ilmu dalam perspektif islam

Post on 25-Dec-2015

4 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

ilmu

TRANSCRIPT

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

Ilmu Dalam Perspektif Islam

Dr. Titiek Hidayati, M. Kes

Rabu, 24 September 2008

Editor : dyO

Asslamu’alaikum wr.wb. Yuk kita mencoba menggali lebih dalam lagi apa sih maksud dari ilmu dalam perspektif Islam, yuuk . . .

Makna ilmu dalam perspektif Islam menurut Imam Raghib Al Ashfahani adalah untuk mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya, termasuk tahu inti sesuatu (tashawwur) dan hubungan sesuatu dengan lainnya (tashdiq). Sedangkan menurut Al Manawi makna ilmu adalah kayakinan kuat yang tetap sesuai dengan realita atau tercapainyabentuk sesuatu dalam akal, antonimnya adalah jahl (tidak tahu, bodaoh).

Keutamaan dari ilmu itu sendiri adalah :

1. Perintah membaca dalam ayat Al Quran yang pertama diturunkan ,Al Alaq 1-5 melalui tulisan, lafal dan makna

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

2. Bersumpah dengan Qalam (QS Al Qalam :1)

“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.”

3. Perbedaan orang yang berilmu dengan orang bodoh (az Zumar : 9) seperti halnya orang yang buta dengan melihat, seperti cahaya dan kegelapan.

Editor: dyO Page 1

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”

4. . Orang berilmu adalah orang yang takut pada Allah (Faathir : 28)

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

5. Kemuliaan ahli ilmu pengetahuan (Ali Imran : 18)

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

6. Semua Nabi dibekali Ilmu oleh Allah, Al An’am : 75 – 83 tentang pencarian pencipta oleh Ibrahim.

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku." Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-

Editor: dyO Page 2

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

7. Al Quran mengakui keutamaan Ahli Ilmu. Ulul ‘ilmi’ adalah Ilmu yang membuahkan keimanan dan selanjutnya menumbuhkan ketundukan pada Allah dan Ilmu yang digandengkan dengan iman akan melahirkan sifat konstruktif dan akan menghidupkan, tidak mematikan, tidak menjadi faktor yang destruktif dan menjadi ancaman untuk umat manusia.

8. . Ilmu adalah kehidupan dan cahaya. Perbuatan yang buruk dan aniaya disebabkan karena hati yang mati bersama kebodohan

Qs Al Hadid : 28-29

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikitpun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Al Baqarah : 257

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Almaidah : 15-16

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. “

At Taghaabun :8

Editor: dyO Page 3

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

An Nur :35

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

9. Ayat- ayat kauniyah adalah obyek kajian akal ( Al Baqarah : 164)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Banyak sekali faktor-faktor yang menghalangi manusia untuk menuju kebenaran, seperti kurangnya pengetahuan tentang hal ‘tersebut’, tidak mampu ( Yunus : 96,97,101 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih, Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman” dan Al An’am : 111 yang artinya “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”.) (misalnya hati yang keras), nafsu dan harta (mereka takut akan mengancam sumber nafkah mereka dan kesenangan mereka misal zina dan minuman keras), cinta keluarga (takut dijauhi dan diusir dari keluarganya), Cinta tanah air (ia berpendapat jika mengikuti rasul berarti ia harus meninggalkan kampung halamannya menuju wilayah asing untuk hijrah), menyangka bahwa dengan mengikuti rasul akan menyakiti orang tua dan nenek moyang mereka. Misal kasus Abu Thalib, Kedengkian (karena orang yang ia benci telah mendahuluinya masuk Islam misal kasus kaum yahudi dengan Anshar, karena anshar mendahului masuk ke Islam), Faktor tradisi (suatu tradisi dapat begitu kuat tertanam sehingga mengalahkan hukum alam, misal upacara ritual dll).

Editor: dyO Page 4

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

Ilmu adalah jalan menuju keyakinan atau keimanan. Orang yang muttaqin, mukminin dan muhsinin sebagai orang yang yakin terhadap akherat. Kita harus ingat bahwa setan memerangi manusia dengan pasukan syahwat dan syubhat sedangkan mukmin dengan senjata sabar dan yakin . Dalam hal ini syahwat dapat merusak amal manusia sedangkan syubhat merusak akidah dan pikirannya.

Keyakinan (baca: yakin) memiliki tingkatan (baca: derajat), yaitu :

1. ‘Ilmul Yaqin (tidak ragu dan lalai).

2. A’nul Yaqin (misal kisah Ibrahim, isra’ mikraj Muhammad).

3. Haqqul Yaqin (lebih ke sentuhan dan rasa).

Selain itu ternyata ada juga ilmu yang tercela, seperti ilmu yang memudharatkan dan tidak bermanfaat (baca: sihir), ilmu perbintangan (bagian dari sihir), ilmu yang disembunyikan pemiliknya (3:187 yang artinya “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu[258] ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima” dan 2:146 yang artinya “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”), ilmu yang tidak diamalkan oleh pemiliknya, ilmu materialisme yang bertentangan dengan ilmu, ilmu keduniaan yang melupakan akherat, ilmu yang pemiliknya sombong dengan apa yang dimilikinya, dan ilmu yang menimbulkan perselisihan disebabkan kedengkian.

Selajutnya adalah bentuk bentuk dari kejahiliyahan (kebodohan), yakni :

1. Bermain-main dalam situasi yang serius, misalnya kasus pemotongan sapi & bani israil (2:67)

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".

2. Mengutamakan emosi daripada akal, contoh kisah nabi Nuh dalam surat Hud:45-47

Editor: dyO Page 5

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya. Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan. Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi."

3. Stagnasi dalam pikiran sesat dan perilaku menyimpang (Al A’raaf :138-139)

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu[562], maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan). Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan.”

4. Bermaksiat kepada Allah (An Nisaa :17)

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Selain itu ternyata di Al Qur’an pun ada celaan terhadap kebodohan, seperti :

Editor: dyO Page 6

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

1. Celaan kebodohan aqidah/keyakinan terhadap Allah, ada di surat Ali Imron:154

“Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah[243]. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?." Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati”.

2. Celaan Kebodohan perilaku misal berhias ala jahiliah (al ahzab 33)

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

3. Celaan Kebodohan moral, misalnya kesombongan jahiliah (al fath: 26)

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada

Editor: dyO Page 7

Ilmu Dalam Perspektif IslamDr. Titiek Hidayati, M. KesRabu, 24 September 2008

orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

4. Celaan Kebodohan dalam aspek hukum & pemerintahan (Al Maidah:50)

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”

5. Berpaling dari orang bodoh ( Al A’raaf ; 199)

“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.

Editor: dyO Page 8

top related