang selama ini dia anggap paman, yang hanya seorang pelukis biasa
ternyata justru kemungkinan besar bahwa dia adalah ayah kandungnya. Elisa juga
mendapat pengkhianatan dari Sukuharjito, pria yang diharapkan Elisa akan menjadi
suaminya. Semua kejadian itu membuat Elisa syok, dan dengan ambisius dia berusaha
sekuat tenaga untuk menguak teka – teki yang menyelubungi masa kecilnya.
4. Tahap penyelesaian konflik ( Rolling action ), Elisa mencoba mencari tahu asal – usulnya
dengan mulai mencari dan menemukan mata rantai atau orang – orang yang pernah
berhubungan dengan masa kecilnya. Mencoba menggorek dan mencari informasi tentang
siapa ayah kandungnya, mengapa perlakuan yang didapatkan Elisa dari ibunya selama ini
tak seperti perlakuan seorang ibu pada anaknya. Untuk menemukan mata rantai dan
mendapatkan informasi tersebut, Elisa menecitakan dan meminta bantuan dari teman –
temannya. Elisa mencoba mengingat tempat dimana dia pernah dilahirkan, bagaimana
bentuk rumahnya mereka di Surabaya, meskipun bayangan itu sangat buram. Itu
dilakukan dengan harapan dapat mempermudah pencaharian Elisa akan siapa ayah
kandungnya. Menanyakan pada orang yang pernah menjadi tetangga Elisa ketika mereka
tinggal di Surabaya, mencari tahu dimana para pengasuh serta pembantunya
29
tinggal setelah pindah dari rumah Elisa. Elisa mencoba untuk melupakan sukoharjito yang
telah tega meninggalkannya dan menikah dengan gadis lain yang telah hamil duluan, Elisa
dapat melupakan Sukoharjito atas bantuan sahabat – sahabatnya dan seorang wartawan
Amerika yang bernama Gail.
5. Tahap keputusan konflik, Elisa senang dan merasa gembira setelah mengetahui siapa
ayah kandungnya, Elisa memutuskan merawat Talib yang lumpuh dan penyakitan sampai
sembuh dengan bantuan tuan Sayekti. Namun meski telah mengetahui semua masa lalu
kehidupannya dulu, Elisa memutuskan untuk pindah ke Belanda untuk kembali kepada
ibu, adik – adiknya serta ayah tirinya. Elisa meninggalkan semuanya, pekerjaannya
sebagai pramugari, sahabat – sahabatnya, Talib yang kemungkinan besar adalah ayah
kandungnya, rasa sakit hatinya terhadap Sukuharjito, dan bumi Indonesia yang sangat
dicintainya.
2. Analisis Penokohan Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
Penokohan adalah cara pengarang menperkenalkan tokoh–tokoh dalam cerita. Cara menentukan
penokohan dalam sebuah karya sastra bisa dengan cara analitik dan dramatic. Cara analitik yaitu
pengarang langsung menceritakan atau memperkenalakan tokohnya. Sedangkan cara dramatik
adalah pengarang memperkenalakan tokohnya dengan memberikan nama, pengambaran fisik,
poembicaraan dan tindakan tokohnya, pengarang memperkenalkan tokohnya secara tidak
langsung. Dalam novel ini, pengarang memperkenalkan karakter tokohnya secara lansung
(analitik) dan juga secara tidak
30
langsung (dramatik). Jadi, dalam novel ini pengarang menggunakan dua cara tersebut,
kutipannya antara lain:
1. Secara Analitik
a. Karakter Elissa Prisart: pengiba, pembuktiannya ”sekali lagi hatiku dilimpahi perasaan
iba yang tidak dapat ku tafsirkan”.( halaman 14)
b. Karakter Anna: orang yang gigih, pembuktiannya ”kegigihan Anna meneruskan
pelajarannya di Pharmasi membuat kami lunak hati untuk memaafkan kesalahan-
kesalahannya”. (halaman 44)
c. Karakter Wati: lemah lembut dan keibuan, pembuktiannya ” Namanya Wati, sifatnya
lemah lembut keibuan”. (halaman 46)
d. Karakter Rini: pemalas, pembuktiannya ” Rini pakaian dalamnya tak karuan. Sobek
disana-sini, dikaitkan dengan satu jarum atau dua jarum peniti karena kemalasannya
menjahit”. (halaman 45)
2. Secara Dramatik
a. Karakter Ibu Elissa Prissart: Matrealistis. pembuktiannya ’ ... Apalagi Ibuku, dimatanya
hanya uang dan kebendaanlah yang tak terhitung di dunia ini”. (halaman 30)
b. Bernald Kalb seorang wartawan Amerika: Playboy, pembuktiannya ” Aaaah, jangan
berkecil hati, pacarmu banyak selalu gonta-ganti. (halaman 64)
31
Karakter tokoh–tokoh yang terdapat dalam novel“ keberangkatan “ karya Nh. Dini antara lain :
1. Elissa Frissart ( tokoh utama dan tokoh protagonis )
a. Karakter pengiba, kutipannya “ sekali lagi hati ku di limpahi perasaan iba yang
tidak, dapat ku tafsirkan. :” ( halaman 14 )
b. Karakter pendiam, kutipannya “ aku menjadi pendiam dan dingin karena tidak
banyak diberi kesempatan buat mengataka isi hati. “ (halaman 95 )
c. Karakter sabar, kutipannya “ Aku harus bersabar lagi untuk menerima datangnya
pinangan.” ( halaman 104 )
2. Lansih ( tokoh pembantu dan tokoh protagonis )
a. Karakter berpengaulan luas atau supel, kutipannya “ Aku lebih mengenal temanku
Lansih. Kukagumi pergaulannya yang luas, kenalan dan kawan – kawannya
merat…………….. “ ( halaman 46 )
b. Karakter sabar dan teliti serta tidak angkuh, kutipannya “ dengan teliti dan sabar,
setiap kali ada sesuatu yang harus diterangkannya, tanpa keangkuhan dia
memberitahuku. ” ( halaman 46 – 47 )
c. Karakter manja, kutipannya “ Dengan akalnya yang lembut dan manja, Lansih
berhasil menarik uang lagi ……………” ( halaman 53 )
3. Ayah Elisa ( tokoh pembantu dan tokoh protagonis )
a. Karakter berpembawaan tenang, kutipannya “ ayahku berbicara dengan tenang.
Suaranya barang kali……… “ ( halaman 16 )
32
b. Karakter pengecut, kutipannya “ Dengan tenangnya ayah melihat ibuku memukuli
aku. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tak selangkah pun dia beranjak
dari tempat duduknya buat menolongku. “ ( halaman 21).
c. Karakter penyayang, kutipannya “ Ada kalanya perhatian Ayah nampak penuh
kesayangan kepadaku, …………. “ (halaman 21).
d. Karakter baik hati, kutipannya Namun Ayahku yang baik tidak tega meninggalkan
aku seorang diri di negeri ini ………… “ (halaman 28).
4. Sukuharjito ( tokoh pembantu )
a. Karakter pengecut, kutipannya “ melihat sikapnya yang demikian, bagiku dia
pengecut. Tidak berani berterus terang kepadamu. “ (halaman 146 )
b. Karakter tidak tegas, kutipannya “ Sekali lagi hal itu menunjukkan kelemahannya.
Dia memang bukan laki – laki yang tegas, kata Anna.
( halaman 147 )
5. Ibu Elisa ( Tokoh antagonis )
a. Karakter Matrealistis, kutipannya “… apalagi ibuku, dimatanya hanya uang dan
kebendaanlah yang terhitung di dunia ini. “ ( halaman 30 )
b. Karakter ringan tangan, kutipannya “ Sikapku terhadap ibuku disebabkan karena
perlakuannya yang keras dan kuanggap keterlaluan. Tangannya ringan, sering
jatuh menampar muka ………… “ ( halaman 20 – 21 )
c. Karakter pemarah, kutipannya “ Tindakan yang terdorong kemarahan itu, tidaka
ada gunanya, malahan menyebabkan buah bibir yang memalukan. “ ( halaman
39 )
33
6. Rama Beick ( tokoh protagonis )
a. Karakter ramah dan tidak sombong, kutipannya “ …. Dalam suara yang mengelegar
tetapi ramah dan tanpa kesombongan. “ ( halaman 80)
b. Karakter sabar, kutipannya “tak sekali pun menyela. Jari – jari kedua tangannya
bertemu merupakan tangkupan yang menunjukkan kesabaran” (halaman 96 )
7. Tuan Sayekti ( tokoh protagonis)
a. Karakter baik, pekerja keras dan gigih, kutipannya “….. bagaimana tuan Sayekti
memperoleh hartanya dengan jalan kerja keras dan kegigihan yang jarang terdapat
pada suku bangsa Jawa.” ( halaman 160)
b. Karakter ramah dan shaleh, kutipannya “ Orangnya ramah terbuka. Nampak
beribadah dan shaleh.” ( halaman 91 )
8. Talib ( tokoh pembantu dan protagonis)
a. Karakter pemarah, kutipannya “ tapi Talib menjadi pasif. Seperti tidak ada kemauan
lagi buat hidup. Kemudian menjadi pemarah….” ( halaman 106 )
a. Karakter pendiam, kutipannya “ sifatnya pendiam, ……” ( halaman 127)
b. Karakter pasrah, kutipannya “……..dapat merubah sikapnya yang pasip dan pasarah
kepada nasib itu. “ ( halaman 110 )
9. Wati
a. Karakter lemah lembut dan keibuan, kutipannya “ namanya Wati, sifatnya lemah
lembut dan keibuan .” ( halaman 46 )
9. Silvi ( tokoh protagonis)
34
a. Karakter baik dan pengertian, kutipannya ‘’ Silvi adalah satu-satunya anggota
keluarga dan kerabat yang memanggil Elisa tanpa akhiran ye di belakang namanya.
Silvi mengetahui bahwa Elisa lebih suka panggilan nama biasa, seperti orang-orang
Indonesia tulen. Hanya Silvi yang mengindahkan kemauan Elisa ( Halaman 11).
12. Anna (tokoh protagonis)
a. Karakter baik dan tidak cerewet (halaman 24)
b. Karakter ceroboh, kutipannya ” kuakui Anna juga sembrono menerima tanggung
jawab yang kani serahkan kepadanya ........ ” (halaman 44).
c. Karakter gigih, kutipannya ” kegigihannya meneruskan pelajaran itu membikin
kami............. ” (halaman 44).
3. Analisis Latar Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
Latar dalam karya sastra merupakan unsur tempat, waktu, maupun keadaan yang menyebabkan
sebuah cerita terjadi. Latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi. Dalam karya sastra
unsure latar dikategorikan dalam 3 golongan yaitu ;
1. Latar tempat, yaitu tempat dimana peristiwa yang diceritakan terjadi, meliputi tempat
atau ruang yang dapat diamati.
2. Latar waktu, yaitu kapan peristiwa yang diceritakan terjadi dalam karya sastra tersebut.
35
3. Latar sosial, yaitu hal–hal yang berhubungan dengan perilaku, tata cara, keadaan atau
kebiasaan masyarakat ditempat peristiwa terjadi. Latar sosial juga merupakan suasana
yang terjadi ditempata atau daerah yang menjadi latar dalam sebuah karya sastra.
Pada novel “ keberangkatan “ yang penulis telaah ini terdapat latar antara lain adalah sebagai
berikut :
1. latar tempat, latar tempat dimana peristiwa yang diceritakan dalam novel ini lebih
dominant di Bandara, kutipan latarnya antara lain :
a. Di bandara bagian pabean dan imigrasi, “ acara perpisahan Elisa dengan keluarganya
yang akan pindah ke belanda. ( halaman 9 – 17 )
b. Dibandara bagian pabean. “ Elisa dikenalkan Lansih pada seorang pemuda bernama
sukoharjito yang masih saudara Lansih “( halaman 32 – 34 )
c. Dibandara bagian penerangan . “ Elisa bertemu dengan Kumayas sahabatnya, dan Elisa
diberitahu bahwa gaji sudah bisa diambil hariitu, lebih cepat dari waktu yang
ditetapkan sebelumnya”( halaman 69 – 73 )
d. Bandara diruang pasasi. “ Sukoharjito memberitahu Elisa bahwa dia tidak bisa datang
memenuhi ndangan Kumayas “ ( halaman 73 – 76 )
e. Bandara di ruang tunggu pelabuhan udara. “ acara perpisahan Elisa dengan Talib
beserta keempat teman serumahnya.” ( halaman 189 )
2. Latar waktu dalam novel ini antara lain :
a. Siang hari. Acara perpisahan Elisa dengan keluarganya. ( halaman 9 – 17)
b. Sore hari. Elisa berkenalan dengan Sukoharjito. ( halaman 32 – 34 )
36
c. Waktu liburan. Elisa meminta bantuan temannya untuk mendapatkan salah satu rumah
di perumhan Rajawali kepada Kumayas. ( halaman 41 – 42 )
d. Malam hari. Elisa bertemu dengan Sukoharjito di rumah paman Lansih. (halaman 50 )
e. Cikini. Elisa, Lansih dan Sukoharjito makan sate. ( halaman 50 – 53 )
f. Malam minggu, Elisa dan Sukoharjito makan malam. ( halaman 58 – 62 )
3. Latar Sosial dalam karya sastra novel keberangkatan ini, antara lain :
a. Dikota besar Jakarta, sangat terlihat perbedaan antara orang yang berekonomi rendah
dengan orang yang serba bercukupan. Dimana masyarakat yang hidup dan tinggal di
daerah kumuh keadaannya sangat memprihatinkan, terutama masyarakat yang tinggal
di lorong – lorong perkampungan, ribuan rumah dari kayu berdesakan dan berhimpit.
Namun ditempat lain, masyarakat yang tinggal di gedung – gedung dan rumah beton
terlihat diam tanpa menghiraukan kondisi orang lain. Mereka seolah –olah menutup
mata dengan sekeliling. Mereka seolah – olah menghuni dunia yang terpisah.
(halaman 9 )
b. Ketegangan yang terjadi sesama penduduk pribumi. Antara yang jiwa nasionalismenya
tinggi dengan penduduk yng masih bersimpati dengan bangsa penjajah. ( halaman
26 )
c. Sikap nasionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh penduduk Indonesia. Dimana bangsa
pribumi tidak menyukai bangsa asing yang mencoba memonopoli bangsa Indonesia. (
halaman 27 )
d. Tradisi malam – malam perayaan, memgikuti dansa dan pesta oleh pemuda – pemuda
AURI dan GIA. ( halaman 46 ).
37
4. Analisis Gaya Bahasa pada Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
Gaya bahasa dalam suatu karya sastra adalah bagaimana cara pengarang menggunakan bahasa
dalam karangannya. Gaya bahasa disebut juga dengan istilah stilistika, atau penggunaan gaya
bahasa dalam karya sastra. Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa
sebagai media pemaparnya. Gaya bahasa dalam karya sastra memiliki kekhasan tersendiri,
karena tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual
pengarangnya. Gaya bahasa disampaikan pengarang secara artistic, apa yang disampaikan tidak
akan tersampaikan apabila ia menggunakan bahasa sebagaimana bahasa yang digunakan sehari –
hari.
Novel “ keberangkatan “ karya Nh. Dini ini memiliki gaya bahasa yang konfleksitas, yaitu
keanekaragaman gaya bahasa yang digunakan. Gaya – gaya bahasa tersebut diantaranya terdiri
dari majas personifikasi, metafora, hiperbola, ungkapan, peribahasa, istilah, kalimat retorika, dan
lain – lain. Kutipan gaya bahasa dalam novel ini diantaranya sebagai berikut :
1. Kulitnya putih kecoklatan, karena terlalu lama dimakan MatahariKahtulistiwa.
(Personofikasi ), halaman 13.
2. Tubuhnya yang mungil terselip diantara gerombolan itu, seolah – olah sebuah perahu
kecil yang terombang – ambing oleh dahsyatnya arus …. ( Metafora ), halaman 13
3. Kegagalan tubuh dan wajahnya seakan tercetak tepat untuk menjalankan kerja
jabatannya. ( Hiperbola ). Halaman 18
38
4. Tetapi ketinggian hatinya tidak dapat menerima keadaan hidup yang sederhana.
(Peribahasa). Halaman 23
5. Dia seperti batang pohon yang bagus, tapi tidak rimbun daunnya untuk dapat
dipergunakan sebagai penolak panas matahari. ( Perumpamaan) halaman 32
6. Aku telah disergap oleh mimpi setiap gadis pada tahap pencaharian tiang buat
menambatkan perahu. ( Alusio ) halaman 37
7. Haruskah kami menempelkan etiket di punggung dengan penjelasan bahwa kami bukan
lagi bangsa Belanda, melainkan orang Indonesia seperti mereka…? (kalimat retorika ),
halaman 28
8. Dengan kepanasan hati yang meluap – luap … ( Metafora ) halaman 39
9. Tindakan yang terdorong oleh kemarahan itu tidak ada gunanya, malahan menyebabkan
buah bibir yang memalukan. ( peribahasa ) halaman 39
Dalam novel ini pengarang juga menggunakan beberapa istilah, diantaranya :
a. Dag. ( bahasa Belanda ) yang berarti salam perpisahan atau ucapan untuk mengakhiri
pertemuan. Halaman 10
b.Kerecap, ( bahasa Daerah ) yang berarti berisik atau mengeluarkan bunyi saat makan.
c. Mas, yang berarti penggilan kepada pemuda Jawa.
Note :
1. Personofikasi adalah gaya bahasa yang menyatakan benda mati seperti makhluk hidup.
39
2. Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebih – lebihan.
3. Metafora adalah kiasan persamaan dengan menggantikan secara langsung sifat atau
keadaan benda yang diganti dengan penggantinya.
4. Alusio adalah pernyataan atau ucapan yang dinyatakan sebagian kerena orang telah
maklum maksudnya.
5. Retorika adalah sebuah kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena
jawaban telah tersimpul dalam pertanyaan.
5. Analisis Tema Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
Tema dalam karya sastra diartikan sebagai pokok permasalahan, masalah utama atau inti
permasalahan yang dibicarakan dalam sebuah karya sastra. Tema merupakan persoalan sentral
atau sesuatu yang hendak disampaikan pengarang dalam tulisan atau karya fiksi. Tema masih
berupa sesuatu yang masih netral, belum ada sikap atau kecendrungan untuk memihak. Untuk
menentukan tema, dapat dilihat dari masalah apa yang sering muncul dan masalah yang
menyebabkan terjadinya konflik atau pertentangan antar tokoh.
Menentukan tema terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang sering
dibicarakan dan masalah yang paling banyak memakan tempat dalam cerita. Tema biasanya
dirumuskan dengan kelompok kata ( frase ), bukan terdiri dari kalimat. Dari masalah serta
peristiwa – peristiwa yang telah di identifikasi sebelumnya, dan dilihat dari
40
masalah yang mentebabkan terjadinya konflik atau pertentangan antar tokoh, tema dalam novel “
keberangkatan “ karya Nh. Dini ini adalah PENCAHARIAN JATI DIRI . Tema ini dirumuskan
selain dilihat dari peristiwa – peristiwa yang telah di identifikasi dan masalah yang paling banyak
dibicarakan dalam cerita, juga karena hal tersebut yang mendasari memuncaknya konflik dalam
novel ini.
6. Analisis Amanat Novel Keberangkatan Karya N.H. Dini
Amanat dalam sebuah karya sastra merupakan pemecahan atau jalan keluar yang
disarankan pengarang terhadap masalah utama dalam cerita. Amanat merupakan pemecahan
masalah yang terkandung dalam tema, apabila tema telah ditentukan kita tinggal mencari jalan
keluar dari persoalan yang terkandung dalam tema tersebut.
Amanat dalam sebuah cerita biasanya bersifat tersirat, disini pembaca dituntut agar dapat
menemukan amanat apa yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dalam sebuah cerita juga
dapat berisi pesan – pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk
mempermudah kita menemukan amanat, dapat dilihat dari bagaimana hidup atau nasib tokoh
utama diakhir cerita. Apakah berakhir bahagia ( happy ending ), atau sebaliknya.
Dalam novel ini, amanat yang ingin disampaikan pengarang adalah apapun asal usul kita,
meskipun pahit dan menyedihkan kita harus tetap menerimanya. Meskipun kita memiliki ibu
yang kurang memperhatikan kita, kita juga harus menerima keadaan tersebut. Dengan berpikir
positif dan menyadari siapapun dia, bagaimanapun sifat dan
41
tabiatnya, dia tetap ibu kita yang tentunya adalah orang yang melahirkan kita. Dan kita sebagai
seorang anak tentunya tak bisa mengingkari semua itu, kita dituntut untuk selalu berbakti.
Meski ada pepatah kalau buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya, tapi tak selamanya
pepatah itu berlaku. Meskipun ibu kita memiliki sifat yang tidak baik, kita sebagai anak tidak
boleh mengikuti jejak itu. Kita harus bisa melihat mana yang positif dan mana yang negatif,
mana yang harus diikuti dan mana yang tidak pantas untuk diikuti, dan kita meskipun hanya
sebagai anak berkewajiban untuk menasehati dan memperingati bahwa hal tersebut tidak pantas
dilakukan. Kita harus mengerti bahwa orang tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu
asal – usul. Dalam menghadapi masalah kita tidak boleh cepat berputus asa, karena selalu
terdapat jalan keluar untuk menghadapi suatu masalah dan kita juga harus menyadari bahwa
akan selalu ada hikmah dari sesuatu hal, kita juga harus selalu berpikir positif.
42
BAB 1V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Novel sebagai salah satu karya sastra memang tidak memberikan rumus–rumus yang
berharga bagi para kaum intelek, namun novel lebih menyarankan atau menawarkan beberapa
nilai moral, sosial, kejiwaan atau psikologis manusia. Novel mendorong kemampuan pikiran
manusia untuk dapat merenung, bermimpi, dan membawa dirinya pada semua situasi yang
dibentuk oleh pengalaman–pengalaman imajinatif pengarang. Dengan demikian terbentuklah
sikap sensitif terhadap sisa–sisa kehidupan.
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari novel “ keberangkatan “ karya
Nh. Dini adalah :
1. alur atau plot yang ada dalam novel keberangkatan ini menunjukkan alur campuran ,
yang mana dalam satu novel terdapat alur maju dan alur mundur.
2. penokohan dalam novel ini disajikan dan ditentukan pengarang dengan cara analitik,
yaitu pengarang memperkenalkan tokoh – tokoh dalam novel ini secara langsung.
3. latar atau setting secara material banyak dilukiskan sehingga pembaca sangat mudah
untuk mengetahui dimana cerita ini berlangsung. Tempat terjadinya peristiwa yang lebih
dominant dalam novel ini adalah bandara, tempat dimana sang tokoh utama berkerja.
Secara material, pengarang juga menjelaskan tempat – tempat kejadian, sedangkan secara
sosial cerita ini menunjukkan latar yang jelas,
43
yaitu latar sosial. Jadi dengan demikian sosiologis cerita ini berlangsung di Jakarta.
4. gaya bahasa yang ditampilkan dalam novel ini cukup beragam, yang menonjol dalam hal
ini adalah gaya bahasa yang menggunakan majas personifikasi, yaitu kiasan yang
menyatakan benda mati sebagai makhluk hidup.
5. sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah pengarang sebagai
orang ke-3, dimana pengarang menempatkan dirinya diluar cerita. Dalm posisi ini
pebgarang mnyoroti semua yang dialami oleh semua tokoh dalam cerita.
6. persoalan – persoalan yang diangkat menjadi tema cerita adalah pencaharian jati diri.
Persoalan utama yang menjiwai persoalan – persoalan lainnya, masalah kehidupan para
karyawan GIA Dan AURI yang hidup modern dan bebas.
7. amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam novel ini adalah agar kita menerima
dengan lapang dada ( ikhlas ) apapun masa lalu kita, meski itu sangat pahit seklipun.
Kegagalan bukan akhir dari semuanya, tapi jadikan pelajaran agar langkah berikutnya tak
lagi salah.
B. SARAN
1. Kajian ini hanya terfokus pada novel keberangkatan saja (unsur intrinsiknya) sedangkan
untuk memetik dan menggali nilai – nilai sebuah karya sastra dapat dilakukan dengan
banyak jalan. Jadi dalam hubungan ini diharapkan pada
44
kalangan peneliti sastra agar dapat meneliti novel ini dari sisi lain, sehingga pembahasan
terhadap novel ini dapat lebih tuntas dan mendalam.
2. Disarankan kepada insan–insan sastra Indonesia untuk lebih banyak membaca karya
sastra dalam rangka memperkaya khasanah sastra Indonesia.
3. Penulis mengharapkan kepada masyarakat untuk lebih mencintai bacaan sastra, agar
dapat memetik nilai–nilai hidup dan kehidupan yang disajikan pengarang – pengarang
kita atau para tokoh sastra Indonesia.
4. Kepada pembaca agar dapat menggali nilai –nilai psikologis manusia yang terungkap
secara implisit dalam untaian peristiwa yang disajikan. Untuk memetik nilai – nilai
tersebut diperlukan kreatifitas yang tinggi dari pembaca.
5. Diharapkan kepada rekan – rekan mahasiswa lainnya untuk lebih banyak menggali dan
membaca karya – karya sastra Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang nantinya dapat dijadikan modal turun kemasyarakat dan juga sebagai
jalan untuk memperluas pandangan hidup dan cakrawala berpikir kaum intelek.
45
DAFTAR PUSTAKA
Adi. Kritik Sastra . 2010. http:/ Kritik Sastra.blogspot.com/. Diunduh pada 28 Oktober 2010 pukul 15.46).
Arifisnadi. 2009. Cinta, Kehidupan, Bahasa, Kritik Objektif Novel Supernova Karya Dewi Lestari. http:/ arifisnadiovelilflanguage.blogspot.com Diunduh pada 24 Oktober 2010 pukul 21.45 WIB).
Atmazaki. 2004. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Jakarta : Angkasa Raya
Bal, Mieke. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT. Gramedia
Dini. Nh. 1987. Keberangkatan. Jakarta : PT. Gramedia
Edy. Kritik Objektif Atas Novel Pintu Mulai Terbuka Karya Mira.W. . http:/ Edylon.wordpress.com/2010/051/23/. Diunduh pada 24 Oktober 2010 pukul 21.08).
Sunaryo, Hadi. 1990. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : PT. Intan Pariwara
46
Tabel Identifikasi Alur
Dengan Langka-Langkah
1. Mengidentifikasi Peristiwa
No Peristiwa Halaman
1
2. Mengklasifikasi peristiwa
Tabel Identifikasi Gaya Bahasa
Didalam novel keberangkatan karya N.H Dini ini pengarangnya menggunakan bahasa
Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Belanda.
a. Kata
No Bahasa Pilihan Kata / Diksi Halaman
1 Bahasa Belanda Dag: salam perpisahan atau ucapan
untuk mengakhiri pertemuan
10
2 Bahasa Jawa Mas: panggilan untuk laki-laki yang 57
lebih tua sedikit.
Kerecap: berisik atau mengeluarkan
bunyi saat makan
b. Kalimat
Didalam novel keberangkatan karya N.H Dini ini pengarangnya juga menggunakan majas,
yaitu :
1. Kulitnya putih kecoklatan, karena terlalu lama dimakan MatahariKahtulistiwa.
(Personofikasi ), halaman 13.
2. Tubuhnya yang mungil terselip diantara gerombolan itu, seolah – olah sebuah perahu kecil
yang terombang – ambing oleh dahsyatnya arus …. ( Metafora ), halaman 13
3. Kegagalan tubuh dan wajahnya seakan tercetak tepat untuk menjalankan kerja jabatannya.
( Hiperbola ). Halaman 18
4. Tetapi ketinggian hatinya tidak dapat menerima keadaan hidup yang sederhana. (Peribahasa).
Halaman 23
5. Dia seperti batang pohon yang bagus, tapi tidak rimbun daunnya untuk dapat dipergunakan
sebagai penolak panas matahari. ( Perumpamaan) halaman 32
6. Aku telah disergap oleh mimpi setiap gadis pada tahap pencaharian tiang buat menambatkan
perahu. ( Alusio ) halaman 37
7. Haruskah kami menempelkan etiket di punggung dengan penjelasan bahwa kami bukan lagi
bangsa Belanda, melainkan orang Indonesia seperti mereka…? (kalimat retorika ), halaman
28
8. Dengan kepanasan hati yang meluap – luap … ( Metafora ) halaman 39
9. Tindakan yang terdorong oleh kemarahan itu tidak ada gunanya, malahan menyebabkan buah
bibir yang memalukan. ( peribahasa ) halaman 39
Tabel Identifikasi Tema Dan Amanat
A. Tema
Dari masalah serta peristiwa-peristiwa yang telah di identifikasikan sebelumnya dan dilihat
dari terjadinya konflik atau pertentangan antar tokoh tema dalam novel Keberangkatan karya
N.H. Dini adalah “ Pencaharian Jati Diri”. Diambil tema ini dari pokok permasalahan yang
banyak dibicarakan dalam novel ini, dan dari makna yang tersirat makna yang tersirat di dalam
novel juga dapat ditarik kesimpulan bahwa temanya yaitu diatas tadi.
B. Amanat
Didalam novel keberankatan karya N.H. Dini dilihat dari tema yang diberikan dan analisis
terhadap novel serta dari makna yang tersirat amanatnya yaitu :
Apapun asal usul kita, meskipun pahit dan menyedihkan kita harus tetap menerimanya.
Meskipun kita memiliki ibu yang kurang memperhatikan kita, kita juga harus menerima keadaan
tersebut. Dengan berpikir positif dan menyadari siapapun dia, bagaimanapun sifat dan t abiatnya,
dia tetap ibu kita yang tentunya adalah orang yang melahirkan kita. Dan kita sebagai seorang
anak tentunya tak bisa mengingkari semua itu, kita dituntut untuk selalu berbakti.
Meski ada pepatah kalau buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya, tapi tak selamanya
pepatah itu berlaku. Meskipun ibu kita memiliki sifat yang tidak baik, kita sebagai anak tidak
boleh mengikuti jejak itu. Kita harus bisa melihat mana yang positif dan mana yang negatif,
mana yang harus diikuti dan mana yang tidak pantas untuk diikuti, dan kita meskipun hanya
sebagai anak berkewajiban untuk menasehati dan memperingati bahwa hal tersebut tidak pantas
dilakukan. Kita harus mengerti bahwa orang tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu
asal – usul. Dalam menghadapi masalah kita tidak boleh cepat berputus asa, karena selalu
terdapat jalan keluar untuk menghadapi suatu masalah dan kita juga harus menyadari bahwa
akan selalu ada hikmah dari sesuatu hal, kita juga harus selalu berpikir positif.
top related