jenis phytotelmata sebagai tempat perindukan alami nyamuk …digilib.unila.ac.id/62063/2/skripsi...
Post on 06-Nov-2020
25 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JENIS PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN ALAMI
NYAMUK Aedes sp. DI AREA KAMPUS UNIVERSITAS LAMPUNG
HALAMAN JUDUL
(Skripsi)
Saskya Adrila Ramadhanti
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Jenis Phytotelmata sebagai Tempat Perindukan Alami Nyamuk Aedes sp. di
Area Kampus Universitas Lampung
ABSTRAK
Saskya Adrila Ramadhanti
Phytotelmata merupakan tumbuhan yang bagian tubuhnya mampu menampung
genangan air dan dapat digunakan sebagai tempat perindukan bagi serangga
termasuk nyamuk. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2019
di Area Kampus Universitas Lampung, yang bertujuan untuk mengetahui jenis
phytotelmata yang berpotensi sebagai tempat perindukan alami bagi nyamuk
dilihat dari jumlah telur yang menempatinya. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam kali ulangan. Data dianalisis
menggunakan ANOVA dan Uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% (α=5%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 6 jenis phytotelmata yaitu Cocos
nucifera, Artocarpus heterophyllus, Bambusa sp., Bauhinia purpurea, Colocasia
esculenta, dan Musa paradisiaca. Jenis phytotelmata yang paling berpotensi
menjadi tempat perindukan alami nyamuk Aedes sp. adalah Cocos nucifera
dengan rerata jumlah telur sebanyak 16,33 butir telur.
Kata kunci: Phytotelmata, Telur Aedes sp., Cocos nucifera, Musa paradisiaca
JENIS PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN ALAMI
NYAMUK Aedes sp. DI AREA KAMPUS UNIVERSITAS LAMPUNG
HALAMAN JUDUL DALAM
Oleh
Saskya Adrila Ramadhanti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Program Studi S1 Biologi
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
MENGESAHKAN
HALAMAN PENG
Judul Skripsi : JENIS PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT
PERINDUKAN ALAMI NYAMUK Aedes sp. DI AREA
KAMPUS UNIVERSITAS LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Saskya Adrila Ramadhanti
NPM : 1617021064
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. Dra. Elly Lestari Rustiati. M.Sc.
NIP. 195806151986032001 NIP. 196310141989022001
2. Ketua Jurusan Biologi
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada 19 Desember 1998 dari
pasangan Bapak Drs. Edy Santoso dan Ibu Yayi Kuntari, S.Pd.
sebagai putri pertama dari dua bersaudara. Menempuh
pendidikan di TK Islam Fitria 3 Bekasi Selatan pada tahun
2002-2004. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di SDN Pondok
Kelapa 05 Pagi Jakarta Timur pada Tahun 2004-2010. Selanjutnya menempuh
pendidikan di SMPN 194 Jakarta Timur pada Tahun 2010-2013, dan melanjutkan
pendidikannya di SMAN 11 Jakarta Timur pada tahun 2013-2016. Di tahun 2016
penulis resmi terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, penulis aktif dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota bidang Kominhum
pada tahun 2017-2018 dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA
Universitas Lampung sebagai anggota departemen kominfo pada tahun 2017-
2018. Selain itu penulis juga aktif membantu dosen untuk menjadi asisten pada
tujuh praktikum seperti Biologi Umum, Pengenalan Alat Laboratorium,
Taksonomi Hewan, Parasitologi, Biosistematika Hewan dan Tumbuhan,
Pencemaran Lingkungan, dan Embriologi Hewan.
Pada Bulan Januari 2019 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama 40 hari di Desa Marga Jaya, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung
Barat. Kemudian pada Bulan Juli 2019 penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan di Laboratorium Parasitologi Balai Veteriner Lampung dengan judul
“Uji Toxoplasmosis Menggunakan Metode To-MAT (Toxoplasma Modified
Aglutination Test) pada Sampel Serum Darah Rusa di Balai Veteriner Lampung”.
Dan pada bulan Agustus 2019, penulis mulai mengerjakan skripsinya yang
berjudul “Jenis Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan Alami Nyamuk Aedes
sp. di Area Kampus Universitas Lampung”.
vii
PERSEMBAHAN
“Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada kedua
orang tua ku tercinta, dan adik ku tersayang,
teman-teman terkasih dan almamater yang telah
membesarkanku”
Moto:
Sebaik baiknya usaha adalah yang diniatkan karena Allah dan direstui orang tua
MOTO HIDUP
Kata Inspirasi:
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah maha kuasa atas segala sesuatu
(QS. Al Baqarah: 148)
Wahai orang-orang yang beriman. Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat.
Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah: 153)
Dan apabila hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang aku, maka sesungguhnya aku
dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah
mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran
(QS. Al Baqarah: 186)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah, dan berjihad
dijalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah maha pengampun,
maha penyayang
(QS. Al Baqarah: 218)
Hai orang-orang yang beriman. Apabila dikatakan kepadamu: “berlapang-lapangah dalam
majelis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan; “berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. Al- Mujadalah: 11)
SANWACANA
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Skripsi yang berjudul “Jenis Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan
Alami Nyamuk Aedes sp. di Area Kampus Universitas Lampung” dengan
berbekal keyakinan, ketabahan, kemauan, bimbingan, dan ridho dari Allah SWT,
serta bantuan dari berbagai pihak. Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana pada Program Studi S1 Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril, maupun
spiritual. Teriring salam dan doa serta ucapan terimakasih yang tak terhingga,
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Lampung.
3. Ibu Dra. Yuliyanti, M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Emantis Rosa, M. Biomed. selaku Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dukungan, serta masukan yang sangat
membantu bagi penulis dalam proses penyusunan laporan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing serta memberikan
masukan kepada penulis selama penulisan laporan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D. selaku pembahas yang telah memberikan
saran dan masukannya pada laporan skripsi penulis agar lebih baik lagi.
7. Ibu Kusuma Handayani, M.Si. selaku Pembimbing Akademik.
8. Kedua orang tua ku tercinta Bapak Drs. Edy Santoso dan Ibu Yayi Kuntari,
S.Pd. yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang yang tiada henti,
memberikan semangat, serta selalu menjadi inspirasi dan motivasi terbesar
bagi penulis.
9. Adik semata wayang ku Salsa Rizki Maulidhya yang selalu memberikan
semangat dan menanyakan kapan aku pulang ke rumah.
10. Seluruh dosen pengajar dan pegawai yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman serta bantuannya selama proses perkuliahan.
11. Dinas Lingkungan Hidup Bandar Lampung yang telah mengizinkan dan
membantu penulis dalam melakukan pengukuran senyawa kimia air.
12. Rizky Putra Ramadhan yang telah mendengarkan keluh kesah, memberikan
doa, dan dukungan serta menemani penulis dalam melakukan penelitian.
xi
13. Teman, sahabat, sekaligus kakak Nur Anita Suciyati, Yosi Dwi Saputra, Dian
Putri Sani, dan Adlenia Doa Parentia.
14. Mentoria Alviani Sitinjak partner phytotelmata tersayang, Annisa Faradila,
Danisworo Zulkarnain, Fanny Maulida Junita, Maura Triska Febriana, dan
Kinanti Alif Formasiyah Aisyah yang telah menemani masa-masa revisi yang
begitu indah. Adik-adik tingkat tersayang Cika, Puput, Aura, Fauzia, Asty,
Daffara, dan Jensa.
15. Semua pihak yang berjasa dan sangat membantu yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terima kasih atas segala kontribusinya terhadap penulis.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan skripsi ini, semoga dengan laporan yang
sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, April 2020
Saskya Adrila Ramadhanti
xii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : Saskya Adrila Ramadhanti
NPM : 1617021064
Jurusan : Biologi
Program Studi : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Perguruan Tinggi : Universitas Lampung
Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya yang
berjudul:
“JENIS PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN ALAMI
NYAMUK Aedes sp. DI AREA KAMPUS UNIVERSITAS LAMPUNG”
Baik gagasan, data, metode, hasil dan analisis adalah benar karya saya sendiri
yang saya susun dengan mengikuti norma dan etika akademik yang berlaku,
selanjutnya saya juga tidak keberatan jika sebagian atau seluruh data dari skripsi
digunakan oleh dosen untuk kepentingan publikasi sepanjang nama saya
dicantumkan.
Jika dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar sarjana maupun tuntutan
hukum.
Bandar Lampung, 13 April 2020
Yang menyatakan,
(Saskya Adrila Ramadhanti)
NPM. 1617021064
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii
MOTO HIDUP ..................................................................................................... ix
SANWACANA ...................................................................................................... x
KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................................ xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Tujuan ........................................................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4 D. Kerangka Pikir .......................................................................................... 4 E. Hipotesis ..................................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Phytotelmata .............................................................................................. 6
B. Siklus Hidup Aedes sp. .............................................................................. 9 C. Klasifikasi................................................................................................. 10
D. Morfologi Telur ........................................................................................ 11 1. Aedes sp. ......................................................................................................... 11 2. Culex sp. .......................................................................................................... 11 3. Anopheles sp. .................................................................................................. 12
E. Faktor Fisika dan Kimia Air yang Terdapat pada Phytotelmata ..... 13
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 15
A. Waktu dan Tempat ................................................................................. 15 B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 15 C. Prosedur Kerja ........................................................................................ 16 D. Analisis Data ............................................................................................ 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 22
A. Jenis Phytotelmata yang ditemukan di Area Kampus Universitas
Lampung .................................................................................................. 22
B. Jumlah Telur Aedes sp. yang menempati phytotelmata di Area
Kampus Universitas Lampung .............................................................. 27
C. Faktor Fisika dan Kimia Air pada Phytotelmata ................................ 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 36
A. Kesimpulan .............................................................................................. 36
B. Saran ......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
LAMPIRAN ......................................................................................................... 43
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Hidup Aedes sp.. ...................................................................... 10
Gambar 2. Telur Aedes sp. dengan perbesaran 20x.............................................. 11
Gambar 3. Morfologi Telur Nyamuk Culex sp. dengan perbesaran 20x.............. 12
Gambar 4. Morfologi Telur Anopheles sp.. .......................................................... 12
Gambar 5. (A) Bambusa sp., (B) Bauhinia purpurea, (C) Colocasia esculenta,
(D) Musa paradisiaca, (E) Cocos nucifera, (F) Artocarpus
heterophyllus………………………………………………......……..23
Gambar 6. Pemetaan Titik Koordinat Phytotelmata Di Area Kampus Universitas
Lampung ............................................................................................. 24
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan Nyamuk Aedes sp. ..... 22
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Telur Aedes sp. yang Menempati Phytotelmata Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3. Hasil Uji ANOVA Berdasarkan Jenis Phytotelmata Terhadap Jumlah
Telur Aedes sp. ........................................................................................ 30
Tabel 4. Hasil Uji BNT Jenis Phytotelmata berdasarkan Jumlah Telur Aedes sp. 30
Tabel 5. Hasil Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Air pada Phytotelmata di
Area Kampus Universitas Lampung ....................................................... 32
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis dengan
tingkat curah hujan dan kelembaban yang tinggi (Nurmaini, 2003). Dengan
tingkat curah hujan yang tinggi memungkinkan sebagian air hujan akan
terserap oleh tanah, dan sebagian lainnya akan tertampung pada tumbuhan
tertentu (Kurniawan, 2016). Organ tumbuhan yang dapat menampung
genangan air dan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan organisme
adalah golongan Phytotelmata (Fish, 1983).
Bandar Lampung merupakan salah satu daerah endemik DBD (Demam
Berdarah Dengue) di Provinsi Lampung dan secara geografis beriklim tropis
basah serta mendapat pengaruh dari angin musim (Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, 2013). Keadaan ini menyebabkan tumbuhan
phytotelmata dapat tumbuh dengan subur di berbagai lokasi.
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang cukup pesat
perkembangannya dalam hal pembangunan, terutama pembangunan
fasilitas, sarana, dan prasarana yang disertai dengan pembuatan tempat
penampungan air dan pembuatan taman, sehingga memiliki daya tarik serta
2
nilai estetika yang tinggi.
Pembangunan taman biasanya berupa tanaman yang akan menambah
banyaknya tempat perindukan, karena tanaman yang ditanam kemungkinan
tergolong Phytotelmata. Phytotelmata adalah golongan tumbuhan yang
bagian tubuhnya dapat menampung genangan air dan biasanya digunakan
oleh berbagai organisme termasuk nyamuk sebagai tempat untuk
berkembangbiak. Phytotelmata memiliki peranan penting bagi
kelangsungan siklus hidup nyamuk. Semakin banyak jumlah tumbuhan
yang tergolong phytotelmata dan berpotensi menjadi tempat perindukan di
suatu tempat, maka nyamuk akan memiliki banyak tempat untuk
berkembangbiak dan menyebabkan populasi nyamuk akan meningkat.
Tingginya jumlah populasi nyamuk dapat meningkatkan resiko penularan
penyakit.
Di Indonesia, penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Agustin dkk., 2017). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2018)
menyatakan di Provinsi Lampung sebanyak 2.872 kasus DBD terjadi dengan
14 orang meninggal dunia.
Tempat perindukan nyamuk terbagi menjadi dua, yaitu tempat perindukan
buatan dan alami. Tempat perindukan yang biasa menjadi sarang nyamuk di
rumah (buatan) adalah bak kamar mandi, tempat penampungan air, air
pembuangan lemari pendingin, tempat minum burung yang jarang diganti, pot
3
bunga, wadah limpahan air dispenser, dan barang bekas di sekitar rumah (ban,
kaleng, botol, dan gelas air mineral) yang terbuka (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2019). Tempat perindukan alami dapat berupa tumbuhan
yang pada bagian tubuhnya dapat menampung genangan air dan biasa disebut
dengan phytotelmata (Fish, 1983).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidah (2018), terdapat
tiga tipe phytotelmata yang menjadi habitat Aedes sp. yaitu tipe ketiak daun,
lubang pohon, dan lubang buah dengan jenis Neoregelia spectabilis, Bambusa
sp., Musa paradisiaca, Cocos nucifera, dan Pandanus amaryllifolius.
Universitas Lampung merupakan kampus hijau yang mempunyai berbagai
vegetasi tumbuhan. Kajian mengenai tumbuhan yang berada di area
Kampus Universitas Lampung khususnya golongan phytotelmata belum
banyak diperoleh informasinya, untuk itu dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui jenis phytotelmata yang berpotensi sebagai
tempat perindukan alami bagi nyamuk dilihat dari jumlah telur yang
menempatinya.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui jenis tumbuhan phytotelmata yang terdapat di Area Kampus
Universitas Lampung.
2. Mengetahui jenis phytotelmata yang berpotensi sebagai tempat
4
perindukan alami bagi nyamuk Aedes sp. dilihat dari jumlah telur yang
menempatinya.
C. Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya jenis tumbuhan phytotelmata sebagai salah satu
tempat perindukan Aedes sp., diharapkan dapat membantu upaya
pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bandar
Lampung khususnya di Area Kampus Universitas Lampung.
D. Kerangka Pikir
Phytotelmata merupakan jenis tumbuhan yang bagian tubuhnya dapat
menampung genangan air dan banyak ditemukan di daerah tropis, sehingga
berpotensi menjadi tempat perindukan alami bagi berbagai jenis organisme
termasuk nyamuk. Nyamuk termasuk ke dalam Filum Arthropoda yang
dapat menjadi salah satu vektor dari penyakit yang membahayakan bagi
manusia. Aedes sp. merupakan vektor utama nyamuk DBD.
Survei pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 pada 4
lokasi yaitu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Teknik, Laboratorium Pertanian Terpadu, dan Taman Beringin ditemukan 6
jenis phytotelmata. Pada penelitian ini menggunakan lokasi dimana
terdapat jenis phytotelmata yang paling umum ditemukan dengan jumlah
Aedes sp. yang tinggi yaitu di Fakultas Teknik, Laboratorium Pertanian
Terpadu, dan Taman Beringin Universitas Lampung. Jenis phytotelmata
5
yang digunakan adalah Cocos nucifera, Artocarpus heterophyllus, Bambusa
sp., Bauhinia purpurea, Colocasia esculenta, dan Musa paradisiaca.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilakukan
dengan cara menghitung jumlah telur nyamuk Aedes sp. pada kertas saring
yang diletakan pada dinding bagian dalam lubang tanaman dekat dengan
genangan air selama enam kali pengulangan.
Pengetahuan terhadap tumbuhan yang tergolong Phytotelmata diperlukan,
terkait peranannya sebagai tempat perindukan alami bagi nyamuk dan
pengaruhnya terhadap jumlah telur nyamuk, agar memudahkan dalam upaya
pengendalian penyakit DBD di Bandar Lampung khususnya di area Kampus
Universitas Lampung.
E. Hipotesis
Phytotelmata dengan jenis Cocos nucifera lebih berpotensi menjadi tempat
perindukan alami bagi Aedes sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Phytotelmata
Phytotelmata merupakan jenis tumbuhan yang bagian tubuhnya mampu
untuk menampung genangan air. Menurut Jocque et al. (2013)
Phytotelmata terbagi menjadi 5 tipe yaitu lubang pada pohon, genangan air
di tunggul bambu, tanki Bromelia, pitcher plant, dan lubang buah Cocos
nucifera berisi air. Serangga menggunakan genangan air yang terdapat pada
tumbuhan sebagai tempat untuk berkembangbiak (Fish, 1983).
Phytotelmata banyak ditemukan hidup pada tempat yang lembab (Greeney,
2001).
Berdasarkan kriteria Kitching (1971), terdapat 7 tipe phytotelmata yaitu
ketiak daun, lubang pohon, akar pohon, tumbuhan yang berbentuk kendi
(pitcher plant), daun yang memiliki ukuran yang cukup lebar, kulit buah yang
membentuk lubang, dan bagian tumbuhan yang telah gugur.
Greeney (2001) membagi phytotelmata menjadi 6 tipe, yaitu ketiak daun,
seludang bunga, bagian tumbuhan yang gugur, lubang buah, pitcher plant,
dan lubang pohon.
7
Phytotelmata menurut Greeney (2001) umumnya dibagi menjadi 6 tipe,
yaitu:
1. Ketiak Daun
Bromelia (Poales: Bromeliaceae) tersebar di wilayah tropis dan
subtropis (Givnish et al., 2004), memiliki daun berbentuk roset dan
mampu menampung air hujan secara maksimal (Guimaraes-Souza et al.,
2016). Menurut Munirathinam et al. (2014), tumbuhan yang biasanya
menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembangbiak adalah pisang,
nanas, pandan, aren, ubi, dan talas. Menurut Louca et al. (2017) Jenis
phytotelmata dari Suku Bromeliaceae juga dapat menampung genangan air
pada bagian ketiak daunnya serta dapat dijadikan sebagai tempat
perindukan bagi hewan akuatik.
2. Seludang Bunga
Seludang bunga terdapat pada bagian bawah bunga dan berfungsi untuk
menyelubungi seluruh bagian bunga majemuk sebelum mekar. Bagian dari
seludang bunga tersebut mampu menampung genangan air dan diduga
menjadi tempat bagi serangga termasuk nyamuk untuk berkembangbiak
3. Bagian Tumbuhan Yang Gugur
Suku tumbuhan yang termasuk ke dalam bagian tumbuhan yang gugur
yaitu Musaceae, Lamiaceae, Sterculiaceae, dan Arecaceae. Bagian
pelepah daun yang gugur dapat menampung banyak air hujan (Prasetyo,
2016) dan menjadi tempat Aedes sp. bertelur dan berkembangbiak.
8
4. Lubang Buah
Tumbuhan yang termasuk ke dalam lubang buah disebut juga create
small pockets yaitu buah yang jatuh atau terlepas dari tubuh tumbuhan
yang mengandung materi yang membusuk dan mampu menampung
genangan air. Suku yang termasuk ke dalam tipe lubang buah yaitu
Apocynaceae, Loganiaceae, Bombacaceae, Lecythidaceae, Bignoniaceae,
dan Sterculiaceae (Kurniawan, 2016). Genangan air pada lubang buah
diduga dapat menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembangbiak.
5. Pitcher Plant
Jenis tumbuhan yang berasal dari Suku Nepenthaceae dan Sarraceniaceae.
Pitcher plant memiliki ujung sulur daun yang termodifikasi menjadi
kantung yang mampu menampung genangan air (Kurniawan, 2016).
Serangga seperti Aedes sp. memanfaatkan genangan air sebagai tempat
untuk berkembangbiak.
6. Lubang Pohon
Laird (1988) menyatakan bahwa di wilayah Pasifik banyak dibuat pohon
palem yang berlubang, dengan tujuan untuk penampung air sebagai
tempat perindukan bagi berbagai jenis organisme, termasuk Aedes sp.
Salah satu jenis phytotelmata tipe lubang pohon adalah bambu, dengan
bagian batang bambu bersifat kedap air. Hal ini dapat mempengaruhi
pembentukan penampungan air, sehingga memudahkan serangga
termasuk Aedes sp., untuk tinggal dan bertelur di dalam phytotelmata.
9
B. Siklus Hidup Aedes sp.
Siklus hidup nyamuk terbagi menjadi 4 tahap metamorfosis (fase telur,
larva, pupa, dan dewasa) dan termasuk ke dalam metamorfosis sempurna
(holometabola) (Center for Desease Control and Prevention, 2019).
Siklus hidup nyamuk dimulai dari sebelum peletakan telur, dimana nyamuk
betina dewasa terlebih dahulu memilih media yang akan dijadikan tempat
perindukan (Yulidar dan Wilya, 2015). Nyamuk akan masuk ke dalam air
lalu membentangkan kakinya, kemudian segmen pada perutnya melakukan
gerakan maju mundur, setelah itu nyamuk bangkit kembali dan terbang
beberapa kali dan mencelupkan kembali tubuhnya sebanyak 14 hingga 22 kali
sebelum nyamuk meletakan telurnya (Christoper, 1966).
Setelah itu, telur yang telah dikeluarkan akan menetas menjadi larva dalam
dua hingga tiga hari dengan kondisi tempat perindukan dalam keadaan yang
lembab atau terendam air. Bila tempat perindukan dalam keadaan yang
kering, maka telur dapat bertahan hingga satu bulan dan menetas hingga air
dapat tertampung kembali (Christoper, 1966).
Selanjutnya larva akan mengalami fase Instar I, Instar II, Instar III, dan
Instar IV selama lima hari untuk kemudian tumbuh dan berkembang
menjadi pupa. Lalu pupa akan menjadi dewasa dalam dua hingga tiga hari.
Seluruh siklus hidup nyamuk, dimulai dari telur hingga menjadi nyamuk
dewasa membutuhkan waktu sekitar delapan hingga sepuluh hari (Gambar
1).
10
Gambar 1. Siklus Hidup Aedes sp. (Info Sehat Keluarga, 2019).
C. Klasifikasi
Klasifikasi dari nyamuk Aedes sp. menurut Myers et al. (2019) sebagai
berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
11
Marga : Aedes
Jenis : Aedes sp.
D. Morfologi Telur
1. Aedes sp.
Telur Aedes sp. memiliki warna hitam, berbentuk oval, dan berukuran 0,7
mm (Anies, 2006). Telur Aedes yang baru dikeluarkan oleh nyamuk
betina dewasa berwarna putih, setelah itu berubah menjadi hitam. Dalam
satu kali bertelur, nyamuk betina dewasa dapat menghasilkan 100-150
butir telur (Gambar 2).
Gambar 2. Telur Aedes sp. dengan perbesaran 20x (Ayuningtiyas, 2013).
2. Culex sp.
Telur Culex sp. berbentuk cerutu, dan pada salah satu ujungnya berbentuk
seperti topi yang disebut corolla. Telur nyamuk menempel satu sama lain
dan tersusun seperti rakit di atas permukaan air (Soebaktiningsih, 2015).
Dalam satu kali bertelur, seekor nyamuk betina dewasa dapat
mengeluarkan hingga 100-500 butir telur (Gambar 3).
12
Gambar 3. Morfologi Telur Nyamuk Culex sp. dengan perbesaran 10x.
(Sumber :
http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/eggraft_quinq.jpg).
3. Anopheles sp.
Telur Anopheles sp. berbentuk seperti perahu, di bagian bawahnya
berbentuk cembung (konveks) dan pada bagian atasnya berbentuk cekung
(konkaf). Pada umumnya, nyamuk betina dewasa akan meletakkan
telurnya di dalam air secara terpisah atau satu persatu. Menurut Safar
(2010), nyamuk betina dewasa mampu menghasilkan 50-200 butir telur
dalam satu kali bertelur (Gambar 4).
Gambar 4. Morfologi Telur Anopheles sp. perbesaran 20x (Jiwintarum dan
Fikri, 2016)
13
E. Faktor Fisika dan Kimia Air yang Terdapat pada Phytotelmata
Faktor yang dapat mempengaruhi nyamuk betina dewasa memilih tempat yang
tepat untuk meletakkan telurnya yaitu suhu, pH, kadar Amonia, Nitrat, Sulfat,
dan kelembaban (Oleymi et al., 2010). Diduga seyawa tersebut menghasilkan
rangsangan aroma yang bersifat “chemical senses” (Hariyadi dkk., 2000).
Menurut Agustina (2013), senyawa seperti Nitrit dan Amonia dapat
mempengaruhi indera penglihatan dan penciuman nyamuk. Selain itu
kehadiran bakteri juga dapat menjadi daya tarik bagi nyamuk betina untuk
bertelur pada suatu tempat perindukan. Dikarenakan bakteri dapat menjadi
sumber nutrisi bagi kelangsungan hidup nyamuk.
Nitrit dalam bentuk Nitrogen merupakan unsur kimia yang dapat dikonsumsi
langsung sebagai nutrisi utama yang diperlukan organisme air. Amonia
merupakan salah satu senyawa yang menjadi daya tarik bagi nyamuk betina
Aedes sp. untuk meletakan telur, karena berhubungan dengan syaraf
penciuman. Senyawa Amonia terjadi karena hasil pemecahan Nitrogen
organik dan Nitrogen anorganik yang terdapat pada tanah dan air, berasal dari
dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikroba dan jamur (Effendi,
2003).
Pada umumnya nyamuk memilih tempat yang lokasinya tidak terpapar sinar
matahari secara langsung dan memiliki kelembaban yang tinggi serta suhu
yang rendah. Menurut Rosa, (2014) Semakin tinggi tingkat kelembaban maka
organisme yang ditemukan akan semakin banyak.
14
Mortalitas pada Aedes sp. dapat disebabkan oleh senyawa Polifenol, Tanin,
Flavonoid, Saponin, Dan Acetogenin (Latifah, 2016). Senyawa tersebut
berasal dari hasil metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai
pelindung bagi tumbuhan itu sendiri dari hama penyakit dan lingkungannya.
Senyawa seperti Flavonoid, Saponin, dan Acetogenin diduga dapat bersifat
toksik dan dapat menimbulkan efek aditif, sinergisme, dan antagonisme bagi
organisme akuatik. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah telur Aedes sp.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian tentang “Jenis Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan Alami
Nyamuk Aedes sp. di Area Kampus Universitas Lampung” telah dilaksanakan
pada bulan Agustus - Desember 2019 di Laboratorium Zoologi, Jurusan
Biologi, dan pengukuran kandungan kimia air pada phytotelmata dilakukan di
Laboratorium Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Bandar Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Penentuan Lokasi Phytotelmata
Alat-alat yang digunakan untuk penentuan lokasi phytotelmata adalah GPS
Garmin 72H, baterai, dan lembar kerja.
2. Pengambilan Dan Pengamatan Sampel Telur
Alat yang digunakan untuk pengambilan dan pengamatan sampel telur
Aedes sp. adalah kertas saring, gunting, kantung plastik, pinset, cawan
petri, kamera Nikon D300, dan mikroskop stereo Olympus E200. Bahan-
bahan yang digunakan adalah phytotelmata yang terdapat di lokasi
penelitian yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Taman Beringin
16
Universitas Lampung serta telur Aedes sp.
3. Perhitungan Faktor Fisika Dan Kimia Air
Alat yang digunakan dalam proses perhitungan faktor fisika air adalah
termometer air raksa dan higrometer TFA Haar-Synth Hygro Germany.
Alat-alat yang digunakan dalam proses perhitungan faktor kimia adalah
spektrofotometer uv 1800, buret, statif, corong biuret, botol sampel, labu
erlenmeyer, gelas piala, kertas saring, cawan petri, kantung plastik, kertas
label, tisu, gunting, gelas ukur, pipet tetes, kuvet, dan mikropipet 1 ml.
Bahan yang digunakan dalam proses perhitungan faktor fisika dan kimia
air adalah sampel air yang terdapat pada phytotelmata, Natrium
Sulfanilamid, NED Dihidroklorida, HCl pekat, Na2CO3 0,01N, Indikator
Phenolftalein, Amonium Klorida, Larutan Fenol, Etil Alkohol 95%,
Natrium Nitoprusida,Trinatrium Sitrat, Natrium Hipoklorit, Alkalin Sitrat,
dan aquades.
C. Prosedur Kerja
1. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan sampel didasarkan pada jenis tumbuhan phytotelmata yang
paling umum ditemukan di Area Kampus Universitas Lampung. Menurut
hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Agustus-September
2019, ditemukan 6 jenis phytotelmata (Cocos nucifera, Artocarpus
heterophyllus, Bambusa sp., Bauhinia purpurea, Colocasia esculenta, dan
17
Musa paradisiaca.) yang paling umum ditemukan di area Kampus
Universitas Lampung yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan
Taman Beringin.
Penentuan titik koordinat dilakukan pada awal pengamatan menggunakan
GPS Garmin 72H. Titik koordinat yang tertera di bagian bawah layar GPS
pada masing-masing lokasi phytotelmata dicatat setelah diperoleh sinyal
satelit dan informasi titik koordinat. Kondisi di lokasi phytotelmata dapat
mempengaruhi lamanya perolehan sinyal satelit.
2. Pengambilan Dan Pengamatan Sampel Telur
Tumbuhan phytotelmata yang telah ditentukan diberi tanda dengan kertas
label, kemudian ditempelkan kertas saring pada dinding bagian dalam
phytotelmata yang dekat dengan genangan air sesuai dengan diameternya.
Kertas saring yang ditempelkan, satu pertiga bagiannya dibiarkan
mengenai air. Lalu kertas saring dibiarkan selama dua hari untuk
selanjutnya dilakukan pengamatan setiap dua hari sekali selama enam kali.
Setelah dua hari, pengambilan sampel dilakukan pada kertas saring yang
sudah terlihat telur Aedes sp. dengan cara melepas kertas saring dan
dibawa ke laboratorium menggunakan kantung plastik untuk kemudian
diamati dan dicatat jumlah telur pada lembar kerja.
Tumbuhan phytotelmata yang diperoleh, dicatat suku, marga, dan jenisnya
dalam lembar kerja. Kemudian telur Aedes sp. yang diperoleh dicatat
18
jumlahnya. Sebagai data pendukung, dilakukan pengukuran terhadap
faktor kimia air yang diduga menjadi daya tarik bagi nyamuk untuk
bertelur dan berkembangbiak (meliputi nitrit, amonia, dan CO2), faktor
fisika air (suhu dan kelembaban), dan pengukuran titik koordinat untuk
mengetahui lokasi phytotelmata yang menjadi tempat perindukan alami
nyamuk.
3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Air
a. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu dilakukan pada akhir pengamatan menggunakan
termometer air raksa dengan cara memasukkan termometer ke dalam
lubang tanaman maupun tumbuhan, kemudian dibiarkan hingga skala
air raksa berhenti. Hasil pengukuran dicatat dalam lembar kerja.
b. Pengukuran Kelembaban
Pengukuran kelembaban dilakukan pada akhir pengamatan
menggunakan higrometer TFA Haar-Synth Hygro Germany dengan
cara meletakkan higrometer di dekat phytotelmata. Hasil pengukuran
dicatat dalam lembar kerja.
c. Pengukuran Nitrit
Pengukuran nitrit dilakukan pada akhir pengamatan menggunakan
Spektrofotometer UV 1800. Langkah awal yang dilakukan adalah
dengan dibuatnya pereaksi A dan pereaksi B. Pembuatan pereaksi A
yaitu 1 gr Natrium Sulfanilamid direaksikan dengan 10 ml HCl pekat,
19
kemudian dihomogenkan dan ditepatkan volumenya hingga 100 ml
dengan aquades. Pembuatan pereaksi B yaitu 0,5 gr NED
Dihidroklorida dilarutkan dengan 500 ml aquades (Ida, 2009).
Setelah itu masing-masing sampel air sebanyak 5 ml dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian pereaksi A dimasukkan ke dalam
masing-masing sampel air sebanyak 3 tetes dan tunggu selama 4 menit
agar larutan dan pereaksi homogen. Lalu pereaksi B dimasukkan ke
dalam masing-masing sampel air sebanyak 1 tetes, setelah itu diamati
perubahan warna pada sampel air (Ida, 2009).
Selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui nilai absorbansi sampel air
menggunakan Spektrofotometer UV 1800 dengan panjang gelombang
543 nm. Program komputer dan Spektrofotometer UV 1800 disiapkan
sebelum proses pengukuran absorbansi. Setelah program dan alat siap,
aquades sebagai blangko dimasukkan ke dalam kuvet A sebanyak 3-4 ml
dan sampel air dimasukkan kedalam kuvet B sebanyak 3-4 ml.
Kemudian tutup Spektro. Setelah sekitar 10 detik dapat diketahui nilai
absorbansi dari sampel tersebut. Sampel air pada kuvet diganti dengan
sampel air yang lain. Hasil pengukuran nilai absorbansi dicatat pada
lembar kerja (Ida, 2009).
d. Pengukuran Amonia
Pengukuran amonia dilakukan pada akhir pengamatan menggunakan
Spektrofotometer UV 1800. Langkah awal yang dilakukan adalah
20
dengan dibuatnya pereaksi A (Larutan Fenol), pereaksi B (Larutan
Natrium Nitroprusida), dan pereaksi C (Larutan Pengoksidasi).
Pembuatan pereaksi A yaitu 1 ml fenol dilarutkan dengan 10 ml Etil
Alkohol 95%. Pembuatan pereaksi B yaitu 0,5 gr Natrium Nitroprusida
dilarutkan dengan 100 ml aquades. Pembuatan pereaksi C yaitu 20 ml
Alkalin Sitrat dilarutkan dengan 1 ml Larutan Hipoklorit (SNI 06-
6989.30-2005).
Setiap sampel air dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml.
Kemudian pereaksi A dimasukkan ke dalam masing-masing sampel air
sebanyak 2-3 tetes, dan tunggu selama 4 menit agar sampel dan pereaksi
menjadi homogen. Lalu pereaksi B ditambahkan ke dalam masing-
masing sampel air sebanyak 2-3 tetes dan pereaksi C ditambahkan
sebanyak 2-3 tetes hingga terlihat perubahan warna (SNI 06-6989.30-
2005).
Selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui nilai absorbansi sampel air
menggunakan Spektrofotometer UV 1800 dengan panjang gelombang
640 nm. Program komputer dan Spektrofotometer UV 1800 disiapkan
sebelum proses pengukuran absorbansi. Setelah program dan alat siap,
aquades sebagai blangko dimasukkan ke dalam kuvet A sebanyak 3-4 ml
dan sampel air dimasukkan kedalam kuvet B sebanyak 3-4 ml.
Kemudian tutup Spektro. Setelah sekitar 10 detik dapat diketahui nilai
absorbansi dari sampel tersebut. Sampel air pada kuvet diganti dengan
21
sampel air yang lain. Hasil pengukuran nilai absorbansi dicatat pada
lembar kerja (SNI 06-6989.30-2005).
e. Pengukuran CO2
Pengukuran CO2 dilakukan pada akhir pengamatan dengan titrasi
volumetri Buret. Langkah awal yang dilakukan adalah dibuatnya
pereaksi sebanyak 0,5 gr Na2CO3 0,01 N dilarutkan dengan aquades
sebanyak 250 ml. Masing-masing sampel air dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer sebanyak 10 ml. Kemudian indikator pp dimasukkan
ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 3-5 tetes. Setelah itu pereaksi
ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi sampel secara
perlahan hingga larutan berwarna merah muda dan jumlah titran yang
digunakan dicatat.
D. Analisis Data
Hasil pengamatan berupa jenis tumbuhan phytotelmata ditampilkan dalam
bentuk tabel dan gambar. Untuk mengetahui jumlah telur yang terdapat pada
phytotelmata dilakukan perhitungan telur setelah dibawa ke laboratorium
untuk selanjutnya dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji
ANOVA (Analysis of Variance) dengan taraf kepercayaan 95% (α=5%)
(Software Ms. Exel Ver. 2013). Apabila terdapat perbedaan bermakna, maka
dilanjutkan dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Selanjutnya hasil
pengukuran faktor kimia (pH, Amonia, CO2, dan Nitrit) dan faktor fisik (suhu
dan kelembaban) dibuat tabel dan dianalisis secara deskriptif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adalah sebagai
berikut
1. Phytotelmata yang ditemukan di area Kampus Universitas Lampung
adalah jenis Cocos nucifera, Artocarpus heterophyllus, Bambusa sp.,
Bauhina purpurea, Colocasia esculenta, dan Musa paradisiaca.
2. Phytotelmata yang paling berpotensi sebagai tempat perindukan alami
Aedes sp. adalah jenis Cocos nucifera dengan rerata jumlah telur yang
ditemukan sebanyak 16,33 butir telur.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai Jenis Phytotelmata
Sebagai Tempat Perindukan Alami Aedes sp. di Area Kampus Universitas
Lampung, disarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
keberadaan tumbuhan yang termasuk ke dalam phytotelmata seperti Cocos
nucifera di area Kampus Universitas Lampung untuk melakukan upaya
pengendalian populasi vektor penyakit DBD seperti penanaman tanaman
insect repellent.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, B., S. Rahmat, H. Wahyu. 2019. Analisis Kerusakan Pohon di Hutan
Kota Stasiun Kota Metro Provinsi Lampung. Jurnal Hutan Pulau-Pulau
Kecil. Vol 3 No 1. DOI: 10.30598. ISSN: 2621-8798.
Agustin, I., U. Tarwotjo, R. Rahadian. 2017. Perilaku bertelur dan siklus hidup
Aedes aegypti pada berbagai media air. Jurnal Biologi. Vol. 6 No. 4. Hal
71-81.
Agustina. 2013. Pengaruh Media Air Terpolusi Tanah Terhadap
Perkembangbiakan Nyamuk Aedes. Jurnal Biotik. Aceh.
Ananda, S. 2009. Pengaruh Suhu, Kaporit, pH, Terhadap Pertumbuhan
Cendawan Entomopatogen Transgenik Aspergillus Niger-GFP dan
Patogenisasinya pada Larva Nyamuk Aedes aegypti. [Skripsi].
Departemen Biologi FMIPA IPB. Bogor.
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Ayuningtiyas, E. D. 2013. Perbedaan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti
Berdasarkan Karakteristik Kontainer Di Daerah Endemis Demam Berdarah
Dengue (Studi Kasus Di Kelurahan Bangetayu wetan Jawa Tengah).
Journal of Biology and Biology Education. Semarang.
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2013. Curah Hujan.
https://mete.bmkg.go.id./prakiraan/provinsi-lampung Diakses pada 01
Setember 2019. Pukul 14.04 WIB.
Biswas, D., B. Biswas, B. Mandal, A. Banerjee. 2014. A Note on Distribution of
Breeding Sourches of Aedes aegypti (Linnaeus) in The City of Kolkata,
India, Following an Outbreak of Dengue During 2012. Current Urban
Studies. pp 57-61.
Center for Desease Control and Prevention (CDC). 2019. Natural Center for
Emerging and Zoonotic Infectious Diseases. Division of Vector-Borne
Disease.
Christoper, S.S.R. 1960. Aedes aegypti (L) The Yellow Fever Mosquito. The
University Of Cambridge. Press. London.
Departemen Kesehatan RI. 2019. Pusat Data dan Informasi Kesehatan.
https://www.depkes.go.id. Diakses pada 01 September 2019. Pukul 12.04
WIB.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Kasus DBD Tahun 2018.
https://www.depkes.go.id. Diakses pada 10 Desember 2019. Pukul 08.00
WIB.
Dinata, A., P. W. Dhewantara. 2012. Karakteristik Lingkungan Fisik Biologi dan
Sosial di Daerah Endemis DBD Kota Banjar Tahun 2011. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 11(4):315-26
Deshmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. (Penerjemah: K. Kartawinata,
S. Danimiharja). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Fauziyah, S. 2018. Analisis Faktor Fisika-Kimia Air pada Natural Breeding Site
Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Area dengan Angka Kejadian
Demam Berdarah Dengue Tinggi. [Skripsi]. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Fish, D. 1983. Phytotelmata: Flora and Fauna. In Frank J. H. and Lounibos L. P.
(Eds) Phytotelmata: Terrestrial Plants as Hosts for Aquatic Insect
Communities Pp. 1–27. Plexus Publishing, Medford, N. J.
Givnish, T.J., K. C. Millam, T. M. Evans, J. C. Hall, J. C. Pires, P. E. Berry, K. J.
Systema. 2004. Ancient Vicariance Orrecent Long-Distance Dispersal
Inferences About Phylogeny and South American–African Disjunctions in
Rapateaceae and Bromeliaceae Based on Ndh F Sequence Data.
International Journal of Plant Sciences, 165 (Supplement 4), 35–54. [S35–
S54].
Google Earth Pro, 2020. https://earth.google.com/web/ Diakses pada 30 Februari
2020 Pukul 10.10 WIB.
Greeney, H.F. 2001. The Insects of Plant-Held Waters: a Review and
Bibliography. Journal of Tropical Ecology 17: 241-260.
Guimaraes-Souza, B.A., G. B. Mendes, L. Bento, H. Marotta, A. L. Santoro, F. A.
Esteves, P. L. Farjalla, A. Enrich-Prast. 2016. Limnological parameters in
the Water Accumulated in Tropical Bromeliads. Acta Limnologica
Brasiliensia, 18 (1), 47–53.
Hariyadi S, N. Suryadiputra, B. Widigdo. 2000. Limnologi, Metode Analisis
Kualitas Air. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
39
http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/eggraft_quinq.jpg
Diakses pada 10 April 2020 Pukul 10.03 WIB.
Ida, Y. 2009. Penentuan Kadar Nitrit Pada Beberapa Air Sungai Di Kota Medan
Dengan Metode Spektrofotometer Visible. [Laporan Akhir]. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Info Sehat Keluarga. 2019. Daur Hidup Nyamuk.
https://www.infosehatkeluarga.com/daur-hidup-nyamuk/ Diakses pada 7
September 2019. Pukul 10.36 WIB.
Jiwintarum, Y., Z. Fikri. 2016. Formula Bio-BS effervescent (Bio-B.
sphaericus) Isolat Lokal Pulau Lombok Untuk Pengendalian Larva
Anopheles sp. [Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing]. Analis
Kesehatan. Politeknik Kesehatan Mataram Kementerian Kesehatan RI.
Jocque, M., F. Fiers., M. Romero., K. Martens. 2013. Crustacea In Phytotelmata:
A Global Overview. Journal of Crustacean Biology, 33 (4), 451–460.
Kurniawan, R. 2016. Keanekaragaman Jenis dan Tipe Phytotelmata Di Kota
Bandarlampung.[Skripsi]. Universitas Lampung. Lampung.
Kitching, R. L. 1971. An Ecology Study of Water Filled Tree- Holes and
Their Position in The Woodland Ecosystem. Journal of Animal
Ecology. Vol. 40:281–302.
Latifah, N. 2016. Toxisitas Campuran Ekstrak Biji Alpukat (Persen americana
Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Mortalitas Larva
Nyamuk Aedes aegypti L. dan Pemanfaatannya.[Skripsi]. Universitas
Jember. Jember.
Laird, M. 1988. Background and Findings Of The 1988-94 New Zealand
Mosquito Survey. New Zealand Entomologist. 18:77-9.
Louca, S., S. M. S. Jacques, A. P. F. Pires, J. S. Leal, A. L. Gonzales. 2017.
Functional Structure Of The Bromeliad Tank Microbiome Is Strongly
Shaped By Local Geochemical Conditions. Environmental Microbiology.
Wiley Online Library. 19 (8), 3132-3151
Mac Donald, J. E. and L. C. Lu. 1972. Viability of Mosquito Oviposition Sites.
Mosquito News. 32:463.
Munirathinam, A., R. Khrisnamoorti, G. Baskaran, R. Govindarajan, A.
Venkatesh, B. K. Tyagi. 2014, Mosquito Jenis Biodiversity In Phytotelmata
From Western Ghats, South India. Halteres, Volume 5, 56-63.
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, T. A. Dewey. 2019.
Animal Diversity Web (Online).
40
https://animaldiversity.org/account/aedes/classification Diakses pada 20
Desember 2019. Pukul 17.53 WIB.
Nguyen, L.A.P. 2011. Abudance and Prevalance of Aedes aegypti Immatures and
Relationships with Household Storage in Rural Areas in Southern Vietnam.
Int. Health. 3:115-125.
Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles
aconitus Secara Sederhana. Jurnal Kesehatan Masyarakat.1-8.
Oleymi, I. K., I. C. J. Omalu, O. L. Famotele, S. P. Shegna, B. Idris. 2010.
Distribution of Mosquito Larvae in Relation to Physico-Chemical
Characteristic of Breeding Habitats in Minna. North Central Nigeria.
Rewiews in Infection. Vol.1. pp 49-53.
Pedrosa, E.A., E. Maria, J.C. Correia, C. M. Ribeiro. 2010. Impact of Small
Variations in Temperature and Humidity on the Reproductive Activity and
Survival of Aedes aegypti (Diptera, Culicidae). Revista Brasileira de
Entomologia. 54(3)488-493.
Pentury, K., W. Nusaly. 2011. Analisis Kepadatan Larva Anopheles pada Tempat
Perindukan di Negeri Kamarian Kecamatan Khairatu Kabupaten Seram
Bagian Barat (SBB). Molucca Medica. 4(1) : 9-18.
Permadi, I. G. W.S., L.P. Ambarita, Y. Yahya. 2018. Identifikasi Nyamuk
Dewasa pada Cocos nucifera di Kelurahan Kemelak Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi. 7 (2)153-160.
Prasetyo, A. 2016. Keanekaragaman Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan
Alami Nyamuk Demam Berdarah di Kota Metro Provinsi Lampung.
[Skripsi]. Universitas Lampung. Lampung.
Purnama. 2012. Maya Index dan Kepadatan larva Aedes aegypti terhadap Infeksi
Dengue. Makalah Kesehatan .Vol. 16 No. 2.
Rosa, E. 2004. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air (TPA) Terhadap Jumlah
Peletakan Telur Nyamuk Aedes aegypti L. Jurnal Sains dan Teknologi.
FMIPA. Unversitas Lampung.
Rosa, E. 2014. Fluctuation of Diptera Larvae in Phytotelmata and Relation
with Climate Variation in West Sumatera, Indonesia. Pakistan
Journal of Biological Sciences. 17(7), 9477-951.
Safar, H. I. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoology, Entomologi, dan
Helmintologi Cetakan I. Yrama Widya. Bandung.
Sayono. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes
yang Terperangkap. [Thesis]. Universitas Diponogoro. Semarang.
41
Simangunsong, S. N., E. Rosa, S. Umar. 2017. Jenis dan Tipe Phytotelmata di
Pemukiman dan Perkebunan Lingkungan Sukaharum Kelurahan Batu
Putuk, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung. Jurnal Biologi Eksperimen
dan Keanekaragaman Hayati. Vol. 4 No. 2. Hal: 1-5. ISSN: 2338-4344.
SNI 06-6989.30. 2005. Air dan Limbah-Bagian 30: Cara Uji Kadar Amonia
dengan Spektrofotometer Secara Fenat. Badan Standarisasi Nasional.
Depok.
Soebaktiningsih. 2015. Marga Anopheles. Dalam Soebaktiningsih (ed.) Diktat
Entomology Kedokteran. [Thesis]. Laboratorium Parasitology Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang. Hal. 30-34.
Soegianto, A. 1993. Ekologi kuanttatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Usaha Nasional. Surabaya.
Stalin, M., Farah, H. Harnani. 2013. Analisis Kerusakan Pohon di Jalan Ahmad
Yani Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari. 1(2): pp.8.
Sudarmaja, I. M. dan S. J. Mardihusodo. 2009. Pemeliharaan Tempat Bertelur
Nyamuk Aedes aegypti pada Air Limbah Rumah Tangga di Laboratorium.
Jurnal Veteriner. Vol. 10(4): 205-207.
Sutisna, E. 2019. Perbandingan Jumlah Telur Aedes aegypti Pada Penampungn
Air Berbahan Bambu, Kaca, dan Plastik. Politeknik Kesehatan Bandung
Jurusan Analisis Kesehatan, Bandung. r2kn.litbang.kemkes.go.id
Syukur, A. 2012. Analisis Spasial Faktor Resiko Lingkungan Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sambas Provinsi
Kalimantan Barat. [Thesis]. Program Pascasarjana Undip. Semarang.
Wahidah, F. F. 2018. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Tipe Phytotelmata
Sebagai Natural Breeding Site Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus di
Beberapa Kabupaten dengan Kasus Demam Berdarah Dengue. [Thesis]
Universitas Airlangga. Surabaya.
Walker, E. D., R.W. Merrit. 1988. The Significance Of Leaf Detritus To Mosquito
(Diptera: Culicidae) Productivity From Tree Holes. Oxford Academy.
Enviromental Entomology. 17(2), 199-206, 1.
Wenzierl, R., T. Henn, P.G. Koehler, C.L. Tuckler. 2005. Insect Atractanus and
Traps. [Thesis]. University of Florida. Florida.
Widiyanto, T. 2007 Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah [Thesis].
Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro. Semarang.
Yulidar, V. Wilya. 2015. Siklus Hidup Aedes aegypti pada Skala Laboratorium.
42
Loka Penelitian dan Pengembangan Biologi Medis Aceh. Sel. Vol 2. No.1:
22-28.
Yulianty, E. Rosa. 2016. Diversitas Phytotelmata di Beberapa Wilayah Endemis
Demam Berdarah Dengue di Provinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Biologi
Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. Vol. 3 No. 1. Hal: 1-7. ISSN:
2338-4344.
top related