isu global dan implikasi manajerialnya
Post on 01-Dec-2015
1.006 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ISU GLOBAL DAN IMPLIKASI MANAJERIALNYA
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Manajemen StratjikYang dibina oleh Dr. Syihabudhin, S.E, M.Si
Oleh:Firdaus Kharisma F. 100413401218Moh. Toyib Hidayat 100413401209Rachamat Widarto 100413401210Yoga Aditya Pratama 100413401215Bagus Dwi Cahyo 83834234070Lutvi Haviluddin Najib 11041342601
Off. G
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMENOktober 2012
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah yang sederhana ini didasarkan akan kebutuhan sendiri
dalam perkuliahan mata pelajaran. Pengetahuan tambahan tentang Isu Globalisasi
dan Implikasinya bagi mahasiswa dalam mata kuliah Manajemen Stratejik,
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.
Disadari memang telah banyak sumber-sumber yang membahas tentang Isu
Globalisasi dan Implikasinya saat ini, tetapi kami mencoba untuk menyajikannya
dalam bentuk penulisan makalah ini.
Kami mencoba menyusun makalah ini walaupun dimaksudkan terbatas bagi
kalangan dan lingkungan sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi mereka
yang berminat dan membutuhkan. Kelemahan dan kekurangan tidak lepas dari
penulisan makalah ini. “Tiada Gading yang Tak Retak” salah satu ungkapan yang
sekiranya dapat mewakili kelemahan dan kekurangan penulisan ini. Kekurangan
dan kelemahan tersebut dapat diperbaiki sekiranya pihak-pihak yang berminat
memberi masukan dan balikan di dalam kerangka proses belajar mengajar dalam
mata kuliah yang bersangkutan.
Tiada ungkapan yang bisa dituliskan hanya ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu peyusunan dan pihak-pihak yang menaruh
simpati kepadanya, khususnya Bpk. Syihabudin sebagai dosen pembimbing
dalam mata kuliah Manajemen Stratejik.
Malang, 12 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................11.2. Rumusan Masalah.................................................................................21.3. Tujuan Pembahasan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Globalisasi..........................................................................32.2. Tahapan Globalisasi..............................................................................52.3. Isu Global Terkini.................................................................................122.4. Implikasi Isu Global..............................................................................14
BAB III PENUTUPKesimpulan...........................................................................................19
DAFTAR RUJUKAN.........................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya era globalisasi tidak terlepas dari upaya manusia untuk
melakukan pembaruan di berbagai bidang kehidupan guna meningkatkan
kesejahteraan bersama. Era Globalisasi tersebut telah mengubah pandangan
perusahaan untuk mengembangkan usahanya di pasar global. Tujuan
pengembangan usaha tersebut tidak hanya berorientasi pada growth and profit,
tetapi juga untuk tujuan lain yang lebih besar antara lain, keinginan untuk
mencapai economies of scale, mengurangi resiko perusahaan, mencari peluang
pasar yang lebih besar dibandingkan yang ada di negara asalnya dan alasan-alasan
lain.
Selain tujuan utama perusahaan-perusahaan multi nasional, orientasi
strategis perusahaan dibutuhkan untuk mengembangkan usaha di pasar global.
Empat orientasi strategis perusahaan antara lain sebagai berikut: 1) Orientasi
Etnosentris; yaitu, nilai dan prioritas dari organisasi induk mengarahkan
pengambilan keputusan strategis dari seluruh operasi internasional perusahaan; 2)
Orientasi Polisentris; yaitu, budaya dari negara dimana strategi akan
diperbolehkan mendominasi proses pengambilan keputusan internasional suatu
perusahaan; 3) Orientasi Regiosentris; yaitu, induk perusahaan memadukan
tujuannya sendiri dengan tujuan dari unit-unit internasionalnya untuk
mengembangkan strategi yang sesuai dengan daerah tersebut.; 4) Orientasi
Geosentris; yaitu, perusahaan internasional menganut pendekatan sistem global
terhadap pengambilan keputusan strategis yang menekankan pada integrasi global,
(Pearce dan Robinson, 2009:164). Dengan berbagai orientasi tersebut perusahaan
multi nasional biasanya mengambil strategi orientasi yang ketiga yaitu orientasi
geosentris karena perusahaan harus bisa beradaptasi dengan berbagai budaya di
negara lain.
Globalisasi membawa pengaruh besar dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Perusahaan harus berkoordinasi dengan cepat untuk pengambilan
keputusan agar keputusan perusahaan tidak bertentangan dengan aturan dan
budaya dimana perusahaan berada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah globalisasi itu? Bagaimana tahapan globalisasi tersebut?
2. Apa saja Isu global terkini?
3. Bagaimana implikasi isu global terhadap manajemen stratejik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa globalisasi itu dan bagaimana tahapan
globalisasi.
2. Untuk mengetahui isu-isu globalisasi terkini.
3. Untuk mengetahui implikasi isu global terhadap manajemen stratejik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Globalisasi
Kata globalisasi berasal dari “global” dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, berarti secara keseluruhun. Globalisasi berarti suatu proses yang
mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak nampak
lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata. Dalam keadaan global, tentu
apa saja dapat masuk sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol. Terkait dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara, makna globalisasi memiliki dimensi luas dan
kompleks yaitu bagaimana suatu negara yang memiliki batas-batas teritorial dan
kedaulatan tidak akan berdaya untuk menepis penerobosan informasi, komunikasi
dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasan.
Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang
terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi
dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional.
Globalisasi Ekonomi adalah penyebaran inovasi ekonomi ke seluruh dunia
serta penyesuaian-penyesuaian politis dan budaya yang menyertainya. Globalisasi
mendorong integrasi internasional misalnya modal finansial dapat diperoleh
dalam satu pasar nasional dan digunakan untuk membeli bahan baku di tempat
lainnya. Peralatan produksi yang dibeli dari suatu negara ketiga dapat digunakan
untuk menghasilkan barang yang kemudian dijual di pasar keempat. Jadi
globalisasi meningkatkan peluang yang tersedia bagi suatu perusahaan (Hitt,
Michael A. dkk, 2001:14)
Perlunya Melakukan Globalisasi
Pada banyak situasi, perkembangan global berfungsi sebagai senjata
kompetitif. Penetrasi langsung ke pasar asing dapat mengeringkan arus kas
penting dari operasi domestik pesaing asing. Hilangnya peluang, turunnya laba,
serta terbatasnya produk yang diakibatkannya dapat mengurangi kemampuan
pesaing tersebut untuk menginvasi pasar, (Pearce dan Robinson, 2009:163)
Meningkatnya saling ketergantungan antara negara industri, kebutuhan
dari negara-negara berkembang, disintegrasi, pembatas aliran uang, informasi dan
teknologi antar batas negara memungkinkan globalisasi dan integrasi pasar
internasional. Kondisi-kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan global
untuk memikirkan secara serius mengenai strategi yang harus diterapkan untuk
mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Sering kali
strategi tersebut memungkinkan perusahaan untuk lebih hebat, lebih fleksibel dan
lebih terfokus dalam menyediakan barang dan jasa yang lebih efektif kepada
macam-macam konsumen di dunia.
Persaingan global telah meningkatkan standar kinerja dalam berbagai
dimensi, meliputi kualitas, biaya, saat pengolahan produk, serta operasi yang
lancar. Penting juga disadari bahwa standar tersebut tidaklah statis dan tetap,
sehingga membutuhkan pengembangan lebih lanjut dari perusahaan dan
pekerjanya. Dengan menerima tantangan yang ditimbulkan dari standar yang
makin meningkat ini, perusahaan yang efektif bersedia melakukan apa yang
penting untuk memiliki daya saing strategis. Hanya dengan bersedia menerima
tantangan ini, perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya dan para pekerja
dapat mempertahankan keahlian mereka. Pasar global adalah pilihan strategis
yang menarik bagi perusahaan, akan tetapi bukanlah sumber daya saing satu-
satunya. Faktanya untuk banyak perusahaan, yang mampu bersaing dengan sukses
di pasar global sekalipun, adalah penting bagi mereka untuk tetap memperhatikan
pasar domestik.
Dengan demikian, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia ditantang
untuk menjadi lebih bersaing secara strategis dalam pasar domestik mereka.
Bagaimanapun karena patokan untuk bersaing secara strategis berhubungan
dengan standar global, perusahaan yang meningkatkan kemampuan untuk
persaingan domestik secara bersamaan ikut pula meningkatkan daya bersaing
global mereka.
Perusahaan yang bersaing secara strategis telah menyadari bagaimana
menerapkan pandangan bersaing yang diperoleh secara lokal (domestik) ke dalam
global. Perusahaan–perusahaan ini tidak menekankan satu pemecahan dalam
dunia yang bersifat majemuk. Mereka lebih menggunakan pandangan lokal
mereka, sehingga dapat secara tepat memodifikasi dan menerapkannya dalam
berbagai wilayah di seluruh dunia.
Globalisasi bisnis telah mengarahkan baik perusahaan maupun negara ke
dalam spesialisasi, suatu kecenderungan yang baik untuk semua orang, suatu
perusahaan yang memanfaatkan sumber-sumbernya, manusia dan bahan baku,
sedikit industri dalam suatu negara yang telah menjadi spesialis.
Aspek Globalisasi
1. Aspek Ekonomi
Mengacu kepada makin menyatunya unit-unit ekonomi di dunia
kedalam satu unit ekonomi dunia.
2. Aspek Kebudayaan dan Keagamaan
Mengacu kepada gagasan-gagasan baru yang datang dari seluruh
dunia, terutama masyarakat negara maju yang berangsur-angsur mengubah
pola gagasan budaya dan agama asli suatu bangsa.
3. Aspek Teknologi
Adanya perkembangan teknologi informasi yang pada akhirnya
menyatukan dunia menjadi sebuah tempat tanpa batas.
4. Aspek Demografi
Merujuk kepada penghijrahan manusia yang berlaku sehingga
merubah pola demografi sebuah negara.
2.2 Tahapan Globalisasi
Dalam memasuki pasar global, perusahaan akan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut, yaitu:
1. Tahap Domestik
Di tahap ini perusahaan memusatkan aktifitasnya pada
upaya untuk memenuhi dan melayani pasar, berhubungan dengan
pemasok dan pesaing yang berada di dalam negeri. orientasi
perusahan ini adalah Ethnocentric yaitu sifat pasar/konsumen di
manapun sama. Pada tahap ini, manajemen perusahaan masih
melihat bahwa pasar domestik lebih memiliki peluang.
2. Tahap Internasional
Semakin kompetitif pasar membuat pasar dalam negeri
mulai jenuh, maka perusahaan mulai menggarap kesempatan yang
tumbuh di luar negeri. Orientasi perusahaan internasional sama
dengan tahap pertama yaitu Ethnocentric. Motivasi terjun ke pasar
internasional pun masih semata-mata karena adanya kelebihan
produksi atau memperpanjang daur hidup produk. Perusahaan
membentuk divisi internasional untuk menangani aktifitas
internasional.
3. Tahap Multinasional
Perusahaan mulai menanamkan investasi dan memproduksi
barang di luar negeri dengan menerapkan strategi yang berbeda
terhadap negara yang satu dengan negara yang lain. Asumsinya
setiap negara mempunyai konsumen dan lingkungan bisnis yang
berbeda. Pandangan ini dikenal dengan Polycentric. Dalam
perusahaan multinasional, sifat pengambilan keputusan manajemen
lebih condong ke desentralisasi sehingga pada umumnya struktur
organisasi dibuat berdasarkan wilayah geografis.
4. Tahap Global
Perusahaan mulai melakukan strategi pemasaran global
atau strategi sumber daya global. Strategi pemasaran global
dilakukan dengan memfokuskan pada pasar global dan
memproduksi dengan sumber daya dari dalam negeri atau salah
satu negara. Strategi sumber daya global menekankan pada pasar
domestik dengan produk yang diproduksi di luar negeri dengan
sumber daya global. Strategi ini akan membuat perusahaan untung
dalam hal biaya yang lebih murah.
Keuntungan strategi ini adalah: (1) perusahaan yang dapat
menikmati skala ekonomi hanya dapat berkonsentrasi pada sumber
daya yang scale sensitive dan aktifitas pada satu atau beberapa
lokasi, (2) konsentrasi geografis pada kegiatan perusahaan
cenderung menutup kegiatan tersebut dari target pasar dan (3)
mengonsentrasikan kegiatan pada satu lokasi membuat perusahaan
menjadi tergantung pada lokasi tersebut.
5. Tahap Transnasional
Perusahaan mulai mendominasi pasar dan industri di
seluruh dunia dengan memadukan antara sumber daya global
dengan pasar global untuk mencari keuntungan. Perusahaan
transnasional mendapatkan keuntungan dari segi biaya karena
melakukan standarisasi tetapi mereka mulai mempertimbangkan
untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang berbeda di setiap
negara. Pendekatan ini dikenal dengan sebutan Geocentric.
Resiko strategi transnasional adalah: (1) pilihan pada lokasi
yang terlihat optimal tidak dapat menjadi jaminan kualitas dan
biaya dari faktor input juga akan menjadi optimal dan (2) walaupun
pemindahan pengetahuan dapat menjadi sumber utama dari
keunggulan kompetitif hal tersebut tidak dapat terjadi secara
otomatis, (Keegan, 1995).
Berbagai metode Memasuki Pasar Global.
Perusahaan yang akan memasuki pasar global dapat dilakukan dengan
metode yaitu: (1) ekspor, (2) pemberian lisensi, (3) waralaba, (4) kontrak
manajemen, (5) Kontrak manufaktur, (6) investasi langsung, (7) patungan
(joint venture), (8) pembukaan cabang, (9) operasi global, dan (10) investasi
portofolio (Kuncoro, 2006). Adapun penjelasan tiap-tiap metode berikut ini.
1. Ekspor
Ekspor adalah bentuk keterlibatan perusahaan dalam bisnis
internasional yang paling sederhana. perusahaan menggunakan kapasitas
produksi domestik yang dimiliki untuk pasat luar negeri. hasil produksi
berupa barang lokal dikirimkannya ke pasar internasional melalui
angkutan laut ataupun udara. Ada dua metode ekspor yang dapat dipilih
perusahaan yaitu menjadi eksportir lansung atau tidak langsung. Sebagai
eksportir langsung, perusahaan menjalankan bisnis mulai dari penjualan
hingga pengiriman barang. Sebagai eksportir tidak langsung, perusahaan
dapat menggunakan jasa perantara perusahaan lain untuk mempermudah
perdagangan. ada empat jenis perantara yaitu: (1) agen ekspor manufaktur
yang menjual produk perusahaan di luar negeri, (2) wakil manufaktur yang
menjual produk-produk sejumlah perusahaan eksportir di pasar luar
negeri, (3) agen komisi ekspor yang bertindak sebagai pembeli untuk pasar
luar negeri, dan (4) pedagang ekspor yang membeli dan menjual
produknya sendiri untuk berbagai pasar.
Metode ekspor mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihan metode ekspor adalah: (1) resiko amat kecil, (2) eksportir tidak
terlibat dalam masalah yang berkaitan dengan iklim usaha di luar negeri,
dan (3) memperkenalkan merek dagang dan mengetahui potensi pasar
untuk produk perusahaan dengan cara mudah.
Kekurangan metode ekspor adalah: (1) melakukan ekspor lebih mahal
dibanding dengan metode lain terkait, (2) tidak dapat digunakan sebagai
alat penetrasi pasar yang optimal, dan (3) tambahan pangsa pasar akan
hilang bila pesaing lokal meniru produk yang ditawarkan eksportir.
2. Lisensi
Metode lisensi dilakukan dengan cara perusahaan pemberi lisensi
menghibahkan beberapa hak (intangible rights) kepada perusahaan asing
meliputi pemberian hak untuk memproses, hak paten, program, merek, hak
cipta, dan keahlian. Intinya penerima lisensi membeli kekayaan milik
perusahaan lain dalam bentuk pengetahuan (know how) atau riset dan
pengembangan. Pemberi lisensi dapat memberikan lisensi hak-hak khusus
ini secara eksklusif kepada suatu perusahaan atau beberapa perusahaan.
Metode lisensi memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan
metode lisensi adalah: (1) pemberi lisensi menerima tambahan keuntungan
dibanding hanya menggarap pasar domestik, (2) memperpanjang siklus
hidup produk perusahaan, (3) meningkatkan penjualan perusahaan, dan (4)
mengurangi biaya riset. Kekurangan metode lisensi adalah: (1) membatasi
kesempatan mendapatkan keuntungan di masa depan karena hak khusus
perusahaan mempunyai periode waktu, dan (2) memeberikan hak kepada
perusahaan lain sehingga perusahaan pemberi lisensi kehilangan
pengendalian atas kualitas produk dan proses.
3. Waralaba
Waralaba hampir sama dengan pemberian lisensi. Bedanya, lisensi
menghibahkan izin penggunaan nama, proses, metode, dan merek,
sedangkan tambahan pada waralaba adala perusahaan induk membantu
penerima franchise dalam operasi dan atau pasokan bahan mentah.
Pemberi franchise lebih memiliki pengendalian terhadap kualitas produk
daripada hanya memberikan lisensi. Sama dengan lisensi, penerima
franchise membayar sejumlah komisi dan sejumlah prosentase tertentu
dari penjualan.
Keuntungan bagi perusahaan pemberi franchise adalah kenaikan
penerimaan, perluasan merek produk dan pasar. Kelemahan waralaba ini
adalah: (1) pengendalian atas kualitas dan standar operasi, dan (2)
perlunya adaptasi terhadap produk atau jasa yang sudah distandardisasi.
4. Kontrak Manajemen
Kontrak manajemen terjadi bila perusahaan menyewakan keahliannya
atau pengetahuannya kepada pemerintah atau perusahaan luar negeri
dalam bentuk orang yang datang kepada pemerintah/perusahaan dan
mengelola kepentingan mereka. Metode ini digunakan bila terdapat
pemasangan fasilitas baru setelah terjadi nasionalisasi oleh pemerintah
atau bila operasi perusahaan berada dalam kesulitan.
Kontrak manajemen sering dijumpai dalam operasi turnkey. Operasi
turnkey yaitu perusahaan memberikan jasa penanganan seluruh fasilitas
baru termasuk desain, konstruksi dan pengoperasiannya. Masalah yang
dihadapi dalam operasi turnkey adalah: (1) lamanya waktu kontrak yang
mengakibatkan panjangnya jadwal pembayaran, (2) menimbulkan resiko
lebih besar di pasar mata uang, dan (3) meningkatnya persaingan di masa
depan karena kapasitas luar negeri meningkat dengan adanya fasilitas
baru.
5. Kontrak Manufaktur
Pada kontrak manufaktur, perusahaan transnasional melakukan
kontrak dengan mitra lokalnya dalam jasa manufaktur. Kontrak ini sama
seperti perusahaan melakukan integrasi vertikal. Peruashaan transnasional
tidak mendirikan lokasi produksi sendiri, melainkan melakukan
subkontrak produksi berupa: (1) kontrak produksi penuh yaitu pabrik lokal
memproduksi barang untuk dijual dengan nama sama seperti pabrik
asalnya, dan (2) kontrak jasa manufaktur parsial seperti merakit barang.
6. Investasi Langsung
Perusahaan yang melakukan investasi langsung berarti perusahaan
membuat komitmen atas modal, orang, dan kekayaan melampaui batas
wilayah negara. Komitmen perusahaan terhadap sumber daya ini
meningkatkan keuntungan potensial perusahaan transnasional melalui
pengendalian yang lebih besar atas biaya dan operasi perusahaan di luar
negeri. Sekaligus meningkatkan resiko karena beroperasi di lingkungan
dan negara asing.
Metode investasi langsung berupa: (1) joint venture dan (2) membuka
cabang. Alasan perusahaan melakukan investasi langsung adalah: (1)
memperoleh akses terhadap pasar yang lebih besar, (2) mengambil
keuntungan atas perbedaan biaya di pasar luar negeri dan (3) sebagai
strategi bertahan menghadapi gerakan pesaing yang memasuki pasar baru.
7. Patungan
Patungan adalah kerja sama bisnis di mana satu atau lebih perusahaan
bergabung bersama untuk mendirikan beberapa jenis operasi. Bila terdapat
lebih dari dua pihak dalam perjanjian patungan disebut operasi konsorium.
Tiap pihak dalam patungan menyumbang modal, ekuitas, dan kekayaan.
Kepemilikan dalam patungan tidak selalu 50-50 dapat bervarisi tergantung
dari jumlah yang disumbangkan masing-masing pihak. Di beberapa negara
terdapat peraturan yang membatasi jumlah kepemilikan yang diizinkn
untuk perusahaan asing dalam usaha patungan. Perusahaan patungan
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan perusahaan patungan adalah: (1) meningkatkan
pertumbuhan dan akses ke pasar, (2) menetralisasi persaingan yang ada
dan pesaing potensial, (3) lebih mudah memperoleh modal di pasar lokal
karena perusahaan lokal terlibat dalam operasi dan (4) pemerintah pajak
memberikan keringanan pajak sebagia insentif perusahaan asing
melakukan patungan dengan perusahaan lokal. Adapun kekurangannya
adalah: (1) membatasi pengembalian keuntungan ke kantor pusat, (2)
keberhasilan operasi perusahaan akan mengundang nasionalisasi
perusahaan oleh pemerintah negara tuan rumah, (3) menimbulkan masalah
pengendalian dan pengambilan keuputusan.
8. Membuka Cabang
Perusahaan yang memiliki cabang di luar negeri dapat menjaga
pengendalian menyeluruh atas operasi perusahaan. Akibatnya perusahaan
berhak mendapat operasi 100% atas laba yang dihasilkan oleh cabang di
luar negeri. Resikonya sama dengan pengelolaan perusahaan di dalam
negeri dengan tambahan resiko bisnis internasional yaitu kemungkinan
nasionalisasi, keterbatasan pengembalian keuntungan, UU dan peraturan
lokal.
9. Operasi Global
Perusahaan yang melakukan globalisasi operasi mengambil peluang
bisnis yang terjadi di seluruh dunia dan tidak terbatas pada sektor tertentu.
Perusahaan yang melakukan globalisasi percaya bahwa konsumen di
seluruh dunia semakin sama dalam tujuan dan persyaratan terhadap
produk dan atributnya. Dalam praktik operasi global, merek memegang
peranan yang utama.
10. Investasi Portofolio
Investasi portofolio berupa investasi dalam bentuk surat-surat berharga
yang dapat diperjualbelikan di pasar internasional seperti uang, obligasi,
surat dagang, sertifikat deposito dan saham. Alasan suatu negara menarik
bagi investasi portofolio adalah: (1) stabilitas politik dan pertumbuhan
ekonomi, dan (2) tingkat halangan atau hambatan pengembalian
keuntungan dan modal yang diinvestasikan.
2.3 Isu Global Terkini
a. Tantangan global
Meskipun industri dapat digolongkan sebagai industri global atau
multidomestik, hanya ditemukan sedikit kasus dimana terdapat industri
yang murni global atau multidomestik. Suatu perusahaan global yang
bersaing dalam industri global harus responsif, sampai batas tertentu,
terhadap kondisi pasar lokal. Demikian pula, suatu perusahaan global yang
bersaing di industri multidomestik tidak dapat sepenuhnya mengabaikan
peluang untuk menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan
guna menempatkan perusahaan tersebut secara kompetitif di pasar.
Dengan demikian, setiap perusahaan global harus memutuskan manakah
dari aktifitas fungsional korporasinya yang sebaiknya dilakukan dilakukan
di suatu tempat dan sampai sejauh mana tingkat koordinasi harus
dilakukan terhadap aktifitas-aktifitas tersebut, (Pearce dan Robinson:2009)
b. Lokasi dan koordinasi dari aktifitas-aktifitas fungsional
Aktifitas-aktifitas fungsional suatu perubahan pada umumnya
mencakup pembelian dari sumber-sumber input, operasi, penilaian dan
pengembangan, pemasaran dan penjualan, serta pelayanan purna
penjualan. Suatu perusahaan multinasional memiliki banyak pilihan lokasi
yang mungkin untuk masing-masing aktifitas ini dan menentukan
kelompok aktifitas yang akan dilakukan di suatu atau beberapa lokasi.
Suatu perusahaan multinasional mungkin mengharuskan setiap lokasi
untuk melakukan setiap aktifitas, atau memusatkan suatu aktifitas di suatu
lokasi guna melayani organisasi tersebut di seluruh dunia. Misalnya,
penelitian, pengembangan dipusatkan di satu fasilitas dapat melayani suatu
organisasi.
Suatu perusahaan multinasional juga harus menetukan tingkat
sampai sejauh mana aktifitas-aktifitas fungsional akan di koordinasikan
lintas lokasi. Koordinasi semacam itu bisa sangat rendah, sehingga
memungkinkan setiap lokasi untuk mel;aksanakan setiap aktifitas secara
otonom atau sangat tinggi, mengaitkan aktifitas-aktifitas berbagai lokasi
dengan erat.
c. Masalah lokasi dan koordinasi
Cara suatu perusahaan sebaiknya menyelasikan masalah lokasi dan
koordinasi bergantung kepada sifat industri dan jenis strategi internasional
yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagaimana telah dibahas
dalam lokasi dan koordinasi dari aktifitas-aktifitas fungsional, suatu
industri dapat diperingkat di sepanjang kontinum yang bekisa dari multi
domestik di satu titik ekstrem sampai global di ekstrem yang lain.
Mungkin diperlukan sedikit koordinasi atas aktifitas fungsional lintas
Negara di industri multidomestik, karena persaingan terjadi dalam setiap
Negara di industri semacam itu. Namun ketika industrinya semakin global,
suatu perusahaan harus mulai mengkoordinasikan aktifitas-aktifitas
fungsionalnya yang semakin banyak agar dapat bersaing lintas Negara
secara efektif.
Menjadi global memengaruhi setiap aspek setiap operasi dan
struktur perusahaan. Ketika perusahaan menetapkan dirinya sebagai
pesaing global, tenaga perusahaan akan semakin terdiversifikasi. Oleh
karena itu, tantangan paling signifikan bagi perusahaan adalah kemampuan
menyesuaikan tenaga kerja yang berasal dari berbagai budaya dan gaya
hidup serta kapasitas untuk memadukan perbedaan budaya guna mencapai
misi perubahan.
d. Perencanaan Strategi Global
Menurut Pearce dan Robinson (2008:172-174) Para manager
semakin rumit apabila dihadapkan dalam pengambilan keputusan yang
saling bertentangan di mana berbagai produk, lingkungan negara, pilihan
sumberdaya, kapabilitas perusahaan dan anak perusahaan serta pilihan
strategis harus dipertimbangkan.
e. Industri Multidomestik dan Industri Global
Industri multidomestik suatu industri dimana persaingan
tersegmentasi dari satu Negara ke negara lain. Dengan demikian, sekalipun
perusahaan global berada dalam indutri tersebut , persaingan di suatu
negara bersifat independen dari persaingan di negara lain. Misalnya
mencakup industri ritel, asuransi, dan pendanaan konsumen. Dalam suatu
industri domestik, sebaiknya anak perusahaan dari perusahaan global
sebagai entitas yang terpisah membuat keputusan agak otonom, memiliki
wewenang keputusan independen untuk menanggapi pasar lokal.
Faktor-faktor yang meningkatkan derajat sifat multidomestik dari
suatu industri mencakup :
1. Kebutuhan akan produk-produk khusus untuk memenuhi selera dan preferensi dari pelanggan lokal.
2. Fragmentasi industri, dengan banyak pesaing di setiap pasar nasional.
3. Kurangnya skala ekonomis dalam aktifitas-aktifitas fungsional dari perusahaan-perusahaan di industri tersebut.
4. Saluran distribusi jaringan yang unik di setiap negara.5. Tingkat ketergantungan teknologi yang rendah dari anak
perusahaan terhadap penilaian dan pengembangan yang disediakan oleh perusahaan global.
2.4 Implikasi Isu Global
Dalam hal ini contoh analasis kasus dalam isu globalisasi terdapat dua
contoh yaitu, Sekolah Bertaraf Internasional dan ISO 9000.
A. MunculnyaSekolahBertaraf International
Akhir-akhir ini ramai dibicarakan Sekolah Bertaraf Internsional
atau SBI. Sebuah kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperbaiki
kualitas pendidikan nasional agar memiliki daya saing dengan negara-
negara maju lainnya. Isu global dan tuntutan dunia luar inilah yang harus
diikiuti oleh Negara Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang
berkembang. Kebutuhan akan pendidikan yang lebih maju dan lebih baik
juga menjadi salah satu latar belakang akan berdirinya sekolah bertaraf
International.
Penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan
esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan
bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi
peserta didik seoptimal mungkin, dengan fasilitas yang dilaksanakan
melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro perubahan, kreatif,
inovatif, dan eksperimentif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat,
minat, dan kemampuan peserta didik.
B. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Bertaraf International
1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi tidak jelas kualitas dan standarnya;
2. Banyak orang tua yang mampu secara ekonomi memilih menyekolahkan anaknya ke luar negeri;
3. Belum ada payung hukum yang mengatur penyelenggaraan sekolah internasional;
4. Perlunya membangun sekolah berkualitas sebagai pusat unggulan (center of excellence) pendidikan;
5. Atas fenomena di atas, Pemerintah mulai mengatur dan merintis sekolah bertaraf internasional;
6. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu pengakuan secara internasional terhadap kualitas proses, dan hasil pendidikannya.
C. Analisis Kritis Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Tujuan utama penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional adalah
upaya perbaikan kualitas pendidikan nasional, khususnya supaya eksistensi
pendidikan nasional Indonesia diakui di mata dunia dan memiliki daya saing
dengan negara-negara maju lainnya. Sejak dilandingkannya kebijakan SBI,
pemerintah menuai pujian dan juga kritikan, baik itu pujian bahwa kebijakan
SBI merupakan langkah maju untuk memperbaiki kualitas pendidikan
Indonesia, maupun kritikan bahwa konsep ini tidak didahului dengan studi
secara mendalam. Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah tentang SBI tersebut,
antara lain:
1. SBI lebih cenderung menggunakan perencanaan pendidikan dengan Pendekatan Cost Effectivenes (efektivitas biaya).
2. Potensi terjadi Sistem Pendidikan yang bersifat Diskriminatif dan Eksklusif.
3. Konsep SNP+X kurang jelas4. Potensi terjadi komersialisasi pendidikan5. Tujuan pendidikan yang misleading
6. Kebijakan SBI bertolak belakang dengan otonomi sekolah dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas
pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan Negara maju di era
global. Salah satunya dengan mengadopsi standar internasional anggota
OECD. Sebagai faktor kunci tambahan di samping Standar Nasional
Pendidikan.
D. Penerapan Sistem ISO
Di era globalisasi perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan yang
sangat berat sehingga mau tidak mau harus meningkatkan daya saingnya atau
mati. Perusahaan local pun harus bersiap menghadap ipenetrasi dari
perusahaan asing. Perubahan dikarenakan isu global juga terjadi dalam
penerapan sistem-sistem manajemen mutu ISO 9000 saat ini telah mencakup
berbagai bidang yang sangat luas, tidak terbatas pada sector industri
manufaktur. Dari sektor jasa perbankan, asuransi, pendidikan, perhotelan,
telekomunikasi, transportasi, bisnis teknologi informasi, sampai industri
petrokimia. Pesatnya perkembangan jumlah perusahaan yang menerapkan ISO
di dunia itu tidak terlepas dari perkembangan lingkungan strategis, khususnya
perubahan tuntutan dan perilaku konsumen.
1. Emerging Market
Emerging market disini berarti peningkatan pertumbuhan dan
industrialisasi berkembang dengan cepatdan pesat, hal ini terjadi di
Indonesia dikarenakan pemerintah mempermudah proses import barang
seperti pemberian insentif pajak, penurunan bea masuk dan perubahan
perundang-undangan yang jelas mempermudah proses ekspor import.
2. Second curve of life cycle
Suatu produk ataupun jasa pasti akan melalui suatu kurva yang
sering disebutdengan kurva “s” dimana semuanya akan melalui proses
yang disebut dengan proses pengenalan, pertumbuhan, puncak dan
akhirnya akan menjadi tua atau mati. Oleh karena itu setiap perusahaan
berupaya melakukan inovasi-inovasi agar produknya yang ada pada
pasaran akan tetap berada di posisi puncak dan tidak menjadi tua ataupun
sampai mati.
3. Environmental sound business practices
Perkembangan bisnis masa depan akan dilingkupi dengan tuntutan
oleh konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas dan ramah
lingkungan artinya konsumen menginginkan produk yang bagus namun
tidak merusak lingkungan dalam proses pembuatan atau produksinya, oleh
karena itu ada syarat-syarat ataupun prosedur yang muncul dalam Standar
International manajemen lingkungan atau seri ISO-nya adalah ISO 14000
untuk semua produk barang atau pun jasa.
4. Quest for Competitiveness
Perubahan cara pandang terhadap kebutuhan konsumen dengan
penekanan pada matriks kompetisi merupakan cara yang paling mudah
untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan laba dan
eksistensi organisasi.
5. Quality Trends
Pasar Internasional akan menuntut produk barang dan jasa yang
memliki kualitas tinggi yang berstandar internasional. Oleh karena itu
standar-standar inrnational telah dibuat oleh organisasi mutu internasional
yaitu ISO (International Organization for Standardization).
6. Economic crisis turbulence
Ketidakpastian akan valuta asing adalah alasan terakhir kenapa
sebuah organisasi harus menerapkan ISO sebagai tuntutan produk yang
sudah layak dikonsumsi atau dinikmati dalam skala Internasional.
Fluktuasi permintaan luar negeri, penurunan daya serap pasar domestik,
suku bunga tinggi dan sejumlah variable ketidakpastian pasar lain,
menyebabkan organisasi sangat membutuhkan prosedur dan sistem
yang men-drive dan mengarahkan organisasi untuk bekerja secara
konsisten
Enam kecenderungan di lingkungan strategis itulah yang
mendorong berbagai organisasi bisnis menerapkan ISO 9000 yang selain
dapat menjamin konsistensi sistem operasi perusahaan juga dapat
dijadikan promotion tools yang efektif.
BAB III
KESIMPULAN
Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang
terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi
dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional.
Dalam memasuki pasar global, perusahaan akan melalui beberapa tahapan
sebagai berikut, yaitu: Tahap Domestik, Internasional, Multinasional, Global, dan
TransNasional.
Isu Global terkini yaitu setiap perusahaan global harus memutuskan manakah
dari aktifitas fungsional korporasinya yang sebaiknya dilakukan di suatu tempat
dan sampai sejauh mana tingkat koordinasi harus dilakukan terhadap aktifitas-
aktifitas tersebut.
Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah
untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing
dengan Negara maju di era global.
Emerging Market, Second curve of life cycle, Environmental sound business
practices, Quest for Competitiveness, Quality Trends, dan Economic crisis
turbulence adalah Enam kecenderungan di lingkungan strategis yang mendorong
berbagai organisasi bisnis menerapkan ISO 9000 yang selain dapat menjamin
konsistensi sistem operasi perusahaan juga dapat dijadikan promotion tools yang
efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Hitt, Michael A., Ireland, R.Duane & Hoskisson, Robert E. 2001. Manajemen Strategi: Daya Saing dan Globalisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Pearce, John A. & Robinson, Richard B. 2009. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Terjemahan Yanivi Bachtiar. Jakarta: Salemba Empat.
Online, (http://118.98.166.62/application/media/file/SBI.pdf), diakses 8 Oktober 2012.
Online, (http://bambangkesit.staff.uii.ac.id/2009/01/15/mengapa-mengimplementasikan-iso-90012000/), diakses 8 Oktober 2012.
top related