implementasi metode penyuluhan pertanian dalam … · individu, kelompok, dan massal dalam metode...
Post on 02-Oct-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI METODE PENYULUHAN PERTANIAN
DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PETANI TANAMAN PANGAN
SKRIPSI
Oleh
Ayu Setyorini
NIM 151510601151
P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S
F A K U L T A S P E R T A N I A N
U N I V E R S I T A S J E M B E R
2 0 1 9
i
IMPLEMENTASI METODE PENYULUHAN PERTANIAN
DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN
PETANI TANAMAN PANGAN
SKRIPSI
diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program sarjana pada Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Oleh
Ayu Setyorini
NIM 151510601151
P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S
F A K U L T A S P E R T A N I A N
U N I V E R S I T A S J E M B E R
2 0 1 9
ii
PERSEMBAHAN
Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah „Azza wa Jalla atas limpahan
rahmat dan hidayah serta ridho-Nya sehingga membuat saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan tepat waktu. Dengan rasa cinta dan bahagia, saya persembahkan
skripsi ini kepada:
1. Almarhumah Ibunda Yuni Wulaningrum tersayang, atas motivasi, dukungan,
semangat, dan segala pembelajaran berharga bagi saya;
2. Almarhumah Nenek Sunarti, atas nasihat dan doa yang selalu terasa hingga
saat ini;
3. Dosen pembimbing saya Ibu Sri Subekti, atas kesabaran dalam memberikan
arahan dan bimbingan terbaiknya hingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik;
4. Saudara satu atap dan satu lantai Laboratorium Komunikasi Pertanian atas
dukungan dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini;
5. Almamater yang saya banggakan, Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember sebagai tempat menimba ilmu serta mengukir
segala bentuk pengalaman, sejarah, dan kenangan.
iii
MOTO
Jangan menunggu, takkan pernah ada waktu yang tepat. *)
Atau
Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya.
Hiduplah seakan kau akan mati hari ini. **)
Atau
Inna ma’al ‘usri yusran
(Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) ***)
*) Napoleon Hill
**) James Dean
***) [QS. 94:6]
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ayu Setyorini
NIM : 151510601151
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul
“Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung
Kemandirian Petani Tanaman Pangan” adalah benar-benar hasil karya sendiri,
kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan
pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggungjawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, Mei 2019
Yang Menyatakan,
Ayu Setyorini
v
SKRIPSI
IMPLEMENTASI METODE PENYULUHAN PERTANIAN DALAM
MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI TANAMAN PANGAN
Oleh :
Ayu Setyorini
NIM 15151061151
Pembimbing : Dr. Ir. Sri Subekti, M. Si.
NIP. 19660626 199003 2 001
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam
Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan” telah diuji dan disahkan
pada:
hari, tanggal :
tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing Utama,
Dr. Ir. Sri Subekti, M. Si
NIP. 19660626 199003 2 001
Penguji Utama, Penguji Anggota,
Lenny Widjayanthi, SP., M. Sc., Ph. D. Agus Supriono, SP., M. Si.
NIP. 19681202 199403 2 001 NIP. 19690811 199512 1 001
Mengesahkan
Dekan,
Ir. Sigit Soepardjono, MS., Ph.D
NIP. 19600506 198702 1 001
vii
RINGKASAN
Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung
Kemandirian Petani Tanaman Pangan; Ayu Setyorini, 151510601151;
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Paradigma baru penyuluhan pertanian adalah memberdayakan petani
sehingga menjadi petani yang mandiri. Dimana penyuluh lebih berperan
sebagai fasilitator atau memberikan pilihan-pilihan kepada petani. Kemandirian
petani merupakan perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan
potensi diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dicirikan oleh
kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik. Salah satu daerah
yang telah menerapkan penyuluhan dengan paradigma baru adalah Desa
Sumberejo. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa hal, antara lain a)
Pelaksanaan penyuluhan dengan metode beragam, b) Produktivitas pangan
tertinggi se Kabupaten Jember, c) Meraih penghargaan dari Presiden RI terkait
lomba agribisnis tanaman pangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui a) implementasi metode
penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu dan b) potret
kemandirian petani tanaman pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu.
Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive method, dengan
pertimbangan bahwa Desa Sumberejo adalah desa yang menerapkan metode
penyuluhan pertanian secara kompleks. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif jenis fenomenologis. Penentuan informan ditentukan secara purposive.
Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari teknik wawancara,
observasi, dan studi dokumen. Analisis data yang digunakan adalahanalisis Miles
dan Huberman. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyuluhan pertanian yang
diterapkan di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan 3 pendekatan, yaitu
pendekatan individu, kelompok, dan massal. Kemandirian petani tanaman pangan
di Desa Sumberejo dapat digambarkan melalui 4 aspek, yaitu aspek material,
viii
intelektual, pembinaan, dan sosial. Oleh karena itu, petani tanaman pangan di
Desa Sumberejo dapat dikatakan sebagai petani yang mandiri. Pendekatan
individu, kelompok, dan massal dalam metode penyuluhan pertanian di Desa
Sumberejo masing-masing dapat mendukung kemandirian petani baik secara
material, intelektual, pembinaan, dan sosial. Namun terdapat 1 teknik penyuluhan
dari pendekatan massal yang belum mendukung kemandirian petani, yaitu teknik
penyuluhan dengan media internet.
ix
SUMMARY
The Implementation of Agricultural Extension Methods in Supporting Food
Farmers’ Independence; Ayu Setyorini, 151510601151; Agribusiness
Department Faculty of Agriculture Jember University.
The new paradigm of agricultural extension is empowering farmers to
become independent farmers. in this paradigm, extension agents act as facilitators
and provide choices to farmers. The independence of farmers is a manifestation of
a person's ability to utilize his own potential in fulfilling his life's needs which is
characterized by his ability and freedom to make the best choices. One region that
has implemented extension with a new paradigm is Sumberejo Village. This is
evidenced by several things, including a) Implementation of various methods of
extension, b) Highest food productivity in Jember Regency, c) Awarded by the
President of Republic of Indonesia related to food crop agribusiness competition.
The purpose of this research is to find out a) the implementation of
agricultural extension methods in Sumberejo Village, and b) a portrait of food
farmers‟ independence in Sumberejo Village. Determination of the research area
is determined by purposive method, with consideration that Sumberejo Village
applies agricultural extension with various methods. This research uses a
phenomenological qualitative approach. Determination of informants was
determined purposively. Data is collected through interviews, observation, and
document studies. The obtained data will be analyzed using Miles and Huberman
analysis. Test the validity of the data using triangulation.
The results showed that the agricultural extension method applied in
Sumberejo Village was carried out with 3 approaches, individual approach, group
approach, and mass approach. Food farmers‟ independence in Sumberejo Village
can be described through 4 aspects, material independence, intellectual
independence, coaching independence, and social independence. Therefore, food
farmers in Sumberejo Village can be said to be independent farmers. Individual,
group, and mass approaches in the agricultural extension methods in Sumberejo
Village can support the independence of farmers each materially, intellectually,
x
fostering, and socially. However, there is one extension technique from the mass
approach that has not supported the independence of farmers, namely the
extension technique with internet media.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi
Metode Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Kemandirian Petani
Tanaman Pangan”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih pada:
1. Ir. Sigit Soepardjono, MS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jember;
2. M. Rondhi, SP., MP., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember;
3. Dr. Ir. Sri Subekti, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Utama, Lenny
Widjayanthi, SP., M. Sc., Ph. D. selaku Dosen Penguji Utama, dan Agus
Supriono, SP., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, pengalaman, dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
4. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember khususnya Program
Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman dan
motivasinya kepada penulis;
5. Penyuluh dan Petani Tanaman Pangan Desa Sumberejo yang bersedia
menjadi objek penelitian serta memberikan informasi yang dibutuhkan
selama proses penelitian.
Penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat.
Jember, Mei 2019
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN MOTO ............................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY .......................................................................................................... ix
PRAKATA ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 7
2.2 Landasan Teori ................................................................................ 13
2.2.1 Penyuluhan Pertanian .............................................................. 13
2.2.2 Metode Penyuluhan Pertanian ................................................. 17
2.2.3 Kemandirian Petani .................................................................. 25
2.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 29
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 32
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................ 32
3.2 Metode Penelitian............................................................................. 32
xiii
3.3 Metode Penentuan Informan .......................................................... 33
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 34
3.5 Metode Analisis Data ....................................................................... 35
3.6 Uji Keabsahan Data ......................................................................... 37
3.7 Terminologi ...................................................................................... 38
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................... 42
4.1 Kondisi Umum Desa Sumberejo .................................................... 42
4.1.1 Kondisi Geografis Desa Sumberejo ......................................... 42
4.1.2 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sumberejo ........................... 43
4.2 Potensi Subsektor Tanaman Pangan Desa Sumberejo................. 46
4.3 Gambaran Umum Petani Tanaman Pangan Desa Sumberejo .... 48
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 52
5.1 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember .................. 52
5.1.1 Pendekatan Individu ................................................................ 52
5.1.2 Pendekatan Kelompok ............................................................. 67
5.1.3 Pendekatan Massal ................................................................... 85
5.2 Potret Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember ................. 93
5.2.1 Kemandirian Material .............................................................. 93
5.2.2 Kemandirian Intelektual ........................................................ 101
5.2.3 Kemandirian Pembinaan ........................................................ 112
5.2.4 Kemandirian Sosial ................................................................ 117
5.3 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam
Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember ............... 123
5.3.1 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dengan
Pendekatan Individu dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember ................................................. 123
5.3.2 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dengan
Pendekatan Kelompok dalam Mendukung Kemandirian
xiv
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember ................................................. 127
5.3.3 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dengan
Pendekatan Massal dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember ................................................. 139
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 146
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 146
6.2 Saran ............................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 149
LAMPIRAN ....................................................................................................... 154
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Perbandingan produktivitas Tanaman Pangan di
Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Jember, Kecamatan
Ambulu, dan Desa Sumberejo tahun 2016................. 5
2.1 Perbedaan Pendidikan dan Penyuluhan....................... 15
4.1 Data Jumlah Penduduk Desa Sumberejo dan Rasio
Jenis Kelamin tahun 2016............................................ 43
4.2 Data Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru berdasarkan
Jenjang Pendidikan Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu kabupaten Jember tahun 2016........................ 44
4.3 Data Pendidikan Terakhir Masyarakat Desa
Sumberejo tahun 2016................................................. 45
4.4 Sarana Kesehatan Masyarakat Desa Sumberejo tahun
2016.............................................................................. 45
4.5 Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Desa
Sumberejo periode 2013-2017..................................... 46
4.6 Target dan Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas
Panen Komoditas Pangan tahun 2018.......................... 47
4.7 Target dan Pencapaian Produksi dan Produktivitas
Komoditas Pangan tahun 2018.................................... 47
4.8 Data Kelompok Tani Desa Sumberejo tahun 2018...... 48
4.9 Profil Informan………………………………………. 50
5.1 Ringkasan tentang Materi Penyuluhan Pertanian pada
Pendekatan Individu di Desa Sumberejo………......... 66
5.2 Ringkasan tentang Materi Penyuluhan Pertanian pada
Pendekatan Kelompok di Desa Sumberejo………….. 84
5.3 Ringkasan tentang Materi Penyuluhan Pertanian pada
Pendekatan Massal di Desa Sumberejo….………….. 91
5.4 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.... 92
5.5 Daftar Kios Pertanian di Desa Sumberejo…………... 105
5.6 Potret Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.... 122
5.7 Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian
Pendekatan Individu dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember....................... 141
xvi
Halaman 5.8 Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian
Pendekatan Kelompok dalam Mendukung
Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember....................... 142
5.9 Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian
Pendekatan Massal dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember....................... 144
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran.................................. 31
3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan
Huberman.............................................................. 37
3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data................. 37
3.3 Triangulasi Sumber Data...................................... 38
4.1 Peta Wilayah Hamparan Petani Tanaman Pangan
Desa Sumberejo.................................................... 48
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman Wawancara............................................ 154
2. Data Informan....................................................... 169
3. Display A Implementasi Metode Penyuluhan
Pertanian di Desa Sumberejo................................ 170
4. Display B Potret Kemandirian Petani Tanaman
Pangan di Desa Sumberejo……........................... 171
5. Display C Implementasi Metode Penyuluhan
Kelompok dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo……. 172
6. Display D Implementasi Metode Penyuluhan
Individu dalam Mendukung Kemandirian Petani
Tanaman Pangan di Desa Sumberejo.................... 173
7. Display E Implementasi Metode Penyuluhan
Massal dalam Mendukung Kemandirian Petani
Tanaman Pangan di Desa Sumberejo.................... 174
8. Kode Reduksi Data............................................... 175
9. Reduksi Data Implementasi Metode Penyuluhan
Pertanian............................................................... 176
10. Reduksi Data Potret Kemandirian Petani
Tanaman Pangan................................................... 185
1
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma pembangunan pertanian ke depan yang diusung oleh Kementrian
Pertanian adalah mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia dapat mengatur
dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan
diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (a) mencukupi
kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (b) mengatur kebijakan pangan
secara mandiri, serta (c) melindungi dan mensejahterakan petani sebagai pelaku
utama usaha pertanian pangan. Tantangan pemenuhan kebutuhan pangan bagi
kehidupan manusia akan semakin kompleks dan dinamis. Setiap negara wajib
mengamankan ketersediaan atas kebutuhan tersebut, terutama kebutuhan pangan
dan energi (Kementrian Pertanian, 2015).
Dalam konteks pangan, subsektor tanaman pangan memiliki posisi strategis
karena komoditi tanaman pangan memiliki keragaman hayati yang cukup banyak.
Komoditi tersebut meliputi umbi-umbian, kacang-kacangan, dan serealia.
Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi
strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan,
serta sumber devisa. Kualitas dan kecukupan pangan berperan penting dalam
menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa (Elizabeth, 2011). Tidak
satupun negara dapat membangun perekonomiannya tanpa terlebih dahulu
menyelesaikan pangannya (Azahari, 2008).
Kontribusi penting penyuluhan pertanian untuk meningkatkan
pembangunan pertanian dan peningkatan produksi pangan telah menyebabkan
cepatnya perkembangan minat orang dalam penyuluhan selama beberapa
dekade terakhir (Ban dan Hawkins dalam Sadono, 2008). Desakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya yang terus berkembang telah
menyadarkan berbagai negara untuk berusaha meningkatkan produksi
pangannya. Oleh karena itu, teknologi pertanian yang lebih baik terus
dikembangkan dan diintroduksikan kepada petani agar petani mau menerapkan
2
teknologi tersebut dan produksi pangan meningkat (Sadono, 2008).
Pembangunan pertanian tanaman pangan yang telah dilaksanakan sampai saat
ini masih mengalami beberapa permasalahan mendasar. Permasalahan tersebut
salah satunya adalah sistem penyuluhan pertanian yang belum kuat sehingga
belum mampu secara optimal untuk melakukan pemberdayaan petani. Faktor
penyebab belum kuatnya sistem penyuluhan adalah keterbatasan penyuluh
baik dari berbagai aspek, antara lain (a) segi jumlah maupun kompetensi, (b)
kelembagaan penyuluhan yang belum mandiri dan inovatif, (c) kurangnya
sarana, dan (d) metode yang belum sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi
masyarakat petani (Kementrian Pertanian, 2015).
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah cukup
panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 yang bermula dari adanya kebutuhan
untuk meningkatkan hasil pertanian. Pada masa revousi hijau, penyuluhan
pertanian mengalami perubahan paradigma. Jika semula menekankan pada
bimbingan kepada petani dalam berusahatani yang baik, berubah menjadi
tekanan pada alih tehnologi, yakni mengusahakan agar petani mampu
meningkatkan produktivitas dan produksinya, dan menekankan pada
tercapainya target produksi padi, baik target nasional, daerah maupun lokal
(Tjitropranoto dalam Sadono, 2008). Hal tersebut terbukti membawa Indonesia
menjadi swasembada pangan pada tahun 1984. Namun demikian, pencapaian
prestasi yang besar tersebut ternyata juga menimbulkan masalah lain (Sadono,
2008).
Paradigma pembangunan pertanian yang dominan pada waktu itu
selain lebih berfokus pada peningkatan produksi, menekankan pada
pendekatan yang sangat sentralistik. Pendekatan sentralistik ini memberikan
dukungan dana dari pusat yang kurang luwes, pola komunikasi linear,
bahkan cenderung bersifat instruksional dengan sistem target yang kaku.
Paradigma tersebut lebih dominan digunakan pada transfer teknologi bukan
pada orangnya maupun proses belajarnya.
3
Lebih lanjut, Chambers dalam Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan
bahwa pendekatan yang tidak mengutamakan manusianya ini ternyata
menghasilkan ketergantungan yang tinggi oleh daerah kepada pusat. Dampak
yang ditimbulkan dari paradigma konvensional tersebut adalah: (a) menurunkan
kreativitas petani dan menumbuhkan sikap ketergantungan pada bantuan
pemerintah, (b) kreativitas dan kearifan lembaga-lembaga lokal tidak
berkembang bahkan banyak yang hilang, (c) program pembangunan agribisnis
menjadi tidak efisien dan efektif karena biaya birokrasi pemerintah yang relatif
tinggi, dan (d) program pembangunan sentralistik tidak sesuai dengan kondisi
lokal, sehingga komoditi unggulan lokal terdesak pilihan dari atas atau pusat.
Di samping itu, Revolusi Hijau yang digencarkan pada tahun 1984-1989
juga menggunakan paket teknologi yang sentralistik. Paket teknologinya semacam
ini “mengubah petani inovator dan mandiri menjadi sekedar pelaksana program di
bawahnya” (Kasryno, 2007). Contohnya adalah peningkatan produksi yang hanya
dapat dicapai dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida saja (Pontioous
dalam Kasryno, 2007).
Oleh karena itu pada era sekarang perlu dilakukan perubahan sudut
pandang penyuluhan pertanian dari “paradigma lama ke paradigma yang baru”.
Paradigma baru penyuluhan pertanian adalah memberdayakan petani sehingga
menjadi petani yang mandiri. Dimana penyuluh lebih berperan sebagai
fasilitator, pencari serta memberikan pilihan-pilihan kepada petani. Petani
mampu mengambil keputusan dengan pilihan yang terbaik baginya, sehingga
mampu meraih peluang dan menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Hal ini
sesuai dengan falsafah penyuluhan yang dianut dalam penyuluhan pertanian,
yaitu to help people to help themselves through educational means to improve
their level of living (menolong orang agar orang tersebut dapat menolong
dirinya sendiri melalui penyuluhan sebagai sarananya untuk meningkatkan derajat
kehidupannya) (Sadono, 2008).
“Kemandirian” merupakan perwujudan kemampuan seseorang untuk
memanfaatkan potensi diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik
4
(Hubeis dalam Bahua, 2016). Slamet dalam Lestari (2011) menekankan bahwa
untuk menumbuhkan dan membina kemandirian petani, perlu diarahkan agar
mereka dapat bekerjasama untuk mencapai segala yang dibutuhkan dengan
kekuatan dan kemampuan dirinya. Agen penyuluhan pertanianlah yang harus
memainkan peranan dalam meningkatkan kompetensi petani (Ban, 1999).
Interaksi petani dengan penyuluh dapat meningkatkan kinerja petani dalam
berusahatani yang selanjutnya meningkatkan kemandirian petani (Malta, 2016).
Dimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan sedikitnya harus
memperhatikan 5 aspek. Aspek tersebut antara lain (a) apa yang akan disuluhkan,
yaitu materi penyuluhan, (b) bagaimana cara menyuluhkannya, (c) kapan
penyuluhan dilaksanakan, (d) dimana penyuluhan diselenggarakan, dan (e) siapa
yang harus melaksanakan penyuluhan tersebut. Kelima aspek tersebut terangkum
dalam sebuah metode penyuluhan pertanian (Mardikanto dan Sutarni, 1992).
Metode penyuluhan pertanian adalah cara yang sudah direncanakan sebelumnya
untuk melaksankaan kegiatan penyuluhan pertanian (Soesmono dalam
Mardikanto, 1993).
Secara umum, paradigma penyuluhan yang diterapkan di Indonesia masih
menggunakan paradigm lama. Salah satu daerah yang sudah menerapkan kegiatan
penyuluhan dengan paradigma baru adalah Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Paradigma baru dalam penyuluhan pertanian di Desa
Sumberejo dibuktikan dengan banyaknya jumlah petani yang mengadopsi
beberapa inovasi yang diperkenalkan oleh penyuluh. Inovasi tersebut antara lain
(a) pemupukan berimbang, (b) pemupukan organik, dan (c) penggunaan benih
bersertifikat. Hasil survei pendahuluan kepada beberapa PPL di Kabupaten
Jember juga menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang baik
adalah penyuluhan yang dilaksanakan di Kecamatan Ambulu atau wilayah selatan
Kabupaten Jember. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan diterapkannya 1
metode penyuluhan di Kecamatan Ambulu yang tidak diterapkan di wilayah
lainnya di Kabupaten Jember, yaitu metode Farmers Field Day (FFD). Selain itu,
Desa Sumberejo juga berhasil menerapan 3 metode penyuluhan sekaligus, mulai
dari pendekatan inividu, pendekatan kelompok, maupun massal. Hal tersebut
5
menunjukkan bahwa metode penyuluhan pertanian yang diterapkan di Desa
Sumberejo sudah bisa dibilang kompleks.
Kegiatan penyuluhan yang baik ini juga dapat dilihat dari tingginya
produktivitas tanaman pangan di Desa Sumberejo. Tidak hanya itu, gabungan
kelompok tani Sumberejo di Desa Sumberejo juga pernah mendapat penghargaan
dari Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Ir. Djoko Widodo pada tahun 2015
dalam meraih produktivitas tertinggi nomor 2 di Provinsi Jawa Timur. Berikut
merupakan data produktivitas tanaman pangan Desa Sumberejo pada tahun 2016:
Tabel 1.1 Perbandingan produktivitas Tanaman Pangan di Provinsi Jawa Timur,
Kabupaten Jember, Kecamatan Ambulu, dan Desa Sumberejo tahun
2016
Wilayah
Produktivitas Komoditas (ton/ha)
Padi Jagung Kedelai Kacang
tanah Ubi Kayu
Desa Sumberejo 6,34 6,53 1,92 - 20
Kecamatan Ambulu 6,29 6,50 2,06 1,50 13,28
Kabupaten Jember 5,94 6,39 2,04 1,51 13,38
Provinsi Jawa Timur 6,10 5,06 1,50 1,29 24,33
Sumber:
1) Kecamatan Ambulu dalam Angka, 2017
2) Provinsi Jawa Timur dalam Angka, 2017
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa Desa Sumberejo memiliki
tingka produktivitas 5 komoditas pangan strategis tertinggi dibandingkan dengan
Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, maupun Provinsi Jawa Timur. 5
komoditas pangan strategis tersebuut adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
dan ubi kayu. Data ini menunjang penghargaan yang yang diterima oleh Desa
Sumberejo sebagai desa dengan tingkat produktivitas padi tertinggi kedua di Jawa
Timur.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, penyuluhan pertanian di Desa
Sumberejo sudah tercatat relatif baik. Produktivitas tanaman pangan yang ada
juga tergolong produktivitas yang tinggi di tingkat Jawa Timur. Namun keadaan
tersebut masih belum menjamin terciptanya suatu kemandirian petani. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan”.
6
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi metode penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu?
2. Bagaimana potret kemandirian petani tanaman pangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi metode penyuluhan pertanian di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu.
2. Untuk mengetahui potret kemandirian petani tanman pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi, dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian terkait
kemandirian petani di daerah lainya.
2. Bagi Stakeholder, dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menetapkan
kebijakan terkait penyuluhan pertanian khususnya dalam mendukung
kemandirian petani tanaman pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu.
3. Bagi Petani, dapat dijadikan sebagai penggerak untuk berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan penyuluhan sehingga mendukung terciptanya kemandirian
petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu.
7
7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Kuswantoro (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Tingkat Kepuasan
Petani Jagung terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Swasta dan Penyuluh
Pertanian Pegawai negeri Sipil di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo
Kabupaten Jember” menyebutkan bahwa metode penyuluhan yang digunakan
penyuluh terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu berdasar terknik komunikasi dan berdasar
jumlah sasaran. Berdasar teknik komunikasi, penyuluh PNS di Desa Sidodadi
menggunakan metode komunikasi langsung sedangkan penyuluh swasta
menggunakan metode komunikasi langsung dan tidak langsung. Berdasarkan
jumlah sasaran, metode yang sering digunakan penyuluh PNS dan penyuluh
swasta di desa Sidodadi adalah pendekatan individu dan pendekatan kelompok.
Pendekatan massal juga digunakan oleh penyuluh PNS dan penyuluh swasta,
tetapi hanya ketika ada program-program tertentu.
Tahitu (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Kualitas Pelayanan
Penyuluhan Pertanian dan Kepuasan Petani dalam Pengembangan Usahatani
(Kasus di Desa Sukadamai Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” menuliskan
bahwa Metode penyuluhan yang diterapkan oleh penyuluh menurut penilaian
petani masih perlu disesuaikan lagi dengan keadaan petani agar pelayanan
penyuluhan lebih berkualitas. Petani menginginkan metode kunjungan lapangan
atau usahatani lebih ditingkatkan sehingga para petani lebih leluasa untuk
mengungkapkan berbagai masalah yang dihadapinya kepada penyuluh melalui
tanya jawab atau berdiskusi sembari ikut melihat keadaan usahatani secara
langsung.
Musyafak dan Ibrahim (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani”
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi
dan difusi inovasi adalah ketepatan dalam menggunakan metode penyuluhan.
Dalam penelitian ini, penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk mendukung
8
program Balitbang yaitu (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan
Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI). Metode yang digunakan adalah
kombinasi dari pendekatan individu dan massal. Pendekatan kelompok digunakan
untuk memperkenalkan gagasan PRIMA TANI. Pendekatan individu digunakan
untuk konsultasi terkait permasalahan spesifik petani seperti teknologi
pengelolaan Sumberdaya Alam yang menyangkut lahan dan air serta teknologi
budidaya yang menyangkut tanaman, ternak, dan ikan, serta teknologi pasca
panen. Pendekatan massal digunakan untuk promosi kegiatan PRIMA TANI.
Pangaribuan dkk. (2018) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan dan Pemanfaatan Pupuk Organik Ekstrak Tanaman pada
Budidaya Pertanian Organik di Lampung Selatan” menyebutkan bahwa metode
penyuluhan pertanian yang digunakan dalam penyuluhan budidaya pertanian
organik adalah dengan pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Kegiatan
penyuluhan dilaksanakan dengan teknik ceramah, diskusi, dan demonstrasi cara.
Materi yang diberikan adalah mengenai adalah cara pembuatan pupuk organik
cair dari bahan daun lamtoro, batang pisang, dan sabut kelapa. Kegiatan
anjangsana dan anjangkarya dilakukan secara informal kerumah ketua dan
anggota Gapoktan. Kegiatan ini berlangsung cukup akrab, dan petani merasa
senang sekali dengan adanya kunjungan dari tim penyuluh karena petani dapat
kontak secara langsung dan memperdalam materi-materi yang telah
diceramahkan. Hasil dari kegiatan penyuluhan dengan pendekatan kelompok ini
antara lain pengetahuan petani tentang manfaat pemupukan melalui pupuk
organik cair telah meningkat 62 %, tanggapan petani terhadap kegiatan
penyuluhan positif dan antusias, serta tanggapan petani terhadap kegiatan
demonstrasi cara pembuatan pupuk organik cair cukup baik dan positif sehingga
petani ingin mencoba mempraktikkannya pada usahatani mereka sendiri pada
musim tanam selanjutnya.
Muchtar (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Komunikasi
Partisipatif pada Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)”
menuliskan bahwa penyuluh menggunakan metode SL-PTT (Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu) dalam inovasi peningkatan produksi padi dengan
9
pendekatan bottom up. Tingkat adopsi teknologi petani pada program SL-PTT
sebesar 91,3% yakni petani menerapkan seluruh teknologi, seperti penggunaan
benih unggul, penanaman sistem jejer legowo, pemupukan berimbang, pengairan
berselang, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), panen dan pasca
panen.
Alawiyah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Persepsi Petani
terhadap Introduksi Inovasi Agens Hayati melalui Kombinasi Media Demplot dan
FFD” menuliskan bahwa pengenalan inovasi agens hayati dilakukan di Desa
Ngranti, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan
media demplot dan FFD (Farmer Field Day). Demplot memberikan informasi
melalui praktik budidaya mengenai inovasi agens hayati yang diaplikasikan pada
tanaman jagung dan FFD digunakan untuk memberikan informasi secara materi
tentang agens hayati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani
terhadap inovasi agens hayati memiliki tingkat persepsi yang tinggi dengan skor
43,69 atau 81,66% yang menunjukkan bahwa petani menganggap penggunaan
agens hayati dapat menurunkan biaya karena adanya penurunan penggunaan
pupuk dan pestisida.
Fuady (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Perilaku Komunikasi
Petani dalam pencarian Informasi Pertanian Organik (Kasus Petani bawang merah
di Desa Srigading Kabupaten Bantul)” menuliskan bahwa media massa adalah
saluran komunikasi yang bersifat universal, mampu menyajikan informasi yang
aktual dan langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Berbagai informasi dapat
diperoleh melalui media massa baik yang bersifat umum ataupun khusus,
penyajiannya yang didukung visualisasi yang menarik, sehingga media massa
merupakan salah satu saluran komunikasi massa yang efektif dalam penyampaian
informasi pertanian organik, hal ini dikarenakan media massa relatif mampu
menembus ruang dan waktu menjangkau khalayak yang banyak dalam satuan
waktu yang relatif singkat. Keterdedahan media massa yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah tingkat kualitas dan kuatitas akses petani terhadap media
massa yang meliputi kekerapan responden melihat/menonton televisi,
mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan media lainnya. Media yang
10
umumnya dapat diakses oleh petani sebagian besar adalah media massa cetak dan
elektronik seperti surat kabar, radio dan televisi.
Aisyah (2016) yang berjudul “Peranan Penyuluhan Pertanian terhadap
Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo (Suatu Kasus pada Kelompok Tani di
Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka)” menuliskan bahwa penerapan
sistem tanam jajar legowo yang merupakan suatu teknologi baru di Kecamatan
Cigasong telah diupayakan melalui kegiatan penyuluhan pertanian dengan
berbagai metode pendekatan, antara lain pendekatan perseorangan melalui
anjangsana, pendekatan kelompok melalui pertemuan dikelompok, dan
pendekatan massal melalui kegiatan penyuluhan kampanye awal musim tanam
(Musim Tanam Pertama) yang dilaksanakan dalam setahun satu kali pada bulan
September.
Prayoga dkk. (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Keberadaan TV
TANI sebagai Revitalisasi Media Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia”
menyebutkan bahwa metode penyuuhan pertanian secara massal dapat dilakukan
melalui siaran di TV TANI. TV TANI hadir sebagai reaksi atas kurangnya
substansi acara-acara televisi yang berhubungan langsung dengan pertanian atau
pembangunan masyarakat pedesaan. TV TANI pada dasarnya hadir dengan
kemasan berbeda dan lebih baik jika dibandingkan konsep siaran pertanian atau
perdesaan yang sudah pernah ada. Lahirnya TV TANI adalah terobosan baru dari
Kementerian Pertanian untuk membantu petani. Acara yang disiarkan dalam TV
Tani terdiri dari 5 acara, yaitu kabar tani, inovasi tani, info tani, bincang tani, dan
laskar tani. TV TANI bisa dikategorikan sebagai media hybrid karena
memadukan konsep televisi dan internet. Namun keberadaan TV TANI perlu
mendapat sorotan karena dalam implementasinya TV TANI hanya dapat diakses
ketika petani memiliki internet. Padahal, belum semua desa di Indonesia tersentuh
internet.
Helmy dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Kompetensi Penyuluh dengan Karakteristik Pribadi, Persepsi Penyuluh terhadap
dukungan Kelembagaan dan Persepsi Penyuluh terhadap Sifat Inovasi Cyber
Extensión” menuliskan bahwa cyber extensión Kementerian Pertanian adalah
11
sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet (berbasis informasi
teknologi) yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan
informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran
agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha persepsi penyuluh pertanian relatif
rendah terhadap cyber extensión sebagai satu alternatif system penyuluhan
pertanian melalui jaringan internet. Cyber extensión belum mampu memberikan
manfaat dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian baik untuk penyediaan
informasi pertanian, dan materi penyuluhan yang terbarukan sesuai kebutuhan
petani, serta belum memberikan informasi harga dan pemasaran hasil produksi.
Rahayu dan Malia (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kepemimpinan Ketua Kelompok terhadap Tingkat Kemandirian Anggota
Kelompok di Gabungan Petani Organik (GPO) Nyi-Sri Kecamatan Cianjur
Kabupaten Cianjur” menyebutkan bahwa kinerja penyuluh merupakan suatu
kajian seberapa besar tingkat kepandaian/kekreatifan penyuluh dalam
menyampaikan suatu materi. Kinerja penyuluh dapat diukur menggunakan
indikator kesesuaian materi, kesesuian metode penyuluhan, dan kompetensi
penyuluh. Pendampingan penyuluh kompeten cenderung dapat membantu
anggota kelompok menuju kemandirian. Potret Kemandirian dari GPO Nyi-Sri
Kecamatan Cianjur antara lain kemandirian material, intelektual, dan pembinaan.
Kemandirian material digambarkan dari kemampuan kelompok dalam
membudidayakan varietas unggul, melakukan pengolahan pasca panen, dan
mampu mengelola peternakan. Kemandirian intelektual digambarkan dari
kemampuan berkomunikasi dan menyelesaikan konflik dengan baik.
Kemandirian pembinaan digambarkan melalui kemampuan menggali potensi
secara kreatif dan inovatif seperti inovasi pupuk alami yang menggunakan air
beras.
Maryam, S. (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pelatihan Budidaya Padi, Jagung, dan Kedelai terhadap Peningkatan Kemandirian
Petani Anggota P4S Kabupaten Subang (Studi Deskriptif pada P4S Binaan BBPP
Lembang Wilayah Kabupaten Subang) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor
utama dalam kemandirian petani anggota P4S yakni kemandirian intelektual,
12
kemandirian material, kemandirian sikap mental, dan kemandirian sosial. Dalam
empat kategori tersebut perolehan skor tertinggi terdapat pada kemandirian
intelektual dengan kategori tinggi yang di dalamnya terdiri dari adanya perubahan
pengetahuan dan perubahan keterampilan responden. Peningkatan kemandirian
sosial dengan peroleh hasil kategori tinggi kedua di dalamnya terdapat indikator
interaksi sosial, kerjasama kelompok, dan jalinan jaringan kerja. Kemandirian
sikap, mental, dan material juga termasuk kategori tinggi.
Hutahean dkk. (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan dan Memandirikan Petani
Karet Di Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi” menuliskan
bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk meningkatkan kapasitas dan
kemandirian petani. Tingkat kemandirian petani karet di Kecamatan Gunung Toar
dapat dilihat dari dari beberapa tindakan, antara lain kemandirian dalam
menentukan jenis komoditas, kemandirian dalam pemenuhan sarana produksi,
kemandirian dalam penentuan harga, dan kemandirian dalam mengambil
keputusan dalam pemasaran. Tingkat kemandirian yang dihasilkan berdasar hasil
penelitian berada pada kategori cukup mandiri.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, peneliti akan
menggunakan 3 variabel dalam metode penyuluhan pertanian dan 4 variabel
dalam kemandirian petani. Dimana masing-masing variable memiliki indikator
masing-masing. Metode penyuluhan pertanian terbagi menjadi 3 pendekatan,
antara lain pendekatan (a) individu, (b) kelompok, dan (c) massal. Pendekatan
individu terbagi ke dalam teknik kunjungan rumah, kunjungan lahan, kontak
informal, dan inkuiri. Pendekatan kelompok terbagi ke dalam teknik ceramah,
diskusi, demonstrasi, perlombaan, sekolah lapang, dan FFD. Pendekatan massal
terbagi ke dalam kampanye, media internet, dan siaran radio. Kemandirian petani
terbagi menjadi kemandirian (a) material, (b) intelektual, (c) pembinaan, dan (d)
sosial.
13
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuaut keputusan yang benar (Ban, 1999)
Kegiatan penyuluhan atau pendidikan pembangunan termasuk salah satu faktor
pelancar pembangunan pertanian. Pendidikan pembangunan ini bisa disebut juga
sebagai penyuluhan. Pendidikan pembangunan mencakup pendidikan
pembangunan untuk petani, pendidikan pembangunan untuk penyuluh, dan latihan
untuk petugas teknik pertanian (Mosher dalam Mardikanto, 1993). Kegiatan
penyuluhan pertanian amat penting dalam upaya pembangunan pertanian (Timmer
dalam Mardikanto, 1993).
Penyuluhan pertanian berfungsi sebagai jembatan antara dunia ilmu dan
pemerintah sebagai penentu kebijakan dan juga jembatan antara dunia penelitian
dengan praktek usahatani yang dilaksanakan oleh para petani. Lebih lanjut,
Schramm dan Lerner dalam Mardikanto (1993) melihat pentingnya kegiatan
penyuluhan pertanian sebagai proses komunikasi pembangunan dalam sistem
pembangunan nasional, baik untuk menjembatani kesenjangan perilaku antara
sesama aparat pemerintah maupun untuk menjembatani kesenjangan perilaku
antara aparat pemerintah dengan masyrakat (petani) sebagai pelaksana utama
pembangunan pertanian. Dalam upaya pembangunan pertanian, perlu lebih
mengutamakan kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat sasaran (petani) agar selalu siap dan mampu menguasai serta
menerapkan setiap alternatif inovasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produktivitas usahatani dan pendapatan petani demi perbaikan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat (Mardikanto, 1993).
Walaupun demikian, pemahaman seperti itu tidak berarti bahwa
penyuluhan pertanian adalah satu-satunya upaya untuk mewujudkan
pembangunan pertanian. Terdapat berbagai faktor yang akan mempengaruhi
pembangunan pertanian, antara lain tersedianya inovasi, pemasaran produk,
penyediaan sarana produksi, pengolahan produk, serta beragam kelembagaan
14
yang diperlukan. Hal ini juga berarti bahwa penuyluhan pertanian yang baik pun
tidak selalu menjamin keberhasilan pembangunan pertanian, apabila terjadi
kegagalan dalam pembangunan pertanian, tidak bisa hanya menimpakan
kesalahan pada aparat penyuluhan pertanian karena parat penyuluhan bukan satu-
satunya pihak yang harus mempertnaggung jawabkan hal tersebut (Mardikanto,
1933).
Kehadiran penyuluhan pertanian di Indonesia sebagai bidang kegiatan
sebenarnya sudah berlangsung hampir 2 abad yang lalu, yakni sejak didirakannya
Kebun Raya Bogor pada tahun 1817. Akan tetapi, kehadirannya sebagai bidang
keilmuan masih belum lama. Menurut catatan sejarah di Scottlandia,
pengembangan ilmu penyuluhan pertanian sudah dirintis sejak tahun 1723.
Mardikanto (1993) menyebutkan berbagai pendekatan untuk memahami pokok-
pokok penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
a. Penyuluhan pertanian merupakan proses penyebarluasan informasi yang
diperlukan dan berkembang selama pelaksanaan pembangunan pertanian.
Informasi tersebut berupa inovasi yang dihasilkan dari penelitian maupun
pengalaman lapang, masalah-masalah yang perlu pemecahannya, maupun
pertaturan dan kebijakan yang ditetapkan demi terlaksananya dan tercapainya
tujuan pembangunan pertanian yang direncanakan.
b. Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan non formal yang
tidak sekadar memberikan penerangan atau menjelaskan, tetapi berupaya
untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian
dan berusahatani yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan
perubahan dan inovatif terhadap informasi baru, serta terampil melaksanakan
berbagai kegiatan.
c. Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan non formal bagi orang-
orang dewasa yang lebih mengutamakan terciptanya dialog.
d. Penyuluhan pertanian sebagai proses rekayasa sosial perlu dilaksanakan
secara bijak dan hati-hati serta harus dijaga agar tidak terperangkap kepada
upaya terciptanya tujuan dengan mengorbankan kepentingan masyarakat
petani yang sebenarnya ingin diperbaiki mutu hidupnya.
15
Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan di luar sekolah untuk
keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya secara baik, menguntungkan, dan memuaskan. Sehingga penyuluhan
pertanian merupakan suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan, dan sarananya
disesuaikan dengan kedaan, kebutuhan, dan kepentingan, baik dari sasaran
maupun tempat. Penyuluhan sering disebut suatu bentuk pendidikan
pembangunan yang bersifat selektif, dalam artian memilih bahan dan metode
pendidikannya yang langsung dan menunjang pelaksanaan pembangunan yang
dikehendaki (Wiriaatmadja, 1977). Berdasar penjelasan para ahli, berikut
perbedaan antara pendidikan dan penyuluhan antara lain:
Tabel 2.1 Perbedaan Pendidikan dan Penyuluhan
Pendidikan Penyuluhan
Pendidikan formal Pendidikan Non Formal
Kurikulum formal dan tetap Kurikulum tidak formal, disesuaikan
dengan persoalan/masalah yang
ada/terjadi dalam masyarakat petani
pada saat itu
Memiliki kewajiban belajar yang
formal, pelajar waib taat dan giat agar
dapat lulus/naik kelas, jika tidak maka
sanksinya tidak lulus/tidak naik kelas
Bersifat informal, tidak ada ketaatan
ataupun paksaan karena bersifat
sukarela dan bimbingan
Arus pelajaran formal, terarah dalam
jangkauan penguasaanya tertentu,
berdasar waktu yang tetap
Informal, penyuluh memberikan
petunjuk, bimbingan, dan ide-ide baru,
sedang para petani mengemukakan
pengalaman serta problema yang
terjadi di lingkunganya
Hubungan tenaga pendidik dan yang
dididik formal dan keberadaanya
adalah tetap
Informal, yaitu hubungan antara
pendidik dan yang dididik bersifat
kekeluargaan yang sama-sama aktif
berusaha memajukan pertanian
Waktu, tempat, dan usia fomal karena
terdapat batasannya
Informal, yaitu tidak tentu kapan,
dimana, serta siapa saja tanpa ada
persyaratan tertentu. Sumber : Kartasapoetra (1994)
Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para
petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan-
keinginan mereka. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk merubah perilaku yang
16
sama halnya dengan bertambahnya kesanggupan keluara-keluarga tani sasaran
sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih layak
hidupnya, atau yang sering disebut sebagai keluarga tani maju sehingga keluarga
tani dapat dapat bertambah penghasilannya. Apabila kaum tani bertambah baik
taraf hidupnya dengan diiringi kaum yang lain maka akan tercipta suatu
masyarakat yang adil dan makmur atau sejahtera (Wiriaatmadja, 1977).
Kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan dalam rangka meniadakan
beberapa hambatan petani dalam melaksankan usahataninya. Hambatan tersebut
dapat berupa kurangnya pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam usahataninya. Hambatan lainya
adalah sebagian petani yang memiliki motivasi kurang untuk merubah perilaku
mereka karena berbagai faktor. Sumberdaya seperti kredit dan penyedia sarana
produksi juga merupakan salah satu hambatan dalam bidang pertanian ketika
petani tidak memperoleh informasi terkait akses untuk mencapai sumberdaya
tersebut. Berbagai hambatan tersebut akan bisa ditiadakan melalu kegiatan
penyuluhan pertanian (Ban dan Hawkins, 1999).
Tujuan penyuluhan pertanian berdasarkan jangkauan waktu tercapainya
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Tujuan Jangka Panjang / aim
Tujuan yang karena sifatnya akan tercapai dalam waktu yang lama sekali (25-
30 tahun). Misalnya masyarakat tani yang sejahtera spirituil dan materiil, atau
taraf hidup yang tinggi.
b. Tujuan Jangka Pendek / objective
Tujuan yang dapat dicapai dalam waktu yang dekat (5-10 tahun). Misalnya
peningkatan produksi padi dalam waktu 5 tahun karena melakukan panca
usaha. Kemudian tujuan ini biasanya diperinci dalam apa yang harus dicapai
dalam waktu tertentu, misalnya dalam satu tahun, yaitu yang biasa disebut
target.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian menggunakan berbagai
macam cara dan alat. Cara dan alat tersebut hanyalah sebuah sarana belaka, bukan
merupakan tujuan. Cara dan alat yang digunakan tidak selalu sesuai dengan
17
berbagai keadaan. Karena penyuluhan pertanian seyogyanya diselenggarakan
menurut keadaan yang nyata. Keadaan yang nyata harus mencakup semua daya
tenaga yang ada dan dengan mengerahkan daya tenaga tersebut, maka tersusunlah
program atau penjadwalan secara berangsur angsur untuk mencapai tujuan.
Penyuluhan pertanian juga seharusnya ditujukan kepada kepentingan dan
kebutuhan sasaran. Hal ini dilakukan agar para petani dapat dengan mudah
melaksanakan apa yang sudah dianjurkan oleh para penyuluh. Penyuluhan
pertanian dikatakan berhasil dengan baik apabila pengaruhnya banyak sekali
terhadap cara bertingkah laku sasaran dan nyata menimbulkan perubahan
kebudayaan (Wiriaatmaja, 1977).
Mardikanto dan Sutarni (1982) menuliskan bahwa materi penyuluhan
pertanian dibedakan menjadi 3 jenis, antara lain:
a. Materi yang berisikan pemecahan masalah yang sedang dihadapi
b. Materi yang berisikan petunjuk atau rekomendasi teknis yang perlu
dilaksanakan pada usahatani secepatnya
c. Materi yang bersifat instrumental
Sasaran penyuluhan pertanian sangat beragam. Baik beragam berdasar
karakteristik individunya, lingkungan fisik dan sosialnya, kebutuhanya,
motivasinya, serta tujuan yang diinginkannya. Maka dari itu tidak ada satupun
metode yang selalu efektif diterapkan dalam setiap kegiatan penyuluhan. Bahkan
dalam banyak kasus, kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan dengan menerapkan
beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Sehingga
dalam setiap penyuluhan, seorang penyuluh harus memahami dan mampu
memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai suatu cara yang terpilih
untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dialsanakannya (Soesmono dalam
Mardikanto, 1993).
2.2.2 Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang
digunakan oleh penyuluh/komunikator dalam menyampaikan pesan kepada
sasaran agar terjadi perubahan perilaku dan kepribadian sasaran sebagaimana
18
yang diharapkan (Wahjuti, 2014). Seorang penyuluh perlu memahami prinsip-
prinsip metode penyuluhan untuk memilih suatu metode yang tepat. Prinsip-
prinsip tersebut menurut Mardikanto (1993) antara lain:
a. Pengembangan untuk berpikir kreatif
Output penyuluhan adalah mengharapkan petani dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan dengan upaya pribadi dan mengembangkan kreativitas untuk
memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui mereka untuk terus
menerus memperbaiki mutu hidupnya. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan
penyuluhan penyuluh harus memilih metode yang sejauh mungkin untuk dapat
mengembangkan kreativitas dan daya nalar masyarakat sasarannya.
b. Tempat yang paling baik adalah tempat di kegiatan sasaran
Kegiatan penyuluhan sebaiknya dilaksanakan di tempat kegiatan sasaran agar
tidak banyak menyita waktu kegiatan mereka. Selain itu agar penyuluh dapat
memahami betul kondisi sasaran, termasuk berbagai permasalahan dan potensi
yang dihadapi petani, serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
mutu hidup mereka.
c. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya
Sebagai makhluk sosial, setiap individu akan selalu berperilaku sesuai dengan
kondisi lingkungan sosialnya atau paling tidak mereka akan berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya.
d. Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran
Keakraban akan menciptakan suatu keterbukaan dalam mengemukakan
masalah dan menyampaikan pendapat. Di samping itu, rekomendasi yang
disampaikan penyuluh akan dapat diterima dengan senang hati seperti layaknya
saran seorang sahabat tanpa ada prasangka atau merasa dipaksa.
e. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan
Metode yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap
(dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati atas kesadaran atupun
pertimbangan nalarnya sendiri melakukan perubahan-perubahan demi
perbaikan mutu hidupnya sendiri.
19
Metode penyuluhan pertanian dibedakan berdasar 3 jenis, yaitu pendekatan
perorangan, pendekatan kelompok, dan pendetan massal. Berikut penjelasan
masing-masing penjelasan menurut Mardikanto (1993):
a. Pendekatan perorangan
Penyuluh melakukan komunikasi secara langsung dengan masyarakat sasaran
secara orang per orang dalam setiap sasarannya. Pendekatan individu dalam
penyuluhan pertanian didasarkan pada tingkat kepercayaan yang tinggi antara
petani dan penyuluh. Petani tidak akan meminta bantuan atau menggunakan
informasi dari agen penyuluhan apabila tidak menaruh kepercayaan kepada
mereka. Adapun kelebihannya antara lain (a) adanya partisipasi aktif dari
individu, (b) umpan balik dapat diperoleh secara langsung dari petani, (c)
topik pembahasan langsung ke permasalah spesifik yang dihadapi inidvidu
petani, (d) hasil akhir merupakan integrasi informasi dari petani dan
penyuluh, (e) petani akan merasa diperhatikan lebih sehingga mempunyai
motivasi tinggi. Adapaun kelemahannya antara lain (a) sasaran target sangat
sempit, (b) biaya perkapita penyuluhan sangat tinggi, (c) memungkinkan
adanya rasa kecemburuan dari petani lain, (d) umpan balik dari petani kurang
lengkap, karena hanya dari satu orang petani, (e) topik penyuluhan bukan
merupakan pemecahan masalah bersama, akan tetapi lebih ke masalah
individu petani (Ban dan Hawkins, 1999). Berikut merupakan beberapa
metode dan teknik penyuluhan pertanian secara individu menurut Wahjuti
(2014):
1. Kunjungan Rumah
Teknik penyuluhan yang dilakukan dengan cara mengunjungi rumah
sasaran secara perorangan.
2. Kunjungan Usahatani
Teknik penyuluhan yang dilakukan dengan cara mengunjungi lahan
usahatani milik sasaran secara perorangan.
20
3. Inkuiri
Teknik penyuluhan yang berkaitan dengan kunjungan personal yang
dilakukan oleh sasaran (petani) ke penyuluh untuk mencari inkuiri
(informasi dan bantuan).
4. Kontak Informal
Pertemuan yang tidak terstruktur atau tidak terencana antara penyuluh
dengan petani dalam suatu situasi informal.
5. Petani model
Penggunaan petani yang memiliki sikap personal dan usahatani yang baik
untuk digunakan sebagai contoh oleh petani lainnya.
6. Bendera lapangan
Teknik penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan bendera
lapangan untuk memberikan informasi pada secarik kertas pada sebuah
bendera yang berwarna mencolok di lahan petani apabila penyuluh tidak
bertemu oleh petani.
b. Pendekatan kelompok
Metode penyuluhan kelompok akan memungkinkan pengurangan salah
pengertian yang bisa berkembang antara penyuluh dan petani. Interaksi ini
memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap
perilaku dan norma para anggota kelompok. Adapaun kelebihan pendekatan
kelompok antara lain (a) petani dapat berpartisipasi aktif, (b) umpan balik
dapat diperoleh secara langsung dari petani, (c) topik pembahasan langsung
ke permasalahan spesifik yang dihadapi petani lokal, (d) hasil akhir
merupakan kesepakatan dari berbagai pihak. Adapaun kelemahannya antara
lain (a) jangkauan sasaran relatif kecil, (b) biaya perkapita relatif mahal
dibanding media massa. (Ban dan Hawkins, 1999). Berikut merupakan
penjelasan beberapa metode dan teknik penyuluhan kelompok menurut
Wahjuti (2014):
1. Ceramah
Dilakukan dengan jalan penyajian informasi secara verbal oleh pembicara
tunggal terhadap sekelompok pendengar.
21
2. Demonstrasi cara
Dilakukan dengan mempertunjukkan bagaimana melakukan sesuatu
setahap demi setahap, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai
dengan penjelasan lisan.
3. Demonstrasi hasil
Disampaikan dengan memeperlihatkan bahwa suatu praktik atau teknologi
yang disampaikan memberikan hasil yang berbeda atau bahkan lebih baik
dari yang biasa dilakukan masyarakat setempat.
4. Diskusi
Teknik penyuluhan yang di dalamnya terdapat pertukaran pendapat,
perbedaan pikiran, serta pengungkapan argumentasi.
5. Kontes / Perlombaan
Didasarkan pada prinsip kompetisi dan aktivitas yang berorientasi
komunitas/kelompok.
6. Magang
Pendidikan praktik langsung di tempat usahatani petani lain yang lebih
baik/maju.
7. Sekolah lapangan
Teknik pembelajaran dengan situasi nyata yang terjadi di lapangan melalui
pengalaman.
8. Hari lapangan petani (Farmers Field Day)
Teknik penyuluhan yang dilakukan dengan memanfaatkan sehari atau
beberapa hari untuk memamerkan atau mendisplaykan keberhasilan suatu
usahatani atau teknologi pertanian secara terbuka, mendemonstrasikan
keberhasilan teknik atau hasil penelitian.
9. Klinik
Pertemuan atau serangkaian pertemuan antara petani dengan penyuluh
guna membahas permasalahan khusus yang disampaikan petani serta
menganalisis dan memecahkannya dengan melibatkan suatu perlakuan
khusus.
22
10. Widyawisata
Suatu perjalanan bersama sekelompok orang untuk melihat dan
mempelajari objek yang tidak pernah dilihat di lokasinya sendiri.
11. Mimbar sarasehan
Forum yang memungkinkan petani dan petugas pemerintah dapat bertemu
untuk berkonsultasi, berdiskusi, dan merumuskan pemecahan masalah
mengenai berbagai kebijaksanaan pemerintah yang biasanya terbatas pada
kelompok tani andalan saja yang diselenggarakan secara berkala.
12. Temu wicara
Kegiatan sarasehan yang diperuntukkan untuk semua petani dan dilakukan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
13. Temu usaha
Proses mempertemukan petani dengan pelaku usaha yang terkait dengan
sub sistem agribisnis.
14. Temu karya
Proses pembelajaran bagi petani yang cenderung terbelakang agar bisa
mempercayai atau meyakini teknologi baru dengan cara mempertemukan
dengan petani yang maju.
c. Pendekatan massal
Penyuluhan massal biasanya memanfaatkan media massa. Kelemahan dari
penyuluhan dengan menggunakan media massa adalah media hanyalah
tampak sedikit berpengaruh langsung ketika tiba waktunya petani mengambil
keputusan. Media massa terlihat dapat terlihat dapat mempercepat proses
perubahan, akan tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku.
Hal ini disebabkan karena pengirim maupun penerima pesan cenderung
menggunakan proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan
mengalami distorsi. Proses-proses selektif tersebut menurut Ban dan Hawkins
(1999) meliputi:
1. Publikasi selektif, yang memungkinkan pengirim pesan tidak mungkin
dapat menyiarkan atau mempublikasikan semua informasi karena
terbatasnya ruang dan waktu.
23
2. Perhatian selektif, yang memungkinkan tidak seorangpun dapat membaca
semua penerbitan, maka terjadilah proses seleksi.
3. Perserpi selektif, yang memungkinkan pesan yang tidak disetujui
cenderung ditafsirkan sedemikian rupa sehingga tidak sedikit terjadi
perubahan pendapat mengenai suatu hal.
4. Daya ingat selektif, yang menggambarkan bahwa tidak semua yang pernah
didengar ataupun dibaca akan diingat, mayoritas orang cenderung
melupakan hal yang tidak sesuai dengan pendapatnya.
5. Penerimaan selektif, yang memungkinkan suatu gagasan cenderung lebih
mudah diterima ketika sesuai dengan pendapat sendiri.
6. Diskusi selektif, yang memungkinkan waktu singkat untuk membicarakan
segala sesuatu yang dibaca atau didengar dari berbagai media.
Penyuluhan massal dilakukan melalui komunikasi baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan masyarakat sasarannya yang amat banyak
bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya. Adapun kelebihan dari
pendekatan massal antara lain (a) mempunyai jangkauan sasaran luas, (b)
tidak terlalu bergantung pada infrastruktur (jalan, sarana transportasi), (c)
biaya per kapita relatif murah jika dibandingkan dengan besarnya kelompok
sasaran. Adapaun kelemahannya antara lain (a) partisipasi aktif dari audiens
(pendengar/pembaca/pemirsa) tidak memungkinkan (terutama media cetak),
sedangkan untuk TV dan radio dapat dilakukan dialog interaktif akan tetapi
sangat terbatas, (b) umpan balik secara langsung dari audien terdapat kendala,
(c) lebih bersifat umum, sehingga kebutuhan lokal spesifik terabaikan, (d)
terdapat gap budaya (bahasa dan dialek) antara penyampai pesan dengan
audien, (e) hasil akhir lebih banyak ke perubahan pengetahuan, dan sedikit
pada perubahan sikap. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa metode
penyuluhan pertanian secara massal menurut Wahjuti (2014):
24
1. Kampanye
Upaya berkomunikasi yang bertujuan mendidik masyarakat secara
terkoordinasi dengan melibatkan penggunaan berbagai sumberdaya dan
metode komunikasi dengan memusatkan perhatian pada permasalahan
tertentu serta pemecahannya selama satu periode waktu tertentu.
2. Pameran
Cara dan prosedur penyampaian informasi atau materi penyuluhan yang
dilakukan dengan jalan mempertunjukkan secara sistematis berbagai
teknologi baik melalui barang aslinya, awetannya, sampel, hasil olahan,
model, grafik, gambar, bahan cetak, dan lain-lain untuk menumbuhkan
minat para pengunjung.
3. Brosur, leaflet, dan folder
Brosur adalah penyajian dalam bentuk buku terdiri dari 24-80 lembar
dengan menonjolkan uraian lebih dominan daripada gambar. Leaflet
merupakan bentuk penyajian pesan dalam 1 lembar kertas lepas dengan
menonjolkan uraian jauh lebih dominan daripada gambar. Sedangkan
folder adalah bentuk penyajian pesan seperti leaflet tetapi penyajian dalam
folder di design sehingga dapat dilpat menjadi 3 atau 4 lipatan.
4. Surat kabar dan majalah
Penyajian pesan atau materi secara tertulis dengan lebih menonjolkan
uraian kalimat daripada gambar, terkadang tidak disertai gambar sama
sekali.
5. Media grafis
Cara dan prosedur penyampaian pesan dengan mendayagunakan berbagai
bahan yang dapat mengkomunikasikan fakta, ide, atau gagasan secara jelas
dan tegas melalui suatu kombinasi/perpaduan antara pengungkapan kata
dan gambar.
6. Siaran radio
Alat komunikasi massa yang sangat bermanfaat bagi penyuluh karena
dapat menjangkau sasaran dalam jumlah besar.
25
7. Siaran televisi
Bertujuan untuk memvisualisasikan pesan atau materi/informasi yang
disampaikan kepada masyarakat secara luas.
8. Pemutaran film
Cara dan prosedur penyajian materi penyuluhan pertanian kepada
masyarakat sasaran secara luas dengan bantuan alat optik.
9. Internet
Penyajian materi penyuluhan melalui jaringan internet.
2.2.3 Kemandirian Petani
Kemandirian merupakan salah satu komponen sikap individu dalam
merespon proses pemberdayaan, sehingga mampu menggunakan sumber daya
sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dan kerja sendiri dalam
lingkungan yang diciptakan sendiri berdasarkan keterampilan yang diperoleh.
Kemandirian bukan berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam
pengambilan keputusan, yakni memiliki kemampuan untuk memilih dan berani
untuk menolak segala bentuk dan kerjasama yang tidak menguntungkan
(Soetomo dalam Rahayu, 2018).
Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet dalam Lestari (2011) bahwa untuk
menumbuhkan dan membina kemandiriannya, petani perlu diarahkan agar dengan
kekuatan dan kemampuannya berupaya untuk bekerjasama untuk mencapai segala
yang dibutuhkan dan diinginkan. Kemandirian tidak berarti anti terhadap
kerjasama atau menolak saling keterkaitan dan saling ketergantungan.
Kemandirian justru menekankan perlunya kerjasama yang disertai tumbuh dan
berkembangnya aspirasi, kreativitas, keberanian menghadapi resiko dan prakarsa
seseorang bertindak atas dasar kekuatan sendiri dalam kebersamaan (collective
self-reliance).
Kemandirian adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk
memanfaatkan potensi diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik
(Hubeis dalam Bahua, 2016). Kemandirian termasuk upaya seseorang yang
26
didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan sumberdaya yang dimiliki
sebagai semangat keswadayaan, dimana keswadayaan dibentuk melalui keuletan,
kerja keras, dan jiwa kewirausahaan (Bahua, 2016). Kemandirian merupakan
suatu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi
berbagai masalah demi mencapai satu tujuan tanpa menutup diri dengan adanya
kerjasama yang saling menguntungkan (Ismawan dalam Bahua, 2016).
Kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mempunyai rasa
percaya diri, dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kemandirian mengandung 4 pengertian menurut Monks dalam Bahua (2016),
antara lain:
a. Kedaan seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan
diri.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas.
d. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Kemandirian juga diperlukan oleh petani karena petani yang berkualitas
dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani
(Rahayu dan Malia, 2018). Seperti yang dituliskan oleh Anantanyu (2011) bahwa
kemandirian (self-reliance) petani diyakini sebagai muara dari suatu usaha
pembangunan pertanian. Berdasarkan hasil kegiatan deduktif terhadap tingkat
kemandirian petani (farmer autonomi), Sumardjo (1999) mengemukakan bahwa
petani yang mandiri adalah petani yang secara utuh mampu memilih dan
mengarahkan kegiatan usahatani sesuai dengan kehendaknya sendiri, yang
diyakini paling tinggi manfaatnya, tetapi bukan berarti sikap menutup diri
melainkan dengan rendah hati menerima situasi masyarakat dan aturan-aturan
yang ada didalamnya. Menurut Claude dan Zamor dalam Anantanyu (2011),
strategi pembangunan pertanian memerlukan partisipasi masyarakat tani dalam
bidang perencanaan dan pengelolaan karena berbagai pertimbangan , antara lain:
27
a. Meningkatkan integrasi.
b. Meningkatkan hasil dan merangsang penerimaan yang lebih besar
terhadap kriteria hasil.
c. Membantu menghadapi permasalahan nyata dari kesenjangan tanggapan
terhadap perasaan, kebutuhan, masalah, dan pandangan komunitas lokal.
d. Membawa kualitas hasil (output) lebih tinggi dan berkualitas.
e. Meningkatkan jumlah dan ketepatan informasi.
f. Memberikan operasi yang lebih ekonomis dengan penggunaan lebih banyak
sumberdaya manusia lokal dan membatasi transportasi dan manajemen
yang mahal.
Menurut Soedijanto dalam Anantanyu (2011), kemandirian petani meliputi
(a) kemandirian material, (b) kemandirian intelektual, (c) kemandirian pembinaan,
dan d) sebagai manusia yang interdepensi. Lebih lanjut, Havighurst dalam Bahua
(2016) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari 4 aspek, antara lain (a) aspek
emosi, (b) aspek ekonomi, (c) aspek intelektual, dan (d) aspek sosial. Bahua
(2016) menyebutkan bahwa dimensi kemandirian terdiri dari (a) kemandirian
intelektual dan (b) kemandirian sosial. Berikut merupakan penjelasan masing-
masing dimensi kemandirian:
a. Kemandirian Material
Kemandirian material berarti memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara
optimal potensi sumberdaya alam yang mereka miliki sendiri tanpa harus
menunggu bantuan orang lain atau tergantung dari pihak luar (Soedijanto
dalam Anantanyu, 2011). Dalam kemandirian material anggota kelompok,
petani dihimbau untuk dapat membudidayakan berbagai varietas unggulan
atau sumberdaya alam lainya serta melakukan kegiatan pertanian lain seperti
penanganan pasca panen (pengolahan pangan, pemasaran hasil panen, dan
lain-lain), serta memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, agar seluas apapun
lahan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara baik (Rahayu dan Malia,
2018).
28
b. Kemandirian intelektual
Kemandirian intelektual berarti memiliki kapasitas untuk mengkritisi dan
mengemukakan pendapat tanpa dibayangi oleh rasa takut atau tekanan dari
pihak lain (Soedijanto dalam Anantanyu, 2011). Lebih lanjut Havighurst
dalam Bahua (2016) menyebutkan bahwa kemandirian intelektual dapat
ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang sedang dihadapinya. Masrun dalam Bahua (2016)
menuliskan bahwa terdapat 5 komponen dalam kemandirian intelektual,
antara lain:
1. Bebas, yaitu bertindak atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan
tergantung orang lain.
2. Progresif dan ulet, yaitu berusaha untuk mengejar prestasi , tekun, dan
terencana dalam mewujudkan harapannya.
3. Inisiatif, yaitu mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif, dan
penuh inisiatif.
4. Terkendali dari dalam, yaitu mampu mengatasi masalah yang dihadapi,
mampu mengendalikan tindakannya, serta mampu mempengaruhi
lingkungan atas usahanya sendiri.
5. Kemantapan diri, yaitu memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan
diri sendiri, menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
c. Kemandirian Pembinaan
Kemandirian pembinaan berarti memiliki kapasitas untuk mengembangkan
diri sendiri melalui proses belajar tanpa harus tergantung pihak luar
(Soedijanto dalam Anantanyu, 2011). Kemandirian pembinaan artinya
mampu menggali potensi diri secara kreatif dan inovatif. Kemandirian
pembinaan akan terlihat secara perlahan melalui interaksi yang dilakukan
oleh petani hingga nantinya akan melahirkan suatu kreatifitas. Contohnya
seperti inovasi pupuk alami yang menggunakan air beras (Rahayu dan Malia,
2018).
29
d. Kemandirian sosial
Musdalifah dalam Bahua (2016) menyatakan bahwa kemandirian sosial
merupakan keinginan dan kemampuan seseorang untuk mencapai tanggung
jawab sosial. Maksudnya adalah seorang manusia dapat mengembangkan
dirinya menjadi seseorang yang bertanggung jawab pada kehidupan
masyarakat. Kemandirian sosial dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu
aksi dari orang lain kemandirian sosial dapat dilihat melalui hubungan antara
individu satu dengan individu lainnya. Lebih lanjut, Soedijanto dalam
Anantanyu (2011) menuliskan bahwa manusia dalam melaksanakan
kegiatannya selalu terdapat saling ketergantungan dengan manusia lain di
dalam masyarakatnya sebagai suatu sistem sosial.
2.3 Kerangka Pemikiran
Penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo tercatat sebagai kegiatan
penyuluhan dengan menggunakan paradigma baru, yaitu menekankan pada
pemberdayaan manusianya ketimbang sekedar alih teknologi. Hal tersebut
dibuktikan dengan petani di Desa Sumberejo yang mayoritas dapat memutuskan
untuk mengadopsi inovasi yang lebih menguntungkan dalam usahatani mereka,
seperti penggunaan pupuk organik, pupuk berimbang, dan benih bersertifikat.
Kegiatan penyuluhan disana juga tercatat menggunakan metode penyuluhan yang
beragam, mulai dari pendekatan individu, kelompok, maupun massal. Selain itu,
produktivitas tanaman pangan di Desa Sumberejo juga tercatat sebagai
produktivitas tertinggi di Kabupaten Jember. Desa Sumberejo juga pernah
mendapat penghargaan dari Bapak Ir. Djoko Widodo selaku Presiden Repulik
Indonesia terkait juara 2 tingkat provinsi lomba agribisnis tanaman pangan.
Namun, tingginya produktivitas tanaman pangan serta kompleksitas
metode penyuluhan yang diterapkan di Desa Sumberejo masih belum bisa
menjamin terciptanya suatu kemandirian petani. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini dirumuskan 2 permasalahan. Pertama adalah implementasi metode penyuluhan
pertanian yang berlandaskan teori penyuluhan pertanian. Kedua adalah potret
30
kemandirian petani yang berlandaskan teori kemandirian. Kedua rumusan
masalah ini akan dianalisis menggunakan analisis model interaktif Miles dan
Huberman. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Terkait dengan tujuan pertama dalam penelitian ini yaitu implementasi
metode penyuluhan pertanian, terdapat beberapa penelitan terdahulu sebagai
pendukung. Pertama Musyafak (2005) menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan
untuk memperkenalkan program baru dapat dilaksanakan menggunakan
kombinasi 3 pendekatan sekaligus, yaitu individu, kelompok, dan massal.
Pangaribuan (2018) menjelaskan bahwasanya penyuluhan dengan pendekatan
kelompok dapat dilaksanakan memadukan beberapa teknik sekaligus, yaitu
ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Lebih lanjut, Prayoga (2018) menjelaskan
bahwa penyuluhan dengan pendekatan massal dapat dilaksanakan menggunakan
teknik siaran televisi.
Terkait dengan tujuan kedua dalam penelitian ini yaitu potret kemandirian
petani terdapat beberapa penelitian terdahulu sebagai pendukung. Rahayu dan
Malia (2018) menjelaskan bahwa terdapat 3 aspek kemandirian yang meliputi
kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian pembinaan.
Lebih lanjut Maryam (2016) menuliskan bahwa aspek kemandirian terdiri dari
kemandirian intelektual, kemandirian material, kemandirian sikap mental, dan
kemandirian sosial. Hutahean (2016) menyebutkan bahwa potret kemandirian
petani dapat dilihat dari kemandirian dalam menentukan jenis komoditas,
kemandirian dalam pemenuhan sarana produksi, kemandirian dalam penentuan
harga, dan kemandirian dalam mengambil keputusan dalam pemasaran.
Peneliti akan menganalisis bentuk kemandirian yang ada pada petani
tanaman pangan di Desa Sumberejo kemudian dikaitkan dengan teknik
penyuluhan pertanian yang pernah diberikan. Setelah diperoleh kesimpulan, maka
akan mengerucut pada goal dalam penelitian ini yaitu Alternatif Kesesuaian
Metode Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman
Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
31
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Metode Penyuluhan
Pertanian Kemandirian Petani
Pendekatan Kelompok
dilakukan dengan
teknik ceramah, diskusi,
dan demonstrasi
Potret kemandirian petani
anggota P4S yakni kemandirian
intelektual, kemandirian material,
kemandirian sikap mental, dan
kemandirian sosial.
Potret kemandirian petani dapat
dilihat dari kemandirian dalam
menentukan jenis komoditas,
kemandirian dalam pemenuhan
sarana produksi, kemandirian
dalam penentuan harga, dan
kemandirian dalam mengambil
keputusan dalam pemasaran.
Kelompok Individu Massal Pembinaan Intelektual Material Sosial
Analisis Data Miles dan Huberman
Petani Tanaman Pangan Desa Sumberejo Fenomena:
1. Pelaksanaan penyuluhan
dengan metode beragam
2. Produktivitas pangan tertinggi
se Kabupaten Jember
3. Penghargaan dari Presiden RI
Pendekatan Massal
dilakukan melalui
kegiatan penyuluhan
kampanye
Penyuluhan untuk
memperkenalkan
program baru
dilaksanakan dengan 3
pendekatan sekaligus
Potret kemandirian dari GPO
NyiSri Kecamatan Cianjur antara
lain kemandirian material,
intelektual, dan pembinaan.
Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian dalam
Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan
32
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian mengenai implementasi metode penyuluhan dalam mendukung
kemandirian petani kali ini menggunakan metode penentuan daerah secara sengaja
(purposive method) dengan beberapa pertimbangan tertentu. Daerah yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember. Desa Sumberejo dipilih sebagai daerah penelitian berdasarkan adanya
pertimbangan bahwa Desa Sumberejo tergolong maju dalam kegiatan penyuluhan,
hal ini bisa terlihat dari banyaknya proses adopsi inovasi yang dilaksanakan oleh
petani di Desa Sumberejo, antara lain pemupukan berimbang, pemupukan
organik, dan penggunaan benih bersertifikat. Potret keberhasilan tersebut menarik
untuk diteliti agar bisa digunakan sebagai contoh untuk wilayah yang lain.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Djam‟an (2009),
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal
yang terpenting dari suatu hal yang berupa kejadian/fenomena/gejala sosial serta
maknanya dari suatu hal tersebut. Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti
ingin mengeksplorasi suatu fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan.
Penelitian ini menggunakan jenis fenomenologi. Menurut Djam‟an (2009),
fenomenologi merupakan suatu pendekatan dalam penelitian kualitatif yang
digunakan untuk meneliti suatu fenomena tanpa memasukkan hipotesis ke dalam
penelitian. Pendekatan fenomenologi dilakukan dengan cara mendeskripsikan
pengalaman kehidupan manusia tentang suatu fenomena tertentu. Deskripsi ini
berujung pada intisari pengalaman beberapa individu yang telah mengalami
semua fenomena tersebut (Creswell, 2016). Pendekatan fenomenologi dalam
33
penelitian ini digunakan untuk menggambarkan berbagai macam metode
penyuluhan pertanian dalam mendukung kemandirian petani tanaman pangan di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
3.3 Metode Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan informan dengan berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Informan yang digunakan disebut
informan kunci atau key informan yaitu seseorang yang secara lengkap dan
mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam sebuah
penelitian. Informan kunci yang digunakan dalam penelitian ini adalah Petugas
Penyuluh Lapang Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, yaitu
Ibu Diar Fidi Astutik. Informan kunci dipilih berdasar kesediannya untuk
memberikan informasi berupa metode yang digunakan dalam penyuluhan dan
potret kemandirian petani di Desa Sumberejo.
Informan yang digunakan tidak hanya PPL Desa Sumberejo saja, beberapa
informan pendukung diperlukan dalam penelitian ini. Informan pendukung yang
digunakan antara lain Bapak Rahmat Darmawan selaku koordinator penyuluh
Kecamatan Ambulu, Bapak Basri selaku ketua kelompok tani Karya Tani I
dengan kelas kelompok utama, Bapak Imam Zarkoni selaku ketua kelompok tani
Karya Tani II dengan kelas kelompok madya, dan Bapak Agus Salim selaku
sekretaris kelompok tani Sido Mekar dengan kelas kelompok lanjut. Beliau dipilih
menjadi informan pendukung berdasar pertimbangan bahwa beliau pernah
mengalami penyuluhan dengan berbagai metode serta mengetahui potret
kemandirian petani di Desa Sumberejo. Informan pendukung digunakan peneliti
agar dapat mendukung pernyataan dari informan kunci yang telah ditentukan
sebelumnya.
34
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis
untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti untuk mengungkapkan atau informasi yang dapat menjelaskan mengenai
permasalahan yang diteliti (Djam‟an dan Aan, 2009). Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 cara, yaitu wawancara, observasi, dan
studi dokumen. Berikut penjelasan mengenai masing-masing metode:
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2016). Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah in depth interview, yaitu wawancara
secara mendalam kepada informan yang telah ditetapkan. Wawancara yang
dilakukan nantinya tidak hanya yang berada pada pedoman wawancara,
melainkan bergantung pada jawaban yang diberikan oleh informan sehingga
pertanyaan bisa berkembang sewaktu-waktu. Metode wawancara pada
penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer mengenai metode
penyuluhan pertanian dan potret kemandirian petani di Desa Sumberejo.
2. Metode Observasi
Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang lebih spesifik dibandingkan wawancara, karena tidak
terbatas pada objek manusia saja melainkan juga pada berbagai objek yang
lain. Peneliti akan mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama
penelitian, bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian
dicatat seobjektif mungkin. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pengamat sebagai partisipan, yaitu peneliti hanya berpartisipasi
sepanjang yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh dari
observasi adalah penerapan metode penyuluhan oleh PPL di Desa Sumberejo.
35
3. Metode Studi Dokumen
Metode studi dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data yang
berupa suatu catatan atau bukti tertulis dari suatu kejadian yang sudah
lampau. Dokumen dapat menggambarkan kejadian masa lalu yang ditulis atau
dicetak. Peneliti akan mengumpulkan dokumen diperlukan untuk kemudian
ditelaah sehingga dapat mendukung atau menambah kepercayaan dari
pembuktian suatu kejadian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif.
Dokumen yang akan dikumpulkan oleh peneliti adalah dokumentasi kegiatan
penyuluhan pertanian dan laporan kegiatan penyuluhan milik PPL di Desa
Sumberejo.
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat sebelum,
saat, dan setelah proses pengumpulan data berlangsung dalam periode tertentu.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakna
analisis data model Miles dan Huberman. Miles and Huberman (1992),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sampai data yang
diperoleh sudah jenuh. Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berikut penjelasan dari
masing-masing tiga alur kegiatan tersebut.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu, perlu
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu hingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
36
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Langkah selanjutnya setelah reduksi data adalah proses penyajian
data. Data akan terorganisasikan dan tersusun dalam suatu pola hubungan
sehingga akan lebih mudah dipahami melalui penyajian data. Penyajian data
dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan dalam bentuk narasi, tabel,
grafik, matriks, jaringan, bagan, dan sejenisnya. Cara yang paling sering
digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan membuat
peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan kemudian berdasar pemahaman yang diperoleh dari penyajian
tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion)
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dimana kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan sudah
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari permasalahan yang telah
ditentukan sebelumnya, yaitu mengenai implementasi metode penyuluhan
pertanian yang diterapkan di Desa Sumberejo dalam mendukung kemandirian
petani tanaman pangan.
Ketiga hal utama yang telah dikemukakan di atas yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin menjalin
pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data. Tiga hal utama
tersebut dapat diartikan sebagai proses siklus dan interaktif. Peneliti bergerak di
37
antara empat sumbu kumparan selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak
bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam pengertian ini,
analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut dan terus-menerus.
Berikut ialah gambaran pelaksananaan analisis data model interaktif Miles dan
Huberman:
Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman
Sumber: Sugiyono (2016)
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Wiersma dalam Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa triangulasi merupakan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Terdapat beberapa macam triangulasi antara lain triangulasi teknik, triangulasi
sumber, dan triangulasi waktu. Penelitian ini menggunakan jenis triangulasi
sumber dan tringulasi teknik sebagai berikut:
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
DATA
COLLECTION
DATA DISPLAY
DATA
REDUCTION
CONCLUSION
Dokumen
Wawancara Observasi
38
Gambar 3.3 Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengecek
data yang telah diambil dari beberapa informan berbeda, yaitu PPL Desa
Sumberejo, Petani Desa Sumberejo, dan Koordinator PPL Kecamatan Ambulu.
Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek data dari
informan yang sama akan tetapi dengan teknik yang berbeda-beda, di antaranya
teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen. Keduanya akan menguji
seberapa kredibel data yang dikumpulkan dalam penelitian mengenai
implementasi metode penyuluhan pertanian dalam mendukung kemandirian
petani tanaman pangan di Desa Sumberejo Kabupaten Jember.
3.7 Terminologi
1. Pembangunan pertanian merupakan proses yang diupayakan secara sadar dan
terencana yang menghasilkan perubahan petani tanaman pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember untuk memperbaiki mutu
hidupnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
2. Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember merupakan suatu
desa yang memiliki tingkat produksi 4 jenis komoditas tanaman pangan
tertinggi di Kecamatan Ambulu yang digunakan sebagai daerah penelitian.
3. Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan non formal yang yang
berupaya mengubah perilaku petani tanaman pangan agar memiliki sikap
progresif terhadap informasi baru di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember.
Koordinator PPL Kecamatan Ambulu
PPL Desa Sumberejo Petani Desa Sumberejo
39
4. Metode penyuluhan merupakan cara dan prosedur yang dilakukan dalam
rangkai mencapai perubahan perilaku petani tanaman pangan baik secara
individu, kelompok, maupun massal di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember.
5. Metode penyuluhan secara individu merupakan salah satu cara penyuluhan
pertanian yang ditujukan untuk satu orang petani dengan cara kunjungan
rumah, kunjungan usahatani, kontak informal, dan inkuiri di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
6. Kunjungan rumah merupakan metode penyuluhan individu yang
dilaksanakan penyuluh dengan cara mengunjungi rumah petani tanaman
pangan di Desa Sumberejo.
7. Kunjungan usahatani merupakan metode penyuluhan individu yang
dilaksanakan penyuluh dengan cara mengunjungi lahan petani tanaman
pangan di Desa Sumberejo.
8. Kontak informal merupakan metode penyuluhan individu yang dilaksanakan
tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu oleh penyuluh dan terjadi pada
situasi yang tidak formal di Desa Sumberejo.
9. Inkuiri merupakan metode penyuluhan individu yang dilaksanakan penyuluh
ketika ada petani tanaman pangan di Desa Sumberejo yang berkunjung ke
rumah ataupun kantor penyuluh.
10. Metode penyuluhan secara kelompok merupakan salah satu cara penyuluhan
pertanian yang ditujukan untuk kelompok-kelompok tani dengan cara
ceramah, diskusi, demonstrasi, perlombaan, sekolah lapang, dan FFD yang
terdapat di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
11. Ceramah merupakan metode penyuluhan kelompok yang dilaksanakan
penyuluh dengan cara memberikan informasi sebagai pembicara tunggal
kepada petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
12. Diskusi merupakan metode penyuluhan kelompok yang dilaksanakan
penyuluh dan petani tanaman pangan di Desa Sumberejo dengancara bertukar
informasi maupun pendapat.
40
13. Demonstrasi merupakan metode penyuluhan kelompok yang dilaksanakan
penyuluh dengan cara menjelaskan tahapan demi tahapan pembuatan atau
penggunaan sesuatu kepada petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
14. Perlombaan merupakan metode penyuluhan kelompok yang dilaksanakan
dengan cara mengadakan suatu kompetisi meraih produksi padi tertinggi
kepada petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
15. Sekolah lapang merupakan metode penyuluhan kelompok yang dilaksanakan
penyuluh dengan cara menciptkan suasana belajar melalui pengamatan
sendiri di lahan sendiri oleh petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
16. FFD atau Farmers Field Day merupakan metode penyuluhan kelompok yang
dilaksanakan dengan cara memamerkan hasil penelitian (benih benih baru
yang unggul) kepada petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
17. Metode penyuluhan secara massal merupakan salah satu cara penyuluhan
pertanian yang ditujukan untuk menjangkau jumlah sasaran yang sangat
banyak dan tersebar dimana-mana dengan waktu yang cepat yang
dilaksanakan dengan cara kampanye, siaran radio, dan melalui media internet
di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
18. Kampanye merupakan metode penyuluhan massal yang dilaksanakan dengan
cara menyebarluaskan informasi dalam waktu yang singkat kepada seluruh
petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
19. Siaran radio merupakan metode penyuluhan massal yang dilaksanakan
dengan cara siaran seputar budidaya komoditas pertanian menggunakan
Radio Republik Indonesia pada segmen siaran pedesaan.
20. Media internet merupakan metode penyuluhan massal yang dilaksanakan
dengan memanfaatkan jaringan internet untuk mengunggah informasi
mengenai Mikor Organisme Lokal (MOL) oleh PPL Desa Sumberejo.
21. Kemandirian petani merupakan komponen sikap petani tanaman pangan di
Desa Sumberejo dalam merespon kegiatan penyuluhan pertanian, sehingga
mampu menggunakan sumber daya sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh dan kerja sendiri berdasarkan keterampilan yang diperoleh.
41
22. Kemandirian material merupakan kapasitas yang dimiliki petani tanaman
pangan Desa Sumberejo untuk memanfaatkan secara optimal potensi
sumberdaya alam yang dimiliki sendiri tanpa tergantung dari pihak luar dan
dapat digambarkan pada saat petani (a) menggunakan pupuk organik dan
berimbang, (b) menggunakan benih unggul dan bersertifikat, (c) menerapkan
rotasi tanaman, (d) menerapkan teknologi jajar legowo, (e) menerapkan
sistem olah tanah, (f) memiliki kemampuan dalam menentukan harga jual
hasil panen.
23. Kemandirian intelektual merupakan kapasitas yang dimiliki petani tanaman
pangan Desa Sumberejo untuk mengkritisi dan mengemukakan pendapat
tanpa dibayangi oleh rasa takut atau tekanan dari pihak lain dan dapat
digambarkan melalui (a) kebebasan dalam menentukan luasan lahan, (b)
kebebasan dalam menentukan jenis komoditas budidaya, (c) kebebasan
memilih merk obat, (d) merasa bangga menjadi petani, (e) penyelesaian
masalah permodalan, sumberdayaair, dan serangan OPT, (f) meraih prestasi
tingkat provinsi.
24. Kemandirian pembinaan merupakan kapasitas petani tanaman pangan Desa
Sumberejo untuk mengembangkan dirinya melalui proses belajar tanpa
harus tergantung pihak luar serta mampu menggali potensi diri secara kreatif
dan inovatif yang digambarkan melalui tindakan petani dalam (a) berinisiatif
mengadakan perlombaan, (b) penanggulangan OPT melalui penanaman
bunga refugia, (c) penanggulangan hama tikus dengan burung hantu, (d)
berinisiatif mengadakan kampanye.
25. Kemandirian sosial merupakan potret keinginan dan kemampuan petani
tanaman pangan Desa Sumberejo untuk mengadakan interaksi dengan orang
lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.
26. Penyuluh pertanian merupakan seseorang yang memberikan kegiatan
penyuluhan dengan 3 metode kepada petani tanaman pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
42
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Desa Sumberejo
4.1.1 Kondisi Geografis Desa Sumberejo
Desa Sumberejo merupakan salah satu desa dari 7 desa yang berada di
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Secara geografis Desa Sumberejo berada
pada ujung selatan Kecamatan Ambulu dengan jarak menuju kantor Kecamatan
Ambulu sejauh 6km. Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu termasuk ke dalam
kategori wilayah dataran rendah dengan ketinggian 10 mdpl.desa Sumberejo
memiliki luas areal sebesar 18,71km2
dan merupakan desa dengan luas wilayah
terbesar kedua di Kecamatan Ambulu.
Luas wilayah Desa Sumberejo secara umum terbagi ke dalam beberapa
kategori wilayah, yakni 1) sawah seluas 971 Ha, 2) Tegalan seluas 72,38 Ha, 3)
Pekarangan seluas 413,83 Ha, 4) Bangunan dan Halaman seluas 616,8 Ha, dan 5)
Lain-Lain seluas 153,59 Ha. Desa Sumberejo memiliki 6 dusun, 46 rukun Warga
(RW), dan 135 Rukun Tetangga (RT). Dusun di Desa Sumberejo terdiri dari
Dusun Bregoh, Dusun Krajan Lor, Dusun Krajan Kidul, Dusun Watu Ulo, Dusun
Sidomulyo, dan Dusun Curahrejo. Secara geografis Desa Sumberejo berbatasan
dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Sabrang
Sebelah Timur : Samudra Indonesia
Sebelah Selatan : Sungai Mayang
Sebelah Barat : Desa Lojejer
Desa Sumberejo adalah desa dengan tingkat ketinggian wilayah terendah
disbanding desa lainya di Kecamatan Ambulu, hal ini disebabkan Desa Sumberejo
berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Desa Sumberejo merupakan desa
yang terletak di dekat pesisir atau pantai pada ketinggian ±3 mdpl serta memiliki
curah hujan ± 3000 mm/tahun. Jumlah bulan huja yang terjadi di Desa Sumberejo
adalah sebanyak 3 bulan serta memiliki kelembaban ± 3oC.
43
4.1.2 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sumberejo
Kondisi sosial masyarakat di Desa Sumberejo dapat diketahui berdasarkan
beberapa indikator kunci di antaranya indikator kependudukan, tingkat
pendidikan, dan kesehatan. Indikator kependudukan berkaitan dengan jumlah
penduduk berdasar klasifikasi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan dan
kepadatan penduduk. Adapun kepadatan penduduk Desa Sumberejo adalah 1.320
jiwa/km2. Berikut merupakan rincian mengenai jumlah penduduk yang ada di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember:
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Desa Sumberejo dan Rasio Jenis Kelamin tahun 2016
Tahun Laki-Laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa) Jumlah (jiwa)
2010 (Hasil Sensus) 12.035 11.787 23.822
2016 12.476 12.227 24.703
Sumber: Kecamatan Ambulu dalam Angka tahun 2017
Berdasarkan tabel data jumlah penduduk Desa Sumberejo berdasarkan
kriteria waktu dapat diketahui bahwa terdapat perubahan jumlah penduduk apabila
dilihat berdasarkan waktu penghitungan. Jumlah penduduk Desa Sumberejo pada
kegiatan sensus tahun 2010 dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12.035 jiwa
dan perempuan sebanyak 11.787 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Desa
Sumberejo pada saat penghitungan pada tahun 2016 dengan jenis kelamin laki
laki sebanyak 12.476 jiwa dan perempuan sebanyak 12.227 jiwa. Jumlah tersebut
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk Desa Sumberejo baik
jenis kelamin laki-laki maupun perempuan pada tahun 2010 menuju tahun 2016.
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa terdapat perubahan jumlah penduduk
desa dimana jumlah penduduk desa dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Meskipun demikian, perbedaan jumlah
penduduk antara laki-laki dan perempuan dapat dikatakan tidak terlalu signifikan
dikarenakan jumlah perbedaan yang sangat kecil.
44
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan dalam
menilai tingkat kemampuan dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh
masyarakat. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat dapat diketahui
melalui keberadaan lembaga, fasilitas, dan sarana prasarana penunjang kegiatan
pendidikan yang ada. Berikut merupakan data terkait dengan kondisi pendidikan
di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember:
Tabel 4.2 Data Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru berdasarkan Jenjang Pendidikan Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu kabupaten Jember tahun 2016
No. Indikator Jenjang Pendidikan
TK SD SMP SMU
1. Jumlah Sekolah 11 11 1 2
2. Jumlah Murid 761 1.633 123 153
3. Jumlah Guru 40 120 144 30
Sumber: Kecamatan Ambulu dalam Angka, 2017
Berdasarkan tabel data jumlah sekolah, murid, dan guru berdasarkan
jenjang pendidikan Desa Sumberejo tahun 2016 dapat diketahui bahwa Desa
Sumberejo memiliki lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK, SD, SMP,
bahkan hingga SMA. Terdapat 11 TK dengan jumlah murid sebanyak 761 dan
jumlah guru sebanyak 40 orang. Terdapat 11 SD dengan jumlah murid sebanyak
1.633 dan jumlah guru sebanyak 40 orang. Terdapat 1 SMP dengan murid
sebanyak 123 dan jumlah guru sebanyak 144 orang. Dan terdapat 2 SMU dengan
jumlah murid sebanyak 153 dan jumlah guru sebanyak 30 orang. Keberadaan
lembaga pendidikan tentu saja akan berpengaruh kepada kemampuan masyarakat
desa dalam mengakses pendidikan yang layak dan juga akan berpengaruh
terhadap kualitas sumberdaya manusia masyarakat desa.
Keberadaan lembaga pendidikan desa tentu tidak sepenuhnya menjadi
faktor penilaian kunci terhadap kualitas sumberdaya manusia masyarakat desa.
Hal tersebut dikarenakan masyarakat desa umumnya akan mengakses pendidikan
di luar lingkungan desa. Penilaian lainnya dapat diketahui berdasarkan kondisi
masyarakat desa berdasarkan pendidikan terakhir yang dicapai oleh masyarak
desa. Berikut merupakat data mengenai kondisi pendidikan terakhir masyarakat
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember pada tahun 2016.
45
Tabel 4.3 Data Pendidikan Terakhir Masyarakat Desa Sumberejo tahun 2016
No. Jenjang Pendidikan Terakhir Jumlah (jiwa)
1. Tidak Sekolah 3.569
2. Tidak Tamat SD 4.555
3. Tamat SD/MI 7.579
4. Tamat SMP/MTs 4.071
5. Tamat SMU 1.613
6. Tamat SMK 182
7. Tamat D1/2 66
8. Tamat D3 37
9. Tamat D4/S1 249
10. Tamat S2/3 12
Sumber : Kecamatan Ambulu dalam Angka, 2017
Berdasarkan tabel data pendidikan terkahir masyarakat Desa Sumberejo
tahun 2016 dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat di Desa Sumberejo
mayoritas adalah tamatan SD dengan jumlah masyarakat sebanyak 7.579 jiwa.
Tingkat pendidikan yang paling rendah dari masyarakat Desa Sumberejo adalah
tidak sekolah dengan jumlah penduduk sebanyak 3.569 jiwa, sedangkan tingkat
pendidikan tertinggi dari masyarakat Desa Sumberejo adalah tamatan S2/3 yaitu
sejumlah 12 jiwa.
Indikator lainnya yang dapat digunakan dalam menentukan kondisi social
masyarakat desa yakni indikator kesehatan. Indikator kesehatan dapat diketahui
dengan melihat keberadaan lembaga, fasilitas, dan sarana prasarana kesehatan
yang dimiliki oleh desa. Berikut merupakan data terkait dengan lembaga, fasilitas,
dan sarana prasarana bidang kesehatan yang dimiliki oleh Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
Tabel 4.4 Sarana Kesehatan Masyarakat Desa Sumberejo tahun 2016
No. Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1. Rumah Sakit -
2. Rumah Bersalin -
3. Puskesmas Pembantu 1
4. Puskesmas -
5. Dokter Praktek 1
Sumber : Kecamatan Ambulu dalam Angka, 2017
Berdasarkan tabel sarana kesehatan masyarakat Desa Sumberejo Tahun
2016 diketahui bahwa keberadaan lembaga, fasilitas, dan sarana prasarana di
bidang kesehatan terbilang minim. Keberadaan sarana kesehatan bagi masyarakat
46
Desa Sumberejo terdiri dari puskesmas pembantu sebanyak 1 unit dan dokter
praktek sebanyak 1 unit. Hal ini membuat masyarakat menjadi sedikit kesulitan
dalam mengakses sarana kesehatan. Kondisi pada indikator kesehatan demikian
tentu akan berdampak pada kondisi sosial masyarakat.
4.2 Potensi Subsektor Tanaman Pangan Desa Sumberejo
Desa Sumberejo memiliki potensi pertanian, khususnya subsector
tanaman pangan yang cukup besar di Kecamatan Ambulu, bahkan Kabupaten
Jember. Potensi tanaman pangan di Desa Sumberejo terdiri dari komoditas padi,
jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar yang ditunjukkan dalam tabel 4.5 di
bawah ini:
Tabel 4.5 Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Desa Sumberejo periode 2013-2017
Komoditas
2013 2014 2015 2016 2017
Ton Ton /
Ha Ton
Ton /
Ha Ton
Ton /
Ha Ton
Ton /
Ha Ton
Ton /
Ha
Padi 6.289 7,1 11.261 - 7.020 7,2 5.929 6,34 5.530 6,05
Jagung 7.747 7,14 13.826 8,25 11.066 7,5 11.937 6,53 8.945 6,07
Kedelai 181 2,29 478 1,84 244 2,1 48 1,92 110 2,36
Ubi Kayu 49 24,5 124 24,8 61 18,7 40 20 302 27,47
Sumber:
1. Kecamatan Ambulu dalam angka, 2018
2. Kecamatan Ambulu dalam angka, 2017
3. Kecamatan Ambulu dalam angka, 2016
4. Kecamatan Ambulu dalam angka, 2015
5. Kecamatan Ambulu dalam angka, 2013/2014
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa produksi dan produktivitas 4
komoditas strategis subsektor tanaman pangan di Desa Sumberejo terbilang cukup
tinggi. Desa Sumberejo merupakan penghasil komoditas pangan yang besar dalam
menyumbang produksi tanaman pangan di Kabupaten Jember. Keempat
komoditas pangan tersebut mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2013 hingga
20107. Adanya fluktuasi tersebut membuat segenap stakeholder dalam bidang
pertanian di memberikan target berupa pencapaian sasaran tanam dan luas panen
serta target produksi dan produktivitas pada beberapa komoditas pangan. Hal
tersebut akan disajikan pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut ini:
47
Tabel 4.6 Target dan Pencapaian Sasaran Tanam dan Luas Panen Komoditas
Pangan tahun 2018
No Komoditi Rencana
Tanam (Ha) Real (Ha)
Capaian Luas
Panen (Ha)
1. Padi 950 961 961
2. Jagung 1.200 1.367 1.367
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasar tabel 4.6 dapat diketahui bahwa capaian luas tanam dan luas
panen di Desa Sumberejo untuk komoditas padi dan jagung dapat mencapai
bahkan melebihi rencana tanam atau target yang diberikan. Pada komoditas
kedelai, capaian areal tidak tercapai karena harga kedelai kurang layak sehingga
banyak petani enggan menanam dan lebih memilih untuk menanam komoditas
yang menguntungkan. Berbeda dengan komoditas padi dan jagung yang dapat
mencapai sasaran luas tanam. Meskipun terdapat perubahan iklim yang menyolok,
adanya serangan hama tikus, hama wereng, dan serangan penyakit sudah bisa
ditangani dan dikendalikan dengan baik melalui kerjasama petani, penyuluh, dan
POPT.
Tabel 4.7 Target dan Pencapaian Produksi dan Produktivitas Komoditas Pangan
tahun 2018
No Komoditi Jenis
Target
Produktivitas
(Ton/Ha)
Realisasi
(Ton/Ha)
Produksi
(Ton)
1. Padi GKG 7,3 7,5 7.207
2. Jagung Pipil Kering 7,6 8 10.936
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasar tabel 4.7 dapat diketahui bahwa target produktivitas komoditas
padi pada tahun 2018 adalah 7,3 ton/ha dan untuk komoditas jagung adalah 7,6
ton/ha. Realisasi yang berhasil dicapai oleh petani tanaman pangan di Desa
Sumberejo untuk komoditas padi adalah 7,5 ton/ha dan 8 ton/ha untuk komoditas
jagung. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Desa Sumberejo dapat mencapai
bahkan melebihi target produktivitas yang diberikan. Padahal, pada sepanjang
tahun 2018 cuaca cukup ekstrim diiringi dengan suhu udara yang cukup tinggi.
Pengaruh iklim dan cuaca menguntungkan terhadap perkembangan populasi hama
tikus, wereng batang coklat yang mengganggu pada tanaman padi. Namun petani
Desa Sumberejo terbukti dapat mengatasi berbagai permasalahan dengan baik.
48
4.3 Gambaran Umum Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Desa Sumberejo memiliki 2.130 petani dan terbagi ke dalam 13 kelompok
tani berdasarkan hamparannya. Setiap kelompok tani memiliki kelas kelompok
yang berbeda. Ketigabelas kelompok tersebut antara lain kelompok tani karya tani
I, karya tani II, karya utama, karya muda, margi rahayu, sido makmur, mekar sari,
sri rejeki, suka maju, tani makmur, harapan jaya, harapan maju, dan sido mekar.
Berikut merupakan peta wilayah hamparan petani Desa Sumberejo:
Sumber: Data Primer, 2019
Gambar 4.1 Peta Wilayah Hamparan Petani Desa Sumberejo
Peta tersebut menjelaskan lokasi hamparan masing-masing kelompok tani
yang berada di Desa Sumberejo. Berikut merupakan data masing-masing
kelompok tani akan disajikan dalam tabel 4.8:
Tabel 4.8 Data Kelompok Tani Desa Sumberejo tahun 2018
No. Nama
Kelompok Alamat
Tahun
Berdiri
Jumlah
Anggota
(jiwa)
Komoditas
Unggulam
Luas
Hamparan
(Ha)
Kelas
Kelompok
1. Karya Tani
I
Bregoh 1988 178 Padi, Palawija,
Horti
141 Utama
2. Karya Tani
II
Bregoh 2006 157 Padi, Palawija,
Horti 136 Madya
3. Karya
Utama
Curah
Rejo
1976 149 Padi, Palawija,
Horti 128 Utama
4. Karya
Muda
Curah
Rejo
1995 155 Padi, Palawija,
Horti 80 Madya
5. Margi
Rahayu
Krajan
Kidul
2000 165 Padi, Palawija,
Horti 80 Madya
Keterangan TM = TANI MAKMUR
SIM = SIDO MAKMUR
HM = HARAPAN MAJU
MR = MARGI RAHAYU
SUM = SUKA MAJU
HJ = HARAPAN JAYA
KT I = KARYA TANI I
KT II = KARYA TANI II
SR = SRI REJEKI
KU = KARYA UTAMA
KM = KARYA MUDA
MS = MEKAR SARI
SME = SIDO MEKAR
49
No. Nama
Kelompok Alamat
Tahun
Berdiri
Jumlah
Anggota
(jiwa)
Komoditas
Unggulam
Luas
Hamparan
(Ha)
Kelas
Kelompok
6. Sido
Makmur
Sido
Mulyo
1999 241 Padi, Palawija,
Horti 154 Lanjut
7. Mekar Sari Bregoh 2009 147 Padi, Palawija,
Horti 83 Madya
8. Sri Rejeki Bregoh 2008 167 Padi, Palawija,
Horti 91 Madya
9. Suka Maju Krajan
Kidul
1999 186 Padi, Palawija,
Horti 82 Madya
10. Tani
Makmur
Krajan
Lor
1995 172 Padi, Palawija,
Horti 100 Madya
11. Harapan
Jaya
Bregoh 1998 112 Padi, Palawija,
Horti 77 Madya
12. Harapan
Maju
Krajan
Lor
1997 186 Padi, Palawija,
Horti 133 Madya
13. Sido
Mekar
Watu
Ulo
2003 115 Padi, Palawija,
Horti 67 Lanjut
Jumlah 2.130 1.375
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah petani yang ada di
Desa Sumberejo sebanyak 2.130 petani dengan total hamparan mencapai 1.375
Ha. Jumlah anggota terbanyak adalah kelompok tani Karya Tani I dengan jumlah
178 petani, sedangkan kelompok tani dengan jumlah anggota terendah adalah
kelompok tani Harapan Jaya dengan jumlah 112 anggota. Luas lahan terluas
dimiliki oleh kelompok tani Karya Tani I yaitu seluas 141 Ha sedangkan
hamparan tersempit adalah kelompok tani Sido Mekar dengan luas 67 Ha.
Kelompok tani yang pertama berdiri adalah kelompok tani Karya Utama yang
berada di Dusun Curahrejo dengan kelas kelompok utama. Sedangkan kelompok
tani yang berdiri paling baru adalah kelompok tani Sido Mekar yang berada di
Dusun Watu Ulo pada tahun 2003 dengan kelas kelompok lanjut. Komoditas
unggulan dari seluruh kelompok tani selama 1 tahun adalah padi, palawija, dan
hortikultura.
4.4 Karakteristik Informan
Paradigma pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami beberapa
perubahan. Pada mulanya, paradigma penyuluhan pertanian menekankan
penyuluh untuk dapat memberikan bimbingan usahatani yang baik kepada petani,
namu tidak terfokus apakah lebih menekankan pada pembimbingan SDM ataukah
50
sekedar alih teknologi saja. Seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan
paradigma pada era revolusi hijau. Paradigma penyuluhan saat itu lebih
menekankan pada alih teknologi saja serta pendekatanya cenderung bersifat
sentralistik. Hal ini menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain membuat
petani menjadi tergantung pada program pemerintah serta merubah petani yang
dahulunya innovator menjadi sekedar pelaksana program di bawahnya. Oleh
sebab itu perlu dilakukan perubahan sudut pandang penyuluhan pertanian dari
paradigma lama menuju paradigma baru. Dimana paradigma baru penyuluhan
pertanian menekankan penyuluh untuk menjadi fasilitator atau pemberi beberapa
alternatif kepada petani. Nantinya petani sendiri yang akan menentukan akan
mengambil keputusan yang dirasa paling baik untuk dirinya dan usahataninya.
Hal inilah yang disebut sebagai kemandirian petani.
Salah satu daerah yang telah menerapkan penyuluhan pertanian dengan
paradigma baru adalah Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
Oleh sebab oitu peneliti ingin melakukan penelitian terkait implementasi metode
penyuluhan pertanian dalam mendukung kemandirian petani. Dimana data yang
digunakan peneliti adalah data primer yang bersumber dari 5 orang informan
melalui wawancara yang direkam dengan recorder dari ponsel peneliti. Infoman
akan membantu peneliti untuk mendapatkan data dan informasi. Berikut adalah profil
informan yang ada di lapang untuk diadikan sumber informasi peneliti:
Tabel 4.9 Profil Informan
No. Nama Pekerjaan Umur
(th)
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Keluarga
(jiwa)
1. Diar Fidi
Astutik
PPL Desa Sumberejo 36 S1 4
2. Rahmat
Darmawan
Koordinator PPL Kec.
Ambulu,Tempurejo,
Wuluhan
42 S1 2
3. Basri Petani (Kelas
Kelompok Utama)
60 D1 5
4. Imam Zarkoni Petani (Kelas
Kelompok Madya)
51 SLTP 4
5. Agus Salim Petani (Kelas
Kelompok Lanjut)
45 SMP 5
Sumber: Data Primer, 2018-2019
51
Infoman yang peneliti pilih untuk penelitian tentang Implementasi Metode
Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan,
berjumlah 5 orang. Kelima informan ini terbagi menjadi informan utama dan
informan pendukung. Informan utama dalam penelitian ini adalah PPL Desa
Sumberejo. Informan pendukung terdiri dari koordinator PPL Kecamatan Ambulu,
Wuluhan, dan Tempurejo, petani pada kelas kelompok utama, petani pada kelas
kelompok madya, dan petani pada kelas kelompok lanjut. Berikut ini merupakan
daftar informan pada penelitian ini.
1. Diar Fidi Astutik merupakan PPL Desa Sumberejo yang berusia 36 tahun dengan
pendidikan terakhir sarjana pertanian dan memiliki jumlah anggota keluarga
sebanyak 4 orang.
2. Rahmat Darmawan merupakan koordinator PPL di Kecamatan Ambulu,
Tempurejo, dan Wuluhan yang berusia 42 tahun dengan pendidikan terakhir
sarjana pertanian dan memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 2 orang.
3. Basri merupakan petani tanaman pangan di Desa Sumberejo yang berusia 60
tahun dengan pendidikan terakhir D1 dan memiliki jumlah anggota keluarga
sebanyak 5orang.
4. Imam Zarkoni yang biasa dipanggil Jarkoni merupakan petani tanaman pangan di
Desa Sumberejo yang berusia 51 tahun dengan pendidikan terakhir SLTP dan
memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang.
5. Agus Salim yang biasa dipanggil Salim merupakan petani tanaman pangan di
Desa Sumberejo yang berusia 45 tahun dengan pendidikan terakhir SMP dan
memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang.
52
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Penyuluhan pertanian yang diimplementasikan di Desa Sumberejo
Kecamatam Ambulu Kabupaten Jember seringkali membahas mengenai tanaman
pangan. Petani di Desa Sumberejo menanam padi pada musim tanam pertama,
dilanjutkan dengan palawija pada musim tanam kedua, dan diakhiri dengan
komoditas hortikultura pada musim tanam ketiga. Oleh sebab itu, kegiatan
penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo lebih sering membahas mengenai
tanaman pangan.
Penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo dilaksanakan melalui berbagai
pendekatan dan teknik yang beragam. Pendekatan tersebut antara lain a)
pendekatan individu, b) pendekatan kelompok, dan c) pendekatan massal.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Mardikanto (1993) bahwa metode
penyuluhan pertanian dibedakan menjadi 3 pendekatan, yaitu pendekatan
individu, kelompok, dan massal. Berikut merupakan penjelasan rinci mengenai
beragam pendekatan dan teknik penyuluhan pertanian:
5.1.1 Pendekatan Individu
Pendekatan individu dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
dilaksanakan dengan cara mengunjungi rumah petani secara individual. Penyuluh
melakukan komunikasi secara langsung dengan masyarakat sasaran secara orang
per orang dalam setiap sasarannya. Pendekatan individu dalam penyuluhan
pertanian didasarkan pada tingkat kepercayaan yang tinggi antara petani dan
penyuluh. Petani secara individual tidak akan meminta bantuan atau
menggunakan informasi dari agen penyuluhan apabila tidak menaruh kepercayaan
kepada mereka. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Mardikanto (1993)
bahwa pendekatan individu merupakan salah satu pendekatan dari metode
penyuluhan pertanian dimana sasaran dari pendeketan ini adalah 1 orang petani.
53
Pendekatan individu yang dilaksanakan di Desa Sumberejo terdiri dari 4 teknik,
yaitu teknik kunjungan rumah, teknik kunjungan lahan usahatani, teknik kontak
informal serta teknik inkuiri. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing
teknik yang ada:
a. Teknik Kunjungan Rumah
Teknik kunjungan rumah di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan cara
mengunjungi rumah petani secara individual. Petani yang dituju pada teknik
kunjungan di Desa Sumberejo biasanya merupakan pengurus kelompok tani
ataupun anggota kelompok yang aktif dalam kelompok tani dan petani yang
lahannya sedang bermasalah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahjuti
(2014) bahwa teknik kunjungan rumah merupakan salah satu metode penyuluhan
pertanian yang dilaksanakan dengan mengunjungi rumah petani secara individual.
Kunjungan rumah tidak pernah dijadwalkan secara pasti pada saat
perencanaan kegiatan penyuluhan di awal tahun, namun kunjungan yang
dilakukan penyuluhan selalu memenuhi 3 aspek yaitu a) tidak menggangu
aktivitas petani, b) dilakukan sebelum atau setelah petani bekerja, dan c)
melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan petani. Berikut merupakan
pernyataan Bapak Rahmat selaku koordinator penyuluh di Kecamatan Ambulu
terkait dengan penjadwalan kegiatan kunjungan rumah.
“Ya mengikuti kebiasaan petani, saya nggak mau ganggu. Jadi saya tanya
petaninya dulu ada kegiatan apa besok. Saya gak mau semisal bilang pak
besok jangan kemana-mana pak itu ganggu saya gak mau.” (Rahmat, 12
Agustus 2018).
Teknik kunjungan rumah dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapang (PPL)
Desa Sumberejo yaitu Ibu Diar, Pengamat Organisme Pengganggu tanaman
(POPT) Kecamatan Ambulu yaitu Bapak Matori, dan formulator ataupun
salesman dari pupuk maupun benih. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Ibu Diar selaku PPL Desa Sumberejo dan Bapak Basri selaku Ketua
Kelompok Tani Karya Tani I:
“Sendiri, kadang didampingi POPT. Soalnya kalau keliling POPT juga
ikut terkadang.” (Diar, 21 Desember 2018).
54
Pernyataan Ibu Diar tersebut dilengkapi oleh pernyataan dari Bapak Basri
berikut ini:
“Sini itu sering dari formulator obat dari jagung, benih benih itu sering.”
(Basri, 6 Januari 2019).
Tujuan dilaksanakannya kunjungan rumah adalah berusaha menyelesaikan
permasalahan yang ada di lahan petani dan melakukan koordinasi terkait kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok pada hari yang akan datang, seperti
yang disampaikan oleh Bu Diar berikut ini:
“Kalau ke rumah ya itu tadi, yang pengurus atau anggota aktif kita sekedar
tanya ada kegiatan apa ke pengurusnya. Sama tergantung nanti ada
masalah apa baru dikunjungi ke rumahnya.” (Diar, 21 Desember 2018).
Peralatan yang digunakan ketika kunjungan rumah adalah ATK dan buku
catatan yang berfungsi untuk mencatat berbagai hal yang memerlukan tindak
lanjut. Peralatan lainya adalah alat bantu seperti handphone untuk menunjukkan
beberapa gambar-gambar tanaman yang terserang OPT agar memudahkan petani
memahami informasi yang disampaikan.
Tujuan lainnya adalah untuk membantu dan mendampingi petani
memecahkan permasalahan usahatani. Teknik ini diawali dengan keluhan petani
terkait lahan usahataninya. Keluhan ini disampaikan baik oleh petani pemilik
lahan maupun petani lainnya yang lokasi lahanya tidak jauh dari lahan petani yang
bermasalah tersebut. Setelah itu, seorang penyuluh mendatangi rumah petani
untuk menanyakan permasalahan lahannya secara detail. Tindak lanjut yang
dilakukan penyuluh adalah menjadwalkan kunjungan lahan usahatani bersama
dengan petani tersebut untuk crosscheck apakah permasalahan yang dikeluhkan
sesuai dengan kondisi yang ada di lahan. Namun tidak selalu seperti itu, ada
kalanya seorang PPL yang mengetahui sendiri bahwa terdapat masalah pada lahan
petani sehingga PPL lah yang berinisiatif untuk mengunjungi rumah petani.
Berikut pernyataan Ibu Diar selaku PPL Desa Sumberejo terkait tujuan
penyuluhan dengan teknik kunjungan rumah.
“Kalau di rumah, pas ada kegiatan khusus atau penanganan khusus, kita
datangi ke rumahnya. Jadi misal kita ke lahan tidak ada orangnya. Cuman
lahannya mungkin ada wereng yang terlalu parah tapi gakada orang, kita
55
tanya ini lahannya siapa rumahnya mana, terus kita datangi ke rumahnya
supaya dikendalikan.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Rahmat selaku
koordinator penyuluh Kecamatan Ambulu, Tempurejo, dan Wuluhan berikut ini:
“Keluhan setiap petani kan gak sama, setelah kita mengetahui satu persatu
keluhan petani nya kita datengi satu persatu apa keluhanya kita cek lahan
dulu, kita observasi lapangan dulu, jadi tekniknya seperti itu kita observasi
lapangan dulu, jadi kita gak bisa langsung karena kondisi lapangan beda.
Jadi mungkin gejalanya mirip tapi penangannya berbeda kita takut keliru
makanya kita cek lapangan dulu kita tahu permasalahannya dan jika pas
itu bisa langsung jawab ya kita jawab kalau nggak bisa jawab ya di kita
kan ada POPT, itu kita tanyakan kesana kalau yang bersangkutan bisa kita
ajak keesokan harinya kalau kita bisa bantu jawab ya kita jawab.”
(Rahmat, 12 Agustus 2018).
Tujuan selanjutnya adalah untuk melaksanakan koordinasi terkait dengan
kegiatan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, seperti pertemuan rutin
kelompok tani, demonstrasi, dan spray massal. Koordinasi terkait pertemuan rutin
kelompok tani membahas mengenai materi yang akan disampaikan. Namun
koordinasi ini tidak selalu dilakukan menjelang pertemuan kelompok. Apabila
dirasa ada hal yang perlu dikoordinasikan terlebih dahulu maka PPL akan
mengunjungi rumah pengurus kelompok tani. Koordinasi terkait demonstrasi
biasanya dilakukan dengan pengurus maupun anggota kelompok tani yang aktif
terkait dengan lokasi demonstrasi. Koordinasi terkait spray massal juga dilakukan
di rumah petani untuk memastikan tingkat kerusakan tanaman budidaya yang
disebabkan oleh OPT. Berikut pernyataan Ibu Diar selaku PPL Desa Sumberejo
terkait tujuan kunjungan rumah.
“Kita merencanakan mungkin pas nanti. Kan jadwalnya kan rutin.
Dijadwalkan pertemuan rutinan, nanti kita rencanakan apa yang mau
dibahas apa kemudian ada masalah apa, kemudian ketika pertemuan
kelompok kita bersama sama. Kegiatan di lapangan sama masalah yang
ada di lahan yaa hama penyakit, budidaya, kalau pas anu ya kadang
kadang harga.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perencanaan kegatan kelompok
juga turut dibahas pada kunjungan rumah, sehingga tidak melulu membicarakan
terkait pengenalan teknologi pada petani. Hal tersebut sedikit bertolak belakang
dengan pendapat Farid (2018) yang menjelaskan bahwa materi yang bisanya
56
disampaikan pada teknik kunjungan rumah adalah pengenalan sistem tanam jajar
legowo di Desa Sukosari, yang bertujuan agar mau dan mampu menerapkan
sistem tanam jajar legowo dalam usahatani padi.
Tahapan yang dilaksanakan dalam kunjungan rumah diawali dengan
adanya laporan tentang lahan bermasalah dan persiapan perencanaan kegiatan
yang akan datang. Tindak lanjutnya adalah dengan membuat janji dengan petani
yang akan dikunjungi. Pada saat kunjungan diawali dengan menanyakan kabar
petani kemudian menanyakan kondisi lahan budidaya baru memberikan informasi
yang akan disampaikan penyuluh. Berikut merupakan pernyataan yang diberikan
oleh Ibu Diar:
“Yaa tanyakan kabar, bertamu, apaa. Terus gimana keadaan orangnya,
keadaan sawahnya. Terus diberikan informasinya.” (Diar, 21 Desember
2018).
Pasca kunjungan dilaksanakan dengan membuat catatan dan laporan.
Catatan digunakan untuk PPL pribadi sedangkan laporan adalah berkas yang
harus dilaporkan kepada dinas, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini.
“Iyaa karena mulai sekarang harus ada laporan. Tapi kadang kadang ya
suka lupa juga. Pas perorangan gitu yang sering lupa. Kalau kelompok
masih kadang inget. Ada catatan ada laporan. Catatan buat kita sendiri
laporannya buat dinas. Laporan itu selama 1 tahun penyuluhan.” (Diar, 21
Desember 2018).
Teknik kunjungan rumah yang dilaksanakan oleh PPL Desa Sumberejo
dilakukan dengan mengunjungi rumah petani secara individual untuk
membicarakan terkait pelaksanaan kegiatan yang akan datang dan mendampingi
petani dalam menyelesaikan permasalahan terkait usahataninya, terutama masalah
serangan OPT. Teknik kunjungan rumah di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan
frekuensi yang berbeda-beda setiap bulannya.
Rata-rata kunjungan yang dilaksanakan penyuluh adalah 15x kunjungan
setiap bulannya. Tindak lanjut petani dari teknik kunjungan rumah adalah
melaksanakan alternatif tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh.
Teknik kunjungan rumah akan membuat petani lebih senang karena merasa lebih
diperhatikan oleh penyuluh. Hal ini sesuai dengan penelitian Pangaribuan (2018)
57
yang menyebutkan bahwa teknik kunjungan ke rumah petani akan menciptakan
suasana yang lebih akrab antara petani dengan penyuluh, petani merasa senang
sekali dengan adanya kunjungan dari tim penyuluh karena petani dapat kontak
secara langsung.
b. Teknik Kunjungan Lahan
Teknik kunjungan lahan di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan cara
mengunjungi lahan usahatani atau lahan budidaua milik petani secara individual
Pihak-pihak yang biasanya mendatangi lahan milik petani adalah PPL dan POPT.
Tujuan dilakukannya penyuluhan jenis kunjungan lahan adalah untuk memantau
perkembangan komoditas yang ditanam oleh petani pada lahannya, baik lahan
milik sendiri maupun lahan sewa. Selain itu, tujuan dilakukannya kunjungan lahan
usahatani adalah untuk melakukan crosscheck mengenai apa yang dikeluhkan
petani terhadap permasalahan yang ada pada lahan budidayanya. Permasalahan-
permasalahan yang seringkali terjadi pada lahan budidaya adalah permasalahan
terkait budidaya komoditas dan serangan OPT. Oleh sebab itu, tidak hanya PPL
yang biasanya memberikan penyuluhan di lahan, tetapi juga didampingi oleh
POPT. Berikut pernyataan Bapak Rahmat terkait teknik kunjungan lahan.
“Observasi langsung, jadi kita gak bisa kita memutuskan dari keterangan
petani itu kita tidak bisa, semisal petani bilang gejalanya ujungnya kering
kan bisa penyakitnya itu, tapi ternyata kompleks penyakitnya kan gejala
awalnya yang mana kita kan tidak tau, tau tau padinya sudah kering,
kering pun kan banyak penyebabnya. Kadang ada penyakit yang mirip
wereng tapi bukan wereng sama kering tapi bukan” (Rahmat, 12 Agustus
2018).
Sasaran penyuluh ketika mengunjungi lahan adalah petani-petani yang
memiliki lahan cenderung bermasalah dan petani hamparan yang tidak aktif dalam
kelompok tani. Petani dikatakan tidak aktif apabila tidak ikut dalam pertemuan
rutin kelompok. Petani golongan ini biasanya adalah petani hamparan, yang
memiliki lahan pada wilayah hamparan usahatani yang sama. Pernyataan tersebut
diberikan oleh Ibu Diar sebagai berikut:
58
“Kalau yang di lahan itu kelompok tani hamparan yang tidak aktif di
kelompok tani. Kelompok itukan ada yang aktif dan enggak. Aktif disini
maksudnya yang rutin ikut pertemuan bulanan, itu rutin. Kalau yang
kelompok tani hamparan itu yang tidak ikut pertemuan kelompok tani
bulanan. Biasanya yang itu langsung saya kunjungi ke lahan.” (Diar, 21
Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Rahmat berikut ini:
“Jadi saat pertemuan kelompok semisal ketua kelompoknya yang
menyampaikan keluhan, kan ada petani hamparan yang gak ikut kelompok
akhirnya pengurus semisal disana aja gejala kita datengi juga. meskipun
mereka gak mau, tetep kita datengi semisal dia mau ya kita kasih tau
kendala seperti ini yak apa.” (Rahmat, 12 Agustus 2018).
Waktu kunjungan lahan oleh PPL biasanya dilaksanakan ketika pagi hari
ketika petani sedang bekerja pada lahan mereka masing-masing, sekitar pukul
07.00 hingga pukul 09.00 WIB . Namun bisa juga sore hari apabila PPL sedang
ada kegiatan lain di pagi harinya. Kunjungan lahan oleh penyuluh seharusnya
dilaksanakan setiap hari kecuali apabila ada kegiatan lain yang berbenturan,
seperti kegiatan di UPTD. Sedangkan kunjungan lahan oleh POPT dilaksanakan
setiap hari selasa. Kunjungan ini juga didampingi oleh PPL, seperti pernyataan
Ibu Diar berikut ini.
“Kalau pas di lahan kita lihat keadaan tanaman kemudian kalau ada
masalah petani langsung diberikan solusi, didampingi POPT. Kalau lahan,
bareng sama POPT jadwalnya Hari Selasa. Kalau yang sendirian ya Hari
Senin, Rabu, Kamis kita ada kegiatan di UPTD, kemudian Jumat itu.
Harusnya setiap hari memang. Kalau ada kegiatan Jumat itu ndak,
mungkin sorenya liat lahan.” (Diar, 21 Desember 2018).
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Rahmat seperti berikut ini:
“Jadi kan gini kita tau kebiasaan petani, seperti jam 9 petani itu sudah
pulang dari sawah soalnya panas jam segitu. Kalau kita mau datang ya liat
jam dulu kalau tau lokasinya kita langsung ke lokasi kalau tidak tau kita ke
rumahnya dulu. Kadang petani jarang ke lahan jadi kita samperin ke rumah
dulu kalau petaninya di lahan ya kita samperin kalau gak ada di lahan kita
samperin ke rumah. Kalau di rumah kita salam gitu seperti bertamu kalau
di lahan kita ya langsung mengikuti kegiatannya mereka.” (Rahmat, 12
Agustus 2018).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Bapak Basri berikut ini:
59
“Juga pertemuan di lahan kaitan dengan hama dan penyakit. Pertama
adalah mengenai budidaya. Cara pengolahan, caramemilih bibit yang baik,
dan cara menanggulangi hama dan penyakit. Kalau padi biasanya pagi
antara jam 7-9.” (Basri, 6 Januari 2019).
Peralatan yang digunakan pada saat kunjungan lahan usahatani adalah
buku catatan, benda sesungguhnya, foto, ATK, dan terkadang selebaran, serta
handphone untuk memudahkan penyuluh dalam mengakses informasi tambahan
yang dibutuhkan guna mendampingi petani dalam menyelesaikan
permasalahannya di lahan. Selebaran yang diberikan biasanya berisi
permasalahan-permasalahan yang sering ditanyakan oleh petani dan yang sangat
dipahami oleh PPL. Berikut pernyataan Ibu Diar selaku PPL Desa Sumberejo
terkait peralatan yang dibutuhkan dpada kunjungan lahan.
“Dilihat kondisi di lapang dulu. Mungkin keluhan pas pertemuan, tanaman
saya seperti ini, kan awang-awang gatau kenyataan, jadi besok survey di
lapangan nanti kita berikan solusi. Kalau ada kesulitan browsing dulu.
Kalau petaninya bisa mengikuti ya saya nunjukkan hasil browsingnya,
kalau orangnya sudah sepuh jadi saya sampaikan langsung.” (Diar, 21
Desember 2018).
Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan Bapak Rahmat seperti
berikut ini:
“Peralatannya buku catatan itu sudah jelas, sekarang kita sudah terbantu
oleh teknologi jadi kita tunjukan teknologinya berupa foto. Kadang kita
kasih selebaran, agar mereka tau mereka baca kalau cuma kita kasih
kadang langsung lupa. Permasalahan-permasalahan yang mereka tanyakan
yang kita sudah paham kita kasih selembaran.” (Rahmat, 12 Agustus
2018).
Kunjungan lahan usahatani diawali dengan penentuan waktu kunjungan,
dimana waktu kunjungan dilaksanakan pada saat pagi hari saat ada petani di
lahan. Namun terkadang ketika seorang penyuluh mengunjungi lahan, tidak selalu
petani penggarap lahan berada di lahannya sehingga penyuluh mencari informasi
terkait siapa petani penggarap lahan tersebut. Pasca kunjungan dilaksanakan
dengan menyusun laporan dan melakukan sebuah pencatatan serta proses
dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan biasanya hanyalah dokumentasi lahan
saja, tapa mendokumentasikan petaninya. Pencatatan dan pelaporan yang
60
dilakukan PPL adalah ciri-ciri yang menunjukkan bahwa PPL bukan merupakan
pekerjaan lapang saja melainkan juga pekerjaan operasional, seperti pernyataan
Bapak Rahmat berikut ini.
“Jadi penyuluh gak bukan pekerjaan lapangan aja mbak tapi pekerjaan
operasi mbak jadi dicatat apa yang dilakukan dan dilakukan apa yang
dicatat” (Rahmat, 12 Agustus 2018).
Tindak lanjutnya adalah PPL mendatangi rumah petani untuk
membicarakan permasalahan yang ada di lahan kemudian dilakukan kembali
kunjungan ke lahan. Apabila penyuluh sudah mengetahui secara pasti jawaban
dari permasalahan tersebut, maka penyuluh akan langsung memberikan
jawabanya. Sebaliknya apabila penyuluh masih ragu akan jawaban dari
permasalahan tersebut, penyuluh akan berkoordinasi dengan POPT. Terkadang
penyuluh sendiri yang menyampaikan rekomendasi dari POPT, terkadang pula
POPT yang ikut mendatangi lahan petani tersebut, seperti pernyataan Bapak
rahmat berikut ini.
“Itu di lahan misalnya tau langsung dijawab, misal belum tau diskusi dulu
dengan bersangkutan” (Rahmat, 12 Agustus 2018).
Teknik kunjungan lahan usahatani yang dilaksanakan di Desa Sumberejo
dilakukan PPL dan POPT Kecamatan Ambulu. Teknik ini dilaksanakan dengan
mengunjungi lahan petani secara individual untuk memantau kondisi lahan petani.
Apabila ditemukan lahan bermasalah, PPL ataupun POPT akan membicarakan hal
tersebut dengan petani untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan
tersebut, terutama permasalahan terkait serangan OPT.
Kunjungan lahan yang dilaksankaan penyuluh dilaksanakan setiap hari
kecuali jika ada rapat di BPP ataupun ketika PPL ada kegiatan lain. Tindak lanjut
petani dari teknik kunjungan lahan usahtani adalah melaksanakan alternatif
tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh maupun POPT. Petani
merasa cukup senang apabila permasalahan di lahannya dapat terselesaikan karena
peran aktif penyuluh untuk turut terjun langsung ke lahan petani. Hal ini selaras
dengan penelitian Tahitu (2013) yang menjelaskan bahwa petani menginginkan
metode kunjungan lapangan atau usahatani lebih ditingkatkan sehingga para
61
petani lebih leluasa untuk mengungkapkan berbagai masalah yang dihadapinya
kepada penyuluh melalui tanya jawab atau berdiskusi sembari ikut melihat
keadaan usahatani secara langsung.
c. Teknik Kontak Informal
Kontak informal dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
dilaksanakan dengan unsur ketidaksengajaan dalam situasi yang tidak
direncanakan sebelumnya. Kontak Informal yang terjadi di Desa Sumberejo
biasanya terjadi ketika PPL sedang beristirahat di warung kopi kemudian tidak
sengaja bertemu dengan petani. Penjaga warung juga merupakan petani di Desa
Sumberejo. Sehingga ketika PPL singgah, waktu tersebut dapat dimanfaatkan
untuk konsultasi terkait masalah pertanian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Wahjuti (2014) bahwa kontak Informal merupakan pertemuan yang tidak
terstruktur dan atau tidak terencana antara antara penyuluh dengan sasaran dalam
suatu situasi informal.
Kontak Informal adalah salah satu teknik penyuluhan pertanian yang
sangat jarang terjadi, seperti apa yang disampaikan oleh Ibu Diar berikut ini:
“Adaa. Cuman sedikit.” (Diar, 21 Desember 2018).
Sasaran dari Kontak Informal ini tidak spesifik karena tidak ada
perencanaan sebelumnya. Waktu terjadinya Kontak Informal biasanya di pagi
menjelang siang hari. Situasi yang ada pada Kontak Informal juga merupakan
kondisi yang tidak formal. Pertemuan antara PPL dan petani pada Kontak
Informal memberikan kesempatan untuk lebih mengakrabkan hubungan pribadi di
antara keduanya. Peralatan yang dibawa PPL pada saat Kontak Informal adalah
peralatan yang juga dibawa pada saat melakukan kunjungan lahan rutin setiap
harinya yaitu ATK dan buku catatan, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini.
“Kalau di jalan ya siapapun, gak ada sasaran yang spesifik. Terjadinya di
warung kopi pas keliling itu kadang mampir di warung kopi. Kita kan
dalam tugas, jadi ada ATK dan buku catatan.” (Diar, 21 Desember 2018).
Kontak Informal biasanya terjadi pada saat petani memiliki permasalahan
di lahannya ataupun hendak mendiskusikan suatu hal yang akan datang, sehingga
materi yang disampaikan pada saat Kontak Informal juga biasanya tidak
62
direncanakan terlebih dahulu. Tindak lanjut yang dilakukan dari Kontak Informal
adalah dengan memberikan informasi ataupun rekomendasi kepada petani terkait
permasalahan yang dikeluhkan, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini.
“Kadang kadang ya di warung. Kan warung itu petani petani yang ngurus,
mereka ya ngobrol masalah pertanian, kemudian juga keluhan apa gitu.
Akhirnya dikeluhkan ke PPLnya.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan terkait adanya kontak informal dalam penyuluhan di Desa
Sumberejo juga disampaikan oleh Bapak Agus Salim berikut ini:
“Pernah waktu di bregoh. Timur sendiri. Ya waktu melihat lihat tanaman
padi, jagung. Masalahnya itukan ini padi kena penyakit wereng yang
kemaren dulu, itu pernah ketemu di Bregoh sama Pak Matori. POPT. Itu
yang mbahas ya masalah wereng itu. Ini solusinya gimana kalau kelompok
tani sido mekar mau mengadakan spray massal gimana? Yaa ok. Kapan
bisa dilanjutkan.” (Agus, 15 Maret 2019).
Permasalahan tersebut biasanya berupa serangan OPT pada tanaman yang
dibudidayakan. Namun apabila PPL masih belum mengetahui secara pasti, PPL
akan mengajak petani tersebut untuk meninjau lahan kemudian memberikan
rekomendasi bahan aktif obat. Namun apabila PPL masih belum yakin, akan
dilakukan koordinasi terlebih dahulu dengan POPT. Berikut pernyataan Ibu Diar
terkait penyelesaian masalah petani.
“Kalau misal sudah tau solusinya ya dijawab. Kalau belum tau ya berikan
tenggang nanti kita kasih solusinya. Mesti saya koordinasinya sama
POPT.” (Diar, 21 Desember 2018).
Teknik Kontak Informal biasanya terjadi ketika PPL singgah di warung
kopi milik petani ketika sedang berkeliling. Tidak ada persiapan materi apapun
untuk memberikan penyuluhan dengan teknik ini karena proses bertemu dengan
sasaran juga merupakan unsur ketidaksengajaan. Masalah yang sering dibicarakan
ketika Kontak Informal adalah berbagai permasalahan di lahan, terutama serangan
OPT. Tindak lanjut petani dari teknik Kontak Informal adalah melaksanakan
alternatif tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh.
63
d. Teknik Inkuiri
Inkuiri dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo dilaksanakan oleh
penyuluh dan bertempat di rumah ataupun di kantor penyuluh apabila ada petani
yang berkunjung. Pada teknik inkuiri, petani berinisiatif sendiri untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi dengan cara mencari informasi
kepada penyuluh secara pribadi. Sebagaimana yang dikemukakan Wahjuti (2014)
bahwa inkuiri merupakan salah satu teknik penyuluhan pertanian yang berkaitan
dengan kunjungan personal yang dilakukan sasaran ke penyuluh untuk mencari
sebuah inkuiri(informasi dan bantuan). Lebih lanjut, Musyafak dan Ibrahim
(2005) juga mengemukakan bahwa konsultasi dapat dilakukan ketika petani
memposisikan dirinya sebagai klien yang menyampaikan permasalahan dirinya
kepada penyuluh/peneliti dengan tujuan untuk memperoleh solusi mengenai
permasalahan yang dihadapi.
Petani yang mengunjungi PPL pada teknik inkuiri ini biasanya adalah
pengurus kelompok tani maupun beberapa anggota kelompok tani yang aktif.
Untuk petani hamparan yang tergolong tidak aktif hanya pernah 1 kali
melaksanakan konsultasi kepada penyuluh, seperti pernyataan Ibu Diar berikut
ini.
“Pengurus, kelompok tani yang aktif. Kalau kelompok tani hamparan itu,
yang nggak aktif itu, nggak pernah, jarang sih.” (Diar, 21 Desember 2018).
Inkuiri dilaksanakan di rumah penyuluh ataupun di kantor penyuluh.
Waktu yang biasanya digunakan petani untuk mencari inkuiri adalah ketika pagi
hari maupun sore hari. Waktu tersebut dipilih agar tidak mengganggu jam kerja
penyuluh. Namun terkadang apabila terdapat permasalahan mendesak, petani akan
mendatangi penyuluh di kantor penyuluh pada saat jam kerja, seperti pernyataan
berikut ini.
“Di rumah saya, biasanya pagi pagi sekali atau mungkin sore atau misal
kalau pas jam kerja ya kadang-kadang di kantor.” (Diar, 21 Desember
2018).
64
Informasi yang biasanya dicari oleh petani adalah mengenai rekomendasi
penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi, konsultasi terkait program yang
sedang dilaksanakan, maupun koordinasi terkait pertemuan yang akan datang.
Contohnya adalah konsultasi terkait program kartu tani dari pemerintah yang
wajib dimiliki oleh setiap petani yang ada di Indonesia. Contoh lainnya adalah
mengenai pengendalian OPT yang sudah menyebar ke keseluruhan hamparan
secara luas, sehingga perlu tindak lanjut yang cepat demi menghindari gagal
panen. OPT yang sering menjadi masalah bagi petani adalah hama wereng. Hal
lain yang dikonsultasikan adalah mengenai penanaman bunga refugia di tepian
pematang sawah untuk meminimalisir atau menanggulangi OPT secara alami.
Persoalan lain yang dikonsultasikan adalah terkait pembagian pupuk bersubsidi
yang telah diajukan pada saat penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan
Kelompok (RDKK) di awal tahun. Berikut merupakan pernyataan dari Ibu Diar
selaku PPL Desa Sumberejo:
“Sekali kemaren itu ada kaitannya kartu tani itu ada petani hamparan yang
konsultasi kesini. Kalau yang aktif itu konsultasi terkait masalah masalah
di lapangan. Masalahnya mendesak soalnya sampai dateng ke rumah. Tapi
kadang kalau pengurus datang kaitannya dengan kegiatan kelompok tani
gitu. Kegiatan mungkin kita mau mengadakan pengendalian, atau tanam.
Kemaren itu kegiatan tanam bunga refugia di tepi tepinya pematang. Ada
juga kegiatan praktek insek, fungi, pupuk daun, hayati. Pernah juga
kaitannya dengan pupuk gitu gitu.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari Bapak Basri selaku
ketua Gabungan kelompok Tani Sumberejo berikut ini:
“Yaa pernah. Kebetulan kalau ada masalah di kelompok, saya kesana.
Kalau dihubungi ndak kenak ya saya kesana, konsultasi terkait
permasalahan. Biasanya itu yang sering masalah hama. Terutama kalau
padi hamanya yang paling jadi momoknya petani ini wereng.” (Basri, 6
Januari 2019).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Bapak Imam selaku ketua
kelompok tani karya tani II seperti berikut ini:
“Kalau kesana itu biasanya dalam acara apa itu, proposal untuk pupuk itu.
Nganter untuk pupuk tahunan kan. RDK-RDKK.” (Imam, 5 Maret 2019).
65
Bapak Agus selaku sekretaris kelompok tani sido mekar juga
menyampaikan hal serupa seperti berikut ini:
“Pernah, masalah itu eee apa itu ya, pembuatan kartu tani. Gimana buk
persyaratanya apa aja, ini pokoknya hamparan yang betul hamparan yang
punya sawah punya lahan itu memang petani harus mengumpulkan
fotocopy KTP.” (Agus, 15 Maret 2019).
Tahapan yang dilaksanakan ketika inkuiri dimulai dengan mempersilahkan
petani tersebut menyampaikan tujuannya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi
antara penyuluh dan petani, kemudian diakhiri dengan memberikan sebuah
rekomendasi sebagai upaya tindak lanjut dari penyuluh. Tindak lanjut yang
diberikan oleh penyuluh adalah secara lisan maupun tulisan. Apabila petani cukup
dengan rekomendasi secara lisan, maka PPL akan memberikan rekomendasi
berupa lisan saja, namun apabila dibutuhkan catatan penyuluh juga akan
memberikan catatan kepada petani yang mencari inkuiri tersebut. Berikut
pernyataan Ibu Diar terkait materi dalam teknik inkuiri.
“Materi yang disampaikan sesuai kebutuhan lahan dan dikeluhkan petani.
Kalau aktivitasnya langsung ya saya tanyakan apa tujuannya ya mereka
langsung menyampaikan tujuannya apa, berbincang bincang, kemudian
diberikan rekomendasi lisan, kalau butuh tulisan ya saya beri catatan.”
(Diar, 21 Desember 2018).
Teknik inkuiri dilaksanakan dengan cara petani yang mengunjungi rumah
ataupun kantor PPL. Inkuiri dilaksanakan untuk konsultasi terkait pelaksanaan
program yang akan dilaksanakan petani, seperti kartu tani dan kegiatan spray
bersama. Tindak lanjut petani dari teknik inkuiri adalah melaksanakan alternatif
tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh.
Uraian terkait 4 teknik penyuluhan dalam pendekatan individu di atas rata-
rata memberikan informasi/materi terkait penyelesaian serangan OPT yang akan
disajikan pada tabel 5.1 berikut ini:
66
Tabel 5.1 Ringkasan tentang Materi Penyuluhan Pertanian pada Pendekatan
Individu di Desa Sumberejo
No. Teknik Materi
1. Kunjungan Rumah 1. Permasalahan serangan OPT (baik hama
maupun penyakit)
2. Koordinasi kegiatan mendatang
3. Program pemerintah (kartu tani)
2. Kunjungan Lahan 1. Pemantauan perkembangan komoditas budidaya
2. Crosscheck kondisi lahan budidaya
3. Permasalahan serangan OPT (baik hama
maupun penyakit)
3. Kontak Informal 1. Permasalahan serangan OPT (baik hama
maupun penyakit)
2. Koordinasi kegiatan mendatang
4. Inkuiri 1. Permasalahan serangan OPT (baik hama
maupun penyakit)
2. Program inovasi (penanaman refugia)
3. Penyusunan RDKK
Sumber: Data Primer, 2018-2019.
Berdasar tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas materi yang
dibicarakan dalam penyuluhan secara individu adalah terkait penyelesaian
permasalahan terkait serangan OPT, baik hama maupun penyakit. Materi yang
sering dibicarakan kedua adalah terkait kegiatan-kegiatan yang akan segera
dilaksanakan. Materi lainnya adalah terkait program pemerintah, crosscheck lahan
dan komoditas budidaya, maupun konsultasi penyusunan RDKK.
Uraian terkait metode penyuluhan dengan pendekatan individu di atas
dapat melihat beberapa kelebihan dan kekurangan metode penyuluhan dengan
teknik ini. Adapun kelebihannya antara lain a) terdapat bentuk partisipasi aktif
dari individu petani, b) terdapat umpan balik yang diperoleh secara langsung dari
petani, c) topik pembahasan langsung ke permasalahan spesifik yang dihadapi
individu petani, d) hasil akhir merupakan integrasi informasi dari petani dan
penyuluh, dan e) petani akan merasa diperhatikan lebih sehingga mempunyai
motivasi tinggi. Adapun kelemahannya antara lain a) sasaran target sangat sempit,
b) biaya perkapita penyuluhan sangat tinggi, c) umpan balik dari petani kurang
lengkap, karena hanya dari satu orang petani, dan d) topik penyuluhan bukan
67
merupakan pemecahan masalah bersama, akan tetapi lebih ke masalah individu
petani.
Kelebihan dan kelemahan dari pendekatan individu tersebut hampir sesuai
dengan apa yang telah dikemukakan Ban dan Hawkins (1999), dimana kelebihan
penyuluhan secara individu adalah a) adanya partisipasi aktif dari individu, b)
umpan balik dapat diperoleh secara langsung dari petani, c) topik pembahasan
langsung ke permasalah spesifik yang dihadapi inidvidu petani, d) hasil akhir
merupakan integrasi informasi dari petani dan penyuluh, e) petani akan merasa
diperhatikan lebih sehingga mempunyai motivasi tinggi. Sedangkan
kelemahannya adalah a) sasaran target sangat sempit, b) biaya perkapita
penyuluhan sangat tinggi, c) memungkinkan adanya rasa kecemburuan dari petani
lain, d) umpan balik dari petani kurang lengkap, karena hanya dari satu orang
petani, e) topik penyuluhan bukan merupakan pemecahan masalah bersama, akan
tetapi lebih ke masalah individu petani. Perbedaan ini terletak pada 1 poin
kelemahan yaitu memungkinkan timbul kecemburuan dari petani lain. Hasil
penelitian tidak menemukan terkait adanya rasa cemburu antar petani.
5.1.2 Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
dilaksanakan oleh penyuluh dimana sasaran kegiatanya adalah dalam sebuah
kelompok tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan Mardikanto (1993) bahwa
pendekatan kelompok merupakan salah satu pendekatan dari metode penyuluhan
pertanian yang jumlah sasarannya terbatas pada lingkup kelompok tertentu pada
waktu yang sama. Teknik penyuluhan yang digunakan dalam pendekatan
kelompok di Desa Sumberejo lebih beragam dibandingkan dengan 2 pendekatan
lainya, yaitu individu dan massal. Hal ini disebabkan karena apabila ditinjau dari
jumlah waktu dan sasaran, pendekatan ini lebih efisien. Karena dalam waktu yang
relatif singkat, penyuluh dapat menyampaikan informasi kepada sasaran dengan
jumlah relatif banyak. Hal ini merupakan faktor yang penting mengingat
keterbatasan waktu dan jumlah penyuluh yang terbatas. Seperti yang disampaikan
Bapak Rahmat berikut ini:
68
“Kita satu orang semisal di desa udah berapa petani. Kan teknik individu
kan gak efektif makanya dibentuk kelompok jadi kita menyampaikan
informasinya cepet. Semisal sehari kita menyampaikan 1orang satu bulan
cuman dapet berapa. Sedangkan kalau pertamuan kelompok kan semisal
30orang per pertemuan kan bisa menyebar ke lainnnya.” (Rahmat, 12
Agustus 2018).
Pendekatan kelompok di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan 6 macam
teknik, antara lain teknik ceramah, teknik diskusi, teknik demonstrasi, teknik
perlombaan, teknik Sekolah Lapang, dan teknik Farmers Field Day. Berikut
merupakan penjelasan secara rinci mengenai macam-macam teknik yang telah
disebutkan:
a. Teknik Ceramah
Ceramah di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan cara pemberian materi
oleh penyuluh kepada sekelompok sasaran tertentu. Kelompok tani yang ada di
Desa Sumberejo berjumlah 13 kelompok, dimana 2 kelompok tani menduduki
kelas utama, 9 kelompok menduduki kelas madya, dan 2 kelompok menduduki
kelas lanjut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahjuti (2014) bahwa
ceramah merupakan salah satu teknik penyuluhan pertanian dengan jalan
penyajian informasi secara verbal oleh pembicara tunggal terhadap sekelompok
pendengar.
Pada umumnya, penceramah yang biasa memberikan informasi adalah
PPL, namun terkadang ada POPT yang memberikan ceramah di waktu tertentu,
dan juga terdapat beberapa formulator yang datang pertemuan kelompok untuk
mempromosikan produknya. Namun hal ini akan berlaku apabila telah
mendapatkan izin dari PPL terlebih dahulu, seperti pernyataan Ibu Diar berikut
ini.
“Kalau kunjungan kelompok ini ya saya sendiri pembicara tunggal.
Kadang kalau misal ada POPT ya sama POPT kadang sama formulator ya
sama formulator, sales obat gitu, sales pestisida. Nanti mereka ijin dulu ke
saya apakah diberi waktu untuk diiijinkan untuk ikut kegiatan kelompok.”
(Diar, 21 Desember 2018).
69
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Rahmat selaku
koordinator penyuluh Kecamatan Ambulu berikut ini:
“Ada apa nggak, kadang-kadang saat pertemuan ada formulator dari
perusahaan pestisida itu mereka sampaikan saja sekalian pengenalan
produk kegunaannya untuk apa gitu. Jadi mereka langsung beli juga.”
(Rahmat, 12 Agustus 2018).
Informasi yang diberikan ketika ceramah telah dipersiapkan sebelumnya
oleh penyuluh dan disampaikan secara verbal ketika ceramah berlangsung.
Informasi atau materi yang disampaikan dalam ceramah adalah terkait penangan
OPT dan juga budidaya komoditas yang sedang ditanam. Hal ini selaras dengan
penelitian Pangaribuan (2018) yang menjelaskan bahwa materi yang disampaikan
pada saat ceramah meliputi materi budidaya tanaman palawija secara umum dan
materi cara pembuatan pupuk organik cair. Selain itu juga diberikan sesuai
kebutuhan lokal setempat yaitu cara pemberantasan hama dan penyakit tanaman
serta dinamika kelompok.
Tidak jarang seorang penyuluh menggunakan media atau alat bantu untuk
mempermudah proses transfer informasi kepada petani, misalnya untuk
mendeskripsikan bentuk tanaman yang terserang jamur ataupun OPT. Media yang
digunakan biasanya berupa LCD proyektor, contoh gambar tanaman yang
terserang OPT, gambar OPT, dan benda sesungguhnya. Berikut pernyataan Bapak
Rahmat terkait perlatan dalam kegiatan ceramah.
“Yang jelas kalau kelompok saya bawa proyektor itu khusus materi yang
berat, itu maksudnya materi yang sulit kita jelaskan, seperti
mendesripsikan daun kan menyampaikan lewat menyampaikan video kan
lebih mudah seperti menjelaskan padi kena bakteri sama kena jamur kan
pola pengeringannya berbeda kalau kita sampaikan langsung kadang masih
tidak paham soalnya kan tau sendiri usia, kemampuan, dan pendidikannya
kan berbeda-beda. Kadang ada orang yang diem itu saya tanya itu diem
bingung apa udah tau jadi saya tinggal kasih gambar ini yang kena jamur
ini yang kena bakteri, biar mereka menangkap sesuai mereka sendiri-
sendiri.” (Rahmat, 12 Agustus 2018).
70
Ceramah yang dilaksanakan di Desa Sumberejo berlangsung ketika
pertemuan rutin kelompok tani. Ceramah biasanya disampaikan dengan campuran
antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, namun lebih banyak menggunakan
Bahasa Jawa, seperti pernyataan berikut ini.
“Campuran, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa tapi kebanyakan Bahasa
Jawa, semakin Selatan semakin Jawa soalnya nenek moyang orang sini
dari Ponorogo makanya banyak reog disini.” (Rahmat, 12 Agustus 2018).
Pertemuan rutin kelompok di Desa Sumberejo dilaksanakan secara
anjangsana, yaitu lokasi pertemuan yang direncanakan secara bergantian dari
petani 1 dengan petani lainnya. Selisih hari dalam pertemuan rutin setiap
kelompok tani berbeda-beda tergantung kesepakatan internal kelompok. Rata-rata
kelompok tani di Desa Sumberejo melaksanakan pertemuan 2-3 minggu sekali
dengan hari yang berbeda-beda setiap kelompok. Waktu dilaksanakannya
pertemuan selalu malam hari mulai pukul 19.00-22.00 WIB. Pertemuan kelompok
biasanya dibuka dengan pengajian atau tahlilan kemudian dilanjutkan dengan
sambutan-sambutan oleh ketua kelompok tani, sambutan tuan rumah, kemudian
ceramah oleh PPL dan diakhiri dengan arisan untuk menentukan lokasi pertemuan
selanjutnya. Ibu Diar selaku PPL juga turut serta dalam acara pengajian bapak-
bapak petani. Namun tidak semua kelompok seperti itu, ada kelompok yang
ketika pertemuan langsung membahas kegiatan pertanian tanpa diawali pengajian.
PPL Desa Sumberejo adalah PPL yang tergolong aktif di mata para petani.
Berikut merupakan pernyataan Bapak Basri selaku ketua Kelompok Tani Karya
Tani I:
“Anjangsana, gentian. Jadi anggota sini sekarang, besok di anggota
lainnya, besoknya ganti lagi gitu. Ada tahlil pembukaan, ada arisan
sekedarnya. Biar ada untuk apa tali anulah. Biar kompak. Mbak diar juga
ikut tahlil itu. Terus baru pertemuannya itu, pembahasan tentang
pertaniannya.” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan bahwa PPL Desa Sumberejo aktif disampaikan oleh Bapak
Agus selaku sekretaris kelompok tani sido mekar berikut ini:
“Waktu pertemuan kelompok tani juga sering. Aktif juga kalau Bu PPL
nya. Ya tiap pertemuan pasti hadir. Asalkan nggak ada halangan orang
tuanya sakit atau putranya sakit gitu. Pasti hadir.” (Agus, 15 Maret 2019).
71
Teknik ceramah biasanya dilaksanakan dengan kombinasi tenik
penyuluhan lainnya. Ceramah dilakukan dengan memberikan informasi secara
tunggal kepada sekelompok petani dalam pertemuan rutin kelompok maupun
demonstrasi. Materi yang biasanya disampaikan adalah terkait budidaya
komoditas yang sedang ditanam atau permasalahan serangan OPT. Hasil dari
ceramah adalah petani memiliki pengetahuan baru sehingga timbul sikap menilai
bahkan ingin mencoba teknologi baru yang disampaikan penyuluh.
b. Teknik Diskusi
Diskusi dalam penyuluhan pertanain di Desa Sumberejo dicirikan dengan
adanya kegiatan saling bertukar informasi maupun pendapat baik antara penyuluh
dengan petani maupun antara petani satu dengan petani lainnya. Dalam diskusi
akan ada suatu pertukaran pendapat, pertukaran pikiran, serta pengungkapan
argumentasi dari masing-masing pihak yang terlibat dalam diskusi. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Wahjuti (2014) bahwa diskusi merupakan salah satu
teknik penyuluhan pertanian dari pendekatan kelompok dimana penyajian materi
penyuluhan dengan memberdayakan fungsi dan prosedur yang demokratis, yaitu
sasaran dihadapkan pada suatu masalah untuk dibahas dan kemudian dipecahkan
bersama.
Diskusi termasuk teknik yang kebanyakan menjadi pelengkap dalam
teknik penyuluhan pertanian lainya, seperti ceramah, demonstrasi, sekolah lapang,
dan Farmers Field Day. Diskusi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja saat
seorang penyuluh bertemu dengan sekelompok sasaran yang sedang
membicarakan suatu hal. Teknik diskusi sangat sering dilakukan oleh petani
maupun penyuluh di Desa Sumberejo. Hal ini juga ditunjang oleh PPL yang
dikatakan aktif oleh petani, seperti pernyataan Bapak Imam selaku ketua
kelompok tani karya tani II berikut ini:
“Tapi perempuan itu emang aktif memang. Daripada yang dulu itu ya
orangnya. Yang ini tetep kerja itu loh. Ya minimal itu setiap pertemuan itu
hampir didatangi kan. Nah pasti datang kalau ada. Kalau gak datang pasti
dia bilang alasannya ada opo anaknya sakit atau apa.” (Imam, 5 Maret
2019).
72
Pada saat pertemuan rutin kelompok tani, selalu ada diskusi di dalamnya.
Biasanya dilaksanakan setelah seorang penyuluh memberikan informasi atau
materi pada saat ceramah. Hal ini selaras dengan penelitian Pangaribuan (2018)
yang menjelaskan bahwa setelah penyampaian materi semua selesai, maka
dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab.
Diskusi yang dilaksanakan berlangsung segala arah, baik antara penyuluh
ke petani, petani ke penyuluh, maupun antar petani. Diskusi yang dilaksanakan
bertujuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang dialami. Berbagai
persoalan tersebut antara lain terkait serangan OPT pada lahan budidaya terutama
wereng, kegiatan-kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan di kemudian hari,
maupun program pemerintah yang harus dilaksanakan oleh setiap petani seperti
pendaftaran kartu tani, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini.
“Budidaya, hama penyakit, permasalahan yang ada di lapangan, itu.”
(Diar, 21 Desember 2018).
Diskusi tidak hanya berbentuk berbagai pertanyaan kemudian
merumuskan jawaban secara bersama-sama. Lebih dari itu, proses diskusi juga
bisa digunakan untuk mengeluhkan lahan petani yang bermasalah. Bahkan diskusi
juga bisa berupa transfer informasi mengenai teknologi baru yang baru saja
diperoleh oleh beberapa petani kemudian diinformasikan kepada petani lainnya.
Petani di Desa Sumberejo tergolong sangat aktif dalam hal berdiskusi terutama
jika ada PPL. Seperti pernyataan Bapak Basri berikut ini:
“Sering itu. Mesti ada. Kalau, apalagi kalau ada PPL banyak pertanyaan
kadang. Terkait lahan. Lahannya seperti ini seperti itu. Kok tanaman saya
seperti ini, gimana?” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan Bapak basri didukung oleh pernyataan Bapak Imam yang
mengemukakan bahwa tidak hanya dari penyuluh, bahkan ntar petani juga aktif
dalam pertukaran informasi seperti berikut ini:
“Disini itu setiap kali pertemuan, jadi ya kalau yang nanam cabe umpama
sukses gitu ya, itu biar dia yang cerita di kelompok itu. Ya tanamnya, ada
yang musimnya gini, obatnya gini, pemupukannya gini gini. Kan setiap
petani kan beda-beda. Jadi tukar pengalaman kayak gitulah.” (Imam, 5
Maret 2019).
73
Peralatan yang dibutuhkan oleh penyuluh pada saat diskusi adalah ATK
dan buku catatan. Peralatan tersebut digunakan untuk mencatat berbagai hal yang
dirasa penting. Apabila terdapat materi khusus dari penyuluh, biasanya penyuluh
menggunakan media seperti brosur, leaflet, bahkan viewer untuk memudahkan
proses diskusi. Brosur dan leaflet ini dibuat sendiri oleh penyuluh dengan biaya
pribadi apabila status penyuluh adalah THL-TB, namun apabila penyuluh sudah
tergolong PNS maka akan mendapat biaya operasional dari dinas. Seperti
pernyataan Ibu Diar berikut ini:
“Kalau ada materi khusus kita bisa pakai slide. Diberikan brosur, leaflet
gitu. Bikin sendiri itu. Kadang kalau ada dari dinas ya dari dinas. Iyaa
pribadi. Dari dinas nggak ada. Kalau misalkan kita nanti, saya kan belum
termasuk dapet SK PNS fungsional. Kalau PNS sudah PPL fungsional itu
sudah dapet. Ada biaya operasional namanya. Kalau saya masih belum
dapet, bakalnya nanti saya fungsional, tapi sekarang masih belum.” (Diar,
21 Desember 2018).
Teknik diskusi dilakukan baik antara penyuluh dengan petani maupun
sesama petani. Diskusi paling sering dilaksanakan saat pertemuan rutin kelompok
tani secara anjangsana. Materi yang didiskusikan biasanya terkait permasalahan
yang sedang dialami petani. Beberapa petani lainnya yang pernah mengalami
permasalahan serupa akan memberikan rekomendasi kepada rekannya. Hasil dari
teknik diskusi adalah petani memiliki pengetahuan baru sehingga timbul sikap
menilai bahkan menerapkan alternatif solusi yang telah didiskusikan.
c. Teknik Demonstrasi
Demonstrasi dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo dilaksanakan
dengan cara mempraktikkan suatu hal baru kepada petani. Demonstrasi cocok
digunakan ketika hendak mempertunjukkan suatu teknologi baru yang belum
diketahui petani sebelumnya setahap demi setahap yang disertai dengan
penjelasan lisan. Teknik demonstrasi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,
membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, dan proses mengerjakan atau
menggunakan sesuatu. Demonstrasi juga bisa digunakan untuk memperlihatkan
suatu hasil yang berbeda dengan perlakuan atau teknologi yang baru.
74
Sebagaimana yang telah dikemukakan Wahjuti (2014) bahwa demonstrasi
merupakan salah satu teknik penyuluhan yang dilaksanakan dengan
mempertunjukkan bagaimana melakukan sesuatu setahap demi setahap atau
memperlihatkan bahwa suatu praktik atau teknologi yang disampaikan
memberikan hasil yang berbeda bahkan lebih baik daripada yang biasa dilakukan
setempat.
Demonstrasi yang dilaksanakan di Desa Sumberejo kebanyakan
dilaksanakan oleh penyuluh. Namun beberapa kali terdapat demonstrasi yang
dilaksanakan oleh perusahaan benih, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini:
“Tapi kalau produsen benih ya perusahaan itu.” (Diar, 21 Desember 2018).
Teknik demonstrasi dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
dilaksanakan secara berkelompok, baik dalam lingkup kelompok tani maupun
dalam lingkup gabungan kelompok tani. Tujuan dilaksanakannya demonstrasi di
adalah untuk mempraktikkan inovasi baru dari penyuluh kepada sasaran. Lokasi
yang digunakan untuk kegiatan demonstrasi ini bertempat di rumah ketua
kelompok tani apabila demonstrasi dalam lingkup kelompok tani. Sedangkan
apabila demonstrasi dilakukan dalam lingkup gabungan kelompok tani, akan
dilaksanakan di rumah ketua gapoktan. Namun terkadang kegiatan demonstrasi
juga bisa dilaksanakan di rumah sekretaris kelompok tani. Demonstrasi juga
dilaksanakan di lahan petani, biasanya adalah lahan percontohan. Petani akan
merasa senang apabila lahnnya digunakan sebagai lahan percontohan teknik
demonstrasi. Demonstrasi biasanya dilaksanakan ketika pagi hari berkisar antara
pukul 07.00 – 09.00 WIB. Berikut pernyataan Bapak Basri terkait penyuluhan
teknik demonstrasi:
“Biasanya tempatnya disini, di rumah saya di ketuanya. Kalau lahan lain
lagi. Pokok kalau pembuatan pembuatan itu disisni. Kalau aplikasi itu baru
di lahan. Anggota itu mintanya di ketua biasanya. Praktekkan itu, pupuk
organik, aplikasinya itu di lapangan. Jadi nanti dilihat hasilnya itu
gimana.” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ibu Diar berikut ini:
75
“Di sawah. Di lahan petani. Kalau pembuatan pembuatan itu di rumah.
Kalau dem varietas itu ya di lahan, aplikasi pestisida itu di lahan. Petani
malah seneng lahannya dibuat percobaan. Mesti seneng itu.” (Diar, 21
Desember 2018).
Bapak Agus juga memberikan pernyataan serupa seperti berikut ini:
“Pernah pernah. Itu buat pupuk insek pernah, Cuma di gapoktan. Di
rumahnya pak ketua gapoktan. Di selatan pasar itu, balai desa. Kalau disini
ya pernah. Di rumahnya pak kampung. Pak kampungnya kan disini,
sidomekar juga. Pak kampung ini sebagai pengawas kelompok tani.”
(Agus, 15 Maret 2019).
Tahapan yang dilaksanakan ketika demonstrasi dimulai ketika pertemuan
rutin kelompok tani. Sebelum kegiatan demonstrasi dilaksanakan, penyuluh akan
memberikan pengantar materi terlebih dahulu kepada kelompok saat pertemuan
rutin kelompok tani. Setelah diberikan materi biasanya terdapat diskusi antara
penyuluh dan petani. Berikut merupakan pernyataan Bapak Basri terkait urutan
kegiatan demonstrasi.
“Materi dulu baru demo. Materinya pas pertemuan kelompok.” (Basri, 6
Januari 2019).
Materi atau informasi yang pernah diberikan penyuluh kepada petani
untuk kegiatan demonstrasi antara lain cara pembuatan pupuk organik, cara
pembuatan MOL, dan pestisida nabati. Untuk demonstrasi hasil biasanya
dipraktikkan pada tanaman pangan komoditas padi dan jagung untuk
membuktikan apakah obat dengan formula baru dapat membasmi OPT lebih
ampuh dibandingkan biasanya atau tidak. Berikut merupakan pernyataan Ibu Diar
terkait materi yang pernah diberikan pada demonstrasi.
“Pernah. Membuat pupuk organik kemudian mol. Teruus kemaren itu
membuat pupuk hayati. Dem yang pernah dilakukan biasanya varietas
baru, pestisida baru. Itu aplikasinya mungkin padi pake pestisida ini, tidak
terserang OPT gitu. Mungkin jagung tahan bulai gitu. Kemudian
pembuatan mol gitu gitu, insek nabati, fungi nabati, pupuk organik,
kompos itu.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Basri selaku ketua
gabungan kelompok tani berikut ini:
76
“Demo yoo langsung praktek. Praktek ya membuat pupuk organik, pernah
dulu pupuk organik, obat-obatan dari daun-daunan.” (Basri, 6 Januari
2019).
Setelah itu adalah proses penyiapan alat dan bahan. Peralatan yang
dibutuhkan ketika demonstrasi antara lain alat dan bahan demonstrasi, buku
catatan, serta ATK. Setelah perlengkapan siap, barulah dilaksanakan kegiatan
demonstrasi. Saat kegiatan demonstrasi berlangsung, penyuluh akan memberikan
penjelasan lisan disertai dengan tanya jawab oleh petani. Di bawah ini merupakan
pernyataan Ibu Diar terkait peralatan yang dibutuhkan dalam demonstrasi.
“Kalau pembuatan mol, pupuk organik, dll itu kan bahanya dari alam.
Benda sesunguhnya. Kalau alat yaa timba dll. Tergantung apa yang sedang
didemonstrasikan. Diawali dulu diberikan materi tentang demonstrasinya.
Terus diskusi. Baru kita praktek. Yang ini pasti ada dokumentasinya.”
(Diar, 21 Desember 2018).
Teknik demonstrasi dilakukan dengan 2 bentuk, yaitu demonstrasi cara
dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara digunakan ketika PPL hendak
menunjukkan cara pembuatan atau cara penggunaan teknologi baru kepada petani.
Demonstrasi hasil digunakan untuk menunjukkan hasil dari penerapan teknologi
baru. Hasil dari teknik demonstrasi membuat petani memiliki pengetahuan baru
sehingga timbul sikap menilai bahkan menerapkan teknologi yang diperkenalkan
oleh penyuluh. Petani Desa Sumberejo merasa terbantu dan senang dengan
adanya demonstrasi, terlebih ketika lahan petani dibuat percontohan. Hasil
penelitian ini sedikit bertolak belakang dengan penelitian Syafriwan (2013)
namun mendukung hasil penelitian Alawiyah (2018). Syafriwan (2013)
menyebutkan bahwa demonstrasi tentang teknik usahatani tidak begitu berjalan
dengan optimal dengan adanya penyuluh, walaupun kelompok tani merasa
terbantu dengan adanya penyuluh tersebut. Sedangkan Alawiyah (2018)
menyebutkan bahwa media demplot jagung agens hayati di Desa Ngranti cukup
memberikan banyak informasi mengenai agens hayati bagi petani yang belum
mengetahui inovasi agens hayati. Demplot di Desa Ngranti dapat dikatakan cukup
efektif digunakan sebagai sumber informasi mengenai usahatani jagung karena
petani mendapatkan informasi baru dari demplot jagung tersebut.
77
d. Teknik Perlombaan
Teknik perlombaan dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
dilaksanakan dengan mengadakan sebuah ajang kompetisi antara petani satu
dengan lainnya untuk memicu kegiatan usahatani menjadi lebih baik. Teknik
perlombaan akan memberikan kepuasan atau kebanggan atas prestasi yang diraih
oleh petani. Sasaran dari teknik perlombaan dalam penyuluhan pertanian di Desa
Sumberejo adalah 13 kelompok tani, antara lain Kelompok Tani Karya Tani I,
Kelompok Tani Karya Tani II, Kelompok Tani Karya Utama, Kelompok Tani
Karya Muda, Kelompok Tani Margi Rahayu, Kelompok Tani Sido Makmur,
Kelompok Tani Mekar Sari, Kelompok Tani Sri Rejeki, Kelompok Tani Suka
Maju, Kelompok Tani Tani Makmur, Kelompok Tani Harapan Jaya, Kelompok
Tani Harapan Maju, dan Kelompok Tani Sido Mekar. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wahjuti (2014) bahwa teknik perlombaan dalam penyuluhan
pertanian didasarkan pada prinsip kompetisi dan aktivitas yang berorientasi
komunitas atau kelompok.
Komoditas yang dilombakan di Desa Sumberejo masih terbatas 1
komoditas saja, yaitu komoditas padi. Perlombaan ini terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu perlombaan yang diadakan oleh ex UPTD serta perlombaan yang diadakan
oleh kelompok tani sendiri. Perlombaan yang diadakan oleh ex UPTD adalah
perlombaan dalam hal meraih produktivitas padi tertinggi dari setiap petani.
Perlombaan ini dilaksanakan dengan cara mengubin petak petani kemudian
dihitung produksinya, setelah itu dibagi dengan luasan lahan dari areal yang
dipetak untuk ditentukan produktivitasnya. Perlombaan akan diumumkan sebelum
petani tanam dan akan dihitung hasilnya setelah panen. Pengumuman pemenang
dari perlombaan akan diumumkan setelah tim penilai dari dinas selesai melakukan
rekapitulasi hasil produktivitas padi milik petani. Berikut merupakan pernyataan
dari Ibu Diar terkait perlombaan yang diadakan oleh ex UPTD:
“Ada lomba ubinan, lomba hasil. Untuk tanaman padi di kelompok tani,
ikut di tingkat kecamatan juga, kebetulan UPTD yang mengadakan.
Ubinan padi. Mulai dari awal ini kelompok tani memberikan apa.
Pengumuman ke anggota. Pengurus kasih pengumuman ke anggota.
Bahwa untuk musim ini kita mengadakan perlombaan padi. Jadi mulai
awal kan petaninya kalau mau ikut itu tanemannya dibagus baguskan,
78
dirawat gitu. Nanti baru hasil akhirnya diubin, itu hasil yang paling tinggi
diberikan penghargaan.” (Diar, 21 Desember 2018).
Perlombaan yang diadakan oleh kelompok tani juga serupa. Kelompok
tani berinisiatif mengadakan perlombaan serupa untuk memicu agar produktivitas
yang dihasilkan petani semakin tinggi. Selain itu, dengan adanya perlombaan
petani akan merawat padinya dengan lebih intensif, seperti pernyataan berikut ini.
“Pernah. Kelompok pernah mengadakan lomba tanam padi, ubinan. Jadi
ketika panen kelompok berapa orang yang mau ikut. Yang diambil juara
1,2,3.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Imam berikut ini:
“Kalau lomba, dalam artian disini itu lomba ubinan ya. Ubinan padi
dapatnya paling banyak siapa itu pernah emang. yang ngadakan dari dinas.
Kadang kala di intern kelompok ada juga apik-apikan.” (Imam, 5 Maret
2019).
Hadiah yang diberikan memang relatif kecil. Biasanya kelompok tani
menggandeng sponsor dari pestisida. Hadiah akan diberikan ketika pertemuan
rutin kelompok tani selanjutnya. Namun walaupun hadiahnya kecil, petani akan
lebih bersemangat dalam merawat tanaman budidayanya dalam berusahatani. Ada
pula hadiah berupa uang tunai maupun alat spray kepada pemenang pemenang
lomba ubinan. Seperti pernyataan berikut ini:
“Hadiahnya kecil. Yaa kecil. Mungkin mereka minta sponsor dari
distributor pestisida, gitu. Setelah selesai semua panennya,
pengukurannya. Saat pertemuan kelompok tani itu diberikan hadiah. Yaa
kecil kecilan se, nggak besar enggak.” (Diar, 21 Desember 2018).
Untuk waktu yang akan datang, penyuluh berencana menggandeng POPT
untuk mengadakan perlombaan jenis baru kepada kelompok tani di Desa
Sumberejo. Perlombaan tersebut direncanakan dengan menilai tanaman mana
yang paling bagus. Baik dari segi hasil maupun dari segi perawatan. Nantinya
akan ditinjau pula apakah ada cara penanggulangan alami seperti penanaman
bunga refugia di pematang sawah, teknologi yang digunakan untuk menanam
apakah masih konvensional ataukah sudah menggunakan jajar legowo.
Pemenangnya akan ditentukan apabila memiliki semua kriteria yang nantinya
akan dilombakan. Namun untuk sekarang masih belum terlaksana. Ibu Diar selaku
79
PPL Desa Sumberejo terkait ide perlombaan di masa yang akan datang
menyatakan hal berikut ini.
“Jadi kelompok mulai dari areal tanemannya seperti apa, penanaman
bunga refugia ada apa gak, tanamnya legowo apa tidak, kemudia arealnya
itu serangan penyakitnya sedikit, terus kalau di daerah endemik tikus ada
pagupon, itu yang mendukung. Nanti itu yang dilombakan. Kalau punya
itu semua, itu yang menang. Saya sudah mengusulkan untuk Sumberejo.
Gatau jadi atau ndak masih belum tau.” (Diar, 21 Desember 2018).
Teknik perlombaan dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
diselenggarakan oleh dinas dan petani secara mandiri. Perlombaan baik dari dinas
dan petani adalah lomba mengenai tingkat produktivitas padi. Perlombaan akan
diumumkan sebelum peani melakukan penanaman dan pemenang akan
diumumkan saat pertemuan rutin kelompok tani. Hasil dari teknik perlombaan
akan membuat petani lebih giat melakukan perawatan secara baik dalam
usahataninya, mulai dari pra usahatani hingga panen. Hal ini selaras dengan
penelitian Andriyono (2015) yang menjelaskan bahwa ketika dilaksanakannya
perlombaan, sasaran akan lebih terpacu untuk melaksanakan pengolahan ikan
dengan kreatif sehingga memperoleh hasil olahan ikan lebih variatif.
e. Teknik Sekolah Lapang
Sekolah lapang di Desa Sumberejo dilaksanakan dilaksanakan dengan cara
mengajarkan suatu hal pada petani berdasar apa yang dialami sendiri oleh petani
sehingga petai dapat mengetahui sendiri terkait budidaya dalam bidang pertanian.
Sistem pembelajaran pada sekolah lapang akan membuat petani belajar dengan
mengerjakan atau yang sering dikenal sebagai learning by doing. Sarana belajar
yang ada pada sekolah lapang bukanlah berbentuk buku seperti biasanya,
melainkan sawah dan ekologi lahan pertanian setempat yang benar benar ada.
Dalam proses pembelajaran, petani sendiri yang akan mengamati, mencatat,
menganalisis, mengartikan, menyimpulkan, dan menindak lanjuti temuan temuan
yang mereka lihat. Sebagaimana yang dikemukakan Wahjuti (2014) bahwa
sekolah lapang merupakan salah satu teknik penyuluhan pertanian yang
merupakan situasi belajar pada kondisi nyata di lapangan.
80
Pihak-pihak yang memberikan penyuluhan adalah pihak yang telah
ditunjuk oleh dinas. Sedangkan sasarannya adalah kelompok tani yang ada di
Desa Sumberejo. Tujuan dilaksanakannya sekolah lapang adalah membentuk
petani agar mengetahui dengan sendiri terkait cara budidaya, mengetahui inovasi
baru, maupun teknologi yang sedang diperkenalkan. Penjadwalan sekolah lapang
biasanya dilaksankan 1 minggu sekali untuk pemantauan tanaman budidaya.
Namun sayangnya, Desa Sumberejo sudah lama tidak mendapatkan sekolah
lapang. Sekolah lapang terakhir yang dilaksanakan di Desa Sumberejo adalah
pada tahun 2016. Sekolah lapang yang pernah ada di Desa Sumberejo adalah
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) 3 komoditas, yaitu padi,
jagung dan kedelai serta Sekolah Lapang Good Aricultural Practices (SLGAP)
komoditas cabai., seperti pernyataan berikut ini.
“SL padi, jagung, cabai. Itu 2016 jagung sama cabai.” (Diar, 21 Desember
2018).
Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan Bapak Basri berikut ini:
“Ngga. Terutama mulai bupati ini nggak pernah ada sperti itu. Bantuan
dari pemerintah pun nggak ada. Biasanya sekolah lapang kan kita diberi
bibit untuk tanam, nanti kita pelajari bersama sama, diamati bersama, dan
sekolah itu juga ada intensifnya. Per hari berapa gitu dari dinas ada seperti
itu.” (Basri, 6 Januari 2019).
Lokasi sekolah lapang adalah pada lahan percontohan milik petani dan
juga berlangsung di rumah petani yang dekat dengan lahan. Sekolah lapang tidak
hanya berlangsung 1-2 hari saja, namun berkelanjutan mulai dengan minimal 4
kali pertemuan, mulai dari awal tanam hingga panen. Pada saat akan dimulai
sekolah lapang, dilaksanakan pretest untuk mengetahui permasalahan dominan
yang dialami oleh petani, hal tersebut dilaksanakan pada pertemuan pertama.
Untuk pertemuan kedua dan ketiga diberikan materi materi baik oleh PPL maupun
POPT terkait dengan keluhan terbanyak dari petani. Setelah itu akan dibentuk
kelompok dalam kelompok untuk memudahkan proses pembelajaran. Setelah itu
setiap kelompok kecil akan diarahkan untuk mengamati apa saja yang mereka
temukan di lahan hingga panen. Setelah panen akan ditinjau hasil dari proses
budidaya sebelumnya seperti apa. Pertemuan terakhir dari SL ini biasanya ketika
81
panen. Setelah sekolah lapang berakhir, akan diadakan sebuah post test untuk
mengetahui sejauh mana petani memahami hasil dari sekolah lapang ini. Berikut
pernyataan Ibu Diar terkait sekolah lapang:
“SL ini di rumah kelompok tani yang dekat lahan. Itu minimal ada 4
pertemuan. Pertama kita berikan semacam kuesioner gitu pertanyaan yang
kaitannya dengan mungkin kalau padi ya padi, kalau jagung ya jagung,
kalau cabai ya cabai. Jadi nanti kita setelah itu istilahnya pretest. Setelah
pretest kita koreksi. Permasalahan apa yang paling banyak tidak diketahui
petani, taunya ya dari pretest itu. Setelah itu kita bahas kemudian materi
apa saja. Itu pertemuan pertama begitu. Materi apa yang harus
disampaikan pada pertemuan berikutnya. Nanti di akhir SL pertemuan
terakhir kita adakan posttest. Pertemuan ke2, dan 3 pembahasan materi.
Kalau misal anu kita praktek lapangan. Kita langsung praktek lapang, nanti
kita buat sampel atau titik yang diteliti. Mulai dari tinggi tanaman, jumlah
rumpun, serangan OPT, kemudian mereka kita suruh bikin kelompok
dalam kelompok. Kemudian selanjutnya dilihat tanaman itu perlu
diapakan, apakah ada musuh alami atau tidak. Itu pertemuan ke 2,3.
Sebenernya kalau 4x pertemuan ya gacukup. Seminggu sekali lah
idealnya. Kalau jadwal dari dinas itu hanya 4x, mulai pertemuan awal, 1,
2, terus terakhir biasanya kita ngambil yang pas panen. Jadi yang
tanamanya bisa diubin ditinjau hasilnya gimana. Kemudian ada posttest
nya. Jadi posttest itu menentukan seberapa besar keberhasilan adanya
program SL.” (Diar, 21 Desember 2018).
Peserta sekolah lapang maximal adalah 25 orang setiap kelompok. 25
orang ini adalah peserta yang diberikan biaya transport oleh pemerintah. Namun
petani-petani di Desa Sumberejo mayoritas ingin mengikuti sekolah lapang,
sehingga hampir seluruh anggota kelompok mengikuti sekolah lapang. Dana yang
diberikan untuk 25 pesertapun akan dibagi rata sesuai jumlah peserta yang hadir.
Biasanya kelompok tani berinisiatif untuk membeli konsumsi dari dana tersebut.
Seperti pernyataan berikut ini.
“Kelompok tani, semuanya. Cuma kalau dari program pemerintah kan
mesti ada SPJ nya. Itu pesertanya antara 20-25 saja. Tapi kadang ada
kelompok tani yang karna pengen taunya ya pokoknya ikutan biar tau
informasi. Walaupun nggak dapat. tapi ada uang trasnportnya, ada
konsumsi. Kalau di SPJnya tetep 25 cuman nanti kebijakan kelompok lah.
Kalau uang konsumsi kalau dikasih makan mungkin nasinya yang beli nasi
bungkus atau gimana gitu. Dikasihnya kesepakatan kelompok. Kalau
transport diberikan uang, kalau konsumsi ya harus konsumsi gitu. Itu dari
pemerintah.” (Diar, 21 Desember 2018).
82
Teknik sekolah lapang sudah jarang dilaksankaan di Desa Sumberejo.
Sekolah lapang terakhir dilaksanakan pada tahun 2016. SL dilaksanakan dengan
cara membagi kelompok tani ke dalam kelompok kelompok yang lebih kecil lagi
untuk melaksanakan usahatani di lahan percontohan dan menyelesaikan sendiri
permasalahan yang dihadapi berdasar pengalaman pengalaman yang diperoleh
selama ini. Hasil dari teknik sekolah lapang akan memberikan pengalaman dan
keterampilan baru bagi petani, bahkan membuat petani menerapkan apa yang
telah didapatkan dari sekolah lapang. Hal ini selaras dengan penelitian Zakil
(2014) yang menyebutkan bahwa SLPHT memberikan dampak positif yang nyata
terhadap penerapan tingkat teknologi PHT pada usahatani padi sawah.
f. Teknik Farmers Field Day
FFD merupakan kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan cara
mempertemukan petani dalam jumlah besar untuk mempernalkan suatu inovasi
baru dalam bidang pertanian. FFD biasanya dilaksanakan 1-2 kali dalam 1 tahun.
Penyajian FFD seringkali dibantu dengan media pameran sehingga dapat
memberikan tambahan pengalaman bagi petani. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Wahjuti (2014) bahwa Farmers Field Day atau disingkat FFD merupakan
salah satu teknik penyuluhan pertanian yang dilaksanakan selama satu hari
ataupun beberapa hari untuk memamerkan keberhasilan suatu usahatani, hasil
penelitian, ataupun teknologi teknologi baru secara terbuka.
Teknik FFD tidak terlepas dari teknik penyuluhan lainya, yaitu diskusi
dan demonstrasi. Hal ini selaras dengan penelitian Alawiyah (2018) yang
menjelaskan bahwa pengenalan inovasi agen hayati dilaksanakan dengan
perpaduan metode FFD, diskusi, dan demonstrasi. Sasaran yang dituju dari teknik
FFD ini adalah petani petani yang berada di bagian selatan Jember. Berikut
pernyataan Ibu Diar selaku PPL Desa Sumberejo terkait FFD.
“Itukan emang dari perusahaan, mereka cari yang petaninya mau atau bisa
diajak kayak mereka kan pengennya memberikan apa, contoh atau bukti
kalau tanaman ini memang bagus. Jadikan cari petani yang maju
istilahnya. Dilaksanakannya di selatan itu kayak gitu. Kan petaninya
gampang kalau di selatan kalau diajak apa apa. Penerapan teknologi gitu.”
(Diar, 21 Desember 2018).
83
Berdasar hasil observasi, FFD yang dilaksanakan di Desa Sumberejo
biasanya dilaksanakan oleh perusahaan perusahaan sarana produksi pertanian,
kebanyakan adalah perusahaan benih. Benih yang akan dipamerkan pada saat
FFD adalah benih varietas baru yang terbukti unggul dibandingkan benih varietas
biasanya. Beberapa bulan sebelum pelaksanaan FFD, perusahaan terlebih dahulu
meminta ijin kepada PPL dan koordinator PPL apabila hendak melaksanakan
kegiatan, termasuk perizinan keramaian. Apabila diizinkan, maka perusahaan
akan menyewa lahan petani untuk dibuat sebagai lahan percontohan dari varietas
baru yang akan diperkenalkan, dimana penggarap lahan tersebut juga masih dari
petani setempat. Proses penanaman juga tidak dilakukan serempak. Hal ini
bertujuan agar ketika hari H FFD, pengunjung bisa melihat perbedaan usia tanam
dari varietas yang baru saja diperkenalkan. Misalnya kondisi tanaman ketika 30
HST, 45 HST, dan siap panen. Benih yang ditanam juga bukan hanya benih dari
varietas baru, tetapi varietas biasanya juga. Kedua benih tersebut ditanam sejajar
untuk dibandingkan hasilnya seperti apa.
Pada saat hari H FFD, diundang beberapa kelompok tani untuk mengikuti
kegiatan. Namun setiap kelompok hanya diberikan jatah 5-10 orang saja, sehingga
harus dilakukan diskusi terlebih dahulu mengenai siapa yang akan menghadiri
acara terrsebut. Dimulai dengan pemberian materi mengenai keunggulan dari
varietas baru tersebut, dilanjutkan dengan demonstrasi mengelilingi lahan
percontohan guna melihat hasil dari varietas baru tersebut, diakhiri dengan
pembelian benih di stan pembelian. FFD yang pernah ada adalah dari perusahaan
pestisida yaitu BASF dan perusahaan benih sebanyak 2x yaitu pioneer, untuk
memperkenalkan varietas jagung hibrida baru yaitu P36. Berikut pernyataan Ibu
Diar terkait peserta kegiatan FFD.
“Perusahaan menunjuk, mengundang kelompok tani untuk datang gitu.
Ngundangnya langsung ke kelompok tani nya. Informasi kelompok
taninya konfirmasi ke PPL terlebih dahulu. Yang datang dijatah tapi, bisa
5-10 orang jadi ga semua. Terus nanti rembukan siapa yang bisa hadir.
Nggak semua bisa hadir, mungkin ada kesibukan lain di sawah. Waktunya
kan pagi.” (Diar, 21 Desember 2018).
84
Pernyataan terkait adanya Teknik FFD di Desa Sumberejo juga
disampaikan oleh Bapak Basri berikut ini:
“Pihak pionernya datang ke kelompok siap atau ndak diadakan itu FFD
untuk kelompoknya. Siapin lahan dulu, kalau lahannya siap baruu, kan
sewa lahan petani itu. Kalau ndak siap ganti ke kelompok lain yang mana
buat lahannya. Karna lahannya kan luas, apalagi itu tingkat kabupaten jadi
harus luas.” (Basri, 6 Januari 2019).
Teknik FFD merupakan kegiatan pertemuan antar petain 1 dengan petani
lainnya untuk memperkenalkan adanya teknologi ataupun benih unggul varietas
baru. Biasanya FFD diselenggarakan oleh perusahaan benih atau perusahaan
pestisida dalam rangka mempernalkan produk baru yang dimilikinya. Hasil dari
teknik FFD akan memberikan pengetahuan baru bagi petani, sehingga tidak jarang
petani yang langsung membeli produk tersebut untuk diterapkan pada
usahataninya di musim tanam berikutnya.
Uraian terkait 6 teknik penyuluhan dalam pendekatan kelompok di atas
rata-rata memberikan informasi/materi terkait budidaya komoditas yang sedang
ditanam oleh petani yang akan disajikan pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2 Ringkasan tentang Materi Penyuluhan Pertanian pada Pendekatan
Kelompok di Desa Sumberejo
No. Teknik Materi
1. Ceramah 1. Budidaya komoditas yang sedang ditanam
2. Permasalahan OPT (baik hama maupun
penyakit)
3. Promosi produk (dari formulator)
2. Diskusi 1. Permasalahan serangan OPT (baik hama
maupun penyakit)
2. Kegiatan yang akan datang
3. Program pemerintah
3. Demonstrasi 1. Pembuatan pupuk organik
2. Pembuatan MOL
3. Pembuatan pestisida (insektisida dan
fungisida) nabati
4. Dem Jagung
4. Perlombaan 1. Budidaya padi
5. Sekolah Lapang 1. SLPTT padi, jagung, dan kedelai
2. SL GAP cabai
6. FFD 1. Budidaya jagung
Sumber: Data Primer, 2018-2019.
85
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa materi penyuluhan yang
disampaikan secara kelompok mayoritas adalah mengenai budidaya suatu
komoditas. Namun materi mengenai penyelesaian OPT juga tidak kalah banyak.
Materi lainnya adalah terkait program-program pemerintah.
Berdasar hasil uraian di atas, dapat diketahui beberapa kelebihan dan
kelemahan metode penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok. Adapun
kelebihannya antara lain a) petani dapat berpartisipasi aktif, b) umpan balik dapat
diperoleh secara langsung dari petani, c) topik pembahasan langsung ke
permasalahan spesifik yang dihadapi sekelompok petani, d) hasil akhir merupakan
kesepakatan dari berbagai pihak. Adapun kelemahannya antara lain a) jangkauan
sasaran relatif kecil apabila dibandingkan dengan media massa, dan b) biaya
perkapita relatif mahal dibanding media massa.
Hal tersebut sesuai dengan teori milik Ban dan Hawkins (1999), yang
menyebutkan bahwa kelebihan dari metode kelompok adalah a) petani dapat
berpartisipasi aktif, b) umpan balik dapat diperoleh secara langsung dari petani, c)
topik pembahasan langsung ke permasalahan spesifik yang dihadapi petani lokal,
d) hasil akhir merupakan kesepakatan dari berbagai pihak. Sedangkan
kelemahannya adalah a) jangkauan sasaran relatif kecil dan b) biaya perkapita
relatif mahal dibanding media massa.
5.1.3 Pendekatan Massal
Pendekatan massal dalam penyuluhan pertanian dilaksanakan dengan
memberikan penyuluhan kepada sasaran yang jangkauannya tidak terbatas.
Sasaran penyuluhan dalam pendekatan massal tersebar tempat tinggalnya karena
jumlahnya pun tidak terbatas pada sekelompok tertentu saja. Pendekatan massal
bertujuan untuk menyadarkan dan menarik perhatian masyarakat secara luas akan
ide atau gagasan serta inovasi baru. Namun walau demikian, informasi yang
disampaikan melalui pendekatan massal tidak dapat diterima oleh sasaran secara
detail. Sebagaimana yang dikemukakan Mardikanto (1993) bahwa pendekatan
massal dalam penyuluhan pertanian merupakan salah satu metode yang digunakan
86
untuk menyebarluaskan informasi dari seorang penyuluh kepada sasaran dengan
jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang relatif cepat.
Pendekatan massal dalam penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di
Desa Sumberejo terdiri dari 3 macam teknik, antara lain teknik kampanye, teknik
penyuluhan melalui internet, dan teknik penyuluhan melalui radio. Berikut
merupakan penjelasan rinci dari masing-masing teknik penyuluhan yang telah
disebutkan:
a. Teknik Kampanye
Kampanye di Desa Sumberejo dilaksanakan dengan menyebarluaskan
informasi untuk menjangkau sasaran yang luas namun dalam waktu yang singkat.
Kampanye dalam penyuluhan pertanian bertujuan untuk menarik perhatian
sasaran terhadap informasi tertentu dalam waktu yang cepat dan untuk mengajak
atau menghimbau masyarakat setempat untuk menerapkan suatu teknologi
ataupun inovasi baru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahjuti (2014)
bahwa teknik kampanye merupakan salah satu teknik dalam penyuluhan pertanian
dengan pendekatan massal yang melibatkan penggunaan berbagai sumberdaya
dan komunikasi yang terkoordinasi dan bertujuan untuk mendidik masyarakat
dengan memusatkan perhatian pada permasalahan tertentu serta pemecahannya
selama suatu periode waktu tertentu.
Kampanye yang dilaksanakan di Desa Sumberejo dilaksanakan oleh
pengurus gabungan kelompok tani Sumberejo. Sasarannya adalah seluruh petani
di Desa Sumberejo, baik petani yang aktif dalam kelompok tani maupun petani
hamparan. Tujuan dilaksanakannya kampanye adalah untuk menyebarluaskan
informasi mengenai program kartu tani yang harus dimiliki oleh setiap petani.
Program kartu tani ini mewajibkan setiap petani mengumpulkan berkas sebagai
persyaratan administrasi untuk pendaftaran. Berkas tersebut adalah fotocopy
Kartu Tanda Penduduk. Terdapat beberapa petani yang tidak aktif yang belum
mengetahui informasi mengenai kartu tani ini, sehingga Gapoktan Sumberejo
berinisiatif untuk mengadakan kampanye guna menyebarluaskan informasi
tersebut. Tujuan lain dari pelaksanaa kampanye adalah untuk menyebarluaskan
mengenai inovasi penanaman bunga refugia di pematang sawah. Hal ini
87
dilaksanakan untuk meminimalisir serangan OPT dengan cara alami. Gapoktan
Sumberejo memilih teknik kampanye agar informasi lebih cepat tersebar dan
dapat menjangkau jumlah sasaran yang luas. Berikut merupakan pernyataan
mengenai kampanye di Desa Sumberejo:
“Kemaren itukan pas mendesak pendataan kartu tani. Mau ada acara
kegiatan tanam bunga refugia itu. Nggak tentu. Siarannya sore itu, setelah
dari sawah. Jadi mereka siaran pas nanam bunga refugia sama siaran kartu
tani itu.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Basri selaku ketua
gabungan kelompok tani berikut ini:
“Pernah. Itu anjuran dari dinas, akhirnya kelompok hamparan kan ndak
ikut pertemuan, jadi kita caranya ya kita membuat pengumuman. Buat
kartu taninya. Kalau kampanye inisiatif sendiri. Disuruh kelompok harus
memberi ke seluruh hamparan, akhirnya ya kampanye itu.” (Basri, 6
Januari 2019).
Kampanye dilaksanakan dengan cara berkeliling di Desa Sumberejo
menggunakan pick up dan sound sistem atau pengeras suara. Waktu
dilaksanakannya kampanye adalah sore hari. Waktu tersebut dipilih untuk
melaksanakan kampanye karena merupakan waktu yang efektif untuk
menyebarluaskan informasi, dimana para petani mayoritas sudah berada di rumah
masing-masing. Peralatan yang dibutuhkan untuk kampanye ini antara lain mobil
pick up, sound sistem, dan megaphone. Pendanaan yang dibutuhkan untuk
kampanye dibiayai secara mandiri oleh gapoktan Sumberejo. Seperti pernyataan
Bapak Basri berikut ini.
“Itu yang kemaren katanya mau diganti dari BNI ternyata setelah anu ndak
ada gantinya. Akhirnya dana kelompok, gapoktan. Yaudah ikhlaskan,
karna gapoktan kan kasnya banyak.” (Basri, 6 Januari 2019).
Tahapan yang dilaksanakan untuk kampanye dimulai dari tahap persiapan.
Tahapan ini dilakukan dengan koordinasi bersama PPL terkait segala persyaratan
administrasi yang dibutuhkan untuk pendaftaran kartu tani. Setelah semuanya
jelas, gapoktan Sumberejo mulai mempersiapkan segala kebutuhan untuk
kampanye. Proses penyampaian pesan saat kampanye dilaksanakan dengan cara
mengelilingi seluruh Desa Sumberejo untuk menyampaikan informasi tersebut.
88
Lokasi yang dikelilingi adalah seluruh dusun yang berada di Desa Sumberejo,
yaitu Dusun Krajan Lor, Dusun Krajan kidul, Dusun Bregoh, Dusun Curahrejo,
Dusun Watuulo, dan Dusun Sidomulyo. Seperti pernyataan berikut ini:
“Keliling sampek per dusun dusun itu. Se Desa Sumberejo ini kan ada 5
dusun, Dusun Krajan Lor, Krajan Kidul, Bregoh, Curahrejo, Watuulo,
Sidomulyo.” (Diar, 21 Desember 2018).
Teknik kampanye yang dilaksanakan di Desa Sumberejo dilakukan oleh
petani untuk petani lainnya. Kampanye digunakan untuk penyebarluasan
informasi terkait program kartu tani dari pemerintah dan program penanaman
refugia guna meminimalisir serangan OPT. Hasil dari teknik kampanye akan
meningkatkan pengetahuan petani dan menimbulkan kesadaran serta minat petani
untuk turut serta dalam kegiatan penanaman bunga refugia. Hasil penelitian
tersebut selaras dengan penelitian Aisyah (2016) bahwa teknik kampanye dalam
pendektan massal dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan petani guna
menerapkan sistem tanam jajar legowo yang merupakan suatu teknologi baru.
b. Teknik Internet
Teknik penyuluhan melalui media internet di Desa Sumberejo
dilaksanakan oleh penyuluh dalam menyebarluaskan sebuah informasi dengan
memanfaatkan jarungan internet. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahjuti
(2014) bahwa teknik penyuluhan pertanian melalui internet merupakan salah satu
teknik dari pendekatan massal yang memanfaatkan jaringan internet untuk
menyebarluaskan informasi. Internet merupakan salah satu media yang dapat
berperan sebagai alat bantu untuk mengoptimalkan dan mengembangkan
kemampuan penyuluh pertanian. Melalui internet, informasi yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kemampuan tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas
dan dapat diakses secara cepat dan murah. Ketersediaan informasi melalui internet
membantu proses penyuluhan pertanian lebih cepat dan efektif (Purwatiningsih,
2018).
Pihak-pihak yang memberikan materi melalui internet adalah para PPL di
Kecamatan Ambulu. Para PPL, khususnya Desa Sumberejo ditugaskan oleh
koordinator penyuluh tingkat kecamatan untuk menyusun materi terkait bidang
89
pertanian. Materi tersebut kemudian disetor kepada koordinator untuk disunting
terlebih dahulu kemudian diunggah di situs web Kementerian Pertanian Republik
Indonesia dengan alamat www.cybex.pertanian.go.id. Materi yang pernah
diunggah milik PPL Desa Sumberejo adalah materi terkait Mikro Organisme
Lokal (MOL). Berikut pernyataan mengenai penyuluhan melaui internetyang
disampaikan oleh Ibu Diar:
“Tapi ini kemaren saya buat di cyber extention. Internet. Yang diupload ya
ketika cyber extention itu. Materi cyber itu. Anu, koordinator menyuruh
membuat materi gitu. Terus saya buat. Dimasukkan ke website nya dinas
pertanian. Nanti koordinator yang upload.” (Diar, 21 Desember2018).
Teknik penyuluhan menggunakan media internet dilaksanakan dengan
cara mengunggah materi di website kementerian pertanian, yaitu cyber extension.
Materi yang pernah diunggah oleh PPL Desa Sumberejo adalah materi tentang
Mikro Organisme Lokal (MOL). Total pengunjung website ini hingga saat ini
mencapai 59.398 kunjungan. Hasil dari teknik kampanye akan memberikan
pengetahuan baru bagi para pembaca.
c. Teknik Radio
Teknik penyuluhan melalui siaran radio merupakan salah satu teknik
penyuluhan pertanian dengan pendekatan massal yang dilaksanakan dengan cara
menyebarluaskan informasi melalui media radio. Media massa radio termasuk
salah satu media elektronik yang sering diakses oleh petani (Fuady, 2012). Radio
merupakan sebuah alat komunikasi massa yang dapat menjangkau sasaran dalam
jumlah yang relatif luas. Kelemahan dari radio adalah keterbatasanya dalam untuk
menyampaikan informasi secara detail karena terbatas durasi. Teknik penyuluhan
melalui siaran radio yang ada di Desa Sumberejo dilakukan menggunakan Radio
Republik Indonesia (RRI) dalam segmen siaran pedesaan.
Pemateri dalam siaran pedesaan adalah PPL dari seluruh Kabupaten
Jember. Seluruh PPL akan menentukan jadwal sendiri sebagai pemateri. Seperti
pernyataan berikut ini.
“Kita yang menjadwalkan, jadi kumpulan PPL se kabupaten jember.”
(Diar, 26 September 2018).
90
Tujuan diadakannya siaran pedesaan adalah untuk menyebarluaskan
informasi terkait masalah pertanian, khususnya terkait komoditas yang mayoritas
sedang ditanam oleh para petani. Lokasi siaran adalah di studio RRI yang
bertempat di Jalan D. I. Panjaitan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Siaran pedesaan berlangsung dengan durasi selama 30 menit setiap Hari Senin
pukul 19.30 WIB. Berikut merupakan pernyataan Ibu Diar selaku PPL Desa
Sumberejo terkait jadwal siaran pedesaan.
“Kalau yang radio ini kan biasanya yang Senin malem di siaran pedesaan
di RRI ini. Hari Senin ini, setengah 7 sampe jam 7. Cuma setengah jam,
tadinya 1 jam. Eh set 8 sampe jam 8. Itu sekarang, kalau dulu set 8 sampe
set 9.” (Diar, 26 September 2018).
Namun saat ini siaran radio sudah tidak lagi menjadi hal yang menarik
bagi petani. Terlebih karena hadirnya televisi yang menjadikan media radio
tergantikan. Berikut pernyataan bapak Imam terkait hal ini:
“Dulu, radio-radio itu waktu trend radio itu, siaran pedesaan itu memang
dulu bagus. Kalah dengan tv ya. Biasanya liat di TVRI itu kan TVRI itu
ada, inovasi tani atau apa itu diliatkan tanaman-tanaman apa, unggulan apa
gitu. Di TVRI ada itu.” (Imam, 5 Maret 2019).
Tahapan siaran pedesaan terbagi menjadi beberapa bagian, dimulai dari
opening dilanjutkan dengan perkenalan pemateri. Setelah itu adalah tahap
penyampaian informasi. Setelah itu aka nada telepon interaktifdan terakhir ditutup
dengan bagian closing. Sasaran dari siaran pedesaan adalah masyarakat luas yang
dapat menjangkau frekuensi dari siaran pedesaan. Pendengar siaran pedesaan
khususnya di Desa Sumberejo adalah Bapak Sugiyono selaku ketua kelompok tani
Harapan Maju. PPL Desa Sumberejo seringkali memberikan informasi melalui
grup whatsapp antara PPL dan petani apabila sedang berlangsung siaran
pedesaan, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini:
“Petani ada yang dengerin, ada yang aktif. Kan ada dialog interaktifnya
yaa. Ada yang telfon, kadang itu ada yang dari Banyuwangi pun ada.
Kalau dari Sumberejo yang aktif kebetulan, ini tadi orangnya meninggal,
beliau aktif sebenernya kalau dengerin siaran pedesaan itu. Baru tadi sore
meninggal, habis dari acara di Jember dapet kabar ada ketua kelompok
meninggal, Pak Sugiyono. Pas siaran itu ya saya share ke grup, mungkin
bapak-bapak yang ada waktu bisa mendengarkan siaran pedesaan. Ini
91
kebetulan tadi Wuluhan, yang siaran PPL Wuluhan.” (Diar, 26 September
2018).
Siaran radio diberikan oleh RRI pada segmen siaran pedesaan setiap Senin
malam pukul 19.30-20.00 WIB. Siaran pedesaan juga memiliki program telepon
interaktif untuk memberikan kesempatan pada pendengar jika ada hal yang kurang
jelas. Materi yang disiarkan adalah terkait budidaya komoditas yang mayoritas
sedang diusahakan oleh petani. Hasil dari siaran radio ini akan menimbulkan
kesadaran dan minat petani untuk menilai adanya teknologi yang diperkenalkan.
Uraian terkait 3 teknik penyuluhan dalam pendekatan massal di atas rata-
rata memberikan informasi/materi terkait penyelesaian serangan OPT yang akan
disajikan pada tabel 5.3 berikut ini
Tabel 5.3 Ringkasan tentang Materi Penyuluhan Pertanian pada Pendekatan
Massal di Desa Sumberejo
No. Teknik Materi
1. Kampanye 1. Program Kartu Tani
2. Penanaman Bunga Refugia
2. Internet 1. Pembuatan MOL
3. Radio 1. Budidaya komoditas yang sedang ditanam
Sumber: Data Primer, 2018-2019.
Berdasar tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing teknik
penyuluhan dalam pendekatan massal memiliki materi yang berbeda – beda untuk
disampaikan pada petani. Dari hasil uraian juga dapat diketahui kelebihan dan
kelemahan dari pendekatan ini. Adapun kelebihan dari pendekatan massal antara
lain a) mempunyai jangkauan sasaran luas, b) tidak terlalu bergantung pada
infrastruktur (jalan, sarana transportasi), c) biaya per kapita relatif murah jika
dibandingkan dengan besarnya kelompok sasaran. Adapun kelemahannya antara
lain a) partisipasi aktif dari sasaran lebih rendah dibanding 2 pendekatan lainya, b)
umpan balik secara langsung dari audien terdapat kendala, c) hasil akhir lebih
banyak ke perubahan pengetahuan, dan sedikit pada perubahan sikap.
Kelebihan dan kelemahan tersebut hampir sesuai dengan apa yang
dikemukakan Ban dan Hawkins (1999) yaitu kelebihan metode penyuluhan media
massa adalah a) mempunyai jangkauan sasaran luas, b) tidak terlalu bergantung
pada infra struktur (jalan, sarana transportasi), c) biaya per kapita relatif murah
92
jika dibandingkan dengan besarnya kelompok sasaran. Sedangkan kelemahannya
adalah a) partisipasi aktif dari audien (pendengar/pembaca/pemirsa) tidak
memungkinkan (terutama media cetak), sedangkan untuk TV dan radio dapat
dilakukan dialog interaktif akan tetapi sangat terbatas, b) umpan balik secara
langsung dari audien terdapat kendala, c) lebih bersifat umum, sehingga
kebutuhan lokal spesifik terabaikan, d) terdapat gap budaya (bahasa dan dialek)
antara penyampai pesan dengan audien, e) hasil akhir lebih banyak ke perubahan
pengetahuan, dan sedikit pada perubahan sikap. Perbedaannya adalah terletak di 2
poin kelemahan, yaitu terdapat gap budaya antara penyampai pesan kepada
audiens dan kebutuhan lokal spesifik terabaikan.
Berdasar ulasan terkait implementasi metode penyuluhan pertanian di
Desa Sumberejo tersebut, dapat disederhankan melalui tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
No. Pendekatan Metode Penyuluhan
Individu Kelompok Massal
1. Kunjungan Rumah Ceramah Kampanye
2. Kunjungan Lahan Diskusi Media internet
3. Inkuiri Demonstrasi Siaran Radio
4. Kontak Informal Perlombaan
5. Sekolah Lapang
6. Farmers Field Day
Sumber: Data primer, 2018-2019
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penyuluhan pertanian di
Desa Sumberejo dilaksanakan menggunakan 3 macam pendekatan, yaitu
pendekatan individu, kelompok, dan massal. Teknik penyuluhan dalam
pendekatan kelompok lebih beragam dibanding 2 pendekatan lainya, yaitu
ceramah, diskusi, demonstrasi, perlombaan, sekolah lapang, dan Farmers Field
Day. Keragaman teknik penyuluhan yang kedua adalah dalam pendekatan
individu, yaitu kunjungan rumah dan usahatani, inkuiri, dan kontak nformal.
Teknik penyuluhan dalam pendekatan massal lebih sedikit keragamannya, antara
lain kampanye, media internet, dan siaran radio. Metode penyuluhan pertanian
yang diimplementasikan di Desa Sumberejo terkadang menggunakan kombinasi
93
dari beberapa teknik sekaligus. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyuluhan
pertanian di Desa Sumberejo telah dilaksanakan dengan menggunakan metode
yang kompleks.
5.2 Potret Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Kemandirian petani merupakan salah satu komponen sikap individu
dalam merespon proses pemberdayaan, sehingga mampu menggunakan sumber
daya sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dan kerja sendiri dalam
lingkungan yang diciptakan sendiri berdasarkan keterampilan yang diperoleh.
Proses pemberdayaan yang dimaksud disini adalah kegiatan penyuluhan
pertanian. Kemandirian bukan berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam
pengambilan keputusan, yakni memiliki kemampuan untuk memilih dan berani
untuk menolak segala bentuk dan kerjasama yang tidak menguntungkan
(Soetomo dalam Rahayu, 2018). Petani dapat dikatakan sebagai petani yang
mandiri apabila secara utuh mampu memilih dan mengarahkan kegiatan usahatani
sesuai dengan kehendaknya sendiri, yang diyakini paling tinggi manfaatnya
(Sumardjo, 1999).
Petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani tanaman pangan.
Petani tanaman di Desa Sumberejo akan dapat dikatakan mandiri apabila memiliki
potret kemandirian melalui 4 aspek kemandirian, antara lain 1) kemandirian
material, 2) kemandirian intelektual, 3) kemandirian pembinaan, dan 4)
kemandirian sosial. Berikut merupakan deskripsi rinci mengenai potret
kemandirian petani dari masing-masing aspek:
5.2.1 Kemandirian Material
Soedijanto dalam Anantanyu (2011) menyebutkan bahwa kemandirian
material seorang petani dapat digambarkan dengan melihat bahwasanya petani
memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara optimal potensi sumberdaya alam
yang mereka miliki sendiri tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau
tergantung dari pihak luar. Lebih lanjut, Rahayu dan Malia (2018) menyatakan
bahwa dalam kemandirian material, petani dihimbau untuk dapat
94
membudidayakan berbagai varietas unggul atau memanfaatkan sumberdaya alam
di sekitarnya dan melakukan kegiatan pertanian lain seperti penanganan pasca
panen (pengolahan pangan, pemasaran hasil panen, dan lain-lain), serta memiliki
tingkat kreativitas yang tinggi, agar seluas apapun lahan yang dimiliki dapat
dimanfaatkan secara baik. Hutahean dkk. (2016) juga menyatakan bahwa
kemandirian petani dapat ditinjau berdasarkan adanya kemampuan dalam
menentukan harga jual.
Kemandirian material yang terdapat pada petani tanaman pangan di Desa
Sumberejo digambarkan melalui beberapa tindakan, antara lain a) penggunaan
pupuk organik dan berimbang, b) penggunaan benih unggul dan bersertifikat
dalam usahatani, c) penerapan rotasi tanaman guna memutus mata rantai hama
wereng, d) penerapan teknologi jajar legowo pada penanaman padi, e) penerapan
olah tanah sempurna dan tanpa olah tanah petani, dan f) kemampuan menentukan
harga jual hasil pertanian. Berikut merupakan penjelasan rinci dari masing-masing
potret kemandirian.
a. Penggunaan Pupuk Organik dan Berimbang
Perpaduan antara pupuk organik dan berimbang sangat baik untuk
pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur seperti N, P, K dapat diperoleh dari
pemupukan anorganik secara berimbang sedangkan unsur hara mikro dapat
diambil dari pupuk organik. Penggunaan pupuk secara berlebihan dapat
menurunkan efisiensi pemupukan dan kualitas lingkungan. Oleh karena itu
pemupukan berimbang menjadi hal yang sangat penting dalam proses produksi
suatu komoditas dalam bidang pertanian. Penambahan pupuk organik bertujuan
untuk melestarikan kesuburan tanah yaitu memperbaiki sifat fisik tanah, kimia
tanah, dan biologi tanah (Suarjana dkk., 2015).
Petani tanaman pangan di Desa Sumberejo telah merubah kebiasaan
konvensional mereka dalam hal pemupukan. Pada awalnya, para petani
menerapkan pemupukan pada lahan budidaya mereka dengan pupuk kimia.
Namun setelah beberapa kali mendapat kegiatan penyuluhan, petani mulai
tersadar akan keutamaan pupuk organik maupun pupuk berimbang. Berikut
pernyataan Ibu Diar terkait hal ini:
95
“Yaa organik, berimbang, petani sekarang sudah tau semua sudah terampil
semua. Iyaa. Dulu dulu petani enggan pake pupuk organik, beirmbang gitu.
Mesti urea saja. Tapi sekarang karna sudah tau efeknya ya NPK lengkap
terus organik itu sudah. Itu sebelum petani tahu yang ngasih tau PPL. Dari
PPL. Jadi biar produksinya tinggi kita harus penerapan pupuk organik,
lengkap, perawatan juga harus intensif gitu.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Agus selaku
sekretaris kelompok tani Sido Mekar berikut ini:
“Endak memangnya kalau dikasih organik itu memangnya pemupukan
secara manual itu cepet menangkap sama tanaman itu.” (Agus, 15 Maret
2019).
Pernyataan di atas menjelaskan bahwasanya petani telah mulai sadar terkait
keutamaan aplikasi pupuk organik dan anorganik secara berimbang. Petani
menginginkan pemupukan yang diterapkan cepat diserap oleh tanaman budidaya
sehingga mereka mau menerapkan teknologi ini. Penggunaan pupuk organik dan
berimbang termasuk ke dalam kemandirian material karena petani dapat
memanfaatkan sumberdaya lahan pertanian yang dimilikinya secara baik dengan
cara menerapkan pemupukan dengan pupuk berimbang dan pupuk organik. Hal
ini sesuai dengan penelitian Rahayu dan Malia (2018) yang menyebutkan bahwa
dalam kemandirian material petani dihimbau agar seluas apapun lahan yang
dimiliki petani dapat dimanfaatkan secara baik. Pemanfaatan lahan secara baik
disini tercermin dengan diterapkannya pupuk berimbang dan pupuk organik,
sehingga kekurangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi secara
optimal.
b. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat dalam Usahatani
Petani Desa Sumberejo secara keseluruhan sudah menggunakan benih
varietas unggul bahkan telah lolos sertifikasi untuk kegiatan usahataninya. Hal ini
mencerminkan bahwa petani dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar
secara optimal demi mendapat hasil yang optimal juga. Berikut pernyataan Ibu
Diar:
96
“Iyaa. Semua petani pengennya pakai yang varietas unggul. Varietas baru.
Yang untuk saat ini impari 33, yuwono, ini baru ini. Ada banyak varietas
baru yang hasilnya tinggi cuman masih belum sertifikat masih belum label.
Yang 2 tadi itu sudah. Kemudian logawa itu hasilnya tinggi cuman kalau
dibeli tengkulak lebih murah, karna rendemenya sedikit, mungkin kulitnya
itu tebel seperti itu, sehingga rendemen berasnya itu sedikit, sehingga
tengkulak itu membelinya diberi cuma 4,6 4,5 padahal yang umum 4,8.
Selisih 200-300 rupiah. Kalau jagung banyak. Ada MK, BK, sekarang kan
gakada diganti bisi sudah dibeli bisi, kemudian ada pertiwi termasuk
unggul juga, kemudian pioneer P36 itu. Hibrida semua itu. Kalau jagung
disini sudah hibrida semua, nggak ada yang lokal.” (Diar, 30 Maret 2019).
Pernyataan serupa dijelaskan oleh Bapak Barsi berikut ini:
“Jadi mana bibit yang kira kira unggul, kita menghasilkan banyak ya itu
yang kita tanam. Kalau budidaya padi terutama adalah pengolahan tanah,
memilih benih atau bibit yang unggul yang baik.” (Basri, 6 Januari 2019).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa petani tanaman
pangan di Desa Sumberejo telah menggunakan benih varietas unggul serta
bersertifikat. Pada saat proses penanaman khususnya komoditas padi, petani rata-
rata menggunakan varietas impari 33 dan yuwono. Untuk saat ini, telah banyak
muncul varietas varietas benih padi yang unggul, namun beberapa masih belum
mendapatkan sertifikat. Contohnya adalah varietas logawa. Walaupun produksi
dari varietas logawa tinggi, namun harga yang diperoleh petani sangat murah. Hal
ini disebabkan karena tingkat rendemen dari varietas logawa rendah sehingga
banyak petani yang tidak memilih varietas tersebut. Untuk komoditas jagung,
petani Desa Sumberejo secara keseluruhan sudah menggunakan benih jagung
hibrida, seperti MK, BK, Bisi, dan P 36. Kondisi ini memperlihatkan adanya
kemandirian petani secara material, dimana keseluruhan petani sudah menerapkan
penanaman dengan menggunakan benih varietas unggul. Petani memanfaatkan
penggunaan benih unggul demi mendapatkan hasil yang tinggi ketika panen.
Potret kemandirian tersebut mendukung penelitian rahayu dan Malia (2018) yang
menyebutkan bahwa dalam kemandirian material, petani dihimbau untuk dapat
membudidayakan berbagai varietas unggul.
97
c. Penerapan Rotasi Tanaman guna Memutus Mata Rantai Hama Wereng
Potret kemandirian lainya dapat dilihat dari cara petani dalam
menanggulangi resistensi hama wereng. Salah satunya caranya ialah dengan
memutus rantai perkembangbiakan hama wereng dengan menghilangkan
habitatnya melalui rotasi tanaman atau perputaran tanaman dari padi menjadi
komoditas lainya, seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini.
“Disini itu untuk wereng mayoritas bisa diatasi, karena padi hanya 1 kali,
lain kalau daerah lain yang padi padi terus. Kan populasinya terus, gakada
rotasi. Kalau disini kan sudah diputus. Ndakbisa berkembang werengnya,
ilang.” (Diar, 21 Desember 2018).
Berdasar pernyataan tersebut dapat dilihat bahwasanya petani memiliki
kapasitas dalam memanfaatkan lahan pertanian secara optimal dengan cara
pengaturan komoditas tanam secara optimal untuk menanggulangi resistensi OPT,
khususnya hama wereng. Petani sadar bahwasanya daerah Sumberejo adalah
daerah endemik wereng sehingga diperlukan berbagai upaya untuk memutus mata
rantai selain dengan bahan bahan kimia. Potret ini mendukung teori Soedijanto
dalam Anantanyu (2011) yang menyebutkan bahwa kemandirian material seorang
petani dapat digambarkan dengan melihat bahwasanya petani memiliki kapasitas
untuk memanfaatkan secara optimal potensi sumberdaya alam yang mereka miliki
sendiri tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau tergantung dari pihak luar.
d. Penerapan Teknologi Jajar Legowo pada Penanaman Padi
Petani tanaman pangan di Desa Sumberejo telah menerapkan teknologi
jajar legowo sebagai inovasi teknologi dalam penanaman padi. Walaupun belum
seluruh petani yang menerapkan, setidaknya ada 60% petani yang telah
menerapkan teknologi ini. 40% sisanya pun juga tidak melakukan tanam dengan
cara konvensional, melainkan dengan sistem larikan. Berikut pernyataan Bapak
Basri selaku ketua kelompok tani karya tani I terkait penerapan teknologi jajar
legowo pada penanaman padi.
“Kalau dulu, masih ada bantuan itu kita menganjurkan pola tanam itu
sudah kita giring. Saya dengan PPL itu datang ke sawah, liat olah tanah
seperti apa. Pada waktu itu justru jajar legowo. Jarwo itu memang sulit.
Katanya, memang sulit petaninya tandur. Jadinya saya nambahi per orang
98
tanam itu nambahi orang 1 atau 2 bayari. Tapi sekarang sudah ndakusah
dikongkon sudah semua pake jajar legowo. Sudah sadar semua. Untuk
pertama benih itu ngirit memang, kedua ki mupuknya mudah, ada jalanya.
Ketiga menyemprotnya juga mudah. Produksi bertambah. Pasti itu. Kalau
dulu kan tuawur ngono akhire kerep, anunya kan bolehnya hanya dikit.
Kalau sekarang dulunya itu 10kg ¼, sekarang hanya 5kg itu cukup
benihnya. Tapi hasilnya lebih banyak yang 5kg itu. Sekarang semua udah
pake jajar legowo itu.” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan berikut ini:
“Iyaa, tapi gak keseluruhan. Ada yang larikan gitu aja. Cuman semuanya
sekarang sudah pakai kencong. Pakai semacam alat biar lurus gitu lo.
Tanam kan mundur, dulukan cuma dikasih sini aja terus ke belakangnya
nurut yang itu aja. Tapi sekarang ada jaraknya gitu. Kalau yang jajar
legowo kurang lebih 60% tanam jajar legowo. Walaupun larikan jaraknya
juga sudah bagus, nggak terlalu sempit, supaya sirkulasi udara enak. OPT
nggak begitu tahan.” (Diar, 30 Maret 2019).
Berdasar hasil wawancara dapat diketahui bahwa alasan petani
menggunakan teknologi jajar legowo antara lain karena dapat menghemat
penggunaan benih, memudahkan proses perawatan, dan dapat meningkatkan
produksi. Potret ini menunjukkan bahwasanya petani Desa Sumberejo memiliki
kapasitas untuk memanfaatkan sumberdaya lahan secara optimal guna mendapat
produksi yang tinggi. Hal tersebut mendukung teori Soedijanto dalam Anantanyu
(2011) bahwa kemandirian material seorang petani dapat digambarkan dengan
melihat bahwa petani memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara optimal
potensi sumberdaya alam yang mereka miliki sendiri tanpa harus menunggu
bantuan orang lain atau tergantung dari pihak luar.
e. Penerapan Olah Tanah Sempurna dan Tanpa Olah Tanah
Pengolahan tanah merupakan proses untuk memberikan kondisi tempat
tumbuh yang optimal untuk bibit tanaman yang akan ditanam. Pengolahan tanah
diperlukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi
media perakaran suatu tanaman agar mampu mendukung pertumbuhan tanaman
secara optimal dan juga pertumbuhan mikroorganisme tanah. Pengolahan tanah
dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui perbaikan aerasi, pergerakan
99
air dan penetrasi akar dalam profil tanah. Tujuan utama dari adanya pengolahan
tanah ialah untuk memperbaiki sifat fisik tanah agar sesuai bagi pertumbuhan
tanaman. Pengolahan tanah yang baik akan membuat berkurangnya tingkat
penetrasi tanah, sehingga memudahkan akar tanaman menembus tanah,
berkembang, dan mampu menyerap unsur hara dari tanah (Nita dkk., 2015).
Petani di Desa Sumberejo melakukan pengolahan tanah sempurna dan
tanpa olah tanah sebelum melakukan penanaman. Berikut pernyata Ibu Diar
terkait pengolahan tanah:
“Kalau di wilayah Sumberejo olah tanah itu mesti sempurna ya. Tapi lihat
kondisi air juga. Olah tanah kalau pas padi, olah tanah kan 2x dibuka dulu
baru didadekne. Terus kalau jagung ada yang olah tanah dulu kemudian
tanam ada yang langsung setelah padi itu langsung ditanami jagung ada.
Cuman kalau pas nggak olah tanah itu harus didangir, dibumbun.” (Diar,
30 Maret 2019).
Berdasar pernytaan tersebut dapat diketahui bahwa petani tanaman pangan
Desa Sumberejo melakukan 2 jenis teknologi olah tanah, yaitu sistem olah tanah
sempurna dan tanpa olah tanah. Sistem olah tanah sempurna dilakukan dengan
cara menjadikan media tanam tanah menjadi gembur dengan cara melakukan
pembajakan tanah selama 2x. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki tekstur
maupun struktur tanah, memberantas OPT dalam tanah, memperbaiki aerasi
maupun drainase tanah, mendorong aktifitas mikroorganisme tanah, serta
membuang gas beracun dari dalam tanah.
Untuk komoditas jagung, petani melakukan 2 macam cara, ada petani yang
melakukan olah tanah sempurna, ada juga petani yang melakukan sistem Tanpa
Olah Tanah (TOT). TOT ini termasuk dalam jenis Olah Tanah Konservasi (OTK).
Sistem TOT ini cocok digunakan pada komoditas jagung di musim tanam kedua
setelah padi. Sistem ini dilakukan dengan cara menyisakan sisa tanaman di atas
permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan mengurangi erosi dan penguapan
air dari permukaan tanah. Sistem TOT ini juga diikuti dengan kegiatan
pembumbunan apabila tanaman sudah berumur kurang lebih 6 minggu.
Kegiatan pengolahan tanah termasuk hal utama dalam budidaya komoditas
padi. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Basri berikut ini:
100
“Kalau budidaya padi terutama adalah pengolahan tanah, memilih benih
atau bibit yang unggul yang baik, kedua cara mengatasi hama dan penyakit
itu yang paling penting. Selain itu juga pengairan.” (Basri, 6 Januari 2019).
Potret tersebut menunjukkan bahwa petani Desa Sumberejo memiliki
kapasitas dalam memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara optimal dengan
cara menerapkan teknologi pengolahan tanah agar tanaman budidaya yang hendak
ditanam dapat tumbuh dengan subur sesuai harapan. Hal ini mendukung teori dari
Soedijanto dalam Anantanyu (2011) yaitu kemandirian material petani dapat
digambarkan melalui petani yang memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara
optimal potensi sumberdaya alam yang mereka miliki sendiri tanpa harus
menunggu bantuan orang lain atau tergantung dari pihak luar.
f. Kemampuan Menentukan Harga Jual Hasil Pertanian
Potret kemandirian lainya digambarkan melalui kemampuan petani dalam
menentukan harga jual hasil pertanian. Kemampuan tersebut menunjukkan
bahwasanya petani Desa Sumberejo tidak terpaku kepada 1 orang pengepul saja.
Walaupun hasil panen petani dijual kepada pengepul, namun petani juga memiliki
hak dan kemampuan untuk menentukan harga yang cocok untuk komoditas hasil
panennya. Berikut pernyataan Bapak Agus selaku ketua kelompok tani karya tani
II terkait kemampuan menentukan harga jual hasil pertanian.
“Sebabnya kan kalau sekarang padi kalau sama pengepul bukan dibawa
pulang kemana kalau seperti petani bukan dibawa ke rumah petani, di
sawah aja udah di sama pengepul ini berapa. Jadi langsung gitu. Jadi kalau
sekarang jarang ada petani menimbun padi itu jarang. Biasanya sebagian,
kalau memang kata petani udah pantes harganya segini ya dikasih, kalau
enggak ya enggak, ke pengepul yang lain. Kalau masalah pembayaran kan
pokok DP berapa, pokok deal dulu gitu. Kalau udah siap panen udah
pembayaran lunas.” (Agus, 15 Maret 2019).
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Diar berikut ini:
“Kalau jagung langsung dijual semua nggak disimpan. Ada yang ditebas
ada yang dikeringkan kemudian dijual OC kering. Kalau padi sebagian ada
yang disimpan karna buat makan ya sebagian ada yang dijual, banyakan
yang dijual pasti. Ini ada yang basah, kering, tebasan juga sekarang.”
(Diar, 30 Maret 2019).
101
Pernyataan tersebut menunjukan bahhwasanya telah banyak pengepul
yang memasuki wilayah Desa Sumberejo sehingga petani tidak kesulitan dalam
memasarkan hasil pertaniannya. Petani juga dapat memilih pengepul mana yang
akan mereka jadikan sebagai konsumen tingkat 1 dalam hal kesepakatan harga.
Hal ini menunjukkan bahwa petani memiliki kemampuan untuk menentukan
harga jual pada hasil panennya. Potret tersebut mendukung penelitian HUtahean
(2016) yang menyebutkan kemandirian petani dapat digambarkan melalui
kemampuan dalam menentukan harga jual.
5.2.2 Kemandirian Intelektual
Kemandirian intelektual merupakan sebuah sikap yang menggambarkan
sebuah kapasitas seseorang untuk mengkritisi dan mengemukakan pendapat
tanpa dibayangi oleh rasa takut atau tekanan dari pihak lain (Soedijanto, 2004).
Lebih lanjut Havighurst dalam Bahua (2016) menyebutkan bahwa kemandirian
intelektual dapat ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya. Masrun dalam Bahua (2016)
menjelaskan bahwa kemandirian intelektual dapat digambarkan melalui beberapa
hal, yaitu a) bebas bertindak atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan
tergantung orang lain, b) berusaha untuk mengejar prestasi, tekun, dan terencana
dalam mewujudkan harapannya secara progresif dan ulet, c) mampu mengatasi
masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya, serta mampu
mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri, dan d) memiliki rasa percaya
diri terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya, dan memperoleh
kepuasan dari usahanya.
Kemandirian intelektual yang terlihat dari petani tanaman Desa Sumberejo
digambarkan melalui beberapa tindakan, antara lain a) Kebebasan dalam
menentukan luasan lahan budidaya, b) Kebebasan dalam menentukan komoditas
budidaya, c) Kebebasan dalam memilih merk obat guna menanggulangi OPT, d)
Merasa bangga menjadi petani, e) Kekurangan modal dapat diatasi dengan
peminjaman kepada bank, f) Kekurangan air dapat diatasi dengan mesin pompa
air, g) Penanggulangan serangan OPT dengan dana kelompok, dan h) Meraih
102
penghargaan produktivitas tertinggi ke-2 se Provinsi Jawa Timur. Berikut
merupakan penjelasan secara rinci dari masing-masing potret kemandirian
intelektual petani tanaman pangan di Desa Sumberejo:
a. Kebebasan dalam Menentukan Luasan Lahan Budidaya
Petani tanaman pangan di Desa Sumberejo dalam melaksanakan
usahataninya, memiliki modal sumberdaya lahan yang terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu lahan milik pribadi maupun lahan sewa, walaupun tidak semua petani
menyewa lahan untuk kegiatan usahataninya. Lahan merupakan faktor penting
karena merupakan media tanam utama untuk komoditas yang akan
dibudidayakan. Penentuan luasan lahan juga tidak kalah pentingnya karena luas
lahan termasuk salah satu penentu besarnya produksi komoditas pangan yang
dibudidayakan.
Luasan lahan yang ditetapkan untuk budidaya suatu komoditas pangan
oleh petani Desa Sumberejo biasanya ditentukan pada awal tahun di musim tanam
pertama. Luasan lahan ditentukan berdasar kecukupan modal yang dimiliki oleh
petani dan berdasar prediksi harga jual suatu komoditas. Apabila harga jual
komoditas diprediksi memiliki harga yang tinggi, maka petani akan menambah
luasan lahannya dengan cara menyewa. Seperti pernyataan berikut ini:
“Gak ada itu pengaruh-pengaruh gitu. enggak, gak ada itu paksaan paksaan
gitu. Ya kita itu lihat uang kita itu tadi loh, kalau ada ya biasa sudah nyewa
lahan tambah garapan.” (Imam, 5 Maret 2019).
Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Basri berikut ini.
“Kaitannya dengan luas lahan yang digarap oleh anggota, kalau lahannya
yang rutin dia udah tau yang punya sendiri. Untuk tahun ini kadang
kadang nyewa lahan, kadang turun, kadang ngelonjak. Jadi nentukan untuk
nyewa itu biasanya tanamannya tanam tembakau. Kalau pangan yo
ditanam, pokok harga tembakau bagus harga kopi bagus itu biasanya
nyewa orang orang.” (Basri, 6 Januari 2091).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa besaran lahan yang akan
digunakan dalam usahatani juga ditentukan oleh harga dari komoditas kopi
maupun tembakau. Artinya, petani Desa Sumberejo bertindak secara bebas dalam
menentukan luasan lahan usahataninya tanpa ada tekanan atau intervensi dari
103
pihak luar. Dengan ini petani Desa Sumberejo dapat dikatakan mandiri secara
intelektual. Potret tersebut menunjukkan salah satu dari lima komponen dalam
kemandirian intelektual menurut Masrun dalam Bahua (2016) yaitu kebebasan
bertindak atas kehendaknya sendiri, bukan karena orang lain.
b. Kebebasan dalam Menentukan Komoditas Budidaya
Komoditas yang akan digunakan dalam kegiatan usahatani harus
difikirkan secara matang terlebih dahulu. Sebelum menentukan suatu komoditas
untuk diusahakan, diperlukan beberapa informasi mengenai cara budidaya
maupun harga jual. Cara penentuan komoditas oleh petani Desa Sumberejo
dipengaruhi oleh prediksi harga jual komoditas tersebut tanpa adanya paksaan dari
pihak luar. Seperti pernyataan berikut ini:
“Kalau seperti itu ya cuma kalau mau tanam padi ya padi. Kalau mau
tembakau ya tembakau. Apa dikasih mungkin ada lombok gitu nanam
sedikit. Maksudnya itu kalau lombok sekali panen kan cepet. Kalau
tembakau kan lama. Maksudnya itu kalau lombok itu bisa panen mungkin
50 hari udah panen, bisa dijual dulu buat pembelian obat. Buat biaya anu
lah. Yaa sebenernya mau tanam setelah padi ini tembakau. Sebabnya yang
kemaren kan harganya luar biasa tembakau. Kalau disini kan tembakaunya
kasturi.” (Agus, 15 Maret 2019).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Bapak Imam berikut ini:
“Ya biasanya kan liat anu kalau petani ya selain padi ya, kalau mau tanam
itu apa dulu ya yang kira-kira mahal kayak gitu. Setelah itu baru
merancang biayanya, pinjam atau apa ini. ” (Imam, 5 Maret 2019).
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa petani Desa Sumberejo seringkali
melihat harga jual komoditas yang akan ditanam tanpa intervensi dari pihak
manapun. Hal ini menggambarkan bahwa petani Desa Sumberejo telah bertindak
secara bebas dalam memutuskan komoditas yang akan dibudidayakan, sehingga
dapat dikatan telah mandiri secara intelektual. Potret tersebut menunjukkan salah
satu dari lima komponen dalam kemandirian intelektual menurut Masrun dalam
Bahua (2016) yaitu kebebasan bertindak atas kehendaknya sendiri, bukan karena
orang lain.
104
c. Kebebasan dalam Memilih Merk Obat Guna Menanggulangi OPT
Serangan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu
permasalahan yang sering dialami oleh petani. OPT dapat berupa hewan maupun
tumbuhan yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan tanaman yang
sedang dibudidayakan. Berdasar jenis serangannya, OPT dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu hama, gulma, DNA vektor penyakit. Hama merupakan OPT yang
dapat merusak tanaman secara langsung, baik dari golongan insekta, moluska,
mamalia, mematoda, dan lain lain. Gulma merupakan jenis tumbuhan liar yang
tidak dikehendaki pertumbuhannya karena akan menjadi kompetitor penyerap
nutrisi di daerah sekitar lahan budidaya. Sedangkan vektor penyakit merupakan
organisme yang memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas, ataupun
mengganggu metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala abnormal pada
tanaman budidaya.
Seluruh OPT yang disebutkan di atas dapat menyerang tanaman budidaya
kapan saja, sehingga diperlukan upaya upaya pencegahan ataupun pengendalian.
Salah satu upaya yang digunakan adalah memberikan obat kepada tanaman sesuai
dengan kondisi tanaman tersebut. Obat obat yang dipilih petani dalam
meminimalisir OPT adalah sesuai kehendak petani masing-masing tanpa ada
intervensi dari pihak manapun. Seorang PPL hanya memberikan rekomendasi
terkait bahan aktif yang dapat membasMi OPT tanpa memberikan merk dagang
yang pasti. Seperti pernyataan berikut ini:
“Ya bahan aktif sama merknya. Kadang mereka bingung, bahan aktif ini
merknya apa ajaa. Jadi diberi alternatif beberapa merk yang ngambil
keputusan petaninya sendiri. Kita berikan alternatif bahan aktif dan merk,
terus petani memilih menggunakan yang mana.” (Diar, 21 Desember
2018).
Pernyataan berikut senada dengan pernyataan Bapak Rahmat selaku
koordinator penyuluh kecamatan berikut ini:
“Gini kalau kita nyarankan membiasakan petani gak beli merk kalau sudah
merk terkenal kan mahal kita menyampaikan ke petani itu daftar-daftar
bahan aktif ini. Kalau merk itu kadang petani sendiri, jadi kita sampaikan
pak ini sama ini merk dagangnya nanti terserah petaninya milih yang mana
105
yang murah atau yang mahal tapi kadang petani beli yang mahal.”
(Rahmat, 12 Agustus 2018).
Obat obat yang digunakan petani terdiri dari obat bersubsidi dan non-
subsidi. Obat non-subsidi dapat dibeli petani di kios pertanian manapun yang
diinginkan. Namun untuk obat bersubsidi bisa diperoleh petani pada kios-kios
pertanian yang telah ditetapkan pada setiap kelompok tani. Berikut merupakan
daftar kios pertanian dan kelompok tani yang dapat memperoleh obat subsidi.
Tabel 5.5 Daftar Kios Pertanian di Desa Sumberejo
No. Kios Pertanian Kelompok Tani
1. Eka Jaya Harapan Maju
2. Eka Jaya Tani Makmur
3. Eka Jaya Sido Makmur
4. Fida Karya Tani I
5. Fida Suka Maju
6. Fida Harapan Jaya
7. Joyo Santoso Karya Utama
8. Joyo Santoso Margi Rahayu
9. Andika Makmur Karya Tani II
10. Andika Makmur Mekar Sari
11. Rejo Joyo Agung Karya Muda
12. Rejo Joyo Agung Sido Mekar
13. Batara Jaya Sri Rejeki
Sumber: Data Primer, 2019.
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 6 kios pertanian di
Desa Sumberejo, antara lain Kios (a) eka jaya, (b) fida, (c) joyo santoso, (d)
andika makmur, (e) rejo joyo agung, dan (f) batara jaya. Keenam kios tersebut
menyediakan berbagai kebutuhan pertanian, khususnya pestisida bersubsidi.
Setiap kios pertanian menyediakan sarana produksi untuk kelompok tani yang
telah ditentukan sesuai dengan areal kelompok masing-masing. Kios eka jaya dan
kios fida melayani 3 kelompok tani, kios joyo santoso, kios andika makmur, dan
kios rejo joyo agung melayani 2 kelompok, sedangkan kios batara jaya melayani 1
kelompok tani saja.
Kebiasaan penyuluh dalam memberikan pilihan pilihan bahan aktif kepada
petani akan memberikan kebebasan petani dalam memilih merk dagang mana
yang akan dipilihnya dalam penanggulangan OPT pada lahan usahataninya.
106
Tindakan seperti ini mencerminkan bahwa petani Desa Sumberejo dikatakan telah
mandiri secara intelektual. Potret tersebut menunjukkan salah satu dari lima
komponen dalam kemandirian intelektual menurut Masrun dalam Bahua (2016)
yaitu kebebasan bertindak atas kehendaknya sendiri, bukan karena orang lain.
d. Merasa Bangga Menjadi Petani
Pekerjaan menjadi petani seringkali diremehkan oleh sebagian orang.
Sebagian orang menganggap remeh petani yang pekerjaanya cenderung kotor
kotor di areal persawahan. Namun berbeda dengan petani di Desa Sumberejo.
Bahkan beberapa pemuda Desa Sumberejo merasa bangga dengan profesinya
sebagai petani. Mayoritas penduduk di Desa Sumberejo melihat profesi sebagai
petani akan menghasilkan pendapatan yang banyak. Seperti pernyataan berikut
ini:
“Untuk terutama adalah daerah Jember Selatan, terutama Ambulu Selatan,
Sumberejo. Petani anak muda muda memang dia sangat senang sekali ke
pertanian. Jadi walaupun dia anaknya orang kaya jadi dia mau terjun ke
patani, dan dia melihat tanam apa yang kira kira bisa menghasilkan
banyak.” (Basri, 6 januari 2019).
Petani Desa Sumberejo juga akan semakin bangga dengan profesinya
ketika memenangkan perlombaan perlombaan yang dilaksanakan, seperti
pernyataan berikut ini:
“Kadang kala di intern kelompok ada juga apik-apikan. Ya kalau menang
itu, ya senang gitu aja lah.” (Imam, 5 Maret 2019).
Beberapa pernyataan di atas menunjukkan bahwasanya petani Desa
Sumberejo memiliki rasa kepuasan terhadap hasil usahataninya. Hal ini
merupakan ciri kemandirian petani secara intelektual. Potret tersebut
menunjukkan salah satu dari lima komponen dalam kemandirian intelektual
menurut Masrun dalam Bahua (2016) yaitu memiliki rasa percaya diri terhadap
kemampuan yang dimiliki dengan cara menerima dirinya dan memperoleh
kepuasan dari usahanya sendiri.
107
e. Penyelesaian Masalah Permodalan
Permasalahan mengenai modal merupakan permasalahan mendasar bagi
petani. Modal seringkali menjadi kendala bagi petani dalam melaksanakan
usahataninya. Keterbatasan modal bagi petani akan menghambat petani untuk
menghasilkan produksi yang lebih tinggi karena modal awal pun terbilang sedikit.
Namun masalah permodalan tidak lagi menjadi masalah utama bagi petani Desa
Sumberejo karena saat ini sudah hadir sebuah kartu tani. Kartu tani adalah
program pemerintah yang bekerja sama dengan 3 bank BUMN dengan 3 lokasi
yang berbeda. Yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk wilayah Banten,
Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Bank Mandiri untuk wilayah Jawa Barat, dan
Bank Nasional Indonesia (BNI) untuk wilayah Jawa Timur. Kartu tani berfungsi
sebagai kartu identitas petani untuk mendapatkan pinjaman sebagai modal pada
bank yang telah disebutkan. Jumlah yang dipinjamkan akan diberikan sesuai
dengan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) yang dimiliki petani. Bunga
yang ditawarkan pun dengan adanya kartu tani ini terbilang minimum, hanya
berkisar nol koma saja tergantung luasan lahan yang dimiliki petani. Berikut
pernyataan Bapak Basri selaku ketua kelompok tani karya tani I terkait
penyelesaian masalah permodalan petani.
“Selain air ya masalah dana. Modal. Modal sekarang sudah ada pemecahan
dari BNI untuk kartu tani, itu sudah ada. Jadi sudah enak sekarang
petaninya. Kalau sudah dapat kartu tani sudah pinjam. Bunganya adaa
memang, tapi bunganya kan sedikit. 0 koma. Jadi nggak menjerat petani
bunganya. Itu ya memang programnya pemerintah untuk membantu petani
dituju oleh petani yang khusus punya kartu tani.” (Basri, 6 januari 2019).
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Bapak Agus:
“Kalau kemaren itu masalahnya dari modal. Tapi sekarang itu dari kartu
tani kalau udah dapat bisa mengajukan ke BNI. Seperti mengeluarkan
tabungan tani kan udah ada yang ngeluarin BNI. Dapatnya itu kan melalui
SPPT. Tapi kalau umpamanya keluarnya itu ¼ atau ½ atau 1 ha tergantung
dari SPPT nya. Yang menentukan juga dari BNI, Kebijakannya dapat
berapa itu gitu.” (Agus, 15 Maret 2019).
Bapak Imam juga menyampaikan hal serupa:
“Kalau biayanya kurang ya iya pinjem. Kalau BNI pakek kartu tani terus
bunganya nol koma jaminannya ya SPPT aja.” (Imam, 5 Maret 2019).
108
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa petani dapat mencukupi
modalnya untuk keperluan usahatani melalui peminjaman kepada bank dengan
menggunakan kartu tani. Hal tersebut menggambarkan bahwa walaupun dengan
melakukan pinjaman, petani tidak kebingungan apabila ingin memperluas
lahannya untuk memperoleh produksi yang lebih tinggi lagi. Kondisi ini
mencerminkan bahwa petani sudah mencapai kemandirian intelektual dari proses
pemecahan masalah yang terjadi. Potret tersebut mendukung pendapat Havighurst
dalam Bahua (2016) bahwa kemandirian intelektual dapat ditunjukkan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sedang
dihadapinya.
f. Kekurangan Air Dapat Diatasi dengan Mesin Pompa Air
Permasalahan lainya dalam bidang pertanian yang ada di Desa Sumberejo
adalah ketersediaan air yang minimum. Hal ini dipengaruhi dari kondisi geografis
Desa Sumberejo yang berada di ujung selatan Kabupaten Jember. Selain itu, Desa
Sumberejo juga berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia di sebelah timur.
Hal ini membuat curah hujan yang ada disana tidak sebanyak curah hujan di desa
lainya di Kecamatan Ambulu. Kondisi tersebut membuat Desa Sumberejo
menjadi kekurangan air, sekalipun saat musim penghujan, seperti pernyataan
Bapak Basri berikut ini.
“Terutama yang dihadapi oleh petani itu masalahnya adalah karna di
Sumberejo itu apa ya untuk air itu adalah yang paling kuncen. Paling
selatan kan gapernah hujan, itu seringkali oleh kelompok itu masalah air,
irigasi.” (Basri, 6 Januari 2019).
Permasalahan tersebut sudah dapat dipecahkan petani denggan cara
memanfaatkan pompa air dari mesin diesel untuk mendapatkan air sehingga
petani dapat mengairi lahannya walaupun kekurangan curah hujan. Seperti
pernyataan berikut ini:
109
“Ya kalau per rumah emang sudah ada, petani itu sudah ada. Cuma kan
masih kurang kalau cuma 1 itu masih kurang mengatasi apalagi mau apa
itu mau dibajak itu masih kurang airnya kalau cuma 1. Jadi pompa airnya
ada 2 apa 3 per ¼ sawah. Itu ada yang dari selatan ada yang dari utara,
timur, airnya itu baru bisa lancar jalannya air dibajak.” (Agus, 15 Maret
2019).
Bapak Imam juga menyampaikan hal yang serupa seperti berikut ini:
“Lama ya, orang disini irigasi susah kok, padi aja kalau sudah telat ya
pakek pompa. Nah, dulu waktu muda dulu sebelum ada pompa ya, itu
alam itu masih menyediakan ya. Jadi artinya debit air itu masih tinggi.
Dulu banyak pohon ya, jadi pakek itu sudah “ngebor” istilahnya ya,
dikocori itu aja sudah kalau irigasinya gak cukup dulu. Setelah itu ada
pompa pertama itu yang punya itu satu dua itu beli ke orang itu. Setelah itu
sekarang gak ada yang gak punya sudah.” (Imam, 5 Maret 2019).
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Basri berikut ini:
“Karna disini ini ujung, kalau ndakada hujan seperti ini ndak ada air ndak
kumanan air. Akhirnya petani disini walaupun kemarau panjang, di sawah
hijau. Karna semua petani punya pompa air. Jadi walaupun tidak ada air
dari irigasi, tetep tanamannya bagus.” (Basri, 6 Januari 2019).
Beberapa pernyataan di atas menggambarkan bahwasanya petani di Desa
Sumberejo secara keseluruhan sudah memiliki pompa air secara pribadi dengan
jumlah minimal 1 buah pompa. Petani menyadari bahwa sumberdaya air di
wilayah Sumberejo tergolong minimal sehingga petani memerlukan cara lain agar
dapat menyelesaikan permasalahan tersebut melalui pemanfaatan pompa air.
Perilaku ini menunjukkan suatu kemandirian secara intelektual telah dimiliki oleh
petani tanaman pangan di Desa Sumberejo. Potret tersebut mendukung pendapat
Havighurst dalam Bahua (2016) bahwa kemandirian intelektual dapat ditunjukkan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
sedang dihadapinya.
g. Penanggulangan Serangan OPT dengan Dana Kelompok
Serangan OPT menjadi salah satu permasalahan utama bagi petani
tanaman di Desa Sumberejo. Apabila jumlah OPT telah menyebar di seluruh
hamparan, perlu dilakukan suatu pengendalian massal untuk membasmi OPT
110
tersebut, terutama hama wereng. Kegiatan pengendalian massal atau yang biasa
disebut sebagai spray massal ini membutuhkan obat dalam jumlah yang banyak
dan juga biaya yang banyak. Biasanya kelompok tani akan mengajukan bantuan
kepada dinas terkait obat-obatan guna dilaksanakannya spray massal. Namun hal
tersebut tidak seterusnya dapat disetujui oleh dinas, sehingga Gabungan
Kelompok Tani Sumberejo berinisiatif untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mengajak seluruh kelompok tani iuran. Iuran tersebut akan digunakan
untuk membeli pestisida dalam jumlah besar untuk kemudian dibagikan kepada
kelompok. Petani yang berhak mendapat obat ini bukan hanya petani yang aktif
dalam kelompok tani, melainkan seluruh petani hamparan yang wilayahnya
terkena serangan hama wereng. Seperti pernyataan berikut ini:
“Kita mengajukan obat untuk wereng ke dinas. Ke PPL dulu. PPL
mengajukan ke dinas. Setelah mengajukan dapat obat. Baru kita mengajak
petani untuk mengadakan spray bersama dengan petani. Bukan hanya
anggota kelompok, tapi petani di lingkungan situ. Petani hamparan. Jadi 1
lokasi itu biasanya 100 orang. Kalau sudah ndak ada bantuan, itu kita
mandiri obatnya. Kita urunan dengan kelompok yang lain kita
mengadakan penyemprotan massal. Itu kalau werengnya sudah banyak.
Tapi kalau wereng masih di ambang batas, kita hanya menganjurkan
kepada petani terutama adalah pencegahan, kita anjurkan untuk semprot
dengan obat wereng yang rendah.” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan senada didukung oleh pernyataan Bapak Agus yang
menyatakan bahwa apabila bantuan dari pemerintah kurang, akan dicukupi oleh
kas kelompok.
“Iyaa. Tapi kan dari kelompok bantu, mungkin 1 liter. Dari sponsor seperti
DGW itu bisa 2 liter, dari Pak Matori 1 liter. Jadi 4 liter itu dioplos sama
air langsung petaninya diundang kesini, kan pernah disini juga. Dari DGW
terutama obat rahwana. Itu kalau petaninya harus membawa tangki sprayer
itu harus tiap petani harus membawa satu satu. Terus obat yang 4 liter itu
nanti dioplos sama air terus kalau mau ngobat itu dikasih ke tepat plastik,
diukur, sekiranya berapa tangki. 3 tangki 3 sprayer itu setelah itu diukur
ukurannya berapa mungkin 1 gelas aqua mungkin 1 gelas 1 tangki.”
(Agus, 15 Maret 2019).
Berdasar pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa petani tanaman pangan
Desa Sumberejo menunjukkan sikapnya dalam penyelesaian masalah tanpa
bantuan dari pihak luar. Potret petani yang mampu mengatasi masalahnya secara
111
pribadi ini menggambarkan bahwa petani di Desa Sumberejo dikatakan telah
mandiri secara intelektual. Potret tersebut mendukung pendapat Havighurst dalam
Bahua (2016) bahwa kemandirian intelektual dapat ditunjukkan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sedang
dihadapinya.
h. Meraih Juara 2 Lomba Agribisnis Tanaman Pangan Se Provinsi Jawa Timur
Gabungan Kelompok Tani Sumberejo pernah meraih penghargaan juara 2
yang diberikan oleh Bapak Ir. Djoko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia
pada tahun 2015 mengenai lomba agribisnis tanaman pangan se-Jawa Timur.
Berikut pernyataan mengenai hal tersebut:
“Kalau di Sumberejo pernah menang pernah menang program
produktivitas padi, kemudian oleh dinas diajukan lomba tingkat provinsi
dapet juara 2 se provinsi. Juara 1 nya luar Jember, saya lupa. 2015
soalnya.” (Diar, 26 September 2018).
Gabungan Kelompok Tani Sumberejo termasuk gapoktan yang
diunggulkan di Kabupaten Jember. Hal ini dibuktikan dengan mengirimkan
gapoktan sumberejo untuk mengikuti lomba di tingkat provinsi tanpa mengadakan
seleksi di tingkat kabupaten terlebih dahulu. Berikut merupakan pernyataan Bapak
Basri terkait hal tersebut:
“Terutama kepala dinas kesini, dinas pertanian itu ya itu karna disini
kelompoknya menonjol akhirnya dari dinas sering kesini diadakan
pertemuan, mengenai administrasi dilihat seperti apa. Setelah itu kegiatan
per anggota ditanyai 1per satu. Apakah betul begini begini. Akhirnya pada
waktu saya lomba, gapoktannya, di Kabupaten belum pernah kita
mengiktui, langsung diikutkan ke provinsi, ga tanggung tanggung. Saya
Tanya pada kepala dinas, lo pak saya ini kan untuk kabupaten belum
pernah ikut. Laa sudah. Kemaren saya kesana kanya termasuk lomba itu.
Sudah nomer 1 itu di kabupaten. Nanti saya kirim langsung ke provinsi, ya
kebetulan saya di provinsi itu dikoreksi semua buku-bukunya sampek 1
jam, saya hanya 15 menit. Laa datanya kan komplit. Malah saya ditinggal,
saya malah ditaruh di atas di bagian yang ngoreksi. Orang orang ya setelah
trun yak ok enak men gak ditakoni gak opo. Dan setelah itu sayaditanyai
siap juara 1 apa tidak? Saya ndak siap pak. Disuruh ke Jakarta nantik. Saya
pasrahkan pada kelompok, gakusah pak, sibuk maneh engkok. Cuma
112
anggotanya yang ndak sanggup. Persiapan itu 1 bulan nonstop, PPL kan
ikut bantu.” (Basri, 6 Januari 2019).
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa petani Desa Sumberejo mampu
menuai prestasi di tingkat provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa petani mampu
bertindak secara progresif dalam usahataninya, sehingga dapat dikatakan bahwa
petani telah mandiri secara intelektual. Potret ini menggambarkan satu dari lima
komponen kemandirian intelektual menurut Masrun dalam Bahua (2016) yaitu
memiliki sikap yang progresif dan ulet dalam mewujudkan harapannya.
5.2.3 Kemandirian Pembinaan
Soedijanto dalam Anantanyu (2011) menyatakan bahwa kemandirian
pembinaan merupakan salah satu aspek kemandirian yang menunjukkan bahwa
seseorang memiliki kapasitas untuk mengembangkan diri sendiri melalui
proses belajar tanpa harus tergantung pihak luar. Lebih lanjut Rahayu dan
Malia, (2018) mengemukakan bahwa kemandirian pembinaan artinya mampu
menggali potensi diri secara kreatif dan inovatif. Kemandirian pembinaan akan
terlihat secara perlahan melalui interaksi yang dilakukan oleh petani hingga
nantinya akan melahirkan suatu kreatifitas.
Kemandirian pembinaan yang digambarkan oleh petani tanaman pangan
Desa Sumberejo antara lain a) Melaksanakan perlombaan dengan inisiatif sendiri,
b) Pengendalian OPT dengan penanaman refugia, c) Pengendalian hama tikus
dengan burung hantu, dan d) Berinisiatif mengadakan kampanye tanpa PPL.
Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci dari masing-masing potret
kemandirian pembinaan petani:
a. Melaksanakan Perlombaan dengan Inisiatif Sendiri
Petani Desa Sumberejo menggunakan teknik perlombaan dala rangka
memacu petani untuk melaksanakan kegiatan usahataninya menjadi lebih baik
dari waktu ke waktu, yaitu dengan meningkatkan produksi maupun penghasilan
dari setiap petani. Perlombaan ini hanya digunakan untuk komoditas padi saja.
Perlombaan yang dimaksud adalah perlombaan mengenai tingkat produktivitas
tertinggi antar petani. Lomba ini diselenggarakan oleh kelompok tani di Desa
113
Sumberejo. Kegiatan perlombaan akan diumumkan pada awal sebelum
penanaman dan akan dihitung hasilnya ketika panen dan diumumkan
pemenangnya ketika pertemuan rutin kelompok. Hadiah yang diberikan berasal
dari dana kas masing-masing kelompok. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Diar
selaku PPL Desa Sumberejo:
“Kalau itu alternatif kelompok sendiri, petaninya sendiri. Sudah kenal
sama formulatornya gitu. Itu usulannya kelompok dan rata-rata begitu.
Untuk petani di wilayah Sumberejo ini rata-rata ingin mengembangkan
bakat dan kemampuannya di bidang pertanian ini mau diterapkan dalam
budidayanya.” (Diar, 21 Desember 2018).
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan Bapak Basri berikut ini:
“Inisiatif kelompok sendiri. Hadiahnya dari kas kelompok. Tujuannya
supaya petani dan anggota itu meningkatkan produksi bagaimana cara
tanam padi yang baik, bagaimana petani bisa meningkatkan penghasilan,
itu tujuannya. Jadi dipacu dengan adanya perlombaan itu.” (Basri, 6
Januari 2019).
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Imam berikut ini:
“Kadang kala di intern kelompok ada juga apik-apikan. Ya kalau menang
itu, ya senang gitu aja lah, biar semangat gitu aja sudah. Hmmm dari intern
itu juga ada seperti kadang kala kan varietas A sama B itu “ayo menang
endi iki sok mben? Kayak gitu cara tanamnya harus sama.” (Imam, 5
Maret 2019).
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa petani Sumberejo memiliki
kapasitas dalam mengembangkan dirinya tanpa tergantung pihak luar dengan
menggunakan cara yang kreatif. Selain itu, petani juga dapat mengembangkan
dirinya melalui proses belajar dari teknik perlombaan yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk mengembangkan dirinya tanpa tergantung pihak luar. Tindakan
tersebut mencerminkan sebuah kemandirian pembinaan dari petani desa
Sumberejo. Potret ini mendukung teori Soedijanto dalam Anantanyu (2011) yang
menyatakan bahwa kemandirian pembinaan merupakan salah satu aspek
kemandirian yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki kapasitas untuk
mengembangkan diri sendiri melalui proses belajar tanpa harus tergantung
pihak luar. Potret tersebut juga mendukung hasil penelitian Rahayu dan Malia,
(2018) yang menyatakan bahwa kemandirian pembinaan akan terlihat secara
114
perlahan melalui interaksi yang dilakukan oleh petani hingga nantinya akan
melahirkan suatu kreatifitas.
b. Pengendalian OPT dengan Penanaman Refugia
Petani Desa Sumberejo dalam mengendalikan serangan OPT terbiasa
menggunakan obat-obatan kimia sebelum tahun 2016. Namun ketika petani mulai
diperkenalkan cara-cara alami membasmi OPT, petani mulai beralih dengan
menggunakan bunga refugia sebagai alternatif pencegahan serangan OPT.
Keseluruhan petani di Desa Sumberejo saat ini sudah menerapkan penanaman
bunga refugia di pematang sawah. Bahkan, banyak petani yang menanam bunga
tersebut di sekitar rumah mereka, di halaman, maupun di pinggiran jalan Desa
Sumberejo. Selain dapat menekan populasi OPT, bunga refugia juga dapat
memperindah pemandangan di Desa. Berikut beberapa pernyataan yang
menggambarkan bahwa petani di Sumberejo telah melakukan penanaman bunga
refugia:
“Kita sebelum tanam kita memberi apa ya, gunanya kita nanam bunga di
tepi tepi itu. Dulu dulunya ya, sawah kok ditanduri bunga ya. Ndak ngerti
kegunaan bunga itu bunga seperti apa. Karna bunga itukan gunanya adalah
pertama untuk menaruh hama supaya dia tidak ke tanaman, tapi ke bunga.
Dan bunga sendiri juga ada predatornya. Predatornya itu ada yang senang
bunga itu akhirnya yang lain akan dimakan oleh predator jadi ndak jadi ke
tanaman akhirnya ke refugianya itu.” (Basri, 6 januari 2019).
Pernyataan Bapak Basri senada dengan pernyataan Bapak Agus berikut
ini:
“Pinggir jalan refugia itu, kanan kiri kan ada semua itu sebetulnya.” (Agus,
15 Maret 2019).
Ibu Diar juga menjelaskan hal serupa seperti berikut ini:
“Kayak pengendalian hama dengan refugia, kita hanya memberi pancingan
stimulan gitu aja. Mungkin di pinggir jalan, di sawah yang dekat jalan,
mungkin petani petani yang mau tanem sendiri di sawahnya sendiri ya
monggo lebih bagus gitu.” (Diar, 30 Maret 2019).
115
Ketiga pernyataan tersebut menunjukkan bahwa petani telah bertindak
kreatif dalam mengendalikan OPT khususnya OPT tanaman pangan dengan
melakukan penanaman bunga refugia. Kondisi ini mencerminkan bahwa petani
telah mandiri dalam aspek pembinaan. Tindakan tersebut mencerminkan sebuah
kemandirian pembinaan dari petani desa Sumberejo. Potret tersebut mendukung
hasil penelitian Rahayu dan Malia, (2018) yang menyatakan bahwa kemandirian
pembinaan artinya mampu menggali potensi diri secara kreatif dan inovatif .
c. Pengendalian Hama Tikus dengan Burung Hantu
Cara lain yang digunakan petani dalam mengendalikan OPT adalah
dengan memanfaatkan musuh alami. Yaitu menggunakan burung hantu pada
daerah endemik tikus. Tidak semua dusun di Desa Sumberejo endemik tikus,
hanya daerah yang berbatasan dengan Desa Sabrang saja yang merupakan wilayah
endemik tikus. Proses pengusiran hama tikus ini dilakukan dengan cara
meletakkan pagupon atau rumah burung hantu sebanyak 8 pagupon di sawah-
sawah petani. Pagupon tersbeut diisi 2 burung hantu saja, namun ketika malam
hari, kedelapan pagupon tersebut terisi penuh oleh burung hantu. Hal ini
disebabkan karena wilayah tersebut dekat dengan hutan rakyat sehingga banyak
burung hantu liar yang singgah ketika malam hari. Cara ini terbukti ampuh untuk
mengusir tikus. Sebelum diterapkan metode ini, petani setempat rutin
mengadakan gropyokan tikus pada malam hari setiap tahun. Namun hasilnya tidak
dapat mengusir tikus secara permanen dibandingkan dengan pemanfaatan
pagupon dan burung hantu. Berikut pernyataan Ibu Diar selaku PPL Desa
Sumberejo terkait pengendalian hama tikus dengan pagupon burung hantu.
“Kemudian pengendalian tikus dengan burung hantu itu juga. Cuman di
wilayah sini aja, perbatasan Sabrang Sumberejo itu. Yang selatan wilayah
Pak Basri itu gakada. Dulu disini tiap tahun itu mesti kalau tanem padi
mesti ada gropyokan tikus, cuman setelah dikasih pagupon burung hantu
itu Alhamdulillah sudah nggak ada gerakan tikus. Pagupon ini rumahnya
burung hantu itulo mbak. Itu ditaruh di sawah. Jadi kemaren itu hanya ada
8 pagupon, yang diisi burung hantu hanya 2 kan, hanya 2 rumah. Cuman
ternyata kalau pas malam hari itu banyak yang singgah disana burung
hantunya. Jadi burung hantu yang ada disana itu manggil temannya
kemudian kalau pas malam kan berburu mereka, Alhamdulillah. Kan dekat
116
hutan disana banyak burung hantu. Alhamdulillah berkurang tikusnya,
sudah gakada kegiatan gropyokan lagi.” (Diar, 30 Maret 2019).
Pernyataan tersebut mencerminkan adanya tindakan kreatif petani dalam
meminimalisir serangan hama tikus. Hal ini mencerminkan bahwa petani
Sumberejo dapat dikatakan telah memiliki sebuah kemandirian pembinaan. Potret
tersebut mendukung hasil penelitian Rahayu dan Malia, (2018) yang menyatakan
bahwa kemandirian pembinaan artinya mampu menggali potensi diri secara
kreatif dan inovatif .
d. Berinisiatif mengadakan kampanye tanpa PPL
Petani Desa Sumberejo juga berinisiatif menggunakan teknik kampanye
untuk beberapa kegiatan tertentu. Kampanye yang dilaksanakan tidak mendapat
bantuan dari PPL sama sekali. Kegiatan ini murni inisiatif dari petani untuk dapat
menyebarluaskan informasi secara cepat dan memperoleh sasaran yang luas.
Kampanye ini dilaksanakan untuk sosialisasi kartu tani dan sosialisasi penanaman
refugia. Pemerintah mewajibkan setiap petani untuk memiliki kartu tani, sehingga
diperlukan pendataan dan pendaftaran administrasi. Hal tersebut diumumkan
melalui kampanye agar seluruh petani dapat mengetahui informasi tersebut, baik
petani yang aktif dalam kelompok tani maupun petani hamparan. Kampanye
lainya adalah untuk sosialisasi terkait penanaman refugia agar seluruh masyarakat
mengetahui bahwasanya ada teknologi baru pengendalian hama secara alami.
Kampanye ini dilaksanakan dengan cara berkeliling Desa Sumberejo hingga ke
setiap dusun menggunakan pick up dan sound sistem dengan biaya dari kas
Gabungan Kelompok Tani Sumberejo. Seperti pernyataan Bapak Basri berikut ini.
“Kartu taninya itu kalau kampanye inisiatif sendiri. Disuruh kelompok
harus memberi ke seluruh hamparan, akhirnya ya kampanye itu. Pakai
dana kelompok, gapoktan. Karna gapoktan kan kasnya banyak.” (Basri, 6
Januari 2019).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ibu Diar:
“Terus pas kampanye siaran kemaren itu pas kartu tani sama tanam bunga
refugia itu keliling itu. Kayak siaran anu itu, siaran pake pick up sound
system itu.” (Diar, 21 Desember 2018).
117
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa teknik kampanye yang
dilaksanakan oleh petani murni berasal dari inisiatif petani sendiri. Hal ini
merupakan bentuk tindakan kreatif petani dalam menyebarluaskan informasi
dengan cara cepat, sehingga dapat dikatakan petani telah mencapai kemandirian
pembinaan. Potret tersebut mendukung hasil penelitian Rahayu dan Malia, (2018)
yang menyatakan bahwa kemandirian pembinaan artinya mampu menggali
potensi diri secara kreatif dan inovatif .
5.2.4 Kemandirian Sosial
Soedijanto dalam Anantanyu (2011) mengemukakan bahwa kemandirian
sosial merupakan salah satu bentuk kemandirian yang dicerminkan oleh manusia
ketika melaksanakan kegiatannya selalu terdapat saling ketergantungan dengan
manusia lain sebagai suatu sistem sosial. Lebih lanjut, Musdalifah dalam Bahua
(2016) menyatakan bahwa kemandirian sosial akan tercermin ketika seorang
manusia dapat mengembangkan dirinya menjadi seseorang yang bertanggung
jawab pada kehidupan masyarakat. Kemandirian sosial dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung
atau menunggu aksi dari orang lain. Kemandirian sosial dapat dilihat melalui
hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, seperti hubungan antara
petani satu dengan petani lainnya, hubungan antara petani dengan penyuluh, dan
hubungan antara petani dengan pihak luar. Potret kemandirian sosial petani
tanaman pangan di Desa Sumberejo dapat dilihat melalui beberapa tindakan
seperti a) Melakukan gotong royong, b) Memiliki grup whatsapp antara petani
dengan penyuluh, c) Interaksi antara Petani dengan Formulator, dan d) Bertukar
informasi dengan sesama petani maupun PPL.
a. Melakukan Gotong Royong Pembersihan Saluran Air
Gotong royong merupakan bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk
ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap objek, permasalahan, maupun
kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersbeut dapat berupa
materi, tenaga fisik, maupun sumbangsih pikiran. Menurut Koentjaraningrat,
118
budaya gotong royong tolong menolong seringkali terjadi pada aktivitas kegiatan
pertanian. Gotong-royong dalam bidang pertanian dapat berupa curahan tenaga
pada saat membuka lahan sampai mengerjakan lahan pertanian, dan diakhiri di
saat panen (Pasya, 2011). Kegiatan gotong royong yang dilaksankaan secara rutin
oleh seluruh petani di Desa Sumberejo adalah ketika hendak melakukan
penanaman. Gotong royong tersebut dilaksanakan untuk pembersihan saluran air.
Gotong royong dilaksanakan antar petani dalam 1 hamparan, tidak membedakan
petani yang aktif dalam pertemuan kelompok maupun petani hamparan. Seperti
pernyataan Ibu Diar berikut ini:
“Baik interaksinya. Yaa gotong royong, gitu, terus kita mungkin ada
kegiatan gotong royong, bersih-bersih. Misal mau tanam padi kita biasa
bersih bersih saluran air. Itu antar kelompok tani. Kan dalam 1 hamparan
itu ada kelompok tani A kelompok tani B. itu gotong royong.” (Diar, 21
Desember 2018).
Hal tersebut mencerminkan adanya interaksi antara petani satu dengan
petani lainnya dalam hal pembersihan saluran air sebelum tanam, sehingga petani
Desa Sumberejo dapat dikatakan telah mandiri secara sosial. Potret tersebut
mendukung pendapat Musdalifah dalam Bahua (2016) yang menyatakan bahwa
kemandirian sosial dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang
lain.
b. Memiliki Grup Whatsapp antara Petani dengan Penyuluh
Whatsapp merupakan sebuah platform digital yang memungkinkan setiap
manusia dapat bertukar pesan teks, pesan suara, gambar, maupun video, tanpa
biaya SMS. Whatsapp akan memberikan peluang bagi setiap manusia untuk
melangsungkan komunikasi lebih intens daripada biasanya. Whatsapp memiliki
fitur yang berupa grup chat yang bisa digunakan oleh beberapa orang untuk
melangsungkan komunikasi bersama dalam sebuah platform digital. PPL Desa
Sumberejo telah membuat 1 grup whatsapp yang berisikan petani-petani di Desa
Sumberejo bersama dengan PPL. Grup ini berfungsi sebagai media untuk
koordinasi secara online. Seperti pernyataan Ibu Diar berikut ini.
119
“Yaa mereka saling menghormati, sangat menerima keberadaan penyuluh
di lingkungan. Sampe ada grup whatsapp juga.” (Diar, 21 Desember
2018).
Pernyataan serupa juga disampaika oleh Bapak Basri selaku ketua
kelompok tani Karya Tani I berikut ini.
“Sudah ada grup antara PPL dan gapoktan, namanya itu Gapoktan
Sumberejo grupnya. Tapi ndak semua ikut, cuma pengurus saja dan yang
sudah punya aplikasi WA itu” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa interaksi yang terjadi antara
petani dengan penyuluh tidak keseluruhan terjadi secara langsung, namun juga
melalui media sosial. Kondisi ini menggambarkan bahwa petani Desa Sumberejo
memiliki kemandirian sosial. Potret tersebut mendukung pendapat Musdalifah
dalam Bahua (2016) yang menyatakan bahwa kemandirian sosial dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain
dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.
c. Interaksi antara Petani dengan Formulator
Formulator merupakan seseorang yang bekerja di perusahaan obat
pembasmi OPT (pestisida) yang bertugas untuk memformulasikan bahan bahan
kimia dan membentuk suatu produk baru. Formulator ini biasanya terjun ke setiap
desa untuk mempromosikan produknya kepada petani. Setelah selesai bekerja,
pihak formulator biasanya singgah di rumah petani untuk beristirahat bahkan
melepas lelah dengan tidur di rumah petani. Berikut pernyataan Bapak Basri.
“Malah sini tempatnya formulator. Datang sini kadang no sore ini datang,
pak aku kesel pak, turu nang kene. Kadang itu tempuk bareng hari ini, jadi
jujukan gitu.” (Basri, 6 Januari 2019).
Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat baik antara petani
dengan pihak formulator di Desa Sumberejo, sehingga kemandirian sosial dapat
dikatakan telah dimiliki oleh petani desa Sumberejo. Potret ini mendukung
pendapat Soedijanto dalam Anantanyu (2011) bahwa kemandirian sosial
merupakan salah satu bentuk kemandirian yang dicerminkan oleh manusia ketika
120
melaksanakan kegiatannya selalu terdapat saling ketergantungan dengan
manusia lain sebagai suatu sistem sosial.
d. Berinteraksi dan Bertukar Informasi dengan Sesama Petani Maupun PPL
Informasi adalah kumpulan pesan yang dapat ditafsirkan oleh sebagian
orang. Informasi merupakan sebuah hal penting yang dibutuhkan petani untuk
senantiasa mengembangkan usahataninya, baik informasi mengenai teknologi
baru, gagasan baru, ataupun program baru yang belum pernah diketahui oleh
petani sebelumnya. Proses pertukaran informasi yang ada di Desa Sumberejo
berlaku baik antara petani dengan petani lainnya maupun antara petani dengan
penyuluh. Informasi yang biasanya disampaikan adalah terkait penyelesaian
masalah yang dihadapi petani. Antar petani akan berdiskusi terkait pengalamanya
masing-masing. Informasi yang disampaikan oleh PPL adalah terkait pengenalan
teknologi ataupun gagasan baru yang belum diketahui petani sebelumnya. Kondisi
lainnya dapat tercermin melalui pertemuan rutin kelompok tani yang
dilaksanakan secara anjangsana. Seperti pernyataan Bapak Basri berikut ini.
“Itu kan diadakan anjangsana, supaya kita erat hubungannya antara
anggota 1 ke yang lain. Pengurus dengan anggota biar kelihatan
akrab.yang selasa malem rabu itu. Jadi bukan hanya 1 tempat tapi
anjangsana. Biar tahu rumahnya masing-masing, biar kenal
lingkungannya, biar akrab. Terus kalau di kelompok, kalau dia menanam
ini berhasil, ya kita ilmunya kita berikan kepada teman yang lain. Kalau
kelompok kan dibagi, kalau udah punya ilmu harus dibagi sama anggota
yang lain.” (Basri, 6 januari 2019).
Untuk penyebaran informasi antara petani dapat dilihat melalui pernyataan
berikut ini:
“Kalau samasama kelompok tani, sering saya mengadakan pertemuan di
lapang bersama sama 1 anggota gapoktan. Kelompok keseluruhan, tapi
tidak keseluruhan anggota, beberapa. Jadi mungkin 1 kelompok 5 orang
atau 10 orang. Perwakilan. Kita pertemuan disini bahas masalah terutama
pertanian. Jadi yang sering saya mengundang hanya pengurus. Informasi
dari saya, saya sebarkan ke pengurus kelompok, lalu nanti disampaikan ke
anggotanya.” (Basri, 6 Januari 2019).
Pernyataan mengenai berkumpul antar petani dinyatakan oleh Bapak Agus
berikut ini:
121
“Kumpul kumpul pernah juga, apalagi kalau ada penanaman bunga.”
(Agus, 15 Maret 2019).
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwasanya antar petani ingin lebih
dekat dan mengenal masyarakat lainnya. Pertukaran informasi juga kerapkali
dilaksankakan dengan adanya pertemuan, baik pertemuan gapoktan maupun
pertemuan kelompok tani. Sehingga dapat dikatakan bahwa petani Desa
Sumberejo telah mandiri secara sosial. Potret tersebut mendukung pendapat
Soedijanto dalam Anantanyu (2011) bahwa kemandirian sosial merupakan salah
satu bentuk kemandirian yang dicerminkan oleh manusia ketika melaksanakan
kegiatannya selalu terdapat saling ketergantungan dengan manusia lain
sebagai suatu sistem sosial.
Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa petani Desa Sumberejo
telah memiliki potret kemandirian berdasar 4 aspek, yaitu kemandirian material,
intelektual, pembinaan, dan juga sosial. Kemandirian material dicerminkan
melalui a) Penggunaan pupuk organik dan berimbang, b) Penggunaan benih
unggul dan bersertifikat, c) Penerapan rotasi tanaman untuk memutus mata rantai
OPT, d) Penerapan teknologi jajar legowo, e) Penerapan sistem olah tanah
sempurna, dan f) Kemampuan dalam menentukan harga jual hasil panen.
Kemandirian intelektual tercermin dari beberapa tindakan petani berikut ini a)
Kebebasan dalam menentukan luasan lahan, b) Kebebasan menentukan komoditas
budidaya, c) Merasa bangga menjadi petani, d) Penyelesaian masalah permodalan,
e) Penyelesaian masalah sumberdaya air, f) Penyelesaian masalah serangan OPT,
g) Meraih prestasi tingkat provinsi, dan h) Kebebasan memilih merk obat.
Kemandirian pembinaan dapat dilihat melalui a) Berinisiatif mengadakan
perlombaan, b) Penanggulangan OPT melalui penanaman bunga refugia, c)
Penanggulangan hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu, dan d)
Berinisiatif mengadakan kampanye. Kemandirian sosial dapat dicerminkan
melalui a) Gotong royong pembersihan saluran air, b) Memiliki grup whatsapp
antara petani dan penyuluh, c) Rumah petani dijadikan tempat beristirahat bagi
formulator, dan d) Berinteraksi dan bertukar informasi sesama petani maupun
penyuluh. Adanya potret kemandirian dari masing-masing aspek tersebut
122
menyatakan bahwa petani tanaman pangan Desa Sumberejo dapat dikatakan
sebagai petani yang telah mandiri.
Berdasar ulasan terkait potret kemandirian petani tanaman pangan di Desa
Sumberejo ini, dapat disederhankan melalui tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6 Potret Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
No. Kemandirian
Material Intelektual Pembinaan Sosial
1. Penggunaan
pupuk organik
dan berimbang
Kebebasan
dalam
menentukan
luasan lahan
Berinisiatif
mengadakan
perlombaan
Gotong royong
pembersihan
saluran air
2. Penggunaan
benih unggul
dan
bersertifikat
Kebebasan
menentukan
komoditas
budidaya
Penanggulangan
OPT melalui
penanaman
bunga refugia
Memiliki grup
whatsapp antara
petani dan
penyuluh
3. Penerapan
rotasi tanaman
untuk
memutus mata
rantai OPT
Kebebasan
memilih merk
obat
Penanggulangan
hama tikus
dengan
memanfaatkan
burung hantu
Rumah petani
dijadikan tempat
beristirahat bagi
formulator
4. Penerapan
teknologi jajar
legowo
Merasa bangga
menjadi petani
Berinisiatif
mengadakan
kampanye
Berinteraksi dan
bertukar
informasi sesama
petani maupun
penyuluh
5. Penerapan
sistem olah
tanah
sempurna
Penyelesaian
masalah
permodalan
6. Kemampuan
menentukan
harga jual hasil
panen
Penyelesaian
masalah
sumberdaya air
7. Penyelesaian
masalah
serangan OPT
8. Meraih prestasi
tingkat provinsi
Sumber: Data primer, 2018-2019
123
5.3 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung
Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Paradigma baru penyuluhan pertanian adalah memberdayakan petani
sehingga menjadi petani yang mandiri,dimana penyuluh lebih berperan
sebagai fasilitator, pencari, serta memberikan pilihan-pilihan kepada petani.
Petani mampu mengambil keputusan dengan pilihan yang terbaik baginya,
sehingga mampu meraih peluang dan menghadapi tantangan globalisasi
ekonomi. Hal ini sesuai dengan falsafah penyuluhan yang dianut dalam
penyuluhan pertanian, yaitu to help people to help themselves through
educational means to improve their level of living (menolong orang agar
orang tersebut dapat menolong dirinya sendiri melalui penyuluhan sebagai
sarananya untuk meningkatkan derajat kehidupannya) (Sadono, 2008).
Penelitian ini akan memberikan beberapa alternatif sebagai pilihan metode
penyuluhan pertanian dalam mendukung kemandirian petani, khususnya petani
tanaman pangan. Berikut merupakan Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian
dengan Pendekatan Individu dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman
Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
5.3.1 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dengan Pendekatan Individu
dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Pendekatan individu dalam metode penyuluhan pertanian digunakan
penyuluh untuk menyebarluaskan informasi kepada petani secara individual. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pendekatan inidividu dapat mendukung kemandirian
petani berdasar aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial. Berikut
penjelasan dari masing-masing teknik penyuluhan dalam mendukung setiap
kemandirian petani.
a. Kunjungan Rumah
Berdasarkan hasil analisis, potret kemandirian petani yang muncul sebagai
output dari penyuluhan teknik kunjungan rumah antara lain kemandirian
intelektual dan kemandirian sosial. Kemandirian intelektual dapat tercermin
melalui kebebasan menentukan merk obat dan penyelesaian masalah serangan
124
OPT. Sedangkan kemandirian sosial tercermin melalui interaksi antara penyuluh
dengan petani.
1. Kebebasan Menentukan Merk Obat dan Penyelesaian Masalah Serangan OPT
Terdapat beberapa petani yang dikunjungi rumahnya oleh penyuluh dalam
rangka bekerjasama memberantas OPT yang menyerang lahan budidaya milik
petani. Seringkali petani menanyakan terkait obat yang sesuai untuk membasmi
OPT yang sedang menyerang lahan tersebut. Namun seorang penyuluh tidak
langsung memberikan merk obat sebagai rekomendasi, akan tetapi penyuluh
akan memberikan daftar bahan aktif yang berfungsi sebagai pembasmi OPT
tersebut. Kemudian penyuluh akan memberikan beberapa alternatif merk obat
dengan bahan aktif tersebut. Hal ini akan berdampak positif kepada petani
karena petani akan memiliki pengetahuan terkait penyelesaian masalah
serangan OPT di kemudian hari melalui pemilihan obat yang mengandung
bahan aktif pembasmi OPT secara mandiri.
2. Interaksi Antara Penyuluh Dengan Petani
Kunjungan yang dilakukan penyuluh ke rumah rumah petani akan
menimbulkan adanya interaksi antara penyuluh dan petani. Interaksi tersebut
dapat berupa tanya jawab atau penyampaian keluhan petani terkait
permasalahan pada lahannya. Pada saat yang sama, penyuluh juga akan
memberikan informasi mengenai apa yang diketahuinya. Setelah itu penyuluh
akan merekomendasikan alternatif penyelesaian masalah kepada petani. Hal
tersebut akan membuat petani merasa diperhatikan oleh penyuluh dan
sebaliknya penyuluh akan merasa puas apabila dapat membantu petani
menyelesaikan permasalahannya.
b. Kunjungan Lahan Usahatani
Hasil analisis menunjukkan bahwa kunjungan lahan usahatani yang
dilakukan oleh penyuluh akan mendukung kemandirian material, intelektual,
pembinaan, dan sosial. Kemandirian material dapat tercermin melalui penerapan
teknologi jajar legowo. Kemandirian intelektual tercermin melalui kebebasan
memilih merk obat dan penyelesaian masalah serangan OPT. Kemandirian
125
pembinaan tercermin melalui penanggulangan OPT melalui penanaman bunga
refugia. Kemandirian sosial tercermin melalui interaksi dengan penyuluh.
1. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Penanaman padi dengan menerapakan teknologi jajar legowo yang dilakukan
petani pada mulanya didampingi oleh penyuluh. Hal ini bertujuan sebagai
upaya crosscheck penyuluh terkait materi yang telah disampaikan sebelumnya.
Apakah petani telah menerapkan teknologi baru tersebut dengan benar atau
belum. Apabila terjadi suatu kesalahan, penyuluh bisa langsung meluruskan hal
tersebut. Lambat laun petani akan memahami mengenai teknologi jajar legowo
dengan sendirinya untuk terus diterapkan pada penanaman berikutnya secara
mandiri.
2. Kebebasan Memilih Merk Obat dan Penyelesaian Masalah Serangan OPT
Pemilihan merk obat yang dilakakukan petani untuk memberantas serangan
OPT tidak terlepas dari rekomendasi yang diberikan penyuluh saat kunjungan
lahan usahatani. Penyuluh akan memberikan beberapa bahan aktif beserta merk
dagang sebagai rekomendasi untuk petani. Nantinya petani akan memilih merk
mana yang akan digunakan untuk membasmi serangan OPT tanpa intervensi
dari pihak manapun, termasuk penyuluh.
3. Penanggulangan OPT melalui Penanaman Bunga Refugia
Pencegahan serangan OPT yang dilakukan petani tanaman pangan Desa
Sumberejo dicerminkan dari adanya penanaman bunga refugia di pematang
sawah. Penanaman tersebut pada awalnya selalu didampingi oleh penyuluh
maupun POPT pada saat mengunjungi lahan petani. Namun lambat laun,
banyak petani yang akhirnya tertarik untuk menanam bunga refugia ini.
Bahkan tidak hanya di pematang sawah, melainkan di sepanjang jalan areal
persawahan. Hal ini menunjukkan bahwa petani secara mandiri telah
menyadari manfaat dari penanaman bunga refugia sebagai pengendali OPT.
4. Interaksi Dengan Penyuluh
Berbagai kunjungan lahan yang dilakukan penyuluh akan memicu petani untuk
berinteraksi dengan penyuluh. Hal ini dicerminkan dari adanya komunikasi
penyuluh dengan petani ketika penanaman refugia maupun pada saat
126
memberikan rekomendasi terkait permasalahan pada lahnnya. Adanya interaksi
antar petani dan penyuluh ini menunjukkan adanya kemandirian sosial dari
petani Desa Sumberejo.
c. Inkuiri
Berdasarkan analisis peneliti, teknik inkuiri dapat mendukung kemandirian
intelektual dan kemandirian sosial petani tanaman pangan di Desa Sumberejo.
Kemandirian intelektual tercermin dari adanya kebebasan memilih merk obat,
penyelesaian masalah OPT, dan penyelesaian masalah permodalan. Kemandirian
sosial tercermin dari adanya interaksi antara penyuluh dengan petani.
1. Kebebasan Memilih Merk Obat dan Penyelesaian Masalah OPT
Petani Desa Sumberejo juga beberapa kali mengunjungi rumah penyuluh atau
bahkan mengunjungi kantor penyuluh untuk mengeluhkan masalah komoditas
budidayanya ketika terserang OPT. Langkah yang diambil penyuluh pun tetap
sama, yaitu dengan memberikan bahan aktif beserta alternatif merk dagang
muntuk mengatasi serangan OPT tersebut. Tindakan ini akan membuat petani
akan terbiasa mengatasi hama dengan bahan aktif tertentu, bukan dengan merk
tertentu secara mandiri.
2. Penyelesaian Masalah Permodalan
Masalah mengenai permodalan kerapkali membuat petani memiliki
keterbatasan dalam mengembangkan usahataninya. Salah satu pemecahan
masalah dari pemerintah adalah mencanangkan program pengadaan kartu tani
bagi setiap petani. Kartu tani ini nantinya kan berfungsi sebagai identitas petani
untuk melakukan pembelian pupuk bersubsidi maupun memperoleh pinjaman
dana dari bank dengan bunga yang sangat kecil sehingga tidak akan menjerat
petani dalam pengembaliannya. Proses pendaftaran kartu tani memerlukan
beberapa persyaratan administrasi yang tidak dipahami oleh seluruh petani.
Terdapat beberapa petani yang mengadakan konsultasi kepada PPL dengan
mengunjungi rumah PPL terakit hal ini. Setelah petani mendapatkan informasi
mengenai persyaratan pendaftaran, petani akan mengumpulkan berkas berkas
tersebut untuk mendapatkan kartu. Saat ini, kartu tani milik petani Desa
127
Sumberejo telah dapat digunakan untuk melakukan peminjaman modal
sehingga permasalahan permodalan petani dapat teratasi.
3. Interaksi Antara Penyuluh Dengan Petani.
Masalah serangan OPT maupun permodalan yang membawa petani
mengunjungi rumah penyuluh tersebut menandakan terjadinya suatu interaksi.
Interaksi tersebut berupak komunikasi 2 arah yang memungkinkan
komunikator menjadi komunikan, begitu juga sebaliknya. Adanya interaksi ini
mencerminkan adanya suatu kemandirian sosial dari petani Desa Sumberejo.
d. Kontak Informal
Hasil analisis menunjukkan bahwasanya teknik Kontak Informal
mendukung kemandirian petani pada aspek sosial. Kontak Informal tidak
mendukung aspek kemandirian lainya karena tidak adanya persiapan materi pada
teknik ini. Sehingga dukungan kemandirian yang diberikan terbatas pada aspek
sosial saja. Kemandirian sosial dapat tercermin dari adanya interaksi petani dalam
menyapa penyuluh ketika tidak sengaja bertemu di sebuah warung kopi. Hal ini
menandakan antar petani dan penyuluh adalah 2 individu yang saling mengenal
satu sama lain. Cerminan lainya terlihat ketika petani melakukan konsultasi terkait
lahannya maupun tentang kegiatan yang akan dilaksanakan di waktu mendatang.
5.3.2 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dengan Pendekatan
Kelompok dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Pendekatan kelompok dalam metode penyuluhan pertanian digunakan
penyuluh untuk menyebarluaskan informasi kepada petani dalam lingkup
kelompok. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendekatan kelompok dapat
mendukung kemandirian petani berdasar aspek material, intelektual, pembinaan,
dan sosial. Berikut penjelasan dari masing-masing teknik penyuluhan dalam
mendukung setiap kemandirian petani.
128
a. Ceramah
Berdasar hasil analisis, ceramah dapat mendukung kemandirian petani
pada aspek material dan pembinaan. Aspek material ditunjukkan dengan beberapa
sikap petani seperti penggunaan pupuk organik dan berimbang, penggunaan benih
unggul dan bersertifikat, penerapan rotasi tanaman, penerapan teknologi jajar
legowo, dan penerapan sistem olah tanah sempurna. Aspek pembinaan
ditunjukkan melalui sikap petani dalam hal membasmi OPT menggunakan inovasi
kreatif seperti penanaman refugia dan pemanfaatan burung hantu.
1. Penggunaan Pupuk Organik dan Berimbang
Petani Desa Sumberejo saat ini telah menerapkan penggunaan pupuk organik
dan berimbang. Hal ini tidak terlepas dari informasi yang telah diberikan
penyuluh pada saat ceramah di pertemuan rutin kelompok tani. Pada awalnya
petani merubah kebiasaan mereka dalam penggunaan pupuk urea yang
terbilang di luar batas. Setelah mendapat informasi, petani mulai beralih
menggunakan pupuk berimbang N, P, dan K serta pupuk organik. Sampai saat
ini petani terus menerapkan pemupukan berimbang karena keputusan
pribadinya karena telah mengetahui sendiri manfaat dari teknologi pemupukan
berimbang.
2. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat
Penggunaan benih unggul dan bersertifikat sudah merupakan hal yang umum
bagi petani tanaman pangan Desa Sumberejo. Petani ingin menghasilkan suatu
produksi yang tinggi walaupun lahan yang dimiliki terbatas. Hal ini
menunjukkan bahwa petani ingin memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi
dengan cara menggunakan benih yang unggul dan juga bersertifikat. Pada
mulanya petani memberikan ceramah saat pertemuan kelompok tentang
urgensi penggunaan benih unggul dan bersertifikat. Lambat laun petani
merasakan perbedaan hasil dan perbedaan harga jual dari hasil usahataninya
ketika menggunakan benih bersertifikat. Oleh karena itu, petani Desa
Sumberejo terus menggunakan benih varietas unggul yang bersertifikat sampai
saat ini.
129
3. Penerapan Rotasi Tanaman
PPL juga pernah memberikan ceramah mengenai urgensi rotasi tanaman guna
memutus mata rantai OPT, terutama pada komoditas padi. Hal ini terbukti
berpengaruh bahwasanya apabila musim tanam petani dalam 1 tahun
menggunakan komoditas yang berbeda beda, maka OPT khususnya hama
wereng akan kehilangan habitatnya sehingga mata rantai OPT tersebut akan
terputus. Sampai saat ini akhirnya tidak ada petani yang melakukan penanaman
komoditas yang sama pada 2 musim tanam secara bertut turut.
4. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Ceramah mengenai penanaman padi menggunakan inovasi teknologi jajar
legowo sudah beberapa kali dilaksanakan oleh penyuluh. Penerapan teknologi
jajar legowo ini tidak bisa secara instan langsung diterapkan oleh seluruh
petani. Bahkan hingga saat ini hanya terdapat 60% petani yang menerapkan.
Namun 40% sisanya juga mulai beralih menggunakan jajar legowo, yaitu
menerapkan sistem tanam larikan menggunakan kencong dengan jarak yang
tidak terlalu rapat sehingga memudahkan untuk perawatan tanaman. Petani
yang telah menerapkan teknologi tersebut sampai saat telah menerapkan
teknologi jajar legowo karena telah mengalami sendiri bahwasanya
produktivitas yang dihasilkan apabila menggunakan jarwo akan lebih tinggi
dibandingkan penanaman konvensional.
5. Penerapan Sistem Olah Tanah Sempurna
Materi ceramah lainya yang pernah diberikan adalah mengenai sistem
pengolahan tanah, dimana terdapat 2 tipe olah tanah. Untuk komoditas padi,
petani menggunakan olah tanah konvensional atau olah tanah sempurna. Untuk
komoditas jagung, petani menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)
kemudian dilanjutkan dengan pembumbunan. Kedua sistem olah tanah ini telah
diterapkan oleh petani Desa Sumberejo karena petani telah sadar mengenai
betapa pentingnya melakukan pengolahan tanah sebelum tanam guna
memperbaiki struktur fisik maupun unsur biologis dalam tanah. Dimana hal
tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman budidaya nantinya.
130
6. Pemanfaatan Bunga Refugia sebagai alternatif Pengendali OPT
Inovasi ini pada awalnya diperkenalkan oleh Bapak Matori selaku POPT
Kecamatan Ambulu. Setelah mengetahui hal tersebut, dilaksanakan penanaman
bunga refugia di pematang sawah oleh beberapa petani. Pada awalnya hanya
sebagian petani yang menerapkan inovasi ini, namun hal tersebut memicu
petani lain untuk menerapkan inovasi tersebut pada lahan masing-masing.
Karena selain dapat memperindah sawah, bunga refugia juga dapat
menanggulangi serangan OPT.
7. Pemanfaatan Burung Hantu sebagai alternatif Pengendali Hama Tikus
Inovasi ini juga diperkenalkan oleh POPT Kecamatan Ambulu. Sebelumnya,
petani rutin mengadakan kegiatan gropyokan tikus setiap tahun pada daerah
endemik tikus. Namun setelah merasakan sendiri keuntungan dari pemanfaatan
pagupon burung hantu, petani mulai beralih menggunakan teknologi ini dalam
pengusiran hama tikus.
b. Diskusi
Hasil analisis menunjukkan bahwa teknik diskusi dalam penyuluhan
pertanian dapat mendukung kemandirian petani pada aspek material, intelektual,
pembinaan, dan sosial. Aspek material dicerminkan dari penggunaan pupuk
organik dan berimbang, penggunaan benih unggul dan bersertifikat, penerapan
rotasi tanaman, penerapan teknologi jajar legowo, dan penerapan sistem olah
tanah sempurna. Aspek intelektual meliputi kebebasan memilih merk obat dan
penyelesaian masalah permodalan. Aspek pembinaan meliputi pemanfaatan
refugia dan burung hantu dalam menanggulangi OPT. Aspek sosial meliputi
berinteraksi dan bertukar informasi baik antara penyuluh dengan petani maupun
antar petani satu sama lain.
1. Penggunaan Pupuk Organik dan Berimbang
Diskusi seringkali merupakan bagian lanjutan dari ceramah. Setelah penyuluh
memberikan ceramahnnya, kerapkali dilangsungkan sebuah diskusi. Diskusi
berlangsung antara penyuluh dengan seluruh petani yang hadir tanpa
terkecuali. Diskusi inin membicarakan terkait beberapa hal yang menjadi
131
kendala bagi petani, seperti pemahaman materi, cara perolehan bahan baku,
maupun biaya. Setelah proses diskusi lambat laun petani akan tertarik untuk
menerapkan pupuk organik dan berimbang. Setelah tau manfaatnya, petani
akan terus menerapkan pemupukan dengan cara seperti ini.
2. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat
Diskusi yang dilaksanakan biasanya membahas terkait harga benih dan teknik
budidaya lainya. Biasanya penjelasan terkait pemilihan benih unggul tidak
terlepas dari adanya diskusi mengenai penerapan paket teknologi budidaya
yang harus diterapkan petani agar memperoleh hasil maksimal. Dalam diskusi
biasanya terdapat beberapa petani yang menceritakan pengalaman pribadinya
terkait peningkatan hasil dengan menggunakan benih varietas unggul
sehingga menarik minat petani lainnya untuk turut menggunakan benih
unggul pula.
3. Penerapan Rotasi Tanaman
Diskusi terkait rotasi tanaman terjadi ketika seorang penyuluh baru saja
memberikan ceramah terkait materi ini. Petani menjadi lebih terbuka
wawasannya setelah melaksanakan diskusi, sehingga timbul suatu penilaian
bagi petani terkait rotasi tanaman. Bahkan sudah ada beberapa petani yang
hendak mencoba teknologi tersebut.
4. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Diskusi terkait penerapan teknologi jajar legowo ini lebih sering dilaksanakan
antara petani dengan petani. Biasanya petani petani akan berkumpul ketika
panen untuk membicarakan terkait produksi masing-masing petani. Petani
yang menggunakan teknologi jajar legowo terbukti memiliki produktivitas
yang lebih tinggi sehingga menimbulkan keinginan bagi petani lainya untuk
menerapkan teknologi ini.
5. Penerapan Sistem Olah Tanah Sempurna
Tidak semua petani menerapkan sistem olah tanah sempurna, sehingga
penyuluh pernah memberikan ceramah terkait manfaat dari olah tanah
sempurna. Setelah ceramah diberikan, terjadi diskusi antar petani yang sedang
membicarakan kelebihan dan kelemahan dari sistem ini. Dari hasil diskusi
132
tersebut, saat ini keseluruhan petani di Desa Sumberejo telah menerapkan
sistem olah tanah sempurna ketikan akan melakukan penanaman padi.
6. Kebebasan Memilih Merk Obat
Teknik diskusi juga terjadi antara petani dan penyuluh ketika petani sedang
memberikan rekomendasi terkadit bahan aktif obat. Diskusi ini akan
menghasilkan sebuah pemecahan masalah dari petani dengan beberapa
alternatif pilihan. Petani sendiri lah yang akan memilih alternatif merk dagang
yang digunakannya untuk menanggulangi OPT.
7. Penyelesaian Masalah Permodalan
Teknik diskusi untuk penyelesaian masalah permodalan terjadi ketika petani
berinteraksi dengan penyuluh terkait program kartu tani. Kartu tani dan
penyelesaian masalah permodalan memiliki hubungan yang sangat berkaitan.
Kartu tani akan menjadi media bagi petani untuk melakukan peminjaman
modal di bank dalam jumlah besar dengan bunga yang sedikit. Proses
pendaftaran kartu tani ini tidak lepas dari bantuan penyuluh, dimana penyuluh
berperan dengan mendampingi petani untuk memperoleh kartu tani.
8. Pemanfaatan Refugia dalam Menanggulangi OPT
Diskusi yang dilangsungkan ketika penanaman refugia kebanyakan adalah
diskusi antara petani dengan petani lainnya. Biasanya petani akan
menceritakan terkait teknik penanaman bunga refugia kepada petani lainya.
Akan terjadi proses tanya jawab pada saat itu sehingga lambat laun akan
menimbulkan penilaian petani terhadap penanaman refugia ini, bahkan ada
beberapa petani yang ikut mencoba menerapkan penanaman refugia ini pada
lahnnya.
9. Pemanfaatan Burung Hantu dalam Menanggulangi Hama Tikus
Diskusi yang dilaksankaan petani Desa Sumberejo dalam hal penanggulangan
hama tikus melalui pemanfaatan OPT terjadi antara petani, PPL, dan POPT.
Diskusi berlangsung ketika POPT memperkenalkan sebuah inovasi baru
kepada petani Desa Sumberejo, terutama pada daerah yang endemik tikus.
Beberapa petani menerapkan inovasi dan merasa berhasil untuk meniadakan
133
pergerakan tikus, sehingga lambat laun petani akan terus menerapkan inovasi
tersebut karena sudah mengetahui manfaat yang diperoleh.
10. Berinteraksi dan Bertukar Informasi Baik Antara Penyuluh dengan Petani
Maupun Antar Petani Satu Sama Lain
Diskusi akan memungkinkan petani, penyuluh, maupun pihak lain seperti
POPT terlibat dalam suatu komunikasi dan berinteraksi. Interaksi tersebut
tidak lain adalah menyangkut berbagai hal terkait usahatani. Potret ini
menggambarkan adanya interaksi yang dibangun antara petani, PPL, dan
POPT sehingga dapat dikatakan petani telah mandiri secara sosial.
c. Demonstrasi
Berdasar haisl analisis, teknik demonstrasi akan mendukung kemandirian
petani dalam aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial. Aspek material
dapat tercermin melalui penggunana pupuk organik dan berimbang bagi petani,
penggunaan benih unggul dan bersertifikat, dan penerapan teknologi jajar
legowo. Aspek intelektual dapat terlihat dari penyelesaian masalah serangan
OPT. Aspek pembinaan dapat tercermin melalui penanggulangan OPT melalui
penanaman bunga refugia. Aspek sosial dapat tercermin melalui proses
interaksi antar petani maupun penyuluh bahkan pihak luar di Desa Sumberejo.
1. Penggunana Pupuk Organik dan Berimbang Bagi Petani
Demonstrasi yang dilakukan adalah demonstrasi cara maupun demonstrasi
hasil. Demonstrasi cara digunakan untuk praktik pembuatan Pupuk Organik
Cair (POC) sedangkan demonstrasi hasil digunakan untuk melihat perbedaan
hasil tanaman dari penggunaan pupuk berimbang dan tidak. Demonstrasi akan
menunjukkan manfaat dari adanya teknologi ini, sehingga petani akan melihat
sendiri bagaimana hasilnya. Sedikit demi sedikit, petani mulai menerapkan
teknologi ini hingga saat ini.
2. Penggunaan Benih Unggul Dan Bersertifikat
Demonstrasi terkait penggunaan benih unggul biasanya menggunakan jenis
demonstrasi hasil. Demonstrasi bertujuan untuk memperlihatkan kepada petani
keunggulan dari varietas unggul baru dari benih benih yang kini bermunculan.
134
Demonstrasi biasanya menggunakan lahan percontohan milik petani. Apabila
produksi yang dihasilkan lebih baik, maka petani akan memilih untuk beralih
pada varietas unggul tersebut. Tetapi tetap disesuaikan dengan harga jual
maupun modal petani.
3. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Demonstrasi terkait penanaman padi menggunakan teknologi jajar legowo juga
pernah diterapkan di Desa Sumberejo. Hasil dari demonstrasi ini sangat
mengagetkan beberapa pihak, baik dari Dinas Pertanian maupun petani.
Produksi dari teknik jajar legowo sangatlah tinggi dibandingkan dengan
penanaman konvensional. Sehingga 60% petani tanaman pangan Desa
Sumberejo telah beralih menggunakan teknologi jajar legowo untuk
penanaman padi. Namun bukan berarti 40% sisanya masih menggunakan cara
konvensional, melainkan teknologi larikan.
4. Penyelesaian Masalah Serangan OPT
Demonstrasi yang dilakukan terkait penyelesaian serangan OPT menggunakan
jenis demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara dilakukan pada
saatpraktik pembuatan pestisida ataupun insektisida nabati. Sedangkan
demonstrasi hasil dilakukan pada saat aplikasi pestisida dan insektisida nabati
tersebut di lahan petani. Demonstrasi akan menunjukkan setahap demi setahap
proses yang dilaksanakan mulai dari pembuatan hingga aplikasi. Hal ini
membuat petani lambat laun juga turut menerapkan penanggulangan OPT
secara hayati.
5. Penanggulangan OPT Melalui Penanaman Bunga Refugia
Demonstrasi terkait penanaman bunga refugia dilaksanakan pertama kali
bersama dengan POPT Kecamatan Ambulu. Kegiatan ini melibatkan seluruh
kelompok tani sehingga informasi terkait inovasi baru dapat diketahui secara
menyeluruh bagi petani di Desa Sumberejo. Petani yang tidak aktif dalam
pertemuan rutin kelompok juga akan mengetahui karena mayoritas hamparan
di Sumberejo telah ditanami bunga refugia. Hal ini menjadi stimulant bagi
petani lainnya untuk ikut melakukan penanaman bunga ini.
135
6. Proses Interaksi Antar Petani maupun Penyuluh bahkan Pihak Luar Di Desa
Sumberejo.
Demonstrasi yang dilaksanakan secara langsung akan melibatkan beberapa
pihak. Keterlibatan tersebut pasti akan menimbulkan suatu interaksi, terutama
dengan petani di Desa Sumberejo. Adanya interaksi ini menggambarkan bahwa
tercipta suatu kemandirian sosial bagi petani Desa Sumberejo.
d. Perlombaan
Teknik perlombaan dalam penyuluhan pertanian mendukung kemandirian
petani pada aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial. Aspek material
dapat dilihat dari tindakan petani dalam penggunaan benih unggul dan
bersertifikat, penerapan teknologi jajar legowo, dan penerapan sistem olah
tanha sempurna. Aspek intelektual dapat tercermin dari perasaan bangga
menjadi seorang petani. Aspek pembinaan tercermin melalui inisiatif petani
dalam melaksanakan perlombaan secara mandiri. Dan aspek sosial terlihat dari
adanya interaksi antar petani dalam melangsungkan kegiatan perlombaan.
1. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat
Teknik perlombaan akan memicu petani untuk senantiasa merawat tanaman
budidayanya sebaik mungkin. Hal ini memicu semangat petani karena setiap
orang pasti ingin mendapatkan hasil yang terbaik. Salah satu hal yang
dilakukan petani agar memenangkan perlombaan adalah menggunakan bnih
varietasunggul dan bersertifikat agar produksi tanaman dapat tinggi.
2. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Perlombaan juga akan memicu petani untuk menggunakan penanaman dengan
teknologi jajar legowo. Teknologi jajar legowo terbukti mampu meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman padi walaupun cara penanamannya relatif
sulit. Namun petani akan terpacu untuk menggunakan teknologi ini agar dapat
memenangkan perlombaan dan memperoleh hasil yang maksimal dalam
usahataninya.
136
3. Penerapan Sistem Olah Tanah Sempurna
Teknik perlombaan membuat petani melakukan persiapan tanam semaksimal
mungkin. Petani meyakini bahwa tanah merupakan media utama dalam
penanaman padi sehingga perlu disiapkan semaksimal mungkin agar bibit yang
akan ditanam dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi tinggi.
Petani akan melakukan pengolahan tanah sebelum tanam dengan sempurna
agar memperoleh hasil panen yang memuaskan.
4. Perasaan Bangga Menjadi Seorang Petani
Teknik perlombaan juga akan menimbulkan perasaan bangga dalam diri
seorang petani. Seorang petani memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi
dalam melaksanakan usahataninya tanpa rasa malu dan merasa profesinya
adalah pekerjaan yang mulia Terlebih ketika petani memenangkan berbagai
perlombaan yang ada. Hal ini tercermin dari adanya petani petani berusia
muda, baik dari kalangan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah
maupun ke atas.
5. Berinisiatif Melaksanakan Perlombaan secara Mandiri
Adanya perlombaan yang diadakan oleh pemerintah memotivasi petani untuk
melakukan perlombaan serupa dalam lingkup kelompok tani. Perlombaan ini
melibatkan seluruh anggota kelompok dan hadiah pemenang juga berasal dari
kas kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa petani Desa Sumberejo telah
mandiri secara pembinaan.
6. Interaksi Antar Petani Dalam Melangsungkan Kegiatan Perlombaan
Perlombaan yang diadakan petani secara otomatis akan melibatkan berbagai
pihak, antara lain petani lainnya, PPL, Pemerintah, dan POPT. PPL dan POPT
berperan dalam mendampingi petani melaksanakan perlombaan, petani
membutuhkan PPL dan POPT dalam melaksanakan usahataninya, pemerintah
membutuhkan stakeholder pertanian di Desa Sumberejo untuk memperoleh
prestasi baik di tingkat provinsi maupun nasional. Hal ini menunjukkan adanya
ketergantungan antara pihak 1 dengan pihak lainnya sehingga petani Desa
Sumberejo dapat dikatakan telah mandiri secara sosial.
137
e. Sekolah Lapang
Teknik sekolah lapang dalam penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu mendukung kemandirian petani dalam aspek
intelektual dan sosial. Aspek intelektual dicerminkan dari kebebasan petani
dalam menentukan luas lahan dan komoditas budidaya. Aspek sosial dapat
tercermin dari adanya interaksi antara petani dengan berbagai pihak dalam
melaksanakan sekolah lapang.
1. Kebebasan dalam Menentukan Luas Lahan
Teknik sekolah lapang akan membuat petani terbiasa menyelesaikan
permasalahan dalam usahataninya karena pengalaman pengalaman yang
pernah dialaminya. Penentuan jumlah luas lahan yang akan digunakan sebagai
media tanam utama dalam usahatani akan ditentukan sendiri oleh petani.
Pengetahuan yang diperoleh saat sekolah lapang mengajarkan petani untuk
senantiasa mengambil keputusan secara pribadi terkait dengan segala kegiatan
yang berkaitan dalam usahataninya, tanpa intervensi dari pihak manapun.
2. Kebebasan dalam Menentukan Komoditas
Teknik sekolah lapang dalam penyuluhan pertanian akan memberikan
pengetahuan kepada petani untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang
dihadapinya berdasar pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya. Hal ini
akan membiasakan petani mengambil keputusan secara mandiri tanpa
intervensi pihak lain, termasuk dalam penentuan komoditas yang akan
dibudidayakan petani.
3. Interaksi Petani dengan Berbagai Pihak
Sekolah lapang dalam penyuluhan pertanian melibatkan berbagai pihak, antara
lain petani, penyuluh, dinas, dan POPT. Dinas membutuhkan petani untuk
dibentuk menjadi seorang petani yang mandiri guna mewujudkan paradigm
baru penyuluhan pertanian. Petani juga membutuhkan dinas, ppl, dan POPT
guna mendampingi dalam kegiatan usahataninya. Hal ini menunjukkan
hubungan saling ketergantungan dari berbagai pihak sehingga dapat dikatakan
bahwa petani tanaman pangan Desa Sumberejo menunjukkan potret
kemandirian sosial.
138
f. Farmers Field Day
Teknik FFD memberikan dukungan kemandirian bagi petani dalam aspek
material dan sosial. Aspek material ditunjukkan dari tindakan petani dalam
menggunakan benih unggul dan bersertifikat pada usahataninya. Aspek sosial
ditunjukkan dari adanya formulator yang sering singgah di rumah petani untuk
beristirahat dan adanya interaksi antara petani dengan pihak luar.
1. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat
Teknik FFD dalam penyuluhan pertanian yang dilaksanakan biasanya
mengenai pengenalan bibit unggul varietas baru dari berbagai perusahaan.
Teknik FFD biasanya dilaksanakan dengan teknik ceramah, diskusi, dan
demonstrasi sekaligus. FFD memungkinkan petani untuk menggunakan bibit
unggul varietas baru tersebut karena petani akan melihat sendiri perbedaanya
dibandingkan dengan varietas lama.
2. Adanya Formulator yang Beristirahat di Rumah Petani
Teknik FFD biasanya mempertemukan petani dengan formulator formulator
dari beberapa perusahaan. Pertemuan ini biasanya akan berujung dengan saling
bertukar nomor HP antara petani dan formulator. Hal ini akan membuat petani
dan formulator menjadi semakin dekat. Hal tersebut dapat terlihat dari
banyaknya formulator yang singgah di rumah petani hanya untuk beristirahat
dari pekerjannya, bahkan ada beberapa formulator yang kadang tertidur di
rumah petani tanpa melakukan promosi apapun.
3. Interaksi Petani dengan Pihak Luar
FFD memungkinkan petani untuk berinteraksi dengan pihak luar, seperti pihak
perusahaan dan formulator. Perusahaan dan formulator membutuhkan petani
agar produk yang baru saja diproduksi dapat laku terjual. Petani juga
membutuhkan varietas varietas unggul baru dan bersertifikat yang cocok
dibudidayakan saat ini. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa adanya
hubungan saling membutuhkan antara petani dan perusahaan maupun
formulator, sehingga teknik FFD dapat dikatakan mendukung petani tanaman
pangan Desa Sumberejo secara sosial.
139
5.3.3 Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dengan Pendekatan Massal
dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Pendekatan massal dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember digunakan penyuluh untuk menjangkau
sasaran secara luas dan tidak diketahui siapa saja sasaran tersebut. Pendekatan
massal dilaksanakan dengan 3 macam teknik, yaitu kampanye, media internet, dan
siaran radio. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendekatan massal dapat
mendukung kemandirian petani dalam aspek material, intelektual, pembinaan, dan
sosial. Berikut merupakan penjelasan secara rinci dari masing-masing teknik
penyuluhan pertanian dalam mendukung kemandirian petani.
a. Kampanye
Hasil analisis menunjukkan bahwa teknik kampanye dalam penyuluhan
pertanian dapat mendukung kemandirian intelektual, pembinaan, dan sosial
bagi petani. Aspek intelektual dapat terlihat dari penyelesaian masalah
permodalan bagi petani. Aspek pembinaan terlihat dari inisiatif petani dalam
melakukan penanaman bunga refugia guna menanggulangi OPT dan inisiatif
petani dalam melaksanakan kampanye. Aspek sosial dapat terlihat dari
interaksi petani dengan masyarakat sekitar.
1. Penyelesaian Masalah Permodalan Bagi Petani
Hasil analisis menunjukkan bahwa teknik kampanye turut berdampak pada
penyelesaian masalah permodalan bagi petani. Masalah permodalan bagi petani
erat kaitannya dengan program kartu tani. Petani yang telah memiliki kartu tani
akan dapat meminjam modal kepada bank dalam jumlah besar dan bunga yang
kecil. Kampanye dilaksanakan untuk pemberitahuan terkait adanya program ini
sehingga akan memunculkan kesadaran petani.
2. Berinisiatif dalam Penanaman Bunga Refugia Guna Menanggulangi OPT
Hasil analisis menunjukkan bahwa inisiatif petani dalam melakukan
penanaman refugia juga dipengaruhi oleh teknik kampanye dalam penyuluhan
pertanian. Kampanye terkait penanaman refugia pernah dilaksanakan oleh
petani di Desa Sumberejo guna memacu semangat petani untuk turut
140
melakukan penanaman. Dampaknya adalah beberapa petani banyak yang
menghadiri kegiatan tanam bersama pada jadwal yang telah ditentukan.
3. Berinisiatif dalam Melaksanakan Kampanye
Adanya keterbatasan media penyampaian informasi kepada petani dengan
jangkauan yang relatif luas membuat petani di Desa Sumberejo berinisiatif
dalam mengadakan kampanye. Dilaksanakannya teknik kampanye ini
merupakan potret tindakan kreatif dari petani Desa Sumberejo untuk
menyebarluaskan informasi kepada sasaran dengan jangkauan yang luas dan
dengan waktu yang relatif cepat.
4. Berinteraksi dengan Masyarakat Sekitar
Teknik kampanye dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu akan melibatkan lebih dari 1 petani. Mulai dari tahap persiapan
hingga pelaksanaan pasti akan terjadi koordinasi yang dilakukan antara petani
1 dengan petani lainnya. Adanya koordinasi ini menunjukkan bahwa terdapat
proses interaksi yang dilakukan, sehingga memberikan potret kemandirian
sosial bagi petani Desa Sumberejo.
b. Siaran radio
Teknik penyuluhan pertanian yang dilaksanakan melalui siaran radio akan
mendukung terbentuknya kemandirian material bagi petani. Kemandirian
material tersebut tercermin dari tindakan petani dalam penerapan teknologi
jajar legowo. Salah satu materi yang pernah disiarkan oleh RRI adalah
mengenai teknologi penanaman jajar legowo. Setelah pemberian materi, akan
ada kuis interaktif yang membeirkan kesempatan bagi pendengar untuk
melakukan tanya jawab dengan pemateri. Teknik ini nantinya akan
memberikan perubahan pengetahuan dari diri petani terkait teknologi jajar
legowo.
Berdasar ulasan terkait implementasi metode penyuluhan pertanian dalam
mendukung kemandirian petani tanaman pangan di atas, dihasilkan suatu
alternatif kesesuaian metode penyuluhan pertanian dalam mendukung
141
kemandirian petani tanaman pangan di Desa Sumberejo yang disajikan pada tabel
5.7 berikut ini.
Tabel 5.7 Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian Pendekatan
Individu dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
No.
Teknik
Penyuluhan
Pertanian
Jenis
Kemandirian Potret Kemandirian
1. Kunjungan
Rumah
Material -
Intelektual 1. Kebebasan dalam Menentukan Merk
Obat
2. Penyelesaian Masalah Serangan OPT
Pembinaan -
Sosial 1. Interaksi Antara Penyuluh dengan
Petani
2. Kunjungan
Lahan
Material 1. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Intelektual 1. Kebebasan Memilih Merk Obat
2. Penyelesaian Masalah Serangan OPT
Pembinaan 1. Penanggulangan OPT melalui
Penanaman Bunga Refugia
Sosial 1. Interaksi Dengan Penyuluh
3. Inkuiri Material -
Intelektual 1. Kebebasan Memilih Merk Obat
2. Penyelesaian Masalah OPT
3. Penyelesaian Masalah Permodalan
Pembinaan -
Sosial Interaksi antara Penyuluh dengan Petani.
4. Kontak
Informal
Material -
Intelektual -
Pembinaan -
Sosial 1. Interaksi antara Petani dengan
Penyuluh
Sumber: Data primer, 2018-2019
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa setiap teknik dalam metode
penyuluhan individu dapat mendukung kemandirian petani. Potret kemandirian
yang digambarkan adalah dari aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial.
Masing-masing teknik yang telah diuraikan tersebut mendukung petani menjadi
lebih mandiri sesuai dengan bidangnya masing-masing Teknik penyuluhan yang
142
mendukung keseluruhan aspek kemandirian adalah teknik kunjungan lahan.
Sedangkan teknik lainnya hanya mendukung sebagian aspek kemandirian.
Tabel 5.8 Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian Pendekatan
Kelompok dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman
Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
No.
Teknik
Penyuluhan
Pertanian
Jenis
Kemandirian Potret Kemandirian
1. Ceramah Material 1. Penggunaan Pupuk Organik dan
Berimbang
2. Penggunaan Benih Unggul dan
Bersertifikat
3. Penerapan Rotasi Tanaman
4. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
5. Penerapan Sistem Olah Tanah
Sempurna
Intelektual -
Pembinaan 1. Pemanfaatan Bunga Refugia sebagai
alternatif Pengendali OPT
2. Pemanfaatan Pagupon Burung Hantu
sebagai alternatif Pengendali Hama
Tikus
Sosial -
2. Diskusi Material 1. Penggunaan Pupuk Organik dan
Berimbang
2. Penggunaan Benih Unggul dan
Bersertifikat
3. Penerapan Rotasi Tanaman
4. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
5. Penerapan Sistem Olah Tanah
Sempurna
Intelektual 1. Kebebasan Memilih Merk Obat
2. Penyelesaian Masalah Permodalan
Pembinaan 1. Pemanfaatan Refugia dalam
Menanggulangi OPT
2. Pemanfaatan Burung Hantu dalam
Menanggulangi Hama Tikus
Sosial 1. Berinteraksi dan Bertukar Informasi
Baik Antara Penyuluh dengan Petani
Maupun Antar Petani Satu Sama Lain
143
Lanjutan Tabel 5.8
No.
Teknik
Penyuluhan
Pertanian
Jenis
Kemandirian Potret Kemandirian
3. Demonstrasi Material 1. Penggunana Pupuk Organik dan
Berimbang Bagi Petani
2. Penggunaan Benih Unggul Dan
Bersertifikat
3. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Intelektual 1. Penyelesaian Masalah Serangan OPT
Pembinaan 1. Penanggulangan OPT Melalui
Penanaman Bunga Refugia
Sosial 1. Proses Interaksi Antar Petani maupun
Penyuluh bahkan Pihak Luar di Desa
Sumberejo
4. Perlombaan Material 1. Penggunaan Benih Unggul dan
Bersertifikat
2. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
3. Penerapan Sistem Olah Tanah
Sempurna
Intelektual 1. Perasaan Bangga Menjadi Seorang
Petani
Pembinaan 1. Berinisiatif Melaksanakan Perlombaan
secara Mandiri
Sosial 1. Interaksi Antar Petani dalam
Melangsungkan Kegiatan Perlombaan
5. Sekolah
Lapang
Material -
Intelektual 1. Kebebasan dalam Menentukan Luas
Lahan
2. Kebebasan dalam Menentukan
Komoditas
Pembinaan -
Sosial 1. Interaksi Petani dengan Berbagai
Pihak
6. FFD Material 1. Penggunaan Benih Unggul dan
Bersertifikat
Intelektual -
Pembinaan -
Sosial 1. Adanya Formulator yang Beristirahat
di Rumah Petani
2. Interaksi Petani dengan Pihak Luar
Sumber: Data primer, 2018-2019
144
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa setiap teknik dalam metode
penyuluhan kelompok dapat mendukung kemandirian petani. Potret kemandirian
yang digambarkan adalah dari aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial.
Masing-masing teknik yang telah diuraikan tersebut mendukung petani menjadi
lebih mandiri sesuai dengan bidangnya masing-masing. Teknik penyuluhan yang
mendukung keseluruhan aspek kemandirian adalah teknik diskusi, demonstrasi,
dan perlombaan. Sedangkan teknik lainnya hanya mendukung sebagian aspek
kemandirian.
Tabel 5.9 Alternatif Kesesuaian Metode Penyuluhan Pertanian Pendekatan
Massal dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
No.
Teknik
Penyuluhan
Pertanian
Jenis
Kemandirian Potret Kemandirian
1. Kampanye Material -
Intelektual 1. Penyelesaian Masalah Permodalan
Bagi Petani
Pembinaan 1. Berinisiatif dalam Penanaman Bunga
Refugia Guna Menanggulangi OPT
2. Berinisiatif dalam Melaksanakan
Kampanye
Sosial 1. Berinteraksi dengan Masyarakat
Sekitar
2. Media
Internet
Material -
Intelektual -
Pembinaan -
Sosial -
3. Siaran
Radio
Material 1. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
Intelektual -
Pembinaan -
Sosial -
Sumber: Data primer, 2018-2019
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa setiap teknik dalam metode
penyuluhan massal dapat mendukung kemandirian petani. Potret kemandirian
yang digambarkan adalah dari aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial.
Terdapat 1 teknik penyuluhan yang belum bisa mendukung terbentuknya
145
kemandirian petani, yaitu teknik penyuluhan melalui media internet. Masing-
masing teknik yang telah diuraikan tersebut mendukung petani menjadi lebih
mandiri sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hasil penelitian ini
menghasilkan sebuah goal yang berupa alternatif kesesuaian metode penyuluhan
pertanian dalam mendukung kemandirian petani tanaman pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Soedijanto dalam Anantanyu
(2011) yang menyebutkan bahwa kemandirian petani meliputi 4 aspek, yaitu a)
Kemandirian material yang berarti memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara
optimal potensi sumberdaya alam yang mereka miliki sendiri tanpa harus
menunggu bantuan orang lain atau tergantung dari pihak luar, b) Kemandirian
intelektual yang berarti memiliki kapasitas untuk mengkritisi dan
mengemukakan pendapat tanpa dibayangi oleh rasa takut atau tekanan dari pihak
lain, c) Kemandirian pembinaan yang berarti memiliki kapasitas untuk
mengembangkan diri sendiri melalui proses belajar tanpa harus tergantung
pihak luar, dan d) Kemandirian sosial yang diartikan ketika seorang manusia
dalam melaksanakan kegiatannya selalu terdapat saling ketergantungan dengan
manusia lain di dalam masyarakatnya sebagai suatu sistem sosial.
146
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti mengenai
Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode penyuluhan pertanian yang diterapkan di Desa Sumberejo
dilaksanakan dengan 3 pendekatan, yaitu pendekatan individu, kelompok, dan
massal. Pendekatan individu dilaksanakan dengan 4 macam teknik
penyuluhan antara lain a) kunjungan rumah, b) kunjungan lahan usahatani, c)
inkuiri, dan d) kontak informal. Pendekatan kelompok dilaksanakan dengan 6
macam teknik penyuluhan, antara lain a) ceramah, b) diskusi, c) demonstrasi,
d) perlombaan, e) sekolah lapang, dan f) FFD. Pendekatan massal
dilaksanakan dengan 3 teknik, yaitu a) kampanye, b) media internet, dan c)
siaran radio. Penyuluh dapat melaksanakan penyuluhan dengan kombinasi
lebih dari 1 teknik penyuluhan sekaligus.
2. Potret kemandirian petani tanaman pangan di Desa Sumberejo terbagi ke
dalam 4 aspek, yaitu aspek material, intelektual, pembinaan, dan sosial.
Kemandirian material petani dapat digambarkan melalui beberapa tindakan
petani seperti a) Penggunaan pupuk organik dan berimbang, b) Penggunaan
benih unggul dan bersertifikat, c) Penerapan rotasi tanaman untuk memutus
mata rantai OPT, d) Penerapan teknologi jajar legowo, e) Penerapan sistem
olah tanah sempurna, dan f) Kemampuan menentukan harga jual hasil
pertanian. Kemandirian intelektual tercermin dari beberapa tindakan seperti a)
Kebebasan dalam menentukan luasan lahan, b) Kebebasan menentukan
komoditas budidaya, c) Merasa bangga menjadi petani, d) Penyelesaian
masalah permodalan, e) Penyelesaian masalah sumberdaya air, f)
Penyelesaian masalah serangan OPT, g) Meraih prestasi tingkat provinsi, dan
h) Kebebasan memilih merk obat. Kemandirian pembinaan dapat dilihat
melalui a) Berinisiatif mengadakan perlombaan, b) Penanggulangan OPT
147
melalui penanaman bunga refugia, c) Penanggulangan hama tikus dengan
memanfaatkan burung hantu, dan d) Berinisiatif mengadakan kampanye.
Kemandirian sosial dapat dicerminkan melalui a) Gotong royong
pembersihan saluran air, b) Memiliki grup whatsapp antara petani dan
penyuluh, c) Interaksi antara petani dengan formulator, dan d) Berinteraksi
dan bertukar informasi antar petani maupun penyuluh. Adanya potret
kemandirian dari masing-masing aspek tersebut menyatakan bahwa petani
tanaman pangan Desa Sumberejo dapat dikatakan sebagai petani yang telah
mandiri.
3. Pendekatan individu, kelompok, dan massal dalam metode penyuluhan
pertanian di Desa Sumberejo masing-masing dapat mendukung kemandirian
petani baik secara material, intelektual, pembinaan, dan sosial. Namun
terdapat 1 teknik penyuluhan dari pendekatan massal yang belum mendukung
kemandirian petani, yaitu teknik penyuluhan dengan media internet.
6.2 Saran
Setelah dilakukannya penelitian mengenai Implementasi Metode
Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan,
maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Petani Desa Sumberejo sebaiknya mempertahankan keaktifannya dalam
berpartisipasi di berbagai kegiatan kelompok agar kemandirian yang sudah
melekat dalam diri petani dapat terus dipertahankan, terutama petani yang
tergolong aktif.
2. Petani tanaman pangan di Desa Sumberejo yang tidak aktif, sebaiknya turut
berpartisipasi aktif pada pertemuan rutin kelompok tani agar memperoleh
berbagai bentuk pengetahuan baru, sehingga kegiatan usahatani yang dilakukan
dapat terus mengalami progress dari waktu ke waktu.
3. PPL Desa Sumberejo sebaiknya melakukan pendekatan individual untuk
menghimbau petani hamparan yang tidak aktif agar turut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan kelompok tani guna menumbuhkan kemandirian petani.
148
4. Pemerintah sebaiknya mengadakan perlombaan untuk komoditas pangan selain
padi agar petani dapat termotivasi untuk melakukan usahatani yang semakin
baik dari waktu ke waktu, bukan untuk komoditas padi saja.
5. Bagi peneliti lain dapat melanjutkan penelitian mengenai Peran Pengamat
Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dalam Mendukung Kemandirian
Petani Tanaman Pangan di Kecamatan Ambulu, karena ditemukan fenomena
bahwa permasalahan yang sering dialami oleh petani tanaman pangan adalah
dari serangan OPT.
149
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. dan Dinar. 2016. Peranan Penyuluhan Pertanian terhadap Penerapan
Sistem Tanam Jajar Legowo (Suatu Kasus pada Kelompok Tani di
Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka). Role of Agricultural
Extension on Implementation of Sistem Jajar Legowo (a Case Study of
Farmers in District of Majalengka Cigasong): 181-195.
Alawiyah, f. M. dan E. D. Cahyono. 2018. Persepsi Petani terhadap Introduksi
Inovasi Agens Hayati melalui Kombinasi Media Demplot dan FFD.
Farmers Perception Toward Introduction of Biological Agents Innovation
Through a Combination of Media Demonstration Plot and Farmer Field
Day. JEPA, 2 (1): 19-28.
Amri, S. S. Ikhbar, dan Mujiburrahman. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Output Sektor Pertani Garam di Kabupaten Pidie dan
Pidie Jaya. 1 (1): 393-401.
Anantanyu, S. 2011. Kelembagaan Petani: Peran dan Strategi Pengembangan
Kapasitasnya. Sepa, 7 (2): 102-109.
Andriyono, S., W. Thajaningsih, Agustono, E. D.Masithah, K. T. Pursetyo, A. A.
Abdillah, dan H. Purnomo. 2015. Aplikasi Teknologi Asap Cair dalam
Pengolahan dan Pengawetan Produk Perikanan di Pulau Mandangin.
Technology Application of Liquid Smoke in Processing and Preservation
of Fishery Products in the Mandangin Island. Perikanan dan Kelautan,
7(1): 1-6.
Azahari, D. H. 2008. Membangun Kemandirian Pangan dalam Rangka
meningkatkan Ketahanan Nasional. Analisis Kebijakan Pertanian, 6 (2):
174-195.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Ambulu dalam Angka 2013-2014.
Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Ambulu dalam Angka 2015. Jember:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Ambulu dalam Angka 2016. Jember:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Ambulu dalam Angka 2017. Jember:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
150
Badan Pusat Statistik. 2017. Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2017. Suraaya:
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Ambulu dalam Angka 2018. Jember:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
Badan Pusat Statistik. 2018. Pendapatan Nasional Indonesia 2013-2017. Jakarta:
Badan Pusat Statistik Indonesia.
Bahua, M. I. 2016. Kinerja Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Deepublish.
Ban, V. D. dan H. S. Hawkins. 1999. Agricultural Extension. Terjemahan oleh A.
D. Herdiasti. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Creswell, J. W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elizabeth, R. 2011. Strategi Pencapaian Diversifikasi dan Kemandirian Pangan:
Antara Harapan dan Kenyataan. Iptek Tanaman Pangan, 6 (2): 230-242.
Farid, A.,U. Romadi, dan D.Witono. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Adopsi Petani dalam Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo di Desa
Sukosari Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur
Factors Affecting Farmer Adoption in the Implementation of Jajar
Legowo Planting Sistem in Sukosari Village, Kasembon Sub-District,
District of Malang, East Java. Penyuluhan, 14 (1): 27-32.
Fuady, I., D. P. Lubis, dan R. W. E. Lumintang. Perilaku Komunikasi Petani
dalam pencarian Informasi Pertanian Organik (Kasus Petani bawang
merah di Desa Srigading Kabupaten Bantul). Komunikasi Pembangunan,
10 (2): 10-18.
Helmy, Z., Sumardjo, N. Purnaningsih, dan P. Tjitropranoto. 2013. Hubungan
Kompetensi Penyuluh dengan Karakteristik Pribadi, Persepsi Penyuluh
terhadap Dukungan Kelembagaan dan Persepsi Penyuluh terhadap Sifat
Inovasi Cyber Extensión. Correlation Between Extension Workers‟
Competence with Their Personal Characteristics, Perception on
Institutional Support and Cyber Extension Innovation Nature.
Agroekonomi, 31 (1): 1-18.
Hutahean, M. Rosnita, dan R. Yulida. 2016. Analisis Kinerja Penyuluh Pertanian
dalam Memberdayakan dan Memandirikan Petani Karet di Kecamatan
Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi. Online Mahasiswa Faperta
UR. 3 (2): 1-7.
151
Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kasryno, F. 2007. Mengembalikan Kemandirian Petani sebagai Penggerak
Pembangunan Ekonomi Pedesaan Berkelanjutan: Membalik Arus
Menuai Kemandirian Petani. Jakarta: Yayasan Padi Indonesia.
Kasryno, F. 2007. Pemberdayaan Petani dan Kearifan Lokal dalam Budidaya
Pertanian Ekologis Berbasis Padi: Membalik Arus Menuai Kemandirian
Petani. Jakarta: Yayasan Padi Indonesia.
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan tahun 2015-2019. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis Kementrian
Pertanian tahun 2015-2019. Jakarta: Kementan.
Kuswantoro. 2016. Tingkat Kepuasan Petani Jagung terhadap Kinerja Penyuluh
Pertanian Swasta dan Penyuluh Pertanian Pegawai negeri Sipil di Desa
Sidodadi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Skripsi. Jember:
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Lestari, M. 2011. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok
Tani dalam Berusahatani di Kecamatan Poncowarno Kabupaten
Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Malta. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Petani dalam
Pengambilan Keputusan untuk Keberlanjutan Usahatani (Kasus: Petani di
Desa Sukaharja - Kabupaten Bogor). Sosiohumaniora, 18(2): 118-124.
Mardikanto T. dan S. Sutarni. 1982. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Surabaya:
Usaha Nasional.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Maryam, S. 2016. Pengaruh Pelatihan Budidaya Padi, Jagung, dan Kedelai
terhadap Peningkatan Kemandirian Petani Anggota P4S Kabupaten
Subang (Studi Deskriptif dada P4S Binaan BBPP Lembang Wilayah
Kabupaten Subang, 2016). Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
152
Miles, M. B. dan A. M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Minarni, I. Warman, dan W. Handayani. 2017. Case-Based Reasoning (CBR)
pada Sistem Pakar Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Singkong
dalam Usaha Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan. Teknoif, 5
(1): 41-47.
Muchtar, K., N.Purnaningsih, dan D. Susanto. 2014. Komunikasi Partisipatif pada
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
Participative Communication in Field School of Comprehensive
Agriculture Land-Use Management (SL-PTT). Komunikasi
Pembangunan, 12 (2): 1-14.
Musyafak, A. dan T. M. Ibrahim. 2005. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi
Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani. Analisis Kebijakan Pertanian,
3 (1): 20-37.
Nita, C. E., B. Siswanto, dan W. H. Utomo. Pengaruh Pengolahan Tanah dan
Pemberian Bahan Organik (Blotong dan Abu Ketel) terhadap Porositas
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Tebu Pada Ultisol. Tanah dan
Sumberdaya, 2(1): 119-127.
Pangaribuan, D. H., F. X. Soesilo, dan J. Prasetyo. 2018. Pengembangan dan
Pemanfaatan Pupuk Organik Ekstrak Tanaman pada Budidaya Pertanian
Organik di Lampung Selatan. JPKM, 24 (1): 603-609.
Pasya, G. K. 2011. Gotong Royong dalam Kehidupan Masyarakat. Sosietas, 1 (1).
Prayoga, K., P. S. Banar, dan D. S. Prayoga. 2018. Keberadaan TV TANI sebagai
Revitalisasi Media Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia.
Agriekonomika, 7 (1): 99-109.
Purwatiningsih, N. A., A. Fatchiya, dan R. S. H. Mulyandari. 2018. Pemanfaatan
Internet dalam Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten
Cianjur. Utilization of Internet in Improving Performance of Agricultural
Extension in Cianjur Regency. Penyuluhan, 14 (1): 79-91.
Rahayu, T. dan R. Malia. 2018. Pengaruh Kepemimpinan Ketua Kelompok
terhadap Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok Di Gabungan Petani
Organik (GPO) Nyi-Sri Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur.
Agroscience, 8 (1): 1-21.
Sadono, D. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di
Indonesia. Penyuluhan, 4 (1): 65-74.
153
Satori, D. dan A. Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Suarjana, I. W., A. A. N. Supadma, dan I. D. M. Arthagama. Kajian Status
Kesuburan Tanah Sawah untuk Menentukan Anjuran Pemupukan
Berimbang Spesifik Lokasi Tanaman Padi di Kecamatan Manggis.
Agroteknologi, 4 (4): 314-323.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju
Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat).
Disertasi. Bogor: IPB.
Sumarwan, U. 2010. Perubahan Pola Konsumsi Pangan Beras, Jagung dan Terigu
Konsumen Indonesia Periode 1999-2009 dan Implikasinya Bagi
Pengembangan Bahan Bakar Ramah Lingkungan Berbasis Pangan.
Pangan, 19 (2): 157-168.
Syafriwan, S. Hadi, dan Rosnita. 2013. Peranan Penyuluh dan Strategi
Peningkatan Peranan Penyuluh Perkebunan dalam Pengembangan
Kelompok Tani Pemasaran Karet di Kabupaten Kuantan Singingi.
Dinamika Pertanian, 28 (2): 131-140
Tahitu, M. E. 2013. Kualitas Pelayanan Penyuluhan Pertanian dan Kepuasan
Petani dalam Pengembangan Usahatani (Kasus di Desa Sukadamai
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Agricultural Extension Service
Quality and Satisfaction of Farmers in Developing Farming (Case in
Sukadamai village Dramaga District Bogor Regency). Penyuluhan, 9 (2):
146-145.
Wahjuti, U. 2014. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Banten: Universitas
Terbuka.
Wiriaatmadja, S. 1977. Pokok Pokok Penyuluhan Pertanian. Jakrta: CV.
Yasaguna.
Zakil, A. D., Y. Rusman, dan M. N. Yusuf. 2014. Dampak Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) terhadap Tingkat Penerapan
Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Usaha Tani Padi
Sawah (Oryza Sativa L.) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Raksa Bumi
III Desa Sindangsari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis). Agroinfo
Galuh, 1 (1): 23-32.
154
Lampiran Pedoman Wawancara
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PANDUAN WAWANCARA
JUDUL : IMPLEMENTASI METODE PENYULUHAN PERTANIAN
DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI
TANAMAN PANGAN
LOKASI : DESA SUMBEREJO KECAMATAN AMBULU
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Status :
Jumlah Keluarga :
Pekerjaan :
Dusun/Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Pewawancara
Nama : Ayu Setyorini
Nim : 151510601151
Hari/Tanggal Wawancara :
Responden
(.......................)
PPL
155
A. LATAR BELAKANG PETUGAS PENYULUH LAPANG
1. Nama Lengkap :
2. Alamat :
3. Tempat/Tanggal Lahir :
4. Pengalaman menjadi PPL :........tahun THL dan ........tahun PNS
5. Bertugas menjadi PPL di :
6. Pengalaman PPL di lokasi saat ini :......tahun
7. Jenis PPL :
B. METODE PENYULUHAN PERTANIAN (umum)
1. Metode apa saja yang Anda gunakan untuk melakukan penyuluhan?
a. Individu (apabila sasaran 1 orang)
b. Kelompok (apabila sasaran >1 orang dan jelas yang dituju)
c. Massal (apabila sasaran >1 orang dan tersebar luas tanpa diketahui
dengan pasti sasarannya)
2. Bagaimana cara dan prosedur yang Anda gunakan dalam melaksanakan
penyuluhan pertanian secara individu?
a. Mengunjungi rumah sasaran
b. Mengunjungi lahan usahatani sasaran
c. Tidak sengaja bertemu di suatu tempat
d. Didatangi oleh sasaran
e. Menggunakan petani sukses dalam usahatani
f. Menggunakan bendera di lahan usahatani sasaran
3. Bagaimana cara dan prosedur yang Anda gunakan dalam melaksanakan
penyuluhan pertanian secara kelompok?
a. Menjadi pembicara tunggal (penceramah)
b. Mempertunjukkan cara melakukan sesuatu atau hasil dari suatu
teknologi
c. Melakukan pertukaran pendapat serta pengungkapan argumentasi daari
penyuluh maupun sasaran
d. Perlombaan
156
e. Praktik langsung di tempat petani ang lebih maju
f. Sekolah Lapangan
g. FFD (Farmers Field Day)
h. Pertemuan antara petani petani dengan pemerintah
i. Pertemuan antara petani petani dengan pelaku agribisnis
j. Pertemuan antara petani petani maju dengan petani petani yang belum
berhasil
4. Bagaimana cara dan prosedur yang Anda gunakan dalam melaksanakan
penyuluhan pertanian secara massal?
a. Kapanye
b. Pameran
c. Surat kabar dan majalah
d. Bagan, diagram, grafik, kartun, komik, poster
e. Radio
f. Televisi
g. Film
h. Internet
C. METODE PENYULUHAN PERTANIAN (khusus)
1. Siapa saja yang memberikan penyuluhan selain Anda?
2. Siapa sasaran yang Anda tuju untuk melaksanakan penyuluhan jenis ini?
3. Apa jabatan sasaran tersebut?
4. Apa tujuan Anda melaksanakan metode penyuluhan tersebut?
5. Dimana biasanya Anda melaksanakan penyuluhan dengan metode ini?
6. Kapan biasanya Anda melaksanakan penyuluhan dengan metode ini?
7. Apa saja peralatan dan fungsinya yang Anda butuhkan dalam melakukan
penyuluhan?
a. Peta lokasi
b. ATK
c. Buku catatan
d. Programa penyuluhan
157
e. RDK dan RDKK
f. Media / Alat bantu
g. dll
8. Bagaimana tahapan yang Anda gunakan dalam metode penyuluhan
tersebut?
a. Tahap perencanaan
Siapa yang dituju
Bagaimana karakteristik sasaran (kondisi ekonomi, sosial budaya,
dll)
Informasi/ruang lingkup materi yang akan disampaikan
b. Tahap Pelaksanaan
Aktivitas yang dilakukan (mulai dari masuk ke rumah petani
hingga keluar)
Budaya yang dilakukan
Proses penyampaian saran/pesan
Cara bertanya kepada sasaran
Cara menjawab pertanyaan sasaran
Pencatatan hasil penyuluhan, permasalahan yang ditemukan, dan
usulan petani
Cara dokumentasi kegiatan penyuluhan
Cara tindak lanjut dari hasil penyuluhan
c. Tahap evaluasi
Catatan kunjungan
Follow up apabila ada janji
9. Informasi/pesan apa yang biasanya disampaikan dalam metode ini?
a. Penjelasan singkat tujuan dan manfaat
Mempengaruhi sikap sasaran terhadap penyuluh
Mengajarkan pengetahuan
Mengajarkan keterampilan
158
b. Inovasi yang disampaikan
10. Apakah terdapat jadwal kunjungan pada sasaran dalam melaksanakan
penyuluhan?
11. Apakah terdapat kriteria tertentu dalam menyusun jadwal pelaksanaan
penyuluhan?
a. Tidak mengganggu aktivitas petani
b. Dilakukan setelah petani bekerja
c. Konfirmasi terlebih dahulu dengan petani
12. Bagaimana jadwal kunjungan yang Anda terapkan?
13. Apa manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan penyuluhan ini?
a. Bagi sasaran
b. Bagi PPL
c. Bagi pemerintah
14. Tabel Kegiatan Penyuluhan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan
1 Saat membuka
pembicaraan
2 Pengamatan terhadap
Lahan usahatani
3 Permasalahan di
Lahan
4 Tanggapan petani
saat diberikan inovasi
5
Tanggapan petani
saat disarankan
menggunakan inovasi
6 Kendala petani saat
menerapkan inovasi
7 Kendala petani saat
menerapkan inovasi
8 Usulan petani
159
D. POTRET KEMANDIRIAN PETANI
1. Kemandirian Material
a. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani dalam memanfaatkan
Sumberdaya Alam di sekitar?
b. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani dalam budidaya varietas
unggul?
c. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani dalam melakukan kegiatan
penanganan pasca panen?
2. Kemandirian Intelektual
a. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani di Desa Sumberejo dalam
menentukan perencanaan usahatani?
Indikator : a1 bebas
a2 progresif
a3 inisiatif
a4 terkendali
a5 kemantapan diri
b. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani di Desa Sumberejo dalam
menentukan lahan budidaya?
Indikator : b1 bebas
b2 progresif
b3 inisiatif
b4 terkendali
b5 kemantapan diri
c. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani di Desa Sumberejo dalam
menentukan cara berproduksi?
Indikator : c1 bebas
c2 progresif
c3 inisiatif
c4 terkendali
c5 kemantapan diri
160
d. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani di Desa Sumberejo dalam
menentukan pemecahan masalah?
Indikator : d1 bebas
d2 progresif
d3 inisiatif
d4 terkendali
d5 kemantapan diri
e. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani di Desa Sumberejo dalam
menentukan pasar untuk pmesaran hasil usahatani?
Indikator : e1 bebas
e2 progresif
e3 inisiatif
e4 terkendali
e5 kemantapan diri
3. Kemandirian Pembinaan
a. Bagaimana cara petani dalam mengembangkan dirinya?
b. Bagaimana potret kreatifitas petani?
c. Apa saja inovasi yang dilakukan oleh petani?
4. Kemandirian Sosial
a. Bagaimana cara petani menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
sesama petani dalam 1 kelompok tani?
b. Bagaimana cara petani menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
sesama petani yang berbeda kelompok taninya?
c. Bagaimana cara petani menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
para pemimpin?
d. Bagaimana cara petani menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
penyuluh?
161
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PANDUAN WAWANCARA
JUDUL : IMPLEMENTASI METODE PENYULUHAN PERTANIAN
DALAM MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI
TANAMAN PANGAN
LOKASI : DESA SUMBEREJO KECAMATAN AMBULU
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Status :
Jumlah Keluarga :
Pekerjaan :
Dusun/Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Pewawancara
Nama : Ayu Setyorini
Nim : 151510601151
Hari/Tanggal Wawancara :
Responden
(.......................)
PETANI
162
A. LATAR BELAKANG PETANI
1. Nama Lengkap `:
2. Alamat :
3. Tempat/Tanggal Lahir :
4. Pengalaman menjadi petani :..........th dan ........th menanam........
5. Komoditas Usahatani Terbanyak :
6. Musim Tanam dalam 1 tahun :
7. Luas Lahan :
8. Kepemilikan Lahan :
9. Tergabung dalam kelompok tani :
10. Pengalaman gabung poktan :
11. Status Kelompok Tani :
B. METODE PENYULUHAN PERTANIAN (umum)
1. Apakah Anda pernah mengikuti penyuluhan pertanian?
2. Kegiatan penyuluhan dengan metode apa saja yang pernah anda ikuti
untuk melakukan penyuluhan?
a. Individu (apabila sasaran 1 orang)
b. Kelompok (apabila sasaran >1 orang dan jelas yang dituju)
c. Massal (apabila sasaran >1 orang dan tersebar luas tanpa diketahui
dengan pasti sasarannya)
3. Bagaimana cara dan prosedur yang penyuluh gunakan dalam
melaksanakan penyuluhan pertanian secara individu (yang pernah Anda
alami)?
a. Mengunjungi rumah sasaran
b. Mengunjungi lahan usahatani sasaran
c. Tidak sengaja bertemu di suatu tempat
d. Didatangi oleh sasaran
e. Menggunakan petani sukses dalam usahatani
f. Menggunakan bendera di lahan usahatani sasaran
163
4. Bagaimana cara dan prosedur yang penyuluh gunakan dalam
melaksanakan penyuluhan pertanian secara kelompok (yang pernah Anda
alami)?
a. Menjadi pembicara tunggal (penceramah)
b. Mempertunjukkan cara melakukan sesuatu atau hasil dari suatu
teknologi
c. Melakukan pertukaran pendapat serta pengungkapan argumentasi daari
penyuluh maupun sasaran
d. Perlombaan
e. Praktik langsung di tempat petani yang dirasa lebih maju
f. Sekolah Lapangan
g. FFD (Farmers Field Day)
h. Pertemuan antara petani petani dengan pemerintah
i. Pertemuan antara petani petani dengan pelaku agribisnis
j. Pertemuan antara petani petani maju dengan petani petani yang belum
berhasil
5. Bagaimana cara dan prosedur yang penyuluh gunakan dalam
melaksanakan penyuluhan pertanian secara massal (yang pernah Anda
alami)?
a. Kampanye
b. Pameran
c. Surat kabar dan majalah
d. Bagan, diagram, grafik, kartun, komik, poster
e. Radio
f. Televisi
g. Film
h. Internet
C. METODE PENYULUHAN PERTANIAN (khusus)
1. Siapa saja yang pernah memberikan penyuluhan selain PPL Desa
Sumberejo?
164
2. Apa jabatan Anda dalam pelaksanaan penyuluhan?
3. Apa tujuan Anda mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut?
4. Dimana biasanya Anda melaksanakan penyuluhan dengan metode ini?
5. Kapan biasanya Anda melaksanakan penyuluhan dengan metode ini?
6. Apa saja peralatan dan fungsinya yang penyuluh gunakan dalam
melakukan penyuluhan?
a. Peta lokasi
b. ATK
c. Buku catatan
d. Programa penyuluhan
e. RDK dan RDKK
f. Media / Alat bantu
g. dll
7. Bagaimana tahapan yang penyuluh lakukan dalam pelaksanaan
penyuluhan tersebut?
a. Tahap perencanaan
Siapa yang dituju
Bagaimana karakteristik sasaran (kondisi ekonomi, sosial budaya,
dll)
Informasi/ruang lingkup materi yang akan disampaikan
b. Tahap Pelaksanaan
Aktivitas yang dilakukan (mulai dari masuk ke rumah petani
hingga keluar)
Budaya yang dilakukan
Proses penyampaian saran/pesan
Cara bertanya kepada sasaran
Cara menjawab pertanyaan sasaran
Pencatatan hasil penyuluhan, permasalahan yang ditemukan, dan
usulan petani
Cara dokumentasi kegiatan penyuluhan
165
Cara tindak lanjut dari hasil penyuluhan
c. Tahap evaluasi
Catatan kunjungan
Follow up apabila ada janji
8. Informasi/pesan apa yang biasanya disampaikan dalam metode ini?
c. Penjelasan singkat tujuan dan manfaat
Mempengaruhi sikap sasaran terhadap penyuluh
Mengajarkan pengetahuan
Mengajarkan keterampilan
d. Inovasi yang disampaikan
9. Apakah terdapat jadwal kunjungan pada sasaran dalam melaksanakan
penyuluhan?
10. Apakah terdapat kriteria tertentu dalam menyusun jadwal pelaksanaan
penyuluhan?
d. Tidak mengganggu aktivitas petani
e. Dilakukan setelah petani bekerja
f. Konfirmasi terlebih dahulu dengan petani
11. Bagaimana jadwal kunjungan yang Anda terapkan?
12. Apa manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan penyuluhan ini?
d. Bagi sasaran
e. Bagi PPL
f. Bagi pemerintah
166
13. Tabel Kegiatan Penyuluhan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan
1 Saat membuka
pembicaraan
2 Pengamatan terhadap
Lahan usahatani
3 Permasalahan di
Lahan
4 Tanggapan petani
saat diberikan inovasi
5
Tanggapan petani
saat disarankan
menggunakan inovasi
6 Kendala petani saat
menerapkan inovasi
7 Kendala petani saat
menerapkan inovasi
8 Usulan petani
D. POTRET KEMANDIRIAN PETANI
1. Kemandirian Material
a. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani dalam memanfaatkan
Sumberdaya Alam di sekitar?
b. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani dalam budidaya varietas
unggul?
c. Bagaimana tindakan yang dilakukan petani dalam melakukan kegiatan
penanganan pasca panen?
167
2. Kemandirian Intelektual
a. Bagaimana tindakan yang Anda lakukan dalam menentukan
perencanaan usahatani?
Indikator : a1 bebas
a2 progresif
a3 inisiatif
a4 terkendali
a5 kemantapan diri
b. Bagaimana tindakan yang Anda lakukan dalam menentukan lahan
budidaya?
Indikator : b1 bebas
b2 progresif
b3 inisiatif
b4 terkendali
b5 kemantapan diri
c. Bagaimana tindakan yang Anda lakukan dalam menentukan cara
berproduksi?
Indikator : c1 bebas
c2 progresif
c3 inisiatif
c4 terkendali
c5 kemantapan diri
d. Bagaimana tindakan yang Anda lakukan dalam menentukan
pemecahan masalah?
Indikator : d1 bebas
d2 progresif
d3 inisiatif
d4 terkendali
d5 kemantapan diri
168
e. Bagaimana tindakan yang Anda lakukan dalam menentukan pasar
untuk pmesaran hasil usahatani?
Indikator : e1 bebas
e2 progresif
e3 inisiatif
e4 terkendali
e5 kemantapan diri
3. Kemandirian Pembinaan
a. Bagaimana cara petani dalam mengembangkan dirinya?
b. Bagaimana potret kreatifitas petani?
c. Apa saja inovasi yang dilakukan oleh petani?
4. Kemandirian Sosial
a. Bagaimana cara Anda menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
sesama petani dalam 1 kelompok tani?
b. Bagaimana cara Anda menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
sesama petani yang berbeda kelompok taninya?
c. Bagaimana cara Anda menjaga hubungan dan berinteraksi dengan para
pemimpin?
d. Bagaimana cara Anda menjaga hubungan dan berinteraksi dengan
penyuluh?
169
Lampiran Data Informan
No. Nama Usia
(th) Alamat Pekerjaan
1. Rahmat
Darmawan 42
Desa
Tanjungrejo
Koordinator Penyuluh
Kecamatan Ambulu
2. Diar Fidi Astutik 36
Dusun
Kebonsari
Desa Sabrang
PPL Desa Sumberejo
3. Basri 60
Dusun
Bregoh Desa
Sumberejo
Petani
(Kelas Kelompok Utama)
4. Imam Zarkoni 51
Dusun
Bregoh Desa
Sumberejo
Petani
(Kelas Kelompok Madya)
5. Agus Salim 45
Dusun Watu
Ulo Desa
Sumberejo
Petani
(Kelas Kelompok Lanjut)
170
Lampiran Display A. Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Sumberejo
Metode Penyuluhan Pertanian
Pendekatan Individu
Mengunjungi Rumah Petani Kunjungan Rumah
Mengunjungi Lahan Petani Kunjungan Lahan
Bertemu dengan Petani Tanpa Rencana Kontak Informal
Didatangi oleh Petani Inkuiri
Pendekatan Kelompok
Menjadi Pembicara Tunggal Ceramah
Melakukan Tanya Jawab dengan Petani Diskusi
Mempraktikkan suatu cara Demonstrasi
Melakukan Perlombaan Perlombaan
Melaksanakan Usahatani sesuai instruksi Sekolah Lapang
Pertemuan Petani dan Gelar Produk FFD
Pendekatan Massal
Sosialisasi Informasi secara Meluas Kampanye
Pemberian Informasi melalui Internet Internet
Siaran Pedesaan Radio
Implementasi metode penyuluhan pertanian melalui beragam teknik penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo
Penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo dilaksanakan melalui 3 macam pendekatan dengan beragam teknik. Penyuluh dapat melaksanakan penyuluhan dengan menggunakan kombinasi dari beberapa teknik sekaligus.
171
Lampiran Display B. Potret Kemandirian Petani Tanaman Pangan di Desa Sumberejo
Potret Kemandirian Petani Tanaman
pangan
Penggunaan pupuk organik dan berimbang
Penggunaan benih unggul dan bersertifikat dalam usahatani
Penerapan rotasi tanaman guna memutus mata rantai OPT
Penerapan teknologi jajar legowo
Kemampuan dalam menentukan harga jual hasil panen
Penerapan sistem pengolahan tanah sempurna
Kebebasan dalam menentukan luasan lahan budidaya
Kebebasan dalam menentukan komoditas budidaya
Kebebasan memilih merk obat guna menanggulangi OPT
Merasa bangga menjadi petani
Penyelesaian masalah permodalan
Penyelesaian masalah sumberdaya air
Penyelesaian masalah OPT dengan dana kelompok
Meraih prestasi tingkat provinsi
Berinisiatif mengadakan perlombaan
Berinisiatif mengadakan kampanye
Pengendalian hama tikus dengan burung hantu
Penanggulangan OPT melalui penanaman refugia
Gotong royong pembersihan saluran air
Memiliki grup whatsapp antara penyuluh dengan petani
Interaksi antara Petani dengan Formulator
Pertukaran informasi antar sesama petani dan PPL
Kemandirian
Material
Kemandirian
Intelektual
Kemandirian
Pembinaan
Kemandirian
Sosial
Potret kemandirian petani di Desa Sumberejo dapat digambarkan melalui 4 jenis kemandirian, antara lain 1) kemandirian material, 2) kemandirian intelektual, 3) kemandirian pembinaan, dan 4) kemandirian sosial.
Petani tanaman pangan di Desa Sumberejo dapat dikatakan telah mencapai suatu kemandirian karena memenuhi 4 aspek kemandirian.
172
Lampiran Display C. Implementasi Metode Penyuluhan Kelompok dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman
Pangan di Desa Sumberejo
Implementasi Metode
Penyuluhan Kelompok dalam
Mendukung Kemandirian
Petani
Ceramah Mendukung Kemandirian 1) Material, dan 2) Pembinaan
1. Penggunaan Pupuk Organik dan Berimbang, Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat, Penerapan Rotasi Tanaman, Penerapan Teknologi Jajar Legowo, dan Penerapan Sistem Olah Tanah Sempurna
2. Pemanfaatan Bunga Refugia sebagai alternatif Pengendali OPT dan Pemanfaatan Burung Hantu sebagai alternatif Pengendali Hama Tikus
Diskusi
Mendukung Kemandirian 1) Material, 2) intelektual, 3) pembinaan, dan 4) sosial
1. Penggunaan Pupuk Organik dan Berimbang, Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat, Penerapan Rotasi Tanaman, Penerapan Teknologi Jajar Legowo, dan Penerapan Sistem Olah Tanah Sempurna
2. Kebebasan Memilih Merk Obat dan Penyelesaian Masalah Permodalan
3. Pemanfaatan Refugia dalam Menanggulangi OPT dan Pemanfaatan Burung Hantu dalam Menanggulangi Hama Tikus
4. Berinteraksi dan Bertukar Informasi Baik Antara Penyuluh dengan Petani Maupun Antar Petani Satu Sama Lain
Demonstrasi
Mendukung Kemandirian 1) Material, 2) Intelektual, 3) Pembinaan, dan 4) Sosial
1. Penggunana Pupuk Organik dan Berimbang Bagi Petani, Penggunaan Benih Unggul Dan Bersertifikat, dan Penerapan Teknologi Jajar Legowo
2. Penyelesaian Masalah Serangan OPT
3.Penanggulangan OPT Melalui Penanaman Bunga Refugia
4. Proses Interaksi Antar Petani maupun Penyuluh bahkan Pihak Luar di Desa Sumberejo
Perlombaan
Mendukung Kemandirian 1) Material, 2) intelektual, 3) pembinaan, dan 4) sosial
1. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat, Penerapan Teknologi Jajar Legowo, Penerapan Sistem Olah Tanah Sempurna
2. Perasaan Bangga Menjadi Seorang Petani
3. Berinisiatif Melaksanakan Perlombaan secara Mandiri
4. Interaksi Antar Petani Dalam Melangsungkan Kegiatan Perlombaan
Sekolah Lapang
Mendukung Kemandirian 1) intelektual, dan 2) sosial
1. Kebebasan dalam Menentukan Luas Lahan, Kebebasan dalam Menentukan Komoditas
2. Interaksi Petani dengan Berbagai Pihak
FFD Mendukung kemandirian 1) Material dan 2) sosial
1. Penggunaan Benih Unggul dan Bersertifikat
2. Adanya Formulator yang Beristirahat di Rumah Petani dan Interaksi Petani dengan Pihak Luar
173
Lampiran Display D. Implementasi Metode Penyuluhan Individu dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman
Pangan di Desa Sumberejo
Implementasi Metode Penyuluhan
Individu dalam Mendukung
Kemandirian Petani
Kunjungan Rumah Mendukung Kemandirian 1) Intelektual dan 2) Sosial
1. Kebebasan dalam Menentukan Merk Obat dan Penyelesaian Masalah Serangan OPT
2. Interaksi Antara Penyuluh dengan Petani
Kunjungan
Usahatani
Mendukung Kemandirian 1) Material, 2) Intelektual, 3) Pembinaan, dan 4) sosial
1. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
2. Kebebasan Memilih Merk Obat dan Penyelesaian Masalah Serangan OPT
3. Penanggulangan OPT melalui Penanaman Bunga Refugia
4. Interaksi Dengan Penyuluh
Kontak Informal Mendukung Kemandirian 1) sosial 1. Berinteraksi dan berdiskusi dengan PPL
Inkuiri Mendukung Kemandirian 1) intelektual dan 2) sosial
1. Melakukan peminjaman modal pada bank apabila modal kurang dan Kebebasan Memilih Merk Obat serta Penyelesaian Masalah OPT
2) Berinteraksi dan berbagi informasi dengan PPLdan
174
Lampiran Display E. Implementasi Metode Penyuluhan Massal dalam Mendukung Kemandirian Petani Tanaman Pangan
di Desa Sumberejo
Implementasi Metode Penyuluhan Massal dalam Mendukung
Kemandirian Petani
Kampanye Mendukung Kemandirian 1) Intelektual, 2) Pembinaan, dan 3) Sosial
1. Penyelesaian Masalah Permodalan Bagi Petani
2. Berinisiatif dalam Penanaman Bunga Refugia Guna Menanggulangi OPT dan Berinisiatif dalam Melaksanakan Kampanye
3. Berinteraksi dengan Masyarakat Sekitar
Internet Tidak Mendukung Kemandirian Petani di Desa Sumberejo
Radio Mendukung Kemandirian 1) Material
1. Melaksanakan teknologi jajar legowo
175
Lampiran Kode Reduksi Data
Tema Keterangan Kode
1
Implementasi
Metode
Penyuluhan
Pertanian
A. Metode Penyuluhan Individu
1. IKR: Teknik Kunjungan Rumah
2. IKL: Teknik Kunjungan Lahan
3. IKI: Teknik Kontak Informal
4. II: Teknik Inkuiri
B. Metode Penyuluhan Kelompok
1. KC: Teknik Ceramah
2. KD: Teknik Diskusi
3. KDEM: Teknik Demonstrasi
4. KPER: Teknik Perlombaan
5. KSL: Teknik Sekolah Lapang
6. KFFFD: Teknik Farmers Field Day
C. Metode Penyuluhan Massal
1. MKAM: Teknik Kampanye
2. MNET: Teknik Internet
3. MRAD: Teknik Radio
2
Potret
Kemandirian
Petani Tanaman
Pangan
1. KMI: Kemandirian Intelektual
2. KMM: Kemandirian Material
3. KMP: Kemandirian Pembinaan
4. KMS: Kemandirian Sosial
176
Lampiran Reduksi Data Implementasi Metode Penyuluhan Pertanian
A. Metode Penyuluhan Individu
A1. Teknik Kunjungan Rumah
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Kunjungan Rumah
1 Koor PPL Kec.
Ambulu, P. Rahmat D. 12 Agustus 2018
Ya mengikuti kebiasaan petani, saya nggak mau ganggu.
Jadi saya Tanya petaninya dulu ada kegiatan apa besok.
2 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018 Sendiri, kadang didampingi POPT. Soalnya kalau keliling
POPT juga ikut terkadang.
3 Ketua Poktan Karya
Tani I, P. Basri 6 Januari 2019
Sini itu sering dari formulator obat dari jagunng, benih
benih itu sering.
4 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018 Kalau ke rumah ya itu tadi, yang pengurus atau anggota
aktif kita sekedar tanya ada kegiatan apa ke pengurusnya.
5 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018
Kalau di rumah, pas ada kegiatan khusus atau penanganan
khusus, kita datangi ke rumahnya. Jadi misal kita ke lahan
tidak ada orangnya. Cuman lahannya mungkin ada wereng yang terlalu parah tapi gakada orang, kita Tanya ini
lahannya siapa rumahnya mana, terus kita datangi ke
rumahnya. Supaya dikendalikan.
6 Koor PPL Kec. Ambulu, P. Rahmat D.
12 Agustus 2018
Jadi gini mbak sebelum ke individu kan pertemuan kelompok, dari beberapa kelompok nnti akan
menyampaikan keluhannya keluhan setiap petani kan gak
sama, setelah kita mengetahui satu persatu keluhan petani nya kita datengi satu persatu apa keluhanya kita cek lahan
dulu, kita obsevasi lapangan dulu, jadi tekniknya seperti itu kita observasi lapangan dulu, jadi kita gak bias langsung
karena kondisi lapangan beda. Jadi mungkin gejalanya mirip
tapi penangannya berbeda kita takut kliru makanya kita cek
lapangan dulu kita tahu permasalahannya dan jika pas itu
bisa langsung jawab ya kita jawab kalua nggak bias jawab
ya di kita kan ada popt, itu kita tanyakan kesana kalua yang bersangkutan bisa kita ajak keesokan harinya kalua kita bias
bantu jawab ya kita jawab soalnya pertain tanian biasanya
gampang terkena penyakit.
7 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018
Kita merencanakan mungkin pas nantik. Kan jadwalnya kan rutin. Dijadwalkan pertemuan rutinan, nantik kita
rencanakan apa yang mau dibahas apa kemudian ada
masalah apa, kemudian ketika pertemuan kelompok kita berssama sama.
8 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018
Biasanya informasi terkait apa kalau kunjungan rumah sama
lahan? “kegiatan di lapangan sama masalah yang ada di lahan”
9 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018
yaa hama penyakit, budidaya, kalauk pas anu ya kadang
kadang harrga. Mungkin cabe. Harganya murah itu petani
mesti ngeluh ke PPLnya.
10 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018 Yaa tanyakan kabar, bertamu, apaa. Terus gimana keadaan
orangnya, keadaan sawahnya. Terus diberikan informasinya.
11 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018
Iyaa karena mulai sekarang harus adalaporan. Tapi kadang
kadang ya suka lupa juga. Pas perorangan gitu yang sering lupa. Kalau kelompok masih kadang inget.
12 PPL, Diar Fidi Astutik 21 Desember 2018
Ada catatan ada laporan. Catatan buat kita sendiri
laporannya buat dinas. Laporan itu selama 1 tahun penyuluhan.
Kesimpulan Sementara:
Teknik kunjungan rumah yang dilaksanakan oleh PPL Desa Sumberejo dilakukan dengan mengunjungi rumah petani secara individual untuk membicarakan terkait pelaksanaan kegiatan yang akan datang dan mendampingi petani dalam
menyelesaikan permasalahan terkait usahataninya, terutama masalah serangan OPT. Tindak lanjut petani dari teknik
kunjungan rumah adalah melaksanakan alternatif tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh.
177
A2. Teknik Kunjungan Lahan
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Kunjungan Lahan Usahatani
1 Koor PPL Kec. Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
Observasi langsung jadi kita gak bisa kita memutuskan dari
keterangan petani itu kita tidak bisa, semisal petani bilang
gejalanya ujungnya kering kan bisa penyakitnya itu tp ternyata kompleks penyakitnya kan gejala awalnya yang mana kita kan
tidak tau, tau tau padinya sudah kering, kering pun kan banyak
penyebabnya. Kadang ada penyakit yang mirip wereng tapi bukan wereng sama kering tapi bukan
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kalau yang di lahan itu kelompok tani haparan yang tidak aktif di
kelompok tani. Kelompok itukan ada yang aktif dan enggak. Aktif disini maksudnya yang rutin ikut pertemuan bulanan, itu rutin.
Kalau yang kelompok tani hamparan itu yang tidak ikut
pertemuan kelompok tani bulanan. Biasanya yang itu langsung saya kunjungi ke lahan.
3 Koor PPL Kec. Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
nggak, jadi saat pertemuan kelompok semisal ketua kelompoknya
yang menyampaikan keluhan, kan ada petani hamparan yang gak
ikut pertemuan kelompok akhirnya pengurus semisal disana aja gejala kita datengi juga.
4
Koor PPL Kec.
Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
oh iya tetep meskipun mereka gak mau, tetep kita datengi semisal
dia mau ya kita kasih tau kendala seperti ini yak apa. Kan setiap petani berhak mendapatkan penyuluhan tapi kita sendiri yang gak
mampu.
5 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kalau pas di lahan kita lihat keadaan tanaman kemudian kalau ada
masalah petani langsung diberikan solusi. Didampingi POPT.
6 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Kalau lahan, bareng sama OPT jadwalnya hari selasa. Kalau yang
sendirian ya hari senin, rabu, kamis kita ada kegiatan di UPTD,
kemudian Jumat itu.
7 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
……Setiap hari ya? “Iyaa harusnya begitu. Kalauk ada kegiatan
Jumat itu ndak, mungkin sorenya liat lahan.”
8 Koor PPL Kec. Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
Jadi kan gini kita tau kebiasaan petani, seperti jam 9 petani itu
sudah pulang dari sawah soalnya panas jam segitu. Kalau kita mau datang ya liat jam dulu kalau tau lokasinya kita langsung ke
lokasi kalau tidak tau kita ke rumahnya dulu. Kadang petani
jarang kelahan jadi kita samperin kerumah dulu kalau petaninya dilahan ya kita samperin kalau gak ada dilahan kita samperin
kerumah. Kalau dirumah kita salam gitu seperti bertamu kalau
dilahan kita ya langsung mengikuti kegiatannya mereka.
9
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Juga pertemuan di lahan kaitan dengan hama dan penyakit.
10 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019 Pertama adalah mengenai budidaya. Cara pengolahan, caramemilih bibit yang baik, dan caramenangulangi hama dan
penyakit.
11 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019 Kalau padi biasanya pagi antara jam 7-9.
12 PPL, Diar Fidi
Astutik 26 September 2018
Dilihat kondisi di lapang dulu. Mungkin keluhan pas pertemuan,
tanaman saya seperti in, kan awing-awang gatau kenyataan, jadi besok survey di lapangan nanti kita berikan solusi.
13 PPL, Diar Fidi
Astutik 26 September 2018
Yaa mungkin bisa seperti itu. Kalau ada kesulitan browsing dulu.
Kalau petaninya bisa mengikuti ya saya nunjukkan, kalau orangnya sudah sepuh jadi saya sampaikan langsung.
14
Koor PPL Kec.
Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
peratannya buku catatan itu sudah jelas, sekarang kita sudah
terbantu oleh teknologi jadi kita tunjukan teknologinya berupa foto. Kadang kita kasih selembaran, agar mereka tau mereka baca
kala Cuma kita kasih kadang langsung lupa.
15
Koor PPL Kec.
Ambulu, P. Rahmat D.
12 Agustus 2018
Permasalahan-permasalahan yang mereka tanyakan yang kita
sudah paham kita kasih selembaran.
16
Koor PPL Kec.
Ambulu, P. Rahmat D.
12 Agustus 2018
Jadi penyuluh gak bukan pekerjaan lapangan aja mbak tapi
pekerjaan operasi mbak jadi dicatat apa yang dilakukan dan dilakukan apa yang dicatat
17
Koor PPL Kec.
Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
Itu di lahan misalnya tau langsung dijawab missal belum tau
diskusi dulu dengan bersangkutan
178
Kesimpulan Sementara:
Teknik kunjungan lahan usahatani yang dilaksanakan di Desa Sumberejo dilakukan PPL dan POPT Kecamatan Ambulu. Teknik ini dilaksanakan dengan mengunjungi lahan petani secara individual untuk memantau kondisi lahan
petani. Apabila ditemukan lahan bermasalah, PPL ataupun POPT akan membicarakan hal tersebut dengan petani untuk
bersama-sama menyelesaikan permasalahan tersebut, terutama permasalahan terkait serangan OPT. Tindak lanjut petani dari teknik kunjungan lahan usahtani adalah melaksanakan alternatif tindakan yang telah direkomendasikan oleh
penyuluh maupun POPT.
A3. Teknik Kontak Informal
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Kontak Informal
1 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Kalau di jalan ya siapapun, gak ada sasaran yang spesifik.
Terjadinya di warung kopi pas keliling itu kadang mampir di
warung kopi.
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018 Kita kan dalam tugas, jadi ada ATK dan buku catatan.
3 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kadang kadang ya di warung. Kan warung itu petani petani yang
ngurus, mereka ya ngobrol masalah pertanian, kemudian juga keluhan apa gitu. Akhirnya dikeluhkan ke PPLnya.
4
Sekretaris
Poktan Sido Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Pernah waktu di bregoh. Timur sendiri. Ya waktu melihat lihat
tanaman padi, jagung. Masalahnya itukan ini padi kena penyakit wereng yang kemaren dulu, itu pernah ketemu di Bregoh sama
Pak Matori. POPT. Itu yang mbahas ya masalah wereng itu. Ini
solusinya gimana kalau kelompok tani sido mekar mau mengadakan spray massal gimana? Yaa ok. Kapan bisa
dilanjutkan .
5 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Kalau misal sudah tau solusinya ya dijawab. Kalau belum tau ya berikan tenggang nanti kita kasih solusinya.
6 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Iyaa. Mesti saya koordinasinya sama POPT.
Kesimpulan Sementara:
Teknik Kontak Informal biasanya terjadi ketika PPL singgah di warung kopi milik petani ketika sedang berkeliling.
Tidak ada persiapan materi apapun untuk memberikan penyuluhan dengan teknik ini karena proses bertemu dengan
sasaran juga merupakan unsur ketidaksengajaan. Masalah yang sering dibicarakan ketika Kontak Informal adalah berbagai permasalahan di lahan, terutama serangan OPT. Tindak lanjut petani dari teknik Kontak Informal adalah
melaksanakan alternatif tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh.
A4. Teknik Inkuiri
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Inkuiri
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Pengurus, kelompok tani yang aktif. Kalau kelompok tani
hamparan itu, yang nggak aktif itu, nggak pernah, jarang sih.
2 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Di rumah saya, biasanya pagi pagi sekali atau mungkin sore atau misal kalau pas jam kerja ya kadang-kadang di kantor.
3 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Sekali kemaren itu ada kaitannya kartu tani itu ada petani
hamparan yang konsultasi kesini.
4 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Iyaa. Kalau yang aktif itu konsultasi terkait masalah masalah di lapangan. Masalahnya mendesak soalnya sampai dateng ke
rumah. Tapi kadang kalau pengurus datang kaitannya dengan
kegiatan kelompok tani gitu. Kegiatan mungkin kita mau mengadakan pengendalian, atau tanam.. kemaren itu kegiatan
tanam bunga refugia di tepi tepinya pematang. Ada juga kegiatan
praktek insek, fungi, pupuk daun, hayati. Pernah juga kaitannya dengan pupuk gitu gitu.
5
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Yaa pernah. Kebetulan kalau ada masalah di kelompok, saya
kesana. Kalau dihubungi ndak kenak ya saya kesana, konsultasi terkait permasalahan.
6
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Biasanya itu yang sering masalah hama. Terutama kalau padi
hamanya yang paling jadi momoknya petani ini wereng.
7
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Kalau kesana itu biasanya dalam acara apa itu, proposal untuk
pupuk itu aja. Nganter untuk pupuk tahunan kan. RDK-RDKK
Sekretaris 15 Maret 2019 Pernah., masalah itu eee apa itu ya, pembuatan kartu tani. Gimana
179
8 Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
buk persyaratanya apa aja, ini pokoknya hamparan yang betul
hamparan yang punya sawah punya lahan itu memang petani harus mengumpulkan foocopy KTP.
9 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Materi yang disampaikan sesuai kebutuhan lahan dan dikeluhkan
petani. Kalau aktivitasnya langsung ya saya tanyakan apa
tujuannya ya mereka langsung menyampaikan tujuannya apa, berbincang bincang, kemudian diberikan rekomendasi lisan, kalau
butuh tulisan ya saya beri catatan.
Kesimpulan Sementara:
Teknik inkuiri dilaksanakan dengan cara petani yang mengunjungi rumah ataupun kantor PPL. Inkuiri dilaksanakan
untuk konsultasi terkait pelaksanaan program yang akan dilaksanakan petani, seperti kartu tani dan kegiatan spray
bersama. Tindak lanjut petani dari teknik inkuiri adalah melaksanakan alternatif tindakan yang telah direkomendasikan oleh penyuluh.
B. Metode Penyuluhan Kelompok
B.1 Teknik Ceramah
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Ceramah
1 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Kalau kunjungan kelompok ini ya saya sendiri pembicara tunggal.
Kadang kalau misal ada POPT ya sama POPT kadang sama
formulator ya sama formulator, sales obat gitu, sales pestisida.
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Yaa mereka ijin dulu ke saya apakah diberi waktu untuk diiijinkan
untuk ikut kegiatan kelompok.
3
Koor PPL Kec.
Ambulu, P. Rahmat D.
12 Agustus 2018
Ada apa nggak, kadang-kadang saat pertemuan ada formulator dari perusahaan pestisida itu mereka sampaikan saja sekalian
pengenalan produk kegunaannya untuk apa gitu. Jadi mereka
langsung beli juga.
4
Koor PPL Kec.
Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
Yang jelas kalau kelompok saya bawa proyektor itu khusus materi yang berat, itu maksudnya materi yang sulit kita jelaskan, seperti
mendesripsikan daun mongering kan menyampaikan lewat
menyampaikan video kan lebih mudah seperti menjelaskan padi kena bakteri sama kena jamur kan pola pengeringannya berbeda
kalau kita sampaikan langsung kadang masih tidak paham soalnya
kan tau sendiri usia,kemampuan,dan pendidikannya kan berbeda-beda. Kadang ada orang yang diem itu saya Tanya itu diem
bingung apa udah tau jadi saya tinggal kasih gambar ini yang
kena jamur ini yang kena bakteri, biar mereka menangkap sesuai mereka sendiri-sendiri.
5
Koor PPL Kec.
Ambulu, P. Rahmat D.
12 Agustus 2018
Campuran, Bahasa Indonesia, Bahasa jawa tapi kebanyakan
Bahasa jawa
6
Koor PPL Kec.
Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
Kalau disini banyak jawanya malah, disini semakin utara semakin
Madura kalau semakin selatan semakin jawa soalnya nenek
moyang orang sini dari ponorogo makanya banyak reog disini.
7
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Anjangsana, gentian. Jadi anggota sini sekarang, besok di anggota
lainnya, besoknya ganti lagi gitu.
8 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019 Adaa. Tahlil pembukaan, ada arisan skeedarnya. Biar ada untuk apa tali anulah. Biar kompak. Mbak diar juga ikut tahlil itu. Terus
baru pertemuannya itu, pembahasan tentang pertaniannya.
9
Sekretaris Poktan Sido
Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Waktu pertemuan kelompok tani juga sering. Aktif juga kalau Bu PPL nya.
10
Sekretaris
Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
15 Maret 2019
Ya tiap pertemuan pasti hadir. Asalkan nggakada halangan
orangtuanya sakit atau putranya sakit gitu. Pasti hadir.
Kesimpulan Sementara:
Teknik ceramah biasanya dilaksanakan dengan kombinasi tenik penyuluhan lainnya. Ceramah dilakukan dengan
memberikan informasi secara tunggal kepada sekelompok petani dalam pertemuan rutin kelompok maupun demonstrasi. Hasil dari ceramah adalah petani memiliki pengetahuan baru sehingga timbul sikap menilai bahkan ingin
mencoba teknologi baru yang disampaikan penyuluh.
180
B.2 Teknik Diskusi
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Diskusi
1
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Tapi perempuan itu emang aktif memang. Daripada yang dulu itu
ya orangnya,
2
Ketua Poktan
Karya Tani II, P. Imam Zarkoni
5 Maret 2019
kurang aktif emang, malah ini aktif ini walopun sudah PNS.
Sebelumnya kan belum, ini tetep kerja itu loh. Ya minimal itu
setiap pertemuan itu hampir didatangi kan. Nah pasti datang kalau ada. Kalau gak datang pasti dia bilang alasannya ada opo anaknya
sakit atau apa.
3 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Budidaya, hama penyakit, permasalahan yang ada di lapangan,
itu.
4
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Sering itu. Mesti ada. Kalau, apalagi kalau ada PPL banyak
pertanyaan kadang.
5 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019 Terkait lahan. Lahannya seperti ini seperti itu. Kok tanaman saya seperti ini, gimana?
6
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Disini itu setiap kali pertemuan, jadi ya kalau yang nanam cabe umpama sukses gitu ya, itu biar dia yang cerita di kelompok itu.
Ya tanamnya, ada yang musimnya gini, obatnya gini,
pemupukannya gini gini. Kan setiap petani kan beda-beda. Jadi tukar pengalaman kayak gitulah.
7 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kalau ada materi khusus kita bisa pakai slide. Diberikan brosur,
leaflet gitu.
8 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Bikin sendiri itu. Kadang kalau ada dari dinas ya dari dinas.
9 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Iyaa pribadi. Dari dinas nggak ada. Kalau misalkan kita nantik,
saya kan belum termasuk dapet SK PNS fungsional. Kalau PNS sudah PPL fungsional itu sudah dapet. Ada biaya operasional
namanya. Kalau saya masih belum dapet, bakalnya nantik saya
fungsional, tapi sekarang masih belum.
Kesimpulan Sementara:
Teknik diskusi dilakukan baik antara penyuluh dengan petani maupun sesame petani. Diskusi paling sering
dilaksanakan saat pertemuan rutin kelompok tani secara anjangsana. Materi yang didiskusikan biasanya terkait
permasalahan yang sedang dialami petani. Beberapa petani lainnya yang pernah mengalami permasalahan serupa akan memberikan rekomendasi kepada rekannya. Hasil dari teknik diskusi adalah petani memiliki pengetahuan baru
sehingga timbul sikap menilai bahkan menerapkan alternatif solusi yang telah didiskusikan.
B.3 Teknik Demonstrasi
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Demonstrasi
1 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Kalau metode hayati kemaren ada rekan dari MHI (Metode Hayati
Indonesia). Kalau lainnya seperti mol ya saya sendiri biasanya.
Tapi kalau produsen benih ya perusahaan itu.
2
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Demo yoo langsung praktek. Biasanya tempatnya disini, di rumah
saya di ketuanya. Praktek ya membuat pupuk organik, pernah
dulu pupuk organik, obat-obatan dari daun-daunan.
3 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019 Kalau praktek demo itu biasanya disini emang. Kalau lahan lain lagi. Pokok kalau pembuatan pembuatan itu disisni. Kalau
aplikasi itu baru di lahan. Anggota itu mintanya di ketua biasanya.
4 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Di sawah. Di lahan petani. Kalau pembuatan pembuatan itu di rumah. Kalau dem varietas itu ya di lahan, aplikais pestisida itu di
lahan. Petani malah seneng lahannya dibuat percobaan. Mesti
seneng itu. Karna kan termasuk dapat anu, diberi gratisan gitu.
5
Sekretaris Poktan Sido
Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Pernah pernah. Itu buat pupuk insek pernah, Cuma di gapoktan. Di rmahnya pak ketua gapoktan. Di selatan pasar itu, balai desa.
Kalau disini ya pernah, membuat pakan ternak itu. Sapi. Yang
dari debog itu.
6
Sekretaris
Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
15 Maret 2019
Di rumahnya pak kampung. Pak kampungnya kan disini,
sidomekar juga. Pak kampung ini sebagai pengawas kelompok
tani.
7
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Materi dulu baru demo. Materinya pas pertemuan kelompok.
Itukan ada bukan dari PPL, tapi juga dinas pertanian. Yang dulu
membuat organik itu dari dinas pertanian Surabaya malahan. 15
181
hari disini. Membuat pupuk organik dan cara menangulangi
virusnya pisang dulu itu. Lama itu.
8 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Pernah. Membuat pupuk organik kemudian mol. Teruus kemaren itu membuat pupuk hayati.
9 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Dem yang pernah dilakukan biasanya varietas baru, pestisida
baru. Itu aplikasinya mungkin padi pake pestisida ini, tidak terserang OPT gitu. Mungkin jagung tahan bulai gitu. Kemudian
pembuatan mol gitu gitu, insek nabati, fungi nabati, pupuk
organik, kompos itu.
10 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kalau pembuatan mol, pupuk organik, dll itu kan bahanya dari alam. Benda sesunguhnya. Kalau alat yaa timba dll. Tergantung
apa yang sedang didemonstrasikan.
11 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Diawali dulu diberikan materi tentang demonstrasinya. Terus
diskusi. Baru kita praktek. Yang ini pasti ada dokumentasinya.
Kesimpulan Sementara:
Teknik demonstrasi dilakukan dengan 2 bentuk, yaitu demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara
digunakan ketika PPL hendak menunjukkan cara pembuatan atau cara penggunaan teknologi baru kepada petani. Demonstrasi hasil digunakan untuk menunjukkan hasil dari penerapan teknologi baru. Hasil dari teknik demonstrasi
membuat petani memiliki pengetahuan baru sehingga timbul sikap menilai bahkan menerapkan teknologi yang
diperkenalkan oleh penyuluh.
B.4 Teknik Perlombaan
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Perlombaan
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Ada lomba ubinan, lomba hasil. Untuk tanaman padi di kelompok
tani, ikut di tingkat kecamatan juga, kebetulan UPTD yang mengadakan.
2 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Ubinan padi. Mulai dari awal ini kelompok tani memberikan apa.
Pengumuman ke anggota. Pengurus kasih pengumuman ke anggota. Bahwa untuk musim ini kita mengadakan perlombaan
padi. Jadi mulai awal kan petaninya kalau mau ikut itu
tanemannya dibagus baguskan, dirawat gitu. Nantik baru hasil akhirnya diubin, itu hasil yang paling tinggi diberikan
penghargaan.
3
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Pernah. Kelompok pernah mengadakan lomba tanam padi,
ubinan. Jadi ketika panen kelompok berapa orang yang mau ikut.
4
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Itu yang saya anjurkan untuk semua, tapi yang daftar hanya
sekitar 10 orang. Dari 35 orang anggota. Yang diambil juara 1,2,3.
5
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Kalau lomba, dalam artian disini itu lomba Ubinan ya. Ubinan
padi dapatnya paling banyak siapa itu pernah emang. yang
ngadakan dari dinas
6
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Kadang kala di intern kelompok ada juga apik-apikan. Ya kalau
menang itu, ya senang gitu aja lah, gak dikasih apa-apa, biar
semangat gitu aja sudah
7 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Hadiahnya kecil. Yaa kecil. Mungkin mereka minta sponsor dari
distributor pestisida, gitu.
8 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Setelah selesai semua panennya, pengukurannya. Saat pertemuan
kelompok tani itu diberikan hadiah. Yaa kecil kecilan se, nggak besar enggak.
9 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kalau malah sekarang Sabrang mau mengadakan juga yang
seperti ini. Terus itu yang mengusulkan POPT, kemudian nanti dicarikan sponsor. Itu rencananya yang Sumberejo ya saya
begitukan. Cuman nggaktau POPT nya setuju apa nggak. Jadi
kelompok mulai dari areal tanemannya seperti apa, penanaman bunga refugia ada apa gak, tanamnya legowo apa tidak, kemudia
arelanya itu serangan penyakitnya sedikit, terus kalau di daerah
endemic tikus ada pagupon, itu yang mendukung. Nanti itu yang dilombakan. Kalau punya itu semua, itu yang menang. Yang
direncanakan seperti itu sabrang, tapi saya juga sudah
mengusulkan untuk Sumberejo. Gatau jadi attau ndak masih belum tau.
182
Kesimpulan Sementara:
Teknik perlombaan dalam penyuluhan pertanian di Desa Sumberejo diselenggarakan oleh dinas dan petani secara mandiri. Perlombaan baik dari dinas dan petani adalah lomba mengenai tingkat produktivitas padi. Perlombaan akan
diumumkan sebelum peani melakukan penanaman dan pemenang akan diumumkan saat pertemuan rutin kelompok
tani. Hasil dari teknik perlombaan akan membuat petani lebih giat melakukan perawatan secara baik dalam usahataninya,mulai dari pra usahatani hingga panen.
B.5 Teknik Sekolah Lapang
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Sekolah Lapang
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
SL padi, jagung, cabai. Itu 2016 jagung sama cabai. Ang ternak
kemaren juga ada. Siwap yang paling baru, setelahnya jagung.
Kalau padinya sudah lama.
2 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Ngga. Terutama mulai bupati ini nggak pernah ada sperti itu.
Bantuan dari pemerintah pun nggak ada. Biasanya sekolah lapang kan kita diberi bibit untuk tanam, nantik kita pelajari bersama
sama, diamati bersama, dan sekolah itu juga ada intensifnya. Per
hari berapa gitu dari dinas ada seperti itu.
3 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Di rumah kelompok tani yang dekat lahan.
4 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Itu minimal ada 4 pertemuan. Pertama kita berikan semacam
kuesioner gitu pertanyaan yang kaitannya dengan ungkin kalau padi ya padi, kalau jagung ya jjagung, kalau cabai ya cabai. Jaid
nanti kita setelah itu istilahnya pretest. Setelah pretest kita
koreksi. Permasalahan apa yang paling banyak tidak diketahui petani, taunya ya dari pretest itu. Setelah itu kita bahas kemudian
materi apa saja. Itu pertemuan pertama begitu. Materi apa yang
harus disampaikan pada pertemuan berikutnya. Nantik di akhir SL pertemua terakhir kita adakan posttest. Pertemuan ke2, dan 3
pembahasan materi. Kalau misal anu kita praktek lapangan. Kita
langsung praktek lapang, nanti kita buat sampel atau titik yang diteliti. Mulai dari tinggi tanaman, juumlah rumpun, serangan
OPT, kemudian mereka kita suruh bikin kelompok dalam
kelompok. Kemudian selanjutnya dilihat tanaman itu perlu diapakan, apakah ada musuh alami atau tidak. Itu pertemuan ke
2,3. Sebenrnya kalau 4x pertemuan ya gacukup. Seminggu sekali
lah idealnaya. Kalau jadwal dari dinas itu hanya 4x.mulai pertemuan awal, 1, 2, terus terakhir biasanya kita ngambil yang
pas panen. Jadi yang tanamanya bisa diubin ditinjau hasilnya
gimana. Kemudian ada posttest nya. Jadi posttest itu menentukan seberapa besar keberhasilan adanya program SL.
5 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Kelompok tani, semuanya. Cuma kalau dari program pemerintah
kan mesti ada SPJ nya. Itu pesertanya antara 20-25 saja. Tapi kadang ada kelompok tani yang karna pengen taunya ya pokoknya
ikutn biar tau informasi. Walaupun nggak dapat.. tapi ada uang
trasnportnya, ada konsumsi. Kalau di SPJnya tetep 25 cuman nantik kebijakan kelompok lah. Kalauk uang konsumsi kalau
dikaisk makan mungkin nasinya yang beli nasi bungkus atau
gimana gitu. Dikasihnya kesepakatan kelompok. Kalau transport diberikan uang, kalau konsumsi ya harus konsumsi gitu. Itu dari
pemerintah.
Kesimpulan Sementara:
Teknik sekolah lapang sudah jarang dilaksankaan di Desa Sumberejo. Sekolah lapang terakhir dilaksanakan pada tahun
2016. SL dilaksanakan dengan cara membagi kelompok tani ke dalam kelompok kelompok yang lebih kecil lagi untuk
melaksanakan usahatani di lahan percontohan dan menyelesaikan senddiri permasalahan yang dihadapi berdasar pengalaman pengalaman yang diperoleh selama ini. Hasil dari teknik sekolah lapang akan memberikan pengalaman dan
keterampilan baru bagi petani.
183
B.6 FFD
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Farmers Field Day
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
……….Apa Cuma ada di selatan aja mbak FFD ini? “Iyaa. Itukan
emang dari perusahaan, mereka cari yang petaninya mau atau bisa
diajak kayak mereka kan pengennya memberikan apa, contoh atau bukti kalau tanaman ini memang bagus. Jadikan cari petani yang
maju istilahnya. Dilaksanakannya di selatan itu kayak gitu. Kan
petaninya gampang kalau di selatan kalau diajak apa apa. Penerapan teknologi gitu.”
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Perusahaan menunjuk, mengundang kelompok tani untuk datang
gitu. Ngundangnya langsung ke kelompok tani nya. Informasi kelompok taninya konfirjmasi ke PPL terlebih dahulu. Yang
datang dijatah tapi, bisa 5-10 orang jadi ga semua. Terus nanti
rembukan siapa yang bisa hadir. Nggak semua bisa hadir, mungkin ada kesibukan lain di sawah. Waktunya kan pagi.
3
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Pihak pionernya datang ke kelompok siap atau ndak diadakan itu
FFD untuk kelompoknya. Siapin lahan dulu, kalau lahannya siap
baruu, kan sewa lahan petani itu. Kalau ndak siap ganti ke kelompok lain yang mana buat lahannya. Karna lahannya kan
luas, apalagi itu tingkat kabupaten jadi harus luas.
Kesimpulan Sementara:
Teknik FFD merupakan kegiatan pertemuan antar petain 1 dengan petani lainnya untuk memperkenalkan adanya
teknologi ataupun benih unggul varietas baru. Biasanya FFD diselenggarakan oleh perusahaan benih atau perusahaan
pestisida dalamr angka mempernalkan produk baru yang dimilikinya. Hasil dari teknik FFD akan memberikan pengetahuan baru bagi petani, sehingga tidak jarang petani yang langsung membeli produk tersebut untuk diterapkan
pada usahataninya di musim tanam berikutnya.
C. Metode Penyuluhan Massal
C.1 Teknik Kampanye
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Kampanye
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kemaren itukan pas mendesak pendataan kartu tani. Mau ada
acara kegiatan tanam bunga refugia itu.nggak tentu. Siarannya sore itu, setelah dari sawah.
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Jadi mereka siaran pas nanam bunga refugia sama siaran kartu
tani itu.
3
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Pernah. Itu anjuran dari dinas, akhirnya kelompok hamparan kan ndak ikut pertemuan, jadi kita caranya ya kita membuat
pengumuman di warung warung, juru turap, tapi sampe sekarang
sudah jadi kok ndak ada tindak lanjutnya seperti apa dari dinas. Hanya bank BNI yang anu jalan. Karna bisa pinjam uang di bank.
4
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Kartu taninya. Kalau kampanye inisiatif sendiri. Disuruh
kelompok harus member ke seluruh hamparan, akhirnya ya
kampanye itu.
5
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Itu yang kemaren katanya mau diganti dari BNI ternyata setelah
anu ndak ada gantinya. Akhirnya danakelompok, gapoktan.
Yaudah ikhlaskan, karna gapoktan kan kasnya banyak. Gapoktan kan dappat bantuan PUAP itu 100juta, dipinjamkan kepada
anggota. Diputer sendiri uangnya.
6 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Keliling sampek per dusun dusun itu. Se Desa Sumberejo ini kana da 5 dusun, dusun krajan lor, krajan kidul, brego, curahrejo,
watuulo, sidomulyo.
Kesimpulan Sementara:
Teknik kampanye yang dilaksanakan di Desa Sumberejo dilakuka oleh petani untuk petani lainnya. Kampanye digunakan untuk penyebarluasan informasi terkait program kartu tani dari pemerintah dan program penanaman refugia
guna meminimalisir serangan OPT. Hasil dari teknik kampanye akan menimbulkan kesadaran dan minat petani untuk
turut sreta dalam kegiatan penanaman bunga refugia.
184
C.2 Media Internet
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Internet
1. PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018 Tapi ini kemaren saya buat di cyber extention. Internet.
2. PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Yang diupload ya ketika cyber extention itu. Materi cyber itu.
3. PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Anu, coordinator menyuruh membuat materi gitu. Terus saya
buat. Dimasukkan ke website nya dinas pertanian.
4. PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Iyaa. Nanti coordinator yang upload. Itu kalau misalkan anukan ada penilaiannya dari dinas, ada angka kreditnya kalau buat cuber
extention ini.
Kesimpulan Sementara:
Teknik penyuluhan menggunakan media internet dilaksanakan dengan cara mengunggah materi di website kementerian pertanian, yaitu cyber extension. Materi yang pernah diunggah oleh PPLDesa Sumberejo adalah materi tentang Mikro
Organisme Lokal (MOL). Hasil dari teknik kampanye akan memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca.
C.3 Media Radio
No. Informan Tanggal
Wawancara Teknik Siaran Radio
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 26 September 2018
Kita yang menjadwalkan, jadi kumpulan PPL se kabupaten
jember.
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Kalau yang radio ini kan biasanya yang senin malem di siaran
pedesaan di RRI ini.
3 Ketua Poktan Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Dulu, radio-radio itu waktu trend radio itu, siaran pedesaan itu
memang dulu bagus. Kalah dengan tv ya. Biasanya liat di TVRI
itu kan TVRI itu ada, inovasi tani atau apa itu diliatkan tanaman-tanaman apa, unggulan apa gitu. Di TVRI ada itu.
4 PPL, Diar Fidi
Astutik 26 September 2018
Hari senin ini, set 7 sampe jam 7.. Cuma setengah jam, tadinya 1
jam.eh set 8 sampe jam 8. Itu sekarang, kalau dulu set 8 sampe set
9.
5 PPL, Diar Fidi Astutik
26 September 2018
petani ada yang dengerin, ada yang aktif. Kan ada dialog
interaktifnya yaa.ada yang telfon, kadang itu ada yang dari
Banyuwangi pun ada. Kalau dari Sumberejo yang aktif kebetulan, ini tadi orangnya meninggal, beliau aktif sebenernya kalau
dengeirn siaran pedesaan itu. Baru tadi sore meninggal, habis dari
acara di Jember dapet kaar ada ketua kelompok meninggal, Pak Sugiyono. Pas siaran itu ya saya share ke grup, mungkin bapak-
bapak yang ada waktu bisa mendengarkan siaran pedesaan. Ini
kebetulan tadi wuluhan,yang siaran PPL wuluhan.
Kesimpulan Sementara:
Siaran radio diberikan oleh RRI pada segmen siaran pedesaan setiap Senin malam pukul 19.30-20.00 WIB. Siaran
pedesaan juga memiliki program telepon interaktif untuk memberikan kesempatan pada pendengar jika ada hal yang kurang jelas. Materi yang disiarkan adalah terkait budidaya komoditas yang mayoritas sedang diusahakan oleh petani.
Hasil dari siaran radio ini akan menimbulkan kesadaran dan minat petani untuk menilai adanya teknologi yang
diperkenalkan.
185
Lampiran Reduksi Data Potret Kemandirian Petani Tanaman Pangan
1. Kemandirian Material
No. Informan Tanggal
Wawancara Kemandirian Material
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Yaa organik, berimbang, petani sekarang sudah tau semua sudah
terampil semua.
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Iyaa. Dulu dulu petani enggan pake pupuk organik, beirmbang gitu. Mesti urea saja. Tapi sekarang karna sudah tau efeknya ya
NPK lengkap terus organik itu sudah. Itu sebelum petani tahu
yang ngasih tau PPL. Dari PPL.
3 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Jadi mungkin biar produksinya tinggi kita harus penerapan pupuk organik, lengkap, perawatan juga harus intensif gitu.
4
Sekretaris
Poktan Sido Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Endak memangnya kalau dikasih organik itu memangnya
pemupukan secara manual itu cepet menangkap sama tanaman itu.
5 PPL Sumberejo,
B. Diar Fidi 30 Maret 2019
Iyaa. Semua petani pengennya pakai yang varietas unggul.
Varietas baru. Yang untuk saat ini impari 33, yuwono ini baru ini. Ada banyak varietas baru yang hasilnya tinggi cuman masih
belum sertifikat masih belum label. Yang 2 tadi itu sudah.
Kemudian logawa itu hasilnya tinggi cuman kalau dibeli tengkulak lebih murah, karna rendemenya sedikit, mungkin
kulitnya itu tebel seperti itu, sehingga rendemen berasnya itu sedikit, sehingga tengkulak itu membelinya diberi Cuma 4,6 4,5
padahal yang umum 4,8. Selisih 200-300 rupiah.
6 PPL Sumberejo,
B. Diar Fidi 30 Maret 2019
Ada yang kering ada yang basah, tapi beda harga. Ada yang tebas
ada sekarang, mulai ada ditebas. Kering bisa sampe 5000, kalau
masih sama kulitnya itu antara 3,6-3,8.
7 PPL Sumberejo, B. Diar Fidi
30 Maret 2019
Kalau jagung banyak. Ada MK, BK sekarang kan gakada diganti
bisi sudah dibeli bisi, kemudian ada pertiwi termasuk unggul juga, kemudian pioneer P36 itu. Yakan hibrida semua itu. Kalau jagung
disini sudah hibrida semua, nggakada yang lokal.
8 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Jadi karna sudah tidak ada bantuan lagi, saya menganjurkan untuk
anggota harus mandiri, jadi cara memilih bibit itu kita kan sudah lama mencoba bibit macem macem, jadi mana bibit yang kira kira
unggul, kita menghasilkan banyak ya itu yang kita tanam. Untuk
kelompok tidak memaksa harus nanam ini, tidak.
9 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Disini itu untuk wereng mayoritas bisa diatasi, karena padi hanya
1 kali, lain kalau daerah lain yang padi padi terus. Kan
populasinya terus, gakada rotasi. Kalau disini kan sudah diputus. Ndakbisa berkembang werengnya, ilang.
10 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Kalau dulu, masih ada bantuan itu kita menganjurkan pola tanam
itu sudah kita giring. Saya dengan PPL itu datang ke sawah, liat
olah tanah seperti apa. Pada waktu itu justru jajar legowo. Jarwo itu memang sulit. Katanya, memang sulit petaninya tandur.
Jadinya saya nambahi per orang tanam itu nambahi ornang 1 atau
2 bayari. Tapi sekarang sudah ndakusah dikonkon sudah semua pake jajar legowo. Sudah sadar semua. Untuk pertama benih itu
ngirit memang, kedua kia mupuknya mudah, ada jalanya. Ketiga menyemprotnya juga mudah. Produksi bertambah. Pasti itu. Kalau
dulu kan tuawur ngono akhirne kerep, anunya kan bolehnya hanya
dikit. Kalau sekarang dulunya itu 10kg ¼, sekaang hanya 5kg itu cukup benihnya. Tapi hasilnya lebih banyak yang 5kg itu.
Sekarang semua udah pake jajar legowo itu.
11 PPL Sumberejo, B. Diar Fidi
30 Maret 2019
Kalau di wilayah Sumberejo olah tanah itu mesti sempurna ya.
Tapi lihat kondisi air juga. Olah tanah kalau pas padi, olah tanah kan 2x dibuka dulu baru didadekne. Terus kalau jagung ada yang
olah tanah dulu kemudian tanam ada yang langsung setelah padi
itu langsung ditanami jagung ada. Cuman kalau pas nggak olah tanah itu harus didangir, dibumbun. Kalau padi kemaren itu
sempat ndiesel.
20
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Kalau budidaya padi terutama adalah pengolahan tanah, memilih
benih atau bibit yang unggul yang baik, kedua cara mengatasi
hama dan penyakit itu yang paling penting. Selain itu juga
pengairan.
186
12
Sekretaris
Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
15 Maret 2019
Dulu ada. Sebabnya kan kalau sekarang padi kalau sama pengepul
bukan dibawa pulang kemana kalau seperti petani bukan dibawa ke rumah petani, di sawah aja udah di sama pengepul ini berapa.
Jadi langsung gitu. Jadi kalau sekarang jarang ada petani
menimbun padi itu jarang.
13
Sekretaris Poktan Sido
Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Biasanya sebagian, kalau memang kata petani udah pantes harganya segini ya dikasih.
14
Sekretaris
Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
15 Maret 2019
Ya enggak, ke pengepul yang lain. Kalau masalah pembayaran
kan pokok DP berapa, pokok deal dulu gitu. Kalau udah siap
panen udah pembayaran lunas
15 PPL Sumberejo,
B. Diar Fidi 30 Maret 2019
Kalau jagung langsung dijual semua nggak disimpan. Ada yang
ditebas ada yang dikeringkan kemudian dijual OC kering. Kalau
padi sebagian ada yang disimpan karna buat makan ya sebagian ada yang dijual, banyakan yang dijual pasti. Ini ada yang basah,
kering, tebasan juga sekarang.
Kesimpulan Sementara:
Petani tanaman pangan Desa Sumberejo telah mencapai suatu kemandirian material. Hal tersebut dapat terlihat dari
tindakan petani dalam penggunaan pupuk organik dan berimbang, penggunaan benih unggul dan bersertifikat,
penerapan rotasi tanaman untuk memutus mata rantai OPT, penerapan teknologi jajar legowo, penerapan sistem olah tanah sempurna, dan Kemampuan menentukan harga jual hasil pertanian.
2. Kemandirian Intelektual
No. Informan Tanggal
Wawancara Kemandirian Intelektual
60
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Gak ada itu pengaruh-pengaruh gitu. enggak, gak ada itu paksaan
paksaan gitu
62 Ketua Poktan Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019 Ya kita itu lihat uang kita itu tadi loh, kalau ada ya biasa sudah nyewa lahan tambah garapan.
1 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Kaitannya dengan luas lahan yang digarap oleh anggota, kalau lahannya yang rutin dia udah tau yang punya sendiri. Untuk tahun
ni kadang kadang nyewa lahan, kadang turun, kadang ngelonjak.
Jadi nentukan untuk nyewa itu biasanya tanamannya tanam tembakau. Kalau pangan yo ditanam, pokok harga tembakau
bagus harga kopi bagus itu biasanya nyewa orang orang.
2
Sekretaris Poktan Sido
Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Kalau seperti itu ya cuma kalau mau tanam padi ya padi. Kalau
mau tembakau ya tembakau. Apa dikasih mungkin ada Lombok gitu nanam sedikit. Maksudnya itu kalau Lombok sekali panen
kan cepet. Kalau tembakau kan lama. Maksudnya itu kalau
Lombok itu bisa panen mungkin 50 hari udah panen, bisa dijual dulu buat pembelian obat. Buat biaya anu lah. Yaa sebenernya
mau tanam setelah padi ini tembakau. Sebabnya yang kemaren
kan harganya luar biasa tembakau. Kalau disni kan tembakaunya kasturi.
3
Ketua Poktan
Karya Tani II, P. Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Ya biasanya kan liat anu kalau petani ya selain padi ya, kalau mau
tanam itu apa dulu ya yang kira-kira mahal kayak gitu. Setelah itu baru merancang biayanya, pinjam atau apa ini.
4 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Ya bahan aktif sama merknya. Kadang mereka bingung, bahan
aktif ini merknya apa ajaa. Jadi diberi alternatif beberapa merk yang ngambil keputusan petaninya sendiri.
5 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Yaa diberikan solusi. Kita berikan alternatif bahan aktif dan merk,
terus petani memilih menggunakan yang mana.
6 Koor PPL Kec. Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018 Gini kalau kita nyarankan membiasakan petani gak beli merk kalau sudah merk terkenal kan mahal kita menyampaikan ke
petani itu daftar-daftar bahan aktif ini
7
Koor PPL Kec.
Ambulu, P.
Rahmat D.
12 Agustus 2018
Kalau merk itu kadang petani sendiri, jadi kita sampaikan pak ini
sama ini merk dagangnya nanti terserah petaninya milih yang mana yang murah atau yang mahal tapi kadang petani beli yang
mahal
8
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Untuk terutama adalah daerah Jember selatan, terutrama ambulu selatan, Sumberejo. Petani anak muda muda memang dia sangat
senang sekali ke pertanian. Jadi walaupun dia anaknya orang kaya
jadi dia mau terjun ke patani, dan dia melihat tanam apa yang kira
187
kira bisa menghasilkan banyak. Dulu adalah melon, akhirnya
banyak yang nanem melon. Karna sudah banyak yang nanem itu akhirnya banyak hama dan penyakit. Dulu sebelum banyak yang
nanam ya bagus terus. Cabe terus. Cabe iku yo, pertama yang
menghasilkan paling banyak ya cabe. Kalau harganya lumayan yaa enak. Kalau lagi anjlok yaa itu. Hehe. Tapi cabe ini ¼ hektar
itu bisa minimal itu kalau harganya penak itu bisa menghasilkan
100 juta. Bersih itu. Kalau harganya sampe 5o ribu wuh. Cabe itu bisa 6 bulan 100 juta pokoknya.
9
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Kadang kala di intern kelompok ada juga apik-apikan. Ya kalau
menang itu, ya senang gitu aja lah, gak dikasih apa-apa, biar
semangat gitu aja sudah
10
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Selain air ya masalah dana. Modal. Modal sekarang sudah ada
pemecahan dari BNI untuk kartu ani, itu sudah ada. Jadi sudah
enak sekarang petaninya. Kalau sudah dapat kartu tani sudah pinjam.
11
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Ya adaa memang, tapi bunganya kan sedikit. 0 koma. Jadi nggak
menjerat petani bunganya.
12
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Yang biasa itu. Bukan KUR. Itu ya memang programnya
pemerintah untuk membantu petani dituju oleh petani yang
khusus punya kartu tani. Yang kedua masalah pemasaran itu. Tengkulak itu. Itu harganya kan, terutama adalah horti. Kalau
horti itu dari petani murah, dijual di supermarket wuaaa bisa 2x
lipat.
13
Sekretaris
Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
15 Maret 2019
Kalau kemaren tu masalahnya dari modal, itu dari kartu tani kalau udah dapat bisa mengajukan ke BNI. Iyaa, mengeluarkan
tabungan tani kan udah ada yang ngeluarin BNI. Iyaa. Ya dapatnya itu kan melalui SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang). Tapi kalau umpamanya keluarnya itu ¼ atau ½ atau 1
ha tergantung dari SPPT nya. Yang menentukan juga dari BNI,
kebijakannya dapat berapa itu gitu.
14
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Kalau biayanya kurang ya iya pinjem. Kalau BNI pakek kartu tani
terus bunganya nol koma jaminannya ya SPPT aja
15 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Terutama yang dihadapi yang dihadapi oleh petani itu masalahnya
adalah karna di Sumberejo itu apaya untuk air itu adalah yang
paling kuncen. Paling selatan kan gapernah hujan, itu sering kali oleh kelompok itu masalah air, irigasi. Saya juga pernah
mengajukan ke dinas. Supaya di Sumberejo itu paling tidak ada
bantuan pompa air yang besar untuk bantu irigasi. Karna saya kan sudah mendapat predikat juara. Itu berhak untuk mengajukan apa
saja. Karna di Surabaya dibilang seperti itu juga. Jadi istilahnya,
mintak apaa. Gitu. Saya ajukan kemaren, sudah datang dari Surabaya kesini. Diliat disini. Sudah difoto foto tapi lanjutannya
sampek sekarang kok ndakada, sampek nembusi DPR, gakada
kelanjutannya itu. Karna di Sumberejo itu di Kabupaten Jember produksi padi tertinggi.
16
Sekretaris
Poktan Sido Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Ya kalau per rumah emang sudah ada, petani itu sudah ada. Cuma
kan masih kurang kalau Cuma 1 itu masih kurang mengatasi
apalagi mau apa itu mau dibajak itu masih kurang airnya kalau Cuma 1. Jadi pompa airnya ada 2 apa 3 per ¼ sawah. Itu ada yang
dari selatan ada yang dari utara, timur, airnya itu baru bisa lancar jalannya air dibajak.
17
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Lama ya, orang disini irigasi susah kok, padi aja kalau sudah telat
ya pakek pompa.
18
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Nah, dulu waktu muda dulu sebelum ada pompa ya, itu alam itu
masih menyediakan ya. Jadi artinya debit air itu masih tinggi.
Dulu banyak pohon ya, jadi pakek itu sudah “ngebor” istilahnya ya, dikocori itu aja sudah kalau irigasinya gak cukup dulu. Setelah
itu ada pompa pertama itu yang punya itu satu dua itu beli ke
orang itu. Setelah itu sekarang gak ada yang gak punya sudah.
19
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Karna disini ini ujung, kalau ndakada hujan seperti ini ndak ada air ndak kumanan air. Akhirnya petani disini walaupun kemarau
panjang, di sawah hijau. Karna semua petani punya pompa air.
Jadi walaupun tidak ada air dari irigasi, tetep tanamannya bagus.
20 Ketua Poktan
Karya Tani I, P. 6 Januari 2019
Kita mengajukan obat untuk wereng ke dinas. Ke PPL dulu. PPL
mengajukan ke dinas. Setelah mengajukan dapat obat. Baru kita
188
Basri mengajak petani untuk mengadakan spray bersama dengan petani.
Bukan hanya anggota kelompok, tapi petani di lingkungan situ. Petani hamparan. Jadi 1 lokasi itu biasanya 100 orang. Kalau
sudah ndak ada bantuan, itu kita mandiri obatnya. Kita urunan
dengan kelompok yang lain kita mengadakan penyemprotan massal. Itu kalau werengnya sudah banyak. Tapi kalau wereng
masih di ambang batas, kita hanya menganjurkan kepada petani
terutama adalah pencegahan, kita anjurkan untuk semprot dengan obat wereng yang rendah.
21
Sekretaris
Poktan Sido
Mekar, P. Agus Salim
15 Maret 2019
Iyaa. Tapikan dari kelompok cuma bantu, mungkin 1 liter. Dari
sponsor seperti DGWitu bisa 2 liter, dari pak matori 1 liter. Jadi 4
liter itu dioplos sama air langsung petaninya diundang kesini, kan pernah disini juga. Dari DGW terutama obat rakkhwana. Itu kalau
petaninya harus membawa tangki sprayer itu harus tiap petani
harus membawa satu satu. Terus obat yang 4 liter itu nantik dioplos sama air teruskalau mau ngobat itu dikasih ke tepat
plastic, diukur, sekiranya berapa tangki. 3 tangki 3 sprayer itu
setelah itu diukur ukurannya berapa mungkin 1 gelas aqua mungkin 1 gelas 1 tangki.
22 PPL, Diar Fidi Astutik
26 September 2018
Kalau di Sumberejo pernah menang pernah menang program
produktivitas padi, kemudian oleh dinas diajukan lomba tingkat provinsi dapet juara 2 se provinsi. Juara 1 nya luar jember, saya
lupa. 2015 soalnya.
5.
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Terutama kepala dinas kesini, dinas pertanian itu ya itu karna
disini kelompoknya menonjol akhirnya dari dinas sering kesini diadakan pertemuan, mengenai administrasi dilihat seperti apa.
Setelah itu kegiatan per anggota ditanyai 1per satu. Apakah betul begini begini. Akhirnya pada waktu saya lomba, gapoktannya, di
Kabupaten belum pernah kita mengiktui, langsung diikutkan ke
provinsi, ga tanggung tanggung. Saya Tanya pada kepala dinas, lo pak saya ini kan untuk kabupaten belum pernah ikut. Laa sudah.
Kemaren saya kesana kanya termasuk lomba itu. Sudah nomer 1
itu di kabupaten. Nanti saya kirim langsung ke provinsi, ya kebetulan saya di provinsi itu dikoreksi semua buku-bukunya
sampek 1 jam, saya hanya 15 menit. Laa datanya kan komplit.
Malah saya ditinggal, saya malah ditaruh di atasdi bagian yang ngoreksi. Orang orang ya setelah trun yak ok enak men gak
ditakoni gak opo. Dan setelah itu sayaditanyai siap juara 1 apa
tidak? Saya ndak siap pak. Disuruh ke Jakarta nantik. Saya pasrahkan pada kelompok, gakusah pak, sibuk maneh engkok.
Cuma anggotanya yang ndak sanggup. Persiapan itu 1 bulan
nonstop, PPL kan ikut bantu.
Kesimpulan Sementara:
Petani tanaman pangan Desa Sumberejo telah mencapai suatu kemandirian intelektual. Hal tersebut dapat terlihat dari
beberapa hal berikut ini antara lain kebebasan dalam menentukan luasan lahan, kebebasan menentukan komoditas
budidaya, merasa bangga menjadi petani, penyelesaian masalah permodalan, penyelesaian masalah sumberdaya air, penyelesaian masalah serangan OPT, meraih prestasi tingkat provinsi, dan kebebasan memilih merk obat.
3. Kemandirian Pembinaan
No. Informan Tanggal
Wawancara Kemandirian Pembinaan
1 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018 Kalau itu alternatif kelompok sendiri.
2 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018 Iyaa petaninya sendiri. Sudah kenal sama formulatornya gitu.
3 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018 Itu usulannya kelompok.
4 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Iyaa rata-rata begitu. Untuk petani di wilayah Sumberejo ini rata-rata ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya di bidang
pertanian ini mau diterapkan dalam budidayanya.
5
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Inisiatif kelompok sendiri. Hadiahnya dari kas kelompok.
6
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Tujuannya supaya petani dan anggota itu meningkatkan produksi
bagaimana cara tanam padi yang baik, bagaimana petani bisa meningkatkan penghasilan, itu tujuannya. Jadi dipacu dengan
adanya perlombaan itu.
189
7
Ketua Poktan
Karya Tani II, P. Imam Zarkoni
5 Maret 2019
Kadang kala di intern kelompok ada juga apik-apikan. Ya kalau
menang itu, ya senang gitu aja lah, gak dikasih apa-apa, biar semangat gitu aja sudah
8
Ketua Poktan
Karya Tani II, P.
Imam Zarkoni
5 Maret 2019
He‟em dari intern itu juga ada. Kadang kala kan varietas A sama
B itu “ayo menang endi iki sok mben? Kayak gitu.cara tanamnya
harus sama
9
Sekretaris Poktan Sido
Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Kumpul kumpul pernah juga, apalagi kalau ada penanaman
bunga. Tapi kalau sekarang sudah habis bunganya. Pinggir jalan
refugia itu, kanan kiri kan ada semua itu sebetulnya. Berhubung nggaktau apa petaninya apa orang nyabut apa orang gila gitu yang
memuang, kebanyakan orang gila gitu.
10
PPL Desa
Sumberejo, B.
Diar Fidi
30 Maret2019
Kayak pengendalian hama dengan refugia inovasi to.
11
PPL Desa
Sumberejo, B.
Diar Fidi
30 Maret2019
Kemudian pengendalian tikus dengan burung hantu itu juga.
Cuman di wilayah sini aja, perbatasan sabrang Sumberejo itu. Yang selatan wilayah pak basri itu gakada. Dulu disini tiap tahun
itu mesti kalau tanem padi mesti ada gropyokan tikus, cuman
setelah dikasih pagupon burung hantu itu Alhamdulillah sudah nggak ada gerakan tikus. Pagupon ini rumahnya burung hantu
itulo mbak. Itu ditaruh di sawah. Jadi kemaren itu hanya ada 8
pagupon, yang diisi burung hantu hanya 2 kan, hanya 2 rumah. Cuman ternyata kalau pas malam hari itu banyak yang singgah
disana burung hantunya. Jadi burung hantu yang ada disana tu
manggil temannya kemudian kalau pas malam kan berburu mereka, Alhamdulillah. Kan dekat hutan Diana banyak burung
hantu. Alhamdulillah berkurang tikusnya, sudah gakada kegiatan
gropyokan lagi. Kemudian juga pupuk yang dulu kurang lengkap dan berimbang sekarang petani sudah tau manfaatnya kalau pake
berimbang dan ditambah organik itu hasilnya lebih bagus.
12 PPL Sumberejo
Diar Fidi 30 Mar 2019
Yaa begitu. Kita hanya memberi pancingan stimulant gitu aja.
Mungkin di pinggir jalan, di sawah yang dekat jalan, mungkin
petani petani yang mau tanem sendiri di sawahnya sendiri ya
monggo lebih bagus gitu
13 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019 Kartu taninya. Kalau kampanye inisiatif sendiri. Disuruh kelompok harus member ke seluruh hamparan, akhirnya ya
kampanye itu.
14
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Itu yang kemaren katanya mau diganti dari BNI ternyata setelah anu ndak ada gantinya. Akhirnya danakelompok, gapoktan.
Yaudah ikhlaskan, karna gapoktan kan kasnya banyak. Gapoktan
kan dappat bantuan PUAP itu 100juta, dipinjamkan kepada anggota. Diputer sendiri uangnya.
Kesimpulan Sementara:
Petani tanaman pangan Desa Sumberejo telah mencapai suatu kemandirian pembinaan. Hal tersebut dapat terlihat dari
beberapa tindakan petani seperti berinisiatif mengadakan perlombaan, penanggulangan OPT melalui penanaman bunga refugia, penanggulangan hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu, dan berinisiatif mengadakan kampanye.
4. Kemandirian Sosial
No. Informan Tanggal
Wawancara Kemandirian Sosial
1 PPL, Diar Fidi Astutik
21 Desember 2018
Baik interaksinya. Yaa gotong royong, gitu, terus kita mungkin
ada kegiatan gotong royong, bersih-bersih. Misal mau tanam padi
kita biasa bersih bersih saluran air.
2 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
Antar kelompok tani. Kan dalam 1 hamparan itu ada kelompok
tani A kelompok tani B. itu gotong royong.
3 PPL, Diar Fidi
Astutik 21 Desember 2018
yaa mereka saling menghormati, sangat menerima keberadaan
penyuluh di lingkungan. Sampe ada grup whatsapp juga.
4
Ketua Poktan
Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Sudah ada grup antara PPL dan gapoktan, namanya itu Gapoktan
Sumberejo grupnya. Tapi ndak semua ikut, cuma pengurus saja
dan yang sudah punya aplikasi WA itu
5 Ketua Poktan Karya Tani I, P.
Basri
6 Januari 2019
Kalau dulu sering, malah sini tempatnya formulator. Datangsini/ kadang no sore ini datang, pak aku kesel pak, turu nang kene.
Kadang itu tempuk bareng dari ni dari ini, jadi jujukan gitu. Karna
yang paling menonjol disini saya. Akhirnya saya sebagai ketua gapoktan, seluruhnya saya suruh aktif, jadi jangan disini toktapi
yang lain juga.
6 Ketua Poktan 6 Januari 2019 Itu kan diadakan anjangsana, supaya kita erat hubungannya antara
190
Karya Tani I, P.
Basri
anggota 1 ke yang lain. Pengurus dengan anggota biar kelihatan
akrab.yang selasa malem rabu itu. Jadi bukan hanya 1 tempat tapi anjangsana. Biar tahu rumahnya asing-masing, biar kenal
lingkungannya, biar akrab.
7
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Karna anjuran di kelompok, kalau dia menanam ini berhasil, ya
kita ilmunya kita berikan kepada teman yang lain.
8
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Kalau kelompok kan dibagi, kalau udah punya ilmu harus dibagi
sama anggota yang lain
9
Ketua Poktan
Karya Tani I, P. Basri
6 Januari 2019
Kalau samasama kelompok tani, sering saya mengadakan
pertemuan di lapang bersama sama 1 anggota gapoktan.
Kelompok keseluruhan.tapi tidak keseluruhan anggota, beberapa.
Jadi mungkin 1 kelompok 5 orang atau 10 orang. Perwakilan.
Kita pertemuan disini bahas masalah terutama pertanian. Jadi
yang seing saya mengundang hanya pengurus. Informasi dari saya, saya sebarkan ke pengurus kelompok, lalu saya sampaikan
ke anggotanya.
10
Sekretaris
Poktan Sido Mekar, P. Agus
Salim
15 Maret 2019
Kumpul kumpul pernah juga, apalagi kalau ada penanaman bunga. Tapi kalau sekarang sudah habis bunganya. Pinggir jalan
refugia itu, kanan kiri kan ada semua itu sebetulnya. Berhubung
nggaktau apa petaninya apa orang nyabut apa orang gila gitu yang memuang, kebanyakan orang gila gitu.
Kesimpulan Sementara:
Petani tanaman pangan Desa Sumberejo telah mencapai suatu kemandirian sosial. Hal tersebut dapat terlihat dari
beberapa tindakan petani seperti kgiatan gotong royong pembersihan saluran air, memiliki grup whatsapp antara petani dan penyuluh, rumah petani dijadikan tempat beristirahat bagi formulator, dan berinteraksi dan bertukar
informasi sesama petani maupun penyuluh.
191
DOKUMENTASI
Gambar 1. Kegiatan Wawancara pada Informan
Gambar 2. Kegiatan Pertemuan Rutin Kelompok Tani
192
Gambar 3. Piagam Penghargaan Lomba Agribisnis tingkat Jawa Timur
Gambar 4. Kegiatan Penanaman bunga Refugia
193
Gambar 5. Kegiatan Panen Raya Padi dan Pengambilan Ubinan
Gambar 6. Kegiatan Demonstrasi Komoditas jagung
194
Gambar 7. Kegiatan Demonstrasi Pembuatan Fungisida Nabati
Gambar 8. Kunjungan Usahatani oleh PPL Desa Sumberejo
top related