kajian ekonomi dan keuangan regional · pdf filedaerah adalah melakukan berbagai kajian dan...
Post on 25-Feb-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Tim Asesmen dan Advisory
Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
Jl. Letda Tantular No. 4
Denpasar – Bali, 80234
Tel. (0361) 248982
Fax. (0361) 222988
Email :
t_setiadi@bi.go.id
christina_i@bi.go.id
putriana_n@bi.go.id
nm_wiwieks@bi.go.id
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN
REGIONAL PROVINSI BALI
TRIWULAN III 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 20152
3Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan III 2015. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali.
Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian
Denpasar, 18 November 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI BALI
Dewi SetyowatiKepala Perwakilan
daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian – kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
TTD
KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 20154
Kata Pengantar 2
Infografis 12
Ringkasan Umum 14
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali 17
Bab I Ekonomi Makro Regional 21
1.1. KONDISI UMUM 23
1.2. SISI PENAWARAN 23
1.2.1. Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 25
1.2.2. Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 26
1.2.3. Kategori Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate 27
1.2.4. Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 28
1.2.5. Kategori Transportasi dan Pergudangan 29
1.2.6. Kategori Industri Pengolahan 30
1.2.7. Kategori Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya 31
1.2.8. Kategori lainnya 31
1.3. SISI PERMINTAAN 32
1.3.1. Konsumsi 32
1.3.2. Investasi 33
1.3.3. Neraca Perdagangan 34
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI 36
BabIIPerkembanganInflasi 47
2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI 49
2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI 49
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa 49
2.2.2. Inflasi Menurut Kota 54
2.3. DISAGREGASI INFLASI 56
a) Volatile Food 57
b) Administered Prices 57
c) Core Inflation 58
2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI 59
2.5. INFLASI PEDESAAN 60
Daftar Isi
5Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Bab III Perbankan dan Sistem Pembayaran 67
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 71
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 71
3.1.2. Non Performing Loan (NPL) 74
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 74
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA 75
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 77
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 77
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai 78
Bab IV Keuangan Pemerintah 85
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI 87
4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI 87
4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI 88
4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI 90
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 93
5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 95
5.2 KONDISI KESEJAHTERAAN PROVINSI BALI 96
Bab VI Prospek Perekonomian 101
6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 103
6.2. INFLASI BALI TRIWULAN II 2015 105
6.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI 107
Daftar Singkatan 111
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 20156
Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali 23
Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan I 2015 24
Grafik 1. 3 Andil Kategori terhadap Perekonomian Provinsi Bali Triwulan I 2015 24
Grafik 1. 4 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan 25
Grafik 1. 5 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara 25
Grafik 1. 6 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 25
Grafik 1. 7 Perkembangan Visa on Arrival 25
Grafik 1. 8 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 26
Grafik 1. 9 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel 26
Grafik 1. 10 Perkembangan Produksi Padi di Bali 26
Grafik 1. 11 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan 27
Grafik 1. 12 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian 27
Grafik 1. 13 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali 27
Grafik 1. 14 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) 28
Grafik 1. 15 Kredit Kategori Konstruksi 28
Grafik 1. 16 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan 28
Grafik 1. 17 Perkembangan Total Penjualan 28
Grafik 1. 18 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran 29
Grafik 1. 19 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa 29
Grafik 1. 20 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai 29
Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan 30
Grafik 1. 22 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali 30
Grafik 1. 23 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali 30
Grafik 1. 24 Kredit Kategori Industri 30
Grafik 1. 25 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Keuangan 31
Grafik 1. 26 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Perusahaan 31
Grafik 1. 27 Penyaluran Kredit di Adm. Pemerintah 31
Grafik 1. 28 Konsumsi Listrik di Bali 31
Grafik 1. 29 Jumlah Pelanggan Listrik 32
Grafik 1. 30 Indeks Keyakinan Konsumen 33
Grafik 1. 31 Kredit Konsumsi 33
Daftar Grafik
7Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 1. 32 Perkembangan Giro Pemerintah 33
Grafik 1. 33 Kredit Investasi 33
Grafik 1. 34 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali 34
Grafik 1. 35 Volume Ekspor Luar Negeri Bali 34
Grafik 1. 36 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama 34
Grafik 1. 37 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama 35
Grafik 1. 38 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 35
Grafik 1. 39 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 35
Grafik 1. 40 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali 35
Grafik 1. 41 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali 35
Grafik 1. 42 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 36
Grafik 1. 43 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 36
Grafik 1. 44 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 36
Grafik A. 1 Pekerjaan Utama Wisman (Mei 2015) 38
Grafik A. 2 Pekerjaan Utama Wisman (Mei 2014) 38
Grafik A. 3 Rata-rata Pengeluaran per hari 40
Grafik B. 1 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial 42
Grafik B. 2 Pertumbuhan Klasifikasi IHPR (qtq) 43
Grafik B. 3 Pertumbuhan IHPR (yoy) 43
Grafik B. 4 Sumber Pembiayaan Responden 44
Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) 49
Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) 49
Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali 50
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali 50
Grafik 2. 5 Perkembangan Sumbangan Inflasi Beras (%mtm) 50
Grafik 2. 6 Kondisi Produksi dan Surplus Defisit Komoditas Bawang Merah di Bali & Nusa Tenggara 50
Grafik 2. 7 Perkembangan Sumbangan Inflasi Bawang Merah (%mtm) 51
Grafik 2. 8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 51
Grafik 2. 9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 51
Grafik 2. 10 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 52
Grafik 2. 11 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 52
Grafik 2. 12 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali 52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 20158
Grafik 2. 13 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali 52
Grafik 2. 14 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali 53
Grafik 2. 15 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali 53
Grafik 2. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali 53
Grafik 2. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali 53
Grafik 2. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali 54
Grafik 2. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali 54
Grafik 2. 20 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 54
Grafik 2. 21 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 54
Grafik 2. 22 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% yoy) 57
Grafik 2. 23 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 58
Grafik 2. 24 Perkembangan Indeks Harga Ekspor Non Migas 58
Grafik 2. 25 Nilai Penjualan Eceran 59
Grafik 2. 26 Ekspektasi Konsumen 59
Grafik 2. 27 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Karangasem 59
Grafik 2. 28 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Karangasem 59
Grafik 2. 29 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar 60
Grafik 2. 30 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Gianyar 60
Grafik 2. 31 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) 60
Grafik 2. 32 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) 60
Grafik 2. 33 Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali 61
Grafik C. 1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 62
Grafik C. 2 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 62
Grafik C. 3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 63
Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit 71
Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank 71
Grafik 3. 3 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank 72
Grafik 3. 4 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank 72
Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK 72
Grafik 3. 6 Pertumbuhan Kredit Perbankan 67
Grafik 3. 7 Komposisi Kredit 73
Grafik 3. 8 Perkembangan NPL Kredit 74
Grafik 3. 9 NPL Berdasarkan Kelompok Bank 74
9Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 3. 10 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK 74
Grafik 3. 11 Perkembangan LDR 75
Grafik 3. 12 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa 75
Grafik 3. 13 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali 76
Grafik 3. 14 Jumlah ATM per 10.000 Penduduk Dewasa 76
Grafik 3. 15 Penyebaran ATM di Provinsi Bali 76
Grafik 3. 16 Penyebaran DPK dan Kredit (Lokasi Proyek Kabupaten/Kota Prov. Bali Juni 2015) 76
Grafik 3. 17 Perkembangan Uang Kartal di Bali 77
Grafik 3. 18 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 77
Grafik 3. 19 Perkembangan Kliring 78
Grafik 3. 20 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 78
Grafik 3. 21 Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali 79
Grafik 3. 22 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali 79
Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) 88
Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali 89
Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali 89
Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 89
Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD di Seluruh Kabupaten/Kota Prov. Bali 89
Grafik 4. 6 Peranan APBD Provinsi Bali Terhadap Perekonomian Bali 90
Grafik 4. 7 Kontribusi APBD terhadap Perekonomian Kabupaten/Kota di Bali 90
Grafik 5. 1 Perkembangan Jumlah Pengangguran di Prov. Bali 96
Grafik 5. 2 Jumlah Tenaker Berdasarkan Lapangan Kerja Utama 96
Grafik 5. 3 Perkembangan Tenaga Kerja 2007-2015 96
Grafik 5. 4 NTP Prov. Bali 97
Grafik E. 1 Pendapatan Per Kapita di Prov. Bali 98
Grafik E. 2 Pendapatan Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Pendapatan 99
Grafik E. 3 Tipologi Klassen Provinsi Bali 2015 100
Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 103
Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha 104
Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali 106
Grafik 6. 4 Volatilitas Nilai Tukar Negara Peers 107
Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa 107
Grafik 6. 6 Perkiraan Curah Hujan Agustus 2015 107
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201510
Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) 24
Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) 32
Tabel A. 1 Rata-rata Komposisi Pengeluaran Wisman 39
Tabel A. 2 Rata-rata Lama Tinggal dan Pengeluaran Wisman 40
Tabel B. 1 Pertumbuhan IHPR (qtq) 42
Tabel B. 2 Pertumbuhan IHPR (yoy) 44
Tabel 2. 1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran 55
Tabel 2. 2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar 55
Tabel 2. 3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 56
Tabel 2. 4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan I 2015 56
Tabel 3. 1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali 71
Tabel 3. 2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori 73
Tabel 3. 3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 75
Tabel 3. 4 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 77
Tabel 3. 5 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 78
Tabel 3. 6 Perkembangan Transaksi RTGS 79
Tabel 4. 1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015 88
Tabel 4. 2 APBD Provinsi Bali 91
Tabel 5. 1 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja 96
Tabel 5. 2 Gini Ratio Kabupaten / Kota di Provinsi Bali 97
Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 103
Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 104
Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali 105
BOKS A PEMETAAN KENDALA UTAMA PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BALI (MOST BINDING CONSTRAINT) MELALUI GROWTH DIAGNOSTIC 38
BOKS B ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI 42
BOKS C KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NKRI 62
Daftar Boks
Daftar Tabel
11Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Seri Mengenal Bank Indonesia
SERI MENGENAL BANK INDONESIA DAN EKONOMI “Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan” 65
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201512
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali triwu-lan III mengalami peningkatan hingga tercatat sebesar 6,29% yoy.
Dari sisi penawaran peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III 2015 bersumber dari peningkatan kinerja sebagian besar kategori lapangan usaha, terutama perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan.
Perkembangan harga menunjukkan penurunan dengan tingkat inflasi sebe-sar 6,56% yoy.
Dari sisi permintaan peningkatan pertumbuhan bersumber dari peningkatan kinerja konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT.
6.29%
perkembangan inflasi
PROYEKSI PEREKONOMIANKEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
perkembangan PERBANKAN
perkembangan SISTEM PEMBAYARAN
7,92%yoy
SINGARAJA
6,27%yoy
DENPASAR
6,56% yoy
52,9%
10,09% yoy10,68% yoy
79,66
8,52% yoy
perkembangan perekonomianProvinsi Bali Triwulan III 2015
LDR1,89
104,46
6,57% 0.5 YOY
6,28% 0.5 YOY
1,99%
NPL
PERTUMBUHAN EKONOMI
TRIWULAN IV 2015
2015
2,98% 1 YOY
INFLASI
PENDAPATAN BELANJA
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
KREDIT
NILAI TUKAR PETANI
ASET DPK
562 LembarRp14T
KLIRINGKe Bali
Rp15,7T
RTGSDari BaliRp25,72T
Rpuangelektronik
NON TUNAI
Rp3,6T Rp1,23T Rp4,8T
Rp
TUNAI
NET OUTFLOWINFLOW OUTFLOW
77,44% +-
2,98% 1 YOY+- +-
+-
6.29%perkembangan perekonomianProvinsi Bali Triwulan III 2015
13Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali triwu-lan III mengalami peningkatan hingga tercatat sebesar 6,29% yoy.
Dari sisi penawaran peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III 2015 bersumber dari peningkatan kinerja sebagian besar kategori lapangan usaha, terutama perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan.
Perkembangan harga menunjukkan penurunan dengan tingkat inflasi sebe-sar 6,56% yoy.
Dari sisi permintaan peningkatan pertumbuhan bersumber dari peningkatan kinerja konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT.
6.29%
perkembangan inflasi
PROYEKSI PEREKONOMIANKEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
perkembangan PERBANKAN
perkembangan SISTEM PEMBAYARAN
7,92%yoy
SINGARAJA
6,27%yoy
DENPASAR
6,56% yoy
52,9%
10,09% yoy10,68% yoy
79,66
8,52% yoy
perkembangan perekonomianProvinsi Bali Triwulan III 2015
LDR1,89
104,46
6,57% 0.5 YOY
6,28% 0.5 YOY
1,99%
NPL
PERTUMBUHAN EKONOMI
TRIWULAN IV 2015
2015
2,98% 1 YOY
INFLASI
PENDAPATAN BELANJA
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
KREDIT
NILAI TUKAR PETANI
ASET DPK
562 LembarRp14T
KLIRINGKe Bali
Rp15,7T
RTGSDari BaliRp25,72T
Rpuangelektronik
NON TUNAI
Rp3,6T Rp1,23T Rp4,8T
Rp
TUNAI
NET OUTFLOWINFLOW OUTFLOW
77,44% +-
2,98% 1 YOY+- +-
+-
6.29%perkembangan perekonomianProvinsi Bali Triwulan III 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201514
Ringkasan UmumSejalan dengan kondisi nasional, kinerja perekonomian Bali pada triwulan III 2015 juga
menunjukkan kinerja yang membaik. Perekonomian Bali pada triwulan III 2015 tumbuh
sebesar 6,29% (yoy), meningkat dari triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 6,03% (yoy).
Sejalan dengan perkembangan tersebut pertumbuhan ekonomi Bali triwulan laporan
masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,73%
(yoy). Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari
peningkatan kinerja pada sebagian besar kategori lapangan usaha. Beberapa diantaranya
adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan,
peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi
yang terutama didorong oleh konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan realisasi
belanja pemerintah.
Secara spasial, kesenjangan antar kabupaten/kota di Provinsi Bali masih terjadi,
khususnya antara wilayah Bali Selatan dan Bali non-Selatan. Wilayah Bali Selatan yang
mendominasi aktivitas perekonomian dan pusat pertumbuhan industri pariwisata yang
menjadi tonggak perekonomian Bali seperti Badung dan Denpasar mampu tumbuh tinggi
mencapai 6,75%(yoy) dan 6,77%(yoy) pada tahun 2014. Sementara itu, Kabupaten
Bangli yang berada di wilayah Bali non-Selatan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar
5,67%(yoy) pada tahun 2014.
Tren penurunan inflasi di Bali terus berlanjut. Inflasi Bali mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, hingga berada pada batas bawah proyeksi Bank
Indonesia. Pada triwulan III 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 6,56% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 6,83% (yoy).
Secara spasial, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 7,92%
(yoy) pada September 2015. Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi
Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,27% (yoy). Meskipun demikian disparitas
inflasi antara Denpasar dan Singaraja semakin menyempit, yang tidak lepas dari
semakin solidnya upaya pengendalian inflasi oleh TPID Kota Singaraja.Berdasarkan
penyebabnya, penurunan tekanan inflasi pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh
semua kelompok baik volatile food, core inflation maupun administered prices.
Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh
Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas
Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Hasil pemantauan harga terhadap 7
komoditas (penyumbang utama inflasi Bali) di Kabupaten Karangasem menunjukkan
bahwa sepanjang triwulan III 2015 harga-harga cenderung stabil dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, dengan penurunan harga cukup tinggi pada komoditas
bawang merah.
Disisi lain tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan menggunakan Indeks
Perekonomian Bali
triwulan III 2015
mengalami peningkatan
menjadi sebesar 6,29%
(yoy)
Tekanan inflasi Provinsi
Bali pada triwulan III 2015
melandai
15Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di sepanjang triwulan III 2015 masih menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pedesaan pada
September 2015 tercatat sebesar 0,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
nasional yang tercatat sebesar -0,02% (yoy). Hal ini mendorong TPID untuk terus
mengintensifkan pengendalian inflasi, tidak hanya di daerah perkotaan, namun juga
di perdesaan.
Pada triwulan III 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga, seiring
dengan indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang masih terjaga. Bank
umum menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan asset yang masih mengalami
pertumbuhan, seiring dengan NPL yang membaik dan LDR yang terjaga, meskipun
trend perlambatan penyaluran kredit masih berlanjut. Sejalan dengan perkembangan
bank umum, BPR mencatat kinerja yang terjaga seiring dengan perbaikan NPL dan
terjaganya LDR. Sementara itu, secara spasial penyaluran kredit perkabupaten/ kota di
Provinsi Bali berdasarkan lokasi proyek serta perkembangan layanan perbankan masih
menunjukkan konsentrasi di daerah Bali Selatan.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, sistem pembayaran tunai maupun
nontunai mengalami peningkatan pada triwulan III 2015. Posisi sistem pembayaran
tunai pada triwulan III 2015 berada pada posisi net outflow seiring dengan peningkatan
kebutuhan seiring perayaan hari raya keagamaan dan musim liburan. Sejalan dengan
itu jumlah transaksi kliring di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan. Namun
demikian perkembangan RTGS menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
Dukungan fiskal terhadap perekonomian Bali semakin membaik, sebagaimana
tergambar pada realisasi belanja modal yang berada di atas rata-ratanya selama 5
tahun terakhir. Membaiknya realisasi belanja juga didukung oleh masih tingginya rasio
kemandirian fiskal Provinsi Bali.
Namun demikian, realisasi anggaran pendapatan dan belanja Provinsi Bali pada
triwulan III 2015 masih tercatat 77,44%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
yang mencapai 83,9%. Demikian juga untuk realisasi anggaran belanja yang sebesar
52,90%, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi belanja triwulan III 2014 yang
sebesar 55,94%.
Secara spasial, sampai dengan triwulan III 2015, seluruh Kabupaten/Kota di Bali telah
merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan mencapai
72,51% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 55,81%. Pemerintah Kabupaten
Tabanan tercatat memiliki realisasi pendapatan tertinggi, yakni sebesar 80,22%.
Sementara realisasi belanja tertinggi tercatat di Kabupaten Jembrana, yaitu sebesar
63,62%.
Perekonomian masih
didukung oleh kinerja
perbankan yang terjaga.
Sistem pembayaran tunai
maupun nontunai
mengalami peningkatan
pada triwulan III 2015
Realisasi pendapatan dan
belanja triwulan III 2015
lebih rendah
dibandingkan dengan
tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201516
Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin pada
angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pada Agustus 2015 yang tercatat
sebesar 1,99%, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan TPT Nasional yang
tercatat sebesar 6,16% pada periode yang sama.
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa
tahun terakhir terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini
sebagaimana tergambar pada tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti tingkat
kemiskinan dan Nilai Tukar Petani. Selanjutnya, distribusi kesejahteraan antar penduduk
juga mengalami perbaikan sebagaimana tercermin pada menurunnya angka gini ratio.
Hasil tracking Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada triwulan III 2015
terhadap beberapa indikator perekonomian juga menunjukkan optimisme terhadap
kondisi kesejahteraan masyarakat Bali . Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir mayoritas Kabupaten/Kota di Bali telah memiliki kualitas hidup yang memadai.
Dengan perkembangan terakhir, perkiraan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali
mengalami perbaikan. Perekonomian Bali pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan
mengalami peningkatan pada kisaran 6,57% ± 1% (yoy) sehingga secara keseluruhan
tahun 2015 perekonomian Bali akan tumbuh pada kisaran 6,28% ± 1% (yoy).
Perlambatan perekonomian Bali di tahun 2015 terutama disebabkan oleh tertahannya
kinerja ekspor seiring dengan perlambatan perekonomian global serta kinerja
konsumsi pemerintah yang sempat tertahan sampai dengan pertengahan tahun 2015.
Dari sisi produksi, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari perlambatan
kinerja beberapa kategori lapangan usaha, antara lain kategori lapangan pertanian,
kehutanan, dan perikanan, kategori industri pengolahan, serta kategori lapangan
usaha real estate.
Dari sisi perkembangan harga, berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan
IV 2015 inflasi Bali diperkirakan akan sebesar 2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015
sehingga diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang
sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, melandainya inflasi pada triwulan IV
2015 terutama bersumber dari administered prices dan volatile foods. Sementara itu
tekanan kelompok core inflation relatif stabil.
Perkembangan tenaga
kerja dan kesejahteraan
Provinsi Bali pada triwulan
III 2015 menunjukan
perkembangan yang
cukup baik
Perekonomian Bali
triwulan IV 2015
diperkirakan tumbuh
pada kisaran 6,57% ±
1% (yoy), dan pada tahun
2015 di kisaran 6,28% ±
1% (yoy)
Inflasi Bali pada triwulan
IV 2015 diperkirakan
pada kisaran 2,98%±1%
(yoy)
17Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
PDRB DAN INFLASI
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali
Indikator 2014 2014 2015 I II III IV I II III
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Produk Domestik Regional Bruto (%) 6.55 6.21 6.21 7.88 6.72 6.20 6.03 6.29
Berdasarkan Kategori :
- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.81 2.93 2.66 8.63 4.73 3.0 5.01 2.3
- Pertambangan dan Penggalian -5.16 -2.79 1.89 3.67 -0.60 -5.07 -6.11 -9.4
- Industri Pengolahan 9.73 9.35 9.05 7.50 8.88 6.73 8.57 6.9
- Pengadaan Listrik, Gas -2.47 5.01 3.35 4.64 2.64 1.97 -6.5 -1.3
- Pengadaan Air 5.49 7.75 9.19 7.15 7.40 0.93 1.1 0.8
- Konstruksi -1.04 1.46 2.21 4.60 1.80 2.67 3.61 6.1
- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8.87 5.89 6.34 8.07 7.27 7.66 6.87 8.9
- Transportasi dan Pergudangan 7.04 6.22 5.70 4.04 5.71 4.48 4.73 5.8
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7.63 5.56 5.53 7.46 6.53 7.53 5.61 5.35
- Informasi dan Komunikasi 6.32 7.04 7.06 8.40 7.21 9.79 9.05 10.8
- Jasa Keuangan 10.26 10.87 5.97 10.93 9.49 10.93 6.92 10.7
- Real Estate 8.74 8.66 9.56 8.60 8.89 5.86 4.95 4.9
- Jasa Perusahaan 6.13 7.52 7.82 8.41 7.49 5.23 6.91 7.2
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3.64 8.52 13.56 16.51 10.75 7.28 7.92 9.4
- Jasa Pendidikan 14.11 14.66 8.55 6.08 10.58 8.75 8.85 8.2
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13.96 12.40 14.60 9.07 12.43 8.06 7.9 9.8
- Jasa lainnya 6.50 7.67 8.19 8.13 7.63 8.96 7.41 7.6
Berdasarkan Pengeluaran :
- 1. Pengeluaran Konsumsi 2.39 3.94 5.10 (0.48) 2.66 7.81 6.44 6.69
- 1a. Konsumsi Rumah Tangga 1.71 4.26 6.43 8.17 5.16 8.42 7.33 7.29
- 1b. Konsumsi LNPRT 11.13 7.29 (3.86) (7.26) 1.24 -1.9 -1.31 1.30
- 1c. Konsumsi Pemerintah 6.99 1.98 0.15 (25.07) (8.63) 4.43 2.86 4.42
- 2. Investasi (7.48) (3.21) 6.69 11.17 1.47 5.32 4.91 4.17
- 2a. PMTB (6.47) (2.65) 6.07 11.13 1.81 7.43 7.61 6.09
- 2b. Perubahan Inventori (36.19) (18.77) 44.05 18.45 (12.52) -83.08 -85.16 -80.77
- 3. Neraca Perdagangan Bersih 1,022.2 (522.36) 31.77 (131.35) (1,175.52) 18.55 25.41 -0.45
- 3a. Ekspor Luar Negeri 14.49 21.74 19.33 19.96 18.93 -31.84 25.14 9.03
- 3b. Impor Luar Negeri 38.81 7.75 5.10 12.48 17.14 68.54 28.04 -4.68
- 3c. Net Ekspor Antardaerah (30.27) 4.58 22.01 4.28 1.87 7.81 6.44 6.69 Ekspor
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 132.19 131.09 131.68 136.11 531.07 137.56 122.35 107.74
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 27.57 31.1 30.86 32.84 122.37 27.80 29.05 25.81
Impor
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 126.12 44.58 91.99 100.75 363.43 32.1 30.7 21.2
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 11.71 11.69 28.67 29.15 81.22 30.87 2.00 1.80
Laju Inflasi Provinsi Bali (% yoy) 6.09 6.41 4.59 8.43 8.43 6.42 6.97 6.56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201518
PERBANKAN
INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA
Indikator 2013 2014 2015
I II III IV I II III IV I II III
PERBANKAN
Total Asset (Rp Triliun) 64.85 68.04 73.19 75.55 75.05 79.50 83.83 85.78 85.39 88.52 92.28
DPK (Rp Triliun) 55.98 57.84 62.26 64.23 63.90 66.50 70.54 70.51 72.01 73.58 76.54
- Giro (Rp Triliun) 11.90 12.05 13.38 11.71 12.23 13.83 14.11 11.96 12.86 13.70 15.00
- Tabungan (Rp Triliun) 27.54 28.82 30.84 32.75 31.17 30.96 32.90 33.90 32.46 32.35 34.09
- Deposito (Rp Triliun) 16.54 16.97 18.04 19.77 20.49 21.71 23.53 24.72 26.69 27.51 27.44
Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank 41.42 44.77 47.16 49.25 50.33 52.83 55.09 57.20 57.96 59.77 60.97
- Modal Kerja 16.67 17.37 18.32 19.71 19.99 21.29 22.26 22.75 22.94 23.76 24.01
- Investasi 8.65 10.27 10.66 11.08 11.35 11.90 12.55 13.40 13.62 13.87 14.14
- Konsumsi 16.10 17.13 18.19 18.46 18.99 19.64 20.28 21.05 21.40 22.13 22.81
Kredit UMKM (Rp Triliun) 16.12 17.78 18.68 19.74 20.21 21.61 22.22 22.95 23.87 24.82 25.30
Loan to Deposit Ratio (%) 73.99 77.40 75.75 76.67 78.77 79.44 78.10 81.14 80.49 81.24 79.66
NPL gross (%) 0.61 0.54 0.51 0.49 0.70 1.66 0.95 0.91 1.34 1.91 1.89
Kabupaten/Kota
Indikator 2013 2014 2015
I II III IV I II III IV I II III
Jembrana Kredit
1,504
1,578
1,652
1,718
1,776
1,863
1,955
2,058 2,118 2,248 2,260
DPK 775 791 846 877 882 967 1,045 1,043 1,072 1,058 1,118
Tabanan Kredit
3,695 3,881
3,943
4,204
4,306
4,569
4,793
4,975 5,215 5,466
5,548
DPK 1,608
1,704
1,725
1,775
1,801
1,870
1,906
1,869 1,992 2,008
2,146
Badung Kredit 12,565 14,084 15,537 16,176 16,501 17,622 18,742 20,555 21,125 21,584 21,993
DPK 6,731
7,488
7,652
8,020
7,826
8,286
8,509
11,307 11,724 11,831
12,610
Gianyar Kredit
3,682
3,883
4,103
4,354
4,474
4,761
4,991
5,316 5,418 5,589
5,668
DPK 1,969
2,072
2,245
2,211
2,217
2,225
2,391
2,336 2,402 2,487 2,723
Klungkung Kredit
1,133
1,185
1,228
1,261
1,282
1,330
1,376
1,411 1,451 1,520
1,536
DPK 704
742
777
807
843
935
975
959 1,037 1,098 1,159
Bangli Kredit
1,115 1,161
1,216
1,262
1,297
1,373
1,435
1,479 1,530 1,599
1,639
DPK 557
603
711
724
699
742
837
829 826 853
915
Karangasem Kredit
1,634 1,746
1,818
1,877
1,958
2,092
2,209
2,282 2,378 2,506
2,555
DPK 1,058
1,086
1,171
1,223
1,208
1,303
1,458
1,467 1,497 1,486
1,569
Buleleng Kredit
3,718
4,183
4,309
4,449
4,770
5,269
5,309
5,547 5,595 5,914 6,058
DPK 2,321
2,441
2,737
2,756
2,824
2,908
3,098
3,036 3,036 3,039
3,266
Denpasar Kredit
21,796
23,004
24,367
25,517
26,186
27,085
28,334
29,399 29,395 30,140 30,822
DPK 40,258
40,913
44,393
45,843
45,596
47,263
50,318
47,664 48,425 49,721
51,039
Miliar Rp
19Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
SISTEM PEMBAYARAN
Indikator 2013 2014 2015
I II III IV I II III IV I II III
SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi Tunai
Inflow (Rp Triliun)
2,906 2,503 2,797 2.194 3.331 2.607 3.269 2.392 4,086 2,810 3,669
Outflow (Rp Triliun)
2,280 2,468 4,154 3.494 2.382 2.669 4.422 3.630 2,089 3,464 4,899
RTGS :
RTGS From :
Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp)
29,941 33,865 34,940 27.875 42.024 31.878 29.728 35.585 35,192 34,327 25,721
Vol.Transaksi RTGS From (Lembar)
21,235 24,172 34,726 23,638 20.507 20.973 19.634 23.192 12,945 13,254 12,100
RTGS To :
Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp)
21,187 23,450 45,831 21,702 19.201 17.724 15.355 18.166 15,608 17,304 15,727
Vol. Transaksi RTGS To (Lembar)
20,623 22,580 42,415 21,221 19.855 20.268 18642 21.460 14,002 14,337 12,775
RTGS From-To :
Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp)
3,990 4,144 9,280 4,038 3.866 4.281 4.840 6.219 4,076 5,226 4,713
Vol. Transaksi RTGS To (Lembar)
5,107 5,630 9,692 5,029 4.631 4.677 4.260 5.197 3,468 3,618 3,192
Kliring :
Nom. Kliring (Juta Rp)
11,782 12,467 13,009 13,616 12.853 12.833 13.753 14.507 13,548 10,096 14,002
Vol. Kliring (Rb Lbr)
529 541 525 553 543 540 553 574 551 408 562
Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp)
323 344 326 410 321 314 522 640 356 354 343
Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr)
8.17 8.42 7.75 8.39 8.06 9.09 8.56 7.60 8.05 7.95 8.4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201520
Halaman ini sengaja dikosongkan
21KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
kajian ekonomi dan keuangan regional
ekonomi makroregional
BAB I
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional22
23KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
1.1. Kondisi Umum
Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional
yang mengalami peningkatan dari sebesar 4,67% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 4,73% (yoy)
pada triwulan III 2015, perekonomian Provinsi Bali
turut menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan
III 2015. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada
triwulan III 2015 mengalami peningkatan dari 6,03%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 6,29%
(yoy). Secara agregat, output riil pada periode laporan
tercatat mencapai Rp 32,8 triliun. Dari sisi penawaran,
peningkatan pertumbuhan tersebut terutama
bersumber dari peningkatan kinerja pada sebagian
besar kategori lapangan usaha. Beberapa diantaranya
adalah lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi,
administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Dari
sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi
Bali terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi yang
terutama didorong oleh konsumsi pemerintah seiring
dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah.
1.2. Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III 2015 bersumber
dari peningkatan kinerja sebagian besar kategori
lapangan usaha, terutama kategori perdagangan
besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda
motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Tahun dasar 2010
6.03
6.29
0123456789
24,00025,00026,00027,00028,00029,00030,00031,00032,00033,00034,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp
Mili
ar
PDRB g PDRB (skala kanan)
keuangan. Secara umum peningkatan terjadi seiring
dengan realisasi proyek pemerintah dan peak season
industri pariwisata dan berlangsungnya hari raya
keagamaan.
Perekonomian Provinsi Bali masih didominasi oleh
industri pariwisata sebagaimana terlihat dari lapangan
usaha penyediaan akomodasi makan dan minum serta
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran yang
memiliki pangsa masing-masing sebesar 23% dan
8%. Sementara itu, meskipun cenderung mengalami
perlambatan kinerja, lapangan usaha pertanian masih
menjadi lapangan usaha utama dengan pangsa
mencapai 15% terhadap total perekonomian provinsi Bali
(Grafik 1.2). Sementara dari sumbangan pertumbuhan
ekonominya, lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran dan konstruksi yang mengalami peningkatan
pertumbuhan pada triwulan III 2015, memberikan
sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi Bali masing-
masing sebesar 0,77% dan 0,56% (Grafik 1.3). Di sisi
lain, meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan,
lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
minum masih memberikan sumbangan terbesar
kepada perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III
2015 mencapai 1,05%. Selain itu, seiring dengan
perlambatan lapangan usaha pertanian sumbangan
lapangan usaha tersebut terhadap perekonomian
Provinsi Bali pada triwulan III 2015 turut mengalami
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional24
Komponen 2014
2014 2015
I II III IV I II III
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.81 2.93 2.66 8.63 4.73 3.0 5.01 2.3
Pertambangan dan Penggalian -5.16 -2.79 1.89 3.67 -0.6 -5.07 -6.11 -9.4
Industri Pengolahan 9.73 9.35 9.05 7.5 8.88 6.73 8.57 6.9 Pengadaan Listrik, Gas -2.47 5.01 3.35 4.64 2.64 1.97 -6.5 -1.3 Pengadaan Air 5.49 7.75 9.19 7.15 7.4 0.93 1.1 0.8 Konstruksi -1.04 1.46 2.21 4.6 1.8 2.67 3.61 6.1
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8.87 5.89 6.34 8.07 7.27 7.66 6.87 8.9
Transportasi dan Pergudangan 7.04 6.22 5.7 4.04 5.71 4.48 4.73 5.8
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.63 5.56 5.53 7.46 6.53 7.53 5.61 5.35
Informasi dan Komunikasi 6.32 7.04 7.06 8.4 7.21 9.79 9.05 10.8 Jasa Keuangan 10.26 10.87 5.97 10.93 9.49 10.93 6.92 10.7 Real Estate 8.74 8.66 9.56 8.6 8.89 5.86 4.95 4.9 Jasa Perusahaan 6.13 7.52 7.82 8.41 7.49 5.23 6.91 7.2
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3.64 8.52 13.56 16.51 10.75 7.28 7.92 9.4
Jasa Pendidikan 14.11 14.66 8.55 6.08 10.58 8.75 8.85 8.2 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13.96 12.4 14.6 9.07 12.43 8.06 7.9 9.8
Jasa lainnya 6.5 7.67 8.19 8.13 7.63 8.96 7.41 7.6
PDRB 6.55 6.21 6.21 7.88 6.72 6.2 6.03 6.29
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)*
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
* Tahun Dasar 2010
Grafik 1.2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan III 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan15%
Pertambangan dan Penggalian
1%Industri
Pengolahan6%
Pengadaan Listrik dan Gas
0%
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0%
Konstruksi9%
Perdagangan Besar dan
Eceran, dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor8%
Transportasi dan
Pergudangan 9%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
23%
Informasi dan Komunikasi
5%
Jasa Keuangan dan Asuransi
4%
Real Estate4%
Jasa Perusahaan
1%
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib5%
Jasa Pendidikan
5%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial2%
Jasa lainnya
1%
Grafik 1.3 Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan III 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
0.33
-0.12
0.46
0.00
0.00
0.56
0.77
0.43
1.05
0.69
0.45
0.24
0.08
0.59
0.43
0.21
0.12
-0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
penurunan mencapai 0,33% dari sebelumnya yang sebesar 0,75%.
25KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
Grafik 1.4 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
969
1,077
8.13
2.37
(5)
0
5
10
15
20
25
0
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014 2015
% y
oy
Rib
u o
ran
g
Jml Wisman g Wisman (skala kanan)
Grafik 1.5 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
-20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Australia PRC UK Japan France
Grafik 1.6 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
Australia22%
PRC19%
Japan6%
UK5%
France4%
Germany4%
Malaysia4%
Taiwan3%
USA3%South of
Korea3%
Singapore3%
Netherland3%
New Zealand
2%
India2%
Rusia1%
Other Nationality
16%
yang cukup kompetitif turut berkontribusi dalam
menahan laju pertumbuhan kunjungan wisman.
Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
minum mengalami sedikit perlambatan dari sebesar
5,61% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar
5,35% (yoy) pada triwulan III 2015. Berlangsungnya
peak season pariwisata seiring dengan liburan sekolah
dan hari raya keagamaan belum mampu mendorong
kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan
dan minum pada periode laporan. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh erupsi gunung raung yang
mengakibatkan penutupan Bandara Internasional
Ngurah Rai selama beberapa hari di pertengahan Juli
2015 sehingga berdampak pada penurunan kunjungan
wisatawan. Selain itu, berdasarkan hasil survei dan
liaison, membaiknya kondisi destinasi tropis di Negara
kompetitor seperti Thailand, Hawaii, dsb dengan biaya
Perlambatan pertumbuhan wisman pada triwulan III
2015 yang tercatat sebesar 2,37% (yoy), jauh lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang
sebesar 8,13% (yoy).
Berdasarkan klasifikasi negara asal wisman, perlambatan
pertumbuhan terutama disebabkan oleh kontraksi
pertumbuhan kunjungan wisman asal Australia dari
sebesar 4,22% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
kontraksi sebesar -12,75% (yoy). Kontraksi tersebut
diindikasikan sebagai dampak penutupan bandara serta
kondisi perkembangan perekonomian Australia2 yang
tertahan seiring dengan penurunan harga komoditas
batu bara. Namun demikian, penurunan masih
tertahan oleh pertumbuhan jumlah kunjungan wisman
asal Jepang dan Inggris. Disamping itu, implementasi
penambahan negara bebas visa pada triwulan berjalan
mendorong pertumbuhan wisman asal Tiongkok
sehingga tercatat menjadi negara asal wisman terbesar
kedua setelah Australia.
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kunjungan
wisman, perkembangan kredit penyediaan akomodasi
makan, dan minum mengalami perlambatan dari
10,54% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar
5,45%(yoy) pada triwulan III 2015. Kondisi ini seiring
dengan persaingan di lapangan usaha ini yang semakin
1 Statement On Monetary Policy Reserve Bank of Australia (RBA) November
2015 : terjadi tren penurunan pendapatan per kapita in terms of trade.
2 Australia mendominasi kunjungan wisman dengan share sebesar 22%
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional26
ketat sehingga menekan angka return on investment
industri pariwisata.
Di sisi lain, perkembangan Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) menunjukkan kondisi berbeda. TPK
hotel berbintang pada triwulan III 2015 mengalami
peningkatan menjadi sebesar 66,48% dari sebesar
57,99% pada triwulan II 2015. Berdasarkan hasil
survei dan liaison, peningkatan tersebut seiring dengan
upaya promosi dari hotel (termasuk penurunan rate
dan package untuk kelompok) yang dilakukan oleh
perhotelan. Selain itu peningkatan TPK tersebut
diindikasikan merupakan dampak peningkatan
kunjungan wisatawan domestik (wisdom) seiring
musim liburan sekolah dan libur lebaran.
Grafik 1.7 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
01020304050607080
01,0002,0003,0004,0005,0006,0007,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp m
iliar
Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
g Kr. Akmamin (skala kanan)
Grafik 1.8 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel
Grafik 1.9 Perkembangan Produksi Padi di Bali
Grafik 1.10 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan
Sumber : BPS Provinsi Bali Sumber : pipp.djpt.kkp.go.id, diolah
0
1
2
3
4
5
-10
10
30
50
70
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014 2015
Har
i
%
TPK Bintang
TPK Non Bintang
Rata2 menginap Bintang (skala kanan)
Rata2 menginap Non Bintang (skala kanan)
319,121
158,350
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
I II III
2015
GKG
Ribu
Ton
-2000200400600800100012001400
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
%,y
oy
ton
Tangkapan Ikan g Tangkapan Ikan (skala kanan)
1.2.2. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan
pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan
pertumbuhan. Penurunan terutama terjadi pada
subkategori tabama, subkategori holtikultura, dan
subkategori perikanan. Dari subkategori tabama
pelambatan terutama bersumber dari penurunan
produksi padi pada triwulan III 2015 yang mengalami
penurunan produksi secara signifikan dari 319 ribu ton
GKG pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 158 ribu
ton GKG. Penurunan produksi tersebut seiring dengan
berlangsungnya El Nino yang menyebabkan kekeringan
yang terjadi di berbagai wilayah di Provinsi Bali.
Sejalan dengan perlambatan subkategori tabama,
subkategori perikanan turut mengalami perlambatan,
terlihat dari perlambatan tangkapan ikan di PPN
Pengambengan. Pertumbuhan tangkapan ikan di
PPN Pengambengan pada triwulan III 2015 tercatat
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
27KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
0
10
20
30
40
50
60
0200400600800
1,0001,2001,4001,600
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp M
iliar
Kredit Pertanian g Kredit Pertanian (skala kanan)
Grafik 1.13 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)Sumber : Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia
0
5
10
15
20
145
150
155
160
165
170
175
180
185
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
IHPRg IHPR (yoy) - (skala kanan)
Grafik 1.12 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi BaliSumber : Asosiasi Semen Indonesia
-40
-20
0
20
40
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoyRibu TonKonsumsi Semen g konsumsi semen - (skala kanan)
Grafik 1.14 Kredit Kategori Konstruksi
0
20
40
60
80
100
120
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp M
iliar
Kr. Konstruksi g Kr. Konstruksi (skala kanan)
terkontraksi sebesar -10% (yoy), jauh lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang mencapai
36% (yoy). Berdasarkan hasil FGD dengan pelaku
usaha di sektor perikanan, diperoleh informasi bahwa
penurunan hasil tangkapan tersebut salah satunya
merupakan dampak peraturan kemaritiman yang
menyebabkan penurunan efisiensi hasil tangkapan ikan
Provinsi Bali (larangan transshipment serta pelarangan
penggunaan kapal asing).
Seiring dengan perlambatan kinerja lapangan usaha
pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit sektor
pertanian juga turut mengalami perlambatan. Kredit
pertanian pada triwulan III 2015 tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 25,16% (yoy), sedikit lebih
rendah dari triwulan II 2015 yang sebesar 27,29% (yoy).
1.2.3. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan
Usaha Real Estate
Perkembangan lapangan usaha konstruksi pada
triwulan III 2015 menunjukkan kinerja yang membaik.
Pada triwulan III 2015 lapangan usaha konstruksi
tercatat tumbuh sebesar 6,1% (yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 3,61%(yoy).
Peningkatan tersebut seiring dengan berlangsungnya
pembangunan proyek-proyek pemerintah sejalan
dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah pasca
selesainya proses R-APBN dan telah mencapai 53%
pada triwulan III 2015. Perbaikan kinerja lapangan
usaha konstruksi tersebut juga terkonfimasi dari
tren peningkatan pertumbuhan konsumsi semen
Provinsi Bali pada triwulan II 2015, seiring dengan
pembangunan pemerintah yang memiliki lag period
dengan pengadaan bahan bangunan.
Di tengah-tengah peningkatan kinerja lapangan usaha
konstruksi, lapangan usaha real estate masih belum
menunjukkan kinerja yang membaik. Pada triwulan III
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional28
2015, lapangan usaha real estate tercatat tumbuh stabil
sebesar 4,9% (yoy) seiring dengan masih berlanjutnya
tren kenaikan harga tanah di Provinsi Bali yang
mendorong sikap wait and see kontraktor di tengah-
tengah masih lesunya permintaan rumah.
Sementara itu, sejalan dengan pertumbuhan kredit
secara total, pertumbuhan kredit konstruksi masih
tertahan. Pada triwulan III 2015 kredit konstruksi
tercatat tumbuh sebesar 5,76% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai
9,20%(yoy).
1.2.4. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Pertumbuhan kategori lapangan usaha perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
menunjukkan kinerja yang membaik dengan
peningkatan pertumbuhan dari sebesar 6,87% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 8,9% (yoy)
pada triwulan III 2015. Peningkatan tersebut sebagai
Grafik 1.15 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPwBI Prov. Bali
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
gPeralatan Tulis gKendaraan & Suku Cadangnya
gMakanan & Tembakau gKerajinan, Seni & Mainan
gBahan Kimia gBahan Bakar
Grafik 1.16 Perkembangan Total Penjualan Sumber : Survei Penjualan Eceran
0
20
40
60
80
100
120
140
050000
100000150000200000250000300000350000400000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp J
uta
Total Penjualan gTotal(skala kanan)
Grafik 1.17 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
0
5
10
15
20
25
30
35
40
02,0004,0006,0008,000
10,00012,00014,00016,00018,00020,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp m
iliar
Kr. Perdagangan Besar dan Eceran
g. Kr. Perdagangan Besar dan Eceran
tertentu seperti bahan bakar. Sejalan dengan hal
tersebut pertumbuhan kredit perdagangan besar dan
eceran turut mengalami perlambatan dari sebesar
18,17% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar
14,69% (yoy) pada triwulan III 2015.
1.2.5. Lapangan Usaha Transportasi dan
Pergudangan
dampak peak season pariwisata, liburan sekolah dan
berlangsungnya hari raya keagamaan pada triwulan
berjalan. Peningkatan yang terjadi juga terkonfirmasi
dari hasil survei penjualan dan eceran yang mulai
menunjukkan tren peningkatan pertumbuhan
penjualan beberapa komoditas utama pada triwulan
laporan. Dari survei dan liaison didapatkan informasi
bahwa beberapa produk seperti kosmetik dan bahan
makanan mengalami peningkatan seiring dengan
promosi yang dilakukan pedagang serta peningkatan
kebutuhan menjelang hari raya keagamaan.
Namun demikian, meskipun beberapa komoditas
mengalami peningkatan penjualan, hasil Survei
Penjualan Eceran menunjukkan sedikit perlambatan
pertumbuhan total penjualan. Kondisi tersebut seiring
dengan frekuensi aktivitas hari raya keagamaan yang
menahan laju pertumbuhan penjualan komoditas
29KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.19 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa Grafik 1.21 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi BaliSumber : BUMN, diolah Sumber : BUMN
020406080
100120140160180200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Ribu Orang
-40
-20
0
20
40
020406080
100120140160180200220240260280
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Arus Bongkar Muat (Ribu Ton)
g Bongkar Muat (yoy) - (skala kanan)Ribu Ton % yoy
Grafik 1.18 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha -7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
SBT
Grafik 1.20 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah RaiSumber : BUMN
0
400
800
1,200
1,600
2,000
2,400
2,800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Ribu Orang
Pertumbuhan kategori transportasi dan pergudangan
mengalami peningkatan mencapai 5,8% (yoy) pada
triwulan III 2015, lebih tinggi dari pertumbuhan
triwulan II 2015 yang sebesar 4,73% (yoy). Peningkatan
kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan
ini seiring dengan arus mudik dan arus balik lebaran
serta musim liburan dan peak season pariwisata yang
mendorong kunjungan ke Provinsi Bali. Hal tersebut
juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang
mengalami peningkatan pada triwulan III 2015.
Perkembangan tersebut juga terkonfirmasi dari
peningkatan arus penumpang di Pelabuhan Benoa, dari
sebesar 144 ribu orang pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar 176 ribu orang pada triwulan III 2015. DIsamping
arus mudik dan arus balik lebaran, peningkatan pada
arus angkutan laut ini juga terjadi seiring dengan
penutupan bandara yang terjadi pada beberapa
waktu silam. Sejalan dengan hal tersebut, meskipun
terjadi penutupan bandara pada periode peak, arus
penumpang transportasi udara tetap mengalami sedikit
peningkatan pada triwulan III 2015 mencapai 2,3
juta orang, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan
II 2015 yang sebanyak 2,2 juta orang. Peningkatan
tersebut juga didorong oleh kebijakan penambahan
negara bebas visa yang mendorong kunjungan wisman
ke Provinsi Bali.
Di sisi lain, meskipun arus penumpang laut terus
mengalami peningkatan, pertumbuhan arus bongkar
muat dan arus unit kapal di Provinsi Bali mengalami
perlambatan. Pertumbuhan arus bongkar muat pada
triwulan III 2015 terkontraksi sebesar -1,67% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang
sebesar 17,23% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut arus
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional30
Grafik 1.22 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali Grafik 1.24 Indikator Industri Besar Sedang
Grafik 1.25 Indikator Industri Besar Sedang
Grafik 1.26 Kredit Kategori Industri
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan
Sumber : BUMN Sumber : BPS Provinsi Bali
Sumber : Survei Kegiatan Dunia UsahaSumber : BUMN
-18.42-20.00-15.00-10.00-5.000.005.0010.0015.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Un
it
Unit Kapal
g Unit Kapal (skala kanan)
-20
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,yoyIndustri Kayu & barang dr kayu
Industri Furnitur
Industri Pegolahan Lainnya
-4
-3
-2
-1
0
1
2
0102030405060708090
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
SBT
%
Kapasitas Produksi Terpakai
Kegiatan Dunia Usaha (skala kanan)
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp M
iliar
Kr Industri Pengolahan
gr. Kr. Industri Pengolahan (skalakanan)
05101520253035
0100200300400500600700
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp
mili
ar
Kr. Transportasi dan Pergudangan
g Kr. Transportasi dan Pergudangan
unit kapal juga mengalami kontraksi, tercatat sebesar
–18,42% (yoy). Hal ini turut mengindikasikan relatif
rendahnya arus unit kapal dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh semakin
besarnya preferensi masyarakat dengan menggunakan
jalur darat terkait dengan tingkat efisiensi jalur darat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalur laut.
Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit kategori
dan transportasi mengalami perlambatan pertumbuhan
dari sebesar 27,85%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar 12,61%(yoy) pada triwulan III 2015.
1.2.6. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Pada triwulan III 2015, pertumbuhan lapangan industri
pengolahan mengalami perlambatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kategori
industri pengolahan melambat dari sebesar 8,57%(yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 6,9% (yoy)
pada triwulan III 2015. Perlambatan tersebut seiring
dengan kenaikan biaya produksi dengan berlanjutnya
penguatan US dollar. Sementara itu, penurunan
permintaan domestik dan luar negeri semakin menahan
kinerja industri pengolahan. Perlambatan tersebut
terkonfirmasi dengan perlambatan pertumbuhan
industri kayu dan barang dari kayu, industri furniture,
dan industri pengolahan lainnya untuk industri besar
pada triwulan III 2015.
31KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.27 Konsumsi Listrik Industri
Grafik 1.30 Kegiatan Dunia Usaha – Jasa Jasa
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Keuangan
Grafik 1.28 NTB Perbankan
Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
-30-20-100102030405060
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
50,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%, yoyRibu KWH Konsumsi Listrik Industrig konsumsi industri (skala kanan)
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
SBT
-10010203040506070
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp m
iliar
Kr. Js. Keuangan
g Kr. Js Keuangan (skala kanan)
0
5
10
15
20
25
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2014 2015
%,y
oy
Perlambatan kinerja industri pengolahan ini juga
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
yang menunjukkan penurunan pada triwulan III
2015 untuk industri pengolahan baik dari kegiatan
usahanya ataupun kapasitas terpasang. Sejalan
dengan hal tersebut perlambatan penyaluran kredit
industri pengolahan turut mengalami perlambatan
seiring dengan peningkatan resiko ketidakpastian ke
depan terutama terkait dengan kondisi permintaan
global. Penyaluran kredit kategori industri pengolahan
melambat dari 8,63%(yoy) pada triwulan II 2015
menjadi terkontraksi sebesar -4,17% (yoy) pada
triwulan III 2015.
1.2.7. Lapangan usaha Jasa Perusahaan, Jasa
Keuangan, dan Jasa Lainnya
Pada triwulan III 2015, lapangan usaha jasa mengalami
peningkatan pertumbuhan. Lapangan usaha jasa
keuangan mengalami peningkatan dari sebesar 6,92%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 10,07% (yoy).
Peningkatan tersebut seiring dengan dimulainya tahun
ajaran baru dan hari raya Galungan dan Kuningan
yang mendorong kebutuhan uang di masyarakat.
Peningkatan tersebut terkonfirmasi dari peningkatan
NTB dari sebesar 7,06% (yoy) pada triwulan II 2015
menjadi sebesar 13,65% pada triwulan III 2015. Sejalan
dengan hal tersebut, penyaluran kredit jasa keuangan
turut mengalami peningkatan dari sebesar 6,16% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 10,63% (yoy)
pada triwulan III 2015.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, lapangan
usaha jasa perusahaan yang turut menopang industri
pariwisata di Bali turut mengalami peningkatan dari
sebesar 6,91% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
7,2% (yoy) pada triwulan III 2015. Peningkatan
juga terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya yang
mengalami peningkatan dari 7,41% (yoy) pada triwulan
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional32
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit di Adm. Pemerintah
-200
0
200
400
600
800
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%,y
oy
Rp m
iliar
Kr. Adm Pemerintah
g Kr. Adm Pemerintah (skala kanan)
Grafik 1.32 Konsumsi Listrik di BaliSumber : BUMN, diolah
-20-1001020304050
0200400600800
1,0001,2001,400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyjuta KWH Konsumsi Listrik
g Konsumsi Listrik (skala kanan)
Grafik 1.33 Jumlah Pelanggan ListrikSumber : BUMN, diolah
0
2
4
6
8
10
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Unit
Jumlah Pelanggan
g Jumlah Pelanggan (skala kanan)
belanja pemerintah dan persiapan menjelang pilkada
serentak, lapangan usaha administrasi pemerintah
turut mengalami peningkatan dari sebesar 7,92%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 9,4%
(yoy). Peningkatan tersebut juga terkonfirmasi pada
perkembangan penyaluran kredit dari sebesar 189%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 581% (yoy) pada
triwulan III 2015.
1.2.8. Lapangan usaha lainnya
Kategori informasi dan komunikasi mengalami
peningkatan dari sebesar 9,05% (yoy) pada triwulan
II 2015 menjadi sebesar 10,8% (yoy) pada triwulan
III 2015 seiring dengan peningkatan penggunaan
komunikasi pada musim liburan dan hari raya. Di sisi
lain, lapangan usaha pertambangan dan penggalian,
lapangan usaha penyediaan air, dan lapangan usaha
listrik dan gas mengalami perlambatan. Lapangan usaha
II 2015 menjadi sebesar 7,6% (yoy) pada triwulan III
2015. Peningkatan tersebut terkonfirmasi dari hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha untuk kategori jasa-jasa
yang menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2015.
Selain itu, seiring dengan peningkatan kinerja realisasi
pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan
dari kontraksi sebesar -6,11% (yoy) pada triwulan II
2015 menjadi sebesar -9,4% (yoy) pada triwulan III
2015 sebagai salah satu dampak dari penerapan Perda
pelarangan sentra untuk Galian C (pasir dan batu).
Lapangan usaha penyediaan air turut mengalami
perlambatan dari sebesar 1,1% (yoy) pada triwulan
II 2015 menjadi sebesar 0,8% (yoy) pada triwulan III
2015. Selain itu kontraksi yang terjadi pada lapangan
usaha listrik dan gas sebesar -1,3% (yoy) pada triwulan
III 2015 seiring dengan kenaikan TDL pada triwulan
laporan berjalan. Perlambatan pertumbuhan lapangan
usaha tersebut terlihat dari penurunan konsumsi listrik
pada triwulan III 2015.
1.3. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III 2015 bersumber dari
peningkatan konsumsi yang terutama didorong oleh
peningkatan kinerja konsumsi pemerintah dan konsumsi
LNPRT. Sementara itu, peningkatan realisasi proyek
pemerintah belum mampu mendorong peningkatan
kinerja investasi Provinsi Bali. Kondisi tersebut sejalan
33KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.34 Perkembangan Giro Pemerintah
01122334455
I II III IV I II III
2014 2015
Rp T
riliu
n
Komponen 2014
2014 2015
I II III IV I II III
Konsumsi 2.39 3.94 5.1 -0.48 2.66 7.81 6.44 6.69
Kons.RT 1.71 4.26 6.43 8.17 5.16 8.42 7.33 7.29
Kons.LNPRT 11.13 7.29 -3.86 -7.26 1.24 -1.9 -1.31 1.30
Kons. Pemerintah 6.99 1.98 0.15 -25.07 -8.63 4.43 2.86 4.42
Investasi -7.48 -3.21 6.69 11.17 1.47 5.32 4.91 4.17
PMTB -6.47 -2.65 6.07 11.13 1.81 7.43 7.61 6.09
Perubahan Inv -36.19 -18.77 44.05 18.45 -12.52 -83.08 -85.16 -80.77
Ekspor LN 14.49 21.74 19.33 19.96 18.93 18.55 25.41 -0.45
Impor LN 38.81 7.75 5.1 12.48 17.14 -31.84 25.14 9.03 Net Ekspor antar daerah -30.27 4.58 22.01 4.28 1.87 68.54 28.04 -4.68
PDRB 6.55 6.21 6.21 7.88 6.72 6.2 6.03 6.29
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
dengan kinerja ekspor yang mengalami perlambatan
seiring dengan penurunan permintaan global.
1.3.1. Konsumsi
Komponen konsumsi secara umum mengalami
peningkatan dari 6,44% (yoy) pada triwulan II 2015
menjadi sebesar 6,69% (yoy) pada triwulan III 2015.
Berdasarkan komponen pembentuknya, peningkatan
tersebut bersumber dari konsumsi pemerintah yang
meningkat dari 2,86% (yoy) pada triwulan II 2015
menjadi sebesar 4,42% (yoy) pada triwulan III 2015.
Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh realisasi
belanja Pemprov pada triwulan III 2015 yang secara
akumulatif telah mencapai 53%. Beberapa komponen
konsumsi pemerintah antara lain belanja pegawai
seiring dengan pembayaran gaji ke 13 serta persiapan
pelaksanaan pilkada serentak di awal Desember
2015. Selain itu, peningkatan ini juga terlihat dari
perkembangan giro pemerintah yang menunjukkan
sedikit penurunan pada triwulan III 2015. Sementara
itu, konsumsi LNPRT turut mengalami peningkatan dari
sebesar -1,31% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar 1,30% (yoy) pada triwulan III 2015, seiring
dengan persiapan pilkada serentak di awal Desember
2015.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga mengalami sedikit
perlambatan dari sebesar 7,33% (yoy) pada triwulan
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional34
Grafik 1.35 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.37 Kredit Investasi
Grafik 1.36 Kredit Konsumsi Grafik 1.38 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
50
100
150
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks = 100
Indeks
0
10
20
30
40
50
60
70
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Kr. Investasi
growth Kr. Investasi (skala kanan)Rp Miliar %, yoy
0
5
10
15
20
25
30
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Kr. Konsumsi
growth Kr. Konsumsi (skala kanan)Rp Miliar %, yoy
(200)(100)0100200300400500600700
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Capital Goods g Capital Goods (RHS)
Juta USD %, yoy
Grafik 1.39 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0
40
80
120
160
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS)Juta USD
%, yoy
II 2015 menjadi sebesar 7,29% (yoy) pada triwulan III
2015. Perlambatan konsumsi ini tercermin juga pada
hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPwBI
Provinsi Bali. Ketiga indeks hasil Survei Konsumen
baik indeks keyakinan konsumsen, indeks ekspektasi
konsumen, maupun indeks kondisi ekonomi saat ini,
menunjukkan penurunan. Sementara itu, pertumbuhan
kredit konsumsi pada triwulan III 2015 tumbuh stabil
sebesar 12,53% (yoy).
1.3.2. Investasi
Pertumbuhan investasi yang ditunjukkan oleh PMTB
pada triwulan III 2015 menunjukkan perlambatan dari
sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar 6,09% (yoy). Peningkatan realisasi proyek
pemerintah belum mampu mendorong kinerja investasi
untuk mengalami peningkatan pada triwulan III 2015.
Perlambatan tersebut seiring dengan masih tertahannya
investasi swasta yang masih mengambil sikap wait and
see. Kondisi tersebut terlihat dari masih berlanjutnya
tren perlambatan pertumbuhan kredit investasi yang
mengalami perlambatan dari 16,62% (yoy) pada
triwulan II 2015 menjadi 12,66% (yoy). Sejalan dengan
perlambatan tersebut, pertumbuhan nilai impor barang
modal menunjukkan kontraksi yang mendalam dari
sebesar -59,47% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar -94,60% (yoy) pada triwulan III 2015.
35KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.40 Volume Ekspor Luar Negeri Bali
Grafik 1.41 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik 1.44 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.42 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Volume Ekspor
g Volume Ekspor (RHS)
RibuTon
%, yoy
Perikanan23.76%
Perhiasan17.87%
Pakaian Jadi17.18%
Wood Manufactur
e10.25%
Furniture8.49%
Non Metalik Minerals5.18%
Tekstil4.31%
Manufaktur Metal2.87%
Travel Goods2.16%
Elektrik0.20% sanitasi
0.98%
Kayu0.28%
Lainnya6.47%
-70
-40
-10
20
50
80
110
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
USAustraliaJapan
SingaporeHongkong%,
yoy
(60)
(40)
(20)
0
20
40
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Perikanan PerhiasanPakaian Jadi Wood ManufactureFurniture
% yoy
Grafik 1.43 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
US25.01%
Australia11.75%
Japan7.36%Singapore
9.16%Hongkong
5.66%Thailand2.68%
France2.37%
Inggris2.67%
Belanda3.33%
Spanyol0.97%
Cina2.43%
Germany2.53%
Other Countries24.08%
1.3.3. Neraca Perdagangan
Kinerja neraca perdagangan pada triwulan III 2015
menunjukkan perlambatan. Ekspor luar negeri pada
triwulan III 2015 terkontraksi sebesar -0,45% (yoy),
dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 25,41% (yoy). Berlangsungnya peak season
pariwisata belum mampu mendorong kinerja ekspor
jasa pada triwulan III 2015. Sementara itu, berdasarkan
hasil survei dan liaison, penurunan ekspor barang terjadi
seiring dengan pelemahan permintaan dunia. Kondisi
tersebut terlihat dari semakin dalamnya kontraksi baik
nilai ekspor barang maupun nilai impor barang.
Berdasarkan komoditasnya, komoditas ekspor Provinsi
Bali pada triwulan III 2015 masih didominasi oleh
perikanan sebesar 23,76%, perhiasan sebesar 17,87%,
pakaian jadi sebesar 17,18%, serta komoditas kayu
olahan dan produk furniture masing-masing sebesar
10,25% dan 8,49%. Hampir semua komoditas unggulan
tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan ekspor
kecuali untuk komoditas pakaian jadi.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat masih
menjadi negara tujuan utama untuk komoditas ekspor
Provinsi Bali dengan pangsa tercatat sebesar 25,01%.
Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor Bali di
antaranya adalah Australia 11,75%, Singapura 9,16%,
serta Jepang 7,36%. Dilihat dari pertumbuhannya,
pertumbuhan ekspor ke negara tujuan tersebut pada
KEKR TW III 2015 Ekonomi Makro Regional36
triwulan III 2015 cenderung mengalami perlambatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring
dengan penurunan permintaan dunia kecuali untuk
negara Singapura.
Sejalan dengan berlanjutnya tren penguatan USD
pada triwulan laporan, pertumbuhan impor luar negeri
Provinsi Bali mengalami perlambatan dari 25,14%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 9,03% (yoy) pada
triwulan III 2015. Perlambatan tersebut terlihat dari
berlanjutnya kontraksi impor luar negeri komoditas
pada triwulan III 2015 baik untuk nilai impor maupun
volume impor. Nilai impor Provinsi Bali mengalami
penurunan dari sebesar -31,16% (yoy) pada triwulan
II 2015 menjadi sebesar -76,96% (yoy) pada triwulan
II 2015. Sejalan dengan perkembangan volume impor
yang mengalami perlambatan dari kontraksi sebesar
-82,88% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar
-93,71% (yoy) pada triwulan III 2015.
Grafik 1.45 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali Grafik 1.47 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
Grafik 1.46 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali Grafik 1.48 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
(100)
(50)
0
50
100
150
200
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyJuta USDNilai Impor g Nilai Impor (RHS)
Consumption Goods
28%
Raw Material & Auxiliary Goods54%
Capital Goods18%
-400-20002004006008001,0001,2001,4001,6001,8002,000
05
101520253035
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Volume Impor g volume impor (RHS)Ribu Ton % yoy
(200)
0
200
400
600
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
g Consumption Goodsg Raw Materialg Capital Goods
%,yoy
Berdasarkan klasifikasi barang impor tersebut, impor
barang mentah (raw material) masih mendominasi
impor Provinsi Bali pada triwulan III 2015 yang mencapai
54%. Kemudian sisanya merupakan consumption
goods sebesar 28%, serta capital goods sebesar 18%
yang didominasi oleh barang-barang permesinan.
Ketiga jenis barang tersebut mengalami perlambatan
seiring dengan masih berlanjutnya penguatan USD
yang mendorong peningkatan biaya.
Perkembangan net ekspor antar daerah Provinsi Bali
selalu mengalami defisit selama beberapa tahun
terakhir dan masih berlanjut sampai dengan triwulan III
2015. Namun perkembangan net ekspor antar daerah
pada triwulan III 2015 menunjukkan perbaikan. Kondisi
tersebut seiring dengan upaya pemerintah untuk
pengendalian ketersediaan pasokan kebutuhan barang
di Provinsi Bali.
37KEKR TW III 2015Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.49 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali
6.71
6.73
2013 2014
Buleleng
5.61
5.67
2013 2014
Bangli
6.43
6.59
2013 2014
Gianyar
6.03
6.35
2013 2014
Tabanan
5.38
5.88
2013 2014
Jembrana
5.81
5.85
2013 2014
Karangasem
5.71
5.82
2013 2014
Klungkung
6.54
6.77
2013 2014
Denpasar
6.41
6.75
2013 2014
Badung
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI
Di tengah tingginya laju pertumbuhan ekonomi Bali
pada beberapa tahun terakhir, Provinsi Bali masih
dihadapkan pada tantangan disparitas pertumbuhan
yang cukup tinggi. Sampai dengan tahun 2014,
disparitas pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali masih
terjadi. Secara konsisten kabupaten/kota yang memiliki
angka pertumbuhan di atas angka pertumbuhan Bali
merupakan kabupaten/kota yang berada di wilayah
Bali selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar.
Daerah ini merupakan konsentrasi pusat pemerintahan
sekaligus pusat perkembangan industri pariwisata yang
menjadi andalan Provinsi Bali. Sedangkan kabupaten/
kota lainnya cenderung memiliki angka pertumbuhan
di bawah angka pertumbuhan Bali. Pada tahun 2014,
perekonomian Kota Denpasar mampu mencapai 6,77%
sedangkan pertumbuhan Kabupaten Klungkung hanya
mencapai 6,59%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201538
BOKS A “PEMETAAN KENDALA UTAMA PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BALI (MOST BINDING CONSTRAINT) MELALUI GROWTH DIAGNOSTIC”
Binding Constraints Pertumbuhan Ekonomi Provinsi BaliBerdasarkan hasil analisis kelayakan kerja dan business
environment analysis pada hasil Growth Diagnostics
Tahap I, aspek yang dianggap paling kritikal terkait
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali adalah Low
Social Return hal ini ditunjukkan dengan adanya
kendala pada jalur distribusi dan aspek infrastruktur
antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
Melalui analisa awal metode analisis deskriptif dan
pengumpulan data sekunder, adapun hambatan
yang terindikasi menjadi kendala bagi pertumbuhan
di Provinsi Bali adalah:
1. Rendahnya kapasitas tenaga kerja dikarenakan
keterbatasan akses ke pendidikan menengah
yang dapat menjadi kendala untuk mencapai
pertumbuhan inklusif
2. Belum adanya intervensi pemerintah dalam
promosi pariwisata, belum optimalnya serta
belum kuatnya law enforcement regulasi
pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan
hotel serta persaingan pasar yang dapat
menyebabkan sektor PHR menurun
3. Dari IHK Bali yaitu Kota Denpasar dan Kota
Singaraja, dapat dilihat bahwa pergerakan inflasi
di Kota Singaraja cenderung lebih volatile jika
dibandingkan dengan Kota Denpasar. Hal ini
disebabkan karena Kota Singaraja memerlukan
jalur distribusi yang lebih panjang
4. Pertumbuhan ekspor di Bali mulai mengalami tren
penurunan. Hal ini perlu diwaspadai mengingat
kompetitor yang semakin beragam.
5. Keterbatasan variasi produk dan masih
rendahnya peranan Research and Development
dalam menciptakan produk yang inovatif.
Dalam suatu bagan binding contraints Provinsi
Bali dapat dipersingkat dalam suatu tabel 1.
Sebagaimana terlihat pada tabel, bahwa yang perlu
menjadi perhatian adalah sehubungan dengan
binding pada social return yaitu labor skill dan akses
Tabel 1. Tabel Binding Constraints Provinsi Bali
39Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
jalan (connectivity). Berikut root cause yang dapat
disampaikan secara sederhana sebagai pertimbangan
dasar dalam simulasi reform impact assessment di
Provinsi Bali.
Labor Skill 1
• Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia
dipenuhi dari luar Bali
• 38% jumlah guru belum memenuhi kualifikasi
pendidikan
• Wajib belajar 12 tahun belum tercapai
Infrastruktur
• Ketimpangan pembangunan bidang perhubungan
udara antara Bali Utara dan Bali Selatan
• Rendahnya penggunaan angkutan umum
• Kemacetan lalu lintas khusus khususnya di Bali
Selatan
• Infrastruktur akses jalan hingga tingkat desa
masih perlu ditingkatkan
Kendala lain yang perlu diperhatikan adalah
adanya alih fungsi lahan di Provinsi Bali yang juga
menyebabkan produktivitas pertanian di Provinsi
Bali kian menurun. Pemenuhan kebutuhan pangan
di Provinsi Bali akan terus terdesak seiring dengan
banyaknya alih fungsi lahan dan maraknya wisatawan
yang datang. Sehubungan dengan hal tersebut,
Pemerintah Provinsi Bali perlu memperhatikan
pemenuhan kebutuhan pangan melalui peningkatan
produktivitas pertanian. Menyikapi kendala tersebut,
telah direncanakan berbagai hal penanganan
hambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali
melalui program – program sebagai berikut:
1. Rencana Pembangunan Bandara Internasional
Bali Utara dalam rangka peningkatan konektivitas
dan pemerataan pembangunan
2. Pembangunan PLTU Celukan Bawang
3. 9% dari total RPJMD 2013 – 2018 yang
difokuskan kepada peningkatan persentase
penerima beasiswa miskin, peningkatan APM
SMA/SMK/MA, dan pembangunan fisik.
Reform Impact Assessment Pertumbuhan Ekonomi Provinsi BaliPada analisis pertumbuhan ekonomi melalui
penerapan program pemerintah, tools yang akan
digunakan adalah CGE IndoTERM model sebagai alat
analisis konektivitas di Indonesia.
CGE IndoTERM diartikan sebagai “a dynamic inter-
regional, bottom-up, computable general equilibrium
(CGE) model of the Indonesian economy”. Melalui
tools ini dapat dianalisa dari berbagai regional
di Indonesia dan keterkaitannya satu sama lain.
Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh dari
penerapan program Pemerintah dimaksud ke dalam
indikator perekonomian di Provinsi Bali.
Gambar 1. Wide Impact IndoTERM
Dengan menggunakan IndoTERM ini maka desain
shock yang akan diterapkan pada Provinsi Bali
mengacu pada program pemerintah adalah sebagai
berikut:
1) Sumber BPS
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201540
Constraint Rencana Pemerintah Shocks
Infrastruktur Pembangunan PLTU Celukan
Bawang
• Celukan Bawang nantinya akan
memiliki kapasitas 380mw
(Shocks pada peningkatan kapasitas
seb. 14% pada sektor elecgas)
Connectivity Pembangunan Bandara
Internasional Bali Utara dalam
rangka peningkatan konektivitas
dan pemerataan pembangunan
• Pembangunan Bandara
Internasional Bali Utara
(Shocks pada peningkatan investasi
seb. 30 T pada sektor airtrans atau
percentage investasi seb. 100%)
Labor Skill 9% dari total RPJMD 2013 – 2018
yang difokuskan kepada
peningkatan persentase penerima
beasiswa miskin, peningkatan APM
SMA/SMK/MA, dan pembangunan
fisik
• Perbaikan pendidikan melalui
sasaran peningkatan years of
schooling seb. 5,75%
(Shocks pada year of schooling
RPMJD dengan return to educ.
5.5%)
Simulasi Design Shocks CGE IndoTERM Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Berdasarkan hasil simulasi IndoTERM dengan
menggunakan asumsi shocks seperti bagaimana
disebutkan diatas, dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Grafik diatas menunjukkan perkiraan tambahan
pertumbuhan ekonomi dari basis tahun yang
ditunjukan dengan warna merah untuk simulasi
shock pertama, hijau dengan simulasi shock kedua,
dan kuning untuk simulasi shock ketiga. Grafik
juga menunjukkan pengaruh desain shocks akan
pertumbuhan ekonomi di wilayah/regional lainnya.
Nampak pada wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
tidak terpengaruh. Berikut rincian hasil simulasi
IndoTERM:
Constraint Rencana Pemerintah Shocks
Infrastruktur Pembangunan PLTU Celukan
Bawang
• Celukan Bawang nantinya akan
memiliki kapasitas 380mw
(Shocks pada peningkatan kapasitas
seb. 14% pada sektor elecgas)
Connectivity Pembangunan Bandara
Internasional Bali Utara dalam
rangka peningkatan konektivitas
dan pemerataan pembangunan
• Pembangunan Bandara
Internasional Bali Utara
(Shocks pada peningkatan investasi
seb. 30 T pada sektor airtrans atau
percentage investasi seb. 100%)
Labor Skill 9% dari total RPJMD 2013 – 2018
yang difokuskan kepada
peningkatan persentase penerima
beasiswa miskin, peningkatan APM
SMA/SMK/MA, dan pembangunan
fisik
• Perbaikan pendidikan melalui
sasaran peningkatan years of
schooling seb. 5,75%
(Shocks pada year of schooling
RPMJD dengan return to educ.
5.5%)
41Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
No. Asumsi Shocks Hasil Simulasi Gainers
1 Kapasitas listrik meningkat
sehubungan dengan
pembangunan PLTU sehingga
output Bali diasumsikan
meningkat (xtot 14%)
Pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 1.25%
dengan peningkatan pada
sektor PHR sebesar 0.028%
Perusahaan semen
(14.8%),
Tekstil (6.4%),
Real estate (2.4%)
2 Pembangunan Bandara
Internasional akan memiliki
kapasitas yang sama dengan
existing Bandara Ngurah Rai
dan pengurangan cost pada
biaya perdagangan (xcap 100%
dan atradmar_cs 0,1%)
Pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 0.9%
dengan peningkatan pada
sektor PHR sebesar 0.020%
Aircraft (18.4%),
Transportation
service (10.1%),
Tires (5.6%)
3 Adanya peningkatan return on
education berdasarkan year of
schooling
Pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 0.4%
dengan peningkatan pada
sektor PHR sebesar 0.023%
Pengrajin kulit
(1.6%),
Furniture kayu
(1.5%)
No. Asumsi Shocks Hasil Simulasi Gainers
1 Kapasitas listrik meningkat
sehubungan dengan
pembangunan PLTU sehingga
output Bali diasumsikan
meningkat (xtot 14%)
Pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 1.25%
dengan peningkatan pada
sektor PHR sebesar 0.028%
Perusahaan semen
(14.8%),
Tekstil (6.4%),
Real estate (2.4%)
2 Pembangunan Bandara
Internasional akan memiliki
kapasitas yang sama dengan
existing Bandara Ngurah Rai
dan pengurangan cost pada
biaya perdagangan (xcap 100%
dan atradmar_cs 0,1%)
Pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 0.9%
dengan peningkatan pada
sektor PHR sebesar 0.020%
Aircraft (18.4%),
Transportation
service (10.1%),
Tires (5.6%)
3 Adanya peningkatan return on
education berdasarkan year of
schooling
Pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 0.4%
dengan peningkatan pada
sektor PHR sebesar 0.023%
Pengrajin kulit
(1.6%),
Furniture kayu
(1.5%)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201542
Halaman ini sengaja dikosongkan
43Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
kajian ekonomi dan keuangan regional
PERKEMBANGANINFLASI
BAB II
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201544
45Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
Inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya, hingga berada pada batas
bawah proyeksi Bank Indonesia. Pada triwulan III 2015
inflasi Bali tercatat sebesar 6,56% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar
6,83% (yoy).
Secara spasial, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja
yang tercatat sebesar 7,92% (yoy) pada September
2015. Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi
Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,27% (yoy).
Meskipun demikian disparitas inflasi antara Denpasar
dan Singaraja semakin menyempit, yang tidak lepas
dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi oleh
TPID Kota Singaraja.
Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi
pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh semua
Grafik 2.1 Inflasi Kota di Bali (%yoy)
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
6.6
8.72
6.27
7.92
0123456789
10
Denpasar Singaraja
Tw II 2015 Tw III 2015
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Nasional Bali
kelompok baik volatile food, core inflation maupun
administered prices.
2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Penurunan tekanan inflasi pada periode berjalan
terutama didorong oleh kelompok Perumahan, Listrik,
Gas dan Air serta kelompok Transportasi, Komunikasi
dan Jasa Keuangan, seiring dengan penurunan harga
minyak dunia yang berpengaruh pada penurunan harga
tarif listrik, bensin dan bahan bakar rumah tangga.
Disamping itu musim panen tebu dan tembakau juga
turut andil dalam menahan laju inflasi triwulan berjalan,
terutama pada kelompok makanan jadi. Ditengah
peningkatan demand dan terbatasnya produksi, laju
inflasi kelompok bahan makanan cukup terkendali.
Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam upaya
pengendalian harga. Dengan upaya yang konsisten
dan berkelanjutan, diharapkan tren penurunan dapat
berlanjut, sehingga dapat mendukung tercapainya
pencapaian target inflasi nasional yang sebesar 4±1%
(yoy).
a) Kelompok Bahan Makanan
Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III
2015 tercatat sebesar 10,02% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang sebesar
9,84% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, secara
triwulanan kelompok ini juga mengalami peningkatan
tekanan inflasi dari -0,05% (qtq) menjadi 2,06%
(qtq). Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong
oleh peningkatan permintaan seiring dengan musim
liburan sekolah dan perayaan hari raya keagamaan
pada triwulan berjalan. Disamping itu, kondisi pasokan
sedikit terganggu akibat kemarau dan kekeringan yang
melanda beberapa sentra pertanian di Bali. Namun
demikian, laju inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh
berbagai upaya peningkatan produksi dan distribusi
yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201546
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
Grafik 2.4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2.06
-6-4-202468
101214
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TWIII
TWIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
10.02
02468
1012141618
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
Beras masih menjadi penyumbang inflasi tahunan dan
triwulanan pada periode berjalan. Kenaikan harga
beras ini disebabkan oleh mundurnya panen raya yang
seharusnya terjadi di September menjadi Oktober 2015,
sebagai dampak faktor cuaca (kekeringan). Kekeringan
yang terjadi di beberapa sentra pertanian di Bali telah
berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas
panen beras. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi
Bali, sampai dengan 18 Agustus 2015, terdapat 708,75
ha (0,87% dari total luas sawah) di Bali yang berada
dalam kondisi kekeringan. Berdasarkan skalanya/
tingkat keparahannya, sebanyak 99,5 ha lahan
pertanian berada dalam kondisi puso, 113 ha berada
dalam kondisi kering berat, 155,25 ha berada dalam
kondisi kering sedang dan 341 ha berada dalam kondisi
kering ringan. Kabupaten yang mengalami kekeringan
diantaranya Kabupaten Buleleng, Tabanan, Badung,
Karangasem dan Jembrana.
Kekeringan juga mendorong gagal panen pada
komoditas lainnya seperti cabai rawit, cabai merah dan
bawang merah. Komoditas lainnya yang juga mengalami
peningkatan harga cukup tinggi yakni daging ayam ras.
Kenaikan harga daging ayam terjadi sebagai dampak
peningkatan harga pakan ternak dan Keputusan Menteri
Pertanian dan Gabungan Perusahaan Pembibitan
Unggas (GPPU) yang memangkas produksi bibit ayam
Day Old Chicks (DOC) sebesar 40%. Pemangkasan
produksi dilakukan untuk menaikkan harga jual ayam
potong agar dapat menutupi kerugian peternak
mengingat harga jual sejak tahun 2014 (nilai penjualan
dibawah HPP). Hal ini terkonfirmasi oleh hasil liaison
kepada salah satu contact yang menginformasikan
terjadinya kenaikan harga ayam potong pada kisaran
15%-20% pasca pemberlakuan peraturan tersebut.
b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau
Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi,
rokok dan tembakau tercatat sebesar 4,09% (yoy) atau
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 5,25% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut,
kelompok ini mengalami penurunan secara triwulanan,
dari sebesar 1,23% (qtq) pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar 0,12% (qtq).
Penurunan tekanan inflasi tahunan kelompok bahan
makanan jadi terjadi pada semua sub kelompok, baik
kelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol
serta tembakau dan minuman beralkohol. Beberapa
komoditas yang mengalami penurunan harga cukup
tinggi diantaranya gula pasir, kue kering berminyak dan
roti manis. Musim giling tebu mendorong peningkatan
suplai gula pasir pada periode berjalan yang
menyebabkan penurunan harga gula serta beberapa
produk turunannya seperti kue kering dan kue manis.
Disamping itu, harga rokok juga mengalami penurunan
sebagai dampak penurunan harga tembakau seiring
dengan produksi yang berlimpah.
47Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
Grafik 2.6 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
Grafik 2.8 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
0.12 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TWIII
TWIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
0.35 0
0.51
1.52
2.53
3.54
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TWIII
TWIV
Tw I TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
4.09
0123456789
10
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%%, yoy
7.73
0
2
4
6
8
10
12
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, yoy
c) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar
Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik
dan gas mengalami penurunan baik secara triwulanan
maupun tahunan. Secara tahunan kelompok ini tercatat
mengalami penurunan dari sebesar 9,95% (yoy) pada
triwulan II 2015 menjadi sebesar 7,73% (yoy) pada
triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, secara
triwulanan kelompok ini juga mengalami penurunan
dari 1,06% (qtq) menjadi 0,35% (qtq).
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan
tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga seiring
penurunan harga minyak dunia. Penurunan tekanan
inflasi pada kelompok ini juga didorong oleh penurunan
harga barang tahan lama seperti blender dan kulkas,
seiring dengan masih terbatasnya perbaikan daya beli
masyarakat yang menyebabkan penundaan pembelian
barang tahan lama. Disamping itu, harga besi beton
juga mengalami penurunan seiring dengan penurunan
harga komoditas internasional.
d) Kelompok Sandang
Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami
peningkatan, baik secara triwulanan maupun
tahunan. Pada September 2015 kelompok ini tercatat
mengalami inflasi sebesar 2,4% (qtq), atau lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar 0,84% (qtq). Sementara itu, secara tahunan
kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 5,8%
(yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 3,89% (yoy).
Peningkatan kelompok ini terutama didorong oleh
kenaikan harga sandang wanita (kebaya) seiring
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201548
dengan perayaan hari raya keagamaan yang jatuh pada
periode laporan. Disamping itu, juga terjadi kenaikan
pada harga kelompok sandang anak-anak (pempers
dan kaus kaki).
e) Kelompok Kesehatan
Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami
peningkatan baik secara tahunan maupun triwulanan.
Pada September 2015 kelompok ini tercatat mengalami
inflasi sebesar 5,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,63% (yoy).
Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi
sebesar 1,93% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan lalu yang sebesar 1,15% (qtq).
Peningkatan inflasi kelompok ini terutama didorong
oleh kenaikan harga perawatan jasmani dan kosmetika.
Sementara itu inflasi sub kelompok jasa kesehatan
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
Grafik 2.10 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali Grafik 2.12 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2.40
-2
-1
0
1
2
3
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TWIII
TWIV
Tw I TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
1.93
-1
0
1
2
3
4
5
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TWIII
TWIV
Tw I TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
5.80
-4
-2
0
2
4
6
8
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, yoy
5.24
0123456789
10
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, yoy
masih stabil, sejalan dengan hasil liaison Bank Indonesia
kepada beberapa Rumah Sakit Swasta di Bali yang
menyatakan tidak ada penyesuaian tarif jasa pelayanan
kesehatan.
f) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
raga tercatat mengalami penurunan secara tahunan,
namun meningkat secara triwulanan. Pada September
2015 kelompok ini mengalami inflasi sebesar 4,29%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,72% (yoy).
Sementara secara triwulanan kelompok ini mengalami
peningkatan menjadi 3,54%(qtq) dari sebesar
0,08%(qtq) pada triwulan lalu. Peningkatan tekanan
inflasi kelompok ini secara triwulanan tidak lepas dari
siklus musimannya seiring dengan dimulainya tahunan
ajaran baru pada triwulan III 2015.
49Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 2.13 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Prov. Bali
Grafik 2.15 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
Grafik 2.17 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar
Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Prov. Bali
Grafik 2.16 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
3.54
-1
0
1
2
3
4
5
6
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TWIII
TWIV
Tw I TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
0.12
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TWIII
TWIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, qtq
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK, DAN TEMBAKAU
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI, DANOLAHRAGA
TRANSPOR, KOMUNIKASI,DAN JASA KEUANGAN
26%19%19%16%9%6%
4.29
0
1
2
3
4
5
6
7
8
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, yoy
4.89
0
2
4
6
8
10
12
14
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
2012 2013 2014 2015
%, yoy
g) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Kelompok ini tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,12% (qtq) atau lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 1,69% (qtq). Penurunan tekanan inflasi
kelompok ini terutama terjadi karena penurunan harga
premium seiring dengan penurunan harga minyak
dunia.
2.2.2. Inflasi Menurut Kota
Inflasi provinsi Bali memperhitungkan inflasi di Kota
Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota
Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi
oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan
jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada
dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut
dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201550
Grafik 2.18 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja
Sumber : Badan Pusat Statistik
I. BAHAN MAKANAN
II MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK, DAN TEMBAKAU
III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR
IV. SANDANG
V. KESEHATAN
VI. PENDIDIKAN, REKREASI,DAN OLAHRAGA
VII. TRANSPOR, KOMUNIKASI,DAN JASA KEUANGAN
27%26%19%12%6%5%4%
a) Kota Denpasar
Pada triwulan III 2015 laju inflasi Kota Denpasar
mengalami penurunan dari 6,60% (yoy) pada triwulan
II 2015 menjadi 6,27% (yoy) pada triwulan III 2015.
Penurunan terbesar terjadi pada kelompok perumahan,
air dan LGA, yaitu dari 9,34% (yoy) menjadi 7,39%
(yoy) yang didorong oleh penurunan tekanan inflasi
tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga. Sementara
itu, tekanan inflasi kelompok lainnya relatif stabil.
Kelompok yang tercatat mengalami inflasi tertinggi
adalah kelompok bahan makanan (10,31% yoy), seiring
dengan peningkatan demand dan terbatasnya produksi
akibat faktor cuaca. Sementara itu kelompok yang
mencatat inflasi terendah adalah kelompok Makanan
Jadi.
Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan
III tahun 2015, maka 5 komoditas yang memberikan
sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota Denpasar
adalah cabai rawit, beras, Sekolah Menengah Pertama,
angkutan udara dan Sekolah Dasar. Sementara
komoditas yang paling sering mengalami inflasi adalah
beras, cakalang/sisik, susu kental manis, susu untuk
tulang/manula, sawi hijau.
mtm ytd yoy mtm ytd yoy mtm ytd yoy mtm ytd yoy
1 Bahan Makanan -0.09 2.78 2.48 -0,13 0,26 7,65 0.48 0.18 10.43 -1.26 1.94 10.31
2 Makanan Jadi 0.03 5.19 6.45 0,42 0,50 3,73 0.22 1.81 3.79 0.13 1.96 3.03
3 Perumahan, Air, LGA 0.96 4.05 4.98 -0,06 2,61 9,06 0.10 3.89 9.34 0.08 4.24 7.39
4 Sandang 0.15 2.43 2.99 -0,05 0,96 3,50 -0.19 1.25 2.81 1.73 3.77 4.95
5 Kesehatan 0.29 8.18 8.04 0,24 0,66 4,47 0.29 1.97 4.00 0.03 4.19 5.93
6 Pendidikan, Rekreasi, & OR 0.14 4.07 4.08 0,07 0,31 4,27 0.03 0.40 4.10 0.43 4.13 4.41
7 Transportasi & Komunikasi -0.37 1.20 2.00 0,53 -5,00 3,45 -0.13 -3.49 4.58 -0.75 -3.37 4.82
0.21 3.59 4.14 0.14 -0.08 5.88 0.14 0.84 6.60 -0.22 1.90 6.27
Tw I2014
Tw II Tw III2015
UMUM
No. Kelompok Barang Tw III
Komoditas Sumbangan
(qtq) Komoditas Frekuensi*
CABAI RAWIT 0.39 BERAS 3
BERAS 0.28 CAKALANG/SISIK 3
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 0.16 SUSU KENTAL MANIS 3
ANGKUTAN UDARA 0.09 SUSU UNTUK
TULANG/MANULA 3
SEKOLAH DASAR 0.08 SAWI HIJAU 3
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran
Tabel 2.2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota DenpasarTriwulan II 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
*) Threshold > 0,01% (mtm)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
51KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
mtm ytd yoy mtm ytd yoy mtm ytd yoy mtm ytd yoy
1 Bahan Makanan -3.01 0.20 12.35 1,01 -0,90 6,31 -1.05 -0.79 7.02 0.29 2.76 8.62
2 Makanan Jadi 0.13 5.74 12.51 0,23 2,09 14,74 0.15 2.98 12.00 0.11 3.04 8.89
3 Perumahan, Air, LGA 0.34 2.64 7.19 -0,01 2,99 10,86 -0.02 3.19 10.56 0.27 3.63 9.30
4 Sandang -0.13 2.07 6.17 0,73 1,26 6,83 1.64 4.65 8.93 0.45 6.72 9.73
5 Kesehatan 0.27 0.51 0.84 0,00 0,35 1,62 0.00 0.72 1.66 0.34 1.23 1.51
6 Pendidikan, Rekreasi, & OR 0.00 1.73 2.68 -0,14 0,41 9,12 0.04 0.45 8.00 1.25 3.05 3.68
7 Transportasi & Komunikasi 0.90 1.69 11.79 -0,03 -7,36 4,45 0.06 -5.32 5.55 -0.06 -5.24 5.25
UMUM -0.61 2.30 9.56 0.34 0.15 8.99 -0.18 0.81 8.72 0.27 2.17 7.92
Triwulan II Triwulan I Triwulan II Triwulan III
2015No. Kelompok Barang
2014
Komoditas Sumbangan (qtq) Komoditas Frekuensi*
DAGING AYAM RAS 0.26 KANGKUNG 3
BENSIN 0.20 GULA PASIR 3
KANGKUNG 0.15 BENSIN 3
TONGKOL PINDANG 0.09 DAGING AYAM RAS 2
BAWANG MERAH 0.08 CAKALANG/SISIK 2
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran
Tabel 2.4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
*) Treshold > 0,005% (mtm)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
b) Kota Singaraja
Sejalan dengan pergerakan inflasi Nasional dan
Denpasar, inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami
penurunan dari 8,72% (yoy) pada triwulan II 2015
menjadi menjadi 7,92% (yoy). Disparitas inflasi antara
Denpasar dan Singaraja semakin menyempit, yang
tidak lepas dari semakin solidnya upaya pengendalian
inflasi oleh TPID Kota Singaraja.
Berdasarkan kelompoknya, penurunan terjadi pada
kelompok bahan makanan jadi, perumahan, air dan
LGA serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Penurunan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
yang cukup tinggi, dari 8% (yoy) menjadi 3,68% (yoy)
merupakan dampak dari melandainya tekanan inflasi
akademi (perguruan tinggi). Sementara itu tekanan
inflasi kelompok lainnya masih meningkat.
Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang Juli s/d
September tahun 2015, maka 5 komoditas yang
memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota
Singaraja adalah daging ayam ras, bensin, kangkung,
tongkol pindang, dan bawang merah. Sementara
komoditas yang paling sering mengalami inflasi
adalah kangkung, gula pasir, bensin, daging ayam ras,
cakalang/sisik.
2.3. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi
Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 102013 2014 2015
yoy CORE VOLATILE ADMINISTERED
% yoy% yoy% yoy% yoy
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi52
pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh semua
kelompok baik volatile food, core inflation maupun
administered prices.
a) Volatile Food
Setelah melandai pada triwulan sebelumnya, tekanan
inflasi kelompok volatile food pada triwulan laporan
kembali menurun yang tidak lepas dari sinergitas upaya
pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID Provinsi
Bali.
Tren penurunan harga buah-buahan, sayur, daging,
dan bumbu-bumbuan masih berlanjut, seiring dengan
terkendalinya kondisi pasokan dan permintaan.
Ditengah melonjaknya permintaan daging sapi pada
momen perayaan Hari Raya Idul Adha, harga komoditas
ini di Provinsi Bali tercatat stabil. Hasil pemantauan
harga di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota
Denpasar maupun Singaraja tercatat tidak terdapat
kenaikan harga sebagai dampak terjaganya suplai.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dari luar
Bali, Pemerintah Provinsi Bali meningkatkan kuota
ekspor sapi. Dengan demikian, diharapkan kebutuhan
sapi menjelang Hari Raya dapat dipenuhi, sehingga
dapat menahan laju kenaikan harga.
Namun demikian, laju penurunan harga yang lebih
dalam masih tertahan oleh kenaikan harga sejumlah
komoditas seperti beras, cabai merah dan cabai rawit
akibat kekeringan di sejumlah sentra pertanian di Bali
maupun di daerah lain yang menjadi sumber pasokan
Provinsi Bali.
b) Administered Prices
Inflasi Administered Prices menurun, sehingga berada
jauh dibawah rata-rata historisnya selama 5 tahun
terakhir. Deflasi kelompok administered prices terutama
disumbangkan oleh penurunan harga angkutan
udara, seiring dengan penurunan pertumbuhan arus
penumpang udara.
Penurunan kelompok administered prices juga
merupakan dampak penurunan harga minyak dunia,
yang berpengaruh pada melandainya harga bensin, tarif
listrik dan bahan bakar rumah tangga. PT Pertamina
(Persero) memutuskan untuk menurunkan harga elpiji
non subsidi kemasan 12 kilogram (kg). Untuk wilayah
Bali, harga elpiji 12 kg di level agen turun Rp 6.400/
tabung terhitung sejak Rabu, 16 September 2015.
Dengan perubahan harga tersebut, maka harga jual
elpiji 12 kg di agen berada di kisaran harga Rp133.400/
tabung. Sementara harga di tataran konsumen akan
bervariasi menyesuaikan dengan jarak suplai poin.
Sebelumnya harga elpiji 12 kg di tingkat agen berada di
kisaran Rp139.800/tabung.
c) Core Inflation
Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti
tercatat cukup stabil dan masih berada dalam tren
penurunan. Di tengah bayang-bayang risiko pelemahan
Rupiah pada triwulan III 2015, laju inflasi kelompok inti
cukup stabil didukung oleh masih memadainya sisi
Grafik 2.20 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.21 Perkembangan Indeks Harga Komoditas Non Migas
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
53KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
Grafik 2.22 Nilai Penjualan Eceran
Grafik 2.24 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Karangasem
Grafik 2.23 Ekspektasi KonsumenSumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia
Sumber : SiGapura, diolah
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
-80-60-40-20020406080100120140
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7
2010 2011 2012 2013 2014 2015
growth (%,mtm) Nilai Penjualan Eceran (Rp Juta)
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Beras Cabe MerahCabe Rawit Bawang Merah
0
50
100
150
200
250
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015
supply dan terjaganya ekspektasi inflasi.
Interaksi permintaan dan penawaran
Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh
sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei
Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Bali.
Pergerakan Rupiah
Nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar
AS seiring dengan penguatan dollar AS terhadap hampir
seluruh mata uang di dunia. Pada September 2015,
secara point to point Rupiah melemah 9,3% dan ditutup
pada level Rp 14.650 per dollar AS pada akhir September
2015. Pelemahan Rupiah pada September 2015 sejalan
dengan mata uang negara peers lainnya, namun jauh
lebih rendah apabila dibandingkan dengan Real Brasil,
Ringgit Malaysia, Lira Turki dan Rand Afrika Selatan.
Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga
dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan.
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari sisi
konsumen relatif stabil. Hal ini tercermin pada hasil
Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Bali (grafik 2.23). Namun demikian, ekspektasi
inflasi masyarakat Bali masih relatif tinggi, sehingga
pengendalian ekspektasi inflasi sebagai langkah
antisipatif menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.
Optimalisasi forum strategis TPID dalam pemeliharaan
ekspektasi inflasi masyarakat dapat menjadi salah satu
alternatif solusi.
2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON
SAMPEL INFLASI
Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel
inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi
Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga
Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali.
Hasil pemantauan harga terhadap 7 komoditas
(penyumbang utama inflasi Bali) di Kabupaten
Karangasem menunjukkan bahwa sepanjang triwulan
III 2015 harga-harga cenderung stabil dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, dengan penurunan harga
cukup tinggi pada komoditas bawang merah.
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi54
Grafik 2.25 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Karangasem
Grafik 2.26 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar
Grafik 2.28 Perkembangan Inflasi Perdesaan (mtm)
Grafik 2.27 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Gianyar
Grafik 2.29 Perkembangan Inflasi Perdesaan (ytd
Sumber : SiGapura, diolah
Sumber : SiGapura, diolah Sumber : BPS, diolah
Sumber : SiGapura, diolah Sumber : BPS, diolah
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Daging Babi Daging Ayam
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Beras Cabe Merah Cabe Rawit
Bawang Merah Bawang Putih
-1.5-1
-0.50
0.51
1.52
2.53
3.54
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014 2015
Bali Nasional
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Daging Babi Daging Ayam
-4
-2
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Bali Nasional
Di lain sisi, pergerakan harga komoditas pertanian terpilih
di Kabupaten Gianyar menunjukkan peningkatan,
terutama untuk komoditas cabe merah dan cabai rawit.
Sementara itu, harga komoditas daging di Gianyar
menunjukkan pergerakan yang cukup stabil.
2.5. INFLASI PERDESAAN
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat
ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumah
Tangga Petani yang merupakan komponen dalam
Indeks Harga Yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri
dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu kelompok
bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok
perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan,
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta
kelompok transportasi dan komunikasi.
Tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan
menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di
sepanjang triwulan III 2015 menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi
pedesaan pada September 2015 tercatat sebesar 0,52%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang
55KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
tercatat sebesar -0,02% (yoy). Tingginya tekanan inflasi
pedesaan disebabkan oleh adanya kenaikan bahan
makanan yang juga terjadi di kota sampel inflasi di Bali.
Hal ini mendorong TPID untuk terus mengintensifkan
pengendalian inflasi, tidak hanya di daerah perkotaan,
namun juga di perdesaan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201556
BOKS B ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI
Upaya menjaga stabilisasi harga barang dan jasa
di daerah sangat ditentukan oleh perencanaan
program kerja yang terstruktur dan terintegrasi
serta harus memiliki keselarasan dengan arah tujuan
pembangunan daerah dan nasional. Dalam kaitan
ini, TPID Provinsi Bali telah menyusun suatu roadmap
pengendalian inflasi daerah yang berisi rencana
pelaksanaan berbagai program kerja dalam upaya
mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil yang
mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional yang
telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2015 s.d 2017
sebesar 4% + 1% dan tahun 2018 sebesar 3,5%
+1%.
a. Tujuan Penyusunan Roadmap Pengendalian
Inflasi Daerah
Untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan
tersebut diperlukan suatu roadmap pengendalian
inflasi daerah yang terstruktur dan terintegrasi yang
menjadi komitmen untuk dilaksanakan oleh semua
pemangku kepentingan di daerah. Secara ringkas
dapat dijelaskan bahwa tujuan penyusunan roadmap
pengendalian inflasi, yaitu :
• Sebagai policy guidance agar sinergi kebijakan
efektif
• Action plan bagi semua pihak untuk mencapai
inflasi yang rendah dan stabil baik untuk jangka
pendek maupun jangka menengah
• Pencapaian target inflasi daerah dan nasional
b. Tahapan penyusunan Roadmap pengendalian
inflasi daerah
Penyusunan roadmap pengendalian inflasi daerah
Provinsi Bali dimulai dengan beberapa tahapan yaitu :
• Melakukan identifikasi permasalahan pokok
berbagai permasalahan inflasi dan tantangannya
• Menetapkan langkah-langkah pengendalian
inflasi jangka pendek dan jangka menengah
• Memperoleh dukungan dan peran pemerintah
daerah, SKPD serta Kementerian/Lembaga
terkait.
Identifikasi permasalahan inflasi dan
tantangannya
Dalam rangka mencapai sasaran inflasi yang telah
ditetapkan tersebut dihadapkan pada tantangan
pengendalian inflasi, baik dari kelompok administered
prices, volatile food, maupun inti.
Berikut ini telah diidentifikasi permasalahan dan
tantangan pengendalian inflasi daerah Provinsi
Bali berdasarkan masing-masing kelompok inflasi
(gabungan dari seluruh komoditas).
57Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Inflasi Pangan Administered Prices Inti
Infrastruktur pertanian dan distribusi yang masih perlu dioptimalkan
Pasokan dipengaruhi oleh adanya keterbatasan beberapa produksi lokal Bali dan mata rantai distribusi yang masih cukup panjang
Perubahan lahan pertanian menjadi lahan komersial (alih fungsi lahan)
Produksi pangan rentan dengan gangguan pasokan (cuaca, iklim dan lain-lain)
Kendala pasokan antar waktu dan konektivitas antar daerah masih kurang
Durabilitas komoditas pangan tertentu (holtikultura) yang tidak tahan lama
Akses pembiayaan petani masih perlu dioptimalkan
Daerah surplus dan defisit pangan belum terkoneksi dengan baik
Ketergantungan transportasi darat pada BBM
Penurunan BBM tidak diikuti oleh penurunan tarif angkutan
Terbatasnya transportasi publik yang disubsidi Pemerintah
Tarif angkutan udara yang mengalami lonjakan pada saat peak season, di mana Bali merupakan daerah tujuan wisata.
Ekspektasi inflasi masih cukup tinggi terhadap peningkatan harga sewa rumah, kontrak rumah dan tukang bukan mandor
Langkah Pengendalian Inflasi Jangka Pendek
dan Menengah
Langkah kebijakan pengendalian inflasi daerah
Provinsi Bali dari sisi waktu pelaksanaan dibagi atas
jangka pendek (2015 / 2016) dan jangka menengah
(2017 / 2018) berdasarkan masing-masing kelompok
inflasi (gabungan seluruh komoditas).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201558
Inflasi Pangan Administered Prices Inti
Menjaga ketersediaan/pasokan pangan di pasar dalam jumlah yang memadai,
Mengkomunikasikan kepada publik tentang kondisi dan prognosa pangan pokok serta langkah-langkah antisipasi yang akan dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok,
Menambah produksi pangan melalui perluasan area tanam pertanian dan perbaikan irigasi serta penyediaan sarana produksi.
Membuat perda lahan abadi sesuai dengan UU No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan mengutamakan daerah yang memiliki subak paling luas.
Implementasi penerapan UU no. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dalam hal asuransi bagi petani
Melakukan program Program Urban Farming, Puspasari antara lain melalui penanaman cabe dan komoditas lainnya di pekarangan rumah yang menjadi sumber tekanan inflasi.
Mengembangkan PIHPS untuk mengurangi asymetric information harga pangan di tingkat konsumen.
Penguatan kelembagaan dan kapasitas SDM petani/peternak/nelayan serta dukungan implementasi teknologi tepat guna.
Memperkuat dan memperluas peran Pemerintah dan Bulog dalam rangka melakukan stabilisasi harga pangan.
Melakukan Operasi Pasar/Pasar Murah pada saat terjadi gejolak harga
Melaksanakan Sidak terhadap aktivitas penimbunan pangan dan menindak para pelakunya secara hukum.
Melakukan pemetaan surplus defisit komoditas pangan antar kabupaten dan melakukan perdagangan antar daerah (antar Kabupaten) antara daerah surplus dengan defisit dengan tujuan memperpendek rantai distribusi pangan.
Melakukan antisipasi dampak El Nino pada gejolak harga pangan 2015 dan dampak La Nina pada harga pangan 2016
Menjamin kelancaran arus distribusi pasokan energi di daerah (BBM, Elpiji)
Meningkatkan transparansi dan menjaga konsistensi dalam hal penetapan harga BBM termasuk langkah pengendaliannya terhadap penyesuaian tarif angkutan (antar kota dan dalam kota)
Merumuskan penetapan HET di Kabupaten/Kota
Melaksanakan operasi pasar oleh Pertamina (Elpiji 3 kg) saat terjadi kelangkaan pasokan di daerah
Melaksanakan Sidak/pengawasan terhadap aktivitas peninbunan BBM dan Elpiji dan pengenaan sanksinya
Memantau penetapan kebijakan penetapan tarif angkutan darat/laut/udara di daerah
Memberikan ekpektasi positif ke masyarakat akan kecukupan energi di daerah
Mengarahkan ekspektasi inflasi untuk mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil
Meningkatkan penyediaan bahan baku lokal untuk mengurangi impor bahan baku
Kebijakan pengendalian inflasi Daerah Provinsi Bali dalam Jangka Pendek (2015 / 2016)
59Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Inflasi Pangan Administered Prices Inti
Mempercepat penyelesaian pembangunan infrastruktur pertanian seperti waduk, irigasi dan bendungan, serta infrastruktur distribusi, dermaga dan pelabuhan.
Memperluas kerjasama perdagangan antar daerah surplus defisit secara intensif yang dilakukan antar provinsi.
Perbaikan pola tanam (menyesuaikan dengan kondisi iklim dan cuaca)
Penanganan pasca panen untuk menjamin pasokan antar waktu (cold storage)
Stabilisasi harga di tingkat Produsen dalam rangka menjamin kontuinitas produksi pangan oleh petani.
Stabilitas harga di tingkat konsumen melalui pembentukan pasar penyeimbang di pasar secara berkesinambungan. Peran ini bisa dilaksanakan oleh Bulog atau PD. Pasar bekerjasama dengan Bulog.
Melanjutkan dan memperluas Program Urban Farming, Puspasari a.l melalui penanaman cabe dan komoditas lainnya di pekarangan rumah yang menjadi sumber tekanan inflasi
Implementasi secara efektif di daerah atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
Pengembangan dan optimalisasi informasi harga pangan sampai tingkat produsen.
Mereview mekanisme distribusi BBM /LPG di daerah
Mereview mekanisme kebijakan penetapan tarif angkutan di daerah
Meningkatkan jumlah SPBU dan secara merata di seluruh wilayah
Menerapkan sistem harga LPG 3 kg per wilayah
Meningkatkan peran Pemda terhadap penetapan tarif angkutan di daerah
Mengarahkan ekspektasi inflasi untuk mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil
Meningkatkan penyediaan bahan baku lokal untuk mengurangi impor bahan baku
Kebijakan pengendalian inflasi Daerah Provinsi Bali dalam Jangka Menengah (2017 sd 2018)
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi60
Halaman ini sengaja dikosongkan
61KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
kajian ekonomi dan keuangan regional
PERBANKAN DANSISTEM PEMBAYARAN
BAB III
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi62
63KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK
UMUM
Stabilitas sistem keuangan Provinsi Bali pada triwulan
III 2015 masih terjaga dengan sedikit perlambatan
pertumbuhan asset dan sedikit penurunan indikator
fungsi intermediasi. Sementara indikator kualitas kredit
pada periode laporan mencatat perbaikan. Asset bank
umum pada triwulan III 2015 mencapai Rp 92,28 triliun
atau tumbuh sebesar 10,09% (yoy) dan menunjukkan
perlambatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan
triwulan sebelumnya (11,34%, yoy). Perlambatan
pertumbuhan asset tersebut didorong oleh perlambatan
pertumbuhan kelompok asset bank umum pemerintah
dan bank umum swasta Di sisi lain, asset bank asing
campuran mengalami peningkatan pertumbuhan
hingga mencapai 25,77% (yoy).
Pada triwulan III 2015 share asset kelompok bank umum
pemerintah dan kelompok bank umum asing mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 60,21% dan
2,68%. Sementara itu share asset kelompok bank
umum swasta nasional mengalami penurunan menjadi
sebesar 37,11%. Peningkatan share bank umum
pemerintah yang diiringi oleh penurunan share asset
kelompok bank umum swasta nasional berdampak
pada peningkatan pengaruh bank pemerintah terhadap
kinerja bank umum secara keseluruhan.
I II III IV I II IIIAset 75,053 79,504 83,829 85,782 85,393 88,520 92,288
g Asset (%, yoy) 15.74 16.85 14.54 13.55 13.78 11.34 10.09Kredit Umum 50,329 52,826 55,088 57,209 57,967 59,777 60,972
g Kredit (%, yoy) 21.51 17.99 16.80 16.16 15.18 13.16 10.68 Modal Kerja 19,989 21,292 22,257 22,749 22,941 23,765 24,012 Investasi 11,351 11,898 12,552 13,404 13,626 13,876 14,141 Konsumsi 18,989 19,636 20,279 21,056 21,400 22,137 22,819 Kredit UMKM 20,210 21,611 22,224 22,951 23,879 24,826 25,307 Pangsa Kredit UMKM 40.16 40.91 40.34 40.12 41.19 41.53 41.51
Dana Pihak Ketiga 63,896 66,500 70,536 70,510 72,015 73,580 76,545g DPK (%, yoy) 14.14 14.97 13.29 9.77 12.71 10.65 8.52
Deposito 20,494 21,711 23,531 24,725 26,690 27,514 27,445g Deposito (%, yoy) 23.89 27.93 30.41 25.08 30.24 26.73 16.63
Giro 12,229 13,829 14,110 11,965 12,862 13,709 15,002g Giro%, yoy) 2.76 14.82 5.46 2.15 5.17 -0.87 6.32
Tabungan 31,174 30,960 32,895 33,820 32,463 32,357 34,098g Tabungan(%, yoy) 13.19 7.41 6.68 3.26 4.14 4.51 3.66
NPL (Gross) 0.70 1.66 0.95 0.91 1.34 1.91 1.89LDR 78.77 79.44 78.10 81.14 80.49 81.24 79.66
20152014Indikator Bank Umum
Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali(dalam miliar Rp)
Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit Grafik 3.2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
510152025303540
I II III IV I II III
2014 2015
Nominal Asetgrowth Asetgrowth Kredit (skala kanan)growth DPK Bali
%, yoy Rp Miliar
0
5
10
15
20
25
30
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III2014 2015
Share Bank Pemerintah Share Bank Asing & Campuran
Share Bank Swasta Nasional growth Bank Swasta Nas
growth Bank Asing & Campuran growth Bank PemerintahShare, % %, yoy
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi64
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan III
2015 menunjukkan kinerja yang cukup baik. Rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan
ini cukup terjaga, tercatat sebesar 79,66%, sedikit
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 81,24%. Penurunan tersebut seiring
dengan peningkatan prinsip kehati-hatian perbankan
yang lebih selektif seiring dengan peningkatan resiko
ketidakpastian di dunia usaha sebagai dampak
ketidakpastian global.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Grafik 3.5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank
Grafik 3.4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3.6 Pertumbuhan DPK
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III
2014 2015
LDR Bank PemerintahLDR Bank Swasta NasionalLDR Bank Asing dan CampuranLDR
%
05
1015202530
I II III IV I II III
2014 2015
%
Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran
Bank Pemerintah Total Bank Umum
05
1015202530
I II III IV I II III
2014 2015
%
Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran
Bank Pemerintah Total Bank Umum
-505101520253035
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III
2014 2015
Share Deposito Share TabunganShare Giro Growth GiroGrowth Tabungan Growth Deposito
% %, yoy
Berdasarkan kelompok bank, LDR terbesar pada
kelompok bank umum pemerintah terjaga sebesar
83,11%. Sedangkan pada kelompok bank umum
swasta nasional dan bank umum asing campuran
memiliki LDR lebih rendah dibanding bank umum
pemerintah, yaitu masing-masing sebesar 76,74% dan
38,75%.
3.1.1.1 Penghimpunan Dana
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank
umum pada triwulan III 2015 mencapai Rp76,54 triliun,
atau tumbuh 8,52% (yoy). Pertumbuhan tersebut
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 10,65% (yoy). Perlambatan pertumbuhan
DPK tersebut terjadi pada deposito dan tabungan
seiring dengan kebutuhan uang tunai masyarakat yang
mengalami peningkatan pada kebutuhan hari raya dan
musim liburan sekolah.
DPK jenis tabungan pada triwulan III 2015 tercatat
sebesar Rp34,09 triliun, atau tumbuh sebesar 3,66%
(yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
yang sebesar 4,51% (yoy). Selain itu, perlambatan
juga terjadi pada pertumbuhan deposito yang tercatat
sebesar 16,63% (yoy) dengan nominal Rp 27,4 triliun,
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 26,73% (yoy). Penurunan tersebut seiring
65KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
dengan penurunan suku bunga rata-rata tertimbang
deposito pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar
7,46%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sebesar 7,64%.
Di sisi lain, Giro yang dihimpun oleh bank umum
di Provinsi Bali pada triwulan III 2015 mengalami
peningkatan. Setelah terkontraksi sebesar -0,87% (yoy)
pada triwulan II 2015, giro tercatat tumbuh sebesar
6,32% (yoy) sehingga mencapai Rp 15 triliun pada
triwulan III 2015.
3.1.1.2. Penyaluran Kredit
Penyaluran kredit bank umum pada triwulan III 2015
masih melanjutkan tren perlambatan pertumbuhan
seiring dengan peningkatan prinsip kehati-hatian
perbankan ditengah ketidakpastian perekonomian
global yang berdampak pada penurunan kinerja
perekonomian Bali. Selain itu, perlambatan pertumbuhan
kredit Provinsi Bali yang sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan kredit nasional ini juga disebabkan oleh
masih berlanjutnya tren peningkatan suku bunga bank.
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar kredit
yang disalurkan digunakan sebagai modal kerja dengan
share mencapai 39,38% dari total kredit. Pada triwulan
III 2015, kredit modal kerja tercatat sebesar Rp24
triliun, tumbuh sebesar 7,89% (yoy) lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
11,62% (yoy). Sementara itu, kredit produktif lainnya
yaitu kredit investasi yang pada triwulan III 2015
mencapai Rp14,1 triliun, memiliki share sebesar
23,19% dari total kredit. Pada triwulan III 2015 kredit
investasi tumbuh sebesar 12,66%(yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar
16,62% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan
perlambatan pertumbuhan kinerja investasi swasta di
Provinsi Bali yang masih tumbuh terbatas.
Di sisi lain, kredit konsumsi tumbuh stabil dari 12,73%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 12,53% (yoy)
dengan nominal sebesar Rp22,81 triliun pada triwulan
III 2015. Stabilnya pertumbuhan kredit konsumsi pada
triwulan III 2015 ini seiring dengan mulai pulihnya daya
beli masyarakat di Provinsi Bali meskipun belum mampu
mendorong peningkatan pertumbuhan total kredit.
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Perbankan
Grafik 3.8 Komposisi Kredit
Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga
0
5
10
15
20
25
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
I II III IV I II III
2014 2015
Kredit
growth Kredit (skala kanan)
Rp Miliar %, yoy
0
10
20
30
40
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III
2014 2015
%,yoyshare,%
KonsumsiInvestasiModal Kerjagrowth Modal Kerjagrowth Kr. Investasi (skala kanan)growth Kr. Konsumsi (skala kanan)
0.001.002.003.004.005.006.007.008.00
4
6
8
10
12
14
16
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014 2015Spread (rhs) Suku Bunga KreditSB Deposito BI RateSB LPS
% %
Berdasarkan kategori ekonomi yang produktif, sejak
beberapa tahun terakhir sebagian besar kredit yang
disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bali terkonsentrasi
kepada kedua kategori yang merepresentasikan
perkembangan pariwisata Provinsi Bali yaitu pelaku
usaha kategori perdagangan besar dan eceran, serta
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi66
penyediaan akomodasi dan makan minum. Pada
periode laporan, kredit kategori perdagangan besar dan
eceran memiliki share sebesar 31,18%. Kredit terbesar
selanjutnya adalah kategori penyediaan akomodasi dan
makan minum dengan share mencapai 10,32%
3.1.2. Non Performing Loan (NPL)
Rasio kredit bermasalah atau biasa dikenal dengan Non
Performing Loan Provinsi Bali masih terjaga di bawah
5%. NPL pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar
1,89% menunjukkan perbaikan jika dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 1,91%.
I II III IV I II IIIPerdagangan Besar dan Eceran 14,736 15,865 16,574 17,460 17,966 18,747 19,008Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,614 5,825 5,969 6,252 6,515 6,439 6,295Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perusahaan 1,689 1,616 1,678 1,779 1,775 1,789 1,851Indust ri Pengolahan 1,619 1,669 1,886 1,935 1,838 1,813 1,807Perantara Keuangan 2,227 2,130 2,140 2,185 2,168 2,262 2,367Jasa Kemasyarakatan 1,330 1,475 1,692 1,452 1,310 1,345 1,310Konst ruksi 1,825 2,090 2,206 2,230 2,167 2,282 2,333Pertanian 948 1,011 1,075 1,146 1,219 1,286 1,346Lainnya 20,342 21,145 21,868 22,768 23,008 23,813 24,655
Sektor Ekonomi2014 2015
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori(dalam miliar Rp)
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Kredit
Grafik 3.11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank
0.00
2.00
4.00
6.00
I II III IV I II III
2014 2015
NPL,% NPL Total Kredit
NPL Kredit Modal Kerja
NPL Kredit Investasi
NPL Kredit Konsumsi
0
1
1
2
2
3
I II III IV I II III
2014 2015
Bank PemerintahNPL TotalBank Asing & CampuranBank Swasta Nasional
NPL, %
Berdasarkan jenis penggunaannya, penurunan NPL
tersebut bersumber dari penurunan NPL kredit investasi
dari sebesar 3,95% pada triwulan II 2015 menjadi
sebesar 3,19% pada triwulan III 2015. Sementara itu,
rasio NPL kredit modal kerja sebesar 2,34% dan NPL
kredit konsumsi terjaga sebesar 0,60% pada triwulan
III 2015.
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT (BPR)
Sejalan dengan perkembangan bank umum, kinerja
BPR pada triwulan III 2015 masih terjaga. Asset BPR
pada triwulan III 2015 tumbuh mencapai 20,82%(yoy),
sedikit lebih rendah dari triwulan II 2015 yang mencapai
21,22% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan
perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit dan DPK.
Namun demikian, perlambatan pertumbuhan tersebut
masih diiringi dengan peningkatan kualitas kredit. NPL
BPR mengalami perbaikan dengan penurunan NPL dari
sebesar 3,10% pada triwulan sebelumnya menjadi
sebesar 3,03% pada triwulan III 2015. Kondisi tersebut
didukung oleh masih terjaganya fungsi intermediasi BPR
dengan LDR sebesar 80,54% pada triwulan III 2015.
Pertumbuhan penyaluran kredit BPR pada triwulan III
2015 mengalami perlambatan yaitu dari 18,77% pada
triwulan sebelumnya menjadi 16,81% dengan nominal
Rp7,95 triliun. Secara klasifikasi jenis penggunaan,
kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit
produktif yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi
dengan porsi masing-masing sebesar 51,03% dan
12,38% dari total kredit, sedangkan kredit konsumsi
mencapai 36,58%.
67KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
Indikator BPR 2014 2015
I II III IV I II III
Aset 7,982
8,250
8,719
9,380
9,604
10,001
10,534
g Asset (%, yoy) 23.89 18.98 17.57 21.80 20.31 21.22 20.82
Kredit Umum 6,257 6,520 6,808 7,120 7,328 7,744 7,952
g Kredit (%, yoy) 25.67 21.61 19.09 19.85 17.11 18.77 16.81
Modal Kerja 3,224 3,330 3,466 3,607 3,710 3,919 4,058
Investasi 699 743 818 869 908 968 985
Konsumsi 2,334 2,447 2,524 2,643 2,710 2,857 2,909
Dana Pihak Ketiga 5,194 5,265 5,501 5,905 6,053 6,248 6,478
g DPK (%, yoy) 24.53 18.73 16.37 19.09 16.53 18.67 17.76
Deposito 3,520 3,510 3,515 3,774 4,039 4,444 4,644
g Deposito (%, yoy) 23.29 18.95 10.62 12.65 14.74 26.58 32.11
Tabungan 1,675 1,755 1,985 2,131 2,015 1,805 1,834
g Tabungan(%, yoy) 27.23 18.28 28.18 32.50 20.30 2.83 -7.64
NPL (Gross) 2.56 2.97 2.68 2.37 3.31 3.10 3.03
LDR 82.57 82.71 84.13 78.96 80.11 81.67 80.54
Tabel 3.3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali(dalam miliar Rp)
Grafik 3.12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK Grafik 3.13 Loan to Deposit Ratio (LDR)
0
5
10
15
20
25
30
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III
2014 2015
%Miliar Rupiah Aset Growth Aset
Growth DPK Growth Kredit
70
75
80
85
90
I II III IV I II III
2014 2015
%
Disisi lain, penghimpunan dana dari masyarakat pada
triwulan III 2015 oleh BPR tercatat sebesar Rp6,47
triliun atau tumbuh sebesar 17,76% (yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,67%
(yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut
disebabkan kontraksi pertumbuhan tabungan
pada triwulan III 2015 mencapai -7,64% (yoy), dari
pertumbuhan sebesar 2,83% (yoy) pada triwulan
II 2015 seiring dengan meningkatnya konsumsi
masyarakat untuk kebutuhan hari raya. Di sisi lain,
pertumbuhan deposito BPR pada triwulan III 2015
mengalami peningkatan mencapai 32,11% (yoy), jauh
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 26,58% (yoy).
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN
KABUPATEN/KOTA
Secara spasial, perkembangan industri perbankan dan
kondisi financial inclusion di Provinsi Bali masih belum
merata dan terkonsentrasi di Bali Selatan. Hal ini tidak
terlepas dari masih terjadinya disparitas ekonomi antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
Perkembangan terakhir akan persebaran ketersediaan
layanan perbankan di Provinsi Bali masih didominasi
oleh kuatnya peranan Kota Denpasar dan Kabupaten
Badung. Dari sisi ekonomi, perkembangan tersebut turut
berdampak pada ketidakseimbangan jasa pelayanan
keuangan inklusif yang dilakukan perbankan di Bali.
KEKR TW III 2015 Perkembangan Inflasi68
Salah satunya terlihat pada jumlah kantor bank yang
di Kota Denpasar mencapai 299 kantor, sedangkan di
Kabupaten Bangli hanya terdapat mencapai 25 kantor
bank. Sama halnya dengan ketersediaan layanan ATM
yang di Kota Denpasar mencapai 1053 sedangkan
di Bangli hanya tersedia 26 ATM. Kondisi tersebut
merupakan kondisi umum ketika bank follows the trade
di mana pusat perkembangan perekonomian Provinsi
Bali terkonsentrasi di Bali Selatan.
Kondisi serupa juga terlihat dari persebaran DPK
dan kredit per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada
September 2015 dimana Kabupaten Badung dan
Denpasar masih menjadi Kabupaten/Kota yang
mendominasi penyerapan kredit ataupun DPK di sistem
keuangan Provinsi Bali. Di sisi lain, kebutuhan akan
peran perbankan dalam perekonomian daerah-daerah
yang minim sumber pendanaan cukup besar, terlihat
dari hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali
Grafik 3.14 Jumlah Kantor Bank per 1.000Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
0.18
0.19
0.31
0.57
0.36
0.26
0.15
0.16
0.46
0.00 0.20 0.40 0.60
Kab. Buleleng
Kab. Jembrana
Kab. Tabanan
Kab. Badung
Kab. Gianyar
Kab. Klungkung
Kab. Bangli
Kab. Karangasem
Kota Denpasar
Grafik 3.15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
85
39
105
253
134
35
25
48
299
0 100 200 300 400
Kab. Buleleng
Kab. Jembrana
Kab. Tabanan
Kab. Badung
Kab. Gianyar
Kab. Klungkung
Kab. Bangli
Kab. Karangasem
Kota Denpasar
Grafik 3.16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa
Grafik 3.17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
0.280.15
0.372.15
0.790.35
0.160.24
1.63
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Kab. BulelengKab. JembranaKab. Tabanan
Kab. BadungKab. Gianyar
Kab. KlungkungKab. Bangli
Kab. KarangasemKota Denpasar
13030
126959
29547
2671
1053
0 200 400 600 800 1000 1200
Kab. BulelengKab. JembranaKab. Tabanan
Kab. BadungKab. Gianyar
Kab. KlungkungKab. Bangli
Kab. KarangasemKota Denpasar
memiliki LDR lebih dari 100% seperti salah satunya di
daerah Kabupaten Bangli yang memiliki Loan to Deposit
Ratio (LDR) mencapai 177%.
69KEKR TW III 2015Perkembangan Inflasi
BulelengDPK : Rp 3,2 T
KREDIT : Rp 6,05 T
TabananDPK : Rp 2,1 T
KREDIT : Rp 5,54 T
BadungDPK : Rp 12,6 T
KREDIT : Rp 21,9 T
KarangasemDPK : Rp 1,56 T
KREDIT : Rp 2,55 T
BangliDPK : Rp 0,9 T
KREDIT : Rp 1,6T
GianyarDPK : Rp 2,7 T
KREDIT : Rp 5,6 TDenpasar
DPK : Rp 51TKREDIT : Rp 30,8 T
KlungkungDPK : Rp 1,15 T
KREDIT : Rp 1,53 T
JembranaDPK : Rp 1,1 T
KREDIT : Rp 2,2 T
Indikator 2014 2015
I II III IV I II III
Inflow (Rp Miliar) 3,331 2,607 3,269 2,392 4,086 2,810 3,669
Outflow (Rp Miliar) 2,382 2,669 4,422 3,630 2,089 3,464 4,899
Net Inflow/(Outflow) 949 (62) (1,153) (1,238) 1,996 (654) (1,230)
Penukaran (Rp Juta) 84 81 94 93 64 16 17 Temuan Uang Palsu (lembar) 1,155 1,001 986 1,591 1,477 882 1,013
Tabel 3.4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali September 2015
Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran
Tunai
3.4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan
Keluar (Outflow) serta Kegiatan
Penukaran
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran
uang kartal pada triwulan III 2015 menunjukkan
berlanjutnya tren net outflow. Kondisi tersebut seiring
dengan peningkatan kebutuhan uang untuk transaksi
seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian.
Kondisi net outflow tersebut juga didorong oleh
peningkatan realisasi APBD pemerintah seiring dengan
peningkatan belanja langsung.
Outflow yang tercatat oleh Bank Indonesia pada triwulan
laporan adalah sebesar Rp 4,8 triliun meningkat sebesar
41,40% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Dengan
demikian posisi aliran uang kartal pada periode laporan
tercatat sebesar Rp1,23 triliun (net outflow)
Grafik 3.18 Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik 3.19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling (2,000)
(1,000)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
I II III IV I II III IV I II III2013 2014 2015
Net Inflow/(Outflow) Inflow Outflow
Miliar Rp
0
5
10
15
20
25
30
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
I II III IV I II III IV I II III2013 2014 2015
Nominal Kas Keliling Frekuensi (skala kanan)
Juta Rp Frekuensi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201570
3.4.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Bank Indonesia terus berkomitmen dalam
meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat
(clean money policy), dengan menarik uang lusuh/rusak
dari aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow).
Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan
kegiatan penukaran uang dan kegiatan kas keliling. Di
Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke
Nusa Penida (Kabupaten Klungkung) yang merupakan
salah satu daerah terluar di Provinsi Bali.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan uang kartal
yang layak edar dan pecahan yang tepat Bank Indonesia
melakukan kegiatan penukaran uang dan perkasan.
Kegiatan penukaran selain dilakukan melalui kegiatan
kas keliling. Frekuensi layanan kas keliling pada triwulan
III 2015 mencapai 20 kali.
Jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan III
2015 sebanyak 1013 lembar, meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 882 lembar.
Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus dilakukan
kepada masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali
untuk meminimalisir peredaran uang palsu. Di samping
itu, Bank Indonesia senantiasa mengintensifkan
kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan
peredaran uang palsu.
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran
Nontunai
3.4.2.1. Perkembangan Kliring
Seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian,
aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan
baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada
triwulan III 2015 jumlah nominal perputaran kliring
mencapai Rp14 triliun, meningkat sebesar 38,69%
(qtq). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi
kliring pada triwulan III 2015 juga menunjukkan
peningkatan sebesar 37,75% (qtq).
Pada triwulan III 2015 jumlah tolakan cek/bilyet giro
kosong tercatat sebesar 8,4 ribu lembar dengan nominal
sebesar Rp343 miliar. Jumlah lembar tolakan tersebut
mengalami peningkatan sebesar 5,26%(qtq) dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,95 ribu
lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai 1,49% dari
total lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan
III 2015. Sedangkan secara nominal, tolakan cek/bilyet
giro kosong mengalami penurunan mencapai -3,1%
(qtq). Nominal tolakan tersebut mencapai 2,45% dari
keseluruhan nominal transaksi kliring triwulan III 2015.
Indikator 2014 2015
I II III IV I II III
PERPUTARAN KLIRING
Lembar (ribu) 543 540 553 574 551 408 562
Nominal Kliring (Rp Miliar) 12,853 12,833 13,753 14,507 13,548 10,096 14,002 - Rata-rata lembar per hari (ribu lembar) 8.91 9.47 9.06 9.11 8.89 6.69 9.37
- Rata-rata nominal per hari (Rp miliar) 211 225 225 230 219 166 233
TOLAKAN CEK/BG KOSONG
Lembar (ribu) 8.06 9.09 8.56 7.60 8.05 7.95 8.4 Nominal Cek/BG Kosong (Rp miliar) 321 314 522 640 356 354 343
- Rata-rata lembar per hari (ribu lembar) 0.13 0.16 0.14 0.12 0.13 0.13 0.14
- Rata-rata nominal per hari (Rp miliar rupiah) 5.26 5.51 8.56 10.15 5.74 5.80 5.72
Tabel 3.6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
71Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Indikator 2014 2015
I II III IV I II III
RTGS dari Bali
Nilai transaksi (Rp Miliar) 42,024 31,878 29,728 35,585 35,129 34,327 25,721
Jumlah transaksi 20,507 20,973 19,634 23,192 12,945 13,254 12,100
RTGS ke Bali
Nilai Transaksi (Rp Miliar) 19,201 17,724 15,355 18,166 15,608 17,304 15,727
Jumlah Transaksi 19,855 20,268 18,642 21,460 14,002 14,337 12,775
RTGS Antara
Nilai Transaksi (Rp Miliar) 3,866 4,281 4,840 6,219 4,076 5,226 4,713
Jumlah Transaksi 4,631 4,677 4,260 5,197 3,468 3,618 3,192
Tabel 3.7 Perkembangan Transaksi RTGS
Grafik 3.20 Perkembangan Kliring Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali
Grafik 3.21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali
0100200300400500600700800
02,0004,0006,0008,000
10,00012,00014,00016,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015Nominal Kliring Lembar
Miliar Rp Ribu Lembar
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
I II III IV I II III IV I II III2013 2014 2015
Nilai Transaksi (Miliar Rp) Jumlah Transaksi
Miliar Rp Volume
0
2
4
6
8
10
0100200300400500600700
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Nominal Cek/BG Kosong Lembar (skala kanan)
Miliar Rp Ribu Lembar
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III2013 2014 2015
Nilai Transaksi (Miliar Rp)
Jumlah Transaksi
Miliar Rp Volume
3.4.2.2. Perkembangan Real Time Gross
Settlement (RTGS)
Transaksi nontunai RTGS pada triwulan III 2015
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Transaksi RTGS dari Bali mencapai Rp25,72
triliun atau turun -4,18% (qtq). Sejalan dengan
penurunan tersebut, nilai transaksi RTGS ke Bali turut
mengalami penurunan mencapai Rp15,7 triliun. Sama
halnya dengan transaksi RTGS yang terjadi di dalam
Provinsi Bali juga mengalami penurunan dari Rp 5,26
triliun menjadi sebesar Rp 4,7 triliun.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201572
“PENTINGNYA STABILITAS SISTEM KEUANGAN”Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia mempunyai
satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan
nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain. Dalam
mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung
oleh tiga bidang tugas antara lain; Menetapkan
dan Melaksanakan Kebijakan Moneter, Mengatur
dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran, serta
Stabilitas Sistem Keuangan. Dalam seri periode kali
ini, kami akan menyajikan pemahaman singkat
terkait pentingnya stabilitas sistem keuangan.
Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu kondisi
yang memungkinkan sistem keuangan nasional
untuk berfungsi secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan
eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau
pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian nasional (PBI No.16/11/
PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Makroprudensial). Dengan terjaganya stabilitas
sistem keuangan, suatu negara diharapkan mampu
bertahan (resilience) dari shocks risiko sistemik
yang terjadi baik di lingkungan eksternal maupun
domestik sehingga dapat terhindar dari krisis. Krisis
Asia 1997/1998 dan krisis global 2008 memberikan
pelajaran bahwa biaya dari penanganan krisis
sangat mahal (biaya pemulihan krisis 1997 – 1998
di Indonesia adalah sebesar 51% dari PDB). Selain
itu, jangka waktu pemulihan kondisi perekonomian
tersebut juga sulit untuk diprediksi.
Mengingat pentingnya stabilitas sistem keuangan,
diperlukan pengawasan secara makroprudensial
maupun mikroprudensial. Berdasarkan UU No.21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
Bank Indonesia (BI) bersama dengan Kementerian
Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) secara bersama
– sama di dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan (FKSSK) berwenang untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan. Dalam pasal 7 (tujuh)
dijelaskan bahwa pengaturan dan pengawasan
mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-
hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup
pengaturan dan pengawasan mikroprudensial yang
menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup
pengaturan dan pengawasan makroprudensial,
yakni pengaturan dan pengawasan selain yang
diatur dalam pasal dimaksud, merupakan tugas dan
wewenang Bank Indonesia.
Apakah yang disebut dengan sistem keuangan?
Sistem keuangan merupakan kumpulan institusi
dan pasar yang mana terdapat interaksi di dalamnya
dengan tujuan mobilisasi dana dari surplus unit (pihak
yang kelebihan dana) ke defisit unit (pihak yang
kekurangan dana), dengan menggunakan instrumen
keuangan.
Sistem Keuangan terdiri atas lembaga keuangan,
pasar keuangan, serta perusahaan non keuangan
dan rumah tangga yang saling beinteraksi dalam
pendanaan dan/atau penyediaan pembiayaan
perekonomian yang didukung oleh suatu infrastruktur
keuangan seperti sistem pembayaran, kliring efek, dan
deposit insurance. Secara umum, institusi keuangan,
dalam hal ini financial intermediaries, dapat dibagi
SERI KEBANKSENTRALAN
73Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
menjadi dua yaitu depository institution dan non-
depository institution. Depository Financial Institution
merupakan institusi yang menerima simpanan dari
surplus unit dan menyediakan kredit kepada deficits
unit melalui re-package jasa/instrumen yang tersedia
(contoh: perbankan). Sedangkan Non-Depository
Institution memperoleh dana dari sumber selain
deposits (contoh: perusahaan pembiayaan, asuransi,
securities firm, dana pensiun, dan lain sebagainya).
Tanpa adanya institusi keuangan, information cost
dan transaction cost dari transaksi pasar keuangan
dapat menjadi sangat mahal.
Pengawasan Makroprudensial
Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan
untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia
agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara
menyeluruh maupun individual, dan mampu
memelihara kepentingan masyarakat dengan baik
serta bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Setelah terbitnya UU No.21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan, pengawasan perbankan
dan otoritas pengaturan telah dipindah dari Bank
Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Berdasarkan PBI No. 16/11/PBI/2014 tanggal
1 Juli 2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Makroprudensial, pengaturan dan pengawasan
makroprudensial difokuskan pada mencegah dan
Sumber: Frederic S. Mishkin – The Economics of Money, Banking and Financial Markets
mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi
intermediasi yang seimbang dan berkualitas, dan
meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses
keuangan.
Ruang lingkup kebijakan makroprudensial adalah
pengaturan makroprudensial, pengawasan
makroprudensial, dan pengaturan dan
pengembangan akses keuangan. Adapun instrumen
pengaturan makroprudensial antara lain adalah:
1. Memperkuat ketahanan permodalan dan
mencegah leverage yang berlebihan
2. Mengelola fungsi intermediasi dan
mengendalikan risiko kredit, risiko likuiditas,
risiko nilai tukar, dan risiko suku bunga, serta
risiko lainnya yang berpotensi menjadi risiko
sistemik
3. Membatasi konsentrasi eksposur (exposure
concentration)
4. Memperkuat ketahanan infrastruktur keuangan
5. Meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan
akses keuangan
Sedangkan untuk pengawasan makroprudensial
terdiri dari:
1. Pemantauan perkembangan kondisi sistem
keuangan
2. Identifikasi dan analisis risiko sistem keuangan
3. Penilaian risiko sistem keuangan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201574
4. Penyampaian sinyal risiko sistemik
Bank Indonesia melakukan pengawasan
makroprudensial melalui surveilans sistem keuangan
dan melakukan pemeriksaan terhadap systemically
important bank dan/atau bank lainnya yang memiliki
common exposure yang berpotensi memberikan
dampak sistemik dan lembaga lainnya yang memiliki
keterkaitan dengan bank jika diperlukan untuk
meyakini risiko sistemik yang bersumber dari kegiatan
usaha bank.
Terkait dengan pengaturan dan pengembangan akses
keuangan, ruang lingkup kebijakan makroprudensial
adalah (i) kebijakan keuangan inklusif dan (ii) kebijakan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah
melalui perbankan sebagai objek pengaturan dan
pengembangan akses keuangan.
Bank Indonesia mengawasi adanya gejala risiko
sistemik yang mungkin pemicunya ditimbulkan oleh
permasalahan di suatu elemen sistem keuangan/
beberapa elemen sistem keuangan atau kondisi
makroekonomi. Berdasarkan PBI No.16/11/
PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Makroprudensial, Risiko Sistemik adalah potensi
instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan
yang menular (contagion) pada sebagian atau
seluruh sistem keuangan karena interaksi dari faktor
ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity),
keterkaitan antar institusi dan/atau pasar keuangan
(interconnectedness), serta kecenderungan perilaku
yang berlebihan dari pelaku atau institusi keuangan
untuk mengikuti siklus perekonomian (procyclicality).
Parameter dan indikator analisis risiko sistemik
ditinjau dari berbagai aspek seperti risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar, efisiensi, resiliensi, risiko
konsentrasi, excessive lending growth, dan leverage.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
menganalisa risiko sistemik adalah sebagai berikut:
Risiko Kredit Risiko Likuiditas Risiko Pasar Efisiensi
- Pertumbuhan kredit - Komposisi portofolio - Konsentrasi exposure
dan counterparty - Kualitas penyediaan
dana secara total maupun per karakteristik kecukupan pencadangan
- Debt service ratio
- Funding concentration - Kecukupan alat likuid - LDR
- PDN - Sensitivity SSB fixed
rate - Marked to Market
SUN - Net interest income
- Return on assset (ROA)
- Rasio net interest margin (NIM)
- BOPO - Cost to income ratio - Overhead cost to
operational cost
Resiliensi Excessive Lending Growth
Risiko Konsentrasi Leverage
- CAR - Pertumbuhan
Modal/Pertumbuhan ATMR
- Modal inti/ATMR - Modal inti/Total Aset - Pertumbuhan modal
inti/Total Aset
- Credit growth - Credit to GDP - Sectoral credit growth
- Rasio Debitur Inti - Rasio Kredit per
Sektor Ekonomi - Rasio KPR dan KKB
- Levarage Ratio - Debt to Equity Ratio
Korporasi - Debt to Income Ratio
75Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Melalui pengawasan perbankan baik secara
makroprudensial maupun mikroprudensial, early
warning indicators akan suatu sistem keuangan
diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga
krisis dapat dihindari dan diminimalkan. Dengan
sinergi serta koordinasi antara Bank Sentral, Otoritas
Jasa Keuangan, dan Pemerintah serta Lembaga
terkait, diharapkan stabilitas makroprudensial dapat
tercapai.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201576
BOKS C KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat memiliki Rupiah
sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang
harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat
Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran
yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan
perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Adapun landasan utama penerbitan ketentuan
kewajiban penggunaan Rupiah adalah sebagai
berikut:
Dalam UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang,
beberapa pasal terkait kewajiban penggunaan
Rupiah adalah sebagai berikut:
• Kewajiban Penggunaan Rupiah (Pasal 21 ayat (1)
UU Mata Uang)
• Setiap orang wajib menggunakan Rupiah dalam
transaksi yang dilakukan di Wilayah NKRI.
• Pengecualian Kewajiban Penggunaan Rupiah
(Pasal 21 ayat (1) UU Mata Uang)
Kewajiban penggunaan Rupiah tidak berlaku
bagi:
1. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan
APBN;
2. penerimaan atau pemberian hibah dari atau
Dimensi Hukum Dimensi Ekonomi Dimensi Kebangsaan
- UU No.7 tahun 2011
tentang Mata Uang
- UU Bank Indonesia
- Peraturan Lainnya
Mengurangi tekanan demand
valas di pasar domestik
Rupiah yang berdaulat dan
memiliki martabat serta dapat
mendukung stabilitas nilai tukar
Rupiah
Tabel 1. Landasan Kewajiban Penggunaan Rupiah
ke luar negeri;
3. transaksi perdagangan internasional;
4. simpanan di bank dalam bentuk valuta asing;
atau
5. transaksi pembiayaan internasional.
• Larangan Menolak Rupiah (Pasal 23 UU Mata
Uang)
Setiap pihak dilarang untuk menolak untuk
menerima Rupiah kecuali terdapat keraguan atas
keaslian Rupiah atau pembayaran kewajiban
tersebut telah diperjanjikan secara tertulis dalam
valuta asing.
Selanjutnya, Kewajiban Penggunaan Rupiah tersebut
kembali dipertegas dalam Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No.17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015
tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah
NKRI dengan beberapa point penting sebagai berikut:
• Kewajiban penggunaan Rupiah berlaku untuk
transaksi tunai dan non tunai.
• Bank Indonesia berwenang untuk meminta
laporan, keterangan, dan/atau data kepada
setiap pihak yang terkait pelaksanaan kewajiban
penggunaan Rupiah dan Bank Indonesia
melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
77Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban
penggunaan Rupiah.
• Sanksi terhadap pelanggaran kewajiban
penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai,
dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur
dalam UU Mata Uang (kurungan maksimal
1 Tahun dan denda maksimal Rp200 juta).
Untuk pelanggaran kewajiban penggunaan
Rupiah untuk transaksi nontunai, Bank
Indonesia berwenang mengenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis, denda,
dan/atau larangan untuk ikut dalam lalu lintas
pembayaran. Sedangkan terhadap pelanggaran
kewajiban kuotasi dalam Rupiah dan kewajiban
penyampaian laporan dikenakan sanksi
adminstratif berupa teguran tertulis.
• Adapun perjanjian tertulis untuk transaksi
non tunai yang disusun dalam valuta asing
selain transaksi yang dikecualikan, atau proyek
infrastruktur strategis dan telah mendapatkan
persetujuan BI yang dibuat sebelum tanggal
1 Juli 2015, tetap berlaku sampai berakhirnya
perjanjian tersebut.
Dalam rangka mendukung ketentuan tersebut, KPwBI
Provinsi Bali terus melakukan kegiatan sosialisasi dan
edukasi ke berbagai pihak, diantaranya sosialisasi
kepada:
• Asosiasi pelaku usaha (pariwisata, travel agent,
cargo, dll);
• Hotel dan restoran;
• Media dan humas Pemerintah Daerah;
• Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA)
Bukan Bank;
• Travel agent;
• Sekolah internasional;
• Butik/kios di Bandara I Gusti Ngurah Rai; dan
• Pelaku usaha lainnya.
Grafik 1. Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Kewajiban Rupiah kepada Stakeholders
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201578
Selain melakukan sosialisasi dan edukasi, KPwBI
Provinsi Bali juga menyebarkan leaflet Kewajiban
Penggunaan Rupiah dan KUPVA Bukan Bank Berizin
(Authorized Money Changer) di Bandara I Gusti
Ngurah Rai kepada para wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Bali. Leaflet Kewajiban
Penggunaan Uang Rupiah di NKRI berisi informasi
terkait Peraturan Bank Indonesia No.17/3/PBI/2015
tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah
NKRI. Beberapa poin penting dalam PBI tersebut
diantaranya mengenai kewajiban penggunaan
Rupiah baik dalam transaksi tunai maupun non
tunai, pengecualian dalam peraturan tersebut,
kewajiban pencantuman harga dalam Rupiah, serta
sanksi/denda yang dikenakan. Adapun titik utama
penyebaran leaflet adalah di Terminal Kedatangan
Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Terkait dengan pengawasan kepatuhan terhadap
peraturan tersebut, sesuai Pasal 13 PBI No.17/3/
PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI, Bank Indonesia
berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap
kepatuhan setiap pihak dalam melaksanakan
kewajiban penggunaan Rupiah dan kewajiban
pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam
Rupiah. Dalam melakukan pengawasan tersebut,
Bank Indonesia menempuh berbagai cara antara lain
Grafik 2. Leaflet Kewajiban Penggunaan Rupiah di NKRI
sebagai berikut:
• Meminta laporan, keterangan, data, dan/atau
dokumen pendukung, dengan atau tanpa
melibatkan instansi tertentu;
• Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap
pihak; dan/atau
• Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian
dalam rangka pengawasan terhadap kepatuhan
setiap pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, KPwBI Provinsi
Bali bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Bali telah
melakukan pengawasan langsung ke berbagai daerah
pariwisata di Provinsi Bali, diantaranya pengawasan
langsung ke wilayah Seminyak, Kuta, Amed, Tulamben,
Benoa, Canggu, dan berbagai daerah pariwisata
lainnya.
79Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
kajian ekonomi dan keuangan regional
KEUANGANPEMERINTAH
BAB IV
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201580
81Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH
PROVINSI BALI
Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga
triwulan III 2015 tercatat mencapai Rp 3,56 triliun
atau sebesar 77,44% dari target pendapatan. Capaian
ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya, yang tercatat mencapai
83,90%. Penurunan tersebut terutama disebabkan
oleh terbatasnya realisasi di pos Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Sementara realisasi komponen lainnya
dalam anggaran pendapatan Pemerintah Bali relatif
stabil dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Realisasi pos Pendapatan Asli Daerah pada triwulan
III tahun 2015 tercatat baru mencapai 76,88%,
jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode
yang sama pada tahun 2014 yang sebesar 92,46%.
Berdasarkan komponen PAD, penurunan persentase
realisasi terhadap target terjadi di semua komponen
pembentuknya, baik di Pendapatan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil PMD dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan, serta Lain-lain PAD
yang sah. Terbatasnya realisasi PAD tersebut terjadi
seiring dengan perlambatan kinerja perekonomian
Bali pada beberapa triwulan terakhir, yang terutama
berdampak pada penurunan retribusi daerah.
Penurunan tingkat realisasi PAD pada periode berjalan
juga merupakan dampak dari penurunan suku bunga
simpanan (giro) pemerintah di perbankan.
Sementara itu, pos Dana Perimbangan mengalami
peningkatan dari 70,51% pada triwulan III tahun 2014
menjadi 81,04%, terutama didorong oleh komponen
Dana Alokasi Khusus (DAK) yang sudah terealisasi
sebesar 80,06% dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang
sudah terealisasi sebesar 83,33% pada triwulan III 2015.
Meskipun realisasi pendapatan relatif terbatas, dari sisi
kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah Provinsi
Bali dalam membiayai anggarannya cukup baik,
sebagaimana tercermin dari rasio PAD terhadap total
anggaran pada tahun 2015 yang sebesar 61,19%.
Porsi PAD yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
porsi Dana Perimbangan sebesar 23,29% dan lain-lain
pendapatan yang sah sebesar 15,51%.
4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH
PROVINSI BALI
Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Bali pada
tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp 4,99 triliun yang
dialokasikan dalam dua bagian, yaitu belanja tidak
langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 69,41%
dan belanja langsung dengan porsi 30,59%. Alokasi
belanja modal lebih besar dibandingkan dengan tahun
2014, tercermin dari rasio belanja modal terhadap
total belanja yang sebesar 10,72% atau lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,73%.
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada triwulan
III 2015 masih sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2014 secara persentase. Persentase
realisasi belanja daerah Provinsi Bali terhadap pagunya
di triwulan III 2015 tercatat sebesar 52,9%, atau
sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai 55,94%. Meskipun
demikian, secara nominal terjadi peningkatan realisasi
belanja pemerintah dari Rp 2,51 triliun pada triwulan
III tahun 2014 menjadi Rp 2,63 triliun pada triwulan III
tahun 2015.
Realisasi belanja tidak langsung pada triwulan III 2015
tercatat sebesar Rp 1,83 triliun atau 52,96% terhadap
pagu. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar
60,65%. Berdasarkan komponen pembentuknya,
penurunan persentase realisasi terhadap pagu terutama
terjadi pada komponen Belanja Subsidi dan Belanja
Bantuan Keuangan kepada Prov/Kab/Kota/Desa yang
tercatat masing-masing sebesar 0% dan 45,29%
atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 40%
dan 66,63%.
Sementara itu realisasi belanja langsung pada
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201582
triwulan laporan tercatat sebesar 52,77%, lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang sebesar 45,83%. Berdasarkan komponen
pembentuknya, kenaikan tingkat realisasi belanja
langsung terutama didorong oleh peningkatan realisasi
belanja modal yang tercatat sebesar 48,42%, lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 25,37%.
Perbandingan antar tahun menunjukkan bahwa
realisasi pendapatan triwulan III 2015 (77,44%),
berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir
(81,20%). Realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah
tahun 2015 yang berada di bawah rata-ratanya selama
5 tahun terakhir perlu mendapat perhatian pemerintah.
Pemerintah perlu menggali potensi sumber pendapatan
lainnya untuk mempertahankan kemandirian fiskal di
kemudian hari.
Di sisi lain, realisasi belanja pada triwulan III 2015
(52,96%) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
lima tahun terakhir (49,97%). Berdasarkan komponen
pembentuknya, realisasi belanja modal triwulan III 2015
tercatat berada jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata 5 tahun terakhir. Hal ini seiring dengan
program peningkatan pembangunan infrastruktur
yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan
daerah.
4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
KABUPATEN/KOTA DI BALI
Secara spasial, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tertinggi dimiliki oleh Kabupaten
Realisasi APBD Tw III 2012
Realisasi APBD Tw III 2013
Realisasi APBD Tw III 2014
Realisasi APBD Tw III 2015
dalam (%) dalam (%) dalam (%) dalam (%)
Pendapatan Daerah 78.34 85.1 83.9 77.44 81.20
Pendapatan Pajak Daerah 83.4 93.49 87.15 74.01 84.51
Belanja Daerah 41.83 49.2 55.94 52.90 49.97
Belanja Tidak Langsung 44.57 51.44 60.65 52.96 52.40
Belanja Modal 16.85 31.62 25.27 48.42 30.54
Uraian Rata-rata
Tabel 4.1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015
Sumber : Pemda Provinsi Bali
Badung yang merupakan kabupaten dengan skala
ekonomi terbesar di Provinsi Bali. Pada tahun 2015
Pagu Pendapatan Kabupaten Badung tercatat sebesar
Rp 3,6 triliun dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp 4,05
triliun. Di sisi lain, Kabupaten Bangli tercatat memiliki
APBD terendah, dengan Pagu Pendapatan tercatat
sebesar Rp 826 miliar dan Pagu Belanja tercatat sebesar
Rp 930 miliar.
Grafik 4.1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%)
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
75.15
6.43
9.95
21.45
7.90 14.73
7.91
16.46
40.12
78.07
9.93
13.88
27.66
8.70 16.57
11.36
16.90
39.34
0 20 40 60 80 100
Badung
Bangli
Buleleng
Gianyar
Jembrana
Karangasem
Klungkung
Tabanan
Denpasar
2015 2014
Dari sisi kemampuan daerah dalam membiayai
belanjanya, Kabupaten Badung juga memiliki
kemandirian fiskal tertinggi dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota lainnya di Bali. Hal ini sebagaimana
tercermin dari rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap Total Pendapatan yang cukup tinggi, yakni
sebesar 78,07%. Sementara itu, Kabupaten/Kota
lainnya memiliki rasio kemandirian fiskal di bawah
50%, dan masih tergantung pada Dana Perimbangan
dalam membiayai belanjanya. Kabupaten Jembrana
tercatat memiliki rasio kemandirian fiskal terendah,
83Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 4.2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Grafik 4.3 Pagu Belanja APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali Grafik 4.5 Realisasi Belanja APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
2014 2015
0102030405060708090
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
Pagu Realisasi % Realisasi
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
2014 2015
0
10
20
30
40
50
60
70
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
Pagu Realisasi % Realisasi
yakni sebesar 8,7%.
Pagu anggaran seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali pada tahun 2015 mengalami peningkatan, baik
dari sisi pendapatan maupun belanja. Peningkatan
pagu pendapatan terbesar terjadi di Kabupaten
Klungkung, dari Rp 667 miliar menjadi Rp 838 miliar
atau meningkat sebesar 31,67% (yoy). Sedangkan
peningkatan terendah terjadi di Kabupaten Jembrana,
meningkat dari Rp 766 miliar menjadi Rp 836 miliar
atau meningkat 9,19% (yoy).
Sementara itu peningkatan pagu belanja tertinggi
terjadi di Kabupaten Klungkung yakni dari Rp 710
miliar menjadi Rp 1,016 triliun atau meningkat sebesar
43,22% (yoy). Peningkatan pagu belanja terendah
terjadi di Kabupaten Jembrana (9,62% yoy), meningkat
Rp 798 miliar menjadi Rp 875miliar.
Sampai dengan triwulan III 2015 seluruh Kabupaten/
Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan
rata-rata tingkat realisasi pendapatan 72,51% dan
rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 55,81%.
Pemerintah Kabupaten Tabanan tercatat memiliki
realisasi pendapatan tertinggi, yakni sebesar 80,22%.
Sementara realisasi belanja tertinggi terjadi di
Kabupaten Jembrana, yang tercatat sebesar 63,62%.
4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP PEREKONOMIAN BALI
Peranan APBD Provinsi Bali terhadap perekonomian
Bali cukup terbatas, baik dari sisi konsumsi maupun
investasi. Kontribusi Belanja Tidak Langsung terhadap
komponen Konsumsi Pemerintah dalam PDRB ADHB
Bali pada tahun 2014 hanya sebesar 19,42%, sedikit
meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar
15,68%. Sementara itu, kontribusi Belanja Modal terhadap
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201584
komponen Investasi dalam PDRB ADHB Bali pada tahun
2014 relatif kecil, hanya sebesar 0,76% atau menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar
1,01%.
Di sisi lain, peranan fiskal terhadap perekonomian
seluruh Kabupaten/Kota di Bali cukup besar. Hal ini
sebagaimana tercermin pada rata-rata kontribusi APBD
terhadap PDRB ADHB seluruh Kabupaten/Kota di Bali
yang sebesar 15,26%. Kabupaten Bangli, Tabanan dan
Karangasem merupakan 3 Kabupaten yang memiliki
kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB terbesar di
Bali. Sementara kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB
terendah terjadi di Kota Denpasar.
Sebagai stimulus dalam perekonomian, belanja fiskal
pemerintah diharapkan tidak hanya disalurkan dalam
bentuk belanja rutin, namun juga diarahkan pada
pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang
berkualitas. Hal ini dapat diwujudkan melalui ekspansi
belanja modal yang terarah dan mempertimbangkan
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
Grafik 4.6 Peranan APBD Provinsi Bali Terhadap Perekonomian Bali
Grafik 4.7 Kontribusi APBD terhadap Perekonomian Kabupaten/Kota di Bali
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
15.68%
1.01%
19.42%
0.76%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
Kontribusi Belanja Langsung APBD Prov Bali thd Konsumsi
Pemerintah Provinsi Bali
Kontribusi Belanja Modal Pemprov Bali thd Investasi Bali
8.98
13.13
11.29
18.58
14.10
18.49 17.85
20.46
14.42
0
5
10
15
20
25
Denpasar Badung Gianyar Tabanan Buleleng Karangasem Klungkung Bangli Jembrana
%
85Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
PENDAPATAN DAERAH 4,608,608.72 3,569,105.38 77.44 3,958,173.01 3,320,891.79 83.90
PEND. ASLI DAERAH (PAD) 2,840,927.95 2,184,035.53 76.88 2,303,812.23 2,130,016.32 92.46
- Pendapatan Pajak Daerah 2,583,385.03 1,911,884.49 74.01 2,104,381.05 1,833,954.55 87.15
- Retribusi Daerah 37,393.21 34,817.41 93.11 35,031.03 57,538.65 164.25
- Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 87,040.11 105,133.39 120.79 74,476.43 89,047.65 119.56
- Lain-Lain PAD yg Sah 133,109.60 132,200.25 99.32 89,923.73 149,475.47 166.22
DANA PERIMBANGAN 1,025,947.17 831,415.26 81.04 1,065,533.03 751,268.42 70.51
- Bagi hasil pajak dan bukan pajak 149,853.19 102,793.19 68.60 191,634.80 114,565.12 59.78
- Dana Alokasi Umum (DAU) 831,597.27 692,997.70 83.33 832,297.47 624,223.08 75.00
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 44,496.71 35,624.37 80.06 41,600.75 12,480.23 30.00
- Dana Penguatan Infrastruktur Daerah - -
LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 741,733.60 553,654.58 74.64 588,827.75 439,607.05 74.66
- Pendapatan Hibah 4,316.60 2,726.15 63.16 4,316.60 178.74 4.14
- Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya - -
- Dana Penyesuaian & otonomi khusus 525,647.00 394,691.72 75.09 391,318.65 285,437.79 72.94
- Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 211,770.00 156,236.71 73.78 193,192.50 153,990.53 79.71
- Sumbangan Pihak Ketiga - -
- Alokasi Kurang Bayar DAK - -
BELANJA DAERAH 4,989,465.10 2,639,440.83 52.90 4,489,667.04 2,511,435.45 55.94
BELANJA TIDAK LANGSUNG 3,463,283.97 1,834,040.00 52.96 3,062,433.70 1,857,380.43 60.65
- Belanja Pegawai 903,501.40 514,931.73 56.99 904,232.77 501,511.60 55.46
- Belanja Barang - -
- Belanja Subsidi 10,000.00 - - 10,000.00 4,000.00 40.00
- Belanja Hibah 734,607.91 546,223.79 74.36 690,470.77 497,579.00 72.06
- Belanja Bantuan Sosial 159,280.60 93,047.35 58.42 156,441.22 108,964.00 69.65
- Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 977,284.57 385,884.42 39.49 755,723.90 396,715.00 52.49
- Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa
648,609.49 293,749.31 45.29 523,168.60 348,610.00 66.63
- Belanja Tidak Terduga 30,000.00 203.40 0.68 22,396.44 - -
BELANJA LANGSUNG 1,526,181.13 805,400.83 52.77 1,427,233.34 654,055.00 45.83
- Belanja Pegawai 91,026.73 51,667.31 56.76 47,282.65 26,404.00 55.84
- Belanja Barang dan Jasa 900,637.01 494,897.01 54.95 942,988.21 516,815.00 54.81
- Belanja Modal 534,517.39 258,836.51 48.42 436,962.48 110,836.00 25.37
PEMBIAYAAN 380,856.38 - 531,494.03 819,710.00
PENERIMAAN DAERAH 580,856.38 905,742.78 155.93 751,494.03 1,039,710.00 138.35
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
580,856.38 905,742.78 155.93 751,494.03 1,039,710.00 138.35
PENGELUARAN DAERAH 200,000.00 200,000.00 100.00 220,000.00 -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 200,000.00 200,000.00 220,000.00 -
Penguatan Modal Pemerintah Daerah - -
PEMBIAYAAN NETTO 380,856.38 705,742.78 185.30 531,494.03 -
URAIAN
2015
APBD P 2014 REALISASI APBD TW II 2014REALISASI APBD TW III 2015 %
2014
APBD 2015 %
Tabel 4.2 APBD Provinsi Bali(dalam jutaan Rupiah)
Sumber :PemerintahProvinsi Bali & Website DJPK
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201586
Halaman ini sengaja dikosongkan
87Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
kajian ekonomi dan keuangan regional
KETEnAGAKERJAAN DANKESEJAHTERAAN
BAB V
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201588
89Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pada
Agustus 2015 tercatat sebesar 1,99%, atau sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan Agustus 2014 yang
sebesar 1,9%. Meskipun meningkat, angka ini jauh
lebih rendah dibandingkan dengan TPT Nasional yang
tercatat sebesar 6,16% pada periode yang sama.
Peningkatan angka TPT di Bali merupakan dampak
penurunan kinerja perekonomian pada dua triwulan
terakhir. Namun demikian, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Bali optimis akan perbaikan kondisi
ketenagakerjaan di triwulan mendatang seiring dengan
indikasi perbaikan perekonomian Bali pada periode
laporan.
Rasio jumlah pekerja yang bekerja secara penuh (full
time) terhadap total pekerja pada Agustus 2015 adalah
sebesar 79,39%, lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya yaitu Februari 2015 sebesar 76,9% dan
Agustus 2014 sebesar 77,41%.
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, mayoritas
pekerja di Bali pada Agustus 2015 bekerja di sektor
perdagangan, rumah makan dan akomodasi, dengan
jumlah sebanyak 768.075 orang, atau sebesar 33,04 %
dari total penduduk yang bekerja. Kontribusi penduduk
yang bekerja di sektor ini mengalami peningkatan
dibanding bulan yang sama di tahun sebelumnya yang
mencapai 16,67%. Di sisi lain, meskipun kontribusi
sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja terus
Grafik 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali Grafik 5.2 Jumlah Tenaker Berdasarkan Lapangan Kerja UtamaSumber : BPS Sumber : BPS
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15
Jumlah Pengangguran Tk Pengangguran
22%
12%
9%33%
3%
4%
16%1%
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Trans, Pergudangan, & Komunikasi
Keuangan
Jasa Kemasyarakatan
Lainnya (Pertambangan, Penggalian, LGA)
mengalami penurunan, sektor ini masih memiliki
peranan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari
banyaknya jumlah penduduk yang bekerja di sektor
pertanian yaitu sebesar 520.775 orang atau sebesar
22,4 % dari total penduduk yang bekerja. Sektor industri
dan sektor jasa kemasyarakatan juga memiliki peranan
yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja.
Penduduk yang bekerja di sektor industri pada bulan
Agustus 2015 berjumlah 287.534 orang (12,37%).
Sedangkan penduduk yang berkerja di sektor jasa
kemasyarakatan pada bulan Agustus 2015 berjumlah
368.535 orang (15,85 %).
Meskipun tingkat pengangguran relatif rendah,
kemampuan daya serap tenaga kerja di Bali masih
perlu dioptimalkan. Penyerapan tenaga kerja akibat
adanya investasi tercatat kurang dari 3 ribu orang per
1% pertumbuhan investasi. Kondisi ini berbeda dengan
dua tahun sebelumnya, dimana setiap satu persen
pertumbuhan investasi (PMTB) dapat menyerap tenaga
kerja sekitar 3,19 ribu sampai dengan 3,38 ribu tenaga
kerja.
Seiring dengan perbaikan optimisme kondisi
perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan
diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
KPwBI Provinsi Bali triwulan III 2015 yang menunjukkan
adanya optimisme penambahan tenaga kerja oleh dunia
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201590
usaha pada 6 bulan yang akan datang (yad), terutama
pada sektor bangunan, perdagangan hotel dan
restoran, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
serta jasa-jasa.
Di samping itu, Hasil Survei Konsumen KPwBI Provinsi
Bali triwulan III 2015 juga menunjukkan adanya
optimisme penambahan lapangan kerja sebagaimana
ditunjukkan oleh Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
6 bulan yad yang sebesar 101,5 (indeks diatas 100
menunjukkan optimisme konsumen).
Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
Kabupaten Jembrana dan Kota Denpasar merupakan
dua wilayah dengan tingkat pengangguran yang
relatif tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Pesatnya
pembangunan di Kota Denpasar telah menarik minat
migrasi masuk penduduk pendatang, yang berakibat
Grafik 5.3 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 2013 – 2015Sumber : SKDU triwulan III 2015
-4-3-2-10123
I II III IV I II III IV I II III IV*
2013 2014 2015
Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan
Pengangkutan dan komunikasi Bangunan
2011 2012 2013 2011 2012 2013
Jembrana 77,65 78.16 70.49 2,17 1.76 3.39
Tabanan 77,44 80.10 78.10 1,80 2.22 0.79
Badung 76,38 75.94 74.69 2,30 1.60 0.77
Gianyar 75,35 74.50 73.03 2,16 1.72 2.16
Klungkung 75,69 76.01 77.71 1,78 2.05 2.12
Bangli 78,98 88.19 86.38 1,00 0.95 0.75
Karangasem 76,65 83.29 83.33 1,99 1.34 1.34
Buleleng 76,10 77.75 75.76 1,97 3.15 2.13
Denpasar 75,88 70.48 69.90 3,69 2.41 2.64
TPAK (%) TPT (%)Kabupaten/Kota
Tabel 5.1 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja dan Pengangguran per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Sumber : BPS, diolah
pada tingginya tingkat pengangguran.
5.2 KESEJAHTERAAN PROVINSI BALI
Tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa
tahun terakhir terus menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Hal ini sebagaimana tergambar pada
tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti tingkat
kemiskinan dan Nilai Tukar Petani. Selanjutnya, distribusi
kesejahteraan antar penduduk juga mengalami
perbaikan sebagaimana tercermin pada penurunan
angka gini ratio. Sejalan dengan hal tersebut, hasil
tracking Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
pada triwulan III 2015 terhadap beberapa indikator
perekonomian menunjukkan optimisme terhadap
kondisi kesejahteraan masyarakat Bali pada periode
laporan. Tingkat kemiskinan di provinsi Bali pada
Maret 2015 tercatat sebesar 4,74%, lebih rendah
91Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Keterangan Mar-2014 Sep-2014 Mar-2015
Bali 4.53 4.76 4.74
Nasional 11.25 10.96 11.22
Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali
Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah
dibandingkan dengan September 2014 yang tercatat
sebesar 4,76%. Berdasarkan daerah tempat tinggalnya,
penurunan tingkat kemiskinan terutama terjadi di
daerah perkotaan, yakni dari 4,35% pada September
2014 menjadi 4,31% pada Maret 2015. Sedangkan
persentase penduduk miskin di daerah perdesaan
masih menunjukkan peningkatan dari 5,39% pada
September 2014 menjadi 5,44% pada Maret 2015.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) juga menunjukkan
penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-
rata pengeluaran penduduk miskin di Bali cenderung
semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin
menyempit.
Penurunan jumlah kemiskinan di Bali terutama
didorong semakin meratanya distribusi pendapatan
dan berkurangnya jumlah pengangguran. Tingkat
ketimpangan antar masyarakat di Bali semakin
menyempit ditandai dengan penurunan Gini Ratio dari
0,44 pada September 2014 menjadi 0,37 pada Maret
2015 (kategori ketimpangan sedang). Di samping
itu juga terjadi perbaikan distribusi pembangunan
ekonomi yang dinikmati oleh kelompok menengah
terbawah dan kelompok menengah. Pada September
2015 kelompok menengah terbawah dan mengengah
hanya menikmati 14,29% dan 35,7%, meningkat dari
18,15% dan 38,25% pada Maret 2015.
Hasil tracking terkini kondisi kesejahteraan yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Bali juga menunjukkan hal senada. Membaiknya Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi BaliSumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
020406080
100120140160180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
NTPIndeks yg Diterima PetaniIndeks yg Dibayar Petani
Indeks
kondisi perekonomian pada triwulan III 2015 yang
disertai dengan melandainya laju inflasi mendorong
berlanjutnya kondisi kesejahteraan masyarakat. Hal
ini ditandai dengan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6
bulan yang akan datang Hasil Survei Konsumen Kantor
Perwakilan Bank Indonesia yang sebesar 112 (indeks
diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen).
Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan terkini Nilai
Tukar Petani (NTP) Bali, indikator untuk mencerminkan
kondisi kesejahteraan penduduk yang bekerja pada
sektor pertanian, juga menunjukkan perbaikan. Rata-
rata NTP Bali pada triwulan III 2015 tercatat sebesar
104,46, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu
yang sebesar 103,34. Peningkatan ini terjadi karena
laju kenaikan Indeks Yang Dibayar Petani (IB) lebih
tinggi dibandingkan dengan Indeks Yang Diterima
Petani (IT). Berdasarkan sub sektornya, penurunan NTP
(triwulanan) terutama terjadi pada subsektor tanaman
pangan, hortikultura dan peternakan. Sementara itu,
NTP perkebunan rakyat dan perikanan relatif stabil.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201592
Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
lebih dari separuh wilayah Bali telah memiliki kualitas
hidup yang memadai. Indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) menunjukkan bahwa kota Denpasar dan
kabupaten Badung memiliki kualitas hidup lebih baik
dibandingkan kabupaten lainnya. Membaiknya kualitas
hidup tidak terlepas dari membaiknya angka melek
huruf, usia hidup dan indikator hidup yang bersifat
non-ekonomi.
Tabel 5.3 Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah
93Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
kajian ekonomi dan keuangan regional
PROSPEKPEREKONOMIAN
BAB VI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201594
95Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL
Berdasarkan angka aktual pertumbuhan ekonomi
triwulan III 2015, maka perkiraan pertumbuhan
ekonomi di triwulan IV 2015 mengalami penyesuaian.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan IV 2015
diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,57 ± 0,5% (yoy)
(Grafik 6.1), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015.
Optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi pada
triwulan IV 2015 tersebut didorong oleh perkiraan
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan : IVp Angka Proyeksi Bank Indonesia
6.29
6.57 ± 0.5%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
27,000
28,000
29,000
30,000
31,000
32,000
33,000
34,000
I II III IV I II III IVp
2014 2015
%,y
oy
Rp m
iliar
PDRB gPDRB (skala kanan)
2014
I I I I I I IVp
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.73 3.00 5.01 2.26 5.17 ± 0.5 3.87 ± 0.5
Pertambangan dan Penggalian (0.60) (5.07) (6.11) (9.41) 0.97 ± 0.5 -4.86 ± 0.5
Industri Pengolahan 8.88 6.73 8.57 6.88 6.97 ± 0.5 7.29 ± 0.5
Pengadaan Listrik, Gas 2.64 1.97 (6.48) (1.31) 1.87 ± 0.5 -1.03 ± 0.5
Pengadaan Air 7.40 0.93 1.10 0.76 1.07 ± 0.5 0.96 ± 0.5
Konstruksi 1.80 2.67 3.61 6.06 6.17 ± 0.5 4.65 ± 0.5
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
7.27 7.66 6.87 8.86 8.95 ± 0.5 8.10 ± 0.5
Transportasi dan Pergudangan 5.71 4.48 4.73 5.78 5.98 ± 0.5 5.26 ± 0.5
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.53 7.53 5.61 5.35 6.92 ± 0.5 6.34 ± 0.5
Informasi dan Komunikasi 7.21 9.79 9.05 10.77 8.83 ± 0.5 9.61 ± 0.5
Jasa Keuangan 9.49 10.93 6.92 10.71 6.83 ± 0.5 8.79 ± 0.5
Real Estate 8.89 5.86 4.95 4.92 3.24 ± 0.5 4.72 ± 0.5
Jasa Perusahaan 7.49 5.23 6.91 7.15 6.83 ± 0.5 6.55 ± 0.5
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
10.75 7.28 7.92 9.40 9.77 ± 0.5 8.68 ± 0.5
Jasa Pendidikan 10.58 8.75 8.85 8.24 5.19 ± 0.5 7.71 ± 0.5
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12.43 8.06 7.90 9.77 5.45 ± 0.5 7.78 ± 0.5Jasa lainnya 7.63 8.96 7.41 7.60 5.06 ± 0.5 7.23 ± 0.5
PDRB 6.72 6.20 6.03 6.29 6.57 ± 0.5 6.28 ± 0.5
Komponen 2015p2015
Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Bali
IVp2015, 2015p angka proyeksi Bank Indonesia
peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha. Dari
sisi penawaran, perkiraan peningkatan pertumbuhan
disebabkan oleh lapangan usaha penyediaan
akomodasi makan dan minum seiring dengan peak
season industri pariwisata menjelang akhir tahun dan
hari raya keagamaan. Seiring dengan peningkatan
kinerja industri pariwisata, lapangan usaha pendukung
industri pariwisata lainnya salah satunya lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan turut
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201596
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
permintaan menjelang akhir tahun. Optimisme akan
peningkatan kinerja perekonomian pada triwulan IV
2015 juga didukung oleh lapangan usaha pertanian,
kehutanan, dan perikanan seiring dengan perkiraan
panen pada triwulan IV 2015 dan mulai turunnya hujan
di pertengahan bulan November 2015. Selain itu, tren
perbaikan pada lapangan usaha konstruksi diperkirakan
akan berlanjut seiring dengan peningkatan intensitas
realisasi proyek pemerintah di semester II 2015.
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan
triwulan IV 2015 diperkirakan didorong oleh komponen
konsumsi baik dari sisi konsumsi pemerintah, konsumsi
swasta, dan konsumsi LNPRT. Dari sisi konsumsi
pemerintah, peningkatan diperkirakan terjadi seiring
dengan pelaksanaan pilkada pada bulan Desember serta
realisasi proyek-proyek pemerintah. Dari sisi konsumsi
rumah tangga, perkiraan peningkatan konsumsi
seiring dengan hari raya keagamaan dan perayaan
akhir tahun. Dari sisi investasi, PMTB diperkirakan akan
mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan
realisasi APBD. Selain itu, dari sisi neraca perdagangan
Provinsi Bali dipekirakan akan membaik. Kinerja ekspor
luar negeri diperkirakan akan mengalami peningkatan
I I I I I I IVp
Konsumsi 2.66 7.81 6.44 6.69 7.50 ± 0.5 7.09 ± 0.5
Kons.RT 5.16 8.42 7.33 7.29 7.84 ± 0.5 7.71 ± 0.5
Kons.LNPRT 1.24 (1.90) (1.31) 1.30 5.72 ± 0.5 0.94 ± 0.5
Kons. Pemerintah (8.63) 4.43 2.86 4.42 6.23 ± 0.5 4.61 ± 0.5
Investasi 1.47 5.32 4.91 4.17 6.31 ± 0.5 5.19 ± 0.5
PMTB 1.81 7.43 7.61 6.09 6.91 ± 0.5 7.00 ± 0.5
Perubahan Inv (12.52) (83.08) (85.16) (80.77) -88.21 ± -83.59 ±
Ekspor LN 18.93 18.55 25.41 -0.45 12.75 ± 0.5 13.26 ± 0.5
Impor LN 17.14 -31.84 25.14 9.03 14.89 ± 0.5 -0.17 ± 0.5
Net Ekspor antar daerah 1.87 68.54 28.04 (4.68) 14.21 ± 0.5 19.24 ± 0.5
PDRB 6.72 6.20 6.03 6.29 6.57 ± 0.5 6.28 ± 0.5
2015pKomponen 20142015
Tabel 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi Bali
IVp 2015, 2015p angka proyeksi Bank Indonesia
seiring dengan potensi peningkatan permintaan global
menjelang akhir tahun serta peningkatan ekspor
jasa yang berasal dari industri pariwisata. Di sisi lain,
defisit net ekspor antardaerah diperkirakan mengalami
peningkatan seiring dengan perkiraan peningkatan
permintaan pada semester II 2015.
Grafik 6.2 Perkembangan Dunia UsahaSumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV*
2013 2014 2015
SBT
(%)
Harga Jual Kegiatan Dunia Usaha
Perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada
triwulan IV 2015 sejalan dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
yang menunjukkan perkiraan peningkatan Saldo Bersih
Tertimbang kegiatan usaha mencapai 21,46% pada
triwulan IV 2015, lebih tinggi dibandingkan dengan
realisasi pada triwulan III 2015. Sejalan dengan hal
97Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Negara Pangsa Ekspor Bali Pertumbuhan Ekonomi
2013 2014 2015* 2016*
USA 25.01 2.2 2.4 2.6 2.8 Japan 7.36 1.6 -0.1 0.6 1.0 Australia 11.78 2.32 2.7 2.4 2.9 Singapore 9.16 3.85 2.9 2.2 2.9 Hongkong 5.66 2.94 2.5 2.5 2.7 World Output 3.4 3.4 3.1 3.6
Tabel 6.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) October 2015
Keterangan :
*) angka proyeksi IMF
Grafik 6.3 Proyeksi Inflasi Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan : *) Angka Proyeksi BI
0
2
4
6
8
10
12
I III I III I III I III I III I III I III I III I III
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
tersebut, perkiraan harga jual turut menunjukkan
peningkatan pada triwulan IV 2015.
Prospek perekonomian negara tujuan ekspor utama
Provinsi Bali pada tahun 2015 secara umum mengalami
peningkatan. Amerika Serikat sebagai negara utama
tujuan ekspor Provinsi Bali diperkirakan masih mengalami
peningkatan pertumbuhan pada tahun 2015 meskipun
tidak sekuat proyeksi sebelumnya. Namun demikian,
seiring dengan perkembangan perekonomian global
terakhir, terdapat revisi ke bawah akan perkiraan
ekonomi ke depan. Revisi ke bawah juga berdampak
pada perkiraan perlambatan perekonomian global di
tahun 2015 sebesar 3,1% (yoy) dari sebelumnya yang
mencapai 3,3% (yoy).
Dengan perkembangan terakhir, perekonomian Provinsi
Bali untuk keseluruhan tahun 2015 diperkirakan
mengalami perlambatan dibandingkan dengan
perekonomian Bali tahun 2014 yang tumbuh sebesar
6,72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2015
diperkirakan berada pada kisaran 6.28 ± 0.5% (yoy).
Dari sisi permintaan, penurunan permintaan global
pada 2015 berdampak pada perkiraan kinerja ekspor
luar negeri yang tidak sebaik sebelumnya. Selain itu,
konsumsi rumah tangga di tahun 2015 tertahan oleh
penurunan daya beli masyarakat dan resiko kenaikan
harga BBM dan TTL di awal tahun 2015. Dari sisi
penawaran, perkiraan perlambatan perekonomian
bersumber dari kinerja lapangan usaha pertanian
yang masih tertahan dengan adanya resiko kemarau
panjang seiring dengan berlangsungnya El Nino. Selain
itu lapangan usaha real estate diperkirakan masih
tertahan seiring dengan masih lesunya permintaan
properti ditengah-tengah tren kenaikan biaya produksi
dan harga tanah. Namun demikian, industri pariwisata
yang diwakilkan oleh kategori penyediaan akomodasi
makan dan minum dan kategori perdagangan besar
dan eceran masih diperkirakan akan tetap tumbuh kuat
pada tahun 2015 seiring dengan dukungan pemerintah
akan promosi pariwisata yang cukup kuat, serta
pembebasan visa untuk 30 negara tambahan yang
berpotensi mendorong peningkatan kinerja industri
pariwisata. Selain itu, program pembangunan proyek-
proyek pemerintah dan pelaksanaan Pilkada serentak
masih mampu mendorong sisi konsumsi pemerintah
dan lapangan usaha konstruksi.
6.2. INFLASI BALI TRIWULAN IV 2015
Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan
IV 2015, inflasi Bali diperkirakan akan sebesar
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 201598
2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015, dan diharapkan
dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional
yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya,
melandainya inflasi pada triwulan IV 2015 terutama
bersumber dari administered prices dan volatile foods.
Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif
stabil.
Penurunan tekanan inflasi kelompok administered prices
bersumber dari hilangnya pengaruh kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada November 2014.
Di samping itu, tidak ada kebijakan kenaikan harga-
harga yang diatur oleh pemerintah seiring dengan
masih berlanjutnya tren penurunan harga minyak dunia.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan periodesasi
harga BBM tiga bulan sekali, sehingga harga BBM akan
stabil hingga Desember 2015. PT. PLN memutuskan
untuk menunda kenaikan tarif listrik golongan 450 KVa
dan 900 KVa dari rencana awal pada triwulan IV 2015
menjadi tahun 2016.
Harga kelompok volatile foods diperkirakan akan
melandai seiring dengan kondisi cuaca yang mulai
kondusif dan penurunan tekanan demand pasca
perayaan 3 Hari Raya Keagamaan (Hari Raya Idul Fitri,
Galungan dan Kuningan) di triwulan III 2015. Namun
demikian penurunan harga lebih dalam diperkirakan
masih tertahan oleh penurunan produksi Gabah Kering
Giling (GKG) 2015 sebesar 0,81% dibandingkan tahun
2014. Menurunnya produksi tersebut diperkirakan
terjadi karena berkurangnya luas panen 2.658 hektar
(1,86 persen), meskipun produktivitas mengalami
kenaikan sebesar 0,65 kwintal (1,08 persen).
Berkurangnya luas panen sebagai dampak musim
kemarau itu paling tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan
yang mencapai 1.924 hektar (5,22 persen), menyusul
Kabupaten Karangasem 1.069 hektar (8,77 persen)
dan Kabupten Buleleng 830 hektar (3,74 persen).
Selain berkurangnya luas panen, beberapa hal yang
juga berkontribusi terhadap menurunnya produksi
padi di Bali yakni adanya pengalihan komoditi padi
ke tanaman tembakau seperti di Kabupaten Buleleng
yang mencapai 600 hektar dan di Kabupaten Gianyar
200 hektar, terjadinya pergeseran atau tunda tanam
yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar
dan Buleleng karena perbaikan jaringan irigasi pada
akhir tahun 2014 dan terjadinya kekeringan tanaman
padi seluas 635,76 hektar yang tersebar pada enam
Kabupaten di Provinsi Bali.
Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan stabil,
seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah,
masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas
internasional dan ekspektasi inflasi yang terjaga.
Setelah mengalami tekanan cukup kuat pada beberapa
periode terakhir, nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan
tanda-tanda penguatan. Kondisi terkini menunjukkan
penguatan nilai Rupiah sehingga tercatat menyentuh
level Rp13.288/USD pada 14 Oktober 2015, atau
lebih baik dibandingkan dengan rata-rata September
2015 yang tercatat sebesar Rp14.396,1. Hal ini seiring
dengan sentimen positif baik dari eksternal (penundaan
peningkatan Fed Fund Rate) dan internal (implementasi
paket kebijakan perekonomian oleh Pemerintah
Republik Indonesia).
Optimisme terhadap terkendalinya tekanan inflasi
inti didukung oleh terjaganya ekspektasi masyarakat
dan masih kuatnya sisi penawaran dalam merespon
permintaan. Ekspektasi konsumen terhadap perubahan
harga ke depan cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen
(SK) periode September 2015 menunjukkan indeks
ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan ke depan
sebesar 172, menurun dibandingkan periode lalu yang
sebesar 177,89. Demikian pula untuk indeks ekspektasi
perubahan harga periode 6 bulan ke depan sebesar
178,5, menurun dibandingkan periode lalu yang sebesar
187,44. Sementara itu, sisi penawaran diperkirakan
akan dapat merespon sisi permintaan. Pertumbuhan
investasi pada beberapa tahun terakhir diperkirakan
dapat meningkatkan kemampuan sisi pasokan dalam
mengimbangi tetap kuatnya permintaan ke depan.
99Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko
(upward risk) yang perlu diwaspadai, diantaranya: (i)
Masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan
dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Bali,
(ii) Masih belum optimalnya utilisasi sarana pelabuhan
yang tersedia (arus barang dan penumpang terpusat di
pelabuhan Gilimanuk) (iii) struktur pasar yang belum
efisien dan pola perdagangan yang belum efektif, dan
(iv) Berlanjutnya peningkatan harga properti di Singaraja
seiring dengan wacana pembangunan bandara di
wilayah tersebut, yang berpotensi mendorong inflasi
kelompok perumahan.
Grafik 6.4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd)
Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
0
50
100
150
200
250
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015
6.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
Upaya-upaya pengendalian inflasi yang berkelanjutan
secara intensif tetap dilakukan oleh Bank Indonesia
bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik
di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam
rangka menjaga kestabilan harga di Provinsi Bali
selama triwulan III 2015. Berbagai langkah kegiatan
pengendalian inflasi yang telah dilakukan tersebut,
yaitu :
1. Melakukan pertemuan rapat rutin koordinasi
pengendalian inflasi daerah untuk tingkat Provinsi/
Kabupaten/Kota maupun se-Provinsi Bali, baik
rapat tim teknis maupun rapat tim kebijakan.
2. Mengelola ekspektasi masyarakat dengan
mengintensifkan komunikasi upaya pengendalian
inflasi melalui berbagai media, diantaranya melalui
talk show dan press release.
3. Menjalin kerjasama dan membangun komunikasi
yang lebih intensif dengan berbagai pihak
terkait dengan upaya stabilisasi harga dan
pemenuhan kecukupan pasokan melalui Focus
Group Discussion (FGD), termasuk FGD Langkah
Inisiasi Dalam Menghadapi El Nino, diantaranya
melalui Pengalokasian Pemberian Bantuan
Benih dan Puput untuk 75.053 ha (93% luasan
sawah di Bali), pengalokasian bantuan peralatan
mesin pertanian sebanyak 681 unit, termasuk di
dalamnya bantuan pompa air sebanyak 246 unit,
Pelaksanaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat
Usaha Tani (JITUT), koordinasi dengan stakeholder
terkait (BULOG, Subak dan PERPADI) dalam rangka
mengupayakan kecukupan stok beras, serta
berbagai proyek pembangunan embung.
4. Penyusunan model kerjasama antar daerah dan
penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama
antara PD. Pasar Kota Denpasar, PD. Pasar Kabupaten
Buleleng dan PD. Pasar Kabupaten Badung tentang
“Kerjasama Perdagangan Antar Daerah Untuk
Pemenuhan Pasokan Komoditas Pangan Antar
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali “ pada tanggal 19
Agustus 2015 yang dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan High Level Meeting TPID se - Provinsi
Bali. Nota kesepahaman ini merupakan langkah
awal inisiasi perdagangan antar daerah antara PD
Pasar Kota Denpasar, PD Pasar Kabupaten Badung,
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015100
dan PD Pasar Kabupaten Buleleng
5. Melaksanakan program urban farming dalam
rangka mendorong secara luas penanaman
komoditas holtikultura di pekarangan rumah
penduduk antara lain cabai, bawang merah dan
komoditas lainnya penyumbang inflasi.
6. Melaksanakan kegiatan pasar murah di seluruh
wilayah Bali
7. Intensifikasi penyampaian informasi harga dan
ketersediaan stok melalui Sistem Harga Pangan
Utama Komoditas Strategis (SiGapura) dalam
rangka menjaga ekspektasi inflasi masyarakat dan
dalam rangka mendukung integrasi PIHPS nasional.
101Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
top related