ilmu negara.docx
Post on 08-Dec-2015
180 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ILMU NEGARA
BABI
PENGERTIAN
Apakah yang dimaksud dengan Ilmu Negara.
Ilmu Negara adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari Negara sebagai obyeknya. Di
samping ilmu Negara hukum tata negarapun menjadikan negara obyeknya. Hanya saja kedua
ilmu pengetahuan tersebut berbeda berdasarkan titik berat dan sudut pandangan dan kedua ilmu
pengetahuan tersebut terhadap obyeknya.
Ilmu Negara memandang negara dalam keadaan abstrak yaitu negara yang tidak terikat pada
waktu dan tempat tertentu, dengan demikian negara dalam keadaan umum ( Genus ) sedangkan
Hukum Tata Negara memandang negara atau menyelidiki negara dalam keadaan konkrit
( khusus ), yaitu terikat path waktu dan tempat tertentu, dengan kata lain mempelajari negara
tertentu dan konstitusi dan suatu negara tertentu dan sanalah dipelajari susunan organisasinya,
hak dan kewaj iban organisasi tersebut, wewenang kekuasaan organisasi yang kesemuanya itu
merupakan suatu negara khusus ( konkrit).
Jadi yang dimaksud dengan ilmu Negara adalah : suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
negara dalam keadaan umum di mana dipelajani:
Pengertiannya 1
Kapankah terjadinya suatu negara
Bagaimanakah bentuk-bentuk negara
Bentuk-bentuk pemerintahan
Tujuan negara
Fungsi negara
Hakekat negara
Teori pembenaran negara
Hubungan hukum dan negara
Kembali pada kalimat di atas : yaitu apakah yang dimaksud dengan ilmu Negara? Dan istilah
kita dapatkan ada dua suku kata yang terdini dan : - Ilmu
- Negara
Timbul sutb pertanyaan apakah yang dimaksud dengan ilmu dan negara. Untuk menjawab
pertanyaan di atas tidaklah mudah.
Menurut Prof. Jokosutono, S.H. di dalam menguraikan bukunya Herman I-Idler menerangkan
bahwa untuk dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang modern maka harus memenuhi 6
syarat sbb:
1. Emperisch bukan Excat.
2. Immanent bukan transcendent.
3. Fuctioneel.
4. Dialectisch atau antysynthesis.
5. Dynamisch bukan statis.
6. Pragnatisch atau praktis, (knowledge for wate).
Syarat-syarat di atas adalah syarat bagi ilmu pengetahuan social wetenschaat
atau ilmu pengetahuan yang bersifat geistes wessenschaften bukan nature
wessenchaften ( ilmu-ilmu excat ). Geisteswessanschaten adalah suatu ilmu
pengetahuan yang obyeknya adalah benda-benda hidup oleh karenanya
dinamakan ilmu social. Sekarang marl kita pelajari syarat-syarat ilmu
pengetahuan modern tersebut satu persatu.
ad. I .EMPERISCH BUKAN EXCAT
Emperisch berarti kenyataan yaitu,kenyataan yang berdasarkan pengalaman jadi bersifat real. mi
berarti ilmu penetahuan harus berdasarkan hal-hal yang bersifat konkrit. Sifat emperisch mi
menyebabkan salah satu dan perbedaan dengan ilmu exeat. Ilmu sosial adalah berdasarkan
pengalaman yang nyata dan bukan ilmu pasti.
Dalam hubungan ml pula kita kurang dapat menerima inaugerele rede dan Prof. Van
Vollenhoven yabg berjudul “ Excat Rechwetenschaf”.
Ilmu hukum bukanlah natur wessenshaften oleh karena itu tidaklah exacte. Ilmu-ilmu exacte
berobyekkan benda-benda mati dan dapat dilakukan eksperement-eksperement. Sedangkan ilmu
sosial obyeknya benda hidup (manusia) balk individu maupun dalam bentuk masyarakat , yang
tidak mungkin dilakukan eksperement. Oleh karena itu pengetahuan yang berdasarkan suatu dalil
yang pasti adalah merupakan suatu hal yang sulit. Sebab dalil-dalil itu sendiri
adalah merupakan suatu anggapan dan tidak subyektif, contoh dalil yang tidak pasti
1. Dalil bahwa Dunia itu ada.
Anggapan inipun adalah suatu dalil yang obyektif sifatnya, karena itu ada yang beranggapan
bahwa dunia yang kita diami sekarang sesungguhnya tidak ada ( tidak abadi ), tetapi bersifat
maya dimana yang abadi adalah dunia cita.
2. Dalil bahwa Panca Indra dapat mengetahui segala-galanya. Dalil inipun tak bisa
dipertahankan.
Menurut Emannwel kant dengan istilah “ dingansich “ nya justru panca indra kita hanya terbatas
saja dalam melihat / mencari kebenaran sesuatu apa yang nampak oleh panca indra kita yang
sebenarnya hanya kulitnya saja tetapi kebenaran sesungguhnya tidak kita ketahui, kita hanya
mengetahui terbatas pada panca indra kita sendiri dan mi sudah tenth terbatas.
3. Dalil adanva hubungan causal Verband.
Hubungan yang bersifat causal mungkin dapat kita temui dalam naturwessenschaften tetapi
dalam geisteswessenschaften ( yang obyeknya adalah manusia ) tentu dalil sebab akibat tidak
mungkin karena manusia itu benda hilup yang mempunyai kehendak, inisiatif dan kreatif.
Dan contoh 3 dalil di atas telah dapat kita simpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu harus bersifat
emperisch.
ad. 2. IMMANENT bukan TRANCENDENT
Yang dimaksud dengan Immanent yaitu suatu cara berfikir yang tidak bersifat spikulatif artinya
suatu ilmu pengetahuan harus dikembalikan pada hal-hal yang ada pada sifat immanent atau hal
yang ada dalam kekuatan disekitar kita, bukan dikembalikan pada hal-hal yang transcendent
( tidak nyata ) yang kesemuanya itu spikulatif sifatnya. Sebagai contoh bahwa kita harus berfikir
secara immanent dalam persoalan yang menyangkut kenegaraan yaitu persoalan kekuatan
negara. Apabila dalam hal mi kita berfikir secara transcendent atau spikulatif maka persoalan
kekuasaan negara dikembalikan kepada ha! atau kekuatan yang tidak nampak ( di luar dunia
yang ada) dan dapat menimbulkan hal yang bersifat spikulatif misalnya terhadap persoalan
kenegaraan itu dikembalikan kepada kekuasaan ke Tuhanan sehingga timbullah faham God
Doeveriniteit. Salah seorang tokoh yang berfikir secara spikulatif contohnya PLATO yang
menggunakan spikulatifdeduktifmengemukakan dua macam dunia:
1. Dunia cita atau dunia abadi
2. Dunia alam atau dunia yang tampak
Menurut PLATO dunia yang nampak sekarang ml dunia alam adalah merupakan refleksi
( pencerminan ) dan dunia cita. Jadi apa yang tampak dan timbul dalam dunia alam itu adalah
merupakan gambaran dan dunia cita. Kalau cara berfikir yang demikian mi kita hubungkan
dengan kenegaraan maka apa yamg tampak dan timbul dan persoalan yang lalu tidak dapat kita
selidiki mengapa persoalan itu timbul. Sebab seolah-olah persoalan itu merupakan kodrat semata
sehingga tidak perlu diselidiki, sedangkan seharusnya untuk menyelidiki persoalan kenegaraan di
atas kita harus berfikir secara immanent atau mencani kekuatankekuatan yang timbul itu pada
apa yang nampak dan ada disekeliling kita. Sehingga kita dapat menyelidiki persoalan
kenegaraan secara obyektif, misalnya terhadap timbulnya kekuasaan negara lØta harus
mengembalikan / menyelidiki pada masyarakat Negara itu sendini tdimana dalam masyarakat itu
send in menimbulkan kekuasaan-kekuasaan sehingga terjadilah kekuasaan negara. Oleh sebab itu
ARISTOTELES sebagai murid PLATO tersebut. Maka Aristoteles menggunakan metode
empirischnya dengan menyatakan bahwa dua dunia yang tersebut di atas sebenarnya menjadi
satu, hanya saja dia membedakan dua hal:
1. Form ( Kekuasaan membentuk)
2. Materi atau isi / wadah
Jadi dengan demikian menurut Aristoteles di dalam dunia mi ada proses vomendecht sehingga
menimbulkan isi. Dalam hubungannya dengan kenegaraan maka persoalan kenegaraan itu timbul
karena adanya kekuatan membentuk yang timbul dalam masyarakat itu sendiri sehingga kita
dapat menyelidiki bermacammacam persoalan kenegaraan tidak seperti halnya dengan cara
berfikir spikulatif.
ad. 3.FUCTIONEEL.
Yang dimaksud dengan fuctioneel yaitu adanya hubungan timbal balik dan hubungan itu saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Jadi gejala dunia mi tidaklah dapat kita pandang atau kita
pisahkan satu sama Iainnya, melainkan saling berhubungan. Dengan demikian Negara sebagai
suatu organisasi atau sebagai suatu bentuk persekutuan hidup mempunyai hubungan dengan
masyarakat yang menjadi warga negarabahkan omng asing sekalipun.
Dalam hubungan dengan sifat ke 3 inilah masyarakat atau orang (individu) harus memikirkan
negara. Negara tidak terlepas dengan masyarakat, negara mempengaruhi masyarakat dan
sebaliknya masyarakatpun mempengaruhi Negara. Dalam bentuk yang demikian negara
mencampuri kehidupan warga negaranya yang menyebabkan kekuasaan negara tidak terpisah
thri masyarakat. Negara mempengaruhi masyarakat baik secara Iangsung maupun tidak
langsung, baik warga Negara dan Negara itu sendiri maupun orang asing dan bahkan
mempengaruhi pula dalam dunia internasional. Begitu besar pengaruh negara terhadap
kehidupan manusia lebih-Iebih jaman sekarang diminta kekuasaan negara sudah bersifat sangat
komplek mau tidak mau orang harus insaf dan berfikir tentang lembaga tersebut, karena mi
merupakan suatu kenyataan dan mengenai hubungan kita dengan negara itu menebabkan orang
itu harus mengatur dan menyesuaikan kehidupannya terhadap Ngara. Sebagian besar kehidupan
manusia sangat dipengaruhi oleh negara, contoh adanya keputusan atau peraturan yang
dikeluarkan oleh negara temyata langsung mengikat kehidupan terutama hubungannya dengan
pemerintah.
Apa yang menjadi wewenang atau urusan dan pemerintah selalu berubahubah dan dahulu sampai
sekarang ternyata wewenang itu meluas sampai mempengaruhi I mencampuri kehidupan dan
warga negara. Dalam hal urusan yang menjadi wewenang negara terdapat pula perbedaan antara
satu dengan negara lainnya perbedaan mana dapat kita simpulkan secara umum, missal dalam
lapangan agama ada negara yang menjadikan agama merupakan wewenang atau urusan negara
tersebut. Sehingga tidak jarang peraturan-peraturan yang di keluarkan oleh pemenintah sangat
dipengaruhi oleh suatu agama atau faham
tertentu, misalnya Negara Syria, lnggris, Pakistan dimana agama menjadi wewenang negara.
Tetapi ada pula negara yang menganggap agama bukan urusan negara melainkan persoalan
pribadi. Lain halnya dengan negara Rusia, agama bahkan dilarang oleh negara tersebut karena
menurut mereka agama merupakan suatu faham yang dapat merusak masyarakat atau dengan
kata lain agama dianggap sebagai candu masyarakat. Contoh lain dalam lapangan ekonomi ada
negara yang mencampuri perekonomian sehingga sector pertanian dianggap monopoli dan path
negara, dan untuk itu pihak swasta tidak boleh melaksanakan ekonomi Negara tersebut. Tetapi
ada negara yang menganut faham liberal misalnya larangan bahwa urusan perekonomian
bukanlah mutlak harus dikuasai negara melainkan pihak swastapun berhak melaksanakannya.
Seterusnya dalam lapangan pendidikan ada negara yang menganggap pendidikan adalah
monopoli atas urusan negara, tetapi ada negara yang memberikan kesempatan pada swasta untuk
melaksanakannya. Kesemuanya mi apa yang menjadi wewenang urusan negara sudah tentu
sangat bergantung sekali dengan struktur / organisasi daripada negara yang secara teoritis dapat
kita pelajari sehingga timbil teori-teori negara, bentuk pemerintahan, teori tentang tujuan / fungsi
Negara, yang kesemuanya itu berarti mempelajari negara secara umum.
Kembali kepada metode funtioneel atau sifat 3 dan ilmu pengetahuan yang modem yang
pertama-tama mengemukakn adalah seorang sari ana Anthropologi yang bemama “ Malinwsky “
di dalam bukunya yang berjudul Corel Garden menemukan suatu pendapat bahwa untuk
menyelidiki suatu kebudayaan dan suatu bangsa haruslah menggunakan metode funtioneel
karena kebudayaan tidak dapat dipisahkan dan ilmu pengetahuan lainnya misal agama, ekonomi,
hokum dan lain- lain.
Lain halnya dengan pendapat BUYS yang menggunakan metode yuridisch dagmatisch. Metode
mana dipengaruhi oleh faham D. P. S ( Deutsc Publizisten Schule ) yang path hakekatnya dalam
mempelajari suatu hukum atau UndangUndang cukup hanya mempelajari pasal-pasal demi pasal
Undang-Undang tersebut. Metode mi menurut STRUYCKEN adalah kurang tepat karena
menyebabkan kita terpaku hanya pada Undang-Undang saja, sedangkan perUndang-Undangan
akan selalu timbul hal-hal atau peristiwa-peristiwa hukum
yang dapat mengakibatkan timbulnya hukum barn yang j ustru tidak ada dalam undang-undang
itu sendiri.
Contoh peristiwa hukum itu:
-Convention yaitu suatu kebiasaan yang timbul dan lalu menjadi UndangUndang.
- Revolusi yaitu perebutan kekuasaan oleh rakyat terhadap lapisan atasan yang dilakukan secara
serentak.
- Coup Detat yaitu perubahan dalam struktur negara yang ditimbulkan oleh orang-orang atasan.
- Putch yaitu perebutan kekuasaan oleh kalangan militer terhadap suatu pemerintahan yang telah
ada.
Semua mi menurut Struycken di dalam mempelajari hukum kita harus menggunakan metode
yurisch histories. Artinya kita mempelajari juga di luar Undang-undang seperti apa yang
tereantum dalam UUD itu sendiri. Metode di atas diperkuat oleh pendapat LOGEMANN dengan
metode yuridisch histories dalam arti luasnya ( Metode yuridisch inruime zin ) yang berarti
menurut Logemann dalam mempelajari suatu Undang-Undang tidak saja dan segi wetnya, tetapi
juga dan segi sosiologisnya. Dengan demikian kita mempelajari juga segi kemasyarakatannya.
Pengaruh sosiologis inilah menimbulkan suatu faham di dalam lapangan ilmu hukum yaitu aliran
: Sosiological Yurisprodence.
I
ad. 4. DIALECTISCH atau ANTYSYNTUESIS
Yang dimaksud dengan Dialectisch yaitu adanya suatu hubungan antara dua factor walaupun
hubunganitu sangat erat sekali tetapi antara faktor-faktor dengan factor lain tidak tidak
menyebabkan factor yang satu di bawah factor yang lain tersebut. Sifat mi kita dapatkan di
dalam lapangan sosiologi yaitu antara hubungan individu dengam masyarakat. Faktor individu
dengan factor masyarakat adalah mempunyai hubungan erat tetapi yidak berarti individu berada
di atas masyarakat ataupun sebaliknya.
Dalam lapangan sosiologi kita mengenal ada 3 macam paham:
a. Paham Individualistis
Paham mi menganggap individu adalah suatu hal yang primer dibandingkan dengan masyarakat
yang bersifat skunder. Kepentingan individu berada di atas kepentingan masyarakat.
b. Paham Universalistis
Paham mi disebut juga paham kolektif yang merupakan paham sebaliknya dan pada paham
individu. Mereka menganggap bahwa masyarakat merupakan hal yang primer, sedangkan
individu merupakan hal yang skunder. Kepentingan masyarakat lebih diutamakan dan
kepentingan individu. Kita simpulkan bahwa kedua paham di atas sifatnya kontradiksi.
c. Paham Sosialis
Penganut dan paham mi adalah Mc Iver, Logemann, Herman Heller. Mereka menganggap bahwa
individu dan masyarakat sifatnya dialektisverband. Artinya bila kita membicarakan individu
berarti kita juga membicarakan masyarakat sebagai latar belakangnya atau sebaliknya.
Kesimpulan antara masyarakat dan individu sifatnya dialectical. Demikian pula halnya antara
hukum dan Negara. Hukum da Negara hubungannya adalah dialektisch artinya antara hukum dan
Iegara tidak dapat dipisahkan. Dan mi berarti hukum bukan merupakan keheiidak dan suatu
Negara atau sebaliknya hukum sama dengan Negara.
ad. 5. DINAMTSCH tidak STATIS
Konsekuensi dan sifat-sifat ilmu pengetahuan di atas yaitu functioned dan dialektisch maka sifat
ilmu pengetahuan selanjutnya harus dinamis.
Hubungan functioneel antara masyarakat dan Negara serta hubungan dialektisch antara
masyarakat dan Negara selalu mengarah perubahan atau perkembangan. Maka ilmu pengetahuan
yang menyelidiki Negara sebagai obyeknya ( Social Wetensccapen) harus pula bersikap dinamis
tidak bersifat statis.
ad. 6. KNOWLEDGE for WHAT
Hal mi disebut juga sifat praktis atau pragmatis dan ilmu pengetahuan. Istilah tersebut pertama
kali diketemukan oleh Dr. LYND dalam bukunya yang berjudul “Knowledge for What “ yang
maksudnya suatu ilmu pengetahuan yang bersifat tearitis harusjuga dapat digunakan bukan teori
melulu.
Dengan demikian teori harus dapat digunakan atau diterapkan. Sifat tersebut berarti
menghilangkan suatu anggapan pada zaman dahulu yang terkenal dengan istilah: Wetenschaft
voor de wetwnschaft atau art voor de art yang kesemuanya mi merupakan semboyan.
Demikianlah syarat ilmu pengetahuan modern menurut Herman Heller, seperti apa yang
dikemukakan oleh Prof. JOKOSUTONO, SH.
Kembali pada persoalan semula bahwa ilmu Negara adalah Negara sebagai obyek penyelidikan,
maka timbul pertanyaan kedua apa pula yang dimaksid dengan Negara? Untuk mendapatkan
pembatasan atau definisi daripada Negara segara akan kita dapatkan suatu kenyataan bahwa
definisi tentang Negara itu tidak ada yang sempurna karena definisi atau batasan itu sendiri
sudah mempersempit arti sesungguhnya. Dalam keadaan yang demikian itu sudah barang tentu
definisi itu menjadi tidak sempurna. Mengenai definisi Negara terdapat banyak sekali perbedaan
antara satu dengan yang lain, hal mi terjadi karena dalam pemberian definisi sangat tergantung
kepada sia ahli yang memberikan definisi. mi disebabkan karena dalam memberikan definisi
terdapat kecenderungan untuk melihat sesuatu itu dan sudut ilmu pengetahuanitu sendiri, jadi
bersifat subyektif. Sudah tentu pandangan itu berat sebelah karena kita tidak pada hakekat yang
sebenarnya dan obyek itu sendiri. Seperti tadi telah dikatan dan sudut histories dan sosiologis
manusia sejak dahulu sampai sekarang selalu hidup bermasyarakat yang di bawah eutority
tertentu yang dapat berubah-ubah baik sifat maupun bentuknya.
Yang dimaksud dengan hidup bermasyarakat adalah hidup bersama diantara manusia sath
dengan lainnya dimana masing-masing pihak harus menyesuaikan masing-masing sikap dan
tingkah laku, dengan sikap dan tingkah laku.
Hal mana terlaksana di atas suatu tata yang dipelihara bersama atas kesadaran akan pentingnya
tata itu.
Kembali pada persoalan definisi kita akan mendapat kesukaran karena terbentur pada 3
kemungkinan.
Tergantung pada siapa abli itu memberikan definisi, oleh karena masing-masin ahli mempunyai
kecenderungan dan keahlian yang dim iliki masing-masing contohnya definisi seseorang
sosiologi akan berbeda pendapat dengan anthropologi atau ekonomi atau yurist terhadap obyek
yang sama yaitu Negara.
II. Bahwa banyak dan ahli itu akan melihat obyeknya terbatas pada bentuk lahimya sajayang
demikian tidak memperhatikan hakekat sesungguhnya dan obyeknya.
III. Kesukaran dalam memberikan definisi seperti apa yang dikatakan oleh STRAKE dalam
bukunya yang berjudul “ The Principle of International Law “ ialah dalam kesukaran dalam
memberikan definisi Negara yang disepabkan karena pengertian-pengertian dalm unsur-unsur
pokok daripada negara itu sendiri mengalami perkembangan, perkembangan man menurut Strake
tidak sejalan atau sama kuatnya dengan arti sesungguhnya atau konkritnya pengertian Negara
dulu seperti Sriwijaya, Mojopahit jauh berbeda dengan Negara sekarang. Lebih jelasnya Strake
mengemukakan kesukaran memberikan definisi dikarenakan berbedanya pengertian dan unsur-
unsur Negara sekarang yaitu rakyat, daerah, pemerintah, kemerdekaan.
Namun sebagal suatu perbandingan dan pedoman mempelajari ilmu Negara kami kemukakan
definisi sebagai berikut:
Definisi APELDORN
Negara adalah sebagai suatu bentuk hidup bersama daripada rakyat di bawab kekuasaan tertinggi
dan di bawah suatu kaaedah hukum yang bersamaan.
Definisi Prof. KRABBE
Negara adalah suatu persekutuan hukum, jadi suatu perikatan yang timbul karena bekerjanya
cita-cita hukum.
Definisi GARDNCR. Bukunya” POLITICAL SCIENCE OF GOVERMENT”
The state is a consep polical science and public law is a community persons more and less,
numerous permanently territory independendence or nearly show from external control and
position ordening of government it with the great body of anhabitan ramblers habitual.
Mempunyai arti kurang lebih sebagai berikut:
Negara merupakan suatu konsepsi dan ilmu politik dan hukum public sebagai sebuah pergaulan
hidup manusia yang mendiami suatu daerah tertentu secara permanent dan merdeka dan
memerdekakan din dan bebas dan kekuasaan lain lalu menyusun sebuah pemerintahan dimana
eIuruh rakyat tunduk kepadanya.
Dan definisi di atas kita simpulkan bahwa definisi I, II, adalah yang dikemukakan para ahli-ahli
hukum dimana dan definisi itu belum nampak sama sekali kepada kita pengertian suatu Negara.
Sedangkan definisi III adalah definisi yang dikemukakan oleh seorang ahli politik dalam hal
mana definisi itu telah sanggup menggambarkan adanya suatu kehidupan di dalam Negara yang
mempunyai pemerintahan dan kemerdekaan berarti definisi mi menyebutkan unsur-unsur Negara
sebagai berikut:
a. Adanya rakyat atau bangsa.
b. Adanya daerah territorial tertentu.
c. Adanya suatu pemerintahan.
d. Adanya suatu kemerdekaan.
Dengan demikian apa yang menjadi pokokpersoalan mengenai ilmu Negara dapatlah kita ketahui
bahwa yang dimaksud dengan ilmu Negara adalah:
Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari Negara (Negara secara umum)
sebagai obyeknya.
Kalau kita, ilmu Negara sebagai mata pelajaran di dalam kurikulum perguruan-perguruan tinggi
yaitu timbul pada abad ke-19, ilmu Negara ditimbulkan ahli-ahli hukum pada permulaannya,
yang berbeda dengan ilmu politik ( political science) dimana para sarjana dan bidang ilmu
sosiologilsh yang menimbulkannya karena adanya pengkhususan din dalam bidang tersebut
political science berkembang di Negara-negara Anglo Saxon.
Dapat disebutkan disini sebagai bapak ilmu Negara yaltu G. JELLTNEC sebabnya ialah karena
beliaulah yang mensistimatisir bidang-bidang Negara di dalam suatu ilmu pengetahuan walaupun
seterusnya apa yang diajarkan oleh Jellinec itu untuk zaman sekarang sudah sangat berlainan
sekali. mi disebabkan semua Negara sudah mengalami perubahan dan perkembangan. Namun
manfaatnya bagi kita ialah mengenai adanya pandangan Negara yang sistematis yang dapat kita
lihat dalam beberapa tahap sebagai berikut:
I. Di lihat dan kepustakaan di Eropa Barat penyelidikan Negara telah ada jauh sebelum Jellinec
memulai, misalnya pada zaman Yunani kuno yang dilakukan oleh Plato dan Aristoteles.
Sedangkan pada zaman Romawi dilakukan oleh Ciero dan Ulpianus. Pada abad pertengahan
dilakukan oleh Augustinus dan Machivelli, sedangkan pada zaman modern dilakukan oleh
Rousseau dan John Locke.
Sedangkan pangkal haluan dan pandangan Jellinec daripada ilmu-ilmu yang mengenai Negara
mencakup seluruh kehidupan Negara diberi suatu nama yaitu ilmu kenegaraan ( state
wesstenschften).
Jadi segala ilmu pengetahuan yang menyelidiki negara missal ilmu p01 itik, ilmu kontitusi,
semuanya itu tercakup dalam ilmu kenegaraan.
Menurut Jellineck ilmu kenegaraan atau state wesstenschaft digolongkan dalam dua golongan
besar:
1. Ilmu pengetahuan kenegaraan yang menekankan pada segi hukum yaitu contohnya Hukum
Tata Usaha Negara, Hukum Tata Negara, dsb.
2. Ilmu pengetahuan kenegaraan yang menekankan pada segi negaranya saja. Contohnya,
penyelidikan-penyelidikan ilmiah dan hasil suatu pen alanan meninjau suatu Negara.
II. Penafsiran selanjutnya dan Jellinec dalam ilmu kenegaraan bahwa Negara di golongkan
Jellinec dalam Deschrsibende Staates Wesstenschaften.
Apabila kita menarik kesimpulan pada hal yang dilukiskan di atas dan membuat suatu teori maka
kita akan jurnpai apa yang dinamakan Jellinec dengan Teoritische Staatwessenseapt atau apa
yang dikenal dengan ilmu Negara ( ilmu yang mempelajari Negara secara teonitis).
Kemudian apabila orang menggunakan teori-teoni tersebut dalam praktek kenegaraan maka
disebut oleh Jellinec : Praktische staatswissenscapt. Atau dikenal dengan istilah ilmu politik, jadi
ilmu politik mempelajari Negara dan segi yang praktis.
Ill. Menurut Jellinec untuk kita mengenal suatu teori mengenal Negara maka kita mengenal atau
menunjukkan suatu Negara khusus, Negara khusus mi dikenal dengan istilah Bisondere
Staatslehre.
I
Selanjutkan kita melihat Jellinec dalam mengemukakan sistematik
kenegaraan terpengaruh oleh cabang ilmu pengetahuan yaitu ilmu social, ia mengemukakan
bahwa Negara dapat merupakan dua segi:
a. Dan segi sosiologi, yaitu melihat Negara dan bangunan masyarakatnya.
b. Dan seg yuridist, yaitu melihat Negara dan segi hukum. Oleh karena Jellinec melihat Negara
dan dua segi mi maka teorinya disebut dengan teoni dua segi (ZWEISSEITEN TEORI).
Di daim perkembangan selanjutnya ilmu Negara mengalami perbedaan pendapat, karena ada
pendapat yang mengatakan bahwa Negara merupakan bagian dan ilmu politik. Sedangkan ilmu
politik itu sendiri masih tersebut kesimpang siuran, antara
lain Saltow sendiri berpendapat istilah political science itu sendiri kurang tetap karena politik itu
sendiri bukanlah suatu ilmu justru itu Saltow sendiri memberikan judul bukunya”
INTRODUCTION TO POLITIC”.
Tetapi sebaliknya dengan Walter Lipow yang berpendapat bahwa politik adalah juga merupakan
suatu ilmu pengetahuan. Mereka berpendapat apabila politik disamakan dengan ilmu pasti sudah
tenth tidak akan terjadi, tetapi kalau ada yang mengatakan bahwa ilmu politik bukanlah suatu
ilmu pengetahuan maka sama saja menganggap ilmu-ilmu social itu bukanlah suatu ilmu.
Bukankab ilmu social itu sifatnya tidak exact tetapi merupakan suatu anggapan seperti halnya
dengan ilmu ekonomi yang beranggapan apabila jumlah barang yang beredar tetap sedangkan
jumlah keperluan atas barang yang beredar itu bertambah atau berkurang akan secara ekonomi
harga akan menjadi naik atau turun.
Ditinjau dan obyeknya anatra ilmu Negara dan ilmu politik tidak banyak berbeda karena
keduanya membicarakan Negara sebagai obyeknya. Ilmu politik membicarakan mengenai
kekuasaan tentang Negara sedangkan ilmu Negara membicarakan tentang Negara seluruhnya.
Jadi yang membedakan hanyalah dan titik berat dan dan sudut pandangan danipada obyeknya
saja.
Kembali pada Jellinec maka untuk jelasnya kami akan memberikan sistematika yang lengkap
sbb:
Pemikiran Kenegaraan
Pemikiran tentang Negara tidaklah timbul bersamaan dengan saat adanya Negara sepertu
sekarang 1111, tetapi timbulnya Iebih kemudian walaupun persoalannya suclah ada sejak saat
Negara itu berdiri. Pemikiran kenegaraan secara sadar atau tampak sistematik barn dilakukan
oleh orang kemudian.
Pemikiran kenegaraan menurut Von Smith barulah timbul pada zaman Yunani kuno walaupun
sebelumnya yaitu sudah ada terdapat Negara Timur kuno lainnya seperti Babilonia, Mesir, Syria,
Tiongkok kuno dli. Menurut Von Smith sebab utamanya pemikiran kenegaraan baru timbul pada
zaman Yunani karena barn pada zaman itulah dikenal orang karena adanya kebebasan berfikir
dan menyatakan pendapat. Sehingga hal inilah yang menimbulkan pemikiran
kenegaraan dan tentang apa yang dipikirkannya 1W melahirkan teori-teori kenegaraan yang
terbatas sifatnya. Orang Barat memang mengakui bahwa
peradaban mereka ( kesusilaan, agama, kesenian) mendapat sumbangan dan dunia Timur akan
tetapi dalam lapangan pemerintahan mereka tidak mengakui bahwa mereka mendapat
sumbangan dan dunia Timur, karena menurut pandangan mereka peradaban yang timbul pada
Mesir kuno atau Timur kuno lainnya tidak membuahkan apa-apa balk berupa teori-teori
kenegaraan maupun praktekprakteknya. Sedangkan perkembangan pemikiran Barat terutama
teori-teorinya sangat mempengaruhi Negara-negara di dunia mi.
Akhimya Von Smith mengatakan bahwa walaupun dunia Barat tidak harus memimpin dunia mi
tetapi setidak-tidaknya dunia Barat mempunyai keunggulan dalam lapangan pemerintahan.
Terhadap pendapat Von Smith di atas kita tidak dapat menerima keseluruhannya karena
pemikiran Von Smith menunjukkan adanya sperioritas terhadap dunia Timur, pemikiran mi
adalah suatu pemikiran yang sempit yang tidak mempunyai suatu landasan, sebab berdasarkan
hasil penyelidikan pam archiolog dapatlah diketahui bahwa hasil pemikiran dunia Timurpun
menghasilkan pemikiran tentang hidup kenegaraan. Dan temyata bahwa pemikiran kenegaraan
atau praktek kenegaraan dan dunia Timur mempengaruhi Barat, bahkan dan dunia Timurlah
mereka mencoba merumuskan entang bagaimana suatu pemerintahan itu yang baik. Contoh:
a. Mesir kuno adalah suatu Negara yang terdapat kira-kira jauh sebelum masehi dimana disini
diketemukan bukti-bukti bahwa selama 3000 tahun Iamanya di lembah sungai Nil sudah ada
suatu kerajaan yang mempunyai peradaban yang tinggi. Dan sana dapat diketemukan oleh para
archiolog bekas-bekas yang menunjukkan adanya praktek-praktek kehidupan politik atau
kehidupan kenegaraan yaitu dimana terdapat bekas lembaga pemerintahan. Sejarahpun telah
membuktikan bahwa Mesir kuno telah mempunyai pemerintahan yang baik, misalnya
pemerintahan raja Mesir HOREMRES yang terkenal juga sebagai seorang militer yang genius.
Pada waktu pemerintahan raja mi beliau pemah memberikan
nasihat kepada perdana menterinya yang dalam isinya memberikan
anjuran agar kalau terjadi perselisihan antar kaum bangsawan
dengan rakyat hendaklah jangan memihak kepada salah satu pihak
baik bangsawan maupun rakyat dan menurutnya adalah berdosa
apabila kita menjalankan suatu pemerintahan yang tidak adil. Apa
yang diucapkan oleh raja tersebut, menunjukkuan adanya suatu cita
cita pemerintahan yang luhur dan pada tujuan Negara mereka path
waktu itu, dimana bercita-cita menegakkan keadilan bagi rakyatnya.
Juga pada saat pemerintahan mereka tersebut mereka sudah mampu
menyelesaikan atau cara memungut pajak serta mengadakan
peraturan pidana kepada orang yang tidak mau membayar pajak dan
peraturan pajak bagi mereka yang menerima suapan.
b. Di Mesir terdapat suatu kota yang bemama Manlopola pada sistim
yang sama sudah terdapat suatu perguruan tinggi dimana menurut
salah satu peninggalannya yang berupa batubahwa disitu pernah
belajar orang-orang yang bemama Selon, Phitagoras Thalas yang
terkenal sebagai ahli-ahli filsafat Yunani kuno ternyata filsafat
filsafat itu adalah hash pendidikam Mesir kuno.
Contoh II.
Bukti kedua adanya suatu perkembangaty terhadap peradaban pemerintah yang maju yang
terdapat di Babilonia. Umumnya para ahli sejarah berpendapat bahwa kota Semima di Babilonia
adalah suatu pemerintahan yang dispostis dan berazaskan teokratis. Keadaan yang dem ikian mi
tidaklah merupakan tanah yang subur untuk berkembangnya pemikiran-pemikiran kenegaraan.
Tetapi pendapat mi kemudian disanksikan karena pada abad berikutnya di Eropa pun yang
menganut paham teokratis temyata menghasilkan teori-teori politik dan kenegaraan. Seperti yang
dikemukakan oleh Thomas Aquanes. Sedangkan pemerintahan di Mesopotamia telah dapat
membentuk lembaga-lembaga kenegaraan seperti angkatan perang dan lain-lain dan bahkan
mengadakan hubungan intemasional di samping hubungan kenegaraan. Di samping urusan
keduniawian yang tidak diabaikan mereka menciptakan pula kode hukum HAMURABI. Dan
beberapa pokok hukum Hamurabi mi dapat diketahui bahwa bangsa tersebut tidak harus
mengurus agamanya melainkan pemerintahpun diperhatikan. Antara lain isi hukum Hamurabi
tersebut adalah:
1. Jika seseorang memberikan kesaksian palsu atau tidak menjalankan seperti apa yang
diucapkan dalam sidang pengadilan masih tertuduh dapat di ancam dengan hukuman mati dalam
perkara pidana, hukuman denda dalam perkara perdata.
2. Jika ada seseorang bangsawan yang mencuri suatu benda ( perahu, babi) balk dan suatu tempat
atau rumah biasa maka bangsawan itu hams membayar 30 X harga barang tersebut, tetapi kalau
hanya rakyat bangsa hanya 10 X lipat dan kalau si pencuri tersebut tidak sanggup membayar
maka si pencuri itu di hukum bunuh.
3. Bahwa orang melakukan perampokan hams di bunuh kalau tertangkap, kalau tidak tertangkap
orang yang menderita mgi tersebut menerangkan jumlah barang yang dibegal di muka hakim dan
pejabat Setempat harus menggantikan kerugian.
4. Kalau seorang laki-laki ingin mengambil wanita sebagai isterinya kalau tidak ditepati syarat-
syarat perkawinan maka wanita itu belum menjadi isterinya. Kalau isterinya diceraikan karena
tidak mempunyai keturunan maka si suami harus membayar sejumlah uang tukoan atau uang
panjar.
5. Jika seorang laki-laki kematian iseni dan si isteri mempinyai seorang anak maka ayah si isteri
tadi tidak berlak menuntut apa-apa dan kekayaan anakanaknya kecuali anak dan sang isteni itu
sendiri.
Contoh III.
Yang terdapat path bangsa Yahudi kuno bangsa ml dianggap sebagai bangsa yang mewariskan
kepada dunia suatu kumpulan sastra yang lengkap dalam kitab suci mereka yang dinamakan
kitab Taurat. Kitab mi menurut tentang perjanjian lama yang dapat dipandang dan sudut agama,
filsafat, susila, sejarah, sosiologi. Didalam segi pemerintahan mereka yang walaupun bersifat
teokratis temyata banyak mengandung segi-segi kenegaraan. Misalnya dalam pemerintahan
Samuel dimana unsur pemerintahan yang demokratis telah terdapat suara rakyat sidah dapat
mempengaruhi pemerintahan.
Contoh IV
a. Ahli pemikir tiongkok kuno yang terkenal ialah ICong Hu Cu dimana sebelum menjelang usia
lanjut Kong Hu Cu telah menjadi ahli pemikir dalam bidang politik, pandangannya tentang
agama dan ajaran-ajarannya tentang kesusilaan bersifat individual yang bersatu kepada
kepercayaan untuk hidup dalam suatu kehidupan dalam Negara. Apa yang dinamakan Catly mi
memang Kong Hu Cu lama sekali berkecimpung dalam lapangan pemerintahan. Pada waktu itu
tiongkok dalam keadaan terpecah belah menjadi Negara-negara yang kecil satu dengan lainnya
saling bersaing dan tidak tunduk kepada pemerintah pusat. Oleh karena itu dalam bukunya yang
berjudul “ KHUNG “ ( buku sejarah ) disitu terdapat percakapanpercakapan tentang masalah
pemerintahan dan garis besar tentang persoalan Negara, yang pada waktu itu hams diselesaikan
atau masih dikerjakan. Walaupun pandangan, Kong Hu Cu sangat konservatif namun tidak bias
dipungkiri bahwa ia telah mempersoalkan Negara. Dalam usahanya untuk mempersatukan
Tiongkok terkenal akan doktrinnya : Raja besar serta Raja kecil dan pegawai-pegawai hendaklah
tetap pada tempatnya masing-masing dan segala usaha untuk mencapai tempat yang lebih tinggi
di dalam masyarakat berarti akan menimbulkan kekacaun. Karenanyalah raja hendaknya
1bertindak sebagai raja, anak bertindak sebagai anak, dan orang tha sebagai orang tua, prajurit
sebagai prajurit agar masing-masing tetap pada tempatnya hingga tercapai lah ketentraman di
dalam Negara. Dalam pandangan Kong Hu Cu bangsa dianggap sebagai keluarga yang tunduk
kepada Negara sehingga masing-masing pihak menempatkan din pada tempatnya dan akhirnya
tercapailah suatu keserasian dalam hidup bernegara.
b. Tokoh Negara lain di Tiongkok kuno ialah Lau Tze, ia seorang yang paling benci pada
kekuasaan, ia digolongkan pada orang-orang Anarchi. Ia adalah orang yang tidak mau
ataumenghendaki sama sekali adanya suatu ikatan dalam masyarakat karena dalam ikatan atau
bentuk apapun akan menimbulkan hilangnya kebebasan dan manusia sehingga timbullah
kekacauan.
Dapat ditimbulkan disini ajarannya sbb:
1. Semakin banyak larangannya atau UU semakin rakyat menjadi miskin.
2. Kalau Negara menjadi kaya maka Negara akan menjadi kacau.
3. Kalau Negara semakin maju maka semakin banyak orang-orang yang membutuhkan barang
yang tidak perlu.
4. Semakin dalam peraturan semakin banyak pencuri.
Hal mi memberikan bukti pada kita bahwa Lau Tze adalah orang yang benar-benar anarchi.
Tetapi terlepas apa tentang pendapat orang tentang ajaran temyata dalam praktek banyak sekali
mempengaruhi kenegaraan Tiongkok pada waktu itu.
Dan contoh-contoh di atas dapatlah diambil suatu kesimpulan baik orangorang mesir kuno
maupun orang Tiongkok kuno dimanajauh sebelum orang-orang barat mengenal arti peradaban,
ternyata mereka telah lebih dahulu mempersoalkan
Negara dan pemenintahan yang praktek-prakyek pemerintahannya justru parallel dengan
praktek-praktek pemerintahan bangsa barat. Oleh karena itu apa yang dikemukakan oleh Von
Smith di atas yang menganggap Superioritas orang-orang
barat atas orang timur tidaklah dapat kita terima keseluruhannya karena tidak mempunyai dasar
sama sekali.
ILMU NEGARA II
ILMU NEGARA HKT 101/3 SKS/Semester I
TIK :
Setiap mahasiswa dapat :
1. Mengidentifikasi pengertian ilmu, Negara dan ilmu Negara;
2. menjelaskan ilmu negara sebagai ilmu yg mempelajari Negara secara umum;
3. menganalisas pendapat dan teor-teori para ahli.
A. PENDAHULUAN
1.1. ISTILAH, PENGERTIAN NEGARA DAN ILMU NEGARA
a. Ilmu Negara : ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan pengertian pokok tentang negara dan hokum (tata Negara).
(pengertian dalam ilmu Negara selalu tetap, sedangkan asas-asasnya dapat berubah sesuai cara pandang masyarakat, misalnya pengertian demokrasi di seluruh dunia sama, tetapi asas-asasnya di Indonesia ada musyawarah unt
uk mufakat, di Negara lain dapat beda).
Ilmu Negara : staatsleer (Bld), Staat slehre (Jrm), Theory of state atau the general theory of state atau political theory (Ing), dan Theorie d’etat (Pran)
b. Ilmu Pengetahuan :
Ilmu hasil pemikiran manusia objektif dan sistematis.
Pengetahuan segala sesuatu yang diketahui manusia melalui pancainderanya dengan berbagai metodelogi.
syarat ilmu pengetahuan :
a. Ralph Ross & Erness van Haag : Rasional, Empiris, Umum dan akumulatif.b. Herman Heller : Empiris bukan eksak, Immanent bukan transcendental, fungsional, dialektis,
dinamis, dan pragmatis.
c. Negara
(abad Yunani Kuno)
1. Socrates : tugas Negara mendidik warganegaranya dalam keutamaan. Membahagiakan dan membuta jiwa mereka sebaik mungkin.
2. Plato : tubuh yang selalu maju, berevolusi, terdiri dari orang (individu). Negara=manusia, 3 kemampuan (kehendak, akal pikiran, dan perasaan), kehendak=kelompok kstaria/prajurit menjaga keamanan negara tinggal di barak, akal pikiran=memerintah adalah filosofis, perasaan =rakyat biasa.
3. Aristoteles :tugas Negara menyelenggarakan kepentingan umum, tetapi terjadi kemerosotan. Membagi 3 bentuk Negara (sempurna : Monarki, Aristokrasi, Politeia, Kemerosotan : Depotie/tirani, Oligarkhie/plutokrasie, demokrasi).
Abad pertengahan
Thomas van Aquino : Negara berpangkal dari manusia sebagai animal social dan animal policon. Manusia secara kodrati mempunyai wibawa dari Tuhan, dan Negara bertugas menyempurnakan tertib hokum kodrat. Negara tidak boleh campur urusan orang perorang, keluarga dan masyarakat (mereka lebih tahu apa yg dibutuhkan), jika kepentingan umum dirugikan, Negara campur tangan.
Aliran Calvinis : = aliran katolik, keadulatan Tuhan dan mengembalikan semua kekuasaan pada Tuhan, tidak mengakui gereja sebagai perantara Tuhan. Kekusaan Negara pemberian Tuhan yang dipegang raja, dan Negara tidak ikut campur sector public (terkenal dengan asas : kedualatannya di dalam lingkungannya sendiri).
Hegel : organisasi kesusilaan sebagai sintesas kemerdekaan individual dan universal (tori dialetika). Manusia awalnya individu2, membentuk persekutuan yang mengatur dan disebut Negara, sebab Negara
menjadi perwujudan cita-cita masyarakat yang sempurna harus dijunjung tinggi (kedaulatan Negara, segala kekuasaan bersumber dari negara). Negara = Stittlichkeit und Vermunft.
Karl Mark; sebagai organisasi penjelmaan sejarah dan hasil kehidupan manusia jika proses produksi tetap berjalan, terdapat pembagian kerja, dan hak milik memgang peranan penting, Negara kelas (proletar dan borjuis) adalah alat bagi penguasa untuk menindas kelas lain, Negara akan ilang masyarakat tanpa Negara dan tanpa kelas
Loggemen : organisasi kekuasaan, untuk mengatur masyarakat dengan kekuasaan;
Mac Iver : organisasi yg melaksanakan keinginan anggotanya dalam peraturan perundang-undangan
Adam Muller : susunan masyarakat integral semua rakyatnya.
van Apel Doorn : bentuk h idup bersama rakyat dalam satu kekuasaan tertinggi dan kaedah hokum bersama.
Thomas Hobbes : tubuh y ang dibuat orang beramai-ramai, saling berjanji untuk menggunakannya sebagai alat keamanan dan perlindungan;
J.J. Rousseau : Perserikatan rakyat, melindungi dan mempertahankan hak masing-masing, harta benda untuk hidup tanpa penjajahan;
Krabbe : persekutuan hokum yng timbuk karena cita-cita hokum;
Gardner : konsep ilmu politik dan hokum public sebagai pergaulan hidup manusia di daerah tertentu, menetap, merdeka, dan memerdekakan diri dan terlepas dari kekuasaan lain, dalam suatu pemerintahan yang dipatuhi.
arti Formil : Negara adalah pemerintahan yang sah (saat-overheid), yang mempunyai kekuasaan memaksa secara fisik.
Materil : persekutuan rakyat (staat-gemeschap).
1.2. 0BJEK KAJIAN ILMU NEGARA
Negara yang membahas tumbuh, wujud, dan bentuk-bentuk Negara. Negara sebagai genus (umum) yang mencakup : asal usul Negara (asal mula terbentuknya negara), hakekat negara (apa hakekat negara) dan bentuk negara dan pemerintahannya.. jadi IN mempelajari Negara secara umum yang meliputi : 1) pengertian Negara, 2) waktu terjadinya negara, 3) bentukbentuk Negara; 4) bentuk pmerintahan; 5) tujuan Negara; 6) fungsi Negara; 7) hekekat Negara, 8) teori pembenaran Negara, 9) hubungan hokum dan Negara.
IN : mempelajari Negara dalam pengertian abstrak, terlepas dari locus dan tempus.
HTN/IP : Negara positif/konkret, (kini, dan sini)
Jaman Romawi : hokum dikenal sebagai hokum privat, hokum public yeng mengatur hubungan penguasa dan rakyat tidak dikenal.
Aliran Deutsche publizsten Schule dipengaruhi ajaran Hegel /Hegelian (Paul Laband dan von Gerber) : segala kekuasaan berasal dari Negara, dan Negara sebagai sumber aturan, menyadarkan orang pengaturan yang sifatnya pemerintahan (bevelsrecht) diperlukan pembagian dalam ilmu pengatahuan hokum dalam public dan privat.
George Jellinek (Algemeine Staatslehre) membagi IN :
1. IN arti sempit (staatswissenschaften)2. Ilmu Pengetahuan Hukum (Rectswissenschaften) (adalah hokum public menyangkut
kenegaraan HTN, HAN, Hkm antar Negara, Pidana dsb).
IN arti sempit terdiri :1. Beschreibende Staatswissenschaft; deskriptif (menggambarkan dan menceritakan kejadian yang terjadi
sehubungan dengan keberadaan Negara), hasil penyidikannya dapat berupa bahan untuk penyelidikan terusan menemukan ketentuan2 (wetmatigheiden) yang menerangkan hubungan antara peristiwa dan sebab musababnya. Ilmu pengetahuan yang menggambarkan peristiwa Negara juga disbeut Edzahlende
Staatswissenschaft atau staatekunde. Contoh keberadaan DPR dahulu dikenal sebagai musyawarah rakyat semua).
2. Theoritische Staatwissenschaft; jika sebab-sebab musyawarah berubah menjadi demokrasi tidak langsung dicarikan kausalitas satu sama lainnya, dicari keajegannya (kesamaan, wetmatigheiden), mempunyai ciri khusus dan disusun secara sistematis sebagai hasil penyidikan. Inilah ilmu kenegaraan sebenarnya sebagai ilmu pengetahuan. (IN disebut juga Erklarende Staatwissenschaft).
3. Praktische Staatwissenschaft; bagaimana hasil penyelidikan ilmu pengetahuan dipraktekkan sebagai sesuatu yang positif (tertentu), keduanya tidak berdiri sendiri dan disebut juga sebagai ilmu pengetahuan politik.
George Jellinek : membagi Theoritische Staatwissenschaft menjadi Allgemeine Staatslehre (Negara pada umumnya) dan Besondere Staatlehre (Negara tertentu) yang diselidiki secara sosialogis menghasilkan Individualle Staatslehre.
Pohon Ilmu Pengetahuan Negara George Jellinek
Staatswissenschaften
Staatwissenschaften Rectswissenschaften
(Ilmu Kenegaraan Arti Luas) (Ilmu Pengetahuan Hukum)
Beschreibende Staatswissenschaft Theoritische Staatwissenschaft Praktische Staatwissenschaft
(Staatslehre)
Allgemeine Staatslehre Besondere Staatslehre
(Ilmu Negara Umum) (Ilmu Negara khusus)
1. Allgemeine Sozilae Staatslehre 1. Individualle Staatslehre.
tinjauan Sosiologis tinjauan Sosiologis
2. Allgemeine Staatslehre 2. Spezialle Staatslehre
tinjauan Yuridis tinjauan Yuridis
1.3. METODE PENDEKATAN ILMU NEGARA
a. Induktif (gejala khusus menarik kesimpulan secara umum);b. Deduktif (gejala umum – khusus);c. History/methode van historische beschouwing;d. Perbandingane. Dialektis (thesis, anti thesis dan synthesis)f. Empiris (sosiologis)g. Rasionalitas (logika dan pikiran sehat mencapai pengertian problem public)h. Sistematis (sistematisasi, penghimpunan, pelukisan, penguraian, penilaian dan
klasifikasi/pengelompokkan);i. Hukum (juridische atau legalische methode, aspek yuridis dan menyamping non yuridis)j. Fungsional (functionalle methode)k. Sinkretis (syncretisme/syncretismus, penggabungan yuridis+non yuridis)
1.4. HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU-ILMU SOCIAL LAINNYA.
a. IN+Ilmu Politik : IN Negara umum, IP mempelajari segala sesuatu kearah penguasaan atas Negara (kekuasaan) dan hubungan dengan Negara/rakyat lain;
b. IN + Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara: IN Negara umum, IPHTN : mengnalisis secara metodis dan menetapkannay bermacam bentuk dan sistem kenegaraan.
B. UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA
Konvensi Montevideo (1933) unsur-unsur konstitutif Negara adalah penghuni ( rakyat, penduduk, warganegara), wilayah/lingkungan kekuasaan, kekuasaan tertinggi, kesanggupan melakukan hubungan dengan Negara lain, dan pengakuan (deklaratif).
2.1. Penduduk : warga Negara (asli dan keturunan), dan orang asing. Criteria warga Negara atas dasar kelahiran, keturunan (ius sanguinis), dan tempat kelahiran (ius soli), konflik keduanya a patride. Kebangsaan dalam IN dikaitkan dengan huubungan warga Negara dengan pemerintahan yang diakui dan tunduk padanya. Warga Negara terkait dengan hak2 dasar yang harus disediakan Negara sebagai hak konsitutif.
Franklin D. Roosevelt : 4 freedom (berbicara/berpikir, dari ketakutan, dari kekurangan dan
memeluk agama).
Hak dasar terpenting dalam DUHAM PBB 1948: 1) kemerdekaan, 2) kedudukan yang sama di muka hokum, 3) perlindungan benda, kediaman dan rajasia surat, 4) politik dan 5) social. Substansi hak dasar masyarakat dalam DUHAM PBB meliputi 17 (tujuh belas) hak fundamental,1[1] 2 (dua) hak bidang politik,2[2] dan 7 (tujuh) hak dibidang ekonomi, sosial dan budaya.3[3]
kewajiban Negara : ada di dalam konstitusi.
1[1] Lihat Pasal 3 – Pasal 17 DUHAM PBB.
2[2] Lihat Pasal 20 – Pasal 21 DUHAM PBB.
3[3] Lihat Pasal 22 – Pasal 28 DUHAM PBB.
wilayah, Konvensi PBB hokum Laut Internasional 1982, artikel 2. wilayah hokum berarti a) wilayah ruang, b) wilayah orang, c) wilayah soal/bidang.
pemerintahan berdaulat. Diponolo (pemerintah arti luas seluruh badan engurus Negara, arti sempit hanya terdiri dari kepala Negara dan para menteri). Sifat kedaulatan Negara (Hobbes) Asli, tertinggi dan tidak dapat dibagi-bagi. Teori-teori kedaulatan Negara (1) Tuhan –Augustinus, Thomas Aquinus- (2) Rakyat –Jhon Locke dan Montesquie-, (3) Hukum –van Kant, Krabbe, dan 4) Negara – Paula Laband, jellinek, Hans Kelsen.
kesanggupan berhubungan dengan Negara lain (ekonomi, politik, dll)
pengakuan Negara lain (de facto dan de jure).
ILMU NEGARA III
ILMU NEGARA/3 SKS
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KENEGARAAN
Pemikiran kenegaraan berkembang setelah adanya bentuk Negara, tetapi problem kenegeraan muncul bersama tumbuhkembangnya negara. Von smith menunjuk jaman yunani kuno sebagai awal munculnya, meskipun sebenarnya jaug sebelum itu telah eksis negara-negara timur kuno.
3.1. ZAMAN TIMUR KUNO
Karakteristiknya statis (tidak ada kebebasan politik), terikat pada hukum alam (kepercayaan negara lahir sebagai kehendak yang kuasa/ghaib), belum ada sistematisasi pemikiran dan praktek kenegaraan.
3000SM di mesir sepanjang sungai nil telah berdiri kerajaan yang dipimpin Horemreb, di Babilonia 1800SM Hamurabi memerintah dan terkenal dengan ”Hukum Hamurabi”. Di Palestina berdiri kerajaan Daud, yang diteruskan oleh Sulaiman dan Ratu Balqis, demikian pula dikenal dengan kerajaan yang dipimpin Dzulkarnaen (the great of Dzulkarnaen).
Tiga negara disebutkan terakhir tidak sepenuhnya sesuai dengan karakteristik pemikiran dan negara Timur Kuno, sebab praktek kenegaraannya juga telah memberikan peluang publik (melalui wakil cerdik pandainya) terlibat dalam pemerintahan.
3.2. ZAMAN YUNANI KUNO
Pemikiran kenegaraan mendapat bentuk (menurut ilmuan barat) pada era yunani kuno dengan munculnya Socrates, Plato, Aristoteles, Archimedes dsb. Factor pendukungnya :a) agama tidak mengenal ajaran Tuhan, b) geografi negara; c) bentuk negara yang melibatkan publik; d) uniform masyarakat sebagai satu bangsa; e) kehadiran pilosof2; f) Negara kota, g) tingkat problem kenegaraan, tetapi budak bukan WN yang mempunyai suara dalam pemerintahan.
Pemikiran Socrates ditemukan dalam tulisan Plato, Socrates menyebut Negara berasal dari pekerti manusia yang bertugas menciptakan hokum yg harus dilaksanakan pemimpin pilihan rakyat.
Plato (filsafat idealisme) negara lahir dari idea (dunia cita), hadir karena kebutuhan manusia yang tidak bisa dipenuhi sendiri, harus kerjasama.
Aristoteles (Filsafat Realisme), negara adalah satu kesatuan yang bertujuan mencapai kesempurnaan manusia. Kriteria bentuk negara : a) kuantitatif (jumlah pelaksana negara), dan b) kualitatif (tujuan yang hendakk dicapai negara). Bentuk negara :
Jumlah pemerintah Ideal Penurunan
1 orang Monarchi Tyrani
Rakyat banyak Republik/republik konst Demokrasi
Epicirus, negara adalah hasil perbuatan manusia yang diciptakan untuk melaksanakan kepentingan anggotanya. Manusialah yang menghidupkan negara, bukan sebaliknya.
3.3. ZAMAN ROMAWI KUNO
Pemikiran kenegaraan lebih bersfat praktis, yang berkembang pesat adalah hukum privat (perdata). Fase-fase perkembangan era Romawi: a) Monarchi absolute, b) Republik, c)Pricipant, d)dominant.
Pemikir yang hidup era ini : Polybius, Cicero, Agustinus, dan Marsillius Di Pidua.
3.4. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN DAN MODERN
Faktor pendukung : a) Perkembangan agama Nasrani; b) perkembangan hukum perdata romawi; c) Perkembangan agama Islam dan d) Perang Salib.
Pemikiran yang berkembang :
1) Canonis (theokrasi), Paus merupakan wakil Tuhan, dan kekuasaan kerajaan/negara berasal dari Paus.
2) Legist, kerajaan wakil Tuhan, gereja datang belakangan, raja lebih tinggi dari gereja.
3) Theo Nomokrasi, negara adalah kreasi manusia atas petunjuk Tuhan, di bumi untuk menegakkan hukum, mengelola alam, untuk mensejahterakan manusia (masyarakat) di dunia dan akhirat.
Pemikir era ini : Agustinus, Thomas Aquinas, Al Mawardi (al Ahkamus shlthaniyyah), Al Ghazali (At Tibr al Masbuk fi Nasihat al Muluk), Ibnu Thaimiyyah (as Siyasahh Syar’iyyah fi Ishlah Ra’i wa ar-Ra’iyyah).
Bentuk negara Thomas Aquinas : Monarki (1 penguasa), Aristokrasi (banyak orang) dan politea (rakyat langsung memerintah)
Ciri abad pertengahan: a) negara dan gereja terpisah (negara urusan duniawi dan gereja rohani), b) kesetaraan keduanya, sedangkan islam menjadikan negara sebagai alat untuk kesejahteraan manusia dunia/rohani/akhirat.
TEORI ASAL MULA NEGARA
Pendekatan teori asal usul negara; teori Primer atau faktual dan sekunder. Teori primer/faktual didasarkan pada fakta atau kenyataan kehadiran suatu negara, misalnya penguasaan atas tanah tanpa tuan, kemerdekaan, peleburan, perpecahan negara kesatuan menjadi beberapa negara. Teori sekunder berdasarkan pendekatan emfirik/sejarah dari negara tidak ada menjadi ada dengan dugaan (hipotesa2) yang logis.
4.1. TEOKRASI (KETUHANAN)
Negara berasal dari kekuasaan Yang Berkuasa atas alam semesta. Abad kegelapan (dominan agama kristen) negara langsung berasal dari Tuhan (direct theokrasi), pertemuan dengan Islam/perang salib (Indirect theokrasi). Tapi islam tidak mengenal theokrasi, lebih tepat the nomokrasi (baca Tahir Azhari, Negara Hukum : Studi Kasus Negara Madinah Dan Implementasinya Saat Ini).
Kelemahan : theokrasi tidak dapat didekati dengan ilmu penegtahuan, sebab bersifat immanent, transendental, dan tidak diketahui kekuasaan raja/negara mana yang berasal dari Tuhan jika terjadi perebutan kekuasaan.
Beberapa pemikirnya : Agustinus, Thomas Aquinas, dan Marsilllius Di Pidua.
4.2. PERJANJIAN (HUKUM ALAM)
Manusia lahir dalam keadaan merdeka, dan untuk melindungi kepentingan, dan keamanan manusia bekerja sama (melakukan perjanjian) dan membentuk negara sebagai alat pelindung tsb. Thomas hobbes, JJ Rrousseau, Jhon Locke.
4.3. KEKUASAAN (BIOLOGIS)
Negara berasal dari organisme, yang dari lahir, hidup, lalu mati. Pendukung teori ini Charles Darwin, Herbert Spenser, dan Lis Morgan.
4.4. KEMASYARAKATAN (sosiologis).
Negara berkembang dalam sejarah yang lambat, harus didekati dengan bidang pendekatan sosiologi dan antropoli. Seperti Ovenheim, dan Bouman.
TEORI ASAL MULA KEKUASAAN NEGARA
5.1.KEDAULATAN TUHAN : Tuhanlah yang berdaulat, negara hanya pelaksana
5.2.KEDAULATAN NEGARA : negara adalah segalanya, kedaulatnnya tertinggi, tunggal dan tidak dapat dibagi-bagi.
5.3.KEDAULATAN HUKUM : hukumlah yang mengatur negara, jadi negara harus tunduk pada aturan hukum.
5.4.KEDAULATAN RAKYAT : rakyatlah pemilik negara, jadi penguasa harus tunduk pada pemilik sebenarnya kekuasaan, rakyat (demokrasi).
ILMU NEGARA IV
ILMU NEGARA
Pertemuan VII-VIII
TIPE NEGARA
NO TIPE NEGARA CIRI-CIRI UNSUR UTAMA
1 Timur Kuno Absolute Theocratie
2 Yunani Kuno City State & direct democracyPEMIKIR : Socrates (399 SM), Plato (429-347 SM), Aristoteles (384-322 SM).
3 Romawi Kuno primus interparus
monarchi absoute
4 Abad pertengahan theocracy
feodalisme
Augustinus (354-450), John Salisbury (1150), Thomas Aquinas (1225-1274).
Teho nomokrasi Islam (negara adalah perwujudan kehendak dan berkewajiban melindungi, menjadi alat bagi syari’at dan kesejahteraan manusia di dunia & akhirat).
Al Ghazali (1058-1111), ibnu Thaimiyah (1263-1328), ibnu Khaldun (1332-1406)
Abad XVINicollo Machiavelli (1469-1527), Thomas Morus (1478-1535).
Abad XVIIThomas Hobbes (1588-1679), Jhon Locke (1632-1704).
Abad XVIIIMontesquieu (1688-1755), Jean Jacques Rousseau (1712-1778).
Abad XIX - Nachwachtersstaat (Negara penjaga malam).
AV. Dicey (1885)
“The least government is the best government”
- welvaarsstaat (welfare society)
5 Modern :
kedaulatan rakyat
demokrasi
parlemen
a) Nomokrasi Islam
a. BersumberQur’an, Sunnah dan Ra’yu (rasio manusia)
b. Nomokrasi bukan demokrasi
c. Persaudaraan dan humanisme teosentrik
d. Kebebasan beragama dalam arti positif
Sembilan prinsip umum :
1) kekuasaan sebagai amanah
2) musyawarah
3) keadilan (justice)
4) persamaan (equality)
5) pengakuan
6) peradilan bebas
7) perdamaian
8) kesejahteraan
9) ketaatan rakyat
b) Rechstaat
a. Bersumber dari rasio manusia;
b. Liberalistik/ individualistik
c. Humanisme antroposentris
d. Pemisahan negara dan agama (mutlak)
e. Ateisme dimungkinkan.
Sthal :
1) Pengakuan/perlindungan HAM
2) Trias política/pemisahan kekuasaan
3) Wetmatig bestuur
4) Peradilan administrasi
c) Rule of Law
1) Supremacy of law
2) Equality before the law
3) Individual rights
d) Socialist Legality a. Bersumbe dari rasio manusia 1) Perwujudan sosialisme
b. Komunis
c. Ateis
d. Kebebasan agama semu dan propaganda anti agama
2) Penekanan pada sosialisme
3) Realisme daripada hak-hak orang
e) Negara Hukum Pancasila
a. Hubungan erat agama dan negara
b. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa
c. Kebebasan agama dalam arti positif
d. Ateisme tidak dibenarkan
e. Komunisme dilarang
f. Asas kekeluargaan dan kerukunan
1) Pancasila
2) MPR
3) Sistem Konstitusi
4) Persamaan
5) Peradilan bebas
6) Peradilan Administrasi
7) Pengakuan dan Perlindungan HAM (individual raigts)
8) Pengakuan dan perlindungan hak kolektif
11 PRINSIP POKOK CONSTITUCIONAL DEMOCRACY:
1) Jaminan kesamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama;
2) Pengakuan dan penghormatan perbedaan/pluralitas;
3) Hukum yang mengikat dan dijadikan rujukan bersama;
4) Mekanisme penyelesaian sengketa yang ditaati bersama;
5) Pengakuan dan penghormatan HAM;
6) Pembatasan kekuasaan melalui pemisahan/pembagian kekuasaan disertai mekanisme penyelesaian sengketa antar lembaga negara (vertikal dan horizontal);
7) Peradilan bebas dan tidak memihak;
8) Peradilan administrasi;
9) Peradilan Tata Negara (judicial review mekanism);
10) Hukum adminisitrasi yan mengatur jaminan pelaksanaan prinsip hukum dan demokrasi;
11) Asas legalitas (due process of law) seluruh sistem penyelenggaraan Negara.
10. BENTUK PEMERINTAHAN
Pemerintah (arti luas) adalah semua organ pelaksana negara, eksekutif, legislatif, yudisial termasuk pemerintah daerah.
Pemerintah (arti sempit) hanya dan meliputi kegiatan eksekutif.
Monarki (kerajaan/sultaniyah) a) Monarki Absolut –kekuasaan raja tidak terbatas, raja adalah undang-undang dan undang-undang adalah raja itu sendiri –the king can’t do wrong; b) monarki konstitusional –pembatasan kekuasaan raja melalui undang-undang; c) Monarki parlementer –kerajaan dengan pelaksanaan kekuasaan negara dilakukan para menteri yang bertanggungjawab kepada parlemen.
Republik –pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat, baik langsung atau tidak langsung rakyat ambil bagian dalam pemerintahan.
11. SISTEM PEMERINTAHAN:
Apa yang dimaksud sistem? (KBBI, 2002:1076, sistem : 1) perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, 2) susunan yang teratur dari pandangan, 3) metode).
Presidensial, bercirikan :
Kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Kekuasaan eksekutif dijalankan atas kuasa rakyat, baik dengan pemilu langsung atau perwakilan;
Kabinet/para menteri diangkat, bertanggungjawab kepada presiden serta diberhentikan oleh presiden;
Pertanggungjawaban dewan menteri (kabinet) bersifat individual bukan kolegial;
Kepala negara tidak bertanggung jawab kepada parlemen.
Kepala negara tidak dapat dijatuhkan parlemen, dan parlemen tidak dapat dibubarkan kepala negara.
Parlementer (kabinet), bercirikan :
Kabinet dibentuk dan bertanggungjawab kepada parlemen;
Kabiinet dibentuk sebagai satu kesatuan dengan tanggungjawab kolektif di bawah perdana menteri;
Kabinet dapat membubarkan parlemen sebelum berakhir periode kerja;
Anggota kabinet/menteri adalah anggota parlemen;
Perdana Menteri (kepala Pemeriintahan) tidakk dipilih langsung rakyat tapi dari salah satu anggotoa parlemen;
Pemisahan tegas kerja kepala negara dan kepala pemerintahan.
Legislatif heavy
Program dewan menteri adalah program parlemen (disesuaikan dengan garis politik setiap anggota parlemen);
Kepala negara sebagai simbol/lambang kedaulatan nagara.
Main diferent between presidential and parlement system :
1) fusion of ceremonial and political powers (terpisah atau tidaknya kekuasaan seremonial dan politik);
2) separation of legislative and executive personnels (terpisah tidaknya pelaksana eksekutif dan legislatif);
3) lack of collective responsibility (tinggi rendahnya corak kolektif dalam sistem pertanggungjawaban ); dan
4) fixed term of office (kejelasan/pembatasan masa jabatan kepala Negara dan pemerintahan).
Referendum
Sistem pemerintahan dibawah kontrol dan pengawasan langsung rakyat, dengan eksekutif sebatas pelaksana keputusan legislatif.
Referendum Obligator (pemberlakuan undang-undangsebelumnya mendapat persetujuan rakyat, dan maternya terkait hak rakyat/hajat hidup orang banyak);
Referendum Fakultatif (pemberlakukan undang-undang atas dasar persetujuan/penolakan rakyat setelah disahkan parlemen sebelumnya);
Referendum Konsultatif (parlemen dan rakyat duduk bersama mendiskusikan substansi undang-undang yang akan diberlakukan sehingga publik dapat mengerti dan memberikan/tidak memeberikan persetujuan permberlakuannya).
EMPAT MODEL SISTEM PEMERNITAHAN SAAT INI.
1) Model Amerika Serikat (presidential system) :
a) Pemisahan kekuasaan secara rigid (model montesquieu);
b) Presiden mempunyai hak veto terhadap produk House;
c) Eksekutif di tangan Presiden, dibantu para menteri yang bertanggungjawab kepada presiden, dan presiden bertanggungjawab kepada pemilihnya;
d) Presiden tidak dapat dijatuhkan parlemen (House of refressentatif) sampai masa jabatannya berakhir, tapi dapat dilakukan mekanisme impeacht dalam keadaan yang luar biasa (pidana berat, tidak layak lagi, pengianatan negara);
e) Hakim diangkat presiden dan sebagian orlah rakyat untuk seumur hidup.
Presidensialisme dengan sistem Multi Partai (Prancis & Indonesia), akan banyak calon presiden, sehingga pemilu dapat berulang (dua kali) dan menjadi biaya demokrasi sangat mahal.
Presidensialisme dengan sistem Multi Partai (Amerika Serikat). Problemnya bagaimana jika partai Presiden berbeda dengan partai di Parlemen? Akan terjadi deadlock dalam menjalankan kebijakan.
2) Model Inggris (sistem Parlementer banyak dianut negara-negara Eropa dan sebagian Asia);
3) Model Perancis (hybrid system atau sistem campuran dianut negara-negara di Afrika bekas jajahan prancis):
Terdapat perbedaan kepala negara dan kepala pemerintahan;
Kepala Negara (presiden) dipilih langsung dan bertanggungjawab kepada rakyat;
Kepala Pemerintahan (PM) diangkat dari partai pemerang Pemilu di Parlemen, bertanggungjawab ke Parlemen dan juga kepada Presiden;
4) Model Swis (Collegial system); presidan dan wakil presiden dipilih dari dan oleh tujuh orang anggota Dewan Federal untuk masa jabatan setiap tahun bergantian. Ketujuh anggota Dewan Federal tersebut sebenarnya adalah pelaksana pemerintahan Swiss.
ILMU NEGARA V
6. TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA
Tujuan FungsiMengutamakan sasaran AktifitasSuasana ideal Pelaksanaan cita-cita idealIdea statis Riil, Praktis dan dinamisAbstrak Konkrit
6.1. TUJUAN NEGARA ABAD XIX
a. Tujuan terhadap Negara itu sendiri (Hegel), hanya dengan dan dalam Negara kemerdekaan individu diperoleh;
b. Tujuan tertentu;
Aristóteles (menjamin kebaikan dan kebahagiaan warga); Frichte : kepastian hukum (rechtszekerheid). Jhon Locke (pembentukan civil society dengan menjamin hak-hak alamiah yang tidak diserahkan
ke negara);
Jeremy Bentham & Jhon Stuart Mill (the greatest happiness of the greatest number); Harold J. Laski (memberikan kesempatan selluas-luasnya); Wilfor Garner : a). Pemelihara perdamaian, ketertiban dan kedamaian; b) kesejahteraan wrag
negara; c) memajukan peradaban dan kemajuan negara itu sendiri; Charles E. Merriam : a) keamanan ekstern, b) keamanan intern; c) keadilan, d) kesejahteraan
umum, e) kebebasan Lord Shang : a weak people jeans a strong state, and a strong state state means a weak people. Dante Allehiere : perdamaian seluruh dunia dengan satu undang-undang dan berpusat di raja; Epicurus : perdamaian dan keamanan yag menjamin kepentingan perorangan untuk mencapai
kebahagiaan setiap orang; Thomas Hobbes : mengatur perdamaian, keamanan dan ketertiban (salus publics supremma lex
esto (tibum sebagai hukum tertinggi). Von Humbold : menegkkan kepastian dalam menghadapi musuh luar atau menghadapi
pertentangan dari dalam. Spinoza : mencapai dan melindungi kemerdekaan manusia. JJ Rousseu : mencapai dan melindungi kemerdekaan sosial, dari semula kemerdekaan individu
yang luas. Immanuel Kant : membangun dan menyelangarakan hukum dan kemerdekaan. Nicolo Machiavelli : mempersatukan dan memperkuat negara. J. Barents : a) memelihara ketertiban dan keamanan; b) mempertahankan kekuasaan (pemimpin),
c) mengurus kepentingan umum. Sosialis : memberikan kebahagiaa sebesar-besarnya dan merata bagi semua manusia (jaminan
pekerjaan dan perlindungan ham serta kebebasan). Kapitalis : menjamin kebahagiaan setiap warga negaranya, tanpa Namur negara (liberal) dan
persaingan pasar. Al Ghazali : lembaga yang memiliki kekuasaan dan menjadi alat melaksanakan syari’at,
kemaslahatan rakyat, menjamin ketertiban urusan dunia dan urusan agama. Juga berfungsi sebagai lambang kesatuan umat Islam demi kelangsungan sejarahnya.
Ibnu Taimiyah : Melaksanakan syariat Islam demi terwujudnya kesejahteraan Amat, lahir dan bathin, serta tegaknya keadilan dan amanah dalam masyarakat.6.2. TUJUAN NEGARA ABAD XIX DAN XX
a. abad XIX : kemanan dan ketentraman (ketertiban) umum;b. abad XX : 1) kesejahteraan; 2) kemakmuran.c. Ajaran-ajaran tujuan negara :
Negara kekuasaan : memperluas kekuasaan; Teokratis : kehidupan aman tentram dengan taat pada Tuhan. Negara politie (negara penjaga malam): mengatur keamanan dan ketertiban. Negara hukum : keteriban hukum atas dasar hukum. Negara kesjehateraan (welfare state) : Negara terlibat aktif mewujudkan kesejahteraan umum bagi
segenap masyarakatnya.
7. FUNGSI NEGARA Trias Politika (Montesquieu) : Legislatif, Eksekutif dan Yudisial; Lima fungís negara abad XVI (Francis) : diplomatic, depencie, financie, justicie, dan policie Jhon Locke : legislatif, Ekeskutif, dan Federatif; Catur praja (van vallen hoven) : perundang-undangan, pemerintahan, kehakiman dan kepolisian. Dwipraja (dikotomi) : pembentukan dan pelaksanaan (executing power);
8. TUJUAN DAN FUNGSI NKRIa. melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia;b. memajukan kesejahteraan umum;c. mencerdaskan kehidupan bangsa;d. melaksanakan ketertiban dunia.
Fungsi :a. pembuat dan perubah UUD;b. membentuk kelembagaan negara;c. membuat undang-undang dan peraturan lainnya;d. Anggaran;e. Kehakiman;f. Pemerintahan;g. Pemeriksaan APBN/D;h. Perencanaan pembangunan;
9. BENTUK-BENTUK NEGARA DAN BENTUK KENEGARAAN1. Kesatuan : hanya satu Negara, tidak ada wilayah/bentuk Negara lain dalam negara. Supreme
pusat dan tidak ada badan-badan lain berdaulat (CF Strong). Sistem kekuasaan a) sentarlisasi, b) desentralisasi, dan c) medebewind (pembantuan). Dilakukan dengan a) sukarela , b0 Penaklukan
2. Serikat : terdiri dari beberapa Negara yang masing-masiing berdaulat. terdiri dari dua kekuasaan a) negara federal dan pemenritah negara bagian yang beraktifitas selain kekuasaan yang diserahkan kepada federal. Ciri-ciri (CF Strong) : a) Supremasi konstitusi keberadaan federasi, b)pembagian kekuasaan federal dan bagian, c) lembaga antara federal dan bagian;
3. Bentuk Kenegaraana. Perserikatan Negara : negara berdaulat bersatu dan berdaulat masing-masing penuh.b. Uni : dua negara dipimpin satu kepala negara. a) Uni personil, b) ni riil.c. Trust/Mandat : negara bekas jajahan PD I yang diserahkan dalam perlindungan negara tertentu.d. Common Wealth : negara bekasa jajahan inggrise. PBBf. Koloni/negara jajahan.g. Organisasi Onternasional
10. BENTUK PEMERINTAHAN
Monarki (kerajaan/sultaniyah) a) Monarki Absolut b) monarki konstitusional; Republik
11. SISTEM PEMERINTAHAN: Presidensial Parlementer Referendum
Tujuan, Fungsi dan Ideologi NegaraFiled under: Uncategorized — Leave a comment
April 9, 2011
“solus populi superamelex”, kata orang romawi. Artinya, bahwa kepentingan rakyat, kesejahteraan rakyat adalah hokum (undang-undang) yang tinggi. Umumnya, kesehjateraan rakyat adalah tujuan Negara. Fungsi Negara adalah penyelenggaraan langkah-langkah dan kegiatan untuk mencapai kesejahteraan rakyat itu.
Tujuan Negara adalah melakukan suatu cita-cita luhur bangsa dan Negara. Letaknya dalam ruang lingkup “yang di harapkan”, atau “yang ingin dicapai”. Lazimnya di sebut sebagai “das sollen”.
Bukan “das sein” (kenyataan yang ada, yang sekarang berlaku) karena tujuan adalah arah jangka panjang yang menjadi pedoman bagi penyelenggaraan Negara. Tujuan, bersifat abstrak-idiil.
Sedangkan fungsi Negara berada dalam lapangan “das sein” yaitu kenyataan yang ada. Apa yang perlu di laksanakan pada masa kini, tentunya dalam rangka membina dan mempersiapkan bangsa dan Negara mengahadapi masa mendatang dan mencapai tujuan nasional.
Ideology adakan dasar, patokan, pegangan yang di yakini untuk bersama-sama mengerahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai “tujuan nasional”. Ideology menjadi wawasan pemikiran dan kesepakatan mengenai pola-pola dalam melaksanakan fungsi Negara guna dapat mencapai nasional atau “cita-cita luhur” bangsa dan Negara.
Tujan Negara dapat berbeda-beda, bergantung pada idielogi yang di anut masyarakatnya. Fungsi Negara dalam penyelenggaraannya di pengaruhi oleh Negara itu, sehingga fungsi Negara juga dipengaruhi oleh tujuan Negara. (Muchtar Affandi, 1982: 232).
A. Tujuan Negara
Aristoteles mengemukakan bahwa:
“the state come into exintence originating in the bare needs of life and continuing in existence for the sake of good life”.
(Negara mendapat eksintensinya berdasarkan kebutuhan hidup yang mendesak, dan tetap di perlukan keberadaanya untuk mebina kehidupan yang baik).
Pada hakekatnya, Negara itu adalah suatu lembaga yang merupakan alat yang di gunakan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhanya. Kebutuhan ini bukanlah kebutuhan bagi sebagain saja dari orang yang menjadi rakyat Negara itu, melainkan kebutuhan bersama atau kebutuhan kolektif dari seluruh rakyat.
Negara adalah “jembatan emas” atau “bahtera” yang didirikan untuk membawa seluruh rakyat kepelabuhan “kesejahteraan”. (lihat dalam F.Iswara, 1982: hlm.163). tujuan Negara republic Indonesia adalah seperti tercantum dalam mukidah/ pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea keempat, sebagai berikut:
“…Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi sengenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social…”
Secara garis besar, tujuan Negara (pada tiap-tiap Negara di dunia) dapat di sederhanakan dalam 2 (dua) hal pokok, yaitu:
1. Keamanan dan keselamatan (security and safety)
2. Kesejahteraan dan kemakmuran (walfare and prosperity)
Namun, jika di jabarkan lebih lanjut dapat lebih dari dua tujuan. Dan, ada pula yang membaginya atas tujuan Negara yang sebenarnya (eigenlijke staatsdoel) dan tujuan Negara yang tidak sebenarnya (oneigenlijke staatsdoel) (J. barentz). Yang memebagi atas tujuan primer, sekunder, dan di bidang peradaban (mission of civilization) (James W. Garner). Selain itu, ada pula yang tidak membedakan antara fungsi Negara dan tujuan Negara (Leslie Lipson, R>M> Mac Iver, Loiyd Verno Ballard).
Kebutuahan yang mendasar (fundamental) yang ingin di capai dan di penuhioleh manusia melalui adanya Negara, yang oleh karena itu merupakan tujuan Negara, menurut seorang sarjana Indonesia, Mucthar Affandi, adalah:
1. Terpeliharnya keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bersama manusia (rakyat negeri)
2. Mempertahankan eksistensi orang-orang yang bekerja sama dan mendirikan Negara itu terhadap serangan dari luar yang bertujuan mengganggu atau bahkan mengahancurkankelangsungan hidup mereka.
3. Tercapainya kemakmuran materil-ekonomis dan kesejahteraan mental-psikologis dari setiap individu anggota masyarakat di dalam Negara, maupun di seluruh masyarakat secara kolektif.
4. Terselengaranya keadilan bagi setiap orang di dalam Negara.
(Mucthar Affandi, ilmu-ilmu kenegaraan, 1982;233).
Charles E. Merriam (pelopor penerapan metode ilmiah ke dalam ilmu politik) mengemukakan bahwa tujuan Negara adalah:
1. Keamaman eksternal (externalsecurity)
2. Ketertiban internal (internal order)
3. Keadilan (justice)
4. Kesejahteraan umum (general welfare)
5. Kebebasan (freedom).
(C.E. Merriam, systematic politics, 1957. University of chicago press, chicago, hlm. 30-320)
G.A. Jacobsen dan M.H.Lipman, dua sejarah wanita yang cukup terkemuka, mengemukakan 4 tujuan negara, yaitu:
1. Memelihara ketertiban;
2. Memajukan kesejahteraan individu;
3. Membina kesejahteraan umum;
4. Mengikat moral.
(Jacobsen & Lipman, political science, 1956, Barnes & Nobele, New York, hlm. 15-18 dan F. Isyawara, 1982, hlm. 172)
B. Teori-teori fungsi negara
Unutk ini, penulis mengambil pembahasan fungsi negara yang terlengkap yaitu dari Jacobsen dan Limpan, serta R.N. Gilchrist.
Teori-teori fungsi negara berkaitan dengan hal penyelenggaraan kesejahteraan dan usaha perekonomian, selaras dengan adanya perkembangan konsep “welfare state” ( negara kesejahteraan).
Ada 8 teori mengenai fungsi negara, yaitu:
1. Anarkisme
Menurut paham anarkisme, negara tidak perlu ada. Manusia pada hakikatnya aalah baik dan berbudi, dan justru rusak budi pekertinya bila ada pengaturan “memaksa” yang di terapkan oleh negara. Paham anarkis menyangkal adanya fungsi negara. Jika pun ada, mak sebernya fungsi itu
dapat di serahkan untuk melaksanakan melalui bentuk-bentuk sukarela tanpa menerapkan adanya unsur “paksaan” seperti oleh negara.
2. Indivualisme (liberalisme)
Paham ini menempatkan kepentingan individu sebagai tujuan hidup manusia. Fungsi negara haruslah ditujuakn untuk pemenuhan atau pencapaian kepentingan individu. Fungsinya cukup di batasi untuk memelihara ketertiban dan keamanan saja tidak perlu ada campur tangan negara dalam hal lainnya. Negara berfungsi sebagai “penjaga malam” (nachtwavhter staat) saja. Semboyan paham ini adalah ‘the less gevornment the better”.
3. Sosialisme
Paham ini beranggapan bahwa kepentingan bersama ayau kepentingan umum harus lebih di utamakan di bandingkan kepentingan individu ( perorangan ). Fungsi negara adalah mengatur perimbangan, agar anggota masyarakat memperoleh kesempatan yang sama dalam memprjuangkan hidunya secara layak. Unutk ini, negara tidak membiarkan perjuangan hidup itu berlangsung bebas. Perlu ada pengaturan melalui campur tangan negara. Sosialisme, menghendaki campur tangan negara seluas-luasnya, terutama dalam bidang perekonomian. Saran-sarana produksi vital di kelola oleh negara, namun industri menengah kebawah bolwh di kelola oleh individu atau kelompok dalam masyarakat.
4. Komunisme
Hampir sama dengan sosialisme, komunisme adalah menghendaki penguasaan saran-saran produksi yang vital oleh negara. Namun, pribadi (individu) tidak di benarkan memiliki sarana produksi sebagai hak milik, apa lagi sarana yang vital untuk kepentingan umum. Selain itu bedanya adalah bahwa komunisme menggangap negara di perlukan untuk mengendalikan perjuangan kelas dan menghapus perbedaa kelas. Jika ini sudah tercapai, maka fungsi negar tidak di perlukan lagi. Sosialisme tetap menggangap negara di perlukan. Juga lebih lunak dan bersifat evalusioner (menumpuh usaha melaui jalan damai). Sedangkan komunisme bersifat revolusioner serta tidak jarang pula menganut prinsip “tujuan mengahalakan cara”. Mengenai penerapan fungsi negara, komunisme tidak jauh berbeda ( dan masalah sama, kecuali dalan hal berakhirnya negara jika perjuangan kelas sudah berakhir) dengan sosialisme, yaitu mengingikan pelaksanaan campur tangan negara seluas-luasnya (dalam kehidupan sosial, ekonomi dam politik) rakyatnya.
5. Sindikalisme
Hampir sama dengan anarkisme yang menghendaki berkurangnya campur tangan negara. Hany di sini, fungsi negara itu agar di serahkan kepada serikat-serikat pekrja. Kalangan seriakat buruh yang akan bertindak unutk mengatur pola kehidupan masyarakat. Paham ini muncul dan berkembang di perancis (1890-1930).
6. Guild socialism
Paham ini merupakan suatu ajaran yang beerkembang di inggris pada aawal abad XX. Bahwa, badan-badan koperasi umum akan mengambil ahli penyelenggaraan fungsi negara di bidang kesejahteraan. Hampir sama dengan sindikalisme, namum pelaksanaan oleh “gild” yaitu organisasi otonomi semacam bentuk koperasi. Bukan oleh serikat pekerja seperti pada “sindikalisme”.
7. Fasisme
sifat khas fasisme adalah di anut dioktrin organis mengenai negara. Bahwa negara mempersamakan (dianologiakan ) sebagai makhluk hidup yang mempunyai “political will” sendiri, lepas dan terpisah dari kehendak atau aspirasi rakyatnya. Fasisme tidak mengenal batas bagi pelaksanaan fungsi negara. Negara dan pemerintah sebagai oragan pelaksaan kekuasaan negara berhak melakukan apa saja, serta mencampuri berbagai hal dan urusan di lingkungan masyarakat.
8. Emperical collectivism
Paham ini berkembang di Amerika Seriakat dan Eropa Barat, setelah prang dunia I. Bahwa negara berfungsi untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum, yang tidak dapat di berikan oleh usaha pihak swasta. Adalah di benarkan dan juga di harapkan adanya penguasaan dan pengelolaan negara terhadap usaha yang menyangkut hidup orang banyak, seperti tansportasi umum, gas, dan listrik. Dngan kata lain, paham dan jaran ini menganut perlunya fungsi-fungsi negara untuk meyelenggarakan usaha dan pelayanan yang menyangkut kepentingan bersama (kolektif). Dengan di dasarkan kepada faktor pengalaman (empirik), mengenai bidang-bidang apa saja yang tidak mampu atau tidak baik jika di kelola oleh usaha swasta.
C. Ragan Ideologi
Cukup banyak ragam ideologi yang terdapat di dunia ini, bahkan dapat di katakan bahwa masing-masing negara mempunyai ideologi sendiri-sendiri. Walau pun begitu, antara ideologi yang satu dengan ideologi yang lain terdapat beberapa persamaan, sehingga dapat di kelompokan dalam satu kelompok.
Misalnya, Leninisme, Stalinisme, Maoisme, dapat di kelompokan ke dalam ideologi “komunis”. Castroisme dan Titoisme dapat di kelompokan ke dalam ideologi “sosialis”. Francoismedan peronisme dapat di kelompokan ke dalam ideoligi “fasis”. Tahtcherisme dan Reaganisme dapat di kelompokan ke dalam ideologi “konservatif”
C.C. Rodee dan kawan-kawan membagi ideologi atas 6 ragam yang di golongkan pula ke dalam dua perumusan. Yaitu, bahwa ada “ideologi kiri” (ideologies on the left) dan “ideologi tengan dan kanan (ideologies of the center dan right.
Ideologi kiri terdiri dari ragam ideologi sebagai berikut:
1. Anarkisme (Anarchism)
2. Komunisme (Communism)
3. Sosialisme (Socialsm)
Ideologi tengah dan kanan terdiri dari ragam ideologi sebagi berikut:
1. Liberalisme (Liberalism)
2. Konservatisme (Conservatism)
3. Fasisme (Fascim)
D. Konsep Machiavalestik
Nicollo Machiavelli menulis bukunya II princip ( the Prince) pada tahun 1532. Pandangan Machiavelli mengenai apa yang sebainya di lakukan oleh pemerintah serta para pemimpin negara. Sering di sebut sebagai konsep yang realistik namun amoral.
Machiavelli menulis anjuran kepada para negarawan, berupa rangkaian kalimat yang terkenal hingga kini.
“adalah baik memberi kesan pengasih, penyayang, setia, berperikemanusian, tulus dan taat beragama, dan juga untuk benar-benar berperilaku seprti itu. Namun engakau harus menyiapkan diri bahwa jika di perlukan untuk hal-hal yang sebaliknya, maka engakau mampu berubah keperilaku berlawanan”.
(it is well to seem merciful, faithful, humane, sincere, religious, and also to be so. But you must have the mind do diposed that when it is needful to be otherwise you may be able to change to the oppsite qualities).
Machiavelli berpendapat bahwa tujuan utama suatu pemerintah adalah perlindungan terhadap (kelangsungan) negara. Oleh karena itu, pencapain tujuan negara menghalalkan segala cara, baik cara yang bermoral maupun cara yang tidak bermoral. Bukunya berjudul Sang pangeran, karena ia menulis buku itu pada era kekuasaan raja-raja (belum di kenal adanya bentuk republik) di abad ke 16. Isi bukunya adalah upaya mengklsifikasikan “raja” dan “pangeraan” yang bagaimana yang di perlukan untuk memelihara ketertiban negara (mencengah dan menanggulangi anarki, serta mencapai tujuan negara).
Konsep Machiavelli mengenai negara dan negarawan, adalah:
1. Negarawan”yang baik” harus menghindari adanya penghinaan dan luapan kebencian (dari dan oleh rakyat).
2. Benteng terbaik bagi negara dan pemimpin negara adalah kecintaan dari rakyatnya.
3. Namun adalah lebih selamat untuk di takuti (oleh rakyat) di bandingkan dengan di cintai, walupun memang yang terbaik adalah untuk di takuti dan sekaligus di cintai.
4. Negarawan “yang baik” harus lepas dari tindakan merampas atau menjarah milik dan harta orang lain, karena manusia lebih mudah melupakan kematian ayahnya di bandungkan melupakan kehilangan harta bendanya (yang di rampas itu).
5. Lebih baik yakin kekuatan sendiridi bandingkan mengaharapkan atau mempercayai itikat baik dari orang lain.
6. Berlakukan hukum yang baik, (tetapi) siapkan persenjataan kuat dan lengkapuntuk mendukungnya.
7. Penggunaan undang-undang adalah ciri manusia, sedangkan penggunaan kekuatan adalah ciri bintang buas. Namum, adalah baik jika tidak hanya bergantung kepada penerapan hukum dan ketentuan undang-undang.
8. Contolah serigala dan singa. Serigal bersifat bengis da licik. Singa adalah kuat dan berani. Seandainya terdesak memilih salah satu saja di antara keduanya, pilihan jadi serigala.
9. Jangan percaya kepada tentara sewaan dan orang-orang yang patuh kepadamu karena memperoleh bayaran.
10. Bertindaklah hati-hati dengan penuh perhitungan. Kehati-hatian adalah kemampuan untuk menyimak hakikat kesukaran dan berdasrkan itu memilih tingakt kesukaran rendah untuk di hadapi dan di tanggulangi.
Sebenarnya, pandangan Machiavelli cukup realistik dan kurang tepat unutk di sebut “mengeriakn” sebagaimana anggapan dari banyak orang. Namun, memang terdapat unsur-unsur amoral yang kuraang memprtimbangkan segi etika (penilaian baik dan buruk). Khususnya argumentasi bahwa “tujuan menghalalkan cara” membuat orang menyebut aliran dan sikap “machiavelistik” dengan sinis di sertai bulu kuduk berdiri karena “seram” dab “ngeri”.
Coulombis dan Wolfe, membahas penampilan berciri penggunaan kekuasaan secara kasar, dengan menyebut Henry Kissinger merupakan salah satu negarawan “in the machiavellian mold”. Misalnya, bahwa ketika menjabat menteri luar negari AS, 1973, Kissinger menafsirkan situasi :”I hope we get a militery solution quickly and then we can work on a diplomatic solution”.
Banyak lagi yang dapat di golongkan “machiavelistik”, misalnya: Adolf Hitler, Benito Musolini, Idi Amin, Shas reza Pahlevi, joseph Stalin, Leonid Brezhnev, untuk meyebutkan hanya beberapa pemimpin yang cukup di kenal saja, sampai kepada sikap para pemimpin RRC yang memerintahkan penindasan terhadap para mahasiswa yang melakukan unjuk-rasa di Tian-an-men (3-4 juni 1989).
A. Pengertian Ilmu Negara- Ilmu negara adlh ilmu yg menyelidiki / membicarakan ttg negara.- Ilmu yg mempelajari, menyelidiki, / membicarakan negara ( Suhino, 1982 : 1 )- Ilmu yg menyelidiki & mempelajari hal ikhwal & seluk beluk negara ( Dipolo G.S, 1975 : 9 )- Ilmu pengetahuan yg menyelidiki asas2 pokok & pengertian pokok ttg negara & hukum tata negara ( Moh. Koesnardi, 1985 : 7 )- Ilmu negara umum adlh cabang penyelidikan ilmu muda, tetapi menurut wujudnya mrpkn suatu cabang yg tua (Krenenburg, 1982 : 9)
B. Objek ilmu Negara- Diantara ilmu yg berhubungan erat dgn ilmu negara adlh HTN, HTUN, Hk Publik Internasional & Ilmu Politik.- Keempat ilmu di atas mmliki objek yg Sama yaitu “Negara”- Perbedaannya :Dalam HTN & HTUN memandang Negara dlm arti yg “Kongkrit” sedgkn Ilmu Negara memandang negara dlm pengertian yg “Abstrak” yaitu “objek dlm keadaan terlepas dari tempat, keadaan & waktu, jadi tegasnya belum mempunyai objek ttt, bersifat abstrak – umum – universil” ( Suhino, 1982 : 2 )- Batas2 keempat ilmu di atas adalah sbb :1. Batas dgn HTNHTN ada hubungan erat dgn HTN Pemerintahan, keduanya mengenai soal2 kenegaraan. Hasil yg diperoleh oleh ilmu negara digunakan oleh HTN. Ilmu Negara akan dipakai sbg bhn penyelidikan oleh HTN utk menjelaskan bgmn bntk negara itu, shg dpt diimplementasikan dlm praktek HTN;
Rumusan dr Van Vollenhoven :a. HTN = rangkaian peraturan2 hk yg mndrikn badan2 sbg alat (organ) suatu negara dgn mmbrikan wewenang2 & mmbagi pekerjaan pemerintah kpd alat2 negara baik yg tinggi maupun yg rendah kedudukannya.b. HTUN = rangkaian ketentuan2 yg mengikat alat2 negara tinggi & rendah, pd waktu alat2 negara itu mulai mjlnkan pkerjaan.
Peraturan HTN sbg kerangka landasan bg berdirinya suatu negara / prturan mgenai “negara yg sdg beristirahat”/tdk bergerak.
2. Batas dgn HTUNHTUN bicara negara yg berhubungan dgn ketatausahaan negara, yaitu mengenai hub kekuasaan satu sama lain, hub pribadi/ pejabat dgn hkm lainnya khususnya mngenai ssnan tgs, wewenang negara.HTUN mrpkn cara utk menjlnkan alat2 prlgkapan negara / Mnrt Prof. Oppenheim “negara yg sdg bergerak”
Jadi HTN & HTUN mengenai negara ttt, misalnya HTN Inggris, Indonesia dll
3. Batas dgn Hk Publik InternasionalDlm Ilmu Negara unsur hk sbg rangkaian kaidah2 tdk sbg unsur mutlak, tetapi dlm Hk Publik Intern unsur kaidah mrkpn unsur yg mutlak.Hkm publik Internasional pd prinsipnya mgatur hub antara berbagai negara (oknum2 dlm suatu negara) di dunia dgn tujuan utk mengejar keselamatan & tata
tertib dlm masy Intrnsional.
4. Batas dgn Ilmu PolitikIlmu politik menyelediki negara dari sudut kekuasaan. Sejak adanya negara mk disitulah mulai ada kekuasaan utk mengatur negara tersebut. Jd ada hub yg erat antr Ilmu Negara dgn Ilmu Politik.
š Yg diseldiki lbh lanjut dlm Ilmu Negara adlh : (1) Asal mula negara, (2) Hakekat Negara, (3) Bentuk2 Negara.
C. Metode ilmu Negara1. M. Observatif;Bekerja dgn mmprhtikan, mnaggapi & mperdlm sesuatunya baik pertumbuhan negara, wilayah, umatnya, & pemerintahannya.
2. M. Komparatif;Bekerja dgn studi banding antr negara yg satu dgn negara yg lain.
3. M. Dialektis;Bekerja dgn Dialektika, dgn mgkonfrontasikan, mnguji fakta2, fenomena yg satu dgn yg lain.Pola ilmu negara ditentukan oleh 2 kerangka yaitu :a. Kerangka struktural: dsbt sistemetik, menyusun data rencana kerja yg lengkap dgn bahan yg ada, merangkum data, fenomena & persoalannya.b. Kerangka Susunan fungsional / metodik, taktik kerja yg mntukan cara bgmn mlakukan tugas.
4. M. Psikologis Untuk Menjelaskan Negara;Karena dua alasan (JJ Van Schmid,1978 :183) :a. Mmplajri pengaruh pikiran dgn perasaan serta naluri
manusia dlm hidup bernegara;b. Mntukan gejala sosial yg sama sekali baru dlm konteks moralitas susunan negara & masy.
5. M. Hukum Positif Utk Menjelaskan Negara;Mllui metode ini pr penganut teori kedaulatan negara jg mmbrikan gmbaran mgenai negara hukum, jd utk pemikiran mngenai negara dr sudut ajaran yuridis , diketemukan metode yg sama dgn metode yg dipakai utk mempljari per UU an.
6. M. Mac IverNegara menurut Mac Iver adlh alat masyarakat. Metode yg digunakan bersandar pd sejarah & perbandingan.ASAL MULA NEGARA
A. Teori-teori Perspektif1. T. Perjanjian Masyarakat (Kontrak sosial);Menganggap Perjanjian sbg dasar neg & masy.
2. T. Teokratis;Negara sbg buatan Ilahi (Tuhan) krn terjadinya atas kuasa & kehendak Tuhan. Hk Tuhan adlh sumber dr segala sumber hukum yg berlaku bg masy.
3. T. Kekuatan;Mrpkn hasil dominasi dr kelompok yg kuat thdp kelompok yg lemah. Negara terbentuk dgn penaklukan & pendudukan.
4. T. Patriakal dan Matriakal;Patriakal = Tjdinya negara dr kekuasaan asli kepala keluarga yg pertama kmdian turun-temurun kpd ayah yg tertinggi dr suatu keluarga.
Matriakal = tdk mengenal pria sbg kepala keluarga, sebaliknya garis keturunan ditarik dr garis ibu.
5. T. Organis;Negara dipersamakan dgn makhluk hidup, manusia / binatang. Negara dipandang sbg organisme, sbg makhluk hidup yg mmpunyai tempat sendiri2 & fungsi sendiri2 pula.
6. T. Daluwarso;Raja krn daluwarsa mjd pemilik kedaulatan. Di dasarkan ats hk kebiasaan.
7. T. Naturalis;Negara mrpkn ciptaan alam.
8. T. Idealis (T. Mutlak)Negara sbg kesatuan yg mistis yg bersifat supranatural. Mrpkn bersifat idealistis krn mrpkn pemikiran ttg negara sbgmn negara itu “seharusnya ada, negara sbg “ide”.
B. Teori Historis / Teori yg EvolusionistisMenganggap lembaga2 sosial tdk dibuat, tetapi tumbuh scr sosial yg diperuntukan guna mmnuhi kebutuhan2 manusia ... (F. Isjwara, 1980 : 1602)Hubungan plg kecil adlh keluarga inti (nusleus family), kmdian mmbentuk keluarga besar sprt Clan / marga (bergabung) mmbentuk keluarga besar / desa (bargabung) Desa yg lbh besar = Negara
BAB III.HAKEKAT NEGARA
A. Hakekat NegaraIstilah negara dr kata2 asing “Staat” (Belanda & Jerman) “State” (Inggris) “Etat”(Perancis). Arti tata negara mrpkn organisasi teritorial suatu bangsa. Negara sbg Organisasi Teritorial :1. H. J Laski “negara adlh suatu masy yg diintegrasikn krn mmpunyai wewenang yg bersifat memaksa & scr Sah lbh agung dr pd individu / kelompok yg mrpkn bag dr masy;2. Soenarko “Organisasi masy yg mpy daerah ttt, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya.
Negara dignkn dlm pengertian Kekuasaan Negara :1. Logemenn “adlh organisasi kekuasaan yg bertuj mengatur masy dgn kekuasaanya”2. Karl Mark “adlh suatu kekuasaan bg manusia (penguasa) utk menindas kelas manusia yg lain”
Negara sbg Organisasi Masyarakat yg bertuj mengatur & mmlihara masy ttt dgn kekuasaanya. (M. Solly Lubis, 1982 : 26)
Dpt disimpulkan negara : “masyarakat / wilayah yg mrpkn suatu kesatuan politis & didlmya ada aturan2 yg mgikat”
B. Teori Negara
Akar IdeologisLiberal MarxisPra Perang Dunia II T. Negara FormalT. Negara Kapitalis T. Ngr Marxis KlasikT. Ngr BonapartisPasca perang Dunia II T. Pluralis
T. Ngr Korporatis T. Ngr StukturalisT. Ngr Organis
1. T. Negara Formal;Yg mliht Ngr sbg lambang formal dgn sdt pandang Normatif & Yuridis.Fungsi negara = Penjaga tata tertib masy
2. T. Negara Kapitalis Klasik;Ngr dipandang sbg Organ kemasyarakatan dgn peran yg kecil.Fungsi = agen Pelayan Sosial kemasyarakatan.Konsep negara kapitalis mngandung 4 unsur (Anthony G & David H,1987 : 242) :a. Kekuasaan politik dilarang mengatur produksi mnrt kriterianya sendiri;b. Kekuasaan politik scr tdk langsung mllui mekanisme pemajakan& ketergantungan pd pasar kapital & Volume akumulasi pribadi;c. Maka setiap orang mnduduki posisi kekuasaan;d. Dlm Rezim politik yg demokratis kelompok manapun dpt mmperoleh kontrol terhdp kekuasaan negara.
Negara kapitalis jg mempunayai 15 ciri mnrt (Anthony G & David H,1987 : 252)
3. T. Negara Marxis Klasik;Ngr dipandang sbg Badan yg tdk mandiri & tdk mmliki kepentingannya sendiri.Fungsi = Manajer yg mengelola kepentingan kelas Borjuis (pemilik modal)
4. T. Negara Bonapartis;Ngr tdk dpandang sbg Alat Kelas yg berkuasa & Ngr tdk
jg dpandang mnj manajer pengelola kepentngan kaum borjuis. Kaum buruh yg menang.Fungsi = Alat dr sistem Kapitalis.
5. T. Negara Pluralis;Ngr sbg Alat yg Netral dr faktor2 sosial politik yg mneguasai / mmpengaruhi Ngr.
6. T. Negara Korporatis;Ngr sgb Pertemuan antr faktor kemandirian Ngr2 dikendalikn dgn partisipasi masyarakat. = terbentuk klmpk Oligarki = perwakilan = elitis.
7. T. Negara Strukturalis;Ngr mmliki kemandirian scr relatif (teori otonomi relatif Ngr). Kemandirian ini lahir sbg produk konfigurasi struktural masy, bkn dr ngr sndr yg mmbentuk.
8. T. Negara Organis.Ngr mmiliki kemndirian yg besar.Ngr bkn pencerminan tuntutan & kep masy. Ngr ada utk Rakyat = totaliterisme
BAB IV.TUJUAN NEGARA
A. Montesqieu;Tuj utama Ngr= Kemerdekaan & khdupn warganeg yg aman & sentosa. Muncul Trias politica .
B. Teori Lord Shang;Tuj Ngr = Kekuasaan yg sebenar2nya, shg prlu dibentuk militer yg kuat.Kebudayaan = mrugikan bg Ngr. Mnurtnya Jk Ngr trdpt
“Ten Evils” : Adat, Musik, Nyanyian, riwayat, Kebaikan, Kesusilaan, Kewjibn persaudaraan, Kejujuran, Sofisme & Filsafat mk Raja tdk dpt mgerahkan tenaga Rakyat = lemah.
C. Teori Nicollo Mchiavelli;Tuj utama Ngr = Kemakmuran rakyat & Kesejahteraan Ngr & Rakyat. Maka mnrtnya Suatu Pemerintahan hrs keras, kejam & hrs mmpergunakan Cara Apa Sj utk mmpertahankan diri, kalau perlu dgn penipuan & pemungkiran janji2 trhdp Rakyat.
D. Aristoteles;Tuj utama Ngr Tdk hanya Tunggal, tapi braneka. Hakekat tuj Ngr Mnrt Aristoteles= Ngr itu mnjamin Kbaikn hidup pr wrga negnya. Dpt dcpai klu Keadilan mjd dsr plksnaan stiap pemerintahan.
E. Teori Dante Alleghire;Mnciptakn Perdamaian Dunia, ini dpt dcapai dg jln mnciptkn UU yg mengatur bg sel umat mnusia dtangan 1 orang sj.
F. Teori Immanuel Khan;Menegakkan Hak & Kebebasan Wrga Ngr. Hakekat tuj Ngr= brarti mmlhara hak & kemrdkaan wrga negnya dg mmbntuk & mmlhara hukum.Mnrtnya ada 2 bentu Ngr :1. Mnrt Forma Empiri (siapa yg mmrintah)a. Aristokrasi;b. Otokrasi;c. Demokrasi.2. brdasar Forma Regimanis (cara mmrintah)a. Republik;
b. Despot
G. Tuj Negara Menurut Kaum Sosialis;Mmberikn kbhagiaan yg sbesar2nya & Merata bg stiap Mnusia. Dgn Jln mngubah prekonomian Liberal mjd Kkeluargaan di bwh pmpinan Neg = alat2 produksi & distribusi yg pnting yg mnguasai hidup orang banyak hrs dimiliki oleh Ngr.
H. Tuj Negara Menurut Kaum Kapitalis;Kebahagiaan semua orang hanya akan trcapai jk tiap2 orang tlh mncpai kbahagiaannya sendiri2 = pola hdup Bebas (liberal)
I. Teori Theokratis;Utk mcapai khidupan yg aman tentram dg Taat kpd Tuhan. Pemimpin Ngr mjlankan kekuasaan Tuhan yg diberikan kepadanya... .(R. Naning,1982 : 34)
J. Teori Negara Kesejahteraan.Mwujudkn kesejahteraan umum, Ngr dpandang sbg alat belaka yg dbentuk manusia utk mncpai tuj brsma yaitu masy bhgia, makmur & brkeadilan sos.
BAB VJENIS DAN BENTUK NEGARA
C. Jenis Negara1. N. Jajahan;Dmn kekuasaan dipegang oleh Bangsa Asing.
2. N. Feodal;Asasnya=asas ktidksamaan wrga negrnya. Smua orang dinilai mnrt kdudukn, gol, lapisan/kasta ttt. (Franz
Magnis Suseno,1986 ::26)
3. N. Agama;Ngr diatur mnrt hk agama ttt.
4. N. Liberal;Mnmptkn Mrtabat mnsia didlm kmrdkaannya. Nilai trtinggi= Kbebasan Individu.
5. N. Komunis; Ngr yg :a. Brdsrkn ideologi Marxisme–Leninisme,: brsifat Materialis,Ateis,& Kolektivistik;b. Sistem kekuasaan 1 partai / sel masy;c. Ekonomi komunis bersifat Etatis.(Franz Magnis Suseno, 1986 : 30)6. N. Kota;Klmpok eko mmbangun desa2 (bergabung) = Kota Mandiri yg bsar lahir (mmbntuk) Pmerinthn otonom = prkemb eko jg smkin maju.
7. N. Kebangsaan (nations state)Sbg suatu prsekutuan brsma dmn khidupn rakyat sprti pd khidupan polis.Bangsa = kesatuan dr sklompk mnusia yg mmlki bbrp ksamaan kmauan utk hidup brsm, jg adat istiadat, mmliki prsman sjarah& cita2 yg sm.
8. N. Islam;Ngr Islam bersumber dr 3 Jurusan :a. Teori yg muncul dgn mngacu pd Teori ttg khilafah yg timbul dr realitas sejarah stlh Nabi Muhammmad SAW wafat;T. Khilafah : mmbentuk lembg kekuasaan yg dsbt Ngr Kota = Madinah (Ngr yg Ideal)
Dlm Ngr Islam rakyat mmiliki 2 hak :1. Hak utk mmbuat konstitusi;2. Hak utk mmilih Kpl Ngr(Ahmad Syafii Maarif, 1985 : 135)mnrtnya kedaulatan tertinggi di tngn Rakyat & Legislator trtinggi di tngn Tuhan.b. Teori yg bertolak dr teori immamah tg berkmbang di lingkungan Syiah;c. Teori yg berkembang dr teori Pemerintahan.
Mnrt Agus Triyanta (2002:169) Alasan di dlm agama Islam ttg perlunya penegakkan Ngr dlm Islam yaitu alasan Khilafah fil ardh (Allah mnciptakan mnusia agar mnjd Khalifah) & Penegakkan Hukum (mmiliki 2 konsekuensi : 1. Tuhan mmlihara alam semeste, mk mnusia hrs Taqwa. 2. Hak utk mengadili di Tangan Allah)
9. N. Modern.Yaitu Ngr hukum yg brsifat Demokratis & mngusahakn keadilan sos bg slrh rakyat.Dr segi Moral politik perlunya Ngr Brdsrkn Hk :a. Kepastian hk;b. Tuntutan perlakuan yg sama;c. Legitimasi Demokrasi;d. Tuntutan akal budi.(Franz Magnis Suseno, 1987 : 295)
Ada 3 legitimasi bg sbuah kekuasaan :a. Legitimasi religius;b. Legitimasi Eliter;c. Legitimasi Demokratis(Franz Magnis Suseno, 1987 : 282)
D. Bentuk Negara1. N. Kesatuan / UnitarisMnrt CF. Strong Ngr Kesatuan adlh bentuk Ngr dmn wewenang legislatif trtinggi dpusatkan dlm satu bdn legislatif nasional / pusat.Kekuasaan trletak pd pmerintah Pusat bkn pd pemerintah daerah.Hakekatnya ; kekuasaan tdk terbagi.Tdk ada negara di dlm negara, jd hanya ada 1 pemerintah pusat.Ngr kesatuan adlh Ngr yg brsusunan tunggal.Ngr yg hny trdr dr 1 Ngr sj, 1 pemerintahan, 1 Kpl Ngr & 1 Legislatif utk sel kawasan Ngr. (Hassan Suryono, 2000:55)
2. N. Serikat / N. FederasiAdlh suatu Ngr yg mrpkn gabungan dr pd bbrapa Ngr2 bagian dr Ngr serikat itu (CST. Kansil,1992:54)a. Perbedaan Negara Kesatuan & N. Federalb. Perbedaan N. Serikat dgn Perserikatan Negr.
3. N. DominionNgr bekas jajahan inggris yg tlh merdeka & berdaulat, tp msh mngakui raja Inggris sbg rajanya & trgabung ikatan “The British Commonwealth of Nations” (Ngr2 prsmakmurn)Ex : India, Malaysia, Kanada.
4. N. ProtektoratNgr yg berada dibwh lindungan Ngr Lain, bukan sbg subyek Hukum Inter.Ex : Monaco5. N. UniAdlh 2 Ngr / lbh yg merdeka & brdaulat mpy 1 Kpl Ngr yg sama. Ada 2 jenis Uni :
a. Uni Riil / nyata :Trjd apbila Ngr2 trsbt mpy alat prlengkapan Ngr bersama yg tlah ditentukan & dibentuk = persatuan yg nyata.b. Uni Personal / PribadiTrjd bila Kpl negaranya sj yg sm, scr kbtulan raja jg mengepalai dr Ngr.
Sifat2 Uni Riil & Personal :a. Uni FusiPnggabungn & pleburn total mjd 1 Ngr= Prsatuanb. Uni FederasiMnyusun persatuan yg lbh rapi antr bbrp Ngr tanpa mghilangkan sifat aslic. Uni KonfederasiUtk mnciptakn prsekutuan yg lbh longgar dlm ms perang sj.
BAB VIKEDAULATAN (KEKUASAAN TERTINGGI)
Kdaulatan dr bhs Latin “superamus” : Supremasi = di atas & mnguasai sglnya.Ciri khas : Kekuasaan itu sm skali tdk terikat & tdk dibtasi oleh apapun.Kedaulatan adlh suatu kekuasaan trtinggi pd suatu Ngr yg berlaku trhdp slrh wilayah dlm suatu Ngr.Dlm Kajian Ilmu Ngr dibedakan 2 arah Kedaulatan :1. Kdaulatan ke dlmMasalah apa sj dpt mnjd bahan penentuan Ngr & bahwa dlm hal ini Ngr tdk tergantung dr pihak yg mpy wwnang yg lbh tinggi2. Kdaulatan ke Luar
Tdk ada pihak dr luar Ngr yg brhk ikut campur trhdp urusan dlm Ngr ttt.
A. Kedaulatan TuhanBahwa Tuhan yg brdaulat, dr kenyataan dlm suatu Ngr orang2 percaya tdk ada 1-pun dpt trjd tanpa kehendak Tuhan.Dpt disalahgunaan oleh pemimpin yg Diktator.Mrpkn teori yg plg awal muncul, & sgt erat dg perkemb agama br saat itu (Abad ke V- XV) yaitu Kristen.(Gereja yg dikepalai oleh seorang Paus). Teori mngajarkn “Ngr/pemerintah mproleh kkuasaan trtnggi itu dr Tuhan, kaitannya dg Kdaulatan, pmerintah mngndalik Ngr bdsr titah Tuhan.Mnrt Augutinus, yg ajarannya brsifat Teokratis mngatakn bhw kdudukan Gereja yg dpimpin oleh Paus itu lbh tinggi dr kdudukn Ngr yg dpimpin oleh seorang Raja”
B. Kedaulatan NegaraBahwa Ngr-lah yg berdaulat.Mnrt Jean Bodin, kdaulatan adlh kkuasaan trtinggi yg sifatnya :1. TunggalHanya Ngr-lah yg mmiliki kdaulatan.2. AsliKkuasaan tdk berasal dr kekuasaan lain. Jd tdk dturunkn oleh kkuasaan lain, mis. Provinsi / kab.3. AbadiYg mpy kekuasaan trtinggi adlh Ngr4. Tidak Dapat dibagi2Kedaulatan tdk dpt dserahkan kpd orang / badan lain baik sbgian / slrhnya (soehino, 1987 : 79)
Paham kedaulatan Ngr srg dsalahgunakan oleh penguasa, misal : Raja Perancis = Louis XIV yg mnyatakan “Ngr adlh Saya”
C. Kedaulatan HukumNgr umumnya adlh Ngr Hukum, yg berarti sgl tindakan dr penguasa hrs brdsr atas Hukum.Krabbe brpendapat bhw yg mmiliki kekuasaan tertinggi dlm suatu Ngr adlh hukum itu sendri.Karena raja / penguasa / rakyat semua tunduk kpd aturan hukum.Jd yg berdaulat adlh hukum.
D. Kedaulatan RakyatRakyat yg berdaulat, dr kenyataan bhw yg terbaik dlm suatu masy ialah apa yg dianggap baik oleh semua orang yg mrpkn rakyat.Kekuasaan pd rakyat itu dperolehy dr suatu hk yg tdk tertulis, yg dsbt alam kodrat & rakyat myerahkan kekuasaan itu kpd raja dlm suatu perjanjian yg disbt perjanjian masy (Soehino, 1982 : 119)Pendapat lain dr kedaultan Rakyat dr jhon Locke yg mngatakn :1. Bhw rakyt brhk mnjlnkn revolusi thdp pemerintahn yg mlampaui bts2 kekuasaan yg ditrimanya;2. Bhw mnusia itu brhk mnikmati hsl pkerjaany.Bhw mnusia pd mulanya hidup dlm keadaan liar & kacau, dimn sikut mnjd raja. Merajalela hk rimba & struggle of the fittest , mnusia yg satu mrpkn srigala mnusia yg lainnya (homo homini lupus)
BAB VIINEGARA, HUKUM DAN KEKUASAAN
A. Negara dan Hukum
Berarti suatu Ngr yg didlm wilayahnya :1. Smua alat perlengkapan Ngr hrs brdasarkan Hk;2. Smua penduduk hrs tunduk pd peraturan2 hk.
- Istilah yg ada adalah HTN & HTUN.- Ngr & Hk slg berpengaruh ada dlm T. Kedaulatan Ngr & T. Kdaulatan Hk.- Hans Kelsen “Ngr identik dgn Hk”- Dlm prakteknya trjd pertentangan antr penganut T. Kdaulatan Ngr & T. Kdaulatan Hk di atas.- Ada empat upaya untuk mmcahkannya, ttp prlu dibahas dl pendapat pemikiran2 hk Kelsel & Hegel :a. Kelsen : berusaha mmcahkan masalah Ngr & Hk dgn mngidentifikasi tujuan2 ilmu hk, Ngr & Hk.. “Ngr akan terwujud apabila mampu mwujudkn dirinya sendiri atas dasar hk”.b. Hegel : “Hk adalah kebebasan, kehendak rasional manusia mngenai kebebasannya sprt yg diatur dlm khidupan masy”. Keteraturan masy yg dpt dikenali mnrt Hegel adala “Ngr”
Maka berdsrkn pendapat di atas, 4 upaya pemecahan yg dimaksud adalah :a. Scr Sdrhana ia mngabaikan baik kedudukan individu maupun kemanusiaan dlm Hk;b. Scr Naif : Ngr sll mghendaki Hk;c. Ketiga, untuk mmcahkan masalah dualisme antara Ngr & Hk dilakukan oleh Duguit dgn Mniadakan Ngr sbg Pribadi Bebas , dgn mnyamakan tertib Hk dgn Prinsip solidaritas sosial – Yg dinyatakn oleh duguit sbg Fakta – Ilmiah & dgn mnonjolkan baik Penguasa maupun yg dikuasai sbg tujuan Utama = tlah myelesaikan konflik;d. Adalah Teori Marxis yg myatakn baik Hk maupun Ngr akan sama2 mghilang, ktika alat2 produksi jatuh ke
tangan masyarakat. Kenyataannya di Ngr Uni Soviet tdk terjadi, krn bagaimanapun jg Hk yg dibuat dgn smangat anti Kapitalis & anti individualistik, akhirnya jg mrupakn Hk.
- Mac Iver dlm bukunya “The Modern State” : “bahwa yg hrs tunduk pd Hk trutama pd “Constitutional Law” bukanlah Ngr, melainkan Bdn2 pemerintah (government) dlm mjlankan pemerintahan & Bdn Legislatif dl mmbentuk UU.
B. Hukum & KekuasaanMmiliki hub yg sgt erat mnrt Prof. Peperzak (Arief Sidharta, 2004) ada 2 Cara :1. Cara I :Mncoba Menelaah dr konsep SANKSI.Sanksi pd dsrnya adalah penegakkan aturan2 Hk / keputusan2 Hk scr Syah.2. Cara II :Penciptaan & Perubahan aturan2 Hk diatur oleh Hk itu sndr.Aturan fundamental bg jenis perubahan biasanya tercantum dlm Konstitusi dr Ngr2 yg bersangkutan. Pnegakkan konstitusi itu sndr mngasumsikn adanya kekuatan (force)Force yg mndukung aturan2 & sistem Hk dpt bermacam2, misalnya dpt berupa :1. Kyakinan Moral dr Masy;2. Konsensus dr sel masy;3. kwibawaan dr seorang pemimpin Kharismatik;4. Kekuasaan yg smata2 swenang2 (kekerasan Blaka)5. Kombinasi dr faktor2 yg disebutkan di atas.Shg Mmunculkan adanya Kekuasaan (power)
HUKUM adalah rangkaian peraturan2 mngenai tingkah laku orang2 mnusia / badan2, baik bdn hk maupun bukan, sbg anggota2 suatu masy.Tingkah laku di atas ada 2 : berbuat & tdk berbuat sesuatu. Maka kaidah hk ada 2 : mewajibkan / memperbolehkan & melarang berbuat sesuatu.Sampai saat ini plg tdk dikenal 5 (lima) konsep Hk :1. Hk adalah asas kbenaran & Keadilan yg bersifat Kodrati & berlaku Universal;2. Hk adalah Norma2 positif di dlm sistem perUUan Hk nasional;3. Hk adalah Apa yg diputuskan oleh Hakim In Concreto & tersistematisasi sbg Judge Made Law;4. Hk adalah Pola2 prilaku sosial yg terlmbagakan, eksis sbg variabel sosial yg empirik;5. Hk adalah Manifestasi makna2 simbolik pr pelaku sosial sbgmn tampak dlm interaksi antara mereka. (Soetandyo wignyosoebroto, 1992 : 2)
- Hk sbg Variabel Sosial yg Empirik mk hk tdk hanya dipahami scr Normatif ttp jg sbgmn terlihat dlm prilaku warga masya yg Nyata;- Shg perlu dipahami Kultur Hk yg mlatarbelakangi prilaku masy di bid Hk.- Kultur Hk mnrt Friedman ialah sperangkat nilai2 & sikap2 yg berkaitan dgn Hk yg mnentukan tingkah laku di bid hk & lembaga2y, baik scr positif maupaun negatif.- Slanjutnya kultur Hk di atas oleh Daniel S Lev dirinci ke dlm nilai2 hukm Prosedural (mmpersoalkan cr2 pengaturan masy & manajemen konflik. = mmbantu mnentukan sistem tmpt yg diberikan kpd lembaga2 hk, politik, agama dsb) & nilai2 hk Subtantif ( trdr dr asumsi2 fundamental mngenai distribusi maupun
penggunaan sumber2 di dlm masy, apa yg dianggap adil / tdk oleh masy dsb-nya) (Daniel S. Lev, 1990 :119-120)- Fungsi Hk sbg Sarana Rekayasa Sosial maupun sbg Kontrol Sosial mk stiap peraturan yg dibuat / diciptakan dijlnkn ssuai dgn tujuan & makna yg dikandungnya.- Sbg Sarana institusional untuk mnegakkan tertib Hk masy. Kaitannya dgn keefektifan Hk.- Keefektifan Hk bl dikaitkn dgn badan2 penegak hk-nya, mk mnrt G.G Howards & R.S Summers ada 3 faktor yg mmpengaruhinya :1. UU hrs dicanangkn dgn baik;2. mrk yg bkerja sbg plaksana hk hrs mnunaikan tugasnya scr seragam dan bernafaskan hk;3. Aparat penegak hk hrs bekerja tanpa jemu .
- Perubahan yg terjd dlm hk maupun masy sbg konsekuensi logis dr pembangunan.- Scr Teoritis berlakunya hk dibedakan mnj 3 macam1. Berlakunya scr Yuridis, bs berjalan bl persyaratan formal terpenuhi & pnetapannya didsrkn atas kaidah yg lbh tinggi;2. Berlakunya scr Sosiologis, intinya keefektivitas hk / berlakunya / diterimanya kaedah hk di dlm masy. Berlakunya hk mrpkn kenyataan di dlm masy;3. Brlakunya scr Filosofis, hk ssuai dgn cita2 hk sbg nilai positif yg tertinggi.(Soerjono Soekanto, 1986 : 34-35)
- Agar hk dpt berfungsi dgn baik mk hrs mmnuhi 3 hal trsbt. Apabila terpenuhi scr Yuridis sj maka hk akan Mati, Terpenuhi scr Sosiologis sj maka hk akan tampak mnjd Aturan2 pemaksa. Berlaku scr filosofis sj mk hk sbg kaidah yg dicita2kan Saja.
KEKUASAN Adalah kemampuan orang / sekelompok orang untuk mnggerakkan orang / orang lain dlm mwujudkn prilaku ttt.Yg plg Essensial dr konsep kekuasaan ini adalah : bahwa “kekuasaan itu mngekspresikn & mwujudkan kemauan dr seorang pribadi dlm hub-y dgn 1 / lbh pribadi lain trhdp siapa yg dsbt pertama mnjlnkn kkuasaannya.- Kkuasaan adalh ksemptn dr ssorng / skelompok org2, untuk mydarkn masy akn kmauan2-y sndr dgn skaligs mnerapkny trhdp tindkn2 perlwanan dr org2 / gol2 ttt (Max Weber, 1946)- Kekuasaan sosial : kseluruhan dr kmampuan, hub2-an & proses2 yg mnghsilkn ketaatan pihak lain untuk tujuan yg ditetapkn oleh pemegang kekuasaan. (Assif F, 1952)- Kekausaan Politik (mrpkn bag kekuasaan sosial) adalah kmpuan untuk mmpengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat2nya ssuai dgn tujuan pemegang kekuasaan sndr (Hassan Suryono, 1999:47)- Ossip K. F mmbedakan 2 mcm kkuasaan politik :1. Bag dr kekuasaan sosial yg khususnya terwujud dlm Ngr (Kekuasaan Ngr) sprt : Lembaga Pemerintah, DPR, Presiden;2. Bag dr kekuasaan sosial yg ditujukan kpd Negara (aliran2 / asosiasi2 pd saat2 ttt mmpengaruhi jlnnya pemerintahan. Sprt : Organisasi mahasiswa, Agama, Minoritas, LSM)- Konsepsi Weber ttg Hakekat kekuasaan ada 2 cara untuk mmahaminya :1. Kekuasaan dpt terletak pd diri individu yg berupa Kharisma;
2. Kekuasaan dlm Jabatan / status oleh IndviduKharisma bukan ssuatu yg dpt dicari melainkan lbh dilihat sbg “anugrah Istimewa”, tdk bs diperoleh mllui proses pencarian, instrumen & prosedur ttt, bahkan tdk mllui pewarisan. (masy. Tradisional >< Masy Modern yg lbh Rasional)
- Bentuk2 kekuasaan beraneka macam. Mnrt Mac Iver ada 3 mcm tipe lapisan kekuasaan :1. Tipe Kasta (dgn garis pemisah yg tegas & kaku) sprti : Tipe Penguasa (Raja), Bangsawan, Tentara, Pendeta, Petani & Buruh Tani, terakhir adalah para Budak.
2. Tipe Oligarkhis msh mmpunyai grs pmisah yg tegas, pembedaannya di dsr-kn pd kebudayaan masy trsbt. Msh diberi ksempatan untuk naik lapisan yg lbh tinggi. Perbedaan antar lapisan tdk bgt mencolok.Klas mnengah mmpunyai warga yg paling banyak. Ada pd masyarakat Feodal yg tlah berkembang.3. Tipe Demokratis, mnunjukan kenyataan2 akan adanya garis2 pemisah antar lapisan. Klahiran tdk mnentukan status seseorang yg penting adalh kemampuannya jg keberuntungan.
- Gambar mngernai stratifikasi kekuasaan dgn dsr2-y dlm masy pra Industri, Industri, purna industri. (Soejono Soekanto, 1982)
Sistem MasyarakatPra Industri Industri Purna IndustriSumber Tanah Industri /pabrik PengetahuanPst Sosial Pertania, perkebunan Busines perusahaan Universitas pusat penelitian
Tokoh2 Dominan Pemilik tanah, klangan militer Busines perusahaan kalangan busines Universitas pusat penelitian, ilmuwan penelitiSarana Kekuasaan Penguasa kekuatan Pengaruh tak langsung trhdp politik Keseimbangan kekuatan politik ilmiah, hak asasiBasis Kelas Harta Kekuatan militer Harga, orgnsasi politik Ketrampilan tekhnik organisasi politikCara Kewarisan Kewarisan, magang, pendidikan Pendidikan, mobilisasi
- Prof Mr. R. Krenenburg & Mr. Tk. B. Sabaroedin dlm bukunya Algemene Staatsleer (Ilmu Ngr Umum) mmbhas teori asal-usul kekuasaan :1. Teori TeokrasiKekuasaan berasal dr Tuhan, berkembg pd jaman Pertengahan yaitu dr abad V – XV
2. T. Hukum AlamKekusaan berasal dr Rakyat & bukan dr Tuhan mlainkan dr Alam Kodrat.Kmudian kekuasaan dr Rakyat ini diserahkan kpd seseorang yg dsbt Raja untuk mylenggarakn kep rakyat.
3. T. KekuasaanYg berhasil mngumpulkn kekuasaan, mrekalah yg mmegang pimpinan Ngr. Tokoh2nya sbb:a. Kellikles “alam sndr mngaggap adil bl seseorang yg lbh tua mmpyai kekuasaan yg lbh bsr dr pd yang muda”b. Voltaire “seorang Raja yg pertama adalah seorang prajurit yg beruntung yg mgalahkan prajurit yg lain”c. Karl Mark “Ngr adalah alat2 dr orang2 yg kuat ekonominya untuk mguasai orang yg lemah
ekonominya”d. Horald J Laski “Hakekat Ngr hanyalah mrpkn kekuasaan pemaksa yg dgnkn untuk mlindungi sistem hak & kwajiban dr suatu proses lmbga produksi.
BAB VIIIBENTUK PEMERINTAHAN
Sejak jaman Yunani Kuno, para Cendekiawan Yunani beranggapan bahwa di Dunia ini ada 3 macam pemerintahan, yaitu : Monarchie, Oligarchie, dan demokrasi.1. Monarchie : kekuasaan yg ada di tgn 1 orang;2. Oligarchie : kekuasaan yg ada pd sdikit orng, di dlm ketatanegaraan dikenal 2 jenis :a. Aristokrasi : kondisi pemerintahan Ngr yg dipegang oleh bbrapa orang kaum bangsawanb. Plutokrasi : kondisi dmn pemerintahan Ngr dipegang oleh bbrapa orang kaum saudagar / orang kaya2 (Ramdhon Naning,1982 : 50)3. Democratie : kekuasaan yg ada pd tangan Rakyt
Polybios mnjelaskn bahwa timbul & lenyapnya tiga Macam pemerintahan ini oleh sebab2 ttt, bahwa semula ada Monarchie, yg kmudian mnjelma mjd Oligarchie, yg kmudian berganti mnjd Demokrasi, & Demokrasi ini-pun tdk akan bertahan shg mnj Monarchie lg. Bgt pl seterusnya.
A. Bentuk Pemerintahan Klasik – Tradisionil (Monarki, Aristokrasi, Demokrasi)1. Monarchie “adalah bentuk pemerintahan dmn trdpt Kpl Ngr yg turun-temurun”(Krenenburg,1982:84)Ada 2 macam :
a. Monarchie Absolut (monokrasi)Raja mmiliki kekuasaan yg tdk terbatas, kehendak Raja adalah kehendak Ngr.Dibenarkan dgn adanya Teori :- Kodrat illahi (kehendak Tuhan)- Hak Historis (Warisan dr Nenek Moyang)- Darma Kepemimpinany (Rakyat mmrlukan Pemimpin)b. Monarchie KonstitusionalKekuasaan tdk lg mutlak, ttp sdh dibatasi oleh konstitusi2. Aristokrasi3. DemokrasiAda 2 : Demokrasi Langsung (direch Democracy) & Tdk Langsung (representative democracy)
Dlm Ngr Demokrasi Modren tipe Demokrasi di bagi mnjd 3 :1. Demokrasi, / pemerintahan perwakilan rakyat yg representatif, dgn sistem pemisahan kekuasaan scr tegas / Sistem Presidensil;2. Demokrasi, / pemerintahan perwakilan rakyat yg representatif, dgn sistem pemisahan kekuasaan, ttapi diantara bdn legislatif & eksekutif ada hub yg bersifat timbal balik, dpt slg mmpengaruhi / Sistem Parlementer;3. Demokrasi, / pemerintahan perwakilan rakyat yg representatif, dgn sistem pemisahan kekuasaan scr langsung dr rakyat yg dsbt Sistem Referendum / Sistem Badan Kerja.
Nilai2 demokrasi mnrt Miriam Budiardjo (1980 : 165-186) :1. Myelesaikan perselisiahan scr damai & sukarela;
2. Mnjmin perubahan csr damai;3. Pergantian penguasa scr teratur;4. Penggunaan paksaan sdikit mungkin;5. Adanya keanekaragaman;6. Mnegakkan Keadilan;7. Sistem pol Demokrasi yg memajukan Ilmu Pengetahuan;8. Kebebasan2 yg terdapat dlm demokrasi.
B. Bentuk Pemerintahan Monarki (Absolut, Konstitusional, Parlementer)1. Monarchie Absolut;“Seluruh kekuasaan Ngr berada di tangan Raja” (Syarifuddin B., 1996 : 27)2. Monarchie Konstitusional;“apabila kekuasaan Raja dibatasi oleh peraturan2 baik yg terbentuk UU dasar tertulis maupun tdk tertulis”(Syarifuddin B., 1996 : 27)3. Monarchie ParlementerAdalah rakyat mmpunyai pengaruh yg besar & turut serta dlm pemerintahan (Syarifuddin B., 1996 : 27)Menteri tdk bertanggung jawab pd Raja tetapi bertanggung Jwb pd Parlemen.Mengandung 2 unsur penting :a. Unsur Monarchie (Raja msh dihargai ssai dgn UU)b. Unsur Parlementer (Legislatif mmpunyai kedudukan supremasi)
C. Bentuk Pemerintahan Republik (Diktator, Oligarki, Demokrasi)“adalah suatu pemerintahan dmn kpl Ngr dipilih mllui pemilihan yg dilakukan oleh suatu dewan ssuai dgn peraturan / perUU-an.1. Republik diktator “suatu bentuk pemerintahan
republik dimana kekuasaan kpl Ngr (presiden) tdk terbatas”2. Republik Oligarki “suatu bentu pemerintahan yg kekuasaan Ngr-nya dipegang oleh bbrapa orang yg pelaksanaannya trdpt kecenderungan mngutamakan kep sndr;3. Republik demokrasi “suatu bentuk pemerintahan dgn kekuasaan sepenuhnya brada di tangan rakyat” (Syarifuddin B., 1996 : 28)
Jenis / Macam demokrasi :1. Cara Penerapannya :a. D. Langsung;b. D. Tdk Langsung.
2. tipe demokrasi Modern :a. D. Dgn Sistem Parlementer;b. D. Dgn sistem Presidensil;c. D. Dgn Sistem Referendum1). Referendum Obligator (wajib)Mnentukan berlakunya suatu UU2). Referendum Fakultatif (tdk wajib)
BUKU ILMU NEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Pegertian Ilmu Kenegaraan
Jika ditinjau dari segi istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan (Staatswetenschap/General
Sate Science) merupakan istilah yang tertua disamping Ilmu Negara (Staats Leer) dan Ilmu
Politik (Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu kenegaraan yang ditinjau dari sudut
hukum saja, tetapi juga dari sudut ekonomi sebagai akibat dari pengaruh merkantilisme.
Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa Barat yang menyamakan uang dengan
kekayaan, berusaha memperoleh emas, meningkatkan hasil produksi pabrik dan ekspor, pembea-
an impor dan memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca perdagangan karena berusaha untuk
membuat neraca perdagangan lebih aktif, artinya volume ekspor harus lebih besar dari impor
sehingga mendapatkan keuntungan.
2. Pengertian Ilmu Negara
Istilah Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda, Staatsleer yang diambil dari istilah
bahasa Jerman Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut The General Theory of State atau
Political Theory.
Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh George Jellinek yang disebut
sebagai Bapak Ilmu Negara. George Jellinek memandang ilmu negara sebagai suatu keseluruhan
dan membaginya ke dalam bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain.
Di Indonesia, universitas yang pertama kali menggunakan istilah Ilmu Negara adalah
Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.
Menurut Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara, dimana diadakan
penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta seluruh persoalan
di sekitar negara.
Selanjutnya, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu Negara merupakan cabang
penyelidikan ilmiah yang masih muda walaupun menurut sifat dan hakekatnya merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang tua karena sebenarnya Ilmu Negara sudah dikenal sebagai suatu
ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani Kuno.
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi
pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya. Pengertian menitik beratkan pada suatu
pengetahuan, sedangkan sendi menitik beratkan pada suatu asas atau kebenaran.
Ilmu negara mempelajari negara secara umum, mengenai asal-usulnya, wujudnya,
lenyapnya, perkembangannya dan jenis-jenisnya.
Selain itu, Prof. M. Nasroen, SH, menyatakan bahwa Ilmu Negara Umum adalah suatu
ilmu pengetahuan tertentu. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka Ilmu Negara Umum akan
mencari dan menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran terhadap pokok penyelidikannya, yaitu
negara. Jadi, Ilmu Negara Umum harus menjawab pertanyaan mengenai negara.
B. OBJEK ILMU NEGARA
Menurut Kranenburg, obyek penyelidikan Ilmu Negara adalah negara, dimana dalam ilmu
negara diselidiki asal mula, sifat, hakekat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan negara. Ilmu
Negara menitikberatkan penyelidikannya kepada pengertian negara secara umum.
Prof. M. Nasroen SH, dalam hal ini sependapat dengan Kranenburg, menurutnya, sebab
wujud dari Ilmu Negara Umum adalah menyelidiki dan menetapkan asal mula, inti sari dan
wujud negara pada umumnya.
Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara umum, sehingga ia sering disebut
sebagai ilmu negara umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek penyelidikan Ilmu Negara adalah
negara dalam pengertian abstrak, terlepas dari waktu dan tempat, bukan suatu negara tertentu
yang secara positif ada pada suatu waktu dan tempat tertentu. Ilmu Negara menyelidiki
pengertian-pengertian pokok (grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok (grondbeginselen) dari
negara yang berlaku untuk dan terdapat pada setiap negara.
1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang berarti keadaan yang tegak dan
tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa : Negara sebagai pribadi
hukum internasional seharusnya memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya, baik militer,
politik, ekonomi maupun sosial budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah
tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi
lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang.
Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat politik yang diorganisir
secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati dalam batas-batas daerah
tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain, sehingga ia dapat bertindak sebagai
badan yang merdeka di muka dunia.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi, negara adalah kelompok politis
persekutuan hidup orang yang banyak jumlahnya dan terikat oleh perasaaan senasib dan
seperjuangan. Membicarakan negara berarti membicarakan masyarakat dan manusia.
Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa syarat atau unsur yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Rakyat
Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
Oppenheim – Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat adalah kumpulan manusia dari kedua jenis
kelamin yang hidup bersama merupakan suatu masyarakat, meskipun mereka berasal dari
keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan yang berlainan, memiliki warna kulit yang
berlainan.
Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau cita-cita untuk bersatu merupakan
sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat membentuk suatu bangsa yang akan hidup dalam
suatu negara. Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu merupakan unsur
yang sangat penting bagi negara.
Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat dibentuk oleh suatu masyarakat yang
berasal dari satu keturunan, satu bahasa dan satu adat istiadat, namun pendapat ini tidak dapat
dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya. Misalnya : bangsa Indonesia, Swiss, USA dll
terdiri dari masyarakat yang memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda.
b. Wilayah tertentu tempat negara itu berada
Antara wilayah satu negara dengan wilayah negara yang lain dibatasi oleh batas tertentu.
Batas daerah suatu negara dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :
1) Terjadi secara alamiah (dibatasi oleh gunung, sungai dll).
2) Ditentukan dengan mengadakan perjanjian dengan negara lain yang berbatasan langsung dengan
negara tersebut.
Dalam traktat/perjanjian internasional yang diadakan di Paris pada tahun 1919 ditetapkan bahwa
udara di atas tanah suatu negara, termasuk wilayah negara tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk daerah suatu negara adalan :
1) Daratan
2) Lautan. Pada umumnya, lebar laut teritorial adalah 3 mil (5,5 km) yang dihitung dari garis
pasang surut atau garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar suatu kepulauan.
3) Udara di atas teritorium daratan dan lautan tersebut.
Menempuh atau melintasi wilayah negara asing tanpa ijin dari negara yang bersangkutan
dianggap sebagai pelanggaran atas kedaulatan negara tersebut dan tindakan tersebut dapat
ditindak secara hukum oleh negara yang bersangkutan.
c. Pemerintahan yang berdaulat
Pemerintah adalah orang atau beberapa orang yang memerintah menurut hukum negaranya.
Utrecht berpendapat bahwa istilah pemerintah meliputi 3 pengertian yang berbeda, yaitu :
1) Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa memerintah, dalam
arti kata yang luas. Jadi, termasuk semua badan-bnadan kenegaraan yang bertugas
menyelenggarakan kesehajahteraan umum yang meliputi eksekutif, yudikatif, legislatif.
2) Pemerintah sebagai gabungan dari badan-badan kenegaraan yang tertinggi yang berkuasa
memerintah di suatu wilayah negara, misalnya : Raja, Presiden, Yang Dipertuan Agung
(Malaysia).
3) Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama-sama dengan menteri-menterinya, yang
berarti organ eksekutif yang umumnya disebut dengan Dewan Menteri atau Kabinet.
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan yang tidak berada di bawah
kekuasaan yang lain.
Pemerintah yang berdaulat berarti :
1) Ke dalam, pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya, dapat melaksanakan recthsorde
(ketertiban hukum) dalam negara sehingga kesejahteraan rakyat terjamin.
2) Ke luar, pemerintah negara tersebut mampu mempertahankan kemerdekaannya terhadap
serangan dari pihak lain.
Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
d. Pengakuan dari negara lain
Unsur ini bukan merupakan unsur atau syarat mutlak terjadinya negara karena unsur ini bukan
merupakan unsur pembentuk bagi negara tetapi hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya
negara.
Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara dapat berdiri. Misalnya :
1) Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1776, walaupun Inggris baru
mengakuinya pada tahun 1873.
2) Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda baru mengumumkan
pengakuannya pada tahun 1949.
Berkaitan dengan pengakuan dari negara lain, di kalangan ahli hukum internasional terdapat dua
teori yang bertentangan, yaitu :
1) Declaratory Theory/Evidentiary Theory (Teori Deklaratif)
golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa apabila semua unsur-unsur negara dimiliki
oleh suatu masyarakat politik, maka otomatis ia merupakan suatu negara dan harus diperlakukan
sebagai negara oleh negara lain.
Dengan kata lain, hukum internasional secara ipso facto harus menganggap masyarakat politik
yang bersangkutan sebagai suatu negara dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dengan
sendirinya melekat padanya. Pengakuan hanya bersifat ‘pencatatan’ dari negara-negara lain
bahwa negara baru tersebut telah ada.
2) Constitutive Theory (Teori Konstitutif)
Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa walaupun unsur-unsur kenegaraan telah
dimiliki oleh suatu masyarakat politik, namun ia tidak secara otomatis diterima sebagai suatu
negara di antara masyarakat internasional. Jika ada pernyataan dari negara-negara lain yang
mengakui masyarakat politik tersebut sebagai suatu negara barulah masyrakat politik tersebut
benar-benar telah memenuhi semua syarat sebagai suatu negara dan dapat menikmati hak-haknya
sebagai suatu negara baru.
Unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat merupakan unsur konstitutif,
sedangkan pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif. Selain itu, Wright juga
mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh suatu negara, yaitu :
a. Daerah dengan batas-batas yang ditentukan secara tegas dengan prospek yang wajar untuk
mempertahankannya.
b. Kekuasaan dengan kemampuan de facto untuk memerintah daerah tersebut.
c. Undang-undang atau lembaga-lembaga yang dapat memberikan perlindungan yang layak
kepada orang asing, golongan minoritas dan dapat menjamin ukuran keadilan yang patut diantara
seluruh penduduk.
d. Pendapat umum dengan lembaga-lembaga yang menyalurkannya yang memberikan petunjuk
yang layak mengenai keinginan untuk merdeka dan jaminan yang wajar bahwa syarat-syarat
yang terpenting yang dikemukakan di atas mempunyai sifat yang tetap.
Keberadaan negara,seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan
anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini
dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-
nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang
mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen
hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola.
Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai
kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan
negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada
rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat
secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara
menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa
tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki
kerajang layanan yang berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau
hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun
untuk menyesuaikan terhadap perkembangan jaman atau keinginan masyatakat, semua kebijakan
ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan
Undang Undang haruslah dilakuakan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang
untuk terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam
organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu
negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara
demokratis pula.
Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,04 km2 kemudian diikuti oleh
Monako seluas 1,95 km2, Nauru seluas 21 km2, Tuvalu seluas 26 km2 dan San Marino seluas 61
km2.
2. Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli
a. George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
b. Logemann : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya
bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan suatu masyarakat.
c. George Wilhelm Friedrich Hegel : Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul
sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
d. Krannenburg : Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
e. Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
f. Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
g. Prof. Mr. Soenarko : Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu,
dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
C. RUANG LINGKUP ILMU NEGARA
Ilmu Negara sebagai suatu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani Purba. Ilmu
Negara menitikberatkan penyelidikannya kepada negara sebagai organisasi dalam pengertian
umum.
Georg Jellinek melihat Ilmu Negara dari dua sisi, yaitu :
1. Sisi Tinjauan Sosiologis, terdiri dari :
a. Teori Sifat Hakekat Negara
b. Teori Pembenaran Hukum Negara
c. Teori Terjadinya Negara
d. Teori Tipe-tipe Negara
2. Sisi Tinjauan Yuridis
a. Teori Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
b. Teori Kedaulutan
c. Teori Unsur-unsur Negara
d. Teori Fungsi Negara
e. Teori konstitusi
f. Teori Lembaga Perwakilan
g. Teori Sendi-sendi Pemerintahan
h. Teori Alat-alat Perlengkapan Negara
i. Teori Kerjasama antar Negara
D. HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU LAIN
Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Tidak
mungkin suatu ilmu pengetahuan berdiri sendiri tanpa berhubungan atau dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan lainnya. Ilmu Negara merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial
seperti halnya Politik, Hukum, Kebudayaan dll. Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya akan
berinduk pada ilmu pengetahuan induk (mater scientarium) yaitu filsafat. Oleh karena itu Ilmu
Negara juga tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan ilmu pengetahuan
lainnya.
Selain memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu pengetahuan lainnya, maka
Ilmu Negara juga memiliki hubungan yang bersifat khusus dengan ilmu pengetahuan sosial
tertentu yang memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu negara. Dalam hal ini maka Ilmu
Negara memiliki hubungan yang khusus dengan Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu
Perbandingan Hukum Tata Negara
1. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum
Hubungan antara ilmu negara dengan hukum sebenarnya agak sederhana dalam Teori
Kedaulatan Negara. Hukum merupakan kemauan negara yang telah dinyatakan. Negara
memiliki wewenang untuk memerintah, yaitu memaksakan kemauannya kepada orang lain
secara tidak terbatas, seperti yang dikemukakan oleh Jellineck bahwa negara mempunyai
kekuasaan untuk memerintah. Hanya negara yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan
dengan tiada bersyarat kemauannya kepada yang lain. Negara adalah bentuk ikatan manusia-
manusia yang tinggal di dalamnya yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memerintah.
2. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik
Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis. Polis adalah kota yang
dianggap negara yang terdapat dalam kebudayaan Yunani kuno. Jean Bodin adalah orang
pertama yang menggunakan istilah ilmu politik.
Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat teoritis dan seluruh hasil
penyelidikan yang telah dilakukan oleh Ilmu Negara dipraktekkan oleh Ilmu Politik yang
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat praktis.
Ilmu Negara lebih menitikberatkan pada kepada hal-hal yang bersifat teoritis oleh karena
itu kurang dinamis. Ilmu Negara lebih memperhatikan unsur-unsur statis dari negara yang
mempunyai tugas utama untuk melengkapi dan memberikan pengertian-pengertian pokok yang
jelas tentang negara.
Sebaliknya, Ilmu Politik menitikberatkan pada faktor-faktor yang konkret yang terutama
terpusat pada gejala kekuasaan, baik yang mengenai organisasi negara maupun yang
mempengaruhi tugas-tugas negara. Oleh karena itu Ilmu Politik bersifat lebih dinamis
dibandingkan Ilmu Negara.
3. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara
Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah peraturan-peraturan yang mengatur organisasi
negara dari tingkat atas sampai bawah, stsruktur, tugas dan wewenang alat perlengkapan
negara,hubungan antar alat perlengkapan tersebut secara hirarki maupun horizontal, wilayah
negara, kedudukan warga negara serta hak asasinya.
Hubungan Tata Negara dengan Ilmu Negara dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a. Segi Sifat
Hukum Tata Negara merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat praktis, sehingga dapat
diterapkan langsung. Sedangkan Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat
teoritis sehingga tidak dapat digunakan secara langsung.
b. Segi Manfaat
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana caranya suatu hukum itu harus dilaksanakan, oleh
karena itu ilmu negara lebih mementingkan negara secara teoritis sedangkan Hukum Tata
Negara dan Hukum administrasi Negara lebih mementingkan segi prakteknya.
Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan pendapat mereka mengenai hubungan
antara HTN dengan Ilmu Negara, diantaranya adalah :
a. Dasril Radjab
Setelah menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki
pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi Hukum Tata
Negara. Oleh karena itu untuk dapat mengerti Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu
memiliki pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara). Dengan demikian, Ilmu
Negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk Hukum Tata Negara positif dan Hukum
Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
b. Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan antara HTN dengan ilmu negara, yaitu
keduanya merupakan bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas.
4. Hubungan Ilmu Negara dengan Perbandingan Hukum Tata Negara
Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara bertugas untuk menganalisis secara teratur,
menetapkan secara sistematis mengenai sifat-sifat yang melekat pada negara, faktor-faktor yang
menimbulkan, mengubah atau menghilangkan suatu negara dll.
Selain itu, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara juga bertugas untuk mengadakan
perbandingan antara negara-negara, menyelidiki dan menetapkan bagian-bagian atau unsur-
unsur, sifat-sifat, corak umum dari negara yang merupakan genus suatu bangsa.
Hasil penyelidikan dari ilmu negara yang bersifat umum akan menjadi dasar bagi
penyelidikan Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara selanjutnya yang akan menerangkan,
menjelaskan dan membandingkan antara negara yang satu dengan yang lainnya.
E. SISTEMATIKA ILMU NEGARA
Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre menciptakan suatu
sistematis yang lengkap dan teratur dari Ilmu Negara. Menurut Jellinek, Ilmu Kenegaraan
(Staatswissenschaft) dapat dibedakan dalam dua : yaitu :
1. Staatswissenschaft dalam arti sempit
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik berat pembahasannya terletak pada
negara sebagai objeknya.
Staatswissenschaft dalam arti sempit dapat dibedakan lagi ke dalam :
a. Beschreibende staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai statenkunde
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang melukiskan negara dari segi
masyarakat/penduduk,alam,flora dan fauna.
b. Theoritische staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai Ilmu Negara (Staatsleer)
Ilmu pengetahuan mengenai negara yang menganalisa dan mengolah bahan-bahan dari
Beschreibende staatswissenschaft untuk kemudian disusun dalam suatu sistematika serta
melengkapinya dengan sendi-sendi pokok dan pengertian pokok dari negara.
Theoritische staatswissenschaft dapat dibagi lagi ke dalam :
1) Allgemeine staatslehre
Yaitu ilmu negara umum yang membahas teori-teori tentang negara yang berlaku umum
terhadap semua negara.
Jellinek membahas Ilmu Negara Umum dengan menggunakan Teori Dua Segi atau zweiseiten
theori. Berdasarkan teori tersebut maka Jellinek membedakan lagi Allgemeine Staatslehre
dalam :
a) Allgemeine soziale staatslehre (peninjauan dari sudut sosiologis).
Melakukan peninjauan dari segi sosiologis. Yang termasuk ke dalam Allgemeine Soziale adalah :
Teori mengenai sifat hakekat negara
Teori mengenai pembenaran hukum atau penghalalan negara
Teori mengenai terjadinya hukum negara
Teori mengenai tujuan negara
Teori mengenai penggolongan tipe-tipe negara dll.
b) Allgemeine staatsrechtslehre (peninjauan dari sudut yuridis). Termasuk di dalamnya adalah :
Teori mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori mengenai kedaulatan negara.
Teori mengenai unsur negara
Teori mengenai fungsi negara
Teori mengenai konstitusi negara.
Teori mengenai lembaga perwakilan
Teori mengenai alat-alat perlengkapan negara
Teori mengenai sendi-sendi pemerintahan
Teori mengenai kerjasama antar negara
2) Besondere Staatslehre
Yaitu ilmu negara khusus yang membahas teori-teori tentang negara yang hanya berlaku pada
suatu negara tertentu.
c. Praktische staatswissenschaft atau lebih dikenal dengan politiek
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang menguraikan tentang tata cara mempraktekkan
teori-teori ilmu negara.
Ilmu Politik dalam sistematika Jellinek mempunyai arti yang berbeda dengan Political Science
yang dikenal di negara-negara Anglo Saxon.
Di negara-negara Anglo Saxon, ilmu politik merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sedangkan di negara-negara Eropa Kontinental, ilmu politik tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan
erat dengan staatswissenschaft. Pelaksanaan ilmu politik merupakan hasil penyelidikan dari
theoritical science.
Negara-negara Eropa Kontinental adalah negara-negara di daratan Eropa kecuali Inggris.
Sedangkan negara-negara Anglo Saxon adalah Inggris dan daerah jajahannya.
2. Rechtswissenschaft
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang titik berat pembahasannya terletak pada segi
yuridis/hukum dari suatu negara.
Rechtwissenschaft terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara/Hukum
Administrasi Negara dan Hukum Antar Negara.
F. ILMU NEGARA KHUSUS REPUBLIK INDONESIA
Dalam klasifikasi Jellineck, ilmu negara umum (algemeine staatsleer) bersifat teoritis,
abstrak dan universal, sedangkan ilmu negara khusus lebih dekat kepada realitas ketatanegaraan
suatu negara.
Ilmu negara khusus adalah ilmu negara teoritis yang khusus berlaku hanya untuk satu negara
tertentu saja. Melalui pendekatan deduktif, ilmu negara khusus menjangkau permulaan dari HTN
positif sehingga ada hubungan antara ilmu negara umum dan HTN positif.
Menurut Padmo Wahyono, teori ilmu negara umum yang bersifat universal merupakan hasil
perbandingan dari teori-teori ilmu negara khusus dengan menghilangkan sifat-sifat khusus yang
akan diperoleh suatu abstraksi universal. Ilmu negara khusus merupakan embrio dari HTN
positif. Ilmu negara khusus merupakan komplementer (pelengkap) bagi ilmu negara umum.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU NEGARA
Ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil pemikiran manusia dan manusia
mempunyai kebebasan untuk menyatakan pemikirannya. Ilmu pengetahuan bersifat dinamis
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dapat dikatakan
sebagai lambang utama dari kemajuan.
A. ZAMAN YUNANI PURBA
Pengetahuan dan penyelidikan tentang negara mulai ada sejak zaman Yunani Purba. Bangsa
Yunani memang dikenal sebagai bangsa yang pertama kali memiliki peradaban yang sangat
tinggi. Sejak Yunani Purba mengenal pemerintahan yang demokratis, setiap orang bebas
mengemukakan pendapatnya.
Saat itu, negara masih bersifat polis-polis atau the Greek State. Keberadaan polis pada
awalnya merupakan suatu tempat di puncak bukit dimana orang-orang mendirikan rumah dan
tempat tersebut kemudian dikelilingi dengan tembok untuk menjaga penduduknya terhadap
serangan musuh dari luar.
Polis merupakan organisasi yang tertinggi. Polis tidak hanya mengatur hubungan antar
organisasi yang ada dalam polis, tetapi juga mengatur kehidupan pribadi warganya. Oleh karena
polis identik dengan masyarakat negara atau negara maka polis merupakan negara kota
(standstaat/citystate).
Pemerintahan di dalam polis merupakan demokrasi langsung (directe democratie/direct
democracy/klassieke democratie) dimana rakyat dalam polis ikut secara langsung menentukan
kebijaksanaan pemerintah (direct government by all the people). Hal ini dapat terjadi karena dua
alasan, yaitu :
1. Pengertian kota identik dengan negara dengan wilayah yang sangat terbatas.
2. Jumlah penduduk masih sangat sedikit.
Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut sertanya rakyat dalam
pemerintahan dan turut sertanya rakyat secara langsung berasal dari zaman Yunani Purba.
Dengan turut serta secara langsung dalam pemerintahan berarti rakyat melakukan pengawasan
terhadap jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang disebut ”rakayt” adalah warga kota (citizen)
yang merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.
Menurut Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government, citizen adalah city dwellers yang
berada di daerah Athena. Sedangkan pengawasan rakyat dijalankan dengan musyawarah rakyat
(Yunani : ecleseia, Romawi : cometia).
Pada zaman Yunani Purba terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya banyak
mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan di dunia saat ini, diantaranya adalah :
2. Socarates ( 470 – 399 AD)
Kemenangan bangsa Yunani terhadap Persia meninggikan martabat dan menimbulkan
perasaan bangga pada diri bangsa Yunani. Disamping itu, bangsa Yunani mulai menikmati
kemakmuran yang dihasilkan dari perdagangan. Namun, para pejabat negara Yunani mulai
melupakan tugas mereka, bertindak sewenang-wenang, korupsi dan tindakan-tindakan lainnya
yang dirasakan oleh warga negaranya sebagai tindakan yang sangat tidak adil.
Pada saat itu banyak bermunculan filsuf dari luar negeri terutama dari Asia kecil yang
datang ke Yunani untuk menjual ilmunya. Mereka termasuk ke dalam golongan kaum Sophis,
dan aliran mereka disebut Sophisme. Sophis berasal dari kata sofia/sophia yang artinya
bijaksana/kebijaksanaan. Namun, tindakan kaum Sophis sangat tidak bijaksana karena mereka
menyebarkan dan menganjurkan paham mengenai hukum, keadilan serta negara yang bersifat
merusak masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Thrasymachus bahwa keadilan merupakan
keuntungan atau apa yang berguna daripada yang lebih kuat.
Dalam keadaan demikan, munculah Socrates dengan metode dialektis/tanya jawab
(dialog) yang mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu, dasar hukum dan keadilan
objektif yang dapat diterapkan kepada setiap orang. Menurut Socrates, dalam hati kecil setiap
manusia terdapat hukum dan keadilan sejati sebab setiap manusia adalah bagian dari nur/cahaya
Tuhan. Walaupun seringkali tertutup oleh sifat-sifat buruk namun rasa hukum dan keadilan
sejati dalam hati kecil manusia tetap ada. Hal ini dapat dipahami sebab dalam ajaran agama
Islam dikatakan bahwa Allah meniupkan ruhnya kepada manusia, berarti dalam diri manusia ada
sebagian kecil ruh Allah. Dalam agama Katolikpun dikatakan bahwa manusia adalah anak Allah
dan mempunyai dimensi Ilahi. Oleh karena itu dalam diri setiap manusia pasti ada unsur
kebaikan.
Selanjutnya, Socrates berpendapat bahwa negara bukanlah organisasi yang dibuat untuk
kepentingan pribadi. Negara adalah suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat
hakikat manusia dan bertugas untuk melaksanakan hukum yang objektif yang memuat keadilan
bagi masyarakat umum. Oleh karena itu negara harus berdasarkan keadilan sejati agar manusia
mendapatkan ketenangan.
Namun, ajaran Socrates dianggap membahayakan negara dan Socrates dijatuhi hukuman
mati dengan diperintahkan untuk meminum racun.
3. Plato ( 429 – 347 AD)
Plato merupakan murid Socrates dan mendirikan sekolah mengenai ilmu filsafat yaitu
Academia. Berbeda dengan Socrates, Plato meninggalkan beberapa buku, termasuk buku yang
berisi tanya jawabnya dengan Socrates. Buku karangan Plato yang terpenting adalah :
a. Politeia (The Republic) tentang Negara
b. Politicos ( The Stateman) tentang ahli Negara
Dalam Politikos dibedakan antara penguasa dengan ahli Negara. Ahli Negara yang sejati harus
menjalankan pendidikan ke arah kebijaksanaan, keadilan dan berpendirian sesuai dengan
Politeia.
c. Nomoi (The Law) mengenai undang-undang.
Buku karangan Plato lainnya adalah :
a. Gorgias mengenai kebahagiaan
b. Sophist mengenai hakikat pengetahuan
c. Phaedo mengenai keabadian jiwa
d. Phaedrus mengenai cinta kasih.
e. Protogoras mengenai hakikat kebajikan.
Plato meneruskan ajaran Socrates. Dalam ajaran tunggalnya, yaitu Politeia digambarkan
adanya suatu negara sempurna (ideale staat). Oleh karena itu ajaran Plato disebut Idealisme.
Menurut ajara Plato, dunia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Dunia cita yang bersifat immateriil idea atau kenyataan sejati berada di alam cita yang
berada di luar ’dunia palsu’.
b. Dunia alam yang bersifat maeriil dunia fana yang bersifat palsu.
Dunia cita bersifat sempurna dan sejati, sedangkan dunia alam bersifat palsu dan tidak
sempurna oleh karena itu apa yang ada di dunia alam harus diusahakan mendekati bentuk yang
sempurna yang ada dalam dunia cita. Pandangan Plato bersifat normatief karena ia menghendaki
bangunan di dunia alam sama dengan dunia cita.
Berkaitan dengan dunia cita, maka cita-cita mutlak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Logika atau cita kebenaran (idee der waarheid)
b. Estetika (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian (idee der schoonheid)
c. Etika (ethica) atau cita kesusilaan
Menurut Plato, asal mula negara adalah karena banyaknya kebutuhan hidup dan
keinginan manusia dan manusia tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya.
Oleh karena itu kemudian manusia bekerja sama dan mendapat pembagian tugas sesuai
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. Negara merupakan satu keluarga besar, satu
kesatuan,oleh karena itu negara harus dapat memelihara dirinya sendiri. Agar dapat memelihara
dirinya sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh memiliki luas yang
tidak diketahui.
Negara yang ada di dunia bersifat tidak sempurna karena hanya merupakan bayangan dari
negara yang sempurna (de ideale staat) yang ada dalam dunia cita. Dunia cita merupakan bagian
dari filsafat. Tujuan negara adalah untuk mempelajari, mengetahui dan mencapai cita yang
sebenarnya. Tujuan manusia dalam negara adalah mencapai good life (kebahagiaan, sempurna),
Untuk mewujudkan negara yang sempurna ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Socrates mengemukakan dua buah syarat, kemudian Plato menambahkan satu syarat lagi. Syarat-
syarat tersebut adalah :
a. Negara harus dijalankan oleh pegawai yang terdidik khusus.
b. Pemerintahan harus dijalankan untuk kepentingan umum.
c. Rakyat harus mencapai kesempurnaan kesusilaan.
Selanjutnya, dalam bagian kedelapan dari Politeia, Plato menguraikan tentang bentuk
negara, dimana negara dapat dibedakan dalam lima macam, yaitu:
a. Aristokrasi (Aristocratie/aristocracy) Aristoi ≈ cerdik pandai/golongan ningrat dan
Archien/cratia ≈ memerintah. Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh
sejumlah cerdik pandai yang memerintah berdasarkan keadilan. Jika ternyata kemudian
golongan tersebut memerintah demi kepentingan golongannya sendiri
Aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah kecil cerdik pandai yang
memerintah berdasarkan keadilan.
b. Oligarhi (Oligarchie/oligarchy) oligos ≈ sedikit, kecil dan archien ≈ memerintah.
Apabila golongan kecil itu memerintah dan memperoleh kekayaan yang berlimpah
sehingga timbul hak-hak milik pribadi, maka lahirlah timokrasi.
c. Timokrasi (timocratie/timocraty) berasal dari kata plutos (kekayaan) dan criteria
(memerintah)
d. Demokrasi (democratie/democracy) berasal dari kata demos (rakyat) dan cratein
(memerintah). Jika rakyat salah dalam menggunakan hak dan kemerdekaannya maka hal
tersebut akan melahirkan apa yang disebut anarki (anarchie). Anarki berasal dari kata a
artinya tidak dan archien artinya memerintah. Jadi, tanpa ada pmerintahan maka keadaan
akan kacau balau (chaos). Keadaan ini memerlukan seorang pemimpin yang dapat
bertindak dengan keras dan tegas dan hal ini melahirkan tirani.
e. Tirani (tyranie/tyrany) yaitu suatu pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran yang
bertindak sewenang-wenang sehingga sangat jauh dari cita-cita tentang keadilan.
Menurut Plato, timbulnya masyarakat adalah karena saling membutuhkan, oleh karena itu
masyarakat saling bertukar jasa. Masyarakat adalah susunan manusia dimana setiap anggota
harus memberi dan menerima. Negara harus memperhatikan pertukaran timbal balik tersebut dan
harus berusaha sebaik-baiknya. Dalam sistem ini, manusia bertindak sebagai penyelenggara
berbagai macam tugas yang diperlukan dan harga mereka bagi masyarakat tergantung dari nilai
pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi setiap individu adalah suatu kedudukan
yang memungkinkan mereka untuk berbuat sesuatu.
Pertukaran jasa menimbulkan asas pembagian kerja dan pengkhususan tugas yaitu
diferensiasi kerja dan spesialisasi. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, oleh karena itu
pekerjaannya disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.
Keadilan sosial menurut Plato adalah suatu prinsip dari suatu masyarakat yang terdiri
dari manusia yang berbeda-beda yang bersatu karena saling membutuhkan dimana setiap orang
harus melakukan pekerjaannya dan menerima apa yang menjadi haknya. Pembagian kerja dan
spesialisasi tugas di lapangan merupakan syarat bagi kerjasama dalam masyarakat.
Berdasarkan pokok-pokok teorinya dapat diketahui dasar alasan Plato mengemukakan
negara utopia tentang asal usul negara. Berkaitan dengan asal mula negara maka dapat ditarik
garis paralel antara sifat negara dengan sifat manusia yang menimbulkan tiga macam sifat yaitu
kebenaran, keberanian dan kebutuhan. Hal ini pada akhirnya menimbulkan tiga kelas dalam
negara utopia (ideal-etis), yaitu :
a. The Rulers (penguasa) yaitu golongan pegawai yang terdidik khusus yang merupakan
pemimpin negara yang mengusahakan tercapainya kesempurnaan. Para penguasa disebut
juga Philosopher King. Oleh karena itu menurut Plato, negara harus dipimpin oleh orang
yang bijaksana.
b. The Guardians (pengawal negara) yaitu mereka yang menyelenggarakan keamanan,
ketertiban dan keselamatan negara.
c. The Artisan (para pekerja) yaitu mereka yang menjamin tersedianya makanan bagi
golongan penguasa dan pengawal negara.
Berkaitan dengan asal-usul negara, menurut Plato, negara tumbuh dibaginya atas
berbagai taraf, yaitu :
a. Plato berpendapat bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, untuk hidup manusia memerlukan
bantuan dari mahluk lain.
b. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia berkumpul untuk merundingkan cara
untuk memperoleh bahan-bahan primer (sandang,pangan dan papan). Kemudian terjadilah
pembagian pekerjaan dimana setiap orang harus menghasilkan sesuatu lebih dari yang
diperlukan sendiri untuk kemudian ditukarkan dengan orang lain. Hal in imenimbulkan
berdirinya desa.
c. Antara desa dengan desa terjadi kerjasama dan seterusnya sehingga kemudian terbentuk negara.
Antara negara yang satu dengan negara yang lainnya juga saling membutuhkan sehingga
terjadilah hubungan internasional.
Menurut Plato, ada tiga masalah penting yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Harus ada an organic unity in social life.
Dalam masyarakat harus ada satu kesatuan yang organis. Namun, kesatuan ini sering terganggu
oleh adanya dua penyakit masyarakat, yaitu penyakit property dan family relationship. Penyakit
inilah yang seringkali menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
b. Harus ada systematic education
Stabilitas negara terletak dalam sistem pendidikan. Watak yang baik diperoleh dengan memulai
pendidikan di masa kanak-kanak dan meneruskan pendidikan sesuai dengan taraf umur dan
jiwanya.
c. Harus ada rational basic of aristocracy government
Pemerintahan harus dikendalikan oleh manusia-manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
4. Aristoteles (384-322 AD)
Aristoteles adalah murid Plato. Ia seorang filsuf yang mempunyai banyak pengaruh pada
abad pertengahan. Aristoteles pernah ditugaskan oleh raja Philippus untuk mendidik Iskandar
Dzulkarnain (342AD). Pada tahun 335 AD ia kembali ke Yunani dan mendirikan sekolah
Lyceum di Yunani.
Aristoteles melanjutkan pemikiran idealisme Plato ke realisme. Oleh karena itu filsafat
Aristoteles adalah ajaran tentang kenyataan (ontology) yaitu suatu cara berfikir yang realistis
dan metode penyelidikannya bersifat induktif empiris. Aristoteles dijuluki sebagai Bapak Ilmu
Pengetahuan Empiris (Vader der Empirische Wetenschap).
Aristoteles tidak membagi dunia ke dalam dua bagian seperti Plato. Ia hanya mengakui
adanya satu dunia. Buku yang dikarang oleh Aristoteles berdasarkan penyelidikannya adalah :
a. Ethica atau Nicomachean Etics
Ethica merupakan pengantar bagi politica
b. Politica
Politica terdiri dari 8 buku, antara lain membicarakan tentang bentuk Negara, undang-undang,
hubungan sosial dan hal lain yang bersifat riil.
c. Rhetorica
Dalam rhetorica, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan.
Hukum mempunyai tugas murni, yakni memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya.
Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai tujuan Negara. Dimana Negara bertujuan
untuk :
a. Menyelenggarakan kepentingan warga Negara
b. Berusaha supaya warga Negara hidup baik dan bahagia (good life) didasarkan atas keadilan.
Keadilan itu memerintah dan harus ada dalam Negara.
Berkaitan dengan terjadinya Negara, menurut Aristoteles, manusia berbeda dengan
hewan sebab hewan dapat hidup sendiri sedangkan manusia sudah dikodratkan untuk hidup
dengan manusia lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan manusia
lain. Manusia merupakan Zoon Politicon.
Manusia dapat hidup berbahagia di dalam dan karena Negara. Oleh karena itu manusia
tidak dapat dipisahkan dari Negara karena merupakan bagian dari Negara atau masyarakat.
Dengan demikian, negaralah yang utama. Paham ini disebut universalism bukan collectivism.
Oleh karena itu tujuan Negara adalah kesempurnaan warga yang berdasarkan atas
keadilan, keadilan memerintah dan harus menjelma di dalam Negara. Selain itu, hukum
berfungsi untuk memberi kepada manusia setiap apa yang menjadi haknya.
Artistoteles berpendapat bahwa dalam setiap negara yang baik, hukumlah yang
mempunyai kedaulatan tertinggi, bukan orang perorangan. Aristoteles menyukai penguasa yang
memerintah berdasarkan konstitusi dan memerintah dengan persetujuan warganegaranya, bukan
pemerintah diktatur.
Menurut Aristoteles, pemerintahan yang didasarkan konstitusi mengandung tiga unsur,
yaitu :
a. Pemerintahan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan perorangan atau golongan
saja.
b. Pemerintahan yang dijalankan menurut hukum, bukan sewenang-wenang.
c. Pemerintahan yang mendapatkan persetujuan dari warga negaranya, bukan suatu despotisme
yang hanya dipaksakan.
Selanjutnya, menurut Aristoteles, berkaitan dengan bentuk Negara, terdapat 3 bentuk
dasar, yaitu :
a. Bentuk cita (ideal form) bentuk cita dapat terjadi jika pemerintahannya ditujukan kepada
kepentingan umum yang berdasarkan atas keadilan, dan keadilan tersebut harus menjelma di
dalam Negara.
Terdapat 3 macam bentuk Negara yang termasuk ke dalam bentuk cita yang didasarkan pada
ukuran kuantitatif, yaitu mengenai jumlah orang yang memerintah, yaitu :
1) Pemerintahan satu orang (one man rule) monarchi.
2) Pemerintahan beberapa/sedikit orang (a few man rule) aristokrasi.
3) Pemerintah orang banyak dengan tujuan untuk kepentingan umum (the many man or the people
rule) politeia, polity atau republic.
b. Bentuk pemerosotan (corruption or degenerate form) bentuk pemerosotan dapat terjadi
apabila pemerintahannya ditujukan kepada kepentingan pribadi dari pemegang kekuasaan,
timbulnya kesewenang-wenangan dan diabaikannya kepentingan umum dan keadilan.
Bentuk Negara yang termasuk dalam bentuk pemerosotan juga ada 3 macam yang didasarkan
pada ukuran kualitatif yaitu berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1) Bila kepentingannya didasarkan pada kepentingan satu orang secara sendiri untuk kepentingan
pribadi tirani/despotie
2) Bila tujuannya didasarkan pada kepentingan segolongan orang atau beberapa orang
oligarchi, clique form atau plutocrasi (plutos : kekayaan, cratein/cratia : memerintah
pemerintahan dimana pimpinan Negara berada di tangan segolongan orang kaya).
3) Bila tujuannya didasarkan tidak untuk kepentingan rakyat seluruhnya tetapi nama rakyat yang
dipakai demokrasi.
c. Bentuk gabungan (mixed form) antara bentuk cita dengan bentuk pemerosotan
Dalam kenyataannya, bentuk Negara cita tidak pernah terlaksana, melainkan selalu
menjadi bentuk campuran. Oleh sebab itu dalam kenyataannya bentuk Negara dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Bentuk Negara campuran (mixed form)
b. Bentuk Negara pemerosotan (corruption or degenerate form).
5. Epicurus (342-271 AD)
Pendapat Epicurus menyimpang dari pendapat umum yang ada di Yunani saat itu.
Menurut pendapat Epicurus, masyarakat ada karena adanya kepentingan manusia sehingga yang
berkepentingan bukanlah masyarakat sebagai satu kesatuan tetapi manusia-manusia itu yang
merupakan bagian dari masyarakat. Manusia sebagai warga di dalam Negara dimisalkan sebagai
sebutir atom atau sebutir pasir, jadi bersifat atomistis, hanya memikirkan hidup untuk diri
sendiri. Pandangan ini disebut pandangan yang bersifat individualistis.
Berdasarkan pandangan individualistis, Epicurus berpendapat bahwa terjadinya Negara
disebabkan karena adanya kepentingan perorangan. Dan tujuan Negara adalah menjaga tata
tertib dan keamanan dalam masyarakat dan tidak memperdulikan macam, sifat atau bentuk
Negara. Sedangkan tujuan masyarakat adalah kepentingan pribadi. Agar tidak timbul
perselisihan diantara warga maka dibuatlah undang-undang sebagai hasil dari suatu perjanjian.
6. Zeno ( 300 AD)
Zeno merupakan pemimpin aliran filsafat Stoazijnen (stoa : jalan pasar yang
bergambar/beschilderde marktgaanderij) yang hidup dalam zaman yang serba sulit, sama dengan
Epicurus. Zeno mengajarkan pahamnya kepada murid-muridnya di jalan yang bergambar.
Aliran stoazijnen menimbulkan hukum alam (natuurrecht) atau hukum asasi dalam kebudayaan
Yunani.
Ajaran hukum alam membedakan alam menjadi dua bagia, yaitu :
a. Kodrat manusia (natuur van de mens)
Kodrat manusia dilihat kepada sifat-sifat manusia. Yaitu kodrat yang terletak dalam budi
manusia yang merupakan zat hakikat sedalam-dalamnya dari manusia, dan budi itu bersifat
tradisional.
Agama bersifat pantheistisch (pan : dimana-mana; theos :Tuhan Tuhan ada dimana-mana).
Dengan demikian, agama meyakini bahwa Tuhan ada dimana-mana. Tuhan merupakan kodrat
itu sendiri. Manusia merupakan bagian dari kodrat, otomatis, manusia merupakan bagian dari
Tuhan sehingga budi manusia merupakan bagian dari budi Tuhan. Oleh karena Tuhan bersifat
abadi maka budi Tuhan juga bersifat abadi, budi manusiapun abadi. Hal ini mengakibatkan
hukum sebagai ciptaan budi manusia juga bersifat abadi.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hukum alam bersifat abadi, meliputi segala-galanya
karena berlaku bagi setiap orang dalam waktu, tempat dan keadaan bagaimanapun.
Manusia dilukiskan secara statis sehingga hukum bagi manusia juga tidak mengalami perubahan.
Oleh karena itu tidak ada perbedaaan antara hukum yang berlaku sekarang (ius constitutum) dan
hukum yang akan datang (ius constituendum).
Oleh karena itu paham kenegaraan didasarkan pada sifat tersebut, yaitu cosmo politis yang tidak
mengenal perasaan kebangsaan. Negara tidak usah berdasarkan perasaan kebangsaan, harus
diusahakan suatu Negara ayang meliputi seluruh dunia atau Negara yang merupakan Negara
dunia.
b. Kodrat benda (natuur van de zaak)
Yaitu kodrat benda yang timbul dalam kebudayaan Yunani. Yaitu kodrat yang mempunyai
pengertian sentral kosmos, sebagai lawan dari chaos.
Menurut Socrates, Plato dan Aristoteles, pelukisan dunia sebagai kosmos merupakan satu
kesatuan yang teratur sedangkan di dunia dalam bentuk chaos, tidak ada paksaan terhadap suatu
aturan, tidak terdapat suatu tatanan sehingga dalam masyarakat terdapat kekacauan.
7. Polybios (204-122 AD)
Mengenai negara, Polybios melanjutkan paham Aristoteles. Menurut Polybios, proses
perkembangan, pertumbuhan dan kemerosotan bentuk-bentuk negara secara psikologis bertalian
dengan sifat-sifat manusia menurut ajaran Aristoteles, yaitu bahwa tidak adanya bentuk negara
yang abadi disebabkan karena terkandung benih-benih pengrusakan, seperti pemberontakan,
revolusi dll.
Benih-benih tersebut disebabkan karena sifat-sifat manusia, yaitu :
a. Keinginan akan persamaan
Yaitu terdapatnya hasrat persamaan terhadap mereka yang merasa dirinya sama dengan orang-
oranglain .
b. Keinginan akan perbedaan
Yaitu terdapatnya hasrat perbedaan terhadap mereka yang merasa dirinya berbeda dengan orang
lain.
B. ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah monarki dan dipimpin oleh
seorang raja.
2. Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan publica (umum). Republik
adalah pemerintahan yang dijalankan untuk kepentingan umum.
3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu, raja-raja Romawi belum
mempunyai kewibawaan, namun pada hakekatnya mereka memerintah secara mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya perwakilan yang menghisap, dari
pihak Caesar terhadap kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam lapangan ilmu negara digunakan
konstruksi Ulpianus yang menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat diberikan kepada prinsep atau
raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam undang-undang yang disusun olehnya dan
diatur dalam Lex Regia. Jadi, landasan hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam lapangan
hukum perdata. Setelah kekuasaan diberikan kepada Prinsep maka rakyat pada kenyataannya
tidak dapat meminta pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu adalah Gajus, Modestinus, Paulus,
Papinianus dan Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex (kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est (Rajalah yang menentukan kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut dirumuskan dalam undang-
undang sehingga derajat kepentingan umum lebih tinggi dari undang-undang. Namun, yang
merumuskan kepentingan umum adalah raja. Otomatis, dalam merumuskan kepentingan umum
tersebut raja bertindak demi kepentingan pribadinya.
Dengan demikian, princep dengan berkedok kedaulatan rakyat memerintah demi kepentingan
umum, sebenarnya memerintah dengan sewenang-wenang.
Peraturan hukum Romawi pada abad ke-6 atas perintah Kaisar Justinianus (527-565)
dikodifikasi dan dinamakan Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas 4 bagian :
a. Institutiones
Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum Romawi dan berlaku sebagai himpunan
undang-undang.
b. Pandectae atau Digesta
Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat para ahli hukum Romawi. Jika hakim
ragu-ragu mengenai putusan atas suatu hal maka putusannya harus didasarkan pada
pandectae/digesta.
c. Codex
Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan ditetapkan oleh raja-raja Romawi.
d. Novallae
Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan bagi codex.
4. Masa Dominat
Dominat atau dominaat adalah masa dimana kaisar secara terang-terangan menjadi raja mutlak,
bertindak menyeleweng, menginjak-injak hukum dan kemanusiaan. Hal ini terlihat dengan
adanya manusia dibakar hidup-hidup, manusia diadu dengan manusia lain atau dengan singa
(gladiator) dan dijadikan tontonan umum, rakyat kelaparan sementara raja dan pengikutnya
berpesta pora.
C. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
1. Agustinus
Bukunya yang terkenal ialah :
a. Civitas Dei (Negara Tuhan)
Civitas dei merupakan kerajaan Tuhan yang abadi, tetapi semangat keduniawian terdapat dalam
Gereja Kristus sebagai wakil dari civitas dei di dunia yang fana.
b. Civitas Terrena (Diabolis) atau negara setan
Merupakan hasil kerja setan atau keduniawian. Jika sudah mendapat ampunan dari Tuhan,
barulah civitas terrena menjadi baik.
Civitas terrena mengabdikan diri pada civitas dei. Oleh karena itu dalam civitas terrena terjadi
percampuran antara agama, ilmu pengetahuan dan kesenian. Civitas terrena merupakan
persiapan menuju civitas dei.
Imperium Romawi dapat dimisalkan dengan civitas terrena yang tumbuh, berkembang dan
akhirnya musnah karena keserakahan. Agar jangan sampai hal tersebut terulang kembali, maka
pemimpin negara harus memimpin dengan semangat civitas dei yaitu mempraktekkan dan
menganjurkan agar agama Kristen dimasukkan ke dalam negara seperti yang telah dijalankan
oleh Konstantin Theodisius di Konstatinopel
Kesimpulannya adalah bahwa pada waktu itu yang memegang peranan penting adalah negara,
segala sesuatu harus tunduk pada agama. Negara dipersiapkan untuk menjadi negara Tuhan.
Keberadaan negara-negara di dunia adalah untuk memberantas musuh-musuh gereja.
2. Thomas Aquino
Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.
Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.
Dalam buku-bukunya yang sangat terkenal, Summa Theologica dan De Regimene Principum,
Thomas Aquino membentangkan pemikiran hukum alamnya yang banyak mempengaruhi gereja
dan bahkan menjadi dasar pemikiran gereja hingga saat ini.
Thomas Aquino membagi hukum ke dalam 4 golongan hukum, yaitu :
a. Lex Aeterna
Merupakan rasion Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan merupakan sumber dari segala
hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia.
b. Lex Divina
Merupakan bagian dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia berdasarkan waktu yang
diterimanya.
c. Lex Naturalis
Merupakan hukum alam yaitu yang merupakan penjelmaan dari lex aeterna di dalam rasio
manusia.
d. Lex Positivis
Yaitu hukum yang berlaku dan merupakan pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia
berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia.
Hukum positif terdiri dari hukum positif yang dibuat oleh Tuhan, seperti yang terdapat dalam
kitab suci dan hukum positif buatan manusia.
Mengenai konsepsinya tentang hukum alam, Thomas Aquino membagi asas-asas hukum alam
dalam dua jenis, yaitu :
a. Principia Prima (asas-asas umum)
Yaitu asas-asas yang dengan sendirinya dimiliki oleh manusia sejak kelahirannya, berlaku
mutlak dan tidak dapat berubah dimanapun dan dalam keadaan apapun. Oleh karena itu manusia
diperintahkan untuk berbuat baik dan dilarang melakukan kejahatan, sebagaimana yang terdapat
dalam 10 perinta Tuhan.
b. Principia Secundaria (asas-asas yang diturunkan dari asas-asas umum)
3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia, salah satu karya besarnya
dan merupakan satu-satunya peninggalan Dante yang merupakan karya kenegaraan. Dalam
bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia yang melawan kerajaan Paus. Kerajaan dunia
tersebut yang akan menyelenggarakan perdamaian dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah
untuk menyelenggarakan perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang
sama bagi semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :
a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.
Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan dunia, yaitu untuk kepentingan dunia itu
sendiri dalam rangka menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan tertinggi. Rakyat yang hidup dengan
berbagai peraturan yang berbeda diatasi dengan peraturan yang dapat menciptakan kerjasama
diantara masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan kekuasaan, sebab jika kerajaan dibagi maka
akan musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu merupakan kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III untuk Teori Cahayanya sebagai
kunci kekuasan Paus yang berasal dari Mattheus, Teori Dua Belah Pedang dari Bernard
Clairvaux, demikian pula ajaran Hadiah dari Constantin.
semua teori tersebut ditafsirkan oleh Dante sehingga akhirnya dia menyimpulkan bahwa kaisar
memperoleh kekuasaan langsung dari Tuhan untuk memerintah dan mengurus negara, dan tidak
bergantung pada perantara yang menjelma dalam diri Paus. Paus hanya berkuasa dalam segala
hal yang berkaitan dengan rohani.
Pendapat Dante didukung oleh golongan Franciskaan, yaitu para paderi yang menganjurkan
agar Paus bersifat pendeta kembali yang hidup dengan sederhana dan semata-mata untuk
kesucian Tuhan. oleh karena itu, Paus jangan mencampuri urusan kemewahan dunia yang dapat
merusak kepercayaan rakyat.
Teori Cahaya :
Golongan Canonist berpendapat bahwa Paus memperoleh kekuasaan yang asli di atas dunia ini.
Raja tidak memiliki kekuasaan yang asli sebab kekuasaannya berasal dan diturunkan dari Paus
yang asli. Seperti halnya matahari dan bulan, Paus adalah matahari yang bersinar sedangkan
bulan adalah raja yang mendapat sinar dari matahari.
4. Marsiglio di Padua (Marsilius dari Padua)
Pada tahun 1324, terbit karya Marsiglio yang terkenal, yaitu Defenser Pacis, yang terdiri
dari tiga buku atau dictiones, yaitu :
a. Dictio Pertama menguraikan dasar-dasar negara.
Pada dictio pertama diuraikan asal usul negara didasarkan pada perkembangan alam. Oleh
karena itu, negara merupakan badan iudicialis seu consiliativa yang hidup dan bebas. Tujuan
tertinggi negara adalah mempertahankan perdamaian, memajukan kemakmuran dan memberi
kesempatam kepada rakyat untuk mengembangkan dirinya secara bebas. Tugas utama negara
untuk mencapai hal tersebut adalah menciptakan undang-undang demi kepentingan dan
kesejahteraan rakyat.
Kekuasaan tertinggi dalam negara dan pemerintahan terletak pada pembuat undang-undang
sehingga pemerintahan hanya alat dari pembuat undang-undang.
Pembuat undang-undang adalah rakyat sebab kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat dan
sumber undang-undang adalah rakyat secara keseluruhan.
Pemerintahan berada di tangan rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. Rakyat boleh
menghukum penguasa jika ternyata penguasa melanggar undang-undang.
b. Dictio Kedua menguraikan dasar-dasar gereja dan hubungannya dengan negara.
Marsilius menentang teori cahaya, ajaran dua belah pedang dan hadiah dari Constantin. Marsilius
menginginkan agar Paus dipillih oleh rakyat sehingga kekuasaan tertinggi diletakkan di tangan
badan permusyawaratan gereja-gereja (concilie).
Dalam hubungan antara negara dan gereja, Marsilius berpendapat bahwa kedudukan gereja
adalah di bawah negara sehingga gereja tidak berhak membuat undang-undang sebab hanya
rakyat yang berhak untuk membuat undang-undang.
c. Dictio Ketiga menguraikan kesimpulan-kesimpulan.
D. ZAMAN RENAISSANCE
E. ZAMAN HUKUM KENEGARAAN POSITIF
BAB III
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
(das Wesssen des Staates)
Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang mempunyai pendapat sendiri tentang
sifat hakikat suatu negara berkaitan dengan pandangan hidup yang dianutnya. Diantaranya
adalah :
1. Socrates
Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang aman dan tentram. Oleh karena
itu kemudian mereka membentuk suatu kelompok dan tinggal di atas bukit. Socrates menyebut
kelompok tersebut sebagai polis dan ia berpendapat bahwa polis identik dengan masyarakat dan
masyrakat identik dengan negara.
2. Plato
Menurut Plato, negara adalah keiginan manusia untuk bekerja sama untuk memenuhi
kepentingan mereka.
Plato adalah peletak dasar ajaran idealisme
3. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya diantaranya adalah Eticha yang berisi
ajaran tentang keadilan. Ajaran tentang negara ditulisnya dalam Politica.
Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.
Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga sehingga menjadi kelompok yang
besar. Kebahagiaan dalam negara akan tercapai jika kebahagiaan individu sudah tercipta.
Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia maka ia harus bernegara karena manusia saling
membutuhkan dalam kepentingan hidupnya.
Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah kesatuan manusia dan manusia tidak
dapat terlepas dari kesatuannya. Negara harus menyelenggarakan kemakmuran bagi warganya,
namun negara juga merupakan organisasi kekuasaan yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur agar tingkah laku manusia sesuai dengan tata tertib dalam masyarakat.
4. F. Oppenheimer
Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib
masyarakat.
5. Leon Duguit
Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah orang lemah. Bahkan dalam
negara modern, kekuasaan orang kuat diperoleh dari faktor-faktor politik.
6. R. Krannenburg
Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh sekelompok
manusia yang disebut bangsa. Jadi, menurut Krannenburg, yang harus ada lebih dahulu adalah
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi dengan
tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok tersebut. Jadi, yang terpenting (primer) adalah
kompok manusia, sedangkan yan sekunder adalah negara.
7. Logemann
Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan maka organisasi itu memiliki
kewibawaan. Artinya, negara dapat memaksakan kehendaknya pada semua orang yang ada
dalam organisasi.
TEORI BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA–PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Teori Sifat Hakikat Negara dapat memberikan pemahaman mengenai suatu negara, apa
sebenarnya suatu negara. Jika dilihat dari sisi sosiologis maka negara dapat dipahami sebagai
anggota masyarakat atau zoon politicon. Negara merupakan wadah bagi suatu bangsa untuk
menggambarkan cita-cita kehidupan bangsanya.
Secara historis, peninjuan masalah sifat hakikat negara dapat dilihat dari perkembangan
istilah ’negara’ itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan sejarah mengenai istilah negara, terdapat beberapa istilah
yang sering dijadikan padanan kata ’negara’ yang masing-masing memiliki karakter tersendiri,
antara lain :
1. Polis (city state)
2. Country (country state)
3. Civitas/civiteit
4. Land (mis : England, Deutschland)
Sejak bangsa-bangsa di Eropa sudah menetap dan tidak mengembara (nomaden) lagi, maka
bernegara umumnya diartikan memiliki atau menguasai sebidang tanah atau wilayah tertentu.
Dengan kata lain, penguasaan atas tanah menumbuhkan kewenangan kenegaraan (teori
patrimonial) dimana struktur sosial yang dihasilkan disebut feodalisme atau landlordisme.
Negara dalam keadaan demikian disebut sebagai tanah (land). Hal ini tampak pada sebuta
England, Holland, Deutchland dll.
5. Rijk/reich
Pengertian tanah (land) berkembang lebih lanjut, yaitu bahwa tanah tersebut mendatangkan
kemakmuran atau kekayaan (reichrijk-dom), dimana negara diartikan sebagai rijk (Belanda) atau
reich (Jerman) artinya kekayaan sekelompok manusia (dinasti), misalnya Frankrijk, Oostenrijk
dll.
6. La stato, staat,state (nation-state)
Keadaan pra-liberal berakhir dengan tumbuhnya paham liberalisme yang dipelopori oleh John
Locke, Thomas Hobbes dan J.J. Rouseau.
Negara tidak lagi dipandang sebagai suatu tanah atau kekayaan (land atau reich) melainkan
sebagai suatu status hukum (staat – state), suatu masyarakat hukum (legal society) sebagai hasil
dari perjanjian masyarakat (social contract).
Jadi, negara adalah hasil dari perjanjian masyarakat, dari individu-individu yang bebas, sehingga
hak asasi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Negara.
7. Kerajaan (monarchy)
8. Negara/nagara/negeri
9. Desha, desa,desh (mis : Bangladesh)
Negara dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta (Jawa Kuno), yaitu
Nagara. Secara historis-geopolitik, keberadaan negara Inonesia bukanlah sebagai suatu bentuk
negara kecil (city state/polis) melainkan sebagai suatu archipelagic state (negara kepulauan)
yang disebut sebagai nusantara (rangkaian nusa)
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia dapat diketahui bahwa Indonesia pernah
ditata dalam bentuk kerajaan-kerajaan besar yang dikuasai oleh dinasti-dinasti (wangsa). Dua
kerajaan besar yang ada di Indonesia saat itu yang dapat disebut sebagai nagara adalah
Sriwijaya dan Majapahit, selain itu Mataram dan Demak juga dapat disebut sebagai negara.
Istilah negara pada masa itu menunjuk pada suatu pemerintahan yang berbentuk monarki atau
kerajaan.
Kerajaan-kerajaan besar tersebut selain diarahkan sebagai civitas terena (duniawi) juga
diarahkan sebagai civitas dei (keagamaan). Para raja, ratu atau sultan umumnya berkuasa secara
absolut. Dalam keadaan demikian maka tidak seluruh hak asasi rakyat terjamin secara penuh
karena masih didominasi oleh kekuasaan absolut dari raja yang masing-masing memiliki
karakter yang berbeda, ada yang bijaksana dan ada pula yang tiran.
Berdasarkan sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat negara adalah suatu
ikatan sosial atau dalam status hidup bersama sebagai komunitas politik dimana hak-hak warga
negaranya mendapatkan jaminan dari penguasa.
Secara sosiologis, hakikat suatu negara dapat dilihat sebagai :
1. Ikatan suatu bangsa
Maksudnya adalah suatu komunitas sosiologis yang hidup bersama dalam suatu wilayah,
senasib sepenanggungan dalam menjalankan hidupnya.
2. Organisasi kewibawaan
Negara sebagai organisasi yang memiliki wibawa untuk memutuskan hal-hal yang penting bagi
kehidupan bersama. Kewibawaan ini ditunjukkan dengan adanya kepatuhan komunitas untuk
melaksanakan putusan bersama tersebut.
3. Organisasi jabatan (ambten organisatie)
Negara terbagi dalam jabatan-jabatan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Organisasi ini
muncul karena organisasi kewibawaan mengasumsikan adanya jabatan-jabatan untuk
menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara bersama.
4. Organisasi kekuasaan (dwang organisatie)
Negara merupakan alat untuk menjalankan kekuasaan dalam arti luas. Kekuasaan ini dapat
memaksakan kehendak orang yang berkuasa. Oleh sebab itu banyak orang yang ingin menjadi
pejabat negara untuk memperoleh kekuasaan.
Secara yuridis, hakikat suatu negara adalah sebagai :
1. Pemilik atau penguasa atas tanah (teori Patrimonial-Feodal)
2. Pihak yang menguasai atau memerintah
3. Sebagai pelindung hak asasi manusia
Teori Perjanjian Masyarakat (Social Contract-Pactum Unionis) menempatkan hakikat negara
sebagai pelindung hak asasi manusia dimana negara merupakan pelaksana dari kehendak umum
(volente generale).
4. Penjelmaan tata hukum nasional
Hans Kelsen berpendapat bahwa hakikat negara sebagai penjelmaan tata hukum nasional,
personificatie van het rechtorde karena eksistensi negara tampak dari adanya sistem hukum yang
berlaku dalam mengatur kehidupan komunitas bangsa tersebut.
Berdasarkan pendapat para founding fathers dan framers of the constitution of the
Republic of Indonesia, hakikat Negara RI adalah sebagai :
1. Ikatan sosiologis bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku bangsa, bahasa dan
budaya.
2. Organisasi kewibawaan yang menunjukkan eksitensi pemerintahan yang secara efektif
mengambil keputusan-keputusan nasional bagi berlangsungnya kehidupan bangsa Indonesia.
3. Organisasi jabatan yang mengatur struktur jabatan-jabatan dalam pemerintahan guna
menjalankan fungsi dan tujuan negara yang telah ditetapkan dalam konstitusi.
4. Organisasi kekuasaan yang menentukan segala bentuk kekuasaan di bawahnya (forma-
formarum) dan memaksakan berlakunya norma-norma yang ada dalam masyarakat (norma-
normarum).
5. Penguasa atas cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai hajat hidup o0rang
banyak.
6. Penguasa atas bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
7. Organisasi publik yang melindungi hak asasi warga negaranya, baik di dalam maupun di luar
negeri.
8. Organisasi yang melaksanakan cita-cita hukum dalam kehidupan bernegara, menciptakan
kepastian hukum, keadilan dan kedamaian hidup warga negaranya. Dalam hal ini negara
merupakan alat untuk merealisasikan keadilan sosial.
Hal yang terpenting dari hakikat negara adalah bahwa negara merupakan alat untuk
mengantarkan bangsa Indonesia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian
hakikat negara tidak hanya untuk merealisasikan kemakmuran duniawi tetapi juga untuk
memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai ketuhanan keberagaman setiap individu dan kelompok
warga negara yang religius (teosentrism). Pelaksanaan kebebasan beragama dalam menjalankan
ajarannya dan berkelompok tertentu diperbolehkan selama bukan merupakan aliran sesat yang
akan menyesatkan umat beragama itu sendiri.
BAB IV
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
(Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates)
Teori pembenaran hukum dari negara atau teori penghalang tindakan penguasa
(Rechtvaardiging theorieen) membahas tentang dasar-dasar yang dijadikan alasan sehingga
tindakan penguasa negara dapat dibenarkan.
Keberadaan negara (existence) dapat dibenarkan berdasarkan sumber-sumber kekuasaan,
antara lain :
1. Kewenangan langsung atau tidak langsung dari Tuhan yang diterapkan dalam bentuk konstitutif
dan kepercayaan yang diformalkan dalam ketentuan negara (Teori Teokrasi).
2. Kekuatan jasmani dan rohani serta materi (finansial) yang diefektifkan sebagai alat berkuasa.
Dalam bentuk yang modern seperti kekuatan militer yang represif, kharisma para rohaniawan
yang berpolitik atau dalam bentuk money politics (Teori Kekuatan).
3. Adanya perjanjian, baik perjanjian perdata maupun publik serta adanya pandangan dari
perspektif hukum kekeluargaan dan hukum benda (Teori Yuridis).
Secara rasional, suatu pemerintahan tidak mungkin lagi menyandarkan wewenang dan
kekuasaannya atas dasar kekuatan fisik angkatan perang (militer) yang represif, mitos-mitos
feodalistik maupun teokratik. Hal-hal yang bersifat irrasional dan dipaksakan semakin lama
semakin ditinggalkan sejalan dengan perkembangan pemikiran filsafat dan politik serta
teknologi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tanpa ada legitimasi yang rasional maka suatu negara
tidak mungkin akan berjalan secara efektif.
Legitimasi atas suatu negara memegang peranan yang penting karena walaupun memiliki
kekuasaan namun suatu pemerintahan negara tidak mungkin berjalan efektif tanpa adanya
legitimasi yang penuh. Pemerintahan negara dan alat-alat perlengkapannya sebagai instrumen
penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik utama harus memiliki pembenaran atau
pendasaran yang sah (legitimasi) atas kekuasaan yang dijalankan agar ia dapat melaksanakan
fungsinya secara efektif.
1. Pembenaran Negara dari Sudut Ke-Tuhanan (TheoCratische Theorieen)
Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasa/negara selalu benar karena negara diciptakan
oleh Tuhan.
Tuhan menciptakan negara dengan dua cara, yaitu :
a. Secara langsung → cirinya adalah seseorang berkuasa karena mendapat wahyu dari Tuhan.
b. Secara tidak langsung → seseorang berkuasa karena kodrat Tuhan.
Tokoh-tokoh penganut paham ini antara lain adalah :
a. Agustinus
Agustinus dalam bukunya De Civitate Dei menjelaskan bahwa negara pada dasarnya terdiri dari
dua macam, yaitu :
1. Civitas Dei (Negara Tuhan)
Yaitu negara yang langsung dipimpin oleh Tuhan.
Negara Tuhan di dunia diwakili oleh gereja dan atau oleh kerajaan-kerajaan lain yang tunduk
pada pimpinan gereja yang otomatis tunduk pada Tuhan.
2. Civitas Terrana/Civitas Diaboli
Civitas terrana adalah negara duniawi. Menurut Agustinus, Civitas terrana disebut juga civitas
diaboli karena dibuat oleh setan.
Negara dunia hanya mengejar kepuasan duniawi sehingga menimbulkan keserakahan, kebencian,
peperangan, penderitaan dan akhirnya keruntuhan.
b. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun bukan buatan setan tetapi tetap diakui sebagai
perwujudan kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari pergaulan antara manusia yang
ditentukan oleh hukum dan tata alam. Hukum tata alam juga terjadi dari kehendak Tuhan dan
menurut hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang bergaul dan memberikan seorang pemimpin
(raja). Oleh karena itu, kekuasaan raja dalam memimpin negara juga berasal dari Tuhan.
c. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah ketertiban. Dalam negara ada tuan dan hamba,
ada yang kuat dan yang lemah, ada yang tinggi dan rendah serta ada yang kaya dan miskin. Yang
kuat berkuasa memerintah yang lemah. Hal ini merupakan kodrat alam dan itulah yang
dikehendaki dan diatur oleh Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya tidak mungkin dapat
mengubah keadaan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah asal
segala kekuasaan dan asal berdirinya negara.
d. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia berpendapat bahwa negara timbul dari takdir
ilahi. Kekuasaan dapat tampak sebagai penyusunan kekuasaan oleh manusia, baik dalam
keluarga, kelompok, suku, bangsa atau gereja. Namun, pada hakekatnya, kekuasaan terjadi
karena kehendak dan kekuasaan Tuhan. Peperangan, penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll
terjadi karena kehendak Tuhan. Selain itu, Friedrich juga berpendapat bahwa negara adalah The
March of God in the World (laku Tuhan di dunia).
2. Pembenaran Negara dari Sudut Kekuatan
Berdasarkan teori ini, siapa yang memiliki kekuatan akan mendapatkan kekuasaan dan
memegang pemerintahan.
Kekuatan tersebut meliputi :
a. Kekuatan jasmani (physic)
b. Kekuatan rohani (phychis)
c. Kekuatan materi (kebendaan)
d. Kekuatan politik.
Charles Darwin
Menurut teori evolusi Charles Darwin, bahwa kehidupan di alam semesta merupakan suatu
perjuangan untuk mempertahankan hidup, yang kuat akan menindas yang lemah. Oleh karena itu
semua orang berusaha untuk kuat dan unggul.
Semua imperium ditegakkan berdasarkan kekuasaan ini, misalnya Napoleon, Hitler, Mussolini
dan Stalin.
Leon Duguit
Pihak yang dapat memaksakan kehendaknya adalah pihak yang kuat (lesplus forts). Kekuatan
tersebut mengandung beberapa faktor, misalnya keistimewaan fisik, intelegensia, ekonomi dan
agama.
Paul Laband, George Jellineck, von Jhering
Mereka berpendapat bahwa suatu kenyataan yang wajar harus diterima bahwa kekuasaan dan
kedaulatan sepenuhnya ada di tangan negara dan pemerintahan.
Franz Oppenheimer
Dalam bukunya, Der Staat, ia berpendapat bahwa negara adalah suatu susunan masyarakat yang
oleh golongan yang menang dipaksakan kepada golongan yang ditaklukan dengan maksud
untuk mengatur kekuasaan golongan yang satu atas golongan yang lain dan melindungi terhadap
ancaman pihak lain. Tujuan dari semuanya adalah pemerasan ekonomi dari golongan yang
menang terhadap yang kalah.
3. Pembenaran Negara dari Sudut Hukum
Teori ini menyatakan bahwa tindakan pemerintah dibenarkan karena didasarkan kepada hukum.
Teori ini merinci lagi hukum ke dalam 3 jenis, yaitu :
a. Hukum Keluarga (Teori Patriarchal)
Teori patriachal berdasarkan hukum keluarga karena pada zaman dulu masyarakat masih sangat
sederhana dan negara belum terbentuk. Masyarakat hidup dalam kesatuan-kesatuan keluarga
besar yang dipimpin oleh kepala keluarga.
b. Hukum Kebendaan (Teori Patrimonial)
Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang berarti hak milik. Raja mempunyai hak milik
terhadap daerahnya, oleh karena itu semua penduduk di daerahnya harus tunduk pada raja. Raja
biasanya mendapat bantuan dari kaum bangsawan untuk mempertahankan wilayahnya. Jika
perang berakhir maka raja memberikan hak atas tanah kepada bangsawan. Hak atas tanah
berpindah dari raja kepada bangsawan sehingga para bangsawan mendapat hak untuk
memerintah (overheidsrechten).
c. Hukum Perjanjian (Teori Perjanjian)
Tokohnya antara lain adalah :
1) Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes, manusia harus selalu mempunyai kekuatan karena memiliki rasa
takut diserang oleh manusia lain yang lebih kuat. Oleh karena itu rakyat mengadakan perjanjian
dan dalam perjanjian tersebut, raja tidak diikutsertakan. Oleh karena itu raja mempunyai
kekuasaan mutlak setelah hak-hak rakyat diserahkan kepadanya (Monarchie Absoluut).
2) Jhon Locke
Rakyat dan raja mengadakan perjanjian. Oleh karena itu raja berkuasa untuk melindungi
rakyatnya. Jika raja bertindak sewenang-wenang maka rakyat dapat meminta pertanggung
jawabannya. Perjanjian antara raja dengan rakyatnya menimbulkan monarki terbatas (monarchie
constitusionil) karena kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi.
Dalam perjanjian masyarakat tersebut terdapat dua macam pactum, yaitu :
a) Pactum Uniones perjanjian untuk membentuk suatu kesatuan (kolektivitas) antara individu-
individu.
b) Pactum Subjectiones perjanjian untuk menyerahkan kekuasaan antara rakyat dengan raja.
Jhon Locke berpendapat bahwa pactum uniones dan pactum subjectiones memiliki pengaruh
yang sama kuatnya sehingga dalam penyerahan kekuasaah, raja harus berjanji akan melindungi
hak asasi rakyatnya.
Ajaran Jhon Locke hampir sama dengan ajaran Monarchemachen yaitu suatu aliran yang timbul
dalam abad pertengahan yang memberikan reaksi atas kekuasaan raja yang mutlak. Aliran
tersebut mengadakan perjanjian untuk membatasi kekuasaan raja. Hasil perjanjian tersebut
diletakkan dalam Leges Fundamentalis yang menetapkan hak dan kewajiban bagi kedua belah
pihak. Oleh karena itu ajaran Jhon Locke sering disebut sebagai warisan Monarchemachen.
3) J.J. Rousseau
Menurut Rousseau, kedaulatan dan kekuasaan rakyat tidak pernah diserahkan kepada raja. Jika
raja memerintah maka raja hanya merupakan mandataris rakyat.
Menurut Rousseau, hal yang pokok dari perjanjian masyarakat adalah menemukan suatu bentuk
kesatuan, membela dan melindungi kekuasaan bersama disamping kekuasaan pribadi dan milik
setiap orang sehingg semua orang dapat bersatu, namun setiap orang tetap bebas dan merdeka.
Rouseeau tidak mengenal adanya hak alamiah, hak dasar atau hak asasi.
Dalam perjanjian masyarakat berarti setiap orang menyerahkan semua haknya kepada
masyarakat. Akibat adanya perjanjian masyarakat adalah :
a) Terciptanya kemauan umum (Volonte Generale)
Yaitu kesatuan dari kemauan orang-orang yang telah menyelenggarakan perjanjian
masyarakat.Volonte generale merupakan kekuasaan yang tertinggi atau kedaulatan.
b) Terbentuknya masyarakat (Gemeinschaft)
Gemeinschaft merupakan kesatuan dari orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian
masyarakat. Masyarakatlah yang memiliki kemauan umum, kekuasaan tertinggi atau kedaulatan
yang tidak dapat dilepaskan yang disebut sebagai kedaulatan rakyat.
Perjanjian masyarakat telah menciptakan negara. Berarti, ada peralihan dari keadaan bebas ke
keadaan bernegara.
4. Pembenaran Negara dari Sudut Lain
a. Teori Ethis/Teori Etika
Berdasarkan teori ini, suatu negara ada karena adanya suatu keharusan susila.
Berdasarkan teori ini maka ada 3 pendapat dari para ahli ilmu negara, yaitu :
a. Plato dan Aristoteles
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia tidak akan berarti bila belum bernegara. Negara
merupakan sesuatu hal yang mutlak, tanpa negara maka tidak ada manusia. Oleh karena itu
seluruh tindakan negara dapat dibenarkan.
b. Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, tanpa adanya negara maka manusia tidak dapat tunduk pada hukum
yang dikeluarkan. Negara adalah ikatan manusia yang tunduk pada hukum, akibatnya tindakan
negara dibenarkan.
c. Wolft
Wolf berpendapat bahwa keharusan untuk membentuk negara merupakan keharusan moral yang
tertinggi.
b. Teori Absoulut dari Hegel
Menurut Hegel, tujuan manusia adalah kembali pada citacita yang abolut. Penjelmaan cita-cita
yang absolut dari manusia adalah negara. Tindakan negara dibenarkan karena negara adalah
sesuatu yang dicita-citakan oleh manusia.
c. Teori Psychologis
Teori ini menyatakan bahwa alasan pembenaran negara didasarkan pada unsur psychologis
manusia, seperti rasa takut, rasa sayang dll sehingga segala tindakan negara dapat dibenarkan.
TEORI PEMBENARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Jika dikaikan dengan Negara Keatuan Republik Indonesia, maka berdasarkan teori
legitimasi yang menjadi pembenaran (dasar pembenar) kekuasaan negara d Indonesia , yaitu :
a. Legitimasi Sosiologis
Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan negara terlihat dari kenyataan politik yang
menunjukkan adanya kekuatan kelembagaan negara yang menguasai kehidupan warga
negaranya.
Legitimasi sosiologis yang telah mengalami proses artikulatif dalam institusi-institusi politik
yang artikulatif dipahami sebagai legitimasi politik. Proses tarik menarik kepentingan antara
pihak yang berkuasa yang terwujud dalam keputusan politik dianggap telah memiliki legitimasi
politik.
b. Legitimasi Yuridis
Pembenaran dari sudut yuridis (hukum) terlihat dari adanya dasar hukum yang jelas atas
keberadaan suatu negara.
Dasar hukum dari keberadaan negara Repubik Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan. Jika
dilihat dari Teori Kontrak maka proklamasi merupakan Unilateral Contract yang mendapat
pengakuan dari dunia internasional. Karena sudah mendapat pengkuan dari dunia internasional
maka negara Republik Indonesia merupakan subjek hukum internasional yang memiliki hak dan
kewajiban tertentu sebagai anggota masyarakat hukum internasional.
Keberadaan konstitusi negara yaitu UUD 1945 menegaskan dasar yuridis eksistensi
ketatanegaraan sebagai komunitas politik yang mandiri, tidak berada di bawah kedaulatan
negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan secara politis dan sosiologis. Selain itu,
keberadaan unsur-unsur negara menjadi dasar legitimasi de jure bagi Republik Indonesia.
c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa
pembentukan negara merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk mewujudkan cita-cita
tertinggi dari manusia dalam suatu lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi norma
moral, bukan dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan pula atas dasar
ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir dari kemauan dan kemampuan pihak
penguasa. Walaupun suatu pemerintahan memiliki banyak legitimasi sebagai dasar
kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis yang berpihak pada kepentingan kepentingan
kemanusiaan maka pemerintahan tersebut pasti akan dijatuhkan, baik melalui pemberontakan
sosial, demonstrasi people power, revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui
mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara merupakan cita-cita manusia yang
membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan negara dimaksudkan untuk
merealisasikan tujuan etis secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara seharusnya berdiri tergak di atas
legitimasi yang kokoh, di atas seluruh legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis, sosiologis
(mendapat pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku sebagai hukum positif dalam format
yuridis ketatanegaraan tertentu) namun juga etisfilosofis.
Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau lembaga yang memiliki
legitimasi tersebut tidak memiliki kecakapan (skill) yang cukup untuk mengelola negara secara
keseluruhan. Oleh karena itu legitimasi harus pula diikuti oleh capability dan capacity untuk
mengimplementasikan program yang langsung menyentuh rakyat karena pada dasarnya
rakyatlah pemegang legitimasi yang tertinggi. Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan
ukuran utama untuk menilai kemampuan legitimasi pemerintahan suatu negara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah (legitimated) tidak selalu berbanding
lurus dengan kecakapan pemerintahannya. Pemerintah yang sah (legitimated government) tidak
selalu cakap dalam mengelola negara.
Keberadaan negara dibenarkan sebagai perpanjangan tangan dari kekuasaan Tuhan yang
memerintahkan hambanya agar hidup teratur dalam mengabdi kepada-Nya. Bernegara
merupakan manifestasi pengabdian hamba terhadap Khaliqnya. Pandangan ini umumnya disebut
teokratis. Namun sebenarnya lebih tepat teosentris (berorientasi kepada Tuhan) sebagai wujud
bangsa yang religius.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan negaranya sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa
(Pembukaan UUD 1945 : ”Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa...”)
Bangsa Indonesia menyadari bahwa Tuhan telah memberikan rahmat dan berkahnya bagi
bangsa Indonesia, dan hal ini merupakan wujud legitimasi teologis.
BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA
Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses dengan dipenuhinya
satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada akhirnya seluruh unsur terpenuhi. Dengan
dipenuhinya seluruh unsur tersebut maka kapasitas negara sebagai entitas politik tidak
diragukan lagi sebagai subjek hukum (legal entity). Dalam hukum internasional disebut sebagai
subjek hukum internasional yang berkapasitas penuh dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas tentang terjadinya negara
yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4 phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang menggabungkan dirinya untuk
kepentingan bersama dan disadarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan dipilih secara Primus Inter Pares (yang
terkemuka diantara yang sama).
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
b. Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan diri tersebut telah sadar akan hak
milik atas tanah sehingga kemudian muncul tuan-tuan tanah yang berkuasa atas tanah dan
orang-orang yang menyewa tanah. Hal ini menimbulkan sistem feodalisme .
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur wilayah.
c. Phase Staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak memiliki negara menjadi memiliki negara.
Pada fase ini yang terpenting adalah bahwa ketiga unsur dari negara (bangsa, wilayah dan
pemerintahan yang berdaulat) telah terpenuhi.
d. Phase nation state
Pada fase ini rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi.
Fase ini dapat dibagi dua lagi,yaitu :
1) Phase democratsiche Natie
Democratische Natie terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan adanya
kedaulatan di tangan rakyat.
2) Phase Dictatuur (dictum)
Ada 2 pendapat mengenai fase dictatuur, yaitu :
a) Menurut pendapat para sarjana Jerman, bentuk diktator merupakan perkembangan lebih lanjut
dari democtatische natie.
b) Menurut pendapat sarjana lainnya, dictatuur merupakan penyelewengan dari democratische
natie.
2. Terjadinya Negara Secara Sekunder (Scundaire Staats Wording)
Teori terjadinya negara secara sekunder membahas terjadinya negara dihubungkan dengan
negara-negara yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan teori ini,yang terpenting adalah adanya
pengakuan (erkening).
Pengakuan (erkening) dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Pengakuan De Facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan yang bersifat sementara terhadap terbentuknya suatu
negara baru. Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya memang telah terbentuk suatu negara
baru namun apakah terbentuknya negara baru tersebut telah melalui prosedur hukum atau tidak
masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu pengakuan yang diberikan masih
bersifat sementara. Pengakuan de facto dapat meningkat kepada pengakuan de jure jika
ternyata terbentuknya negara baru tersebut memang telah melalui prosedur hukum yang
sebenarnya.
b. Pengakuan De Jure (Pengakuan Yuridis)
Pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap terhadap timbulnya
suatu negara baru karena terbentuknya negara baru tersebut berdasarkan hukum.
c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto adalah pengakuan hanya terhadap pemerintahan
suatu negara sedangkan wilayahnya tidak diakui.
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu negara adalah pemerintahan, wilayah dan rakyat.
Dengan demikian jika yang ada hanya pemerintahannya maka itu bukanlah negara karena tidak
seluruh unsurnya terpenuhi.
Suatu negara, selain dapat terbentuk atau timbul juga dapat runtuh atau lenyap. Runtuh
atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Hilangnya negara karena faktor alam.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam. Alam menyebabkan wilayah
suatu negara menjadi hilang lenyap. Misalnya : negara Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.
2. Hilangnya negara karena faktor sosial.
Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu negara yang semula ada dan diakui
oleh negara lain tetapi hilang karena factor social. Factor social tersebut diantaranya adalah :
a. Penaklukan
b. Revolusi (kudeta yang berhasil)
c. Perjanjian
d. Penggabungan.
Teori terjadinya negara, baik terjadinya Negara secara primer maupun sekunder
berhubungan erat dengan syarat keberadaan sebuah negara. Syarat adanya entitas hegara harus
memenuhi unsur-unsur primer dan sekunder.
1. Unsur primer, meliputi :
a. Penduduk (rakyat)
b. Wilayah
c. Pemerintahan
Unsur-unsur primer ini harus dipenuhi untuk eksistensi negara. Tanpa adanya unsur primer
maka tidak mungkin ada negara.
2. Unsur sekunder
Unsur sekunder adalah pengakuan. Unsur ini merupakan unsur tambahan yang akan menguatkan
keberadaan suatu negara dalam masyarakat hukum internasional. Negara yang baru muncul
dalam komunitas hukum internasional memerlukan pengakuan dari negara lain atas eksistensinya
sebagai suatu negara.
Walaupun merupakan unsur tambahan namun pengakuan juga akan menentukan secara
signifikan kelanjutan hidup suatu negara. Seperti halnya manusia, negara juga tidak akan bisa
hidup tanpa adanya hubungan dengan manusia atau negara lain. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi keperluan hidupnya, bertukar kebudayaan dan teknologi etc.
TERJADINYA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Jika dikaitkan dengan teori terjadinya Negara, maka terjadinya Negara Republik
Indonesia secara teoritis-historis telah memenuhi unsur primer dan sekunder.
Pada awalnya komunitas suku bangsa di Indonesia hidup dalam suatu bentuk kelompok-
kelompok kekeluargaan (genossenschaft-gemeinschaft). Kemudian muncul wilayah-wilayah
yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan kecil dan kerajaan-kerajaan besar yang memiliki
kekayaan yang luar biasa (reick, rijk). Kemudian kelompok-kelompok kehidupan bersama di
nusantara ini memunculkan kesadaran bersama sebagai bangsa melalui Kongres Pemuda 1928.
hal ini merupakan embrio dalam memasuki tahap bangsa-bangsa (staat--state). Tahap
selanjutnya adalah terbentuknya suatu nation-state dimana rakyat Indonesia memegang
kekuasaan tertinggi dan memiliki kedaulatan (rakyat berdaulat-democratische natie)
Melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan perjuangan panjang
Perjanjian Linggarjati, Roem-Royen, KMB dan diplomasi internasional. Kemudian pada
akhirnya Negara Republik Indonesia diakui keberadaannya sebagai subjek hukum internasional
yang baru, sebagai negara baru yang sederajat dengan negara lainnya dalam komunitas
internasional.
Demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto merupakan
pemerintahan yang dictatuur-dictatorship. Bentuk ini tidak dianggap sebagai perkembangan
selanjutnya dari democratische natie tetapi merupakan anomalia sejarah dan merupakan bentuk
penyimpangan atau penyelewengan kedaulatan rakyat. The rule of law and the people
menyimpang menjadi the rule of man. Bentuk akhir yang hingga saat ini terus diperjuangkan
adalah bentuk Negara hukum yang demokratis.
BAB VI
TEORI TUJUAN NEGARA
(Die Lehren vom Zweck des Staates)
Setiap negara pasti memiliki tujuan tertentu yang berbeda antara satu negara dengan
negara lainnya. Para ahli ilmu negara sebagian berpendapat bahwa tujuan negara dihubungkan
dengan tujuan akhir manusia dan ada pula yang menghubungkan antara tujuan negara dengan
kekuasaan.
Tujuan negara menurut pendapat para ahli, antara lain adalah :
1. Hegel
Menurut Hegel, negara mempunyai kemampuan sendiri dalam mengejar pelaksanaan idee
umum. Oleh karena itu tujuan negara adalah negara itu sendiri. Negara memelihara dan
menyempurnakan diri sendiri. Kewajiban tertinggimanusia adalah menjadi warga negara sesuai
dengan undang-undang.
Hegel menciptakan teori dialektika : melalui tese, antitese dan sintese lahir dan timbullah
kemajuan.
2. Agustinus
Menurut Agustinus, tujuan negara dihubungkan dengan cita-cita manusia hidup di alam yang
kekal yaitu sesuatu yang diinginkan Tuhan.
3. Shang Yang
Shang Yang menghubungkan tujuan negara dengan mencari kekuasaan semata sehingga negara
identik dengan penguasa.
4. John Locke
Menurut John Locke, pembentukan political or civil society menyebabkan manusia tidak
melepaskan hak asasinya.
Tujuan negara adalah memelihara dan menjamin hak asasi,yaitu :
a. Hak hidup/nyawa (leven)
b. Hak atas badan (lijf)
c. Hak atas harta benda (vermogen)
d. Hak atas kehormatan (eer)
e. Hak kemerdekaan (vrij heid)
5. Rousevelt
Rousevelt membagi hak kemerdekaan ke dalam :
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
6. Mahatma Gandhi
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
7. Soekarno
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
f. Freedom to be free
8. Kaum dikatator
Kaum dikatator menganut paham bahwa negara merupakan tujuan. Warga negara harus
mengorbankan apapun yang diperintahkan pemegang kuasa. Jadi penjelmaannya adalah negara
kekuasaan.
9. Zaman modern
Umumnya, pada zaman modern, tujuan negara adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan
kebahagiaan rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Tujuan suatu negara dapat dibedakan berdasarkan filosofi, situasi-kondisi dan sejarah
dari negara yang bersangkutan. Secara garis besar, teori tujuan negara membagi arah tujuan
negara menjadi tiga, yaitu :
1. Mencapai kekuasaan politik
Negara identik dengan penguasa. Oleh sebab itu tujuan negara adalah membangun kekuasaan
secara efektif. Penguasa (pemerintah) menggunakan kekuasaannya untuk memaksakan
kepentingannya. Setiap penguasa selalu ingin mempertahankan, memperkuat dan memperluas
kekuasannya. Setelah memiliki kekuasaan yang kuat (langgeng-absolut) maka penguasa menjadi
korup, tiran dan despotik (semena-mena dan kejam).
Lord Acton berpendapat bahwa karakter kekuasaan yang demikian adalah: Power tends to
corrupt; absolute power corrupts absolutely.
2. Mencapai kemakmuran material
Negara bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran atau kesejahteraan material karena negara
sebagai organisasi masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan materialnya secara
terstruktur melalui pemerintahan yang ada.
Dalam ilmu negara umum, tujuan negara untuk mencapai kemakmuran melahirkan tipikal
negara yang berbeda, yaitu :
a) Polizei Staat → negara yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran bagi raja/negara.
b) Formele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai kemakuran individu.
c) Materiele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai kemakmuran rakyat (Social Service
State – negara kesejahteraan).
3. Mencapai kebahagiaan akhirat (konsep eksatologis → eksatologis : akhir zaman)
Negara memberikan fasilitas kepada rakyatnya agar dapat bebas melaksanakan kaidah
agamanya untuk mempersiapkan kehidupan sesudah kematian (life after death).
Penguasa negara berpendapat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat
adalah kehidupan yang abadi. Oleh karena itu seluruh warga negara harus mempersiapkan
dirinya untuk ”kehidupan yang sesungguhnya”. Negara harus mengarahkan warga negranya agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu dan berteknologi.
Konsekuensi logisnya negara melarang adanya kegiatan yang bertentangan dengan norma/kaidah
agama (nilai-nilai ketuhanan).
TUJUAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Tujuan hakiki dari negara Republik Indonesia termuat dalam alinea ke-4 Pembukaan
UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai ketuhanan (kemerdekaan, perdamaian abadi)
Negara mengarahkan warga negaranya untuk selamat di dunia dan akhirat sesuai dengan
keyakinan agamanya. Negara juga harus sepenuhnya memberikan kebebasan warga negaranya
untuk melaksanakan ajaran agamanya dan membuat hukum nasional yang mendukung ajaran
agama yang dianut oleh warganegaranya.
Negara mengatasi pertikaian yang mungkin muncul melalui mufakat lintas agama, ras dan antar
golongan. Negara melarang kegiatan yang bertentangan nilai-nilai ketuhanan. Hal ini
merupakan konsekuensi logis dari negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Mencapai kemanusiaan univesalitas yang melindungi segenap bangsa dan melaksanakan
ketertiban dunia
Negara harus mewujudkan kehidupan yang manusiawi, adil dan beradab yang berkorelasi positif
dengan upaya perlindungan hak asasi manusia.
Tujuan ini menjadi tugas inti dari negara, yaitu melindungi nilai-nilai kemanusiaan (tidak hanya
bagi warga negaranya tetapi juga bagi seluruh umat manusia).
Kemanusiaan harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Kemanusiaan juga
harus didasarkan pada pembentukan masyarakat yang beradab (civilized society) sebagaimana
yang dikonstruksikan dalam masyarakat madani (civil society)
3. Mencapai kesatuan bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Mencapai kesatuan sebagai suatu nation state yang komprehensif. Kesatuan komunitas yang
sadar dalam lokalitas dan globalitas kemanusiaan. Nasionalisme yang rasional dan humanisme
yang religius. Pemerintah dibentuk untuk menyadari cita-cita tersebut sehingga rakyat cerdas
dan memahami hidupnya dan dapat menjalani hidupnya dengan baik.
4. Mencapai kerakyatan hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
Mencapai kerakyatan dimaksudkan sebagai kolektivitas yang melaksanakan aspirasi rakyat
dengn tuntutan hikmah kebijaksanaan. Konkretnya melalui lembaga permusyawaratan (MPR)
dan lembaga perwakilan (DPR dan DPD).
Demokrasi Indonesia berkaitan secara menyeluruh dengan sila-sila lainnya dalam Pancasila.
5. Mencapai keadilan sosial (memajukan kesejahteraan umum)
Mencapai keadilan sosial merupakan tugas negara untuk memberikan kemakmuran ekonomi dan
kesejahteraan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi negara dikonstruksikan dalam penataan keadilan sosial. Kemakmuran material
harus dicapai melalui penataan keadilan. Keadilan harus lebih diutamakan daripada keadilan.
Keadilan tanpa kemakmuran lebib berarti daripada sebaliknya. Negara harus menjadi alat untuk
mencapai keadilan. Keadilan akan menyelamatkan seluruh warga negara.
BAB VII
TEORI TIPE-TIPE NEGARA
Teori tipe-tipe negara bermaksud membahas tentang penggolongan negara didasarkan
pada ciri-ciri khas yang ada pada suatu negara. Berdasarkan sejarah teori kenegaraan Eropa
Barat maka pembagian tipe-tipe negara secara kronologis adalah sebagai berikut :
1. Tipe Negara Menurut Sejarah
a. Tipe Negara Timur Purba (Alt Orientalische Staaten)
Negara Timur Purba bertipe tirani dimana raja berkuasa mutlak.
Ciri-ciri negara Timur Purba adalah :
1) Bersifat terokratis/theocraties (keagamaan)
Negara teokrasi adalah negara yang hanya mendasarkan satu agama saja dalam negaranya.
Negara teokrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Teokrasi langsung → raja dianggap juga sebagai Tuhan atau dewa oleh warganegaranya.
b) Teokrasi tidak langsung
2) Pemerintahan bersifat absolut.
b. Tipe Negara Yunani Kuno
Pada intinya, tipe negara Yunani Kuno :
1) Adanya negara kota (polis/city state)
a) Besarnya negara kota hanya sebesar kota yang dilingkari benteng pertahanan.
b) Jumlah penduduknya sedikit, hanya sekitar 300 ribu penduduk.
1) Demokrasi langsung.
Dalam pelaksanaan demokrasi langsung, rakyat diberi pelajaran ilmu pengetahuan
(encyclopaedie). Pemerintahan berjalan dengan mengumpulkan rakyat di suatu tempat yang
disebut acclesia. Dalam rapat dikemukakan kebijaksanaan pemerintah dan rakyat ikut
memecahkan masalah. Pemerintahan selalu dipegang oleh ahli-ahli filsafat.
Dalam negara Yunani Kuno demokrasi dapat dilaksanakan secara langsung, hal ini disebabkan
karena :
a) Wilayahnya tidak terlalu luas
b) Jumlah penduduk yang masih sedikit, dan dari jumlah yang sedikit tersebut hanya warga polis
saja yang berhak ikut demokrasi, para pedagang dari luar polis dan budak belian tidak
mempunyai hak untuk ikut melaksanakan demokrasi.
c. Tipe Negara Romawi
Tipe negara Romawi adalah Imperium. Yunani sendiri kemudian menjadi negara jajahan
Romawi.
Ciri tipe negara Romawi Kuno adalah :
1) Primus inter pares (yang terkemuka diantara yang sama)
2) Adanya raja-raja yang absolut (Caesar)
Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar yang menerima seluruh kekuasaan dari rakyat
(Caesarismus). Pemerintahan Caesar adalah mutlak atau absolut.
3) Adanya kodifikasi hukum.
Undang-undang di Romawi dinamakan Lex Regia.
d. Tipe Negara Abad Pertengahan
Ciri khas tipe negara pada abad pertengahan adalah :
1. Teokratis
2. Feodalisme
3. Dualisme dalam bernegara, yaitu dualisme (pertentangan) antara:
a) Penguasa dengan rakyat.
b) Pemilik dan penyewa tanah (yang menyebabkan timbulnya feodalisme).
c) Negarawan dan gerejawan (yang menimbulkan sekularisme).
Akibat adanya dualisme ini timbul keinginan dari rakyat untuk membatasi hak dan kewajiban
raja dan rakyat. Hal ini dikemukakan oleh aliran monarchomachen (golongan anti raja yang
mutlak). Perjanjian yang mereka sepakati diletakkan dalam leges fundamentalis yang berlaku
sebagai undang-undang.
e. Tipe Negara Modern
Ciri-ciri negara modern adalah :
1. Berlakunya asas demokrasi
Kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi menggunakan sistem dan lembaga perwakilan.
2. Dianutnya paham negara hukum
3. Susunan negaranya adalah kesatuan.
Di dalam satu negara hanya ada satu pemerintahan,yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai
wewenang tertinggi.
2. Tipe Negara Ditinjau Dari Sisi Hukum.
Jika ditinjau dari sisi hukum maka penggolongan tipe negara didasarkan pada hubungan antara
penguasa dan rakyat. Tipe negara dapat dibedakan dalam :
a. Tipe Negara Policie (Polizei Staat)
Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib, dengan kata lain negara penjaga malam.
Pemerintahan bersifat monarchi absolut.
Pengertian policie mencakup dua arti, yaitu :
1) Penyelenggara negara positif (bestuur)
2) Penyelenggara negara negatif (menolak bahaya yang mengancam negara)
b. Tipe Negara Hukum (Rechstaats)
Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari rechstaat. Istilah rechtstaat mulai populer di
Eropa sejak abad XIX. Konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme.
Ciri-ciri rechtstaat adalah :
1) Adanya UUD atau Konstitusi yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa
dengan rakyat.
2) Adanya pembagian kekuasaan negara.
3) Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa ide pokok dari rechstaat adalah adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia yang bertumpu pada prinsip kebebasan dan
persamaan. Adanya pembagian kekuasaan bertujuan untuk menghindari penumpukan kekuasaan
dalam satu tangan yang cenderung akan disalahgunakan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, negara hukum berarti suatu negara yang di dalam wilayahnya
adalah :
1) Semua alat-alat perlengkapan negara dalam tindakannya baik terhadap warganegara maupun
dalam hubungannya dengan alat-alat perlengkapan yang lain tidak boleh sewenang-wenang dan
harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Semua penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan hukum yang
berlaku.
Jika dilihat dari segi ilmu politik, Franz Magnis Suseno mengambil 4 ciri negara hukum yaitu :
1) Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku.
2) Kegiatan negara berada di bawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif.
3) Berdasarkan sebuah UUD yang menjamin HAM.
4) Menurut pembagian kekuasaan.
Salah satu asas penting dalam negara hukum adalah asas legalitas. Substansi dari asas legalitas
adalah menghendaki agar setiap tindakan badan/pejabat administrasi harus berdasarkan undang-
undang. Tanpa dasar undang-undang maka badan/pejabat administrasi tiak berwenang
melakukan suatu tindakan yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan hukum warga
negaranya.
Asas legalitas berkaitan erat dengan dua gagasan, yaitu :
1) Gagasan demokrasi
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk undang-undang dan berbagai keputusan
mendapat persetujuan dari wakil rakyat.
2) Gagasan negara hukum.
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus
didasarkan pada undang-undang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat yang
tertuang dalam undang-undang.
Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya mewujudkan paham kedaulatan hukum
dan paham kedaulatan rakyat yang berdasarkan prinsip-prinsip monodualistis yang sifat
hakikatnya konstitutif.
Menurut Indroharto, penerapan asas legalitas akan menunjang berlakunya kepastian hukum dan
berlakunya persamaan perlakuan.
Ada tiga bentuk tipe negara hukum :
1) Tipe Negara Hukum Liberal
Tipe negara ini menghendaki agar negara berstatus pasif, artinya adalah bahwa warga negara
harus tunduk pada peraturan-peraturan negara. Penguasa dalam bertindak harus sesuai dengan
hukum. Kaum liberal menghendaki agar antara penguasa dan rakyat harus ada persetujuan
dalam bentuk hukum.
2) Tipe Negara Formil
Yaitu negara hukum yang mendapat pengesahan dari rakyat. Segala tindakan penguasa
memerlukan suatu bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan undang-undang. Negara hukum
formil disebut pula sebagai negara demokratis yang berlandaskan negara hukum.
Menurut Stahl, negara hukum formil harus memenuhi empat unsur,yaitu :
a) Harus ada jaminan terhadap hak asasi manusia
b) Adanya pemisahan kekuasaan
c) Pemerintahan didasarkan pada undang-undang
d) Harus ada peradilan administrasi.
3) Tipe Negara Hukum Materiil
Negara hukum materiil merupakan perkembangan lebih lanjut dari negara hukum formil. Jika
pada negara hukum formil tindakan penguasa harus berdasarkan undang-undang (asas legalitas)
maka dalam negara hukum materiil untuk kepentingan warga negara dalam hal keadaan yang
mendesak maka penguasa dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang (asas
opportunitas).
c. Tipe Negara Kemakmuran
Pada tipe negara kemakmuran,negara mengabdi sepenuhnya kepada masyarakat. Dalam negara
kemakmuran, negara merupakan satu-satunya alat untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat.
Negara aktif menyelenggarakan kemakmuram untuk kepentingan seluruh rakyat dan negara.
Jadi, pada tipe negara ini maka tugas negara semata-mata adalah menyelenggarakan
kemakmuran untuk rakyat semaksimal mungkin.
TIPE NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Dalam sejarah teori ketatanegaraan tersebut kita dapat menemukan tipe negara modern
yaitu adanya demokrasi perwakilan dan merupakan bangunan negara hukum yang demokratis.
Bentuk negara hukum yang demokratis (democratische-rechstaat/welfare state) menjadi cita-
cita seluruh negara modern saat ini.
Berdasarkan karakteristik tipe negara tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa
Negara Republik Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara modern. Konstitusi negara
Republik Indonesia yang telah diamandemen dalam Pasal 1 ayat (1,2 dan 3) telah dengan jelas
menyebutkan karakteristik cita-cita negara modern tersebut, yaitu :
Pasal 1 UUD 1945
(1) Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Selain itu, alasan bahwa Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara modern adalah
sebagai berikut :
1. Negara RI tidak memiliki ciri-ciri seperti yang terdapat dalam tipe negara Timur
Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno dll yang berciri teokrasi, absolut, negara kota dengan
demokrasi langsung, kerajaan yang absolut atau feodalistis.
2. Konstitusi negara RI baik sebelum maupun setelah amandemen telah mencanangkan
adanya demokrasi perwakilan dan berupaya menciptakan bangunan negara hukum yang
demokratis.
Pemilihan presiden secara langsung dalam sistem pemilu di Indonesia tidak berarti bahwa kita
melaksanakan demokrasi secara langsung. Wujud demokrasi langsung yang sesungguhnya
adalah dengan sistem referendum dimana rakyat terlibat secara langsung dan merupakan subjek
yang langsung memutuskan berbagai kebijakan.
Dalam sistem pemilu di Indonesia, rakyat memilih presiden secara langsung namun presiden
yang nanti terpilihlah yang bertindak sebagai eksekutif yang akan memutuskan kebijaksanaan
yang akan dijalankan dalam pemerintahan. Oleh karena itu lebih tepat jika Indonesia
menjalankan demokrasi perwakilan atau menjalankan republik.
3. Negara RI mensyaratkan rakyat untuk pada hukum dan nilai-nilai Ketuhanan yang
dianutnya. Hal ini memunculkan konsep bahwa negara kita berciri negara nomokratis yaitu
nomokratis Pancasila. Nomokratis → nomoi (hukum) dan kratein (pemerintahan atau
kekuasaan).
Penegasan Indonesia sebagai negara hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
Amandement yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi dari negara hukum
adalah bahwa seluruh sikap, kebijakan, perilaku alat negara dan penduduk harus berdasar dan
sesuai hukum. Dalam negara hukum, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam
penyelenggaraan negara.
Dengan demikiran dapat disimpulkan bahwa dalam teori tipe-tipe utama negara yang
berkembang dalam sejarah kita dapat mengetahui bahwa negara RI dikonstruksikan untuk
menjadi negara modern, yaitu negara hukum yang demokratis dan merupakan nomokrasi
Pancasila.
BAB VIII
TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN
A. BENTUK NEGARA
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara keseluruhan, mengenai
struktur negara yang meliputi segenap umsur-unsurnya, yaitu daerah, bangsa dan pemerintahan.
Bentuk negara melukiskan dasar negara, susunan dan tata tertib suatu negara berhubungan
dengan organ tertinggi di negara itu itu dan kedudukan masing-masing organ dalam kekuasaan
negara. Teori bentuk negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari unsur-unsur
negara.
1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang dikepalai oleh seorang raja,
bersifat turun temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara monarki
dapat berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum dijajah Inggris), Syah (Syah Iran) dan
Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana raja mempunyai kekuasaan dan
wewenang mutlak dan tidak terbatas.
Misalnya :
1) Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2) Spanyol di bawah Raja Philip II
3) Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan undang-undang).
Yaitu suatu negara monarki dimana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi/UUD.
Misalnya :
1) Kerajaan Inggris dengan konstitusinya yang bersumber pada kebiasaan (konvensi).
b) Monarki Parlementer
Yaitu suatu monarchi dimana terdapat suatu parlemen dimana para menteri bertanggung jawab
sepenuhnya.
Contoh : Kerajaan Belanda.
2. Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai
kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu (Di AS, presiden
menjabat selama 4 tahun dan di Indonesia selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik Indonesia, Republik Filipina,
Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
a. Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung (system referendum) → Yunani Kuno
dan Romawi Kuno.
b. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat (system parlementer) → Republik
Indonesia pada saat berlakunya UUD 1950.
c. Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system presidensil) → Republik Indonesia.
Pendapat beberapa ahli tentang bentuk negara adalah sebagai berikut :
1. Niccolo Machiavelli
Dalam bukunya Il Principe (Sang Raja), Niccolo Machiavelli menyatakan bahwa bentuk negara
adalah republik dan monarki.
2. Jellinek
Dalam bukunya Algemeine Staatslehre, Jellinek membedakan bentuk negara monarki dan
republik berdasarkan pembenukan kemauan negara.
Bila pembentukan kemauan negara ditentukan oleh seorang saja maka bentuk negaranya
adalah monarki. Sedangkan jika kemauan negara ditentukan oleh lebih dari satu orang maka
negara yang terbentuk adalah republik.
Namun, jika bertitik tolak pada pendapat Jellinek, maka negara Inggris, Swedia, Norwegia,
Denmark, Nederland dan Belgia harus dikategorikan sebagai negara republik sebab negara-
negara tersebut terbentuk karena kemauan orang banyak, namun kenyataannya menurut HTN,
negara-negara tersebut berbentuk monarki.
Dengan demikian, alasan Jellinek kurang dapat diterima.
3. Leon Duguit
Dalam bukunya, Traitede Droit Constitutionel, ia berpendapat bahwa untuk menentukan apakah
suatu negara berbentuk republik atau monarki adalah dengan menggunakan ’cara
penunjukkan/pengangkatan kepala negara’.
Jika kepala negara diangkat berdasarkan keturunan maka bentuk negaranya adalah monarki.
Sedangkan jika kepala negara diangkat berdasarkan pemilihan maka bentuk negaranya adalah
republik.
4. Otto Koellreuter
Otto menggunakan ukuran kesamaan dan ketidaksamaan dalam membedakan bentuk negara.
Sebenarnya ia setuju dengan Duguit tetapi karena ia seorang fasis Jerman,maka Ia membagi
negara ke dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Monarki
Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu dinasti, dimana kepala negara diangkat
berdasarkan keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa pada dasarnya adalah
ketidaksamaan karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara.
b. Republik
Bentuk republik didasarkan pada asas kesamaan, kepala negara diangkat berdasarkan kemauan
orang banyak dan setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara. Kepala
negara dalam negara republik tidak diangkat berdasarkan keturunan atau kepribadian melainkan
karena kemauan rakyat secara politis dan kenegaraan.
c. Autoritaren Fuhrerstaat
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas dasar pikiran bahwa yang dapat
berkuasa disebut ’ger Gedanken der staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah ketidaksamaan. Namun, asas
ketidaksamaannya berbeda dengan monarki. Asas ketidaksamaan dalam monarki bertitik tolak
pada keturunan atau dinasti. Sedangkan pada Autoritaren Fuhrerstaat, ketidaksamaannya
bertitik tolak pada pikiran yang dapat menguasai negara.
5. Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan ukuran kuantitas untuk bentuk ideal dan
ukuran kualitas untuk bentuk pemerosotan.
Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :
a. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk negaranya adalah
monarki, jika merosot dimana ia memerintah berdasarkan kepentingan sendiri maka bentuknya
adalah diktatur atau tirani.
b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk kepentingan orang banyak maka bentuk
negara tersebut adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi adalah jika beberapa
orang memerintah untuk kepentingan golongan sendiri maka bentuk negara menjadi oligarkhi,
sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya maka dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya dipegang oleh beberapa orang, biasanya
dari golongan feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat dibedakan berdasaran:
1) Kelahiran (kebangsawanan)
2) Umur
3) Hak milik atas tanah
4) Kekayaan
5) Kerajinan
6) Pendidikan
7) Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang pula maka bentuk
negaranya adalah politiea. Jika merosot menjadi perwakilan maka bentuk negaranya dinamakan
demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal sedangkan bentuk pemerosotannya adalah
ochlocratie atau mobocratie.
Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratein (kekuasaan).
Demokrasi adalah suatu negara dengan pemerintahan yang tertinggi terletak di tangan rakyat dan
setiap gerak langkah negara ditentukan oleh rakyat.
Syarat-syarat demokrasi antara lain adalah :
Macam-macam bentuk demokasi adalah :
a. Demokrasi Langsung
Yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara ikut secara langsung memilih serta ikut
memikirkan jalannya pemerintahan.
Misalnya : Yunani Kuno, New England.
b. Demokrasi Perwakilan
Yaitu suatu negara demokrasi dimana tidak semua warga negaranya diikutsertakan secara
langsung dalam pemerintahan tetapi mereka memilih wakil-wakil mereka yang duduk dalam
badan-badan perwakilan (parlemen).
Misalnya : USA dengan parlemennya, Indonesia dengan DPR-nya.
7. C.F. Strong
Ia mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk negara, yaitu :
a. Melihat negara tersebut, bagaimana bangunannya, apakah kesatuan atau negara
serikat.
b. Melihat bagaimana konstitusinya.
c. Melihat badan eksekutifnya, apakah bertanggung jawab kepada parlemen atau
tidak.
d. Mengenai badan perwakilan, bagaiaman disusunnya dan siapa saja yan berhak
duduk di badan perwakilan tersebut.
e. Bagaimana hukum yang berlaku di negara tersebut.
B. BENTUK PEMERINTAHAN
Teori mengenai bentuk pemerintahan meninjau bentuk negara secara yuridis. Bermaksud
untuk mengungkapkan sistem yang menentukan hubungan antara alat-alat perlengkapan negara
dalam menentukan kebijakan negara. Hal ini dapat ditemui dalam konstitusi negara.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional baik diantara bagian-bagian maupun hubungan fungsional
terhadap keseluruhannya. Sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan
antara bagian-bagian. Akibatnya, jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan
mempengaruhi keseluruhannya.
2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem pemerintahan pada dasarnya adalah
membicarakan bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-lembaga negara
menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu, dalam rangka menyelenggarakan kepentingan
rakyat.
Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam :
1. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan antara eksekutif dan
legislative (badan perwakilan) mempunyai hubungan yang erat. Hal ini disebabkan karena
adanya pertanggungjawaban para menteri kepada parlemen. Setiap kabinet yang dibentuk harus
mendapat dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan demikian
kebijakan parlemen atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh
parlemen.
Ciri-ciri umum dari sistem pemerintahan parlementer adalah :
a. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dibentuk oleh atau atas dasar kekuatan dan atau
kekuasaan-kekuasaan yang menguasai parlemen.
b. Para kabinet mungkin seluruhnya atau para anggota kabinet mungkin seluruh anggota parlemen,
atau tidak seluruhnya dan mungkin pula seluruhnya bukan anggota parlemen.
c. Kabinet dengan ketuanya (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran PM dapat membubarkan kabinet.
e. Kekuasaan kehakiman secara prinsipil tidak digantungkan kepada lembaga eksekutif dan
legislatif.
2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan
perwakilan rakyat. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya diangkat olehnya
dan bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus merupakan kepala negra (lambang negara)
dengan masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.
b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih. Oleh karena itu
ia bukan bagian dari badan legislatif seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif dan tidak dapat dijatuhkan oleh badan
legislatif. Sebaliknya, Presiden tidak dapat membubarkan legislatif.
d. Komparasi Sistem Pemerintahan Parlementer dengan Sistem Pemerintahan Presidensiil
Perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut disebabkan karena perbedaan latar
belakang sejarah politik masing-masing negara. Secara umum perbedaan diantara dua sistem
pemerintahan tersebut adalah:
Sistem Pemerintahan
Parlementer
Sistem Pemerintahan
Presidensiil
1. Latar Belakang Timbulnya
Timbul dari bentuk negara monarki
yang kemudian mendapat pengaruh
dari pertanggungjawaban menteri.
Raja berfungsi sebagai faktor
stabilisasi jika terjadi perselisihan
antara eksekutif dan legislatif.
Misalnya : kerajaan Inggris, Belanda,
Perancis.
2 Keuntungan
Penyesuaian antara pihak eksekutif
dan legislatif dapat lebih mudah
dicapai.
3. Kelemahan
1. Latar Belakang Timbulnya
Timbul dari keinginan untuk melepaskan
diri dominasi kekuasaan raja dengan
mengikuti ajaran Montesquieu dengan
ajaran Trias Politika.
Misalnya : negara USA timbul sebagai
reaksi kebencian terhadap raja George III
(Inggris).
2. Keuntungan
Pemerintahan untuk jangka waktu yang
ditentukan itu stabil.
3. Kelemahan
Dapat terjadi kemungkinan tujuan negara
a. Pertentangan antara eksekutif dan
legislatif dapat terjadi sewaktu-waktu,
menyebabkan kabinet harus
mengundurkan diri dan akibatnya
pemerintahan tidak stabil.
b. Sebaliknya, Presiden dapat
membubarkan legislatif.
c. Pada sistem parlementer dengan multi
partai (kabinet koalisi) apabila terjadi
mosi tidak percaya dari beberapa
partai politik sehingga sering terjadi
pergantian kabinet.
yang telah ditetapkan oleh eksekutif
berbeda dengan legislatif.
3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari sistem pemerintahan presidensiil dan
parlementer. Dalam sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu oleh kabinet (ciri presidensiil) tetapi
dia bertanggung jawab kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab sehingga lembaga ini
(legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif (ciri sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh rakyat untuk memberikan
keputusan setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh parlemen atau
setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang dimintakan persetujuan kepada rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi (quasi presidensiil) dan sistem
presidensiil murni. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat yang
mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum.Dalam sistem ini
pertentangan antara eksekutif dan legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum maka dikenal tiga macam sistem
referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam suatu pembuatan peraturan
perundang-undangan yang akan mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya : persetujuan yang dibuat
oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya suatu undang-undang (melalui
referendum) yang telah dibuat oleh parlemen setelah diumumkan. Hal ini biasanya dilakukan
terhadap undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap masalah negara, rakyat ikut serta
menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil sehingga pemerintah akan memperoleh
pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Kelamahan dari sistem referendum adalah bahwa rakyat tidak mampu menyelesaikan setiap
masalah yang timbul karena untuk mengatasi suatu persoalan diperlukan pengetahuan yang luas
dari rakyat. Selain itu, sistem ini tidak dapat dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan faham
antara rakyat dan eksekutif yang menyangkut kebijaksanaan politik.
Contoh sistem pemerintahan referendum adalah Swiss.
C. SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
1. Sistem Pemerintahan Pra-Amandemen UUD 1945
a. Sistem Pemerintahan Menurut Sifatnya
Berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensiil, namun
bukan sistem presidensiil yang murni jika diukur dari syarat-syarat yang harus ada dalam sistem
presidensiil.
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 menunjukkan bahwa pemerintahan Indonesia menganut sistem
presidensiil dimana presiden menjadi kepala eksekutif (pemerintahan) dan mengangkat serta
memberhentikan para menteri yang bertanggung jawab kepadanya.
Namun, jika dilihat dari Pasal 5 ayat (1) dan dalam kaitannya dengan Pasal 21 ayat (2)
UUD 1945, dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan presidensiil tersebut tidak
sepenuhnya presidensiil karena berdasarkan pasal tersebut presiden dan DPR bersama-sama
membuat UU. Hal ini berarti bahwa sistem presidensiil di Indonesia tidak berdasarkan
pelaksanaan ajaran Trias Politika.
Ciri-ciri parlementer yang ada pada pemerintahan di Indonesia :
1. Pertanggung jawaban Presiden kepada MPR
2. Kedudukan Presiden sebagai mandataris pelaksana GBHN
Dengan demikian berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 UUD 1945, sistem
pemerintahan di Indonesia adalah presidensiil karena presiden adalah eksekutif dan menteri-
menteri adalah pembantu presiden. Tetapi jika dilihat dari sudut pertanggungjawaban presiden
kepada MPR maka eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga negara lain (kepada siapa presiden
bertanggung jawab, hal ini merupakan ciri pemerintahan parlementer). Maka sistem
pemerintahan di Indonesia berdasarkan UUD 1945 dapat disebut quasi presidensiil.
b. Sistem Pemerintahan Menurut Pembagian Kekuasaan
UUD 1945 tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan berdasarkan Trias Politika
sebagaimana diajarkan oleh Montesquieu, tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan,
karena :
1) UUD 1945 tidak membatasi secara tegas bahwa setiap kekuasaan harus dilakukan oleh satu
organ/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.
2) UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan dibagi atas tiga bagian saja.
3) UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR (Pasal 1 ayat 2)
kepada lembagalembaga negara lainnya.
UUD 1945 menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara, yaitu :
1) Kekuasaan eksaminatif (Inspektif) → BPK
2) Kekuasaan legislatif → DPR, DPD
3) Kekuasaan eksekutif (pemerintahan negara) → Presiden dan Wakil Presiden.
4) Kekuasaan yudikatif (kehakiman) → MA (Mahkamah Agung), MK (Mahkamah Konstitusi)
dan MY (Mahkaham Yudikatif)
Lembaga-lembaga lain yang tidak diatur oleh UUD 1945 termasuk dalam organisasi
pemerintahan yang disebut sebagai lembaga pemerintah (regering-organen) dan lembaga
administrasi negara (administrative-organen). Misalnya Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan
Desa.
c. Pokok Pikiran Pemerintahan Negara Indonesia Menurut Penjelasan UUD 1945
Sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensiil. Hal ini dijelaskan secara sistematis
dalam Penjelasan UUD 1945 yang memuat 7 buah kunci pokok, yaitu :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum ( rechstaat )
Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum dan bukan kekuasaan belaka. Hal ini
berarti bahwa negara dalam melaksanakan tindakan apapun harus selalu dilandasi oleh hukum
atau segala tindakannya harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Negara hukum yang dimaksud oleh UUD 1945 bukanlah negara hukum dalam arti formal
(sebagai polisi lalu lintas atau penjaga malam) tetapi negara hukum dalam arti material (dalam
arti luas) yaitu negara tidak hanya melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga harus memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2) Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak tak terbatas).
Sistem ini menegaskan bahwa pemerintahan negara dibatasi oleh konsitusi dan otomatis dibatasi
juga oleh ketentuan hukum yang merupakan produk konstitusional lainnya seperti GBHN, UU
dll.
Sistem ini juga memperkuat dan menegaskan sistem negara hukum.
Berdasarkan kedua sistem ini diharapkan dapat tercapai mekanisme hubungan tugas dan hukum
antara lembaga-lembaga negara yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
a) Menetapkan UUD dan GBHN.
b) Memilih dan mengangkat Presiden dan Wapres.
Majelis mengangkat dan melantik Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara, oleh karena itu
Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
4) Presiden adalah penyelenggaran pemerintahan negara yang tertinggi di bawah Majelis.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR. Dalam menjalankan
pemerintahan, kekuasaan dan tanggung jawab ada pada Presiden (concentration of power and
responsibility upon the President).
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi Presiden tidak bertanggun jawab kepada
DPR,artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari DPR.
Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk membentuk UU serta menetapkan APBN.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPRpun tidak dapat menjatuhkan presiden.
6) Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR tetapi pada Presiden. Pengangkatan dan
pemberhentian menteri merupakan wewenang sepenuhnya Presiden (Pasal 17 ayat 2).
Menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-menterilah yang sebenarnya menjalankan
pemerintahan di bidangnya masing-masing.
7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kepala negara bukanlah dikatator karena ia harus mempertanggungjawabkan tindakannya
kepada MPR.
2. Sistem Pemerintahan Pasca-Amandemen UUD 1945
a. Perubahan Pertama UUD 1945
Perubahan terhadap UUD 1945 terjadi setelah timbulnya tuntutan reformasi, yang diantaranya
berkaitan dengan reformasi konstitusi (constitutional reform)
Sebelum terjadinya amandemen terhadap UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan presiden sangat
dominan. Hal ini terlihat dalam kurun waktu demokrasi terpimpin 1959-1967 dimana MPR (S)
yang merupakan lembaga tertinggi dikendalikan oleh presiden. Sedangkan dalam kurun waktu
1967-1998, DPR yang berdasarkan UUD 1945 mempunyai hak inisiatif (mengajukan usul RUU)
tidak dapat melakukan haknya karena semua RUU berasal dari pemerintah.
Oleh karena itu, amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan dengan tujuan untuk :
1) Mengurangi/mengendalikan kekuasaan presiden.
2) Mengembalikan hak legislasi kepada DPR, sedangkan presiden berhak untuk mengajukan RUU
kepada DPR.
b. Perubahan Kedua UUD 1945
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada substansi yang meliputi pemerintahan
daerah, wilayah negara, warganegara dan penduduk, hak asasi manusia, pertahanan dan
keamanan negara, bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan, serta DPR, khususnya
tentang keanggotaan, fungsi, hak maupun tentang tata cara pengisiannya. Berkaitan dengan
pengisian keanggotaan DPR, maka semua anggota DPR dipilih secara langsung oleh rakyat.
c. Perubahan Ketiga UUD 1945
Perubahan ketiga dilakukan menurut teori konstitusi, terhadap susunan ketatanegaraan yang
bersifat mendasar. Dari perubahan terhadap UUD 1945 terlihat bahwa sistem pemerintahan yang
dianut adalah sistem pemerintahan presidensiil.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil terlihat pada :
1) Prosedur pemilihan presiden dan wakil presiden
2) Pertanggung jawaban presiden dan wakil presiden atas kinerja kerjanya sebagai lembaga
eksekutif.
d. Perubahan Keempat UUD 1945
Ada sembilan item pasal substansial pada perubahan keempat UUD 1945, antara lain :
1) Keanggotaan MPR
Berkaitan dengan keanggotaan MPR dinyatakan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD
yang dipilih melalui pemilu. Hal ini berarti tidak ada satupun anggota MPR yang keberadaannya
diangkat sebagaimana yang terjadi sebelum amandemen, dimana anggota MPR yang berasal
dari unsur utusan daerah dan ABRI melalui proses pengangkatan, bukan pemilihan.
2) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua
3) Kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap.
4) Kewenangan Presiden
Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara mengalami perubahan
mendasar dimana setiap kebijakan Presiden harus mendapat persetujuan atau sepengetahuan
DPR.
Perubahan keempat ini membatasi kewenangan Presiden yang sebelumnya.
5) Keuangan negara dan bank sentral
6) Pendidikan dan kebudayaan
7) Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial
8) Aturan tambahan dan aturan peralihan
9) Kedudukan penjelasan UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terjadi pada perubahan terhadap UUD 1945,
langsung atau tidak langsung mempengaruhi sistem pemerintahan, diantaranya pada :
a. Konsep Negara Hukum
UUD 1945 pasca amandemen mempertegas deklarasi negara hukum, dari yang semula hanya ada
dalam Penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.
Implementasi ketegasan konsep negara hukum Indonesia adalah sistem pemilihan umum secara
langsung oleh rakyat sehingga mereka bebas dalam menentukan sikap dan pendapatnya.
Menurut Oemar Seno Adji, pemilu yang bebas merupakan hal yang sangat fundamental bagi
negara hukum karena melalui pemilu langsung, akuntabilitas anggota parlemen semakin tinggi.
b. Kedudukan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan Presiden sangat dominan, terutama
dalam praktek penyelenggaraan negara. Dengan amandemen UUD 1945 maka kekuasaan
Presiden dikurangi dengan mengembalikan kekuasaan legislatif kepada DPR. Selain itu,
periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas, dimana seseorang hanya dapat dipilih
sebagai Presiden maksimal untuk dua kali periode jabatan.
c. Sistem Pemerintahan
UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas mengenai sistem presidensiil dalam
sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam UUD 1945 pasca amandemen antara
lain adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR karena lembaga ini tidak lagi bertindak
sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.
d. Kedudukan MPR dan DPR
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara
dan pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki kedudukan strategis, melalui
amandemen maka kewenangannya menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945.
D. SUSUNAN NEGARA
Susunan negara menyatakan struktur organisasi dan fungsi pemerintahan dengan tidak
menyinggung struktur daerah maupun bangsa.
Susunan negara juga menyangkut bentuk negara yang ditinjau dari segi susunannya yaitu
berupa :
1. Negara kesatuan yaitu negara yang bersusunan tunggal.
2. Negara Federasi yaitu negara yang bersusunan jamak.
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga uniterisme atau eenheistaat, yaitu suatu negara yang merdeka dan
berdaulat dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah yaitu pemerintah
pusat. Pemerintah pusatlah yang mengatur seluruh daerah. Jadi tidak terdiri dari beberapa negara
yang berstatus negara bagian (deelstaat) atau negara dalam negara.
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat
yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara,
menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah dan melaksanakan pemerintahan negara baik di
pusat maupun di daerah serta di dalam atau di luar negeri.
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, kesatuan (unity) dan monosentris (berpusat
pada satu).
Macam-macam negara kesatuan :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi maka semua urusan diurus oleh pemerintah
pusat. Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengatur daerahnya, pemerintah daerah
hanya melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Contoh : Jerman di bawah Hitler.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi maka kepada daerah diberi kesempatan
dan kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. (otonomi daerah).
Contoh : Republik Indonesia.
2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat (bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih
kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk bersatu dalam suatu
ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan mewakili mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan
suatu negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat, karena yang berdaulat adalah
persatuan dari negara-negara tersebut yaitu negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut merupakan negara yang merdeka,
berdaulat serta berdiri sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu negara serikat maka negara
yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi negara bagian dan melepaskan sebagian
kekuasaan yang dimilikinya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu sehingga hanya kekuasaan yang
disebutkan saja yang diserahkan kepada negara serikat (delegated powers). Umumnya,
kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan luar negeri, pertahanan
negara, keuangan dan pos.
Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas karena kekuasaan yang asli tetap
ada pada negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang sesungguhnya karena federasilah yang
berdaulat. Anggota suatu federasi disebut negara bagian (deelstaat, state, anton, lander).
Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno maupun abad pertengahan, namun baru
dikenal sekitar tahun 1787 ketika pembentuk konstitusi Amerika Serikat memilih federasi
sebagai bentuk pemerintahan mereka.
Menurut C.F. Strong, dalam bukunya Modern Political Institution diperlukan dua syarat untuk
mewujudkan suatu negara federasi, yaitu :
a. Harus ada perasaan nasional (a sense of nationality) diantara anggota-anggota kesatuan-
kesatuan politik yang hendak berfederasi.
b. Harus ada keinginan dari anggota-anggota kesatuan politik akan persatuan (union).
Selain itu, negara federasi memiliki tiga ciri khas, yaitu :
a. Adanya supremasi konstitusi federasi.
b. Adanya pembagian kekuasaan (distribution of power) antara negara bagian dengan negara
federal.
c. Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas menyelesaikan sengketa yang mungkin timbul
antara negara bagian dengan negara federal.
E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ”....maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada.....”
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : ”Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik”.
Kemudian, sesuai dengan musyarawarah Badan PPKI menyimpulkan bahwa bentuk
negara adalah republik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi, yaitu :
1. Bentuk negara bukan monarki (kerajaan) → Pasal 1 ayat (1) : ”Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik dan bukan kerajaan.
2. Kepala negara dipilih dan tidak turun temurun → Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 : ”Presiden dan
wapres dipilih oleh rakyat dan tidak turun termururun.
3. Masa jabatan kepala negara ditentukan dalam jangka waktu tertentu → Pasal 7 UUD 1945 :
Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun.
BAB IX
TEORI KEDAULATAN
Teori kedaulatan (Souvereiniteit) pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin.
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam negara. Sifat-sifat
kedaulatan adalah tunggal, asli dan tidak terbagi.
Setiap masyarakat dalam suatu negara mengakui adanya kekuasaan yang paling tinggi
dalam hidup mereka kekuasaan tertinggi inilah yang mendominasi hidup mereka, menjadi
alasan yang menguasai hidup mereka. Demikian pula dengan suatu negara yang merupakan
pencerminan rakyat mengakui adanya kekuasaan yang tertinggi. Kekuasaan adalah kemampuan
seseorang atau golongan untuk dapat merubah sikap dari kebiasaan orang lain.
Pada intinya, hanya ada tiga hal yang dianggap berdaulat dalam suatu masyarakat atau
negara, yaitu :
1. Tuhan
Tuhan dikatakan memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat karena Tuhanlah yang
menciptakan segala sesuatu dan berkuasa atas segala sesuatu.
2. Raja
Raja dikatakan berdaulat karena secara konkret dapat memerintah dan mengatur rayat yang
hidup dalam naungan kekuasaannya secara bijaksana. Namun seringkali kekuasaan raja yang
absolut menyebabkan tirani dan menindas rakyat sehingga timbul pemikiran bahwa raja tidak
pantas berdaulat, rakyatlah yang harus berdaulat atas dirinya sendiri.
3. Rakyat
Rakyat diletakkan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi (berdaulat) untuk menghindari
penindasan dari raja yang absolut dan orang yang mengatasnamakan agama.
Pada masa renaissance atau aufklarung (abad pencerahan), para pendeta yang
mengatasnamakan agama Kristen dan kaum Monarch di Eropa berebut kekuasaan untuk
menguasai kehidupan rakyat. Keduanya berusaha meyakinkan rakyat sebagai wakil Tuhan di
muka bumi (cari : teori Dua Pedang).
Pemikiran bahwa rakyatlah yang berdaulat menimbulkan ide kedaulatan rakyat dan
pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat melalui parlemen (demokrasi perwakilan).
Pelaksanaan teori kedaulatan rakyat berikutnya melahirkan teori kedaulatan hukum. Sedangkan
pelaksana teori kedaulatan raja dalam suasana kedaulatan rakyat memunculkan teori kedaulatan
negara.
Pada awalnya, dalam Ilmu Negara umum terdapat lima teori kedaulatan namun pada
perkembangan terakhir kaum pluralis memunculkan teori kedaulatan plural yang meletakkan
kedaulatan secara fungsional kepada beberapa hal/instansi.
Teori kedaulatan yang dikenal saat ini adalah :
1. Teori Kedaulatan Tuhan melahirkan sifat Teosentris = Teokrasi.
2. Teori Kedaultan Raja melahirkan sifat Monarkis.
3. Teori Kedaulatan Rakyat melahirkan sifat Demokratis
4. Teori Kedaulatan Negara melahirkan sifat Fascistis/Otoritarian.
5. Teori Kedaulatan Hukum melahirkan sifat Nomokratis (rechstaat dan rule of law).
6. Teori Kedaulatan Pluralis melahirkan sifat Pragmatis-Pluralis.
A. TEORI KEDAULATAN TUHAN
Teori Kedaulatan Tuhan mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam satu negara
adalah milik Tuhan. Teori ini berkembang pada abad pertengahan (abad V – XV).
Perkembangan teori ini berkaitan erat dengan perkembangan agama Katolik yang baru muncul
yang diorganisir oleh gereja. Sehingga pada saat itu ada dua organisasi kekuasaan, yaitu
organisasi kekuasaan negara yang diperintah oleh raja dan organisasi kekuasaan gereja yang
dikepalai oleh Paus.
Awalnya perkembangan agama Katolik/Kristen ditentang dengan sangat kuat karena
bertentangan dengan kepercayaan yang dianut yaitu pantheisme (penyembahan kepada dewa-
dewa). Namun pada akhirnya agama Kristen/Katolik dapat berkembang dengan baik dan
bahkan diakui sebagai satu-satunya agama resmi, agama negara.
Sejak saat itu, gereja mempunyai kekuasaan yang nyata dan dapat mengatur kehidupan
negara, tidak saja yang bersifat keagamaan tetapi juga yang bersifat keduniawian. Hal ini
seringkali menimbulkan permasalahan karena baik gereja maupun negara kadang-kadang
mengeluarkan peraturan tersendiri untuk mengatasi masalah yang sama. Selama peraturan
tersebut tidak bertentangan tentu saja tidak menimbulkan masalah, namun jika peraturan tersebut
saling bertentangan maka timbul persoalan, peraturn mana yang akn ditaati.
Penganut teori teokrasi antara lain adalah Augustinus, Thomas Aquinas dan Marsilius.
B. TEORI KEDAULATAN RAJA
Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam negara ada pada raja karena raja adalah
wakil Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan di dunia. Oleh karena itu raja berkuasa mutlak dan
merasa bahwa seluruh tindakannya adalah kehendak Tuhan. teori ini terutama dipakai pada
zaman renaissance.
C. TEORI KEDAULATAN NEGARA
Menurut George Jellineck, hukum diciptakan oleh negara. Adanya hukum karena adanya
negara. Jellineck mengatakan bahwa hukum merupakan penjelmaan kemauan negara. Negara
adalah satu-satunya sumber hukum, oleh karena itu kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh
negara.
D. TEORI KEDAULATAN HUKUM
Leon Duguit dalam bukunya, Traite de Droit Constitutionel berpendapat bahwa hukum
merupakan penjelmaan dari kemauan negara tetapi negara tunduk pada hukum yang dibuatnya.
Menurut Krabbe, yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum.
Atas kritik Krabe, Jellineck yang berpendapat bahwa kekuasaan tertinggi dimiliki oleh
negara, mempertahankan pendapatnya dengan mengemukakan teori Selbstbindung yaitu teori
yang menyatakan bahwa negara tunduk pada hukum secara sukarela. Tetapi menurut Krabbe,
selain negara masih ada faktor kesadaran hukum dan rasa keadilan, dengan demikian, yang
berdaulat tetap hukum dan bukan negara.
Paham Krabbe dipengaruhi aliran historis yang dipelopori oleh Von Savigny yang
menyatakan bahwa hukum timbul bersama-sama dengan kesadaran hukum masyarakat. Hukum
tidak tumbuh atas kehendak negara atau kemauan negara, oleh karena itu berlakunya hukum
terlepas dari kemauan negara.
E. TEORI KEDAULATAN RAKYAT
Ajaran dari kaum Monarchomachen khususnya ajaran dari Johannes Althusius diteruska
oleh sarjana dari aliran hukum alam, tetapi sarjana dari aliran hukum alam ini mempunyai
kesimpulan baru yaitu bahwa semua individu melalui perjanjian masyarakat membentuk
masyarakat dan kepada masyarakat inilah para individu menyerahkan kekuasaannya.
Selanjutnya, masyarakat menyerahkan kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi sesungguhnya raja
mendapatkan kekuasaan dari individu-individu tersebut.
Individu-individu tersebut mendapatkan kekuasaan dari hukum alam. Hukum alam inilah
yang menjadi dasar kekuasaan raja. Dengan demikian kekuasaan raja dibatasi oleh hukum alam
dan karena raja mendapatkan kekuasaan dari rakyat maka yang memegang kekuasaan tertinggi
adalah rakyat. Jadi, yang berdaulat adalah rakyat, raja hanya merupakan pelaksana dari apa yang
telah diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat. Hal ini menimbulkan ide baru tentang
kedaulatan, yaitu kedaulatan rakyat yang dipelopori oleh J.J. Rousseau.
Menurut pendapat Rousseau, rakyat bukanlah penjumlahan dari individu-individu di
dalam negara tetapi kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu dan yang mempunyai
kehendak. Kehendak diperoleh dari individu melalui perjanjian masyarakat. Kehendak tersebut
oleh Rousseau disebut kehendak umum (volonte generale) yang dianggap mencerminkan
kehendak umum.
Jika yang dimaksud rakyat adalah penjumlahan individu-individu dalam negara maka
kehendak yang ada padanya bukan kehendak umum (volonte generale) tetapi volonte de tous.
Jika pemerintahan negara dipegang oleh beberapa/segolongan orang yang merupakan kesatuan
tersendiri dalam negara dan mempunyai kehendak sendiri (volonte de corps), maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte de corps. Jika pemerintahan hanya
dipegang oleh satu orang yang mempunyai kehendak sendiri (volonte particuliere) maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte particuliere. Oleh karena itu
pemerintahan harus dipegang oleh rakyat, rakyat mempunyai perwakilan dalam pemerintahan
agar volonte generale dapat terwujud.
Kedaulatan rakyat menurut Rousseau pada prinsipnya adalah cara untuk memecahkan
masalah berdasarkan sistem tertentu yang memenuhi kehendak umum. Kehendak umum
bersifat abstrak (hanya khayalan) dan kedaulatan adalah kehendak umum.
Teori kedaulatan rakyat diikuti oleh Immanuel Kant yang mengatakan bahwa tujuan
negara adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan warga negaranya.
Kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas perundang-undangan dan yang berhak membuat
undang-undang adalah rakyat. Oleh karena itu undang-undang merupakan penjelmaan kemauan
rakyat sehingga yang memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat adalah rakyat.
F. TEORI KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 Amandemen ketiga menyatakan bahwa : ”Kedaulatan ada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang”. Berdasarkan pasal tersebut jelaslah
bahwa negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat. Rakyatlah yang
memegang kekuasaan tertinggi. Disamping itu, karena negara Republik Indonesia menganut
demokrasi yang berdasarkan konstitusi (constitutional democracy), maka kedaulatan harus
dilaksanakan berdasarkan konstitusi (menurut UUD).
Frasa ’menurut UUD’ menimbulkan tafsiran lebih lanjut bahwa kedaulatan harus
dijalankan berdasarkan pembagian kekuasaan yang ada dalam konstitusi. Kedaulatan harus
dijalankan secara fungsional oleh lembaga-lembaga yang disebutkan oleh konstitusi. Hal ini
berarti bahwa masing-masing lembaga menjalankan kedaulatan berdasarkan fungsinya masing-
masing. Dengan demikian kedaulatan tidak lagi berada pada satu lembaga tetapi secara plural
berada pada lembaga-lembaga yang dibentuk UUD. Hal inilah yang menimbulkan teori
kedaulatan pluralis dimana kekuasaan tertinggi diletakkan menurut fungsi kelembagaan masing-
masing, mekanisme hubungan tata kerja antar lembaga dapat berjalan dengan demokratis.
Sebagian pakar termasuk Ismail Sunny berpendapat bahwa selain menganut kedaulatan
rakyat, negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan dan kedaulatan Hukum
sekaligus.
Pernyataan bahwa negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan
didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 (”Atas berkat rahmat Allah). Selain itu, Pasal 29 UUD
1945 menyebutkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh sendi kehidupan negara harus mengacu pada nilai-nilai Ketuhanan.
Pilihan norma dan keputusan politik tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan (ajaran
agama) yang diakui oleh seluruh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara
mendudukkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Sedangkan pernyataan
bahwa Indonesia menganut teori kedaulatan hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
amandemen ketiga yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dan
bukan negara atas kekuasaan belaka (machstaat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Negara Republik Indonesia menganut teori
kedaulatan Tuhan, kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum sekaligus. Dalam operasionalisasi
kedaulatan, negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan pluralis karena masing-
masing lembaga berdaulat atas fungsinya yang telah diberikan oleh konstitusi. Dikatakan
pluralis karena tidak ada lagi lembaga tunggal yang memegang kedaulatan.
BAB X
TEORI UNSUR-UNSUR NEGARA
(Die Rechtliche Stellung der Elemente des Staates)
Unsur-unsur negara adalah hal-hal yang menjadikan negara itu ada, atau hal-hal yang
diperlukan untuk terbentuknya negara. Terdapat tiga sudut pandang erkaitan dengan unsur-
unsur negara, yaitu :
1. Unsur-unsur Negara Secara Klasik
a. Wilayah tertentu
Wilyah tertentu ialah batas wilayah dimana kekuasaan negara itu berlaku. Kekuasaan suatu
negara tidak berlaku di luar batas wilayahnya karena dapat menimbulkan sengketa internasional.
Pengecualian atas hal ini adalah daerah eksteritorial, artinya kekuasaan negara dapat berlaku di
luar daerah kekuasaannya.
Misalnya :
1) Di kediaman kedutaan asing berlaku kekuasaan negara asing. Oleh karena itu orang yang
meminta suaka politik ke kedutaan asing tidak dapat diganggu gugat.
2) Kapal perang atau pesawat yang berbendera negara asing merupakan wilayah eksteritorial.
Batas wilayah negara tidak terdapat dalam konstitusi tetapi merupakan perjanjian (traktat) antara
dua negara atau lebih yang memiliki kepentingan dan biasanya bertetangga.
Wilayah mempunyai arti yang luas, meliputi udara, darat. Ketiga hal tersebut ditentukan oleh
perjanjian internasional.
b. Rakyat
Rakyat adalah sekumpulan orang yang hidup di suatu tempat. Istilah rumpun (ras), bangsa
(natie) dan suku, erat pengertiannya dengan rakyat.
Rumpun (ras) adalah kumpulan orang yang mempunyai ciri-ciri jasmaniah yang sama (warna
kulit, rambut, bentuk muka, bentuk badan dll). Misalnya rumpun Melayu.
Bangsa (natie) adalah rakyat yang sudah memiliki kesadaran untuk membentuk negara.
Suku yaitu orang yang memiliki kesamaan dalam kebudayaan.
Rousseau membagi pengertian bangsa ke dalam dua macam, yaitu :
1) Citoyen golongan atau bangsa yang berstatus aktif.
2) Suyet bangsa yang tunduk pada kekuasaan di atasnya atau bangsa yang bersifat pasif.
Jellineck mengemukakan 4 macam status bangsa, yaitu :
1) Status Positif
Warga negara diberi hak untuk menuntut tindakan positif dari negara mengenai perlindungan
atas jiwa, raga, milik, kemerdekaan dll. Untuk itu negara membentuk badan-badan pengadilan,
kepolisian, kejaksaan dll yang akan melaksanakan kepentingan warga negaranya serta menindak
pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas.
2) Status Negatif
Dengan adanya status negatif maka negara menjamin bahwa hak asasi warga negaranya tidak
akan diintervensi oleh negara. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah tindakan sewenang-wenang
dari negara. Namun, dalam keadaan tertentu, negara dapat melanggar hak asasi rakyat jika
tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan umum. Misalnya dalam hal negara mengambil
tanah milik rakyat untuk pembuatan jalan, namun sebagai imbalannya maka negara harus
memberikan ganti rugi kepada warga negara ybs.
3) Status Aktif
Status aktif memberikan hak kepada setiap warga negara untuk ikut serta dalam pemerintahan.
Hak ini diwujudkan dengan memberikan hak kepada setiap warga negaranya untuk memilih dan
dipilih sebagai anggota DPR.
4) Status Pasif
Status pasif merupakan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk mentaati dan tunduk
kepada perintah warga negaranya. Misalnya : jika negara dalam keadaan perang maka semua
warga negara menurut syarat-syarat tertentu wajib membela negara.
Berkaitan dengan kewarganegaraan, ada dua asas yang dikenal, yaitu :
1) Ius Sanguinis
Ius sanguinis adalah suatu asas dimana seseorang menjadi warga negara berdasarkan keturunan.
Jadi, seseorang menjadi warga negara Indonesia karena ia dilahirkan dari orang tua yang
berkewarganegaraan Indonesia.
2) Ius Soli
Yaitu suatu asas dimana seseorang menjadi warga negara berdasarkan tempat kelahiran. Jadi,
seseorang menjadi warga negara karena ia dilahirkan di wilayah Indonesia.
Namun, ada juga negara yang memberlakukan asas campuran, yaitu jika kedua asas tersebut
diberlakukan sekaligus. Hal ini seringkali menimbulkan permasalahan yaitu seseorang dapat
memiliki lebih dari satu kewarganegaraan atau tidak memiliki kewarganegaraan.
c. Pemerintahan yang berdaulat
Sebagai suatu organisasi, negara memiliki badan pengurus atau badan pimpinan yang mengurus
atau memimpin negara yang disebut pemerintah, sedangkan fungsinya disebut pemerintahan.
Pemerintah dapat diartikan secara luas dan sempit, yaitu :
1) Pemerintah dalam arti luas adalah keseluruhan dari badan pengurus negara dengan seluruh
organisasi, bagian-bagiannya dan pejabat-pejabatnya yang menjalankan tugas negara dari pusat
sampai ke pelosok daerah.
2) Pemerintah dalam arti sempit adalah suatu badan pimpinan yang terdiri dari seseorang atau
beberapa orang yang mempunyai peranan pimpinan dan menentukan dalam pelaksanaan tugas
negara. Dengan kata lain, pemerintah dalam arti sempit adalah kepala negara dengan para
menteri (kabinet).
Sedangkan pemerintahan adalah fungi atau tugas dari pemerintah baik dalam arti sempit atau
luas.
Fungsi pemerintahan dalam arti luas meliputi tiga bidang, yaitu :
1) Eksekutif pelaksana pemerintahan menurut undang-undang.
2) Legislatif pembuatan undang-undang.
3) Yudikatif peradilan menurut undang-undang.
Pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan ke luar dan dan ke dalam. Pemerintahan yang
berdaulat ke dalam dibatasi oleh hukum positif sedangkan ke luar dibatasi oleh hukum
internasional.
2. Unsur-unsur Negara Secara Yuridis
Logemann mengemukakan unsur-unsur negara secara yuridis, yaitu :
a. Wilayah hukum (gebiedsleer) mneliputi darat, laut, udara serta orang dan batas
wewenangnya.
b. Subjek hukum (persoonsleer) pemerintah yang berdaulat.
c. Hubungan hukum (de leer van de rechtsbetrekking) hubungan hukum antara penguasa dan
yang dikuasai termasuk hubungan hukum ke luar dengan negara lainnya secara internasional.
3. Unsur-unsur Negara Secara Sosiologis
Paham ini dikemukakan oleh Rudolf Kjellin yang melanjutkan ajaran Ratzel dalam bukunya
Der Staat als Lebensform. Menurutnya, unsur-unsur negara adalah :
a. Faktor sosial, meliputi :
1) Unsur masyarakat
2) Unsur ekonomis
3) Unsur kulturil
b. Faktor alam, meliputi :
1) Unsur wilayah
2) Unsur bangsa
Konvensi Montevideo 1933 disebutkan bahwa sebuah negara baru dapat dikatakan eksis
jika telah memenuhi 4 unsur, yaitu :
1. Rakyat (people/population)
2. Wilayah (territory)
3. Pemerintahan (government)
Unsur rakyat yang sadar bernegara (nation, natie, staatsvolk) merupakan syarat primer selain
adanya wilayah yang dikuasai dan diatur oleh pemerintahan yang efektif.
Adanya effective diplay atas suatu wilayah dipersyaratkan sebagai wujud dari sifat memiliki dan
menguasai atas wilayah tersebut. Indonesia tidak dapat menunjukkan kekuasaan efektifnya atas
pulau Sipadan dan Ligitan sehingga pulau tersebut jatuh ke tangan Malaysia.
4. Pengakuan (recognition)
Unsur pengakuan merupakan unsur tambahan (sekunder) yang cenderung merupakan aspek
politis dibandingkan aspek yuridis. Pengakuan internasional dipersyaratkan untuk melihat
apakah kapasitas pemerintahannya sudah dapat berjalan efektif dan dapat menjalin hubungan
dengan negara lain.
Pengakuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Pengakuan secara de facto (faktual)
Pengakuan de facto hanya melihat fakta-fakta politik yang ada (sementara) dan belum
merupakan pengkuan yang sempurna atas negara tersebut.
b. Pengakuan secara de jure (yuridis)
Pengakuan de jure merupakan pengakuan yang sempurna dan bersifat tetap (permanen).
Bagi negara Republik Indonesia, keempat unsur tersebut terbentuk secara bertahap
melalui proses sejarah perjuangan kemerdekaan yang panjang, sbb :
1. Rakyat
Unsur rakyat atau bangsa sudah mulai terbentuk sejak bahasa Melayu menjadi lingua franca
bagi penduduk di wilayah nusantara.
Embrio kenegaraan sudah terbentuk sejak adanya kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak,
Samudra Pasai, Banten, Mataram dll.
Kesadran sebagai suatu nation dikonkretkan dalam momentum Sumpah Pemuda tahun 1928.
Disinilah mulai terbentuk Indonesia sebagai nation dan selanjutnya memproklamirkan diri
sebagai nation-state Indonesia.
2. Wilayah
Secara fisik, wilayah negara Republik Indonesia merupakan bekas wilayah jajahan kerajaan
Belanda yang disebut dalam administrasi Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia menjalankan
administrasi pemerintahan secara efektif kepada seluruh penduduk dalam wilayahnya.
3. Pemerintahan yang berdaulat
Pemeritah Indonesia melakukan hubungan internasional yang sederajat dan menjadi anggota
organisasi-organisasi dalam lingkup regional atau internasional. Hal ini menunjukkan adanya
pemerintahan yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar.
4. Pengakuan
Berdasarkan teori unsur-unsur negara maka Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah
dapat disebut sebagai negara berdaulat atau berkedudukan sebagai subjek hukum internasional
penuh.
BAB XI
TEORI FUNGSI NEGARA
Tugas suatu negara akan diuraikan dalam Teori Fungsi Negara. Dalam Teori Fungsi
Negara terdapat lima paham, yaitu :
1. Fungsi Negara pada Abad ke-XVI di Perancis
Fungsi negara pertama kali dikenal pada abad XVI di Perancis, yaitu :
a. Diplomacie tugasnya adalah penghubung antar negara, dulu penghubung antar
raja.
b. Difencie tugas yang dijalankan adalah masalah keamanan dan pertahanan
negara.
c. Financie bertugas menyediakan keuangan negara.
d. Justicie tugasnya adalah menjaga ketertiban perselisihan antar warganegara
dan urusan dalam negara.
e. Policei bertugas mengurus kepentingan negara yang belum menjadi
wewenang keempat fungsi negara lainnya.
2. Fungsi Negara menurut John Locke
John Locke membagi fungsi negara menjadi 3, yaitu :
a. Fungsi legislatif membuat peraturan.
b. Fungsi eksekutif melaksanakan peraturan. Menurut John Locke, fungsi
mengadili termasuk tugas eksektutif.
c. Fungsi federatif mengurusi urusan luar negeri, urusan perang dan damai.
3. Fungsi Negara menurut Montesquieu (Trias Politica)
Teori John Locke disempurnakan oleh Montesquieu yang membagi fungsi negara menjadi 3
namun masing-masing fungsi tersebut terpisah dan dilaksanakan oleh lembaga yang terpisah
pula.
Tiga fungsi negara tersebut adalah :
a. Fungsi legislatif membuat undang-undang
b. Fungsi Eksekutif melaksanakan undang-undang
c. Fungsi Yudikatif mengawasi agar semua peraturan ditaati.
Tujuan Montesquieu memperkenalkan Trias Politica adalah untuk kebebasan berpolitik,
melindungi hak asasi manusia yang hanya dapat dicapai dengan kekuasaan yudikatif yang
berdiri sendiri.
4. Fungsi Negara menurut Van Vollen Hoven
Menurut Van Vollen Hoven, fungsi negara adalah :
a. Membuat peraturan (regeling)
b. Menyelenggarakan pemerintahan (bestuur)
c. Fungsi mengadili (rechtspraak)
d. Fungsi ketertiban dan keamanan (politie)
Ajaran dari Van Vollen Hoven dikenal dengan Catur Praja.
5. Fungsi Negara menurut Goodnow
Menurut Goodnow, fungsi negara ada dua, yaitu :
a. Policy Making
Adalah kebijakan negara untuk waktu tertentu
b. Policy Eksekuting
Teori Unsur-unsur Negara
Unsur-unsur negara adalah hal yang menjadikan negara itu ada atau hal-hal yang diperlukan untuk terbentuknya negara (elemen daripada negara).
Untuk mengetahui unsur-unsur negara ada tiga sudut pandang, yaitu:
a. Meninjau unsur-unsur negara secara klasik atau tradisional
b. Meninjau unsur-unsur negara secara yuridis
c. Meninjau unsur-unsur negara secara sosiologis
(dalam Abu Daud Busroh,1990:75-82)
Lebih jauh unsur-unsur di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur negara klasik yaitu:
1) Wilayah tertentu
2) Rakyat
3) Pemerintah yang berdaulat
b. Unsur-unsur negara secara yuridis
1) Gebiedslee (wilayah hukum) yang meliputi darat, laut, udara serta orang danbatas wewenangnya.
2) Persoonsleer (subjek hukum)
Unsur subjek hukum daripada negara adalah pemerintah yang berdaulat
3) De leer van de rechtsbetrekking (hubungan hokum)
Maksudnya adalah hubungan hokum antara penguasadengan yang dikuasai termasuk hubungan hokum ke luar dengan negara lainnya secara internasional.
c. Unsur-unsur secara sosiologis
Paham ini dikemukakan oleh Rudolf Kjellin yang melanjutkanajaran Ratzel dalm bukunya Der Staat als Lebensform. Menurut beliau unsur-unsur negara itu adalah:
1) Faktor sosial, yang meliputi:
a) Unsur masyarakat
b) Unsur ekonomis
c) Unsur cultural
2) Faktor alam, yang meliputi:
a) Unsur wilayah
b) Unsur bangsa
Georg Jellinek melihat Ilmu Negara dari dua sisi, yaitu :
1. Sisi Tinjauan Sosiologis, terdiri dari :
a. Teori Sifat Hakekat Negara
b. Teori Pembenaran Hukum Negara
c. Teori Terjadinya Negara
d. Teori Tipe-tipe Negara
2. Sisi Tinjauan Yuridis
a. Teori Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
b. Teori Kedaulutan
c. Teori Unsur-unsur Negara
d. Teori Fungsi Negara
e. Teori konstitusi
f. Teori Lembaga Perwakilan
g. Teori Sendi-sendi Pemerintahan
h. Teori Alat-alat Perlengkapan Negara
i. Teori Kerjasama antar Negara
Thomas Aquinas dam Agustinus, tujuan Negara adalah untuk mencapai penghidupan aman dan tentram dengan taat kepada dan dibawah pimpinan Tuhan.Montesquieu : tujuan negara adalah melindungi diri manusia sehingga dapat tercipta kehidupan yang aman, tentram dan bahagia.Shang YangMenyatakan bahwa tujuan negara adalah pembentukan kekuasaan negara yang sebesar-besarnya.Thomas hobbes blm,
Shang Yang.Menurt Shang Yang ( Lord Shang ) dalam bukunya “ A classic of the Chinnese of Law”, yang menjadi tujuan negara adalah menciptakan kekuasaan yang sebesar–besarnya bagi negara dan tujuan itu dapat dicapai dengan cara menyiapkan militer yang kuat, berdisiplin dan siap sedia menghadapi segala kemungkinan. Di dalam negara terdapat dua subjek yang selalu berhadapan dan bertentangan yaitu Pemerintah dan Rakyat, apabila yang satu kuat yang lainnya lemah. Dan sebaiknya Pemrintahlah yang lebih kuat dari rakyat agar tidak terjadi kekacauan dan anarkhis, oleh sebab itu Pemerintah harus berusaha lebih kuat dari rakyat. Agar negara menjadi kuat maka rakyat harus dilemahkan dengan cara diperbodoh dan dimiskinkan. Negara akan mengalami keruntuhan dan raja tidak dapat menggerakkan rakyat untuk berjuang apabila di dalam negara terdapat sepuluh hal yang jahat (ten evils) seperti : Adat, Musik, Nyanyian, Riwayat, Kebaikan, Kesusilaan, Kejujuran, Sofisme, Hormat pada orang tua, dan
Kewajiban persaudaraan. Oleh sebab itu kebudayaan rakyat harus dikorbankan demi kepentingan negara.
ilmu negara dan ilmu politik adalah dua ilmu yang ada kaitan nya satu sama lain, namun ada juga perbedaannya sehinnga dua ilmu ini di pisahkan penyajiannya ..persamaanya terletak pada objeknya, yaitu negara. artinya negara sebagai gejala masyarakat.di amerika ilmu negara dan ilmu politik di artikan secara sempit yaitu ilmu negara itu arti sempit dari ilmu politik.perbedaannya:1. pada materi kajian.-pada fokus of interest-selective interest2. ilmu negara memiliki tugas terbatas, hanya pada melukiskan lembaga-lembaga kenegaraan( bersifat deskriptif). ilmu politik lapangan kerjanya meliputi , menganalisa peristiwa-peristiwa politik dalam kehidupan bernegara sehingga sifatnya dinamis.3. pembahasan ilmu negara itu mengutamakan segi yuridis konstitusional.-ilmu politik lebih mencoba menemukan kajianya, cendrung melalui empiris, sedangkan ilmu negara bersifat statis karena mempelajari teori-ilmu negara memiliki pendekatan yang bersifat yuridis sedangkan ilmu politik pendekatanya bersifat sosiologis.- ilmu negara bersifat teoritis, sedangkan ilmu politik bersifat praktis. pemahaman yang bersifat teoritis tidak menilai objek dan tidak memberikan evaluasi, ilmu yang teoritis hany mencari fakta.- ilmu negara tekaanya pada susunan, bentuk-bentuk dan sifat-sifat umum negara, sedangkan ilmu politik tekananya pada kehidupan kenegaraan dalam praktek.
PERSAMAAN ILMU NEGARA dan HUKUM TATA NEGARA:Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki pokok bahasan yang sama, yaitu negara. Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara termasuk ilmu sosial dan memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu manusia yang berkeinginan hidup dan berkembang dalam tata kehidupan bernegara. Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki dalil-dalil dan rumusan/definisi yang bersifat nisbi (relatif) berbeda sesuai dengan sudut pandang ahli yang mengemukakannya.
PERBEDAAN ILMU NEGARA dan HUKUM TATA NEGARA:Ilmu NegaraAspek/Objek yang dipelajari = Negara secara umum, asal-usul, unsur-unsur, timbul dan lenyapnya, tujuannya dan jenis-jenis atau bentuk negara secara umumSifat = Teoritis/AbstrakKetentuan Umum Negara = Pelaksanaannya tidak diuraikanDefinisi = Ilmu yang mempelajari asal-usul, perkembangan wujud dan lenyapnya suatu Negara
Teori “tujuan negara adalah jamainan atas hak dan kebebasan”Tokoh teori ini adalah Immanuel Kant dan kranenburg.Immanuel Kant menganjurkan bahwa negara hukum yang dibentuk adalah negara hukum dalam arti sempit (negara hukum klasik/ negara hukum dalam arti formal/ nachtwakerstaats). Artinya, negara berfngsi hanya sebagai penjaga malam yang bertugas hanya menjaga keamanan dan ketertiban. Negara tidak berkewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. sedangkankranenburg menganjurkan bahwa negara hukum yang terbentuk
sebaiknya adalah negara hukum modern(negara hukum dalam arti luas/negara hukum welfaren state) artinya, selain menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, negara berkewajiban pula untuk mewujudkan dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Teori integralistik berpendapat bahwa tujuan negara itu merupakan gabungan dan paham individualisme dan sosialisme. Paham integralistik ingin menggabungkan kemauan rakyat dengan penguasa (negara). Paham integralistik beranggapan bahwa negara didirikan bukan hanya untuk kepentingan perorangan atau golongan tertentu saja, tetapi juga untuk kepentingan seluruh masyarakat negara yang bersangkutan.Paham integralistik melihat negara sebagai susunan masyarakat yang integral, dan anggota-anggotanya saling terkait sehingga membentuk satu kesatuan yang organis. Paham integralistik diperkenalkan oleh Prof. Dr. Supomo pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tanggal 30 Mei 1945. Paham Integralistik merupakan aliran pemikiran yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia yang bersifat kekeluargaan dan tolong-menolong.
Paham Fasisme
Menurut fasis negara bukan ciptaan rakyat melainkan ciptaan orang kuat. Bila orang kuat sudah membentuk organisasi negara, maka negara wajib menggembleng dan mengisi jiwa rakyat secara totaliter, diktatorial dan nasionalistis.
Tujuan negara fasis adalah imperium dunia yaitu pemimpin bercita-cita untuk mempersatukan semua bangsa di dunia menjadi satu kekuatan bersama. Dari paham ini akan selalu mengobarkan api perang kepada negara-negara di dunia untuk mencapai tujuan negaranya. Dari faham facis ini akan muncul faham kebangsaan yang sempit yaitu chauvinisme suatu faham kebangsaan yang sempit, yang selalu menganggap bangsa lain lebih rendah dari bangsanya sendiri, faham ini merupakan lawan dari faham nasionalismePaham Sosialisme
Kelahiran paham Sosialisme berkaitan erat dengan keberadaan Kapitalisme yang sudah sangat eksploitatif. Sosialisme menentang kemutlakan milik perseorangan dan menyokong pemakaian milik tersebut untuk kesejahteraan umum. paham Sosialisme muncul di daratan Eropah setelah adanya Revolusi Industri, guna untuk menghindari pengisapan ekonomi oleh segelintir orang (kaum kapitalis atau pemodal). paham Sosialisme ini kemudian banyak ditunggangi oleh muatan politik sehingga berubah menjadi Komunisme. Pelopor dari sosialisme : Etienne Cabet, Robert Owen, Albert Brisbane
Antara paham Sosialisme dengan Komunisme sebenarnarnya ada kesamaan pandangan yaitu sama-sama memandang negara mempunyai hak campur tangan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan negara yaitu memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan merata bagi setiap anggota masyakarat (sama rata sama rasa). Antara paham Sosialisme dengan Komunisme memiliki perbedaan yang sangat tajam mengenai tujuan negara Faham Komunisme dikembangkan oleh Marx dan pengikut setianya Lenin dan Stalin
Sedangkan Aristoteles justru menyatakan bahwa demokrasi merupakan bentuk kemerosotan polity.
Keterangan:
1. Monarkhi berasal dari kata mono yang berarti satu dan archien yang berarti memerintah. Jadi, monarkhi adalah pemerintahan oleh satu orang, yaitu raja/ kaisar.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh seseorang untuk kepentingan dirinya sendiri.3. Aristokrasi berasal dari kata aristoi yang berarti cerdik pandai atau bangsawan dan
archien. Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan oleh kaum cerdik pandai demi kepentingan umum.
4. Oligarkhi berasal dari kata oligoi yang berarti sedikit atau beberapa dan archien. Jadi, oligarkhi adalah pemerintahan oleh beberapa orang untuk kepentingan mereka sendiri.
5. Plutokrasi berasal dari kata plutos yang berarti kekayaan dan archien atau kratein. Jadi, plutokrasi adalah pemerintahan oleh orang-orang kaya atau untuk mencari kekayaan.
6. Polity adalah pemerintahan oleh orang banyak dengan tujuan untuk kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini menurut Aristoteles bisa merosot menjadi demokrasi, yaitu pemerintahan yang diselenggarakan oleh orang banyak tetapi tidak bertujuan demi kesejahteraan seluruh rakyat.
7. Mobokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh rakyat yang sesungguhnya tidak tahu apa-apa atau tidak memahami pemerintahan.
8. Okhlorasi berasal dari kata okhloh yang berarti orang biadab, tanpa pendidikan, atau rakyat hina dan kratein. Jadi okhlorasi adalah pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang yang biadab, tanpa pendidikan atau rakyat hina.
9. Anarkhi berasal dari kata an yang berarti tidak atau bukan dan archien. Jadi, anarkhi berarti tanpa pemerintahan/ kekuasaan. Seseorang atau sekelompok orang disebut bertindak anarkhis apabila ia atau mereka berlaku seolah-olah ia atau mereka sendirilah yang berkuasa atau menganggap kekuasaan pemerintahan yang sah tidak ada.
Asal Mula Terjadinya Negara Berdasarkan fakta sejarah
* Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai.Misalnya,Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan tahun 1847.
* Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru.Misalnya terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.
* Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu.Misalnya,Wilayah Sleeswijk pada Perang Dunia I diserahkan oleh Austria kepada Prusia,(Jerman).
* Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungai atau dari dasar Laut (Delta).Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga terbentuklah Negara.Misalnya,wilayah negara Mesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil.
* Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya. Contahnya, Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang dibom oleh Amerika di daerah Hiroshima dan Nagasaki.
Pelenyapan dan pembentukan negara baru.Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian diatas wilayah itu muncul negara baru.Contoh : Jerman menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1945.
Pencaplokan / Anexatie / Penguasaan= Suatua Negara berdiri di suatu wilayah yg dikuasai oleh bangasa lain tanpa reaksi berarti. Cnth: Israel.Pemisihan / Separatisme= Suatu Negara yg memisahkan diri dari Negara yg semula menguasainya kemudia menyatakan kemerdekaannya. Cnth: Timor Leste, Belgia.
a. Sifat memaksa
Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya, hal ini bersifat mutlak dan memaksa.
b. Sifat monopoli
Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.
c. Sifat mencakup semua
Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya. Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.
Fungsi Negara Menurut Montesqueui Ada tiga fungsi negara menurut Montesqueui yang popular dengan nama Trias Politica,
ialah:- Fungsi Legislatif, membuat undang-undang;- Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang; dan- Fungsi Yudisial, mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili).
Montesqueui menyatukan fungsi federatif dengan fungsi eksekutif, dan fungsi mengadili dijadikan fungsi yang berdiri sendiri. Tujuan Montesqueui memperkenalkan trias politicanya adalah untuk kebebasan berpolitik (melindungi hak-hak asasi manusia) yang hanya dapat dicapai dengan kekuasaan mengadili (lembaga yudisial) yang berdiri sendiri.
Fungsi Negara Menurut John Locke - Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan; - Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan; - Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai. Menurut John Locke, fungsi mengadili adalah termasuk tugas dari eksekutif. Teori John
Locke tersebut kemudian disempurnakan oleh Montesquieu. Dia membagi negara menjadi tiga fungsi, tetapi masing-masing fungsi itu terpisah dan dilaksanakan oleh lembaga yang terpisah pula.
Fungsi Negara Menurut van Vollenhovenvan Vollenhoven membagi fungsi negara menjadi empat, yaitu:
- Regeling, membuat peraturan; - Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan;- Rechtspraak, mempunyai fungsi mengadili; dan- Politie, mempunyai fungsi ketertiban dan keamanan.Ajaran van Vollenhoven ini terkenal sebagai Catur Praja. Sejarah terus berkembang dan fungsi negara juga mengalami perubahan, khususnya penambahan tugas untuk lembaga eksekutif, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang.
Fungsi Negara Menurut Goodnow Goodnow melihat fungsi negara secara prinsipil, sehingga ia mengutarakan 2 fungsi negara. Terhadap policy makers, boleh dilaksanakan sistem Andrew Jackson, sedangkan untuk policy executors tidak perlu dipakai, tapi yang dijalankan adalah berdasarkan keahlian. Ajaran Goodnow ini disebut juga merit system, karena menggunakan kegunaannya.
Istilah Ilmu Negara sepadan dengan Die Staatslehre (Jerman), Staatsleer (Belanda), Theory of State atau The General Theory of State, Political Science atau Political Theory (Inggris), dan Theorie d’Etat (Prancis).
SISTEM PEMERINTAHAN1. Sistem Pemerintahan PresidensialKonsep system pemerintahan presidensial berasal dari konsep Trias Politica,yaitu konsep tentang pemisahan kekuasaan . Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.Ciri-ciri dari sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut.1) Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau suatu dewan majelis.2) Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada presiden
dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3) Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak dipilih oleh parlemen.4) Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.5) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen dipilih oleh rakyat.6) Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima tahun.c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak.b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama .
Negara-negara yang menerapkan system pemerintahan presidensial Amerika Serikat Swiss Cina
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Pada system ini terdapat hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan badan perwakilan rakyat (parlemen). Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:• Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.• Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang.• Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
• Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.• Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer: Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:
Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
Perbedaan Sistem pemerintahan Presidensial Dan Parlementer1) sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan2) Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Nomer 15 belum
Rakyat adalah sejumlah orang yang dikuasai, diperintah, dilindungi, dipelihara, dan diasuh oleh penguasanya.Rakyat sebagai penghuni suatu Negara mempunyai peranan penting dalam merencanakan, mengelola, dan mewujudkan tujuan Negara.
Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah Negara dalam kurun waktu tertentu.Atau orang yang bertempat tinggal atau menetap dalam suatu Negara.
Warga Negara adalah orang yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu Negara, dengan status kewarganegaraan warga Negara asli atau warga Negara keturunan asing.Warga Negara juga diperoleh berdasarkan suatu Undang-undang atau perjanjian yang diakui sebagai warga Negara ( melalui proses naturalisasi )
Bukan warga Negara adalah disebut juga orang asing atau warga Negara asing.yaitu mereka yang berada pada suatu Negara, tetapi secara hokum tidak menjadi anggota Negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintah dimana mereka berada. Contoh : Duta, konsul, kontraktor asing dan lain- lain.
top related